1 NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM Q.S. AN-NISA’ AYAT 36 DAN PERBANDINGANNYA MENURUT TAFSIR AL-MISHBAH, TAFSIR IBNU KATSIR DAN TAFSIR AL-MARAGHI Proposal Tesis Diajukan Untuk Dimunaqsyahkan pada Prodi Pascasarjana Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan ilmu keguruan (FTIK) IAIN Bukittinggi. Oleh: Almuhardi Safarman, S.Pd 20119032 PRODI S2 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTINGGI 1442 H/2021 M
89
Embed
nilai-nilai pendidikan agama islam dalam qs an-nisa' ayat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM Q.S. AN-NISA’ AYAT
36 DAN PERBANDINGANNYA MENURUT TAFSIR AL-MISHBAH, TAFSIR
IBNU KATSIR DAN TAFSIR AL-MARAGHI
Proposal Tesis
Diajukan Untuk Dimunaqsyahkan pada Prodi Pascasarjana Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan ilmu keguruan (FTIK) IAIN Bukittinggi.
Oleh:
Almuhardi Safarman, S.Pd
20119032
PRODI S2 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTINGGI
1442 H/2021 M
2
KATA PENGANTAR
Segala Puji selalu kita ucapkan kepada Allah SWT yang selalu menuntun
kita kejalan yang benar dan selalu memberikan kesehatan kepada kita sehingga
dengan kesehatan itu penulis bisa menuyusun tesis ini dengan judul “Nilai-nilai
Pendidikan Agama Islam dalam Q.S. An-Nisa’ ayat 36 dan perbandingannya
menurut Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-Maraghi”
Shalawat dan salam kita do‟akan kepada Allah SWT agar senantiasa dicurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan dan meninggalkan penunjuk
arah jalan dalam menjalani kehidupan di dunia ini untuk mencapai kehidupan yang
bahagia di dunia dan di akhirat.
Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk
memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam pada program S2 Institut Agama Islam
Negeri Bukittinggi. Selama proses penulisan Tesis ini, penulis telah banyak
mendapatkan bantuan, arahan, motivasi, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Rhida Ahida, M.Hum. selaku Rektor IAIN Bukittingg. Beserta
Bapak Dr. Asyari, M.Si, Bapak Dr. Novi Hendri, M.Ag dan Bapak Dr.
Menurut UU RI NO 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk meiliki kekuata spiritual
keagamaan, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.1 Dari UU diatas dapat kita pahami bahwa
setiap manusia memang sangat membutuhkan pendidikan. Karena Allah SWT telah
memberikan bekal-bekal yang kita perlukan untuk memperoleh pendidikan tersebut.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S.An-Nahal ayat 78 yaitu:
Artinya: dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur (Q.S.An-Nahal ayat 78)2
Dari ayat diatas dapat penulis pahami bahwa manusia dilahirkan oleh Allah
SWT dianugrahi 2 unsur besar yaitu unsur Jasmani dan unsur rohani, unsur jasmani
ini berupa penglihatan untuk melihat dan pendengaran untuk mendengar dan yang
kedua unsr rohani yaitu hati yang digunakan untuk memahami, membedakan mana
1 Undang-undang RI NO 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, (Jakarta:2003), Hal. 6
2 Q.S.An-Nahal: 78
9
yang baik dan mana yang buruk. Semua yang Allah SWT ciptakan untuk manusia
tersebut harus harus digunakan untuk melaksanakan seluruh perintah Allah dan
seluruh larangan Allah SWT atau melakukan seluruh Nilai Agama Islam yang sudah
dijelaskan dalam Al-Quran dan Sunnah.
Sedangkan Nilai itu adalah berasal dari bahasa latin yaitu vale‟re yang artinya
yaitu berguna, berdaya berlaku, sehingga nilai dapat diartikan sebagai sesuatu yang
dipandang baik dan yang paling benar menurut keyakinan individu atau sekelompok
orang. Nilai juga diartikan sebagai kualitas yang dari sesuatu hal dan sesuatu hal itu
disukai oleh individu atau sekelompok orang, di inginkan, dihargai, dikejar, berguna
kemudian orang yang menghayatinya menjadi bermartabat.
Arthur W. Comb berpandangan bahwa nilai merupakan kepercayaan yang
digeneralisisir sebagai pembimbing dalam menyelesaikan tujuan perilaku yanfg akan
dipilih oleh individu atau sekelompok orang. Sedangkan menurut pakar psikologi
Allport nilai adalah keyakinan yang mengarah kepada suatu tindakan sesorang
berdasarkan keyakinan tersebut. Nilai itu berkaitan dengan emosi, pengalaman yang
dapat mengarahkan individu atau kelompok untuk memilih, mengambil, keputusan
serta bertindak. Nilai merupakan prinsip yang memproposi kesejahteraan dan
mencegah dari bahaya bagi manusia. Biasanya keyakinan, nilai-nilai dan identitas
seseorang biasanya didapat tanpa disadari berdasarkan pengalaman pribadi atau suatu
10
pengamatan dari beberapa pengalaman orang lain yang diinginkan atau tidak.3 Dari
penjelasan nilai diatas dapat penulis pahami bahwa nilai itu memang penting dalam
kehidupan terlebih lagi dalam kenidupan bermasyarakat dan nilai itu dapat diraih
melalui dunia pemdidikan.
Didalam Al-Quran banyak terdapat penjelasan tentang nilai-nilai pendidikan agama
islaam seperti dalam Q.S An-Nisa‟ ayat 36 yang akan menjadi objek kajian kita yaitu:
Artinya: Sembahlah Allah SWT janganlah kamu menyekutukannya dengan
sesuatupun, danberbuat baiklah kepada kedua orang tuamu, karib kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga
yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.sesungguhnya
Allah SWTtidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-
banggakan diri (Q.S.An-Nisa‟:36)4
Sedangkan pendidikan itu terjemahan dari kata education, yang asal katanya
educate yaitu bahasa latin educo yang berarti mengembangkan dalam diri: seperti
mendidik, melaksanakan hokum kegunaan. Pendidikan merupakan mengembangkan
potensi diri baik alat indra dan pikiran bukan hanya sekedar menhumpulkan atau
mengklasifikasikan ilmu pengetahuan. Bahkan pendidikan itu berisi power yang
3 Sulastri, Nilai Karakter Dalam Pembelajaran Kimia, (banda aceh, Syiah kuala university
press, 2018), Hal. 11-12 4 Q.S An-Nisa‟: 36
11
digunakan untuk mendapatkan apa saja yang digunakan dan apa saja yang
dibutuhkan. Seseorang yang dengan cerdik menggunakan pengetahuan yang dimiliki
oleh orang lain maka dia akan lebih cerdik dari pada orang yang mempunyai
pengetahuan itu jika dia tidak tau kegunaan pengetahuan itu.5
Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan kepribadian
manusia yang berjalan seumur hidup dengan kata lain pendidikan tidak hanya
berlangsung didalam kelas tetapi bias juga berlangsung diluar kelas dan pendidikan
itu bukan hanya berlangsung secara formal tapi juga berlangsung secara non formal
dan pendidikan itu tidak hanya meningkatkan kecerdasan tetapi juga mengembangkan
seluruh aspek-aspek kepribadian manusia. Sedangkan menurut marimba pendidikan
adalah pimpinan atau bimbingan secara sadar oleh seorang pendidik terhadap
perkembangan dari jasmani dan rohani seorang anak.6
Sedangkan Pendidikan Agama Islam adalah suatu upaya sadar dan terencana
untuk meyiapkan peserta didik untuk mngenal, memahami, mengahayati, mengimani,
bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan seluruh ajaran islam dari sumber
utamanya Al-Quran dan hadis melalui bimbingan, latihan, pengajaran serta
pengalaman. Menurut tayar yusuf pendidikan agama islam adalah usaha sadar
generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, keterampilan, kecakapan
pada generasi muda untuk menjadi generasi muslim yang bertakwa kepada Allah,
5 Sutrisno, M. Ag, Pembaharuan Dan Pengembangan Pendidikan Agama Islam,
(Yogyakarta: CV. Diandra Primamitra Media, 2011), Hal. 3 6 Dahwadin Dan Farhan Sifa Nugraha, Motivasi Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
(Jawa Tengah: CV Mangku Bumi Media, 2019). Hal. 1-2
12
kemudian berbudi pekerti yang luhur serta mengamalkan dan memahami seluruh
ajaran islam dalam kehidupan.7
Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari banyak kita lihat kesenjangan nilai-
nilai yang terjadi ditengah-tengah masyarakat dengan nilai-nilai yang Allah SWT
cantumkan dalam Q.S. An-Nisa‟ ayat 36 diantaranya adalah masyarakat lebih percaya
bantuan manusia dari pada bantuan Allah SWT terkhusus pada masalah Covid-19
yang terjadi pada saat ini. Masih banyak diantara mereka yang semakin jauh dari
allah dan lebih mendengarkan kata-kata manusia. dan masalah selanjutnya yang kita
temukan adalah banyaknya berita di televisi maupun disurat kabar anak-anak yang
durhaka kepada orang tua, seperti mereka berani membunuh orang tua mereka
sendiri. Alasan pebunuhan itu kita lihat bermacam-macam diantaranya karena tidak
dibelikan motor, tidak dibelikan hp dll. Masalah selanjutnya yan kita lihat
dimasyarakat adalah kurang akurnya mereka dalam bertetangga, bahkan terhadap
kerbat mereka sendiri. Dan penyebab tidak akur itu juga bermacam-macam
diantaranya masalah tanah yang kadang sampai terjadi pembunuhan, masalah harta,
bahkan terkadang karena iri hati terhadap tetangga yang berhasil.
Oleh karena itu penulis akan mengkaji tentang Hablum Mianllah dan Hablum
Minannas secara mendalam dan mengkaji secara mendalam tentang Nilai-Nilai
Pendidikan Agama Islam terkhusus dalam surat An-Nisa‟ ayat 36 melalui kajian
tafsir Karena saat sekarang ini banyak hubungan manusia dengan Allah sangat jauh
7 Ahwadin Dan Farhan Sifa Nugraha, Motivasi Dan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam…., Hal. 7
13
seperti banyaknya para penista agama, bahkan ada yang mengatakan bahwa paham
radikalisme berawal dari orang-orang yang hafiz Al-Quran. Dan juga hubungan
manusia dengan sesama sekarang semakin rusak, seperti terjadinya pembunuhan
terhadap ulama, muballigh dan para aktivis dakwah, terjadinya pencurian dan
perampokan dimana-mana. Maka dari itu penulis mengambil rujukan utama yaitu
Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Mishbah dan Tafsir Al-Maraghi, karena tafsir tersebut
memiliki alas an tertentu yaitu: tafsir al-mishbah gaya bahasanya yang mudah
dipahami dan pilihan diksi dan terjemah atas kosakata Al-Quran yang banyak
terinspirasi dari Prof. Dr. Aisyah Binti Syati‟ dan juga dipengaruhi oleh pemikiran
syekih muahmmad abduh dan juga karena beliau salah satu ulama kontemporer di
Indonesia.8 Kemudian penulis mengambil tafsir Ibnu Katsir adalah karena imam ibnu
katisr adalah salah satu ulama yang palih tersohor dan populer didunia islam.9 Oleh
karena beberapa msalah diatas penulis tertarik mengangkat sebuah judul yaitu:
“Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Al-Quran Surat An-Nisa’ ayat 36
dan perbandingannya menurut Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Ibnu Katsir dan
Tafsir Al-Maraghi” Penulis berharap semoga penelitian ini dapat dijadikan
tambahan pengetahuan.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
8 Afrizal Nur, Tafsir Al-Mishbah Dalam Sorotan, ( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2018), Hal xi
9 Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir Jilid
2, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi‟I, 2008), Hal. xii
14
Berdasarkan latar belakang diatas agartidak terjadi kekeliruin dan kesalaho
pahaman bagi pembaca maka penulis membatasi masalah ini yaitu:“Nilai-nilai
Pendidikan Agama Islam dalam Al-Quran Surat An-Nisa‟ ayat 36 dan
perbandingannya menurut Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-
Maraghi”
2. Rumusan Masalah
Demi mejaga kesalah pahaman dan pengertian maka dapat penulis
merumuskan masalah pada penelitian ini yaitu:
a. Apa saja Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Q.S An-Nisa‟ ayat 36
menurut Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Ibnu Katsir Dan Tafsir Al-Maraghi?
b. Bagaimana perbandingan Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam menurut Tafsir
Al-Mishbah, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-Maraghi ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui Apa saja Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Al-
quran Surat An-Nisa‟ ayat 36 menurut Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Ibnu Katsir
dan Tafsir Al-Maraghi
b. Untuk mengetahui Bagaimana perbandingan nilai-nilai Pendidikan Agama
Islam menurut Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-Maraghi
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
15
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan berpikir, mengenai permasalahan dalam bidang studi pendidikan
agama Islam terutama Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Al-quran
Surat An-Nisa‟ ayat 36 dan perbandingannya menurut Tafsir Al-Mishbah,
Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-Maraghi
b. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat mencapai gelar Sarjana S2 pada Fakultas
Tarbiyah, Prodi Pendidikan Agama Islam negeri di IAIN Bukittinggi.
D. Penjelasan Judul
Supaya tidak terjadi perbedaan pendapat dalam memahami Judul tesis ini
maka penulis akan menjelaskan secara berkelompok tentang judul teis ini yaitu
sebagai berikut:
Nilai : Nilai itu adalah berasal dari bahasa latin yaitu vale‟re yang artinya yaitu
berguna, berdaya berlaku, sehingga nilai dapat diartikan sebagai sesuatu
yang dipandang baik dan yang paling benar menurut keyakinan individu
atau sekelompok orang. Nilai juga diartikan sebagai kualitas yang dari
sesuatu hal dan sesuatu hal itu disukai oleh individu atau sekelompok
orang, di inginkan, dihargai, dikejar, berguna kemudian orang yang
menghayatinya menjadi bermartabat.10
10
Sulastri, nilai karakter dalam pembelajaran kimia…., Hal. 11
16
Pendidikan: Pendidikan itu terjemahan dari kata education, yang asal katanya educate
yaitu bahasa latin educo yang berarti mengembangkan dalam diri:
seperti mendidik, melaksanakan hokum kegunaan. Pendidikan
merupakan mengembangkan potensi diri baik alat indra dan pikiran
bukan hanya sekedar menhumpulkan atau mengklasifikasikan ilmu
pengetahuan. Bahkan pendidikan itu berisi power yang digunakan untuk
mendapatkan apa saja yang digunakan dan apa saja yang dibutuhkan.11
PAI : Suatu upaya sadar dan terencana untuk meyiapkan peserta didik untuk
mngenal, memahami, mengahayati, mengimani, bertakwa dan berakhlak
mulia dalam mengamalkan seluruh ajaran islam dari sumber utamanya
Al-Quran dan hadis melalui bimbingan, latihan, pengajaran serta
pengalaman.12
E. Sistematika Penulisan
Untuk lebih terarahnya pembahasan ini penulis membuat sistematika
penulisan sebagai berikut :
BAB 1 yaitu berisi tentang latar belakang yang memuat tentang 3 landasan
diantaranya landasan filososfis, landasan teoritis dan landasan empiris. Kemudian
pada bab 1 menjelaskan tentang batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, penjelasan judul serta serta sistematika penulisan.
11
Sutrisno, M. Ag, Pembaharuan Dan Pengembangan Pendidikan Agama Islam...., Hal. 3 12
Ahwadin Dan Farhan Sifa Nugraha, Motivasi Dan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam…., Hal. 7
17
BAB II yaitu berisi tentang landasan teori diantaranya membahas tentang
Nilai, kemudian membahas tentang Pendidikan Agama Islam, membahas tentang
tinjauan Q.S. An-nisa‟:36 kemudian membahas tentang tinjauan ke 3 tafsir
BAB III yaitu berisi tentang Metodologi Penelitian hal ini mencakup tentang
Jenis penelitian, Sumber data, analisis data serta Tekhnik pengumpulan data,
BAB IV yaitu berisi tentang hasil penelitian mengenai nilai-nilai pendidikan
agama islam dalam Q.S An-Nisa‟ ayat 36 menurut Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Ibnu
Katsir dan Tafsir Al-Maraghi kemudian tentang perbandingan nilai-nilai pendidikan
agama islam dalam Q.S An-Nisa‟ ayat 36 menurut Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Ibnu
Katsir dan Tafsir Al-Maraghi
BAB V yaitu penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran
18
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Nilai
1. Pengertian Nilai
Arthur W. Comb berpendapat bahwa nilai adalah suatu kepercayaan yang
sudah di generalisir untuk sebagai pembimbing dalam menyelesaikan tujuan
perilaku yang pilih oleh individu atau sekelompok orang. Sedangkan menurut
pakar Psikologi Allport nilai adalah keyakinan yang mengarah kepada suatu
tindakan sesorang berdasarkan keyakinan tersebut. Nilai itu berkaitan dengan
emosi, pengalaman yang dapat mengarahkan individu atau kelompok untuk
memilih, mengambil, keputusan serta bertindak. Nilai merupakan prinsip yang
memproposi kesejahteraan dan mencegah dari bahaya bagi manusia. Biasanya
keyakinan, nilai-nilai dan identitas seseorang biasanya didapat tanpa disadari
berdasarkan pengalaman pribadi atau suatu pengamatan dari beberapa pengalaman
orang lain yang diinginkan atau tidak.13
Menurut Dr. Silfia Hanani, M.Si bahwa nilai adalah ajaran dan norma yang
harus ditafsirkan sehingga melahirkan suatu perilaku atau tingkah laku yang di
inginkan sesuai dengan nilai-nilai. Paersons seseorang perekonstruksi teori
structural fungsional menyatakan bahwa keseimbangan, kestabilan dan keteraturan
akan terwujud apabila ada penghargaan terhadap nilai-nilai tersebut. Nilai itu tidak
terkesampingkan karena karena nilai tersebut menjadi Word View dan telah
13
Sulastri, Nilai Karakter Dalam Pembelajaran Kimia...., Hal. 11-12
19
disepakati sejak lama. Nilai-nilai tidak pernah memberikan pertentangan, tetapi
lebih dominan membangun keadaban.14
Sedangkan Menurut Dr. iswantir dan Dr.
Silfia hanani dan Irsyadul Ubad bahwa nilai pendidikan Agama islam terdapat 4
dasar yaitu: nilai keimanan, nilai ketakwaan, penghargaan terhadap manusia
dengan segala potensinya, kebebasan dan kemerdekaan dan tanggug jawab
sosial.15
2. macam-macam Nilai
Nilai memiliki banyak macamnya tergantung siapa yang memandang
menurut max scheler nilai itu terbagi kedalam 3 tingakatan:
a.) Nilai kenikmatan, yaitu tentang esuatu yang mengenakkan atau tidak
mengenakkan
b.) Nilai kehidupan, yaitu nilai-nilai yang sangat penting dalam kehidupan seperti
kesehatan, kesegaran jasmani dan umum.
c.) Nilai kejiwaan, yaitu seperti keindahan, kebenaran dan pengetahuan murni
dan filsafat.
d.) Nilai kerohanian, yaitu berhubungan dengan suci atau tidak suci
Tetapi walter G. Everet berpendapat bahwa nilai dikelompokkan kedalam
8 kelompok.
a.) Nilai ekonomis (harga dalam jual beli)
14
Dr. Silfia Hanani, Sosiologi Pendidikan Keindonesiaan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2013), Hal. 121
15
Irsyadul Ubad, Silfian Hanani dan Iswantir M, jurnal Fuaduna nilai edukatif tradisi
peringatan hari kematian di kenagariaan manggopoh sumatera barat
20
b.) Nilai kejasmanian (kesehatan)
c.) Hiburan
d.) Sosial (bentuk perserikatan manusia)
e.) Watak ( integritas kepribadaian)
f.) Estetis ( keindahan alam dan karya seni)
g.) Intelektual, dan
h.) Keagamaan16
Dalam pendidikan agama islam nilai itu terbagi kedalam beberapa hal maka
untuk itu dapat kita klasifikasikan bahwa nilai itu terbagi kedalam 3 hal, yaitu
Dalam buku yang berjudul ilmu pendidikan islam nilai dalam islam terbagai menjadi
3 kelompok yaitu:
a.) Nilai I‟tiqodiyah atau kepercayaan
Yaitu nilai yang berhubungan rukun iman, sepeerti iman kepada allah swt,
iman kepada para malaikat, iman kepada kitab allah, iman kepada rasulullah, iman
kepada hari berbangkit dan iman kepada takdir. Nilai I‟tiqodiyah ini meurut beliau
menjelaskan hubungan antara individu dengan tuhannya yang didalamnya
ditanamkan nilai-nilai ketuhanan pada diri manusia seperti sifat-sifat al-rahman (nilai
kasih), al-rahim (nilai sayang), al-malik (nilai kepemimpinan), al-quddus ( nilai
kesucian), al-salam (nilai kesejahteraan dan nilai kedamaian), al-khaliq (nilai
produktivitas), al-mushawwir (nilai estetika) dan nilai-nilai yang berkaitan dengan
16
Nurul Qamar Dan H. Salle, Etika Dan Moral Propesi Hokum, (Makasar:CV. Sosial Polotic
Genius, 2019). Hal. 15-16
21
asmaul husna. Sedangkan nilai pendidikan I‟tiqodiyah ini bisa juga dikatakandengan
nilai Pendidikan Aqidah yaitu upaya yang terus menerus menanamka nilai-nilai
kepada anak agar memiliki keimanan yang kuat dan tangguh.17
b.) Nilai „amaliyah atau perbuatan
Nilai amaliyah terbagi kedalam 2 bagian yaitu: pertama berkaitan dengan
ibadah atau berkaitan dengan rukun islam, seperti syahadat, sholat, zakat puasa, haji
dan ibadah lainnya yang mengatur hubungan manusia dengan allah swt. Kedua
berkaitan dengan muamalah yaitu interaksi manusia dengan sesamanya baik
perseorangan maupun secara berkelompok seperti akad, perbelanjaan, hukuman,
jinayah (pidana dan perdata). Nilai amaliyah ini juga di sebut dengan dimensi
kealaman yaitu mejelaskan hubungan manusia dengan alam semesta, karena manusia
diciptakan oleh allah dimuka bumi sebagai khalifah. Nilai-nilai yang ditanamkan
pada individu adalah bagaimana ia mampu memelihara, memakmurkan dan
memanfaatkan alam ini dengan baik sebagai sarana beribadah kepada Allah SWT
baik terhadap alam biotik (tumbuhan dan hewan) maupun abiotic (bebatuan, tambang
air udara, tanah, api dan sebagainya).
c.) Nilai Khuluqiyah atau etika
Nilai khuluqiyah berkaitan dengan kesusilaan, budi pekerti, adap, sopan santun yang
menjadi perhiasan bagi seseorang dalam rangka mencapai keutamaan. Nilai nilai
khuluqiyah seperti Sdiddiq (jujur), nilai amanah (terpercaya), adil, sabar, syukur,
17
Prof. Dr. H. Fatah Syukur, M.Ag, Paradigm Baru Filsafat Pendidikan Islam, (cimanggis:
Kencana, 2017), Hal. 292
22
pemaaf tidak tergantung pada materi atau zuhud, menerima apa adanya (qana‟ah),
berserah diri kepada allah (tawakkal), malu berbuat buruk (haya‟), persaudaraan
(ukhuwah), toleransi (tasamuh) tolong menolong (ta‟awun), saling menanggung
(takaful). Nilai khuluqiyah ini juga di istilahkan dengan dimensi insaniyah, yaitu nilai
yang berhubungan dengan sesame manusia yang didalamnya ditanamkan nilai-nilai
yang universal, seperti tolong menolong, saling menghormati, simpati, empati,
kepedulian sosial, kepekaan sosial.18
Nilai Khuluqiyah ini dikatakan juga dengan
Pendidikan akhlak yaitu identic dengan berperilaku baik dan benar kepada allah dan
rasulnya, sesame manusia, lingkungan, dan kepada diri sendiri berdasarkan nilai-nilai
yang terkandung dalam Al-Quran dan hadits . 19
Sedangkan menurut Dr.Silfia Hanani nilai itu dapat diperoleh atau diraih
memalui pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak adalah pendidikan yang membangun
misi manusia terhadap hakekat hidup. Hakekat hidup yang meliputi moral yang
dibangun dari norma, baik buruk, wajar tidak wajar, dan lainnya. Pendidikan akhlak
pada dasarnya adalah untuk mengukuhkan kembali nilai-nilai dasar kemanusiaan
rakyat Indonesia berdasarkan pada nilai-nilai kearifan lokal. Pendidikan akhlak tidak
bisa ninafikan atau ditiadakan ia harus diajarkan tersendiri tidak sambil lalu.
Seedangkan pendidikan akhlak ini berkaitan langsung dengan humanism
mendewasakan rasa kemanusiaan manusia. Pendidikan akhlak lebih banyak terkait
18
Dr. Abdul Mujib, M. Ag dan Dr. Jusuf Mudzakkir, M.Si, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:
Kencana, 2017), Hal. Xii-Xvi 19 Prof. Dr. H. Fatah Syukur, M.Ag, Paradigm Baru Filsafat Pendidikan Islam...., Hal. 294
23
dengan nilai-nilai baik dan buruk, nilai-nilai berperikemanusiaan dan tidak berperi
kemanusiaan dan sebagainya. Nilai-nilai tersebut sudah terkandung dalam ajaran
moral lokal, agama, dan Negara.20
Sedangkan bangsa atau negara telah menetapkan ada 18 nilai utama dalam
patokan pelaksanaan pendidikan Karakter yaitu: nilai religius, tanggung jawab, jujur,
toleransi, disiplin kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabatan atau berkomunikasi,
cinta damai, senang membaca, peduli sosial, dan peduli lingkungan.21
3. Fungsi Nilai
Pada garis besarnya system nilai yang bedasarkan agama dapat membei
individu dan masyarakat peangkat system nilai dalan benyik keabsahan dan
pembenaran dalam mengatur sikap individu dan masyarakat. Pengarug sistim nilai
tehadap kehidupan individu dirasakan sebagai daya dorong atau prinsip yang menjadi
pedoman hidup . dalam realitasnya nilai memiliki pengaruh dalam mengatur pla
tingkah laku, pla bepikir, dan pola bersikap. Ajaran Islam tidak bisa dilepaskan dari
sistim nilai, sebuah sistim niai yang besumbe dari sang Pencipta, sistim tesebut
terumus lengkap dan sempurna mengacu kepada hakikat enciptaan manusia yaitu
sebagai pengabdi sesbagaimana yang tertera dalam Al- Qur‟an Dalam Q.S 51: 56
20 Dr. Silfia Hanani, Sosiologi Pendidikan Keindonesiaan...., Hal. 123 21 M. Hamdar Arraiyyah dan Jejen Mustafah, Pendidikan Islam, (Cimanggis: Prenadamedia
Group, 2018), Hal. 13
24
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.(Q.S. Adz-Dzariyat:56)22
Dengan demikian, sebagai makhluk ciptaan manusia sudah diarahkan pada
pencapaian puncak sistim nilai itu sendiri, yakni menjadi pengabdi sang Pencipta.,
oleh karena itu, Allah SWT telah membekali manusia dengan ptensi utama yaitu
fitrah, sebagaimana yang tercantum dalam Q.S 30: 3023
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak
ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui (Q.S. Ar-Rum:30)24
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan dalam islam dikenal dengan istilah kata Tarbiyyah, ta‟lim, ta‟dib,
riyadho, irsyad dan tadris. Sedangkan perbedaan diantaranya yaitu:
a.) Tarbiyah, akar kata dari tarbiyah ini adalah al-rabb, rabbayani, nurabbi, yurbi,
dan rabbani. Dalam mu‟jam bahasa arab kata al-tarbiyah memiliki tiga akar
kebahasan, yaitu:
22 Q.S. Adz-Dzariyat:56 23
Prof. Dr. H. Jalaluddin, Pendidikan Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Pesada, 2016), hal. 45 24 (Q.S. Ar-Rum:30)
24
25
1.) Rabb, Yarbu, Tarbiyah yang memiliki makna tambah (Zad) dan
berkembang. Dan pengertian ini didasarkan dari QS. Ar-Rum: 39
Artinya: dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia
bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi
Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan
untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah
orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).( QS. Ar-Rum: 39)25
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan adalah proses
menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada peserta didik, baik
secara Fisik, psikis, sosial maupun spiritual.
2.) Rabba, Yurbi, Tarbiyah yang memiliki makna tumbuh (nasya‟a) dan
menjadi besar atau dewasa (tara‟ra‟a). yang artinya adalah bahwa
pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha untuk menumbuhkan dan
mendewasakan peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun
spiritual.
3.) Rabba, Yarubbu, Tarbiyah yang memiliki makna bahwa memperbaiki
(ashala), menguasai urusan, memelihara dan merawat, memperindah,
memberi makan, mengasuh, tuan, memiliki, mengatur dan menjaga
kelesatrian maupun eksistensinya.
25 QS. Ar-Rum: 39
26
b.) Ta‟lim
Ta‟lim berasal akar kata „allama dan sebagian para ahli menerjemahkan bahwa
kata tarbiyah berarti pendidikan sedangkan ta‟lim diartikan sebagai pengajaran.
Sedangkan Muhammad rasyid ridha mengartikan bahwa ta‟lim adalah proses
transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan
dan ketentuan tertentu dan pengertian ini didasarkan oleh firmah allah swt dalam
Q.S Al-„Alaq ayat 1-5:
Artinya: bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah
yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S Al-„Alaq:
1-5)26
Dalam ayat tersebut menunjukakkan perintah allah swt kepa rasulnya untuk
mengajarkan (ta‟lim) al-kitab dan sunnah kepada umatnya. Sedangkan menjurut
muhaimin pengajaran pada ayat tersebut mencakup tentang teoritis dan praktis
sehingga peserta didik memperoleh kebijakan dan kemahiran melaksanakan hal-hal
yang mendatangkan manfaat dan menampik kemudaratan.
26 Q.S Al-„Alaq: 1-5
27
c.) Ta‟dib
Ta‟dib biasanya diartikan sebagai penddikan sopan santun, tata krama, adab budi
pekerti, akhlak, moral dan etika. Ta‟dib yang seakar dengan adab memiliki arti
pendidikan peradaban dan kebudayaan. Artinya bahwasannya orang yang
perpendidikan adalah orang yang berperadaban, sebaliknya bahwasnnya
peradapan yang berkualitas dapat diraih melalui pendidikan. Sedangkan menurut
Naqub Al-Attas Ta‟dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-
angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala
sesuatu didalam tatanam penciptaan, sehingga memimbing kearah pengenalan
dan pengakuan kekuatan dan keagungan tuhan.
d.) Riyadhah
Riyadhah secara bahasa dapat diartikan dengan pengajaran dan pelatihan.
Sedangkan menurut Al-Bustami Riyadhah dalam konteks Pendidikan adalah
mendidik jiwa anak dengan akhlak mulia. Sedangkan riyadhah dalam ilmu
tasawuf adalah latihan rohani dengan cara menyendiri pada hari hari-hari tertentu
untuk melakukan ibadah dan tafaakur mengenai hak dan kewajibannya.27
Pendapat lain mengatakan bahwa Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk
mengembangkan kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup dengan kata lain
pendidikan tidak hanya berlangsung didalam kelas tetapi bias juga berlangsung diluar
kelas dan pendidikan itu bukan hanya berlangsung secara formal tapi juga
27
Dr. Abdul Mujib, M. Ag dan Dr. Jusuf Mudzakkir, M.Si, Ilmu Pendidikan Islam…., Hal.
10-21
28
berlangsung secara non formal dan pendidikan itu tidak hanya meningkatkan
kecerdasan tetapi juga mengembangkan seluruh aspek-aspek kepribadian manusia.
Sedangkan menurut marimba pendidikan adalah pimpinan atau bimbingan secara
sadar oleh seorang pendidik terhadap perkembangan dari jasmani dan rohani seorang
anak.28
Jadi dapat dipahami bahwa pendidikan adalah suatu proses menumbuhkan
dan mengembangkan tentang apa yang ada dalam diri. Baik itu fisik, Psikis, sosial
maupun spiritual. Sedangkan Pendidikan menurut Dr. Silfia Hanani adalah proses
yang mendewasakan dan mencerdaskan manusia dan paripurna. Sementara
tercapainya tujuan pedidikan, sangat tergantung pada peranan pendidik sebagai
lokomotif dari pendidikan tersebut29
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu membelajarkan siswa
menggunakan asas pendidikan Islam yaitu Al Quran dan Sunnah. Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam merupakan proses komunikasi dua arah yang dilakukan
pendidik kepada peserta didik dengan menggunakan bahan atau materi-materi
Pendidikan Agama Islam.30
Pendapat lain juga mengatakan bahwa pendidikan agama islam adalah usaha
sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, keterampilan,
kecakapan pada generasi muda untuk menjadi generasi muslim yang bertakwa
kepada Allah, berbudi pekerti yang luhur dan kepribadian yang memahami dan
28
Dahwadin Dan Farhan Sifa Nugraha, Motivasi Dan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam)...., Hal. 1-2 29 Dr. Silfia Hanani, Sosiologi Pendidikan Keindonesiaan...., Hal. 133 30
Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya : Usaha Offset Pritting,
1981),h.57
29
mengamalkan seluruh ajaran islam dalam kehidupannya.31
Pendapat lain juga
mengatakan bahwa Pendidikan Agama Islam pada hakikatnya adalah Tafaqquh
Fi Al-Din yaitu upaya yang sunggu-sungguh dalam memahami atau
memperdalam pengetahuan agama dan mempraktekkannya dalam kehidupan
sehari-hari.32
Sedangkan para ahli mengemukakan pendapatnya tentang makna Pendidikan
Islam adalah sebagai berikut:
1. Muhhammad SA. Ibrahimi dari Banglades
Menyatakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu sistem pendidikan
yang memungkinkan sesorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan
ideologi islam sehingga dengan mudah ia dapat mengarahkan kehidupannya
sesui dengan ideolohgi islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk
hidupnya sesuai dengan ajaran islam.
2. Omar Muhammad Al-Toumi Al-Syaibani
Beliau menjelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah proses mengubah
tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya
dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai propesi diantara
profesi-profesi dimasyarakat. Pengertian ini lebih menekan pada perubahan
31
Ahwadin Dan Farhan Sifa Nugraha, Motivasi Dan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam…., Hal. 7 32 Prof. Dr. H. Fatah Syukur, M.Ag, paradigm baru filsafat pendidikan islam, (cimanggis:
Kencana, 2017), Hal. 239
30
tingkah laku dari yang buruk kepada yang baik, dari yang minimal menuju
maksimal, dari yang potensial menjadi actual, dari yang pasif menuju aktif.33
Dari beberapa pengertian pendidikan agama islam yang dipaparkan diatas dapat
penulis tarik suatu kesimpulan bahwa pendidikan agama islam adalah proses
mengubah seluruh aspek kehidupan manusia sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan
sunnah
2. Ruang lingkup pendidikan agama islam
Imam Al-Gazali membagi ruang lingkup Pendidikan Agama Islam kedalam
beberapa hal yaitu:
a.) Pendidikan keimanan
b.) Pendidikan akhlak
c.) Pendidikan Aqliyah
d.) Pendidikan sosial
e.) Pendidikan jasmani34
Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh M Yunus dan Imam Al-
Ghazali di atas dapat dipahami bahwa aspek pendidikan agama Islam terdiri dari
Aqidah, Ibadah, Akhlak, Sosial dan Jasmani.
a.) Aspek Pendidikan Keimanan (Aqidah)
AQidah secara bahasa Adalah menghubungkan 2 sudut, sehingga menjadi
bertemu dan bersambung dengan kokoh. Ikatan ini berbeda dengan arti ribath yang
33 Dr. Abdul Mujib, M. Ag dan Dr. Jusuf Mudzakkir, M.Si, Ilmu Pendidikan Islam…., Hal.
25 34 Zainuddin,, Seluk Beluk Pendidikan Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 96
31
berarti juga ikatan, tapi ikatan yang mudah dibuka, karena dapat mengandung unsur
yang membahayakan. Pendidikan aqidah pada dasarnya bermakna pengesaan Allah
SWT, tidak menyekutukannya, dan mensyukuri segala nikmatnya. Larangan
menyekutukan Allah SWT termuat dalam ayat yang berbunyi:
Artinya: “Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia memberi
pelajaran kepada anaknya hai anakku jangan lah engkau epersekutukan
Allah SWT, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar”. (QS. Luqman : 13)35
Pada ayat ini Luqman memberikan pendidikan dan pengajaran kepada
anaknya berupa pendidikan aqidah yang mantap, agar anaknya tidak menyekutukan
Allah SWT. Itulah aqidah tauhid karena tidak ada tuhan selain Allah SWT, karena
yang selain Allah adalah makhluk. Allah tidak berserikat didalam penciptaan alam
ini.36
b.) Aspek Pendidikan Akhlak
Pengertian secara umum Akhlak dipahami sebagai perilaku atau budi pekerti.
Sedangkan imam Ghazali memberikan pandangan bahwa suatu istilah tentang bentuk
bantin yang tertanam dalam jiwa seseorang yang kemudian menodorongnya berbuat,
35QS. Luqman : 13 36
Aat Syafaat, Sohari Sahrani dan Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam
Mencegah Kenakalan Remaja, ( Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2008 ), h. 53-54
32
bukan karena suatu pemikiran dan bukan pula karena suatu pertimbangan.37
Kata
“Akhlak bersumber dari kalimat yang terdapat dalam Q.S Al-Qalam: 4
Artinya: “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad benar-benar berbudi pekerti yang
agung. (QS. Al-Qalam : 4)38
Dan juga terdapat dalam sebuah hadist nabi Muhammad SAW: Artinya: “aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak. (HR Ahmad) Pengertian Akhlak menurut
istilah yang dikemukakan oleh sebagai para ulama, yaitu :
1.) Menurut ibnu Maskawaih, akhlak adalah suatu sikap dari seseorang yang
dapat mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa dia melalui
pertimbangan terlebih dahulu.
2.) Imam Ghazali, “akhlak adalah ungkapan suatu daya yang telah bersemi dalam
jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan penuh dan tidak
memerlukan pertimbangan / pikiran terlebih dahulu.39
Akhlak dapat dikelompokkan mejadi 2 kelompok yaitu Akhlak Mahmudah
dan Akhlak mazmumah. Tapi dari segi bentuknya akhlak dibagi kedalam 3 lompok
yaitu: akhlak kepada Allah SWT, Akhlak kepada manusia dan akhlak kepada
makhluk Allah SWT yang lain.40
37 Zakiah Daradjad, Metodik Khusus Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Bumi
Aksara, 2008 ), hlm. 68 38 QS. Al-Qalam : 4 39 Aat Syafaat, Sohari Sahrani dan Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam
Mencegah Kenakalan Remaja...., h. 59 40
Rahman Ritonga, Akhlak, Merakit Hubungan dengan Sesama Manusia (Surabaya:PT
Amelia, 2005), hlm. 11-12
33
c.) Aspek Pendidikan Aqliyah
Pendidikan aqliyah atau akal tidak kalah penting dari aspek pendidikan
lainnya. Kalau pendidikan keimanan merupakan pembentukan dasar, pendidikan
akhlak untuk membina moral dan tingkah laku maka pendidikan akal merupakan
upaya penyadaran dan pemberdayaannya Maksud dari pendidikan akal adalah
pembentukan dan pembinaan berfikir dengan segala sesuatu yang bermanfaat, ilmu
pengetahuan, hukum, peradaban, ilmiah dan modernisme serta kesadaran dalam
berfikir dan berbudaya.41
Akal adalah anugerah dari Allah swt yang khusus diberikan kepada manusia,
dengan akal manusia mampu mengetahui dan menguasai berbagai macam ilmu
pengetahuan. Dengan akal manusia dapat mengatasi berbagai masalah kehidupan
sehingga akan ditemui kemudahan dalam hidup. Fungsi akal manusia terbagi kepada
enam yaitu:
1.) Akal adalah penahan nafsu. Dengan akal manusia dapat mengerti apa yang
tidak dikehendaki oleh amanat yang dibebankan kepadanya sebagai
kewajiban.
2.) Akal adalah pengertian dan pemikiran yang berubah-ubah dalam menghadapi
sesuatu baik yang tampak jelas maupun yang tidak jelas.
3.) Akal adalah petunjuk yang dapat menbedakan hidayah dan kesesatan
4.) Akal adalah kesadaran batin dan pengaturan.
41
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, ( Bandung: Asyifa,
1998), hlm. 270
34
5.) Akal adalah pandangan bathin yang berdaya tembus melebihi panglihatan
mata.
6.) Akal adalah daya ingat mengambil dari yang telah lampau untuk masa yang
akan dihadapi.42
Adapun tujuan pendidikan berdasarkan semangat Islam secara utuh adalah
akal yang sempurna menurut ukuran ilmu dan taqwa. Dengan kata lain setelah
mengalami pendidikan dalam arti yang luas, akal seseorang diharapkan mencapai
tingkat perkembangan yang optimal, sehingga mampu berperan sebagaimana yang
diharapkan yaitu untuk berfikir dan berdzikir. Dari uraian diatas dapat penulis tarik
suatu kesimpulan bahwa Pendidikan Agama Islam mengembangkan akal manusia
kearah yang baik melalui tuntunan Al-Quran dan Sunnah
d.) Aspek pendidikan sosial
Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna ajarannya, sudah pasti tidak
mengecewakan penganutnya dalam mencapai tujuan hidup baik di dunia maupun di
akhirat. Karena di dalam Islam dianjurkan agar kedua aspek kehidupan tersebut harus
dilengkapi oleh manusia. Dengan kata lain kebahagiaan seseorang yang bergantung
kepada orang lain. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan dapat merasakan
kesenangan hidup tanpa ada orang lain disampingnya. Manusia memerlukan orang
lain sebagai tempat menumpahkan perasaannya. Untuk tertawa saja manusia
42
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, ( Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1995), hlm. 65
35
memerlukan orang lain yang menyertainya, karena ia membutuhkan tanggapan
emosional dari orang lain.
Dalam buku Ihya‟ Ulumuddin Juz I Al-Ghazali mengatakan bahwa ketika
Allah menjadikan manusia menjadi bentuk yang tidak bias hidup sendirian. Karena
manusia tidak dapat mengusahan seluruh keprluan baik sandang maupun pangannya.
memperoleh berupa roti dan nasi, pakaian, tempat tinggal dan alat-alat lainya yang
mereka butuhkan. Oleh karena itu manusia memerlukan orang lain untuk
mewujudkan itu semuanya.43
Pendidikan sosial merupakan pendidikan yang dapat diarahkan untuk bisa
terwujudnya prilaku-prilaku sosial dengan sangat baik, berakhlak mulia yang
ditopang dengan iman yang teguh. Adapun tujuan dari pendidikan sosial ini adalah:
1.) Mengajarkan kepada anak-anak yang mempunyai hak, sehingga mereka
menjadi manusia yang tahu dan memahami tugas dan kewajiban mereka
dalam kehidupan bermasyarakat
2.) Membiasakan anak-anak berbuat mematuhi dan memenuhi tugas
kewajiban sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga negara.44
Oleh karena itu yang demikian sangat penting untuk mengingat manusia adalah
makhluk sosial dimana kehidupan satu individu saling terkait, dan mempunyai
hubungan dengan orang lain. Oleh sebab itu harus dikembangkan dan dipelihara
43 Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan Al-Ghazali...., h. 122 44
M Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2002), hlm. 171
36
sikap-sikap dan bersikap yang baik, sehingga akan terciptanya kehidupan yang damai
adan aman.
e.) Aspek pendidikan jasmani
Dalam pandangan islam jasmani merupakan sesuatu yang sangat penting
karena dengan jasmani maka akan bisa beraktivitas dan kegiatan nyata dalam
kehidupan bahkan ibadah-ibadah yang disuruh dalam islam harus menggunakan
kekuatan jasmani seperti halnya sholat, puasa haji dan lainnya. Aspek jasmaniah
merupakan salah satu dasar pokok untuk mendapatkan kemajuan dan kebahagiaan
dalam kehidupan manusia, dengan akal dan jiwa yang sehat terdapat pada jasmani
yang sehat pula. Sebenarnya jasmaniah dan rohaniah memiliki hubungan yang sangat
erat pada manusia yaitu saling memberikan pengaruh timbal balik yaitu hal-hal yang
berpengaruh pada jiwa akan berpengaruh pada jasmani demikian pula sebaliknya.45
Oleh Karen itu M Ngalim Purwanto mengemukakan pendapat bahwa
pendidikan jasmani mempunyai tujuan yaitu:
1.) Dapat menjaga serta memelihara badan, seperti mulit atau alat pernapasan,
pencernaan makanan, peredaran darah, serta melatih otot-otot dan urat
syaraf, melatih kecakapan dan ketangkasan.
2.) Melatih anak-anak untuk berbudi pekerti yang luhur seperti kesabaran,
kejujuran, kesopanan, sportivitas, dan taat kepada peraturan dan kerajinan
dalam bekerja
45 Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan Al-Ghazali...., hlm. 126-127
37
3.) Menumbuhkan perasaan kesosialan sepeti sifat tolong menolong, bekerja
sama, etika berkawan dan yang umumnya dapat diperoleh dengan permainan
dengan berombongan dan dengan kerja kelompok
4.) Menumbuh kembangkan fungsi-fungsi jiwa seperti kecerdasan, ingatan,
perasaan dan kemauan.46
Unsur jasmani pada manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Karena itulah diperlukan usaha-usaha pembinaan sehingga jasmani mutlak
diperlukan. Dengan demikian kesehatan jasmani yang ingin diwujudkan dengan
pendidikan jasmani adalah keserasian organ-organ jasmani dalam melaksanakan
fungsinya masing-masing dan mampu mencegah serta mengantisipasi segala
penyakit, disamping itu secara bersamaan menjadi kuat dan terampil.
3. Tujuan pendidikan agama islam
Al Abrasyi bependapat bahwa, tujuan pendidikan agama Islam adalah agar
manusia beakhlak mulia, kemudian Marimba bependapat bahwa tujuan pendidikan
Islam adalah tebentuknya orang yang berkepribadian Muslim, sedangkan Munir
Mursyi brpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk menjadikan manusia
yang sempurna. Sedangkan Muhammad Abduh merumuskan tujuan pendidikan Islam
adalah mendidik akal dan jiwa dan menyampaikannya kepada batas- batas
kemungkinan seseorang mencapai kebahagiaan hdup dunia dan akhirat. Selanjutnya
Muhammad Abduh menjelaskan bahwa ada lima tujuan pendidikan Islam. Yaitu:
46 M Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis...., hlm. 152
38
a.) Teciptanya harmoni antara ilmu- ilmu keislaman yang merupakan basis
keimanan setiap muslim
b.) Kebahagiaan dunia(rabbana aatinaa fi al dunya hasanah)
c.) Kedamaian hidup di akhirat
d.) Sarana pendidikan akal dan jiwa pada batas- batas tertentu
e.) Pembinaan akhlak. Yaitu mengeluaran manusia dari penjara tafsir sederhana,
kosongnya pengetahuan yang buruk, mampu membedakan baik dan buruk,
bermanfaat dan berbahaya.47
Sedangkan Nahlawy berpendapat tentang Tujuan pendidikan Agama Islam
adalah sebagai berikut:
1. menanamkan iman yang kuat kepada allah SWT pada diri mereka, perasaan
keagamaan, semangat keagmaan dan akhlak, dan meyuburkan hati mereka
dengan rasa cinta, zikir, takwa, dan takut kepada allah SWT.
2. mendidikan naluri, motivasi dan keinginan generasi muda dan menguatkannya
dengan akidah dan nilai-nilai, dan membiasakan mereka menahan
motivasinya, mengatur motivsi dan membimbingnya dengan baik. Dan juga
mengajar mereka dengan adab sopan pada hubungan dan pergaulan mereka.
3. meumbuhkan rasa rela, optimisme, kepercayaan diri, tanggung jawab,
mengahargai kewajiban tolong menolong atas kebaikann dan takwa, kasih
47
Dr. Sehat Sultoni Dalimunthe, MA, Ontologi Pendidikan Islam,(Yogyakarta:CV Budi
Utama, 2018), hal. 214- 220
39
sayang, cinta kebaikan, sabar berjuang untuk kebaikan memegang teguh pada
prinsip, berkorban untuk agama dan tanah air serta siap membelanya.
4. membersihkan hati mereka dari rasa dengki, hasad, iri hati, benci, kekasaran,
kezoliman, egoisme, tipuan, khianat, nifak, ragu, perpecahan dan
perselisihan.48
C. Tinjauan Q.S An-Nisa‟ ayat 36
1. ayat dan terjemahanya
Artinya: sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, Ibnu sabil[295] dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membangga-banggakan diri (Q.S An-Nisa‟: 36)49
2. Asbabun Nuzul Q.S An-Nisa‟ ayat 36
Asbabun Nuzul secara Etimologi adalah sebab- sebab yang menyebabkan
turunnya Al- Qur‟an, sedangkan secara terminologi Asbabun Nuzul adalah suatu
peistiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat atau surat pada waktu proses
penurunan Al- Qur‟an. Seerti peistiwa yang tejadi saat turunnya Al- Qur‟an lalu
48
Prof. Dr. H. Fatah Syukur, M.Ag, Paradigm Baru Filsafat Pendidikan Islam, (cimanggis:
Kencana, 2017), Hal. 250 49 Q.S An-Nisa‟: 36
40
turun satu atau beberapa ayat yang menjelaskan hokum terhadap peistiwa tesebut,
atau seperti petanyaan yang dihadapkan kepada Rasulullah SAW lalu turunlah satu
atau beberapa ayat Al- Qur‟an yang didalamnya tedapat jawabannya. 50
Sebab-sebab turunya Q.S.An-Nisa‟ ayat 36 ini adalah menurut ibnu Abbas
berkenaan dengan Kardan Bin Zaid, sekutu Ka‟ab Bin Asyraf, Ustman Bin Habib,
Nafi‟ Bin Abi Nafi‟, Bahri Bin Amr, Huyay Bin Akhtab dan Rifa‟ah Bin Zaid Bin
Tabut suatu ketika dia dating kepada sahabat nabi dari kaun Anshar dan menasehati
mereka. Kemudian dia berkata kepada kaun Anshar itu “janganlah kalian menafkahi
harta kalian yang kalian miliki itu, karena kami khawatir kalian akan menjadi fakir.
Jangan kalian tergesa-gesa dalam menginfakkan harta benda kalian karena kalian
tidak tau apa yang akan terjadi pada kalian dikemudian hari nanti51
D. Tinjauan Tafsir Al-mishbah, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-Maraghi
5. Tafsir Almishbah
a.) Biografi M. Quraish Shihab
Nama lengkab beliau adalah Muhammad Quraish Shihab Bin Abdurrahmad
Shihab beliau lahir di Sulawesi selatan tepatnya pada tanggal 16 februari 1944. Awal
pendidikan beliau adalah SD dan SMP di makasar hingga tahun 1956 kemudian
beliau melanjutkan sekolah kepondok pesantren Darul Hadist Al-Fiqhiyyah di daerah
malang beliau tamat dari pesantren Darul Hadist Al-Fiqhiyyah tahun 1958 . kemudian
50
Dr. H. Anshori, LAL. MA. Ulumul Qur‟an(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hal.
101 51
Departemen Agama RI, Al-Quran Tafsir perkata Tajwid Kode Angka, Tangerang Selatan:
PT. Kalim, Hal. 85
41
beliau melanjutkan pendidikan S1 beliau di Universitas AL-Azhar Mesir beliau tamat
s1 tahun 1967 dengan Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Studi Ilmu-ilmu Al-
Quran.
Kemudian ditahun 1967 itu beliau kembali melanjutkan pendidikan S2 beliau
di Universitas Al-Azhar di fakultas dengan jurusan yang sama seperti S1 yaitu
Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Studi Ilmu-ilmu Al-Quran dan beliau tamat
S2 tahun 1969 judul tesis beliau adalah “Al-I‟jaz At-Tasyri‟I Lil Quranul Karim (
kemukjizatan Al-Quran ditinjau dari segi Hukum. Pada tahun 1980, Quraish kembali
berangkat ke Kairo untuk melanjutkan kembali pendidikannya itu. Dua tahun
berikutnya ia berhasil mendapatkan gelar Doktor untuk spesialisasi Tafsir Alquran
dengan predikat Summa Cum Laude atau Mumtāz dengan judul disertasi beliau
adalah “Nazm ad-durar li Al-Biqa‟I Tahqiq wa Dirasah ( suatu kajian dan analisa
terhadap koetentikan kitab Nazm Ad-Durar karya Al-Biqai. 52
b.) Karya-karya M. Quraish Shihab
Diantara karya-karya yang dihasilkan oleh bapak M. Quraish Shihab adalah
sebagai berikut
1.) Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhu‟I Atas berbagai Persoalan Umat
2.) Hidangan Ilahi ayat-ayat Tahlil
3.) Tafsir Al-Quranul Karim, Tafsir surat-surat pendek berdasarkan urutan
turunnya wahyu.
52 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhu’I Atas berbagai Persoalan Umat, (
Bandung, Mizan, 1996), Hal. 5
42
4.) Membumikan Al-Quran
5.) Lentera Hati
6.) Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab seputar Tafsir Al-Quran
7.) Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Ibadah Mahdhah.
8.) Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Muamalah.
9.) Tafsir al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya.
10.) Menyingkap Tabir Ilahi Asma al-Husna dalam Perspektif Al-Quran
11.) Tafsir Al-Mishbah- 15 volume
c.) Metode Penulisan Tafsir Al-Mishbah
Metodologi tafsir merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
menjelaskan dan memahami ayat-ayat Al-Quran. Sebelum kita memahami sebuah
kitab maka terlebih dahulu maka harus dikuasai metodologinya karena diantara para
mufassir itu berbeda motedologinya dalam menafsirkan Al-Quran. Untuk itu tafsir
Al-Mishbah ini ditemukan metode dan sistematikanya penulisan tafsirnya adalah
dengan menulis terlebih dahulu ayat-ayat dalam setiap surat yang ingin ditafsir
kemudian ayat tersebut diterjemahkan sambil mengemukakan latar belakang atau
asbabun nuzulnya ayat yang tersebut dengan menyertakan munasabah ayat atau surat
sebelum maupun suarat setelahnya kemudian beliau menafsirkan setiap surat maupun
ayat dengan penafsiran yang dimbil dari berbagai macam latar belakang mazahab dan
pemikiran.
Metode tafsir Al-Mishbah ini adalah campuran antara metode Tafsir Bil‟stur
dengan metode tafsir Bir Ra‟yi. M. Quraish Shihab menafsirkan Al-Quran dengan
43
Sunnah, dengan perkataan Sahabat, para Tabi‟in dan menafsirkan Al-Quran dengan
akal atau bir Ra‟yi dan juga dalam Tafsir ini sangat jelas Mufradatnya. M. Quraish
Shihab dalam menafsirkan Al-Quran juga merujuk kepada kitab-kitab tafsir klasik
maupun modern seperti tafsir Al-Jami‟ Lil Ahkam Al-Quran, tafsir falsafi yaitu
Mafatih Al-Ghaib, dan juga Tafsir sosial seperti Tafsir Al-Manar, Tafsir Al-Maraghi,
dan Tafsir Alquranul Karim.
Kitab Tafsir Al-Mishbah ini yang terdiri dari 15 jilid dan memuat 30 juz
beliau mulai menulis kitab ini pada 18 juni 1999 atau bertepatan pada hati jumat
tanggal 4 Rabiul Awal 1420 H di Kairo mesir yang pada saat itu beliau menjabat
sebagai Duta besar Republik Indonesia untuk mesir yang dilantik oleh presiden RI
ketiga yaitu Prof. Dr. H. Bacharuddin Jusuf Habibi kemudian dengan ketekunan
beliau berhasil menamatkan menyusun kitab tafsir ini pada tahun 2002 dijakarta dan
beliau meyediakan waktu untuk tafsir ini sebanyak 7 jam dalam sehari.53
6. Tafsir Ibnu Katsir
a.) Biografi Ibnu Katsir
Nama lengkap beliau adalah Al-Hafiz Imaduddin Abul Fida‟ Ismail Bin Umar
Bin Katsir Al-Qurasyi Ad-Dimasyqi, beliau lahir diderah Mijdal Bushra pada tahun
700 H/1301 M dan wafat pada bulan sya‟ban tahun774 H . Beliau adalah ualama
yang mahir diberbagai bidang ilmu agama diabad ke VIII H dan diantar bidang yang
beliau tekuni adalah Tafsir Al-Quran dan beliau juga bergelar Al-Hafiz yaitu beliau