Perilaku Sosial Budaya Terhadap Kesehatan
Post on 05-Aug-2015
136 Views
Preview:
Transcript
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERILAKU SOSIAL BUDAYA TERHADAP KESEHATAN
1. Hubungan Antropologi Kesehatan dengan Ekologi
Hubungan manusia dengan lingkungan, dengan tingkahlakunya, dengan penyakitnya
dan cara-cara dimana tingkahlakunya dan penyakitnya mempengaruhi evolusi dan
kebudayaannya selalu melalui proses umpanbalik. Pendekatan ekologis merupakan dasar bagi
studi tentang masalahmasalah epidemiologi, cara-cara dimana tingkahlaku individu dan
kelompok menentukan derajat kesehatan dan timbulnya penyakit yang berbeda-beda dalam
populasi yang berbeda-beda. Sebagai contoh pada penyakit malaria ditemukan pada daerah
berikilim tropis dan subtropis sedangkan pada daerah beriklim dingin tidak ditemukan
penyakit ini, juga pada daerah diatas 1700 meter diatas permukaan laut malaria tidak bisa
berkembang.
Contoh lain, semakin maju suatu bangsa, penyakit yang dideritapun berbedadengan
bangsa yang baru berkembang. Penyakit-penyakit infeksi seperti malaria, demam berdarah,
TBC, dll pada umumnya terdapat pada negaranegara berkembang, sedangkan penyakit-
penyakit noninfeksi seperti stress, depresi, kanker, hipertensi umumnya terdapat pada negara-
negara maju. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang berbeda pada kedua
kelompok tersebut.
Kelompok manusia beradaptasi dengan lingkungannya dan manusia harus belajar
mengeksploitasi sumber-sumber yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya. Interaksi ini
dapat berupa sosial psikologis dan budaya yang sering memainkan peranannya dalam
mencetuskan penyakit. Penyakit adalah bagian dari lingkungan hidup manusia. Contoh
penyakit Kuru (lihat Foster/Anderson, hal 27-29:’MISTERI KURU’).
A. Pentingnya Strategi Coping dalam Pemecahan Masalah
Strategi coping menunjuk pada berbagai upaya , baik mental maupun perilaku, untuk
menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau minimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang
penuh tekanan. Dengan perkataan lain strategi coping merupakan suatu proses dimana
individu berusaha untuk menanggani dan menguasai situasi stres yang menekan akibat dari
masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun
perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya.
Jenis Strategi Coping
Menurut para ahli ada 2 jenis strategi coping, yaitu:
problem-solving focused coping, dimana individu secara aktif mencari penyelesaian
dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stress
emotion-focused coping, dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur
emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan diitmbulkan
oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan.
Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut untuk
mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-
hari (Lazarus & Folkman, 1984).
Faktor yang menentukan strategi mana yang paling banyak atau sering digunakan sangat
tergantung pada kepribadian seseorang dan sejauhmana tingkat stres dari suatu kondisi atau
masalah yang dialaminya. Contoh: seseorang cenderung menggunakan problem-solving
focused coping dalam menghadapai masalah-masalah yang menurutnya bisa dikontrol seperti
masalah yang berhubungan dengan sekolah atau pekerjaan; sebaliknya ia akan cenderung
menggunakan strategi emotion-focused coping ketika dihadapkan pada masalah-masalah
yang menurutnya sulit dikontrol seperti masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit
yang tergolong berat seperti kanker atau Aids.
Hampir senada dengan penggolongan jenis coping seperti dikemukakan di atas, dalam
literatur tentang coping juga dikenal dua strategi coping ,yaitu active & avoidant coping
strategi (Lazarus mengkategorikan menjadi Direct Action & Palliative). Active coping
merupakan strategi yang dirancang untuk mengubah cara pandang individu terhadap sumber
stres, sementara avoidant coping merupakan strategi yang dilakukan individu untuk
menjauhkan diri dari sumber stres dengan cara melakukan suatu aktivitas atau menarik diri
dari suatu kegiatan atau situasi yang berpotensi menimbulkan stres. Apa yang dilakukan
individu pada avoidant coping strategi sebenarnya merupakan suatu bentuk mekanisme
pertahanan diri yang sebenarnya dapat menimbulkan dampak negatif bagi individu karena
cepat atau lambat permasalahan yang ada haruslah diselesaikan oleh yang bersangkutan.
Permasalahan akan semakin menjadi lebih rumit jika mekanisme pertahanan diri tersebut
justru menuntut kebutuhan energi dan menambah kepekaan terhadap ancaman.
Faktor yang Mempengaruhi Strategi Coping
Cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya
individu yang meliputi kesehatan fisik/energi, keterampilan memecahkan masalah,
keterampilan sosial dan dukungan sosial dan materi.
Kesehatan Fisik
Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha mengatasi stres
individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar
Keyakinan atau pandangan positif
Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan
akan nasib (eksternal locus of control) yang mengerahkan individu pada penilaian
ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi coping
tipe : problem-solving focused coping
Keterampilan Memecahkan masalah
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi,
mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan,
kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin
dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan
yang tepat.
Keterampilan sosial
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku
dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dimasyarakat.
Dukungan sosial
Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional
pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara,
teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya
Materi
Dukungan ini meliputi sumber daya daya berupa uang, barang barang atau layanan
yang biasanya dapat dibeli.
B. DEFINISI KELUARGA
1. Duvall dan Logan ( 1986 ) :
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.
2. Bailon dan Maglaya ( 1978 ) :
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena
adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi
satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya.
3. Departemen Kesehatan RI ( 1988 ) :
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu
atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau
adopsi
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan
satu sama lain
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial :
suami, istri, anak, kakak dan adik
4. Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.
STRUKTUR KELUARGA
1. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah
2. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu
3. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu
4. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
5. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
PERANAN KELUARGA
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan,
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1. Peranan ayah :
Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan
pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya
2. Peranan ibu :
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurusrumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
3. Peranan anak :
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik
fisik, mental, sosial dan spiritual.
FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi biologis :
Meneruskan keturunan
Memelihara dan membesarkan anak
Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
Memelihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi Psikologis :
Memberikan kasih sayang dan rasa aman
Memberikan perhatian di antara anggota keluarga
Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
Memberikan identitas keluarga
3.Fungsi sosialisasi :
Membina sosialisasi pada anak
Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
4.Fungsi ekonomi :
Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan
datang (pendidikan, jaminan hari tua)
5.Fungsi pendidikan :
Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya
Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN KELUARGA
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun
secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Rodgers cit Friedman, 199 :
1. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk
keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga masing-
masing :
a. Membina hubungan intim yang memuaskan
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak
2. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran anak pertama
dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan
kegiatan keluarga
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
3. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak berusia 5
tahun :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi
dan rasa aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus
terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga
lain dan lingkungan sekitar)
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot)
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
4. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia 12
tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga
keluarga sangat sibuk :
a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan
untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
5. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun
kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini
adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan y ang lebih besar
untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja sudah
bertambah dewasa dan meningkat otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari perdebatan,
kecurigaan dan permusuhan
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak
terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam
keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat
pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun,
berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya meninggal :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang
ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan
sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran/penyalur.
Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan :
1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut
kehidupan masyarakat.
2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau
memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya
3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu angota
keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya
4. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap
berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya
5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan
masyarakat.
Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga
1.. Tujuan umum :
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga mereka,
sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya
2. Tujuan khusus :
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan
yang dihadapi oleh keluarga
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-masalah
kesehatan dasar dalam keluarga
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat
dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan
anggota keluarganya
Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya
Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga
mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara.
Freeman (1981) :
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3.Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usaianya yang terlalu muda
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggota keluarga
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan,
yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.
Peran Perawat Keluarga :
1.Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :
a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri
b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
2. Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat tercapai.
Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai
disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan
3. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik maupun di rumah sakit
bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada
keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada
keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat
melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit
4.Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau kunjungan rumah
yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajiantentang kesehatan keluarga
5. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar
keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka hubungan perawat-keluarga harus
dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya
6. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim
kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal
7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya.
Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus
mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat, dll)
8. Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah
9. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah
maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta lingkungan yang sehat
Prinsip-prinsip Perawatan Keluarga :
1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan
2. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai tujuan utama
3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan
kesehatan keluarga
4. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat melibatkan peran
serta keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya
5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif dengan tidak
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif
6. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan sumber daya
keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga
7. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan
8. Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatankesehatan keluarga
adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan
9. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah
penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan dasar/perawatan di rumah
10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
D. DEFINISI MASYARAKAT
Pengantar
Faktor sosial budaya mempengaruhi kesehatan (Blum).Manusia adalah mahluk
social.Manusia adalah mahluk berbudaya.Kebudayaan mempengaruhi perilaku manusia
Definisi masyarakat
Masyarakat adalah kesatuan hidup dari mahluk-mahluk manusia yang terikat oleh sistem
adat istiadat tertentu (Koentjaraningrat)
Masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, sikap,
tradisi, dan perasaan persatuan yang sama (Gillin & Gillin)
Ciri dari masyarakat Ciri –ciri dari masyarakat adalah ;
Adanya sejumlah orang , Tinggal dalam suatu daerah tertentu, Mengadakan hubungan satu sama lain yang teratur, Membentuk sistem hubungan antar manusia, Terikat karena kepentingan yang sama. Tujuan bersama dan bekerja sama, Adanya perasaan solidaritas, Sadar adanya saling ketergantungan, Membentuk norma-norma, Membentuk kebudayaan bersama.
Unsur-unsur Masyarakat
Kesatuan Sosial : Bentuk dan susunan dari kesatuan-kesatuan individu yang berinteraksi dalam kehidupan masyarakat meliputi : kerumunan, golongan dan kelompok
Pranata SosialHimpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan
pokok dalam kehidupan masyarakat.
Fungsi Pranata Fungsi Pranata meliputi : (1)Sebagai pedoman bertingkah laku, (2)Menjaga keutuhan, (3)Sebagai sistem pengendalian social.
Pengertian Norma
1.Cara (usage) : Bentuk perbuatan antar individu, Penyimpangan berakibat celaan.
2.Kebiasaan (folkways) : Bentuk perbuatan yang diulang dalam bentuk yang sama, Lebih
mengikat daripada ‘cara’
3. Tata Kelakuan (mores) : Kebiasaan yang dianggap cara berperilaku dan diterima sebagai
norma pengatur Pelanggaran akan dihukum
4. .Adat Istiadat (customs) : Tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-
pola perilaku masyarakat Pelanggaran akan menerima sanksi keras
Konsep mempelajari kebudayaan
1.Hindari sikap ethnocentrism (memberi penilaian tertentu kepada kebudayaan yang
dipelajar)
2.Tidak menyadari kebudayaan lain, kecuali memasuki masyarakat tersebut
3.Variasi kemudahan perubahan yang berbeda pada tiap unsur kebudayaan
4.Unsur kebudayaan saling kait mengait
Bentuk Perubahan Sosial Budaya
1.Perubahan terjadi secara lambat v.s cepat
2.Perubahan yang pengaruhnya kecil v.s besar
3.Perubahan yang direncanakan v.s tidak direncanakan
Inovasi
Proses perubahan yang terjadi dalam waktu yang pendek
Syarat inovasi :1.Masyarakat merasa butuh perubahan2.Perubahan dipahami dan dikuasai masyarakat
3.Perubahan dapat diajarkan4.Perubahan tidak merusak prestise pribadi atau kelompok
Aspek Sosial yang Mempengaruhi Kesehatan a.l
1.Umur :misal penyakit infeksi v.s penyakit degeneratif
2.Jenis kelamin :Misal kanker payudara
3.Pekerjaan :Pekerja tambang v.s petani
4.Sosial ekonomi
E. PENERAPAN KONSEP TRANSKULTURAL PD PERAWATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
AB Susanto merumuskan harapan pasien dalam bentuk 8 C
1.Comfort atau kenyamanan adalah sebagai hasil orentasi konsumen terhadap
rumah sakit.
2.Cope, sebagai insitusi penyelamat, rumah sakit harus dapat mengatasi kegawat
daruratan, risiko, dan keamanan pasien terkait penyakit yang diderita.
3.Competent rumah sakit dituntut memiliki tenaga yang professional
4.Comunikatif menjalankan komunikasi sebagai bentuk hubungan interpersonal.
5.Curiosity-nya dengan mendapatkan informasi yang benar dan jelas.
6.Considerate pasien juga memiliki privacy dan hak untuk didengar, untuk memilih
dan memutuskan setiap hal menyangkut dirinya.
7.Conducive lingkungan yang kondusif merupakan factor penting yang diharapkan
pasien.
8.Cost atau biaya yang menyangkut nilai uang.
Low, menawarkan rumus simple untuk memberikan layanan terhadap konsumen, yaitu GST
– Greet,Smile, dan Thanks
Tujuan umum dlm proses Transkultural Nursing
1.Memberikan posisi pertama pd keyakinan budaya, prakteknya dan konsep sehat
dan sakit yg dianut klien.
2.Respek (mengerti) budaya dan keyakinan klien.
3.Perkembangan budaya mendukung Diagnosa keperawatan dan intervensi sesuai
dgn konsep klinik nyata.
4.Memberikan pelayanan sesuai budaya untuk berinteraksi dgn individu.
5.Perhatian pada pasien dan pasangannya.
6.Perlindungan yang benar pada individu mendapatkan pelayanan kesehatan yg
sesuai.
Tehnik Komunikasi
1.Komunikasi lintas budaya
2.Komunikasi verbal atau nonverbal
3.Pendekatan nilai budaya dgn model EMs.
4.Mengkaji faktor risiko
5.Mengkaji keyakinan religious
6.Mengkaji pembatasan diet
7.Mengkaji keluarga pasien dan support system
DAFTAR PUSTAKA
http://blog.ilmukeperawatan.com/konsep-keluarga.html
http://triyanti.blogspot.com/2006/06/pentingnya-strategi-coping-dalam.html
http://wayanpuja.wordpress.com/2011/05/15/aplikasi-konsep-lintas-budaya-pada-keperawatan-pasien-di-pelayanan-kesehatan/
top related