Transcript
PARAMETER KUALITAS AIRI. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekosistem lotik merupakan ekosistem yang sangat
kompleks karena melibatkan banyak komponen pembentuk
ekosistem, baiak factor fisik, kimia, maupun biologi
perairan. Komponen- komponen yang mempengaruhinya antara
lain : Kecerahan Air, Suhu Udara dan Air, Derajat Keasaman
(pH) Air, Oksigen Terlarut,Kaebon dioksida bebas dan
Alkalinitas Air.
Praktikum Kualitas Air ini bertujuan untuk mengetahui
parameter kualitas air dan cara pengukurannya, serta
mengetahui hubungan parameter fisik, kimia, dan bilogi dalam
kualitas air. Dengan adanya Praktikum Analisis Kualitas
Air. Praktikan diharapkan dapat mengetahui kualitas air
yang baik, serta dapat mengetahiu akan pentinganya perairan
dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber daya perairan.
B. Tujuan1. Mengetahui parameter kualitas air dan cara
pengukurannya
2. Mengetahui parameter fisik, kimia, dan biologi
dalam kualitas air
C. Tinjauan Pustaka
Air diperlukan bagi kehidupan organisme. Peranan air bagi
kehidupan semakin meningkat dengan majunya kebudayaan
manusia. Kalau air tersebut digunakan oleh organisme untuk
keperluannya, misalnya ikan maka kualitas airnya harus sesuai
dengan air yang dibutuhkan oleh ikan itu (Wardoyo 1981).
Kualitas air dalam hal analisis kualitas air mencakup
keadaan fisik, kimia, dan biologi yang dapat mempengaruhi
ketersediaan air untuk kehidupan manusia, pertanian, industri,
rekreasi, dan pemanfaatan air lainnya (Asdak 1995). Menurut
Lagler (1997) didalam lingkungan perairan ada tiga unsur pokok
yang mempengaruhi kehidupan biota perairan. Pertama adalah
unsur fisik yang berupa sifat-sifat fisika air seperti suhu,
kekeruhan, kekentalan, cahaya, suara, getaran serta berat
jenis. Unsur kedua adalah sifat kimiawi air seperti pH, kadar
oksigen terlarut, karbondioksida terlarut, alkalinitas dan
lain-lainnya. Unsur ketiga adalah yaitu sifat-sifat
biologinya seperti keadaan organismenya, pemakai dan
pengurai. Ketiga unsur pokok tersebut tergantung pada sumber
alam pokok yaitu sinar matahari dan iklim.
Banyak jenis binatang dan tumbuhan yang sama, hidup baik
di sungai maupun di danau, dan banyak dari adaptasi yang
mereka perlukan ternyata sama. Disebabkan keadaan fisik sungai
dan danau sangat berbeda satu sama lain kebiasaan-kebiasaan
jenis binatang dan tumbuhan yang sama ini perlu perhatian yang
berbeda (Anwar 1984). Transparansi air berhubungan dengan
kedalaman air, dimana hubungannya adalah pada daya tembus atau
intensitas penetrasi cahaya matahari. Semakin dalam suatu
perairan, maka akan semakin kecil daya tembus cahayanya.
Penetrasi cahaya ini berhubungan juga dengan fotosintesis oleh
fitoplankton dan tumbuhan air lainnya (Cholik 1991).
Danau buatan, tentu saja bervariasi tergantung daerahnya
dan pengairan alaminya. Umumnya danau buatan ditandai dengan
fluktuasi permukaan air dan air turbiditas yang tinggi.
Produksi dari bentos sering lebih kecil di danau buatan
dibandingkan dengan di danau alam. Neraca panas dari danau
buatan dapat berbeda banyak dari danau alam, tergantung dari
perencanaan dari dam. Bila air dilimpahkan dari dasar,
seperti dam yang didirikan untuk pembangkit tenaga listrik,
air yang dibuang itu dingin, kaya makanan tapi miskin O2 ,
sementara air yang hangat tetap tinggal di danau. Genangan itu
menjadi suatu perangkap panas dan pengekspor makanan,
sebaliknya danau alam membuang airnya dari permukaan, jadi
fungsinya sebagai perangkap makanan dan pengekspor panas,
sehingga tipe pembuangan air amat mempengaruhi kondisi di
bagian hilirnya (Odum 1993).
II. METODOLOGI
A. Waktu dan TempatHari, tanggal : Kamis, 29 September 2005
Waktu : 06.00, 10.00, 14.00, dan 18.00
WIB
Tempat : Danau Lembah UGM, kolam percobaan Jurusan
Perikanan dan Laboratorium Ekologi Perairan
B. Alat dan BahanA. Alat
a. Secchi disc
b. Termometer
a. Botol oksigen
b. Erlenmeyer
c. Gelas ukur
d. Pipet tetes
e. Pipet ukur
f. Ember plastik
g. Jaring plankton
h. Kertas label
i. Penggaris
j. pH meter
k. Mikroskop
l. Botol film
m. Botol aqua
n. Sedwgwick rafter counting cell (SR)
o. Plastik
p. Kertas saring
B. Bahan
a. larutan Buffer
b. larutan H2SO4 pekat
c. larutan 1/80 N Na2S2O3
d. larutan indikator amilum
e. larutan indikator PP
f. larutan 4% formalin
g. larutan. MnSO4
h. larutan reagan oksigen
i. larutan 1/44 N NaOH
j. larutan 1/50 N H2SO4
k. larutan indikator methyl orange
l. aquades
m. larutan 1/40 N Na2S2O3
n. larutan 1/50N HCl
o. larutan KMnO4 0,01 N
p. larutan asam oksalat 0.1 N
q. larutan H2SO4 6 N
r. larutan buffer kesadahan
C. Cara Kerja1. Kecerahan Air
a. Memasukan secchi disc ke dalam airsampai tidak
dapat batas antara hitam dan putih kemudian mencatat
kedalamannya (a cm).
b. Menarik secchi disc ke atas sampai dapat
terlihat batas antara hitam dan putih kemudian mencatat
kedalamannya (b cm).
c. Menghitung nilai transparansi dengan rumus: a +
b/2
2. Suhu Udara dan Suhu Air
a.Mengukur suhu udara di lokasi praktikum dengan
menggunakan termometer dan mencatat suhunya
b.Mengukur suhu air menggunakan termometer deagan
cara memasukkannya ke dalam air selama kurang lebih 5 menit
lalu membaca dan mencatat suhu air yang ditunjukkan oleh
termometer tersebut dalam keadaan ujung termometer masih
tercelup di dalam air.
3. Derajat Keasaman (pH)
Mengambil air secukupnya
Memasukkan pH meter ke dalam larutan standar (ph=7) dan
kalibrasi pH tersebut agar menunjukkan nilai pH=7
Memasukkan pH meter ke dalam air sample, membiarkannya
beberapa menit hingga nilai pH yang terbaca menunjukkan angka
yang stabil. Mencatat nilai pH yang ditunjukkan oleh pH meter
Membersihkan bagian ujung pH meter dengan aquades sebelum
digunakan untuk mengukur air sampel lainnya.
4. Kandungan O2 terlarut (Dissolved Oxigen atau DO)
Metode Winkler:
Mengambil cuplikan air yang akan diperiksa dengan
memasukkan botol oksigen ke dalam air, menutup rapat-rapat
jangan sampai timbul gelembung udara.
Menambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml reagen (pereaksi) oksigen ke
dalam botol oksigen.
Menutup botol oksigen, kemudian menggojok perlahan- lahan
dengan car membolak- balik botol hingga reaksi berjalan
sempurna.
Mendiamkan beberapa saat hingga endapan yang timbul
terlihat mengendap sempurna.
Membuka tutup botol dan menambahkan 1 ml larutan H2SO4
pekat.
Menutup botol, menggojok seperti di atas hingga endapan
larut sempurna dan mendiamkan selama beberapa menit (± 10
menit).
Mengambil larutan hasil reaksi diatas sebanyak 50 ml dan
memasukkan ke dalam erlemeyer 250 ml.
Menitrasi dengan larutan 1/80 NanS2O3 sambil erlemeyer
digoyang-goyang hingga larutan berwarna kuning.
Menambahkan 3 tetes indikator amilum, menggoyang- goyang
dan lartan akan berubah menjadi warna biru, kemudian
mantitrasi hingga warna biru tepat hilang.
Mencatat banyak larutan 1/80 N NanS2O3 yang digunakan untuk
titrasi dari awal hingga akhir (= a ml).
Perhitungan:
1 ml 1/80 N NanS2O3 = 0,1 mg O2/l
Kandungan O2 terlarut =
(f) = faktor korelasi= 1
5. Kandungan CO2 bebas
Metode alkalimetri
Mengambil cuplikan air yang akan diperiksa dengan caran
memasukkan botol oksigen ke dalam air, menutup rapat- rapat
dan menjaga jangan sampai timbul gelembung udara.
Mengambil cuplikan air sebanyak 50 ml dan memasukkan ke
dalam erlemeyer secara perlahan- lahan.
Menambahkan 3 tetes indikator Phenolphphtalein (PP)
a. Jika warna berubah menjadi merah muda (rose),
berarti tidak ada kandungan CO2 bebas.
b. Jika air cuplikan tetap tidak berwarna (bening),
maka dititrasi dengan larutan 1/44 N NaOH sambil menggoyang-
goyang hingga warna berubah menjadi merah muda.
Mencatat banyak larutan 1/44 N NaOH yang digunakan (= b ml)
Perhitungan
1 ml 1/44 N NaOH = 1 mg CO2
Kandungan CO2 =
(f) = faktor koreksi = 1
III. HASIL dan PENGAMATAN
A. Hasil
TerlampirB. Pembahasan
Pengamatan kali ini dilakukan di dua tempat yaitu inlet
dan outlet di kolam Jurusan Perikanan dan di danau Lembah UGM.
Pengamatan dilakukan setiap empat jam sekali yaitu pukul
06.00, 10.00, 14.00, dan 18.00 WIB..Adapun parameter yang
diukur antara lain :
A. Kolam
1. Parameter Fisika
a. Suhu air
Suhu udara suatu perairan antara lain dipengaruhi oleh
vegetasi dan waktu. Suhu menyatakan banyaknya panas matahari
yang dapat tersimpan dalam suatu media yang dinyatakan dalam
satuan celcius.
Suhu air tertinggi terdapat pada pengamatan pukul 14.00
WIB (inlet) yaitu 29 0C, sedangkan suhu terendah terjadi pada
pengamatan pukul 06.00 WIB (inlet) yaitu sebesar 20 ºC. Suhu
air yang rendah pada pukul 06.00 WIB disebabkan oleh
intensitas cahaya matahari yang masuk ke perairan pada saat
itu belum maksimum, sedangkan pada pukul 14.00 WIB suhu air
mencapai titik tertinggi hal tersebut dikarenakan pada saat
itu intensitas cahaya matahari sudah mencapai titik maksimum
sehingga panas yang terserap oleh perairan dalam jumlah
celcius yang banyak.
b. Suhu udara
Suhu udara suatu perairan antara lain dipengaruhi oleh
cuaca, vegetasi, dan fotosintesis . Suhu udara tertinggi
terjadi pada pukul 14.00 WIB (inlet) sebesar 29 0C, sedangkan
suhu terkecil terjadi pukul 18.00 WIB (inlet) sebesar 23,5 0C.
Suhu udara yang tinggi pada pukul 14.00 WIB disebabkan karena
pada saat itu intensitas sinar matahari sudah mencapai titik
maksimum, sedangkan suhu yang rendah pada pukul 06.00 dan
18.00 WIB disebabkan karena pada pagi dan sore hari sinar
matahari belum mencapai titik maksimum.
c. Kecerahan
Kecerahan kolam menandakan tingkat kekeruhan kolam yang
merupakan aktivitas dari bahan organik. Kecerahan berkisar
antara 21,9375 cm – 32,5 cm. Grafik menunjukkan bahwa
kecerahan tertinggi terjadi di daerah outlet pada pukul 18.00
sebesar 34,5 cm dan terendah terjadi di daerah outlet pada
pukul 06.00 sebesar 21,125 cm. Kecerahan yang tinggi pada
pukul 18.00 WIB disebabkan karena pada saat tersebut aktifitas
organisme yang berada di dalam kolam sudah menurun sehingga
bahan organik yang terdapat didalamnya mudah mengendap pada
dasar kolam. Pada pukul 06.00 WIB kecerahan menunjukkan nilai
yang terkecil, hal tersebut disebabkan karena pada pagi hari
organisme yang berada didalam kolam mulai aktif bergerak
sehingga gerakannya menimbulkan tersebarnya bahan organik yang
terendap didasar kolam dan menyebabkan kolam menjadi keruh dan
kecerahanya kecil.
2. Parameter kimia
a DO (Oksigen terlarut)
Banyaknya oksigen terlarut pada suatu perairan dinyatakan
oleh DO. Hasil pengamatan menunjukkan kandungan DO pada inlet
berkisar antara 1,45 ppm – 4,0 ppm, sedangkan kandungan DO
pada outlet berkisar antara 1,35 ppm – 3,1 ppm. Hasil
pengamatan diperoleh DO terendah pada inlet terdapat pada
pukul 18.00 sebesar 1,4 ppm sedangkan kadar DO tertinggi
terdapat pada pukul 06.00 sebesar 4,4 ppm. Nilai DO terendah
pada outlet terdapat pada pukul 18.00 sebesar 1,3 ppm
sedangkan kadar DO tertinggi terdapat pada pukul 10.00 sebesar
4 ppm. Adanya nilai DO yang rendah dikarenakan pada daerah
tersebut kurang terjadi proses fotosintesis begitupula
sebaliknya karena supply oksigen dalam perairan berasal dari
fotosintesis fitoplankton. Keberadaan oksigen terlarut
didalam suatu perairan sangat penting karena digunakan oleh
hewan air untuk proses respirasi. Oleh karena itu suatu
perairan yang baik harus memiliki kadar DO yang lebih dari 3.
(Welch 1952).
b. CO2 bebas
Kandungan CO2 pada kolam merupakan efek dari buruknya
lingkungan perairan serta banyaknya oksigen terlarut pada
kolam. Kandungan CO2 pada inlet berkisar antara 7 ppm – 10 ppm,
begitu juga kandungan CO2 pada outlet berkisar antara 7 ppm –
10 ppm. Kandungan CO2 bebas dari hasil pengamatan menunjukkan
bahwa pada inlet dan outlet kandungan terbesar terjadi pada
pengamatan pukul 06.00 yaitu sebesar 10 ppm (baik didasar
maupun permukaan perairan). Nilai tersebut disebabkan pada
pagi hari cahaya yang masuk belum cukup untuk melakukan
fotosintesis sehingga fitoplankton yang ada lebih cenderung
melakukan respirasi..
Kandungan CO2 yang terrendah pada inlet dan outlet terjadi
pada pukul 18.00. Kadar CO2 yang rendah disebabkan karena pada
saat itu (siang hari) sinar matahari yang masuk sudah
berlimpah sehingga fitoplankton lebih cenderung melakukan
fotosintesis sehingga kadar CO2nya menurun. Menurut Welch
(1952) besarnya konsumsi pada phytoplankton, tumbuhan hijau
faktor pendukung efektivitas sinar, kecerahan dan waktu juga
berpengaruh terhadap kandungan CO2 didalam suatu perairan.
c. pH
Kandungan pH pada suatu perairan menggambarkan tingkat
keasaman serta banyaknya kandungan CO2. Kadar pH pada kolam
hampir sama, berkisar antara 7,7 – 7,15. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa kadar pH berkisar antara 7,7 – 7,15 dimana
pH tertinggi terdapat di daerah inlet pada pukul 06.00 hal
ini di karenakan CO2 bebas dan nilai alkalinitas yang tinggi
pada perairan ini, tingginya CO2 bebas dan alkalinitas
menunjukkan bahwa perairan memiliki ketersediaan ion karbonat
dan bikarbonat yang tinggi, sehingga perairan dapat bersifat
lebih basa. Kandungan pH terendah terjadi hampir sepanjang
waktu pengamatan, yaitu di daerah inlet maupun outlet pada
pukul 10.00, 14.00 dan pukul 18.00 yaitu sebesar 7,1
dikarenakan kandungan CO2 bebas dan alkalinitas yang relatif
rendah pada perairan ini.
d. Alkalinitas
Alkalinitas adalah kemampuan air untuk mempertahankan
keasaman perairan. Kandungan alkalinitas di daerah inlet
berkisar antara 101 ppm – 130 ppm, sedangkan pada daerah
outlet berkisar antara 110 ppm – 116 ppm. Alkalinitas
tertinggi di daerah inlet pada pukul 14.00 sebesar 130 ppm dan
terendah pada pukul 18.00 sebesar 101 ppm. Untuk outlet
alkalinitas terbesar terjadi pada pukul 14.00 sebesar 116 ppm,
sedangkan terkecil pada pukul 06.00 sebesar 110 ppm. Nilai
alkalinitas yang tinggi karena pada daerah tersebut banyak
terdapat pH yang berasal dari bahan organik yang mengalami
pembusukan sehingga sedikit memtuhkan CO2 untuk proses
pembusukannya.
Menurut Thomas (1980), alkalinitas dirumuskan sebagai
berikut :
CO2 + H2O ↔ H2CO3
H2CO3 ↔ H + + HCO3ˉ
HCO3ˉ ↔ H + + CO2ˉ
3. Parameter Biologi
a. Kepadatan Plankton
Densitas atau kepadatan plankton dapat dijadikan sebagi
indikator meningkatnya produktivitas perairan. Plankton
merupakan penyumbang perairan, semakin banyak plankton maka
semakin banyak jumlah ikan dan organisme pemakan plankton,
sehingga perairan tersebut menjadi produktif. Dari hasil
pengamatan kepadatan plankton terbesar di daerah inlet pada
pukul 14.00 wib yaitu sebesar 198 ind/l karena pada saat itu
memiliki suhu perairan yang tidak terlalu tinggi (sedang)
kadar pH yang netral, alkalinitas, CO2 bebas yang sedang dan DO
yang tinggi dan kecerahan yang sedang. Suhu yang tidak tinggi
memungkinkan plankton untuk mendiami daerah ini, karena
planton menyukai suhu yang tidak terlalu panas dan tidak
terlalu dingin. Kadar pH, alkalinitas, CO2 bebas yang tinggi,
menunjukkan bahwa pada perairan ini banyak mengandung ion
karbonat dan bikarbonat, yang berguna sebagai bahan penyuplai
nutrien dan bahan utama fotosintesis bagi plankton. Tingginya
DO, mengakibatkan plankton mudah mendapat oksigen sebagai
bahan dasar respirasi dalam aktivitasnya. Kecerahan yang
sedang berhubungan dengan penetrasi cahaya matahari. Plankton
cenderung menyukai daerah yang penetrasi cahaya mataharinya
sedang, agar aktivitas plankton berjalan secara optimal.
b. Diversiitas Plankton
Dilingkungan perairan ada tiga unsur pokok yang
mempengaruhi kehidupan biota perairan. Pertama adalah unsur
fisik yang berupa sifat-sifat fisika air seperti suhu,
kekeruhan, kekentalan, cahaya, suara, getaran serta berat
jenis. Unsur kedua adalah sifat kimiawi air seperti pH, kadar
oksigen terlarut, karbondioksida terlarut, alkalinitas dan
lain-lainnya. Unsur ketiga adalah yaitu sifat-sifat
biologinya seperti keadaan organismenya, pemakai dan
pengurai. Ketiga unsur pokok tersebut tergantung pada sumber
alam pokok yaitu sinar matahari dan Diversitas plankton
merupakan keragaman plankton yang terdapat pada perairan.
Tidak semua plankton dapat hidup pada suatu perairan.
Diversitas plankton dapat menunjukan kualitas perairan. Dari
hasil pengamatan diversitas plankton terbesar di daerah outlet
pada pukul 14.00 wib yaitu sebesar 3,822 , sedangkan terendah
juga terjadi pada pukul 14.00 sebesar 3,209 .
B. Lembah UGM
1. Parameter Fisika
a. Suhu air
Suhu udara suatu perairan antara lain dipengaruhi oleh
vegetasi dan waktu. Suhu menyatakan banyaknya panas matahari
yang dapat tersimpan dalam suatu media
Suhu air tertinggi pukul 14.00 WIB (inlet) yaitu 32 0C,
sedangkan suhu terendah terjadi pada pengamatan pukul 06.00
WIB (inlet dan outlet) yaitu sebesar 29ºC. Suhu air yang
tinggi disebabkan karena pada saat itu sinar matahari yang
masuk sudah mencapai titik maksimum,dan juga vegetasi yang ada
pada daerah inlet cukup sedikit, sedangkan suhu air yang
rendah disebabkan karena pada pagi hari sinar matahari belum
bersinar secara maksimum.
b. Suhu udara
Suhu udara berkisar antara 26 ºC – 33 ºC dimana suhu
tertinggi terjadi pada pukul 14.00 WIB (inlet dan outlet)
sebesar 33 0C, sedangkan suhu terkecil terjadi pukul 06.00 WIB
(inlet) sebesar 25 0C. Suhu udara yang tinggi pada pukul 14.00
WIB disebabkan karena pada saat itu sinar matahari bersinar
dengan intensitas maksimum, sedangkan suhu yang rendah
disebabkan karena intensitas sinar matahari telah menurun.
Suhu udara yang lebih tinggi daripada suhu air dikarenakan
sifat udara yang mudah melepas kalor dan juga pada saat itu
cuaca agak mendung.
c. Kecerahan
Kecerahan kolam menandakan tingkat kekeruhan kolam yang
merupakan aktivitas dari bahan organik, semakin keruh maka
akan semakinbanyak bahan irganiknya. Kekeruhan juga akan
mempengaruhi daya tembus cahaya sehingga akan mengganggu
fitoplankton untuk melakukan fotosintesis.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kecerahan tertinggi
terjadi di daerah outlet pada pukul 14.00 (inlet) sebesar 57
cm dan terendah terjadi di daerah inlet pada pukul 18.00
sebesar 26 cm. Nilai kecerahan yang tinggi disebabkan pada
saat itu intensitas cahaya matahari masih tinggi sehingga daya
pandang praktikan terhadap Sechhi disc masih jauh begitupula
sebaliknya.
2. Parameter kimia
a DO (Oksigen terlarut)
Oksigen terlarut (DO) menyatakan banyaknya oksigen
terlarut pada suatu perairan. Kandungan DO ini dipengaruhi
oleh adanya organisme fotosintetik yang mengadakan
fotosintesis dan juga dipengaruhi olehbanyaknya cahaya yang
masuk karena fotosintesis berkaitan dengan adanya cahaya
matahari.
Hasil pengamatan diperoleh DO terendah pada inlet terdapat
pada pukul 18.00 sebesar 2,1 ppm ; kadar DO tertinggi terdapat
pada pukul 14.00 sebesar 19 ppm. Untuk DO terendah pada outlet
terdapat pada pukul 06.00 sebesar 5,2 ppm; kadar DO
tertinggi terdapat pada pukul 14.00 sebesar 14 ppm. Adanya
nilai Do yang rendah dikarenakan pada daerah tersebut kurang
terjadi proses fotosintesis begitupula sebaliknya. Kandungan
DO tertinggi didaerah inlet terjadi pada pukul 14.00 sebesar
19 ppm sedangkan pada daerah outlet terjadi pada pukul 14.00
sebesar 14 ppm. Hal tersebut dikarenakan oleh sinar matahari
yang ada memungkinkan untuk terjadinya proses fotosintesis
yang berlebih. Menurut Welch (1952) DO yang kurang dari atau
sama dengan 3 ppm sangat rawan di perairan, DO yang lebih dari
5 ppm baik untuk ikan air tawar.
b. CO2 bebas
Adanya CO2 pada suatu perairan dipengaruhi oleh adanya
aktivitas dari bahan pencemar dan juga kurangnya organisme
fotosintetik. Kandungan CO2 bebas dari hasil pengamatan
menunjukkan bahwa pada inlet kandungan terbesar terjadi pada
pengamatan pukul 10.00 yaitu sebesar 16 ppm sedangkan pada
outlet terjadi pada pukul 06.00 yaitu sebesar 12 ppm.
Kandungan CO2 yang tinggi karena intensitas cahaya matahari
yang masuk tidak mencukupi untuk melakukan fotosintesis
berlebih. Kandungan CO2 yang rendah pada inlet terjadi pada
pukul 14.00, sedangkan pada daerah outlet terjadi pada pukul
18.00. Kadar CO2 yang rendah disebabkan karena banyaknya
oksigen terlarut yang merupakan hasil dari proses fotosintesis
pada waktu sebelumnya, sehingga kadar CO2 berkurang.
c. pH
Kandungan pH yang tinggi pada suatu perairan menandakan
bahwa kadar karbondioksida (CO2) juga tinggi karena sesuai
dengan laju kesetimbangan reaksi karbonat seperti pada
alkalinitas. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kadar pH
berkisar antara 7,1 –7,65 dimana pH tertinggi terdapat di
daerah inlet maupun outlet pada pukul 10.00 dan pada pukul
18.00 (inlet) yaitu sebesar 7,65. Kondisi pH terendah terjadi
di daerah inlet pada pukul 06.00 yaitu sebesar 7,1. Kadar pH
perairan dipengaruhi karbondioksida dengan naiknya kadar pH
menunjukkan kadar CO2 rendah hal ini menunjukkan kondisi basa
yaitu banyaknya ion OH dalam perairan pH rendah terjadi
apabila konsentrasi H+ berlimpah yang berarti kandungan CO2
tinggi sehingga jelek untuk kehidupan organisme yang ada
didalamnya.
d. Alkalinitas
Alkalinitas merupakan suatu kemampuan air untuk
menetralisir keasaman perairan. Nilai alkalinitas tergantung
pada nilai karbonat dan bikarbonat yang ada pada daerah
tersebut, yang ion-ion tersebut bisa berasal dari limbah yanga
ada disekitarnya, Alkalinitas tertinggi di daerah inlet pada
pukul 18.00 sebesar 140 ppm dan terendah pada pukul 06.00
sebesar 40 ppm. Untuk outlet alkalinitas terbesar terjadi pada
pukul 06.00 sebesar 140 ppm, sedangkan terkecil pada pukul
06.00 sebesar 84 ppm.
Alkalinitas juga dipengaruhi oleh tingginya pH karena
reaksi pada lajur yang sama akan berjalan sebanding banyaknya.
Menurut Thomas (1980), alkalinitas dirumuskan sebagai
berikut :
CO2 + H2O ↔ H2CO3
H2CO3 ↔ H + + HCO3ˉ
HCO3ˉ ↔ H + + CO2ˉ
.
3. Parameter Biologi
a. Kepadatan Plankton
Hasil pengamatan kepadatan plankton terbesar di daerah
inlet pada pukul 14.00 wib yaitu sebesar 420 ind/l dan
terendah juga terjadi pada daerah outlet juga pada pukul 14.00
sebesar 307,09 ind/l.
Kepadatan plankton dipengaruhi oleh adanya supply makanan
yang ada diperairan tersebut dan juga kondisi lingkungan
seperti ph, cahaya. Densitas plankton mempengaruhi kadar O2,
CO2 dan kecerahan perairan. Kerapatan plankton juga berdampak
kurang baik bila terlalu padat terutama pada saat pagi hari
dan fotosintesis belum berlangsung, maka akan terjadi
kompetisi yang ketat dalam memperoleh O2, karena yang tersedia
terbatas sementara yang mengkonsumsi banyak.
b. Diversitas Plankton
Diversitas plankton merupakan keragaman plankton yang
terdapat pada perairan. Tidak semua plankton dapat hidup pada
suatu perairan. Diversitas plankton dapat menunjukan kualitas
perairan. Dari hasil pengamatan diversitas plankton terbesar
di daerah outlet pada pukul 14.00 wib yaitu sebesar 3,337
menunjukkan bahwa terdapat banyak jenis plankton yang dapat
hidup dengan baik di daerah ini, selain itu pada bagian inlet
memiliki kondisi perairan yang mendukung untuk tumbuh dan
berkembangnya fitoplankton., sedangkan terendah pada pukul
14.00 sebesar 0,27 .yang menandakan daerah tersebut kurang
cocok lingkungannya untuk hidup bermacam-macam plankton
Di lingkungan perairan ada tiga unsur pokok yang
mempengaruhi kehidupan biota perairan. Pertama adalah unsur
fisik yang berupa sifat-sifat fisika air seperti suhu,
kekeruhan, kekentalan, cahaya, suara, getaran serta berat
jenis. Unsur kedua adalah sifat kimiawi air seperti pH, kadar
oksigen terlarut, karbondioksida terlarut, alkalinitas dan
lain-lainnya. Unsur ketiga adalah yaitu sifat-sifat
biologinya seperti keadaan organismenya, pemakai dan
pengurai. Ketiga unsur pokok tersebut tergantung pada sumber
alam pokok yaitu sinar matahari dan iklim.(Lagler 1997)
Pembahasan Umum
Berdasarkan hasil pengamatan beberapa parameter fisik,
kimia dan biologi pada danau Lembah UGM dan Kolam Perikanan
UGM maka dapat diketahui bahwa Kolam Perikanan UGM memiliki
kualitas perairan yang lebih baik dibandingkan dengan Danau
Lembah UGM. Hal ini dapat dilihat dari jumlah diversitas
plankton pada masing-masing bagian perairan baik inlet,
tengah, maupun outlet. Kolam perikanan mempunyai jumlah
diversitas plankton yang lebih banyak bila dibandingkan dengan
jumlah diversitas plankton danau lembah. Berdasarkan
parameter fisik yaitu suhu udara dan air rata-rata di kolam
lebih kecil bila dibandingkan dengan di danau, sehingga
reaksi-reaksi biokimia yang terjadi pada perairan kolam lebih
banyak bila dibandingkan dengan perairan danau, selain itu
fitoplankton lebih suka pada perairan yang memiliki suhu yang
lebih kecil bila dibandingkan yang memilki suhu yang tinggi.
Berdasarkan parameter kimia perairan kolam periknan lebih
subur bila dibandingkan dengan perairan danau. Hal ini dapat
dilihat dari besarnya rata-rata kandungan, pH, dan
alkalinitas lebih mendukung untuk tumbuh dan berkembangnya
fitoplankton, bila dibandingkan dengan rata-rata parameter
kimia perairan danau. Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa
kolam perikanan cocok untuk budidaya ikan nila.
IV. KESIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan
1. DO tertinggi danau outlet sebesar 13,3 ppm pada pukul
14.00. DO terendah terjadi pada inlet 18.00 WIB sebesar 2,1
ppm.
2. CO2 tertinggi danau inlet pukul 10.00 sebesar 8 ppm dan
pada outlet sebesar 9 ppm terjadi pada pukul 06.00 wib.
Kandungan CO2 bebas terendah pada inlet terjadi pada pukul
14.00 wib dan 18.00 wib yaitu sebesar 0 ppm, sedangkan pada
outlet terjadi pad pukul 18.00 sebesar 0 ppm.
3. Alkalinitas tertinggi terdapat pada inlet terjadi pukul
10.00 wib dan pukul 14.00 wib yaitu sebesar 140 ppm, sedangkan
terendah pada inlet terjadi pukul 18.00 yaitu sebesar 40 ppm.
Untuk outlet alkalinitas tertinggi terjadi pada pukul 10.00
wib sebesar 178 ppm sedangkan terndah terjadi pada pukul 06.00
wib sebesar 103,4 ppm.
4. Suhu udara berkisar antara 25,5 0C – 33 0C dan suhu air
berkisar antara 22 0C – 29 0C.
5. Kecerahan yang tinggi dipengaruhi adanya sinar matahari dan
vegetasi di sekitar perairan.
6. Kepadatan plankton dipengaruhi oleh adanya ketersediaan
pakan pada suatu perairan, selain itu kadar DO tinggi,
alkalinitasnya cukup tinggi, sehingga banyak kandungan CO2,
suhu udara dan suhu airnya cukup
B. Saran
1. Persediaan bahan sebaiknya diperhatikan terutama bahan
untuk analisis kimia
2. Semua asssisten diharapkan harus lebih respon terhadap
para praktikannya terutama jika pengamatan malam hari jangan
hanya satu orang assisten saja yang mengawasi.
top related