Top Banner
 0 DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERHADAP PRODUKTIFITAS PERTANIAN TANAMAN PADI DI INDONESIA PADA TAHUN 2013 NAMA : ZABLIN NRP : 1314201713 TUGAS MATA KULIAH OFFICIAL STATISTIK PROGRAM PASCASARJANA STATISTIKA KERJASAMA BPS DAN ITS TAHUN 2014/2015
22

Dampak Program Peningkatan Produktifitas Terhadap Produktifitas Pertanian Tanaman Padi Di Indonesia Pada Tahun

Oct 07, 2015

Download

Documents

zablin-1

Analisis regresi untuk melihat pengaruh program peningkatan produktifitas terhadap produktifitas tanaman padi di indonesia tahun 2013
Program yang dimaksud adalah subsidi pupuk, penyuluhan pertanian dan bantuan modal lewat perbankan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 0

    DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERHADAP

    PRODUKTIFITAS PERTANIAN TANAMAN PADI DI INDONESIA

    PADA TAHUN 2013

    NAMA : ZABLIN

    NRP : 1314201713

    TUGAS MATA KULIAH OFFICIAL STATISTIK

    PROGRAM PASCASARJANA STATISTIKA KERJASAMA BPS DAN ITS

    TAHUN 2014/2015

  • 1

    1. PENDAHULUAN

    Sektor pertanian di Indonesia tetap menjadi sektor yang sangat penting walaupun

    bukan lagi sebagai penyumbang Produk Domestik Bruto terbesar. Hal ini karena sektor ini

    menyerap banyak tenaga kerja sehingga menjadi tumpuan hidup sebagian besar rakyat

    indonesia. Disamping itu, output sektor pertanian sangat strategis karena menyangkut upaya

    pemerintah dalam mewujudkan kedaulatan pangan. Sektor pertanian juga menjadi penentu

    keberhasilan pemerintah dalam upaya penanggulangan kemiskinan karena sebagian besar

    penduduk miskin bekerja di sektor ini.

    Dalam rangka mewujudkan swasembada pangan, pemerintah menghadapi berbagai

    permasalahan di sektor pertanian. Sektor pertanian identik dengan sektor yang menjadi

    pilihan terakhir bagi mereka yang tidak mendapatkan peluang bekerja di sektor lain.

    Akibatnya kualitas SDM di sektor pertanian lebih rendah dengan sektor lain. Lebih dari 70

    persen petani hanya bersekolah sampai sekolah dasar. Dengan tingkat pendidikan yang

    rendah akan sulit bagi petani untuk menyerap pengetahuan dan keterampilan untuk

    meningkatkan produktifitasnya, termasuk termasuk jika harus berhubungan dengan teknologi.

    Selain berpendidikan rendah, usaha sektor pertanian juga sulit berkembang karena

    kekurangan modal. Tidak seperti sektor lain, akses modal untuk sektor pertanian sulit karena

    tidak adanya agunan dan resiko gagal panen yang besar. Akibat kekurangan modal ini, sektor

    pertanian sulit berkembang dan cenderung monoton dari waktu ke waktu. Cara bertani secara

    tradisional masih lebih dominan dibandingkan dengan cara bertani modern. Disamping cara

    bertani yang masih tradisional, kekurangan modal juga mengakibatkan banyak petani yang

    berstatus sebagai buruh panen dan petani gurem. Maka menjadi hal yang lumrah kalau

    kantong kantong kemiskinan banyak di sektor pertanian.

    Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi pertanian.

    Peningkatan produksi pertanian dapat dilakukan dengan cara intensifikasi (peningkatan

    produktifitas) maupun ekstensifikasi (peningktan luas tanam). Beberapa program untuk

    mewujudkan pengingkatan produktifitas yang telah dilakukan oleh pemerintah diantaranya

    subsidi pupuk, bantuan modal usaha, bantuan alat dan mesih pertanian, bantuan benih,

    sekolah lapang pertanian dan sebagainya.

    1.1. Rumusan Masalah

    Apakah program peningkatan produktivitas pertanian tanaman padi memberikan

    pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan produktivitas pertanian tanaman padi?

  • 2

    Program yang dimaksud yaitu bantuan alat dan mesin pertanian, subsidi pupuk dan

    penyuluhan kepada petani.

    1.2. Tujuan

    Tujuan dari penelitian ini yaitu:

    1. Untuk mengetahui apakah persentase petani yang kesulitan mendapatkan sarana produksi

    signifikan mempengaruhi peningkatan produktifitas pertanian tanaman padi

    2. Untuk mengetahui apakah persentase petani yang mengikuti penyuluhan berpengaruh

    signifikan terhadap peningkatan produktifitas pertanian tanaman padi

    3. Untuk mengetahui apakah rasio alokasi pupuk bersubsidi terhadap luas panen

    berpengaruh signifikan terhadap peningkatan produktifitas tanaman padi

  • 3

    2. KAJIAN TEORI

    Model regresi linier berganda disamping menggambarkan hubungan antara variabel

    respon dan variabel prediktornya, juga dapat digunakan untuk melihat berapa besar pengaruh

    dari suatu variabel prediktor terhadap variabel respon. Model regresi linier berganda

    digunakan untuk menganalisis variabel respon yang bertipe kuantitatif. Model regresi linier

    berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    Y = 0 + 1X1 + 2X2 + + 11X11 +

    Dimana:

    Y = variabel respon

    X = variabel prediktor

    0 = intersep

    i = koefisien regresi; i = 1,.., 11

    = residual

    2.1. Estimasi Parameter

    Metode yang digunakan untuk mengestimasi parameter-paarameter yang tidak diketahui

    dalam model regresi linier berganda, yaitu metode Ordinary Least Square (OLS).

    2.2. Uji Signifikansi Model

    Prosedur pemilihan model terbaik dalam regresi linier berganda dapat dilakukan dengan

    prosedur stepwise selection. Prosedur ini menggunakan proses komputasi. Untuk

    menguji kesesuaian model secara serentak digunakan uji-F. Formula statistik uji-F

    adalah:

    Hipotesisnya dinyatakan sebagai berikut:

    H0 : 1 = 2 = . . . = j = 0 (tidak ada pengaruh antara variabel prediktorterhadap variabel

    respon)

    H1 : minimal ada satu j 0 (minimal ada satu pengaruh variabel prediktor terhadap

    variabel respon)

    Jika p-value < maka kita menolak H0 yang berarti dapat disimpulkan bahwa variabel

    prediktor secara serentak mempengaruhi variabel respon. H0 ditolak berarti paling sedikit

    ada satu j 0. Untuk melihat j mana yang nol (tidak signifikan), dapata dilakukan uji

    koefisien parameter secara parsial dengan uji-t.

  • 4

    2.3. Uji Parameter

    Uji parameter yang digunakan adalah uji-t. Statistik ini digunakan untuk menguji

    koefisien regresi secara parsial dalam model regresi linier berganda. Formula statitik uji-t

    adalah:

    Sedangkan hipotesis yang digunakan adalah:

    H0 : j = 0; j = 1, 2, , k (tidak ada pengaruh antara variabel prediktor ke-j terhadap

    variabel respon)

    H1 : j 0; j = 1, 2, , k (ada pengaruh antara variabel prediktor ke-j terhadap variabel

    respon)

    2.4. Uji Asumsi

    2.4.1. Asumsi Normalitas Kolmogorov Smirnov

    Pengujian hipotesis untuk model baik serentak maupun parsial mensyaratkan error

    berdistribusi normal ( ). Pengujian distribusi normal menggunakan statistik uji

    kolmogorov-smirnov

    Hipotesis

    Ho : F(x) = F0(x)

    H1 : F(x) F0(x)

    Statistik Uji

    D = sup I S(x) F0(x) I

    Dimana

    S(x) adalah proporsi nilai pengamatan sampel yang kurang dari/sama dengan x

    F0(x) adalah Fungsi distribusi dari fungsi yang diketahui (normal)

    Tolak H0 jika D K1-

    2.4.2. Asumsi Homoskedasticity Gletjser

    Untuk memeriksa homoskedasticity dengan cara meregresikan error dengan semua

    variabel independent, dengan hipotesis yaitu:

    Ho : , i = 1,2,3,...,12

    Ha : minimal ada salah satu , i = 1,2,3,...,12

    = 0,05

    Tolak Ho jika p-value <

  • 5

    2.4.3. Asumsi Multikolinearitas

    Mulitikolinearitas terpenuhi dengan dua pertimbangan yaitu:

    1. Tidak ada perubahan tanda (perubahan hubungan dari positif ke negatif) antara

    variabel bebas dan variabel tidak bebas pada saat korelasi parsial dengan dalam

    model.

    2. Variance inflation factor (VIF) lebih kecil dari 10

    2.4.4. Asumsi Autokorelasi

    Asumsi Autokorelasi dapat diperiksa dengan menggunakan statistik uji Ljung-Box

    dengan ketentuan sebagai berikut:

    Hipotesis

    Ho : Tidak ada autokorelasi antar error

    Hi : Terdapat autokorelasi antar error

    Statistik uji Ljung-Box

    Tolak Ho jika Q >

  • 6

    3. METODOLOGI

    3.1. Sumber Data

    Sumber data yang digunakan berasal dari hasil pengolahan Survei Pendapatan Rumah

    Tangga Usaha Pertanian 2013 dan Survei Pertaninan (SP). Data statistik pertanian

    dikumpulkan oleh Dinas Pertanian bekerja sama dengan BPS baik yang dilakukan secara

    bulanan maupun tahunan pada tiap kecamatan, diseluruh wilayahIndonesia.

    3.2. Variabel Yang Digunakan

    Variabel Tidak Bebas

    Produktifitas Tanaman Padi adalah rata-rata produksi padi (kuintal) per hektar (Ha).

    Variabel Bebas

    1. Rasio Alokasi Pupuk bersubsidi dalam terhadap luas panen (RAP)

    Subsidi pupuk terdiri dari subsidi pupuk Urea, ZA, SP-36, NPK dan Organik.

    Besarnya alokasi pupuk bersubsidi setiap propinsi diatur dengan peraturan mentri

    pertanian. Alokasi pupuk kemudian dibagi dengan luas panen per propinsi. Luas

    panen merupakan akumulasi dari luas panen padi, kedelai, jagung, kacang tanah,

    kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, tanaman obat-obatan, tanaman hias, bawang merah,

    kentang, bawang daun, wortel, cabai dan perkebunan. Untuk variabel ini digunakan

    akumulasi luas panen tanaman tersebut sebelumnya karena sebagian besar pupuk

    bersubsidi digunakan untuk tanaman tersebut. Satuannya adalah ton per hektar.

    2. Persentase rumah tangga usaha pertanian (RTUP) yang kesulitan memperoleh sarana

    produksi

    Persentase RTUP menurut provinsi yang kesulitan memperoleh sarana produksi

    diperoleh dari hasil Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian 2013

    3. Persentase rumah tangga usaha pertanian (RTUP) yang mengikuti penyuluhan

    Persentase RTUP menurut provinsi yang kesulitan memperoleh sarana produksi

    diperoleh dari hasil Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian 2013

  • 7

    3.3. Kerangka Berpikir

    3.4. Alur Penelitian

    Untuk mencapai tujuan peneitian, maka disusun langkah-langkah sebagai berikut:

    1. Melakukan eksplorasi data variabel yaitu dengan mendeteksi adanya korelasi antara

    variabel respon dengan prediktor dapat juga dengan melihat hasil scatter plot dari variabel

    respon dan prediktor tersebut. Secara statistik dapat dilihat nilai korelasinya antar variabel

    dengan menggunakan korelasi pearson. Langkah ini juga bisa mendeteksi secara dini

    adanya multikolinieritas antar variabel prediktor satu dengan yang lain.

    2. Menyusun model linier berganda.

    3. Melakukan estimasi parameter dalam model linier berganda.

    4. Melakukan pengujian hipotesis baik secara parsial (uji-t) maupun serentak (uji-F).

    5. Melakukan pengujian asumsi residual apakah Independent, Identik, Normal (0,2).

    6. Melakukan interpretasi.

    Kebijakan Peningkatan Produktivitas Pertanian Tanaman

    Pangan

    1. Pupuk Bersubsidi

    2. Bantuan dan Penyediaan Alat dan Mesin Pertanian

    3. Peyuluhan

    Variabel Bebas

    1. Rasio Alokasi Pupuk bersubsidi terhadap luas panen

    2. Persentase RTUP yang kesulitan memperoleh sarana

    produksi

    3. Persentse RTUP yang mengikuti penyuluhan

    Variabel Tidak Bebas

    Produktivitas Pertanian Tanaman Padi

  • 8

    4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    4.1. Produktifitas Pertanian Tanaman Padi Tahun 2013 Menurut Provinsi

    Tabel 4.1. Produktifitas Pertanian Tanaman Padi Tahun 2013 Menurut Provinsi

    Provinsi Luas Panen

    (Ha)

    Produktivitas

    (Ku/Ha) Produksi (Ton)

    (1) (2) (3) (4)

    Aceh 419,183 46.68 1,956,940

    Sumatera Utara 742,968 50.17 3,727,249

    Sumatera barat 487,820 49.82 2,430,384

    Riau 118,518 36.63 434,144

    Jambi 153,243 43.36 664,535

    Sumatera Selatan 800,036 45.96 3,676,723

    Bengkulu 147,680 42.17 622,832

    Lampung 638,090 50.26 3,207,002

    Bangka Belitung 10,232 27.83 28,480

    Kepulauan Riau 379 36.15 1,370

    DKI Jakarta 1,744 58.88 10,268

    Jawa Barat 2,029,891 59.53 12,083,162

    Jawa Tengah 1,845,447 56.06 10,344,816

    DI Yogyakarta 159,266 57.88 921,824

    Jawa Timur 2,037,021 59.15 12,049,342

    Banten 393,704 52.92 2,083,608

    Bali 150,380 58.66 882,092

    Nusa Tenggara Barat 438,057 50.08 2,193,698

    Nusa Tenggara Timur 222,469 32.8 729,666

    Kalimantan Barat 464,898 31.01 1,441,876

    Kalimantan Tengah 247,473 32.84 812,652

    Kalimantan Selatan 479,721 42.34 2,031,029

    Kalimantan Timur 102,912 42.7 439,439

    Kalimantan Utara 35,926 34.72 124,724

    Sulawesi Utara 127,413 50.1 638,373

    Sulawesi Tengah 224,326 45.98 1,031,364

    Sulawesi Selatan 983,107 51.22 5,035,830

    Sulawesi Tenggara 132,945 42.23 561,361

    Gorontalo 56,894 52.01 295,913

    Sulawesi Barat 91,195 48.8 445,030

    Maluku 24,399 41.74 101,835

    Maluku Utara 19,281 37.57 72,445

    Papua Barat 7,523 39.76 29,912

    Papua 41,111 41.3 169,791

    Indonesia 13,835,252 51.52 71,279,709

  • 9

    Descriptive Statistics: Produktivitas Variable N N* Mean SE Mean StDev Minimum Q1 Median Q3

    Produktivitas 34 0 45.57 1.51 8.78 27.83 39.21 45.97 51.42

    Variable Maximum

    Produktivitas 59.53

    Dari tabel 4.1 Terlihat bahwa produktivitas padi antar provinsi cukup bervariasi,

    resume deskriptive statistik untuk produktifitas menunjukkan bahwa produktivitas tertinggi

    adalah 59,53 Ku/ha di Provinsi Jawa Barat dan terendah 27,53 Ku/ha di Provinsi Bangka

    Belitung, standar Deviasi juga cukup tinggi yaitu 8,78. Dengan produktifitas tertinggi

    tersebut, Jawa Barat menjadi Provinsi dengan produksi padi tertinggi yaitu 12.083.162 ton.

    Angka produksi terendah di Kepulauan Riau sebesar 1.370 ton.

    Variasi antar provinsi yang cukup tinggi ini memberikan peluang peningkatan

    produktifitas terutama bagi provinsi-provinsi yang produktifitasnya masih dibawah 50 Ku/ha.

    Produktifitas tinggi tidak saja terjadi di Pulau Jawa tapi juga di luar Pulau Jawa. Variasi dan

    sebaran ini memberikan kita bukti dan harapan bahwa apa yang berhasil dicapai oleh provinsi

    dengan produktifitas yang tinggi bukan mustahil bisa juga dicapai provinsi lain. Sentuhan

    kebijakan yang tepat bisa mempercepat provinsi-provinsi yang memiliki produktifitas rendah

    mengejar ketertinggalannya. Sehingga pada akhirnya bisa meningkatkan produksi tanaman

    padi dan terwujudnya ketahanan pangan secara nasional.

    Akses Terhadap Sarana Produksi

    Kesulitan mengakses sarana produksi menjadi salah satu kendala yang dihadapi oleh

    rumah tangga pertanian. Sekitar 20,80 persen rumah tangga mengaku kesulitan mengakses

    sarana produksi. Kesulitan akses diakibatkan oleh lokasi yang terpencil, mahal, sarana tidak

    tersedia dan sebagainya. Mahalnya harga sarana produksi masih menjadi alasan terbesar

    petani kesulitan mengakses sarana produksi.

    Gambar 4.1 Penyebab Kesulitan Memperoleh Sarana Produksi

  • 10

    Akses Terhadap Layanan Peningkatan Kapasitas Petani

    Akses petani terhadap penyuluhan-penyuluhan pertanian masih rendah. Hasil Survei

    Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian 2013 memberikan gambaran bahwa betapa

    minimnya akses petani terhadap penyuluhan. Hanya 19,14 persen RTUP yang mengikuti

    penyuluhan pertanian. Padahal materi yang diberikan sangat bermanfaat bagi mereka, antara

    lain mencakup penerapan teknologi pertanian, optimalisasi penggunaan sumber daya tani,

    diversifikasi pertanian, manajemen usaha tani, manajemen pemasaran, hingga peningkatan

    nilai tambah hasil produksi pertanian.

    Hasil Survei Pendapatan RTUP juga membuktikan bahwa petani dengan pendapatan

    tinggi memiliki tingkat keikutsertaan yang lebih tinggi terhadap layanan penyuluhan

    pertanian. Hal ini disebabkan mereka memiliki kesadaran akan pentingnya peyuluhan

    terhadap peningkatan produktifitas. Pemerintah butuh usaha ekstra terutama untuk

    meningkatkan partisipasi petani berpendapatan rendah dalam kegiatan-kegiatan penyuluhan.

    Alokasi Pupuk Bersubsidi

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 69/Permentan/SR.130/11/2012

    tanggal 30 Nopember 2012, Alokasi pupuk bersubsidi yang diolah dari Peraturan Menteri

    Pertanian tersebut adalah sebagai berikut:

    Tabel 4.2 Alokasi Pupuk Bersubsidi Menurut Pulau

    Pulau Jenis Pupuk (Ton)

    Urea SP-36 ZA NPK Organik

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    Sumatera 811,500 237,850 139,250 684,500 160,020

    Jawa 2,616,500 488,850 747,550 1,388,500 634,050

    Bali dan Nusa Tenggara 193,000 26,700 24,000 68,000 35,640

    Kalimantan 101,000 35,800 9,900 93,000 27,900

    Sulawesi 368,500 57,700 76,470 155,000 35,550

    Maluku 3,100 400 2,500 3,500 1,080

    Papua 6,400 2,700 330 7,500 5,760

    Total 4,100,000 850,000 1,000,000 2,400,000 900,000

  • 11

    Tabel 4.3 Rasio Alokasi Pupuk Bersubsidi Terhadap Luas Panen Menurut Pulau

    Pulau Jenis Pupuk (Ton)

    Total Urea SP-36 ZA NPK Organik

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

    Sumatera 0.05 0.01 0.01 0.04 0.01 0.12

    Jawa 0.22 0.04 0.06 0.11 0.05 0.49

    Bali dan Nusa Tenggara 0.09 0.01 0.01 0.03 0.02 0.17

    Kalimantan 0.02 0.01 0.00 0.01 0.00 0.04

    Sulawesi 0.08 0.01 0.02 0.03 0.01 0.15

    Maluku 0.01 0.00 0.00 0.01 0.00 0.02

    Papua 0.02 0.01 0.00 0.02 0.02 0.08

    Total 0.10 0.02 0.02 0.06 0.02 0.22

    Dari tabel 4.2 terlihat bahwa pulau Jawa masih menempati urutan pertama dalam hal jumlah

    alokasi pupuk disusul pulau Sumatera dan Sulawesi. Hal ini disesuaikan dengan luas lahan

    yang akan dipupuk. Rasio pupuk terhadap luas panen tanaman juga sangat bervariasi. Rasio

    terbesar masih terdapat di Pulau Jawa disusul Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi dan

    kemudian Sumatera.

    4.2. Model Regresi

    Pembentukan model antara variabel bebas dan tidak bebas menggunakan

    menggunakan paket program minitab memberikan hasil sebagai berikut:

    Produktivitas = 40.7 + 0.316 ikut penyuluhan - 0.181 kesulitan memperoleh sapro

    + 31.1 Rasio Alokasi Pupuk

    Predictor Coef SE Coef T P VIF

    Constant 40.669 3.534 11.51 0.000

    ikut penyuluhan 0.3165 0.1282 2.47 0.020 1.153

    kesulitan memperoleh sapro -0.18092 0.08421 -2.15 0.040 1.416

    Rasio Alokasi Pupuk 31.096 6.626 4.69 0.000 1.543

    S = 4.55803 R-Sq = 72.9% R-Sq(adj) = 70.1%

    Model di atas diperoleh dengan tidak mengikutsertakan Provinsi Bangka Belitung

    karena provinsi ini memiliki pola alokasi pupuk yang tidak sejalan dengan provinsi lain di

    Indonesia. Provinsi lain alokasi pupuk sebagian besar untuk tanaman pangan khususnya padi

    sementara Provinsi Bangka Belitung untuk perkebunan dan tanaman lain di luar padi. Pada

    tahun 2013 alokasi pupuk untuk Provinsi Bangka Belitung adalah sebesar 43.400 ton dengan

    luas panen pertanian tanaman padi hanya 10.232 ha. Sehingga tidak relevan mengukur

    alokasi pupuk total terhadap produktifitas tanaman padi di Provinsi Bangka Belitung.

    Hubungan alokasi pupuk bersubsidi terhadapa produktifitas pertanian tanaman padi di

    Provinsi Bangka Belitung bisa di modelkan jika terdapat data alokasi pupuk bersubsidi

    khusus untuk tanaman padi.

  • 12

    Interpretasi model sebagai berikut:

    1. Secara bersama-sama, seluruh variabel bebas mampu menjelaskan keragaman pada

    variabel tidak bebas sebesar 70,1 persen. Artinya program pemerintah dalam rangka

    meningkatkan produktifitas pertanian berupa pemberian pupuk gratis, bantuan dan

    penyediaan alat dan mesin pertanian serta penyuluhan hanya mampu menjelaskan

    sekitar 70,1 persen keragaman data produktifitas pertanian tanaman padi. Masih ada

    29,9 persen pengaruh variabel lain terhadap produktifitas pertanian tanaman padi.

    Variabel lain yang berpengaruh misalnya faktor alam seperti curah hujan, hama dan

    penyakit serta faktor dari dalam petani itu sendiri.

    2. Partisipasi petani mengikuti penyuluhan terbukti berpengaruh positif dan signifikan

    terhadap produktifitas pertanian tanaman padi. Jika faktor lain diasumsikan tetap,

    maka peningkatan 1 persen petani yang mengikuti penyuluhan akan mampu

    meningkatkan produktifitas sebesar 0,316 kuintal per hektar.

    3. Persentase petani yang kesulitan memperoleh sarana produksi mempunyai pengaruh

    negatif dan signifikan terhadap produktifitas pertanian. Jika diasumsikan faktor lain

    tidak berubah, maka apabila terjadi peningkatan sebesar 1 persen petani yang merasa

    kesulitan memperoleh sarana produksi maka akan terjadi penurunan produktifitas

    pertanian padi sebesar 0.18 kuintal per hektar.

    4. Alokasi pupuk bersubsidi berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktifitas

    pertanian tanaman padi. Semakin tinggi alokai pupuk bersubsidi maka akan semakin

    tinggi pula produktifitas. Jika faktor lain dianggap tetap maka peningkatan alokasi

    pupuk sebesar 0,1 ton per hektar akan meningkatkan produktifitas 3,11 kuintal per

    hektar. Pengaruh pupuk terhadap produktifitas bukanlah fungsi yang sifatnya linear

    mutlak. Artinya ada saatnya ketika produktifitas sudah tinggi atau alokasi pupuk

    sudah mencukupi maka penambahan pupuk tidak akan signifikan meningkatkan

    produktifitas.

    4.3. Pengujian Asumsi

    Asumsi Normalitas Residual

    Hipotesis

    Ho : F(x) = F0(x)

    Ha : F(x) F0(x)

    Gagal tolak Ho karena p-value > 0,05 sehingga distribusi residual tidak berbeda dengan

    distribusi normal (0,2) atau F(x) = F0(x). Kesimpulannya residual berdistribusi normal

  • 13

    1050-5-10

    99

    95

    90

    80

    70

    60

    50

    40

    30

    20

    10

    5

    1

    RESI14

    Percent

    Mean -1.62564E-14

    StDev 4.339

    N 33

    RJ 0.980

    P-Value >0.100

    Probability Plot of RESI14Normal

    Asumsi Hemoskedasticity

    Untuk memeriksa homoskedasticity dengan cara meregresikan error dengan semua

    variabel independent, dengan hipotesis yaitu:

    Ho : , i = 1,2,3,...,12

    Ha : minimal ada salah satu , i = 1,2,3,...,12

    Gagal tolak Ho karena p-value > 0,05, , sehingga dapat disimpulkan bahwa varians

    error konstan.

    RESI14 = - 0.00 + 0.000 ikut penyuluhan + 0.0000 kesulitan memperoleh sapro

    - 0.00 Rasio Alokasi Pupuk

    Analysis of Variance

    Source DF SS MS F P

    Regression 3 0.00 0.00 0.00 1.000

    Residual Error 29 602.49 20.78

    Total 32 602.49

    Asumsi Non Autokorelasi

    Hipotesis

    Ho : Tidak ada autokorelasi antar error

    Hi : Terdapat autokorelasi antar error

    Statistik uji Ljung-Box

  • 14

    Tolak Ho jika LBQ >

    Autocorrelation Function: RESI14 Lag ACF T LBQ

    1 0.331800 1.91 3.97

    2 0.167660 0.87 5.02

    3 -0.096477 -0.49 5.38

    4 -0.163933 -0.83 6.45

    5 -0.218979 -1.08 8.43

    6 -0.200780 -0.96 10.15

    7 -0.158117 -0.74 11.26

    8 -0.008469 -0.04 11.27

    Gagal tolak Ho untuk lag 1-8 yang dibuktikan dengan nilai LBQ < Chi-Square. Secara visual

    dapat dilihat pada gambar berikut

    87654321

    1.0

    0.8

    0.6

    0.4

    0.2

    0.0

    -0.2

    -0.4

    -0.6

    -0.8

    -1.0

    Lag

    Autocorrelation

    Autocorrelation Function for RESI14(w ith 5% significance lim its for the autocorrelations)

    Asumsi Multikolinearity

    Pengujian asumsi multikolinearity dengan menggunakan nilai VIF.

    Predictor Coef SE Coef T P VIF

    Constant 40.669 3.534 11.51 0.000

    ikut penyuluhan 0.3165 0.1282 2.47 0.020 1.153

    kesulitan memperoleh sapro -0.18092 0.08421 -2.15 0.040 1.416

    Rasio Alokasi Pupuk 31.096 6.626 4.69 0.000 1.543

    Hasil pengolahan menunjukkan VIF yang rendah (dibawah 10) sehingga bisa disimpulkan

    bahwa tidak ada multikolinearity.

  • 15

    5. KESIMPULAN

    1. Ketiga variabel yang merepresentasikan program peningkatan produktifitas signifikan

    mempengaruhi produktifitas pertanian tanaman padi. Ketiga variabel itu adalah :

    1. persentase petani yang kesulitan mendapatkan sarana produksi

    2. persentase petani yang mengikuti penyuluhan

    3. Rasio alokasi pupuk bersubsidi terhadap luas panen

    2. Ketiga variabel tersebut mampu menjelaskan 70,1 persen keragaman pada

    produktifitas sehingga masih ada 29,9 persen yang dipengaruhi oleh variabel lain.

  • 16

    Daftar Pustaka

    Badan Pusat Statistik RI (2014). Analisis Sosial Ekonomi Petani di Indonesia 2014, BPS RI,

    Jakarta.

    http://bps.go.id/publications/publikasi.php?pg=3&key=tanaman%20pangan

    http://www.bps.go.id/hasil_publikasi/intan2013-

    2014/index3.php?pub=Indikator%20Pertanian%202013-2014

    http://perundangan.pertanian.go.id/p-,eteri.php

  • 17

    Lam

    pir

    an

    Tab

    el 5

    .1 L

    uas

    Tan

    am

    Beb

    erap

    a K

    om

    od

    itas

    Uta

    ma

    Provinsi

    Padi

    Kedelai

    jagung

    Kacang

    Tanah

    Kacang

    Hijau

    Ubi Kayu

    Ubi

    Jalar

    Tanaman

    Obat-

    obatan

    Tanaman

    Hias

    Bawang

    Merah

    Kentang Bawang

    Daun

    Wortel Cabai

    Perkebunan

    Total

    Ace

    h 419

    ,183

    30,57

    9 44,09

    9 3,11

    8 903

    2

    ,725

    1,094

    40

    2

    0

    5

    47

    69

    2 249

    15

    1 7,60

    0 8

    56,601

    1,36

    7,94

    3

    Sum

    atera Utara

    742

    ,968

    3,12

    6 2

    11,750

    9,37

    7 2,130

    47

    ,141

    9,101

    70

    7

    21

    1,04

    8 5,63

    3 1,675

    1,958

    2

    1,25

    4 2

    ,054

    ,209

    2,36

    9,13

    0

    Sum

    atera ba

    rat

    487

    ,820

    69

    0 81,66

    5 5,90

    4 608

    5

    ,503

    4,530

    15

    1

    0

    4,14

    4 2,67

    0 4,188

    1,477

    8,95

    7 7

    91,807

    91

    2,29

    5

    Riau

    118

    ,518

    1,94

    9 11,74

    8 1,32

    5 585

    3

    ,863

    1,028

    4

    9

    0

    3

    2

    3,10

    5 3

    ,167

    ,205

    3,19

    0,86

    3

    Jambi

    153

    ,243

    1,87

    7 6,50

    4 1,16

    1 230

    2

    ,274

    2,670

    9

    5

    0

    2

    13

    4,52

    7 249

    6

    5 5,06

    4 1

    ,328

    ,654

    1,35

    3,58

    3

    Sum

    atera Selatan

    800

    ,036

    3,56

    4 32,55

    8 2,54

    7 1,332

    9

    ,397

    1,922

    25

    6

    2

    30

    12

    1 660

    44

    5 7,94

    4 1

    ,983

    ,212

    2,04

    3,98

    9

    Ben

    gkulu

    147

    ,680

    3,72

    0 18,25

    7 4,37

    0 1,384

    4

    ,861

    3,277

    35

    0

    0

    1

    16

    86

    8 2,713

    1,480

    7,94

    6 5

    02,630

    55

    1,97

    2

    Lampu

    ng

    638

    ,090

    4,98

    6 3

    46,315

    8,30

    5 2,941

    318

    ,107

    4,630

    36

    9

    3

    24

    4

    7 564

    36

    5 8,03

    7 7

    31,558

    1,42

    6,25

    1

    Ban

    gka Belitu

    ng

    10

    ,232

    - 2

    34

    34

    1 -

    795

    365

    6

    1

    0

    96

    88

    5 2

    35,595

    23

    8,37

    2

    Kep

    ulau

    an R

    iau

    379

    17 3

    39

    16

    9 -

    715

    237

    8

    0

    51

    59

    9 87,17

    8

    8

    9,31

    3

    DKI J

    akarta

    1,744

    - -

    - -

    -

    -

    2

    7

    -

    9

    Jawa Barat

    2,029

    ,891

    35,68

    2 1

    52,923

    54,34

    6 9,121

    95

    ,505

    26

    ,635

    2,812

    369

    11,25

    7 1

    3,82

    0 14

    ,362

    6,886

    2

    6,25

    6 4

    21,857

    87

    1,83

    1

    Jawa Ten

    gah

    1,845

    ,447

    65,27

    8 5

    32,061

    92,45

    4 5

    7,94

    1

    161

    ,783

    10

    ,011

    3,921

    208

    36,71

    5 1

    7,63

    0 11

    ,870

    1

    1,33

    7 3

    9,02

    2 4

    36,881

    1,47

    7,11

    2

    DI Y

    ogya

    karta

    159

    ,266

    23,29

    0 70,77

    2 65,68

    0 552

    58

    ,777

    419

    59

    1

    9

    8

    93

    61

    3,70

    7 59,98

    1

    28

    4,73

    2

    Jawa Tim

    ur

    2,037

    ,021

    21

    0,61

    8 1

    ,199

    ,544

    15

    0,01

    7 48,84

    5

    168

    ,194

    19

    ,139

    4,259

    431

    26,03

    0 1

    1,68

    8 9,318

    3,993

    6

    4,11

    4 8

    64,487

    2,78

    0,67

    7

    Ban

    ten

    393

    ,704

    7,92

    8 3,58

    3 9,27

    3 822

    6

    ,391

    2,125

    31

    2

    10

    2

    02

    87

    2

    7 1,11

    7 1

    61,650

    19

    3,52

    7

    Bali

    150

    ,380

    5,60

    5 18,22

    3 8,50

    0 1,129

    9

    ,085

    5,119

    13

    0

    15

    6

    58

    16

    3 133

    32

    8 4,04

    4 1

    23,793

    17

    6,92

    5

    Nus

    a Ten

    ggara

    Barat

    438

    ,057

    86,88

    2 1

    10,273

    30,77

    2 1

    9,37

    4

    3

    ,866

    866

    5

    9

    1

    9,27

    7 25

    7 62

    15

    5 6,10

    6 1

    23,752

    39

    1,70

    2

    Nus

    a Ten

    ggara

    Tim

    ur

    222

    ,469

    1,77

    8 2

    70,394

    13,88

    0 1

    1,86

    9

    79

    ,164

    9,992

    20

    7

    0

    8

    44

    7

    7 101

    27

    6 2,97

    5 2

    97,100

    68

    8,65

    7

    Kalim

    antan Barat

    464

    ,898

    1,20

    3 42,62

    1 1,11

    1 733

    10

    ,821

    1,818

    15

    4

    2

    254

    2,09

    0 1

    ,485

    ,589

    1,54

    6,39

    6

    Kalim

    antan

    Ten

    gah

    247

    ,473

    1,41

    3 2,06

    2 56

    4 127

    3

    ,406

    1,292

    4

    6

    0

    8

    368

    1,56

    5 1

    ,520

    ,036

    1,53

    0,88

    7

    Kalim

    antan

    Selatan

    479

    ,721

    3,03

    8 20,62

    9 9,14

    8 703

    4

    ,902

    1,336

    85

    4

    0

    8

    242

    1,59

    1 7

    18,562

    76

    1,01

    3

  • 18

    Kalim

    antan Tim

    ur

    102

    ,912

    96

    3 1,85

    8 1,10

    5 349

    2

    ,809

    1,269

    6

    3

    1

    6

    141

    2,16

    3 9

    56,436

    96

    7,16

    3

    Kalim

    antan Utara

    35

    ,926

    84 4

    45

    22

    5 7

    0

    2

    ,111

    358

    2

    7

    0

    3

    61

    92

    7 21

    4,68

    6

    21

    8,99

    6

    Sulaw

    esi U

    tara

    127

    ,413

    4,32

    5 1

    22,237

    6,71

    2 1,218

    4

    ,239

    4,059

    2

    9

    13

    3

    03

    9,87

    6 6,342

    1,243

    1,48

    9 92,00

    8

    25

    4,09

    4

    Sulaw

    esi T

    enga

    h 224

    ,326

    7,64

    2 34,17

    4 3,97

    1 1,009

    4

    ,844

    2,001

    3

    3

    0

    1,30

    7 3

    0 221

    3

    5 3,43

    2 6

    69,688

    72

    8,38

    7

    Sulaw

    esi S

    elatan

    983

    ,107

    30,93

    7 2

    74,046

    18,81

    2 1

    4,22

    6

    24

    ,720

    4,809

    30

    2

    6

    4,56

    9 2,01

    8 2,036

    1,732

    7,69

    9 5

    33,312

    91

    9,22

    3

    Sulaw

    esi

    Ten

    ggara

    132

    ,945

    3,73

    5 27,13

    3 6,54

    7 1,342

    8

    ,974

    2,882

    13

    8

    1

    88

    1

    269

    2

    1,80

    3 3

    95,089

    44

    8,00

    4

    Goron

    talo

    56

    ,894

    3,36

    7 1

    40,423

    95

    6 139

    364

    201

    5

    0

    72

    16

    2,30

    0 98,69

    0

    24

    6,53

    3

    Sulaw

    esi B

    arat

    91

    ,195

    94

    2 26,78

    1 48

    2 452

    2

    ,085

    803

    2

    5

    0

    66

    5

    231

    2

    2 1,05

    1 3

    44,109

    37

    7,05

    4

    Maluk

    u 24

    ,399

    20

    3 3,20

    3 1,26

    4 841

    4

    ,794

    1,796

    5

    3

    -

    1

    76

    3

    2 3

    2

    3 1,32

    3 1

    70,876

    18

    4,58

    7

    Maluk

    u Utara

    19

    ,281

    1,00

    5 10,39

    5 4,06

    9 278

    9

    ,284

    3,743

    5

    0

    1

    30

    197

    1

    9 97

    5 2

    59,645

    28

    9,74

    5

    Pap

    ua Barat

    7,523

    61

    7 1,25

    0 60

    0 173

    1

    ,082

    1,343

    7

    -

    47

    3

    89

    62

    0 77,78

    8

    8

    3,61

    9

    Pap

    ua

    41

    ,111

    3,75

    0 3,00

    5 1,95

    1 649

    3

    ,171

    30

    ,980

    2

    0

    1

    53

    2

    9 353

    5

    1 1,47

    2 1

    23,373

    16

    8,93

    9

    Indo

    nesia

    13

    ,835

    ,252

    55

    0,79

    3 3

    ,821

    ,504

    51

    9,05

    6 18

    2,07

    5 1

    ,065

    ,752

    161

    ,850

    1

    6,48

    2

    1,102

    98,93

    7 7

    0,18

    7 57

    ,264

    3

    2,07

    0 249

    ,232

    2

    1,88

    8,03

    6

    29,13

    3,52

    4

  • 19

    Tabel 5.2. Variabel Bebas dan Tidak Bebas Yang digunakan

    Provinsi Produktivitas Tanaman Padi

    Persentase Petani yang Mengikuti Penyuluhan

    Persentase Petani yang kesulitan

    memperoleh sapro Rasio Alokasi Pupuk

    Aceh 46.68 11.593 22.91 0.108923

    Sumatera Utara 50.17 11.445 22.39 0.127567

    Sumatera barat 49.82 15.418 17.42 0.127132

    Riau 36.63 9.99 14.51 0.0278

    Jambi 43.36 12.682 16.49 0.066431

    Sumatera Selatan 45.96 11.654 20.53 0.131855

    Bengkulu 42.17 13.164 28.41 0.098906

    Lampung 50.26 18.951 22.43 0.226852

    Kepulauan Riau 36.15 8.016 27.09 0.012264

    DKI Jakarta 58.88 22.506 17.66 0.627374

    Jawa Barat 59.53 18.777 15.4 0.444219

    Jawa Tengah 56.06 25.663 7.37 0.46711

    DI Yogyakarta 57.88 31.493 7.31 0.196848

    Jawa Timur 59.15 18.173 10.53 0.45748

    Banten 52.92 13.284 20.77 0.183744

    Bali 58.66 23.844 9.82 0.240448

    Nusa Tenggara Barat 50.08 14.794 26.85 0.221149

    Nusa Tenggara Timur 32.8 13.666 56.25 0.054328

    Kalimantan Barat 31.01 14.458 36.36 0.035549

    Kalimantan Tengah 32.84 15.869 23.27 0.02716

    Kalimantan Selatan 42.34 24.579 14.01 0.059803

    Kalimantan Timur 42.7 21.51 28.47 0.029895

    Kalimantan Utara 34.72 21.322 41.6 0.053781

    Sulawesi Utara 50.1 21.051 39.93 0.097508

    Sulawesi Tengah 45.98 23.631 31.3 0.068352

    Sulawesi Selatan 51.22 26.123 22.91 0.232609

    Sulawesi Tenggara 42.23 16.174 27.9 0.077459

    Gorontalo 52.01 34.894 35.19 0.097882

    Sulawesi Barat 48.8 20.723 31.79 0.081474

    Maluku 41.74 8.727 33.04 0.027753

    Maluku Utara 37.57 7.636 30.59 0.011973

    Papua Barat 39.76 15.266 44.16 0.038512

    Papua 41.3 8.742 40.15 0.06389

    Provinsi yang tidak diikutkan dalam model karena pola hubungan variabelnya sangat jauh berbeda dengan

    provinsi lain

    Provinsi Produktivitas Tanaman Padi

    Persentase Petani yang Mengikuti Penyuluhan

    Persentase Petani yang kesulitan

    memperoleh sapro Rasio Alokasi Pupuk

    Bangka Belitung 27.83 8.839 17.23 0.174575

  • 20

    Regression Analysis: Produktivita versus ikut penyulu, kesulitan me, ... The regression equation is

    Produktivitas = 40.7 + 0.316 ikut penyuluhan - 0.181 kesulitan memperoleh sapro

    + 31.1 Rasio Alokasi Pupuk

    Predictor Coef SE Coef T P VIF

    Constant 40.669 3.534 11.51 0.000

    ikut penyuluhan 0.3165 0.1282 2.47 0.020 1.153

    kesulitan memperoleh sapro -0.18092 0.08421 -2.15 0.040 1.416

    Rasio Alokasi Pupuk 31.096 6.626 4.69 0.000 1.543

    S = 4.55803 R-Sq = 72.9% R-Sq(adj) = 70.1%

    Analysis of Variance

    Source DF SS MS F P

    Regression 3 1619.34 539.78 25.98 0.000

    Residual Error 29 602.49 20.78

    Total 32 2221.83

    Source DF Seq SS

    ikut penyuluhan 1 593.98

    kesulitan memperoleh sapro 1 567.73

    Rasio Alokasi Pupuk 1 457.62

    Unusual Observations

    ikut

    Obs penyuluhan Produktivitas Fit SE Fit Residual St Resid

    10 22.5 58.880 64.106 2.877 -5.226 -1.48 X

    20 15.9 32.840 42.326 1.182 -9.486 -2.15R

  • 21

    302010 40200 0.500.250.00

    60

    45

    30

    30

    20

    10

    40

    20

    0

    Produktivitas

    ikut penyuluhan

    kesulitan memperoleh sapro

    Rasio A lokasi Pupuk

    Matrix Plot of Produktivita, ikut penyulu, kesulitan me, Rasio Alokas