PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN BERDASARKAN KOMODITAS UNGGULAN DAN KESESUAIAN LAHAN … · 2015-08-28 · lahan kering tanaman tahunan seluas 47.058,6 ha (84,7% ... kopi, kakao dan
Post on 27-Mar-2019
225 Views
Preview:
Transcript
PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN BERDASARKAN
KOMODITAS UNGGULAN DAN KESESUAIAN LAHAN
DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN
PROVINSI SULAWESI UTARA
HERLINA NANNY SALAMBA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pewilayahan Komoditas
Pertanian Berdasarkan Komoditas Unggulan dan Kesesuaian Lahan di Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan Provinsi Sulawesi Utara adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Herlina Nanny Salamba
NIM A151100051
RINGKASAN
HERLINA NANNY SALAMBA. Pewilayahan Komoditas Pertanian
Berdasarkan Komoditas Unggulan dan Kesesuaian Lahan di Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan Provinsi Sulawesi Utara. Dibimbing oleh SANTUN
R.P.SITORUS, DARMAWAN dan ASDAR ISWATI.
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan merupakan kabupaten baru yang
mempunyai potensi sumberdaya lahan pertanian yang cukup besar, tetapi
informasi mengenai sumberdaya lahannya masih terbatas, sehingga perlu
dilakukan penelitian mengenai analisis kesesuaian lahan untuk menyusun
pewilayahan komoditas pertanian di kabupaten ini.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) Menganalisis komoditas unggulan,
(2) Menganalisis kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan, (3) Menyusun peta
pewilayahan komoditas unggulan pertanian yang mempunyai prospek
pengembangan dan peluang pasar.
Analisis komoditas unggulan dilakukan dengan metode Location Quotient
(LQ) dan Shift Share Analysis (SSA), evaluasi kesesuaian lahan melalui
pendekatan “matching” antara kualitas/karakteristik lahan dengan kriteria
persyaratan tumbuh (land use requirements) dengan menggunakan program
Automated Land Evaluation System (ALES). Peta pewilayahan komoditas
pertanian didasarkan pada komoditas unggulan, hasil kesesuaian lahan fisik dan
parameter ekonominya.
Hasil analisis komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan terdapat 13 komoditas unggulan yaitu padi sawah, padi
ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, cengkeh,
kelapa, kakao, kopi dan lada. Namun di masing-masing kecamatan komoditas
unggulannya berbeda-beda. Kecamatan Bolaang Uki adalah : padi sawah, padi
ladang, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, kelapa dan kopi,
Kecamatan Pinolosian adalah cengkeh, Kecamatan Pinolosian Tengah adalah
jagung, kedelai, kelapa, kakao dan lada dan Kecamatan Pinolosian Timur adalah
padi sawah, jagung, kedelai, kelapa dan lada.
Lahan yang sesuai untuk komoditas unggulan tananam pangan (S1, S2 dan
S3) seluas 8.512,6 ha (15,3%) dan terbesar di Kecamatan Bolaang UKi. Lahan
yang sesuai untuk komoditas unggulan tanaman tahunan/perkebunan (S1, S2 dan
S3) seluas 47.058,6 ha (84,7%) dan terbesar di Kecamatan Bolaang Uki,
Pinolosian Timur, Pinolosian dan Pinolosian Tengah.
Pewilayahan komoditas unggulan pertanian disusun berdasarkan
pengelompokan komoditas unggulan yang ada di masing-masing kecamatan
terbagi atas 3 pewilayahan yaitu a). sistem pertanian lahan basah seluas 2.943,1 ha
(5,3%) dengan komoditas unggulan padi sawah; b) sistem pertanian lahan kering
tanaman pangan seluas 5.569,6 ha (10%) dengan komoditas padi ladang, jagung,
ubi kayu, ubi jalar, kedelai, kacang tanah , kacang hijau dan c). sistem pertanian
lahan kering tanaman tahunan seluas 47.058,6 ha (84,7%) dengan komoditas
kelapa, cengkeh, kopi, kakao dan lada.
Kata kunci : Evaluasi lahan, komoditas unggulan, pewilayahan komoditas
pertanian
SUMMARY
HERLINA NANNY SALAMBA. Agricultural Commodities Zoning Based
on Superior Commodities and Land Suitability in South Bolaang Mongondow
District, North Sulawesi Province. Supervised by SANTUN R.P. SITORUS,
DARMAWAN and ASDAR ISWATI.
South Bolaang Mongondow is a new district having a potency of
agricultural land resources for agriculture development. However, information of
land resources is limited, therefore research on land suitability analysis to arrange
zoning of agricultural commodities in this district is needed. The objectives of this
study were: (1) To analyze the superior commodities, (2) To analyze suitability of
land for the superior commodities, (3) To develop superior commodities zoning
map. The procedure includes an analysis of superior commodities using LQ and
SSA, land suitability evaluation by matching of land quality/characteristics and
land use requirements. While the zoning of agricultural commodities was prepared
based on superior commodities areas results of phisic land suitability result and
its economic parameter.
The results show that there are 13 superior commodities agricultural,
namely paddy, upland rice, maize, cassava, sweet potatoes, soybean, peanuts,
green beans, cloves, coconut, cocoa, coffee and pepper.
The results of the analysis leading agricultural commodities in South
Bolaang Mongondow there are 13 leading commodities namely paddy, upland
rice, maize, cassava, sweet potatoes, soybeans, peanuts, green beans, cloves,
coconut, cocoa, coffee and pepper. But in each district varies superior
commodities . Bolaang Uki district commodities namely : paddy rice , upland rice,
cassava, sweet potatoes, peanuts, green beans, coconut and coffee ; Pinolosian
district commodities namely : clove, Central Pinolosian district commodities
namely : maize, soybean, coconut, cocoa and pepper, East Pinolosian district
commodities namely : paddy rice , maize , soybean , coconut and pepper.
The largest land suitable superior commodities for food crops ( S1 , S2 and
S3 ) area of 8512.6 ha (15,3 %) found in the Bolaang Uki district. The largest land
suitable for perennial crops/plantation ( suitability class S1 , S2 and S3 ) area of
47058.6 ha ( 84.7 % ) in the Bolaang Uki district, East Pinolosian district,
Pinolosian district and Central Pinolosian, respectively.
Zoning of agricultural commodities compiled by leading commodities
groupings that exist in each district , namely a) . Wetlands farming system (PS)
covering an area of 2943.1 ha ( 5.3 % ) with paddy rice superior commodities ,
b ) dry land farming system for food crop covering area of 5569.6 ha ( 10 % ) with
paddy fields , maize , cassava , sweet potato , soybeans , peanuts , green beans
superior commodities and c ) . dryland farming systems for perennial crops
covering an area of 47058.6 ha ( 84.7 % ) with coconut , cloves , coffee , cocoa
and pepper superior commodities .
Keywords: Agricultural commodities zoning, land evaluation, superior
commodities
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
i
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Tanah
PEWILAYAHAN KOMODITAS PERTANIAN BERDASARKAN
KOMODITAS UNGGULAN DAN KESESUAIAN LAHAN
DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN
PROVINSI SULAWESI UTARA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
HERLINA NANNY SALAMBA
ii
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Widiatmaka, DAA
iii
Judul Tesis : Pewilayahan Komoditas Pertanian Berdasarkan Komoditas
Unggulan dan Kesesuaian Lahan di Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan Provinsi Sulawesi Utara
Nama : Herlina Nanny Salamba
NIM : A151100051
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Prof. Dr Ir Santun R.P. Sitorus
Ketua
Dr Ir Darmawan, M.Sc. Dr Ir Asdar Iswati, M.S.
Anggota Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Dekan Sekolah PascaSarjana
Ilmu Tanah
Ir Atang Sutandi, M.Si., Ph.D. Dr Ir Dahrul Syah, M.Sc.Agr.
Tanggal Ujian : 11 November 2013 Tanggal Lulus :
iv
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
KaruniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2012 sampai Januari
2013 adalah Pewilayahan Komoditas Pertanian Berdasarkan Komoditas Unggulan
dan Kesesuaian Lahan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Provinsi
Sulawesi Utara.
Pengembangan komoditi diperlukan untuk menghindari penggunaan lahan
yang salah tempat dalam mewujudkan suatu penggunaan lahan yang memiliki
keuntungan optimum. Penggunaan lahan yang sesuai dengan kemampuan dan
daya dukungnya akan meminimalisir terjadinya salah penggunaan dan
pengelolaan. Kesalahan dalam pengelolaan pengembangan komoditas akan
menyebabkan lahan mengalami penurunan daya dukung.
Identifikasi dan evaluasi potensi sumberdaya lahan di suatu wilayah
merupakan kegiatan awal untuk menghasilkan data/informasi sumberdaya lahan
sebagai dasar dalam menentukan arah kebijakan pembangunan pertanian. Dengan
diketahuinya karakteristik lahan melalui pewilayahan komoditas pertanian maka
dapat diketahui komoditas unggulan pertanian yang dapat dikembangkan di
masing-masing wilayah sesuai dengan daya dukungnya. Sebagai kabupaten yang
baru terbentuk, banyak aspek yang harus diperhatikan agar pemanfaatan atau
penggunaan lahan untuk pengembangan komoditas wilayah lebih efektif dan
berdaya guna.
Rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya
penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr Ir Santun R.P. Sitorus, selaku ketua
komisi pembimbing, Bapak Dr Ir Darmawan, M.Sc. serta Ibu Dr Ir Asdar
Isawati, M.S. selaku anggota komisi pembimbing. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Bapak Dr Ir Hikmatullah, Ir Lilik Muslihat, Marwan
Hendrisman, SP.I. dan Ibu Hodijah dari Balai Besar Sumber Daya Lahan
Pertanian Bogor serta Bapak Dr Ir Jailani Husain, M.Sc. dari Universitas Sam
Ratulangi yang telah membantu dan memberi saran selama penulisan tesis ini.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih DIPA Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian yang telah
memberikan beasiswa dan DIPA Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi
Utara tahun 2012 atas dana penelitian. Saya dedikasikan gelar Magister Sains saya
kepada kedua orang tua saya Drs ML. Salamba dan Damaris Kendek serta suami
Marthen Punuh dan Anakku Caecilia Michelle Golden Punuh atas pengertian dan
pengorbanan selama penulis menyelesaikan studi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
Herlina Nanny Salamba
viii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
viii
1 PENDAHULUAN 1
LatarBelakang .................................................................................. 1
PerumusanMasalah ........................................................................... 1
Tujuan dan Luaran Penelitian ............................................................... 2
Manfaat Penelitian ............................................................................... 2
Kerangka Pemikiran ........................................................................... 2
2 TINJAUAN PUSTAKA 4
Komoditas Unggulan ........................................................................ 4
Metode Location Quotient (LQ) ..................................................... 5
Shift Share Analysis (SSA) ............................................................... 5
Evaluasi Kesesuaian Lahan Secara Fisik Lahan .............................. 6
Pewilayahan KomoditiPertanian ........................................................... 9
3 METODE PENELITIAN 10
Tempat dan Waktu ............................................................................... 10
Bahan dan Alat .................................................................................... 10
Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 10
Pelaksanaan Penelitian 11
Analisis Komoditas Unggulan ...................................................... 13
Penilaian Kesesuaian Lahan Komoditas Unggulan ......................... 14
Penyusunan Peta Pewilayahan Komoditas Unggulan ...................... 16
4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW
SELATAN
19
Kondisi Geografis ................................................................................ 17
Kependudukan ..................................................................................... 19
Iklim dan Hidrologi .............................................................................. 20
Topografi .............................................................................................. 21
Geologi dan JenisTanah ....................................................................... 21
Penggunaan Lahan ............................................................................... 24
5 HASIL DAN PEMBAHASAN 26
Komoditas Unggulan ............................................................................ 26
Kesesuaian Lahan Komoditas Unggulan ............................................. 28
Pewilayahan Komoditas Unggulan ....................................................... 33
ix
6 SIMPULAN DAN SARAN 41
Simpulan ............................................................................................... 41
Saran ..................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 42
LAMPIRAN ................................................................................................... 45
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... 96
x
DAFTAR TABEL
1. Matriks Hubungan antara Tujuan Penelitian, Jenis dan Sumber
Data, Teknik Analisis dan Keluaran ...........................................
11
2. Kriteria yang Digunakan dalam Evaluasi Lahan di Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan .......................................................
15
3. Matriks Penyusunan Pewilayahan Komoditas di Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan ....................................................
17
4. Jumlah Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2010 ..............................
19
5. Distribusi Petani Responden Menurut Usia dan Pendidikan ...... 20
6. Data Iklim di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan ............ 20
7. Jenis Tanah di Daerah Penelitian ...................................... `22
8. Nilai LQ dan SSA Komoditas Unggulan di Empat (4) Kecamatan
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan ................................
26
9. Komoditas Unggulan Masing-Masing Kecamatan di Kabupeten
Bolaang Mongondow Selatan ...................................................
28
10. Satuan Lahan di Daerah Penelitian ............................................ 30
11. Luas Kawasan Budidaya dan Kawasan Lindung di Empat (4)
Kecamatan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan .................
32
12. Kesesuaian Lahan Komoditas Unggulan di Empat Kecamatan di
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan ................................
32
13. Subkelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Padi Sawah di
Kecamatan Bolaang Uki dan Pinolosian Timur .......................
33
14. Analisis Kelayakan Usahatani Komoditas Unggulan di
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan ..................................
36
15. Pewilayahan Komoditas Pertanian Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan ..................................................................
37
xi
DAFTAR GAMBAR
1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Penelitian ............................. 3
2. Diagram Alir Penelitian ............................................................. 12
3. Peta Administrasi Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan ....... 18
4. Peta Satuan Lahan dan Tanah di Empat Kecamatan Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan .....................................................
5. Peta Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Padi Sawah di
Kecamatan Bolaang Uki dan Pinolosian Timur ..........................
34
6. Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian di Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan ..................................................................
40
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner Data Usahatani Tanaman Tahunan .......................... 45
2. Kuesioner Data Usahatani Tanaman semusim ........................... 46
3. Rata-rata Luas Areal Tanam Tahun 2007 sampai 2011 .............. 47
4. Rekapitulasi Data Produksi Tanaman Pangan Tahun 2008 dan
2010 ...........................................................................................
48
5. Hasil Diffrensial Shift dan Shift Share Analysis Tanaman Pangan 48
6. Rekapitulasi Data Produksi Tanaman Perkebunan Tahun 2008
dan 2010 .....................................................................................
49
7. Hasil Diffrensial Shift dan Shift Share Analysis Tanaman Pangan 49
8. Data Curah hujan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
( Stasiun Pinolosian ) ..................................................................
50
9. Hasil Analisis Tanah.................................................................. 51
10. Kesesuaian Lahan Komoditas Unggulan pada Setiap Satuan
Lahan Kecamatan Bolaang Uki dan Pinolosian ..........................
52
11. Kesesuaian Lahan Komoditas Unggulan pada Setiap Satuan
Lahan ..........................................................................................
52
12. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Sawah Tadah
Hujan .......................................................................................
53
xii
13. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Ladang ............ 54
14. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jagung .................... 55
15. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Ubi Kayu ............... 56
16. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk TanamanUbi Jalar ................. 57
17. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kedelai .................... 58
18. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kacang Tanah ......... 59
19. Kriteria Kesesuaian Lahan untukTanamanKacangHijau ........... 60
20. Kriteria Kesesuaian Lahan untukTanamanKelapa.................... 61
21. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cengkeh ................ 62
22. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk TanamanKakao..................... 63
23. KriteriaKesesuaianLahan untukTanaman Kopi Robusta .......... 64
24. KriteriaKesesuaianLahan untukTanamanLada....................... 65
25. Sub Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Padi Ladang dan
Kacang Hijau di Kecamatan Bolaang Uki .................................
66
26. Peta Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Padi Ladang dan
Kacang Hijau di Kecamatan Bolaang Uki .................................
67
27. Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kacang Tanah, Ubi
Jalar dan Ubi Kayu di Kecamatan Bolaang Uki ........................
68
28. Peta Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kacang Tanah,
Ubi Jalar dan Ubi Kayu di Kecamatan Bolaang Uki .................
69
29. Sub Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kopi di
Kecamatan Bolaang Uki .........................................................
70
30. Peta Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kopi di
Kecamatan Bolaang Uki ..........................................................
71
31. Sub Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kelapa di
Kecamatan Bolaang Uki, Pinolosian Tengah dan Pinolosian
Timur ........................................................................................
72
32. Peta Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kelapa di
Kecamatan Bolaang Uki, Pinolosian Tengah dan Pinolosian
Timur ........................................................................................
73
33. Sub Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Cengkeh di
Kecamatan Pinolosian ................................................................
74
34. Peta Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Cengkeh di
Kecamatan Pinolosian ................................................................
75
35. Sub Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Jagung, Kedelai
dan Lada di Kecamatan Pinolosian Tengah dan Pinolosian Timur
76
xiii
36. Peta Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Jagung, Kedelai
dan Lada di Kecamatan Pinolosian Tengah dan Pinolosian
Timur ............................................................................................
77
37. Sub Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kakao di
Kecamatan Pinolosian Tengah ................................................
78
38. Peta Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kakao di
Kecamatan Pinolosian Tengah ................................................
79
39. Interpretasi Penutupan Lahan di Kabupaten Bolaang Mongondow
Selatan ...........................................................................................
80
40. Analisis Usahatani Padi Sawah ................................................ 81
41. Analisis Usahatani Padi Ladang .. ............................................. 82
42. Analisis Usahatani Ubi Kayu ................................................... 83
43. Analisis Usahatani Ubi Jalar ..................................................... 84
44. Analisis Usahatani Kedelai ..................................................... 85
45. Analisis Usahatani Jagung ....................................................... 86
46. Analisis Usahatani Kacang Hijau .............................................. 87
47. Analisis Usahatani Kacang Tanah ............................................. 88
48. Analisis Usahatani Kelapa .......................................................... 89
49. Analisis Usahatani Kakao ...................................................... 90
50. Analisis Usahatani Cengkeh ..................................................... 91
51. Analisis Usahatani Kopi ............................................................ 92
52. Analisis Usahatani Lada ............................................................. 93
53 Pengelompokan Satuan Landform, Relief/Lereng, Bahan Induk,
dan Sifat-Sifat Tanah Berdasarkan LREPP II ............................
94
1
1 PENDAHULUAN
Latar belakang
Pembangunan pertanian memerlukan data potensi sumberdaya lahan
secara detail, untuk itu evaluasi potensi sumberdaya lahan di suatu wilayah
merupakan kegiatan penting untuk menghasilkan informasi sumberdaya lahan
sebagai dasar dalam menentukan arah kebijakan pembangunan pertanian, agar
pengembangan sentra - sentra komoditas pertanian maupun infrastrukturnya dapat
dilakukan. Selain itu, data tersebut juga dapat digunakan sebagai dasar dalam
meningkatkan produktivitas pertanian yang berkelanjutan dan mendorong
peningkatan kesejahteraan masyarakat (Soekardi, 1992).
Sumberdaya lahan merupakan titik sentral perencanaan dan pelaksanaan
dalam pengembangan komoditas pertanian di suatu wilayah. Berdasarkan data ini
selanjutnya dapat dilakukan pewilayahan komoditas pertanian berdasarkan
komoditas unggulan dan kelas kesesuaian lahannya, agar produk pertanian yang
berdaya saing tinggi, baik secara kualitas maupun kuantitasnya dapat dihasilkan.
Hal ini juga dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pertanian tradisional
menjadi pertanian tangguh, dimana sifat saling ketergantungan dan saling
mendukung serta meningkatkan keberpihakan kepada petani dengan
meminimalkan resiko baik pengaruh alam (kekeringan, banjir, hama dan
penyakit) maupun fluktuasi harga (Irianto dan Mulyani, 2002).
Penggunaan lahan yang sesuai dengan kemampuan dan daya dukungnya
akan meminimalisir terjadinya salah penggunaan dan pengelolaan. Kesalahan
dalam pengelolaan pengembangan komoditas akan menyebabkan lahan
mengalami penurunan daya dukung. Arahan pengembangan komoditi pada suatu
lahan khususnya pertanian meliputi perencanaan mengenai suatu lahan untuk
pengembangan suatu tanaman atau komoditas tertentu. Komoditas yang dipilih
biasanya komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi serta dapat
menjadi pemanfaatan sumberdaya lahan yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Sebagai kabupaten yang baru terbentuk, banyak aspek dari Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan yang harus diperhatikan agar pemanfaatan atau
penggunaan lahan untuk pengembangan komoditas wilayah lebih efektif dan
berdaya guna. Berhubung belum tersedianya pewilayahan komoditas pertanian di
kabupaten ini, maka perlu dilakukan penyusunan pewilayahan komoditas
pertanian berdasarkan komoditas unggulan dan kesesuaian lahannya. Hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi pemerintah
daerah dalam menyusun arahan pengembangan komoditas unggulan pertanian ke
depan.
Perumusan Masalah
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan merupakan salah satu kabupaten
baru hasil pemekaran dari Kabupaten Bolaang Mongondow yang mempunyai
potensi sumberdaya lahan pertanian yang cukup besar. Namun potensi
sumberdaya lahan pertanian di kabupaten ini belum banyak diketahui secara
2
detail. Karena keterbatasan data, maka wilayah ini belum dikelola dengan baik
sehingga kontribusinya pada pertumbuhan ekonomi belum optimal. Oleh karena
itu diperlukan data dan informasi yang lengkap serta akurat.
Sektor pertanian di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan merupakan
sektor penyumbang terbesar dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
kabupatensekitar 44,27%,namun sektor pertanian ini masih kurang diperhatikan.
Pengembangan komoditas dibutuhkan berbagai informasi yang dapat
menjadi arahan bagi pembuat kebijakan dalam perencanaan dan pengembangan
wilayah ke depan. Berbagai permasalahan seperti belum diketahuinya komoditas
unggulan wilayah, belum diketahui kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan
wilayah dan belum tersedianya peta pewilayahan komoditas unggulan wilayah
yang mempunyai prospek dan peluang pasarperlu segera diatasi. Untuk itulah
penelitian ini dilakukan.
Tujuan dan Luaran Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis komoditas unggulan pertanian
2. Menganalisis kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan pertanian
3. Menyusun peta pewilayahan komoditas unggulanpertanianyang mempunyai
prospek dan peluang pasar
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Terpilihnya komoditas unggulan pertanian
2. Kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan pertanian
3. Peta pewilayahan komoditas skala 1:50.000 untuk berbagai komoditas
unggulan pertanian
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai dasar optimalisasi penggunaan lahan untuk berbagai komoditas
unggulan pertanian sesuai dengan kesesuaian lahannya.
2. Sebagai dasar pengembangan usahatani sesuai dengan daya dukung lahannya,
agar dapat mencapai produktivitas lahan yang optimal dan berkelanjutan
Kerangka Pemikiran
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan merupakan daerah yang sebagian
besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Sektor pertanianmenjadi
tulang punggung dalam upaya peningkatan pendapatan masyarakat, meskipun
terdapat sektor-sektor lain tetapi jumlahnya sangat sedikit. Potensi yang ada
terutama sumberdaya lahan yang ada belum dimanfaatkan secara optimal bagi
pengembangan komoditas pertanian. Di sisi lain pertambahan penduduk yang
cepat mendorong usahatani bergeser ke kawasan lindung. Hal ini menciptakan
suatu pergeseran dalam pemanfaatan sumberdaya lahan atau alih fungsi lahan
3
yang selama ini memanfaatkan kawasan budidaya akan beralih ke kawasan non
budidaya.
Berangkat dari permasalahan di atas, maka perlu dilakukan studi mengenai
pengembangan pewilayahan komoditas unggulan yang sesuai dengan
potensilahannya. Untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan analisis potensi
komoditas unggulan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan. Analisis komoditas unggulan digunakan pendekatan
analisisLocation Quotient (LQ), dan Shift Share Analysis (SSA). Dari hasil analisis
inidapat diketahui penyebaran dan potensi komoditas unggulan di Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatandi setiap kecamatan. Pewilayahan bagi komoditas pertanian merupakan suatu upaya pendekatan
untuk mencapai produktivitas hasil pertanian yang lebih baik dengan memperhatikan
karakteristik wilayah yang ada. Setiap jenis komoditas pertanian memerlukan
persyaratan sifat lahanyang spesifik untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal.
Perbedaan karakteristik lahan yang mencakup iklim terutama suhu udara dan
curah hujan, tanah, topografi dan sifat fisik lingkungan lainnya dapat digunakan
sebagai dasar pertimbangan untuk seleksi awal dalam menyusun zonasi
pengembangan komoditas pertanian. Komoditas harus dikembangkan pada lahan
yang sesuai agar produkstivitas lahan yang diusahakan mencapai optimal, sehingga
mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif di dalam pemasaran.Oleh karena
itu pengembangan wilayah bagi komoditas unggulan dapat dilakukan dengan
didasarkan pada analisis kesesuaian lahan bagi suatu komoditas. Kerangka
pemikiran penelitian seperti terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Penelitian
Potensi Sumberdaya lahan belum dimanfaatkan secara
optimal bagi usaha yang produktif di sektor pertanian
Data potensi
sumberdaya lahan
Perlunya pengembangan pewilayahan komoditas unggulan
Data potensi
komoditas pertanian
Analisis kesesuaian lahan
komoditas unggulan
Kesesuaian Lahan
Komoditas unggulan
Analisis komoditas unggulan :
Location Quotient (LQ)
Shift Share Analysis (SSA)
Sebaran potensi komoditas
unggulan tiap kecamatan
Pewilayahan Komoditas unggulan
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
Otonomi daerahdi Indonesia memberikan kewenangan yang lebih luas
kepada daerah untuk melaksanakan pembangunan sesuai dengan potensi yang
dimilikinya. Dengan kewenangan yang lebih besar ini diharapkan pengembangan
wilayah dapat sesuai dengan karakteristik wilayah itu sendiri. Implikasi yang
dapat timbul dari hal tersebut adalah adanya persaingan antar wilayah untuk dapat
memasarkan produk unggulan yang dimilikinya (Andi, 2006).
Pembangunan pertanian melalui pendekatan sistem usaha agribisnis di
Indonesia yang mempunyai potensi sumberdaya yang beragam, mendorong
pengembangan sektor pertanian melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu : optimalisasi
sumberdaya lokal, penetapan komoditas unggulan berdasarkan keunggulan
komparatif dan kompetitif di setiap wilayah dan sentra pengembangan komoditas
unggulan atau kawasan sentra produksi. Pendekatan tersebut menekankan pada
konsentrasi wilayah produksi dan pengembangan komoditas unggulan. Komoditas
unggulan adalah komoditas andalan yang memiliki posisi strategis, baik
berdasarkan pertimbangan teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial
ekonomi dan kelembagaan untuk dikembangkan di suatu wilayah.
Komoditas Unggulan
Menurut Hendayana (2003), komoditas unggulan adalah komoditas yang
layak diusahakan karena memberikan keuntungan kepada petani, baik secara
biofisik, sosial maupun ekonomi. Suatu komoditas dikatakan layak secara
biofisik jika komoditas tersebut diusahakan sesuai dengan zona agroekologinya.
Layak secara sosial jika komoditas tersebut memberi peluang berusaha, serta bisa
dilakukan dan diterima oleh masyarakat setempat sehingga berdampak pada
penyerapan tenaga kerja, layak secara ekonomi jika komoditas tersebut
menguntungkan.
Dari sisi penawaran komoditas unggulan dicirikan oleh superioritas dalam
pertumbuhan pada kondisi biofisik, teknologi, dan kondisi sosial ekonomi
yangdapat dijadikan andalan untuk meningkatkan pendapatan. Dari sisi
permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan di pasar baik
pasar domestik maupun internasional.
Keberlanjutan pembangunan pertanian dipengaruhi oleh jenis komoditas
yang diusahakan. Komoditas unggulan merupakan jenis pilihan komoditas yang
diusahakan pada daerah setempat yang memiliki sifat-sifat unggul bagi daerah
tersebut bila dibandingkan dengan daerah lainnya. Identifikasi potensi komoditas
unggulan di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan menggunakan
analisis Location Quotient (LQ) dan Shift Share Analysis (SSA).
5
Metode LQ (Location Quotient)
Salah satu metode untuk menentukan komoditas unggulan menurut
Hendayana (2003) adalah metode Location Quotient (LQ). Metode ini merupakan
pendekatan tidak langsung untuk mengetahui apakah suatu sektor merupakan
sektor basis atau nonbasis pada suatu wilayah perencanaan dan dapat
mengidentifikasikan sektor unggulan atau keunggulan komparatif suatu wilayah.
Metode LQ merupakan perbandingan relatif antara kemampuan komoditas
yang sama pada daerah yang lebih luas dalam suatu wilayah. Metode LQ juga
menunjukkan efisiensi wilayah dan terfokus pada substitusi impor yang potensial
atau produk dengan potensi ekspansi ekspor (Rustiadi et al., 2009).
Metode LQ digunakan untuk mengindikasikan kemampuan suatu daerah
dalam memproduksi suatu komoditas dibandingkan dengan produksi komoditas
tersebut dalam lingkup wilayah yang lebih luas (Hendayana, 2003). Kriteria
LQ> 1 menunjukkan peranan aktivitas ekonomi komoditas tersebut di suatu
wilayah menonjol dan surplus serta kemungkinan dapat dijual ke daerah lain
karena komoditas tersebut lebih efisien/murah sehingga mempunyai keunggulan
komparatif.
Pendekatan LQ mempunyai kelebihan diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Memperhitungkan ekspor, baik secara langsung maupun tidak langsung
(barang antara).
b. Metode ini tidak mahal dan dapat diterapkan pada data distrik untuk
mengetahui sebarannya.
c. Analisis ini bisa dibuat menarik apabila dilakukan dalam bentuk time –
series/trend, artinya dianalisis selama kurun waktu tertentu. Dalam hal ini
perkembangan LQ bisa dilihat untuk suatu komoditi tertentu dalam kurun
waktu yang berbeda, apakah terjadi kenaikan atau penurunan.
Keterbatasan metode LQ ini adalah sebagai berikut :
a. Berhubung demikian sederhananya, pendekatan LQ ini yang dituntut adalah
akurasi data. Sebaik apapun hasil olahan LQ tidak banyak manfaatnya jika
data yang digunakan tidak valid.
b. Diperlukan nilai rata-rata dari data series yang cukup panjanguntuk
menghindari bias musiman dan tahunan, sebaiknya tidak kurang dari 5 tahun,
Sementara itu di lapangan, mengumpulkan data yang panjang ini sering
mengalami hambatan.
c. Dalam deliniasi wilayah kajian, untuk menetapkan batasan wilayah yang
dikaji dan ruang lingkup aktivitas, acuannya sering tidak jelas. Akibatnya hasil
hitungan LQ terkadang aneh, tidak sama dengan apa yang diduga, misalnya
suatu wilayah yang diduga memiliki keunggulan di sektor non pangan, yang
muncul pangan dan sebaliknya (Wulandari, 2010).
Shift Share Analysis (SSA)
Shift Share Analysis merupakan salah satu dari sekian banyak teknik
analisis untuk memahami pergeseran struktur aktivitas di suatu lokasi tertentu
dibandingkan dengan suatu referensi (dengan cakupan wilayah lebih luas) dalam
dua titik waktu. Hasil analisis SSA juga menjelaskan kemampuan kompetisi
(competitiveness) aktivitas tertentu di suatu wilayah secara dinamis atau
6
perubahan aktivitas dalam cakupan wilayah lebih luas. Shift share analysis (SSA)
digunakan untuk memahami pergeseran struktur aktivitas di suatu lokasi tertentu
dibandingkan dengan daerah agregat yang lebih luas dalam dua titik tertentu
(Panuju dan Rustiadi, 2010).
Hasil analisis SSA diperoleh gambaran kinerja aktivitas di suatu wilayah.
Gambaran kinerja ini dapat dijelaskan dari 3 komponen analisis yaitu :
1. Komponen laju pertumbuhan total (komponen share). Komponen ini
menyatakan pertumbuhan total wilayah pada dua titik waktu yang
menunjukkan dinamika total wilayah.
2. Komponen pergeseran proporsional (komponen proportional shift).
Komponen ini menyatakan pertumbuhan total aktivitas tertentu secara relatif,
dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum dalam total wilayah yang
menunjukkan dinamika sektor/aktivtas total dalam wilayah.
3. Komponen pergeseran differensial (komponen differential shift). Ukuran ini
menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi (competitiveness) suatu aktivitas
tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total sektor/aktivitas tersebut
dalam wilayah. Komponen ini menggambarkan dinamikasuatu sektor/aktivitas
tertentu di sub wilayah tertentu terhadap aktivitas tersebut di sub wilayah lain
(Panuju dan Rustiadi, 2010).
Evaluasi Kesesuaian Lahan
Pertumbuhan suatu wilayah akan berdampak pada peningkatan kebutuhan
dan persaingan dalam penggunaan lahan. Kondisi tersebut mengharuskan
perlunya pemikiran yang seksama dalam mengambil keputusan pemanfaatan
lahan yang terbatas dengan tetap memperhatikan tindakan konservasinya (Sitorus,
2004).
Analisis potensi lahan tidak terlepas dari evaluasi lahan baik secara fisik
maupun daya dukung sosial ekonomi terhadap pengembangan suatu kegiatan pada
lahan atau lokasi tertentu. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007)
evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaan tataguna lahan dan
merupakan proses penilaian suatu lahan untuk penggunaan-penggunaan tertentu.
Wilayah fisiografi (physiographic region) adalah pembagian permukaan
bumi atas satuan morfologi yang memiliki kesatuan karakteristik bentuk lahan
pada skala tertentu. Satu satuan fisiografi terjadi karena proses pembentukan dan
tahapan perkembangan sepanjang waktu, sehingga satu satuan fisiografi terdiri
dari tiga unsur yaitu bentuk lahan, proses geologi dan tahapan
perkembangannya(Nur, 2012).
Pendekatan fisiografik (physiographic approach) adalah pendekatan yang
mempertimbangkan lahan secara keseluruhan di dalam penilaiannya yang
umumnya menggunakan kerangka bentuk lahan (land form) untuk
mengidentifikasikan satuan daerah secara alami.Pendekatan fisiografik
mengelompokkan lahan secara keseluruhan dan tidak berdasarkan sifat tertentu.
Ini dilakukan dengan anggapan bahwa suatu daerah yang mempunyai fisiografik
yang relatif seragam seperti iklim mikro, ciri tanah, kondisi habitat tanaman dan
sebagainya. Masing-masing satuan lahan yang diidentifikasikan dengan cara
7
demikian kemudian dapat dianggap mempunyai sifat-sifat yang secara
keseluruhan relatif seragam. Satuan lahan merupakan kelompok lokasi yang
berhubungan, dengan bentuk lahan tertentu dalam sistem lahan dan seluruh satuan
lahan yang sama dan mempunyai asosiasi lokasi yang sama. Sistem lahan
merupakan area yang mempunyai pola yang berulang dari topografi, tanah dan
vegetasi(Nur, 2012).
Menurut Brahmanto dan Bandono (2006) bahwa dalam pendekatan
fisiografis rencana penggunaan lahan dan program pembangunan disusun
konsisten sesuai dengan satuan fisiografi. Beberapa hal yang ditekankan dalam
pendekatan fisiografis yaitu :
a) Pendekatan fisiografis lebih menekankan analisis karakteristik fisik lahan
secara kualitatif berdasarkan atributnya yang membedakan dengan jelas
karakteristik lahan serta potensi dan permasalahan spesifiknya
b) Analisis dan perumusan rencana penggunaan lahan disusun konsisten
berdasarkan satuan fisiografi.
c) Penggunaan lahan dapat dibedakan atas dimensi : jenis kegiatan, jenis fungsi,
tipe struktur terbangun, karakteristik site atau status kepemilikan lahan.
Pendekatan fisiografis lebih menekankan pada karakteristik site yaitu
karakteristik dari setiap satuan fisiografi.
d) Penamaan satuan fisiografi yang mudah dipahami dan mudah dibayangkan
secara nyata 3 dimensional menjadi dasar untuk memudahkan pemahaman
terhadap rencana yang disusun.
Satuan peta lahan adalah kelompok lahan yang mempunyai sifat-sifat
sama atau hampir sama dengan penyebarannya digambarkan dalam peta sebagai
hasil survei sumberdaya lahan (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).Satuan peta
lahan digunakan sebagai satuan analisis dimana setiap satuan lahan yang ada
dilakukan pengamatan di lapangan. Setiap satuan lahan dilakukan pengamatan
sifat morfologi tanah dan karakteristik lingkungan fisik dengan menggunakan data
primer dan data sekunder.
Untuk penilaian kesesuaian lahan suatu wilayah, terlebih dahulu dilakukan
penentuan batas-batas satuan peta lahan yang jelas. Penentuan batas satuan peta
lahan sebagian didasarkan pada sifat-sifat lahan yang mudah dipetakan seperti
relief/lereng, bentuk lahan (landform), jenis tanah dan bahan induk.
Landformadalah bentukan permukaan bumi sebagai hasil dari proses-proses
geomorfik dan evolusi, yang sangat erat kaitannya dengan keadaan
geologi/litologi, iklim, dan relief/lereng, serta dapat menentukan keadaan tanah
diatasnya (Marsoedi et al., 1997).
Satuan lahan bisa terdiri dari dua atau lebih satuan tanah yaitu berupa
asosiasi atau kompleks (Van Wambeke dan Forbes, 1986). Asosiasi adalah satuan
peta lahan yang mempunyai penyebaran satuan cukup jelas, sehingga masih dapat
dipisahkan apabila dipetakan pada skala lebih besar, sedangkan kompleks adalah
satuan peta lahan yang heterogen, penyebaran satuan tanahnya tidak teratur dan
sulit dipisahkan apabila dipetakan pada skala yang lebih besar (Soil Survey
Division Staff, 1993). Satuan tanah yang paling dominanlah yang digunakan
untuk penilaian kesesuaian lahan.
8
Analisis kesesuaian lahan dalam penelitian dilakukan hanya berdasarkan
penilaian kesesuaian lahan secara fisik. Penilaian kesesuaian lahan secara fisik
dilakukan berdasarkan faktor fisik, yang tujuannya untuk menentukan apakah
suatu komoditas unggulan sesuai untuk dikembangkan di suatu daerah, dengan
mempertimbangkan jenis dan besarnya faktor pembatas fisik yang ditemukan.
Klasifikasi kesesuaian lahan adalah pengelompokan lahan berdasarkan
kesesuaiannya untuk tujuan penggunaan tertentu. Kriteria kesesuaian lahan
disusun berdasarkan tujuan evaluasi dan persyaratan penggunaan lahan dari suatu
tipe penggunaan lahan tertentu yang dihubungkan dengan kualitas lahan. Kriteria
kesesuaian lahan digunakan untuk menilai atau memprediksi potensi atau kelas
kesesuaian lahan dari wilayah yang bersangkutan. Setiap tipe penggunaan lahan
lahan memerlukan persyaratan penggunaan lahan yang berbeda untuk dapat
tumbuh dan berproduksi secara optimal.
Berbagai pendekatan dalam evaluasi lahan telah banyak digunakan, dan
pengolahan datanya dilakukan secara manual. Namun pada tahun-tahun terakhir
di Puslitbangtanak dilakukan secara komputerisasi. Keunggulan penilaian
kesesuaian lahan yang dilakukan secara komputerisasi akan mampu mengolah
data banyak dalam waktu singkat, dan akan dapat mengatasi terjadinya perbedaan
interpretasi pelaksana (human error). Program evaluasi lahan secara
komputerisasi yang saat ini dikembangkan adalah ALES atau Automated Land
Evaluation System (Rossiter and Wambeke, 1997).
ALES adalah program kosong yang harus diisi mengenai model evaluasi
lahan dan pohon keputusan atau Decision Tree (DT) yang akan digunakan dengan
asumsi secara logis untuk masing-masing tipe penggunaan lahan yang dievaluasi
dengan memperhatikan data sumberdaya lahan menurut spesifik lokasi.Program
ALES relatif lebih mudah digunakan di berbagai kondisi lahan, termasuk di dalam
penggunaan parameter dan asumsi-asumsi yang akan dipertimbangkan.
Penilaian kesesuaian lahan dilakukan dengan cara membandingkan
karakteristik dan kualitas lahan dengan bantuan program ALES (Automatic Land
Evaluation System) dan penyajiannya dalam bentuk digital dengan menggunakan
Sistem Informasi Geografis (SIG). Dalam evaluasi lahan, pengisian program
ALES termasuk dalam membangun model evaluasi tidak dapat ditentukan secara
umum, karena setiap wilayah di Indonesia mempunyai data fisik lingkungan,
mengenai data iklim, terrain (topografi), data tanah dan sosial ekonomi yang
spesifik. Oleh karena itu dalam perencanaan pengembangan komoditas pertanian
untuk mencapai keberhasilannya, perlu memperhatikan kondisi lahan spesifik
lokasidalam menentukan model evaluasi dan penggunaannya (Hendrisman dan
Djaenudin, 2005).
Kelayakan finansial usahatani merupakan suatu hal penting yang harus
diidentifikasi karena faktor paling penting yang akan membuat petani terus bertani
adalah seberapa besar nilai tambah yang bisa diperoleh. Semakin kecil
keuntungan yang diperoleh, maka keberlangsungan aktivitas usahatani akan sulit
untuk dipertahankan. Petani akan terdorong untuk menjual lahannya dan berganti
profesi atau pindah ke kota untuk mencari penghasilan yang lebih baik.
Sebaliknya, apabila keuntungan usahatani semakin besar maka petani akan
semakin terdorong untuk terus melakukan investasi dan inovasi teknologi.
Analisiskelayakan finansial diperlukan untuk mengukur tingkat kelayakan
usahatani komoditas unggulan menggunakan indikator ekonomi yang terdiri:
9
a) Revenue Cost Ratio(R/C) untuk tanaman semusim; b).Benefit cost ratio (B/C);
c) Net present value (NPV), dan d) Internal Rate of Return (IRR) untuk tanaman
tahunan/perkebunan.
Pewilayahan Komoditas Pertanian
Akhir-akhir ini telah diperkenalkan konsepsi pewilayahan komoditas
untuk mendukung kebijakan pembangunan pertanian yang berkelanjutan dan
secara lebih luas lagi untuk lebih memantapkan pendekatan pewilayahan
pembangungan pada umumnya. Pada hakekatnya konsepsi pewilayahan
komoditas ingin membatasi upaya pengembangan suatu komoditas pertanian pada
lokasi yang memenuhi persyaratan agroekologis, memenuhi kelayakan
agroekonomi dan agro-sosio-teknologi, aksesibilitas lokasi memadai, dan
diseconomic-externality yang ditimbulkannya dapat dikendalikan (Susanto dan
Sirappa, 2007).
Zonasi atau pewilayahan komoditas adalah suatu kesatuan fungsional
kawasan yang mempunyai karakter kegiatan budidaya komoditas pertanian
tertentu yang potensial dan prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi
kawasan-kawasan sentra produksi dan aktivitas lain yang berkaitan dengan
kegiatan pertanian dan budidaya komoditas unggulan (Sofyan dan Sunaryo,
2006). Pengembangan komoditas pertanian pada wilayah yang sesuai dengan
persyaratan pedo-agroklimat tanaman yang mencakup iklim, tanah dan topografi
akan memberikan hasil yang optimal dengan kualitas yang baik. Selain itu yang
tidak kalah pentingnya adalah aspek manajemen dalam mengelola lahan yang
didasarkan pada sifat-sifat lahan untuk mencapai produktivitas yang berkelanjutan
(Syarifuddin, et al., 2004)
Selain menyangkut aspek fisik lingkungan, pelaksanaan program
pewilayahan komoditas memerlukan kelembagaan yang sifatnya menunjang
pengelolaan sumberdaya daerah disesuaikan dengan ketersediaan sumberdaya
lahannya (Kausar, 2000 dalam Djaenuddin et al., 2002). Kegiatan pewilayahan
komoditi pada hakekatnya terdiri atas melakukan pemetaan, evaluasi potensi
lahan dan pewilayahan komoditi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan,
perikanan, dan lainnya.Untuk penyusunan perwilayahan komoditas, aspek-aspek
yang perlu diperhatikan antara lain (Djaenudin et al, 2002) :
1. Keragaman sifat lahan, karena akan menentukan jenis komoditas yang dapat
diusahakan dan produktifitasnya serta memberikan hasil yang optimal dengan
kualitas prima.
2. Kebijakan lain yang terkait, seperti rencana tata ruang.Hal ini untuk
menghindari terjadinya benturan kepentingan dalam hal penggunaan lahan.
Areal yang dipilih harus tercakup dalam wilayah dengan peruntukan sebagai
kawasan budidaya pertanian sesuai dengan kriteria sektoral dan kesesuaian
lahan.
3. Adanya kelembagaan yang sifatnya menunjang pengelolaan sumberdaya
daerah yang disesuaikan dengan ketersediaan sumber daya lahannya.
10
Pendekatan kewilayahan dalam pembangunan daerah yang utuh dan
terpadu akan mampu mewujudkan efisiensi dan efektivitas fungsi perencanaan
pembangunan daerah. Memanfaatkan seoptimal mungkin potensi wilayah,
sumberdaya lahan dan aspirasi masyarakat setempat merupakan modal utama
dalam melaksanakan pembangunan daerah. Apabila pemilihan lahan atau
komoditas unggulan yang akan dikembangkan dapat dilakukan secara benar dan
sesuai dengan tujuan program maka pusat pertumbuhan yang akan menjadi
andalan daerah dapat diwujudkan (Haeruman, 2000).
3 BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitiandilaksanakandi sebagian besar wilayah Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan Provinsi Sulawesi Utarayaitu di empat kecamatan dari 5
kecamatan yang ada, meliputi Kecamatan Bolaang Uki, Kecamatan Pinolosian,
Kecamatan Pinolosian Tengah dan Kecamatan Pinolosian Timur. Kabupaten ini
terdiri dari empat kecamatan yaitu Penelitian dilaksanakan mulai bulan
Februari2012 sampai dengan Januari 2013.Analisis tanah dilakukan di
laboratorium Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP) Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Peta Satuan Lahan dari
BBSDLP tahun 2012 skala 1 : 50.000, data luas areal tanam tahun 2007 – 2011,
data produksi tahun 2008 dan 2011 (Lampiran 3, 4 dan 6)danbahan kimia untuk
analisis contoh tanah.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk
pengumpulan data pertanian dan sosial ekonomi (Lampiran 1 dan 2), form isian
basisdata, Buku Taksonomi Tanah, buku petunjuk isian basisdata, buku Munsell
Soil Colour Charts,abney level, altimeter, kompas, GPS (Geographic Positional
System), peralatan pengambilan contoh tanah di lapang,alat tulis kantor,
komputer, sofware ALES(1997) serta Arcview 3.3
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder.
Matrik hubungan antara tujuan penelitian, jenis data, sumber data, teknik analisis
data dan keluaran tertera pada Tabel 1.
11
Tabel 1. Matrik Hubungan antaraJenis Data, Sumber Data, Teknik Analisis dan
Keluaran.
Tujuan Jenis data Sumber data Teknik Analisa data Keluaran
1
2
Menganalisis
komoditas
unggulan
Menganalisis
kesesuaian lahan
komoditas
unggulan
- Data luas
areal tanam
- Data
produksi
- Peta Satuan
Lahan
Skala
1 : 50.000
- Peta
RTRW
Kabupaten
skala 1 :
100.000
- Data sosial
ekonomi
Data sekunder
- Dinas
Pertanian &
Peternakan
kabupaten
Data
sekunder :
- BBSDLP
- Bappeda
- Kuesioner
dan
wawancara
petani
- Analisis LQ
- Shift Share Analysis
(SSA)
- Overlay peta satuan
lahan dan peta
RTRW
- Menentukan titik
pengambilan
contoh tanah
- Analisis tanah di
laboratorium
- Metode matching
- Program ALES
(Automatic Land
Evaluation
System)
- Analisiskelayakan
usahatani
Terpilihnya
komoditas
unggulan
tiap
kecamatan
Kesesuaian
lahan
komoditas
unggulan
3 Menyusun peta
pewilayahan
komoditas
unggulan yang
mempunyai
prospek dan
peluang pasar
- Keluaran
dari tujuan
2
- Pertimbangan :
Keluaran dari
tujuan 1
Keluaran dari
tujuan 2
Data kelerengan
Peta
Pewilayahan
Komoditas
Unggulan
skala
1:50.000
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan kerja seperti terlihat
pada Gambar 2 yaitu :
1. Analisis komoditas unggulan
2. Evaluasi kesesuaian lahan
3. Pewilayahan komoditas unggulan
12
Gambar 2 Diagram Alir Penelitian
Analisis Contoh Tanah Basisdata : Site Horizon (SH), Soil Sample Analysis,
Mapping Unit DescriptionMUD)
Sifat morfologi tanah
Pertimbangan
- Analisis kelayakan
finansial
- Kelas Kesesuaian
lahan
PETA PEWILAYAHAN
KOMODITAS
Evaluasi kesesuaian lahan :
Matching antara LUR, LC menggunakan ALES
KESESUAIAN LAHAN
KOMODITAS UNGGULAN
Pengamatan lapang
Pengamatan sifat-sifat tanah
Pengambilan contoh tanah
Pengumpulan datasosial ekonomi
Data Pendukung
Luas tanam
Produksi
Analisis Komoditas
unggulan :
Analisis LQ
Shift Share
Analysis (SSA)
Komoditas
Unggulan
Peta satuan lahan
( BBSDLP ) Peta Satuan Lahan
(sebagai peta kerja)
Overlay peta satuan
lahan dengan peta
RTRW kabupaten
Peta RTRW
Kabupaten
Kawasan budidaya
Menentukan titik pengamatan
13
Analisis Komoditas Unggulan
Analisis komoditas unggulan pertanian dilakukan dengan cara analisis LQ
menggunakandata luas areal tanam (Lampiran 3) dan analisis Shift Share
menggunakan data produksi (Lampiran 4 dan 6).
Rumus LQ adalah sebagai berikut :
dimana :
Rumus SSA adalah sebagai berikut :
SSA = X…(t1)
- 1 + Xi (t1)
- X…(t1)
+ Xij (t1)
- Xi (t1)
X…(t0) Xi (t0) X…(t0) Xij (t0) Xi (t0)
(a) (b) (c)
di mana :
Komoditas unggul jika komoditas yang memiliki nilai LQ> 1 dan memiliki
nilai Shift Share> 0.
LQij = Xij / Xi
X.j / X..
Xij = Luas areal tanam komoditas tertentu (i) di suatu kecamatan (j)
Xi = Total luas areal tanam (i) komoditas tertentu di kabupaten
X.j = Total luas areal tanam seluruh komoditas di suatu kecamatan (j)
X.. = Total luas panen seluruh komoditas di kabupaten
LQ > 1
:
Sektor basis artinya terjadi konsentrasi komoditas di kabupaten (i) secara
relatif dibandingkan dengan tingkat kabupaten atau terjadi pemusatan
aktivitas komoditas tertentu di kecamatan (i)
LQ = 1 : Maka kabupaten (i) tersebut mempunyai pangsa aktivitas komoditas yang
setara dengan pangsa total
LQ < 1 : Sektor non basis, artinyakomoditas „i‟ disuatu wilayahtidakdapat
memenuhikebutuhan sendiri sehinggaperlu pasokan dari luar
Semakin tinggi nilai LQ sektordisuatu wilayah, semakin tinggipotensi keunggulan
sektor tersebut
a = Komponen regional share
b = Komponen proportional shift
c = Komponen differential shift
X.. = Nilai total aktifitas wilayah secara agregat
X.i = Nilai total aktivitas tertentu di unit wilayah ke-i
Xij = Nilai di wilayah ke-I dan aktivitas ke-j
t1 = Titik tahun akhir
t0 = Titik tahun awal
14
Penilaian Kesesuaian Lahan Komoditas Unggulan
Tahapan evaluasi kesesuaian lahan adalah sebagai berikut :
1). Menentukan satuan lahan
Sebelum melakukan evaluasi kesesuaian lahan, dilakukan dulu analisis
satuan lahan dari Peta Satuan Lahan Skala 1 ; 50.000 (BBSDLP, 2012) yang akan
digunakan sebagai dasar dalam penilaian kesesuaian lahan. Satuan lahan dibentuk
berdasarkan pola berulang dari landform, jenis tanah dan penggunaan lahan.
Analisis satuan lahan menggunakan pendekatan landform sebagai dasar pembeda
utama dalam delineasi satuan lahan. Satuan landform mengacu pada pedoman
Klasifikasi Landform No. 5 versi 3.0 oleh Marsoedi et al.,(1997). Setelah itu
dilakukan pemisahan yang masuk dalam kawasan budidaya dan kawasan lindung
dengan cara mengoverlay peta satuan lahan dengan peta RTRW kabupaten.
Satuan lahan yang dievaluasi kesesuaian lahannya adalah satuan lahan yang
termasuk dalam kawasan budidaya dan berada di kecamatan yang mempunyai
komoditas unggulan. Setelah itu menentukan titik pengamatan pada satuan lahan
yang ada di kawasan budidaya tersebut.
2). Pengumpulan data lapang
Pengumpulan data lapang terdiri dari data karakteristik lahan dan data
yang diperlukan untuk analisis kelayakan usahatani. Pengumpulan data
karakteristik lahan tanah meliputi kedalaman tanah, tekstur, pH tanah, drainase
tanah, kemiringan lereng dan erosi tanah. Karakteristik lahan yang tidak dapat
diukur di lapang dilakukan pengambilan contoh tanah dari pewakil tiap satuan
lahanpada kedalaman 0 – 20 cmdan20 – 40 cm untuk analisis di laboratorium.
Karakteristik lahan yang dianalisis adalah tekstur (Pipet), pH (H2O), bahan
organic(Walkey and Black), N total(Kjeldahl), P2O5(Bray I), K2O (HCl 25%),
KTK dan KB(NH4OAc 1N, pH 7). Cara pengamatan sifat-sifat tanah berpedoman
pada buku Guidelines for Soil Profile Description (FAO, 1990).
Pengumpulandataekonomi dilakukan dengan cara wawancara
menggunakan kuesioner kepada petanitanaman pangan dan petani tanaman
tahunan (Lampiran 1 dan 2). Teknik sampling dilaksanakan secara purposive
samplingmemilih dengan sengaja dengan pertimbangan tertentu karena
keterbatasan dana dan wilayah yang sulit dijangkau.Wawancara dilakukan
kepada80 responden yang terdiri dari 20 orang di setiap kecamatan yang diteliti.
Data ekonomi yang dikumpulkan adalah data jenis usahatani, luas areal, biaya
produksi, harga jual,tingkat upah tenaga kerja. Data sosial yang dikumpulkan
adalah jumlah penduduk, tingkat pendidikan danumur.
Petani tanaman panganyang diwawancarai adalah petani yang
usahataninya banyak dijumpai di lapangan.Petani untuk tanaman tahunan yang
diwawancarai adalah petani dengan usahatani 8 tahun untuk kopi dan lada, 25
tahun untuk komoditas kakao, dan 30 tahun untuk komoditas cengkeh dan kelapa.
15
3). Evaluasi kesesuaian lahan
Evaluasi kesesuaian lahan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
kesesuaian lahan fisik. Kriteria yang digunakan untuk evaluasi kesesuaian lahan
fisik berpedoman pada Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas
Pertanian (Djaenuddin et al., 2011) yang dimodifikasi terutama terkait dengan
kualitas dan karakteristik lahan (Lampiran 27 sampai 39). Parameter yang
digunakan untuk evaluasi kesesuaian lahan dalam penelitian ini pada Tabel 2.
Tabel 2.Kriteria Digunakan dalam Evaluasi Kesesuaian Lahan di Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan
Evaluasi kesesuaian lahan secara fisik dilakukan dengan cara
membandingkan kualitas dan karakteristik lahan dengan kriteria persyaratan
tumbuh (land use requirements) terhadap komoditas unggulan hasil analisis LQ
dan SSA. Proses penilaian kesesuaian lahan dilakukan dengan menggunakan
program ALES (Automated Land Evaluation System) mengikuti “Petunjuk Teknis
Pengoperasian Program ALES” (Hendrisman et al., 2000).
Data karakteristik lahan disusun dalam spreadsheet menggunakan
program excel, selanjutnya disusun menjadi basis data evaluasi lahan SDPLE
(Soil Data Processing for Land Evaluation), lalu dimasukan ke dalam program
ALES. Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk masing-masing komoditas unggulan
akan diperoleh secara otomatis dalam bentuk data tabular.
Lahan-lahan yang sesuai selanjutnya perlu diketahui tingkat kelayakan
usahataninya untuk berbagai komoditas unggulan. Untuk mengukur tingkat
kelayakan usahatani dari masing-masing komoditas unggulan diperlukan analisis
kelayakan finansial dengan menggunakan indikator ekonomi yang terdiriRevenue
Cost Ratio(R/C) untuk komoditas unggulan tanaman pangan,Benefit cost ratio
(B/C),Net present value (NPV) danInternal Rate of Return (IRR) untuk komoditas
unggulan tanaman tahunan/perkebunan.
a). Benefit Cost Rasio dan Revenue Cost Ratio(R/C)
Benefit Cost Ratio (B/C) dan Revenue Cost Ratio(R/C) merupakan nilai
pendapatan sekarang dibagi oleh nilai biayanya.
No Kualitas lahan Karakteristik lahan
1. Temperatur (tc) : temperatur rata-rata tahunan
2. Ketersediaan air (wa) : curah hujan (tahunan dan curah hujan pada
masa pertumbuhan), kelembaban udara dan
zona agroklimat (Oldeman)
3. Media perakaran (rc) : drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman
tanah
4. Retensi hara (nr) : KTK tanah, KB, pH dan C-organik
5. Hara tersedia (na) : N Total, P2O5 dan K2O
6. Tingkat bahaya erosi : Lereng
BR/C ratio = Total penerimaan
Total Biaya
16
b). Net Present Value
Net Present Value (NPV) merupakan nilai pendapatan akhir usaha
dikurangi nilai biaya. NPV merupakan nilai uang sekarang yang didapat sebagai
hasil usaha suatu komoditas pada luasan tertentu selama waktu penggunaan lahan
tersebut bukan per tahun pembukuan seperti pada gross margin.
NPV = Nilai Pendapatan Akhir – Nilai biaya
c). Internal Rate of Return
Internal Rate of Return (IRR) adalah besarnya potongan (penyusutan) agar
nilai pendapatan sekarang sama dengan nilai biaya sekarang. Kalau IRR lebih
tinggi dari bunga bank, maka komoditas dan/atau komoditas yang diusahakan
akan menguntungkan. Secara matematis IRR adalah discount rate (bunga) di
mana NPV bernilai positif. IRR merupakan positif resiko keuangan dari suatu
komoditas yang diusahakan, makin tinggi IRR resiko makin berkurang, karena
pendapatan keuntungan akan lebih pasti.
Berdasarkan cara memprediksi matriks dan indikatorkelayakan usahatani
tersebut di atas, maka sebelumnya harus memprediksi kemampuan produksi untuk
masing-masing kelas kesesuaian lahanyang mengacu kepada Petunjuk FAO
(1983). Asumsi tersebut adalah untuk kelas kesesuaian lahan S1 kemampuan
produksinya mencapai 100 - 80% dari produksi optimal, untuk kelas kesesuaian
lahan S2 kemampuan produksinya antara 80% - 60%, untuk kelas kesesuaian
lahan S3kemampuan produksinya antara 60% -25%, dan untuk kelas kesesuaian
lahan N kemampuan produksinya antara mencapai <25% (Hendrisman, 2005).
Penyusunan Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian
Pewilayahan komoditas pertanian disusun berdasarkan kesesuaian lahan
secara fisik dan ekonomi komoditas unggulan wilayah. Penentuan pembagian
pewilayahan komoditas memiliki beberapa pertimbangan yang digunakan yaitu :
1. Pola tanam yang umumnya dilakukan petani merupakan sistem tumpangsari
dan tumpang gilir.
2. Berdasarkan pengelompokan komoditas unggulan di masing-masing
kecamatan.
3. Pewilayahan komoditas berdasarkan hasil kesesuaian lahan secara fisik dan
analisis kelayakan finansial usahatani.
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas maka pewilayahan komoditas
unggulan pertanian di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatanterdiri
dari tiga pewilayahan yaitu sistem pertanian lahan basah (PS), sistem pertanian
lahan kering tanaman pangan (TP) dan sistem pertanian lahan kering tanaman
tahunan (TT), matriks penyusunan pewilayahan komoditas di Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan dapat dilihat pada Tabel 3.
17
Tabel 3. Matriks Penyusunan Pewilayahan Komoditas di Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan
4 GAMBARAN UMUMKABUPATEN
BOLAANG MONGONDOW SELATAN
Kondisi geografis
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dengan luas 111.987 ha
yang disahkan dengan Undang Undang No 30/2008 merupakan pemekaran dari
Kabupaten Bolaang Mongondow. Secara geografis Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan terletak diantara 00o 22‟ 545” LU dan 123
o 028‟ 59,2” BT
(Gambar 3).
Sistem pertanian Justifikasi Input Output
Lahan Basah
(PS)
sistem pertanian dimana
lahan-lahan yang secara
biofisik sesuaiuntuk
pengembangan lahan
sawah yang memerlukan
pengairan terus menerus
selama pertumbuhannya
yang dapat diperoleh secara
alamiah maupun secara
teknis.
Komoditas padi
sawah dengan
kelas kesesuaian
lahan S1
Komoditas padi
sawah
Lahan Kering
Tanaman Pangan
(TP)
sistem pertanian yang tidak
pernah tergenang atau
digenangi air pada sebagian
besar waktu dalam
sepanjang tahun atau
sepanjang waktu yang
ditanami tanaman pangan
Kelas kesesuaian
lahan S1, S2 dan
S3 untuk tanaman
pangan
Padi ladang,
jagung, kedelai,
kacang tanah,
kacang hijau,
Ubi jalar, ubi
kayu
Lahan Kering
Tanaman
Tahunan
(TT)
sistem pertanian yang tidak
pernah tergenang atau
digenangi air pada sebagian
besar waktu dalam
sepanjang tahun atau
sepanjang waktu yang
ditanami tanaman tahunan
Komoditas
tanaman tahunan
dengan kelas
kesesuaian lahan
S1,S2 dan S3
untuk tanaman
perkebunan
Cengkeh,
kelapa,
kakao,kopi,lada
18
Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
Secara administratif Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan terdiri dari
5 (lima) kecamatan, tetapi penelitian ini hanya dilakukan di empat kecamatan
yaitu Kecamatan Bolaang Uki, Kecamatan Posigadan, Kecamatan Pinolosian,
Kecamatan Pinolosian Tengah dan Kecamatan Pinolosian Timur. Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan ini berbatasan dengan:
1. Sebelah Utara : Kecamatan Bintauna, Kecamatan Sangkub kabupaten
Bolaang Mongondow Utara, dan Kecamatan Dumoga
Barat, Kecamatan Sangtombolang, Kecamatan Lolayan
Kabupaten Bolaang Mongondow
2. Sebelah Timur : Kecamatan Modayag Barat, Kecamatan Modayag dan
Kecamatan Nuangan Kabupaten Bolaang Mongondow
Timur
3. Sebelah Selatan : Teluk Tomini
4. Sebelah Barat : Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo
Lokasi penelitian
19
Kependudukan
Berdasarkan data BPS tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan sebanyak 57.975 jiwa, terdiri dari laki-laki 30.793 jiwa dan
perempuan 27.182 jiwa. Dengan luas wilayah di empat kecamatan Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan sekitar 111.987 ha yang didiami oleh 57.975 jiwa
maka rata‐rata tingkat kepadatan pendudukKabupaten Bolaang Mongondow
Selatan adalah sebanyak 47 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi di
KecamatanBolaang Uki 50 jiwa/km2 sedangkan terendah di Kecamatan
Pinolosian Tengah 17 jiwa/ km2. Jumlah penduduk terbanyak berada di
Kecamatan Bolaang Uki 19.465 jiwa, jadi penduduk terkonsentrasi di kecamatan
ini. Data tentang jumlah, sebaran dan kepadatan penduduk kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan menurut kecamatan dikemukakan pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan, Tahun 2010.
Kecamatan Penduduk
(jiwa)
Luas
(ha)
Kepadatan
(jiwa/km2)
Desa
Bolaang Uki 19.465 39.037,4 49,48 23
Pinolosian 9.027 26.828,4 31,57 9
Pinolosian Tengah 5.199 22.394,8 17,21 6
Pinolosian Timur 7.207 23.726,4 32,48 9
Jumlah 57.975 111.987,0 30,00 65 Sumber : BPS, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan ( 2010).
Dari 80 orang petani responden yang diambil, usia rata-rata 45 tahun
(80%) dengan pendidikan terakhir umumnya Sekolah Dasar (56%). Tabel 5
memberikan gambaran umum mengenai kondisi usia para petani responden.
Berdasarkan Tabel 5 dapat dikemukakan bahwa kondisi usia para petani
responden sebagian besar pada usia produktif (usia kerja) yaitu umur 30 – 50
tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa masih terdapat peluang untuk
mengembangkan lagi usahatani yang sudah ada. Faktor pendidikan juga sangat
memegang peranan penting dalam suatu manajerial usaha. Hal ini berpengaruh
pada kemampuan dan kesempatan untuk memperoleh alternatif usahatani.
Hal ini serupa dengan yang dilaporkan oleh Puspadi et al.(2005), bahwa
terdapat hubungan (korespondensi) antara tingkat pendidikan petani dengan jenis
usahatani utama yang dikelola. Petani yang tingkat pendidikannya rendah
cenderung memilih usahatani pangan, sedangkan petani yang tingkat
pendidikannya relatif tinggi berada pada usahatani campuran. Hal ini terkait
dengan kemajuan pola pikir yang dimiliki oleh para petani.
20
Tabel 5. Distribusi Petani Responden Menurut Usia dan Pendidikan
Usia Persentase (%)
20 – 30 tahun 10
31 – 40 tahun 36
41 – 50 tahun 44
> 50 tahun 10
Jumlah 100
Pendidikan Persentase (%)
SD 56
SLTP 24
SLTA 16
Diploma/ Sarjana 4
Jumlah 100
Iklim dan Hidrologi
Kondisi iklim yang relatif iklim tropis, suhu 20oC – 32
oC dengan curah
hujan rata-rata 1500 mm. Berdasarkan data curah hujan dari Stasiun Pinolosian
yang disajikan pada Tabel 6, curah hujan rata-rata tahunan 1.445 mm – 4.829 mm,
curah hujan bulanan tertinggi 482,8 mm pada bulan Juni dan terendah 53,4 mm
pada bulan November.
Tabel 6. Data Iklim di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
Bulan
Curah
Hujan
(mm)
Suhu
(oC)
Kelembaban
(%)
Penyinaran
Matahari
(%)
Kecepatan
Angin
(km/jam)
Evapotranpirasi
(mm/hr)
Januari 152,0 22,6 91 39 1,60 4,4
Februari 115,5 26,1 92 40 1,55 4,2
Maret 150,0 26,7 92 41 1,66 4,5
April 185,2 27,1 91 49 1,80 4,7
Mei 269,6 26,6 92 47 2,19 4,6
Juni 482,8 25,9 92 46 2,18 3,7
Juli 472,7 25,6 93 53 2,65 3,9
Agustus 262,6 24,6 89 43 3,75 4,7
September 205,3 25,1 87 50 3,33 4,8
Oktober 73,3 26,0 85 46 3,06 5,3
Nopember 53,4 27,3 87 56 2,36 5,3
Desember 106,1 27,1 87 55 1,64 4,5
Rata-rata 210,8 25,9 0,89 47,08 2,31 4,55
Sumber : Stasiun Pinolosian, BMKG Manado ( 2011)
21
Menurut pembagian tipe hujan Oldeman dan Darmiyati (1977) (Lampiran
8), wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan termasuk ke dalam tipe
hujan C2. Tipe hujan C2 adalah wilayah dengan jumlah bulan basah (BB) 5 bulan
dan bulan kering (BK) 2 bulan. Bulan basah(BB) adalah bulan dengan curah
hujan rataan > 200 mm/bulan, bulan lembab (BL) adalah bulan dengan curah
hujan rataan antara 200 – 100 mm/bulan. dan bulan kering (BK) memiliki rataan
curah hujan < 100 mm/bulan.
Suhu udara bulanan berkisar antara 26,6oC– 28,0
oC dengan suhu rata-rata
25,9oC. Suhu terendah terjadi pada bulan Januari dan tertinggi pada bulan
November dan Desember. Pada dasarnya pola sebaran suhu udara mengikuti pola
lamanya penyinaran matahari. Lamanya penyinaran matahari dapat menyebabkan
suhu udara meningkat.
Kelembaban relatif merupakan ukuran kandungan uap air di udara
dibandingkan dengan kandungan uap air maksimum (keadaan jenuh) pada suhu
tertentu. Keadaan ini sangat berhubungan dengan keadaan curah hujan, keawanan,
suhu udara dan jumlah kandungan air.Kelembaban udara tertinggi di wilayah
penelitian terjadi pada bulan Juli, yaitu sebesar 93%, dan kelembaban udara
terendah terjadi pada bulan Oktoberyaitu sebesar 85%.
Penyinaran matahari dinyatakan dalam perbandingan antara lama
penyinaran matahari yang terukur dengan cara teoritis atau dalam persen
(%).Maksimum penyinaran terjadi pada bulan November (56%) dan minimum
pada bulan Januari (39%). Kecepatan angin beragam dari waktu ke waktudengan
kisaran 1,55 – 3,75 m/detik dan arah angin umumnya dari Barat.
Tingkat evapotranspirasi cukup tinggi dengan rata-rata tahunan 4,6
mm/hari dan hampir konstan sepanjang tahun. Evapotranspirasi maksimum terjadi
pada bulan Oktober– November sebesar 5,3 mm/hari yang minimum pada bulan
Juni yang mencapai 3,7 mm/hari.
Topografi
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan mempunyai topografi wilayah
berbukit-bukit, pegunungandan sebagian kecil adalah daratan rendah
bergelombang.
Geologi dan Jenis Tanah
Berdasarkan Peta Geologi Sulawesi Lembar Kotamobagu Skala 1:250.000
(Afandi 1981), formasi geologi yang mendominasi wilayah studi adalah batuan
gunung api (Oligo Miocene volcanic dan Poly Pleistocene volcanics, Tmv) dan
batuan terobosan diorit (Tertiary Intrusive), serta sedimen aluvial (Quarternary
Alluvium). Batuan gunung api pada umumnya tersebar di sebagian besar wilayah,
Data sekunder BBSDLP tahun 2012(Tabel 8) memperlihatkan bahwa Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatanmempunyai 14 satuan lahan yang terdiri dari
empatyaitu Grup Aluvial, Marin,Fluvio-Marin dan Volkan.Jenis tanah di daerah
penelitian diklasifikasikan dari tingkat ordo sampai subgroup seperti
disajikanpada Tabel 7.
22
(1) Entisols
Entisols merupakan tanah-tanah yang belum mempunyai perkembangan
struktur dengan susunan horison AC dan bersolum tipis. Tanah berkembang dari
bahan induk endapan pasir, endapan liat dan lumpur. Penyebaran tanah ini banyak
dijumpai pada landform pesisir pasir, pesisir lumpur dan dataran banjir dengan
relief datar. Berdasarkan kondisi drainase dan teksturnya, Entisols di daerah
penelitian dibedakan kedalam 2 subordo, yaitu Aquents dan Psamments. Subordo
Aquents dibedakan atas Grup Fluvaquents dan Endoaquents. Grup Fluvaquents
dibedakan atas Subgrup Sulfic Fluvaquents, Typic Fluvaquents.Grup Endoaquents
dibedakan atas Typic Endoaquents. Subordo Typic Psammaquents, sedangkan
subordo Psamments dibedakan atas Subgrup Typic Udipsamments.
Tabel 7. JenisTanah di Daerah Penelitian
No Ordo Subordo Grup Subgrup
1 Entisols Aquents Fluvaquents Sulfic Fluvaquents
Typic Sulfaquents
Endoaquents Typic Endoaquents
Psamments Psammaquents Typic Psammaquents
Udipsamments Typic Udipsamments
2 Inceptisols Aquepts Endoaquepts Typic Endoaquepts
Udepts Eutrudepts Aquic Eutrudepts
Typic Eutrudepts
3 Andisols Udands Hapludands Typic Hapludands
4 Alfisols Udalfs Hapludalfs Typic Hapludalfs
5 Mollisols Udolls Hapludolls Pachic Hapludolld
Sulfic Fluvaquents merupakan tanah yang belum mengalami perkembangan
atau belum matang (unripe). Tanah terbentuk dari bahan aluvium marin pada
Landform pesisir lumpur dengan relief datar (lereng 0-3%) dan drainase
terhambat. Tanah ini dicirikan oleh adanya kandungan bahan organik yang tidak
teratur pada sebagian besar panampangnya.Tanah lapisan bawah memiliki bahan
sulfidik (pirit) yang ditunjukkan oleh adanya reaksi kuat terhadap cairan H202.
Typic Sulfaquentsmerupakan tanah yang belum mengalami perkembangan
atau belum matang (unripe). Tanah terbentuk dari bahan aluvium marin pada
Landform pesisir lumpur dengan relief datar (lereng 0-3%) dan drainase
terhambat. Tanah ini dicirikan oleh adanya kandungan bahan organik yang tidak
teratur pada sebagian besar panampangnya.
Typic Endoaquents merupakan tanah yang belum mengalami
perkembangan atau belum matang (unripe). Tanah terbentuk dari bahan aluvium
pada Landform dataran banjir dengan relief datar (lereng 0-3%) dan drainase
terhambat.
Typic Psammaquents adalah Aquents yang mempunyai tekstur kasar (pasir
berlempung atau lebih kasar). Penyebarannya terutama pada Landform pesisir
23
pasir dengan relief datar (lereng 0-3%). Struktur tanah berbutir lepas, konsistensi
tidak lekat dan tidak plastis, drainase tanah terhambat.
Typic Udipsamments dicirikan oleh tekstur kasar (pasir berlempung atau
lebih kasar). Penyebarannya terutama pada Landformpesisir pasir dengan relief
datar (lereng 0-3%). Tekstur tanah pasir halus sampai pasir, struktur tanah
berbutir lepas konsistensi tidak lekat dan tidak plastis, drainase tanah baik.
(2) Inceptisols
Inceptisols merupakan tanah-tanah yang telah terjadi alterasi, perubahan
warna, ada bentukan struktur, dan adanya akumulasi liat silikat tetapi belum
memenuhi syarat argilik atau terdapat karatan pada tanah-tanah yang berdrainase
terhambat. Penyebaran Inceptisols di daerah penelitian pada Landform dataran
banjir, dataran koluvial, dataran fluvio-marin, intrusi volkan, dataran volkan
hingga pegunungan volkan, dengan relief bervariasi dari datar sampai bergunung.
Di daerah penelitian terdapat Subordo Aquepts dan Udepts. Subordo
Aquepts berkembang dari bahan induk aluvium dan aluvium marin, dan terdapat
pada lahan datar atau cekung, sehingga proses reduksi dan oksidasi dominan,
yang dicirikan dengan tanah yang sudah berkembang dan warna tanah terdapat
karatan. Subordo ini dibedakanke dalam Grup Endoaquepts dengan Subgrup
Typic Endoaquepts. Sedangkan Subordo Udepts mempunyai posisi lebih tinggi
dengan drainase baik, berkembang dari bahan induk tuf volkan dasit-andesit,
granodiorit dan diorit, memiliki rejim kelembaban tanah udik (tidak terdapat
bulan kering selama 90 hari berturut-turut) dan dibedakan kedalam Subgroup
Aquic Eutrudepts dan Typic Eutrudepts
Typic Endoaquepts berkembang dari bahan indukaluvium (endapan liat).
Penyebarannya terutama pada Landform dataran dataran banjir, dataran koluvial
dan dataran fluvio-marin dengan relief datar (lereng 0-3%). Solum tanah
tergolong sedang sampai dalam, tekstur liat, konsistensi lekat dan plastis, drainase
terhambat.
Aquic Eutrudepts berkembang dari bahan induk aluvium. Penyebarannya
hanya dijumpai pada Landform dataran koluvial dengan relief agak datar (lereng
1-3%). Tanah ini mempunyai solum tanah dalam (>100 cm), tekstur lempung
berpasir di lapisan atas dan lempung liat berpasir di lapisan bawah, struktur
gumpal, konsistensi agak lekat dan agak lekat, drainase baik. Pada lapisan tanah
paling bawah terdapat kondisi tanah jenuh air (akuik). Reaksi tanah agak masam
(pH 5,5-6,0),kejenuhan basa tinggi (> 50%).
Typic Eutrudepts berkembang dari bahan induk tuf volkan dasit-andesit,
granodiorit dan diorit. Penyebarannya cukup luas, dijumpai terutama pada
Landform dataran koluvial, intrusi volkan, dataran volkan hingga pegunungan
volkan, dengan relief bervariasi dari datar sampai bergunung. Tanah ini
mempunyai solum tanah dalam (>100 cm), tekstur lempung berliat di lapisan atas
dan liat di lapisan bawah, struktur gumpal, konsistensi lekat, drainase baik. Reaksi
tanah agak masam (pH 5,5-6,0),kejenuhan basa tinggi (>50%).
(3) Andisols
Andisols merupakan tanah-tanah yang terbentuk dari bahan induk abu/tuf
volkan. Tanah ini memiliki sifat tanah andik yang dicirikan oleh bobot isi tanah
24
rendah (<0,9 g/cm3), retensi fosfat sangat tinggi (>85%), dan Al/Fe oksalat tinggi
(> 2%). Tanah umumnya telah mengalami alterasi, perubahan warna, ada
bentukan struktur, dan adanya akumulasi liat silikat tetapi belum memenuhi syarat
argilik. Penyebaran Andisols di daerah penelitian terutama pada
Landformpegunungan volkan dan kerucut anakan volkan dengan relief berbukit
sampai bergunung. Tanah ini hanya dibedakanke dalam Subordo Udans dan
Group Hapludans dan dibedakan ke dalam 1 (satu) Subgrup, yaitu: Typic
Hapludands.
Typic Hapludands berkembang dari bahan induk tuf volkan dasit-andesit.
Tanah ini mempunyai solum dalam (>100 cm), tekstur lempung berdebu, struktur
granular, konsistensi gembur, tidak lekat dan tidak plastis, drainase baik. Reaksi
tanah agak masam (pH 5,5-6,0).
(4) Alfisols
Alfisols adalah tanah-tanah yang memiliki horison iluviasi liat silikat yang
memenuhi persyaratan argilik dengan kejenuhan basa tinggi (>35%). Alfisols di
daerah penelitian berkembang dari bahan induk tuf volkan dasit-andesit,
granodiorit dan diorit, terbentuk pada Landform dataran volkan hingga
pegunungan volkan, dan intrusi volkan dengan relief bergelombang (lereng 8-
15%) hingga bergunung (lereng >40%). Tanah ini hanya dibedakan ke dalam satu
Subordo yaitu Udalfs dan Group Hapludalfs dan dibedakan ke dalam 1 (satu)
Subgrup, yaitu: Typic Hapludalfs.
Typic Hapludalfs dicirikan oleh rejim kelembaban udik dengan solum
tanah dalam (100-150 cm), dan drainase baik. Tekstur liat, struktur gumpal,
konsistensi lekat dan plastis. Reaksi tanah agak masam (pH 5,0-6,0), kejenuhan
basa tinggi (>50%).
(5) Mollisols
Mollisols adalah tanah-tanah yang dicirikan oleh adanya epipedon molik
yang ditunjukkan oleh lapisan atas tebal dan berwarna gelap akibat adanya
akumulasi bahan organik yang terus menerus. Tanah ini dicirikan juga oleh
adanya kejenuhan basa yang tinggi (≥50%) pada seluruh lapisannya. Mollisols
didaerah penelitian berkembang dari bahan induk tuf volkan dasit-andesit.
Penyebarannya terutama pada Landform perbukitan volkan dengan relief berbukit
(lereng 25-40%). Tanah ini hanya dibedakan1 (satu) Subordo yaitu Udolls, dan
Group Hapudolls, dan satu Subgrup, yaitu: Pachic Hapludolls.
Pachic Hapludolls dicirikan oleh rejim kelembaban udik dengan solum
tanah dalam (100-150 cm), dan drainase baik. Lapisan atas tanah tebal dan
berwarna hitam. Tekstur lempung berliat hingga liat, struktur granuler hingga
gumpal, konsistensi gembur, lekat dan plastis. Reaksi tanah agak masam
(pH 5,0-6,0), kejenuhan basa tinggi (>50%).
25
Penggunaan Lahan
Lahan pemukiman di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sebagian
besar tersebar di sepanjang pesisir pantai, kecuali desa-desa Modisi dan Iligon
yang berada di area perbukitan. Permukiman yang berada di pesisir pantai tersebar
di kedua sisi jalan selatan trans Sulawesi. Berdasarkan jumlah penduduknya dan
kepadatannya (Tabel 4) untuk Kecamatan Bolaang Ukimerupakan kecamatan
yang terbanyak dan terpadat penduduknya.
Pemanfaatan lahan bagi kegiatan pertanian tanaman pangan di Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan sebagian besar digunakan bagi tanaman jagung dan
padi sawah. Tanaman lainnya adalah kacang tanah, ubi kayu, kacang hijau, padi
ladang, kedelai dan ubi jalar. Sebagian dari tanaman-tanaman tersebut ditanam
dalam sistem tumpang sari dengan tanaman kelapa.
Tanaman perkebunan yang mendominasi lahan perkebunan di kawasan ini
adalah tanaman kelapa dan cengkeh dan tanaman lainnya adalah kakao, kopi dan
lada.Lahan perkebunan kelapa terluas berada di Kecamatan Bolaang Uki dan
lahan perkebunan cengkeh terluas berada di Kecamatan Pinolosian.
Sawah yang terdapat di daerah penelitian pada umumnya adalah sawah
tadah hujan yang sumber airnya adalah air hujan, namun pada saat musim
kemarau, petani menggunakan sungai kecil untuk mengairi lahan mereka dengan
menggunakan pompa air. Lahan sawah di tanam 2 – 3 kali dalam setahun dan
selebihnya diberakan. Areal pertanaman sawah terluas berada di Kecamatan
Pinolosian (Lampiran 3).
Penggunaan lahan tegalan termasuk di dalamnya ladang yang terdapat
pada daerah dataran dan daerah berlereng dengan kebutuhan air sepenuhnya
tergantung dari air hujan. Umumnya penduduk membuka ladang di dekat
pemukiman, tetapi ada juga yang membuka ladang pada wilayah berlereng tanpa
usaha konservasi, sehingga mempercepat terjadinya kerusakan lahan. Biasanya
ladang ditanami tanaman pangn seperti jagung dan palawija.
Kebun campuran merupakan lahan pertanian yang ditanami beberapa jenis
tanaman pangan dan tahunan. Biasanya terletak dekat atau di sekitar pemukiman
penduduk. Penyebaran kebun campuran ini juga cukup luas.
Penggunaan lahan perkebunan biasanya ditanami dengan tanaman
cengkeh, kelapa, kakao, kopi dan lada. Perkebunan kelapa hampir tersebar di
semua wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, sedangkan perkebunan
cengkeh tersebar di wilayah Kecamatan Pinolosian Tengah dan Pinolosian Timur.
Semak belukar merupakan lahan yang didominasi oleh tumbuhan jenis
pohon-pohonan dan bercampur dengan jenis perdu dan alang-alang. Areal yang
ditumbuhi semak belukar cukup luas, baik di dataran maupun perbukitan. Lahan
ditumbuhi semak belukar antara lain merupakan bekas tebangan atau tegalan
(ladang) yang telah ditinggalkan.
Hutan di daerah penelitian masih sangat luas, penyebarannya hampir di
semua kecamatan ada, terutama di wilayah perbukitan dan pegunungan berlereng
curam. Hutan juga ada yang berada di daerah dataran khususnya hutan mangrove
yang berada dipesisir pantai di daerah penelitian.
26
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
Komoditas Unggulan
Hasil analisis Location Quotient (LQ) dan Shift Share Analysis (SSA) di
empat kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan disajikan pada
Tabel 8.Tabel 8 memperlihatkan bahwa untuk komoditas unggulan padi sawah
terdapat di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Bolaang Uki, Pinolosian dan Pinolosian
Timur. Komoditas unggulan padi ladang, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan
kacang hijau berada di satu kecamatan yaitu di Kecamatan Bolaang Uki,
komoditas unggulan jagung dan kedelai berada di 2 kecamatan yaitu di
Kecamatan Pinolosian Tengah dan Pinolosian Timur.
Tabel 8Nilai LQ dan SSA Komoditas Unggulan di Empat Kecamatan di
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
Sumber : Data Diolah,Badan Pusat Statistik dan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Bolang Mongondow Selatan (2012).
Komoditas unggulan kelapa berada di 3 kecamatan yaitu di Kecamatan
Bolaang Uki, Pinolosian Tengah dan Pinolosian Timur. Komoditas unggulan
cengkeh hanya di Kecamatan Pinolosian dan komoditas unggulan kopi berada di
Kecamatan Bolaang Uki serta komoditas unggulan kakao dan lada berada di dua
kecamatan yaitu di Kecamatan Pinolosian Tengah dan Pinolosian Timur.
Komoditas padi sawah memiliki sebaran paling luas dibandingkan
komoditas tanaman pangan lainnya dan diusahakan petani hampir merata di
seluruh kecamatan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai LQ > 1 di tiga kecamatan
yaitu Kecamatan Bolaang Uki, Pinolosian dan Pinolosian Timur. Hal ini
disebabkan tanaman padi merupakan bahan makanan pokok masyarakat di
Indonesia dan dari potensi pengembangannya sangat baik untuk dikembangkan
karena tersedia sumber air atau pengairan. Nilai LQ tertinggi terdapat pada
komoditas ubi jalar di Kecamatan Bolaang Uki (6,71). Hal ini disebabkan karena
Komoditas
Unggulan
Kecamatan
Bol. Uki Pinolosian P. Tengah P. Timur
LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA
Padi sawah 1,20 0,0456 1,22 -0,0142 0,94 0,0230 1,07 0,0244
Padi ladang 2,74 0,0933 0,58 0,0345 0,48 0,1111 0,46 0,1143
Jagung 0,77 0,0126 0,96 0,0095 1,06 0,0177 1,02 0,0098
Ubi kayu 3,58 0,0359 0,22 0,0505 0,18 0,0746 0,13 0,0667
Ubi jalar 7,06 0,1332 0,12 0,1429 0,04 -0,4000 0,04 -0,6000
Kacang tanah 1,46 0,0746 0,68 0,0580 0,83 0,0323 0,64 0,0707
Kedelai 0,71 0,2500 0,26 0,3333 2,00 0,1053 1,91 0,2353
Kacang Hijau 3,22 0,0588 0,63 0,0870 0,65 0,1364 0,42 0,1818
Kelapa 1,42 0,3345 0,59 0,0175 1,26 0,4661 1,02 0,3831
Cengkeh 0,45 0,2333 2,19 1,1520 0,09 0,3521 0,62 0,1176
Kakao 0,17 0,1370 0,64 0,1101 1,79 0,0162 1,92 -0,0103
Kopi 1,55 0,0182 0,07 0,1667 0,73 0,1429 0,31 0,1818
Lada 0,24 0,3750 0,42 0,1500 1,41 0,1500 1,10 0,2000
27
permintaan ubi jalar dan diversifikasi pangan di Kecamatan Bolaang Uki tinggi
dan areal tanam terluas hanya di kecamatan ini.
Untuk tanaman tahunan komoditas kelapa memiliki sebaran di tiga
kecamatan yaitu Kecamatan Bolaang Uki, Pinolosian Tengah dan Pinolosian
Timur bahkan di Provinsi Sulawesi Utara sehingga ada julukan Sulawesi Utara
sebagai kota Nyiur Melambai.
Hal tersebut terkait dengan banyaknya produk turunan yang dimiliki
komoditas kelapa yaitu merupakan tanaman yang sangat bermanfaat karena
hampir semua hasil pohon kelapa memiliki nilai ekonomis yang signifikan.
Tanaman kelapa menghasilkan buah kelapa dan batang kelapa sebagai produk
utama, lidi yang berasal dari daun kelapa, yang juga dapat dimanfaatkan. Sebagai
produk utama, buah kelapa menghasilkan empat produk yaitu daging kelapa, air
kelapa, tempurung dan sabut kelapa. Daging kelapa dapat diolah menjadi kopra
dan kemudian diproses lebih lanjut menjadi minyak kelapa kasar, minyak goreng
dan margarin untuk konsumsi masyarakat. Daging kelapa dapat diolah menjadi
dessicated coconut. Air kelapa dapat diolah menjadi nata de coco, kecap, dan
minuman air kelapa. Bungkil kopra dapat diolah menjadi bahan campuran
makanan ternak. Batang kelapa dapat diolah menjadi mebel yang berkualitas
tinggi. Sabut kelapa dapat diolah menjadi serat untuk berbagai keperluan, seperti
sapu dan jok mobil. Tempurung kelapa umumnya dapat diolah menjadi arang
tempurung dan karbon aktif. Dengan demikian komoditi kelapa dapat berperan
sebagai penggerak utama perekonomian daerah. Disamping itu juga komoditas
kelapa telah memiliki industri pengolahan baik, sebagai minyak kelapa maupun
dalam bentuk kopra yang telah di ekspor ke beberapa negara tetangga seperti
Filipina, Malaysia dan Singapura.
Tabel 8 menunjukkan bahwa komoditas padi sawah berada di 4
kecamatan. Komoditas padi sawah di Kecamatan Bolaang Uki walaupun dilihat
dari luas areal tanamnya memiliki luasan yang terkecil dibandingkan di tiga
kecamatan lainnya, namun merupakan komoditas unggulan di Kecamatan
Bolaang Uki dan Pinolosian Timur. Sedangkan di Kecamatan Pinolosian memiliki
luas areal tanam yang terbesar namun padi sawah bukan merupakan komoditas
unggulan di Kecamatan Pinolosian. Hal ini disebabkan di Kecamatan Pinolosian
pertumbuhannya negatif/nilai SSA(-0,0142) artinya terjadi penurunan aktivitas
usahatani padi sawah. Hal ini disebabkan lahan sawah mengalami alih fungsi
lahan menjadi lahan kering, pemukiman dan bangunan perkantoran sehingga
lahan sawah luasannya semakin berkurang.
Demikian juga halnya dengan komoditas kakao di Kecamatan Pinolosian
Timur dan komoditas ubi jalar di Kecamatan Pinolosian Tengah memiliki laju
pertumbuhan yang negatif. Untuk komoditas kakao dilihat dari luas areal tanam
memiliki luas yang terkecil dibandingkan dengan ketiga kecamatan lainnya,
namun karena di tiga kecamatan tersebut kakao bukan merupakan komoditas
unggulan, sementara di Kecamatan Bolaang Uki komoditas unggulannya adalah
kakao.
Komoditas cengkeh di Kecamatan Pinolosian memiliki laju pertumbuhan
yang paling tinggi dengan nilai SSA sebesar 1,1520.Hal ini menunjukkan bahwa
komoditas cengkeh memiliki potensi tinggi untuk dapat dikembangkan dan petani
di Kecamatan Pinolosian menganggap cengkeh adalah komoditas yang
menguntungkan dan menjanjikan dibandingkan komoditas lainnya. Di samping
28
itu komoditas cengkeh telah memiliki industri pengolahan yang dikembangkan
oleh salah satu anak perusahaan Djarum Kudusyang mampu menyerap tenaga
kerja di Kecamatan Pinolosian bahkan di luar kecamatan. Pengamatan di lapang
menunjukkan bahwa diKecamatan Pinolosian selain tanaman cengkeh petani juga
menanam komoditas lain tetapi bukan merupakan tanaman utama.
Berdasarkan nilai LQ>1 dan shift share>0 pada Tabel 8, maka ada 13
komoditas unggulan di wilayah penelitian. Komoditas unggulan tersebut terdiri
dari 8 komoditas unggulan tanaman pangan dan 5 komoditas ungulan tanaman
tahunan. Adapun komoditas unggulan masing-masing kecamatan seperti tertera
pada Tabel 9.
Tabel 9. Komoditas Unggulan Masing-Masing Kecamatan di Kabupeten
Bolaang Mongondow Selatan
Tabel 9 memperlihatkan bahwa Kecamatan Bolaang Uki mempunyai 8
komoditas unggulan yaitu 6 tanaman pangan dan 2 tanaman tahunan. Untuk
tanaman pangan umumnya ditanam di wilayah yang relatif datar sampai
berombak (0- 25%) sedangkan tanaman tahunan kelapa dan kopi berada di
wilayah berombak sampai bergunung (>25%). Kecamatan Pinolosian komoditas
unggulannya adalah cengkeh. Kecamatan Pinolosian Tengah mempunyai 5
komoditas unggulan yaitu 2 tanaman pangan (jagung dan kedelai) dan 3 tanaman
tahunan (kelapa, kakao dan lada). Kecamatan Pinolosian Timur mempunyai 5
komoditas unggulan yaitu 3 tanaman pangan (padi sawah, jagung dan kedelai) dan
2 tanaman tahunan yaitu kelapa dan lada.
Kesesuaian Lahan Komoditas Unggulan
Dasar penilaian kesesuaian lahan adalah satuan lahan, berdasarkan Peta
Satuan Lahan skala 1 : 50.000 (BBSDLP, 2012) Kabupaten Bolaang Mongondow
Selatan, jenis satuan lahannya seperti yang disajikan pada Tabel 10. Tabel 10
menunjukkan bahwa wilayah tersebut terdiri dari 4 Landform yaitu Landform
Aluvial, Landform Marin, Landform Fluvio-marin dan Landform Volkanik.
Wilayah penelitian ini didominasi oleh landform pegunungan volkan
sangat tertoreh dengan luas 45.994 ha (41,07%) dengan relief bergunung (> 40%)
dan didominasi tanah Inceptisol 85.005 ha (75,91%).
Tabel 10 menunjukkan bahwa Landformpegunungan volkan sangat
tertorehterluas yaitu 25.679 ha (22,93%) dan satuan lahan 5 (pesisir lumpur)
Kecamatan Komoditas
Bolaang Uki : Padi Sawah, Padi Ladang, Ubi Kayu, Ubi Jalar,
Kacang Tanah, Kacang Hijau, Kelapa dan Kopi
Pinolosian : Cengkeh
Pinolosian Tengah : Jagung, Kedelai, Kelapa, Kakao dan Lada
Pinolosian Timur : Padi sawah, Jagung, Kedelai, Kelapa dan Lada
29
luasnya paling kecil yaitu sekitar 174 ha (0,15%). Bahan induknya terdiri dari
aluvium seluas 9.318 ha (8,33%), aluvium marin seluas 1.548 ha (1,38%), tuf
volkan dasit-andesit seluas 85.752 ha (76,57%) dan granodiorit-diorit seluas
15.370 ha (13,73%).
Lereng 0 – 3% dengan relief datar terdapat di 5 macam satuan lahan yaitu
satuan lahan 1 (dataran banjir), satuan lahan 2 (dataran koluvial), satuan lahan 5
(pesisir lumpur), satuan lahan 6 (dataran fluvio-marin) dan satuan lahan 7 (pesisir
pasir).. Lereng > 40% ada di 3 satuan lahan yaitu satuan lahan 11 (pegunungan
volkan sangat tertoreh), satuan lahan 13 (kerucut anakan volkan sangat tertoreh)
dan satuan lahan 14 (intrusi volkan). Penggunaan lahan terdiri dari sawah, tegalan,
semak belukar, kebun campuran, perkebunan dan hutan.
Landform Aluvial terdiri atas dataran banjir dan dataran koluvial, berbahan
induk aluvium dengan relief datar (lereng 0-3%), agak datar (1-3%) , agak landai
(lereng 3-8%) dan agak bergelombang (5 – 8%). LandformAluvialmerupakan
wilayah yang terbentuk karena proses fluvial dari bahan endapan sungai, biasanya
berlapis-lapis dengan tekstur beragam, dicirikan oleh adanya kerikil/batu yang
bentuknya membulatdengan relief datar.
Landform Marin berada pada posisi di sebagian garis pantai, dan
mempunyai batas yang kontras dengan dataran aluvial atau dataran/perbukitan
volkan di belakangnya. Landform Marin terbentuk karena proses pengendapan
bahan-bahan dibawah pengaruh atau lingkungan marin pada wilayah datar agak
cekung.
Landform ini terdiri atas pesisir pasir dan pesisir lumpur. Grup marin,
dijumpai 2landform yaitu pesisir lumpur dengan relief datar (lereng 0 – 3%)dan
pesisir pasir dengan relief datar (lereng 0 - 3%).
Landform Fluvio-Marin terbentuk proses pengendapan marin yang
posisinya relatif sudah jauh dari asal pembentukannya dan sudah banyak
dipengaruhi oleh bahan fluvial. Landform ini terdiri atas dataran fluvio-
marindengan relief datar (lereng 0 – 3%).
Landform Volkanik (wilayah berbukit dan bergelombang) merupakan
dataran yang terbentuk dari hasil letusan gunung api. Grup volkanik menutupi
sebagian besar daerah penelitian dengan bahan induk tanah secara umum dari tuf
dan lava, terdiri dari dataran volkan bergelombang dengan relief bergelombang
(lereng 8 – 15%), perbukitan volkan sangat tertoreh dengan relief berbukit (lereng
15 – 25%), pengunungan volkan sangat tertoreh dibedakan 2 satuan lahan dengan
relief bergunung (lereng 25 – 40%) dan (lereng >40%), intrusi volkan dibedakan 2
satuan lahan dengan relief berbukit (lereng 25 – 40%) dan bergunung
(lereng>40%) serta kerucut anakan volkan sangat tertoreh dengan relief berbukit
(lereng >40%) dibedakan 1 satuan lahan.
Tabel 10 dan Gambar 4 memperlihatkan bahwa dari 14 satuan lahan ini
masih termasuk kawasan budidaya, kawasan hutan dan suaka alam. Untuk
memisahkan kawasan budidaya dan kawasan lindung dilakukan dengan cara
mengoverlay peta satuan lahan dari BBSDLP dengan peta Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) kabupaten. Hasil yang didapatkan adalah dari 14 satuan lahan
tersebut hanya ada 10 satuan lahan yang termasuk dalam kawasan budidaya yaitu
satuan lahan 1, 2, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 11 dan 12, dan kawasan lindung terdiri dari 4
satuan lahan. Luas kawasan budidaya dan kawasan lindung hasil dari penapisan
satuan lahan dengan peta RTRW kabupaten disajikan pada Tabel 11.
28
30
Tabel 10. Satuan Lahan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Propinsi Sulawesi Utara
Sumber : Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian (2012)
Satuan
Peta
Lahan
Landform Relief/Lereng
(%) Bahan Induk Jenis Tanah Penggunaan lahan
Luas
ha %
1 Dataran banjir Datar
(0-3%)
Aluvium
Typic Endoaquepts
Typic Endoaquents
Sawah, kebun campuran, tegalan,
semak belukar
3.242 2,90
2 Dataran koluvial Datar
(0-3%)
Aluvium Typic Eutrudepts
Aquic Eutrudepts
Typic Endoaquepts
Sawah, kebun campuran, tegalan,
semak belukar
2.842 2,54
3 Dataran koluvial Agak landai
(3-8%)
Aluvium Typic Eutrudepts
Typic Endoaquepts
Sawah, kebun campuran, tegalan,
semak belukar
1.963 1,75
4 Dataran koluvial Agak Bergelombang
(5-8%)
Aluvium Typic Eutrudepts
Typic Endoaquepts
Sawah, kebun campuran, tegalan,
semak belukar
1.271 1,14
5 Pesisir lumpur Datar
(0-3%)
Aluvium marin Typic Fluvaquents
Sulfic Fluvaquents
Sawah, kebun campuran, tegalan,
semak belukar, hutan mangrove
174 0,15
6 Dataran fluvio-marin Datar
(0-3%)
Aluvium marin Typic Endoaquepts
Typic Eutrudepts
Sawah, kebun campuran, tegalan,
semak belukar
561 0,50
7 Pesisir pasir Datar
(0-3%)
Aluvium marin Typic Udipsamments
Typic Psammaquents
Kebun campuran, tegalan, semak
belukar
813 0,73
8 Dataran volkan
Bergelombang
Bergelombang
(8-15%)
Tuf volkan
dasit-andesit
Typic Eutrudepts
Typic Hapludalfs
Kebun campuran, hutan, tegalan,
semak belukar
9.235 8,25
9 Perbukitan volkan
sangat tertoreh
Berbukit
(15-25%)
Tuf volkan
dasit-andesit
Typic Eutrudepts
Typic Hapludalfs
Pachic Hapludolls
Kebun campuran, hutan, tegalan,
semak belukar
24.843 22,18
10 Pegunungan volkan
sangat tertoreh
Bergunung
(25-40%)
Tuf volkan
dasit-andesit
Typic Eutrudepts
Typic Hapludands
Perkebunan, hutan, tegalan, semak
belukar
25.679 22,93
11 Pegunungan volkan
sangat tertoreh
Bergunung
(>40%)
Tuf volkan
dasit-andesit
Typic Hapludands
Typic Eutrudepts
Kebun campuran, hutan, semak
belukar
20.315 18,14
12 Intrusi volkan Berbukit
(25-40%)
Granodiorit
dan diorite
Typic Eutrudepts
Typic Hapludalfs
Kebun campuran, hutan 14.185 12,67
13 Kerucut anakan volkan
sangat tertoreh
Berbukit
(>40%)
Tuf volkan
dasit-andesit
Typic Hapludands
Typic Eutrudepts
Kebun campuran, hutan, semak
belukar
5.680 5,07
14 Intrusi volkan Bergunung
(>40%)
Granodiorit
dan diorite
Typic Eutrudepts
Typic Hapludalfs
Hutan 1.185 1,06
Jumlah 111.987 100,00
53
30
31
31 Gambar 4. Peta Satuan Lahan di Empat Kecamatan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
32
Tabel 11. Luas Kawasan Budidaya dan Kawasan Lindung di Empat Kecamatan
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
Sumber : Bappeda Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (2010).
Tabel 11 menunjukkan bahwa berdasarkan peta Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan tahun 2010, alokasi
lahan yang dapat dikembangkan untuk pertanian (kawasan budidaya) seluas
69.694,0ha (62%) dan kawasan lindung seluas 42.293,1 ha (38%). Kawasan
budidaya merupakan kawasan yang akan dianalisis lebih lanjut dalam penelitian
ini.
Satuan lahan yang berada pada kawasan budidaya itulah yang akan dinilai
kesesuaian lahannya. Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan
untuk masing-masing kecamatan disajikan pada Tabel 12 sedangkan hasil
evaluasi kesesuaian lahan komoditas unggulan pada setiap satuan lahan dapat
dilihat pada Lampiran 10 dan 11.
Tabel 12. Kesesuaian Lahan Komoditas Unggulan di Empat Kecamatan di
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
Keterangan : S1 = Sangat Sesuai ; S2 = Agak Sesuai; S3 = Sesuai Marginal; N = Tidak Sesuai
Kecamatan Kawasan
Budidaya (ha)
Kawasan Lindung Jumlah
(ha) HL (ha)
SA (ha)
KA (ha)
Jumlah (ha)
B. Uki 25.044,9 6.297,6 7.694,9 - 13.992,5 39.037,4
Pinolosian 14.239,9 11.305,0 1.283,5 - 12.588,5 26.828,4
P.Tengah 11.323,1 8369,9 1.620,0 1.081,8 11.071,7 22.394,8
P.Timur 19.086,0 4.529,7 - 110,7 4.640,4 23.726,4
Jumlah 69.694,0
42.293,1 111.987,0
Komoditas Unggulan
Kelas kesesuaian lahan
S1
(ha)
S2
(ha)
S3
(ha)
S N
(ha) % (ha) %
BOLAANG UKI Padi sawah
2.536,6 4.941,1 4.925,9 12.403,6
49,5
12.641,3
50,3
Padi Ladang & K. Hijau 2.536,6 3.838,4 6.028,6 12.403,6 49,5 12.641,3 50,3
U. Jalar, U. Kayu & K.Tanah 2.536,6 3.838,4 4.925,9 11.300,9 45,1 13.743,9 54,9
Kopi 0,0 11.342,7 9.470,7 20.771,6 82,9 4.273,3 17,1
Kelapa 2.536,6 4.941,1 13.294,0 20.771,6 82,9 4.273,3 17,1
PINOLOSIAN
Cengkeh 3.402,7 5.511,9 5,239,0
14.153,6
99,4
86,3
0,6
PINOLOSIAN TENGAH
Jagung, Kedelai, & Lada 831,3 1.789,7 2.330,4
4.951,4
43,7
6.371,7
56,3
Kakao 2.621,0 1.805,5 1.875,6 6.302,1 55,7 5.021,0 44,3
Kelapa 831,3 2.314,7 3.156,1 6.302,1 55,7 5.021,0 44,3
PINOLOSIAN TIMUR
Padi sawah 406,6 6.047,0 2.233,2
8.686,8
45,5
10.399,2
54,5
Jagung, Kedelai, & Lada 406,6 5.682,1 2.598,1 8.686,8 43,6 10.399,2 54,5
Kelapa 406,6 6.047,0 7.889.7 14.343.4 75,2 4.742,7 24,8
53
28
33
Tabel 12 menunjukkan bahwa ada komoditas yang memiliki kesesuaian
lahan yang sama yaitu komoditas padi ladang dan kacang hijau, komoditas ubi
jalar, ubikayu dan kacang tanah serta komoditas jagung kedelai dan lada. Hal ini
disebabkan karena kriteria kesesuaian lahan pada komoditas tersebut memiliki
perbedaan yang sangat kecil atau hampir sama.
Tabel 12 menunjukkan bahwa berdasarkan luasannya, lahan yangsesuai
untuk padi sawah seluas 21.090,3 ha (33%) yang berada di Kecamatan Bolaang
Uki dan di Kecamatan Pinolosian Timur dimana kesesuaian lahan S1 seluas
2.943,2 ha, S2 seluas 10.988,1 ha, S3 seluas 7.159,1 ha. Dari luasan tersebut
terlihat bahwa kesesuaian lahan S2 > S3 > S1. Kelas kesesuaian lahan S1 terbesar
di Kecamatan Bolaang Uki. Kelas kesesuaian lahan S2 terbesar di Kecamatan
Pinolosian Timur dan untuk kelas kesesuaian S3 berada di Kecamatan Bolaang
Uki.
Hal ini disebabkan karena faktor pembatas utamanya adalah drainase dan
bahaya erosi (lereng) karena komoditas padi sawah membutuhkan lereng yang
datar dan sangat membutuhkan air.Untukdapat dikembangkan bagi pertanian
lahan basah diperlukan usaha-usaha perbaikanterhadap kondisi tanah dan irigasi
sehingga bisa didapat kelas kesesuaian lahanyang lebih baik.
Sub kelas kesesuaian lahan beserta peta kesesuaian lahan untuk komoditas
unggulan padi sawah disajikan pada Tabel 13 dan Gambar 5, dan untuk komoditas
lainnya peta kesesuaian lahan dan sub kelas kesesuaian lahan beserta luasannya
dapat dilihat pada Lampiran 25 sampai 38.
Tabel13. Subkelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Padi Sawah di
Kecamatan Bolaang Uki dan Pinolosian Timur
Sub Kelas Faktor
Pembatas
Satuan
lahan
LUAS
Ha %
S1 Sangat Sesuai - 2, 3 2.943,2 4,69
S2oa Agak Sesuai Draenase 1, 6 1.467,5 2,34
S2eh Agak Sesuai Bahaya erosi 4,8 9.520,5 15,17
S3eh Sesuai Marginal Bahaya erosi 9 7.159,1 11,40
Neh Tidak Sesuai Bahaya erosi 10, 11 23.040,4 36,71
SA Suaka Alam - 7.694,9 12,26
KA Konservasi Air -
110,9 0,18
HL Hutan Lindung - 10.827,3 17,25
Jumlah
62.763,8 100,00
34
Gambar 5. Peta Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Padi Sawah di Kecamatan Bolaang Uki dan Pinolosian Timur
34
35
Lahan yang sesuai untuk komoditas unggulan untuk padi ladang dan
kacang hijau seluas 12.403,6 ha (49,5%) dimana kelas kesesuaian S1 seluas
2.536,6 ha, S2 seluas 3.838,4 ha dan S3 seluas 6.028,5 ha. Lahan yang sesuai
untukkomoditas unggulan untuk ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah seluas
11.300,9 ha (45,1%) dimana S1 seluas 2.536,6 ha, S2 seluas 3.838,4 ha dan S3
seluas 4.925,9 ha. Komoditas ini berada di Kecamatan Bolaang Uki dan dari
luasan tersebut terlihat bahwa kesesuaian lahan S3 > S2 > S1. Hal ini disebabkan
karena faktor pembatas utamanya adalah bahaya erosi (lereng) dan drainase yang
membutuhkan lereng yang relatifdatar (Lampiran 25, 26, 27 dan 28).
Lahan yang sesuai untuk komoditas unggulan kopi di Kecamatan Bolaang
Uki seluas 20.771,6 ha (82,9%) dengan kelas kesesuaian lahan S1 tidak ada, S2
seluas 11.300,9 ha dan S3 seluas 8.368 (Lampiran 29 dan 30).
Luas lahan yang sesuai untuk komoditas unggulan kelapa seluas 41.419 ha
(78,63%) dimana kelas kesesuaian lahan S1 seluas 3.774,5 ha, S2 seluas 13.302,8
ha, S3 seluas 24.339,8 ha. Hampir sebagian besar dari total luas lahan yang sesuai
untuk kelapa terbesardi tiga kecamatan yaitu Kecamatan Bolaang Uki, Kecamatan
Pinolosian Timur dan Kecamatan Pinolosian Tengah, dimana potensi kesesuaian
lahannyaadalah S3 >S2 > S1. Kelas kesesuaian S1 dan S3 terbesar di Kecamatan
Bolaang Uki, S2 terbesar di Kecamatan Pinolosian Timur (Lampiran 31 dan 32).
Lahan yang sesuai untuk komoditas unggulan cengkeh seluas 14.153,6 ha
(99,4%) dimana kelas kesesuaian lahan S1 seluas 3.402,7 ha, S2 seluas 5.511,9
ha dan S3 seluas 5.239 ha. Komoditas ini berada di Kecamatan Pinolosian dengan
kesesuaian lahan S2 >S3> S1 (Lampiran 33 dan 34).
Lahan yang sesuai untuk komoditas unggulan jagung, kedelai dan lada
seluas 13.638,3 ha (29,57%) dimana kelas kesesuaian S1 seluas 1.237,9 ha, S2
seluas 7.471,8 ha dan S3 seluas 4.928,6 ha berada di Kecamatan Pinolosian
Tengah dengan luasan S1 terbesar di Kecamatan Pinolosian Tengah dan kelas
kesesuaian S2 dan S3 terbesar di Kecamatan Pinolosian Timur (Lampiran 35 dan
36).
Lahan yang sesuai untuk untuk komoditas unggulan kakao seluas
6.302,1 ha (55,7%) dimana kelas kesesuaian lahan S1 seluas 2.621 ha, S2 seluas
1.805,5 ha dan S3 seluas 1.875,7 ha. Komoditas unggulan kakao ini berada di
Kecamatan Pinolosian Tengah dengan kelas kesesuaian S1>S3> S2 ( Lampiran 37
dan 38).
Hal ini disebabkan karena tanaman kelapa ini memang merupakan salah
satu komoditas sudah menjadi budaya masyarakat Sulawesi Utara karena sudah
diusahakan oleh penduduk secara turun temurun dan hasil dari kelapa mudah
untuk dipasarkan.
Hasil evaluasi kesesuaian lahan ini menunjukkan bahwa Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan memiliki potensi lahan yang cukup besar untuk
pengembangan tanaman tahunan/perkebunan, karena sebagian besar dari
wilayahnya berombak yang sangat cocok untuk pengembangan tanaman
tahunan/perkebunan. Pada umumnya semua komoditas unggulan, faktor
pembatas utamanya adalah drainase dan bahaya erosi/lereng curam.
36
Pewilayahan Komoditas Pertanian
Analisis Kelayakan Finansial
Hasil analisis kelayakan usahatani pada Tabel 14 menunjukkan bahwa
seluruh komoditas secara ekonomis menguntungkan terlihat dari nilai
R/C ratio >1 untuk tanaman pangan dan untuk tanaman tahunan dari
B/C ratio > 1 dan lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 40– 52.
Tabel 14. Analisis Kelayakan Usahatani Komoditas Unggulan di Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan
Dari segi teknis agronomis, komoditas unggulan ini memiliki tingkat
toleransi yang tinggi terhadap kondisi tanah dan iklim.Dilihat dari peluang pasar
yang ada, komoditas-komoditas tersebut memiliki permintaan pasar yang tinggi,
baik pasar lokal maupun pasar lintas daerah. Khususnya komoditas jagung,
merupakan salah satu serealia yang strategis dan bernilai ekonomi serta
mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber
utama karbohidrat dan protein setelah beras. Hampir seluruh bagian tanaman
jagung dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Batang dan daun
tanaman yang masih muda dapat digunakan untuk pakan ternak, daun tanaman
yang tua (setelah dipanen) dapat digunakan untuk pupuk hijau atau kompos. Saat
ini cukup banyak yang memanfaatkan batang jagung untuk kertas. Kegunaan lain
dari jagung adalah sebagai pakan ternak, bahan baku farmasi, dextrin, perekat,
tekstil, minyak goreng, dan etanol dan sudah ada permintaan dari Provinsi
Gorontalo yang selanjutnya di ekspor ke negara tetangga Malaysia walaupun
masih dalam jumlah yang relatif sedikit.
Demikian juga dengan komoditas kelapa, memiliki prospek yang baik di
masa yang akan datang karena multifungsi yang dimiliki komoditas kelapa, petani yang
biasanya hanya menjual kopra, sekarang mereka juga telah membuat Virgin
Tanaman
Pangan
Periode
Analisis (Tahun)
Biaya Produksi
(Rp.) Penerimaan
(Rp.) Keuntungan
(Rp.) R/C
ratio
Padi Sawah 1 3.499.500 13.812.500 10.313.000 3,95 Padi Ladang 1 4.568.000 14.400.000 9.832.000 3,94 Jagung 1 3.870.000 7.917.500 4.047.500 2,05 Ubi kayu 1 3.852.000 9.916.950 6.064.950 2,57 Kedelai 1 3.835.250 7.330.000 3.494.750 1,91 Ubi jalar 1 5.058.750 13.800.000 8.741250 2,73 Kacang tanah 1 3.257.600 7.170.000 3.912.400 2,20 Kacang Hijau 1 4.985.000 7.165.000 2.180.000 1,44
Tanaman
Tahunan Investasi
(Rp/ha) NPV (Rp) (i = 15%)
IRR (%) B/C
ratio Cengkeh 30 63.300.000 50.576.373 38,75 3,31 Kopi 8 32.380.000 67.905.617 57,41 3,95 Kakao 25 152.890.000 110.462.059,5 55,96 3,92 Lada 8 42.800.000 20.310.757 43,99 1,76 Kelapa 30 21.770.000 17.806.293,2 35,04 2,96 Nilai standar > 1,0
37
Coconut Oil (VCO), nata de coco, dan lain-lain yang bisa menambah penghasilan
bagi petani.
Nilai R/C ratio untuk komoditas tanaman pangan tertinggi adalah
komoditas padi sawah yaitu 3,95 dengan keuntungan sebesar Rp. 10.313.000.
Nilai R/C ratio yang terendah adalah komoditas kacang hijau yaitu 1,44 dengan
keuntungan sebesar Rp.2.180.000. Dilihat dari penggunaan biaya produksinya
kacang hijau lebih tinggi dibandingkan dengan padi sawah, namun pendapatan
padi sawah lebih tinggi dibandingkan dengan kacang hijau. Dikatakan layak untuk
diusahakan karena nilai dari R/C ratio > 1 dan keuntungan yang didapatkan lebih
besar daripada biaya produksinya.
Nilai B/C ratio tertinggi untuk komoditas tanaman tahunan adalah
komoditas kopi yaitu 3,95. Dikatakan layak untuk diusahakan karena nilai dari
B/C ratio > 1 dan nilai dari IRR lebih tinggi dari bunga bank (discount rate) yang
ditetapkan dan nilai NPV yang hampir dua kali lipat dari investasi (biaya
produksi).
Pewilayahan Komoditas Unggulan
Komoditas unggulan yang dibudidayakan di wilayah Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan jenisnya cukup banyak yaitu 13 komoditas. Luas
kepemilikan lahan usahatani berkisar antara 0,5 sampai 3,5 ha, terdiri dari lahan
sawah berkisar antara 0,25– 1,0 ha dan lahan kering (tegalan) berkisar dari
0,25 - 2,5 ha. Lahan sawah pada umumnya ditanami padi 2 kali dalam setahun
dan kemudian diberakan. Sumber air diperoleh dari hujan dan pada saat musim
kemarau sumber airnya diambil dari sungai kecil menggunakan pompa air untuk
mengairi sawah mereka.
Pengusahaan tanaman pangan dan tanaman perkebunan di lahan kering
pada umumnya dilakukan dengan sistem tumpang sari atau tumpang gilir,
sehingga dalam penyusunan pewilayahan komoditas, beberapa komoditas
unggulan tanaman pangan dan tanaman perkebunan diusahakan/cocok
dikembangkan di wilayah tersebut, kecuali di Kecamatan Pinolosian, komoditas
cengkeh hanya ditanam secara monokultur.
Atas dasar sistem tumpangsari dan tumpang gilir itu, untuk memudahkan
penyusunan pewilayahan maka komoditas yang sering di tanam dengan sistem
tumpangsari dan tumpang gilir kemudian dikelompokkan menjadi komoditas
unggulan di tiap-tiap kecamatan.
Berdasarkan pengelompokan komoditas unggulan di masing-masing
kecamatan, maka pewilayahan komoditas unggulan pertanian dikelompokkan
menjadi 3 sistem pewilayahan yaitu : 1). Sistem pertanian lahan basah meliputi
komoditas padi sawah; 2). Sistem pertanian lahan kering tanaman pangan meliputi
komoditas padi ladang, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar dan
ubi kayu; 3). Sistem pertanian lahan kering tanaman tahunan meliputi komoditas
cengkeh, kelapa, kopi, kakao dan lada.
Hasil pewilayahan komoditas unggulan pertanian per kecamatan dengan
memperhitungkan pengelompokan komoditas unggulanyang terdapat di tiap
kecamatan seperti tertera pada Tabel 15.
38
Tabel 15. Pewilayahan Komoditas Pertanian Kabupaten Bolaang Mongondow
Selatan
Keterangan : tanda ( ) berarti hanya sebagian luas satuan lahan yang termasuk didalamnya
Tabel 15 menunjukkan bahwa sistem pertanian lahan basah (PS) adalah
hanya ada komoditas padi sawah dan untuk pengembangan padi sawah seluas
2.943,1 ha (5,3%) berada 2 kecamatan yaitu di Kecamatan Bolaang uki dan
Kecamatan Pinolosian Timur karena memiliki tingkat kesesuaian lahan yang
tinggi untukkomoditas ini. Dari data tersebut menunjukkan bahwa potensi untuk
pengembangan untuk komoditas padi sawah sebagian besar terdapat di
Kecamatan Bolaang Uki, dimana lahan relatif datar, sifat fisik dan kimia tanah
cukup baik, sumber air dan tenaga kerja tersedia sehingga budidaya pertanian
menjadi lebih mudah dan input untuk pengolahan tanah menjadi lebih sedikit.
Sistem pertanian lahan kering untuk tanaman pangan (TP) terdapat di 3
kecamatan yaitu Kecamatan Bolaang Uki dengan komoditas unggulan padi
ladang, kacang hijau ubi jalar, ubi kayu dan kacang tanah dengan luas 1.008,5 ha
(1,81%). Kecamatan Pinolosian Tengah dan Kecamatan Pinolosian Timur dengan
komoditasunggulan jagung dan kedelai seluas 4.542,9 ha (8,21%). Dari data
tersebut menunjukkan bahwa potensi pengembangan lahan kering untuk tanaman
pangan sebagian besar terdapat di Kecamatan Pinolosian Tengah dan Pinolosian
Timur. Lahannya datar sampai agak bergelombang (lereng < 8%), sifat fisik dan
kimia tanah cukup baik.
Sistem pertanian lahan kering untuk tanaman perkebunan/tahunan (TT)
tersebar di semua kecamatan. Tabel 15 menunjukkan bahwa potensi lahan kering
untuk pengembangan tanaman tahunan/perkebunan terbesar berada Kecamatan
Kecamatan Sistem Pertanian Satuan Lahan Luas
ha %
Bolaang
Uki
PS Sistem Pertanian Lahan Basah
Padi sawah (2), (3) 2.536,6 4,56
TP Sistem Pertanian Lahan Kering
Tanaman Pangan
Padi Ladang , Kacang Hijau, Ubi jalar,
Ubi kayu, kacang tanah
(1) 1.008,5 1,81
TT Sistem Pertanian Lahan Kering
Tanaman Tahunan
Kopi, kelapa (6), (8), (9), (10) 17.226,5 31,00
Pinolosian TT Sistem Pertanian Lahan Kering
Tanaman Tahunan
Cengkeh (1), (2), (3), (4), (6),
(8), (9), (10)
14.153,6 25,47
Pinolosian
Tengah
TP Sistem Pertanian Lahan Kering
Tanaman Pangan
Jagung, kedelai (1), (2), (3), (4) 1.620,2 2,92
TT Sistem Pertanian Lahan Kering
Tanaman Tahunan
Kakao, kelapa, Lada (6), (8), (9), (10) 4.682,1 8,43
Pinolosian
Timur
PS Sistem Pertanian Lahan Basah
Padi sawah (3) 406,6 0,73
TP Sistem Pertanian Lahan Kering
Tanaman Pangan
Jagung, kedelai (1), (4) 2.940,7 5,29
TT Sistem Pertanian Lahan Kering
Tanaman Tahunan
Kelapa, lada (8), (9), (10) 10.996,4 19,79
Jumlah 55.571,3 100,00
39
Bolaang Uki dengan komoditas kopi dan kelapa seluas 17.226,5 ha (31%),
kemudian di Kecamatan Pinolosian yang merupakan sentra komoditas cengkeh
dengan luas 14.153,6 ha (25,47%). Kecamatan Pinolosian Timur seluas 10.996,4
(19,79%) dengan komoditas kelapa dan lada. Kecamatan Pinolosian Tengah
dengan komoditas kakao, kelapa dan lada seluas 4.682,1 ha (8,43%).
Dalam penyusunan pewilayahan komoditas pertanian, disamping
mempertimbangkan faktor kelas kesesuaian lahan dan faktor ekonomi juga
mempertimbangkan faktor sosial budaya atau kebiasaan dari masyarakat
setempat. Dari segi sosial budaya, misalnya kesesuaian lahan untuk suatu
komoditas tertentu cukup baik, namun budaya masyarakat setempat kurang
menyukainya, maka komoditas tersebut mungkin sulit untuk dikembangkan.
Contohnya seperti di Kecamatan Pinolosian, komoditas unggulan adalah cengkeh,
tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa di kecamatan tersebut tidak bisa
ditanami komoditas lain, tetapi ada juga petani yang menanam secara tumpang
sari atau tumpang gilir. Namun masyarakat lebih memilih untuk
menanam/memelihara komoditas cengkeh sebagai tanaman utamanya, sedangkan
komoditas lain hanya merupakan tanaman sisipan saja. Dari aspek tenaga kerja,
dimana pada saat musim cengkeh tiba, tenaga kerja sulit untuk mengerjakan lahan
tanaman pangan, karena masyarakat akan memilih bekerja sebagai buruh pada
saat musim petik cengkeh tiba, karena upah mereka lebih tinggi dibandingkan
mereka mengerjakan lahan tanaman pangan bahkan lahan mereka sendiri
dibiarkan (tidak dirawat baik) demi mengejar penghasilan yang lebih tinggi.
Pewilayahan komoditas ini membatasi upaya pengembangan suatu komoditi
pertanian pada lokasi yang memenuhi persyaratan agroekologis, kelayakan
agroekonomi dan agro-sosio-teknologi dan aksesibilitas lokasi memadai (Susanto
dan Sirappa, 2007). Selain itu, aspek yang juga perlu diperhatikan adalah
keseragaman sifat lahan yang akan menentukan jenis komoditas yang dapat
diusahakan yang memberikan hasil yang optimal (Djaenudin et al., 2002).
Berdasarkan dari interpretasi dari citra Kabupaten Bolaang Mongondow
Selatan dengan hasil dari pewilayahan komoditas (Lampiran 39) dan dikaitkan
dengan penggunaan lahan yang ada maka nampak bahwa kenyataan di lapangan
ada beberapa penggunaan lahan yang sesuai dan penggunaan lahan yang tidak
sesuai dengan hasil dari pewilayahan komoditas. Penggunaan lahan yang sesuai
dengan citra hal ini disebabkan karena penggunaan lahan eksistingnya memang
komoditas tersebut. Sementara penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan hasil
pewilayahannya disebabkan karena penggunaan lahannya cocok untuk komoditas
tertentu, namun kenyataannya berupa semak belukar atau tanah kosong. Hal ini
disebabkan karena dalam penilaian kesesuaian lahan yang dinilai adalah satuan
lahannya bukan dari komoditas yang ada di lahan tersebut. Seperti halnya juga
pada Kecamatan Bolaang Uki, Pinolosian, Pinolosian Tengah dan Timur di peta
RTRW kabupaten merupakan kawasan hutan lindung tetapi dari citra (nampak
warna kemerahan) merupakan lahan terbuka. Hal ini menunjukkan bahwa pada
wilayah tersebut ada kegiatan budidaya sehingga menyebabkan terjadinya alih
fungsi lahan dimana budidaya yang dilakukan petani sudah merambah ke kawasan
hutan. Petani membuka lahan baru untuk melakukan kegiatan usahataninya.
40
Gambar 6. Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
40
41
6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Komoditas unggulan pertanian yang termasuk komoditas unggulandi Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan adalahpadi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi
jalar, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, cengkeh, kelapa, kakao, kopi dan
lada.Namun di masing-masing kecamatan komoditas unggulannya berbeda-beda.
Kecamatan Bolaang Uki adalah padi sawah, padi ladang, ubi kayu, ubi jalar, kacang
tanah, kacang hijau, kelapa dan kopi; Kecamatan Pinolosian adalah cengkeh;
Kecamatan Pinolosian Tengah adalah jagung, kedelai, kelapa, kakao dan lada;
Kecamatan Pinolosian Timur adalah padi sawah, jagung, kedelai, kelapa dan lada.
2. Lahan yang sesuai untuk komoditas unggulan tananam pangan (S1, S2 dan S3)
seluas 8.512,6 ha (15,3%) dan terbesar di Kecamatan Bolaang Uki. Lahan yang
sesuai untuk komoditas unggulan tanaman tahunan/perkebunan (S1, S2 dan S3)
seluas 47.058,6 ha (84,7%) dan urutan terbesar sampai terkecil berturut-turut adalah
di Kecamatan Bolaang Uki, Pinolosian Timur, Pinolosian dan Pinolosian Tengah.
3. Pewilayahan komoditas unggulan pertanian yang mempunyai prospek dan peluang
pasar terdiri atas tiga pewilayahan. Pewilayahan komoditas pertanian disusun
berdasarkan pengelompokan komoditas unggulan yang ada di masing-masing
kecamatan yaitu a). sistem pertanian lahan basah seluas 2.943,1 ha (5,3%) dengan
komoditas unggulan padi sawah; b) sistem pertanian lahan kering tanaman pangan
seluas 5.569,6 ha (10%) dengan komoditas padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar,
kedelai, kacang tanah , kacang hijau dan c). sistem pertanian lahan kering tanaman
tahunan seluas 47.058,6 ha (84,7%) dengan komoditas kelapa, cengkeh, kopi, kakao
dan lada.
Saran
Pemerintah daerah disarankan untuk mengembangkan 13 komoditas
unggulanpertanian dalam menyusun kebijakan pemerintah daerah, khususnya rencana
pengembangan pertanian agar dapat memaksimalkan potensi penggunaan lahan wilayah
dan memberikan keuntungan yang lebih besar bagi petani serta dapat meningkatkan
pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.
42
DAFTAR PUSTAKA
Apandi T. 1981. Peta Geologi Lembar Sulawesi Kotamobagu skala 1: 250.000.
Bandung (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Andi PF. 2006. Arahan Pewilayahan Komoditas Unggulan di Kabupaten Kotawaringin
Timur [tesis]. Program Pascasarjana. Semarang: Universitas Diponegoro
[BBSDLP] Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian. 2012. Peta Satuan Lahan dan
Tanah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Skala 1 : 50.000. Bogor: Balai
Besar Sumber Daya Lahan Pertanian.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. 2011. Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan Dalam Angka. Molibagu: BPS Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan,.
Brahmanto B, Bandono. 2006. Klasifikasi bentuk muka bumi (Landform)
untuk pemetaan geomorfologi pada skala 1:25.000 dan aplikasinya untuk penataan
ruang . J Geoaplika 1(2) : 71-78.
DjaenuddinD,Y Sulaeman, AAbdurachman. 2002. Pendekatan pewilayahan komoditas
pertanian menurut pedo-agroklimat di Kawasan Timur Indonesia. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Pertanian 21(1):1-10.
Djaenudin D, M Hendrisman, H Subagyo, A Mulyani, N Suharta, S Ritung, K Nugroho,
E Suryani. 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian.
Bogor:Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 166 hal.
[FAO] Food and Agriculture Organisation 1983. Guidelines Land Evaluation for
Rainfed Agriculture. Rome: Soils Bulletin No. 52, FAO. Soil Resources
Management and Conservation Services. Land Water Development Division.
[FAO] Food and Agriculture Organisation. 1990. Guidelines for Soil Profile
Description. Rome: FAO/UNESCO.
Haeruman H. 2000. Keterpaduan Pengembangan Wilayah Integrasi Program
Pengembangan Kawasan Sentra Produksi, Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu Kawasan Tertinggal. Lokakarya Mencari Format Baru Pengembangan
KTI dalam Era Otonomi Daerah. Hotel Santika, Jakarta 23- 24 November.
Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan
Tataguna Lahan. Yogyakarta:UGM Pr.
Hendayana R. 2003. Aplikasi metode LocationQuotient (LQ) dalam penentuan
komoditas unggulan nasional. Informatika Pertanian. 12:658-675.
Hendrisman M. 2000. Metodologi Sistem Otomatisasi Evaluasi Lahan. Bogor: Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat.
Hendrisman M. 2005. Formulasi Perhitungan Faktor Ekonomi Dalam ALES. Bogor:
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.
43
Hendrisman M, D Djaenuddin, H Subagyo, S Hardjowigeno, E.R. Jordens. 2000.
Petunjuk Teknis Pengoperasian Program ALES (AutomatedLand Evaluation
System). Bogor :Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.
Hendrisman M, D Djaenuddin. 2005. Program ALES versi 4.65d: Terjemahan ke
bahasa Indonesia. Bogor: Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.
Irianto G, A Mulyani. 2002. Zonafikasi dan Pengembangan Komoditas Unggulan untuk
Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah. Seminar Nasional : Membangun
Pertanian Kerakyatan Menuju Industrialiasasi dan Pasar Global. 4 Feb 2002.
Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada.
Kausar. 2000. Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Lokal untuk Mendukung
Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia. Lokakarya Mencari
Format Baru Pengembangan KTI dalam Era Otonomi Daerah. Jakarta :Hotel
Santika, 23- 24 November
Marsoedi DS, Widagdo, J Dai, N Suharta, Darul SWP, S Hardjowigeno, J Hof, ER.
Jordens, 1997. Pedoman Klasifikasi Landform (Guidelines for Landform
Classification). Laporan Teknis No. 5 Versi 3.0. LREP II, Bogor: Centre for Soil
and Agroclimate Research.
Nur H. 2012. Pendekatan fisiografis sebagai kerangka penyusunan rencana tata ruang
wilayah. J. Skala 2(4):1-13
Oldeman LR, Darmiyati S. 1997. The Agroclimate Map of Sulawesi, Scale 1 :
2.500.000 Bogor:Contr. Centre. Res. Inst. Agric. 60.
Panuju DR, E Rustiadi. 2010. Penuntun Praktikum. Teknis Analisis Perencanaan
Pengembangan Wilayah. Bagian Perencanaan Pengembangan Wilayah.
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor.
Puspadi K., S Hastuti., KW Wijayanto. 2005. Preferensi Petani Terhadap Inovasi
Pertanian dan Metode Pembelajaran pada Agroekosistem Lahan Kering Kasus di
Kabupaten Lombok Timur. Makalah Hasil Penelitian. Mataram : Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat.
http://ntb.litbang.deptan.go.id/2005/TPH/preferenspetani.doc
Rossiter DG, AR Van Wambeke. 1997. Automated land Evaluation System ALES
Version 46.5d. Users Manual. Teaching Series No. 193-2. Revision 6. Ithaca
NY USA:Cornell Univ. Dept of Soil Crop & Atmospheric Sci. SCAS.
Rustiadi E., DR Panuju, S Saefulhakim. 2009. Perencanaan dan Pengembangan
Wilayah. Jakarta:Crestpent Pressdan Yayasan Obor Indonesia.
SitorusSRP. 2004. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung : Tarsito
Soekardi M. 1992. Pewilayahan Komoditas Pertanian. Bogor: Pusat Penelitian Tanah.
44
Sofyan R, Sunaryo, 2006. Model pewilayahan komoditas dan ketersediaan lahan
pertanian berdasarkan kesesuaian lahan dan penggunaan lahan hasil citra satelit
di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Dalam : Subardja SD, S Rasti, HS Mamat,
S Nono, S Diah, Wahyunto, Sukarman, R Sofyan, (Editor) Seminar Nasional
Sumberdaya Lahan Pertanian II; 14-15 September 2006; Bogor, Indonesia:
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. hlm 81
– 99.
Soil Survey Division Staff. 1993. Soil Survey Manual. Washington DC:USDA
Handbook No. 18.
Susanto AN, MP Sirappa. 2007. Karakteristik dan ketersediaan data sumber daya lahan
pulau-pulau kecil untuk perencanaan pembangunan pertanian di Maluku.
J. Litbang Pertanian 26(2):41-53
Syarifuddin, ANKairupan, A Negara, J Limbongan. 2004. Penataaan sistem pertanian
dan penetapan komoditas unggulan berdasarkan zona agroekologi di Sulawesi
Tengah. J. Litbang Pertanian23(2):61-67.
Van WambekeA.R, T Forbes. 1986. Guidelines for using soil taxonomy in name of
map unit. Ithaca, NY:SMSS Technical Monograph No. 6 Cornell University.
Wulandari NI. 2010. Penentuan agribisnis unggulan komoditi pertanian berdasarkan
nilai produksi diKabupaten Grobogan [tesis]. Semarang: Program Pascasarjana,
Universitas Diponegoro.
45
Lampiran 1 Kuisioner Usahatani Tanaman Tahunan
1. Nama Responden : ____________________________
2. Desa / Kec / Kab : ____________________________
3. Tanaman (komoditas) : _____________________________
4. Tipologi Lahan : Sawah/lahan kering/rawa pasang surut (coret yang tidak
perlu
5. Jangka waktu analisis : ____________ tahun
6. Luas lahan usaha : ____________ ha
7. Masa pemeliharaan TBM (tan. belum menghasilkan : _________ tahun
I. Uraian Biaya Saprotan Upah kerja Lainnya Total
1. Biaya investasi di awal T0
2. Biaya Pemeliharaan TbM T1
T2
T3
T4
T5
3. Biaya pemeliharaan TM T1 – T3
T4 – T7
T8 – T11
T12 – T15
T16 – T20
T21 - T25
4. Biaya penyusutan modal Rumus xxxxxx xxxxxx xxxxxx
5. Biaya angsuran modal Rumus xxxxxx xxxxxx xxxxxx
II. Uraian Penerimaan Tahun produksi ke
T1 – T5 1 2 3 4 5
T6 – T10 6 7 8 9 10
T11 – T15 11 12 13 14 15
T16 – T20 16 17 18 19 20
T21 – T25 21 22 23 24 25
Harga jual/ satuan berat
T1 – T5 1 2 3 4 5
T6 – T10 6 7 8 9 10
T11 – T15 11 12 13 14 15
T16 – T20 16 17 18 19 20
T21 – T25 21 22 23 24 25
III. Indikator analisis investasi
NPV (Rp) : GM (Rp) :
BCR (Rp) : IRR (%) :
Keterangan : TBM = tanaman Belum menghasilkan; TM = tanaman menghasilkan;
T = tahun
46
Lampiran 2 Kuisioner Usahatani Tanaman Semusim
1. Nama Responden : ____________________________
2. Desa / Kec / Kab : ____________________________
3. Tanaman (komoditas) : _____________________________
4. Tipologi Lahan : Sawah/lahan kering/rawa pasang surut (coret yang
tidakperlu)
5. Luas lahan usaha : ____________ ha
Sumber data : ______________________________
Catatan : HKO = hari kerja orang; HKT = hari kerja ternak ; xxxxxxxxx= tidak diisi
I. Biaya Produksi
A. Penggunaan TK Satuan Jumlah Upah/satuan
(Rp)
Nilai
(Rp) Keterangan
1. Pengolahan tanah HKO Upah/borong
HKT Upah/borong
Mesin Upah/borong
2. Aplikasi pupuk HKO
HKT
3. Tanam
4. Penyiangan
5. Pemupukan
6. Pemeliharaan
7. Panen
8. Pasca panen
Sub Total ( A ) Rp xxxxxxxx xxxxxxxx xxxxxxxxxxx Rumus
B. Sarana Produksi Satuan Jumlah Upah/satuan
(Rp)
Nilai
(Rp) Keterangan
1. Benih Kg
2. Urea Kg
3. ZA Kg
4. SP-36 Kg
5. KCl Kg
6. Pupuk kandang Kg
7. Obat padat Kg
8. Obat cair Liter
Sub Total (B) Rp xxxxxxxx xxxxxxxx Rumus
9. Biaya Modal % MT xxxxxxxx Rumus
Total Biaya Rp xxxxxxxx xxxxxxxx Rumus
II. Hasil usahatani
Parameter Satuan Jumlah Harga/satuan Nilai Keterangan
1. Produksi Kg xxxxxxx xxxxxxxxxx Rumus
2. Penerimaan Rp xxxxxxx xxxxxxxxxx Rumus
3. Pendapatan Rp xxxxxxx xxxxxxxxxx Rumus
4. R/C Unit xxxxxxx xxxxxxxxxx Rumus
47
Lampiran 3 Rata-Rata Luas Areal Tanam Tahun 2007 sampai 2011
Luas Areal Tanam (ha)
Komoditas Kecamatan Kabupaten
Bolaang Uki Pinolosian P. Tengah P. Timur
Tan. Pangan
Padi Sawah 810 1.503 1.117 1.326 4.756
Padi Ladang 26 10 8 8 52
Jagung 1.306 2.975 3.171 3.204 10.656
Ubi Kayu 136 15 12 9 172
Ubi Jalar 93 3 1 1 98
Kacang Tanah 104 89 104 84 381
Kedelai 0 0 15 15 30
Kacang Hijau 42 15 15 10 82
Total 2.517 4.610 4.443 4.657 16.227
Tanaman
Perkebunan
Kelapa 3.290 1.263 1.136 1.006 6.695
Cengkeh 485 2.201 37 287 3.010
Kopi 223 9 41 19 292
Kakao 85 287 340 399 1.111
Lada 3 5 7 6 21
Total 4.086 3.765 1.561 1.717 11.129
48
Lampiran 4 Rekapitulasi Data Produksi Tanaman Pangan Tahun 2008 dan 2010
Lampiran 5 Hasil Differensial Shift dan Shift Share Analysis untuk Tanaman Pangan
Kecamatan Produksi tahun 2008
Total 2010
Total PS PL Jagung U. Kayu U. Jalar K. Tanah Kedelai K. Hijau PS PL Jagung U. Kayu U. Jalar K. Tanah Kedelai K. Hijau
Bolaang
Uki 2192 75 4361 1784 698 134 8 68 9320 2292 82 4416 1848 791 144 10 72 9655
Pinolosian 7057 87 9459 198 7 69 3 23 16903 6957 90 9549 208 8 73 4 25 16914
P. Tengah 5135 18 10209 134 5 62 19 22 15604 5253 20 10390 144 3 64 21 25 15920
P. Timur 5203 35 10218 105 5 99 17 11 15693 5330 39 10318 112 2 106 21 13 15941
Total 19587 215 34247 2221 715 364 47 124 57520 19832 231 34673 2312 804 387 56 135 58430
Kecamatan Komponen Differensial Shift
Padi Sawah Padi Ladang Jagung U. Kayu U. Jalar K. Tanah Kedelai K. Hijau
Bolaang Uki 0,03311214 0,01891473 0,00017 -0,0050981 0,008762 0,0114401 0,058511 -0,02989
Pinolosian -0,0266786 -0,03993585 -0,0029 0,0095325 0,018382 -0,005216 0,141844 -0,00175
Pinolosian Tengah 0,01047126 0,03669251 0,00529 0,0336543 -0,524476 -0,030929 -0,08623 0,047654
Pinolosian Timur 0,0119007 0,03986711 -0,0027 0,0256941 -0,724476 0,0075203 0,043805 0,093109
RS 0,01582058
PS -0,0033123 0,05859802 -0,0034 0,025152 0,108655 0,0473662 0,175669 0,072889
Kecamatan Shift Share Analysis
Padi Sawah Padi Ladang Jagung U. Kayu U. Jalar K. Tanah Kedelai K. Hijau
Bolaang Uki 0,0456 0,0933 0,0126 0,0359 0,1332 0,0746 0,2500 0,0588
Pinolosian -0,0142 0,0345 0,0095 0,0505 0,1429 0,0580 0,3333 0,0870
Pinolosian Tengah 0,0230 0,1111 0,0177 0,0746 -0,4000 0,0323 0,1053 0,1364
Pinolosian Timur 0,0244 0,1143 0,0098 0,0667 -0,6000 0,0707 0,2353 0,1818
48
49
Lampiran 6 Rekapitulasi Data Produksi Tanaman Perkebunan Tahun 2008 dan 2010
Kecamatan Produksi Tahun 2008
Total
Produksi Tahun 2010 Total
Kelapa Cengkeh Kakao Kopi Lada Kelapa Cengkeh Kakao Kopi Lada
Bolaang Uki 2987,9 30,0 7,3 110,0 0,8 3136,0 3987,3 37,0 8,3 112,0 1,1 4145,7
Pinolosian 856,0 50,0 89,0 6,0 2,0 1003,0 871,0 107,6 98,8 7,0 2,3 1086,7
Pinolosian Tengah 765,5 35,5 105,0 7,0 2,0 915,0 1122,3 48,0 106,7 8,0 2,3 1287,3
Pinolosian Timur 657,0 34,0 97,0 11,0 3,5 802,5 908,7 38,0 96,0 13,0 4,2 1059,9
Total 5266,4 149,5 298,3 134,0 8,3 5856,5 6889,3 230,6 309,8 140,0 9,9 7579,6
Lampiran 7 Hasil Differensial Shift dan Shift Share Analysis untuk Tanaman Perkebunan
Kecamatan Komponen Differensial Shift
Kelapa Cengkeh Kakao Kopi Lada
Bolaang Uki 0,026321 -0,309142 0,098435 -0,026594 0,182229
Pinolosian -0,290638 0,609525 0,071561 0,121891 -0,042771
Pinolosian Tengah 0,157939 -0,190362 -0,022361 0,098081 -0,042771
Pinolosian Timur 0,074944 -0,424828 -0,048861 0,137042 0,007229
RS 0,294220
PS 0,013941 0,248255 -0,255668 -0,249444 -0,101449
Kecamatan Shift Share Analysis
Kelapa Cengkeh Kakao Kopi Lada
Bolaang Uki 0,3345 0,2333 0,1370 0,0182 0,3750
Pinolosian 0,0175 1,1520 0,1101 0,1667 0,1500
Pinolosian Tengah 0,4661 0,3521 0,0162 0,1429 0,1500
Pinolosian Timur 0,3831 0,1176 -0,0103 0,1818 0,2000
49
50
Lampiran 8 Data Curah Hujan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Stasiun Pinolosian)
Sumber : BMKG Manado(2001 – 2011)Tipe Hujan : Oldeman dan Darmiyati (1977)
Lampiran 7 Hasil Analisis Tanah di Laboratorium
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2001 157 109 163 88 336 556 591 301 422 x x 0
2002 180 70 71 393 208 550 X x x x x x
2003 83 104 168 59 178 574 550 152 215 98 81 171
2004 106 91 184 63 175 0 466 4 145 5 x 206
2005 95 94 141 280 174 108 527 175 94 160 108 155
2006 239 167 102 127 x 911 108 146 123 - x 60
2007 236 159 106 212 334 229,5 374 360,5 173 233 58 132
2008 110 158 124 342 321 604 1371 824 537 134 141 163
2009 157 195 217 65 339 551 342 80 6 92 161 118
2010 110 55 162,7 183,7 287 315,1 452 592,6 188,5 84 38 162,6
2011 209,7 68,5 211,4 224,6 615 912 419 253,6 355 - - -
Jumlah 1682,7 1270,5 1650,1 2037,3 2967 5310,6 5200 2888,7 2258,5 806 587 1167,6
Rataan 152,97 115,5 150,01 185,21 269,73 482,78 472,73 262,61 205,32 73,27 53,36 106,15
BB 5
BL 5
BK 2
50
51
52
51
48
48
48
48
53
Lampiran 12. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Sawah Tadah
Hujan
Persyaratan penggunaan/
karakteristik lahan
Kelas kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (oC)
24 - 29
22 – 24
29 - 32
18 -22
32 - 35
< 18
> 35
Ketersediaan air (wa)
Zona agroklimat (oldeman)
Kelembaban (%)
B2, B3,C2
33 – 90
A1,A2,B1,C1
30 - 33
C3,C4,D1,D2,D3,D4,E1,E2
< 30
90
E3,E4
-
Media perakaran (rc)
Drainase
Tekstur
Bahan Kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Agak
terhambat,
sedang
Halus, agak
halus, sedang
< 15
> 50
Terhambat,
baik
Halus, agak
halus, sedang
15 – 35
40 – 50
Sangat terhambat, agak
cepat
Agak kasar
35 – 55
25 – 40
Cepat
Kasar
> 55
< 25
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
Kejenuhan basa (%)
pH H2O
C-Organik (%)
Hara tersedia (na)
N Total (%)
P2O5 (mg/100g)
K2O (mg/100g)
> 16
> 50
5,5 – 8,2
> 1,2
Sedang
Tinggi
Sedang
5 - 16
35 – 50
5,0 – 5,5
8,2 – 8,5
0,8 – 1,2
Rendah
Sedang
Rendah
< 5
< 35
< 5,0
> 8,5
< 0,8
Sangat rendah
Rendah – sangat rendah
Sangat rendah
-
-
-
-
-
-
-
Bahaya Erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya longsor
< 3
-
3 – 8
Sangat ringan
8– 15
Ringan
> 15
Sedang -
berat
Sumber : Djaenuddin, et.al., (2011) (dimodifikasi)
67
48
48
54
Lampiran 13. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Ladang
Persyaratan
penggunaan/
karakteristik lahan
Kelas kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (oC)
24– 29P
22 – 24
29 - 32
18 -22
32 - 35
< 18
> 35
Ketersediaan air (wa)
Zona agroklimat
(oldeman)
Kelembaban (%)
C2,
C3,D2,D3
33 – 90
A2,B2,B3
30 - 33
A1,B1,C1,D1
< 30
>90
E4
-
Media perakaran (rc)
Drainase
Tekstur
Bahan Kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Baik,
sedang
Halus, agak
halus,
sedang
< 15
>50
Agak cepat,
agak
terhambat
Halus, agak
halus, sedang
15 – 35
40 – 50
Terhambat,
Sangat
terhambat
Agak kasar
35 – 55
25 - 40
Cepat
Kasar
> 55
< 25
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
Kejenuhan basa (%)
pH H2O
C-Organik (%)
Hara tersedia (na)
N Total (%)
P2O5 (mg/100g)
K2O (mg/100g)
> 16
> 35
5,5 – 7,5
> 1,2
Sedang
Tinggi
Sedang
5 - 16
35 – 50
5,0 – 5,5
7,5 – 7,9
0,8 – 1,2
Rendah
Sedang
Rendah
< 5
< 20
< 5,0
> 7,9
< 0,8
Sangat rendah
Rendah –
sangat rendah
Sangat rendah
-
-
-
-
-
-
-
Bahaya Erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya erosi
<3
3 – 8
Sangat
ringan
8– 15
Ringan - sedang
> 15
Berat -
Sangat
berat
Sumber : Djaenuddin, et.al., (2011) (dimodifikasi)
55
Lampiran 14. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jagung
Persyaratan penggunaan/
karakteristik lahan
Kelas kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (oC)
20 - 26
-
26 - 30
16 -20
30 - 32
< 16
> 32
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan tahunan (mm)
Kelembaban (%)
900– 1200
> 42
1200 – 1.600
500 – 900
36 - 42
> 1600
300 – 500
30 - 36
< 300
< 30
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Baik, sedang
Agak cepat,
agak terhambat
terhambat
Sangat
terhambat, cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur
Bahan Kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Halus, agak
halus, sedang
< 15
> 60
Halus, agak
halus, sedang
15 – 35
40 – 60
Agak kasar
35 – 55
25 - 40
Kasar
> 55
< 25
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
Kejenuhan basa (%)
pH H2O
C-Organik (%)
Hara tersedia (na)
N Total (%)
P2O5 (mg/100g)
K2O (mg/100g)
> 16
> 50
5,8 – 7,8
> 1,2
Sedang
Tinggi
Tinggi
≤ 16
35 – 50
5,5 – 5,8
7,8 – 8,2
0,8 – 1,2
Rendah
Sedang
Sedang
< 5
< 35
< 5,5
> 8,2
< 0,8
Sangat rendah
Rendah – sangat rendah
Rendah – sangat rendah
-
-
-
-
-
-
-
-
Bahaya Erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya erosi
< 3
3 – 8
Sangat ringan
8 – 15
Ringan - sedang
> 15
Berat - Sangat
berat
Sumber : Djaenuddin, et.al., (2011) (dimodifikasi)
56
Lampiran 15. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Ubi Kayu
Persyaratan penggunaan/
karakteristik lahan
Kelas kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (oC)
22 - 28
28 - 30
18 -20
30 - 35
< 18
> 35
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan tahunan (mm)
Lama bulan kering (bulan)
1000– 1200
3,5 - 5
600 – 1.000
2.000 – 3.000
5 -6
500 - 600
3000 – 4000
6 – 7
< 500
> 4.000
> 7
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Baik, sedang
Agak cepat,
agak terhambat
terhambat
Sangat
terhambat, cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur
Bahan Kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Agak halus,
sedang
< 15
> 100
Halus, agak
kasar
15 – 35
75 – 100
Sangat halus
35 – 55
50 - 75
Kasar
> 55
< 50
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
Kejenuhan basa (%)
pH H2O
C-Organik (%)
Hara tersedia (na)
N Total (%)
P2O5 (mg/100g)
K2O (mg/100g)
> 16
> 20
5,2 – 7,0
> 1,2
Sedang
Sedang
Sedang
5 - 16
< 20
4,8 – 5,2
7,0 – 7,6
0,8 – 1,2
Rendah
Sedang
Sedang
< 5
< 20
< 4,8
> 7,6
< 0,8
Sangat rendah
Rendah – sangat rendah
Rendah – sangat rendah
-
-
-
-
-
-
-
-
Bahaya Erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya erosi
< 3
3 – 8
Sangat ringan
8 – 15
Ringan - sedang
> 15
Berat - Sangat
berat
Sumber : Djaenuddin, et.al., (2011) (dimodifikasi)
57
Lampiran 16. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Ubi Jalar
Persyaratan penggunaan/
karakteristik lahan
Kelas kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (oC)
22 - 25
25 - 30
20 - 22
30 - 35
18 - 20
> 35
< 18
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
Lama bulan kering (bulan)
Kelembaban (%) saat panen
800– 1500
< 3
< 75
600 – 800
1500 – 2500
3 -4
75 - 85
400 - 600
2500 – 4000
4 - 6
> 85
< 400
< 4000
> 6
-
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Baik, sedang
Agak cepat,
agak terhambat
terhambat
Sangat terhambat,
cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur
Bahan Kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
agak halus,
sedang
< 15
>75
Halus, agak
kasar
15 – 35
50 – 75
Sangat halus
35 – 55
25 - 50
Kasar
-
< 25
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
Kejenuhan basa (%)
pH H2O
C-Organik (%)
Hara tersedia (na)
N Total (%)
P2O5 (mg/100g)
K2O (mg/100g)
> 16
≥ 35
5,2 – 8,2
> 1,2
Sedang
Sedang
Sedang
5 - 16
20 – 35
4,8 – 5,2
8,2 – 8,4
0,8 – 1,2
Rendah
Rendah
Rendah
< 5
< 20
< 4,8
> 8,4
< 0,8
Sangat rendah
Sangat rendah
Sangat rendah
-
-
-
-
-
-
-
-
Bahaya Erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya erosi
< 3
3 – 8
Sangat ringan
8 – 15
Ringan - sedang
> 15
Berat - Sangat berat
Sumber : Djaenuddin, et.al., (2011) (dimodifikasi)
58
Lampiran 17. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kedelai
Persyaratan penggunaan/
karakteristik lahan
Kelas kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (oC)
23 - 25
20 - 23
25 - 28
18 -20
28 - 32
< 18
> 32
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan pada masa
pertumbuhan (mm)
Kelembaban (%)
350–
1100
24 - 80
250 – 350
1100 – 1600
20 - 24
80 - 85
180 - 250
1600 – 1900
< 20
> 85
< 180
> 1900
-
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Baik, sedang
Agak cepat,
agak terhambat
terhambat
Sangat
terhambat, cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur
Bahan Kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Halus, agak
halus,
sedang
< 15
> 50
Halus, agak
halus, sedang
15 – 35
30 – 50
Agak kasar
35 – 55
20 - 30
Kasar
> 55
< 20
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
Kejenuhan basa (%)
pH H2O
C-Organik (%)
Hara tersedia (na)
N Total (%)
P2O5 (mg/100g)
K2O (mg/100g)
> 16
> 35
5,5 – 7,5
> 1,2
Sedang
Tinggi
Tinggi
5 - 16
20 - 35
5,0 – 5,5
7,5 – 7,8
0,8 – 1,2
Rendah
Sedang
Sedang
< 5
< 20
< 5,0
> 7,8
< 0,8
Sangat rendah
Rendah – sangat rendah
Rendah – sangat rendah
-
-
-
-
-
-
-
-
Bahaya Erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya erosi
< 3
3 – 8
Sangat ringan
8 – 15
Ringan - sedang
> 15
Berat - Sangat
berat
Sumber : Djaenuddin, et.al., (2011) (dimodifikasi)
59
Lampiran 18. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kacang tanah
Persyaratan penggunaan/
karakteristik lahan
Kelas kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (oC)
25 - 27
20 - 25
27 - 30
18 -20
30 - 34
< 18
> 34
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan tahunan pada
masa pertumbuhan (mm)
Kelembaban (%)
400– 1100
50 - 80
1100 – 1.600
300 – 400
> 80
< 50
1600 - 1900
200 – 300
> 80
< 50
> 1900
< 200
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Baik, sedang
Agak cepat,
agak terhambat
terhambat
Sangat
terhambat, cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur
Bahan Kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
agak halus,
sedang
< 15
> 75
Agak Kasar,
Halus
15 – 35
50 – 75
Sangat halus
35 – 55
25 - 50
Kasar
> 55
< 25
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
Kejenuhan basa (%)
pH H2O
C-Organik (%)
Hara tersedia (na)
N Total (%)
P2O5 (mg/100g)
K2O (mg/100g)
> 16
> 35
6,0 – 7,0
> 1,2
Sedang
Tinggi
Tinggi
5 - 16
20 – 35
5,0 – 6,0
7,0 – 7,5
0,8 – 1,2
Rendah
Sedang
Sedang
< 5
< 20
< 5,0
> 7,5
< 0,8
Sangat rendah
Rendah – sangat
rendah
Rendah – sangat
rendah
-
-
-
-
-
-
-
-
Bahaya Erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya erosi
< 3
3 – 8
Sangat ringan
8 – 15
Ringan - sedang
> 15
Berat - Sangat
berat
Sumber : Djaenuddin, et.al., (2011) (dimodifikasi)
60
Lampiran 19. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kacang Hijau
Persyaratan penggunaan/
karakteristik lahan
Kelas kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (oC)
12 - 24
24 - 27
10 - 12
27 - 30
8 – 10
> 30
< 8
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
Kelembaban (%)
350– 600
42- 75
600 – 1.000
300 – 350
36 – 42
75 - 90
> 1000
230 – 500
30 – 36
> 90
< 250
< 30
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Baik, agak
terhambat
Agak cepat,
sedang
Terhambat
Sangat
terhambat, cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur
Bahan Kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Halus, agak
halus, sedang
< 15
> 75
Halus, agak
halus, sedang
15 – 35
50 – 75
Agak kasar
35 – 55
20 – 50
Kasar
> 55
< 20
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
Kejenuhan basa (%)
pH H2O
C-Organik (%)
Hara tersedia (na)
N Total (%)
P2O5 (mg/100g)
K2O (mg/100g)
> 16
> 50
5,6 – 7,6
> 1,2
Sedang
Tinggi
Tinggi
5 - 16
35 – 50
5,4 – 5,6
7,6 – 8,0
0,8 – 1,2
Rendah
Sedang
Sedang
< 5
< 35
< 5,4
> 8,0
< 0,8
Sangat rendah
Rendah – sangat
rendah
Rendah – sangat
rendah
-
-
-
-
-
-
-
-
Bahaya Erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya erosi
< 3
3 – 8
Sangat ringan
8 – 15
Ringan - sedang
> 15
Berat - Sangat
berat
Sumber : Djaenuddin, et.al., (2011) (dimodifikasi)
61
Lampiran 20. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kelapa
(Cocos nucifera L.)
Persyaratan penggunaan/
karakteristik lahan
Kelas kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (oC)
25 - 28
28 – 32
23 – 25
32 – 35
30 – 32
> 35
< 20
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan tahunan (mm)
Lamanya masa kering (bln)
Kelembaban (%)
2000 – 3000
0 – 2
> 60
1300 – 2000
3000 – 4000
2 – 4
50 - 60
1000 – 1300
4000 – 5000
4 – 6
< 50
< 1000
> 5000
> 6
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Baik, sedang
Agak terhambat
Terhambat, agak
cepat
Sangat
terhambat, cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur
Bahan Kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Halus, agak halus,
sedang
< 15
> 100
Agak kasar
15 – 35
75 – 100
Sangat halus
35 – 55
50 - 75
Kasar
> 55
< 50
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
Kejenuhan basa (%)
pH H2O
C-Organik (%)
-
> 20
5,2 – 7,5
> 0,8
-
≤ 20
4,8 – 5,2
7,5 – 8,0
≤ 0,8
-
< 4,8
> 8,0
-
Bahaya Erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya erosi
< 8
Sangat rendah
8 – 16
Rendah - sedang
16 – 30
berat
> 30
Sangat berat
Sumber : Djaenuddin, et.al., (2011) (dimodifikasi)
62
Lampiran 21. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cengkeh
(Eugenia aromatica L.)
Sumber : Djaenuddin, et.al., (2011) (dimodifikasi)
Persyaratan penggunaan/
karakteristik lahan
Kelas kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (oC)
25 - 28
28 – 32
20 – 25
32 – 35
> 35
< 20
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan tahunan (mm)
Lamanya masa kering (bln)
Kelembaban (%)
1500 – 2500
1 – 2
≤ 70
-
2500 – 3000
2 – 3
> 70
1250 – 1500
3000 – 4000
3 – 4
< 1250
> 4000
> 4
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Baik, sedang
Agak terhambat
Terhambat, agak
cepat
Sangat terhambat,
cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur
Bahan Kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Halus, agak halus,
sedang
< 15
> 100
-
15 – 35
75 – 100
Agak kasar
35 – 55
50 - 75
Kasar
> 55
< 50
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
Kejenuhan basa (%)
pH H2O
C-Organik (%)
> 16
> 50
5,0 – 7,0
> 0,8
≤ 16
35 – 50
4,0 – 5,0
7,0 – 8,0
≤ 0,8
< 35
< 4,0
> 8,0
Bahaya Erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya erosi
< 8
Sangat rendah
8 – 16
Rendah - sedang
16 – 30
berat
> 30
Sangat berat
63
Lampiran 22. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kakao
( Theobroma cacao L.)
Persyaratan penggunaan/
karakteristik lahan
Kelas kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (oC)
25 - 28
20 – 25
28 – 32
-
32 – 35
< 20
> 35
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan tahunan (mm)
Lamanya masa kering (bln)
Kelembaban (%)
1500 – 2500
1 – 2
40 – 65
-
2500 – 3000
2 – 3
65 – 75
35 – 40
1250 – 1500
3000 – 4000
3 – 4
75 – 85
30 – 35
< 1250
> 4000
> 4
> 85
< 30
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Baik, sedang
Agak terhambat
Terhambat, agak
cepat
Sangat
terhambat,
cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur
Bahan Kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Halus, agak halus,
sedang
< 15
> 100
-
15 – 35
75 – 100
Agak kasar,
sangat halus
35 – 55
50 - 75
Kasar
> 55
< 50
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
Kejenuhan basa (%)
pH H2O
C-Organik (%)
> 16
> 35
6,0 – 7,0
> 1,5
≤ 16
20 – 35
5,5 – 6,0
7,0 – 7,6
0,8 – 1,5
< 20
< 5,5
> 7,6
< 0,8
Bahaya Erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya erosi
< 8
Sangat rendah
8 – 16
Rendah - sedang
16 – 30
berat
> 30
Sangat berat
Sumber : Djaenuddin, et.al., (2011) (dimodifikasi)
64
Lampiran 23. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Robusta
Persyaratan penggunaan/
karakteristik lahan
Kelas kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (oC)
20 - 24
24 - 28
18 -20
28 - 32
< 18
> 32
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
Lamanya masa kering
(bulan)
Kelembaban (%)
2000– 3000
2 - 3
45 - 80
1750 – 2000
3000 – 3500
3 – 5
80 - 90
35 - 45
1500 - 1750
3500 – 4000
5 – 6
> 90
30 - 35
< 1500
> 4000
> 6
<30
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Baik
Sedang
Agak terhambat, agak
cepat
Terhambat,
Sangat
terhambat, cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur
Bahan Kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Halus, agak
halus
< 15
> 100
sedang
15 – 35
75 – 100
Agak kasar
35 – 60
50 - 75
Kasar, sangat
halus
> 60
< 50
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
Kejenuhan basa (%)
pH H2O
C-Organik (%)
Hara tersedia (na)
N Total (%)
P2O5 (mg/100g)
K2O (mg/100g)
> 16
> 20
5,3 – 6,0
> 1,2
Sedang
Tinggi
Sedang
5 - 16
≤ 20
6,0 – 6,5
5,0 – 5,3
0,8 – 1,2
Rendah
Sedang
Rendah
< 5
> 6,5
< 5,3
< 0,8
Sangat rendah
Rendah – sangat rendah
Sangat rendah
-
-
-
-
-
-
-
-
Bahaya Erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya erosi
< 8
Sangat ringan
8 - 15
Ringan -
sedang
15 - 30
Berat
> 30
Sangat berat
Sumber : Djaenuddin, et.al., (2011) (dimodifikasi)
65
Lampiran 24. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Lada
Persyaratan penggunaan/
karakteristik lahan
Kelas kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (oC)
23 - 32
20 - 23
32 - 34
> 34
< 20
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
Kelembaban (%)
Lama masa kering (bulan)
2000– 2500
60 – 80
< 2
2500 – 3000
-
< 3
3000 - 4000
1500 – 2000
-
3 - 4
< 1500
> 4000
< 50
> 100
> 5
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Baik, sedang
agak terhambat
Terhambat, agak cepat
Sangat
terhambat, cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur
Bahan Kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Sedang, agak
halus, halus
< 15
> 75
Agak kasar
15 – 35
50 – 75
Kasar, sangat halus
35 – 55
30 – 50
Kasar
> 55
< 30
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
Kejenuhan basa (%)
pH H2O
C-Organik (%)
Hara tersedia (na)
N Total (%)
P2O5 (mg/100g)
K2O (mg/100g)
> 16
> 50
5,0 – 7,0
> 0,4
Sedang
Sedang
Sedang
5 - 16
35 – 50
4,0 – 5,0
7,0 – 8,0
≤ 0,4
Rendah
Rendah
Rendah
< 5
< 35
< 4,0
> 8,0
Sangat rendah
Sangat rendah
Sangat rendah
-
-
-
-
-
-
-
-
Bahaya Erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya erosi
< 8
Sangat ringan
8 - 15
Ringan - sedang
15 - 30
Berat
> 30
Sangat berat
Sumber : Djaenuddin, et.al., (2011) (dimodifikasi)
48
48
66
Lampiran 25. Sub kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Padi Ladang dan Kacang Hijau di Kecamatan Bolaang Uki
Sub Kelas
Faktor Pembatas Satuan lahan LUAS
Ha %
S1 Sangat Sesuai - 2, 3 2.536,6 6,50
S2eh Agak Sesuai Bahaya erosi 8 3.838,4 9,83
S3oa Sesuai Marginal Draenase 1, 6 1.102,6 2,82
S3eh Sesuai Marginal Bahaya erosi 9 4.925,9 12,62
Neh Tidak Sesuai Bahaya erosi 10, 11 12.641,4 32,38
SA Suaka Alam - 7.694,9 19,71
HL Hutan Lindung - 6.297.6 16,13
Jumlah
39.037,4 100,00
66
48
48
67
Lampiran 26. Peta Kesesuaian Lahan untuk untuk Komoditas Padi Ladang dan Kacang Hijau di Kecamatan Bolaang Uki
67
48
48
68
Lampiran 27. Subkelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kacang Tanah, Ubi jalar dan Ubi kayu di Kecamatan Bolaang Uki
Sub Kelas Faktor Pembatas Satuan Lahan LUAS
Ha %
S1 Sangat Sesuai - 2, 3 2.536,6 6,50
S2eh Agak Sesuai Bahaya erosi 8 3.838,4 9,83
S3eh Sesuai Marginal Bahaya erosi 9 4.925,9 12,62
Noa Tidak Sesuai draenase 1, 6 1.102,6 2,82
Neh Tidak Sesuai Bahaya erosi 10, 11 12.641,4 32,38
SA Suaka Alam - 7.694,9 19,71
HL Hutan Lindung - 6.297,6 16,13
Jumlah
39.037,4 100,00
68
48
48
69
Lampiran 28. Peta Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kacang Tanah, Ubi jalar dan Ubi kayu di Kecamatan Bolaang Uki
69
48
48
70
Lampiran 29. Sub kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kopi di Kecamatan Bolaang Uki
Sub Kelas Faktor Pembatas Satuan lahan LUAS
Ha %
S2eh agak sesuai Bahaya erosi 2,3,8,9 11.300,9 28,95
S3oa Sesuai Marginal Draenasi 1,6 1.102,6 2,82
S3eh Sesuai Marginal Bahaya erosi 10 8.368,0 21,44
Neh Tidak Sesuai Bahaya erosi 11 4.273,4 10,95
SA Suaka Alam - 7.694,9 19,71
HL Hutan Lindung - 6.297,6 16,13
Jumlah
39.037,4 100,00
70
48
48
71
Lampiran 30. Peta Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kopi di Kecamatan Bolaang Uki
71
48
48
72
Lampiran 31. Sub kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kelapa di Kecamatan Bolaang Uki, Pinolosian Tengah dan Pinolosian Timur
Sub kelas Faktor Pembatas Satuan
Lahan
LUAS
Ha %
S1 Sangat Sesuai - 2, 3 3.774,5 4,43
S2oa Agak Sesuai Ketersediaan oksigen 1, 6 1.992,5 2,34
S2eh Agak Sesuai Bahaya erosi 8 11.310,2 13,28
S3eh Sesuai Marginal Bahaya erosi 9, 10 24.341,8 28,58
Neh Tidak Sesuai Bahaya erosi 11 14.035,9 16,48
KA Konservasi Air -
1.192,7 1,40
SA Suaka Alam - 9.314,9 10,94
HL Hutan Lindung - 19.196,2 22,54
Jumlah
85.158,7 100
72
48
48
73
Lampiran 32. Peta Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kelapa di Kecamatan Bolaang Uki, Pinolosian Tengah dan Pinolosian Timur
73
48
48
74
Lampiran 33. Sub kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Cengkeh di Kecamatan Pinolosian
Sub Kelas Faktor Pembatas Satuan Lahan LUAS
Ha %
S1 Sangat Sesuai - 2, 3, 4,8 3.402,7 12,68
S2eh Agak Sesuai Bahaya erosi 9 5.511,9 20,55
S3oa Sesuai Marginal Ketersediaan oksigen 1, 6 1.031,6 3,85
S3eh Sesuai Marginal Bahaya erosi 10, 12 5.746,2 21,42
SA Suaka Alam - 1.229,6 4,58
HL Hutan Lindung - 9.905,0 36,92
Jumlah
26.827,0 100,00
74
48
48
75
Lampiran 34. Peta Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Cengkeh di Kecamatan Pinolosian
75
48
48
76
Lampiran 35. Sub kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Jagung, Kedelai dan Lada di Kecamatan Pinolosian Tengah
Sub Kelas Faktor Pembatas Satuan
Lahan
LUAS
Ha %
S1 Sangat Sesuai - 2, 3 1.237,9 2,68
S2eh Agak Sesuai Bahaya erosi 4, 8 7.471,8 16,20
S3oa Sesuai Marginal Ketersediaan oksigen 1, 6 889,9 1,93
S3eh Sesuai Marginal Bahaya erosi 9 4.038,7 8,76
Neh Tidak Sesuai Bahaya erosi 10, 11, 12 16.771,7 36,36
SA Suaka Alam - 162,0 3,51
KA Konservasi Air - 1.192,7 2,59
HL Hutan Lindung - 12.898,6 27,97
Jumlah
46.121,3 100,00
76
48
48
77
Lampiran 36. Peta Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Jagung, Kedelai dan Lada di Kecamatan Pinolosian Tengah dan Pinolosian
Timur
77
48
48
78
Lampiran 37. Sub kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kakao di Kecamatan Pinolosian Tengah
Sub Kelas
Faktor Pembatas Satuan lahan LUAS
Ha %
S1 Sangat Sesuai - 2, 3, 4, 8 2.621,0 11,70
S2eh Agak Sesuai Bahaya erosi 9 1.805,5 8,06
S3oa Sesuai Marginal Ketersediaan oksigen 1, 6 525,0 2,34
S3eh Sesuai Marginal Bahaya erosi 10 1.352,7 6,04
Neh Tidak Sesuai Bahaya erosi 11, 13 5.020,0 22,42
SA Suaka Alam - 1.620,0 7,23
KA Konservasi Air - 1.081,8 4,83
HL Hutan Lindung - 8.368,9 37,37
Jumlah
22.394.9 100,00
78
48
48
79
Lampiran 38. Peta Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Kakao di Kecamatan Pinolosian Tengah
79
48
48
80
Lampiran 39. Interpretasi Penutupan Lahan di Kabupaten Bolaang Mongondow
Selatan
No Penutupan Lahan Tahun 2010
ha km2
1. Air ( Danau ) 17,45 0,17
2. Hutan 45.440,62 394,41
3. Mangrove 785,1 7,85
4. Kebun / Ladang 62.147,47 681,47
5. Sawah 1.102,71 11,03
6. Rumput / Belukar 153,35 1,53
7. Tanah Terbuka 83,52 0,84
8. Pemukiman 1.202,40 12,02
9. Rawa / Tambak 43,01 0,43
10. Coral 1.011,37 10,11
Jumlah 111.987 1.119,87
Sumber : Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
80
48
48
81
Lampiran 40. Analisis UsahataniPadi Sawah
Parameter Satuan
ukuran
Satuan
Harga Jumlah Jumlah Nilai
(Rp.)
input/output
(1x)
input/output
(1th) (Rp.)
(Input)
Bibit padi kg 5,000.00 17.5 17.5 87,500.00
Pupuk N (Urea) kg 1,800.00 160.0 160.0 288,000.00
Pupuk Phonska kg 2,400.00 160.0 160.0 384,000.00
Pupuk K (KCl) kg 3,000.00 0.0 0.0 0.00
Pupuk Za kg 1,200.00 0.0 0.0 0.00
Obat padat paket 150,000.00 1.0 1.0 150,000.00
Obat cair paket 75,000.00 1.0 1.0 75,000.00
Pupuk organik ton 60,000.00 0.0 0.0 0.00
Sewa traktor paket 100,000.00 4.0 4.0 400,000.00
Ternak hrt 155,000.00 0.0 0.0 0.00
Buruh hok 47,000.00 45.0 45.0 2,115,000.00
Total input 3,499,500.00
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan S1
Beras kg 6,500.00 2125.0 2125.0 13,812,500.00
RCR 3.95
GM 10,313,000.00
BCR (discount rate 15%) 3.43
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan S2
Beras kg 6,500.00 1700.0 1700.0 11,050,000.00
RCR 3.16
GM 7,550,500.00
BCR (discount rate 15%) 2.75
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan S3
Beras kg 6,500.00 1275.0 1275.0 8,287,500.00
RCR 2.37
GM 4,788,000.00
BCR (discount rate 15%) 2.06
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan
N1
Beras kg 6,500.00 531.0 531.0 3,451,500.00
RCR 0.99
GM -48,000.00
BCR (discount rate 15%) 0.86
82
Lampiran 41. Analisis UsahataniPadi Ladang
Parameter Satuan
ukuran
Satuan
Harga
(Rp.)
Jumlah Jumlah
input/output (1th)
Nilai
(Rp.) input/output
(1x)
(Input)
Bibit padi kg 5,000.00 40.0 40.0 200,000.00
Pupuk N (Urea) kg 1,800.00 0.0 0.0 0.00
Pupuk Phonska kg 2,400.00 170.0 170.0 408,000.00
Pupuk K (KCl) kg 3,000.00 0.0 0.0 0.00
Pupuk Za kg 2,400.00 0.0 0.0 0.00
Obat padat paket 25,000.00 4.0 4.0 100,000.00
Obat cair paket 90,000.00 4.0 4.0 360,000.00
Pupuk organik ton 60,000.00 0.0 0.0 0.00
Sewa traktor paket 100,000.00 2.0 2.0 200,000.00
Ternak hrt 265,000.00 0.0 0.0 0.00
Buruh hok 55,000.00 60.0 60.0 3,300,000.00
Total input 4,568,000.00
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan
S1
Gabah (gkg) kg 6,000.00 2400.0 2400.0 14,400,000.00
RCR 3.15
GM 9,832,000.00
BCR (discount rate 15%) 2.74
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan
S2
Gabah (gkg) kg 6,000.00 1920.0 1920.0 11,520,000.00
RCR 2.52
GM 6,952,000.00
BCR (discount rate 15%) 2.19
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan
S3
Gabah (gkg) kg 6,000.00 1440.0 1440.0 8,640,000.00
RCR 1.89
GM 4,072,000.00
BCR (discount rate 15%) 1.64
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan
N1
Gabah (gkg) kg 6,000.00 600.0 600.0 3,600,000.00
RCR 0.79
GM -968,000.00
BCR (discount rate 15%) 0.69
83
Lampiran 42. Analisis UsahataniUbi Kayu
Parameter Satuan
ukuran
Satuan
Harga Jumlah Jumlah Nilai
(Rp.)
input/output
(1x) input/output (1th) (Rp.)
(Input)
Bibit Ubi kayu kg 100.00 1000.0 1000.0 100,000.00
Pupuk N (Urea) kg 1,200.00 0.0 0.0 0.00
Pupuk P (SP-36) kg 2,400.00 0.0 0.0 0.00
Pupuk K (KCl) kg 2,500.00 0.0 0.0 0.00
Pupuk Za kg 1,200.00 0.0 0.0 0.00
Obat padat paket 143,000.00 1.5 1.5 214,500.00
Obat cair paket 42,500.00 3.0 3.0 127,500.00
Pupuk organik ton 60,000.00 0.0 0.0 0.00
Sewa traktor paket 600,000.00 0.0 0.0 0.00
Ternak hrt 45,000.00 8.0 8.0 360,000.00
Buruh hok 50,000.00 61.0 61.0 3,050,000.00
Total input 3,852,000.00
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan S1
Ubi kayu (biji) kg 850.00 11667.0 11667.0 9,916,950.00
RCR 2.57
GM 6,064,950.00
BCR (discount rate 15%) 2.24
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan S2
Ubi kayu (biji) kg 850.00 9333.0 9333.0 7,933,050.00
RCR 2.06
GM 4,081,050.00
BCR (discount rate 15%) 1.79
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan S3
Ubi kayu (biji) kg 850.00 7000.0 7000.0 5,950,000.00
RCR 1.54
GM 2,098,000.00
BCR (discount rate 15%) 1.34
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan
N1
Ubi kayu (biji) kg 850.00 2917.0 2917.0 2,479,450.00
RCR 0.64
GM -1,372,550.00
BCR (discount rate 15%) 0.56
84
Lampiran 43. Analisis UsahataniUbi Jalar
Parameter Satuan
ukuran
Satuan
Harga Jumlah Jumlah Nilai
(Rp.)
input/output
(1x) input/output (1th) (Rp.)
(Input)
Bibit Ubi jalar karung 30,000.00 20.0 20.0 600,000.00
Pupuk N (Urea) kg 1,200.00 0.0 0.0 0.00
Pupuk P (SP-36) kg 2,400.00 0.0 0.0 0.00
Pupuk K (KCl) kg 2,500.00 0.0 0.0 0.00
Pupuk Za kg 1,200.00 0.0 0.0 0.00
Obat padat paket 142,500.00 1.5 1.5 213,750.00
Obat cair paket 65,000.00 3.0 3.0 195,000.00
Pupuk organik ton 60,000.00 0.0 0.0 0.00
Sewa traktor paket 600,000.00 0.0 0.0 0.00
Ternak hrt 55,000.00 6.0 6.0 330,000.00
Buruh hok 60,000.00 62.0 62.0 3,720,000.00
Total input 5,058,750.00
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan S1
Ubi jalar (biji) kg 1,000.00 13800.0 13800.0 13,800,000.00
RCR 2.73
GM 8,741,250.00
BCR (discount rate 15%) 2.37
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan S2
Ubi jalar (biji) kg 1,000.00 11000.0 11000.0 11,000,000.00
RCR 2.17
GM 5,941,250.00
BCR (discount rate 15%) 1.89
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan S3
Ubi jalar (biji) kg 1,000.00 8280.0 8280.0 8,280,000.00
RCR 1.64
GM 3,221,250.00
BCR (discount rate 15%) 1.42
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan
N1
Ubi jalar (biji) kg 1,000.00 3450.0 3450.0 3,450,000.00
RCR 0.68
GM -1,608,750.00
BCR (discount rate 15%) 0.59
85
Lampiran 44. Analisis UsahataniKedelai
Parameter Satuan
ukuran
Satuan
Harga Jumlah Jumlah Nilai
(Rp.)
input/output
(1x) input/output (1th) (Rp.)
(Input)
Bibit Kedelai kg 5,000.00 40.0 40.0 200,000.00
Pupuk N (Urea) kg 1,800.00 100.0 100.0 180,000.00
Pupuk Phonska kg 2,400.00 100.0 100.0 240,000.00
Pupuk K (KCl) kg 2,500.00 0.0 0.0 0.00
Pupuk Za kg 1,200.00 0.0 0.0 0.00
Obat padat paket 142,500.00 1.3 1.3 185,250.00
Obat cair paket 65,000.00 4.0 4.0 260,000.00
Pupuk organik ton 60,000.00 0.0 0.0 0.00
Sewa traktor paket 600,000.00 0.0 0.0 0.00
Ternak hrt 67,500.00 4.0 4.0 270,000.00
Buruh hok 50,000.00 50.0 50.0 2,500,000.00
Total input 3,835,250.00
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan S1
Kedelai (biji) kg 5,000.00 1466.0 1466.0 7,330,000.00
RCR 1.91
GM 3,494,750.00
BCR (discount rate 15%) 1.66
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan S2
Kedelai (biji) kg 5,000.00 1173.0 1173.0 5,865,000.00
RCR 1.53
GM 2,029,750.00
BCR (discount rate 15%) 1.33
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan S3
Kedelai (biji) kg 5,000.00 880.0 880.0 4,400,000.00
RCR 1.15
GM 564,750.00
BCR (discount rate 15%) 1.00
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan
N1
Kedelai (biji) kg 5,000.00 367.0 367.0 1,835,000.00
RCR 0.48
GM -2,000,250.00
BCR (discount rate 15%) 0.42
86
Lampiran 45. Analisis UsahataniJagung
Parameter Satuan
ukuran
Satuan
Harga Jumlah Jumlah Nilai
(Rp.)
input/output
(1x)
input/output
(1th) (Rp.)
(Input)
Bibit jagung kg 5,000.00 27.0 27.0 135,000.00
Pupuk N (Urea) kg 1,800.00 100.0 100.0 180,000.00
Pupuk Phonska kg 2,400.00 100.0 100.0 240,000.00
Pupuk K (KCl) kg 3,000.00 0.0 0.0 0.00
Pupuk Za kg 1,200.00 0.0 0.0 0.00
Obat padat paket 75,000.00 2.0 2.0 150,000.00
Obat cair paket 120,000.00 1.0 1.0 120,000.00
Pupuk organik ton 200,000.00 0.0 0.0 0.00
Sewa traktor paket 100,000.00 0.0 0.0 0.00
Ternak hrt 57,500.00 6.0 6.0 345,000.00
Buruh hok 60,000.00 45.0 45.0 2,700,000.00
Total input 3,870,000.00
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan
S1
Jagung kg 2,500.00 3167.0 3167.0 7,917,500.00
RCR 2.05
GM 4,047,500.00
BCR (discount rate 15%) 1.78
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan
S2
Jagung kg 2,500.00 2533.6 2533.6 6,334,000.00
RCR 1.64
GM 2,464,000.00
BCR (discount rate 15%) 1.42
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan
S3
Jagung kg 2,500.00 1900.0 1900.0 4,750,000.00
RCR 1.23
GM 880,000.00
BCR (discount rate 15%) 1.07
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan
N1
Jagung kg 2,500.00 792.0 792.0 1,980,000.00
RCR 0.51
GM -1,890,000.00
BCR (discount rate 15%) 0.44
87
Lampiran 46. Analisis UsahataniKacang Hijau
Parameter Satuan
ukuran
Satuan
Harga Jumlah Jumlah Nilai
(Rp.)
input/output
(1x) input/output (1th) (Rp.)
(Input)
Bibit Kacang hijau kg 2,500.00 30.0 30.0 75,000.00
Pupuk N (Urea) kg 1,800.00 100.0 100.0 180,000.00
Pupuk P (SP-36) kg 2,400.00 100.0 100.0 240,000.00
Pupuk K (KCl) kg 2,500.00 0.0 0.0 0.00
Pupuk Za kg 1,200.00 0.0 0.0 0.00
Obat padat paket 85,000.00 2.0 2.0 170,000.00
Obat cair paket 20,000.00 3.0 3.0 60,000.00
Pupuk organik ton 60,000.00 0.0 0.0 0.00
Sewa traktor paket 600,000.00 0.0 0.0 0.00
Ternak hrt 75,000.00 4.0 4.0 300,000.00
Buruh hok 60,000.00 66.0 66.0 3,960,000.00
Total input 4,985,000.00
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan S1
Kacang hijau (biji) kg 5,000.00 1433.0 1433.0 7,165,000.00
RCR 1.44
GM 2,180,000.00
BCR (discount rate 15%) 1.25
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan S2
Kacang hijau (biji) kg 5,000.00 1146.0 1146.0 5,730,000.00
RCR 1.15
GM 745,000.00
BCR (discount rate 15%) 1.00
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan S3
Kacang hijau (biji) kg 5,000.00 860.0 860.0 4,300,000.00
RCR 0.86
GM -685,000.00
BCR (discount rate 15%) 0.75
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan
N1
Kacang hijau (biji) kg 5,000.00 358.0 358.0 1,790,000.00
RCR 0.36
GM -3,195,000.00
BCR (discount rate 15%) 0.31
88
Lampiran 47. Analisis UsahataniKacang Tanah
Parameter Satuan
ukuran
Satuan
Harga Jumlah Jumlah Nilai
(Rp.)
input/output
(1x) input/output (1th) (Rp.)
(Input)
Bibit kacang tanah kg 5,000.00 56.0 56.0 280,000.00
Pupuk N (Urea) kg 1,800.00 133.0 133.0 239,400.00
Pupuk Phonska kg 2,400.00 133.0 133.0 319,200.00
Pupuk K (KCl) kg 2,500.00 0.0 0.0 0.00
Pupuk Za kg 1,200.00 0.0 0.0 0.00
Obat padat paket 85,000.00 0.0 0.0 0.00
Obat cair paket 80,000.00 0.0 0.0 0.00
Pupuk organik ton 60,000.00 0.0 0.0 0.00
Sewa traktor paket 600,000.00 0.0 0.0 0.00
Ternak hrt 42,000.00 5.0 5.0 210,000.00
Buruh hok 47,000.00 47.0 47.0 2,209,000.00
Total input 3,257,600.00
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan
S1
Kacang tanah kg 15,000.00 478.0 478.0 7,170,000.00
RCR 2.20
GM 3,912,400.00
BCR (discount rate 15%) 1.91
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan
S2
Kacang tanah kg 15,000.00 382.0 382.0 5,730,000.00
RCR 1.76
GM 2,472,400.00
BCR (discount rate 15%) 1.53
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan
S3
Kacang tanah kg 15,000.00 287.0 287.0 4,305,000.00
RCR 1.32
GM 1,047,400.00
BCR (discount rate 15%) 1.15
(Output) untuk kelas kesesuaian lahan
N1
Kacang tanah kg 15,000.00 119.5 119.5 1,792,500.00
RCR 0.55
GM -1,465,100.00
BCR (discount rate 15%) 0.48
89
Lampiran 48. Analisis UsahataniKelapa
Bunga (%) 15 Faktor (x) 0.869565 0.868
Tahun ke
Output (cash in)
Input (cash out)
Faktor thn. Ke Pv in Pv out NPV Benefit
1 0 3,650,000 0.869565 0.00 3,650,000.00 -3,650,000.00 -3,650,000
2 0 1,400,000 0.756144 0.00 1,217,391.30 -1,217,391.30 -1,400,000
3 0 1,600,000 0.657516 0.00 1,209,829.87 -1,209,829.87 -1,600,000
4 0 400,000 0.571753 0.00 263,006.49 -263,006.49 -400,000
5 0 400,000 0.497177 0.00 228,701.30 -228,701.30 -400,000
6 4,200,000 1,120,000 0.432328 1,815,775.90 556,837.94 1,258,937.96 3,080,000
7 3,850,000 880,000 0.375937 1,447,357.60 380,448.28 1,066,909.32 2,970,000
8 5,250,000 880,000 0.326902 1,716,234.31 330,824.60 1,385,409.72 4,370,000
9 5,600,000 520,000 0.284262 1,591,869.51 169,988.92 1,421,880.59 5,080,000
10 7,700,000 520,000 0.247185 1,903,322.24 147,816.45 1,755,505.78 7,180,000
11 11,900,000 520,000 0.214943 2,557,824.35 128,536.05 2,429,288.30 11,380,000
12 11,900,000 520,000 0.186907 2,224,195.09 111,770.48 2,112,424.61 11,380,000
13 11,900,000 520,000 0.162528 1,934,082.68 97,191.72 1,836,890.97 11,380,000
14 11,900,000 520,000 0.141329 1,681,811.03 84,514.54 1,597,296.49 11,380,000
15 11,900,000 520,000 0.122894 1,462,444.37 73,490.90 1,388,953.47 11,380,000
16 11,900,000 520,000 0.106865 1,271,690.76 63,905.13 1,207,785.63 11,380,000
17 11,900,000 520,000 0.092926 1,105,818.05 55,569.68 1,050,248.37 11,380,000
18 11,900,000 520,000 0.080805 961,580.91 48,321.46 913,259.45 11,380,000
19 11,900,000 520,000 0.070265 836,157.32 42,018.66 794,138.66 11,380,000
20 11,900,000 520,000 0.061100 727,093.32 36,537.97 690,555.35 11,380,000
21 11,900,000 520,000 0.053131 632,255.06 31,772.15 600,482.92 11,380,000
22 11,900,000 520,000 0.046201 549,787.01 27,627.95 522,159.06 11,380,000
23 11,900,000 520,000 0.040174 478,075.66 24,024.31 454,051.35 11,380,000
24 11,900,000 520,000 0.034934 415,717.97 20,890.70 394,827.26 11,380,000
25 11,900,000 520,000 0.030378 361,493.88 18,165.83 343,328.06 11,380,000
26 11,900,000 520,000 0.026415 314,342.51 15,796.37 298,546.14 11,380,000
27 11,900,000 520,000 0.022970 273,341.31 13,735.98 259,605.34 11,380,000
28 11,900,000 520,000 0.019974 237,688.10 11,944.33 225,743.77 11,380,000
29 11,900,000 520,000 0.017369 206,685.30 10,386.37 196,298.93 11,380,000
30 11,900,000 520,000 0.015103 179,726.35 9,031.63 170,694.72 11,380,000
Total 264,600,000 21,770,000
Rerata 8,820,000 725,666 Total 26,886,370.59 9,080,077.35 17,806,293.25 242,830,000
IRR 13% 32%
S1 S2 S3 N1
GM (Gross Margin) 8,094,333 6,330,333 4,328,333 1,479,333
BCR (Benefit Cost Ratio) 2.96 2.37 1.53 0.74
IRR (Internal Rate of Return) 35.04 30.38 17.19 0.00
NPV (Net Present Value) 17,806,293.25 12,429,019.13 4,853,824.00 -2,358,484.70
90
Lampiran 49. Analisis UsahataniKakao
Bunga (%) 15 Faktor (x) 0.869565 0.868
Tahun ke
Output (cash in)
Input (cash out)
Faktor thn. Ke Pv in Pv out NPV Benefit
1 0 8,825,000 0.869565 0.00 8,825,000.00 -8,825,000.00 -8,825,000
2 0 3,885,000 0.756144 0.00 3,378,260.87 -3,378,260.87 -3,885,000
3 21,037,500 2,135,000 0.657516 13,832,497.74 1,614,366.73 12,218,131.01 18,902,500
4 24,375,000 2,135,000 0.571753 13,936,485.36 1,403,797.16 12,532,688.21 22,240,000
5 24,375,000 2,135,000 0.497177 12,118,682.92 1,220,693.18 10,897,989.74 22,240,000
6 24,375,000 5,460,000 0.432328 10,537,985.15 2,714,584.97 7,823,400.18 18,915,000
7 30,750,000 5,460,000 0.375937 11,560,063.98 2,360,508.67 9,199,555.30 25,290,000
8 30,750,000 5,460,000 0.326902 10,052,229.55 2,052,616.24 7,999,613.31 25,290,000
9 30,750,000 5,460,000 0.284262 8,741,069.17 1,784,883.69 6,956,185.49 25,290,000
10 30,750,000 5,860,000 0.247185 7,600,929.71 1,665,777.73 5,935,151.98 24,890,000
11 40,125,000 5,860,000 0.214943 8,624,596.81 1,448,502.38 7,176,094.43 34,265,000
12 40,125,000 5,860,000 0.186907 7,499,649.40 1,259,567.29 6,240,082.12 34,265,000
13 40,125,000 5,860,000 0.162528 6,521,434.26 1,095,275.90 5,426,158.36 34,265,000
14 40,125,000 5,860,000 0.141329 5,670,812.40 952,413.83 4,718,398.58 34,265,000
15 46,125,000 5,860,000 0.122894 5,668,508.13 828,185.94 4,840,322.19 40,265,000
16 46,125,000 6,700,000 0.106865 4,929,137.50 823,393.05 4,105,744.45 39,425,000
17 46,125,000 6,700,000 0.092926 4,286,206.53 715,993.96 3,570,212.57 39,425,000
18 46,125,000 6,700,000 0.080805 3,727,136.11 622,603.44 3,104,532.67 39,425,000
19 46,125,000 6,700,000 0.070265 3,240,987.92 541,394.30 2,699,593.62 39,425,000
20 46,125,000 6,700,000 0.061100 2,818,250.37 470,777.65 2,347,472.72 39,425,000
21 33,750,000 8,655,000 0.053131 1,793,160.36 528,822.91 1,264,337.45 25,095,000
22 33,750,000 8,655,000 0.046201 1,559,269.88 459,846.01 1,099,423.87 25,095,000
23 33,750,000 8,655,000 0.040174 1,355,886.85 399,866.10 956,020.75 25,095,000
24 33,750,000 8,655,000 0.034934 1,179,032.04 347,709.65 831,322.39 25,095,000
25 33,750,000 8,655,000 0.030378 1,025,245.26 302,356.22 722,889.04 25,095,000
Total 823,162,500 152,890,000
Rerata 32,926,500 6,115,600 Total 148,279,257.40 37,817,197.85 110,462,059.55 670,272,500
IRR 63% 97%
S1 S2 S3 N1
GM (Gross Margin) 26,810,900 20,225,600 12,830,300 2,116,025
BCR (Benefit Cost Ratio) 3.92 3.14 2.03 0.98
IRR (Internal Rate of Return) 55.96 53.17 41.13 -3.75
NPV (Net Present Value) 110,462,059 80,806,208 39,010,982 -747,383
91
Lampiran 50. Analisis UsahataniCengkeh
Bunga (%) 15 Faktor (x) 0.869565 0.868
Tahun ke
Output (cash in)
Input (cash out)
Faktor thn. Ke Pv in Pv out NPV Benefit
1 0 11,850,000 0.869565 0.00 11,850,000.00 -
11,850,000.00 -11,850,000
2 0 875,000 0.756144 0.00 760,869.57 -760,869.57 -875,000
3 0 1,025,000 0.657516 0.00 775,047.26 -775,047.26 -1,025,000
4 0 1,025,000 0.571753 0.00 673,954.14 -673,954.14 -1,025,000
5 0 1,025,000 0.497177 0.00 586,047.08 -586,047.08 -1,025,000
6 14,700,000 2,050,000 0.432328 6,355,215.66 1,019,212.31 5,336,003.35 12,650,000
7 14,700,000 2,050,000 0.375937 5,526,274.49 886,271.57 4,640,002.92 12,650,000
8 18,375,000 2,050,000 0.326902 6,006,820.09 770,670.93 5,236,149.16 16,325,000
9 18,375,000 2,050,000 0.284262 5,223,321.82 670,148.64 4,553,173.18 16,325,000
10 22,050,000 2,050,000 0.247185 5,450,422.77 582,737.94 4,867,684.83 20,000,000
11 22,050,000 2,050,000 0.214943 4,739,498.06 506,728.65 4,232,769.41 20,000,000
12 29,400,000 2,050,000 0.186907 5,495,070.22 440,633.61 5,054,436.61 27,350,000
13 29,400,000 1,675,000 0.162528 4,778,321.93 313,069.48 4,465,252.45 27,725,000
14 29,400,000 1,675,000 0.141329 4,155,062.54 272,234.33 3,882,828.22 27,725,000
15 29,400,000 1,675,000 0.122894 3,613,097.87 236,725.50 3,376,372.36 27,725,000
16 29,400,000 1,875,000 0.106865 3,141,824.23 230,427.16 2,911,397.07 27,525,000
17 29,400,000 1,875,000 0.092926 2,732,021.07 200,371.44 2,531,649.63 27,525,000
18 29,400,000 1,875,000 0.080805 2,375,670.50 174,236.04 2,201,434.46 27,525,000
19 29,400,000 1,875,000 0.070265 2,065,800.43 151,509.60 1,914,290.83 27,525,000
20 29,400,000 1,875,000 0.061100 1,796,348.20 131,747.48 1,664,600.72 27,525,000
21 29,400,000 1,875,000 0.053131 1,562,041.91 114,563.02 1,447,478.89 27,525,000
22 29,400,000 1,875,000 0.046201 1,358,297.32 99,620.02 1,258,677.30 27,525,000
23 29,400,000 1,875,000 0.040174 1,181,128.10 86,626.10 1,094,502.00 27,525,000
24 29,400,000 1,875,000 0.034934 1,027,067.91 75,327.05 951,740.87 27,525,000
25 29,400,000 1,875,000 0.030378 893,102.53 65,501.78 827,600.75 27,525,000
26 29,400,000 1,875,000 0.026415 776,610.90 56,958.07 719,652.83 27,525,000
27 29,400,000 1,875,000 0.022970 675,313.83 49,528.76 625,785.07 27,525,000
28 29,400,000 1,875,000 0.019974 587,229.41 43,068.48 544,160.93 27,525,000
29 29,400,000 1,875,000 0.017369 510,634.27 37,450.86 473,183.42 27,525,000
30 29,400,000 1,875,000 0.015103 444,029.80 32,565.96 411,463.84 27,525,000
Total 668,850,000 63,300,000
Rerata 22,295,000.00 2,110,000.00 Total 72,470,225.86 21,893,852.81 50,576,373.06 605,550,000
IRR 16% 36%
S1 S2 S3 N1
GM (Gross Margin) 20,185,000 15,726,000 10,679,000 3,463,750
BCR (Benefit Cost Ratio) 3.31 2.65 1.72 0.83
IRR (Internal Rate of Return) 38.75 34.53 22.00 -13.69
NPV (Net Present Value) 50,576,373 36,082,327 15,685,032 -3,776,296
92
Lampiran 51. Analisis UsahataniKopi
Bunga (%) 15
Faktor (x) 0.869565 0.868 Tahun
ke Output
(cash in) Input
(cash out) Faktor thn.
Ke Pv in Pv out NPV Benefit
1 0 8,120,000 0.869565 0.00 8,120,000.00 -8,120,000.00 -8,120,000
2 6,500,000 3,660,000 0.756144 4,914,933.84 3,182,608.70 1,732,325.14 2,840,000
3 16,250,000 3,660,000 0.657516 10,684,638.78 2,767,485.82 7,917,152.95 12,590,000
4 26,000,000 3,860,000 0.571753 14,865,584.39 2,538,012.66 12,327,571.73 22,140,000
5 32,500,000 3,920,000 0.497177 16,158,243.90 2,241,272.72 13,916,971.17 28,580,000
6 39,000,000 3,920,000 0.432328 16,860,776.24 1,948,932.80 14,911,843.44 35,080,000
7 39,000,000 3,920,000 0.375937 14,661,544.56 1,694,724.18 12,966,820.38 35,080,000
8 39,000,000 1,320,000 0.326902 12,749,169.18 496,236.89 12,252,932.29 37,680,000
Total 198,250,000 32,380,000
Rerata 24,781,250.00 4,047,500.00 Total 90,894,890.87 22,989,273.77 67,905,617.11 165,870,000
IRR 81% 122%
S1 S2 S3 N1
GM (Gross Margin) 20,733,750 15,777,500 7,896,250 2,147,812
BCR (Benefit Cost Ratio) 3.95 3.16 1.77 0.99
IRR (Internal Rate of Return) 57.41 54.93 40.16 -2.07
NPV (Net Present Value) 67,905,617 49,726,638 17,782,407 -265,551
93
Lampiran 52. Analisis UsahataniLada
Bunga (%) 15
Faktor (x) 0.869565 0.868 Tahun
ke Output
(cash in) Input
(cash out) Faktor thn.
Ke Pv in Pv out NPV Benefit
1 0 8,700,000 0.869565 0.00 8,700,000.00 -8,700,000.00 -8,700,000
2 0 2,100,000 0.756144 0.00 1,826,086.96 -1,826,086.96 -2,100,000
3 0 2,100,000 0.657516 0.00 1,587,901.70 -1,587,901.70 -2,100,000
4 15,000,000 5,100,000 0.571753 8,576,298.68 3,353,332.79 5,222,965.90 9,900,000
5 30,000,000 5,200,000 0.497177 14,915,302.06 2,973,116.88 11,942,185.18 24,800,000
6 24,000,000 5,200,000 0.432328 10,375,862.30 2,585,319.02 7,790,543.28 18,800,000
7 21,000,000 7,200,000 0.375937 7,894,677.84 3,112,758.69 4,781,919.15 13,800,000
8 16,500,000 7,200,000 0.326902 5,393,879.27 2,706,746.69 2,687,132.58 9,300,000
Total 106,500,000 42,800,000
Rerata 13,312,500 5,350,000 Total 47,156,020.15 26,845,262.72 20,310,757.43 63,700,000
IRR 27% 53%
S1 S2 S3 N1
GM (Gross Margin) 7,962,500 5,300,000 1,400,000 -2,021,875
BCR (Benefit Cost Ratio) 1.76 1.41 0.81 0.44
IRR (Internal Rate of Return) 43.99 35.03 -64.03 0.00
NPV (Net Present Value) 20,310,757 10,879,553 -5,056,319 -15,056,257
94
Lampiran 53. Pengelompokan Satuan Landform, Relief/Lereng, Bahan Induk, dan
Sifat-Sifat Tanah Berdasarkan LREPP II
1. LANDFORM A ALUVIAL V VOLKANIK
A01 lahan aluvial V01 volkan berlapis
A011 dataran banjir V011 kerucut volkan
A012 teras sungai V012 aliran lahar
A013 dataran aluvial V013 aliran lava
A014 dasar lembah V014 kipas volkan
A015 jalur aliran V015 dataran volkan
A016 delta danau V016 lungur volkan
V017 kerucut anakan
A02 lahan aluvio_koluvial V02 volkan tameng A021 kipas aluvial V021 volkan tameng membulat
A022 lahan koluvial V022 plateau volkan
A023 dataran antar perbukitan V03 volkan tua V04 intrusi volkan
A03 basin aluvial
A031 basin lakustrin T. TEKTONIK dan STRUKTURAL A032 depresi aluvial T01 plateau
T02 mesa
B FLUVIO_MARIN T03 Bute
B01 delta laut T04 teras angkatan
B02 dat.est.sep.muara/hilir/sung./pant T05 hogback
B03 dataran fluvio_marin T06 cuesta
T07 Landform patahan blok (tunggal)
E EOLIN T08 Landform lipatan (tunggal)
E01 lapisan pasir (>50cm) T09 punggung/perbukitan paralel
E02 gumuk pasir T10 paneplain
T11 dataran struktural/tektonik
G GAMBUT T12 perbukitan/pegunungan struktural
G01 gambut topogen
G02 gambut ombrogen
M MARIN
K KARST M01 pesisir
K01 plateau karst M02 dataran pasang surut
K02 dataran karst M03 teras marin
K03 perbukitan karst M04 terumbu karang
K04 pegunungan karst
X Aneka/Lain-lain (lahan rusak,
singkapan batuan,
galian/pertambangan, longsoran
dll.)
95
2. RELIEF/LERENG 4. BAHAN INDUK/LITOLOGI
Lereng beda tinggi 100 batuan beku
f datar < 1% < 2 m 110 plutonik
n agak datar 1 - 3% < 2 m 111 granit
u berombak > 3 - 8% 2 - 10 m 112 granodiorit, diorit
r bergelombang > 8 - 15% 10-50 m 113 gabro
h berbukit > 15 - 25% 50 - 300 m 114 peridotit, serpentinit
m bergunung >40% > 300 m 120 volkanik
121 dasit, liparit, riolit, bt apung
3. POLA DRAINASE 122 andesit
ann anular 123 basalt
ang angular 200 sedimen
bra braided 211 batuliat, batulanau, serpih
cen sentripetal 212 batupasir, konglomerat
com
den
Komplek
dendritik
213 batugamping, batugamping
karang
der
deranged
214 napal, batuliat berkapur,
kapur
dic dikhotomik/kipas 220 aluvium
kar karstik 221 kerakal
mea meander 222 kerikil
par paralel 223 pasir
sup sub-paralel 224 debu
pin pinnate 225 liat
rad radial/sentrifugal
rec rectangular 230 organik
ret reticular 300 metamorfik
sin sinuous 310 skis, filit, kuarsit, batusabak
tre trellis 320 marmer/batu pualam
sut sub-trellis 330 gneis, amfibolit
6. PENGELOLAAN LAHAN
PERTANIAN
i sawah irigasi
5. PENGGUNAAN LAHAN/LANDUSE r sawah lebak/rawa
h hutan belukar l sawah tadah hujan
b semak p sawah pasang surut
s padang rumput/alang-alang tb teras bangku
r perkebunan tg teras gulud atau lainnya
e pertanian lahan nt tidak diteras
u kering/tegalan
k kebun campuran
w sawah
i tambak
96
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 31 Maret 1975 di Makassar dari Bapak
Drs ML. Salamba dan Ibu Damaris Kendek dan sebagai putri ke enamdari tujuh
bersaudara.
Tahun 1993 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Makassar dan pada tahun yang
sama penulis lulus seleksi Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada
Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, namun karena keinginan yang besar untuk
bisa diterima pada Program Studi Ilmu Tanah maka pada tahun 1994 penulis mengikuti
lagi seleksiUjian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) dan lulus pada program
studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Hasanuddin dan lulus
pada tahun 1998. Tahun 2010, penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan ke program Pascasarjana IPB pada Program Studi Ilmu Tanah dan
memperoleh beasiswa pendidikan Pascasarjana dari Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Sejak tahun 2007 penulis bekerja di Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Sulawesi Utara sebagai calon peneliti.
top related