PBL Blok 15 Herpes Zooster a.n Beatrix Flora
Post on 23-Apr-2017
225 Views
Preview:
Transcript
Penyakit Kulit akibat Infeksi Virus: Herpes Zoster
Beatrix Flora E.S (102010220/A-9)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 - Jakarta Barat 11470
Email: ouw_there@yahoo.co.id
Pendahuluan
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan
hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin
kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis, dan sensitif, bervariasi pada
keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Fungsi utama kulit
adalah proteksi, absorbsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi),
pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D, dan keratinisasi.
Namun, sayangnya, kulit manusia tidak bebas hama/steril. Hampir semua bakteri atau
virus dapat menimbulkan penyakit/lesi pada kulit, baik secara langsung maupun dari dalam
(penyebaran sistemik).1 Pada kali ini, dibicarakan tentang penyakit kulit akibat infeksi virus,
yaitu herpes zoster.Herpes Zoster adalah penyakit neurodermal ditandai dengan nyeri
radikular unilateral serta erupsi vesikuler berkelompok dengan dasar eritematosa pada daerah
kulit yang dipersarafi oleh saraf kranialis atau spinalis. Herpes zoster terjadi karena relaps
endogen atau reaktivasi virus varisela zoster (VVZ). Virus ini tidak hilang tuntas dari tubuh
setelah infeksi pertamanya dalam bentuk Varisela melainkan dorman pada sel ganglion
dorsalis sistem saraf sensoris yang kemudian pada saat tertentu mengalami reaktivasi dan
bermanifestasi sebagai herpes zoster.
Lebih lanjutnya akan dibicarakan dalam pembahasan di bawah ini dan selanjutnya
pemahaman tentang aspek-aspek klinis dan penanganan kasus herpes zoster diharapkan dapat
bertambah.
Anamnesis
Anamnesis yang akurat sangat vital dalam menegakkan diagnosis yang tepat pada kondisi-
kondisi yang mengenai kulit.
Kapan pertama kali pasien memperhatikan adanya ruam?
Di mana letaknya, apakah terasa gatal? Apakah berdarah? Apakah
bentuk/ukuran/warnanya berubah?
Adakah pemicu (misalnya pengobatan, makanan, sinar matahari, dan alergen
potensial)?
Adakah benjolan di tempat lain?
Bagaimana perubahan warna yang terjadi (misalnya pigmen meningkat, ikterus,
pucat)? Sudah berapa lama?
Adakah gejala penyerta yang menunjukkan adanya kondisi medis sistemik (misalnya
penurunan berat badan, artralgia, dll)?
Pertimbangan akibat yang mungkin ditumbulkan oleh kondisi kulit yang serius, seperti
kehilangan cairan, infeksi sekunder, penyebaran metastatik ke KGB atau organ lain.
Riwayat penyakit dahulu. Tanyakan apakah pasien pernah mengalami gangguan
kulit, ruam dan lain-lain? Adakah riwayat kecenderungan atopi (asma, rinitis)? Adakah pasien
memiliki masalah kulit di masa kecil? Adakah riwayat kondisi medis lain yang signifikan?
Obat-obatan. Riwayat pemakaian obat yang lengkap penting bagi semua jenis
pengobatan, baik obat resep maupun alternatif, yang dimakan atau topikal. Pernahkah pasien
menggunakan obat untuk penyakit kulit? Pernahkan/apakah pasien menggunakan
immunosupresan?
Alergi. Apakah pasien memiliki alergi obat (jika ya, seperti apa reaksi yang timbul)?
Apakah pasien mengetahui kemungkinan alergen yang lain? Pernahkah pasien menjalani
patch test atau pemeriksaan respons IgE?
2 | Skin & Integumen – Herpes Zoster
Riwayat keluarga. Adakah riwayat penyakit kulit atau atopik dalam keluarga?
Adakah orang lain di keluarga yang mengalami kelainan serupa?
Riwayat sosial. Bagaimana riwayat pekerjaan pasien; apakah terpapar sinar matahari,
alergen potensial, atau parasit kulit? Apakah menggunakan produk pembersih baru, hewan
peliharaan baru, dan lain-lain? Apakah pasien baru-baru ini bepergian ke luar negeri? Adakah
pajanan pada penyakit infeksi (misalnya cacar air)?
Penyelidikan fungsional. Fakta utama adalah kemungkinan adanya penyakit sistemik
yang berkaitan, seperti penyakit akibat infeksi parasit, artropati psoriatik, SLE, dll. 2
Pemeriksaan
Fisik
Cek pasien apakah terlihat sakit ringan atau berat. Adakah pucat, syok berpigmen, atau
demam?
Inspeksi; pada inspeksi diperhatikan lokalisasi, warna, bentuk, ukuran, penyebaranm
batas, dan tanda-tanda khusus. Bila terdapat kemerahan pada kulit, ada tiga
kemungkinan; eritema, purpura dan telangiektasis. Cara membedakannya adalah
dengan ditekan dengan jari dan digeser. Pada eritema warna kemerahan akan hikang
dan kemerahan akan muncul kembali steleha jari dilepaskan karena vasodilatasi
kapiler. Sebaliknya pada purpura tidak enghilang sebab terjadinya perdarahan dikulit,
begitu pula pada telangiektasis akibat pelebaran kapiler yang menetap. Cara lain
adalah dengan melakukan disakopi yang berarti menekan dengan benda transparan
(diaskop) pada tempat kemerahan tersebut. Diaskop disebut positif jika warna merah
menghilang; disebut eritem dan disebut negatif bila warna merah tidak hilang; pada
purpura/ telangiektasis. Pada telangiektasis akan tampak kapiler berbentuk seperti tali
yang berkeleng-kelok dapat berwarna merah atau biru.
Pada herpes zoster, ditemukan adanya ruam-ruam disertai lesi berbentuk pelinting-
pelinting berisi cairan seperti dibagian payudara, perut, atau punggung sebelah kiri.
3 | Skin & Integumen – Herpes Zoster
Palpasi: Dilakukan pada lesi untuk mengetahui suhu, mobilitas, nyeri tekan, dan
kedalaman. Periksa adanya pembesaran kelenjar getah bening yang merupakan
drainase. Lakukan pemeriksaan fisik lengkap untuk menganamnesis adanya penyakit
sistemik.
Mendokumentasikan kelainan kulit dengan akurat sangat penting, dan bisa dibantu
oleh foto. 2
Penunjang
Jika hasil pemeriksaan fisik masih diragukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa
tes laboratorium. Namun biasanya hal ini tidak diperlukan untuk menejemen yang tepat anak
sehat dengan varisela atau herpes zoster. 3
Tzanck Test. Dapat dilakukan dengan cara membuat sediaaan apus yang diwarnai
dengan Giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel dan akan didapati sel datia berinti
banyak.[kulit UI] Untuk hasil terbaik lesi harus berumur 1-3 hari. Dapat digunakan untuk
membedakan VZV dengan herpes simpleks virus.
PCR (Polimerase Chain Reaction). Pemeriksaan PCR sangat cepat dan sensitif.
Pemeriksaan ini dapat menggunakan berbagai jenis preparat seperti kerokan dasar vesikel
ataupun krusta yang sudah terbentuk. Sensitivitasnya sekitar 97%-100%. Tes ini dapat
menemukan asam nukleat dari VZV.
Biopsi Kulit. Hasil pemeriksaan histopatologik dapat ditemukan vesikel
intraepidermal dengan degenerasi sel epidermal dan acantholisis. Pada dermis bagian atas
terlihat limfotik infiltrat. 1
Pemeriksaan cairan vesikel dan jaringan terinfeksi; memperlihatkan adanya
inklusi intraselular eosinofil dan virus varisela.
4 | Skin & Integumen – Herpes Zoster
Diagnosis
Working Diagnose (WD)
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster yang
menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah
infeksi primer. Herpes zoster dibagi menjadi 2 macam;
a. Herpes zoster generalisata : herpes yang unilateral dan segmental ditambah dengan
penyebaran secara generalisata berupa vesikel soliter dan terdapat umbilikalis
b. Herpes zoster oftalmikus : herpes yang didalamnya terjadi cabang infeksi pertama
nervus trigeminus yang menimbulkan kelainan pada mata serya cabang ke 2 dan
ke 3 yang menyebabkan kelainan kulit pada daerah persyarafan.
Differential Diagnose (DD) 1
Herpes simpleks, merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes
simplex/VHS (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang
berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, berisi
cairan jernih dan kemudian menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan kadang-kadang
mengalami ulserasi yang dangkal biasanya sembuh tanpa sikatriks. sedangkan infeksi dapat
berlangsung baik primer maupun rekurens. Infeksi VHS I biasanya dimulai pada anak-anak,
sedangkan infeksi VHS tipe II biasanya terjadi pada dekade II atau III, serta berhubungan
dengan peningkatan aktivitas seksual. Tempat predileksi VHS tipe I di daerah pinggang ke
atas terutama di daerah mulut dan hidung, biasanya dimulai pada usia anak-anak. Sementara
VHS tipe II mempunyai predileksi di daerah pinggang ke bawah, terutama di daerah genital.
Daerah-daerah ini sering kacau karena adanya cara hubungan seksual seperti oro-genital.
Varisela, merupakan salah satu penyakit sangat menular yang dapat menular dengan
sangat cepat. Varisela dapat merupakan penyakit kongenital, menyerang bayi baru
lahir,menyerang anak kurang dari 10 tahun terutama usia 5 sampai 9 tahun, bahkan orang
dewasa. Pada anak sehat penyakit ini biasanya bersifat jinak, jarang menimbulkan komplikasi
dan hanya sedikit yang menderita penylit, tetapi pada status immunitas yang menurun, seperti
bayi baru lahir, immunodefisiensi, tumor ganas, dan orang dewasa yang mendapat pengobatan
immunosupresan sering menimbulkan komplikasi bahkan menyebabkan kematian1 .5 | Skin & Integumen – Herpes Zoster
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang termasuk golongan Herpes Virus,
yaituVaricella Zooster Virus (VZV). Pada kontak pertama virus ini menyebakan penyakit
cacar air atau chicken Pox, dan pada reaktivasi infeksi, virus Pencegahan terhadap varisela
dapat dilakukan dengan pemberian immunisasi aktif maupun pasif ini menyebabkan penyakit
yang disebut sebagai herpes zooster atau shingles.
, dengan demikian maka penderita yang beresiko mendapatkan komplikasi saat
menderita penyakit varisela, atau menderita varisela yang cenderung berat dapat diberi
immunisasi untuk meningkatkan immunitasnya .5
Dermatitis kontak iritan (Dermatitis Venetata), adalah inflamasi pada kulit yang
terjadi karena kulit telah terpapar oleh bahan yang toksin atau iritatif ke kulit manusia, dan
tidak disebabkan reaksi alergi. Pada anak-anak, bahan iritan yang paling sering menyebabkan
DKI adalah popok bayi. Hal ini akan menyebabkan keadaan yang dinamakan ³diaper
dermatitis´, reaksi kulit di daerah yang terpapar popok bayi yang disebabkan kontak terlalu
lama dengan bahan kimia alami terdapat di air seni dan tinja. Selain itu dapat pula DKI terjadi
di sekitar mulut karena kulit terpapar dengan makanan bayi ataupun air liur. Pada orang
dewasa, DKI terjadi seringkali karena paparan sabun dan deterjen.
Efek dari dermatitis kontak bervariasi, mulai dari kemerahan yang ringan dan hanya
berlangsung sekejap sampai kepada pembengkakan hebat dan lepuhan kulit. Ruam seringkali
terdiri dari lepuhan kecil yang terasa gatal (vesikel). Pada awalnya ruam hanya terbatas di
daerah yang kontak langsung dengan alergen (zat penyebab terjadinya reaksi alergi), tetapi
selanjutnya ruam bisa menyebar. Ruam bisa sangat kecil (misalnya sebesar lubang anting-
anting) atau bisa menutupi area tubuh yang luas (misalnya dermatitis karena pemakaian
losyen badan).
Jika zat penyebab ruam tidak lagi digunakan, biasanya dalam beberapa hari
kemerahan akan menghilang. Lepuhan akan pecah dan mengeluarkan cairan serta membentuk
keropeng lalu mengering. Sisa-sisa sisik, gatal-gatal dan penebalan kulit yang bersifat
sementara, bisa berlangsung selama beberapa hari atau minggu
6 | Skin & Integumen – Herpes Zoster
Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus golongan herpes yang lain, virus varisela
zoster atau varicella-zoster virus (VZV). 1 Struktur partikel virus ini berukuran 120-300 nm.
Virion terdiri dari glikoprotein, kapsid, amplop virus dan nukleokapsid yang melindungi
bagian inti berisi DNA genom utas ganda. Bagian nukleokapsid berbentuk ikosahedral,
berdiameter 100-110 nm dan terdiri dari 162 protein yang disebut kapsomer. Virus ini akan
mengalami inaktivasi pada suhu 56-60 ˚C dan menjadi tidak berbahaya apabila bagian amplop
dari virus ini rusak. Penyebaran virus ini terjadi melalui pernafasan.
Gambar 1. Varicella-Zoster Virus (VZV). Sumber:
http://en.citizendium.org/images/8/83/Dna15.jpg.
Epidemiologi
Penyebarannya sama seperti varisela (cacar). Penyakit ini, seperti yang diterangkan
dalam definisi, merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah penderita mendapat varisela.
Kadang-kadang varisela ini berlangsung subklinis. Tetapi ada pendapat yang menyatakan
kemungkinan transmisi virus secara aerogen dari pasien yang sedang menderita varisela atau
herpes zoster. 2
7 | Skin & Integumen – Herpes Zoster
Patogenesis
Varicella Zoster Virus dapat menyebabkan varicella dan herpes zoster. Kontak
pertama dengan virus iniakan menyebabkan varicella, oleh karena itu varicella dikatakan
infeksi akut primer, sedangkan bilapenderita varicella sembuh atau dalam bentuk laten dan
kemudian terjadi serangan kembali maka yangakan muncul adalah Herpes Zoster.Infeksi
primer dari VZV ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus mengadakan
replikasidan dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan
asimptomatik.Keadaan ini diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial System
(RES) yang kemudianmengadakan replikasi kedua yang sifat viremia nya lebih luas dan
simptomatik dengan penyebaran viruske kulit dan mukosa. Sebagian virus juga menjalar
melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebihganglion sensoris dan berdiam diri atau laten
didalam neuron. Selama antibodi yang beredar didalamdarah masih tinggi, reaktivasi dari
virus yang laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentudimana antibodi tersebut turun
dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadiherpes zoster.
Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion kranialis.
Kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang setingkat dengan daerah persarafan
ganglion tersebut. Kadang-kadang virus ini juga menyerang ganglion anterior, bagian motorik
kranialis sehingga memberikan gejala-gejala gangguan motorik.1,5
Gejala Klinis
Daerah yang paling sering terkena adalah daerah torakal, walaupun daerah-daerah lain
tidak jarang. Frekuensi penyakit ini pada pria dan wanita sama, sedangkan mengenai umur
lebih sering pada orang dewasa.
Sebelum timbul gejala kulit, terdapat gejala prodormal baik sistemik (demam, pusing,
malaise) maupun gejala prodormal lokal (nyeri otot-tulang, gatal, pegal, dsb). Setelah itu
timbul eritema dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit
yang eritematosa dan edema. Vesikel ini berisi cairan yang jernih, kemudian menjadi keruh
(berwarna abu-abu), dapat menjadi pustul dan krusta. Kadang-kadang vesikel mengandung
8 | Skin & Integumen – Herpes Zoster
darah dan dapat disebut sebagai herpes zoster hemoragik. Dapat pula timbul infeksi sekunder
sehingga menyebabkan ulkus dengan penyembuhan berupa sikatriks.
Masa tunasnya 7-21 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi baru yang tetap
timbul berlangsung kira-kira seminggu, sedangkan masa resolusi berlangsung kira-kira 1-2
minggu. Di samping gejala kulit, dapat juga dijumpai pembesaran kelenjar getah bening
regional (KGBR). Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai
dengan tempat persarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik, tetapi pada
susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur ganglion kranialis
memungkinkan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah yang terkena mengalami gejala yang
khas. Kelainan pada muka sering disebabkan karena gangguan pada nervus trigeminus
(dengan ganglion gaseri) atau nervus fasialis dan otikus (dari ganglion genikulatum).
Berdasarkan lokasi lesinya, herpes zoster dibagi atas beberapa jenis.
Gambar 2. Lesi Herpes Zoster. Sumber: http://www.howtocureshingles.com/blog/wp-
content/uploads/2011/10/herpes-zoster-symptoms.jpg.
Herpes zoster oftalmikus; merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang oftalmikus saraf trigeminus
(N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada
satu sisi kepala dan wajah disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala
prodromal berlangsug 1-4 hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak keluar air
mata, kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.
9 | Skin & Integumen – Herpes Zoster
Gambar 3. Herpes Zoster Oftalmikus. Sumber:
http://www.stetoskop.info/images/dragana/decembar/herpes-zoster%202.jpg.
Herpes zoster fasialis; merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian
ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi herpetik
unilateral pada kulit.
Gambar 4. Herpes Zoster Fasialis (Dextra). Sumber:
http://www.stetoskop.info/images/dragana/decembar/herpes-zoster%202.jpg.
Herpes zoster brakialis; merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
10 | Skin & Integumen – Herpes Zoster
Gambar 5. Herpes Zoster Brakialis. Sumber:
http://www.doctortreatments.com/Diseases_Of_The_Skin/Class_II_Inflammations_Herpes_Z
oster-5.jpg.
Herpes zoster torakalis; merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
Gambar 6. Herpes Zoster Torakalis. Sumber:
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/19/Herpes_zoster_chest.png.
Herpes zoster lumbalis; infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus lumbalis
yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
Herpes zoster sakralis; merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus
sakralis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
11 | Skin & Integumen – Herpes Zoster
Selain itu, ada juga yang disebut sebagai herpes zoster abortif, artinya penyakit ini
berlangsung dalam waktu yang singkat dan kelainan kulitnya hanya berupa beberapa vesikel
dan eritem. Pada herpes zoster generalisata, kelainan kulitnya unilateral dan segmental
ditambah kelainan kulit yang menyebar secara generalisata berupa vesikel yang soliter dan
ada umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi pada orang tua atau pada orang yang kondisi
fisiknya sangat lemah, misalnya pada penderita limfoma malignum. 1,6
Penatalaksaan
Medikamentosa
Pengobatan topikal; bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel diberikan
bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi
sekunder. Bila erosif diberikan kompres terbuka, sementara bila terjadi ulserasi dapat
diberikan salep antibiotik.
Pengobatan sistemik; umumnya bersifat simtompatik. Untuk nyerinya diberikan
analgetik. Jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik. Indikasi obat antiviral ialah
herpes zoster oftalmikus dan pasien dengan defisiensi imunitas. Obat yang biasa digunakan
yakni asiklovir dan modifikasinya, misalnya valasiklovir. Asiklovir diberikan 5 x 800 mg
sehari dan biasanya diberikan 7 hari, sedangkan valasiklovir cukup 3 x 1000 mg sehari karena
konsentrasi dalam plasma lebih tinggi. Jika lesi baru masih tetap timbul, obat-obat tersebut
masih dapat diteruskan dan dihentikan sesudah 2 hari sejak lesi baru tidak timbul lagi.
Obat yang lebih baru adalah famsiklovir dan pensiklovir yang mempunyai waktu paru
eliminasi yang lebih lama sehingga cukup diberikan 3 x 250 mg sehari. Obat-obat terssebut
diberikan dalam 3 hari pertama sejak lesi baru tidak timbul lagi.
Indikasi pemberian kortikosteroid adalah sindrom Ramsay Hunt. Pemberian harus
sedini-diniya untuk mencegah paralisis. Yang biasa diberikan adalah prednison dengan dosis
3 x 20 mg sehari, setelah seminggu dosis diturunkan secara bertahap. Dengan dosis setinggi
itu, imunitas akan tertekan sehingga lebih baik digabung dengan antiviral, untuk mencegah
fibrosis ganglion.
12 | Skin & Integumen – Herpes Zoster
Menurut FDA, pilihan obat pertama yang dapat digunakan untuk nyeri neuropatik
pada neuropati perifer diabetik dan neuralgia pasca herpetik ialah pregabalin. Obat tersebut
lebih baik daripada gabapentin, karena efek sampingnya lebih sedikit, lebih poten (2-4 kali),
kerjanya lebih cepat, serta pengaturan dosisnya lebioh sederhana. Dosis awalnya ialah 2 x 75
mg sehari, setelah 3-7 hari bila responsnya kurang dapat dinaikkan menjadi 2 x 150 mg
sehari. Dosis maksimumnya 600 mg sehari. Efek sampingnya ringan berupa dizziness dan
somnolen yang akan menghilang sendiri.
Obat lain yang dapat diberikan adalah antidepresi trisiklik (misalnya notriptilin dan
amitriptilin) yang akan menghilangkan nyeri pada 44-67% kasus dengan efek samping
gangguan jantung, sedasi, dan hipotensi. Dosis awal amitriptilin ialah 75 mg sehari kemudian
ditinggikan sampai efek teurapetiknya timbul, biasanya antara 150-300 mg perhari. Dosis
nortriptilin ialah 50-150 mg sehari. 1,6
Non-Medikamentosa
Perhatikan agar vesikel tidak pecah, jangan gunakan baju yang terlalu ketat, dan
jangan digaruk.
Selama fase akut, pasien sebaiknya tidak keluar rumah agar tidak menularkan kepada
orang lain.
Jaga kebersihan tubuh, untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, misalnya dengan
cara tetap mandi, dan ganti baju secara teratur.
Konsumsi buah-buahan dan makanan bernutrisi lainnya, untuk meningkatkan
kekebalan tubuh dan menambah kelembaban kulit.
Prognosis
Prognosis umumnya baik, pada herpes zoster oftalmikus prognosis bergantung pada
tindakan perawatan secara dini. Terhadap penyakitnya pada dewasa dan anak-anak umumnya
13 | Skin & Integumen – Herpes Zoster
baik, tetapi usia tua risiko terjadinya komplikasi semakin tinggi, dan secara kosmetika dapat
menimbulkan makula hiperpigmentasi atausikatrik.
Komplikasi 4
Neuralgia paska herpetik; Neuralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada
daerah bekas penyembuhan. Neuralgia inidapat berlangsung selama berbulan-bulan sampai
beberapa tahun. Keadaan ini cenderung timbul padaumur diatas 40 tahun, persentasenya 10 -
15 % dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Semakin tua umurpenderita maka semakin tinggi
persentasenya.
Infeksi sekunder; Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi.
Sebaliknya pada yangdisertai defisiensi imunitas, infeksi H.I.V., keganasan, atau berusia
lanjut dapat disertai komplikasi.Vesikel sering manjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.
Kelainan pada mata; Pada herpes zoster oftatmikus, kelainan yang muncul dapat berupa:
ptosis paralitik, keratitis, skleritis,uveitis, korioratinitis dan neuritis optik.
Sindrom Ramsay Hunt
Sindrom Ramsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan otikus, sehingga
memberikangejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan
tingkat persarafan, tinitus,vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, dan gangguan
pengecapan.
Paralisis motorik; Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat
perjalanan virus secarakontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan.
Paralisis ini biasanya munculdalam 2 minggu sejak munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat
terjadi seperti: di wajah, diafragma,batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus.
Umumnya akan sembuh spontan.3
14 | Skin & Integumen – Herpes Zoster
Preventif
Untuk mencegah herpes zoster, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah pemberian
vaksinasi, salah satunya adalah Zostavaks. Vaksin berfungsi untuk meningkatkan respon
spesifik limfosit terhadap virus tersebut pada pasien seropositif usia lanjut. Vaksin ini berupa
virus herpes zoster yang telah dilemahkan atau komponen virus tersebut yang berperan
sebagai antigen. Penggunaan vaksin tersebut telah terbukti dapat mencegah atau mengurangi
resiko terkena penyakit tersebut pada pasien yang rentan. 7 Yang terutama adalah menjaga dan
merawat kesehatan tubuh individual serta bergaya hidup sehat, karena selalu mencegah lebih
baik daripada mengobati.
Kesimpulan
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster yang
menyerang kulitdan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah
infeksi primer.Berdasarkan lokasi lesi, herpes zoster dibagi atas: herpes zoster oftalmikus,
fasialis, brakialis, torakalis,lumbalis, dan sakralis. Manifestasi klinis herpes zoster dapat
berupa kelompok-kelompok vesikel sampaibula di atas daerah yang eritematosa. Lesi yang
khas bersifat unilateral pada dermatom yang sesuaidengan letak syaraf yang terinfeksi
virus.Diagnosa herpes zoster dapat ditegakkan dengan mudah melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Jikadiperlukan dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium sederhana, yaitu
tes Tzanck dengan menemukansel datia berinti banyak.Pada umumnya penyakit herpes zoster
dapat sembuh sendiri (self limiting disease), tetapi padabeberapa kasus dapat timbul
komplikasi. Semakin lanjut usia, semakin tinggi frekuensi timbulnya komplikasi.
15 | Skin & Integumen – Herpes Zoster
Daftar Pustaka
1. Tim Penyusun. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011.
h. 3; 19; 110-2; 133-6; 380-2.
2. Laningan SW, Zaidi Z. Dermatology in clinical practice. New york: Springer
dordercht; 2010.
3. Mansjoer Arif. Kapita selekta kedokteran: penyakit virus. Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapicus FKUI; 2000. h. 128-9.
4. Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu kesehatan anak Nelson. Edisi 15. Jakarta: EGC;
2000. h. 1097-101.
5. Daili ES, Menaldi SL, Wisnu IM. Penyakit Kulit yang Umum di Indonesia. Jakarta:
Medical Multimedia; 2005.
6. Corwin. Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2009. h. 118-20.
7. Gnann, Whitley. Clinical practice: herpes zoster. England: The New England Journal
of Medicine; 2002. p. 340-6.
16 | Skin & Integumen – Herpes Zoster
top related