J.06 RESPONS TERHADAP AJAKAN OLEH PENUTUR BAHASA INDONESIA-SUNDA DALAM TIGA GRUP FACEBOOK MAHASISWA DARI TIGA JENJANG AKADEMIK BERBEDA: KAJIAN PRAGMATIS PADA DATA NETNOGRAFI RESPONSES TO INVITATIONS BY INDONESIAN-SUNDANESE SPEAKERS IN THREE FACEBOOK GROUPS OF STUDENTS FROM THREE DIFFERENT ACADEMIC LEVELS: A PRAGMATIC STUDY ON NETNOGRAPHIC DATA Oleh Yuliani Kusuma Putri 1801 3012 0016 DISERTASI Untuk memperoleh gelar Doktor dalam Ilmu -Ilmu Sastra pada Universitas Padjadjaran dengan wibawa Rektor Universitas Padjadjaran Prof. Dr. med. Tri Hanggono Achmad, dr. Dipertahankan pada tanggal 8 Agustus 2016 di Universitas Padjadjaran UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2016
312
Embed
RESPONS TERHADAP AJAKAN OLEH PENUTUR BAHASA INDONESIA-SUNDA DALAMTIGA GRUP FACEBOOK MAHASISWA DARI TIGA JENJANG AKADEMIK BERBEDA: KAJIAN PRAGMATIS PADA DATA NETNOGRAFI
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
J.06
RESPONS TERHADAP AJAKAN OLEH PENUTUR BAHASAINDONESIA-SUNDA DALAM TIGA GRUP FACEBOOK
MAHASISWA DARI TIGA JENJANG AKADEMIK BERBEDA:KAJIAN PRAGMATIS PADA DATA NETNOGRAFI
RESPONSES TO INVITATIONS BY INDONESIAN-SUNDANESESPEAKERS IN THREE FACEBOOK GROUPS OF STUDENTS
FROM THREE DIFFERENT ACADEMIC LEVELS:A PRAGMATIC STUDY ON NETNOGRAPHIC DATA
OlehYuliani Kusuma Putri
1801 3012 0016
DISERTASI
Untuk memperoleh gelar Doktor dalam Ilmu -Ilmu Sastrapada Universitas Padjadjaran
dengan wibawa Rektor Universitas PadjadjaranProf. Dr. med. Tri Hanggono Achmad, dr.
Dipertahankan pada tanggal 8 Agustus 2016di Universitas Padjadjaran
UNIVERSITAS PADJADJARANBANDUNG
2016
RESPONS TERHADAP AJAKAN OLEH PENUTUR BAHASAINDONESIA-SUNDA DALAM TIGA GRUP FACEBOOK
MAHASISWA DARI TIGA JENJANG AKADEMIK BERBEDA:KAJIAN PRAGMATIS PADA DATA NETNOGRAFI
RESPONSES TO INVITATIONS BY INDONESIAN-SUNDANESESPEAKERS IN THREE FACEBOOK GROUPS OF STUDENTS
FROM THREE DIFFERENT ACADEMIC LEVELS:A PRAGMATIC STUDY ON NETNOGRAPHIC DATA
OlehYuliani Kusuma Putri
1801 3012 0016
DISERTASI
Untuk memperoleh gelar Doktor dalam Ilmu -Ilmu Sastrapada Universitas Padjadjaran
dengan wibawa Rektor Universitas PadjadjaranProf. Dr. med. Tri Hanggono Achmad, dr.
Dipertahankan pada tanggal 8 Agustus 2016di Universitas Padjadjaran
UNIVERSITAS PADJADJARANBANDUNG
2016
RESPONS TERHADAP AJAKAN OLEH PENUTUR BAHASAINDONESIA-SUNDA DALAM TIGA GRUP FACEBOOK
MAHASISWA DARI TIGA JENJANG AKADEMIK BERBEDA:KAJIAN PRAGMATIS PADA DATA NETNOGRAFI
RESPONSES TO INVITATIONS BY INDONESIAN-SUNDANESESPEAKERS IN THREE FACEBOOK GROUPS OF STUDENTS
FROM THREE DIFFERENT ACADEMIC LEVELS:A PRAGMATIC STUDY ON NETNOGRAPHIC DATA
OlehYuliani Kusuma Putri
1801 3012 0016
DISERTASI
Untuk memenuhi salah satu syarat ujianguna memperoleh gelar Doktor dalam Ilmu Sastra.
Telah disetujui oleh Tim Promotor pada tanggal seperti tertera di bawah ini
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:1. Karya tulis saya, disertasi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor), baik diUniversitas Padjadjaran maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Promotor dan masukan TimPenelaah/Tim Penguji.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis ataudipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkansebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dandicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hariterdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka sayabersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telahdiperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yangberlaku di perguruan tinggi ini.
Bandung, 30 Juni 2016Yang membuat pernyataan,
(Yuliani Kusuma Putri)1801 3012 0016
vi
DALIL-DALIL
1. Tindak tutur ajakan nyata pada konteks dalam jaringan tidak melibatkan
negosiasi yang panjang dan kompleks.
2. Tindak tutur ajakan ambigu pada konteks dalam jaringan melibatkan proses
negosiasi yang lebih panjang dan kompleks dibandingkan ajakan nyata.
3. Data dalam kajian pragmatis yang menggunakan metode netnografi lebih
bersifat alami.
4. Penggunaan bahasa pada komunikasi dalam jaringan memiliki kesamaran
antara bentuk formal dan nonformal.
5. Teknologi merupakan alat untuk manusia mengembangkan dirinya yang tidak
dapat dipisahkan dari ilmu pengetahuan dan bahasa.
6. Pendidikan berbasis teknologi yang tepat guna dapat mewujudkan bangsa yang
berkemajuan, berdaya guna, dan bermartabat.
7. Teknologi telah menjadi bagian dari budaya dalam kehidupan manusia yang
penetrasinya tidak dapat dihindari.
vii
ABSTRAK
Disertasi ini berjudul “Respons terhadap Ajakan oleh Penutur Bahasa Indonesia-
Sunda dalam Tiga Grup Facebook Mahasiswa dari Tiga Jenjang Akademik
Berbeda: Kajian Pragmatis pada Data Netnografi”. Penelitian ini mengkaji ajakan
dan responsnya pada komunikasi daring ditinjau dari pragmatik yang difokuskan
pada (1) proses ajakan; (2) bentuk tuturan dan strategi ajakan; (3) respons
terhadap ajakan; dan (4) bentuk tuturan dan jenis strategi negosiasi pada proses
ajakan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode etnografi
melalui Internet atau netnografi, yang mengadaptasi teknik-teknik penelitian
etnografi menjadi penelitian terhadap budaya dan komunitas daring. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) ajakan dibagi menjadi dua jenis, yaitu
ajakan nyata dan ajakan ambigu. Kemudian proses ajakan diawali dengan aksi
inisiasi yang berupa ajakan maupun felicity conditions; diikuti respons terhadap
ajakan yang melibatkan negosiasi; dan berakhir dengan dua jenis hasil akhir,
yaitu adanya kesepakatan dan tidak adanya kesepakatan; (2) ditemukan enam
strategi ajakan yang diberikan oleh inisiator, yaitu (a) imperatif, (b) formula
respons positif dengan memberikan penerimaan (Rabu oke tuh). Pada
konteks ini, kata ‘tuh’ yang diberikan oleh Mahasiswa 1 merupakan
partikel fatis yang menunjukkan persetujuan bahwa hari Rabu merupakan
hari yang tepat untuk melaksanakan foto kelas.
Respons berikutnya diberikan oleh Mahasiswa 3 yang memiliki jenis
kelamin laki-laki, yaitu penerimaan bahwa hari apa pun Mahasiswa 3
dapat memenuhi ajakan tersebut (Saya sih minggu depan hari apa aja
juga siap). Dalam penerimaannya, mahasiswa 3 menggunakan kata ‘sih’
yang merupakan partikel fatis dengan tujuan menekankan kepastian, dan
memiliki makna ‘sebenarnya’. Inisiator, yang sekarang menjadi terajak,
juga memberikan penerimaan atas negosiasi Mahasiswa 2 (Saya juga
hayu).
Mahasiswa 4 bergabung dalam percakapan dan merespons ajakan
dengan konfirmasi yang menandakan keberatan apabila acara diadakan
pada minggu depan (Duh minggu depan teh tanggal tua kan? Kudu
minggu depan ya?), diikuti dengan kalimat alternatif sebagai negosiasi
(Ga bisa awal bulan aja?). Mahasiswa 4 menolak ajakan tanpa
menuturkan kalimat penolakan; sebaliknya, Mahasiswa 4 memberikan
bentuk tuturan interogatif sebagai konfirmasi yang di dalamnya terdapat
23
partikel fatis ‘duh’, ‘teh’, dan ‘kan’. Fatis ‘duh’ digunakan Mahasiswa 4
untuk mengindikasikan keberatannya. Kemudian, fatis ‘teh’ dan ‘kan’
digunakan sebagai konfirmasi. Tuturan interogatif berikutnya yang juga
merupakan konfirmasi, ‘Kudu minggu depan ya?’, mengandung partikel
fatis ‘ya’ sebagai kesantunan dari pertanyaan konfirmasi tersebut. Seluruh
bentuk tuturan yang diberikan Mahasiswa 4 sebagai respons terhadap
ajakan adalah interogatif. Hal ini menunjukkan bahwa Mahasiswa 4,
yang merupakan seorang perempuan, tidak memberikan penolakan
langsung dengan alasan kesantunan. Negosiasi yang berupa alternatif
tersebut menjadikan Mahasiswa 4 sebagai pengajak 3.
Akan tetapi, mendengar alternatif yang diberikan Mahasiswa 4,
Mahasiswa 2 bernegosiasi dengan menuturkan seruan normatif positif
agar acara tetap diadakan pada hari Rabu dengan alasan bahwa
Mahasiswa 4 tidak perlu mengeluarkan uang untuk foto kelas tersebut
karena mereka dapat membayar uang muka terlebih dahulu (Ah kamu
udah aja ga usah bayar dulu untuk foto kan biasanya foto mah bisa di-
DP-in dulu). Dalam negosiasinya, Mahasiswa 2 menggunakan partikel
fatis ‘ah’, ‘kan’, dan ‘mah’ sebagai mitigasi dari negosiasinya. Negosiasi
Mahasiswa 2 tersebut didukung oleh Inisiator yang juga menuturkan
seruan normatif positif (Iya, kan bisa nanti bayar mah. Santai weh).
Inisiator menyisipkan partikel fatis ‘kan’, ‘mah’, dan ‘weh’ dalam
negosiasinya sebagai kesantunan atas upayanya untuk meyakinkan
Mahasiswa 2 bahwa Mahasiswa 2 tidak perlu mengeluarkan uang terlebih
24
dahulu.
Mendengar hal tersebut, Mahasiswa 4 merespons dengan
penerimaan dan bersedia memenuhi ajakan tersebut (Oh enya nya. Ya
udah atuh kita kemon). Partikel fatis ‘oh’ dan ‘nya’ yang digunakan
Mahasiswa 4 menandakan bahwa Mahasiswa 4 membenarkan apa yang
dikatakan Mahasiswa 2 dan inisiator. Kemudian partikel fatis ‘atuh’
digunakan sebagai indikasi bahwa Mahasiswa 4 setuju dengan negosiasi
Mahasiswa 2 dan inisiator. Penerimaan berikutnya diberikan oleh
Mahasiswa 5 yang baru bergabung dalam percakapan tersebut (Siap!).
Proses ajakan ini berakhir dengan kesepakatan hari pelaksanaan ajakan.
1.7 Sumber Data
Peneliti mengumpulkan data dari komunikasi daring penutur bahasa
Indonesia-Sunda yang berisi tindak tutur ajakan dan responsnya. Peneliti mengambil
data dari media sosial Facebook, dan fokus pada tiga grup yang ada di dalam
media sosial tersebut. Tiga grup yang dipilih oleh peneliti adalah: (1)
komunitas daring pemelajar bahasa jenjang sarjana; (2) komunitas daring
pemelajar bahasa jenjang magister; dan (3) komunitas daring pemelajar jenjang
doktor. Ketiga komunitas dipilih oleh peneliti karena peneliti juga tergabung ke
dalam tiga komunitas tersebut, sehingga peneliti tidak perlu mengajukan
keanggotaan dan akan lebih mudah bagi peneliti meminta izin untuk
menjadikan percakapan yang ada dalam tiga komunitas tersebut sebagai data
penelitian.
25
Selain alasan di atas, peneliti juga memilih tiga grup Facebook tersebut
karena ketiga komunitas daring tersebut juga aktif berkomunikasi di dunia
nyata. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian ini yang menekankan pada ajakan
dalam komunikasi daring sebagai prakomunikasi dari komunikasi tatap muka
langsung. Alasan tersebut juga sesuai dengan jenis penelitian netnografi yang
dilakukan peneliti, yaitu penelitian daring pada satu komunitas (research on
communities online). Dalam penelitian netnografi, Kozinets (2010) membagi
jenis penelitian menjadi dua, yaitu: (1) penelitian pada komunitas daring
(research on online communities), yang merupakan penelitian mengenai
fenomena yang terjadi pada komunitas dan kultur daring; dan (2) penelitian
daring pada satu komunitas (research on communities online), yang merupakan
penelitian mengenai fenomena sosial dari satu komunitas yang eksistensi dan
interaksinya tidak hanya melalui internet melainkan melalui dunia nyata atau
tatap muka, meskipun komunikasi daring memiliki peran penting terhadap
keberlangsungan komunitas tersebut.
Kozinets (2010: 79) menyatakan salah satu hal yang harus diperhatikan
dalam penelitian netnografi adalah peneliti harus menyesuaikan dirinya dengan
komunitas yang diteliti, seperti membiasakan diri terhadap anggota, bahasa,
ketertarikan, dan kultur komunitas tersebut. Berhubungan dengan apa yang
dikatakan Kozinets, alasan lain peneliti memilih tiga grup Facebook tersebut
adalah peneliti telah beradaptasi dengan tiga grup tersebut, sehingga peneliti
tidak perlu mengambil waktu yang lama hanya untuk menyesuaikan diri dengan
ketiga komunitas itu. Dipilihnya tiga grup Facebook tersebut sesuai dengan
26
syarat-syarat penentuan komunitas daring yang diberikan Kozinets (2010)
bahwa komunitas yang dipilih harus mengandung beberapa hal seperti: (1)
relevan; (2) aktif; (3) interaktif; (4) substansial; (5) heterogen; dan (6) kaya akan
data.
Anggota dari grup pertama adalah mahasiswa-mahasiswa jenjang
sarjana dari program studi bahasa asing yang berbeda yang tergabung dalam
satu ekstrakurikuler, yaitu klub Debat Bahasa Inggris. Total anggota grup
Facebook strata S-1 adalah 124 anggota, dengan 58 anggota berjenis kelamin
laki-laki dan 66 anggota berjenis kelamin perempuan. Akan tetapi, terdapat
banyak anggota grup Facebook strata S-1 yang tidak pernah berpartisipasi
dalam aktivitas grup. Anggota grup strata S-1 yang aktif dalam aktivitas grup
berjumlah kurang dari 15 anggota. Kemudian, anggota dari grup kedua yang
merupakan pemelajar jenjang magister dari program studi Linguistik Bahasa
Inggris adalah sebanyak 15 anggota yang terdiri dari 5 anggota laki-laki dan
10 anggota perempuan. Grup ketiga berisi pemelajar jenjang doktoral dari
program studi Linguistik yang beranggotakan 3 orang laki-laki dan 8 orang
perempuan.
Peneliti memilih sumber data seperti ini karena terdapat rekaman tanggal
dan waktu pada percakapan dalam Facebook. Peneliti menyimpan komunikasi
tersebut sebagai dokumen (gambar dan dokumen word) sehingga data tersebut
sah. Peneliti berpendapat bahwa teknik pengumpulan data seperti ini lebih
dapat dipercaya dibandingkan dengan angket (discourse completion tesk) dan
simulasi (role play) karena data yang diperoleh berasal dari interaksi nyata serta
27
dalam konteks dan situasi nyata. Data yang diperoleh juga lebih alami dan tidak
dibuat-buat.
Data yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini merupakan data
dalam bahasa Indonesia, bahasa Sunda, dan campuran bahasa Indonesia-Sunda.
Populasi penelitian ini adalah komunikasi daring yang berisi ajakan. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tuturan-tuturan yang berisi bentuk
tuturan dan strategi ajakan, respons terhadap ajakan, serta bentuk tuturan
dan jenis strategi negosiasi dalam ajakan. Tuturan lain yang tidak relevan
tidak dianalisis.
28
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian mengenai ajakan, penolakan, penolakan
ajakan, dan negosiasi. Penelitian mengenai ajakan beberapa di antaranya adalah
penelitian yang dilakukan oleh Wolfson, D’Amico-Reisner, dan Huber
(1983) yang menginvestigasi kebiasaan mengajak dalam masyarakat kulit
putih Amerika kelas menengah; dan Dastpak dan Mollaei (2011) yang fokus
pada ajakan basa-basi. Studi yang dilakukan Wolfson et al. menunjukkan
bahwa ajakan terbagi menjadi dua jenis, yaitu ajakan nyata dan ajakan ambigu.
Kemudian, penelitian berjudul ”A Comparative Study of Ostensible Invitations
in English and Persian” yang dilakukan Dastpak dan Mollaei merupakan studi
komparatif antara bahasa Inggris dan bahasa Persia. Studi yang dilakukan
Dastpak dan Mollaei ini tidak fokus pada penolakan ajakan karena ajakan basa-
basi sering terjadi di akhir percakapan yang mengindikasikan percakapan akan
diakhiri. Dastpak dan Mollaei mengumpulkan data dari observasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ajakan basa-basi dalam bahasa Persia lebih
kompleks dibandingkan dengan ajakan basa-basi dalam bahasa Inggris.
Ada pun penelitian mengenai penolakan di antaranya dilakukan oleh
Beebe dan Cummings (1995), Yang (2008), dan Bhatti dan Žegarac (2012).
Penelitian yang dilakukan Beebe dan Cummings (1995), Natural Speech Act
Data Versus Written Questionnaire Data: How Data Collection Method
29
Affects Speech Act Performance, fokus pada perbandingan penolakan dalam
percakapan melalui telepon dan kuesioner tertulis yang dilakukan oleh 22
orang guru bahasa Inggris (English as a Second Language) yang merupakan
penutur asli bahasa Inggris. Penolakan pada penelitian ini diinisiasikan
oleh penawaran (offers), ajakan (invitations), saran (suggestions), dan
permintaan (requests). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa frekuensi
pembicaraan pada telepon lebih banyak dibandingkan frekuensi pembicaraan
pada kuesioner. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa meskipun pembicara
tidak saling kenal, tidak ada penolakan langsung.
Kemudian, studi yang dilakukan oleh Yang (2008) fokus pada
penolakan dalam bahasa Cina. Data diambil dari lima serial televisi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang-orang Cina dalam serial
tersebut memberi penolakan tidak langsung; dan strategi penolakan yang sering
digunakan adalah alasan dan penjelasan.
Dalam studinya, Compliments and Refusals in Poland and England: A
Case Study, Bhatti dan Žegarac (2012) fokus pada ajakan pesta ulang tahun
dan barbekyu dalam bahasa Polandia dan bahasa Inggris. Penelitian ini
mengambil data menggunakan metode Discourse Completion Tasks (DCT).
Bhatti dan Žegarac mengategorikan penolakan ajakan yang dilakukan oleh
masyarakat di Polandia dan Inggris ke dalam jenis penolakan (langsung dan tidak
langsung), dan jenis respons penolak terhadap penolakan mereka menjadi
kategori positif (mereka tidak merasa tidak enak karena telah menolak),
negatif (mereka merasa tidak enak karena telah menolak), dan netral
30
(penolakan yang mereka lakukan merupakan hal yang wajar).
Selain penelitian mengenai ajakan, penolakan, dan penolakan ajakan,
terdapat beberapa studi mengenai negosiasi. Salah satunya adalah studi yang
dilakukan Graham (1995) yang fokus pada negosiasi dalam bisnis dari 13
negara. Graham mengumpulkan data dari video simulasi yang dilakukan oleh
beberapa pelaku bisnis dan kuesioner. Penelitian ini menunjukkan bahwa
pelaku-pelaku bisnis jarang menuturkan "No", "You"; dan lebih sering
memberikan perilaku nonverbal seperti memberikan interupsi dan tatapan
muka.
Kemudian, penelitian yang dilakukan Xia (2008) fokus pada negosiasi
melalui aksi penolakan pada Problem-Solving-Service Call (PSSC) antara
penutur asli dan bukan penutur asli bahasa Inggris. Sama seperti Beebe dan
Cummings (1995), data penelitian ini diambil dari percakapan telepon.
Penelitian ini menunjukkan bahwa negosiasi dilakukan apabila terdapat
ketidaksetujuan, keraguan, pertentangan, atau interpretasi yang tidak
diharapkan pada interaksi PSSC. Tabel berikut merupakan ringkasan objek
penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, dan hasil penelitian
dari penelitian yang disebutkan sebelumnya.
31
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya
No. Peneliti Objek
Penelitian Subjek Penelitian
Teknik
Pengumpulan
Data
Hasil Penelitian
1 Graham (1995) Negosiasi Pelaku bisnis dari 13 negara
Video simulasi Pelaku bisnis dari 13 negara jarang menuturkan “No” dan “You”; dan lebih sering memberikan perilaku nonverbal seperti memberikan interupsi dan tatapan muka.
2 Beebe dan Cummings (1995)
Penolakan Guru bahasa Inggris (penutur
asli bahasa Inggris)
Percakapan telepon dan kuesioner
Tidak ada penolakan langsung meskipun pembicara tidak saling kenal.
3 Yang (2008) Penolakan Penutur bahasa Cina
Lima serial televisi Cina
Penutur bahasa Cina dalam serial televisi tidak memberikan penolakan langsung. Strategi penolakan yang sering digunakan adalah ‘alasan’.
4 Xia (2008) Negosiasi melalui
penolakan
Penutur asli dan bukan penutur asli
bahasa Inggris
Percakapan telepon
Negosiasi dilakukan apabila terdapat ketidaksetujuan, keraguan, pertentangan, atau interpretasi yang tidak
diharapkan pada interaksi PSSC.
32
5 Dastpak dan Mollaei (2011)
Ajakan basa-basi
Penutur bahasa Persia dan bahasa
Inggris
Observasi Ajakan basa-basi dalam bahasa Persia lebih kompleks dibandingkan dengan ajakan basa-basi dalam bahasa Inggris
6 Bhatti dan Žegarac (2012)
Penolakan terhadap
ajakan pesta ulang tahun
dan barbekyu
Penutur bahasa Polandia dan
bahasa Inggris
Discourse
completion tesk
Jenis penolakan terbagi menjadi dua jenis: langsung dan tidak
langsung. Ada pun jenis respons
penolak mengenai sikap emosionalnya terhadap penolakan yang mereka berikan terbagi menjadi 3 kategori: 1) kategori
positif, yaitu penolak tidak merasa tidak enak karena telah menolak; 2) kategori negatif, yaitu penolak merasa tidak enak karena telah menolak; dan 3) kategori netral, yaitu penolak merasa bahwa penolakan merupakan hal yang wajar.
33
Berbeda dari penelitian yang dilakukan oleh Yang (2008), Bhatti dan
Žegarac (2012), dan Graham (1995) yang mengumpulkan data melalui serial
televisi, DCT, dan video simulasi yang kurang dapat dipertanggungjawabkan
kebenaran dan kealamian datanya, penelitian ini mengumpulkan data
alamiah berupa komunikasi yang dilakukan oleh penutur asli bahasa
Indonesia, bahasa Sunda, dan campuran bahasa Indonesia-Sunda. Penelitian
ini juga fokus pada ajakan dan responsnya yang dapat berupa penerimaan,
penolakan parsial, penolakan penuh dan negosiasi.
Berbeda dari penelitian Graham (1995) yang menggunakan sampel
para pelaku bisnis pada situasi bisnis yang seringkali merupakan situasi
formal, penelitian ini mengambil sampel para pemelajar bahasa jenjang
sarjana, magister, dan doktoral yang masing-masing tergabung dalam
komunitas daring pada media sosial Facebook. Tidak seperti Beebe dan
Cummings (1995) dan Xia (2008) yang mengambil data alamiah dari
percakapan melalui telepon, yang dapat memakan waktu lama dan biaya yang
tidak sedikit; penelitian ini mengambil data alamiah dari percakapan
melalui komunikasi bermedia komputer pada media sosial Facebook,
yang dapat menghemat waktu dan biaya. Bagan berikut merupakan posisi
dan kebaruan penelitian sekarang.
34
Bagan 2.1 Posisi dan Kebaruan Penelitian Sekarang
Penelitian Terdahulu
Penelitian Sekarang (2015)
Objek Penelitian
Subjek Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Metode
Negosiasi melalui penolakan (Xia, 2008)
Penolakan terhadap ajakan (Bhatti dan Zegarac, 2012)
Penutur asli dan bukan penutur asli bahasa Inggris (Xia, 2008)
Penutur bahasa Polandia dan penutur bahasa Inggris (Bhatti dan Zegarac, 2012)
Percakapan telepon (Xia, 2008)
Discourse completion
tasks
(Bhatti dan Zegarac, 2012)
Kualitatif (Xia, 2008)
Kualitatif (Bhatti dan Zegarac, 2012)
Ajakan nyata dan ajakan ambigu beserta respons
Netnografi
Penutur bahasa Indonesia dan bahasa Sunda dari strata S1, S2, dan S3
Percakapan daring pada 3 komunitas daring Facebook
35
Pada bagan 2.1 digambarkan kebaruan teknik pengumpulan data dalam
kajian pragmatis, yaitu percakapan daring yang dilakukan oleh komunitas daring.
Hal ini sejalan dengan Herring (2004) yang menyatakan bahwa digitalisasi
menawarkan para peneliti bahasa dan komunikasi serta etnograf kesempatan
untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menyortir rekaman dari interaksi
seperti kata-kata, tuturan, pesan, arsip, dan sebagainya.
Metode yang digunakan dalam meneliti percakapan daring oleh
komunitas daring ini adalah etnografi digital. Istilah etnografi digital
terbagi menjadi beberapa terminologi berbeda, yaitu Etnografi Internet
atau Netnografi (Netnography) oleh Kozinets (1997); Etnografi Virtual
(Virtual Ethnography) oleh Hine (2000); dan Etnografi Digital (Digital
Ethnography) oleh Murthy (2008). Dalam hal ini, terminologi netnografi
dipilih karena kedua terminologi lain dapat menimbulkan ambiguitas. Kata
‘virtual’ bermakna ‘sesuatu yang dilakukan atau dilihat dalam komputer’, yang
belum tentu menggunakan jaringan internet dalam pengimplementasiannya.
Kemudian, kata ‘digital’ memiliki arti ‘yang berhubungan dengan angka-
angka untuk sistem perhitungan tertentu’. Sama seperti ‘virtual’, kata
‘digital’ juga belum tentu berhubungan dengan internet.
Data kemudian dibahas menggunakan kajian pragmatik. Hal ini sejalan
dengan Kozinets (2010: 132) yang menawarkan pendekatan interaksionis-
pragmatis dalam penelitian netnografi. Pada pendekatan interaksionis ini, unit
yang dianalisis bukan orang, melainkan gerak dan/atau aksi, termasuk tindak
tutur atau tuturan (Mead, 1938 dalam Kozinets, 2010).
36
2.2 Komunikasi
Komunikasi adalah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Agar dapat mengembangkan dirinya, manusia harus mampu
berkomunikasi dengan sekitar. Komunikasi itu sendiri memiliki beberapa
pengertian; salah satunya adalah pengertian komunikasi menurut Hardjana (2003
dalam Lestari dan Maliki, 2006: 6) yang mengatakan bahwa komunikasi adalah
aktivitas memberitahu, berbicara, bercakap-cakap, bertukar pikiran, atau
berhubungan. Komunikasi juga berarti penyampaian pesan dari komunikator
kepada komunikan melalui media tertentu. Hal ini sejalan dengan Muhammad
(2002: 4 dalam Sikumbang, 2014: 64) yang mengatakan bahwa komunikasi
adalah “pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim dengan si
penerima pesan untuk mengubah tingkah laku”. Agar tujuan komunikasi dapat
tercapai, dibutuhkan beberapa elemen komunikasi.
2.2.1 Elemen Komunikasi
Elemen-elemen komunikasi dibutuhkan agar komunikasi berlangsung
dengan baik. Laswell (1948 dalam Hybels dan Weaver, 1979 dikutip dari
Mulyana, 2005: 62-65) mengajukan lima elemen komunikasi sebagai berikut.
1. Pengirim atau komunikator, yaitu pihak yang mengirimkan pesan
kepada pihak lain.
2. Pesan, yaitu isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak
kepada pihak lain.
37
3. Saluran atau media, yaitu alat yang digunakan pengirim untuk
menyampaikan pesannya kepada penerima.
4. Penerima atau komunikan, yaitu pihak yang menerima pesan dari
pihak lain.
5. Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah pesan tersebut
diterimanya.
Selain kelima elemen di atas, terdapat beberapa elemen tambahan seperti
umpan balik, kendala komunikasi, dan konteks komunikasi. Seluruh elemen
tersebut saling memengaruhi dan bergantung pada satu sama lain saat berjalannya
proses komunikasi.
2.2.2 Sifat Komunikasi
Dilihat dari sifatnya, komunikasi dibagi menjadi empat jenis: (1)
komunikasi verbal; (2) komunikasi nonverbal; (3) komunikasi tatap muka; dan (4)
komunikasi bermedia. Dua komunikasi pertama dapat dilakukan bersamaan
dengan komunikasi tatap muka dan/atau komunikasi bermedia.
2.2.2.1 Komunikasi Verbal
Sesuai dengan namanya, komunikasi verbal adalah komunikasi yang
melibatkan bentuk-bentuk verbal dalam prosesnya. Bentuk-bentuk verbal dapat
berupa kata-kata lisan maupun tertulis. Beberapa contoh komunikasi verbal antara
lain konversasi dan surat.
38
2.2.2.2 Komunikasi Nonverbal
Berbeda dengan komunikasi verbal, komunikasi nonverbal tidak
menggunakan simbol-simbol verbal dalam prosesnya, melainkan ikon, simbol,
gambar, gerak tubuh, ekspresi wajah, kontak mata dan lain-lain. Dalam kajian
linguistik, cabang ilmu yang mengkaji komunikasi nonverbal adalah semiotika.
2.2.2.3 Komunikasi Tatap Muka
Sifat komunikasi lainnya adalah komunikasi tatap muka. Komunikasi tatap
muka merupakan proses komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
secara langsung tanpa menggunakan media apapun. Komunikasi ini terjadi saat
komunikator dan komunikan bertemu langsung. Komunikasi tatap muka disebut
juga komunikasi langsung (direct communication). Contoh dari komunikasi tatap
muka adalah pertemuan guru dan orangtua murid yang diadakan setiap awal
semester.
2.2.2.4 Komunikasi Bermedia
Komunikasi bermedia merupakan sifat komunikasi yang melibatkan media
dalam proses pelaksanaannya. Menurut Sikumbang (2014: 64), dalam komunikasi
bermedia, saluran atau sarana digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan
pesannya kepada komunikan yang banyak jumlahnya dan jauh jaraknya.
Komunikasi ini disebut juga komunikasi tidak langsung (indirect communication).
Beberapa media yang dapat digunakan untuk komunikasi di antaranya
adalah surat kabar, telepon, televisi, radio, dan komputer. Seiring berkembangnya
39
teknologi, komunikasi yang menggunakan media komputer atau disebut juga
komunikasi bermedia komputer (computer-mediated communication atau CMC)
telah tersebar ke seluruh penjuru negeri dan digunakan oleh banyak lapisan
masyarakat. Komunikasi bermedia komputer adalah komunikasi yang dilakukan
dengan menggunakan media berkomponen komputer dalam pengiriman dan
penerimaan pesannya. Bentuk-bentuk komunikasi bermedia komputer di
antaranya adalah pesan singkat, surat elektronik, pesan instan, dan media sosial.
Seiring perkembangan teknologi, masyarakat kini dapat melakukan
komunikasi bermedia komputer dalam genggaman tangannya. Teknologi telepon
pintar (smartphone) telah memberi kemudahan kepada pemiliknya untuk
melakukan komunikasi jarak jauh dengan biaya yang terjangkau. Dengan satu
telepon pintar, masyarakat dapat mengakses pesan singkat, surat elektronik, pesan
instan, media sosial, dan lainnya.
2.2.3 Proses Komunikasi
Proses komunikasi memiliki dua model, yaitu model linier dan model
sirkuler. Tiap-tiap model komunikasi memiliki cirinya sendiri.
2.2.3.1 Model Linier
Pada proses komunikasi model linier, terdapat dua garis lurus yang
menghubungkan awal terjadinya proses komunikasi dari komunikator atau
pengirim dan berakhir pada komunikan atau penerima. Model linier ini
membutuhkan elemen-elemen kunci. Elemen-elemen tersebut adalah pengirim,
40
pesan, dan penerima. Contoh dari model linier adalah komunikasi melalui radio,
televisi, dan telepon. Laswell (1948 dalam Lestari dan Maliki, 2006: 14-15)
mengemukakan bahwa formula model linier terdiri dari: (1) siapa; (2) mengatakan
apa; (3) dengan saluran yang mana; (4) kepada siapa; dan (5) dengan efek seperti
apa. Formula model linier yang digagas Laswell (1948) dapat dilihat pada gambar
berikut.
Gambar 2.1 Formula model linier Laswell
Dalam komunikasi bermedia komputer atau komunikasi daring, contoh
dari proses komunikasi dengan model linier ini adalah ketika seseorang
mengeposkan tulisannya dalam akun Blogspot atau Wordpress-nya. Komunikator
dari komunikasi tersebut adalah pemilik akun yang menyampaikan pesannya
melalui media blog kepada pembaca sebagai komunikan.
2.2.3.2 Model Sirkuler
Model berikutnya dalam proses komunikasi adalah model sirkuler. Model
sirkuler adalah satu model yang ditandai dengan adanya umpan balik. Dalam
komunikasi model sirkuler tidak terdapat dua garis lurus, melainkan lingkaran
yang bergerak memutar dari komunikator, pesan, media, dan komunikan. Formula
41
model sirkuler yang diajukan oleh Schramm (1954) dapat dilihat pada gambar
berikut.
Gambar 2.2 Formula model sirkuler Schramm
Contoh model sirkuler dalam komunikasi bermedia komputer atau
komunikasi daring adalah komentar yang diberikan pada status Facebook
seseorang, balasan surel dari penerima kepada pengirim, dan balasan pesan instan
dalam WhatsApp, BlackBerry Messenger, atau Line Messenger.
2.2.4 Faktor Pemengaruh Komunikasi
Dalam berkomunikasi, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
efektivitas komunikasi itu sendiri. Menurut Lunandi (1994: 85), terdapat enam
faktor yang mempengaruhi komunikasi.
42
1. Citra diri, yaitu gambaran seseorang tentang dirinya sendiri yang
meliputi kelemahan, kelebihan, dan status dalam masyarakat. Citra diri
menentukan persepsi orang lain mengenai tiap-tiap individu.
2. Citra pihak lain, yaitu pandangan seseorang terhadap pihak lain yang
diajak berkomunikasi.
3. Lingkungan fisik, yaitu lingkungan tempat tinggal manusia.
Seseorang dapat mengubah cara berbicaranya ketika berada dalam
lingkungan fisik yang berbeda. Hal ini dikarenakan norma-norma yang
berada pada tiap-tiap lingkungan.
4. Lingkungan sosial, yaitu status seseorang di masyarakat. Cara
berkomunikasi seseorang dapat berubah ketika teman bicaranya
memiliki status sosial yang lebih rendah atau tinggi dibandingkan
dengan dirinya.
5. Kondisi, seperti kondisi fisik yang memiliki pengaruh terhadap
komunikasi. Seperti contoh, seseorang yang sedang sakit akan menjadi
kurang cermat dalam memilih kata-kata. Kondisi emosional juga
memengaruhi efektivitas komunikasi. Kondisi tersebut tidak hanya
memengaruhi pengiriman komunikasi, tetapi juga penerimaan
komunikasi.
6. Bahasa badan, yaitu gerakan dan simbol-simbol yang diberikan oleh
bagian tubuh seperti kontak mata, gerakan tangan, gerakan kaki,
gerakan kepala.
43
Secara keseluruhan, efektivitas komunikasi ditentukan oleh konteks yang
mengikuti proses komunikasi itu sendiri. Salah satu kebermaknaan sebuah
komunikasi dilatari oleh konteks yang dapat dikaji secara pragmatis.
2.3 Pragmatik
Pragmatik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari makna dalam
interaksi. Istilah pragmatik dalam pemakaian modern dipengaruhi oleh filsuf
Charles Morris (1938) yang membagi tiga cabang ilmu: sintaksis, ilmu yang
mempelajari 'hubungan formal antara tanda yang satu dengan tanda yang lain';
semantik, ilmu yang mempelajari 'hubungan antara tanda dengan makna'; dan
pragmatik, ilmu yang mempelajari 'hubungan antara tanda dengan pengguna dan
penginterpretasiannya' (Morris, 1938 dalam Levinson, 1983: 1). Selain Morris,
Carnap (1956) mengadaptasi teori trikotomi Morris dan menyatakan bahwa
terdapat tempat untuk pragmatik murni yang berhubungan dengan konsep-
konsep seperti kepercayaan, tuturan, dan maksud. Kemudian, definisi
pragmatik milik Carnap berkembang menjadi 'investigasi linguistik yang
membuat referensi penting untuk aspek-aspek dalam konteks', yang
menganggap konteks memiliki cakupan identitas partisipan, parameter tempat
dan waktu dari speech event, serta kepercayaan, pengetahuan, dan tujuan dari
partisipan dalam speech event tersebut, dan lainnya (Levinson, 1983: 5).
Beberapa ahli mengemukakan definisi pragmatik, salah satunya
adalah Levinson (1983: 7) yang menyatakan bahwa pragmatik adalah
ilmu yang mempelajari bahasa dari sudut pandang fungsional, yaitu
44
usaha untuk menjelaskan segi-segi struktur linguistik melalui referensi
penekanan dan sebab non-linguistik. Yule (1996: 3) menambahkan bahwa
pragmatik adalah ilmu yang mempelajari maksud penutur dan makna
kontekstual. Yule juga menambahkan bahwa pragmatik adalah ilmu yang
mempelajari bagaimana sesuatu yang dikatakan bermakna lebih daripada
yang dikomunikasikan. Definisi lain dari pragmatik menurut Yule adalah
ilmu yang mempelajari cara mengekspresikan hubungan kedekatan. Grundy
(2000: 3) juga menyatakan bahwa "pragmatics is about explaining how we
produce and understand such everyday but apparently rather peculiar uses of
language". Menurut Grundy, pragmatik bertujuan menjelaskan bagaimana kita
memproduksi dan memahami penggunaan bahasa yang digunakan sehari-hari,
namun tampak lebih unik.
Berdasarkan definisi-definisi pragmatik di atas, dapat disimpulkan bahwa
pragmatik adalah ilmu yang mempelajari penggunaan bahasa dalam konteks yang
melibatkan interaksi antar partisipan. Pragmatik selalu melibatkan konteks dalam
penggunaannya.
2.3.1 Konteks
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, apabila kita
membicarakan pragmatik, maka kita juga membicarakan konteks. Definisi
konteks menurut Yule (1996: 128) adalah lingkungan fisik suatu kata
digunakan.
Grundy (2000: 13) mengatakan "the relationship between context and
45
language is central in pragmatics. One of the things you'll have to make up your
mind about as you study pragmatics is whether the context determines the way
we use language or whether the way we use language deter~ines the context".
Grundy berpendapat bahwa hubungan antara konteks dan penggunaan
bahasa sangat penting dalam pragmatik. Yang harus dipikirkan ketika
mempelajari pragmatik adalah apakah konteks menentukan cara kita
menggunakan bahasa atau cara kita menggunakan bahasa menentukan
konteksnya.
Grundy (2000: 272) mendefinisikan konteks sebagai elemen relevan
apa pun dari struktur sosial. Konteks mungkin berhubungan dengan atau dibuat
oleh penggunaan bahasa. Menurut McManis et al. (1987: 197), konteks dibagi
menjadi empat bagian, yaitu:
1. Physical context (konteks fisik), yaitu konteks yang meliputi
tempat percakapan itu terjadi, objek apa yang dimunculkan dan aksi
apa yang terjadi.
2. Epistemic context (konteks epistemik), yaitu konteks yang
meliputi latar belakang pengetahuan pembicara dan pendengar
(partisipan) dalam percakapan.
3. Linguistic context (konteks linguistik), yaitu konteks yang
menyangkut ujaran sebelumnya dengan ujaran apa yang akan
penyesalan, pembelaan diri, dan penundaan. Strategi penolakan yang ditemukan
dalam data pada penelitian ini tidak diklasifikasikan dan dipisahkan ke dalam
masing-masing strategi, karena dalam beberapa data, satu tuturan penolakan berisi
lebih dari satu strategi penolakan.
208
Pada data 1, respons penolakan diberikan oleh AS, MM, dan CW. AS
memberikan penolakan sebanyak dua kali dengan strategi yang sama, yaitu alasan
(“Tanggal 9 ogut udah back in Tokyo dijeee” dan “Sabtu mah bintang tamu udah
riweuh atuh”). MM memberikan respons penolakan dengan penolakan langsung
(Aku absen ah), alasan (“Abis ngajar sih”; “Hari Jumat aku ganti tanggal 2 dan 3
Januari euy”; dan “Kalau aku Jumat tanggal 6 Januari final test sich, belum semua
diterangkan euy”), membiarkan teman bicara pergi (“Sok aja dijadiin hari
Jumat kalo gitu” dan “Aku monitor aja deh dari politeknik”), dan pernyataan
penyesalan (Punten pisan non cantik AS). Kemudian, strategi penolakan yang
diberikan CW adalah alasan (Iya nih masih ngantor euy hari Jumat) dan
pembelaan diri (Dikirain tanggal 6 teh hari Sabtu).
Pada data 2, respons penolakan diberikan oleh HTJ dan IR. HTJ
memberikan strategi alasan (“Minggu ini tampaknya jadwalku padat” dan “Kalo
Kamis aku ngajar SMA juga euy”) dan penolakan langsung (“jadi ga bisa kalo
siang-siang). Dalam penolakannya, IR juga menggunakan strategi alasan (Senin
aku baru pulang kantor jam 16:30 euy temans).
Penolakan pada data 3 diberikan oleh NVP dan ASR. NVP memberikan
penolakannya dengan strategi alasan (“Kalau per orang, ga punya duit” dan
“Semua uang saya udah dibayarin PLP”) dan penundaan (Kecuali kalau kita
nunggu uang operasional ASES ☺). Dalam penolakannya, ASR juga menggunakan
strategi alasan (Mun bulan ayeuna mah ncan aya budget-na, geus kapake keur nu
sejen).
209
Respons penolakan pada data 4 diberikan oleh GR dengan memberikan
strategi alasan (Aku di Solo sayang YMP) dan penundaan (Ntar-ntar aja kangen-
kangenannya yah!). Penolakan juga diberikan oleh FA dengan menggunakan
strategi alasan (Aku di Jakarta sekarang kerja beb YMP).
Berbeda dengan data sebelumnya, pada data 6 tidak ditemukan penolakan.
Kemudian pada data 8, penolakan diberikan oleh NQ, DN, dan IR. Dalam
penolakannya, NQ menggunakan strategi penolakan langsung (“Kalau akhir
bulan ini belum bisa ☺” dan “ijin kalau tidak bisa hadir”), pernyataan penyesalan
(Maaf), dan alasan (Saya jadi promotor jodoh teman saya pas S-2 di Lampung).
DN memberikan penolakannya dengan menggunakan strategi pernyataan
penyesalan (Seribu maaf, teman-teman), penolakan langsung (Kalau tanggal 3
ternyata saya tidak bisa), dan diakhiri dengan alasan (Benar-benar tidak ada tiket
buat ke Bandung, semua tiket jenis kereta apa pun, kelas ekonomi-eksekutif sudah
habis, karena itu setelah liburan panjang). Penolakan berikutnya yang merupakan
alasan diberikan oleh IR (Baru juga masuk semester baru nih YK ☺).
2. Urutan Penolakan
Dalam data, ditemukan empat jenis urutan penolakan yang diberikan oleh
penutur pada satu tindak tutur penolakan. Keempat jenis urutan penolakan tersebut
adalah penolakan inti; pra-penolakan diikuti penolakan inti; pra-penolakan,
penolakan inti, dan pasca-penolakan; serta penolakan inti yang diikuti pasca-
penolakan.
210
Urutan penolakan yang hanya berisi penolakan inti ditemukan pada data 1
yang diberikan oleh AS (Tanggal 9 ogut udah back in Tokyo dijeee) dan MM (Hari
Jumat aku ganti tanggal 2 dan 3 Januari euy). Urutan yang berisi penolakan inti
saja juga ditemukan pada data 2 yang diberikan oleh HTJ (Minggu ini tampaknya
jadwalku padat) dan IR (Senin aku baru pulang kantor jam 16:30 euy temans).
Penolakan yang hanya berisi penolakan inti juga ditemukan pada data 4, yang
diberikan oleh FA (Aku di Jakarta sekarang kerja beb YMP). Penolakan inti pada
data 8 diberikan oleh NQ (Kalau akhir bulan ini belum bisa ☺) dan IR (Baru juga
masuk semester baru nih YK ☺).
Urutan penolakan berikutnya yang ditemukan pada data adalah pra-
penolakan yang diikuti dengan penolakan inti. Penolakan yang berisi urutan
penolakan seperti ini ditemukan pada data 2. Pada data 2, penolakan diberikan oleh
HTJ (Kalau Kamis aku ngajar SMA juga euy, jadi ga bisa kalo siang-siang).
Urutan penolakan berikutnya berisi pra-penolakan, diikuti penolakan inti,
dan diakhiri dengan pasca-penolakan. Penolakan berisi urutan ini ditemukan pada
data 8, yang diberikan oleh DN (Seribu maaf, teman-teman. Kalau tanggal 3
ternyata saya tidak bisa. Benar-benar tidak ada tiket buat ke Bandung, semua tiket
jenis kereta apa pun, kelas ekonomi-eksekutif sudah habis, karena itu setelah
liburan panjang) dan NQ (Maaf, ijin kalau tidak bisa hadir. Saya jadi promotor
jodoh teman saya pas S-2 di Lampung).
Urutan penolakan terakhir yang ditemukan dalam data adalah penolakan
inti yang diikuti dengan pasca-penolakan. Urutan ini ditemukan pada data 1, 3,
dan 4. Pada data 1, urutan penolakan berisi penolakan inti dan pasca-penolakan
211
diberikan oleh MM (“Aku absen ah, habis ngajar sih” dan “Sok aja dijadiin hari
Jumat kalo gitu. Aku monitor aja deh dari politeknik. Kalau aku Jumat tanggal 6
Januari final test sich, belum semua diterangkan euy. Punten pisan non cantik AS”)
dan CW (Iya nih masih ngantor euy hari Jumat. Dikirain tanggal 6 teh hari Sabtu).
Pada data 3, urutan penolakan yang sama diberikan oleh NVP (Kalau per orang,
ga punya duit. Semua uang saya udah dibayarin PLP. Kecuali kalau kita nunggu
uang operasional ASES ☺) dan ASR (Mun bulan ayeuna mah, ncan aya budget-
na, geus kapake keur nu sejen). Kemudian, urutan penolakan yang serupa pada data
4 diberikan oleh GR (Aku di Solo, sayang YMP. Ntar-ntar aja kangen-kangenannya
yah!).
Sebagai simpulan, strategi penolakan langsung yang ditemukan pada data
merupakan strategi yang paling kuat di antara strategi lainnya karena pada
penolakan langsung tuturan yang diberikan memiliki kata negasi yang memperkuat
respons penolakan penuh. Oleh karena itu, apabila dalam satu respons penolakan
terdapat strategi penolakan langsung dan strategi penolakan tidak langsung, strategi
penolakan langsung dianggap sebagai penolakan inti dalam urutan penolakan.
Oleh karena itu, apabila pada satu respons penolakan terdapat penolakan
tidak langsung diikuti penolakan langsung, urutan penolakan tersebut adalah pra-
penolakan dan penolakan inti. Apabila pada satu tindak tutur penolakan terdapat
penolakan langsung diikuti penolakan tidak langsung, urutan penolakan tersebut
adalah penolakan inti dan pasca-penolakan.
Kemudian, apabila dalam satu respons penolakan penuh tidak terdapat
penolakan langsung, strategi penolakan tidak langsung yang lebih menunjukkan
212
penegasan pada penolakan penuh dianggap sebagai penolakan inti. Apabila
strategi penolakan tidak langsung tersebut didahului atau diikuti oleh strategi-
strategi penolakan tidak langsung yang tidak menekankan penolakan penuh
seperti pernyataan penyesalan, pernyataan positif, dan hedge, strategi-strategi
tersebut dianggap sebagai pra-penolakan dan pasca-penolakan dalam urutan
penolakan penuh. Oleh karena itu, kaidah urutan penolakan penuh dapat
dirumuskan sebagai berikut.
Tabel 3.8 Kaidah urutan penolakan
Tidak langsung (tidak kuat) < tidak langsung (kuat) < penolakan langsung
Penolakan inti Satu jenis strategi penolakan (langsung/tidak
langsung)
Pra-penolakan +
penolakan inti
1. Tidak langsung + penolakan langsung
2. Tidak langsung (tidak kuat) + tidak langsung
(kuat)
Pra-penolakan +
penolakan inti + pasca-
penolakan
1. Tidak langsung + penolakan langsung + tidak
langsung
2. Tidak langsung (tidak kuat) + tidak langsung
(kuat) + tidak langsung (tidak kuat)
3. Tidak langsung (tidak kuat) + tidak langsung
(kuat) + tidak langsung (kuat)
Penolakan inti + pasca-
penolakan
1. Penolakan langsung + tidak langsung
2. Tidak langsung (kuat) + tidak langsung (tidak
kuat)
3.2.3.4 Negosiasi terhadap Ajakan Ambigu
Dari enam data yang berisi ajakan ambigu, terdapat tiga puluh sembilan
negosiasi yang diberikan oleh anggota grup Facebook sebagai respons terhadap
213
ajakan ambigu untuk mendapatkan kesepakatan yang disetujui bersama. Pada
tuturan negosiasi tersebut, terdapat delapan jenis strategi negosiasi: enam strategi
negosiasi yang diajukan oleh Anglemar dan Stern (1978), dan dua strategi lainnya.
Berikut adalah hasil penandaan selektif yang fokus pada tuturan negosiasi.
Data Strata
Grup
Inisial dan
Jenis
Kelamin
Penutur
Negosiasi
Jenis Strategi
Negosiasi dan
Bentuk
Tuturan
Ungkapan Fatis
1 S-2 YK
(Perempuan)
apalagi tanggal 9
udah mulai tenang.
Mudah-mudahan
gajiannya cukup
untuk kumpul-
kumpul ☺
Rekomendasi
Deklaratif
Emosikon
HTJ
(Perempuan)
Tanggal 5 atau 6
gimana?
Rekomendasi
Interogatif
-
YK
(Perempuan)
Kalau ga mau
ketemuan di kafe
mah mending di
Dago lagi deh
hehehe.
Alternatif
Deklaratif
‘mah’, ‘deh’,
‘hehehe’
CW
(Laki-laki)
Tanggal 6 aja
gimana?
Alternatif
Interogatif
‘aja’
HTJ
(Perempuan)
Siang aja gimana?
Lunch bareng?
Rekomendasi
Interogatif
‘aja’
YK
(Perempuan)
Gimana kalo
ketemu nya daerah
deket-deket DU aja?
Rekomendasi
Interogatif
Ibuuuu, datanglah...
Tiap ngumpul-
ngumpul ibu selalu
ga bisa �
Perintah
Deklaratif
‘Ibuuuu’, ‘lah’,
emosikon
MM
(Perempuan)
Sok hari Sabtu, aku
bisa deh….
Alternatif
Deklaratif
‘sok’, ‘deh’
AS
(Perempuan)
Tanggal 6 ajeeee!! Perintah
Imperatif
Ajeeee
Ges lah Jumat
jadikeun nu bisa
weeeh..
Komitmen
Deklaratif
‘lah’, ‘weeeh’
2 S-2 HTJ
(Perempuan)
Minggu ini
tampaknya
jadwalku padat. Di
Alternatif
Deklaratif
-
214
minggu depan,
Senin tanggal 15
masih free
YK
(Perempuan)
Senin depan bisanya
jam setengah 3,
Pengakuan
diri
Deklaratif
-
kalo bisa daerah
Dago lah biar deket
hehe
Perintah
Deklaratif
‘lah’, ‘hehe’
AS
(Perempuan)
Kamis yuuuuu
makan-makan siang
gituuuu
Rekomendasi
Deklaratif
‘yuuuuu’, ‘gituuuu’
3 S-1 ASR
(Laki-laki) Mun bulan ayeuna mah ncan aya
budget-na, geus
kapake keur nu
sejen. Mun bulan
hareup mah
inshallah aya.
Alternatif
Deklaratif
‘mah’, ‘inshallah’
ASP
(Laki-laki)
Hayu iraha bae
minimal 20 jalma
euy.
Komitmen
Deklaratif
‘hayu’, ‘bae’, ‘euy’
Keur ngarekrut
massa ieu teh.
Ngabibita hahaha.
Pengakuan
diri
Deklaratif
‘teh’, ‘hahaha’
Murah euy, di
tempat lain mah
250rb teh paintball
hungkul.
Seruan
normatif
positif
Deklaratif
‘euy’, ‘mah’, ‘teh’
4 S-1 YMP
(Perempuan)
Kalau weekdays di
atas jam 6,
weekends ayuks.
Komitmen
Deklaratif
‘ayuks’
ASR
(Laki-laki)
Weekdays after 6,
Sunday afternoon.
Hehe
Komitmen
Deklaratif
‘hehe’
AST
(Perempuan)
Monday to Friday
after 4.30, Saturday
and Sunday
afternoon hoho
Komitmen
Deklaratif
‘hoho’
LJ
(Perempuan)
Hahah pulang dulu
lah kaa,
Perintah
Deklaratif
‘hahah’, ‘lah’,
‘kaa’
ayo kangen nih aku Pengakuan
diri
Deklaratif
‘ayo’, ‘nih’
215
6 S-1 IN
(Perempuan)
Kupon Papyrus
cuma sampai 20
Juni.
Pemberitahuan
Deklaratif
-
LJ
(Perempuan)
Minggu depan aja
atuh mumpung
minggu tenang nih.
Rekomendasi
Deklaratif
‘aja’, ‘atuh’, ‘nih’
IN
(Perempuan)
Kalau udah UAS
gimana kak?
Alternatif
Interogatif
‘kak’
AK
(Laki-laki)
Tentuin dari
sekarang geura.
Perintah
Deklaratif
‘geura’
Kalo mendadak
mah, pasti banyak
yang nge-cancel.
Peringatan
Deklaratif
‘mah’
EPY
(Laki-laki)
Kalo hari Rabu
tanggal 12 gimana?
Udah Magrib.
Sekalian makan-
makan gitu ☺
Alternatif
Interogatif
Emosikon
IN
(Perempuan)
Gimana kalo hari
terakhir UAS, kak?
Alternatif
Interogatif
‘kak’
MA
(Perempuan)
Hari terakhir UAS
aku Senin tanggal
17.
Pemberitahuan
Deklaratif
-
8 S-3 DN
(Perempuan)
Awal Februari
tanggal 3 atau 4,
hari Senin atau
Selasa, bagaimana
teman-teman?
Rekomendasi
Interogatif
‘teman-teman’
YK
(Perempuan)
Tanggal 3 ajaaaaaa, Perintah
Deklaratif
‘ajaaaaaa’
saya sudah bilang
ga ngajar hari Senin
dan Rabu.
Pemberitahuan
Deklaratif
-
EWK
(Laki-laki)
Bagaimana kalau
kita ngumpul
sekalian KRS
tanggal 3?
Rekomendasi
Interogatif
-
YK
(Perempuan)
Bolos ngajar! Bolos
ngajar! Bolos
ngajar!
Perintah
Imperatif
-
Haaaahahahahaha.
Puguh karena baru
masuk, belum ribet
pembahasannya.
Seruan
normatif
positif
Deklaratif
‘haaaahahahahaha’,
‘puguh’
EC
(Perempuan)
Hehehe. Ayo, kita
rame-rame bolos,
Perintah
Deklaratif
‘hehehe’, ‘ayo’
216
yang penting
ngumpul
Komitmen
Deklaratif
Ketujuh strategi negosiasi milik Anglemar dan Stern yang ditemukan pada
data adalah rekomendasi, perintah, komitmen, pengakuan diri, peringatan, dan
seruan normatif positif. Kemudian, salah satu dari dua strategi negosiasi lainnya
merupakan strategi penolakan milik Beebe at al, yaitu alternatif. Strategi
penolakan alternatif yang ditemukan dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa
maksud dari penutur memberikan respons alternatif tersebut bukanlah merupakan
penolakan, melainkan negosiasi untuk mencapai kesepakatan yang
menguntungkan semua anggota komunitas daring. Strategi negosiasi lainnya, yaitu
pemberitahuan, merupakan strategi negosiasi yang diajukan dalam penelitian ini
berdasarkan penemuan data.
1. Rekomendasi
Negosiasi yang berisi rekomendasi ditemukan pada data 1, 2, 6, dan 8.
Negosiasi yang merupakan rekomendasi, menurut Anglemar dan Stern (1978),
merupakan pernyataan penutur yang memprediksi bahwa hasil yang menyenangkan
akan diperoleh petutur.
Data Strata
Grup
Inisial dan
Jenis Kelamin
Penutur
Negosiasi Bentuk Tuturan
1 S-2 YK
(Perempuan)
apalagi tanggal 9 udah
mulai tenang. Mudah-
mudahan gajiannya cukup
untuk kumpul-kumpul ☺
Deklaratif
HTJ
(Perempuan)
Tanggal 5 atau 6 gimana? Interogatif
217
HTJ
(Perempuan)
Siang aja gimana? Lunch
bareng?
Interogatif
YK
(Perempuan)
Gimana kalo ketemu nya
daerah deket-deket DU
aja?
Interogatif
2 S-2 AS
(Perempuan)
Kamis yuuuuu makan-
makan siang gituuuu
Deklaratif
6 S-1 LJ
(Perempuan)
Minggu depan aja atuh
mumpung minggu tenang
nih.
Deklaratif
8 S-3 DN
(Perempuan)
Awal Februari tanggal 3
atau 4, hari Senin atau
Selasa, bagaimana
teman-teman?
Interogatif
EWK
(Laki-laki)
Bagaimana kalau kita
ngumpul sekalian KRS
tanggal 3?
Interogatif
Pada data 1, negosiasi berisi rekomendasi diberikan oleh YK dan HTJ dalam
bentuk tuturan deklaratif. Rekomendasi pertama yang diberikan YK sebagai
negosiasi (apalagi tanggal 9 udah mulai tenang. Mudah-mudahan gajiannya cukup
untuk kumpul-kumpul ☺) mengindikasikan bahwa YK menginginkan agar
pertemuan dilaksanakan pada tanggal 9, karena YK memiliki praanggapan bahwa
anggota yang lain akan memiliki waktu untuk memenuhi ajakan pada tanggal itu.
Rekomendasi kedua diberikan oleh HTJ dalam bentuk interogatif untuk
memberikan negosiasi tanggal pertemuan (Tanggal 5 atau 6 gimana?). Dalam
rekomendasinya, HTJ memberikan negosiasi agar pertemuan tidak dilaksanakan
pada tanggal 9 seperti yang diajukan YK, melainkan pada tanggal 5 atau 6.
Rekomendasi yang diberikan HTJ berikutnya merupakan negosiasi waktu
pelaksanaan pertemuan yang memiliki bentuk tuturan interogatif. HTJ
merekomendasikan agar pertemuan diadakan pada siang hari, pada saat waktu
makan siang (Siang saja gimana? Lunch bareng?). HTJ memiliki praanggapan
218
bahwa anggota lain memiliki waktu luang pada waktu makan siang sehingga dapat
memenuhi ajakan yang diberikan. Rekomendasi lainnya yang memiliki bentuk
tuturan interogatif diberikan YK sebagai negosiasi tempat pertemuan. YK
memberikan negosiasi agar tempat pertemuan dilaksanakan di DU (Gimana kalo
ketemunya daerah deket-deket DU aja?).
Pada data 2, rekomendasi yang merupakan negosiasi waktu pertemuan
diajukan oleh AS (Kamis yuuuuu makan-makan siang gituuuu) dalam bentuk
tuturan deklaratif. Negosiasi AS mengindikasikan bahwa AS mengharapkan
bahwa pertemuan dilaksanakan pada hari Kamis dan pada siang hari, tepatnya pada
waktu makan siang. Sama seperti rekomendasi HTJ pada data 1, praanggapan yang
mendasari AS dalam memberikan rekomendasi tersebut adalah anggota lain
memiliki waktu luang pada waktu makan siang sehingga dapat memenuhi ajakan
yang diberikan.
Pada data 6, rekomendasi yang memiliki bentuk tuturan deklaratif
diberikan oleh LJ (Minggu depan aja atuh mumpung minggu tenang nih) sebagai
negosiasinya. Rekomendasi yang diberikan LJ memiliki praanggapan bahwa pada
hari libur, seluruh anggota komunitas daring yang terlibat proses ajakan memiliki
waktu untuk memenuhi ajakan yang diberikan.
Negosiasi berisi rekomendasi pada data 8 diberikan oleh DN (Awal
Februari tanggal 3 atau 4, hari Senin atau Selasa, bagaimana teman-teman?)
dengan bentuk tuturan interogatif dan EWK (Bagaimana kalau kita kumpul
sekalian KRS tanggal 3?) yang juga memiliki bentuk tuturan interogatif.
Rekomendasi yang berupa saran diberikan oleh DN sebagai negosiasi waktu
219
pelaksanaan pertemuan. EWK kemudian meneruskan rekomendasi DN dengan
memberikan rekomendasi lain agar pertemuan dilaksanakan pada tanggal 3, yang
juga merupakan jadwal pengisian KRS. Saat memberikan rekomendasinya, EWK
memiliki praanggapan bahwa semua anggota komunitas daring akan berkumpul
pada saat jadwal pengisian KRS, sehingga akan lebih mudah apabila pertemuan
dilaksanakan di hari yang sama.
Secara keseluruhan, ditemukan tiga bentuk tuturan deklaratif dan lima
bentuk tuturan interogatif pada negosiasi yang merupakan rekomendasi. Pada
sebagian besar rekomendasi terdapat kata ‘bagaimana/gimana’, yang merupakan
penanda bahwa penutur memberikan masukan atau saran. Pada negosiasi yang
merupakan rekomendasi tidak ditemukan bentuk tuturan imperatif.
2. Perintah
Dari tiga puluh sembilan negosiasi yang diberikan oleh anggota komunitas
daring dalam proses ajakan, terdapat delapan negosiasi berisi perintah. Menurut
Anglemar dan Stern (1978), jenis strategi perintah merupakan pernyataan penutur
yang meminta petutur melakukan aksi tertentu. Negosiasi berisi perintah ditemukan
pada data 1, 2, 4, 6, dan 8. Berikut adalah kedelapan tuturan negosiasi yang berisi
perintah.
Data Strata
Grup
Inisial dan
Jenis Kelamin
Penutur
Negosiasi Bentuk Tuturan
1 S-2 YK
(Perempuan)
Ibuuuu, datanglah... Tiap
ngumpul-ngumpul ibu
selalu ga bisa �
Deklaratif
AS
(Perempuan)
Tanggal 6 ajeeee!! Deklaratif
220
2 S-2 YK
(Perempuan)
kalo bisa daerah Dago
lah biar deket hehe
Deklaratif
4 S-1 LJ
(Perempuan)
Hahah pulang dulu lah
kaa
Deklaratif
6 S-1 AK
(Laki-laki)
Tentuin dari sekarang
geura.
Deklaratif
8 S-3 YK
(Perempuan)
Tanggal 3 ajaaaaaa Deklaratif
Bolos ngajar! Bolos
ngajar! Bolos ngajar!
Imperatif
EC
(Perempuan)
Hehehe. Ayo, kita rame-
rame bolos
Deklaratif
Pada data 1, negosiasi yang merupakan perintah diberikan oleh YK dan AS.
Pada tuturannya, YK memberikan perintahnya yang memiliki bentuk tuturan
deklaratif sebagai negosiasi khusus kepada satu anggota komunitas daring yang
terlibat pada proses ajakan (Ibuuuu, datanglah... Tiap ngumpul-ngumpul ibu selalu
ga bisa �). Tuturan YK menunjukkan bahwa YK meminta agar anggota tersebut
memenuhi ajakan yang diberikan, karena pada aksi-aksi sebelumnya anggota
tersebut tidak dapat memenuhinya. Perintah berikutnya pada data 1 diberikan oleh
AS (Tanggal 6 ajeeee!!) yang memiliki bentuk tuturan imperatif. Pada tuturannya,
AS meminta kepada seluruh anggota komunitas daring tersebut agar pertemuan
dilaksanakan pada tanggal 6.
Negosiasi yang berisi perintah pada data 2 diberikan oleh YK (kalo bisa
daerah Dago lah biar deket hehe). Dengan negosiasinya yang merupakan
deklaratif, YK meminta agar pertemuan dilaksanakan di daerah Dago karena jarak
daerah tersebut lebih strategis.
Pada data 4, perintah diberikan oleh LJ (Hahah pulang dulu lah kaa) sebagai
negosiasi. LJ memberikan negosiasinya yang memiliki bentuk tuturan deklaratif
kepada satu anggota komunitas daring yang terlibat pada proses ajakan. LJ meminta
221
anggota tersebut untuk pulang agar dapat memenuhi ajakan yang diinisiasikan pada
komunitas daring tersebut. Kemudian pada data 6, tuturan negosiasi yang berisi
perintah dengan bentuk tuturan deklaratif diberikan oleh AK (Tentukan dari
sekarang geura), yang meminta agar anggota komunitas lain mendiskusikan waktu
pelaksanaan aksi dari ajakan tersebut secepatnya.
Pada data 8, perintah diberikan oleh YK dan EC. Pada tuturan pertamanya,
YK meminta agar pelaksanaan pertemuan diadakan pada tanggal 3 (Tanggal 3
ajaaaaaa) dengan menggunakan bentuk tuturan deklaratif. Kemudian pada tuturan
keduanya, YK memberikan perintahnya agar anggota komunitas daring tersebut
tidak memberikan kuliah agar dapat memenuhi ajakan yang diberikan (Bolos
ngajar! Bolos ngajar! Bolos ngajar!) dengan bentuk tuturan imperatif.
Menanggapi perintah yang diberikan YK, EC memberikan perintah yang sama
(Hehehe. Ayo, kita rame-rame bolos). Bentuk tuturan yang digunakan EC dalam
negosiasinya adalah kalimat deklaratif.
Berdasarkan temuan data, dari delapan tuturan perintah yang diberikan
sebagai negosiasi, hanya ada dua bentuk tuturan imperatif. Tujuh tuturan lainnya
memiliki bentuk tuturan deklaratif. Pada sebagian besar tuturan negosiasi perintah,
ditemukan fatis ‘lah’ yang mengindikasikan permohonan. Hal ini menjadikan
strategi negosiasi perintah lebih sebagai permintaan karena penutur masih
memperhatikan kesantunan dalam negosiasinya.
222
3. Komitmen
Negosiasi berisi komitmen yang diberikan penutur sebagai negosiasi
ditemukan pada data 1, 3, 4, dan 8. Seluruh bentuk tuturan dari komitmen yang
ditemukan pada data adalah deklaratif. Komitmen merupakan pernyataan penutur
yang mengakibatkan tawaran berikutnya tidak akan kurang atau melebihi tingkat
tertentu (Anglemar dan Stern, 1978).
Data Strata
Grup
Inisial dan
Jenis Kelamin
Penutur
Negosiasi Bentuk Tuturan
1 S-2 AS
(Perempuan)
Ges lah Jumat jadikeun
nu bisa weeeh
Deklaratif
3 S-1 ASP
(Laki-laki)
Hayu iraha bae minimal
20 jalma euy.
Deklaratif
4 S-1 YMP
(Perempuan)
Kalau weekdays di atas
jam 6, weekends ayuks.
Deklaratif
ASR
(Laki-laki)
Weekdays after 6,
Sunday afternoon. Hehe
Deklaratif
AST
(Perempuan)
Monday to Friday after
4.30, Saturday and
Sunday afternoon hoho
Deklaratif
8 S-3 EC
(Perempuan)
yang penting ngumpul Deklaratif
Pada data 1, negosiasi yang merupakan komitmen diberikan oleh AS (Ges
lah Jumat jadikeun nu bisa weeeh) sebagai negosiasi. Tuturan yang diberikan oleh
AS menunjukkan komitmen AS bahwa pertemuan tetap dilaksanakan pada hari
Jumat bagi anggota yang dapat memenuhinya.
Pada data 3, komitmen diberikan oleh ASP (Hayu iraha bae minimal 20
jalma euy) sebagai bagian dari negosiasinya kepada anggota lain dari komunitas
daring agar ajakan tetap diimplementasikan. Berbeda dengan tuturan komitmen AS
yang menginginkan agar pertemuan tetap dilaksanakan pada hari Jumat meskipun
223
tidak seluruh anggota komunitas daring dapat memenuhinya, tuturan ASP
menyatakan bahwa ajakan dapat dilaksanakan kapan pun setelah kuota minimal
anggota yang berpartisipasi tercapai.
Pada data 4, komitmen diberikan oleh YMP (Kalau weekdays di atas jam 6,
weekends ayuks), ASR (Weekdays after 6, Sunday afternoon. Hehe), dan AST
(Monday to Friday after 4.30, Saturday and Sunday afternoon hoho). Tuturan
komitmen yang diberikan YMP, ASR, dan AST menunjukkan maksud yang sama.
Ketiga anggota tersebut menyatakan kesanggupannya memenuhi ajakan pada
waktu-waktu tertentu. YMP menyatakan bahwa dirinya sanggup memenuhi ajakan
apabila dilaksanakan pada hari Senin sampai dengan hari Jumat setelah pukul
18:00. Apabila ajakan dilaksanakan pada hari Sabtu atau Minggu, YMP akan
memenuhinya kapan pun waktu pelaksanaannya. Sama seperti YMP, ASR juga
menyatakan kesediaannya memenuhi ajakan apabila dilaksanakan pada hari Senin
sampai dengan hari Jumat setelah pukul 18:00. Akan tetapi, apabila ajakan
dilaksanakan pada hari Minggu, ASR akan memenuhinya apabila ajakan
dilaksanakan pada sore hari. Kemudian, komitmen yang diberikan AST
menunjukkan bahwa AST bersedia memenuhi ajakan apabila dilaksanakan pada
hari Senin sampai dengan hari Jumat setelah pukul 16:30. Apabila ajakan
dilaksanakan pada hari Sabtu atau Minggu, AST sanggup memenuhinya apabila
dilaksanakan pada sore hari.
Tuturan berisi komitmen berikutnya yang ditemukan pada data 8 diberikan
oleh EC (yang penting ngumpul). Tuturan EC menunjukkan bahwa EC
menginginkan agar anggota komunitas daring yang terlibat dalam proses ajakan
224
dapat memenuhi ajakan, apa pun resikonya. Dalam tuturan negosiasi komitmen
yang ditemukan pada data, terdapat fatis ‘geus lah’, ‘weh’, ‘bae’, dan ‘yang
penting’ yang menandakan komitmen penutur akan responsnya.
4. Pengakuan Diri
Negosiasi yang berisi pengakuan diri dalam penelitian ini ditemukan pada
data 2, 3, dan 4. Sama seperti jenis strategi komitmen, seluruh bentuk tuturan dari
pengakuan diri yang ditemukan pada data adalah deklaratif. Pengakuan diri
merupakan jenis strategi yang berisi pernyataan penutur yang mengungkapkan
informasi mengenai dirinya.
Data Strata
Grup
Inisial dan
Jenis Kelamin
Penutur
Negosiasi Bentuk
Tuturan
2 S-2 YK
(Perempuan)
Senin depan bisanya
jam setengah 3
Deklaratif
3 S-1 ASP
(Laki-laki)
Keur ngarekrut massa
ieu teh. Ngabibita
hahaha.
Deklaratif
4 S-1 LJ
(Perempuan)
ayo kangen nih aku Deklaratif
Pada data 2, pengakuan diri diberikan oleh YK (Senin depan bisanya jam
setengah 3) sebagai negosiasi terhadap ajakan yang diberikan. Tuturan YK
menunjukkan bahwa YK memberikan informasi mengenai kesediaan waktu YK
untuk memenuhi ajakan yang diberikan.
Pada data 3, negosiasi berisi pengakuan diri diberikan oleh ASP (Keur
ngarekrut massa ieu teh. Ngabibita hahaha). ASP memberikan tuturan tersebut
sebagai informasi bahwa ASP mencari beberapa orang untuk bergabung dalam
225
kegiatan yang ASP inisiasikan. Dengan memberikan informasi tersebut, ASP
mengharapkan anggota lain dari komunitas daring tersebut akan memenuhi ajakan
ASP.
Pada data 4, pengakuan diri diberikan oleh LJ (Ayo kangen nih aku) sebagai
negosiasi. LJ memberikan tuturan tersebut kepada salah satu anggota komunitas
daring yang terlibat dalam proses ajakan. LJ mengungkapkan kepada anggota
tersebut bahwa LJ rindu bertemu dengan anggota tersebut dan mengharapkan
anggota tersebut dapat memenuhi ajakan yang diberikan kepada seluruh anggota
komunitas daring tersebut.
5. Peringatan
Data Strata
Grup
Inisial dan
Jenis Kelamin
Penutur
Negosiasi Bentuk
Tuturan
6 S-1 AK
(Laki-laki)
Kalo mendadak mah,
pasti banyak yang nge-
cancel.
Deklaratif
Dari tiga puluh sembilan negosiasi, hanya ditemukan satu negosiasi yang
berisi peringatan, dan peringatan ini memiliki bentuk tuturan deklaratif.
Negosiasi yang berisi peringatan merupakan pernyataan penutur yang memprediksi
bahwa hasil tidak menyenangkan akan diperoleh (Angemar dan Stern, 1978).
Negosiasi tersebut ditemukan pada data 6 yang diberikan oleh AK (Kalo mendadak
mah, pasti banyak yang nge-cancel.). Peringatan yang diberikan oleh AK sebagai
negosiasi tersebut menunjukkan bahwa apabila aksi dari ajakan dilaksanakan secara
226
tiba-tiba, hasil yang kurang menyenangkan akan diperoleh, yaitu anggota yang
membatalkan kesediaannya untuk memenuhi ajakan.
6. Seruan Normatif Positif
Jenis strategi lain yang ditemukan pada data adalah seruan normatif
positif. Anglemar dan Stern (1978) menyatakan bahwa seruan normatif positif
sebagai negosiasi merupakan pernyataan penutur yang menyatakan bahwa aksi
petutur di masa lalu, masa sekarang, dan masa akan datang sesuai dengan norma
sosial. Seruan normatif positif sebagai negosiasi ditemukan pada data 3 dan 8 dan
memiliki bentuk tuturan yang sama, yaitu deklaratif.
Data Strata
Grup
Inisial dan
Jenis Kelamin
Penutur
Negosiasi Bentuk
Tuturan
3 S-1 ASP
(Laki-laki)
Murah euy, di tempat lain
mah 250rb teh paintball
hungkul.
Deklaratif
8 S-3 YK
(Perempuan)
Haaaahahahahaha. Puguh
karena baru masuk,
belum ribet
pembahasannya.
Deklaratif
Pada data 3, seruan normatif positif diberikan oleh ASP (Murah euy, di
tempat lain mah 250rb teh paintball hungkul) sebagai negosiasi. Kemudian pada
data 8, seruan normatif positif diberikan oleh YK (Haaaahahahahaha. Puguh
karena baru masuk, belum ribet pembahasannya).
227
7. Alternatif
Selain jenis strategi yang diajukan oleh Anglemar dan Stern (1978), salah
satu strategi penolakan yang diajukan Beebe at al. (1990), yaitu alternatif, juga
merupakan jenis strategi negosiasi. Strategi penolakan alternatif yang ditemukan
dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa maksud dari penutur memberikan
respons alternatif tersebut bukan merupakan penolakan, melainkan negosiasi
untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan semua anggota komunitas
daring. Negosiasi yang berisi alternatif sebanyak delapan tuturan ditemukan pada
data 1, 2, 3, dan 6.
Data Strata
Grup
Inisial dan
Jenis Kelamin
Penutur
Negosiasi Bentuk
Tuturan
1 S-2 YK
(Perempuan)
Kalau ga mau ketemuan
di kafe mah mending di
Dago lagi deh hehehe.
Deklaratif
CW
(Laki-laki)
Tanggal 6 aja gimana? Interogatif
MM
(Perempuan)
Sok hari Sabtu, aku bisa
deh….
Deklaratif
2 S-2 HTJ
(Perempuan)
Minggu ini tampaknya
jadwalku padat. Di
minggu depan, Senin
tanggal 15 masih free
Deklaratif
3 S-1 ASR
(Laki-laki)
Mun bulan ayeuna mah
ncan aya budget-na,
geus kapake keur nu
sejen. Mun bulan
hareup mah inshallah
aya.
Deklaratif
6 S-1 IN
(Perempuan)
Kalau udah UAS gimana
kak?
Interogatif
EPY
(Laki-laki)
Kalo hari Rabu tanggal
12 gimana? Udah
Magrib. Sekalian makan-
makan gitu ☺
Interogatif
IN
(Perempuan)
Gimana kalo hari
terakhir UAS, kak?
Interogatif
228
Pada data 1, tuturan alternatif diberikan oleh YK, CW, dan MM sebagai
negosiasi terhadap ajakan yang diberikan. YK memberikan alternatif tempat
pertemuan yang akan dilaksanakan (Kalau ga mau ketemuan di kafe mah mending
di Dago lagi deh hehehe) dengan bentuk tuturan deklaratif. Praanggapan YK
dalam menuturkan alternatif tempat tersebut adalah bahwa seluruh anggota
komunitas daring yang terlibat dalam proses ajakan tersebut telah mengadakan
pertemuan di tempat yang sama sebelumnya, yaitu Dago. YK mengantisipasi
bahwa akan ada beberapa anggota komunitas daring yang tidak dapat memenuhi
ajakan apabila pertemuannya dilaksanakan di kafe.
Alternatif pada data 1 berikutnya yang merupakan bentuk tuturan
interogatif diberikan oleh CW sebagai negosiasi tanggal pertemuan (Tanggal 6 aja
gimana?). CW memberikan negosiasi tersebut sebagai respons dari negosiasi berisi
rekomendasi yang diberikan oleh HTJ pada utas percakapan sebelumnya (Tanggal
5 atau 6 gimana?). Alternatif berikutnya yang memiliki bentuk deklaratif
diberikan oleh MM (Sok hari Sabtu, aku bisa deh). MM memberikan negosiasi
tersebut karena MM tidak dapat memenuhi ajakan apabila pertemuannya
dilaksanakan bukan pada hari Sabtu. Tuturan negosiasi MM menunjukkan bahwa
MM hanya dapat memenuhi ajakan apabila pertemuannya dilaksanakan pada hari
Sabtu.
Pada data 2, kalimat alternatif dengan bentuk tuturan deklaratif diberikan
oleh HTJ sebagai negosiasi waktu pelaksanaan ajakan (Minggu ini tampaknya
jadwalku padat. Di minggu depan, Senin tanggal 15 masih free). Tuturan yang
diberikan HTJ tersebut mengindikasikan bahwa HTJ menginginkan agar pertemuan
229
dilaksanakan bukan pada minggu yang sama ketika proses ajakan tersebut
berlangsung, melainkan pada minggu berikutnya, pada hari Senin tanggal 15.
Pada data 3, negosiasi yang berisi kalimat alternatif dengan bentuk tuturan
deklaratif diberikan oleh ASR (Mun bulan ayeuna mah ncan aya budget-na, geus
kapake keur nu sejen. Mun bulan hareup mah inshallah aya). Negosiasi yang
diberikan ASR mengindikasikan bahwa ASR menginginkan agar implementasi dari
ajakan dilaksanakan pada bulan berikutnya. Negosiasi yang diberikan ASR juga
termasuk ke dalam penolakan parsial, karena ASR memberikan dua respons yang
berbeda untuk masing-masing alternatif. Pada alternatif pertama, ASR memberikan
penolakan apabila implementasi ajakan dilaksanakan pada bulan yang sama ketika
proses ajakan tersebut berlangsung. Kemudian pada alternatif kedua, ASR
memberikan penerimaan apabila ajakan tersebut dilaksanakan pada bulan
berikutnya.
Pada data 6, negosiasi berisi tuturan alternatif diberikan oleh IN dan EPY.
IN memberikan alternatif waktu pelaksanaan ajakan yang memiliki bentuk tuturan
interogatif (Kalau udah UAS gimana kak?) sebagai negosiasi atas negosiasi
sebelumnya berupa rekomendasi yang diberikan oleh LJ (Minggu depan aja atuh
mumpung minggu tenang nih). Sama seperti IN, EPY juga memberikan alternatif
waktu pelaksanaan ajakan (Kalo hari Rabu tanggal 12 gimana? Udah Magrib.
Sekalian makan-makan gitu ☺) dengan bentuk tuturan deklaratif. Menanggapi
negosiasi EPY, IN kembali memberikan alternatif waktu pelaksanaan ajakan
(Gimana kalo hari terakhir UAS, kak?) dengan bentuk tuturan yang sama, yaitu
interogatif. Negosiasi yang diberikan IN merupakan negosiasi lanjutan dari
230
alternatif yang IN berikan sebelum EPY memberikan negosiasinya. Pada negosiasi
pertamanya, IN memberikan alternatif agar pelaksanaan ajakan dilakukan setelah
UAS, namun belum memberikan kepastian waktu pelaksanaannya. Pada negosiasi
keduanya, IN memberikan kepastian waktu pelaksanaan ajakan, yaitu pada hari
terakhir UAS.
Secara keseluruhan, terdapat empat tuturan negosiasi yang berisi alternatif
dengan bentuk tuturan deklaratif dan empat tuturan negosiasi dengan bentuk
tuturan interogatif. Pada data yang berisi alternatif sebagai negosiasi tidak
ditemukan bentuk tuturan imperatif.
8. Pemberitahuan
Berdasarkan temuan data pada penelitian ini, terdapat satu jenis strategi
negosiasi yang diajukan sebagai penemuan baru, yaitu pemberitahuan. Jenis
strategi negosiasi berisi pemberitahuan digunakan agar implementasi ajakan
disesuaikan dengan keadaan yang disebutkan penutur. Pada tiga tuturan jenis
strategi negosiasi pemberitahuan yang ditemukan pada data, terdapat bentuk tuturan
yang sama yaitu deklaratif.
Data Strata
Grup
Inisial dan
Jenis Kelamin
Penutur
Negosiasi Bentuk Tuturan
6 S-1 IN
(Perempuan)
Kupon Papyrus cuma
sampai 20 Juni.
Deklaratif
MA
(Perempuan)
Hari terakhir UAS aku
Senin tanggal 17.
Deklaratif
8 S-3 YK
(Perempuan)
Saya sudah bilang ga
ngajar hari Senin dan
Rabu.
Deklaratif
231
Pada data 6, pemberitahuan yang diberikan oleh IN (Kupon Papyrus cuma
sampai 20 Juni) dimaksudkan agar ajakan dilaksanakan sebelum masa berlaku
kupon berakhir. Sama halnya dengan pemberitahuan yang diberikan oleh MA pada
data 6 (Hari terakhir UAS aku Senin tanggal 17) dimaksudkan agar ajakan
dilaksanakan pada tanggal 17, ketika MA telah menyelesaikan ujian akhirnya.
Pemberitahuan berikutnya ditemukan pada data 8. Pengakuan diri sebagai
negosiasi diberikan oleh YK (Saya sudah bilang ga ngajar hari Senin dan Rabu).
Informasi yang diberikan YK mengindikasikan bahwa YK memiliki waktu luang
pada hari Senin dan Rabu. YK mengharapkan agar implementasi dari ajakan
dilaksanakan pada hari Senin atau Rabu, sesuai dengan waktu luang yang dimiliki
YK.
Jenis strategi negosiasi berisi pemberitahuan ini diajukan sebagai jenis
strategi negosiasi tambahan selain dari jenis strategi negosiasi yang diajukan
Anglemar dan Stern (1978) karena berdasarkan data yang ditemukan, tuturan yang
diberikan baik IN dan MA tidak sesuai dengan kategori negosiasi apa pun. Jenis
strategi negosiasi berisi pengakuan diri tidak dapat mewakili jenis tuturan yang
diberikan oleh IN, MA, dan YK karena pada jenis pengakuan diri, penutur
mengungkapkan informasi mengenai dirinya; sedangkan tuturan yang diberikan
oleh IN, MA, dan YK merupakan informasi umum yang disampaikan agar seluruh
anggota komunitas mengetahuinya sehingga implementasi dari ajakan dapat
disesuaikan dengan keadaan yang disebutkan penutur tersebut.
Berdasarkan temuan data, negosiasi pada ajakan ambigu sebagian besar
diberikan pada saat ajakan ambigu diinisiasikan oleh pengajak. Temuan pada data
232
juga menunjukkan bahwa sebagian besar bentuk tuturan dari strategi negosiasi
adalah deklaratif dan interogatif. Bentuk tuturan imperatif hanya ditemukan pada
satu tuturan negosiasi.
Sebagai simpulan, data pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
delapan jenis strategi negosiasi terhadap ajakan ambigu; enam di antaranya
merupakan strategi negosiasi milik Anglemar dan Stern (1978), satu di antaranya
merupakan strategi penolakan alternatif milik Beebe et al. (1990), dan satu strategi
lain merupakan strategi negosiasi yang diajukan dalam penelitian ini.
Secara keseluruhan, data berisi ajakan yang ditemukan pada 11 percakapan
dalam tiga grup Facebook terdiri atas ajakan nyata dan ajakan ambigu. Penelitian
ini mengajukan karakteristik dari ajakan nyata maupun ajakan ambigu yang
dilakukan dalam komunikasi daring. Kemudian, penelitian ini juga menawarkan
empat respons yang berbeda baik dari ajakan nyata maupun ajakan ambigu.
Keempat respons tersebut adalah (1) penerimaan; (2) penolakan parsial; (3)
penolakan penuh; dan (4) negosiasi. Tabel berikut merupakan rekapitulasi ajakan
dan responsnya, baik pada ajakan nyata maupun ajakan ambigu.
Tabel 3.9 Rekapitulasi ajakan nyata dan ajakan ambigu
Data dan
Strata Grup
AJAKAN
Tuturan Strategi
Ajakan
Bentuk
tuturan
1
S-2
Kapan kita ketemu lagi? Isyarat halus Interogatif
Early Januari masih pada santai
ga?
Formula
menyarankan
Interogatif
233
U all hayu atuh kita-kita pada
janjian ketemuan, lama ga bersua
kayaknya banyak kisah nih
Imperatif Deklaratif
2
S-2
Jadi kapan nih pada bisa
bertemu?
Kemampuan Interogatif
Riau Junction yuk. Imperatif Deklaratif
Jadi kapan bisa pada kumpul
nih?
Kemampuan Interogatif
Kamis yuuuuuk makan-makan
siang gituuuu
Imperatif Deklaratif
3
S-1
Ada yang mau arung jeram sama
paint-balling?
Kesediaan Interogatif
Ayo kita main. Imperatif Deklaratif
4
S-1
Wanna sing along with us? Kesediaan Interogatif
Ayooo Imperatif Deklaratif
Ikutan yuuk, refreshing dan
supaya lebih akrab.
Imperatif Deklaratif
Iya guys ayo kita nyanyi-nyanyi. Imperatif Deklaratif
FA, GR, ayo merapat. Imperatif Deklaratif
5
S-1
Kalau hari Minggu depan pada
bisa tidak? Pulangnya ke rumah
EPH, ngeliwet
Kemampuan Interogatif
6
S-1
Jadi gak nih kita foto studio? Isyarat kuat Interogatif
7
S-3
Tanggal 8 saja bagaimana?
Setelah beres di Jatinangor.
Formula
menyarankan
Interogatif
Kita kumpul di rumah pak HH. Formula
menyarankan
Deklaratif
8
S-3
Teman-teman, kapan kumpul
nih?
Isyarat kuat Interogatif
9
S-3
Selasa tanggal 13 ketemuan yuk,
bu EIS dan mbak SI?
Imperatif Interogatif
Sekalian makan siang saja Formula
menyarankan
Deklaratif
Ada yang mau ikut? Kesediaan Interogatif
234
IR, NQ, RH, EC, EK, EWK,
HH, ada yang bisa dan
berminat?
Kemampuan
dan kesediaan
Interogatif
10
S-3
Pada mau ke kampus tidak? Kesediaan Interogatif
11
S-3
Ada yang bisa datang kah? Kemampuan Interogatif
235
Tabel 3.10 Rekapitulasi respons terhadap ajakan nyata dan ajakan ambigu
Data
dan
Strata
Grup
RESPONS TERHADAP AJAKAN
Penerimaan
Penolakan Parsial Penolakan Penuh Negosiasi
Tuturan
Strategi
Penolakan
Parsial
Tuturan Strategi
Penolakan
Urutan
Penolakan Tuturan Jenis Strategi
Bentuk
tuturan
1
S-2
Mbak HTJ, early
Januari saya
nyantai da
Tanggal 9
saya sudah
kembali ke
Tokyo.
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
apalagi tanggal
9 udah mulai
tenang. Mudah-
mudahan
gajiannya cukup
untuk kumpul-
kumpul ☺
Rekomendasi Deklaratif
Tanggal 6 asik tuh,
udah Jumatan,
soalnya saya ngajar
pagi.
Aku absen
ah,
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
Tanggal 5 atau
6 bagaimana?
Rekomendasi Interogatif
Saya oke. habis ngajar
sih
Alasan Pasca-
penolakan Kalau tidak mau bertemu di
kafe mah lebih
baik di Dago
lagi.
Alternatif Deklaratif
Diriku tanggal 6
oke.
Hari Jumat
aku ganti
kuliah yang
tanggal 2
dan 3
Januari
Alasan Penolakan
inti
Tanggal 6 saja
bagaimana?
Alternatif Interogatif
236
Saya tanggal 6. Sabtu
bintang tamu
sudah repot
Alasan Penolakan
inti
Siang saja
gimana? Makan
siang bersama?
Rekomendasi Interogatif
Ya. Siang sesudah
laki2 salat Jumat...
Silakan saja
dijadikan
hari Jumat.
Membiarkan
teman bicara
pergi
Penolakan
inti
Bagaimana
kalau
bertemunya di
daerah dekat
DU saja?
Rekomendasi Interogatif
Jd mau jam brp?
Jam 1 di DU?
Aku monitor
saja dari
politeknik.
Membiarkan
teman bicara
pergi
Pasca-
penolakan
Ibuuuu,
datanglah. Tiap
kumpul-kumpul
ibu selalu tidak
bisa.
Perintah Deklaratif
Deal ya. Kalau aku
hari Jumat
tanggal 6
Januari
sudah UAS,
belum
semua
materi
diterangkan.
Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
Kalau hari
Sabtu, aku bisa.
Alternatif Deklaratif
Setuju sama AS,
yang bisa ya ikutan,
yang ga bisa nanti
ketemuannya di
lain kesempatan.
Maaf sekali
nona cantik
AS
Pernyataan
penyesalan
Pasca-
penolakan
Tanggal 6
ajeee!!
Perintah Imperatif
Saya
bisaaaaaaaaaaa!!!!
Iya nih
masih kerja
hari Jumat.
Alasan Penolakan
inti
Sudah Jumat
dijadikan saja
bagi yang bisa
datang.
Komitmen
Deklaratif
Saya kira
tanggal 6 itu
hari Sabtu
Pembelaan diri Pasca-
penolakan
237
2
S-2
Aaaaawww
berangkaaaat
Minggu ini
tampaknya
jadwalku
padat.
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
Minggu ini
tampaknya
jadwalku padat.
Di minggu
depan, Senin
tanggal 15
masih kosong
Alternatif Deklaratif
Senin aku
baru pulang
kantor jam
16.30 euy
teman-teman
Alasan/penjelasan Penolakan
inti Senin depan
bisanya jam
setengah 3.
Pengakuan
diri
Deklaratif
Kalau hari
Kamis aku
mengajar
SMA juga,
Alasan/penjelasan Pra-
penolakan Kalau bisa
daerah Dago lah
supaya dekat.
Perintah Deklaratif
jadi tidak
bisa kalau
siang hari
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
Kamis yuk
makan siang
gitu.
Rekomendasi Deklaratif
3
S-1
Iraha ASP? Mun
bulan ayeuna mah
ncan aya budget-
na, geus kapake
keur nu sejen. Mun
bulan hareup mah
inshallah aya.
Mun bulan
ayeuna mah
ncan aya
budget-na,
geus kapake
keur nu sejen.
Mun bulan
hareup mah
inshallah aya.
Pilihan Kalau per
orang tidak
ada uangnya.
Alasan/penjelasan Penolakan
inti Mun bulan
ayeuna mah
ncan aya
budget-na, geus
kapake keur nu
sejen. Mun
bulan hareup mah inshallah
aya.
Alternatif Deklaratif
Hayuuuuuu, kapan
iih kapaaann
Aku pengen
arung jeram
tapi, ga mau
paintball.
Pilihan Semua uang
saya sudah
saya
bayarkan
untuk PLP
Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
Ayo kapan pun
tidak apa-apa,
minimal 20
orang.
Komitmen Deklaratif
238
Kecuali
kalau kita
menunggu
uang
operasional
ASES.
Penundaan Pasca-
penolakan
Lagi mencari
orang-orang
nih.
Pengakuan
diri
Deklaratif
Kalau bulan
sekarang
belum ada
biayanya,
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
Murah nih, di
tempat lain mah
250 ribu itu
hanya paintball.
Seruan
normatif
positif
Deklaratif
sudah
terpakai
untuk hal
yang lain
Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
4 S-1
I'm in.
Aku di Solo,
sayang
YMP.
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
Kalau weekdays
di atas jam 6,
weekends ayo
Komitmen Deklaratif
Sok lah. Ntar-ntar aja
kangen-
kangenannya
ya!
Penundaan Pasca-
penolakan
Weekdays after
6, Sunday
afternoon.
Komitmen Deklaratif
Ayok! Ayok!
Aku di
Jakarta
sekarang
kerja, YMP
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
Monday to
Friday after
4.30, Saturday
and Sunday
afternoon
Komitmen Deklaratif
Pulang dulu lah
kak,
Perintah Deklaratif
ayo kangen nih
aku
Pengakuan
diri
Deklaratif
239
5
S-1
Sok lah diatur-atur
tanggal sakitu.
Keluarga
saya mau
pindahan ke
rumah baru
jadi pasti
akan sibuk
sekali.
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
2 Juni please. Perintah Deklaratif
Tanggal 2
mah tidak
bisa
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
Yang penting
hari Minggu,
karena kakak
senior tidak
bekerja
Komitmen Deklaratif
Well, I can’t Penolakan
langsung
Penolakan
inti
6 atau 9 Juni
lah.
Perintah Deklaratif
Mau ke luar
kota nih
minggu ini.
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
Tanggal 5 ada
libur tuh.
Rekomendasi Deklaratif
EPH minggu
ini tidak
bisa,
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
ada tamu
dari
Tasikmalaya
dan akan
menginap di
rumah.
Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
Maaf ya, kak Pernyataan
penyesalan
Pasca-
penolakan
6
S-1
Ayo kapan? Senin malam?
Boleh lah.
Pengulangan
satu bagian
pada ajakan
Kupon Papyrus
berlaku sampai
20 Juni.
Pemberitahuan Deklaratif
240
Hayu aja. Minggu depan
saja mumpung
minggu tenang.
Rekomendasi Deklaratif
Itu juga boleh
Kalau setelah
UAS bagaimana
kak?
Alternatif Interogatif
Hehe sip sip J Tentukan dari
sekarang geura
Perintah Deklaratif
Iya gak apa-apa aku di kosan sampe
tanggal 20.
Kalau
mendadak, pasti
banyak yang
membatalkan
Peringatan Deklaratif
Hayu hari Senin
tanggal 17 kita foto
Kalau hari Rabu
tanggal 12
bagaimana?
Alternatif Interogatif
Aku sih oke2 aja…
Yg lain gimana?
Bagaimana
kalau hari
terakhir UAS,
kak?
Alternatif Interogatif
Boleh lah. Hari terakhir
UAS aku Senin
tanggal 17
Pemberitahuan Deklaratif
7
S-3
No problem. Acara jam
berapa nih?
Soalnya saya
nyambil jadi
supir jemputan
anak-anak.
Ragu-ragu
Saya
mengawas
UAS nih
dari pagi dan
lanjut
malam.
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
Kalau
ketemunya
langsung di
rumah pak HH
gimana?
Alternatif Interogatif
241
Kalo ketemu
langsung di rumah
pak HH gimana?
Pak HH minta
alamatnya dong
hehe
Kalau dari
jam 2 ke atas
mah
sepertinya
saya tidak
bisa nih.
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
Kalau begitu
makan siang aja
sebelum jam
12-an ketika
yang ujian
sudah selesai
bagaimana?
Rekomendasi Interogatif
Setuju tanggal 8
saja.
Anak-anak
ga ada yang
jemput.
Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
Kalau tidak,
tanggal 8
Januari juga
tidak apa-apa
kok
Alternatif Deklaratif
Ikut. Ikut… Kalau
mulainya
sore mah,
saya juga
kayaknya ga
bisa ikut.
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
Sip setuju.
Anak yang
besar ga ada
yang antar-
jemput ke
TPA-nya.
Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
Kan sudah
mulai masuk
lagi tanggal
segitu
Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
8
S-3
Saya ikut teman-
teman saja.
Mudah-
mudahan bisa.
Harapan
memenuhi
ajakan
Kalau akhir
bulan ini
belum bisa
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
Awal Februari
tanggal 3 atau 4,
hari Senin atau
Selasa,
bagaimana
teman-teman?
Rekomendasi Interogatif
242
Ayooo udah kangen
nih sama
guyonanne teman-
teman terutama pak
Ketua hehe.
Susah kalau
mengandalkan
jadwal kosong,
karena
sepertinya
tidak ada yang
kosong.
Kemungkinan bolos
mengajar
Harapan
memenuhi
ajakan
Seribu maaf,
teman-
teman.
Pernyataan
penyesalan
Pra-
penolakan
Tanggal 3 saja Perintah Deklaratif
Sok atuh ditentukan oleh
Raden Mas
Bendoro EWK alias
pak Ketua hehe.
Kalau
tanggal 3
ternyata saya
tidak bisa.
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
Saya sudah
bilang untuk
tidak mengajar
pada hari Senin
dan Rabu
Pengakuan
diri
Deklaratif
Saya ikutan aja
kapan mau
ngumpul.
Benar-benar
tidak ada
tiket buat ke
Bandung,
semua tiket
jenis kereta
apa pun,
kelas
ekonomi-
eksekutif
sudah habis,
karena itu
setelah
liburan
panjang.
Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
Bagaimana
kalau kita
kumpul sekalian
isi KRS tanggal
3?
Rekomendasi Interogatif
Maaf, Pernyataan
penyesalan
Pra-
penolakan
Bolos mengajar!
Bolos mengajar!
Bolos mengajar!
Perintah Imperatif
ijin kalau
tidak bisa
hadir.
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
Justru karena
baru masuk
kuliah, belum
banyak materi
pembahasannya.
Seruan
normatif
positif
Deklaratif
243
Saya jadi
promotor
jodoh teman
kuliah S-2
saya dulu di
Lampung
Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
Ayo kita bolos
bersama-sama,
Perintah Deklaratif
Baru juga
masuk
semester
baru, YK
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
yang penting
kumpul.
Komitmen Deklaratif
9 S-3
hayu maksi
barengan. Tapi masih ingin tetap
bertemu.
Harapan
memenuhi
ajakan
Sedikit
berubah nih.
Hedge Pra-
penolakan
Kalau begitu
ketemunya di
Bandung saja
ya?
Perintah Interogatif
Oke kalau begitu
ketemuannya di
Bandung aja ya?
Selasa, asal
jangan di
Jatinangor,
sepertinya
saya bisa.
Pengulangan
satu bagian
pada ajakan
Baru bisa
berangkat
dari Jakarta
pagi-pagi.
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
Ada
rekomendasi
tempat makan
baru nih hehe
Rekomendasi Deklaratif
Asal jangan di
Jatinangor ----
sepertinya saya
bisa.
Kalau mau
makan
siangnya di
Jatinangor,
saya tidak bisa
ikut. Kalau di
Bandung,
saya usahakan.
Pilihan Saya ke
Bandung
ikut bu N
pulang-
pergi, bu
EIS, SI, dan
YK.
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
Selasa, asal
jangan di
Jatinangor,
sepertinya saya
bisa
Perintah Deklaratif
Kalau di Bandung,
saya usahakan.
Pergi gak ya? Ragu-ragu Baru selesai
UTS diberi
waktu 4
minggu
untuk
mengoreksi.
Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
Kayaknya
masih bisa kok
makan siang di
Bandung.
Janji Deklaratif
244
Saya mah
mau bertemu
pak CS dulu
sepertinya
YK, bu EIS,
bu SI setelah
beliau
menguji
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
Saya mau
lihat sidang.
Alasan/penjelasan Pra-
penolakan
Sori, Pernyataan
penyesalan
Pra-
penolakan
Ga bisa
gabung
kalau ke
Bandung
mah.
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
Harus
jemput.
Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
Saya tidak
bisa ikut
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
Saya absen
dulu, teman-
teman.
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
Saya lagi di
Semarang
mencari
instansi
induk
sekalian
jalan-jalan
Alasan/penjelasan Pasca-
penolakan
245
10
S-3
Saya ada
kelas, jeng
IR.
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
Bisa tolong
ambilin
formulirnya?
Permintaan
tolong
Pasca-
penolakan
Aku gak bisa
ke Bandung
hari ini, IR.
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
Boleh tolong
isikan?
Permintaan
tolong
Pasca-
penolakan
IR, saya juga
gak bisa.
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
Ikut tolong
diisikan ya,
neng?
Permintaan
tolong
Pasca-
penolakan
11
S-3
Inshallah Mudah-
mudahan bisa
ya.
Harapan
memenuhi
ajakan
Aaaaaang Pernyataan
penyesalan
Pra-
penolakan
Inshallah. Sekalian
KRS-an
tidak bisa
kemana-
mana
Penolakan
langsung
Penolakan
inti
Inshallah palay
euy.
Ingin hadir, Pernyataan positif Pra-
penolakan
Tapi disuruh
rapat
akreditasi
kampus
Alasan/penjelasan Penolakan
inti
Maaf ya say Pernyataan
pernyesalan
Pasca-
penolakan
246
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Penelitian ini menawarkan metode yang berbeda dengan metode-metode
yang telah digunakan sebelumnya dalam menganalisis penggunaan bahasa. Metode
yang diajukan oleh Kozinets (1997), yaitu netnografi, digunakan untuk
menganalisis interaksi antar anggota komunitas dalam jaringan. Penelitian ini fokus
pada ajakan dalam media sosial Facebook sebagai pra-komunikasi dari komunikasi
tatap muka langsung.
Hasil analisis data pada penelitian ini menunjukkan bahwa ajakan dibagi
menjadi dua jenis, yaitu ajakan nyata dan ajakan ambigu. Ajakan nyata labih
banyak diberikan oleh grup Strata S-3, yang anggotanya merupakan pemelajar
jenjang doktoral. Sebaliknya, ajakan ambigu lebih banyak diberikan oleh grup
Strata S-1, yang anggotanya merupakan pemelajar jenjang sarjana. Berikut adalah
beberapa simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini.
1. Proses ajakan diawali dengan aksi inisiasi yang dapat merupakan felicity
conditions, pertanyaan basa-basi maupun strategi ajakan, diikuti dengan
respons terhadap ajakan, dan diakhiri dengan atau tanpa kesepakatan dari
pelaksanaan ajakan. Dalam ajakan nyata, meskipun aktivitas, tempat dan/atau
waktu pelaksanaan ajakan telah diberikan oleh pengajak, kesepakatan tidak
selalu tercapai. Hal ini dikarenakan beberapa penolakan dan negosiasi yang
menjadikan pelaksanaan dari ajakan tersebut ditunda. Dalam ajakan ambigu,
247
kesepakatan lebih sulit untuk dicapai karena tiap-tiap anggota memberikan
penawaran yang sesuai dengan dirinya; akan tetapi penawaran tersebut belum
tentu sesuai dengan anggota lain.
2. Strategi tindak tutur ajakan yang paling banyak digunakan dalam ajakan nyata
adalah formula menyarankan dan kesediaan; sedangkan dalam ajakan ambigu
strategi yang paling banyak digunakan adalah imperatif. Kemudian bentuk
tuturan ajakan yang paling banyak digunakan baik dalam ajakan nyata maupun
ajakan ambigu adalah interogatif. Bentuk tuturan lain yang ditemukan adalah
deklaratif. Bentuk tuturan imperatif tidak ditemukan meskipun pengajak
menggunakan strategi ajakan imperatif. Hal ini dilakukan oleh pengajak untuk
menunjukkan kesantunannya.
3. Respons terhadap ajakan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah
penerimaan, penolakan parsial, penolakan penuh, serta negosiasi. Penelitian ini
mengajukan satu jenis respons terhadap ajakan, yaitu penolakan parsial.
Penolakan parsial diberikan ketika terajak tidak menerima maupun menolak
ajakan. Negosiasi diberikan baik sebagai respons terhadap penolakan maupun
sebagai respons terhadap ajakan. Ajakan ambigu melibatkan negosiasi yang
lebih panjang dibandingkan pada ajakan nyata karena waktu dan/atau tempat
yang belum ditetapkan.
4. Strategi negosiasi yang paling banyak digunakan dalam ajakan nyata dan ajakan
ambigu adalah perintah, diikuti dengan rekomendasi dan kalimat alternatif.
Penelitian ini menunjukkan bahwa strategi penolakan alternatif yang diajukan
Beebe et al. (1990) tidak berfungsi sebagai penolakan, melainkan sebagai
248
negosiasi yang ditujukan untuk mencari kesepakatan bersama. Penelitian ini
juga mengajukan satu strategi negosiasi baru, yaitu pemberitahuan. Meskipun
strategi yang paling banyak digunakan adalah imperatif, bentuk tuturan
negosiasi yang paling banyak ditemukan pada data adalah deklaratif. Hal ini
dikarenakan tiap-tiap anggota yang melakukan negosiasi masih ingin
menunjukkan kesantunannya.
Interaksi dalam konteks komunikasi bermedia komputer berbeda dengan
interaksi tatap muka langsung. Dalam penelitian ini, tindak lanjut dari proses ajakan
yang terjadi tidak dapat dilihat karena proses ajakan tersebut berlangsung dalam
konteks percakapan daring. Pada situasi daring, seringkali interaksi yang
berlangsung berhenti sebelum interaksi tersebut benar-benar berakhir dan tidak
diberikan tindak lanjut oleh partisipan yang terlibat dalam interaksi tersebut.
Penelitian ini menambahkan teknik pengumpulan data dalam kajian
pragmatis, yaitu data alami dari komunikasi daring. Percakapan komunikasi
bermedia komputer sebagai sumber data terbukti bersifat lebih alami dibandingkan
dengan sumber data yang diambil dari kuesioner, discourse completion task, dan
simulasi.
4.2 Saran
Penelitian ini menawarkan pendekatan baru pada kajian pragmatis, yaitu
analisis pragmatis pada data netnografi. Data netnografi merupakan data yang
diambil dari komunitas daring yang terdapat pada media sosial, pesan instan, blog,
249
dan sebagainya. Akan tetapi, penelitian ini terbatas pada kajian tindak tutur ajakan
dan responsnya, yaitu penerimaan, penolakan parsial, penolakan penuh, serta
negosiasi. Oleh karena itu, peneliti memiliki beberapa saran yang dapat
diimplementasikan oleh peneliti bahasa lainnya yang memiliki ketertarikan pada
kajian pragmatis.
1. Terdapat beberapa jenis tindak tutur yang dilakukan oleh anggota komunitas
daring. Oleh karena itu, peneliti bahasa diharapkan dapat melakukan penelitian
mengenai jenis tindak tutur lain yang dilakukan oleh anggota komunitas dari
beberapa komunitas daring yang berbeda dengan menggunakan metode
netnografi.
2. Peneliti bahasa diharapkan dapat meneliti interaksi pragmatis lainnya selain
tindak tutur, seperti kesantunan dan implikatur, pada komunitas daring yang
berbeda dari bahasa dan budaya yang berbeda menggunakan metode netnografi.
3. Peneliti yang tertarik melakukan penelitian mengenai interaksi dalam
komunitas daring menggunakan metode netnografi diharapkan dapat
memperluas ruang lingkup penelitiannya ke dalam beberapa jenis media sosial,
seperti media pesan instan (grup BlackBerry Messenger dan/atau grup
WhatsApp) karena gaya bahasa yang digunakan pada pesan instan berbeda
dengan gaya bahasa pada jejaring sosial.
250
DAFTAR ISTILAH
Blog: singkatan dari web log, yang merupakan bentuk aplikasi web yang
menyerupai tulisan-tulisan (yang dimuat sebagai posting) pada sebuah halaman
web umum.
Komunikasi bermedia komputer atau computer-mediatied communication
(CMC): komunikasi yang dilakukan menggunakan media komputer dan/atau
jaringan Internet; CMC termasuk forum, pesan instan, surat elektronik, dan kamar
obrol. CMC juga dapat dilakukan dengan cara lain seperti melalui layanan pesan
singkat dan Jaringan Area Lokal (Local Area Network atau LAN).
Daring: kependekan dari ‘dalam jaringan’, yang merupakan kondisi
terhubungnya perangkat komputer dengan jaringan Internet.
Digital: yang berhubungan dengan angka.
Emosikon: sebuah simbol atau kombinasi dari simbol-simbol yang biasanya
digunakan untuk menggambarkan ekspresi wajah manusia yang mengandung
emosi atau perasaan dalam bentuk pesan atau tulisan.
Face to face communication atau FtF: komunikasi tatap muka yang dilakukan
antara dua orang atau lebih dalam dunia nyata.
Internet: kependekan dari ‘interconnection-networking’, yang merupakan seluruh
jaringan komputer yang saling terhubung menggunakan standar sistem global
transmission protocol sebagai protokol pertukaran paket untuk melayani
pengguna di seluruh dunia.
251
Jaringan Area Lokal: dalam bahasa Inggris disebut Local Area Network atau
LAN, yaitu jaringan komputer yang jaringannya hanya mencakup wilayah kecil;
seperti jaringan komputer kampus, gedung, kantor, dalam rumah, sekolah atau
yang lebih kecil.
Jaringan nirkabel: bidang disiplin yang berkaitan dengan komunikasi antar
sistem komputer tanpa menggunakan kabel. Jaringan nirkabel ini sering dipakai
untuk jaringan komputer baik pada jarak yang dekat (beberapa meter, memakai
alat/pemancar bluetooth) maupun pada jarak jauh (lewat satelit).
Jejaring sosial: suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang
umumnya adalah individu atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe
relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dan lain-lain.
Komunitas daring: sekelompok orang dengan minat, kebutuhan, dan kegemaran
yang sama yang berkumpul dalam satu wadah dan melakukan aktivitasnya
melalui CMC.
Layanan pesan singkat: dalam bahasa Inggris disebut short message services
atau SMS, yaitu sebuah layanan yang dilaksanakan dengan sebuah telepon
genggam untuk mengirim atau menerima pesan-pesan pendek.
Mailing list atau milist: forum diskusi surat elektronik.
Media sosial: sebuah media daring, yang para penggunanya dengan mudah dapat
berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi yang meliputi blog, jejaring sosial,
wiki, forum dan dunia virtual.
Netnografi: sebuah istilah metode penelitian etnografi yang dilakukan melalui
Internet. Netnografi yang mengadaptasi teknik penelitian etnografi focus pada
komunitas dan budaya daring.
252
Nirkabel: dalam bahasa Inggris disebut wireless, yaitu tanpa kabel.
Penyelenggara layanan seluler: dalam bahasa Inggris disebut mobile service
provider, yaitu sebuah perusahaan yang menyediakan layanan transmisi kepada
pengguna alat nirkabel seperti telepon pintar melalui sinyal frekuensi radio.
Pesan instan: sebuah teknologi Internet yang memungkinkan para pengguna
dalam jaringan Internet mengirimkan pesan-pesan singkat secara langsung pada
saat yang bersamaan (real time) dengan menggunakan teks kepada pengguna
lainnya yang sedang terhubung ke jaringan yang sama.
Posting: kegiatan untuk membuat artikel agar muncul di dalam media, yakni
media internet. Kata-kata posting tidak hanya digunakan untuk artikel dalam blog,
tetapi juga untuk status dalam jejaring sosial seperti Facebook dan tweet dalam
Twitter.
Surat elektronik atau surel: sarana mengirim surat melalui jalur jaringan
komputer dan Internet.
Tag dan pagar atau tagar: berasal dari kata hashtag, yaitu tanda yang diletakkan
di awal kata atau frasa yang diketikkan pada jejaring sosial. Tagar menyediakan
cara untuk mengelompokkan pesan, karena orang dapat mencari seperangkat
pesan berisi hal-hal yang ditulis dalam tagar.
Utas: alur diskusi mengenai topik tertentu dalam suati posting dalam media
sosial.
Virtual: dalam istilah teknologi informasi dan komunikasi, virtual berarti sesuatu
yang dilakukan atau dilihat dalam komputer.
253
DAFTAR PUSTAKA
Al-Kahtani, S. A. W. 2005. Refusals Realizations in Three Different Cultures. Riyadh: King Saud University.
Anglemar, R. & L. W. Stern. 1978. Development of a Content Analytic
System for Analysis of Bargaining Communication in Marketing. Dalam Graham, J. L. 1995. Culture, Negotiations, and 1nternational Cooperative Ventures. Dalam Gass, S. M. & J. Neu. 1995. Speech Act Across Cultures (hal. 323-324). Berlin: Mouton de Gruyter.
Austin, J. L. 1962. How to Do Things with Words. Oxford: Oxford University
Press. Bardovi-Harlig, K. & B. Hartford. 1991. Saying "No" in English: Native and
Nonnative Rejections. Dalam Bouton, L. & Y. Kachru (Eds.), Pragmatics and Language Learning, Vol. 2 (hal. 41-57). Urbana, 1L: University of 1llionois.
Beebe, L. M., T. Takahashi, & R. Uliss-Weltz. 1990. Pragmatic Transfer in
ESL Refusals. Dalam Scarcella, R., E. Andersen, S. D. Krashen (Eds.), On the Development of Communicative Competence in a
Second Language (hal. 55-73). New York: Newbury House. Beebe, L. M. & M. C. Cummings. 1995. Natural Speech Act Data Versus
Written Questionnaire Data: How Data Collection Method Affects Speech Act Performance. Dalam Gass, S. M. & J. Neu. 1995. Speech Acts
Across Cultures. Berlin: Mouton de Gruyter. Bhatti, J. & V. Žegarac. 2012. Compliments and Refusals in Poland and
England: A Case Study. UK: University of Bedfordshire. Blum-Kulka, S. & E. Olshtain. 1984. Requests and Apologies: A Cross
Cultural Study of Speech Act Realization Patterns. Dalam Applied
Linguistics, 5 (hal. 196-213). Blum-Kulka, S. 1987. 1ndirectness and Politeness in Requests: Same or
Different? Dalam Journal of Pragmatics 11 (1987) (hal. 131-146). North Holland.
Blum-Kulka, S., J. House, & G. Kasper. 1989. Cross Cultural Pragmatics:
Requests and Apologies. Norwood, NJ: Ablex.
254
Boellstorff, T., B. Nardi, C. Pearce & T. L. Taylor. 2012. Ethnography and
Virtual Worlds: A Handbook of Method. USA: Princeton University Press. Bowler, G. M., Jr. 2010. Netnography: A Method Specifically Designed to Study
Cultures and Communities Online. Dalam The Qualitative Report Volume
15 Nomor 5 September 2010 (hal. 1270-1275). Brown, P. & S. C. Levinson. 1987. Politeness Some Universals in Language
Usage. Cambridge: Cambridge University Press. Cummings, L. 2005. Pragmatics: A multidisciplinary Perspective. New Jersey:
Edinburgh University Press. Da Silva, A. J. B. 2003. The Effects of Instruction on Pragmatic Development:
Teaching Polite Refusal in English. University of Hawaii. Dastpak, M. & F. Mollaei. 2011. A Comparative Study of Ostensible Invitations
in English and Persian. Dalam Higher Education of Social Science Vol. 1
No. 1 2011 (hal. 33-42). Djajasudarma, F. 1993. Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian.
Bandung: Uvula Félix-Brasdefer, J. César. 2008. Politeness in Mexico and the United States.
Philadelphia: John Benjamins Publishing Company. Garcia, A. C., A. I. Standlee, J. Bechkoff & Y. Cui. 2009. Ethnographic
Approaches to the Internet and Computer-Mediated Communication. Dalam Journal of Contemporary Ethnography Volume 38 No. 1 Februari
2009 (hal. 52-84). Gass, S. M. & N. Houck. 1999. Interlanguage Refusals: A Cross Cultural Study of
Japanese-English. Berlin: Mouton de Gruyter. Gass, S. M. & J. Neu. 1995. Speech Acts Across Cultures. Berlin: Mouton de
Gruyter. Graham, J. L. 1995. Culture, Negotiations, and International Cooperative
Ventures. Dalam Gass, S. M. & Neu, J. 1995. Speech Act Across Cultures (hal. 323-324). Berlin: Mouton de Gruyter.
Grundy, P. 2000. Doing Pragmatics. Second Edition. London: Arnold Publishers. Herring, S. C. 2004. Computer-mediated discourse analysis: An approach to
researching online behaviour. Dalam Barab, S., R. Kling & J. H. Gray
255
(eds). Designing for Virtual Communities in the Service of Learning. New York: Cambridge University Press (hal. 338-376).
Hine, C. 2000. Virtual Ethnography. London: Sage Publications Ltd. Honglin, L. 2007. A Comparative Study of Refusal Speech Acts in Chinese and
American English. Dalam Canadian Social Science Vol. 3 No. 4 August
2007 (hal. 64-67). Huang, Y. 2007. Pragmatics. New York: Oxford University Press. Isaac, S. & W. B. Michael. 1982. Handbook in Research and Evaluation. Second
Edition. California: Edits Publishers. Ishihara, N. & A. D. Cohen. 2010. Teaching and Learning Pragmatics: Where
Language and Culture Meet. Great Britain: Pearson Education Limited. Kozinets, R. V. 2002. The Field Behind the Screen: Using Netnography for
Marketing Research in Online Communities. Dalam Journal of Marketing
Research No. 39 Februari 2010 (hal. 61-72). _________. 2010. Netnography: Doing Ethnographic Research Online. Thousand
Oaks, CA: Sage Publications. Kridalaksana, H. 1990. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. _________. 2008. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Lakoff, R. 1973. The logic of politeness: Or, minding your p’s and q’s. Dalam
Corum, C., T. Cedric Smith-Stark, & A. Weiser (Eds.), Papers from the
9th Regional Meeting of the Chicago Linguistic Society. Chicago
Linguistic Society (hal.292-305). Leech, G. 1983. Principles of Pragmatics. New York: Longman Inc. Lestari, E. & MA. Maliki. 2006. Komunikasi yang Efektif Modul Pendidikan dan
Prajabatan Golongan I dan II. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara – Republik Indonesia.
Levinson, S.C. 1985. Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press. Loudon, M. 2009. Mobile Phones for Data Collection. Dalam
www.mobileactive.org (diakses: 5 Juni 2012 pukul 23.35). Lunandi, A. G. 1994. Komunikasi Mengenai: Meningkatkan Efektivitas
Komunikasi antar Pribadi. Yogyakarta: Kanisius.
256
Mahsun. 2005. Metode Penetian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan
Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Malinowski, B. 1923. The Problem of Meaning in primitive language. Dalam The
Meaning of Meaning (ed. Ogden dan Richard). Merriam, S. B. 1988. Case Study Research in Education: A Qualitative Approach.
London & San Fransisco: Jossey-Bass Publishers. Miles, M. B. & M. A. Huberman. 1994. Qualitative Data Analysis: An Expanded
Sourcebook, 2nd Edition. Thousand Oaks, CA: Sage. Mulyana, D. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. Murphy, B. & J. Neu. 1995. My Grade’s Too Low: The Speech Act Set of
Complaining. Dalam Gass, S. M. & J. Neu. Speech Acts Across Cultures.
Berlin: Mouton de Gruyter. Nunan, D. 1992. Research Methods in Language Learning. USA: Cambridge
University Press. Onwuegbuzie, A.J. et al. 2010. Innovative Data Collection Strategies in
Qualitative Research. Dalam The Qualitative Report Volume 15 Number 3 May 2010 696-726.
Pala, R. 2015. Bentuk Komunikasi Fatis dalam Bahasa Bugis Soppeng. Dalam
Sawerigading Volume 21 No. 3 Desember 2015 (hal. 485-494). Diambil dari sawerigading.web.id/index.php/sawerigading/article/download/98/95 (diakses pada tanggal 13 Juni 2016: 23.08).
Perry, F. L. 2005. Research in Applied Linguistics Becoming a Discerning
Consumer. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Perry, M. 2010. Face to Face Versus Computer Mediated Communication
Couples Satisfaction and Experience Across Conditions. Unpublished Thesis. USA: University of Kentucky.
Rahardi, K. R. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: