Transcript
PEMBERITAANPEMBERITAAN
Kinerja Produser dalam Dokumenter Televisi Kingdom Animalia Edisi The Dogs
Avindo Tanzano, Siti Asiatun
Penggunaan Bahasa Tutur dalam Penulisan Naskah Feature Televisi
Dwi Budi Astuti, Bambang Sujarwadi
Kreativitas Pengarah Acara dalam Pengambilan Gambar dengan Tipe Shot dan Gerakan Kamera pada Program Feature Televisi Tokoh Kita Edisi Ritme Kehidupan
Bernadeta Vemi Astiti, Basirun
Penerapan Elements Of The Shot dalam Feature Televisi “Eloknya Negeriku” Episode Kilau Macapat Permata Jawa
Aisyah Salsabila, Darjito Chadori
Nita Ayu Pratiwi, Dwi Korina Relawati
Gaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso Nilo
Iffa Karima, Kusumo Gambriyanto
Penggunaan Gaya Bahasa Paradoks dan Ironi “Penyu Di Ambang Senja”
Pengembangan Ide Produser melalui PerspektifPsikologi pada Dokumenter Televisi Ironi Kentang
Maulida Arbaningsih, Nunuk Parwati
Implementasi Komposisi Visual Developing Shot dalam Program Dokumenter Televisi “Ragam Warna Nusantara” Edisi Garebeg (Syiar Islam dalam Budaya Keraton Ngayogyakarta)
Moch Yanuar Ischaq, Sudono
Volume 2 Nomor 1 Agustus 2016
Diterbitkan oleh :
PENANGGUNG JAWAB PENERBITANProf. Dr. Gati Gayatri, MA
REDAKTURDrs. Kusumo Gambriyanto, M.Si
EDITORDra. Rakhmawati, MM
Dra. Widhihatmini, MA
Edi Giantoro, SE, M.Si
Drs. Bambang Sujarwadi, M.Pd
Dr. Drs. Sudono, M.Si
Dra. Nunuk Parwati, MM
SEKRETARIATTarjana, S.IP, M.Si
Dra. Sri Liyana Hadi
Ratri Nugrahini, S.Pd
Siti Sarifah, SPT, M.Si
Winarni, SE
Eko Rudi Raharjo
MITRA BESTARIDr. Subhan Afifi, M.Si (Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta)
Dr. Basuki Agus Suparno, M.Si (Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta)
Muhammad Edy Susilo, M.Si (Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta)
Senja Yustitia, M.Si (Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta)
ALAMAT PENERBIT/REDAKSISekolah Tinggi Multi Media "MMTC”
Jl. Magelang Km 6 Yogyakarta
E-mail : Info@mmtc.ac.id
Web : www.mmtc.ac.id
ISSN 2460-6251
JURNAL ILMIAH PEMBERITAANVolume 2 Nomor 1 Agustus 2016
ABSTRAK
Skripsi penciptaan karya produksi dokumenter ini membahas tentangbagaimana kinerja Produser
dalam Dokumenter Televisi Kingdom Animalia edisi The Dogs. Baik tidaknya dan berhasil tidaknya
sebuah karya produksi ditentukan oleh kinerja seorang produser dalam memberikan informasi dan
edukasi yang mengacu dalam menciptakan sebuah karya. Seorang produser dalam proses penciptaan
karya produksinya mengacu pada Standart Operasional Prosedur ( SOP ) melalui tahap Pra produksi,
Produksi dan Paska produksi.Hasil produksi dalam Sequence 1 ini mendeskripsikan mengenai fakta-
fakta mengenai sisi lain kehidupan anjing. sequence kedua, perdagangan daging anjing untuk bahan
konsumsi yang tidak jelas standar kesehatannya berpotensi menjadi faktor penyebaran virus rabies
,sequence terakhir, penulis memaparkan tentang bentuk kepedulian terhadap hewan anjing. Ide ini
dipilih karena memiliki nilai berita penting, yaitu perdagangan daging anjing ilegal merupakan salah
satu faktor potensial mewabahnya virus rabies. Karya produksi ini memberikan inspirasi informasi dan
edukasi bagi masyarakat.
Kata kunci: Produser, performance, dokumenter
ABSTRACT
This journal discusses the performance of Producer in television documentary Kingdom Animalia
edition of The Dogs. The success of a program production is determined by producer performance in
giving information and education while creating a program. Producer in production process refers to
the Standard Operational Procedure (SOP); it has gone through pre production, production and post
production. Sequence one of this production tells about the facts of a dog's life. The second sequence
discusses the dog meat trading as for consumer goods that are not having health standards could
potentially be a factor in the spread of rabies virus. Then, the last sequence explains about the concerns
of dog. This idea is selected since it has news value, that is the illegal dog meat trading as it could
potentially be a factor in the spread of rabies virus. This program production gives inspiration and
education to the public.
Keywords: Producer, performance, documentary
1
1 - 5
daftar isi
Jurnal Ilmiah
PemberitaanSekolah Tinggi Multi Media “MMTC” Yogyakarta
Jurnal Ilmiah Pemberitaan | Volume 2 Nomor 1 Agustus 2016
Volume 2 Nomor 1 Agustus 2016
KINERJA PRODUSER DALAM DOKUMENTER TELEVISI KINGDOM ANIMALIA EDISI THE DOGS
Oleh : Avindo Tanzano
Siti Asiatun
Kinerja Produser dalam Dokumenter Televisi Kingdom Animalia Edisi The DogsAvindo Tanzano, Siti Asiatun
6 - 12
Penggunaan Bahasa Tutur dalam Penulisan Naskah Feature Televisi Dwi Budi Astuti, Bambang Sujarwadi
Kreativitas Pengarah Acara dalam Pengambilan Gambar dengan Tipe Shot dan Gerakan Kamera pada Program Feature Televisi Tokoh Kita Edisi Ritme KehidupanBernadeta Vemi Astiti, Basirun 13 - 27
Penerapan Elements Of The Shot dalam Feature Televisi “Eloknya Negeriku” Episode Kilau Macapat Permata JawaAisyah Salsabila, Darjito Chadori 28 - 39
Nita Ayu Pratiwi, Dwi Korina Relawati
Gaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso Nilo
40 - 52
53-62Iffa Karima, Kusumo Gambriyanto
Penggunaan Gaya Bahasa Paradoks dan Ironi “Penyu Di Ambang Senja”
Pengembangan Ide Produser melalui PerspektifPsikologi pada Dokumenter Televisi Ironi KentangMaulida Arbaningsih, Nunuk Parwati 63 - 71
Implementasi Komposisi Visual Developing Shot dalam Program Dokumenter Televisi “Ragam Warna Nusantara” Edisi Garebeg (Syiar Islam dalam Budaya Keraton Ngayogyakarta)
72 - 83Moch Yanuar Ischaq, Sudono
(emosional) dan belahan otak kiri (logika).
Oleh karena itu, penulis memanfaatkan
kedua belahan otak kanan dan kiri agar bisa
menciptakan ‘narasi’ yang memuaskan.
Penulis naskah memiliki peran penting
dalam sebuah karya produksi sebab harus
mampu mendeskripsikan apa yang terjadi ke
dalam bentuk tulisan. Sumadiria (2006:
146), mengatakan bahwa: “seorang jurnalis
berkualitas, dituntut tidak saja menguasai
teknik jurnalistik seperti aspek-aspek peli-
putan, tetapi juga disyaratkan menguasai
teknik dan aspek-aspek kepenulisan”.
Pengemasan naskah indepth report tidak
cukup mengedepankan 5W + 1H saja, me-
lainkan harus didukung dengan pengolahan
kata yang baik dan menggunakan gaya
bahasa tertentu. Dari sekian banyak jenis
gaya bahasa, khusus untuk karya indepth
report ini, dipiilih gaya bahasa Pertentangan
untuk lebih menguasai dan mendalami kon-
ten yang membahas sebuah konflik dengan
memilih gaya bahasa jenis Paradoks dan
Klimaks.
Gaya bahasa Paradoks menurut
Sumadiria (2006: 158) adalah "suatu per-
nyataan yang bagaimanapun diartikan pasti
akan selalu berakhir dengan pertentangan.
Paradoks merupakan gaya bahasa yang
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penciptaan
Penyajian informasi melalui program
televisi saat ini semakin pesat dan beragam,
salah satunya dengan menggunakan format
indepth report. Melalui format tersebut,
informasi yang disajikan akan lebih menda-
lam, sehingga informasi memungkinkan
untuk berkembang dan mampu menggam-
barkan fakta secara tepat.
Dalam karya produksi Konflik Belalai
Tesso Nilo dengan format penyajian indepth
report mengangkat kehidupan konservasi
Gajah Sumatera di Taman Nasional Tesso
Nilo. Gajah Sumatera (Elephan Maximus
Sumatranus) adalah subspesies dari gajah
Asia yang hanya berhabitat di pulau
Sumatera, salah satunya di Provinsi Riau.
Provinsi Riau sendiri memiliki delapan kan-
tong gajah dan dua diantaranya berada pada
Taman Nasional Tesso Nilo yang sekarang
terancam punah akibat perambahan.
Dalam karya produksi dokumenter
dengan judul “Indonesian Stories” edisi
“Konflik Belalai Tesso Nilo”, peran yang diam-
bil adalah sebagai Script Writer atau Penulis
Naskah. Komaidi (2007: 29) menyatakan
bahwa: “menulis adalah aktivitas seluruh
otak yang menggunakan belahan otak kanan
ABSTRAK
Dalam mewujudkan karya indepth report diperlukan beberapa unsur termasuk penerapan gaya
bahasa dalam naskah untuk memberikan penguatan pesan dan kesan. Gaya bahasa paradoks dan
klimaks tepat kiranya untuk menggambarkan alur cerita indepth report yang bersifat pro dan kontra,
misal memberikan kalimat penegasan pada suatu kejadian. Proses produksi dimulai dari riset melalui
internet sebagai data awal tentang konflik di Tesso Nilo kemudian dilakukan observasi langsung ke
lapangan. Dari hasil observasi, produksi dilakukan dengan mengumpulkan data dari wawancara
dengan narasumber.
Setelah produksi selesai, masuk pada tahap pengolahan data diawali dengan menulis hasil
wawancara yang kemudian disusun menjadi sebuah naskah indepth report. Naskah dikemas dengan
alur naik-turun yang digambarkan dalam bentuk grafik alur cerita. Dari keempat sequence, tiga
diantaranya merupakan bagian dari sub angle yang memiliki tingkat klimaks di tiap sequence. Setelah
melalui pengecekan naskah akhir oleh produser dan pengarah acara, barulah dilakukan dubbing,
selanjutnya diedit sesuai naskah dengan menambahkan atmosfir, ilustrasi musik, statement
narasumber, grafis, dengan durasi 22 menit.
Melalui gaya bahasa paradoks klimaks, penyampaian pesan melalui naskah indepth report ini
mampu bercerita secara apa adanya tentang permasalahan yang menimpa Gajah di Tesso Nilo. Karya
ini dapat menginspirasi audience agar memperhatikan keseimbangan ekosistem antar sesama
makhluk hidup.
Kata kunci : indepth report, Naskah, Paradoks Klimaks.
ABSTRACT
In creating in-depth report program, several elements including the implementation of figurative
language are needed. This is to give emphasis on messages and impressions. Paradox and climax
figurative languages are the appropriate choice to describe the storyline of in-depth report that
contains pros and cons. It can give affirmation in a sentence. The production process begins with
internet research as the initial data about conflict in Tesso Nilo. Based on the observation result, then
data collection from interview with source person is conducted.
After the production process has finished, then data processing is conducted by resuming the
interview result arranged as an in-depth report script. The script is presented with heaving groove
depicted in graphic form the storyline. Three out of four storylines are sub angles which have climax in
each sequence. After the producer and program director conducted last checking then dubbing is
conducted. The next is editing process by adding atmosphere, music illustration, source person
statement, graphics, and finally it has 22 minutes duration.
Through the use of paradox climax figurative language, this in-depth report script can convey the
problems in Elephant of Tesso Nill as the way it is. This program production can inspire audience to
preserve the ecosystem.
Keywords: in-depth report, Script, Paradoc Climax
40 41
GAYA BAHASA PARADOKS DAN KLIMAKS DALAM PENULISAN NASKAH INDEPTH REPORT TELEVISI
INDONESIAN STORIES EDISI KONFLIK BELALAI TESSO NILO
Gaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso Nilo
Oleh :Nita Ayu Pratiwi
Dwi Korina Relawati
tanggung jawab penuh atas segala
yang terjadi di dalam kawasan. Namun
faktanya sampai sekarang perambah
masih menetap dan semakin berkem-
bang di Tesso Nilo. Jalur yang dulunya
merupakan akses milik perusahaan
hutan produksi menjadi ‘pintu masuk’
bagi perambah. Sampai saat ini,
hampir 60% dari luas kawasan telah
dirambah.
g. Syamsidar, Humas World Wildlife Fund
(WWF) Riau yang memberikan infor-
masi terkait kebakaran hutan yang
terjadi di dalam kawasan Taman
Nasional Tesso Nilo. Hal tersebut
diketahuinya dari rekaman kamera
trap yang dipasang di beberapa titik di
dalam kawasan yang berguna untuk
mengetahui daerah perlintasan
Harimau dan Gajah.
h. Syamsuardi, Koordinator Mitigasi
Konflik Gajah dan Harimau World
Wildlife Fund (WWF) Riau yang mem-
berikan keterangan tentang konflik
Gajah dan manusia di Taman Nasional
Tesso Nilo. Syamsuardi sangat menya-
yangkan atas fenomena konflik Gajah
dan manusia ini. Padahal seharusanya
Gajah harus dilindungi karena kebera-
dannya yang sangat penting sebagai
petani hutan atau penyebar bibit.
Namun tidak banyak orang yang sadar
sehingga Gajah terus menjadi korban.
Oleh karena itu, World Wildlife Fund
(WWF) bekerjasama dengan pihak
Balai Konservasi Sumber Daya Alam
(BKSDA) Riau membuat sebuah upaya
mitigasi dalam menangani konflik
dengan membentuk tim Flying Squad.
Air Hitam di dalam kawasan sejak
tahun 2000. Dorus yang memiliki la-
han kelapa sawit seluas 2 Ha di dalam
kawasan ini mengakui keberadaannya
legal atau sah.
d. Tengku Effendi, Tokoh Masyarakat di
Lubuk Kembang Bunga. Walaupun
bukan sebagai dalang atau pelaku,
namun Tengku Effendi mengetahui
informasi tentang proses jual beli
lahan di dalam kawasan Taman
Nasional Tesso Nilo. Menurut Effendi,
secara adat tidak ada istilah hitung-
hitungan jual beli namun diganti de-
ngan istilah 'uang pancung alas'.
Biasanya para perambah bertemu
dengan pemangku adat setempat
yang biasa disebut 'Batin' untuk
melakukan proses transaksi tersebut.
e. Edward Rahadian, Polisi Hutan Wila-
yah I Taman Nasional Tesso Nilo dari
pihak Balai Taman Nasional Tesso Nilo
(BTNTN). Di dalam kawasan terdapat
18 anggota polisi hutan yang bertugas
di II wilayah. Hal itu tidak sepadan
dengan luas wilayah kawasan sendiri
mencapai yang mencapai 83.000
Hektar. Diperlukan setidaknya 60
anggota polisi hutan dengan rasio
seorang polisi yang menjaga kawasan
seluas 1.500 Hektar. Hal inilah yang
menjadi kendala pihak Balai Taman
Nasional Tesso Nilo (BTNTN) dalam
mengatasi perambahan.
f. Hutomo, Wakil Kepala Balai Taman
Nasional Tesso Nilo. Pihak Balai Taman
Nasional Tesso Nilo (BTNTN) yang
menjadi Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) bagi Gajah tentu memiliki
mengandung pertentangan nyata dengan
fakta-fakta yang ada".
Sedangkan penerapan gaya bahasa
Klimaks menurut Sumadiria (2006: 158)
adalah: "Klimaks menunjukkan suatu urutan
peristiwa atau penyampaian gagasan secara
kronologis. Klimaks berbicara dari yang ter-
bawah sampai yang tertinggi atau titik
puncak. Dari awal sampai akhir”. Oleh
karena itu penggunaan gaya bahasa Klimaks
sangat tepat untuk diterapkan mengingat
konten dari program Indepth report yang
diproduksi juga mengandung pertentangan
untuk membangun pandangan dan emosi
audience.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam
penciptaan karya produksi indepth report
televisi “Indonesian Stories” edisi Konflik
Belalai Tesso Nilo ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Pada pembuatan skripsi karya produk-
si ini, pengumpulan data dilakukan de-
ngan menggunakan teknik observasi dan
wawancara. Luwi (2011:95) mengemu-
kakan bahwa, "penulisan informatif
bertumpu pada fakta dan fakta yang
paling meyakinkan adalah yang dihimpun
wartawan dengan cara observasi
langsung. Wartawan yang mengamati
langsung suatu peristiwa dapat membuat
cerita itu menjadi hidup".
Pada produksi ini, penulis melakukan
observasi dengan mendatangi langsung
Taman Nasional Tesso Nilo. Selain itu,
juga mendatangi Balai Taman Nasional
Tesso Nilo (BTNTN), Taman Nasional
Tesso Nilo dan World Wildlife Fund
(WWF) Riau. Dengan mengunjungi ketiga
tempat tersebut, data yang diperoleh
semakin berkembang karena dilakukan
wawancara dengan pihak-pihak terkait,
seperti bagaimana kondisi Taman
Nasional Tesso Nilo saat ini akibat
perambahan yang mengakibatkan teran-
camnya habitat Gajah di dalamnnya dan
bagaimana keseharian Gajah di Taman
Nasional Tesso Nilo.
2. Wawancara
Adapun wawancara dengan nara-
sumber yang dilakukan yaitu:
a. Adrianto, Mahout atau Perawat Gajah
di Flying Squad. Penulis bertemu
dengan Adrianto yang merupakan
mahout pertama dalam tim Flying
Squad sejak tahun 2008. Sebagai
seorang mahout, keberadaannya ten-
tu sangat berpengaruh besar terhadap
keberlangsungan hidup Gajah jinak di
dalam kawasan Taman Nasional Tesso
Nilo.
b. Ruswanto, Koordinator Lapangan tim
Flying Squad yang biasa memimpin
patroli Gajah. Patroli Gajah dilakukan
sebagai salah satu upaya mitigasi
untuk menangani konflik Gajah dan
manusia di Tesso Nilo. Sesuai dengan
namanya, patroli untuk mengiden-
tifikasi keberadaan Gajah, terutama di
pintu-pintu masuknya Gajah liar ke
kawasan perambahan yang dilakukan
oleh Gajah jinak bersama tim Flying
Squad yang berisi para mahout atau
perawat Gajah.
c. Dorus, Perambah di Taman Nasional
Tesso Nilo yang telah menetap di desa
42 43
Gaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso NiloGaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso Nilo
nalkan serta memperbandingkan suatu
benda atau hal tertentu dengan benda
atau hal lain yang lebih umum”.Dari
banyaknya ragam bahasa, bahasa yang
digunakan setiap penulis dan jurnalis bisa
memiliki kesamaan, namun gayanya pasti
yang berlainan. Oleh sebab itulah
terciptanya beberapa bentuk gaya bahasa
dalam karya jurnalistik. Namun, dari
keempat jenis gaya bahasa yang ada,
penulis akan lebih konsen mengambil
gaya bahasa pertentangan. Gaya bahasa
ini dipillih karena menurut Sumadiria
(2006:153), “sesuai dengan namanya
yaitu membandingkan dua hal yang
berlawanan atau bertolak belakang”.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Karya
Pada karya produksi skripsi Gaya
Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam
Penulisan Naskah Program Indepth
Report Televisi "Indonesian Stories" Edisi
"Konflik Belalai Tesso Nilo", penulis
sebagai penulis naskah membuat karya
ini dengan pemaparan fakta yang
mendalam melalui naskah yang dikemas
dengan gaya bahasa jenis pertentangan
agar dapat menggambarkan cerita secara
tegas dan lugas.
Penulis menerapkan gaya bahasa
pertentangan dengan memilih majas
paradoks dan klimaks sebagai penyampai
pesan. Adapun uraian dari tahap awal
hingga akhir adalah sebagai berikut:
1. Tahap Awal
Pada tahap awal karya produksi
penulis yang berjudul "Konflik Belalai
mengakibatkan timbulnya umpan balik,
baik secara langsung maupun tidak
langsung.
B. Indepth News
Askurifai (2006: 94) menjelaskan,
“Berita mendalam (Indepth news) meru-
pakan uraian fakta dan atau pendapat
yang mengandung nilai berita, dengan
menempatkan fakta dan atau pendapat
itu pada mata rantai dan merefleksi-
kannya dalam konteks permasalah yang
lebih luas.” Fakta dan atau pendapat itu
dilihat dari banyak sudut atau aspek
sehingga bersifat multilinier.
C. Penulis Naskah
Menurut Fachruddin (2012:5), tugas
seorang penulis naskah adalah, "Jika seo-
rang produser tidak menulis langsung
script atau naskah programnya, maka
produser tersebut harus memperker-
jakan seorang penulis naskah. Penulis
naskah harus bisa menerjemahkan ide
yang ada dikepala sang produser. "Oleh
karena itu, penulis dalam menulis naskah
benar-benar harus memperhatikan
bagaimana penataan bahasa yang kemu-
dian harus bisa sinkron dengan alur
ceritanya. Naskah ditulis dengan gaya
yang ringan dan bahasa yang sederhana
sehingga dapat dibaca dengan singkat
dan mudah, karena sebuah kalimat bukan
untuk dibaca melainkan untuk dicerita-
kan kepada pemirsa.
D. Gaya Bahasa Jurnalistik
Gaya bahasa menurut Sumadiria
(2008:145), “Gaya bahasa adalah bahasa
indah yang dipergunakan untuk mening-
katkan efek dengan jalan memperke-
D. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
a. Menciptakan karya indepth report
televisi dengan menampilkan gaya
bahasa paradoks dan klimaks dalam
penulisan naskahnya. Dengan meng-
gunakan kedua jenis gaya bahasa
pertentangan tersebut, penulis mewu-
judkan gaya bercerita agar lebih
mudah diterima oleh audience.
b. Menyajikan tayangan indepth report
dengan memaparkan fakta- fakta yang
ada sehingga pesan yang disampaikan
melalui audio visual ini dapat meng-
gambarkan pentingnya menjaga ke-
harmonisan antara manusia dan alam.
c. Mewujudkan karya untuk pelestarian
satwa sebagai bentuk kepedulian dan
perlindungan untuk Gajahdalam
penciptaan Indepth report Televisi.
2. Manfaat
a. Bagi Masyarakat
Memperoleh tayangan mendidik dan
menarik tentang berbagai masalah di
Indonesia, khususnya tentang pen-
tingnya menjaga kekayaan yang dimi-
liki Indonesia, baik tradisi, budaya,
flora, fauna dan SDA lainnya.
b. Bagi Lembaga STMM “MMTC ”
Yogyakarta
Menambah arsip, dokumen, ataupun
program acara dalam bentuk audio
visual di Perpustakaan Sekolah Tinggi
Multi Media “MMTC” Yogyakarta,
sehingga dapat dimanfaatkan oleh
pihak lain sebagai referensi dan
apresiasi.
c. Bagi Penulis
1. Mampu mengolah kreatifitas penu-
lis dalam penggunaan gaya bahasa
paradoks dan klimaks dalam
menulis naskah indepth report.
2. Mampu bekerjasama dengan tim
dalam menciptakan karya produksi
indepth report televisi tentang
pelestarian Gajah Sumatra.
3. Mampu menginformasikan kepada
masyarakat tentang pentingnya
menjaga flora dan fauna yang
menjadi kekayaan tersendiri bagi
bangsa Indonesia.
II. TEORI
Beberapa teori dignakan sebagai acuan,
dan referensi, dalam mengembangkan ide,
untuk membuat karya produksi indepth
report televisi Konflik Belalai Tesso Nilo.
Landasan teori yang penulis gunakan, yaitu:
A. Komunikasi Massa
Dalam hal ini, penulis menerapkan
proses komunikasi massa di mana penulis
naskah memaparkan data-data yang
disajikan melalui narasi untuk diberikan
ke masyarakat melalui media televisi ber-
bentuk audio visual. Menurut Lasswell
dalam Kuswandi (1996:17) bahwa,
"proses komunikasi yang berbunyi "Who,
says what, to whom, in which channel,
and with what effect?", secara langsung
menggambarkan bahwa proses komuni-
kasi seseorang memerlukan media".
Komunikasi massa secara tegas memper-
lihatkan bahwa dalam setiap pesan yang
disampaikan televisi, tentu saja mempu-
nyai tujuan khalayak sasaran yang akan
44 45
Gaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso NiloGaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso Nilo
Grafik tersebut bersifat naik turun
yang dibangun melalui style (gaya), mood
(suasana), dan tone (nada)dalam penu-
lisan naskahnya untuk menghidupkan
alur cerita. Angka 22 pada grafik di atas
menggambarkan durasi dari karya
indepth report yaitu 22 menit sedangkan
keterangan paradoks dan klimaks di
sebelah kiri merupakan gaya bahasa yang
penulis terapkan dalam naskah indepth
report ini. Dari grafik di atas dapat dije-
laskan bahwa alur naik turun ditentukan
oleh paradoks dan klimaks yang penulis
terapkan di menit-menit tertentu. Se-
dangkan dari menit 14 ke 18 yang tidak
terjadi kenaikan maupun penurunan dan
bersifat datar tersebut memiliki arti
bahwa dalam menit itu tidak terdapat
gaya bahasa yang digunakan sehingga
alurnya turun dan stabil. Penulis juga
menempatkan klimaks cerita di menit
ketujuh saat menjelaskan tentang keba-
karan hutan.
adanya tumpang tindih antara
manusia dan gajah. Penulis lebih
ingin menyadarkan masyarakat
akan pentingnya melindungi dan
melestarikan Gajah Sumatera.
Syamsuardi dari World Wildlife
Fund (WWF) Riau juga membe-
narkan hal tersebut karena peran
Gajah sangat penting dalam kehi-
dupan ekosistem dalam hutan.
B. Analisis Karya
Pada skripsi karya produksi ini, penulis
menerapkan gaya bahasa paradoks dan
klimaks. Penulis menyampaikan narasi
dengan gaya bahasa jenis pertentangan
tersebut untuk mendukung hidupnya alur
cerita yang akan penulis sampaikan pada
audience. Alur cerita yang digunakan
penulis dalam produksi karya indepth
report ini bersifat naik turun yang telah
dijabarkan melalui grafik:
Tesso Nilo" ini, ditampilkan eye catcher
sebagai pembuka yang berupa gam-
baran cuplikan tayangan secara utuh.
Eye catcher dibuat semenarik mungkin
agar pemirsa memiliki rasa ingin tahu
untuk menyaksikan tayangan ini sam-
pai selesai. Eye catcher yang memiliki
durasi 15 detik ini merupakan
potongan-potongan gambar yang
didukung musik ilustrasi sebagai
ajakan untuk audience menyaksikan
tayangan ini.
a) Sequence 1
Pada sequence satu menjelaskan
tentang rusaknya ekosistem dalam
Taman Nasional Tesso Nilo. Penulis
mengawali narasi dengan penge-
nalan dan pemaparan potensi alam
yang dimiliki Riau. Taman Nasional
Tesso Nilo yang masih terhitung
dalam provinsi Riau ini terancam
keberadaannya akibat peram-
bahan. Penyalahgunaan lahan di
dalam kawasan Taman Nasional
tentu akan mengganggu ekosistem
didalamnya. Para perambah yang
masuk ke dalam kawasan Tesso Nilo
tidak hanya merusak hutan, bahkan
mereka telah menempati home-
range atau rumah gajah. Padahal
dari ke delapan kantong Gajah
Sumatera, 2 kantong Gajah
Sumatera terbesar berada di Taman
Nasional Tesso Nilo. Namun kebera-
daan mereka sekarang terancam
akibat perambahan.
b) Sequence 2
Sequence dua menjelaskan
tentang perambahan di Tesso Nilo
yang semakin meluas. Penulis
menceritakan awal mula bagai-
mana perambah bisa masuk ke
Tesso Nilo. Diperkuat dengan
statement Hutomo dari pihak Balai
Taman Nasional Tesso Nilo yang
memaparkan bahwa perambah
yang masuk ke dalam kawasan
melalui jalur-jalur perusahaan yang
dulunya berada di Tesso Nilo.
c) Sequence 3
Pada sequence tiga menjelaskan
tentang bagaimana cara perambah
menguasai Taman Nasional Tesso
Nilo. Pembukaan lahan menjadi
langkah awal yang dilakukan
perambah untuk dapat tinggal di
dalam kawasan. Penulis memberi-
kan klimaks cerita pada statement
Syamsidar dari pihak World Wildlife
Fund (WWF) Riau yang menjelaskan
tentang proses kebakaran hutan
yang dilakukan perambah. State-
ment tersebut didukung oleh visual
semak belukar yang terbakar dan
merambat sehingga emosi audien-
ce terbangun karena merasa meli-
hat langsung kejadian tersebut.
4) Sequence 4
Pada sequence empat menje-
laskan tentang akibat semakin
banyaknya perambah di Tesso Nilo
akhirnya Gajah dianggap hama di
rumahnya sendiri. Hal tersebut
diperkuat dengan adanya data
bahwa kematian gajah terus terjadi
setiap tahun. Perebutan lahan di
dalam satu kawasan membuat
46 47
Grafik Alur Cerita
Gaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso NiloGaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso Nilo
KONTRAK ATAS PENGELOLAAN
HUTAN TERSEBUT TELAH HABIS
D A N K E M U D I A N M E N T E R I
KEHUTANAN MEMPERSIAPKAN
KAWASAN INI MENJADI TAMAN
NASIONAL TESSO NILO PADA
BULAN JUNI TAHUN 2004//
OLEH KARENA ITU/ BANYAK JALUR
YA N G T E R B U K A S E H I N G G A
PERAMBAH DENGAN MUDAH
MASUK KE WILAYAH INI// HAL
INILAH YANG MENJADI PENYEBAB
PERAMBAHAN MAKIN MELUAS DI
KAWASAN TAMAN NASIONAL
TESSO NILO//
Kalimat di atas termasuk jenis
gaya bahasa klimaks di mana
menceritakan secara runtut ten-
tang suatu peristiwa sampai berada
di titik klimaks. Penulis memapar-
kan dari Tesso Nilo yang dulunya
merupakan kawasan hutan produk-
si, lalu bagaimana alih fungsinya
menjadi taman nasional yang
kesinambungannya dengan jalur
bekas perusahaan tadi sehingga
perambah memanfaatkan jalur-
jalur tersebut untuk masuk ke
dalam kawasan Taman Nasional
Tesso Nilo.
4. Sequence 3
Pada sequence tiga membahas
tentang bagaimana cara perambah
masuk dan menguasai Taman Nasional
Tesso Nilo. Dalam pengemasannya,
penulis menempatkan sequence tiga
sebagai klimaks dari alur cerita karya
S E M A K I N K R I S I S K A R E N A
LAHANNYA TELAH DIRUSAK SELUAS
50.000 HEKTAR/ ATAU HAMPIR 60
PERSEN DAERAHNYA TELAH
DIRAMBAH//
Kalimat di atas mengandung
majas paradoks. Kata kunci dari
adanya kalimat paradoks adalah
terletak pada kata penghubung di
dalam sebuah kalimat.
2) Naskah nomor 12
M E R E K A D E N G A N S E N G A JA
MERUSAK HABITAT PENGHUNI
HUTAN DEMI KEPENTINGANNYA
SENDIRI//
Inti dari kalimat di atas adalah
manusia tidak peduli dengan ling-
kungan yang seharusnya dia jaga
dengan baik demi keselarasan
hidup. Penulis sengaja menuliskan
dan menyudutkan perambah
karena manusia rela menghalalkan
segala cara untuk kepentingannya
sendiri tanpa memperhatikan
keberadaan makhluk hidup lain.
Penyampaian pesan melalui gaya
bahasa paradoks adalah tegas,
sehingga kalimat yang digunakan
sederhana namun memiliki arti
penting agar informasinya dapat
l a n g s u n g d i m e n g e r t i o l e h
audience.
b. Gaya Bahasa Klimaks
1) Naskah nomor 9
TAMAN NASIONAL TESSO NILO
DULUNYA MERUPAKAN KAWASAN
HUTAN PRODUKSI TERBATAS//
NAMUN PADA TAHUN 2002/
Dalam setiap sequence, penulis
menjelaskan makna yang terkandung
dalam tiap kalimat yang menggunakan
majas paradoks dan klimaks. Berikut
penjabarannya:
1. Eye Catcher
Eye Catcher ditempatkan sebagai
tayangan pembuka agar menarik minat
audience untuk menyaksikan tayangan
ini. Oleh karena itu, penulis memilih
visual yang dapat menggambarkan kese-
luruhan isi cerita yang disingkat dalam
durasi 15 detik, seperti:
a) Kebakaran hutan
b) Aktivitas perusahaan pengolahan
minyak mentah
c) Bangkai Gajah
d) Orang menebang pohon
e) Api yang merambat ke semak belukar
f) Sekumpulan Gajah yang menyebrang
jalan bersama-sama
g) Gajah mandi di sungai
h) Gajah makan rumput
Penulis naskah tidak menyisipkan
narasi dan statement narasumber pada
eye catcher. Visual yang disajikan didu-
kung oleh musik ilustrasi yang mampu
menggambarkan apa informasi yang akan
disampaikan oleh penulis melalui karya
produksi indepth report ini.
2. Sequence 1
Penulis memperkenalkan Riau dengan
kekayaan alam yang dimilikinya yaitu
kelapa sawit dan karet. Pada sequence
pertama, penulis menyampaikan penge-
nalan dari alur cerita ini yang menggam-
barkan tentang adanya kasus peram-
bahan yang mengganggu ekosistem di
Taman Nasional Tesso Nilo. Namun dalam
sequence pertama ini, penulis hanya
menuliskan kalimat yang mengandung
majas paradoks terlebih dahulu sebagai
pengantar cerita. Berikut penjabarannya:
a. Gaya Bahasa Paradoks
Naskah nomor 7
NAMUN DARI KEKAYAAN ALAM ITU /
MASIH BANYAK ORANG YANG
KEMUDIAN MENYALAHGUNAKAN-
N YA / / S E M UA H U TA N T E R U S
DIRUSAK/ BAHKAN TAMAN NASIONAL
P U N T A K L U P U T U N T U K
DIBUMIHANGUSKAN//
Kalimat yang mengandung majas
paradoks dapat ditunjukkan dengan
penggambaran kalimat yang memiliki
makna sebab dari sebuah peristiwa.
3. Sequence 2
Pada sequence dua, penulis ingin
menunjukkan pengakuan pihak Balai
Taman Nasional Tesso Nilo terkait
keberadaan perambah di dalam kawa-
san. Balai Taman Nasional Tesso Nilo
seharusnya bertanggungjawab penuh
atas apa yang terjadi di Tesso Nilo.
Penulis menyampaikan pesan de-
ngan memberikan majas klimaks terle-
bih dahulu pada awal sequence karena
menceritakan awal mula Tesso Nilo
berdiri pada sepuluh tahun silam sampai
pada kondisinya yang saat ini semakin
kritis.
a. Gaya Bahasa Paradoks
1) Naskah nomor 11
CELAKANYA/ SELAMA LEBIH DARI
SEPULUH TAHUN BERDIRI/ KONDISI
TAMAN NASIONAL TESSO NILO
48 49
Gaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso NiloGaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso Nilo
ke memaksa perambah agar segera
pergi dengan cara yang kasar. Kali-
mat paradoks memang seharusnya
secara singkat, padat dan jelas agar
pesan informasi maupun dampak-
nya dapat langsung dimengerti oleh
audience.
3) Naskah nomor 37
BILA KASUS PERAMBAHAN TIDAK
DISELESAIKAN SECARA CEPAT/
MASIHKAH TAMAN NASIONAL
TESSO NILO MENJADI RUMAH
YANG LAYAK BAGI GAJAH?//
Penyampaian kalimat yang
menggunakan majas paradoks di
atas menjadi akhir dari alur cerita
karya indepth report ini. Penulis
mengemas kalimat tersebut meng-
gunakan kalimat tanya yang seder-
hana namun memiliki ketegasan
tersendiri untuk menyadarkan
audience.
b. Gaya Bahasa Klimaks
1) Naskah nomor 26
LAHAN YANG SEMULA MERU-
PAKAN TEMPAT GAJAH MENCARI
MAKAN KINI TELAH MENJADI
KEBUN SAWIT BAHKAN RUMAH
WARGA// AKIBATNYA/ GAJAH
MEMAKAN AREAL PERTANIAN
KEBUN MILIK WARGA SAMPAI
MASUK DAN MENGACAK-NGACAK
RUMAH WARGA//
Penulis ingin menyampaikan
bagaimana perebutan lahan antara
gajah dan manusia yang berujung
pada konflik sampai punahnya
gajah. Sama seperti majas para-
doks, penggunaan majas klimaks
Penulis ingin menggambarkan
bagaimana proses perambah mem-
buka lahan yang juga diperkuat oleh
statement Syamsidar yang mence-
ritakan proses terjadinya kebakaran
hutan yang terekam oleh kamera
trap.
5. Sequence 4
Sequence empat merupakan akhir dari
rangkaian cerita dalam karya produksi
indepth report ini. Pada akhir cerita, pe-
nulis mengemas naskah dengan kalimat
pertanyaan agar audience yang dapat
menyimpulkan sendiri bagaimana infor-
masi yang telah disampaikan penulis dan
tim dalam karya indepthreport ini.
a. Gaya Bahasa Paradoks
1) Naskah nomor 26
SEMENJAK ITULAH GAJAH DIANG-
GAP SEBAGAI HAMA// GAJAH
DIBURU BAHKAN DIRACUN//
Kalimat di atas merupakan ma-
jas paradoks di mana kalimatnya
mengandung penegasan yang
menyatakan sebuah akibat. Kalimat
paradoks dapat menggambarkan
subjek cerita yang dikisahkan
sedang menghadapi keadaan atau
tekanan tertentu.
2) Naskah nomor 35
BAHKAN BILA PERLU/ PERANG
SEKALIPUN//
Penulis menegaskan bahwa
permasalah perambahan ini sudah
berada di tingkat bahaya sampai
harus perang sekalipun. Bukan lagi
peringatan, penggiringan ataupun
pengusiran. Namun lebih bersifat
indepthreport ini yaitu kebakaran hutan
yang dilakukan oleh perambah untuk
membuka lahan baru di dalam kawasan.
Selain itu penulis juga menyampaikan
alur cerita bagaimana perambah dapat
memperoleh lahan di Tesso Nilo. Mereka
masuk melalui pemangku adat setempat
yang menjual lahan tersebut hanya
dengan menggunakan surat hibah seba-
gai ganti dari surat kepemilikan tanah
yang seharusnya dimiliki oleh pemilik
lahan.
a. Gaya Bahasa Paradoks
1) Naskah nomor 19
KAWASAN KONSERVASI JELAS
TIDAK MEMPERBOLEHKAN AKTIVI-
TAS MANUSIA DIDALAMNYA//
Penulis ingin menegaskan dan
menyadarkan manusia bahwa ma-
suk dan menetap di dalam kawasan
taman nasional adalah sebuah
pelanggaran. Hal ini sangat di-
sayangkan karena seharusnya
manusia bisa mematuhi peraturan
karena manusia memiliki akal sehat
dan logika untuk berfikir dan
bertindak. Dalam hal ini, kalimat
paradoks juga digunakan karena
mengandung pertentangan antara
pernyataan dengan fakta yang ada.
2) Naskah nomor 21
WALAUPUN MEREKA MENGE-
TAHUI TANAH ITU MERUPAKAN
TANAH KAWASAN KONSERVASI/
PEMANGKU ADAT TETAP MENJUAL
TANAHNYA DENGAN PIHAK LUAR//
Majas paradoks diperkuat
dengan kata penghubung dalam
sebuah kalimat. Dari naskah di atas,
kalimat penegasannya memiliki
makna bahwa walaupun manusia
mengetahui peraturan, namun
tetap berbuat kecurangan.
3) Naskah nomor 23
SURAT YANG DIGUNAKAN SEBAGAI
ALAT SAH JUAL BELI TANAH DI
TAMAN NASIONAL TESSO NILO PUN
HANYA BERBENTUK SURAT HIBAH//
HAL INILAH YANG MEMBUKTIKAN
BAHWA TRANSAKSI TERSEBUT
ILEGAL//
Kalimat di atas mengandung
kalimat paradoks. Kalimat pene-
gasan dalam majas paradoks dapat
menggambarkan suatu pembuk-
tian dari sebuah peristiwa.
b. Gaya Bahasa Klimaks
1) Naskah nomor 16
SEDIKIT DEMI SEDIKIT/ PERAMBAH
MULAI MEMENUHI KAWASAN
TAMAN NASIONAL TESSO NILO//
HUTAN BERALIH FUNGSI MENJADI
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT/
PERKEBUNAN KARET HINGGA
PEMUKIMAN WARGA// MEREKA
M A S U K D E N G A N M U L A I
MEMBAKAR HUTAN KARENA AKAN
MEMBUAT HUTAN SEKETIKA
GUNDUL// SETELAH ITU BARULAH
PARA PERAMBAH MELAKUKAN
AKSINYA UNTUK MENANAM BIJI
KELAPA SAWIT DAN KARET//
Kalimat di atas mengandung
majas klimaks dilihat dari kata
‘sedikit demi sedikit’. Gaya bahasa
klimaks pada umumnya diturunkan
dari kalimat yang bersifat periodik.
50 51
Gaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso NiloGaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso Nilo
ABSTRAK
Penyu merupakan satwa yang dilindungi yang saat ini telah mengalami penurunan yang dramatis
dalam jumlah populasi dan jangka waktu terakhir. Karya produksi “Penyu Diambang Senja” diproduksi
dengan tujuan menjabarkan fakta mengenai faktor-faktor ancaman kepunahan penyu secara jelas dan
mendalam. Karena penyu memiliki masalah kompleks, maka indepth report adalah format yang paling
tepat.
Agar dapat menjabarkan fakta secara jelas dan menyeluruh, sebagai penulis naskah, penulis
menggunakan gaya bahasa paradoks dan ironi dalam penulisan naskah. Penulisan naskah indepth
report menggunakan teknik penulisan jurnalistik yang dipadukan dengan menggunakan gaya bahasa
majas paradoks dan ironi sehingga audience dapat menerima informasi dengan baik.
Dari hasil penulisan yang telah dilaksanakan, penulis menemukan bahwa faktor berkurangnya
populasi penyu dibagi menjadi dua, yaitu faktor alam dan manusia. Ancaman terbesar bagi penyu
adalah manusia. Dalam karya ini penulis memberikan tiga pokok penting yang akan dibahas, yaitu,
kerusakan ekosistem pantai, pro dan kontra pelaksanaan konservasi penyu, dan penjualan produk
penyu illegal. Hasil temuan ini kemudian diolah menjadi bentuk audio visual yang terdiri dari narasi,
ilustrasi musik, original sound, soundbite, narasumber, dan gambar sehingga menghasilkan output
yang menarik dan layak untuk diterima masyarakat.
Kata Kunci : Penyu, Gaya Bahasa, Paradoks dan Ironi, Penulis Naskah, Indepth Report
ABSTRACT
Penyu (Sea Turtle) is a protected animal that nowadays the population number has declined
dramatically. Program production “Penyu Diambang Senja” is to expose deeply and clearly the facts
about penyu threat extinction factors. Since penyu has complex issues, therefore in-depth report is the
most appropriate format.
In order to spell clearly and comprehensively the facts out, as the scriptwriter, the writer uses
paradox and irony figurative languages in the script. In-depth report scriptwriting uses journalistic
writing technique combined with paradox and irony figurative languages, so that audience can receive
the information well.
From the conducted research, writer finds out that there are two factors of penyu number decline;
those are nature and human factors. Penyu biggest threat is human. In this production, writer presents
three main issues to be discussed; those are the damage of coastal ecosystem, pros and cons in penyu
conservation, and illegal trade of penyu product. This findings then is processed into audio visual
format, consisting of narration, music illustration, original sound, soundbite, source person, as well as
images. Therefore, the output is interesting and well accepted.
Keywords: Penyu, Figurative Language, Paradox and Irony, Scriptwriter, In-depth Report
Key words: Turtle, Stylistics, Paradox and irony, script writer, Indepth Report
juga dapat menggambarkan secara
urut suatu peristiwa dari sebab
sampai akibatnya.
Penerapan gaya bahasa naskah
karya produksi indepth report mulai
dari pra, produksi hingga pasca
produksi telat dilalui penulis bersama
tim. Skripsi karya produksi dengan
judul "Gaya Bahasa Paradoks dan
Klimaks dalam Penulisan Naskah
Program Indepth Report Televisi
"Indonesian Stories" Edisi "Konflik
Belalai Tesso Nilo" ini telah mene-
rapkan teori yang digunakan sebagai
acuan penulis.
IV. KESIMPULAN
Gaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam
Penulisan Naskah Program Indepth Report
Televisi Indonesian Stories edisi Kisah Belalai
Tesso Nilo, telah sesuai dengan tujuan.
Sebagai penulis naskah, penulis dapat
menyampaikan pesan kepada audience
dengan menerapkan gaya bahasa paradoks
dan klimaks yang terdapat dalam setiap
sequence. Hal ini sebagai pendukung hidup-
nya cerita yang penulis produksi agar pe-
nyampaian pesannya lebih mudah diterima
audience.
Melalui program indepth report ini,
penulis mendapatkan tambahan ilmu dan
pengalaman khususnya dalam menyam-
paikan sebuah pesan yang mengandung
konflik didalamnya. Program ini dapat
menginspirasi audience agar memper-
hatikan keseimbangan ekosistem antar
sesama makhluk hidup.
V. DAFTAR PUSTAKA
Baksin, Askurifai. 2006. Jurnalistik Televisi Teori
dan Praktik. Bandung: Simbiosis
Rekatama Media
Fachruddin, Andi. 2012. Dasar-Dasar Produksi
Televisi. Jakarta: Kencana
Ishwara, Luwi. 2011. Jurnalisme Dasar. Penerbit
Buku Kompas: Jakarta
Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa.
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Sumadiria, Haris. 2006. Bahasa Jurnalistik.
Bandung: Simbiosa RekatamaMedia
52 53
Gaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso Nilo
PENGGUNAAN GAYA BAHASA PARADOKS DAN IRONI “PENYU DI AMBANG SENJA”
Iffa KarimaKusumo Gambriyanto
top related