nilai-nilai pendidikan agama islam dalam qs an-nisa' ayat
Post on 08-May-2023
1 Views
Preview:
Transcript
1
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM Q.S. AN-NISA’ AYAT
36 DAN PERBANDINGANNYA MENURUT TAFSIR AL-MISHBAH, TAFSIR
IBNU KATSIR DAN TAFSIR AL-MARAGHI
Proposal Tesis
Diajukan Untuk Dimunaqsyahkan pada Prodi Pascasarjana Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan ilmu keguruan (FTIK) IAIN Bukittinggi.
Oleh:
Almuhardi Safarman, S.Pd
20119032
PRODI S2 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTINGGI
1442 H/2021 M
2
KATA PENGANTAR
Segala Puji selalu kita ucapkan kepada Allah SWT yang selalu menuntun
kita kejalan yang benar dan selalu memberikan kesehatan kepada kita sehingga
dengan kesehatan itu penulis bisa menuyusun tesis ini dengan judul “Nilai-nilai
Pendidikan Agama Islam dalam Q.S. An-Nisa’ ayat 36 dan perbandingannya
menurut Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-Maraghi”
Shalawat dan salam kita do‟akan kepada Allah SWT agar senantiasa dicurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan dan meninggalkan penunjuk
arah jalan dalam menjalani kehidupan di dunia ini untuk mencapai kehidupan yang
bahagia di dunia dan di akhirat.
Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk
memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam pada program S2 Institut Agama Islam
Negeri Bukittinggi. Selama proses penulisan Tesis ini, penulis telah banyak
mendapatkan bantuan, arahan, motivasi, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Rhida Ahida, M.Hum. selaku Rektor IAIN Bukittingg. Beserta
Bapak Dr. Asyari, M.Si, Bapak Dr. Novi Hendri, M.Ag dan Bapak Dr.
Miswardi, M.Hum selaku Wakil Rektor IAIN Bukittinggi.
2. Ibuk Dr Zulfani Sesmiarni, M.Pd selaku dekan Dekan Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan IAIN Bukittinggi beserta Bapak Dr. Iswantir M, M.Ag,
3
Bapak Charles, S.Ag, M.Pd.I, DAN Bapak Dr. Supratman, M.Pd, M.Kom,
selaku wakil Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Bukittinggi.
3. Mrs Dr. Melyan Melani, M.Pd, selaku Ketua Prodi Pascasarjana PAI IAIN
Bukittinggi beserta Bapak/Ibu Karyawankepustakaan yang telah
memberikan fasilitas kepada penulis dalam menambah ilmu pengetahuan di
IAIN Bukittinggi.
4. Bapak Dr. Junaidi, M. Pd selaku Pembimbing yang telah memberikan
arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini di IAIN Bukittinggi.
5. Bapak Dr. Wedra Aprison, M.Ag, selaku dosen Penasehat Akademik yang
telah memberikan motivasi dan bimbingan kepada penulis dalam
menyelesaikan perkuliahan dan menyelesaikan Tesis ini di IAIN
Bukittinggi.
6. Bapak/Ibu Dosen Karyawan/I IAIN Bukittinggi yang telah membekali dan
melayani kebutuhan penulis dalam proses perkuliahan di IAIN Bukittinggi.
7. Keluarga yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan dan
penyelesaian skripsi ini baik secara materil maupun moril.
8. Terima kasih kepada semua sahabat-sahabat, dan terkhusus kepada teman-
teman PAI A angkatan 2019 yang telah memberikan motivasi kepada
penulis dalam berjuang untuk menggapai cita-cita.
9. Kemudian rasa terimakasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua yang
selalu memberikan semangat dalam menulis tesis ini.kemudian penulis
4
ucapakan terimaksih kepada seluru keluarga yang telah memberikan
dukungan dalam kuliyah dan menyelesaikan tesis ini.
10. Kemudian rasa terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan tesis ini.
Dengan penuh kejujuran penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kata
kesempurnaan. Maka dari itu penulis membuka kritik dan saran dari siapapun demi
kebaikan kita semua karena penulis hanya hamba Allah SWT yang dho‟if yang jauh
dari kata kesempurnaan. Dan semoga pihak-pihak yang telah bersedia membantu
menyelesaikan tesis ini diberikan pahala yang berlipat ganda, dan diberikan solusi
disetiap masalah yang dihgadapi, aamiiin.
Bukittinggi, April 2021
Penulis
ALMUHARDI SAFARMAN, S.PD
NIM. 20119032
5
ABSTRAK
Tesis ini disusun oleh Almuhardi Safarman, S.Pd, NIM 20119032 dengan
judul “Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Q.S An-Nisa’ ayat 36 dan
Perbandingannya Menurut Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir
Al-Maraghi pada Prodi Pascasarjana Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan (FTIK) di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.
Latar belakang dari penelitian ini adalah saat sekarang ini banyak hubungan
manusia dengan Allah sangat jauh seperti banyaknya para penista agama, bahkan ada
yang mengatakan bahwa paham radikalisme berawal dari orang-orang yang hafiz Al-
Quran. Dan juga hubungan manusia dengan sesama sekarang semakin rusak, seperti
terjadinya pembunuhan terhadap ulama, muballigh dan para aktivis dakwah,
terjadinya pencurian dan perampokan dimana-mana.
Penelitian ini merupakan penelitian Pustaka atau Library Research yaitu
mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang
terdapat diruangan perpustakaan, seperi: buku-buku, majalah, dokumen, catatan,
kisah-kisah sejarah dan lainnya. Adapun sumber data dari penelitian ini adalah Al-
Qur‟an dan terjemahannya, Tafsir, buku dan Jurnal. Kemudian dalam teknik
pengumpulan data yang penulis gunakan berupa menganalisis tafsir kemudian
mencari tambahan data dari buku, dan jurnal yang terkait dengan pembahasan.
kemudian dalam teknik analisis data yang penulis gunakan adalah pertama Induktif
yaitu mengemukakan masalah yang bersifat khusus kemudian digeneralisasi yang
bersifat umum, kedua Deduktif yaitu membahas persoalah yang bersifat umum ke
khusus, ketiga Komperatif yaitu membandingkan pendapat para ahli terkait persoalan
tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian tentang nilai-nilai pendidikan agama islam dalam
Q.S An-Nisa‟ ayat 36 dan perbandingannya menurut Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Ibnu
Katsir dan Tafsir Al-Maraghi Maka dapat penulis simpulkan bahwa didalam ayat
tersebut terdapat tiga macam nilai yaitu nilai aqidah seperti perintah untuk
menyembah hanya kepada allah kemudian larangan untuk berbuat syirik. Kemudian
nilai amaliyah seperti perintah untuk melakukan ibadah kepada Allah. Kemudian nilai
akhlak seperti berbuat baik kepada kedua orang tua, menyantuni anak yatim dan fakir
miskin, berkata sopan santu, tolong menolong dan larangan bersifat sombong.
Kemudian perbandingan nilai tersebut menurut ketiga tafsir adalah tentang makna
dari kata tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh perbandingan selanjutnya
tentang makna dari teman sejawat selanjutnya tentang makna dari kata ibnu sabil.
Kata Kunci: Nilai-Nilai dan Pendidikan Agama Islam
6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 7
B. Batasan dan Rumusan Masalah................................................... 12
C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian............................... 13
D. Penjelasan Judul...........................................................................14
E. Sistematika Penulisan.................................................................. 15
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Nilai-Nilai
1. Pengertian Nilai-nilai ........................................................... 17
2. Macam-macam Nilai............................................................. 18
B. Pembelajaran Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam...................................... 22
2. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam.............................. 26
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam............................................ 35
C. Tinjauan Q. S. An-nisa‟ Ayat 36
1. Ayat dan terjemah................................................................... 37
3. Asbabun Nuzul....................................................................... 37
7
D. Tinjauan Tentang Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-
Maraghi
1. Tafsir Al-Mishbah................................................................... 38
2. Tafsir Ibnu Katsir..................................................................... 41
3. Tafsir Al-Maraghi.................................................................... 43
E. Penelitian Relevan.......................................................................... 45
BAB IIII METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Metode Penelitian........................................................... 48
B. Sumber Data................................................................................... 48
C. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 50
D. Analisis Data.................................................................................. 50
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Q.S An-Nisa‟ ayat 36
Menurut Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir
Al-Maraghi ................................................................................... 53
B. Perbandingan Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Q.S An-Nisa‟
ayat 36 Menurut Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-
Maraghi ......................................................................................... 82
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut UU RI NO 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk meiliki kekuata spiritual
keagamaan, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.1 Dari UU diatas dapat kita pahami bahwa
setiap manusia memang sangat membutuhkan pendidikan. Karena Allah SWT telah
memberikan bekal-bekal yang kita perlukan untuk memperoleh pendidikan tersebut.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S.An-Nahal ayat 78 yaitu:
Artinya: dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur (Q.S.An-Nahal ayat 78)2
Dari ayat diatas dapat penulis pahami bahwa manusia dilahirkan oleh Allah
SWT dianugrahi 2 unsur besar yaitu unsur Jasmani dan unsur rohani, unsur jasmani
ini berupa penglihatan untuk melihat dan pendengaran untuk mendengar dan yang
kedua unsr rohani yaitu hati yang digunakan untuk memahami, membedakan mana
1 Undang-undang RI NO 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, (Jakarta:2003), Hal. 6
2 Q.S.An-Nahal: 78
9
yang baik dan mana yang buruk. Semua yang Allah SWT ciptakan untuk manusia
tersebut harus harus digunakan untuk melaksanakan seluruh perintah Allah dan
seluruh larangan Allah SWT atau melakukan seluruh Nilai Agama Islam yang sudah
dijelaskan dalam Al-Quran dan Sunnah.
Sedangkan Nilai itu adalah berasal dari bahasa latin yaitu vale‟re yang artinya
yaitu berguna, berdaya berlaku, sehingga nilai dapat diartikan sebagai sesuatu yang
dipandang baik dan yang paling benar menurut keyakinan individu atau sekelompok
orang. Nilai juga diartikan sebagai kualitas yang dari sesuatu hal dan sesuatu hal itu
disukai oleh individu atau sekelompok orang, di inginkan, dihargai, dikejar, berguna
kemudian orang yang menghayatinya menjadi bermartabat.
Arthur W. Comb berpandangan bahwa nilai merupakan kepercayaan yang
digeneralisisir sebagai pembimbing dalam menyelesaikan tujuan perilaku yanfg akan
dipilih oleh individu atau sekelompok orang. Sedangkan menurut pakar psikologi
Allport nilai adalah keyakinan yang mengarah kepada suatu tindakan sesorang
berdasarkan keyakinan tersebut. Nilai itu berkaitan dengan emosi, pengalaman yang
dapat mengarahkan individu atau kelompok untuk memilih, mengambil, keputusan
serta bertindak. Nilai merupakan prinsip yang memproposi kesejahteraan dan
mencegah dari bahaya bagi manusia. Biasanya keyakinan, nilai-nilai dan identitas
seseorang biasanya didapat tanpa disadari berdasarkan pengalaman pribadi atau suatu
10
pengamatan dari beberapa pengalaman orang lain yang diinginkan atau tidak.3 Dari
penjelasan nilai diatas dapat penulis pahami bahwa nilai itu memang penting dalam
kehidupan terlebih lagi dalam kenidupan bermasyarakat dan nilai itu dapat diraih
melalui dunia pemdidikan.
Didalam Al-Quran banyak terdapat penjelasan tentang nilai-nilai pendidikan agama
islaam seperti dalam Q.S An-Nisa‟ ayat 36 yang akan menjadi objek kajian kita yaitu:
Artinya: Sembahlah Allah SWT janganlah kamu menyekutukannya dengan
sesuatupun, danberbuat baiklah kepada kedua orang tuamu, karib kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga
yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.sesungguhnya
Allah SWTtidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-
banggakan diri (Q.S.An-Nisa‟:36)4
Sedangkan pendidikan itu terjemahan dari kata education, yang asal katanya
educate yaitu bahasa latin educo yang berarti mengembangkan dalam diri: seperti
mendidik, melaksanakan hokum kegunaan. Pendidikan merupakan mengembangkan
potensi diri baik alat indra dan pikiran bukan hanya sekedar menhumpulkan atau
mengklasifikasikan ilmu pengetahuan. Bahkan pendidikan itu berisi power yang
3 Sulastri, Nilai Karakter Dalam Pembelajaran Kimia, (banda aceh, Syiah kuala university
press, 2018), Hal. 11-12 4 Q.S An-Nisa‟: 36
11
digunakan untuk mendapatkan apa saja yang digunakan dan apa saja yang
dibutuhkan. Seseorang yang dengan cerdik menggunakan pengetahuan yang dimiliki
oleh orang lain maka dia akan lebih cerdik dari pada orang yang mempunyai
pengetahuan itu jika dia tidak tau kegunaan pengetahuan itu.5
Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan kepribadian
manusia yang berjalan seumur hidup dengan kata lain pendidikan tidak hanya
berlangsung didalam kelas tetapi bias juga berlangsung diluar kelas dan pendidikan
itu bukan hanya berlangsung secara formal tapi juga berlangsung secara non formal
dan pendidikan itu tidak hanya meningkatkan kecerdasan tetapi juga mengembangkan
seluruh aspek-aspek kepribadian manusia. Sedangkan menurut marimba pendidikan
adalah pimpinan atau bimbingan secara sadar oleh seorang pendidik terhadap
perkembangan dari jasmani dan rohani seorang anak.6
Sedangkan Pendidikan Agama Islam adalah suatu upaya sadar dan terencana
untuk meyiapkan peserta didik untuk mngenal, memahami, mengahayati, mengimani,
bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan seluruh ajaran islam dari sumber
utamanya Al-Quran dan hadis melalui bimbingan, latihan, pengajaran serta
pengalaman. Menurut tayar yusuf pendidikan agama islam adalah usaha sadar
generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, keterampilan, kecakapan
pada generasi muda untuk menjadi generasi muslim yang bertakwa kepada Allah,
5 Sutrisno, M. Ag, Pembaharuan Dan Pengembangan Pendidikan Agama Islam,
(Yogyakarta: CV. Diandra Primamitra Media, 2011), Hal. 3 6 Dahwadin Dan Farhan Sifa Nugraha, Motivasi Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
(Jawa Tengah: CV Mangku Bumi Media, 2019). Hal. 1-2
12
kemudian berbudi pekerti yang luhur serta mengamalkan dan memahami seluruh
ajaran islam dalam kehidupan.7
Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari banyak kita lihat kesenjangan nilai-
nilai yang terjadi ditengah-tengah masyarakat dengan nilai-nilai yang Allah SWT
cantumkan dalam Q.S. An-Nisa‟ ayat 36 diantaranya adalah masyarakat lebih percaya
bantuan manusia dari pada bantuan Allah SWT terkhusus pada masalah Covid-19
yang terjadi pada saat ini. Masih banyak diantara mereka yang semakin jauh dari
allah dan lebih mendengarkan kata-kata manusia. dan masalah selanjutnya yang kita
temukan adalah banyaknya berita di televisi maupun disurat kabar anak-anak yang
durhaka kepada orang tua, seperti mereka berani membunuh orang tua mereka
sendiri. Alasan pebunuhan itu kita lihat bermacam-macam diantaranya karena tidak
dibelikan motor, tidak dibelikan hp dll. Masalah selanjutnya yan kita lihat
dimasyarakat adalah kurang akurnya mereka dalam bertetangga, bahkan terhadap
kerbat mereka sendiri. Dan penyebab tidak akur itu juga bermacam-macam
diantaranya masalah tanah yang kadang sampai terjadi pembunuhan, masalah harta,
bahkan terkadang karena iri hati terhadap tetangga yang berhasil.
Oleh karena itu penulis akan mengkaji tentang Hablum Mianllah dan Hablum
Minannas secara mendalam dan mengkaji secara mendalam tentang Nilai-Nilai
Pendidikan Agama Islam terkhusus dalam surat An-Nisa‟ ayat 36 melalui kajian
tafsir Karena saat sekarang ini banyak hubungan manusia dengan Allah sangat jauh
7 Ahwadin Dan Farhan Sifa Nugraha, Motivasi Dan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam…., Hal. 7
13
seperti banyaknya para penista agama, bahkan ada yang mengatakan bahwa paham
radikalisme berawal dari orang-orang yang hafiz Al-Quran. Dan juga hubungan
manusia dengan sesama sekarang semakin rusak, seperti terjadinya pembunuhan
terhadap ulama, muballigh dan para aktivis dakwah, terjadinya pencurian dan
perampokan dimana-mana. Maka dari itu penulis mengambil rujukan utama yaitu
Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Mishbah dan Tafsir Al-Maraghi, karena tafsir tersebut
memiliki alas an tertentu yaitu: tafsir al-mishbah gaya bahasanya yang mudah
dipahami dan pilihan diksi dan terjemah atas kosakata Al-Quran yang banyak
terinspirasi dari Prof. Dr. Aisyah Binti Syati‟ dan juga dipengaruhi oleh pemikiran
syekih muahmmad abduh dan juga karena beliau salah satu ulama kontemporer di
Indonesia.8 Kemudian penulis mengambil tafsir Ibnu Katsir adalah karena imam ibnu
katisr adalah salah satu ulama yang palih tersohor dan populer didunia islam.9 Oleh
karena beberapa msalah diatas penulis tertarik mengangkat sebuah judul yaitu:
“Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Al-Quran Surat An-Nisa’ ayat 36
dan perbandingannya menurut Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Ibnu Katsir dan
Tafsir Al-Maraghi” Penulis berharap semoga penelitian ini dapat dijadikan
tambahan pengetahuan.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
8 Afrizal Nur, Tafsir Al-Mishbah Dalam Sorotan, ( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2018), Hal xi
9 Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir Jilid
2, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi‟I, 2008), Hal. xii
14
Berdasarkan latar belakang diatas agartidak terjadi kekeliruin dan kesalaho
pahaman bagi pembaca maka penulis membatasi masalah ini yaitu:“Nilai-nilai
Pendidikan Agama Islam dalam Al-Quran Surat An-Nisa‟ ayat 36 dan
perbandingannya menurut Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-
Maraghi”
2. Rumusan Masalah
Demi mejaga kesalah pahaman dan pengertian maka dapat penulis
merumuskan masalah pada penelitian ini yaitu:
a. Apa saja Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Q.S An-Nisa‟ ayat 36
menurut Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Ibnu Katsir Dan Tafsir Al-Maraghi?
b. Bagaimana perbandingan Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam menurut Tafsir
Al-Mishbah, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-Maraghi ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui Apa saja Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Al-
quran Surat An-Nisa‟ ayat 36 menurut Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Ibnu Katsir
dan Tafsir Al-Maraghi
b. Untuk mengetahui Bagaimana perbandingan nilai-nilai Pendidikan Agama
Islam menurut Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-Maraghi
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
15
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan berpikir, mengenai permasalahan dalam bidang studi pendidikan
agama Islam terutama Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Al-quran
Surat An-Nisa‟ ayat 36 dan perbandingannya menurut Tafsir Al-Mishbah,
Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-Maraghi
b. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat mencapai gelar Sarjana S2 pada Fakultas
Tarbiyah, Prodi Pendidikan Agama Islam negeri di IAIN Bukittinggi.
D. Penjelasan Judul
Supaya tidak terjadi perbedaan pendapat dalam memahami Judul tesis ini
maka penulis akan menjelaskan secara berkelompok tentang judul teis ini yaitu
sebagai berikut:
Nilai : Nilai itu adalah berasal dari bahasa latin yaitu vale‟re yang artinya yaitu
berguna, berdaya berlaku, sehingga nilai dapat diartikan sebagai sesuatu
yang dipandang baik dan yang paling benar menurut keyakinan individu
atau sekelompok orang. Nilai juga diartikan sebagai kualitas yang dari
sesuatu hal dan sesuatu hal itu disukai oleh individu atau sekelompok
orang, di inginkan, dihargai, dikejar, berguna kemudian orang yang
menghayatinya menjadi bermartabat.10
10
Sulastri, nilai karakter dalam pembelajaran kimia…., Hal. 11
16
Pendidikan: Pendidikan itu terjemahan dari kata education, yang asal katanya educate
yaitu bahasa latin educo yang berarti mengembangkan dalam diri:
seperti mendidik, melaksanakan hokum kegunaan. Pendidikan
merupakan mengembangkan potensi diri baik alat indra dan pikiran
bukan hanya sekedar menhumpulkan atau mengklasifikasikan ilmu
pengetahuan. Bahkan pendidikan itu berisi power yang digunakan untuk
mendapatkan apa saja yang digunakan dan apa saja yang dibutuhkan.11
PAI : Suatu upaya sadar dan terencana untuk meyiapkan peserta didik untuk
mngenal, memahami, mengahayati, mengimani, bertakwa dan berakhlak
mulia dalam mengamalkan seluruh ajaran islam dari sumber utamanya
Al-Quran dan hadis melalui bimbingan, latihan, pengajaran serta
pengalaman.12
E. Sistematika Penulisan
Untuk lebih terarahnya pembahasan ini penulis membuat sistematika
penulisan sebagai berikut :
BAB 1 yaitu berisi tentang latar belakang yang memuat tentang 3 landasan
diantaranya landasan filososfis, landasan teoritis dan landasan empiris. Kemudian
pada bab 1 menjelaskan tentang batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, penjelasan judul serta serta sistematika penulisan.
11
Sutrisno, M. Ag, Pembaharuan Dan Pengembangan Pendidikan Agama Islam...., Hal. 3 12
Ahwadin Dan Farhan Sifa Nugraha, Motivasi Dan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam…., Hal. 7
17
BAB II yaitu berisi tentang landasan teori diantaranya membahas tentang
Nilai, kemudian membahas tentang Pendidikan Agama Islam, membahas tentang
tinjauan Q.S. An-nisa‟:36 kemudian membahas tentang tinjauan ke 3 tafsir
BAB III yaitu berisi tentang Metodologi Penelitian hal ini mencakup tentang
Jenis penelitian, Sumber data, analisis data serta Tekhnik pengumpulan data,
BAB IV yaitu berisi tentang hasil penelitian mengenai nilai-nilai pendidikan
agama islam dalam Q.S An-Nisa‟ ayat 36 menurut Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Ibnu
Katsir dan Tafsir Al-Maraghi kemudian tentang perbandingan nilai-nilai pendidikan
agama islam dalam Q.S An-Nisa‟ ayat 36 menurut Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Ibnu
Katsir dan Tafsir Al-Maraghi
BAB V yaitu penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran
18
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Nilai
1. Pengertian Nilai
Arthur W. Comb berpendapat bahwa nilai adalah suatu kepercayaan yang
sudah di generalisir untuk sebagai pembimbing dalam menyelesaikan tujuan
perilaku yang pilih oleh individu atau sekelompok orang. Sedangkan menurut
pakar Psikologi Allport nilai adalah keyakinan yang mengarah kepada suatu
tindakan sesorang berdasarkan keyakinan tersebut. Nilai itu berkaitan dengan
emosi, pengalaman yang dapat mengarahkan individu atau kelompok untuk
memilih, mengambil, keputusan serta bertindak. Nilai merupakan prinsip yang
memproposi kesejahteraan dan mencegah dari bahaya bagi manusia. Biasanya
keyakinan, nilai-nilai dan identitas seseorang biasanya didapat tanpa disadari
berdasarkan pengalaman pribadi atau suatu pengamatan dari beberapa pengalaman
orang lain yang diinginkan atau tidak.13
Menurut Dr. Silfia Hanani, M.Si bahwa nilai adalah ajaran dan norma yang
harus ditafsirkan sehingga melahirkan suatu perilaku atau tingkah laku yang di
inginkan sesuai dengan nilai-nilai. Paersons seseorang perekonstruksi teori
structural fungsional menyatakan bahwa keseimbangan, kestabilan dan keteraturan
akan terwujud apabila ada penghargaan terhadap nilai-nilai tersebut. Nilai itu tidak
terkesampingkan karena karena nilai tersebut menjadi Word View dan telah
13
Sulastri, Nilai Karakter Dalam Pembelajaran Kimia...., Hal. 11-12
19
disepakati sejak lama. Nilai-nilai tidak pernah memberikan pertentangan, tetapi
lebih dominan membangun keadaban.14
Sedangkan Menurut Dr. iswantir dan Dr.
Silfia hanani dan Irsyadul Ubad bahwa nilai pendidikan Agama islam terdapat 4
dasar yaitu: nilai keimanan, nilai ketakwaan, penghargaan terhadap manusia
dengan segala potensinya, kebebasan dan kemerdekaan dan tanggug jawab
sosial.15
2. macam-macam Nilai
Nilai memiliki banyak macamnya tergantung siapa yang memandang
menurut max scheler nilai itu terbagi kedalam 3 tingakatan:
a.) Nilai kenikmatan, yaitu tentang esuatu yang mengenakkan atau tidak
mengenakkan
b.) Nilai kehidupan, yaitu nilai-nilai yang sangat penting dalam kehidupan seperti
kesehatan, kesegaran jasmani dan umum.
c.) Nilai kejiwaan, yaitu seperti keindahan, kebenaran dan pengetahuan murni
dan filsafat.
d.) Nilai kerohanian, yaitu berhubungan dengan suci atau tidak suci
Tetapi walter G. Everet berpendapat bahwa nilai dikelompokkan kedalam
8 kelompok.
a.) Nilai ekonomis (harga dalam jual beli)
14
Dr. Silfia Hanani, Sosiologi Pendidikan Keindonesiaan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2013), Hal. 121
15
Irsyadul Ubad, Silfian Hanani dan Iswantir M, jurnal Fuaduna nilai edukatif tradisi
peringatan hari kematian di kenagariaan manggopoh sumatera barat
20
b.) Nilai kejasmanian (kesehatan)
c.) Hiburan
d.) Sosial (bentuk perserikatan manusia)
e.) Watak ( integritas kepribadaian)
f.) Estetis ( keindahan alam dan karya seni)
g.) Intelektual, dan
h.) Keagamaan16
Dalam pendidikan agama islam nilai itu terbagi kedalam beberapa hal maka
untuk itu dapat kita klasifikasikan bahwa nilai itu terbagi kedalam 3 hal, yaitu
Dalam buku yang berjudul ilmu pendidikan islam nilai dalam islam terbagai menjadi
3 kelompok yaitu:
a.) Nilai I‟tiqodiyah atau kepercayaan
Yaitu nilai yang berhubungan rukun iman, sepeerti iman kepada allah swt,
iman kepada para malaikat, iman kepada kitab allah, iman kepada rasulullah, iman
kepada hari berbangkit dan iman kepada takdir. Nilai I‟tiqodiyah ini meurut beliau
menjelaskan hubungan antara individu dengan tuhannya yang didalamnya
ditanamkan nilai-nilai ketuhanan pada diri manusia seperti sifat-sifat al-rahman (nilai
kasih), al-rahim (nilai sayang), al-malik (nilai kepemimpinan), al-quddus ( nilai
kesucian), al-salam (nilai kesejahteraan dan nilai kedamaian), al-khaliq (nilai
produktivitas), al-mushawwir (nilai estetika) dan nilai-nilai yang berkaitan dengan
16
Nurul Qamar Dan H. Salle, Etika Dan Moral Propesi Hokum, (Makasar:CV. Sosial Polotic
Genius, 2019). Hal. 15-16
21
asmaul husna. Sedangkan nilai pendidikan I‟tiqodiyah ini bisa juga dikatakandengan
nilai Pendidikan Aqidah yaitu upaya yang terus menerus menanamka nilai-nilai
kepada anak agar memiliki keimanan yang kuat dan tangguh.17
b.) Nilai „amaliyah atau perbuatan
Nilai amaliyah terbagi kedalam 2 bagian yaitu: pertama berkaitan dengan
ibadah atau berkaitan dengan rukun islam, seperti syahadat, sholat, zakat puasa, haji
dan ibadah lainnya yang mengatur hubungan manusia dengan allah swt. Kedua
berkaitan dengan muamalah yaitu interaksi manusia dengan sesamanya baik
perseorangan maupun secara berkelompok seperti akad, perbelanjaan, hukuman,
jinayah (pidana dan perdata). Nilai amaliyah ini juga di sebut dengan dimensi
kealaman yaitu mejelaskan hubungan manusia dengan alam semesta, karena manusia
diciptakan oleh allah dimuka bumi sebagai khalifah. Nilai-nilai yang ditanamkan
pada individu adalah bagaimana ia mampu memelihara, memakmurkan dan
memanfaatkan alam ini dengan baik sebagai sarana beribadah kepada Allah SWT
baik terhadap alam biotik (tumbuhan dan hewan) maupun abiotic (bebatuan, tambang
air udara, tanah, api dan sebagainya).
c.) Nilai Khuluqiyah atau etika
Nilai khuluqiyah berkaitan dengan kesusilaan, budi pekerti, adap, sopan santun yang
menjadi perhiasan bagi seseorang dalam rangka mencapai keutamaan. Nilai nilai
khuluqiyah seperti Sdiddiq (jujur), nilai amanah (terpercaya), adil, sabar, syukur,
17
Prof. Dr. H. Fatah Syukur, M.Ag, Paradigm Baru Filsafat Pendidikan Islam, (cimanggis:
Kencana, 2017), Hal. 292
22
pemaaf tidak tergantung pada materi atau zuhud, menerima apa adanya (qana‟ah),
berserah diri kepada allah (tawakkal), malu berbuat buruk (haya‟), persaudaraan
(ukhuwah), toleransi (tasamuh) tolong menolong (ta‟awun), saling menanggung
(takaful). Nilai khuluqiyah ini juga di istilahkan dengan dimensi insaniyah, yaitu nilai
yang berhubungan dengan sesame manusia yang didalamnya ditanamkan nilai-nilai
yang universal, seperti tolong menolong, saling menghormati, simpati, empati,
kepedulian sosial, kepekaan sosial.18
Nilai Khuluqiyah ini dikatakan juga dengan
Pendidikan akhlak yaitu identic dengan berperilaku baik dan benar kepada allah dan
rasulnya, sesame manusia, lingkungan, dan kepada diri sendiri berdasarkan nilai-nilai
yang terkandung dalam Al-Quran dan hadits . 19
Sedangkan menurut Dr.Silfia Hanani nilai itu dapat diperoleh atau diraih
memalui pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak adalah pendidikan yang membangun
misi manusia terhadap hakekat hidup. Hakekat hidup yang meliputi moral yang
dibangun dari norma, baik buruk, wajar tidak wajar, dan lainnya. Pendidikan akhlak
pada dasarnya adalah untuk mengukuhkan kembali nilai-nilai dasar kemanusiaan
rakyat Indonesia berdasarkan pada nilai-nilai kearifan lokal. Pendidikan akhlak tidak
bisa ninafikan atau ditiadakan ia harus diajarkan tersendiri tidak sambil lalu.
Seedangkan pendidikan akhlak ini berkaitan langsung dengan humanism
mendewasakan rasa kemanusiaan manusia. Pendidikan akhlak lebih banyak terkait
18
Dr. Abdul Mujib, M. Ag dan Dr. Jusuf Mudzakkir, M.Si, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:
Kencana, 2017), Hal. Xii-Xvi 19 Prof. Dr. H. Fatah Syukur, M.Ag, Paradigm Baru Filsafat Pendidikan Islam...., Hal. 294
23
dengan nilai-nilai baik dan buruk, nilai-nilai berperikemanusiaan dan tidak berperi
kemanusiaan dan sebagainya. Nilai-nilai tersebut sudah terkandung dalam ajaran
moral lokal, agama, dan Negara.20
Sedangkan bangsa atau negara telah menetapkan ada 18 nilai utama dalam
patokan pelaksanaan pendidikan Karakter yaitu: nilai religius, tanggung jawab, jujur,
toleransi, disiplin kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabatan atau berkomunikasi,
cinta damai, senang membaca, peduli sosial, dan peduli lingkungan.21
3. Fungsi Nilai
Pada garis besarnya system nilai yang bedasarkan agama dapat membei
individu dan masyarakat peangkat system nilai dalan benyik keabsahan dan
pembenaran dalam mengatur sikap individu dan masyarakat. Pengarug sistim nilai
tehadap kehidupan individu dirasakan sebagai daya dorong atau prinsip yang menjadi
pedoman hidup . dalam realitasnya nilai memiliki pengaruh dalam mengatur pla
tingkah laku, pla bepikir, dan pola bersikap. Ajaran Islam tidak bisa dilepaskan dari
sistim nilai, sebuah sistim niai yang besumbe dari sang Pencipta, sistim tesebut
terumus lengkap dan sempurna mengacu kepada hakikat enciptaan manusia yaitu
sebagai pengabdi sesbagaimana yang tertera dalam Al- Qur‟an Dalam Q.S 51: 56
20 Dr. Silfia Hanani, Sosiologi Pendidikan Keindonesiaan...., Hal. 123 21 M. Hamdar Arraiyyah dan Jejen Mustafah, Pendidikan Islam, (Cimanggis: Prenadamedia
Group, 2018), Hal. 13
24
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.(Q.S. Adz-Dzariyat:56)22
Dengan demikian, sebagai makhluk ciptaan manusia sudah diarahkan pada
pencapaian puncak sistim nilai itu sendiri, yakni menjadi pengabdi sang Pencipta.,
oleh karena itu, Allah SWT telah membekali manusia dengan ptensi utama yaitu
fitrah, sebagaimana yang tercantum dalam Q.S 30: 3023
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak
ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui (Q.S. Ar-Rum:30)24
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan dalam islam dikenal dengan istilah kata Tarbiyyah, ta‟lim, ta‟dib,
riyadho, irsyad dan tadris. Sedangkan perbedaan diantaranya yaitu:
a.) Tarbiyah, akar kata dari tarbiyah ini adalah al-rabb, rabbayani, nurabbi, yurbi,
dan rabbani. Dalam mu‟jam bahasa arab kata al-tarbiyah memiliki tiga akar
kebahasan, yaitu:
22 Q.S. Adz-Dzariyat:56 23
Prof. Dr. H. Jalaluddin, Pendidikan Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Pesada, 2016), hal. 45 24 (Q.S. Ar-Rum:30)
24
25
1.) Rabb, Yarbu, Tarbiyah yang memiliki makna tambah (Zad) dan
berkembang. Dan pengertian ini didasarkan dari QS. Ar-Rum: 39
Artinya: dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia
bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi
Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan
untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah
orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).( QS. Ar-Rum: 39)25
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan adalah proses
menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada peserta didik, baik
secara Fisik, psikis, sosial maupun spiritual.
2.) Rabba, Yurbi, Tarbiyah yang memiliki makna tumbuh (nasya‟a) dan
menjadi besar atau dewasa (tara‟ra‟a). yang artinya adalah bahwa
pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha untuk menumbuhkan dan
mendewasakan peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun
spiritual.
3.) Rabba, Yarubbu, Tarbiyah yang memiliki makna bahwa memperbaiki
(ashala), menguasai urusan, memelihara dan merawat, memperindah,
memberi makan, mengasuh, tuan, memiliki, mengatur dan menjaga
kelesatrian maupun eksistensinya.
25 QS. Ar-Rum: 39
26
b.) Ta‟lim
Ta‟lim berasal akar kata „allama dan sebagian para ahli menerjemahkan bahwa
kata tarbiyah berarti pendidikan sedangkan ta‟lim diartikan sebagai pengajaran.
Sedangkan Muhammad rasyid ridha mengartikan bahwa ta‟lim adalah proses
transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan
dan ketentuan tertentu dan pengertian ini didasarkan oleh firmah allah swt dalam
Q.S Al-„Alaq ayat 1-5:
Artinya: bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah
yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S Al-„Alaq:
1-5)26
Dalam ayat tersebut menunjukakkan perintah allah swt kepa rasulnya untuk
mengajarkan (ta‟lim) al-kitab dan sunnah kepada umatnya. Sedangkan menjurut
muhaimin pengajaran pada ayat tersebut mencakup tentang teoritis dan praktis
sehingga peserta didik memperoleh kebijakan dan kemahiran melaksanakan hal-hal
yang mendatangkan manfaat dan menampik kemudaratan.
26 Q.S Al-„Alaq: 1-5
27
c.) Ta‟dib
Ta‟dib biasanya diartikan sebagai penddikan sopan santun, tata krama, adab budi
pekerti, akhlak, moral dan etika. Ta‟dib yang seakar dengan adab memiliki arti
pendidikan peradaban dan kebudayaan. Artinya bahwasannya orang yang
perpendidikan adalah orang yang berperadaban, sebaliknya bahwasnnya
peradapan yang berkualitas dapat diraih melalui pendidikan. Sedangkan menurut
Naqub Al-Attas Ta‟dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-
angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala
sesuatu didalam tatanam penciptaan, sehingga memimbing kearah pengenalan
dan pengakuan kekuatan dan keagungan tuhan.
d.) Riyadhah
Riyadhah secara bahasa dapat diartikan dengan pengajaran dan pelatihan.
Sedangkan menurut Al-Bustami Riyadhah dalam konteks Pendidikan adalah
mendidik jiwa anak dengan akhlak mulia. Sedangkan riyadhah dalam ilmu
tasawuf adalah latihan rohani dengan cara menyendiri pada hari hari-hari tertentu
untuk melakukan ibadah dan tafaakur mengenai hak dan kewajibannya.27
Pendapat lain mengatakan bahwa Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk
mengembangkan kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup dengan kata lain
pendidikan tidak hanya berlangsung didalam kelas tetapi bias juga berlangsung diluar
kelas dan pendidikan itu bukan hanya berlangsung secara formal tapi juga
27
Dr. Abdul Mujib, M. Ag dan Dr. Jusuf Mudzakkir, M.Si, Ilmu Pendidikan Islam…., Hal.
10-21
28
berlangsung secara non formal dan pendidikan itu tidak hanya meningkatkan
kecerdasan tetapi juga mengembangkan seluruh aspek-aspek kepribadian manusia.
Sedangkan menurut marimba pendidikan adalah pimpinan atau bimbingan secara
sadar oleh seorang pendidik terhadap perkembangan dari jasmani dan rohani seorang
anak.28
Jadi dapat dipahami bahwa pendidikan adalah suatu proses menumbuhkan
dan mengembangkan tentang apa yang ada dalam diri. Baik itu fisik, Psikis, sosial
maupun spiritual. Sedangkan Pendidikan menurut Dr. Silfia Hanani adalah proses
yang mendewasakan dan mencerdaskan manusia dan paripurna. Sementara
tercapainya tujuan pedidikan, sangat tergantung pada peranan pendidik sebagai
lokomotif dari pendidikan tersebut29
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu membelajarkan siswa
menggunakan asas pendidikan Islam yaitu Al Quran dan Sunnah. Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam merupakan proses komunikasi dua arah yang dilakukan
pendidik kepada peserta didik dengan menggunakan bahan atau materi-materi
Pendidikan Agama Islam.30
Pendapat lain juga mengatakan bahwa pendidikan agama islam adalah usaha
sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, keterampilan,
kecakapan pada generasi muda untuk menjadi generasi muslim yang bertakwa
kepada Allah, berbudi pekerti yang luhur dan kepribadian yang memahami dan
28
Dahwadin Dan Farhan Sifa Nugraha, Motivasi Dan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam)...., Hal. 1-2 29 Dr. Silfia Hanani, Sosiologi Pendidikan Keindonesiaan...., Hal. 133 30
Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya : Usaha Offset Pritting,
1981),h.57
29
mengamalkan seluruh ajaran islam dalam kehidupannya.31
Pendapat lain juga
mengatakan bahwa Pendidikan Agama Islam pada hakikatnya adalah Tafaqquh
Fi Al-Din yaitu upaya yang sunggu-sungguh dalam memahami atau
memperdalam pengetahuan agama dan mempraktekkannya dalam kehidupan
sehari-hari.32
Sedangkan para ahli mengemukakan pendapatnya tentang makna Pendidikan
Islam adalah sebagai berikut:
1. Muhhammad SA. Ibrahimi dari Banglades
Menyatakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu sistem pendidikan
yang memungkinkan sesorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan
ideologi islam sehingga dengan mudah ia dapat mengarahkan kehidupannya
sesui dengan ideolohgi islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk
hidupnya sesuai dengan ajaran islam.
2. Omar Muhammad Al-Toumi Al-Syaibani
Beliau menjelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah proses mengubah
tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya
dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai propesi diantara
profesi-profesi dimasyarakat. Pengertian ini lebih menekan pada perubahan
31
Ahwadin Dan Farhan Sifa Nugraha, Motivasi Dan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam…., Hal. 7 32 Prof. Dr. H. Fatah Syukur, M.Ag, paradigm baru filsafat pendidikan islam, (cimanggis:
Kencana, 2017), Hal. 239
30
tingkah laku dari yang buruk kepada yang baik, dari yang minimal menuju
maksimal, dari yang potensial menjadi actual, dari yang pasif menuju aktif.33
Dari beberapa pengertian pendidikan agama islam yang dipaparkan diatas dapat
penulis tarik suatu kesimpulan bahwa pendidikan agama islam adalah proses
mengubah seluruh aspek kehidupan manusia sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan
sunnah
2. Ruang lingkup pendidikan agama islam
Imam Al-Gazali membagi ruang lingkup Pendidikan Agama Islam kedalam
beberapa hal yaitu:
a.) Pendidikan keimanan
b.) Pendidikan akhlak
c.) Pendidikan Aqliyah
d.) Pendidikan sosial
e.) Pendidikan jasmani34
Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh M Yunus dan Imam Al-
Ghazali di atas dapat dipahami bahwa aspek pendidikan agama Islam terdiri dari
Aqidah, Ibadah, Akhlak, Sosial dan Jasmani.
a.) Aspek Pendidikan Keimanan (Aqidah)
AQidah secara bahasa Adalah menghubungkan 2 sudut, sehingga menjadi
bertemu dan bersambung dengan kokoh. Ikatan ini berbeda dengan arti ribath yang
33 Dr. Abdul Mujib, M. Ag dan Dr. Jusuf Mudzakkir, M.Si, Ilmu Pendidikan Islam…., Hal.
25 34 Zainuddin,, Seluk Beluk Pendidikan Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 96
31
berarti juga ikatan, tapi ikatan yang mudah dibuka, karena dapat mengandung unsur
yang membahayakan. Pendidikan aqidah pada dasarnya bermakna pengesaan Allah
SWT, tidak menyekutukannya, dan mensyukuri segala nikmatnya. Larangan
menyekutukan Allah SWT termuat dalam ayat yang berbunyi:
Artinya: “Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia memberi
pelajaran kepada anaknya hai anakku jangan lah engkau epersekutukan
Allah SWT, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar”. (QS. Luqman : 13)35
Pada ayat ini Luqman memberikan pendidikan dan pengajaran kepada
anaknya berupa pendidikan aqidah yang mantap, agar anaknya tidak menyekutukan
Allah SWT. Itulah aqidah tauhid karena tidak ada tuhan selain Allah SWT, karena
yang selain Allah adalah makhluk. Allah tidak berserikat didalam penciptaan alam
ini.36
b.) Aspek Pendidikan Akhlak
Pengertian secara umum Akhlak dipahami sebagai perilaku atau budi pekerti.
Sedangkan imam Ghazali memberikan pandangan bahwa suatu istilah tentang bentuk
bantin yang tertanam dalam jiwa seseorang yang kemudian menodorongnya berbuat,
35QS. Luqman : 13 36
Aat Syafaat, Sohari Sahrani dan Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam
Mencegah Kenakalan Remaja, ( Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2008 ), h. 53-54
32
bukan karena suatu pemikiran dan bukan pula karena suatu pertimbangan.37
Kata
“Akhlak bersumber dari kalimat yang terdapat dalam Q.S Al-Qalam: 4
Artinya: “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad benar-benar berbudi pekerti yang
agung. (QS. Al-Qalam : 4)38
Dan juga terdapat dalam sebuah hadist nabi Muhammad SAW: Artinya: “aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak. (HR Ahmad) Pengertian Akhlak menurut
istilah yang dikemukakan oleh sebagai para ulama, yaitu :
1.) Menurut ibnu Maskawaih, akhlak adalah suatu sikap dari seseorang yang
dapat mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa dia melalui
pertimbangan terlebih dahulu.
2.) Imam Ghazali, “akhlak adalah ungkapan suatu daya yang telah bersemi dalam
jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan penuh dan tidak
memerlukan pertimbangan / pikiran terlebih dahulu.39
Akhlak dapat dikelompokkan mejadi 2 kelompok yaitu Akhlak Mahmudah
dan Akhlak mazmumah. Tapi dari segi bentuknya akhlak dibagi kedalam 3 lompok
yaitu: akhlak kepada Allah SWT, Akhlak kepada manusia dan akhlak kepada
makhluk Allah SWT yang lain.40
37 Zakiah Daradjad, Metodik Khusus Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Bumi
Aksara, 2008 ), hlm. 68 38 QS. Al-Qalam : 4 39 Aat Syafaat, Sohari Sahrani dan Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam
Mencegah Kenakalan Remaja...., h. 59 40
Rahman Ritonga, Akhlak, Merakit Hubungan dengan Sesama Manusia (Surabaya:PT
Amelia, 2005), hlm. 11-12
33
c.) Aspek Pendidikan Aqliyah
Pendidikan aqliyah atau akal tidak kalah penting dari aspek pendidikan
lainnya. Kalau pendidikan keimanan merupakan pembentukan dasar, pendidikan
akhlak untuk membina moral dan tingkah laku maka pendidikan akal merupakan
upaya penyadaran dan pemberdayaannya Maksud dari pendidikan akal adalah
pembentukan dan pembinaan berfikir dengan segala sesuatu yang bermanfaat, ilmu
pengetahuan, hukum, peradaban, ilmiah dan modernisme serta kesadaran dalam
berfikir dan berbudaya.41
Akal adalah anugerah dari Allah swt yang khusus diberikan kepada manusia,
dengan akal manusia mampu mengetahui dan menguasai berbagai macam ilmu
pengetahuan. Dengan akal manusia dapat mengatasi berbagai masalah kehidupan
sehingga akan ditemui kemudahan dalam hidup. Fungsi akal manusia terbagi kepada
enam yaitu:
1.) Akal adalah penahan nafsu. Dengan akal manusia dapat mengerti apa yang
tidak dikehendaki oleh amanat yang dibebankan kepadanya sebagai
kewajiban.
2.) Akal adalah pengertian dan pemikiran yang berubah-ubah dalam menghadapi
sesuatu baik yang tampak jelas maupun yang tidak jelas.
3.) Akal adalah petunjuk yang dapat menbedakan hidayah dan kesesatan
4.) Akal adalah kesadaran batin dan pengaturan.
41
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, ( Bandung: Asyifa,
1998), hlm. 270
34
5.) Akal adalah pandangan bathin yang berdaya tembus melebihi panglihatan
mata.
6.) Akal adalah daya ingat mengambil dari yang telah lampau untuk masa yang
akan dihadapi.42
Adapun tujuan pendidikan berdasarkan semangat Islam secara utuh adalah
akal yang sempurna menurut ukuran ilmu dan taqwa. Dengan kata lain setelah
mengalami pendidikan dalam arti yang luas, akal seseorang diharapkan mencapai
tingkat perkembangan yang optimal, sehingga mampu berperan sebagaimana yang
diharapkan yaitu untuk berfikir dan berdzikir. Dari uraian diatas dapat penulis tarik
suatu kesimpulan bahwa Pendidikan Agama Islam mengembangkan akal manusia
kearah yang baik melalui tuntunan Al-Quran dan Sunnah
d.) Aspek pendidikan sosial
Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna ajarannya, sudah pasti tidak
mengecewakan penganutnya dalam mencapai tujuan hidup baik di dunia maupun di
akhirat. Karena di dalam Islam dianjurkan agar kedua aspek kehidupan tersebut harus
dilengkapi oleh manusia. Dengan kata lain kebahagiaan seseorang yang bergantung
kepada orang lain. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan dapat merasakan
kesenangan hidup tanpa ada orang lain disampingnya. Manusia memerlukan orang
lain sebagai tempat menumpahkan perasaannya. Untuk tertawa saja manusia
42
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, ( Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1995), hlm. 65
35
memerlukan orang lain yang menyertainya, karena ia membutuhkan tanggapan
emosional dari orang lain.
Dalam buku Ihya‟ Ulumuddin Juz I Al-Ghazali mengatakan bahwa ketika
Allah menjadikan manusia menjadi bentuk yang tidak bias hidup sendirian. Karena
manusia tidak dapat mengusahan seluruh keprluan baik sandang maupun pangannya.
memperoleh berupa roti dan nasi, pakaian, tempat tinggal dan alat-alat lainya yang
mereka butuhkan. Oleh karena itu manusia memerlukan orang lain untuk
mewujudkan itu semuanya.43
Pendidikan sosial merupakan pendidikan yang dapat diarahkan untuk bisa
terwujudnya prilaku-prilaku sosial dengan sangat baik, berakhlak mulia yang
ditopang dengan iman yang teguh. Adapun tujuan dari pendidikan sosial ini adalah:
1.) Mengajarkan kepada anak-anak yang mempunyai hak, sehingga mereka
menjadi manusia yang tahu dan memahami tugas dan kewajiban mereka
dalam kehidupan bermasyarakat
2.) Membiasakan anak-anak berbuat mematuhi dan memenuhi tugas
kewajiban sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga negara.44
Oleh karena itu yang demikian sangat penting untuk mengingat manusia adalah
makhluk sosial dimana kehidupan satu individu saling terkait, dan mempunyai
hubungan dengan orang lain. Oleh sebab itu harus dikembangkan dan dipelihara
43 Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan Al-Ghazali...., h. 122 44
M Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2002), hlm. 171
36
sikap-sikap dan bersikap yang baik, sehingga akan terciptanya kehidupan yang damai
adan aman.
e.) Aspek pendidikan jasmani
Dalam pandangan islam jasmani merupakan sesuatu yang sangat penting
karena dengan jasmani maka akan bisa beraktivitas dan kegiatan nyata dalam
kehidupan bahkan ibadah-ibadah yang disuruh dalam islam harus menggunakan
kekuatan jasmani seperti halnya sholat, puasa haji dan lainnya. Aspek jasmaniah
merupakan salah satu dasar pokok untuk mendapatkan kemajuan dan kebahagiaan
dalam kehidupan manusia, dengan akal dan jiwa yang sehat terdapat pada jasmani
yang sehat pula. Sebenarnya jasmaniah dan rohaniah memiliki hubungan yang sangat
erat pada manusia yaitu saling memberikan pengaruh timbal balik yaitu hal-hal yang
berpengaruh pada jiwa akan berpengaruh pada jasmani demikian pula sebaliknya.45
Oleh Karen itu M Ngalim Purwanto mengemukakan pendapat bahwa
pendidikan jasmani mempunyai tujuan yaitu:
1.) Dapat menjaga serta memelihara badan, seperti mulit atau alat pernapasan,
pencernaan makanan, peredaran darah, serta melatih otot-otot dan urat
syaraf, melatih kecakapan dan ketangkasan.
2.) Melatih anak-anak untuk berbudi pekerti yang luhur seperti kesabaran,
kejujuran, kesopanan, sportivitas, dan taat kepada peraturan dan kerajinan
dalam bekerja
45 Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan Al-Ghazali...., hlm. 126-127
37
3.) Menumbuhkan perasaan kesosialan sepeti sifat tolong menolong, bekerja
sama, etika berkawan dan yang umumnya dapat diperoleh dengan permainan
dengan berombongan dan dengan kerja kelompok
4.) Menumbuh kembangkan fungsi-fungsi jiwa seperti kecerdasan, ingatan,
perasaan dan kemauan.46
Unsur jasmani pada manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Karena itulah diperlukan usaha-usaha pembinaan sehingga jasmani mutlak
diperlukan. Dengan demikian kesehatan jasmani yang ingin diwujudkan dengan
pendidikan jasmani adalah keserasian organ-organ jasmani dalam melaksanakan
fungsinya masing-masing dan mampu mencegah serta mengantisipasi segala
penyakit, disamping itu secara bersamaan menjadi kuat dan terampil.
3. Tujuan pendidikan agama islam
Al Abrasyi bependapat bahwa, tujuan pendidikan agama Islam adalah agar
manusia beakhlak mulia, kemudian Marimba bependapat bahwa tujuan pendidikan
Islam adalah tebentuknya orang yang berkepribadian Muslim, sedangkan Munir
Mursyi brpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk menjadikan manusia
yang sempurna. Sedangkan Muhammad Abduh merumuskan tujuan pendidikan Islam
adalah mendidik akal dan jiwa dan menyampaikannya kepada batas- batas
kemungkinan seseorang mencapai kebahagiaan hdup dunia dan akhirat. Selanjutnya
Muhammad Abduh menjelaskan bahwa ada lima tujuan pendidikan Islam. Yaitu:
46 M Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis...., hlm. 152
38
a.) Teciptanya harmoni antara ilmu- ilmu keislaman yang merupakan basis
keimanan setiap muslim
b.) Kebahagiaan dunia(rabbana aatinaa fi al dunya hasanah)
c.) Kedamaian hidup di akhirat
d.) Sarana pendidikan akal dan jiwa pada batas- batas tertentu
e.) Pembinaan akhlak. Yaitu mengeluaran manusia dari penjara tafsir sederhana,
kosongnya pengetahuan yang buruk, mampu membedakan baik dan buruk,
bermanfaat dan berbahaya.47
Sedangkan Nahlawy berpendapat tentang Tujuan pendidikan Agama Islam
adalah sebagai berikut:
1. menanamkan iman yang kuat kepada allah SWT pada diri mereka, perasaan
keagamaan, semangat keagmaan dan akhlak, dan meyuburkan hati mereka
dengan rasa cinta, zikir, takwa, dan takut kepada allah SWT.
2. mendidikan naluri, motivasi dan keinginan generasi muda dan menguatkannya
dengan akidah dan nilai-nilai, dan membiasakan mereka menahan
motivasinya, mengatur motivsi dan membimbingnya dengan baik. Dan juga
mengajar mereka dengan adab sopan pada hubungan dan pergaulan mereka.
3. meumbuhkan rasa rela, optimisme, kepercayaan diri, tanggung jawab,
mengahargai kewajiban tolong menolong atas kebaikann dan takwa, kasih
47
Dr. Sehat Sultoni Dalimunthe, MA, Ontologi Pendidikan Islam,(Yogyakarta:CV Budi
Utama, 2018), hal. 214- 220
39
sayang, cinta kebaikan, sabar berjuang untuk kebaikan memegang teguh pada
prinsip, berkorban untuk agama dan tanah air serta siap membelanya.
4. membersihkan hati mereka dari rasa dengki, hasad, iri hati, benci, kekasaran,
kezoliman, egoisme, tipuan, khianat, nifak, ragu, perpecahan dan
perselisihan.48
C. Tinjauan Q.S An-Nisa‟ ayat 36
1. ayat dan terjemahanya
Artinya: sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, Ibnu sabil[295] dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membangga-banggakan diri (Q.S An-Nisa‟: 36)49
2. Asbabun Nuzul Q.S An-Nisa‟ ayat 36
Asbabun Nuzul secara Etimologi adalah sebab- sebab yang menyebabkan
turunnya Al- Qur‟an, sedangkan secara terminologi Asbabun Nuzul adalah suatu
peistiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat atau surat pada waktu proses
penurunan Al- Qur‟an. Seerti peistiwa yang tejadi saat turunnya Al- Qur‟an lalu
48
Prof. Dr. H. Fatah Syukur, M.Ag, Paradigm Baru Filsafat Pendidikan Islam, (cimanggis:
Kencana, 2017), Hal. 250 49 Q.S An-Nisa‟: 36
40
turun satu atau beberapa ayat yang menjelaskan hokum terhadap peistiwa tesebut,
atau seperti petanyaan yang dihadapkan kepada Rasulullah SAW lalu turunlah satu
atau beberapa ayat Al- Qur‟an yang didalamnya tedapat jawabannya. 50
Sebab-sebab turunya Q.S.An-Nisa‟ ayat 36 ini adalah menurut ibnu Abbas
berkenaan dengan Kardan Bin Zaid, sekutu Ka‟ab Bin Asyraf, Ustman Bin Habib,
Nafi‟ Bin Abi Nafi‟, Bahri Bin Amr, Huyay Bin Akhtab dan Rifa‟ah Bin Zaid Bin
Tabut suatu ketika dia dating kepada sahabat nabi dari kaun Anshar dan menasehati
mereka. Kemudian dia berkata kepada kaun Anshar itu “janganlah kalian menafkahi
harta kalian yang kalian miliki itu, karena kami khawatir kalian akan menjadi fakir.
Jangan kalian tergesa-gesa dalam menginfakkan harta benda kalian karena kalian
tidak tau apa yang akan terjadi pada kalian dikemudian hari nanti51
D. Tinjauan Tafsir Al-mishbah, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-Maraghi
5. Tafsir Almishbah
a.) Biografi M. Quraish Shihab
Nama lengkab beliau adalah Muhammad Quraish Shihab Bin Abdurrahmad
Shihab beliau lahir di Sulawesi selatan tepatnya pada tanggal 16 februari 1944. Awal
pendidikan beliau adalah SD dan SMP di makasar hingga tahun 1956 kemudian
beliau melanjutkan sekolah kepondok pesantren Darul Hadist Al-Fiqhiyyah di daerah
malang beliau tamat dari pesantren Darul Hadist Al-Fiqhiyyah tahun 1958 . kemudian
50
Dr. H. Anshori, LAL. MA. Ulumul Qur‟an(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hal.
101 51
Departemen Agama RI, Al-Quran Tafsir perkata Tajwid Kode Angka, Tangerang Selatan:
PT. Kalim, Hal. 85
41
beliau melanjutkan pendidikan S1 beliau di Universitas AL-Azhar Mesir beliau tamat
s1 tahun 1967 dengan Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Studi Ilmu-ilmu Al-
Quran.
Kemudian ditahun 1967 itu beliau kembali melanjutkan pendidikan S2 beliau
di Universitas Al-Azhar di fakultas dengan jurusan yang sama seperti S1 yaitu
Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Studi Ilmu-ilmu Al-Quran dan beliau tamat
S2 tahun 1969 judul tesis beliau adalah “Al-I‟jaz At-Tasyri‟I Lil Quranul Karim (
kemukjizatan Al-Quran ditinjau dari segi Hukum. Pada tahun 1980, Quraish kembali
berangkat ke Kairo untuk melanjutkan kembali pendidikannya itu. Dua tahun
berikutnya ia berhasil mendapatkan gelar Doktor untuk spesialisasi Tafsir Alquran
dengan predikat Summa Cum Laude atau Mumtāz dengan judul disertasi beliau
adalah “Nazm ad-durar li Al-Biqa‟I Tahqiq wa Dirasah ( suatu kajian dan analisa
terhadap koetentikan kitab Nazm Ad-Durar karya Al-Biqai. 52
b.) Karya-karya M. Quraish Shihab
Diantara karya-karya yang dihasilkan oleh bapak M. Quraish Shihab adalah
sebagai berikut
1.) Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhu‟I Atas berbagai Persoalan Umat
2.) Hidangan Ilahi ayat-ayat Tahlil
3.) Tafsir Al-Quranul Karim, Tafsir surat-surat pendek berdasarkan urutan
turunnya wahyu.
52 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhu’I Atas berbagai Persoalan Umat, (
Bandung, Mizan, 1996), Hal. 5
42
4.) Membumikan Al-Quran
5.) Lentera Hati
6.) Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab seputar Tafsir Al-Quran
7.) Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Ibadah Mahdhah.
8.) Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Muamalah.
9.) Tafsir al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya.
10.) Menyingkap Tabir Ilahi Asma al-Husna dalam Perspektif Al-Quran
11.) Tafsir Al-Mishbah- 15 volume
c.) Metode Penulisan Tafsir Al-Mishbah
Metodologi tafsir merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
menjelaskan dan memahami ayat-ayat Al-Quran. Sebelum kita memahami sebuah
kitab maka terlebih dahulu maka harus dikuasai metodologinya karena diantara para
mufassir itu berbeda motedologinya dalam menafsirkan Al-Quran. Untuk itu tafsir
Al-Mishbah ini ditemukan metode dan sistematikanya penulisan tafsirnya adalah
dengan menulis terlebih dahulu ayat-ayat dalam setiap surat yang ingin ditafsir
kemudian ayat tersebut diterjemahkan sambil mengemukakan latar belakang atau
asbabun nuzulnya ayat yang tersebut dengan menyertakan munasabah ayat atau surat
sebelum maupun suarat setelahnya kemudian beliau menafsirkan setiap surat maupun
ayat dengan penafsiran yang dimbil dari berbagai macam latar belakang mazahab dan
pemikiran.
Metode tafsir Al-Mishbah ini adalah campuran antara metode Tafsir Bil‟stur
dengan metode tafsir Bir Ra‟yi. M. Quraish Shihab menafsirkan Al-Quran dengan
43
Sunnah, dengan perkataan Sahabat, para Tabi‟in dan menafsirkan Al-Quran dengan
akal atau bir Ra‟yi dan juga dalam Tafsir ini sangat jelas Mufradatnya. M. Quraish
Shihab dalam menafsirkan Al-Quran juga merujuk kepada kitab-kitab tafsir klasik
maupun modern seperti tafsir Al-Jami‟ Lil Ahkam Al-Quran, tafsir falsafi yaitu
Mafatih Al-Ghaib, dan juga Tafsir sosial seperti Tafsir Al-Manar, Tafsir Al-Maraghi,
dan Tafsir Alquranul Karim.
Kitab Tafsir Al-Mishbah ini yang terdiri dari 15 jilid dan memuat 30 juz
beliau mulai menulis kitab ini pada 18 juni 1999 atau bertepatan pada hati jumat
tanggal 4 Rabiul Awal 1420 H di Kairo mesir yang pada saat itu beliau menjabat
sebagai Duta besar Republik Indonesia untuk mesir yang dilantik oleh presiden RI
ketiga yaitu Prof. Dr. H. Bacharuddin Jusuf Habibi kemudian dengan ketekunan
beliau berhasil menamatkan menyusun kitab tafsir ini pada tahun 2002 dijakarta dan
beliau meyediakan waktu untuk tafsir ini sebanyak 7 jam dalam sehari.53
6. Tafsir Ibnu Katsir
a.) Biografi Ibnu Katsir
Nama lengkap beliau adalah Al-Hafiz Imaduddin Abul Fida‟ Ismail Bin Umar
Bin Katsir Al-Qurasyi Ad-Dimasyqi, beliau lahir diderah Mijdal Bushra pada tahun
700 H/1301 M dan wafat pada bulan sya‟ban tahun774 H . Beliau adalah ualama
yang mahir diberbagai bidang ilmu agama diabad ke VIII H dan diantar bidang yang
beliau tekuni adalah Tafsir Al-Quran dan beliau juga bergelar Al-Hafiz yaitu beliau
53
Afrizal Nur, Tafsir Al-Mishbah Dalam Sorotan, ( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2018), Hal.
9-13
44
adalah seorang ahli hadits yang hafal beribu-ribu hadits disamping itu beliau juag
sebagi seorang produktif yang sudah banyak melahirkan karya-karya tulis ilmiah
agamais.54
Diantara kitab Ibnu Katsir yang masyhur adalah kitab “Bidayah
Wannihayah”, Tabaqah As-Syafi‟i dan beliau juga menulis Syarah Shahih Bukhari,.55
b.) Karya-karya Ibnu Katsir
Ibnu Katsir adalah seorang ulama Ahlussunnah wal Jamaah yang
bermanhajkan Salafus shaleh baik dalam masalah Aqidah, ibadah maupun Akhlak hal
ini dapat dibuktikan melalui karya-karya beliau yang banyak diantara karya-karya
beliau adalah:
1.) Tafsir Al-Qur‟anil „azhim, merupakan kitab tafsir yang paling tersohor
didunia islam.56
2.) Kitab sejarah Bidayah Wan Nihayah, Kitab ini menjelskan tetang kisah-kisah
para nabi da rasul serta umat terdahulu yang tertera dalam Al-Quran.
3.) Al-Ijtihad Fi Thalabil Jihad
4.) Ahkamut Tanbih
5.) Takmilah Asmauts Tsiqat Wa Adh dhu‟afi
6.) jamiul masanid wa as-sunan al-Hadi lil Aqwam Sunan Fi Tsamamiyah Ajza
7.) Syarhul Jami‟us Shahih Lil Bukhari
8.) Thabaqatul Ulama
54
Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir
Jilid 2...., Hal. xi 55 M. Husein Adz-Dzahabi, Ensiklopedi Tafsir Jilid 1, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), Hal. 231 56
Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir
Jilid 2...., Hal. xii
45
9.) Al-Wadhihun Nafis fi manaqibil Imam Mumammad Bin Idris.57
c.) Metode Penulisan Tafsir Ibnu Katsir
Imam Ibnu Katsir dalam menafsirkan Kitab Tafsir Al-Quranil Azhim ini
adalah dengan mengambil metode penulisan tafsir bil Ma‟tsur, yaitu sebuah metode
penulisan yang diakui valid, shahih, tepat dan lurus karena menyandarkan penafsiran
ayat-ayat Al-Quran kepada landasan yang kuat dan lebih valid. Yaitu penafsiran Al-
Quran dengan Al-Quran, penafsiran Al-Quran dengan Hadits, serta penafsiran Al-
Quran dengan pendapat para Ulama Tafsir Salafus shaleh dari kalangan para sahabat-
sahabat dan kalangan para tabi‟in. lain daripada itu tafsir ini juga dilengkapai dengan
ilmu-ilmu bahasa arab dan kaidah-kaidahnya yang lazim digunakan dalam sebuah
penafsiran Ayat-ayat Al- Quranil Karim.58
7. Tafsir Al-Maraghi
a.) Biogarafi Al-Maraghi
Nama Asli beliau adalah Ahmad Mustafa Ibnu Musatafa Ibn Muhammad Ibn
Abd Al-Mun‟im Al-Qadhi Al-Maraghi. Beliau lahira pada tahun 1300 H atau 1883 M
di sebuah kota yang bernama Al-Maraghah sekitar 700 km keselatan kairo. Beliau
adalah ulama yang sangat taat dan beliau juga menguasai berbagai macam bidang
ilmu agama. Karena 5 dari 8 orang putra Syeikh Mustafa Al-Maraghi (ayah Ahmad
Mustafa Al-Maraghi) beliau ulama besar yang terkenal, diantarnya adalah:
57
Saifullah MS, Kisah para Nabi, (Jakarta: Qisthi Press, 2015), Hal. 2 58
Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir
Jilid 2...., Hal. xii
46
1.) Syeikh Muhammad Mustafa Al-Maraghi beliau pernah menjadi syeikh Al-
Azhar dua periode yaitu tahun 1928 sampai 1930 dan tahun 1935
sampai1945
2.) Kemudian Syeikh Ahmad Mustafha Al-Maraghi
3.) Syeikh Abdul Aziz Al-Maraghi beliau pernah menjadi Dekan pada Fakultas
Ushuluddin di Al-Azhar
4.) Kemudian Syeikh Abdullah Al-Maraghi beliau pernah mejadi Inspektur
umum di Al-Azhar
5.) Kemudian Syeikh Abdul Wafa‟ Mustafha Al-Maraghi beliau pernah mejadi
sekretaris badan penelitian dan pembangunan di Al-Azhar59
b.) Karya serta metode penulisan kitab Tafsir Al-Maraghi
karya yang dihasilkan oleh Ahmad Mustafa Ibnu Musatafa Ibn Muhammad
Ibn Abd Al-Mun‟im Al-Qadhi Al-Maraghi adalah sebagai berikut:
1.) Tafsir Al-Maraghi
2.) Ulum Balaghah
3.) Hidayah Al-Thabib
4.) Al-Isbah Fi Al-Islam
5.) Aldinayah wal Al-Akhlak
Sedangkan metode penulisan menggunakan metode tahlili, hal tersebut dapat
dilihat dari cara beliau dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran yaitu dengan memulai
59
Hasan Zaini, M.A, Tafsir tematik ayat-ayat kalam Tafsir Al-maraghi, (Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1997), Hal. 16
47
mengelompokkan ayat menjadi kedalam satu kelompok kemudia beliau menjelaskan
kata perkata, dan menjelaskan maknanya, serta Asbabun Nuzulnya dan munnasabah
ayat.60
E. Penelitian Relevan
1. Tesis Burhanul Muttaqin dari universitas islam negeri syarif hidayatullah Jakarta,
dengan judul tesis PENGARUH INTERNALISASI NILAI-NILAI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN PEMBIASAAN SHOLAH
BERJAMAAH TERHADAP PEMBENTUKAN RELIGIUS CULTURE SISWA
SMKN 39 JAKARTA dalam penelitianya burhanul muttaqin menemukan bahwa
nilai-nilai pendidikan agama islam memberikan pengaruh yang sangat signifikan
terhadap rligius culture di SMKN 39 JAKARTA.
2. Skripsi Mohammad Fauzi dari Institut Agama Islam Negeri Walisongo
Semarang, dengan judul skripsi NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM SURAT AN-NISA‟AYAT 36 dalam penelitiannya dia menemukan
bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Surat An-Nisa‟ ayat 36 adalah nilai
beribadah kepada Allah, nilai nilai ketauhidan, dan nilai Akhlak.
3. Skripsi oleh Ainina Nur Jannah dari Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang dengan judul NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK
DALAM SURAT AN-NISA‟ AYAT 36-38 hasil penelitian yang dia dapatkan
adalah nilai vertical yaitu keimanan kapada Allah SWT, tidak boleh syirik, dan
60 Hasan Zaini, M.A, Tafsir tematik ayat-ayat kalam Tafsir Al-maraghi…., Hal. 20
48
nilai yang kedua adalah nilai horizontal diantaranya berbuat baik pada orang tua
karib kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin dll
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang Penulis gunakan pada tesis ini adalah penelitian pustaka
atau library research. Penelitian perpustakaan bertujuan untuk mengumpulkan data
dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat diruangan
perpustakaan, seperi: buku-buku, majalah, dokumen, catatan, kisah-kisah sejarah dan
lainnya. 61
Metode yang di gunakan adalah Library Research, yaitu penelitian kajian
pustaka. Peneletian kepustakaan ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi data
dengan sumber yang terdapat dalam khazanah pustaka. Penelitian ini bersifat
deskriptif analisis, yaitu mengkaji permasalahan secara mendalam dengan
mengemukakan analisa-analisa dan menggambarkan secara rinci terhadap
permasalahan yang di teliti. Untuk itu, karena penelitian ini berkaitan dengan
penelitian terhadap ayat Al-Qur‟an yaitu Q. S. An-Nisa‟ ayat 36
B. Sumber Data
Penelitian kepustakaan ini mengkaji dan menganalisis sumber-sumber dari
Al-Qur‟an dan terjemahannya, Hadist, beberapa tafsir, majalah dan buku-buku yang
berhubungan dengan judul. Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam
memperoleh data dan informasi mengenai penegertian nilai-nilai Pendidikan
61
Drs. Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. bumi Aksara, 2014), Hal. 28
50
Penidikan Agama Islam, analisis nilai-nilai yang terdapat di dalam Al-Qur‟an surat
An- Nisa‟ ayat 36 dan perbandingannya menurut Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Ibnu
Katsir dan Tafsir Al-Maraghi. Penelitian menggunakan metode dokumentasi, yang
mengkaji dan menelaah nilai-nilai pendidikan Agama Islam yang terdapat dalam
Surat An-Nisa‟ ayat 36 serta bagaimana perbandingan nilai-nilai Pendidikan Agama
Islam menurut Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-Maraghi
1. Sumber Data Pokok (Primer)
yaitu sumber data yang data yang menjadi pokok referensi dalam suatu objek
peneletian. Kemudian dalam penelitian ini penulis mengguakan rujukan primer
adalah Al-Qur‟an dan terjemahan serta Tafsir Al-Mishbah yang ditulis oleh M.
Quraish Syihab, Tasfir Ibnu Katsir yang ditulis oleh Ismail bin Umar Al-Quraisyi
bin Katsir Al-Bashri Ad Dimasyqi dan Tafsir Al-Maraghi yang ditulis oleh
Ahmad Musthafa Ibn Musthafa ibn Muhammad ibn Abd al-Mun‟im al-Qadhi al-
Maraghi.
2. Sumber Data Pendukung (Sekunder)
Merupakan Sumber data yang dapat mendukung dan melengkapi data-data
primer yaitu berupa dokumen-dokumen, buku-buku, karya ilmiah yang mengulas
dan menunjang nilai-nilai pendidikan Agama Islam serta tentang perbandingan
nilai-nilai Pendidikan Agama Islam menurut Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Ibnu
Katsir dan Tafsir Al-Maraghi
51
C. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh hasil penelitian ini penulis menggunakan cara
pengumpulan data dengan analisis dokumen, Tafsir, Buku dan Jurnal. penulis
meneliti dan menganalisis Data dari tafsir surat An-Nisa‟ ayat 36 kemudian mencarai
rujukan dari buku dan jurnal yang berkaitan dengan nilai-nilai tersebut.
D. Analisis Data
Analisis data adalah berupa kegiatan mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,
memberi tanda atau mengkategorikan data sehingga dapat ditemukan dan dirumuskan
hipotesis kerja berdasarkan data tersebut. Disamping itu, karena penelitian ini
merupakan penelitia kandungan Al-Qur‟an maka penulis juga menggunakan metode
penafsiran secara Tahlili. Metode tahlili adalah metode tafsir yang enjelaskan
kandungan ayat Al- Qur‟an dari seluruh aspeknya berdasarkan urutan ayat dalam Al-
Qur‟an, mulai dari mengemukakan arti kosa kata, munasabah antar ayat dan antar
surat, asbaun nuzul, dan lainnya.62
Dalam mengambil kesimpulan, penulis menggunakan analisis induktif,
deduktif, atau komperatif.
a. Induktif yaitu mengemukakan masalah yang bersifat khusus untuk generalisasi
yang bersifat umum.
62 Dr. H. Anshori, LAL. MA. Ulumul Qur‟an (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hal.
207
52
b. Deduktif yaitu pembahasan yang di mulai dari persoalan yang bersifat umum
kemudian baru diambil kesimpulan yang bersifat khusus.
c. Komperatif yaitu membandingkan beberapa pendapat para ahli yang terkait
dengan masalah yang dibahas, selanjutnya diambil pendapat yang lebih tepat.
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM Q.S AN-NISA’ AYAT
36
1. AL-Quran Surat An-Nisa’ ayat 36
Artinya: Sembahlah Allah SWT janganlah kamu menyekutukannya dengan
sesuatupun, danberbuat baiklah kepada kedua orang tuamu, karib kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga
yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.sesungguhnya
Allah SWTtidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-
banggakan diri (Q.S.An-Nisa‟:36)63
2. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Q.S An-Nisa’ ayat 36 menurut
Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-Maraghi
Nilai-nilai pendidikan agama islam yang terkandung dalam Q.S An-Nisa‟
ayat 36 adalah:
a.) Nilai pendidikan aqidah
Nilai aqidah merupakan nilai yang berhubungan antara individu dengan
tuhannya yang didalamnya terdapat nilai-nilai ketuhanan. Kemudian
63 Q.S An-Nisa‟: 36
54
penjelasan Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-Maraghi
tentang nilai pendidikan aqidah adalah sebagai berikut:
1.) Menurut Tafsir Al-Mishbah
Al-Biqa‟I menilai ayat ini sebagai penekanan terhadap tuntunan
dan bimbingan terhadap ayat-ayat yang lalu. Dia menulis bahwa cukup
banyak nasehat yang dikandung surat ini sejak awak, yang kesemuanya
mengarahkan kepada ketakwaan, keutamaan, serta anjuran meraih
kebajikan dan ancaman mengabaikannya. Ia diakhiri dengan petunjuk
tentang kehidupan rumah tangga, yang ditutup dengan penutup yang
sangat indah, yaitu dua sifat allah SWT al-„Alim dan al-Khair . penutup
ini sama maknanya dengan penutup ayat pertama yang memerintahkan
takwa kepada allah yang menciptakan manusia dari satu jiwa dan
menciptakan pasangannya, dan penutupnya adalah “sesungguhnya allah
maha pengawas atas kamu.”
Maka menjadi sangat wajar jika nasehat pertama pada awal surat
itu diulangi lagi disini untuk memulai petunjuk-petunjuk baru. Nasehat
tersebut tidak hanya ditujukan kepada orang-orang muknin, maka ayat ini
tidak dimulai dengan memanggil mereka. Ayat ini juga ditujukan kepada
semua manusia walaupun dalam ayat ini tidak disebutkan, karena pada
ayat pertama surat ini telah disebutkan yaitu”wahai sekalian manusia,
sembahlah allah yang maha esa dan menciptakan kamu serta pasangan
55
kamu, dan janganlah kamu mempersekutukannya dengan sesuatupun
selainnya, serta jangan juga mempersekutukannya dengan sedikit
persekutuanpun.64
2.) Menurut Tafir Ibnu-Katsir
Imam ibnu katsir menjelaskan bahwa Allah swt memerintahkan untuk
beribadah hanya kepadanya yang tidak ada sekutu baginya, sebab dialah
yang pencipta, pemberi rezeki, pemberi nikmat dan pemberi karunia
terhadap makhluknya didalam seluruh keadaan. Maka dialah yang berhak
agar mereka mengesakan dan tidak menyekutukannya dengan sesuatupun
dengan makhluknya, sebagai mana sabda nabi saw kepada Mu‟azd Bin
Jabal: “tahuka hengkau apa hak allah atas hambanya? Mu‟azd menjawab
allah dan rasulnya yang tahu, kemudian rasulullah saw bersabda
hendaknya mereka beribadah hanya kepadanya dan tidak
menyekutukannya dengan sesuatupun, kemudian rasulullah saw bertanya
lagi, tahukah engkau apa hak hamba atas allah jika mereka
melakukannya? Rasulullah saw menjawab yaitu dia tidak akan mengazab
mereka.” 65
3. Menurut Tafsir Al-Maraghi
64 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Lentera Hati, Jakarta:2002), Hal. 435-4376 65
Dr. Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir
jilid 2, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi‟I, 2008) Hal. 303
56
Dalam tafsir al-maraghi dijelaskan bahwa Beribadah kepada allah swt
ialah tunduk kepadanya menetapkan kewibawaan dan keagungannya
didalam jiwa, takhluk kepada kekuaannya diwaktu sembunyi-sembunyi
dan terang-terangan, mengerjakan apa yang diperintahkannya dan
meninggalkan apa yang dilarangnya, dengan demikian seluruh amal baik
berupa perkataan maupun perbuatan akan menjadi baik. Ibadah ialah
ketaklukan kepada suatu kekuatan gaib di balik sebab-sebab yang kita
ketahui , yang kebaikannya kita harapkan dan kejahatannya ditakuti.
Kekuasaan ini tidak lain adalah milik allah. Oleh karena itu selain Dia
tidak ada yang diharapkan dan ditakuti. Barangsiapa berkeyakinan bahwa
selain dia bersekutu dengannya dia dalam kekuasaan itu, berarti orang itu
telah menyekutukannya. Jika allah swt melarang mempersekutukan
sesuatu dengannya, maka larangan mengingkari adanya dan ketuhanan
lebih utama, kemudian macam-macam syirik adalah:
a. syirik yang dilakukan oleh kaum musyrikin arab berupa menyembah
berhala-berhala dengan menjadikan mereka sebagai para penolong dan
member syafaat disisi allah. Dengan berhala-berhala itu mereka
mendekatkan diri dan menunaikan hajat disisi allah swt. Syirik seperti
ini banyak disebut didalam ayat-ayat, seperti didalam firman allah
dalam QS. Yunus: 18:
57
Artinya: dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak
dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula)
kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi
syafa'at kepada Kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kamu
mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di
langit dan tidak (pula) dibumi?"Maha suci Allah dan Maha Tinggi dan
apa yang mereka mempersekutukan (itu). (Q.S Yunus: 18)66
b. syirik yang dilakukan oleh orang-orang nasrani yaitu menyembah Isa
al-masih as allah swt berfirman daLam QS. At-Taubah: 31.
Artinya: Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib
mereka sebagai Tuhan selain Allah[639] dan (juga mereka
mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya
disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan.(Q.S At-Taubah:31)67
66 Q.S Yunus: 18 67 Q.S At-Taubah:31
58
Macam syirik yang paling kuat adalah apa yang dinamakan allah
dengan doa dan istisyfa‟ (permohonan syafaat )yaitu menjadikan selain
allah sebagai perantara antara dia dengan allah. Orang seperti ini tidak
akan dapat mengambil manfaat dari sholat, saum dan ibadah apapun
yang dilakukannya. Syirik seperti ini sudah tersebar luas dikalangan
kaum muslimin. Mereka memohon syafaat dan berkata ya syaikhal
arab, ya sayyid al badawi, ya sayyidi Ibrahim ad-dasuqyi, dan lain
sebagainya. Orang-orang yang melakukan syirik seperti itu
mengemukakan alasan, alasan yang paling puncak mereka mengubah
syirik jalili (yang jelas) menjadi syirik yang kurang jelas. Akan tetapi
walau bagaimanapun ia tetap syirik.68
Dari penjelasan ketiga tafsir tersebut dapat kita uraikan nilai
pendidikan aqidah dalam ayat tersebut adalah seperti:
1.) Perintah untuk menyembah hanya kepada allah
Seperti yang disampaikan dalam tafsir al-mishbah bahwa ayat ini
tidak hanya ditujukan kepada orang-orang mukmin saja tetapi juga
ditujukan kepada seluruh manusia untuk menyembah hanya kepada allah
swt. Kemudian hal yang sama juga disampaikan dalam tafsir ibnu katsir
bahwa allah swt memerintahkan kita untuk menyembah hanya kepada
68
Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi juz V, (Semarang: PT. Karya
Toha Putra Semarang, 1993), Hal. 52-53
59
allah swt, karena allah telah maha pencipta, memberi rezki, pemberi
nikmat dan pemberi karunia bagi seluruh makhluknya.
2.) Larangan menyekutukan allah SWT
Kemudian nilai aqidah selanjutnya adalah larangan menyekutukan
allah SWT atau perbuatan syirik, seperti yang dijelaskan dalam tafsir al-
maraghi yaitu Barangsiapa berkeyakinan bahwa selain dia bersekutu
dengannya dia dalam kekuasaan itu, berarti orang itu telah
menyekutukannya
b.) Nilai pendidikan amaliyah
Nilai amaliyah terdiri dari 2 hal, yaitu nilai yang berhubungan dengan
rukun islam seperti syahadat, sholat zakat, puasadan nilai yang berhubungan
dengan sesama manusia seperti muamalah. seperti yang disampaikan dalam
tafsir al-mishbah, tafsir ibnu katsir dan tafsir al-maraghi sebagai berikut:
1.) Tafsir Al-Mishbah
Menurut tafsir ibnu katsir nilai pendidikan amaliyah dalam ayat ini
adalah melakukan ibadah karena bentuk dari menyembah allah itu adalah
melakukan ibadah. Ibadah sebagaimana dikemukakan ketika menafsirkan
alfatihah bukan hany sekedar ketaatan dan ketundukan tetapi suatu bentuk
ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncdaknya karena adanya rasa
keagungan dalam jiwa seseorang terhadap siapa yang kepadanya dia
mengabdi, serta sebagai dampak dari keyakinan bahwa pengabdian itu
60
tertuju kepada yang memiliki kekuasaan yang arti hakikatnya tidak
terjangkau, begitu lebih kurang yang ditulis oleh Muhammad Abduh.
Perintah beribadah dalam ayat ini bukan hanya ibadah ritual atau
juga yang dikenal dengan ibadah mahdhah, yaitu ibadah yang cara, kadar,
waktunya telah ditentukan oleh allah swt. Atau rasul, seperti sholat, zakat,
puasa dan haji, tetapi mencakup segala macam aktivitas yang hendaknya
dilakukan demi karena allah swt. Ibadah yang dimaksud adalah perwujudan
dari perintahnya,
Artinya: “katakanlah, sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk allah swt, tuhan semesta alam” (QS. Al-An-„Am:
162).69
Sementara ulama memahami perintah ibadah dalam ayat ini adalah
tauhid praktis, dimana amal-amal kebajnikan merupakan buah dari
keyakinan kalbu atas keesaan allah swt. Buktinya kata penganut poendapat
ini adalah, penutup ayat ini menyatakan bahwa, “sesungguhnya allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong membangga-banggakan diri, yang
kemudian dilanjutkan oleh ayat berikut yang menjelaskan bahwa mereka
itu adalah kikir, dan bila menafkahklan hartanya ia pamrih. Maka mereka
ituylah yang mempersekutukan allah dan karena itu pula mereka dikecam
69 QS. Al-An-„Am: 162
61
oleh ayat selanjutnya yang menyatakan, “apakah rugi bagi mereka
seandaionya mereka beriman kepada allah swt dan hari kemudian dan
menafkahkan sebagian reski yang telah diberikan allah kepada mereka?
Dan menyangkut mereka allah maha mengetahui.70
2.) Tafsir ibnu Katsir
Menurut tafsir ibnu katsir kata menyembah hanya kepada allah
mengandung mana Allah swt memerintahkan untuk beribadah hanya
kepadanya yang tidak ada sekutu baginya, sebab dialah yang pencipta,
pemberi rezeki, pemberi nikmat dan pemberi karunia terhadap makhluknya
didalam seluruh keadaan.71
3.) Tafsir Al-Maraghi
Menurut tafsir al-maraghi kata menyembah hanya kepada allah itu juga
bermakna sebagai Beribadah kepada allah swt ialah tunduk kepadanya
menetapkan kewibawaan dan keagungannya didalam jiwa, takhluk kepada
kekuaannya diwaktu sembunyi-sembunyi dan terang-terangan,
mengerjakan apa yang diperintahkannya dan meninggalkan apa yang
dilarangnya, dengan demikian seluruh amal baik berupa perkataan maupun
perbuatan akan menjadi baik. Ibadah ialah ketaklukan kepada suatu
kekuatan gaib di balik sebab-sebab yang kita ketahui , yang kebaikannya
70
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah...., Hal. 435-437 71
Dr. Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir
jilid 2...., Hal, 303
62
kita harapkan dan kejahatannya ditakuti. Kekuasaan ini tidak lain adalah
milik allah.72
dari penjelasan tafsir diatas dapat diapahamai bahwa nilai amaliyah
yang terkandung dalam ayat itu dijelaskan secara umum seperti beribadah
hanya kepada allah. Dan ibadah yang dimaksud bukan hanya ibadah ritual
seperti sholat, zakat puasa, dll. Tapi mencakup segala macam aktivitas
yang hendaknya dilakukan karena Allah swt. Bahkah dalam tafsir Al-
Margahi menjelaskan bentuk ibadah kepada allah swt itu adalah
mejalankan apa yang diperintahkan allah swt dan menjauhi segala yang
dilarang allah swt.
c.) Nilai Pendidikan akhlak
Nilai khuluqiyah berkaitan dengan kesusilaan, budi pekerti, adap,
sopan santun yang menjadi perhiasan bagi seseorang dalam rangka mencapai
keutamaan. Nilai nilai khuluqiyah seperti Sdiddiq (jujur), nilai amanah
(terpercaya), adil, sabar, syukur, pemaaf tidak tergantung pada materi atau
zuhud, menerima apa adanya (qana‟ah), berserah diri kepada allah
(tawakkal), malu berbuat buruk (haya‟), persaudaraan (ukhuwah), toleransi
(tasamuh) tolong menolong (ta‟awun), saling menanggung (takaful).73
Kemudian sebagaimana yang telah disampaikan oleh tafsir al-mishbah, tafsir
72 Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi juz V...., Hal. 52 73
Dr. Abdul Mujib, M. Ag dan Dr. Jusuf Mudzakkir, M.Si, Ilmu Pendidikan Islam...., Hal.
Xii-Xvi
63
ibnu katsir dan tafsir al-maraghi tentang nilai akhlak dalam surat An-Nisa‟
ayat 36 yaitu:
1.) Tafsir Al-Mishbah
Nilai-nilai pendidikan agama islam dalam ayat ini menurut tafsir
al-mishbah adalah perintah berikutnya adalah berbakti kepada kedua
orangtua. Istilah yang dipakai untuk menunjuk kedua orangtua adalah
kata الولدينal-walidain. Kata ini adalah bentuk dual dari kata ولد waalid
yang biasa diterjemahkan bapak atau ayah, yakni kata ( اب ) ab ayah
dan ( ام) umm adalah ibu. Akan tetapi sepanjang penelusuran penulis,
kata walid digunakan secara khusus kepada ayah atau bapak kandung,
demikian pula kata ( الولدات ) al-walidati untuk makna ibu kandung.
Berbeda halnya dengan ab dan umm yang digunakan baik untuk ayah
dan ibu kandung maupun bukan, sehingga dengan demikian bila kita
membaca misalnya firman allah swt
Artinya: “para ibu menyusukan anak-anak mereka dua tahun sempurna
bagi yang berkehendak menyempurnakan penyusuan” (QS. Al-
Bagaqarah: 233).74
Bila membaca ayat diatas ibu yang dimaksud adalah ibu
kandung, karena ia menggunakan kata al-walidat. Sedangkan firman-
Nya adalah QS. Al-Ahzab: 6, “ nabi itu (Muhammad saw hendaknya )
lebih utama dari orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri, dan
74 QS. Al-Bagaqarah: 233
64
istri-istri beliau adalah ibu-ibu mereka.” Yang dimaksud dengan ibu
mereka bukanlah ibu kandung, karena itu digunakan kata ( امهاتكم )
ummahatukum. Persamaan antara ( امهاتالمؤمنين ) ummahat al-
mukminin dengan ibu kandung adalah dalam kewajiban menghormati
mereka, bukan dalam kebolehan dalam bergaul sebagaimana pergaulan
dengan ibu kandung.
Al-quran menggunakan kata ( احسنا ) ihsanan sebanyak enam
kali lima diantaranya dalam konteks berbakti kepada kedua orang tua.
Kata ( حسن ) husn mencakup segala sesuatu yang menggembirakan dan
disenangi. “hasanah” digunakan untuk menggambarkan apa yang
menggembirakan manusia karena perolehan nikmat menyangkut diri,
jasmani, dan keadaanya. Demikian dirumuskan oleh pakar kosakata al-
Quran, ar-raghib al-ashfahani.
Selanjutnya, menurut pakar tersebut, kata ihsan digunakan untuk
dua hal pertama, memberi nikmat kapada pihak lain dan yang kedua
perbuatan baik. Karena itu kata ihsan lebih luas dari sekedar member
nikmat atau nafkah, maknanya bahkan lebih tinggi dan dalam dari
kandungan makna adil, karena adil adalah “memperlakukan orang lain
sama dengan memperlakukannya kepada anda”, sedangkan ihsan adalah
memeperlakukannya lebih baik dai perlakuannya kepada anda.” Adil
adsalah mengambil semua hak anda dan atau memberikan semua hak
orang lain. Sedangkan ihsan adalah member lebih banyak dari pada
65
yang harus anda berikan dan mengambil lebih sedikit dari yang
seharusnya anda ambil.” Karena itu pula rasulullah saw berpesan kepada
seseorang. “engkau dan hartamu adalah untuk atau milik ayahmu,
orangtuamu, diriwayatkan oleh abu daud. Ketika menafsirkan QS. Al-
Baqarah: 59, penulis telah kemukakan pendapat al-Harrali tentang
makna lain dari kata ini.
Al-quran menggunakan kiata penghubung “bi” ketika berbicara
tentang berbakti kepada ibu bapak, (وبا الولدين احسنا ) wa bil walidaini
ihsanan padahal bahasa juga membenarkan penggunaan لى li yang
berarti untuk dan ila yang berarti kepada untuk menghubungkan kata لىا
ihsan.
Menurut pakar-pakar bahasa, kata ( الى ) ila mengandung
makna jarak, sedangkan allah swt tidak menghendaki adanya jarak
walau sedikitpun dalam hubungan antara anak dan orang tuanya. Anak
harus selalu mendekat dan selalu merasa dekat kepada ibu bapaknya,
bahkan kalau dapat dia melekat kepadanya, karena itu digunakan kata bi
yang mengandung arti ( السق ) ilshaq yang artinya kelekatan. Karena
itulah maka bakti yang dipersembahkan oleh anak kepada orangtuanya
pada hakikatnya bukan untuk ibu bapaknya, tetapi untuk diri mereka
sendiri. Itu pul;a sebabnya tidak dipilih kata penghubung lam (li) yang
mengandung makna peruntukkan.
66
Syekh Muhammad thahir ibnu „Asyur mempunyai pandangan
lain. Menurutnya bila kata ihsan menggunakan kata ba (bi) maka yang
dimaksudkan adalah pengormatan dan pengagungan yang berkaitan
dengan pribadi, seperti firmannya yang mengabadikan ucapan nai yusuf
as,” wa qad ahsana idz akhrajani min as-sijn (allah telah berbuat baik
kepadaku ketika dia membebaskan aku dari penjara”) QS. Yusuf:
100.75
Sedangkan bila dimaksudkan member manfaat material, maka
partikel yang digunakan adalah li, dan dengan demikian ayat ini lebih
menekankan pada kebaktian pada penghormatan dan pengagungan
pribadi pada kedua orang tua. Betapapun berbeda. Tatpi pada akhirnya
harus dipahami bahwa “ihsan” bakti kepada orang tua yang
diperintahkan agama fitrah (islam), adalah bersikap sopan santun kepada
keduanya dalam ucapan dan perbuatan sesuai dengan adat kebiasaan
masyarakatnya, sehingga merasa senang terhadsap kita, dan mencukupi
kebutuhan-kebutuhan mereka yang sah dan wajar sesuai dengan
kemampuan kita (sebagai anak). Tidak termasuk sedikitpun (dalam
kewajiban berbuat baik atau berbakti kepada keduanya) sesuatu yang
mencabut kemerdekaan dan kebebasan pribadi atau rumah tangga atau
jenis-jenis pekerjaan yang bersangkut paut dengan pribadi anak, agama,
atau negaranya. Jadi apabila keduanya atau salah seorang bermaksud
memaksa pendapatnya menyangkut kegiatan-kegiatan anak, maka
75 QS. Yusuf: 100
67
meninggalkan apa yang kita (anak) nilai kemaslahatan umum ataupun
khusus dengan mengikuti pendapat dan keinginan mereka, atau
melakukan sesuatu yang mengandung mudharat umum atau khusus
dengan mengikuti pendapat atau keinginan mereka bukanlah bagian dari
berbuat baik atau kebaktian menurut sayarak dan agama. Siapa yang
bepergian untuk menuntut ilmu yang dinilainya wajib untuk
mengembangkan dirinya atau untuk berbakti kerpada agama dan
negaranya, atau bepergian untuk memperoleh pekerjaan yang
bermanfaat bagi dirinya, atau umatnya sedangkan keduanya atau salahj
satu dari kedua orangtuanya tidak setuju karena dia tidak mewngetahui
nilai pekerjaan itu maka sang anak tidak dinilai durhaka, tidak pula
dinilai tidak berbakti Dari segi pandangan akal dan syara‟ karena
kebaktian dan kewajiban tidak mengharuskan tercabutnya hak-hak
pribadi.”
As-sya‟rawi dalam tafsirnya menulis perbedaan antara perintah
mempersembahkan ihsan atau kebajikan kepada kedua orang tua dengan
perintah memperlakukan mereka dengan makruf sebagaimana
dinyatakan dalam QS. Luqman: 15, “dan jika keduanya memaksamu
untuk mempersekuitukan aku dengan sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya,
dan pergaulilah keduanya didunia dengan makruf.
68
Menurut ulama mesir kontemporer itu perintah memperlakukan
kedua orang tua dengan makruf adalah jika keduanya bukan penganuit
islam dan perintahn ya bertentangan dengan nilai-nilai islam. Ketika itu
hati anak tidak boleh merestui dan tidak boleh juga senang dengan sikap
orang tua, tetapi ketidak senangan hati itu tidak boleh mengantarnya
mengabaikan kemashlahatan mereka menyangkut kehidupan duniawi.
Memang tulis Asy-sya‟rawi lebih jauh kita bisa melakukan berbuatan
makruf yang kita senangi dan juga tidak disenangi. Adapun perintah
berbuat ihsan adalah buat orangtua yang menganut agama islam.
Diatas telah dikemukakan makna tentangga yang dekat dan
tetangga yang jauh. Sementara ulama menetapkan bahwa tetangga
adalah penghuni yang tinggal disekitar rumah kita, sejak dari rumahy
pertama hingga rumah ke empat puluh. Ada juga ulama yang tidak
memberi batas tertentu dan mengembalikannya kepada situasi dan
kondisi setiap masyarakat. Betapapuin dia dapat berkata bahwa dewasa
ini seringkali ada tetangga yang tidak ada yang kenal namanya, atau bisa
jadi juga yang tidak seagama denga kita, meskipun demikian semua
adalah tentangga yang wajib mendapat perlakuan baik. Ikut gembira
dengan kegembiraannya, menyampaikan belasungkawa karena
kesedihannya, serta membantunya ketika mengalami kesulitan.
Rasululklah saw bersabda kepada sahabat beliau abu dzar, “wahai abu
69
dzar apabila engakau (kelurgamu) memasak daging maka perbanyaklah
kuahnya, dan berilah tetanggamu, “ (HR. Muslim).
Dalam sebuah hadist, walaupun hadist itu dinilai lemah atau
dhaif bahwa tetangga itu terdiri dari tiga tingga tingakatan, pertama,
mempunyai satu hak, kedua, mempunyai dua hak, ketiga, mempunyai
tiga hak. Tentangga yang mempunyai satu hak adalah orang musyrik
yang tidak mempunyai kerabat dengan kita, tetapi karena dia tentangga
dengan kita maka dia mempunyai satu hak ytaitu kebertetanggaan itu,
sedang yang mempunyai dua hak adalah tetangga yang muslim dan
tetangga yang memiliki tiga hak adalah tetangga yang muslim dan
mempunyai hubungan kerabat dengan kita ( HR. al-Bazzar, Abu syekh
dan Abu Nu‟aim, melalui sahabat nabi saw Jabir Ibnu Abdillah ra).
Kemudian nilai selanjutnya adalah ( والصحب بالجنب ) wash-
shahibi bil jhanbi disamping maknanya yang disampaikan sebelum ini
dapat juga dipahami dalam artian istri, bahwa siapa saja yang selalu
menyertai seseorang dirumahnya, termasuk para pembantu rumah
tangga. Maka ini perlu ditekankan terutama karena sementara orang
baik sebelum turunnya al-Quran, maupun sesudahnya hingga kini,
memperlakukan istri dan atau para pembantunya secara tidak wajar.
Nilai selanjutnya adalah ( مختال فخور ) mukhtalan fakhuran,
kata ( مختال ) mukhtalan yang diatas diterjemahkan dengan sombong,
terampil dari akar kata yang sama dengan khayal, karenanya pada
70
mulanya berarti orang yang tingkah lakunya diarahkan oleh
khayalannya, bukan oleh kenyataan yang ada pada dirinya. Biasanya
orang yang semacam ini berjalan dengan angkuh dan merasa diri
memiliki kelebihan dibandingkan dengan orang lain. Dengan demikian,
keangkuhannya tampak secar nyata dalam kesehariannya. Kuda dinamai
kahil karena cara jalannya mengesankan keangkuhan. Seorang ( كاهل )
yang mukhtal mengantarnya untuk membanggakan apa yang
dimilikinya, bahkan tidak jarang membanggakan apa yang pada
hakikatnya tidak dia milikli, dan inilah yang ditunjuk oleh kata ( فخور
) fakhuran, yakni seringkali membangga-bangakan diri. Memang, kedua
kata ( مختال ) mukhtal dan kata ( فخور ) fakhur mengandung makna
kesombongan, pertama kesombongan yang terlihat pada tingkah laku,
sedangkan yang kedua adalah kesombongan yang terdengar dari
ucapan-ucapannya.76
2.) Tafsir ibnu Katsir
Nilai pendidikan akhlak dalam ayat ini menurut tafsir ibnu kastir
adalah Allah mewasiatkan untuk berbuat baik kepada kedua orangtua,
karena allah swt menjadikan keduanya sebagai sebab yang
mengeluarkan kamu dari tidak ada menjadi ada, banyak sekali allah swt
menyandingkan antara ibadah kepadanya dan berbuat baik kepada
kedua orang tua. Seperti firman allah swt:
76 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah...., Hal. 438-441
71
Artinya “bersyukurlah kepadaku dan kepada kedua orang ibuk
bapakmu” (QS. Luqman: 14).77
Kemudian setelah perintah berbuat baik kepada kerabat, baik
laki-laki maupun perempuan. Kemudian allah swt berfirman: ( واليتام )
“dan anak-anak yatim” hal itu dikarenakan mereka kehilangan orang
yang menjaga kemashlahatan dan nafkah mereka, maka allah swt
perintahkan untuk berbuat baikdan lemah lembut terhadap mereka,
kemudian allah swt berfirman: ( والمساكين ) “dan orang-orang
miskin” yaitu orang-orang yang sangat butuh dimana mereka tidak
mendapatkan orang-orang yang dapat mencukupi mereka, maka allah
perintahkan untuk membantu mencukupi kebutuhan mereka dan
menghilangkan kesulitan mereka.
Kemudian nilai selanjutnya adalah ( والجارذالقربى ) “tetangga
yang dekat dan tetangga yang jauh” ali bin abi thalhah mengatakan dari
ibnu abbas ( جارذالقربىوال ) “tetangga yang dekat” yaitu orang yang
antara kamu dan dia memiliki hubungan kekerabatan. Sedangkan (
tetangga yang jauh” yaitu orang yang antara kamu dan“ ( والجارالجنوب
dia tidak memiliki hubungan kerabat. Demikian pendapat yang
diriwayatkan dari ikrimah, mujahid, maimun bin mahran, adh-dhahhak,
77 QS. Luqman: 14
72
zaid bin aslam, muqatil bin hayyan, dan qatadah. Abu ishaq mengatakan
dari nauf al-bakkali tentang firman allah swt ( والجارذالقربى )
“tetangga yang dekat” yaitu tetangga muslim sedangkan ( والجارالجنوب
) “tetangga yang jauh” yaitu orang yahudi dan nasrani.” ( HR. Ibnu
Jarir dan Ibnu Abi Hatim).
Jabir al-Ju‟fi mengatakan dari asy-sya‟bi dari „Ali dan Ibnu
Mas‟ud bahwa ( والجارذالقربى ) “ yaitu wanita” sedangkan mujahid
berkata pula tentang ( والجارالجنوب ) “yaitu teman dalam perjalanan”
banyak hadist-hadist yang menjelaskan wasiat-wasiat untuk tetangga.
Diantaranya: “jibril selalu mewasiatkan aku tentang tetangga –tetangga
hingga aku menyangka aku akan mewariskannya (HR. Bukhari,
Muslim, abu Dawud dan at-Tirmizi) dan juga hadist yang imam ahmad,
nabi saw bersabda,”janganlah seorang kenyang tanpa (memperhatikan)
tetangganya.”78
Kemudian dilanjutkan dengan firman allah swt ( والصاحب بالجنب
) “teman sejawat” Ats-Tsauri mengatakan dari Ali dan Ibnu Mas‟ud
keduanya berkata: “yaitu wanita” ibnu abi hatim berkata pendapat
serupa diriwayatkan dari Abdurrahman bin abi laila, Ibrahim an-
Nakha‟I, al-Hasan dan sa‟id bin jubair dalam salasatu riwayat ibnu
abbas dan jamaah berkata: “yaitu orang yang lemah” sedangkan ibnu
78
Dr. Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir
jilid 2...., Hal. 303-305
73
abbas, mujahid, ikrimah dan qatadah berkata: “yaitu teman dalam
perjalanan, “sedangkan ( ابن السبيل ) Ibnu sabil menurut ibnu abbas dan
jamaah adalah tamu.
Kemudian nilai selanjutnya adalah ( وماملكت ايمنكم ) “hamba
sahayamu” ayat ini merupakan wasiat untuk para budak, karena mereka
lemah dalam bertindak dan tawanan ditangan manusia. Untuk itu
rasulullah sebelum wafatnya bersabda: “ jagalah sholat, jagalah sholat
dan hamba sahayamu.” Beliau terus mengulangnya hingga lisannya
tidak mampu lagi berucap. Kemudian Abdullah bin „amr beliau berkata
kepada bendaharanya, “apakah telah engkau berikan makanan kepada
budakmu? Dia menjawab, ”tidak” beliaupun berkata pergilah dan
berikan kepada mereka karena rasulullah saw bersabda: cukuplah
berdosa bagi seorang, jika ia menahan makan orang yang dibawah
kepemilikannya ( tanggungannya).” ( HR. Muslim). Kemudian
diriwayatkan dari abu hurairah bahwa nabi saw juga bersabda, ”seorang
budak berhak mendapatkan makanan dan pakaian, dan hendaklah ia
tidak dibebani pekerjaan kecuali yang dia mampu ( mengerjakannya).”
(HR. Muslim).
Kemudian dilanjutkan dengan firman allah swt ( اناهلل اليحب من كان
sesungguhnya allah tidak menyukai orang-orang yang“ ( مختاال فخور
sombong dan membangga-banggakan diri” maksudnya adalah sombong
dalam dirinya, bangga, angkuh dan sombong pada orang lain. Dia
74
melihat dirinya lebih baik dari mereka dan ia merasa besar dalam
dirinya, padahal disisi allah swt ia hina dan di sisi manusia ia dibenci.
Mujahid berkata tentang firman allah swt ( مختال ), yaitu sombong,
dan ( فخور ), yaitu setelah diberikan berbagai nikmat ia tidak
bersyukur kepada allah swt, yaitu merasa sombong kepada manusia
dengan apa yang diberikan allah berupa nikmatnya serta saedikit rasa
syukurnya kepada allah swt.79
3.) Tafsir Al-Maraghi
Nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam ayat ini menurut
tafsir al-maraghi adalah (وبا الولدين احسنا ) berbuat baik kepada kedua
orang tua dan janganlah kalian meremehkan sedikitpun diantara tuntutan
tuntutannya, karena mereka merupakan sebab lahir dari adanya kalian.
Mereka telah memelihara kalian dengan kasih saying dan ikhlas, wasiat
ini telah diuraikan dalam QS. Al- Isra‟: 23-25:
79
Dr. Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir
jilid 2...., Hal, 306-308
75
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya
atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah
dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". Tuhanmu
lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang
yang baik, Maka Sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-
orang yang bertaubat. (Q.S Al-Isra‟23-25)80
Ringkasnya yang dijadikan pegangan adalah apa yang ada
didalam hati anak berupa niat untuk berbakti dan berbuat kebaikan
dengan keikhlasan dalam melakukan semua itu dengan syarat kedua
orangtua tidak membatasi kemerdekaan anak dalam menjlankan urusan
urusan pribadi atau rumah tangganya, tidak pula dalam perbuatan-
perbuatan khusus, berkaitan dengan agama dan negaranya. Jika mereka
ingin menjajahnya dalam hal-hal tersebut, maka bukanlah suatu
80 Q.S Al-Isra‟23-25
76
kebaikan untuk melaksanakan pendapat mereka karena mengikuti
keinginan nafsu mereka.81
Kemudian ( وبذى القربى ) bergaullah dengan baik dengan
orang-orang yang paling dekat dengan kalian setelah kedua orangtua.
Apabila seseorang telah melaksanakan hak-hak allah maka benarlah
aqidahnya dan baiklah segala amalnya apabila telah memenuhi segala
hak-hak orangtua maka baiklah urusan rumah tangga dan keluarga.
Apabila keadaan rumah tangga telah baik maka ia menjadi suatu
kekuatan yang besar. Dan apabila dia menolong kaum karabatnya maka
masing-masing diantara mereka akan memepunyai kekuatan lain yang
saling tolong menolong bersama keluarga ini. Dengan demikian seluruh
umat akan saling tolong menolong dan mengulurkan bantuannya kepada
orang-orang membutuhkannya, seperti orang-orang yang disebutkan
selanjutnya.
Kemudian ( واليتام والمساكين ) anak-anak yatim memerlukan
bantuan, karena ia kehilangan penolongnya, yaitu bapak sedangkan ibu
walau bagaimanapun luas pengetahuannya, jarang sekali dapat
mendidiknya dengan sempurna, maka bagi orang-orang yang mampu
berkewajiban yang mampu membantu pendidikannya. Jika tidak maka
adanya didalam masyarakat akan menjadi beban karena kebodohan dan
kerusakan akhlaknya. Lebih dari itu dia akan berbahaya bagi orang-
81 Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi juz V...., Hal. 52-54
77
orang yang digaulinya, karena tersebarnya bibit kerusakan diantara
mereka. Demikian pula dengan orang-orang miskin keadaan masyarakat
tidak akan teratur, jika mereka tidak diperhatikan dan keadaan mereka
tidak diperbaiki, dan akan menjadi beban masyarakat. Mereka ini
terbagi kedalam dua golongan.
Pertama, Orang-orang miskin yang ma‟zur (dikarenakan uzur)
mereka wajib diberi belas kasihan yaitu orang-orang yang
kemiskinannya disebabkan oleh kelemahan dan ketidakmampuannya
mencari nafkah atau disebabkan terjadi bencana alam yang menutupi
kebutuhan dan menolongnya untuk mendapatkan mata pencarian.
Kedua, orang miskin yang gairu ma‟zur (tidak dikenakan uzur) jika
mengabaikannya yaitu orang yang kemiskiannya disebabkan karena
suka memboroskan dan menyia-nyiakan harta. Orang seperti ini cukup
diberi nasehat dan petunjuk untuk mendapatkan mata pencarian. Jika ia
mau menerima da mendengarkan nasehat maka hal itu sudah cukup
baginya. Tetapi, jika tidak mau menerimanya, maka perkaranya
diserahkan kepada ulil amri, karena merekalah yang lebih berhak untuk
meluruskan kepincangan dan memperbaiki akhlaknya yang rusak.
Selanjutnya (والجارذالقربى والجارالجنوب ) tetangga adalah satu macam
dari kaum kerabat, karena dekatnya tempat. Kadang-kadang orang lebih
cinta kepada tetangga dekat daripada saudaranya seketurunan. Oleh
78
karena itu dua keluarga bertetangga saling tolong menolong membina
kasih sayang dan kebaikan antar mereka. Jika suatu keluarga tidak
berbuat baik kepada tetangganya maka bias dikatakan tidak ada
kebaikan yang diberikan keluarga itu kepada seluruh manusia. Islam
telah menganjurkan untuk bergaul dengan baik bersama tetangga, meski
ia bukan muslim. Nabi saw pernah menjenguk anak tetangganya yang
sedang sakit pahal ia seorang yahudi. Suatu ketika ibnu umar
menyembelih kambing lalu berkata kepada budaknya “sudahkah kamu
beri hadiah kepada tetangga kita yang beragama yahudi ?”sudahkah”?
saya mendengar rasulullah saw bersabda:”masih saja jibril terus
mewasiatkan kepadaku sehingga aku mengira bahwa dia akan
mewariskannya.”
Kemudian Hasan Basri membatasi tetangga denga empat puluh
rumah dari ke empat arah yang lebih utama adalah tidak membatasi
tetangga dengan rumah, kemudian tidak membuat pengertian bahwa
tetangga adalah orang yang dekat dengan anda. Wajah anda selalu
berpapasan dengannya diwaktu pergi pagi hari dan pulang kerumah
pada sore hari. Penghormatan pada tetangga sudah menjadi tabiat
bangsa arab sebelum islam kemudian islam menguatkannya denga
ajaran yang terdapat dalam al-quran dan sunnah. Diantara tanda-tanda
penghormatan itu adalah mengirim hadiah kepadanya mengundangnya
79
untuk makan bersama, berziarah menjenguknya apabila dia sakit dan
lain sebagainya.
Kemudian firman allah swt ( والصاحب بالجنب ) diriwayatkan dari
ibnu abbas yang dimaksud adalah teman didalam perjalanan dan orang
asing yang mengharapkan bantuan serta pertolongan. Ia adalah orang
yang anda temani dan kenal meski dalam waktu yang singkat. Maka
termasuk didal;amnya adalah orang yang punya hajat yang berjalan
disamping anda yang meminta anda bermusyawarah dan meminta
pertolongan.
Kemudian firman allah swt ( ابن السبيل ) orang yang sedang
mengadakan perlawatan untuk tujuan yang benar dan tidak haram,
perintah berbuat baik kepadanya mencakup menyenangkan dan
membantunya untk mengadakan perlawatan. Termasuk dalam kategori
ibnu sabil adalah termasuk anak yang hilang ia lebih patut untuk
diperhatikan dan lebih berhak untuk disantuni daripada anak yatim.
Orang-orang eropa telah menaruh perhatian untuk mengumpulkan
mendidik dan mengajar anak-anak yang hilang jika tidak karena
perhatian mereka seperti itu tentulah anak-anak tersebut akan menjadi
beban yang bahayanya tersebar didalam masyarakat luas sungguh kita
lebih berhak memberikan santunan daripada mereka, karena allah telah
menjadikan didalam harta kita suatu hak tertentu bagi orang yang minta-
minta dan miskin.
80
Kemudian firman allah swt ( وماملكت ايمنكم ) berbuat baiklah
kepada hamba-hamba kalian baik laki-laki maupun wanita termasuk
dalam perintah ini adalah memerdekakan mereka hal ini adalah
termasuk ihsan yang paling sempurna. Membatu mereka dalam menebus
diri mereka sekaligus atau secara bertahap dan memberlakukan mereka
dengan baik didalam perjalanan pengabdiannya seperti tidak membebani
mereka dengan pekerjaan yang tidak mampu mereka kerjakan dan tidak
menyakiti dengan perkataan maupun perbuatan. Kemudian dalam sakit
menjelang wafat rasulullah saw menekankan kembali wasiatnya tentang
para hamba dan itu adalah wasiat beliau yang terakhir. Ahmad dan
baihaqi meriwayatkan dari anas bahwa wasiat rasulullah saw menjelang
wafatnya ialah “peliharalah dan hamba-hamba kalian” Allah swt telah
mewasiatkan mereka kepada kita sehingga tidak dikira bahwa
memperbudak mereka itu benar-benar menghinakan dan menjadikannya
seperti binatang ternak.
Kemudian firman allah swt ( اناهلل اليحب من كان مختاال فخور ) al-
mukhtal yaitu orang yang menyombongkan diri yang tanda-tanda
kesombongannya tampak pada gerak dan perbuatannya. Kemudian al-
fakhur yaitu orang yang menyombongkan diri yang tanda –tanda
kesombongannya tampak dari perkataannya. Karenanya anda melihat
dia menyebut-nyebut apa yang dipandanya sebagai kelebihannya dengan
membanggakan diri dan merendahkan orang lain. Orang yang sombong
81
dan membanggakan diri ini dibenci oleh allah swt karean ia
merendahkan seluruh hak yang diwajibkan allah bagi orang lain dan
dirinya sendiri, seperti hak untuk mengagunggkan dan
membesarkannya. Maka ia seperti orang yang mengingkari sifat-sifat
ilahinya yang hanya patut baginya.82
Orang yang sombong lagi memanggakan diri tidak melakukan
ibadah dengan sebenar-benarnya, karena ibadah yang benar hanya
dilakukan dengan hati yang khusyu‟ dan sebagai implikasi dan
kekhusyu‟kan hati diseluruh anggota tubuhnya juga khusyu‟. Ia juga
tidak menjalankan hak kedua orang tua dan kaum kerabat karena ia
tidak menjalankan hak orang lain atas dirinya terutama ia tidak
menyadari hak anak yatim, orang miskin, tetangga dekat, dan tetangga
jauhdia tidak bias diharapkan untuk memberikan kebaikan dan
santunan. Yang bias dianantikan dari rinya adalah perlakuan buruk dan
tidak tau membalas budi. Diantara kesombongan dan perbuatan
membanggakan diri adalah memanjangkan pakaian dengan somobong,
sebagaimana firman allah swt dalam QS. AL-isra‟: 37
Artinya: Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan
sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus
82 Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi juz V...., Hal 54-58
82
bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung (QS. AL-
isra‟: 37)83
Tidaklah termasuk kesombongan dan membanggakan diri
apabila seorang berlaku sopan, tidak kasar, berhati mulia disertai dengan
tata karma yang baik dan lemah lembut.
Dari uraian tafsir diatas dapat dipahami bahwa nilai pendidikan akhlak
dalam ayat ini adalah Berbuat baik kepada kedua orang tua, tolong menolong,
sopan santun, Menyantuni anak yatim dan faqir miskin serta tidak boleh
sombong dan membangga-banggakan diri
B. PEERBANDINGAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
Q.S AN-NISA’ AYAT 36 MENURUT TAFSIR AL-MISHBAH, TAFSIR IBNU
KATSIR DAN TAFSIR AL-MARAGHI
Diantara Perbandingan Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Dalam Q.S An-
Nisa‟ Ayat 36 Menurut Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Ibnu Katsir Dan Tafsir Al-Maraghi
adalah sebagai berikut:
1. Perbandingan nilai yang pertama adalah pada kalimat (والجارذالقربى والجارالجنوب )
“artinya tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh” menurut tafsir al-mishbah
adalah makna tetangga yang dekat adalah dekat dari segi kerabat maupun dekat
dari segi tempatnya. kemudian tetangga yang jauh adalah jauh dari kekerabatan
83 QS. Al-isra‟: 37
83
maupun jauh dari segi tempat.84
Tetapi menurut tafsir ibnu katsir Ali Bin Abi
Thalhah berpendapat bahwa tentangga yang dekat adalah orang-orang yang
memiliki hubungan kekerabatan saja dan tetangga yang jauh adalah orang-orang
yang tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan kita. Kemudian abu ishaq
berpendapat bahwa tetangga yang dekat artinya tetangga yang muslim dan
tetangga yang jauh artinya yahudi dan nasrani. Kemudian tafsir ibnu katsir
menjelaskan tetangga yang dekat menurut jabir al-ju‟fi adalah artinya wanita dan
tetangga yang jauh adalah teman dalam perjalanan 85
Sedangkan tafsir al-
maraghi berpendapat bahwa tetangga yang dekat adalah tetangga yang memiliki
hubungan kekeluargaan karena biasanya orang lebih hormat kepada tentangga
dekatnya daripada tetangga seketurunannya. Dan tetangga yang jauh adalah
tetangga yang tidak ada hubungan kekerabatan ataupun mereka yang bukan
kaum muslimin.86
2. Perbandingan yang selanjutnya adalah pada kata ( والصحب بالجنب ) “artinya teman
sejawat” menurut tafsir al-mishbah teman sejawat disini bermakna sebagai istri
dan juga bermakna para budak tetapi menurut tafsir Ibnu Katsir yang diambil
dari pendapat Ats-Tsauri mengatakan dari „ali dan ibnu mas‟ud berpendapat
bahwa ini bermakna para wanita, sedangkan ibnu abi hatim berkata pendapat
serupa yang diriwayatkan dari abdurrahman bin abi laila, ibrahim bin an-
84 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah...., Hal.436 85 Dr. Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir
jilid 2...., Hal. 304 86 Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi...., Hal.55-56
84
nakha‟i,al-hasan dan sa‟id bin jubair dalam salah satu riwayat bahwa ibnu abbas
dan jama‟ah berpendapat artinya adalah orang yang lemah kemudian bermakna
teman yang sedang dalam perjalanan. Kemudian Ahmad Mushthafa Al-Maraghi
berpendapat bahwa teman sejawat bermakna bahwa teman yang kita kenal, baik
kenal sudah lama maupun kenal dari dulu yang mana dia sedang dalam
perjalanan dan juga bermakna bahwa orang asing yang sedang dalam perjalanan
yang mengharapkan bantuan dan pertolongan.
3. Kemudian perbandingan yang selanjutnya adalah pada kata (وابنى السبيل) artinya
ibnu sabil, menurut tafsir al-mishbah ibnu sabil bermakna bahwa orang yang
sedang dalam perjalanan dan juga diartikan sebagai para anak-anak jalanan.87
tetapi Imam Ibnu Katsir berpendapat Ibnu Sabil itu dalam ayat ini bermakna
sebagai tamu.88
Sedangkan menurut tafsir al maraghi ibnu sabil disini bermakna
orang yang sedang melakukan perjalanan dengan tujuan baik dan tidak haram
kemudian juga bermakna sebagai anak yang hilang.89
87 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah...., Hal.436 88 Dr. Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir
jilid 2...., Hal. 306 89 Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi...., Hal. 57
85
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah penjelasan dari tafsir tersebut dapat penulis ambil suatu kesimpulan adalah
sebagai berikut:
1. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam dalam Q.S An-Nisa‟ ayat 36menurut Tafsir
Al-Mishbah tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-Maraghi, terdapat nilai-nilai
pendidikan Aqidah diantaranya perintah untuk menyembah hanya kepada allah
swt, larangan untuk berbuat syirik dan larangan memohon pertolongan selain dari
kepada allah swt. Kedua, Nilai-nilai Pendidikan Amaliyah seperti perintah untuk
melakukan segala ibadah hanya kepada allah, kemudian Nilai Pendidikan Akhlak
seperti berbuat baik kepada kedua orangtua, mencukupi kebutuhannya, kemudian
berbuat baik kepada para tetangga, sopan santun, berlaku lemah lembut terhadap
hamba sahaya, saling tolong menolong terhadap sesama dan larangan untuk
bersifat angkuh dan sombong.
2. Kemudian perbedaan diantara ketiga tafsir yaitu pertama tentang tetangga yang
dekat dan tetangga yang jauh, menurut bapak quraish shihab jauh dekatnya diukur
dari segi kekerabatan maupun tempat, sedangkan menurut tafsir ibnu katsir artinya
kekerabatan dengan kita. sedangkan dalam tafsir al-maraghi berpendapat yaitu
mereka yang memiliki hubungan kereabatan dengan kita atau tidak serta bisa juga
diartikan dengan muslim atau tidaknya.
86
Kemudian perbedaan selanjutnya mengenai teman sejawat, pendapat quraish
shihab adalah bisa diartikan sebagai istri dan para budak,sedangkan menurut ibnu
katsir diartikan sebagai wanita, orang-orang yang lemah dan teman yang sedang
dalam perjalanan.sedangkan menurut tafsir al-maraghi adalah teman yang sudah
kenal sejak lama atau belum yang sedang dalam perjalanan dan juga diartikan
sebagai orang asing yang sedang mengharapkan bantuan.
Kemudian perbedaannya adalah tentang Ibnu Sabil menurut Quraish shihab
artinya anak jalanan dan juga bisa diartikan sebagai orang yang sedang dalam
perjalanan. Sedangkan menurut ibnu katsir adalah diartikan sebagai tamu.
Selanjutnya menurut tafsir al-maraghi adalah orang yang sedang dalam perjalanan
dan juga diartikan sebagai anak yang hilang.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas yang telah penulis uraikan maka penulis
memberikan beberapa saran yang kiranya bisa dilaksanakan dan menjadi acuan untuk
menjadi yang lebih baik.
1. Diri sendiri
Agar selalu mengamalkan surat an-nisa‟ayat 36 dalam kehidupan sehari-hari
seperti memperkuat aqidah kepada Allah SWT, patuh kepada orang tua dan
saling tolong menolong dengan sesama
2. Pendidik dan muballigh
Untuk dijadikan teladan bagi guru dan dijadikan bahan kajian dimimbar-
mimbar dakwah.
87
3. Kaum muslimin dan muslimat
Agar menjadikan ayat ini menjadi bahan renungan untuk mengintropeksi diri
menjadi yang lebih baik kedepannya.
4. Penulis selanjutnya
Agar bisa melanjutkan membandingkan dengan tafsir-tafsir yang lain dan
mampu menggali hikmah dan manfaatnya menurut para ulama.
88
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Aat Syafaat, Sohari Sahrani dan Muslih. 2008. Peranan Pendidikan Agama Islam
dalam Mencegah Kenakalan Remaja. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh. 2008. Tafsir Ibnu
Katsir Jilid 2. Jakarta: Pustaka Imam Syafi‟I
Afrizal Nur. 2018. Tafsir Al-Mishbah Dalam Sorotan,. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
Ancok. D dan suroyo. 2010. Psikologi Islam: soslusi islam atas problem-problem
Psikologi. Yogyakarta: pustaka belajar
Departemen Pendidikan Nasional RI, UU RI NO 20 Tahun 2003 tentang Sistem
pendidikan Nasional, Jakarta:
Dahwadin Dan Farhan Sifa Nugraha. 2019. Motivasi Dan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Jawa Tengah: CV Mangku Bumi Media
Departemen Agama RI, Al-Quran Tafsir perkata Tajwid Kode Angka, Tangerang
Selatan: PT. Kalim
Isna. Mansur. 2001. Diskursus Pendidikan Islam. Yogyakarta: Global Pustaka Utama
Irsyadul Ubad, Silfian Hanani dan Iswantir M, jurnal Fuaduna nilai edukatif tradisi
peringatan hari kematian di kenagariaan manggopoh sumatera barat
Jalaluddin. 2003. Teologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Kaelan. Darmadiharjo 2010. pendidikan pancasila. Yogyakarta: pustaka belajar
Mahfud. Rois. 2011. Al-Islam pendidikan agama Islam. Yogyakarta: erlangga
Mestika Zed. 2008. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia
M. Quraisy shihab. 1996. wawasan Al-Quran. bandung: mizan
Munarjdi. 2004. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Ilmu
M Ngalim Purwanto. 2002. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya
M. Yunus. 1990. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta:Hidakaya Agung
89
Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosda Karya
Dzahabi. Muhammad Husein. 2009. Ensiklopedi Tafsir Jilid 1. Jakarta: Kalam Mulia
Nurul Qamar Dan H. Salle. 2019. Etika Dan Moral Propesi Hokum. Makasar:CV.
Sosial Polotic Genius
Q.S.An-Nahal: 78
Sulastri, 2018. Nilai Karakter Dalam Pembelajaran Kimia, (banda aceh, Syiah kuala
university press,
Q.S An-Nisa‟: 36
Sutrisno, M. Ag. 2011. Pembaharuan Dan Pengembangan Pendidikan Agama Islam.
Yogyakarta: CV. Diandra Primamitra Media
Zuhairini. 1981. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya : Usaha Offset
Pritting
Zainuddin. 1991. Seluk Beluk Pendidikan Al-Ghazali. Jakarta: Bumi Aksara
Zakiah Daradjad. 2008. Metodik Khusus Pengajaran Pendidikan Agama Islam.
Jakarta : Bumi Aksara
Rahman Ritonga. 2005. Akhlak, Merakit Hubungan Dengan Sesama Manusia.
Surabaya:PT Amelia
Saifullah MS. 2015. Kisah para Nabi. Jakarta: Qisthi Press
Hasan Zaini, M.A. 1997. Tafsir tematik ayat-ayat kalam Tafsir Al-maraghi. Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya
Syahrini Harahap. 2000. Metodologi Study dan Penelitian Ilmu-Ilmu Ushuludin.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Shihab. M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah. Lentera Hati, Jakarta:
Syaikh. Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu. 2008. Tafsir Ibnu Katsir
jilid 2. Jakarta: Pustaka Imam Syafi‟I
Al-Maraghi. Ahmad Mushthafa. 1993. Terjemah Tafsir Al-Maraghi juz V. Semarang: PT.
Karya Toha Putra Semarang
top related