PENGARUH THIN CAPITALIZATION CAPITAL INTENSITY DAN
Post on 14-Apr-2022
4 Views
Preview:
Transcript
PENGARUH THIN CAPITALIZATION, CAPITAL INTENSITY DAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP PENGHINDARAN
PAJAK DENGAN PEMANFAATAN TAX HAVENS COUNTRY SEBAGAI
VARIABEL MODERATING
(Studi Empiris Perusahaan Multinasional yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2019)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi
Oleh:
Rina Apriliyanti
NIM: 11160820000024
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/2021 M
ii
PENGARUH THIN CAPITALIZATION, CAPITAL INTENSITY DAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP PENGHINDARAN
PAJAK DENGAN PEMANFAATAN TAX HAVENS COUNTRY SEBAGAI
VARIABEL MODERATING
(Studi Empiris Perusahaan Multinasional yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2016-2019)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi
Oleh:
Rina Apriliyanti
NIM: 11160820000024
Di Bawah bimbingan:
Ismawati Haribowo, SE., M.Si
NIP. 19800909 201411 2 003
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H / 2021 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 6 April 2020 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Rina Apriliyanti
2. NIM : 11160820000024
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Thin Capitalization, Capital Intensity dan
Corporate Social Responsibility Terhadap Penghindaran Pajak dengan
Pemanfaatan Tax Havens Country Sebagai Variabel Moderating (Studi
Empiris Perusahaan Multinasional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2016-2019)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke
tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Akuntansi pada jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 6 April 2020
1. Dr. Yusar Sagara SE, Ak., M.Si., CA., CMA., CPMA
NIDN. 2009058601 (...........................)
Penguji I
2. Reskino, SE. M.Si., Ak., CA., CMA., CERA
NIP. 198005062008012016 (...........................)
Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Kamis, 22 April 2021 telah dilaksanakan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Rina Apriliyanti
2. NIM : 11160820000024
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Thin Capitalization, Capital Intensity dan
Corporate Social Responsibility Terhadap Penghindaran Pajak dengan
Pemanfaatan Tax Havens Country sebagai Variabel Moderating (Studi
Empiris Perusahaan Multinasional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2016-2019)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut
dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 April 2021
1. Fitri Damayanti, SE., M.Si (.................................)
NIP. 19810731 200604 2 003 Ketua Penguji
2. Ismawati Haribowo, SE., M.Si (.................................)
NIP. 19800909 201411 2 003 Pembimbing
3. Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc (.................................)
NIP. 19870604 201903 2 013 Penguji Ahli
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Rina Apriliyanti
NIM : 11160820000024
Program Studi : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa
izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu mempertanggungjawabkan atas karya
ini.
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui
pembuktian dan dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti
bahwa saya telah melanggar aturan di atas, maka saya siap dikenai sanksi
berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 10 Maret 2021
Rina Apriliyanti
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Rina Apriliyanti
2. Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 01 April 1998
3. Alamat : Jalan H. Salim Kp. Kelapa Dua RT
003/010 No. 134, Tugu, Cimanggis,
Depok, Jawa Barat
4. Telepon : 0896-6304-3521
5. Email : rina.apriliyanti14@gmail.com
II. PENDIDIKAN
1. SDN Tugu 8 (2004-2010)
2. SMPN 8 Depok (2010-2013)
3. MAN 14 Jakarta (2013-2016)
4. S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2016-2021)
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Nama Ayah : Bayu Dewanto
2. Nama Ibu : Sri Mulyanti
3. Anak ke : 1 dari 3 saudara
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Divisi Publikasi Dekorasi dan Dokumentasi Himpunan
Mahasiswa Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Periode 2016-2017.
2. Anggota Divisi Pengembangan SDM Ikatan Mahasiswa Akuntansi
Indonesia Simpul Jakarta Periode 2017-2019.
V. PENGALAMAN KEPANITIAAN
1. Koordinator Divisi Publikasi Dekorasi dan Dokumentasi Accounting
Week 2017. Acara yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa
Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah tahun 2017.
2. Anggota Divisi Humas GALAKSI 2017. Acara yang diselenggarakan
oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2017.
3. Penanggung Jawab Divisi Publikasi Dekorasi dan Dokumentasi KKN
189 SINERSA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2019.
vii
THE EFFECT OF THIN CAPITALIZATION, CAPITAL INTENSITY AND
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY ON TAX AVOIDANCE WITH
UTILIZATION OF TAX HAVENS COUNTRY AS MODERATING
VARIABLE
ABSTRACT
This study aims to examine the effect of thin capitalization, capital
intensity, and corporate social responsibility with utilization of tax havens country
as moderating variable. This study uses a sample multinational companies listed
on the Indonesian Efeek Exchange during the 2016-2019 period. The number of
multinational companies that were sampled in this study were 19 companies for
four years. The total sample of research is 76 financial statements and annual
reports. Data were analyzed using Moderate Regression Analyze (MRA) of panel
data with the help of the STATA 16 program.
The results of this study indicate that thin capitalization, capital intensity
and corporate social responsibility had no effect on the tax avoidance. Utilization
of tax havens country does strengthen the effect of thin capitalization and capital
intensity on the tax avoidance. Utilization of tax havens country does weaken the
effect of corporate social responsibility on tax avoidance.
Keywords: Thin Capitalization, Capital Intensity, Corporate Social Responsibility,
Tax Avoidance, Utilization of Tax Havens Country.
viii
PENGARUH THIN CAPITALIZATION, CAPITAL INTENSITY DAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP PENGHINDARAN
PAJAK DENGAN PEMANFAATAN TAX HAVENS COUNTRY SEBAGAI
VARIABEL MODERATING
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh thin capitalization,
capital intensity, dan corporate social responsibility terhadap penghindaran pajak
dengan pemanfaatan tax havens country sebagai variabel moderating. Penelitian ini
menggunakan sampel perusahaan multinasional yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2016-2019. Jumlah perusahaan multinasional yang
menjadi sampel penelitian ini sebanyak 19 perusahaan selama empat tahun. Total
sampel penelitian adalah 76 laporan keuangan dan laporan tahunan. Data dianalisis
menggunakan metode Moderate Regression Analyze (MRA) Data Panel dengan
bantuan program STATA 16.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa thin capitalization, capital
intensity dan corporate social responsibility tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak. Pemanfaatan tax havens country memperkuat pengaruh thin
capitalization dan capital intensity terhadap penghindaran pajak. Pemanfaatan tax
havens country memperlemah pengaruh corporate social responsibility terhadap
penghindaran pajak.
Kata kunci: Thin Capitalization, Capital Intensity, Corporate Social
Responsibility, Penghindaran Pajak, Pemanfaatan Tax Havens Country.
ix
KATA PENGANTAR
Asssalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena selalu menurunkan berkah,
rahmah, dan taufik-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini dengan judul “Pengaruh Thin Capitalization, Capital Intensity,
dan Corporate Social Responsibility terhadap Penghindaran Pajak
dengan Pemanfaatan Tax Havens Country sebagai Variabel Moderating
(Studi Empiris Perusahaan Multinasional yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2016-2019)”. Tak lupa pula shalawat dan salam selalu kita
panjatkan kepada baginda Rasulullah SAW, yang selalu memancarkan sinar
kedamaian untuk alam semesta.
Penyusunan penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dalam menyelesaikan skripsi ini, tak lupa pula ucapan
terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah ikut
memberikan bantuan dalam proses penyelesaian penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih atas doa, bantuan, bimbingan baik secara langsung
maupun tidak langsung penulis ucapkan kepada:
1. Orang tua tercinta, Mama dan Papa, yang selama ini telah memberikan
cinta yang tulus untuk semua putrinya. Terima kasih untuk semua kasih
sayang, perhatian, doa, semangat, dan segalanya yang telah Mama dan
Papa beri untuk penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., Msi., CA., QIA., BKP., CRMP. Selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si. Selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
5. Ibu Ismawati Haribowo, SE., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing skripsi
yang telah meluangkan waktunya untuk selalu memberikan ilmu, saran,
bimbingan dan motivasi kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan
skripsi ini.
6. Ibu Atiqah, SE., M.S.Ak. Selaku Dosen Pembimbing akademik yang telah
membantu dalam membimbing akademik perkuliahan.
7. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
8. Keluarga besar Opa Suradi dan Keluarga besar Jogonalan yang selalu
memotivasi penulis untuk menempuh dan menyelesaikan studi S1.
9. Teman seperjuangan bimbingan skripsi (Dewi, Safit, Endah, Rizky, dan
Dimas) yang saling mendoakan dan memberi dukungan.
10. Seluruh keluarga Akuntansi A dan seluruh keluarga besar Akuntansi
2016, terima kasih atas kenangan dan perjuangan semasa perkuliahan.
11. Keluarga Kubik Logistics, terutama Ibu Ratna Sari Tamin yang sudah
memberikan kesempatan untuk penulis magang dan selalu memberi
wejangan untuk masa depan penulis.
12. SJ Family dan RM Family yang selalu menghibur dengan canda tawa.
Penulis menyadari bahwa pembuatan skripsi ini masih jauh dalam
kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan proposal penelitian ini. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi para pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Jakarta, Maret 2021
Rina Apriliyanti
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 14
C Tujuan Penelitian ........................................................................................... 15
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 15
BAB II ................................................................................................................... 17
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 17
A. Teori-Teori Terkait dengan Penelitian ......................................................... 17
1. Teori Perilaku Terencana (Planned Behavior) .......................................... 17
2. Thin Capitalization .................................................................................... 19
3. Capital Intensity ......................................................................................... 21
4. Corporate Social Responsibility ................................................................ 24
5. Penghindaran Pajak .................................................................................... 26
6. Pemanfaatan Tax Havens Country ............................................................. 28
B. Penelitian Relevan ........................................................................................ 32
C. Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 37
D. Keterkaitan antar Variabel dan Hipotesis ..................................................... 38
xii
1. Pengaruh Thin Capitalization terhadap Penghindaran Pajak .................... 38
2. Pengaruh Capital Intensity terhadap Penghindaran Pajak ........................ 39
3. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Penghindaran Pajak 41
4. Pengaruh Thin Capitalization terhadap Penghindaran Pajak dengan
Pemanfaatan Tax Havens Country ............................................................ 42
5. Pengaruh Capital Intensity terhadap Penghindaran Pajak dengan
Pemanfaatan Tax Havens Country ............................................................ 43
6. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Penghindaran Pajak
dengan Pemanfaatan Tax Havens Country ................................................ 44
BAB III ................................................................................................................. 45
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 45
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 45
B. Penentuan Sampel ......................................................................................... 45
1. Populasi ...................................................................................................... 45
2. Sampel ........................................................................................................ 46
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 47
1. Penelitian Pustaka (Library Research) ...................................................... 47
2. Penelitian Lapangan (Field Research) ...................................................... 47
D. Metode Analisis Data ................................................................................... 48
1. Statistik Deskriptif ..................................................................................... 48
2. Model Regresi Data Panel ......................................................................... 48
3. Uji Asumsi Klasik ...................................................................................... 51
4. Uji Hipotesis .............................................................................................. 54
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................................................ 58
1. Variabel Dependen (Y) .............................................................................. 58
2. Variabel Independen (X) ............................................................................ 59
3. Variabel Moderating .................................................................................. 61
BAB IV ................................................................................................................. 63
ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 63
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................................. 63
B. Hasil Uji Data Penelitian .............................................................................. 64
xiii
1. Uji Analisis Statistik Deskriptif ................................................................ 64
2. Uji Pemilihan Model ................................................................................. 67
3. Uji Asumsi Klasik ..................................................................................... 74
4. Pengujian Goodness of Fit Model ............................................................. 79
5. Pengujian Hipotesis ................................................................................... 82
C. Pembahasan .................................................................................................. 86
1. Pengaruh Thin Capitalization Terhadap Penghindaran Pajak ................... 86
2. Pengaruh Capital Intensity Terhadap Penghindaran Pajak ........................ 88
3. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Penghindaran Pajak 89
4. Pengaruh Thin Capitalization Terhadap Penghindaran Pajak dengan
Pemanfaatan Tax Havens Country sebagai Variabel Moderating............. 91
5. Pengaruh Capital Intensity Terhadap Penghindaran Pajak dengan
Pemanfaatan Tax Havens Country sebagai Variabel Moderating............. 92
6. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Penghindaran Pajak
dengan Pemanfaatan Tax Havens Country sebagai Variabel Moderating 94
BAB V ................................................................................................................... 96
PENUTUP ............................................................................................................. 96
A. Kesimpulan ................................................................................................... 96
B. Saran ............................................................................................................. 97
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 99
LAMPIRAN.........................................................................................................108
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kasus Mengenai Penghindaran Pajak ...................................................... 3
Tabel 1.2 Daftar Negara Tax Havens Berdasarkan OECD .................................... 11
Tabel 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ........................................................... 32
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ..................................................... 62
Tabel 4.1 Rincian Perolehan Sampel Penelitian .....................................................64
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ..................................................................65
Tabel 4.3 Hasil Uji Regresi Model Pooled Least Square (PLS)..............................68
Tabel 4.4 Hasil Uji Regresi Model Fixed Effect (FE) ............................................69
Tabel 4.5 Hasil Uji Regresi Model Random Effect (RE) ........................................70
Tabel 4.6 Hasil Uji Chow........................................................................................72
Tabel 4.7 Hasil Uji Hausman..................................................................................73
Tabel 4.8 Hasil Uji Lagrange Multiplier.................................................................74
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas ...............................................................................75
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi Data ..................................76
Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolinieritas ...................................................................77
Tabel 4.12 Hasil Uji Heteroskedastisitas ...............................................................78
Tabel 4.13 Hasil Uji Autokorelasi ..........................................................................79
Tabel 4.14 Perbandingan Hasil Regresi Estimasi Model ........................................80
Tabel 4.15 Hasil Uji Regresi Metode SUR (Seemingly Unrelated
Regression) .........................................................................................81
Tabel 4.16 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Uji Adjusted R2)...............................82
Tabel 4.17 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik f)....................................83
Tabel 4.18 Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik z).......................................84
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran ......................................................... ......37
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Sampel Data Perusahaan ...................................................................109
Lampiran 2 Pengukuran Thin Capitalization .......................................................110
Lampiran 3 Pengukuran Capital Intensity ............................................................112
Lampiran 4 Pengukuran Corporate Social Responsibility ...................................114
Lampiran 5 Pengukuran Penghindaran Pajak ......................................................116
Lampiran 6 Pengukuran Pemanfaatan Tax Havens Country ...............................118
Lampiran 7 Hasil Output Variabel Setelah Transformasi Data ............................120
Lampiran 8 Hasil Output STATA .......................................................................122
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan berkembangnya arus globalisasi, arus dalam transaksi skala
internasional pun turut meningkat. Masyarakat dari seluruh negara kian
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan barang ataupun jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan multinasional yang mengembangkan sayap
bisnisnya ke negara lain. Maka tak heran jika laba yang diperoleh perusahaan
multinasional kian membaik. Oleh karena itu, perusahaan multinasional sebagai
badan usaha pun juga melakukan berbagai upaya untuk mengefisiensikan laba
yang diperoleh untuk menunaikan kewajiban perpajakannya. Dalam hal ini,
mereka berusaha seminimal mungkin membayar pajak terutangnya. Berbagai
upaya penghindaran pajak tersebut dilakukan, baik yang masih dalam batas-
batas praktik bisnis yang baik (good business purpose) dan dikategorikan
sebagai acceptable tax avoidance, atau penghindaran pajak yang dilakukan
semata-mata untuk menghindari pajak yang dikategorikan sebagai unacceptable
tax avoidance (Rahayu, 2017).
Pajak merupakan sumber pendapatan utama bagi suatu negara, baik
negara maju ataupun negara berkembang. Namun, pada faktanya masih sangat
banyak wajib pajak yang menghindar untuk menunaikan kewajiban
perpajakannya, khususnya badan usaha yaitu perusahaan multinasional. Dengan
2
adanya globalisasi yang dinilai mampu mengikis batas-batas antar negara, tidak
menutup kemungkinan akan ada pihak yang memanfaatkan celah tersebut untuk
melakukan praktik penghindaran pajak. Aliran dana gelap merupakan salah satu
penyebab berkurangnya potensi penerimaan pajak negara. Berdasarkan laporan
penelitian yang dirilis oleh Edy Susanto (2019) terdapat tiga sektor industri
dengan aliran dana gelap tertinggi yaitu sektor pertanian, manufaktur, dan
ekstraktif. Penelitian tersebut menilai adanya potensi kehilangan penerimaan
pajak dari perusahaan multinasional untuk pemerintah Indonesia sebesar Rp
390,5 miliar, yang dihitung dari kasus-kasus sepanjang periode 2010-2019.
Walaupun pemerintah Indonesia juga telah melakukan berbagai upaya untuk
memperbaiki peraturan-peraturan perpajakan, namun nyatanya masih banyak
perusahaan yang melakukan praktik penghindaran pajak.
Fenomena penghindaran pajak terungkap pada tahun 2016, dengan
rilisnya sebuah dokumen investigasi yang disebut dengan Panama Papers oleh
International Consortium of Investigate Journalist (Prastiwi & Ratnasari, 2019).
Dokumen investigasi tersebut berisi 11,5 juta penyelidikan dengan 214.000
perusahaan multinasional, termasuk pemegang saham dan direktur perusahaan.
Penghindaran pajak adalah proses dimana perusahaan berupaya mengurangi
pembayaran pajak penghasilan ke organisasi pajak (Salehi et al., 2017). Disisi
lain, penghindaran pajak memberikan dampak negatif pada kinerja pemerintah
(Hoseini et al., 2019). Praktik penghindaran pajak terjadi karena tidak semua
wajib pajak secara sukarela membayarkan kewajiban perpajakannya sesuai
sistem dan prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Faktor penting
3
ketidakpatuhan wajib pajak terhadap kewajiban perpajakannya adalah karena
pajak dapat mengurangi laba perusahaan dengan proporsi yang cukup besar,
sehingga keuntungan yang dapat didistribusikan kepada pemegang saham dan
manajer selaku pihak yang mengelola perusahan akan semakin kecil (Salwah &
Herianti, 2019). Menurut Cabello et al., (2019) penghindaran pajak adalah
kegiatan berisiko yang mengenakan biaya signifikan pada perusahaan dan pihak
manajemen perusahaan.
Tabel 1.1
Kasus mengenai Penghindaran Pajak
No. Kasus (Tahun) Penjelasan 1. Amazon (2017) Amazon mengirimkan keuntungan atas
hak kekayaan intelektualnya senilai $217 juta ke anak perusahaannya di Luksemburg. Pengiriman keuntungan ke tax havens country Eropa tersebut disinyalir merupakan salah satu cara Amazon mengurangi tagihan pajaknya di UE. Amazon didenda £283 juta.
2. Nike (2019) Nike mengalokasikan kepemilikan merek dagang dan kekayaan intelektual lainnya kepada anak perusahaan di negara Bermuda. Anak perusahaan Nike di Hilversum kemudian membayar royalti untuk penggunaan merek dagang ke negara Bermuda. Royalti dihitung sebagai pengeluaran usaha dan maka dari itu tidak dikenakan pajak di Belanda. Strategi lainnya adalah menekan tagihan pajak Nike di Amerika Serikat, dan memangkas tarif pajak.
3. PT Adaro Energy (2019)
Adaro diindikasi melakukan praktik penghindaran pajak dengan skema transfer pricing. Dengan cara menjual batu bara dengan harga murah ke anak perusahaan Adaro di Singapura, Coaltrade Services International untuk dijual lagi dengan harga tinggi.
4. British American Tobacco (BAT) dan PT Bentoel Internasional Investama (2019)
BAT mengalihkan sebagian pendapatannya ke luar Indonesia dengan cara melalui pinjaman intra perusahaan dan melalui pembayaran kembali ke Inggris untuk royalti, ongkos, dan layanan.
Dari berbagai sumber (2019).
4
Sebenarnya banyak sekali faktor-faktor yang menjadi pemicu utama
perusahaan melakukan praktik penghindaran pajak, baik dari faktor internal
maupun eksternal. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gaaya et al., (2017)
menyatakan bahwa family ownership berpengaruh positif terhadap penghindaran
pajak. Ferdiawan & Firmansyah, (2017) menyatakan bahwa hubungan politik
memiliki dampak positif yang signifikan terhadap penghindaran pajak yang
lebih rendah, dan perusahaan cabang atau anak perusahaan dapat digunakan oleh
perusahaan untuk lebih menghindari pajak dengan memanfaatkan aktivitas luar
negeri untuk mengurangi pajak melalui skema profit shifting dan profit holding.
Penelitian lainnya yaitu Cabello et al., (2019) menyatakan bahwa perbedaan
level manajemen berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Namun, dalam
penelitian ini yang menjadi fokus utama peneliti adalah thin capitalization,
capital intensity, corporate social responsibility, dan pemanfaatan tax havens
country.
Thin capitalization adalah mekanisme perusahaan dalam menaikkan
tingkat utang sehingga nilai modal menjadi lebih kecil (Syahidah & Rahayu,
2018). Thin capitalization ditandai dengan adanya kecenderungan rasio utang
terhadap modal yang lebih tinggi untuk menghasilkan penghindaran pajak yang
lebih tinggi. Di Indonesia, aturan mengenai thin capitalization telah diatur dalam
Undang-Undang, khususnya yang berkaitan dengan rasio utang terhadap modal
yaitu Pasal 18 ayat (1) UU PPh tahun 1983 yang menjelaskan bahwa Menteri
Keuangan yang berwenang menentukan besaran perbandingan utang dengan
modal yang dapat dibenarkan untuk kepentingan penghitungan pajak (Salwah &
5
Herianti, 2019). Untuk menekan pratik thin capitalization, Pemerintah secara
resmi menetapkan Keputusan Keuangan Nomor 169/PMK.010/2015 mulai
tahun pajak 2016 tentang Penentuan Besarnya Perbandingan Antara Utang dan
Modal Perusahaan untuk Keperluan Penghitungan Pajak Penghasilan. Besarnya
perbandingan utang dan modal menurut ketentuan terbaru maksimal sebesar 4:1.
Perbankan dan industri pembiayaan serta beberapa industri lainnya tidak
termasuk dalam keputusan ini, mereka tunduk pada keputusan lainnya. Di
Australia, peraturan thin capitalization ditujukan untuk mencegah pembayar
pajak dalam mengalokasikan jumlah utang yang tidak proporsional dalam
struktur modal operasional dengan melarang pemotongan bunga untuk
pembiayaan utang yang berlebihan yakni diatas 75% (Afifah & Prastiwi, 2019).
Thin capitalization memanfaatkan negara dengan tarif pajak tinggi
untuk mendapatkan pajak insentif dari bunga, sementara tarif pajak rendah
sering digunakan sebagai dana oleh perusahaan multinasional dengan
memanfaatkan tax havens country (Prastiwi & Ratnasari, 2019). Dalam pasar
modal Indonesia, terdapat perusahaan yang memiliki anak perusahaan di luar
Indonesia (perusahaan multinasional) dan sebaliknya. Tentunya antar kriteria
perusahaan tersebut memiliki diferensiasi terkait keputusan penggunaan utang.
Perusahaan multinasional lebih mudah daripada perusahaan domestik untuk
mengakses skema thin capitalization (Afifah & Prastiwi, 2019). Menurut
Salwah & Herianti (2019) setelah adanya peraturan Menteri Keuangan tentang
rasio utang terhadap modal mempengaruhi nilai rasio utang terhadap modal
(DER) menjadi lebih rendah, sehingga mempengaruhi penghindaran pajak. Hasil
6
serupa juga terdapat dalam penelitian Afifah & Prastiwi (2019) yang memiliki
hasil bahwa mekanisme thin capitalization mampu memberikan bukti adanya
pengaruh terhadap penghindaran pajak. Namun kedua hasil penelitian tersebut
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Selistiaweni et al., (2020)
yang memiliki hasil yaitu thin capitalization tidak berpengaruh signifikan
terhadap penghindaran pajak. Hal tersebut mengindikasikan bahwa nilai
perbandingan utang dan modal sebesar 4:1 sesuai dengan ketentuan terbaru tidak
terpenuhi.
Terkait praktik penghindaran pajak melalui capital intensity dilakukan
melalui biaya depresiasi yang dapat dikurangkan dari penghasilan dalam
menghitung pajak, maka dengan semakin besar jumlah aset tetap yang dimiliki
oleh perusahaan maka akan semakin besar pula depresiasinya sehingga
mengakibatkan jumlah penghasilan kena pajak efektifnya akan semakin kecil
(Dharma & Noviari, 2017). Capital intensity perusahaan menggambarkan
banyaknya investasi perusahaan terhadap aset tetap perusahaan. Hampir seluruh
aset tetap akan mengalami penyusutan yang akan menjadi biaya penyusutan
dalam laporan keuangan perusahaan, karena manajemen memiliki kepentingan
untuk mendapatkan kompensasi yang diinginkan dengan cara memanfaatkan
biaya penyusutan yang melekat pada aset tetap untuk menekan beban pajak
perusahaan. Manajer akan menginvestasikan dana menganggur perusahaan ke
dalam bentuk aset tetap, dengan tujuan memanfaatkan biaya depresiasinya
sebagai pengurang beban pajak (Wiguna & Jati, 2017). Perusahaan yang
memiliki proporsi besar dalam aset tetap akan membayar pajaknya lebih rendah,
7
karena perusahaan mendapatkan keuntungan dari depresiasi yang melekat pada
aset tetap yang dapat mengurangi beban pajak perusahaan. Dengan adanya
beban-beban yang disebabkan atas investasi perusahaan pada aset tetap, maka
akan mendorong niat dalam penurunan laba yang akan membentuk sikap untuk
melakukan tindakan penghindaran pajak. Dalam hal ini, pihak manajemen
memiliki keyakinan tentang harapan prinsipal untuk memperoleh laba tinggi
dengan pengeluaran beban pajak serendah mungkin, sehingga manajemen
perusahaan termotivasi untuk memenuhi harapan tersebut (Dwiyanti & Jati,
2019). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dharma & Noviari (2017) dan
(Dwiyanti & Jati, 2019) menyatakan bahwa capital intensity memiliki pengaruh
terhadap penghindaran pajak. Namun bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wiguna & Jati (2017) yang menyatakan bahwa capital intensity
tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hal tersebut bisa terjadi karena
perusahaan menggunakan jumlah aset tetap yang dimilikinya untuk menunjang
kegiatan operasional perusahaan dalam jumlah yang besar.
Selain itu, perusahaan juga dituntut untuk dapat bertanggung jawab
terhadap seluruh aktivitas perusahaannya. Perusahaan tidak hanya dihadapkan
pada tanggung jawab yang berpijak pada perolehan laba perusahaan semata,
namun juga harus memperhatikan tanggung jawab sosial dan lingkungannya
(Dewi & Noviari, 2017). Corporate social responsibility merupakan komitmen
bisnis berkelanjutan yang berkontribusi bagi ekonomi melalui kerjasama pihak
yang berkepentingan dan berpengaruh pada lingkungan sekitar dan masyarakat
umum untuk meningkatkan kualitas sarana dan keberlangsungan hidup
8
masyarakat setempat maupun untuk secara umum dengan cara-cara yang
bermanfaat, baik untuk bisnis itu sendiri maupun untuk masyarakat luas atau
untuk pembangunan (Dharma & Noviari, 2017). Tanggung jawab sosial yang
berada dalam lingkup literatur ekonomi dan sosiologi didefinisikan sebagai
seperangkat kepercayaan bersama yang memfasilitasi perilaku norma secara
konsisten dan membatasi perilaku norma yang menyimpang, serta memfasilitasi
transaksi yang jujur antara pihak-pihak yang berkepentingan dan mengancam
timbulnya kerugian bagi pihak yang tidak jujur (Chircop et al., 2018). Hubungan
antara penghindaran pajak dan corporate social responsibility dianggap
berbanding lurus. Yaitu apabila perusahaan memiliki peringkat corporate social
responsibility yang rendah maka perusahaan tersebut dianggap lalai dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Dan sebaliknya. Corporate social
responsibility merupakan faktor kunci kesuksesan dan kelangsungan hidup
sebuah perusahaan. Namun menurut Fitri et al., (2019) tidak semua perusahaan
mampu menjalankan corporate social responsibility sesuai dengan konsep dan
filosofi ideologis yang sebenarnya. Tidak sedikit perusahaan yang terjebak
dalam penyimpangan corporate social responsibility, pelaksanaannya justru
mengarah pada tindakan corporate social irresponsibilitys. Diantaranya adalah
kamuflase, corporate social responsibility dilakukan oleh perusahaan tidak
didasari oleh komitmen yang murni, tetapi hanya untuk menutupi praktik bisnis
yang memunculkan ethical question atau sekedar alat “cuci dosa” atau dengan
kata lain perusahaan mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari bisnis tersebut
yang merugikan masyarakat banyak. Jadi corporate social responsibility
9
digunakan untuk menyogok masyarakat agar menerima keberadaan korporasi
tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Titisari & Mahanani (2017) yang
memiliki hasil bahwa corporate social responsibility tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi
& Noviari (2017) dan Dharma & Noviari (2017) menyatakan bahwa corporate
social responsibility memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa dalam menerapkan prinsip-prinsip corporate
social responsibility perusahaan melakukan tindakan-tindakan yang dapat
mengurangi kewajiban pajak perusahaan.
Hal lainnya yang berkaitan dengan penghindaran pajak yaitu tax havens
country. Munculnya negara-negara dengan tarif pajak rendah atau yang dikenal
dengan istilah tax havens country turut meningkatkan adanya praktik
penghindaran pajak. Tax havens country merupakan negara atau wilayah
independen yang memiliki pengenaan tarif pajak lebih rendah, bersifat rahasia
dan menawarkan jalan bagi individu maupun bisnis untuk tidak membayar pajak
dan menolak bekerja sama dengan yurisdiksi lain, terutama berkaitan dengan
penukaran informasi (Mugarura, 2017). Dalam pemanfaatan tax havens banyak
keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan dan juga negara tax havens itu
sendiri. Anak perusahaan yang tergabung dalam tax havens yang mungkin sah
dan tidak digunakan semata-mata hanya untuk memfasilitasi penghindaran
pajak, karena mereka dapat membantu meningkatkan arus kas setelah pajak dari
suatu perusahaan. Akibatnya, tax havens menjadi sangat penting dalam
mengurangi pajak perusahaan, tetapi praktik tersebut harus berada di bawah
10
pengawasan yang cermat dari otoritas pajak nasional maupun global (Nugraha
& Kristanto, 2019). Karena tax havens country termasuk entitas politik yang
menawarkan pengenaan pajak rendah bagi penghindar pajak. Selain itu, tax
havens country tidak melakukan pertukaran informasi perpajakan yang efektif
berdasarkan UU atau praktik administratifnya dan tidak transparan dalam
menjalankan kegiatannya (Pohan, 2017). Perusahaan yang memanfaatkan tax
havens country tersebut berupaya menggeser laba ke negara tax havens melalui
serangkaian transaksi yang rumit dengan tujuan untuk menghindari pajak
(Dharmawan et al., 2017). Seperti kasus Google, Google Asia Pacific Pte Ltd.
terbukti melakukan penghindaran pajak dengan mentransfer penghasilannya ke
negara tax havens yaitu Singapura. Google mempunyai anak cabang di
Singapura untuk mengatur bisnisnya di sekitar Asia. Di Indonesia, Google hanya
mendirikan kantor marketing representative yang tidak masuk kategori BUT
(Bentuk Usaha Tetap), karena hal inilah negara kesulitan mengejar pajak dan
Google merasa tidak hadir secara fisik dan juga transaksi kontrak oleh konsumen
juga dilakukan secara online (Widodo et al., 2020). Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Syifa (2019) menyatakan bahwa tax havens tidak berpengaruh
terhadap penghindaran pajak. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sima & Asri (2018) yang berpendapat bahwa pemanfaatan
tax havens tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Namun berbeda
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widodo et al., (2020) yang
menyatakan bahwa tax haven mempunyai pengaruh terhadap penghindaran
pajak. Hal tersebut dikarenakan banyaknya investor yang berasal dari luar
11
negara tersebut, sehingga perusahaan hanya dikenakan tarif pajak yang sangat
rendah atau bahkan tidak dikenakan pajak sama sekali.
Tabel 1.2
Daftar Negara Tax Havens Berdasarkan OECD
Karibia/ Hindia Barat Anguilla, Antigua dan Barbuda,
Aruba, Bahama, Barbados,
Kepulauan Virgin, Britania Raya,
Kepulauan Cayman, Dominika,
Grenada, Montserrat, Antillen,
Belanda, St. Kitts dan Nevis, St.
Lucia, St. Vincent dan
Grenadines, Turks dan Caicos,
A.S.
Amerika Tengah Belize, Kosta Rika, Panama.
Pantai Asia Timur Hongkong, Makau, Singapura.
Eropa/ Mediterania Andorra, Kepulauan Channel
(Guernsey dan Jersey), Siprus,
Gibralter, Isle of Man, Irlandia,
Liechtenstein, Luksemburg,
Malta, Monako, San Marino,
Swiss.
Samudra Hindia Maladewa, Mauritius, Seychelles.
Timur Tengah Bahrain, Yordania, Lebanon.
Atlantik Utara Bermuda
Pasifik/ Pasifik Selatan Kepulauan Cook, Kepulauan
Marshall, Samoa, Nauru, Niue,
Tonga, Vanuatu
Afrika Barat Liberia.
Sumber: Gravelle (2015).
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Afifah & Prastiwi (2019). Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Variabel penelitian sebelumnya menggunakan variabel independen yaitu thin
capitalization. Variabel dependen yaitu penghindaran pajak. Sedangkan
dalam penelitian ini menambahkan pada variabel independen yaitu capital
12
intensity dan corporate social responsibility serta variabel moderating yaitu
pemanfaatan tax havens country. Alasan dipiliihnya variabel tersebut karena
adanya perbedaan hasil penelitian, sebagai berikut:
a. Thin capitalization dipilih sebagai salah satu variabel independen karena
adanya perbedaan dengan hasil penelitian lain. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Afifah & Prastiwi (2019) menemukan hasil bahwa thin
capitalization berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Selistiaweni et al., (2020) menemukan hasil
bahwa thin capitalization tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
b. Capital intensity dipilih sebagai salah satu variabel independen karena
adanya perbedaan dengan hasil penelitian sebelumnya. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Dwiyanti & Jati (2019) menemukan hasil bahwa
capital intensity berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Wiguna & Jati (2017)
menemukan hasil bahwa capital intensity tidak memiliki pengaruh
terhadap penghindaran pajak.
c. Corporate social responsibility dipilih sebagai salah satu variabel
independen karena adanya perbedaan penelitian. Penelitian yang
dilakukan oleh Hidayati & Fidiana (2017) menemukan hasil bahwa
corporate social responsibility berpengaruh positif terhadap penghindaran
pajak. Sedangkan penelitian oleh Dharma & Noviari (2017) menemukan
hasil bahwa corporate social responsibility berpengaruh negatif terhadap
penghindaran pajak.
13
d. Pemanfaatan tax havens country dipilih sebagai variabel moderating
karena salah satu mekanisme penghindaran pajak yang kerap dilakukan
oleh perusahaan multinasional adalah dengan memanfaatkan tax havens
country, yaitu dengan cara memindahkan penghasilan ke negara tax
havens tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Widodo et al.,
(2020) pemanfaatan tax havens dapat meningkatkan praktik penghindaran
pajak. Namun dalam penelitian yang dilakukan oleh Nugraha & Kristanto
(2019) menyatakan pendapat bahwa besar atau kecilnya pendapatan luar
negeri suatu perusahaan tidak mempengaruhi pemanfaatan perusahaan
afiliasi di negara tax havens.
2. Objek dalam penelitian sebelumnya adalah perusahaan sektor barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2017.
Sedangkan objek penelitian ini adalah perusahaan multinasional yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2019. Alasan memilih
perusahaan multinasional sebagai populasi adalah karena: (1) perusahaan
multinasional merupakan perusahaan yang berskala besar dan memiliki
perusahaan afiliasi di luar negeri, (2) perusahaan multinasional lebih terbuka
mengenai informasi non keuangan, dan (3) perusahaan multinasional juga
banyak melakukan investasi yang lebih besar dibandingkan dengan
perusahaan domestik sehingga lebih mampu mendapatkan utang yang lebih
banyak.
3. Penggunaan proksi yang berbeda dalam perhitungan penghindaran pajak.
Penelitian sebelumnya menggunakan proksi perhitungan cash effective tax
14
rate (CETR), sedangkan dalam penelitian ini menggunakan proksi
perhitungan book tax difference (BTD) dilihat dari perbedaan laba akuntansi
dan laba pajak.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Thin Capitalization, Capital Intensity, dan Corporate
Social Responsibility terhadap Penghindaran Pajak dengan Pemanfaatan
Tax Havens Country sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris
Perusahaan Multinasional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2016-2019)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah thin capitalization berpengaruh signifikan positif terhadap
penghindaran pajak?
2. Apakah capital intensity berpengaruh signifikan positif terhadap
penghindaran pajak?
3. Apakah corporate social responsibility berpengaruh signifikan negatif
terhadap penghindaran pajak?
4. Apakah pemanfaatan tax havens country memperkuat pengaruh thin
capitalization terhadap penghindaran pajak?
5. Apakah pemanfaatan tax havens country memperkuat pengaruh capital
intensity terhadap penghindaran pajak?
15
6. Apakah pemanfaatan tax havens country memperlemah pengaruh corporate
social responsibility terhadap penghindaran pajak?
C Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah yang akan
diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menguji secara empiris pengaruh thin capitalization terhadap penghindaran
pajak.
2. Menguji secara empiris pengaruh capital intensity terhadap penghindaran
pajak.
3. Menguji secara empiris pengaruh corporate social responsibility terhadap
penghindaran pajak.
4. Menguji secara empiris pemanfaatan tax havens country dalam memoderasi
pengaruh thin capitalization terhadap penghindaran pajak.
5. Menguji secara empiris pemanfaatan tax havens country dalam memoderasi
pengaruh capital intensity terhadap penghindaran pajak.
6. Menguji secara empiris pemanfaatan tax havens country dalam memoderasi
pengaruh corporate social responsibility terhadap penghindaran pajak.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Akademis
a. Mahasiswa prodi akuntansi, sebagai bahan referensi untuk menambah ilmu
pengetahuan terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
16
penghindaran pajak khususnya mengenai thin capitalization, capital
intensity, dan corporate social responsibility terhadap penghindaran pajak
dengan pemanfaatan tax havens country sebagai moderating.
b. Peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan
melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
c. Penulis, sebagai sarana menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
pengaruh thin capitalization, capital intensity, dan corporate social
responsibility terhadap penghindaran pajak, dengan pemanfaatan tax
havens country sebagai variabel moderating.
2. Manfaat Praktisi
a. Wajib Pajak Badan Usaha
Diharapkan dengan adanya penelitian yang diteliti oleh penulis
dapat memberikan kontribusi positif sehingga dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan yang berkenaan dengan praktik penghindaran
pajak.
b. Pemerintah
Diharapkan dengan adanya penelitian yang diteliti oleh penulis,
hasilnya dapat memberikan kontribusi positif sehingga dijadikan dasar
pertimbangan dalam membuat kebijakan yang berkenaan dengan praktik
penghindaran pajak serta diharapkan dapat menjadi sumber informasi
yang dapat diperuntukkan bagi bahan evaluasi dalam mewujudkan tata
kelola perpajakan yang baik dalam pemerintahan.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori-Teori Terkait dengan Penelitian
1. Teori Perilaku Terencana (Planned Behavior)
Teori Planned Behavior adalah pengembangan dari teori Reasoned
Action. Teori Reasoned Action menyatakan bahwa niat seseorang terhadap
perilaku dibentuk oleh dua faktor utama yaitu attitude toward the behavior
dan subjective norms, sedangkan dalam teori Planned Behavior ditambahkan
satu faktor lagi yaitu perceived behavioral control. Teori Planned Behavior
sangat sesuai digunakan untuk menjelaskan berbagai perilaku (Andriana,
2020).
Dalam teori Planned Behavior, terbagi tiga alasan yang dapat
mempengaruhi tindakan yang dilakukan oleh seseorang, diantaranya adalah:
a. Behavioral Belief, merupakan kepercayaan akan hasil dari suatu perilaku
dari evaluasi atau penilaian terhadap hasil perilaku tersebut. Keyakinan
dan evaluasi atau penilaian terhadap hasil dari suatu perilaku tersebut
kemudian akan membentuk variabel sikap (attitude).
b. Normative Belief, merupakan kepercayaan seseorang pada harapan
normatif seseorang atau orang lain yang menjadi sumber seperti keluarga,
teman, atasan dan konsultan pajak untuk menyetujui atau menolak
18
melakukan suatu perilaku yang diberikan. Hal ini akan membentuk
variabel subjektif (subjectif norms).
c. Control Belief, merupakan kepercayaan seseorang yang berlandaskan
pada pengalaman masa lalu dengan perilaku dan faktor atau hal-hal yang
mendukung atau menghambat persepsinya perilaku. Kepercayaan ini
akan membentuk variabel kontrol perilaku yang dipersepsikan (perceived
behavioral control).
Teori Planned Behavior cocok untuk menjelaskan perilaku apapun
yang memerlukan perencanaan, seperti penghindaran pajak yang dilakukan
melalui perencanaan pajak. Wajib pajak yang sadar pajak, akan memiliki
keyakinan mengenai pentingnya membayar pajak untuk pembiayaan
pembangunan (attitude atau behavioral belief). Sebaliknya keyakinan yang
rendah akan pentingnya membayar pajak akan menyebabkan rendahnya
kesadaran untuk membayar pajak melalui perilaku penghindaran pajak.
Apabila teori Planned Behavior dikaitkan dengan faktor biaya kepatuhan,
maka seorang individu yang menanggung biaya kepatuhan yang besar dan
memberatkan akan cenderung melakukan penggelapan pajak. Sebaliknya,
apabila biaya kepatuhan tidak terlalu memberatkan, maka individu akan
cenderung menghindari penggelapan pajak.
Seorang individu akan berniat menampilkan suatu perilaku tertentu
jika ia mempersepsi bahwa orang-orang lain yang penting berfikir bahwa ia
seharusnya melakukan hal itu. Dengan demikian seseorang akan melakukan
19
suatu tindakan jika menurutnya bahwa orang-orang penting sekitarnya
menginginkan ia melakukan tindakan tersebut, namun jika orang-orang
penting sekitarnya dirasa tidak menganggap penting bagi dia untuk
melakukan hal tersebut maka kecenderungannya ia tidak melakukan hal
tersebut. Seseorang akan melakukan suatu tindakan jika ia mempunyai
persepsi bahwa tindakan tersebut mudah baginya untuk dilakukan, dan
sebaliknya seseorang enggan untuk melakukan sesuatu jika dalam persepsi
dia pekerjaan tersebut sulit atau rumit untuk dilaksanakan. Dengan demikian
tingkat kepercayaan seseorang mempengaruhi pelaksanaan suatu tindakan
(Andriana, 2020).
2. Thin Capitalization
Thin capitalization merupakan pembentukan struktur permodalan
suatu perusahaan dengan memaksimalkan kontribusi utang dan
meminimalkan kontribusi modal. Thin capitalization merupakan skema
penghindaran pajak melalui loopholes ketentuan pajak yang ada dengan
merubah penyertaan modal pihak yang memiliki hubungan istimewa menjadi
pemberian pinjaman baik secara langsung ataupun melalui perantara (Afifah
& Prastiwi, 2019). Pengurang dalam perhitungan penghasilan kena pajak
adalah biaya bunga. Tidak sedikit negara yang membatasi struktur modal
dengan membatasi utang berbunga. Berawal pada tahun 1971, negara Kanada
telah lebih dahulu membuat peraturan terkait dengan thin capitalization pada
tahun 1971. Kemudian diikuti oleh dua per tiga negara lainnya yang
20
tergabung dalam OECD yang menerapkan peraturan yang sama pada tahun
2015 (Ryandoko et al., 2017).
Di Indonesia, aturan mengenai thin capitalization telah diatur dalam
Undang-Undang, khususnya yang berkaitan dengan rasio utang terhadap
modal yaitu Pasal 18 ayat (1) UU PPh tahun 1983 yang menjelaskan bahwa
Menteri Keuangan berwenang menentukan besaran perbandingan utang
dengan modal yang dapat dibenarkan untuk kepentingan penghitungan pajak
(Salwah & Herianti, 2019). Untuk menekan praktik thin capitalization,
Pemerintah secara resmi menetapkan Keputusan Keuangan Nomor 169/
PMK.010/ 2015 (MFD-169) mulai dari tahun pajak 2016 tentang Penentuan
Besarnya Perbandingan Antara Utang dan Modal Perusahaan untuk
Keperluan Penghitungan Pajak Penghasilan. Besarnya perbandingan utang
dan modal menurut ketentuan terbaru maksimal sebesar 4:1. Menariknya,
perbankan dan industri pembiayaan serta beberapa industri lainnya tidak
termasuk dalam keputusan ini, mereka tunduk pada keputusan lainnya. Dalam
PMK 169 tahun 2015, pendekatan rasio 4:1 ini dianggap tidak
mempertimbangkan fakta perbedaan antara struktur modal untuk masing-
masing industri. Walaupun rasio ini disebut merupakan rasio yang moderat,
namun sifatnya yang kaku kemungkinan dapat mempengaruhi ekspansi bisnis
di masa krisis (Syahidah & Rahayu, 2018). Thin capitalization memanfaatkan
negara dengan tarif pajak tinggi untuk mendapatkan pajak insentif dari bunga,
sementara tarif pajak rendah sering digunakan sebagai dana oleh perusahaan
multinasional dengan memanfaatkan tax havens country (Prastiwi &
21
Ratnasari, 2019). Thin capitalization merupakan pemicu utama terjadinya
praktik penghindaran pajak dalam perusahaan multinasional.
Semakin tinggi utang, maka semakin tinggi bunga yang harus
dibayar oleh perusahaan kepada kreditur, sehingga semakin rendah laba kena
pajak. Ini memberikan implikasi bahwa kewajiban pajak perusahaan akan
semakin rendah (Salwah & Herianti, 2019). Cara inilah yang digunakan oleh
perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak melalui skema
meningkatkan rasio utang terhadap modal (DER). Rasio ini berhubungan
dengan thin capitalization.
3. Capital Intensity
Capital intensity adalah rasio besaran perusahaan dalam
menginvestasikan asetnya dalam bentuk aset tetap. Kepemilikan aset tetap
dapat mengurangi pembayaran pajak yang dibayarkan perusahaan karena
adanya biaya depresiasi yang melekat pada aset tetap (Dharma & Noviari,
2017). Biaya depresiasi dapat dimanfaatkan oleh manajer untuk
meminimumkan pajak yang dibayar perusahaan. Manajemen akan
melakukan investasi aset tetap dengan cara menggunakan dana menganggur
perusahaan untuk mendapatkan keuntungan berupa biaya depresiasi yang
berguna sebagai pengurang pajak. Kinerja perusahaan akan meningkat karena
adanya pengurangan beban pajak dan kompensasi kinerja manajer yang
diinginkan akan tercapai (Dwiyanti & Jati, 2019).
22
Menurut Nadhifah & Arif (2020) capital intensity atau intensitas
modal merupakan salah satu bentuk keputusan keuangan yang ditentukan
oleh manajemen perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan
dalam bentuk aset tetap (non current asset). Sedangkan menurut Razif &
Vidamaya (2018) capital intensity didefinisikan sebagai rasio total aset rata-
rata seperti peralatan, mesin, dan berbagai properti terhadap penjualan.
Perusahaan yang memiliki investasi besar dalam aset tetap yang
dapat didepresiasi dapat meminimalkan kewajiban pajak dengan
memanfaatkan kredit pajak investasi yang lebih tinggi serta mempercepat
penyisihan modal sehingga melaporkan beban pajak yang lebih rendah.
Perusahaan dengan proporsi aset tetap yang rendah tidak akan melakukan
praktik penghindaran pajak disebabkan karena periode akuntansi yang lebih
pendek daripada umur ekonomis aset. Sebaliknya, tingginya proposi aset
tetap akan meningkatkan tindakan penghindaran pajak melalui laba minimal
akibat tinggi beban depresiasi. Dalam penelitiannya, Sandra & Anwar (2018)
menyatakan bahwa semakin tinggi capital intensity perusahaan maka akan
semakin tinggi penghindaran pajak perusahaan. Karena aset tetap perusahaan
setiap tahunnya akan menimbulkan beban penyusutan yang secara langsung
dapat mengurangi laba perusahaan.
Menurut Dayanara et al., (2019) capital intensity atau intensitas
modal merupakan salah satu bentuk keputusan keuangan yang ditetapkan
oleh perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan. Capital
23
intensity mencerminkan seberapa besar modal yang dibutuhkan perusahaan
untuk menghasilkan pendapatan. Perusahaan dengan modal yang intensif
memiliki kesempatan yang lebih besar untuk perencanaan perpajakan atau
strategi penghindaran pajak dari pada perusahaan lain. Sebagai contoh,
mereka dapat memutuskan apakah akan membeli atau leasing dalam
memperoleh aset. Dalam hasil penelitiannya, Dayanara et al., (2019)
menyatakan bahwa capital intensity tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak. Hal tersebut dikarenakan perusahaan menggunakan aset
tetapnya untuk operasional perusahaan, bukan semata untuk memanfaatkan
beban penyusutan aset tetap.
Menurut Rifai & Atiningsih (2019) capital intensity didefinisikan
sebagai seberapa besar perusahaan berinvestasi pada aktiva tetap. Dalam
preferensi perpajakan aset tetap mempunyai masa manfaat tertentu, yang
umumnya lebih cepat dari masa manfaat yang diprediksikan oleh perusahaan.
Sementara perusahaan diperbolehkan untuk menyusutkan aset tetap sesuai
dengan perkiraan masa manfaat pada kebijakan perusahaan. Akibatnya akan
terjadi perbedaan perhitungan depresiasi antara pihak akuntansi dengan
perpajakan. Dalam hasil penelitiannya Rifai & Atiningsih (2019) menyatakan
bahwa capital intensity berpengaruh negatif terhadap terhadap penghindaran
pajak. Hal ini dikarenakan pengaruh metode penyusutan yang dipakai.
Dimana ketika perusahaan telah mengakui beban penyusutan tetapi dalam
perpajakan beban tersebut tidak termasuk dalam beban perusahaan sehingga
akan menambahkan penghasilan kena pajak perusahaan yang akan berakibat
24
pada penambahan beban pajaknya. Karena adanya preferensi perpajakan
yang terkait dengan investasi dalam aset tetap. Perusahaan diperbolehkan
untuk menyusutkan aset tetap sesuai dengan perkiraan masa manfaat pada
kebijakan perusahaan, sedangkan dalam preferensi perpajakan aset tetap
mempunyai masa manfaat tertentu yang umumnya lebih cepat bila
dibandingkan dengan masa manfaat yang diprediksi oleh perusahaan.
4. Corporate Social Responsibility
Corporate social responsibility merupakan tindak lanjut dari
komitmen perusahaan untuk bertindak etis dan berkontribusi untuk
pengembangan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup, baik bagi pekerja
dan keluarganya, komunitas lokal, maupun masyarakat dalam lingkungan
luas pada umumnya (Dewi & Noviari, 2017). Corporate social responsibility
merupakan salah satu instrumen dari good corporate governance yang harus
diterapkan secara etis untuk keberlangsungan perusahaan. Jika suatu
perusahaan mempunyai peringkat rendah dalam corporate social
responsibility, maka perusahaan tersebut dianggap sebagai perusahaan yang
tidak bertanggung jawab secara sosial, sehingga dapat melakukan strategi
pajak yang lebih agresif dibandingkan perusahaan yang sadar tanggung jawab
sosial (Dharma & Noviari, 2017). Pengungkapan corporate social
responsibility menentukan standar etik perusahaan dalam menyikapi situasi
bisnis yang berpengaruh terhadap stakeholder dan masyarakat secara luas
(Dharmawan et al., 2017). Tanggung jawab sosial perusahaan melibatkan
semua hubungan yang terjadi pada perusahaan dengan semua stakeholder
25
termasuk di dalamnya terdapat pelanggan, atau customers, pegawai,
komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, bahkan lapisan masyarakat.
Keberadaan corporate social responsibility pada perusahaan merupakan
sesuatu alat yang srategis untuk mencapai sasaran hasil akhir, dan
menciptakan kekayaan dalam jangka panjang (Titisari & Mahanani, 2017).
Perusahaan biasanya menggunakan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan
corporate social responsibility dengan tujuan untuk mengurangi jumlah laba
kena pajak.
Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen Perseroan
untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi
Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
Konsep triple bottom line memberi pandangan bahwa perusahaan yang ingin
berkelanjutan haruslah memperhatikan 3P (profit, people, and planet). Selain
mengejar profit, perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada
pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people), serta turut berkontribusi aktif
dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Hidayati & Fidiana, 2017).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Liana & Sari (2017)
menjelaskan bahwa corporate social responsibility dimensi ekonomi adalah
tanggung jawab sosial yang datang dengan mengorbankan kepentingan
pengusaha, atau pemegang saham. Hal yang cukup umum dasarnya kembali
pada ekonomi dan pendapatan sosial yang secara inheren bertentangan satu
sama lain dari perspektif seorang manajer. Sedangkan dalam dimensi
26
lingkungan, corporate social responsibility berkaitan dengan masyarakat dan
keanekaragaman. Dimensi sosial dari corporate social responsibility
mengakui kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan umum karyawan;
memotivasi tenaga kerja dengan menawarkan kesempatan pelatihan dan
pengembangan; dan memungkinkan perusahaan untuk bertindak sebagai
warga negara yang baik di masyarakat setempat.
5. Penghindaran Pajak
Definisi penghindaran pajak menurut Brown dalam Triyanto &
Zulvina (2017) adalah “arrangement of a transaction in order to obtain a tax
advantage, benefit, orreduction in a manner unintended by the tax law.”
Brown menyatakan bahwa penghindaran pajak dilaksanakan dengan tindakan
yang tidak sesuai dengan apa yang dimaksudkan dalam peraturan atau hukum
pajak. Penghindaran pajak adalah tindakan yang masih legal memanfaatkan
celah-celah (loopholes) atau kelemahan-kelemahan yang ada pada aturan-
aturan pajak dengan maksud untuk menghindari kewajiban perpajakan. Heber
dalam Fatmawati & Solikin (2017) mendefinisikan penghindaran pajak
sebagai upaya wajib pajak dalam memanfaatkan peluang-peluang (loopholes)
yang ada dalam undang-undang perpajakan, sehingga wajib pajak membayar
pajak lebih rendah dari seharusnya. Arofah (2018) mendefinisikan
penghindaran pajak secara luas yaitu segala sesuatu yang mengurangi pajak
perusahaan relatif terhadap laba sebelum pajak. Menurut Utami &
Syafiqurrahman (2018) mengemukakan bahwa penghindaran pajak
merupakan bagian dari perencanaan pajak yang dilakukan dengan tujuan
27
untuk meminimalkan pembayaran pajak. Menurut Rista & Mulyani (2019)
penghindaran pajak adalah upaya yang dilakukan secara legal dan aman bagi
wajib pajak karena tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan, dimana
metode dan teknik yang digunakan cenderung memanfaatkan kelemahan-
kelemahan (grey area).
Penghindaran pajak secara hukum pajak tidak dilarang meskipun
seringkali mendapat sorotan yang kurang baik dari kantor pajak karena
dianggap memiliki konotasi negatif. Penghindaran pajak sangat mungkin
terjadi karena aturan atau undang-undang mengenai pajak dapat
menimbulkan berbagai macam penafsiran. Kompleksnya aturan pajak
memungkinkan timbulnya penafsiran yang menguntungkan Wajib Pajak,
yang kemudian memicu lahirnya tax avoidance (Utami & Syafiqurrahman,
2018).
Mulyani et al., (2018) memaparkan beberapa faktor yang
memotivasi wajib pajak untuk melakukan penghematan pajak dengan ilegal,
antara lain:
a. Jumlah pajak yang harus dibayar.
Besarnya jumlah pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak,
semakin besar pajak yang harus dibayar, semakin besar pula
kecenderungan wajib pajak untuk melakukan pelanggaran.
b. Biaya untuk menyuap fiskus.
Semakin kecil biaya untuk menyuap fiskus, semakin besar
kecenderungan wajib pajak untuk melakukan pelanggaran.
28
c. Kemungkinan untuk terdeteksi
Semakin kecil kemungkinan suatu pelanggaran terdeteksi maka
semakin besar kecenderungan wajib pajak untuk melakukan pelanggaran.
d. Besar sanksi
Semakin ringan sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaran,
maka semakin besar kecenderungan wajib pajak untuk melakukan
pelanggaran.
6. Pemanfaatan Tax Havens Country
Secara umum tax havens country didefinisikan sebagai suatu negara
atau wilayah yang mengenakan pajak rendah atau sama sekali tidak
mengenakan pajak dan menyediakan tempat yang aman bagi simpanan untuk
menarik modal masuk. OECD memberi tiga ciri tax havens country yaitu
menerapkan tarif pajak rendah atau bebas pajak, lack of transparency, dan
lack of effective exchange of information. Tax havens country memungut
pajak yang sangat rendah, bahkan terkadang tidak ada pajak sama sekali dan
memberikan tingkat privasi yang sangat tinggi untuk pelaku bisnis (Su et al.,
2019). Negara suaka pajak pada umumnya menawarkan manfaat: (i) peluang
diversifikasi investasi, (ii) strategi menangguhkan beban pajak, (iii)
perlindungan asset yang kuat, (iv) hasil investasi bebas pajak, (v) offshore
banding dengan keleluasaan dan privasi, (vi) imbal hasil yang lebih besar,
(vii) mengurangi beban pajak, (viii) menghindari restriksi mata uang, (ix)
peluang mengembangkan bisnis.
29
Menurut Nugraha & Kristanto (2019) tax havens merupakan wilayah
yang menawarkan pajak rendah, atau tidak sama sekali, dengan tujuan untuk
menarik investor asing. Investor dari luar negeri tersebut dapat tertarik untuk
menyimpan dan mengedarkan uangnya ke negara-negara tax havens daripada
kehilangan uang karena pajak yang tinggi apabila menyimpan uang tersebut
di negara domisilinya. Hal tersebut kerap disebut dengan skema penghindaran
pajak. Namun dalam praktiknya tax havens bisa saja menjadi tax evasion,
tergantung pada setiap peraturan negara. Menurut Widodo et al., (2020) tax
havens merupakan suatu negara yang dengan sengaja memberlakukan
regulasi pajak yang sangat minimal dalam bentuk pengenaan tarif yang
rendah serta bahkan tidak ada pajak yang dipungut dengan tujuan untuk
memberikan fasilitas pajak yang mudah bagi investor yang berasal dari luar
negara tersebut. Sedangkan menurut pemahaman masyarakat, tax havens
adalah negara yang memberlakukan pengenaan beban pajak yang rendah dan
hal ini digunakan pihak perusahaan untuk penghindaran pajak.
Makna tax havens dalam regulasi dapat ditemui pada UU Nomor 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Pasal 18 ayat (3c) menyebutkan
bahwa tax havens adalah “negara yang memberikan perlindungan pajak”. SE
Dirjen Pajak Nomor SE-04/PJ.7/1993 menyebutkan kriteria dari tax havens,
adalah:
a. Negara yang tidak memungut pajak, atau
b. Negara yang memungut pajak lebih rendah dari Indonesia.
30
OECD mengatur kriteria dari tax havens yang umum diterima oleh
masyarakat internasional berupa (Nugraha & Kristanto, 2019):
1. Tidak terdapat pungutan pajak atau pungutan pajak dalam nominal tertentu
(tidak berpatokan pada persentase).
2. Tidak ada atau tidak efektifnya mekanisme exchange of information.
3. Tidak adanya transparansi dalam administrasi pajak.
4. Adanya kebijakan ring fencing (adanya perbedaan perlakuan perpajakan
bagi resident dan non-resident).
Negara tax havens atau surga pajak pada dasarnya terdiri dari negara
kecil dengan terbatasnya sumber daya alam. Pengelolaan pada terbatasnya
sumber daya alam menyebabkan penghasilan yang tidak memadai, sehingga
negara surga pajak membutuhkan sumber pendanaan lain untuk
menggerakkan pemerintahan. Setiap negara memberikan fasilitas berupa
perlindungan serta kenyamanan dalam aktivitas investasi modal. Dengan
begitu, banyak pihak yang diharapkan dapat tertarik untuk berinvestasi pada
negara surga pajak. Menurut Nugraha & Kristanto (2019) fenomena tax
havens terjadi ketika pajak yang ditanggung perusahaan begitu besar
dibanding dengan biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan penghindaran
pajak di negara surga pajak. Ketertarikan dari tax havens yang menawarkan
tarif pajak dengan tarif rendah dianggap sebagai alat yang tepat untuk
menerapkan penghindaran pajak. Pada prinsipnya, kebanyakan perusahaan
ingin memperoleh keuntungan sebanyak mungkin dengan modal yang
seminimal mungkin. Prinsip tersebut digunakan negara tax havens untuk
31
sumber penghasilan negara yaitu dengan memberikan berbagai kenyamanan
untuk pihak yang hendak melakukan penghindaran pajak.
32
B. Penelitian Relevan
Tabel 2.1
Hasil – Hasil Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti
Judul Penelitian Perbedaan Persamaan Hasil Penelitian
1. Dirk Kiesewetter
Johannes dan
Manthey (2017)
Tax avoidance,
value creation and
CSR – a European
perspective
Variabel independen
yaitu thin
capitalization dan
capital intensity.
Variabel moderating
yaitu pemanfaatan
tax havens country.
Menggunakan
variabel
independen yaitu
corporate social
responsibility,
variabel dependen
yaitu penghindaran
pajak.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tata
kelola perusahaan (value creation) yang
kuat terjadi karena adanya tarif pajak
efektif yang rendah. Sedangkan nilai
sosial yang rendah terjadi karena
tingginya tarif pajak efektif.
2. Justin Chircop et al
(2018)
Does capital
constrain firms tax
avoidance?
Variabel independen
yaitu thin
capitalization dan
capital intensity.
Variabel moderating
yaitu pemanfaatan
tax havens country.
Menggunakan
variabel
independen yaitu
corporate social
responsibility,
variabel dependen
yaitu penghindaran
pajak.
Ditemukan bahwa perusahaan yang
memiliki modal sosial tinggi terlibat
secara signifikan lebih sedikit dalam
kegiatan penghindaran pajak. Selain itu,
dampak negatif modal sosial terhadap
penghindaran pajak lebih kuat dengan
adanya religiusitas yang tinggi, kinerja
perusahaan yang tinggi, dan sensitivitas
kompensasi CEO yang rendah terhadap
volatilitas saham.
(Bersambung ke halaman selanjutnya)
33
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Nama
Peneliti
Judul Penelitian Perbedaan Persamaan Hasil Penelitian
3. Ahmad Rifai dan
Suci Atiningsih
(2018)
Pengaruh Leverage,
Profitabilitas,
Capital Intensity,
Manajemen Laba
terhadap
Penghindaran Pajak
Variabel independen
yaitu thin
capitalization dan
corporate social
responsibility.
Variabel moderating
yaitu pemanfaatan
tax havens country.
Menggunakan
variabel
independen yaitu
capital intensity,
variabel dependen
yaitu penghindaran
pajak.
Hasil penelitian bahwa profitabilitas,
capital intensity, dan manajemen laba
berpengaruh negatif terhadap
penghindaran pajak. Leverage tidak
berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
4. Monifa Yuliana
Dwi Sandra dan
Achmad Syaiful
Hidayat Anwar
(2018)
Pengaruh
Corporate Social
Responsibility dan
Capital Intensity
terhadap
Penghindaran Pajak
(Studi Empiris pada
Perusahaan
Pertambangan yang
Terdaftar di BEI)
Variabel independen
yaitu thin
capitalization.
Variabel moderating
yaitu pemanfaatan
tax havens country.
Menggunakan
variabel
independen yaitu
capital intensity
dan corporate
social
responsibility,
variabel dependen
yaitu penghindaran
pajak.
Bahwa corporate social responsibility
(CSR) berpengaruh negatif signifikan
terhadap penghindaran pajak. Semakin
tinggi tingkat pengungkapan CSR maka
semakin rendah praktik penghindaran
pajak. Selain itu, intensitas modal terbukti
berpengaruh positif signifikan terhadap
penghindaran pajak. Semakin tinggi
intensitas modal perusahaan maka
semakin tinggi pula praktik penghindaran
pajak.
(Bersambung ke halaman selanjutnya)
34
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Nama
Peneliti
Judul Penelitian Perbedaan Persamaan Hasil Penelitian
5. Tao Zeng (2018) Relationship
between corporate
social
responsibility and
tax avoidance:
international
evidence
Variabel independen
yaitu thin
capitalization dan
capital intensity.
Variabel moderating
yaitu pemanfaatan
tax havens country.
Menggunakan
variabel
independen yaitu
corporate social
responsibility,
variabel dependen
yaitu penghindaran
pajak.
Studi ini menemukan bukti kuat bahwa
CSR berhubungan positif dengan
penghindaran pajak. Ditemukan juga
bahwa negara-negara dengan tata kelola
tingkat negara yang lemah, perusahaan
dengan skor CSR yang lebih tinggi
terlibat dalam penghindaran pajak yang
lebih sedikit.
6. Larosa Dayanara et
al (2019)
Pengaruh Leverage,
Profitabilitas,
Ukuran
Perusahaan, dan
Capital Intensity
terhadap
Penghindaran Pajak
pada Perusahaan
Barang Industri
Konsumsi yang
Terdaftar di BEI
Tahun 2014-2018
Variabel independen
yaitu thin
capitalization dan
corporate social
responsibility.
Variabel moderating
yaitu pemanfaatan
tax havens country.
Menggunakan
variabel
independen yaitu
capital intensity,
variabel dependen
yaitu penghindaran
pajak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
profitabilitas perusahaan dan ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap
penghindaran pajak, sedangkan variabel
leverage dan capital intensity tidak
berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
(Bersambung ke halaman selanjutnya)
35
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Nama
Peneliti
Judul Penelitian Perbedaan Persamaan Hasil Penelitian
7. Siti Salwah dan
Eva Herianti (2019)
Pengaruh Thin
Capitalization
terhadap
Penghindaran Pajak
Variabel independen
yaitu capital
intensity dan
corporate social
responsibility.
Variabel moderating
yaitu pemanfaatan
tax havens country.
Menggunakan
variabel
independen yaitu
thin capitalization,
variabel dependen
yaitu penghindaran
pajak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa thin
capitalization memiliki efek negatif dan
signifikan terhadap penghindaran pajak
Implikasi dari penelitian ini membuktikan
bahwa setelah peraturan Menteri
Keuangan tentang rasio utang terhadap
modal mempengaruhi nilai rasio utang
terhadap modal (DER) menjadi lebih
rendah, sehingga mengurangi
penghindaran pajak.
8. Agustina et al
(2020)
Pengaruh
Corporate Social
Responsibility dan
Capital Intensity
terhadap
Penghindaran Pajak
(Studi Empiris pada
Perusahaan yang
Terdaftar di BEI)
Variabel independen
yaitu thin
capitalization.
Variabel moderating
yaitu pemanfaatan
tax havens country.
Menggunakan
variabel
independen yaitu
capital intensity
dan corporate
social
responsibility,
variabel dependen
yaitu penghindaran
pajak.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
corporate social responsibility
berpengaruh negatif secara signifikan
terhadap penghindaran pajak dan capital
intensity tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak.
(Bersambung ke halaman selanjutnya)
36
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Nama
Peneliti
Judul Penelitian Perbedaan Persamaan Hasil Penelitian
9. Mauliddini
Nadhifah dan
Abubakar Arif
(2020)
Transfer Pricing,
Thin
Capitalization,
Financial Distress,
Earning
Management, dan
Capital Intensity
terhadap Tax
Avoidance
Dimoderasi Oleh
Sales Growth
Variabel independen
yaitu corporate
social responsibility.
Variabel moderating
yaitu pemanfaatan
tax havens country.
Menggunakan
variabel
independen yaitu
thin capitalization
dan capital
intensity, variabel
dependen yaitu
penghindaran
pajak.
Transfer pricing, financial distress, earnings management, dan sales growth berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Thin capitalization berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak, sedangkan capital intensity tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Sales growth memperkuat pengaruh negatif dari transfer pricing dan financial distress serta pengaruh positif thin capitalization dan capital intensity terhadap penghindaran pajak. Sales growth melemahkan pengaruh negatif dari earnings management terhadap penghindaran pajak.
10. Leony Larasati et al
(2020)
Pengaruh Multinasionalitas, Good Corporate Governance, Tax Haven, dan Thin Capitalization terhadap Praktik Penghindaran Pajak pada Perusahaan Multinasional yang Terdaftar di BEI Periode 2016-2018
Variabel independen
yaitu capital
intensity dan
corporate social
responsibility.
Variabel moderating
yaitu pemanfaatan
tax havens country.
Menggunakan
variabel
independen yaitu
thin capitalization,
variabel dependen
yaitu penghindaran
pajak.
Thin capitalization mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap penghindaran
pajak. Multinasionalitas, good corporate
governance, tax haven, dan thin
capitalization mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap penghindaran pajak.
37
H1
H2
H3
H4
H5
H6
C. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Peraturan MK tentang
rasio utang dan modal
sehingga nilai rasio
utang terhadap modal
menjadi lebih rendah
Kepentingan
manajemen untuk
mendapatkan
kompensasi dengan
menekan biaya
penyusutan aset
tetap
Penyimpangan
corporate social
responsibility menjadi
corporate social
irresponsibility
GAP
Pengaruh Thin Capitalization, Capital Intensity, dan Corporate Social Responsibility
terhadap Penghindaran Pajak dengan Pemanfaatan Tax Havens Country sebagai
Variabel Moderating
Basis Teori: Teori Perilaku Terencana (Planned Behavior)
Thin Capitalization
Corporate Social Responsibility
Capital Intensity Penghindaran Pajak
Pemanfaatan Tax Havens Country
Metode Analisis:
Analisis Regresi Moderasi (MRA) Data Panel
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
38
D. Keterkaitan antar Variabel dan Hipotesis
1. Pengaruh Thin Capitalization terhadap Penghindaran Pajak
Thin capitalization adalah suatu praktik dengan membuat struktur
utang jauh lebih besar dibandingkan modal perusahaan. Perusahaan dapat
menjadikan beban bunga sebagai cara untuk menurunkan dasar pengenaan
pajak yaitu penghasilan kena pajak (deductible expense). Hal tersebut akan
berdampak pada meningkatnya beban bunga dan menjadikan penghasilan
kena pajak akan semakin mengecil. Dengan demikian pendapatan yang
diterima negara akan berkurang (Afifah & Prastiwi, 2019).
Perusahaan yang melebihi atau mendekati batas bunga yang
diperkenankan oleh aturan dari thin capitalization cenderung melakukan
penghindaran pajak. Perusahaan tersebut memiliki dua sumber modal yaitu
baik berupa utang ataupun modal sendiri. Hal tersebut menimbulkan celah
serta kesempatan perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak melalui
manfaat dari bunga. Jika hasil dari thin capitalization mengalami peningkatan
yang tinggi maka akan semakin tinggi pula beban dari bunga yang wajib
dibayarkan dan tentu hal tersebut akan menggerus laba perusahaan dan pada
akhirnya dapat mengecilkan pajak penghasilan yang terutang dan maka
perusahaan tersebut akan melakukan penghindaran pajak. Namun jika thin
capitalization rendah maka semakin rendah pula beban bunga yang dibayar
dan laba perusahaan akan naik dan penghasilan kena pajaknya tetap maka
perusahaan tersebut tidak dapat melakukan penghindaran pajak (Selistiaweni
et al., 2020).
39
Beberapa penelitian berikut digunakan untuk memperkuat
penelitian. Penelitian Setiawan & Agustina (2018) menyatakan bahwa thin
capitalization berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak. Artinya
tingkat utang di atas 75% terbukti mempunyai kecenderungan melakukan
penghindaran pajak. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Prastiwi
& Ratnasari (2019) menunjukkan bahwa dengan meningkatkan nilai thin
capitalization dapat meminimalisir beban pajak yang terutang, sehingga thin
capitlization terbukti berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak.
Berdasarkan dari paparan penelitian sebelumnya mengenai
pengaruh thin capitalization terhadap penghindaran pajak, maka patut diduga
thin capitalization berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak. Oleh
karenanya hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
H1: Thin capitalization berpengaruh signifikan positif terhadap penghindaran
pajak.
2. Pengaruh Capital Intensity terhadap Penghindaran Pajak
Capital intensity atau intensitas modal adalah suatu gambaran
perusahaan dalam menginvestasikan berupa aset tetapnya. Perusahaan yang
memiliki aset tetap dapat menimbulkan beban penyusutan dimana dengan
adanya beban penyusutan tersebut dapat menjadi pengurang laba perusahaan.
Semakin besar jumlah aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan, maka besar
pula beban penyusutan pada laporan laba rugi perusahaan. Oleh sebab itu,
semakin besar beban penyusutan dapat dimanfaatkan untuk melakukan
penghindaran pajak (Wulandari et al., 2020).
40
Pada dasarnya aset tetap akan mengalami penyusutan yang akan
menjadi biaya penyusutan dalam laporan keuangan perusahaan. Penyusutan
biaya ini yang dapat dikurangkan dari penghasilan dalam perhitungan pajak
perusahaan. Artinya semakin besar biaya penyusutan akan semakin kecil
tingkat pajak yang harus dibayarkan perusahaan. Hal tersebut berdampak
signifikan terhadap perusahaan dengan tingkat rasio capital intensity yang
besar menunjukkan tingkat pajak yang rendah, dengan tingkat pajak yang
rendah mengindikasikan perusahaan melakukan praktik penghindaran pajak
(Ayem & Setyadi, 2019).
Beberapa penelitian berikut digunakan untuk memperkuat
penelitian. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dwiyanti & Jati (2019)
didapatkan hasil bahwa capital intensity berpengaruh positif pada
penghindaran pajak. Maka, semakin tinggi capital intensity perusahaan akan
menyebabkan semakin meningkatnya tindakan penghindaran pajak
perusahaan. Hasil penelitian oleh Wulandari et al., (2020) menyatakan
variabel capital intensity berpengaruh signifikan positif terhadap
penghindaran pajak. Adanya beban penyusutan atas aset tetap dapat dijadikan
sebagai beban sehingga dapat mengurangi laba sebelum pajak perusahaan,
sehingga menimbulkan beban pajak yang nantinya akan ditanggung oleh
perusahaan menjadi rendah, sehingga dalam hal ini perusahaan melakukan
strategi penghindaran pajak.
Berdasarkan penjelasan dan penelitian sebelumnya mengenai
capital intensity terhadap penghindaran pajak, maka peneliti bermaksud
41
menguji kembali hubungan capital intensity dan penghindaran pajak. Oleh
karenanya hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
H2: Capital intensity berpengaruh signifikan positif terhadap penghindaran
pajak.
3. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Penghindaran Pajak
Corporate social responsibility merupakan bentuk pemenuhan
tanggung jawab sosial kepada stakeholder atas tindakan bisnis yang
dilakukan oleh perusahaan, sehingga tujuan perusahaan tidak hanya
berorientasi pada laba, tetapi juga pada lingkungan. Ketika perusahaan
melakukan tanggung jawab sosial kepada masyarakat, maka perusahaan
tersebut cenderung tidak melakukan penghindaran pajak. Selain untuk tujuan
sosial, perusahaan melakukan CSR dalam rangka membangun citra positif di
masyarakat. Ketika citra positif telah terbangun, maka perusahaan berupaya
untuk menjaga citra positif dengan cara tidak melakukan hal-hal yang dapat
membuat reputasi turun, misalnya dengan tidak melakukan penghindaran
pajak (Amalia, 2019).
Semakin tinggi pengungkapan CSR perusahaan maka makin rendah
penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan. Perusahaan yang memiliki
CSR yang lebih rendah mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut
memiliki rasa tanggung jawab sosial yang lebih rendah sehingga lebih agresif
dalam melakukan penghindaran pajak. Perusahaan yang melakukan tanggung
jawab sosial secara berkelanjutan lebih cenderung untuk mengurangi
usahanya dalam praktik penghindaran pajak (Januari & Suardikha, 2019).
42
Beberapa penelitian berikut digunakan untuk memperkuat
penelitian. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dewi & Noviari (2017)
menyatakan bahwa corporate social responsibility berpengaruh negatif dan
signifikan pada penghindaran pajak. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi tingkat pengungkapan corporate social responsibility suatu perusahaan
maka semakin rendah praktik penghindaran pajak. Hasil penelitian Wiguna
& Jati (2017) juga mengungkapkan bahwa corporate social responsibility
berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini
sebagai berikut:
H3: Corporate social responsibility berpengaruh signifikan negatif terhadap
penghindaran pajak.
4. Pengaruh Thin Capitalization terhadap Penghindaran Pajak dengan
Pemanfaatan Tax Havens Country
Tax havens country merupakan suatu negara yang dengan sengaja
memberlakukan regulasi pajak yang sangat minimal dalam bentuk pengenaan
tarif yang rendah, bahkan tidak ada pajak yang dipungut yang bertujuan untuk
memberikan fasilitas pajak yang mudah bagi investor yang berasal dari luar
negara tersebut (Widodo et al., 2020). Perusahaan yang tergabung dalam tax
havens country mampu menggeser pendapatan dari yurisdiksi pajak yang
tinggi ke pajak yang rendah melalui transfer pricing, utang antar perusahaan
dan pengalihan aset tidak berwujud. Bahkan, sebuah perusahaan
multinasional bisa menggunakan badan pembiayaan di tax havens country
43
untuk pemotongan pajak yang aman untuk pembayaran utang bunga oleh
anak perusahaan di negara-negara berpajak tinggi (Nuraini, 2018).
Richardson & Taylor (2017) dalam penelitiannya membuktikan
bahwa thin capitalization berpengaruh terhadap praktik penghindaran pajak
melalui tax havens country. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H4: Pemanfaatan tax havens country memperkuat pengaruh thin
capitalization terhadap penghindaran pajak.
5. Pengaruh Capital Intensity terhadap Penghindaran Pajak dengan
Pemanfaatan Tax Havens Country
Tax havens atau surga pajak merupakan negara kecil yang memiliki
sumber daya alam terbatas. Pengelolaan pada terbatasnya sumber daya alam
menyebabkan penghasilan yang tidak memadai, sehingga tax havens country
membutuhkan pendanaan lain untuk menggerakkan pemerintahan. Setiap
negara memberikan fasilitas berupa perlindungan serta kenyamanan dalam
aktivitas investasi modal. Dengan begitu, banyak pihak yang diharapkan
dapat tertarik untuk berinvestasi pada tax havens country (Nugraha &
Kristanto, 2019).
Hasil penelitian Wulandari et al., (2020) menunjukkan bahwa
capital intensity berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Widodo et al., (2020) memiliki hasil bahwa
44
tax havens mempunyai hubungan yang tinggi. Berdasarkan uraian di atas
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H5: Pemanfaatan tax havens country memperkuat pengaruh capital intensity
terhadap penghindaran pajak.
6. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Penghindaran Pajak
dengan Pemanfaatan Tax Havens Country
Pemanfaatan tax havens merupakan salah satu cara wajib pajak
untuk menghindari atau mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar dengan
cara memindahkan pendapatan ke tax havens country (Nofryanti & Nurjanah,
2019). Penelitian yang dilakukan Januari & Suardikha (2019) memberikan
hasil bahwa corproate social responsibility berpengaruh negatif terhadap
penghindaran pajak. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Dharmawan et
al., (2017) menyatakan bahwa tax haven utilization tidak berpengaruh
terhadap penghindaran pajak. Dalam hal ini, perusahaan yang memiliki nilai
corporate social responsibility tinggi maka penghindaran pajak yang
dilakukan pun rendah, sehingga tidak berdampak terhadap pemanfaatan tax
havens country. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai corporate social
responsibility rendah, maka penghindaran pajak yang dilakukan tinggi, dan
hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan memanfaatkan fungsi dari tax
havens country. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
H6: Pemanfaatan tax havens country memperlemah pengaruh corporate
social responsibility terhadap penghindaran pajak.
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel-
variabel independen terhadap variabel dependen dengan variabel moderating.
Penelitian ini menguji pengaruh dari variabel independen yang terdiri dari thin
capitalization, capital intensity, dan corporate social responsibility terhadap
variabel dependen yaitu penghindaran pajak, dengan variabel moderating yaitu
pemanfaatan tax havens country. Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan
multinasional yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa semua perusahaan
multinasional yang telah menerbitkan laporan keuangan dan laporan tahunan
periode 2016-2019.
B. Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah sekumpulan orang, peristiwa, atau hal-hal menarik
yang akan diteliti (Sekaran, 2017). Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri dari objek atau subjek yang memiliki kualitas dan ciri-ciri yang
diterapkan oleh peneliti untuk diteliti dan didapat sebuah ikhtisar. Populasi
yang diambil dalam penelitian ini adalah perusahaan multinasional yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode penelitian tahun 2016-
46
2019. Alasan memilih perusahaan multinasional sebagai populasi adalah
karena:
a. Perusahaan multinasional merupakan perusahaan yang berskala besar dan
memiliki perusahaan afiliasi di luar negeri.
b. Perusahaan multinasional lebih terbuka mengenai informasi non
keuangan.
c. Perusahaan multinasional juga banyak melakukan investasi yang lebih
besar dibandingkan dengan perusahaan domestik sehingga mampu
mendapatkan utang yang lebih banyak.
2. Sampel
Sampel adalah bagian kecil dari populasi yang terdiri dari anggota
terpilih (Sekaran, 2017). Sampel yang digunakan untuk penelitian harus
menggambarkan populasi tersebut melalui ciri-ciri yang dapat mewakili
populasi tersebut. Pada umumnya teknik sampling dikelompokkan menjadi
dua yaitu probability sampling dan non-probability sampling. Probability
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur, sedangkan non-probability sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang kesempatan sama bagi
setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sekaran, 2017).
Dalam penelitian ini, sampling yang digunakan adalah non-
probability sampling dengan teknik purposive sampling yang diambil dari
jumlah populasi. Purposive sampling yaitu teknik sampel dengan
47
pertimbangan tertentu. Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini
sebagai berikut:
a. Perusahaan multinasional yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2016-2019.
b. Perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan yang bernilai profit.
Alasannya adalah karena kerugian dapat dikompensasi ke masa depan
menjadi pengurang biaya pajak tangguhan dan diakui sebagai aset pajak
tangguhan sehingga dapat mengaburkan arti book tax difference (Cabello
et al., 2019).
c. Publikasi laporan keuangan menggunakan satuan mata uang rupiah.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, seluruh data baik data variabel independen
maupun variabel dependen adalah data sekunder. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah:
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Dalam penelitian ini data diperoleh dari beberapa literatur, yaitu
melalui buku, jurnal, tesis, internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan
penelitian ini.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
laporan keuangan serta laporan tahunan perusahaan multinasional periode
48
2016-2019 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang didapat melalui
situs atau website resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, model regresi
data panel, uji asumsi klasik atau uji kualitas data, dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness
(kemencengan distribusi). Statistik deskriptif mendeskripsikan data menjadi
sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah dipahami (Ghozali, 2018).
2. Model Regresi Data Panel
Menurut Basuki & Prawoto (2017), data panel merupakan gabungan
antara data runtut waktu (time series) dan data silang (cross section). Data
time series merupakan data yang terdiri atas satu atau lebih variabel yang akan
diamati pada satu unit observasi dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan, data
cross section merupakan data observasi dari beberapa unit observasi dalam
satu titik tertentu.
Pemilihan data panel dikarenakan dalam penelitian ini menggunakan
data time series dan data cross section. Penggunaan data time series dalam
penelitian ini, yaitu pada periode waktu empat tahun, dari tahun 2016-2019.
Adapun penggunaan data cross section dalam penelitian ini, yaitu dari
49
perusahaan multinasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI),
dengan total sampel perusahaan adalah 19 perusahaan.
Adapun keunggulan data panel dibandingkan penelitian
menggunakan jenis data lainnya antara lain (Maulana, 2018).
1. Menyediakan jumlah observasi yang lebih besar sehingga meningkatkan
degree of freedom.
2. Memungkinkan memperoleh variasi data yang lebih banyak sehingga
diharapkan mengurangi kasus multikolinearitas.
3. Menyediakan informasi yang lebih kaya untuk tujuan analisis fenomena
yang terjadi pada populasi.
4. Mengontrol variabel yang tidak dapat diobservasi/ diukur.
Tahap pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan metode
estimasi data panel. Terdapat tiga model estimasi yang dapat digunakan yaitu
(Maulana, 2018):
1. Pooled Least Square (PLS), merupakan metode data panel paling
sederhana yang hanya mengombinasikan data cross section dan data
waktu. Model ini tidak memerhatikan indikator waktu dan cross section,
serta melakukan estimasi menggunakan pendekatan yang sama dengan
ordinary least square (OLS).
2. Fixed Effect (FE), model ini mengasumsikan bahwa perbedaan antar-
cross section diakomodasi oleh nilai konstanta (intercept). Bila
menggunakan metode ini, estimasi akan dilakukan menggunakan variabel
dummy yang akan menangkap perbedaan antar-cross section.
50
3. Random Effect (RE), model ini mengasumsikan bahwa error memiliki
hubungan antarwaktu dan antar-cross section. Oleh karena itu, hasil
estimasi menggunakan random effect (RE) akan menyesuaikan nilai
konstanta (intercept) dengan error setiap cross section. Model random
effect juga dikenal sebagai teknik Generalized Least Square (GLS)
sehingga asumsi homokedastisitas pasti terpenuhi (tidak terdapat
heteroskedastisitas).
Untuk menentukan model estimasi yang tepat, dilakukan dengan
membandingkan hasil tiga pengujian (Maulana, 2018) yaitu:
1. Uji Chow
Pengujian chow digunakan untuk menentukan apakah suatu
estimasi sebaiknya menggunakan fixed effect dibandingkan model pooled
least square. Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan
kesimpulan uji chow adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai probability cross section chi-square < α (0,05), maka model
fixed effect yang dipilih.
b. Jika nilai probability cross-section chi-square > α (0,05), maka model
pooled least square yang dipilih.
2. Uji Hausman
Pengujian hausman digunakan untuk menentukan model estimasi
mana yang sebaiknya digunakan antara model random effect atau model
fixed effect. Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan
kesimpulan uji hausman adalah sebagai berikut:
51
a. Jika nilai probability cross-section random < α (0,05), maka model
fixed effect yang dipilih.
b. Jika nilai probability cross-section random > α (0,05), maka model
random effect yang dipilih.
3. Uji Lagrange Multiplier
Pengujian lagrange multiplier digunakan untuk menentukan
apakah suatu estimasi sebaiknya menggunakan model random effect
dibandingkan model pooled least square. Metode perhitungan uji
lagrange multiplier yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode
Breusch-Pagan, merupakan metode yang paling banyak digunakan oleh
para peneliti dalam perhitungan uji lagrange multiplier. Adapun pedoman
yang digunakan dalam pengambilan kesimpulan uji lagrange multiplier
berdasarkan metode Breusch-Pagan adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai cross-section breusch-pagan < α (0,05), maka model
random effect yang dipilih.
b. Jika nilai cross-section breusch-pagan > α (0,05), maka model
pooled least square yang dipilih.
3. Uji Asumsi Klasik
Setelah dilakukan pemilihan metode estimasi yang tepat untuk
regresi data panel, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian
asumsi klasik agar menghasilkan interpretasi hasil analisis yang baik. Asumsi
yang berlaku untuk regresi data panel metode Pooled Least Square (PLS) dan
Fixed Efects (FE) sama dengan Ordinary Least Square (OLS) karena kedua
52
uji tersebut didasarkan pada metode least square. Maka pengujian asumsi
klasik yang dilakukan meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Sedangkan untuk metode Random
Effects (RE) karena pendekatannya berdasarkan pada General Least Square
(GLS) maka tidak perlu melakukan uji heteroskedastisitas dan uji
autokorelasi. Karena pendekatan General Least Square (GLS) menganggap
data bersifat homokedastisitas dan lolos uji autokorelasi.
Dalam penelitian ini, pengolahan data penelitian dilakukan dengan
melakukan pendekatan regresi linier Ordinary Least Square (OLS), maka
pengujian asumsi klasik yang dilakukan yaitu uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel residual memiliki distribusi normal. Seperti yang telah
diketahui bahwa uji t dan uji f mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik
menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan
analisis grafik dan analisis statistik (Ghozali, 2018).
Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan
analisis statistik. Analisis statistik dilakukan untuk memberikan
keyakinan yang memadai terkait hasil uji normalitas. Uji statistik
53
dilakukan dengan melihat nilai uji Skewness-Kurtosis Test. Data dapat
dikatakan lulus uji normalitas ketika P-Value > 0,05 (Ghozali, 2018).
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Dengan menggunakan nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF),
maka akan mudah mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dalam
model regresi. Batas tolerance value adalah > 0,10 atau nilai VIF < 10.
Jika tolerance value di bawah 0,10 atau nilai VIF di atas 10, maka terjadi
multikolinearitas (Ghozali, 2018: 107-108). Atau suatu variabel dikatakan
memiliki korelasi yang kuat jika memiliki korelasi > 0,75 terhadap
variabel lainnya (Maulana, 2018).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan variansi atau residual atas
suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual
suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Pengujian heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan Breusch-
Pagan / Cook-Weisberg Test dengan melihat P-Value. Jika P-Value
< 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat masalah heteroskedastisitas.
54
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode (t) dengan
kesalahan pengganggu pada periode (t-1) sebelumnya. Autokorelasi ini
muncul akibat adanya suatu observasi yang saling berurutan sepanjang
waktu yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan
pada data dengan runtut waktu, karena gangguan ini dapat terjadi pada
individu atau kelompok yang cenderung mempengaruhi pada gangguan
dari individu atau kelompok yang sama pada periode waktu berikutnya.
Peneliti menggunakan metode Wooldridge Test untuk melihat
apakah data residual terjadi gejala autokorelasi atau tidak. Ketentuan dari
pengujian ini adalah jika P-Value < 0,05 berarti residual tidak random
atau terdapat autokorelasi pada residual. Sebaliknya, jika P-Value > 0,05
berarti residual random atau tidak terdapat gejala autokorelasi antar
residual.
4. Uji Hipotesis
a. Pengujian dengan Analisis Regresi Moderasi (Moderated Regression
Analysis -MRA)
Uji interaksi atau sering disebut dengan Moderated Regression
Analysis (MRA) merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear
dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi.
Pengujian hipotesis ini berguna untuk menentukan pengaruh variabel
moderasi dari pemanfaatan tax havens country pada pengaruh variabel
55
utama. Variabel moderasi adalah variabel independen yang akan
memperkuat atau memperlemah variabel independen lainnya terhadap
variabel dependen (Ghozali, 2018). Uji MRA dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Yit = α + β1TCit + β2CIit + β3CSRit + β4 (TC.THC) it + β5 (CI.THC) it +
β6 (CSR.THC) it + еit
Keterangan:
Y = Penghindaran Pajak
α = Konstanta
β = Koefisien Regresi
TC = Thin Capitalization
CI = Capital Intensity
CSR = Corporate Social Responsibility
THC = Pemanfaatan Tax Havens Country
TC.THC =Variabel perkalian antara thin capitalization dengan
pemanfaatan tax havens country yang menggambarkan
pengaruh variabel moderating, pemanfaatan tax havens
country terhadap hubungan thin capitalization dengan
penghindaran pajak.
CI.THC =Variabel perkalian antara capital intensity dengan
pemanfaatan tax havens country yang menggambarkan
pengaruh variabel moderating, pemanfaatan tax havens
56
country terhadap hubungan capital intensity dengan
penghindaran pajak.
CSR.THC =Variabel perkalian antara corporate social responsibility
dengan pemanfaatan tax havens country yang
menggambarkan pengaruh variabel moderating,
pemanfaatan tax havens country terhadap hubungan
corporate social responsibility dengan penghindaran pajak.
е = Error term (tingkat kesalahan pendugaan dalam
penelitian).
i = Data perusahaan
t = Data periode waktu
1) Uji Koefisien Determinasi (Uji Adjusted R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2
yang kecil menunjukkan kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Dan jika nilai
R2 mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memiliki hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel
dependen (Ghozali, 2018).
2) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik f)
Pengujian ini berguna untuk mengetahui apakah variabel-
variabel independen yang dimasukkan model mempunyai pengaruh
57
secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen. Uji f
juga berguna untuk mengetahui model yang digunakan layak untuk
memprediksi variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan dalam pengujian ini yaitu
dengan mengukur nilai signifikansi f pada output hasil regresi, dimana
jika nilai signifikansi yang didapat < 0,05 (α = 5%) maka model regresi
dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen yang
menandakan bahwa semua variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen atau dengan kata lain
hipotesis diterima (Ghozali, 2018).
3) Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t / z)
Pengujian ini digunakan untuk membuktikan signifikansinya
terhadap pengaruh variabel independen secara individu dalam
menjelaskan variabel dependen. Dengan tingkat signifikansi sebesar
5% (0,05), maka kriteria pengujian adalah sebagai berikut (Ghozali,
2018):
a) Apabila nilai signifikansi t / z < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha tidak
ditolak, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara semua
variabel independen terhadap variabel dependen.
b) Apabila nilai signifikansi t / z > 0,05, maka Ho tidak ditolak dan Ha
ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
semua variabel independen terhadap variabel dependen.
58
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Operasionalisasi variabel penelitian memaparkan perihal definisi dari
masing-masing variabel dan cara pengukuran yang digunakan pada setiap
variabel. Penelitian ini menggunakan lima (5) variabel, meliputi variabel
independen yaitu thin capitalization, capital intensity, dan corporate social
responsibility. Variabel dependen yaitu penghindaran pajak. Variabel
moderating yaitu pemanfaatan tax havens country.
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen. Penghindaran pajak adalah upaya
wajib pajak dalam memanfaatkan peluang-peluang (loopholes) yang ada
dalam undang-undang perpajakan, sehingga wajib pajak membayar pajak
lebih rendah dari seharusnya (Fatmawati & Solikin, 2017).
Ada beberapa cara dalam mengukur penghindaran pajak, seperti
menggunakan proksi Effective Taxe Rate (ETR), Book-tax Difference (BTD),
Discretionary Permanent BTD’s (DTAX), Unrecognize Tax Benefit, Tax
Shelter Activity, Marginal Tax Rate, dan Cash Effective Tax Rate (CETR).
Proksi Book-tax Difference (BTD) digunakan dalam penelitian ini karena
mencerminkan total perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (Yuniarti.
Zs & Astuti, 2020). Book-tax Difference (BTD) dapat dihitung dengan rumus:
BTD = (Taxable Income – Net Income) / Average Assets
BTD : Penghindaran pajak
59
Taxable Income : Laba sebelum pajak
Net Income : Laba bersih
Average Assets : Rata-rata jumlah aset pada awal periode ditambah akhir
periode
2. Variabel Independen (X)
Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen, yaitu thin
capitalization, capital intensity dan corporate social responsibility.
a. Thin Capitalization (X1)
Thin capitalization dapat didefinisikan sebagai jumlah utang
yang dimiliki oleh perusahaan lebih besar dibandingkan dengan jumlah
modal (highly leveraged). Thin capitalization adalah pembentukan
struktur permodalan suatu perusahaan dengan memaksimalkan
kontribusi utang dan meminimalkan kontribusi modal (Salwah &
Herianti, 2019). Rumus yang digunakan untuk mengukur thin
capitalization adalah sebagai berikut:
Maximum Amount Debt Ratio =
Average Interest Bearing Debt ÷ SHDA (Safe Harbor Debt Amount)
Dimana:
Average Interest Bearing Debt = Rata-rata utang atau total utang dengan
bunga (IBL)
SHDA = (Rata-rata total asset – non IBL) × 75%
60
b. Capital Intensity (X2)
Capital intensity merupakan suatu bentuk gambaran yang
menjelaskan perusahaan dalam menginvestasikan aset tetapnya.
Perusahaan yang memiliki aset tetap dapat menimbulkan beban
penyusutan dimana dengan adanya beban penyusutan tersebut dapat
menjadi pengurang laba perusahaan. Oleh sebab itu, semakin besar beban
penyusutan dapat dimanfaatkan untuk melakukan penghindaran pajak
(Wulandari et al., 2020). Capital intensity dalam penelitian ini diukur
menggunakan rasio sebagai berikut (Nadhifah & Arif, 2020):
Capital Intensity =
Total Non Curent Assets ÷ Total Assets
c. Corporate Social Responsibility (X3)
Corporate social responsibility merupakan bentuk pemenuhan
tanggung jawab sosial kepada stakeholder atas tindakan bisnis yang
dilakukan oleh perusahaan, sehingga tujuan perusahaan tidak hanya
berorientasi pada laba, tetapi juga pada lingkungan (Amalia, 2019).
Analisis data dilakukan dengan dua tahap. Penelitian ini mengacu pada
Global Reporting Index (GRI) 4.0 dengan menggunakan 91 indikator
pengungkapan CSR. Ketika perusahaan mengungkapkan indikator, maka
diberi nilai 1, jika tidak diberi nilai 0. Berikut adalah rumus untuk
menghitung besarnya pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan
(Amalia, 2019):
61
Pengungkapan CSR = ∑Xi ÷ N
Keterangan:
∑Xi = Jumlah indikator CSR yang diungkapkan perusahaan
N = Jumlah indikator GRI 4.0
3. Variabel Moderating
Variabel moderating adalah variabel yang dapat memperkuat atau
memperlemah hubungan antara variabel dependen dan variabel independen
(Ghozali, 2018). Variabel moderating dalam penelitian ini adalah
pemanfaatan tax havens country. Tax havens country didefinisikan sebagai
suatu negara atau wilayah yang mengenakan pajak rendah atau sama sekali
tidak mengenakan pajak dan menyediakan tempat yang aman bagi simpanan
untuk menarik modal masuk . Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan
dalam pemanfaatan tax havens country yaitu (Nugraha & Kristanto, 2019):
Tax Havens Country: Total subsidiaries di tax havens country
62
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Definisi Operasional Perhitungan Skala Pengukuran
Penghindaran Pajak (Y) (Yuniarti. Zs & Astuti, 2020)
Penghindaran pajak adalah upaya wajib pajak dalam memanfaatkan peluang-peluang (loopholes) yang ada dalam undang-undang perpajakan, sehingga wajib pajak membayar pajak lebih rendah dari seharusnya.
BTD = (Taxable Income – Net Income) / Average Assets
Rasio
Thin Capitalization (X1) (Salwah & Herianti, 2019)
Thin capitalization adalah jumlah utang yang dimiliki oleh perusahaan lebih besar dibandingkan dengan jumlah modal.
MAD = Average Interest
Bearing Debt ÷
SHDA (Safe Harbor Debt
Amount)
Rasio
Capital Intensity (X2) (Nadhifah & Arif, 2020)
Capital intensity merupakan suatu bentuk gambaran yang menjelaskan perusahaan dalam menginvestasikan aset tetapnya.
Capital Intensity =
Total Non Current Assets ÷
Total Assets
Rasio
Corporate Social Responsibility (X3) (Amalia, 2019)
Corporate social responsibility merupakan bentuk pemenuhan tanggung jawab sosial kepada stakeholder atas tindakan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan, sehingga tujuan perusahaan tidak hanya berorientasi pada laba, tetapi juga pada lingkungan.
Pengungkapan CSR =
∑Xi ÷ N
Rasio
Pemanfaatan Tax Havens Country (Nugraha & Kristanto, 2019)
Tax havens country didefinisikan sebagai suatu negara atau wilayah yang mengenakan pajak rendah atau sama sekali tidak mengenakan pajak dan menyediakan tempat yang aman bagi simpanan untuk menarik modal masuk.
Tax Havens Country =
Total subsidiaries di tax havens
country
Nominal
63
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Gambaran umum objek penelitian menyajikan prosedur pemilihan
sampel dan populasi penelitian. Dalam penelitian ini metode penentuan sampel
menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel
berdasarkan kriteria-kriteria dengan tujuan agar sampel yang digunakan dapat
merepresentasikan penelitian yang dilakukan. Metode analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan bantuan
perangkat lunak yaitu Microsoft Excel 2016 dan STATA versi 16 sebagai alat
untuk menguji data.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersumber dari laporan keuangan dan laporan tahunan seluruh perusahaan
multinasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesa (BEI). Penelitian ini
mengambil sampel selama empat tahun, yaitu 2016 sampai 2019 yang diakses
melalui website resmi Bursa Efek Indonesia pada alamat website www.idx.co.id,
mengambil artikel, jurnal, penelitian terdahulu, serta sumber-sumber lain yang
relevan. Data variabel yang digunakan yaitu thin capitalization, capital intensity,
corporate social responsibility, penghindaran pajak, dan pemanfaatan tax
havens country.
64
Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendapatkan informasi yang
relevan yang terkandung dalam data tersebut dan menggunakan hasilnya untuk
memecahkan suatu masalah. Berikut tabel 4.1 yang menyajikan perolehan
sampel berdasarkan kriteria yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan
penelitian.
Tabel 4.1
Rincian Perolehan Sampel Penelitian
No. Kriteria Jumlah
1. Perusahaan multinasional yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama tahun 2016-2019
45
2. Perusahaan rugi (15)
3. Perusahaan menyajikan laporan keuangan
tahunan menggunakan mata uang asing
(11)
Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria 19
Jumlah sampel (19 perusahaan × 4 tahun) 76
Sumber: Data yang telah diolah.
B. Hasil Uji Data Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi
data panel. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran mengenai
pengaruh variabel independen yaitu thin capitalization, capital intensity,
corporate social responsibility.
1. Uji Analisis Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan metode dimana semua data yang
berhubungan dengan penelitian dikelompokkan untuk kemudian dianalisis
dan diinterpretasikan secara objektif dengan membandingkan nilai
minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi dari
65
sampel. Berikut Tabel 4.2 merupakan analisis deskriptif untuk variabel yang
digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 4.2
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variable Mean Std Dev Min Max
PP 0,4268382 0,235488 0,1055457 0,9864109
TC 0,7042435 0,2113175 -0,0111724 0,9614816
CI 0,4256283 0,1907787 0,049288 0,9190861
CSR 0,1406883 0,0700319 0,032967 0,4065934
THC 2,052632 1,924541 0 8
Sumber: Output STATA yang diolah
a. Variabel Dependen (Penghindaran Pajak)
Hasil uji analisis statistik pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa
penghindaran pajak dengan jumlah sampel (N) 76 memiliki nilai
minimum sebesar 0,1055457 dan nilai maksimum sebesar 0,9864109.
Nilai rata-rata (mean) penghindaran pajak sebesar 0,4268382
menggambarkan rata-rata penghindaran pajak dalam perusahaan
multinasional dan standar deviasi sebesar 0,235488 menunjukkan
simpangan data relatif lebih kecil karena nilainya lebih kecil daripada
nilai rata-rata.
b. Variabel Independen
1) Thin Capitalization
Hasil uji analisis statistik pada tabel 4.2 menunjukkan
bahwa thin capitalization dengan jumlah sampel (N) 76 memiliki
nilai minimum sebesar -0,0111724 dan memiliki nilai maksimum
0,9614816. Nilai rata-rata (mean) yang menggambarkan bahwa
66
rata-rata thin capitalization dalam perusahaan multinasional
sebesar 0,7042435 dan standar deviasi sebesar 0,2113175 yang
menunjukkan simpangan data yang relatif lebih kecil karena
nilainya lebih kecil daripada nilai rata-rata.
2) Capital Intensity
Hasil uji analisis statistik pada tabel 4.2 menunjukkan
bahwa capital intensity dengan jumlah sampel (N) 76 memiliki
nilai minimum sebesar 0,49288 dan nilai maksimum sebesar
0,9190861. Nilai rata-rata (mean) capital intensity dalam
perusahaan multinasional sebesar 0,4256283 dan standar deviasi
sebesar 0,1907787 menunjukkan simpangan data yang relatif lebih
kecil karena nilainya lebih kecil daripada nilai rata-rata.
3) Corporate Social Responsibility
Hasil uji analisis statistik pada tabel 4.2 menunjukkan
bahwa corporate social responsibility dengan jumlah sampel (N)
76 memiliki nilai minimum sebesar 0,32967 dan nilai maksimum
sebesar 0,4065934. Nilai rata-rata (mean) corporate social
responsibility dalam perusahaan multinasional sebesar 0,1406883
dan standar deviasi sebesar 0,0700319 menunjukkan simpangan
data yang relatif lebih kecil karena nilainya lebih kecil daripada
nilai rata-rata.
67
c. Variabel Moderating
1) Pemanfaatan Tax Havens Country
Hasil uji analisis statistik pada tabel 4.2 menunjukkan
bahwa pemanfaatan tax havens country dengan jumlah sampel (N)
76 memiliki nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar
8. Nilai rata-rata (mean) pemanfaatan tax havens country dalam
perusahaan multinasional sebesar 2,052632 dan standar deviasi
sebesar 1,924541 menunjukkan simpangan data yang relatif lebih
kecil karena nilainya lebih kecil daripada nilai rata-rata.
2. Uji Pemilihan Model
a. Model Regresi Data Panel
1) Model Pooled Least Square (PLS)
Dalam model ini data diperlakukan sama atau dengan kata
lain mengabaikan adanya perbedaan dimensi individu maupun
waktu. Berikut hasil estimasi menggunakan model pooled least
square (PLS).
68
Tabel 4.3
Hasil Uji Regresi Model Pooled Least Square (PLS)
Prob > F 0,0000
R-squared 0,4183
Adj R-squared 0,3584
Variable Coefficient Std. Err t P > |t|
sqr_TC -2,219666 0,6091682 -3,64 0,001
CI -1,773372 0,5729169 -3,10 0,003
sqr_rt_CSR 1,446224 1,373891 1,05 0,296
sqr_rt_THC -0,1978672 0,4134637 -0,48 0,634
sqr_TCsqr_rt_THC 1,066315 0,3973058 2,68 0,009
CIsqr_rt_THC 0,9345087 0,4377665 2,13 0,036
sqr_rt_CSRsqr_rt_THC -1,114473 0,9798969 -1,14 0,259
Cons 0,002852 0,5243718 0,01 0,996
Sumber: Output STATA yang diolah
Berdasarkan hasil estimasi model pooled least square
(PLS) di atas, variabel thin capitalization, capital intensity, dan
corporate social responsibility yang dimoderasi oleh pemanfaatan
tax havens country memiliki nilai koefisien negatif terhadap
penghindaran pajak. Kemudian dapat dilihat nilai F statistik
signifikan ditunjukkan dengan nilai Prob>F kurang dari α (0,05)
yaitu sebesar 0,0000, hal tersebut menunjukkan bahwa secara
bersama-sama thin capitalization, capital intensity, dan corporate
social responsibility berpengaruh signifikan terhadap
penghindaran pajak. Nilai R-square sebesar 0,4183 artinya model
ini hanya dapat menjelaskan variasi sebesar 41,83% terhadap
variabel dependen yaitu penghindaran pajak.
69
2) Model Fixed Effect (FE)
Model ini mengasumsikan bahwa intersep dari setiap
individu adalah berbeda sedangkan slope antar individu adalah
tetap. Berikut hasil estimasi regresi menggunakan model fixed
effect (FE).
Tabel 4.4
Hasil Uji Regresi Model Fixed Effect (FE)
Fixed-effects (within) regression
Prob > F 0,8187
R-squared 0,0733
Adj R-squared 0,2079
Variable Coefficient Std. Err T P > |t|
sqr_TC 0,9643638 2,128829 0,45 0,653
CI -1,876276 2,179338 -0,86 0,393
sqr_rt_CSR -0,2123626 2,34016 -0,09 0,928
sqr_rt_THC -1,120943 1,284156 -0,87 0,387
sqr_TCsqr_rt_THC -0,3099194 1,064017 -0,29 0,772
CIsqr_rt_THC 1,805239 1,310567 1,38 0,175
sqr_rt_CSRsqr_rt_THC 0,9672175 2,055306 0,47 0,640
Cons -0,471874 2,033341 -0,23 0,817
Sumber: Output STATA yang diolah
Berdasarkan hasil estimasi model fixed effect (FE) di atas,
variabel independen yaitu capital intensity, corporate social
responsibility dan thin capitalization yang dimoderasi oleh
pemanfaatan tax havens country memiliki nilai koefisien negatif
terhadap penghindaran pajak. Kemudian dapat dilihat nilai F
statistik signifkan ditunjukkan dengan nilai Prob>F lebih besar
dari α (0,05) yaitu sebesar 0,8187, hal tersebut menunjukkan bahwa
secara bersama-sama thin capitalization, capital intensity, dan
70
corporate social responsibility tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak. Nilai R-square sebesar 0,0733 artinya model
ini mampu menjelaskan variasi sebesar 7,33% terhadap variabel
dependen yaitu penghindaran pajak. Hal tersebut menunjukkan
nilai yang kurang baik dibandingkan dengan model pooled least
square (PLS).
3) Model Random Effect (RE)
Dalam model random effect (RE) mengasumsikan setiap
objek penelitian memiliki perbedaan intersep, yang mana intersep
tersebut adalah variabel random atau stokastik. Berikut hasil
estimasi regresi menggunakan model random effect (RE).
Tabel 4.5
Hasil Uji Regresi Model Random Effect (RE)
Random-effects GLS regression
Prob > F 0,0000
R-squared 0,4183
Adj R-squared 0,7925
Variable Coefficient Std. Err Z P > |z|
sqr_TC -2,202373 0,6149039 -3,58 0,000
CI -1,775946 0,5822644 -3,05 0,002
sqr_rt_CSR 1,39765 1,382949 1,01 0,312
sqr_rt_THC -0,2094941 0,4197075 -0,50 0,618
sqr_TCsqr_rt_THC 1,05519 0,4000657 2,64 0,008
CIsqr_rt_THC 0,9427514 0,4439239 2,12 0,034
sqr_rt_CSRsqr_rt_THC -1,084282 0,9902701 -1,09 0,274
Cons 0,0158245 0,5318149 0,03 0,976
Sumber: Output STATA yang diolah
Berdasarkan hasil estimasi model random effect (RE) di
atas, variabel independen yaitu thin capitalization, capital
71
intensity, dan corporate social responsibility yang dimoderasi oleh
pemanfaatan tax havens country memiliki nilai koefisien negatif
terhadap penghindaran pajak. Dalam model ini nilai probability
lebih kecil dari α (0,05) yaitu sebesar 0,0000 artinya secara
bersama-sama thin capitalization, capital intensity, dan corporate
social responsibility berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Nilai R-square sebesar 0,4183 artinya model ini mampu
menjelaskan variasi sebesar 41,83% terhadap penghindaran pajak,
nilai tersebut lebih tinggi dari model fixed effect (FE).
b. Pengujian dan Pemilihan Model Uji Regresi Data Panel
Pengujian dan pemilihan model estimasi data panel digunakan
untuk memilih satu dari tiga model yang lebih sesuai dan memiliki
pendugaan yang lebih efisien. Terdapat beberapa cara yang dapat
digunakan untuk menentukan model mana yang paling tepat dalam
mengestimasi parameter data panel. Ada tiga pengujian untuk memilih
model estimasi data panel yaitu uji chow yang digunakan untuk
memilih antara model pooled least square (PLS) atau model fixed effect
(FE). Pengujian kedua yaitu uji hausman yang digunakan untuk
memilih antara model fixed effect (FE) atau model random effect (RE).
Selain itu, terdapat pengujian lagrange multiplier yang digunakan
untuk memilih antara model pooled least square (PLS) atau model
random effect (RE).
72
1) Uji Chow
Uji chow digunakan untuk memilih antara model pooled
least square (PLS) atau model fixed effect (FE). Berikut ini hasil
dari pengujian chow.
Tabel 4.6
Hasil Uji Chow
Prob > F 0,3852
Sumber: Output STATA yang diolah
Dari hasil output tersebut, dapat dilihat bahwa nilai
probabilitas sebesar 0,3852 artinya uji chow memberikan hasil
yang signifikan. Karena probabilitas lebih besar dari nilai α (0,05),
maka H0 pooled least square (PLS) diterima dan H1 fixed efect (FE)
tidak diterima, sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah
menggunakan model pooled least square (PLS).
2) Uji Hausman
Uji hausman merupakan pengujian kedua dari pengujian
pemilihan model estimasi data panel yang digunakan untuk
memilih antara model fixed effect (FE) atau model random effect
(RE). Berikut hasil dari pengujian hausman.
73
Tabel 4.7
Hasil Uji Hausman
Variabel fe Re Difference
sqr_TC 0,9643638 -2,202373 3,166737
CI -1,876276 -1,775946 -0,1003299
sqr_rt_CSR -0,2123626 1,39765 -1,610012
sqr_rt_THC -1,120943 -0,2094941 -0,9114493
sqr_TCsqr_rt_THC -0,3099194 1,05519 -1,36511
CIsqr_rt_THC 1,805239 0,9427514 0,8624877
sqr_rt_CSRsqr_rt_THC 0,9672175 -1,084282 2,051499
chi2 8,14
Prob > chi2 0,3202
Sumber: Output STATA yang diolah
Dari hasil pengujian hausman di atas, dapat dilihat bahwa
pada hasil tersebut Prob>chi2 sebesar 0,3202, lebih besar dari α
(0,05) artinya H0 random effect (RE) diterima dan H1 fixed effect
(FE) tidak diterima. Sehingga kesimpulan yang dapat diambil
adalah menggunakan model random effect (RE).
3) Uji Lagrange Multiplier
Uji lagrange multiple merupakan pengujian terakhir dari
pengujian pemilihan model estimasi data panel yang digunakan
untuk memilih antara model pooled least square (PLS) atau model
random effect (RE). Berikut ini hasil dari pengujian lagrange
multiplier.
74
Tabel 4.8
Hasil Uji Lagrange Multiplier
Breusch and Pagan Lagrangian multiplier test for random effects
Var sd = sqrt (Var)
ln_PP 0,3183945 0,5642646
E 0,1993243 0,4464575
U 0,0023971 0,0489601
chibar2 0,56
Prob > chibar2 0,2273
Sumber: Output STATA yang diolah
Dari hasil pengujian lagrange multiplier di atas, dapat
dilihat bahwa pada hasil tersebut memiliki Prob>chibar2 sebesar
0,2273, lebih besar dari α (0,05) artinya H0 pooled least square
(PLS) diterima dan H1 random effect (RE) tidak diterima. Sehingga
kesimpulan yang dapat diambil adalah menggunakan model pooled
least square (PLS).
3. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dimaksudkan untuk menghasilkan
parameter yang bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), artinya
estimator memiliki nilai harapan sesuai dengan nilai sesungguhnya. Karena
hasil dari pengujian dan pemilihan model yang terpilih adalah pooled least
square (PLS)/ common effect model, maka pengujian asumsi klasik yang
dilakukan meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, uji
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
75
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik yaitu memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini,
untuk menguji normalitas data menggunakan Skewness/Kurtosis Test.
Berikut ini merupakan hasil dari pengujian normalitas.
Tabel 4.9
Hasil Uji Normalitas
Skewness/Kurtosis tests for Normality
Variable Obs Skewness Kurtosis chi2 Prob > chi2
PP 76 0,0019 0,7460 8,49 0,0143
TC 76 0,0000 0,0016 22,91 0,0000
CI 76 0,5249 0,0227 5,41 0,0667
CSR 76 0,0006 0,0080 14,97 0,0006
THC 76 0,0000 0,0079 22,29 0,0000
Sumber: Output STATA yang diolah
Berdasarkan hasil pengujian normalitas di atas, dapat dilihat
bahwa nilai Prob > chi2 lebih besar dari nilai α (0,05) hanya terdapat
pada variabel capital intensity. Oleh karena itu, maka data berdistribusi
tidak normal dan harus dilakukan transformasi data. Berikut ini
merupakan hasil pengujian normalitas setelah transformasi data.
76
Tabel 4.10
Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi Data
Skewness/Kurtosis tests for Normality
Variable Obs Skewness Kurtosis chi2 Prob > chi2
ln_PP 76 0,5277 0,3607 1,27 0,5297
sqr_TC 76 0,2193 0,1513 3,71 0,1568
CI 76 0,5249 0,0227 5,41 0,0667
sqr_rt_CSR 76 0,5970 0,3594 1,15 0,5624
sqr_rt_THC 76 0,3898 0,3582 1,63 0,4415
Sumber: Output STATA yang diolah
Berdasarkan hasil pengujian normalitas di atas, setelah
dilakukan transformasi data terhadap variabel penghindaran pajak
dengan transformasi logaritma natural (LN), variabel thin capitalization
dengan transformasi square (kuadrat), variabel corporate social
responsibility dan pemanfaatan tax havens country masing-masing
dengan transformasi square root (akar kuadrat) dapat dilihat bahwa
nilai Prob > chi2 lebih besar dari nilai α (0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa data berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas adalah pengujian untuk melihat apakah
terdapat hubungan korelasi antara variabel independen atau satu sama
lainnya. Salah satu asumsi dalam metode kuadrat terkecil adalah tidak
adanya hubungan linear antara variabel independen. Metode yang
digunakan untuk mendeteksi multikolinieritas dalam penelitian ini
adalah tolerance – Variance Inflactor Faktor (VIF). Multikolinieritas
terjadi apabila nilai tolerance < 0,10 dan VIF > 10. Jika nilai tolerance
> 0,10 dan VIF < 10, maka dapat dikatakan tidak terjadi
77
multikolinieritas antar variabel independen. Berikut ini disajikan tabel
4.11 hasil uji multikolinieritas.
Tabel 4.11
Hasil Uji Multikolinieritas
Variable VIF 1/VIF
sqr_rt_THC 28,26 0,035392
sqr_rt_CSRsqr_rt_THC 24,24 0,041262
Cisqr_rt_THC 10,44 0,095756
sqr_TC 7,94 0,125933
sqr_TCsqr_rt_THC 7,24 0,138145
sqr_rt_CSR 6,00 0,166800
CI 4,39 0,227991
Mean VIF 12,64
Sumber: Ouput STATA yang diolah
Berdasarkan tabel di atas, hasil uji multikolinieritas
menunjukkan bahwa terdapat variabel dengan nilai tolerance < 0,10
dan VIF > 10. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat variabel dalam
penelitian ini yang saling berkorelasi atau dapat dikatakan terjadi gejala
multikolinieritas dalam variabel. Setelah mengetahui adanya
multikolinieritas, maka penelitian ini menggunakan estimasi model
SUR (Seemingly Unrelated Regression) untuk mengatasi masalah
tersebut.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah pada
model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variabel dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas
78
dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas pada penelitian ini
digunakan Breush-Pagan / Cook-Weisberg Test. Deteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilihat dari nilai P-Value. Jika nilai P-Value
< 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat masalah heteroskedastisitas.
Berikut ini merupakan tabel hasil uji heteroskedastisitas.
Tabel 4.12
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Breusch-Pagan / Cook-Weisberg test for heteroskedasticity
chi2 6,49
Prob > chi2 0,0108
Sumber: Output STATA yang diolah
Dari hasil ouput di atas, nilai Prob > chi2 lebih kecil dari nilai
α (0,05) sebesar 0,0108. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data
tersebut memiliki gejala heteroskedastisitas atau data tidak bersifat
homokedastisitas. Setelah mengetahui adanya gejala
heteroskedastisitas, maka dilakukan estimasi model SUR (Seemingly
Unrelated Regression) untuk menghasilkan nilai regresi yang baik.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang
baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi. Pada penelitian
79
ini, gejala autokorelasi dideteksi dengan menggunakan Wooldridge
Test. Berikut tabel 4.13 merupakan hasil uji autokorelasi untuk variabel
yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 4.13
Hasil Uji Autokorelasi
Wooldridge tests for autocorrelation in panel data
F 2,331
Prob > F 0,1442
Sumber: Output STATA yang diolah
Dari hasil output di atas, terlihat bahwa nilai Prob > F sebesar
0,1442 yang artinya lebih besar dari α (0,05). Sehingga kesimpulannya
adalah model regresi tersebut tidak terjadi gejala autokorelasi.
4. Pengujian Goodness of Fit Model
Pengujian goodness of fit model dilakukan untuk mengetahui
kelayakan model secara ilmiah, berdasarkan ketiga estimasi model yang
telah dilakukan yaitu pooled least square (PLS), fixed effect (FE), dan
random effect (RE). Berikut ini disajikan tabel untuk melihat hasil
perbandingan ketiga estimasi model.
80
Tabel 4.14
Perbandingan Hasil Estimasi Model
Model Uji t Uji F R2 Coefficient Constanta
Pooled Least Square
(PLS)
P>|t| T Prob F 0,4183 0,002852
- sqr_TC 0,001 -3,64 0,0000 6,99 -2,219666
- CI 0,003 -3,10 -1,773372
- sqr_rt_CSR 0,296 1,05 1,446224
- sqr_rt_THC 0,634 -0,48 -0,1978672
- sqr_TCsqr_rt_THC 0,009 2,68 1,066315
- Cisqr_rt_THC 0,036 2,13 0,9345087
- sqr_rt_CSRsqr_rt_THC 0,259 -1,14 -1,114473
Fixed Effect (FE) P>|t| T Prob F 0,0733 -0,471874
- sqr_TC 0,653 0,45 0,8187 0,52 0,9643638
- CI 0,393 -0,86 -1,876276
- sqr_rt_CSR 0,928 -0,09 -0,2123626
- sqr_rt_THC 0,387 -0,87 -1,120943
- sqr_TCsqr_rt_THC 0,772 -0,29 -0,3099194
- Cisqr_rt_THC 0,175 1,38 1,805239
- sqr_rt_CSRsqr_rt_THC 0,640 0,47 0,9672175
Random Effect (RE) P>|z| Z Prob F 0,4183 0,0158245
- sqr_TC 0,000 -3,58 0,0000 46,98 -2,202373
- CI 0,002 -3,05 -1,775946
- sqr_rt_CSR 0,312 1,01 1,39765
- sqr_rt_THC 0,618 -0,50 -0,2094941
- sqr_TCsqr_rt_THC 0,008 2,64 1,05519
- Cisqr_rt_THC 0,034 2,12 0,9427514
- sqr_rt_CSRsqr_rt_THC 0,274 -1,09 -1,084282
Sumber: Output STATA yang diolah
Berdasarkan perbandingan output di atas, dilihat dari nilai uji t, uji
f, koefisien determinan (R2), coefficient dan constanta, model pooled least
square (PLS) adalah pendekatan yang sesuai dibandingkan dengan model
fixed effect (FE) dan random effect (RE). Akan tetapi, pengujian terhadap
asumsi klasik menunjukkan bahwa model pooled least square (PLS)
terbukti mengalami permasalahan multikolinieritas dan heteroskedastisitas.
81
Pelanggaran terhadap asumsi klasik ini menjadikan hasil estimasi bias dan
diragukan validitasnya sehingga dapat menghasilkan analisa yang salah.
Berdasarkan fakta tersebut, maka dalam penelitian ini diputuskan
menggunakan estimasi metode SUR (Seemingly Unrelated Regression)
untuk memperbaiki masalah tersebut. Model SUR merupakan bagian dari
regresi linier yang terdiri atas beberapa persamaan yang tidak berhubungan
(unrelated). Artinya, setiap variabel dependen dan independen terdapat
dalam satu sistem. Pada model SUR, error dari sistem yang berbeda saling
terkorelasi atau berhubungan (Maulana, 2018). Berikut ini hasil regresi
dengan menggunakan estimasi metode SUR.
Tabel 4.15
Hasil Uji Regresi Metode SUR (Seemingly Unrelated Regresion)
Seemingly unrelated regression
R-squared 0,4183
chi2 54,65
P 0,0000
Variable Coefficient Std. Err Z P > |z|
sqr_TC -2,219666 0,5762155 -3,85 0,000
CI -1,773372 0,5419251 -3,27 0,001
sqr_rt_CSR 1,446224 1,299571 1,11 0,266
sqr_rt_THC -0,1978672 0,3910975 -0,51 0,613
sqr_TCsqr_rt_THC 1,066315 0,3758136 2,84 0,005
CIsqr_rt_THC 0,9345087 0,4140856 2,26 0,024
sqr_rt_CSRsqr_rt_THC -1,114473 0,9268896 -1,20 0,229
Cons 0,002852 0,4960061 0,01 0,995
Sumber: Output STATA yang diolah
82
5. Pengujian Hipotesis
a. Pengujian Analisis Regresi Data Panel
Penelitian ini menggunakan pengujian analisis regresi data
panel dengan menggunakan metode SUR (Seemingly Unrelated
Regression) untuk menguji pengaruh antara semua variabel independen
ke variabel dependen. Tujuan analisis regresi ini dengan menggunakan
nilai-nilai variabel independen yang diketahui untuk meramalkan nilai
variabel dependen. Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis dilakukan
dengan uji koefisien determinasi (uji adjusted R2), uji signifikansi
simultan ( uji statistik f) dan uji signifikansi parsial (uji statistik z).
1) Hasil Uji Koefisien Determinasi (Uji Adjusted R2)
Besarnya kontribusi variabel independen yaitu thin
capitalization, capital intensity, dan corporate social
responsibility dalam menerangkan variabel penghindaran pajak
yang diukur dengan book tax difference (BTD). Berikut hasil uji
koefisien determinasi dapat dilihat dalam Tabel 4.14 berikut.
Tabel 4.16
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Uji Adjusted R2)
R-sq
0,4183
Sumber: Output STATA yang diolah
Berdasarkan tabel 4.17 dapat diketahui bahwa nilai R-
squared sebesar 0,4183 atau 41,83% yang artinya kemampuan
variabel thin capitalization, capital intensity, dan corporate
83
social responsibility dalam menjelaskan variabel penghindaran
pajak sebesar 41,83%. Sedangkan sisanya sebesar 58,17%
dijelaskan oleh variabel lain diluar dari penelitian ini, seperti
family ownership, hubungan politik, perbedaan level manajemen.
2) Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik f)
Uji signifikansi simultan (uji statistik f) dipergunakan
untuk menguji apakah semua variabel independen dalam model
persamaan regresi mempunyai pengaruh secara bersama-sama
atas variabel dependen. Uji signifikansi simultan dilakukan pada
tingkat signifikan 0,05. Apabila nilai signifikansi < 0,05 maka
hipotesis tidak ditolak, sebaliknya jika nilai signifikansi > 0,05
maka H0 ditolak. Berikut merupakan hasil uji signifikansi
simultan.
Tabel 4.17
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik f)
P
0,0000
Sumber: Output STATA yang diolah
Pada tabel 4.16 di atas diperoleh hasil Prob>F sebesar
0,0000, angka tersebut lebih kecil dari nilai α (0,05) . Maka secara
bersama-sama variabel thin capitalization, capital intensity, dan
corporate social responsibility berpengaruh secara signifikan
terhadap penghindaran pajak.
84
3) Hasil Uji Signifikansi Parsial Data Panel Metode SUR
(Seemingly Unrelated Regression) / Uji Statistik z
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh satu variabel independen dalam menerangkan
variabel dependen. Dalam penelitian ini akan dibuktikan
pengaruh masing-masing dari variabel independen yaitu thin
capitalization, capital intensity, dan corporate social
responsibility serta variabel moderating yaitu pemanfaatan tax
havens country dalam mempengaruhi variabel independen
terhadap variabel dependen yaitu penghindaran pajak. H0 akan
ditolak dan Ha tidak ditolak bila z < α (0,05) atau nilai z-stat >
nilai kritis z-tabel. Berikut ini merupakan hasil uji signifikansi
parsial data panel dengan menggunakan metode SUR. Hasil uji z
ditunjukkan dalam Tabel 4.18 berikut.
Tabel 4.18
Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik z)
Variable Coefficient Std. Err Z P > |z|
sqr_TC -2,219666 0,5762155 -3,85 0,000
CI -1,773372 0,5419251 -3,27 0,001
sqr_rt_CSR 1,446224 1,299571 1,11 0,266
sqr_rt_THC -0,1978672 0,3910975 -0,51 0,613
sqr_TCsqr_rt_THC 1,066315 0,3758136 2,84 0,005
CIsqr_rt_THC 0,9345087 0,4140856 2,26 0,024
sqr_rt_CSRsqr_rt_THC -1,114473 0,9268896 -1,20 0,229
Cons 0,002852 0,4960061 0,01 0,995
Sumber: Output STATA yang diolah
Berdasarkan tabel 4.18 di atas menunjukkan bahwa
koefisien model regresi dengan metode SUR memiliki nilai
85
konstanta sebesar 0,002852 dan P-value sebesar 0,001 yang
artinya jika variabel independen thin capitalization, capital
intensity, dan corporate social responsibility konstan maka rata-
rata penghindaran pajak yang diukur dengan book tax difference
(BTD) adalah sebesar 0,002852.
Nilai koefisien thin capitalization dengan nilai koefisien
negatif sebesar -2,219666 dan tingkat signifikan P-value 0,000 <
0,05 yang artinya variabel thin capitalization tidak berpengaruh
terhadap penghindaran pajak. Nilai koefisien capital intensity
dengan nilai koefisien negatif sebesar -1,773372 dan tingkat
signifikan P-value 0,001 < 0,05 yang artinya variabel capital
intensity tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Nilai
koefisien corporate social responsibility dengan nilai koefisien
positif sebesar 1,446224 dan tingkat signifikan P-value 0,266 >
0,05 yang artinya variabel corporate social responsibility tidak
berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Variabel perkalian antara thin capitalization dan
pemanfaatan tax havens country memiliki nilai koefisien positif
sebesar 1,066315 dengan tingkat signifikan 0,005 < 0,05 yang
artinya variabel pemanfaatan tax havens country memperkuat
pengaruh thin capitalization terhadap penghindaran pajak.
Variabel perkalian antara capital intensity dan pemanfaatan tax
havens country memiliki koefisien positif sebesar 0,9345087
86
dengan tingkat signifikan 0,024 < 0,05 yang artinya variabel
pemanfaatan tax havens country memperkuat pengaruh capital
intensity terhadap penghindaran pajak. Variabel perkalian antara
corporate social responsibility dan pemanfaatan tax havens
country memiliki nilai koefisien negatif sebesar -1,114473 dengan
tingkat signifkan 0,229 > 0,05 yang artinya variabel pemanfaatan
tax havens country memperlemah pengaruh corporate social
responsibility terhadap penghindaran pajak.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Thin Capitalization Terhadap Penghindaran Pajak
Berdasarkan tabel 4.18 hasil penelitian ini menunjukkan tingkat
signifikansi thin capitalization sebesar 0,000 ( sig < 0,05). Hasil penelitian ini
menunjukkan arah negatif dengan nilai koefisien regresi sebesar -2,219666.
Dengan demikian H1 ditolak, yang berarti variabel thin capitalization tidak
berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Selistiaweni et al., (2020) yang menyatakan bahwa thin
capitalization tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 169/PMK, 010.2015 mengatakan bahwa
perbandingan utang dan modal ditetapkan sebesar 4:1 untuk yang tertinggi.
Hal itu menyiratkan bahwa nilai MAD yang tidak memiliki nilai lebih dari 4
termasuk dalam batasan yang wajar. Maka dari itu thin capitalization tidak
memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak.
87
Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian sebelumnya
yang telah dilakukan oleh Nirmalasari & Susilowati (2021), yang menyatakan
bahwa thin capitalization tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Hal tersebut disebabkan karena perusahaan melakukan pendanaan melalui
utang, bukan untuk meminimalisir pajak terutang. Namun dipakai untuk
keperluan operasional perusahaan.
Selain itu, thin capitalization juga selalu dihubungkan dengan
adanya related party transaction. Berdasarkan hasil penelitian ini, adanya
related party transaction tidak berpengaruh terhadap strategi penghindaran
pajak yang dilakukan oleh suatu perusahaan melalui skema thin
capitalization. Utang yang timbul dari hubungan istimewa tidak ada
pengaruhnya terhadap penghindaran pajak, karena adanya pemberian jasa
atau perjanjian kerjasama timbal balik antara pihak berelasi.
Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan
oleh Prastiwi & Ratnasari (2019) serta penelitian Setiawan & Agustina (2018)
yang menyatakan bahwa thin capitalization berpengaruh positif terhadap
penghindaran pajak. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya peningkatan dari
maximum amount debt ratio (rasio MAD) juga akan meningkatkan terjadinya
praktik penghindaran pajak. Hal tersebut dikarenakan adanya peningkatan
beban bunga dari utang yang wajib dilunasi oleh perusahaan, sehingga akan
menggerus laba perusahaan yang akhirnya bisa mengecilkan nilai pajak
penghasilan terutang dan perusahaan tersebut memiliki peluang untuk
melakukan praktik penghindaran pajak.
88
2. Pengaruh Capital Intensity Terhadap Penghindaran Pajak
Berdasarkan tabel 4.18 hasil penelitian ini menunjukkan tingkat
signifikansi capital intensity sebesar 0,001 (sig < 0,05). Hasil penelitian ini
menunjukkan arah negatif dengan nilai koefisien regresi sebesar -1,773372.
Dengan demikian H2 ditolak, yang berarti variabel capital intensity tidak
berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Dayanara et al., (2019) yang menyatakan bahwa capital intensity tidak
berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Perusahaan menggunakan aset
tetapnya untuk operasional perusahaan, bukan semata-mata untuk
memanfaatkan beban penyusutan aset tetap, yang mana beban penyusutan
aset tetap secara fiskal merupakan beban yang dapat menjadi pengurang
penghasilan kena pajak, sehingga dapat mengurangi penghasilan kena pajak
perusahaan.
Hasil peneltian ini juga mendukung hasil penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Wiguna & Jati (2017) yang menyatakan bahwa capital
intensity tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Dikarenakan tidak
ditemukannya adanya pengaruh jumlah aset tetap yang besar terhadap
tindakan penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan. Tidak adanya
pengaruh dari jumlah aset tetap yang dimiliki perusahaan diakibatkan oleh
perusahaan dengan jumlah aset tetap yang besar memang menggunakan aset
tetap tersebut untuk kepentingan perusahaan, yaitu menunjang kegiatan
operasional perusahaan yang digunakan untuk penyediaan barang dan jasa.
89
Hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa dalam hal ini
manajer perusahaan mendahulukan kepemilikan aset tetap agar digunakan
untuk keperluan operasional dan investasi perusahaan, sedangkan untuk
strategi penghindaran pajak tidak diutamakan. Sehingga presentase
kepemilikan aset tetap yang tinggi hanya tidak menimbulkan celah bagi
perusahaan untuk melakukan praktik penghindaran pajak.
Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Dwiyanti & Jati (2019) serta penelitian Wulandari et al.,
(2020) yang menyatakan bahwa capital intensity berpengaruh positif
terhadap penghindaran pajak. Hal ini dikarenakan adanya beban penyusutan
yang mempengaruhi nilai pajak perusahaan menjadi rendah. Oleh karena itu,
semakin tinggi nilai capital intensity perusahaan maka akan menyebabkan
semakin tinggi pula nilai penghindaran pajak.
3. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Penghindaran Pajak
Berdasarkan tabel 4.18 hasil penelitian ini menunjukkan tingkat
signifikansi corporate social responsibility sebesar 0,266 (sig > 0,05). Hasil
penelitian ini menunjukkan arah positif dengan nilai koefisien regresi sebesar
1,446224 yang artinya semakin tinggi corporate social responsibility maka
semakin tinggi pula penghindaran pajak. Dengan demikian H3 ditolak, yang
berarti variabel corporate social responsibility tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak.
90
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Titisari & Mahanani (2017) yang menyatakan bahwa
corporate social responsibility tidak memiliki pengaruh terhadap
penghindaran pajak perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2013-2015.
Semakin tinggi nilai corporate social responsibility perusahaan, maka tingkat
aktivitas penghindaran pajak perusahaan akan semakin rendah. Dalam hal ini
perusahaan melakukan prinsip-prinsip corporate social responsibility sebagai
kewajiban yang harus dipenuhi tanpa melibatkan penghindaran pajak.
Hasil dalam penelitian memberikan implikasi bahwa perusahaan
benar-benar melaksanakan kegiatan corporate social responsibility
berdasarkan tanggung jawab yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri.
Tanggung jawab tersebut akan terwujud dalam bukti penilaian yang diberikan
masyarakat kepada perusahaan tersebut. Sehingga perusahaan akan terus
berupaya agar selalu mendapat penilaian yang baik dan positif dari
masyarakat, salah satunya adalah dengan cara tidak melakukan tindakan yang
dianggap menyimpang dalam norma yang berlaku di masyarakat. Sedangkan
penghindaran pajak merupakan perilaku yang dianggap tidak etis, walaupun
sebenarnya ada penghindaran pajak yang masih dikategorikan sebagai good
business purpose. Namun penghindaran pajak juga bisa menjadi bumerang
untuk suatu perusahaan, dikarenakan perusahaan tersebut akan mendapatkan
penilaian atau citra yang negatif dari masyarakat. Oleh karena itu, dalam hal
91
ini perusahaan benar-benar melakukan kegiatan corporate social
responsibility tanpa melibatkan praktik penghindaran pajak.
Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan
oleh Dewi & Noviari (2017) serta penelitian Wiguna & Jati (2017) yang
menyatakan bahwa corporate social responsibility berpengaruh negatif
terhadap penghindaran pajak. Hal tersebut membuktikan bahwa semakin
tinggi perusahaan mengungkapkan corporate social responsibility maka
semakin rendah perusahaan memiliki peluang untuk melakukan tindakan
penghindaran pajak.
4. Pengaruh Thin Capitalization Terhadap Penghindaran Pajak dengan
Pemanfaatan Tax Havens Country sebagai Variabel Moderating
Berdasarkan tabel 4.18 hasil penelitian ini menunjukkan tingkat
signifikansi variabel perkalian antara thin capitalization dan pemanfaatan tax
havens country sebesar 0,005 (sig < 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan
arah positif dengan nilai koefisien regresi sebesar 1,066315. Dengan
demikian H4 tidak ditolak, yang berarti variabel pemanfaatan tax havens
country memperkuat pengaruh antara thin capitalization terhadap
penghindaran pajak.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Richardson & Taylor (2017) yang menyatakan bahwa
pemanfaatan tax havens country memperkuat pengaruh antara thin
capitalization terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan hasil penelitian ini
92
berarti perusahaan multinasional memanfaatkan implementasi aturan thin
capitalization dan badan pembiayaan di tax havens country untuk
pemotongan pajak. Karena perusahaan yang tergabung di tax havens country
mampu memindahkan pendapatan dari yurisdiksi pajak yang tinggi ke pajak
yang rendah melalui praktik utang antar perusahaan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa perusahaan multinasional yang memiliki nilai thin
capitalization tinggi, maka penghindaran pajak yang dilakukan juga tinggi,
dan hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan memanfaatkan secara
maksimal fungsi dari tax havens country.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, jika dikaitkan dengan teori
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori perilaku terencana, bahwa
adanya perusahaan afiliasi suatu perusahaan yang berada di tax havens
country akan memberikan suatu keuntungan. Dikarenakan adanya faktor lain
yang menguntungkan, maka manajer akan berniat untuk melakukan suatu
tindakan. Dalam hal ini, perusahaan akan melakukan skema pembayaran
utang melalui badan pembiayaan yang berada di tax havens country agar tidak
dikenakan tarif pajak yang timbul dari utang bunga. Sehingga beban pajak
yang dikenakan oleh perusahaan pun akan rendah, dan mengindikasikan
bahwa perusahaan melakukan strategi penghindaran pajak.
5. Pengaruh Capital Intensity Terhadap Penghindaran Pajak dengan
Pemanfaatan Tax Havens Country sebagai Variabel Moderating
Berdasarkan tabel 4.18 hasil penelitian ini menunjukkan tingkat
signifikansi variabel perkalian antara capital intensity dan pemanfaatan tax
93
havens country sebesar 0,024 (sig < 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan
arah positif dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,9345087. Dengan
demikian H5 tidak ditolak, yang berarti variabel pemanfaatan tax havens
country memperkuat pengaruh capital intensity terhadap penghindaran pajak.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Wulandari et al., (2020) yang menyatakan bahwa capital
intensity berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak, serta
penelitian Widodo et al., (2020) yang menyatakan bahwa tax havens country
memiliki hubungan yang tinggi dengan penghindaran pajak. Hasil dalam
penelitian ini mengindikasikan bahwa perusahaan multinasional
memanfaatkan nilai capital intensity yaitu dengan memaksimalkan beban
penyusutan melalui aktivitas investasi aset tetap di tax havens country
sehingga akan berdampak terhadap rendahnya beban pajak perusahaan, yang
akhirnya tercipta peluang untuk melakukan praktik penghindaran pajak.
Semakin tinggi nilai capital intensity perusahaan, semakin maksimal pula
perusahaan memanfaatkan fungsi dari tax havens country, yang pada
akhirnya meningkatkan peluang perusahaan melakukan penghindaran pajak.
Berdasarkan hasil penelitian ini, perusahaan memanfaatkan
perusahaan afiliasi yang berada di tax havens country untuk kegiatan investasi
terhadap aset tetap. Dikarenakan semakin banyaknya aset tetap yang dimiliki
oleh perusahaan, maka beban penyusutan yang dikenakan terhadap
kepemilikan aset tetap tersebut juga akan tinggi. Sehingga diindikasi bahwa
94
perusahaan melakukan strategi penghindaran pajak melalui kepemilikan aset
tetap yang dimiliki di tax havens country.
6. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Penghindaran Pajak
dengan Pemanfaatan Tax Havens Country sebagai Variabel Moderating
Berdasarkan tabel 4.18 hasil penelitian ini menunjukkan tingkat
signifikansi variabel perkalian antara corporate social responsibility dan
pemanfaatan tax havens country sebesar 0,229 (sig > 0,05). Hasil penelitian
menunjukkan arah negatif dengan nilai koefisien regresi sebesar -1,114473.
Dengan demikian H6 tidak ditolak, yang berarti variabel pemanfaatan tax
havens country memperlemah pengaruh corporate social responsibility
terhadap penghindaran pajak.
Hasil dalam penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Januari & Suardikha (2019) yang menyatakan bahwa
corporate social responsibility berpengaruh negatif terhadap penghindaran
pajak. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Dharmawan et al., (2017)
juga menyatakan bahwa tax haven utilization tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak. Hasil dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa
perusahaan multinasional yang memiliki nilai indeks corporate social
responsibility tinggi tidak memanfaatkan tax havens country, sehingga
praktik penghindaran pajak yang dilakukan pun rendah. Ada atau tidak
adanya tax havens country, bagi perusahaan tidak akan mempengaruhi
perusahaan dalam melakukan tindakan corporate social responsibility. Justru
95
semakin tinggi nilai indeks corporate social responsibility akan semakin
rendah perusahaan dalam melakukan praktik penghindaran pajak.
Berdasarkan hasil penelitian ini, perusahaan induk dan perusahaan
afiliasi yang berada di tax havens country melaksanakan kegiatan tanggung
jawab sosial perusahaannya secara terpisah. Oleh sebab itu mengindikasikan
tidak ada kaitannya. Sehingga dalam hal ini perusahaan afiliasi yang berada
di tax havens country tidak mempengaruhi kegiatan corporate social
repsonsibility yang dilaksanakan oleh perusahaan induk.
96
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh thin capitalization,
capital intensity dan corporate social responsibility terhadap penghindaran
pajak dengan pemanfaatan tax havens country sebagai moderating pada
perusahaan multinasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
periode 2016-2019. Berikut ini adalah kesimpulan dari hasil pengujian seluruh
hipotesis:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa thin capitalization tidak berpengaruh
terhadap penghindaran pajak. Penelitian ini konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Selistiaweni et al., (2020) dan Nirmalasari & Susilowati
(2021). Namun penelitian ini tidak konsisten dengan penelitan Prastiwi &
Ratnasari (2019) dan Setiawan & Agustina (2018).
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa capital intensity tidak berpengaruh
terhadap penghindaran pajak. Penelitian ini konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Dayanara et al., (2019) dan Wiguna & Jati (2017).
Namun penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Dwiyanti & Jati
(2019) dan Wulandari et al., (2020).
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa corporate social responsibility tidak
berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Titisari & Mahanani (2017). Namun
97
penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Dewi & Noviari (2017) dan
Wiguna & Jati (2017).
4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan tax havens country
memperkuat pengaruh thin capitalization terhadap penghindaran pajak.
Penelitian ini konsisten dengan penelitian Richardson & Taylor (2017).
5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan tax havens country
memperkuat pengaruh capital intensity terhadap penghindaran pajak.
Penelitian ini konsisten dengan penelitian Wulandari et al., (2020) dan
Widodo et al., (2020).
6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan tax havens country
memperlemah pengaruh corporate social responsibility terhadap
penghindaran pajak. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Januari &
Suardikha (2019) dan Dharmawan et al., (2017).
B. Saran
Penelitian mengenai pengaruh thin capitalization, capital intensity dan
corporate social responsibility terhadap penghindaran pajak dengan
pemanfaatan tax havens country di masa yang akan datang diharapkan mampu
memberikan hasil penelitian yang lebih berkualitas dengan mempertimbangkan
saran di bawah ini, antara lain:
1. Bagi peneliti selanjutnya dapat menambah dan menggunakan alternatif
proksi lain untuk mengukur variabel penghindaran pajak, seperti
unrecognize tax benefit atau marginal tax rate.
98
2. Bagi penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel independen lain
yang berpengaruh seperti family ownership, hubungan politik dan perbedaan
level manajemen.
3. Bagi penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel moderating lainnya
seperti sales growth, atau dapat mengganti dengan variabel intervening.
4. Bagi penelitian selanjutnya dapat memperluas dan memilih sampel yang
lebih beragam, karena penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan
multinasional saja. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan sampel
perusahaan gabungan antara perusahaan domestik dan perusahaan
multinasional.
5. Bagi peneliti selanjutnya dapat memperluas sampel periode tahun penelitian
menjadi lebih dari 4 tahun.
99
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, S. N., & Prastiwi, D. (2019). Pengaruh Thin Capitalization Terhadap
Penghindaran Pajak. AKUNESA: Jurnal Akuntansi Unesa, 7(3).
Amalia, F. A. (2019). Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Dan
Penghindaran Pajak: Kepemilikan Institusional Sebagai Variabel Moderasi.
Jurnal Akuntansi & Ekonomi, 4(2), 14–23.
Andriana, N. (2020). Perpajakan Dalam Perspektif Teori Planned Behavior. Jurnal
Pajak Indonesia, 3(2), 20–28.
Arofah, T. (2018). Pengaruh Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility (CSR)
Terhadap Penghindaran Pajak Perusahaan Publik Di Indonesia. Ekonomi
,Bisnis, Dan Akuntansi, 20.
Ayem, S., & Setyadi, A. (2019). Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan,
Komite Audit Dan Capital IntensityTerhadap Agresivitas Pajak (Studi Pada
Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI Periode Tahun 2013- 2017).
Jurnal Akuntansi Pajak Dewantara, 1(2), 228–241.
https://doi.org/10.24964/japd.v1i1.905
Cabello, O. G., Gaio, L. E., & Watrin, C. (2019). Tax avoidance in management-
owned firms: evidence from Brazil. International Journal of Managerial
Finance, 15(4), 580–592. https://doi.org/10.1108/IJMF-04-2018-0117
Chircop, J., Fabrizi, M., Ipino, E., & Parbonetti, A. (2018). Does social capital
100
constrain firms’ tax avoidance? Social Responsibility Journal, 14(3), 542–565.
https://doi.org/10.1108/SRJ-08-2017-0157
Dayanara, L., Titisari, K. H., & Wijayanti, A. (2019). Pengaruh Leverage,
Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Dan Capital Intensity Terhadap
Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Barang Industri Konsumsi Yang
Terdaftar Di Bei Tahun 2014 – 2018. Jurnal Akuntansi Dan Sistem Teknologi
Informasi, 15 No. 3(Fakultas Ekonomi Program studi Akuntansi Universitas
Islam Batik Surakarta), 301–310.
Dewi, N. L. P. P., & Noviari, N. (2017). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage,
Profitabilitas Dan Corporate Social Responsibility Terhadap Penghindaran
Pajak (Tax Avoidance). E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 21(1), 830–
859.
Dharma, N. B. S., & Noviari, N. (2017). Pengaruh Corporate Social Responsibility
dan Capital Intensity terhadap Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 18(1), 529–556.
Dharmawan, P. E., Djaddang, S., & Dharmansyah. (2017). Determinan
Penghindaran Pajak Dengan Corporate Social Responsibility Sebagai Variabel
Moderasi. Jurnal Riset Akuntansi Dan Perpajakan JRAP, 4(2), 13.
Dwiyanti, I. A. I., & Jati, I. K. (2019). Pengaruh Profitabilitas, Capital Intensity,
dan Inventory Intensity pada Penghindaran Pajak. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 27(3 Juni 2019), 2293–2321.
https://doi.org/https://doi.org/10.24843/EJA.2019.v27.i03.p24
101
Edy Susanto, M. (2019). Mengungkap Aliran Keuangan Gelap Komoditas Ekspor
Unggulan Indonesia: Besaran dan Potensi Hilangnya Penerimaan Negara. In
Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9).
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Fatmawati, O. R., & Solikin, A. (2017). Pengaruh Karakteristik Perusahaan Dan
Beban Iklan Terhadap Tindakan Penghindaran Pajak Pada Perusahaan
Manufaktur. Jurnal Substansi, 1(1), 123–141.
Ferdiawan, Y., & Firmansyah, A. (2017). Pengaruh Political Connection , Foreign
Activity , dan Real Earnings Management Terhadap Tax Avoidance
Pendapatan Perpajakan merupakan. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 5(3),
1601–1624.
Fitri, W. A., Hapsarai, D. P., & Haryadi, E. (2019). Pengaruh Leverage, Komisaris
Independen Dan Corporate Social Responsibility Terhadap Penghindaran
Pajak. Juma UNSERA, 20–30.
Gaaya, S., Lakhal, N., & Lakhal, F. (2017). Does family ownership reduce
corporate tax avoidance? The moderating effect of audit quality. Managerial
Auditing Journal, 32(7), 731–744. https://doi.org/10.1108/MAJ-02-2017-
1530
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gravelle, J. G. (2015). Tax havens: International tax avoidance and evasion. Taxes
in the United States: Developments, Analysis and Research, 4, 37–87.
102
Hidayati, N., & Fidiana. (2017). Pengaruh Corporate Governance Social
Responsibility dan Good Corporate Governance terhadap Pengindaran Pajak.
Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 6, 1053–1070.
Hoseini, M., Safari Gerayli, M., & Valiyan, H. (2019). Demographic characteristics
of the board of directors’ structure and tax avoidance: Evidence from Tehran
Stock Exchange. International Journal of Social Economics, 46(2), 199–212.
https://doi.org/10.1108/IJSE-11-2017-0507
Januari, D. M. D., & Suardikha, I. M. S. (2019). Pengaruh Corporate Social
Responsibility, Sales Growth, dan Profitabilitas Terhadap Tax Avoidance. E-
Jurnal Akuntansi, 27, 1653. https://doi.org/10.24843/eja.2019.v27.i03.p01
Liana, L., & Sari, P. (2017). Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap
Penghindaran Pajak Perusahaan. Diponegoro Journal of Accounting, 6(4),
111–123.
Maulana, T. I. dan P. P. S. A. M. (2018). Modul Metode Penelitian Akuntansi.
Politeknik Keuangan Negara STAN.
Mugarura, N. (2017). Tax havens, Offshore Financial Centres and the current
Sanctions regimes. Journal of Financial Crime Iss, 5(1), 39–44.
http://dx.doi.org/10.1108/eb025814%5Cnhttp://
Mulyani, S., Anita, W., & Endang, M. (2018). Pengaruh Corporate Governance
Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris Perusahaan Sektor Perbankan Yang
Terdaftar Di Bei Tahun 2012-2016). Jurnal Ekonomi & Bisnis Dharma
Andalas, 18(1), 19–39.
103
Nadhifah, M., & Arif, A. (2020). Transfer Pricing, Thin Capitalization, Financial
Distress, Earning Management, dan Capital Intensity Terhadap Tax
Avoidance Dimoderasi oleh Sales Growth. Jurnal Magister Akuntansi
Trisakti, 7(2), 145. https://doi.org/10.25105/jmat.v7i2.7731
Nirmalasari, S., & Susilowati, E. (2021). Pengaruh Good Corporate Governance
dan Thin Capitalization terhadap Penghindaran Pajak. Prosiding Seminar
Nasional Akuntansi Paper UPN “Veteran” Jatim, 1(1), 01–12.
Nofryanti, N., & Nurjanah, T. (2019). Influence of Institutional Ownership and
Utilization of Tax Haven To Thin Capitalization. Eaj (Economics and
Accounting Journal), 2(1), 18. https://doi.org/10.32493/eaj.v2i1.y2019.p18-
25
Nugraha, R., & Kristanto, A. B. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pemanfaatan Tax Haven. 9(2), 196–206.
Nuraini, N. S. (2018). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Thin
Capitalization Pada Perusahaan Multinasional Di Indonesia. Diponegoro
Journal of Accounting, 3(3), 652–660.
Pohan, C. A. (2017). Panama Papers dan Fenomena Penyelundupan Pajak Serta
Implikasinya Terhadap Penerimaan Pajak Indonesia. Jurnal Ilmiah Untuk
Mewujudkan Masyarakat Madani, 4 No. 2(September 2017), 51–66.
Prastiwi, D., & Ratnasari, R. (2019). The Influence of Thin Capitalization and The
Executives’ Characteristics Toward Tax Avoidance by Manufacturers
Registered on ISE in 2011-2015. AKRUAL: Jurnal Akuntansi, 10(2), 119.
104
https://doi.org/10.26740/jaj.v10n2.p119-134
Rahayu, N. (2017). Perkembangan Control Foreign Corporation (Cfc ) Rules Di
Indonesia Dalam Upaya Mengamankan Penerimaan Negara Dari Sektor
Pajak. Jurnal Vokasi Indonesia, 5(2). https://doi.org/10.7454/jvi.v5i2.75
Razif, R., & Vidamaya, R. A. A. (2018). Pengaruh Thin Capitalization, Capital
Intensity, Dan Profitabilitas Terhadap Penghindaran Pajak Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (Issi). El
Muhasaba: Jurnal Akuntansi, 8(1), 41. https://doi.org/10.18860/em.v8i1.4956
Richardson, G., & Taylor, G. (2017). Income Shifting Incentives and Tax Haven
Utilization: Evidence from Multinational U.S. Firms. International Journal of
Accounting, 50(4), 458–485. https://doi.org/10.1016/j.intacc.2015.10.001
Rifai, A., & Atiningsih, S. (2019). Pengaruh Leverage, Profitabilitas, Capital
Intensity, Manajemen Laba Terhadap Penghindaran Pajak. ECONBANK:
Journal of Economics and Banking, 1 No. 2.
Rista, B., & Mulyani, S. D. (2019). Pengaruh Corporate Social Responsibility dan
Profitabilitas terhadap Penghindaran Pajak Perusahaan dengan Peran Komite
Audit sebagai Moderasi. Prosiding Seminar Nasional, 2, 1–10.
Ryandoko, F., Ramadhan, M. R., Keuangan, K., & Indonesia, R. (2017). Pengaruh
Thin Capitalization Rule Pada Leverage Perusahaan Masuk Bursa Di
Indonesia. STAN-Metode Penelitian Kajian Pustaka. 2(2), 151–155.
Salehi, M., Ali Mirzaee, M., & Yazdani, M. (2017). Spiritual and emotional
105
intelligences, financial performance, tax avoidance and corporate disclosure
quality in Iran. International Journal of Law and Management, 59(2), 237–
256. https://doi.org/10.1108/IJLMA-11-2015-0059
Salwah, S., & Herianti, E. (2019). Pengaruh Aktivitas Thin Capitalization Terhadap
Penghindaran Pajak. Jurnal Riset Bisnis, 3(1), 30–36.
Sandra, M. Y. D., & Anwar, A. S. H. (2018). Pengaruh Corporate Social
Responsibility Dan Capital Intensity Terhadap Penghindaran Pajak (Studi
Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI). JURNAL
AKADEMI AKUNTANSI, 1 No. 1.
Sekaran, U. dan R. B. (2017). Research Methods for Business (8th Editio). John
Wiley & Sons.
Selistiaweni, S., Dianwicaksih, A., & Samin. (2020). Pengaruh Kepemilikan
Keluarga, Financial Distress Dan Thin Capitalization Terhadap Penghindaran
Pajak. Prosiding Biema Business Management, Economic, and Accounting
National Seminar, 1(1), 751–763.
Setiawan, A., & Agustina, N. (2018). Pengaruh Thin Capitalization Dan
Profitabilitas Terhadap Penghindaran Pajak pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Dan Pembangunan,
4(No 1), 1–10.
Su, K., Li, B., & Ma, C. (2019). Corporate dispersion and tax avoidance. Chinese
Management Studies, 13(3), 706–732. https://doi.org/10.1108/CMS-04-2018-
0497
106
Syahidah, S., & Rahayu, N. (2018). Thin Capitalization Rules di Indonesia, Studi
Kasus pada RS X. Substansi: Sumber Artikel Akuntansi Auditing Dan
Keuangan Vokasi, 2(2), 157. https://doi.org/10.35837/subs.v2i2.312
Titisari, K. H., & Mahanani, A. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tax
Avoidance. Jurnal Riset Akuntansi JUARA, 1(1), 133–141.
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.30630.32324
Triyanto, H. U., & Zulvina, S. (2017). Analisis Perumusan Kebijakan Mandatory
Disclosure Rules Sebagai Alternatif Dalam Mengatasi Praktik Penghindaran
Pajak Di Indonesia. Jurnal Pajak Indonesia, 1(1), 1–10.
Utami, R. P., & Syafiqurrahman, M. (2018). Pengaruh Organ-Organ Pendukung
Good Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance. InFestasi, 13(2), 380.
https://doi.org/10.21107/infestasi.v13i2.3516
Widodo, L. L., Diana, N., & Mawardi, M. C. (2020). Pengaruh Multinasionalitas,
Good Coorporate Governance, Tax Haven, Dan Thin Capitalization Terhadap
Praktik Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Multinasional Yang Terdaftar
Di Bei Periode Tahun 2016-2018. E-Jra, 09(06), 119–133.
http://riset.unisma.ac.id/index.php/jra/article/view/6345
Wiguna, I. P. P., & Jati, I. K. (2017). Pengaruh Corporate Social Responsibility,
Preferensi Risiko Eksekutif, Dan Capital Intensity Pada Penghindaran Pajak.
E-Jurnal Akuntansi, 21(1), 418–446.
Wulandari, F., Masripah, & Widiastuti, N. P. E. (2020). Identifikasi Kualitas Audit
Pada Hubungan Kompensasi Eksekutif Dan Capital Intensity Terhadap
107
Penghindaran Pajak. Prosiding Biema Business Management, Economic, and
Accounting National Seminar, 1(1), 569–586.
Yuniarti. Zs, N., & Astuti, B. (2020). Pengaruh Penghindaran Pajak Menggunakan
Proksi Book Tax Difference (BTD Dan Cash Effective Tax Rate (CETR)
Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) (Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI). EKOMBIS
REVIEW: Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Bisnis, 8(2), 183–191.
108
LAMPIRAN
109
Lampiran 1
Sampel Data Penelitian
No Nama Perusahaan Kode
Perusahaan
1 PT Alakasa Industri Tbk ALKA
2 PT Aneka Tambang Tbk ANTM
3 PT Argha Karya Prima Industry Tbk AKPI
4 PT Astra Otoparts Tbk AUTO
5 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk BBNI
6 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk BBRI
7 PT Budi Starch & Sweetener Tbk BUDI
8 PT Ekadharma International Tbk EKAD
9 PT Gudang Garam Tbk GGRM
10 PT HM Sampoerna Tbk HMSP
11 PT Impack Pratama Industri Tbk IMPC
12 PT Kalbe Farma Tbk KLBF
13 PT Mayora Indah Tbk MYOR
14 PT Metrodata Electronics Tbk MTDL
15 PT Selamat Sempurna Tbk SMSM
16 PT Tempo Scan Pacific Tbk TSPC
17 PT Trias Sentosa Tbk TRST
18 PT Trisula International Tbk TRIS
19 PT Unilever Indonesia Tbk UNVR
110
Lampiran 2
Pengukuran Thin Capitalization
Bersambung ke halaman berikutnya
Nomor Kode Perusahaan Tahun AIBD SHDA MADB
1 ALKA 2016 79.055.264.000 94.447.355.500 0,8370299367
2 ALKA 2017 122.553.680.450 168.565.538.500 0,7270387621
3 ALKA 2018 387.477.319.000 409.880.114.000 0,9453430546
4 ALKA 2019 524.134.531.500 549.825.012.250 0,9532751690
5 ANTM 2016 11.806.436.083.500 16.397.125.400.375 0,7200308466
6 ANTM 2017 11.552.806.132.000 16.160.704.973.250 0,7148701836
7 ANTM 2018 12.545.515.009.500 17.324.219.289.500 0,7241604831
8 ANTM 2019 12.904.236.554.500 17.476.959.737.750 0,7383570568
9 AKPI 2016 1.635.725.630.000 1.914.175.762.750 0,8545326202
10 AKPI 2017 1.557.293.681.500 1.838.124.639.000 0,8472187622
11 AKPI 2018 1.727.645.040.500 2.022.700.821.000 0,8541278189
12 AKPI 2019 1.684.198.352.000 1.994.047.045.000 0,8446131480
13 AUTO 2016 4.135.700.000.000 6.720.698.000.000 0,6153676300
14 AUTO 2017 4.039.474.500.000 6.701.428.750.000 0,6027781016
15 AUTO 2018 4.314.623.000.000 7.067.461.875.000 0,6104911602
16 AUTO 2019 4.495.594.000.000 7.359.865.125.000 0,6108255958
17 BBNI 2016 452.714.401.000.000 492.929.000.750.000 0,9184170546
18 BBNI 2017 538.393.971.500.000 584.871.993.000.000 0,9205330020
19 BBNI 2018 627.662.182.000.000 679.722.137.625.000 0,9234099454
20 BBNI 2019 679.863.494.000.000 738.821.958.125.000 0,9201993613
21 BBRI 2016 811.065.484.500.000 843.557.955.625.000 0,9614816375
22 BBRI 2017 907.866.392.000.000 947.136.402.500.000 0,9585381679
23 BBRI 2018 1.035.531.336.000.000 1.079.691.724.625.000 0,9590990765
24 BBRI 2019 1.136.909.877.000.000 1.209.056.190.875.000 0,9403284029
25 BUDI 2016 1.963.763.500.000 2.247.542.625.000 0,8737380453
26 BUDI 2017 1.755.790.500.000 2.050.750.750.000 0,8561696247
27 BUDI 2018 1.955.626.000.000 2.258.274.000.000 0,8659826044
28 BUDI 2019 1.940.472.500.000 2.254.447.750.000 0,8607307488
29 EKAD 2016 104.117.000.936 214.612.778.978 0,4851388693
30 EKAD 2017 122.226.871.845 279.079.688.494 0,4379640543
31 EKAD 2018 131.317.436.930 304.742.465.269 0,4309128261
32 EKAD 2019 122.187.875.948 319.328.632.457 0,3826398999
33 GGRM 2016 24.442.455.000.000 34.138.972.125.000 0,7159692714
34 GGRM 2017 23.979.836.000.000 34.198.822.500.000 0,7011889371
35 GGRM 2018 24.268.100.000.000 35.183.218.625.000 0,6897634994
36 GGRM 2019 25.840.225.000.000 37.848.230.375.000 0,6827327128
37 HMSP 2016 7.163.963.500.000 15.437.847.750.000 0,4640519596
38 HMSP 2017 8.680.670.500.000 17.216.670.375.000 0,5042014693
39 HMSP 2018 10.136.122.500.000 18.820.027.250.000 0,5385817122
40 HMSP 2019 13.233.621.500.000 22.113.369.375.000 0,5984443743
111
Nomor Kode Perusahaan Tahun AIBD SHDA MADB
41 IMPC 2016 814.369.734.609 1.104.685.376.861 0,7371960847
42 IMPC 2017 1.028.021.631.416 92.014.626.019.743- -0,0111723720
43 IMPC 2018 1.001.816.005.301 1.334.471.542.886 0,7507211455
44 IMPC 2019 1.044.410.255.106 101.833.502.805.864- -0,0102560574
45 KLBF 2016 2.760.146.732.871 5.685.413.373.665 0,4854786366
46 KLBF 2017 2.742.184.851.609 6.036.919.717.081 0,4542357659
47 KLBF 2018 2.786.909.491.331 6.435.487.813.711 0,4330533399
48 KLBF 2019 3.205.377.867.784 7.205.400.026.832 0,4448577256
49 MYOR 2016 6.402.710.815.556 7.835.175.304.837 0,8171751833
50 MYOR 2017 7.109.334.653.128 8.054.284.196.513 0,8826774024
51 MYOR 2018 8.305.332.689.560 10.292.444.045.530 0,8069349372
52 MYOR 2019 9.093.570.278.048 11.398.880.862.674 0,7977599194
53 MTDL 2016 1.987.156.000.000 2.411.952.750.000 0,8238784943
54 MTDL 2017 2.048.065.500.000 2.554.442.625.000 0,8017660996
55 MTDL 2018 2.160.977.000.000 2.761.220.625.000 0,7826165647
56 MTDL 2019 2.417.483.500.000 3.122.869.250.000 0,7741225477
57 SMSM 2016 727.272.500.000 1.104.810.375.000 0,6582781231
58 SMSM 2017 644.921.000.000 1.070.950.875.000 0,6021947552
59 SMSM 2018 633.041.500.000 146.570.015.500.000- -0,0043190382
60 SMSM 2019 657.802.000.000 1.231.874.500.000 0,5339845902
61 TSPC 2016 1.949.061.165.415 3.070.612.930.141 0,6347466157
62 TSPC 2017 2.151.713.053.311 3.366.373.247.291 0,6391783962
63 TSPC 2018 2.395.009.444.854 3.709.366.504.809 0,6456653560
64 TSPC 2019 2.509.430.300.341 3.912.415.805.389 0,6414017388
65 TRST 2016 1.379.339.925.086 1.865.499.409.345 0,7393944582
66 TRST 2017 1.357.788.739.398 1.846.279.324.586 0,7354189159
67 TRST 2018 1.702.426.704.764 2.229.045.968.965 0,7637467905
68 TRST 2019 2.111.039.461.214 2.662.520.155.264 0,7928726688
69 TRIS 2016 266.524.738.903 352.079.493.060 0,7570015981
70 TRIS 2017 240.905.358.619 328.762.704.527 0,7327636478
71 TRIS 2018 232.763.085.276 321.820.139.121 0,7232707248
72 TRIS 2019 506.368.796.034 667.917.933.430 0,7581302593
73 UNVR 2016 11.472.011.000.000 12.663.463.250.000 0,9059141858
74 UNVR 2017 12.887.231.000.000 14.121.936.750.000 0,9125682425
75 UNVR 2018 12.838.931.000.000 14.432.871.125.000 0,8895618127
76 UNVR 2019 14.155.355.500.000 15.738.546.625.000 0,8994067773
112
Lampiran 3
Pengukuran Capital Intensity
Bersambung ke halaman berikutnya
Nomor Kode Perusahaan Tahun Total NCA Total Aset Capital Intensity
1 ALKA 2016 78.294.925.000 136.618.855.000 0,5730901858
2 ALKA 2017 28.051.309.000 30.520.870.300 0,9190861441
3 ALKA 2018 26.109.008.000 64.896.829.500 0,4023156170
4 ALKA 2019 18.561.157.000 60.482.461.400 0,3068849476
5 ANTM 2016 19.351.314.244.000 29.981.535.812.000 0,6454410596
6 ANTM 2017 21.012.334.697.000 30.014.273.452.000 0,7000780722
7 ANTM 2018 24.807.948.171.000 33.306.390.807.000 0,7448404817
8 ANTM 2019 22.529.668.470.000 30.194.907.730.000 0,7461413253
9 AKPI 2016 1.745.763.049.000 2.615.909.190.000 0,6673637815
10 AKPI 2017 1.742.295.405.000 2.745.325.833.000 0,6346406623
11 AKPI 2018 1.836.692.402.000 3.070.410.492.000 0,5981911561
12 AKPI 2019 1.689.178.519.000 2.776.775.756.000 0,6083237061
13 AUTO 2016 9.708.372.000.000 14.612.274.000.000 0,6643984365
14 AUTO 2017 9.533.768.000.000 14.762.309.000.000 0,6458182118
15 AUTO 2018 9.875.965.000.000 15.889.648.000.000 0,6215345362
16 AUTO 2019 10.471.160.000.000 16.015.709.000.000 0,6538055855
17 BBNI 2016 2.972.223.000.000 60.303.188.000.000 0,0492879912
18 BBNI 2017 22.804.689.000.000 70.933.008.400.000 0,3214961485
19 BBNI 2018 26.126.508.000.000 80.857.201.100.000 0,3231191241
20 BBNI 2019 26.524.759.000.000 84.560.520.800.000 0,3136778103
21 BBRI 2016 24.515.059.000.000 100.364.442.600.000 0,2442604010
22 BBRI 2017 24.746.306.000.000 112.624.844.200.000 0,2197233317
23 BBRI 2018 26.914.859.000.000 129.689.829.200.000 0,2075325349
24 BBRI 2019 31.432.629.000.000 141.675.884.000.000 0,2218629460
25 BUDI 2016 1.839.447.000.000 2.931.807.000.000 0,6274106720
26 BUDI 2017 1.911.967.000.000 2.939.456.000.000 0,6504492668
27 BUDI 2018 1.920.840.000.000 3.392.980.000.000 0,5661218162
28 BUDI 2019 1.858.758.000.000 2.999.767.000.000 0,6196341249
29 EKAD 2016 364.864.547.072 702.508.630.708 0,5193737573
30 EKAD 2017 383.150.558.716 796.767.646.172 0,4808811710
31 EKAD 2018 391.794.832.685 853.267.454.400 0,4591700183
32 EKAD 2019 481.712.071.117 968.234.349.565 0,4975159901
33 GGRM 2016 21.018.461.000.000 62.951.634.000.000 0,3338826916
34 GGRM 2017 22.995.440.000.000 66.759.930.000.000 0,3444497320
35 GGRM 2018 23.812.500.000.000 69.097.219.000.000 0,3446231316
36 GGRM 2019 26.566.141.000.000 78.647.274.000.000 0,3377884528
37 HMSP 2016 8.860.781.000.000 42.508.277.000.000 0,2084483688
38 HMSP 2017 8.960.710.000.000 43.141.063.000.000 0,2077072139
39 HMSP 2018 8.770.937.000.000 46.602.420.000.000 0,1882077583
40 HMSP 2019 9.205.791.000.000 50.902.806.000.000 0,1808503641
113
Nomor Kode Perusahaan Tahun Total NCA Total Aset Capital Intensity
41 IMPC 2016 1.014.079.865.988 2.276.031.922.082 0,4455472949
42 IMPC 2017 1.094.008.896.045 2.294.677.493.483 0,4767593264
43 IMPC 2018 1.150.061.263.789 2.370.198.817.803 0,4852172126
44 IMPC 2019 1.326.433.311.896 2.501.132.856.219 0,5303330083
45 KLBF 2016 445.000.282.472 2.762.162.069.572 0,1611057828
46 KLBF 2017 494.871.621.931 2.722.207.633.646 0,1817905496
47 KLBF 2018 7.497.917.758.643 18.146.206.145.369 0,4131947857
48 KLBF 2019 9.042.235.884.183 20.264.726.862.584 0,4462056629
49 MYOR 2016 4.182.639.109.001 12.922.421.859.142 0,3236730045
50 MYOR 2017 4.241.650.228.938 14.915.849.800.251 0,2843720127
51 MYOR 2018 4.943.847.698.762 17.591.706.426.634 0,2810328674
52 MYOR 2019 6.261.816.024.960 19.037.918.806.473 0,3289128443
53 MTDL 2016 517.255.000.000 3.876.021.000.000 0,1334499994
54 MTDL 2017 573.711.000.000 4.271.127.000.000 0,1343230955
55 MTDL 2018 558.379.000.000 4.852.776.000.000 0,1150638315
56 MTDL 2019 609.820.000.000 5.625.277.000.000 0,1084071060
57 SMSM 2016 800.353.000.000 2.254.740.000.000 0,3549646522
58 SMSM 2017 873.231.000.000 2.443.341.000.000 0,3573921937
59 SMSM 2018 947.421.000.000 2.801.203.000.000 0,3382193293
60 SMSM 2019 968.657.000.000 3.106.981.000.000 0,3117679188
61 TSPC 2016 2.200.723.433.147 6.585.807.349.438 0,3341615259
62 TSPC 2017 2.385.536.444.634 7.434.900.309.021 0,2959990506
63 TSPC 2018 2.739.312.791.477 7.869.975.060.326 0,3480713434
64 TSPC 2019 2.940.131.192.735 8.372.769.580.743 0,3511539598
65 TRST 2016 2.110.596.332.518 3.290.596.224.286 0,6414024051
66 TRST 2017 2.143.178.911.104 3.332.905.936.010 0,6430361229
67 TRST 2018 2.790.751.028.108 4.284.901.587.126 0,6512987455
68 TRST 2019 2.954.525.037.917 4.349.022.887.699 0,6793537570
69 TRIS 2016 147.364.648.688 577.786.346.557 0,2550504171
70 TRIS 2017 188.121.826.562 544.968.319.987 0,3451977292
71 TRIS 2018 193.188.478.184 633.014.281.325 0,3051881828
72 TRIS 2019 389.687.884.857 1.147.246.311.331 0,3396723799
73 UNVR 2016 10.157.586.000.000 16.745.695.000.000 0,6065789446
74 UNVR 2017 11.197.941.000.000 19.522.970.000.000 0,5735777395
75 UNVR 2018 10.964.778.000.000 18.906.413.000.000 0,5799502000
76 UNVR 2019 12.119.037.000.000 20.649.371.000.000 0,5868961820
114
Lampiran 4
Pengukuran Corporate Social Responsibility
Bersambung ke halaman berikutnya
Nomor Kode Perusahaan Tahun Xi N CSR
1 ALKA 2016 5 91 0,0549450549
2 ALKA 2017 11 91 0,1208791209
3 ALKA 2018 11 91 0,1208791209
4 ALKA 2019 15 91 0,1648351648
5 ANTM 2016 22 91 0,2417582418
6 ANTM 2017 20 91 0,2197802198
7 ANTM 2018 19 91 0,2087912088
8 ANTM 2019 14 91 0,1538461538
9 AKPI 2016 13 91 0,1428571429
10 AKPI 2017 13 91 0,1428571429
11 AKPI 2018 13 91 0,1428571429
12 AKPI 2019 13 91 0,1428571429
13 AUTO 2016 9 91 0,0989010989
14 AUTO 2017 12 91 0,1318681319
15 AUTO 2018 8 91 0,0879120879
16 AUTO 2019 10 91 0,1098901099
17 BBNI 2016 10 91 0,1098901099
18 BBNI 2017 13 91 0,1428571429
19 BBNI 2018 22 91 0,2417582418
20 BBNI 2019 20 91 0,2197802198
21 BBRI 2016 14 91 0,1538461538
22 BBRI 2017 15 91 0,1648351648
23 BBRI 2018 14 91 0,1538461538
24 BBRI 2019 27 91 0,2967032967
25 BUDI 2016 8 91 0,0879120879
26 BUDI 2017 7 91 0,0769230769
27 BUDI 2018 8 91 0,0879120879
28 BUDI 2019 7 91 0,0769230769
29 EKAD 2016 4 91 0,0439560440
30 EKAD 2017 4 91 0,0439560440
31 EKAD 2018 4 91 0,0439560440
32 EKAD 2019 4 91 0,0439560440
33 GGRM 2016 9 91 0,0989010989
34 GGRM 2017 10 91 0,1098901099
35 GGRM 2018 12 91 0,1318681319
36 GGRM 2019 16 91 0,1758241758
37 HMSP 2016 12 91 0,1318681319
38 HMSP 2017 12 91 0,1318681319
39 HMSP 2018 12 91 0,1318681319
40 HMSP 2019 12 91 0,1318681319
115
Nomor Kode Perusahaan Tahun Xi N CSR
41 IMPC 2016 9 91 0,0989010989
42 IMPC 2017 15 91 0,1648351648
43 IMPC 2018 16 91 0,1758241758
44 IMPC 2019 16 91 0,1758241758
45 KLBF 2016 13 91 0,1428571429
46 KLBF 2017 13 91 0,1428571429
47 KLBF 2018 10 91 0,1098901099
48 KLBF 2019 12 91 0,1318681319
49 MYOR 2016 13 91 0,1428571429
50 MYOR 2017 13 91 0,1428571429
51 MYOR 2018 13 91 0,1428571429
52 MYOR 2019 13 91 0,1428571429
53 MTDL 2016 12 91 0,1318681319
54 MTDL 2017 14 91 0,1538461538
55 MTDL 2018 17 91 0,1868131868
56 MTDL 2019 26 91 0,2857142857
57 SMSM 2016 12 91 0,1318681319
58 SMSM 2017 15 91 0,1648351648
59 SMSM 2018 18 91 0,1978021978
60 SMSM 2019 17 91 0,1868131868
61 TSPC 2016 3 91 0,0329670330
62 TSPC 2017 9 91 0,0989010989
63 TSPC 2018 8 91 0,0879120879
64 TSPC 2019 6 91 0,0659340659
65 TRST 2016 4 91 0,0439560440
66 TRST 2017 3 91 0,0329670330
67 TRST 2018 3 91 0,0329670330
68 TRST 2019 4 91 0,0439560440
69 TRIS 2016 8 91 0,0879120879
70 TRIS 2017 9 91 0,0989010989
71 TRIS 2018 19 91 0,2087912088
72 TRIS 2019 16 91 0,1758241758
73 UNVR 2016 21 91 0,2307692308
74 UNVR 2017 22 91 0,2417582418
75 UNVR 2018 30 91 0,3296703297
76 UNVR 2019 37 91 0,4065934066
116
Lampiran 5
Pengukuran Penghindaran Pajak
Bersambung ke halaman berikutnya
Nomor Kode Perusahaan Tahun Laba Pajak Laba Akuntansi Rata-Rata Aset Book Tax Difference
1 ALKA 2016 27.664.800.000 516.167.000 140.623.630.000 0,1930588266
2 ALKA 2017 160.633.890.000 15.406.256.000 220.913.779.000 0,6573950917
3 ALKA 2018 229.228.230.000 22.943.498.000 477.088.499.000 0,4323825295
4 ALKA 2019 99.441.330.000 7.354.721.000 626.896.454.500 0,1468928534
5 ANTM 2016 23.729.159.500.000 64.806.188.000 30.169.193.351.000 0,7843880026
6 ANTM 2017 4.543.965.240.000 136.503.269.000 29.997.904.632.000 0,1469256611
7 ANTM 2018 12.655.018.060.000 874.426.593.000 31.660.332.129.500 0,3720931107
8 ANTM 2019 6.870.340.530.000 193.852.031.000 31.195.129.287.500 0,2140234277
9 AKPI 2016 759.526.110.000 52.393.857.000 2.749.526.161.000 0,2571833151
10 AKPI 2017 318.134.980.000 13.333.970.000 2.680.617.511.500 0,1137055207
11 AKPI 2018 916.868.900.000 64.226.271.000 2.907.868.162.500 0,2932191493
12 AKPI 2019 785.014.050.000 54.355.268.000 2.923.593.124.000 0,2499180806
13 AUTO 2016 6.489.070.000.000 483.421.000.000 14.475.692.000.000 0,4148781972
14 AUTO 2017 7.119.360.000.000 547.781.000.000 14.687.291.500.000 0,4474330070
15 AUTO 2018 8.615.630.000.000 680.801.000.000 15.325.978.500.000 0,5177371872
16 AUTO 2019 11.198.580.000.000 816.971.000.000 15.952.678.500.000 0,6507752914
17 BBNI 2016 143.029.050.000.000 11.410.196.000.000 301.770.237.500.000 0,4361558485
18 BBNI 2017 171.653.870.000.000 13.770.592.000.000 656.180.982.000.000 0,2406093476
19 BBNI 2018 198.207.150.000.000 15.091.763.000.000 758.951.047.500.000 0,2412743056
20 BBNI 2019 193.691.060.000.000 15.508.583.000.000 827.088.609.500.000 0,2154333586
21 BBRI 2016 339.737.700.000.000 26.277.991.000.000 941.035.369.000.000 0,3331008794
22 BBRI 2017 370.221.570.000.000 29.044.334.000.000 1.064.946.434.000.000 0,3203703258
23 BBRI 2018 417.536.940.000.000 32.418.486.000.000 1.212.172.890.500.000 0,3177091791
24 BBRI 2019 433.640.530.000.000 34.413.825.000.000 1.356.828.566.000.000 0,2942351856
25 BUDI 2016 528.320.000.000 38.624.000.000 3.098.880.000.000 0,1580235440
26 BUDI 2017 610.160.000.000 45.691.000.000 2.935.631.500.000 0,1922819673
27 BUDI 2018 717.810.000.000 50.467.000.000 3.166.218.000.000 0,2107697575
28 BUDI 2019 839.050.000.000 64.021.000.000 3.196.373.500.000 0,2424713507
29 EKAD 2016 1.184.490.299.790 906.858.215.300 546.100.113.104 0,5083904541
30 EKAD 2017 1.026.493.096.810 761.956.657.290 749.638.138.440 0,3528855136
31 EKAD 2018 1.014.554.159.010 740.451.877.630 825.017.550.286 0,3322381218
32 EKAD 2019 1.118.345.019.560 774.025.725.520 910.750.901.983 0,3780608872
33 GGRM 2016 89.311.360.000.000 66.726.820.000.000 63.228.523.500.000 0,3571891094
34 GGRM 2017 104.365.120.000.000 77.553.470.000.000 64.855.782.000.000 0,4134041588
35 GGRM 2018 104.792.420.000.000 77.930.680.000.000 67.928.574.500.000 0,3954409495
36 GGRM 2019 144.877.360.000.000 108.807.040.000.000 73.872.246.500.000 0,4882797222
37 HMSP 2016 17.011.447.000.000 12.762.229.000.000 40.259.500.500.000 0,1055457208
38 HMSP 2017 168.948.060.000.000 126.705.340.000.000 42.824.670.000.000 0,9864108702
39 HMSP 2018 179.612.690.000.000 135.384.180.000.000 44.871.741.500.000 0,9856651095
40 HMSP 2019 182.594.230.000.000 137.215.130.000.000 48.752.613.000.000 0,9308034423
117
Nomor Kode Perusahaan Tahun Laba Pajak Laba Akuntansi Rata-Rata Aset Book Tax Difference
41 IMPC 2016 1.647.961.672.320 125.823.130.775 1.975.632.303.620 0,7704563945
42 IMPC 2017 1.114.239.792.470 91.303.491.940 2.285.354.707.783 0,4476050466
43 IMPC 2018 1.174.599.591.190 105.523.929.164 2.332.438.155.643 0,4583511290
44 IMPC 2019 1.339.730.457.990 93.145.200.039 2.435.665.837.011 0,5118047143
45 KLBF 2016 3.091.188.460.230 2.350.884.933.551 2.760.146.732.871 0,2682116562
46 KLBF 2017 3.241.186.725.992 2.453.251.410.604 2.742.184.851.609 0,2873385122
47 KLBF 2018 33.063.996.690.210 24.972.619.647.570 17.381.222.780.852 0,4655240396
48 KLBF 2019 34.026.168.245.330 25.376.018.236.450 19.205.466.503.977 0,4504004111
49 MYOR 2016 18.456.832.692.380 13.886.761.276.650 12.132.568.772.682 0,3766779733
50 MYOR 2017 21.868.846.034.740 16.309.538.308.930 13.919.135.829.697 0,3994003503
51 MYOR 2018 23.819.421.988.550 17.604.342.803.040 16.253.778.113.443 0,3823775089
52 MYOR 2019 27.044.665.810.110 20.394.042.067.640 18.314.812.616.554 0,3631281347
53 MTDL 2016 4.293.560.000.000 3.228.770.000.000 3.686.343.000.000 0,2888472397
54 MTDL 2017 4.684.830.000.000 3.742.410.000.000 4.073.574.000.000 0,2313496698
55 MTDL 2018 5.792.700.000.000 4.260.840.000.000 4.561.951.500.000 0,3357905054
56 MTDL 2019 7.169.580.000.000 5.351.100.000.000 5.239.026.500.000 0,3471026535
57 SMSM 2016 6.582.080.000.000 5.021.920.000.000 2.237.424.000.000 0,6973018972
58 SMSM 2017 7.206.380.000.000 5.553.880.000.000 2.349.040.500.000 0,7034787182
59 SMSM 2018 8.282.810.000.000 6.335.500.000.000 2.622.272.000.000 0,7426041234
60 SMSM 2019 8.220.420.000.000 6.386.760.000.000 2.954.092.000.000 0,6207186506
61 TSPC 2016 7.189.582.003.690 5.454.935.362.620 6.435.268.224.321 0,2695531220
62 TSPC 2017 7.440.902.628.730 557.339.581.996 7.010.353.829.230 0,9819137827
63 TSPC 2018 7.277.001.789.050 540.378.145.887 7.652.437.684.674 0,8803238812
64 TSPC 2019 7.962.209.114.720 595.154.912.874 8.121.372.320.535 0,9071193773
65 TRST 2016 2.319.496.713.300 33.794.866.940 3.323.977.862.120 0,6876405142
66 TRST 2017 1.251.368.127.700 38.199.681.742 3.311.751.080.148 0,3663223523
67 TRST 2018 3.621.667.543.900 63.193.899.099 3.808.903.771.568 0,9342513905
68 TRST 2019 1.751.407.485.900 38.911.968.283 4.316.962.237.413 0,3966899462
69 TRIS 2016 479.472.912.570 25.213.015.324 608.743.755.534 0,7462251450
70 TRIS 2017 218.339.877.860 14.198.889.550 592.334.742.249 0,3446378775
71 TRIS 2018 243.056.217.020 19.665.074.694 588.991.300.656 0,3792774903
72 TRIS 2019 639.485.011.220 41.484.677.098 1.152.565.345.617 0,5188428894
73 UNVR 2016 8.571.885.000.000 6.390.672.000.000 16.237.820.000.000 0,1343291772
74 UNVR 2017 12.185.764.000.000 9.109.445.000.000 19.214.691.500.000 0,1601024404
75 UNVR 2018 9.371.661.000.000 7.004.562.000.000 17.826.054.000.000 0,1327887260
76 UNVR 2019 9.901.772.000.000 7.392.837.000.000 20.488.120.000.000 0,1224580391
118
Lampiran 6
Pengukuran Pemanfaatan Tax Havens Country
Bersambung ke halaman berikutnya
Nomor Kode Perusahaan Tahun THC
1 ALKA 2016 2
2 ALKA 2017 2
3 ALKA 2018 2
4 ALKA 2019 2
5 ANTM 2016 1
6 ANTM 2017 1
7 ANTM 2018 1
8 ANTM 2019 1
9 AKPI 2016 2
10 AKPI 2017 2
11 AKPI 2018 2
12 AKPI 2019 2
13 AUTO 2016 3
14 AUTO 2017 3
15 AUTO 2018 4
16 AUTO 2019 4
17 BBNI 2016 1
18 BBNI 2017 1
19 BBNI 2018 1
20 BBNI 2019 1
21 BBRI 2016 1
22 BBRI 2017 1
23 BBRI 2018 1
24 BBRI 2019 1
25 BUDI 2016 1
26 BUDI 2017 1
27 BUDI 2018 1
28 BUDI 2019 1
29 EKAD 2016 1
30 EKAD 2017 1
31 EKAD 2018 1
32 EKAD 2019 1
33 GGRM 2016 1
34 GGRM 2017 1
35 GGRM 2018 1
36 GGRM 2019 2
37 HMSP 2016 1
38 HMSP 2017 1
39 HMSP 2018 1
40 HMSP 2019 1
119
Nomor Kode Perusahaan Tahun THC
41 IMPC 2016 2
42 IMPC 2017 5
43 IMPC 2018 6
44 IMPC 2019 8
45 KLBF 2016 6
46 KLBF 2017 7
47 KLBF 2018 7
48 KLBF 2019 7
49 MYOR 2016 1
50 MYOR 2017 1
51 MYOR 2018 1
52 MYOR 2019 1
53 MTDL 2016 0
54 MTDL 2017 0
55 MTDL 2018 0
56 MTDL 2019 0
57 SMSM 2016 1
58 SMSM 2017 1
59 SMSM 2018 2
60 SMSM 2019 8
61 TSPC 2016 3
62 TSPC 2017 3
63 TSPC 2018 4
64 TSPC 2019 4
65 TRST 2016 3
66 TRST 2017 3
67 TRST 2018 3
68 TRST 2019 3
69 TRIS 2016 1
70 TRIS 2017 2
71 TRIS 2018 2
72 TRIS 2019 2
73 UNVR 2016 0
74 UNVR 2017 0
75 UNVR 2018 0
76 UNVR 2019 0
120
Lampiran 7
Hasil Output Variabel Setelah Transformasi Data
Bersambung ke halaman berikutnya
Nomor Kode Perusahaan Tahun ln_PP square_TC CI square_root_CSR square_root_THC
1 ALKA 2016 -1,6447600000 0,7006191000 0,5730901858 0,2344036000 1,4142140000
2 ALKA 2017 -0,4194701000 0,5285854000 0,9190861441 0,3476768000 1,4142140000
3 ALKA 2018 -0,8384446000 0,8936735000 0,4023156170 0,3476768000 1,4142140000
4 ALKA 2019 -1,9180520000 0,9087335000 0,3068849476 0,4059990000 1,4142140000
5 ANTM 2016 -0,2428515000 0,5184444000 0,6454410596 0,4916892000 1,0000000000
6 ANTM 2017 -1,9178290000 0,5110394000 0,7000780722 0,4688072000 1,0000000000
7 ANTM 2018 -0,9886112000 0,5244084000 0,7448404817 0,4569368000 1,0000000000
8 ANTM 2019 -1,5416700000 0,5451711000 0,7461413253 0,3922323000 1,0000000000
9 AKPI 2016 -1,3579660000 0,7302260000 0,6673637815 0,3779645000 1,4142140000
10 AKPI 2017 -2,1741430000 0,7177796000 0,6346406623 0,3779645000 1,4142140000
11 AKPI 2018 -1,2268350000 0,7295343000 0,5981911561 0,3779645000 1,4142140000
12 AKPI 2019 -1,3866220000 0,7133714000 0,6083237061 0,3779645000 1,4142140000
13 AUTO 2016 -0,8797703000 0,3786773000 0,6643984365 0,3144855000 1,7320510000
14 AUTO 2017 -0,8042285000 0,3633415000 0,6458182118 0,3631365000 1,7320510000
15 AUTO 2018 -0,6582875000 0,3726995000 0,6215345362 0,2964997000 2,0000000000
16 AUTO 2019 -0,4295909000 0,3731079000 0,6538055855 0,3314968000 2,0000000000
17 BBNI 2016 -0,8297557000 0,8434899000 0,0492879912 0,3314968000 1,0000000000
18 BBNI 2017 -1,4245810000 0,8473810000 0,3214961485 0,3779645000 1,0000000000
19 BBNI 2018 -1,4218210000 0,8526859000 0,3231191241 0,4916892000 1,0000000000
20 BBNI 2019 -1,5351040000 0,8467669000 0,3136778103 0,4688072000 1,0000000000
21 BBRI 2016 -1,0993100000 0,9244469000 0,2442604010 0,3922323000 1,0000000000
22 BBRI 2017 -1,1382780000 0,9187954000 0,2197233317 0,4059990000 1,0000000000
23 BBRI 2018 -1,1466190000 0,9198710000 0,2075325349 0,3922323000 1,0000000000
24 BBRI 2019 -1,2233760000 0,8842175000 0,2218629460 0,5447048000 1,0000000000
25 BUDI 2016 -1,8450110000 0,7634182000 0,6274106720 0,2964997000 1,0000000000
26 BUDI 2017 -1,6487920000 0,7330264000 0,6504492668 0,2773501000 1,0000000000
27 BUDI 2018 -1,5569890000 0,7499259000 0,5661218162 0,2964997000 1,0000000000
28 BUDI 2019 -1,4168720000 0,7408574000 0,6196341249 0,2773501000 1,0000000000
29 EKAD 2016 -0,6765055000 0,2353597000 0,5193737573 0,2096570000 1,0000000000
30 EKAD 2017 -1,0416120000 0,1918125000 0,4808811710 0,2096570000 1,0000000000
31 EKAD 2018 -1,1019030000 0,1856859000 0,4591700183 0,2096570000 1,0000000000
32 EKAD 2019 -0,9727000000 0,1464133000 0,4975159901 0,2096570000 1,0000000000
33 GGRM 2016 -1,0294900000 0,5126120000 0,3338826916 0,3144855000 1,0000000000
34 GGRM 2017 -0,8833296000 0,4916659000 0,3444497320 0,3314968000 1,0000000000
35 GGRM 2018 -0,9277538000 0,4757737000 0,3446231316 0,3631365000 1,0000000000
36 GGRM 2019 -0,7168669000 0,4661240000 0,3377884528 0,4193139000 1,4142140000
37 HMSP 2016 -2,2486110000 0,2153442000 0,2084483688 0,3631365000 1,0000000000
38 HMSP 2017 -0,0136823000 0,2542191000 0,2077072139 0,3631365000 1,0000000000
39 HMSP 2018 -0,0144386000 0,2900703000 0,1882077583 0,3631365000 1,0000000000
40 HMSP 2019 -0,0717072000 0,3581357000 0,1808503641 0,3631365000 1,0000000000
121
Nomor Kode Perusahaan Tahun ln_PP square_TC CI square_root_CSR square_root_THC
41 IMPC 2016 -0,2607722000 0,5434580000 0,4455472949 0,3144855000 1,4142140000
42 IMPC 2017 -0,8038440000 0,0001248000 0,4767593264 0,4059990000 2,2360680000
43 IMPC 2018 -0,7801197000 0,5635822000 0,4852172126 0,4193139000 2,4494900000
44 IMPC 2019 -0,6698121000 0,0001052000 0,5303330083 0,4193139000 2,8284270000
45 KLBF 2016 -1,3159790000 0,2356895000 0,1611057828 0,3779645000 2,4494900000
46 KLBF 2017 -1,2470940000 0,2063301000 0,1817905496 0,3779645000 2,6457510000
47 KLBF 2018 -0,7645915000 0,1875352000 0,4131947857 0,3314968000 2,6457510000
48 KLBF 2019 -0,7976183000 0,1978984000 0,4462056629 0,3631365000 2,6457510000
49 MYOR 2016 -0,9763646000 0,6677753000 0,3236730045 0,3779645000 1,0000000000
50 MYOR 2017 -0,9177910000 0,7791194000 0,2843720127 0,3779645000 1,0000000000
51 MYOR 2018 -0,9613469000 0,6511440000 0,2810328674 0,3779645000 1,0000000000
52 MYOR 2019 -1,0130000000 0,6364209000 0,3289128443 0,3779645000 1,0000000000
53 MTDL 2016 -1,2418570000 0,6787758000 0,1334499994 0,3631365000 0,0000000000
54 MTDL 2017 -1,4638250000 0,6428289000 0,1343230955 0,3922323000 0,0000000000
55 MTDL 2018 -1,0912680000 0,6124887000 0,1150638315 0,4322189000 0,0000000000
56 MTDL 2019 -1,0581350000 0,5992657000 0,1084071060 0,5345225000 0,0000000000
57 SMSM 2016 -0,3605368000 0,4333301000 0,3549646522 0,3631365000 1,0000000000
58 SMSM 2017 -0,3517177000 0,3626385000 0,3573921937 0,4059990000 1,0000000000
59 SMSM 2018 -0,2975922000 0,0000187000 0,3382193293 0,4447496000 1,4142140000
60 SMSM 2019 -0,4768774000 0,2851395000 0,3117679188 0,4322189000 2,8284270000
61 TSPC 2016 -1,3109900000 0,4029033000 0,3341615259 0,1815683000 1,7320510000
62 TSPC 2017 -0,0182518000 0,4085490000 0,2959990506 0,3144855000 1,7320510000
63 TSPC 2018 -0,1274654000 0,4168838000 0,3480713434 0,2964997000 2,0000000000
64 TSPC 2019 -0,0974812000 0,4113962000 0,3511539598 0,2567763000 2,0000000000
65 TRST 2016 -0,3744891000 0,5467042000 0,6414024051 0,2096570000 1,7320510000
66 TRST 2017 -1,0042420000 0,5408410000 0,6430361229 0,1815683000 1,7320510000
67 TRST 2018 -0,0680097000 0,5833092000 0,6512987455 0,1815683000 1,7320510000
68 TRST 2019 -0,9246003000 0,6286471000 0,6793537570 0,2096570000 1,7320510000
69 TRIS 2016 -0,2927279000 0,5730514000 0,2550504171 0,2964997000 1,0000000000
70 TRIS 2017 -1,0652610000 0,5369425000 0,3451977292 0,3144855000 1,4142140000
71 TRIS 2018 -0,9694872000 0,5231205000 0,3051881828 0,4569368000 1,4142140000
72 TRIS 2019 -0,6561542000 0,5747615000 0,3396723799 0,4193139000 1,4142140000
73 UNVR 2016 -2,0074620000 0,8206805000 0,6065789446 0,4803845000 0,0000000000
74 UNVR 2017 -1,8319410000 0,8327808000 0,5735777395 0,4916892000 0,0000000000
75 UNVR 2018 -2,0189960000 0,7913202000 0,5799502000 0,5741693000 0,0000000000
76 UNVR 2019 -2,0999870000 0,8089325000 0,5868961820 0,6376468000 0,0000000000
122
Hasil Output
STATA 16
123
Lampiran 8 Hasil Output STATA
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variable Mean Std Dev Min Max
PP 0,4268382 0,235488 0,1055457 0,9864109
TC 0,7042435 0,2113175 -0,0111724 0,9614816
CI 0,4256283 0,1907787 0,049288 0,9190861
CSR 0,1406883 0,0700319 0,032967 0,4065934
THC 2,052632 1,924541 0 8
Hasil Uji Regresi Model Pooled Least Square (PLS)
Prob > F 0,0000
R-squared 0,4183
Adj R-squared 0,3584
Variable Coefficient Std. Err T P > |t|
sqr_TC -2,219666 0,6091682 -3,64 0,001
CI -1,773372 0,5729169 -3,10 0,003
sqr_rt_CSR 1,446224 1,373891 1,05 0,296
sqr_rt_THC -0,1978672 0,4134637 -0,48 0,634
sqr_TCsqr_rt_THC 1,066315 0,3973058 2,68 0,009
CIsqr_rt_THC 0,9345087 0,4377665 2,13 0,036
sqr_rt_CSRsqr_rt_THC -1,114473 0,9798969 -1,14 0,259
Cons 0,002852 0,5243718 0,01 0,996
124
Hasil Uji Regresi Model Fixed Effect (FE)
Fixed-effects (within) regression
Prob > F 0,8187
R-squared 0,0733
Adj R-squared 0,2079
Variable Coefficient Std. Err T P > |t|
sqr_TC 0,9643638 2,128829 0,45 0,653
CI -1,876276 2,179338 -0,86 0,393
sqr_rt_CSR -0,2123626 2,34016 -0,09 0,928
sqr_rt_THC -1,120943 1,284156 -0,87 0,387
sqr_TCsqr_rt_THC -0,3099194 1,064017 -0,29 0,772
CIsqr_rt_THC 1,805239 1,310567 1,38 0,175
sqr_rt_CSRsqr_rt_THC 0,9672175 2,055306 0,47 0,640
Cons -0,471874 2,033341 -0,23 0,817
Hasil Uji Regresi Model Random Effect (RE)
Random-effects GLS regression
Prob > F 0,0000
R-squared 0,4183
Adj R-squared 0,7925
Variable Coefficient Std. Err z P > |z|
sqr_TC -2,202373 0,6149039 -3,58 0,000
CI -1,775946 0,5822644 -3,05 0,002
sqr_rt_CSR 1,39765 1,382949 1,01 0,312
sqr_rt_THC -0,2094941 0,4197075 -0,50 0,618
sqr_TCsqr_rt_THC 1,05519 0,4000657 2,64 0,008
CIsqr_rt_THC 0,9427514 0,4439239 2,12 0,034
sqr_rt_CSRsqr_rt_THC -1,084282 0,9902701 -1,09 0,274
Cons 0,0158245 0,5318149 0,03 0,976
Hasil Uji Chow
Prob > F 0,3852
125
Hasil Uji Hausman
Variabel fe re Difference
sqr_TC 0,9643638 -2,202373 3,166737
CI -1,876276 -1,775946 -0,1003299
sqr_rt_CSR -0,2123626 1,39765 -1,610012
sqr_rt_THC -1,120943 -0,2094941 -0,9114493
sqr_TCsqr_rt_THC -0,3099194 1,05519 -1,36511
CIsqr_rt_THC 1,805239 0,9427514 0,8624877
sqr_rt_CSRsqr_rt_THC 0,9672175 -1,084282 2,051499
chi2 8,14
Prob > chi2 0,3202
Hasil Uji Lagrange Multiplier
Breusch and Pagan Lagrangian multiplier test for random effects
Var sd = sqrt (Var)
ln_PP 0,3183945 0,5642646
E 0,1993243 0,4464575
U 0,0023971 0,0489601
chibar2 0,56
Prob > chibar2 0,2273
Hasil Uji Normalitas
Skewness/Kurtosis tests for Normality
Variable Obs Skewness Kurtosis chi2 Prob > chi2
PP 76 0,0019 0,7460 8,49 0,0143
TC 76 0,0000 0,0016 22,91 0,0000
CI 76 0,5249 0,0227 5,41 0,0667
CSR 76 0,0006 0,0080 14,97 0,0006
THC 76 0,0000 0,0079 22,29 0,0000
126
Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi Data
Skewness/Kurtosis tests for Normality
Variable Obs Skewness Kurtosis chi2 Prob > chi2
ln_PP 76 0,5277 0,3607 1,27 0,5297
sqr_TC 76 0,2193 0,1513 3,71 0,1568
CI 76 0,5249 0,0227 5,41 0,0667
sqr_rt_CSR 76 0,5970 0,3594 1,15 0,5624
sqr_rt_THC 76 0,3898 0,3582 1,63 0,4415
Hasil Uji Multikolinieritas
Variable VIF 1/VIF
sqr_rt_THC 28,26 0,035392
sqr_rt_CSRsqr_rt_THC 24,24 0,041262
Cisqr_rt_THC 10,44 0,095756
sqr_TC 7,94 0,125933
sqr_TCsqr_rt_THC 7,24 0,138145
sqr_rt_CSR 6,00 0,166800
CI 4,39 0,227991
Mean VIF 12,64
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Breusch-Pagan / Cook-Weisberg test for heteroskedasticity
chi2 6,49
Prob > chi2 0,0108
Hasil Uji Autokorelasi
Wooldridge tests for autocorrelation in panel data
F 2,331
Prob > F 0,1442
127
Hasil Uji Regresi Metode SUR (Seemingly Unrelated Regression)
Seemingly unrelated regression
R-squared 0,4183
chi2 54,65
P 0,0000
Variable Coefficient Std. Err z P > |z|
sqr_TC -2,219666 0,5762155 -3,85 0,000
CI -1,773372 0,5419251 -3,27 0,001
sqr_rt_CSR 1,446224 1,299571 1,11 0,266
sqr_rt_THC -0,1978672 0,3910975 -0,51 0,613
sqr_TCsqr_rt_THC 1,066315 0,3758136 2,84 0,005
CIsqr_rt_THC 0,9345087 0,4140856 2,26 0,024
sqr_rt_CSRsqr_rt_THC -1,114473 0,9268896 -1,20 0,229
Cons 0,002852 0,4960061 0,01 0,995
top related