RESPONS TERHADAP AJAKAN OLEH PENUTUR BAHASA INDONESIA-SUNDA DALAMTIGA GRUP FACEBOOK MAHASISWA DARI TIGA JENJANG AKADEMIK BERBEDA: KAJIAN PRAGMATIS PADA DATA NETNOGRAFI
Post on 19-Jan-2017
139 Views
Preview:
Transcript
J.06
RESPONS TERHADAP AJAKAN OLEH PENUTUR BAHASAINDONESIA-SUNDA DALAM TIGA GRUP FACEBOOK
MAHASISWA DARI TIGA JENJANG AKADEMIK BERBEDA:KAJIAN PRAGMATIS PADA DATA NETNOGRAFI
RESPONSES TO INVITATIONS BY INDONESIAN-SUNDANESESPEAKERS IN THREE FACEBOOK GROUPS OF STUDENTS
FROM THREE DIFFERENT ACADEMIC LEVELS:A PRAGMATIC STUDY ON NETNOGRAPHIC DATA
OlehYuliani Kusuma Putri
1801 3012 0016
DISERTASI
Untuk memperoleh gelar Doktor dalam Ilmu -Ilmu Sastrapada Universitas Padjadjaran
dengan wibawa Rektor Universitas PadjadjaranProf. Dr. med. Tri Hanggono Achmad, dr.
Dipertahankan pada tanggal 8 Agustus 2016di Universitas Padjadjaran
UNIVERSITAS PADJADJARANBANDUNG
2016
RESPONS TERHADAP AJAKAN OLEH PENUTUR BAHASAINDONESIA-SUNDA DALAM TIGA GRUP FACEBOOK
MAHASISWA DARI TIGA JENJANG AKADEMIK BERBEDA:KAJIAN PRAGMATIS PADA DATA NETNOGRAFI
RESPONSES TO INVITATIONS BY INDONESIAN-SUNDANESESPEAKERS IN THREE FACEBOOK GROUPS OF STUDENTS
FROM THREE DIFFERENT ACADEMIC LEVELS:A PRAGMATIC STUDY ON NETNOGRAPHIC DATA
OlehYuliani Kusuma Putri
1801 3012 0016
DISERTASI
Untuk memperoleh gelar Doktor dalam Ilmu -Ilmu Sastrapada Universitas Padjadjaran
dengan wibawa Rektor Universitas PadjadjaranProf. Dr. med. Tri Hanggono Achmad, dr.
Dipertahankan pada tanggal 8 Agustus 2016di Universitas Padjadjaran
UNIVERSITAS PADJADJARANBANDUNG
2016
RESPONS TERHADAP AJAKAN OLEH PENUTUR BAHASAINDONESIA-SUNDA DALAM TIGA GRUP FACEBOOK
MAHASISWA DARI TIGA JENJANG AKADEMIK BERBEDA:KAJIAN PRAGMATIS PADA DATA NETNOGRAFI
RESPONSES TO INVITATIONS BY INDONESIAN-SUNDANESESPEAKERS IN THREE FACEBOOK GROUPS OF STUDENTS
FROM THREE DIFFERENT ACADEMIC LEVELS:A PRAGMATIC STUDY ON NETNOGRAPHIC DATA
OlehYuliani Kusuma Putri
1801 3012 0016
DISERTASI
Untuk memenuhi salah satu syarat ujianguna memperoleh gelar Doktor dalam Ilmu Sastra.
Telah disetujui oleh Tim Promotor pada tanggal seperti tertera di bawah ini
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:1. Karya tulis saya, disertasi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor), baik diUniversitas Padjadjaran maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Promotor dan masukan TimPenelaah/Tim Penguji.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis ataudipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkansebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dandicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hariterdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka sayabersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telahdiperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yangberlaku di perguruan tinggi ini.
Bandung, 30 Juni 2016Yang membuat pernyataan,
(Yuliani Kusuma Putri)1801 3012 0016
vi
DALIL-DALIL
1. Tindak tutur ajakan nyata pada konteks dalam jaringan tidak melibatkan
negosiasi yang panjang dan kompleks.
2. Tindak tutur ajakan ambigu pada konteks dalam jaringan melibatkan proses
negosiasi yang lebih panjang dan kompleks dibandingkan ajakan nyata.
3. Data dalam kajian pragmatis yang menggunakan metode netnografi lebih
bersifat alami.
4. Penggunaan bahasa pada komunikasi dalam jaringan memiliki kesamaran
antara bentuk formal dan nonformal.
5. Teknologi merupakan alat untuk manusia mengembangkan dirinya yang tidak
dapat dipisahkan dari ilmu pengetahuan dan bahasa.
6. Pendidikan berbasis teknologi yang tepat guna dapat mewujudkan bangsa yang
berkemajuan, berdaya guna, dan bermartabat.
7. Teknologi telah menjadi bagian dari budaya dalam kehidupan manusia yang
penetrasinya tidak dapat dihindari.
vii
ABSTRAK
Disertasi ini berjudul “Respons terhadap Ajakan oleh Penutur Bahasa Indonesia-
Sunda dalam Tiga Grup Facebook Mahasiswa dari Tiga Jenjang Akademik
Berbeda: Kajian Pragmatis pada Data Netnografi”. Penelitian ini mengkaji ajakan
dan responsnya pada komunikasi daring ditinjau dari pragmatik yang difokuskan
pada (1) proses ajakan; (2) bentuk tuturan dan strategi ajakan; (3) respons
terhadap ajakan; dan (4) bentuk tuturan dan jenis strategi negosiasi pada proses
ajakan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode etnografi
melalui Internet atau netnografi, yang mengadaptasi teknik-teknik penelitian
etnografi menjadi penelitian terhadap budaya dan komunitas daring. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) ajakan dibagi menjadi dua jenis, yaitu
ajakan nyata dan ajakan ambigu. Kemudian proses ajakan diawali dengan aksi
inisiasi yang berupa ajakan maupun felicity conditions; diikuti respons terhadap
ajakan yang melibatkan negosiasi; dan berakhir dengan dua jenis hasil akhir,
yaitu adanya kesepakatan dan tidak adanya kesepakatan; (2) ditemukan enam
strategi ajakan yang diberikan oleh inisiator, yaitu (a) imperatif, (b) formula
menyarankan, (c) kesediaan, (d) kemampuan, (e) isyarat kuat, dan (f) isyarat
halus. Strategi ajakan yang paling banyak digunakan oleh inisiator dalam ajakan
nyata adalah formula menyarankan, kesediaan, dan kemampuan; sementara
strategi ajakan yang paling banyak digunakan pada ajakan ambigu adalah
imperatif. Kemudian, bentuk tuturan ajakan yang paling banyak ditemukan pada
ajakan nyata adalah interogatif; dan pada ajakan ambigu terdapat keseimbangan
antara bentuk tuturan yang digunakan, yaitu deklaratif dan interogatif; (3) respons
terhadap ajakan terbagi menjadi tiga, yaitu (a) penerimaan, (b) penolakan parsial,
dan (c) penolakan penuh; serta (4) negosiasi digunakan baik sebagai respons
terhadap ajakan maupun respons terhadap penolakan ajakan, dan ditemukan
sembilan jenis negosiasi, yaitu (a) rekomendasi, (b) perintah, (c) komitmen, (d)
pengakuan diri, (e) peringatan, (f) seruan normatif positif, (g) janji, (h) alternatif,
dan (i) pemberitahuan. Bentuk tuturan dari negosiasi yang paling banyak
ditemukan pada data adalah deklaratif. Penelitian ini menunjukkan bahwa data
yang diambil dari percakapan daring lebih alami dibandingkan dengan discourse
completion task, kuesioner, dan simulasi.
viii
ABSTRACT
This dissertation is entitled “Responses to Invitations by Indonesian-Sundanese
Speakers in Three Facebook Groups of Students from Three Different Academic
Levels: A Pragmatic Study on Netnographic Data”. This research investigates
the act of inviting in online communication pragmatically which focuses on (1)
invitation process; (2) utterance structures and strategies of invitations; (3)
responses to invitations; and (4) utterance structures and strategies of
negotiations in the invitation process. The method used in this research is Internet
ethnography or netnography, which adapts ethnographic research techniques into
a study on online cultures and communities. This research shows that (1)
invitations are divided into two types, unambiguous invitations and ambiguous
invitations. Then, the invitation process begins with an initiating act consisting of
an invitation or felicity conditions; followed by responses to the invitation
involving negotiation; and ends with two kinds of final outcomes; they are one
with an agreement and one without an agreement; (2) six invitation strategies are
found in this research; they are (a) imperatives, (b) suggestory formulae, (c)
willingness, (d) ability, (e) strong hints, and (f) mild hints. The mostly used
invitation strategies in unambiguous invitations are suggestory formulae,
willingness, and ability; whereas the mostly used invitation strategy in ambiguous
invitations is imperatives. Then, the utterance structure from invitations mostly
found in unambiguous invitations is interrogative; whilst there is a draw between
declarative and interrogative in ambiguous invitations; (3) there are three kinds
of responses to invitations; they are (a) acceptances, (b) partial refusals, and (c)
full refusals; and finally (4) negotiations are used in response to both invitations
and refusals to invitations, and nine types of negotiations are found; they are (a)
recommendations, (b) commands, (c) commitments, (d) self-disclosures, (e)
warnings, (f) positive normative appeals, (g) promises, (h) alternatives, and (i)
notifications. The utterance structure of negotiation mostly found on the data is
declarative. This research ascertains that data taken from online interactions is
more natural than discourse completion task, questionnaires, and role-plays.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
subhanallahu wata ala karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan penulisan disertasi yang berjudul “Respons terhadap Ajakan oleh
Penutur Bahasa Indonesia-Sunda dalam Tiga Grup Facebook Mahasiswa dari
Tiga Jenjang Akademik Berbeda: Kajian Pragmatis pada Data Netnografi”.
Penyusunan disertasi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor dalam program studi Ilmu Sastra konsentrasi Linguistik pada Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran.
Dalam penyusunan disertasi ini, penulis mengalami banyak kesulitan dan
hambatan, yang datang baik dari diri penulis sendiri maupun dari pihak luar. Akan
tetapi, berkat dorongan, dukungan, dan bantuan dari beberapa pihak, penulis dapat
menyelesaikan disertasi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. med. Tri Hanggono Achmad, dr;
2. Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, Yuyu Yohana
Risagarniwa, PhD.;
3. Ketua Program Studi Ilmu Sastra S3, Prof. Dr. Cece Sobarna, M.Hum.;
4. Tim Promotor yang diketuai Prof. Dr. H. Dudih A. Zuhud, MA. serta anggota
tim, Dr. Wahya, M. Hum dan Dr. Eva Tuckyta Sari Sujatna, M.Hum. yang
telah memberikan bantuan serta ilmunya kepada penulis;
x
5. Tim Oponen Ahli, Dr. Nia Kurniasih, M. Hum., Dr. Nani Sunarni, MA., dan
Nani Darmayanti, Ph.D., atas saran dan bantuannya yang diberikan kepada
penulis sehingga penulis dapat memperdalam kajian penelitian penulis;
6. seluruh dosen Pascasarjana program Linguistik Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Padjadjaran atas ilmunya yang diberikan kepada penulis dan
rekan-rekan penulis. Semoga ilmu yang diberikan oleh Bapak/Ibu dosen dapat
berguna bagi penulis;
7. staf administrasi program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya, khususnya Ibu
Harti dan Bapak Agus atas segala bantuannya yang diberikan kepada penulis;
8. kedua almarhum orang tua penulis, Ir. H. Istiyadi dan Dra. Hj. Trining Lestari
yang telah mengajarkan pentingnya pendidikan kepada penulis. Terima kasih
penulis ucapkan kepada anggota keluarga penulis lainnya: paman, kakak, adik,
dan keponakan penulis;
9. rekan-rekan program Doktor konsentrasi Linguistik angkatan 2012 atas
kebersamaannya di dalam maupun luar kelas. Terima kasih karena telah
berbagi ilmu saat masih menjalani kuliah di Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Padjadjaran;
10. anak-anak asuh penulis: Isabella Natasha, S.S., Lusiana Sinurat, S.S., dan
Yusep Ardiansyah, S.S., yang telah meringankan beban kerja penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan disertasi ini tepat pada waktunya; serta
11. teman, kolega penulis di STBA Yapari-ABA Bandung, dan kerabat penulis
yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas dukungan serta doa yang
diberikan kepada penulis selama proses penyelesaian disertasi ini.
xi
Penulis menyadari bahwa penulisan disertasi ini masih banyak
kekurangan, oleh karenanya kritik dan saran sangat penulis harapkan guna
menyempurnakan penulisan ini. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima
kasih dan semoga disertasi ini dapat berguna bagi kita semua.
Bandung, Juni 2016
Yuliani Kusuma Putri
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv
PERNYATAAN ........................................................................................ v
DALIL-DALIL .......................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................. vii
ABSTRACT ................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ............................................................................... ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN ..................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvi
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian .............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 10
1.4 Bobot dan Relevansi ...................................................................... 10
1.5 Kerangka Teori .............................................................................. 11
1.6 Metode Penelitian .......................................................................... 13
1.6.1 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 15
1.6.2 Teknik Analisis Data .................................................................. 17
1.6.3 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ........................................ 18
xiii
1.7 Sumber Data ............................................................................... 24
BAB II KAJIAN TEORI ....................................................................... 28
2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................... 28
2.2 Komunikasi ................................................................................. 36
2.2.1 Elemen Komunikasi .................................................................... 36
2.2.2 Sifat Komunikasi ......................................................................... 37
2.2.2.1 Komunikasi Verbal ..................................................................... 37
2.2.2.2 Komunikasi Nonverbal ............................................................... 38
2.2.2.3 Komunikasi Tatap Muka ............................................................ 38
2.2.2.4 Komunikasi Bermedia ................................................................ 38
2.2.3 Proses Komunikasi ..................................................................... 39
2.2.3.1 Model Linier ............................................................................... 39
2.2.3.2 Model Sirkuler ............................................................................ 40
2.2.4 Faktor Pemengaruh Komunikasi ................................................ 41
2.3 Pragmatik .................................................................................... 43
2.3.1 Konteks ....................................................................................... 44
2.3.2 Praanggapan ................................................................................ 46
2.3.3 Tindak Tutur ............................................................................... 48
2.3.3.1 Tingkatan Tindak Tutur .............................................................. 49
2.3.3.2 Klasifikasi Tindak Tutur ............................................................. 50
2.4 Kesantunan Imperatif ................................................................. 51
2.4.1 Kesantunan Linguistik ................................................................ 52
2.4.2 Kesantunan Pragmatik ................................................................ 55
xiv
2.4.3 Komunikasi Fatis sebagai Kesantunan ....................................... 56
2.5 Ajakan ........................................................................................ 57
2.5.1 Jenis Ajakan ............................................................................... 59
2.5.2 Strategi Ajakan ........................................................................... 60
2.5.3 Kesantunan Imperatif Ajakan ..................................................... 62
2.6 Respons terhadap Ajakan ........................................................... 63
2.6.1 Penerimaan ................................................................................. 63
2.6.2 Penolakan .................................................................................... 64
2.6.2.1 Strategi Penolakan ...................................................................... 64
2.6.2.2 Urutan Penolakan ....................................................................... 68
2.6.3 Negosiasi .................................................................................... 69
2.6.3.1 Negosiasi terhadap Penolakan .................................................... 70
2.6.3.2 Negosiasi dalam Ajakan ............................................................. 73
BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ............................. 77
3.1 Ajakan Nyata .............................................................................. 77
3.1.1 Proses Ajakan pada Ajakan Nyata .............................................. 78
3.1.2 Bentuk dan Strategi Tindak Tutur Ajakan
pada Ajakan Nyata ...................................................................... 110
3.1.3 Respons terhadap Ajakan Nyata ................................................. 116
3.1.3.1 Penerimaan terhadap Ajakan Nyata ............................................ 116
3.1.3.2 Penolakan Parsial terhadap Ajakan Nyata .................................. 119
3.1.3.3 Penolakan Penuh terhadap Ajakan Nyata ................................... 125
3.1.4 Negosiasi pada Ajakan Nyata ..................................................... 132
xv
3.2 Ajakan Ambigu ........................................................................... 139
3.2.1 Proses Ajakan pada Ajakan Ambigu .......................................... 139
3.2.2 Bentuk dan Strategi Tindak Tutur Ajakan
pada Ajakan Ambigu ................................................................... 188
3.2.3 Respons terhadap Ajakan Ambigu .............................................. 196
3.2.3.1 Penerimaan terhadap Ajakan Ambigu ......................................... 196
3.2.3.2 Penolakan Parsial terhadap Ajakan Ambigu ............................... 201
3.2.3.3 Penolakan Penuh terhadap Ajakan Ambigu ................................ 205
3.2.3.4 Negosiasi terhadap Ajakan Ambigu ........................................... 212
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 246
4.1 Simpulan ..................................................................................... 246
4.2 Saran ........................................................................................... 248
DAFTAR ISTILAH .................................................................................. 250
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 253
RIWAYAT HIDUP PENULIS ................................................................ 258
LAMPIRAN .............................................................................................. 259
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya ....................................................... 31
Tabel 2.2 Felicity conditions dalam komisif-direktif ......................... 58
Tabel 2.3 Kategori strategi ajakan ..................................................... 61
Tabel 2.4 Urutan penolakan ............................................................... 69
Tabel 3.1 Kaidah karakteristik pada ajakan nyata.............................. 109
Tabel 3.2 Kaidah strategi ajakan dalam ajakan nyata ........................ 116
Tabel 3.3 Kaidah penolakan parsial terhadap ajakan nyata ................ 124
Tabel 3.4 Kaidah urutan penolakan .................................................... 132
Tabel 3.5 Kaidah karakteristik pada ajakan ambigu ........................... 186
Tabel 3.6 Kaidah strategi ajakan dalam ajakan ambigu ...................... 195
Tabel 3.7 Kaidah penolakan parsial terhadap ajakan ambigu ............ 204
Tabel 3.8 Kaidah urutan penolakan .................................................... 212
Tabel 3.9 Rekapitulasi ajakan nyata dan ajakan ambigu ..................... 232
Tabel 3.10 Rekapitulasi respons terhadap ajakan nyata dan
ajakan ambigu ..................................................................... 235
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Posisi dan Kebaruan Penelitian Sekarang .......................... 34
Bagan 2.2 Langkah penolakan yang melibatkan negosiasi ................. 71
Bagan 3.1 Proses ajakan nyata yang terjadi pada tiga grup Facebook .. 110
Bagan 3.2 Strategi penolakan parsial pada ajakan nyata dan
indikatornya ......................................................................... 125
Bagan 3.3 Proses ajakan ambigu yang terjadi pada tiga grup
Facebook ............................................................................. 187
Bagan 3.4 Strategi penolakan parsial pada ajakan ambigu dan
indikatornya ........................................................................ 205
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Formula model linier Laswell ............................................. 40
Gambar 2.2 Formula model sirkuler Schramm ...................................... 41
xvii
DAFTAR SINGKATAN
Blog Web log
CMC Computer-mediated communication
Daring Dalam jaringan
FtF Face to face
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Perkembangan teknologi memiliki dampak pada perkembangan
komunikasi. Dengan berkembangnya teknologi, komunikasi tradisional,
yaitu tatap muka langsung (Face to Face Communication atau FtF) telah
dapat digantikan oleh komunikasi modern, yaitu komunikasi jarak jauh. Media
yang dapat digunakan untuk komunikasi jarak jauh antara lain telepon, pesan
singkat, surat elektronik, pesan instan, dan jejaring sosial. Ketiga media
terakhir tidak dapat berfungsi tanpa adanya jaringan internet. Komunikasi melalui
media yang didukung oleh jaringan internet disebut komunikasi bermedia
komputer (Computer-Mediated Communication atau CMC), dan media tersebut
tidak dapat berfungsi tanpa perangkat komputer dan/atau jaringan internet.
Komunikasi bermedia komputer dapat dilakukan baik melalui jaringan internet
maupun jaringan lain seperti jaringan penyelenggara layanan seluler (mobile
service provider) yang menyediakan fitur pesan singkat serta jaringan area lokal
(local area network). Komunikasi bermedia komputer yang dilakukan dengan
menggunakan jaringan internet dinamakan komunikasi dalam jaringan (daring).
Hine (2000: 157) mendefinisikan komunikasi bermedia komputer sebagai:
"A general term referring to a range of different ways in which
people can communicate with one another via a computer network.
Includes both synchronous and asynchronous communication, one-
to-one and many-to-many interactions, and text-based or video
and audio communication".
2
Komunikasi bermedia komputer merupakan istilah mengenai cara-cara
berkomunikasi antara satu dengan yang lain melalui jaringan komputer yang
dapat berupa komunikasi sinkronis dan asinkronis, interaksi satu lawan satu
dan banyak orang, serta komunikasi berbasis teks atau video dan audio. Seiring
dengan perkembangan teknologi, komunikasi bermedia komputer dapat
dilakukan tidak hanya melalui komputer, tetapi juga melalui telepon
genggam berbasis internet. Komunikasi bermedia komputer juga dapat
dilakukan oleh dua orang atau lebih, seperti komunikasi yang dilakukan melalui
jaringan komunikasi (jarkom).
Komunikasi bermedia komputer dikatakan dapat menggantikan
komunikasi langsung karena dewasa ini komunikator dan komunikan sering
terpisah jarak dan waktu untuk bertatap muka langsung. Dengan adanya
komunikasi bermedia komputer, komunikasi yang seharusnya dilakukan secara
lisan dan tatap muka kini dapat dilakukan secara tulisan dan tanpa tatap muka
langsung. Perry (2010: 22) dalam tesisnya mengatakan bahwa komunikasi
bermedia komputer biasanya digunakan untuk mempertahankan hubungan,
tetapi komunikasi tatap muka langsung (FtF) lebih dipilih dan beberapa
pengguna komunikasi bermedia komputer dapat menggunakan komunikasi
bermedia komputer dengan cara yang sama seperti komunikasi tatap muka
langsung dalam hal interpretasi pesan dan penyampaian perasaan. Satu
kelebihan komunikasi bermedia komputer dibandingkan dengan komunikasi
tatap muka langsung adalah komunikasi bermedia komputer dapat dilakukan
tanpa memerdulikan jarak; selama komunikator berada pada lokasi yang
3
memiliki jaringan seluler maupun internet.
Selain dapat menggantikan komunikasi tatap muka langsung,
komunikasi bermedia komputer juga berperan sebagai media prakomunikasi
dari komunikasi tatap muka langsung. Seperti contoh, dua orang pembicara
membuat janji melalui layanan pesan instan (instant messaging) dari telepon
genggamnya untuk bertatap muka. Kedua pembicara tersebut menggunakan
media komunikasi bermedia komputer untuk mengatur jadwal komunikasi tatap
muka langsung mereka yang dilakukan di masa akan datang. Hal ini sejalan
dengan apa yang Perry (2010: 2) katakan, "CMC was being used to just say
hello or chat, to coordinate schedules and routines, to plan future events or to
discuss important matters". Perry menyatakan bahwa komunikasi bermedia
komputer digunakan untuk bertegur sapa atau bercakap-cakap, untuk mengatur
jadwal dan rutinitas, untuk merencanakan kegiatan di masa akan datang atau
untuk mendiskusikan hal penting.
Gaya bahasa dalam komunikasi bermedia komputer sedikit berbeda
dengan komunikasi tatap muka langsung karena pembicara tidak secara spontan
mengungkapkan apa yang dia pikirkan. Pembicara pada komunikasi bermedia
komputer dapat terlebih dulu membuat konsep kalimat yang akan dikatakan.
Dalam komunikasi bermedia komputer, intonasi pembicara tidak dapat diketahui
apabila komunikasi yang dilakukan hanya berupa teks. Akan tetapi, apabila
komunikasi dilakukan melalui pesan suara (voice messages), intonasi pembicara
dapat diketahui. Terlebih lagi apabila komunikasi dilakukan melalui video dan
suara, tidak hanya intonasi pembicara yang dapat diketahui, tetapi juga gerakan
4
non-verbal pembicara.
Karena fungsi komunikasi bermedia komputer dapat dikatakan hampir
sama dengan komunikasi tatap muka langsung dalam beberapa aspek seperti
menyampaikan dan menerima pesan, untuk mendapatkan komunikasi yang baik
antara pembicara dan pendengar, dan agar pembicara dan pendengar merasa
senang terlibat di dalamnya, diperlukan keahlian berkomunikasi yang baik pula.
Salah satu keahlian berkomunikasi adalah kemampuan memahami makna tersirat
pembicara. Dalam komunikasi bermedia komputer, sama seperti komunikasi tatap
muka langsung, terdapat beberapa ungkapan yang dituturkan pembicara yang
memiliki makna berbeda dari apa yang dituturkannya, sesuai dengan konteks dan
latar belakang percakapan itu sendiri, yang dapat berupa aksi yang dilakukan
melalui tuturan. Aksi tersebut dalam ilmu kebahasaan disebut tindak tutur,
seperti yang dikatakan Finnegan (1992) bahwa tindak tutur merupakan aksi
yang dilakukan melalui bahasa. Yule (1996) menambahkan bahwa dalam upaya
mengekspresikan dirinya, orang-orang tidak hanya memproduksi ujaran yang
mengandung struktur gramatikal dan kata-kata, melainkan juga melakukan aksi
melalui ujaran tersebut. Berhubungan dengan hal ini, menurut Austin (1962),
tindak tutur adalah suatu unit fungsional dalam berkomunikasi. Tindak tutur
adalah tindakan yang dilakukan pembicara ketika memproduksi ujaran. Secara
fonetis, suatu ujaran merupakan satu unit tuturan yang dibatasi oleh
keheningan.
Beberapa jenis tindak tutur adalah pujian, perintah, permintaan, tawaran,
ajakan, penolakan, dan lain-lain. Tindak tutur pujian (compliment), perintah
5
(order/command), permintaan (request), tawaran (offer), ajakan (invitation), dan
penolakan (refusal) dapat dilakukan melalui media komunikasi baik
komunikasi bermedia komputer maupun tatap muka langsung. Salah satu
jenis tindak tutur, yaitu ajakan yang dilakukan melalui komunikasi
bermedia komputer, merupakan salah satu contoh bahwa komunikasi
bermedia komputer merupakan media prakomunikasi dari komunikasi tatap
muka langsung karena kedua pembicara merencanakan aksi akan datang.
Menurut Searle (1979: 14), mengajak (inviting) merupakan direktif,
yang menunjukkan maksud pembicara untuk membuat pendengar melakukan
sesuatu. Ketika pembicara mengajak pendengarnya untuk berpartisipasi
dalam sebuah pesta, direktifnya difokuskan pada tindakan merespons yang
diberikan oleh pendengar. Namun, mengajak (inviting) juga
membutuhkan tindakan yang akan datang. Oleh karena itu, mengajak juga
dikategorikan ke dalam komisif, yang membawa pembicara kepada satu
rangkaian tindakan yang akan datang. Untuk memayungi kedua karakteristik
tersebut, Hancher (1979) mengategorikan mengajak (inviting) sebagai komisif-
direktif.
Karena tindak tutur ajakan merupakan aksi akan datang, tindak tutur ini
dapat memancing tindak tutur lain, seperti penolakan (refusal). Penolakan
terhadap ajakan dapat terjadi apabila ajakan yang disampaikan pengajak tidak atau
kurang sesuai dengan situasi terajak. Ishihara dan Cohen (2010: 60) menyatakan
dalam membuat penolakan, pembicara/peneliti secara khusus
mengomunikasikan suatu pesan yang secara potensial tidak diinginkan sejauh
6
yang pendengar/pembaca tahu.
Dalam komunikasi sehari-hari tindak tutur ajakan terjadi sama seringnya
dengan tindak tutur pujian, perintah, permintaan, dan tawaran; maka tidak
dapat disangkal bahwa tindak tutur penolakan juga biasa terjadi. Dalam
tindak tutur ajakan, pengajak tentu saja mengharapkan respons positif terhadap
ajakan mereka, tetapi ada saat ketika responsnya tidak sesuai dengan yang
mereka harapkan. Dalam menolak ajakan, pemilihan strategi penolakan
oleh terajak dipengaruhi oleh tingkat mitigasi yang berhubungan dengan tiga
faktor: (1) jarak sosial (social distance), termasuk gabungan dari faktor
psikologis, seperti usia, jenis kelamin, dan kedekatan; (2) kekuatan relatif
(relative power), yang biasanya dihasilkan dari status sosial dan ekonomi;
dan (3) tingkat mutlak dari imposisi (absolute ranking of imposition) (Brown
and Levinson, 1987).
Ada saatnya, pengajak melakukan negosiasi kepada terajak untuk
mendapatkan penerimaan sebagai hasil akhir (final outcome) ajakannya.
Kemudian ada pula saat negosiasi justru dilakukan oleh terajak kepada
pengajak. Ajakan yang diberikan kepada satu kelompok terajak pun dapat
melibatkan aksi negosiasi. Negosiasi yang dilakukan pengajak, terajak, dan/atau
kelompok terajak dapat berujung pada empat respons berbeda (1) penerimaan, (2)
penolakan, (3) penundaan, dan (4) alternatif (Gass & Houck, 1999: 8). Oleh
karena itu, ada saatnya ketika akhir dari proses penolakan ajakan yang melibatkan
negosiasi tidak berupa penolakan lagi. Ilustrasi berikut adalah tindak tutur ajakan
yang melibatkan penolakan dan negosiasi yang dilakukan sekelompok
7
mahasiswa dalam percakapan dalam media sosial Facebook pada tanggal 15
Januari 2014.
Inisiator : Kalau minggu depan kita foto kelas, pada bisa
ga?
Mahasiswa 1 : Hari apa dulu? Kalo hari Senin saya ga bisa,
belum pulang ke Bandung.
Mahasiswa 2 : Saya bisanya hanya hari Rabu kayaknya.
Banyak yang harus diurusin.
Mahasiswa 1 : Rabu oke tuh.
Mahasiswa 3 : Saya sih minggu depan hari apa aja juga siap.
Inisiator : Oke kalo gitu udah ada empat orang yang oke
untuk hari Rabu, saya juga hayu.
Mahasiswa 4 : Duh minggu depan teh tanggal tua kan? Kudu
minggu depan ya? Ga bisa awal bulan aja?
Mahasiswa 2 : Ah kamu udah aja ga usah bayar dulu untuk
foto kan biasanya foto mah bisa di-DP-in dulu.
Inisiator : lya, kan bisa nanti bayar mah. Santai weh.
Mahasiswa 4 : Oh enya nya. Ya udah atuh kita kemon.
Mahasiswa 5 : Rabu ya. Siap!
Inisiator : Sip! Rabu fix ya. Kalau gitu saya mau telepon
studio fotonya booking tempat.
Ilustrasi di atas menunjukkan beberapa respons terhadap ajakan foto
kelas oleh inisiator. Terdapat lima responden dari ajakan tersebut. Dari
kelima responden, hanya dua responden yang langsung menerima ajakan yang
diberikan inisiator dengan menuturkan kalimat persetujuan. Mereka adalah
mahasiswa 3 (Saya sih minggu depan hari apa aja juga siap) dan mahasiswa 5
(Rabu ya. Siap!). Ketiga responden lainnya memberikan penolakan dengan cara
melakukan negosiasi. Mahasiswa 1 sebagai responden pertama yang merespons
tidak memberikan penolakan maupun penerimaan penuh; dia memberikan
8
alasan mengapa dia tidak bisa memenuhi ajakan tersebut pada hari Senin, dan
menerima apabila ajakan tersebut dilakukan di hari lain (Hari apa dulu? Kalo
hari Senin saya ga bisa, belum pulang ke Bandung). Mahasiswa 2 juga tidak
memberikan penolakan penuh. Dia memberikan alternatif waktu yang sesuai
dengan jadwalnya, dan menjelaskan mengapa hanya pada waktu tersebut dia
dapat melaksanakan ajakan tersebut (Saya bisanya hanya hari Rabu kayaknya.
Banyak yang harus diurusin). Mahasiswa 4 menolak ajakan tersebut dengan
menjelaskan bahwa waktu tersebut merupakan akhir bulan, yang dalam
kepercayaan kebanyakan masyarakat Indonesia merupakan saat ketika
kondisi ekonomi mereka mulai melemah (Duh minggu depan teh tanggal tua
kan? Kudu minggu depan ya?). Mahasiswa 4 juga memberikan alternatif
waktu untuk melaksanakan ajakan tersebut (Ga bisa awal bulan aja?).
Menanggapi penolakan yang diberikan oleh mahasiswa 4, mahasiswa 2 dan
inisiator melakukan negosiasi dengan cara membujuk mahasiswa 4 (Ah kamu
udah aja ga usah bayar dulu untuk foto kan biasanya foto mah bisa di-DP-in
dulu). Pada akhirnya, semua responden dalam proses ajakan tersebut sepakat dan
memberikan respons penerimaan terhadap ajakan dari inisiator.
Sebagai respons terhadap ajakan, terkadang responden memberikan
respons yang bukan merupakan penerimaan penuh, tetapi bukan juga
merupakan penolakan penuh. Hal ini akan membawa inisiator dan
responden kepada negosiasi yang panjang. Terlebih lagi apabila ajakan
tersebut diberikan kepada sekelompok orang, negosiasi akan menjadi lebih
panjang dan kompleks.
9
Berdasarkan beberapa hal di atas, peneliti tertarik untuk meneliti dan
menganalisis ajakan dan respons terhadap ajakan yang dilakukan melalui
komunikasi bermedia komputer oleh anggota grup pada media sosial Facebook.
Peneliti dalam hal ini mencoba untuk meneliti dan menganalisis proses
ajakan, bentuk tuturan dan strategi ajakan, respons terhadap ajakan, dan
negosiasi dalam ajakan. Grup Facebook yang diteliti pada penelitian ini
dibatasi menjadi tiga grup, yaitu grup mahasiswa tingkat sarjana, tingkat
magister, dan tingkat doktoral yang merupakan penutur bahasa Indonesia,
bahasa Sunda, dan bahasa Indonesia-Sunda.
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian ini fokus pada tindak tutur ajakan yang melibatkan penolakan
dan negosiasi, dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Proses ajakan seperti apa yang terjadi pada komunikasi daring dari tiga grup
Facebook?
2. Bentuk dan strategi tindak tutur ajakan seperti apa yang terdapat dalam
komunikasi daring dari tiga grup Facebook?
3. Respons terhadap ajakan seperti apa yang diberikan oleh anggota grup
Facebook?
4. Bentuk dan strategi negosiasi seperti apa yang digunakan oleh anggota grup
Facebook dalam komunikasi daring yang berisi ajakan?
10
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis dan mendeskripsikan proses ajakan yang terjadi pada
komunikasi daring dari tiga grup Facebook;
2. menganalisis dan mendeskripsikan bentuk dan strategi tindak tutur ajakan
yang terdapat dalam komunikasi daring dari tiga grup Facebook;
3. menganalisis dan mendeskripsikan respons terhadap ajakan yang diberikan
oleh anggota grup Facebook; dan
4. menganalisis dan mendeskripsikan bentuk dan strategi negosiasi yang
digunakan oleh anggota grup Facebook dalam komunikasi daring yang berisi
ajakan.
1.4 Bobot dan Relevansi
Penelitian mengenai ajakan dan respons terhadap ajakan yang dilakukan
oleh anggota grup Facebook ini melibatkan kajian pragmatis. Pada penelitian ini,
peneliti mengajukan pendekatan baru pada analisis penggunaan bahasa yang
terjadi dalam konteks komunikasi daring, yaitu kajian pragmatis pada data
netnografi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kebaruan pada kajian
pragmatis, karena objek penelitian ini merupakan anggota komunitas daring yang
memiliki penggunaan bahasa yang sedikit berbeda dari komunitas nyata. Salah
satu perbedaan penggunaan bahasa dalam komunitas daring adalah adanya
kesamaran antara bahasa formal dan non-formal.
11
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
bidang linguistik, terutama pragmatik, dalam memperkaya variasi analisis
melalui pendekatan baru dalam meneliti penggunaan bahasa dalam konteks
komunikasi daring. Peneliti juga berharap agar penelitian ini dapat merangsang
para peneliti bahasa di bidang pragmatik yang tertarik pada fenomena
komunikasi bermedia komputer untuk melakukan penelitian dengan
menggunakan pendekatan baru ini dan terus mengembangkan pendekatan
tersebut.
Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi bagi pemelajar
bahasa Indonesia, terutama untuk kepentingan berkomunikasi, agar dapat
meningkatkan kesadaran berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, terutama
pada komunikasi daring. Peneliti berharap disertasi ini dapat memberikan
tambahan ilmu pengetahuan bagi peneliti khususnya dan pembaca umumnya.
1.5 Kerangka Teori
Pada penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori Kozinets (2010)
mengenai metode netnografi, metode yang digunakan untuk menentukan objek
penelitian, mengumpulkan, dan menganalisis data. Penelitian ini menggunakan
teori Kozinets (2010) sebagai rujukan karena data yang diambil dalam penelitian
ini adalah data dari tiga komunitas daring yang terdapat dalam media sosial
Facebook. Teori analisis penandaan milik Saldaña (2009) juga digunakan sebagai
pendukung teori Kozinets dalam menganalisis data. Teori penandaan Saldaña
(2009) sejalan dengan teori Kozinets (2010) yang mengungkapkan bahwa
12
penandaan merupakan salah satu langkah dalam menganalisis data netnografi.
Kemudian, teori inti yang digunakan untuk penelitian ini adalah teori Yule
(1996) dan Grundy (2000) mengenai pragmatik, konteks, dan tindak tutur.
Sebagai teori pendukung mengenai konteks, penelitian ini juga menggunakan
teori dari McManis et al. (1987). Teori milik Austin (1962) dan Searle (1969)
mengenai tindak tutur juga digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini.
Penelitian ini juga mengkaji kesantunan, khususnya kesantunan
imperatif dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, terdapat beberapa teori
kesantunan yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini. Teori tersebut
adalah milik Brown dan Levinson (1987), Leech (1983), dan Lakoff (1973).
Kemudian, teori kesantunan imperatif bahasa Indonesia milik Rahardi
(2005) juga digunakan sebagai rujukan.
Karena penelitian ini menganalisis ajakan dan responsnya, teori jenis
ajakan, teori strategi ajakan, teori strategi penolakan dan urutan penolakan,
teori proses penolakan yang melibatkan negosiasi dan hasil akhirnya juga
digunakan. Teori jenis ajakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teori milik Wolfson, D’Amicu-Reisner, dan Huber (1983). Teori strategi
ajakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dari Blum-Kulka,
House dan Kasper (1989). Teori strategi penolakan dan urutan penolakan yang
digunakan adalah teori yang diajukan Beebe et al. (1990) dan Félix-Brasdefer's
(2008).
Peneliti juga menggunakan teori dari Gass dan Houck (1992) tentang
proses penolakan yang melibatkan negosiasi dan hasil akhirnya. Sebagai pelengkap
13
negosiasi dalam penolakan, penelitian ini juga merujuk pada teori strategi ajakan
yang diajukan oleh Anglemar dan Stern (1978).
1.6 Metode Penelitian
Dilihat dari aspek ontologis, penelitian ini mengkaji fenomena yang
sedang terjadi, yaitu komunikasi tatap muka langsung yang dapat
digantikan atau didahului oleh komunikasi bermedia komputer. Sejak
datangnya era digital, sebagian besar komunikasi dilakukan melalui media digital,
seperti surat elektronik (surel) dan media sosial (seperti Facebook dan Twitter).
Komunikasi melalui media digital juga lebih dipilih karena jenis komunikasi
seperti ini lebih menghemat jarak dan waktu.
Secara umum, metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini
adalah netnografi (etnografi internet atau etnografi melalui internet). Metode
netnografi merupakan pengembangan dari metode kualitatif etnografi, yang
mengadaptasi teknik-teknik penelitian etnografi menjadi penelitian terhadap
budaya dan komunitas melalui komunikasi bermedia komputer (Kozinets, 2002:
2).
Kozinets (2002: 3) mengatakan netnografi memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan etnografi: (1) netnografi tidak memakan waktu
terlalu lama dan terperinci; (2) netnografi dapat dilakukan dengan cara yang
tidak terlalu eksplisit karena kehadiran peneliti tidak menganggu aktivitas
anggota komunitas daring lainnya; (3) netnografi memberikan peneliti situasi dan
tingkah laku yang alami; dan (4) netnografi menyediakan keberlanjutan akses
14
dengan informan dalam situasi sosial daring. Berbeda dari etnografi yang
mengharuskan peneliti datang dan mengobservasi satu komunitas di suatu
tempat, netnografi memanfaatkan perkembangan teknologi internet dalam
observasi dan pengumpulan datanya. Kozinets (2002: 4) mengajukan langkah
dan prosedur dalam penelitian netnografi sebagai berikut.
1. Perencanaan (Entreé)
Pada tahap ini, peneliti menentukan kajian penelitian, merumuskan masalah,
mencari dan menentukan komunitas daring yang sesuai dengan kajian dan
rumusan masalah.
2. Pengumpulan Data
Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data yang akan dianalisis dari
komunikasi dalam komunitas daring. Peneliti merekam data yang merupakan
komunikasi daring berisi ajakan dengan cara mentransfer isi percakapan
menjadi dokumen gambar.
3. Analisis Data (Analysis and Interpretation)
Pada tahap ini data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis.
Karena penelitian ini mengambil data dengan cara merekam data menjadi
dokumen gambar, analisis dilakukan dengan cara manual.
4. Etika Penelitian (Research Ethics)
Dalam penelitiannya, peneliti harus memperhatikan etika penelitian.
Penelitian netnografi menekankan masalah privat dan publik dari satu
komunitas daring. Penelitian netnografi juga harus memperhatikan
kerahasiaan identitas responden apabila penelitian tersebut mengambil
15
manusia sebagai subjek penelitian (human subject research). Dalam
penelitian ini, peneliti merupakan anggota dari tiga komunitas daring yang
menjadi objek penelitian. Oleh karena itu, peneliti tidak mengalami kesulitan
dalam meminta izin untuk mengambil data penelitian. Peneliti tetap menjaga
kerahasiaan identitas anggota komunitas daring tersebut dengan cara
menyembunyikan nama lengkap mereka dan menggantinya dengan inisial
awal nama mereka karena ketiga komunitas daring yang menjadi objek
penelitian merupakan komunitas privat. Kemudian, karena yang diteliti dalam
penelitian ini adalah komunikasi yang dilakukan oleh anggota tiga komunitas
tersebut, penelitian ini bukan merupakan penelitian dengan subjek manusia
apabila peneliti dapat mengakses arsip komunikasi dengan mudah dan sah
(Kozinets, 2010: 142).
5. Representasi dan Evaluasi
Pada tahap ini peneliti memperlihatkan hasil akhir penelitiannya kepada
komunitas daring atau beberapa anggota dari komunitas daring tersebut untuk
mendapat umpan balik.
1.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan apa yang disebutkan Kozinets (2002: 4) bahwa
pengumpulan data disalin langsung dari hasil komunikasi bermedia komputer,
metode pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
metode simak, yaitu teknik yang dilakukan dengan menyimak penggunaan
bahasa (Sudaryanto, 1993: 133). Teknik yang digunakan dalam metode ini adalah
16
teknik sadap, yaitu menyadap penggunaan bahasa. Teknik tersebut
dilaksanakan dengan cara melakukan penyadapan terhadap pemakaian
bahasa. Artinya, dalam upaya mengumpulkan data dilakukan penyadapan
peristiwa tuturan yang dilakukan oleh partisipan. Dalam hal ini peneliti
menyadap percakapan yang dilakukan oleh sesama anggota komunitas daring
mengenai ajakan yang melibatkan penerimaan, penolakan parsial, penolakan
penuh, dan negosiasi.
Teknik sadap ini memiliki teknik lanjutan, yaitu teknik simak libat cakap
yang artinya peneliti terlibat langsung dalam percakapan. Dalam hal ini,
keikutsertaan peneliti dapat aktif dan dapat pula reseptif. Keikutsertaan peneliti
dikatakan aktif ketika peneliti juga ikut angkat bicara dalam proses dialog, dan
dikatakan reseptif apabila peneliti hanya mendengarkan apa yang dikatakan oleh
mitra wicaranya karena faktor subjektif atau pun objektif (Sudaryanto, 1993:
133). Hal ini juga sejalan dengan apa yang dikatakan Kozinets (2010: 96):
"Not every netnographic researcher needs to be involved in every
type of community activity. But every netnographic researcher needs
to be involved in some types of community activity. A
netnographer probably does not want to be leading the
community, but she should not be invisible, either".
Kozinets mengatakan bahwa tidak semua peneliti netnografi terlibat pada
aktivitas grup, akan tetapi peneliti harus terlibat pada beberapa aktivitas grup.
Peneliti netnografi juga tidak perlu memimpin aktivitas grup, tetapi keberadaan
peneliti juga jangan sampai tidak terlihat dalam grup.
Teknik lanjutan yang dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data adalah
teknik rekam, sebagaimana yang dijelaskan Sudaryanto (1993) bahwa
17
pelaksanaan merekam itu sudah barang tentu harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu kewajaran proses kegiatan pertuturan yang sedang
terjadi. Setelah data diperoleh, peneliti merekam data tersebut menjadi dokumen
gambar dengan cara menekan tombol PrintScreen pada papan ketik komputer,
kemudian menyalin data tersebut ke kanvas di program Paint yang telah
tersedia pada setiap Microsoft Windows. Apabila peneliti membuka laman
komunitas daring menggunakan telepon pintar (smartphone) milik peneliti,
data yang diperoleh direkam menggunakan fasilitas screen capture yang ada
di telepon pintar peneliti. Peneliti juga dapat mencari data dari arsip percakapan
komunitas daring tersebut karena hampir semua media sosial menyimpan
arsip semua percakapan dan/atau setiap aktivitas yang dilakukan oleh anggota
komunitas daring pada ruang komunikasi komunitas tersebut.
Sebanyak sebelas data berhasil dikumpulkan untuk penelitian ini.
Kesebelas data tersebut terdiri dari empat komunikasi daring berisi ajakan dan
respons terhadap ajakan dalam grup mahasiswa strata S-1, dua komunikasi
daring berisi ajakan dan responsnya dalam grup mahasiswa strata S-2, dan lima
komunikasi daring berisi ajakan dan responsnya dalam grup mahasiswa strata S-
3. Karena data diambil dari komunikasi daring yang terjadi secara alami, jumlah
data tidak sama untuk tiap-tiap grup Facebook yang menjadi objek penelitian.
1.6.2 Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, peneliti menyesuaikan prosedur analisis data
kualitatif yang diajukan oleh Miles dan Huberman (1994) sebagai berikut.
18
1. Coding, yaitu analisis penandaan dari data yang didapatkan dengan
menglasifikasikan data serta memberikan label dan/atau nama. Pada
tahap ini, peneliti menyingkirkan tuturan yang tidak relevan dengan
ajakan yang diberikan inisiator. Data dianalisis dengan mengunakan
teknik penandaan yang diajukan Saldaña (2009);
2. noting, yaitu memberikan catatan tertentu mengenai data yang telah
diklasifikasikan dan diberi label;
3. abstracting dan comparing, yaitu menyortir data untuk mencari
persamaan dan perbedaan frasa, pola, proses, dan lain-lain;
4. checking dan refinement, yaitu memeriksa kembali data yang telah
diberi label dan catatan dan memperhalus pola, proses, persamaan, dan
perbedaan;
5. generalising, yaitu mengelaborasi gagasan umum yang
menjelaskan konsistensi data; dan
6. theorising, yaitu mengubah gagasan-gagasan umum yang diperoleh dari
data menjadi teori yang sudah ada atau teori baru.
1.6.3 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua
tahap penyajian, yaitu penyajian formal dan penyajian informal. Metode penyajian
formal berupa perumusan kaidah-kaidah melalui tanda-tanda dan lambang-
lambang, sedangkan metode penyajian informal berupa eksplanasi biasa, yaitu
perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa Sudaryanto (1993: 145).
19
Berikut adalah contoh analisis data menggunakan teknik-teknik yang
disebutkan sebelumnya.
Konteks:
Komunikasi daring yang berisi ajakan pada data ini dilakukan oleh anggota
grup mahasiswa strata S-1. Grup ini merupakan komunitas daring yang anggotanya
adalah pemelajar jenjang sarjana dari program studi bahasa asing berbeda yang
tergabung dalam satu ekstrakurikuler Debat Bahasa Inggris. Komunikasi pada data
ini melibatkan 6 anggota grup dari jumlah keseluruhan anggota sebanyak 124
orang. 6 anggota tersebut terdiri dari 4 anggota laki-laki dan 2 anggota perempuan.
Pada strata S-1, usia tiap-tiap pemelajar seringkali tidak jauh berbeda. Oleh karena
itu, anggota komunitas ini datang dari latar belakang usia yang lebih homogen.
Data:
Penutur Tuturan Kode Deskriptif
Inisiator 1 Kalau minggu depan kita
foto kelas, pada bisa ga?
1 AJAKAN
(Kemampuan)
Mahasiswa 1 2 Hari apa dulu? 3 Kalo hari
Senin saya ga bisa, 4 belum
pulang ke Bandung.
2 Konfirmasi 3 PENOLAKAN
LANGSUNG 4 PENOLAKAN
(Alasan)
Mahasiswa 2 5 Saya bisanya hanya hari
Rabu kayaknya. 6 Banyak
yang harus diurusin.
5 NEGOSIASI
(Komitmen) 6 PENOLAKAN
(Alasan)
Mahasiswa 1 7 Rabu oke tuh. 7 PENERIMAAN
Mahasiswa 3 8 Saya sih minggu depan hari
apa aja juga siap.
8 PENERIMAAN
20
Inisiator Oke kalo gitu udah ada empat
orang yang oke untuk hari
Rabu, 9 saya juga hayu.
9 PENERIMAAN
Mahasiswa 4 10 Duh minggu depan teh
tanggal tua kan? 11 Kudu
minggu depan ya? 12 Ga bisa
awal bulan aja?
10 KONFIRMASI 11 KONFIRMASI 12 NEGOSIASI
(Alternatif)
Mahasiswa 2 13 Ah kamu udah aja ga usah
bayar dulu untuk foto kan
biasanya foto mah bisa di-
DP-in dulu.
13 NEGOSIASI
(seruan normatif
positif)
Inisiator 14 lya, kan bisa nanti bayar
mah. Santai weh.
14 NEGOSIASI
(seruan normatif
positif)
Mahasiswa 4 15 Oh enya nya. Ya udah atuh
kita kemon.
15 PENERIMAAN
Mahasiswa 5 Rabu ya. 16 Siap! 16 PENERIMAAN
Inisiator Sip! Rabu fix ya. Kalau gitu
saya mau telepon studio
fotonya booking tempat.
Analisis:
Percakapan pada data di atas melibatkan 6 anggota komunitas daring
yang terdiri dari 4 anggota laki-laki dan 2 anggota perempuan. Ajakan
yang diberikan oleh inisiator merupakan ajakan nyata karena inisiator
telah menentukan waktu dari pelaksanaan aktivitas.
Inisiator yang merupakan mahasiswa laki-laki menuturkan kalimat
ajakan dengan menggunakan strategi kemampuan (Kalau minggu
depan kita foto kelas, pada bisa ga?) karena dalam ajakan tersebut
terdapat kata ‘bisa’ yang bermakna ‘mampu’. Dalam ajakannya, inisiator
menggunakan bentuk tuturan interogatif yang berisi kalimat
pengandaian karena pada tuturannya inisiator menggunakan kata ‘kalau’.
21
Bentuk tuturan interogatif yang diberikan oleh inisiator memiliki tingkat
kesantunan yang tinggi karena tuturan tersebut mengandung kadar
ketidaklangsungan yang tinggi. Akan tetapi, ajakan yang diberikan
inisiator tersebut tidak memiliki tuturan yang panjang. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh jenis kelamin inisiator, yaitu laki-laki yang kurang
menyukai basa-basi.
Ajakan tersebut pertama kali direspons oleh Mahasiswa 1, yang juga
berjenis kelamin laki-laki, dengan meminta konfirmasi (Hari apa dulu?),
diikuti penolakan langsung apabila acara tersebut diadakan pada hari
Senin (Kalo hari Senin saya ga bisa) dan alasan mengapa Mahasiswa 1
tidak dapat memenuhinya (belum pulang ke Bandung). Mahasiswa 1
menggunakan tuturan interogatif sebagai konfirmasi hari merupakan
langkah Mahasiswa 1 menunjukkan kesantunannya, diikuti dengan
tuturan deklaratif yang merupakan tindak tutur penolakan terhadap ajakan
yang diberikan inisiator. Pada penolakan yang diberikan oleh Mahasiswa
1, dapat dilihat upaya Mahasiswa 1 menunjukkan kesantunannya dari
urutan tutur yang digunakannya. Mahasiswa 1 memberikan pertanyaan
terlebih dahulu sebelum akhirnya memberikan penolakan.
Respons berikutnya diberikan oleh Mahasiswa 2, yang memberikan
negosiasi berupa komitmen (Saya bisanya hanya hari Rabu kayaknya),
diikuti dengan alasan (Banyak yang harus diurusin). Negosiasi yang
diberikan Mahasiswa 2 membuat status Mahasiswa 2 sebagai pengajak
2. Mahasiswa 2 yang berjenis kelamin perempuan memberikan
22
responsnya dengan urutan tuturan komitmen sebagai negosiasi diikuti
alasan sebagai penolakan. Mahasiswa 2 memberikan penolakan setelah
komitmen sebagai ekspresi kesantunannya.
Menanggapi negosiasi Mahasiswa 2, Mahasiswa 1 menuturkan
respons positif dengan memberikan penerimaan (Rabu oke tuh). Pada
konteks ini, kata ‘tuh’ yang diberikan oleh Mahasiswa 1 merupakan
partikel fatis yang menunjukkan persetujuan bahwa hari Rabu merupakan
hari yang tepat untuk melaksanakan foto kelas.
Respons berikutnya diberikan oleh Mahasiswa 3 yang memiliki jenis
kelamin laki-laki, yaitu penerimaan bahwa hari apa pun Mahasiswa 3
dapat memenuhi ajakan tersebut (Saya sih minggu depan hari apa aja
juga siap). Dalam penerimaannya, mahasiswa 3 menggunakan kata ‘sih’
yang merupakan partikel fatis dengan tujuan menekankan kepastian, dan
memiliki makna ‘sebenarnya’. Inisiator, yang sekarang menjadi terajak,
juga memberikan penerimaan atas negosiasi Mahasiswa 2 (Saya juga
hayu).
Mahasiswa 4 bergabung dalam percakapan dan merespons ajakan
dengan konfirmasi yang menandakan keberatan apabila acara diadakan
pada minggu depan (Duh minggu depan teh tanggal tua kan? Kudu
minggu depan ya?), diikuti dengan kalimat alternatif sebagai negosiasi
(Ga bisa awal bulan aja?). Mahasiswa 4 menolak ajakan tanpa
menuturkan kalimat penolakan; sebaliknya, Mahasiswa 4 memberikan
bentuk tuturan interogatif sebagai konfirmasi yang di dalamnya terdapat
23
partikel fatis ‘duh’, ‘teh’, dan ‘kan’. Fatis ‘duh’ digunakan Mahasiswa 4
untuk mengindikasikan keberatannya. Kemudian, fatis ‘teh’ dan ‘kan’
digunakan sebagai konfirmasi. Tuturan interogatif berikutnya yang juga
merupakan konfirmasi, ‘Kudu minggu depan ya?’, mengandung partikel
fatis ‘ya’ sebagai kesantunan dari pertanyaan konfirmasi tersebut. Seluruh
bentuk tuturan yang diberikan Mahasiswa 4 sebagai respons terhadap
ajakan adalah interogatif. Hal ini menunjukkan bahwa Mahasiswa 4,
yang merupakan seorang perempuan, tidak memberikan penolakan
langsung dengan alasan kesantunan. Negosiasi yang berupa alternatif
tersebut menjadikan Mahasiswa 4 sebagai pengajak 3.
Akan tetapi, mendengar alternatif yang diberikan Mahasiswa 4,
Mahasiswa 2 bernegosiasi dengan menuturkan seruan normatif positif
agar acara tetap diadakan pada hari Rabu dengan alasan bahwa
Mahasiswa 4 tidak perlu mengeluarkan uang untuk foto kelas tersebut
karena mereka dapat membayar uang muka terlebih dahulu (Ah kamu
udah aja ga usah bayar dulu untuk foto kan biasanya foto mah bisa di-
DP-in dulu). Dalam negosiasinya, Mahasiswa 2 menggunakan partikel
fatis ‘ah’, ‘kan’, dan ‘mah’ sebagai mitigasi dari negosiasinya. Negosiasi
Mahasiswa 2 tersebut didukung oleh Inisiator yang juga menuturkan
seruan normatif positif (Iya, kan bisa nanti bayar mah. Santai weh).
Inisiator menyisipkan partikel fatis ‘kan’, ‘mah’, dan ‘weh’ dalam
negosiasinya sebagai kesantunan atas upayanya untuk meyakinkan
Mahasiswa 2 bahwa Mahasiswa 2 tidak perlu mengeluarkan uang terlebih
24
dahulu.
Mendengar hal tersebut, Mahasiswa 4 merespons dengan
penerimaan dan bersedia memenuhi ajakan tersebut (Oh enya nya. Ya
udah atuh kita kemon). Partikel fatis ‘oh’ dan ‘nya’ yang digunakan
Mahasiswa 4 menandakan bahwa Mahasiswa 4 membenarkan apa yang
dikatakan Mahasiswa 2 dan inisiator. Kemudian partikel fatis ‘atuh’
digunakan sebagai indikasi bahwa Mahasiswa 4 setuju dengan negosiasi
Mahasiswa 2 dan inisiator. Penerimaan berikutnya diberikan oleh
Mahasiswa 5 yang baru bergabung dalam percakapan tersebut (Siap!).
Proses ajakan ini berakhir dengan kesepakatan hari pelaksanaan ajakan.
1.7 Sumber Data
Peneliti mengumpulkan data dari komunikasi daring penutur bahasa
Indonesia-Sunda yang berisi tindak tutur ajakan dan responsnya. Peneliti mengambil
data dari media sosial Facebook, dan fokus pada tiga grup yang ada di dalam
media sosial tersebut. Tiga grup yang dipilih oleh peneliti adalah: (1)
komunitas daring pemelajar bahasa jenjang sarjana; (2) komunitas daring
pemelajar bahasa jenjang magister; dan (3) komunitas daring pemelajar jenjang
doktor. Ketiga komunitas dipilih oleh peneliti karena peneliti juga tergabung ke
dalam tiga komunitas tersebut, sehingga peneliti tidak perlu mengajukan
keanggotaan dan akan lebih mudah bagi peneliti meminta izin untuk
menjadikan percakapan yang ada dalam tiga komunitas tersebut sebagai data
penelitian.
25
Selain alasan di atas, peneliti juga memilih tiga grup Facebook tersebut
karena ketiga komunitas daring tersebut juga aktif berkomunikasi di dunia
nyata. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian ini yang menekankan pada ajakan
dalam komunikasi daring sebagai prakomunikasi dari komunikasi tatap muka
langsung. Alasan tersebut juga sesuai dengan jenis penelitian netnografi yang
dilakukan peneliti, yaitu penelitian daring pada satu komunitas (research on
communities online). Dalam penelitian netnografi, Kozinets (2010) membagi
jenis penelitian menjadi dua, yaitu: (1) penelitian pada komunitas daring
(research on online communities), yang merupakan penelitian mengenai
fenomena yang terjadi pada komunitas dan kultur daring; dan (2) penelitian
daring pada satu komunitas (research on communities online), yang merupakan
penelitian mengenai fenomena sosial dari satu komunitas yang eksistensi dan
interaksinya tidak hanya melalui internet melainkan melalui dunia nyata atau
tatap muka, meskipun komunikasi daring memiliki peran penting terhadap
keberlangsungan komunitas tersebut.
Kozinets (2010: 79) menyatakan salah satu hal yang harus diperhatikan
dalam penelitian netnografi adalah peneliti harus menyesuaikan dirinya dengan
komunitas yang diteliti, seperti membiasakan diri terhadap anggota, bahasa,
ketertarikan, dan kultur komunitas tersebut. Berhubungan dengan apa yang
dikatakan Kozinets, alasan lain peneliti memilih tiga grup Facebook tersebut
adalah peneliti telah beradaptasi dengan tiga grup tersebut, sehingga peneliti
tidak perlu mengambil waktu yang lama hanya untuk menyesuaikan diri dengan
ketiga komunitas itu. Dipilihnya tiga grup Facebook tersebut sesuai dengan
26
syarat-syarat penentuan komunitas daring yang diberikan Kozinets (2010)
bahwa komunitas yang dipilih harus mengandung beberapa hal seperti: (1)
relevan; (2) aktif; (3) interaktif; (4) substansial; (5) heterogen; dan (6) kaya akan
data.
Anggota dari grup pertama adalah mahasiswa-mahasiswa jenjang
sarjana dari program studi bahasa asing yang berbeda yang tergabung dalam
satu ekstrakurikuler, yaitu klub Debat Bahasa Inggris. Total anggota grup
Facebook strata S-1 adalah 124 anggota, dengan 58 anggota berjenis kelamin
laki-laki dan 66 anggota berjenis kelamin perempuan. Akan tetapi, terdapat
banyak anggota grup Facebook strata S-1 yang tidak pernah berpartisipasi
dalam aktivitas grup. Anggota grup strata S-1 yang aktif dalam aktivitas grup
berjumlah kurang dari 15 anggota. Kemudian, anggota dari grup kedua yang
merupakan pemelajar jenjang magister dari program studi Linguistik Bahasa
Inggris adalah sebanyak 15 anggota yang terdiri dari 5 anggota laki-laki dan
10 anggota perempuan. Grup ketiga berisi pemelajar jenjang doktoral dari
program studi Linguistik yang beranggotakan 3 orang laki-laki dan 8 orang
perempuan.
Peneliti memilih sumber data seperti ini karena terdapat rekaman tanggal
dan waktu pada percakapan dalam Facebook. Peneliti menyimpan komunikasi
tersebut sebagai dokumen (gambar dan dokumen word) sehingga data tersebut
sah. Peneliti berpendapat bahwa teknik pengumpulan data seperti ini lebih
dapat dipercaya dibandingkan dengan angket (discourse completion tesk) dan
simulasi (role play) karena data yang diperoleh berasal dari interaksi nyata serta
27
dalam konteks dan situasi nyata. Data yang diperoleh juga lebih alami dan tidak
dibuat-buat.
Data yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini merupakan data
dalam bahasa Indonesia, bahasa Sunda, dan campuran bahasa Indonesia-Sunda.
Populasi penelitian ini adalah komunikasi daring yang berisi ajakan. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tuturan-tuturan yang berisi bentuk
tuturan dan strategi ajakan, respons terhadap ajakan, serta bentuk tuturan
dan jenis strategi negosiasi dalam ajakan. Tuturan lain yang tidak relevan
tidak dianalisis.
28
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian mengenai ajakan, penolakan, penolakan
ajakan, dan negosiasi. Penelitian mengenai ajakan beberapa di antaranya adalah
penelitian yang dilakukan oleh Wolfson, D’Amico-Reisner, dan Huber
(1983) yang menginvestigasi kebiasaan mengajak dalam masyarakat kulit
putih Amerika kelas menengah; dan Dastpak dan Mollaei (2011) yang fokus
pada ajakan basa-basi. Studi yang dilakukan Wolfson et al. menunjukkan
bahwa ajakan terbagi menjadi dua jenis, yaitu ajakan nyata dan ajakan ambigu.
Kemudian, penelitian berjudul ”A Comparative Study of Ostensible Invitations
in English and Persian” yang dilakukan Dastpak dan Mollaei merupakan studi
komparatif antara bahasa Inggris dan bahasa Persia. Studi yang dilakukan
Dastpak dan Mollaei ini tidak fokus pada penolakan ajakan karena ajakan basa-
basi sering terjadi di akhir percakapan yang mengindikasikan percakapan akan
diakhiri. Dastpak dan Mollaei mengumpulkan data dari observasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ajakan basa-basi dalam bahasa Persia lebih
kompleks dibandingkan dengan ajakan basa-basi dalam bahasa Inggris.
Ada pun penelitian mengenai penolakan di antaranya dilakukan oleh
Beebe dan Cummings (1995), Yang (2008), dan Bhatti dan Žegarac (2012).
Penelitian yang dilakukan Beebe dan Cummings (1995), Natural Speech Act
Data Versus Written Questionnaire Data: How Data Collection Method
29
Affects Speech Act Performance, fokus pada perbandingan penolakan dalam
percakapan melalui telepon dan kuesioner tertulis yang dilakukan oleh 22
orang guru bahasa Inggris (English as a Second Language) yang merupakan
penutur asli bahasa Inggris. Penolakan pada penelitian ini diinisiasikan
oleh penawaran (offers), ajakan (invitations), saran (suggestions), dan
permintaan (requests). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa frekuensi
pembicaraan pada telepon lebih banyak dibandingkan frekuensi pembicaraan
pada kuesioner. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa meskipun pembicara
tidak saling kenal, tidak ada penolakan langsung.
Kemudian, studi yang dilakukan oleh Yang (2008) fokus pada
penolakan dalam bahasa Cina. Data diambil dari lima serial televisi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang-orang Cina dalam serial
tersebut memberi penolakan tidak langsung; dan strategi penolakan yang sering
digunakan adalah alasan dan penjelasan.
Dalam studinya, Compliments and Refusals in Poland and England: A
Case Study, Bhatti dan Žegarac (2012) fokus pada ajakan pesta ulang tahun
dan barbekyu dalam bahasa Polandia dan bahasa Inggris. Penelitian ini
mengambil data menggunakan metode Discourse Completion Tasks (DCT).
Bhatti dan Žegarac mengategorikan penolakan ajakan yang dilakukan oleh
masyarakat di Polandia dan Inggris ke dalam jenis penolakan (langsung dan tidak
langsung), dan jenis respons penolak terhadap penolakan mereka menjadi
kategori positif (mereka tidak merasa tidak enak karena telah menolak),
negatif (mereka merasa tidak enak karena telah menolak), dan netral
30
(penolakan yang mereka lakukan merupakan hal yang wajar).
Selain penelitian mengenai ajakan, penolakan, dan penolakan ajakan,
terdapat beberapa studi mengenai negosiasi. Salah satunya adalah studi yang
dilakukan Graham (1995) yang fokus pada negosiasi dalam bisnis dari 13
negara. Graham mengumpulkan data dari video simulasi yang dilakukan oleh
beberapa pelaku bisnis dan kuesioner. Penelitian ini menunjukkan bahwa
pelaku-pelaku bisnis jarang menuturkan "No", "You"; dan lebih sering
memberikan perilaku nonverbal seperti memberikan interupsi dan tatapan
muka.
Kemudian, penelitian yang dilakukan Xia (2008) fokus pada negosiasi
melalui aksi penolakan pada Problem-Solving-Service Call (PSSC) antara
penutur asli dan bukan penutur asli bahasa Inggris. Sama seperti Beebe dan
Cummings (1995), data penelitian ini diambil dari percakapan telepon.
Penelitian ini menunjukkan bahwa negosiasi dilakukan apabila terdapat
ketidaksetujuan, keraguan, pertentangan, atau interpretasi yang tidak
diharapkan pada interaksi PSSC. Tabel berikut merupakan ringkasan objek
penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, dan hasil penelitian
dari penelitian yang disebutkan sebelumnya.
31
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya
No. Peneliti Objek
Penelitian Subjek Penelitian
Teknik
Pengumpulan
Data
Hasil Penelitian
1 Graham (1995) Negosiasi Pelaku bisnis dari 13 negara
Video simulasi Pelaku bisnis dari 13 negara jarang menuturkan “No” dan “You”; dan lebih sering memberikan perilaku nonverbal seperti memberikan interupsi dan tatapan muka.
2 Beebe dan Cummings (1995)
Penolakan Guru bahasa Inggris (penutur
asli bahasa Inggris)
Percakapan telepon dan kuesioner
Tidak ada penolakan langsung meskipun pembicara tidak saling kenal.
3 Yang (2008) Penolakan Penutur bahasa Cina
Lima serial televisi Cina
Penutur bahasa Cina dalam serial televisi tidak memberikan penolakan langsung. Strategi penolakan yang sering digunakan adalah ‘alasan’.
4 Xia (2008) Negosiasi melalui
penolakan
Penutur asli dan bukan penutur asli
bahasa Inggris
Percakapan telepon
Negosiasi dilakukan apabila terdapat ketidaksetujuan, keraguan, pertentangan, atau interpretasi yang tidak
diharapkan pada interaksi PSSC.
32
5 Dastpak dan Mollaei (2011)
Ajakan basa-basi
Penutur bahasa Persia dan bahasa
Inggris
Observasi Ajakan basa-basi dalam bahasa Persia lebih kompleks dibandingkan dengan ajakan basa-basi dalam bahasa Inggris
6 Bhatti dan Žegarac (2012)
Penolakan terhadap
ajakan pesta ulang tahun
dan barbekyu
Penutur bahasa Polandia dan
bahasa Inggris
Discourse
completion tesk
Jenis penolakan terbagi menjadi dua jenis: langsung dan tidak
langsung. Ada pun jenis respons
penolak mengenai sikap emosionalnya terhadap penolakan yang mereka berikan terbagi menjadi 3 kategori: 1) kategori
positif, yaitu penolak tidak merasa tidak enak karena telah menolak; 2) kategori negatif, yaitu penolak merasa tidak enak karena telah menolak; dan 3) kategori netral, yaitu penolak merasa bahwa penolakan merupakan hal yang wajar.
33
Berbeda dari penelitian yang dilakukan oleh Yang (2008), Bhatti dan
Žegarac (2012), dan Graham (1995) yang mengumpulkan data melalui serial
televisi, DCT, dan video simulasi yang kurang dapat dipertanggungjawabkan
kebenaran dan kealamian datanya, penelitian ini mengumpulkan data
alamiah berupa komunikasi yang dilakukan oleh penutur asli bahasa
Indonesia, bahasa Sunda, dan campuran bahasa Indonesia-Sunda. Penelitian
ini juga fokus pada ajakan dan responsnya yang dapat berupa penerimaan,
penolakan parsial, penolakan penuh dan negosiasi.
Berbeda dari penelitian Graham (1995) yang menggunakan sampel
para pelaku bisnis pada situasi bisnis yang seringkali merupakan situasi
formal, penelitian ini mengambil sampel para pemelajar bahasa jenjang
sarjana, magister, dan doktoral yang masing-masing tergabung dalam
komunitas daring pada media sosial Facebook. Tidak seperti Beebe dan
Cummings (1995) dan Xia (2008) yang mengambil data alamiah dari
percakapan melalui telepon, yang dapat memakan waktu lama dan biaya yang
tidak sedikit; penelitian ini mengambil data alamiah dari percakapan
melalui komunikasi bermedia komputer pada media sosial Facebook,
yang dapat menghemat waktu dan biaya. Bagan berikut merupakan posisi
dan kebaruan penelitian sekarang.
34
Bagan 2.1 Posisi dan Kebaruan Penelitian Sekarang
Penelitian Terdahulu
Penelitian Sekarang (2015)
Objek Penelitian
Subjek Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Metode
Negosiasi melalui penolakan (Xia, 2008)
Penolakan terhadap ajakan (Bhatti dan Zegarac, 2012)
Penutur asli dan bukan penutur asli bahasa Inggris (Xia, 2008)
Penutur bahasa Polandia dan penutur bahasa Inggris (Bhatti dan Zegarac, 2012)
Percakapan telepon (Xia, 2008)
Discourse completion
tasks
(Bhatti dan Zegarac, 2012)
Kualitatif (Xia, 2008)
Kualitatif (Bhatti dan Zegarac, 2012)
Ajakan nyata dan ajakan ambigu beserta respons
Netnografi
Penutur bahasa Indonesia dan bahasa Sunda dari strata S1, S2, dan S3
Percakapan daring pada 3 komunitas daring Facebook
35
Pada bagan 2.1 digambarkan kebaruan teknik pengumpulan data dalam
kajian pragmatis, yaitu percakapan daring yang dilakukan oleh komunitas daring.
Hal ini sejalan dengan Herring (2004) yang menyatakan bahwa digitalisasi
menawarkan para peneliti bahasa dan komunikasi serta etnograf kesempatan
untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menyortir rekaman dari interaksi
seperti kata-kata, tuturan, pesan, arsip, dan sebagainya.
Metode yang digunakan dalam meneliti percakapan daring oleh
komunitas daring ini adalah etnografi digital. Istilah etnografi digital
terbagi menjadi beberapa terminologi berbeda, yaitu Etnografi Internet
atau Netnografi (Netnography) oleh Kozinets (1997); Etnografi Virtual
(Virtual Ethnography) oleh Hine (2000); dan Etnografi Digital (Digital
Ethnography) oleh Murthy (2008). Dalam hal ini, terminologi netnografi
dipilih karena kedua terminologi lain dapat menimbulkan ambiguitas. Kata
‘virtual’ bermakna ‘sesuatu yang dilakukan atau dilihat dalam komputer’, yang
belum tentu menggunakan jaringan internet dalam pengimplementasiannya.
Kemudian, kata ‘digital’ memiliki arti ‘yang berhubungan dengan angka-
angka untuk sistem perhitungan tertentu’. Sama seperti ‘virtual’, kata
‘digital’ juga belum tentu berhubungan dengan internet.
Data kemudian dibahas menggunakan kajian pragmatik. Hal ini sejalan
dengan Kozinets (2010: 132) yang menawarkan pendekatan interaksionis-
pragmatis dalam penelitian netnografi. Pada pendekatan interaksionis ini, unit
yang dianalisis bukan orang, melainkan gerak dan/atau aksi, termasuk tindak
tutur atau tuturan (Mead, 1938 dalam Kozinets, 2010).
36
2.2 Komunikasi
Komunikasi adalah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Agar dapat mengembangkan dirinya, manusia harus mampu
berkomunikasi dengan sekitar. Komunikasi itu sendiri memiliki beberapa
pengertian; salah satunya adalah pengertian komunikasi menurut Hardjana (2003
dalam Lestari dan Maliki, 2006: 6) yang mengatakan bahwa komunikasi adalah
aktivitas memberitahu, berbicara, bercakap-cakap, bertukar pikiran, atau
berhubungan. Komunikasi juga berarti penyampaian pesan dari komunikator
kepada komunikan melalui media tertentu. Hal ini sejalan dengan Muhammad
(2002: 4 dalam Sikumbang, 2014: 64) yang mengatakan bahwa komunikasi
adalah “pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim dengan si
penerima pesan untuk mengubah tingkah laku”. Agar tujuan komunikasi dapat
tercapai, dibutuhkan beberapa elemen komunikasi.
2.2.1 Elemen Komunikasi
Elemen-elemen komunikasi dibutuhkan agar komunikasi berlangsung
dengan baik. Laswell (1948 dalam Hybels dan Weaver, 1979 dikutip dari
Mulyana, 2005: 62-65) mengajukan lima elemen komunikasi sebagai berikut.
1. Pengirim atau komunikator, yaitu pihak yang mengirimkan pesan
kepada pihak lain.
2. Pesan, yaitu isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak
kepada pihak lain.
37
3. Saluran atau media, yaitu alat yang digunakan pengirim untuk
menyampaikan pesannya kepada penerima.
4. Penerima atau komunikan, yaitu pihak yang menerima pesan dari
pihak lain.
5. Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah pesan tersebut
diterimanya.
Selain kelima elemen di atas, terdapat beberapa elemen tambahan seperti
umpan balik, kendala komunikasi, dan konteks komunikasi. Seluruh elemen
tersebut saling memengaruhi dan bergantung pada satu sama lain saat berjalannya
proses komunikasi.
2.2.2 Sifat Komunikasi
Dilihat dari sifatnya, komunikasi dibagi menjadi empat jenis: (1)
komunikasi verbal; (2) komunikasi nonverbal; (3) komunikasi tatap muka; dan (4)
komunikasi bermedia. Dua komunikasi pertama dapat dilakukan bersamaan
dengan komunikasi tatap muka dan/atau komunikasi bermedia.
2.2.2.1 Komunikasi Verbal
Sesuai dengan namanya, komunikasi verbal adalah komunikasi yang
melibatkan bentuk-bentuk verbal dalam prosesnya. Bentuk-bentuk verbal dapat
berupa kata-kata lisan maupun tertulis. Beberapa contoh komunikasi verbal antara
lain konversasi dan surat.
38
2.2.2.2 Komunikasi Nonverbal
Berbeda dengan komunikasi verbal, komunikasi nonverbal tidak
menggunakan simbol-simbol verbal dalam prosesnya, melainkan ikon, simbol,
gambar, gerak tubuh, ekspresi wajah, kontak mata dan lain-lain. Dalam kajian
linguistik, cabang ilmu yang mengkaji komunikasi nonverbal adalah semiotika.
2.2.2.3 Komunikasi Tatap Muka
Sifat komunikasi lainnya adalah komunikasi tatap muka. Komunikasi tatap
muka merupakan proses komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
secara langsung tanpa menggunakan media apapun. Komunikasi ini terjadi saat
komunikator dan komunikan bertemu langsung. Komunikasi tatap muka disebut
juga komunikasi langsung (direct communication). Contoh dari komunikasi tatap
muka adalah pertemuan guru dan orangtua murid yang diadakan setiap awal
semester.
2.2.2.4 Komunikasi Bermedia
Komunikasi bermedia merupakan sifat komunikasi yang melibatkan media
dalam proses pelaksanaannya. Menurut Sikumbang (2014: 64), dalam komunikasi
bermedia, saluran atau sarana digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan
pesannya kepada komunikan yang banyak jumlahnya dan jauh jaraknya.
Komunikasi ini disebut juga komunikasi tidak langsung (indirect communication).
Beberapa media yang dapat digunakan untuk komunikasi di antaranya
adalah surat kabar, telepon, televisi, radio, dan komputer. Seiring berkembangnya
39
teknologi, komunikasi yang menggunakan media komputer atau disebut juga
komunikasi bermedia komputer (computer-mediated communication atau CMC)
telah tersebar ke seluruh penjuru negeri dan digunakan oleh banyak lapisan
masyarakat. Komunikasi bermedia komputer adalah komunikasi yang dilakukan
dengan menggunakan media berkomponen komputer dalam pengiriman dan
penerimaan pesannya. Bentuk-bentuk komunikasi bermedia komputer di
antaranya adalah pesan singkat, surat elektronik, pesan instan, dan media sosial.
Seiring perkembangan teknologi, masyarakat kini dapat melakukan
komunikasi bermedia komputer dalam genggaman tangannya. Teknologi telepon
pintar (smartphone) telah memberi kemudahan kepada pemiliknya untuk
melakukan komunikasi jarak jauh dengan biaya yang terjangkau. Dengan satu
telepon pintar, masyarakat dapat mengakses pesan singkat, surat elektronik, pesan
instan, media sosial, dan lainnya.
2.2.3 Proses Komunikasi
Proses komunikasi memiliki dua model, yaitu model linier dan model
sirkuler. Tiap-tiap model komunikasi memiliki cirinya sendiri.
2.2.3.1 Model Linier
Pada proses komunikasi model linier, terdapat dua garis lurus yang
menghubungkan awal terjadinya proses komunikasi dari komunikator atau
pengirim dan berakhir pada komunikan atau penerima. Model linier ini
membutuhkan elemen-elemen kunci. Elemen-elemen tersebut adalah pengirim,
40
pesan, dan penerima. Contoh dari model linier adalah komunikasi melalui radio,
televisi, dan telepon. Laswell (1948 dalam Lestari dan Maliki, 2006: 14-15)
mengemukakan bahwa formula model linier terdiri dari: (1) siapa; (2) mengatakan
apa; (3) dengan saluran yang mana; (4) kepada siapa; dan (5) dengan efek seperti
apa. Formula model linier yang digagas Laswell (1948) dapat dilihat pada gambar
berikut.
Gambar 2.1 Formula model linier Laswell
Dalam komunikasi bermedia komputer atau komunikasi daring, contoh
dari proses komunikasi dengan model linier ini adalah ketika seseorang
mengeposkan tulisannya dalam akun Blogspot atau Wordpress-nya. Komunikator
dari komunikasi tersebut adalah pemilik akun yang menyampaikan pesannya
melalui media blog kepada pembaca sebagai komunikan.
2.2.3.2 Model Sirkuler
Model berikutnya dalam proses komunikasi adalah model sirkuler. Model
sirkuler adalah satu model yang ditandai dengan adanya umpan balik. Dalam
komunikasi model sirkuler tidak terdapat dua garis lurus, melainkan lingkaran
yang bergerak memutar dari komunikator, pesan, media, dan komunikan. Formula
41
model sirkuler yang diajukan oleh Schramm (1954) dapat dilihat pada gambar
berikut.
Gambar 2.2 Formula model sirkuler Schramm
Contoh model sirkuler dalam komunikasi bermedia komputer atau
komunikasi daring adalah komentar yang diberikan pada status Facebook
seseorang, balasan surel dari penerima kepada pengirim, dan balasan pesan instan
dalam WhatsApp, BlackBerry Messenger, atau Line Messenger.
2.2.4 Faktor Pemengaruh Komunikasi
Dalam berkomunikasi, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
efektivitas komunikasi itu sendiri. Menurut Lunandi (1994: 85), terdapat enam
faktor yang mempengaruhi komunikasi.
42
1. Citra diri, yaitu gambaran seseorang tentang dirinya sendiri yang
meliputi kelemahan, kelebihan, dan status dalam masyarakat. Citra diri
menentukan persepsi orang lain mengenai tiap-tiap individu.
2. Citra pihak lain, yaitu pandangan seseorang terhadap pihak lain yang
diajak berkomunikasi.
3. Lingkungan fisik, yaitu lingkungan tempat tinggal manusia.
Seseorang dapat mengubah cara berbicaranya ketika berada dalam
lingkungan fisik yang berbeda. Hal ini dikarenakan norma-norma yang
berada pada tiap-tiap lingkungan.
4. Lingkungan sosial, yaitu status seseorang di masyarakat. Cara
berkomunikasi seseorang dapat berubah ketika teman bicaranya
memiliki status sosial yang lebih rendah atau tinggi dibandingkan
dengan dirinya.
5. Kondisi, seperti kondisi fisik yang memiliki pengaruh terhadap
komunikasi. Seperti contoh, seseorang yang sedang sakit akan menjadi
kurang cermat dalam memilih kata-kata. Kondisi emosional juga
memengaruhi efektivitas komunikasi. Kondisi tersebut tidak hanya
memengaruhi pengiriman komunikasi, tetapi juga penerimaan
komunikasi.
6. Bahasa badan, yaitu gerakan dan simbol-simbol yang diberikan oleh
bagian tubuh seperti kontak mata, gerakan tangan, gerakan kaki,
gerakan kepala.
43
Secara keseluruhan, efektivitas komunikasi ditentukan oleh konteks yang
mengikuti proses komunikasi itu sendiri. Salah satu kebermaknaan sebuah
komunikasi dilatari oleh konteks yang dapat dikaji secara pragmatis.
2.3 Pragmatik
Pragmatik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari makna dalam
interaksi. Istilah pragmatik dalam pemakaian modern dipengaruhi oleh filsuf
Charles Morris (1938) yang membagi tiga cabang ilmu: sintaksis, ilmu yang
mempelajari 'hubungan formal antara tanda yang satu dengan tanda yang lain';
semantik, ilmu yang mempelajari 'hubungan antara tanda dengan makna'; dan
pragmatik, ilmu yang mempelajari 'hubungan antara tanda dengan pengguna dan
penginterpretasiannya' (Morris, 1938 dalam Levinson, 1983: 1). Selain Morris,
Carnap (1956) mengadaptasi teori trikotomi Morris dan menyatakan bahwa
terdapat tempat untuk pragmatik murni yang berhubungan dengan konsep-
konsep seperti kepercayaan, tuturan, dan maksud. Kemudian, definisi
pragmatik milik Carnap berkembang menjadi 'investigasi linguistik yang
membuat referensi penting untuk aspek-aspek dalam konteks', yang
menganggap konteks memiliki cakupan identitas partisipan, parameter tempat
dan waktu dari speech event, serta kepercayaan, pengetahuan, dan tujuan dari
partisipan dalam speech event tersebut, dan lainnya (Levinson, 1983: 5).
Beberapa ahli mengemukakan definisi pragmatik, salah satunya
adalah Levinson (1983: 7) yang menyatakan bahwa pragmatik adalah
ilmu yang mempelajari bahasa dari sudut pandang fungsional, yaitu
44
usaha untuk menjelaskan segi-segi struktur linguistik melalui referensi
penekanan dan sebab non-linguistik. Yule (1996: 3) menambahkan bahwa
pragmatik adalah ilmu yang mempelajari maksud penutur dan makna
kontekstual. Yule juga menambahkan bahwa pragmatik adalah ilmu yang
mempelajari bagaimana sesuatu yang dikatakan bermakna lebih daripada
yang dikomunikasikan. Definisi lain dari pragmatik menurut Yule adalah
ilmu yang mempelajari cara mengekspresikan hubungan kedekatan. Grundy
(2000: 3) juga menyatakan bahwa "pragmatics is about explaining how we
produce and understand such everyday but apparently rather peculiar uses of
language". Menurut Grundy, pragmatik bertujuan menjelaskan bagaimana kita
memproduksi dan memahami penggunaan bahasa yang digunakan sehari-hari,
namun tampak lebih unik.
Berdasarkan definisi-definisi pragmatik di atas, dapat disimpulkan bahwa
pragmatik adalah ilmu yang mempelajari penggunaan bahasa dalam konteks yang
melibatkan interaksi antar partisipan. Pragmatik selalu melibatkan konteks dalam
penggunaannya.
2.3.1 Konteks
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, apabila kita
membicarakan pragmatik, maka kita juga membicarakan konteks. Definisi
konteks menurut Yule (1996: 128) adalah lingkungan fisik suatu kata
digunakan.
Grundy (2000: 13) mengatakan "the relationship between context and
45
language is central in pragmatics. One of the things you'll have to make up your
mind about as you study pragmatics is whether the context determines the way
we use language or whether the way we use language deter~ines the context".
Grundy berpendapat bahwa hubungan antara konteks dan penggunaan
bahasa sangat penting dalam pragmatik. Yang harus dipikirkan ketika
mempelajari pragmatik adalah apakah konteks menentukan cara kita
menggunakan bahasa atau cara kita menggunakan bahasa menentukan
konteksnya.
Grundy (2000: 272) mendefinisikan konteks sebagai elemen relevan
apa pun dari struktur sosial. Konteks mungkin berhubungan dengan atau dibuat
oleh penggunaan bahasa. Menurut McManis et al. (1987: 197), konteks dibagi
menjadi empat bagian, yaitu:
1. Physical context (konteks fisik), yaitu konteks yang meliputi
tempat percakapan itu terjadi, objek apa yang dimunculkan dan aksi
apa yang terjadi.
2. Epistemic context (konteks epistemik), yaitu konteks yang
meliputi latar belakang pengetahuan pembicara dan pendengar
(partisipan) dalam percakapan.
3. Linguistic context (konteks linguistik), yaitu konteks yang
menyangkut ujaran sebelumnya dengan ujaran apa yang akan
diujarkan berikutnya (interpretasi/inferensi/implikatur).
4. Social context (konteks sosial), yaitu konteks yang meliputi
hubungan sosial berikut latar pembicara dan pendengar (partisipan).
46
Oleh karena itu, dalam pragmatik, konteks dan pengunaan bahasa
sangat erat hubungannya. Konteks memengaruhi penggunaan bahasa. Begitu
juga sebaliknya, pengunaan bahasa memengaruhi konteks.
Dari keempat konteks yang diajukan McManis et al., penelitian ini
menggunakan tiga jenis konteks, yaitu konteks epistemik, konteks linguistik,
dan konteks sosial. Konteks fisik tidak digunakan karena seluruh komunikasi
terjadi dalam dunia maya.
2.3.2 Praanggapan
Praanggapan berasal dari kata pre-suppose, yang berarti ‘menganggap
sebelumnya’. Praanggapan merupakan dugaan mengenai respons dari lawan
bicara atau hal yang akan dibicarakan, yang digagas oleh penutur sebelum
menuturkan sesuatu.
Definisi praanggapan menurut Levinson (1985) adalah suatu anggapan
atau pengetahuan latar belakang yang menciptakan suatu tindakan, teori, atau
ungkapan yang memiliki makna. Berdasarkan pengertian Levinson tersebut,
pengetahuan yang dimiliki oleh penutur maupun petutur memiliki peran dalam
menentukan praanggapan yang akan digagas oleh penutur. Ada pun definisi
praanggapan menurut Yule (1996) yaitu asumsi penutur akan kejadian sebelum
penutur memproduksi tuturan. Yule menambahkan bahwa yang memiliki
praanggapan adalah penutur, bukan kalimat. Cummings (2005) menambahkan
47
bahwa praanggapan merupakan asumsi yang tersirat dalam ungkapan linguistik
tertentu.
Oleh karena itu, praanggapan dapat dikatakan sebagai asumsi akan
konteks dan situasi berbahasa yang memiliki makna bagi penutur dan petutur,
yang digagas oleh penutur sebelum memproduksi tuturan. Praanggapan dapat
membantu penutur menentukan bentuk-bentuk bahasa yang memiliki makna
untuk menyampaikan pesan.
Penggunaan bentuk-bentuk linguistik seperti penggunaan kata, frasa, dan
struktur dapat memberikan indikator mengenai praanggapan yang mungkin terjadi
(Yule, 1996: 27). Yule juga menambahkan bahwa indikator tersebut dapat
menjadi praanggapan yang sebenarnya apabila berada dalam satu konteks dengan
penutur. Yule (1996) menyatakan bahwa jenis praanggapan dibagi menjadi enam:
1. Praanggapan eksistensial, yaitu praanggapan yang diindikasikan,
baik oleh konstruksi posesif maupun frasa nomina definit lainnya.
2. Praanggapan faktif, yaitu praanggapan yang berisi kata-kata yang
menunjukkan suatu fakta, seperti know, realise, regret, dan
sebagainya.
3. Praanggapan non-faktif, yaitu praanggapan yang dianggap tidak
sesuai dengan kenyataan. Praanggapan non-faktif dapat diketahui dari
penggunaan kata-kata, seperti dream, imagine, dan pretend.
4. Praanggapan leksikal, yaitu praanggapan yang dapat
diinterpretasikan berdasarkan kata-kata yang memiliki makna tersurat,
48
seperti manage, stop, dan start, yang diikuti oleh bentuk tuturan yang
memiliki makna tersirat.
5. Praanggapan struktural, yaitu praanggapan yang dapat
diinterpretasikan melalui penggunaan struktur kalimat tertentu, seperti
kalimat tanya WH.
6. Praanggapan kontra-faktual, yaitu praanggapan yang tidak hanya
benar, melainkan berlawanan dari kebenaran tersebut, seperti pada
kalimat pengandaian atau conditional.
Praanggapan memegang peran penting dalam memproduksi dan
memahami tindak tutur. Praanggapan ditentukan dari sudut pandang yang
berbeda, yang masing-masing memiliki kesamaan dalam beberapa cara atau
lainnya.
2.3.3 Tindak Tutur
Tindak tutur merujuk pada aksi yang dilakukan pada saat memproduksi
tuturan; seperti membuat perintah atau janji (Austin, 1962). Searle mengatakan,
"Speech acts are the basic unit of linguistic communication," (1969: 16). Tindak
tutur merupakan satuan dasar komunikasi linguistik. Satuan minimal komunikasi
linguistik bukanlah ekspresi linguistik, melainkan perlakuan dari aksi tertentu.
Ketika orang menuturkan satu kalimat, dia tidak hanya mengatakan sesuatu,
tetapi juga melakukan sesuatu. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan
49
melalui kata-kata, seperti meminta, bertanya, memberikan perintah, dan
berjanji.
Menurut Felix-Brasdefer (2008: 37), bahasa memiliki sumber
linguistik yang berbeda untuk mengomunikasikan tindak tutur. Tindak tutur
dapat dilakukan secara eksplisit dengan menggunakan verba performatif
seperti I apologize, I refuse, I promise, dan sebagainya. Tindak tutur dapat
dilakukan baik melalui tuturan maupun instrumen linguistik lainnya. Tindak
tutur yang dilakukan melalui tuturan terbagi menjadi beberapa tingkatan tindak
tutur.
2.3.3.1 Tingkatan Tindak Tutur
Tindak tutur terbagi menjadi tiga tingkatan. Austin (1962)
mengemukakan tiga tingkatan aksi berbeda di balik aksi tuturan itu sendiri
sebagai berikut.
1. Aksi lokusi, berhubungan dengan tuturan yang diucapkan dalam satu
kalimat dengan struktur gramatika dan makna.
2. Aksi ilokusi, berhubungan dengan maksud tuturan tersebut, seperti
menyatakan, bertanya, memberi perintah, atau berjanji.
3. Aksi perlokusi, efek maksud tuturan bagi pendengar yang
diharapkan oleh penutur.
Dari ketiga tingkat tindak tutur tersebut, menurut Yule (1996: 49),
aksi yang paling sering dibicarakan adalah aksi ilokusi. Istilah 'tindak tutur'
umumnya diartikan lebih sempit sebagai aksi ilokusi dari satu tuturan. Ketiga
50
tindak tutur tersebut diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori.
2.3.3.2 Klasifikasi Tindak Tutur
Dalam tindak tutur, terdapat beberapa klasifikasi yang diajukan Austin
(1962) dan Searle (1969). Austin (1962 dalam Wardaugh, 1992: 284)
mengajukan lima kategori tindak tutur. Verdiktif, ditandai dengan
memberikan bukti, alasan, atau evaluasi kebenaran, seperti menghitung,
membebaskan, dan menjelaskan. Eksertif, berhubungan dengan memutuskan atau
menyokong aksi tertentu, seperti memerintah, mengarahkan, menominasi, dan
menunjuk. Komisif, ditandai dengan melakukan aksi akan datang seperti
berjanji dan bersumpah. Ekspositif, istilah yang merujuk pada bagaimana
seseorang membuat tuturan yang pantas masuk dalam argumen atau
eksposisi, seperti menegaskan, menyangkal, menekankan, dan
mengilustrasikan. Behavities, berhubungan dengan hal-hal seperti bertepuk-
tangan, menyesalkan, dan memberikan selamat yang mengundang reaksi
terhadap tingkah laku orang lain.
Sementara, Searle (1969: 240) mengajukan taksonomi yang hanya
terdiri dari lima jenis dasar dari aksi yang dilakukan seseorang dalam berbicara:
1. Representatif, membawa penutur kepada kebenaran proposisi,
seperti menegaskan, menyimpulkan, dan menyarankan.
2. Direktif merupakan tindak tutur yang bertujuan mendapatkan aksi
dari pendengar, seperti meminta, bertanya, dan memberikan
perintah.
51
3. Komisif merupakan tindak tutur yang membawa penutur kepada
aksi akan datang, seperti berjanji, mengancam, dan menawarkan.
4. Ekspresif yang digunakan untuk menjelaskan sikap psikologis
penutur terhadap suatu peristiwa, seperti berterima kasih,
menyambut, dan memberi selamat.
5. Deklarasi yang bertujuan membawa perubahan dalam
kehidupan, seperti menikahkan, merestui, dan memecat.
2.4 Kesantunan Imperatif
Berdasarkan nilai komunikatifnya, kalimat dalam bahasa Indonesia dibagi
menjadi lima jenis. Kelima jenis kalimat tersebut adalah (1) kalimat deklaratif; (2)
kalimat imperatif; (3) kalimat interogatif; (4) kalimat eksklamatif; dan (5) kalimat
emfatik (Moeliono, 1992 dalam Rahardi, 2005: 2). Kalimat deklaratif berfungsi
untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain. Sebaliknya, kalimat interogatif
berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Kalimat imperatif memiliki makna
menyuruh atau meminta seseorang melakukan sesuatu. Kalimat imperatif juga
digunakan penutur saat penutur mengharapkan tanggapan yang berupa aksi dari
petutur. Kalimat imperatif dapat berupa kalimat perintah, kalimat himbauan, dan
kalimat larangan.
Dalam realisasinya, kalimat imperatif sering diekspresikan tidak hanya
dengan konstruksi imperatif, melainkan dengan konstruksi deklaratif maupun
interogatif. Hal ini dipengaruhi oleh konteks situasi tutur, dan memiliki tujuan
untuk mempertahankan kesantunan antara penutur dan petutur. Pada kajian
52
pragmatis, konteks situasi tuturan yang mempengaruhi konstruksi kalimat
imperatif direalisasikan melalui tindak tutur.
Rahardi (2005: 7) mengatakan bahwa hubungan antara tuturan imperatif
dengan tindak tutur dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) pada aksi lokusi, tuturan
imperatif merupakan pernyataan makna dasar dari konstruksi imperatif; (2) pada
aksi ilokusi, makna imperatif pada dasarnya merupakan maksud yang
disampaikan penutur saat menyampaikan tuturan imperatif tersebut; dan (3) pada
aksi perlokusi, makna imperatif merupakan efek yang muncul sebagai akibat dari
tindak tutur.
Dalam menyampaikan tindak tuturnya yang bermakna imperatif, penutur
menunjukkan kesantunan terhadap lawan bicaranya atau petutur. Kesantunan
imperatif yang diberikan penutur dapat dilihat dari wujud kesantunan linguistik
dan kesantunan pragmatiknya.
2.4.1 Kesantunan Linguistik
Kesantunan imperatif dapat diimplementasikan melalui wujud kesantunan
linguistik. Dalam bahasa Indonesia, kesantunan linguistik tuturan imperatif terdiri
dari empat hal (Rahardi, 2005: 118).
1. Panjang-Pendek Tuturan
Masyarakat Indonesia sangat mengutamakan basa-basi dalam
komunikasinya, dengan tujuan untuk menunjukkan kesantunan. Basa-basi dalam
komunikasi ini dapat dilihat dari panjang atau pendeknya tuturan yang digunakan.
Pada umumnya masyarakat Indonesia menganggap bahwa semakin panjang
53
tuturan, semakin santun tuturan tersebut (Rahardi, 2005: 119). Panjang-pendek
tuturan sebagai kesantunan linguistik dapat dilihat pada contoh berikut.
(a) “Setelah ini antar saya mencari makan ya!”
(b) “Kalau semua sudah beres, apakah kamu mau mengantarkan saya
mencari makan?”
Pada tuturan (a), dapat dilihat bahwa tingkat kesantunan tuturan imperatif
yang ditunjukkan kurang. Hal ini dikarenakan tuturan yang diberikan pendek dan
tanpa basa-basi. Sedangkan pada tuturan (b), tingkat kesantunan yang diberikan
lebih tinggi dibandingkan tuturan (a) karena panjangnya tuturan yang diberikan.
Kemudian bentuk tuturan yang diberikan pada (b) adalah konstruksi interogatif,
yang semakin melemahkan makna imperatifnya.
2. Urutan Tutur
Kesantunan linguistik tuturan imperatif dalam bahasa Indonesia
berikutnya ditunjukkan oleh urutan tutur yang diberikan penutur. Sebelum
mengekspresikan tuturannya, penutur mempertimbangkan urutan tuturnya untuk
mempertegas, memperhalus, bahkan memperkasar tuturannya. Untuk
menyantunkan tuturannya, penutur akan mengubah urutan tuturnya dengan cara
mengutarakan tuturan imperatifnya di akhir tuturan. Berikut adalah contoh
kesantunan linguistik yang ditandai dengan urutan tutur.
(c) “Pindahkan barang-barang ini ke kamar sekarang! Rekan kerja Ibu
akan datang siang ini.”
54
(d) “Rekan kerja Ibu akan datang siang ini. Pindahkan barang-barang
ini ke kamar sekarang!”
Pada tuturan (c), maksud imperatif diberikan di awal tuturan diikuti
dengan informasi tambahan. Hal ini mengurangi tingkat kesantunan dari tuturan
imperatif karena tidak menunjukkan basa-basi. Sebaliknya, tuturan (d)
menunjukkan tingkat kesantunan imperatif lebih tinggi dari tuturan (c) karena
maksud imperatif diutarakan setelah informasi lain diberikan. Mengingat
kepercayaan masyarakat Indonesia bahwa basa-basi sangat diutamakan untuk
menjaga kesantunan, urutan tutur pada contoh (d) dinilai lebih santun karena
maksud imperatif pada tuturan tersebut diberikan setelah alasan mengapa tuturan
imperatif tersebut diberikan.
3. Intonasi Tuturan dan Isyarat-Isyarat Kinesik
Intonasi dan isyarat-isyarat kinesik yang diberikan oleh penutur saat
mengutarakan maksud imperatifnya juga dapat dikategorikan sebagai kesantunan
linguistik. Sunaryati (1998: 43 dalam Rahardi, 2005) mengatakan bahwa intonasi
adalah “tinggi-rendah suara, panjang-pendek suara, keras-lemah suara, jeda,
irama, dan timbre yang menyertai tuturan”. Terkadang penutur merendahkan,
memperpanjang, dan melemahkan suaranya saat memberikan tuturan imperatif
sebagai wujud kesantunan.
Selain intonasi, isyarat-isyarat kinesik juga digunakan sebagai wujud
kesantunan. Isyarat-isyarat kinesik tersebut di antaranya adalah gerak tubuh, sikap
tubuh, dan ekspresi wajah.
55
Dalam komunikasi bermedia komputer, intonasi dan isyarat-isyarat kinesik
hanya bisa diketahui apabila komunikasi dilakukan melalui media video. Pada
komunikasi berbasis teks, intonasi seringkali ditandai dengan tanda baca seperti
tanda tanya dan tanda seru; sedangkan isyarat-isyarat kinesik digantikan dengan
bentuk paralinguistik lain seperti emosikon. Hal ini didukung oleh Kozinets
(2010: 133) yang mengatakan bahwa beberapa aspek dari data visual dalam
interaksi berbasis teks seperti penggunaan gambar-gambar grafis yang bergerak
dan emosikon, pemilihan warna, jenis dan ukuran huruf, desain grafis, foto, dan
pengaturan tampilan dapat dianalisis.
4. Pemakaian Ungkapan Penanda Kesantunan
Selain ketiga hal yang telah disebutkan sebelumnya, kesantunan linguistik
pada tuturan imperatif juga dapat dilihat dari ungkapan penanda kesantunan.
Bahasa Indonesia memiliki banyak ungkapan penanda kesantunan seperti ‘halo’,
‘mohon’, ‘silakan’, ‘ayo’, ‘biar’, ‘coba’, ‘tolong’, ‘mari’, dan ‘-lah’.
2.4.2 Kesantunan Pragmatik
Wujud kesantunan imperatif dalam bahasa Indonesia juga dapat dilihat
dari segi pragmatiknya. Makna pragmatik imperatif dapat direalisasikan dengan
bentuk tuturan yang bermacam-macam. Dalam bahasa Indonesia, makna
pragmatik imperatif lebih banyak diwujudkan dengan tuturan nonimperatif seperti
tuturan deklaratif dan tuturan interogatif. Bentuk tuturan nonimperatif yang
56
digunakan untuk menyampaikan makna imperatif biasanya mengandung unsur
ketidaklangsungan, yang dapat menunjukkan kesantunan penutur.
2.4.3 Komunikasi Fatis sebagai Kesantunan
Dalam penyampaian maksud imperatif, sering ditemukan ungkapan-
ungkapan yang maknanya tidak sesuai dengan makna kata yang membentuknya.
Tujuan penggunaan ungkapan-ungkapan tersebut adalah untuk membuka
percakapan, mengawali tuturan, mempertegas tuturan, memperhalus tuturan,
menyapa dan sebagainya. Ungkapan-ungkapan tersebut oleh Malinowski (1923)
disebut fungsi fatis. Interaksi yang di dalamnya terdapat bentuk-bentuk fatis
disebut komunikasi fatis.
Komunikasi fatis adalah aktivitas atau perilaku berbicara yang berkaitan
dengan kesopansantunan untuk menjaga stabilitas interaksi (Malinowsky, 1923).
Komunikasi fatis membentuk kontak sosial dan sekaligus menjaganya, sehingga
dapat dikatakan bahwa fungsi fatis juga merupakan wujud kesantunan penutur
saat memberikan tuturan imperatifnya.
Dalam bahasa Indonesia, ungkapan-ungkapan fatis merupakan penemuan
baru dalam kajian linguistik yang eksistensinya tidak dapat diabaikan dalam
deskriptif bahasa standar dan nonstandar (Kridalaksana, 1990: 120). Beberapa
ungkapan fatis dalam bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh bahasa ibu; oleh
karena itu, kategori fatis merupakan ciri ragam lisan nonstandar.
Kridalaksana (2008: 116) membagi bentuk kategori fatis atas partikel,
kata, dan frasa fatis. Ungkapan fatis di antaranya adalah ‘ah’, ‘deh’, ‘ding’, ‘halo’,
57
‘kan’, ‘lah’, ‘lho’, ‘pun’, ‘selamat’, ‘sih’, ‘ya’, ‘terima kasih’, dan sebagainya.
Berikut adalah beberapa contoh penggunaan fatis dalam tuturan yang bertujuan
untuk menunjukkan kesantunan.
(e) “Saya sih mau saja pergi, tapi apa harus hari ini?”
(f) “Boleh deh.”
(g) “Eh, salah ding. Seharusnya ketemu nanti malam.”
Pada tuturan (e), fatis ‘sih’ menunjukkan bahwa penutur merasa sedikit
keberatan untuk pergi. Kemudian, fatis ‘deh’ pada tuturan (f) mengindikasikan
persetujuan dari penutur. Fatis ‘ding’ pada (g) merupakan wujud kesantunan
penutur yang mengakui kesalahannya.
Ungkapan fatis tidak dapat berdiri sendiri, ia harus diucapkan bersamaan
dengan tuturan lain. Fatis banyak ditemukan pada bahasa lisan maupun bahasa
lisan yang dituliskan seperti pada komunikasi yang berbasis teks dalam
komunikasi bermedia komputer. Fatis juga banyak ditemukan pada tuturan
imperatif bahasa Indonesia sebagai wujud kesantunan penutur untuk
mempertahankan hubungan sosialnya dengan petutur. Salah satu jenis tuturan
imperatif yang diwujudkan dalam tindak tutur dan dapat mengandung ungkapan-
ungkapan fatis adalah ajakan.
2.5 Ajakan
Ajakan muncul ketika penutur (speaker) menunjukkan maksudnya
untuk meminta partisipasi atau kehadiran pendengar (hearer) pada kesempatan
58
tertentu, terutama yang diadakan oleh penutur (Kerbat-Orecchioni, 1997: 14).
Menurut Searle (1979: 14), mengajak merupakan direktif, yang
menunjukkan maksud penutur agar pendengar melakukan sesuatu. Dalam
membuat ajakan, penutur melaksanakan rangkaian aksi akan datang yang
menguntungkan pendengar. Hal ini juga mengategorikan mengajak ke dalam
komisif, yang membuat penutur memenuhi aksi akan datang. Karena mengajak
dibuat penutur agar pendengar melakukan aksi, dan aksi tersebut dilakukan di
masa yang akan datang, mengajak masuk ke dalam kategori
komisif-direktif. Searle (1975) mengemukakan bahwa ada empat felicity
conditions dari direktif dan komisif, seperti pada tabel berikut.
Tabel 2.2 Felicity Conditions dalam komisif-direktif
Direktif Komisif
Preparatory Condition H dapat melakukan A S dapat melakukan A. H ingin S melakukan A
Sincerity Condition S ingin H melakukan A S bermaksud melakukan A
Propositional Condition S memprediksi aksi akan datang A oleh H
S memprediksi aksi akan datang A oleh S
Essential Condition Usaha S agar H melakukan A
Pengerjaan oleh S sebagai kewajiban melakukan A
Dalam ajakan, speaker atau penutur disebut juga inviter atau pengajak;
sedangkan hearer atau pendengar disebut invitee atau terajak, yaitu orang yang
menerima ajakan. Ketika pengajak mengajak terajak untuk datang ke satu
acara, baik pengajak dan terajak memprediksi akan terjadinya ajakan
tersebut. Kemudian, pengajak dan terajak harus sanggup datang ke acara
59
tersebut untuk dapat memenuhi preparatory condition. Pengajak harus mengajak
dengan sungguh-sungguh agar sincerity dan essential condition dapat terpenuhi.
2.5.1 Jenis Ajakan
Ajakan terbagi menjadi dua jenis, yaitu ajakan nyata dan ajakan
ambigu. Dalan penelitiannya, Wolfson et al. (1983) mengajukan dua jenis ajakan.
Kedua jenis ajakan tersebut adalah ajakan nyata dan ajakan ambigu. Pada ajakan
nyata, pengajak menyebutkan waktu dan/atau tempat atau aktivitas ajakan, serta
meminta respons terajak. Sebaliknya, pada ajakan ambigu, pengajak tidak
menyebutkan waktu dan/atau tempat atau aktivitas ajakan. Ajakan ambigu
melibatkan negosiasi yang panjang antara pengajak dan terajak untuk mencapai
kesepakatan (dalam Murphy dan Neu, 1995).
Menurut Dastpak dan Mollaei (2011: 35), terdapat dua studi
signifikan mengenai ajakan basa-basi; studi pertama fokus pada ajakan
ambigu, dan studi kedua fokus pada ajakan pura-pura (ostensible). Yang
(2008: 1047) menambahkan bahwa ajakan terbagi menjadi dua: ajakan ritual
(ritual invitation) dan ajakan nyata (real invitation). Ajakan ritual adalah
ajakan yang terjadi di akhir interaksi, yang berfungsi sebagai aksi berpisah.
Pengajak memproduksi ajakan ritual dengan tujuan untuk memelihara
hubungan baiknya dengan terajak di masa akan datang, seperti contoh.
(h) “Come to my house sometime.”
datang ke saya rumah kapan-kapan.
‘Kapan-kapan datang ke rumah saya.’
60
Kata keterangan sometime atau kapan-kapan menunjukkan waktu yang tidak
tentu. Pengajak menggunakan kata keterangan tersebut dengan maksud
memelihara hubungan baik dengan terajak. Ada pun ajakan nyata
menunjukkan maksud tulus pengajak agar terajak melakukan aksi akan
datang (Yang, 2008: 1047).
Dalam percakapan daring, kedua jenis ajakan yang diajukan oleh
Wolfson et al. sering terjadi. Ajakan nyata yang terjadi dalam percakapan
daring umumnya diberikan oleh pengajak kepada terajak untuk melakukan
aksi di masa yang akan datang, yang telah ditetapkan waktu dan/atau tempat
pelaksanaannya. Sebaliknya, ajakan ambigu diberikan oleh pengajak kepada
terajak untuk melakukan aksi yang akan datang; akan tetapi pengajak belum
menentukan waktu dan/atau tempat pelaksanaannya. Ajakan ambigu dalam
percakapan daring seringkali melibatkan negosiasi yang panjang.
Pada penelitian ini, gagasan Wolfson et al. (1983) akan digunakan
sebagai klasifikasi data berisi ajakan. Ajakan pada data diklasifikasi menjadi
dua, yaitu ajakan nyata dan ajakan ambigu. Teori Wolfson et al. dipilih
karena definisi ajakan nyata dan ajakan ambigu yang diberikan oleh Wolfson
et al. lebih relevan dengan ajakan dalam komunikasi daring yang merupakan
sumber data penelitian ini.
2.5.2 Strategi Ajakan
Ajakan dibagi menjadi ajakan langsung (direct invitation) dan ajakan
tidak langsung (indirect invitation). Blum-Kulka, House dan Kasper (1989)
61
menyatakan bahwa strategi ajakan memiliki empat kategori, seperti pada
tabel berikut.
Tabel 2.3 Kategori Strategi Ajakan
Strategi Contoh
I
II
III
IV
Ajakan Langsung
1. Frasa Elipsis (elliptical phrases) 2. Imperatif 3. Unhedged performatives 4. Hedged performatives
5. Kewajiban (obligation) Tidak Langsung Konvensional (berbasis penutur)
6. Keinginan/kebutuhan
7. Harapan Tidak Langsung Konvensional (berbasis
pendengar)
8. Formula Menyarankan (suggestory formulae) 9. Izin (permission)
10. Kesediaan (willingness) 11. Kemampuan (ability) Ajakan Tidak Langsung
12. Isyarat kuat (Strong hint) 13. Isyarat halus (Mild hint)
Party?
Come to my party.
I invite you to come to my party.
I would like to invite you to
come to my party.
You must/have to come to my
party.
I want/need you to come to my
party.
I would like you to come to my
party.
How about coming to my party?
May I invite you to come to my
party?
Would you come to my party?
Could you come to my party?
I am having a party.
Do you know I am having a
party?
Berdasarkan tabel 2.3, strategi ajakan tidak langsung konvensional
berbasis penutur berbeda dengan strategi tidak langsung konvensional berbasis
pendengar dalam hal pusat pembicaraan. Pada strategi ajakan tidak langsung
konvensional berbasis penutur, pusat pembicaraan ada pada penutur; penutur
memfokuskan dirinya sebagai orang yang ‘berkepentingan’. Pada strategi ajakan
tidak langsung konvensional berbasis pendengar, penutur menjadikan pendengar
sebagai pusat pembicaraan dengan menjadikan pendengar ‘orang yang dianggap
62
penting’ dalam ajakan yang dibuatnya. Pada strategi ajakan tidak langsung isyarat,
terdapat kemungkinan bahwa pendengar tidak dapat menginterpretasikan strategi
tersebut sebagai ajakan. Dalam hal ini, pragmatic failure atau kegagalan
pragmatis mungkin terjadi.
Penelitian ini menggunakan teori yang diajukan Blum-Kulka, House dan
Kasper (1989) mengenai strategi ajakan untuk menganalisis ajakan yang
ditemukan pada data. Selain bentuk-bentuk ajakan, penelitian ini juga
menganalisis dan mendeskripsikan strategi ajakan yang ditemukan dari
komunikasi daring dalam tiga grup Facebook.
2.5.3 Kesantunan Imperatif Ajakan
Dalam bahasa Indonesia, tindak tutur ajakan yang memiliki makna
imperatif dapat memiliki bentuk linguistik dan pragmatik yang berbeda, meskipun
seluruh ajakan bermakna imperatif. Makna imperatif ajakan sering ditandai
dengan penanda kesantunan ‘mari’ dan ‘ayo’. Secara pragmatik, maksud imperatif
ajakan dapat direalisasikan dengan bentuk tuturan deklaratif dan interogatif
sehingga tindak tutur ajakan menjadi lebih santun. Tindak tutur ajakan yang
diberikan dalam bentuk tuturan deklaratif dan interogatif dapat dilihat pada contoh
kalimat berikut.
(i) “Ayah, ayo kita makan.”
(j) “Mari kita pergi.”
(k) “Apakah besok kamu bisa datang ke acara kami?”
63
Dengan menggunakan tuturan-tuturan seperti contoh, pengajak akan
dianggap santun dalam menyatakan maksud imperatif ajakannya. Tuturan
nonimperatif dalam ajakan memiliki tingkat ketidaklangsungan yang tinggi,
sehingga menghasilkan kadar kesantunan yang tinggi pula.
2.6 Respons terhadap Ajakan
Tuturan imperatif ajakan dipengaruhi oleh hubungan antara pengajak dan
terajak. Secara umum, respons yang diharapkan oleh pengajak adalah respons
positif yang berupa penerimaan. Akan tetapi, seringkali ajakan yang diberikan
pengajak kurang sesuai dengan kondisi terajak yang membuat terajak memberikan
respons negatif. Terkadang, untuk tetap mempertahankan kesantunan, terajak
berkompromi dengan pengajak agar ajakan tersebut dapat menguntungkan kedua
belah pihak. Respons terhadap ajakan yang diberikan oleh terajak dapat berupa
penerimaan, penolakan, maupun negosiasi.
2.6.1 Penerimaan
Penerimaan merupakan respons positif yang diberikan terajak untuk
ajakan yang diberikan. Respons penerimaan ini adalah respons yang paling
disukai baik oleh pengajak maupun terajak. Penerimaan terhadap ajakan ditandai
dengan ungkapan-ungkapan positif mengenai ajakan yang diberikan. Berikut
adalah contoh penerimaan sebagai respons positif terhadap ajakan.
(l) “Saya akan datang ke pesta kamu besok.”
(m) “Karaokean? Ayok.”
64
2.6.2 Penolakan
Penolakan merupakan salah satu respons yang tidak diinginkan baik oleh
penutur maupun pendengar karena akan mengancam muka pendengar. Penolakan
dapat dikategorikan sebagai aksi yang dipicu oleh aksi lainnya, seperti yang
dikatakan oleh Gass dan Houck (1999: 2):
“Refusals are one of relatively small number of speech acts which
can be characterized as a response to another’s act, rather than as
an act initiated by the speaker.”
Searle (1977) berpendapat bahwa penolakan termasuk ke dalam kategori
komisif karena penolakan membuat penolak melakukan aksi (dalam Félix-
Brasdefer, 2008: 42). Sebagai respons dari ajakan, penerimaan lebih dipilih
karena cenderung bersifat langsung tanpa penundaan dan tidak memerlukan
alasan. Sedangkan penolakan merupakan respons yang kurang disukai, dan
cenderung bersifat tidak langsung dan membutuhkan penundaan.
2.6.2.1 Strategi Penolakan
Penolakan sering melibatkan alasan/penjelasan tentang mengapa
penolakan itu dibuat. Strategi penolakan memiliki fungsi untuk meyakinkan
penerima penolakan tersebut bahwa dia masih dihargai tetapi ada alasan dibalik
penolakan itu, dan penolak menyesal telah memberi penolakan itu. Hal ini sejalan
dengan apa yang dikatakan Beebe et al (1990):
“Refusal strategies function to reassure the recipient of the refusal
that he or she is still approved of but that there are necessary
reasons for the refusal, and that the refuser regrets the necessity
for the refusal.”
65
Beebe et al. (1990) mengusulkan klasifikasi penolakan berdasarkan tiga
jenis: penolakan langsung (direct refusals), penolakan tidak langsung (indirect
refusals), dan ajun terhadap penolakan (adjunct) (dalam Scarcella, hal. 55-73).
Pada penolakan langsung, penutur dapat menggunakan verba performatif (I
refuse) atau pernyataan nonperformatif dengan direct “No” dan kemauan negatif
(I can't/I won't/I don't think so).
Jika respons penolakan disampaikan secara tidak langsung, tingkat
inferensi naik karena penutur harus memilih bentuk penolakan yang pantas untuk
mengurangi efek negatif dari penolakan langsung (Félix-Brasdefer, 2008: 43).
Penolakan tidak langsung dapat mengandung strategi berikut:
1. Pernyataan penyesalan/statement of regret (I'm sorry.../I feel terrible...)
2. Kehendak/wish (I wish I could help you...)
3. Alasan atau penjelasan/excuse, reason, explanation (My children will be
home that night./I have a headache)
4. Pernyataan alternatif/statement of alternative
a. I can do X instead of Y (I'd rather.../I'd prefer...)
b. Why don't you do X instead of Y (Why don't you ask someone else?)
5. Kondisi penerimaan akan datang atau lampau/set condition for future or past
acceptance (If you had asked me earlier, I would have...)
6. Janji akan penerimaan akan datang/promise of future acceptance (I'll do it
next time./I promise I'll.../Next time I'll...)
7. Pernyataan akan prinsip/statement of principle (I never do business with
friends.)
66
8. Kalimat filosofis/statement of philosophy (One can't be too careful.)
9. Usaha untuk melepaskan teman bicara/attempt to dissuade interlocutor
a. Ancaman atau pernyataan konsekuensi negatif kepada peminta/threat or
statement of negative consequences to the requester (I won't be any fun
tonight to refuse an invitation).
b. Perasaan menyalahkan/guilt trip (waitress to customers who want to sit a
while: I can't make a living off people who just order coffee.)
c. Mengritik peminta/criticize the request/requester (statement of negative
feeling or opinion; insult/attack (Who do you think you are?/That's a
terrible idea!)
d. Permintaan tolong, empati, dan bantuan dengan cara menunda
permintaan/request for help, empathy, and assistance by dropping or
holding the request.
e. Membiarkan teman bicara pergi/let interlocutor off the hook (Don't
worry about it./That's okay./You don't have to.)
f. Pembelaan diri/self-defence (I'm trying my best./I'm doing all I can do.)
10. Penerimaan yang berfungsi sebagai penolakan/acceptance that functions as a
refusal
a. Jawaban tidak pasti/unspecific or indefinite reply
b. Kurang semangat/lack of enthusiasm
11. Penghindaran/avoidance
a. Nonverbal
1) Diam/silence
67
2) Ragu-ragu/hesitation
3) Tidak melakukan apa-apa/doing nothing
4) Pergi/physical departure
b. Verbal
1) Ganti topik/topic switch
2) Lelucon/joke
3) Pengulangan satu bagian dari permintaan/repetition of part of
request (Monday?)
4) Penundaan/postponement (I'll think about it.)
5) Hedge (Gee, I don't know./I'm not sure.)
Akhirnya, respons penolakan sering ditemani ajun penolakan yang
mendahului atau mengikuti respons penolakan utama. Ajun penolakan termasuk:
1. Pernyataan opini, perasaan atau persetujuan positif/statement of positive
opinion/feeling or agreement (That's a good idea.../I'd love to...)
2. Kalimat empati/statement of empathy (I realize you are in a difficult
situation.)
3. Jeda/pause fillers (uhh/well/oh/uhm)
4. Ucapan terima kasih/gratitude/appreciation (Thanks for the invitation, but…)
Dalam menganalisis penolakan penuh yang menjadi salah satu respons
dari ajakan, peneliti merujuk pada strategi-strategi penolakan berdasarkan
pandangan Beebe et al. (1990) ini. Penelitian ini menganalisis dan
68
mendeskripsikan strategi-strategi yang digunakan anggota komunitas daring
sebagai respons terhadap ajakan yang diberikan.
2.6.2.2 Urutan Penolakan
Ekspresi linguistik yang terjadi dalam urutan penolakan dapat
mengandung strategi langsung maupun tidak langsung (Félix-Brasdefer,
2008: 42). Berdasarkan apa yang dikatakan Beebe et al. (1990), penolakan dapat
diurutkan sebagai berikut:
1. Pra-penolakan: urutan ini mempersiapkan pendengar akan penolakan yang
akan dibuat.
2. Penolakan inti: urutan ini mengekspresikan penolakan utama.
3. Pasca-penolakan: urutan ini mengikuti aksi utama (penolakan
inti) dan cenderung menegaskan, membenarkan, meredakan, atau
menyimpulkan respons penolakan.
Sebagai contoh, penolakan berikut memperlihatkan urutan penolakan
terhadap permintaan bos kepada seorang karyawan untuk lembur selama dua jam.
(n) Bos : I was wondering if you might be able to stay a bit
late this evening, say, until about 9:00 pm or so.
Karyawan : Uh, I'd really like to, but I can't. I'm sorry. I have
plans. I really can’t stay.
69
Tabel 2.4 Urutan Penolakan
Respons Urutan penolakan Strategi
Uh, I'd really like to Pra-penolakan Kesediaan
but I can't Penolakan Inti Penolakan
I'm sorry Pasca-penolakan Penyesalan
Ihaveplans Pasca-penolakan Alasan/penjelasan
I really can't stay Pasca-penolakan Penolakan
Selain strategi-strategi penolakan milik Beebe et al. (1990),
penelitian ini merujuk pada urutan penolakan yang juga diajukan oleh
Beebe et al. Pada analisis data, urutan penolakan dideskripsikan setelah
strategi penolakan.
2.6.3 Negosiasi
Dalam proses ajakan, negosiasi diberikan baik sebagai respons terhadap
penolakan ajakan maupun sebagai respons terhadap ajakan. Seperti yang telah
dibicarakan sebelumnya, negosiasi merupakan salah satu respons dari ajakan
nyata dan ajakan ambigu. Ajakan nyata tidak melibatkan negosiasi yang panjang
karena waktu, tempat, dan/atau aktivitasnya telah ditentukan. Sebaliknya, ajakan
ambigu melibatkan negosiasi yang lebih panjang karena waktu, tempat, dan/atau
aktivitas ajakan belum ditentukan.
70
2.6.3.1 Negosiasi terhadap Penolakan
Pada aksi penolakan, negosiasi biasa dilakukan untuk mendapatkan
hasil akhir yang memuaskan bagi kedua belah pihak. Menurut Félix-Brasdefer
(2008: 106-107), negosiasi penolakan dengan menggunakan strategi tidak
langsung dilakukan untuk: (1) mengurangi efek negatif dari penolakan
langsung; (2) menunda respons penolakan untuk memperhalus penolakan akan
datang; dan (3) meningkatkan interaksi saat menegosiasikan respons yang
kurang disukai seperti memberikan jawaban tidak pasti dan penundaan.
Selain itu juga, negosiasi penolakan dilakukan dengan memberikan
beberapa pilihan alternatif untuk mencapai kompromi. Strategi-strategi ini
digunakan baik dalam interaksi formal maupun informal.
Menurut Gass & Houck (1999: 2), penolakan sering dilakukan dalam
urutan panjang yang melibatkan negosiasi akan hasil akhir yang memuaskan.
Mereka mengajukan proses penolakan yang melibatkan negosiasi, seperti dalam
bagan berikut.
71
Bagan 2.2 Langkah Penolakan yang Melibatkan Negosiasi (Gass & Houck, 1999: 8)
Menurut Gass & Houck (1999: 3), terdapat beberapa Initial Response atau
Respons Awal setelah Initiating Act atau Aksi Inisiasi seperti permintaan; seperti
juga terdapat beberapa Final Outcome atau Hasil Akhir. Respons Awal dari Aksi
Inisiasi dapat berupa penerimaan atau penolakan, yang dapat berupa penolakan
langsung, penundaan, atau alternatif. Respons Awal dan Hasil Akhir mungkin
tidak sejalan.
Gass & Houck (1999: 3) menambahkan bahwa Aksi Inisiasi mengatur
proses dalam pelaksanaannya. Terdapat dua tipe umum dari Respons Awal
yang mungkin diberikan Responden. Responden dapat Menerima atau Menolak
72
Aksi Inisiasi tersebut. Penerimaan, dalam hal ini, merupakan penerimaan tulus,
yaitu penerimaan yang ditujukan sebagai persetujuan. Dengan memberikan
respons Penolakan, situasi menjadi lebih kompleks, terutama karena terdapat
banyak pilihan yang harus dipilih penolak.
Apabila respons yang diberikan merupakan Penolakan, Inisiator dapat
menerima Penolakan Responden, dan interaksi yang sedang berjalan dapat
selesai, Respons Awal berfungsi juga sebagai Hasil Akhir. Sebaliknya,
apabila Inisiator tidak menerima Penolakan Responden, maka Inisiator
dapat berusaha untuk mendapatkan solusi yang lebih dapat diterima. Hal ini
membawa Inisiator dan Responden pada Negosiasi, yang merupakan
bagian dari interaksi ketika pelaksana interaksi melakukan sebuah urutan
aksi linguistik dengan tujuan menghasilkan Hasil Akhir yang memuaskan.
Hasil Akhir mengacu pada resolusi dari interaksi tersebut, status dari
aksi (atau non-aksi) yang dilakukan oleh Responden yang terjadi di akhir
interaksi. Hasil Akhir dari Negosiasi dapat berupa Penerimaan, Penolakan,
Penundaan, atau Alternatif. Jadi, dalam satu proses penolakan, belum tentu
memiliki Hasil Akhir sebuah Penolakan. Kesimpulannya, penolakan
merupakan tindak tutur kompleks yang tidak hanya membutuhkan urutan
Negosiasi dan Hasil Akhir panjang yang memuaskan, tetapi juga 'face saving
manoeuvres to accommodate the noncompliant nature of the act" (Gass &
Houck, 1999: 2).
73
2.6.3.2 Negosiasi dalam Ajakan
Negosiasi dalam ajakan tidak hanya dilakukan oleh pengajak
setelah mendapat respons penolakan terhadap ajakannya; melainkan oleh
terajak apabila ajakan tersebut tidak sesuai dengan kehendak terajak.
Indikator negosiasi yang dilakukan oleh terajak dapat dilihat ketika terajak
memberikan respons penolakan menggunakan strategi alternatif. Ada
kalanya saat negosiasi dilakukan oleh terajak sebagai respons dengan
menggunakan strategi penolakan penundaan dan jawaban tidak pasti.
Negosiasi dalam ajakan juga dapat dilakukan oleh pengajak untuk
mendapatkan hasil akhir yang memuaskan dari ajakannya. Pengajak
melakukan aksi negosiasi setelah menerima penolakan dari terajak.
Anglemar dan Stern (1978) mengategorikan strategi negosiasi ke dalam
dua belas jenis. Strategi-strategi negosiasi menurut Anglemar dan Stern (1978)
dalam Gass dan Neu (1996: 324) adalah sebagai berikut.
1. Janji/promise. Pernyataan yang menunjukkan maksud penutur untuk
memberikan petutur hasil yang meyakinkan; yaitu ketika penutur
mengantisipasi bahwa petutur akan melihat hasil tersebut menyenangkan,
positif, atau bermanfaat.
Contoh: Jika Anda memenuhi undangan kami, Anda akan kami kenalkan
dengan pebisnis dari beberapa negara yang juga akan menghadiri undangan
kami.
2. Ancaman/threat. Sama seperti janji, hanya saja hasilnya dianggap
berbahaya, tidak menyenangkan, atau menghukum.
74
Contoh: Jika Anda tidak memenuhi undangan kami, Anda tidak akan dapat
kami kenalkan dengan pebisnis dari beberapa negara yang juga akan
menghadiri undangan kami.
3. Rekomendasi/recommendation. Pernyataan penutur yang memprediksi
bahwa hasil yang menyenangkan akan diperoleh petutur. Pemrolehannya
lepas dari kehendak penutur.
Contoh: Bagaimana jika Anda memenuhi undangan kami agar dapat kami
kenalkan dengan pebisnis dari beberapa negara yang juga akan menghadiri
undangan kami?
4. Peringatan/warning. Sama seperti rekomendasi, hanya saja hasilnya
dianggap tidak menyenangkan.
Contoh: Kami menunggu konfirmasi Anda hari ini karena pesanan Anda
berlaku hingga pukul 20.00 hari ini.
5. Penghargaan/reward. Pernyataan dari penutur yang dianggap akan
memberikan hasil yang menyenangkan bagi petutur.
Contoh: Apabila Anda datang, mungkin kita dapat membicarakan bisnis
pada saat acara berlangsung.
6. Hukuman/punishment. Sama seperti penghargaan, hanya saja hasilnya
tidak menyenangkan.
Contoh: Kami tidak bisa melakukan bisnis dengan Anda apabila Anda tidak
memenuhi undangan kami.
75
7. Seruan normatif positif/positive normative appeal. Pernyataan penutur
yang menyatakan bahwa aksi petutur di masa lalu, masa sekarang, dan masa
akan datang sesuai dengan norma sosial.
Contoh: Harga ini termasuk murah dibandingkan apabila Anda membeli di
tempat lain.
8. Seruan normatif negatif/negative normative appeal. Sama seperti seruan
normatif positif, hanya saja aksi petutur bertentangan dengan norma sosial.
Contoh: Anda tidak bisa membatalkan apa yang telah disepakati sebelumnya.
9. Komitmen/commitment. Pernyataan penutur yang mengakibatkan tawaran
berikutnya tidak akan kurang atau melebihi tingkat tertentu.
Contoh: Kami hanya bisa memberikan Anda harga tersebut.
10. Pengakuan diri/self-disclosure. Pernyataan penutur yang mengungkapkan
informasi mengenai dirinya.
Contoh: Saya hanya bisa bertemu selama dua jam karena setelah itu saya
harus menghadiri rapat.
11. Pertanyaan/question. Pernyataan penutur yang meminta petutur untuk
mengungkapkan informasi mengenai diri petutur.
Contoh: Jadi kapan Anda bisa bertemu dengan kami?
12. Perintah/command. Pernyataan penutur yang meminta petutur melakukan
aksi tertentu.
Contoh: Anda harus memutuskan secepatnya.
76
Selain strategi-strategi negosiasi yang diajukan oleh Anglemar dan Stern
(1978), beberapa strategi penolakan yang diajukan Beebe et al. (1990) juga
sering digunakan untuk negosiasi dalam ajakan. Strategi-strategi tersebut
antara lain alternatif dan penundaan. Dalam ajakan, terutama ajakan ambigu,
strategi penolakan milik Beebe et al. yang merupakan kalimat alternatif sering
digunakan sebagai negosiasi terhadap ajakan yang diberikan.
Pada penelitian ini, negosiasi yang terjadi dalam ajakan, baik yang
diberikan sebagai respons terhadap ajakan maupun sebagai respons terhadap
penolakan ajakan dianalisis dan dideskripsikan menggunakan strategi negosiasi
yang diajukan Anglemar dan Stern (1978). Penelitian ini juga merujuk pada
strategi alternatif dan penundaan milik Beebe et al. (1990) sebagai dua strategi
negosiasi tambahan.
77
BAB III
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dibahas hasil analisis dari sebelas data berisi ajakan yang
dikumpulkan dari tiga grup Facebook. Kesebelas data tersebut dibagi menjadi dua
jenis ajakan, yaitu ajakan nyata dan ajakan ambigu. Pelabelan data ditentukan
berdasarkan tanggal dan waktu berlangsungnya ajakan.
Data dianalisis menggunakan teknik penandaan milik Saldaña (2009),
kemudian hasil penandaan tersebut dijelaskan dalam bentuk paragraf eksplanasi.
Proses penandaan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu: (1) penandaan terbuka (open
coding); (2) penandaan berporos (axial coding); dan (3) penandaan selektif
(selective coding). Penandaan terbuka fokus kepada penghubungan data dengan
masalah-masalah yang akan dikaji (Miles dan Huberman, 1994). Pada penelitian
ini, data berisi ajakan dihubungkan dengan rumusan masalah. Tujuan dari
penandaan terbuka adalah mencari pola dalam teks.
3.1 Ajakan Nyata
Dari sebelas data berisi ajakan, ditemukan lima data yang merupakan
ajakan nyata. Kelima data yang merupakan ajakan nyata ditemukan pada data 5,
data 7, data 9, data 10, dan data 11. Menurut Wolfson et al.(1983), ajakan nyata
merupakan ajakan yang telah ditentukan waktu dan/atau tempat pelaksanaannya.
78
3.1.1 Proses Ajakan pada Ajakan Nyata
Pada sub bagian ini, data yang berisi ajakan nyata dianalisis dan dibahas
secara menyeluruh, dengan tujuan agar konteks percakapan terlihat. Proses ajakan
terdiri dari inisiasi yang berupa ajakan, respons terhadap ajakan, negosiasi, serta
hasil akhir proses ajakan.
Pada setiap data dituliskan tanggal dan waktu dari setiap tuturan yang
diberikan oleh anggota komunitas daring. Hal ini bertujuan agar konteks
komunikasi daring terlihat dengan jelas, serta waktu berlangsungnya proses ajakan
mulai dari inisiasi ajakan sampai dengan hasil akhir proses ajakan terbaca dengan
jelas. Analisis data dilakukan secara berurutan sesuai dengan tanggal dan waktu
terjadinya proses ajakan. Pada paragraf eksplanasi, sandi deskriptif dari penandaan
akan dicetak tebal untuk mempermudah pemaparan proses ajakan.
Data 5
Konteks:
Komunikasi daring pada data 5 dilakukan oleh anggota grup mahasiswa
sekolah bahasa asing strata S-1 yang bergabung ke dalam satu grup debat bahasa
Inggris. Jumlah keseluruhan anggota grup S-1 adalah 124 anggota, dengan anggota
laki-laki sebanyak 58 orang dan anggota perempuan sebanyak 66 orang. Akan
tetapi, jumlah anggota yang aktif dalam aktivitas grup kurang dari 20 orang.
Anggota grup S-1 datang dari program studi bahasa asing yang berbeda, namun
karena mereka tergabung dalam satu grup debat bahasa Inggris, mereka terbiasa
untuk berbicara dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu, terdapat beberapa tuturan
79
dalam bahasa Inggris dalam komunikasi pada data 5 ini. Usia anggota grup tersebut
adalah antara 18 sampai 23 tahun dan mereka datang dari kultur yang lebih
homogen. Berikut adalah data dan analisis komunikasi daring yang berlangsung
dalam grup strata S-1.
Data:
Inisial
Nama
Tanggal dan
Waktu Tuturan Kode Deskriptif
LJ 20-5-2013/
08:32
1 Oh iya, kita mau
merencanakan foto ENDLESS
yang lengkap. Dari dulu ga
jadi-jadi wae. 2 Kalau hari
Minggu depan pada bisa ga?
Pulangnya ke rumah EPH,
ngaliwet. Hehe ☺
1 SINCERITY
CONDITION
2 AJAKAN
AST 20-5-2013/
08:42
3 Tanggal 26 Mei atau 2 Juni? 3 KONFIRMASI
NVP 20-5-2013/
08:47
5 2 Juni please! 5 Keluarga saya
mau pindahan ke rumah baru
jadi pasti bakal super sibuk.
4 NEGOSIASI 5 Alasan
LJ 20-5-2013/
08:50
Terserah yang lain sih. 6
Pokoknya mah hari Minggu,
soalnya kakak2 pada gak kerja.
6 NEGOSIASI
AST 20-5-2013/
08:52
7 Tanggal 2 mah ga bisa �
Sama si YM juga
7 PENOLAKAN
NVP 20-5-2013/
08:52
Kan aku juga termasuk “yang
lain”, mate hahaha
LJ 20-5-2013/
08:53
Iyaaaa, yg lain2 kan belum
bilang mate. Haha ooh ya
sudah 2 Juni mungkin.
MA 20-5-2013/
12:26
8 Well, I can’t � 8 PENOLAKAN
ASR 20-5-2013/
18:24
9 6 atau 9 Juni, lah. 10 Mau ke
luar kota nih minggu ini.
9 Alternatif
(NEGOSIASI) 10 Alasan
(PENOLAKAN)
EPH 20-5-2013/
18:37
Teteeeh maaf baru kasih kabar. 11 EPH minggu ini ga bisa, teh, 12 kedatangan tamu dari Tasik
11 PENOLAKAN 12 Alasan
(PENOLAKAN)
80
mau pada nginep di rumah. 13
Maaf ya, teh. �
13 Pernyataan
penyelasan
(PENOLAKAN)
LJ 20-5-2013/
19:47
14 Ya udah kapan-kapan deh.
Haha
14 PENUNDAAN
YS 21-5-2013/
09:47
15 Tanggal 5 ada libur tuh. 15 NEGOSIASI
ASR 21-5-2013/
13:19
Tanggal 6, cuy. Lain tanggal 5,
poe Kamis. 16 Sok lah diatur-
atur tanggal sakitu.
16 PENERIMAAN
Analisis:
Percakapan pada data 5 melibatkan 7 anggota komunitas yang terdiri dari 3
anggota perempuan dan 4 anggota laki-laki. Ajakan dimulai pada tanggal 20 Mei
2013 pukul 08:32 dengan sincerity condition yang dituturkan oleh LJ (Oh iya, kita
mau merencanakan foto Endless yang lengkap) yang kemudian diikuti dengan
tuturan ajakan (Kalau hari Minggu depan pada bisa tidak? Pulangnya ke rumah
EPH, ngeliwet). LJ yang merupakan anggota perempuan memberikan ajakannya
dengan menggunakan fatis ‘oh’ dan ‘iya’ sebagai wujud kesantunannya, diikuti
dengan strategi ajakan kemampuan yang ditandai dengan kata ‘bisa’ yang berarti
‘mampu’. Dalam ajakannya, LJ menggunakan bentuk tuturan interogatif yang
berisi kalimat pengandaian karena dalam tuturannya LJ menggunakan kata ‘kalau’.
Ajakan yang diberikan LJ merupakan ajakan nyata, karena dalam ajakannya LJ
memberikan waktu pelaksanaan ajakan.
Inisiasi LJ pertama kali ditanggapi oleh AST, seorang anggota perempuan,
yang memberikan pertanyaan konfirmasi tanggal pelaksanaan foto grup (Tanggal
26 Mei atau 2 Juni?) pada pukul 08:42 di hari yang sama. Menanggapi pertanyaan
konfirmasi AST, pada pukul 08:47 di hari yang sama, NVP yang merupakan
81
seorang anggota laki-laki memberikan tuturan permintaan yang merupakan
negosiasi agar pertemuan untuk foto grup dilakukan pada tanggal 2 Juni (2 Juni
please) diikuti dengan alasan yang merupakan penolakan (Keluarga saya mau
pindahan ke rumah baru jadi pasti bakal super sibuk). Strategi negosiasi yang
diberikan NVP adalah perintah; namun untuk melemahkan perintahnya, NVP
memberikan ungkapan ‘please’ yang berarti ‘tolong’ sebagai wujud
kesantunannya. Kemudian alasan yang diberikan NVP mengindikasikan bahwa
NVP tidak akan dapat menghadiri pertemuan untuk foto grup apabila dilaksanakan
sebelum tanggal 2 Juni. Tuturan yang diberikan NVP yang meminta agar pertemuan
dilaksanakan pada tanggal 2 Juni menjadikan NVP sebagai pengajak 2.
Dengan status NVP yang telah menjadi pengajak 2, LJ yang merupakan
pengajak 1 juga berubah status menjadi terajak. LJ memberikan negosiasi kepada
NVP pada pukul 08:50 agar foto grup dilaksanakan pada hari Minggu, dengan
alasan bahwa anggota senior harus bekerja pada hari biasa (Yang penting hari
Minggu, karena kakak senior tidak bekerja).
AST kemudian memberikan respons penolakan terhadap ajakan NVP pada
pukul 08:52, dan mewakili satu anggota lain yang juga tidak dapat memenuhi
ajakan pada tanggal 2 Juni (Tanggal 2 mah ga bisa. Sama si YM juga). Kadar
penolakan langsung yang diberikan AST diperlemah dengan fatis ‘mah’. Respons
negatif juga diberikan oleh MA dengan memberikan penolakan langsung (Well, I
can’t) pada pukul 12:26. MA yang merupakan anggota perempuan memberikan
kesantunan dalam penolakannya dengan cara menambahkan fatis ‘well’ sebelum
penolakan langsung ‘I can’t’.
82
Respons berikutnya diberikan oleh ASR yang merupakan anggota laki-laki
pada pukul 18:24 yang meminta agar foto grup dilaksanakan pada tanggal lain,
sebagai bagian dari negosiasi (6 atau 9 Juni lah). Strategi negosiasi yang diberikan
ASR adalah perintah yang telah dihaluskan dengan fatis ‘lah’ sehingga menjadikan
perintahnya sebagai permohonan. Dengan demikian, ASR menjadi pengajak 3.
ASR juga memberikan alasan sebagai bagian dari penolakan mengapa ASR tidak
dapat memenuhi ajakan apabila dilakukan pada tanggal 2 Juni (Mau ke luar kota
nih minggu ini) dengan menyisipkan fatis ‘nih’ sebagai wujud kesantunannya.
Respons yang berikutnya diberikan oleh EPH sebagai tuan rumah acara
pertemuan komunitas tersebut pada pukul 18:37. EPH yang memiliki jenis kelamin
perempuan mengawali penolakannya dengan permintaan maaf (Teteeeh maaf
baru kasih kabar) sebagai wujud kesantunannya. Dalam permintaan maafnya, EPH
memanggil LJ dengan sebutan ‘teteeeh’ yang menunjukkan bahwa EPH
memanjangkan suaranya untuk menunjukkan kesantunannya. EPH memberikan
penolakan langsung yang menyatakan bahwa EPH tidak dapat menjadi tuan
rumah acara pertemuan apabila pertemuan tersebut dilaksanakan pada tanggal 2
Juni (EPH minggu ini tidak bisa), diikuti alasan (ada tamu dari Tasikmalaya dan
akan menginap di rumah) dan pernyataan pernyesalan (Maaf ya, teh).
Mendengar pernyataan dari EPH, LJ merespons dengan penundaan yang
mengindikasikan penerimaan dari penolakan EPH (Ya udah kapan-kapan deh.
Haha) pada pukul 19:47. Dalam tuturannya, kesantunan LJ ditunjukkan dengan
fatis ‘ya’, ‘deh’, dan ‘haha’.
83
Kemudian, pada tanggal 21 Mei 2013 pukul 09:47, YS bergabung dalam
percakapan dan memberikan negosiasi (Tanggal 5 ada libur tuh). YS yang berjenis
kelamin laki-laki menggunakan fatis ‘tuh’ untuk menegaskan bahwa masih ada
kesempatan bagi grup tersebut untuk merealisasikan ajakan yang diinisiaikan LJ.
Negosiasi YS diikuti oleh ASR yang memberikan konfirmasi bahwa hari libur
adalah tanggal 6, bukan tanggal 5 (Tanggal 6, cuy. Lain tanggal 5) pada pukul
13:19. ASR yang juga merupakan anggota laki-laki memberikan fatis ‘cuy’ kepada
YS sebagai wujud keakraban dengan sesame anggota laki-laki. ASR kemudian
melanjutkan responsnya dengan memberikan respons penerimaan (Sok lah diatur-
atur tanggal sakitu). Fatis ‘sok’ yang bermakna ‘silakan’ dan ‘lah’ digunakan ASR
sebagai wujud kesantunannya.
Proses ajakan pada percakapan ini berlangsung selama satu hari, mulai dari
tanggal 20 Mei 2013 pukul 08:32 sampai dengan tanggal 21 Mei 2013 pukul 13:19.
Proses ajakan ini berakhir tanpa kesepakatan, karena 4 anggota komunitas
merespons ajakan pada tanggal 2 Juni dengan penolakan dan seorang anggota
menawarkan alternatif untuk tanggal pertemuan. Alternatif yang diberikan YS
tersebut belum mendapatkan respons dari seluruh anggota komunitas.
Secara keseluruhan, proses ajakan nyata pada data 5 yang dilakukan oleh
grup strata S-1 dapat dilihat pada tabel berikut.
Jenis Tindak
Tutur
Inisial
Nama
Tanggal
dan Waktu Tuturan
Sincerity Condition LJ 20-5-2013/
08:32
Oh iya, kita mau merencanakan
foto ENDLESS yang lengkap.
Dari dulu ga jadi-jadi wae.
Ajakan LJ 20-5-2013/
08:32
Kalau hari Minggu depan pada
bisa ga? Pulangnya ke rumah
EPH, ngaliwet. Hehe ☺
84
Konfirmasi AST 20-5-2013/
08:42
Tanggal 26 Mei atau 2 Juni?
Negosiasi NVP 20-5-2013/
08:47
2 Juni please!
Penolakan Penuh NVP 20-5-2013/
08:47
Keluarga saya mau pindahan ke
rumah baru jadi pasti bakal super
sibuk.
Negosiasi LJ 20-5-2013/
08:50
Pokoknya mah hari Minggu,
soalnya kakak2 pada gak kerja.
Penolakan Penuh AST 20-5-2013/
08:52
Tanggal 2 mah ga bisa �
Sama si YM juga.
Penolakan Penuh MA 20-5-2013/
12:26
Well, I can’t �
Negosiasi ASR 20-5-2013/
18:24
6 atau 9 Juni, lah.
Penolakan Penuh ASR 20-5-2013/
18:24
Mau ke luar kota nih minggu ini.
Penolakan Penuh EPH 20-5-2013/
18:37
EPH minggu ini ga bisa, teh,
kedatangan tamu dari Tasik mau
pada nginep di rumah. Maaf ya,
teh. �
Penundaan
(Penerimaan dari
Penolakan Penuh
EPH)
LJ 20-5-2013/
19:47
Ya udah kapan-kapan deh. haha
Negosiasi YS 21-5-2013/
09:47
Tanggal 5 ada libur tuh.
Penerimaan ASR 21-5-2013/
13:19
Sok lah diatur-atur tanggal sakitu.
Data 7
Konteks:
Komunikasi daring pada data 7 dilakukan oleh anggota grup strata S-3.
Grup ini adalah komunitas daring mahasiswa program doktor linguistik yang
datang dari kultur, latar belakang usia, dan minat yang lebih heterogen. Anggota
grup ini berjumlah 11 orang, yang terdiri dari 3 anggota laki-laki dan 8 anggota
85
perempuan. Berikut adalah data dan analisis komunikasi daring yang berlangsung
dalam grup strata S-3.
Data:
Inisial
Nama
Tanggal dan
Waktu Tuturan Kode Deskriptif
EIS 25-12-2013/
09:41
Man teman„ terutama pak ketu
dan pak dekan, prelim memang
tiga hari, 6 - 8 Januari. 1 Silakan
dirembug hari kita ngumpul.
Saya pikir2 ditengah waktu
prelim juga gak apa koq (buat
saya ya).....
1 Preparatory
Condition
EWK 27-12-2013/
10:27
2 Tanggal 8 saja bagaimana?
Setelah beres di Jatinangor. 3
Kita kumpul di rumah pak HH.
2 AJAKAN 3 AJAKAN
EIS 27-12-2013/
10:45
4 No problem. Colek EC, DN,
IR, SI, YK, EK, RH, NQ.
4 PENERIMAAN
SI 27-12-2013/
10:47
Hari apa itu teh ya?
EIS 27-12-2013/
10:47
Rabu
SI 27-12-2013/
10:50
Wah sekolah udh pd masuk lg
ya.... 5 Acara jam brp nih? 6 Soalnya
sy nyambil jd supir jemputan
anak-anak juga...
5 Konfirmasi 6 Alasan 5, 6 PENOLAKAN
PARSIAL
EIS 27-12-2013/
10:53
Kita selesai ujian jam berapa ya?
Anyone?
YK 27-12-2013/
11:38
Jadi ngumpulnya di
Jatinangor?? 7 Saya ngawas uas
nih pagi dan lanjut malem. 8 Kalo ketemu langsung di
rumah pak HH gimana? Pak
HH minta alamatnya dong hehe
7 Alasan
(PENOLAKAN) 8 Alternatif
(NEGOSIASI dan
PENERIMAAN)
DN 27-12-2013/
11:46
9 Setuju tanggal 8 saja. Udah
selesai ujian.
9 PENERIMAAN
SI 27-12-2013/
12:05
10 Kalau dari jam 2 ke atas mah
sepertinya saya tidak bisa nih
hiks. 11 Anak-anak ga ada yang
jemput.
10 PENOLAKAN 11 Alasan
(PENOLAKAN)
86
NQ 27-12-2013/
17:15
12 Ikut. Ikut… 12 PENERIMAAN
IR 27-12-2013/
19:35
Iya, 13 kalau mulainya sore mah,
saya juga kayaknya g bisa ikut. 14 Anak yang gede ga ada yang
anter-jemput ke TPA-nya, 15 kan
udah mulai masuk lagi tanggal
segitu.
13 PENOLAKAN 14 Alasan
(PENOLAKAN) 15 Alasan
(PENOLAKAN)
HH 29-12-2013/
14:20
16 Kalau begitu makan siang saja
sebelum jam 12-an ketika yang
ujian sudah selesai bagaimana? 17 Kalau tidak tanggal 8 Januari
juga tidak apa-apa kok.
16 NEGOSIASI 17 Alternatif
(NEGOSIASI)
EWK 29-12-2013/
14:41
Betul. Idenya teman2 beres di
jtngr langsung meluncur ke
rumah pak Dekan kita makan
siang di situ. Dan jangan nanya
jam berapa ya, karena makan
siang = jam makan siang
EIS 30-12-2013/
05:24
18 Sip setuju. Semoga semua bisa
hadir ya.
18 PENERIMAAN
Analisis:
Proses ajakan pada data 7 melibatkan 8 anggota komunitas daring yang
terdiri dari 5 anggota perempuan dan 3 anggota laki-laki. EIS, seorang anggota
perempuan, adalah anggota yang menginisiasikan proses ajakan; akan tetapi, EIS
bukanlah pengajak 1. EIS memberikan preparatory condition pada tanggal 25
Desember 2013 pukul 09:41 dengan memberikan wewenang kepada EWK untuk
mengatur jadwal pertemuan dan menjadi pengajak 1 (Silakan dirembug hari kita
kumpul). EIS mengawali preparatory condition-nya dengan sapaan dan konfirmasi
(Man teman„ terutama pak ketu dan pak dekan, prelim memang tiga hari, 6 - 8
Januari) dan mengakhirinya dengan pendapat (Saya pikir2 ditengah waktu
87
prelim juga gak apa koq). Panjang tuturan dan urutan tutur yang diberikan
EIS merupakan wujud kesantunan dari EIS.
EWK menanggapi EIS pada tanggal 27 Desember 2013 pukul 10:27 dengan
menetapkan tanggal dan tempat pertemuan akan dilaksanakan (Tanggal 8 saja
bagaimana? Setelah beres di Jatinangor. Kita kumpul di rumah pak HH). EWK
adalah anggota laki-laki yang pertama memberikan respons. EWK memberikan
ajakan dengan strategi formula menyarankan dalam bentuk tuturan interogatif
yang diikuti dengan informasi berikutnya. Sama seperti EIS, EWK juga
menunjukkan kesantunannya melalui panjang tuturan dan urutan tutur. Ajakan
yang diberikan EWK merupakan ajakan nyata, karena EWK telah menentukan
tanggal pelaksanaan ajakan.
Ajakan yang diberikan EWK mendapat respons positif dari EIS yang
memberikan penerimaan (No problem) pada pukul 10:45 di hari yang sama. EIS
kemudian memanggil anggota lain untuk ikut berpartisipasi dalam percakapan
tersebut (Colek EC, DN, IR, SI, YK, EK, RH, NQ). Dalam hal ini, kedudukan EIS
berubah menjadi pengajak 2.
Menanggapi ajakan EIS, SI yang merupakan anggota grup berjenis kelamin
perempuan memberikan pertanyaan konfirmasi (Acara jam berapa nih?) yang
diikuti dengan alasan (Soalnya saya nyambil jadi supir jemputan anak-anak) pada
pukul 10:50. Alasan yang diberikan SI merupakan penolakan parsial, karena
tuturan diawali dengan pertanyaan konfirmasi yang menyiratkan bahwa apabila
acara diadakan pada waktu tertentu, SI kemungkinan tidak akan dapat menghadiri
acara tersebut karena harus menjemput anak-anaknya. Penolakan parsial yang
88
diberikan SI dapat dilihat dari fatis ‘nih’ dan ‘soalnya’ yang menunjukkan keragu-
raguan.
Respons selanjutnya diberikan oleh YK, seorang anggota perempuan, pada
pukul 11:38 yang merupakan kalimat konfirmasi (Jadi ngumpulnya di
Jatinangor?), dan diikuti oleh penolakan (Saya mengawas UAS nih dari pagi dan
lanjut malam). Akan tetapi, YK menawarkan negosiasi yang merupakan alternatif,
yaitu YK akan datang langsung ke rumah HH karena keterbatasan waktu yang YK
miliki (Kalau ketemunya langsung di rumah pak HH gimana?). YK juga meminta
alamat rumah HH (Pak HH minta alamatnya dong hehe), yang menyiratkan bahwa
YK akan menghadiri acara tersebut tanpa terlebih dulu berkumpul dengan anggota
lain di Jatinangor. Dalam responsnya, YK memberikan beberapa ungkapan fatis
yang menunjukkan kesantunannya. Ungkapan-ungkapan tersebut adalah ‘nih’,
‘dong’, dan ‘hehe’. Negosiasi yang diberikan oleh YK dapat disimpulkan sebagai
penerimaan, meskipun pada awal respons YK memberikan penolakan.
Penerimaan juga diberikan oleh DN pada pukul 11:46 yang memberikan respons
positif atas ajakan EWK (Setuju tanggal 8 aja. Udah selesai ujian). Dalam respons
penerimaan DN dapat dilihat bahwa meskipun DN merupakan anggota perempuan,
DN tidak memberikan tuturan yang panjang karena penerimaan merupakan respons
positif yang tidak memerlukan basa-basi.
SI meneruskan responsnya dengan memberikan penolakan pada pukul
12:05. SI mengawali penolakannya dengan memberikan penolakan langsung
(Kalau dari jam 2 ke atas mah sepertinya saya tidak bisa nih hiks), diikuti dengan
alasan mengapa SI tidak dapat menghadiri acara tersebut (Anak-anak ga ada yang
89
jemput). Pada penolakan langsungnya, SI menggunakan ungkapan-ungkapan fatis
‘mah’, ‘nih’, dan ‘hiks’ untuk mengurangi kadar ketidaksantunan penolakan
langsung tersebut.
Berbeda dengan SI, NQ yang merupakan anggota laki-laki memberikan
penerimaan yang menyatakan bahwa NQ akan menghadiri acara tersebut (Ikut..
Ikut) pada pukul 17:15. Sama seperti respons penerimaan lainnya, penerimaan yang
diberikan NQ tidak memerlukan basa-basi panjang dan ungkapan-ungkapan
kesantunan karena respons positif adalah respons yang diharapkan.
Pada pukul 19:35, IR menyatakan persetujuannya atas penolakan SI, dan
memberikan penolakan (Iya, kalau mulainya sore mah, saya juga kayaknya ga bisa
ikut) dengan alasan yang sama (Anak yang gede ga ada yang antar-jemput ke TPA-
nya. Kan sudah mulai masuk lagi tanggal segitu). IR yang merupakan anggota
perempuan memberikan penolakan langsungnya bersamaan dengan ungkapan-
ungkapan fatis ‘mah’, ‘kayaknya’, dan ’kan’ sebagai tanda kesantunan. Selain fatis,
IR juga memberikan urutan tutur yang diawali dengan penolakan langsung dan
diikuti dengan informasi tambahan serta panjang tuturan yang menunjukkan
kesantunannya.
Dua hari berikutnya, yaitu pada tanggal 29 Desember 2013 pukul 14:20, HH
yang merupakan anggota laki-laki dan bertindak sebagai tuan rumah melakukan
negosiasi setelah membaca alasan penolakan beberapa anggota komunitas (kalau
begitu makan siang saja sebelum jam 12-an ketika yang ujian sudah selesai
bagaimana?) dan memberikan alternatif (kalau tidak tanggal 8 Januari juga tidak
apa-apa kok), yang memberikan waktu lain apabila tidak semua anggota dapat
90
hadir pada tanggal 8 Januari 2014. Negosiasi yang diberikan HH merupakan
rekomendasi waktu pelaksanaan pertemuan yang diwujudkan dalam tuturan
interogatif pengandaian. Strategi negosiasi berikutnya yang diberikan HH juga
merupakan tuturan pengandaian dan memiliki ungkapan fatis ‘kok’ yang
mengindikasikan bahwa kapan pun pertemuan dilaksanakan tidak akan menjadi
masalah bagi HH. Urutan tutur yang diberikan HH dalam negosiasinya, yaitu
rekomendasi diikuti alternatif, menunjukkan maksud kesantunan HH.
Pukul 14:41, EIS memberikan respons penerimaan terhadap negosiasi HH
(Sip setuju) pada tanggal 30 Desember 2013 pukul 05:24, dan mengharapkan agar
semua anggota dapat hadir pada pertemuan makan siang tersebut (Semoga semua
bisa hadir ya). EIS menggunakan fatis ‘ya’ dalam tuturan berisi harapan untuk
meningkatkan kadar kesantunan agar tuturannya tidak dianggap sebagai sebuah
perintah.
Proses ajakan pada data 7 berlangsung selama lima hari, terhitung dari
tanggal 25 Desember 2013 pukul 09:41 sampai dengan tanggal 30 Desember 2013
pukul 05:24. Proses ajakan pada data 7 telah mencapai kesepakatan waktu
pelaksanaan, yaitu pada tanggal 8 Januari. Proses ajakan yang melibatkan 8 anggota
komunitas daring berakhir dengan 5 anggota yang memberikan respons
penerimaan dan 2 anggota yang memberikan respons penolakan.
Secara keseluruhan, proses ajakan nyata pada data 7 yang dilakukan oleh
grup strata S-3 dapat dilihat pada tabel berikut.
Jenis Tindak
Tutur
Inisial
Nama
Tanggal
dan Waktu Tuturan
Preparatory
Condition
EIS 25-12-2013/
09:41
Silakan dirembug hari kita
ngumpul. Saya pikir2 ditengah
91
waktu prelim juga gak apa koq
(buat saya ya).....
Ajakan EWK 27-12-2013/
10:27
Tanggal 8 saja bagaimana?
Setelah beres di Jatinangor. Kita
kumpul di rumah pak HH.
Penerimaan EIS 27-12-2013/
10:45
No problem.
Penolakan Parsial SI 27-12-2013/
10:50
Acara jam brp nih? Soalnya sy
nyambil jd supir jemputan anak-
anak juga...
Penolakan YK 27-12-2013/
11:38
Saya ngawas uas nih pagi dan
lanjut malem.
Negosiasi dan
Penerimaan
YK 27-12-2013/
11:38
Kalo ketemu langsung di rumah
pak HH gimana? Pak HH minta
alamatnya dong hehe
Penerimaan DN 27-12-2013/
11:46
Setuju tanggal 8 saja. Udah selesai
ujian.
Penolakan SI 27-12-2013/
12:05
Kalau dari jam 2 ke atas mah
sepertinya saya tidak bisa nih hiks.
Anak-anak ga ada yang jemput.
Penerimaan NQ 27-12-2013/
17:15
Ikut. Ikut…
Penolakan IR 27-12-2013/
19:35
Iya, kalau mulainya sore mah, saya
juga kayaknya g bisa ikut. Anak
yang gede ga ada yang anter-
jemput ke TPA-nya, kan udah
mulai masuk lagi tanggal segitu.
Negosiasi HH 29-12-2013/
14:20
Kalau begitu makan siang saja
sebelum jam 12-an ketika yang
ujian sudah selesai bagaimana?
Kalau tidak tanggal 8 Januari juga
tidak apa-apa kok.
Penerimaan EIS 30-12-2013/
05:24
Sip setuju. Semoga semua bisa
hadir ya.
Data 9
Konteks:
Komunikasi daring pada data 9 dilakukan oleh anggota grup strata S-3.
Grup ini adalah komunitas daring mahasiswa program doktor linguistik yang
datang dari kultur, latar belakang usia, dan minat yang lebih heterogen. Anggota
92
grup ini berjumlah 11 orang, yang terdiri dari 3 anggota laki-laki dan 8 anggota
perempuan. Berikut adalah data dan analisis komunikasi daring yang berlangsung
dalam grup strata S-3.
Data:
Inisial
Nama
Tanggal dan
Waktu Tuturan Kode Deskriptif
YK 11-5-
2014/
10:39
1 Selasa tgl 13 ketemuan
yuk, bu EIS dan mbak SI?
Kalo bisa jgn di
Jatinangor ya hehehe, 2
sekalian maksi saja.3 Ada yg
mau join?
1 AJAKAN 2 AJAKAN 3 AJAKAN
EIS 11-5-
2014/
10:41
4 Sedikit berubah niy. 5 Baru
bisa meluncur dari Jakarta
pagi2 6 tapi masih pengen
tetep ketemuan.... Gimana SI?
4 Hedge
(PENOLAKAN) 5 Alasan
(PENOLAKAN) 6 PENOLAKAN
PARSIAL
SI 11-5-
2014/
10:44
Jadi gak akan liat SUP nih?
Sampai Bandung kalau masih
siangan 7 hayu maksi barengan.
7 PENERIMAAN
YK 11-5-
2014/
11:04
8 Kalo gitu ketemuannya di
Bandung aja ya? 9 Ada
rekomendasi tempat makan
baru nih hehehe
8 NEGOSIASI 9 NEGOSIASI
EIS 11-5-
2014/
11:32
10 Oke kalau begitu
ketemuannya di Bandung aja
ya? Kalau keburu ke
Jatinangor pengen lihat SUP
dulu.
11 IR, NQ, RH, EC, EK, EWK,
HH ada yang bisa dan
berminat?
10 PENERIMAAN 11 AJAKAN
RH 11-5-
2014/
14:15
12 Saya ke Bandung ikut bu N
pulang-pergi, bu EIS, SI, dan
YK. Baru UTS dikasih waktu
4 minggu ngoreksi.
12 Alasan
(PENOLAKAN)
93
IR 11-5-
2014/
15:51
13 Saya mah mau ketemu pak
CS dulu kayaknya YK, bu EIS,
bu SI setelah beliau menguji.
13 Alasan
(PENOLAKAN)
EWK 11-5-
2014/
16:41
14 Selasa ---- 15 asal jangan di
Jatinangor ---- 16 sepertinya
saya bisa.
14 Pengulangan
(PENOLAKAN
PARSIAL) 15 NEGOSIASI 16 PENERIMAAN
EK 12-5-2014/
08:31
17 Saya mau lihat SUP. 18 Sori 19 ga bisa gabung kalau ke
Bandung mah. 20 Mesti jemput.
17 Alasan
(PENOLAKAN) 18 Pernyataan
penyesalan
(PENOLAKAN) 19 PENOLAKAN 20 Alasan
(PENOLAKAN)
SI 12-5-2014/
16:17
Saya juga mau lihat SUP dulu
deh
YK 12-5-2014/
17:35
Aaang beda-beda begini… Ya
sudah yang mau nonton SUP
semangat ya. 21 Kalau mau makan-makan di
Jatinangor, 22 saya ga bisa ikut; 23 kalau di Bandung, 24 saya
usahakan.
21 Pilihan 1 22 PENOLAKAN 23 Pilihan 2 24 PENERIMAAN
EIS 12-5-2014/
17:37
Oke, keep in touch. 25
Kayaknya masih bisa kok
maksi di Bandung.
25 NEGOSIASI
EC 12-5-2014/
18:45
Mau lihat SUP takut ditagih
proposalnya yang lagi nge-
hang nih.
26 Pergi ga ya…
26 Ragu-ragu
(PENOLAKAN
PARSIAL)
SI 12-5-2014/
19:06
YK aku kebetulan ada perlu ke
bu H juga nih, cari waktu lain
susah.
NQ 12-5-2014/
19:18
27 Saya absen dulu temans. 28
Saya lagi di Semarang nyari
homebase sekalian jalan-jalan
hehe
27 PENOLAKAN 28 Alasan
(PENOLAKAN)
94
Analisis:
Percakapan pada data 9 melibatkan 9 anggota komunitas daring yang terdiri
dari 7 anggota perempuan dan 2 anggota laki-laki. Ajakan diinisiasikan oleh YK
yang memiliki jenis kelamin perempuan pada tanggal 11 Mei 2014 pukul 10:29.
Pada tuturan awal, YK memfokuskan ajakannya kepada 2 anggota komunitas, EIS
dan SI (Selasa tanggal 13 ketemuan yuk, bu EIS dan mbak SI? Sekalian makan
siang saja). Bentuk tuturan ajakan yang diberikan YK adalah interogatif dengan
strategi ajakan imperatif dan bentuk tuturan deklaratif dengan strategi formula
menyarankan. Pada strategi ajakan imperatifnya, YK memberikan ungkapan fatis
‘yuk’ sebagai penanda ajakan sekaligus wujud kesantunannya. Ungkapan fatis
berikutnya yang diberikan YK adalah ‘saja’ pada strategi ajakan formula
menyarankan yang mengikuti ajakan sebelumnya. Kemudian, YK juga mengajak
anggota komunitas lain untuk berpartisipasi dalam pertemuan tersebut (Ada yang
mau ikut?).
Anggota pertama yang pertama memberikan respons adalah EIS pada pukul
10:41. EIS yang juga merupakan perempuan memberikan respons penolakan
parsial yang diawali dengan tuturan penolakan (Sedikit berubah nih. Baru bisa
berangkat dari Jakarta pagi-pagi) dan diikuti tuturan penolakan parsial (Tapi
masih ingin tetap bertemu). Respons EIS dapat dikatakan sebagai penolakan parsial
karena EIS menggunakan urutan tutur yang diawali dengan tuturan negatif yang
kemudian diikuti dengan tuturan positif. EIS menggunakan urutan tutur seperti
demikian sebagai wujud kesantunannya dan agar tidak menyinggung YK sebagai
pengajak.
95
Anggota berikutnya yang memberikan respons adalah SI yang merupakan
seorang perempuan pada pukul 10:44. Respons yang diberikan merupakan
penerimaan dengan kondisi tertentu (Sampai Bandung kalau masih siangan hayu
maksi barengan). SI memberikan respons seperti ini karena SI akan menyaksikan
sidang di tempat lain pada pagi hari, dan mengondisikan akan memenuhi ajakan
YK apabila SI dapat tiba di Bandung pada siang hari.
Menanggapi respons dari SI, pada pukul 11:04, YK memberikan pertanyaan
yang merupakan negosiasi agar pertemuan diadakan di Bandung (Kalau begitu
ketemunya di Bandung saja ya?) yang merupakan strategi perintah, dilanjutkan
dengan strategi rekomendasi yang masih merupakan negosiasi (Ada rekomendasi
tempat makan baru nih hehe). Dalam negosiasinya, YK menggunakan fatis ‘ya’
dan bentuk tuturan interogatif pada strategi negosiasinya yang merupakan perintah
untuk melemahkan kadar imperatifnya dan menunjukkan kesantunannya.
Kemudian pada strategi negosiasinya yang berupa rekomendasi, YK menggunakan
fatis ‘nih’ dan ‘hehe’ sebagai wujud kesantunannya.
Negosiasi YK ditanggapi secara positif oleh EIS pada pukul 11:32 yang
memberikan respons penerimaan (Oke kalau begitu ketemunya di Bandung saja
ya?). Setelah memberikan respons penerimaan, EIS kemudian mengajak anggota
lain untuk ikut bergabung dalam percakapan dan berpartisipasi dalam pertemuan
tersebut (IR, NQ, RH, EC, EK, EWK, HH, ada yang bisa dan berminat?). Ajakan
EIS ini menjadikan EIS sebagai pengajak 2.
Anggota pertama yang memberikan respons dari ajakan EIS adalah RH,
yang merupakan seorang anggota perempuan. RH memberikan respons penolakan
96
dengan memberikan penjelasan mengapa RH tidak dapat memenuhi ajakan EIS
(Saya ke Bandung ikut bu N pulang-pergi, bu EIS, SI, dan YK. Baru selesai UTS
diberi waktu 4 minggu untuk mengoreksi) pada pukul 14:15. Tingkat
ketidaklangsungan dari penolakan RH sangat tinggi karena RH tidak memberikan
penanda penolakan sama sekali. Tingkat ketidaklangsungan RH yang tinggi juga
menunjukkan tingkat kesantunan yang tinggi.
Anggota perempuan berikutnya yang memberikan respons adalah IR, yang
merupakan respons penolakan yang merupakan penjelasan (Saya mah mau
bertemu pak CS dulu sepertinya YK, bu EIS, bu SI setelah beliau menguji) pada
pukul 15:51. Penolakan IR juga tidak menggunakan penanda penolakan, sehingga
menunjukkan kadar ketidaklangsungan dan kesantunan yang tinggi. Kesantunan IR
dalam penolakannya juga ditunjukkan dengan fatis ‘mah’ dan ‘sepertinya’.
Kemudian, EWK merupakan anggota laki-laki pertama yang bergabung
dalam percakapan pada pukul 16:41 dan memberikan respons penolakan parsial
(Selasa,), negosiasi (asal jangan di Jatinangor,), dan penerimaan (sepertinya saya
bisa). Penolakan parsial yang diberikan EWK merupakan pengulangan satu bagian
dari ajakan yang kemudian diikuti dengan kondisi tertentu, yaitu agar pelaksanaan
ajakan tidak dilaksanakan di Jatinangor, dan penerimaan. Urutan tutur EWK
tersebut merupakan wujud kesantunan EWK.
Respons berikutnya yang berupa penolakan diberikan oleh EK yang
merupakan anggota perempuan pada tanggal 12 Mei 2014 pukul 08:31. EK
mengawali penolakannya dengan alasan (Saya mau lihat SUP), diikuti pernyataan
penyesalan (Sori), penolakan langsung (ga bisa gabung kalau ke Bandung mah),
97
dan alasan lain (Harus jemput). Wujud kesantunan dari penolakan EK ditunjukkan
melalui urutan tutur dan panjang tuturan. Urutan tutur yang diawali dengan
alasan dan diikuti dengan pertanyaan penyesalan, penolakan langsung dan diakhiri
dengan alasan lainnya menunjukkan kadar kesantunan yang tinggi. Panjang tuturan
EK menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak menggunakan basa-basi dalam
tuturannya. EK juga memberikan ungkapan fatis ‘mah’ dalam penolakan
langsungnya untuk mengurangi kadar ketidaksantunan dari penolakan langsung
tersebut.
Pada pukul 17:35 di hari yang sama, YK sebagai inisiator kemudian
memberikan semangat kepada anggota lain yang akan menghadiri sidang (Ya sudah
yang mau nonton sidang semangat ya) sebagai basa-basi sebelum memberikan
respons berikutnya. YK kemudian memberikan penolakan untuk alternatif
pertama (Kalau mau makan-makan di Jatinangor, saya ga bisa ikut) dan
penerimaan untuk alternatif kedua (Kalau di Bandung, saya usahakan). Kedua
alternatif respons yang diberikan YK merupakan penolakan parsial karena
terdapat satu kondisi yang membuat YK menolak untuk menghadiri pertemuan,
namun terdapat kondisi lain yang memungkinkan YK untuk menghadiri pertemuan
tersebut. Beberapa penanda kesantunan yang digunakan YK dalam penolakan
parsialnya adalah fatis ‘ya’, urutan tuturan, dan panjang tuturan.
Pada pukul 17:37, EIS menanggapi penolakan parsial YK dengan negosiasi
bahwa ada kemungkinan EIS dapat pergi ke Bandung untuk bertemu dengan YK,
sesuai ajakan awal (Kayaknya masih bisa kok makan siang di Bandung). EIS
98
menggunakan ungkapan fatis ‘kok’ untuk meyakinkan YK bahwa pelaksanaan
ajakan tetap dapat dilakukan.
Respons berikutnya diberikan oleh EC, seorang anggota perempuan, pada
pukul 18:45 yang merupakan penolakan parsial, karena EC menyampaikan
keragu-raguannya untuk memenuhi ajakan (Pergi gak ya?) setelah sebelumnya
mengawali respons dengan informasi mengenai situasi EC (Mau lihat SUP takut
ditagih proposalnya yang lagi nge-hang nih). EC menunjukkan kesantunannya
melalui urutan tutur, yaitu basa-basi yang diikuti penolakan parsial; dan fatis ‘nih’
dan ‘ya’.
Penolakan juga diberikan oleh NQ pada pukul 19:18, dengan cara
memberikan penolakan langsung (Saya absen dulu teman-teman) dan alasan
(Saya lagi di Semarang nyari homebase sekalian jalan-jalan). NQ yang merupakan
anggota laki-laki kedua yang bergabung dalam percakapan memberikan penolakan
langsungnya dengan penanda penolakan ‘absen’, yang berarti ‘tidak hadir’. Verba
‘absen’ yang diberikan NQ digunakan untuk mengurangi kadar ketidaksantunan
penolakan.
Setelah terlibat dalam negosiasi panjang, percakapan berakhir dengan 3
anggota yang memberikan penerimaan, 2 anggota yang memberikan penolakan
parsial, dan 4 anggota yang memberikan penolakan terhadap ajakan yang waktu
pelaksanaannya telah disepakati. Proses ajakan pada data 9 ini berlangsung selama
satu hari, dimulai pada tanggal 11 Mei 2014 pukul 10:39 dan berakhir pada tanggal
12 Mei 2014 pukul 19:18.
99
Secara keseluruhan, proses ajakan nyata pada data 9 yang dilakukan oleh
grup strata S-3 dapat dilihat pada tabel berikut.
Jenis Tindak
Tutur
Inisial
Nama
Tanggal dan
Waktu Tuturan
Ajakan YK 11-5-2014/
10:39
Selasa tgl 13 ketemuan yuk,
bu EIS dan mbak SI? Kalo
bisa jgn di Jatinangor ya
hehehe, sekalian maksi saja.
Ada yg mau join?
Penolakan Penuh EIS 11-5-2014/
10:41
Sedikit berubah niy. Baru bisa
meluncur dari Jakarta pagi2
Penolakan Parsial EIS 11-5-2014/
10:41
tapi masih pengen tetep
ketemuan.... Gimana SI?
Penerimaan SI 11-5-2014/
10:44
Sampai Bandung kalau masih
siangan hayu maksi barengan.
Negosiasi YK 11-5-2014/
11:04
Kalo gitu ketemuannya di
Bandung aja ya? Ada
rekomendasi tempat makan
baru nih hehehe
Penerimaan EIS 11-5-2014/
11:32
Oke kalau begitu ketemuannya
di Bandung aja ya? Kalau keburu
ke Jatinangor pengen lihat SUP
dulu.
Ajakan EIS 11-5-2014/
11:32
IR, NQ, RH, EC, EK, EWK, HH
ada yang bisa dan berminat?
Penolakan Penuh RH 11-5-2014/
14:15
Saya ke Bandung ikut bu N
pulang-pergi, bu EIS, SI, dan
YK. Baru UTS dikasih waktu 4
minggu ngoreksi.
Penolakan Penuh IR 11-5-2014/
15:51
Saya mah mau ketemu pak CS
dulu kayaknya YK, bu EIS, bu
SI setelah beliau menguji.
Penolakan Parsial EWK 11-5-2014/
16:41
Selasa ---- asal jangan di
Jatinangor ---- sepertinya saya
bisa.
Penolakan Penuh EK 12-5-2014/
08:31
Saya mau lihat SUP. Sori ga bisa
gabung kalau ke Bandung mah.
Mesti jemput.
Penolakan Parsial YK 12-5-2014/
17:35
Kalau mau makan-makan di
Jatinangor, saya ga bisa ikut;
kalau di Bandung, saya
usahakan.
100
Negosiasi EIS 12-5-2014/
17:37
Kayaknya masih bisa kok maksi
di Bandung.
Penolakan Parsial EC 12-5-2014/
18:45
Pergi ga ya…
Penolakan Penuh NQ 12-5-2014/
19:18
Saya absen dulu temans. Saya
lagi di Semarang nyari homebase
sekalian jalan-jalan hehe
Data 10
Konteks:
Komunikasi daring pada data 10 dilakukan oleh anggota grup strata S-3.
Grup ini adalah komunitas daring mahasiswa program doktor linguistik yang
datang dari kultur, latar belakang usia, dan minat yang lebih heterogen. Anggota
grup ini berjumlah 11 orang, yang terdiri dari 3 anggota laki-laki dan 8 anggota
perempuan. Berikut adalah data dan analisis komunikasi daring yang berlangsung
dalam grup strata S-3.
Data:
Inisial
Nama
Tanggal dan
Waktu Tuturan Kode Deskriptif
IR 21-8-2014/
05:33
1 Halo bu SI, EC, DN, EIS, EK,
RH, YK, pak EWK, HH, NQ…
Katanya kan kita disuruh isi
KRS online untuk perwalian
Jumat besok, tapi KRS online
nya juga ga bisa dibuka karena
masa pengisian KRS udah
habis. Jadi gimana? Manual aja
kali ya? 2 Pada mau ke kampus
ga? Saya Kamis ini ke kampus
sekalian lihat NQ sidang.
1 Essential
Condition 2 AJAKAN
SI 21-8-2014/
05:34
3 Saya ada kelas jeng IR, 4 bisa
tolong ambilin formulirnya?
Nuhun..
3 Alasan
(PENOLAKAN)
101
4 Permintaan
tolong
(PENOLAKAN)
IR 21-8-2014/
05:36
Kalo manual, berarti langsung
diisi aja mereun nya?
Ambiliin, isiin dan
tandatanganin kah? :) kan
ketemunya entar susah lagi bu
SI
EC 21-8-2014/
05:38
5 Aku gak bisa ke Bandung hari
ini IR 6 boleh tolong isikan? Trims
5 PENOLAKAN 6 Permintaan
tolong
(PENOLAKAN)
SI 21-8-2014/
05:40
Jeng IR, iyah gitu ajah hehehe.
Nuhun lagi ☺
IR 21-8-2014/
05:42
Hihi. Nanti saya tanya dulu ke
pak A apa bisa diisikan dan
dipangtandatanganin semua ga.
Kalau bisa, ya ntar diisiin deh.
Tidakadamakasihyanggratis ☺
EIS 21-8-2014/
05:44
7 IR saya juga gak bisa. 8 Ikut
tolong diisiin ya neng?
Makasiiiih.
7 PENOLAKAN 8 Permintaan
tolong
(PENOLAKAN)
21-8-2014/
05:46
BTW mas NQ jadi ujian hari
ini?
IR 21-8-2014/
05:47
Oke bu EIS mudah-mudahan
bisa ya. Ayo siapa lagi yang
mauuu ☺
Ini NQ ga ada yang dukung
nih?
Iya bu EIS, NQ hari ini jam 11.
Analisis:
Ajakan yang diinisiasikan IR pada data 10 melibatkan 4 anggota yang
seluruhnya perempuan. IR yang juga merupakan seorang perempuan mengawali
ajakannya pada tanggal 21 Agustus 2014 pukul 05:33 dengan sapaan (Halo bu SI,
EC, DN, EIS, EK, RH, YK, pak EWK, HH, NQ) dan essential condition (Katanya
kan kita disuruh isi KRS online untuk perwalian Jumat besok, tapi KRS online nya
102
juga ga bisa dibuka karena masa pengisian KRS udah habis. Jadi gimana? Manual
aja kali ya?). Setelah memberikan essential condition, IR kemudian bertanya
kepada anggota komunitas tersebut apakah ada diantara anggota yang akan datang
(Pada mau ke kampus tidak? Saya Kamis ini saja sekalian lihat NQ sidang). Ajakan
IR menyiratkan bahwa IR ingin mengajak anggota lain untuk datang mengisi KRS
dan menyaksikan salah satu anggota komunitas tersebut sidang proposal. Wujud
kesantunan yang diberikan IR dapat dilihat pada panjangnya tuturan, urutan
tutur, dan beberapa ungkapan fatis. Tindak tutur ajakan yang menggunakan
strategi kesediaan dalam bentuk interogatif hanya berupa kalimat pendek yang
didahului dengan sapaan, informasi lain, interogatif lain, serta diakhiri dengan
informasi tambahan yang menjadikan tuturannya panjang. Kadar
ketidaklangsungan dari ajakan IR juga sangat tinggi, sehingga menjadikan
kesantunan yang tinggi pula. Kemudian ungkapan-ungkapan fatis ‘halo’, ‘kan’,
‘juga’, dan ‘ya’ menambahkan kesantunan yang diberikan IR.
Respons yang diberikan pertama kali oleh SI pada pukul 05:34 adalah
respons penolakan. SI menyatakan alasan mengapa SI tidak dapat datang untuk
mengisi KRS dan menyaksikan sidang proposal NQ (Saya ada kelas, jeng IR), dan
mengakhirinya dengan permintaan tolong kepada IR untuk mengambilkan
formulir KRS (Bisa tolong ambilin formulirnya? Nuhun). Meskipun tuturan SI
pendek, SI tetap menunjukkan kesantunannya melalui urutan tutur yang diawali
dengan alasan dan diakhiri dengan permintaan tolong. Penolakan SI juga tidak
menunjukkan penanda penolakan, sehingga kadar ketidaklangsungan penolakan
tersebut tinggi yang juga memiliki tingkat kesantunan yang tinggi.
103
Respons berikutnya yang merupakan penolakan diberikan oleh EC pada
pukul 05:38. EC memberikan penolakan langsung (Aku gak bisa ke Bandung hari
ini, IR), diikuti permintaan tolong (Boleh tolong isikan? Trims). Penolakan juga
diberikan oleh EIS pada pukul 05:44 dengan pola urutan yang sama seperti
penolakan yang diberikan EC. EIS memberikan penolakan langsung (IR saya juga
gak bisa) diikuti permintaan tolong (Ikut tolong diisikan ya neng? Makasiiiih).
Baik EC dan EIS memberikan ungkapan fatis ‘trims’, ‘ya’, dan ‘makasih’ sebagai
wujud kesantunan. Wujud kesantunan lain dari penolakan EC dan EIS adalah
bentuk tuturan interogatif dari permintaan tolong mereka. EIS juga menunjukkan
kesantunannya dengan fatis ‘makasiiiih’ yang menandakan nada panjang.
Proses ajakan berlangsung selama kurang dari 24 jam, mulai pukul 05:33
hingga pukul 05:47, dan berakhir dengan penolakan dari 3 anggota komunitas yang
terlibat percakapan. Proses ajakan ini tidak melibatkan negosiasi karena acara dari
ajakan yang diinisiasikan oleh IR merupakan acara yang sudah dijadwalkan oleh
pihak lain. Oleh karena itu, penolakan yang diberikan lebih terbuka dan tidak ada
anggota yang melakukan negosiasi.
Secara keseluruhan, proses ajakan nyata pada data 10 yang dilakukan oleh
grup strata S-3 dapat dilihat pada tabel berikut.
Jenis Tindak
Tutur
Inisial
Nama
Tanggal dan
Waktu Tuturan
Essential
Condition
IR 21-8-2014/
05:33
Halo bu SI, EC, DN, EIS, EK,
RH, YK, pak EWK, HH, NQ…
Katanya kan kita disuruh isi KRS
online untuk perwalian Jumat
besok, tapi KRS online nya juga
ga bisa dibuka karena masa
pengisian KRS udah habis. Jadi
gimana? Manual aja kali ya?
104
Ajakan IR 21-8-2014/
05:33
Pada mau ke kampus ga? Saya
Kamis ini ke kampus sekalian
lihat NQ sidang.
Penolakan Penuh SI 21-8-2014/
05:34
Saya ada kelas jeng IR, bisa
tolong ambilin formulirnya?
Nuhun..
Penolakan Penuh EC 21-8-2014/
05:38
5Aku gak bisa ke Bandung hari
ini IR. Boleh tolong isikan?
Trims
Penolakan Penuh EIS 21-8-2014/
05:44
IR saya juga gak bisa. Ikut
tolong diisiin ya neng?
Makasiiiih.
Data 11
Konteks:
Pada data 11, komunikasi daring terjadi dalam grup strata S-3. Grup ini
adalah komunitas daring mahasiswa program doktor linguistik yang datang dari
kultur, latar belakang usia, dan minat yang lebih heterogen. Anggota grup ini
berjumlah 11 orang, yang terdiri dari 3 anggota laki-laki dan 8 anggota perempuan.
Berikut adalah data dan analisis komunikasi daring yang berlangsung dalam grup
strata S-3.
Data:
Inisial
Nama
Tanggal dan
Waktu Tuturan Kode Deskriptif
IR 8-2-2015/
09:04
1 Selasa besok tanggal 10
pukul 9:00 bu SI SUP. 2 Ada
yang bisa datang kah?
1 Essential
Condition
2 AJAKAN
EIS 8-2-2015/
09:19
3 Inshallah 3 PENERIMAAN
YK 8-2-2015/
10:05
4 Aaaaaang ga bisa kemana-
mana �
4 PENOLAKAN
EK 8-2-2015/
10:09
5 Mudah-mudahan bisa ya. 5 PENOLAKAN
PARSIAL
NQ 8-2-2015/ 6 Inshallah. Sekalian KRS-an 6 PENERIMAAN
105
14:08
SI 8-2-2015/
14:31
Mohon doanya, teman-teman.
Deg-degan nih.
EC 9-2-2015/
03:20
Semoga SUP-nya lancar dan
sukses ya. 7 Pengen hadir 8 tapi disuruh
rapat akreditasi kampus. 9
Maaf ya, say.
7 Pernyataan positif
(PENOLAKAN) 8 Alasan
(PENOLAKAN) 9 Pernyataan
penyesalan
(PENOLAKAN)
HH 9-2-2015/
13:14
10 Inshallah palay euy. Sok bu
SI didoakeun sing lancar. Ngke
gentosan abdi doakeun nya?
10 PENERIMAAN
SI 9-2-2015/
13:26
Amin amin ya rabbal alamin.
Nuhun.
Analisis:
Percakapan pada data 11 melibatkan 8 anggota yang terdiri dari 2 anggota
laki-laki dan 6 anggota perempuan. Ajakan yang diinisiasikan oleh IR pada tanggal
8 Februari 2015 pukul 09:04 merupakan ajakan untuk datang melihat salah satu
rekan mereka mengikuti sidang proposal. Ajakan diawali dengan essential
condition, yaitu pemberitahuan tanggal dan waktu sidang rekan mereka
dilaksanakan (Selasa besok tanggal 10 pukul 9:00 bu SI sidang proposal), diikuti
ajakan dengan strategi kemampuan kepada rekan lainnya untuk menyaksikan
sidang tersebut (Ada yang bisa datang kah?). Kesantunan pada tindak tutur ajakan
IR direalisasikan dengan bentuk tuturan interogatif, urutan tutur, dan fatis ‘kah’.
Dalam ajakannya, IR memberikan informasi pendahulu sebelum tuturan ajakan
sebagai wujud kesantunannya.
Respons pertama diberikan oleh EIS pada pukul 09:19 yang merupakan
penerimaan (Inshallah), diikuti oleh YK yang memberikan penolakan langsung
(Aaaaaang tidak bisa kemana-mana) pada pukul 10:05, EK yang memberikan
106
penolakan parsial (Mudah-mudahan bisa ya) pada pukul 10:09, dan NQ yang
memberikan penerimaan (Inshallah, sekalian isi KRS) pada pukul 14:08. Dalam
respons penerimaan yang diberikan EIS dan NQ, terdapat fatis ‘inshallah’ yang
berarti ‘jika Allah mengizinkan’ dan diambil dari bahasa Arab. Ungkapan
‘inshallah’ menunjukkan bahwa EIS dan NQ memiliki niat untuk memenuhi
ajakan.
Respons penolakan yang diberikan YK, seorang anggota perempuan,
memiliki fatis ‘aaaaaang’ yang mengurangi kadar ketidaksantunan dari penolakan
langsungnya. Fatis tersebut digunakan sebagai rasa penyesalan YK atas situasi YK
yang tidak dapat memenuhi ajakan. Kemudian, respons yang diberikan EK
(Mudah-mudahan bisa ya) merupakan pernolakan parsial karena dilihat dari
tuturannya, EK bermaksud untuk datang, akan tetapi EK juga memberikan ekspresi
kesangsian yang ditandai dengan ‘mudah-mudahan’. Dalam penolakan parsialnya,
EK memberikan fatis ‘ya’ sebagai ungkapan kesantunan. Dalam hal ini, makna
tersirat dari tuturan EK adalah EK akan datang apabila tidak ada suatu hal yang
membatalkan maksud EK untuk datang.
Respons berikutnya yang berupa penolakan diberikan oleh EC pada tanggal
9 Februari 2015 pukul 03:20. EC yang merupakan anggota perempuan mengawali
respons penolakannya dengan dukungan kepada anggota yang akan melaksanakan
ujian (Semoga SUP-nya lancar dan sukses ya), diikuti pernyataan positif (Pengen
hadir), diikuti alasan (tapi disuruh rapat akreditasi kampus), dan diakhiri dengan
pernyataan penyesalan (Maaf ya say). Dalam penolakannya, EC menunjukkan
107
kesantunannya melalui urutan tutur dan panjang tuturan. Beberapa ungkapan
fatis seperti ‘ya’ dan ‘say’ juga digunakan EC sebagai kesantunan.
Kemudian, pada pukul 13:14 di hari yang sama, HH yang merupakan
anggota laki-laki bergabung dalam percakapan dan memberikan respons
penerimaan (Inshallah palay euy) yang mengindikasikan bahwa HH akan
menghadiri siding rekannya tersebut, diikuti dukungan untuk rekannya (Sok bu SI
didoakeun sing lancar, ngke gentosan abdi doakeun nya?). Beberapa ungkapan
fatis digunakan oleh HH sebagai wujud kesantunannya. Ungkapan-ungkapan fatis
tersebut adalah ‘euy’, ‘sok’, dan ‘nya’.
Proses ajakan pada data 11 berlangsung selama satu hari, mulai dari tanggal
8 Februari 2015 pada pukul 09:04 sampai dengan tanggal 9 Februari 2015 pukul
13:26. Proses ajakan berakhir dengan 3 anggota yang memberikan penerimaan, 2
anggota memberikan penolakan, dan 1 anggota memberikan respons penolakan
parsial. Ajakan yang diinisiasikan oleh IR tersebut tidak melibatkan negosiasi
panjang. Hampir setiap anggota memberikan respons langsung, baik penerimaan
maupun penolakan. Hal ini dikarenakan jadwal sidang rekannya telah ditentukan
dan tidak dapat diubah. Oleh karena itu, setiap anggota tidak memperpanjang
proses ajakan dengan negosiasi.
Secara keseluruhan, proses ajakan nyata pada data 10 yang dilakukan oleh
grup strata S-3 dapat dilihat pada tabel berikut.
Jenis Tindak
Tutur
Inisial
Nama
Tanggal dan
Waktu Tuturan
Essential
Condition
IR 8-2-2015/
09:04
Selasa besok tanggal 10 pukul
9:00 bu SI SUP.
Ajakan IR 8-2-2015/
09:04
Ada yang bisa datang kah?
108
Penerimaan EIS 8-2-2015/
09:19
Inshallah
Penolakan Penuh YK 8-2-2015/
10:05
Aaaaaang ga bisa kemana-mana
�
Penolakan Parsial EK 8-2-2015/
10:09
Mudah-mudahan bisa ya.
Penerimaan NQ 8-2-2015/
14:08
Inshallah. Sekalian KRS-an
Penolakan Penuh EC 9-2-2015/
03:20
Semoga SUP-nya lancar dan
sukses ya.
Pengen hadir tapi disuruh rapat
akreditasi kampus. Maaf ya, say.
Penerimaan HH 9-2-2015/
13:14
Inshallah palay euy. Sok bu SI
didoakeun sing lancar. Ngke
gentosan abdi doakeun nya?
Berdasarkan analisis pada data yang ditemukan dari percakapan daring yang
dilakukan oleh anggota-anggota dari tiga grup Facebook, proses ajakan nyata
terjadi saat inisiasi ajakan maupun felicity conditions diberikan. Felicity
conditions diberikan oleh pengajak untuk menetapkan konteks epistemik sehingga
anggota lain yang menjadi terajak memberikan respons relevan dengan apa yang
diinisiasikan pengajak. Respons terhadap ajakan nyata yang dapat berupa
penerimaan, penolakan parsial, dan penolakan penuh diberikan oleh anggota-
anggota lain yang bergabung dalam percakapan tersebut. Apabila salah satu
anggota yang berstatus sebagai terajak memberikan negosiasi, seringkali anggota
tersebut berubah kedudukan menjadi pengajak dan tidak menutup kemungkinan
bahwa pengajak 1 berubah kedudukannya menjadi terajak.
Berdasarkan penemuan data, ajakan nyata lebih banyak diberikan oleh
anggota dari grup Strata S-3. Terdapat empat data berisi ajakan nyata yang
diberikan oleh anggota grup strata S-3 dan satu data lainnya yang diberikan oleh
109
grup strata S-1. Dari kelima data berisi ajakan nyata, negosiasi yang diberikan oleh
anggota komunitas daring jarang diberikan. Penemuan pada data juga menunjukkan
bahwa strategi penolakan milik Beebe et al. (1990) yang merupakan kalimat
alternatif tidak berfungsi sebagai penolakan, melainkan negosiasi. Strategi
penolakan lainnya, yaitu penundaan, juga tidak seluruhnya berfungsi sebagai
penolakan. Karakteristik pada ajakan nyata pada penelitian ini dapat dikaidahkan
sebagai berikut.
Tabel 3.1 Kaidah karakteristik pada ajakan nyata
Hasil temuan pada data dalam penelitian ini menawarkan satu kebaruan,
yaitu karakteristik pada ajakan nyata. Dalam ajakan nyata, penanda ajakan dapat
diberikan sebelum maupun setelah penentuan tanggal, waktu, dan/atau aktivitas
ajakan. Penentuan tanggal, waktu, dan/atau aktivitas tidak harus diberikan
seluruhnya saat ajakan nyata diberikan.
Bagan 3.1 menggambarkan proses ajakan yang terjadi pada tiga grup
Facebook yang sebagian besar terjadi pada ajakan nyata.
AJAKAN NYATA
1. Ajakan � penanda ajakan + penentuan tanggal dan/atau waktu
2. Ajakan � penanda ajakan + penentuan tanggal dan/atau aktivitas
3. Ajakan � penanda ajakan + penentuan waktu dan/atau aktivitas
4. Ajakan � penanda ajakan + penentuan tanggal, waktu, dan/atau aktivitas
5. Ajakan � penentuan tanggal dan/atau waktu + penanda ajakan
6. Ajakan � penentuan tanggal dan/atau aktivitas + penanda ajakan
7. Ajakan � penentuan waktu dan/atau aktivitas + penanda ajakan
8. Ajakan � penentuan tanggal, waktu, dan/atau aktivitas + penanda ajakan
110
Bagan 3.1 Proses ajakan nyata yang terjadi pada tiga grup Facebook
*) K : dengan kesepakatan
TK : tanpa kesepakatan
3.1.2 Bentuk dan Strategi Tindak Tutur Ajakan pada Ajakan Nyata
Seluruh proses ajakan nyata yang telah diberikan penandaan kemudian
diseleksi lagi untuk memperoleh tuturan ajakan nyata. Kemudian, proses penandaan
lain dilakukan untuk menentukan bentuk dan strategi tindak tutur ajakan yang
digunakan oleh pengajak dalam memberikan ajakan nyatanya. Proses penandaan
strategi ajakan mengacu pada teori mengenai strategi ajakan milik Blum-Kulka,
111
House dan Kasper (1989). Berikut adalah data berisi ajakan nyata beserta jenis
strategi ajakannya.
DATA STRATA
GRUP
INISIAL
DAN JENIS
KELAMIN
PENGAJAK
AJAKAN NYATA
BENTUK
DAN
STRATEGI
AJAKAN
UNGKAPAN
FATIS
5 S-1 LJ
(Perempuan)
Kalau hari Minggu
depan pada bisa ga?
Pulangnya ke rumah
EPH, ngeliwet. Hehe
Interogatif Kemampuan
‘hehe’
7 S-3 EWK
(Laki-laki)
Tanggal 8 saja
bagaimana? Setelah
beres di Jatinangor.
Interogatif Formula
menyarankan
‘saja’
Kita kumpul di
rumah pak HH.
Deklaratif Formula
menyarankan
-
9 S-3 YK
(Perempuan)
Selasa tanggal 13
ketemuan yuk, bu
EIS dan mbak SI?
Interogatif Imperatif
‘yuk’
Sekalian maksi saja Deklaratif Formula
menyarankan
‘saja’
Ada yang mau ikut? Interogatif Kesediaan
-
EIS
(Perempuan)
IR, NQ, RH, EC, EK,
EWK, HH, ada yang
bisa dan berminat?
Interogatif Kemampuan
dan Kesediaan
-
10 S-3 IR
(Perempuan)
Pada mau ke kampus
ga?
Interogatif Kesediaan
-
11 S-3 IR
(Perempuan)
Ada yang bisa datang
kah?
Interogatif Kemampuan
‘kah’
Dari kelima data berisi ajakan nyata, ditemukan empat jenis strategi ajakan.
Keempat strategi ajakan tersebut adalah strategi tidak langsung konvensional
berbasis pendengar, yang terdiri dari kemampuan, kesediaan, dan formula
menyarankan; serta strategi ajakan langsung, yaitu kalimat imperatif.
112
1. Kemampuan
DATA STRATA
GRUP PENGAJAK AJAKAN
BENTUK
TUTURAN
AJAKAN
5 S-1 LJ Kalau hari Minggu
depan pada bisa tidak?
Pulangnya ke rumah
EPH, ngeliwet
Interogatif
9 S-3 EIS IR, NQ, RH, EC, EK,
EWK, HH, ada yang
bisa dan berminat?
Interogatif
11 S-3 IR Ada yang bisa datang
kah?
Interogatif
Strategi ajakan kemampuan ditemukan pada data 5, 9, dan 11. Kata yang
ditemukan pada tiga tuturan berisi strategi ajakan kemampuan adalah ‘bisa’, yang
bermakna ‘mampu melakukan sesuatu’. Seluruh data yang berisi strategi ajakan
kemampuan memiliki bentuk tuturan interogatif.
Pada data 5, strategi ajakan kemampuan diberikan oleh LJ (Kalau hari
Minggu depan pada bisa tidak?). Kemudian pada data 9, strategi ajakan
kemampuan diberikan oleh EIS (Ada yang bisa dan berminat?). Strategi ajakan
kemampuan terakhir yang ada pada data 11 diberikan oleh IR (Ada yang bisa
datang kah?). Dalam ajakannya, IR juga menggunakan ungkapan fatis ‘kah’, yang
berfungsi sebagai pengukuhan pertanyaan.
2. Kesediaan
DATA STRATA
GRUP PENGAJAK AJAKAN
BENTUK
TUTURAN
AJAKAN
9 S-3 YK Ada yang mau ikut? Interogatif
113
EIS IR, NQ, RH, EC, EK,
EWK, HH, ada yang
bisa dan berminat?
Interogatif
10 S-3 IR Pada mau ke kampus
ga?
Interogatif
Sama seperti strategi ajakan kemampuan, seluruh data yang berisi strategi
ajakan kesediaan memiliki bentuk tuturan interogatif. Pada tiga strategi ajakan
kesediaan, yang terdapat pada data 9 dan 10, terdapat kata-kata yang memiliki
makna ‘sudi’. Kata-kata tersebut adalah ‘mau’ dan ‘berminat’. Pada data 9, strategi
ajakan berupa kesediaan diberikan oleh YK (Ada yang mau ikut?), dan pada data
10 diberikan oleh IR (Pada mau ke kampus ga?). Kata ‘mau’ digunakan sebagai
penawaran aksi akan datang yang juga berfungsi sebagai konfirmasi kesediaan
terajak untuk memenuhi aksi akan datang tersebut.
Kemudian, pada data 9, EIS menggunakan kata ‘berminat’ pada ajakannya
(Ada yang bisa dan berminat?). ‘Berminat’ memiliki makna ‘mempunyai minat’.
Sama seperti kata ‘mau’ yang ditemukan pada data sebelumnya, ‘berminat’
digunakan sebagai penawaran dan konfirmasi kesediaan terajak untuk memenuhi
aksi akan datang yang diinisiasikan.
3. Formula Menyarankan
DATA STRATA
GRUP PENGAJAK AJAKAN
BENTUK
TUTURAN
AJAKAN
7 S-3 EWK Tanggal 8 saja
bagaimana? Setelah
beres di Jatinangor.
Interogatif
Kita kumpul di rumah
pak HH
Deklaratif
114
9 S-3 YK Sekalian makan siang
saja.
Deklaratif
Kemudian, ajakan nyata yang berisi formula menyarankan ditemukan
pada data 7 dan 9. Pada data 7, ajakan nyata berisi formula menyarankan dengan
bentuk tuturan interogatif dan deklaratif diberikan oleh EWK (Tanggal 8 saja
bagaimana? Setelah beres dari Jatinangor dan Kita kumpul di rumah pak HH).
Asumsi yang dapat disimpulkan dari ajakan pertama EWK (Tanggal 8 saja
bagaimana? Setelah beres dari Jatinangor) adalah seluruh atau sebagian besar
anggota komunitas daring akan berada di Jatinangor untuk melakukan satu aktivitas
pada tanggal 8. Kemudian anggota komunitas daring tersebut akan berkumpul di
salah satu rumah anggota komunitas daring tersebut.
Kemudian, formula menyarankan yang memiliki bentuk tuturan deklaratif
diberikan oleh YK (Sekalian makan siang saja) pada data 9. Praanggapan yang
digagas YK dari ajakannya adalah anggota komunitas daring yang merupakan
terajak belum makan siang pada saat aktivitas dari ajakannya tersebut dilaksanakan.
Asumsi lain yang dapat disimpulkan adalah aktivitas dari ajakan tersebut akan
dilaksanakan menjelang waktu makan siang.
Pada data 7 dan 9, terdapat ungkapan fatis ‘saja’, yang menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia memiliki makna ‘lebih baik’. Anjuran yang diberikan
penutur dapat menjadi ajakan apabila diikuti dengan konteks yang sesuai.
115
4. Kalimat Imperatif
DATA STRATA
GRUP PENGAJAK AJAKAN
BENTUK
TUTURAN
AJAKAN
9 S-3 YK Selasa tanggal 13
ketemuan yuk, bu EIS
dan mbak SI?
Interogatif
Strategi ajakan yang merupakan kalimat imperatif ditemukan pada data 9
dengan bentuk tuturan interogatif. Tuturan imperatif yang diberikan oleh YK pada
data 9 merupakan ajakan untuk bertemu dan bertatap muka (Selasa tanggal 13
ketemuan yuk, bu EIS dan mbak SI?). Pada tuturan imperatif tersebut, terdapat satu
ungkapan fatis yang merupakan kata seru untuk mengajak. Fatis tersebut adalah
‘yuk’. Kata ‘yuk’ atau ‘ayo’ bermakna ‘kata seru untuk mengajak atau memberikan
dorongan’. Strategi ajakan imperatif ini merupakan salah satu dari strategi ajakan
langsung.
Meskipun YK menggunakan kalimat imperatif dalam ajakannya, bentuk
tuturan ajakan tersebut adalah interogatif karena YK bermaksud untuk mengurangi
kadar ketidaksantunannya. Ajakan dengan kalimat imperatif pada data 9 hanya
ditegaskan dengan kata seru ‘yuk’, tanpa menggunakan bentuk tuturan imperatif.
Sebagai simpulan, pada ajakan nyata, sebagian besar ajakan dimulai dengan
felicity conditions. Bentuk tuturan ajakan pada ajakan nyata sebagian besar adalah
interogatif. Bahkan dalam strategi ajakan kalimat imperatif, pengajak
menggunakan bentuk tuturan interogatif sebagai wujud kesantunan.
Secara keseluruhan, masing-masing strategi ajakan nyata yang ditemukan
pada data memiliki beberapa kata yang menjadi indikator penguat strategi-strategi
116
tersebut. Oleh karena itu, dalam hal ini strategi ajakan nyata dapat dikaidahkan
sebagai berikut.
Tabel 3.2 Kaidah strategi ajakan dalam ajakan nyata
Kemampuan
‘Bisa’
Kesediaan ‘Mau’
‘Berminat’
Imperatif Memiliki kata seru untuk mengajak
(‘Ayo’ dan ‘Yuk’)
Formula menyarankan ‘saja’ = ‘lebih baik’
‘bagaimana’
3.1.3 Respons terhadap Ajakan Nyata
Berdasarkan hasil analisis dari lima data berisi ajakan nyata yang terkumpul,
terdapat tiga jenis respons yang diberikan oleh terajak sebagai tanggapan atas
ajakan yang diberikan. Ketiga jenis respons tersebut adalah penerimaan,
penolakan parsial, dan penolakan penuh.
3.1.3.1 Penerimaan terhadap Ajakan Nyata
Pada umumnya, jenis respons penerimaan terhadap ajakan nyata berisi
tuturan positif yang menunjukkan persetujuan terhadap ajakan yang diberikan.
Berikut adalah tuturan positif yang merupakan respons penerimaan dari ajakan
nyata yang diberikan.
Data Strata
Grup
Inisial dan
Jenis Kelamin
Penutur
Tuturan Ungkapan
Fatis
5 S-1 ASR
(Laki-laki)
Sok lah diatur-atur tanggal
sakitu.
‘sok’, ‘lah’
117
7 S-3 EIS
(Perempuan)
No problem. -
YK
(Perempuan)
Kalo ketemu langsung di
rumah pak HH gimana?
Pak HH minta alamatnya
dong hehe
‘dong’,
‘hehe’
DN
(Perempuan)
Setuju tanggal 8 saja. ‘saja’
NQ
(Laki-laki)
Ikut. Ikut…
EIS
(Perempuan)
Sip setuju. ‘sip’
9 S-3 SI
(Perempuan)
hayu maksi barengan. ‘hayu’
EIS
(Perempuan)
Oke kalau begitu
ketemuannya di Bandung
aja ya?
‘oke’, ‘aja’,
‘ya’
EWK
(Laki-laki)
Asal jangan di Jatinangor -
--- sepertinya saya bisa.
-
YK
(Perempuan)
Kalau di Bandung, saya
usahakan.
-
11 S-3 EIS
(Perempuan) Inshallah ‘inshallah’
NQ
(Laki-laki)
Inshallah. Sekalian KRS-
an
‘inshallah’
HH
(Laki-laki)
Inshallah palay euy. ‘inshallah’,
‘euy’
Pada respons penerimaan terhadap ajakan nyata, terdapat beberapa
ungkapan fatis dan kata yang menunjukkan sikap positif terajak terhadap ajakan
yang diberikan. Fatis dan kata tersebut adalah ‘bisa/boleh’, ‘ayo’/’hayu’, ‘ikut’,
‘oke’, ‘setuju’, ‘sok’ (silakan), dan ‘inshallah’.
Respons penerimaan yang diperkuat dengan kata ‘bisa/boleh’ ditemukan
pada data 9. Pada data 9, penerimaan diberikan oleh EWK (Asal jangan di
Jatinangor, sepertinya saya bisa). EWK menyatakan bahwa EWK dapat memenuhi
ajakan yang diberikan apabila pelaksanaan ajakan tersebut tidak dilakukan di
Jatinangor.
118
Kemudian, respons penerimaan terhadap ajakan nyata yang diperkuat
dengan fatis ‘ayo’/’hayu’ juga ditemukan pada data 9. Respons tersebut diberikan
oleh SI pada data 9 (Hayu maksi barengan). Fatis ‘ayo’/’hayu’ yang digunakan
dalam respons penerimaan mengindikasikan bahwa ajakan yang diberikan pengajak
disetujui dan akan dipenuhi oleh terajak yang memberikan respons tersebut.
Respons penerimaan berikutnya ditunjukkan dengan kata ‘ikut’. Tuturan
penerimaan berisi kata ‘ikut’ ditemukan pada data 7. Pada data 7, respons diberikan
oleh NQ (Ikut. Ikut…).
Fatis lain yang ditemukan pada respons penerimaan adalah ‘oke’. Fatis
‘oke’ merupakan ragam cakapan tidak baku yang berarti ‘setuju’. Fatis ‘oke’
ditemukan pada data 9. Pada data 9, EIS merupakan anggota yang memberikan
respons yang berisi fatis ‘oke’. EIS menuturkan fatis ‘oke’ diikuti dengan
pertanyaan konfirmasi (Oke kalau begitu ketemuannya di Bandung aja ya?) yang
juga mengandung ungkapan fatis ‘aja’dan ‘ya’.
Kata berikutnya yang memperkuat penerimaan ajakan adalah ‘setuju’. Kata
‘setuju’ ditemukan pada data 7. Pada data 7, persetujuan diberikan oleh DN (Setuju
tanggal 8 saja) dan EIS (Sip setuju).
Respons penerimaan berikutnya ditunjukkan dengan fatis ‘sok’ yang
merupakan bahasa Sunda. Fatis ‘sok’ memiliki makna ‘silakan’ apabila diartikan
sesuai dengan konteks percakapan yang ada. Fatis ‘sok’ ditemukan pada data 5.
Pada data 5, tuturan berisi fatis ‘sok’ diberikan oleh ASR (Sok lah diatur-atur
tanggal sakitu), yang juga mengindikasikan bahwa ASR mempersilakan pengajak
119
dan anggota komunitas daring lainnya untuk mengatur waktu pelaksanaan
pertemuan.
Fatis berikutnya yang memperkuat respons penerimaan adalah ‘inshallah’.
‘Inshallah’ berasal dari bahasa Arab yang memiliki makna ‘jika Allah
mengizinkan’. Istilah ini digunakan untuk menyertai pernyataan akan berbuat
sesuatu pada masa yang akan datang. Fatis ‘inshallah’ ditemukan pada data 11.
Pada data 11, fatis ‘inshallah’diberikan oleh EIS, NQ, dan HH sebagai respons
positif atas ajakan yang diberikan kepada mereka.
Selain ketujuh fatis dan kata yang memperkuat respons penerimaan
terhadap ajakan nyata, ditemukan beberapa kata lain pada data yang
mengindikasikan penerimaan seperti ‘no problem’ (tidak masalah) dan ‘saya
usahakan’. Pada umumnya, kalimat positif digunakan terajak sebagai respons
penerimaan terhadap ajakan yang diberikan.
3.1.3.2 Penolakan Parsial terhadap Ajakan Nyata
Selain penerimaan dan penolakan penuh, pada 5 data yang berisi ajakan
nyata terdapat enam penolakan parsial, yang bukan merupakan penolakan penuh
maupun penerimaan. Berikut adalah tuturan yang merupakan penolakan parsial
pada ajakan nyata.
Data Strata
Grup
Inisial dan
Jenis
Kelamin
Penutur
Penolakan Parsial
Jenis
Penolakan
Parsial
Ungkapan
Fatis
7 S-3 SI
(Perempuan)
Acara jam berapa
nih? Soalnya saya
nyambil jadi supir
Ragu-ragu ‘nih’
120
jemputan anak-
anak.
9 S-3 EIS
(Perempuan) Tapi masih ingin tetap bertemu.
Harapan
memenuhi
ajakan
-
EWK
(Laki-laki)
Selasa, asal jangan
di Jatinangor,
sepertinya saya
bisa.
Pengulangan
satu bagian
pada ajakan
-
YK
(Perempuan) Kalau mau
makan siangnya
di Jatinangor,
saya tidak bisa
ikut. Kalau di
Bandung, saya
usahakan.
Pilihan -
EC
(Perempuan)
Pergi gak ya? Ragu-ragu ‘ya’
11 S-3 EK
(Perempuan)
Mudah-mudahan
bisa ya.
Harapan
memenuhi
ajakan
‘ya’
Berdasarkan data yang diperoleh, penolakan parsial dapat berupa
pengulangan bagian pada ajakan, harapan untuk memenuhi ajakan, pilihan
dari beberapa alternatif, dan keragu-raguan. Seluruh respons terhadap ajakan
nyata yang merupakan penolakan parsial diberikan oleh anggota grup strata S-3.
1. Pengulangan Bagian pada Ajakan
Data Strata Grup Penutur Penolakan Parsial
Jenis
Penolakan
Parsial
9 S-3 EWK Selasa, asal jangan di
Jatinangor, sepertinya saya
bisa.
Pengulangan
satu bagian
pada ajakan
121
Dari 5 data berisi ajakan nyata yang ditemukan, strategi penolakan yang
diajukan Beebe et al. (1990), yaitu pengulangan satu bagian dari ajakan, seperti
pada data 9 yang dituturkan oleh EWK (Selasa, asal jangan di Jatinangor,
sepertinya saya bisa) bukan merupakan penolakan, melainkan penolakan parsial.
Pada data 9, pengulangan bagian yang diberikan EWK dilanjutkan dengan
permintaan EWK agar tempat ajakan dilaksanakan tidak diadakan di Jatinangor
serta penerimaan yang diberikan EWK setelahnya menunjukkan bahwa EWK
akan menerima apabila permintaannya diikuti, dan akan menolak apabila
permintaannya tidak diikuti. Jadi, strategi penolakan pengulangan satu bagian
dari ajakan milik Beebe et al. (1990) dapat menjadi strategi penolakan parsial
apabila diikuti oleh tuturan lain yang mendukung.
2. Harapan untuk Memenuhi Ajakan
Data Strata Grup Penutur Penolakan Parsial
Jenis
Penolakan
Parsial
9 S-3 EIS Tapi masih ingin tetap
bertemu.
Harapan
memenuhi
ajakan
11 S-3 EK Mudah-mudahan bisa ya. Harapan
memenuhi
ajakan
Jenis penolakan parsial lainnya yang ditemukan pada data adalah harapan
untuk memenuhi ajakan. Strategi penolakan parsial ini menunjukkan bahwa
terajak akan memenuhi ajakan apabila di kemudian hari terajak tidak memiliki
halangan untuk memenuhinya, atau terajak tetap ingin memenuhi ajakan
meskipun ada suatu hal yang mungkin menghalangi terajak.
122
Penolakan parsial berisi harapan untuk memenuhi ajakan ditemukan pada
data 9 dan 11. Pada data 9, penolakan parsial diberikan oleh EIS (Tapi masih ingin
tetap bertemu). Penolakan parsial EIS tersebut mengindikasikan bahwa EIS
memiliki halangan di masa datang saat ajakan dilaksanakan, akan tetapi EIS
berharap untuk tetap dapat memenuhi ajakan tersebut.
Penolakan parsial lainnya ditemukan pada data 11, yang diberikan oleh EK
(Mudah-mudahan bisa ya). Sama seperti penolakan parsial yang juga diberikan EK
pada data 8, penolakan parsial pada data 11 juga mengindikasikan bahwa EK
berharap tidak ada halangan di masa datang sehingga EK dapat memenuhi ajakan
yang diberikan.
3. Pilihan dari Beberapa Alternatif
Data Strata Grup Penutur Penolakan Parsial
Jenis
Penolakan
Parsial
9 S-3 YK Kalau mau makan
siangnya di Jatinangor,
saya tidak bisa ikut. Kalau
di Bandung, saya
usahakan.
Pilihan
Penolakan parsial lainnya yang ditemukan pada data adalah pilihan dari
beberapa alternatif. Penolakan parsial seperti ini ditemukan pada data 9.
Pada data 9, penolakan parsial diberikan oleh YK (Kalau mau makan
siangnya di Jatinangor, saya tidak bisa ikut. Kalau di Bandung, saya usahakan).
Pada penolakan parsialnya, YK tidak dapat memenuhi ajakan apabila aktivitas
123
dilaksanakan di Jatinangor; akan tetapi YK dapat memenuhi ajakan tersebut apabila
aktivitas dari ajakan tersebut tidak dilaksanakan di Jatinangor.
Sebagai simpulan, penolakan parsial jenis pilihan dari beberapa alternatif
dapat dilihat dari dua respons berbeda yang diberikan oleh seorang terajak. Terajak
memberikan respons positif terhadap satu pilihan ajakan dan respons negatif
terhadap pilihan ajakan lainnya.
4. Keragu-raguan
Data Strata Grup Penutur Penolakan Parsial
Jenis
Penolakan
Parsial
7 S-3 SI Acara jam berapa nih?
Soalnya saya nyambil jadi
supir jemputan anak-anak.
Ragu-ragu
9 S-3 EC Pergi gak ya? Ragu-ragu
Dari 5 data berisi ajakan nyata yang dianalisis, terdapat dua penolakan
parsial yang ditunjukkan oleh keragu-raguan. Penolakan parsial tersebut
ditemukan pada data 7 dan 9. Pada data 7, penolakan persial berisi keragu-raguan
diberikan oleh SI (Acara jam berapa nih? Soalnya saya nyambil jadi supir
jemputan anak-anak). Tuturan yang diberikan oleh SI mengindikasikan bahwa SI
tidak yakin apabila SI dapat memenuhi ajakan yang diberikan karena waktu
pelaksanaan ajakan yang belum diketahui serta aksi akan datang SI yang akan
menjemput anak-anaknya. Tuturan ini juga mengindikasikan bahwa apabila waktu
pelaksanaan ajakan dilakukan bersamaan dengan waktu SI menjemput anak-
anaknya, SI tidak akan dapat memenuhi ajakan tersebut.
124
Penolakan parsial berisi keragu-raguan juga diberikan oleh EC pada data 9
(Pergi gak ya?). Pada tuturannya, EC menyatakan ketidakpastiannya terhadap
ajakan yang diberikan. Berbeda dengan teori Beebe at al. (1990) yang menyatakan
bahwa ragu-ragu merupakan respons penolakan yang termasuk dalam strategi
penghindaran nonverbal, berdasarkan data yang ditemukan pada penelitian ini,
ragu-ragu merupakan bagian dari penolakan parsial yang mengindikasikan
ketidakpastian terajak terhadap partisipasinya dalam ajakan yang diberikan. Secara
keseluruhan, beberapa jenis penolakan parsial dapat dikaidahkan sebagai berikut.
Tabel 3.3 Kaidah penolakan parsial terhadap ajakan nyata
Pengulangan bagian pada
ajakan
Satu bagian pada ajakan + penerimaan
Harapan memenuhi
ajakan
1. X X akan datang
Penerimaan Halangan
2. X X akan datang
Halangan Penerimaan
Pilihan
(Pilihan 1 + respons), (Pilihan 2 + respons)
Ragu-ragu
Ketidakpastian
Beberapa indikator yang menunjukkan jenis penolakan parsial yang
diberikan sebagai respons terhadap ajakan nyata dapat dilihat pada bagan 3.2.
125
Bagan 3.2 Strategi penolakan parsial pada ajakan nyata dan indikatornya
3.1.3.3 Penolakan Penuh terhadap Ajakan Nyata
Respons terhadap ajakan nyata berikutnya yang ditemukan pada data selain
penerimaan dan penolakan parsial adalah penolakan penuh. Respons penolakan
penuh yang ditemukan terdiri dari beberapa strategi penolakan dan urutan
penolakan yang diajukan oleh Beebe et al. (1990). Berikut adalah respons
penolakan penuh yang berisi strategi dan urutannya.
Data
dan
Strata
Grup
Inisial dan
Jenis
Kelamin
Penutur
Tindak Tutur Penolakan Ungkapan
Fatis Respons Strategi
Penolakan Urutan
5
(S-1)
NVP
(Laki-laki)
Keluarga saya mau
pindahan ke rumah baru jadi
pasti akan sibuk sekali.
Alasan /
penjelasan Penolakan
inti
-
AST
(Perempuan)
Tanggal 2 mah tidak bisa Penolakan
langsung Penolakan
inti
‘mah’
PENOLAKAN
PARSIAL
Pengulangan
satu bagian
pada ajakan
Harapan
memenuhi
ajakan
Pilihan
Keragu-raguan
Diikuti
penerimaan
Penerimaan apabila masa datang
tidak ada halangan
Memiliki halangan tetapi tetap
ingin memenuhi ajakan
Pilihan 1 - Penolakan
Pilihan 2 - Penerimaan
Tidak memiliki jawaban pasti
126
MA
(Perempuan)
Well, I can’t Penolakan
langsung Penolakan
inti
‘well’
ASR
(Laki-laki)
Mau ke luar kota nih
minggu ini.
Alasan /
penjelasan Penolakan
inti
‘nih’
EPH
(Perempuan)
EPH minggu ini tidak bisa, Penolakan
langsung Penolakan
inti
-
ada tamu dari Tasikmalaya
dan akan menginap di
rumah.
Alasan /
penjelasan Pasca-
penolakan
-
Maaf ya, kak Pernyataan
penyesalan Pasca-
penolakan
‘ya’
7
(S-3)
YK
(Perempuan)
Saya mengawas UAS nih
dari pagi dan lanjut malam.
Alasan /
penjelasan Penolakan
inti
‘nih’
SI
(Perempuan)
Kalau dari jam 2 ke atas
mah sepertinya saya tidak
bisa nih.
Penolakan
langsung Penolakan
inti
‘mah’,
‘nih’
Anak-anak ga ada yang
jemput.
Alasan /
penjelasan Pasca-
penolakan
-
IR
(Perempuan)
Kalau mulainya sore mah,
saya juga kayaknya ga bisa
ikut.
Penolakan
langsung Penolakan
inti
‘mah’,
‘kayaknya’
Anak yang besar ga ada
yang antar-jemput ke TPA-
nya.
Alasan /
penjelasan Pasca-
penolakan
-
Kan sudah mulai masuk lagi
tanggal segitu
Alasan /
penjelasan Pasca-
penolakan
‘kan’
9
(S-3)
EIS
(Perempuan)
Sedikit berubah nih. Hedge Pra-
penolakan
‘nih’
Baru bisa berangkat dari
Jakarta pagi-pagi.
Alasan /
penjelasan Penolakan
inti
-
RH
(Perempuan)
Saya ke Bandung ikut bu N
pulang-pergi, bu EIS, SI,
dan YK.
Alasan /
penjelasan Penolakan
inti
Baru selesai UTS diberi
waktu 4 minggu untuk
mengoreksi.
Alasan /
penjelasan Pasca-
penolakan
IR
(Perempuan)
Saya mah mau bertemu pak
CS dulu sepertinya YK, bu
EIS, bu SI setelah beliau
menguji
Alasan /
penjelasan Penolakan
inti
‘mah’
EK
(Perempuan)
Saya mau lihat sidang. Alasan /
penjelasan Pra-
penolakan
-
Sori, Pernyataan
penyesalan Pra-
penolakan
-
127
Ga bisa gabung kalau ke
Bandung mah.
Penolakan
langsung Penolakan
inti
‘mah’
Harus jemput. Alasan /
penjelasan Pasca-
penolakan
-
YK
(Perempuan)
Saya tidak bisa ikut Penolakan
langsung Penolakan
inti
-
NQ
(Laki-laki)
Saya absen dulu, teman-
teman.
Penolakan
langsung Penolakan
inti
-
Saya lagi di Semarang
mencari instansi induk
sekalian jalan-jalan
Alasan /
penjelasan Pasca-
penolakan
-
10
(S-3)
SI
(Perempuan)
Saya ada kelas, jeng IR. Alasan /
penjelasan Penolakan
inti
-
Bisa tolong ambilin
formulirnya?
Permintaan
tolong Pasca-
penolakan
-
EC
(Perempuan)
Aku gak bisa ke Bandung
hari ini, IR.
Penolakan
langsung Penolakan
inti
-
Boleh tolong isikan? Permintaan
tolong Pasca-
penolakan
-
EIS
(Perempuan)
IR, saya juga gak bisa. Penolakan
langsung Penolakan
inti
-
Ikut tolong diisikan ya,
neng?
Permintaan
tolong Pasca-
penolakan
‘ya’,
‘neng’
11
(S-3)
YK
(Perempuan)
Aaaaaang Pernyataan
penyesalan Pra-
penolakan
‘Aaaaang’
tidak bisa kemana-mana Penolakan langsung
Penolakan
inti
EC
(Perempuan)
Ingin hadir, Pernyataan positif
Pra-
penolakan
Tapi disuruh rapat akreditasi
kampus
Alasan / penjelasan
Penolakan
inti
Maaf ya say Pernyataan
penyesalan Pasca-
penolakan
‘ya’, ‘say’
1. Strategi Penolakan
Pada respons penolakan terhadap ajakan nyata yang diberikan oleh anggota
komunitas dalam 5 data percakapan, ditemukan enam strategi penolakan yang
diajukan oleh Beebe et al. (1990). Strategi-strategi tersebut adalah penolakan
langsung, alasan/penjelasan, pernyataan penyesalan, pernyataan positif,
hedge, dan permintaan tolong. Strategi penolakan yang ditemukan dalam data
128
pada penelitian ini tidak diklasifikasikan dan dipisahkan ke dalam masing-masing
strategi, karena dalam beberapa data, satu respons penolakan berisi lebih dari satu
strategi penolakan.
Pada data 5, respons penolakan diberikan oleh NVP, AST, MA, AP, dan
EPH. Strategi penolakan yang digunakan oleh NVP pada data ini adalah alasan
(Keluarga saya mau pindah ke rumah baru jadi pasti akan sibuk sekali). Strategi
penolakan langsung diberikan oleh AST (Tanggal 2 mah tidak bisa) dan MA
(Well, I can’t). AP memberikan strategi alasan sebagai respons penolakannya (Mau
ke luar kota nih minggu ini); sedangkan EPH memberikan penolakan langsung
(EPH minggu ini tidak bisa), alasan (ada tamu dari Tasikmalaya dan akan
menginap di rumah) dan pernyataan penyesalan (Maaf ya, kak).
Kemudian pada data 7, penolakan diberikan oleh YK, SI, dan IR. YK
memberikan penolakannya dengan menggunakan strategi alasan (Saya mengawas
UAS nih dari pagi dan lanjut malam). Berbeda dengan YK, penolakan yang
diberikan SI terdiri dari penolakan langsung (Kalau dari jam 2 ke atas mah
sepertinya saya tidak bisa nih), diikuti dengan alasan (Anak-anak ga ada yang
jemput). Sama seperti SI, IR juga memberikan respons penolakan dengan
penolakan langsung (Kalau mulainya sore mah, saya juga kayaknya ga bisa ikut)
yang diikuti dengan alasan (Anak yang besar ga ada yang antar-jemput ke TPA-
nya. Kan sudah mulai masuk lagi tanggal segitu).
Respons penolakan berikutnya diberikan oleh EIS, RH, IR, EK, YK, dan
NQ pada data 9. EIS memberikan penolakannya dengan menggunakan hedge
(Sedikit berubah nih) dan alasan (Baru bisa berangkat dari Jakarta pagi-pagi).
129
Penolakan berikutnya yang diberikan RH berisi strategi alasan (Saya ke Bandung
ikut bu N pulang-pergi, bu EIS, SI, dan YK dan Baru selesai UTS diberi waktu 4
minggu untuk mengoreksi). IR memberikan penolakan dengan menggunakan
strategi alasan (Saya mah mau bertemu pak CS dulu sepertinya YK, bu EIS, bu SI
setelah beliau menguji). Respons penolakan berikutnya diberikan oleh EK dengan
menggunakan strategi alasan (Saya mau lihat sidang), pernyataan penyesalan
(Sori), penolakan langsung (Ga bisa gabung kalau ke Bandung mah), dan diakhiri
dengan alasan (Harus jemput). Strategi penolakan langsung berikutnya diberikan
oleh YK (Saya tidak bisa ikut), kemudian NQ (Saya absen dulu teman-teman) yang
diikuti dengan alasan (Saya lagi di Semarang mencari instansi induk sekalian
jalan-jalan).
Pada data 10, respons penolakan diberikan oleh SI, EC, dan EIS. SI
mengawali penolakannya dengan memberikan alasan (Saya ada kelas, jeng IR),
diikuti dengan permintaan tolong (Bisa tolong ambilin formulirnya?). Berbeda
dengan SI, EC mengawali penolakannya dengan memberikan penolakan langsung
(Aku gak bisa ke Bandung hari ini, IR), diikuti dengan permintaan tolong (Boleh
tolong isikan?). Sama seperti penolakan yang diberikan EC, EIS juga mengawali
penolakannya dengan penolakan langsung (IR, saya juga gak bisa) dan diikuti
dengan permintaan tolong (Ikut tolong diisikan ya, neng?).
Pada data 11, respons penolakan diberikan oleh YK dengan menggunakan
pernyataan penyesalan (Aaaaaang) dan penolakan langsung (tidak bisa kemana-
mana); serta EC yang memberikan pernyataan positif (Ingin hadir), diikuti alasan
130
(Tapi disuruh rapat akreditasi) dan diakhiri dengan pernyataan penyesalan (Maaf
ya say).
2. Urutan Penolakan
Dalam data yang berisi ajakan nyata, ditemukan empat jenis urutan
penolakan yang diberikan oleh penutur pada satu respons penolakan. Keempat jenis
urutan penolakan tersebut adalah penolakan inti; pra-penolakan diikuti
penolakan inti; pra-penolakan, penolakan inti, dan pasca-penolakan; serta
penolakan inti yang diikuti pasca-penolakan.
Urutan penolakan yang hanya berisi penolakan inti ditemukan pada data 5.
Penolakan inti diberikan oleh NVP (Keluarga saya mau pindahan ke rumah baru
jadi pasti akan sibuk sekali), AST (Tanggal 2 mah tidak bisa), MA (Well, I can’t),
dan AP (Mau ke luar kota nih minggu ini). Sementara pada data 7, penolakan inti
diberikan oleh YK (Saya mengawas UAS nih dari pagi dan lanjut malam). Pada
data 9, penolakan inti diberikan oleh IR (Saya mah mau bertemu pak CS dulu
sepertinya, YK, bu EIS, bu SI setelah beliau menguji) dan YK (Saya tidak bisa ikut).
Urutan penolakan berikutnya yang ditemukan pada data adalah pra-
penolakan yang diikuti dengan penolakan inti. Penolakan yang berisi urutan
penolakan seperti ini ditemukan pada data 9 dan 11. Pada data 9, penolakan seperti
ini diberikan oleh EIS (Sedikit berubah nih. Baru bisa berangkat dari Jakarta pagi-
pagi). Pada data 11, penolakan dengan urutan yang sama diberikan oleh YK
(Aaaaaang, tidak bisa kemana-mana).
131
Urutan penolakan berikutnya berisi pra-penolakan, diikuti penolakan inti,
dan diakhiri dengan pasca-penolakan. Penolakan berisi urutan ini ditemukan pada
data 9, yang diberikan oleh EK (Saya mau lihat sidang. Sori, ga bisa gabung kalau
ke Bandung mah. Harus jemput). Pada data 11, urutan penolakan serupa juga
diberikan oleh EC (Ingin hadir, tapi disuruh rapat akreditasi kampus. Maaf ya say).
Berdasarkan temuan pada data, dapat disimpulkan bahwa strategi
penolakan langsung merupakan strategi yang paling kuat di antara strategi lainnya,
karena pada penolakan langsung tuturan yang diberikan memiliki kata negasi yang
memperkuat tuturan penolakannya. Oleh karena itu, apabila dalam satu respons
penolakan terdapat strategi penolakan langsung dan strategi penolakan tidak
langsung, maka strategi penolakan langsung dianggap sebagai penolakan inti
dalam urutan penolakan. Jadi, apabila pada satu tindak tutur penolakan terdapat
penolakan tidak langsung diikuti penolakan langsung, maka urutan penolakan
tersebut adalah pra-penolakan dan penolakan inti; dan apabila pada satu tindak
tutur penolakan terdapat penolakan langsung diikuti penolakan tidak langsung,
maka urutan penolakan tersebut adalah penolakan inti dan pasca-penolakan.
Kemudian, apabila dalam satu tindak tutur penolakan tidak terdapat strategi
penolakan langsung, maka strategi penolakan tidak langsung yang lebih
menegaskan penolakan dianggap sebagai penolakan inti. Strategi penolakan
tidak langsung seperti pernyataan penyesalan, pernyataan positif, dan hedge
yang dituturkan terlebih dahulu dianggap sebagai pra-penolakan, karena belum
menunjukkan kekuatan penolakannya. Begitu juga sebaliknya, apabila strategi-
strategi tersebut dituturkan pada akhir tuturan penolakan, maka strategi-strategi
132
tersebut dianggap sebagai pasca-penolakan. Oleh karena itu, kaidah yang dapat
dibentuk untuk urutan penolakan adalah sebagai berikut.
Tabel 3.4 Kaidah urutan penolakan
Tidak langsung (tidak kuat) < tidak langsung (kuat) < penolakan langsung
Penolakan inti Satu jenis strategi penolakan (langsung/tidak
langsung)
Pra-penolakan +
penolakan inti
1. Tidak langsung + penolakan langsung
2. Tidak langsung (tidak kuat) + tidak langsung
(kuat)
Pra-penolakan +
penolakan inti + pasca-
penolakan
1. Tidak langsung + penolakan langsung + tidak
langsung
2. Tidak langsung (tidak kuat) + tidak langsung
(kuat) + tidak langsung (tidak kuat)
3. Tidak langsung (tidak kuat) + tidak langsung
(kuat) + tidak langsung (kuat)
Penolakan inti + pasca-
penolakan
1. Penolakan langsung + tidak langsung
2. Tidak langsung (kuat) + tidak langsung (tidak
kuat)
3.1.4 Negosiasi pada Ajakan Nyata
Dari 5 data yang berisi ajakan nyata, terdapat sebelas negosiasi yang
diberikan oleh anggota komunitas daring. Negosiasi tersebut diberikan dengan
tujuan mencapai kesepakatan atas ajakan nyata yang tanggal, waktu, serta
aktivitasnya telah ditetapkan. Berikut adalah hasil penandaan selektif yang fokus
pada strategi negosiasi dan bentuk tuturannya.
Data Strata
Grup
Inisial dan
Jenis Kelamin
Penutur
Negosiasi
Jenis Strategi
Negosiasi dan
Bentuk
Tuturan
Ungkapan
Fatis
5 S-1 NVP
(Laki-laki)
2 Juni please. Perintah
Deklaratif
‘please’
133
LJ
(Perempuan)
Yang penting hari
Minggu, karena kakak
senior tidak bekerja
Komitmen
Deklaratif
-
ASR
(Laki-laki)
6 atau 9 Juni lah. Perintah
Deklaratif
‘lah’
YS
(Laki-laki)
Tanggal 5 ada libur
tuh.
Rekomendasi
Deklaratif
‘tuh’
7 S-3 YK
(Perempuan)
Kalau ketemunya
langsung di rumah pak
HH gimana?
Alternatif
Interogatif
-
HH
(Laki-laki)
Kalau begitu makan
siang aja sebelum jam
12-an ketika yang
ujian sudah selesai
bagaimana?
Rekomendasi
Interogatif
‘aja’
Kalau tidak tanggal 8
Januari juga tidak apa-
apa kok
Alternatif
Deklaratif
‘kok’
9 S-3 YK
(Perempuan)
Kalau begitu
ketemunya di
Bandung saja ya?
Perintah
Interogatif
‘saja’, ‘ya’
Ada rekomendasi
tempat makan baru
nih hehe
Rekomendasi
Deklaratif
‘nih’, ‘hehe’
EWK
(Laki-laki)
Selasa, asal jangan di
Jatinangor,
sepertinya saya bisa
Perintah
Deklaratif
-
EIS
(Perempuan)
Kayaknya masih bisa
kok makan siang di
Bandung.
Janji
Deklaratif
‘kok’
Dari dua belas strategi negosiasi yang diajukan Anglemar dan Stern (1978),
ditemukan empat strategi negosiasi pada ajakan nyata. Keempat strategi tersebut
adalah rekomendasi, perintah, komitmen, dan janji. Strategi negosiasi lainnya
yang ditemukan adalah alternatif, yang menurut Beebe et al. (1990) merupakan
salah satu dari strategi penolakan penuh.
134
1. Rekomendasi
Negosiasi yang berisi rekomendasi ditemukan pada data 5, 7, dan 9.
Negosiasi yang merupakan rekomendasi, menurut Anglemar dan Stern (1978),
merupakan pernyataan penutur yang memprediksi bahwa hasil yang menyenangkan
akan diperoleh petutur.
Data Strata
Grup
Inisial dan
Jenis Kelamin
Penutur
Negosiasi Bentuk
Tuturan
5 S-1 YS
(Laki-laki)
Tanggal 5 ada libur tuh. Deklaratif
7 S-3 HH
(Laki-laki)
Kalau begitu makan siang
aja sebelum jam 12-an
ketika yang ujian sudah
selesai bagaimana?
Interogatif
9 S-3 YK
(Perempuan)
Ada rekomendasi tempat
makan baru nih hehe.
Deklaratif
Negosiasi yang merupakan rekomendasi pada data 5 diberikan oleh YS
(Tanggal 5 ada libur tuh). Bentuk tuturan dari negosiasi YS adalah deklaratif. YS
memberikan rekomendasi tersebut berdasarkan praanggapan bahwa pada hari libur,
seluruh anggota komunitas daring yang terlibat proses ajakan memiliki waktu untuk
memenuhi ajakan yang diberikan.
Pada data 7, rekomendasi sebagai negosiasi diberikan oleh HH (Kalau
begitu makan siang aja sebelum jam 12-an ketika yang ujian sudah selesai
bagaimana?) dengan bentuk tuturan interogatif. Pada saat rekomendasi tersebut
diberikan, HH memiliki praanggapan bahwa ujian akan selesai sebelum pukul 12
siang dan anggota lain akan memenuhi ajakan apabila ujian telah selesai.
Kemudian pada data 9, rekomendasi yang memiliki bentuk tuturan
deklaratif diberikan oleh YK (Ada rekomendasi tempat makan baru nih hehe)
135
sebagai negosiasi. Negosiasi yang diberikan oleh YK mengindikasikan agar
pertemuan dilaksanakan di Bandung. Apabila pertemuan dilaksanakan di Bandung,
YK akan membawa anggota lain yang terlibat proses ajakan ke rumah makan yang
YK rekomendasikan.
2. Perintah
Dari sebelas negosiasi yang diberikan oleh anggota komunitas daring dalam
ajakan nyata, terdapat empat tuturan berisi perintah. Menurut Anglemar dan Stern
(1978), jenis strategi negosiasi perintah merupakan pernyataan penutur yang
meminta petutur melakukan aksi tertentu. Negosiasi berisi perintah ditemukan pada
data 5 dan 9. Berikut adalah tuturan negosiasi yang berisi perintah.
Data Strata
Grup
Inisial dan
Jenis Kelamin
Penutur
Negosiasi Bentuk
Tuturan
5 S-1 NVP
(Laki-laki)
2 Juni please. Deklaratif
ASR
(Laki-laki)
6 atau 9 Juni lah. Deklaratif
9 S-3 YK
(Perempuan)
Kalau begitu ketemunya di
Bandung saja ya?
Interogatif
EWK
(Laki-laki)
Selasa, asal jangan di
Jatinangor, sepertinya saya
bisa.
Deklaratif
Pada data 5, negosiasi yang berisi perintah diberikan oleh NVP (2 Juni,
please) dan AP (6 atau 9 Juni lah). Tuturan yang diberikan oleh NVP dan AP
merupakan negosiasi yang serupa, yaitu permintaan agar tanggal pertemuan
dilaksanakan sesuai dengan kondisi NVP dan AP. NVP dan AP menggunakan
bentuk tuturan yang sama dalam negosiasi mereka, yaitu deklaratif.
136
Negosiasi yang berisi perintah pada data 9 diberikan oleh YK dan EWK.
Perintah yang diberikan YK (Kalau begitu ketemuannya di Bandung saja ya?) dan
EWK (asal jangan di Jatinangor) mengindikasikan hal yang sama, yaitu
permintaan agar pertemuan dilaksanakan di Bandung, bukan di Jatinangor. YK
menggunakan bentuk tuturan interogatif dalam negosiasinya, sedangkan EWK
menggunakan bentuk tuturan deklaratif.
Berdasarkan penemuan data, dapat disimpulkan bahwa meskipun strategi
negosiasi adalah kalimat perintah yang seharusnya memiliki bentuk tuturan
imperatif, tidak ada anggota komunitas daring yang menggunakan bentuk tuturan
imperatif. Bentuk tuturan yang paling sering digunakan dalam strategi negosiasi
perintah adalah deklaratif, diikuti interogatif. Hal ini dilakukan sebagai wujud
kesantunan penutur.
3. Komitmen
Tuturan berisi komitmen yang diberikan penutur sebagai negosiasi pada
ajakan nyata hanya ditemukan pada data 5. Komitmen merupakan pernyataan
penutur yang mengakibatkan tawaran berikutnya tidak akan kurang atau melebihi
tingkat tertentu (Anglemar dan Stern, 1978).
Data Strata
Grup
Inisial dan
Jenis Kelamin
Penutur
Negosiasi Bentuk
Tuturan
5 S-1 LJ
(Perempuan)
Yang penting hari Minggu,
karena kakak senior tidak
bekerja
Deklaratif
137
Pada data 5, komitmen diberikan oleh LJ (Yang penting hari Minggu,
karena kakak senior tidak bekerja) sebagai negosiasi waktu pelaksanaan ajakan. LJ
menggunakan bentuk tuturan deklaratif dalam strategi negosiasi komitmennya.
Tuturan LJ menunjukkan bahwa implementasi dari ajakan dapat dilaksanakan pada
tanggal berapa pun, selama ajakan tersebut dilaksanakan pada hari Minggu, dengan
maksud agar anggota lain yang bekerja dapat memenuhinya karena pada hari
Minggu merupakan hari libur.
4. Janji
Negosiasi yang berisi janji hanya ditemukan pada data 9. Anglemar dan
Stern (1978) menyatakan bahwa jenis strategi negosiasi berisi janji merupakan
pernyataan yang menunjukkan maksud penutur untuk memberikan petutur hasil
yang meyakinkan.
Data Strata
Grup
Inisial dan
Jenis Kelamin
Penutur
Negosiasi Bentuk
Tuturan
9 S-3 EIS
(Perempuan)
Kayaknya masih bisa kok
makan siang di Bandung.
Deklaratif
Negosiasi berisi janji diberikan oleh EIS (Kayaknya masih bisa kok makan
siang di Bandung) dengan menggunakan bentuk tuturan deklaratif. Tuturan EIS
mengindikasikan bahwa EIS masih dapat memenuhi ajakan makan siang yang
dilaksanakan di Bandung. Tuturan EIS juga menunjukkan bahwa EIS akan tiba di
Bandung pada waktu makan siang.
138
5. Alternatif
Selain jenis strategi yang diajukan oleh Anglemar dan Stern (1978), salah
satu strategi penolakan yang diajukan Beebe at al. (1990), yaitu alternatif, juga
merupakan jenis strategi. Strategi penolakan alternatif yang ditemukan dalam
penelitian ini mengindikasikan bahwa maksud dari penutur memberikan respons
alternatif tersebut bukanlah merupakan penolakan, melainkan negosiasi untuk
mencapai kesepakatan yang menguntungkan semua anggota komunitas daring.
Negosiasi yang berisi alternatif ditemukan pada data 7.
Data Strata
Grup
Inisial dan
Jenis Kelamin
Penutur
Negosiasi Bentuk
Tuturan
7 S-3 YK
(Perempuan)
Kalau ketemunya langsung
di rumah pak HH gimana?
Interogatif
HH
(Laki-laki)
Kalau tidak tanggal 8
Januari juga tidak apa-apa
kok
Deklaratif
Pada data 7, negosiasi yang berisi kalimat alternatif diberikan oleh YK dan
HH. Dalam tuturannya, YK mengindikasikan bahwa YK sanggup memenuhi
ajakan, namun YK akan datang langsung ke lokasi pertemuan (Kalau ketemunya
langsung di rumah pak HH gimana?). Negosiasi YK menunjukkan bahwa anggota
lain akan berkumpul di lokasi lain sebelum pergi menuju lokasi tempat pertemuan
dilaksanakan. Tuturan berikutnya yang diberikan HH menunjukkan bahwa HH
memberikan alternatif waktu pertemuan kepada anggota komunitas daring yang
bergabung dalam percakapan (Kalau tidak tanggal 8 Januari juga tidak apa-apa
kok). Tuturan HH mengindikasikan praanggapan HH bahwa beberapa anggota
139
komunitas daring tersebut tidak dapat memenuhi ajakan pada waktu yang telah
diajukan sebelumnya.
Pada negosiasinya yang berisi kalimat alternatif, YK dan HH menggunakan
bentuk tuturan interogatif dan deklaratif, bukan imperatif. Hal ini menunjukkan
kesantunan dalam memberikan alternatif sebagai strategi negosiasi.
Berdasarkan temuan data, dapat disimpulkan bahwa negosiasi jarang
diberikan dalam ajakan nyata. Hal ini dikarenakan pada ajakan nyata, terdapat
tanggal, waktu, dan/atau aktivitas yang telah ditentukan oleh pengajak. Temuan
pada data juga menunjukkan bahwa bentuk tuturan dari strategi negosiasi adalah
deklaratif dan interogatif. Bentuk tuturan imperatif tidak ditemukan pada strategi
negosiasi dalam ajakan nyata.
3.2 Ajakan Ambigu
Dari sebelas data berisi ajakan, ditemukan enam data yang merupakan
ajakan ambigu. Keenam data yang merupakan ajakan ambigu ditemukan pada data
1, 2, 3, 4, 6, dan 8. Menurut Wolfson et al. (1983), pada ajakan ambigu pengajak
tidak menyebutkan waktu dan/atau tempat atau aktivitas ajakan, yang berakibat pada
negosiasi yang panjang antara pengajak dan terajak untuk mencapai kesepakatan.
3.2.1 Proses Ajakan pada Ajakan Ambigu
Pada sub bagian ini, sama seperti ajakan nyata, data yang berisi ajakan
ambigu dianalisis dan dibahas secara menyeluruh, dengan tujuan agar konteks
140
percakapan terlihat. Pada setiap data dituliskan tanggal dan waktu dari setiap
tuturan yang diberikan oleh anggota komunitas daring, dengan tujuan agar konteks
komunikasi daring terlihat dengan jelas, serta waktu berlangsungnya proses ajakan,
mulai dari inisiasi ajakan sampai dengan hasil akhir proses ajakan, terbaca dengan
jelas. Analisis data dilakukan secara berurutan sesuai dengan tanggal dan waktu
terjadinya proses ajakan. Pada paragraf eksplanasi, sandi deskriptif dari penandaan
akan dicetak tebal untuk mempermudah pemaparan proses ajakan.
Data 1
Konteks:
Komunikasi daring pada data 1 dilakukan oleh anggota grup strata S-2.
Grup ini adalah komunitas daring mahasiswa program magister linguistik bahasa
Inggris yang datang dari kultur, latar belakang usia, dan minat yang lebih heterogen.
Anggota grup ini berjumlah 15 orang, yang terdiri dari 5 anggota laki-laki dan 10
anggota perempuan. Berikut adalah data dan analisis komunikasi daring yang
berlangsung dalam grup strata S-2.
Data:
Inisial
Nama
Tanggal dan
Waktu Tuturan Kode Deskriptif
TS 22-12-2011/
16:05
Hai… miss u all. Wah, 1 kapan
kita ketemu lagi? Waduh. Ntar
ibu dapat kalender gratis dong.
Pasti bulan Januari, fotonya
neng AS.
1 AJAKAN
AAQ 22-12-2011/
19:12
I miss all of you juga atuh
141
HTJ 22-12-2011/
19:15
Hello. Jadi nanti ada acara bagi-
bagi kalender apa material?
Hehehe. 2 Early Januari masih
pada nyantai ga?
2 AJAKAN
(NEGOSIASI)
CW 22-12-2011/
19:57
3 Iya awal Januari tuh cocok
buat ngumpul-ngumpul.
Sekalian syukuran AS udah
selamat dari amukan tsunami di
Jepang dan bisa pulang ke
Bandung seger buger sehat
walafiat.
3 PENERIMAAN
IR 23-12-2011/
23:19
4 U all hayu atuh kita-kita pada
janjian ketemuan, lama ga
bersua kayaknya banyak kisah
nih, hihihi…
4 AJAKAN
YK 24-12-2011/
21:35
5 Mbak HTJ, early Januari saya
nyantai da, 6 apalagi tanggal 9 udah mulai
tenang. Mudah-mudahan
gajiannya cukup untuk kumpul-
kumpul ☺
5 PENERIMAAN 6 NEGOSIASI
AS 24-12-2011/
22:26
7 Tanggal 9 ogut udah back in
Tokyo dijeee
7 Alasan
(PENOLAKAN)
HTJ 25-12-2011/
08:56
8 Tanggal 5 atau 6 gimana? 8 NEGOSIASI
YK 25-12-2011/
09:57
9 Tanggal 6 asik tuh, udah
Jumatan, soalnya saya ngajar
pagi. 10 Kalo ga mau ketemuan
di kafe mah mending di Dago
lagi deh hehehe.
9 PENERIMAAN 10 Alternatif
(NEGOSIASI)
HTJ 25-12-2011/
10:05
11 Saya oke. 12 Yang lain
gimana?
11 PENERIMAAN 12 Konfirmasi
CW 25-12-2011/
10:15
13 Tanggal 6 aja gimana? 13 NEGOSIASI
IR 26-12-2011/
12:02
14 Diriku tanggal 6 oke. 14 PENERIMAAN
DM 26-12-2011/
18:56
15 Saya tanggal 6. YK biasa nya
saya nginep di rumah mu lagi
hehehe
15 PENERIMAAN
TS 27-12-2011/
14:35
16 Tgl. 6 jam brp? 16 Konfirmasi
HTJ 27-12-2011/
20:30
17 Siang aja gimana? Lunch
bareng?
17 NEGOSIASI
YK 27-12-2011/
20:37
18 Ya. Siang sesudah laki2 salat
Jumat...
18 PENERIMAAN
DD 28-12-2011/ Tempatna dimana iyeu teh?
142
11:25
YK 31-12-2011/
09:51
19 Gimana kalo ketemu nya
daerah deket-deket DU aja?
Kantin Nyonya Rumah gmn?
Yang sebelah ngopi Doeloe
Teuku Umar?
19 NEGOSIASI
HTJ 31-12-2011/
17:28
Di sebelah Ngopi Doeloe
bukannya Tree House café ya? 20 Jd mau jam brp? Jam 1 di DU?
20 Konfirmasi
(PENERIMAAN)
TS 31-12-2011/
19:22
21 Deal ya. Kalo udh ok. Mau
mindahin jam ngajar nih
21 PENERIMAAN
MM 31-12-2011/
19:44
22 Aku absen ah.... 23 Abis
ngajar sih...
22 PENOLAKAN 23 Alasan
(PENOLAKAN)
YK 1-1-2012/
09:59
24 Bu MM, ibuuuuuuu....
Datanglah... tiap ngumpul2 ibu
selalu ga bisa �
24 NEGOSIASI
MM 1-1-2012/
10:08
Non YK, 25 hari Jumat aku ganti
tgl 2 dan 3 jan euy. 26 Sok hari
Sabtu
aku bisa deh....
25 Alasan
(PENOLAKAN) 26 Alternatif
(NEGOSIASI)
DM 1-1-2012/
10:11
Mana yang bener ini teh?
YK 1-1-2012/
10:12
Ah alamat moal jadiiiiii �
AS 1-1-2012/
12:47
27 Tgl 6 ajeeee!! 28 Sabtu mah
bintang tamu udah riweuh atuh. 29 Geslah Jumat jadikeun nu
bisa weeeh... bu MM: huh!
27 NEGOSIASI 28 Alasan
(PENOLAKAN) 29 NEGOSIASI
MM 1-1-2012/
12:59
30 Sok aja dijadiin hr Jumat klo
gitu. 31 Aku monitor aja deh dari
politeknik. Klo gak salah bu TS
ngajar tp mungkin dia bisa
diganti. 32 Klo aku Jumat tgl 6
jan udah final test sich...blm
semua diterangkan euy. 33
Punten pisan non cantik AS...
30 Membiarkan
teman bicara pergi
(PENOLAKAN) 31 Membiarkan
teman bicara pergi
(PENOLAKAN) 32 Alasan
(PENOLAKAN) 33 Pernyataan
penyesalan
(PENOLAKAN)
CW 1-1-2012/
13:12
34 Iya nih masih ngantor euy hari
Jumat. 35 Dikirain tanggal 6 teh
hari Sabtu…
34 Alasan
(PENOLAKAN) 35 Pembelaan diri
(PENOLAKAN)
HTJ 1-1-2012/
13:22
36 Setuju sama AS, yang bisa ya
ikutan, yang ga bisa nanti
36 PENERIMAAN
143
ketemuannya di lain
kesempatan.
YK 1-1-2012/
14:49
37 Saya bisaaaaaaaaaaa!!!! AS,
siap-siap aya picaritaeun deui!
Hahahahaha
37 PENERIMAAN
Analisis:
Pada data 1, ajakan dimulai pada tanggal 22 Desember 2011 pada pukul
16:05 dan melibatkan 9 anggota grup yang terdiri dari 8 anggota perempuan dan 1
anggota laki-laki. Ajakan pertama kali diinisiasikan oleh TS yang merupakan
anggota perempuan (Wah, kapan kita ketemu lagi?). Sebelum memberikan tuturan
ajakannya, TS memberikan felicity condition (Hai… miss u all). TS juga
memberikan felicity condition lain (Waduh. Ntar ibu dapet kalender gratis dong.
Pasti bulan Januari, fotonya neng AS). Hal ini menjadikan TS sebagai pengajak 1.
Wujud kesantunan yang diberikan TS adalah urutan tutur dan panjang tuturan.
Panjang tuturan yang diberikan TS menunjukkan bahwa ungkapan basa-basi
digemari oleh perempuan dalam berinteraksi. Tindak tutur ajakan yang memiliki
bentuk tuturan interogatif dan strategi ajakan isyarat halus diberikan di antara dua
felicity conditions. TS juga menggunakan beberapa ungkapan fatis seperti ‘hai’,
‘wah’, ‘waduh’, ‘dong’, dan ‘neng’ yang menunjukkan kesantunannya.
Ajakan TS tersebut diteruskan oleh HTJ yang juga merupakan anggota
perempuan pada tanggal yang sama, pukul 19:12, dengan memberikan basa-basi
(Hello. Jadi nanti ada acara bagi-bagi kalender apa material? Hehehe) dan diikuti
pertanyaan kepada anggota lain apakah pada awal bulan Januari mereka memiliki
waktu luang (Early Januari masih pada santai ga?), yang kemudian menjadikan
HTJ sebagai pengajak 2. Ajakan yang diberikan HTJ memiliki bentuk tuturan
144
interogatif dan strategi formula menyarankan. Sama seperti tuturan TS, HTJ juga
menunjukkan kesantunannya melalui urutan tutur, panjang tuturan, dan fatis
‘hello’ dan ‘hehehe’. Dalam hal ini, pertanyaan HTJ juga merupakan negosiasi
waktu atas ajakan ambigu yang diberikan TS.
Respons pertama atas ajakan TS dan HTJ diberikan oleh CW, seorang
anggota laki-laki, pada pukul 19:57, yang merupakan penerimaan (Iya awal
Januari tuh cocok buat ngumpul-ngumpul). CW menggunakan fatis ‘tuh’ dalam
penerimaannya sebagai wujud kesantunannya.
Kemudian, pada tanggal dan waktu yang berbeda, yaitu 23 Desember 2011
pukul 23:19, IR yang merupakan anggota perempuan merespons ajakan yang
diinisiasikan TS dengan memberikan ajakan lain (U all hayu atuh kita-kita pada
janjian ketemuan, lama ga bersua kayaknya banyak kisah nih, hihihi). Strategi
ajakan yang digunakan IR adalah imperatif yang direalisasikan dengan bentuk
tuturan deklaratif sebagai wujud kesantunannya. Selain bentuk tuturan deklaratif,
IR juga menunjukkan kesantunannya melalui fatis ‘hayu’, ‘atuh’, ‘nih’, dan
‘hihihi’. Akan tetapi, IR tidak memberikan jawaban dari pertanyaan HTJ yang
menanyakan apakah awal bulan Januari mereka memiliki waktu luang. Respons IR
yang berupa ajakan tidak dapat dikategorikan sebagai penerimaan, karena tuturan
yang diberikan IR bukan merupakan kalimat positif yang mengindikasikan
penerimaan.
Respons lainnya diberikan oleh YK, seorang anggota perempuan lainnya,
pada tanggal 24 Desember 2011 pukul 21:35 kepada pertanyaan HTJ yang
merupakan penerimaan (Mbak HTJ, early Januari saya santai da, apalagi tanggal
145
9 sudah mulai tenang). Pernyataan yang diberikan YK lebih mengerucutkan waktu
untuk mengadakan pertemuan anggota komunitas tersebut. YK memfokuskan
tanggal 9 Januari 2012 sebagai waktu yang tepat untuk bertemu. Penerimaan yang
diberikan YK mengandung ungkapan fatis ‘da’ dan ‘apalagi’ sebagai wujud
kesantunan.
Pernyataan YK mengenai tanggal 9 Januari sebagai waktu yang tepat
ditolak oleh AS yang merupakan seorang anggota perempuan dengan memberikan
alasan mengapa AS tidak dapat melakukan pertemuan pada tanggal 9 Januari
(tanggal 9 ogut sudah back in Tokyo dijeee). AS memberikan respons tersebut pada
tanggal yang sama dan pada pukul 22:26. AS memberikan fatis ‘dijeee’ sebagai
wujud kesantunannya kepada YK.
Menanggapi penolakan yang diberikan AS, pada tanggal 25 Desember
pukul 08:56, HTJ memberikan negosiasi yang berupa alternatif tanggal (Tanggal
5 atau 6 gimana?). Kemudian, YK adalah orang pertama yang memberikan respons
kepada negosiasi HTJ. YK memberikan penerimaan (Tanggal 6 asik tuh, udah
Jumatan, soalnya saya ngajar pagi) terhadap pertanyaan HTJ pada pukul 09:57.
Setelah memberikan penerimaan, YK memberikan alternatif tempat pertemuan
(Kalo ga mau ketemuan di kafe mah mending di Dago lagi deh hehehe) yang juga
merupakan negosiasi. Akan tetapi, negosiasi yang YK berikan bukan merupakan
negosiasi untuk ajakan HTJ yang menanyakan apakah para anggota dapat
berkumpul pada tanggal 5 atau 6, melainkan antisipasi kemungkinan akan
kesulitan menentukan tempat pertemuan. Dalam penerimaan dan negosiasinya, YK
menggunakan ungkapan fatis ‘tuh’, ‘mah’, ‘deh’, dan ‘hehehe’ sebagai wujud
146
kesantunannya. Karena YK menginisiasikan tanggal pertemuan menjadi tanggal 6
Januari sebagai respons dari negosiasi yang diberikan HTJ, YK menjadi pengajak
3 dalam percakapan ini.
HTJ, yang sekarang menjadi terajak, memberikan penerimaan atas ajakan
YK (Saya oke) pada pukul 10:05 di hari yang sama dan memberikan pertanyaan
konfirmasi kepada anggota yang lain (Yang lain gimana?). Pada pukul 10:15, CW
memberikan negosiasi terhadap pertanyaan HTJ, bukan ajakan YK (Tanggal 6 aja
gimana?). Negosiasi yang diberikan CW memiliki strategi alternatif dalam bentuk
tuturan interogatif. Ungkapan fatis yang digunakan CW sebagai wujud
kesantunannya adalah ‘aja’.
Ajakan yang diberikan YK mendapat respons positif dari IR (Diriku tanggal
6 oke) pada tanggal 26 Desember 2011 pukul 12:02 dan DM (Saya tanggal 6) pada
pukul 18:56 di hari yang sama. Kemudian, TS memberikan pertanyaan konfirmasi
(Tanggal 6 jam berapa?) pada tanggal 27 Desember 2011 pukul 14:35, yang juga
merupakan penerimaan, karena TS adalah orang pertama yang memberikan
inisiasi ajakan. Pertanyaan TS ditanggapi oleh HTJ pada pukul 20:30 dengan
negosiasi (Siang aja gimana? Lunch bareng?), yang kemudian pada pukul 20:37
disetujui oleh YK dengan penerimaan (Ya. Siang sesudah laki-laki salat Jumat).
Anggota lain dalam komunitas tersebut seperti telah setuju apabila
pertemuan dilaksanakan pada hari Jumat siang, yang kemudian menimbulkan
pertanyaan lain yang diajukan oleh DD pada tanggal 28 Desember 2011 pukul
11:25, yaitu mengenai lokasi tempat pertemuan dilaksanakan (Tempatna di mana
iyeu teh?). DD merupakan anggota perempuan dari grup strata S-2 yang baru
147
bergabung dalam percakapan. DD menunjukkan kesantunannya melalui fatis ‘teh’.
Pertanyaan DD mengenai tempat pertemuan dinegosiasikan oleh YK pada tanggal
31 Desember 2011 pukul 09:51 (Gimana kalo ketemunya daerah deket-deket DU
aja?) dengan memberikan strategi negosiasi rekomendasi dalam bentuk tuturan
interogasi yang mengandung fatis ‘aja’ sebagai wujud kesantunannya. Pada pukul
17:28 di hari yang sama, HTJ memberikan konfirmasi sekaligus penerimaan dari
negosiasi tempat yang diajukan YK (Jadi mau jam berapa? Jam 1 di DU?).
Menanggapi pertanyaan konfirmasi HTJ, TS memberikan respons
penerimaan (Deal ya. Kalau udah ok. Mau mindahin jam ngajar nih) pada pukul
19:22 di hari yang sama. Dalam penerimaannya, TS menggunakan ungkapan fatis
‘ya’ dan ‘nih’ sebagai wujud kesantunannya.
Akan tetapi, respons berikutnya yang diberikan MM bukan merupakan
respons positif. MM yang merupakan anggota perempuan bergabung dengan
diskusi forum mengenai ajakan tersebut pada pukul 10:08 di hari yang sama dan
langsung memberikan penolakan (Aku absen ah, habis ngajar sih). MM
menggunakan strategi penolakan langsung yang diikuti dengan alasan dengan
fatis ‘ah’.
Mendengar penolakan MM, pada tanggal 1 Januari 2012 pukul 09:59, YK
melakukan negosiasi kepada MM (Ibuuuu, datanglah. Tiap ngumpul-ngumpul ibu
selalu ga bisa �). YK memberikan negosiasinya dengan strategi perintah dan
bentuk tuturan deklaratif. Untuk mengurangi kadar ketidaksantunannya, YK
memperpanjang sapaan dengan ‘ibuuuu’ yang menunjukkan bahwa YK memohon
148
pada MM. YK juga menggunakan fatis ‘lah’ serta emosikon sebagai wujud
kesantunannya.
Menanggapi negosiasi YK, MM tetap menolak dengan memberikan
penjelasan mengapa MM tidak dapat memenuhi ajakan grup (Non YK, hari Jumat
aku ganti tgl 2 dan 3 Januari euy). MM kemudian memberikan tuturan alternatif
sebagai negosiasi (Sok hari Sabtu aku bisa deh). Dalam penolakannya, MM
menggunakan ungkapan-ungkapan fatis ‘non’ dan ‘euy’ sebagai wujud
kesantunannya. Kemudian dalam negosiasinya, MM memberikan tuturan deklaratif
dengan fatis ‘sok’ dan ‘deh’ sebagai wujud kesantunannya. MM memberikan
penolakan dan negosiasi tersebut pada pukul 10:08 di hari yang sama. Dalam hal
ini, MM menjadi pengajak 4.
Mendengar negosiasi MM, AS memberikan respons pada pukul 12:47 yang
merupakan negosiasi agar pertemuan tetap diadakan pada tanggal 6 Januari
(Tanggal 6 ajeeee!!), diikuti penolakan terhadap negosiasi yang diberikan oleh
MM (Sabtu mah bintang tamu udah riweuh atuh). AS pun memperkuat
negosiasinya dengan menuturkan kalimat yang merupakan penengah dari negosiasi
proses ajakan ini (Geslah Jumat jadikeun nu bisa weeeh). Negosiasi AS yang
pertama kali diberikan termasuk ke dalam negosiasi perintah dengan bentuk
tuturan imperatif; akan tetapi AS memberikan fatis ‘ajeeee’ yang sedikit
melemahkan ketidaksantunannya. Kemudian pada negosiasi keduanya, AS
memberikan strategi komitmen dengan bentuk tuturan deklaratif yang disertai
fatis ‘weeeh’ sebagai bentuk kesantunannya. Penolakan AS terhadap negosiasi MM
149
termasuk ke dalam strategi alasan yang menyertakan fatis ‘atuh’ sebagai
kesantunan.
Menanggapi negosiasi AS, pada pukul 12:59, MM akhirnya memberikan
penolakan dengan strategi membiarkan teman bicara pergi yang juga
merupakan penengah dari negosiasi proses ajakan (Sok aja dijadiin hari Jumat kalo
gitu. Aku monitor aja deh dari politeknik) diikuti penjelasan (Kalo aku Jumat
tanggal 6 Januari udah final test sich. Belum semua diterangkan euy) dan
permintaan maaf kepada AS (punten pisan non cantik AS). Wujud kesantunan
MM dalam penolakannya dapat dilihat dari panjang tuturan dan kadar
ketidaklangsungan penolakan yang tinggi. Wujud kesantunan lain yang diberikan
MM dalam penolakannya adalah ungkapan-ungkapan fatis ‘sok’, ‘aja’, ‘deh’,
‘sich’, ‘euy’, ‘pisan’, dan ‘non’.
Penolakan MM diikuti CW pada pukul 13:12 yang menolak untuk datang
ke pertemuan pada tanggal 6 Januari dengan menggunakan strategi alasan (Iya nih
masih ngantor euy hari Jumat) dan memberikan pembelaan diri mengapa akhirnya
CW menolak untuk datang di pertemuan tanggal 6 Januari (Dikirain tanggal 6 teh
hari Sabtu). Kadar ketidaklangsungan dari penolakan CW yang tinggi
menunjukkan bahwa kesantunan yang diberikan CW juga tinggi. Kemudian sebagai
penunjuk kesantunan lain, CW menggunakan fatis ‘nih’, ‘euy’, dan ‘teh’.
Kemudian, pada pukul 13:22 HTJ memberikan respons penerimaan atas
negosiasi AS yang mengatakan bahwa pertemuan tetap diadakan tanggal 6 Januari
bagi yang dapat hadir (Setuju sama AS), dan mengulangi tuturan negosiasi AS (yang
150
bisa ya ikutan, yang ga bisa nanti ketemuannya di lain kesempatan). YK
menanggapi HTJ dengan memberikan penerimaan (Saya bisa) pada pukul 14:49.
Proses ajakan pada data 1 mencapai hasil akhir yang merupakan
kesepakatan waktu pelaksanaan ajakan, yaitu pada hari Jumat tanggal 6 Januari.
Dari 10 anggota komunitas yang terlibat percakapan, proses ajakan ini berakhir
dengan 6 anggota memberikan penerimaan, 2 anggota memberikan penolakan,
dan 2 anggota tidak memberikan respons apapun. Proses ajakan pada data 1
berlangsung selama sepuluh hari, yang dimulai pada tanggal 22 Desember 2011
pukul 16:05 oleh TS dan berakhir pada tanggal 1 Januari 2012 pukul 14:49 oleh YK
yang memberikan respons terakhir. Secara keseluruhan, proses ajakan ambigu pada
data 1 yang dilakukan oleh grup strata S-2 dapat dilihat pada tabel berikut.
Jenis Tindak
Tutur
Inisial
Nama
Tanggal dan
Waktu Tuturan
Ajakan TS 22-12-2011/
16:05
Hai… miss u all. Wah, kapan
kita ketemu lagi? Waduh. Ntar
ibu dapat kalender gratis dong.
Pasti bulan Januari, fotonya neng
AS.
Ajakan
(Negosiasi)
HTJ 22-12-2011/
19:15
Hello. Jadi nanti ada acara bagi-
bagi kalender apa material?
Hehehe. Early Januari masih
pada nyantai ga?
Penerimaan CW 22-12-2011/
19:57
Iya awal Januari tuh cocok buat
ngumpul-ngumpul. Sekalian
syukuran AS udah selamat dari
amukan tsunami di Jepang dan
bisa pulang ke Bandung seger
buger sehat walafiat.
Ajakan IR 23-12-2011/
23:19
U all hayu atuh kita-kita pada
janjian ketemuan, lama ga bersua
kayaknya banyak kisah nih,
hihihi…
Penerimaan YK 24-12-2011/
21:35
Mbak HTJ, early Januari saya
nyantai da,
151
Negosiasi YK 24-12-2011/
21:35
apalagi tanggal 9 udah mulai
tenang. Mudah-mudahan
gajiannya cukup untuk kumpul-
kumpul ☺
Penolakan AS 24-12-2011/
22:26
Tanggal 9 ogut udah back in
Tokyo dijeee
Negosiasi HTJ 25-12-2011/
08:56
Tanggal 5 atau 6 gimana?
Penerimaan YK 25-12-2011/
09:57
Tanggal 6 asik tuh, udah
Jumatan, soalnya saya ngajar
pagi.
Negosiasi YK 25-12-2011/
09:57
Kalo ga mau ketemuan di kafe
mah mending di Dago lagi deh
hehehe.
Penerimaan HTJ 25-12-2011/
10:05
Saya oke.
Konfirmasi HTJ 25-12-2011/
10:05
Yang lain gimana?
Negosiasi CW 25-12-2011/
10:15
Tanggal 6 aja gimana?
Penerimaan IR 26-12-2011/
12:02
Diriku tanggal 6 oke.
Penerimaan DM 26-12-2011/
18:56
Saya tanggal 6. YK biasa nya
saya nginep di rumah mu lagi
hehehe
Konfirmasi TS 27-12-2011/
14:35
Tgl. 6 jam brp?
Negosiasi HTJ 27-12-2011/
20:30
Siang aja gimana? Lunch bareng?
Penerimaan YK 27-12-2011/
20:37
Ya. Siang sesudah laki2 salat
Jumat...
Negosiasi YK 31-12-2011/
09:51
Gimana kalo ketemu nya daerah
deket-deket DU aja? Kantin
Nyonya Rumah gmn? Yang
sebelah ngopi Doeloe Teuku
Umar?
Konfirmasi
(Penerimaan)
HTJ 31-12-2011/
17:28
Di sebelah Ngopi Doeloe
bukannya Tree House café ya?
Jd mau jam brp? Jam 1 di DU?
Penerimaan TS 31-12-2011/
19:22
Deal ya. Kalo udh ok. Mau
mindahin jam ngajar nih
Penolakan MM 31-12-2011/
19:44
Aku absen ah.... Abis ngajar
sih...
152
Negosiasi YK 1-1-2012/
09:59
Bu MM, ibuuuuuuu....
Datanglah... tiap ngumpul2 ibu
selalu ga bisa �
Penolakan MM 1-1-2012/
10:08
Non YK, hari Jumat aku ganti tgl
2 dan 3 jan euy.
Negosiasi MM 1-1-2012/
10:08
Sok hari Sabtu aku bisa deh....
Negosiasi AS 1-1-2012/
12:47
Tgl 6 ajeeee!!
Penolakan AS 1-1-2012/
12:47
Sabtu mah bintang tamu udah
riweuh atuh.
Negosiasi AS 1-1-2012/
12:47
Geslah Jumat jadikeun nu bisa
weeeh... bu MM: huh!
Penolakan MM 1-1-2012/
12:59
Sok aja dijadiin hr Jumat klo
gitu. Aku monitor aja deh dari
politeknik. Klo gak salah bu TS
ngajar tp mungkin dia bisa
diganti. Klo aku Jumat tgl 6 jan
udah final test sich...blm semua
diterangkan euy. Punten pisan
non cantik AS...
Penolakan CW 1-1-2012/
13:12
Iya nih masih ngantor euy hari
Jumat. Dikirain tanggal 6 teh
hari Sabtu…
Penerimaan HTJ 1-1-2012/
13:22
Setuju sama AS, yang bisa ya
ikutan, yang ga bisa nanti
ketemuannya di lain kesempatan.
Penerimaan YK 1-1-2012/
14:49
Saya bisaaaaaaaaaaa!!!! AS,
siap-siap aya picaritaeun deui!
Hahahahaha
Data 2
Konteks:
Komunikasi daring pada data 2 dilakukan oleh anggota grup strata S-2.
Grup ini adalah komunitas daring mahasiswa program magister linguistik bahasa
Inggris yang datang dari kultur, latar belakang usia, dan minat yang lebih heterogen.
Anggota grup ini berjumlah 15 orang, yang terdiri dari 5 anggota laki-laki dan 10
153
anggota perempuan. Berikut adalah data dan analisis komunikasi daring yang
berlangsung dalam grup strata S-2.
Data:
Inisial
Nama
Tanggal dan
Waktu Tuturan Kode Deskriptif
AS 8-10-2012/
07:22
Hellloooooooowww..1 Jadi
kapan neh pada bisa
ketemuan??
1 AJAKAN
HTJ 8-10-2012/
07:26
AS sampe kapan di Bandung?
AS 8-10-2012/
07:26
Sampe 2 Desember
HTJ 8-10-2012/
07:29
Ow.. Ok..ok.. 2 Minggu ini
tampaknya jadwalku padat. 3
Di minggu dpn, Senin tgl 15
masih free (semoga ngga tau2
kudu rapat ya)
2 Alasan
(PENOLAKAN) 3 Alternatif
(NEGOSIASI)
AS 8-10-2012/
07:30
Oke oke
HTJ 8-10-2012/
07:31
Siiiiiiiip
YK 8-10-2012/
08:29
4 Senin depan bisanya jam stgh
3, 5 klo bisa daerah Dago lah
biar deket hehe
4 NEGOSIASI 5 NEGOSIASI
AS 8-10-2012/
09:13
6 Riau Junction yuuuuu 6 AJAKAN
YK 8-10-2012/
12:29
7 Aaaaawww berangkaaaat 7 PENERIMAAN
IR 8-10-2012/
14:50
8 Senin aku baru pulang kantor
jam 16.30 euy temans....
8 Alasan
(PENOLAKAN)
15-10-2012/
09:47
9 Temans, jadi kapan bisa pada
ngumpul nih? Miss u all
9 AJAKAN
AS 16-10-2012/
12:45
10 Kamis yuuuuu makan-makan
siang gituuuu
10 AJAKAN
HTJ 16-10-2012/
15:44
11 Kalo Kamis aku ngajar SMA
juga euy, 12 jadi ga bisa kalo
siang-siang.
11 Alasan
(PENOLAKAN) 12 PENOLAKAN
154
Analisis:
Ajakan pada data 2 dimulai pada tanggal 8 Oktober 2012 pukul 07:22 dan
melibatkan 4 anggota komunitas yang seluruhnya berjenis kelamin perempuan.
Pada data 2, ajakan diinisiasikan oleh AS (Hellloooooooowww. Jadi kapan nih
pada bisa ketemuan?). Dalam ajakannya, AS menggunakan strategi ajakan
kemampuan dan bentuk tuturan interogatif. Ajakan tersebut merupakan isyarat
kuat karena terdapat fatis ‘nih’ yang menegaskan ajakan ‘jadi kapan pada bisa
ketemuan’. Fatis lain yang digunakan AS sebagai wujud kesantunan ajakannya
adalah ‘hellloooooooowww’ dan ‘jadi’.
Anggota pertama yang merespons ajakan AS adalah HTJ. HTJ memberikan
pertanyaan konfirmasi pada pukul 07:26 (AS sampai kapan di Bandung?). Setelah
AS memberikan jawaban pada waktu yang sama bahwa AS akan berada di Bandung
sampai dengan tanggal 2 Desember, pada pukul 07:29, HTJ merespons dengan
memberikan alasan sebagai penolakan dari waktu ajakan yang belum diinisiasikan
(Ow.. Ok.. Ok.. Minggu ini tampaknya jadwalku padat), yang mengindikasikan
bahwa apabila pertemuan diadakan pada minggu yang sama percakapan tersebut
dilakukan, HTJ tidak akan dapat menghadiri pertemuan tersebut. Kadar
ketidaklangsungan dari penolakan HTJ tinggi, yang juga mengindikasikan
kesantunan yang tinggi. Fatis yang digunakan HTJ adalah ‘ow’ dan ‘ok’.
Kemudian, HTJ memberikan waktu alternatif dalam bentuk tuturan deklaratif
sebagai negosiasi ajakan AS (Di minggu depan, Senin tanggal 15 masih free).
Respons berikutnya diberikan oleh YK, yaitu penerimaan sekaligus
negosiasi waktu yang merujuk pada negosiasi yang diberikan HTJ (Senin depan
155
bisanya jam setengah 3) pada pukul 08:29 di hari yang sama. YK menerima
negosiasi HTJ untuk melakukan pertemuan pada hari Senin, akan tetapi YK
melakukan negosiasi agar waktu pertemuan pada hari Senin tersebut dilakukan
sesuai dengan yang YK inginkan. Strategi negosiasi yang diberikan oleh YK adalah
pengakuan diri dalam bentuk tuturan deklaratif. YK kemudian memberikan
negosiasi lagi mengenai lokasi pertemuan seharusnya dilaksanakan (Kalau bisa
daerah Dago lah supaya dekat). Dalam negosiasinya ini, strategi perintah dalam
bentuk tuturan deklaratif yang mengandung fatis ‘lah’ digunakan oleh YK.
Sebagai respons dari negosiasi YK, AS memberikan ajakan dengan strategi
imperatif dan bentuk tuturan deklaratif untuk bertemu pada lokasi yang AS
tentukan (Riau Junction yuuuuu) pada pukul 09:13. Fatis ‘yuuuuu’ yang digunakan
AS dalam strategi ajakan imperatifnya melemahkan kadar ketidaksantunan AS. YK
menerima ajakan AS untuk bertemu di Riau Junction (Aaaawww berangkat) pada
pukul 12:29 di hari yang sama. Ungkapan fatis ‘aaaawww’ yang digunakan YK
dalam penerimaannya menunjukkan bahwa YK menyetujui ajakan AS.
Respons berikutnya diberikan oleh IR pada pukul 14:50 di hari yang sama
yang berupa penolakan. IR memberikan alasan bahwa pada hari Senin, IR selesai
bekerja pada pukul 16.30 (Senin aku baru pulang kantor jam 16.30 euy temans).
Penolakan IR yang juga mengandung ungkapan fatis ‘euy’ memiliki kadar
ketidaklangsungan yang tinggi.
Proses ajakan pada data 2 ini tidak dilanjutkan selama tujuh hari, dan pada
tanggal 15 Oktober 2012 pukul 09:47, IR menindaklanjuti proses ajakan yang
diinisiasikan oleh AS tersebut dengan memberikan ajakan (Temans, jadi kapan
156
bisa pada ngumpul nih? Miss you all). Ajakan IR yang merupakan kemampuan
dalam bentuk tuturan interogatif mengandung fatis ‘temans’, ‘jadi’ dan ‘nih’.
Tindak lanjut dari IR tersebut mengubah posisi IR menjadi pengajak 2.
Menanggapi ajakan IR, AS memberikan respons yang juga merupakan
ajakan mengenai hari dan waktu untuk melakukan pertemuan tersebut
menggunakan strategi ajakan imperatif dan bentuk tuturan deklaratif (Kamis
yuuuuu makan-makan siang gitu) pada tanggal 16 Oktober 2012 pukul 12:45. Fatis
yang digunakan AS sebagai wujud kesantunan ajakan imperatifnya adalah ‘yuuuuu’
dan ‘gitu’. Berdasarkan respons yang diberikan, posisi AS tetap menjadi pengajak
1.
Ajakan yang dilakukan AS tidak ditanggapi secara positif oleh HTJ. Alasan
sebagai penolakan diberikan oleh HTJ sebagai respons dari negosiasi (Kalau hari
Kamis aku ngajar SMA juga euy) diikuti penolakan langsung (jadi ga bisa kalau
siang hari) di hari yang sama pada pukul 15:44. Dalam penolakannya, HTJ
menunjukkan kesantunannya melalui urutan tutur, yaitu penolakan yang diawali
dengan alasan dan diakhiri dengan penolakan langsung. Fatis ‘euy’ yang digunakan
HTJ mengindikasikan keberatan HTJ untuk memenuhi ajakan.
Respons yang diberikan HTJ merupakan akhir dari percakapan, karena tidak
ada anggota lain yang memberikan respons maupun negosiasi terhadap ajakan AS
dan IR. Proses ajakan berlangsung selama delapan hari, yang dimulai pada tanggal
8 Oktober 2012 pukul 07:22 dan berakhir pada tanggal 16 Oktober 2012 pukul
15:44 tanpa kesepakatan kapan pertemuan akan dilaksanakan. Secara
157
keseluruhan, proses ajakan ambigu pada data 1 yang dilakukan oleh grup strata S-
2 Stress dapat dilihat pada tabel berikut.
Jenis Tindak
Tutur
Inisial
Nama
Tanggal dan
Waktu Tuturan
Ajakan AS 8-10-2012/
07:22
Hellloooooooowww.. Jadi kapan
neh pada bisa ketemuan??
Penolakan HTJ 8-10-2012/
07:29
Minggu ini tampaknya jadwalku
padat. Di minggu dpn, Senin tgl
15 masih free (semoga ngga tau2
kudu rapat ya)
Negosiasi HTJ 8-10-2012/
07:29
Di minggu dpn, Senin tgl 15
masih free (semoga ngga tau2
kudu rapat ya)
Negosiasi YK 8-10-2012/
08:29
Senin depan bisanya jam stgh 3,
klo bisa daerah Dago lah biar
deket hehe
Ajakan AS 8-10-2012/
09:13
Riau Junction yuuuuu
Penerimaan YK 8-10-2012/
12:29
Aaaaawww berangkaaaat
Penolakan IR 8-10-2012/
14:50
Senin aku baru pulang kantor
jam 16.30 euy temans....
Ajakan IR 15-10-2012/
09:47
Temans, jadi kapan bisa pada
ngumpul nih? Miss u all
Ajakan AS 16-10-2012/
12:45
Kamis yuuuuu makan-makan
siang gituuuu
Penolakan HTJ 16-10-2012/
15:44
Kalo Kamis aku ngajar SMA
juga euy, jadi ga bisa kalo siang-
siang.
Data 3
Konteks:
Komunikasi daring pada data 3 dilakukan oleh anggota grup mahasiswa
sekolah bahasa asing strata S-1 yang bergabung ke dalam satu grup debat bahasa
Inggris. Jumlah keseluruhan anggota grup S-1 adalah 124 anggota, dengan anggota
laki-laki sebanyak 58 orang dan anggota perempuan sebanyak 66 orang. Akan
158
tetapi, jumlah anggota yang aktif dalam aktivitas grup kurang dari 20 orang.
Anggota grup S-1 datang dari program studi bahasa asing yang berbeda, namun
karena mereka tergabung dalam satu grup debat bahasa Inggris, mereka terbiasa
untuk berbicara dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu, terdapat beberapa tuturan
dalam bahasa Inggris dalam komunikasi pada data 5 ini. Usia anggota grup tersebut
adalah antara 18 sampai 23 tahun dan mereka datang dari kultur yang lebih
homogen. Berikut adalah data dan analisis komunikasi daring yang berlangsung
dalam grup strata S-1.
Data:
Inisial
Nama
Tanggal dan
Waktu Tuturan Kode Deskriptif
ASP 2-4-2013/
22:15
1 Ada yang mau arung jeram
sama paint-balling? Hanya
IDR 250K. 2 Hayu lah urang
ulin :D
1 AJAKAN 2 AJAKAN
NVP 2-4-2013/
22:33
250K/orang atau grup?
ASP 2-4-2013/
22:34
Ewww.. You think that way?
NVP 2-4-2013/
22:36
Iya. 3 Kalau per orang, ga
punya duit. 4 Semua uang saya udah
dibayarin PLP. 5 Kecuali kalau
kita nunggu uang operasional
ASES ☺
3 Alasan
(PENOLAKAN) 4 Alasan
(PENOLAKAN) 5 Penundaan
(PENOLAKAN)
ASR 2-4-2013/
22:59
6 Iraha ASP? 7 Mun bulan
ayeuna mah 8ncan aya budget-
na, 9 geus kapake keur nu sejen. 10 Mun bulan hareup mah 11
inshallah aya.
6 KONFIRMASI 7 Pilihan 1 8 Alasan
(PENOLAKAN) 9 Alasan
(PENOLAKAN) 10 Pilihan 2 11 PENERIMAAN 7, 8, 9, 10, 11
NEGOSIASI
159
(PENOLAKAN
PARSIAL)
ASP 2-4-2013/
23:00
12 Hayu iraha bae minimal 20
jalma euy. Keur ngarekrut
massa ieu teh. Ngabibita
hahaha. 13 Murah euy, di
tempat lain mah 250rb teh
paintball hungkul.
12 NEGOSIASI 13 NEGOSIASI
FW 3-4-2013/
08:19
14 Hayuuuuuu, kapan iih
kapaaann
14 PENERIMAAN
LJ 3-4-2013/
21:37
15 Aku pengen arung jeram tapi,
ga mau paintball.
15 PENOLAKAN
PARSIAL
Analisis:
Pada data 3, terdapat 5 anggota komunitas daring yang terlibat dalam proses
percakapan. Kelima anggota tersebut terdiri dari 3 anggota laki-laki dan 2 anggota
perempuan. Ajakan diinisiasikan pertama kali oleh ASP yang merupakan anggota
laki-laki pada tanggal 2 April 2013 pukul 22:15 yang mengajak anggota lain untuk
ikut serta berpetualang bersama. ASP mengawali ajakannya dengan menanyakan
kesediaan anggota komunitas daring tersebut diikuti jumlah uang yang harus
dikeluarkan (Ada yang mau arung jeram sama paint-balling? Hanya IDR 250K).
ASP kemudian memperkuat ajakannya dengan strategi imperatif dalam bentuk
tuturan deklaratif (Hayu lah urang ulin ☺). Dalam ajakan imperatifnya, ASP
menggunakan fatis ‘hayu’, ‘lah’, dan emosikon sebagai wujud kesantunannya.
Ajakan yang diberikan ASP tidak mengandung tuturan yang panjang. Hal ini
dikarenakan ASP sebagai anggota yang berjenis kelamin laki-laki kurang menyukai
basa-basi.
Respons pertama diberikan oleh NVP, seorang anggota laki-laki, yang
menanyakan apakah biaya yang harus dikeluarkan tersebut adalah biaya per orang
160
atau per kelompok pada pukul 22:33 di hari yang sama (250K per orang atau
grup?). Kemudian pada pukul 22:36, NVP memberikan alasan sebagai penolakan
bahwa NVP tidak dapat memenuhi ajakan tersebut apabila masing-masing anggota
harus mengeluarkan sebesar Rp. 250.000 (Kalau per orang, ga punya duit). NVP
menambahkan alasan mengapa NVP tidak memiliki biaya untuk acara tersebut
sebagai bagian dari penolakannya (Semua uang saya udah saya dibayarin PLP),
diikuti kalimat penundaan (Kecuali kalau kita nunggu uang operasional ASES ☺).
NVP menunjukkan kesantunan dalam penolakannya melalui pangjang tuturan
dan emosikon.
Anggota berikutnya yang memberikan respons adalah ASR yang
merupakan seorang anggota laki-laki pada pukul 22:59. ASR mengawali
responsnya dengan memberikan pertanyaan konfirmasi kapan acara tersebut
diadakan (Iraha ASP?), diikuti dengan alternatif pertama yang apabila acara
diadakan pada bulan yang sama ajakan tersebut dibuat, maka ASR menolak untuk
mengikuti acara tersebut (Mun bulan ayeuna mah ncan aya budget-na, geus kapake
keur nu sejen). Kemudian ASR memberikan alternatif kedua yang apabila acara
diadakan pada bulan berikutnya, maka ASR menerima ajakan tersebut (Mun bulan
hareup mah inshallah aya). ASR memberikan penolakannya dengan kadar
ketidaklangsungan yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesantunan
yang diberikan ASR juga tinggi. Kemudian, ASR menggunakan beberapa
ungkapan fatis seperti ‘mah’ dan ‘inshallah’ sebagai wujud kesantunan yang lain.
Karena ASR memberikan dua alternatif respons, yaitu penolakan dan
penerimaan, maka respons ASR dianggap sebagai penolakan parsial.
161
Menanggapi kedua alternatif pilihan ASR, pada pukul 23:00, ASP
memberikan negosiasi agar acara tersebut tetap diadakan dengan menggunakan
strategi negosiasi komitmen dalam bentuk tuturan deklaratif dan mengandung
fatis ‘euy’ (Hayu iraha bae minimal 20 jalma euy), dilanjutkan dengan strategi
pengakuan diri dalam bentuk tuturan deklaratif dan mengandung fatis ‘iyeu’,
‘teh’, dan ‘hahaha’ (Keur ngarekrut massa iyeu teh. Ngabibita hahaha), serta
strategi seruan normatif positif dalam bentuk tuturan deklaratif yang
mengandung fatis ‘euy’, ‘mah’, dan ‘teh’ (Murah euy, di tempat lain mah 250 ribu
teh paintball hungkul).
Respons ketiga diberikan oleh FW yang merupakan anggota perempuan
pada tanggal 3 April 2-13 pukul 08:19 yang merupakan penerimaan (Hayuuuuuu,
kapan iih kapaaan?). Penerimaan FW yang singkat memiliki kesantunan yang
diwujudkan dengan fatis ‘hayuuuuuu’ dan ‘iih’ yang masing-masing menandakan
panjangnya nada tuturan.
Respons selanjutnya diberikan oleh LJ, seorang anggota perempuan, yang
merupakan penolakan parsial (Aku pengen arung jeram tapi, ga mau paintball)
pada pukul 21:37 di hari yang sama. Respons LJ menunjukkan bahwa LJ hanya
bersedia melakukan satu aktivitas yang ditawarkan ASP. Urutan tutur LJ yang
memulai penolakan parsialnya dengan keinginannya dan diikuti dengan penolakan
penuh merupakan wujud kesantunan LJ.
Proses ajakan pada data ini berlangsung selama satu hari, sejak tanggal 2
April 2013 pukul 22:15 sampai dengan 3 April 2013 pukul 21:37. Percakapan ini
berakhir dengan 1 anggota yang memberikan penolakan, 2 anggota yang
162
memberikan respons penolakan parsial, dan 1 anggota memberikan penerimaan.
Akan tetapi, dilihat dari utas percakapan, proses ajakan pada data 3 belum
mencapai kesepakatan waktu acara tersebut dilaksanakan. Secara keseluruhan,
proses ajakan ambigu pada data 3 dapat dilihat dalam tabel berikut.
Jenis Tindak
Tutur
Inisial
Nama
Tanggal dan
Waktu Tuturan
Ajakan ASP 2-4-2013/
22:15
Ada yang mau arung jeram sama
paint-balling? Hanya IDR 250K.
Hayu lah urang ulin :D
Penolakan NVP 2-4-2013/
22:36
Kalau per orang, ga punya duit.
Semua uang saya udah dibayarin
PLP. Kecuali kalau kita nunggu
uang operasional ASES ☺
Penolakan Parsial ASR 2-4-2013/
22:59
Iraha ASP? Mun bulan ayeuna
mah ncan aya budget-na, geus
kapake keur nu sejen. Mun bulan
hareup mah inshallah aya.
Negosiasi ASP 2-4-2013/
23:00
Hayu iraha bae minimal 20
jalma euy. Keur ngarekrut massa
ieu teh. Ngabibita hahaha.
Murah euy, di tempat lain mah
250rb teh paintball hungkul.
Penerimaan FW 3-4-2013/
08:19
Hayuuuuuu, kapan iih kapaaann
Penolakan Parsial LJ 3-4-2013/
21:37
Aku pengen arung jeram tapi, ga
mau paintball.
Data 4
Konteks:
Komunikasi daring pada data 5 dilakukan oleh anggota grup mahasiswa
sekolah bahasa asing strata S-1 yang bergabung ke dalam satu grup debat bahasa
Inggris. Jumlah keseluruhan anggota grup S-1 adalah 124 anggota, dengan anggota
laki-laki sebanyak 58 orang dan anggota perempuan sebanyak 66 orang. Akan
tetapi, jumlah anggota yang aktif dalam aktivitas grup kurang dari 20 orang.
163
Anggota grup S-1 datang dari program studi bahasa asing yang berbeda, namun
karena mereka tergabung dalam satu grup debat bahasa Inggris, mereka terbiasa
untuk berbicara dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu, terdapat beberapa tuturan
dalam bahasa Inggris dalam komunikasi pada data 5 ini. Usia anggota grup tersebut
adalah antara 18 sampai 23 tahun dan mereka datang dari kultur yang lebih
homogen. Berikut adalah data dan analisis komunikasi daring yang berlangsung
dalam grup strata S-1.
Data:
Inisial
Nama
Tanggal dan
Waktu Tuturan Kode Deskriptif
LJ 18-4-2013/
08:47
Hi dear friends. 1 Wanna
sing along with us? Hahaha 2
ayoo. Katanya kak ASP
ngajakin kita karaoke, ada
kupon di Inul Vista. Maybe
on Friday or Saturday. Info
selebihnya mangga YMP. 3
Ikutan yuuk, refreshing dan
supaya lebih akrab #aseeek
1 Penawaran
(AJAKAN) 2 AJAKAN 3 AJAKAN
YMP 18-4-2013/
09:03
4 Iya guys ayuk kita nyanyi-
nyanyi bareng, biar lebih dekat
*ciyeee*
Monggo ditentukan tanggal
pastinya, 5 kalau weekdays di
atas jam 6, weekend ayuks.
FA, GR, 6 Ayo merapat.
4 AJAKAN 5 NEGOSIASI 6 AJAKAN
ASR 18-4-2013/
09:13
7 I'm in. 8 Weekdays after 6,
Sunday afternoon. Hehe
7 PENERIMAAN 8 NEGOSIASI
YMP 18-4-2013/
09:14
Noted. We’ll see what the
others say.
AST 18-4-2013/
09:17
9 Mon - Fri after 4:30 Sat and
Sun afternoon ... hoho
9 NEGOSIASI
LJ 18-4-2013/
09:17
Sekalian yang belum kenal
sama kakak-kakak yang lain
kenalan juga ntar. Hehee
164
ASP 18-4-2013/
09:24
10 Sok lah. Iyeu free pass dua
jam.
10 PENERIMAAN
YMP 18-4-2013/
09:26
Iya ih hayu kita kenalan =))
LJ 18-4-2013/
09:50
Wah dua jam seubeuh. Hayuuu
hayuu
EP 18-4-2013/
15:10
11 Ayok! Ayok! 11 PENERIMAAN
GR 19-4-2013/
05:51
12 Aku di Solo sayang YMP. 13
Ntar-ntar aja kangen-
kangenannya yah! Miss you all.
12 Alasan
(PENOLAKAN) 13 Penundaan
(PENOLAKAN)
EP 19-4-2013/
08:33
Iya teh LJ bakal seubeuh 2 jam
mah apalagi kalau sambil
makan, seubeuh pisan!
FA 20-4-2013/
15:53
14 Aku di Jakarta sekarang kerja
beb YMP kangen juga karaoke
gila bareng kalian lagi
hahahaha
14 Alasan
(PENOLAKAN)
LJ 21-4-2013/
20:18
15 Hahah pulang dulu lah kaa,
ayo kangen nih aku.
15 NEGOSIASI
ASP 21-4-2013/
21:22
Ngaromong wae bari teu jadi
Analisis:
Percakapan pada data 4 melibatkan 8 anggota komunitas daring yang terdiri
dari 5 anggota laki-laki dan 3 anggota perempuan. Ajakan untuk berkaraoke
diinisiasikan oleh LJ yang berjenis kelamin perempuan. Ajakan LJ pada tanggal
18 April 2013 pukul 08:47 diawali dengan menanyakan kesediaan anggota untuk
berpartisipasi pada acara karaoke (Hi dear friends. Wanna sing along with us?),
diikuti strategi ajakan imperatif dengan bentuk tuturan deklaratif (Hahaha ayoo),
alternatif waktu (Maybe on Friday or Saturday), dan kalimat imperatif lain
dengan bentuk tuturan deklaratif (Ikutan yuuk, refreshing dan supaya lebih
akrab #aseeek). LJ mewujudkan kesantunan dalam ajakannya melalui urutan
tutur, panjang tuturan, dan fatis. Dalam urutan tuturnya, LJ memberikan sapaan
165
kepada anggota dalam grup tersebut dengan fatis ‘hi’ dan ‘dear’ yang diikuti oleh
ajakan. Kemudian pada strategi ajakan imperatifnya, LJ menggunakan fatis
‘hahaha’, ‘ayoo’, ‘yuuk’, dan tanda pagar (tagar) #aseeek. Tagar merupakan tanda
yang diletakkan di awal kata atau frasa yang diketikkan pada jejaring sosial. Dalam
komunikasi bermedia komputer, tagar dapat dianggap sebagai ungkapan fatis.
Ajakan LJ kemudian diteruskan oleh YMP, seorang anggota perempuan
(Iya guys ayuk kita nyanyi-nyanyi bareng, biar lebih dekat) pada pukul 09:03 di
hari yang sama, yang menjadikan status YMP sebagai pengajak 2. Ajakan yang
diteruskan oleh YMP ini juga merupakan penerimaan dari ajakan yang
diinisiasikan oleh LJ. YMP menunjukkan kesantunannya melalui ungkapan-
ungkapan fatis ‘iya’, ‘guys’, dan ‘ayuk’. YMP juga memberikan alternatif waktu
sebagai negosiasi (Kalau weekdays di atas jam 6, weekends ayuks). Maksud dari
tuturan YMP adalah apabila acara diadakan pada hari kerja, maka YMP dapat
memenuhinya apabila acara diadakan lewat pada pukul 18:00; apabila acara
diadakan pada akhir minggu, maka YMP dapat memenuhi ajakan tersebut pada
pukul berapa pun. YMP juga mengajak dua anggota lain untuk ikut bergabung
dengan strategi ajakan imperatif dan bentuk tuturan deklaratif serta fatis ‘ayo’
(FA, GR, ayo merapat).
Respons berikutnya yang diberikan oleh ASR, seorang anggota laki-laki,
pada pukul 09:13 merupakan penerimaan (I’m in), yang berarti ASR akan
bergabung dalam acara karaoke tersebut. ASR kemudian memberikan negosiasi
mengenai waktu dengan strategi negosiasi komitmen dalam bentuk tuturan
deklaratif (Weekdays after 6, Sunday afternoon). ASR memiliki kesediaan waktu
166
yang sama dengan YMP apabila acara diadakan pada hari kerja, yaitu setelah pukul
18:00. Kemudian ASR juga memberikan kesediannya apabila acara diadakan pada
hari Minggu, maka ASR dapat menghadiri acara tersebut pada siang hari.
Respons penerimaan berikutnya diberikan oleh AST yang merupakan
anggota perempuan pada pukul 09:17 yang memberikan penerimaannya dengan
cara menegosiasikan waktu (Monday to Friday after 4:30, Saturday and Sunday
afternoon). AST meminta apabila acara diadakan pada hari kerja, maka waktu
terbaik untuk AST adalah setelah pukul 16:30. sama seperti ASR, apabila acara
diadakan pada akhir pekan, AST bersedia menghadirinya apabila dilakukan pada
siang hari. Negosiasi yang diberikan AST memiliki strategi dan bentuk tuturan yang
sama dengan negosiasi ASR, yaitu strategi komitmen dalam bentuk tuturan
deklaratif.
Kemudian pada pukul 09:24, ASP memberikan respons berikutnya (Sok
lah). Respons ASP mengandung fatis ‘sok’ dan ‘lah’ yang menunjukkan
persetujuannya akan ajakan yang diberikan. Sekitar lima jam berikutnya, yaitu pada
pukul 15:10, EP (Ayok! Ayok!). Sama seperti ASP, EP juga menggunakan fatis
‘ayok’ dalam responsnya. Kedua anggota tersebut memberikan respons positif yang
merupakan penerimaan.
Menanggapi ajakan yang diberikan YMP, GR merespons dengan
memberikan alasan sebagai penolakan (Aku di Solo sayang YMP) pada tanggal 19
April 2013 pukul 08:33, diikuti dengan penundaan (Ntar-ntar aja kengen-
kangenannya yah! Miss you all). GR yang merupakan anggota laki-laki tidak
memberikan penolakan langsung dalam responsnya, yang menunjukkan
167
kesantunan GR. GR juga mewujudkan kesantunannya melalui fatis ‘sayang’ dan
‘yah’.
Sama seperti GR, pada tanggal 20 April 2013 pukul 15:53, FA yang juga
anggota laki-laki menanggapi ajakan YMP dengan penolakan dan memberikan
alasan mengapa FA tidak dapat memenuhi ajakan YMP (Aku di Jakarta sekarang
kerja beb YMP kangen juga karaoke gila bareng kalian lagi hahahaha). Penolakan
FA memiliki kadar ketidaklangsungan yang tinggi, sehingga menunjukkan kadar
kesantunan yang tinggi. Fatis ‘beb’ dan ‘hahahaha’ juga GR gunakan sebagai wujud
kesantunannya.
LJ kemudian memberikan negosiasi kepada GR dan FA agar dapat
menghadiri acara karaoke tersebut dengan cara membujuk kedua anggota tersebut
(Hahaha pulang dulu lah kaa, ayo kangen nih aku) satu hari setelah penolakan dari
FA diberikan, yaitu pada tanggal 21 April 2013 pukul 20:18. LJ memberikan
negosiasinya dengan menggabungkan strategi imperatif dan pengakuan diri
dalam bentuk tuturan deklaratif. LJ melemahkan strategi imperatifnya dengan
memberikan fatis ‘hahaha’ dan ‘lah’. LJ juga menggunakan fatis ‘ayo’ dan ‘nih’
sebagai wujud kesantunan lainnya.
Meskipun kesepakatan waktu acara belum disepakati, hasil dari proses
ajakan tersebut menunjukkan bahwa dari 8 anggota yang terlibat percakapan, 5
diantaranya memberikan respons penerimaan dan 2 anggota lain memberikan
respons penolakan. Proses ajakan berjalan selama tiga hari, dimulai pada tanggal
18 April 2013 pada pukul 08:47 dan berakhir pada tanggal 21 April 2013 pukul
168
21:22. Rekapitulasi proses ajakan ambigu yang dilakukan oleh anggota grup strata
S-1 dalam data 4 dapat dilihat pada tabel berikut.
Jenis Tindak
Tutur
Inisial
Nama
Tanggal dan
Waktu Tuturan
Ajakan LJ 18-4-2013/
08:47
Hi dear friends. Wanna sing
along with us? Hahaha ayoo.
Katanya kak ASP ngajakin kita
karaoke, ada kupon di Inul
Vista. Maybe on Friday or
Saturday. Info selebihnya
mangga YMP. Ikutan yuuk,
refreshing dan supaya lebih
akrab #aseeek
Ajakan YMP 18-4-2013/
09:03
Iya guys ayuk kita nyanyi-nyanyi
bareng, biar lebih dekat *ciyeee*
Negosiasi YMP 18-4-2013/
09:03
Monggo ditentukan tanggal
pastinya, kalau weekdays di atas
jam 6, weekend ayuks.
Ajakan YMP 18-4-2013/
09:03
FA, GR, Ayo merapat.
Penerimaan ASR 18-4-2013/
09:13
I'm in.
Negosiasi ASR 18-4-2013/
09:13
Weekdays after 6, Sunday
afternoon. Hehe
Negosiasi AST 18-4-2013/
09:17
Mon - Fri after 4:30 Sat and
Sun afternoon ... hoho
Penerimaan ASP 18-4-2013/
09:24
Sok lah. Iyeu free pass dua jam.
Penerimaan EP 18-4-2013/
15:10
Ayok! Ayok!
Penolakan GR 19-4-2013/
05:51
Aku di Solo sayang YMP. Ntar-
ntar aja kangen-kangenannya
yah! Miss you all.
Penolakan FA 20-4-2013/
15:53
Aku di Jakarta sekarang kerja
beb YMP kangen juga karaoke
gila bareng kalian lagi hahahaha
Negosiasi LJ 21-4-2013/
20:18
Hahah pulang dulu lah kaa, ayo
kangen nih aku.
169
Data 6
Konteks:
Komunikasi daring pada data 5 dilakukan oleh anggota grup mahasiswa
sekolah bahasa asing strata S-1 yang bergabung ke dalam satu grup debat bahasa
Inggris. Jumlah keseluruhan anggota grup S-1 adalah 124 anggota, dengan anggota
laki-laki sebanyak 58 orang dan anggota perempuan sebanyak 66 orang. Akan
tetapi, jumlah anggota yang aktif dalam aktivitas grup kurang dari 20 orang.
Anggota grup S-1 datang dari program studi bahasa asing yang berbeda, namun
karena mereka tergabung dalam satu grup debat bahasa Inggris, mereka terbiasa
untuk berbicara dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu, terdapat beberapa tuturan
dalam bahasa Inggris dalam komunikasi pada data 5 ini. Usia anggota grup tersebut
adalah antara 18 sampai 23 tahun dan mereka datang dari kultur yang lebih
homogen. Berikut adalah data dan analisis komunikasi daring yang berlangsung
dalam grup strata S-1.
Data:
Inisial
Nama
Tanggal dan
Waktu Tuturan Kode Deskriptif
IN 1-6-2013/
19:04
1 Jadi gak nih kita foto studio? 1 AJAKAN
NVP 1-6-2013/
19:23
2 Ayo kapan? Sekalian belanja
buat dekor. The earlier the
better.
2 PENERIMAAN
IN 1-6-2013/
19:25
3 Kupon Papyrus cuma sampai
20 Juni, dan maksimal buat
30 orang.
3 NEGOSIASI
NVP 1-6-2013/
19:29
Cukup lah. Anggota ASES
yang aktif ga sampai 30
orang. 4 Sampe 20 Juni ya,
masih cukup lama.
4 PENUNDAAN
170
IN 1-6-2013/
19:30
Iya kak, kabari aja kalo jadi.
LJ 1-6-2013/
19:58
Harus jadi. 5 Minggu depan
aja atuh mumpung minggu
tenang nih.
5 NEGOSIASI
IN 1-6-2013/
20:00
6 Hayu aja. 7 Kalo udah UAS
gimana, kak?
6 PENERIMAAN 7 Alternatif
(NEGOSIASI)
LJ 1-6-2013/
20:00
8 Itu juga boleh, yang penting
sebelum kuponnya hangus
hehehe.
8 PENERIMAAN
AK 1-6-2013/
20:01
9 Tentukan dari sekarang
geura. 10 Kalo mendadak mah
pasti banyak yang
membatalkan.
9 NEGOSIASI 10 Peringatan
(NEGOSIASI)
IN 1-6-2013/
20:01
11 Hehe sip sip ☺ 11 PENERIMAAN
EPY 2-6-2013/
07:15
12 Kalo hari Rabu tanggal 12
gimana? Udah Magrib.
Sekalian makan-makan gitu
☺
12 Alternatif
(NEGOSIASI)
IN 2-6-2013/
11:34
13 Gimana kalo hari terakhir
UAS kak?
13 Alternatif
(NEGOSIASI)
MA 2-6-2013/
11:37
14 Hari terakhir UAS aku
Senin tanggal 17.
14 NEGOSIASI
IN 2-6-2013/
11:38
15 Iya gak apa-apa aku di
kosan sampe tanggal 20.
15 PENERIMAAN
EPH 2-6-2013/
13:13
16 Hayu hari Senin tanggal 17
kita foto sekalian belanja buat
dekor ruangan.
16 PENERIMAAN
EPY 2-6-2013/
13:36
17 Aku sih oke2 aja… Yg lain
gimana?
17 PENERIMAAN
AS 2-6-2013/
19:19
18 Senin malam? 19 Boleh lah. 18 Pengulangan 19 PENERIMAAN
Analisis:
Ajakan ambigu pada data 6 melibatkan 8 anggota komunitas daring yang
terdiri dari 4 anggota perempuan dan 4 anggota laki-laki. Ajakan diinisiasikan oleh
IN yang merupakan anggota perempuan pada tanggal 1 Juni 2013 pukul 19:04
dengan memberikan pertanyaan konfirmasi mengenai foto grup (Jadi gak nih kita
171
foto studio?). IN menggunakan strategi ajakan isyarat kuat dalam bentuk tuturan
interogatif yang mengandung fatis ‘nih’ sebagai wujud kesantunan.
Respons pertama diberikan oleh NVP yang merupakan anggota laki-laki
dengan memberikan penerimaan (Ayo kapan? Sekalian belanja untuk dekor. The
earlier the better) pada pukul 19:23. Penerimaan NVP mengandung fatis ‘ayo’ yang
menunjukkan persetujuannya akan ajakan IN. IN menanggapi pertanyaan NVP
pada pukul 19:25 mengenai waktu melakukan foto grup dengan negosiasi (Kupon
Papyrus berlaku sampai 20 Juni), yang mengindikasikan bahwa sebaiknya foto
grup dilakukan sebelum masa berlaku kupon tersebut berakhir. Strategi negosiasi
yang digunakan IN adalah pemberitahuan dengan bentuk tutur deklaratif.
Mendengar masa berlaku kupon foto berakhir tanggal 20 Juni, pada pukul
19:29 di hari yang sama, NVP menanggapinya dengan memberikan penundaan
yang dalam konteks respons NVP bukan merupakan penolakan (Sampai 20 Juni ya,
masih cukup lama). Dalam responsnya, NVP memberikan fatis ‘ya’.
Respons atas ajakan IN berikutnya diberikan oleh LJ, seorang anggota
perempuan, pada pukul 19:58 yang memberikan penerimaan sekaligus negosiasi
agar foto grup dilakukan satu minggu setelah percakapan ini, dengan alasan minggu
tersebut merupakan minggu tanpa perkuliahan (Harus jadi. Minggu depan aja atuh
mumpung minggu tenang nih). LJ mengungkapkan negosiasinya dengan strategi
negosiasi rekomendasi dengan bentuk tuturan deklaratif. LJ juga memberikan
fatis ‘atuh’ dan ‘nih’ sebagai wujud kesantunannya. Negosiasi yang diberikan LJ
menjadikan status LJ sebagai pengajak 2.
172
Menanggapi negosiasi LJ, pada pukul 20:00, IN memberikan respons
penerimaan (Hayu aja) yang berisi ungkapan fatis ‘hayu’ dan ‘aja’ tanda
persetujuan, diikuti alternatif waktu sebagai negosiasi dalam bentuk tuturan
interogatif (Kalo udah UAS gimana kak?) yang mengandung fatis ‘kak’. Negosiasi
yang diberikan IN menjadikan IN kembali sebagai pengajak.
LJ menyatakan persetujuannya atas negosiasi IN pada pukul 20:00 (Itu
juga boleh, yang penting sebelum kuponnya hangus hehehe), yang menunjukkan
bahwa LJ dapat memenuhi ajakan baik pada waktu yang LJ sarankan maupun
waktu yang IN negosiasikan. Dalam penerimaannya, LJ menggunakan fatis
‘hehehe’ sebagai kesantunan.
Respons berikutnya diberikan oleh AK yang merupakan seorang anggota
laki-laki pada pukul 20:01 dengan memberikan negosiasi berupa perintah (Tentuin
dari sekarang geura) yang memiliki fatis ‘geura’ sebagai wujud kesantunan
dilanjutkan dengan peringatan sebagai bagian dari negosiasi (Kalau mendadak
mah, pasti banyak yang nge-cancel) yang mengandung fatis ‘mah’ sebagai wujud
kesantunan. Negosiasi AK memiliki bentuk tuturan deklaratif yang mengurangi
kadar ketidaksantunan dari strategi negosiasi perintah. Maksud dari AK
memberikan negosiasi ini adalah agar waktu foto grup ditentukan segera untuk
menghindari penolakan dari anggota lainnya apabila ditentukan mendadak. IN
memberikan pernyataan penerimaan atas saran AK tersebut (Hehe sip sip ☺) pada
waktu yang sama, dengan ungkapan fatis ‘hehe’, ‘sip’, dan emosikon sebagai wujud
kesantunan IN.
173
Kemudian, EPY yang merupakan seorang anggota laki-laki bergabung
dalam percakapan pada tanggal 2 Juni 2013 pukul 07:15 dan memberikan alternatif
waktu yang juga merupakan negosiasi (Kalo hari Rabu tanggal 12 gimana? Udah
Magrib) diikuti dengan rekomendasi untuk makan-makan bersama (Sekalian
makan-makan gitu ☺). Negosiasi yang diberikan EPY memiliki bentuk tuturan
interogatif dan deklaratif, serta mengandung fatis ‘gitu’ dan emosikon sebagai
wujud kesantunan EPY. Tuturan EPY membuat status EPY menjadi pengajak 3.
IN kemudian menanggapi negosiasi EPY pada pukul 11:34 di hari yang
sama dengan memberikan alternatif waktu lain sebagai negosiasi (Gimana kalo
hari terakhir UAS, kak?). IN menggunakan strategi negosiasi alternatif dalam
bentuk tutuan interogatif yang mengandung ungkapan fatis ‘kak’. Pada tuturannya,
IN mempertahankan statusnya sebagai pengajak.
Setelah negosiasi IN, MA yang merupakan anggota perempuan bergabung
dalam percakapan pada pukul 11:37 dan memberitahukan bahwa hari terakhir
ujiannya adalah hari Senin pada tanggal 17 (Hari terakhir UAS aku Senin tanggal
17). Tuturan MA ini menjadi negosiasi, karena MA secara tersirat menyatakan
bahwa apabila kegiatan foto grup dilaksanakan pada hari terakhir UAS, maka MA
meminta agar kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari terakhir MA menjalankan
ujian. Negosiasi yang diberikan MA mengandung kadar ketidaklangsungan yang
tinggi, karena tidak memiliki kata penunjuk negosiasi. Tuturan tersirat oleh MA
tersebut menjadikan status MA menjadi pengajak 4.
IN memberikan tanggapan atas negosiasi MA pada pukul 11:38 dengan
penerimaan (Iya gak apa-apa aku di kosan sampe tanggal 20) yang mengandung
174
fatis ‘iya’. Penerimaan juga diberikan EPH, seorang anggota perempuan, pada
pukul 13:13 sebagai respons terhadap negosiasi MA (Hayu hari Senin tanggal 17
kita foto sekalian belanja untuk dekor ruangan). Penerimaan EPH mengandung
ungkapan fatis ‘hayu’ sebagai wujud kesantunan EPH.
Kemudian, pada pukul 13:36, EPY juga memberikan respons penerimaan
terhadap negosiasi MA (Aku sih oke-oke aja) dengan fatis ‘sih’ dan ‘aja’. Respons
positif juga diberikan oleh AS, seorang anggota laki-laki, pada pukul 19:19 dengan
menuturkan kalimat pengulangan bagian (Senin malam?), diikuti oleh
penerimaan (Boleh lah). Fatis yang digunakan AS sebagai penerimaannya adalah
‘lah’.
Proses ajakan yang melibatkan 8 anggota grup strata S-1 pada data 6
berlangsung selama satu hari, terhitung sejak tanggal 1 Juni 2013 pukul 19:04
sampai dengan tanggal 2 Juni 2013 pukul 19:19. Proses ajakan pada data 6
mencapai kesepakatan waktu pelaksanaan ajakan dan berakhir dengan 6 anggota
yang memberikan respons penerimaan dan 2 anggota lain yang tidak memberikan
respons apapun. Rekapitulasi proses ajakan ambigu yang dilakukan oleh anggota
grup strata S-1 dalam data 6 dapat dilihat pada tabel berikut.
Jenis Tindak
Tutur
Inisial
Nama
Tanggal dan
Waktu Tuturan
Ajakan IN 1-6-2013/
19:04
Jadi gak nih kita foto studio?
Penerimaan NVP 1-6-2013/
19:23
Ayo kapan? Sekalian belanja
buat dekor. The earlier the
better.
Negosiasi IN 1-6-2013/
19:25
Kupon Papyrus cuma sampai 20
Juni, dan maksimal buat 30
orang.
175
Penundaan NVP 1-6-2013/
19:29
Cukup lah. Anggota ASES yang
aktif ga sampai 30 orang. Sampe
20 Juni ya, masih cukup lama.
Negosiasi LJ 1-6-2013/
19:58
Minggu depan aja atuh
mumpung minggu tenang nih.
Penerimaan IN 1-6-2013/
20:00
Hayu aja.
Negosiasi IN 1-6-2013/
20:00
Kalo udah UAS gimana, kak?
Penerimaan LJ 1-6-2013/
20:00
Itu juga boleh, yang penting
sebelum kuponnya hangus
hehehe.
Negosiasi AK 1-6-2013/
20:01
Tentukan dari sekarang geura.
Kalo mendadak mah pasti
banyak yang membatalkan.
Penerimaan IN 1-6-2013/
20:01
Hehe sip sip ☺
Negosiasi EPY 2-6-2013/
07:15
Kalo hari Rabu tanggal 12
gimana? Udah Magrib. Sekalian
makan-makan gitu ☺
Negosiasi IN 2-6-2013/
11:34
Gimana kalo hari terakhir UAS
kak?
Negosiasi MA 2-6-2013/
11:37
Hari terakhir UAS aku Senin
tanggal 17.
Penerimaan IN 2-6-2013/
11:38
Iya gak apa-apa aku di kosan
sampe tanggal 20.
Penerimaan EPH 2-6-2013/
13:13
Hayu hari Senin tanggal 17 kita
foto sekalian belanja buat dekor
ruangan.
Penerimaan EPY 2-6-2013/
13:36
Aku sih oke2 aja… Yg lain
gimana?
Penerimaan AS 2-6-2013/
19:19
Senin malam? Boleh lah.
Data 8
Konteks:
Komunikasi daring pada data 8 dilakukan oleh anggota grup strata S-3.
Grup ini adalah komunitas daring mahasiswa program doktor linguistik yang
datang dari kultur, latar belakang usia, dan minat yang lebih heterogen. Anggota
176
grup ini berjumlah 11 orang, yang terdiri dari 3 anggota laki-laki dan 8 anggota
perempuan. Berikut adalah data dan analisis komunikasi daring yang berlangsung
dalam grup strata S-3.
Data:
Inisial
Nama
Tanggal dan
Waktu Tuturan Kode Deskriptif
EWK 23-1-2014/
12:15
1 Teman-teman, kapan
ngumpul nih? Bagi yang sudah
prelim bisa sharing dengan
yang belum. Dan tentunya
memberi semangat. Dan foto-
foto pastinya.
1 AJAKAN
NQ 23-1-2014/
12:19
2 Saya ikut teman-teman saja. 3
tapi kalau akhir bulan ini
belum bisa ☺
2 PENERIMAAN 3 PENOLAKAN
DN 23-1-2014/
12:20
4 Awal Februari tanggal 3 atau
4, hari Senin atau Selasa,
bagaimana teman-teman?
4 NEGOSIASI
EWK 23-1-2014/
12:21
Pak dekan nih yang belum ada
update-nya. Jangan-jangan
kebandang unta Arab yang
seksi dan multifungsi di sana.
EIS 23-1-2014/
12:24
5 Sekalian registrasi ya? 5 PENERIMAAN
DN 23-1-2014/
12:25
Semoga semua bisa tanggal 3
atau 4, segera ku pesan tiket
kereta kalo teman-teman bisa
EWK 23-1-2014/
13:01
Betul, registrasi, lalu kumpul di
mana gitu. Entah napak tilas ke
Punclut atau jadi syukuran di
rumah pak Dekan.
Pak Dekan HH,
haloooooooo….
EC 23-1-2014/
15:04
6 Ayooo udah kangen nih sama
guyonanne teman-teman
terutama pak Ketua hehe.
Mas NQ lagi mudik ya?
6 PENERIMAAN
177
YK 24-1-2014/
01:00
7 tanggal 3 ajaaaaaa, 8 Saya
udah bilang ga ngajar hari
Senin dan Rabu. Isi KRS ya
sekalian?
7 NEGOSIASI 8 Pemberitahuan
(NEGOSIASI)
HH 24-1-2014/
09:19
Halo temans saya baru datang
tadi malam nih dan lagi
munyung terserang flu berat.
Jadi kapan kita ketemuan? 9
Setelah registrasi ya? 10 Sok
atuh ditentukan oleh Raden
Mas Bendoro EWK alias pak
Ketua hehe.
9 Pengulangan
(Konfirmasi) 10 PENERIMAAN
EWK 24-1-2014/
14:11
Selamat datang kembali, pak
Dekan. Semoga lekas sembuh.
Abdi ge kitu wangsul ti Arab.
11 Bagaimana kalau kita
ngumpul sekalian KRS tanggal
3?
11 NEGOSIASI
DN 24-1-2014/
14:50
12 Seribu maaf, teman-teman 13
kalau tanggal 3 ternyata saya
tidak bisa. 14 Benar-benar tidak
ada tiket buat ke Bandung,
semua tiket jenis kereta apa
pun, kelas ekonomi-eksekutif
sudah habis, karena itu setelah
liburan panjang.
12 Pernyataan
penyesalan
(PENOLAKAN) 13 PENOLAKAN 14 Alasan
(PENOLAKAN)
24-1-2014/
14:52
15 Kalau setelah tanggal 3 itu
baru ada tiket.
15 Alasan
(PENOLAKAN)
EIS 24-1-2014/
22:28
Wah sayang kalau gak
lengkap.
EK 27-1-2014/
10:39
Hehe telat liatnya. 16 Mudah-
mudahan bisa.
16 PENOLAKAN
PARSIAL
HH 29-1-2014/
10:59
Gimana hari Senin besok
tanggal 3 Februari ya?
NQ 29-1-2014/
19:31
17 Maaf, 18 ijin kalau tidak bisa
hadir, 19 saya jadi promotor jodoh
teman saya pas S-2 di
Lampung.
17 Pernyataan
penyesalan
(PENOLAKAN) 18 PENOLAKAN 19 Alasan
(PENOLAKAN)
IR 29-1-2014/
22:12
20 Saya ikutan aja kapan mau
ngumpul. 21 Susah kalau
mengandalkan jadwal kosong,
karena sepertinya tidak ada
20 PENERIMAAN 21 Pernyataan
Konsekuensi
178
yang kosong. Paling juga bolos
ngajar ☺
YK 29-1-2014/
23:17
22 Bolos ngajar!!!!! Bolos
ngajar!!!!! Bolos ngajar!!!!!
22 NEGOSIASI
IR 29-1-2014/
23:19
23 Baru juga masuk semester
baru nih YK… ☺
23 Alasan
(PENOLAKAN) 20, 21, 23
PENOLAKAN
PARSIAL
YK 29-1-2014/
23:23
Haaaahahahahaha.. 24 Puguh
karena baru masuk, belum ribet
pembahasannya.
24 NEGOSIASI
EC 30-1-2014/
07:59
Hehehe… 25 Ayo, kita rame-
rame bolos yang penting
ngumpul….
25 NEGOSIASI
Analisis:
Proses ajakan ambigu pada data 8 melibatkan 9 anggota komunitas daring
yang terdiri dari 3 anggota laki-laki dan 6 anggota perempuan. Ajakan diinisiasikan
oleh EWK, seorang anggota laki-laki, pada tanggal 23 Januari 2014 pukul 12:15
kepada semua anggota komunitas untuk bertatap muka (Teman-teman, kapan
kumpul nih?). EWK memberikan isyarat kuat dalam bentuk tuturan interogatif
sebagai ajakannya. Isyarat kuat yang diberikan EWK ditandai dengan fatis ‘nih’
yang dapat diasumsikan sebagai penegasan ajakan.
NQ adalah anggota laki-laki yang pertama merespons ajakan EWK. NQ
mengawali responsnya pukul 12:19 dengan penerimaan (Saya ikut teman-teman
saja), akan tetapi NQ juga memberikan penolakan apabila pertemuan diadakan
pada akhir bulan (Tapi kalau akhir bulan ini belum bisa ☺). Maksud dari NQ
memberikan penolakan tersebut adalah meminta agar pertemuan tersebut tidak
diadakan pada akhir bulan, sehingga NQ tetap dapat menghadiri pertemuan
tersebut. NQ mewujudkan kesantunannya melalui urutan tutur yang dimulai
179
dengan penerimaan dan diikuti dengan penolakan. Selain urutan tutur, NQ juga
memberikan fatis ‘saja’ dan emosikon sebagai kesantunannya.
Menanggapi penolakan NQ untuk tidak mengadakan pertemuan di akhir
bulan, pada pukul 12:20 DN yang merupakan anggota perempuan memberikan
saran yang merupakan negosiasi agar pertemuan diadakan pada awal bulan
Februari (Awal Februari tanggal 3 atau 4, hari Senin atau Selasa, bagaimana
teman-teman?). DN menggunakan strategi negosiasi rekomendasi dalam bentuk
tuturan interogatif sebagai kesantunannya.
Pada pukul 12:24, EIS yang merupakan seorang anggota perempuan
bergabung dan memberikan respons pertanyaan konfirmasi (Sekalian registrasi
ya?). Pertanyaan EIS dianggap penerimaan karena tanggal pertemuan yang
diajukan merupakan jadwal registrasi bagi anggota grup tersebut sehingga EIS
menganggap bahwa akan ada banyak anggota yang datang untuk registrasi. Dalam
penerimaan tidak langsungnya, EIS menggunakan fatis ‘ya’ yang berfungsi sebagai
penegas pertanyaannya.
Kemudian, pada pukul 15:04, EC yang juga merupakan anggota perempuan
bergabung dalam percakapan dan memberikan respons penerimaan (Ayooo udah
kangen nih sama guyonanne teman-teman terutama pak Ketua hehe). EC
menggunakan ungkapan fatis ‘ayooo’, ‘nih’, dan ‘hehe’ dalam penerimaannya
sebagai wujud kesantunan.
Anggota perempuan lain yang ikut bergabung dalam percakapan adalah
YK. YK memberikan negosiasi pada tanggal 24 Januari 2014 pukul 01:00 agar
pertemuan diadakan pada tanggal 3, salah satu dari tanggal yang diajukan oleh DN
180
(Tanggal 3 ajaaaaaa) dengan menggunakan strategi negosiasi imperatif, diikuti
oleh pemberitahuan mengapa YK bersedia memenuhi ajakan apabila dilakukan
pada tanggal 3 (Saya udah bilang ga ngajar hari Senin dan Rabu). Bentuk tuturan
dari strategi imperatif dan pemberitahuan dari negosiasi YK adalah deklaratif. Hal
ini menunjukkan bahwa YK menunjukkan kesantunannya dalam tuturan imperatif.
YK juga menggunakan fatis ‘ajaaaaaa’ yang merupakan ilustrasi panjangnya nada
permohonan YK.
Anggota lain yang bergabung dalam percakapan ini adalah HH pada pukul
09:19 di hari yang sama. HH merupakan anggota laki-laki ketiga yang bergabung
dalam percakapan. Seperti yang tidak memperhatikan utas percakapan, HH tidak
memberikan respons atas negosiasi YK, melainkan memberikan penerimaan atas
ajakan awal yang diinisiasikan EWK (Sok atuh ditentukan oleh Raden Mas Bendoro
EWK alias pak Ketua hehe). Dalam penerimaannya, HH menggunakan ungkapan
fatis ‘sok’, ‘atuh’, dan ‘hehe’ sebagai wujud kesantunannya. HH juga memberikan
nama panggilan kepada EWK ‘Raden Mas Bendoro’ sebagai indikator
keakrabannya.
Berbeda dengan HH, EWK yang memperhatikan utas percakapan kemudian
memberikan saran sekaligus negosiasi pada pukul 14:11 agar pertemuan diadakan
pada tanggal 3 Februari (Bagaimana kalau kita ngumpul sekalian KRS tanggal 3?),
dengan harapan banyak anggota yang hadir karena pada tanggal tersebut seluruh
anggota dihimbau untuk mengisi KRS. Strategi negosiasi yang digunakan EWK
adalah rekomendasi dalam bentuk tuturan interogatif.
181
Respons berikutnya yang diberikan oleh DN pada pukul 14:50 merupakan
penolakan. DN yang pada awal percakapan merupakan anggota yang menyarankan
untuk mengadakan pertemuan pada tanggal 3 atau 4 Februari justru memberikan
respons penolakan. Hal ini dikarenakan DN tidak mendapatkan tiket kereta untuk
pergi ke Bandung pada tanggal yang ditentukan. DN mengawali penolakannya
dengan pernyataan penyesalan (Seribu maaf, teman-teman), diikuti penolakan
langsung (kalau tanggal 3 ternyata saya tidak bisa), kemudian alasan mengapa
DN tidak dapat berpartisipasi (Benar-benar tidak ada tiket buat ke Bandung, semua
tiket jenis kereta apa pun, kelas ekonomi-eksekutif sudah habis, karena itu setelah
liburan panjang. Kalau setelah tanggal 3 itu baru ada tiket). Dalam penolakannya,
terlihat upaya DN untuk menjaga kesantunannya yang diwujudkan melalui urutan
tutur dan panjang tuturan dalam bentuk tuturan deklaratif.
Respons berikutnya yang merupakan penolakan parsial diberikan oleh EK,
seorang anggota perempuan yang baru saja bergabung dalam percakapan pada
tanggal 27 Januari 2014 pukul 10:39 (Hehe telat liatnya. Mudah-mudahan bisa).
Tuturan seperti ini merupakan respons yang tidak menerima maupun menolak,
karena terdapat eskpresi positif dan ekspresi ragu-ragu yang diberikan dalam
tuturan ‘mudah-mudahan bisa’. EK juga mewujudkan kesantunanya dengan
memberikan fatis ‘hehe’.
Kemudian, sama seperti DN yang pada awalnya memberikan respons
positif, pada tanggal 29 Januari 2014 pukul 19:31, NQ merespons ajakan yang
waktunya telah disepakati pada tanggal 3 Februari dengan penolakan. NQ juga
mengawali penolakannya dengan pernyataan penyesalan (Maaf), diikuti
182
penolakan langsung (ijin kalau tidak bisa hadir), dan diakhiri dengan alasan (saya
jadi promotor jodoh teman kuliah saya pas S-2 di Lampung). Sama seperti DN, NQ
mewujudkan kesantunannya melalui urutan tutur dan panjang tuturan dalam
bentuk deklaratif.
Anggota berikutnya yang bergabung dalam percakapan pada pukul 22:12 di
hari yang sama adalah IR, seorang anggota perempuan yang memberikan respons
penerimaan (Saya ikutan aja kapan mau ngumpul), diikuti pernyataan
konsekuensi mengapa IR bersedia untuk hadir kapan pun waktunya (Susah kalau
mengandalkan jadwal kosong, karena sepertinya tidak ada yang kosong. Paling
juga bolos ngajar ☺). Penerimaan IR mengandung fatis ‘aja’ dan emosikon.
Pernyataan konsekuensi yang diberikan IR merupakan salah satu strategi penolakan
yang diajukan Beebe et al. (1990); akan tetapi dalam konteks penerimaan yang
diberikan IR, pernyataan konsekuensi bukan merupakan penolakan.
Menanggapi pernyataan IR, YK melakukan negosiasi pada pukul 23:17
dengan cara membujuk IR untuk meninggalkan tugas mengajarnya (Bolos ngajar!
Bolos ngajar! Bolos ngajar!). YK memberikan negosiasinya menggunakan strategi
imperatif yang juga memiliki bentuk tuturan imperatif. Dalam hal ini, YK menjadi
pengajak 2 yang melakukan negosiasi hanya kepada IR. Menanggapi negosiasi
YK, IR memberikan alasan yang merupakan penolakan untuk tidak meninggalkan
tugas mengajarnya (Baru juga masuk semester baru nih YK ☺) pada pukul 23:19.
Dalam penolakannya, IR memberikan fatis ‘nih’ dan emosikon sebagai wujud
kesantunannya. Respons awal IR yang merupakan penerimaan dan respons
berikutnya terhadap negosiasi YK yang merupakan penolakan mengindikasikan
183
bahwa IR ragu-ragu untuk meninggalkan tugasnya, akan tetapi IR juga ingin
memenuhi ajakan. Dalam hal ini, kedua respons IR dianggap sebagai penolakan
parsial.
Alasan IR yang menyatakan bahwa IR baru saja memulai tugasnya di
semester baru ditanggapi oleh YK pada pukul 23:23 dengan memberikan negosiasi
(Haaaahahahahaha. Puguh karena baru masuk, belum ribet pembahasannya). YK
memberikan negosiasinya menggunakan strategi seruan normatif postitif dalam
bentuk tuturan deklaratif. YK memberikan kesantunannya melalui fatis
‘haaaahahahahaha’.
Pada tanggal 30 Januari 2014 pukul 07:59, EC menyatakan dukungannya
terhadap negosiasi YK dengan memberikan negosiasi yang serupa (Hehehe. Ayo
kita rame-rame bolos, yang penting ngumpul). EC memulai negosiasinya yang
merupakan perintah (Ayo kita rame-rame bolos) dengan fatis ‘hehehe’ dan diakhiri
dengan strategi negosiasi komitmen. Negosiasi EC memiliki bentuk tuturan
deklaratif.
Proses ajakan ambigu pada data 8 ini berlangsung selama tujuh hari, dimulai
pada tanggal 23 Januari 2014 pada pukul 12:15 dan berakhir pada tanggal 30
Januari 2014 pukul 07:59 dengan kesepakatan waktu pelaksanaan ajakan, yaitu
pada tanggal 3 Februari. Akhirnya, dari 9 anggota komunitas yang terlibat
percakapan, 3 anggota memberikan respons penerimaan, 2 anggota memberikan
respons penolakan parsial, 2 anggota memberikan respons penolakan, dan 2
anggota lainnya tidak memberikan respons apapun. Secara keseluruhan, proses
ajakan ambigu pada data 8 dapat dilihat pada tabel berikut.
184
Jenis Tindak
Tutur
Inisial
Nama
Tanggal dan
Waktu Tuturan
Ajakan EWK 23-1-2014/
12:15
Teman-teman, kapan ngumpul
nih? Bagi yang sudah prelim bisa
sharing dengan yang belum. Dan
tentunya memberi semangat.
Dan foto-foto pastinya.
Penerimaan NQ 23-1-2014/
12:19
Saya ikut teman-teman saja.
Penolakan NQ 23-1-2014/
12:19
Tapi kalau akhir bulan ini belum
bisa ☺
Negosiasi DN 23-1-2014/
12:20
Awal Februari tanggal 3 atau 4,
hari Senin atau Selasa,
bagaimana teman-teman?
Penerimaan EIS 23-1-2014/
12:24
Sekalian registrasi ya?
Penerimaan EC 23-1-2014/
15:04
Ayooo udah kangen nih sama
guyonanne teman-teman
terutama pak Ketua hehe.
Negosiasi YK 24-1-2014/
01:00
Tanggal 3 ajaaaaaa, Saya udah
bilang ga ngajar hari Senin dan
Rabu. Isi KRS ya sekalian?
Penerimaan HH 24-1-2014/
09:19
Setelah registrasi ya? Sok atuh
ditentukan oleh Raden Mas
Bendoro EWK alias pak Ketua
hehe.
Negosiasi EWK 24-1-2014/
14:11
Bagaimana kalau kita ngumpul
sekalian KRS tanggal 3?
Penolakan DN 24-1-2014/
14:50
Seribu maaf, teman-teman kalau
tanggal 3 ternyata saya tidak
bisa. Benar-benar tidak ada tiket
buat ke Bandung, semua tiket
jenis kereta apa pun, kelas
ekonomi-eksekutif sudah habis,
karena itu setelah liburan
panjang.
24-1-2014/
14:52
Kalau setelah tanggal 3 itu baru
ada tiket.
Penolakan Parsial EK 27-1-2014/
10:39
Mudah-mudahan bisa.
Penolakan NQ 29-1-2014/
19:31
Maaf, ijin kalau tidak bisa hadir,
saya jadi promotor jodoh teman
saya pas S-2 di Lampung.
185
Penerimaan IR 29-1-2014/
22:12
Saya ikutan aja kapan mau
ngumpul. Susah kalau
mengandalkan jadwal kosong,
karena sepertinya tidak ada yang
kosong. Paling juga bolos ngajar
☺
Negosiasi YK 29-1-2014/
23:17
Bolos ngajar!!!!! Bolos
ngajar!!!!! Bolos ngajar!!!!!
Penolakan Parsial IR 29-1-2014/
23:19
Baru juga masuk semester baru
nih YK… ☺
Negosiasi YK 29-1-2014/
23:23
Haaaahahahahaha.. Puguh
karena baru masuk, belum ribet
pembahasannya.
Negosiasi EC 30-1-2014/
07:59
Hehehe… Ayo, kita rame-rame
bolos yang penting ngumpul….
Ajakan ambigu pada data paling banyak diberikan oleh grup strata S-1 yang
merupakan komunitas daring pemelajar jenjang sarjana. Berdasarkan analisis pada
data yang ditemukan dari percakapan daring yang dilakukan oleh anggota-anggota
dari tiga grup Facebook, proses ajakan ambigu terjadi saat inisiasi ajakan yang
merupakan pertanyaan basa-basi diberikan. Respons terhadap ajakan ambigu yang
dapat berupa penerimaan, penolakan parsial, penolakan penuh, dan negosiasi
diberikan oleh anggota-anggota lain yang bergabung dalam percakapan tersebut.
Apabila salah satu anggota yang berstatus sebagai terajak memberikan negosiasi,
seringkali anggota tersebut berubah kedudukan menjadi pengajak dan tidak
menutup kemungkinan bahwa pengajak 1 berubah kedudukannya menjadi
terajak.
Penemuan pada data juga menunjukkan bahwa strategi penolakan milik
Beebe et al. (1990) yang merupakan kalimat alternatif tidak berfungsi sebagai
penolakan, melainkan negosiasi. Strategi penolakan lainnya, yaitu penundaan,
186
juga tidak seluruhnya berfungsi sebagai penolakan. Karakteristik dari ajakan
ambigu pada penelitian ini dapat dikaidahkan sebagai berikut.
Tabel 3.5 Kaidah karakteristik pada ajakan ambigu
Berdasarkan temuan data, ajakan ambigu dapat diartikan sebagai ajakan
basa-basi yang tanggal dan/atau waktu pelaksanaannya belum ditentukan. Berbeda
dengan definisi ajakan ambigu milik Wolfson et al. (1983) yang mengatakan bahwa
ajakan ambigu tidak menyebutkan aktivitas ajakan, penemuan data menunjukkan
bahwa dalam ajakan ambigu pengajak menyebutkan aktivitas dari ajakan yang
diberikan. Pada beberapa data, pengajak juga menyebutkan waktu, akan tetapi belum
memberikan konfirmasi kepastian waktu pelaksanaan ajakannya. Secara
keseluruhan, proses ajakan yang terjadi pada tiga grup Facebook yang sebagian
besar terjadi pada ajakan ambigu dapat dilihat pada bagan 3.3 berikut.
AJAKAN AMBIGU
1. Ajakan � Tuturan inisiasi untuk melakukan aksi akan datang
2. Ajakan � Aktivitas – penentuan waktu dan/atau tanggal
187
Bagan 3.3 Proses ajakan ambigu yang terjadi pada tiga grup Facebook
*) K : dengan kesepakatan
TK : tanpa kesepakatan
188
3.2.2 Bentuk dan Strategi Tindak Tutur Ajakan pada Ajakan Ambigu
Seluruh proses ajakan ambigu yang telah diberikan penandaan kemudian
diseleksi lagi untuk mencari tuturan ajakan ambigu. Kemudian, proses penandaan
lain dilakukan untuk menentukan bentuk dan strategi ajakan yang digunakan oleh
pengajak dalam memberikan ajakan ambigunya. Proses penandaan strategi ajakan
mengacu pada teori mengenai strategi ajakan milik Blum-Kulka, House dan Kasper
(1989). Berikut adalah data berisi ajakan ambigu beserta jenis strategi ajakannya.
DATA STRATA
GRUP
INISIAL
DAN JENIS
KELAMIN
PENGAJAK
AJAKAN NYATA
BENTUK
DAN
STRATEGI
AJAKAN
UNGKAPAN
FATIS
1 S-2 TS
(Perempuan)
Kapan kita ketemu
lagi?
Interogatif Isyarat halus
-
HTJ
(Perempuan)
Early Januari masih
pada santai ga?
Interogatif Formula
menyarankan
-
IR
(Perempuan)
U all hayu atuh kita-
kita pada janjian
ketemuan, lama ga
bersua kayaknya
banyak kisah nih
Deklaratif Imperatif
‘hayu’, ‘atuh’,
‘nih’
2 S-2 AS
(Perempuan)
Jadi kapan nih pada
bisa bertemu?
Interogatif Kemampuan
‘jadi’, ‘nih’
Riau Junction yuk. Deklaratif Imperatif
‘yuk’
IR
(Perempuan)
Jadi kapan bisa pada
kumpul nih?
Interogatif Kemampuan
‘jadi’, ‘nih’
AS
(Perempuan)
Kamis yuuuuuk
makan-makan siang
gituuuu
Deklaratif Imperatif
‘yuuuuuuk’,
‘gituuuu’
3 S-1 AS
(Laki-laki)
Ada yang mau arung
jeram sama paint-
balling?
Interogatif Kesediaan
-
Ayo kita main Deklaratif Imperatif
‘ayo’
4 S-1 LJ
(Perempuan)
Wanna sing along with
us?
Interogatif Kesediaan
Ayooo Deklaratif Imperatif
‘ayooo’
189
Ikutan yuuk,
refreshing dan supaya
lebih akrab #aseeek
Deklaratif Imperatif
‘yuuk’,
‘#aseeek’
YMP
(Perempuan)
Iya guys ayo kita
nyanyi-nyanyi
Deklaratif Imperatif
‘guys’, ‘ayo’
FA, GR, ayo merapat Deklaratif Imperatif
‘ayo’
6 S-1 IN
(Perempuan)
Jadi gak nih kita foto
studio?
Interogatif Isyarat kuat
‘nih’
8 S-3 EWK
(Laki-laki)
Teman-teman, kapan
ngumpul nih?
Interogatif Isyarat kuat
‘nih’
Dari tiga belas strategi ajakan yang diajukan oleh Blum-Kulka, House dan
Kasper (1989), ditemukan enam strategi ajakan yang digunakan oleh anggota-
anggota komunitas daring untuk memberikan ajakan ambigunya. Kelima strategi
ajakan tersebut adalah ajakan langsung, yaitu kalimat imperatif; ajakan tidak
langsung konvensional berbasis pendengar, yaitu formula menyarankan,
kesediaan dan kemampuan; serta ajakan tidak langsung yang terdiri dari isyarat
kuat dan isyarat halus.
1. Kalimat Imperatif
Dari enam data berisi ajakan ambigu yang terkumpul, terdapat empat data
yang berisi strategi ajakan imperatif. Strategi ini ditemukan pada data 1, 2, 3, dan
4.
DATA PENGAJAK AJAKAN
BENTUK
TUTURAN
AJAKAN
1 IR U all hayu atuh kita-kita pada
janjian ketemuan, lama ga bersua
kayaknya banyak kisah nih
Deklaratif
2 AS Riau Junction yuk. Deklaratif
Kamis yuuuuuk makan-makan
siang gituuuu
Deklaratif
190
3 AS Ayo kita main Deklaratif
4 LJ Ayooo Deklaratif
Ikutan yuuk, refreshing dan
supaya lebih akrab
Deklaratif
YMP Iya guys ayo kita nyanyi-nyanyi Deklaratif
FA, GR, ayo merapat Deklaratif
Dari delapan tuturan ajakan yang menggunakan strategi langsung kalimat
imperatif, seluruh data memiliki bentuk tuturan deklaratif. Strategi ajakan
imperatif ini merupakan salah satu dari strategi ajakan langsung.
Ajakan imperatif pada data 1 dituturkan oleh IR (U all hayu atuh kita-kita
pada janjian ketemuan, lama ga bersua kayaknya banyak kisah nih). Ajakan yang
diberikan IR merupakan ajakan kepada anggota lain untuk bertemu dan bertatap
muka. Berbeda dengan IR, ajakan yang diberikan oleh AS pada data 2 merupakan
ajakan untuk datang dan bertemu dengan satu sama lain di tempat yang digagas
oleh AS. Tuturan AS (Riau Junction yuk) menunjukkan suatu praanggapan yang
dibuat oleh AS bahwa seluruh anggota komunitas daring telah memiliki latar
belakang yang sama mengenai apa dan dimana Riau Junction tersebut. AS juga
memberikan ajakan imperatif yang sama pada data 2 (Kamis yuuuuuk makan-
makan siang gituuuu), yang mengindikasikan bahwa AS mengajak anggota
komunitas daring lain bertemu pada hari Kamis untuk makan siang bersama.
Tuturan imperatif pada data 3 diberikan oleh AS (Ayo kita main), yang
merupakan ajakan kepada anggota komunitas daring untuk melakukan suatu
aktivitas bersenang-senang. Pada data 4, terdapat empat tindak tutur ajakan yang
menggunakan strategi imperatif. Dua ajakan pertama diberikan oleh LJ, yang hanya
merupakan fatis (Ayooo) dan ajakan untuk berpartisipasi dalam satu aktivitas
191
(Ikutan yuuk, refreshing dan supaya lebih akrab). Kemudian, dua ajakan
berikutnya diberikan oleh YMP, yang memfokuskan ajakannya kepada seluruh
anggota komunitas daring (Iya guys ayo kita nyanyi-nyanyi) dan kepada dua
anggota tertentu (FA, GR, ayo merapat).
Pada delapan tuturan tersebut, terdapat ungkapan-ungkapan fatis yang
merupakan kata seru untuk mengajak. Ungkapan-ungkapan tersebut adalah ‘hayu’
(ayo), ‘yuk’, dan ‘ayo’. Karena fatis ‘ayo’ bermakna ‘kata seru untuk mengajak
atau memberikan dorongan’, pengajak tidak menggunakan bentuk tuturan imperatif
dalam ajakannya, melainkan bentuk tuturan deklaratif untuk mewujudkan
kesantunannya.
2. Formula Menyarankan
Berdasarkan temuan data pada ajakan ambigu, terdapat satu strategi ajakan
yang merupakan formula menyarankan. Formula menyarankan merupkaan
bagian dari strategi tidak langsung konvensional berbasis pendengar. Data yang
berisi strategi formula menyarankan adalah data 1.
DATA PENGAJAK AJAKAN
BENTUK
TUTURAN
AJAKAN
1 TS Kapan kita ketemu lagi?
HTJ Early Januari masih pada santai
ga?
Interogatif
Pada data 1, strategi ajakan yang merupakan formula menyarankan
diberikan oleh HTJ (Early Januari masih pada santai ga?) sebagai respons dari
ajakan yang diberikan TS (Kapan kita ketemu lagi?). HTJ menggunakan bentuk
192
tuturan interogatif dalam ajakannya untuk bertanya pada anggota lain apakah pada
awal bulan Januari mereka memiliki waktu luang untuk bertemu dan bertatap muka.
Dalam strategi ajakannya, HTJ memberikan kadar ketidaklangsungan yang tinggi.
Hal ini menunjukkan bahwa HTJ memberikan kesantunan yang tinggi pula.
3. Kesediaan
Dari enam data yang terkumpul, ditemukan dua strategi ajakan yang berisi
kesediaan. Strategi ajakan kesediaan merupakan bagian dari strategi tidak
langsung konvensional berbasis pendengar. Kedua tuturan tersebut ditemukan
pada data 3 dan 4.
DATA PENGAJAK AJAKAN
BENTUK
TUTURAN
AJAKAN
3 AS Ada yang mau arung jeram sama
paint-balling?
Interogatif
4 LJ Wanna sing along with us? Interogatif
Kedua tuturan strategi ajakan kesediaan menggunakan bentuk tuturan
interogatif. Pada strategi ajakan kesediaan terdapat kata-kata yang memiliki makna
‘sudi’. Kata-kata tersebut adalah ‘mau’ dan ‘want’ (mau). Kata ‘mau’ dan ‘want’
terdapat pada data 3 yang diberikan oleh AS (Ada yang mau arung jeram sama
paint-balling?) dan data 4 yang diberikan oleh LJ (Wanna sing along with us?).
Kata ‘mau’ digunakan sebagai penawaran aksi akan datang yang juga berfungsi
sebagai konfirmasi kesediaan terajak untuk memenuhi aksi akan datang tersebut.
193
4. Kemampuan
Strategi ajakan yang termasuk ke dalam kategori tidak langsung
konvensional berbasis pendengar yang ditemukan pada ajakan ambigu adalah
kemampuan. Ajakan yang mengandung strategi kemampuan ditemukan pada data
2.
DATA PENGAJAK AJAKAN BENTUK
TUTURAN
AJAKAN
2 AS Jadi kapan nih pada bisa
bertemu?
Interogatif
IR Jadi kapan bisa pada kumpul nih? Interogatif
Bentuk tuturan dari strategi ajakan kemampuan yang ditemukan pada data
adalah interogatif. Baik AS dan IR memberikan ajakannya dengan menggunakan
fatis ‘jadi’ dan ‘nih’ serta penanda kemampuan ‘bisa’. Fatis ‘jadi’ yang diberikan
AS dan IR tidak bermakna ‘tidak batal’, melainkan memiliki maksud untuk
menyimpulkan.
5. Isyarat Kuat
Strategi ajakan berikutnya yang ditemukan pada data adalah isyarat kuat.
Isyarat kuat merupakan bagian dari strategi ajakan tidak langsung. Terdapat dua
tuturan yang berisi strategi ajakan isyarat kuat. Tuturan tersebut ditemukan pada
data 6 dan 8.
DATA PENGAJAK AJAKAN
BENTUK
TUTURAN
AJAKAN
6 IN Jadi gak nih kita foto studio? Interogatif
8 EWK Teman-teman, kapan kumpul
nih?
Interogatif
194
Bentuk tuturan yang ditemukan dari empat tuturan yang berisi strategi
ajakan isyarat kuat adalah interogatif. Pada empat tuturan tersebut, kata yang
mengindikasikan bahwa ajakan tersebut berupa isyarat kuat adalah ‘nih’, yang
memiliki makna ‘ini’ dengan penegasan. Pada data 6, isyarat kuat diberikan oleh
IN (Jadi gak nih kita foto studio?). Pada tiga tuturan tersebut, terdapat kata ‘jadi’
yang bermakna ‘tidak batal’. Hal ini menunjukkan bahwa ajakan yang diberikan
oleh AS, IR, dan IN merupakan tindak lanjut dari percakapan yang dilakukan
sebelumnya.
Kemudian, isyarat kuat pada data 8 diberikan oleh EWK (Teman-teman,
kapan ngumpul nih?). Berbeda dengan ketiga ajakan sebelumnya, pada ajakan
EWK tersebut tidak terdapat kata ‘jadi’; hal ini dapat mengindikasikan bahwa
ajakan yang dibuat EWK merupakan ajakan baru yang bukan merupakan tindak
lanjut.
6. Isyarat Halus
Dari enam data berisi ajakan ambigu yang terkumpul, hanya terdapat satu
data yang berisi strategi ajakan isyarat halus. Isyarat halus merupakan bagian dari
strategi ajakan tidak langsung. Berbeda dengan strategi ajakan isyarat kuat, pada
strategi isyarat halus tidak ditemukan indikator penguat ajakan.
DATA PENGAJAK AJAKAN
BENTUK
TUTURAN
AJAKAN
1 TS Kapan kita ketemu lagi? Interogatif
195
Ajakan isyarat halus ditemukan pada data 1, yang diberikan oleh TS (Kapan
kita ketemu lagi?). Bentuk tuturan ajakan yang diberikan TS adalah interogatif.
Pertanyaan yang diberikan TS mengindikasikan bahwa TS menginginkan anggota
komunitas daring yang tergabung dalam komunitas yang sama dengan TS
mengadakan pertemuan tatap muka.
Dari enam strategi ajakan yang ditemukan pada ajakan ambigu, bentuk
tuturan ajakan yang merupakan kalimat imperatif tidak ditemukan. Meskipun
terdapat strategi ajakan langsung kalimat imperatif, pengajak tidak menggunakan
bentuk tuturan imperatif, melainkan deklaratif. Bentuk tuturan lainnya dari ajakan
ambigu yang ditemukan adalah interogatif.
Secara keseluruhan, masing-masing strategi ajakan yang ditemukan pada
data memiliki beberapa kata yang menjadi indikator penguat strategi-strategi
tersebut. Oleh karena itu, dalam hal ini tindak tutur ajakan dapat dikaidahkan
sebagai berikut.
Tabel 3.6 Kaidah strategi ajakan dalam ajakan nyata
Imperatif Memiliki kata seru untuk mengajak
(‘Ayo’ dan ‘Yuk’)
Formula menyarankan ‘saja’ = ‘lebih baik’
‘bagaimana’
Kesediaan ‘Mau’
‘Berminat’
Kemampuan ‘Bisa’
Isyarat kuat Memiliki kata penegasan seperti ‘nih’
Isyarat halus Tidak memiliki indikator penguat ajakan
196
3.2.3 Respons terhadap Ajakan Ambigu
Sama seperti pada ajakan nyata, respons yang diberikan oleh anggota grup
Facebook terdiri dari penerimaan, penolakan parsial, dan penolakan penuh.
Akan tetapi, pada ajakan ambigu, negosiasi diberikan sebagai salah satu jenis
respons. Hal ini sejalan dengan Wolfson et al. (1983) yang mengatakan bahwa
dalam ajakan ambigu, pengajak dan terajak terlibat dalam negosiasi yang panjang
(dalam Murphy dan Neu, 1995).
3.2.3.1 Penerimaan terhadap Ajakan Ambigu
Pada umumnya, penerimaan yang diberikan sebagai respons terhadap
ajakan ambigu berisi tuturan positif yang menunjukkan persetujuan terhadap ajakan
ambigu dan/atau negosiasi yang diberikan. Penerimaan terhadap ajakan ambigu
juga dapat dilihat dari tidak adanya negosiasi lanjutan yang diberikan oleh anggota
komunitas daring. Berikut adalah tuturan positif yang merupakan respons
penerimaan dari ajakan yang diberikan.
Data Strata
Grup
Inisial dan
Jenis Kelamin
Penutur
Tuturan Ungkapan
Fatis
1 S-2 YK
(Perempuan)
Mbak HTJ, early Januari
saya nyantai da
‘da’
YK
(Perempuan)
Tanggal 6 asik tuh, udah
Jumatan, soalnya saya ngajar
pagi.
‘tuh’
HTJ
(Perempuan)
Saya oke. ‘oke’
IR
(Perempuan)
Diriku tanggal 6 oke. ‘oke’
DM
(Perempuan)
Saya tanggal 6. -
YK
(Perempuan)
Ya. Siang sesudah laki2
salat Jumat...
‘Ya’
197
HTJ
(Perempuan)
Jd mau jam brp? Jam 1 di
DU?
‘jadi’
TS
(Perempuan)
Deal ya. ‘ya’
HTJ
(Perempuan)
Setuju sama AS, yang bisa
ya ikutan, yang ga bisa nanti
ketemuannya di lain
kesempatan.
‘ya’
YK
(Perempuan)
Saya bisaaaaaaaaaaa!!!!
2 S-2 YK
(Perempuan)
Aaaaawww berangkaaaat ‘aaaawww’
3 S-1 ASR
(Laki-laki)
Iraha ASP? Mun bulan
ayeuna mah ncan aya
budget-na, geus kapake keur
nu sejen. Mun bulan hareup
mah inshallah aya.
‘mah’,
‘inshallah’
FW
(Perempuan)
Hayuuuuuu, kapan iih
kapaaann
‘hayuuuuuu’,
‘iih’
4 S-1 ASR
(Laki-laki)
I'm in.
ASP
(Laki-laki) Sok lah. ‘sok’, ‘lah’
EP
(Laki-laki) Ayok! Ayok! ‘ayok’
6 S-1 NVP
(Laki-laki)
Ayo kapan? ‘ayo’
IN
(Perempuan)
Hayu aja. ‘hayu’
LJ
(Perempuan)
Itu juga boleh -
IN
(Perempuan)
Hehe sip sip ☺ ‘sip’,
emosikon
IN
(Perempuan)
Iya gak apa-apa aku di
kosan sampe tanggal 20. -
EPH
(Perempuan)
Hayu hari Senin tanggal 17
kita foto
‘hayu’
EPY
(Laki-laki)
Aku sih oke2 aja… Yg lain
gimana?
‘sih’, ‘oke’,
‘aja’
AS
(Laki-laki)
Boleh lah. ‘lah’
8 S-3 NQ
(Laki-laki)
Saya ikut teman-teman saja. ‘saja’
EC
(Perempuan)
Ayooo udah kangen nih
sama guyonanne teman-
‘ayooo’,
‘nih’, ‘hehe’
198
Pada respons penerimaan terhadap ajakan ambigu, terdapat beberapa kata
dan fatis yang menunjukkan sikap positif terajak terhadap ajakan yang diberikan.
Kata dan fatis tersebut adalah ‘bisa/boleh’, ‘ayo’/’hayu’, ‘ikut’, ‘oke’, ‘setuju/deal’,
‘sok’ (silakan), dan ‘inshallah’.
Respons penerimaan yang diperkuat dengan kata ‘bisa/boleh’ ditemukan
pada data 1 dan 6. Pada data 1, penerimaan tersebut diberikan oleh YK (Saya
bisaaaaaaaaaaa!) yang mengindikasikan bahwa YK bersedia memenuhi ajakan
yang diberikan kepada anggota dalam komunitas daring tersebut. Pada data 6,
penerimaan yang memiliki kata ‘bisa/boleh’ diberikan oleh LJ (Itu juga boleh) dan
AS (Boleh lah), yang mengindikasikan bahwa mereka setuju dengan keputusan
yang diberikan.
Kemudian, respons penerimaan terhadap ajakan yang diperkuat dengan fatis
‘ayo’/’hayu’ ditemukan pada data 3, 4, 6, dan 8. Pada data 3, penerimaan yang
berisi fatis ‘ayo’ diberikan oleh FW (Hayuuuuuu, kapan iih kapaaann). Respons
yang diberikan oleh FW mengindikasikan bahwa FW telah menyetujui ajakan yang
diberikan dan memberikan pertanyaan konfirmasi mengenai waktu pelaksanaan
ajakan tersebut. Respons penerimaan yang serupa juga diberikan oleh EP pada data
4 (Ayok! Ayok!). Pada data 6, respons penerimaan berisi ‘ayo’/’hayu’ diberikan oleh
NVP (Ayo kapan?), IN (Hayu aja), dan EPH (Hayu hari Senin tanggal 17 kita foto).
teman terutama pak Ketua
hehe.
HH
(Laki-laki)
Sok atuh ditentukan oleh
Raden Mas Bendoro EWK
alias pak Ketua hehe.
‘sok’, ‘atuh’,
‘hehe’
IR
(Perempuan)
Saya ikutan aja kapan mau
ngumpul.
‘aja’
199
Kemudian, respons serupa pada data 8 diberikan oleh EC (Ayooo udah kangen nih
sama guyonanne teman-teman terutama pak Ketua hehe). Fatis ‘ayo’/’hayu’ yang
digunakan dalam respons penerimaan mengindikasikan bahwa ajakan yang
diberikan pengajak disetujui dan akan dipenuhi oleh terajak yang memberikan
respons tersebut.
Respons penerimaan berikutnya ditunjukkan dengan kata ‘ikut’. Tuturan
penerimaan berisi kata ‘ikut’ ditemukan pada data 4 dan 8. Pada data 4, respons
penerimaan berisi kata ‘ikut’ diberikan oleh ASR (I’m in) yang berarti ‘Saya ikut’.
Kemudian respons penerimaan pada data 8 diberikan oleh NQ (Saya ikut teman-
teman saja) dan IR (Saya ikutan aja kapan mau kumpul). Respons yang diberikan
NQ dan IR pada data 8 menunjukkan bahwa NQ dan IR telah menyerahkan
keputusan pada anggota komunitas daring lainnya.
Fatis lain yang ditemukan pada respons penerimaan adalah ‘oke’. Fatis
‘oke’ merupakan ragam cakapan tidak baku yang berarti ‘setuju’. Fatis ‘oke’
ditemukan pada data 1 dan 6. Pada data 1, respons penerimaan yang berisi fatis
‘oke’ diberikan oleh HTJ (Saya oke) dan IR (Diriku tanggal 6 oke). Respons yang
diberikan oleh HTJ dan IR memiliki makna yang sama, yaitu setuju dengan ajakan
yang diberikan. Kemudian pada data 6, respons berisi fatis ‘oke’ diberikan oleh
EPY (Aku sih oke-oke aja, yang lain gimana?), yang mengindikasikan bahwa EPY
setuju dengan ajakan yang diinisiasikan pengajak dan menunggu konfirmasi dari
anggota komunitas daring yang lain.
Kata berikutnya yang memperkuat penerimaan ajakan adalah ‘setuju’. Kata
‘setuju’ ditemukan pada data 1. Pada data 1, respons persetujuan diberikan oleh
200
HTJ (Setuju sama AS, yang bisa ya ikutan, yang ga bisa nanti ketemuannya di lain
kesempatan) yang mengindikasikan bahwa HTJ menyatakan persetujuannya atas
apa yang dituturkan AS dan oleh TS (Deal ya) yang menunjukkan bahwa TS setuju
dengan keputusan yang ada.
Respons penerimaan berikutnya ditunjukkan dengan fatis ‘sok’ yang
merupakan bahasa Sunda. Fatis ‘sok’ memiliki makna ‘silakan’ apabila diartikan
sesuai dengan konteks percakapan yang ada. Fatis ‘sok’ ditemukan pada data 4 dan
8. Pada data 4, respons penerimaan yang berisi fatis ‘sok’ diberikan oleh ASP (Sok
lah), yang mengindikasikan bahwa ASP mempersilakan pengajak untuk
mengadakan kegiatan atas ajakan yang diberikannya. Pada data 8, respons
penerimaan berisi fatis ‘sok’ diberikan oleh HH (Sok atuh ditentukan oleh Raden
Mas Bendoro EWK alias pak Ketua hehe), yang juga mempersilakan pengajak
mengatur waktu pertemuan.
Fatis berikutnya yang memperkuat respons penerimaan adalah ‘inshallah’.
‘Inshallah’ berasal dari bahasa Arab yang memiliki makna ‘jika Allah
mengizinkan’. Istilah ini digunakan untuk menyertai pernyataan akan melakukan
sesuatu pada masa yang akan datang. Fatis ‘inshallah’ ditemukan pada data 3. Pada
data 3, respons yang berisi fatis ‘inshallah’ diberikan oleh ASR (Iraha ASP? Mun
bulan ayeuna mah ncan aya budget-na, geus kapake keur nu sejen. Mun bulan
hareup mah inshallah aya). Respons yang diberikan ASR menunjukkan bahwa
ASR akan dapat memenuhi ajakan yang diberikan apabila aktivitas dari ajakan
tersebut dilaksanakan pada bulan berikutnya.
201
Selain ketujuh kata dan fatis yang memperkuat respons penerimaan
terhadap ajakan, ditemukan beberapa kata dan fatis lain pada data yang
mengindikasikan penerimaan seperti ‘saya nyantai’, ‘asik tuh’, ‘ya’, ‘berangkat’,
‘sip’, ‘iya, tidak apa-apa’, ‘no problem’ (tidak masalah), dan ‘saya usahakan’. Pada
umumnya, kalimat positif digunakan terajak sebagai respons penerimaan terhadap
ajakan ambigu yang diberikan.
3.2.3.2 Penolakan Parsial terhadap Ajakan Ambigu
Selain penerimaan dan penolakan penuh, pada enam data yang berisi proses
ajakan ambigu, terdapat lima penolakan parsial, yang bukan merupakan
penolakan maupun penerimaan. Berdasarkan data yang didapatkan, penolakan
parsial dapat berupa pilihan dari beberapa alternatif, pengulangan satu bagian
pada ajakan, dan harapan untuk memenuhi ajakan. Berikut adalah tuturan yang
merupakan penolakan parsial.
Data Strata
Grup
Inisial dan
Jenis
Kelamin
Penutur
Penolakan Parsial
Jenis
Penolakan
Parsial
Ungkapan
Fatis
3 S-1 ASR
(Laki-laki) Mun bulan
ayeuna mah ncan
aya budget-na,
geus kapake keur
nu sejen. Mun
bulan hareup mah
inshallah aya.
Pilihan ‘mah’,
‘inshallah’
LJ
(Perempuan)
Aku pengen arung
jeram tapi, ga mau
paintball.
Pilihan -
6 S-1 AS
(Laki-laki)
Senin malam?
Boleh lah.
Pengulangan
satu bagian
pada ajakan
‘lah’
202
8 S-3 EK
(Perempuan)
Mudah-mudahan
bisa.
Harapan
memenuhi
ajakan
-
IR
(Perempuan)
Susah kalau
mengandalkan
jadwal kosong,
karena sepertinya
tidak ada yang
kosong. Paling
juga bolos ngajar
☺
Harapan
memenuhi
ajakan
Emosikon
1. Pilihan dari Beberapa Alternatif
Salah satu bentuk penolakan parsial yang ditemukan pada data adalah
pilihan dari beberapa alternatif. Penolakan parsial seperti ini ditemukan pada
data 3. Pada data 3, penolakan parsial berisi pilihan dari beberapa alternatif
diberikan oleh ASR (Mun bulan ayeuna mah ncan aya budget-na, geus kapake keur
nu sejen. Mun bulan hareup mah inshallah aya) dan LJ (Aku pengen arung jeram
tapi, ga mau paintball).
Penolakan parsial yang diberikan ASR (Mun bulan ayeuna mah ncan aya
budget-na, geus kapake keur nu sejen. Mun bulan hareup mah inshallah aya)
menunjukkan bahwa ASR tidak dapat memenuhi ajakan apabila aktivitas
dilaksanakan pada bulan yang sama dengan ajakan tersebut diinisiasikan; akan
tetapi ASR dapat memenuhi ajakan tersebut apabila dilaksanakan di bulan
berikutnya. Kemudian, penolakan parsial yang diberikan oleh LJ (Aku pengen
arung jeram tapi, ga mau paintball) mengindikasikan bahwa LJ hanya bersedia
memenuhi satu aktivitas dari ajakan tersebut dan tidak bersedia memenuhi aktivitas
lainnya.
203
Penolakan parsial jenis pilihan dari beberapa alternatif dapat dilihat dari
dua respons berbeda yang diberikan oleh seorang terajak. Pada satu alternatif
pilihan, terajak memberikan respons positif; dan pada alternatif pilihan lain terajak
memberikan respons negatif.
2. Pengulangan Satu Bagian pada Ajakan
Salah satu strategi penolakan yang diajukan Beebe et al. (1990), yaitu
pengulangan satu bagian dari ajakan, seperti pada data 6 yang dituturkan oleh
AS (Senin malam? Boleh lah) bukan merupakan penolakan, melainkan penolakan
parsial. Pada data 6, pengulangan bagian yang diberikan oleh AS merupakan
penolakan parsial karena tuturan berikutnya yang diberikan AS merupakan
penerimaan. Jadi, strategi penolakan pengulangan satu bagian dari ajakan milik
Beebe et al. (1990) dapat menjadi strategi penolakan parsial apabila diikuti oleh
tuturan lain yang mendukung.
3. Harapan untuk Memenuhi Ajakan
Bentuk penolakan parsial lainnya yang ditemukan pada ajakan ambigu
adalah harapan untuk memenuhi ajakan. Strategi penolakan parsial tersebut
menunjukkan bahwa terajak akan memenuhi ajakan apabila di kemudian hari
terajak tidak memiliki halangan untuk memenuhinya, atau terajak tetap ingin
memenuhi ajakan meskipun ada suatu hal yang mungkin menghalangi terajak.
Penolakan parsial berisi harapan untuk memenuhi ajakan ditemukan pada
data 8. Pada data 8, penolakan parsial diberikan oleh EK (Mudah-mudahan bisa)
204
dan IR (Susah kalau mengandalkan jadwal kosong, karena sepertinya tidak ada
yang kosong. Paling juga bolos ngajar ☺). Penolakan parsial yang diberikan EK
(Mudah-mudahan bisa) mengindikasikan bahwa EK berharap agar dapat
memenuhi ajakan di masa datang apabila tidak ada sesuatu yang menghalangi EK
dalam memenuhi ajakan tersebut.
Penolakan parsial yang diberikan IR (Susah kalau mengandalkan jadwal
kosong, karena sepertinya tidak ada yang kosong. Paling juga bolos ngajar)
mengindikasikan bahwa IR berharap agar dapat memenuhi ajakan yang diberikan
meskipun IR tidak memiliki waktu kosong. Berbeda dengan penolakan parsial yang
diberikan EK, penolakan parsial yang diberikan IR menunjukkan bahwa IR
memiliki halangan di masa datang tetapi tetap ingin memenuhi ajakan yang
diberikan. Secara keseluruhan, beberapa jenis penolakan parsial dapat dikaidahkan
sebagai berikut.
Tabel 3.7 Kaidah penolakan parsial terhadap ajakan ambigu
Pilihan (Pilihan 1 + respons), (Pilihan 2 + respons)
Pengulangan bagian pada
ajakan
Satu bagian pada ajakan + penerimaan
Harapan memenuhi
ajakan
1. X X akan datang
Penerimaan Halangan
2. X X akan datang
Halangan Penerimaan
Beberapa indikator yang menunjukkan jenis penolakan parsial yang
diberikan sebagai respons terhadap ajakan ambigu dapat dilihat pada bagan 3.4.
205
Bagan 3.4 Strategi penolakan parsial pada ajakan ambigu dan indikatornya
3.2.3.3 Penolakan Penuh terhadap Ajakan Ambigu
Selain penerimaan dan penolakan parsial yang diberikan sebagai respons
terhadap ajakan ambigu, anggota komunitas daring juga memberikan penolakan
penuh sebagai respons negatif terhadap ajakan ambigu yang diberikan. Respons
penolakan penuh yang ditemukan terdiri dari beberapa strategi penolakan dan
urutan penolakan yang diajukan oleh Beebe et al. (1990). Berikut adalah respons
penolakan yang berisi strategi dan urutannya.
Data
dan
Strata
Grup
Inisial dan
Jenis
Kelamin
Penutur
Tindak Tutur Penolakan Ungkapan
Fatis Respons Strategi
Penolakan Urutan
1
(S-2)
AS
(Perempuan)
Tanggal 9 ogut udah back
in Tokyo dijeee
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
‘dijeee’
MM
(Perempuan)
Aku absen ah, Penolakan
langsung Penolakan
inti
‘ah’
PENOLAKAN
PARSIAL
Pengulangan
satu bagian
pada ajakan
Harapan
memenuhi
ajakan
Pilihan
Diikuti
penerimaan
Penerimaan apabila masa datang
tidak ada halangan
Memiliki halangan tetapi tetap
ingin memenuhi ajakan
Pilihan 1 - Penolakan
Pilihan 2 - Penerimaan
206
habis ngajar sih Alasan Pasca-
penolakan
‘sih’
MM
(Perempuan)
Hari Jumat aku ganti
tanggal 2 dan 3 Januari
euy.
Alasan Penolakan
inti
‘euy’
AS
(Perempuan)
Sabtu mah bintang tamu
udah riweuh atuh.
Alasan Penolakan
inti
‘mah’,
‘atuh’
MM
(Perempuan)
Sok aja dijadiin hari Jumat
kalo gitu.
Membiarkan
teman bicara
pergi
Penolakan
inti
‘sok’, ‘aja’
Aku monitor aja deh dari
politeknik.
Membiarkan
teman bicara
pergi
Pasca-
penolakan
‘deh’
Kalau aku Jumat tanggal 6
Januari final test sich,
belum semua diterangkan
euy.
Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
‘sich’,
‘euy’
Punten pisan non cantik
AS…
Pernyataan
penyesalan Pasca-
penolakan
‘pisan’,
‘non’
CW
(Laki-laki)
Iya nih masih ngantor euy
hari Jumat.
Alasan Penolakan
inti
‘nih’,
‘euy’
Dikirain tanggal 6 teh hari
Sabtu…
Pembelaan diri Pasca-
penolakan
‘teh’
2
(S-2)
HTJ
(Perempuan)
Minggu ini tampaknya
jadwalku padat.
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
-
IR
(Perempuan)
Senin aku baru pulang
kantor jam 16.30 euy
temans….
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
‘euy’
HTJ
(Perempuan)
Kalau Kamis aku ngajar
SMA juga euy,
Alasan/penjelasan Pra-
penolakan
‘euy’
jadi ga bisa kalo siang-
siang.
Penolakan
langsung Penolakan
inti
-
3
(S-1)
NVP
(Laki-laki)
Kalau per orang, ga punya
duit.
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
-
Semua uang saya udah
dibayarin PLP.
Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
-
Kecuali kalau kita nunggu
uang operasional ASES ☺
Penundaan Pasca-
penolakan
Emosikon
ASR
(Laki-laki)
Mun bulan ayeuna mah,
ncan aya budget-na
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
‘mah’
geus kapake keur nu sejen Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
-
4
(S-1)
GR
(Laki-laki)
Aku di Solo, sayang YMP. Alasan/penjelasan Penolakan
inti
-
Ntar-ntar aja kangen-
kangenannya yah!
Penundaan Pasca-
penolakan
‘yah’
207
FA
(Laki-laki)
Aku di Jakarta sekarang
kerja beb YMP kangen
juga karaoke gila bareng
kalian lagi hahahaha
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
‘beb’,
‘hahahaha’
8
(S-3)
NQ
(Laki-laki)
Kalau akhir bulan ini
belum bisa ☺
Penolakan
langsung Penolakan
inti
Emosikon
DN
(Perempuan)
Seribu maaf, teman-teman. Pernyataan
penyesalan Pra-
penolakan
‘teman-
teman’
Kalau tanggal 3 ternyata
saya tidak bisa.
Penolakan
langsung Penolakan
inti
-
Benar-benar tidak ada tiket
buat ke Bandung, semua
tiket jenis kereta apa pun,
kelas ekonomi-eksekutif
sudah habis, karena itu
setelah liburan panjang.
Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
-
NQ
(Laki-laki)
Maaf, Pernyataan penyesalan
Pra-
penolakan
-
ijin kalau tidak bisa hadir. Penolakan langsung
Penolakan
inti
-
Saya jadi promotor jodoh
teman saya pas S-2 di
Lampung.
Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
-
IR
(Perempuan)
Baru juga masuk semester
baru nih YK ☺
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
‘nih’,
emosikon
1. Strategi Penolakan
Pada penolakan terhadap ajakan ambigu yang diberikan oleh anggota
komunitas dalam enam data percakapan, ditemukan enam strategi penolakan yang
diajukan oleh Beebe et al. (1990). Strategi-strategi tersebut adalah penolakan
langsung, alasan/penjelasan, membiarkan teman bicara pergi, pernyataan
penyesalan, pembelaan diri, dan penundaan. Strategi penolakan yang ditemukan
dalam data pada penelitian ini tidak diklasifikasikan dan dipisahkan ke dalam
masing-masing strategi, karena dalam beberapa data, satu tuturan penolakan berisi
lebih dari satu strategi penolakan.
208
Pada data 1, respons penolakan diberikan oleh AS, MM, dan CW. AS
memberikan penolakan sebanyak dua kali dengan strategi yang sama, yaitu alasan
(“Tanggal 9 ogut udah back in Tokyo dijeee” dan “Sabtu mah bintang tamu udah
riweuh atuh”). MM memberikan respons penolakan dengan penolakan langsung
(Aku absen ah), alasan (“Abis ngajar sih”; “Hari Jumat aku ganti tanggal 2 dan 3
Januari euy”; dan “Kalau aku Jumat tanggal 6 Januari final test sich, belum semua
diterangkan euy”), membiarkan teman bicara pergi (“Sok aja dijadiin hari
Jumat kalo gitu” dan “Aku monitor aja deh dari politeknik”), dan pernyataan
penyesalan (Punten pisan non cantik AS). Kemudian, strategi penolakan yang
diberikan CW adalah alasan (Iya nih masih ngantor euy hari Jumat) dan
pembelaan diri (Dikirain tanggal 6 teh hari Sabtu).
Pada data 2, respons penolakan diberikan oleh HTJ dan IR. HTJ
memberikan strategi alasan (“Minggu ini tampaknya jadwalku padat” dan “Kalo
Kamis aku ngajar SMA juga euy”) dan penolakan langsung (“jadi ga bisa kalo
siang-siang). Dalam penolakannya, IR juga menggunakan strategi alasan (Senin
aku baru pulang kantor jam 16:30 euy temans).
Penolakan pada data 3 diberikan oleh NVP dan ASR. NVP memberikan
penolakannya dengan strategi alasan (“Kalau per orang, ga punya duit” dan
“Semua uang saya udah dibayarin PLP”) dan penundaan (Kecuali kalau kita
nunggu uang operasional ASES ☺). Dalam penolakannya, ASR juga menggunakan
strategi alasan (Mun bulan ayeuna mah ncan aya budget-na, geus kapake keur nu
sejen).
209
Respons penolakan pada data 4 diberikan oleh GR dengan memberikan
strategi alasan (Aku di Solo sayang YMP) dan penundaan (Ntar-ntar aja kangen-
kangenannya yah!). Penolakan juga diberikan oleh FA dengan menggunakan
strategi alasan (Aku di Jakarta sekarang kerja beb YMP).
Berbeda dengan data sebelumnya, pada data 6 tidak ditemukan penolakan.
Kemudian pada data 8, penolakan diberikan oleh NQ, DN, dan IR. Dalam
penolakannya, NQ menggunakan strategi penolakan langsung (“Kalau akhir
bulan ini belum bisa ☺” dan “ijin kalau tidak bisa hadir”), pernyataan penyesalan
(Maaf), dan alasan (Saya jadi promotor jodoh teman saya pas S-2 di Lampung).
DN memberikan penolakannya dengan menggunakan strategi pernyataan
penyesalan (Seribu maaf, teman-teman), penolakan langsung (Kalau tanggal 3
ternyata saya tidak bisa), dan diakhiri dengan alasan (Benar-benar tidak ada tiket
buat ke Bandung, semua tiket jenis kereta apa pun, kelas ekonomi-eksekutif sudah
habis, karena itu setelah liburan panjang). Penolakan berikutnya yang merupakan
alasan diberikan oleh IR (Baru juga masuk semester baru nih YK ☺).
2. Urutan Penolakan
Dalam data, ditemukan empat jenis urutan penolakan yang diberikan oleh
penutur pada satu tindak tutur penolakan. Keempat jenis urutan penolakan tersebut
adalah penolakan inti; pra-penolakan diikuti penolakan inti; pra-penolakan,
penolakan inti, dan pasca-penolakan; serta penolakan inti yang diikuti pasca-
penolakan.
210
Urutan penolakan yang hanya berisi penolakan inti ditemukan pada data 1
yang diberikan oleh AS (Tanggal 9 ogut udah back in Tokyo dijeee) dan MM (Hari
Jumat aku ganti tanggal 2 dan 3 Januari euy). Urutan yang berisi penolakan inti
saja juga ditemukan pada data 2 yang diberikan oleh HTJ (Minggu ini tampaknya
jadwalku padat) dan IR (Senin aku baru pulang kantor jam 16:30 euy temans).
Penolakan yang hanya berisi penolakan inti juga ditemukan pada data 4, yang
diberikan oleh FA (Aku di Jakarta sekarang kerja beb YMP). Penolakan inti pada
data 8 diberikan oleh NQ (Kalau akhir bulan ini belum bisa ☺) dan IR (Baru juga
masuk semester baru nih YK ☺).
Urutan penolakan berikutnya yang ditemukan pada data adalah pra-
penolakan yang diikuti dengan penolakan inti. Penolakan yang berisi urutan
penolakan seperti ini ditemukan pada data 2. Pada data 2, penolakan diberikan oleh
HTJ (Kalau Kamis aku ngajar SMA juga euy, jadi ga bisa kalo siang-siang).
Urutan penolakan berikutnya berisi pra-penolakan, diikuti penolakan inti,
dan diakhiri dengan pasca-penolakan. Penolakan berisi urutan ini ditemukan pada
data 8, yang diberikan oleh DN (Seribu maaf, teman-teman. Kalau tanggal 3
ternyata saya tidak bisa. Benar-benar tidak ada tiket buat ke Bandung, semua tiket
jenis kereta apa pun, kelas ekonomi-eksekutif sudah habis, karena itu setelah
liburan panjang) dan NQ (Maaf, ijin kalau tidak bisa hadir. Saya jadi promotor
jodoh teman saya pas S-2 di Lampung).
Urutan penolakan terakhir yang ditemukan dalam data adalah penolakan
inti yang diikuti dengan pasca-penolakan. Urutan ini ditemukan pada data 1, 3,
dan 4. Pada data 1, urutan penolakan berisi penolakan inti dan pasca-penolakan
211
diberikan oleh MM (“Aku absen ah, habis ngajar sih” dan “Sok aja dijadiin hari
Jumat kalo gitu. Aku monitor aja deh dari politeknik. Kalau aku Jumat tanggal 6
Januari final test sich, belum semua diterangkan euy. Punten pisan non cantik AS”)
dan CW (Iya nih masih ngantor euy hari Jumat. Dikirain tanggal 6 teh hari Sabtu).
Pada data 3, urutan penolakan yang sama diberikan oleh NVP (Kalau per orang,
ga punya duit. Semua uang saya udah dibayarin PLP. Kecuali kalau kita nunggu
uang operasional ASES ☺) dan ASR (Mun bulan ayeuna mah, ncan aya budget-
na, geus kapake keur nu sejen). Kemudian, urutan penolakan yang serupa pada data
4 diberikan oleh GR (Aku di Solo, sayang YMP. Ntar-ntar aja kangen-kangenannya
yah!).
Sebagai simpulan, strategi penolakan langsung yang ditemukan pada data
merupakan strategi yang paling kuat di antara strategi lainnya karena pada
penolakan langsung tuturan yang diberikan memiliki kata negasi yang memperkuat
respons penolakan penuh. Oleh karena itu, apabila dalam satu respons penolakan
terdapat strategi penolakan langsung dan strategi penolakan tidak langsung, strategi
penolakan langsung dianggap sebagai penolakan inti dalam urutan penolakan.
Oleh karena itu, apabila pada satu respons penolakan terdapat penolakan
tidak langsung diikuti penolakan langsung, urutan penolakan tersebut adalah pra-
penolakan dan penolakan inti. Apabila pada satu tindak tutur penolakan terdapat
penolakan langsung diikuti penolakan tidak langsung, urutan penolakan tersebut
adalah penolakan inti dan pasca-penolakan.
Kemudian, apabila dalam satu respons penolakan penuh tidak terdapat
penolakan langsung, strategi penolakan tidak langsung yang lebih menunjukkan
212
penegasan pada penolakan penuh dianggap sebagai penolakan inti. Apabila
strategi penolakan tidak langsung tersebut didahului atau diikuti oleh strategi-
strategi penolakan tidak langsung yang tidak menekankan penolakan penuh
seperti pernyataan penyesalan, pernyataan positif, dan hedge, strategi-strategi
tersebut dianggap sebagai pra-penolakan dan pasca-penolakan dalam urutan
penolakan penuh. Oleh karena itu, kaidah urutan penolakan penuh dapat
dirumuskan sebagai berikut.
Tabel 3.8 Kaidah urutan penolakan
Tidak langsung (tidak kuat) < tidak langsung (kuat) < penolakan langsung
Penolakan inti Satu jenis strategi penolakan (langsung/tidak
langsung)
Pra-penolakan +
penolakan inti
1. Tidak langsung + penolakan langsung
2. Tidak langsung (tidak kuat) + tidak langsung
(kuat)
Pra-penolakan +
penolakan inti + pasca-
penolakan
1. Tidak langsung + penolakan langsung + tidak
langsung
2. Tidak langsung (tidak kuat) + tidak langsung
(kuat) + tidak langsung (tidak kuat)
3. Tidak langsung (tidak kuat) + tidak langsung
(kuat) + tidak langsung (kuat)
Penolakan inti + pasca-
penolakan
1. Penolakan langsung + tidak langsung
2. Tidak langsung (kuat) + tidak langsung (tidak
kuat)
3.2.3.4 Negosiasi terhadap Ajakan Ambigu
Dari enam data yang berisi ajakan ambigu, terdapat tiga puluh sembilan
negosiasi yang diberikan oleh anggota grup Facebook sebagai respons terhadap
213
ajakan ambigu untuk mendapatkan kesepakatan yang disetujui bersama. Pada
tuturan negosiasi tersebut, terdapat delapan jenis strategi negosiasi: enam strategi
negosiasi yang diajukan oleh Anglemar dan Stern (1978), dan dua strategi lainnya.
Berikut adalah hasil penandaan selektif yang fokus pada tuturan negosiasi.
Data Strata
Grup
Inisial dan
Jenis
Kelamin
Penutur
Negosiasi
Jenis Strategi
Negosiasi dan
Bentuk
Tuturan
Ungkapan Fatis
1 S-2 YK
(Perempuan)
apalagi tanggal 9
udah mulai tenang.
Mudah-mudahan
gajiannya cukup
untuk kumpul-
kumpul ☺
Rekomendasi
Deklaratif
Emosikon
HTJ
(Perempuan)
Tanggal 5 atau 6
gimana?
Rekomendasi
Interogatif
-
YK
(Perempuan)
Kalau ga mau
ketemuan di kafe
mah mending di
Dago lagi deh
hehehe.
Alternatif
Deklaratif
‘mah’, ‘deh’,
‘hehehe’
CW
(Laki-laki)
Tanggal 6 aja
gimana?
Alternatif
Interogatif
‘aja’
HTJ
(Perempuan)
Siang aja gimana?
Lunch bareng?
Rekomendasi
Interogatif
‘aja’
YK
(Perempuan)
Gimana kalo
ketemu nya daerah
deket-deket DU aja?
Rekomendasi
Interogatif
Ibuuuu, datanglah...
Tiap ngumpul-
ngumpul ibu selalu
ga bisa �
Perintah
Deklaratif
‘Ibuuuu’, ‘lah’,
emosikon
MM
(Perempuan)
Sok hari Sabtu, aku
bisa deh….
Alternatif
Deklaratif
‘sok’, ‘deh’
AS
(Perempuan)
Tanggal 6 ajeeee!! Perintah
Imperatif
Ajeeee
Ges lah Jumat
jadikeun nu bisa
weeeh..
Komitmen
Deklaratif
‘lah’, ‘weeeh’
2 S-2 HTJ
(Perempuan)
Minggu ini
tampaknya
jadwalku padat. Di
Alternatif
Deklaratif
-
214
minggu depan,
Senin tanggal 15
masih free
YK
(Perempuan)
Senin depan bisanya
jam setengah 3,
Pengakuan
diri
Deklaratif
-
kalo bisa daerah
Dago lah biar deket
hehe
Perintah
Deklaratif
‘lah’, ‘hehe’
AS
(Perempuan)
Kamis yuuuuu
makan-makan siang
gituuuu
Rekomendasi
Deklaratif
‘yuuuuu’, ‘gituuuu’
3 S-1 ASR
(Laki-laki) Mun bulan ayeuna mah ncan aya
budget-na, geus
kapake keur nu
sejen. Mun bulan
hareup mah
inshallah aya.
Alternatif
Deklaratif
‘mah’, ‘inshallah’
ASP
(Laki-laki)
Hayu iraha bae
minimal 20 jalma
euy.
Komitmen
Deklaratif
‘hayu’, ‘bae’, ‘euy’
Keur ngarekrut
massa ieu teh.
Ngabibita hahaha.
Pengakuan
diri
Deklaratif
‘teh’, ‘hahaha’
Murah euy, di
tempat lain mah
250rb teh paintball
hungkul.
Seruan
normatif
positif
Deklaratif
‘euy’, ‘mah’, ‘teh’
4 S-1 YMP
(Perempuan)
Kalau weekdays di
atas jam 6,
weekends ayuks.
Komitmen
Deklaratif
‘ayuks’
ASR
(Laki-laki)
Weekdays after 6,
Sunday afternoon.
Hehe
Komitmen
Deklaratif
‘hehe’
AST
(Perempuan)
Monday to Friday
after 4.30, Saturday
and Sunday
afternoon hoho
Komitmen
Deklaratif
‘hoho’
LJ
(Perempuan)
Hahah pulang dulu
lah kaa,
Perintah
Deklaratif
‘hahah’, ‘lah’,
‘kaa’
ayo kangen nih aku Pengakuan
diri
Deklaratif
‘ayo’, ‘nih’
215
6 S-1 IN
(Perempuan)
Kupon Papyrus
cuma sampai 20
Juni.
Pemberitahuan
Deklaratif
-
LJ
(Perempuan)
Minggu depan aja
atuh mumpung
minggu tenang nih.
Rekomendasi
Deklaratif
‘aja’, ‘atuh’, ‘nih’
IN
(Perempuan)
Kalau udah UAS
gimana kak?
Alternatif
Interogatif
‘kak’
AK
(Laki-laki)
Tentuin dari
sekarang geura.
Perintah
Deklaratif
‘geura’
Kalo mendadak
mah, pasti banyak
yang nge-cancel.
Peringatan
Deklaratif
‘mah’
EPY
(Laki-laki)
Kalo hari Rabu
tanggal 12 gimana?
Udah Magrib.
Sekalian makan-
makan gitu ☺
Alternatif
Interogatif
Emosikon
IN
(Perempuan)
Gimana kalo hari
terakhir UAS, kak?
Alternatif
Interogatif
‘kak’
MA
(Perempuan)
Hari terakhir UAS
aku Senin tanggal
17.
Pemberitahuan
Deklaratif
-
8 S-3 DN
(Perempuan)
Awal Februari
tanggal 3 atau 4,
hari Senin atau
Selasa, bagaimana
teman-teman?
Rekomendasi
Interogatif
‘teman-teman’
YK
(Perempuan)
Tanggal 3 ajaaaaaa, Perintah
Deklaratif
‘ajaaaaaa’
saya sudah bilang
ga ngajar hari Senin
dan Rabu.
Pemberitahuan
Deklaratif
-
EWK
(Laki-laki)
Bagaimana kalau
kita ngumpul
sekalian KRS
tanggal 3?
Rekomendasi
Interogatif
-
YK
(Perempuan)
Bolos ngajar! Bolos
ngajar! Bolos
ngajar!
Perintah
Imperatif
-
Haaaahahahahaha.
Puguh karena baru
masuk, belum ribet
pembahasannya.
Seruan
normatif
positif
Deklaratif
‘haaaahahahahaha’,
‘puguh’
EC
(Perempuan)
Hehehe. Ayo, kita
rame-rame bolos,
Perintah
Deklaratif
‘hehehe’, ‘ayo’
216
yang penting
ngumpul
Komitmen
Deklaratif
Ketujuh strategi negosiasi milik Anglemar dan Stern yang ditemukan pada
data adalah rekomendasi, perintah, komitmen, pengakuan diri, peringatan, dan
seruan normatif positif. Kemudian, salah satu dari dua strategi negosiasi lainnya
merupakan strategi penolakan milik Beebe at al, yaitu alternatif. Strategi
penolakan alternatif yang ditemukan dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa
maksud dari penutur memberikan respons alternatif tersebut bukanlah merupakan
penolakan, melainkan negosiasi untuk mencapai kesepakatan yang
menguntungkan semua anggota komunitas daring. Strategi negosiasi lainnya, yaitu
pemberitahuan, merupakan strategi negosiasi yang diajukan dalam penelitian ini
berdasarkan penemuan data.
1. Rekomendasi
Negosiasi yang berisi rekomendasi ditemukan pada data 1, 2, 6, dan 8.
Negosiasi yang merupakan rekomendasi, menurut Anglemar dan Stern (1978),
merupakan pernyataan penutur yang memprediksi bahwa hasil yang menyenangkan
akan diperoleh petutur.
Data Strata
Grup
Inisial dan
Jenis Kelamin
Penutur
Negosiasi Bentuk Tuturan
1 S-2 YK
(Perempuan)
apalagi tanggal 9 udah
mulai tenang. Mudah-
mudahan gajiannya cukup
untuk kumpul-kumpul ☺
Deklaratif
HTJ
(Perempuan)
Tanggal 5 atau 6 gimana? Interogatif
217
HTJ
(Perempuan)
Siang aja gimana? Lunch
bareng?
Interogatif
YK
(Perempuan)
Gimana kalo ketemu nya
daerah deket-deket DU
aja?
Interogatif
2 S-2 AS
(Perempuan)
Kamis yuuuuu makan-
makan siang gituuuu
Deklaratif
6 S-1 LJ
(Perempuan)
Minggu depan aja atuh
mumpung minggu tenang
nih.
Deklaratif
8 S-3 DN
(Perempuan)
Awal Februari tanggal 3
atau 4, hari Senin atau
Selasa, bagaimana
teman-teman?
Interogatif
EWK
(Laki-laki)
Bagaimana kalau kita
ngumpul sekalian KRS
tanggal 3?
Interogatif
Pada data 1, negosiasi berisi rekomendasi diberikan oleh YK dan HTJ dalam
bentuk tuturan deklaratif. Rekomendasi pertama yang diberikan YK sebagai
negosiasi (apalagi tanggal 9 udah mulai tenang. Mudah-mudahan gajiannya cukup
untuk kumpul-kumpul ☺) mengindikasikan bahwa YK menginginkan agar
pertemuan dilaksanakan pada tanggal 9, karena YK memiliki praanggapan bahwa
anggota yang lain akan memiliki waktu untuk memenuhi ajakan pada tanggal itu.
Rekomendasi kedua diberikan oleh HTJ dalam bentuk interogatif untuk
memberikan negosiasi tanggal pertemuan (Tanggal 5 atau 6 gimana?). Dalam
rekomendasinya, HTJ memberikan negosiasi agar pertemuan tidak dilaksanakan
pada tanggal 9 seperti yang diajukan YK, melainkan pada tanggal 5 atau 6.
Rekomendasi yang diberikan HTJ berikutnya merupakan negosiasi waktu
pelaksanaan pertemuan yang memiliki bentuk tuturan interogatif. HTJ
merekomendasikan agar pertemuan diadakan pada siang hari, pada saat waktu
makan siang (Siang saja gimana? Lunch bareng?). HTJ memiliki praanggapan
218
bahwa anggota lain memiliki waktu luang pada waktu makan siang sehingga dapat
memenuhi ajakan yang diberikan. Rekomendasi lainnya yang memiliki bentuk
tuturan interogatif diberikan YK sebagai negosiasi tempat pertemuan. YK
memberikan negosiasi agar tempat pertemuan dilaksanakan di DU (Gimana kalo
ketemunya daerah deket-deket DU aja?).
Pada data 2, rekomendasi yang merupakan negosiasi waktu pertemuan
diajukan oleh AS (Kamis yuuuuu makan-makan siang gituuuu) dalam bentuk
tuturan deklaratif. Negosiasi AS mengindikasikan bahwa AS mengharapkan
bahwa pertemuan dilaksanakan pada hari Kamis dan pada siang hari, tepatnya pada
waktu makan siang. Sama seperti rekomendasi HTJ pada data 1, praanggapan yang
mendasari AS dalam memberikan rekomendasi tersebut adalah anggota lain
memiliki waktu luang pada waktu makan siang sehingga dapat memenuhi ajakan
yang diberikan.
Pada data 6, rekomendasi yang memiliki bentuk tuturan deklaratif
diberikan oleh LJ (Minggu depan aja atuh mumpung minggu tenang nih) sebagai
negosiasinya. Rekomendasi yang diberikan LJ memiliki praanggapan bahwa pada
hari libur, seluruh anggota komunitas daring yang terlibat proses ajakan memiliki
waktu untuk memenuhi ajakan yang diberikan.
Negosiasi berisi rekomendasi pada data 8 diberikan oleh DN (Awal
Februari tanggal 3 atau 4, hari Senin atau Selasa, bagaimana teman-teman?)
dengan bentuk tuturan interogatif dan EWK (Bagaimana kalau kita kumpul
sekalian KRS tanggal 3?) yang juga memiliki bentuk tuturan interogatif.
Rekomendasi yang berupa saran diberikan oleh DN sebagai negosiasi waktu
219
pelaksanaan pertemuan. EWK kemudian meneruskan rekomendasi DN dengan
memberikan rekomendasi lain agar pertemuan dilaksanakan pada tanggal 3, yang
juga merupakan jadwal pengisian KRS. Saat memberikan rekomendasinya, EWK
memiliki praanggapan bahwa semua anggota komunitas daring akan berkumpul
pada saat jadwal pengisian KRS, sehingga akan lebih mudah apabila pertemuan
dilaksanakan di hari yang sama.
Secara keseluruhan, ditemukan tiga bentuk tuturan deklaratif dan lima
bentuk tuturan interogatif pada negosiasi yang merupakan rekomendasi. Pada
sebagian besar rekomendasi terdapat kata ‘bagaimana/gimana’, yang merupakan
penanda bahwa penutur memberikan masukan atau saran. Pada negosiasi yang
merupakan rekomendasi tidak ditemukan bentuk tuturan imperatif.
2. Perintah
Dari tiga puluh sembilan negosiasi yang diberikan oleh anggota komunitas
daring dalam proses ajakan, terdapat delapan negosiasi berisi perintah. Menurut
Anglemar dan Stern (1978), jenis strategi perintah merupakan pernyataan penutur
yang meminta petutur melakukan aksi tertentu. Negosiasi berisi perintah ditemukan
pada data 1, 2, 4, 6, dan 8. Berikut adalah kedelapan tuturan negosiasi yang berisi
perintah.
Data Strata
Grup
Inisial dan
Jenis Kelamin
Penutur
Negosiasi Bentuk Tuturan
1 S-2 YK
(Perempuan)
Ibuuuu, datanglah... Tiap
ngumpul-ngumpul ibu
selalu ga bisa �
Deklaratif
AS
(Perempuan)
Tanggal 6 ajeeee!! Deklaratif
220
2 S-2 YK
(Perempuan)
kalo bisa daerah Dago
lah biar deket hehe
Deklaratif
4 S-1 LJ
(Perempuan)
Hahah pulang dulu lah
kaa
Deklaratif
6 S-1 AK
(Laki-laki)
Tentuin dari sekarang
geura.
Deklaratif
8 S-3 YK
(Perempuan)
Tanggal 3 ajaaaaaa Deklaratif
Bolos ngajar! Bolos
ngajar! Bolos ngajar!
Imperatif
EC
(Perempuan)
Hehehe. Ayo, kita rame-
rame bolos
Deklaratif
Pada data 1, negosiasi yang merupakan perintah diberikan oleh YK dan AS.
Pada tuturannya, YK memberikan perintahnya yang memiliki bentuk tuturan
deklaratif sebagai negosiasi khusus kepada satu anggota komunitas daring yang
terlibat pada proses ajakan (Ibuuuu, datanglah... Tiap ngumpul-ngumpul ibu selalu
ga bisa �). Tuturan YK menunjukkan bahwa YK meminta agar anggota tersebut
memenuhi ajakan yang diberikan, karena pada aksi-aksi sebelumnya anggota
tersebut tidak dapat memenuhinya. Perintah berikutnya pada data 1 diberikan oleh
AS (Tanggal 6 ajeeee!!) yang memiliki bentuk tuturan imperatif. Pada tuturannya,
AS meminta kepada seluruh anggota komunitas daring tersebut agar pertemuan
dilaksanakan pada tanggal 6.
Negosiasi yang berisi perintah pada data 2 diberikan oleh YK (kalo bisa
daerah Dago lah biar deket hehe). Dengan negosiasinya yang merupakan
deklaratif, YK meminta agar pertemuan dilaksanakan di daerah Dago karena jarak
daerah tersebut lebih strategis.
Pada data 4, perintah diberikan oleh LJ (Hahah pulang dulu lah kaa) sebagai
negosiasi. LJ memberikan negosiasinya yang memiliki bentuk tuturan deklaratif
kepada satu anggota komunitas daring yang terlibat pada proses ajakan. LJ meminta
221
anggota tersebut untuk pulang agar dapat memenuhi ajakan yang diinisiasikan pada
komunitas daring tersebut. Kemudian pada data 6, tuturan negosiasi yang berisi
perintah dengan bentuk tuturan deklaratif diberikan oleh AK (Tentukan dari
sekarang geura), yang meminta agar anggota komunitas lain mendiskusikan waktu
pelaksanaan aksi dari ajakan tersebut secepatnya.
Pada data 8, perintah diberikan oleh YK dan EC. Pada tuturan pertamanya,
YK meminta agar pelaksanaan pertemuan diadakan pada tanggal 3 (Tanggal 3
ajaaaaaa) dengan menggunakan bentuk tuturan deklaratif. Kemudian pada tuturan
keduanya, YK memberikan perintahnya agar anggota komunitas daring tersebut
tidak memberikan kuliah agar dapat memenuhi ajakan yang diberikan (Bolos
ngajar! Bolos ngajar! Bolos ngajar!) dengan bentuk tuturan imperatif.
Menanggapi perintah yang diberikan YK, EC memberikan perintah yang sama
(Hehehe. Ayo, kita rame-rame bolos). Bentuk tuturan yang digunakan EC dalam
negosiasinya adalah kalimat deklaratif.
Berdasarkan temuan data, dari delapan tuturan perintah yang diberikan
sebagai negosiasi, hanya ada dua bentuk tuturan imperatif. Tujuh tuturan lainnya
memiliki bentuk tuturan deklaratif. Pada sebagian besar tuturan negosiasi perintah,
ditemukan fatis ‘lah’ yang mengindikasikan permohonan. Hal ini menjadikan
strategi negosiasi perintah lebih sebagai permintaan karena penutur masih
memperhatikan kesantunan dalam negosiasinya.
222
3. Komitmen
Negosiasi berisi komitmen yang diberikan penutur sebagai negosiasi
ditemukan pada data 1, 3, 4, dan 8. Seluruh bentuk tuturan dari komitmen yang
ditemukan pada data adalah deklaratif. Komitmen merupakan pernyataan penutur
yang mengakibatkan tawaran berikutnya tidak akan kurang atau melebihi tingkat
tertentu (Anglemar dan Stern, 1978).
Data Strata
Grup
Inisial dan
Jenis Kelamin
Penutur
Negosiasi Bentuk Tuturan
1 S-2 AS
(Perempuan)
Ges lah Jumat jadikeun
nu bisa weeeh
Deklaratif
3 S-1 ASP
(Laki-laki)
Hayu iraha bae minimal
20 jalma euy.
Deklaratif
4 S-1 YMP
(Perempuan)
Kalau weekdays di atas
jam 6, weekends ayuks.
Deklaratif
ASR
(Laki-laki)
Weekdays after 6,
Sunday afternoon. Hehe
Deklaratif
AST
(Perempuan)
Monday to Friday after
4.30, Saturday and
Sunday afternoon hoho
Deklaratif
8 S-3 EC
(Perempuan)
yang penting ngumpul Deklaratif
Pada data 1, negosiasi yang merupakan komitmen diberikan oleh AS (Ges
lah Jumat jadikeun nu bisa weeeh) sebagai negosiasi. Tuturan yang diberikan oleh
AS menunjukkan komitmen AS bahwa pertemuan tetap dilaksanakan pada hari
Jumat bagi anggota yang dapat memenuhinya.
Pada data 3, komitmen diberikan oleh ASP (Hayu iraha bae minimal 20
jalma euy) sebagai bagian dari negosiasinya kepada anggota lain dari komunitas
daring agar ajakan tetap diimplementasikan. Berbeda dengan tuturan komitmen AS
yang menginginkan agar pertemuan tetap dilaksanakan pada hari Jumat meskipun
223
tidak seluruh anggota komunitas daring dapat memenuhinya, tuturan ASP
menyatakan bahwa ajakan dapat dilaksanakan kapan pun setelah kuota minimal
anggota yang berpartisipasi tercapai.
Pada data 4, komitmen diberikan oleh YMP (Kalau weekdays di atas jam 6,
weekends ayuks), ASR (Weekdays after 6, Sunday afternoon. Hehe), dan AST
(Monday to Friday after 4.30, Saturday and Sunday afternoon hoho). Tuturan
komitmen yang diberikan YMP, ASR, dan AST menunjukkan maksud yang sama.
Ketiga anggota tersebut menyatakan kesanggupannya memenuhi ajakan pada
waktu-waktu tertentu. YMP menyatakan bahwa dirinya sanggup memenuhi ajakan
apabila dilaksanakan pada hari Senin sampai dengan hari Jumat setelah pukul
18:00. Apabila ajakan dilaksanakan pada hari Sabtu atau Minggu, YMP akan
memenuhinya kapan pun waktu pelaksanaannya. Sama seperti YMP, ASR juga
menyatakan kesediaannya memenuhi ajakan apabila dilaksanakan pada hari Senin
sampai dengan hari Jumat setelah pukul 18:00. Akan tetapi, apabila ajakan
dilaksanakan pada hari Minggu, ASR akan memenuhinya apabila ajakan
dilaksanakan pada sore hari. Kemudian, komitmen yang diberikan AST
menunjukkan bahwa AST bersedia memenuhi ajakan apabila dilaksanakan pada
hari Senin sampai dengan hari Jumat setelah pukul 16:30. Apabila ajakan
dilaksanakan pada hari Sabtu atau Minggu, AST sanggup memenuhinya apabila
dilaksanakan pada sore hari.
Tuturan berisi komitmen berikutnya yang ditemukan pada data 8 diberikan
oleh EC (yang penting ngumpul). Tuturan EC menunjukkan bahwa EC
menginginkan agar anggota komunitas daring yang terlibat dalam proses ajakan
224
dapat memenuhi ajakan, apa pun resikonya. Dalam tuturan negosiasi komitmen
yang ditemukan pada data, terdapat fatis ‘geus lah’, ‘weh’, ‘bae’, dan ‘yang
penting’ yang menandakan komitmen penutur akan responsnya.
4. Pengakuan Diri
Negosiasi yang berisi pengakuan diri dalam penelitian ini ditemukan pada
data 2, 3, dan 4. Sama seperti jenis strategi komitmen, seluruh bentuk tuturan dari
pengakuan diri yang ditemukan pada data adalah deklaratif. Pengakuan diri
merupakan jenis strategi yang berisi pernyataan penutur yang mengungkapkan
informasi mengenai dirinya.
Data Strata
Grup
Inisial dan
Jenis Kelamin
Penutur
Negosiasi Bentuk
Tuturan
2 S-2 YK
(Perempuan)
Senin depan bisanya
jam setengah 3
Deklaratif
3 S-1 ASP
(Laki-laki)
Keur ngarekrut massa
ieu teh. Ngabibita
hahaha.
Deklaratif
4 S-1 LJ
(Perempuan)
ayo kangen nih aku Deklaratif
Pada data 2, pengakuan diri diberikan oleh YK (Senin depan bisanya jam
setengah 3) sebagai negosiasi terhadap ajakan yang diberikan. Tuturan YK
menunjukkan bahwa YK memberikan informasi mengenai kesediaan waktu YK
untuk memenuhi ajakan yang diberikan.
Pada data 3, negosiasi berisi pengakuan diri diberikan oleh ASP (Keur
ngarekrut massa ieu teh. Ngabibita hahaha). ASP memberikan tuturan tersebut
sebagai informasi bahwa ASP mencari beberapa orang untuk bergabung dalam
225
kegiatan yang ASP inisiasikan. Dengan memberikan informasi tersebut, ASP
mengharapkan anggota lain dari komunitas daring tersebut akan memenuhi ajakan
ASP.
Pada data 4, pengakuan diri diberikan oleh LJ (Ayo kangen nih aku) sebagai
negosiasi. LJ memberikan tuturan tersebut kepada salah satu anggota komunitas
daring yang terlibat dalam proses ajakan. LJ mengungkapkan kepada anggota
tersebut bahwa LJ rindu bertemu dengan anggota tersebut dan mengharapkan
anggota tersebut dapat memenuhi ajakan yang diberikan kepada seluruh anggota
komunitas daring tersebut.
5. Peringatan
Data Strata
Grup
Inisial dan
Jenis Kelamin
Penutur
Negosiasi Bentuk
Tuturan
6 S-1 AK
(Laki-laki)
Kalo mendadak mah,
pasti banyak yang nge-
cancel.
Deklaratif
Dari tiga puluh sembilan negosiasi, hanya ditemukan satu negosiasi yang
berisi peringatan, dan peringatan ini memiliki bentuk tuturan deklaratif.
Negosiasi yang berisi peringatan merupakan pernyataan penutur yang memprediksi
bahwa hasil tidak menyenangkan akan diperoleh (Angemar dan Stern, 1978).
Negosiasi tersebut ditemukan pada data 6 yang diberikan oleh AK (Kalo mendadak
mah, pasti banyak yang nge-cancel.). Peringatan yang diberikan oleh AK sebagai
negosiasi tersebut menunjukkan bahwa apabila aksi dari ajakan dilaksanakan secara
226
tiba-tiba, hasil yang kurang menyenangkan akan diperoleh, yaitu anggota yang
membatalkan kesediaannya untuk memenuhi ajakan.
6. Seruan Normatif Positif
Jenis strategi lain yang ditemukan pada data adalah seruan normatif
positif. Anglemar dan Stern (1978) menyatakan bahwa seruan normatif positif
sebagai negosiasi merupakan pernyataan penutur yang menyatakan bahwa aksi
petutur di masa lalu, masa sekarang, dan masa akan datang sesuai dengan norma
sosial. Seruan normatif positif sebagai negosiasi ditemukan pada data 3 dan 8 dan
memiliki bentuk tuturan yang sama, yaitu deklaratif.
Data Strata
Grup
Inisial dan
Jenis Kelamin
Penutur
Negosiasi Bentuk
Tuturan
3 S-1 ASP
(Laki-laki)
Murah euy, di tempat lain
mah 250rb teh paintball
hungkul.
Deklaratif
8 S-3 YK
(Perempuan)
Haaaahahahahaha. Puguh
karena baru masuk,
belum ribet
pembahasannya.
Deklaratif
Pada data 3, seruan normatif positif diberikan oleh ASP (Murah euy, di
tempat lain mah 250rb teh paintball hungkul) sebagai negosiasi. Kemudian pada
data 8, seruan normatif positif diberikan oleh YK (Haaaahahahahaha. Puguh
karena baru masuk, belum ribet pembahasannya).
227
7. Alternatif
Selain jenis strategi yang diajukan oleh Anglemar dan Stern (1978), salah
satu strategi penolakan yang diajukan Beebe at al. (1990), yaitu alternatif, juga
merupakan jenis strategi negosiasi. Strategi penolakan alternatif yang ditemukan
dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa maksud dari penutur memberikan
respons alternatif tersebut bukan merupakan penolakan, melainkan negosiasi
untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan semua anggota komunitas
daring. Negosiasi yang berisi alternatif sebanyak delapan tuturan ditemukan pada
data 1, 2, 3, dan 6.
Data Strata
Grup
Inisial dan
Jenis Kelamin
Penutur
Negosiasi Bentuk
Tuturan
1 S-2 YK
(Perempuan)
Kalau ga mau ketemuan
di kafe mah mending di
Dago lagi deh hehehe.
Deklaratif
CW
(Laki-laki)
Tanggal 6 aja gimana? Interogatif
MM
(Perempuan)
Sok hari Sabtu, aku bisa
deh….
Deklaratif
2 S-2 HTJ
(Perempuan)
Minggu ini tampaknya
jadwalku padat. Di
minggu depan, Senin
tanggal 15 masih free
Deklaratif
3 S-1 ASR
(Laki-laki)
Mun bulan ayeuna mah
ncan aya budget-na,
geus kapake keur nu
sejen. Mun bulan
hareup mah inshallah
aya.
Deklaratif
6 S-1 IN
(Perempuan)
Kalau udah UAS gimana
kak?
Interogatif
EPY
(Laki-laki)
Kalo hari Rabu tanggal
12 gimana? Udah
Magrib. Sekalian makan-
makan gitu ☺
Interogatif
IN
(Perempuan)
Gimana kalo hari
terakhir UAS, kak?
Interogatif
228
Pada data 1, tuturan alternatif diberikan oleh YK, CW, dan MM sebagai
negosiasi terhadap ajakan yang diberikan. YK memberikan alternatif tempat
pertemuan yang akan dilaksanakan (Kalau ga mau ketemuan di kafe mah mending
di Dago lagi deh hehehe) dengan bentuk tuturan deklaratif. Praanggapan YK
dalam menuturkan alternatif tempat tersebut adalah bahwa seluruh anggota
komunitas daring yang terlibat dalam proses ajakan tersebut telah mengadakan
pertemuan di tempat yang sama sebelumnya, yaitu Dago. YK mengantisipasi
bahwa akan ada beberapa anggota komunitas daring yang tidak dapat memenuhi
ajakan apabila pertemuannya dilaksanakan di kafe.
Alternatif pada data 1 berikutnya yang merupakan bentuk tuturan
interogatif diberikan oleh CW sebagai negosiasi tanggal pertemuan (Tanggal 6 aja
gimana?). CW memberikan negosiasi tersebut sebagai respons dari negosiasi berisi
rekomendasi yang diberikan oleh HTJ pada utas percakapan sebelumnya (Tanggal
5 atau 6 gimana?). Alternatif berikutnya yang memiliki bentuk deklaratif
diberikan oleh MM (Sok hari Sabtu, aku bisa deh). MM memberikan negosiasi
tersebut karena MM tidak dapat memenuhi ajakan apabila pertemuannya
dilaksanakan bukan pada hari Sabtu. Tuturan negosiasi MM menunjukkan bahwa
MM hanya dapat memenuhi ajakan apabila pertemuannya dilaksanakan pada hari
Sabtu.
Pada data 2, kalimat alternatif dengan bentuk tuturan deklaratif diberikan
oleh HTJ sebagai negosiasi waktu pelaksanaan ajakan (Minggu ini tampaknya
jadwalku padat. Di minggu depan, Senin tanggal 15 masih free). Tuturan yang
diberikan HTJ tersebut mengindikasikan bahwa HTJ menginginkan agar pertemuan
229
dilaksanakan bukan pada minggu yang sama ketika proses ajakan tersebut
berlangsung, melainkan pada minggu berikutnya, pada hari Senin tanggal 15.
Pada data 3, negosiasi yang berisi kalimat alternatif dengan bentuk tuturan
deklaratif diberikan oleh ASR (Mun bulan ayeuna mah ncan aya budget-na, geus
kapake keur nu sejen. Mun bulan hareup mah inshallah aya). Negosiasi yang
diberikan ASR mengindikasikan bahwa ASR menginginkan agar implementasi dari
ajakan dilaksanakan pada bulan berikutnya. Negosiasi yang diberikan ASR juga
termasuk ke dalam penolakan parsial, karena ASR memberikan dua respons yang
berbeda untuk masing-masing alternatif. Pada alternatif pertama, ASR memberikan
penolakan apabila implementasi ajakan dilaksanakan pada bulan yang sama ketika
proses ajakan tersebut berlangsung. Kemudian pada alternatif kedua, ASR
memberikan penerimaan apabila ajakan tersebut dilaksanakan pada bulan
berikutnya.
Pada data 6, negosiasi berisi tuturan alternatif diberikan oleh IN dan EPY.
IN memberikan alternatif waktu pelaksanaan ajakan yang memiliki bentuk tuturan
interogatif (Kalau udah UAS gimana kak?) sebagai negosiasi atas negosiasi
sebelumnya berupa rekomendasi yang diberikan oleh LJ (Minggu depan aja atuh
mumpung minggu tenang nih). Sama seperti IN, EPY juga memberikan alternatif
waktu pelaksanaan ajakan (Kalo hari Rabu tanggal 12 gimana? Udah Magrib.
Sekalian makan-makan gitu ☺) dengan bentuk tuturan deklaratif. Menanggapi
negosiasi EPY, IN kembali memberikan alternatif waktu pelaksanaan ajakan
(Gimana kalo hari terakhir UAS, kak?) dengan bentuk tuturan yang sama, yaitu
interogatif. Negosiasi yang diberikan IN merupakan negosiasi lanjutan dari
230
alternatif yang IN berikan sebelum EPY memberikan negosiasinya. Pada negosiasi
pertamanya, IN memberikan alternatif agar pelaksanaan ajakan dilakukan setelah
UAS, namun belum memberikan kepastian waktu pelaksanaannya. Pada negosiasi
keduanya, IN memberikan kepastian waktu pelaksanaan ajakan, yaitu pada hari
terakhir UAS.
Secara keseluruhan, terdapat empat tuturan negosiasi yang berisi alternatif
dengan bentuk tuturan deklaratif dan empat tuturan negosiasi dengan bentuk
tuturan interogatif. Pada data yang berisi alternatif sebagai negosiasi tidak
ditemukan bentuk tuturan imperatif.
8. Pemberitahuan
Berdasarkan temuan data pada penelitian ini, terdapat satu jenis strategi
negosiasi yang diajukan sebagai penemuan baru, yaitu pemberitahuan. Jenis
strategi negosiasi berisi pemberitahuan digunakan agar implementasi ajakan
disesuaikan dengan keadaan yang disebutkan penutur. Pada tiga tuturan jenis
strategi negosiasi pemberitahuan yang ditemukan pada data, terdapat bentuk tuturan
yang sama yaitu deklaratif.
Data Strata
Grup
Inisial dan
Jenis Kelamin
Penutur
Negosiasi Bentuk Tuturan
6 S-1 IN
(Perempuan)
Kupon Papyrus cuma
sampai 20 Juni.
Deklaratif
MA
(Perempuan)
Hari terakhir UAS aku
Senin tanggal 17.
Deklaratif
8 S-3 YK
(Perempuan)
Saya sudah bilang ga
ngajar hari Senin dan
Rabu.
Deklaratif
231
Pada data 6, pemberitahuan yang diberikan oleh IN (Kupon Papyrus cuma
sampai 20 Juni) dimaksudkan agar ajakan dilaksanakan sebelum masa berlaku
kupon berakhir. Sama halnya dengan pemberitahuan yang diberikan oleh MA pada
data 6 (Hari terakhir UAS aku Senin tanggal 17) dimaksudkan agar ajakan
dilaksanakan pada tanggal 17, ketika MA telah menyelesaikan ujian akhirnya.
Pemberitahuan berikutnya ditemukan pada data 8. Pengakuan diri sebagai
negosiasi diberikan oleh YK (Saya sudah bilang ga ngajar hari Senin dan Rabu).
Informasi yang diberikan YK mengindikasikan bahwa YK memiliki waktu luang
pada hari Senin dan Rabu. YK mengharapkan agar implementasi dari ajakan
dilaksanakan pada hari Senin atau Rabu, sesuai dengan waktu luang yang dimiliki
YK.
Jenis strategi negosiasi berisi pemberitahuan ini diajukan sebagai jenis
strategi negosiasi tambahan selain dari jenis strategi negosiasi yang diajukan
Anglemar dan Stern (1978) karena berdasarkan data yang ditemukan, tuturan yang
diberikan baik IN dan MA tidak sesuai dengan kategori negosiasi apa pun. Jenis
strategi negosiasi berisi pengakuan diri tidak dapat mewakili jenis tuturan yang
diberikan oleh IN, MA, dan YK karena pada jenis pengakuan diri, penutur
mengungkapkan informasi mengenai dirinya; sedangkan tuturan yang diberikan
oleh IN, MA, dan YK merupakan informasi umum yang disampaikan agar seluruh
anggota komunitas mengetahuinya sehingga implementasi dari ajakan dapat
disesuaikan dengan keadaan yang disebutkan penutur tersebut.
Berdasarkan temuan data, negosiasi pada ajakan ambigu sebagian besar
diberikan pada saat ajakan ambigu diinisiasikan oleh pengajak. Temuan pada data
232
juga menunjukkan bahwa sebagian besar bentuk tuturan dari strategi negosiasi
adalah deklaratif dan interogatif. Bentuk tuturan imperatif hanya ditemukan pada
satu tuturan negosiasi.
Sebagai simpulan, data pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
delapan jenis strategi negosiasi terhadap ajakan ambigu; enam di antaranya
merupakan strategi negosiasi milik Anglemar dan Stern (1978), satu di antaranya
merupakan strategi penolakan alternatif milik Beebe et al. (1990), dan satu strategi
lain merupakan strategi negosiasi yang diajukan dalam penelitian ini.
Secara keseluruhan, data berisi ajakan yang ditemukan pada 11 percakapan
dalam tiga grup Facebook terdiri atas ajakan nyata dan ajakan ambigu. Penelitian
ini mengajukan karakteristik dari ajakan nyata maupun ajakan ambigu yang
dilakukan dalam komunikasi daring. Kemudian, penelitian ini juga menawarkan
empat respons yang berbeda baik dari ajakan nyata maupun ajakan ambigu.
Keempat respons tersebut adalah (1) penerimaan; (2) penolakan parsial; (3)
penolakan penuh; dan (4) negosiasi. Tabel berikut merupakan rekapitulasi ajakan
dan responsnya, baik pada ajakan nyata maupun ajakan ambigu.
Tabel 3.9 Rekapitulasi ajakan nyata dan ajakan ambigu
Data dan
Strata Grup
AJAKAN
Tuturan Strategi
Ajakan
Bentuk
tuturan
1
S-2
Kapan kita ketemu lagi? Isyarat halus Interogatif
Early Januari masih pada santai
ga?
Formula
menyarankan
Interogatif
233
U all hayu atuh kita-kita pada
janjian ketemuan, lama ga bersua
kayaknya banyak kisah nih
Imperatif Deklaratif
2
S-2
Jadi kapan nih pada bisa
bertemu?
Kemampuan Interogatif
Riau Junction yuk. Imperatif Deklaratif
Jadi kapan bisa pada kumpul
nih?
Kemampuan Interogatif
Kamis yuuuuuk makan-makan
siang gituuuu
Imperatif Deklaratif
3
S-1
Ada yang mau arung jeram sama
paint-balling?
Kesediaan Interogatif
Ayo kita main. Imperatif Deklaratif
4
S-1
Wanna sing along with us? Kesediaan Interogatif
Ayooo Imperatif Deklaratif
Ikutan yuuk, refreshing dan
supaya lebih akrab.
Imperatif Deklaratif
Iya guys ayo kita nyanyi-nyanyi. Imperatif Deklaratif
FA, GR, ayo merapat. Imperatif Deklaratif
5
S-1
Kalau hari Minggu depan pada
bisa tidak? Pulangnya ke rumah
EPH, ngeliwet
Kemampuan Interogatif
6
S-1
Jadi gak nih kita foto studio? Isyarat kuat Interogatif
7
S-3
Tanggal 8 saja bagaimana?
Setelah beres di Jatinangor.
Formula
menyarankan
Interogatif
Kita kumpul di rumah pak HH. Formula
menyarankan
Deklaratif
8
S-3
Teman-teman, kapan kumpul
nih?
Isyarat kuat Interogatif
9
S-3
Selasa tanggal 13 ketemuan yuk,
bu EIS dan mbak SI?
Imperatif Interogatif
Sekalian makan siang saja Formula
menyarankan
Deklaratif
Ada yang mau ikut? Kesediaan Interogatif
234
IR, NQ, RH, EC, EK, EWK,
HH, ada yang bisa dan
berminat?
Kemampuan
dan kesediaan
Interogatif
10
S-3
Pada mau ke kampus tidak? Kesediaan Interogatif
11
S-3
Ada yang bisa datang kah? Kemampuan Interogatif
235
Tabel 3.10 Rekapitulasi respons terhadap ajakan nyata dan ajakan ambigu
Data
dan
Strata
Grup
RESPONS TERHADAP AJAKAN
Penerimaan
Penolakan Parsial Penolakan Penuh Negosiasi
Tuturan
Strategi
Penolakan
Parsial
Tuturan Strategi
Penolakan
Urutan
Penolakan Tuturan Jenis Strategi
Bentuk
tuturan
1
S-2
Mbak HTJ, early
Januari saya
nyantai da
Tanggal 9
saya sudah
kembali ke
Tokyo.
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
apalagi tanggal
9 udah mulai
tenang. Mudah-
mudahan
gajiannya cukup
untuk kumpul-
kumpul ☺
Rekomendasi Deklaratif
Tanggal 6 asik tuh,
udah Jumatan,
soalnya saya ngajar
pagi.
Aku absen
ah,
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
Tanggal 5 atau
6 bagaimana?
Rekomendasi Interogatif
Saya oke. habis ngajar
sih
Alasan Pasca-
penolakan Kalau tidak mau bertemu di
kafe mah lebih
baik di Dago
lagi.
Alternatif Deklaratif
Diriku tanggal 6
oke.
Hari Jumat
aku ganti
kuliah yang
tanggal 2
dan 3
Januari
Alasan Penolakan
inti
Tanggal 6 saja
bagaimana?
Alternatif Interogatif
236
Saya tanggal 6. Sabtu
bintang tamu
sudah repot
Alasan Penolakan
inti
Siang saja
gimana? Makan
siang bersama?
Rekomendasi Interogatif
Ya. Siang sesudah
laki2 salat Jumat...
Silakan saja
dijadikan
hari Jumat.
Membiarkan
teman bicara
pergi
Penolakan
inti
Bagaimana
kalau
bertemunya di
daerah dekat
DU saja?
Rekomendasi Interogatif
Jd mau jam brp?
Jam 1 di DU?
Aku monitor
saja dari
politeknik.
Membiarkan
teman bicara
pergi
Pasca-
penolakan
Ibuuuu,
datanglah. Tiap
kumpul-kumpul
ibu selalu tidak
bisa.
Perintah Deklaratif
Deal ya. Kalau aku
hari Jumat
tanggal 6
Januari
sudah UAS,
belum
semua
materi
diterangkan.
Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
Kalau hari
Sabtu, aku bisa.
Alternatif Deklaratif
Setuju sama AS,
yang bisa ya ikutan,
yang ga bisa nanti
ketemuannya di
lain kesempatan.
Maaf sekali
nona cantik
AS
Pernyataan
penyesalan
Pasca-
penolakan
Tanggal 6
ajeee!!
Perintah Imperatif
Saya
bisaaaaaaaaaaa!!!!
Iya nih
masih kerja
hari Jumat.
Alasan Penolakan
inti
Sudah Jumat
dijadikan saja
bagi yang bisa
datang.
Komitmen
Deklaratif
Saya kira
tanggal 6 itu
hari Sabtu
Pembelaan diri Pasca-
penolakan
237
2
S-2
Aaaaawww
berangkaaaat
Minggu ini
tampaknya
jadwalku
padat.
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
Minggu ini
tampaknya
jadwalku padat.
Di minggu
depan, Senin
tanggal 15
masih kosong
Alternatif Deklaratif
Senin aku
baru pulang
kantor jam
16.30 euy
teman-teman
Alasan/penjelasan Penolakan
inti Senin depan
bisanya jam
setengah 3.
Pengakuan
diri
Deklaratif
Kalau hari
Kamis aku
mengajar
SMA juga,
Alasan/penjelasan Pra-
penolakan Kalau bisa
daerah Dago lah
supaya dekat.
Perintah Deklaratif
jadi tidak
bisa kalau
siang hari
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
Kamis yuk
makan siang
gitu.
Rekomendasi Deklaratif
3
S-1
Iraha ASP? Mun
bulan ayeuna mah
ncan aya budget-
na, geus kapake
keur nu sejen. Mun
bulan hareup mah
inshallah aya.
Mun bulan
ayeuna mah
ncan aya
budget-na,
geus kapake
keur nu sejen.
Mun bulan
hareup mah
inshallah aya.
Pilihan Kalau per
orang tidak
ada uangnya.
Alasan/penjelasan Penolakan
inti Mun bulan
ayeuna mah
ncan aya
budget-na, geus
kapake keur nu
sejen. Mun
bulan hareup mah inshallah
aya.
Alternatif Deklaratif
Hayuuuuuu, kapan
iih kapaaann
Aku pengen
arung jeram
tapi, ga mau
paintball.
Pilihan Semua uang
saya sudah
saya
bayarkan
untuk PLP
Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
Ayo kapan pun
tidak apa-apa,
minimal 20
orang.
Komitmen Deklaratif
238
Kecuali
kalau kita
menunggu
uang
operasional
ASES.
Penundaan Pasca-
penolakan
Lagi mencari
orang-orang
nih.
Pengakuan
diri
Deklaratif
Kalau bulan
sekarang
belum ada
biayanya,
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
Murah nih, di
tempat lain mah
250 ribu itu
hanya paintball.
Seruan
normatif
positif
Deklaratif
sudah
terpakai
untuk hal
yang lain
Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
4 S-1
I'm in.
Aku di Solo,
sayang
YMP.
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
Kalau weekdays
di atas jam 6,
weekends ayo
Komitmen Deklaratif
Sok lah. Ntar-ntar aja
kangen-
kangenannya
ya!
Penundaan Pasca-
penolakan
Weekdays after
6, Sunday
afternoon.
Komitmen Deklaratif
Ayok! Ayok!
Aku di
Jakarta
sekarang
kerja, YMP
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
Monday to
Friday after
4.30, Saturday
and Sunday
afternoon
Komitmen Deklaratif
Pulang dulu lah
kak,
Perintah Deklaratif
ayo kangen nih
aku
Pengakuan
diri
Deklaratif
239
5
S-1
Sok lah diatur-atur
tanggal sakitu.
Keluarga
saya mau
pindahan ke
rumah baru
jadi pasti
akan sibuk
sekali.
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
2 Juni please. Perintah Deklaratif
Tanggal 2
mah tidak
bisa
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
Yang penting
hari Minggu,
karena kakak
senior tidak
bekerja
Komitmen Deklaratif
Well, I can’t Penolakan
langsung
Penolakan
inti
6 atau 9 Juni
lah.
Perintah Deklaratif
Mau ke luar
kota nih
minggu ini.
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
Tanggal 5 ada
libur tuh.
Rekomendasi Deklaratif
EPH minggu
ini tidak
bisa,
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
ada tamu
dari
Tasikmalaya
dan akan
menginap di
rumah.
Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
Maaf ya, kak Pernyataan
penyesalan
Pasca-
penolakan
6
S-1
Ayo kapan? Senin malam?
Boleh lah.
Pengulangan
satu bagian
pada ajakan
Kupon Papyrus
berlaku sampai
20 Juni.
Pemberitahuan Deklaratif
240
Hayu aja. Minggu depan
saja mumpung
minggu tenang.
Rekomendasi Deklaratif
Itu juga boleh
Kalau setelah
UAS bagaimana
kak?
Alternatif Interogatif
Hehe sip sip J Tentukan dari
sekarang geura
Perintah Deklaratif
Iya gak apa-apa aku di kosan sampe
tanggal 20.
Kalau
mendadak, pasti
banyak yang
membatalkan
Peringatan Deklaratif
Hayu hari Senin
tanggal 17 kita foto
Kalau hari Rabu
tanggal 12
bagaimana?
Alternatif Interogatif
Aku sih oke2 aja…
Yg lain gimana?
Bagaimana
kalau hari
terakhir UAS,
kak?
Alternatif Interogatif
Boleh lah. Hari terakhir
UAS aku Senin
tanggal 17
Pemberitahuan Deklaratif
7
S-3
No problem. Acara jam
berapa nih?
Soalnya saya
nyambil jadi
supir jemputan
anak-anak.
Ragu-ragu
Saya
mengawas
UAS nih
dari pagi dan
lanjut
malam.
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
Kalau
ketemunya
langsung di
rumah pak HH
gimana?
Alternatif Interogatif
241
Kalo ketemu
langsung di rumah
pak HH gimana?
Pak HH minta
alamatnya dong
hehe
Kalau dari
jam 2 ke atas
mah
sepertinya
saya tidak
bisa nih.
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
Kalau begitu
makan siang aja
sebelum jam
12-an ketika
yang ujian
sudah selesai
bagaimana?
Rekomendasi Interogatif
Setuju tanggal 8
saja.
Anak-anak
ga ada yang
jemput.
Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
Kalau tidak,
tanggal 8
Januari juga
tidak apa-apa
kok
Alternatif Deklaratif
Ikut. Ikut… Kalau
mulainya
sore mah,
saya juga
kayaknya ga
bisa ikut.
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
Sip setuju.
Anak yang
besar ga ada
yang antar-
jemput ke
TPA-nya.
Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
Kan sudah
mulai masuk
lagi tanggal
segitu
Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
8
S-3
Saya ikut teman-
teman saja.
Mudah-
mudahan bisa.
Harapan
memenuhi
ajakan
Kalau akhir
bulan ini
belum bisa
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
Awal Februari
tanggal 3 atau 4,
hari Senin atau
Selasa,
bagaimana
teman-teman?
Rekomendasi Interogatif
242
Ayooo udah kangen
nih sama
guyonanne teman-
teman terutama pak
Ketua hehe.
Susah kalau
mengandalkan
jadwal kosong,
karena
sepertinya
tidak ada yang
kosong.
Kemungkinan bolos
mengajar
Harapan
memenuhi
ajakan
Seribu maaf,
teman-
teman.
Pernyataan
penyesalan
Pra-
penolakan
Tanggal 3 saja Perintah Deklaratif
Sok atuh ditentukan oleh
Raden Mas
Bendoro EWK alias
pak Ketua hehe.
Kalau
tanggal 3
ternyata saya
tidak bisa.
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
Saya sudah
bilang untuk
tidak mengajar
pada hari Senin
dan Rabu
Pengakuan
diri
Deklaratif
Saya ikutan aja
kapan mau
ngumpul.
Benar-benar
tidak ada
tiket buat ke
Bandung,
semua tiket
jenis kereta
apa pun,
kelas
ekonomi-
eksekutif
sudah habis,
karena itu
setelah
liburan
panjang.
Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
Bagaimana
kalau kita
kumpul sekalian
isi KRS tanggal
3?
Rekomendasi Interogatif
Maaf, Pernyataan
penyesalan
Pra-
penolakan
Bolos mengajar!
Bolos mengajar!
Bolos mengajar!
Perintah Imperatif
ijin kalau
tidak bisa
hadir.
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
Justru karena
baru masuk
kuliah, belum
banyak materi
pembahasannya.
Seruan
normatif
positif
Deklaratif
243
Saya jadi
promotor
jodoh teman
kuliah S-2
saya dulu di
Lampung
Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
Ayo kita bolos
bersama-sama,
Perintah Deklaratif
Baru juga
masuk
semester
baru, YK
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
yang penting
kumpul.
Komitmen Deklaratif
9 S-3
hayu maksi
barengan. Tapi masih ingin tetap
bertemu.
Harapan
memenuhi
ajakan
Sedikit
berubah nih.
Hedge Pra-
penolakan
Kalau begitu
ketemunya di
Bandung saja
ya?
Perintah Interogatif
Oke kalau begitu
ketemuannya di
Bandung aja ya?
Selasa, asal
jangan di
Jatinangor,
sepertinya
saya bisa.
Pengulangan
satu bagian
pada ajakan
Baru bisa
berangkat
dari Jakarta
pagi-pagi.
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
Ada
rekomendasi
tempat makan
baru nih hehe
Rekomendasi Deklaratif
Asal jangan di
Jatinangor ----
sepertinya saya
bisa.
Kalau mau
makan
siangnya di
Jatinangor,
saya tidak bisa
ikut. Kalau di
Bandung,
saya usahakan.
Pilihan Saya ke
Bandung
ikut bu N
pulang-
pergi, bu
EIS, SI, dan
YK.
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
Selasa, asal
jangan di
Jatinangor,
sepertinya saya
bisa
Perintah Deklaratif
Kalau di Bandung,
saya usahakan.
Pergi gak ya? Ragu-ragu Baru selesai
UTS diberi
waktu 4
minggu
untuk
mengoreksi.
Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
Kayaknya
masih bisa kok
makan siang di
Bandung.
Janji Deklaratif
244
Saya mah
mau bertemu
pak CS dulu
sepertinya
YK, bu EIS,
bu SI setelah
beliau
menguji
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
Saya mau
lihat sidang.
Alasan/penjelasan Pra-
penolakan
Sori, Pernyataan
penyesalan
Pra-
penolakan
Ga bisa
gabung
kalau ke
Bandung
mah.
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
Harus
jemput.
Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
Saya tidak
bisa ikut
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
Saya absen
dulu, teman-
teman.
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
Saya lagi di
Semarang
mencari
instansi
induk
sekalian
jalan-jalan
Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
245
10
S-3
Saya ada
kelas, jeng
IR.
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
Bisa tolong
ambilin
formulirnya?
Permintaan
tolong
Pasca-
penolakan
Aku gak bisa
ke Bandung
hari ini, IR.
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
Boleh tolong
isikan?
Permintaan
tolong
Pasca-
penolakan
IR, saya juga
gak bisa.
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
Ikut tolong
diisikan ya,
neng?
Permintaan
tolong
Pasca-
penolakan
11
S-3
Inshallah Mudah-
mudahan bisa
ya.
Harapan
memenuhi
ajakan
Aaaaaang Pernyataan
penyesalan
Pra-
penolakan
Inshallah. Sekalian
KRS-an
tidak bisa
kemana-
mana
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
Inshallah palay
euy.
Ingin hadir, Pernyataan positif Pra-
penolakan
Tapi disuruh
rapat
akreditasi
kampus
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
Maaf ya say Pernyataan
pernyesalan
Pasca-
penolakan
246
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Penelitian ini menawarkan metode yang berbeda dengan metode-metode
yang telah digunakan sebelumnya dalam menganalisis penggunaan bahasa. Metode
yang diajukan oleh Kozinets (1997), yaitu netnografi, digunakan untuk
menganalisis interaksi antar anggota komunitas dalam jaringan. Penelitian ini fokus
pada ajakan dalam media sosial Facebook sebagai pra-komunikasi dari komunikasi
tatap muka langsung.
Hasil analisis data pada penelitian ini menunjukkan bahwa ajakan dibagi
menjadi dua jenis, yaitu ajakan nyata dan ajakan ambigu. Ajakan nyata labih
banyak diberikan oleh grup Strata S-3, yang anggotanya merupakan pemelajar
jenjang doktoral. Sebaliknya, ajakan ambigu lebih banyak diberikan oleh grup
Strata S-1, yang anggotanya merupakan pemelajar jenjang sarjana. Berikut adalah
beberapa simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini.
1. Proses ajakan diawali dengan aksi inisiasi yang dapat merupakan felicity
conditions, pertanyaan basa-basi maupun strategi ajakan, diikuti dengan
respons terhadap ajakan, dan diakhiri dengan atau tanpa kesepakatan dari
pelaksanaan ajakan. Dalam ajakan nyata, meskipun aktivitas, tempat dan/atau
waktu pelaksanaan ajakan telah diberikan oleh pengajak, kesepakatan tidak
selalu tercapai. Hal ini dikarenakan beberapa penolakan dan negosiasi yang
menjadikan pelaksanaan dari ajakan tersebut ditunda. Dalam ajakan ambigu,
247
kesepakatan lebih sulit untuk dicapai karena tiap-tiap anggota memberikan
penawaran yang sesuai dengan dirinya; akan tetapi penawaran tersebut belum
tentu sesuai dengan anggota lain.
2. Strategi tindak tutur ajakan yang paling banyak digunakan dalam ajakan nyata
adalah formula menyarankan dan kesediaan; sedangkan dalam ajakan ambigu
strategi yang paling banyak digunakan adalah imperatif. Kemudian bentuk
tuturan ajakan yang paling banyak digunakan baik dalam ajakan nyata maupun
ajakan ambigu adalah interogatif. Bentuk tuturan lain yang ditemukan adalah
deklaratif. Bentuk tuturan imperatif tidak ditemukan meskipun pengajak
menggunakan strategi ajakan imperatif. Hal ini dilakukan oleh pengajak untuk
menunjukkan kesantunannya.
3. Respons terhadap ajakan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah
penerimaan, penolakan parsial, penolakan penuh, serta negosiasi. Penelitian ini
mengajukan satu jenis respons terhadap ajakan, yaitu penolakan parsial.
Penolakan parsial diberikan ketika terajak tidak menerima maupun menolak
ajakan. Negosiasi diberikan baik sebagai respons terhadap penolakan maupun
sebagai respons terhadap ajakan. Ajakan ambigu melibatkan negosiasi yang
lebih panjang dibandingkan pada ajakan nyata karena waktu dan/atau tempat
yang belum ditetapkan.
4. Strategi negosiasi yang paling banyak digunakan dalam ajakan nyata dan ajakan
ambigu adalah perintah, diikuti dengan rekomendasi dan kalimat alternatif.
Penelitian ini menunjukkan bahwa strategi penolakan alternatif yang diajukan
Beebe et al. (1990) tidak berfungsi sebagai penolakan, melainkan sebagai
248
negosiasi yang ditujukan untuk mencari kesepakatan bersama. Penelitian ini
juga mengajukan satu strategi negosiasi baru, yaitu pemberitahuan. Meskipun
strategi yang paling banyak digunakan adalah imperatif, bentuk tuturan
negosiasi yang paling banyak ditemukan pada data adalah deklaratif. Hal ini
dikarenakan tiap-tiap anggota yang melakukan negosiasi masih ingin
menunjukkan kesantunannya.
Interaksi dalam konteks komunikasi bermedia komputer berbeda dengan
interaksi tatap muka langsung. Dalam penelitian ini, tindak lanjut dari proses ajakan
yang terjadi tidak dapat dilihat karena proses ajakan tersebut berlangsung dalam
konteks percakapan daring. Pada situasi daring, seringkali interaksi yang
berlangsung berhenti sebelum interaksi tersebut benar-benar berakhir dan tidak
diberikan tindak lanjut oleh partisipan yang terlibat dalam interaksi tersebut.
Penelitian ini menambahkan teknik pengumpulan data dalam kajian
pragmatis, yaitu data alami dari komunikasi daring. Percakapan komunikasi
bermedia komputer sebagai sumber data terbukti bersifat lebih alami dibandingkan
dengan sumber data yang diambil dari kuesioner, discourse completion task, dan
simulasi.
4.2 Saran
Penelitian ini menawarkan pendekatan baru pada kajian pragmatis, yaitu
analisis pragmatis pada data netnografi. Data netnografi merupakan data yang
diambil dari komunitas daring yang terdapat pada media sosial, pesan instan, blog,
249
dan sebagainya. Akan tetapi, penelitian ini terbatas pada kajian tindak tutur ajakan
dan responsnya, yaitu penerimaan, penolakan parsial, penolakan penuh, serta
negosiasi. Oleh karena itu, peneliti memiliki beberapa saran yang dapat
diimplementasikan oleh peneliti bahasa lainnya yang memiliki ketertarikan pada
kajian pragmatis.
1. Terdapat beberapa jenis tindak tutur yang dilakukan oleh anggota komunitas
daring. Oleh karena itu, peneliti bahasa diharapkan dapat melakukan penelitian
mengenai jenis tindak tutur lain yang dilakukan oleh anggota komunitas dari
beberapa komunitas daring yang berbeda dengan menggunakan metode
netnografi.
2. Peneliti bahasa diharapkan dapat meneliti interaksi pragmatis lainnya selain
tindak tutur, seperti kesantunan dan implikatur, pada komunitas daring yang
berbeda dari bahasa dan budaya yang berbeda menggunakan metode netnografi.
3. Peneliti yang tertarik melakukan penelitian mengenai interaksi dalam
komunitas daring menggunakan metode netnografi diharapkan dapat
memperluas ruang lingkup penelitiannya ke dalam beberapa jenis media sosial,
seperti media pesan instan (grup BlackBerry Messenger dan/atau grup
WhatsApp) karena gaya bahasa yang digunakan pada pesan instan berbeda
dengan gaya bahasa pada jejaring sosial.
250
DAFTAR ISTILAH
Blog: singkatan dari web log, yang merupakan bentuk aplikasi web yang
menyerupai tulisan-tulisan (yang dimuat sebagai posting) pada sebuah halaman
web umum.
Komunikasi bermedia komputer atau computer-mediatied communication
(CMC): komunikasi yang dilakukan menggunakan media komputer dan/atau
jaringan Internet; CMC termasuk forum, pesan instan, surat elektronik, dan kamar
obrol. CMC juga dapat dilakukan dengan cara lain seperti melalui layanan pesan
singkat dan Jaringan Area Lokal (Local Area Network atau LAN).
Daring: kependekan dari ‘dalam jaringan’, yang merupakan kondisi
terhubungnya perangkat komputer dengan jaringan Internet.
Digital: yang berhubungan dengan angka.
Emosikon: sebuah simbol atau kombinasi dari simbol-simbol yang biasanya
digunakan untuk menggambarkan ekspresi wajah manusia yang mengandung
emosi atau perasaan dalam bentuk pesan atau tulisan.
Face to face communication atau FtF: komunikasi tatap muka yang dilakukan
antara dua orang atau lebih dalam dunia nyata.
Internet: kependekan dari ‘interconnection-networking’, yang merupakan seluruh
jaringan komputer yang saling terhubung menggunakan standar sistem global
transmission protocol sebagai protokol pertukaran paket untuk melayani
pengguna di seluruh dunia.
251
Jaringan Area Lokal: dalam bahasa Inggris disebut Local Area Network atau
LAN, yaitu jaringan komputer yang jaringannya hanya mencakup wilayah kecil;
seperti jaringan komputer kampus, gedung, kantor, dalam rumah, sekolah atau
yang lebih kecil.
Jaringan nirkabel: bidang disiplin yang berkaitan dengan komunikasi antar
sistem komputer tanpa menggunakan kabel. Jaringan nirkabel ini sering dipakai
untuk jaringan komputer baik pada jarak yang dekat (beberapa meter, memakai
alat/pemancar bluetooth) maupun pada jarak jauh (lewat satelit).
Jejaring sosial: suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang
umumnya adalah individu atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe
relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dan lain-lain.
Komunitas daring: sekelompok orang dengan minat, kebutuhan, dan kegemaran
yang sama yang berkumpul dalam satu wadah dan melakukan aktivitasnya
melalui CMC.
Layanan pesan singkat: dalam bahasa Inggris disebut short message services
atau SMS, yaitu sebuah layanan yang dilaksanakan dengan sebuah telepon
genggam untuk mengirim atau menerima pesan-pesan pendek.
Mailing list atau milist: forum diskusi surat elektronik.
Media sosial: sebuah media daring, yang para penggunanya dengan mudah dapat
berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi yang meliputi blog, jejaring sosial,
wiki, forum dan dunia virtual.
Netnografi: sebuah istilah metode penelitian etnografi yang dilakukan melalui
Internet. Netnografi yang mengadaptasi teknik penelitian etnografi focus pada
komunitas dan budaya daring.
252
Nirkabel: dalam bahasa Inggris disebut wireless, yaitu tanpa kabel.
Penyelenggara layanan seluler: dalam bahasa Inggris disebut mobile service
provider, yaitu sebuah perusahaan yang menyediakan layanan transmisi kepada
pengguna alat nirkabel seperti telepon pintar melalui sinyal frekuensi radio.
Pesan instan: sebuah teknologi Internet yang memungkinkan para pengguna
dalam jaringan Internet mengirimkan pesan-pesan singkat secara langsung pada
saat yang bersamaan (real time) dengan menggunakan teks kepada pengguna
lainnya yang sedang terhubung ke jaringan yang sama.
Posting: kegiatan untuk membuat artikel agar muncul di dalam media, yakni
media internet. Kata-kata posting tidak hanya digunakan untuk artikel dalam blog,
tetapi juga untuk status dalam jejaring sosial seperti Facebook dan tweet dalam
Twitter.
Surat elektronik atau surel: sarana mengirim surat melalui jalur jaringan
komputer dan Internet.
Tag dan pagar atau tagar: berasal dari kata hashtag, yaitu tanda yang diletakkan
di awal kata atau frasa yang diketikkan pada jejaring sosial. Tagar menyediakan
cara untuk mengelompokkan pesan, karena orang dapat mencari seperangkat
pesan berisi hal-hal yang ditulis dalam tagar.
Utas: alur diskusi mengenai topik tertentu dalam suati posting dalam media
sosial.
Virtual: dalam istilah teknologi informasi dan komunikasi, virtual berarti sesuatu
yang dilakukan atau dilihat dalam komputer.
253
DAFTAR PUSTAKA
Al-Kahtani, S. A. W. 2005. Refusals Realizations in Three Different Cultures. Riyadh: King Saud University.
Anglemar, R. & L. W. Stern. 1978. Development of a Content Analytic
System for Analysis of Bargaining Communication in Marketing. Dalam Graham, J. L. 1995. Culture, Negotiations, and 1nternational Cooperative Ventures. Dalam Gass, S. M. & J. Neu. 1995. Speech Act Across Cultures (hal. 323-324). Berlin: Mouton de Gruyter.
Austin, J. L. 1962. How to Do Things with Words. Oxford: Oxford University
Press. Bardovi-Harlig, K. & B. Hartford. 1991. Saying "No" in English: Native and
Nonnative Rejections. Dalam Bouton, L. & Y. Kachru (Eds.), Pragmatics and Language Learning, Vol. 2 (hal. 41-57). Urbana, 1L: University of 1llionois.
Beebe, L. M., T. Takahashi, & R. Uliss-Weltz. 1990. Pragmatic Transfer in
ESL Refusals. Dalam Scarcella, R., E. Andersen, S. D. Krashen (Eds.), On the Development of Communicative Competence in a
Second Language (hal. 55-73). New York: Newbury House. Beebe, L. M. & M. C. Cummings. 1995. Natural Speech Act Data Versus
Written Questionnaire Data: How Data Collection Method Affects Speech Act Performance. Dalam Gass, S. M. & J. Neu. 1995. Speech Acts
Across Cultures. Berlin: Mouton de Gruyter. Bhatti, J. & V. Žegarac. 2012. Compliments and Refusals in Poland and
England: A Case Study. UK: University of Bedfordshire. Blum-Kulka, S. & E. Olshtain. 1984. Requests and Apologies: A Cross
Cultural Study of Speech Act Realization Patterns. Dalam Applied
Linguistics, 5 (hal. 196-213). Blum-Kulka, S. 1987. 1ndirectness and Politeness in Requests: Same or
Different? Dalam Journal of Pragmatics 11 (1987) (hal. 131-146). North Holland.
Blum-Kulka, S., J. House, & G. Kasper. 1989. Cross Cultural Pragmatics:
Requests and Apologies. Norwood, NJ: Ablex.
254
Boellstorff, T., B. Nardi, C. Pearce & T. L. Taylor. 2012. Ethnography and
Virtual Worlds: A Handbook of Method. USA: Princeton University Press. Bowler, G. M., Jr. 2010. Netnography: A Method Specifically Designed to Study
Cultures and Communities Online. Dalam The Qualitative Report Volume
15 Nomor 5 September 2010 (hal. 1270-1275). Brown, P. & S. C. Levinson. 1987. Politeness Some Universals in Language
Usage. Cambridge: Cambridge University Press. Cummings, L. 2005. Pragmatics: A multidisciplinary Perspective. New Jersey:
Edinburgh University Press. Da Silva, A. J. B. 2003. The Effects of Instruction on Pragmatic Development:
Teaching Polite Refusal in English. University of Hawaii. Dastpak, M. & F. Mollaei. 2011. A Comparative Study of Ostensible Invitations
in English and Persian. Dalam Higher Education of Social Science Vol. 1
No. 1 2011 (hal. 33-42). Djajasudarma, F. 1993. Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian.
Bandung: Uvula Félix-Brasdefer, J. César. 2008. Politeness in Mexico and the United States.
Philadelphia: John Benjamins Publishing Company. Garcia, A. C., A. I. Standlee, J. Bechkoff & Y. Cui. 2009. Ethnographic
Approaches to the Internet and Computer-Mediated Communication. Dalam Journal of Contemporary Ethnography Volume 38 No. 1 Februari
2009 (hal. 52-84). Gass, S. M. & N. Houck. 1999. Interlanguage Refusals: A Cross Cultural Study of
Japanese-English. Berlin: Mouton de Gruyter. Gass, S. M. & J. Neu. 1995. Speech Acts Across Cultures. Berlin: Mouton de
Gruyter. Graham, J. L. 1995. Culture, Negotiations, and International Cooperative
Ventures. Dalam Gass, S. M. & Neu, J. 1995. Speech Act Across Cultures (hal. 323-324). Berlin: Mouton de Gruyter.
Grundy, P. 2000. Doing Pragmatics. Second Edition. London: Arnold Publishers. Herring, S. C. 2004. Computer-mediated discourse analysis: An approach to
researching online behaviour. Dalam Barab, S., R. Kling & J. H. Gray
255
(eds). Designing for Virtual Communities in the Service of Learning. New York: Cambridge University Press (hal. 338-376).
Hine, C. 2000. Virtual Ethnography. London: Sage Publications Ltd. Honglin, L. 2007. A Comparative Study of Refusal Speech Acts in Chinese and
American English. Dalam Canadian Social Science Vol. 3 No. 4 August
2007 (hal. 64-67). Huang, Y. 2007. Pragmatics. New York: Oxford University Press. Isaac, S. & W. B. Michael. 1982. Handbook in Research and Evaluation. Second
Edition. California: Edits Publishers. Ishihara, N. & A. D. Cohen. 2010. Teaching and Learning Pragmatics: Where
Language and Culture Meet. Great Britain: Pearson Education Limited. Kozinets, R. V. 2002. The Field Behind the Screen: Using Netnography for
Marketing Research in Online Communities. Dalam Journal of Marketing
Research No. 39 Februari 2010 (hal. 61-72). _________. 2010. Netnography: Doing Ethnographic Research Online. Thousand
Oaks, CA: Sage Publications. Kridalaksana, H. 1990. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. _________. 2008. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Lakoff, R. 1973. The logic of politeness: Or, minding your p’s and q’s. Dalam
Corum, C., T. Cedric Smith-Stark, & A. Weiser (Eds.), Papers from the
9th Regional Meeting of the Chicago Linguistic Society. Chicago
Linguistic Society (hal.292-305). Leech, G. 1983. Principles of Pragmatics. New York: Longman Inc. Lestari, E. & MA. Maliki. 2006. Komunikasi yang Efektif Modul Pendidikan dan
Prajabatan Golongan I dan II. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara – Republik Indonesia.
Levinson, S.C. 1985. Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press. Loudon, M. 2009. Mobile Phones for Data Collection. Dalam
www.mobileactive.org (diakses: 5 Juni 2012 pukul 23.35). Lunandi, A. G. 1994. Komunikasi Mengenai: Meningkatkan Efektivitas
Komunikasi antar Pribadi. Yogyakarta: Kanisius.
256
Mahsun. 2005. Metode Penetian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan
Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Malinowski, B. 1923. The Problem of Meaning in primitive language. Dalam The
Meaning of Meaning (ed. Ogden dan Richard). Merriam, S. B. 1988. Case Study Research in Education: A Qualitative Approach.
London & San Fransisco: Jossey-Bass Publishers. Miles, M. B. & M. A. Huberman. 1994. Qualitative Data Analysis: An Expanded
Sourcebook, 2nd Edition. Thousand Oaks, CA: Sage. Mulyana, D. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. Murphy, B. & J. Neu. 1995. My Grade’s Too Low: The Speech Act Set of
Complaining. Dalam Gass, S. M. & J. Neu. Speech Acts Across Cultures.
Berlin: Mouton de Gruyter. Nunan, D. 1992. Research Methods in Language Learning. USA: Cambridge
University Press. Onwuegbuzie, A.J. et al. 2010. Innovative Data Collection Strategies in
Qualitative Research. Dalam The Qualitative Report Volume 15 Number 3 May 2010 696-726.
Pala, R. 2015. Bentuk Komunikasi Fatis dalam Bahasa Bugis Soppeng. Dalam
Sawerigading Volume 21 No. 3 Desember 2015 (hal. 485-494). Diambil dari sawerigading.web.id/index.php/sawerigading/article/download/98/95 (diakses pada tanggal 13 Juni 2016: 23.08).
Perry, F. L. 2005. Research in Applied Linguistics Becoming a Discerning
Consumer. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Perry, M. 2010. Face to Face Versus Computer Mediated Communication
Couples Satisfaction and Experience Across Conditions. Unpublished Thesis. USA: University of Kentucky.
Rahardi, K. R. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta:
Penerbit Erlangga. Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Penerbit SIC.
257
Sadeghi, K. & S. Savojbolaghchilar. 2011. A Comparative Study of Refusal Strategies Used by Iranians and Americans. Dalam International Journal
of Academic Research Vol. 3 No. 2, March 2011, Part II.
Saldaña, J. 2009. The Coding Manual for Qualitative Researchers. Thousand Oaks, CA: Sage.
Searle, J. R. 1969. Speech Acts: An Essay in the Philosophy of Language.
Cambridge: Cambridge University Press. _________. 1975. Indirect Speech Acts. Dalam P. Cole and J. Morgan (Eds.),
Syntax and Semantics, vol. 3: Speech Acts (hal. 59–82). New York. _________. 1981. Expression and Meaning: Studies in the Theory of Speech Acts.
USA: Cambridge University Press. Sikumbang, A. T. 2014. Komunikasi Bermedia. Dalam Jurnal Iqra’ Volume 08
No.01 Mei 2014 (hal. 63-67). Smith, B. 1985. Ten Conditions on a Theory of Speech Acts. Dalam Schnelle, H.
Theoretical Linguistics (hal. 311-330). Germany: Walter de Gruyter. Sudaryanto. 1990. Aneka Konsep Kedataan Lingual dalam Linguistik.
Yogyakarta: Duta Wacana University Press. _________. 1992. Metode Linguistik, ke Arah Memahami Metode Linguistik.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press. _________. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa – Pengantar
Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Trosborg, A. 1994. Interlanguage Pragmatics; Requests, Complaints and
Apologies. Berlin: Walter de Gruyer. Xia, S. 2008. Negotiating Frames Through Refusal Acts: A Pragmatic Analysis of
Native/Non-native Speakers’ Interactions in Problem-Solving Telephone Conversations. Dalam The Open Applied Linguistics Journal, 2008, 1 (hal. 18-29).
Yang, J. 2008. How to Say ‘No’ in Chinese: A Pragmatic Study of Refusal
Strategies in Five TV Series. Dalam The 20th North American Conference
on Chinese Linguistics 2008 Vol. 2 (hal. 1041-1056). Ohio: The Ohio State University.
Yule, G. 1996. Pragmatics. Oxford: Oxford University Press.
258
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis lahir di Bandung, pada tanggal 17 Juli 1986 dari pasangan Ir. H.
Istiyadi (almarhum) dan Dra. Hj. Trining Lestari (almarhumah). Penulis adalah
anak ke empat dari lima bersaudara.
Pada tahun 1991-1997, penulis sekolah di SD Angkasa II Lanud Sulaiman
Bandung. Pada tahun 1997-2000, penulis mengambil pendidikan sekolah
menengah di SLTP Negeri 3 Bandung. Pada tahun 2000-2001, penulis sekolah di
SMU Negeri 17 Bandung, dan melanjutkan pendidikannya di SMU Negeri 4
Bandung pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2003.
Pada tahun 2003-2007, penulis mengambil pendidikan sarjana di Sekolah
Tinggi Bahasa Asing Yapari-ABA Bandung dengan konsentrasi Bahasa Inggris.
Pada tahun 2008-2010, penulis meneruskan pendidikannya di Universitas
Padjadjaran dan mendapatkan gelar magister pada konsentrasi Linguistik Bahasa
Inggris. Tahun 2012, penulis melanjutkan pendidikannya dengan mengambil
program Doktor di Universitas Padjadjaran dengan konsentrasi Linguistik.
Penulis merupakan dosen tetap yayasan di STBA Yapari-ABA Bandung
sejak tahun 2011. Beberapa penelitian dan karya ilmiah penulis yang telah
dipublikasi fokus pada pendidikan berbasis teknologi, pragmatik, dan
sosiolinguistik.
259
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
DATA 1
DATA 2
DATA 3
DATA 4
DATA 5
DATA 6
DATA 7
DATA 8
DATA 9
DATA 10
DATA 11
LAMPIRAN 2
Data 1
TS : Hai… miss u all. Wah, kapan kita ketemu lagi? Waduh.
Ntar ibu dapat kalender gratis dong. Pasti bulan Januari,
fotonya neng AS.
AAQ : I miss all of you juga atuh
Saya rindu dengan kalian semua juga atuh.
HTJ : Hello. Jadi nanti ada acara bagi-bagi kalender apa
material? Hehehe. Early Januari masih pada nyantai ga?
Awal Januari masih pada santai tidak?
CW : Iya awal Januari tuh cocok buat ngumpul-ngumpul.
Sekalian syukuran AS udah selamat dari amukan tsunami
di Jepang dan bisa pulang ke Bandung seger buger sehat
walafiat.
IR : U all hayu atuh kita-kita pada janjian ketemuan,
Semuanya ayo atuh kita janji bertemu,
lama ga bersua kayaknya banyak kisah nih, hihihi…
lama tidak bertemu sepertinya banyak kisah nih.
YKP : Mbak HTJ, early Januari saya nyantai da, apalagi tanggal
9 udah mulai tenang. Mudah-mudahan gajiannya cukup
untuk kumpul-kumpul ☺
AS : Tanggal 9 ogut udah back in Tokyo dijeee
Tanggal 9 saya sudah kembali ke Tokyo.
HTJ : Tanggal 5 atau 6 gimana?
YKP : Tanggal 6 asik tuh, udah Jumatan, soalnya saya ngajar
pagi. Kalo ga mau ketemuan di kafe mah mending di
Dago lagi deh hehehe.
HTJ : Saya oke. Yang lain gimana?
CW : Tanggal 6 aja gimana?
IR : Diriku tanggal 6 oke.
DM : Saya tanggal 6. YKP biasa nya saya nginep di rumah mu
lagi hehehe.
TS : Tgl. 6 jam brp?
HTJ : Siang aja gimana?
Lunch bareng?
Makan siang bersama?
YKP : Ya. Siang sesudah laki2 salat Jumat...
DD : Tempatna dimana iyeu teh?
Tempatnya di mana ini teh?
YKP : Gimana kalo ketemu nya daerah deket-deket DU aja?
Kantin Nyonya Rumah gmn? Yang sebelah ngopi
Doeloe Teuku Umar?
HTJ : Di sebelah Ngopi Doeloe bukannya Tree House café
ya? Jd mau jam brp? Jam 1 di DU?
TS : Deal ya.
Sepakat ya.
Kalo udh ok. Mau mindahin jam ngajar nih.
MM : Aku absen ah.... Abis ngajar sih...
YKP : Bu MM, ibuuuuuuu.... Datanglah... tiap ngumpul2 ibu
selalu ga bisa �
MM : Non YKP, hari Jumat aku ganti tgl 2 dan 3 jan euy. Sok
hari Sabtu aku bisa deh....
DM : Mana yang bener ini teh?
YKP : Ah alamat moal jadiiiiii �
Ah bakal tidak jadi ����
AS : Tgl 6 ajeeee!!
Tanggal 6 saja!
Sabtu mah bintang tamu udah riweuh atuh.
Sabtu bintang tamu sudah repot.
Geslah Jumat jadikeun nu bisa weeeh...
Sudah Jumat dijadikan saja bagi yang bisa
datang.
bu MM: huh!
MM : Sok aja dijadiin hr Jumat klo gitu.
Silakan saja dijadikan hari Jumat.
Aku monitor aja deh dari politeknik. Klo gak salah bu
TS ngajar tp mungkin dia bisa diganti. Klo aku Jumat
tgl 6 jan udah final test sich...blm semua diterangkan
euy.
Punten pisan non cantik AS...
Maaf sekali nona cantik AS…
CW : Iya nih masih ngantor euy hari Jumat. Dikirain tanggal 6
teh hari Sabtu…
HTJ : Setuju sama AS, yang bisa ya ikutan, yang ga bisa nanti
ketemuannya di lain kesempatan.
YKP : Saya bisaaaaaaaaaaa!!!!
AS, siap-siap aya picaritaeun deui!
Siap-siap ada bahan cerita lagi!
Hahahahaha
Data 2
AS : Hellloooooooowww.. Jadi kapan neh pada bisa ketemuan??
HTJ : AS sampe kapan di Bandung?
AS : Sampe 2 Desember
HTJ : Ow.. Ok..ok.. Minggu ini tampaknya jadwalku padat. Di minggu
dpn, Senin tgl 15 masih free (semoga ngga tau2 kudu rapat ya)
AS : Oke oke
HTJ : Siiiiiiiip
YKP : Senin depan bisanya jam stgh 3, klo bisa daerah Dago lah biar deket
hehe
AS : Riau Junction yuuuuu
YKP : Aaaaawww berangkaaaat
IR : Senin aku baru pulang kantor jam 16.30 euy temans.... Jadi kapan
bisa pada ngumpul nih?
Miss u all
Saya kangen kalian semua.
AS : Kamis yuuuuu makan-makan siang gituuuu
HTJ : Kalo Kamis aku ngajar SMA juga euy, jadi ga bisa kalo siang-siang.
Data 3
ASP : Ada yang mau arung jeram sama paint-balling? Hanya IDR 250K.
Hayu lah urang ulin :D
Ayo kita main.
NVP : 250K/orang atau grup?
ASP : Ewww.. You think that way?
Kamu berpikiran seperti itu?
NVP : Iya. Kalau per orang, ga punya duit.
Semua uang saya udah dibayarin PLP. Kecuali kalau kita nunggu
uang operasional ASES ☺
ASR : Iraha ASP?
Kapan ASP?
Mun bulan ayeuna mah ncan aya budget-na,
Kalau bulan sekarang belum ada biayanya,
geus kapake keur nu sejen.
sudah terpakai untuk hal lain.
Mun bulan hareup mah inshallah aya.
Kalau bulan depan inshallah ada biayanya.
ASP : Hayu iraha bae minimal 20 jalma euy.
Ayo kapan pun tidak apa-apa, minimal 20 orang.
Keur ngarekrut massa ieu teh.
Lagi mencari orang-orang nih.
Ngabibita hahaha.
Memancing orang agar tergiur hahaha.
Murah euy, di tempat lain mah 250rb teh paintball hungkul.
Murah nih, di tempat lain mah 250 ribu itu hanya paintball.
FW : Hayuuuuuu, kapan iih kapaaann
Ayoooo, kapan ih kapan?
LJ : Aku pengen arung jeram tapi, ga mau paintball.
Data 4
LJ : Hi dear friends.
Hai teman-teman tersayang.
Wanna sing along with us?
Mau bernyanyi bareng?
Hahaha ayoo. Katanya kak ASP ngajakin kita karaoke, ada
kupon di Inul Vista.
Maybe on Friday or Saturday.
Mungkin pada hari Jumat atau Sabtu.
Info selebihnya mangga, YMP.
Info selebihnya silakan, YMP
Ikutan yuuk, refreshing dan supaya lebih akrab #aseeek
Ikutan yuk, penyegaran dan supaya lebih akrab.
YMP : Iya guys ayuk kita nyanyi-nyanyi bareng,
Iya teman-teman ayo kita bernyanyi bersama,
biar lebih dekat *ciyeee*
Monggo ditentukan tanggal pastinya,
Silakan ditentukan tanggal pastinya.
kalau weekdays di atas jam 6, weekend ayuks.
Kalau hari biasa di atas pukul 6, akhir minggu ayo.
FA, GR, ayo merapat.
ASR : I'm in.
Saya ikut.
Weekdays after 6, Sunday afternoon. Hehe
Hari biasa setelah pukul 6, hari Minggu siang.
YMP : Noted.
Dicatat.
We’ll see what the others say.
Kita lihat yang lain bagaimana.
AST : Mon - Fri after 4:30 Sat and Sun afternoon... hoho
Hari Senin-Jumat setelah pukul 4.30, Sabtu dan Minggu siang.
LJ : Sekalian yang belum kenal sama kakak-kakak yang lain kenalan juga
ntar. Hehee
ASP : Sok lah. Iyeu free pass dua jam.
Ayo silakan. Ini masuk gratis selama dua jam.
YMP : Iya ih hayu kita kenalan =))
Iya ih ayo kita kenalan.
LJ : Wah dua jam seubeuh. Hayuuu hayuu
Wah dua jam kenyang. Ayo ayo
EP : Ayok! Ayok!
GR : Aku di Solo sayang YMP. Ntar-ntar aja kangen-kangenannya yah!
Miss you all.
Kangen kalian semua.
EP : Iya teh LJ bakal seubeuh 2 jam mah
Iya kak LJ akan kenyang kalau 2 jam mah
apalagi kalau sambil makan, seubeuh pisan!
apalagi kalau sambil makan, kenyang sekali!
FA : Aku di Jakarta sekarang kerja beb YMP kangen juga karaoke gila bareng
kalian lagi hahahaha
LJ : Hahah pulang dulu lah kaa, ayo kangen nih aku.
ASP : Ngaromong wae bari teu jadi
Bicara terus sembari tidak jadi.
Data 5
LJ : Oh iya, kita mau merencanakan foto ENDLESS yang lengkap. Dari
dulu ga jadi-jadi wae. Kalau hari Minggu depan pada bisa ga?
Pulangnya ke rumah EPH, ngaliwet. Hehe ☺
AST : Tanggal 26 Mei atau 2 Juni?
NVP : 2 Juni please! Keluarga saya mau pindahan ke rumah baru jadi pasti
bakal super sibuk.
LJ : Terserah yang lain sih.
Pokoknya mah hari Minggu, soalnya kakak2 pada gak kerja.
Yang penting hari Minggu, karena kakak senior tidak bekerja.
AST : Tanggal 2 mah ga bisa �
Sama si YM juga
YM juga sama tidak bisa.
NVP : Kan aku juga termasuk “yang lain”, mate hahaha
LJ : Iyaaaa, yg lain2 kan belum bilang mate. Haha ooh ya sudah 2 Juni
mungkin.
MA : Well, I can’t �
Yah, saya tidak bisa ����
AP : 6 atau 9 Juni, lah. Mau ke luar kota nih minggu ini.
EPH : Teteeeh maaf baru kasih kabar. EPH minggu ini ga bisa, teh,
kedatangan tamu dari Tasik mau pada nginep di rumah. Maaf ya, teh.
�
LJ : Ya udah kapan-kapan deh. haha
YS : Tanggal 5 ada libur tuh.
AS : Tanggal 6, cuy. Lain tanggal 5, poe Kamis.
Tanggal 6, cuy, bukan tanggal 5, hari Kamis.
Sok lah diatur-atur tanggal sakitu.
Silakan diatur pada tanggal itu.
Data 6
IN : Jadi gak nih kita foto studio?
NVP : Ayo kapan? Sekalian belanja buat dekor.
The earlier the better.
Lebih cepat lebih baik.
IN : Kupon Papyrus cuma sampai 20 Juni, dan maksimal buat 30 orang.
NVP : Cukup lah. Anggota ASES yang aktif ga sampai 30 orang. Sampe 20
Juni ya, masih cukup lama.
IN : Iya kak, kabari aja kalo jadi.
LJ : Harus jadi. Minggu depan aja atuh mumpung minggu tenang nih.
IN : Hayu aja.
Boleh saja.
Kalo udah UAS gimana, kak?
LJ : Itu juga boleh, yang penting sebelum kuponnya hangus hehehe.
AK : Tentuin dari sekarang geura.
Tentukan dari sekarang geura.
Kalo mendadak mah pasti banyak yang nge-cancel.
Kalau mendadak, pasti banyak yang membatalkan.
IN : Hehe sip sip ☺
EPY : Kalo hari Rabu tanggal 12 gimana? Udah Magrib. Sekalian makan-
makan gitu ☺
IN : Gimana kalo hari terakhir UAS kak?
MA : Hari terakhir UAS aku Senin tanggal 17.
IN : Iya gak apa-apa aku di kosan sampe tanggal 20.
EPH : Hayu hari Senin tanggal 17 kita foto sekalian belanja buat dekor
ruangan.
Ayo hari Senin tanggal 17 kita foto sekalian belanja untuk
dekorasi ruangan
EPY : Aku sih oke2 aja… Yg lain gimana?
AS : Senin malam? Boleh lah.
Data 7
EIS : Man teman„ terutama pak ketu dan pak dekan, prelim memang tiga
hari, 6 - 8 Januari. Silakan dirembug hari kita ngumpul. Saya pikir2
ditengah waktu prelim juga gak apa koq (buat saya ya).....
EWK : Tanggal 8 saja bagaimana? Setelah beres di Jatinangor. Kita kumpul di
rumah pak HH.
EIS : No problem.
Tidak masalah.
Colek EC, DN, IR, SI, YKP, EK, RH, NQ.
SI : Hari apa itu teh ya?
EIS : Rabu
SI : Wah sekolah udh pd masuk lg ya.... Acara jam brp nih? Soalnya sy
nyambil jd supir jemputan anak-anak juga...
EIS : Kita selesai ujian jam berapa ya?
Anyone?
Teman-teman?
YKP : Jadi ngumpulnya di Jatinangor?? Saya ngawas uas nih pagi dan lanjut
malem. Kalo ketemu langsung di rumah pak HH gimana? Pak HH
minta alamatnya dong hehe
DN : Setuju tanggal 8 saja. Udah selesai ujian.
SI : Kalau dari jam 2 ke atas mah sepertinya saya tidak bisa nih hiks. Anak-
anak ga ada yang jemput.
NQ : Ikut. Ikut…
IR : Iya, kalau mulainya sore mah, saya juga kayaknya g bisa ikut. Anak yang
gede ga ada yang anter-jemput ke TPA-nya, kan udah mulai masuk lagi
tanggal segitu.
HH : Kalau begitu makan sian saja sebelum jam 12-an ketika yang ujian sudah
selesai bagaimana? Kalau tidak, tanggal 8 Januari juga tidak apa-apa
kok.
EWK : Betul. Idenya teman2 beres di jtngr langsung meluncur ke rumah pak
Dekan kita makan siang di situ. Dan jangan nanya jam berapa ya,
karena makan siang = jam makan siang
EIS : Sip setuju. Semoga semua bisa hadir ya.
Data 8
EWK : Teman-teman, kapan ngumpul nih? Bagi yang sudah prelim bisa
sharing dengan yang belum. Dan tentunya memberi semangat. Dan
foto-foto pastinya.
NQ : Saya ikut teman-teman saja. Tapi kalau akhir bulan ini belum bisa ☺
DN : Awal Februari tanggal 3 atau 4, hari Senin atau Selasa, bagaimana
teman-teman?
EWK : Pak dekan nih yang belum ada update-nya. Jangan-jangan kebandang
unta Arab yang seksi dan multifungsi di sana.
EIS : Sekalian registrasi ya?
DN : Semoga semua bisa tanggal 3 atau 4, segera ku pesan tiket kereta kalo
teman-teman bisa
EWK : Betul, registrasi, lalu kumpul di mana gitu. Entah napak tilas ke
Punclut atau jadi syukuran di rumah pak Dekan.
Pak Dekan HH, haloooooooo….
EC : Ayooo udah kangen nih sama guyonanne teman-teman terutama pak
Ketua hehe.
Ayooo sudah kangen nih dengan candaan teman-teman terutama
pak Ketua
Mas NQ lagi mudik ya?
YKP : Tanggal 3 ajaaaaaa, Saya udah bilang ga ngajar hari Senin dan Rabu.
Isi KRS ya sekalian?
HH : Halo temans saya baru datang tadi malam nih dan lagi munyung
terserang flu berat.
Halo teman-teman saya baru datang tadi malam nih dan lagi
sakit terserang flu berat.
Jadi kapan kita ketemuan? Setelah registrasi ya?
Sok atuh ditentukan oleh Raden Mas Bendoro EWK alias pak Ketua
hehe.
Silakan atuh ditentukan oleh Raden Mas Bendoro EWK alias
pak Ketua.
EWK : Selamat datang kembali, pak Dekan. Semoga lekas sembuh.
Abdi ge kitu wangsul ti Arab.
Saya juga seperti itu pulang dari Arab.
Bagaimana kalau kita ngumpul sekalian KRS tanggal 3?
DN : Seribu maaf, teman-teman. Kalau tanggal 3 ternyata saya tidak bisa.
Benar-benar tidak ada tiket buat ke Bandung, semua tiket jenis kereta
apa pun, kelas ekonomi-eksekutif sudah habis, karena itu setelah
liburan panjang. Kalau setelah tanggal 3 itu baru ada tiket.
EIS : Wah sayang kalau gak lengkap.
EK : Hehe telat liatnya. Mudah-mudahan bisa.
HH : Gimana hari Senin besok tanggal 3 Februari ya?
NQ : Maaf, ijin kalau tidak bisa hadir, saya jadi promotor jodoh teman saya
pas S2 di Lampung.
IR : Saya ikutan aja kapan mau ngumpul. Susah kalau mengandalkan
jadwal kosong, karena sepertinya tidak ada yang kosong. Paling juga
bolos ngajar ☺
YKP : Bolos ngajar!!!!! Bolos ngajar!!!!! Bolos ngajar!!!!!
IR Baru juga masuk semester baru nih YKP… ☺
YKP Haaaahahahahaha..
Puguh karena baru masuk, belum ribet pembahasannya.
Justru karena baru masuk kuliah, belum banyak materi
pembahasannya
EC Hehehe… Ayo, kita rame-rame bolos yang penting ngumpul….
Data 9
YKP : Selasa tgl 13 ketemuan yuk, bu EIS dan mbak SI? Kalo bisa jgn di
Jatinangor ya hehehe, sekalian maksi saja.
Ada yg mau join?
Ada yang mau ikut?
EIS : Sedikit berubah niy. Baru bisa meluncur dari Jakarta pagi2
tapi masih pengen tetep ketemuan....
Tapi masih ingin tetap bertemu.
Gimana SI?
SI : Jadi gak akan liat SUP nih?
Sampai Bandung kalau masih siangan hayu maksi barengan.
Kalau masih agak siang sampai Bandung, ayo makan siang bareng.
YKP : Kalo gitu ketemuanya di Bandung aja ya? Ada rekomendasi tempat
makan baru nih hehehe
EIS : Oke kalau begitu ketemuannya di Bandung aja ya? Kalau keburu ke
Jatinangor pengen lihat SUP dulu. IR, NQ, RH, EC, EK, EWK, HH ada
yang bisa dan berminat?
RH : Saya ke Bandung ikut bu N pulang-pergi, bu EIS, SI, dan YKP. Baru
UTS dikasih waktu 4 minggu ngoreksi.
IR : Saya mah mau ketemu pak CS dulu kayaknya YKP, bu EIS, bu SI
setelah beliau menguji.
EWK : Selasa ---- asal jangan di Jatinangor ---- sepertinya saya bisa.
EK : Saya mau lihat SUP. Sori ga bisa gabung kalau ke Bandung mah. Mesti
jemput.
SI : Saya juga mau lihat SUP dulu deh.
YKP : Aaang beda-beda begini… Ya sudah yang mau nonton SUP semangat ya.
Kalau mau makan-makan di Jatinangor, saya ga bisa ikut; kalau di
Bandung, saya usahakan.
EIS : Oke, keep in touch.
Oke, tetap berhubungan.
Kayaknya masih bisa kok maksi di Bandung.
EC : Mau lihat SUP takut ditagih proposalnya yang lagi nge-hang nih. Pergi
ga ya…
SI : YKP aku kebetulan ada perlu ke bu H juga nih, cari waktu lain susah.
NQ : Saya absen dulu temans.
Saya absen dulu teman-teman.
Saya lagi di Semarang nyari homebase sekalian jalan-jalan hehe.
Saya lagi di Semarang mencari instansi induk sekalian jalan-jalan
hehe.
Data 10
IR : Halo bu SI, EC, DN, EIS, EK, RH, YKP, pak EWK, HH, NQ… Katanya
kan kita disuruh isi KRS online untuk perwalian Jumat besok, tapi KRS
online nya juga ga bisa dibuka karena masa pengisian KRS udah habis.
Jadi gimana? Manual aja kali ya? Pada mau ke kampus ga? Saya Kamis
ini ke kampus sekalian lihat NQ sidang.
SI : Saya ada kelas jeng IR, bisa tolong ambilin formulirnya? Nuhun..
IR : Kalo manual, berarti langsung diisi aja mereun nya?
Kalau manual, berarti langsung diisi saja mungkin ya?
Ambiliin, isiin dan tandatanganin kah? :) kan ketemunya entar susah
lagi bu SI
EC : Aku gak bisa ke Bandung hari ini IR boleh tolong isikan? Trims
SI : Jeng IR, iyah gitu ajah hehehe. Nuhun lagi ☺
IR : Hihi. Nanti saya tanya dulu ke pak A apa bisa diisikan dan
dipangtandatanganin semua ga. Kalau bisa, ya ntar diisiin deh.
Tidakadamakasihyanggratis ☺
EIS : IR saya juga gak bisa. Ikut tolong diisiin ya neng? Makasiiiih. BTW mas
NQ jadi ujian hari ini?
IR : Oke bu EIS mudah-mudahan bisa ya. Ayo siapa lagi yang mauuu ☺
Ini NQ ga ada yang dukung nih? Iya bu EIS, NQ hari ini jam 11.
Data 11
IR : Selasa besok tanggal 10 pukul 9 bu SI SUP. Ada yang bisa datang
kah?
EIS : Inshallah
YKP : Aaaaaang ga bisa kemana-mana �
EK : Mudah-mudahan bisa ya.
NQ : Inshallah. Sekalian KRS-an
SI : Mohon doanya, teman-teman. Deg-degan nih.
EC : Semoga SUP-nya lancar dan sukses ya.
Pengen hadir tapi disuruh rapat akreditasi kampus. Maaf ya, say.
HH : Inshallah palay euy.
Inshallah mau datang.
Sok bu SI didoakeun sing lancar.
Silakan bu SI didoakan semoga lancar.
Ngke gentosan abdi doakeun nya?
Nanti ganti saya yang didoakan ya?
SI : Amin amin ya rabbal alamin. Nuhun.
Amin amin ya rabbal alamin. Terima kasih.
top related