PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN …
Post on 27-Oct-2021
4 Views
Preview:
Transcript
PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN
KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI
(Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Property, Real Estate, dan Building
Construction yang Telah Listing di BEI Tahun 2014-2018)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Bella Yustika Apriliani
NIM: 11160820000064
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
ii
PENGARUH INFLASI, TAX AVOIDANCE, FINANCIAL RISK, DAN
PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN
KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI
(Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Property, Real Estate, dan Building
Construction yang Telah Listing di BEI Tahun 2014-2018)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Bella Yustika Apriliani
NIM: 11160820000064
Di Bawah Bimbingan:
Zuwesty Eka Putri, M.Ak.
NIP. 198004162009012006
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini 17 Juni 2020 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Bella Yustika Apriliani
2. NIM : 11160820000064
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Inflasi, Tax Avoidance, Financial Risk, dan
Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan dengan
Kebijakan Dividen sebagai Variabel Moderasi (Studi
Kasus Pada Perusahaan Sektor Property, Real Estate,
dan Building Construction yang Telah Listing di BEI
Tahun 2014-2018)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komperhensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Juni 2020
1. Yusro Rahma, SE.,M.Si
NIP. 198005062008012016 ( )
2. Masrul Huda, M.Si
NIP. 196305062014111001 ( )
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini 01 Oktober 2020 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Bella Yustika Apriliani
2. NIM : 11160820000064
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Inflasi, Tax Avoidance, Financial Risk, dan
Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan
Dividen sebagai Variabel Moderasi (Studi Kasus Pada
Perusahaan Sektor Property, Real Estate, dan Building
Construction yang Telah Listing di BEI Tahun 2014-2018)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan
selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa di atas dinyatakan
LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 01 Oktober 2020
1. Yessi Fitri, SE., M.Si, Ak.
NIP. 197609242006042002 ( )
2. Atiqah, SE, M.Si.
NIP. 198201202009122004 ( )
3. Zuwesty Eka Putri, M.Ak.
NIP. 198004162009012006 ( )
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama Lengkap : Bella Yustika Apriliani
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 23 April 1998
3. Alamat : Jalan Nuh No. 11 RT/RW: 06/05
Sukabumi Utara, Kebon Jeruk
Jakarta Barat, 11540
4. Nomor handphone : 0895-3335-45017
5. Email : bellayustikaa23@gmail.com
II. PENDIDIKAN
1. SD Negeri 15 Pagi Palmerah Tahun 2004 - 2010
2. SMP Negeri 75 Jakarta Tahun 2010 - 2013
3. SMA Negeri 16 Jakarta Tahun 2013 - 2016
4. S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016 - 2020
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Tahun 2017-2018 : Anggota HMJ Akuntansi Divisi
Ekonomi Kreatif
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Udin Syafrudin
2. Ibu : Eti Kusmayati
3. Anak ke : 4 dari 5 bersaudara
vii
THE INFLUENCE OF INFLATION, TAX AVOIDANCE, FINANCIAL RISK,
AND PROFITABILITY ON FIRM’S VALUE WITH DIVIDEND POLICY AS
MODERATED VARIABLE
(Empirical Study on Property, Real Estate, and Building Sector Companies listed
in Indonesia Stock Exchange Period 2014-2018)
ABSTRACT
This research aims to explain the influence of Inflation, Tax Avoidance,
Financial Risk, and Profitability on Company Value with Dividend Policy as a
Moderated Variable that is carried out on companies in the Property, Real Estate, and
Building Construction sectors that have been listed on the Indonesia Stock Exchange
in 2014-2018. This research is a quantitative study in which the data is processed using
the SPSS 25 application. The population in this research are Property, Real Estate,
and Building Construction companies that have go-public and published their financial
statements on the site idx.co.id or have been listed on the IDX on period 2014-2018.
While the research sample are population data that meets the criteria of the researcher.
Sample selection is done by using purposive sampling method. In this research there
were 12 sample companies with a total number of sample data are 60 (the number of
samples multiplied by 5 years). This research uses multiple regression analysis and
moderated regression analysis (MRA).
The results of this research stated that (1) Inflation has a significant effect on firm
value, (2) Tax avoidance has no significant effect on firm value, (3) Financial risk has a
significant effect on firm value, (4) Profitability has no significant effect on firm value, (5)
Inflation, tax avoidance, financial risk, and profitability simultaneously have a significant
effect on firm value, (6) Dividend policy is not able to moderate the relationship of inflation
to firm value, (7) Dividend policy is able to moderate the relationship of tax avoidance to
firm value, ( 8) Dividend policy is not able to moderate the relationship of financial risk to
the value of the company, (9) Dividend policy is able to moderate the relationship of tax
avoidance to the value of the company.
Keywords: Inflation, Tax Avoidance, Financial Risk, Profitability, Dividend Policy,
Company Value.
viii
PENGARUH INFLASI, TAX AVOIDANCE, FINANCIAL RISK, DAN
PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN
KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI
(Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Property, Real Estate, dan Building
Construction yang Telah Listing di BEI Tahun 2014-2018)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh Inflasi, Tax Avoidance,
Financial Risk, dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Dividen
sebagai Variabel Moderasi yang dilakukan terhadap perusahaan sektor Property, Real
Estate, dan Building Construction yang telah terdaftar di BEI Tahun 2014-2018.
Penelitian ini merupakan penelitian kuntitatif dimana data diolah dengan menggunakan
aplikasi SPSS 25. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Property, Real
Estate, dan Building Construction yang telah go-public dan menerbitkan laporan
keuangannya pada situs idx.co.id atau telah listing di BEI pada periode 2014-2018.
Sedangkan sampel penelitian adalah data populasi yang telah memenuhi kriteria
peneliti. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive
sampling. Dalam penelitian ini terdapat 12 sampel perusahaan dengan total jumlah data
sampel sebanyak 60 (jumlah sampel dikali 5 tahun). Penelitian ini menggunakan
analisis regresi berganda dan moderated regression analysis (MRA).
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa (1) Inflasi berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan, (2) Tax avoidance tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan, (3) Financial risk berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, (4)
Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, (5) Inflasi, tax
avoidance, financial risk, dan profitabilitas secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan, (6) Kebijakan dividen tidak mampu memoderasi hubungan
inflasi terhadap nilai perusahaan, (7) Kebijakan dividen mampu memoderasi hubungan tax
avoidance terhadap nilai perusahaan, (8) Kebijakan dividen tidak mampu memoderasi
hubungan financial risk terhadap nilai perusahaan, (9) Kebijakan dividen mampu
memoderasi hubungan tax avoidance terhadap nilai perusahaan.
Kata Kunci: Inflasi, Tax Avoidance, Financial Risk, Profitabilitas, Kebijakan Dividen,
Nilai Perusahaan.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat, rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Inflasi, Tax Avoidance, Financial Risk, dan Profitabilitas Terhadap
Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Dividen sebagai Variabel Moderasi (Studi
Kasus Pada Perusahaan Sektor Property, Real Estate, dan Building Construction
yang Telah Listing di BEI Tahun 2014-2018)”. Shalawat serta salam senantiasa
penulis hanturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing
kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang.
Penyusunan skripsi ini ditujukan sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Akuntansi di Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam menyelesaikan
skripsi ini, penulis menyadari adanya banyak pihak yang turut serta membantu dalam
proses penyelesaian ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih atas do’a,
bantuan, dan bimbingan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada:
1. Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga
penulis mempunyai kekuatan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua tercinta yang telah membesarkan serta memberikan banyak
dukungan baik moril maupun materil, juga memberikan semangat yang tak terkira
sehingga penulis dapat terus belajar, tumbuh, dan mengembagkan potensi yang
dimiliki. Terima kasih karena selalu ada untuk penulis, menjadi tempat bersandar,
ix
dan selalu memberikan kekuatan bagi penulis terutama disaat proses penulisan
skripsi untuk meraih gelar sarjana ini.
3. Kakak penulis yaitu Fitri Pratiwi Agustina, Angga Prasetyo Adi Nugroho, dan Anis
Nisrina Yulianti. Serta, adik penulis yaitu Arkan Al-Iman Ramadha yang menjadi
penyemangat bagi penulis dalam segala kondisi.
4. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A., selaku Rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Prof. Dr. Amilin, M.Si., Ak,. CA,. QIA,. BKP., CRMP., selaku Dekan dan
Dosen Mata Kuliah Metodologi Penelitian Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu Zuwesty Eka Putri, M.Ak., selaku pembimbing skripsi yang selalu ada untuk
penulis ketika penulis membutuhkan bantuin terkait penulisan skripsi ini dan juga
terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
8. Ibu Nur Wachidah Yulianti, SE., M.S.Ak., selaku dosen pembimbing akademik
yang selalu memberikan dukungan pada penulis, memberikan segala saran yang
terbaik bagi penulis selama kuliah dan juga terima kasih atas segala ilmu serta
masukan yang diberikan agar dapat menjadi bekal bagi penulis ke depannya.
9. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta, terima kasih atas ilmu
dan pelajaran yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat
x
mengembangkan diri serta memperluas ilmu yang penulis miliki, dan semoga ilmu
tersebut dapat menjadi berkah kebaikan dan bekal bagi penulis di masa depan.
10. Seluruh Staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dalam mengurus
segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
11. Sahabat semenjak masa SMA, Savira Nur Fatih, Desita Assafah, Lita Permata Sari,
Thiara Ayu Pangesti, Devya Santi yang selalu ada untuk penulis dan menjadi
sumber yang selalu bisa membuat penulis tertawa dan melepas segala beban
pikiran.
12. Teman tercintaku Millah Sucilia, Tiwi Angela Safitri, Ersha Siti Dzhulisa, Nindya
Syavira Roesmar, Mila Permatasari, Nurjanah yang selalu mendampingi penulis
selama bertahun-tahun dimasa kuliah dan menjadi teman untuk bercerita dan
tertawa.
13. Sobat Robby Sefri Pratama yang tidak pernah bosan untuk menjawab pertanyaan
penulis selama kuliah, baik yang berkenaan dengan skripsi maupun bukan. Terima
kasih karena telah mengajarkan banyak hal dan ilmu pada penulis.
14. Terkhusus untuk Eriesta Meilani, Nindya Syavira Roesmar, dan Putri Puspa, terima
kasih karena yang telah menjadi guru selama masa kuliah dan menjadi sumber ilmu
disaat penulis kesulitan untuk memahami materi kuliah terutama yang berhubungan
dengan akuntansi.
15. Sobat Damar Dian Rifai yang selalu memberikan semangat terutama saat akan
menjalani ujian komprehensif yang rela untuk mendengarkan dan mengajarkan
xi
segala ilmu pada penulis. Serta telah menjadi mentor akuntansi penulis semenjak
semester 6.
16. Teman grup Mosacc yaitu Irma Nuranisa, Eriesta Meilani, Annisa Putri Rahma,
Chyntia Chusnul Khotimah, Silvi Anggraini, Robby Sefri Pratama, Noel Franchise,
Bayu Wicaksono, Akbar Riski, dan Rizki yang telah menjadi teman seperjuangan
membuat aplikasi akuntansi masjid dan berbagi banyak suka cita.
17. Seluruh teman akuntansi kelas B 2016, terima kasih atas semua kenangan dan
kebahagiaan yang selama 4 tahun terakhir selalu menjadi bagian dari keseharian
penulis.
18. Seluruh teman KKN CAKRAWALA 12, terima kasih atas banyak pengalaman,
suka cita, ilmu dan pembelajaran hidup singkat tetapi akan terus penulis kenang.
19. Teman seperbimbingan skripsi, Fauzan Febrianto dan Chyntia Chusnul Khotimah
yang sedari awal saling membantu dalam proses pengerjaan skripsi.
20. Teman magang dan teman kuliah Nabila Salsabila terima kasih karena setiap
pulang magang selalu memberi tumpangan pulang dan teman tertawa dan sharing
selama magang, Talitha Kenzia teman kuliah yang telah menjadi teman
seperjuangan kompre yang terus selalu memberikan info-info yang bermanfaat dan
tahu bagaimana sulitnya untuk kita lulus kompre.
21. Juga semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang telah membantu
saya selama kuliah dan dalam segala proses penyusunan skripsi. Terima kasih atas
segala bantuannya.
xii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, dikarenakan keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu penulis
berharap adanya saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan
bagi penulis ke depannya. Dan diharapkan dengan adanya penelitian ini akan
memberikan banyak manfaat bagi berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 12 Juli 2020
Bella Yustika Apriliani
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .......................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................. vi
ABSTRACT ............................................................................................................. vii
ABSTRAK ............................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xiii
BAB I ....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 15
C. Pembatasan Masalah ..................................................................................... 15
D. Rumusan Masalah ......................................................................................... 16
E. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 17
F. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 18
BAB II .................................................................................................................... 20
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 20
A. Tinjauan Literatur ......................................................................................... 20
1. Teori Sinyal (Signalling Theory) .............................................................. 20
2. Teori Keagenan (Agency Theory) ............................................................. 22
3. Pecking Order Theory .............................................................................. 24
4. Bird In Hand Theory ................................................................................ 25
5. Nilai Perusahaan ....................................................................................... 27
6. Kebijakan Dividen .................................................................................... 31
7. Inflasi ....................................................................................................... 33
8. Tax Avoidance .......................................................................................... 35
xiv
9. Financial Risk .......................................................................................... 37
10. Profitabilitas............................................................................................ 40
B. Penelitian Sebelumnya .................................................................................. 43
C. Pengembangan Hipotesis .............................................................................. 56
1. Pengaruh Inflasi terhadap Nilai Perusahaan .............................................. 56
2. Pengaruh Tax Avoidance terhadap Nilai Perusahaan ................................. 58
3. Pengaruh Financial Risk terhadap Nilai Perusahaan ................................. 60
4. Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan .................................... 62
5. Pengaruh Inflasi, Tax Avoidance, Financial Risk, Profitabilitas terhadap
Nilai Perusahaan ....................................................................................... 64
6. Pengaruh Kebijakan Dividen dalam Memoderasi Inflasi terhadap Nilai
Perusahaan ............................................................................................... 65
7. Pengaruh Kebijakan Dividen dalam Memoderasi Pengaruh Tax Avoidance
terhadap Nilai Perusahaan ........................................................................ 67
8. Pengaruh Kebijakan Dividen dalam Memoderasi Pengaruh Financial Risk
terhadap Nilai Perusahaan ........................................................................ 68
9. Pengaruh Kebijakan Dividen dalam Memoderasi Pengaruh Profitabilitas
terhadap Nilai Perusahaan ........................................................................ 70
D. Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 72
BAB III................................................................................................................... 73
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 73
A. Ruang lingkup penelitian .............................................................................. 73
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................................ 73
1. Populasi dan Sampel................................................................................. 73
2. Metode pengambilan sampel .................................................................... 74
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 75
1. Penelitian Pustaka (Library Research) ...................................................... 75
2. Penelitian Lapangan (Field Research) ....................................................... 75
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................................................. 76
1. Variabel Independen ................................................................................. 76
a. Inflasi .................................................................................................... 76
xv
b. Tax Avoidance ...................................................................................... 77
c. Financial Risk ....................................................................................... 78
d. Profitabilitas .......................................................................................... 79
2. Variabel Dependen ................................................................................... 79
a. Nilai Perusahaan ................................................................................... 80
3. Variabel Moderasi .................................................................................... 81
a. Kebijakan Dividen (Z) ........................................................................... 81
e. Metode Analisis Data .................................................................................... 84
1. Statistik Deskriptif .................................................................................... 84
2. Uji Asumsi Klasik .................................................................................... 84
a. Uji Normalitas ....................................................................................... 85
b. Uji Autokorelasi .................................................................................... 86
c. Uji Multikolinearitas ............................................................................. 87
d. Uji Heteroskedastisitas .......................................................................... 88
3. Uji Hipotesis ............................................................................................ 88
a. Analisis Regresi Berganda ..................................................................... 89
1) Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ........................................... 90
2) Uji Signifikansi Parameter Simultan (Uji Statistik F) ......................... 90
3) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ........................ 91
b. Analisis Regresi Moderasi (Moderated Regression Analysis- MRA) ..... 92
1) Hubungan interaksi antara Inflasi dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai
Perusahaan ........................................................................................ 92
2) Hubungan interaksi antara Tax avoidance dan Kebijakan Dividen
terhadap Nilai Perusahaan ................................................................. 93
3) Hubungan interaksi antara Financial Risk dan Kebijakan Dividen
terhadap Nilai Perusahaan ................................................................. 93
4) Hubungan interaksi antara Profitabilitas dan Kebijakan Dividen
terhadap Nilai Perusahaan ................................................................. 94
BAB IV .................................................................................................................. 96
ANALISIS DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 96
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................... 96
xvi
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ................................................................. 98
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ..................................................................... 98
a. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Inflasi ................................. 99
b. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Tax Avoidance ................. 100
c. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Financial Risk .................. 100
d. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Profitabilitas ..................... 100
e. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Nilai Perusahaan .............. 101
f. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Kebijakan Dividen ........... 101
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 102
a. Hasil Uji Normalitas............................................................................ 102
b. Hasil Uji Autokorelasi ......................................................................... 105
c. Hasil Uji Multikolinieritas ................................................................... 106
d. Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................... 107
3. Uji Hipotesis .......................................................................................... 109
a. Hasil Analisis Regresi Berganda.......................................................... 110
1) Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R²)................................. 110
2) Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) .............................. 111
3) Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ............. 112
b. Hasil Uji Moderated Regression Analysis (MRA) ............................... 117
1) Pengaruh Kebijakan Dividen dalam memoderasi pengaruh Inflasi
terhadap Nilai Perusahaan ............................................................... 117
2) Pengaruh Kebijakan Dividen dalam memoderasi pengaruh Tax
Avoidance terhadap Nilai Perusahaan .............................................. 121
3) Pengaruh Kebijakan Dividen dalam memoderasi pengaruh Financial
Risk terhadap Nilai Perusahaan ........................................................ 125
4) Pengaruh Kebijakan Dividen dalam memoderasi pengaruh Profitabilitas
terhadap Nilai Perusahaan ............................................................... 129
C. Pembahasan ................................................................................................ 132
1. Pengaruh Inflasi terhadap Nilai Perusahaan ............................................ 133
2. Pengaruh Tax Avoidance terhadap Nilai Perusahaan ............................... 135
3. Pengaruh Financial Risk terhadap Nilai Perusahaan ............................... 137
xvii
4. Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan .................................. 140
5. Pengaruh Inflasi, Tax Avoidance, Financial Risk, Profitabilitas Secara
Simultan terhadap Nilai Perusahaan........................................................ 142
6. Pengaruh Kebijakan Dividen dalam Memoderasi Inflasi terhadap Nilai
Perusahaan ............................................................................................. 143
7. Pengaruh Kebijakan Dividen dalam Memoderasi Pengaruh Tax Avoidance
terhadap Nilai Perusahaan ...................................................................... 145
8. Pengaruh Kebijakan Dividen dalam Memoderasi Pengaruh Financial Risk
terhadap Nilai Perusahaan ...................................................................... 147
9. Pengaruh Kebijakan Dividen dalam Memoderasi Pengaruh Profitabilitas
terhadap Nilai Perusahaan ...................................................................... 149
BAB V .................................................................................................................. 152
PENUTUP ............................................................................................................ 152
A. Kesimpulan................................................................................................. 152
B. Implikasi ..................................................................................................... 154
C. Keterbatasan ............................................................................................... 155
D. Saran .......................................................................................................... 156
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 158
LAMPIRAN ......................................................................................................... 171
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia saat ini dihadapkan pada berbagai situasi yang membuatnya
dituntut untuk melakukan perbaikan dan pembangunan di segala bidang, salah
satunya dalam bidang ekonomi. Perbaikan dan pembangunan tersebut tentu
memerlukan dukungan dari berbagai pihak, salah satunya perusahaan. Perusahaan
berperan penting dalam membangun ekonomi suatu negara. Setiap perusahaan
yang didirikan pasti memiliki tujuan, baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan
jangka panjang. Tujuan jangka pendek perusahaan adalah untuk memperoleh laba
yang maksimal, sedangkan tujuan jangka panjang perusahaan adalah untuk
memaksimalkan kemakmurkan para pemegang sahamnya dan memaksimalkan
nilai perusahaan (Hamidah dkk., 2015). Nilai perusahaan merupakan persepsi
investor terhadap potensi pertumbuhan perusahaan yang sering berkaitan dengan
perkembangan harga saham (O. Aditya & Naomi, 2017). Menurut Salvatore
(2015) dalam Aditya & Naomi (2017), jika harga saham tinggi, maka nilai
perusahaan juga akan tinggi dimana tujuan utama perusahaan menurut theory of
the firm adalah untuk memaksimalkan kekayaan atau nilai perusahaan.
Nilai perusahaan dapat diukur melalui harga sahamnya. Semakin tinggi
harga saham, maka akan semakin tinggi pula nilai perusahaan. Dan semakin tinggi
nilai perusahaan, maka kemakmuran para pemegang saham akan semakin
terjamin. Hal tersebut tentu akan berdampak pada meningkatnya jumlah investor
2
yang ingin menginvestasikan uangnya di perusahaan tersebut (Hamidah dkk.,
2015). Nilai perusahaan juga dapat diukur dari return saham karena tujuan investor
berinvestasi adalah untuk mendapatkan keuntungan atau pengembalian yang
tinggi dengan tingkat risiko tertentu (Rismawati, 2014).
Harga saham juga sangat dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi suatu
negara. Beberapa faktor makro ekonomi yang dapat mempengaruhi harga saham
diantaranya nilai tukar, inflasi, dan suku bunga (Siswanti dkk., 2015). Dalam
penelitian ini salah satunya akan membahas mengenai pengaruh dari inflasi
terhadap nilai perusahaan. Inflasi menurut Murni (2006: 203) adalah
kecenderungan terjadinya kenaikan harga-harga secara umum yang terjadi secara
terus menerus. Kenaikan harga pada satu atau dua barang tidak dapat dikategorikan
sebagai inflasi, kecuali kenaikan tersebut meluas dan menyebabkan kenaikan pada
berbagai produk lainnya (Lim & Toly, 2013). Dalam Siswanti dkk., (2015) juga
dijelaskan bahwa naiknya tingkat inflasi akan menyebabkan harga-harga menjadi
naik dan akan menyebabkan daya beli masyarakat menurun. Masyarakat akan
cenderung membeli barang kebutuhan pokok (primary goods), dibandingkan
barang pelengkap (secondary goods) atau barang mewah (tertier goods). Hal itu
tentu akan berpengaruh pada menurunnya laba perusahaan dan akan berdampak
pada menurunnya harga saham. Dan akhirnya akan berpengaruh pada menurunnya
nilai perusahaan.
Perusahaan berperan penting dalam membangun ekonomi suatu negara.
Semakin besar pendapatan perusahaan maka akan semakin besar pula pendapatan
3
negara. Semakin besar keuntungan atau pendapatan perusahaan maka pendapatan
pajak negara juga akan semakin besar. Sayangnya, terdapat perbedaan antara
kepentingan pemerintah dan kepentingan perusahaan. Pemerintah sebagai
pemungut pajak menginginkan pemasukan pajak yang besar, sedangkan
perusahaan menginginkan beban pajak sekecil mungkin (Herdiyanto & Ardiyanto,
2015). Dengan menekan beban pajak sekecil mungkin, maka laba yang didapat
perusahaan akan meningkat. Hal ini sesuai dengan tujuan didirikannya perusahaan.
Menurut Brigham dan Houston (2001) dalam Rismawati (2014), tujuan utama
didirikannya perusahaan adalah untuk memaksimalkan laba dan kemakmuran para
pemegang sahamnya.
Oleh karena itu, perusahaan melakukan berbagai strategi untuk
meningkatkan laba, salah satunya dengan melakukan tax avoidance. Tax
avoidance adalah teknik penghindaran pajak yang dilakukan secara legal sesuai
dengan peraturan perpajakan yang berlaku dengan memanfaatkan kelemahan yang
terdapat dari peraturan perpajakan itu sendiri (Pohan, 2013: 13). Tindakan tax
avoidance dapat meningkatkan nilai perusahaan karena, jika beban pajak
berkurang maka laba perusahaan akan meningkat (Tandean & Jonathan, 2016).
Meningkatnya laba tentu akan berpengaruh pada naiknya harga saham, yang tentu
akan berpengaruh pula pada meningkatnya nilai perusahaan.
Selain itu, nilai perusahaan juga dapat dipengaruhi oleh risiko keuangan
(financial risk). Menurut Husnan (2005) dalam Darmawan (2015), setiap
perusahaan memiliki risiko bisnis maupun risiko utang. Hal ini disebabkan karena
4
perusahaan harus membayar biaya bunga yang tinggi atas utang, sedangkan
terdapat ketidakpastian atas pengembalian aset. Pada akhirnya perusahaan harus
mengurangi penggunaan utang untuk menghindari kebangkrutan. Financial risk
merupakan risiko tambahan yang akan diterima oleh pemegang saham jika
perusahaan memutuskan untuk menggunakan utang dalam menjalankan
operasinya. Risiko yang ditanggung pemegang saham atas risiko yang terkandung
dalam bisnis itu sendiri disebut sebagai business risk. Tetapi jika perusahaan
menggunakan utang untuk pendanaan, business risk tersebut hanya akan
ditanggung oleh pemegang saham. Karena pemberi utang (debtholder) tetap akan
menerima pembayaran bunga dalam jumlah yang tetap dan tidak akan
menanggung business risk tersebut.
Dalam teori agensi, agency cost yang rendah akan dimiliki oleh perusahaan
dengan tingkat utang yang tinggi. Karena perusahaan yang memiliki utang yang
tinggi akan membuat proses pengawasan bukan hanya dilakukan oleh pemegang
saham saja, tetapi juga oleh pihak kreditur. Hal ini akan menekan biaya
pengawasan yang harus dikeluarkan oleh principal. Semakin banyak pihak yang
mengawasi, maka akan mengurangi peluang manajemen untuk melakukan
tindakan yang akan merugikan perusahaan. Hal ini juga akan mengurangi
ketergantungan pada dividen (dividen as reward) sebagai salah satu mekanisme
dalam mengatasi masalah keagenan. Tetapi pada kenyataannya perusahaan lebih
baik mengurangi pendanaan dengan utang agar tidak muncul masalah keagenan
lainnya (konflik kepentingan antara pemegang saham dengan kreditur) akibat
5
tingginya rasio utang terhadap ekuitas dan juga untuk mengurangi risiko
kebangkrutan.
Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan adalah
profitabilitas. Profitabilitas menjadi salah satu faktor penting dalam menarik minat
investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan. Profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada tingkat penjualan, aset dan
modal saham perusahaan. Investor akan lebih tertarik pada perusahaan yang
memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi karena hal tersebut menunjukkan
kinerja perusahaan yang baik dan memiliki prospek di masa mendatang
(Kusumawati & Rosady, 2018). Profitabilitas juga erat kaitannya dengan dividen.
Semakin tinngi keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan maka akan semakin
besar kemampuan perusahaan membayarkan dividen kepada para pemegang
saham. Dengan kata lain, perusahaan hanya akan meningkatkan dividen apabila
mendapat keuntungan yang besar. Jadi semakin tinggi tingkat profitabilitas akan
diiringi dengan meningkatnya minat investor yang akan tercermin dari
meningkatnya harga saham. Dan hal tersebut akan berpengaruh pada
meningkatnya nilai perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori signal atau signaling
theory yang menyatakan bahwa perusahaan akan memberikan sinyal mengenai
keuntungan yang dihasilkan melalui pembagian dividen oleh pihak manajemen
(Arjana & Suputra, 2017).
Hal lain yang diperhatikan investor ketika akan berinvestasi adalah
kebijakan dividen. Nilai perusahaan juga dapat tercermin dari kemampuan
6
perusahaan membayarkan dividen kepada para pemegang sahamnya. Dividen
adalah jumlah dari laba yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang
sahamnya sesuai dengan proporsi kepemilikan saham. Tetapi tidak semua laba
akan dibagikan perusahaan sebagai dividen, karena perusahaan juga perlu
mempertimbangkan labanya untuk diinvestasikan kembali yang disebut sebagai
laba ditahan (Puspitaningtyas, 2017). Semakin tinggi pembagian dividen kepada
para pemegang saham, maka akan semakin baik penilaian pemegang saham
terhadap perusahaan yang akan tercermin melalui peningkatan harga saham. Tentu
peningkatan harga saham pada akhirnya akan berpengaruh pada meningkatnya
nilai perusahaan (Nainggolan & Listiadi, 2014).
Gambar 1.1 Grafik Pergerakan Indeks Saham Sektor Properti
Tahun 2014-2019
Sumber: Yahoofinance.com
7
Peneliti tertarik untuk meneliti nilai perusahaan sektor properti karena
pergerakan harga saham pada sektor ini sangat fluktuatif. Hal ini dapat terlihat dari
gambar 1.1 yang menunjukkan pergerakan harga saham sektor properti sepanjang
tahun 2014 hingga 2019. Dari gambar tersebut dapat terlihat sepanjang tahun 2014
tren harga saham mengalami kenaikan yang signifikan, meskipun diiringi
penurunan harga pada bulan April, Juni, dan September. Sedangkan pada tahun
2015 harga saham cenderung mengalami penurunan. Kemudian sepanjang tahun
2016 hingga 2018, indeks saham sektor properti terus mengalami ketidakstabilan
harga, hingga terjadi penurunan terendah pada bulan Oktober 2018. Dari bulan
Oktober 2018 sampai akhir 2019, tren harga saham cenderung mengalami
kenaikan.
Tabel 1.1 Data Pergerakan Indeks Harga Sektoral Berbagai Sektor di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2018
Sektor Harga Saham
2014 2015 2016 2017 2018 Rata-
Rata
Basic-industry 543.67 407.84 538.19 689.22 854.73 606.73
Trade & Service 878.63 849.53 860.65 921.59 783.88 858.86
Property, Real
Estate & Building
Construction
524.91 490.93 517.81 495.51 447.75 495.38
Consumer Goods 2,177.92 2,064.91 2,324.28 2,861.39 2,569.29 2,399.56
Mining 1,368.99 811.06 1,384.71 1,594.00 1,776.50 1,387.05
Agriculture 2,351.03 1,719.26 1,864.25 1,616.31 1,564.42 1,823.05
Manufacture 1,335.20 1,151.68 1,368.70 1,640.18 1,618.12 1,422.78
Finance 731.64 687.04 811.89 1,140.84 1,175.67 909.42
Bersambung ke halaman selanjutnya
8
Sektor Harga Saham
2014 2015 2016 2017 2018 Rata-
Rata
Miscellaneous-
industry
1,307.07 1,057.28 1,370.63 1,381.18 1,394.43 1,302.12
Infrastructure 1,160.28 981.33 1,055.59 1,183.71 1,064.29 1,089.04
Sumber: www.idx.co.id
Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa sektor consumer goods memiliki rata-
rata indeks tertinggi diikuti sektor agriculture dan sektor mining. Sedangkan sektor
properti menempati urutan terakhir dengan rata-rata indeks harga saham terendah.
Alasan lain peneliti tertarik untuk meneliti nilai perusahaan sektor properti, real
estate, dan konstruksi bangunan karena sektor ini memiliki rata-rata indeks harga
saham terendah dibandingkan dengan sektor lainnya, sedangkan harga aset
properti saat ini semakin mahal. Hal ini menarik untuk diteliti, karena investasi
pada sektor ini adalah investasi yang cukup menjanjikan dan pergerakan harga
saham sektor properti juga dapat menjadi indikator bagi pertumbuhan ekonomi
suatu negara. Apabila daya beli masyarakat rendah, biasanya penjualan properti
juga akan ikut menurun dan menyebabkan harga saham juga menurun. Berikut
beberapa fenomena terkait pergerakan harga saham sektor properti.
9
Tabel 1.2 Fenomena Pergerakan Harga Saham Sektor Properti
No. Berita (Sumber, Tahun) Uraian Kasus
1. Tiga Raksasa Properti
Terseret Masalah Akibat
Terpuruknya Rupiah
(Katadata.co.id, 2018)
Berdasarkan hasil perhitungan lembaga
pemeringkatan internasional Fitch Rating,
memperkirakan bahwa terdapat tiga raksasa
properti yang akan terkena imbas dari
anjloknya nilai rupiah. Hal ini dikarenakan
banyaknya utang yang dimiliki oleh
perusahaan dalam mata uang dolar Amerika
Serikat (USD). PT Lippo Karawaci Tbk.
(LPKR) per 31 Desember 2017 memiliki kas
dolar sebesar US$ 13 juta, jauh lebih kecil
daripada beban bunga utang yang mencapai
US$ 65 juta. Hal serupa juga terjadi pada PT
Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) yang
memiliki kas sebesar US$ 29 juta dan beban
pembayaran kupon sebesar US$ 42 juta.
Kondisi ini diperparah dengan tidak adanya
perjanjian hedging yang dimiliki oleh BSDE
untuk meminimalisir risiko nilai tukar
terhadap dolar. Sedangkan, PT Alam Sutera
Realty Tbk. (ASRI) walaupun sudah
memiliki perjanjian hedging, jumlah kas
sebesar US$ 8 juta yang dimiliki juga jauh
lebih kecil daripada beban pokok obligasi
yang sebesar US$ 33 juta.
2. Kasus Korupsi Meikarta,
Nilai Pasar Lippo Cs
Turun Rp 1,43 T
(cnbcindonesia.com,
2018)
Nilai pasar Lippo Group menurun sebesar
1,43 triliun selama sepekan setelah KPK
menangkap salah satu petinggi proyek
Meikarta. Sebanyak sembilan dari total 15
emiten Lippo Group yang sahamnya tercatat
di BEI mengalami penurunan. Penurunan
saham terbesar dialami oleh PT Lippo
Cikarang Tbk. (LPCK) sebesar 20%, diikuti
PT Multipolar Technology Tbk. (MLPT)
15%, dan PT Star Pacific Tbk. (LPLI) sebesar
12%. Karena harga saham mengalami
penurunan, maka membuat nilai pasar per
emiten juga turun pada periode yang sama.
Bersambung ke halaman selanjutnya
10
No. Berita (Sumber, Tahun) Uraian Kasus
Penurunan terbesar dialami oleh anak grup
Lippo yaitu PT Matahari Department Store
Tbk. (LPPF) sebesar Rp 961 miliar, diikuti PT
Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) sebesar Rp 470
miliar, dan PT Multipolar Technology Tbk.
(MLPT) sebesar Rp 221 miliar.
3. Harga Saham Sempat
Meroket Berikut
Penjelasan Maha Properti
Indonesia (MPRO)
(Kontan.co.id, 2019)
Pada 1 November 2019, perdagangan saham
PT Maha Properti Indonesia Tbk. (MPRO)
sempat dihentikan sementara oleh Bursa Efek
Indonesia (BEI) karena sahamnya yang
melonjak tinggi. Hanya dalam sepekan harga
saham MPRO naik 196% dari Rp 825 per
saham menjadi Rp 2.280 per saham. Suwandi
selaku diirektur Maha Properti Indonesia
mengatakan bahwa kenaikan mungkin
disebabkan adanya kebijakan penurunan suku
bunga BI, pelonggaran loan to value (LTV),
dan penghapusan pajak untuk penjualan
hunian mewah di bawah Rp 30 miliar.
4. Melihat Saham SMRA
dan Faktor Penggerak
Sektor Properti
(ajaib.co.id, 2019)
Harga saham PT Summarecon Agung Tbk.
(SMRA) sempat mengalami kenaikan setelah
adanya kebijakan penurunan suku bunga BI
dan setelah adanya pengumuman ibukota
akan pindah ke Kalimantan Timur. Jika suku
bunga BI turun, maka bunga KPR juga akan
ikut turun, sehingga masyarakat dapat
membeli rumah dengan bunga rendah, baik
untuk hunian pribadi ataupun sebagai
investasi.
5. Catatkan kenaikan indeks
13,46% ytd, begini saran
analis untuk saham
sektor properti
(kontan.co.id, 2019)
Sepanjang tahun 2019, Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) mengalami penurunan
sebesar 1,07%. Sedangkan, di tengah
pelemahan IHSG, indeks saham sektor
properti, real estate, dan konstruksi bangunan
mengalami kenaikan paling tinggi di antara
sektor lainnya yaitu sebesar 13,46%. Menurut
analis MNC sekuritas, Muhammad Rudy
mengatakan hal ini bisa disebabkan karena
adanya sentimen dari penurunan suku bunga
acuan dari 6% menjadi 5%. Selain itu, kondisi
Bersambung ke halaman selanjutnya
11
No. Berita (Sumber, Tahun) Uraian Kasus
politik yang sudah stabil setelah adanya
pemilu juga dapat menjadi faktor penyebab
kenaikan saham sektor properti.
6. Saham Properti
Berguguran, Kinerja
Semester I
Mengecewakan
(cnbcindonesia.com,
2018)
Saham perusahaan PT. Bumi Serpong Damai
Tbk. (BSDE) turun 1,75% ke level Rp 1.400
per saham. Hal tersebut dikarenakan kinerja
laba bersih BSDE yang menurun sampai 80%
pada kuartal II-2018 (dibandingkan pada
periode yang sama di tahun sebelumnya).
Penurunan laba bersih dari Rp 2,01 triliun
menjadi Rp 409,22 miliar diakibatkan
buruknya penjualan properti perseroan.
Penurunan laba disebabkan karena penurunan
penjualan yang menurun sebesar 27,61%. Hal
serupa juga terjadi pada PT Agung Podomoro
Land Tbk. (APLN) yang
menurun 1,81% ke level Rp163 karena
mengalami penurunan laba hingga 91,12%
(dari Rp 696,03 miliar menjadi Rp 61,80
miliar) dibandingkan periode yang sama di
tahun sebelumnya. Penurunan laba bersih
APLN disebabkan karena menurunnya
pendapatan dan adanya peningkatan beban
bunga dan keuangan.
7. Saham-Saham Emiten
Properti Melesat, Ini
Sebabnya
(cnbcindonesia.com,
2018)
IHSG sektor properti, real estate, dan
konstruksi bangunan mengalami penguatan
terbesar dibandingkan dengan 8 sektor
lainnya pada Desember 2018. Hal ini
disebabkan karena adanya penguatan rupiah
terhadap dolar yang diiringi dengan
pembelian saham properti yang intens seperti
pada PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON) naik
2,56%, PT Summarecon Agung Tbk. SMRA)
naik 2,41%, PT Agung Podomoro Land Tbk.
(APLN) naik 1,91%, dan PT Alam Sutera
Realty Tbk. (ASRI) naik 0,58%.
8. Daya Beli Lemah, Indeks
Sektor Properti
Melempem
(cnnindonesia.com,
2017)
Penjualan properti pada pertengahan 2017
masih saja melabat, hal ini ditandai dengan
indeks sektor properti di BEI yang terkoreksi
0,77% ke level 491,948. Lambatnya
pertumbuhan investasi sektor properti salah
12
Bersambung ke halaman selanjutnya
No. Berita (Sumber, Tahun) Uraian Kasus
satunya disebabkan karena masih rendahnya
daya beli masyarakat. Hasil survei bank
sentral terkait Indeks Keyakinan Konsumen
dengan IKK di bulan sebelumnya. Survei ini
mencerminkan rendahnya daya beli
masyarkat. Rendahnya daya beli masyarakat
juga berdampak pada stagnannya investasi
pada sektor properti. Masyarakat cenderung
memilih untuk membeli kebutuhan pokok
dibandingkan menginvestasikan kembali
pendapatannya. Rendahnya daya beli
masyarakat menyebabkan investasi properti
tidak bergerak atau dengan kata lain investor
tidak dapat menjual aset propertinya di harga
yang lebih tinggi dari saat beli.
Dari tabel 1.2 dapat dilihat bahwa terdapat berbagai macam faktor yang
dapat menyebabkan harga saham naik atau turun. Tentu, harga saham dapat
menjadi salah satu indikator dari nilai perusahaan, dimana setiap kenaikan atau
penurunan harga saham pasti akan berdampak pada nilai suatu perusahaan. Dari
10 fenomena yang disajikan, terdapat beberapa faktor internal dan eksternal yang
terbukti dapat mempengaruhi harga saham, diantaranya: (1) kontrol tata kelola
perusahaan; (2) kinerja laporan keuangan perusahaan; (3) kebijakan pemerintah;
(4) daya beli masyarakat; (5) kurs nilai tukar; dan (6) suku bunga BI.
Dapat disimpulkan faktor pertama dan faktor kedua merupakan faktor
internal karena faktor tersebut masih dapat dikendalikan oleh perusahaan melalui
evaluasi dan perbaikan kinerja. Dalam hal ini manajemen berperan penting dengan
13
keputusannya guna meningkatkan kinerja perusahaan. Kemudian, faktor ketiga
hingga faktor keenam merupakan faktor eksternal karena berkaitan dengan kondisi
makro ekonomi yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Dalam penelitian
ini faktor internal yang diteliti adalah mengenai bagaimana kebijakan perusahaan
dalam tax avoidance dan kebijakan dividen, kinerja keuangan perusahaan yang
dicerminkan melalui profitabilitas dan financial risk (menggunakan rasio
leverage). Sedangkan, faktor eksternal yang digunakan adalah inflasi. Faktor
internal dan eksternal tersebut diharapkan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap nilai perusahaan.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan
oleh Hamidah dkk., (2015). Dalam penelitian ini, peneliti menambahkan variabel
independen tax avoidance serta kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.
Adapun variabel yang dikurangi adalah variabel independen suku bunga. Peneliti
tertarik untuk menambahkan variabel independen tax avoidance sebagai variabel
yang mempengaruhi nilai perusahaan karena masih beragamnya hasil penelitian
sebelumnya tentang variabel ini.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Tandean & Jonathan (2016)
ditemukan bahwa tax avoidance memiliki pengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Hal serupa juga ditemukan dalam penelitian Herdiyanto & Ardiyanto
(2015) yang menunjukkan bahwa tax avoidance berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Sedangkan penelitian Wardani & Juliani (2018) menyatakan
sebaliknya, bahwa tax avoidance berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
14
Untuk variabel moderasi, peneliti tertarik menggunakan kebijakan dividen karena
nilai suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh harga saham. Sedangkan harga
saham sangat dipengaruhi oleh kebijakan dividen suatu perusahaan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa nilai perusahaan sangat dipengaruhi oleh kebijakan dividen.
Dalam menentukan kebijakan dividen, perusahaan wajib mempertimbangkan
kemampuan pembayaran melalui kas yang dimiliki oleh perusahaan serta
mempertimbangkan laba ditahan yang akan dipergunakan untuk keperluan
investasi (Setyawati, 2019). Selain itu, yang membedakan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah proksi variabel dependen. Pada penelitian ini untuk
proksi variabel dependen menggunakan Tobins Q, sedangkan pada penelitian
sebelumnya menggunakan proksi price book value (PBV).
Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi para investor dalam
menilai perusahaan yang akan dijadikan tempat untuk berinvestasi, serta
bermanfaat dan dapat menjadi tambahan referensi bagi para peneliti selanjutnya.
Berdasarkan fenomena-fenomena yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai
pergerakan harga saham sektor properti dan hasil-hasil penelitian sebelumnya
yang masih beragam mengenai nilai perusahaan, maka penulis tertarik untuk
membuat penelitian yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Tax Avoidance, Financial
Risk, Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan
Dividen Sebagai Variabel Moderasi”. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan
properti yang telah listing di BEI tahun 2014-2018.
15
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, maka
identifikasi masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Adanya ketidakstabilan harga saham sektor properti, real estate, dan
konstruksi bangunan. Hal ini diindikasikan dengan harga saham yang terus
fluktuatif sejak tahun 2014 sampai 2019.
2. Rendahnya indeks harga saham sektoral sektor properti, real estate, dan
konstruksi bangunan jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Padahal harga
tanah dan bangunan semakin tinggi setiap tahunnya yang seharusnya dapat
meningkatkan minat investor untuk berinvestasi pada sektor ini.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka
pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Menguji pengaruh inflasi, tax avoidance, financial risk, dan profitabilitas
terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel
moderasi.
Dari banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan,
penelitian ini hanya akan berfokus pada pengaruh inflasi, tax avoidance,
financial risk, dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan
dividen sebagai variabel moderasi.
16
2. Penelitian dilakukan pada perusahaan sektor properti, real estate, dan
konstruksi bangunan yang telah listing di BEI pada 2014-2018.
Di Indonesia terdapat banyak perusahaan yang bergerak di sektor
properti, real estate, dan konstruksi bangunan. Tetapi penelitian ini hanya akan
berfokus pada perusahaan sektor properti, real estate, dan konstruksi
bangunan yang telah listing di BEI pada 2014-2018.
3. Hanya pada perusahaan dengan laporan keuangan yang menggunakan mata
uang rupiah.
Penelitian ini hanya dilakukan pada perusahaan yang menggunakan
mata uang rupiah (Rp) pada laporan keuangannya. Hal ini dikarenakan adanya
perusahaan yang menggunakan mata uang dollar AS (US$).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena dan fokus penelitian yang telah dijelaskan dalam
latar belakang, identifikasi masalah, serta dalam pembatasan masalah, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah inflasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
2. Apakah tax avoidance berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
3. Apakah financial risk berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
4. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
5. Apakah inflasi, tax avoidance, financial risk, dan profitabilitas secara
simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
17
6. Apakah kebijakan dividen mampu memoderasi pengaruh inflasi terhadap nilai
perusahaan?
7. Apakah kebijakan dividen mampu memoderasi pengaruh tax avoidance
terhadap nilai perusahaan?
8. Apakah kebijakan dividen mampu memoderasi pengaruh financial risk
terhadap nilai perusahaan?
9. Apakah kebijakan dividen mampu memoderasi pengaruh profitabilitas
terhadap nilai perusahaan?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijabarkan
sebelumnya, maka tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh inflasi terhadap nilai
perusahaan.
2. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh tax avoidance terhadap
nilai perusahaan.
3. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh financial risk terhadap
nilai perusahaan.
4. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh profitabilitas terhadap
nilai perusahaan.
18
5. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh secara simultan dari
inflasi, tax avoidance, financial risk, dan profitabilitas terhadap nilai
perusahaan.
6. Untuk menemukan bukti empiris mengenai kebijakan dividen mampu
memoderasi pengaruh inflasi terhadap nilai perusahaan.
7. Untuk menemukan bukti empiris mengenai kebijakan dividen mampu
memoderasi pengaruh tax avoidance terhadap nilai perusahaan.
8. Untuk menemukan bukti empiris mengenai kebijakan dividen mampu
memoderasi pengaruh financial risk terhadap nilai perusahaan.
9. Untuk menemukan bukti empiris mengenai kebijakan dividen mampu
memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disampaikan sebelumnya, maka
manfaat yang dapat diperoleh dari adanya penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta
memberikan pengetahuan lebih dalam bagi peniliti mengenai pengaruh inflasi,
tax avoidance, financial risk, profitabilitas, kebijakan dividen, dan nilai
perusahaan.
2. Manfaat bagi penelitian selanjutnya
Dengan adanya penelitian ini diharapkan bahwa penelitian ini dapat
memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu di bidang akuntansi dan
19
juga menjadi tambahan sumber pengetahuan serta referensi bagi para peneliti
selanjutnya, khususnya yang ingin meneliti mengenai nilai perusahaan dan
menggunakan variabel inflasi, tax avoidance, financial risk, profitabilitas, dan
kebijakan dividen.
3. Manfaat bagi perusahaan
Diharapkan penelitian ini juga dapat memberikan manfaat bagi
perusahaan, khususnya pihak manajemen perusahaan dalam mengambil
keputusan. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan akan menambah
wawasan dan pengetahuan bagi pihak manajemen sebagai bahan
pertimbangan dan informasi dalam mengambil kebijakan atau keputusan yang
tepat bagi keberlangsungan jangka panjang perusahaan.
4. Manfaat bagi investor
Bagi investor, diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu
referensi atau tambahan informasi yang bermanfaat dalam pengambilan
keputusan sebelum berinvestasi pada suatu perusahaan. Selain itu, dengan
adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan investor
mengenai nilai perusahaan sektor properti, real estate, dan konstruksi
bangunan.
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Sinyal (Signalling Theory)
Teori sinyal ini bermula dari adanya masalah ketimpangan informasi
atau asymmetric information antara pihak internal perusahaan dengan pihak
eksternal perusahaan. Maka dalam hal ini manajemen selaku pihak internal
perusahaan perlu menerbitkan laporan keuangan yang memadai sebagai
informasi atau sinyal bagi pihak eksternal mengenai kondisi perusahaan. Teori
ini pertama kali dicetuskan oleh Spence (1973) dalam penelitiannya yang
berjudul “Job Market Signaling”. Dalam penelitiannya, teori sinyal digunakan
untuk menjelaskan masalah ketidakseimbangan informasi antara organisasi
atau pemberi kerja dan calon karyawan. Dalam hal ini karyawan dapat
memberikan sinyal tentang tingkat kemampuan mereka kepada pemberi kerja
melalui kredensial pendidikan (Spence, 1973).
Kemudian teori sinyal ini dikembangkan oleh Ross (1977) dalam
penelitiannya yang berjudul “The Determination of Financial Structure: The
Incentive-Signalling Approach”. Di dalam penelitian ini menjelaskan tentang
penggunaan utang dalam struktur modal perusahaan. Ross (1977) menyatakan
bahwa penggunaan utang dalam struktur modal dapat menjadi sinyal bagi para
investor. Di dalam penelitian ini dinyatakan bahwa manajer akan meningkatkan
21
penggunaan utang apabila yakin terhadap prospek positif perusahaan di masa
depan dan diharapkan para investor dapat melihat dan menangkap sinyal positif
tersebut (Ross, 1977).
Secara garis besar, teori sinyal digunakan untuk memberikan informasi
bagi pihak luar perusahaan mengenai kondisi perusahaan. Dalam
perkembangannya, informasi yang diberikan sebagai ‘signal’ bukan hanya
tentang struktur modal perusahaan, tetapi juga mengenai kebijakan dividen,
profitabilitas atau laba perusahaan, arus kas, fluktuasi harga saham, dan lain-
lain. Informasi yang diberikan sebagai sinyal akan sangat mempengaruhi
kinerja perusahaan. Oleh sebab itu, pertimbangan atas risiko (risk) dan tingkat
pengembalian yang diharapkan (expected return) sangat penting bagi manajer
sebelum mengambil keputusan pemilihan sinyal yang akan diterapkan
(Gumanti, 2009).
Terkait dengan penelitian ini, teori sinyal menjelaskan bahwa kebijakan
kenaikan dividen menandakan sinyal positif bagi investor tentang prospek
bagus yang dimiliki perusahaan (Nainggolan & Listiadi, 2014). Karena
perusahaan hanya akan menaikkan dividen apabila pendapatan yang didapat
perusahaan tinggi (Arjana & Suputra, 2017). Dalam teori sinyal, profitabilitas
dapat menjadi sinyal positif atau negatif bagi investor tergantung besarnya laba
yang dihasilkan oleh perusahaan. Laba akuntansi memiliki hubungan positif
dengan fluktuasi harga saham (Vitarini & Siswanto, 2017). Apabila terjadi
kenaikan laba maka hal tersebut merupakan sinyal positif, sebaliknya apabila
22
terdapat penurunan laba atau bahkan rugi maka hal terseut merupakan sinyal
negatif.
Kemudian, inflasi juga dapat menjadi sinyal bagi para investor dalam
mempertimbangkan waktu yang tepat dan perusahaan yang tepat ketika akan
berinvestasi. Dalam melakukan investasi, investor juga dapt melihat dari cara
perusahaan melakukan tax avoidance. Misalnya dengan menjadikan utang
sebagai tax shield, atau investor juga dapat menghitung jumlah Effective Tax
Rate (ETR) perusahaan dari laporan keuangannya. Oleh karena itu, tax
avoidance juga dapat menjadi sinyal bagi para investor dalam memilih
perusahaan yang akan diinvestasikan.
2. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori ini bermula dari adanya penelitian yang dikembangkan oleh
Jensen dan Meckling (1976) yang berjudul “Theory of The Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs, and Ownership Structure”. Teori keagenan (agency
theory) menjelaskan mengenai hubungan keagenan yang merupakan sebuah
kontrak antara satu orang atau lebih pemegang saham (principal) dengan
manajemen (agent), yang muncul ketika principal memberikan sebagian
wewenangnya kepada orang lain (agent) dalam menjalankan perusahaan dan
mengambil keputusan (Parmitasari & Hasrianto, 2017). Tujuan utama
perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham. Sayangnya, dalam
23
pelaksanaanya seringkali manajer (agent) bertindak tidak sesuai dengan
keinginan pemilik perusahaan (principal) karena adanya perbedaan
kepentingan yang mungkin bertentangan dengan tujuan utama perusahaan.
Konflik kepentingan ini disebut dengan masalah keagenan (Ruslim & Michael,
2019).
Ada lima macam hubungan keagenen, yaitu: (1) manajer vs pemegang;
(2) manajer vs pemegang utang; (3) manajer vs pemerintah; (4) pemegang
saham vs pemegang utang; (5) pemegang saham mayoritas vs pemegang saham
minoritas (Fatmawati, 2013). Tax avoidance dalam kaitannya dengan teori
agensi, yaitu terdapat konflik kepentingan antara manajer (perusahaan) dan
pemerintah. Perbedaan kepentingan terjadi karena pihak perusahaan yaitu
selaku manajer ingin memaksimalkan laba perusahaan dengan motivasi
kompensasi berupa gaji, posisi yang lebih tinggi, kesejahteraan, dan lain-lain.
Hal ini lah yang menjadi faktor pendorong perusahaan melakukan tax
avoidance. Sedangkan, pemerintah menginginkan adanya pemasukan pajak
maksimal dari perusahaan.
Ada beberapa cara untuk menyelesaikan masalah keagenan, salah
satunya dengan menggunakan utang sebagai salah satu sumber pendanaan.
Dalam teori agensi, agency cost yang rendah akan dimiliki oleh perusahaan
dengan tingkat utang yang tinggi. Karena perusahaan yang memiliki utang yang
tinggi akan membuat proses pengawasan bukan hanya dilakukan oleh
pemegang saham saja, tetapi juga oleh pihak kreditur.
24
Tetapi, ketika perusahaan menggunakan utang untuk menyelesaikan
masalah keagenan serta untuk menekan biaya agensi, maka perusahaan akan
memiliki tambahan risiko atas utang atau disebut dengan financial risk. Teori
agensi digunakan untuk menjelaskan bahwa ada akibat lain dari adanya
penggunaan utang sebagai penyelesaian dari masalah keagenan, yaitu
timbulnya financial risk. Selain itu penggunaan utang yang terlalu tinggi juga
dapat menimbulkan masalah keagenan lainnya, yaitu konflik kepentingan
antara pemegang saham dengan kreditur akibat tingginya rasio utang terhadap
ekuitas.
3. Pecking Order Theory
Pada tahun 1984, teori ini pertama kali ditemukan oleh Donaldson yang
kemudian dikembangkan oleh Myers dan Majluf. Pecking order theory
menyatakan bahwa perusahaan cenderung mencari sumber pendanaan dengan
risiko minimal. Dalam teori ini dinyatakan bahwa perusahaan akan melakukan
pendanaan secara hierarki risiko. Dimulai dari pendanaan internal yaitu
retained earnings, kemudian pendanaan eksternal yang berupa debt atau utang
dan yang terakhir pendanaan eksternal dengan menerbitkan ekuitas baru yang
dimulai dari sumber dana dengan biaya termurah (Frank & Goyal, 2011).
Perusahaan akan memilih untuk menggunakan pendanaan yang minim
risiko dimulai dari laba ditahan (retained earnings). Apabila pendanaan
internal, yaitu laba ditahan belum cukup untuk mendanai aktivitas operasional
25
maka perusahaan akan menggunakan utang (debt) yang berasal dari eksternal
perusahaan untuk mendanai aktivitas operasional. Barulah apabila masih belum
mencukupi maka perusahaan akan menggunakan pendanaan dengan risiko
tinggi yaitu menerbitkan ekuitas/saham baru. Oleh karena itu, dalam teori ini
dijelaskan bahwa perusahaan lebih menyukai pendanaan internal karena minim
risiko.
Pecking order theory digunakan untuk menjelaskan pentingnya
memiliki dana internal yang cukup untuk mengurangi ketergantungan dengan
dana eksternal, salah satunya dengan membatasi jumlah pembagian dividen
(menerapkan kebijakan dividen yang tepat), sehingga dapat menyisihkan dana
untuk pendanaan internal (retained earnings) dengan cukup. Kemudian, teori
ini juga digunakan untuk menjelaskan bahwa sebaiknya membatasi jumlah
utang yang dimiliki agar memperkecil financial risk perusahaan dan
ketergantungan perusahaan terhadap dana eksternal.
4. Bird In Hand Theory
Konsep teori ini lahir akibat perdebatan atas dividend irrelevance theory
yang diungkapkan oleh Modigliani dan Miller (1961) dalam penelitiannya.
Dalam dividend irrelevance theory disampaikan bahwa kebijakan dividen tidak
mempengaruhi nilai perusahaan, hal tersebut disebabkan karena menurut
Modigliani dan Miller (1961) nilai perusahaan hanya bergantung pada
pendapatan yang dihasilkan dari aset yang dimiliki perusahaan dan tidak
26
bergantung pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi antara dividen dan laba
ditahan. Pada penelitiannya, Modigliani dan Miller (1961) meniadakan pajak
dan biaya broker sebagai variabel, padahal variabel tersebut pada kenyataannya
ada dan merupakan faktor penting dalam kegiatan jual beli saham. Oleh karena
itu, muncullah bird in hand theory yang diungkapkan oleh Myron Gordon
(1963) dan John Lintner (1962) (Brigham & Ehrhardt, 2008: 641-642).
Dalam penelitian Myron Gordon (1963) yang berjudul “Optimal
Investment and Financing Policy” serta penelitian John Lintner (1962) yang
berjudul “Dividends, Earnings, Leverage, Stock Prices, and the Supply of
Capital to Corporation” disampaikan bahwa tingkat keuntungan yang
disyaratkan pemegang saham akan menurun seiring dengan kenaikan
pembayaran dividen. Yang artinya pembayaran dividen akan mengurangi
ketidakpastian yang berarti mengurangi risiko dan mengurangi tingkat
keuntungan yang disyaratkan pemegang saham. Hal tersebut disebabkan karena
investor lebih yakin terhadap penerimaan dividen dari pada kenaikan nilai
modal (capital gain) yang akan dihasilkan dari laba ditahan (Parmitasari &
Hasrianto, 2017).
Dalam teori ini dinyatakan bahwa investor lebih menyukai dividen
dibandingkan capital gain, karena pendapatan atas dividen merupakan hal yang
pasti jika dibandingkan dengan capital gain. Meskipun mungkin capital gain
akan memberikan untung yang lebih besar di kemudian hari, tetapi tetap
terdapat variabel ketidakpastian atas tingkat keuntungan yang akan didapat
27
yang dipengaruhi oleh faktor pasar. Berbeda dengan dividen sudah pasti akan
didapat oleh investor dan risikonya lebih kecil karena faktor dividen dapat
dikendalikan oleh perusahaan.
Teori ini berpendapat bahwa jika terdapat kenaikan dividen maka akan
meningkatkan minat investor yang kemudian akan berdampak meningkatnya
nilai perusahaan. Kelemahan dari teori ini adalah jumlah pajak yang harus
dibayarkan oleh investor lebih tinggi akibat pembagian dividen yang besar.
5. Nilai Perusahaan
Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan kemakmuran
para pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan (Salvatore, 2005;
Sunandes, 2015). Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar
oleh investor apabila perusahaan dijual (Suad Husnan, 2005; Wiagustini, 2010;
dalam Dramawan, 2015). Nilai perusahaan dapat diukur dengan nilai pasar
berdasarkan harga saham di akhir tahun (Chen et al, 2011; dalam Dramawan,
2015). Jadi, nilai perusahaan menggambarkan kondisi perusahaan selama
perusahaan beroperasi yang dapat tercermin dari harga saham perusahaan.
Artinya, tingginya harga saham mencerminkan nilai perusahaan dan
sebaliknya. Semakin tinggi nilai perusahaan akan semakin meningkatkan
kemakmuran para pemegang sahamnya yang tercermin dari tingginya
pembagian dividen per lembar sahamnya.
28
Oleh karena itu, informasi mengenai nilai perusahaan penting bagi
investor untuk mengetahui saham mana yang memiliki kinerja dan prospek
yang baik (Brigham dan Houston, 2010; dalam Puspitaningtyas, 2017).
Pengukuran mengenai nilai perusahaan dapat dilakukan dengan beberapa cara,
diantaranya:
a. Price Book Value (PBV)
Price Book Value (PBV) merupakan gambaran dari seberapa tinggi
pasar menilai harga saham perusahaan. Semakin tinggi rasio PBV
mencerminkan bahwa pasar percaya akan prospek perusahaan di masa
depan. Nilai rasio PBV yang mencapai diatas satu, biasanya mencerminkan
perusahaan berjalan dengan baik, sehingga menunjukkan bahwa nilai pasar
saham lebih besar dari nilai bukunya.
Sumber: Kusumawati & Rosady (2018); Brigham & Houston (2001);
Dramawan (2015); Mardiyanto (2008: 64) dalam Purnama Sari (2015).
b. Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio (PER) menunjukan berapa jumlah uang yang harus
dibayar investor untuk setiap dolar laba periode berjalan (Brigham &
Houston, 2001). Price earning ratio menunjukkan hubungan antara pasar
saham biasa dengan earning per share, kegunaannya untuk melihat
𝑃𝐵𝑉 =𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑢𝑘𝑢 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
29
bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang ditunjukkan oleh
earning per share-nya. Semakin tinggi nilai PER maka akan semakin tinggi
pula prospek perusahaan di masa depan, karena PER dapat
merepresentasikan aliran laba perusahaan di masa depan.
Sumber: Mardiyanto (2008: 64) dalam Purnama Sari (2015).
c. Tobin’s Q
Rasio Tobin’s Q dikembangkan oleh Profesor Tobin pada tahun 1967.
Tobin’s Q adalah rasio dari nilai pasar aset perusahaan yang diukur oleh
nilai pasar dari jumlah saham yang beredar dan hutang (enterprise value)
terhadap replacement cost dari aktiva perusahaan (Fiakas, 2005; dalam
Sudiyatno & Puspitasari, 2010). Tobin’s Q adalah gambaran statistik yang
berfungsi sebagai proksi dari nilai perusahaan dari perspektif investor.
Perusahaan dengan nilai Q yang tinggi, atau Q > 1,00 memiliki peluang
investasi yang baik, memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi, dan
menunjukkan bahwa manajemen memiliki performa yang baik dengan
aktiva dalam pengelolaannya. Di dalam penggunaannya, Tobin’s q
mengalami modifikasi. Rumus modifikasi Tobin’s Q versi Chung dan Pruitt
(1994) adalah sebagai berikut (Sudiyatno & Puspitasari, 2010):
𝑃𝐸𝑅 =𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒
30
Keterangan:
MVE : Market Value of Equity
: Harga saham per lembar x jumlah saham beredar
Debt : Nilai buku total utang atau liabilities
Total asset : Nilai buku dari total aktiva
Kemudian, interpretasi hasil rasio Tobin’s Q menurut Sudiyatno &
Puspitasari (2010) yaitu sebagai berikut:
a. Tobin’s Q < 1, mencerminkan bahwa saham dalam kondisi
undervalued. Hal ini menggambarkan bahwa manajemen telah gagal
dalam mengelola aktiva perusahaan dan potensi pertumbuhan investasi
rendah.
b. Tobin’s Q = 1, mencerminkan bahwa saham dalam kondisi average. Hal
ini menggambarkan bahwa manajemen stagnan dalam mengelola aktiva
dan potensi pertumbuhan investasi tidak berkembang.
c. Tobin’s Q > 1, mencerminkan bahwa saham dalam kondisi overvalued.
Hal ini menggambarkan bahwa manajemen berhasil dalam mengelola
aktiva perusahaan dan potensi pertumbuhan investasi tinggi.
𝑄 =𝑀𝑉𝐸 + 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
31
6. Kebijakan Dividen
Salah satu langkah dalam memaksimalkan nilai perusahaan yaitu
melaksanakan fungsi manajemen keuangan dengan baik, dimana satu kebijakan
atau keputusan keuangan yang diambil dapat mempengaruhi keputusan
keuangan lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan. Kebijakan keuangan
tersebut yaitu kebijakan investasi, kebijakan hutang atau keputusan pendanaan
dan kebijakan dividen (Nainggolan & Listiadi, 2014).
Kebijakan dividen merupakan keputusan mengenai apakah laba yang
diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen
atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa
mendatang (Sartono, 2001; dalam D. Aditya & Supriyono, 2015). Dividen
merupakan pembagian laba kepada para pemegang saham atas saham yang
dimilikinya. Pembagian dividen mengakibatkan berkurangnya kas dan laba
ditahan yang dimiliki oleh perusahaan.
Jumlah pembagian dividen merupakan cerminan atas kinerja
perusahaan. Semakin tinggi jumlah dividen yang dibagikan maka
mencerminkan kinerja perusahaan yang baik. Hal tesebut tentu akan menjadi
penilaian yang baik bagi investor. Semakin baik penilaian investor maka akan
berpengaruh pada naiknya nilai perusahaan yang dicerminkan dengan
peningkatan harga saham.
Tetapi, terdapat beberapa perdebatan mengenai pengaruh kebijakan
dividen terhadap nilai perusahaan. Dalam dividend irrelevance theory
32
menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak memiliki pengaruh terhadap nilai
perusahaan maupun biaya modal karena nilai perusahaan hanya ditentukan oleh
pendapatan yang dihasilan oleh aktivanya (Modigliani & Miller, 1961; dalam
Nainggolan & Listiadi, 2014). Sedangkan, dalam the bird in hand theory dan
signaling theory menyatakan bahwa kebijakan dividen akan mempengaruhi
atau berdampak pada nilai perusahaan.
Dalam the bird in the hand theory dinyatakan bahwa kenaikan dividen
akan meningkatkan harga saham, karena investor lebih menyukai dividen
dibandingkan capital gain. Kenaikan harga saham pada akhirnya akan
berdampak pada meningkatnya nilai perusahaan. Dalam teori ini dinyatakan
investor lebih menyukai dividen karena memiliki risiko yang lebih kecil jika
dibandingkan dengan capital gain.
Sedangkan dalam signaling theory, pembayaran atas dividen berperan
sebagai sinyal bagi investor. Dividen yang tinggi menandakan perusahaan
memiliki kinerja yang baik dan prospek di masa depan, sehingga meningkatkan
apresiasi pasar terhadap saham (Wahyuni dkk., 2013). Jadi, dalam signaling
theory pembayaran dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Sumber: Nainggolan & Listiadi (2014); Wahyuni dkk. (2013); Weston &
Brigham, (1998: 306) dalam D. Aditya & Supriyono (2015).
𝐷𝑃𝑅 =𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 (𝐸𝑃𝑆)
33
7. Inflasi
Inflasi merupakan salah satu faktor makro ekonomi yang dapat
mempengaruhi harga saham dan nilai saham. Inflasi adalah suatu keadaan
dimana terjadi kenaikan harga barang dan pelemahan nilai mata uang yang
terjadi secara terus-menerus yang mengakibatkan memburuknya keadaan
ekonomi serta mengguncang stabilitas politik suatu negara (Fahmi, 2014: 86).
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan inflasi diantaranya, yaitu:
cost push inflation dan demand full inflation. Cost push inflation disebabkan
karena adanya kenaikan biaya produksi dalam jangka waktu tertentu secara
terus menerus yang menyebabkan perusahaan menaikkan harga barang
dagangnya. Sedangkan, demand full inflation terjadi akibat tingginya
permintaan total yang biasanya dipicu oleh tingginya likuiditas (peredaran
uang) di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan
pada tingkat harga. Peningkatan inflasi dapat menyebabkan harga-harga naik,
yang menyebabkan berkurangnya permintaan akan barang sekunder (barang
komplementer) dan barang tersier (barang mewah), karena orang akan
cenderung memenuhi kebutuhan barang primer terlebih dahulu. Naiknya inflasi
akan mempengaruhi penurunan harga saham perusahaan (Siswanti dkk., 2015).
Inflasi berdasarkan sifatnya terbagi menjadi empat tingkat, diantaranya:
1. Inflasi ringan (creeping inflation), < 10% per tahun.
2. Inflasi sedang (galloping inflation), 10 - 30% per tahun.
3. Inflasi berat (high inflation), 30 - 100% per tahun.
34
4. Inflasi sangat berat (hyperinflation) > 100% per tahun.
Inflasi dapat berdampak positif atau negatif tergantung pada tingkat
keparahannya. Apabila inflasi terjadi pada tingkat rendah maka harga jual akan
naik tapi masih pada tahap normal. Kenaikan harga akan mendorong produsen
untuk meningkatkan jumlah produksi, sehingga akhirnya akan dapat
meningkatkan pendapatan nasional (GDP). Selain itu, inflasi tingkat rendah
juga dapat mendorong masyarakat untuk menabung karena terjadinya kenaikan
suku bunga. Pada tahap ini suku bunga naik tetapi masih dibawah tingkat
kenaikan inflasi, sehingga suku bunga masih memberikan untung.
Tetapi inflasi dapat berdampak negatif apabila terjadi pada tingkat
sangat berat (hyperinflation). Kondisi hyperinflation dapat menyebabkan
terganggunya stabilitas ekonomi negara, contohnya terjadi saat krisis moneter
1998. Pada tingkat ini pertumbuhan ekonomi akan menjadi sangat lambat,
menurunnya harga saham, melemahnya nilai mata uang, serta dapat
menyebabkan kebangkrutan perusahaan, sehingga keadaan ekonomi suatu
negara akan kacau.
Inflasi dapat diukur dengan cara berikut (Gilarso, 2004: 201):
Keterangan:
In : Inflasi
𝐼𝑛𝑡 =𝐼𝐻𝐾𝑡 − 𝐼𝐻𝐾𝑡−1
𝐼𝐻𝐾𝑡−1
35
IHKt : Indeks Harga Konsumen tahun dasar (biasanya nilainya 100)
IHKt–1: Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya
8. Tax Avoidance
Dalam menjalankan perusahaan, perusahaan perlu melakukan
perencanaan keuangan agar dapat menghasilkan laba maksimal. Salah satu
implementasi perencanaan keuangan adalah dengan melakukan perencanaan
pajak (tax planning). Perencanaan pajak dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu (Pohan, 2013: 13):
1. Tax Avoidance (Penghindaran Pajak)
Tax Avoidance (penghindaran pajak) adalah teknik penghindaran pajak
yang dilakukan secara legal sesuai dengan peraturan perpajakan yang
berlaku dengan memanfaatkan kelemahan yang terdapat dari peraturan
perpajakan itu sendiri.
2. Tax Evasion (Penyelundupan Pajak)
Tax Evasion (penyelundupan pajak) adalah teknik penghindaran pajak yang
dilakukan wajib pajak secara ilegal karena tidak sesuai atau melanggar
peraturan perpajakan yang berlaku.
3. Tax Saving (Penghematan Pajak)
Tax Saving (penghematan pajak) adalah tindakan penghematan pajak yang
dilakukan oleh wajib pajak dan cara ini tidak bertentangan dengan peraturan
perpajakan yang berlaku.
36
Jadi dapat disimpulkan bahwa tax avoidance adalah skema yang dibuat
perusahaan untuk meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan
kelemahan-kelemahan peraturan perpajakan untuk memaksimalkan laba
perusahaan. Selain memiliki dampak positif yaitu dapat memaksimalkan laba
perusahaan, tax avoidance juga memiliki dampak negatif. Tax avoidance
berdampak negatif ketika manajer melakukan tax avoidance bukan untuk
kepentingan pemilik, tetapi untuk tujuan opportunistic (kepentingan dirinya
sendiri agar mendapatkan bonus). Ketika manajer memiliki tujuan
opportunistic, maka manajer cenderung akan melakukan manipulasi laba yang
menyebabkan laporan keuangan yang dihasilkan menjadi kurang transparan.
Hal ini akan mengurangi kualitas laporan keuangan yang dihasilkan karena
informasi yang disajikan berkurang dan tentu akan mempengaruhi keputusan
investor dalam memberikan nilai pada perusahaan (Wardani & Juliani, 2018).
Jadi, semakin tinggi tingkat tax avoidance yang dilakukan maka
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan akan semakin berkurang. Hal
ini akan menurunkan kualitas laporan keuangan, yang akan berdampak pada
menurunnya nilai perusahaan. Ada beberapa cara pengukuran tax avoidance,
diantaranya:
1. Effective Tax Rate (ETR)
Sumber: Chen dkk. (2010)
𝐸𝑇𝑅 =𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
37
2. Cash Effective Tax Rate (ETR)
Sumber: Chen dkk. (2010)
3. Book Tax Different (BTD)
Sumber: Windarti & Sina (2017)
9. Financial Risk
Menurut Husnan (2005) dalam Dramawan (2015), setiap perusahaan
memiliki risiko bisnis maupun risiko utang. Hal ini disebabkan karena
perusahaan harus membayar biaya bunga yang tinggi atas utang, sedangkan
terdapat ketidakpastian atas pengembalian aset. Pada akhirnya perusahaan
harus mengurangi penggunaan utang untuk menghindari kebangkrutan.
Menurut Brigham dan Houston (2011:164) dalam Ruslim & Michael
(2019), financial risk merupakan risiko tambahan yang akan diterima oleh
pemegang saham jika perusahaan memutuskan untuk menggunakan utang
dalam menjalankan operasinya. Risiko yang ditanggung pemegang saham atas
risiko yang terkandung dalam bisnis itu sendiri disebut sebagai business risk.
Tetapi jika perusahaan menggunakan utang untuk pendanaan, business risk
tersebut hanya akan ditanggung oleh pemegang saham. Karena pemberi utang
𝐶𝐸𝑇𝑅 =𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝐵𝑇𝐷 =𝑃𝑟𝑒𝑡𝑎𝑥 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 − 𝑇𝑎𝑥 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
38
(debtholder) tetap akan menerima pembayaran bunga dalam jumlah yang tetap
dan tidak akan menanggung business risk tersebut.
Perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi akan cenderung menahan
labanya untuk melunasi pokok pinjaman dan bunganya. Semakin besar utang
yang dimiliki perusahaan maka perusahaan akan mencadangkan lebih banyak
kas perusahaan untuk melunasi utang, sehingga cenderung akan membagikan
dividen dalam jumlah yang kecil. Hal ini sesuai dengan pandangan bahwa
perusahaan yang berisiko akan membayar dividen lebih rendah untuk menekan
ketergantungan atas pendanaan eksternal. Untuk menghindari kebangkrutan
maka perusahaan sebaiknya mengurangi pendanaan dengan utang (Sunandes,
2015). Mengurangi ketergantungan penggunaan utang juga dapat dilakukan
dengan lebih banyak mencadangkan laba untuk diinvestasikan kembali (laba
ditahan / retained earnings) daripada dialokasikan untuk pembagian dividen.
Karena jika pendanaan diperoleh melalui utang berarti rasio utang terhadap
ekuitas akan meningkat, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan risiko
(Sabrin dkk., 2016).
Dalam teori agensi, agency cost yang rendah akan dimiliki oleh
perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi. Karena perusahaan yang
memiliki utang yang tinggi akan membuat proses pengawasan bukan hanya
dilakukan oleh pemegang saham saja, tetapi juga oleh pihak kreditur. Hal ini
akan menekan biaya pengawasan yang harus dikeluarkan oleh principal.
Semakin banyak pihak yang mengawasi, maka akan mengurangi peluang
39
manajemen untuk melakukan tindakan yang akan merugikan perusahaan. Hal
ini juga akan mengurangi ketergantungan pada dividen (dividen as reward)
sebagai salah satu mekanisme dalam mengatasi masalah keagenan. Tetapi pada
kenyataannya perusahaan lebih baik mengurangi pendanaan dengan utang agar
tidak muncul masalah keagenan lainnya (konflik kepentingan antara pemegang
saham dengan kreditur) akibat tingginya rasio utang terhadap ekuitas dan juga
untuk mengurangi risiko kebangkrutan.
Risiko keuangan juga dapat didefinisikan sebagai kemungkinan
kerugian atau laba yang hilang, yang disebabkan oleh faktor internal maupun
faktor eksternal yang berpotensi negatif terhadap pencapaian tujuan
perusahaan. Tujuan perusahaan mengelola risiko keuangan adalah untuk
mencapai keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian serta
meminimalisasi potensi efek memburuknya kinerja keuangan perusahaan.
Risiko keuangan yang umum dihadapi oleh perusahaan, diantaranya risiko
kredit, risiko suku bunga, risiko likuiditas, risiko nilai tukar mata uang asing
dan risiko perubahan kebijakan pemerintah, kondisi ekonomi dan sosial politik.
Risiko keuangan (financial risk) dalam penelitian ini diukur
menggunakan rasio leverage, hal ini bertujuan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya, seperti
pembayaran bunga atas utang, pembayaran pokok akhir atas utang dan
kewajiban-kewajiban tetap lainnya. Rasio leverage membandingkan antara
keseluruhan beban utang dengan aset atau ekuitas yang dimiliki oleh
40
perusahaan. Hal tersebut dapat menggambarkan perbandingan antara
banyaknya aset yang dimiliki oleh pemegang saham dengan banyaknya aset
yang dimiliki oleh kreditur. Jika kreditur memiliki lebih banyak aset maka
dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut memiliki tingkat leverage yang
tinggi. Sebaliknya, jika pemegang saham lebih banyak memiliki aset maka
dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut memiliki tingkat leverage yang
rendah.
Rasio ini digunakan untuk membantu manajemen ataupun investor
untuk lebih memahami tingkat risiko struktur modal pada perusahaan. Semakin
tinggi rasio leverage, maka semakin tinggi kewajiban perusahaan. Rasio
leverage dihitung menggunakan Debt to Equity Ratio (DER), yaitu:
Sumber: Hamidah dkk. (2015)
10. Profitabilitas
Menurut Sartono (2001), profitabilitas merupakan kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba yang berhubungan dengan penjualan, total
aktiva ataupun modal sendiri. Ketika akan berinvestasi investor perlu
mempertimbangkan beberapa hal, salah satunya profitabilitas perusahaan.
Pertimbangan akan profitabilitas penting untuk melihat apakah perusahaan
𝐷𝐸𝑅 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
41
tersebut dapat memberikan imbalan atau return yang besar saat berinvestasi
(Kusumawati & Rosady, 2018).
Profitabilitas sendiri merupakan salah satu analisis rasio keuangan.
Rasio-rasio keuangan digunakan untuk menganalisis atau mengevaluasi kinerja
perusahaan berdasarkan laporan keuangan untuk mengetahui tingkat kesehatan,
atau tingkat risiko dan tingkat keuntungan (profitabilitas) perusahaan.
Profitabilitas dapat diukur dari berbagai macam, seperti: laba operasi, laba
bersih, tingkat pengembalian investasi atau aktiva, serta tingkat pengembalian
ekuitas pemilik (Sunandes, 2015).
Dalam Horne (2005), dikatakan bahwa profitabilitas terdiri dari dua
jenis. Yang pertama, berkaitan dengan penjualan (marjin laba kotor (GPM) dan
marjin laba bersih (NPM)) yaitu return on asset (ROA). Yang kedua, berkaitan
dengan investasi yaitu return on equity (ROE). Rasio return on asset (ROA)
digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan dapat menghasilkan
keuntungan dari total aset atau aktiva yang dimilikinya. Sedangkan, rasio return
on equity (ROE) digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari modal yang dimilikinya. Beberapa rasio profitabilitas,
yaitu: profit margin, return on asset, return on equity, return on total asset,
basic earning power dan earning per share.
Aset atau aktiva yang dimaksud dalam return on asset (ROA) adalah
total dari harta yang dimiliki perusahaan yang diperoleh dari modal sendiri
ataupun modal asing yang kemudian diubah menjadi aktiva perusahaan dan
42
digunakan untuk kelangsungan perusahaan (Hamidah dkk., 2015). Menurut
Weston dan Coveland dalam Hamidah dkk. (2015), jika profitabilitas
perusahaan baik maka para pemegang saham dapat melihatnya dari
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari penjualan dan investasi
perusahaan yang akan berdampak pada meningkatnya nilai perusahaan.
1. Return on Asset (ROA).
Sumber: Kusumawati & Rosady (2018); Hamidah dkk. (2015); Dramawan
(2015); Sunandes (2015)
2. Return on Equity (ROE)
Sumber: Tandean & Jonathan (2016); Puspitaningtyas (2017); Setyawati
(2019)
𝑅𝑂𝐴 =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
𝑅𝑂𝐸 =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
43
B. Penelitian Sebelumnya
Berikut dalam tabel 2.1 disajikan mengenai hasil penlitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan
penelitian yang sedang dilakukan yang dapat menjadi acuan bagi peneliti dalam merumuskan hipotesis.
Tabel 2.1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Tri
Wahyuni,
Endang
Ernawati,
S.E., M.Si.,
dan Dr.
Werner R.
Murhadi,
S.E., M.M
(2013)
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Nilai Perusahaan
di Sektor
Property, Real
Estate & Building
Construction
Yang Terdaftar di
BEI Periode
2008-2012
1. Variabel
independen
kebijakan
dividen,
profitabilitas.
2. Variabel
dependen
nilai
perusahaan.
3. Penelitian
kuantitatif
dengan data
sekunder.
1. Variabel
independen
keputusan
investasi,
keputudan
pendanaan,
ukuran
perusahaan,
dan
kepemilikan
institusional.
2. Tahun data.
1. Keputusan investasi (PER)
memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai
perusahaan.
2. Keputusan pendanaan (DER)
memiliki pengaruh negative dan
signifikan terhadap nilai
perusahaan.
3. Kebijakan dividen (DPR) memiliki
pengaruh positif tidak signifikan
terhadap nilai perusahaan.
4. Ukuran perusahaan (Size) memiliki
pengaruh positif danmsignifikan
terhadap nilai perusahaan.
5. Profitabilitas berpengaruh positif
signifikan pada nilai perusahaan.
6. Kepemilikan institusional positif dan
signifikan terhadap kebijakan dividen.
Bersambung ke halaman selanjutnya
44
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
2. Amalia
Ilmiani dan
Catur Ragil
Sutrisno
(2014)
Pengaruh Tax
Avoidance
terhadap Nilai
Perusahaan
dengan
Transparansi
Perusahaan
sebagai Variabel
Moderating
1. Variabel tax
avoidance
dan nilai
perusahaan.
2. Penelitian
kuantitatif
dengan data
sekunder.
1. Variabel
transparansi.
2. Objek
penelitian dan
tahun data.
1. Variabel tax avoidance
berpengaruh negatif signifikan
terhadap nilai perusahaan.
2. Variabel transparansi mampu
memoderasi hubungan antara
penghindaran pajak pada nilai
perusahaan.
3. Kepemilikan institusional (KI)
memiliki pengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan.
3. Dinda
Aditya dan
Edi
Supriyono
(2015)
Pengaruh
Profitabilitas dan
Kepemilikan
Institusional
Terhadap Nilai
Perusahaan
Dengan
Kebijakan
Dividen Sebagai
1. Variabel
profitabilitas,
kebijakan
dividen, dan
nilai
perusahaan.
2. Penelitian
kuantitatif
1. Variabel
kepemilikan
institusional.
2. Objek
penelitian dan
tahun data.
1. Profitabilitas dan kebijakan dividen
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
2. Kepemilikan institusional tidak
signifikan terhadap nilai perusahaan.
3. Profitabilitas tidak signifikan terhadap
kebijakan dividen.
Bersambung ke halaman selanjutnya
45
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Variabel
Intervening
dengan data
sekunder.
4. Profitabilitas dengan kebijakan dividen sebagai variabel intervening tidak
signifikan terhadap nilai perusahaan.
5. Kepemilikan institusional positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan
dengan kebijakan dividen sebagai
variabel intervening.
4. Hamidah,
Hartini, dan
Umi
Mardiyati
(2015)
Pengaruh Inflasi,
Suku Bunga BI,
Profitabilitas, dan
Risiko Finansial
Terhadap Nilai
Perusahaan
Sektor Properti
Tahun 2011-2013
1. Variabel
inflasi,
profitabilitas,
risiko
finansial, dan
nilai
perusahaan.
2. Penelitian
kuantitatif
dengan data
sekunder.
1. Menggunakan
variabel suku
bunga BI.
Program
pengujian
menggunakan
Eviews 8.
1. Inflasi dan suku bunga BI secara
parsial berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap nilai perusahaan.
2. ROA dan DER secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan.
3. Secara simultan Inflasi, suku bunga BI, ROA dan DER berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan.
5. I Dewa
Ketut Alit
Dramawan
(2015)
Pengaruh Risiko
Keuangan dan
Pertumbuhan
Penjualan Pada
Profitabilitas Dan
1. Variabel
risiko
keuangan,
profitabilitas,
dan nilai
perusahaan.
1. Variabel
pertumbuhan
penjualan.
2. Proksi PBV
dan tahun
data.
1. Risiko keuangan dan pertumbuhan
penjualan berpengaruh positif
terhadap profitabilitas.
2. Profitabilitas berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan.
Bersambung ke halaman selanjutnya
46
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Nilai Perusahaan
Properti
2. Penelitian
kuantitatif
dengan data
sekunder.
3. Risiko keuangan dan pertumbuhan
penjualan berpengaruh negatif
terhadap nilai perusahaan.
6. Dedy
Ghozim
Herdiyanto
dan Moh.
Didik
Ardiyanto
(2015)
Pengaruh Tax
Avoidance
Terhadap Nilai
Perusahaan
1. Variabel tax
avoidance
dan nilai
perusahaan.
2. Penelitian
kuantitatif
dengan data
sekunder.
1. Hanya
memakai tax
avoidance
sebagai
variabel
independen.
2. Objek
penelitian dan
tahun data.
1. Tax avoidance berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
2. Kepemilikan institusional tidak
dapat memoderasi dan biaya agensi
tidak dapat menjadi variabel
intervening dalam hubungan antara
penghindaran pajak dan nilai
perusahaan.
7. Indra
Siswanti,
Eko Ganis
Sukoharsono,
dan Embun
Prowanta
(2015)
The Impact of
Macro Economy
on Firm Values
and Financial
Performance as
an Intervening
Variable: An
Empirical Study
of LQ- 45
1. Variabel
inflasi dan
nilai
perusahaan.
2. Penelitian
kuantitatif
dengan data
sekunder.
1. Variabel nilai
tukar, suku
bunga, dan
kinerja
keuangan.
2. Memakai
proksi PBV,
ROA.
1. Nilai tukar tidak berpengaruh pada
ROA.
2. Inflasi secara negatif signifikan
berpengaruh terhadap ROA.
3. Suku bunga BI berpengaruh positif
signifikan terhadap ROA.
4. ROA tidak berdampak pada PBV;
5. Nilai tukar negatif berpengaruh
signifikan pada PBV.
Bersambung ke halaman selanjutnya
47
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Banking
Industries in
Indonesia
3. Objek
penelitian dan
tahun data.
6. Inflasi tidak berdampak pada PBV.
7. Suku bunga BI tidak berdampak
pada PBV.
8. ROA tidak memediasi dampaknya
terhadap nilai tukar pada nilai
perusahaan (PBV).
9. ROA tidak memediasi dampak
inflasi pada nilai perusahaan
(PBV).
10. ROA memediasi dampaknya dari
suku bunga bank sentral pada nilai
perusahaan (PBV).
8. Aris
Sunandes
(2015)
Pengaruh Risiko
Keuangan dan
Pertumbuhan
Perusahaan
Terhadap
Profitabilitas dan
Nilai Perusahaan
Pertambangan
Batubara Listing
Di Bursa Efek
Indonesia
1. Variabel
risiko
keuangan,
profitabilitas,
dan nilai
perusahaan.
2. Penelitian
kuantitatif
dengan data
sekunder.
1. Variabel
pertumbuhan
perusahaan.
2. Objek
penelitian
dan tahun
data.
1. Risiko keuangan berpengaruh negatif terhadap profitabilitas perusahaan.
2. Pertumbuhan perusahaan berpengaruh
positif terhadap profitabilitas.
3. Risiko keuangan berpengaruh secara
negatif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan.
4. Pertumbuhan perusahaaan berkorelasi
positif terhadap nilai perusahaan.
5. Terdapat pengaruh profitabilitas
perusahaan terhadap nilai perusahaan
pertambangan batubara listing di
Bursa Efek Indonesia.
Bersambung ke halaman selanjutnya
48
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
9. Nnado
Ifeanyi C.
dan Ugwu
Chukwuma
C. (2016)
An Empirical
Analysis of
Inflationary
Impacts on
Profitability and
Value of Selected
Manufacturing
Firms in Nigeria
1. Variabel
independen
inflasi.
2. Variabel
dependen
nilai
perusahaan.
3. Penelitian
kuantitatif
dengan data
sekunder.
1. Profitabilitas
sebagai
variabel
dependen.
2. Objek
penelitian
dan tahun
data.
1. Inflasi berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap nilai
perusahaan.
2. Inflasi berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap
profitabilitas.
3. Hubungan antara ROA (proksi
untuk profitabilitas) dan nilai
tambah ekonomis tidak signifikan.
Inflasi, bahkan pada level rendah,
secara serius mengecilkan nilai
sebenarnya dari perusahaan.
10. Eka Maharto
Putra, Putu
Kepramareni,
dan Ni Luh
Gede
Novitasari
(2016)
Pengaruh Kinerja
Keuangan, Inflasi
dan Tingkat Suku
Bunga Terhadap
Nilai Perusahaan
1. Variabel
inflasi dan
nilai
perusahaan.
2. Penelitian
kuantitatif
dengan data
sekunder.
1. Variabel kinerja
keuangan
(Current Ratio (CR), Debt to
Equity Ratio
(DER), dan
Earning Per Share (EPS).
2. Objek
penelitian dan tahun data.
1. Current ratio berpengaruh negatif
terhadap nilai perusahaan.
2. Debt to equity ratio, inflasi dan
tingkat suku bunga tidak
berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
3. Return on equity dan earning per
share berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan.
Bersambung ke halaman selanjutnya
49
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
11. Prof. Dr. M.
Başaran
Özturk, Öğr.
Gör. E.
Ensari Şahin,
dan Arş. Gör.
Ceyda Aktan
(2016)
Relationship
Between
Financial Risk
And Business
Risk With Firm
Values In The
Logistics
Industry: An
Analysis On
BRICS-T
Countries (Brazil,
Russia, India,
China, South
Africa, Turki)
1. Variabel
independen
risiko
keuangan.
2. Variabel
dependen
nilai
perusahaan.
3. Penelitian
kuantitatif
dengan data
sekunder.
1. Variabel
independen
risiko bisnis
(business
risk).
2. Objek
penelitian dan
tahun data.
1. Risiko bisnis berpengaruh pada
nilai-nilai perusahaan di negara-
negara seperti Turki, Cina dan
India.
2. Risiko keuangan memengaruhi
nilai perusahaan di Rusia, Brasil,
dan Afrika Selatan.
12. Sabrin,
Buyung
Sarita, Dedy
Takdir S,
Sujono
(2016)
The Effect of
Profitability on
Firm Value in
Manufacturing
Company at
Indonesia Stock
Exchange
1. Variabel
profitabilitas
dan nilai
perusahaan.
2. Penelitian
kuantitatif
dengan data
sekunder.
1. Objek
penelitian dan
tahun data.
2. Menggunakan
SmartPLS
2.0.
1. Profitabilitas berpengaruh terhadap
nilai perusahaan karena nilainya
positif pada pencapaian laba untuk
membenarkan pembayaran
dividen, sehingga harga saham
akan meningkat karena perusahaan
menunjukkan sinyal positif untuk
membayar dividen.
Bersambung ke halaman selanjutnya
50
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
13. Jonathan dan
Vivi Adeyani
Tandean
(2016)
Pengaruh Tax
Avoidance
Terhadap Nilai
Perusahaan
Dengan
Profitabilitas
Sebagai Variabel
Pemoderasi
1. Variabel tax
avoidance
dan nilai
perusahaan.
2. Proksi
Tobin’s Q
dan ROE.
3. Penelitian
kuantitatif
dengan data
sekunder.
1. Profitabilitas
sebagai
variabel
moderasi.
2. Objek
penelitian dan
tahun data.
1. Tax avoidance berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan.
2. Profitabilitas cukup bukti
berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan secara parsial
3. Profitabilitas tidak cukup bukti
dapat memperkuat hubungan
antara tax avoidance dengan nilai
perusahaan.
14. Zarah
Puspitaningtyas
(2017)
Efek Moderasi
Kebijakan
Dividen
dalam Pengaruh
Profitabilitas
Terhadap Nilai
Perusahaan
Manufaktur
1. Variabel
profitabilitas,
kebijakan
dividen, dan
nilai
perusahaan.
2. Penelitian
kuantitatif
dengan data
sekunder.
1. Proksi Price
to Earning
Ratio.
2. Objek
penelitian dan
tahun data.
1. Profitabilitas berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan.
2. Kebijakan dividen tidak mampu
berperan sebagai moderator
dalam pengaruh profitabilitas
terhadap nilai perusahaan.
Bersambung ke halaman selanjutnya
51
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
15. Muhammad
Fuad dan Ayu
Wandari
(2018)
Pengaruh
Struktur Modal
dan Faktor
Eksternal
terhadap Nilai
Perusahaan
(Studi pada PT.
Bank Central
Asia, Tbk)
1. Variabel
inflasi dan
nilai
perusahaan.
2. Penelitian
kuantitatif
dengan data
sekunder.
1. Variabel
struktur
modal, suku
bunga, dan
niai tukar.
2. Objek
penelitian dan
tahun data.
1. Struktur modal, inflasi dan nilai
tukar berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan;
2. Suku bunga berpengaruh positif
dan tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan.
3. Struktur modal memiliki
pengaruh dominan terhadap nilai
perusahaan.
4. Variabel independen yang
dianalisis dalam penelitian ini
berkontribusi relatif tinggi dalam
menjelaskan varians yang terjadi
pada nilai perusahaan PT Bank
Central Asia, Tbk.
16. Rita
Kusumawati
dan Irham
Rosady (2018)
Pengaruh
Sturuktur Modal
Dan Profitabilitas
Terhadap Nilai
Perusahaan
Dengan
Kepemilikan
1. Variabel
profitabilitas
dan nilai
perusahaan.
2. Penelitian
kuantitatif
dengan data
sekunder.
1. Variabel
struktur
modal dan
kepemilikan
manajerial.
2. Proksi PBV
dan ROA.
1. Struktur modal memiliki
pengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan.
2. Profitabilitas berpengaruh positif
dan signifikan pada nilai
perusahaan.
3. Struktur modal yang dimoderasi
oleh kepemilikan manajerial
Bersambung ke halaman selanjutnya
52
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Manajerial
Sebagai Variabel
Moderasi
3. Objek
penelitian dan
tahun data.
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap nilai
perusahaan.
4. Profitabilitas yang dimoderasi
oleh kepemilikan manajerial
memiliki pengaruh negatif dan
signifikan terhadap nilai
perusahaan.
17. Dewi Kusuma
Wardani dan
Juliani (2018)
Pengaruh Tax
Avoidance
Terhadap Nilai
Perusahaan
Dengan
Corporate
Governance
Sebagai Variabel
Pemoderasi
1. Variabel tax
avoidance
dan nilai
perusahaan.
2. Proksi
Tobin’s Q.
3. Penelitian
kuantitatif
dengan data
sekunder
1. Corporate
Governance
variabel
moderasi.
2. Objek
penelitian
dan tahun
data.
1. Tax avoidance tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai
perusahaan dengan tingkat
signifikansi 0,060.
2. Tata kelola perusahaan
diproksikan oleh kualitas audit
mampu melemahkan hubungan
antara penghindaran pajak
terhadap nilai perusahaan dengan
tingkat signifikansi 0,026.
Bersambung ke halaman selanjutnya
53
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
18. Wiwit
Setyawati
(2019)
Pengaruh
Struktur
Kepemilikan,
Struktur Modal,
Profitabilitas
Terhadap Nilai
Perusahaan
Dengan
Kebijakan
Dividen Sebagai
Moderasi
1. Variabel
profitabilitas,
kebijakan
dividen, dan
nilai
perusahaan.
2. Proksi ROE
dan Tobin’s
Q.
3. Penelitian
kuantitatif
dengan data
sekunder.
1. Variabel
struktur
kepemilikan
dan struktur
modal.
2. Objek
penelitian
dan tahun
data.
1. Struktur kepemilikan tidak
berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
2. Struktur modal berpengaruh
negatif signifikan terhadap nilai
perusahaan.
3. Profitabilitas memiliki pengaruh
positif signifikan terhadap nilai
perusahaan.
4. Kebijakan dividen sebagai
variabel moderasi melemahkan
pengaruh kepemilikan
institusional, kepemilikan
pemerintah dan struktur modal
terhadap nilai perusahaan.
5. Kebijakan dividen dapat
memperkuat pengaruh
profitabilitas terhadap nilai
perusahaan,
Bersambung ke halaman selanjutnya
54
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
19. Idah Zuhroh
(2019)
The Effects of
Liquidity, Firm
Size, and
Profitability on
the Firm Value
with Mediating
Leverage
1. Variabel
profitabilitas,
dan nilai
perusahaan.
2. Proksi ROE
dan Tobin’s
Q.
3. Penelitian
kuantitatif
dengan data
sekunder.
1. Variabel
likuiditas,
firm size, dan
leverage.
2. Program
pengujian
menggunakan
LISREL versi
8.8.
1. Variabel profitabilitas secara
langsung berpengaruh signifikan
dan positif terhadap nilai
perusahaan.
2. Variabel likuiditas dan ukuran
secara langsung berpengaruh
negatif, dan tidak signifikan.
3. Variabel leverage dinyatakan
mampu memediasi pengaruh
likuiditas, ukuran dan
profitabilitas pada nilai
perusahaan.
20. Herman
Ruslim dan
Michael (2019)
The Effect of
Financial Ratio
On Company
Value With
Inflation as A
Moderation
Variable
1. Variabel
profitabilitas
dan nilai
perusahaan.
2. Penelitian
kuantitatif
dengan data
sekunder.
1. Variabel
independen
struktur
modal dan
company
growth.
2. Inflasi
sebagai
variabel
moderasi.
3. Proksi ROA
dan PBV.
1. Struktur modal dan profitabilitas
secara parsial berpengaruh positif
dan signifikan terhadap nilai
perusahaan.
2. Company growth secara parsial
memiliki pengaruh negatif dan
tidak berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan.
3. Inflasi mampu memoderasi
pengaruh hubungan profitabilitas
terhadap nilai perusahaan.
Bersambung ke halaman selanjutnya
55
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
4. Objek
penelitian
dan tahun
data.
4. Hasil uji simultan menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara struktur modal,
pertumbuhan perusahaan,
profitabilitas, dan inflasi secara
simultan terhadap nilai
perusahaan.
56
C. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Inflasi terhadap Nilai Perusahaan
Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi nilai
perusahaan, baik itu faktor mikro maupun makro. Salah satu faktor makro
ekonomi yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah tingkat inflasi. Inflasi
secara tidak langsung dapat mempengaruhi nilai perusahaan karena inflasi yang
meningkat akan mendorong tingkat suku bunga naik, dan dapat menyebabkan
investasi menurun. Investasi menurun akibat meningkatnya risiko dari investasi
yang dapat menyebabkan harga saham menurun dan berdampak pada
menurunnya nilai perusahaan.
Selain itu, jika terjadi inflasi yang tinggi maka akan menaikkan harga-
harga bahan baku produksi sehingga akan menggerus keuntungan perusahaan.
Jika keuntungan perusahaan menurun makan akan menjadi penilaian negatif
dan menurunkan minat investor untuk berinvestasi, sehingga hal tersebut
akhirnya akan berakibat pada menurunnya harga saham yang akan diikuti
dengan penurunan nilai perusahaan (Fuad & Wandari, 2018).
Inflasi juga berdampak pada kehidupan ekonomi secara keseluruhan.
Inflasi yang tinggi akan menyebabkan harga-harga menjadi naik, dan
menurunkan daya beli masyarakat. Hal tersebut menyebabkan penurunan dari
penjualan barang secondary dan tertier, karena masyarakat akan cenderung
memenuhi kebutuhan primer (pokok) terlebih dahulu (Siswanti dkk., 2015).
57
Dan hal tersebut juga akan berdampak pada terjadinya penurunan investasi,
karena rendahnya kondisi ekonomi masyarakat.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hamidah dkk. (2015)
dan Fuad & Wandari (2018) menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti nilai perusahaan
tidak selalu turun ketika terjadi kenaikan inflasi. Sedangkan pada penelitian
Ifeanyi C. & Chuskwuma C. (2016), menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh
secara negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian tersebut
dilakukan di Nigeria pada perusahaan sektor manufaktur. Dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa inflasi pada level rendah saja dapat berdampak pada
penurunan nilai perusahaan dan terdapat fakta bahwa unsur inflasi penting
untuk dimasukkan dalam mengestimasi nilai riil perusahaan.
Hasil sebaliknya ditunjukkan pada penelitian Siswanti dkk. (2015) dan
Putra dkk. (2016) yang menunjukkan bahwa inflasi tidak berpengaruh pada
nilai perusahaan. Pada penelitian Putra dkk. (2016) dijelaskan bahwa saat
periode penelitian dilakukan inflasi terjadi pada tingkat wajar, yaitu dibawah
10 persen. Sehingga investor lebih melihat pada bagaimana cara perusahaan
menghasilkan laba yang tinggi untuk menghasilkan keuntungan yang tinggi
bagi investor. Berdasarkan uraian di atas, maka alternatif hipotesis dalam
penelitian ini yaitu:
H1: Inflasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan
58
2. Pengaruh Tax Avoidance terhadap Nilai Perusahaan
Perencanaan pajak merupakan salah satu elemen penting dalam
manajemen keuangan perusahaan, karena dengan dilakukannya perencanaan
pajak maka diharapkan perusahaan dapat memaksimalkan laba yang diperoleh.
Terdapat tiga cara melakukan perencanaan pajak (tax planning), yaitu
penghindaran pajak (tax avoidance), penyelundupan pajak (tax evasion), dan
penghematan pajak (tax saving). Di mana tax avoidance dan tax saving
dilakukan dengan cara yang legal, sedangkan tax evasion dilakukan dengan
cara yang ilegal (Pohan, 2013: 13).
Tujuan dilakukannya tax avoidance adalah untuk memaksimalkan laba
perusahaan, yang diharapkan akan mempengaruhi minat investor pada saham
perusahaan, dan dapat meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan.
Tetapi perlu diingat bahwa, tax avoidance juga dapat menurunkan kualitas
laporan keuangan apabila dilakukan secara berlebihan. Tax avoidance yang
dilakukan secara berlebihan dapat mengurangi kualitas laporan keuangan
karena berkurangnya informasi yang disajikan, sehingga dapat menyebabkan
investor tidak mendapatkan informasi yang riil tentang kondisi perusahaan.
Tax avoidance yang dilakukan secara berlebihan dapat berujung pada
tax evasion. Mengapa? Karena terdapat batas semu yang begitu tipis antara tax
avoidance dan tax evasion, sehingga jika tax planner tidak berhati-hati dalam
pengambilan keputusan, tax planner dapat terjebak dalam tax evasion yang
merupakan tindakan pelanggaran pajak dan dapat dikenakan sanksi hukum
59
(Sumarsan, 2013). Jika perusahaan terjerat kasus hukum akibat tax planning
berlebihan yang dilakukannya, tentu akan berdampak buruk bagi penilaian
investor terhadap perusahaan. Hal tersebut akan berdampak pada penurunan
harga saham, yang akan diiringi oleh penurunan nilai perusahaan.
Tetapi jika tax avoidance yang dilakukan masih dalam tahap wajar,
tentu hal tersebut akan berdampak positif bagi harga saham dan nilai
perusahaan, karena laba maksimal yang didapat oleh perusahaan. Pajak
memang merupakan pungutan yang bersifat memaksa, karena tidak seorang
pun senang membayar pajak. Bagi perusahaan, tujuan utamanya adalah untuk
memaksimalkan laba. Perusahaan atau badan merupakan subyek pajak, yang
berarti perusahaan atau badan mempunyai kewajiban untuk membayar iuran
pajak. Tetapi bagi perusahaan, pajak yang dibayarkan merupakan beban yang
akan mengurangi laba. Oleh sebab itu, perusahaan melakukan perencanaan
pajak (Pohan, 2013).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Tandean & Jonathan (2016)
ditemukan bahwa tax avoidance memiliki pengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Dengan kata lain, perusahaan yang melakukan tax avoidance maka
dapat meningkatkan nilai perusahaannya. Demikian juga pada penilitian yang
dilakukan oleh Herdiyanto & Ardiyanto (2015) yang menunjukkan bahwa tax
avoidance berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Tetapi hal berbeda ditunjukkan dari penelitian Wardani & Juliani (2018)
yang menyatakan bahwa tax avoidance tidak berpengaruh terhadap nilai
60
perusahaan. Penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur sub sektor rokok
dan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2012-
2016. Dijelaskan bahwa variabel tax avoidance bukan merupakan satu-satunya
penentu keputusan investor terhadap nilai dari perusahaan, ada faktor lain yang
membentuk keputusan investor terhadap nilai perusahaan.
Sedangkan pada penelitian (Ilmiani & Sutrisno, 2014), dinyatakan
bahwa variabel tax avoidance berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai
perusahaan. Yang artinya, semakin tinggi tax avoidance yang dilakukan maka
nilai perusahaan akan semakin rendah. Dari penjelasan di atas, maka dapat
ditarik hipotesis dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
H2: Tax avoidance berpengaruh terhadap nilai perusahaan
3. Pengaruh Financial Risk terhadap Nilai Perusahaan
Risiko keuangan (financial risk) merupakan salah satu bagian dari
risiko-risiko yang dimiliki oleh perusahaan. dalam menjalankan bisnis, secara
garis besar terdapat dua macam risiko, yaitu business risk dan financial risk.
Menurut Brigham dan Houston (2011:164) dalam Ruslim & Michael (2019),
financial risk merupakan risiko tambahan yang akan diterima oleh pemegang
saham jika perusahaan memutuskan untuk menggunakan utang dalam
menjalankan operasinya.
Risiko keuangan juga dapat didefinisikan sebagai kemungkinan
kerugian atau laba yang hilang, yang disebabkan oleh faktor internal maupun
61
faktor eksternal yang berpotensi negatif terhadap pencapaian tujuan
perusahaan. Tujuan perusahaan mengelola risiko keuangan adalah untuk
mencapai keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian serta
meminimalisasi potensi efek memburuknya kinerja keuangan perusahaan.
Risiko keuangan yang umum dihadapi oleh perusahaan, diantaranya
risiko kredit, risiko suku bunga, risiko likuiditas, risiko nilai tukar mata uang
asing dan risiko perubahan kebijakan pemerintah, kondisi ekonomi dan sosial
politik. Dalam penelitian ini pengukuran risiko keuangan menggunakan rasio
leverage, yaitu dengan menggunakan proksi debt to equity ratio (DER).
Dari definisi risiko keuangan (financial risk) yang telah dijabarkan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa semakin besarnya risiko keuangan
akan semakin besar pula potensi penurunan laba perusahaan. Oleh karena itu,
penting bagi perusahaan untuk mengelola risiko keuangan dengan baik melalui
penelaahan kebijakan secara rutin dan sistem manajemen risiko untuk
menyesuaikan dengan perubahan di pasar. Apabila manajemen risiko keuangan
telah dijalankan dengan baik, maka perusahaan dapat menekan risiko keuangan
sekecil mungkin, sehingga dapat memaksimalkan laba yang akan didapat. Dan
pada akhirnya akan berpengaruh pada kenaikan nilai perusahaan.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dramawan (2015),
Sunandes (2015), menyatakan bahwa financial risk memiliki pengaruh negatif
pada nilai perusahaan. Hal ini berarti jika risiko keuangan meningkat maka nilai
perusahaan akan menurun. Investor akan berpikir dua kali dengan adanya risiko
62
keuangan, risiko yang tinggi yaitu cost sebagai risiko murni pada perusahaan,
memberi sinyal bahwa manajer kurang mampu memaksimalkan aset
perusahaan (Sunandes, 2015).
Sedangkan pada penelitian Sahin, Aktan, & Ozturk (2016) risiko
keuangan dinyatakan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini
dilakukan pada perusahaan di negara Turki, Brazil, Russia, India, China and
Afrika Selatan (BRICS-T countries). Hasilnya financial risk berpengaruh secara
negatif terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang ada di Russia, Brazil,
Afrika Selatan dan tidak berpengaruh di negara Turki, China, India.
Hasil berbeda terlihat pada penelitian Hamidah dkk. (2015) yang
menunjukkan pengaruh positif dan signifikan antara financial risk terhadap
nilai perusahaan. pada penelitian ini diproksikan melalui rasio leverage yaitu
debt to equity ratio (DER). Hal ini menandakan bahwa ketika nilai DER naik,
maka nilai perusahaan juga akan naik. Hal tersebut dapat terjadi karena utang
tidak selalu dinilai negatif, dalam hal ini utang dapat dipandang sebagai tax
shield (pengurang pajak) karena adanya beban bunga yang timbul dari utang.
Dari penjelasan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
H3: Financial Risk berpengaruh terhadap nilai perusahaan
4. Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
Salah satu faktor penting dalam penilaian investor terhadap perusahaan
adalah profit atau keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan. Profitabilitas
63
adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan
dalam suatu periode tertentu (Puspitaningtyas, 2017). Apabila perusahaan
mampu untuk menghasilkan keuntungan yang tinggi, maka investor akan
melihat bahwa perusahaan tersebut profitable atau mampu memberikan
keuntungan yang tinggi pula terhadap investor dalam bentuk dividen yang
tinggi. Hal tersebut merupakan harapan dari investor terhadap perusahaan
ketika akan berinvestasi.
Tingkat profitabilitas perusahaan dapat menjadi sinyal bagi investor
mengenai tingkat pengembalian yang dapat diberikan oleh perusahaan.
Semakin tinggi profitabilitas, maka semakin tinggi pula minat investor untuk
menanamkan sahamnya pada perusahaan. Hal tersebut akan tercermin pada
kenaikan harga saham yang akan diiringi oleh kenaikan nilai perusahaan
(Setyawati, 2019).
Tingkat profitabilitas penting bagi keberlangsungan perusahaan.
Karena apabila perusahaan dalam kondisi merugi, akan sulit bagi perusahaan
untuk menarik minat investor. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk
senantiasa meningkatkan profit perusahaan atau setidaknya menjaga kestabilan
laba yang dihasilkan. Sehingga, investor akan melihat kinerja yang baik dari
perusahaan.
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Wahyuni dkk. (2013), D. Aditya & Supriyono (2015), Hamidah dkk.
(2015), Dramawan (2015), Kusumawati & Rosady (2018), Setyawati (2019),
64
Zuhroh (2019), Ruslim & Michael (2019) menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Artinya bahwa
ketika terjadi kenaikan keuntungan pada pendapatan perusahaan maka harga
saham perusahaan juga akan mengalami kenaikan sehingga akan meningkatkan
nilai perusahaan.
Sedangkan pada penelitian Sabrin dkk. (2016), Puspitaningtyas (2017)
dinyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif tidak signifikan pada nilai
perusahaan hal ini menandakan bahwa profitabilitas memang berpengaruh pada
perubahan nilai perusahaan, tetapi masih banyak faktor lainnya yang
mempengaruhi keputusan investor dalam penilaiannya terhadap saham
perusahaan. Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan sebelumnya, maka
hipotesis alternatif dalam penelitian ini sebagai berikut:
H4: Profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan
5. Pengaruh Inflasi, Tax Avoidance, Financial Risk, Profitabilitas terhadap
Nilai Perusahaan
Pada beberapa penelitian telah dikemukakan hasil bahwa inflasi
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Kemudian, pada penelitian terpisah
ditemukan bahwa tax avoidance juga memiliki pengaruh terhadap perubahan
nilai perusahaan. Selain itu, pada beberapa penelitian financial risk juga
terbukti berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Begitu pula dengan
profitabilitas yang ditemukan berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada
65
beberapa penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dlihat
mengenai pengaruh inflasi, tax avoidance, financial risk, dan profitabilitas
secara simultan terhadap nilai perusahaan.
Pada penelitian sebelumnya, Hamidah dkk. (2015) melakukan
penelitian mengenai pengaruh inflasi, suku bunga, profitabilitas, dan risiko
finansial terhadap nilai perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan
bahwa inflasi, suku bunga, profitabilitas, dan risiko finansial berpengaruh
positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga, berdasarkan penjelasan
sebelumnya, maka hipotesis alternatif dalam penelitian ini sebagai berikut:
H5: Inflasi, Tax Avoidance, Financial Risk, Profitabilitas secara simultan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan
6. Pengaruh Kebijakan Dividen dalam Memoderasi Inflasi terhadap Nilai
Perusahaan
Inflasi adalah faktor eksternal yang dapat mempengaruhi harga saham.
Saat tingkat inflasi sedang tinggi, maka risiko investasi pun akan meningkat
akibat naiknya suku bunga. Hal ini dapat menyebabkan para investor takut
untuk menginvestasikan uangnya. Saat pergerakan investasi menurun, maka
harga saham pun cenderung akan menurun, dan akhirnya akan berakibat pada
nilai perusahaan yang ikut menurun. Variabel kebijakan dividen di sini
diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap nilai perusahaan yang
melemah akibat naiknya inflasi.
66
Inflasi memiliki pengaruh secara tidak langusng terhadap harga saham.
Akibat inflasi akat terjadi kenaikan bahan baku yang akan menyebabkan
tergerusnya laba perusahaan. Menurunnya profitabilitas akan mengakibatkan
kemampuan pembayaran dividen menurun dan mengakibatkan investor kurang
tertarik untuk berinvestasi saham dan beralih pada jenis investasi lain yang
lebih menguntungkan, seperti deposito (Ardiyanti, 2015).
Hasil penelitian Ardiyanti (2015) mengenai hubungan inflasi terhadap
kebijakan dividen dijelaskan bahwa inflasi tidak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kebijakan dividen yang diproksikan dengan dividend
payout ratio (DPR). Hal ini berarti semakin rendah inflasi belum tentu
mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam membayar dividen.
Kemudian, dalam penelitian Sihombing (2019) dijelaskan bahwa
kebijakan dividen yang diambil perusahaan tidak mampu untuk memoderasi
variabel inflasi dalam pengaruhnya terhadap return saham. Return saham
termasuk salah satu faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Jadi
secara tidak langsung, hal tersebut menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak
mampu memoderasi pengaruh inflasi terhadap nilai perusahaan. Sehingga,
berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka hipotesis alternatif dalam penelitian
ini sebagai berikut:
H6: Kebijakan dividen mampu memoderasi pengaruh inflasi terhadap
nilai perusahaan
67
7. Pengaruh Kebijakan Dividen dalam Memoderasi Pengaruh Tax Avoidance
terhadap Nilai Perusahaan
Tax avoidance dilakukan dengan tujuan untuk memaksimalkan laba
perusahaan dengan menekan beban pajak. Dengan laba yang meningkat
diharapkan dapat menaikkan minat investor untuk berinvestasi dan diharapkan
dapat meningkatkan kesejahteraan pemilik modal melalui peningkatan nilai
perusahaan. Di lain sisi, perusahaan juga memiliki kewajiban untuk
membayarkan dividen kepada para pemegang saham.
Beban pajak perusahaan tentu akan mengurangi keuntungan yang
didapat dan hal tersebut dapat berpengaruh pada besarnya dividen. Jika pajak
perusahaan tinggi maka pembagian dividen akan cenderung kecil karena
perusahaan harus membayar pajaknya (Putri & Irawati, 2019).
Tetapi pada hasil penelitian Chandra (2019) dan Putri & Irawati (2019)
dinyatakan bahwa tax avoidance tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kebijakan dividen. Hal ini dikarenakan berdasarkan hubungan keagenan pihak
manajer (perusahaan) dan investor memiliki kepentingan masing-masing.
Manajer melakukan tax avoidance untuk memperkecil beban pajak, dan
investor hanya mementingkan besarnya keuntungan dividen. Sehingga
walaupun perusahaan melakukan tax avoidance, perusahaan masih bisa
membagikan dividen, dan hal tersebut tidak akan berpengaruh banyak terhadap
kebijakan dividen yang diambil oleh perusahaan (Chandra, 2019).
68
Sedangkan dalam penelitian Apsari & Setiawan (2018) menyatakan
bahwa kebijakan dividen mampu memoderasi hubungan tax avoidance dan
nilai perusahaan. Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa kebijakan dividen
mampu memperlemah pengaruh negatif dari tax avoidance terhadap nilai
perusahaan. Artinya, pengaruh negatif tax avoidance dapat berkurang dengan
adanya pembagian dividen kepada investor. Karena pembayaran dividen dapat
meningkatkan kesejahteraan investor. Dari penjelasan sebelumnya, maka
hipotesis dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
H7: Kebijakan dividen mampu memoderasi pengaruh tax avoidance
terhadap nilai perusahaan
8. Pengaruh Kebijakan Dividen dalam Memoderasi Pengaruh Financial Risk
terhadap Nilai Perusahaan
Financial risk adalah risiko yang dimiliki oleh perusahaan akibat
penggunaan utang. Risiko keuangan juga dapat diartikan sebagai potensi
kerugian atau kehilangan laba yang disebabkan faktor internal maupun
eksternal perusahaan. Jika financial risk dapat ditekan, maka perusahaan akan
dapat memaksimalkan laba yang diperoleh. Jika laba yang diperoleh maksimal,
maka diharapkan perusahaan dapat menarik minat investor, salah satunya
dengan cara pembagian dividen dan diharapkan hal tersebut akan berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan. Variabel financial risk diukur menggunakan
leverage dengan proksi debt to equity ratio (DER). Leverage digunakan untuk
69
menunjukkan seberapa besar aset yang dimiliki oleh perusahaan dibandingkan
dengan aset yang dimiliki kreditor.
Menurut trade off theory perusahaan akan meningkatkan penggunaan
utang dalam pendanaan sebagai upayanya memperkecil pajak (Octaviani &
Astika, 2016). Dalam penelitian Octaviani & Astika (2016), dijelaskan bahwa
leverage dapat memperkuat pengaruh positif kebijakan dividen terhadap nilai
perusahaan. Artinya, perusahaan yang memiliki utang akan membayar bunga
pinjaman yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak, yang dapat memberi
manfaat bagi pemegang saham. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga free cash
flow perusahaan.
Sedangkan menurut penelitian Masita Dewi (2016) dan Ginting (2018),
leverage dinyatakan tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen. Yang
artinya, jumlah hutang yang tinggi tidak menghalangi perusahaan dalam
membagikan deviden karena perusahaan juga memperhatikan kepentingan
pemilik modal sehinga DER tidak berpengaruh terhadap kebijakan deviden.
Dalam penelitian Veny dkk. (2016) menyatakan kebijakan dividen
mampu memoderasi leverage terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kebijakan dividen mampu meningkatkan nilai perusahaan
pada saat leverage rendah dan juga mampu menurunkan nilai perusahaan pada
saat leverage tinggi. Sedangkan, hasil sebaliknya ditunjukkan dalam penelitian
Antoro & Hermuningsih (2018) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen
tidak mampu memoderasi leverage terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan
70
penjelasan di atas, maka hipotesis alternatif dalam penelitian ini sebagai
berikut:
H8: Kebijakan dividen mampu memoderasi pengaruh financial risk
terhadap nilai perusahaan
9. Pengaruh Kebijakan Dividen dalam Memoderasi Pengaruh Profitabilitas
terhadap Nilai Perusahaan
Ketika perusahaan dapat menghasilkan laba yang tinggi, investor akan
tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Ditambah jika perusahaan
memberikan dividen yang tinggi, maka investor akan lebih tertarik lagi untuk
berinvestasi. Karena bagi investor informasi mengenai pembayaran dividen
dapat menjadi lebih penting dibandingkan pengumuman laba. Hal ini berarti
nilai perusahaan dapat dimaksimalkan apabila harapan investor untuk
mendapatkan dividen tunai terpenuhi (Puspitaningtyas, 2017).
Hal ini sesuai dengan penelitian Setyawati (2019) yang menyatakan
bahwa kebijakan dividen dapat memperkuat pengaruh profitabilitas terhadap
nilai perusahaan. Dividen yang tinggi juga akan mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba, karena perusahaan akan mampu
memberikan dividen yang tinggi apabila laba yang dihasilkan pun tinggi.
Sedangkan dalam penelitian Astakoni dkk. (2019), dinyatakan
kebijakan dividen mampu memoderasi (memperlemah) dalam pengaruh
profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Dijelaskan dalam penelitiannya,
71
profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Tetapi,
informasi mengenai pembayaran dividen dapat menurunkan nilai perusahaan.
Sehingga, kebijakan dividen dapat memperlemah pengaruh profitabilitas
terhadap nilai perusahaan.
Hal sebaliknya ditunjukkan oleh Puspitaningtyas (2017) dalam
penelitiannya. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak
mampu memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Hal ini
berarti adanya kebijakan dividen tidak berperan dalam memperkuat pengaruh
profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Ketika terjadi peningkatan
profitabilitas, maka hal tersebut menjadi sinyal positif bagi investor dan hal
tersebut berdampak positif pula terhadap nilai perusahaan. Tetapi kebijakan
pembayaran dividen dinilai tidak mampu untuk memperkuat nilai perusahaan
disaat sudah terjadi peningkatan profitabilitas. Berdasarkan uraian diatas maka
hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
H9: Kebijakan dividen mampu memoderasi pengaruh profitabilitas
terhadap nilai perusahaan
72
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan pada gambar
2.1 sebagai berikut.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
H9 H8 H7 H6
H5
H4
H3
H2
H1
Basis Teori: Signalling Theory, Agency Theory, Pecking Order Theory, Bird
In Hand Theory
Inflasi
Nilai Perusahaan
Metode Analisis Regresi Berganda dan Moderated Regression Analysis (MRA)
Hasil yang diharapkan
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan, dan Saran
Indeks harga saham sektoral sektor properti, real estate, dan
konstruksi bangunan menempati
posisi terendah dibandingkan
sektor lainnya
Pengaruh Inflasi, Tax Avoidance, Financial Risk, dan Profitabilitas terhadap
Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Dividen sebagai Variabel Moderasi
GAP
Tax Avoidance
Financial Risk
Profitabilitas
Kebijakan Dividen
Secara konsep, harga tanah tidak
akan pernah turun
Yang seharusnya akan menarik
minat investor untuk berinvestasi
73
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang lingkup penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuantitatif. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh variabel independen, yaitu inflasi, tax
avoidance, financial risk, dan profitabilitas terhadap variabel dependen yaitu nilai
perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel pemoderasi. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data
yang didapat melalui buku atau jurnal yang berhubungan dengan objek penelitian,
catatan perusahaan, serta website-website tertentu seperti idx.co.id,
yahoofinance.com, ataupun melalui website resmi Biro Pusat Statistik (BPS).
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan pada sektor property, real estate,
dan building construction yang telah listing di BEI tahun 2014-2018.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel adalah objek dari penelitian. Ada perbedaan
mendasar antara populasi dan sampel. Populasi adalah keseluruhan bagian dari
penelitian yang mencakup keseluruhan objek atau subjek yang akan diteliti.
Sedangkan sampel adalah sub kelompok atau sebagian dari populasi. Jadi
cakupan populasi lebih luas, dan sampel diambil untuk mewakili populasi
74
tersebut. Jadi, populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan pada sektor
property, real estate, dan building construction yang telah listing di BEI tahun
2014-2018. Sedangkan, sampel penelitian ini adalah perusahaan sektor
property, real estate, dan building construction yang terdaftar di bursa efek
Indonesia yang sesuai dengan kriteria yang dibuat oleh peneliti. Adapun kriteria
sampel pada penelitian ini yaitu:
a. Perusahaan pada sektor property, real estate, dan building construction
yang telah terdaftar di BEI dan tidak pernah delisting selama periode tahun
2014-2018.
b. Perusahaan telah melakukan publikasi laporan keuangan yang telah diaudit
selama periode tahun 2014-2018.
c. Perusahaan tetap membayarkan dividen secara berturut-turut selama
periode tahun 2014-2018.
d. Perusahaan selalu dalam posisi menghasilkan profit atau tidak merugi
selama periode tahun 2014-2018.
e. Perusahaan selalu membayar pajak selama periode tahun 2014-2018.
f. Perusahaan yang memiliki ketersediaan data serta informasi yang
dibutuhkan untuk mendukung penelitian.
2. Metode pengambilan sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling method, yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan
75
kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria penentuan sampel sudah dijelaskan
sebelumnya.
C. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan data sekunder. Dalam
memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua cara yaitu
penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Metode penelitian pustaka adalah cara memperoleh data yang dilakukan
peneliti melalui sumber informasi dan pengetahuan yang terpercaya dan jelas
referensinya sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Referensi tersebut
diantaranya melalui jurnal, skripsi, thesis, internet, artikel dan berbagai buku
referensi serta perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian. Sumber-
sumber tersebut.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
didapat melalui berbagai situs website resmi pemerintah maupun website resmi
perusahaan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak
langsung melalui perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa laporan keuangan perusahaan dan
informasi mengenai harga saham serta dividen perusahaan selama periode
2014-2018. Data penelitian diperoleh melalui website resmi seperti
76
www.idx.co.id yang merupakan website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI),
finance.yahoo.com, serta website resmi setiap perusahaan yang diteliti.
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat tiga jenis variabel, yaitu variabel independen,
variabel dependen, dan variabel moderasi. Berikut akan dipaparkan mengenai
definisi, cara pengukuran, dan operasional dari masing-masing variabel dalam
penelitian ini.
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang menjadi penyebab perubahan
atau mempengaruhi variabel terikat (variabel dependen). Dalam penelitian ini
variabel independen adalah inflasi, tax avoidance, financial risk, dan
profitabilitas.
a. Inflasi
Definisi inflasi menurut Bank Indonesia (BI) pada awalnya dapat
diartikan sebagai peningkatan atas jumlah uang beredar atau meningkatnya
likuiditas dalam suatu perekonomian. Lebih lanjut inflasi dapat diartikan
sebagai suatu kondisi kecenderungan meningkatnya harga-harga barang
dan jasa yang terjadi secara terus-menerus (Suseno & Astiyah, 2010).
Inflasi tidak selalu berdampak negatif, inflasi juga dapat berdampak
positif apabila terjadi pada tingkat yang rendah. Pada tingkat ringan, inflasi
berdampak positif karena mendorong para produsen untuk memproduksi
77
barang lebih banyak, sehingga dapat meningkatkan pendapatan nasional
(GDP), mendorong masyarakat lebih banyak menabung serta berinvestasi,
dan lain-lain. Tetapi inflasi dapat berdampak negatif apabila terjadi pada
tingkat sangat berat (hyperinflation). Proksi pengukuran inflasi dalam
penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut (Gilarso, 2004: 201):
Keterangan:
In : Inflasi
IHKt : Indeks Harga Konsumen tahun dasar (biasanya nilainya 100)
IHKt–1 : Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya
b. Tax Avoidance
Tax avoidance merupakan salah satu cara dalam melaksanakan
perencanaan pajak. Tax avoidance dapat diartikan sebagai teknik
penghindaran pajak yang dilakukan secara legal sesuai dengan peraturan
perpajakan yang berlaku dengan memanfaatkan kelemahan yang terdapat
pada peraturan perpajakan (Pohan, 2013: 13). Tax avoidance dilakukan
dengan tujuan untuk meningkatkan laba perusahaan. Dengan laba yang
𝐼𝑛𝑡 =𝐼𝐻𝐾𝑡 − 𝐼𝐻𝐾𝑡−1
𝐼𝐻𝐾𝑡−1
78
meningkat, diharapkan akan memberikan banyak dampak positif pada
perusahaan di masa depan.
Pengukuran tax avoidance pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan proksi effective tax rate (ETR), dengan rumus sebagai
berikut.
c. Financial Risk
Financial risk dapat diartikan sebagai risiko tambahan yang
dibebankan kepada para pemegang saham biasa atas keputusan
mendapatkan pendanaan melalui utang (Brigham dan Houston, 2006:17).
Risiko keuangan (financial risk) dalam penelitian ini diukur menggunakan
rasio leverage, hal ini bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya, seperti pembayaran bunga
atas utang, pembayaran pokok akhir atas utang dan kewajiban-kewajiban
tetap lainnya. Rasio ini digunakan untuk membantu manajemen ataupun
investor untuk lebih memahami tingkat risiko struktur modal pada
perusahaan. Pada penelitian ini rasio leverage dihitung menggunakan Debt
to Equity Ratio (DER), dengan rumus sebagai berikut.
𝐸𝑇𝑅 =𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
79
d. Profitabilitas
Profitabilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba atau profit pada periode tertentu. Profitabilitas
dapat diukur dengan berbagai cara, tergantung pada laba dan aktiva atau
modal yang akan diperbandingkan satu dengan lainya. Pada penelitian ini,
profitabilitas akan diukur menggunakan proksi rasio return on asset (ROA).
Return on on asset (ROA) didefinisikan sebagai penghasilan yang tersedia
bagi pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam
perusahaan, yang akan dirumuskan sebagai berikut.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel terikat yang dipengaruhi oleh
variabel lain. Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah
nilai perusahaan. pengertian dan cara pengukuran nilai perusahaan akan
dijelaskan lebih rinci sebagai berikut.
𝐷𝐸𝑅 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
𝑅𝑂𝐴 =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
80
a. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dipengaruhi berbagai faktor yang dapat
menyebabkan kenaikan maupun penurunan. Nilai perusahaan dapat
diartikan sebagai persepesi investor akan perusahaan yang dapat
dicerminkan melalui harga saham. Perusahaan tentunya berharap bahwa
nilai perusahaannya akan bertumbuh seiring waktu berjalan atau setidaknya
tidak mengalami penurunan. Karena tujuan utama perusahaan adalah
meningkatkan nilai perusahaan dan memaksimalkan kemakmuran para
pemegang saham. Apabila nilai perusahaan meningkat maka kesejahteraan
para pemilik modal juga akan meningkat.
Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur menggunakan proksi
Tobin’s Q. Pengukuran nilai Q melibatkan beberapa aspek, seperti total
nilai asset perusahaan, total utang, nilai harga saham, dan jumlah saham
beredar. Hal ini bertujuan untuk membandingkan antara nilai pasar saham
perusahaan dan nilai buku perusahaan. Berikut rumus dalam menghitung
nilai Q.
Keterangan:
MVE : Market Value of Equity
: Harga saham per lembar x jumlah saham beredar
𝑄 =𝑀𝑉𝐸 + 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
81
Debt : Nilai buku total utang atau liabilities
Total asset : Nilai buku dari total aktiva
3. Variabel Moderasi
Variabel moderasi merupakan variabel yang dapat memperkuat atau
memperlemah hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen
(Y). Dalam penelitian ini variabel moderasi yang digunakan adalah kebijakan
dividen. Berikut penjelasan lebih rinci mengenai variabel kebijakan dividen.
a. Kebijakan Dividen (Z)
Kebijakan dividen dipilih sebagai variabel moderasi karena,
berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
kebijakan dividen terbukti berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Kebijakan dividen merupakan keputusan yang diambil oleh perusahaan
dalam menentukan berapa persen nilai keuntungan yang akan dibayarkan
kepada para investor. Kebijakan dividen dapat mempengaruhi minat para
investor untuk berinvestasi di perusahaan. Hal tersebut pada akhirnya
diharapkan akan meningkatkan nilai perusahaan.
Dalam penelitian ini proksi untuk menghitung kebijakan dividen
adalah dividend payout ratio (DPR). Dividend payout ratio merupakan
gambaran dari berapa persentase keuntungan yang akan diberikan kepada
pemegang saham dalam jangka waktu tertentu. Pembayaran dividen yang
82
tinggi memang akan menarik minat investor, tetapi jika terlalu tinggi hal
tersebut akan berdampak negatif pada perusahaan. Hal ini dikarenakan
dividen harus dibayar secara tunai (cash), jika rasio pembayaran dividen
terlalu tinggi maka akan menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan
dalam pengelolaan kas dan likuiditas perusahaan. Rumus perhitungan
dividend payout ratio (DPR) yaitu sebagai berikut.
𝐷𝑃𝑅 =𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 (𝐸𝑃𝑆)
𝐸𝑃𝑆 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
83
Selanjutnya, pengukuran operasional perusahaan dapat dilihat pada tabel
3.1 sebagai berikut.
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
No. Variabel Pengukuran Skala
1. Inflasi
Purnama Sari (2015)
𝐼𝑛𝑡 =𝐼𝐻𝐾𝑡 − 𝐼𝐻𝐾𝑡−1
𝐼𝐻𝐾𝑡−1
Rasio
2. Tax Avoidance
Chen dkk. (2010)
𝐸𝑇𝑅 =𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
Rasio
3. Financial Risk
Hamidah dkk. (2015)
𝐷𝐸𝑅 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
Rasio
4. Profitabilitas
Kusumawati & Rosady
(2018); Hamidah dkk.
(2015); Dramawan
(2015); Sunandes (2015)
𝑅𝑂𝐴 =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
Rasio
5. Nilai Perusahaan
Sudiyatno & Puspitasari
(2010)
𝑄 =𝑀𝑉𝐸 + 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
Rasio
6. Kebijakan Dividen
Nainggolan & Listiadi
(2014); Wahyuni dkk.
(2013); D. Aditya &
Supriyono (2015)
𝐷𝑃𝑅 =𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 (𝐸𝑃𝑆)
Rasio
Sumber: Data diolah sendiri
84
e. Metode Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan ukuran numerik untuk
data sampel, seperti nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali
2018:19). Jadi statistik deskriptif adalah metode analisis data yang
menggambarkan data secara deskriptif, yang kemudian digunakan peneliti
untuk mendapatkan gambaran atau informasi mengenai karakteristik data yang
merupakan generalisasi dari populasi. Dalam penelitian ini statistik deskriptif
digunakan untuk menggambarkan mengenai rata-rata (mean), standar deviasi,
nilai maksimum, dan nilai minimum dari data penelitian.
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik diperlukan untuk memastikan kelayakan dari
penggunaaan variabel dalam penelitian. Hal ini diperlukan memastikan
keabsahan hasil analisis regresi linier berganda sebelum dilakukan pengujian
hipotesis. Dalam penelitian ini, uji asumsi klasik penting untuk melihat bahwa
data memiliki distribusi normal, tidak terjadi multikolinieritas antar variabel
independen, tidak terjadi autokorelasi antar residual setiap variabel independen
dan tidak terjadi heteroskedastisitas atau varian variabel harus konstan
(homoskedastisitas).
85
a. Uji Normalitas
Dilakukannya uji normalitas untuk menguji apakah dalam sebuah
regresi, variabel dependen, variabel independen atau kedua-duanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam uji t dan uji
f diasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi yang normal. Dan
apabila asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk
jumlah sampel kecil. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak, akan digunakan dua cara, yaitu menggunakan analisis
grafik dan amalisis statistik (Ghozali, 2018: 161).
1) Analisis Grafik
Cara termudah untuk uji normalitas adalah dengan
menggunakan analisis grafik histogram, yaitu dengan membandingkan
antara data observasi dengan distribusi yang mendekati normal. Tetapi
jika hanya menggunakan grafik histogram, hal tersebut dapat
menyesatkan terutama untuk jumlah sampel kecil. Oleh karena itu,
penelitian ini akan menggunakan metode analisis grafik dengan normal
probability plot, yaitu dengan membandingakan distribusi kumulatif
dan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis
lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan
garis diagonal. Jika distribusi data residual normal maka garis yang
86
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonal
(Ghozali, 2018: 161-163).
2) Analisis Statistik
Penelitian ini juga akan menggunakan analisis statistik. Metode ini
digunakan untuk melihat apakah residual berdistribusi normal. Penelitian
ini menggunakan uji statistik non parametik, uji statistika Kolmogorov-
Smirnov (K-S). Dalam Riadi (2016: 115) pentuan keputusan tentang
normalitas tersebut adalah sebagai berikut:
a) Jika p ≤ 0,05 maka distribusi data tidak normal.
b) Jika p > 0,05 maka distribusi data normal.
b. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pada periode t-1 (tahun sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul
karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.
Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari
satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi
yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2018: 112).
Salah satu cara untuk menguji autokorelasi adalah dengan
menggunakan uji Run Test. Run Test merupakan bagian dari pengujian
87
statistik non parametik yang paling akurat tanpa keraguan karena
menyajikan hasil dalam bentuk angka, dimana jika nilai hasil uji
menujukkan di bawah 0,05 artinya residual tidak random atau terjadi
autokorelasi antar nilai residual. Sebaliknya jika angka hasil uji
menunjukkan lebih besar dari nilai signifikan 0,05 artinya data bebas dari
autokorelasi (Ghozali, 2018).
c. Uji Multikolinearitas
Penggunaan uji multikolinieritas ditujukan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen, jika variabel independen saling berkorelasi maka variabel ini
tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang
nilai korelasi antar sesama variabel independen adalah nol. Untuk
mengetahui apakah ada atau tidaknya korelasi antara variabel independen
dalam model regresi dapat dilihat dengan melihat toleransi VIF (Variance
Inflation Factor) (Widarjono, 2015: 65):
1) Jika nilai toleransi > 0,10 dan VIF <10, maka dapat ditafsirkan bahwa
tidak ada multikolinearitas dalam penelitian.
2) Jika nilai toleransi ≤ 0,10 dan VIF ≥ 10, maka multikolinieritas
gangguan terjadi dalam penelitian.
88
d. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi terjadi ketidaksamaan varians atau residual atas suatu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak
terdapat heteroskedastisitas. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau
tidaknya heterokedastisitas: 1) menggunakan scatterplot, 2) uji park, 3) Uji
Glejser dan 4) uji white (Ghozali, 2018:137-138).
Pengujian heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan
scatterplot, dengan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel
dependen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Dasar analisis
pengambilan keputussan dalam pengujian ini yaitu:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
3. Uji Hipotesis
Untuk pengujian hipotesis, penelitian ini menggunakan dua tahapan.
Tahap pertama akan menggunakan analisis regresi berganda untuk menguji
89
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Sedangkan,
tahap kedua menggunakan analisis regresi moderasi (MRA) untuk menguji
pengaruh dari variabel moderasi.
a. Analisis Regresi Berganda
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dan bukan
analisis regresi sederhana. Analisis regresi sederhana digunakan untuk
penelitian yang terdiri dari dua variabel (satu variabel dependen, dan satu
variabel independen). Sedangkan, analisis regresi berganda digunakan pada
penelitian dengan satu variabel dependen dan dua atau lebih variabel
independen. Analisis regresi berganda dalam penelitian ini mengggunakan
uji goodness of fit.
Uji goodness of fit digunakan untuk mengukur ketepatan fungsi
regresi sampel dalam menaksir nilai aktual. Hal tersebut dapat diukur dari
koefisin determinasi (R2), uji statistik f, dan uji statistik t. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah inflasi, tax avoidance, financial
risk, dan profitabilitas. Lalu variabel dependennya adalah nilai perusahaan.
Rumus persamaan regresi yang digunakan untuk hipotesis dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Y= α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + ε
Keterangan:
Y = Nilai perusahaan
90
α = Konstanta
b = Koefisien regresi
X1 = Inflasi
X2 = Tax avoidance
X3 = Financial risk
X4 = Profitabilitas
ε = Error term (tingkat kesalahan penduga dalam penelitian)
1) Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Dalam Ghozali (2018: 97) dijelaskan bahwa koefisien
determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Jika nilai R2 kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
2) Uji Signifikansi Parameter Simultan (Uji Statistik F)
Tidak seperti uji t yang menguji signifikansi koefisien regresi
secara individu dengan uji hipotesis terpisah bahwa setiap koefisien
regresi sama dengan nol. Uji F menguji hipotesis gabungan bahwa b1,
b2, dan b3 secara bersama-sama dengan nol, atau:
91
H0: b1 = b2 = ......... = bk = 0
HA: b1 ≠ b2 ≠ ......... ≠ bk ≠ 0
Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan
kriteria pengambilan keputusan Quick Lock yaitu bila nilai F lebih besar
daripada 4 maka H0 dapat di tolak pada derajat kepercayaan 5%.
Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan
bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan
mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2018: 98).
3) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Pengujian ini digunakan untuk membuktikan signifikansinya
terhadap pengaruh variabel independen secara individu dalam menjelaskan
variabel dependen. Dengan tingkat signifikansi sebesar 5% (0,05), maka
kriteria pengujian adalah sebagai berikut (Ghozali, 2018:99):
a) Apabila nilai signifikansi t < 0.05, maka Ho akan ditolak, artinya
terdapat pengaruh yang signifikan antara semua variabel independen
terhadap variabel dependen.
b) Apabila nilai signifikansi t > 0.05, maka Ho akan diterima, artinya
tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara semua variabel
independen terhadap variabel dependen.
92
b. Analisis Regresi Moderasi (Moderated Regression Analysis- MRA)
Moderated Regression Analysis (MRA) merupakan aplikasi khusus
regresi linear berganda dimana dalam persamaan regresinya mengandung
unsur interaksi. Pengujian hipotesis ini digunakan untuk menentukan
pengaruh variabel moderasi dari pelaksanaan Kebijakan Dividen pada
pengaruh variabel utama. Variabel moderasi adalah variabel independen
yang akan memperkuat atau memperlemah variabel independen lainnya
terhadap variabel dependen (Ghozali, 2018).
1) Hubungan interaksi antara Inflasi dan Kebijakan Dividen
terhadap Nilai Perusahaan
Y = α + b1X1 + b2X5 + b3(X1X5) + ε
Keterangan:
Y1 = Nilai Perusahaan
α = Konstanta
b = Koefisien regresi
X1 = Inflasi
X5 = Kebijakan Dividen
X1X5 = Variabel perkalian antara Inflasi dengan Kebijakan Dividen.
Menggambarkan pengaruh variabel moderasi Kebijakan
Dividen terhadap Inflasi dengan Nilai Perusahaan.
ε = Error term
93
2) Hubungan interaksi antara Tax avoidance dan Kebijakan Dividen
terhadap Nilai Perusahaan
Y = α + b1X2 + b2X5 + b3(X2X5) + ε
Keterangan:
Y1 = Nilai Perusahaan
α = Konstanta
b = Koefisien regresi
X2 = Tax avoidance
X5 = Kebijakan Dividen
X2X5 = Variabel perkalian antara Tax avoidance dengan Kebijakan
Dividen yang menggambarkan pengaruh variabel moderasi
Kebijakan Dividen terhadap Tax Avoidance dengan Nilai
Perusahaan.
ε = Error term
3) Hubungan interaksi antara Financial Risk dan Kebijakan Dividen
terhadap Nilai Perusahaan
Y = α + b1X3 + b2X5 + b3(X3X5) + ε
Keterangan:
Y1 = Nilai Perusahaan
α = Konstanta
94
b = Koefisien regresi
X3 = Financial Risk
X5 = Kebijakan Dividen
X3X5 = Variabel perkalian antara Financial Risk dengan Kebijakan
Dividen yang menggambarkan pengaruh variabel moderasi
Kebijakan Dividen terhadap Financial Risk dengan Nilai
Perusahaan.
ε = Error term
4) Hubungan interaksi antara Profitabilitas dan Kebijakan Dividen
terhadap Nilai Perusahaan
Y = α + b1X4 + b2X5 + b3(X4X5) + ε
Keterangan:
Y1 = Nilai Perusahaan
α = Konstanta
b = Koefisien regresi
X4 = Profitabilitas
X5 = Kebijakan Dividen
X4X5 = Variabel perkalian antara Profitabilitas dengan Kebijakan
Dividen yang menggambarkan pengaruh variabel moderasi
95
Kebijakan Dividen terhadap Profitabilitas dengan Nilai
Perusahaan.
ε = Error term
96
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Secara garis besar objek penelitian terbagi menjadi populasi dan sampel.
Populasi pada penelitian ini yaitu perusahaan pada sektor property, real estate, dan
building construction yang telah listing di BEI. Sedangkan, sampel penelitian ini
adalah perusahaan sektor property, real estate, dan building construction yang
telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2018 yang sesuai dengan
kriteria yang dibuat oleh peneliti.
Jumlah perusahaan perusahaan yang terhitung telah melakukan IPO dan
tidak delisting selama periode tahun 2014-2018 adalah sebanyak 45 perusahaan.
Dari 45 perusahaan tersebut, ada 6 perusahaan yang data laporan keuangannya
tidak dapat ditemukan oleh peneliti. Kemudian, dari 45 perusahaan tersebut
sebanyak 2 perusahaan dalam kondisi merugi selama periode tahun 2014-2018,
tetapi tidak mendapat manfaat pajak. Sedangkan, terdapat 3 perusahaan yang tidak
merugi, tetapi mendapat manfaat pajak sehingga tidak membayar pajak di antara
tahun 2014-2018. Dan dari 45 perusahaan, terdapat 10 perusahaan yang dalam
kondisi merugi dan mendapat manfaat pajak selama periode tahun 2014-2018,
sehingga tidak membayar pajak. Kemudian, ada 9 perusahaan yang tidak
membayarkan dividen antara periode tahun 2014-2018.
97
Sehingga hanya tersisa 15 perusahaan. Dari 15 perusahaan yang tersisa, 3
perusahaan harus dieliminasi karena merupakan data outlier. Sehingga jumlah
sampel penelitian adalah 12 perusahaan. Penelitian dilakukan dengan sampel data
selama 5 tahun, yaitu dari tahun 2014 sampai 2018. Jumlah sampel perusahaan
kemudian dikalikan dengan data tahun penelitian (12 x 5), sehingga jumlah data
penelitian adalah 60. Berikut akan disajikan rincian mengenai tahapan seleksi
sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan kriteria yang
telah dibuat.
Tabel 4.1
Rincian Tahapan Seleksi Sampel Perusahaan
No. Kriteria Jumlah
1. Perusahaan sektor property, real estate, dan building
construction yang telah terdaftar di BEI dan tidak pernah
delisting selama periode tahun 2014-2018
45
2. Perusahaan yang data laporan keuangannya tidak didapat
oleh peneliti
(6)
3. Perusahaan dalam kondisi merugi selama periode tahun
2014-2018, tetapi tidak mendapat manfaat pajak
(2)
4. Perusahaan yang tidak merugi, tetapi mendapat manfaat
pajak sehingga tidak membayar pajak antara tahun 2014 -
2018
(3)
5. Perusahaan dalam kondisi merugi dan mendapat manfaat
pajak selama periode tahun 2014-2018
(10)
6. Perusahaan yang tidak membayarkan dividen di antara
periode tahun 2014-2018
(9)
7. Data outlier (3)
8. Jumlah sampel penelitian 12
9. Jumlah data penelitian (12 x 5 tahun) 60
Sumber: Data sekunder yang diolah
98
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan peneliti untuk mendapatkan data
mengenai ukuran numerik data sampel seperti, rata-rata (mean), standar
deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum dari data penelitian. Dari data
tersebut dapat dilihat mengenai informasi karakteristik data. Terdapat 6
variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu inflasi, tax avoidance,
financial risk, profitabilitas, nilai perusahaan, dan kebijakan dividen. Hasil uji
statistik deskriptif yang diolah dengan aplikasi SPSS 25 dapat dilihat dalam
tabel 4.2.
Tabel 4.2
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Inflasi(X1) 60 3.20 6.42 4.6680 1.43940
Tax Avoidance (X2) 60 9.10 87.10 30.7577 13.07450
Risk Financial (X3) 60 51.04 537.43 183.4082 118.08841
Profitabilitas (X4) 60 .24 15.50 5.5432 3.37972
Nilai Perusahaan (Y) 60 .73 2.23 1.2944 .37951
Kebijakan Dividen (Z) 60 7.14 86.42 27.0747 20.54988
Valid N (listwise) 60
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
99
Tujuan dilakukannya uji statistik deskriptif adalah untuk melihat
karakteristik data. Apabila nilai dari mean lebih besar dari nilai standar deviasi
maka kualitas data tersebut lebih baik. Standar deviasi adalah besaran besar
perbedaan dari nilai sampel dengan nilai rata-rata. Standar deviasi digunakan
untuk melihat sebaran data dalam sampel. Semakin rendah standar deviasinya
maka semakin dekat dengan rata-rata dan sebaliknya semakin tinggi standar
deviasi maka semakin besar keragaman sampel.
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah data penelitian
sebanyak 60 yang merupakan hasil perkalian antara jumlah sampel perusahaan
(12 perusahaan) dengan tahun data penelitian (5 tahun). Selain itu terdapat data
mengenai nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean), dan standar
deviasi dari variabel penelitian yang selanjutnya akan dijelaskan secara rinci
per variabel.
a. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Inflasi
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel independen inflasi
menunjukkan nilai minimum 3,20 dan nilai maksimum sebesar 6,42 dengan
nilai rata-rata (mean) sebesar 4,6680 dan nilai standar deviasi sebesar
1,43940. Nilai minimum inflasi yaitu 3,20 terjadi di tahun 2018, sedangkan
nilai maksimum sebesar 6,42 terjadi pada tahun 2014.
100
b. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Tax Avoidance
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel independen tax
avoidance yang diproksikan dengan effective tax rate (ETR) menunjukkan
nilai minimum 9,10 dan nilai maksimum sebesar 87,10 dengan nilai rata-
rata (mean) sebesar 30,7577 dan nilai standar deviasi sebesar 13,07450.
Nilai minimum tax avoidance yaitu 9,10 terdapat pada perusahaan
Pakuwon Jati Tbk. yang terjadi di tahun 2014. Sedangkan, nilai maksimum
sebesar 87,10 terdapat pada perusahaan Acset Indonusa Tbk. yang terjadi
di tahun 2018.
c. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Financial Risk
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel independen financial risk
yang diproksikan dengan debt to equity ratio (DER) menunjukkan nilai
minimum 51,04 dan nilai maksimum sebesar 537,43 dengan nilai rata-rata
(mean) sebesar 183,4082 dan nilai standar deviasi sebesar 118,08841. Nilai
minimum debt to equity ratio (DER) yaitu 51,04 terdapat pada Metropolitan
Land Tbk. yang terjadi di tahun 2018. Sedangkan, nilai maksimum sebesar
537,43 terdapat pada perusahaan Adhi Karya (Persero) Tbk. yang terjadi di
tahun 2014.
d. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Profitabilitas
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel independen profitabilitas
yang diproksikan dengan rasio return on asset (ROA) menunjukkan nilai
101
minimum 0,24 dan nilai maksimum sebesar 15,50 dengan nilai rata-rata
(mean) sebesar 5,5432 dan nilai standar deviasi sebesar 3,37972. Nilai
minimum return on asset (ROA) yaitu 0,24 terdapat pada Acset Indonusa
Tbk. yang terjadi di tahun 2018. Sedangkan, nilai maksimum sebesar 15,50
terdapat pada perusahaan Pakuwon Jati Tbk. yang terjadi di tahun 2014.
e. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Nilai Perusahaan
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel dependen nilai
perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q menunjukkan nilai
minimum 0,73 dan nilai maksimum sebesar 2,23 dengan nilai rata-rata
(mean) sebesar 1,2944 dan nilai standar deviasi sebesar 0,37951. Nilai
minimum Tobin’s Q yaitu 0,73 terdapat pada Summarecon Agung Tbk. dan
Surya Semesta Internusa Tbk. yang terjadi di tahun 2018. Sedangkan, nilai
maksimum sebesar 2,23 terdapat pada perusahaan Total Bangun Persada
Tbk. yang terjadi di tahun 2014.
f. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Kebijakan Dividen
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel dependen kebijakan
dividen yang diproksikan dengan dividend payout ratio (DPR)
menunjukkan nilai minimum 7,14 dan nilai maksimum sebesar 86,42
dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 27,0747 dan nilai standar deviasi
sebesar 20,54988. Nilai minimum dividend payout ratio (DPR) yaitu 7,14
terdapat pada Ciputra Development Tbk. yang terjadi di tahun 2015.
102
Sedangkan, nilai maksimum sebesar 86,42 terdapat pada perusahaan Surya
Semesta Internusa Tbk. yang terjadi di tahun 2018.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah
dalam sebuah regresi, variabel dependen, variabel independen atau kedua-
duanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat
dilakukan dengan analisis grafik maupun analisis statistik.
1) Analisis Grafik
Hasil uji normalitas dapat diketahui dengan melihat grafik
histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi
yang mendekati distribusI normal. Berikut ini adalah hasil uji
normalitas dengan histogram normality.
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas dengan Histogram Normality
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
103
Berdasarkan tampilan histogram dari gambar 4.1 terlihat bahwa
grafik histogram tidak menunjukkan kemencengan. Hal tersebut dapat
dilihat dari bentuk grafik yang membentuk seperti lonceng dengan
puncak sejajar dengan titik 0 sumbu X. Hal ini menandakan bahwa
analisis regresi layak digunakan. Kemudian untuk mendukung hasil
analisis grafik histogram, maka dilakukan analisis terhadap grafik
normal probability plot sebagai berikut
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Normality Probability Plot
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
Berdasarkan tampilan grafik normality probability plot pada
gambar 4.1 terlihat bahwa titik-titik yang mewakili jumlah sampel
104
dalam penelitian ini berada atau menyebar mendekati disekitar garis
diagonal dan searah mengikuti garis diagonal, maka model data regresi
ini sudah memenuhi syarat asumsi normalitas data serta mempunyai
pola distribusi yang normal.
2) Analisis Statistik
Kemudian, analisis statistik dilakukan untuk menguatkan hasil
analisis deskriptif. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan
metode uji One Sample Kolmogorov-Smirnov (K-S). Hasil uji statistika
One Sample Kolmogorov-Smirnov (K-S) dapat dilihat dalam table 4.3
berikut.
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 60
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .30281785
Most Extreme Differences Absolute .094
Positive .094
Negative -.049
Test Statistic .094
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
105
Dari tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa besarnya nilai
tingkat signifikansi adalah 0,200. Hal ini menandakan bahwa data
residual terdistribusi secara normal karena tingkat signifikansinya di
atas 0,05 atau di atas 5% . Hal ini berarti model regresi tidak memiliki
masalah normalitas data atau data terdistribusi secara normal dan layak
digunakan.
b. Hasil Uji Autokorelasi
Tujuan dilakukannya uji autokorelasi adalah untuk mendeteksi
apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan penggangu pada periode t-1
(sebelumnya). Dalam penelitian ini uji autokorelasi menggunakan metode
Run Test. Berikut adalah hasil dari pengujian Run Test.
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -.03736
Cases < Test Value 29
Cases >= Test Value 30
Total Cases 59
Number of Runs 29
Z -.392
Asymp. Sig. (2-tailed) .695
a. Median
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
106
Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh hasil uji autokorelasi dengan
menggunakan Run Test dengan tingkat probabilitas (Asymp. Sig 2-tailed)
sebesar 0,695 yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih dari 0,05
atau lebih dari 5%. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa model
tersebut tidak mengalami masalah autokorelasi.
c. Hasil Uji Multikolinieritas
Dilakukannya uji multikolinieritas ini untuk melihat apakah terjadi
korelasi antara variabel bebas atau satu sama lainnya. Hasil uji
multikolinieritas dapat dilihat dengan nilai Tolerance dan VIF (Variance
Inflation Factor). Jika nilai Tolerance > 0,1 dan VIF < 10, maka dapat
dikatakan tidak terjadi multikolinieritas antara variabel bebas. Berikut hasil
uji multikolinieritas yang disajikan dalam tabel 4.5 yang menunjukkan hasil
dari uji multikolinieritas.
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Inflasi(X1) .886 1.128
Tax Avoidance (X2) .486 2.059
Risk Financial (X3) .604 1.656
Profitabilitas (X4) .518 1.932
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan (Y)
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
107
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas yang disajikan dalam tabel
4.5 di atas, dapat dilihat bahwa variabel independen yaitu Inflasi, Tax
Avoidance, Financial Risk, dan Profitabilitas memiliki nilai Tolerance lebih
besar dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10. Untuk variabel inflasi
diperoleh nilai Tolerance sebesar 0,886 dan nilai VIF sebesar 1.128.
Variabel tax avoidance memperoleh nilai Tolerance sebesar 0,486 dan nilai
VIF sebesar 2,059. Sedangkan, variabel Financial Risk memperoleh nilai
Tolerance sebesar 0,604 dan nilai VIF sebesar 1,656. Dan untuk variabel
profitabilitas diperoleh nilai Tolerance sebesar 0,518 dan nilai VIF sebesar
1,932. Hasil uji multikolinearitas dengan nilai Tolerance lebih besar dari
0,10 dan nilai VIF kurang dari 10 menandakan bahwa tidak terjadi
multikolinieritas antara variabel bebas dari data penelitian.
d. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat apakah ada
ketidaksamaan varians dalam fungsi regresi. Data yang baik adalah data
yang homokedastisitas atau data yang memiliki kesamaan varians dalam
fungsi regresi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot antara SRESID dan ZPRED.
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar dan menyempit) maka dapat
108
dikatakan telah terjadi heteroskedastisitas. Namun, jika tidak ada pola yang
jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y,
maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Berikut ini adalah hasil uji
heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot.
Gambar 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
Berdasarkan gambar 4.3 uji heteroskedastisitas dengan
menggunakan grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada
tidak terjadi heteroskedastisitas dalam fungsi regresi penelitian, sehingga
model ini layak dipakai untuk memprediksi variabel Nilai Perusahaan
berdasarkan variabel Inflasi, Tax Avoidance, Financial Risk, dan
109
Profitabilitas. Untuk membuktikan dan meyakinkan bahwa benar tidak
terjadi masalah heteroskedastisitas maka peneliti melakukan uji Glejser.
Berikut adalah tabel hasil uji Glejser.
Tabel 4.6
Hasil Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .078 .129 .605 .548
Inflasi(X1) .021 .017 .174 1.246 .218
Tax Avoidance
(X2)
.000 .002 .032 .172 .864
Risk Financial (X3) .000 .000 .073 .431 .668
Profitabilitas (X4) .007 .009 .133 .728 .470
a. Dependent Variable: ABRESID
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
Berdasarkan tabel 4.6 uji Glejser menunjukkan bahwa nilai
signifikasi dari setiap variabel independen lebih besar dari 0,05 atau di atas
5%. Artinya model persamaan substruktur 1 benar bebas dari masalah
heteroskedastisitas.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan untuk membuktikan
kebenaran atas hipotesis yang telah dibuat, bahwa variabel Inflasi, Tax
Avoidance, Financial Risk, dan Profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap
nilai perusahaan, dan bahwa variabel kebijakan dividen memiliki pengaruh
110
moderasi terhadap interaksi antara variabel independen dengan variabel
dependen. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda dan Moderated Regression Analysis.
a. Hasil Analisis Regresi Berganda
1) Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R²)
Koefisien determinasi (Adjusted R²) digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Berikut tabel
4.7 yang menunjukkan hasil dari uji koefisien determinasi.
Tabel 4.7
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .603a .363 .317 .31364
a. Predictors: (Constant), Profitabilitas (X4), Inflasi(X1), Risk
Financial (X3), Tax Avoidance (X2)
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan (Y)
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
Hasil regresi memiliki nilai Adjusted R Square sebesar 0,317
atau 31,7%. Jadi dapat dikatakan bahwa 31,7% variabel dependen nilai
peruisahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q dapat dijelaskan
variabel independen Inflasi, Tax Avoidance, Financial Risk, dan
Profitabilitas (IHK, ETR, DER, ROA), sedangkan sisanya sebesar
111
68,3% dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar penelitian ini seperti
suku bunga (Siswanti dkk., 2015), struktur modal (Fuad & Wandari,
2018), kepemilikan manajerial (Kusumawati & Rosady, 2018), ukuran
perusahaan (Wahyuni dkk., 2013), dan faktor lainnya.
2) Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Tujuan dilakukannya uji statistik F adalah untuk mengukur
apakah semua variabel independen yang digunakan mempunyai
pengaruh secara bersama-sama (simlutan) terhadap variabel
independen. Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.8
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3.088 4 .772 7.847 .000b
Residual 5.410 55 .098
Total 8.498 59
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan (Y)
b. Predictors: (Constant), Profitabilitas (X4), Inflasi(X1), Risk Financial (X3), Tax
Avoidance (X2)
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
Hasil uji statistik F berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa nilai
F hitung sebesar 7,847 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000.
Menurut V. Wiratna Sujarweni (2014, 154), jika nilai f hitung > f tabel,
artinya variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap
112
variabel dependen. Nilai f tabel pada penelitian ini yaitu, f tabel = (k; n-
k) = (4; 60-4) = (4; 56) = 2,537
Karena nilai F diatas 2,537 dan tingkat signifikansi lebih kecil
dari 0,05 (α = 5%), atau nilai F (7,847 > 2,537) dan signifikansi (0,000
< 0,05) maka hipotesis diterima dan dapat disimpulkan bahwa semua
variabel independen berpengaruh secara simultan dan signifikan
terhadap variabel dependen. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis ke-
5, variabel inflasi, tax avoidance, financial risk, dan profitabilitas
berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
3) Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Pengujian parsial atau uji t digunakan untuk menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikansi 0,05. Berikut tabel 4.9 yang menunjukkan hasil dari uji t
(H1-H4).
Tabel 4.9
Hasil Uji Parsial (Uji t) Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .532 .232 2.293 .026
Inflasi(X1) .117 .030 .443 3.879 .000
Tax Avoidance
(X2)
-.003 .004 -.120 -.775 .442
113
Risk Financial (X3) .001 .000 .299 2.160 .035
Profitabilitas (X4) .027 .017 .236 1.580 .120
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan (Y)
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
Jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka H1 diterima
dan menolak H0, sedangkan jika nilai probability t lebih besar dari 0,05
maka H0 diterima dan menolak H1 (Ghozali, 2018). Berdasarkan tabel
4.9 dapat dilihat bahwa hanya dua variabel independen yang
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen, yaitu
variabel inflasi dan financial risk. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai
signifikansi variabel yang kurang dari 0,05 atau 5%. Berikut adalah
interpretasi dari hasil uji hipotesis dengan uji parsial atau uji t adalah
sebagai berikut.
(a) Pengaruh variabel Inflasi terhadap Nilai Perusahaan (Tobin’s Q)
Untuk variabel inflasi, nilai t hitung terhadap nilai
perusahaan (Tobin’s Q) sebesar 3,879 lebih besar dari t tabel = t
(α/2; n-k-1 = (0,025; 55) = 2,00404, dan nilai signifikan sebesar
0,000. Hasilnya t hitung > t tabel (3,879 > 2,00404) dan signifikansi
lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa
inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan.
114
(b) Pengaruh variabel Tax Avoidance (ETR) terhadap Nilai
Perusahaan (Tobin’s Q)
Untuk variabel tax avoidance yang diproksikan dengan
effective tax rate (ETR) menghasilkan nilai t hitung sebesar -0,775
lebih rendah dari t tabel = t (α/2; n-k-1 = (0,025; 55) = 2,00404, dan
nilai signifikan sebesar 0,442. Hasilnya t hitung lebih kecil dari t
tabel, (-0,775 < 2,00404) dan signifikansi lebih besar dari 0,05
(0,442 < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa tax avoidance tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, dengan arah
negatif.
(c) Pengaruh variabel Financial Risk (DER) terhadap Nilai
Perusahaan (Tobin’s Q)
Sedangkan, variabel financial risk yang diproksikan dengan
debt to equity ratio (DER) menghasilkan nilai t hitung sebesar 2,160
lebih tinggi dari t tabel = t (α/2; n-k-1 = (0,025; 55) = 2,00404, dan
nilai signifikan sebesar 0,035. Hasilnya t hitung lebih besar dari t
tabel, (2,160 > 2,00404) dan signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,035
< 0,05). Dapat disimpulkan bahwa financial risk memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
115
(d) Pengaruh variabel Profitabilitas (ROA) terhadap Nilai
Perusahaan (Tobin’s Q)
Kemudian, untuk variabel profitabilitas yang diproksikan
dengan return on asset (ROA) menghasilkan nilai t hitung sebesar
1,580 lebih rendah dari t tabel = t (α/2; n-k-1 = (0,025; 55) =
2,00404, dan nilai signifikan sebesar 0,120. Hasilnya t hitung lebih
kecil dari t tabel, (1,580 < 2,00404) dan signifikansi lebih besar dari
0,05 (0,120 > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan hasil diatas, maka dapat diketahui arah pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen yaitu nilai perusahaan.
Nilai beta menunjukkan arah pengaruh variabel independen, dimana
arah tersebut dapat positif maupun negatif. Apabila hasil yang didapat
positif menandakan kenaikan variabel independen dapat menyebabkan
kenaikan pada variabel dependen. Sedangkan jika negatif, maka
kenaikan yang terjadi pada variabel independen akan menyebabkan
penurunan pada variabel dependen. Persamaan struktural dapat
digambarkan sebagai berikut:
116
Gambar 4.4
Kerangka Hipotesis Persamaan Struktural
Sumber: Data sekunder yang diolah
Nilai 0,363 diperoleh dari nilai R square pada uji koefisien
determinasi, dan berdasarkan hasil dari tabel 4.9 dapat diketahui
persamaan regresi berganda yang dapat dilihat dari nilai
unstandardized coefficients beta yaitu sebagai berikut:
Tobin’s Q = 0,532 + 0,117X1 – 0,003X2 + 0,001X3 +
0,027X4 + 0,7981
Persamaan diatas dapat diartikan bahwa nilai perusahaan
yang diukur menggunakan Tobin’s Q akan bernilai 0,532 apabila
variabel X1, X2, X3,X4 bernilai 0 dengan asumsi variabel lain
konstan. Jika inflasi meningkat 1 poin, maka nilai perusahaan
meningkat sebesar 0,117 poin dengan asumsi bahwa variabel X2,
X3, X4 konstan. Selanjutnya, jika tax avoidance meningkat 1 poin,
maka nilai perusahaan menurun sebesar -0,003 poin dengan asumsi
bahwa variabel X1, X3, X4 konstan.
Inflasi
Tax Avoidance
Financial Risk
Profitabilitas
Nilai Perusahaan
ε = 0,7981
ε = √1 − 0,363
117
Selanjutnya, jika financial risk meningkat 1 poin, maka nilai
perusahaan meningkat sebesar 0,001 dengan asumsi bahwa variabel
X1, X2, X4 konstan. Kemudian, jika profitabilitas meningkat 1 poin,
maka nilai perusahaan meningkat sebesar 0,027 poin dengan asumsi
bahwa variabel X1, X2, X3 konstan. Empat variabel independen
(inflasi, tax avoidance, financial risk, profitabilitas) dapat
menjelaskan variabel nilai perusahaan sebesar 20,19% sedangkan
sisanya pada 0,7981 atau 79,81% dijelaskan oleh variabel lainnya.
b. Hasil Uji Moderated Regression Analysis (MRA)
Untuk menguji variabel moderasi dalam penelitian ini
menggunakan uji interaksi yaitu dengan menggunakan uji Moderated
Regression Analysis (MRA). Uji interaksi adalah aplikasi dari regresi linear
berganda dimana dalam persamaannya mengandung unsur interaksi
(perkalian dua atau lebih variabel independen). Pengujian ini dilakukan
untuk menguji hipotesis ke 6, 7, 8, 9. Berikut hasil uji Moderated
Regression Analysis (MRA) yang telah dilakukan.
1) Pengaruh Kebijakan Dividen dalam memoderasi pengaruh Inflasi
terhadap Nilai Perusahaan
(a) Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Sebelum uji MRA
118
Tabel 4.10
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R²)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .537a .288 .276 .32291
a. Predictors: (Constant), Inflasi
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
Tabel 4.10 menunjukkan interaksi antara inflasi dan nilai
perusahaan sebelum adanya kebijakan dividen. Hasilnya
menunjukkan besar koefisien determinasi (adjusted R square)
adalah 0,276 atau sebesar 27,6%.
Sesudah uji MRA
Tabel 4.11
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R²)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .570a .325 .289 .32011
a. Predictors: (Constant), X1*X5, Inflasi, Kebijakan Dividen
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
Pada tabel 4.11 uji koefisien determinasi didapatkan
hasil bahwa besarnya koefisien determinasi (adjusted R square)
adalah 0,289 atau 28,9%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan
adanya variabel kebijakan dividen dan interaksi antara inflasi
dan kebijakan dividen akan dapat memperkuat hubungan inflasi
119
dan nilai perusahaan. Tetapi masih harus dilihat dari uji t,
apakah hasil yang didapat signifikan atau tidak.
Hal tersebut ditunjukkan dari adanya kenaikan nilai
adjusted R square antara sebelum dan sesudah uji MRA.
Sebelum dilakukan uji MRA nilai adjusted R square adalah
sebesar 0,276 atau sebesar 27,6%. Setelah dilakukan uji MRA
nilai adjusted R square adalah sebesar 0,289 atau 28,9%.
Dengan kata lain, variabel X1, X5 dan variabel interaksi
X1X5 mampu menjelaskan 28,9% variabel nilai perusahaan,
sedangkan sisanya 71,1% (100%-28,9%) dijelaskan oleh
variabel lain di luar model penelitian ini.
(b) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Tabel 4.12
Hasil Uji Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .823 .241 3.417 .001
Inflasi .087 .050 .329 1.742 .087
Kebijakan Dividen -.009 .007 -.473 -1.211 .231
X1*X5 .003 .002 .586 1.520 .134
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
120
Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa terdapat 3
variabel independen dalam model regresi tersebut, yaitu variabel
inflasi, kebijakan dividen, dan variabel interaksi antara inflasi dan
kebijakan dividen. Nilai t tabel untuk model regresi di atas yaitu t
(α/2; n-k-1 = (0,025; 56) = 2,00324. Area t hitung berpengaruh jika,
t hitung < t tabel (negatif) dan t hitung > t tabel (positif) atau t hitung
< -2,00324, t hitung > 2,00324.
Hasil tabel 4.12 menunjukkan bahwa nilai t hitung inflasi <
dari t tabel (1,742 < 2,00324), t hitung kebijakan dividen < dari t
tabel (-1,211 > -2,00324), t hitung interaksi inflasi dan kebijakan
dividen < dari t tabel (1,520 < 2,00324).
Sedangkan, untuk tingkat signifikansi dapat dilihat bahwa
tingkat signifikansi variabel inflasi > 0,05 atau (0,087 > 0,05),
tingkat signifikansi variabel kebijakan dividen > 0,05 atau (0,231 >
0,05), dan tingkat signifikansi variabel interaksi inflasi dan
kebijakan dividen > 0,05 atau (0,134 > 0,05). Hipotesis diterima jika
tingkat signifikansi kurang dari 0,05 atau 5%. Model regresi yang
diperoleh dari pengujian persamaan regresi diiatas adalah sebagai
berikut.
Y = 0,823 + 0,087X1 - 0,009X5 + 0,003X1X5
121
Sehingga, berdasarkan tabel 4.11 dapat disimpulkan bahwa
kebijakan dividen bukanlah variabel moderasi dalam model regresi
tersebut. Karena semua variabel memiliki nilai t hitung diantara
nilai t tabel positif dan negatif, serta memiliki nilai signifikansi di
atas 0,05. Jadi hipotesis ke-6 ditolak, kebijakan dividen tidak
mampu memoderasi (memperkuat atau memperlemah) pengaruh
inflasi terhadap nilai perusahaan.
2) Pengaruh Kebijakan Dividen dalam memoderasi pengaruh Tax
Avoidance terhadap Nilai Perusahaan
(a) Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Sebelum uji MRA
Tabel 4.13
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R²)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .170a .029 .012 .37722
a. Predictors: (Constant), Tax Avoidance
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
Tabel 4.13 menunjukkan interaksi antara tax avoidance
dan nilai perusahaan sebelum adanya kebijakan dividen.
Hasilnya menunjukkan besar koefisien determinasi (adjusted R
square) adalah 0,012 atau sebesar 1,2%.
122
Sesudah uji MRA
Tabel 4.14
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R²)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .310a .096 .047 .37041
a. Predictors: (Constant), X2*X5, Tax Avoidance, Kebijakan Dividen
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
Pada tabel 4.14 uji koefisien determinasi didapatkan
hasil bahwa besarnya koefisien determinasi (adjusted R square)
adalah 0,047 atau 4,7%. Hubungan memperkuat atau
memperlemah dapat dilihat dari adanya kenaikan atau
penurunan nilai adjusted R square antara sebelum dan sesudah
uji MRA. Sebelum dilakukan uji MRA nilai adjusted R square
adalah sebesar 0,012 atau sebesar 1,2%. Setelah dilakukan uji
MRA nilai adjusted R square adalah sebesar 0,047 atau 4,7%.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya variabel
kebijakan dividen dan interaksi antara tax avoidance dan
kebijakan dividen akan dapat memperkuat hubungan tax
avoidance dan nilai perusahaan. Tetapi masih harus dilihat dari
uji t, apakah hasil yang didapat signifikan atau tidak untuk
mengetahui apakah variabel kebijakan dividen merupakan
variabel moderasi atau bukan.
123
Dengan kata lain, variabel X2, X5 dan variabel interaksi
X2X5 mampu menjelaskan 4,7% variabel nilai perusahaan,
sedangkan sisanya 95,3% (100%-4,7%) dijelaskan oleh variabel
lain di luar model penelitian ini.
(b) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Tabel 4.15
Hasil Uji Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.133 .197 5.747 .000
Tax Avoidance .004 .006 .130 .643 .523
Kebijakan Dividen .015 .008 .805 1.976 .053
X2*X5 .000 .000 -.964 -2.029 .047
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
Berdasarkan tabel 4.15 dapat diketahui bahwa terdapat 3
variabel independen dalam model regresi tersebut, yaitu variabel tax
avoidance, kebijakan dividen, dan variabel interaksi antara tax
avoidance dan kebijakan dividen. Nilai t tabel untuk model regresi
di atas yaitu t (α/2; n-k-1 = (0,025; 56) = 2,00324. Area t hitung
berpengaruh jika, t hitung < t tabel (negatif) dan t hitung > t tabel
(positif) atau t hitung < -2,00324, t hitung > 2,00324.
124
Hasil tabel 4.15 menunjukkan bahwa nilai t hitung tax
avoidance < dari t tabel (0,643 < 2,00324), t hitung kebijakan
dividen < dari t tabel (1,976 < 2,00324), t hitung interaksi tax
avoidance dan kebijakan dividen < dari t tabel (-2,029 < -2,00324).
Sedangkan, untuk tingkat signifikansi dapat dilihat bahwa
tingkat signifikansi variabel tax avoidance > 0,05 atau (0,523 >
0,05), tingkat signifikansi variabel kebijakan dividen > 0,05 atau
(0,053 > 0,05), dan tingkat signifikansi variabel interaksi tax
avoidance dan kebijakan dividen < 0,05 atau (0,047 < 0,05).
Hipotesis diterima jika tingkat signifikansi kurang dari 0,05 atau
5%. Model regresi yang diperoleh dari pengujian persamaan regresi
diatas adalah sebagai berikut.
Y = 1,133 + 0,004X2 - 0,015X5 + 0,000X2X5
Berdasarkan tabel 4.15 dapat disimpulkan bahwa kebijakan
dividen merupakan variabel pure moderator karena hanya variabel
interaksi tax avoidance dan kebijakan dividen yang memiliki nilai t
hitung pada area berpengaruh dan tingkat signifikansi dibawah 5%.
Sehingga, hipotesis ke-7 diterima, kebijakan dividen mampu
memoderasi memperkuat pengaruh tax avoidance terhadap nilai
perusahaan.
125
3) Pengaruh Kebijakan Dividen dalam memoderasi pengaruh
Financial Risk terhadap Nilai Perusahaan
(a) Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Sebelum uji MRA
Tabel 4.16
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R²)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .130a .017 .000 .37955
a. Predictors: (Constant), Risk Financial
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
Tabel 4.16 menunjukkan interaksi antara financial risk
dan nilai perusahaan sebelum adanya kebijakan dividen.
Hasilnya menunjukkan besar koefisien determinasi (adjusted R
square) adalah 0,000 atau sebesar 0%.
Sesudah uji MRA
Tabel 4.17
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R²)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .254a .064 .014 .37678
a. Predictors: (Constant), X3*X5, Risk Financial, Kebijakan Dividen
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
126
Pada tabel 4.17 uji koefisien determinasi didapatkan
hasil bahwa besarnya koefisien determinasi (adjusted R square)
adalah 0,014 atau 1,4%. Hubungan memperkuat atau
memperlemah dapat dilihat dari adanya kenaikan atau
penurunan nilai adjusted R square antara sebelum dan sesudah
uji MRA. Sebelum dilakukan uji MRA nilai adjusted R square
adalah sebesar 0,000 atau sebesar 0%. Setelah dilakukan uji
MRA nilai adjusted R square adalah sebesar 0,014 atau 1,4%.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya variabel
kebijakan dividen dan interaksi antara financial risk dan
kebijakan dividen akan dapat memperkuat hubungan financial
risk dan nilai perusahaan. Tetapi masih harus dilihat dari uji t,
apakah hasil yang didapat signifikan atau tidak untuk
mengetahui apakah variabel kebijakan dividen merupakan
variabel moderasi atau bukan.
Dengan kata lain, variabel X3, X5 dan variabel interaksi
X3X5 mampu menjelaskan 1,4% variabel nilai perusahaan,
sedangkan sisanya 98,6% (100%-1,4%) dijelaskan oleh variabel
lain di luar model penelitian ini.
127
(b) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Tabel 4.18
Hasil Uji Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.422 .158 9.010 .000
Risk Financial -.001 .001 -.283 -1.015 .315
Kebijakan Dividen -.008 .005 -.450 -1.603 .115
X3*X5 5.328E-5 .000 .624 1.668 .101
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
Berdasarkan tabel 4.18 dapat diketahui bahwa terdapat 3
variabel independen dalam model regresi tersebut, yaitu variabel
financial risk, kebijakan dividen, dan variabel interaksi antara
financial risk dan kebijakan dividen. Nilai t tabel untuk model
regresi di atas yaitu t (α/2; n-k-1 = (0,025; 56) = 2,00324. Area t
hitung berpengaruh jika, t hitung < t tabel (negatif) dan t hitung > t
tabel (positif) atau t hitung < -2,00324, t hitung > 2,00324.
Hasil tabel 4.18 menunjukkan bahwa nilai t hitung financial
risk > dari t tabel (-1,015 > -2,00324), t hitung kebijakan dividen >
dari t tabel (-1,603 > -2,00324), t hitung interaksi financial risk dan
kebijakan dividen < dari t tabel (1,668 < 2,00324).
128
Sedangkan, untuk tingkat signifikansi dapat dilihat bahwa
tingkat signifikansi variabel financial risk > 0,05 atau (0,315 >
0,05), tingkat signifikansi variabel kebijakan dividen > 0,05 atau
(0,115 > 0,05), dan tingkat signifikansi variabel interaksi financial
risk dan kebijakan dividen > 0,05 atau (0,101 > 0,05). Hipotesis
diterima jika tingkat signifikansi kurang dari 0,05 atau 5%. Model
regresi yang diperoleh dari pengujian persamaan regresi diiatas
adalah sebagai berikut.
Y = 1,422 - 0,001X3 - 0,008X5 + 5,328X3X5
Sehingga, berdasarkan tabel 4.15 dapat disimpulkan bahwa
kebijakan dividen bukanlah variabel moderasi dalam model regresi
tersebut. Karena semua variabel memiliki nilai t hitung diantara
nilai t tabel positif dan negatif, serta memiliki nilai signifikansi di
atas 0,05. Jadi hipotesis ke-8 ditolak, kebijakan dividen tidak
mampu memoderasi (memperkuat atau memperlemah) pengaruh
financial risk terhadap nilai perusahaan.
129
4) Pengaruh Kebijakan Dividen dalam memoderasi pengaruh
Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
(a) Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Sebelum uji MRA
Tabel 4.19
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R²)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .280a .079 .063 .36743
a. Predictors: (Constant), Profitabilitas
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
Tabel 4.19 menunjukkan interaksi antara financial risk
dan nilai perusahaan sebelum adanya kebijakan dividen.
Hasilnya menunjukkan besar koefisien determinasi (adjusted R
square) adalah 0,063 atau sebesar 6,3%.
Sesudah uji MRA
Tabel 4.20
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R²)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .397a .158 .113 .35751
a. Predictors: (Constant), X4*X5, Profitabilitas, Kebijakan Dividen
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
130
Pada tabel 4.20 uji koefisien determinasi didapatkan
hasil bahwa besarnya koefisien determinasi (adjusted R square)
adalah 0,113 atau 11,3%. Hubungan memperkuat atau
memperlemah dapat dilihat dari adanya kenaikan atau
penurunan nilai adjusted R square antara sebelum dan sesudah
uji MRA. Sebelum dilakukan uji MRA nilai adjusted R square
adalah sebesar 0,063 atau sebesar 6,3%. Setelah dilakukan uji
MRA nilai adjusted R square adalah sebesar 0,113 atau 11,3%.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya variabel
kebijakan dividen dan interaksi antara financial risk dan
kebijakan dividen akan dapat memperkuat hubungan financial
risk dan nilai perusahaan. Tetapi masih harus dilihat dari uji t,
apakah hasil yang didapat signifikan atau tidak untuk
mengetahui apakah variabel kebijakan dividen merupakan
variabel moderasi atau bukan.
Hal ini menunjukkan bahwa X4, X5 dan variabel
interaksi X4X5 mampu menjelaskan 11,3% variabel nilai
perusahaan, sedangkan sisanya 88,7% (100%-11,3%) dijelaskan
oleh variabel lain di luar model penelitian ini.
131
(b) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Tabel 4.21
Hasil Uji Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.323 .147 9.015 .000
Profitabilitas -.007 .022 -.065 -.332 .741
Kebijakan Dividen -.009 .005 -.492 -1.962 .055
X4*X5 .002 .001 .630 2.293 .026
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
Sumber: Output data sekunder diolah dengan SPSS 25
Berdasarkan tabel 4.21 dapat diketahui bahwa terdapat 3
variabel independen dalam model regresi tersebut, yaitu variabel
profitabilitas, kebijakan dividen, dan variabel interaksi antara
profitabilitas dan kebijakan dividen. Nilai t tabel untuk model
regresi di atas yaitu t (α/2; n-k-1 = (0,025; 56) = 2,00324. Area t
hitung berpengaruh jika, t hitung < t tabel (negatif) dan t hitung > t
tabel (positif) atau t hitung < -2,00324, t hitung > 2,00324.
Hasil tabel 4.21 menunjukkan bahwa nilai t hitung
profitabilitas > dari t tabel (-0,332 > -2,00324), t hitung kebijakan
dividen > dari t tabel (-1,962 > -2,00324), t hitung interaksi
profitabilitas dan kebijakan dividen < dari t tabel (2,293 > 2,00324).
132
Sedangkan, untuk tingkat signifikansi dapat dilihat bahwa
tingkat signifikansi variabel profitabilitas > 0,05 atau (0,741 > 0,05),
tingkat signifikansi variabel kebijakan dividen > 0,05 atau (0,055 >
0,05), dan tingkat signifikansi variabel interaksi profitabilitas dan
kebijakan dividen < 0,05 atau (0,026 > 0,05). Hipotesis diterima jika
tingkat signifikansi kurang dari 0,05 atau 5%. Model regresi yang
diperoleh dari pengujian persamaan regresi diiatas adalah sebagai
berikut.
Y = 1,323 - 0,007X4 - 0,009X5 + 0,002X4X5
Berdasarkan tabel 4.21 dapat disimpulkan bahwa kebijakan
dividen merupakan variabel pure moderator karena hanya variabel
interaksi profitabilitas dan kebijakan dividen yang memiliki nilai t
pada area berpengaruh dan tingkat signifikansi dibawah 5%.
Sehingga, hipotesis ke-9 diterima, kebijakan dividen mampu
memoderasi (memperkuat) pengaruh profitabilitas terhadap nilai
perusahaan.
C. Pembahasan
Penelitian ini menguji pengaruh inflasi, tax avoidance, financial risk, dan
profitabilitas terhadap nilai perusahaan serta moderasi kebijakan dividen untuk
memperkuat hubungan antara inflasi dengan nilai perusahaan, moderasi kebijakan
dividen untuk memperkuat hubungan antara tax avoidance dengan nilai
133
perusahaan, moderasi kebijakan dividen untuk memperkuat hubungan antara
financial risk dengan nilai perusahaan, serta moderasi kebijakan dividen untuk
memperkuat hubungan antara profitabilitas dengan nilai perusahaan.
1. Pengaruh Inflasi terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan hasil uji statistik t yang telah dilakukan pada tabel 4.9,
diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 atas variabel inflasi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel inflasi kurang dari 0,05 (0,000
< 0,05), yang berarti variabel inflasi berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Dengan demikian hasil penelitian menerima hipotesis pertama
(H1) yang telah dirumuskan. Nilai koefisien untuk variabel inflasi adalah
sebesar 0,117 dan bertanda positif, yang artinya apabila inflasi meningkat maka
akan berpengaruh pada meningkatnya nilai perusahaan.
Secara teori, seharusnya inflasi berpengaruh negatif. Jadi ketika inflasi
tinggi, maka akan menurunkan nilai perusahaan karena investor akan
menghindari untuk melakukan investasi ketika risiko sedang tinggi. Tetapi pada
penelitian ini hasilnya menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif. Hal ini
disebabkan karena sampel penelitian adalah perusahaan sektor properti, dimana
sektor ini erat kaitannya dengan KPR (Kredit Pemilikan Rumah) dan sistem
kredit ini erat kaitannya dengan suku bunga, suku bunga erat kaitannya dengan
inflasi.
134
Jadi ketika inflasi naik maka suku bunga akan naik, ketika suku bunga
naik maka bunga cicilan KPR juga akan naik. Ketika bunga cicilan KPR naik,
otomatis akan meningkatkan pendapatan perusahaan, ketika pendapatan naik
maka kinerja perusahaan juga meningkat. Kinerja perusahaan yang meningkat,
otomatis akan dapat meningkatkan minat investor untuk berinvestasi.
Hubungan positif antara inflasi dan nilai perusahaan dapat dilihat dari salah satu
sampel penelitian yaitu perusahaan ACST.
Tingkat inflasi berturut-turut dari tahun 2014-2018 yaitu sebesar 6.42%,
6.38%, 3.53%, 3.81%, 3.20%. Tingkat inflasi cenderung menunjukkan
penurunan dari tahun 2014-2018. Nilai perusahaan PT. Acset Indonusa
Tbk (ACST) berturut-turut dari tahun 2014-2018 juga mengalami penurunan
seiring dengan penurunan inflasi, yaitu sebesar 1,7698; 1,4380; 1,2688; 1,0537;
0,9621. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang positif antara inflasi dan
nilai perusahaan, dimana ketika tingkat inflasi menurun juga akan
menyebabkan penurunan pada nilai perusahaan.
Hal ini sesuai dengan teori yang digunakan yaitu teori sinyal. Dalam
signaling theory dijelaskan bahwa inflasi dapat menjadi salah satu sinyal atau
informasi yang dapat dipertimbangkan oleh investor ketika akan berinvestasi.
Ketika terjadi inflasi, maka otomatis tingkat suku bunga akan naik. Investor
perlu melihat apakah inflasi tersebut berdampak terhadap perusahaan, ditinjau
dari peningkatan risiko likuiditas, penurunan atau kenaikan kinerja perusahaan
yang dapat dihitung melalui analisis rasio keuangan, dan lain-lain.
135
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa inflasi mampu memberikan
pengaruh terhadap nilai perusahaan, hasil ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Santi Suryantini & Edi Arsawan (2015), Purnama Sari (2015),
Ifeanyi C. & Chuskwuma C. (2016), dan Dewi Sartika dkk. (2019).
Tetapi hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Siswanti dkk., (2015), Putra dkk. (2016) dan Fuad & Wandari
(2018), yang menyatakan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan dan
negatif terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut disebabkan karena perbedaan
sampel penelitian. Kemudian m enurut Putra dkk. (2016), inflasi yang terjadi
selama periode penelitian masih dalam tahap ringan, sehingga investor lebih
mempertimbangkan faktor lainnya seperti bagaimana cara perusahaan
menghasilkan laba yang tinggi sehingga akan menghasilkan return yang tinggi
bagi para investor.
2. Pengaruh Tax Avoidance terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan tabel 4.9 mengenai hasil uji statistik t yang telah dilakukan,
diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,442 atas variabel tax avoidance. Hal
tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel tax avoidance lebih dari
0,05 (0,442 > 0,05), yang berarti variabel tax avoidance tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian hasil penelitian
menolak hipotesis kedua (H2) yang telah dirumuskan. Nilai koefisien untuk
136
variabel tax avoidance adalah sebesar 0,775 dan bertanda negatif, yang artinya
apabila tax avoidance meningkat maka akan menurunkan nilai perusahaan.
Maka diketahui bahwa hasil dari penelitian ini menyatakan tax
avoidance tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini disebabkan
karena para investor mungkin beranggapan bahwa tax avoidance dilakukan
dengan cara yang legal atau tidak melanggar hukum, sehingga tidak begitu
mempengaruhi penilaian investor terhadap nilai perusahaan. Artinya, investor
lebih mempertimbangkan faktor-faktor lain ketika akan menanamkan
modalnya di perusahaan tertentu. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Simarmata (2013), Tarihoran (2016), Tandean & Jonathan
(2016), Verawaty dkk. (2017), Wardani & Juliani (2018), dan Novarianto &
Dwimulyani (2019).
Hal sebaliknya ditunjukkan dalam penelitian Ilmiani & Sutrisno (2014),
Herdiyanto & Ardiyanto (2015), Sibarani (2016), Herawati & Ekawati (2016),
dan Apsari & Setiawan (2018) yang menyatakan bahwa tax avoidance
memberikan pengaruh signifikan dan negatif pada nilai perusahaan. Hal ini
disebabkan karena masih adanya kecenderungan tindakan non compliance
ketika dilakukan tax avoidance. Tindakan tersebut dapat menurunkan nilai
perusahaan di mata investor karena melihat bahwa adanya kecendrungan
kepentingan manajer dalam memanipulasi laba dan hal tersebut dapat
menurunkan kualitas laporan keuangan karena menyajikan informasi yang
kurang akurat (Sibarani, 2016).
137
Secara teori, tax avoidance akan berpengaruh negatif apabila dilakukan
terlalu tinggi karena tax avoidance yang terlalu tinggi dapat menurunkan
kualitas informasi yang tersedia dalam laporan keuangan. Hasil penelitian ini
sesuai dengan teori yang ada dan sesuai dengan beberapa penelitian
sebelumnya.
Dan hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori sinyal, dimana dalam
teori sinyal dikatakan bahwa tax avoidance dapat menjadi sinyal bagi investor
ketika akan berinvestasi. Sedangkan arah pengaruh penelitian ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya yaitu dengan arah negatif. Dikatakan jika nilai ETR
tinggi maka nilai perusahaan akan rendah. Nilai ETR yang tinggi menandakan
tingkat penghindaran pajak yang rendah, karena rasio pengukuran ETR adalah
beban pajak dibagi dengan pendapatan sebelum pajak. Semakin kecil beban
pajak, berarti semakin tinggi penghindaran pajaknya. Sebaliknya, semakin
besar beban pajak, berarti semakin rendah tingkat penghindaran pajaknya.
Ketika beban pajak kecil maka nilai ETR akan rendah, ketika beban pajak besar
maka nilai ETR juga akan tinggi.
3. Pengaruh Financial Risk terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan tabel 4.9 hasil uji statistik t yang telah dilakukan, diperoleh
nilai signifikansi sebesar 0,035 atas variabel financial risk. Hal tersebut
menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel financial risk kurang dari 0,05
(0,035 < 0,05), yang berarti variabel financial risk berpengaruh secara
138
signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian hasil penelitian
menerima hipotesis ketiga (H3) yang telah dirumuskan. Nilai koefisien untuk
variabel financial risk adalah sebesar 2,160 dan bertanda positif, yang artinya
apabila financial risk meningkat maka akan berpengaruh pada meningkatnya
nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa financial risk berpengaruh
signifikan dan positif terhadap nilai perusahaan. Jadi penelitian ini
membuktikan bahwa utang itu tidak selalu berdampak negatif terhadap nilai
perusahaan. Hal ini disebabkan karena sifat utang itu sendiri. Utang sebenarnya
digunakan perusahaan untuk memaksimalkan pendapatan, terlebih pada
perusahaan sektor properti utang sangat diperlukan sebagai tambahan modal
ketika akan membangun suatu proyek yang membutuhkan dana besar.
Secara teori dan logika umum dinyatakan bahwa bahwa financial risk
akan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, karena pada dasarnya
investor tidak menyukai risiko dan akan cenderung menghindari risko untuk
mendapatkan keuntungan yang pasti. Jadi hasil penelitian ini tidak sesuai
dengan teori dan logika umum karena hasil penelitian ini menyatakan bahwa
financial risk berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Hubungan positif ini disebabkan karena investor memandang bahwa
utang dapat memaksimalkan pendapatan perusahaan yang pada akhirnya akan
menguntungkan investor itu sendiri. Jadi hubungan positif ini didasarkan pada
pandangan high risk high return.
139
Kemudian, hasil penelitian ini membuktikan tentang teori sinyal bahwa
memang benar financial risk dapat menjadi sinyal bagi investor ketika akan
mengambil keputusan investasi. Pada dasarnya financial risk ini adalah risiko
atas pendanaan yang berasal dari utang. Jadi ketika utang perusahaan tinggi
maka financial risk perusahaan juga akan tinggi.
Hasil penelitian ini senada dengan penelitian Dimisyqiyani dkk. (2015),
Hamidah dkk. (2015), Tarihoran (2016), Oktarina (2018), dan Novarianto &
Dwimulyani (2019) yang menyebutkan bahwa financial risk berpengaruh
signifikan positif terhadap nilai perusahaan.
Tetapi, hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian
Dramawan (2015), Sunandes (2015), dan Sahin dkk. (2016) yang menyatakan
bahwa financial risk berpengaruh signifikan dan secara negatif. Kondisi ini
menunjukkan bahwa investor menghindari adanya risiko keuangan, karena
menganggap risiko tersebut akan mengurangi keuntungan yang akan didapat.
Investor cenderung menghindari risiko keuangan untuk mendapatkan
keuntungan yang besar (Dramawan, 2015).
Dan hasil penelitian ini juga bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mery (2017) dan Riny (2018) yang menyatakan bahwa risiko
keuangan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Menurut Mery (2017),
hal tersebut disebabkan karena investor tidak terlalu melihat besar kecilnya
jumlah utang perusahaan, tetapi lebih kepada bagaimana cara perusahaan
140
mengelola utang tersebut dengan efektif dan efisien untuk menghasilkan
keuntungan bagi perusahaan dan para pemegang saham.
4. Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan hasil uji statistik t yang telah dilakukan, diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,120 atas variabel profitabilitas. Hal tersebut
menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel profitabilitas lebih dari 0,05
(0,120 > 0,05), yang berarti variabel profitabilitas tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian hasil penelitian
menolak hipotesis keempat (H4) yang telah dirumuskan. Nilai koefisien untuk
variabel profitabilitas adalah sebesar 1,580 dan bertanda positif, yang artinya
apabila profitabilitas meningkat maka akan mengakibatkan kenaikan pada nilai
perusahaan.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan teori sinyal dan pandangan
pada umumnya yang menyatakan bahwa profitabilitas mampu mempengaruhi
investor ketika akan mengambil keputusan investasi. Dalam penelitian ini,
profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan
karena profit pada perusahaan sektor properti sangat tidak stabil yang dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya disebabkan karena daya beli
masyarakat terhadap properti.
Hal ini disebabkan karena kenaikan harga properti setiap tahunnya tidak
diiringi oleh kenaikan daya beli masyarakat terhadap properti. Sehingga
141
investor akan menganggap bahwa investasi pada sektor ini kurang aman dan
kebanyakan investor yang berinvestasi pada sektor ini akan melihat faktor
pendukung lain selain profitabilitas, contohnya dividen.
Jadi dalam penelitian ini dinyatakan bahwa profitabilitas tidak mampu
menjadi sinyal bagi investor ketika akan berinvestasi pada perusahaan sektor
properti. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Tarima dkk. (2016), Thaib & Dewantoro (2017), Ukhriyawati & Malia (2018),
Rahayu & Sari (2018), Kadim & Sunardi (2019), dan Novarianto &
Dwimulyani (2019).
Dan penelitian ini bertolakbelakang dengan hasil penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Wahyuni dkk. (2013), Aditya & Supriyono (2015),
Hamidah dkk. (2015), Dramawan (2015), Sabrin dkk. (2016), Tandean &
Jonathan (2016), Puspitaningtyas (2017), Kusumawati & Rosady (2018),
Setyawati (2019), Zuhroh (2019), dan Ruslim & Michael (2019) yang
menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh secara signifikan dan positif
terhadap nilai perusahaan. Artinya bahwa ketika profitabilitas naik maka nilai
perusahaan juga akan naik seiring dengan kenaikan profitabilitas.
142
5. Pengaruh Inflasi, Tax Avoidance, Financial Risk, Profitabilitas Secara
Simultan terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan hasil uji statistik F pada tabel 4.8 diketahui bahwa nilai
signifikansi F sebesar 0,000. Hasil tersebut menunjukkan nilai signifikansi di
bawah 0,05, yang artinya variabel inflasi, tax avoidance, financial risk, dan
profitabilitas dinilai mampu secara simultan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Sehingga, hasil ini menerima hipotesis kelima (H5) bahwa
variabel inflasi, tax avoidance, financial risk, dan profitabilitas secara simultan
berpengaruh signifikan dan positif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian
ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hamidah dkk.
(2015).
Dalam penelitian Hamidah dkk. (2015) terdapat variabel inflasi, suku
bunga BI, profitabilitas, dan risiko finansial. Dijelaskan bahwa variabel-
variabel tersebut secara simultan berpengaruh signifikan dan positif terhadap
nilai perusahaan. Jika dikaitkan dengan teori yang digunakan dalam penelitian
ini, dalam teori sinyal (signaling theory) dijelaskan bahwa inflasi, tax
avoidance, financial risk, dan profitabilitas dapat menjadi sinyal bagi investor
ketika akan berinvestasi pada suatu perusahaan.
Jadi hasil penelitian ini mendukung teori yang digunakan yaitu teori
sinyal, dimana keempat variabel independen penelitian ini yaitu inflasi, tax
avoidance, financial risk, dan profitabilitas dapat menjadi sinyal bagi investor
ketika akan berinvestasi pada suatu perusahaan. Kenapa? Karena inflasi, inflasi
143
dapat menjadi sinyal atau tanda bagi perusahaan mengenai kapan waktu yang
tepat untuk berinvestasi. Sedangkan, tax avoidance, financial risk, dan
profitabilitas dapat menjadi sinyal bagi investor mengenai seberapa baik
kualitas perusahaan yang akan diinvestasikan. Penelitian. Hasil penelitian ini
senada dengan hasil penelitian Hamidah dkk. (2015) yang menyatakan bahwa
inflasi, profitabilitas, dan risiko finansial dapat berpengaruh secara simultan
terhadap nilai perusahaan.
6. Pengaruh Kebijakan Dividen dalam Memoderasi Inflasi terhadap Nilai
Perusahaan
Hubungan memperkuat atau memperlemah dapat dilihat dari adanya
kenaikan atau penurunan nilai adjusted R square antara sebelum dan sesudah
uji MRA. Berdasarkan tabel 4.10 dan 4.11 dapat dilihat bahwa terdapat
kenaikan nilai adjusted R square antara sebelum dan sesudah uji MRA.
Sebelum dilakukan uji MRA nilai adjusted R square adalah sebesar 0,276 atau
sebesar 27,6%. Setelah dilakukan uji MRA nilai adjusted R square adalah
sebesar 0,289 atau 28,9%. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh memperkuat
akibat kebijakan dividen.
Tetapi, berdasarkan hasil uji statistik t pada tabel 4.15 diketahui bahwa
interaksi antar variabel inflasi dengan kebijakan dividen memiliki nilai
signifikansi lebih dari 0,05, yaitu sebesar 0,134 (0,134 > 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa hasil penelitian menolak hipotesis keenam (H6).
144
Sehingga, dapat dinyatakan bahwa kebijakan dividen bukan variabel yang
dapat memoderasi hubungan antara inflasi dengan nilai perusahaan.
Inflasi adalah peristiwa dimana terjadi kenaikan harga-harga secara
umum dan terus-menerus di suatu negara (Suseno & Astiyah, 2010). Inflasi
merupakan salah satu dari faktor eksternal yang dapat mempengaruhi nilai
perusahaan. Faktor eksternal adalah faktor yang tidak bisa dikendalikan oleh
perusahaan. Inflasi memiliki berbagai dampak terhadap ekonomi suatu negara,
salah satunya terhadap peningkatan suku bunga. Ketika tingkat suku bunga
naik, maka rasio likuiditas perusahaan biasanya akan turun, karena nilai bunga
utang akan semakin tinggi sedangkan jumlah kas tetap. Hal ini tentu akan
mempengaruhi penilaian investor terhadap perusahaan.
Selain itu, investor juga dapat melihat apakah inflasi berdampak pada
pendapatan perusahaan. Inflasi biasanya cenderung akan menurunkan daya beli
masyarakat, yang dapat menyebabkan penurunan pendapatan. Tetapi, ketika
inflasi terjadi pada tingkat normal yaitu sekitar 2%-3%, kenaikan harga barang
masih dapat dijangkau oleh daya beli masyarakat. Pada tingkat ini, inflasi dapat
berdampak positif terhadap pendapatan perusahaan. Karena kenaikan harga
yang terjadi dapat meningkatkan pendapatan perusahaan.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori bird in hand, dimana
kebijakan dividen tidak mampu mempengaruhi keputusan investor dalam
berinvestasi. Secara teori, seharusnya inflasi berpengaruh negatif. Jadi ketika
145
inflasi tinggi, maka akan menurunkan nilai perusahaan karena investor akan
menghindari untuk melakukan investasi ketika risiko sedang tinggi.
Jadi, pada dasarnya kebijakan dividen ini digunakan dengan harapan
bahwa ketika inflasi tinggi, dividen yang dibagikan mampu menarik minat
investor untuk berinvestasi yang pada akhirnya dapat menaikkan nilai
perusahaan. Jadi diharapkan bahwa dividen ini mampu memoderasi pengaruh
inflasi terhadap nilai perusahaan. Tetapi hasil penelitian ini menyatakan
sebaliknya, yaitu kebijakan dividen tidak mampu memoderasi pengaruh inflasi
terhadap nilai perusahaan.
Hal ini disebabkan karena inflasi tidak berhubungan dengan kebijakan
dividen. Dimana inflasi ini adalah faktor eksternal, sedangkan kebijakan
dividen adalah faktor internal. Naik turunnya inflasi tidak disebabkan oleh naik
turunnya dividen, sehingga kebijakan dividen tidak mampu memoderasi
hubungan inflasi terhadap nilai perusahaan.
7. Pengaruh Kebijakan Dividen dalam Memoderasi Pengaruh Tax Avoidance
terhadap Nilai Perusahaan
Hubungan memperkuat atau memperlemah dapat dilihat dari adanya
kenaikan atau penurunan nilai adjusted R square antara sebelum dan sesudah
uji MRA. Berdasarkan tabel 4.13 dan 4.14 dapat dilihat bahwa terdapat
kenaikan nilai adjusted R square antara sebelum dan sesudah uji MRA.
Sebelum dilakukan uji MRA nilai adjusted R square adalah sebesar 0,012 atau
146
sebesar 1,2%. Setelah dilakukan uji MRA nilai adjusted R square adalah
sebesar 0,047 atau 4,7%.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya variabel kebijakan dividen
akan dapat memperkuat hubungan tax avoidance dan nilai perusahaan.
Kemudian, berdasarkan hasil uji statistik t pada tabel 4.15 diketahui bahwa
interaksi antar variabel tax avoidance dengan kebijakan dividen memiliki nilai
signifikansi dibawah 0,05, yaitu sebesar 0,047 (0,047 < 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa hasil penelitian menerima hipotesis ketujuh (H7) bahwa
terdapat pengaruh moderasi kebijakan dividen untuk memperkuat hubungan
antara tax avoidance dengan nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kebijakan dividen dapat
memperkuat hubungan antara tax avoidance dan nilai perusahaan. Hal ini dapat
dilihat dari adanya kenaikan nilai adjusted R square antara sebelum dan sesudah
hasil uji MRA. Artinya semakin tinggi dividen maka akan semakin memperkuat
pengaruh tax avoidance terhadap nilai perusahaan. Pada uji individual (uji t)
regresi berganda sebelumnya dinyatakan bahwa pengaruh tax avoidance
terhadap nilai perusahaan adalah negatif. Jadi interpretasinya, ketika nilai ETR
rendah tetapi dividen yang dibagikan tinggi, maka nilai perusahaan akan naik
karena dividen mampu menarik minat investor untuk berinvestasi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang digunakan yaitu, bird in
hand theory yang menyatakan bahwa dividen mampu menarik minat investor
untuk berinvestasi karena keuntungan atas dividen yang pasti dan risikonya
147
yang kecil. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Apsari & Setiawan
(2018) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen dapat memoderasi pengaruh
tax avoidance terhadap nilai perusahaan. Hal ini disebabkan karena sifat dasar
dari dividen itu sendiri, yaitu dapat meningkatkan kesejahteraan pemegang
saham sehingga mampu menarik minat investor untuk berinvestasi.
8. Pengaruh Kebijakan Dividen dalam Memoderasi Pengaruh Financial Risk
terhadap Nilai Perusahaan
Hubungan memperkuat atau memperlemah dapat dilihat dari adanya
kenaikan atau penurunan nilai adjusted R square antara sebelum dan sesudah
uji MRA. Berdasarkan tabel 4.16 dan 4.17 dapat dilihat bahwa terdapat
kenaikan nilai adjusted R square antara sebelum dan sesudah uji MRA.
Sebelum dilakukan uji MRA nilai adjusted R square adalah 0,000 atau sebesar
0%. Setelah dilakukan uji MRA nilai adjusted R square adalah sebesar 0,014
atau 1,4%. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh memperkuat akibat
kebijakan dividen.
Tetapi, jika dilihat dari hasil uji statistik t pada tabel 4.18 diketahui
bahwa interaksi antar variabel financial risk dengan kebijakan dividen memiliki
nilai signifikansi lebih dari 0,05, yaitu sebesar 0,101 (0,101 > 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa hasil penelitian menolak hipotesis kedelapan (H8).
Sehingga, dapat dinyatakan bahwa kebijakan dividen bukanlah variabel yang
dapat memoderasi hubungan antara financial risk dengan nilai perusahaan.
148
Financial risk adalah risiko tambahan yang harus ditanggung oleh
pemegang saham biasa akibat adanya penggunaan utang sebagai pendanaan
perusahaan. Pada penelitian Sunandes (2015) dijelaskan bahwa jika tingkat
pengembalian atas aktiva (return) yang berasal dari penggunaan utang lebih
tinggi dari biaya utang, maka penggunaan utang tersebut dianggap
menguntungkan. Jika sebaliknya, yaitu ketika return yang berasal dari
penggunaan utang lebih tinggi dari biaya utang, maka penggunaan utang
tersebut dianggap merugikan karena akan mengurangi tingkat pengembalian
atas modal. Jadi dijelaskan bahwa penggunaan utang dapat meningkatkan profit
tetapi juga memiliki risiko tinggi bagi perusahaan. Jika penggunaan utang
tinggi maka tingkat leverage akan naik dan akan menaikkan financial risk.
Pada penelitian ini menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mampu
memoderasi pengaruh risiko keuangan terhadap nilai perusahaan. Hal ini
menandakan bahwa risiko keuangan (financial risk) lebih berdampak di mata
investor. Financial risk ini adalah risiko pendanaan yang berasaan dari utang.
Jadi ketika utang perusahaan tinggi maka financial risk perusahaaan juga akan
tinggi.
Biasanya, perusahaan yang utangnya tinggi akan lebih banyak
mencadangkan labanya sebagai retained earnings untuk membayar utang dari
pada harus dibagikan sebagai dividen. Jadi secara tidak langsung kebijakan
dividen dipengaruhi oleh financial risk, dan bukan sebaliknya. Jadi financial
risk dianggap lebih penting di mata investor dari pada kebijakan dividen
149
perusahaan, karena menurut investor kebijakan dividen pada akhirnya akan
dipengaruhi oleh financiak risk.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori dasar bird in hand yang
menyatakan bahwa dividen mampu mempengaruhi keputusan investor ketika
akan berinvestasi. Pada penelitian ini dividen tidak mampu memoderasi
pengaruh financial risk terhadap nilai perusahaan, karena financial risk
dianggap lebih penting di mata investor, karena pada akhirnya besaran dividen
akan dipengaruhi oleh financiak risk.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sisca
(2016), Mery (2017), dan Antoro & Hermuningsih (2018). Tetapi, hasil penelitian
ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Veny dkk. (2016) dan
Anggraeni & Sulhan (2020).
9. Pengaruh Kebijakan Dividen dalam Memoderasi Pengaruh Profitabilitas
terhadap Nilai Perusahaan
Hubungan memperkuat atau memperlemah dapat dilihat dari adanya
kenaikan atau penurunan nilai adjusted R square antara sebelum dan sesudah
uji MRA. Berdasarkan tabel 4.19 dan 4.20 dapat dilihat bahwa terdapat
kenaikan nilai adjusted R square antara sebelum dan sesudah uji MRA.
Sebelum dilakukan uji MRA nilai adjusted R square adalah 0,063 atau sebesar
6,3%. Setelah dilakukan uji MRA nilai adjusted R square adalah sebesar 0,113
150
atau 11,3%. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh memperkuat akibat
kebijakan dividen.
Kemudian, berdasarkan tabel 4.21 hasil uji statistik t diketahui bahwa
interaksi antar variabel profitabilitas dengan kebijakan dividen memiliki nilai
signifikansi kurang dari 0,05, yaitu sebesar 0,026 (0,026 < 0,05). Hal ini
menunjukka bahwa hasil penelitian menerima hipotesis kesembilan (H9)
bahwa terdapat pengaruh moderasi kebijakan dividen untuk memperkuat
hubungan antara profitabilitas dengan nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kebijakan dividen mampu
memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan arah
pengaruh memperkuat. Artinya, semakin tinggi dividen maka akan semakin
memperkuat pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Pada uji
individual (uji t) regresi berganda sebelumnya diketahui bahwa arah pengaruh
profitabilitas terhadap nilai perusahaan adalah positif. Berarti interpretasinya,
ketika profit perusahaan tinggi ditambah dividen yang dibagikan juga tinggi,
maka akan semakin meningkatkan nilai perusahaan.
Secara teori, dengan adanya dividen yang dibagikan maka akan dapat
menarik minat investor untuk berinvestasi. Terlebih jika profiatbilitas
perusahaan tinggi, maka dividen ini akan dapat semakin meningkatkan minat
investor untuk berinvestasi yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai
perusahaan. Jadi hasil penelitian ini mendukung teori dan logika yang ada,
bahwa kebijakan dividen mampu memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap
151
nilai perusahaan. Karena sifat dasar dari dividen itu sendiri adalah mampu
untuk meningkatkan kekayaan atau kesejahteraan pemegang saham, sehingga
pada akhirnya mampu meningkatkan minat investor untuk berinvestasi.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Veny dkk. (2016), Setyawati (2019), dan Astakoni dkk. (2019) yang
menyatakan bahwa kebijakan dividen mampu memoderasi pengaruh
profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Pada penelitian Setyawati (2019) hasil
penelitian menyatakan kebijakan dividen dapat memperkuat pengaruh
profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Sedangkan, pada penelitian Astakoni
dkk. (2019) hasil penelitiannya menyatakan kebijakan dividen akan
memperlemah pengaruh profitabilitas, atau dapat diartikan bahwa kebijakan
dividen belum mampu memperkuat pengaruh profitabilitas terhadap nilai
perusahaan.
Tetapi hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Antoro &
Hermuningsih (2018) dan Puspitaningtyas (2017) yang menyatakan bahwa
kebijakan dividen tidak mampu memoderasi (memperkuat atau memperlemah)
pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut menandakan
bahwa profitbilitas penting dimata investor sebagai bahan pertimbangan dalam
melakukan investasi, sedangkan adanya pembagian dividen belum mampu
memperkuat atau memperlemah penilaian investor atas saham perusahaan
ketika terjadi peningkatan atau penurunan profitabilitas.
152
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
inflasi, tax avoidance, financial risk, dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan
dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi. Objek dari penelitian ini yaitu
perusahaan sektor property, real estate, dan building construction yang telah listing
di BEI pada periode 2014-2018. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
dengan menggunakan SPSS 25, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Inflasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Santi Suryantini & Edi Arsawan (2014),
Purnama Sari (2015), Ifeanyi C. & Chuskwuma C. (2016), dan Dewi Sartika
dkk. (2019). Namun, tidak mendukung penelitian Siswanti dkk., (2015),
Hamidah dkk. (2015), Putra dkk. (2016) dan Fuad & Wandari (2018).
2. Tax avoidance tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Simarmata (2013), Tarihoran (2016), Tandean &
Jonathan (2016), Verawaty dkk. (2017), Wardani & Juliani (2018), dan
Novarianto & Dwimulyani (2019). Namun, tidak mendukung penelitian Ilmiani
& Sutrisno (2014), Herdiyanto & Ardiyanto (2015), Sibarani (2016), Herawati
& Ekawati (2016), dan Apsari & Setiawan (2018).
153
3. Financial risk berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Dimisyqiyani dkk. (2015), Hamidah dkk. (2015),
Tarihoran (2016), Oktarina (2018), dan Novarianto & Dwimulyani (2019).
Namun, tidak mendukung penelitian Mery (2017) dan Riny (2018).
4. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil ini sejalan
dengan hasil penelitian Tarima dkk. (2016), Thaib & Dewantoro (2017),
Ukhriyawati & Malia (2018), Rahayu & Sari (2018), Kadim & Sunardi (2019),
dan Novarianto & Dwimulyani (2019). Tetapi, tidak mendukung penelitian
Wahyuni dkk. (2013), Aditya & Supriyono (2015), Hamidah dkk. (2015),
Dramawan (2015), Sabrin dkk. (2016), Tandean & Jonathan (2016),
Puspitaningtyas (2017).
5. Inflasi, tax avoidance, financial risk, dan profitabilitas secara simultan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian Hamidah dkk. (2015).
6. Kebijakan dividen tidak mampu memoderasi hubungan inflasi terhadap nilai
perusahaan.
7. Kebijakan dividen mampu memoderasi hubungan tax avoidance terhadap nilai
perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Apsari
& Setiawan (2018).
8. Kebijakan dividen tidak mampu memoderasi hubungan financial risk terhadap
nilai perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sisca (2016), Mery (2017), dan Antoro & Hermuningsih (2018). Tetapi, hasil
154
penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Veny dkk. (2016)
dan Anggraeni & Sulhan (2020).
9. Kebijakan dividen mampu memoderasi hubungan profitabilitas terhadap nilai
perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Veny
dkk. (2016), Setyawati (2019), dan Astakoni dkk. (2019). Namun, tidak
mendukung penelitian Antoro & Hermuningsih (2018) dan Puspitaningtyas
(2017).
B. Implikasi
Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat memberikan manfaat
bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Adapun implikasi dari adanya penelitian
ini, yaitu:
1. Bagi Ilmu Pendidikan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
sebagai tambahan informasi atau sebagai pengembangan bagi ilmu akuntansi
yang terkait dengan inflasi, tax avoidance, financial risk, dan profitabilitas
terhadap nilai perusahaan. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat menjadi
bahan referensi serta memperkuat hasil temuan peneliti selanjutnya yang terkait
dengan inflasi, tax avoidance, financial risk, dan profitabilitas terhadap nilai
perusahaan.
155
2. Bagi Masyarakat
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dapat menambah
wawasan serta informasi bagi seluruh pemakai laporan keuangan. Serta,
diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemakai
laporan keuangan ketika akan berinvestasi dengan melihat dampak dari faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi perubahan harga saham.
3. Bagi Perusahaan
Dengan adanya penelitian ini peneliti berharap bahwa informasi yang
terkandung dari hasil penelitian ini dapat digunakan perusahaan sebagai bahan
acuan untuk pengembangan dan perbaikan kualitas serta kinerja perusahaan ke
depannya. Diharapkan perusahaan dapat mengelola segala risiko dan dampak
yang mungkin timbul akibat faktor-faktor internal maupun eksternal yang dapat
mempengaruhi nilai perusahaan di mata investor.
C. Keterbatasan
Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak lepas dari adanya kekurangan.
Adapun keterbatasan yang terdapat pada penelitian ini yang mungkin dapat
menimbulkan ketidakakuratan atau bias pada hasil penelitian ini, diantaranya:
1. Penulis hanya menggunakan empat faktor yang mempengaruhi nilai
perusahaan, yaitu inflasi, tax avoidance, financial risk, dan profitabilitas. Serta
hanya menggunakan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.
156
2. Data penelitian yang digunakan terbatas pada data perusahaan sektor property,
real estate, dan building construction yang telah terdaftar di BEI pada periode
2014 sampai 2018.
3. Dalam penggunaan proksi penelitian, penelitian ini menggunakan proksi
effective tax rate (ETR), leverage, return on assets (ROA), Tobin’s Q, dan
dividend payout ratio (DPR). Sedangkan, masih banyak proksi lain yang dapat
digunakan untuk mengukur variabel variabel penelitian. Sehingga tidak
dipungkiri adanya kemungkinan perbedaan hasil penelitian jika menggunakan
proksi lainnya
D. Saran
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh inflasi, tax avoidance,
financial risk, dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan
dividen sebagai variabel moderasi. Peneliti berharap bahwa penelitian selanjutnya
memiliki hasil penelitian yang lebih berkualitas dengan adanya saran pada
beberapa hal, yaitu:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel lain yang
berpengaruh terhadap nilai perusahaan, seperti: Firm Size (Zuhroh, 2019), Suku
Bunga BI (Hamidah dkk., 2015), Struktur Modal (Kusumawati & Rosady,
2018), Pertumbuhan Penjualan (Dramawan, 2015), Pertumbuhan Perusahaan
(Sunandes, 2015), Kebijakan Hutang (Nainggolan & Listiadi, 2014), dan
Kinerja Pasar (Veny et al., 2016).
157
2. Untuk data penelitian, diharapkan penelitian selanjutnya tidak hanya terbatas
pada data perusahaan sektor property, real estate, dan building construction
yang telah terdaftar di BEI. Kemudian untuk periode data penelitian,
diharapkan peneliti selanjutnya dapat memperpanjang periode data penelitian,
yaitu lebih dari 5 tahun.
3. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat menggunakan proksi lainnya, seperti
menggunakan Book Tax Different (BTD), cash ETR atau lainnya untuk
pengukuran tax avoidance; Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM),
Gross Profit Margin (GPM), atau lainnya untuk mengukur profitabilitas; Price
Book Value (PBV) atau Price Earning Ratio (PER) untuk mengukur nilai
perusahaan, kemudian untuk mengukur kebijakan dividen dapat menggunakan
Dividend Yield.
158
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, D., & Supriyono, E. (2015). Pengaruh Profitabilitas dan Kepemilikan
Institusional Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai
Variabel Intervening Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indoensia Periode 2010-2014. Jurnal Manajemen Bisnis, 6(1), 307–326.
Aditya, O., & Naomi, P. (2017). Penerapan Manajemen Risiko Perusahaan dan Nilai
Perusahaan di Sektor Konstruksi dan Properti. Esensi: Jurnal Bisnis Dan
Manajemen, 7(2), 167–180. https://doi.org/10.15408/ess.v7i2.4981
Anggraeni, M. D. P., & Sulhan, M. (2020). Pengaruh Profitabilitas dan Leverage
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Deviden Sebagai Variabel
Moderasi. Jurnal Ilmu Manajemen Dan Akuntansi Terapan (JIMAT), 11(1), 100–
112.
Antoro, A. D., & Hermuningsih, S. (2018). Kebijakan Dividen dan BI Rate Sebagai
Pemoderasi Likuiditas, Profitabilitas, Dan Leverage Terhadap Nilai Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2017. Upajiwa Sewantara, 2(1),
58–75. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Apsari, L., & Setiawan, P. E. (2018). Pengaruh Tax Avoidance terhadap Nilai
Perusahaan dengan Kebijakan Dividen sebagai Variabel Moderasi. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, 23(3), 1765–1790.
Ardiyanti, N. R. S. A. (2015). Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental dan Teknikal
159
terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal Riset Akuntansi Dan Perpajakan (JRAP),
2(2), 218–228. https://doi.org/10.1002/rnc.1719
Arjana, I. P. P. H., & Suputra, I. D. G. D. (2017). Pengaruh Profitabilitas , Leverage ,
Ukuran Perusahaan dan Corporate Social Responsibility Pada Kebijakan Dividen
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 21(3), 2021–2051.
https://doi.org/10.24843/EJA.2017.v21.i03.p12
Astakoni, I. M. P., Wardita, I. W., & Nursiani, N. P. (2019). Efek Moderasi Kebijakan
Dividen Dalam Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan. Wacana
Ekonomi (Jurnal Ekonomi, Bisnis, Dan Akuntansi), 18(2), 134–145.
https://doi.org/10.30871/jaemb.v5i2.538
Brigham, Eugine dan Joel F. Houston. (2001). Manajemen Keuangan Buku (1) Edisi
8. Jakarta: Erlangga.
Brigham, Eugine dan Joel F. Houston. (2006). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan
Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.
Chandra, W. (2019). Pengaruh Tax Avoidance Terhadap Kebijakan Dividen Tunai
Dimoderasi Pengungkapan Tata Kelola Perusahaan. Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara, I(3), 956–963.
Chen, S., Chen, X., Cheng, Q., & Shevlin, T. (2010). Are family firms more tax
aggressive than non-family firms? Journal of Financial Economics, 95(1), 41–61.
https://doi.org/10.1016/j.jfineco.2009.02.003
160
Dewi Sartika, U., Siddik, S., & Choiriyah. (2019). Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai
Tukar, dan Produk Dmestik Bruto Terhadap Nilai Perusahaan. Ilmu Manajemen,
9(2), 75–89. https://doi.org/10.32502/jimn.vXiX.XXXX
Dimisyqiyani, E., Ilmu, F., Universitas, A., Perusahaan, N., & Pasar, R. (2015). The
Effect of Financial Leverage on Firm Value and Market Risk (Research on
Consumer Goods Industries Listed In Indonesian Stock Exchange In The Year of
2010-2012). Profit - Jurnal Administrasi Bisnis, 9(1), 23–34.
https://doi.org/10.9876/10.9876/VOL1ISSN1978-743X
Dramawan, I. D. (2015). Pengaruh Risiko Keuangan dan Pertumbuhan Penjualan pada
Profitabilitas dan Nilai Perusahaan Property. Buletin Studi Ekonomi, 20(2), 158–
167.
Fahmi, Irham. (2014). Pengantar Menajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab.
Bandung: ALFABETA.
Fatmawati, D. (2013). Pengaruh Diversifikasi Geografis, Diversifikasi Industri,
Konsentrasi Kepemilikan Perusahaan, Dan Masa Perikatan Audit Terhadap
Manajemen Laba. Universitas Diponegoro.
Frank, M. Z., & Goyal, V. K. (2011). Trade-Off and Pecking Order Theories of Debt.
SSRN Electronic Journal. https://doi.org/10.2139/ssrn.670543
Fuad, M., & Wandari, A. (2018). Pengaruh Struktur Modal dan Faktor Eksternal
terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada PT. Bank Central Asia, Tbk). Jurnal
161
Manajemen Dan Keuangan, 7(1), 32–46. https://doi.org/10.33059/jmk.v7i1.755
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25 Edisi
9. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ginting, S. (2018). Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas. Dan Leverage Terhadap
Kebijakan Deviden. JWEM STIE MIKROSKIL, 8(2), 195–204.
Gumanti, T. A. (2009). Teori Sinyal dalam Manajemen Keuangan. Manajemen Dan
Usahawan Indonesia, September 2009, 1–29.
Hamidah, Hartini, & Mardiyati, U. (2015). Pengaruh Inflasi, Suku Bunga
Bi,Profitabilitas, Dan Risiko Finansial Terhadap Nilai Perusahaan Sektor Properti
Tahun 2011-2013. JRMSI - Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia, 6(1), 395.
https://doi.org/10.21009/jrmsi.006.1.04
Herawati, H., & Ekawati, D. (2016). Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap Nilai
Perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan, 4(1), 873.
https://doi.org/10.17509/jrak.v4i1.7708
Herdiyanto, D. G., & Ardiyanto, M. D. (2015). Pengaruh Tax Avoidance Terhadap
Nilai Perusahaan. Diponegoro Journal of Accounting, 4(3), 1–10.
Ifeanyi C., N., & Chuskwuma C., U. (2016). An Empirical Analysis of Inflationary
Impacts on Profitability and Value of Selected Manufacturing Firms in Nigeria.
Research Journal of Finance and Accounting, 7(12), 19–26.
162
Ilmiani, A., & Sutrisno, C. R. (2014). Pengaruh Tax Avoidance terhadap Nilai
Perusahaan dengan Transparansi Perusahaan sebagai Variabel Moderating. Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis, 14(1), 30–39.
Kadim, A., & Sunardi, N. (2019). Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan
Terhadap Leverage Implikasi Terhadap Nilai Perusahaan Cosmetics and
Household yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal SEKURITAS (Saham,
Ekonomi, Keuangan Dan Investasi), 3(1), 22–32.
https://doi.org/10.32493/skt.v3i1.3270
Kusumawati, R., & Rosady, I. (2018). Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas
terhadap Nilai Perusahaan dengan Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel
Moderasi. Jurnal Manajemen Bisnis, 9(2), 147–160.
https://doi.org/10.18196/mb.9259
Lim, R., & Toly, A. (2013). Analisa Korelasi Inflasi, Economic Growth, Economic
Structure, Dan Tax Rate Terhadap Tax Revenue Di Negara-Negara Asean. Tax &
Accounting Review, 3(2), 1–12.
Masita Dewi, D. (2016). Pengaruh Likuiditas, Leverage, Ukuran Perusahaan Terhadap
Kebijakan Dividen Tunai Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Intervening.
Jurnal Bisnis Dan Ekonomi (JBE), 23(1), 12–19.
Mery, K. N. (2017). Pengaruh Likuiditas, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderasi Pada
163
Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-
2014. JOM Fekon, 4(1), 2000–2014.
Nainggolan, S. D. A., & Listiadi, A. (2014). Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap
Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderasi
Subaraman Desmon Asa Nainggolan Agung Listiadi. Jurnal Ilmu Manajemen,
2(3), 868–879.
Novarianto, A., & Dwimulyani, S. (2019). Pengaruh Penghindaran Pajak, Leverage,
Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Transparansi Perusahaan
Sebagai Variabel Moderasi. In Prosiding Seminar Nasional Pakar, 1–6.
https://www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/pakar/article/view/4320
Octaviani, N., & Astika, I. (2016). Profitabilitas Dan Leverage Sebagai Pemoderasi
Pengaruh Kebijakan Dividen Pada Nilai Perusahaan. E-Jurnal Akuntansi, 14(3),
2192–2219.
Oktarina, D. (2018). the Analysis of Firm Value in Indonesia Property and Real Estate
Companies. International Journal of Research Science & Management, 5(9), 85–
92. https://doi.org/10.5281/zenodo.1462022
Parmitasari, R. D. A., & Hasrianto. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas,
Leverage, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Saham-saham
yang Terdaftar pada Jakarta Islamic Index (JII) Periode Tahun 2011-2015. Jurnal
Minds: Manajemen Ide Dan Inspirasi, 4(2), 28–48.
164
https://doi.org/10.24252/minds.v4i2.4121
Pohan, Chairil Anwar. (2013). Manajemen Perpajakan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama.
Purnama Sari, A. (2015). Pengaruh Struktur Modal, Struktur Kepemilikan, Suku
Bunga, Inflasi dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan
LQ - 45 [UIN Syarif Hidayatullah Jakarta].
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Puspitaningtyas, Z. (2017). Efek Moderasi Kebijakan Dividen Dalam Pengaruh
Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur. Jurnal Akuntansi, Ekonomi
Dan Manajemen Bisnis, 5(2), 173–180.
Putra, E. M., Kepramareni, P., & Novitasari, N. L. G. (2016). Pengaruh Kinerja
Keuangan, Inflasi dan Tingkat Suku Bunga terhadap Nilai Perusahaan. Seminar
Nasional 2016 Hasil Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 11, 569–
579.
Putri, N. R., & Irawati, W. (2019). Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Effective
Tax Rate terhadap Kebijakan Dividen dengan Likuiditas sebagai Variabel
Moderating. Jurnal Kajian Akuntansi, 3(1), 93.
https://doi.org/10.33603/jka.v3i1.1971
Rahayu, M., & Sari, B. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan.
IKRAITH-HUMANIORA, 2(2), 69–76.
165
https://doi.org/10.31603/bisnisekonomi.v16i1.2127
Riadi, E. (2016). Statistika Penelitian: Analisis Manual dan IBM SPSS. A. Prabawati,
Ed. Yogyakarta: CV Andi Offset. 2016.
Rismawati, N. M. (2014). Pengaruh Pertumbuhan Aset dan Tingkat Suku Bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Terhadap Kebijakan Dividen Dan Nilai
Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal
Manjemen, 3, 988–1004.
Ross, S. A. (1977). Determination of Financial Structure: the Incentive-Signalling
Approach. Bell J Econ, 8(1), 23–40. https://doi.org/10.2469/dig.v27.n1.2
Ruslim, H., & Michael. (2019). The Effect Of Financial Ratio On Company Value
With Inflation As A Moderation Variable. Jurnal Akuntansi, 23(1), 33–46.
https://doi.org/10.24912/ja.v23i1.458
Sabrin, Sarita, B., Takdir, D. S., & Sujono. (2016). The Effect of Profitability on Firm
Value in Manufacturing Company at Indonesia Stock Exchange. The
International Journal of Engineering And Science (IJES), 5(10), 81–89.
https://doi.org/10.1016/0014-4827(80)90264-5
Sahin, E., Aktan, C., & Ozturk, M. B. (2016). Relationship Between Financial Risk
and Business RiskWi̇th Firm Values in the Logistics Industry: an Analysis on
Brics-T Countries. International Journal of Management Economics and
Business, 12(16), 532–547. https://doi.org/10.17130/ijmeb.2016icafr22460
166
Santi Suryantini, N. P., & Edi Arsawan, I. W. (2015). Pengaruh Faktor Eksternal
Terhadap Nilai Perusahaan (PBV) dan Harga Saham Terhadap Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis Dan
Kewirausahaan, 8(2), 91–101.
Setyawati, W. (2019). Pengaruh Struktur Kepemilikan, Struktur Modal, Profitabilitas
terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Dividen sebagai Moderasi (studi
empiris pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2011-
2015). Jurnal Akuntansi Berkelanjutan Indonesia, 2(2), 214–240.
https://doi.org/10.32493/jabi.v2i2.y2019.p214-240
Sibarani, P. Y. B. (2016). Pengaruh Tax Avoidance dan Dividend Policy Terhadap
Nilai Perusahaaan Dengan Kepemilikan Institusional Sebagai Variabel
Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Ynag Terdaftar di BEI Periode 2012-
2014. Skripsi.
Sihombing, M. J. T. (2019). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Return Saham
dengan Kebijakan Deviden sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan
Consumer Goods. Jurnal Armada Informatika, 3(1), 56–69.
https://doi.org/10.36520/jai.v3i1.39
Simarmata, A. P. P. (2013). Pengaruh Tax Avoidance Jangka Panjang. In Diponegoro
Journal of Accounting. Universitas Diponegoro.
Sisca. (2016). Pengaruh Leverage dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan
167
Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2014. Jurnal
SULTANIST, 4(1), 1–9.
Siswanti, I., Sukoharsono, E. G., & Prowanta, E. (2015). The Impact of Macro
Economics on Firm Values and Financial Performance as an Intervening Variable:
An Empirical Study of LQ45 Banking Industries in Indonesia. Global Journal of
Business and Social Science Review (GJBSSR), 4(1), 18.
Spence, M. (1973). Job Market Signaling Author. The Quarterly Journal of Economics,
87(3), 355–374.
Sudiyatno, B., & Puspitasari, E. (2010). Tobin’s Q dan Altman Z-Score Sebagai
Indikator Pengukuran Kinerja Perusahaan. 2(1), 9–21.
Sumarsan, Thomas. (2013). Tax Review dan Strategi Perencanaan Pajak. Jakarta:
Penerbit PT Indeks.
Sunandes, A. (2015). Pengaruh Risiko Keuangan Dan Pertumbuhan Perusahaan
Terhadap Profitabilitas Dan Nilai Perusahaan Pertambangan Batubara Listing Di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Kompilasi Ilmu Ekonomi, Vol. 7 No.(0342), 24–36.
Sunyoto, Danang. (2013). Metodologi Penelitian Akuntansi. Bandung: Refika
Aditama.
Suseno, & Astiyah, S. (2010). Seri Kebanksentralan No. 22 - Inflasi. Bank Indonesia,
168
22(22), 1–68.
Tandean, V. A., & Jonathan. (2016). Pengaruh Tax Avoidance Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Pemoderasi. Prosiding
Seminar Nasional Multi Disiplin Ilmu & Call For Papers UNISBANK, 2008, 703–
708.
Tarihoran, A. (2016). Pengaruh Penghindaran Pajak dan Leverage Terhadap Nilai
Perusahaan dengan Transparansi Perusahaan Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal
Wira Ekonomi Mikroskil, 6(2), 149–164.
Tarima, G., Parengkuan, T., & Untu, V. (2016). Pengaruh Profitabilitas, Keputusan
Investasi Dan Keputusan Pendanaan Terhadap Nilai Perusahaan Farmasi Yang
Terdaftar Di BEI Periode 2011-2014. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 16(4), 465–
474.
Thaib, I., & Dewantoro, A. (2017). Pengaruh Profitabilitas dan likuiditas terhadap nilai
perusahaan dengan struktur modal sebagai variabel intervening (Studi pada
Perusahaan Transportasi Laut Di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Riset Perbankan
Manajemen Dan Akuntansi, 1(1), 25–44.
Ukhriyawati, C. F., & Malia, R. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Keputusan Investasi
dan Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Sub Sektor
Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal BENING Prodi
Manajemen Universitas Riau Kepulauan Batam, 5(1).
169
Veny, Dwimulyani, S., & Dewangkoro, B. (2016). Pengaruh Kebijakan Dividen
Sebagai Variabel Pemoderasi Dari Hubungan Kinerja Keuangan dan Kinerja
Pasar Terhadap Nilai Perusahaanpada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (2011 - 2015). Jurnal Magister Akuntasi Trisakti (e-
Journal), 3(2), 195–226. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Verawaty, Merina, C. I., & Lastari, S. A. (2017). Pengaruh Intellectual Capital,
Earnings Management, Tax Avoidance Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Gcg
Sebagai Pemoderasi. JURNAL Ilmiah MBiA, 16(2), 79–94.
Vitarini, T., & Siswanto, E. (2017). Sinyal Yang Ditimbulkan Oleh Informasi Arus
Kas, Laba dan Nilai Tambah Pasar Dalam Mendongkrak Harga Saham
Perusahaan Consumer Goods di Indonesia. EKOBIS – Ekonomi Bisnis, 22(1), 27–
34.
Wahyuni, T., Endang, E., & Murhadi, W. R. (2013). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Nilai Perusahaan di Sektor Property, Real Estate & Building
Construction Yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2012. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya, 2(1), 1–18.
Wardani, D. K., & Juliani, J. (2018). Pengaruh Tax Avoidance Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi.
Nominal, Barometer Riset Akuntansi Dan Manajemen, 7(2).
https://doi.org/10.21831/nominal.v7i2.21349
170
Widarjono, A. (2015). Analisis Multivariat Terapan: Dengan Program SPSS, AMOS,
dana SmartPLS. 2nd ed. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. 2015.
Windarti, A., & Sina, I. (2017). Book Tax Difference dan Struktur Kepemilikan sebagai
Upaya Penghindaran Pajak. JABE (Journal of Applied Business and Economic),
4(1), 1. https://doi.org/10.30998/jabe.v4i1.1903
Zuhroh, I. (2019). The Effects of Liquidity, Firm Size, and Profitability on the Firm
Value with Mediating Leverage. KnE Social Sciences, 3(13), 203.
https://doi.org/10.18502/kss.v3i13.4206
171
LAMPIRAN
172
LAMPIRAN 1
DAFTAR SAMPEL PERUSAHAAN
No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1 ACST Acset Indonusa Tbk.
2 ADHI Adhi Karya (Persero) Tbk.
3 CTRA Ciputra Development Tbk.
4 MTLA Metropolitan Land Tbk.
5 NRCA Nusa Raya Cipta Tbk.
6 PTPP PP (Persero) Tbk.
7 PWON Pakuwon Jati Tbk.
8 SMRA Summarecon Agung Tbk.
9 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk.
10 TOTL Total Bangun Persada Tbk.
11 WIKA Wijaya Karya (Persero) Tbk.
12 WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk.
173
LAMPIRAN 2 (INFLASI)
DATA INFLASI BANK INDONESIA
𝐼𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖 12 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
12
Bulan 2014 2015 2016 2017 2018
Jan 0.0822 0.0696 0.0414 0.0349 0.0325
Feb 0.0775 0.0629 0.0442 0.0383 0.0318
Mar 0.0732 0.0638 0.0445 0.0361 0.0340
Apr 0.0725 0.0679 0.0360 0.0417 0.0341
May 0.0732 0.0715 0.0333 0.0433 0.0323
Jun 0.0670 0.0726 0.0345 0.0437 0.0312
Jul 0.0453 0.0726 0.0321 0.0388 0.0318
Aug 0.0399 0.0718 0.0279 0.0382 0.0320
Sep 0.0453 0.0683 0.0307 0.0372 0.0288
Oct 0.0483 0.0625 0.0331 0.0358 0.0316
Nov 0.0623 0.0489 0.0358 0.0330 0.0323
Dec 0.0836 0.0335 0.0302 0.0361 0.0313
Rata-rata 0.0642 0.0638 0.0353 0.0381 0.0320
*data diperoleh dari situs Bank Indoensia
174
LAMPIRAN 3 (TAX AVOIDANCE)
HASIL EFFECTIVE TAX RATE (ETR) PADA SAMPEL PERUSAHAAN
TAHUN 2014-2018
No. Kode
Perusahaan
ETR
2014 2015 2016 2017 2018
1 ACST 28.11% 49.74% 46.07% 38.21% 87.10%
2 ADHI 44.68% 37.67% 48.56% 45.99% 44.76%
3 CTRA 16.45% 19.65% 22.00% 21.53% 18.88%
4 MTLA 19.10% 22.16% 17.72% 9.74% 11.03%
5 NRCA 27.04% 33.60% 41.66% 37.46% 38.08%
6 PTPP 42.07% 34.33% 32.41% 29.22% 30.35%
7 PWON 9.10% 19.57% 13.44% 15.85% 12.67%
8 SMRA 16.48% 23.01% 31.05% 33.36% 27.33%
9 SSIA 23.47% 30.23% 48.72% 30.36% 57.94%
10 TOTL 31.86% 27.31% 25.17% 27.91% 29.34%
11 WIKA 34.71% 35.98% 27.22% 35.17% 32.81%
12 WSKT 33.21% 25.07% 26.89% 30.61% 34.25%
175
PERHITUNGAN EFFECTIVE TAX RATE (ETR)
𝐸𝑇𝑅 =𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
No. Kode
Perusahaan Tahun Beban Pajak
Pendapatan sebelum
pajak ETR
1 ACST
2014 40,627,000,000.00 144,524,000,000.00 28.11%
2015 41,791,000,000.00 84,013,000,000.00 49.74%
2016 57,715,000,000.00 125,270,000,000.00 46.07%
2017 95,108,000,000.00 248,899,000,000.00 38.21%
2018 144,640,000,000.00 166,059,000,000.00 87.10%
2 ADHI
2014 267,896,083,942.00 599,556,590,359.00 44.68%
2015 281,065,549,175.00 746,091,097,181.00 37.67%
2016 297,514,672,479.00 612,622,455,614.00 48.56%
2017 440,221,781,551.00 957,281,629,758.00 45.99%
2018 522,747,535,918.00 1,167,776,985,023.00 44.76%
3 CTRA
2014 353,298,977,886.00 2,147,691,611,489.00 16.45%
2015 425,399,859,001.00 2,164,680,750,172.00 19.65%
2016 330,143,000,000.00 1,500,849,000,000.00 22.00%
2017 279,484,000,000.00 1,298,013,000,000.00 21.53%
2018 301,992,000,000.00 1,599,457,000,000.00 18.88%
4 MTLA
2014 43,210,064.00 226,186,138.00 19.10%
2015 68,337,107.00 308,319,714.00 22.16%
2016 68,143,483.00 384,657,897.00 17.72%
2017 59,440,356.00 610,451,141.00 9.74%
2018 62,906,224.00 570,134,003.00 11.03%
5 NRCA
2014 103,186,036,844.00 381,666,892,461.00 27.04%
2015 100,363,023,083.00 298,670,278,790.00 33.60%
2016 72,174,304,407.00 173,265,571,377.00 41.66%
2017 91,926,388,261.00 245,369,937,566.00 37.46%
2018 72,535,124,887.00 190,503,075,108.00 38.08%
Bersambung ke halaman berikutnya
176
(Tabel Lanjutan)
No. Kode
Perusahaan Tahun Beban Pajak
Pendapatan sebelum
pajak ETR
6 PTPP
2014 387,379,616,524.00 920,900,630,071.00 42.07%
2015 441,970,750,275.00 1,287,534,051,893.00 34.33%
2016 552,178,255,150.00 1,703,610,146,023.00 32.41%
2017 711,743,433,052.00 2,435,596,327,338.00 29.22%
2018 853,513,196,345.00 2,812,506,255,705.00 30.35%
7 PWON
2014 260,164,669.00 2,858,996,686.00 9.10%
2015 340,770,624.00 1,741,324,742.00 19.57%
2016 276,326,894.00 2,056,581,875.00 13.44%
2017 381,203,932.00 2,405,830,972.00 15.85%
2018 410,311,920.00 3,237,248,133.00 12.67%
8 SMRA
2014 319,008,823.00 1,936,308,379.00 16.48%
2015 318,102,981.00 1,382,182,920.00 23.01%
2016 272,454,139.00 877,504,997.00 31.05%
2017 266,510,479.00 798,948,092.00 33.36%
2018 259,686,859.00 950,310,489.00 27.33%
9 SSIA
2014 158,130,204,776.00 673,879,551,549.00 23.47%
2015 166,015,451,552.00 549,197,679,815.00 30.23%
2016 95,833,700,535.00 196,688,548,172.00 48.72%
2017 541,087,532,367.00 1,782,444,533,796.00 30.36%
2018 123,768,565,185.00 213,601,820,769.00 57.94%
10 TOTL
2014 77,339,712.00 242,746,575.00 31.86%
2015 71,859,571.00 263,152,482.00 27.31%
2016 74,422,572.00 295,709,956.00 25.17%
2017 89,522,860.00 320,791,945.00 27.91%
2018 84,866,762.00 289,284,841.00 29.34%
11 WIKA
2014 395,420,359.00 1,139,189,462.00 34.71%
2015 395,076,705.00 1,098,081,759.00 35.98%
2016 448,360,722.00 1,646,980,295.00 27.22%
2017 735,755,077.00 2,091,870,566.00 35.17%
2018 1,012,271,573.00 3,085,571,437.00 32.81%
12 WSKT
2014 254,389,167,647.00 765,959,248,175.00 33.21%
2015 350,413,451,030.00 1,398,004,123,804.00 25.07%
2016 666,824,926,648.00 2,479,893,543,432.00 26.89%
2017 1,853,714,544,371.00 6,055,287,035,125.00 30.61%
2018 2,406,390,168,497.00 7,025,957,874,050.00 34.25%
177
LAMPIRAN 4 (FINANCIAL RISK)
HASIL DEBT TO EQUITY RATIO (DER) PADA SAMPEL PERUSAHAAN
TAHUN 2014-2018
No. Kode
Perusahaan
DER
2014 2015 2016 2017 2018
1 ACST 129.52% 190.21% 92.37% 269.24% 526.33%
2 ADHI 537.43% 224.69% 269.21% 382.68% 379.19%
3 CTRA 102.01% 101.21% 102.81% 104.96% 106.01%
4 MTLA 60.07% 63.60% 58.18% 60.67% 51.04%
5 NRCA 87.58% 83.60% 86.94% 94.72% 86.61%
6 PTPP 524.94% 272.21% 189.30% 193.35% 222.08%
7 PWON 102.63% 98.60% 87.61% 82.61% 63.39%
8 SMRA 147.37% 149.12% 154.85% 159.32% 157.15%
9 SSIA 99.20% 93.65% 114.61% 97.72% 68.85%
10 TOTL 223.47% 228.54% 213.02% 221.07% 206.88%
11 WIKA 226.23% 260.46% 146.16% 212.22% 244.05%
12 WSKT 353.60% 212.33% 266.26% 330.22% 330.61%
178
PERHITUNGAN DEBT TO EQUITY RATIO (DER)
𝐷𝐸𝑅 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
No. Kode
Perusahaan Tahun Total Liability Total Equity DER
1 ACST
2014 831,601.00 642,048.00 129.52%
2015 1,264,639.00 664,859.00 190.21%
2016 1,201,946.00 1,301,225.00 92.37%
2017 3,869,352.00 1,437,127.00 269.24%
2018 7,509,598.00 1,426,793.00 526.33%
2 ADHI
2014 8,818,101,139,073.00 1,640,780,545,201.00 537.43%
2015 11,598,931,718,043.00 5,162,131,796,836.00 224.69%
2016 14,652,655,996,381.00 5,442,779,962,898.00 269.21%
2017 22,463,030,586,953.00 5,869,917,425,997.00 382.68%
2018 23,833,342,873,624.00 6,285,271,896,258.00 379.19%
3 CTRA
2014 11,886,278.00 11,652,437.00 102.01%
2015 13,208,497.00 13,050,221.00 101.21%
2016 14,786,855.00 14,382,478.00 102.81%
2017 16,321,729.00 15,550,573.00 104.96%
2018 17,644,741.00 16,644,276.00 106.01%
4 MTLA
2014 1,219,945,607.00 2,030,939,764.00 60.07%
2015 1,407,525,853.00 2,213,216,725.00 63.60%
2016 1,455,890,648.00 2,502,402,530.00 58.18%
2017 1,819,793,556.00 2,999,352,246.00 60.67%
2018 1,755,200,333.00 3,438,762,407.00 51.04%
5 NRCA
2014 861,275,434,566.00 983,432,610,221.00 87.58%
2015 908,458,231,529.00 1,086,633,153,177.00 83.60%
2016 992,553,991,254.00 1,141,659,803,852.00 86.94%
2017 1,139,310,048,741.00 1,202,856,795,079.00 94.72%
2018 1,046,474,842,586.00 1,208,236,923,054.00 86.61%
Bersambung ke halaman berikutnya
179
(Tabel Lanjutan)
No. Kode
Perusahaan Tahun Total Liability Total Equity DER
6 PTPP
2014 12,246,257,140,859.00 2,332,897,595,346.00 524.94%
2015 14,011,688,556,539.00 5,147,295,946,386.00 272.21%
2016 20,436,609,059,979.00 10,796,157,507,411.00 189.30%
2017 27,539,670,430,514.00 14,243,110,484,597.00 193.35%
2018 36,233,538,927,553.00 16,315,611,975,419.00 222.08%
7 PWON
2014 8,494,161,487.00 8,276,581,051.00 102.63%
2015 9,323,066,490.00 9,455,055,977.00 98.60%
2016 9,654,447,854.00 11,019,693,800.00 87.61%
2017 10,567,227,711.00 12,791,490,025.00 82.61%
2018 9,706,398,758.00 15,311,681,466.00 63.39%
8 SMRA
2014 9,456,215,921.00 6,416,455,956.00 147.37%
2015 11,228,512,108.00 7,529,749,914.00 149.12%
2016 12,644,764,172.00 8,165,555,485.00 154.85%
2017 13,309,208,657.00 8,353,742,063.00 159.32%
2018 14,238,537,503.00 9,060,704,565.00 157.15%
9 SSIA
2014 2,984,572,404,507.00 3,008,720,349,648.00 99.20%
2015 3,125,923,913,442.00 3,337,999,551,548.00 93.65%
2016 3,842,621,248,275.00 3,352,827,079,343.00 114.61%
2017 4,374,602,549,195.00 4,476,834,418,206.00 97.72%
2018 3,019,160,765,637.00 4,385,006,334,887.00 68.85%
10 TOTL
2014 1,715,896,869.00 767,849,526.00 223.47%
2015 1,979,837,997.00 866,314,623.00 228.54%
2016 2,007,949,620.00 942,610,292.00 213.02%
2017 2,232,994,466.00 1,010,099,008.00 221.07%
2018 2,176,607,420.00 1,052,110,737.00 206.88%
11 WIKA
2014 11,032,465,016.00 4,876,754,741.00 226.23%
2015 14,164,304,669.00 5,438,101,365.00 260.46%
2016 18,617,215,399.00 12,737,989,291.00 146.16%
2017 31,051,949,689.00 14,631,824,613.00 212.22%
2018 42,014,686,674.00 17,215,314,565.00 244.05%
12 WSKT
2014 9,777,062,657,796.00 2,764,978,687,052.00 353.60%
2015 20,604,904,309,804.00 9,704,206,867,664.00 212.33%
2016 44,659,793,617,499.00 16,773,218,556,948.00 266.26%
2017 75,140,936,029,129.00 22,754,824,809,495.00 330.22%
2018 95,504,462,872,769.00 28,887,118,750,867.00 330.61%
180
LAMPIRAN 5 (PROFITABILITAS)
HASIL RETURN ON ASSETS (ROA) PADA SAMPEL PERUSAHAAN
TAHUN 2014-2018
No. Kode
Perusahaan
ROA
2014 2015 2016 2017 2018
1 ACST 7.05% 2.19% 2.70% 2.90% 0.24%
2 ADHI 3.17% 2.77% 1.57% 1.82% 2.14%
3 CTRA 7.62% 6.63% 4.03% 3.20% 3.80%
4 MTLA 5.63% 6.63% 8.00% 11.15% 9.85%
5 NRCA 15.10% 9.94% 4.74% 6.55% 5.23%
6 PTPP 3.66% 4.41% 3.68% 4.13% 3.73%
7 PWON 15.50% 7.46% 8.61% 8.67% 11.30%
8 SMRA 10.19% 5.67% 2.91% 2.46% 2.96%
9 SSIA 8.61% 5.93% 1.40% 14.02% 1.21%
10 TOTL 6.66% 6.72% 7.50% 7.13% 6.33%
11 WIKA 4.68% 3.59% 3.86% 2.97% 3.50%
12 WSKT 4.08% 3.46% 2.95% 4.29% 3.71%
181
PERHITUNGAN RETURN ON ASSETS (ROA)
𝑅𝑂𝐴 =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
No. Kode
Perusahaan Tahun Earning After Tax Total Asset ROA
1 ACST
2014 103,897.00 1,473,649.00 7.05%
2015 42,222.00 1,929,498.00 2.19%
2016 67,555.00 2,503,171.00 2.70%
2017 153,791.00 5,306,479.00 2.90%
2018 21,419.00 8,936,391.00 0.24%
2 ADHI
2014 331,660,506,417.00 10,458,881,684,274.00 3.17%
2015 465,025,548,006.00 16,761,063,514,879.00 2.77%
2016 315,107,783,135.00 20,037,690,162,169.00 1.57%
2017 517,059,848,207.00 28,332,948,012,950.00 1.82%
2018 645,029,449,105.00 30,118,614,769,882.00 2.14%
3 CTRA
2014 1,794,594.00 23,538,715.00 7.62%
2015 1,740,300.00 26,258,718.00 6.63%
2016 1,170,706.00 29,072,250.00 4.03%
2017 1,018,529.00 31,872,302.00 3.20%
2018 1,302,702.00 34,289,017.00 3.80%
4 MTLA
2014 182,976,075.00 3,250,885,371.00 5.63%
2015 239,982,607.00 3,620,742,578.00 6.63%
2016 316,514,414.00 3,958,293,178.00 8.00%
2017 537,521,885.00 4,819,145,802.00 11.15%
2018 511,352,185.00 5,193,962,740.00 9.85%
5 NRCA
2014 278,480,855,617.00 1,844,708,044,787.00 15.10%
2015 198,307,255,707.00 1,995,091,384,706.00 9.94%
2016 101,091,266,970.00 2,134,213,795,106.00 4.74%
2017 153,443,549,305.00 2,342,166,843,820.00 6.55%
2018 117,967,950,221.00 2,254,711,765,640.00 5.23%
Bersambung ke halaman berikutnya
182
(Tabel Lanjutan)
No. Kode
Perusahaan Tahun Earning After Tax Total Asset ROA
6 PTPP
2014 12,246,257,140,859.00 2,332,897,595,346.00 3.66%
2015 14,011,688,556,539.00 5,147,295,946,386.00 4.41%
2016 20,436,609,059,979.00 10,796,157,507,411.00 3.68%
2017 27,539,670,430,514.00 14,243,110,484,597.00 4.13%
2018 36,233,538,927,553.00 16,315,611,975,419.00 3.73%
7 PWON
2014 8,494,161,487.00 8,276,581,051.00 15.50%
2015 9,323,066,490.00 9,455,055,977.00 7.46%
2016 9,654,447,854.00 11,019,693,800.00 8.61%
2017 10,567,227,711.00 12,791,490,025.00 8.67%
2018 9,706,398,758.00 15,311,681,466.00 11.30%
8 SMRA
2014 9,456,215,921.00 6,416,455,956.00 10.19%
2015 11,228,512,108.00 7,529,749,914.00 5.67%
2016 12,644,764,172.00 8,165,555,485.00 2.91%
2017 13,309,208,657.00 8,353,742,063.00 2.46%
2018 14,238,537,503.00 9,060,704,565.00 2.96%
9 SSIA
2014 2,984,572,404,507.00 3,008,720,349,648.00 8.61%
2015 3,125,923,913,442.00 3,337,999,551,548.00 5.93%
2016 3,842,621,248,275.00 3,352,827,079,343.00 1.40%
2017 4,374,602,549,195.00 4,476,834,418,206.00 14.02%
2018 3,019,160,765,637.00 4,385,006,334,887.00 1.21%
10 TOTL
2014 1,715,896,869.00 767,849,526.00 6.66%
2015 1,979,837,997.00 866,314,623.00 6.72%
2016 2,007,949,620.00 942,610,292.00 7.50%
2017 2,232,994,466.00 1,010,099,008.00 7.13%
2018 2,176,607,420.00 1,052,110,737.00 6.33%
11 WIKA
2014 11,032,465,016.00 4,876,754,741.00 4.68%
2015 14,164,304,669.00 5,438,101,365.00 3.59%
2016 18,617,215,399.00 12,737,989,291.00 3.86%
2017 31,051,949,689.00 14,631,824,613.00 2.97%
2018 42,014,686,674.00 17,215,314,565.00 3.50%
12 WSKT
2014 9,777,062,657,796.00 2,764,978,687,052.00 4.08%
2015 20,604,904,309,804.00 9,704,206,867,664.00 3.46%
2016 44,659,793,617,499.00 16,773,218,556,948.00 2.95%
2017 75,140,936,029,129.00 22,754,824,809,495.00 4.29%
2018 95,504,462,872,769.00 28,887,118,750,867.00 3.71%
183
LAMPIRAN 6 (NILAI PERUSAHAAN)
HASILTOBIN’S Q PADA SAMPEL PERUSAHAAN
TAHUN 2014-2018
No. Kode
Perusahaan
TOBIN’S Q
2014 2015 2016 2017 2018
1 ACST 1.7698 1.4380 1.2688 1.0537 0.9621
2 ADHI 1.3517 0.9220 1.1009 1.0297 0.9787
3 CTRA 1.3020 1.3554 1.2170 1.2022 1.0613
4 MTLA 1.4034 0.8433 1.0524 1.0098 0.9982
5 NRCA 1.9686 1.7107 1.4114 1.0508 0.9025
6 PTPP 1.9854 1.7686 1.7831 1.8647 1.5815
7 PWON 1.9773 1.8676 1.5262 1.2437 1.1096
8 SMRA 1.3380 1.0041 0.8178 0.7680 0.7255
9 SSIA 1.3380 1.0041 0.8178 0.7680 0.7255
10 TOTL 2.2285 1.4325 1.5647 1.3825 1.2656
11 WIKA 2.0107 1.5507 1.2689 0.9841 0.9600
12 WSKT 1.8910 1.4277 1.2904 1.0740 0.9511
184
PERHITUNGAN NILAI PERUSAHAAN (TOBIN’S Q)
𝑄 =𝑀𝑉𝐸 + 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
No. Kode
Perusahaan Tahun
Harga
saham
per
lembar
Jumlah Saham
Beredar MVE
Debt
(Total Liability) Total Asset
Tobin’s
Q
1 ACST
2014 3,553 500,000,000 1,776,500,000,000 831,601,000,000 1,473,649,000,000 1.7698
2015 3,020 500,000,000 1,510,000,000,000 1,264,639,000,000 1,929,498,000,000 1.4380
2016 2,820 700,000,000 1,974,000,000,000 1,201,946,000,000 2,503,171,000,000 1.2688
2017 2,460 700,000,000 1,722,000,000,000 3,869,352,000,000 5,306,479,000,000 1.0537
2018 1,555 700,000,000 1,088,500,000,000 7,509,598,000,000 8,936,391,000,000 0.9621
2 ADHI
2014 2,953 1,801,320,000 5,319,297,960,000 8,818,101,139,073 10,458,881,684,274 1.3517
2015 2,140 1,801,320,000 3,854,824,800,000 11,598,931,718,043 16,761,063,514,879 0.9220
2016 2,080 3,560,849,376 7,406,566,702,080 14,652,655,996,381 20,037,690,162,169 1.1009
2017 1,885 3,560,849,376 6,712,201,073,760 22,463,030,586,953 28,332,948,012,950 1.0297
2018 1,585 3,560,849,376 5,643,946,260,960 23,833,342,873,624 30,118,614,769,882 0.9787
3 CTRA
2014 1,237 15,165,815,994 18,760,114,384,578 11,886,278,000,000 23,538,715,000,000 1.3020
2015 1,460 15,330,659,837 22,382,763,362,020 13,208,497,000,000 26,258,718,000,000 1.3554
2016 1,335 15,425,291,220 20,592,763,778,700 14,786,855,000,000 29,072,250,000,000 1.2170
2017 1,185 18,560,303,397 21,993,959,525,445 16,321,729,000,000 31,872,302,000,000 1.2022
2018 1,010 18,560,303,397 18,745,906,430,970 17,644,741,000,000 34,289,017,000,000 1.0613
Bersambung ke halaman berikutnya
185
(Tabel Lanjutan)
No. Kode
Perusahaan Tahun
Harga
saham
per
lembar
Jumlah Saham
Beredar MVE
Debt
(Total Liability) Total Asset
Tobin’s
Q
4 MTLA
2014 441 7,579,333,000 3,342,485,853,000 1,219,945,607,000 3,250,885,371,000 1.4034
2015 215 7,655,126,330 1,645,852,160,950 1,407,525,853,000 3,620,742,578,000 0.8433
2016 354 7,655,126,330 2,709,914,720,820 1,455,890,648,000 3,958,293,178,000 1.0524
2017 398 7,655,126,330 3,046,740,279,340 1,819,793,556,000 4,819,145,802,000 1.0098
2018 448 7,655,126,330 3,429,496,595,840 1,755,200,333,000 5,193,962,740,000 0.9982
5 NRCA
2014 1,160 2,480,000,146 2,876,800,169,360 861,275,434,566 1,844,708,044,787 1.9686
2015 625 2,496,257,846 1,560,161,153,750 908,458,231,529 1,995,091,384,706 1.7107
2016 330 2,496,258,344 823,765,253,520 992,553,991,254 2,134,213,795,106 1.4114
2017 380 2,496,258,344 948,578,170,720 1,139,310,048,741 2,342,166,843,820 1.0508
2018 386 2,496,258,344 963,555,720,784 1,046,474,842,586 2,254,711,765,640 0.9025
6 PTPP
2014 3,398 4,842,436,500 16,454,599,227,000 12,246,257,140,859 14,579,154,736,205 1.9854
2015 3,875 4,842,436,500 18,764,441,437,500 14,011,688,556,539 19,158,984,502,925 1.7686
2016 3,810 6,199,897,354 23,621,608,918,740 20,436,609,059,979 31,215,671,256,566 1.7831
2017 2,640 6,199,897,354 16,367,729,014,560 27,539,670,430,514 41,782,780,915,111 1.8647
2018 1,805 6,199,897,354 11,190,814,723,970 36,233,538,927,553 52,549,150,902,972 1.5815
7 PWON
2014 515 48,159,602,400 24,802,195,236,000 8,494,161,487,000 16,770,742,538,000 1.9773
2015 496 48,159,602,400 23,887,162,790,400 9,323,066,490,000 18,778,122,467,000 1.8676
2016 565 48,159,602,400 27,210,175,356,000 9,654,447,854,000 20,674,141,654,000 1.5262
2017 685 48,159,602,400 32,989,327,644,000 10,567,227,711,000 23,358,717,736,000 1.2437
2018 620 48,159,602,400 29,858,953,488,000 9,706,398,758,000 25,018,080,224,000 1.1096
Bersambung ke halaman berikutnya
186
(Tabel Lanjutan)
No. Kode
Perusahaan Tahun
Harga
saham
per
lembar
Jumlah Saham
Beredar MVE
Debt
(Total Liability) Total Asset
Tobin’s
Q
8 SMRA
2014 1,520 14,426,781,680 21,928,708,153,600 9,456,215,921,000 15,872,671,877,000 1.3380
2015 1,650 14,426,781,680 23,804,189,772,000 11,228,512,108,000 18,758,262,022,000 1.0041
2016 1,325 14,426,781,680 19,115,485,726,000 12,644,764,172,000 20,810,319,657,000 0.8178
2017 945 14,426,781,680 13,633,308,687,600 13,309,208,657,000 21,662,950,720,000 0.7680
2018 805 14,426,781,680 11,613,559,252,400 14,238,537,503,000 23,299,242,068,000 0.7255
9 SSIA
2014 1,070 4,705,249,440 5,034,616,900,800 2,984,572,404,507 5,993,292,754,155 1.3380
2015 715 4,705,249,440 3,364,253,349,600 3,125,923,913,442 6,463,923,464,990 1.0041
2016 434 4,705,249,440 2,042,078,256,960 3,842,621,248,275 7,195,448,327,618 0.8178
2017 515 4,705,249,440 2,423,203,461,600 4,374,602,549,195 8,851,436,967,401 0.7680
2018 500 4,705,249,440 2,352,624,720,000 3,019,160,765,637 7,404,167,100,524 0.7255
10 TOTL
2014 1,120 3,410,000,000 3,819,200,000,000 1,715,896,869,000 2,483,746,395,000 2.2285
2015 615 3,410,000,000 2,097,150,000,000 1,979,837,997,000 2,846,152,620,000 1.4325
2016 765 3,410,000,000 2,608,650,000,000 2,007,949,620,000 2,950,559,912,000 1.5647
2017 660 3,410,000,000 2,250,600,000,000 2,232,994,466,000 3,243,093,474,000 1.3825
2018 560 3,410,000,000 1,909,600,000,000 2,176,607,420,000 3,228,718,157,000 1.2656
11 WIKA
2014 3,408 6,149,225,000 20,956,558,800,000 11,032,465,016,000 15,909,219,757,000 2.0107
2015 2,640 6,149,225,000 16,233,954,000,000 14,164,304,669,000 19,602,406,034,000 1.5507
2016 2,360 8,969,951,372 21,169,085,237,920 18,617,215,399,000 31,355,204,690,000 1.2689
2017 1,550 8,969,951,372 13,903,424,626,600 31,051,949,689,000 45,683,774,302,000 0.9841
2018 1,655 8,969,951,372 14,845,269,520,660 42,014,686,674,000 59,230,001,239,000 0.9600
Bersambung ke halaman berikutnya
187
(Tabel Lanjutan)
No. Kode
Perusahaan Tahun
Harga
saham
per
lembar
Jumlah Saham
Beredar MVE
Debt
(Total Liability) Total Asset
Tobin’s
Q
12 WSKT
2014 1,433 9,727,504,205 13,939,513,525,765 9,777,062,657,796 12,542,041,344,848 1.8910
2015 1,670 13,572,493,310 22,666,063,827,700 20,604,904,309,804 30,309,111,177,468 1.4277
2016 2,550 13,573,654,550 34,612,819,102,500 44,659,793,617,499 61,433,012,174,447 1.2904
2017 2,210 13,573,902,600 29,998,324,746,000 75,140,936,029,129 97,895,760,838,624 1.0740
2018 1,680 13,573,902,600 22,804,156,368,000 95,504,462,872,769 124,391,581,623,636 0.9511
188
LAMPIRAN 7 (KEBIJAKAN DIVIDEN)
HASIL DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) PADA SAMPEL PERUSAHAAN
TAHUN 2014-2018
No. Kode
Perusahaan
DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR)
2014 2015 2016 2017 2018
1 ACST 20.00% 13.10% 27.03% 17.73% 19.23%
2 ADHI 37.01% 17.74% 30.00% 19.97% 19.99%
3 CTRA 9.20% 7.14% 8.48% 19.79% 15.63%
4 MTLA 11.21% 14.88% 23.98% 14.92% 14.94%
5 NRCA 26.82% 20.48% 73.17% 63.49% 62.50%
6 PTPP 19.97% 19.00% 24.04% 20.03% 20.02%
7 PWON 8.62% 17.18% 12.97% 15.43% 13.26%
8 SMRA 20.83% 8.43% 23.15% 19.92% 16.08%
9 SSIA 20.16% 14.99% 82.21% 7.92% 86.42%
10 TOTL 61.88% 71.26% 68.81% 69.73% 65.37%
11 WIKA 20.22% 19.99% 20.87% 20.00% 20.00%
12 WSKT 19.36% 17.12% 25.68% 20.13% 25.00%
189
PERHITUNGAN DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR)
𝐷𝑃𝑅 =𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 (𝐸𝑃𝑆)
No. Kode
Perusahaan Tahun
Dividen per Lembar
Saham
Laba per Saham
(EPS) DPR
1 ACST
2014 42.00 210.00 7.05%
2015 11.00 84.00 2.19%
2016 30.00 111.00 2.70%
2017 39.00 220.00 2.90%
2018 5.00 26.00 0.24%
2 ADHI
2014 67.61 182.69 3.17%
2015 35.98 202.83 2.77%
2016 26.41 88.03 1.57%
2017 28.95 145.00 1.82%
2018 36.18 181.00 2.14%
3 CTRA
2014 8.00 87.00 7.62%
2015 6.00 84.00 6.63%
2016 4.75 56.00 4.03%
2017 9.50 48.00 3.20%
2018 10.00 64.00 3.80%
4 MTLA
2014 2.72 24.27 5.63%
2015 4.19 28.16 6.63%
2016 8.50 35.45 8.00%
2017 8.80 59.00 11.15%
2018 9.40 62.93 9.85%
5 NRCA
2014 30.04 112.00 15.10%
2015 16.38 80.00 9.94%
2016 30.00 41.00 4.74%
2017 40.00 63.00 6.55%
2018 30.00 48.00 5.23%
Bersambung ke halaman berikutnya
190
(Tabel Lanjutan)
No. Kode
Perusahaan Tahun
Dividen per Lembar
Saham
Laba per Saham
(EPS) DPR
6 PTPP
2014 21.97 110.00 19.97%
2015 29.07 153.00 19.00%
2016 49.52 206.00 24.04%
2017 46.88 234.00 20.03%
2018 48.45 242.00 20.02%
7 PWON
2014 4.50 52.23 8.62%
2015 4.50 26.20 17.18%
2016 4.50 34.69 12.97%
2017 6.00 38.89 15.43%
2018 7.00 52.80 13.26%
8 SMRA
2014 20.00 96.01 20.83%
2015 5.00 59.28 8.43%
2016 5.00 21.60 23.15%
2017 5.00 25.10 19.92%
2018 5.00 31.10 16.08%
9 SSIA
2014 18.00 89.29 20.16%
2015 9.71 64.77 14.99%
2016 11.00 13.38 82.21%
2017 20.00 252.39 7.92%
2018 7.00 8.10 86.42%
10 TOTL
2014 30.00 48.48 61.88%
2015 40.00 56.13 71.26%
2016 45.00 65.40 68.81%
2017 50.00 71.71 69.73%
2018 40.00 61.19 65.37%
11 WIKA
2014 20.03 99.06 20.22%
2015 20.35 101.81 19.99%
2016 33.86 162.21 20.87%
2017 26.82 134.10 20.00%
2018 38.60 193.02 20.00%
12 WSKT
2014 10.05 51.90 19.36%
2015 15.44 90.18 17.12%
2016 37.87 147.48 25.68%
2017 57.19 284.14 20.13%
2018 72.99 291.95 25.00%
191
LAMPIRAN 8
HASIL OUTPUT SPSS VERSI 25
ANALISIS DESKRIPTIF
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Inflasi(X1) 60 3.20 6.42 4.6680 1.43940
Tax Avoidance (X2) 60 9.10 87.10 30.7577 13.07450
Risk Financial (X3) 60 51.04 537.43 183.4082 118.08841
Profitabilitas (X4) 60 .24 15.50 5.5432 3.37972
Nilai Perusahaan (Y) 60 .73 2.23 1.2944 .37951
Kebijakan Dividen (Z) 60 7.14 86.42 27.0747 20.54988
Valid N (listwise) 60
UJI ASUMSI KLASIK
Hasil Uji Normalitas
192
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 60
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .30281785
Most Extreme Differences Absolute .094
Positive .094
Negative -.049
Test Statistic .094
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
193
Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -.03736
Cases < Test Value 29
Cases >= Test Value 30
Total Cases 59
Number of Runs 29
Z -.392
Asymp. Sig. (2-tailed) .695
a. Median
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Inflasi(X1) .886 1.128
Tax Avoidance (X2) .486 2.059
Risk Financial (X3) .604 1.656
Profitabilitas (X4) .518 1.932
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan (Y)
194
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji Scatterplot
Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .078 .129 .605 .548
Inflasi(X1) .021 .017 .174 1.246 .218
Tax Avoidance
(X2)
.000 .002 .032 .172 .864
Risk Financial (X3) .000 .000 .073 .431 .668
Profitabilitas (X4) .007 .009 .133 .728 .470
a. Dependent Variable: ABRESID
195
UJI HIPOTESIS
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R²)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .603a .363 .317 .31364
a. Predictors: (Constant), Profitabilitas (X4), Inflasi(X1), Risk
Financial (X3), Tax Avoidance (X2)
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan (Y)
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3.088 4 .772 7.847 .000b
Residual 5.410 55 .098
Total 8.498 59
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan (Y)
b. Predictors: (Constant), Profitabilitas (X4), Inflasi(X1), Risk Financial (X3), Tax
Avoidance (X2)
Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .532 .232 2.293 .026
Inflasi(X1) .117 .030 .443 3.879 .000
Tax Avoidance
(X2)
-.003 .004 -.120 -.775 .442
Risk Financial (X3) .001 .000 .299 2.160 .035
Profitabilitas (X4) .027 .017 .236 1.580 .120
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan (Y)
196
Hasil Uji Moderated Regression Analysis (MRA)
Variabel Inflasi
Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Sebelum uji MRA
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .537a .288 .276 .32291
a. Predictors: (Constant), Inflasi
Sesudah uji MRA
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .570a .325 .289 .32011
a. Predictors: (Constant), X1*X5, Inflasi, Kebijakan Dividen
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .823 .241 3.417 .001
Inflasi .087 .050 .329 1.742 .087
Kebijakan Dividen -.009 .007 -.473 -1.211 .231
X1*X5 .003 .002 .586 1.520 .134
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
197
Variabel Tax Avoidance
Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Sebelum uji MRA
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .170a .029 .012 .37722
a. Predictors: (Constant), Tax Avoidance
Sesudah uji MRA
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .310a .096 .047 .37041
a. Predictors: (Constant), X2*X5, Tax Avoidance, Kebijakan Dividen
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.133 .197 5.747 .000
Tax Avoidance .004 .006 .130 .643 .523
Kebijakan Dividen .015 .008 .805 1.976 .053
X2*X5 .000 .000 -.964 -2.029 .047
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
198
Variabel Financial Risk
Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Sebelum uji MRA
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .130a .017 .000 .37955
a. Predictors: (Constant), Risk Financial
Sesudah uji MRA
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .254a .064 .014 .37678
a. Predictors: (Constant), X3*X5, Risk Financial, Kebijakan Dividen
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.422 .158 9.010 .000
Risk Financial -.001 .001 -.283 -1.015 .315
Kebijakan Dividen -.008 .005 -.450 -1.603 .115
X3*X5 5.328E-5 .000 .624 1.668 .101
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
199
Variabel Profitabilitas
Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Sebelum uji MRA
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .280a .079 .063 .36743
a. Predictors: (Constant), Profitabilitas
Sesudah uji MRA
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .397a .158 .113 .35751
a. Predictors: (Constant), X4*X5, Profitabilitas, Kebijakan Dividen
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.323 .147 9.015 .000
Profitabilitas -.007 .022 -.065 -.332 .741
Kebijakan Dividen -.009 .005 -.492 -1.962 .055
X4*X5 .002 .001 .630 2.293 .026
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
top related