PERANAN KETURUNAN MASYARAKAT ARAB DALAM BIDANG …
Post on 29-Oct-2021
15 Views
Preview:
Transcript
PERANAN KETURUNAN MASYARAKAT ARAB DALAM
BIDANG SOSIAL KEAGAMAAN DI JAMBI KOTA
SEBERANG PADA TAHUN 1945-2021
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Dalam Sejarah Peradaban Islam
Oleh:
UMMI FADHILA
NIM: 402170842
JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2021
i
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini.
Nama : Ummi Fadhila
NIM : 402170842
Tempat/Tgl Lahir : Sungai Jering, 02 April 2000
Pembimbing I : Aliyas, S. Th. I, M.FIL.I
Pembimbing II : Rahyu Zami, M.Hum
Fakultas : Adab dan Humaniora
Jurusan : Sejarah Peradaban Islam
Judul Skripsi : “ Peranan Keturanan Masyarakat Arab dalam Bidang
Sosial Kegamaan Di Jambi Kota Seberang Pada Tahun 1945-2021 “
Menyatakan dengan ini bahwa karya Ilmiah/Skripsi ini adalah asli bukan
plagiasi serta telah diselesaikan dengan ketentuan ilmiah menurut peraturan yang
berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
dikemudian hari, ternyata telah ditemukan pelanggaran plagiasi dalam karya
Ilmiah/Skripsi ini, maka saya siap untuk diproses berdasarkan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
Jambi, 09 Juli 2021
Penulis,
Ummi Fadhila
402170842
ii
NOTA DINAS
Pembimbing I : Aliyas, S. Th. I, M.FIL.I
Pembimbing II : Rahyu Zami, M. Hum
Alamat : Fakultas dan Adab Humaniora
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di-
Jambi
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, kami berpendapat
bahwa Skripsi saudari Ummi Fadhila, Nim: 402170842 yang berjudul
“Peranan Keturunan Masyarakat Arab dalam Bidang Sosial Keagamaan Di
Jambi Kota Seberang Pada Tahun 1945-2021” telah dapat diajukan untuk
dimunaqasahkan guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat
mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S.1) pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Maka dengan ini kami ajukan Skripsi tersebut
agar dapat diterima dengan baik.
Demikianlah, kami ucapkan terima kasih semoga bermanfaat bagi
kepentingan Agama, Nusa dan Bangsa.
Wassalamu’alaikum wr. Wb.
Pembimbing I Pembimbing II
Aliyas, S. Th. I, M.FIL.I Rahyu Zami, M. Hum
NIP. 197811212007101001 NIP. 198904102018011002
iii
iv
MOTTO
ة يدعون الى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون عن نكم ام ى ك هم المفلحون ولتكن م المنكر واول
Artinya: “Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang
mungkar” (Q.S Ali 'Imran:104)1
1 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Semarang: PT
Karya Toha, 2002), hlm 79.
v
PERSEMBAHAN
بسم الله الر حمن الر حيم
Sembah dan sujudku serta puji syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan daya dan upaya kepadaku tanpa berhenti sedikitpun dengan
rahmatnya yang baik berupa kesehatan, kesempatan, dan karunianya, dan atas
semua yang telah engkau berikan itu maka akhirnya tugas akhir ini dapat
diselesaikan. Dan tak luput saya panjatkan sholawat serta salam kepada manusia
yang agung, tauladan, pemimpin dan pemberi safaat seluruh umat yaitu baginda
Nabi Muhammad SAW.
Saya memberikan ucapan terima kasih yang tidak pernah habis kepada dua
manusia yang sangat saya cintai dan mereka saya anggap sebagai malaikat yang
Allah berikan kepada saya yang sangat bararti luar biasa untuk saya yaitu ibunda
dan ayahanda yang telah banyak berkorban untuk saya baik tenaga dan pikiran.
Walau sebesar apapun sesuatu yang dapat saya berikan kepadanya tidak akan
pernah membalas pengorbanan dan kebaikannya. Kini study ku telah selesai
berkat doa dan restumu malaikatku, besar harapan anakmu ini ingin menjadi
kebanggaanmu tapi itu semua tidak akan terwujud tanpa doa dan restu darimu,
dan pada kesempatan ini anakmu ingin meminta maaf apabila selama ini telah
menyusahkanmu walau kalian tidak pernah mengeluh dan tidak pernah
mengatakan tidak terhadap apa yang anakmu ini perlukan. Dan kini hanya baru
ucapan terima kasih yang bisa anakmu ucapkan dan ananda berdoa semoga Allah
memasukkan kalian kedalam surganya, aamiin. Seutus doa untuk semua guruku
yang telah ikhlas membagikan ilmunya, tulus dan selalu menuntun muridnya demi
mencapai cita-cita yang diinginkan. Semoga Allah SWT membalas amal baik
guru semua.
Untuk keluargaku terima kasih kalian semua telah membantu saya baik
berupa doa dan tenaga semoga ilmu yang saya dapatkan bisa bermanfaat dan
membanggakan kalian semua. Serangkai harapan untuk adek bungsuku tersayang,
semoga ini bisa menjadi kebanggaan untuk keluarga karna si sulung telah berhasil
mendapatkan gelar sarjana dan kalian yang sangat aku sayangi.
Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada sahabat dan keluargaku
Mahasiswa Jurusan Sejarah Peradaban Islam angkatan 2017, sahabat wanita
pejuang togaku, sahabatku Hidayati dan Nurhelentia yang selalu setia
nyemangatin setiap langkah perjuanganku semoga kita semua menjadi orang yang
sukses dan dapat membanggakan orang tua serta bertemu kembali suatu saat
nanti. Aku juga berharap agar hubungan kita selalu terjalin walau dipisahkan oleh
jarak dan waktu.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb Alhamdulillah segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan rahmad, hidayah, dan karunia-Nya kepada penulis. Sholawat
beserta salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada kekasih Allah SWT yaitu
Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan umatnya
hingga akhir zaman. Sehingga penulis dapat dimudahkan untuk menyelesaikan
tugas akhir kuliah berupa skripsi yang berjudul “Peranan Keturunan Masyarakat
Arab Dalam Bidang Sosial Keagamaan di Jambi Kota Seberang Pada Tahun
1945-2021”.
Penulis menyadari dalam proses penulisan skripsi ini banyak mendapatkan
banyak hambatan dan kendala, baik dalam penulisan, pengumpulan sumber,
hingga proses wawancara berlangsung. Namun berkat bantuan dan upaya dari
para pembimbing, serta kerja sama dari beberapa pihak yang terkait dalam
penulisan skripsi ini. Sehingga kendala tersebut mampu di hadapi dan diatasi
dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing kepada
Bapak Aliyas, S. Th. I, M.FIL.I dan Bapak Rahyu Zami, M.Hum. Selanjutnya
penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah ikut serta
dalam membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih saya ucapkan kepada :
1. Yth. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asyari, MA., Ph.D selaku Rektor UIN
Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi. 2. Yth. Ibu Dr. Rafiqoh Ferawati, SE., M. EI., Bapak Dr. As’ad Isma, M. Pd.,
dan Bapak Dr. Bahrul Ulum, S.Ag., MA Selaku Wakil Rektor I, II, dan II UIN Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi.
3. Yth. Ibu Dr. Halimah Djafar., M.Fil.I selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi. 4. Yth. Bapak Dr. Ali Muzakir, M.Ag., Bapak Dr. Alfian, S.Pd., M.Ed., dan
Ibu Raudhoh, S.Ag.,SS., M.Pd. I., sekalu Wakil Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi. 5. Yth. Bapak Agus Fiadi, S. Ip., M. Si., selaku Ketua Program Studi Sejarah
Peradaban Islam UIN Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi. 6. Yth. Bapak Aliyas, S.Th.I, M.Fil.I selaku Dosen Pembimbing Akademik 7. Yth. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Adan dan Humaniora UIN
Sultha Thaha Saifuddin Jambi. 8. Yth. Bapak dan Ibu Staff Karyawan dan Karyawati Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Sulthan Thaha Sifuddin Jambi. 9. Yth. Kepala Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora, Kepala
Pepustakaan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, dan Kepala
Perpustakaan Wilayah Jambi. 10. . Kepada seluruh narasumber yang telah membantu dan memberi dorongan
demi kelancaran penelitian ini. 11. Kepada seluruh pihak yang telah memberi dukungan dan motivasi dalam
proses penulisan.
vii
Semoga bantuan dan motivasi yang telah diberikan untuk peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi pahala dan ibadah bagi kita semua serta diterima oleh Allah SWT. Penulis berharap hendaknya skripsi ini dapat berguna untuk peneliti khususnya serta pembaca pada umumnya, Amin ya robbal ‘alamin.
Wassalamu’alaikum, wr. Wb Jambi, 08 Juni 2021 Penulis,
Ummi Fadhila NIM: 402170842
viii
ABSTRAK
Ummi Fadhila. 402170842. Judul: Peranan Keturunan Masyarakat Arab Dalam
Bidang Sosial Keagamaan di Jambi Kota Seberang Pada Tahun 1945-2021
Jurusan Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab Dan Humaniora, Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Pembimbing I: Aliyas, S. Th. I,
M.FIL.I Pembimbing II : Rahyu Zami, M. Hum
Skripsi ini bertujuan untuk mengungkap kondisi sosial keagamaan
keturunan masyarakat Arab di Jambi Kota Seberang pada tahun 1945-2021 dan
untuk mengetahui peran keturunan masyarakat Arab dalam Bidang Sosial
Keagamaan terhadap masyarakat di Jambi Kota Seberang pada tahun 1945-2021.
Penelitian ini merupakan Kajian sejarah sosial dengan menggunakan metode
sejarah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil dan kesimpulan
sebagai berikut: pertama, Kondisi sosial keagamaan keturunan masyarakat Arab
di Jambi Kota Seberang pada tahun 1945-2021 dimana masyarakat Arab yang ada
di Kota Jambi yang sangat dikenal adalah keluarga Al Jufri, kondisi sosial yang
dilakukan adalah dengan menjalin kontak sosial antara orang perorangan dengan
melakukan tegur sapa dan juga memberi sedekah, kegiatan kelompok dengan
bergotong-royong di lingkungan sekitar, selain itu juga terjalinnya komunikasi
yang baik dari tingkat RT hingga tingkat Kecamatan Pelayangan. Kegiatan harian
keagamaan dilakukan dengan shalat berjamaah dan juga membaca Al-Quran di
masjid dalam kegiatan mingguan dengan kajian Islam, mengkaji kitab fiqih dan
juga kajian sejarah Islam, kegiatan bulanan dengan berbuka puasa bersama di
masjid dan kegiatan tahunan peringatan isra’ mi’raj dan peringatan nuzulul
qur’an. Kedua, Peran keturunan masyarakat Arab dalam Bidang Sosial
Keagamaan Terhadap Masyarakat di Jambi Kota Seberang pada tahun 1945-2021
sangatlah besar bagi perkembangan Islam di Kota Jambi, seperti bergotong
royong, memperingati hari besar seperti, Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra’
Mi’raj, Idul Fitri dan Idul Adha berbaur dengan masyarakat sekitar, dan
bersilaturahim kekerabat dengan meningkatkan persaudaraan dalam tali
pernikahan. Dalam bidang keagamaan dengan kegiatan, Kajian raudatul Dua
dengan belajar membaca alquran, fiqih, tasawur dan juga shalawatan. Kajian
rohah adalah kajian kitab kuno yang dilaksanakan oleh orang-orang Arab
Alawiyyin di Hadramaut, Kesenian Hajir Marawis digunakan oleh orang-orang
Hadrami untuk melakukan dakwah kepada masyarakat Jambi untuk
memperkenalkan Islam melalui kesenian.
Kata Kunci: Peranan, Masyarakat Arab, Sosial Keagamaan
ix
ABSTRACT
Ummi Fadhila. 402170842. entitled: The Role of Arab Society in the Social-
Religious Sector in Jambi, Seberang City in 1945-2021 Department of the History
of Islamic Civilization, Faculty of Adab and Humanities, State Islamic University
of Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Advisor I: Aliyas, S. Th. I, M.FIL.I. Advisor
II : Rahyu Zami, M. Hum
This thesis aims to reveal the socio-religious condition of the Arab
community in Jambi City Seberang in 1945-2021 and to find out the role of the
Arab community in the Social-Religious Sector towards the community in Jambi
City Seberang in 1945-2021. This research is a study of social history using the
historical method. Based on the research conducted, the results and conclusions
are as follows: first, the socio-religious conditions of the Arab community in
Jambi City of Seberang in 1945-2021 where the Arab community in Jambi City
who is very well known is the Al Jufri family, the conditions were carried out by
establishing social contact between individuals by greeting and also giving alms,
group activities by working together in the surrounding environment, in addition
to establishing good communication from the RT level to the Pelawangan District
level. Daily religious activities are carried out by praying together and also
reading the Koran in the mosque in weekly activities with Islamic studies,
studying fiqh books and also studying Islamic history, monthly activities by
breaking the fast together in mosques and annual activities to commemorate Isra'
Mi'raj and commemorations. nuzulul qur'an.Second, the role of the Arab Society
in the Social-Religious Sector to the Community in Jambi City of Seberang in
1945-2021 such as mutual cooperation, big days such as, Maulid Prophet
Muhammad SAW, Isra 'Mi'raj, Eid al-Fitr and Eid al-Adha mingling with the
surrounding community, and staying in touch with relatives by increasing
brotherhood in marriage. In the field of religion with activities, the study of
raudatul Dua by learning to read the Koran, fiqh, tasawur and also shalawatan.
The study of the spirit is the study of ancient scriptures carried out by the
Alawiyyin Arabs in Hadramaut, the Hajir Marawis art is used by the Hadrami
people to do da'wah to the people of Jambi to introduce Islam through art.
Keywords: Role, Arab Society, Religious Social
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ........................... i
NOTA DINAS ............................................................................................ ii
PENGESAHAN ......................................................................................... iii
MOTTO ..................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ...................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................. viii
ABSTRACT ............................................................................................... ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN`
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 5
C. Batasan Masalah.................................................................. 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................... 6
E. Tinjauan Pustaka ................................................................. 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Peranan ................................................................................ 9
B. Sosial ................................................................................... 11
C. Keagamaan .......................................................................... 13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................... 16
1. Heuristik ........................................................................ 19
2. Verifikasi (Kritik Sumber) ............................................ 20
3. Interpretasi ..................................................................... 20
4. Historiografi .................................................................. 20
xi
BAB IV TEMUAN PEMBAHASAN
A. Sejarah masyarakat Arab..................................................... 23
B. Kondisi sosial keagamaan masyarakat Arab di Jambi Kota
Seberang pada tahun 1945-2021 ......................................... 35
C. Peran keturunan masyarakat Arab dalam Bidang Sosial dan
Keaga-maan Terhadap Masyarakat di Jambi Kota Seberang
pada tahun 1945-2021 ......................................................... 50
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………….……... 66
B. Saran..............……………...…………………............……... 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses dan alur sejarah yang terjadi dalam perjalanan Islam di Nusantara
serta hubungannya dengan Islam di Timur Tengah, bisa dilihat sejak
kedatangan dan penyebaran Islam di Nusantara hingga kurun waktu yang
sangat panjang. Sejak terjadinya interaksi antara kaum muslim di Timur
Tengah dan Nusantara dari abad ke-7 hingga masa Islamisasi di Nusantara
pada abad ke-13 sampai saat ini. Dalam bentuk interaksi yang terjadi pada
mulanya interaksi tersebut lebih dalam bentuk hubungan ekonomi dan dagang,
kemudian barulah disusul dengan hubungan politik dan keagamaan, lalu
selanjutnya diikuti dengan hubungan intelektual keagamaan. Bentuk interaksi
dan hubungan awal yang terjalin antara Nusantara dan Timur Tenggah.
Terdapat banyak perdebatan panjang oleh para ahli mengenai masalah tempat
kedatangan Islam, para pembawanya hingga waktu kedatangan Islam masuk di
Nusantara.2
Salah satu bukti bahwa Islam akan tetap berjaya adalah muncul dan
berkembangnya Islam di Indonesia yang telah menjadi bukti sejarah bagi
bangsa Indonesia dimana peranannya sangat besar terhadap perjuangan
kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Dengan melihat ke belakang sejarah
masuknya Islam di Indonesia yaitu melalui berbagai macam cara dimana
diantaranya adalah melalui perdagangan, perkawinan yang dibawakan oleh
para saudagar Arab, pendidikan, tasawuf, dakwah, kesenian dan budaya.
Dengan kehadiran mereka maka pada kalangan putri pilihan bangsa Indonesia
untuk mendalami dan mempelajari Islam sampai mereka menjadi ulama besar
dan aktif mendakwahkan ajaran agama Islam kepada rakyat Indonesia sehingga
2Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII
& XVIII, (Jakarta: 2007), hlm. 1-2.
2
2
dari perjuangan itulah Islam sampai sekarang tumbuh dan berkembang di
Indonesia.3
Sejarah lisan masyarakat Jambi juga menceritakan tentang kedatangan
seorang muslim dari Arab, persisnya dari wilayah Hadramaut, bernama Sayyid
Husayn bin Ahmad Baragbah ( 1156/1743 ). Tidak ada catatan tertulis tentang
kehidupannya, tetapi sejarah lisan masyarakat Jambi menyebut Husayn
Baragbah termasuk orang yang berperan penting dalam penyebaran Islam ke
Jambi. Selain Sayyid Husin al-Baragbah, tokoh Arab yang berperan dalam
sejarah Islam di Jambi adalah Sayyid Idrus al-Jufri. Dalam munaqib Pangeran
Wirokusumo atau riwayat singkat tentang Sayyid Idrus bin Hasan al-Jufri yang
menjelaskan bahwa beliau adalah merupakan salah satu diantara ulama yang
menyebarkan Islam yang juga sultan terakhir di kerajaan Jambi.4 Arab melayu
adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Pelayangan Kota Jambi, asal nama
kelurahan Arab Melayu merupakan asal mula terbentuknya penyebaran Islam,
di kelurahan ini pada zaman dahulu musafir dari negeri Arab tinggal, menetap
dan membuat desa kecil yang bercampur dengan masyarakat Melayu.
Berdasarkan rujukan tersebutlah sejarah kelurahan Arab Melayu terbentuk hal
ini di perkuat dengan adanya ahli waris yang merupakan warga kelurahan Arab
Melayu terhadap makam al-Habib Husein bin Ahmad Baragbah, Ulama dari
negeri Arab yang di makamkan di pemakaman arab melayu.
Pada masa perkembangannya, banyak masyarakat Jambi termasuk
keturunan Arab sendiri tidak mengetahui secara pasti aktivitas-aktivitas orang
Arab Hadramaut yang bertempat tinggal di Jambi. Penelusuran mengenai
sejarah orang-orang Arab Hadramaut dijambi belum banyak dilakukan. Oleh
sebab itu, perlu pembahasan secara signifikan mengenai kronologi kedatangan
hingga proses interaksi orang Arab Hadramaut di Jambi.5 Orang Arab tersebut
3 Beti Yanuri Posha, Perkembangan Islam di Indonesia Paska Kemerdekaan, Jurnal
Historia, Vol 3, No. 2, 2015, hlm.75. 4 Munaqib, Sayyid Idrus bin Hasan Al-Jufri (Pengeran Wirokusumo), 2010, Jambi, hlm.4. 5Harto Juwono, ed, Kesultanan Jambi dalam Konteks Sejarah Nusantara (Jakarta,
Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Badan Libang dan Diklat Kementerian Agama RI,
2013), hlm. 36.
3
3
kemudian menjalin hubungan dengan masyarakat Jambi, dan membentuk pola
interaksi sosial di wilayah tersebut. Bentuk interaksi sosial yang mereka
lakukan dimulai dari membentuk sebuah kelompok sosial lalu menjalin
hubungan antara kelompok tersebut dengan masyarakat, dari sanalah orang
Arab memulai interaksinya dalam bidang sosial keagamaan. Dalam aspek
keagamaan minsalnya yang dipelopori oleh Sayyid Husein Ahmad Al-
Baraqbah, beliau seorang Ulama asal Tarim yang memulai migrasi wilayah
Jambi dan bermukim disana. Sayyid Husein memulai dakwahnya di wilayah
Jambi dengan membuka pembelajaran non formal di rumah. 6
Pada perkembangannya masyarakat Arab Hadramaut melakukan
penyesuain dilingkungan tempat tinggal mereka. Masyarakat Arab melakukan
penyesuaian di lingkungan tempat tinggal mereka. identitas masyarakat Arab
ditutut untuk mengikuti kultur budaya yang ada di wilayah Jambi sendiri.
Perubahan pada aspek kehidupan lainnya juga berdampak terhadap masyarakat
Arab khususnya dalam aspek sosial dan keagamaan mereka. Arab
Melayu adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Pelayangan Kota Jambi,
Provinsi Jambi, Indonesia. Asal nama kelurahan “Arab Melayu” merupakan
asal mula terbentuknya penyebaran Islam, di kelurahan ini pada jaman dahulu
musyafir dari negeri Arab tinggal, menetap, dan membuat desa kecil yang
bercampur dengan masyarakat melayu.7 Berdasarkan rujukan tersebutlah
sejarah kelurahan Arab Melayu terbentuk (Perpaduan Masyarakat Arab dan
Melayu), hal ini diperkuat dengan adanya ahli waris yang merupakan warga
Kelurahan Arab melayu terhadap makam Alhabib Husin Bin Ahmad
Baraghbah, Ulama dari negeri arab yang dimakamkan di pemakaman arab
melayu.8
6Elsbeth Locher-Scholten, Kesultanan Sumatra dan Negara Kolonial, (Jakarta: Banana,
2008), hlm. 164. 7Pecinan merupakan wilayah suatu wilayah yang berada di Seberang Kota Jambi.
Dahulunya kampung pacinan diberi nama oleh datuk sintai, dan disana banyak penduduk muslim
cina. 8 Apdelmi “Islam dan Sejarahnya Pada Masyarakat Jambi Seberang”, Jurnal Tsaqofah
& Tarikh Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2018, hlm.23.
4
4
Setelah Sultan Thaha Saifuddin wafat (1855-1904) maka terhapuslah
kesultanan negeri melayu Jambi. Daerah Jambi secara berturut-turut menjadi
onder afdeling, dari afdeling Palembang kemudian menjadi keresidenan Jambi
pada tahun 1906. Setelah meninggalnya Sultan Thaha pun, kemudian
diteruskan oleh tokoh seperti Raden Mattaher. Hal yang menarik adalah
perlawanan saat itu kental dengan suasana Islam. Apa yang ditampilkan
adalah perlawanan menampilkan ciri pergerakan, nasionalisme, dan perjuangan
Islam. Ini adalah tiga karakteristik yang tergambar dari perjuangan
kemerdekaan di Jambi saat itu.9 kekuasaan Belanda atas Jambi berlansung
kurang lebih selama 36 tahun karena pada tanggal 9 maret 1942 terjadi
peralihan kekuasaan kepada pemerintahan Jepang. Dan pada tanggal 14
Agustus 1945 tersiarnya berita proklamasi kemerdekaan RI di sambut gembira
oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia umumnya dan masyarakat Jambi. 10
Pada perkembangannya pula golongan Arab Hadramaut juga melakukan
penyesuaian sarana kehidupan dengan masyarakat Jambi. Representasi
identitas Arab pun mengikuti kultur budaya masyarakat Jambi sehingga terjadi
pergeseran pola-pola budaya dan identitas di kalangan Arab Hadramaut Jambi.
Perubahan pada aspek-aspek kehidupan lainnya juga berdampak terhadap
kalangan Arab baik itu aspek ekonomi, pendidikan, agama dan budaya.11
Gejala-gejala perubahan ini pula memberi ruang bagi peneliti untuk
mengungkapkan dinamika yang terjadi didalam Masyarakat Arab Hadramaut
yang berada di Jambi.
Gejala perubahan tersebut ternyata juga harus dibayar dengan mahal
dengan terjadinya perubahan sendi-sendi kehidupan yang selama ini mengakar
9 Hermanto Harun dan Irma Sagala, “Dinamika Model Pemerintahan dalam Masyarakat
Melayu Islam Jambi: Studi Kasus Kabupaten Bungo”, Jurnal Kontekstualita, Vol. 28, No. 1,
2013, hlm. 93. 10 Syarif Hidayyatullah, “Bentuk - Bentuk Perjuangan Ulama Dalam Mempertahankan
Kemerdekaan Di Jambi (1945 – 1949)”, Fakultas Adab dan Humaniora UNiversitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2018, hlm. 4. 11 La Ode Rabani dan Artono,”Komunitas Arab:Kontinuitas Dan Perubahannya Di Kota
Surabaya 1900–1942”, Jurnal Masyarakat dan Budaya , Volume 7 No. 2 Tahun 2005, hlm. 113-
115.
5
5
dan telah lama dipertahankan seperti terjadinya perubahan nilai, norma, dan
struktur sosial budaya yang mengancam kelestarian tradisi keagamaan yang
selama ini telah berkembang dengan baik di masyarakat arab Jambi
Seberang.12 Dari kenyataan ini dapat dipahami bahwa pengaruh penjajah
modernisasi dan perubahan sosial juga mempengaruhi peran orang arab di
tengah masyarakat. Bila dahulu peran kepemimpinan informal sangat dominan
dan hampir merambah setiap aspek kehidupan masyarakat, akan tetapi
sekarang peran tersebut semakin berkurang dan tidak seluas dahulu lagi.
Dalam rangka itu pula, penelitian mengenai masyarakat Arab Hadramaut
di Jambi saat kemerdekaan 1945 sampai 2021 ini menjadi pengisi kekosongan
studi yang telah dilakukan. Dengan demikian, penelitan mengenai masyarakat
Arab Hadramaut secara komprehensif perlu dilakukan. Menariknya kajian ini
dibuat untuk melihat gejala perubahan dan mengungkapkan yang terjadi
didalam kehidupan masyarakat Arab Hadramaut khususnya di wilayah Jambi
Kota seberang dari awal kemerdekaan hingga saat ini. Peneliti ingin
mengangkat kajian ini dilihat dari aspek sosial dan keagamaan masyarakat
Arab. Melalui pendekatan sosial penulis berusaha untuk menelaah lebih jauh
keadaan kehidupan masyarakat Arab dalam bentuk interaksi sosial, kelompok
sosial, dan status sosial mereka di wilayah Jambi kota Seberang. Hal ini
membuat peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai Peranan
Keturunan Masyarakat Arab Dalam Bidang Sosial Keagamaan di Jambi
Kota Seberang pada Tahun 1945-2021.
B. Rumusan Masalah
Adapun beberapa pernyataan diatas penulis membuat Rumusan Masalah
menjadi dua yaitu:
1. Bagaimana kondisi sosial keagamaan keturunan masyarakat Arab di Jambi
Kota Seberang pada tahun 1945-2021?
12 As'sd Ismul, “Pergseran Peran Sosial Tuan Guru Dalam Masyarakat Jambi
Seberang”, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan I Vol.20 No. 1, Juni 2005, hlm. 3.
6
6
2. Bagaimana peran keturunan masyarakat Arab dalam Bidang Sosial
Keagamaan terhadap masyarakat di Jambi Kota Seberang pada tahun 1945-
2021?
C. Batasan Masalah
Masyarakat yang dimaksud dalam peneliti adalah kelompok orang yang
berasal dari keturunan Arab Hadramaut di Jambi. Dengan melihat Latar Belakang
Masalah diatas, maka penulis perlu membatasi pembahasan dalam penelitian ini,
agar pembahasan tidak melebar sehingga dapat memperoleh hasil penelitian yang
maksimal. Oleh sebab itu, mengingat mayoritas para imigran maupun peranan
Arab yang berada di Jambi yaitu berasal dari Negeri Hadramaut dan mereka yang
lebih banyak memiliki peran dinusantara khusunya di Jambi, dengan demikian
pembahasan dalam penelitian ini hanya terpokus pada Peranan Masyarakat Arab
Hadramaut di Jambi di daerah Kecamatan Pelayangan.13 Penulis membatasi dari
tahun 1945 sampai 2021 dikarenakan aktivitas yang dilakukan oleh orang
Hadramaut mendukung perjuangan kemerdekaan di Jambi selain itu pula karena
pada tahun tersebut terjadinya peralihan kekuasaan penjajah dari Belanda ke
Jepang dan banyak orang Arab Hadramaut melakukan kesesuaian dengan
budaya dan kebiasaan masyarakat Jambi dan juga pengaruh moderenisasi
sehingga peranannya pun lebih dipokuskan dalam bidang sosial keagamaan.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Penulis ingin mengetahui bagaimana kondisi sosial keagamaan keturunan
masyarakat Arab Jambi Kota Seberang pada tahun 1945-2021.
b. Penulis ingin mengetahui peran keturunan masyarakat Arab dalam
bidang soaial keagamaan terhadap masyarakat Jambi Kota Seberang pada
tahun 1945-2021.
2. Manfaat Penelitian
13 La Ode Rabani dan Artono,”Komunitas Arab:Kontinuitas Dan Perubahannya Di Kota
Surabaya 1900–1942”, hlm. 113-115.
7
7
Adapun manfaat yang dapat penulis harapkan dan berikan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Diharapkan penulis dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat
yang membutuhkan informasi mengenai peranan keturunan Masyarakat
Arab Hadramaut di Seberang Kota Jambi pada tahun 1945-2021.
b. Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pemahaman sejarah
Islam kajian lokal dIindonesia.
E. Tinjauan Pustaka
Pembahasan tentang kolonisasi orang Arab Hadramaut di Jambi belum
banyak mendapat perhatian. Meskipun, ada beberapa karya yang relavan dengan
pembahasan tentang kolonisasi orang Arab Hadramaut di Jambi dengan dapat
dijadikan tinjauan pustaka.
Pertama, dalam Skripsi Fajar Sutrisno berjudul “Habib Idrus Al-Jufri
(Peranannya di Kesultanan Jambi) ” Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam, Fakultas
Adab dan Humaniora, IAIN STS Jambi Tahun 2015. Fajar Sutrisno membahas
tentang peranan yang dilakukan Habib Idrus sebagai pemangku kekuasaan politik.
Secara garis besar penekanan yang diberikan dalam Skripsi tersebut adalah
pengaruh yang diberikan Habib Idrus Al-Jufri sebagai pemegang tanah
Apanage14disebutkan dimasa Sultan Nazaruddin ia dipercayakan penuh sebagai
pemegang urusan Monopoli garam dan sebagainya. Untuk itu, Skripsi ini juga
berbicara panjang tentang Biografi yang nantinya memberikan sumbangan dengan
yang dilakukan penulis.15Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis
bahwa pokus dari studi penelitian ini yaitu tentang Peranan Keturunan Masyarakat
Arab Dalam Bidang Sosial Keagamaan Jambi Kota Seberang pada tahun 1945-
2021.
Kedua, dalam Skripsi Abdur Roni yang berjudul “ Peran Al-habib As-
Sayyid Idrus Bin Hasan Al-jufri ( Pangeran Wiro Kusumo ) dalam Penyebaran
14Apanage merupakan penitipan suatu willayah yang diambil dari tanah milik raja dan
diberi oleh raja kepada putra, bungsunya, yang tidak akan menggantikannya sebagai raja karena
tahta akan jatuh ke putera sulung. 15Fajar Sutrisno, Habib Idrus Al-Jufri, (Peranannya di Kesultanan Jambi), (Jambi: IAIN
STS Jambi, 2015), hlm. 27.
8
8
Agama Islam ( Suatu Kegiatan Studi Tokoh di Kelurahan Olak Kemang Kec.
Danau Teluk Kota Jambi), “ Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam, Fakultas Adab
dan Humaniora, IAIN STS Jambi Tahun 2011. Ia menggunakan perspektif Peran
dalam Penyebaran Agama Islam. ia juga menjelaskan tentang awal kedatangan
Habib Idrus ke Jambi dengan kondisi keagamaan didaerah Olak Kemang, Visi
yang dikembangkan Habib Idrus adalah mendirikan Masjid sebagai tempat Ibadah
sekaligus Aktivitas Dakwah saat itu. 16Namun, Berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis bahwa pokus dari studi penelitian ini yaitu tentang Peranan
Keturunan Masyarakat Arab Dalam Bidang Sosial Keagamaan Jambi Kota
Seberang pada tahun 1945-2021.
Ketiga, dalam Skripsi Muhammad Haryono yang berjudul “ Peranan
Keturunan Masyarakat Arab Dalam Bidang Sosial Keagamaan 1900-1942 “.
Penelitian ini membahas Peranan Keturunan Masyarakat Arab Dalam Bidang
Sosial keagamaan di Betawi 1900-1942. Penelitian ini menggunakan metode
deskripsi analisis dengan pendekatan sosial-keagamaan. Dalam pembahasan
dipaparkan mengenai betapa besarnya peranan komunitas Arab-Hadrami bagi
masyarakat Betawi, tidak hanya terkenal sejak dahulu keahliannya dalam bidang
politik dan perdagangan, namun juga dalam bidang sosial keagamaan.17Wujud
nyata dari peranan yang dimainkan oleh orang-orang arab tersebut terlihat sekali
ketika memasuki abad XX, yakni dengan didirikannya sebuah organisasi modern
yang bergerak dibidang sosial keagamaan yang bernama jamiat Kheir18Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis bahwa pokus dari studi penelitian
ini yaitu tentang Peranan Keturunan Masyarakat Arab Dalam Bidang Sosial
Keagamaan Jambi Kota Seberang pada tahun 1945-2021.
16Abd Roni, Peran Al-Habib As-Sayyid Idrus Bin Hasan Al-Jufri (Pangeran
Wirokusumo) dalam Menyebarkan Agama Islam( Suatu Kegiatan Studi Tokoh di kel. Olak
Kemang Kec. Danau Teluk Kota Jambi, (Jambi: IAIN STS Jambi, 2011), hlm. 5. 17Muhammad Haryono, Peranan Komunitas Arab Dalam Bidang Sosial Keagamaan di
Betawi 1900-1942 (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), hlm. 7. 18Jamiat Kheir merupakan suatu lembaga swasta yang bergerak dalam bidang pendidikan
dan berperan penting dalam sejarah perjuangan Indonesia.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
Penulisan ini merupakan penulisan sejarah dengan perspektif sosial yaitu
dalam merekonstruksi peristiwa masa lampau yang terjadi, dalam penulisan ini
penulis menggunakan pendekatan sosiologi. penerapan sejarah dengan pendekatan
sosiologi ditekankan untuk melihat fenomena sosial beserta subkultural
masyarakat, disamping itu juga melihat satu identitas dari kelompok dalam
masyarakat. 19
A. Peranan
Dalam kamus istilah Antropologi artinya bahwa peran adalah perilaku
seorang pemain sandiwara yang mempersonifikasikan suatu watak manusia
yang tertentu. 20Kemudian dijelaskan juga mengenai peran sosial bahwa
perilaku orang yang menempati suatu kedudukan sosial dalam interaksi
sosial.21 Sedangkan peranan menurut Bruce J. Cohen dalam Sosiologi Suatu
Pengantar mengatakan bahwa peranan merupakan suatu perilaku yang
diharapakan oleh orang lain dari seseorang yang menduduki status tertentu.
Kata peran BP3 lebih kepada media pokok sebagai penghubung, tempat
pijakan, tempat bertemu dalam dan berinteraksi suatu komunitas yang memiliki
tugas dan bertanggung jawab untuk mengembangkan suatu komunitas itu
dalam menyebarkan Agama Islam. Jadi, peran yang dilakukan Masyarakat arab
itu adalah meninggalkan suatu peninggalan-peninggalan yang ada diseberang
Kota Jambi. Peran merupakan perbuatan yang diharapkan dari seseorang
pemilik status dalam masyarakat. Yenti Arsini megnemukakan bahwa peran
merupakan pelaksanaan dari tugas yang telah diamanahnya sehingga dapat
berjalan sesuai dengan harapan dan keinginan orang banyak.22. peran berperan
19Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (yogyakarta:
Penerbit Ombak, 2016), hlm 176. 20Koentjoroningrat, etal. Kamus Istilah Antropologi, (Jakarta, Progres Jakarta, 2003).,
hlm. 179. 21Koentjoroningrat, etal. Kamus Istilah Antropologi,. hlm. 179. 22 Yenti Arsini, “Konsep Dasar Pelaksanaan Bimbingan Konseling Di Sekolah”, Jurnal
Pendidikan dan Konseling, Vol. 7, NO. 1, Edisi Januari-Juni 2017, hlm. 28.
10
penting dalam mengatur dan memberikan batasan sesorang dalam melakukan
sesuatu.23 Yenti Arsini menambahkan bahwa ada beberapa peranan,
diantaranya:24
a. Sebagai Fasilitator,
Menjadikan diri sebagai fasilitator adalah upaya dalam
mengantarkan seseorang dalam merencanakan karir mereka. Dengan
adanya pendukung dalam memfasilitasi kebutuhan mereka sehingga dapat
diarahkan sesuai dengan capaian.
b. Sebagai Mediator
Menjadi mediator adalah upaya mengarahkan dan membimbing
seseorang menjadi terarah dalam melakukan sesuatu, sehingga apabila
seseorang diarahkan sesuai dengan bidang dan kemampuannya maka
seseorang akan mendapatkan karir mereka dengan cepat, sehingga
mediator menjadi penengah.
c. Sebagai Konektor
Sebagai konektor merupakan sebagai penghubung antara seseorang
dengan dunia pekerjaan.
Menurut Makmur ada beberapa upaya dalam pemberdayaan anggota
masyarakat pada umumnya:25
1) Kemampuan Seorang Pimpinan.
Peranan pimpinan sangat memberikan dampak bagi berjalannya
kegiatan yang diadakan, sehingga pemimpin diharuskan memiliki
kemampuan yang baik, dari segi perencanaan, kegiatan dan juga
melakukan evaluasi. Pemimpin yang memiliki wawasan yang baik dan
pengalaman yang cukup akan menunjang keberhasilan suatu kegiatan.
2) Ketersediaan Anggaran
23 Soejono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Grafindo Persada, 2012), hlm.
237. 24 Yenti Arsini, “Konsep Dasar Pelaksanaan Bimbingan Konseling Di Sekolah”, Jurnal
Pendidikan dan Konseling, Vol. 7, NO. 1, Edisi Januari-Juni 2017, hlm. 28. 25 Makmur, Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan, (Bandung: PT Rineka
Aditama, 2015), hlm. 237.
11
Ketersediaan anggaran yang memadai menjadi penentu
terselenggaranya suatu program pemberdayaan, sehingga apabila
anggaran mencukupi dalam menjalankan kegiatan pemberdayaan maka
akan mencapai keberhasialn program yang dijalankan,
3) Tenaga Ahli
Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) sangat menetukan
pelaksanaan dapat dijalankan dengan baik atau tidak. Sehingga SDM
yang mengetahui tata cara pelaksanaan dalam kegiatan tersebut
diharapkan mengupayakan yang terbaik agar program tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik.
4) Kegiatan Pemberdayaan
Program yang akan dilaksanakan sebaiknya telah disiapkan tolak
ukur selama dala melaksanakannnya, sehingga adanya alternative
pilihan apabila selama dalam kegiatan mengalami permasalahan telah
disediakan alternative program yang akan dijadikan acuan dalam
program pemberdayaan. 26
B. Sosial
Pengertian Sosial adalah Kata sosial berasal dari bahasa latin yaitu
’socius’ yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh, dan berkembang dalam
kehidupan bersama. Pengertian sosial pada strukturnya, yaitu suatu tatanan
dari hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat yang menempatkan pihak-
pihak tertentu (individu, keluarga, kelompok, kelas) didalam posisi-posisi
sosial tertentu berdasarkan suatu sistem nilai dan norma yang berlaku pada
suatu masyarakat pada waktu tertentu. Dengan adanya suatu bentuk-bentuk
interaksi sosial yaitu bisa dijelaskan bahwa berupa kerja sama ( cooperation ),
persaingan ( competition ), dan juga bisa berbentuk pertentangan atau suatu
pertikaian. 27
Menurut Gillin bahwa pernah melakukan suatu pengelompokan yang
lebih luas. Bahwa ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat
26 Makmur, Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan, hlm. 239. 27 Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, (Binacipta, 1983), hlm.
9.
12
adanya interaksi sosial, yaitu 1. Proses yang asosiatif dan proses disosiatif.
Karena dengan adanya proses sosial ini terjadilah suatu kerja sama antara
masyarakat dengan masyarakat lainnya yaitu dengan bentuk interaksi sosial
yang pokok dan bentuk dan arahnya oleh suatu sistem sosial masyarakat yang
bersangkutan.
Soerjono Soekanto mengemukakan syarat terjadinya interaksi sosial ada
dua yaitu kontak sosial dan komunikasi. Berikut ini penjelasannya:28
1. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu antar orang
perorangan, antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia dan
sebaliknya, antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia
lainnya. Kontak sosial bisa bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif
adalah kontak sosial yang mengarah pada kerjasama. Kontak sosial negatif
mengarah pada pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan
kontak sosial. Kontak sosial juga dapat bersifat primer atau sekunder.
Kontak primer terjadi bila yang mengadakan hubungan langsung bertemu
dan berhadapan muka. Sedangkan kontak sekunder memerlukan perantara.
2. Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi (pesan, ide, dan gagasan)
dari satu pihak kepada pihak lain untuk saling memengaruhi satu sama lain.
Proses komunikasi dapat terjadi dengan dua cara, yaitu komunikasi verbal
(bentuk komunikasi secara lisan dan tulisan) dan komunikasi nonverbal
(bentuk komunikasi memakai simbol-simbol).
Klasifikasi tipe-tipe kelompok sosial, George simmel seorang sosiologi
jerman, mengambil bentuk besar-kecilnya suatu jumlah anggota kelompok,
bagaimana suatu individu mempengaruhi kelompoknya serta interaksi sosial
dalam kelompok tersebut. Dalam penjelesan mengenai kelompok-kelompok
sosial, George simmel menyatakan bahwa dengan bentuk terkecil yang terdiri
dari satu orang sebagai fokus hubungan sosial. Jadi dasar yang akan diambil
sebagai salah satu su29atu pilihan untuk mengadakan klasifikasi tipe-tipe
28Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : 2014), hlm. 63-81. 29 Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 35-36.
13
kelompok sosial yaitu ukuran jumlah atau derajat interaksi sosial atau
kepentingan-kepentingan suatu kelompok atau organisasinya dari ukuran-
ukurannya.
C. Keagamaan
1. Pengertian Keagamaan
Emile Durkheim mengatakan bahwa keagamaan merupakan sebagai
sistem yang menyatu mengenai berbagai kepercayaan dan peridabatan
dengan benda-benda saklar, benda-benda terpisah dan terlarang,
kepercayaan dan yang mempersatukan semua orang yang menganutnya ke
dalam suatu komunitas moral yang disebut gereja. Durkheim tertarik pada
unsur-unsur solidaritas manusia. Durkheim menjelaskan bahwa keagamaan
harus mempunyai fungsi, karena keagamaan bukan suatu ilusi, melainkan
adalah fakta sosial yang dapat diidentifikasi dan mempunyai kepentingan
sosial.
Bahwa semua konsep dasar yang dihubungkan dengan keagamaan
yaitu dewa, jiwa, napas, dan totem berasal dari pengalaman manusia
terhadap keagungan golongan sosial. Maka suatu prinsip ini ditemukan oleh
Durkheim pada waktu mempelajari masyarakat Aborigin Australia, karena
bahwa dasar agama terdapat dalam totemism. Menurut Durkheim,
keagamaan memainkan peranan yang fungsional, karena keagamaan adalah
suatu prinsip solidaritas masyarakat. Dengan demikian Durkheim yaitu
pelopor Fungsionalisme dalam Antropologi.
Max moeller didalam Bukunya The Growth Of Religion, Mengajukan
suatu teori yang berhubungan dengan perasaan manusia primitive yaitu, “
Perpection Theory “, dimana dia mengatakan bahwa asal usul agama dari
adanya “ The Idea Of The Infinite”. Menurutnya, Konsepsi ini sebagai
akibat suatu tanggapan mereka tentang alam jagat ini, seperti langit yang
terbentang luas, matahari yang menimbulkan panas, awan bercampur petir,
dimana mereka tidak berdaya terhadap segala itu.30
30Ridwan Lubis, Sosiologi Agama: Memahami Perkembangan Agama dalam Interaksi
Sosial, (Jakarta, 2017, hlm. 91- 92).
14
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keagamaan
merupakan segala perbuatan yang dilakukan oleh seseorang yang
berhubungan dengan agama. Agama juga merupakan suatu sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) kita kepada tuhan yang maha kuasa
suatu kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia serta
lingkungannya.
2. Macam-macam Kegiatan Keagamaan
Ahmad Thib Raya mengemukakan bentuk-bentuk kegiatan keagamaan
Islam berdasarkan beberapa sudut pandangannya, diantaranya :
a. Kegiatan Keagamaan atau Ibadah dilihat dari garis besarnya, yaitu:
1) Ibadah khassah (khusus), yakni ibadah yang ketentuan dan
pelaksanaannya telah ditetapkan oleh nash, dan merupakan sari
ibadah kepada Allah Swt, seperti shalat, puasa, zakat, haji.
2) Ibadah ammah (umum), yakni semua perbuatan yang
mendatangkan kebaikan dan dilaksanakan dengan niat yang ikhlas
karena Allah, seperti minum, makan, dan bekerja mencari nafkah.
Dengan kata lain semua bentuk amal kebaikan dapat dikatakan
ammah bila dilandasi dengan niat semata-mata karena Allah Swt
maka. 31
b. Kegiatan Keagamaan atau Ibadah dilihat dari segi pelaksanaannya,
yaitu :
1) Jasmaniayah dan ruhaniyah, seperti shalat dan puasa
2) Ruhaniyah dan maliyah, seperti zakat 3.
3) Jasmaniyah, ruhaniyah, dan maliyah, seperti haji
c. Kegiatan Keagamaan atau Ibadah dilihat dari segi bentuk dan sifatnya,
yaitu :
1) Ibadah dalam bentuk perkataan atau lisan, seperti berdzikir, berdoa,
membaca tahmid, membaca Al-Quran
31 Ahmad Thib Raya, Manajemen Perjalanan Hidup dan Mati, (Jakarta: Pustaka Indah,
2015), hlm. 43.
15
2) Ibadah dalam bentuk perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya,
seperti membantu orang lain, jihad, mengurus jenazah
3) Adab dalam bentuk pekerjaan yang telah ditentukan wujud dan
perbuatannya, seperti shalat, puasa, zakat dan haji
4) Ibadah yang tata cara dan pelaksanaannya berbentuk menahan diri,
seperti puasa, itikaf, dan ihram.
5) Ibadah yang berbentuk mengugurkan hak, seperti memaafkan
orang yang telah melakukan kesalahan, membebaskan hutang.
Adapun kegiaratan yang dilakukan masyarakat arab dimana
kegiatan keagamaan untuk pembinaan keimanan dan ketaqwaan
terhadap tuhan yang maha esa dapat dibagi ke dalam empat bagian
yaitu kegiatan harian, mingguan, dan tahunan.32
a) Kegiatan harian
(1) Shalat zuhur berjamaah
(2) Berdo’a di awal dan di akhir pelajaran
(3) Membaca ayat al-qur’an secara bertadarus sebelum masuk jam
pelajaran
(4) Shalat dhuha pada waktu istirahat
b) Kegiatan mingguan
(1) Infak shadaqah setiap hari jum’at
(2) Mentoring, yaitu bimbingan senior kepada junior dengan
(3) meteri yang bernuansa Islami
(4) Setiap hari jum’at memakai busana muslimah
c) Kegiatan bulanan
(1) Kegiatan bulana disekolah, khusus bulan ramadhan kegiatan yang
dilaksanakan adalah sebagai berikut:
(2) Buka puasa bersama
(3) Shalat tarawih di masjid sekolah
(4) Tadarus
(5) Ceramah ramadhan
32 Suryono Sukanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: Rajawali Press, 1984, hlm. 355.
16
d) Kegiatan tahunan
(1) Peringatan isra’ mi’raj
(2) Peringatan nuzulul qur’an
Kegiatan-kegiatan tersebut di atas dikoordinasi oleh yang
dibimbing oleh guru agama dengan bimbingan wakil dan kepala
sekolah. Dalam pengertian yang menyeluruh, ibadah dalam Islam
merupakan jalan hidup yang sempurna, nilai hakiki ibadah terletak
pada keterpaduan antara tingkah laku, perbuatan dan pikiran, antara
tujuan dan alat serta teori dan aplikasi.33 Metode yang digunakan Islam
dalam mendidik jiwa adalah menjalin hubungan terus-menerus antara
jiwa itu dan Allah disetiap saat dalam segala aktivitas, dan pada setiap
kesempatan berfikir semua itu berpengaruh terhadap tingkah laku,
sikap dan gaya hidup individu. Itulah sistem ibadah, sistem berfikir,
sistem aktivitas semuanya berjalan seiring bersama dasar-dasar
pendidikan yang integral dan seimbang.
33 Arifin, Dasar-Dasar Pendidikan, Direktorat Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,
(Jakarta :1989, hlm. 81.
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini berupa penelitian lapangan dengan mengambil data
berupa wawancara dan didukung dengan menggunakan sumber tertulis atau
dokumen sebagai data penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
sejarah yang digunakan untuk mencari gambaran menyeluruh tentang kejadian
dan peristiwa masa lampau secara kronologis. Menurut kuntowijoyo, metode
penelitian sejarah terdiri dari empat tahap, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan
historiografi. 34
1. Heuristik
Heuristik berasal dari bahasa yunani heuristiken, yang artinya
memperoleh. Menurut G.J Ranier yang dikutip oleh Dudung Abdurrahman
dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Sejarah Islam dengan
menjelaskan bahwa heuristik adalah suatu seni atau teknik bukanlah suatu
ilmu. Oleh karena itu heuristik tidak memiliki syarat atau peraturan-peraturan
umum. Heuristik digambarkan sebagai suatu seni keterampilan dalam peneliti
menemukan, menangani, dan suatu sumber atau bibliografi, atau
mengklarifikasi sejarah dan meramu catatan-catatan. 35
Catatan-catatan tersebut peneliti didapatkan dalam melakukan observasi
awal terhadap permasalahan yang ingin dikaji, dan ini merupakkan teknik awal
yang peneliti gunakan untuk menempatkan data yang akurat berdasarkan
permasalahan yang akan diteliti.36 Observasi yaitu alat pengumpulan data yang
paling awal dalam setiap penelitian. Metode observasi menggunakan
pengindraan atau pengamatan secara langsung terhadap suatu objek seperti
34 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013), hlm. 64. 35Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, (Yogyakarta: Ombak
2011) hlm. 104. 36 Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (kualitatif dan kualitatif),
(Jakarta : Gaung Persada Press, 2009), hlm 223.
18
benda, kondisi, situasi, proses dan prilaku.37 Dengan observasi kita akan
memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial yang sukar
diperoleh dengan metode lain. Observasi merupakan data primer dalam
penelitian untuk mendapatkan data sejarah yang berkaitan penelitian di mana
peneneliti melakukan mengunjungi dan juga melihat langsung bukti fisik yang
ada di lokasi penelitian yang memiliki hubungan erat dengan kondisi sosial
keagamaan keturunan masyarakat Arab di Jambi Kota Seberang pada tahun
1945-2021 dan peran keturunan masyarakat Arab dalam Bidang Sosial
Keagamaan terhadap keturunan masyarakat di Jambi Kota Seberang pada
tahun 1945-2021.
Selain observasi peneliti juga mengumpulkan data dengan mencari
informasi melalui metode wawancara dengan berbagai informan yang telah
ditentukan berdasarkan indikator-indikator yang sesuai dengan objek
penelitian. Menurut Sugiono, wawancara merupakan pertemuan dua orang
untuk bertukar informasi dan ide dengan proses tanya jawab, sehingga dapat
dikontruksikan makna dalam suatu topik. 38 Metode ini merupakan suatu cara
dalam mengumpulkan data yang harus dilakukan untuk mendukung observasi.
Dengan wawancara diharapkan peneliti dapat memasuki pikiran dan perasaan
responden.
Untuk penentuan informan yang akan diwawancarai peneliti mengambil
dari beberapa masyarakat yang masih hidup pada saat proses transmigrasi
dilakukan Jambi Kota Seberang baik dari masyarakat pendatang maupun
masyarakat lokal. Metode wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah
metode wawancara tidak terstruktur, yang artinya wawancara dilakukan
dengan bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Pedoman wawancara yang digunakan berupa garis-garis besar permasalahan
37Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007), hlm.20. 38Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Memahami Penilaian Kualitatif, (Jakarta:
Gramedia, 2016 ), hlm. 72.
19
dan juga secara spesifik terkait kondisi sosial keagamaan keturunan masyarakat
Arab di Jambi Kota Seberang pada tahun 1945-2021 dan peran keturunan
masyarakat Arab dalam Bidang Sosial Keagamaan terhadap masyarakat di
Jambi Kota Seberang pada tahun 1945-2021.
Selain menggunakan teknik wawancara peneliti ini juga akan
menggunakan teknik dokumentasi, yang artinya dokumentasi adalah teknik
pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi
responden. Didalam sebuah pendukumentasi, sering dikenal dengan istilah
dokumen, foto, video/Film. Dokumen adalah catatan peistiwa yang sudah
beralalu, berupa bentuk tulisan, gambar, dan karya-karya dan monumental dari
seseorang.39
a. Sumber Primer
Menurut Lofland data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-
kata dan tindakan, selebihnya merupakan data tambahan seperti dokumen
dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi
kedalam kata-kata dan tindakan. Data primer yang telah dikumpulkan
kemudian diolah dan disajikan oleh peneliti dari sumber pertama dan utama.
Dalam sumber lisan, primernya adalah wawancara langsung dengan
pelaku atau saksi mata yang di dalam hal ini merupakan informan. Informan
adalah Narasumber yang dijadikan tempat bertanya, yang jauh lebih
mengetahui atau menguasai tentang permasalahan yang akan diteliti. Dalam
hal ini yang bisa dijadikan informan seperti masyarakat pendatang dan
lokal.
b. Sumber sekunder
Sumber sekunder adalah data pendukung yang dikumpulkan, diolah
dan disajikan dari beberapa buku bacaan yang memberikan komentar,
analisis kritik dan saran serta sejenisnya yang berkaitan dengan data primer.
Data sekunder yang dimaksud adalah data yang diperoleh dari buku, skripsi
39Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Memahami Penilaian Kualitati, hlm. 82.
20
yang telah ada dan memiliki kedekatan atau kesamaan dengan penelitian ini,
sehingga memperbanyak data agar terjadi kevalitan pada data tersebut.
2. Verifikasi (Kritik Sumber)
Kritik merupakan suatu proses ilmiah yang dapat dipertanggung
jawabkan agar terhindar dari manipulasi data. Sumber-sumber yang telah
didapatkan baik berupa benda, sumber tertulis maupun sumber lisan kemudian
diverifikasikan atau diuji kebenarannya dan ketetapannya. 40 setelah sumber
sejarah dalam berbagai kategorinya itu terkumpul, tahap berikutnya adalah
verifikasi untuk memperoleh ke absahan sumber dengan melakukan kritik
terhadap sumber yang diperoleh. Keabsahan tentang kebenaran sumber
(kredibilitas) yang ditelusuri melalui kritik ekstren dan kritik intern. Pada tahap
ini penulis membandingkan sumber yang satu dengan yang lain mencari data
yang tidak benar, apa yang mungkin dan apa yang meragukan atau mustahil
yang berkaitan dengan kondisi sosial keagamaan keturunan masyarakat Arab di
Jambi Kota Seberang pada tahun 1945-2021 dan peran keturunan masyarakat
Arab dalam Bidang Sosial Keagamaan terhadap masyarakat di Jambi Kota
Seberang pada tahun 1945-2021. Kritik sumber sejarah dapat dibedakan
menjadi dua yaitu kritik internal dan eksternal.
a. Kritik Internal
Kritik Internal dilakukan untuk menilai kalayakan atau kredibilitas
sumber. Kredibilitas sumber biasanya mengacu pada kamampuan sumber
untuk mengungkap kebenaran peristiwa sejarah.41 Hal tersebut mengacu
pada kebenaran sumber yang telah didapatkan, apakah isi dokumen itu
dipercaya, tidak manipulasi dan lainnya. Kritik Internal ditujukan untuk
memberikan pemahaman isi teks. Pemahaman isi teks diperlukan latar
belakang pikiran dan budaya penulisnya.
40M. Dien Madjid, Johan Wahyudhi, Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar, (Kota Bandung,
2014), hlm. 223. 41M. Dien Madjid, Johan Wahyudhi, Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar, (Kota Bandung,
2014),hlm. 224.
21
b. Kritik Eksternal
Kritik Eksternal yaitu usaha mendapatkan otentitas sumber dengan
melakukan penelitian fisik terhadap suatu sumber. Kritik Eksternal
mengarah pada pengujian terhadap aspek luar dari sumber. Otentitas
mengacu pada materi sumber yang menggambarkan kondisi saat itu.42
3. Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran sejarah juga disebut dengan analisis data.
Untuk menghasilkan cerita sejarah, fakta yang sudah dikumpulkan harus
interpretasikan. Interpretasi dilakukan dengan analisis. Analisis adalah salah
satu model membuat interpretasi.Menganalisis sama dengan menguraikan. 43
dari data yang bervariasi dapat dianalisis setelah ditarik secara induktif
sehingga dapat disimpulkan. Dari data-data yang telah di pilih dan di anggap
telah lulus dalam verifikasi data oleh penulis, kemudian penulis melakukan
analisis data dengan mencocokkan data yang ada di buku dengan laporan
penelitian atau jurnal yang berbicara tentang subjek penelitian maka penulis
dapat menyimpulkan dan menafsirkan hasil penelitian.
4. Historiografi
Metode terakhir merupakan historiografi. Historiografi adalah cara
penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah
dilakukan. 44penulisan hasil penelitian sejarah ini dapat memberikan gambaran
yang jelas mengenai proses penelitian sejak awal (perencanaan) sampai dengan
akhirnya (kesimpulan). Penulisan sejarah ini merupakan upaya peneliti dalam
melakukan rekonstruksi sumber-sumber yang telah ditemukan, diseleksi dan
dikritisi. Pada tahap ini, peneliti perlu memperhatikan beberapa kaidah
penulisan, seperti :
42Suharto, W. Pranato, Teori dan Metodologi Sejarah, (Yogyakarta, 2010), hlm. 36-37. 43Suharto, W. Pranato, Teori dan Metodologi Sejarah, hlm. 56. 44Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, hlm. 117.
22
a. Bahasa dan format penulisan yang digunakan harus baik dan benar
menurut tata bahasa.
b. Memperhatikan konsistensi, minsalnya penggunaan tanda baca,
pengunaan istilah, dan rujukan sumber.
c. Istilah dan kata-kata tertentu harus digunakan sesuai konteks
permasalahannya.
Setelah menentukan judul atau tema penelitian, kemudian
mengumpulkan sumber data (heuristik) serta melakukan kritik dan seleksi
(verifikasi), hingga penafsiran (interpretasi), maka peneliti mulai menuliskan
kisah sejarah. Secara umum, dalam metode sejarah, penulisan sejarah
(historiografi) merupakan fase atau langkah akhir dari beberapa fase yang
biasanya harus dilakukan oleh peneliti sejarah.45 Setelah melakukan penafsiran
terhadap data-data yang telah diperoleh, maka peneliti menyusunnya dalam
sebuah penulisan sejarah yang akan dijadikan sebagai karya ilmiah dengan
pembahasan terkait kondisi sosial keagamaan keturunan masyarakat Arab di
Jambi Kota Seberang pada tahun 1945-2021 dan peran keturunan masyarakat
Arab dalam Bidang Sosial Keagamaan terhadap masyarakat di Jambi Kota
Seberang pada tahun 1945-2021.
45M. Dien Madjid, Johan Wahyudhi, Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar, (Kota Bandung,
2014), hlm. 231.
23
BAB IV
TEMUAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Masyarakat Arab
1. Keberadaan Masyarakat Arab di Indonesia
Suku Arab-Indonesia adalah penduduk Indonesia yang memiliki
keturunan etnis Arab dan etnis pribumi Indonesia. Pada umumnya mereka
tinggal di perkampungan Arab yang tersebar di berbagai kota di Indonesia.
Pada zaman penjajahan Belanda, mereka dianggap sebagai bangsa Timur
Asing bersama dengan suku Tionghoa-Indonesia dan suku India-Indonesia.
Tetapi seperti kaum etnis Tionghoa dan India, tidaklah sedikit kaum Arab-
Indonesia yang berjuang membantu kemerdekaan Indonesia.46
Keberadaan Masyarakat Arab di Indonesia sudah berlangsung beratus-
ratus tahun. Ada yang memperkirakan sejak penyebaran agama Islam di
wilayah Nusantara dan Tanah Melayu. Keberadaan Masyarakat Arab tersebar
hampir semua kepulauan nusantara sejalan dengan proses penyebaran agama
Islam. Sebagian ahli berpendapat penyebaran Islam di Indonesia dilakukan
oleh para saudagar dari Gujarat sebuah wilayah di India- bukan oleh bangsa
Arab secara langsung. 47
Perbedaan pandangan tidak mengganggu proses penyebaran Islam dan
pembentukan "kolonie" (enclave) Masyarakat Arab di berbagai wilayah. Dalam
proses kehidupan Masyarakat Arab pendatang di wilayah Indonesia tidak
pernah dibedakan apakah pembawa agama Islam itu berasal dari Gujarat atau
Arab. Penyebaran "kolonie" Masyarakat Arab di seluruh wilayah Nusantara
menunjukkan bahwa proses integrasi dan asimilasi dengan penduduk setempat
berlangsung dalam proses alamiah. Di semua wilayah Nusantara keberadaan
sub-etnik Arab selalu menempel (embedded) dengan etnik setempat. Walaupun
disana-sini terlihat seakan-akan terjadi segregasi (adanya koloni "Kampung
46 Http://id.wikipedia.org/arab-indonesia diakses pada 03 September 2021. 47 Http://www.google.co.id, diakses pada 03 September 2021.
24
Arab") akan tetapi secara sosio-kultural sub-etnik Arab tetap mewujudkan diri
dalam tampilan budaya setempat.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor utama yang mempengaruhi latar
belakang kedatangan Masyarakat Arab di suatu wilayah tertentu. Pertama,
Motivasi migrasi adalah perdagangan dan penyebaran Agama Islam.
Menggabungkan perdagangan dengan penyebaran Agama menghasilkan proses
assimilasi yang unik. Kedua, dengan semangat keagamaan proses asimilasi
terjadi melalui perkawinan dengan cepat mereka datang penduduk setempat
yang berlangsung kemudian dalam jangka waktu yang panjang. Ketiga, hasil
kawin campur itu menyebabkan Masyarakat Arab Indonesia tidak bersifat
monolitik dalam kehidupan sosio- kulturalnya. Hal ini bisa dilihat dari berbagai
macam bahasa lokal yang digunakan oleh sub-etnik Arab di seluruh Indonesia.
Keempat, karena pengaruh penyebaran agama Islam sedemikian kuatnya dalam
praktek budaya suku-suku bangsa di Nusantara maka terjadilah percampuran
beberapa unsur budaya Arab-Islam dengan budaya lokal dalam setting sosio-
kultural etnik Indonesia. Konsekuensinya, budaya yang ditampilkan oleh etnik
Arab cenderung berwarna lokal.48
Masyarakat Arab yang ada di Kota Jambi berasal dari Hadramaut, India,
dan Persia. Mereka merupakan keturunan Arab yang bercampur dengan
pribumi. Hal ini terjadi karena sebagian besar Masyarakat Arab di kota Jambi
menikah dengan Raja Jambi sama hal seperti yang terjadi di Siak.49 Etnis Arab
yang ada di Kota Jambi yang sangat dikenal adalah keluarga Al Jufri, mereka
ini adalah golongan Said yang merupakan salah satu dari sembilan keluarga
terpandang di Hadramaut, karena mereka masih keturunan putri dan menantu
Nabi Muhammad SAW. Golongan Said ini dikenal berkarakter, bermoral
tinggi, tidak merokok, dan tidak menyandang senjata, sehingga di hormati
dimana-mana. Pada tahun 1812, Masyarakat Arab di Kota Jambi telah
memainkan peran terhadap otoritas Sultan, namun tidak diketahui apakah
keluarga Al Jufri sudah menetap di Jambi pada masa itu.
48 Http://www.google.co.id, diakses pada 03 September 2021. 49 Van den Berg, Orang Arab di Nusantara, (Jakarta: Latalaog Terbitan, 2010), hlm. 61.
25
Salah seorang Masyarakat Arab di Jambi yang sangat dikenal adalah Said
Idrus bin Hasan Al Jufri. Keluarga emigran Al-Jufri di Sumatera, datang dari
Hadramaut. Keluarga Al Jufri sangat terpandang, dimana pada tahun 1860-an
Said Idrus menjadi juru bicara kesultanan Jambi. Said Idrus walaupun
berpakaian Arab, penampilannya sama sekali tidak mencirikan orang Arab.50
Pada saat ini Said Idrus bin Hasan Al Jufri mendapat gelar Pangeran Wiro
Kesumo karena beliau menikah dengan putri Sultan Jambi yaitu Sultan
Nazarudin yang bernama Ratu Mas Maryam. PangeranWiro Kesumo tinggal di
Pecinan, kampung imigran di tepi sungai seberang benteng beliau tinggal di
rumah kayunya, dengan lantai atas yang lazim ditemukan di rumah-rumah
orang Arab, masih bisa dijumpai hari ini walaupun rusak parah. Aula yang luas
dan tangga kayu masih mengingatkan pada kemegahan pintu masuknya.
Kekuasaan Said Idrus berdasarkan pada kekerabatan, kekayaan, dan
pengetahuan. Dia berkerabat dengan suku Kraton dari banyak jalur karena
kakeknya, terlahir sebagai Arab totok di jazirah Arab, kemudian pindah ke
Hindia Timur bersama banyak rekan setanah airnya pada akhir abad kedelapan
belas. Said Idrus berdarah setengah Jambi, karena ayahnya mempersunting
seorang putri istana Jambi. Said Idrus sendiri bersaudara dengan Sultan Thaha,
lewat saudara ibu Thaha, Abdullah Bin Murrah. Thaha sendiri punya hubungan
erat dengan golongan Arab, karena ibu maupun istri pertamanya adalah
perempuan keturunan Arab.
Selain Sayid Idrus bin Hasan Al Jufri, Masyarakat Arab yang berperan
dalam pengembangan Islam di Jambi pada awal abad XX oleh Prof. Syekh
HMO Bafadhal. Beliau merupakan cucu dari Muhammad Syufi. Tempat
tinggal orang Arab khususnya yang berada di Kota Jambi berada di Jambi kota
Seberang, kawasan tersebut terletak di pinggiran Sungai Batanghari.
Letak Jambi yang strategis di jalur perdagangan menjadikan wilayah ini
di huni oleh beragam etnis yang berasal dari luar seperti Arab, India, dan Cina.
Mereka menetap dan hidup di tengah-tengah masyarakat pribumi, sehingga
terjadi pembauran diantara mereka. Namun, diantara etnis pendatang tersebut
50 Risiden Palembang kepada Gubernur Jenderal : 18 Juli 1879
26
yang menetap sudah berabad-abad lamanya itu yang memiliki peran besar
adalah Masyarakat Arab.
2. Asal Usul Masyarakat Arab di Jambi
Masyarakat Arab yang saat ini bemukim di Indonesia pada umumnya
berasal dari Hadramaut, hanya beberapa diantaranya yang berasal dari Maskat,
di Tepian Teluk Persia, dari Yaman, Hijaz, Mesir atau dari pantai Timur
Afrika. Sebagian kecil orang Arab yang bukan berasal dari Hadramaut
tersebut jarang ada yang menetap tetapi mereka segera berbaur dengan orang
Arab dari Hadramaut. Dimana sebagian besar dari mereka adalah pengembara.
Pada abad pertengahan telah terjalin hubungan dagang yang cukup erat antara
Arab Selatan, khususnya Maskat, Teluk Persia, dan Indonesia. Mereka telah
memperkenalkan Islam ke Kerajaan yang ada di Indonesia seperti Aceh dan
Palembang, sementara di Pulau Jawa penyebaran dimulai pada abad 18 M, dan
sedikit ditemukan jejak-jejak peninggalannya seperti pendirian koloni- koloni
(perkampungan) arab.51Berdasarkan statistik yang diperoleh di Pulau Jawa
terdapat enam koloni (kampung) besar Arab yaitu, di Batavia, Cirebon, Tegal,
Pekalongan, Semarang dan Surabaya dan di Madura di Sumenep, di Ambon,
Banda, Makasar, Ternate, juga terdapat koloni (kampung) Arab yang masih
bersatu dengan kelompok orang asing yang beragama Islam.
Sementara di Sumatera terdapat koloni Arab yang besar yaitu di Aceh
dan Palembang. Sedangkan Masyarakat Arab di Jambi baik yang berada di
kota Jambi maupun daerah luar kota Jambi atau huluan Jambi, mereka juga
sebagian besar berasal dari Hadramaut. Berdasarkan penelitian yang pernah
dilakukan oleh Panitia Pengumpulan dan Penelitian bahan-bahan sejarah
daerah Jambi beserta Tim Penelitian IAIN STS, menyatakan bahwa orang
yang mengenalkan Islam di Jambi adalah Ahmad Salim yang bergelar Datuk
Paduka Berhala pada abad XIV, beliau berasal dari Turki tetapi, ada pula yang
berpendapat beliau berasal dari Hadramaut.
Masyarakat Arab yang ada di Kota Jambi di kenal dengan sebutan Arab
Melayu (Habib), karena merupakan keturunan Arab yang bercampur dengan
51 Van den Berg, Orang Arab di Nusantara, ( Jakarta: Latalaog Terbitan, 2010 ), hlm. 61.
27
pribumi melayu melalui pernikahan. Namun, sampai saat ini belum bisa
dipastikan kapan Masyarakat Arab datang ke Jambi, ada yang mengatakan
bersamaan dengan masuknya Islam di Jambi yaitu sekitar abad ke-14 M, di
sumber lain menyatakan bahwa Masyarakat Arab datang ke Jambi pada 1035
H dan 1088 H atau sekitar abad ke 16 M yang datang secara berkelompok di
bawah pimpinan Habib Husin Baragbah dan Muhammad Syufi Bafadhal.
Terlepas dari itu semua kedatangan Masyarakat Arab di Kota Jambi
mendapatkan sambutan dari rakyat dan Sultan Jambi pada masanya, mereka
dijadikan menteri agama dan ada pula yang dijadikan juru tulis-tulisan arab.
Masyarakat Arab Kota Jambi berasal dari suku Baraqbah, Al Jufri,
Bafadhal, Al Idrus, Al Habsyi, Al Kap, Al Haddad Joban, Basyiir dan Atik.
Mereka adalah suku-suku yang berasal dari Hadramaut. Pada umumnya masih
kuat mempertahankan nilai-nilai etnisnya seperti menikah hanya dalam
lingkungan suku mereka saja. Mereka terdiri dari beberapa suku, yang terbagi
dalam dua kelompok yaitu kelompok Sayyid dan kelompok non Sayyid,
khusus bagi wanita dari kelompok Sayyid disebut Syariffah. Kelompok Sayyid
merasa lebih tinggi kedudukannya didalam masyarakat Arab dibanding non
Sayyid begitu pula dengan pribumi. Sampai saat ini, di Kota Jambi kelompok
Sayyid yang masih ada yaitu keturunan Habib Husin Baragbah. Sedangkan
dari suku non Sayyid adalah suku Bafadhal yaitu Muhammad Sufi Bafadhal.
Syufi Bafadhal yaitu orang yang diperkirakan datang tidak lama setelah
kedatangan Habib Husin Baragbah.52
Masyarakat Arab banyak tersebar di Kota Jambi terutama di daerah
Seberang Kota Jambi (Sekoja), karena merupakan tempat dimana Islam
pertama kali masuk ke Jambi dan tempat aktivitas perdagangan pada masa itu.
Tempat tinggal Masyarakat Arab di Kota Jambi lebih dikenal dengan nama
Kampung Arab Melayu di kampung ini tidak hanya tinggal etnis keturunan
Arab tetapi bercampur dengan etnis Melayu. Masyarakat Arab merupakan
penduduk asli kampung tersebut sedangkan Etnis Melayu merupakan orang
pendatang. Masyarakat Arab di kampung Arab Melayu ini hidup
52 Van den Berg, Orang Arab di Nusantara, ( Jakarta: Latalaog Terbitan, 2010 ), hlm. 61.
28
berdampingan dan berbaur sehingga sulit untuk membedakan etnis keturunan
Arab dengan masyarakat Melayu.
3. Masyarakat Arab Melayu Dalam Pengembangan Islam di Kota Jambi
Pembahasan mengenai peran Masyarakat Arab di Kota Jambi ini tidak
melihat dari keluarga atau suku-suku Arab mana yang paling berperan, karena
terdapat suku-suku Arab yang tinggal di Kota Jambi yang semuanya dikenal
dengan sebutan Masyarakat Arab. Jadi, untuk menghindari kesalahan yang
mungkin akan terjadi, maka segala sesuatu bentuk peran suku-suku
Arab tersebut akan digunakan sebutan Masyarakat Arab. Prof Syekh HMO
Bafadhal bin Umar Bafadhal, pada tahun 1937 beliau diminta untuk menjadi
guru di Madrasah Al- Khairiyah, dan selain menjadi guru beliau juga diangkat
menjadi mudir (wakil) madrasah. Ketika berusia 21 tahun beliau menikah
dengan Siti Su’ad, dari pernikahannya dikaruniai anak sebanyak 14 orang.
Beliau memulai karir dalam bidang pendidikan yaitu menjadi guru di
Madrasah Nurul Iman selama kurang lebih satu tahun. Kemudian di awal
tahun 1937 beliau diminta mengajar di Madrasah Al-Jauharain dan sekaligus
menjadi wakil Mudir. Pada tahun 1946 merupakan masa akhir beliau mengajar
di Madrasah Al Jauharain karena diangkat menjadi Kepala Kantor Agama
Daerah Jambi. Pada tahun 1955, beliau kemudian diangkat menjadi Kepala
Kantor Urusan Agama Propinsi Sumatera Tengah.
Awal dari perjuangan beliau dalam pendidikan Islam adalah ketika
musyawarah Majelis Syura Wal Fatwa di Bukit Tinggi, yang dihadiri oleh
kepala- kepala Kantor Urusan Agama, kepenghuluan dan Alim Ulama seluruh
Sumatera Tengah. Hasil Musyawarah Majelis Syura Wal-Fatwa di Bukit
Tinggi itu ialah bahwa pada setiap daerah kabupaten di Sumatera harus
didirikan Perguruan Tinggi Islam. Sebagai realisasi dari keputusan tersebut,
maka di Jambi diadakan Kongres Alim Ulama se-propinsi Jambi pada tanggal
5-8 Desember 1957, hasil dari kongres itu ialah memutuskan pembentukan
Majelis Ulama, dan pencetusan untuk mendirikan Yayasan Pendidikan Islam
Propinsi Jambi.
29
Setelah berdirinya empat madrasah tersebut datanglah ulama dari
Mekkah turut hadir serta mengajar pada empat madrasah tersebut, diantaranya
adalah Syekh Hasan Yamani, ayah dari Zaki Yamani yang merupakan mantan
menteri perminyakan Saudi Arabia. Pengurus madrasah- madrasah tersebut
yaitu:
1. H.Abdus Somad bin H.Ibrahim Hof (Penghulu Jambi)
2. Ibrahim bin Abdul Madjid (Kampung Tengah Jambi)
3. Ahmad bin Abd. Syukur (Kampung Tahtul Yaman Jambi)
4. Kemas.H Muhammad Soleh bin Kemas H. Yasin (Tanjung Pasir)
5. Usman H. Ali (Kampung Tanjung Johor Jambi)
6. Sayyid Alwi bin Muhammad Soleh bin Syahab (Tanjung Pinang)
Tokoh agama atau ulama yang didatangkan dari luar Jambi selain
menjadi ulama mereka juga menjadi ustadz atau guru di 4 Madrasah
tersebut (Nurul Iman, Nurul Islam, Sa’adatu daren, Al-Jauharain) mereka
adalah:
1. Syekh Usman (Serawak 1919)
2. Syekh Said Yamani, mufti Ak-Syafi’ah (Mekkah 1924)
3. Syech Modh. Ali Maliki, Mufti Al- Makkiah (Mekkah 1925-1926)
4. Syech Saleh Yamani (Mekkah 1930)
5. Syech Hasan Yamani (Mekkah 1930)
6. Syech Moh Al Ahdali (Mekkah 1930)
7. Syech Arif Ak-Syami (Syam)
8. Mahmud Al-Buchari (Mekkah 1925- 1927).
Peran lainnya dari para Masyarakat Arab di Kota Jambi ini selain
dalam dunia pendidikan yaitu dalam menyebarkan agama Islam ke
masyarakat dengan cara dakwah. Menurut istilah da’wah adalah
mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada pikiran yang benar
sesuai dengan perintah Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan
mereka didunia dan akhirat. Usaha Da’wah yang dilakukan oleh orang-
orang Arab di Jambi dilakukan sejak masa Ahkmad Salim yaitu da’wah
yang dilakukan oleh Masyarakat Arab yang terpusat di Mesjid dan
30
langgar- langgar, bagaimana cara mereka berda’wah tidak diketahui
secara pasti.
Setelah kedatangan Datuk Tambak disekitar tahun 1034 H dan
Muhammad Syufi Bafadhal 1038 H, kedua orang ulama ini giat
melakukan usaha Da’wah yang dipusatkan di Masjid (Olak kemang
sekarang) Seberang kota Jambi sedangkan untuk di kota Da’wah
dipusatkan di Masjid Magatsari (Masjid Raya sekarang) dan langgar Pulo
Sungai Asam sekarang, dilakukan secara teratur pada malam-malam
tertentu dan dilakukan 2 kali dalam satu minggu. Usaha Da’wah yang
dilakukan selain berbentuk pengajian dilakukan pula dengan media seni
yaitu melalui seniman dan juga ulama keturunan Arab Syekh Umar
Bafadhal pada sekitar tahun 1900 an, diantaranya dengan
qasidah,berjanzi,di’ba. Melalui seni suara ini beliau menjalankan Da’wah
Islam dan menanamkan kefanatikan beragama di masyarakat.
Selain itu ada pula Syekh Alwi bin Syihab, seorang pedagang
Islam yang menjalankan misi da’wahnya dengan perdagangan semua
relasi dagangnya dipengaruhinya dan ditanamkan aqidah Islam, dengan
pribadi muslim yang simpatik sehingga dapat menarik semua relasi
dagangnya untuk memeluk agama Islam dengan Ta’at. Untuk modal
berdagangnya beliau dibantu oleh seorang dermawan Arab yang bernama
Syekh Abdur Rahman Bafadhal yang merupakan seorang pedagang yang
banyak memberikan bantuan material untuk menunjang usaha Da’wah di
Jambi. Seperti membeli sebuah rumah di Kampung Pulo Sungai Asam
sekarang untuk dijadikan Langgar sebagai pusat Da’wah atau pengajian
Islam.
Pada awal tahun 1900 terdapat nama- nama Pangeran Wiro
Kesumo, Sayyid Husin bin Abu Bakar dari Kampung Arab Melayu,
Syekh Hasan Bafadhal sebagai Imam besar Masjid Megatsari, Guru
Sayyid Jangcik Al Jufri dari kampung Arab Melayu, Muhammad Khatib
Bafadhal, Syekh SA. Rahman dari kampung Arab Melayu, dan S.A
kampung Tanjung Pinang, Habib Abdullah, H.M.Salim Bafadhal dari
31
kampung Manggis, Habib Husein Alkap, Sagap Alkap, dan Abdullah Al
haddad, beliau adalah tokoh ulama yang banyak bergerak di bidang
Da’wah Islam di kota dan Seberang kota Jambi, bahkan beliau sampai ke
huluan Jambi melakukan Da’wahnya untuk menyampaikan ajaran Islam
tanpa pamrih.
Secara geografis Provinsi Jambi terletak pada 0o45’-2o45’ Lintang
Selatan dan 101o10’-104o55’ Bujur Timur di bagian tengah Pulau
Sumatera, sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau, Sebelah Timur
dengan Laut Cina Selatan Provinsi Kepulauan Riau, sebelah Selatan
berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah Barat
berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat. Posisi Provinsi Jambi cukup
strategis karena langsung berhadapan dengan kawasan pertumbuhan
ekonomi yaitu IMS-GT (Indonesia, Malaysia, Singapura Growth
Triangle). Luas wilayah Provinsi Jambi sesuai dengan Undang-undang
Nomor 19 tahun 1957, tentang Pembentukan Daerah- Daerah Swatantra
Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau, yang kemudian ditetapkan
menjadi Undang-Undang Nomor 61 tahun 1958 (Lembaran Negara Tahun
1958 Nomor 112) adalah seluas 53.435,72 km2 dengan luas daratan
50.160,05 km2 dan luas perairan 3.274,95 Km2 Provinsi Jambi memiliki
luas wilayah 50.058,16 km2 dengan jumlah penduduk 3.406.178 jiwa,
memiliki banyak suku yang mendiaminya, di antaranya adalah suku
Kerinci, suku Kubu, suku Batin, suku Melayu, dan beberapa suku
minoritas lainnya. Suku-suku tersebut menyebar di 9 kabupaten, 2 kota,
138 kecamatan, 163 kelurahan, dan 1.398 desa, yang umumnya mendiami
di wilayah pinggiran sungai Batang Hari sebagai pusat perekonomian dari
masa lalu hingga masa sekarang.53Wilayah Jambi berada pada cekungan
sungai yang memiliki banyak anak sungai, Batang Hari merupakan sungai
terpanjang di Sumatra, yang memiliki mata air di Bukit Barisan dan
berkelok-kelok sepanjang 800 kilometer. Sungai Batanghari menjadi
53 Perdemdagri No 39 Tahun 2015
32
tulang punggung bagi masyarakat yang tinggal pada kawasan pinggiran
sungai. Anak sungai Batanghari antara lain Sungai Tembesi, Sungai
Merangin, Sungai Asai, Sungai Tabir, Sungai Bungo, Sungai Tebo dan
Sungai Jujuhan.Tidak kalah penting fungsinya dari anak sungai yang telah
disebutkan, terdapat cekungan tangkapan air sendiri di Tungkal yang
berbatasan dengan Indragiri. Sungai tersebut merupakan urat nadi yang
menghubungkan antar wilayah dan dusun- dusun. Letak ibu kota
Kesultanan yang bernama Jambi tidak jauh dari tepi sungai dan kawasan
ini berada 90 kilometer dari muara sungai Batang Hari. Posisi Jambi yang
terletak tidak jauh dari garis Khatulistiwa, menciptakan pemisah yang
cukup jelas antara musim Timur dan musim Barat.
Daerah Sungai Batanghari memiliki sejarah yang cukup panjang.
Sebelum abad ke 19 M, sungai menjadi sarana transportasi yang penting
dan ke daerah pendalaman. Pengangkutan barang dan manusia dilakukan
melalui jalur sungai, hal ini terbukti dari beberapa situs arkeologi yang
menunjukkan adanya pemusatan pemukiman kuno di beberapa tempat di
pinggir sungai Batanghari.
Keberadaan sungai Batanghari yang memiliki fungsi yang sangat
penting bagi penyaluran komoditas lokal dan juga sebagai jalur
transportasi yang menghubungkan setiap wilayah yang ada di
Jambi.Sehingga hubungan antara wilayah pendalaman dan pesisir dapat
terlihat melalui perdagangan yang terjadi di sepanjang kawasan sungai
Batanghari. 54
Sungai Batanghari merupakan jalur pelayaran dan perdagangan
yang strategis pada masa lampau apalagi pada masa jayanya kerajaan
Sriwijaya. Sungai Bataghari merupakan transportasi yang sangat
dihandalkan untuk melakukan pelayaran serta perdagangan baik secara
Nasional maupun secara Internasional pada kala itu. Tidak hanya bidang
54 Budihardjo. Perkembangan Ekonomi Masyarakat Daerah Jambi; studi pada masa
kolonial. Yogyakarta: Philosophy Press. 2001.hlm.1.
33
ekonomi, sosial, budaya, bahkan agama. Sungai Batanghari memiliki
manfaat besar bagi masyarakat di sekitar sungai Batanghari, ini merupakan
beberapa yang menenjadi bukti peradaban masyarakat Jambi. Sungai
Batanghari merupakan sumber penghidupan yang sangat berperan sekali
bagi masyarakatnya yang tinggal disepanjang daerah aliran sungai
tersebut. Sungai Batanghari bermuara di Tanjung Jabung Timur dan
langsung bertemu dengan Selat Malaka, Selat Berhala dan Laut Natuna.
Ini merupakan jalur pelayaran yang sangat berperan penting pada masa
awal masuknya agama Islam di Jambi, karena menghubungkan semua
pelayaran dan perdagangan yang ada di Asia. Pada masa itu juga
merupakan pusat pelayaran dan perdagangan Internasional yang sangat
besar dan berperan penting dalam menghubungkan Asia Timur-Asia
Tenggara-Asia Barat yang berpusat di Selat Malaka.
Gambar 1. Jalur Perdagangan Asia Tenggara Abad ke XIII (Sumber :
Wikimedia.org)
Jambi merupakan wilayah yang terkenal dalam literatur kuno, namun
tidak banyak yang mengetahui mengenai peran sungai Batanghari dalam
penyebaran agama Islam. Nama negeri ini sering disebut-sebut dalam
prasasti- prasasti dan juga berita-berita Tiongkok. Selain itu Jambi
merupakan bagian penting dalam penyebaran agama Islam. Adanya Islam di
Jambi karena kedatangan kapal dari kesultanan Turki untuk penyebaran
agama Islam di jambi, rombongan tersebut di pimpin oleh Ahmad Ilyas atau
Ahmad Barus. Mereka datang ke Jambi karena kapal rombongannya
terdampar di Pulo Berhalo. Ahmad Ilyas menghancurkan patung-patung
34
berhala sembahan di pulau berhala sehingga Ahmad Ilyas dijuluki sebagai
Datuk Paduko Berhalo. Keberhasilan Datuk Paduko Berhalo anak-anaknya
dalam mengislamisasikan masyarakat Jambi bukan berarti menyebabkan
masyarakat Jambi menjalankan kehidupan Islam sepenuhnya. Namun dalam
proses penerapannya masih belum sesuai dengan ajaran Islam dikarenakan
mereka belum dapat membedakan mana yang halal dan mana yang haram,
sebab pada masa itu mereka masih dalam proses transisi dari ajaran Hindu
Budha. Setelah Datuk Paduko Berhalo, munculnya tokoh Datuk Sintai
sebagai penyebar agama Islam di Jambi meneruskan proses islamisasi. Datuk
sintai memiliki seorang putri bernama Nyai Resik, beliau merupakan
keturunan China. Selang waktu berlalu karena Jambi merupakan jalur
perdagangan, singgahlah seorang kebangsaan Arab bernama Al-Habbib
Husin Al Baraqbah Bin Ahmad Baraqbah, beliau datang bukan hanya
sebagai seorang pedagang melainkan juga menyebarkan ajaran Islam.
Al-Habib Husin Al Baraqbah menikahi Nyai Resik untuk
mempermudah proses islamisasi di Jambi yang pada saat itu memang
masyarakat Jambi telah memeluk agama Islam tapi kehidupannya belum
terlepas dalam ajaran Hindu Budha, disinilah misi Al- Habib Husin Al
Baraqbah untuk menyempurnakan ajaran Islam yang ada di Jambi, setelah 20
tahun menetap di Jambi Al-Habib Husin Al Baraqbah memiliki banyak
anak, kemudian anak ke-3 beliau yang bernama Khosyim Bin Husein dialah
yang meneruskan perjuangan ayahnya dalam menyempurnakan ajaran Islam
yang berada di Jambi.
Berbagai kisah dan Teori mengenai masuknya Islam di Jambi
mendorong penulis untuk mengkaji melalui studi pustaka, mengenai Islam
dan Sejarahnya pada masyarakat Jambi, terutama masyarakat Jambi
Seberang yang tinggal di daerah aliran sungai Batanghari, sekaligus tempat
ditemukannya peninggalan-peninggalan bersejarah dari para pedagang Islam
Nusantara yang pernah berlayar dan berdagang yang melalui sungai
Batanghari.
35
B. Kondisi Sosial Keagamaan keturunan masyarakat Arab di Jambi Kota
Seberang pada tahun 1945-2021
1. Kondisi Tahun 1945
Sejak Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dikumandangkan
keseluruh dunia pada 17 agustus 1945 secara Defacto dan Dejure Indonesia
telah bebas dari penjajahan bangsa asing.55 Namun, ternyata perjuangan
bangsa Indonesia belum selesai, masih banyak tantangan yang harus
dihadapi oleh rakyat Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Indonesia itu
dikumandangkan ke seluruh Nusantara dan dunia Internasional melalui
pemancar radio bergelombang pendek kepunyaan Domei, kantor berita
Jepang, oleh staf berkebangsaan Indonesia termasuk Adam Malik.
Kepastian kabar Proklamasi baru diterima saat tiga tokoh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) utusan Sumatera kembali dari Jakarta via
pesawat pada 24 Agustus 1945 yakni Teuku Mohammad Hasan dan M.
Amir dari Medan, Kemudian yang dikirim menuju Sumatera Selatan dan
Lampung yaitu Mr. A. Abbas membawa berita resmi tentang proklamasi
kemerdekaan Indonesia.
Pada tahun 1943, oleh Panglima tertinggi Tentara ke 25 dibentuk
pemerintahan sipil di Pulau Sumatera, yang membagi pulau Sumatera ke
dalam Karesidenan yaitu, Sumatera Timur, Sumatera Barat, Riau, Jambi,
Bengkulu, Lampung, Palembang, dan Bangka Belitong. Jambi menerima
berita Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945,
setelah Dr. A.K. Gani menyampaikan berita Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia tersebut melalui telepon kepada R.Sudarsono, pimpinan buruh di
pertambangan minyak Jambi.56
55 M. Nur,dkk, kajian sejarah dan nilai tradisional Padang proyek pengkajian dan
pemanfaatan sejarah dan tradisi Padang, 2003), hlm. 1. 56 Asmiyatun.”Perjuangan Rakyat Magelang dalam Mempertahankan Kemerdekaan
Tahun 1947- 1949”.Skripsi.(Semarang : Jurusan Sejarah FIS UNNES, 2005), hlm. 2.
36
Berita tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia segera tersebar di
daerah Jambi, setelah Abdullah Kartawirana seorang tokoh pergerakan
Jambi yang bekerja sebagai pejabat penting pada jawatan penerangan
Jepang pada tanggal 20 agustus 1945 menghubungkan tokoh-tokoh politik
dan pemuda di Jambi dan menyampaikan berita mengenai Proklamasi
kemerdekaan Indonesia tersebut.
Suatu wilayah tentunya selalu mengalami dinamika dan
perkembangan dengan adanya berbagai peristiwa penting termasuk revolusi.
Salah satu momen penting yang menyebabkan revolusi yaitu kolonialisme
Belanda yang mendapatkan perlawanan dari penduduk setempat yang
berusaha untuk memperjuangkan kemerdekaan. Revolusi tersebut telah
membuahkan hasil yaitu kemerdekaan wilayah bekas jajahan Hindu
Belanda menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peran dari tokoh
Islam di Sebrang Kota Jambi menjadi gardu terdepan dalam perjuangan
kemerdekaan Indonesia.
Pada masa aksi militer Belanda pertama di daerah Jambi boleh
dikatakan tidak terjadi kontak bersenjata secara frontal dengan pihak
Belanda. Insiden bersenjata pada masa aksi Militer Belanda pertama ini
sering terjadi di daerah Bayulincir yaitu perbatasan daerah Jambi dan
Palembang, sedangkan pada masa aksi Militer Belanda II daerah Jambi
mengalami secara frontal serangan Militer Belanda.57 Sehingga terjadilah
kontak bersenjata secara frontal dengan pihak Belanda, hampir di seluruh
daerah Jambi.
2. Kondisi Tahun 1946
Dalam masa perjuangan untuk merebut dan mempertahankan
kemerdekaan Republik Indonesia khususnya yang terjadi di Jambi pada
periode 1946-1949 yang dilandasi oleh jiwa rela berkorban, heroisme dan
patriotisme. Laskar rakyat atau badan pertahanan mengalami banyak
perkembangan, seperti Tentara Keamanan Rakyat, kemudian Tentara
57 Amrin Imran, dkk. “ Perjuangan Lokal Sumatera Barat Perjuangan Rakyat dan TNI di
Cupak Kabupaten Solok 1945-1949”.Jakarta : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Padang,
2003, hlm . 2.
37
Republik Indonesia yang dibentuk berubah nama menjadi Tentara Nasional
Indonesia pada tanggal 3 juli 1946.
3. Kondisi Tahun 1947
Pada saat Belanda melancarkan agresi militer yang pertama yaitu 27
juli 1947, Belanda tidak melakukan serangan langsung terhadap daerah
Jambi, tetapi Belanda lebih mengutamakan blockade ekonomi yang mana
kapal-kapal perang Belanda sering mengadakan pencegahan terhadap lalu
lintas perdagangan Jambi-Singapura. Hal ini terjadi karena daerah Jambi
pada saat itu bukan merupakan daerah yang penting, yang menjadi target
serangan tentara Belanda dalam agresi militer yang pertama untuk daerah
Sumatera.
4. Kondisi Tahun 1948
Pada agresi militer Belanda kedua, Jambi benar-benar telah menjadi
daerah pertempuran, karena Belanda sudah mulai masuk ke daerah Jambi
dan Belanda sudah mulai melancarkan serangan besar-besaran terhadap
daerah Jambi, hal ini terjadi karena pada agresi militer yang kedua ini
Belanda berusaha menguasai seluruh Wilayah. Serangan Belanda terhadap
daerah Jambi terjadi pada tanggal 29 Desember 1948, setelah sehari
sebelum tepatnya pada tanggal 28 Desember 1948 pesawat- pesawat tempur
Belanda terbang di atas Kota Jambi dan menjatuhkan pamflet-pamflet yang
berisi provokasi dan hasutan untuk memecah belah persatuan, agar dapat
menguasai daerah Jambi dengan mudah.
5. Kondisi Tahun 1949
Kondisi keturunan masyarakat arab di seberang Kota Jambi saat itu
tidak mempercayai adanya pamflet yang menghasut masyarakat Jambi.
Sebagaimana dapat dilihat bersama Habib Haris Al kaff salah satu
keturunan masyarakat arab, sebagai berikut:
Kata orangtua kami, kita melakukan pertemuan demi manyatukan
suara demi kebersamaan masyarakat arab, kita melakukan mediasi
dengan berbagai tokoh agama dan juga tokoh pemerintah, kami juga
menfasilitasi tempat untuk melakukan perundingan secara sumbunyi-
38
sembunyi. Kondisi saat awal kemerdekaan kami tidak mempercayaai
adanya hasutan dan juga isu-isu yang seolah memecah persatuan
kami, kami tetap berusaha mencapai kemerdekaan. Saat itu usia datuk
masih 17 tahun, jadi kami warga Arab Melayu tetap menjalankan
rutinitas seperti biasa di rumah masing-masing, dan terkadang
mengadakan perkumpulan untuk membantu mendukung kemerdekaan
di Indonesia. 58
Hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa hasutan yang diiringi
dengan pengeboman yang dilancarkan oleh Belanda menyebabkan sebagian
masyarakat Arab Melayu berpindah tempat guna menghindari serangan
Belanda, perpindahan tersebut masih di dalam Kota Jambi dan juga ke
daerah Kumpe.
6. Kondisi Tahun 1950
Dalam penyerangan itu, Belanda mengarahkan kurang lebih 40
pesawat udara yang terdiri dari pesawat pemburu, pesawat pembom B-25,
dan pesawat pengangkut nahkoda, secara serentak mereka menyerang Kota
Jambi, untuk menguasai Kota Jambi, Belanda melakukan penyerangan dari
tiga tempat yaitu : Pal Merah, Simpang Jelutung Langsung ke Kota Jambi,
dan dari kenali Asam sampai di Simpang Kawat di pecah dua, satu ke Lebak
Bandung dan ke Simpang Pulai dan yang lain ke Simpang Tiga Sipin,
menghadapi serangan Belanda itu daerah Jambi aktif melakukan
perlawanan.
7. Kondisi Tahun 1951-1956
Sebagai akibat-akibat dari taktik perang gerilya yang diterapkan oleh
TNI di Jambi, maka menjadikan masa peperangan menjadi panjang dan
mengakibatkan Belanda menambah perbekalan perang. Maka ada beberapa
hal yang melatarbelakangi dan patut digaris bawahi dan dibanggakan selama
berlangsungnya perjuangan TNI dan juga masyarakat Jambi dalam
58 Wawancara bersama Habib Haris Al kaff keturunan masyarakat Arab, pada 26 Juli
2021.
39
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Jambi yang juga
tidak kalah pentingnya jika dibandingkan dengan Perjuangan TNI yang
terjadi di daerah-daerah lain.
8. Kondisi Tahun 1957
Pada tanggal 9 Agustus 1957 ditanda tangani Undang-Undang Darurat
No. 19 Tahun 1957 oleh Presiden RI di Denpasar Bali, tentang
pembentukan Daerah Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau, sekarang
Undang-undang tersebut menjadi Undang-undang No. 61/ 1958. Dengan
adanya Undang-undang No. 61/ 1958 maka Provinsi Jambi telah menjadi
Provinsi Defenitip, dan berdasarkan peraturan Daerah Provinsi Daerah TK. I
Jambi No. 1 Tahun 1970 tanggal 17 Januari 1970 ditetapkan bahwa tanggal
6 Januari 1957 sebagai hari jadi Provinsi Jambi.
Sistem pemerintahan di Provinsi Jambi sebelum masuknya pengaruh
Kolonial Belanda merupakan daerah Kesultanan Jambi yang dipimpin oleh
seorang Sultan yang dibantu oleh pangeran. Perkembangan dan
pertumbuhan perekonomian Jambi mempunyai sejarah yang panjang dan
dimulai sejak dikenalnya Jambi sebagai penghasil lada pada tahun 1545
dengan banyaknya pedagang dari portugis untuk melakukan transaksi
perdagangan lada. Di antara tahun 1500 sampai dengan tahun 1630, Jambi
menjadi pelabuhan pengekspor lada nomor dua setelah Aceh di Sumatra,
dimana pada tahun 1616 terdapat tiga junk Cina yang mengangkut 11.000
karung lada meskipun bukan musim panen.59 Pada masa ini transaksi
perdagangan di pelabuhan Jambi tidak hanya dilakukan oleh pedagang Cina
saja tetapi juga dilakukan oleh pedagang-pedagang dari eropa seperti Inggris
dan Belanda, selain itu juga transaksi perdagangan di Jambi juga terjalin
dengan daerah Indonesia lainnya seperti pedagang Jawa, Siam dan
Makassar. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara bersama Habib
Husman selaku keturunan masyarakat Arab, sebagai berikut:
59 Budihardjo. Perkembangan Ekonomi Masyarakat Daerah Jambi; studi pada masa
kolonial. Yogyakarta: Philosophy Press. 2001.hlm.1.
40
Saat pembentukan provinsi jambi, kita terus melakukan pertumbuhan
ekonomi dengan melakukan perdagangan rempah dan juga hasil
tanam. Sistem perdagangan yang kita lakukan sampai saat ini
memberikan dampak baik perekonomomian, namun yang terjadi saat
ini ada sebagian yang tidak lagi melestarikan pertumbuhan eknomi
dengan berdagang, melainkan menjadi buruh tani dan juga menjadi
pengrajin prabotan atau mebel.60
Dari penjelasan di atas dapat dicermati bahwa keturunan masyarakat
Arab Melayu Jambi kerapkali melakukan perdagangan yang terus ditekuni
dan telah dilakukan turun-temurun. Masyarakat Arab Melayu dalam
memperbaiki ekonomi, mereka melakukan jual beli rempah-rempah yang
kemudian di ekspor kemancanegara.
9. Kondisi Tahun 1958
Kehidupan sosial keturunan masyarakat Arab Kota Jambi jika dilihat
dari segi sosial budayanya berpedoman kepada pepatah adat bersandi
syarak, syarak bersandi kitabullah. Keturunan masyarakat Arab adalah
masyarakat yang berbeda, banyak suku bangsa yang berbeda namun mereka
tetap berpedoman kepada pepatah adat dimana bumi dipijak disitu langit
dijunjung yang membuat mereka menjadi satu kesatuan. Dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat Jambi terkenal dengan kerja bakti atau yang disebut
dalam pepatah, berat samo dipikul ringan samo di jinjing.
10. Kondisi Tahun 1959
Segala pekerjaan yang dikerjakan bersama atau hal-hal yang
menyangkut kepentingan bersama selalu dimusyawarahkan terlebih dahulu
dan dimufakatkan sebagaimana diutarakan dalam pepatah bulat air
dipembuluh bulat kato dimufakat, kalau bulatlah boleh digolekkan kalau
pipihlah boleh dilayangkan. Bapak Darwis selaku staf di Kecamatan
Pelayangan juga menambahkan sebagai berikut:
60 Wawancara bersama Habib Husman, selaku keturunan masyarakat Arab, pada 24
Maret 2021.
41
Perkembangan sosial yang dilakukan masyarakat Arab tentu
semuanya berdasarkan nilai-nilai budaya dan juga adat setempat. Kita
harus menggabungkan nilai-nilai budaya dengan keislaman, karena
budaya adalah kebiasaan yang tidak boleh keluar dari ajaran Islam,
sehingga adat harus berpatokan pada agama Islam. 61
Hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa dalam kehidupan
masyarakat yang berbagai macam suku dan budaya, kehidupan masyarakat
diwarnai oleh sikap, perilaku, dan pandangan dalam keagamaan.
11. Kondisi Tahun 1960
Agama sangat berpengaruh terhadap masyarakat tentang bagaimana
kita hidup dan bertetangga dengan rukun dan baik, secara umum kehidupan
masyarakat di Kota Jambi berjalan dengan baik dikarenakan sudut pandang
segi- budaya yang ada di Jambi yaitu adat bersandi syarak syarak bersandi
kitabullah. Walaupun etnis dan agama yang berbeda keharmonisan tetap
harus tetap terjaga dengan baik.
12. Kondisi Tahun 1961-1985
Dampak dari kemarau tidak hanya dirasakan oleh petani di Kabupaten
Batanghari. Di Kabupaten Kerinci, sedikitnya 70 Ha sawah juga terlantar
akibat musim kemarau berkepanjangan. Selain karena kemarau, terlantarnya
sawah petani padi di Kerinci ini juga dikarenakan tidak berfungsinya irigasi
yang mengairi sawah milik rakyat. Akibat dari keadaan tersebut, petani yang
menggantungkan hidupnya dari garapan sawah tersebut terpaksa beralih
profesi. Diantaranya ada yang menjadi buruh, ikut program transmigrasi
lokal, dan bekerja sebagai buruh bangunan Sebelumnya, lahan yang dilanda
kekeringan itu pernah menghasilkan 18 Ton per hektar pada tahun 1985.
13. Kondisi Tahun 1997
Sebelum reformasi 1998, Indonesia lebih dulu mengalami krisis
moneter pada tahun 1997 yang berdampak pada seluruh kehidupan
61 Wawancara dengan Bapak Darwis selaku staf di Kecamatan Pelayangan, 13 April
2021.
42
masyarakat di Indonesia, seperti naiknya harga kebutuhan pokok, naiknya
tarif dasar listrik, BBM, pemutusan hubungan kerja, juga tutupnya beberapa
perusahaan yang kesulitan mendapatkan bahan produksi karena harga
meningkat.
14. Kondisi Tahun 1998
Di Jambi, krisis moneter tidak terlalu berdampak besar pada
perekonomian masyarakatnya, yang menyebabkan kerugian-kerugian pada
perekonomian di Jambi justru keadaan alamnya. Sebagaimana yang
dituturkan oleh Ibu Syarifah Fauziah baragbah salah satu keturunan
masyarakat Arab yang mengatakan:
Dampak dari reformasi 1998 saat itu tentu dirasakan setiap orang,
karena naiknya semua harga yang ada di Indonesia, tentu ini menjadi
pekerjaan berat bagi pemerintah. Untuk kondisi masyarakat Arab
Melayu pun ikut merasakan dampaknya, sebagian yang berjualan pun
ada yang mengalami kerugian dan juga ada keramba-keramba yang
mengalami gagal panen, bukan hanya karena harganya namun juga
karena kondisi lingkungan dan cuaca. 62
Hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa seperti yang terjadi
pada petani ikan di Seberang Jambi, sedikitnya ada 20 ton ikan jenis nila
dan mas milik petani keramba di Danau Teluk mati akibat busuknya kondisi
perairan karena hujan yang menyebabkan pencemaran air. Dari 20 ton ikan
keramba yang mati tersebut, dimiliki oleh seluruh petani ikan yang ada di
Danau Teluk. Musibah tersebut tidak hanya mematikan ikan keramba milik
dinas perikanan dan UPPPU (Unit Pembinaan Perikanan Perairan Umum)
Danau Teluk, tapi juga mematikan sejumlah ikan liar lainnya, bahkan
kerugiannya pun diperkirakan mencapai Rp 76 juta.
Kondisi alam tidak hanya mempengaruhi petani ikan saja, namun juga
pada sektor tanaman pangan khususnya komoditas tanaman padi, jagung,
62 Wawancara dengan Ibu Syarifah Fauziah baragbah salah satu keturunan masyarakat
Arab, 26 Juli 2021.
43
kedelai, kacang tanah dan cabe. Sedikitnya lahan seluas 102,5 Ha untuk
tanaman padi terancam kekeringan karena musim kemarau, kedelai 505,5
Ha, jagung 5,5 Ha, kacang tanah 1,5 Ha, dan cabe seluas 2 Ha dengan
tingkat kerusakan kecil. Musim kemarau menyebabkan naiknya harga
kebutuhan pangan di Jambi. Namun ada juga masyarakat yang merasakan
akibat dari krisis moneter pada tahun 1997, seperti petani karet Kabupaten
Batanghari. Mereka mengeluhkan jatuhnya harga karet di pasaran dunia.
Dari harga Rp 2006 untuk karet yg 100% kering turun menjadi Rp 1774,
sedangkan untuk karet yg 50% kering dari harga Rp 1003 turun menjadi Rp
872 perkilogramnya. Jatuhnya harga karet membuat petani karet malas
untuk menderes. Turunnya harga karet di pasaran dunia sempat meresahkan
petani karet di Jambi. Penurunan harga karet cukup berdampak bagi petani
Jambi. Sebab seperti yang diketahui, Jambi merupakan salah satu daerah
penghasil karet terbesar di Indonesia dan masyarakat petani karet
menggantungkan hidupnya pada tanaman karet. Luas tanaman karet yang
diusahkan melalui perkebunan rakyat, menurut data statistik Dinas
Perkebunan Jambi Tahun 1996 tercatat 535.255 Ha. Sedangkan yang
diusahakan oleh perkebunan negara mencapai 8.297 Ha, dan perkebunan
swasta seluas 6.444 Ha.
Kota Jambi merupakan Ibukota Propinsi Jambi, merupakan salah satu
bagian dari 11 wilayah diantaranya 2 Kota madya dan 9 Kabupaten yang
ada di provinsi Jambi. Secara histories, Pemerintah Kota Jambi dibentuk
dengan Ketetapan Gubernur Sumatera No. 103/1946 sebagai Daerah
Otonom Kota Besar di Sumatera, kemudian diperkuat dengan Undang-
Undang No.9/1956 dan dinyatakan sebagai Daerah Otonom Kota Besar
dalam lingkungan Propinsi Sumatera Tengah. Dengan dibentuknya Propinsi
Jambi pada 6 Januari 1957, maka sejak itu pula Kota Jambi resmi menjadi
Propinsi yang otonom, yang sebelumnya merupakan bagian dari propinsi
Sumatera dan propinsi Sumatera Tengah. Memperhatikan jarak waktu
antara Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dengan dibentuknya
Pemerintah Kota Jambi, tanggal 17 Mei 1946, terjadi dalam waktu yang
44
relatif singkat. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara bersama Ibu
Syarifah Fauziah baragbah salah satu keturunan masyarakat Arab yang
mengatakan:
Keturunan habib, dan sekarang juga sudah merambah lebih banyak
lagi bercampur menjadi satu dari berbagai macam suku yaitu melayu.
Dulu kalau kita lihat sejarah mereka datang ke sini untuk berdagang,
dan ketika melihat ada prospek kedepan mereka berbaur dengan
masyarakat sekitar dan menjalin kekeluargaan dengan menikah untuk
menyebarkan agama dan juga cara berdagang dengan baik. 63
Hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa Kota Jambi di huni
oleh beragam etnis seperti etnis melayu yang merupakan mayoritas
penduduk Jambi, namun terdapat juga penduduk pendatang yaitu orang-
orang yang datang dari berbagai daerah di Indonesia seperti orang Madura,
Jawa, Sunda, Minang, Bugis, Batak, Flores, dan lain sebagainya. Selain itu
ada masyarakat yang pola kehidupannya masih tradisional yaitu Orang
Kubu atau Suku Anak Dalam yang termasuk kedalam Ras Proto Melayu
saat ini Suku Anak Dalam sudah banyak yang lari ke Kota Jambi karena
hutan tempat tinggal mereka sudah tidak ada lagi Selain etnis pendatang
yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, terdapat juga etnis
pendatang yang berasal dari luar Indonesia yang telah lama menetap dan
tinggal khususnya di Kota Jambi yaitu Masyarakat Arab, India, dan Cina.
15. Kondisi Tahun 1999-2021
Diantara etnis Asing ini ada yang sudah berasimilasi secara sungguh-
sungguh dengan penduduk pribumi, ada pula yang belum. Etnis yang telah
berasimilasi umumnya masyarakat Arab dan etnis India, sedangkan etnis
Cina kendatipun tergolong banyak tetapi belum begitu nampak berasimilasi
seperti pada kedua etnis lainya. Etnis Asing ini banyak menetap di Kota
Jambi, dimana mereka berusaha dalam bidang perdagangan dan sebagai
63 Wawancara dengan Ibu Syarifah Fauziah baragbah salah satu keturunan masyarakat
Arab, 26 Juli 2021.
45
pengusaha. Bapak Darwis selaku staf di Kecamatan Pelayangan juga
menambahkan informasi bahwa:
Orang arab melayu yang ada di kecamatan pelayanan ini mereka
datang untuk berdagang dan menyebarkan Islam. Dan kemudian
mereka berbaur sehingga disebut ada yang menamakannya sebagai
Arab Melayu. Musyafir dari negeri Arab tinggal, menetap, dan
membuat desa kecil yang bercampur dengan masyarakat melayu.
Salah satu yang terkemuka adalah Alhabib Husin Bin Ahmad
Baraghbah yang menjadi bukti sejarah adanya penyebaran islam
dengan bisa disaksikan pada masjid Jami' Baalawy. 64
Dari wawancara tersebut, penulis menyimpulkan bahwa Arab Melayu
adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Pelayangan, Kota Jambi, Provinsi
Jambi, Indonesia. Asal nama kelurahan "Arab Melayu" merupakan asal
mula terbentuknya penyebaran Islam, di kelurahan ini pada zaman dahulu
musyafir dari negeri Arab tinggal, menetap, dan membuat desa kecil yang
bercampur dengan masyarakat melayu. Berdasarkan rujukan tersebutlah
sejarah kelurahan Arab Melayu terbentuk (Perpaduan Masyarakat Arab dan
Melayu), hal ini diperkuat dengan adanya ahli waris yang merupakan warga
Kelurahan Arab melayu terhadap makam Alhabib Husin Bin Ahmad
Baraghbah, Ulama dari negeri Arab yang dimakamkan di pemakaman Arab
Melayu. Pada kelurahan ini terdapat sebuah masjid yang bernama masjid
Jami' Baalawy.
64 Wawancara dengan Bapak Darwis selaku staf di Kecamatan Pelayangan, 13 April
2021.
46
Gambar 1
Makam Alhabib Husin Bin Ahmad Baraghbah65
Gambar 1
Bersama Rafiq Abdel Natsir penjaga makam Alhabib Husin Bin Ahmad
Baraghbah 66
Di kelurahan ini juga terdapat jembatan gantung yang membelah
sungai Batang Hari dan juga Menara Gentala Arasy (Icon Kota Jambi),
100M dari menara ini terdapat sebuah rumah keturunan Arab yang sudah
berumur lebih dari 300 tahun yang merupakan rumah keluarga besar Husin
Bin Syeh Aljufri, rumah ini merupakan cagar budaya dan sudah dilakukan
65 Dokumentasi peneliti tentang makam Alhabib Husin Bin Ahmad Baraghbah, pada 14
April 2021. 66 Dokumentasi peneliti tentang makam Alhabib Husin Bin Ahmad Baraghbah, pada 14
April 2021.
47
renovasi dari gubernur Kota Jambi Zulkifli Nurdin. 100% penduduk
kelurahan ini adalah Muslim. Kebudayaannya berbeda dari kelurahan
ataupun kecamatan yang ada di Kota Jambi karena di kelurahan ini
menganut kebudayaan campuran masyarakat Arab dan dan massyarakat
Melayu, hal ini terlihat saat lebaran idul fitri maupun idul adha, sebagian
besar masyarakat Arab Melayu melakukan “Wakafa”, yaitu bersilaturrahmi
ke rumah warga yang ada di kelurahan Arab Melayu dan membaca tahlil
singkat hal ini dilakukan secara berkelompok 20-50 orang laki-laki yang
terdiri dari anak kecil remaja, hingga lansia yang masih mampu berjalan.
Kuliner kelurahan Arab Melayu juga lebih banyak mengarah ke timur
tengah. Misalnya nasi kebuli, nasi minyak, aneka masakan pedas seperti
kari. Mayoritas penduduk asli kelurahan Arab Melayu memiliki pekerjaan
sebagai pedagang dan pengusaha sedangkan masyarakat pendatang menjadi
buruh “ketek”. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Suhaimi Ishak
Ketua Adat Kampung Arab yang mengatakan:
Sebagaian besar Masyarakat Arab yang memiliki keturunan pada
Habib maka disebut Habib, yang saat itu menikah dengan kesultanan
Jambi. Sehingga setelah berbaur maka lahirlah beberapa kerutunan
arab melayu yang kini turun temurun hingga saat ini. Untuk datanya
itu ada 8 orang pria, 12 orang wanita dan 11 anak.. 67
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Masyarakat
Arab atau dikenal dengan sebutan Habib, merupakan keturunan Arab yang
bercampur dengan pribumi hal ini dikarenakan banyak dari mereka menikah
dengan kerabat Sultan Jambi. Berdasarkan sensus tahun 1884 tidak ada di
temukan orang Arab yang lahir di Arab menetap di Jambi, melainkan orang
Arab lahir di Jambi. Datanya yaitu 8 orang pria, 12 orang wanita dan 11
anak. Masyarakat Arab yang menetap di Jambi tinggal di daerah Seberang
67 Wawancara bersama Bapak Suhaimi Ishak Ketua Adat Kampung Arab, pada 24 Maret
2021.
48
Kota Jambi (Kampung Arab Melayu) dan sebagian menetap di daerah
Kampung Manggis.
Masyarakat Arab yang ada di Kota Jambi berasal dari Hadramaut,
India, dan Persia. Mereka merupakan keturunan Arab yang bercampur
dengan pribumi. Hal ini terjadi karena sebagian besar masyarakat Arab di
Kota Jambi menikah dengan Raja Jambi sama hal seperti yang terjadi di
Siak.68 Masyarakat Arab yang ada di Kota Jambi seberang yang sangat
dikenal adalah keluarga Al Jufri, mereka ini adalah golongan Said yang
merupakan salah satu dari sembilan keluarga terpandang di Hadramaut,
karena mereka masih keturunan putri dan menantu Nabi Muhammad SAW.
Golongan Said ini dikenal berkarakter, bermoral tinggi, tidak merokok, dan
tidak menyandang senjata, sehingga dihormati dimana-mana. Pada tahun
1812, masyarakat Arab di Kota Jambi telah memainkan peran terhadap
otoritas Sultan, namun tidak diketahui apakah keluarga Al Jufri sudah
menetap di Jambi pada masa itu.
Salah seorang keturunan masyarakat Arab di Jambi yang sangat
dikenal adalah Said Idrus bin Hasan Al Jufri. Keluarga emigran Al-Jufri di
Sumatera, datang dari Hadramaut. Keluarga Al Jufri sangat terpandang,
dimana pada tahun 1860-an Said Idrus menjadi juru bicara kesultanan
Jambi. Said Idrus walaupun berpakaian Arab, penampilannya sama sekali
tidak mencirikan orang Arab. Pada saat ini Said Idrus bin Hasan Al Jufri
mendapat gelar Pangeran Wiro Kesumo karena beliau menikah dengan putri
Sultan Jambi yaitu Sultan Nazarudin yang bernama Ratu Mas Maryam.
Pangeran Wiro Kesumo tinggal di Pecinan, kampung imigran di tepi sungai
seberang benteng, beliau tinggal di rumah kayunya, dengan lantai atas yang
lazim ditemukan di rumah-rumah orang Arab, masih bisa dijumpai hari ini
walaupun rusak parah. Aula yang luas dan tangga kayu masih mengingatkan
pada kemegahan pintu masuknya.69
68 Van den Betg, LWC. 2010. Orang Arab di Nusantara. Depok: Penerbit Komunitas
Bambu), hlm. 110. 69 M. Husnul, Saifuddin Atau Safiuddin: Atau Jambi Di Pinggir Sejarah. Kontekstualita:
Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 2010, hlm. 41.
49
Kekuasaan Said Idrus berdasarkan pada kekerabatan, kekayaan, dan
pengetahuan. Dia berkerabat dengan suku Kraton dari banyak jalur karena
kakeknya, terlahir sebagai Arab totok di jazirah Arab, kemudian pindah ke
Hindia Timur bersama banyak rekan setanah airnya pada akhir abad
kedelapan belas. Said Idrus berdarah setengah Jambi, karena ayahnya
mempersunting seorang putri istana Jambi. Said Idrus sendiri bersaudara
dengan Sultan Taha, lewat saudara ibu Thaha, Abdullah Bin Murrah. Thaha
sendiri punya hubungan erat dengan golongan Arab, karena ibu maupun istri
pertamanya adalah perempuan keturunan Arab.
Selain Sayid Idrus bin Hasan Al Jufri, masyarakat Arab yang berperan
dalam pengembangan Islam di Jambi pada awal abad XX oleh Prof. Syekh
HMO Bafadhal. Beliau merupakan cucu dari Muhammad Syufi. Tempat
tinggal orang Arab khususnya yang berada di Kota Jambi berada di
Seberang Kota Jambi, kawasan tersebut terletak di pinggiran Sungai
Batanghari. Masyarakat Arab Kota Jambi berasal dari suku Baraqbah, Al
Jufri, Bafadhal, Al Idrus, Al Habsyi, Al Kap, Al Haddad Joban, Basyiir dan
Atik. Mereka adalah suku-suku yang berasal dari Hadramaut. Pada
umumnya masih kuat mempertahankan nilai-nilai etnisnya seperti menikah
hanya dalam lingkungan suku mereka saja. Mereka terdiri dari beberapa
suku, yang terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok Sayyid dan
kelompok non Sayyid, khusus bagi wanita dari kelompok Sayyid disebut
Syariffah. Kelompok Sayyid merasa lebih tinggi kedudukannya didalam
masyarakat Arab dibanding non Sayyid begitu pula dengan pribumi. Sampai
saat ini, di Kota Jambi kelompok Sayyid yang masih ada adalah keturunan
Habib Husin Baragbah. Sedangkan dari suku non Sayyid adalah suku
Bafadhal yaitu Muhammad Sufi Bafadhal. Syufi Bafadhal yaitu orang yang
diperkirakan datang tidak lama setelah kedatangan Habib Husin Baragbah.
70
70 Wawancara bersama Bapak Suhaimi Ishak Ketua Adat Kampung Arab, pada 24 Maret
2021.
50
Keturunan masyarakat Arab banyak tersebar di Kota Jambi terutama
di daerah Seberang Kota Jambi (Sekoja), karena merupakan tempat dimana
Islam pertama kali masuk ke Jambi dan tempat aktivitas perdagangan pada
masa itu. Tempat tinggal masyarakat Arab di Kota Jambi lebih dikenal
dengan nama Kampung Arab Melayu di kampung ini tidak hanya tinggal
etnis keturunan Arab tetapi bercampur dengan etnis Melayu. Masyarakat
Arab merupakan penduduk asli kampung tersebut sedangkan Etnis Melayu
merupakan orang pendatang.71 Masyarakat Arab di kampung Arab Melayu
ini hidup berdampingan dan berbaur sehingga sulit untuk membedakan etnis
keturunan Arab dengan masyarakat Melayu.
C. Peran Keturunan Masyarakat Arab dalam Bidang Sosial Keagamaan
Terhadap Masyarakat di Jambi Kota Seberang pada tahun 1945-2021
1. Tahun 1945-1956
Disaat Belanda memperluas pengaruhnya ke daerah Jambi sejak tahun
1855 M dengan menyatakan tuntutan Belanda atas daerah kesultanan Jambi
yang akhirnya menimbulkan pertempuran antara pasukan Belanda dengan
pasukan kesultanan pada tahun 1858 M. Pada hakikatnya, pengaruh Barat
(Belanda) baru dirasakan setelah kekalahan serta gugurnya Sultan Thaha
Syaifuddin tahun 1904 M, dan dijadikannya Jambi oleh Belanda sebagai
daerah keresidenan pada tahun 1906.72
Pembahasan mengenai peran masyarakat Arab di Kota Jambi ini tidak
melihat dari keluarga atau suku-suku Arab mana yang paling berperan,
karena terdapat suku-suku arab yang tingga di Kota Jambi yang semuanya
dikenal dengan sebutan Masyarakat Arab. Jadi, untuk menghindari
kesalahan yang mungkin akan terjadi, maka segala sesuatu bentuk peran
suku-suku Arab tersebut akan digunakan sebutan Masyarakat Arab.
H.M.O Bafadhal lahir tahun 1914 di Kampung Pasar, di depan Masjid
Raya Magatsari di Pasar Jambi. Keluarganya adalah imigran dari Hadramaut
yang datang ke Palembang sekitar abad ke-18. Ayahnya bernama Umar BIN
71 Wawancara bersama Habib Husman, masyarakat Kampung Arab, pada 24 Maret 2021. 72 Dokumen Museum Gentala Arasy, pada 26 Maret 2021.
51
Abu bakar Bafadhal dan ibunya Halimah binti Utsman. Waktu kecil ia biasa
dipanggil Muhammad. Ia mengambil anak angkat oleh Abdul Rahman
Bafadhal alias Walid Laut. Walid Laut tidak hanya kaya tetapi juga sangat
peduli dengan pendidikan. 73
Prof Syekh HMO Bafadhal bin Umar Bafadhal, pada tahun 1937
beliau diminta untuk menjadi guru di Madrasah Al-Khairiyah, dan selain
menjadi guru beliau juga diangkat menjadi mudir (wakil) madrasah. Ketika
berusia 21 tahun beliau menikah dengan Siti Su’ad, dari pernikahannya
dikaruniai anak sebanyak 14 orang. Beliau memulai karir dalam bidang
pendidikan yaitu menjadi guru di Madrasah Nurul Iman selama kurang lebih
satu tahun. Kemudian di awal tahun 1937 beliau diminta mengajar di
Madrasah Al-Jauharain dan sekaligus menjadi wakil Mudir. Pada tahun
1946 merupakan masa akhir beliau mengajar di Madrasah Al Jauharain
karena diangkat menjadi Kepala Kantor Agama Daerah Jambi. Pada Tahun
1955, beliau kemudian diangkat menjadi Kepala Kantor Urusan Agama
Propinsi Sumatera Tengah.74
2. Tahun 1957
Awal dari perjuangan beliau dalam pendidikan Islam adalah ketika
musyawarah Majelis Syura Wal Fatwa di Bukit Tinggi, yang dihadiri oleh
kepala-kepala Kantor Urusan Agama, kepenghuluan dan Alim Ulama
seluruh Sumatera Tengah. Hasil Musyawarah Majelis Syura Wal-Fatwa di
Bukit Tinggi itu ialah bahwa pada setiap daerah kabupaten di Sumatera
harus didirikan Perguruan Tinggi Islam. Sebagai realisasi dari keputusan
tersebut, maka di Jambi diadakan Kongres Alim Ulama se-propinsi Jambi
pada tanggal 5-8 Desember 1957, hasil dari kongres itu ialah memutuskan
pembentukan Majelis Ulama, dan pencetusan untuk mendirikan Yayasan
73 Wawancara bersama Bapak Suhaimi Ishak Ketua Adat Kampung Arab, pada 24 Maret
2021. 74 Muthiah Bafadal, “Sejarah Komunitas Keturunan Bafadhal Di Bidang Pendidikan
Islam Tahun 1937-1967 Di Kota Jambi”, Jurnal Ilmiah Istoria E-ISSN 2597-8845 Vol. 3 No. 1
(2019), hlm. 4.
52
Pendidikan Islam Propinsi Jambi. Sehingga keagamaan yang ada di Jambi
semakin hari semkin meningkat.
3. Tahun 1958
Yayasan pendidikan Islam baru dapat didirikan secara resmi pada
tanggal 4 februari 1958, Akte Notaris No.29 Tahun 1958. Setelah berdirinya
Yayasan Pendidikan Islam Jambi, yaitu mulailah berdiri pertama kali
sebuah SMA Islam, Sekolah Persiapan, yang pimpinan pertamanya HMO
Bafadhal dibantu oleh Kemas Hasan Wan (sekretarisnya). Pendirian
yayasan ini berpengaruh besar terhadap perkembangan keagamaan yang ada
di Jambi khususnya masyarakat Arab turut ikut serta dalam penyebaran
keagamaan yang ada di Jambi.
4. Tahun 1960
Perjuangan mendirikan lembaga pendidikan tersebut, dilanjutkan
dengan pendirian Perguruan Tinggi Islam pada 29 September 1960 yang
pimpinan pertamanya HMO Bafadhal. Perguruan Tinggi ini diberi nama
Fakultas Syariah Al-Hikmah, beliau mimimpin Perguruan Tinggi ini selama
3 Tahun.
5. Tahun 1966
HMO Bafadhal menjabat sebagai wakil Dekan I / II (1964-1965) dan
pada 1966-1967 menjabat sebagai pembantu Dekan I. Selanjutnya
diusahakan agar dapat berdiri sendiri, untuk tujuan ini peranan HMO
Bafadhal tetap terlihat yaitu dengan ikutnya beliau ke Jakarta sebagai
anggota delegasi untuk meminta persetujuan Pengangkatan Panitia
Persiapan Pembukaan IAIN Jambi, pada 7 November 1965.
6. Tahun 1967
Setelah disetujui oleh Menteri Agama RI, HMO Bafadhal juga
termasuk salah seorang panitianya. Berdasarkan surat Keputusan Menteri
Agama RI No 84 tahun 1967, tanggal 27 Juli 1967 telah ditetapkan
pimpinan difinitif, yang dalam keputusan ini HMO Bafadhal menduduki
jabatan Pembantu Rektor Bidang Akademis, merangkap Dekan Fakultas
53
Syariah. Peranan beliau bukan hanya itu di IAIN beliau juga pernah menjadi
Rektor IAIN STS Jambi.
Setelah berakhir menjadi Rektor beliau tetap ikut mengembangkan
karir sebagai pendidik, yaitu sebagai Dosen Luar Biasa, Guru Besar Tetap,
dan anggota Dewan Kurator IAIN STS Jambi. Disamping itu, beliau aktif
membina beberapa madrasah di Propinsi Jambi, pada daerah tingkat II,
tugas ini beliau lakukan sampai akhir hayat. Prof Syekh HMO Bafadhal di
samping sebagai seorang pendidik dan pembaharu pendidikan di Propinsi
Jambi, bahkan sebagai pencetus berdirinya Perguruan Tinngi di Sumatera
Tengah. Beliau juga merupakan penda’i ulung, yang memberikan ceramah
di pelosok Jambi bahkan di luar Propinsi Jambi hingga ke Luar Negeri.
Beliau juga mendirikan organisasi Da’wah serta mendidik kader-kader
Penda’i. Organisasi-organisasi da’wah yang pernah beliau dirikan adalah
Persatuan guru-guru agama Kota Jambi yang diberi nama “Annahdatul
Ishlaniyah” pada tahun 1941 sampai dengan 1943, sekaligus sebagai ketua
persatuan tersebut. Program dari organisasi ini adalah mendidik atau melatih
bagaimana metode berceramah yang baik, membaca kitab-kitab yang
berbahasa Arab (kitab kuning) dan soal jawab tentang hukum-hukum Islam.
Kemudian pada tahun 1967 beliau menjabat sebagai Ketua Dewan Dakwah
Islamiah Indonesia (DDI) Perwakiln Jambi, beliau menjabat selama enam
tahun.75
Peran lainnya dari para keturunan masyarakat Arab di Kota Jambi
seberang ini selain dalam dunia keagamaan dengan pendidikan yaitu dalam
menyebarkan agama Islam ke masyarakat dengan cara dakwah. Menurut
istilah da’wah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada
pikiran yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk kemaslahatan dan
kebahagiaan mereka didunia dan akhirat. Usaha Da’wah yang dilakukan
oleh keturunan Arab di Jambi dilakukan sejak masa Ahkmad Salim yaitu
da’wah yang dilakukan oleh Masyarakat Arab yang terpusat di Mesjid dan
75 Noname, Sejarah Pendidikan Daerah Jambi. (Jambi: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Jambi, 2018), hlm. 3.
54
langgar-langgar, bagaimana cara mereka berda’wah tidak diketahui secara
pasti.
Setelah kedatangan Datuk Tambak disekitar tahun 1834 H dan
Muhammada Syufi Bafadhal 1838 H, kedua orang ulama ini giat melakukan
usaha Da’wah yang dipusatkan di Masjid (Olak kemang sekarang) Seberang
Kota Jambi sedangkan untuk di kota Da’wah dipusatkan di Masjid
Magatsari (Masjid Raya sekarang) dan langgar Pulo Sungai Asam sekarang,
dilakukan secara teratur pada malam-malam tertentu dan dilakukan 2 kali
dalam satu minggu. Usaha Da’wah yang dilakukan selain berbentuk
pengajian dilakukan pula dengan media seni yaitu melalui seniman dan juga
ulama keturunan Arab Syekh Umar Bafadhal pada sekitar tahun 1900 an,
diantaranya dengan qasidah dan berjanzi. Melalui seni suara ini beliau
menjalankan Da’wah Islam dan menanamkan kefanatikan beragama di
masyarakat.
Selain itu ada pula Syekh Alwi bin Syihab, seorang pedagang Islam
yang menjalankan misi da’wahnya dengan perdagangan semua relasi
dagangnya dipengaruhinya dan ditanamkan Aqidah Islam, dengan pribadi
muslim yang simpatik sehingga dapat menarik semua relasi dagangnya
untuk memeluk agama Islam dengan Ta’at. Untuk modal berdagangnya
beliau dibantu oleh seorang dermawan Arab yang bernama Syekh Abdur
Rahman Bafadhal yang merupakan seorang pedagang yang banyak
memberikan bantuan material untuk menunjang usaha Da’wah di Jambi.
Seperti membeli sebuah rumah di Kampung Pulo Sungai Asam sekarang
untuk dijadiakan Langgar sebagai pusat Da’wah atau pengajian Islam.
Masyarakat keturunan Arab sangat mengutamakan hubungan
kekerabatan. Sebagai etnis minoritas, melaui perkawinan antar kerabat
mengakibatkan semakin eratnya hubungan kekeluargaan. Dalam tradisi
keluarga di dalam masyarakat keturunan arab, hubungan silaturahmi terjalin
dengan erat. Hal tersebut terlihat pada tradisi di sebagian keluarga ketika
perayaan Idul Fitri. Seusai shalat berjamaah di masjid pada Idul Fitri tradisi
55
yang dilakukan berupa acara berkumpul dengan keluarga dan makan
bersama. Hari selanjutnya, masyarakat yang tinggal di Kecamatan
Pelayangan Kota Jambi bersilaturahmi ke masyarakat yang tinggal di Jambi
Seberang, keesokan harinya terjadi hal yang sebaliknya sebagai silaturahmi
balasan.. Masyarakat keturunan Arab-lah yang terus menerapkan tradisi
tersebut hingga saat ini, mengingat kerabat dan sanak saudara mereka saat
ini tidak hanya tinggal di Kampung Arab Kecamatan Pelayangan Kota
Jambi saja.
Tradisi Iwadh merupakan tradisi orang-orang Arab yang biasanya
dilaksanakan pada setiap hari raya Idul Fitri. Tradisi ini berkembang di
daerah-daerah yang memiliki kampung Arab. Tradisi Iwadh ini
dilaksanakan sehari setelah hari raya Idul Fitri. Penyelenggaraan tradisi ini
dilaksanakan sampai Kampung. Tradisi ini dilaksanakan dengan melakukan
kunjungan-kunjungan dari rumah satu ke rumah yang lainnya untuk
bersilaturrahmi. Acara ini dilakukan bersama-sama yang hanya diikuti oleh
laki-laki saja. Semua laki-laki keturunan Arab wajib datang, apabila tidak
datang, rumahnya tidak akan didatangi oleh laki-laki keturunan Arab
yang melakukan tradisi Iwadh ini.
Dalam lingkungan keluarga, bagi anak-anak yang sudah berumah
tangga tinggal bersama keluarga baru mereka dan memiliki kewajiban
bersilaturahmi kepada orang tuanya yang masih hidup. Biasanya pada
malam Jumat atau hari Jumat, apabila tinggal di satu kota, anak-anak
tersebut mengunjungi orang tuanya untuk saling mengabarkan kondisi
masing-masing dan berlanjut pada pembahasan bisnis. Selain hari Jumat
seringkali silaturahmi dilakukan pada hari libur. Pada masalalu kebanyakan
warga etnis keturunan Arab memiliki rumah yang besar dengan halaman
luas. Hal tersebut bertujuan agar ketika berkeluarga, anak-anak mereka
dapat tinggal di lokasi yang sama. Bagi keluarga kaya, biasanya orang tua
56
membangunkan rumah untuk anaknya di halaman tersebut76
7. Tahun 1970
Hubungan masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Indonesia
terjalin dengan baik, hal ini dikarenakan mayoritas agama yang dianut
masyarakat Indonesia adalah Islam. Sehingga walaupun berbeda dalam suku
bangsa tetapi memiliki rasa solidaritas yang kuat dari segi keagamaan.
Tetapi tidak dalam hal perkawinan, masyarakat keturunan Arab tidak
‘berbaur’ dengan masyarakat pribumi Indonesia karena adanya adat istiadat
yang harus dipatuhi serta dijalankan yaitu melakukan perkawinan dengan
satu klan atau keturunannya. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil
wawancara bersama Habib Husman, masyarakat Kampung Arab, sebagai
berikut:
8. Tahun 1975
Tidak seburuk yang berkembang dipikiran masyarakat, siapapun yang
ingin menikah dengan etnis lain kalau saya tidak jadi masalah, selagi
memang Islam. Jadi sebagian besar mereka memang ingin keturunan
mereka tetap terjaga, sehingga mereka memilih untuk menikah dengan
keturunan yang sama77
Dari penjelasan di atas dapat dicermati bahwa perkawinan pada
masyarakat keturunan Arab menjelaskan bahwa perkawinan yang
dilakukan oleh mempelai harus berasal dari lingkungan kerabat terdekat
dan larangan untuk melakukan perkawinan dengan pihak dari luar klan
(keturunan/suku) yang bukan keturunan Arab. Sebagaimana dapat dilihat
dari hasil wawancara bersama bapak Suhaimi Ishak Ketua Adat Kampung
Arab yang mengatakan:
Kalau masyarakat keturunan Arab di Kecamatan Pelayangan Kota
76 Lilis Sucialinda, Peranan Etnis Arab Melayu Dalam Pengembangan Islam Di Kota
Jambi Awal Abad XX”, Jurnal Istoria Prodi Pendidikan Sejarah, Vol 3 No 2 September 2019,
hlm. 89. 77 Wawancara bersama Habib Husman, masyarakat Kampung Arab, pada 24 Maret 2021.
57
Jambi untuk menikah selain kerabat maupun etnis lain itu dianggap
tabu atau jarang terjadi, karena dengan begitu akan melemahkan
keturunan mereka. Sehingga mereka selalu mengedepankan
pernikahan antar keturunan mereka saja, sebetulnya itu tidak dilarang,
tapi mereka seolah ingin memisahkan diri dari kita selaku orang
melayu.78
Dari penjelasan diatas dapat dicermati bahwa bagi masyarakat
keturunan Arab di Kecamatan Pelayangan Kota Jambi merupakan sesuatu
yang tabu untuk menikah selain dengan seseorang selain kerabat maupun
etnis lain.
9. Tahun 1980
Apabila terjadi pernikahan selain dengan kerabat, seringkali muncul
anggapan bahwa yang bersangkutan tidak diakui sebagai seorang menantu
di lingkungannya sendiri meskipun telah resmi menjadi suami istri. Tradisi
perkawinan antar kerabat dalam masyarakat keturunan Arab di Kecamatan
Pelayangan Kota Jambi tidak berlaku bagi golongan Sayyid. Golongan ini
memiliki keterbatasan dalam menentukan pasangan hidup. Secara tidak
tertulis dan turun temurun, golongan Sayyid hanya diperbolehkan menikah
dengan sesamanya meskipun mereka merupakan satu komunitas keturunan
Arab.79
10. Tahun 1997
Masyarakat Arab juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam
bidang keagamaan salah satu usaha mereka dalam pengembangan Islam di
Jambi yaitu dalam pembangunan tempat peribadatan (Masjid) yang berada
di pacinan kampung Olak kemang mesjid ini dulunya bernama Sultan,
karena Mesjid ini dibangun oleh Sultan kemudian berganti menjadi Al-
78 Wawancara bersama Bapak Suhaimi Ishak Ketua Adat Kampung Arab, pada 24 Maret
2021. 79 Umar bin Muhdhor Syahab, Tuntutan Tanggung Jawab terhadapo Ahlu Bair dan
Kafa’ahnya, (Jakarta Timur: Yayasan Nusantara, 1999, hlm. 53.
58
Ikhsaniyah, sekitar tahun 1980 dan hingga kini bangunan suci itu
menyandang nama Masjid Batu Al-Ikhsaniyah.
Masjid ini merupakan salah satu masjid tertua di seberang Kota Jambi
(Sekoja), dibangun sebagai rumah peribadatan sultan sekitar tahun 1887.
Namun renovasi yang dilakukan telah menghilangkan bentuk asli dari
masjid yang terletak di Jalan KH Qodir Ibrahim Kelurahan Olak Kemang
Kec Danau Teluk80. Peninggalan bersejarah dari Sultan pada awal
berdirinya masjid yang masih bisa digunakan hingga saat ini adalah mimbar
dan bedug yang terbuat dari kayu cabe-cabe. Mimbar itu lebarnya 1x1 M,
untuk tangga dengan tinggi 3 meter, dibagian atasnya berbentuk kubah
terdapat delapan sulur yang menghadap keatas, pada sisi kiri dan kanannya
berukir bunga-bunga yang mekar dengan warna emas, tapi sayang, terdapat
beberapa ornamen yang sudah patah dan hilang. Sedangkan bedugnya
berdiameter 70 cm dengan panjang 1 meter, yang kini telah dicat warna
biru, tapi kulit bedug sudah sering diganti.81
11. Tahun 1998
Selain tempat peribadatan usaha yang dilakukan masyarakat Arab di
Jambi dalam pengembangan Islam yaitu mendirikan tempat pendidikan
yaitu Madrasah. Orang yang mempunyai peran penting didalam
pembangunan madrasah adalah Said Ali Al-Musawwa yang merupakan
suami dari Syarifah Hazra anak dari Sayyid Idrus Al Jufri. Beliau
merupakan seorang ulama yang luas pergaulannya dengan ulama Jambi,
beliau juga ikut serta dalam berjuang bersama ulama Jambi membangun
madrasah di Jambi. Usaha beliau dalam membantu para ulama mendirikan
Madrasah sangat sulit didapat karena pada saat itu Jambi di kuasai oleh
Belanda. Namun pada akhirnya izin pembangunan madrasah diperoleh
dimulai pada tahun 1915 sampai tahun selanjutnya berdiri Madrasah
80 Wawancara dengan pengurus makam bersama Sayyid Husen Ahmad Baraghbah, pada
24 Maret 2021. 81 Noname, Sejarah Kota Jambi, Pada Masa Lampau, Sekarang Dan Yang Akan Datang.
Jambi: Pemerintah Daerah TK.I.
59
dibeberapa tempat. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara bersama
Habib Husman, masyarakat Kampung Arab yang mengatakan:
Madrasah yang telah didirikan pada tahun 1915. Telah mencapai
kesepakatan untuk mendirikan pendidikan yaitu madrasah. Yang
awalnya merupakan tempat para santri atau masyarakat mengaji
dengan para Sayyid.82
Dari penjelasan di atas dapat dicermati bahwa pertama Madrasah
Nurul Iman yang sebelumnya bernama Madrasah Buluh di Kampung Ulu
Gedong, tahun 1915. Pada awalnya sebelum dijadikan madrasah, madrasah
ini hanya dijadikan tempat mengaji, dengan meningkatnya minat orang tua
untuk memasukan anaknya mendalami ilmu agama, maka pada Tahun 1915
didirikanlah Madrasah Nurul Iman. Kedua, Madrasah Sa’adatuddaren
didirikan oleh KH.Ahmad Syukur pada tahun 1920 beliau adalah murid dari
KH.Abdul Majid (pendiri madrasah Nurul Iman). Sa’adatuddaren yang
berarti “Kebahagiaan Dua Negeri” hal ini karena lembaga pendidikan tidak
selalu berorientasi pada kehidupan akhirat saja, tetapi kehidupan dunia juga.
KH. Ahmad Syukur atau yang dikenal dengan sebutan Guru Gemuk, beliau
memimpin madrasah ini hanya kurang lebih enam tahun karena setelah itu
ia wafat diusia 47 tahun. Setelah beliau wafat madrasah ini dipimpin oleh
murid beliau yaitu KH.Abdurrahman. Madrasah ini berlokasi di pinggir
sungai Batanghari, tepatnya di kelurahan Tahtul Yaman Kecamatan
Pelayangan Kota Jambi.83 Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara
bersama bapak Suhaimi Ishak Ketua Adat Kampung Arab yang
mengatakan:
Madrasah yang ada di sebrang ini adalah bukti sejarah bahwa para
ulama mulai terus memperbanyak pendidikan Islam di tahun 1922,
telah merencanakan pendidikan keagamaan yang terus dijalankan
82 Wawancara bersama Habib Husman, masyarakat Kampung Arab, pada 24 Maret 2021. 83 DLa Ode Artono Rabani, “Komunitas Arab: Kontinuitas dan Perubahan di Kota
Surabaya 1900-1942”, Jurnal Masyarakat
60
hingga saat ini. Pendirikan ini dilahirkan oleh oleh para ulama para
ulama yang menimba ilmu ke Mekah dan juga berasal dari Mekkah 84
Hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa pengurus dari
madrasah ini adalah sama halnya dengan Nurul Iman. Madrasah ini juga
terdapat di Seberang Kota Jambi yaitu di daerah Tanjung Pasir. Keempat,
Madrasah Al Jauharain didirikan pada tahun tahun 1922, terletak di
Kampung Pulo Sungai Asam. Namun, dengan pertimbangan banyaknya
penduduk yang fanatik Islam di daerah Seberang Kota Jambi, maka
diharapkan sebagai masukan dari sekolah itu serta dikarenakan oleh
pertimbangan lain misalnya tempat berkumpulnya para ulama-ulama Jambi
adalah di Seberang Kota. Maka, setelah berjalan 12 tahun, Madrasah
Jauharain dipindahkan ke Tanjung Johor Seberang Kota Jambi.
12. Tahun 2000
Selanjutnya Madrasah As’ad. Menurut cerita pembangunan madrasah
As’ad merupakan di tanah kepunyaan Pangeran Wiro Kesumo yang teletak
di Olak Kemang yang sudah diserahkan kepada Syarifa Rogaya Mekkah,
semula tanah ini ingin dijadikan bioskop namun Sayyid Abu Bakar Muhdor
mempertahankannya sehingga ia diancam dan pindah dari Kampung Olak
Kemang dan meminta kepada Syariffa Mekkah agar tanah itu dijadikan
madrasah ia pun setuju tahun 1949 madrasah itu didirikan dan di tahun 1950
sudah dapat menerima pelajar. Pembangunan madrasah diurus oleh
Muhammad bin Usman, Sayyid Abu Bakar Almuhdor dan Muhammad Ali
Abdullah, Idrus bin Madjid dan lain sebagainya. Setelah Madrasah itu siap
dan setelah menerima murid diserahkan kepada Kiai Abdul Qodir Ibrahim,
Kiai Nurdin, Kiai Majid Sak, Kiai Hasan Gemuk dan lain sebagainya.85
Kajian raudatul Du’a merupakan kajian yang kerap kali di lakukan
oleh komunitas arab di Kecamatan Pelayangan Kota Jambi, di mana
84 Wawancara bersama Bapak Suhaimi Ishak Ketua Adat Kampung Arab, pada 24 Maret
2021. 85 Van den Berg, LWC. 2010. Orang Arab di Nusantara. Depok: Penerbit Komunitas
Bambu), hlm. 61.
61
kegiatan ini terbuka untuk umum, namun mayoritas adalah masyarakat arab.
Kegitan ini dilaksanakan tiga hari dalam satu minggu, pada hari selasa,
kamis dan sabtu. Pada hari kamis kegiatan tersebut adalah shalawatan yang
dilaksanakan pukul 16.00, pada hari kamis dilaksanakan kegiatan kajian
fiqih, tasawuf dan juga kajian akidah yang dilaksanakan pukul 16.00 dan
pada hari sabtu dilaksanakan kegiatan kajian bacaan Qur’an dan Hadis pada
pukul 16.00. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara bersama
Syariah Fairus, masyarakat Kampung Arab yang mengatakan:
Kita ada juga Rohah adalah pengajian rutin yang biasa dilakukan oleh
komunitas arab dengan cara membaca kitab yang dilaksanakan oleh
seorang guru dimana dianggap mampu dan memiliki disiplin ilmu
agama yang sangat mendalam. Dinamakan Rohah karena
merupakan kajian kitab kuno yang dilaksanakan oleh orang-orang
Arab di Hadramaut86
Dari penjelasan di atas dapat dicermati bahwa dinamakan Rohah
karena merupakan kajian kitab kuno yang dilaksanakan oleh orang-
orang Arab di Hadramaut, yang kemudian cara ini berkembang di
Indonesia, khususnya di Jambi dengan nama semula, dan kalau di Negara
kita cara ini lebih dikenal dengan nama Majlis Ta’lim. Rohah ini merupakan
tradisi yang jarang atau dapat dikatakan tidak pernah ada pada kelompok
lain. Rohah merupakan tradisi yang datang orang Arab Alawiyyin
Hadramaut dengan cara mengadakan pengajian ilmiah terhadap suatu kitab
dan bukan membaca al-Qur’an yang dihadiri oleh orang-orang setempat dan
seorang yang alim serta membacanya menurut disiplin ilmunya.
13. Tahun 2002
Secara keseluruhan kesenian ini, musik ini menggunakan Hajir
(gendang besar), marawis (gendang kecil), rumbuk (sejenis gendang yang
86 Wawancara bersama Syariah Fairus, masyarakat Kampung Arab, pada 24 Maret 2021.
62
berbentuk seperti dandang, memiliki diameter yang berbeda pada kedua
sisinya), serta dua potong kayu bulat berdiameter sepuluh sentimeter serta
suling dengan lubang peniupnya disamping pangkal tiup. Kesenian Hajir
Marawis digunakan oleh orang-orang Hadrami untuk melakukan dakwah
kepada masyarakat Jambi untuk memperkenalkan Islam melalui kesenian.
Hajir marawis mirip dengan kesenian yang ada di Jambi yaitu kesenian
Hadrah. Bedanya dengan Hajir Marawis adalah bacaan syairnya.
Sehingga kesenian ini mengalami perubahan sehingga terjadilah
akulturasi budaya yaitu kesenian Hajir Marawis dengan kesenian musik
hadrah. Hal ini dikarenakan, bacaan syair yang dibaca dalam kesenian Hajir
Marawis tidak dapat dipahami oleh masyarakat Jambi sehingga orang-orang
Jambi mengganti bacaan yang disyairkan dengan kesenian Diba’ atau
Barzanji. Seni baca Dziba’ atau Barzanji adalah seni sastra puisi yang
berlafaskan Islam. Seni baca ini berisi bacaan Shalawat Nabi dan
beberapa ayat al-Qur’an. Kemudian kesenian ini dikenal dengan nama
Hadrah. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara bersama Habib
Husman, masyarakat Kampung Arab yang mengatakan:
Kita memiliki kesenian yang tetap kita lestarikan dalam acara
keagamaan, dimana dengan begitu kita bershalawat kepada Nabi
Muhamad. Acara biasanya kita laksanakan pada acara seperi Maulid
Nabi Muhamad dan juga acara yang ada di sini, dalam pernikahan,
khitanan dan juga maulid nabi atau Isra’ Mi’raj87
Dari penjelasan di atas dapat dicermati bahwa kesenian Hadrah atau
Hajir Marawis ini biasanya dilaksanakan pada waktu atau hari-hari, bulan-
bulan tertentu. Seperti Maulid Nabi, perayaan Milad Siti Fatimah yang
diadakan setiap tahun, hari pernikahan, dan lainnya. Begitu pula untuk
masyarakat Jambi, biasanya kesenian tersebut ada pada hari-hari, waktu,
dan bulan-bulan tertentu. Seperti, acara khitan, acara pernikahan, Maulid
Nabi, dan lainnya.
87 Wawancara bersama Habib Husman, masyarakat Kampung Arab, pada 24 Maret 2021.
63
14. Tahun 2005
Islam merupakan agama yang dianut oleh seluruh masyarakat
Hadhramaut, mereka tidak mengenal agama lain seperti Kristen maupun
Yahudi. Sebagai muslim Al Quran dan Hadist merupakan tuntunan dan
pegangan utama dalam perilaku kesehariannya. Sebagai suatu kelompok
masyarakat, mereka sangat taat dan setia kepada agamanya.88 Perhatian
kelompok masyarakat terhadap agamanya jauh lebih dominan daripada
perhatiannya terhadap lingkungan sekitar. Sebagaimana dapat dilihat dari
hasil wawancara bersama Habib Helmi, masyarakat Kampung Arab yang
mengatakan:
Kegiaatan harian kita adalah shalat berjamaah di masjid, untuk kajian
migguan fiqih dan untuk bulanan kita berbuka puasa bersama dan
untuk tahunan kita biasanya kegiatan acara Maulid Nabi dan juga
Iasra’ Mi’raj. Semua kegiatan islam kita lakukan untuk meningkatkan
tali persaudaraan dengan sesama89
Dari penjelasan di atas dapat dicermati bahwa sebagai seorang
muslim, shalat lima waktu merupakan ritual keagamaan wajib yang
dilaksanakan setiap hari. Dalam melaksanakan ibadah shalat lima waktu
diperlukan adanya ketenangan dan tempat ibadah yang bersih dan terbebas
dari najis. Untuk itu dalam melaksanakan ibadah tersebut diperlukan adanya
tempat khusus seperti kamar khusus untuk shalat maupun mushola. Apabila
rumah tinggal cukup luas, biasanya setiap rumah menyediakan ruangan
khusus untuk digunakan untuk shalat. Akan tetapi apabila jumlah ruang
dalam rumah terbatas, maka ibadah shalat dilakukan di kamar
masingmasing anggota keluarga. Selain itu juga dapat dilakukan pada ruang
yang cukup lapang dan berfungsi ganda. Sebagaimana dapat dilihat dari
hasil wawancara bersama Habib Husman, masyarakat Kampung Arab yang
mengatakan:
88 Van den Berg, Orang Arab di Nusantara, (Jakarta: Latalaog Terbitan, 2010), hlm. 61. 89 Wawancara bersama Habib Helmi, masyarakat Kampung Arab, pada 24 Maret 2021.
64
Perhatian terus kita tanamkan kepada kaum perempuan apalagi
mereka yang keturunan Arab, sehingga mereka harus menjaga
kepribadiannya, dengan menjaga diri dari mulai berpakaian dan juga
perbuatan sehingga diharapkan dapat memberikan pengaruh positif
bagi orang lain dan juga melindungi diri mereka sendiri dari orang
yang berniat jahat90
Dari penjelasan di atas dapat dicermati bahwa dalam melaksanakan
ibadah shalat kaum wanita umumnya mengenakan pakaian khusus yang
dinamakan mukena atau rukuh. Pakaian tersebut merupakan pakaian yang
longgar yang menutup seluruh tubuh kecuali bagian wajah dan telapak
tangan. Umumnya berwarna putih yang berupa terusan maupun atasan dan
bawahan. Sedangkan bagi kaum laku-laki, bagian atas sebaiknya
menggunakan pakaian berlengan dan bagian bawah dapat berupa celana
panjang atau sarung, peci dapat dipakai sebagai pelengkap. Ibadah shalat
lima waktu selain dapat dilaksanakan dirumah masing – masing, juga dapat
dilakukan di masjid atau mushola terdekat. Dengan melaksanakan ibadah
shalat secara berjamaah di mushola atau masjid menjadi salah satu sarana
silaturahmi antar masyarakat. Ibadah shalat secara berjamaah di masjid
maupun di mushola umumnya di lakukan oleh kaum laki-laki.
15. Tahun 2010
Dominasi Islam pada kampung Arab menjadikan budaya Islam
mengakar kuat di masyarakat. Hal tersebut dapat terlihat pada ritual
kegiatan keagamaan masyarakat. Untuk ritual keagamaan yang
dilangsungkan mingguan seperti Shalat Jum’at untuk pria dan pengajian
maupun forum kajian keagamaan. Untuk ibadah Shalat Jum’at dilaksanakan
di Masjid. Hal tersebut dilakukan agar masyarakat keturunan Arab dapat
berbaur dengan masyarakat pribumi. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil
wawancara bersama Habib Husman, masyarakat Kampung Arab yang
90 Wawancara bersama Habib Husman, masyarakat Kampung Arab, pada 24 Maret 2021.
65
mengatakan:
Untuk kegitan keagamaan di kampung arab itu ada mingguan, bulanan
dan juga tahunan, semuanya tergantung dari kegiatan mereka. Yang
mana kegiatan itu bertepatan dengan hari besar keagamaan seperti Idul
Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi dan lain sebagainya kebiasaan islami
yang terus dijalankan adalah fiqih, kitab maulid, ada beberapa kitab
maulid yang populer di masyarakat seperti Diba’, Syaraful Anam,..91
Dari penjelasan di atas dapat dicermati bahwa terdapat berbagai jenis
ritual keagamaan di Kampung Arab yang diadakan secara mingguan,
bulanan, maupun tahunan. Untuk ritual keagamaan mingguan dan bulanan
biasanya berupa pengajian rutin maupun forum-forum diskusi keagamaan.
Untuk ritual keagamaan tahunan biasanya diselenggarakan ketika
bertepatan dengan hari besar keagamaan seperti Idul Fitri, Idul Adha,
Maulid Nabi dan lain sebagainya. Salah satu budaya Islam yang kuat
mengakar adalah budaya pembacaan kitab maulid, ada beberapa kitab
maulid yang populer di masyarakat seperti Diba’, Syaraful Anam, Barzanji
dan Simthud Durar dan seringkali diadakan acara makan bersama dengan
menu nasi kebuli dan daging kambing. Selain ritual keagamaan yang
dilakukan secara kontinyu, terdapat beberapa ritual yang diselenggarakan
pada acara tertentu seperti perkawinan, khitanan dan sebagainya.
16. Tahun 2015-2021
Pada dasarnya budaya hijab merupakan budaya Arab yang dikuatkan
oleh aturan-aturan Islam karena mengandung kebaikan. Budaya hijab secara
garis besar bertujuan untuk menjaga kehormatan wanita, kehormatan
keluarga dan penghormatan kepada tamu. Melalui pemahaman tersebut
menjadikan budaya hijab berlaku hingga saat ini Kecamatan Pelayangan
Kota Jambi. Ketat atau tidaknya aturan hijab dalam suatu rumah, ditentukan
oleh tingkat pendidikan dan wawasan keluarga tersebut. Semakin tinggi
91 Wawancara bersama Habib Husman keturunan masyarakat Kampung Arab, pada 24
Maret 2021.
66
pendidikan/wawasan suatu keluarga, pelaksanaan aturan hijab lebih
dipertimbangkan sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Sebagaimana dapat
dilihat dari hasil wawancara bersama Ibu Khasanah selaku Keluarga dari
Habib Husman Keturunan Msyarakat Arab yang mengatakan:
Sekarang banyak turunan syarifah yang menyimpang, mulai dari tidak
memakai hijab banyak ditemukan di media sosial, ada juga yang
prilakuanya tidak lagi sesuai dengan ajaran islam. Untuk itu keharusan
dan kewajiban dalam mengunakan hijab harus terus diagungkan dalam
kegiatan minggunan92
Dari penjelasan di atas dapat dicermati bahwa aturan hijab yang
diterapkan dalam lingkungan rumah salah satunya adalah pemberian
batasan ruang terhadap tamu, terutama tamu laki-laki. Tamu laki-laki
memiliki wilayah yang sangat terbatas ketika berkunjung dan tidak
diperkenankan untuk masuk kedalam ruang-ruang keluarga. Di ruang-
ruang keluarga tersebut anggota keluarga melakukan aktivitas pribadi.
Apabila tamu masuk hingga ruang keluarga, akan mengakibatkan
ketidaknyamanan anggota keluarga karena keberadaan orang asing.
Sedangkan bagi tamu, juga memungkinkan rasa tidak nyaman karena
melihat aktivitas pribadi anggota keluarga.
92 Wawancara bersama , Ibu Khasanah selaku Keluarga dari Habib Husman Keturunan
Msyarakat Arab, pada 24 Maret 2021.
66
BAB V
PENUTUP
A. Keseimpulan
Berdasarkan hasil temuan peneliti, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kondisi sosial keagamaan keturunan masyarakat Arab di Jambi Kota Seberang
pada tahun 1945-2021 dimana keturunan masyarakat Arab sangat dikenal
adalah keluarga Al Jufri, golongan Said ini dikenal berkarakter, bermoral
tinggi, tidak merokok, dan tidak menyandang senjata, sehingga dihormati
dimana-mana. Keturunan masyarakat Arab telah membantu penyebaran agama
Islam di Kota Jambi dengan terus berdakwah melalui bidang pendidikan,
pengajian dan juga perdagangan guna menanamkan rasa keimanan pada
masyarakat Kota Jambi. Ditemukan kondisi sosial yang dilakukan adalah
dengan menjalin kontak sosial antara orang perorangan dengan melakukan
tegur sapa dan juga memberi sedekah, kegiatan kelompok dengan bergotong-
royong di lingkungan sekitar, selain itu juga terjalinnya komunikasi yang baik
dari tingkat RT hingga tingkat Kecamatan Pelayangan. Kegiatan harian
keagamaan dilakukan dengan shalat berjamaah dan juga membaca Al-Quran di
masjid dalam kegiatan mingguan dengan kajian Islam, mengkaji kitab fiqih dan
juga kajian sejarah Islam dalam Majlis Ta’lim, kegiatan bulanan dengan
berbuka puasa bersama di masjid dan kegiatan tahunan peringatan isra’ mi’raj
dan peringatan Nuzulul Qur’an.
2. Peran keturunan masyarakat Arab dalam Bidang Sosial keagamaan terhadap
masyarakat di Jambi Kota Seberang pada tahun 1945-2021 sangatlah besar
bagi perkembangan Islam di Kota Jambi, adapun peran dalam bidang sosial
yaitu dengan berbaur dalam kegiatan sosial seperti bergotong royong,
memperingati hari besar seperti, Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra’ Mi’raj,
Idul Fitri dan Idul Adha berbaur dengan masyarakat sekitar, dan bersilaturahmi
kekerabat dengan meningkatkan persaudaraan dalam tali pernikahan. Dalam
bidang keagamaan dengan kegiatan, Kajian raudatul Du’a dengan belajar
membaca alquran, fiqih, tasawuf dan juga shalawatan. Kajian rohah adalah
67
kajian kitab kuno yang dilaksanakan oleh orang-orang Arab Alawiyyin di
Hadramaut, Kesenian Hajir Marawis digunakan oleh orang-orang Hadrami
untuk melakukan dakwah kepada masyarakat Jambi untuk memperkenalkan
Islam melalui kesenian.
B. SARAN
Adapun beberapa saran yang penulis berikan sebagai berikut:
1. Hendaknya peninggalan perjuangan para ulama terus dijaga dan terus
dilestarikan di tengah masyarakat.
2. Hendaknya nilai-nilai keagamaan terus ditanamkan ke generasi muda saat
ini agar tidak terpengaruh dengan moderenisasi dan hendaknya dapat
bermanfaat buat generasi yang akan datang, sehingga dikemudian hari dapat
dikembangkan lebih lanjut pengamatan dan penelitian tentang sejarah
keturunan masyarakat Arab ini, dengan demikian akan diperoleh hasil yang
lebih sempurna.
68
DAFTAR PUSTAKA
Arsini, Yenti, “Konsep Dasar Pelaksanaan Bimbingan Konseling Di Sekolah”,
Jurnal Pendidikan dan Konseling, Vol. 7, NO. 1, Edisi Januari-Juni
2017.
Ahmad Thib Raya, Manajemen Perjalanan Hidup dan Mati, Jakarta: Pustaka
Indah, 2015.
Apdelmi “Islam dan Sejarahnya Pada Masyarakat Jambi Seberang”, Jurnal
Tsaqofah & Tarikh Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2018.
Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara
Abad XVII & XVIII, Jakarta: 2007.
Asmiyatun.”Perjuangan Rakyat Magelang dalam Mempertahankan Kemerdekaan
Tahun 1947- 1949”.Skripsi. Semarang : Jurusan Sejarah FIS UNNES,
2005.
Artono, La Ode Rabani,”Komunitas Arab:Kontinuitas Dan Perubahannya Di Kota
Surabaya 1900–1942”, Jurnal Masyarakat dan Budaya , Volume 7 No. 2
Tahun 2005.
Abdurrahman. Dudung, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, Yogyakarta:
Ombak 2011.
Berg, Van den, Orang Arab di Nusantara, Jakarta: Latalaog Terbitan, 2010.
Budihardjo. Perkembangan Ekonomi Masyarakat Daerah Jambi; studi pada masa
kolonial. Yogyakarta: Philosophy Press. 2001.
Bafadal, Muthiah, “Sejarah Komunitas Keturunan Bafadhal Di Bidang Pendidikan
Islamtahun 1937-1967 Di Kota Jambi”, Jurnal Ilmiah Istoria E-ISSN
2597-8845 Vol. 3 No 1 2019.
Brannen, Julia, Memadu Metode Penelitian Kualitati dan Kuantitatif, Jakarta:
Pustaka Pelajar, 2005.
Faisal, Sanapiah, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007.
69
Harun, Hermanto dan Irma Sagala, “Dinamika Model Pemerintahan dalam
Masyarakat Melayu Islam Jambi: Studi Kasus Kabupaten Bungo”, Jurnal
Kontekstualita, Vol. 28, No. 1, 2013.
Hidayyatullah, Syarif, “Bentuk-Bentuk Perjuangan Ulama Dalam
Mempertahankan Kemerdekaan di Jambi 1945 – 1949”, Fakultas Adab
dan Humaniora UNiversitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi, 2018.
Haryono, Muhammad, Peranan Keturunan Masyarakat Arab Dalam Bidang
Sosial Keagamaan di Betawi 1900-1942 UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2015.
Ismul, As'sd, “Pergbseran Peran Sosial Tuan Guru Dalam Masyarakat Jambi
Seberang”, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan I Vol.20 No. 1, Juni
2005.
Imran, Amrin dkk. “Perjuangan Lokal Sumatera Barat Perjuangan Rakyat dan
TNI di Cupak Kabupaten Solok 1945-1949”.Jakarta : Balai Kajian
Sejarah dan Nilai Tradisional Padang, 2003.
Juwono, Harto, ed, Kesultanan Jambi dalam Konteks Sejarah Nusantara Jakarta,
Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Badan Libang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2013.
Kartodirdjo, Sartono, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah,
Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2016.
Koentjoroningrat, etal. Kamus Istilah Antropologi, Jakarta, Progres Jakarta, 2003.
Lubis, Ridwan, Sosiologi Agama: Memahami Perkembangan Agama dalam
Interaksi Sosial, Jakarta, 2017.
Moeleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2017.
Makmur, Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan, Bandung: PT Rineka
Aditama, 2015.
70
M. Husnul, Saifuddin Atau Safiuddin?: Atau Jambi Di Pinggir Sejarah.
Kontekstualita: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 2010.
Munaqib, Sayyid Idrus bin Hasan Al-Jufri, Pengeran Wirokusumo, 2010.
Noname, Sejarah Pendidikan Daerah Jambi. Jambi: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Jambi, 2018.
Nur, M.,dkk, Sejarah Lokal Sumatra Barat Perjuangan Rakyat dan TNI di Cupak
Kabupaten Solok 1945-1950, (Balai kajian sejarah dan nilai tradisional
Padang proyek pengkajian dan pemanfaatan sejarah dan tradisi Padang,
2003.
Rabani, DLa Ode Artono, “Komunitas Arab: Kontinuitas dan Perubahan di Kota
Surabaya 1900-1942”, Jurnal Masyarakat.
Roni, Abd, Peran Al-Habib As-Sayyid Idrus Bin Hasan Al-Jufri Pangeran
Wirokusumo dalam Menyebarkan Agama Islam. Suatu Kegiatan Studi
Tokoh di kel. Olak Kemang Kec. Danau Teluk Kota Jambi, Jambi: IAIN
STS Jambi, 2011.
Scholten, Elsbeth Locher, Kesultanan Sumatra dan Negara Kolonial, Jakarta:
Banana, 2008.
Sutrisno, Fajar, Habib Idrus Al-Jufri, (Peranannya di Kesultanan Jambi), Jambi:
IAIN STS Jambi, 2015.
Sucialinda, Lilis, Peranan Masyarakat Arab Melayu Dalam Pengembangan Islam
Di Kota Jambi Awal Abad XX”, Jurnal Istoria Prodi Pendidikan Sejarah,
Vol 3 No 2 September 2019.
Soekamto, Soejono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Grafindo Persada, 2012.
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : 2014.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung:
Alfabeta, 2009.
Umar, Metode Penelitian Untuk Sekripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011.
Yamin, Martinis, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan
Kuantitatif, Jakarta: Komplek Kejaksaan Agung, Cipaayung, 2009.
71
Yanuri, Beti Posha, Perkembangan Islam di Indonesia Paska Kemerdekaan,
Jurnal Historia, Vol 3, No. 2, 2015.
72
LAMPIRAN
Wawancara bersama Bapak Suhaimi Ishak Ketua Adat Kampung Arab.
Wawancara bersama Habib Husman Masyarakat Kampung Arab.
73
Masjid Masyarakat Arab Melayu Sebrang Kota Jambi.
Wawancara bersama Ibu Khasanah selaku Keluarga dari Habib Husman
Keturunan Masyarakat Arab.
74
Bersama Rafiq Abdel Natsir penjaga makam Alhabib Husin Bin Ahmad
Baraghbah.
Bersama Habib Haris Al kaff salah satu Keturunan Masyarakat Arab.
75
Ibu Syarifah Fauziah Baragbah salah satu Keturunan Masyarakat Arab.
Kondisi makam Alhabib Husin Bin Ahmad Baraghbah.
76
Kondisi makam Alhabib Husin Bin Ahmad Baraghbah.
Bapak H. Khusni selaku Kepala Desa Kelurahan Arab Melayu di Kecamatan
Pelayangan.
77
CURRICULUM VITAE
A. Data Pribadi
1. Nama : Ummi Fadhila
2. Tempat Tanggal Lahir : Sungai Jering, 02-April-2000
3. NIM : 402170842
4. Fakultas : Adab dan Humaniora
5. Jurusan : Sejarah Peradaban Islam
6. Jenis Kelamin : Perempuan
7. Nama Ayah : Siswanto
8. Nama Ibu : Kasmila
9. Alamat : Sungai Jering, Kec. Pangkalan
Jambu Kab. Merangin
10. No Handphone : 082239669867
11. Email : ummidilla02@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
1. 2017-2021 : UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi
2. 2014-2017 : Man 3 Kota Jambi
3. 2011-2014 : MtsN Pangkalan Jambu Merangin
4. 2005-2011 : SDN 132 Sungai Jering Merangin
top related