i SKRIPSI PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP JUAL BELI SAPI DALAM KANDUNGAN BESERTA INDUKNYA (Studi Kasus Desa Tanjung Harapan Kecamatan Margatiga Kabupaten Lampung Timur) Oleh: NOVITA SARI NPM. 1288754 Jurusan Ekonomi Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO 1440 H / 2019 M
86
Embed
SKRIPSI - metrouniv.ac.idrepository.metrouniv.ac.id/id/eprint/279/1/Skripsi 047.FEBI.2019.pdf · Luas Tanah Menurut Komoditas ..... 36 4.5. Pemilikan Lahan Pertanian Tanaman Pangan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
SKRIPSI
PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP JUAL BELI SAPI
DALAM KANDUNGAN BESERTA INDUKNYA
(Studi Kasus Desa Tanjung Harapan Kecamatan Margatiga
Kabupaten Lampung Timur)
Oleh:
NOVITA SARI
NPM. 1288754
Jurusan Ekonomi Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1440 H / 2019 M
ii
PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP JUAL BELI SAPI
DALAM KANDUNGAN BESERTA INDUKNYA
(Studi Kasus Desa Tanjung Harapan Kecamatan Margatiga
Kabupaten Lampung Timur)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Oleh:
NOVITA SARI
NPM. 1288754
Pembimbing I : Drs. M. Saleh, MA
Pembimbing II : Dharma Setyawan, MA
Jurusan : Ekonomi Syari’ah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1440 H / 2019 M
ii
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP JUAL BELI SAPI
DALAM KANDUNGAN BESERTA INDUKNYA
(Studi Kasus Desa Tanjung Harapan Kecamatan Margatiga
Kabupaten Lampung Timur)
Oleh:
NOVITA SARI
Sejalan dengan perkembangan zaman, persoalan jual beli terjadi dalam
masyarakat semakin meluas, salah satunya adalah adanya praktik jual beli sapi dalam kandungan beserta induknya. Jual beli sapi dalam kandungan beserta induknya adalah salah satu jenis praktek yang umum terjadi dimasyarakat desa Tanjung Harapan. Jual beli yang dimaksud adalah terjadinya transaksi jual beli dimana sapi dalam kondisi mengandung dan diberikan harga jual dengan menambahkan harga anak sapi yang sedang berada dalam kandungan.
Praktek jual beli sapi banyak ditemukan di daerah pedesaan, salah satunya di desa Tanjung Harapan Kecamatan Margatiga Kabupaten Lampung Timur, seperti halnya jual beli sapi dalam kandungan beserta induknya. Dalam jual beli tersebut terjadi transaksi jual beli sapi yang sedang mengandung. Tetapi saat penentuan harga, anak sapi yang sedang dikandung sudah ditentukan harganya sehingga sapi tersebut memiliki harga jual yang lebih tinggi daripada sapi pada umumnya. Transaksi ini jelas terdapat aspek Gharar didalamnya, karena anak sapi yang dikandung tidak dapat dipastikan akan lahir dalam kondisi hidup atau mati serta berjumlah berapa dan berjenis kelamin apa sehingga belum tentu jelas keadaannya. Demikian dengan berdasarkan deskripsi tersebut maka penyusun mencoba untuk meneliti tentang Pemahaman Masyarakat Terhadap Jual Beli Sapi Dalam Kandungan Beserta Induknya.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan yaitu suatu penelitian yang dilakukan di lapangan atau di tempat penelitian. Sifat penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai situasi-situasi atau kejadian. Sumber data yang dilakukan oleh peneliti adalah sumber data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah konten Analisis (Analisis isi). Penelitian ini menggunakan teknik wawancara yang dilakukan kepada dua blantik sapi, satu petani sapi dan pembeli sapi. Dokumentasi dilakukan dengan mengambil data mengenai profil desa Tanjung Harapan sebagai lokasi penelitian. Semua data-data tersebut dianalisis secara induktif.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang peneliti lakukan maka dapat diketahui bahwa Pemahaman Masyarakat Terhadap Jual Beli Sapi Dalam Kandungan Beserta Induknya adalah kebutuhan hidup yang semakin meningkat membuat para peternak dan blantik sapi menjual sapi yang sedang mengandung yang dilarang oleh syariat Islam sehingga membuat mereka merasa diuntungka secara maksimal dan dianggap praktis. Mereka juga tidak memikirkan keuntungan ataupun kerugian apabila anak sapi yang dilahirkan dalam kondisi mati atau cacat, yang mereka fikirkan hanya mendapat keuntungan untuk diri sendiri yang lebih dari jual beli sapi tersebut.
v
vii
viii
MOTTO
عليه و سلهم عن يرة عن ابي هر صلهي الله قا ل نهي رسول الله بيع الغرروبيع الحصاة )رواه التر مذ(
Artinya : “Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw melarang jual beli gharar dan
jual beli al-hashah.”(HR. Tarmidzi)
vii
ix
PERSEMBAHAN
Tiada kata yang pantas diucapakan selain bersyukur kepada Allah SWT
yang telah memberikan begitu banyak berkah dalam hidup peneliti. Saya
persembahkan Skripsi ini sebagai ungkapan rasa hormat dan cinta kasih yang
tulus kepada:
1. Kedua Orang Tua Tercinta Bapak Ahmad Rais dan (alm.) Ibu Siti Maimunah
yang tak pernah lelah senantiasa mendorong, memotivasi dan mendoakan
untuk keberhasilan peneliti dalam menyelesaikan Study. Terimakasih sudah
menjadi orang tua yang luar biasa sehingga aku bisa sampai dititik ini.
Terimakasih Abah yang selalu memberi ku semangat hingga saat ini dan
hingga aku bisa menyelesaikan skipsi ini dengan baik.
Untuk Alm Ibu ku yang tercinta, Ibu aku sudah berada dititik ini dimana ini
dan sebentar lagi aku akan mewujudkan cita-cita Mu yang Ibu inginkan. Aku
bisa bertahan sampai saat ini karena Abah dan Ibu. Do’a kan anak Mu
dipermudah dan di perlancar sampai selesai.
Ibu tenang di Syurga ya. Hanya Do’a yang bisa aku kirimkan ketika kerinduan
ini datang.
Untuk Abah sehat selalu ya. Untuk sekarang hanya Abah orang tua satu-satu
nya yang aku miliki saat ini, penyemangat hidup ku, penyemangat menjalani
hari-hari setiap hari nya tanpa Ibu.
viii
x
2. Pembimbing terbaik bapak Drs. M. Saleh, MA selaku pembimbing I dan
bapak Dharma Setyawan, MA selaku pembimbing II yang telah membimbing
dan mengarahkan peneliti dalam penulisan skripsi ini.
3. Almamater tercinta IAIN Metro.
4. Kakak ku Arma Wati, Ita Laila Wati,Ismail yang tidak henti-hentinya
senantiasa memberiku dorongan dan semangat hingga aku bisa menyelesaikan
study dan keponakan-keponakan ku tercinta yang tidak bisa disebutkan satu
C. Analisis Pemahaman Masyarakat Terhadap Jual Beli Sapi
Dalam Kandungan Beserta Induknya ...................................... 47
BAB V PENUTUP..................................................................................... 48
A. Kesimpulan ............................................................................ 48
B. Saran ..................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xii
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1. Nama-nama Demang/Lurah/Kepala Desa Sebelum dan Sesudah
berdirinya Desa Tanjung Harapan ........................................................ 34
4.2. Luas Desa Tanjung Harapan ................................................................ 35
4.3. Iklim Desa Tanjung Harapan ............................................................... 36
4.4. Luas Tanah Menurut Komoditas .......................................................... 36
4.5. Pemilikan Lahan Pertanian Tanaman Pangan ....................................... 37
4.6. Jenis komoditas buah-buahan yang dibudidayakan ............................... 37
4.7. Tanaman Obat ..................................................................................... 38
4.8. Luas dan hasil Perkebunan ................................................................... 38
4.9. Jenis Populasi Ternak .......................................................................... 38
4.10. Jumlah Penduduk Menurut Jenis kelamin ............................................ 39
4.11. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ................................... 39
4.12. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ...................................... 39
4.13. Jumlah Penduduk Menurut Agama ...................................................... 40
4.14. Jumlah Penduduk Menurut Etnis .......................................................... 40
4.15. Jumlah Penduduk Menurut Tenaga Kerja ............................................. 40
xiii
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1. Struktur Organisasi Desa Tanjung Harapan Kecamatan Margatiga
Kabupaten Lampung Timur ............................................................... 41
xiv
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Outlen
Lampiran 2 Alat Pengumpul Data
Lampiran 3 Surat Izin Research
Lampiran 4 Surat Balasan Izin Research
Lampiran 5 Surat Tugas Pra Survey
Lampiran 6 Surat Keterangan Bebas Pustaka
Lampiran 7 Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah dunia membuktikan bahwa manusia tidak lepas dari pergaulan
yang mengatur perhubungan manusia di dalam segala keperluannya atau yang
biasa disebut dengan muamalah seperti pendapatan harta, pengembangan dan
penggunaan harta dengan tidak merugikan orang lain.
Selain itu, Islam tidak membiarkan pemilik harta bebas secara mutlak
mendapatkan hartanya kecuali dengan jalan perniagaan, karena melalui
perniagaan perekonomian suatu negara akan berkembang dan berimbas
kepada kesejahteraan setiap anggota masyarakat. Setiap masyarakat memiliki
kebebasan untuk berusaha mendapatkan harta dan mengembangkannya, asal
dalam batas-batas yang telah ditentukan oleh Allah SWT dengan firman-
firmannya dalam Al-Qur’an,1 sebagaimana terdapat dalam surat An Nisa 29
yaitu:
Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
1 Abdullah Siddik al-Haji, Inti Dasar Hukum Dagang, (Jakarta:Balai Pustaka, 1993),
h. 55.
2
perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan
janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.” (QS. An Nisa: 29) 2
Berdasarkan penjelasan ayat tersebut di atas, menerangkan tentang
pemindahan harta seseorang kepada orang lain. Pemindahan itu harus
dilakukan dengan cara yang halal dengan kesukaan dan kerelaan timbal balik,
sama-sama mendapat manfaat. Setiap orang hendaklah memakan jerih
payahnya sendiri.
Jual beli menurut etimologi berarti menukar harta dengan harta.3
Sedangkan menurut terminologi fiqh jual beli disebut dengan al-ba’i yang
berarti menjual, mengganti dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.4
Jual beli juga dapat diartikan menukar uang dengan barang yang diinginkan
sesuai dengan rukun dan syarat tertentu. Setelah jual beli dilakukan secara sah,
barang yang dijual menjadi milik pembeli sedangkan uang yang dibayarkan
pembeli sebagai pengganti harga barang menjadi milik penjual.5
Jadi jual beli menurut Islam adalah pertukaran suatu barang untuk
mendapatkan atau memperoleh barang yang lain. Sedangkan menurut syari'at
Islam diaratikan pertukaran barang dengan barang dan pertukaran barang
dengan harta untuk menjadi miliknya.
Adapun yang menjadi rukun dan syarat jual beli :
2 Qs. An-Nisaa’ (4) : 29 3 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Rajawali Grafindo Persada, 2002), h. 74. 4 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 101. 5Adiwarman A. Karim Fikih Ekonomi Keuangan Islam (Jakarta: Darul Haq), h. 117
3
1. Adanya pihak penjual dan pihak pembeli: Syarat penjual dan pembeli
bukan orang bodoh, berakal, kehendak sendiri, baligh.
2. Ijab dan qabul
3. Ma’qud Alaih6: Syaratnya barang yang bersih (bukan najis),dapat
dimanfaatkan, milik yang berakal, jelas keberadaan barang tersebut.
Dalam Islam telah dijelaskan bahwa jika dalam melakukan sesuatu
perniagaan atau mu’amalah harus terhindar dari praktik riba, memperhatikan
objek yang halal atau haram dan bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan
mendatangkan keberkahan rizki bagi semua pihak. Termasuk memperhatikan
kejelasan dari objek mu’amalahnya.
Islam mengajarkan praktek jual beli yang tidak saling merugikan salah
satu pihak atau pihak-pihak lainya, menghindarkan diri dari praktek riba,
dimana jual beli yang dilakukan kedua belah pihak tidak memastikan faktor
kuantitas atau belum jelasnya berapa berat objek dari jual beli tersebut pada
transaksi di lakukan dan kualitas atau belum jelasnya baik buruk nya dari
objek yang di jual belikan.
Jumhur ulama membagi jual beli menjadi dua macam, yaitu jual beli
yang dikategorikan sah (sahih) dan jual beli yang dikategorikan tidak sah. Jual
beli sahih adalah jual beli yang memenuhi syara’, baik rukun maupun
syaratnya, sedangkan jual beli tidak sah adalah jual beli yang tidak memenuhi
salah satu syarat dan rukun sehingga jual beli menjadi rusak (fasid) atau batal.7
Jual beli yang terlarang menjadi dua : pertama, jual beli yang dilarang dan
6 Rachmad Syafe’i, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 75-76 7 Ibid, h. 91-92
4
hukumnya tidak sah (batal), yaitu jual beli yang tidak memenuhi syarat dan
rukunya. Kedua, jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli
yang tidak memenuhi syarat dan rukunya, tetapi ada beberapa faktor yang
menghalangi kebolehan proses jual beli.
Ada beberapa macam jual beli yang dilarang oleh agama, tetapi sah
hukumnya. Jual beli tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Menemui orang-orang desa sebelum mereka masuk ke pasar untuk
membeli dengan harga semurah-murahnya sebelum mereka mengetahui
harga pasar, kemudian ia jual dengan harga yang setinggi-tingginya.
2. Menawar barang yang sedang ditawar oleh orang lain, seperti seseorang
berkata, “Tolaklah harga tawarannya itu, nanti aku yang membeli barang
yang lebih mahal”. Hal ini dilarang karena menyakitkan orang lain.
3. Jual beli dengan najasyi ialah seseorang menambah atau melebihi harga
dengan maksud memancing-mancing orang itu agar mau membeli
barangnya. Menurut sebagian ahli hadis jual belinya batal demi hukum.
4. Menjual di atas penjualan orang lain, seperti seseorang berkata:
“Kembalikan saja barang itu kepada penjualnya, nanti kamu beli barang ku
dengan harga yang lebih murah dari itu.8 Menurut Jumhur jual belinya sah
tapi berdosa karena terpenuhi syarat dan rukunnya. Sedangkan menurut
Hanafiah dan Malikiyah bahwa jual belinya tidak sah.9
Islam mengajarkan praktek jual beli yang tidak saling merugikan salah
satu pihak atau pihak-pihak lainnya, menghindarkan diri dari praktek riba ,
8 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, h. 82- 83. 9 Enizar, Hadis Ekonomi, h. 23.
5
dimana jual beli yang dilakukan kedua belah pihak tidak memastikan faktor
kuantitas atau belum jelasnya berapa berat objek dari jual beli tersebut pada
saat transaksi dilakukan dan kualitas atau belum jelasnya baik atau buruknya
dari objek yang dijualbelikan.
Pada yang terjadi di zaman sekarang ini, masih banyak masyarakat
yang menerapkan jual beli, di mana jual beli tersebut mengandung unsur
ketidakjelasan dan dapat merugikan salah satu pihak yang melakukannya.
Salah satunya yang terjadi di Desa Tanjuang Harapan Kecamatan Margatiga
Kabupaten Lampung Timur. Masih banyak masyarakat Desa Tanjuang
Harapan Kecamatan Margatiga Kabupaten Lampung Timur yang menerapkan
jual beli sapi dalam kandungan beserta induknya.
Berdasarkan pra survey di Desa Tanjung Harapan Kecamatan
Margatiga Kabupaten Lampung Timur secara geografis letak dan luas wilayah
Desa Tanjung Harapan mayoritas beragama Muslim akan tetapi masyarakat
masih banyak yang melakukan praktek jual beli sapi dalam kandungan beserta
induknya. Anak sapi yang dalam kandungan induknya tersebut gharar, karena
adanya ketidakpastian dari kedua belah pihak yang bertransaksi seperti
menjual sapi masih dalam perut induknya dalam hal ini baik penjual maupun
pembeli tidak dapat memastikan kondisi sapi fisik anak sapi tersebut bila nanti
sudah lahir.
Terdapat dua Blantik sapi di Desa Tanjung Harapan, yaitu Bapak
Sucipto dan Bapak Mujiat. Mereka sudah kurang lebih 7 tahun melakukan jual
beli sapi. Dalam transaksi ini bahwasannya ada penambahan harga jual pada
6
sapi yang disepakati diawal akad untuk nilai anak sapi yang masih dalam
kandungan. Mereka melakukan jual beli sapi dalam kandungan beserta
induknya, mereka sebagai blantik sapi menjual sapi yang masih dalam
kandungan beserta induknya dengan menentukan harga jual lebih tinggi di
bandingkan dengan sapi biasa atau sapi yang tidak sedang mengandung.
Sedangkan pada kenyataannya kita belum tau kemungkinan apa yang akan
terjadi, bisa saja anak sapi yang akan dilahirkan akan mengalami cacat atau
bahkan mati. Menurut Islam praktek seperti ini masuk dalam kategori jual beli
Gharar (ketidakjelasan), karena anak sapi yang masih dalam kandungan belum
bisa dipastikan keadaannya. Sudah jelas dalam Islam tidak diperbolehklan jual
beli sapi dengan cara tersebut. Akan tetapi fakta di lapangan masih banyak
masyarakat yang melakukan jual beli ini.
Berdasarkan pra survey dan wawancara dengan bapak Sugito selaku
sekretaris di Desa Tanjung Harapan yang dilakukan oleh peneliti, terdapat
kurang lebihnya 23 orang peternak sapi serta blantik sapi dengan jumlah
keseluruhan sapi yang ada di Desa Tanjung Harapan sebanyak 31 ekor sapi
pada tahun 2018 dan 65 ekor sapi pada tahun 2019.10 Peneliti mewawancarai
10 orang peternak sapi dan Blantik sapi diantaranya: bapak Muhajir, bapak
Rizky, Bapak Miswanto, bapak Atim, bapak Giono, bapak Mariono, mas
Danu, mas Gunawi sebagai peternak sapi dan bapak Sucipto serta bapak
Mujiat sebagai blantik sapi. Serta 2 orang masyarakat sekitar sebagai pembeli
sapi yaitu: bapak Rubangi dan bapak Ismail.
10
Wawancara , Bapak Sugito Desa Tanjung Harapan Kecamatan Margatiga Kabupaten
Lampung Timur, tanggal 19 Januari 2019.
7
Menurut hasil wawancara yang diutarakan oleh Bapak Sucipto dan
Mujiat menjelaskan jual beli ini dilakukan dengan cara pembeli datang
langsung ke blantik (penjual) dan terjadi tawar-menawar jual beli dalam
kandungan beserta induknya tersebut.11 Menurut Bapak Sucipto beliau
menjual Sapi yang masih mengandung dengan harga lebih mahal dari sapi
yang tidak mengandung.
Pada kasus Bapak Muhajir selaku petani yang memiliki sapi yang
sedang mengandung, Beliau mengaku sebenarnya tidak ingin menjual sapi
tersebut dikarenakan ketika anak sapi itu lahir memiliki harga jual sendiri.
Tetapi adanya kebutuhan yang mendesak maka mau tidak mau sapi tersebut
harus dijual, dikarenakan hasil tani tidak mencukupi kebutuhan. Selaku
pembeli Bapak Rubangi mengaku berani membeli sapi dalam kandungan
dikarenakan melihat peluang dari induk sapi yang bagus . sehingga nanti nya
anak sapi yang lahir bekualitas baik juga dan tentunya mendatangkan
keuntungan dikemudian hari jika anak sapi dijual kembali.12
Berdasarkan hasil pra survei yang ada pada masyarakat desa Tanjung
Harapan Kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur dalam
perkembangannya muncul persoalan-persoalan mengenai jual beli sapi dalam
kandungan beserta induknya yang umum terjadi yakni ada pihak yang merasa
dirugikan dan diuntungkan, yang merasa di rugikan yakni pembeli ketika anak
sapi yang di lahirkan mati. Bagi penjual mendapatkan keuntungan yang besar
11 Wawancara , Bapak Sucipto dan Mujiat Desa Tanjung Harapan Kecamatan Margatiga
Kabupaten Lampung Timur, tanggal 06 Februari 2019. 12 Wawancara , Bapak Muhajir Desa Tanjung Harapan Kecamatan Margatiga Kabupaten
Lampung Timur, tanggal 03 Maret 2019.
8
karena menjual anak sapi dalam kandungan. Praktek jual beli tersebut
dilakukan karena adanya faktor yang melatarbelakangi sehingga penjual dan
pembeli berani mengambil resiko dari transaksi jual beli sapi dalam
kandungan. Faktor yang melatarbelakangi masyarakat masih melakukan
praktek jual beli ini karena adanya kebutuhan pokok, minimnya pengetahuan
agama, serta faktor budaya yang masih sering melakukan transaksi jual beli
ini.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut: Bagaimana pemahaman masyarakat tehadap jual beli sapi
dalam kandungan beserta induknya di Desa Tanjung Harapan Kecamatan
Margatiga Kabupaten Lampung Timur?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pemahaman
masyarakat Desa Tanjung Harapan Kecamatam Margatiga Kabupaten
Lampung Timur tentang jual beli sapi dalam kandungan beserta induknya.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini ialah:
a. Secara teoretis
Penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan tentang jual
beli khususnya pemahaman masyarakat tentang pemahaman
9
masyarakat terhadap jual beli sapi dalam kandungan beserta
induknya.
b. Secara praktis
Secara praktis diharapkan dapat berguna sebagai bahan
masukan (pengetaahuan) bagi masyarakat khususnya di Desa
Tanjung Harapan Kecamatan Margatiga Kabupaten Lampung Timur.
D. Penelitian Relevan
Bagian ini memuat daftar hasil penelitian yang telah diteliti oleh
beberapa mahasiswa yang telah melakukan penelitian sebelumnya kemudian
membandingkan apakah penelitian yang akan peneliti lakukan tersebut telah
diteliti sebelumnya atau belum. Hal-hal yang akan dijadikan sumber penelitian
yaitu Pemahaman Terhadap Jual Beli Sapi Dalam Kandungan Beserta
Induknya Misalnya peneliti membandingakan beberapa contoh skripsi yang
telah terlibat diantaranya :
1. Abdul Musta’in dengan judul skripsi “Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Jual Beli Tebasan Buah Mangga di Pohon di Desa Takerharjo Kecamatan
Solokuro Kabupaten Lamongan” tahun 1994. Mengenai praktek jual beli
tebas buah mangga selama panen dan penyimpangan-penyimpangan dari
aturan hukum atau norma-norma menurut hukum Islam.13
2. Wiwik Istiawati mengkaji dalam skripsinya yang berjudul “Pemanfaatan
Katalog oleh Mahasiswa Dengan Sistem Pelayanan Terbuka (Studi Kasus
13 Abdul Musta’in dengan judul skripsi “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli
Tebasan Buah Mangga di Pohon di Desa Takerharjo Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan” th, 1994
10
pada Mahasiswa di Unila)”. Penelitian ini membahas sejauh mana
pengalaman dan kemampuan mahasiswa dalam jual beli menggunakan
katalog dengan sistem pelayanan terbuka. Pelayanan terbuka disini adalah
diaman mahasiswa dapat menawarkan produk menggunakan katalog tidak
hanya sesama mahasiswa saja. Ini berarti, penawaran produk
menggunakan katalog dilakukan oleh mahasiswa diluar lingkungan
kampus. Pada kesimpulannya, pemanfaatan katalog dengan sistem
pelayanan terbuka oleh mahasiswa berdamapak positif dan tidak
mempengaruhi hasil belajar mereka.14
Berdasarkan hasil penelitian beberapa skripsi di atas mempunyai
persamaan dengan penelitian ini sama-sama meneliti jual beli yang
diharamkan. Sementara perbedaannya yang dapat dilihat dengan hasil
penelitian lebih ditekankan pada objeknya yaitu pemahaman masyarakat
terhadap jual beli sapi dalam kandungan. Dengan demikian dapat ditegaskan
bahwa penelitian yang berjudul pemahaman masyarakat terhadap jual beli sapi
dalam kandungan beserta induknya belum pernah diteliti sebelumnya di IAIN
Metro.
14 Wiwik Istiawati, Pemanfatan Katalog oleh Mahasiswa Dengan Isitem Pelayanan
Terbuka( Studi kasus pada Mahasiswa di Unila), Skripsi Unila Lampung, 2012.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pemahaman Masyarakat
1. Pengertian Pemahaman Masyarakat
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia pemahaman berasal dari kata
dasar ‘paham’ yang artinya pengetahuan banyak, pendapat pikiran,
pandangan, pandai dan mengerti benar tentang suatu hal.15 Sedangkan
pemahaman merupakan “proses, cara, perbuatan memahami atau
memahamkan.”16
Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan
menginterpretasikan sesuatu, ini berarti bahwa seseorang yang telah
memahami sesuatu atau telah memperoleh pemahaman akan mampu
menerangkan atau menjelaskan kembali apa yang telah ia terima. Selain
itu, bagi mereka yang telah memahami tersebut, maka ia mampu
memberikan interpretasi atau menafsirkan secara luas sesuai dengan
keadaan yang ada disekitarnya, ia mampu menghubungkan dengan kondisi
yang ada saat ini dan yang akan datang.17
Proses pemahaman merupakan langkah ataupun cara untuk
mencapai suatu tujuan sebagai aplikasi dari pengetahuan yang dimiliki,
sehingga pengetahuan tersebut mampu menciptakan adanya cara pandang
15 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005) cet III, h. 811. 16 Ibid,. 17 Ahmad Susanto, Teori Belajar Dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta:
Kencana Prenanda Media Group,2013), h. 7.
12
ataupun pemikiran yang benar akan suatu hal. Sedangkan cara pandang
ataupun pemikiran merupakan suatu proses berpikir, dimana merupakan
gejala jiwa yang dapat menetapkan hubungan antara pengetahuan kita
terhadap suatu masalah.18 Alat yang digunakan dalam berpikir adalah akal,
dan hasil pemikiran terlahir dengan bahasa dan dapat juga berupa
intelejensi. Intelejensi adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri
dengan kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berpikir yang
sesuai dengan tujuannya.19
Pemahaman tersebut dimaksudkan untuk kepentingan pemberian
bantuan bagi pengembangan potensi yang ada padanya dan penyelesaian
masalah-masalah yang dihadapinya. Manusia dalam kenyataannya
berbeda-beda dalam kemampuan berpikirnya, karakter kepribadiannya,
dan tingkah lakunya. Semuanya itu bisa ditaksir atau diukur dengan
bermacam-macam cara.20
Masyarakat adalah sekumpulan orang yang terdiri dari berbagai
kalangan dan tinggal di dalam satu wilayah, kalangan bisa terdiri dari
kalangan orang mampu hingga orang yang tidak mampu. Masyarakat yang
sesungguhnya adalah sekumpulan orang yang telah memiliki hukum adat,
norma-norma, dan berbagai peraturan yang siap untuk ditaati.21
18 Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet XIV, h. 56. 19 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2007), h. 52. 20 Susilo Rahardjo, Pemahaman Individu: Teknik Nontes, (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2013), h. 2. 21Adulsyani, Sosiologi: Skematika, Teori dan Terapan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007),
h. 97.
13
Menurut Abdul Syani masyarakat berasal dari kata masyarak yang
artinya bersama-sama. Kemudian berubah menjadi masyarakat yang
artinya berkumpul bersama dengan saling berhubungan dan saling
mempengaruhi selanjutnya mendapatkan kesepakatan menjadi
masyarakat.22
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa pemahaman
masyarakat adalah suatu langkah atau proses dalam mencapai suatu tujuan
dimana terdapat sekumpulan orang yang telah memiliki hukum adat,
norma-norma, dan berbagai peraturan yang siap ditaati. Dalam mencapai
suatu tujuan perlu adanya pengetahuan yang mampu menciptakan adanya
cara pandang ataupun pemikiran yang benar akan suatu hal.
2. Jenis-Jenis Pemahaman
Ada beberapa jenis-jenis pemahaman dibagi menjadi tiga, yaitu
menerjemahkan, menginterpretasi atau menafsirkan dan mengekstrapolasi.
a. Menerjemahkan, yaitu mengartikan dan menerapkan prinsip-prinsip,
kemampuan pemahaman melalui proses mengubah bentuk informasi
yang diterima.
b. Menafsirkan, yaitu kemampuan untuk mengenal dan memahami ide
utama suatu komunikasi. Menghubungkan bagian-bagian terendah
dengan yang diketahui berikutnya atau menghubungkan beberapa
22 Ibid., h.30.
14
bagian grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang
tidak pokok.23
c. Mengekstrapolasi, yaitu memperluas data diluar data yang tersedia,
tetapi tetap mengikuti pola kecenderungan data yang tersedia.24
3. Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman adalah sebagai
berikut:
a. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan dapat diartikan sebagai perwujudan proses
pembelajaran di sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal.25
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa tingkat pendidikan adalah
tahapan pendidikan yang berawal dari pendidikan dasar awal 9 tahun
meliputi SD dan SMP sampai pendidikan menengah yaitu SMA dan
pendidikan tinggi meliputi diploma, sarjana, magister, doktor.
b. Kedisiplinan
Disiplin dalam arti sempit dapat diartikan dengan kepatuhan
secara ketat pada peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis yang
sudah disetujui bersama. Sedangan dalam arti luas dapat dikatakan
sebagai kumpulan dari berbagai jenis disiplin yang mendasarkan diri
23 http://ian43.wordpress.com/2010/12/17/pengertian-pemahaman. diunduh pada 23
Februari 2017. 24 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 571. 25 Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2006),
pada pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.26 Disiplin yaitu patuh
dan taat serta menghormati dan melaksanakan perintah dan peraturan
yang berlaku.
c. Pengalaman
Pengalaman yaitu kejadian yang pernah dialami (dijalani,
dirasakan dan ditanggung).27 Pengalaman bisa saja terjadi pada diri
setiap orang, baik pengalaman lucu, mengharukan, menyedihkan,
menggembirakan maupun membanggakan.28
B. Jual Beli
1. Pengertian Jual Beli
Jual beli menurut etimologi berarti menukar harta dengan harta.29
Sedangkan menurut terminologi fiqh jual beli disebut dengan al-ba’i yang
berarti menjual, mengganti dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang
lain.30
Pengertian jual beli menurut beberapa ulama meliputi:
a. Menurut Hanafiah pengertian jual beli (al-bay) secara definitif yaitu
tukar menukar harta benda atau sesuatu yang diinginkan dengan sesuatu
yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat.
26 Made Supartha, dkk, Pembinaan Disiplin di Lingkungan Masyarakat Kota Denpasar,
(Bali: DEPDIKBUD, 1996), h. 69. 27 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 828. 28 http://murnihabaru.blogspot.com/pengertian-pengalaman-adalah. diunduh pada 23
Februari 2017. 29 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Rajawali Grafindo Persada, 2002), h. 74. 30 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 101.
b. Menurut Malikiyah, Syafiiyah dan Hanbaliyah bahwa jual beli (al-ba’i)
yaitu tukar menukar harta dengan harta pula dalam bentuk pemindahan
milik dan kepemilikan.31
c. Menurut Ibrahim Lubis jual beli adalah menukar suatu barang dengan
barang yang lain dengan cara tertentu (aqad).32
d. Menurut Hanafiah yang dikutip oleh Rachmat Syafei jual beli adalah
pertukaran harta (benda) dengan harta berdasarkan cara khusus (yang
dibolehkan).33
e. Menurut Ibnu Qudamah yang dikutip oleh Rachmat Syafei jual beli
adalah pertukaran harta dengan harta, untuk saling menjadikan miliki.34
Jadi jual beli menurut Islam adalah pertukaran suatu barang untuk
mendapatkan atau memperoleh barang yang lain. Sedangkan menurut
syari'at Islam diaratikan pertukaran barang dengan barang dan pertukaran
barang dengan harta untuk menjadi miliknya.
2. Dasar Hukum Jual Beli
Allah Swt menegaskan bahwa setiap manusia untuk bekerja,
Sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Az-Zumar: 39 yaitu:
31 Ibid., 32 Ibrahim Lubis. Ekonomi Islam Suatu Pengantar, (Jakarta: Kalam Mulia,1995), h. 336. 33 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Semarang: Pustaka Setia, 2001), h .73. 34 Ibid., h. 74.
17
Artinya: Katakanlah: "Hai kaumku, Bekerjalah sesuai dengan
keadaanmu, Sesungguhnya aku akan bekerja (pula), Maka kelak kamu
akan mengetahui.” (QS. Az-Zumar: 39)35
Perintah yang diberikan allah kepada orang-orang mukmin yakni
bertawakkal dan bekerja menurut kemampuan dan keadaannya.36 Untuk
menjaga agar dalam jual beli tidak terjadi praktek yang berakibat pada
timbulnya kerugian pada penjual atau pembeli maka Islam memberikan
perhatian agar pihak penjual atau pembeli mengetahui barang yang dijual
atau dibelinya, baik kuantitas, maupun ukurannya, bahkan harga dari
barang yang diperjualbelikan.37
3. Rukun Jual Beli
Dalam transaksi jual beli yang sah harus memenuhi rukun dan
syarat jual beli. Rukun jual beli dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Pelaku transaksi yaitu penjual dan pembeli.
b. Objek transaksi yaitu harga dan barang.
c. Akad (transaksi) yaitu segala tindakan yang dilakukan kedua belah
pihak yang menunjukkan mereka sedang melakukan transaksi, baik
tindakan itu berbentuk kata-kata maupun perbuatan.38
Menurut kompilasi hukum ekonomi syari’ah, rukun jual beli ada
Jilid II, h. 321. 37 Enizar, Hadis Ekonomi, (Metro: STAIN, 2005), h. 85. 38 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Semarang: Pustaka Setia, 2001), h. 76.
18
a. Pihak-pihak, pihak yang terkait dalam perjanjian jual beli terdiri atas
penjual, pembeli, dan pihak lain yang terlibat dalam perjanjian
tersebut.
b. Objek, objek jual beli terdiri atas benda yang berwujud dan benda yang
tidak berwujud, yang bergerak maupun yang tidak bergerak dan yang
terdaftar maupun yang tidak terdaftar.
c. Kesepakatan, kesepakatan dapat dilakukan dengan tulisan, lisan dan
isyarat, ketiganya mempunyai makna hukum yang sama.39
Setiap melakukan transaksi sudah memenuhi rukun dan harus
terpenuhi syarat dalam jual beli. Syarat sah dalam jual beli adalah
sebagai berikut:
1) Jangan ada yang memisahkan, pembeli jangan diam saja setelah
penjual menyatakan ijab dan sebaliknya.
2) Jangan diselingi dengan kata-kata lain antara ijab dan kabul.
3) Beragama islam.40
Adapun syarat yang menjadi objek akad ialah sebagai berikut:
1) Suci atau mungkin untuk disucikan sehingga tidak sah penjualan
benda-benda najis seperti anjing, babi dan yang lainnya.
2) Memberi manfaat menurut syara’, maka dilarang jual beli benda-
benda yang tidak boleh diambil manfaatnya menurut syara’, seperti
menjual babi, cicak dan yang lainnya.
39 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 102. 40 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), h 71.
19
3) Jangan ditaklikan yaitu dikaitkan atau digantungkan kepada hal-hal
lain, seperti: jika ayahku pergi, kujual motor ini kepadamu.
4) Tidak dibatasi waktunya, seperti perkataan: “kujual motor ini
kepada Tuan selama satu tahun”, maka penjualan tersebut tidak sah
sebab jual beli merupakan salah satu sebab pemilikan secara penuh
yang tidak dibatasi apapun kecuali ketentuan syara’.
5) Dapat diserahkan dengan cepat maupun lambat tidaklah sah
menjual binatang yang sudah lari dan tidak dapat ditangkap lagi.41
6) Milik sendiri, tidaklah sah menjual barang orang lain dengan tidak
seizin pemiliknya atau barang yang baru akan menjadi miliknya.
7) Diketahui (dilihat), barang yang diperjualbelikan harus diketahui
banyaknya, berat dan takarannya.42
4. Macam-macam Jual Beli
Seiring dengan perkembangan zaman, transaksi jual beli yang ada
bermacam-macam. Dari segi transaksi, objek dan bentuk transaksinya.
Islam memberikan penjelasan dan batasan yang jelas tentang jual beli, ada
jual beli yang baik menurut Islam dan jual beli yang terlarang.
a. Jual beli yang boleh atau tidak dilarang
Jual beli merupakan tindakan atau transaksi yang telah
disyari’atkan dalam arti telah ada hukumnya yang jelas dalam Islam.43
Jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari segi hukumnya
41 Ibid., h. 72. 42 Ibid., h. 73. 43 Amii Syarifudin, Garis-garis Besar Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 193.
20
ada dua macam meliputi: jual beli yang sah menurut hukum dan batal
menurut hukum, dari segi objek jual beli dan segi pelaku jual beli.44
Ditinjau dari segi benda yang dijadikan objek jual beli dapat
dikemukakan pendapat Imam Taqiyuddin bahwa jual beli dibagi
menjadi tiga bentuk:
1) Jual beli benda yang kelihatan ialah pada waktu melakukan akad jual
beli benda atau barang yang diperjualbelikan ada di depan penjual
dan pembeli.45
2) Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian ialah jual
beli salam (pesanan). Menurut kebiasaan para pedagang, salam
adalah untuk jual beli yang tidak tunai (kontan), salam pada awalnya
berarti meminjamkan barang atau sesuatu yang seimbang dengan
harga tertentu, maksudnya ialah perjanjian yang penyerahan barang-
barangnya ditangguhkan hingga masa tertentu, sebagai imbalan
harga yang telah ditetapkan ketika akad.
3) Jual beli benda yang tidak ada serta tidak dapat dilihat ialah jual beli
yang dilarang oleh agama Islam karena barangnya tidak tentu atau
masih gelap sehingga dikhawatirkan barang tersebut diperoleh dari
curian atau barang titipan yang akibatnya dapat menimbulkan
keraguan salah satu pihak.46
b. Jual Beli yang Dilarang
44 Ibid., h. 75. 45 Ibid., h. 76. 46 Ibid., h. 76-77.
21
Menurut Rachmat Syafei, jual beli yang dilarang dalam Islam
meliputi:
1) Terlarang sebab aliah (ahli akad)
Jual beli ini dikategorikan sahih apabila jual beli dilakukan
dengan memenuhi rukun jual beli begitu juga sebaliknya jual beli
ini dikategorikan terlarang apabila tidak memenuhi rukun dan
syarat jual beli.47
2) Terlarang sebab shighat
Sahnya jual beli yang didasarkan pada saling keridhaan
diantara pihak yang melakukan akad, ada kesesuaian diantara ijab
dan kabul, berada disatu tempat dan tidak terpisah oleh suatu
pemisah. Jual beli dianggap tidak sah apabila jual beli yang
dilakukan tidak memenuhi ketentuan tersebut.48
3) Terlarang sebab ma'qud alaih (barang jualan)
Secara umum ma'qud alaih adalah harta yang dijadikan
alat pertukaran orang yang berakad, yang biasanya disebut mabi'
(barang jualan) dan harga. Tetapi ada beberapa masalah yang
disepakati oleh sebagian ulama, tetapi diperselisihkan, antaranya:
a) Jual beli benda yang tidak ada atau dikhawatirkan tidak ada.
47 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Semarang: Pustaka Setia, 2001), h. 93. 48 Ibid., h. 95.
22
b) Jual beli yang tidak dapat diserahkan. Contohnya jual beli
burung yang ada di udara dan ikan yang ada di dalam air tidak
berdasarkan ketetapan syara’.
c) Jual beli gharar adalah jual beli barang yang mengandung
unsur kesamaran.49
d) Jual beli barang yang najis dan yang terkena najis. Seperti: Jual
beli bangkai, babi, binatang buas dan lain-lain.
e) Jual beli air.50
f) Jual beli barang yang tidak jelas (majhul), terlarang karena akan
mendatangkan pertentangan diantara manusia.
g) Jual beli barang yang tidak ada tempat (ghaib), tidak dapat
dilihat.
h) Jual beli sesuatu sebelum dipegang. 51
i) Jual beli buah-buahan atau tumbuhan, apabila belum terdapat
buah, disepakati tidak ada akad.52
4) Terlarang sebab syara’
a) Jual beli riba.
b) Jual beli dengan uang dari barang yang diharamkan.
c) Jual beli barang dari hasil pencegatan barang.
d) Jual beli waktu adzan jum’at.53
e) Jual beli anggur untuk dijadikan khamar.
49 Ibid., h. 97. 50 Ibid., h. 98. 51 Ibid, h. 98. 52 Ibid, h.99. 53 Ibid, h. 99-100.
23
f) Jual beli induk tanpa anaknya yang masih kecil.
g) Jual beli barang yang sedang dibeli orang lain.
h) Jual beli memakai syarat.54
Ada beberapa macam jual beli yang dilarang oleh agama, tetapi
sah hukumnya. Jual beli tersebut antara lain sebagai berikut:
5. Menemui orang-orang desa sebelum mereka masuk ke pasar untuk
membeli dengan harga semurah-murahnya sebelum mereka
mengetahui harga pasar, kemudian ia jual dengan harga yang
setinggi-tingginya. Tapi bila orang kampung sudah mengetahui
harga pasar jual beli ini tidak apa-apa.55 Jika terjadi praktek jual beli
ini maka penjual mempunyai hak khiyar setelah ia sampai kepasar.
Secara hukum penjual dapat membatalkan jual beli yang sudah
terjadi dengan cara mengembalikan uang dan meminta barangnya.56
6. Menawar barang yang sedang ditawar oleh orang lain, seperti
seseorang berkata, “Tolaklah harga tawarannya itu, nanti aku yang
membeli barang yang lebih mahal”. Hal ini dilarang karena
menyakitkan orang lain.57 Menurut Jumhur jual belinya sah tapi
berdosa karena terpenuhi syarat dan rukunnya. Sedangkan menurut
Hanafiah dan Malikiyah bahwa jual belinya tidak sah.58 Jual beli
dengan najasyi ialah seseorang menambah atau melebihi harga
54 Ibid, h. 100-101. 55 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, h. 82. 56 Enizar, Hadis Ekonomi, h. 51. 57 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Ibid,. 58 Enizar, Hadis Ekonomi, h. 23-24.
24
dengan maksud memancing-mancing orang itu agar mau membeli
barangnya.59
7. Menjual di atas penjualan orang lain, seperti seseorang berkata:
“Kembalikan saja barang itu kepada penjualnya, nanti kamu beli
barang ku dengan harga yang lebih murah dari itu.60 Menurut
Jumhur jual belinya sah tapi berdosa karena terpenuhi syarat dan
rukunnya. Sedangkan menurut Hanafiah dan Malikiyah bahwa jual
belinya tidak sah.61
C. Jual Beli Gharar (Ketidakjelasan)
Jual beli gharar adalah jual beli barang yang mengandung kesamaran.
Menurut Ibn Jasi Al-Maliki, ghararyang dilarang ada 10 (sepuluh) macam:62
1. Tidak dapat diserahkan,seperti menjual anak hewan yang masih dalam
kandungan induknya.
2. Tidak diketahui harga dan barang.
3. Tidak diketahui sifat barang dan harga.
4. Tidak diketahui ukuran barang dan harga.
5. Tidak diketahui masa yang akan datang, seperti, “Saya jual kepadamu,jika
Jaed datang.
6. Menghargakan dua kali pada satu barang.
7. Menjual barang yang diharapkan selamat.
59 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, h 82-83. 60 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, h. 83. 61 Enizar, Hadis Ekonomi, h. 23. 62 Rachmad syafe’i, Fiqh Muamalah, (Bandung,Pustaka Setia), h. 97-98
25
8. Jual beli husha, misalnya pembeli memegang tongkat, jika tongkat jatuh
wajib membeli.
9. Jual beli munabadzah, yaitu jual beli dengan cara lempar melempari,
seperti seseorang melempar bajunya, kemudian yang lain pun melempar
bajunya, maka jadilah jual beli.
10. Jual beli mulasamah apabila mengusap baju atau kain maka wajib
membelinya.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jual Beli
Faktor-faktor yang mempengaruhi jual beli antara lain yaitu sebagai
berikut:
a. Faktor Internal
1) Untuk memenuhi kebutuhan pokok
Keinginan yang sangat penting bagi kehidupan
manusia.Apabila tidak terpenuhi manusia tidak dapat hidup.Disebut
kebutuhan hidup seperti makanan, pakaian, tempat bernaung (rumah),
semua itu akan terpenuhi jika kita mempunyai uang untuk membeli.
2) Kerakusan Manusia
Keinginan manusia bersifat tidak terbatas, selalu ingin
mendpatkan keinginan, meski keinginan satu sudah tercapai, timbulah
keinginan yang lain begitu seterusnya. Sesungguhnya keinginan ini
bertujuan untuk memuaskan rentetan keinginannya tetapi semunya
tidak dapat member kepuasan, tetapi semuanya itu tidak akan terjadi
26
karena keinginannya selalu bertambah. Inilah yang dinamakan
manusia rakus dan selalu tidak sabar.
3) Minimnya Pengetahuan Agama
Agama diartikan sebagai jalan hidup.Yakni bahwa seluruh
aktifitas lahir dan batin pemeluknya itu diatur oleh agama yang
dianutnya. Bagaimana kita makan, bagaimana kita bergaul, bagaimana
kita beribadah, dan sebagainya ditentukan oleh aturan/tatacara agama.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Budaya
Budaya merupakan karakte rmasyarakat secara keseluruhan.
Dimana unsure budaya tersebut meliputi bahasa, pengetahuan, hukum,
agama, kebiasaan-kebiasaan, makan, teknologi, dan ciri-ciri lainnya
yang dapat memberikan suatu arti bagi kelompok tertentu. Dengan
adanya budaya sangat mempengaruhi sikap dan perilaku penduduk.
Begitu juga yang terjadi di Desa Tanjung Harapan, paramasyarakat
udah terbiasa melakukan jual beli sapi dalam kandungan beserta
induknya dan kebiasaan ini sudah menjadi budaya di wilayah tersebut.
2) Referensi Kelompok
Referensi kelompok merupakan seorang figure atau sebuah
kelompok orang tertentu yang ada dalam suatu lingkungan masyarakat
yang dijadikan acuan atau rujukan oleh seorang atau kelompok dalam
membentuk pandangan tentang nilai sikap atau sebagai pedoman
27
berperilaku yang memiliki ciri-ciri khusus. Dengan adanya seseorang
yang melakukan jual beli dengan sitemijon dan terbukti mendapatkan
keuntungan yang banyak, sehingga petani banyak yang melakukan jual
beli dengan system ini.
3) Faktor Situasional
Orang barang kali berperilaku tidak etis dalam situasi tertentu
karena merekati dan melihat jalan yang lebih baik. Kurangnya
pengetahuan masyarakat terhadap jual beli yakni jual beli sapi dalam
kandungan . Demi memenuhi kebutuhan hidupnya mereka yakni para
petani melakukan jual beli dengan cara seperti ini, padahal dalam
islam jual beli sapi dilarang.63
63Mohammad Budiyanto, Faktor-Faktor Yang Mendoromg Penimbunan Bahan Bakar
Minyak Dalam Perspektif Ekonomi Islam Study Kasus Kampung Kotagajah Timur Kecamatan
Kotagajah Lampung Tengah Tahun 2014, STAIN 2015, hal. 17-19
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik
dalam waktu yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-
aturan yang berlaku64.
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian jenis lapangan (field research).
Penelitian lapangan adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif,
terperinci, dan mendalam terhadap suatu objek tertentudengan
mempelajarinya sebagai suatu kasus. Objek penelitian ini adalah
pemahaman masyarakat terhadap jual beli sapi dalam kandungan beserta
induknya.
2. Sifat Penelitian
Metode Penelitian dalam proposal ini bersifat deskriptif. Sumadi
Suryabrata menyatakan bahwa:“penelitian deskriptif merupakan penelitian
yang dilakukan untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai situasi-situasi atau kejadian”.65
Berdasarkan keterangan tersebut di atas dapat dipahami bahwa
penelitian deskriptif bertujuan untuk mengetahui pemahaman masyarakat
64 M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia ,Cetakan III , 1998), h. 99. 65 Sumadi Suryabrata, Metodelogi Penelitian Cet Ke-VI, (Jakarta: Rajawali Press, 1991),
h. 18.
29
terhadap jual beli sapi dalam kandungan beserta induknya di Desa Tanjung
Harapan Kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur.
B. Sumber Data
Menurut Suharsimi Arikunto, yang dimaksud dengan sumber data
dalam penelitian adalah subyek dari mana data diperoleh.66 Data merupakan
hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka. Jadi, data
dapat diartikan segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk
menyusun suatu informasi, sedangkan informasi itu sendiri merupakan hasil
pengolahan suatu data yang dapat dipakai untuk suatu keperluan.
Sumber data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini, yaitu sumber
data primer dan sumber data sekunder.
1. Sumber Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber asli.67
Sumber data ini merupakan sumber pertama dimana sebuah data
dihasilkan. Data tersebut meliputi hasil observasi, wawancara antara
peneliti dengan orang-orang yang meliputi subjek penelitian. Data primer
ini diperoleh dengan wawancara langsung kepada bapak Muhajir, bapak
Rizky, Bapak Miswanto, bapak Atim, bapak Giono, bapak Mariono, mas
Danu, mas Gunawi sebagai peternak sapi dan bapak Sucipto serta bapak
Mujiat sebagai blantik sapi. Serta 2 orang masyarakat sekitar sebagai
pembeli sapi yaitu: bapak Rubangi dan bapak Ismail.
66 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Yogyakarta:
Rineka Cipta, 2010), h. 172. 67 Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2008), h. 103.
30
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder, yaitu sumber data yang diperoleh melalui
buku-buku pustaka yang ditulis orang lain, dokumen-dokumen yang
merupakan hasil penelitian dan hasil laporan68.
Sumber data sekunder diharapkan dapat menunjang peneliti dalam
mengungkap data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, sehingga sumber
data primer menjadi lebih lengkap. Adapun yang menjadi acuan sumber
data sekunder dalam penelitian adalah buku-buku yang berkaitan dengan
jual beli.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode
pengumpulan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan.
Masalah akan memberi arah dan mempengaruhi metode pengumpulan data.69
Pengumpulan data adalah informasi yang didapat melalui pengukuran-
pengukuran tertentu untuk digunakan sebagai landasan dalam menyusun
argumentasi logis menjadi fakta. Sedangkan fakta itu sendiri adalah
kenyataan yang telah diuji kebenaranya secara empirik.70 Pengumpulan data
dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka
mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang diungkapkan dalam bentuk hipotesis
68 Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008), h. 93. 69 Moehar Daniel, Metode Penelitian Sosial Ekonomi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002),
h. 133. 70 Abdurrahmat Fathoni, Metodelogi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skeripsi,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 104.
31
merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan peneliti. Dalam tehnik
pengumpulan data ini, penulis menggunakan tekhnik :
1. Observasi
Menurut S.Margono observasi diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian.71 Observasi atau pengamatan, digunakan untuk mengumpulkan
data yang berupa pengamatan di lapangan tentang praktik transaksi dan
pemahaman masyarakat terhadap jual beli sapi dalam kandungan beserta
induknya di Desa Tanjung Harapan Kecamatan Marga Tiga Kabupaten
Lampung Timur.
2. Interview (wawancara)
Wawancara yaitu suatu percakapan tanya jawab lisan antara dua
orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan diarahkan pada
suatu masalah tertentu72. Cara yang digunakan peneliti adalah interview
bebas terpimpin, karena untuk menghindari pembicaraan yang
menyimpang dari permasalahan yang akan diteliti.
Guna memperoleh data yang ada kaitannya dengan penelitian ini,
maka peneliti mencari informasi yang diperlukan tentang pemahaman
masyarakat terhadap jual beli sapi dalam kandungan beserta induknya
kepada penjual (blantik), Bapak Sucipto, kemudian juga kepada beberapa
pembeli.
71 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi