Referat Demam Tifoid Cpz

Post on 19-Jan-2016

87 Views

Category:

Documents

8 Downloads

Preview:

Click to see full reader

Transcript

Refrat “Demam Tifoid pada Anak”

Oleh: Putu Eka Surya Mahendra

Pembimbing: dr Triastutik,Sp.A

1

Demam Tifoid Pada Anak

1. Pendahuluan

2. Definisi

3. Etiologi

4. Epidemologi

5. Patofisiologi dan Patogenesis

6. Gejala Klinis

7. Diagnosis

8. Penatalaksanaan

9. Pencegahan

10.Komplikasi

11.Prognosis

12.Kesimpulan2

I.

Pendahuluan

• Demam Tifoid adalah Penyakit infeksi Bakteri yang memiliki manifestasi utama Demam yang berkepanjangan (> 7hari)

• Beberapa sejarah tentang penyakit ini cukup banyak, namun salah satu yang paling terkenal adalah “Tifoid Marry” di USA pada tahun 1907

• Pada anak- anak penyakit ini selain dipengaruhi oleh sanitasi juga tidak luput dari sistem imunitas yang belum berkembang dengan sempurna

3

• Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella typhii.

• Batasan: Infeksi Fecal Oral, Infeksi Saluran Cerna, dan Bakteremia

II.1 Definisi

4

• Salmonella sp. adalah salah satu strain dari bakteri gram negative bentuk bacil atau batang, tidak berspora, tidak berkapsul, bergerak dengan flagella peritrik

II.2 Etiologi

Kuman ini tumbuh dalam suasana aerob dan fakultatif anaerob

Memiliki 3 macam antigen yaitu antigen O (somatik berupa kompleks polisakarida), antigen H (flagel) dan antigen Vi

5

• Berdasarkan serotipenya kuman Salmonella dibedakan menjadi 4: Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A, Salmonella paratyphi B, dan Serotipe group D.

II.2 Etiologi

Salmonella typhi, Paratyphi A, dan Paratyphi B merupakan penyebab infeksi utama pada manusia

bakteri ini selalu masuk melalui jalan oral

6

• Demam tifoid dan paratifoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemik di Asia, Afrika, Amerika Latin, kep. Karibia, dan Oceania, termasuk Indonesia

• Insiden demam tifoid di seluruh dunia menurut data pada tahun 2002 sekitar 16 juta per tahun, 600.000 diantaranya berakhir dengan kematian.

• Di Indonesia prevalensi 91% kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun dengan kejadian yang meningkat setelah usia 5 tahun.

II.3

Epidemologi

7

• Penularan ada 2 sumber utama:• Makanan/minuman yang

terkontaminasi• Penderita pembawa/ Carier

Jalur Penularan: Fecal-Oral

II.3 Epidemologi

8

II.4 PatofisiologiMakanan yang terkontaminasi Salmonell typhii

Masuk Saluran Cerna dalam jumlah minimal

105-109 untuk menimbulkan infeksi

Masuk ke dalam usus

halus melalui mikrovilli

Mencapai “Plak Peyer”

Masuk Pembuluh darah (Bakteremia Primer)

Mencapai organ Retikulo Endothelial System

(Hepar, Splen) = Bakteremia Sekunder

Bakteri, toksin atau faktor virulensi lainnya menyebabkan

proliferasi sel-sel organ9

• Ada 2 hal yang penting diingat:• Perjalanan kuman dalam

sirkulasi (bakteremia)

• Pengaruh bakteremia dan endotoksin yang dihasilkan kuman

• Dari kedua hal diatas maka kita dapat mengetahui gejala dan komplikasi yang mungkin terjadi

II.4 Patofisiologi

10

• Secara garis besar akan timbul gejala klinis berupa:• Demam berkepanjangan (prolonged fever)

• Gangguan Gastrointestinal

• Kelainan Neuropsikiatrik (Gangguan Otak Organik)

II.5 Gejala Klinis

11

• Demam Berkepanjangan

Demam lebih dari 7 hari,

biasanya mulai dengan subfebris

yang makin hari makin meninggi

Demam yang terjadi biasanya khas tinggi pada sore hingga malam hari dapat mencapai 39-40oC dan cenderung turun menjelang pagi

II.5 Gejala Klinis

12

• Demam Berkepanjangan

Dalam minggu kedua,

penderita terus berada dalam

keadaan demam

Pada minggu ketiga suhu badan berangsur- angsur turun dan normal pada akhir minggu ketiga

II.5 Gejala Klinis

13

• Demam Berkepanjangan

Perlu diperhatikan

bahwa tidak selalu ada

bentuk demam yang khas seperti di atas pada demam tifoid

Tipe deman menjadi tidak beraturan, mungkin karena intervensi pengobatan (penggunaan antipiretik atau antibiotik lebih awal).

II.5 Gejala Klinis

14

• Demam Berkepanjangan (patofisiologi)

II.5 Gejala Klinis

Bakteri memproduksi

Endotoksin (Pirogen Eksogen)

Mukosa Usus yang terinfeksi akan menstimulasi

datangnya sel- sel fagosit (Netrofil dan makrofag)

Sel-sel yang mengalami cedera, netrofil, dan makrofag sekresi mediator peradangan:

IL-1, IL-6, TNF-alfa, & IFN-6 (Pirogen Endogen)

Aktivasi Fosfolipase A2 pada membran

fosfolipid

Aktivasi Asam Arakidonat

Asam Arakidonat melalui jalur siklooksigenase

membuat Prostaglandin E2 (PGE2)

Aktivasi AMP siklik

Mengubah setting termostat di hipothalamus

Suhu tubuh diatur agar lebih tinggi

15

• Gangguan Gastrointestinal

Gejala sistem gastrointestinal

dapat berupa obstipasi, diare, mual, muntah, perut kembung, lidah kotor, sampai hepato-splenomegali

Gastrointestinal problem biasanya dipengaruhi oleh peredaran bakteri atau endotoksinnya pada sirkulasi

II.5 Gejala Klinis

16

• Gangguan Gastrointestinal

(Tifoid Tongue)

II.5 Gejala Klinis

Dari cavum oris didapatkan lidah kotor yaitu ditutupi selaput putih dengan tepi yang kemerahan

kadangkala waktu lidah dijulurkan lidah akan tremor

Meskipun jarang ditemukan pada anak- anak tapi cukup berarti diagnostik

17

• Gangguan Gastrointestinal

(Diare diselingi konstipasi)

II.5 Gejala Klinis

Diare merupakan respon terhadap adanya bakteri dalam lumen usus yang perlu untuk secepatnya dikeluarkan

dikarenakan bakteri menempel pada mukosa usus dan berkembang biak dalam Peyer patch di dalamnya

18

• Gangguan Gastrointestinal

(Diare diselingi konstipasi)

II.5 Gejala Klinis

Konstipasi mungkin baru dialami setelah mengalami diare beberapa kali

Penderita anak- anak lebih sering mengalami diare daripada konstipasi

19

• Gangguan Gastrointestinal

(HepatoSplenomegali)

II.5 Gejala Klinis

Hepato- splenomegali terjadi akibat dari replikasi kuman dalam sel- sel fagosit atau sinusoid

Replikasi dalam hepar dan lien ini tentunya akan menyebabkan respon inflamasi lokal yang melibatkan mediator radang yang akan menyebabkan permeabilitas kapiler akan meningkat sehingga terjadi oedema

20

• Gangguan Gastrointestinal

(HepatoSplenomegali)

II.5 Gejala Klinis

Pembesaran pada hepar-lien ini umumnya tidak selalu nyeri tekan

hanya berlangsung singkat (terutama terjadi waktu bakteremia sekunder)

Penanda ini cukup spesifik dalam membantu diagnostik.

21

• Gangguan Gastrointestinal

(Gejala Lain)

II.5 Gejala Klinis

Gejala- gejala lain yang tidak spesifik seperti mual, anoreksia, mual, muntah, nyeri perut yang tidak spesifik atau perut kembung

22

• Kelainan Neuropsikiatrik

(Sindroma Otak Organik)

Pada anak gangguan sistem saraf akibat tifoid ini lebih sering bersifat Sindrom Otak Organik yang berarti kelainan extra kranial mengakibatkan gangguan kesadaran seperti Delirium, gelisah, somnolen, supor hingga koma

Pada anak- anak tanda- tanda ini sering muncul waktu mereka tidur dengan manifestasi khas “mengigau atau nglindur”

II.5 Gejala Klinis

23

• Kelainan Neuropsikiatrik

(Sindroma Otak Organik)

Gangguan otak organik ini biasanya lebih berat ditemukan pada demam tifoid pada keadaan lanjut yang sudah mengalami komplikasi

Pada keadaan ini biasanya gangguan kesadaran tidak lagi ditemukan hanya sewaktu tidur saja melainkan bisa timbul sewaktu- waktu.

II.5 Gejala Klinis

24

• Gangguan Lain

Bradikardi Relatif, adalah tanda lain yang mungkin ditemukan pada infeksi tifoid.

Pada umumnya tiap kenaikan suhu 1oC akan diikuti oleh peningkatan denyut nadi sampai 10x tiap menitnya.

Namun pada demam tifoid peningkatan suhu tubuh tidak diikuti oleh peningkatan denyut nadi sehingga dikatakan Bradikardi yang relatif.

II.5 Gejala Klinis

25

II.6 Diagnosis• Anamnesis

Demam, onset , tipe demam , menggigil atau tidak, keringat dingin, sejak kapan mulai demam tinggi terus tanpa suhu turun

Gejala gastrointestinal, Diare ,konstipasi, mual atau muntah, anoreksia, perut kembung

Gejala SSP, apakah anak sempat mengalami tidak sadar? Atau hanya sebatas ngelindur atau mengigau saja waktu tidur.

26

• Anamnesis

II.6 Diagnosis

Riwayat Penyakit dahulu

Riwayat Terapi, bila sudah mendapatkan terapi baik hanya antipiretik dan atau antibiotika klinis penyakit kemungkinan sangat mungkin sudah mengalami perubahan

Riwayat kehidupan sosial

Riwayat makanan penderita

Riwayat pemberian ASI juga perlu diketahui

27

• Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum biasanya tampak lemah,

lebih rewel, atau tampak lebih toksik

bila sudah terjadi komplikasi

pada pemeriksaan kepala leher penting untuk dievaluasi tanda- tanda dehidrasi (mata cowong, bibir kering) bila terjadi diare yang berat sampai menimbulkan dehidrasi

Pemeriksaan intra oral evaluasi lidah apakah didapatkan Tifoid Tongue dengan pinggir yang hiperemi sampai tremor.

II.6 Diagnosis

28

• Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Thorax

pada umumnya jarang

didapatkan kelainan,

II.6 Diagnosis

29

• Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Abdomen

adalah yang paling penting dari pemeriksaan fisik pada demam tifoid.

Meteorismus dapat terjadi karena pengaruh kuman Salmonella typhi pada intestinal atau akibat pengaruh diare yang diselingi konstipasi.

Bising usus biasanya meningkat

Palpasi organ kemungkinan didapatkan hepato-splenomegali ringan permukaan rata dengan nyeri tekan minimal

II.6 Diagnosis

30

• Pemeriksaan Penunjang

(Darah Lengkap)

Leukosit cenderung normal atau bahkan

sampai leukopenia.

Bila sudah terjadi komplikasi berupa perdarahan usus sangat mungkin didapatkan anemia

II.6 Diagnosis

31

• Pemeriksaan Penunjang

(Uji Widal)

deteksi antibodi

terhadap kuman Salmonella typhi.

terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman Salmonella typhi dengan antibodi

hasil dikatakan (+) bila terjadi peningkatan titer O minimal 1/200 atau terjadi kenaikan 4x titer dari fase akut

pada penderita yang sudah sembuh agglutinin O masih tetap dijumpai setelah 4-6 bulan, sedangkan agglutinin H dapat menetap 9-12 bulan.

II.6 Diagnosis

32

• Pemeriksaan Penunjang (Kultur)

hasil biakan darah yang positif memastikan demam tifoid

Darah yang diambil sebaiknya secara bedsaide langsung dimasukkan ke media cair empedu (oxgall) untuk pertumbuhan kuman.

Kultur kuman dapat diambil dari darah, urin, atau feses

Arti diagnostik yang penting didapat dari gall kultur (kultur di media biakan empedu) karena kemampuan hidup bakteri salmonella sangat tinggi di media ini

II.6 Diagnosis

33

• Pemeriksaan Penunjang (Serologi)

IgM anti Salmonella atau TUBEX test adalah pemeriksaan diagnostik in vitro semikuantitatif yang cepat dan mudah untuk mendeteksi infeksi Tifoid akut

mendeteksi antibody IgM terhadap antigen Lipo Polisakarida bakteri Salmonella typhi dengan sensitivitas dan spesifitas mencapai > 95%

II.6 Diagnosis

34

• Pemeriksaan Penunjang (Radiologi)

bukan merupakan pemeriksaan wajib untuk menegakkan diagnosa.

II.6 Diagnosis

35

• Pemeriksaan Penunjang (Radiologi)

• Foto Polos abdomen (BOF), bila diduga sudah terjadi komplikasi intestinal seperti perforasi usus. Gambaran yang tampak bisa distribusi udara yang tidak merata, air fluid level, bayangan radiolusen di daerah hepar, tanda- tanda udara bebas dalam cavum abdomen.

II.6 Diagnosis

36

• Diagnosis Banding yang paling mungkin untuk demam Tifoid pada anak (terutama pada stadium akut) :

• Gastroenteritis• Common Cold• ISK• Sind. Influenza

II.7 Diagnosis Banding

37

• Ada 3 Prinsip utama penatalaksanaan Demam tifoid• Istirahat dan perawatan

• Diet dan terapi penunjang

• Pemberian Antibiotika

• Ditambah dengan terapi bila didapatkan penyulit seperti delirium sampai koma atau perforasi usus.

II.8

Penatalaksanaan

38

• Menjaga hygiene pribadi termasuk kualitas makanan yang dikonsumsi

• Preventif dan control penularan

• Vaksinasi

II.9

Pencegahan

39

• VAKSINASI

ada 2 jenis pemberian vaksin demam tifoid

- Oral : Ty21a berisi kuman hidup yang dilemahkan (attenuated)

II.9 Pencegahan

Diberikan 3x dengan selang waktu 1 hari dapat memberi perlindungan sampai 6 tahun

Untuk anak- anak diberikan pada usia diatas 2 tahun

40

• VAKSINASI

-Parenteral : ViCPs merupakan vaksin inactivated fraksional

II.9 Pencegahan

Diberikan pada usia > 2 tahun dan di booster tiap 3 tahunUntuk anak- anak diberikan pada usia diatas 2 tahun

Kemasannya di dalam prefilled syringe 0,5 cc dan diberikan secara Intra Muskuler.

lebih sering menyebabkan reaksi efek samping serta tidak seefektif dibandingkan dengan pemberian peroral

41

• Komplikasi Intraintestinal

Perdarahan Usus, infeksi terutama pada ileum terminal dapat terbentuk tukak/luka, Bila luka menembus lumen usus dan mengenai pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan. Perdarahan juga dapat terjadi gangguan koagulasi darah

Perforasi usus, bila luka sampai menembus dinding usus maka

dapat terjadi perforasi usus. penderita demam tifoid dengan perforasi usus akan mengeluh nyeri perut yang hebat terutama di daerah kuadran kanan bawah lalu menyebar ke seluruh lapang perut

II.10

Komplikasi

42

• Komplikasi Extraintestinal

manifestasi neuropsikiatrik yang mana sering terjadi delirium dan atau Sindroma Otak Organik yang lain.

Hal ini sering juga disebut sebagai tifoid toxic atau tifoid ensefalopati

Pengobatannya ditambah dengan Kortikosteroid (dexamethasone) 3x5 mg.

II.10 Komplikasi

43

• Prognosis pasien demam tifoid tergantung ketepatan terapi, usia, keadaan kesehatan sebelumnya dan ada tidaknya komplikasi

• Individu yang mengeluarkan Salmonella typhi lebih dari 3 bulan setelah infeksi umumnya menjadi carier yang kronis

II.11

Prognosis

44

• Demam tifoid pada anak disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella typhi yang ditularkan melalui jalur fecal-oral yang mana pada nantinya akan masuk ke saluran cerna dan melakukan replikasi dapal ileum terminal.

• Demam tifoid pada anak memiliki gejala yang cukup spesifik berupa demam, gangguan gastro intestinal, dan gangguan saraf pusat

• Diagnosis cukup ditegakkan secara klinis. Bila mungkin ditunjang dengan DL, WIDAL, Kultur, dan Serologi

III.

Kesimpulan

45

• Penatalaksanaan penyakit ini meliputi 3 pokok utama yaitu: istirahat dengan tirah baring yang cukup, Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein Rendah Serat, dan Antibiotika

• Komplikasi terdiri dari Intraintestinal dan ekstraintestinal

• Pencegahan demam tifoid terutama menjaga sanitasi, mengurangi makanan yang memiliki resiko tertular penyakit ini, serta dengan vaksinasi

III.

Kesimpulan

46

47

top related