PEMBENTUKKAN PERILAKU KONSUMSI SISWA MELALUI PEMBELAJARAN EKONOMI
Post on 01-Jan-2016
892 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
36
PEMBENTUKKAN PERILAKU KONSUMSI SISWA MELALUI PEMBELAJARAN
EKONOMI
Intan Mayasari
Abstract
The study attempts to examine the influence of economics instruction on consumption
behavior of eleventh-graders of social science in SMAN 1 Surabaya. The sample comprised 60
eleventh-graders of social science at SMAN 1 Surabaya. Data were collected through the use of
questionnaire and interview. The data were then analyzed by using simple regression technique.
The result of the data analysis shows economics instruction has a significant influence on the
consumption behavior by 42.4 %. Other factors excluded from this study affect the consumption
behavior by 557.6 %.
Keywords: economics instruction, consumption behavior
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Masa tumbuh kembang pada siswa
merupakan masa penting dalam membentuk
kepribadian siswa, oleh karena itu
pendidikan merupakan suatu bimbingan
secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani anak
didik menuju terciptanya kepribadian yang
utama. Pendidikan juga merupakan suatu
proses yang berkesinambungan yang
bertujuan untuk membentuk kedewasaan
anak dan mengetahui sifat dasar yang ada
pada diri anak atau manusia.
Tujuan pendidikan tersebut dapat
dicapai dengan beberapa penunjang. Salah
satu unsur penunjang tersebut adalah proses
pembelajaran. Maka dapat dipahami bahwa
dalam proses pembelajaran, siswa tidak
hanya dituntut untuk memiliki sejumlah
pengetahuan, tetapi juga dituntut untuk
memiliki pengalaman dan kepribadian yang
baik mengenai pengetahuan yang
dimilikinya.
Pemerintah berusaha meningkatkan
kualitas sumber daya manusia terutama dari
segi aspek afektifnya dengan cara
menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), dengan tujuan siswa
akan mempunyai kecakapan hidup dalam
berbagai bidang, termasuk bidang ekonomi.
Terkait kecakapan hidup siswa SMA, mata
pelajaran ekonomi memiliki peran penting
dalam membentuk sikap dan perilaku yang
rasional, terutama dalam pengambilan
keputusan yang berkaitan perilaku konsumsi.
Masa remaja merupakan masa
mencari jati diri. Dalam hal ini remaja
belum mempunyai dasar atau prinsip yang
kuat dalam berperilaku, terutama dalam
berkonsumsi. Belum adanya dasar atau
prisip yang kuat dalam berkonsumsi dapat
37
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Masa tumbuh kembang pada siswa
merupakan masa penting dalam membentuk
kepribadian siswa, oleh karena itu
pendidikan merupakan suatu bimbingan
secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani anak
didik menuju terciptanya kepribadian yang
utama. Pendidikan juga merupakan suatu
proses yang berkesinambungan yang
bertujuan untuk membentuk kedewasaan
anak dan mengetahui sifat dasar yang ada
pada diri anak atau manusia.
Tujuan pendidikan tersebut dapat
dicapai dengan beberapa penunjang. Salah
satu unsur penunjang tersebut adalah proses
pembelajaran. Maka dapat dipahami bahwa
dalam proses pembelajaran, siswa tidak
hanya dituntut untuk memiliki sejumlah
pengetahuan, tetapi juga dituntut untuk
memiliki pengalaman dan kepribadian yang
baik mengenai pengetahuan yang
dimilikinya.
Pemerintah berusaha meningkatkan
kualitas sumber daya manusia terutama dari
segi aspek afektifnya dengan cara
menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), dengan tujuan siswa
akan mempunyai kecakapan hidup dalam
berbagai bidang, termasuk bidang ekonomi.
Terkait kecakapan hidup siswa SMA, mata
pelajaran ekonomi memiliki peran penting
dalam membentuk sikap dan perilaku yang
rasional, terutama dalam pengambilan
keputusan yang berkaitan perilaku konsumsi.
Masa remaja merupakan masa
mencari jati diri. Dalam hal ini remaja
belum mempunyai dasar atau prinsip yang
kuat dalam berperilaku, terutama dalam
berkonsumsi. Belum adanya dasar atau
prisip yang kuat dalam berkonsumsi dapat
mengarahkan siswa untuk berperilaku
konsumtif.
Hasil survei Spire Research &
Consulting yang dilakukan pada Oktober-
November 2007 terhadap 1.000 responden di
lima kota (Jakarta, Surabaya, Semarang,
Medan, dan Makassar) menyebutkan bahwa
nilai pasar konsumtif ABG itu berkisar
antara 10-12 triliun setahun. Itu hanya dari
perhitungan konsumtif, dari pengeluaran
langsung ABG tersebut. Selain itu, masih
ada biaya pendidikan dan sandang-pangan
yang disediakan oleh orangtua. Sebanyak
50% dari ABG yang telah disurvei memiliki
pengeluaran uang jajan per bulan Rp 50.000
- Rp 150.000. Jadi, per orang rata-rata Rp
100.000 per bulan, dan setahun sekitar Rp
1.200.000. Jumlah populasi dalam survey ini
sekitar 5-10 juta jiwa (ini jumlah yang sudah
mempunyai daya beli atau uang jajan).
Survey tersebut menunjukkan bahwa rata-
rata ABG berperilaku konsumtif maka upaya
yang bisa dilakukan dalam rangka
mengarahkan perilaku konsumsi siswa
adalah melalui pembelajaran atau
penyampaian materi mata pelajaran ekonomi
terutama materi yang mendasari perilaku
konsumsi siswa.
Penelitian ini dilakukan di SMA
Negeri 1 Surabaya karena mayoritas siswa
SMA Negeri 1 Surabaya berasal dari
keluarga kelas ekonomi menengah ke atas
dengan kemampuan finansial yang tinggi.
Sehingga keadaan tersebut dapat mendorong
timbulnya perilaku konsumtif bagi siswa.
Selain itu fakta lain yang menunjukkan
bahwa siswa berperilaku konsumtif adalah
berdasar hasil wawancara yang dilakukan
dengan guru mata pelajaran ekonomi yaitu
Bapak Sunoto. Beliau menyatakan bahwa
SMA Negeri 1 Surabaya menerapkan sistem
full day. Pada sistem full day ini terdapat dua
kali jam istirahat bagi siswa oleh karena itu
kebutuhan siswa untuk makan maupun jajan
38
menjadi lebih banyak dan selama di sekolah
siswa lebih suka membeli jajan di sekolah
dari pada membawa bekal dari rumah.
Siswa kelas XI IPS merupakan siswa
yang pernah mendapat mata pelajaran
ekonomi yang berhubungan dengan perilaku
konsumsi di kelas X. Selain itu pengetahuan
mereka tentang ilmu ekonomi diperdalam
lagi di kelas XI sehingga dapat dikatakan
bahwa pengetahuan siswa tentang ilmu
ekonomi sudah cukup memadahi.
Pada penelitian ini diharapkan,
pemahaman siswa tentang ilmu-ilmu
ekonomi yang diperoleh dari proses
pembelajaran mata pelajaran ekonomi dapat
menjadi arahan siswa dalam perilaku
konsumsinya.
Pembatasan Penelitian
Mengingat keterbatasan penulis baik
dari segi kemampuan, waktu dan tenaga,
maka dalam penelitian ini penulis membatasi
penelitian pada hal- hal berikut ini :
a. Penelitian dilakukan kepada siswa kelas
XI IPS di SMA Negeri 1 Surabaya.
b. Penelitian tidak berkait dengan kondisi
di luar lingkungan kesiswaan
KAJIAN TEORI
Pembelajaran
Oemar Hamalik (2008:77)
mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu
sistem atau suatu keseluruhan yang terdiri
dari komponen–komponen yang berinteraksi
dan berinteraksi antara satu dengan yang
lainnya dan dengan keseluruhan itu sendiri
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan sebelumnya. Kenneth D.
Moore dalam Dede Rosyada (2004:91)
mendefinisikan pembelajaran sebagai
sebuah tindakan dari seseorang yang
mencoba untuk membantu orang lain
mencapai kemajuan dalam berbagai aspek
seoptimal mungkin sesuai dengan
potensinya. Syaiful Sagala (2008:9)
mendefinisikan pembelajaran pada
hakikatnya suatu proses, yakni proses
mengatur, mengorganisasi lingkungan yang
ada di sekitar siswa sehingga menumbuhkan
dan mendorong siswa belajar.
Komponen Pembelajaran Mata Pelajaran
Ekonomi
Muhammad Affandi (2009:8)
menjelaskan komponen- komponen dalam
pembelajaran yang dapat disarikan sebagai
berikut:
a. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan
penjabaran dari tujuan-tujuan yang ada
di atasnya, yaitu tujuan bidang studi,
tujuari satuan pendidikan (institusi), dan
tujuan pendidikan nasional. Tujuan
pembelajaran ini merupakan tujuan
intermedier atau tujuan antara untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional.
b. Materi Pembelajaran.
Alam S (2007: 3 - 283)
menjelaskan bahwa materi mata
pelajaran ekonomi pembentukan
perilaku konsumsi dapat disarikan
sebagai berikut:
1) Kebutuhan Manusia
Kebutuhan adalah segala sesuatu
yang diperlukan manusia untuk
mencapai kemakmuran. Terdapat
perbedaan kebutuhan antara satu
individu dan individu lainnya atau
antara satu kelompok dan kelompok
lainnya. Macam- macam kebutuhan
diantaranya adalah:
(1) kebutuhan menurut tingkat
intensitas
(2) kebutuhan menurut sifat
(3) kebutuhan menurut waktu.
2) Konsumsi
Kegiatan konsumsi adalah
pembelanjaan barang dan jasa yang
39
dipakai langsung untuk memuaskan
keinginan konsumen. Sedangkan
salah satu faktor yang
mempengaruhi besarnya konsumsi
adalah sikap hemat.
3) Tabungan
Tabungan adalah bagian dari
pendapatan yang tidak digunakan
untuk kegiatan konsumsi. Rumah
tangga dan perusahaan menabung
untuk memenuhi kebutuhan yang
akan datang. Salah satu faktor yang
mempengaruhi besarnya tabungan
adalah sikap hemat.
4) Uang
Uang adalah suatu benda yang
dengan mudah dan umum diterima
oleh masyarakat untuk pembayaran
pembelian barang, jasa, dan barang
berharga lainnya, dan untuk
pembayaran utang. Fungsi uang
adalah:
(1) sebagai alat tukar,
(2) alat penyimpan kekayaan,
(3) alat pengalih kekayaan,
(4) sebagai pengukur pembayaran
yang ditunda.
c. Metode Pembelajaran
Metode adalah suatu cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan
belajar mengajar, metode diperlukan
oleh guru guna kepentingan
pembelajaran. Metode pembelajaran
dikatakan tepat dan baik jika dapat
mendukung dan didukung oleh faktor-
faktor pembelajaran. Adapun macam-
macam metode pembelajaran antara
lain: metode ceramah, metode tanya
jawab, metode diskusi, dan metode
resitasi
Definisi Perilaku Konsumsi
David Chaney (2003) dalam Aisyah
Azzahra (2010:1) mendefinikan konsumsi
adalah “seluruh tipe aktifitas sosial yang
orang lakukan sehingga dapat dipakai untuk
mencirikan dan mengenal mereka, selain
sebagai tambahan apa yang mungkin mereka
lakukan untuk hidup. Paul Anthony
Samuelson (2000) dalam Hikmah
Endraswati (2009:1) menjelaskan “konsumsi
adalah kegiatan menghabiskan nilai guna
barang dan jasa”. Edwin Narteh (2011:1)
menjelaskan “Consumption behavior is
people’s buying attitudes and intentions”.
Indikator Perilaku Konsumsi.
Erich Fromm (1995) dalam Gunita
Aryani (2006:31) mengemukakan bahwa
”keinginan masyarakat dalam era kehidupan
modern untuk mengkonsumsi sesuatu, telah
kehilangan hubungan dengan kebutuhan
yang sesungguhnya”.
Pendapat tersebut di atas
mengindikasikan bahwa perilaku seseorang
dalam mengkonsumsi suatu barang bukan
hanya untuk memenuhi kebutuhannya saja
akan tetapi juga untuk memuaskan
keinginannya akan kepemilikan terhadap
suatu barang tanpa melihat fungsi
ekonomisnya. Berdasar penjelasan tersebut,
maka dalam perilaku konsumsi terdapat
dua dua indikator, yaitu :
1. Perilaku Tidak Konsumtif
Icha Nasution (2010:12)
menjelaskan tiga indikator perilaku
tidak konsumtif yang dapat disarikan
sebagai berikut:
a. Bijak dengan Perencanaan
Keuangan.
Perencanaan keuangan adalah
suatu bentuk tindakan yang
bertujuan untuk membantu
menganalisa dan mengelola
keuangan individu agar dapat
tercapai target keuangan
40
maupun gaya hidup
sebagaimana yang diharapkan.
Perencanaan keuangan secara
komprehensif dapat
meningkatkan kualitas hidup
dengan cara mengurangi
kekhawatiran akan kepastian
masa depan finansial seseorang.
b. Perencanaan Pos Anggaran.
Hal yang bisa dilakukan dalam
rangka perencanaan pos
anggaran memperjelas pos- pos
keuangan agar tidak ada alasan
untuk menghabiskan uang saku
demi kebutuhan yang
sebenarnya bisa dihemat dan
siasati
c. Mensiasati Posting Anggaran.
Hal yang perlu dilakukan dalam
rangka mensiasati posting
anggaran adalah dengan
menabung. Menabung harus
dilakukan demi masa depan.
Dana yang ditabung bisa
digunakan untuk membiayai
keperluan di masa depan.
Program tabungan akan bisa
berhasil apabila siswa memilki
tekad kuat dan disiplin yang
tinggi dalam menggunakan
anggaran yang sudah dimiliki.
2. Perilaku Konsumtif.
Tambunan (2001) dalam Gunita
Aryani (2006:30) menjelaskan dua
indikator perilaku konsumtif yang dapat
disarikan sebagai berikut:
a. Adanya suatu keinginan
mengkonsumsi secara berlebihan.
Hal ini akan menimbulkan
pemborosan dan bahkan inefisiensi
biaya, apalagi bagi remaja yang
belum mempunyai penghasilan
sendiri.
1) Pemborosan
Perilaku konsumtif yang
memanfaatkan nilai uang lebih
besar dari nilai produknya untuk
barang dan jasa yang bukan
menjadi kebutuhan pokok.
Perilaku ini hanya berdasarkan
pada keinginan untuk
mengkonsumsi barang-barang
yang sebenarnya kurang
diperlukan secara berlebihan
untuk mencapai kepuasan yang
maksimal.
2) Inefisiensi Biaya
Pola konsumsi seseorang
terbentuk pada usia remaja yang
biasanya mudah terbujuk rayuan
iklan, suka ikut-ikutan teman,
tidak realistis, dan cenderung
boros dalam menggunakan
uangnya sehingga menimbulkan
inefisiensi biaya.
b. Perilaku tersebut dilakukan
bertujuan untuk mencapai kepuasan
semata.
Kebutuhan yang dipenuhi bukan
merupakan kebutuhan yang utama
melainkan kebutuhan yang dipenuhi
hanya sekedar mengikuti arus mode,
ingin mencoba produk baru, ingin
memperoleh pengakuan sosial tanpa
memperdulikan apakah memang
dibutuhkan atau tidak.
1) Mengikuti Mode
Di kalangan remaja yang
memiliki orang tua dengan kelas
ekonomi yang cukup berada,
terutama di kota-kota besar, mall
sudah menjadi rumah kedua.
Mereka ingin menunjukkan
bahwa mereka juga dapat
mengikuti mode yang sedang
beredar. Padahal mode itu
sendiri selalu berubah sehingga
41
para remaja tidak pernah puas
dengan apa yang dimilikinya.
2) Memperoleh Pengakuan Sosial
Perilaku konsumtif pada remaja
sebenarnya dapat dimengerti
bila melihat usia remaja sebagai
usia peralihan dalam mencari
identitas diri. Remaja ingin
diakui eksistensinya oleh
lingkungan dengan berusaha
menjadi bagian dari lingkungan
itu. Kebutuhan untuk diterima
dan menjadi sama dengan orang
lain yang sebaya itu
menyebabkan remaja berusaha
untuk mengikuti berbagai atribut
yang sedang in.
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian
Rancangan penelitian penulis yaitu
bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pembelajaran mata pelajaran ekonomi
terhadap perilaku konsumsi siswa kelas XI
IPS di SMA Negeri 1 Surabaya.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 1
Surabaya, yang terdiri dari kelas XI-1 IPS
sebanyak 32 siswa dan kelas XI IPS-2
sebanyak 31 siswa. Jadi jumlah populasi
adalah 63 Siswa.
Suharsismi Arikunto (2002:112)
menjelaskan sebagai berikut ”untuk ancer-
ancer maka apabila subjeknya kurang dari
100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya
besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-
25% atau lebih”.
Berdasarkan pendapat Arikunto yang
menyatakan apabila subjeknya kurang dari
100, lebih baik diambil semua, maka dalam
penelitian ini peneliti mengambil seluruh
populasi yang terdiri dari 63 siswa. Sehingga
penelitian ini merupakan penelitian atas
populasi.
Instrumen dan Teknik Pengumpulan
Data
Pada penelitian ini instrumen yang
digunakan untuk memperoleh data adalah
angket. Teknik angket digunakan untuk
mengetahui pengaruh pembelajaran mata
pelajaran ekonomi terhadap perilaku
konsumsi siswa kelas XI IPS di SMA Negeri
1 Surabaya, sedangkan teknik pengumpulan
data adalah wawancara dan observasi.
Teknik wawancara digunakan untuk mencari
data lebih lanjut mengenai proses
pembelajaran mata pelajaran ekonomi,
sedangkan teknik observasi digunakan untuk
mengetahui tentang lingkungan sekolah dan
keadaan siswa kelas XI IPS di SMA Negeri
1 Surabaya.
Jenis angket yang digunakan dalam
penelitian ini adalah angket tertutup. Dalam
penelitian ini terdapat 2 jenis angket yang
diberikan kepada siswa, angket yang
pertama digunakan untuk menilai
pembelajaran mata pelajaran ekonomi (X),
sedangkan angket yang kedua digunakan
untuk mengetahui perilaku konsumsi (Y)
siswa XI IPS SMA Negeri 1 Surabaya.
Kisi- kisi angket dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
42
Tabel 1
Indikator Variabel Pembelajaran Mata
Pelajaran
Ekonomi dan Perilaku Konsumsi
Variabel
Penelitian
Indikator
Variabel
Jumlah
Item
Soal
Soal
No
Pembelajaran
mata pelajaran
ekonomi (X)
a. Kebutuhan manusia
b. Konsumsi
c. Tabungan d. Uang
20 1 - 20
Perilaku
konsumsi (Y)
a. Perilaku
tidak
Konsumtif b. Perilaku
Konsumtif
15 21-35
Teknik analisa data
Teknik analisa data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif dan analisis statistik yang
meliputi: uji normalitas, regresi sederhana,
uji t, dan koefisien determinasi.
Hasil Penelitian
Proses Pembelajaran Mata Pelajaran
Ekonomi
Berikut data wawancara mengenai
kondisi proses pembelajaran mata pelajaran
ekonomi dengan guru mata pelajaran
ekonomi yaitu Bapak Sunoto pada tanggal
25 April 2011 yang bertempat di SMA
Negeri 1 Surabaya.
a. Pra Pembelajaran
1) Apakah guru menyampaikan tujuan
pembelajaran kepada siswa?
Iya, pada awal pembelajaran,
sebelum kegiatan pembelajaran
dimulai guru mata pelajaran ekonomi
menyampaikan kepada siswa tentang
tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai pada pembelajaran hari itu
dengan tujuan agar kegiatan
pembelajaran bisa berjalan lancar
dan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
2) Apakah guru memeriksa kesiapan
siswa terhadap materi mata pelajaran
ekonomi yang akan disampaikan?
Iya, pada akhir kegiatan
pembelajaran guru memberitahukan
kepada siswa tentang materi yang
akan dipelajari pada minggu
berikutnya dengan tujuan agar siswa
mempelajari materi tersebut dan
untuk mengecek apakah siswa sudah
mempelajari materi tersebut dan
untuk mengetahui seberapa jauh
pemahaman siswa, guru memberi
pertanyaan kepada siswa tentang
materi yang akan dibahas pada
pertemuan hari itu.
3) Apakah guru melakukan kegiatan
apersepsi?
Iya, antara materi yang satu saling
berkaitan dengan materi yang lain.
Oleh karena itu agar siswa
mengetahui keterkaitan di antara
materi tersebut maka guru berusaha
memberikan apersepsi pada awal
kegiatan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti Pembelajaran
1) Pada materi yang mendasari perilaku
konsumsi siswa seperti materi
kebutuhan manusia, apakah guru
berusaha mengkaitkan antara materi
yang diajarkan dengan realitas
kehidupan? Iya, pada materi yang
mendasari perilaku konsumsi siswa,
upaya yang dilakukan oleh guru
ekonomi di SMA Negeri 1 Surabaya
dalam rangka membentuk perilaku
siswa yang dalam hal ini adalah
perilaku konsumsi adalah guru
berusaha memberikan contoh- contoh
perilaku konsumsi yang bijak dalam
kehidupan sehari – hari yang
berkaitan dengan materi yang
disampaikan pada pertemuan hari itu.
43
2) Apakah guru berusaha memberikan
motivasi kepada siswa untuk
mengaplikasikan teori pada materi
yang telah diajarkan?
Iya, guru juga berusaha memberikan
motivasi kepada siswa agar siswa
merasa tertarik dan sadar akan
pentingnya mengaplikasikan teori
yang telah diperoleh pada kegiatan
pembelajaran tersebut. Peran guru
dalam upaya membentuk perilaku
siswa terutama perilaku konsumsi
sudah diupayakan sedemikian rupa
melalui proses pembelajaran, akan
tetapi kebanyakan proses
pembelajaran masih bersifat teoritis,
sedangkan untuk aplikasinya masih
sangat sulit.
c. Pemanfaatan Media Pembelajaran
1) Media apa yang digunakan agar
siswa mudah memahami materi yang
disampaikan?
Penggunaan media pembelajaran
tergantung dengan materi yang
disampaikan. Sejauh ini media yang
sering digunakan adalah media
Power Point.
d. Pemanfaatan Metode Pembelajaran
1) Metode apa yang digunakan dalam
rangka aplikasi teori yang
disampaikan pada proses
pembelajaran?
Melihat dari kondisi siswa yang
masih sulit dikondisikan dan
keterbatasan waktu mayoritas guru
pada suatu proses pembelajaran
masih menggunakan metode ceramah
akan tetapi untuk menindak lanjuti
kegiatan pembelajaran tersebut guru
juga memberikan tugas kepada siswa
agar siswa memiliki rasa tanggung
jawab.
e. Penilaian Proses Pembelajaran
1) Bagaimana penilaian guru untuk
mengetahui kemajuan belajar siswa
terhadap meteri yang telah diajarkan?
Untuk mengetahui kemajuan siswa
dari segi kognitif, guru menggunakan
tes tulis sedangkan untuk mengetahui
kemajuan siswa dari segi afektifnya,
guru menilai siswa dari perilaku
siswa dalam lingkungan sekolah.
2) Bagaimana tingkat pemahaman siswa
terhadap materi dan aplikasi materi
yang mendasari perilaku konsumsi
siswa?
Pemahaman siswa terhadap materi
sudah cukup baik. Akan tetapi untuk
aplikasi materi yang mendasari
perilaku konsumsi masih sangat
kurang. Hal ini dikarenakan kondisi
psikologis siswa masih labil karena
masa remaja merupakan masa
mencari jati diri dan masa mencoba –
coba jadi dalam perilaku
konsumsinya siswa masih sering
terpengaruh oleh temen sebayanya.
Jadi bisa dikatakan bahwa proses
pembelajaran masih bersifat teoritis.
Pengaruh Pembelajaran Mata Pelajaran
Ekonomi Terhadap Perilaku Konsumsi
Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri 1
Surabaya
Tabel 2
Perhitungan Statistics Data Angket
Pembelajaran Mata Pelajaran Ekonomi
dan Perilaku Konsumsi Siswa Kelas XI
IPS di SMA Negeri 1 Surabaya
44
Berdasar tabel di atas, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Pembelajaran Mata Pelajaran Ekonomi
Pada tabel di atas menunjukkan hasil
mean 78,9167 dan standar deviasi
8,39146 maka variabel pembelajaran
mata pelajaran ekonomi dapat
dikategorikan sebagai berikut:
1. Sangat tidak baik = X < Mean –
2(SD
2. Tidak baik = Mean –
2(SD) < X < Mean – 1(SD)
3. Sedang = Mean –
1(SD) < X < Mean + 1(SD)
4. Baik = Mean +
1(SD) < X < Mean + 2(SD)
5. Sangat baik = Mean +
2(SD) < X
Berikut disajikan tabel klasifikasi
variabel pembelajaran mata pelajaran
ekonomi
Tabel 3
Kategori Variabel Pembelajaran Mata Pelajaran Ekonomi
Interval Kategori Frekuensi Persentase
(%)
X < 62,13378 Sangat tidak baik 3 5
62,13378 < X < 70,52524 Tidak baik 6 10
70,52524 < X < 87,30816 Sedang 43 71,67
87,30816 < X < 95,6992 Baik 8 13,33
95,69962 < X Sangat Baik 0 0
Pembel
ajaran
PerilakuKonsu
msi
N Valid 60 60
Missing 0 0
Mean 78.916
7 55.7833
Median 79.000
0 56.0000
Mode 78.00 56.00
Std. Deviation 8.3914
6 6.90883
Sum 4735.0
0 3347.00
45
Berdasar hasil perhitungan pada
tabel di atas, maka variabel
Pembelajaran mata pelajaran ekonomi
di SMAN 1 Surabaya terletak pada
kategori sedang yaitu sebesar 71,67%.
Hal ini berarti bahwa pemahaman
siswa pada materi kebutuhan manusia,
konsumsi, tabungan, dan uang dari
proses pembelajaran mata pelajaran
ekonomi di SMAN 1 Surabaya adalah
tergolong sedang.
2) Perilaku Konsumsi
Berdasar hasil perhitungan dengan
pada tabel 4.21 menunjukkan hasil
mean pada variabel perilaku konsumsi
adalah sebesar 55,7833 dan standar
deviasi 6,90883, maka variabel
perilaku konsumsi dapat dikategorikan
sebagai berikut:
1. Sangat tidak baik = X < Mean
– 2(SD)
2. Tidak baik = Mean –
2(SD) < X < Mean – 1(SD)
3. Sedang = Mean – 1(SD) < X
< Mean + 1(SD)
4. Baik = Mean + 1(SD) < X
< Mean + 2(SD)
5. Sangat baik = Mean + 2(SD) < X
Berikut disajikan tabel klasifikasi variabel
pembelajaran mata pelajaran ekonomi
Tabel 4
Kategori Variabel Perilaku
Konsumsi
Interval Kategori Frekuensi Persentase
(%)
X < 41,96564 Sangat tidak baik 2 3,33
41,96564 < X < 48,87447 Tidak baik 6 10
48,87447 < X < 62,69213 Sedang 41 68,33
62,69213 < X < 69,60096 Baik 10 16,67
69,60096 < X Sangat Baik 1 1,67
Berdasar hasil perhitungan di atas,
maka variabel perilaku konsumsi siswa
XI IPS di SMAN 1 Surabaya terletak
pada kategori sedang yaitu sebesar
68,33%.
Analisis Regresi Sederhana
H
asil
perhitung
an
analisis
regresi
linier
sederhana
akan disajikan dengan menggunakan
program SPSS 14 .0 for Windows berikut
ini :
Tabel 5
Coefficients(a)
Dependent Variable: PerilkuKonsumsi
Tabel di atas menjelaskan ada
tidaknya pengaruh variabel bebas yaitu
pembelajaran mata pelajaran ekonomi dan
variabel terikat yaitu perilaku konsumsi.
Berdasar tabel tersebut dapat diperoleh
persamaan matematis sebagai berikut:
Y = 13,008 + 0,542X
Berdasar persamaan di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Konstanta sebesar 13,008 menyatakan
bahwa jika pembelajaran mata
pelajaran ekonomi (X) = 0 maka
besarnya perilaku konsumsi akan
konstan sebesar 13,008 satuan.
b. Koefisien regresi pembelajaran mata
pelajaran ekonomi (X) 0,542 artinya
jika pembelajaran mata pelajaran
Mode
l
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 13.008 6.457 2.014 .049
Pembelajara
n .542 .081 .658 6.661 .000
46
ekonomi berubah satu satuan maka
perilaku konsumsi akan berubah
sebesar 0,542 satuan dengan anggapan
variabel lain tetap. Tanda positif pada
koefisien regresi melambangkan
adanya hubungan searah antara
variabel X dan variabel Y, dimana
kenaikan variabel pembelajaran mata
pelajaran ekonomi menyebabkan
kenaikan perilaku konsumsi.
Uji t
Untuk menerima atau menolak
hipotesis yang telah diajukan dalam
penelitian ini maka digunakan perhitungan
pada tabel berikut ini :
Tabel 6 Coefficients(a)
a Dependent Variable: PerilkuKonsumsi
Berdasar pada hasil perhitungan uji t di
atas menunjukkan hitungt sebesar 6,661
sedangkan nilai tabelt ( = 0,05:db residual
58) adalah sebesar 1,672. nilai hitungt lebih
besar dari tabelt yaitu 6,661 > 1,672, maka
hipotesis dalam penelitian ini diterima
yaitu terdapat pengaruh yang signifikan
antara variabel pembelajaran mata
pelajaran ekonomi terhadap perilaku
konsumsi siswa XI IPS di SMA Negeri 1
Surabaya.
Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan
untuk menghitung besarnya pengaruh
variabel pembelajaran mata pelajaran
ekonomi terhadap perilaku konsumsi.
Hasil perhitungan koefisien determinasi
menggunakan program SPSS 14 for
Windows adalah sebagai berikut:
a Predictors: (Constant), Pembelajaran
b Dependent Variable: PerilkuKonsumsi
Besarnya angka koefisien
determinasi dalam perhitungan di atas
ialah sebesar 0,424 atau sama dengan
42,4%. Angka tersebut mempunya arti
bahwa sebesar 42,4% perilaku konsumsi
siswa dipengaruhi oleh pembelajaran mata
pelajaran ekonomi, sedangkan sisanya
yaitu 57,6% (100% - 42,4%) dipengaruhi
oleh faktor – faktor penyebab lainnya di
luar konsep pembelajaran mata pelajaran
ekonomi. Jadi pengaruh pembelajaran
mata pelajar ekonomi terhadap perilaku
siswa XII IPS di SMA Negeri 1 Surabaya
tergolong sedang yaitu sebesar 42,4%.
PEMBAHASAN
Proses Pembelajaran Mata Pelajaran
Ekonomi yang Mempengaruhi Perilaku
Konsumsi Siswa XI IPS di SMA Negeri
1 Surabaya
Tabel 7 Model summary
Mode
l
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 13.008 6.457 2.014 .049
Pembelajara
n .542 .081 .658 6.661 .000
Model R
R
Squa
re
Adjust
ed R
Squar
e
Std. Error
of the
Estimate
1 .658
(a) .433 .424 5.24499
47
Kondisi pembelajaran mata
pelajaran ekonomi dapat dilihat berdasar
hasil wawancara dengan guru mata
pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1
Surabaya.
Menurut Bapak Sunoto, dalam
suatu proses pembelajaran mata pelajaran
ekonomi di awal pembelajaran sebelum
kegiatan pembelajaran dimulai guru mata
pelajaran ekonomi menyampaikan kepada
siswa tentang tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai pada pembelajaran hari itu
dengan tujuan agar kegiatan pembelajaran
bisa berjalan lancar dan sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Untuk
mengantisipasi agar siswa tidak terlalu
pasif maka pada akhir kegiatan
pembelajaran guru memberitahukan
kepada siswa tentang materi yang akan
dipelajari pada minggu berikutnya dengan
tujuan agar siswa mempelajari materi
tersebut dan untuk mengecek apakah
siswa sudah mempelajari materi tersebut
dan untuk mengetahui seberapa jauh
pemahaman siswa, guru memberi
pertanyaan kepada siswa tentang materi
yang akan dibahas pada pertemuan hari itu.
Selain itu agar siswa mengetahui
keterkaitan antara materi yang telah
disampaikan pada pertemuan yang lalu
dengan materi pada hari itu maka guru
berusaha memberikan apersepsi pada awal
kegiatan pembelajaran.
Pada materi yang mendasari
perilaku konsumsi siswa, upaya yang
dilakukan oleh guru ekonomi di SMA
Negeri 1 Surabaya dalam rangka
membentuk perilaku siswa yang dalam hal
ini adalah perilaku konsumsi adalah guru
berusaha memberikan contoh- contoh
perilaku konsumsi yang bijak dalam
kehidupan sehari – hari yang berkaitan
dengan materi yang disampaikan pada
pertemuan hari itu selain itu guru juga
berusaha memberikan motivasi kepada
siswa agar siswa merasa tertarik dan sadar
akan pentingnya mengaplikasikan teori
yang telah diperoleh pada kegiatan
pembelajaran tersebut. Peran guru dalam
upaya membentuk perilaku siswa terutama
perilaku konsumsi sudah diupayakan
sedemikian rupa melalui proses
pembelajaran, akan tetapi kebanyakan
proses pembelajaran masih bersifat teoritis,
sedangkan untuk aplikasinya masih sangat
sulit. Selain itu upaya yang dilakukan oleh
guru untuk membangkitkan semangat
siswa dan memudahkan pemahaman siswa
dalam proses pembelajaran, guru
menggunakan media power point dengan
membuat tampilan yang menarik.
Melihat dari kondisi siswa yang
masih sulit dikondisikan dan keterbatasan
waktu mayoritas guru pada suatu proses
pembelajaran masih menggunakan metode
ceramah akan tetapi untuk menindak
lanjuti kegiatan pembelajaran tersebut guru
juga memberikan tugas kepada siswa agar
siswa memiliki rasa tanggung jawab.
Untuk mengetahui kemajuan yang
diperoleh siswa dari proses pembelajaran
dari segi kognitif, guru menggunakan tes
tulis sedangkan untuk mengetahui
kemajuan siswa dari segi afektifnya, guru
menilai siswa dari perilaku siswa dalam
lingkungan sekolah. Pemahaman siswa
terhadap materi sudah cukup baik. Akan
tetapi untuk aplikasi materi yang
mendasari perilaku konsumsi masih sangat
kurang. Hal ini dikarenakan kondisi
psikologis siswa masih labil karena masa
remaja merupakan masa mencari jati diri
dan masa mencoba – coba jadi dalam
perilaku konsumsinya siswa masih sering
terpengaruh oleh temen sebayanya. Jadi
bisa dikatakan bahwa proses pembelajaran
masih bersifat teoritis.
Pengaruh Pembelajaran Mata Pelajaran
Ekonomi Terhadap Perilaku Konsumsi
Siswa XI IPS di SMA Negeri 1 Surabaya
Berdasar hasil analisis uji t,
menunjukkan hitungt sebesar 6,661
sedangkan nilai tabelt ( = 0,05:db residual
48
58) adalah sebesar 1,672. Nilai hitungt lebih
besar dari tabelt yaitu 6,661 > 1,672, maka
hipotesis dalam penelitian ini diterima
yaitu terdapat pengaruh yang signifikan
antara pembelajaran mata pelajaran
ekonomi terhadap perilaku konsumsi siswa
XI IPS di SMA Negeri 1 Surabaya, yaitu
semakin baik pembelajaran mata pelajaran
ekonomi maka akan akan semakin baik
pula perilaku konsumsi siswa.
Hasil analisis koefisien determinasi
menunjukkan hasil 42,4%. Angka tersebut
mempunya arti bahwa sebesar 42,4%
perilaku konsumsi siswa dipengaruhi oleh
pembelajaran mata pelajaran ekonomi,
sedangkan sisanya yaitu 57,6% (100% -
42,4%) dipengaruhi oleh faktor – faktor
penyebab lainnya di luar konsep
pembelajaran mata pelajaran ekonomi. Jadi
pengaruh pembelajaran mata pelajar
ekonomi terhadap perilaku siswa XI IPS di
SMA Negeri 1 Surabaya tergolong sedang
yaitu sebesar 42,4%.
Hasil penelitian ini juga diperkuat
oleh penelitian yang berjudul ”Pemahaman
Pendidikan Agama dan Pengaruhnya
Terhadap Pelaksanaan Ibadah di MTs. Al-
Falah Jakarta Selatan”. Hasil penelitian
tersebut menyatakan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan dari pemahaman
pendidikan agama terhadap pelaksanaan
ibadah. Selain itu pada penelitian yang
berjudul ”Pengaruh Status Sosial Ekonomi
Orang Tua dan Persepsi Siswa Atas
Lingkungannya Terhadap Perilaku
Konsumsi yang Diintermediasi Prestasi
Belajar Ekonomi Siswa SMA Sekota
Malang”, salah satu hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa prestasi belajar
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap perilaku konsumsi siswa. Jadi
dalam hal ini pembelajaran materi pada
suatu mata pelajaran bisa menjadi arahan
dan dasar perilaku siswa dalam kehidupan
sehari- hari. Atau yang dalam hal ini
pembelajaran mata pelajaran ekonomi bisa
menjadi arahan siswa dalam perilaku
konsumsinya.
SIMPULAN
Proses pembelajaran mata pelajaran
ekonomi di SMAN 1 Surabaya sudah
termasuk baik akan tetapi masih bersifat
teoritis. Guru telah berupaya semaksimal
mungkin agar materi yang telah
disampaikan bisa bermakna dan bukan
hanya memberikan pengetahuan secara
teoritis akan tetapi juga bisa diaplikasikan
dalam kehidupan sehari – hari terutama
materi yang mendasari perilaku konsumsi
siswa seperti pada materi kebutuhan
manusi, konsumsi, tabungan, dan uang.
Sedangkan dari segi siswa, pemahaman
siswa terhadap materi terutama materi
yang mendasari perilaku konsumsi seperti
materi kebutuhan manusia, konsumsi,
tabungan, dan uang sudah cukup baik akan
tetapi untuk aplikasinya masih sangat sulit.
Hal ini dikarenakan kondisi psikologis
siswa masih labil karena masa remaja
merupakan masa mencari jati diri dan masa
mencoba – coba jadi dalam perilaku
konsumsinya siswa masih sering
terpengaruh oleh temen sebayanya. Jadi
bisa dikatakan bahwa proses pembelajaran
masih bersifat teoritis.
Pembelajaran mata pelajaran
ekonomi mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap perilaku konsumsi
siswa XI IPS di SMA Negeri 1 Surabaya.
Besarnya pengaruh pembelajaran mata
pelajaran ekonomi terhadap perilaku siswa
yaitu sebesar 42,4%, sedangkan sisanya
yaitu sebesar 57,6% dipengaruhi oleh
faktor lain di luar konsep pembelajaran
mata pelajaran ekonomi. Jadi pengaruh
pembelajaran mata pelajaran ekonomi
terhadap perilaku siswa XI IPS di SMA
Negeri 1 Surabaya tergolong dalam
kategori sedang.
SARAN
1. Bagi Guru Mata Pelajaran Ekonomi
49
Guru merupakan panutan para
siswanya, oleh karena itu diharapkan
guru mampu memberi arahan dan
nasihat kepada para siswanya terkait
dengan perilaku konsumsi agar mereka
tidak berperilaku konsumtif.
2. Bagi Orang Tua Siswa
Orang tua mempunyai
tanggung jawab yang besar terhadap
anaknya. Waktu anak di rumah lebih
banyak dari pada di sekolah jadi peran
guru dalam mengarahkan perilaku anak
masih tergolong minimal jadi
diharapkan orang tua mampu
mengarahkan perilaku anaknya
terutama mengarahkan ke perilaku
konsumsi yang tidak konsumtif.
3. Bagi Siswa
Para siswa diharapka senantiasa
memperhatikan arahan baik dari guru
maupun orang tua terkait dengan
perilaku konsumsi. Selain itu
diharapkan para siswa untuk bertindak
lebih rasional dalam perilaku
konsumsinya
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Muhammad. 2009. Perencanaan
Pembelajaran Pendidikan Dasar.
Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. I,
No. 2.
(http://www.scribd.com/doc/42303
901/13, diakses pada 5 Maret 2011)
Agung. 2008. ABG Tidak Lagi Price
Sensitive.
(http://agungdsp.wordpress.com/20
08/03/10/20/ diakses pada 21
Januari 2011)
Ali, Muhammad dan Asrori, Muhammad.
2008. Psikologi Remaja
perkembangan peserta Didik.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Aryani, Gunita. 2006. Hubungan Antara
Konformitas dan Perilaku
Konsumtif Pada Remaja di SMA
Negeri I Semarang Tahun Ajaran
2005/2006 Skripsi tidak
diterbitkan. Semarang: Universitas
Negeri Semarang
(http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/colle
ct/skripsi/archives/HASH8039/b54
82409.dir/doc.pdf, diakses pada 15
Desember 2010)
HM, Jogiyanto.2006. Filosofi, Pendekatan,
dan Penerapan Pembelajaran
Metode Kasus Untuk Dosen dan
Mahasiswa.Yogyakarta: CV Andi
Offset.
Kotler dan Amstrong. 2004. Dasar-Dasar
Pemasaran. Jakarta: PT. Indeks.
Maslachah, Laily. 2010. Pengaruh
Persepsi Siswa Tentang Kegiatan
Mengajar Guru Terhadap
Pembentukan Sikap Homo
Economicus yang Bermoral Pada
Siswa SMA Negeri 2 Surabaya.
Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya:
Unesa.
Nasution, Icha. 2010. Jadilah Konsumen
yang Curang. Jogjakarta. Intan
Media.
Permendiknas No 23 Tahun 2006. Tentang
Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar.
(http://ftp.unm.ac.id/permendiknas-
2006/Nomor%2023%20Tahun%20
2006.pdf, diakses pada 07 Februari
2011)
Purwati, Ana. 2010. Pengaruh Status
Sosial Ekonomi Orang Tua dan
50
Persepsi Siswa Atas
Lingkungannya Terhadap Perilaku
Konsumsi yang Diintermediasi
Prestasi Belajar Ekonomi Siswa
SMA Sekota Malang. (http://karya-
ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/
article/view/8208, diakses pada 28
Maret 2011)
Rosyada, Dede. 2004. Paradigma
Pendidikan Demokratis. Jakarta:
Prenada Media.
S, Alam. 2007. Ekonomi Untuk SMA dan
MA Kelas X. Jakarta. Esis.
Sagala, Syaiful. 2008. Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sarwono, Jonathan. 2006. Analisis Data
Penelitian Menggunakan SPSS.
Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
Bisnis(Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D). Bandung:
Alfabeta.
.2004.Statistika Untuk Penelitian.
Bandung: CV. Alfabeta.
Tambunan, R. 2001. Remaja dan Perilaku
Konsumtif. Jurnal Psikologi dan
Masyarakat.( http//:www.e-
psikologi.com/remaja/191101.htm,
diakses pada 28 Desember 2010)
Tim Unesa. 2006. Panduan Penulisan dan
Penilaian Skripsi Universitas
Negeri Surabaya. Surabaya:
University Press.
Makfiah. 2006. Pemahaman Pendidikan
Agama dan Pengaruhnya Terhadap
Pelaksanaan Ibadah di MTs. Al-
Falah Jakarta Selatan.
(http://www.pdfqueen.com/html,
diakses pada 7 April 2011)
top related