Transcript
Cahya Daris Tri Wibowo. H2A008008
PEMBIMBING : dr. HARYADI IBNU JUNAEDI, SpB
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH UMUMFAKULTAS KEDOKTERAN UNIMUS
RSUD TUGUREJO SEMARANG2013
REFERATBENIGN PROSTAT HYPERPLASIA (BPH)
PENDAHULUAN
Pembesaran prostat benigna pada pria yang memasuki usia lanjut. Istilah BPH atau benign prostatic hyperplasia sebenarnya merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat penambahan sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat1,2,3
Suatu penelitian prevalensi BPH yang bergejala pada pria berusia 40–49 tahun mencapai hampir 15%. Angka ini meningkat dengan bertambahnya usia, sehingga pada usia 50–59 tahun prevalensinya mencapai hampir 50% dan pada usia 60 tahun mencapai angka sekitar lebih 50%.
Colok dubur atau digital rectal examina-tion (DRE) merupakan pemeriksaan yang penting pada pasien BPH dapat diperkirakan adanya pembesaran prostat, konsistensi prostat, dan adanya nodul yang merupakan salah satu tanda dari keganasan prostat5.
BPH terjadinya obstruksi saluran kemih cara mulai dari tindakan yang paling ringan yaitu secara konservatif (non operatif) sampai tindakan yang paling berat yaitu pembedahan
ANATOMIKelenjar prostat adalah salah satu organ
genitalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-buli dan membungkus uretra posterior.
Prostat berbentuk seperti pyramid terbalik dan merupakan organ kelenjar fibromuskuler yang mengelilingi uretra pars prostatica.
Bila mengalami pembesaran organ ini menekan uretra pars prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran urin keluar dari buli-buli.
Prostat merupakan kelenjar aksesori terbesar pada pria; tebalnya ± 2 cm dan panjangnya ± 3 cm dengan lebarnya ± 4 cm, dan berat 20 gram.
DEFINISI
Hiperplasia Prostat Benigna sebenarnya adalah suatu keadaan dimana kelenjar periuretral prostat mengalami hiperplasia yang akan mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer.
ETIOLOGI
(1) Teori Dihidrotestosteron, (2) Adanya ketidakseimbangan antara
estrogen-testosteron, (3) Interaksi antara sel stroma dan sel epitel
prostat, (4) Berkurangnya kematian sel (apoptosis), (5) Teori Stem sel.5
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIK
Obstruksi Iritasi
Hesistansi
Pancaran miksi lemah
Intermitensi
Miksi tidak puas
Distensi abdomen
Terminal dribbling (menetes)
Volume urine menurun
Mengejan saat berkemih
Frekuensi
Nokturi
Urgensi
Disuria
Terdiri atas gejala obstruksi dan iritasi :
PEMERIKSAAN FISIKPemeriksaan colok dubur / digital rectal
examination ( DRE )
Derajat berat obstruksi dapat diukur dengan menentukan jumlah sisa
urin setelah miksi spontan. Sisa urin ditentukan dengan mengukur urin yang masih dapat keluar dengan kateterisasi.
PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratorium
Sedimen urinKultur urinFaal ginjalTumor marker PSA ( Prostat Spesifik Antigen)
Radiologi Foto polos abdomenUSGSistokopi
KOMPLIKASIHiperplasia Prostat
↓Penyempitan lumen uretra posterior
↓Tekanan intravesika meningkat↓ ↓
Buli-buli: Ginjal dan ureter:Hipertrofi otot detrusor Refluks VU
Trabekulasi HidroureterSelula HidronefrosisDivertikel buli-buli Gagal ginjal
PENATALAKSANAAN
Observasi Medikamentosa Operasi Invasive minimal
Watchful waiting
Penghambat adrenergik α
Prostatektomi terbuka
TUMT TUBD Stent uretra TUNA
Penghambat reduktese α
Endourologi
Fisioterapi 1. TURP2. TUIP3. TULP
Elektovaporasi
Hormonal
Watchfull Waiting
Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor IPSS dibawah 7, yaitu keluhan ringan yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. (1) jangan mengkonsumsi kopi atau alcohol
setelah makan malam, (2) kurangi konsumsi makanan atau minuman
yang mengiritasi buli-buli (kopi/cokelat), (3) batasi penggunaan obat-obat influenza yang
mengandung fenilpropanolamin, (4) kurangi makanan pedas dan asin (5) jangan menahan kencing terlalu lama.
Medikamentosa
Penghambat reseptor adrenergik α. 5
Mengendurkan otot polos prostat dan leher kandung kemih, yang membantu untuk meringankan obstruksi kemih disebabkan oleh pembesaran prostat di BPH.
Penghambat 5 α reduktase 5
Obat ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan dihidrotestosteron (DHT) dari testosterone yang dikatalisis oleh enzim 5 α reduktase di dalam sel prostat.
TERAPI INVANSIF MINIMAL
Microwave transurethral. memanaskan dan menghancurkan jaringan
prostat yang berlebih
TUNA (Trans Urethral Needle Ablation)memberikan energy radiofrekuensi tingkat
rendah melalui jarum kembar untuk region prostat yang membesar
PEMBEDAHAN
TURP (Trans Urethral Reseksi Prostat)
OPEN SURGERYJika cara transurethral tidak dapat digunakan,Open surgery sering dilakukan ketika kelenjar
sangat membesar (>100 gram), ketika ada komplikasi, atau ketika kandung kemih telah rusak dan perlu diperbaiki.
OPERASI LASERSerat laser melalui uretra ke dalam prostat
menggunakan cystoscope dan kemudian memberikan beberapa semburan energi yang berlangsung 30 sampai 60 detik. Energi laser menghancurkan jaringan prostat dan menyebabkan penyusutan.
DAFTAR PUSTAKA1. Kozar Rosemary A, Moore Frederick A. Schwartz’s Principles of Surgery
8th Edition. Singapore: The McGraw-Hill Companies, Inc; 20052. Mansjoer A, Suprahaita, Wardhani. 2000. Pembesaran Prostat Jinak.
Dalam: Kapita selekta Kedokteran. Media Aesculapius, Jakarta ; 329-344.3. Mulyono, A. 1995. Pengobatan BPH Pada Masa Kini. Dalam :
Pembesaran Prostat Jinak. Yayasan penerbit IDI, Jakarta ; 40-48.5.4. Purnomo, Basuki B. Dasar – Dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta : Sagung
Seto.5. Rahardjo, J. 1996. Prostat Hipertropi. Dalam : Kumpulan Ilmu Bedah.
Binarupa aksara, Jakarta ; 161-703.6. Ramon P, Setiono, Rona,
Buku Ilmu Bedah, Fakultas KedokteranUniversitas Padjajaran ; 2002: 203-75.
7. Sabiston, David. Sabiston : Buku Ajar Bedah. Alih bahasa : Petrus. Timan. EGC. 1994.
8. Sjafei, M. 1995. Diagnosis Pembesaran Prostat Jinak. Dalam : Pembesaran Prostat Jinak. Yayasan Penerbit IDI, Jakarta ; 6-17
9. Sjamsuhidajat R, De Jong W. 1997. Tumor Prostat. Dalam: Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 1997; 1058-64.
10. Umbas, R. 1995. Patofisiologi dan Patogenesis Pembesaran Prostat Jinak. Yayasan penerbit IDI, Jakarta ; 1-52.
TERIMA KASIH
top related