Pengaruh Konvergensi Ifrs dan Kepemilikan Asing Terhadap Timely Loss Recognition
Post on 09-Nov-2015
47 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
PENGARUH KONVERGENSI IFRS DAN KEPEMILIKAN ASING TERHADAP
TIMELY LOSS RECOGNITION
Asfarina Irfani Fadila
(Universitas Sebelas Maret)
ABSTRACT: This study is conducted to determine the effect of IFRS convergence and
foreign ownership toward timely loss recognition (TLR) on companies listed in Indonesia
Stock Exchange (IDX). In addition to these variables, control variables such as firm size,
profitability, leverage, and audit quality are employed. TLR is measured by the ratio of the
large negative net income adopted from Lang et al. (2006). The sampling procedure is
purposive sampling producing 540 listed companies in the period 2009-2012. The method of
analysis is the logistic regression. The results show that the convergence of IFRS and foreign
ownership do not have significance association with TLR. In contrast, firm size and
profitability show a significant association with TLR.
Keywords: conditional conservatism, foreign ownership, IFRS convergence, timely loss
recognition.
Pendahuluan
Sebagian besar para pemangku kepentingan (stakeholder) menggunakan laporan
keuangan dan annual report sebagai dasar pengambilan keputusan. Investor, kreditur, suplier,
pelanggan, bahkan manajemen menggunakannya untuk kepentingan investasi, pemberian
kredit, analisis keberlangsungan usaha dan evaluasi kinerja. Oleh karena itu, penyediaan
informasi yang berkualitas sangat penting agar pengambilan keputusan dilakukan dengan
tepat.
Dengan semakin berkembangnya globalisasi, informasi yang disajikan dengan benar
saja tidak cukup. Perusahaan harus menyajikan informasi dengan cara yang mudah
dimengerti dan dapat dibandingkan, minimal dengan perusahaan dengan karakteristik sejenis.
Globalisasi juga menyebabkan investasi asing dan ekspansi ke luar negeri bertambah,
sehingga masalah bahasa pun menjadi unsur penting dalam penyajian laporan keuangan agar
dapat dipahami. Munculnya International Financial Reporting Standard (IFRS) yang
diterbitkan International Accounting Standard Board (IASB) sebagai organisasi internasional
yang independen menjadi solusi atas kebutuhan laporan keuangan yang berkualitas. IASB
mengembangkan dan membuat standar baru yang menjanjikan kualitas yang lebih baik pada
laporan keuangan.
Seiring dengan banyaknya negara-negara di Eropa dan Asia yang menerapkan IFRS
dan mengadopsinya menjadi standar akuntansi di negara mereka, Indonesia pun dituntut
untuk menerapkan standar Internasional. Sebagai negara yang tergabung dalam Group of 20
Leaders (G20) dan anggota International Federation of Accountants (IFAC), Indonesia
memiliki kewajiban untuk mematuhi Statement Membership Obligation (SMO) untuk
menjadikan IFRS sebagai standar akuntansi dan menyatakan komitmennya untuk
menerapkan IFRS secara penuh pada tahun 2012. Namun dalam penerapannya, Indonesia
mengalami kendala, terutama kendala sumber daya dan bahasa. Tidak seperti negara-negara
lain yang bahasa negaranya berupa bahasa inggris, Indonesia kesulitan mencari padanan kata
yang tepat untuk mengartikan standar IFRS. Selain itu juga terdapat beberapa standar yang
tidak relevan seperti IFRS 1 tentang First-time adoption of International Financial Reporting
Standard dan beberapa standar mengalami modifikasi seperti IFRIC 15 tentang Agreements
for the Construction of Real Estate dan IAS 27 tentang Consolidated and Separate Financial
Statements. Dengan adanya beberapa perubahan tersebut, daripada dikatakan mengadopsi,
Indonesia menerapkan IFRS dengan konvergensi karena standar yang diterapkan tidak 100%
sama dengan standar aslinya.
Dengan adanya komitmen Indonesia menerapkan standar internasional, menjadikan
Indonesia semakin diminati investor asing karena Indonesia memiliki pangsa pasar yang
banyak dan kekayaan alam yang melimpah. Banyak investor asing yang mulai berinvestasi
pada perusahaan-perusahaan di Indonesia atau melakukan ekspansi di Indonesia. Sejalan
dengan hasil penemuan De Fond et al. (2011) yang menemukan adanya peningkatan pada
foreign mutual fund dengan adanya penerapan IFRS. Selain meningkatkan pendapatan
negara, adanya investor asing juga meningkatkan kinerja perusahaan dengan tata kelola
perusahaan yang semakin baik. Tata kelola yang semakin baik akan meningkatkan kualitas
laporan keuangan (Fanani, 2009).
Salah satu karakteristik kualitatif pelaporan keuangan yang terdapat dalam rerangka
konseptual IFRS adalah timeliness. Timeliness merupakan salah satu komponen yang
dipertimbangkan dalam konservatisme. Konservatisme merupakan prinsip yang menyatakan
bahwa pengakuan suatu peristiwa ekonomi harus dilakukan dengan hati-hati, terutama yang
dapat berdampak pada pengambilan keputusan. Dalam prinsip konservatisme, penelitian
seperti Basu (1997) menyatakan bahwa bad news akan lebih sering diakui dengan lebih tepat
waktu (timely fashion) dibandingkan good news, yang dalam hal ini bad news mengacu pada
kerugian dan good news mengacu pada keuntungan. Sedangkan Kuspratiwi (2014)
menggambarkan konservatisme dengan mengakui rugi lebih cepat (timely) daripada laba.
Dengan mengakui kerugian lebih cepat, perusahaan mengantisipasi potensi kerugian di masa
mendatang.
Beberapa faktor yang dapat berpengaruh pada TLR pernah diteliti sebelumnya. Seperti
ukuran perusahaan (Arum, 2013; Outa 2011; Francis & Martin, 2010; Chua et al., 2012;
Jayaraman, 2012; Lang et al., 2006; Sun et al., 2011; Ball & Shivakumar, 2005; Sianipar &
Marsono, 2013; Barth et al., 2008; Nikolaev, 2006), leverage (Cohen, 2003; Nikolaev, 2006;
Arum, 2013, Barth et al., 2008; Sianipar & Marsono, 2013; Ball & Shivakumar, 2005; Sun et
al., 2011; Lang et al., 2006; Francis & Martin, 2010; Chua et al., 2012; Outa, 2011), kualitas
audit (Basu et al., 2001; Ball & Shivakumar, 2005; dan Jayaraman, 2012), profitabilitas
(Jayaraman, 2012) dan penerapan standar baru di suatu negara (Jayaraman, 2012; Paglietti,
2009; dan Barth et al., 2008). Ukuran perusahaan berpengaruh pada TLR karena
berhubungan dengan agency cost. Begitu pula dengan leverage. Leverage yang tinggi
cenderung meningkatkan agency cost karena ketatnya pengawasan oleh kreditur sehingga
pengakuan rugi cenderung lebih tepat waktu (Cohen, 2003). Ukuran auditor berhubungan
dengan TLR karena independensi yang dimilikinya. Semakin besar auditor, akan semakin
tinggi tingkat independensinya karena auditor harus menjaga kualitas. Sedangkan penerapan
standar yang baru berkaitan dengan kesiapan perangkat dan regulasi di suatu negara. Apabila
tidak ada kesiapan, baik dari perusahaan maupun regulator, maka efektivitas standar yang
baru tidak akan tercapai. Dengan begitu kualitas informasi akuntansi pun tidak menjadi lebih
baik.
Penelitian lain terkait TLR banyak dilakukan, seperti pengaruh penerapan IFRS pada
TLR. Beberapa penelitian berfokus pada pengujian apakah terdapat perbaikan kualitas
pelaporan dan kualitas informasi setelah diterapkannya IFRS. Dari hasil penelitian
sebelumnya, beberapa penelitian menyatakan terdapat peningkatan kualitas laporan keuangan
setelah menerapkan IFRS seperti Barth et al. (2008), Chua et al. (2012), Outa (2011, dan
Arum (2013). Namun ada juga penelitian yang menyatakan tidak ada peningkatan kualitas
antara sebelum dengan sesudah penerapan IFRS seperti penelitian yang dilakukan oleh
Paglietti (2009), Brauer et al. (2011), dan Sianipar & Marsono (2013). Dalam hal ini,
Paglietti (2009) berpendapat bahwa:
although the higher association between accounting numbers and share prices after IFRS adoption demonstrates that investors consider accounting information useful
for their economic decisions, the persistence (or even the worsening) of earnings
management practices probably suggests that the inherent flexibility in principle-based
IFRS do not lead managers towards the issue of financial statements characterized by
improved accounting quality,
sedangkan Sianipar & Marsono (2013) berpendapat bahwa kurangnya infrastruktur, seperti
financial accounting standard setter, kondisi peraturan perundang-uandangan yang belum
bisa mengakomodasi standar IFRS menjadi faktor penerapan IFRS belum maksimal,
sehingga kualitas informasi yang diharapkan belum tercapai. Pada penelitian lain terkait
TLR, Ball & Shivakumar (2005) menemukan bahwa private firms melaporkan kualitas laba
yang rendah dengan mengakui rugi lebih lambat daripada laba. Penelitian menemukan bahwa
hal itu dikarenakan adanya permintaan pasar yang rendah, yaitu adanya kesamaan
kepentingan antara manajemen dan investor untuk tidak mengakui rugi lebih cepat. Lang et
al. (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh rekonsiliasi laporan akuntansi pada
perusahaan cross-listing terhadap TLR dan beberapa variabel kualitas laba lain dan
menemukan adanya pengakuan rugi yang lebih lambat pada perusahaan crosslisted.
Dengan adanya berbagai pertentangan dari penelitian TLR, peneliti pun tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut. Selain itu, dalam literatur TLR, belum banyak penelitian
yang menghubungkan pengaruh kepemilikan asing terhadap TLR. Perbaikan kualitas
timeliness setelah penerapan IFRS juga masih banyak yang belum dapat membuktikannya,
sehingga peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tentang pengaruh IFRS terhadap
TLR.
Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis
Konservatisme Akuntansi dan Timely Loss Recognition
Konservatisme akuntansi didefinisikan sebagai suatu prinsip kehati-hatian dalam
pengakuan suatu kejadian ekonomi. Menurut Ball & Shivakumar (2005), terdapat dua macam
konservatisme, yaitu unconditional conservatism dan conditional conservatism.
Unconditional conservatism diartikan sebagai adanya bias akuntansi pada pelaporan nilai
buku dari ekuitas pemegang saham. Perusahaan akan menunda mengakui pendapatan pada
suatu periode atau mengurangi pengakuan pendapatan secara konstan untuk setiap periode.
Sedangkan conditional conservatism lebih menekankan pada pengakuan rugi yang lebih tepat
waktu daripada pengakuan laba sering disebut sebagai asimetri pengakuan rugi sehingga
banyak peneliti yang menjadikannya sebagai ukuran dari kualitas laporan keuangan.
Kinerja yang baik seringkali dinilai dari perolehan laba atau pencapaian target laba oleh
manajer. Adanya dorongan terhadap manajer untuk memperlihatkan kinerja yang baik pun
membuat manajer memiliki insentif untuk memanipulasi laba. Akibatnya, informasi yang
dihasilkan dalam laporan keuangan menjadi tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya dan
penuh dengan unsur kepentingan. Dengan mengakui kerugian lebih tepat waktu dibandingkan
dengan mengakui laba, manajer mengesampingkan kepentingannya dan memberikan
informasi yang relevan mengenai kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Disamping itu,
pengakuan rugi yang lebih tepat waktu (timely loss recognition) bermanfaat dalam
pengambilan keputusan yang lebih baik oleh manajer dan kreditur. Bagi manajer, pengakuan
rugi yang lebih tepat waktu dapat membuat keputusan akuisisi yang lebih menguntungkan
(Francis & Martin, 2010), mendorong manajer untuk segera mengambil tindakan atas potensi
kerugian, dan mengurangi asimetri informasi antara manajer dan principal, dengan begitu,
mengurangi potensi konflik keagenan (Ball & Shivakumar, 2005). Bagi kreditur, informasi
manajemen yang mengakui rugi lebih tepat waktu dapat membantu kreditur untuk membuat
kontrak kredit yang lebih baik dan menguntungkan (Ball & Shivakumar, 2005).
International Financial Reporting Standard dan Konvergensi IFRS di Indonesia
IFRS atau standar pelaporan akuntansi internasional merupakan standar akuntansi yang
banyak diadopsi dan dijadikan referensi di berbagai negara di dunia. IFRS dibuat oleh IASB
sebagai jawaban atas kebutuhan informasi yang dapat dipahami dan diperbandingkan.
Kebutuhan standar yang sama dalam skala internasional muncul dengan semakin hilangnya
batas antar negara dan memungkinkan perdagangan dan investasi dilakukan di seluruh dunia.
Alfredson et al. (2007) menyatakan bahwa dimulai dari tahun 1960-an batas pasar modal
antar negara mulai menipis, dan terus meningkat di tahun 1970-an hingga tahun 1980-an dan
memicu investor, kreditur, dan para pengguna laporan keuangan lainnya mengajukan keluhan
dengan adanya perbedaan antara informasi akuntansi yang dihasilkan antara satu negara
dengan negara lain sehingga sulit diperbandingkan. Selain itu, informasi yang disajikan
perusahaan seringkali sulit dipahami dan tidak dapat memenuhi kebutuhan seluruh pemangku
kepentingan (stakeholder) dan dalam hal ini, IASB terbukti menghasilkan standar yang
berkualitas tinggi karena hingga kini IFRS telah diadopsi dan diterapkan di 138 negara di
dunia.
Perkembangan Standar Akuntansi di Indonesia
Perkembangan globalisasi dan pesatnya pertumbuhan ekonomi menuntut tersedianya
informasi yang memiliki kredibilitas tinggi dan akutabilitas dari manajemen perusahaan
(Prasetya, 2012). Investor ingin mengetahui bagaimana investasinya dikelola dan kreditur
ingin mengetahui bagaimana perusahaan dapat mengembalikan pinjamannya. Dimulai pada
tahun 2006, dilakukan harmonisasi standar akuntansi di Indonesia menuju IFRS.
Dalam melakukan harmonisasi standar IFRS, Indonesia tidak melakukan proses adopsi
seperti banyak negara lain, tetapi melakukan konvergensi standar akuntansi dengan
mengubah standar akuntansi yang ada sebelumnya menjadi berbasis IFRS dan mengadakan
sedikit perubahan agar sesuai dengan kondisi lingkungan ekonomi Indonesia, serta tidak
mengadopsi standar yang tidak relevan. Proses konvergensi IFRS dimulai tahun 2006 dan
hingga tahun 2012, Indonesia telah memiliki 62 standar akuntansi berbasis IFRS.
Perumusan Hipotesis
Penerapan IFRS di Indonesia didorong tidak hanya oleh penerapan IFRS di negara-
negara Eropa dan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Australia, tetapi
juga karena adanya keinginan untuk menyajikan laporan keuangan yang lebih berkualitas
seperti yang tertuang dalam Framework for the Preparation and Presentation of Financial
Statements yang diterbitkan oleh IASC (sekarang berganti menjadi IASB). Dalam rerangka
tersebut dijelaskan bahwa tujuan dibentuknya IASC adalah untuk membuat standar pelaporan
keuangan yang berkualitas dan dapat diterima.
Berdasarkan tujuan IASC, dibuatlah standar pelaporan keuangan yang berdasarkan
principle based dan menghilangkan standar yang dapat memicu alternatif penggunaan standar
untuk kepentingan manajemen, serta menganjurkan penggunaan metode akuntansi yang dapat
meningkatkan transparansi informasi oleh perusahaan. IFRS dibuat berdasarkan beberapa
kriteria tersebut. Pada principle based, perusahaan menerapkan metode akuntansi
berdasarkan prinsipnya, bukan teknisnya karena adanya perbedaan karakteristik di setiap
jenis industri sehingga memungkinkan informasi yang dihasilkan perusahaan lebih
mencerminkan kondisi perusahaan. Kemudian IFRS menghilangan standar yang berpotensi
memberikan manajemen alternatif untuk menggunakan metode akuntansi yang hanya
didasarkan kepentingan, bukannya transparansi. Oleh karena itu, dengan adanya pelaporan
yang lebih mencerminkan kondisi perusahaan, laporan dan informasi yang dihasilkan lebih
berkualitas, dan salah satu kualitas laporan keuangan yang meningkat, yaitu pada
ketepatanwaktu (timeliness) yang diterapkan pada pengakuan rugi.
Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai pengaruh IFRS pada timely loss
recognition (TLR) dan menemukan adanya pengaruh signifikan positif. Seperti hasil
penelitian Christensen et al. (2007), Barth et al. (2008), dan Chua et al. (2012) menemukan
adanya pengakuan rugi yang lebih tepat waktu setelah penerapan IFRS. Namun ada juga
beberapa penelitian yang tidak menemukan adanya peningkatan TLR setelah penerapan IFRS
seperti penelitian Paglietti (2009), Brauer et al. (2011), Outa (2011), dan Sun et al. (2011).
Walaupun terdapat hasil penelitian yang menemukan tidak adanya peningkatan TLR,
Sianipar & Marsono (2013) berpendapat bahwa perbaikan kualitas laporan keuangan belum
akan terlihat pada early adopter dikarenakan belum siapnya regulasi dan perangkat yang
mendukung. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti berpendapat bahwa konvergensi IFRS
dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dengan pengakuan rugi yang lebih tepat
waktu, sehingga hipotesis pertama dirumuskan sebagai berikut:
H1: IFRS berpengaruh positif pada peningkatan timely loss recognition.
Hipotesis kedua terkait pengaruh kepemilikan asing terhadap TLR. Teori institusional
mengemukakan adanya proses peniruan dan penerapan suatu budaya atau norma yang
dianggap baik dan melegitimasinya menjadi aturan yang berlaku di suatu organisasi
(DiMaggio & Powell, 1983). Institutional theory sendiri merupakan teori yang mendasari
fenomena perubahan suatu organisasi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor institusional yang
menekan suatu organisasi untuk menjadi isomorphic. Isomorphic merupakan fenomena
dimana suatu organisasi menjadi homogen, yaitu dalam hal norma atau konsep organisasi dan
juga standar operasionalnya menjadi sama dengan organisasi lain yang menghadapi kondisi
lingkungan serupa (DiMaggio & Powell, 1983).
Berdasarkan teori institusional tersebut, dengan masuknya investor asing akan
membawa konsekuensi pada praktik manajemen perusahaan untuk mengikuti praktik
manajemen di negara asal karena dianggap lebih baik dan mengarahkan manajemen untuk
menerapkan aturan, sistem pelaporan internal, dan prinsip pengungkapan pelaporan yang
sama. Menurut Chevalier et al. (2006), masuknya invetor asing dalam suatu perusahaan dapat
meningkatkan praktik corporate governance menjadi lebih baik. Namun demikian, tidak
semua tipe investor asing berpengaruh pada peningkatan corporate governance. Investor
asing yang berinvestasi bisa saja dimiliki atau mempunyai hubungan istimewa dengan
Indonesia sehingga best practice yang diterapkan tidak berbeda dan tidak ada peningkatan.
Kepemilikan domestik pada perusahaan asing yang kemudian menanamkan kembali
modalnya di Indonesia biasanya dilakukan untuk menghindari pajak sehingga banyak
perusahaan Indonesia yang kemudian menanamkan modalnya di tax haven country, dengan
begitu, pajak yang dibayarkan menjadi lebih kecil. Selain itu juga terdapat insentif untuk
menutupi pemilik utama perusahaan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti berpendapat bahwa kepemilikan asing akan
berpengaruh pada praktik corporate governance yang lebih baik dan dengan begitu, kualitas
laporan keuangan yang dihasilkan pun menjadi lebih berkualitas sehingga peneliti
merumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2: Kepemilikan asing berpengaruh positif pada timely loss recognition.
Metode Penelitian
Sampel
Peneliti melakukan observasi terhadap 1748 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) untuk periode tahun 2009 sampai dengan 2012. Data diperoleh dari website
Indonesian Stock Exchange (IDX) dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Dari
populasi data yang terdaftar di BEI, sebanyak 151 perusahaan pada tahun 2009, 136
perusahaan pada tahun 2010, 126 perusahaan pada tahun 2011 dan 127 perusahaan pada
tahun 2012 yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Peneliti
menggunakan metode pengambilan sampel dengan purposive sampling dengan kriteria
sebagai berikut.
1. Perusahaan terdaftar di BEI pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2012,
2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2012,
3. Perusahaan bukan merupakan perusahaan yang bergerak di industri perbankan dan
berstatus BUMN,
4. Perusahaan tidak terdaftar di bursa efek lain (cross listing), karena peraturan yang
digunakan perusahaan cross listing menggunakan dasar peraturan yang berlaku di luar
negeri sehingga peraturan yang digunakan berbeda,
5. Perusahaan tidak dikeluarkan dari bursa (delisted) pada periode sampel,
6. Perusahaan menggunakan periode cut off pada bulan Desember, karena perbedaan
periode cut off pelaporan akan mempengaruhi nilai keuangan yang dilaporkan,
7. Perusahaan memiliki data yang berhubungan dengan variabel penelitian.
Pengambilan sampel yang dilakukan oleh peneliti dengan metode purposive sampling
adalah sebagai berikut.
---------------TABEL 1---------------
Variabel Penelitian
Pengukuran pada timely loss recognition diukur dengan Large Negative Net Income
(LNEG) merujuk pada penelitian Lang et al. (2005). Dalam penelitian yang dilakukan Ball et
al. (2000) menunjukkan bahwa permasalahan utama dalam isu internasional adalah kesediaan
perusahaan untuk mengakui rugi yang besar pada periode terjadinya dan bukannya mengakui
kerugian secara bertahap. Perusahaan cenderung menyebarkan efeknya di beberapa periode,
dengan begitu perusahaan bermaksud meratakan perolehan keuntungannya. Hal tersebut
dapat dikategorikan sebagai perataan laba (earning smoothing), yang dalam kasus ini,
pengakuan laba yang besar akan sangat jarang terjadi. Oleh karena itu, penelitian yang
dilakukan Lang et al. (2006) menggunakan pengakuan laba yang besar pada suatu periode
akuntansi untuk mengukur TLR sebagai salah satu indikator kualitas laba. Lang et al (2006)
mengukur TLR dengan membagi laba bersih dengan total aset. Apabila hasilnya kurang dari -
0.20 akan diberi kode 1 dan selain itu akan diberi kode 0. Persamaannya adalah sebagai
berikut.
12
Peneliti kemudian memasukkan variabel IFRS serta kepemilikan asing, yang dalam hal
ini, kepemilikan asing diukur dengan dua proksi. Model 1 pada variabel kepemilikan asing
akan menggunakan persentase kepemilikan saham asing (FRG1), sedangkan pada model 2
akan menggunakan genuine (FRG2). Penggunaan pengukuran yang berbeda dikarenakan
keaslian investor asing dapat berpengaruh pada kualitas corporate governance, sehingga
sangat penting untuk melihat apakah investor asing benar-benar dimiliki oleh perusahaan atau
perorangan asing dan tidak berasal dari perusahaan yang berdomisili di area tax haven
country. Oleh karena itu, diperoleh dua model regresi logistik sebagai berikut.
Model 1: (1)
Model 2: (2)
Keterangan:
LNEG = Large Negative Net Income, diukur dengan membagi laba bersih dengan total aset.
Apabila hasilnya < -0,20 diberi kode 1, selain itu diberi kode 0
IFRS = perusahaan yang telah menerapkan SAK konvergensi IFRS diberi kode 1,
sedangkan yang belum mengadopsi diberi kode 0
FRG1 = persentase kepemilikan saham perusahaan oleh pihak asing
FRG2 = sama dengan 1 apabila kepemilikan saham oleh asing >20% dan bukan merupakan
negara tax haven, kemudian kode 0 untuk kepemilikan saham 20% yang berada di negara tax haven
SIZE = diukur dengan total aset perusahaan
13
DER = rasio leverage dengan membagi total liabilitas dengan total ekuitas
ROA = Return on Assets, laba bersih setelah pajak dibagi dengan rata-rata total aset
AUD = sama dengan 1 apabila auditor independen perusahaan merupakan anggota BIG 4,
selain itu diberi kode 0
Hasil Penelitian
Hasil Pengujian Deskriptif dan Uji Beda
-----------TABEL 2----------
Dari hasil uji deskriptif, standar deviasi tertinggi dimiliki oleh variabel ukuran
perusahaan. Hal itu karena sampel yang digunakan tidak dibatasi dan variasi ukuran
perusahaan yang digunakan sebagai sampel sangat beragam, dari perusahaan yang hanya
memiliki aset 2,9 Milyar, hingga perusahaan dengan aset 78.879,5 Milyar. Sedangkan pada
hasil uji beda rata-rata variabel independen, hanya variabel ROA yang memiliki signifikansi
kurang dari 0.05, yang berarti, hanya variabel ROA yang memiliki nilai rata-rata yang sama
secara signifikan terhadap TLR.
Hasil Pengujian Variabel Independen terhadap Variabel Dependen
Tabel 3 menunjukkan hasil regresi logistik antara variabel dependen dengan variabel
independen serta variabel kontrol. Hasil pengujian regersi logistik pada Model 1 maupun
Model 2 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara konvergensi IFRS dengan TLR. Hasil
ini didukung oleh hasil Uji Mann-Whitney U. Hal ini tidak sesuai dengan Hipotesis 1 yang
berarti H1 ditolak. Hasil penelitian ini juga tidak mendukung beberapa penelitian terdahulu
seperti Christensen et al. (2007), Barth et al. (2008), dan Chua et al. (2012) yang menemukan
adanya pengaruh positif yang signifikan.
Namun hasil penelitian ini mendukung beberapa hasil penelitian terdahulu seperti
penelitian Paglietti (2009), Brauer et al. (2011), Outa (2011), dan Sun et al. (2011) yang tidak
menemukan adanya peningkatan TLR setelah diterapkannya IFRS. Hal ini menunjukkan
14
bahwa regulasi dan perangkat yang mendukung jalannya IFRS masih belum berfungsi
dengan baik. Selain itu perusahaan juga terlihat belum siap menghadapi perubahan standar
akuntansi. Dalam penelitian yang dilakukan Christensen et al. (2007) dan Paananen & Lin
(2009) menemukan adanya pengaruh pada peningkatan TLR pada IFRS voluntary adopter,
namun tidak pada forced adopter. Selain itu, pada hasil regresi penelitian ini juga
menunjukkan adanya arah yang negatif walaupun tidak berpengaruh signifikan. Hal ini
menunjukkan adanya indikasi penurunan TLR setelah konvergensi IFRS yang mengarah pada
penurunan kualitas informasi akuntansi. Dalam hal ini, Paananen & Lin (2009) mengatakan
bahwa adanya penurunan kualitas akuntansi yang semakin menurun bukan dikarenakan
adanya perusahaan yang menerapkan IFRS, tetapi karena adanya perubahan standar.
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menerapkan IFRS per 1 Januari 2012, sehingga
memaksakan perusahaan untuk sudah menerapkan standar konvergensi IFRS per tahun 2012.
Namun tampaknya hal itu tidak dibarengi dengan kesiapan perusahaan untuk memahami dan
menerapkan standar yang baru. Pemahaman yang kurang akhirnya membuat penerapan
standar IFRS tidak maksimal dan tidak ada peningkatan pada kualitas informasi akuntansi.
-----------TABEL 3----------
Kemudian pada variabel kepemilikan asing, hasil pengujian tidak menunjukkan
pengaruh yang signifikan terhadap TLR yang berarti H2 ditolak. Hasil tersebut sesuai dengan
hasil uji beda T-Test dan U-Test pada variabel kepemilikan asing. Keberadaan pemilik asing
berdasarkan persentase tidak berpengaruh pada peningkatan pengakuan rugi yang semakin
tepat waktu, begitu pula dengan keaslian dan keberadaan pemilik asing di jajaran manajemen
perusahaan.
Tujuan dari mengaburkan kepemilikan atau penempatan perusahaan di negara-negara
tax haven biasanya adalah untuk mengurangi pembayaran pajak. Indonesia menetapkan pajak
tidak hanya pada penghasilan, namun juga keuntungan. Tentunya sebagai seorang pengusaha
15
ataupun perusahaan yang beroriantasi pada laba, mereka menginginkan pengorbanan sekecil-
kecilnya dengan keuntungan yang sebesar-besarnya. Di sisi lain, perusahaan ingin terlihat
menarik di mata investor dan kreditur agar pihak-pihak tersebut mau berinvestasi di
perusahaan sehingga stockholder dan manajemen memiliki kepentingan yang sama untuk
menyajikan informasi lebih menarik. Dengan adanya insentif tersebut, manajemen akan
menghindari pengakuan rugi yang besar di suatu periode dan memilih untuk meratakannya
(smooth) di periode-periode berikutnya (Lang et al., 2006), yang berarti tingkat asimetri
antara pengakuan rugi dan laba semakin kecil. Ball & Shivakumar (2005) menyatakan bahwa
perusahaan yang sangat berfokus pada perpajakan, dividen, dan kebijakan lainnya
mengarahkan pada permintaan yang rendah pada informasi yang berkualitas, dalam hal ini
pengakuan rugi yang lebih tepat waktu dibandingkan dengan pengakuan laba.
Selain itu, terdapat kelemahan pada metode penelusuran berdasarkan keaslian yang
diterapkan oleh peneliti. Peneliti melakukan penilaian bahwa dengan adanya saham yang
ditempatkan di negara-negara tax haven diasumsikan bahwa ultimate owner merupakan orang
Indonesia yang bertujuan mengurangi pajak. Hal itu menyebabkan judgement peneliti pada
pemilik perusahaan yang berbasis di tax haven country adalah tidak asli. Padahal terdapat
kemungkinan bahwa pemilik yang berbasis di tax haven country tersebut adalah benar-benar
orang atau organisasi asing. Hasil penelitian pun akhirnya menjadi bias dan menunjukkan
pengaruh yang tidak signifikan.
Walau tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan, baik FRG1 maupun FRG2
menunjukkan arah yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan kepemilikan asing
mengarah pada perbaikan kualitas informasi akuntansi yang semakin baik, sesuai dengan
institutional theory. Teori ini mengungkapkan adanya proses legitimasi pada praktik atau
aturan yang dianggap baik. Dengan masuknya pemilik asing yang telah berhasil di negara
16
asal diharapkan mampu memperbaiki kinerja perusahaan di negara berkembang ini, dan
mengarahkan pada kualitas informasi akuntansi yang semakin baik.
Kesimpulan dan Keterbatasan Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan variabel IFRS dan kepemilikan asing tidak berpengaruh
pada TLR, baik pada Model 1 maupun Model 2. Hasil ini tidak mendukung penelitian
sebelumnya seperti penelitian Christensen et al. (2007), Barth et al. (2008), dan Chua et al.
(2012) yang mengatakan terdapat pengaruh signifikan antara konvergensi IFRS dan
kepemilikan asing terhadap perbaikan kualitas akuntansi, dalam hal ini peningkatan
pengakuan rugi yang tepat waktu.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama; peneliti hanya menguji variabel
TLR dengan LNEG yang berfokus pada pengakuan rugi yang besar oleh perusahaan, padahal
indikator ketepatan waktu pengakuan rugi bisa dilihat tidak hanya dari pengakuan rugi yang
besar, tetapi juga bisa terlihat dari indikator lain, seperti penerapan akuntansi berbasis akrual
(Ball & Shivakumar, 2005). Kedua; peneliti menggunakan sampel periode tahun 2009-2012,
dengan menggunakan cut off konvergensi pada tahun 2011. Hal ini mungkin menjadikan
variabel IFRS tidak berpengaruh karena standar IFRS baru saja diterapkan sehingga belum
terlihat adanya perubahan kualitas informasi akuntansi. Standar akuntansi juga belum
diterapkan secara efektif karena penerapannya yang bertahap, sehingga terdapat
kemungkinan bahwa belum seluruh standar berbasis IFRS diterapkan oleh perusahaan sampai
dengan mandatory full adoption di tahun 2012. Ketiga; peneliti hanya menelusur kepemilikan
asing dengan kriteria yang telah ditentukan dan tidak sampai pada ultimate ownership.
Padahal dengan tidak dilakukannya penelusuran sampai dengan ultimate ownership akan
membuat judgment peneliti mengenai keaslian pemilik asing menjadi lemah. Hal ini karena
terdapat kemungkinan bahwa ultimate owner memang benar-benar orang atau organisasi
asing. Penelusuran tidak dilakukan karena sumber yang resmi sulit diperoleh. Walaupun
17
terdapat kewajiban untuk mengungkapkan pemegang saham perusahaan sampai pada tingkat
individu, banyak perusahaan yang tidak mematuhinya dan tidak mengungkapkan pemilik
saham akhirnya dalam annual report. Akibatnya penelusuran pemegang saham akhir pun
tidak dapat dilakukan.
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan tersebut, peneliti memberikan beberapa saran
untuk penelitian selanjutnya. Untuk penelitian selanjutnya pada variabel TLR, peneliti dapat
menggunakan alat ukur lain seperti Accrual-based test (Ball & Shivakumar, 2005), Basus
stock return model (Bushman et al., 2011), dan Skewness of EPS (Lang et al., 2006) untuk
melakukan pengujian lebih lanjut. Apabila melakukan penelitian mengenai kualitas informasi
akuntansi setelah konvergensi IFRS, peneliti sebaiknya menggunakan sampel perusahaan
diatas tahun 2012. Selain regulasi yang lebih matang, infrastruktur pendukung penerapan
standar yang baru juga diperkirakan telah mendukung sehingga kualitas laporan keuangan
yang dihasilkan perusahaan menjadi lebih baik. Pada variabel kepemilikan asing, peneliti
dapat melakukan penelitian tingkat keaslian pemilik asing sampai pada ultimate ownership di
perusahaan melalui sumber yang lebih resmi, misalnya akta notaris perusahaan sehingga hasil
penelitian dapat lebih relevan.
DAFTAR PUSTAKA
Aflatooni, A., & Mokarami, M. (2013). Real Earnings Management and Timely Loss
Recognition. Research Journal of Recent Sciences, 2(12), 28-37.
Aisbitt, S. (2006). Assessing the Effect of the Transition to IFRS on Equity: The Case of the
FTSE 100. Accounting in Europe, 3, 117-133.
Alfredson, K., Leo, K., Picker, R., Pacter, P., Radford, J., & Wise, V. (2007). Appliying
International Financial Reporting Standard. Queensland: John Willey & Sons
Australia.
Arum, E. D. (2013). Implementation of International Financial Reporting Standards (IFRS)
and the Quality of Financial Statement Information in Indonesia. Research Journal of
Finance and Accounting, 4(19), 200-209.
Ball, R., & Shivakumar, L. (2005). Earnings Quality in U.K. Private Firms: Comparative
Loss Recognition Timeliness. Journal of Accounting and Economics, 39(1), 83-128.
18
Ball, R., Kothari, S. P., & Robin, A. (2000). The Effect of International Institutional Factors
on Properties of Accounting Earnings. Journal of Accounting and Economics, 29(1),
1-51.
Ball, R., Robin, A., & Sadka, G. (2008). Is Financial Reporting Shaped by Equity Markets or
by Debt Markets? An International Study of Timeliness and Conservatism. Review of
Accounting Studies, 13(2-3), 168-205.
Ball, R., Robin, A., & Wu, J. S. (2000). Accounting Standards, the Institutional Environment
and Issuer Incentives: Effect on Timely Loss Recognition in China. Asia-Pacific
Journal Accounting, 7, 71-96.
Barth, M. E., Landsman, W. R., & Lang, M. H. (2008). International Accounting Standards
and Accounting Quality. Journal of Accounting Research, 46(3), 467-498.
Basu, S. (1997). The Conservatism Principle and the Assymetric Timeliness of Earnings.
JJournal of Accounting and Economics, 24(1), 3-37.
Basu, S., Hwang, L.-S., & Jan, C.-L. (2001). Differences in Conservatism between Big Eight
and Non-Big Eight Auditors. Working Paper, Temple University, Seoul National
University, and California State University.
Bhattacharjee, D., & Rudra, T. (2012). Does IFRs Influence Earnings Management?
Evidence from India. Journal of Management Research , 4(1).
Biddle, G. C., Hilary, G., & Verdi, R. S. (2009). How Does Financial Reporting Quality
Relate to Investment Efficiency? Journal of Accounting and Economics, 48(2), 112-
131.
Bopkin, G. A., & Isshaq, Z. (2009). Corporate Governance, Disclosure and Foregn Share
Ownership on the Ghana Stock Exchange. Managerial Auditing Journal, 24(7), 688-
703.
Bozcuk, A. E. (2012). Performance Effects of Early IFRS Adoption by Turkish Firms. World
of Accounting Science, 14(3), 1-12.
BPKP, T. C. (2014, Nopember 20). Good Corporate Governance. Retrieved from Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan:
http://www.bpkp.go.id/dan/konten/299/good-corporate.bpkp
Brauer, S., Leuschner, C.-F., & Westermann, F. (2011). Does the Introduction of IFRS
Change the Timeliness of Loss Recognition? Evidence from German Firms. Working
Paper, Osnabrueck University.
Bushman, R., Piotroski, J. D., & Smith, A. J. (2011). Capital Allocation and Timely
Accounting Recognition of Economic Losses. Journal of Business Finance and
Accounting, 38(1-2), 1-33.
Cahyonowati, N., & Ratmono, D. (2012). Adopsi IFRS dan Relevansi Nilai Informasi
Akuntansi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 14(2), 105-115.
Chevalier, A., Prasetyantoko, A., & Rokhim, R. (2006). Foreign Ownership and Corporate
Governance Practices in Indonesia. Working Paper, Ecole Normale Suprieure de
Lyon, European School of Management Paris, Bisnis Indonesia Daily Jakarta.
Christensen, H. B., Lee, E., & Walker, M. (2007). Incentives or Standards: What Determine
Accounting Quality Changes Around IFRS Adoption? Working Paper, Manchester
Business School.
19
Chua, Y. L., Cheong, C. S., & Gould, G. (2012). The Impact of Mandatory IFRS Adoption
on Accounting Quality: Evidence from Australia. Journal of International Accounting
Research, 11(1), 119-146.
Clements, C., Neill, J., & Stovall, O. (2010). Cultural Diversity, Country Size, and The IFRS
Adoption Decision. Journal of Applied Business Research, 115-126.
Cohen, D. A. (2003). Quality of Financial Reporting Choice: Determinants and Economic
Consequence. Working Paper, Nortwestern University.
DeFond, M., Hu, X., Hung, M., & Li, S. (2011). The Impact of Mandatory IFRS Adoption on
Foreign Mutual Fund Ownership: The Role of Comparability. Journal of Accounting
and Economics, 51, 240-258.
DiMaggio, P. J., & Powell, W. W. (1983). The Iron Cage Revisited: Institutional
Isomorphism and Collective Rationality in Organizational Fields. American
sociological review, 48(2), 147-160.
Djati, B. P. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Pusat Penerbitan Akademi
Akuntansi YKPN.
Easton, P. D., Nikolaev, V., & Lent, L. (2009). Price Convexity, Debt-Related Agency Costs,
and Timely Loss Recognition. Working Paper, University of Chicago, University of
Notre Dame, and Tilburg University.
Eisenhardt, K. M. (1989). Agency Theory: An Assesment and Review. Academy of
Management Review, 14(1), 57-74.
Fanani, Z. (2009). Kualitas Pelaporan Keuangan: Berbagai Faktor Penentu Konsekuensi
Ekonomis . Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 20-45.
Francis, J. R., & Wang, D. (2008). The Joint Effect of Investor Protection and Big 4 Audits
on Earnings Quality Around the World. Contemporary Accounting Research, 25 (1),
157-191.
Francis, J., & Martin, X. (2010). Acquisition Profitability and Timely Loss Recognition.
Journal of Accounting and Economics, 49(1), 161-178.
Gaston, S. C., Garcia, C. F., Jarne, J. I., & Gadea, J. A. (2010). IFRS Adoption in Spain and
the United Kingdom: Effects on Accounting Numbers and Relevance. Advances in
Accounting, Incorporating Advances in International Accounting 26, 304-313.
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Global Forum on Transparency and Exchange of Information for Tax Purposes. (2013). Tax
Transparancy 2013; Report on Progress. Paris: OECD.
Gormley, T. A., Kim , B. H., & Martin, X. (2012). Do Firms Adjust Their Timely Loss
Recognition in Response to Changes in the Banking Industry? Journal of Accounting
Research, 50(1), 159-196.
Hill, C. W., & Jones, T. M. (1992). Stakeholder-Agency Theory. Journal of Management
Studies, 29(2), 131-154.
Horton, J., Serafeim, G., & Serafeim, I. (2013). Does Mandatory IFRS Adoption Improve the
Information Environtment? Contemporary Accounting Research, 30(1), 388-423.
20
Houqe, M. N., Zijl, T. v., Dunstan, K., & Karim, W. (2012). The Effect of IFRS Adoption
and Investor Protection on Earnings Quality Around the World. The International
Journal of Accounting, 47(3), 333-355.
Imhof, M. J. (2014). Timely Loss Recognition, Agency Cost and the Cash Flow Sensitivity of
Firm Investment. Academy of Accounting and Financial Studies Journal, 18(3).
Institute for Economic and Financial Research. (2010). Indonesian Capital Market Directory
2010. Jakarta: ECFIN Institute for Economic and Financial Research.
Institute for Economic and Financial Research. (2011). Indonesian Capital Market Directory
2011. Jakarta: ECFIN Institute for Economic and Financial Research.
Institute for Economic and Financial Research. (2012). Indonesian Capital Market Directory
2012. Jakarta: ECFIN Institute for Economic and Financial Research.
Institute for Economic and Financial Research. (2013). Indonesian Capital Market Directory
2013. Jakarta: ECFIN Institute for Economic and Financial Research.
Jayaraman, S. (2012). The Effect of Enforcement on Timely Loss Recognition: Evidence
from Insider Trading Laws. Journal of Accounting and Economics, 53(1), 77-97.
Jeanjean, T., & Stolowy, H. (2008). Do Accounting Standards Matter? An Exploratory
Analysis of Earnings Management Before and After IFRS Adoption. Journal of
Accounting and Public Policy, 480-494.
Juan, N. E., & Wahyuni, E. T. (2012). Panduan Praktis Standar Akuntansi Keuangan.
Jakarta: Salemba Empat.
Kuspratiwi, I. (2014). Pengaruh Konvergensi IFRS dan Kepemilikan Saham Asing terhadap
Konservatisme Akuntansi. Skripsi, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Lang, M., Raedy, J. S., & Wilson, W. (2006). Earnings Management and Cross Listing: Are
Reconciled Earnings Comparable to US Earnings? Journal of Accounting and
Economics, 42(1), 255-283.
Lang, M., Raedy, J. S., & Yetman, M. H. (2003). How Representative Are Firms That Are
Cross-Listed in the United States? An Analysis of Accounting Quality. Journal of
Accounting Research, 41(2), 363-386.
Major, E., & Marques, A. (2009). IFRS Introduction, Corporate Govenance and Firm
Performance: Evidence from Portugal. Journal of Applied Management Accounting
Research, 7(2), 55-70.
Nikolaev, V. (2006). Debt Contract Restrictiveness and Timely Loss Recognition. Working
Paper, Tilburg University.
Nobes, C. W., & Stadler, C. (2014). The Qualitative Characteristics of Financial Information,
and Managers Accounting Decisions Evidence from IFRS Policy Changes. Working Paper, London University and Sidney University.
Outa, E. R. (2011). The Impact of International Financial Repoting Standards (IFRS)
Adoption on Accounting Quality of Listed Companies in Kenya. International
Journal of Accounting and Financial Reporting, 1(1), 212-241.
Paananen, M., & Lin, H. (2009). The Development of Accounting Quality of IAS and IFRS
Over Time: the Case of Germany. Journal of International Accounting Research,
8(1), 31-55.
21
Paglietti, P. (2009). Earnings Management, Timely Loss Recognition and Value Relevance in
Europe Following the IFRS Mandatory Adoption: Evidence from Italian Listed
Companies. International Business Review, 4, 97-117.
Perramon, J., & Amat, O. (2006). IFRS Introduction and Its Effect on Listed Companies in
Spain. Working Paper, Pompeu Fabra University.
Prasetya, F. D. (2012). Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, 1(4), 113-117.
Rohaeni, D., & Aryati, T. (2012). Pengaruh Konvergensi IFRS terhadap Income Smoothing
dengan Kualitas Audit sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Simposium Nasional
Akuntansi, 15, 1-26.
Sekaran, U. (2011). Research Methods for Business: Metodologi Penelitian untuk Bisnis.
Jakarta: Salemba Empat.
Sianipar, G. A., & Marsono. (2013). Analisis Komparasi Kualitas Informasi Akuntansi
Sebelum dan Sesudah Pengadopsian Penuh IFRS di Indonesia. Diponegoro Journal of
Accounting, 2(3), 1-11.
Sodan, S., & Barac, Z. A. (2013). Asymmetric Timeliness of Earnings across Corporate Life-
Cycle Stages. Journal of American Business Review, 1(2), 143-149.
Stent, W., Bradbury, M., & Hooks, J. (2010). IFRS in New Zealand: Effects on Financial
Statements and Ratios. Pacific Accounting Review, 22(2), 92-107.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sun, J., Cahan, S., & Emanuel, D. (2011). How Would the Mandatory Adoption of IFRS
Affect the Earnings Quality of U.S. Firms? Evidence from Cross-Listed Firms in the
U.S. Accounting Horizons, 25(4), 837-860.
Tendeloo, B. V., & Vanstraelen, A. (2005). Earnings Management under German GAAP
versus IFRS. European Accounting Review Vol. 14 (1), 155-180.
Valeri, N. (2006). Debt Contract Restrictiveness and Timely Loss Recognition. Working
Paper, Tilburg University.
Widagdo, A. K. (2014). Audit Committee Rules in Indonesia: Determinants of Compliance
and There Association with Restatements. Doctoral Disertation, University of
Malaya.
22
LAMPIRAN
TABEL 1. Prosedur Pengambilan Sampel
Kriteria Jumlah
2009 2010 2011 2012
Perusahaan yang terdaftar di BEI 402 428 446 472
Perusahaan Perbankan dan BUMN (41) (41) (45) (49)
Perusahaan cross listing (1) (0) (0) (0)
Perusahaan delisted pada periode sampel (5) (5) (6) (8)
Perusahaan cut off selain Desember (4) (6) (6) (7)
Perusahaan yang datanya tidak lengkap (200) (240) (263) (281)
Total sampel penelitian per Tahun 151 136 126 127
Total sampel penelitian 540
Sumber: data diolah
TABEL 2. Uji Statistik Deskriptif dan Signifikansi Uji Beda
N Min Max Mean Std. Dev. Sig.
T-Test
Sig.
U-Test
IFRS 540 0 1 .47 .499 .459
FRG1 540 .000 .993 .294 .304 .800
FRG2 540 0 1 .23 .423 .958
SIZE 540 2993 78879491 3518054.45 8789596.642 .897
DER 540 -51.309 12833.417 25.522 552.242 .624
ROA 540 -1.729 1.055 -.015 .171 .000
AUD 540 0 1 .23 .422 .474
Valid N
(listwise) 540
Sumber: Data diolah
Keterangan: LNEG: Indikator Timely Loss Recognition, IFRS: kategorial perusahaan yang
menerapkan SAK konvergensi IFRS, FRG1: persentase kepemilikan saham perusahaan oleh
pihak asing, FRG2: dummy variable untuk kepemilikan saham asing yang berdomisili di
negara tax haven, SIZE: total aset perusahaan, DER: total liabilitas dibagi dengan total
ekuitas ROA: laba bersih setelah pajak dibagi dengan rata-rata total aset, AUD: indikator
kualitas audit.
TABEL 3. Tabel Variables in the Equation
Model 1
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a IFRS -1.012 .652 2.411 1 .121 .364
FRG1 1.593 .915 3.030 1 .082 4.918
SIZE .000 .000 3.917 1 .048 1.000
DER -.007 .028 .066 1 .798 .993
ROA -25.241 3.806 43.982 1 .000 .000
AUD .680 .700 .944 1 .331 1.975
Constant -5.982 .841 50.616 1 .000 .003
23
Model 2
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a IFRS -.832 .627 1.760 1 .185 .435
FRG2 .634 .614 1.064 1 .302 1.885
SIZE .000 .000 2.807 1 .094 1.000
DER -.005 .027 .039 1 .844 .995
ROA -24.699 3.634 46.185 1 .000 .000
AUD .591 .696 .721 1 .396 1.805
Constant -5.535 .721 58.954 1 .000 .004
Sumber: Data diolah
Keterangan: LNEG: Indikator Timely Loss Recognition, IFRS: kategorial perusahaan yang
menerapkan SAK konvergensi IFRS, FRG1: persentase kepemilikan saham perusahaan oleh
pihak asing, FRG2: dummy variable untuk kepemilikan saham asing yang berdomisili di
negara tax haven, SIZE: total aset perusahaan, DER: total liabilitas dibagi dengan total
ekuitas ROA: laba bersih setelah pajak dibagi dengan rata-rata total aset, AUD: indikator
kualitas audit.
top related