PROGRAM STUDI S STIKES KUSUMA HUSADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-vivikrisro... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan
Post on 16-Feb-2018
214 Views
Preview:
Transcript
PENGALAMAN IBU DALAM MENANGANI ANAK TERSEDAK PADA
USIA TODDLER
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
PROGRAM STUDI S
PENGALAMAN IBU DALAM MENANGANI ANAK TERSEDAK PADA
TODDLER DI POSYANDU DUSUN KALONGAN PAPAHAN
TASIKMADU
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh :
VIVI KRIS ROHMAWATI
NIM. S11047
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
PENGALAMAN IBU DALAM MENANGANI ANAK TERSEDAK PADA
DI POSYANDU DUSUN KALONGAN PAPAHAN
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
1 KEPERAWATAN
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
PENGALAMAN IBU DALAM MENANGANI ANAK TERSEDAK PADA
USIA TODDLER DI POSYANDU DUSUN KALONGAN PAPAHAN
TASIKMADU
Oleh :
VIVI KRIS ROHMAWATI
NIM. S11047
Telah disetujui untuk dapat dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Wahyuningsih safitri S.Kep,.Ns,.M.Kep
NIK.201279102
Anissa Cindy Nurul Afni S.kep,.Ns,.M.Kep
NIK.201188087
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Vivi Kris Rohmawati
Nim : S.11047
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun
diperguruan tinggi lain.
2. Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain,kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukkan Tim
Penguji.
3. Dalam karya tulis initidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
di publikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku
diperguruan tinggi ini.
Surakarta, 10 Agustus 2015
Yang membuat pernyataan
Vivi Kris Rohmawati
NIM.S11047
iv
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atasrahmat
dan karunia-Nya, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi denganjudul
“Pengalaman Ibu Dalam Menangani Anak Tersedak Pada Usia Toddler di
Dusun Kalongan Papahan Tasikmadu” Dalam penyusunanskripsi ini, peneliti
banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagaipihak, oleh karena itu
pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih danpenghargaan yang
setinggi-tingginya kepada :
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns,M.Kep selaku Ketua program Studi S-1
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Wahyuningsih Safitri, S.Kep.,Ns,M.Kep selaku Pembimbing Utama yang
telah memberikan bimbingan serta arahan selama proses pembuatan
skripsi.
4. Anissa Cindy Nurul Afni, S.Kep.,Ns,M.Kep selaku Pembimbing
Pendamping yang telah memberikan bimbingan, masukan dan saran dalam
proses penyusunan skripsi.
5. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns,M.Kep selaku Penguji yang telah
memberikan bimbingannya.
6. Seluruh dosen dan staf akademik Program Studi S-1 Keperawatan STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
v
7. Ibu Santi selaku Bidan Desa di Dusun Kalongan Papahan Tasikmadu yang
telah bersedia memberi izin agar institusinya dijadikan tempat penelitian.
8. Orang tua ku tercinta Bapak Suyatno, Ibu Sri suryani dan keluarga Bapak
Suparno serta adik – adik ku, yang selalu tak henti – hentinya mendoakan
dan selalu memberikan motivasi serta dukungan terbesar kepada penulis.
9. Octavian Muhammad Sakti yang selalu senantiasa memberikan semangat
sehingga skripsi ini bisa selesai.
10. Didik Pamungkas, Merlyn Gischa Sofyana, Novita Chrussiawati, dan
Teman-teman angkatan 2011 / S11 tersayang, yang saling mendukung dan
membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.
Semoga segala bantuan dan kebaikan, menjadi amal sholeh yang akan
mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT
.
Selanjutnya peneliti sangat mengharapkan masukan, saran dan kritik demi
perbaikan skripsi ini sehingga dapat digunakan untuk pengembangan ilmu dan
pelayanan keperawatan.
Surakarta, 10 Agustus 2015
Vivi Kris Rohmawati
NIM.S11047
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN............................................................................... iii
KATA PENGHANTAR ............................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
ABSTRAK ..................................................................................................... xi
ABSTRACT ................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6
2.1 Tinjauan Teori ....................................................................... 6
2.1.1 Pengalaman................................................................. 6
2.1.2 Pengetahuan ............................................................... 6
2.1.3 Perilaku ...................................................................... 12
2.1.4 Fase Toddler .............................................................. 13
2.1.5 Tersedak ...................................................................... 14
2.2 Kerangka Teori ....................................................................... 23
2.3 Fokus Penelitian ..................................................................... 24
2.4 Keaslian Penelitian ................................................................. 25
BAB III METODOLOGI ............................................................................ 26
3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian ............................................ 26
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 27
3.3 Populasi dan Sampel .............................................................. 27
vii
3.4 Instrumen dan Pengumpulan Data.......................................... 28
3.5 Analisa Data ........................................................................... 31
3.6 Keabsahan Data ...................................................................... 32
3.7 Etika Penelitian ...................................................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 35
4.1 Karakteristik Partisipan .......................................................... 35
4.2 Tema Hasil Penelitian .............................................................. 36
BAB V PEMBAHASAN .............................................................................. 43
5.1 Pengetahuan Ibu Tentang Anak Tersedak pada Usia
Toddler ................................................................................... 43
5.1.1 Kegawatan respirasi ..................................................... 43
5.1.2 Penyebab tersedak ....................................................... 45
5.2 Pengalaman Ibu dalam Menangani Anak Tersedak pada
Usia Toddler ............................................................................ 47
5.2.1 Faktor resiko terjadi tersedak ........................................ 47
5.2.2 Penanganan tersedak ..................................................... 49
5.2.3 Lokasi kejadian tersedak ............................................... 50
5.3 Tindakan yang Dilakukan Ibu untuk Pencegahan Agar
Tidak Tersedak pada Anak Usia Toddler ................................ 51
5.3.1 Pencegahan tersedak ..................................................... 51
5.4 Respon Psikologi Ibu dalam Menangani Anak Tersedak
pada Usia Toddler .................................................................... 52
5.4.1 Reaksi psikologis orangtua ............................................ 52
5.4.2 Respon anak saat kejadian tersedak .............................. 54
BAB VI PENUTUP ....................................................................................... 57
6.1 Kesimpulan ............................................................................. 57
6.2 Saran ....................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
1.1 Keaslian Penelitian 25
4.1 Karakteristik Partisipan 35
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Keterangan Halaman
2.1 Menekan diatas pusar 19
2.2 Buka jalan nafas 20
2.3 Memberikan bantuan pernafasan 21
2.4 Hentakan diatas perut 21
2.5 Pengecekan denyut nadi. 22
2.6 Kompresi dada 22
2.7 Kerangka Teori 23
2.8 Fokus penelitian 24
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Keterangan
1. Surat Ijin Studi Pendahuluan Penelitian
2. Surat Rekomendasi Pra Penelitian Kesbangpol
3. Surat Rekomendasi Pra Penelitian Bapeda
4. Surat Rekomendasi Pra Penelitian Dinas Kesehatan
5. Permohonan Ijin Penelitian
6. Surat Rekomendasi Penelitian Kesbangpol
7. Surat Rekomendasi Penelitian Bapeda
8. Surat Rekomendasi Penelitian Dinas Kesehatan
9. Lembar Penjelasan Penelitian
10. Lembar Persetujuan Partisipan
11. Lembar Pedoman Wawancara
12. Lembar Hasil Wawancara
13. Lembar Analisa Tematik
14. Data Demografi
15. Dokumentasi
16. Lembar Konsultasi
17. Jadwal Peneliti
xi
Program Studi S-1 Keperawatan
Stikes Kusuma Husada Surakarta
2015
Vivi Kris Rohmawati
Pengalaman Ibu Dalam Menangani Anak Tersedak Pada Usia Toddler Di
Posyandu Dusun Kalongan Papahan Tasikmadu
Abstrak
Tersedak merupakan sumbatan atau hambatan respirasi oleh benda asing
yang menyempit pada saluran napas internal, termasuk faring, hipofaring, dan
trakea. penyebab utama tersedak adalah makanan, koin, atau minuman. Faktor
predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya tersedak terutama pada usia 1 – 4
tahun anak sering memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengalaman ibu dalam menangani anak tersedak pada
usia toddler.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
fenomenologis. Data ini diperoleh dari wawancara mendalam terhadap 3
partisipan di Posyandu Dusun Kalongan Papahan Tasikmadu. Data dianalisa
menggunakan Colaizzi. Kemudian data dianalisa dan didapatkan kata kunci,
makna – makna dan tema – tema. Hasil penelitian didapatkan beberapa tema yaitu
(1) pengetahuan : (a) kegawatan respirasi; (b) penyebab tersedak. (2) pengalaman
: (a) factor resiko terjadinya tersedak; (b) penanganan tersedak; (c) lokasi kejadian
tersedak. (3) pencegahan : (a) pencegahan tersedak. (4) respon : (a) reaksi
psikologis orangtua; (b) respon anak saat terjadi tersedak.
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi para ibu yang
mempunyai anak toddler. Ibu dapat menjauhkan benda – benda yang mudah
ditelan oleh anak, dan dapat melakukan pengawasan bagi anak usia toddler.
Kata kunci : Tersedak, Pengalaman, Menangani
Daftar pustaka : 37 (2001-2014)
xii
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015
Vivi Kris Rohmawati
Mothers’ Experience in Handling the Choking Toddlers at Integrated Health
Center of Kalongan Village, Papahan, Tasikmadu
ABSTRACT
Choking is a blockage or obstruction of respiration by foreign objects in
the internal respiratory tract, including the pharynx, hypopharynx, and trachea.
The main causes of choking are food, coins, or drinks. Predisposing factor that
causes choking of the children especially at the ages of 1-4 years old is that they
often put things in their mouth. The objective of this research is to investigate the
mothers’ experience in handling the choking toddlers.
This research used the qualitative method with phenomenological
approach. The samples of research consisted of 3 participants at Integrated Health
Center of Kalogan village, Papahan Tasikmadu. The data were collected through
in-depth interview and were analyzed by using the Colaizzi’s method. The result
of research shows that there were four themes, namely: (1) knowledge i.e (a)
respiratory gravity and (b) cause of choking; (2) experience i.e. (a) choking risk
factor, (b) choking handling, and (c) choking location; (3) prevention i.e (a)
choking prevention; (4) response i.e. (a) psychological reaction of parents and (b)
toddlers’ response while choking.
The result of this research could provide information for mothers who
have toddlers. Mothers could keep far away the articles easily swallowed from
their toddlers, and can conduct surveillance upon their toddlers.
Keywords: Choking, experience, handling
References: 37 (2001-2014)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Usiatoddler adalah anak yang berusia 12-36 bulan atau 1-3 tahun
dimana anak pada usia mengalami masa eksplorasi lingkungan yang intensif
karena anak berusaha mencari tahu bagaimana semua yang dapat terjadi
(Wong, 2009). Pada usia 12 bulan, anak mampu menggenggam benda yang
sangat kecil tapi tidak mampu melepas sesuai keinginannya. Memasuki usia
15 bulan, toddler dapat menjatuhkan benda kecil ke dalam botol berleher
sempit dan melempar serta menangkap bola. Selanjutnya, di usia 18 bulan
toddler mampu melempar bola tanpa kehilangan keseimbangan(Potter &
Perry, 2005).
Menurut World Health Organization (WHO) sekitar 17.537 anak-
anak berusia 3 tahun atau lebih muda sangat berbahaya karena tersedak,
sebesar (59,5%) berhubungan dengan makanan, (31,4%) tersedak karena
benda asing, dan sebesar 9,1% penyebab tidak diketahui. (Committee on
injury, 2010). Prevalensi di Amerika Serikat didapatkan kasus tersedak pada
anak usia dibawah 4 tahun sebesar 710, terjadi pada anak dibawah usia 1
tahun sebesar 11,6%, kasus terjadi pada usia 1 hingga 2 tahun sebesar 36,2%
terjadi pada usia 2 tahun hingga 4 tahun sebesar 29,4% (AAP, 2010).
Berdasarkan data dari Departemen Dinas Kesehatan Nasional
menunjukkan penyebab tersedak adalah benda asing biji – bijian sejumlah 105
2
pasien, 82 pasien tersedak benda asing kacang – kacangan, sayuran
79 pasien, lainnya tersedak disebabkan oleh logam, makanan, dan tulang ikan
(Depdiknas, 2007).
Tersedak adalah sumbatan atau hambatan respirasi olehbenda asing
yang menyempit pada saluran napas internal, termasuk faring, hipofaring, dan
trakea. Penyempitan jalan napas bisa berakibat fatal jika itu mengarah pada
gangguan serius oksigenasi dan ventilasi(Smith, 2003). Aspirasi benda asing
di traktus trakeobronkhial sering terjadi pada usia lebih muda dari tiga tahun
(75-85%) dimana prevalensi lebih tinggi terjadi pada anak laki-laki. Gejala
dan tanda yang paling sering dijumpai pada penderita aspirasi benda asing di
traktus trakheobronkial adalah batuk dan rasa tercekik (54,9% -
94,4%)(Fadhlia, 2011).
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana
diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan
semakin luas pula pengetahuannya(Dewi & Wawan, 2010). Pengetahuan
merupakan hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang
dimilikinya (mata, hidung, telinga) dan ibu yang tahu tentang cara penanganan
anak tersedak, ibu akan lebih paham dan memiliki perilaku yang baik dan
penanganan tersedak pada anak (Notoatmodjo, 2010).
Hasil wawancara secara insedintal dangan 9 ibu yang anaknya
pernah tersedak pada bulan Desember 2014 didapatkan 3 ibu mengatakan
tersedak karena makan permen, 1 ibu mengatakan anaknya tersedak karena
mainan, 1 ibu mengatakan anaknya tersedak karena kelereng, 2 ibu
3
mengatakan anaknya tersedak karena makan kacang – kacangan, 1 ibu
mengatakan anaknya tersedak makanan mangga, 1 ibu mengatakan anaknya
tersedak bakso. Ibu mengatakan merasa cemas dan bingung dengan kondisi
anaknya yang tersedak. Tindakan yang di lakukan anatara lain memanggil
tetangga untuk segera menolong anaknya, memberikan minuman, dan ada
juga yang menepuk leher anaknya agar makanan atau benda asing keluar.
Berdasarkan data tersebut menunjukkan ibu yang memiliki anak
tersedak diberikan penanganan yang berbeda – beda. Oleh karena itu peneliti
ingin meneliti tentang pengalaman ibu dalam menangani anak tersedak di
posyandu Dusun Kalongan.
1.2 Rumusan masalah
Usiatoddlermerupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif
karena anak berusaha mencari tahu bagaimana semua yang dapat terjadi dan
anak lebih suka memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya. Apabila
kurang pengawasan dari orang tua anak dapat menyebabkan tersedak. Maka
rumusan masalah dalam peneliti ini adalah “Bagaiamana pengalaman ibu
dalam menangani anak tersedak pada usia toddler”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui pengalaman ibu dalam menangani anak tersedak pada usia
toddler?
4
1.3.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini:
1. Mengetahui pengetahuan ibu tentang anak tersedak pada usiatoddler?
2. Mengetahui pengalaman ibu dalam menangani anak tersedak pada
usia toddler?
3. Mengetahui tindakan yang dilakukan ibu untuk pencegahan agar tidak
tersedak pada anak usiatoddler?
4. Mengetahui respon psikologi ibu dalam menangani anak tersedak
pada usiatoddler?
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Masyarakat
Masyarakat mengetahui tentang kejadian tersedak terkait dengan
pengalaman orang tua dalam menangani anak yang tersedak sehingga
masyarakat dapat mengantisipasi kejadian tersedak.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai masukan bagi Institusi Prodi S1 Keparawatan Stikes
Kusuma Husada Surakarta dalam memberikan ilmu terkait
kegawatdaruratan komunitas, sehingga dapat meningkatkan mutu
pendidikan.
5
1.4.3 Bagi Peneliti Lain
Sebagai saran menjadi acuan untuk dapat diteliti kembali dengan
factor - faktor yang mempengaruhi tersedak, sehingga dapat menanbah
ilmu pengetahuan dalam penanganan tersedak.
1.4.4 Bagi Peneliti
Peneliti diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dengan masyarakat tentang mencari informasi kejadian
tersedak dan peneliti terkait dengan tersedak memberikan pengetahaun
bagi peneliti tentang pengalaman masyarakat dalam menangani tersedak
usia toddler.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengalaman
Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami
(dijalani, dirasai, ditanggung). Pengalaman dapat diartikan juga sebagai
memori episodik, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa
yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu,
yangberfungsi sebagai referensi otobiografi(Alwi,2005). Pengalaman
merupakan suatu sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi pada masa yang lalu. Pengalaman seseorang individu
tentang berbagai hal biasanya diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam
proses pengembangan misalnya sering mengikuti organisasi
(Notoatmodjo, 2010).
2.1.2 Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil ‘’tahu” pengindraan manusia
terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
7
penciuman, rasa dan melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif
merapakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2010).Pengetahuan itu
sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat
erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa
dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas
pula pengetahuannya. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek
mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek
ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin banyak aspek
positif dan objek yang diketahui (Dewi & Wawan, 2010).
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, (2010) pengetahuan seseorang
terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda-
beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan antara
lain:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori
yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.Oleh sebab
itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah.Dalam peneliti ini ibu tahu tentang tersedak dimana kondisi
jalan nafas yang membahayakan pada anak.
8
b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap
objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang
tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang
objek yang diketahui tersebut. Dalam peneliti ini penyebab utama
tersedak makanan, benda asing.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah
memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau
mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui tersebut pada situasi
yang lain. Dalam peneliti ini ibu dapat melakukan tindakan dengan
cara menepuk- menepuk dan memberikan minum.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk
menjabarkan dan memisahkan, dan mencari hubungan antara
komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau
objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah
sampai pada tingkatanalisis adalah apabila orang tersebut telah
dapat membedakan, atau mengelompokan, membuat diagram
(bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Dalam
penelitian ini kemampuan analisis yaitu menepuk - menepuk
punggung, memberi minum, mengambil menggunakan jari dan
akibat apabila tidak dilakukan akan menyebabkan kematian.
9
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan seseorang
untuk merangkum atau meletakan dalam satu hubungan yang logis
dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata
lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.Dalam penelitian ini
tindakan yang dilakukan ibu adalah melakukan menepuk –
menepuk punggung pada anaknya.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang
untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek
tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri. Analisis adalah apabila orang
tersebut telah dapat membedakan, atau mengelompokan, membuat
diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Dalam
penelitian evaluasi pada ibu saat tindakan menepuk punggung
belum dapat mengatasi tersedak karena ibu belum tahu
mempraktekkan cara yang benar pada anak tersedak.
10
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Mubarak, (2007) ada tujuh faktor-faktor
yangmempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu :
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan
seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar
mereka dapat memahami. Semakin tinggi pendidikan
seseorang maka mudah pula mereka menerima informasi
lebih baik pengetahuan yang dimilikinya.
b. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan
terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologis
(mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat
kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan
proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri
baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada
aspek psikologis dan mental taraf berfikir seseorang
semakin matang dan dewasa.
c. Minat
Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan
yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan
seseorang untuk mencoba menekuni suatu hal dan pada
akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam.
11
d. Pengalaman
Adalah suatu kejadian yang pernah dialami
seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada
kecenderungan pengalaman yang baik seseorang akan
berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman
terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara
psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam
emosi sehingga menimbulkan sikap positif.
e. Kebudayaan
Kebudayaan dalam ruang lingkungan ini adalah
dimana anak kurangnya pengawasan dan ibu juga belum
mengetahuan bagaimana memberikan makanan yang
dapat di cerna pada mulut anak agar tidak terjadi
tersedak.
f. Informasi
Kemudahan memperoleh informasi dapat
membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh
pengetahuan yang baru.
12
2.1.3 Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu
sendiriyang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain
berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca, dan sebagainya(Notoatmodjo, 2010).
2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Notoadmodjo (2010), faktor – faktor yang
mempengaruhi perilaku, antara lain:
a. Faktor predisposisi (predisposing factor), terdiri dari
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan.Pengetahuan
merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dan sebagainya). Sikap merupakan reaksi ataurespon
yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek.
Kepercayaan merupakan kemauan seseorang untuk bertumpu
pada orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya.
Keyakinan merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri
individu (Notoadmodjo, 2010).
b. Faktor pendukung (enabling factor), terdiri dari lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-
sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat
13
steril dan sebagainya. Lingkungan fisik sangat mendukung
terhadap kejadian tersedak pada anak dan para ibu harus sangat
mengontrol benda – benda yang dapat mencederai anak. Fasilitas
kesehatan dalam penelitian ini harusnya dapat di jangkau dengan
mudah, misalnya panggilan darurat namun untuk panggilan
darurat ibu tidak tahu nomor emergency call, sehingga para ibu
hanya dapat melakukan tindakan sebisanya dengan menepuk
punggung.
c. Faktor pendorong (reinforcing factor) terdiri dari sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan
kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Sikap dalam
mempengaruhi perilaku kesehatan itu penting untuk mencari
informasi yang luas terhadap kualitas kesehatan yang baik.
Perilaku dalam penelitian ini perilaku sangat dominan dalam
mendorong terjadinya peningkatan kesehatan. Perilaku dalam
menjaga diri dari berbagai penyakit yang merugikan diri sendiri.
2.1.4 Fase Toddler
1. Tumbuh Kembang Anak Usia Toddler
Tumbuh kembang anak terdiri dari beberapa tahapan dan
tiap-tiap tahapan mempunyai ciri tersendiri (Hidayat, 2006). Fase
toddler adalah anak yang berusia 12-36 bulan atau 1-3 tahun (Wong,
2009).Usia dimana anak pada usia ini mengalami masa eksplorasi
14
lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu
bagaimana semua yang dapat terjadi (Potter & Perry, 2005).
Menurut Beth (2002), tumbuh kembang pada anak
usiatoddler meliputi gerak kasar, gerak halus, bicara, bahasa dan
kecerdasan, bergaul dan bicara. Pada usia 12 – 18 bulan anak mulai
latih anak naik turun tangga, bermain dengan anaka melempar dan
menangkap bola besar kemudian bola kecil, latih anak menunjuk dan
menyebutkan nama - nama bagian tubuh, beri kesempatan kepada
anak untuk melepas pakaiannya sendiri. Pada usia 18 – 24 bulan anak
mulai latih anak berdiri dengan satu kaki, ajari anak menggambar
bulatan, garis setiga dan gambar wajah, latih anak mengikuti perintah
sederhana, latih agar anak mau ditinggalkan untuk sementara waktu.
Pada usia 2 – 3 tahun anak mulai latih anak melompat dengan satu
kaki, ajak anak bermain menyusun dan menumpuk balok, latih anak
mengenal bentuk dan warna, latih anak mencuci tangan dan kaki serta
mengeringkannya sendiri.
2.1.5 Tersedak
1. Pengertian Tersedak
Tersedak adalah sumbatan atau hambatan respirasi
olehbenda asing yang menyempit pada saluran napas internal,
termasuk faring, hipofaring, dan trakea. Penyempitan jalan napas bisa
berakibat fatal jika itu mengarah pada gangguan serius oksigenasi dan
15
ventilasi(Smith, 2003).Tersedak merupakan suatu kondisi dimana
tubuh mengalami gangguan karena terhalangnya jalur pernafasan
bagian atas (Tilong, 2014).Tersedak merupakan kematian paling
sering pada anak-anak di bawah satu tahun dan bahaya tersebut tetap
besar sampai usia lima tahun(Shelov,2004).
2. Penyebab Tersedak
Menurut American Academy of Pediatrics(2010) penyebab
utama tersedak adalah makanan, koin, atau minuman. Penyebab
lainnya adalah cara makan yang salah misalnya, sambil berjalan,
berlari, tidur, bercanda, mengunyah terlalu cepat, atau terlalu
banyakmenyuapimakananke mulutnya.Aspirasi benda asing masih
merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada
anak.Aspirasi bahan makanan merupakan kasus tersering, banyak
penulis telah melaporkan bermacam jenis aspirasi benda asing seperti
biji-bijian, jarum, peniti, kacang, serpihan tulang, mainan, gigi, tutup
pena, serpihan sayuran (Novialdi & Sukri,2010)
3. Jenis – jenis Tersedak
Tersedak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tersedak
ringan dan tersedak berat. Pada tersedak ringan, masih ada pertukaran
udara dan penderita masih sadar dan dapat batuk sekeras – kerasnya
sedangkan pada tersedak berat, penderita akan mengalami beberapa
16
kondisi, seperti buruknya pertukaran udara, masih bisa batuk tapi
lemah atau tidak dapat batuk sama sekali, napas bertambah cepat dan
penderita juga tidak akan bisa berbicara, memegang leher, dan tidak
dapat menarik napas dengan baik (Tilong, 2014).
4. Tanda – tanda Tersedak
Menurut Supartini (2004), Tersedak (tertelan suatu benda)
ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut:
a. Sesak nafas.
b. Pada usia balita, maka balita tersebut akanmemegang lehernya
yang merasa seperti tercekik.
c. Apabila tersedak dalam kategori ringan maka ditandai dengan
batuk-batuk hingga muntah.
d. Apabila tersedak dalam kategori berat maka ditandai dengan
matuk-batuk yang semakin lama semakin jarang dan akhirnya
tidak dapat batuk sama sekali.
e. Wajah membiru dan kemudian pingsan.
f. Penanganan keperawatan:Pada tersedak berat tengkurapkan anak
diatas lengan kiri. Kemudian telapak tangan kanan memukul
punggung anak atau bayi (diantara tulang belikat) sebanyak 5
kali hingga anak tersebuk batuk, muntah , dan menangis.
g. Bawalah anak segera ke Rumah Sakit terdekat.
17
Menurut American College of Emergency Physicians
(2005), tanda tanda tersedak antara lain:
a. ketidakmampuan untuk berbicara.
b. kesulitan bernapas atau pernapasan bising.
c. ketidakmampuan untuk batuk secara sempurna.
d. kulit, bibir dan kuku membiru atau kehitaman.
e. kehilangan kesadaran.
5. Pencegahan Tersedak
Menurut Tilong (2014), pencegahan pada anak tersedak antara lain:
a. Ajari anak agar tidak memasukan sesuatu ke dalam mulut selain
makanan.
b. Jangan berikan makan yang kecil, keras dan bulat.
c. Ajari anak untuk mengunyah makanan dengan benar
d. Awasi anak ketika makan.
e. Jangan biarkan anak berlari-lari ketika makan.
f. Periksa mainan yang memiliki bagian-bagian kecil yang dapat
lepas.
18
6. Penanganan anak tersedak
Menurut AAP (2010), Pertolongan pertama pada anak
tersedak, lakukan RJP setelah itu menelponnomor darurat setelah
mulai mengupayakan penyelamatan. Anda harus memulai
pertolongan pertama, jika:
a. Jika anak tidak bernapas sama sekali (lihat dada tidak bergerak
naik dan turun)
b. Jika jalan nafas terhalang oleh benda asing, maka dikeluarkan
c. Anak tidak bisa batuk, bicara, atau membuat suara suara normal.
d. Anak ditemukan tidak sadarkan diri cek nadi (lakukan RJP).
Jangan memulai pertolongan pertama jika:
a. Anak bisa bernapas, menangis, berbicara, atau bersuaranormal.
b. Anak dapat batuk dengan kuat (Batuk yang kuat berarti tidak ada
penyumbatan).
Penanganan tersedak pada anak usia
1. Jika anak saat tersedak lakukan hentakan di atas perut atau saat
terjadihenti jantung dapat di lakukan RJP
Penanganan tersedak pada anak usiatoddler:
Jika anak saat tersedak lakukan hentakan di atas perut atau saat
terjadihenti jantung dapat di lakukan RJP
Gambar 2.1 Menekan di atas pusar
19
Jika anak saat tersedak lakukan hentakan di atas perut atau saat
2. Resusitasi jantung digunakan saat anak
bernapas atau detak jantung berhenti.
a. Buka jalan nafas
1) Carilah gerakan dada dandaerah perut
2) Dengarkan suara napas
3) Merasakan napas padapipi
4) Terbuka napas seperti yang ditunjukkan
5) Hilangkan benda asingjika ada
jika
Resusitasi jantung digunakan saat anak tidak responsif atausaat
bernapas atau detak jantung berhenti.
jalan nafas
Carilah gerakan dada dandaerah perut
Dengarkan suara napas
Merasakan napas padapipi anda
Terbuka napas seperti yang ditunjukkan
Hilangkan benda asingjika ada, sweep keluardenga
jika terlihat
Gambar 2.2 Buka jalan nafas
20
tidak responsif atausaat
sweep keluardengan jari hanya
3. Menyelamatkan pernapasan
a. Posisi kepala dan dagu dengankedua tangan
sepertiyangditunjukkan
b. Menutup mulut
c. Menjepit
d. Meniup udara yang
anakdan masuk dua kali
4. Melakukan hentakan
Menyelamatkan pernapasan
Posisi kepala dan dagu dengankedua tangan
sepertiyangditunjukkan
Menutup mulut anda di atasmulut anak
epit bagian hidung
Meniup udara yang cukup untukmembuat peningkatan dada
anakdan masuk dua kali
Gambar 2.3 Memberikan bantuan pernafasan
Melakukan hentakan di atas pusar (sampai 5 kali)
Gambar 2.4 Hentakan diatas perut
21
Posisi kepala dan dagu dengankedua tangan
cukup untukmembuat peningkatan dada
Memberikan bantuan pernafasan
Hentakan diatas perut
22
5. Rasakan dalam 10 detik
a. Denyut nadi, cek nafas dalam 3 detik
b. Tidak ada denyut nadi,mulai kompresi dada
Gambar 2.5 Pengecekan denyut nadi.
6. Kompresi dada
a. Kompres dada
b. Lakukan kompresi 5 : 1 kali
c. Kompres dada dalam frekuensi 100 kali per menit
Gambar 2.6 Kompresi dada
23
2.2 Kerangka Teori
Gambar 2.7 Kerangka Teori
(Potter & Perry, 2005;Tilong, 2014;Notoatmodjo, 2010;Alwi, 2005)
Pengetahuan ibu
Perilaku ibu
Faktor – faktor yang
mempengaruhi:
a. Faktor
predisposisi.
b. Faktor
pendukung.
c. Faktor
pendorong.
Pengalaman ibu dalam
menangani anak tersedak pada
usiatoddler
Tumbuh kembang pada anak
usiatoddlermeliputi:
a. Gerak kasar
b. Gerak halus.
c. Bicara,bahasa dan
kecerdasan
d. Bergaul dan bicara.
Penyebab tersedak:
a. Makanan.
b. Benda asing.
c. minuman.
Jenis – jenis tersedak:
a. Tersedak ringan
b. Tersedak berat
Tanda – tanda tersedak:
a. Tidak bisa bicara.
b. Sesak nafas.
c. Kulit biru.
d. Kehilangan kesadaran.
Pencegahan tersedak:
a. Ajari anak agar tidak
memasukkan sesuatu ke
mulut
b. Awasi anak ketika makan
c. Jangan biarkan anak
berlari – lari ketika makan
24
2.3 Fokus penelitian
Gambar 2.8 Fokus Penelitian
Pengetahuan
Perilaku
Pengetahuan
Perilaku
Pengalaman Penanganan tersedak pada
anak usia toddler Pengalaman Pengalaman
Respon
Pencegahan
25
1.4 Keaslian Penelitian
Berdasarkan pengetahuan peneliti melalui penyusunan jurnal,
didapatkan penelitian yang mendukung penelitian yang akan dilakukan
peneliti, sebagai berikut :
Tabel 2.1 Keaslian Penelitian
Nama
Peneliti
Judul Peneliti Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
dr. Fadhlia
2011
Profil penderita
aspirasi benda
asing di traktus
trakheobronkial di
RSUP H.Adam
Malik Medan
tahun 2006-2010
Studi deskiptif Jumlah penderita aspirasi
benda asing di traktus
trakheobronkial selama
periode 5 tahun adalah 50,
36 orang jenis kelamin
laki-laki (72%) dan 14
perempuan (28%),
kelompok umur terbanyak
>3–6 tahun 16 (36%), >0–
3 tahun 14 (28%), tersedak
33 (66%),jenis benda asing
yang terhirup adalah
mainan 29 (58%) lokasi
benda asing terbanyak
adalah bronkus kanan
yaitu 50%,Komplikasi
terjadi pada 5 penderita.
American
Academy
of
Pediatrics
2014
Death of a child in
the emergency
department
Kualitatif dengan
study cohort
Dari hasil ditemukan
bahwa kurangnya
pengawasan orang tua
terhadap anak karena
orang tua terlalu sibuk
dengan pekerjaannya
sendiri. Oleh karena itu
orang tua diharuskan
mengawasi dan menjaga
pengawasan dan menjaga
pengawasan ektra untuk
anaknya saat makan
bermain dan lain – lain.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif yaitu penelitian yang pada
umumnya menjelaskan dan memberikan pemahaman dan interpretasi tentang
berbagai perilaku dan pengalaman manusia (individu) dalam berbagai bentuk
(Afiyanti, 2014). Fenomenologi merupakan pendekatan yang dipakai oleh
peneliti.Polit dan Beck (2006), menyatakan bahwa studi fenomenologi
merupakan suatu pendekatan yang essensial terkait dengan pengalaman
alamiah manusia sepanjang hidupnya dan memberikan gambaran suatu
fenomena yang diteliti melalui hasil daya titik yang mendalam dari peneliti,
diperoleh dari data-data hasil wawancara, tulisan serta pengamatan suatu
fenomena yang diteliti.
Pendekatan fenomenologi dinilai dapat menjelaskan fokus
permasalahan dan realitas yang diteliti secara jelas dan lengkap karena peneliti
akan berusahamemahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-
orang yang biasa dalam situasi tertentu (Sutopo, 2006). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengalaman ibu dalam menangani anak tersedak
pada usia toddler di Posyandu Dusun Kalongan.
27
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Posyandu Dusun Kalongan
Kelurahan Papahan Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar pada
bulan Februari – April 2015.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi yaitu wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Setiadi,
2013). Semua ibu-ibu yang mempunyai anak usia1 - 3 tahun dengan populasi
49 ibu di Posyandu Dusun Kalongan.
Sampel dalam penelitian yaitu sebagaian dari keseluruhan obyek
yang diteliti dan dianggap mewaliki seluruh populasi (Setiadi, 2013).Sampel
yang diteliti 3 partisipan sampel yang dipilih pengalaman ibu dalam
menangani anak tersedak.Teknik pengambilan sampel dilakukan
menggunakan metode purposive sampling(teknik sampel bertujuan) yaitu
sampel yang dipilih berorientasi pada tujuan penelitian individu diseleksi atau
dipilih secara sengaja karena memiliki pengalaman yang sesuai dengan
fenomena yang diteliti sampel ini menetapkan terlebih dahulu kriteria –
kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Sampel berasal dari ibu-ibu yang
mempunyai anak usia 1 - 3 tahun di Posyandu Dusun Kalongan dengan
kriteria:
28
1. Ibu yang anak usia 1-3 tahun.
2. Ibu dengan anak yang mengalami tersedak.
3. Bersedia menjadi responden.
3.4 Instrumen dan Prosedur Pengumpulan Data
1. Instrumen
a. Instrumen inti
Peneliti merupakan instrumen kunci pada penelitian
ini.Peneliti adalah mahasiswa tingkat akhir yang telah mendapatkan
materi kegawatan yang sesuai dengan penelitiannya.Peneliti
termasuk warga desa kalongan sehingga peneliti mengetahui situasi
daerah yang diteliti.Peneliti sebagai instrumen inti yang berusaha
untuk meningkatkan kemampuan diri dalam melakukan wawancara
mendalam.Usaha yang dilakukan berlatih wawancara terlebih
dahulu sebelum pengambilan data kepada partisipan.Pada saat
latihan wawancara peneliti berusaha responsive dalam
berkomunikasi.Keterampilan wawancara kemudian diperbaiki
seiring dengan seringnya melakukan wawancara pada partisipan
berikutnya.
b. Instrumen penunjang
Alat bantudalam pengumpulan data yang digunakan yaitu:
1) Data demografi atau biodata meliputi nama, umur,
alamat,pendidikan.
29
2) Alat tulis meliputi buku dan bolpoin.
3) Alat perekam atau smartphone yang dilengkapi program
voice recorder yang mempermudah peneliti membuat
transkip wawancara. Program tersebut telah dilakukan uji
coba sebelumnya dan mampu merekam suara selama 60
menit. Hasil rekaman dapat disimpan dalam bentuk file MP3.
Alat perekam diisi daya penuh sebelum digunakan dan
menggunakan flight mode on agar tidak terganggu pada saat
proses wawancara.
4) Kamera mendokumentasikan dalam pengambilan gambar
saat wawancara dilakukan peneliti pada partisipan sebagai
bukti nyata dalam pengumpulan data.
5) Peneliti juga melakukan pencatatan sebagai media observasi
non verbal saat pengumpulan data dengan menggunakan
lembar catatan lapangan dan observasi.
6) Pedoman wawancara terstruktur yang terdiri dari 18
pertanyaan mengenai tersedak pada anak usia toddler
sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan wawancara
dengan partisipan.
2. Prosedur pengumpulan data
a. Fase pra interaksi
Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menyelesaikan
ujian proposal dan diperbolehkan melakukan pengambilan data
30
dilapangan. Peneliti mengurus surat ijin pengambilan data yang
dikeluarkan oleh Program Studi S1 Keperawatan Stikes Kusuma
Husada Surakarta kepada Direktur Badan Kesatuan Bangsa dan
Politik. Pengurusan surat ijin kebagian dinas kesehatan
karanganyar untuk mendapatkan ijin penelitian dilakukan pada
tanggal 10 Desember 2014 selama 2 minggu ijin yang diberikan
oleh Kesbangpol selanjutnya dipergunakan peneliti sebagai entery
point pengambilan data melalui ibu posyandu yang mempunyai
anak usia toddler.
Partisipan yang memenuhi kriteria inklusi kemudian
diberikan penjelasan dan memberikan inform consent untuk
menjadi responden penelitian terkait.
b. Fase pelaksanaan
1) Pra wawancara
Peneliti melakukan orientasi dirumah partisipan
selanjutnya melakukan kontrak waktu dengan partisipan
selama ± 30 menit untuk wawancara.
2) Wawancara mendalam
Informasi dari sumber data ini dikumpulkan
dengan teknik wawancara. Dalam penelitian kualitatif
khususnya dilakukan dalam bentuk yang disebut
wawancara mendalam (in-depth interviewi)yaituwawancara
yang dilakukan untuk menemukan permasalahan secara
31
lebih terbuka di mana informan yang diwawancara diminta
pendapat dan ide-idenya, wawancara partisipan dengan
pedoman wawancara pengalaman ibu dengan 17 pertanyaan
selama ± 11 menit di Dusun Kalongan. Suasana saat
wawancara berjalan dengan lancar tidak ada kendala
apapun suasananya tenang.
c. Fase terminasi
Tahap terakhir dalam pengumpulan data dilakukan
terminasi dengan melakukan validasi terhadap data yang
ditemukan kepada partisipan. Setelah semua data divalidasi dan
sesuai dengan apa yang dimaksud oleh partisipan, maka dilakukan
terminasi dengan pemberian reward sebagai ucapan terima kasih
karena telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian dan
menyampaikan bahwa proses penelitian telah selesai.
3.5 Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode
fenomenologis deskriptif dengan metode Colaizzi (Polit & Back 2006),
metode Colaizzi dinilai efektif digunakan dalam penelitian ini, dikarenakan
dengan metode Colaizzi fenomena – fenomena dapat terungkap dengan jelas
sesuai dengan makna – makna yang didapat. adapun langkah – langkah analisa
data adalah sebagai berikut :
32
1. Peneliti dengarkan hasil rekaman dan membaca seluruh hasil penelitian
(transkip) untuk memahami maksud dari setiap pernyataan partisipan.
2. Peneliti membaca ulang dan mendapatkan kata kunci.
3. Peneliti mencari arti atau makna dari setiap kata kunci.
4. Kemudian peneliti mencari makna dan dirumuskan kedalam tema.
a. Mengumpulkan kata – kata kunci yang memiliki makna yang sama
kedalam sebuah subtema.
b. Mengelompokan subtema yang sama kedalam sebuah tema
5. Peneliti mengintergrasikan tema yang didapat kedalam fenomena yang
diteliti.
6. Merumuskan gambaran hubungan antar tema dan sesuaian dengan
fenomena yang diteliti.
7. Memvalidasi tema data yang diperoleh pada partisipan.
3.6 Keabsahan Data
Menurut Sugiyono (2013), keabsahan data dapat dibagi menjadi
beberapa hal sebagai berikut:
1. Kredibility (validitas internal)
Merupakan ukuran tentang kebenaran data yang diperoleh
dengan instrumen, yakni apakah instrumen itu sungguh-sungguh
mengukur variabel yang sesungguhnya. Bila ternyata instrumen tidak
mengukur apa yang seharusnya diukur maka data yang diperoleh tidak
33
sesuai dengan kebenaran, sehingga hasil penelitiannya juga tidak dapat
dipercaya, atau dengan kata lain tidak memenuhi syarat validitas.
2. Transferability (validitas eksternal)
Berkenaan dengan masalah generalisasi, yakni sampai
dimanakah generalisasi yang dirumuskan juga berlaku bagi kasus-kasus
lain diluar penelitian. Dalam penelitian kualitatif, peneliti tidak dapat
menjamin keberlakuan hasil penelitian pada subyek lain. Hal ini
disebabkan karena penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk
menggeneralisir, karena dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan
sampling acak, atau senantiasa bersifat purposive sampling.
3. Dependebility(dependabilitas)
Merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila
dilakukan ulang terhadap gejala yang sama dengan alat pengukur yang
sama.Untuk dapat mencapai tingkat reliabilitas dalam penelitian ini,
maka dilakukan dengan tekhnik ulang atau check recheck.
4. Confirmability (konfirmabilitas)
Peneliti harus berusaha sedapat mungkin memperkecil faktor
subyektifitas. Penelitian akan dikatakan obyektif bila dibenarkan atau
di ”confirm” oleh peneliti lain. Maka obyektifitas diidentikkan dengan
istilah ”confirmability”.
34
3.7 Etika Penelitian
Menurut Afiyanti (2014), keabsahan data dapat dibagi menjadi
beberapa hal sebagai berikut:
1. Informed consent (lembar persetujuan)
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden
dengan memberikan lembar persetujuan menjadiresponden. Tujuannya
agar responden mengetahui maksud dan tujuan peneliti serta dampak yang
diteliti selama pengumpulan data. Jika responden setuju, maka diminta
untuk menandatangani lembar persetujuan. Namun peneliti harus tetap
menghormati hakresponden bila tidak bersedia.
2. Anonimity (tanpa nama)
Merupakan masalah etika dengan tidak memberikan nama
responden pada alat bantu penelitian, cukup dengan kode yang hanya
dimengerti oleh peneliti.
3. Confidentially (kerahasiaan)
Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan
informasi yang diberikan oleh responden. Peneliti hanya melaporkan
kelompok data tertentu saja.
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB IV berisi hasil penelitian dengan cara wawancara dari partisipan.
Partisipan berjumlah 3 orang dan wawancaranya dilakukan dirumah masing –
masing partisipan.
4.1 Karakteristik Partisipan
Tabel 4.1
Karakteristik Informan di Posyandu Dusun Kalongan Papahan Tasikmadu
No Nomor
Kode
Pendidikan
Terakhir
Usia Anak
Nama
Partisipan
Nama
Anak
1. Partisipan 1 SMA 2 tahun NY.W AN.S
2. Partisipan 2 SMA 2 tahun NY.P AN.N
3. Partisipan 3 SLTP 2 tahun NY.Y AN.F
Tabel 4.1 menjelaskan tentang karakteristik Partisipan dalam penelitian ini yaitu
ibu yang memiliki anak usia 1-3 tahun yang mengalami tersedak di Posyandu
Dusun Kalongan Papahan Tasikmadu. Partisipan berjumlah 3 orang. Karakteristik
Partisipan terdiri atas nomor, kode Partisipan, pendidikan terakhir, usia, nama
Partisipan, nama anak.
Hasil wawancara berdasarkan pada tujuan khusus disusun menjadi 8 tema
yaitu 1) Kegawatan respirasi 2) Penyebab tersedak 3) Faktor resiko terjadi
tersedak 4) Penanganan tersedak 5) Lokasi kejadian tersedak 6) Pencegahan
tersedak 7) Reaksi psikologis orangtua 8) Respon anak saat kejadian tersedak.
36
4.2 Tema Hasil Penelitian
Tema tersebut disusun oleh kata kunci dan kategori pendukung. Berikut
ini hasil dari peneliti
A. Tema dari Tujuan khusus : Pengetahuan
Tema – tema yang dihasilkan dari pengetahuan: Kegawatan respirasi
dan Penyebab tersedak. Tema ini didapatkan dari analisa terhadap kategori
- kategori yang didapat dari ungkapan keseluruhan dari partisipan. Berikut
penjelasan mengenai beberapa tema tersebut:
1. Kegawatan respirasi
Kegawatan respirasi dirasakan oleh anak partisipan sebagai akibat
dari terjadinya sumbatan nafas oleh benda asing atau tersedak
kegawatan darurat respirasi disusun oleh: Hambatan napas dan
Dampak akhir tersedak.
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai hambatan bernapas :
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai dampak akhir tersedak:
''…menurut saya iya anak kecil menelen benda terus gag bisa
napas tersumbat ditenggorokan…''(P1)
''...tersedak itu yang paling fatal iya bisa menghambat
saluran pernafasan…''...makanan yang belum dicerna
sempurna terus ketelen.''(P2)
''...kita makan terus kita ketelen terus gag nyangkut
ditenggorakan jadi kayak tenggorokankan nya sakit kayak
gitu lho, Iya gag bisa napas mbak kayak orang tercekek gitu
lho…''(P3)
''...iya gag bisa napas darurat, mungkin bisa
meninggal.''(P1, P2, P3)
37
2. Penyebab tersedak
Penyebab tersedak dirasakan oleh anak partisipan sebagai akibat
dari terjadinya tersedak, penyebab tersedak disusun oleh: Benda asing
dan Situasi tersedak
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai benda asing:
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai situasi tersedak:
''...Iya itu tadi mbak dia lagi bermain main pasaran
mbak…''(P3)
Ungkapan diatas merupakan dari ketiga partisipan mengenai
kegawatan respirasi dan penyebab tersedak. Kegawatan respirasi akan
mengakibatkan partisipan mengalami gangguan jalan nafas akibat
tertelan benda asing.
B. Tema dari Tujuan khusus : Pengalaman
Tema – tema yang dihasilkan dari pengalaman: Faktor resiko terjadi
tersedak, Penanganan tersedak, Lokasi kejadian tersedak. Tema ini
didapatkan dari analisa terhadap kategori - kategori yang didapat dari
ungkapan keseluruhan dari partisipan. Berikut penjelasan mengenai
beberapa tema tersebut:
''…anak saya tersedak kelereng.''(P1)
''…permen coklat caca.''(P2)
''Kacang mbak, kacang atom yang warnanya putih kecil –
kecil.''(P3)
38
1. Faktor resiko terjadi tersedak
pengalaman ibu mengenai faktor resiko terjadi tersedak
pada anak meliputi: Kurang pendampingan dan Kurang
Pengawasan
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai kurang pendampingan :
‘
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai kurang pengawasan :
''...Iya kurang lebihnya begitulah pada sibuk sendiri –
sendiri.''...dia sedang bermain sendiri sendiri…''(P1)
''...Itu tadi maem permen sambil lari – lari maem
permen sambil lari – lari terus akhirnya batuk terus
tersedak…''(P2, P3)
''...Iya saya akui iya teledor mungkin karena saya asik
liat anak – anak yang lain main…''(P2)
''...saya ngobrol sama ibu – ibu yang lain eh lha kok
ternyata itu anak saya itu nangis terus megangi leher
kayak gitu itu ternyata tersedak''(P3)
''Iya saya akui iya mbak saat itu kurang pengawasan lha
disitu sebenernya juga lagi dirumahnya temen itu
mbak…''(P1, P3)
''...saya asik liat anak – anak yang lain main anak saya
juga asik – asik lari – lari jadi kurang perhatikan''(P2)
39
2. Penanganan tersedak
Pengalaman ibu mengenai penanganan tersedak pada anak
meliputi: Penolong dan Pertolongan pertama
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai penolong:
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai pertolongan pertama:
3. Lokasi kejadian tersedak
Pengalaman lokasi kejadian tersedak meliputi: Tempat
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai tempat:
''Iya pertama saya tolong sendiri dengan mengeluarkan
berusaha mengeluarkan…''(P1, P2, P3)
''...saya dodok belakang dipunggung itu terus telunjuk jari
saya masukin terus keluar kelerengnya.''(P1)
''Saya tepuk punggung ya saya tepuk – tepuk terus akhirnya
permen nya bisa keluar.''(P2)
''...sambil nangis itu sambil megangi lehernya begitu saya
suruh bungkuk saya tepuk punggungnyalehernya saya
bawahin gitu lho mbak tepuk punggung seperti itu
mbak…''(P3)
’’Dirumah.'' (P1)
’’'Dihalaman tetanggasebelah , waktu main.''(P2, P3)
40
Ungkapan diatas merupakan dari ketiga partisipan mengenai
faktor resiko terjadi tersedak, penanganan tersedak dan lokasi
kejadian tersedak.Resiko terjadinya tersedak diakibatkan kurang
pengawasan dan kurang pendampingan ibu.Pertolongan pertama
yang dapat dilakukan ibu hanya menepuk punggung.
C. Tema dari Tujuan khusus : Pencegahan
Tema yang dihasilkan dari pencegahan: Pencegahan tersedak. Tema
ini didapatkan dari analisa terhadap kategori - kategori yang didapat dari
ungkapan keseluruhan dari partisipan. Berikut penjelasan mengenai
beberapa tema tersebut:
1. Pencegahan tersedak
Pencegahan tersedak pada anak meliputi: Tindakan antisipasi
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai tindakan antisipasi:
''... jelas itu diawasi yang kedua jauhkan benda – benda seperti
neker, Apa iya yang membahayakan anak iya, mungkin kalau
waktu makan diawasi juga suruh duduk kalau makan…''(P1)
''...mungkin mengajarkan dia untuk makan sambil duduk jangan
sambil berlarian jangan sambil ngomong itu kan juga
membikin tersedak.''(P2)
''...mungkin saya lebih mengawasi anaknya dari saat maen
terus saya kasih tau kalau maem harus duduk dek gag boleh
ketawa – ketawa iya wes pokoknya buat pengalaman…''(P3)
41
Ungkapan dari ketiga partisipan mengenai pencegahan tersedak.
Pencegahan tersedak yang dapat dilakukan ibu hanya melakukan
tindakan antisipasi dengan menjauhkan benda asing yang dapat
ketelen dan mengajarkan cara makan yang baik.
D. Tema dari Tujuan khusus : Respon
Tema – tema yang dihasilkan dari respon: Reaksi psikologis orangtua
dan Respon anak saat kejadian tersedak. Tema ini didapatkan dari analisa
terhadap kategori - kategori yang didapat dari ungkapan keseluruhan dari
partisipan. Berikut penjelasan mengenai beberapa tema tersebut:
1. Reaksi psikologis orangtua
Reaksi orangtua terhadap anaknya yang tersedak meliputi:
Kecemasan dan Kemarahan.
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai kecemasan:
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai kemarahan:
''...sampai tau iya pastinya marah kok bisa gitu seperti
itu kalau sampai tau…''(P2, P3)
''Iya takut sekali toh iyo.Iya takut, panik, khawatir nanti
bisa keluar gag.''(P1, P3)
''Panik otomatis iya sebagai seorang ibu saya iya panik
tapi karena sudah tau cara mengantisipasi nya iya saya
buat setenang mungkin nanti kalau saya panik anak nya
panik malah jadi gag karu – karuan’’(P2)
''...Iya takut sekali iya kayaknya masih trauma
sekarang.Mungkin buat pengalaman terus lebih
mengawasi anak.''(P1)
42
2. Respon anak saat kejadian tersedak
Respon anak saat tersedak meliputi: Respon motorik anak
dan Respon psikologis
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai respon motorik anak:
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai respon psikologis:
Ungkapan diatas dari ketiga partisipan merupakan dari reaksi
psikologis orangtua dan respon anak saat terjadi tersedak.Dalam
reaksi psikologis orangtua yaitu meliputi kecemasan dan
kemarahan saat anaknya mengalami tersedak benda asing dan
respon anak saat terjadi tersedak mengalami kejang – kejang,
menangis dan ketakutan.
‘’Iya ketakutan iya yang jelas ketakutan terus kejang –
kejanggitu iya kayak gag bisa napas gitu.’’(P1)
''...kayak gitu nangisnya sampai nangis tersedak iya
pokoknya nangis megap – megapmbak''(P2, P3)
''...maem permen sambil lari – lari terus akhirnya batuk
terus tersedak.''(P2)
''...kayak gag bisa napas gitu,nangis terus mbak…''(P1, P2,
P3)
''...Iya ketakutan iya yang jelas…''(P1, P2)
''...jadi phobia mbak iyo soale tadi udah keselek...''(P3)
43
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pengetahuan Ibu Tentang Anak Tersedak pada Usia Toddler
5.1.1 Kegawatan respirasi
Hasil penelitian menyatakan bahwa kegawatan respirasi
merupakan gangguan jalan nafas yang meliputi hambatan bernafas
berupa menelen, ketelen, tidak bisa nafas, tercekik dan menghambatan
saluran pernafasan sedangkan dampak akhir tersedak berupa kematian.
Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan ibu tentang tersedak itu
hambatan saluran pernafasan yang bisa menyebabkan tidak bisa
bernafas atau makanan yang ketelen ditenggorokan seperti orang
tercekik. Dampak tersedak yang paling fatal kematian.
Definisi kegawatan respirasi merupakan suatu hal yang sering
ditemukan dan ditangani dalam situasi gawat darurat. Aspirasi benda
asing dapat menyebabkan berbagai perubahan mulai dari gejala yang
minimal dan bahkan tidak disadari, sampai gangguan jalan napas dan
dapat menimbulkan kematian (Harry, 2007).
Menurut Kamus Bahasa Indonesia tercekik yaitu ketelen
makanan yang keras sampai tersangkut di tenggorokan (KBBI, 2005).
Hambatan pada jalan napas pada choking, sama halnya dengan
membekap hidung anak. Dimana anak tidak dapat bernapas, karena
sumbatan jalan napas oksigen tidak dapat bertukar dengan
44
karbondioksida di paru-paru, sehingga terjadi gangguan
metabolisme tingkat sel(Daisy & Imral, 2003).
Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas
tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk dan
ukuran benda asing. Diagnosis benda asing di saluran napas
ditegakkan berdasarkan anamnesis adanya riwayat tersedak sesuatu,
tiba-tiba timbul rasa tercekik (Harry, 2007).
Menurut Smith (2003) tersedak merupakan sumbatan atau
hambatan respirasi oleh benda asing yang menyempit pada saluran
napas internal, termasuk faring, hipofaring, dan trakea. Penyempitan
jalan napas bisa berakibat fatal jika itu mengarah pada gangguan serius
oksigenasi dan ventilasi. Tersedak merupakan suatu kondisi dimana
tubuh mengalami gangguan karena terhalangnya jalur pernafasan
bagian atas (Tilong, 2014).
Jenis tersedak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tersedak
ringan dan tersedak berat. Pada tersedak ringan, masih ada pertukaran
udara dan penderita masih sadar dan dapat batuk sekeras – kerasnya
sedangkan pada tersedak berat, penderita akan mengalami beberapa
kondisi, seperti buruknya pertukaran udara, masih bisa batuk tapi
lemah atau tidak dapat batuk sama sekali, napas bertambah cepat dan
penderita juga tidak akan bisa berbicara, memegang leher, dan tidak
dapat menarik napas dengan baik (Tilong, 2014).
45
Prevalensi di Amerika Serikat didapatkan kasus tersedak
pada anak usia dibawah 4 tahun sebesar 710 kasus, terjadi pada anak
dibawah usia 1 tahun sebesar 11,6%, kasus terjadi pada usia 1 hingga 2
tahun sebesar 36,2% dan usia 2 tahun hingga 4 tahun sebesar 29,4%
(American Academy of Pediatrics, 2010).
Berdasarkan pernyataan mengenai kegawatan respirasi yang
diungkapkan oleh partisipan sesuai dengan pernyataan yang telah ada
pada teori yaitu mengungkapkan bahwa kegawatan respirasi adalah
sumbatan jalan nafas yang menyebabkan gangguan jalan nafas akibat
benda asing yang tertelan dan dampak yang paling fatal kematian.
5.1.2 Penyebab tersedak
Hasil penelitian menyatakan bahwa penyebab tersedak
meliputi benda asing berupa kelereng, permen dan kacang dan dari
situasi tersedak ibu mengatakan bahwa penyebab tersedaknya saat
bermain pasaran. Dalam kasus penelitian ibu mengatakan bahwa
penyebab tersedak merupakan benda asing yang berupa kacang,
permen dan kelereng. Kejadian tersedak situasinya saat anak bermain
dengan teman sebayanya mereka asik bermain lari – lari dan bercanda
ketawa – tawa pada akhirnya tersedak.
Penyebab tersedak menurut teori American Academy of
Pediatrics (2010) penyebab utama tersedak adalah makanan, koin,
atau minuman. Penyebab lainnya adalah cara makan yang salah
46
misalnya, sambil berjalan, berlari, tidur, bercanda, mengunyah terlalu
cepat, atau terlalu banyak menyuapi makanan ke mulutnya. Aspirasi
benda asing masih merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas
yang signifikan pada anak. Aspirasi bahan makanan merupakan kasus
tersering, banyak penulis telah melaporkan bermacam jenis aspirasi
benda asing seperti biji-bijian, jarum, peniti, kacang, serpihan tulang,
mainan, gigi, tutup pena, serpihan sayuran (Novialdi & Sukri, 2010).
Usia toddler adalah anak yang berusia 12 - 36 bulan atau 1 -
3 tahun dimana anak pada usia mengalami masa eksplorasi
lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu
bagaimana semua yang dapat terjadi (Wong, 2009).
Menurut World Health Organization (WHO) sekitar 17.537
anak-anak berusia 3 tahun atau lebih muda sangat berbahaya karena
tersedak, sebesar (59,5%) berhubungan dengan makanan, (31,4%)
tersedak karena benda asing, dan sebesar 9,1% penyebab tidak
diketahui (Committee on injury, 2010). Didukung penelitian dari
Yadav (2007) melaporkan aspirasi benda asing paling sering
ditemukan pada anak-anak adalah kacang tanah (52,3%), material
makanan (12,2%), biji- bijian (5,3%), tulang (1,5%), logam (4,5%),
batu (0,8%), tablet (1,2%) dan sisanya tidak ditemukan benda asing.
Pengamatan dari peneliti tersedak menunjukan kejadian yang sangat
banyak di lingkungan masyarakat.
47
Berdasarkan pernyataan dari hasil penelitian tentang
penyebab tersedak sesuai dengan teori yang ada penyebab benda
asing. Kejadian tersedak saat makan sambil lari – lari atau saat
berbicara.
5.2 Pengalaman Ibu dalam Menangani Anak Tersedak pada Usia Toddler
5.2.1 Faktor resiko terjadi tersedak
Hasil penelitian mengatakan bahwa faktor resiko terjadi
tersedak meliputi kurang pendampingan dan kurang pengawasan
karena dari penelitian ibu mengatakan bahwa saat anaknya bermain
tidak memperhatikan pada sibuk sendiri – sendiri bahkan ngobrol
dengan ibu – ibu yang lainnya sampai akhirnya anaknya tersedak dan
ibu juga mengakui kalau dirinya teledor saat mengawasi anaknya
bermain.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia pengertian pendamping
adalah orang yang mendampingi atau menjaga sedangkan
pengawasan memperhatikan baik-baik, dalam arti melihat sesuatu
dengan cermat dan seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali memberi
laporan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya dari apa yang
diawasi. Jadi kurang pendampingan tidak sama artinya dangan
kurang pengawasan. Maka dari itu faktor resiko terjadinya tersedak
karena kurang pendampingan dan kurang pengawasan (KBBI, 2005).
48
Berdasarkan teori beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya tersedak. Aspirasi saluran nafas atas sering terjadi pada
semua golongan umur anak tetapi lebih sering golongan umur anak
dibawah usia 4 tahun. Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan
terjadinya tersedak terutama pada usia 1 – 4 tahun anak sering
memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya, anak sangat aktif
(berlari, berteriak, bermain) mudah jatuh dan menangis dengan benda
didalam mulut mereka dan pertumbuhan gigi yang belum lengkap
untuk menelan yang belum sempurna (Daisy & Imral, 2003).
Tersedak pada seseorang memang terjadi sewaktu - waktu,
berbagai faktor dapat menyebabkan terjadinya tersedak. Salah satu
faktor yang menyebabkan tersedak pada anak ialah perilaku ibu yang
kurang tepat dalam mengasuh anaknya. Ibu yang mempunyai
kebiasaan menyuapi anak sambil membiarkan anaknya bermain,
berlari bahkan makan sambil berbicara maupun tertawa dapat
menyebabkan makanan atau minuman masuk ke dalam saluran
pernapasan, sehingga menghalangi keluar masuknya udara (Iskandar,
Soepardi, 2001).Benda atau makanan ada di dalam mulut, anak
tertawa atau menjerit, sehingga pada saat inspirasi, laring terbuka dan
makanan, minuman atau benda asing masuk ke dalam laring. Anak
tidak bersuara karena obstruksi terletak di laring, terjepit antara pita
suara. Anak akan meninggal bila usaha yang dilakukannya tidak
berhasil mengeluarkan benda asing tersebut (Hull & Johnston, 2008).
49
5.2.2 Penanganan tersedak
Hasil penelitian mengatakan bahwa penanganan tersedak
meliputi penolong dan pertolongan pertama. Dari hasil penelitian
saat menolong pertama kali tersedak adalah ibu karena ibu yang
sangat dekat dengan anak setiap hari dan pengalaman ibu saat
penanganani anak tersedak ditepuk punggungnya dan telunjuk
jarinya di masukkan ke dalam mulut.
Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia penolong adalah
penolong yang pertama kali tiba ditempat kejadian, yang memiliki
kemampuan dan terlatih dalam penanganan medis dasar (KBBI,
2005). Pertolongan pertama merupakan pemberian pertolongan
segera kepada penderita sakit atau cedera/kecelakaan yang
memerlukan pertolongan medis dasar (Ade, 2011).
Penanganan saat tersedak yaitu ibu harus memberikan
pertolongan pertama. Bila anak tersedak tetapi dapat bernapas
(seperti ditunjukkan dengan batuk atau berbicara), ibu jangan
melakukan apapun. Dorong anak untuk batuk hingga benda tersebut
keluar. Jika anak tidak bernapas (berumur kurang dari satu tahun),
ibu harus melakukan pukulan dipunggung lima kali dan tekanan di
dada lima kali. Untuk anak yang lebih besar dari satu tahun, lakukan
manuver heimlich (tekanan perut) adalah korban dipangku oleh
penolong lalu dengan 2 atau 3 jari saja lakukan penekanan pada perut
bagian atas sedangkan bila anak kecil terbaring.Bila tindakan-
50
tindakan di atas tidak berhasil maka segera bawa ke rumah sakit
untuk mendapat pertolongan darurat (Tilong, 2014).Penanganan
yang paling baik untuk tersedak adalah pencegahan Hal ini bisa
mengurangi resiko kematian pada anak (Lansky, 2007).
Teori Menurut American Academy of Pediatrics (2010),
Pertolongan pertama pada anak tersedak yaitu lakukan Resusitasi
Jantung Paru-Paru (RJP) setelah itu menelpon nomor darurat.
Pertolongan pertama dimulai jika anak tidak bernapas sama sekali
(lihat dada tidak bergerak naik dan turun), pertolongan juga dimulai
jika jalan nafas terhalang oleh benda asing maka dikeluarkan, anak
tidak bisa batuk, bicara, atau membuat suara - suara normal, anak
ditemukan tidak sadarkan diri cek nadi dan dilakukan Resusitasi
Jantung Paru-Paru (RJP). Berdasarkan pernyataan dari partisipan
hasil penelitian dengan teori hampir sama saat menangani anak
tersedak yaitu dengan menepuk punggung dan memasukkan jari
kedalam mulut untuk mengeluarkan benda asing yang menyebabkan
tersedak.
5.2.3 Lokasi kejadian tersedak
Hasil penelitian bahwa ibu mengatakan saat anaknya
tersedak kejadian tersedak di halaman rumah dan di rumah sendiri.
Saat itu ibu mengajak anaknya untuk bermain kerumah tetangganya
sebelah dan anaknya pada bermain dengan anak – anak yang lain
51
sambil makan. Mereka pada asik bermain lari – lari, bercanda dan
ketawa – tawa tiba – tiba anaknya tersedak benda asing. Lokasi
kejadian di halaman rumah tetangganya sedangkan dari partisipan
yang lain mengatakan bahwa anaknya tersedak dirumahnya sendiri
sama kejadiannya saat anaknya bermain dengan teman yang lain.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia lingkungan merupakan
kawasan aktifitas manusia dimana untuk meningkatkan kreatifitas
(KBBI, 2005). Menurut penelitian Paediatr Child Health (2012)
menunjukkan bahwa kematian akibat tersedak terjadi di lingkungan
rumah dengan 95% dari kasus. Orang tua yang tidak memperhatikan
anaknya saat bermain dapat meningkatkan tersedak mungkin karena
mainan dan benda – benda lainnya.
5.3 Tindakan yang Dilakukan Ibu untuk Pencegahan Agar Tidak Tersedak pada
Anak Usia Toddler
5.3.1 Pencegahan tersedak
Dari hasil penelitian bahwa pencegahan tersedak meliputi
tindakan antisipasi yang mengatakan bahwa pencegahan saat anak
tersedak yaitu makan diawasi, makan disuruh duduk jangan sambil
bicara ataupun ketawa agar tidak tersedak. Kesibukan yang dilakukan
anggota keluarga tidak memperhatikan anaknya sehingga saat
bermain bisa mengalami tersedak sebagian besar yang mengasuh
anaknya ialah seorang ibu, maka dari itu sebagai ibu lebih baik
52
mengawasi dan memperhatikan tingkah laku dari anaknya mungkin
untuk pengalamanan agar tidak teledor mengawasi anak saat makan.
Menurut Tilong (2014), pencegahan pada anak tersedak
antara lain ajari anak agar tidak memasukan sesuatu ke dalam mulut
selain makanan, jangan berikan makan yang kecil, keras dan bulat,
ajari anak untuk mengunyah makanan dengan benar, awasi anak
ketika makan, jangan biarkan anak berlari-lari ketika makan, periksa
mainan yang memiliki bagian-bagian kecil yang dapat lepas.
Berdasarkan hasil penelitian dengan teori bahwa
pencegahan tersedak pada anak harus diawasi, makan sambil duduk
tidak lari – lari ataupun berbicara jadi hasil pernyataan dari partisipan
sesuai dengan teori yang ada.
5.4 Respon Psikologi Ibu dalam Menangani Anak Tersedak pada Usia Toddler
5.4.1 Reaksi psikologis orangtua
Hasil penelitian menunjukkan bahwa reaksi psikologis
orangtua meliputi kecemasan dan kemarahan. Partisipan mengatakan
bahwa saat anaknya tersedak ibu merasa panik, takut, khawatir karena
takut saat melihat anaknya tersedak takut kalau benda asing yang
ketelen tidak bisa keluar karena itu ibu merasa cemas saat kejadian
tersedak begitu juga dengan keluarganya mereka mengatakan saat
khawatir dan marah atas keteledoran ibu saat mengasuh buah hatinya.
53
Sungguh itu buat pengalaman mereka sebagai orangtua untuk lebih
mengawasi buah hatinya.
Menurut teori Yusuf (2008) bahwa reaksi
psikologis merupakan gelisah, cemas, sering marah-marah bersikap
agresif baik secara verbal seperti berkata-kata kasar, maupun non
verbal seperti menendang-nendang, membanting pintu atau
memecahkan barang-barang. Kecemasan adalah rasa khawatir , takut
yang tidak jelas sebabnya. Kecemasan juga merupakan kekuatan yang
besar dalam menggerakkan tingkah laku, baik tingkah laku yang
menyimpang ataupun yang terganggu (Singgih & Gunarsa, 2008).
Kemarahan dan agresi adalah perasaan jengkel sebagai
respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. Reaksi
umum lain terhadap situasi stress yang mungkin dapat menyebabkan
agresi. Agresi merupakan kemarahan yang meluap-luap, dan orang
melakukan serangan secara kasar dengan jalan yang tidak wajar,
kadang-kadang disertai perilaku kegilaan, tindak sadis dan usaha
membunuh orang (Yusuf, 2008).
Menurut penjelasan peneliti perilaku ibu menjadi panik dan
tentu menjadi cemas anaknya akan meninggal. Hal tersebut dapat
terjadi karena kurang pengetahuan dan berdampak pada perilaku ibu
dalam menangani tersedak pada anak. Apabila perilaku ibu dalam
penanganan tersedak pada anak betul maka anak akan terhindar dari
ancaman kematian dan tidak ada luka dalam setelah dilakukan
54
tindakan, sebaliknya bila perilaku ibu dalam penanganan
tersedak pada anak salah maka akan terjadi luka dalam yang ibu tidak
tahu sehingga bisa menyebabkan kematian pada anak tersebut.
5.4.2 Respon anak saat kejadian tersedak
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
menunjukkan bahwa respon anak saat kejadian tersedak meliputi
respon motorik anak dan respon psikologis anak. Dari partisipan
mengatakan saat kejadian tersedak anaknya ketakutan karena tidak
bisa bernafas dan banyak orang – orang sekitar yang mendekat
melihat keadaaan anaknya dan anaknya juga nangis terus menerus
sampai megap – megap sedangkan dari partisipan yang lain
mengatakan bahwa waktu tersedak anaknya merasa ketakutan sekali
bahkan disertai kejang – kejang muka merah mungkin waktu itu ibu
juga menenangin anaknya agar tetap tenang tapi pada akhirnya benda
asing yang ketelen itu bisa keluar.
Menurut teori respon merupakan reaksi komunikan sebagai
dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara
langsung maupun tidak langsung (Supartini, 2004). Respon berasal
dari kata response yang berarti tanggapan (reaction) atau balasan.
Respon merupakan istilah psikologi yang digunakan untuk
menyebutkan reaksi terhadap rangsang yang diterima oleh panca
indera. Hal yang menunjang dan melatarbelakangi ukuran sebuah
55
respon adalah sikap. Respon pada prosesnya didahului sikap
seseorang karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan
seseorang untuk bertingkah laku jika menghadapi suatu rangsangan
tertentu. Respon juga diartikan sebagai suatu tingkah laku atau sikap
yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian,
pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan
pada suatu fenomena tertentu (Sobur, 2003).
Teori yang disebutkkan oleh Hurlock (2003) mengemukakan
bahwa perkembangan respon motorik anak adalah suatu proses
kematangan yang berhubungan dengan aspek deferensial bentuk atau
fungsi termasuk perubahan sosial emosional. Proses motorik adalah
gerakan yang langsung melibatkan otot untuk bergerak dan proses
persyaratan yang menjadikan seseorang mampu menggerakkan
anggota tubuhnya ( tangan, kaki, dan anggota tubuhnya). Dari hasil
penelitian bahwa repon motorik menunjukkan bahwa saat tersedak
anaknya mengalami kejang – kejang dan menangis sampai megap –
megap.
Respon psikologis merupakan tanggapan, tingkah laku atau
sikap terhadap rangsangan/ masalah tertentu yang berkaitan dengan
keadaan jiwa individu. Respon psikologi meliputi emosi yang
merupakan perasaan yang dialami manusia. Emosi cenderung terkait
stress dimana individu menggunakan keadaan emosionalnya
untuk mengevaluasi stress dan pengalaman emosional. Reaksi
56
emosional terhadap stres yaitu rasa takut, fobia, kecemasan, perasaan
sedih dan marah (Sarafino, 2006).
Dari kasus penelitian menunjukan saat anaknya tersedak
juga mengalami ketakutan, menangis dan fobia karena ibu
mengatakan bahwa saat tersedak anaknya merasakan ketakutan tidak
bisa bernafas dan waktu kejadian banyak ibu – ibu yang lain pada
mendekat untuk mengetahui keadaaan anaknya sehingga anaknya
merasa takut dan menangis bahwa akan kejadian tersedak benda asing
bisa membuat anak menjadi fobia.
57
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan analisa dari kata kunci yang telah didapat dalam penelitian ini. Maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut
1. Pengetahuan Ibu Tentang Anak Tersedak Pada Usia Toddler
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan dalam penelitian ini tema – tema
yang dihasilkan adalah kegawatan respirasi meliputi hambatan bernafas
dan dampak akhir tersedak dan tema yang kedua penyebab tersedak
meliputi benda asing dan situasi tersedak.
2. Pengalaman Ibu dalam Menangani Anak Tersedak pada Usia Toddler
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan dalam penelitian ini tema – tema
yang dihasilkan adalah faktor resiko tersedak meliputi kurang
pendampingan dan kurang pengawasan, tema yang kedua penanganan
tersedak meliputi penolong dan pertolongan pertama dan tema ketiga
lokasi kejadian tersedak meliputi tempat.
3. Tindakan yang Dilakukan Ibu untuk Pencegahan Agar tidak Tersedak
pada Anak Usia Toddler
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan dalam penelitian ini tema yang
dihasilkan adalah pencegahan tersedak meliputi tindakan antisipasi.
58
4. Respon Psikologi Ibu dalam Menangani Anak Tersedak pada Usia Toddler
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan dalam penelitian ini tema – tema
yang dihasilkan adalah reaksi psikologis orangtua meliputi kecemasan dan
kemarahan dan tema yang kedua respon anak saat terjadi tersedak meliputi
respon motorik anak dan respon psikologis anak.
6.2 SARAN
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat mengetahui tentang kejadian tersedak berkaitan
dengan pengalaman orang tua dalam menangani anak usia toddler yang
tersedak sehingga masyarakat dapat mengantisipasi kejadian tersedak
dengan pengawasan dan pendampingan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai masukan bagi Institusi Prodi S1 Keparawatan Stikes
Kusuma Husada Surakarta dalam memberikan ilmu terkait
kegawatdaruratan komunitas, sehingga dapat sebagai acuan dalam proses
belajar mengajar untuk meningkatkan mutu pendidikan.
3. Bagi Peneliti Lain
Sebagai acuan bagi peneliti lain untuk dapat meneliti kembali
faktor - faktor yang mempengaruhi tersedak antara lain kurang
pengawasan dan kurang pendampingan bagi anak, sehingga dapat
menambah ilmu pengetahuan tentang penelitian dalam penanganan
tersedak.
59
4. Bagi Peneliti
Peneliti diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dengan masyarakat tentang mencari informasi kejadian
tersedak dan secara langsung dapat meningkatkan pengetahuan peneliti
tentang pengalaman masyarakat dalam menangani tersedak usiatoddler.
DAFTAR PUSTAKA
Ade, Benih, Nirwana. (2011). Psikologi bayi, balita & anak. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Adi, D, Tilong. (2014). Buku lengkap pertolongan pertama pada beragam
penyakit.Yogjakarta: Flash Books
Alex, Sobur. (2003). Psikologi umum. Bandung: Pustaka Setia.
Alwi, Hasan. (2005). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Balai Pustaka.
American Academy of Pediatrics.(2010). Policy statement prevention of choking
among children.Pediatrics, 125(3), 601-607.
American College of Emergency Physicians. (2005). What to do in a medical
emergency. advanci emergency care, 1-42.
Beth, Cecily, L. & Sowden, Llinda, A. (2002).Buku saku keperawatan
pediatric.jakarta: EGC
C Cyr Canadian Paediatric Society.(2012). Preventing Choking And Suffocation
In Children.Paediatr child health;17(2):91-2.
Committee On Injury, Violence, And Poison Prevention. (2010). Policy
Statement—Prevention of Choking Among Children.American Academy
of Pediatrics. 125, 601-607
Daisy, Widiastuti.& Imral, Chair. (2003). Aspirasi kacang pada anak. FKUI,
Jakarta,4(4): 186 – 191.
Depdiknas. (2007). Pedoman pengembangan fisik motorik di taman kanak kanak.
Jakarta.
Fadhlia.(2011).Profil penderita aspirasi benda asing di traktus trakheobronkial di
RSUP H. Adam Malik Medan tahun2006-2010.Tesis.Universitas
Sumatera Utara, Medan, Indonesia.
Harry, A, Asroel.(2007). Ekstraksi benda asing di bronkus dan esofagus. Fakultas
Kedokteran Uniservitas Sumatera Utara.
Hidayat. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia, aplikasi konsep dan proses
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Hull, D. & Johnston, D. (2008). Dasar-dasar pediatri (Essential Paediatrics)
3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Hurlock, E, B. (2003). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang
rentang kehidupan (5th ed.). Jakarta: Erlangga.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2005). Jakarta: Balai Pustaka
Lansky & Vicky.(2007). Tip praktis mengasuh anak. Jagakarsa: Trans Media.
Mubarak, W, I. (2007). Promi kesehatan sebuah pengantar proses belajar
mengajar dalam pendidikan. Yogjakarta: Graha Ilmu
Notoatmodjo.(2010). Pendidikan dan perilaku kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta
Novialdi, Sukri, Rahman. (2010). Benda asing batu kerikil di
bronkus.Tesis.Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang
Indonesia.
Polit, D, F., Beck, C, T. and Hungler, B, P. (2006). Nursing research: Principles
and methods. 7th edition.Philadelpia.Lippincott William and willkins.
Potter, P, A & Perry, A, G. (2005).Fundamental of nursing: concepts, process,
and practice. Edisi 4. Cetakan Kesatu. Jakarta: EGC.
Yadap, S.P, Singh, J., Aggarwal, N. (2007). A Goel. Airway foreign bodies in
children: experience of 132 cases. Singapore Med J, 48(9): 850 – 3.
Sarafino, E. P, (2006). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions. Fifth
Edition.USA: John Wiley & Sons.
Setiadi.(2013). Konsep dan praktik penulisan riset keperawatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Shelov, Steven, P. (2004). Panduan lengkap perawatan untuk bayi dan balita,
Jakarta: Arcan.
Singgih, D, Gunarsa. (2008). Psikologi Perawatan.Jakarta: Gunung Mulia.
Smith SA, Norris, B. (2003). Reducing the risk of choking hazards: mouthing
behavior of children aged 1 month to 5 years. Inj ControlSaf Promot,
10(3):145–154.
Soepardi, E, A. & Iskandar, N. (2001).Buku ajar ilmu kesehatantelinga – hidung –
tenggorok – kepala leher. Jakarta: FKUI.
top related