PENINGKATAN EFISIENSI DAN PRODUKTIFITAS GALANGAN …
Post on 16-Oct-2021
9 Views
Preview:
Transcript
PENINGKATAN EFISIENSI DAN PRODUKTIFITAS GALANGAN DENGAN PENDEKATAN MULTI INDUSTRI
Mohammad Aldi Prambudiansyah, Sunaryo, dan Hadi Tresno Wibowo
Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia
E-mail: aldiprambudiansyah@gmail.com
Abstrak
Penggunaan sistem manajemen produksi kapal sangatlah berpengaruh terhadap keseluruhan proses produksi
kapal. Keterbatasan modal untuk memodernisasi teknologi serta pengembangan lahan menjadi permasalahan
utama bagi galangan menengah dan galangan kecil. Salah satu cara peningkatan efisiensi produksi adalah
melalui pemilihan sistem manajemen produksinya itu sendiri. Metode multi industri menawarkan peningkatan
efisiensi dan produktifitas tanpa memerlukan modal besar sehingga galangan kecil dan menengah dapat
berpartisipasi didalam pasar yang lebih luas.
Kata Kunci : Proses Produksi Kapal, Fabrikasi, Kapal Pelat Datar, Multi Industri
INCREASING SHIPYARD EFFICIENCY AND PRODUCTIVITY THROUGH MULTI INDUSTRY SHIPBUILDING APPROACH
Abstract
Ship production management system is very influential to the overall ship production process. Limited capital
cost to modernize technology and land development becomes a major problem for medium and small shipyard.
One way to increase the efficiency of production is through the selection of the production management system
itself. Multi-industry method offers improved efficiency and productivity without the need for large capital cost
of small and medium-sized shipyards so that they can participate in the broader market.
Keyword : Ship Production Process, Fabrication, Ship Building, Flat Hull Ship, Multi-industry
Peningkatan efisiensi ..., Mohammad Aldi Prambudiansyah, FIB UI, 2015
PENDAHULUAN Galangan kapal yang ada di indonesia adalah galangan kapal berkembang dengan
mayoritas luas area galangan tidak sebesar galangan kapal di luar negeri. Ini menyulitkan
galangan kapal Indonesia untuk bersaing dengan pasar internasional karena galangan-
galangan di Indonesia memiliki keterbatasan tersebut.Untuk dapat terus berpartisipasi di
industri perkapalan dalam negeri pada era globalisasi ini diperlukan langkah-langkah bagi
galangan kapal kecil dan menengah untuk menyesuaikan kualitas dan kinerja mereka demi
memenuhi permintaan pasar.Langkah yang ada diantaranya adalah peranan pemerintah untuk
memberikan subsidi kepada galangan kapal agar bisa terus berjalan, modernisasi peralatan
serta perluasan galangan dan pelatihan para pekerja agar kualitas pekerjaan
meningkat.Langkah-langkah tersebut tentunya membutuhkan modal yang besar dalam
pelaksanaannya, berkaitan dengan hal itu perlu diingat bahwa galangan kapal kecil dan
menengah belum memiliki modal yang kuat dan pemerintah tidak bisa dibebankan
sepenuhnya dalam hal pemberian subsidi.
Langkah-langkah tersebut tentunya membutuhkan modal yang besar dalam
pelaksanaannya, berkaitan dengan hal itu perlu diingat bahwa galangan kapal kecil dan
menengah belum memiliki modal yang kuat dan pemerintah tidak bisa dibebankan
sepenuhnya dalam hal pemberian subsidi. Salah satu langkahnya adalah dengan mengikuti
metode Multi Industry. Yaitu sebuah metode pembangunan dengan cara melakukan kerja
sama pada beberapa industri pendukung guna mengoptimalkan sumberdaya manusia maupun
sumberdaya peralatan yang dimiliki untuk dapat meraih efisiensi yang baik guna bersaing
dengan galangan internasional yang telah menginvestasikan modal dalam jumlah besar
dibidang teknologi dan infrastruktur galangannya.
TINJAUAN TEORITIS Metode Produksi Kapal
Kapal merupakan alat transportasi Massive yang memiliki ukuran cukup besar, sebuah
kapal dituntut untuk dapat menopang banyaknya muatan yang dibawanya dari dinamika laut
yang ada, maka dari itu sebuah kapal besar pada umumnya memiliki konstruksi dari pelat baja
untuk menjamin kekuatan dari konstruksinya itu sendiri. Beberapa jenis kapal yang
menggunakan konstruksi baja diantaranya adalah kapal kontainer, kapal penumpang, kapal
ferry ro-ro, kapal tanker dan lain sebagainya. Menurut Departemen Pendidikan Nasional
Peningkatan efisiensi ..., Mohammad Aldi Prambudiansyah, FIB UI, 2015
(Urutan dan Pembuatan kapal, 2003), proses pembuatan kapal terdiri dari dua cara yaitu cara
pertama berdasarkan sistem, cara kedua berdasarkan tempat. Proses pembuatan kapal
berdasarkan sistem terbagi menjadi tiga macam yaitu sistem seksi, sistem blok seksi, sistem
blok.
1. Sistem seksi adalah sebuah sistem yang menerapkan pembangunan berdasarkan seksi-
seksi kecil.
2. Sistem blok seksi adalah sebuah sistem yang menerapkan pembangunan berdasarkan
beberapa seksi yang telah digabungkan terlebih dahulu.
3. Sistem blok adalah sebuah sistem yang menerapkan pembangunan berdasarkan blok-
blok besar yang telah rampung beserta dengan sistem – sistem yang ada didalamnya.
Menurut Sunaryo (2010), secara keseluruhan pembangunan kapal dapat dibagi
menjadi 4 tahap yaitu :
1. Tahap desain.
Pada tahap ini permintaan spesifikasi dari pemilik kapal/owner dituangkan
dalam perhitungan matematis oleh seorang naval architect menjadi data-data utama
kapal seperti L, B, H, T, DWT serta jarak pelayaran.
2. Tahap produksi.
Pada tahap ini desain hasil perhitungan akan dibuat secara nyata, proses ini
memakan waktu lama karena banyak proses-proses yang harus dilakukan dalam
membuat struktur kapal. Jika dikelompokan maka proses produksi kapal dapat dibagi
menjadi :
a. Pembelian material.
b. Pengumpulan material di galangan.
c. Treatment dan persiapan pada material untuk kegiatan fabrikasi.
d. Fabrikasi.
e. Perakitan.
f. Erection.
g. Outfitting.
3. Tahap Commisioning.
Commisioning adalah tahapan akhir dari produksi kapal sebelum kapal
diserahkan kepada pihak owner. Dalam tahap ini terdapat 2 proses, yaitu :
Peningkatan efisiensi ..., Mohammad Aldi Prambudiansyah, FIB UI, 2015
a. Peluncuran.
b. Ship trials. Adalah proses pengujian laik jalan sebuah kapal serta kesesuaian
antara hasil produksi dengan spesifikasi yang diminta oleh pihak owner khususnya
adalah kecepatan dari kapal tersebut
4. Penyerahan kapal kepada Owner.
Setelah semua proses 1-2-3 sudah selesai dan berkas admistrasi dari kapal telah selesai
maka kapal tersebut diserahkan kepada pihak owner.
Proses Fabrikasi Struktur Baja
Fabrikasi struktur baja umumnya dilakukan di workshop untuk skala proyek yang
cukup besar. Masing-masing penjelasan tentang tahapan fabrikasi struktur baja tersebut
menurut Thomas Schfly (1998) adalah sebagai berikut:
1. Marking
Penandaan atau marking material baja merupakan tahap awal fabrikasi struktur
baja, pengukuran dan penandaan dilaksanakan sesuai dengan shop drawing yang sudah
disetujui oleh pihak yang berwenang. Penandaan dengan menggunakan marker yang
jelas dan tahan air sangat dianjurkan dalam pengendalian ukuran potongan baja untuk
menghindari kesalahan potong. Penandaan bukan hanya untuk menandai ukuran
pemotongan saja, tetapi meliputi juga pemberian kode dari potongan atau member baja
itu sendiri untuk menghindari kesalahan dalam identifikasi untuk perakitan ataupun
untuk ereksi nantinya.
2. Cutting
Banyak cara dalam proses pemotongan baja diantaranya dengan menggunakan
api (flame cutting), yaitu pemotongan dengan menggunakan oxygen yang dicampur
dengan gas metana (LPG). Pemotongan dengan metode ini paling banyak digunakan
mengingat cepatnya proses pemotongan dan bisa dilakukan untuk berbagai ukuran
ketebalan dan bentuk potongan, sehingga lebih fleksibel dalam pelaksanaannya.
Pemotongan dengan cara ini bisa dilaksanakan secara manual atau mekanis.
Pemotongan dengan cara mekanis yaitu dengan track yang dipasang bersamaan dengan
alat potongnya yang berfungsi untuk membawa alat potong sehingga proses
pemotongan bisa berjalan dengan sendirinya, sehingga hasilnya bisa lebih cepat dan
Peningkatan efisiensi ..., Mohammad Aldi Prambudiansyah, FIB UI, 2015
lebih lurus. Selain metode tersebut masih banyak metode lagi dalam pemotongan baja,
diantaranya dengan plasma-arc cutting, shearing cutting, ataupun sawing.
3. Drilling
Pembuatan lubang (drilling) pada baja umumnya dilakukan dengan
menggunakan mesin punching, pembuatan lubang dengan metode ini sangat terbatas
ketebalannya, AISC sendiri mensyaratkan tebal material yang dilubangi adalah diameter
lubang ditambah 1/8 inc. Metode yang lain ialah dengan menggunakan mesin bor,
proses pembuatan lubang dengan metode ini akan lebih lama dibandingkan dengan
mesin punching. Untuk menjaga keakuratan jarak antar lubang banyak workshop yang
sudah menggunakan mesin CNC (Computer Numerically Controlled).
4. Fitting / Assembly
Material yang sudah dipotong dan dilubangi tersebut kemudian dilakukan
perakitan dengan cara dilas cantum (tack weld) atau dikenal dengan proses fitting atau
assembly. Proses perakitan harus dilaksanakan lebih hati-hati, harus sesuai dengan shop
drawing baik itu dimensi, orientasi ataupun jenis potongan itu sendiri, dikarenakan
apabila terjadi kesalahan pada tahap ini dan material telah selesai di las maka proses
perbaikanya akan lebih sulit lagi.
5. Welding
Proses pengelasan terdiri dari bebagai proses, umumnya proses pengelasan untuk
struktur baja adalah dengan proeses SMAW (shielded metal arch welding), tetapi
banyak juga yang menggunakan proeses GMAW (gas metal arch welding), FCAW
(flux-cored arch welding) ataupun SAW (sub merged arch welding). Proses pengelasan
SMAW yang paling banyak digunakan merupakan proses pengelasan manual dengan
menggunakan electrode, busur elektrik terbentuk diantara ujung-ujung elektroda logam
berlapis dan komponen baja yang akan di las. Busur ini membangkitkan panas sampai
6500oF yang dapat mencairkan sebagian logam dasar yang terkena panas, bagian ujung
elektroda juga mencair dan logam akan terdorong melalui udara, kutub kecil dari logam
yang mencair yang terbentuk disebut crater, pada saat elektroda bergerak disepanjang
sambungan, crater mengikutinya dan memadat dengan cepat pada saat temperatur dari
kutub turun dibawah titik leleh. Selama proses pengelasan, pada saat pelapis elektroda
berdekomposisi, terbentuklah selubung gas yang mencegah penyerapan partikel-partikel
Peningkatan efisiensi ..., Mohammad Aldi Prambudiansyah, FIB UI, 2015
dari udara sehingga proses pembentukan logamnya tidak terkontaminasi oleh udara luar
(Leonard Spiegel, 1991).
6. Finishing
Proses terakhir dari fabrikasi adalah pengecatan, hal yang perlu diperhatikan
dalam proses pengecatan ialah material cat yang dipakai dan proses pengecatannya itu
sendiri. Tujuan dari pengecatan itu sendiri ialah untuk melindungi baja dari bahayanya
korosi disamping sebagai fungsi estetis. Pemilihan material cat sangat menentukan daya
tahan dari cat itu sendiri, yang perlu diperhatikan dalam pemilihan material cat ialah
jenis atau generic type dari cat itu sendiri, pemilihan tipe cat itu sendiri harus
mempertimbangkan temperatur layanannya, kondisi atmosfer dilingkungannya,
adhesifitasnya, ataupun warnanya (Thomas Schfly, 1998). Proses pengecatan harus
mengikuti apa yang direkomendasikan oleh manufaktur cat itu sendiri ataupun pada
standar yang ada seperti SSPC (Steel Structure Painting Council). Proses persiapan
permukaan merupakan hal yang kritikal pada proses pengecatan, umumnya manufaktur
cat ataupun SSPC mewajibkan melakukan sand blasting terlebih dahulu. Proses sand
blasting merupakan proses pembersihan material dari karat ataupun kotoran lainnya
dengan menggunakan pasir yang disemprotkan dengan tekanan tertentu. Proses
berikutnya yang perlu diperhatikan ialah aplikasi/ penyemprotan dari material cat itu
sendiri. Aplikasi yang direkomendasikan umumnya dengan menggunakan spray kecuali
untuk posisi-posisi yang tidak terjangkau, bisa menggunakan kuas. Ketebalan cat harus
mengikuti standar yang berlaku, ketebalan cat yang dikenal dengan istilah dry film
thickness (DFT) harus benar-benar dijaga agar menghasilkan daya proteksi yang optimal
(Jhon, 1995). Tahapan terakhir dari fabrikasi ialah penamaan (marking) pada tiap
komponen baja untuk memudahkan proses ereksi dan menghindari salah pasang,
penamaan komponen atau marking harus sesuai dengan erection drawing.
METODE ANALISIS PERHITUNGAN
1. Drawing
Untuk memulai sebuah perhitungan, langkah yang pertama dilakukan adalah
membuat gambar teknis dari barang yang ingin disimulasikan. Untuk model simulasi
digunakan kapal pelat datar hasil desain Ir. Hadi Wibowo yang direncanakan akan
berfungsi sebagai sarana angkutan tol laut di Indonesia. Simulasi hanya menggunakan
kulit lambung dari kapal tersebut.
Peningkatan efisiensi ..., Mohammad Aldi Prambudiansyah, FIB UI, 2015
Gambar 4.1 Lambung kapal untuk simulasi
2. Shell Expansion
Untuk menentukan luasan serta penjelasan detail tentang lambung kapal maka
harus dibuat Shell Expansion agar memudahkan dalam pengambilan data-data dimensi
dari plat yang ingin diproduksi.
4.2 Shell Expansion
3. Nesting
Nesting dibuat untuk menentukan jumlah plat yang dibutuhkan untuk membuat
shell expansion tersebut. Didalam nesting kita dapat pula melihat work content yang ada
di dalamnya.
4.3 Nesting plat lambung kapal
Peningkatan efisiensi ..., Mohammad Aldi Prambudiansyah, FIB UI, 2015
4. Work Content
Dalam pengerjaan sebuah plat, terdapat beberapa proses yang harus dilewati
seperti sudah dijelaskan pada landasan teori yaitu marking, cutting, drilling, welding,
dan finishing. Untuk simulasi pembuatan plat kulit lambung hanya ada dua aspek work
content yang diperhatikan yaitu cutting dan welding.
Inti dari analisis ini berada pada perhitungan panjang pengerjaan cutting pada
plat nesting serta panjang welding pada saat perakitan.
5. Alur Kerja
Gambar 4.1 Flow Chart
HASIL DAN ANALISA Perhitungan Cutting Seluruh Plat.
Total Cutting
No Plat Panjang (M)
1 71,46
2 39,4
3 39,4
4 dan 5 55,3
Peningkatan efisiensi ..., Mohammad Aldi Prambudiansyah, FIB UI, 2015
6 48,38
7 38,78
8 40,4
9 47,8
10 37,94
11 45,12
12 100
13 67,82
14 76,28
15 61,54
16 60,54
17 24,3
18 29,38
19 25,46
20 16,3
21 52,52
22 6,94
23 25,22
24 35,2
25 149,75
26 140,08
27 67,38
28 56,24
29 13,38
30 19,02
Total 1491,33
Peningkatan efisiensi ..., Mohammad Aldi Prambudiansyah, FIB UI, 2015
Perhitungan Pengelasan Sekunder
Total Pengelasan Sekunder
No Plat Panjang (M)
1 20,8
2 16,8
3 16,8
4 dan 5 12,6
6 17
7 18
8 20,8
9 16,6
10 30
11 30,8
12 50
13 67,52
14 152,56
15 25,8
16 44,4
17 12,4
18 11,48
19 7,1
20 8,9
21 17,5
22 0
23 5,68
24 5,24
Peningkatan efisiensi ..., Mohammad Aldi Prambudiansyah, FIB UI, 2015
25 57,88
26 5,4
27 4,6
28 16,54
29 4,7
30 16,1
Total 714
Penggunaan Las Luar dan dalam maka dikalikan 2 (Double Bevel) 1428
Perhitungan Pengelasan Primer
Total Pengelasan Primer
No Plat Panjang
1 39,36
2 52,1
3 31,04
4 dan 5 19,5
6 24,4
7 27,58
8 21,3
9 24,3
10 27,248
11 23,92
12 50
13 74,88
14 46,28
Peningkatan efisiensi ..., Mohammad Aldi Prambudiansyah, FIB UI, 2015
15 46,66
16 21,05
17 32,9
18 17,87
19 20,02
20 10,85
21 42,4
22 6,48
23 20,22
24 6,99
25 68,42
26 46,26
27 30,1
28 11,2
29 0
30 32,02
Total 875,348
Penggunaan Las Luar dan dalam maka dikalikan 2 (Double Bevel) 1750,696
Peningkatan efisiensi ..., Mohammad Aldi Prambudiansyah, FIB UI, 2015
Perhitungan Work Content Total
Total Work Content
Cutting (M) 1491,33 32%
Pengelasan sekunder (M) 1428 31%
Pengelasan Primer (M) 1750,696 37%
Total 4670,026
KESIMPULAN
Terbukti dengan penggunaan metode multi industri ini banyak efisiensi yang dapat
dilakukan. Efisiensi tersebut dapat dibagi menjadi beberapa poin, yaitu:
1. Efisiensi dalam hal work content
Seperti yang bisa dilihat, dalam pengerjaan lambung plat datar yang dijadikan
model perhitungan, work content dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu cutting,
pengelasan sekunder dan pengelasan primer. Cutting adalah proses dimana sebuah plat
dengan dimensi standar yang dikeluarkan pabrik dipotong menjadi profil bentuk yang
diinginkan. Pengelasan sekunder adalah proses pengelasan profil hasil potongan plat
standar menjadi dimensi sebuah plat yang dibutuhkan untuk kulit lambung kapal, proses
pengelasan standar ini muncul dikarenakan plat yang untuk lambung kapal sehingga
tidak dapat dipenuhi oleh satu plat standar yang dikeluarkan pabrik, sehingga untuk
memenuhi dimensi yang diinginkan harus digabungkan potongan profil beberapa plat
standar untuk dijadikan satu kesatuan. Proses pengelasan primer adalah proses
pengelasan antara sebuah plat dengan dimensi yang sudah sesuai dengan kebutuhan
dengan plat lainnya dari lambung kapal itu sendiri.
Jika menggunakan proses fabrikasi biasa, work content total dari seluruh proses
sepanjang 4670,026 meter pengerjaan yang terdiri dari proses cutting, pengelasan
sekunder dan pengelasan primer. Dengan rincian cutting sepanjang 1491,33 meter,
pengelasan sekunder sepanjang 1428 meter, dan pengelasan primer sepanjang 1750,696
meter.
Peningkatan efisiensi ..., Mohammad Aldi Prambudiansyah, FIB UI, 2015
Dengan menggunakan metode multi industri, proses pengerjaan di galangan
dapat direduksi hingga lebih dari 30% karena proses cutting tidak dilakukan di
galangan, tetapi dilakukan di pabrik pembuatan plat baja. Reduksi yang dilakukan
tepatnya sebesar 32% dari total pengerjaan dengan metode biasa. Total work content
yang didapatkan sepanjang 3178,696 meter, yang terdiri dari 1428 meter pengelasan
sekunder dan 1750,696 meter pengelasan primer. Work content cutting tidak dihilangkan
tetapi dikerjakan pararel di industri pembuatan plat baja, yang dimaksud direduksi disini
adalah pengerjaan yang ada di galangan.
Efisiensi yang cukup besar didapatkan menggunakan metode multi industri ini
tentunya berpengaruh dalam kecepatan pengerjaan dari pembuatan lambung kapal itu
sendiri karena work content berdampak langsung pada kecepatan produksi. Dengan
pengerjaan paralel antara cutting dan pengelasan maka akan didapatkan efisiensi waktu
pengerjaan serta peningkatan produktifitas galangan, dengan syarat penerapan metode
ini dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan tidak hanya ada satu proyek
pengerjaan saja
2. Efisiensi pada infrastruktur galangan
Infrastruktur adalah bentuk investasi mahal bagi sebuah galangan, permasalahan
pemutakhiran teknologi dan perluasan lahan adalah pokok utama dari permasalahan
infrastruktur. Penggunaan metode multi industri ini akan memudahkan galangan dalam
hal infratruktur, karena metode ini membagi work content pada industri-industri
pendukung maka kebutuhan akan peralatan serta lahan akan berkurang.
Contoh nyata dapat terlihat pada simulasi yang dilakukan. Pada simulasi proses
cutting dipindahkan menjadi tanggung jawab produsen plat baja sehingga galangan
menengah dan galangan kecil tidak perlu lagi berinvestasi pada peralatan mahal seperti
mesin cutting. Pada simulasi yang dilakukan, tanggung jawab galangan hanya berupa
proses pengelasan saja. Berkurangnya peralatan yang stagnan itu artinya lahan dapat di
optimalkan untuk proses lainnya.
Dengan metode multi industri juga dapat dilihat bahwa tidak akan ada plat sisa
hasil cutting karena proses ini tidak dilakukan di galangan. Lahan yang tadinya
diperuntukan sebagai scrapping yard maka dapat dialihkan menjadi lahan produktif
untuk kegiatan lainnya.
Peningkatan efisiensi ..., Mohammad Aldi Prambudiansyah, FIB UI, 2015
Dengan optimalisasi lahan serta peralatan (teknologi) maka kesempatan untuk
galangan menengah dan galangan kecil semakin terbuka untuk berpartisipasi diruang
lingkup pasar yang lebih besar.Masalah yang ada pada galangan kecil dan menengah
jika dilihat memang berada pada terbatasnya modal sehingga tidak dapat me-modern-
isasikan teknologi serta tidak dapat pula memperluas lahan galangannya.
3. Efisiensi biaya produksi
Pengurangan biaya produksi dapat dilakukan dengan metode multi industri
melalui proses pengerjaan work content secara paralel itu sendiri. Proses cutting pasti
menelan biaya baik menggunakan plasma cutting maupun flame cutting. Dengan
pemindahan proses cutting menjadi tanggung jawab produsen plat baja maka akan
banyak hal yang bisa dihemat dalam sebuah proses produksi, pengiriman plat maka
tidak akan memakan banyak ruang dan beratnya pun berkurang.
Berdasarkan perhitungan simulasi, didapatkan penghematan didalam plat sisa
hasil nesting. Didapatkan persentase 37% dari total luasan seluruh plat yang tersisa atau
nantinya masuk proses scrapping. Dengan memindahkan proses pemotongan di
produsen baja maka plat sisa ini akan masuk kembali ke lini produksi plat baja untuk
dicairkan ulang dan di cetak ulang. Tentunya hal ini menjadikan peningkatan efisiensi
baik di galangan maupun di produsen baja itu sendiri. Hal ini dapat menjadi daya tawar
atau setidaknya pengurangan biaya cutting yang dilakukan, dengan kompensasi plat sisa
tersebut.
4. Keuntungan khusus kapal plat datar
Jika kapal plat datar ini berhasil menjadi standar kapal bagi pelayaran rakyat dan
nelayan maka akan ada beberapa keuntungan khusus. Kapal plat datar memiliki struktur
sederhana tanpa lengkungan, hal ini mempermudah proses pengerjaan karena tidak ada
proses bending didalamnya. Jika kapal plat datar ini sukses menjadi produksi massal
dengan konfigurasi dimensi yang sama maka akan terjadi kerjasama yang berkelanjutan
antara produsen baja dan galangan sebagai pihak yang bertanggung jawab dibidang
fabrikasi. Hal ini sangat sejalan dengan metode multi industri yang harus dilakukan
secara berkesinambungan untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas galangan.
Produsen baja dapat menyediakan stok secara khusus plat yang dibutuhkan untuk kapal
plat datar sehingga pada saat dibutuhkan plat telah tersedia dan siap untuk dikirim ke
galangan. Dengan adanya proses ini maka investasi tidak hanya saja diperankan oleh
Peningkatan efisiensi ..., Mohammad Aldi Prambudiansyah, FIB UI, 2015
galangan, tetapi juga pihak produsen baja ikut berinvestasi dalam bentuk penyediaan
stok plat bagi kapal plat datar ini.
Dengan poin-poin diatas maka dapat disimpulkan bahwa metode multi industri ini
cukup menjanjikan untuk memberikan efisiensi terhadap produktifitas galangan menengah
dan galangan kecil.Metode ini cocok digunakan untuk galangan yang mengalami kesulitan
dalam pembaruan teknologi serta perluasan lahan.Dengan metode ini pula galangan
menengah dan galangan kecil dapat ikut bersaing untuk memperebutkan pasar yang lebih
besar. DAFTAR REFERENSI
Chang, Y. C. (2012). Ocean Governance A Way Forward. Amsterdam: Springer.
Keana, J. D. (1995). Steel Structures Painting Manual Vol.2. Ptsburgh: SSPC.
Leonard, S., & George, L. F. (1991). Desain Baja Struktural Terapan. Bandung: PT Eresco.
Okayama,Y, L.D.Chirillo. (1982). Product Work Breakdown Structure. USA: NSRP, Maritime Administration in cooperation with Todd Facific Shipyard Corp
Schfly, T. (1998). Fabrication & Erection Steel Structure. Chicago: AISC Illinois
Storch, R. L., et al. (1995). Ship Production. USA: Cornell Maritime press
Storch, R. L., Hammon, C. P., Bunch, H. M., & Moore, R. C. (1995). Ship Production Second Edition. New Jersey: The Society of Naval Architects and Marine Engineers
Sunaryo. (2010). Ship Production Process Management. Kementrian Pendidikan Nasional
Sunaryo. (2012). Study On The Possibility of Establishing Shipbuliding Cluster in Lampung Province, Sumatra, Indonesia. Ambon.
Tim Kurikulum SMK Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan ITS. (2003). Urutan dan Metode Pembuatan Kapal. Jakarta: Direktoran jendral pendidikan dasar dan menengah Departemen Pendidikan Nasional
Wahyudin. (2011). Teknik Produksi Kapal. Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan
Penulisan Buku Ajar 2011, Teknik Perkapalan, Universitas Hasanuddin, Makasar.
Peningkatan efisiensi ..., Mohammad Aldi Prambudiansyah, FIB UI, 2015
top related