Obat-obat Yang Mempengaruhi Sistem Kardiovaskular
Post on 22-Dec-2015
44 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
OBAT-OBAT YANG MEMPENGARUHI
SISTEM KARDIOVASKULAR
1. Pengobatan Gagal Jantung Kongestif
a. Vasodilator
Vasodilatasi berguna untuk preload dan afterload yang berlebihan.
Dilatasi pembuluh darah vena menyebabkan berkurangnya preload
jantung dengan meningkatkan kapasitas vena; dilator arterial
menurunkan resistensi arteriol sistemik dan menurunkan afterload.
Inhibitor enzim pengkonversi angiotensin (ACE)
Obat-obat ini menghambat enzim yang berasal dari
angiotensin I membentuk vasokonstriktor kuat angiotensin II.
Obat-obat ini juga menghilangkan kecepatan inaktivasi
bradikinin (vasodilatasi terjadi sebagai akibat efek bersama
vasokonstriktor yang lebih rendah yang disebabkan
berkurangnya angiotensin II dan efek vasodilator yang kat dari
peningkatan bradikinin) dengan mengurangi kadar angiotensin
II dalam sirkulasi, inhibitor ACE juga mengurangi sekresi
aldosteron, menyebabkan penurunan retensi natrium dan air.
Inhibitor ACE menurunkan resistensi vascular, vena dan
tekanan darah, menyebabkan peningkatan curah jantung. Obat
ini juga menghambat penigkatan epinefrin akibat
hiperteninogen II dan aldosteron dalam gagal jantung
kongestif. Efek samping ini termasuk hipotensi postural,
insufisiensi ginjal, hiperkalemia dan batuk kering menetap.
Potensi hipotensi simtomatik dengan terapi inhibitor ACE
memerlukan monitoring yang teliti. Inhibitor ACE jangan
digunakan pada wanita hamil.
Relaksan otot polos langsung
1
2
Nitrat biasanya diberikan pada dilator vena untuk pasien
dengan gagal jantung kongestif. Jika pesian intoleransi
terhadap inhibitor ACE, biasa digunakan kombinasi hidralazin
dan isosorbid nitrat. Amilodipin dan felodipin mempunyai
efek inotropik negative debanding dengan penyekat kanal
kalsium dan tampaknya menurunkan aktivitas saraf simpatik.
b. Diuretik
Diuretik akan mengurangi kongesti pulmonal dan edema perifer.
Obat-obat ini berguna mengurangi gejala volume berlebihan termasuk
ortopnea dan dispnea nocturnal paroksismal. Diuretic menurunkan
volume plasma dan selanjutnya menurunkan venous return ke
jantung. Ini mengurangi beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen.
Diuretic juga menurunkan afterload dengan mengurangi volume
plasma sehingga menurunkan tekanan darah. Diuretik tiazid relatif
merupakan diuretic dominan dan kehilangan efektivitas jika bersihan
kreatinin pasien kurang dari 50 ml/menit. Loop diuretic digunakan
pada pasien dengan dfisiensi ginjal (overdosis dapat menyebabkan
hipovolemia yang hebat).
c. Obat-obat Inotropik
Digitalis
Glikosida sering disebut digitalis. Obat-obat tersebut
secarakimia merupakan senyawa yang sama da dapat
meningkatkan kontraksi otot jantung. Glikosida jantung
mempengaruhi aliran ion natrium dan kalsium dalam otot
jantung, sehingga meningkatkan kontraksi miokard atrial dan
ventrikel. Pengaturan konsentrasi kalsium di sitosol:
glikosida jantung secara reversible bersatu dengan matrikulasi
dari membran sel jantung, mengakibatkan satu penghambatan
aktivasi pompa. Ini menimbulkan peningkatan konsentrasi
natrium intrasel, yang menyebabkan terjadinya transporkasium
ke dalam sel melalui mekanisme pertukaran kalsium-natrium.
3
Kadar kalsium intrasel yang meningkat itu menyebabkan
peningkatan kekuatan kontraksi sistolik. Peningkatan
kontraktilitas otot jantung: peningkatan kontraksi otot
jantung menyebabkan penurunan volume distribusi aksi, jadi
meningkatkan efisiensi kontraksi. Akibat sirkulasi yang sudah
baik it uterus menimbulkan aktivitas simpatik berkurang yang
selanjutnya menurunkan resistensi perifer. Bersamaan, efek-
efek iini menyebabkan reduksi kecepatan jantung. Tonus
vagus juga ditingkatkan sehingga otot jantung dan kebutuhan
oksigen jantung berhenti. Terapi digoksin merupakan indikasi
pada psien dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri yang hebat
setelah terapi diuretic dan vasodilator. Obat-obat ini diabsorbsi
setelah pemberian oral. Digoksin juga lebih cepat bekerja,
sehingga dapat digunakan untuk situasi darurat. Digoksin
dikeluarkan sebagian besar dalam urin. Digitoksin secara luas
dimetabolisme di hati sebelum ekskresi melalui feses dan pada
pasien penyakit hepar perlu penurunan dosis. Toksisitas
digitalis dapat diatasi dengan penghentian terapi glikosida
jantung, menetapkan kadar kalium serum dan juga perlu
memberikan suplemen kalium. Efek samping utama digitalis
merupakan disritmia hebat yang makin berat, mulai dari
berkurangnya atau terhambatnya nodus AV, takikardi
supraventrikular paroksismal, depolarisasi ventricular yang
premature, fibrilasi ventricular dan akhirnya penghambatan
jantung lengkap. Penurunan kalium intrasel adalah faktor
predisposisi utama dalam efek tersebut.
Agonis β-adrenergik
Stimuli β-adrenergik memperbaiki kemampuan jantung
dengan efek inotropik spesifik dalam fase dilatasi. Dobutamin
adalah obat yang paling banyak digunakan selain digitalis.
Dobutamin menyebabkan peningkatan siklik-AMP intrasel,
4
yang menyebabkan aktivasi protein kinase. Saluran kalsium
lambat merupakan tempat penting fosforilasi protein kinase.
Jika difosforilasi, masuknya ion kalsium ke dalam sel miokard
meningkat, sehingga meningkatkan pula kontraksi. Dobutamin
harus diberikan dengan infuse IV dan terutama digunakan
dalam pengobatan gagal jantung akut di rumah sakit.
Inhibitor fosfodiesterase
Amrinon dan milrinon adalah inhibitor fosfodiesterase yang
memacu konsentrasi intrasel siklik-AMP. Ini myebabkan
peningkatan kalsium intrasel dan kontraktilitas jantung.
Milrinon menyebabkan peningkatan mortalitas dan tidak ada
efek yang menguntungkan.
2. Obat-obat Antiaritmia
a. Obat-obat Antiaritmia Kelas I
Obat-obat antiaritmia kelas I bekerja dengan menghambat kanal
natrium yang sensitive voltase oleh mekanisme yang sama dengan
kerja anestesi lokal. Obat-obat antiaritmia kelas I umumnya
menyebabkan penurunan eksitabilitas dan kecepatan konduksi. Obat-
obat kelas I dapat dibagi lagi menjadi 3 kleompok sesuai dengan
efeknya pada lamanya potensial aksi. Obat-obat kelas IA
memperlambat tingkat kanikan potensial aksi, sehingga
memperlambat tingkat konduksi dan memperpanjang potensial aksi
dan meningkatkan periode refrakter efektif ventrikel. Obat-obat kelas
IB mempunyai sedikit efek terhadap kecepatan depolarisasi, tetapi
obat-obat ini mengurangi lama potensial aksi dengan memperpendek
repolarisasi. Obat-obat kelas IC menekan dengan jelas kecepatan
peningkatan potensial aksi membrane dan menimbulkan
penghambatan konduksi yang mencolok tetapi mempunyai efek yang
kurang selama potensial aksi membrane atau periode rfrakter efektif
ventricular. Obat-obat terikat lambat pada kanal natrium.
5
Kunidin
Prototipe golongan obat kelas IA. Dosid tinggi menimbulkan
aritmia. Kuinidin mengikat pada kanal natrium yang terbuka
dan tidak aktif dan mencegah aliran natrium masuk, sehingga
memperlambat upstroke yang cepat selama fase 0. Obat iini
juga mengurangi slope depolarisasi. Kunidin menghambat
aritmia ektopik dan aritmia ventricular yang disebabkan
karena peningkatan otomatik yang normal. Kunidin juga
mencegah aritmia reentry dengan menimbulakn penghambatan
2 arah melalui penurunan respons membrane dan
memperpanjang periode refrakter efektif. Kuinidin dapat
menyebabkan takikardia pada orang normal karena kerjanya
mirip atropin (kolinergik). Kuinidin digunakan dalam
pengobatan berbagai macam aritmia, termasuk sambungan
atrial, AV dan takiaritmia ventricular. Kuinidin de=igunakan
juga untuk mempertahankan ritme sinus setelah kardioversi
arus langsung dari flutter atau fibrilasi atrium dan mencegah
takikardia ventrikula yang sering terjadi. Kunidin-sulfat
mudah diabsorbsi, sempurna setelah pemberian oral. Satu efek
yang tidak diharapkan dari kuinidin adalah terjadinya aritmia.
Kuinidin dapat meningkatkan konsentrasi dioksin yang mantap
dengan penggusuran digoksin dari ikatannya pada jaringan.
Mual, muntah dan diare merupakan efek samping obat yang
sering terjadi. Dosis besar dapat menginduksi gejala
kinkonism, sebagai contoh penglihatan kabur, tinnitus, sakit
kepala, disorientasidan psikosis.
Prokainamid
Termasuk daalam obat kelas IA merupakan derivate anestesi
prokain mempunyai mekanisme keraja seperti kuinidin.
Prokainamid diabsorbsi sesudah pemberian oral (pemberian IV
jarang digunakan karena terjadi hipotensi jika obat tersebut
6
secara cepat diinfuskan). Prokainamid mempunyai waktu
paruh yang relative singkat, 2-3 jam. Sebagian dari obat
diasetilisasi dalam hati menjadi N-asetilprokainamid (NAPA)
yang mempunyai efek rendah terhadapserabut purkinje
maksimum tetapi memperpanjang lama kerja potensial aksi.
Karena itu, NAPA mempunyai sifat-sifat obat kelas III. NAPA
dikeluarkan melalui ginjal dan dosis prokainamid perlu diatur
peda psien gagal ginjal. Pada penggunaan kronis, prokainamid
menyebabkan terjadinya efek samping obat yang tinggi.
Kosentrasi toksik prokainamid dapat menimbulkan asistole
atau induksi aritmia ventrikel. Efek samping obat pada SSP
antaralain depresi, halusinasi dan psikosis.
Disopiramid
Obat kalas IA ini mempunya mekanisme kerja serupa dengan
kuinidin. Disopiramid menghasilkan efek inotropik negative
yang lebih besar dari efek lemah yang dikeluarkan kuinidin
dan prokainamid. Disopiramid menyebabkan vasokonstriksi
perifer. Obat ini dapat menimbulkan penurunan kontraktilitas
miokardial yang penting secara klinik pada pasien dengan
gangguan fungsi ventrikel kiri yang timbul bersama.
Disopiramid digunakan untuk pengobatan aritmia ventrikel
sebagai pilihan lain dari prokainamid atau kuinidin. Sekitar
separuh dari obat per oral dikeluarkan tanpa perubahan melalui
ginjal. Kurang lebih 30% obat diubah oleh hati menjadi
metabolit mono-N-alkilasi yang kurang aktif. Disopiramid
memperlihatkan efek antikolinergik misalnya mulut kering,
retensi urin, penglihatan kabur dan konstipasi.
Lidokain
Lidokain adalah obat kelas IB. obat kelas IB terasosiasi cepat
dan berdiosiasi dari kanal natrium. Obat kelas IB berguna
terutama pada aritmia ventricular. Lidokain adalah obat pilihan
7
untuk pengobatan darurat aritmia jantung. Lidokain
merupakan suatu anestesi lokal, memperpendek repolarisasi
fase 3 dan mengurangi lama potensial aksi. Lidokain menekan
aritmia yang disebabkan oleh otomatisasi abnormal. Lidokain
sama seperti kuinidin, yaitu menghilangkan reentry
ventricular. Lidokain berguna untuk aritmia ventrikel yang
timbul karena iskemia miokard seperti yang terjadi selama
infark miokard. Obat ini tidak memperlambat konduksi dan
karena itu mempunyai efek yang yang kecil pada aritmia atrial
atau sambungan AV. Lidokain diberikan IV karena
transformasi fase pertama ekstensif dalam hati, sehingga
mengurangi efek pemberian oral. Obat akan mengalami
dealkilasi dan dikeluarkan hamper seluruhnya oleh hati,
sehingga perlu dosis penyesuaian pada pasien dengan
gangguan fungsi hati. Obat inii sedikit memperlihatkan
gangguan pada fungsi ventrikel kiri dan tidak ada efek
inotropik negative. Efek SSP antaralain mengantuk, bicara
terganggu, parestesi, agitasi, kebingungan dan konvulsi;
aritmia jantung dapat juga terjadi.
Meksiletin dan Tokainid
Obat ini merupakan obat kelas IB dengan mekanisme kerja
serupa dengan lidokain. Obat-obat tersebut diberikan oral.
Meksiletin digunakan untuk pengobatan jangka panjang
aritmia ventricular yang ada hubungan dengan infark miokard
sebelumnya. Tokainid digunakan untuk pengobatan takiaritmia
ventricular. Tokainid mempunyai toksisitas paru yang dapat
menyebabkan fibrosis.
Flekainid
Flekainid adalah obat golongan IC. Efek obat ini adalah
menekan upstroke fase 0 dari serabut purkinje dan miokard.
Ini menyebabkan konduksi yang sangat lambat pada semua
8
jaringan jantung dengan efek minor lama potensial aksi dan
refrakter. Flekainid berguan untuk pengobatan aritmia
ventricular refrakter. Obat ini terutama berguna menekan
kontraksi ventricular premature. Flekainid mempunyai efek
inotropik negative dan dapat memperberat gagal jantung
kongestif. Flekainid diabsorbsi oral, mengalami bio
transformasi minimal dan mempunyai waktu paruh 16-20 jam.
Flekainid dapat menyebabkan pusing, penglihatan kabur, sakit
kepala dan mual.
Propafenon
Cara kerja obat ini kelas IC ini sama dengan flekainid.
Propafenon seperti flekainid memperlambat konduksi dalam
seluruh jaringan otot jantung dan dianggap sebagai obat
antiaritmia spectrum luas.
b. Obat-obat Antiaritmia Kelas II
Propanolol
Propsnolol adalah prototype antagonis adrenergic-β dan
menyekat baik reseptor β1 maupun β2. Sedian lepas lambat
yang ada saat ini memungkinkan pemberian dosis sekali
perhari saja. Obat penyekat β efektif untuk memperlemah
aritmia jantung supraventrikular (kecuali aritmia akibat latihan
fisik). Propanolol juga mengurangi kematian aritmia
mendadak setelah infark miokardial. Efeksamping propanolol
diantaranya adalah bronkokonstriksi, aritmia, gangguan
seksual, gangguan metabolism, interaksi obat misalnya,
simetidin dan klorpromazin.
Metoprolol dan Pindolol
Obat-obat khusus β1 seperti metoprolol mengurangi risiko
bronkospasme dan obat-obat dengan aktivitas agonis parsial
seperti pindolol dapat mengurangi frekuensi gagal jantung.
Esmolol
9
Esmolol adlah obat penyekat β kerja singkat, digunakan untuk
pemberian IV pada aritmia akut yang terjadi selama
pembedahan atau situasi gawat darurat.
c. Obat-obat Antiaritmia Kelas III
Sotalol
Sotalol meghambat arus kalium keluar yang cepat, yang
dikenal sebagai pengoreksi lambat. Blockade ini
memperpanjang repolarisasi dan lama potensial aksi, sehingga
memperpanjang periode refrakter efektif. Obat ini dgunakan
untuk terapi jangka panjang, menurunkan angka kematian
mendadak akibat infark miokard akut. Obat penyekat β ini
mempunyai kemampuan yang baik untuk menekan denyut
ektopik dan menurunkan kebutuhan oksigen miokard.
Mempunyai efek antifibrilasi yang kuat. Sotalol lebih efektif
untuk mencegah aritmia ulangan dan dalam penurunan
mortalitas lebih baik daripada imipramin, meksiletin
prokainamid propafenon dan kuinidin pada pasien dengan
takikardia ventricular tetap. Obat-obat ini mempunyai efek
samping akut atau jangka panjang terendah. Sindrom torsade
de pointes, adlah efek samping berbahaya, terlihta pada 3-4%
pasien.
Bretilium
Bretilium mempunyai efek elektrofisiologi tidak alngsung atau
langsung yang jelas adalah perpanjangana periode refraksi dan
meningkatkan intensitas arus listrik yang diperluakan untuk
menimbulkan fibrilasi ventricular dalam sistem His-Purkinje.
Bretilium dicadangkan untuk aritmia ventricular yang sangat
berbahaya terutama fibrilasi ventrikel ualangan atau
takikardia. Bretilium sukar diabsorbsi dari saluran pencernaan
dank arena itu diberikan secara pareneteral. Obat dikeluarkan
tanpa perubahan melalui urin dan dosis dapat diatur pada
10
pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Bretilium dapat
menyebabkan hipotensi postural hebat.
Amiodaron
Amiodaron mengandung yodium dan ada hubungannya
langsung dengan tiroksin. Efek dominannya asalah
memperpanjang lama potensial aksi dan periode refrakter.
Amiodaron mempunyai aktivita antiangina dan antiaritmia,
amiodaron efektif dalam pengobatan supraventrikular refrakter
yang hebat dan takiaritmia ventricular. Penggunaan klinik
terbatas karena toksisitas. Amiodaron diabsorbsi tidak
sempurna setelah pemberian oral. Obat mempunyai waktu
paruh lama sampai beberapa minggu. Efek penuh dapat
diperoleh lama setelah 6 minggu sejak mulai pengobatan.
Amiodaron menunjukkan efek toksik. Beberapa diantara efek
itu adalah fibroma pulmonary interstisial, intoleransi sluran
cerna, tremor, ataksia, pusing, hipo- atau hipertiroid, erupsi
kulit yang disebabkan akumulasi yodium di kulit.
d. Obat-obat Antiaritmia Kelas IV
Obat-obat kelas IV adalah penyekat kanal kalsium. Obat ini
mengurangi arus masuk yang di bawa kalsium, menyebabkan
penurunan kecepatan depolarisasi spontan fase 4 dan memperlambat
konduksi yang terdapat dalam jaringan yang bergantung pada arus
kalsium seperti nodus AV.
Verapamil dan Diltiazem
Kalsium masuk sel melalui saluran sensitive voltase dan sluran
yang diatur reseptor yang dikendalikan oleh pengikatan
agonis, seperti katekolamin terhadap reseptor membrane.
Penyekat kanal kalsium seperti verapamil dan diltiazem lebih
efektif terhadap kanal yang sensitive voltase, yang
menyebabkan penurunan arus masuk lambat yang
menimbulkan kontraksi jantung. Obat-obat ini menghambat
11
denyut jantung yang cepat, karena pada jantung normal, kanal
kalsium harus mempunyai waktu untuk repolarisasi, dan obat
yang terdekat berdisosiasi dengan kanal sebelum pulsus
konduksi berikut. Dengan penurunan arus masuk yang
disebabkan kalsium, verapamil dan diltiazem mmemperlambat
konduksi dan memperpanjang periode refrakter efektif untuk
mengobati aritmia dan harus disebarkan ke jaringan jantung
yang tergantung kalsium. Obat ini lebih efektif terhadap
disritmia atrial daripada disritmia ventrikular. Obat-obat ini
berguna untuk pengobatan takikardia supraventrikular reentry
dan mengurangi detak ventricular pada flutter atrium dan
fibrilasi. Verapamil dan diltiazem diabsorbsi setelah
pemberian oral. Verapamil secara luas dimetabolisme oleh
hati. Obat-obat ini mempunyai sifat inotropik negative dan
karena itu, kontraindikasi pada pasien dengan fungsi jantung
dengan depresi. Kedua obat ini juga menurunkan tekanan
darah yang disebabkan oleh vasodilatasi perifer.
e. Obat-obat Antiaritmia Lain
Digoksin
Digoksin memperpendek periode refrakter pada sel-sel
miokard atrium dan ventrikel dan memperpanjang periode
refrakter efektif dan mengurangi kecepatan konduksi dalam
serat purkinje. Digoksin digunakan untuk mengatur kecepatan
respon ventrikel pada fibrilasi atrial dan flutter atrium. Pada
konsentrasi toksik, digoksin menyebabkan detak ventricular
dan fibrilasi yang mungkin menyebabkan takikardia
ventricular dan fibrilasi.
Adenosin
Adenosine adlah nukleosid alamiah, tetapi dengan dosis
tinggia obat menurunkan kecepatan konduksi, memperpanjang
periode refrakter, menurunkan otomatisme nodus AV.
12
Adenosin IV adalah obat pilihan untuk menghilangkan
takikardia supraventrikular akut. Obat ini mempunyai
toksisitas rendah, tetapi menyebabkan muka merah, nyeri dada
dan hipotensi. Adenosine bekerja sangat cepat sekitar 15 detik.
3. Obat-obat Antiangina
Keadaan kekurangan darah (ischemia) pada angina pectoris dapat diobati
dengan vasodilator-vasodilator arteri jantung dan zat yang mengurangi
kebutuhan jantung akan oksigen.
a. Vasodilator koroner
Memperlebar arteri jantung, memperlancar pemasukan darah beserta
oksigen, sehingga meringankan beban jantung.
Nitrogliceril
Indikasi untuk mengontrol hipertensi sebelum, selama dan
sesudah operasi; gagal jantung kongestif yang berhubungan
dengan infark miokard; mengontrol hipotensi. Efek pada
penggunaan secara sub lingual sangat cepat ( lebih kurang
setelah 1 – 3 menit). Obat ini kontra indikasi jika terdapat
hipotensi, idiosinkrosi, anemia, hipoksemia arteri. Efek
samping obat ini antara lain perasaan nyeri di kepala dan
tachycardia ringan, pada dosis yang besar jantung berdebar,
pusing, penglihatan buram lalu menjadi pucat. Jika efek ini
terjadi, maka pasien harus mengeluarkan sisa tablet dari mulut
dan segera berbaring. Efek hipotensi ditingkatkan oleh alkohol,
β-blocker, anti hipertensi. Meningkatkan efek anti histamin,
anti kolinergik. Sediaan obat ini dalam bentuk kapsul 5 mg,
injeksi 50 mg/10 ml
Dipridamol
Merupakan derivat dipiperidino ini berdaya vasodilatasi
terhadap arteri jantung. Berkhasiat inotrop positif lemah tanpa
menaikkan penggunaan oksigen. Digunakan untuk insufisiensi
jantung, miokardial, angina pectoris. Efek samping yang dapat
13
terjadi misalnya nyeri kepala, palpitasi dan gangguan lambung.
Golongan xantine dapat menghilangkan efek vasodilatasi.
Sediaan berupa tablet salut selaput 25 mg.
b. Antagonis-antagonis Kalsium
Kalsium merupakan elemen essensial bagi fungsi myocard dan otot
polos dinding arteriole. Pada kadar kalsium intrasel tertentu, sel mulai
berkontraksi; otot jantung dan arteriole-arteriole menciut
(vasokonstriksi). Antagonis kalsium menghambat pemasukan kalsium
ke dalam sel-sel miokard dan otot polos dinding arteriole, sehingga
dapat mencegak kontraksi dan vasokonstriksi.
Verapamil
Indikasi untuk angina pektoris, hipertensi. Kontra indikasi jika
Hipotensi, bradikardia, gagal jantung akut, wanita hamil dan
menyusui. Efek sampingnya berupa konstipasi, hipotensi,
pusing, sakit kepala, kemerahan pada wajah, ruam kulit,
gangguan lambung. Sediaan dalm bentuk tablet 80 mg, kapsul
sustained release 240 mg,
Nifedipin
Digunakan untuk profilaksis dan terapi angina pectoris. Zat ini
mencegah transpor ion kalsium ke dalam otot jantung dan otot
dinding pembuluh dengan efek vasodilatasi, sehingga
pemasukan oksigen ke myocard bertambah. Nifedipin
mengalami perombakan di hati menjadi metabolit in aktif. Dan
75 % pengeluarannya melalui kemih. Kontra indikasi jika
terdapat hipotensi, glaukoma, anemia. Efek samping antara
lain, udema pada mata kaki. Pada dosis awal yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan hipotensi, menyebabkan serangan
angina dan kadang-kadang infark. Efek hipotensi diperkuat
oleh adanya alkohol, anti hipertensi, antidepresan dan
narkotika. Sediaannya dalam bentuk tablet 10 mg, 20 mg, 40
14
mg; tablet sub lingual 5 mg; injeksi 10 mg/10 ml; aerosol 17
g.
Diltiazem
Indikasi untuk angina pektoris, hipertensi. Kontra indikasi jika
hipotensi, wanita hamil/menyusui, gagal jantung kongestif.
Efek samping berupa konstipasi, hipotensi, pusing, sakit
kepala, kemerahan pada wajah, ruam kulit, gangguan
lambung. Sediaan dalam bentuk kaplet/tablet salut selaput 30
mg; tablet 60 mg; injeksi 10 mg, 50 mg.
c. β-Blockers
Pada reseptor β1 di jantung, berefek inotrop negatif dan efek kronotrop
positif, yaitu mengurangi daya dan frekwensi kontraksi jantung, serta
memperlambat penyaluran impuls pada nosus AV. Sedangkan pada
reseptor β2 di bronchia (juga dinding pembuluh dan usus),
memberikan efek vasokonstriktor. Semua β – blockers dapat digunaan
untuk mengobati angina pectoris, tachy aritmia, hipertensi, infark
jantung. Efek samping dari obat golongan ini adalah dekompensasi
jantung, akibat bradycardia, dengan gejala sesak napas,
bronchokonstriksi dengan gejala sesak napas dan serangan serupa
asma, persaaan dingin (pada jari kaki – tangan) dan terasa lemah
(akibat berkurangnya sirkulasi perifer dan oksigen di otot),
hipoglikemia. Efek sentral seperti gangguan tidur dengan mimpi –
mimpi ganjil (nightmare), lesu, bahkan depresi dan halusinasi.
Gangguan lambung dan usus seperti mual, muntah, diare dan
menimbulkan penurunan HDL-kolesterol.
Propanolol
Indikasi untuk angina pektoris, takiaritmia, hipertensi, infark
jantung. Kontra indikasi dalam keadaan asma, hipotensi. Efek
samping dapat berupa gangguan saluran cerna, kelemahan otot
dan lelah. Sediaan dalam bentuk tablet.
Acetabutolol
15
Indikasi untuk angina pectoris, hipertensi, mengontrol aritmia.
Kontra indikasi jika terdapat shock kardiogenik, asma
bronchial, obstruksi paru, bradikardia. Efek samping obat ini
diantaranya bradikardia, ekstremitas dingin, mata kering,
ruam, bronkospasme dan mialgia.
4. Obat-obat Antihipertensi
Tekanan darah ditentukan oleh volume menit jantung dan daya tahan dinding
arteriol. Penurunan volume dilakukan dengan blokade reseptor beta jantung
dan dengan mengecilkan volume darah oleh diuretika. Penurunan daya tahan
perifer diatur oleh faktor yang bekerja melalui susunan saraf sentral maupun
perifer. Sedangkan zat-zat vasodilatasi bekerja langsung terhadap perifer di
luar sistem adrenergik.
a. Zat-zat Penekan SSP
Reserpin
Reserpin adalah salah satu alkaloida dari Rauwolfia
serpentina. Indikasi untuk hipertensi ringan dan sedang. Efek
supresi yang tidak begitu kuat terhadap SSP. Plasma t ½
pendek, yaitu ¼ sampai 3 jam, tetapi efek hipotensi bertahan
sampai 36 jam, sebab dapat terakumulasi. Efek samping obat
ini diantaranya, depresi psikis dan hipotensi ortostatik, pada
permulaan pengobatan timbul gangguan lambung, lelah,
mengantuk dan hidung tersumbat.
b. Zat-zat Penekan Sistem Adrenergik Perifer
Propanolol
Indikasi untuk angina pektoris, takiaritmia, hipertensi, infark
jantung. Kontra indikasi dalam keadaan asma, hipotensi. Efek
samping dapat berupa gangguan saluran cerna, kelemahan otot
dan lelah. Sediaan dalam bentuk tablet.
16
c. Zat-zat Diuresis
Diuretika dengan kerja umum
Berdasarkan daya diuretiknya, diuretik kerja umum dapat
dibagi 3 golongan yaitu berdaya kerja kuat (diuretika
lengkungan), misalnya Furosemida, Bumetanida dan Asam
Etakrinat. Diuretika ini bekerja cepat tetapi singkat, hanya 4 -
6 jam. Lebih kurang 20% dari jumlah ion Na+ dalam filtrat
diekskresi. Digunakan dalam keadaan akut, misalnya pada
udema otak atau paru – paru. Berdaya kerja sedang
(saluretika), misalnya Hidroklorthiazida, Klortalidon,
Klopamida, Indapamida. Mengekskresi 5% - 10% ion Na+
dalam tubuli distal bagian depan. Digunakan pada terapi
pemeliharaan hipertensi atau bermacam – macam udema.
Berdaya kerja lemah (diuretika hemat kalium), misalnya
Spironolakton, Amilorida dan Traimteren. Hanya sedikit
mengekskresi ion Na+ (kurang dari 5%) pada tubuli distal
bagian atas.
Diuretika dengan kerja khusus
Di bagi 2 kelompok, yaitu diuretika osmotika, misalnya
Manitol, Sorbitol, Gliserol dan Ureum. Reabsorpsinya bersifat
non elektrolit dan tidak lengkap, dengan demikian tekanan
osmotik ultra filtrat dipertinggi dan kadar Na menurun dalam
cairan tubuh. Kejelekan diuretika ini adalah ureum daya kerja
lemah, rasa tidak enak, menyebabkan gangguan usus. Manitol
dan Sorbitol, hanya dapat digunakan secara parenteral (i.v) dan
dapat menyebabkan udema paru-paru. Penggunaan kelompok
diuretika ini sudah terdesak oleh Furosemida. Perintang karbo-
anhidrase, misalnya Asetazolamida dan Diklofenamida,
bekerja dengan merintangi enzim karbo-anhidrase di sel-sel
tubuli, sehingga ion-ion HCO3-, Na+ dan K+ diesksresi bersama
17
air. Penggunaan sekarang hanay pada glaukoma, untuk
mengurangi produksi cairan dalam mata.
Obat-obat Lain
Obat-obat lain yang mempunyai efek samping diuresis karena
mempertinggi filtrasi glomeruli dengan beberapa cara, yaitu
mempertinggi volume menit jantung, misalnya digitalis,
memperbesar volume darah, seperti plasma, vasodilatasi di
dalam ginjal, misalnya Teofilin.
d. Zat -zat Vasodilator
Hidralazin
Indikasi untuk Semua tingkatan hipertensi. Obat ini
mempunyai efek vasodilatasi langsung terhadap dinding arteri.
Kontraindikasi jika terdapat hipotensi. Efek samping yang
dapat terjadi Gangguan lambung-usus, nyeri kepala dan
tachycardia. Pada penggunaan dosis tinggi yang lama
berakibat borok kulit dan habituasi.
e. Zat-zat Antagonis Kalsium
Nifedipin
Digunakan untuk profilaksis dan terapi angina pectoris. Zat ini
mencegah transpor ion kalsium ke dalam otot jantung dan otot
dinding pembuluh dengan efek vasodilatasi, sehingga
pemasukan oksigen ke miokard bertambah. Nifedipin
mengalami perombakan di hati menjadi metabolit in aktif. Dan
75 % pengeluarannya melalui kemih. Kontraindikasi jika
terdapat hipotensi, glaukoma, anemia. Efek samping antara
lain, udema pada mata kaki. Pada dosis awal yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan hipotensi, menyebabkan serangan
angina dan kadang-kadang infark. Efek hipotensi diperkuat
oleh adanya alkohol, anti hipertensi, antidepresan dan
narkotika. Sediaannya dalam bentuk tablet 10 mg, 20 mg, 40
18
mg; tablet sub lingual 5 mg; injeksi 10 mg/10 ml; aerosol 17
g.
f. Zat-zat ACE Bloker dan Angiotensin II Antagonis
Kaptopril
Indikasi untuk Hipertensi, gagal jantung. Tidak dianjurkan
penggunaannya pada wanita hamil karena dapat berakibat
kelainan pada fetus. Efek samping yang bisa terjadi berupa
Ruam kulit, pruritus, fotosensitif, sakit kepal, pusing, mual,
insomnia.
5. Obat-obat yang Mempengaruhi Darah
a. Antikoagulan
Antikoagulan mengurangi kecenderungan terbentuknya bekuan darah
dengan cara mencegah aksi dari faktor pembekuan. Antikoagulan
seringkali disebut sebagai pengencer darah, meskipun sesungguhnya
tidak benar-benar mengencerkan darah. Antikoagulan yang sering
digunakan adalah warfarin (per oral) dan heparin (injeksi). Seseorang
yang memiliki katup jantung buatan atau harus menjalani tirah baring
selama berbulan-bulan, seringkali mendapatkan antikoagulan sebagai
tindakan pencegahan terhadap pembentukan bekuan. Orang yang
mengkonsumsi antikoagulan harus diawasi secara ketat. Pemantauan
terhadap efek obat ini dilakukan melalui pemeriksaan darah untuk
mengukur waktu pembekuan dan hasil pemeriksaan ini dipakai untuk
menentukan dosis selanjutnya. Dosis yang terlalu rendah tidak dapat
mencegah pembekuan, sedangkan dosis yang terlalu tinggi bisa
menyebabkan perdarahan hebat
b. Fibrinolitik
Fibrinolitik adalah obat-obat yang membantu melarutkan bekuan yang
telah terbentuk. Segera melarutkan bekuan bisa mencegah kematian
jaringan jantung karena kekurangan darah akbiat penyumbatan
pembuluh darah. Fibrinolitik yang biasa digunakan untuk melarutkan
19
bekuan pada penderita serangan jantung adalah streptokinase,
urokinase dan aktivator plasminogen jaringan.
6. Obat-obat Antihiperlipidemik
a. Niasin atau Asam Nikotinat (vitamin B7)
Obat ini mempunyai kemampuan menurunkan lipid yang luas, tetapi
penggunaan dalam klinik terbatas karena efek samping yang tidak
menyanangkan. Mekanisme kerja : menghambat lipolisis trigiliserida
menjadi asam lemak bebas. Di hati, asam lemak bebas digunakan
sebagai bahan sintesis trigliserida yang selanjutnya senyawa ini
diperlukan untuk sintesis VLDL. VLDL selanjutnya digunakan untuk
sintesis LDL. Dengan demikian obat ini dapat menurunkan kadar
trigiliserida (dalam VLDL) dan kolesterol (dalam VLDL dan LDL).
berdasarkan atas kemampuannya menurunkan kadar plasma kolesterol
dan trigliserida, maka digunakan pada hiperlipoproteinemia tipe IIb
dan IV dengan VLDL dan LDL yang meningkat. Niasin juga
merupakan obat antihiperlipisemia paling poten untuk meningkatkan
kadar HDL plasma. Efek samping : kemerahan pada kulit (disertai
perasaan panas) dan pruritus (rasa gatal pada kulit), pada sebagian
pasien mengalami mual dan sakit pada abdomen, meningkatkan kadar
asam urat (hiperurikemia) dengan menghambat sekresi tubular asam
urat, toleransi glukosa dan hepatotoksik.
b. Derivat Asam Fibrat
Termasuk golongan ini adalah Fibrat-Klofibrat-Bezafibrat dan
Gemfibrozil yang menurunkan kadar trigliserida darah. Obat ini
sedikit menurunkan kadar kolesterol. Digunakan terutama untuk
menurunkan VLDL pada hiperlipidemia tipe IIb, III dan V.
Mekanisme kerja: memacu aktivitas lipase lipoprotein, sehingga
menghidrolisis trigliserida pada kilomikron dan VLDL.Efek samping :
gangguan pencernaan ringan, pembentukan batu empedu, keganasan
terutama Klofibrat yang dapat menyebabkan keganasan terkait dengan
kematian, miositis (peradangan otot polos). Golongan ini berinteraksi
20
dengan antikoagulan Kumarin, sehingga meningkatkan efek anti
koagulan. Kontra indikasi pada pasien dengan kelainan fungsi hati,
ginjal atau pasien dengan penyakit kandung empedu.
c. Resin Pengikat Asam Empedu
Termasuk golongan ini adalah Kolesteramin dan Kolestipol. Obat ini
merupakan resin (damar) penukar ion yang bersifat basa, yang
mempunyai afinitas tinggi terhadap asam empedu. Asam empedu akan
diikat oleh resin ini, membentuk senyawa yang tidak larut dan tak
dapat direabsorbsi untuk selanjutnya diekskresi melalui feses. Dengan
demikian ekskresi asam empedu yang biasanya sedikit akibat
peredaran darah enterohepatik, dapat ditingkatkan hampir 10 kalinya.
Kekurangan asam empedu didapat dari sintesis baru dari kolesterol
(yang terdapat dalam LDL), dengan demikian kadar LDL plasma
menurun. Obat ini (yang biasa dikombinasi dengan diet atau niasin)
adalah obat-obat pilihan dalam mengobati hiperlipidemia tipe IIa dan
IIb. Efek samping yang bisa terjadi yaitu konstipasi, mual dan
kembung (flatulen), mengganggu absorbsi vitamin larut lemak
(A,D,E,K) pada resin dosis tinggi. Obat ini berinteraksi dengan
Tetrasiklin, Fenobarbital, Digoksin, Warfarin, Pravastatin, Fluvastatin,
Aspirin dan Diuretik Tiazid dengan mengganggu absorbsinya dalam
usus. Karena itu, obat-obat tersebut harus diminum 1-2 jam sebelum
atau 4-6 jam setelah obat resin pengikat empedu diminum.
d. Probukol
Obat ini menurunkan kadar HDL dan LDL, maka obat ini tidak
disukai. Namun sifat antioksidannya penting dalam menghambat
aterosklerosis. Mekanismenya menghambat oksidasi kolesterol,
sehingga terjadi penguraian LDL-kolesterol yang teroksidasi oleh
makrofag. Makrofag yang dimuati oleh kolesterol, menjadi sel busa
yang menempel pada vaskular dan merupakan dasar pembentukan
plak pada aterosklerosis. Dengan demikian, pencegahan oksidasi
kolesterol akan menghambat perkembangan aterosklerosis. Obat ini
21
berguna pada hiperkolesteromia tipe IIa dan IIb. Obat ini digunakan
jika antihiperlipidemia lain tidak efektif. Efek sampingnya berupa
gangguan pencernaan ringan.
e. Inhibitor HMG-CoA (Hidroksimetilglutaril koenzim A)
Reduktase
Termasuk golongan ini adalah Lovastatin, Pravastatin, Simvastatin
dan Fluvastatin. Mekanisme kerjanya menghambat enzim HMG CoA
reduktase dalam sintesis kolesterol, dengan demikian akan
meningkatkan penguraian kolesterol intrasel sehingga mengurangi
simpanan kolesterol intrasel. Obat ini efektif untuk menurunkan kadar
kolesterol plasma pada semua jenis hiperlipidemia. Efek sampingnya
antara lain, kelainan biokimiawi fungsi hati dan gangguan oto
(miopati). Obat ini meningkatkan kadar Kumarin (antikoagulan)
sehingga meningkatkan risiko pendarahan. Kontra indikasi pada ibu
hamil dan menyusui, anak-anak dan remaja.
f. Minyak Ikan
Sediaan minyak ikan yang kaya akan trigliserida laut omega-3,
bermanfaat dalam pengobatan hipertrigliseridemia berat. Meskipun
demikian, kadang-kadang minyak ikan dapat memperburuk
hiperkolesteromia.
top related