nejmoa1301630 (Translated - Hasil Terjemahan Punya Sist Mariska).docx
Post on 12-Dec-2015
229 Views
Preview:
Transcript
Suatu Percobaan Penanganan/ Pengobatan untuk Otorea Akut Pada Anak-
Anak Dengan Tabung Timpanostomi
Thijs M.A. van Dongen, M.D., Geert J.M.G. van der Heijden, Ph.D., Roderick P. Venekamp, M.D., Ph.D., Maroeska M. Rovers, Ph. D., dan Anne G.M. Schilder,
M.D., Ph.D.
ABSTRAK
LATAR BELAKANG
Pedomaan untuk penanganan otorea akut pada anak-anak dengan tabung
timpanosomi ini didasarkan pada bukti-bukti yang terbatas yang ada pada percobaan-
percobaan yang membandingkan obat-obatan antibiotik dengan antibiotik topikal/
oles.
METODE
Di dalam percobaan pragmatis dan terbuka ini, kami secara acak melibatkan 230
anak yang berusia antara 1 sampai 10 tahun yang memiliki otorea tabung-
timpanostomi, yang dimana 76 orang diantaranya diberikan tetes kuping yang
mengandung hidrokortison-basitrasin-kolistin, 77 orang anak diberikan suspensi
amoksilin-kalavulanat, dan 77 lainnya mendapatkan observasi awal. Hasil utama
adalah keberadaan otorea yang diperiksa secara otoskopis pada 2 minggu setelah
peniliaian kelompok-studi. Hasil sekunder adalah durasi episode otorea awal, jumlah
hari idapan otorea, dan jumlah kekambuhan otorea selama 6 bulan pemeriksaan
lanjutan, kualitas hidup pasien, komplikasi, dan efek samping akibat penanganan.
HASIL
Tetes telinga antibiotik-glukokortisoid diketahui lebih unggul daripada antibiotik oral
dan observasi awal dalam hal hasil penanganan. Pada 2 minggu, 5% anak yang
ditangani dengan tetes telinga antibiotik-glukokortikoid mengalami kondisi otorea,
dan 44% anak yang ditangani dengan antibiotik oral mengalami otorea (perbedaan
resiko, titik persentase -39; 95% interval kepercayaan [CI], -51 sampai -26) dan 55%
dari seluruh pasien yang mendapatkan observasi awal mengalami otorea (perbedaan
resiko, titik persentase -49; 95% CI, -62 sampai -37). Durasi median episode awal
otorea adalah 4 hari pada anak yang mendapatkan tetes telinga antibiotik-
glukokortikoid versus 5 hari pada mereka yang mendapatkan penanganan dengan
antibiotik oral (P<0,001) dan 12 hari pada para pasien yang mendapatkan observasi
awal (P<0,001). Efek samping yang disebabkan penanganan/ pengobatan dalam 2
minggu adalah ringan, dan tidak menimbulkan komplikasi otitis media, efek samping
ini mencakup selulitis lokal, perikondritis, mastoiditis, dan komplikasi intrakranial.
KESIMPULAN
Tetes telinga antibiotik-glukokortikoid adalah lebih efisien dibandingkan dengan
antibiotik oral dan observasi awal pada anak-anak dengan tuba timpanostomi yang
mengidap otorea akut tanpa komplikasi. (Didanai oleh Organisasi Penelitian
Kesehatan dan Pengembangan Belanda; Nomor Registrasi Percobaan Belanda;
NTR1481).
Pemasukkan tabung timpanostomi merupakan salah satu prosedur bedah yang
seringkali dilakukan pada pasien anak-anak. Indikasi utama untuk prosedur ini
adalah pengembalian fungsi pendengaran pada anak karena otitis media kronis
dengan efusi, prosedur ini dilakukan untuk pencegahan kambuhnya ototis media akut
pada anak-anak. Otorea akut merupakan sekuela (kondisi yang disebabkan oleh
penyakit/ cedera sebelumnya) yang umum dari pemasangan tabung timpanostomi,
dengan tingkat insiden yang berkisar dari 26% pada metaanalisis studi-studi
observasional utama (yang melibatkan kasus-kasus otorea secara klinis) sampai 75%
di dalam percobaan acak (yang mencakup kasus sub-klinis dan asimptomatis).
Otorea tabung timpanostomi akut dapat disertai dengan aroma yang tidak enak, rasa
sakit, dan demam, yang dimana hal ini dapat menurunkan kuliatas hidup anak-anak.
Otorea tabung-timpanostomi akut diyakini merupakan akibat dari otitis media, yang
dimana cairan telinga bagian tengah mengalir melalui tabung. Infeksi bakteri atau
superinfeksi telinga bagian tengah diyakini merupakan penyebab utama dari otitis
media akut, dan dengan demikian hal ini akan menyebabkan otorea tabung-
timpanostomi akut. Penanganan ini ditujukan untuk mengurangi infeksi bakteri, yang
dimana penanganan ini mencakup pemberian antibiotik oral spektrum-luas dan tetes
telinga antibiotik dengan atau tanpa glukokortikoid.
Percobaan-percobaan yang membandingkan antibiotik oral dan antibiotik topikal
untuk anak-anak dengan kondisi ini masih melibatkan sampel yang kecil dan
memiliki batasan metodologis. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa tetes telinga
antibiotik-glukokortikoid atau antibiotik ternyata lebih efektif dibandingkan dengan
antibiotik oral. Selain itu, pemberian obat topikal sepertinya tidak memberikan efek
samping yang bersifat sistemik dan tidak menimbulkan resistensi otopatogen jika
dibandingkan dengan obat yang diminum/ obat oral. Karena otorea tabung-
timpanostomi akut, seperti halnya otitis media akut, dapat sembuh dengan
sendirinya, maka observasi awal dapat menjadi satu alternatif yang bagus. Di dalam
percobaan ini, kami membandingkan efektifitas dari ketiga strategi untuk
penanganan otorea tabung-timpanostomi akut pada anak-anak: penanganan cepat
dengan tetes telinga antibiotik-glukokortikoid, penanganan dengan antibiotik oral,
dan observasi awal.
METODE
PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN PERCOBAAN
Kami melaksanakan percobaan terkendali, acak, pragmatik, dan terbuka. Seluruh
peneliti mengkonfirmasi kelengkapan dan keakurasian data dan akan fidelitas/
kepatuhan percobaan terhadap protokol penelitian. Untuk memahami rancangan studi
kami dan perencanaan analisis statistik, pembaca dapat melihat bagian protokol studi
yang tersedia sebagai teks penuh penelitian ini di NEJM.org. Penelitian ini disetujui
oleh komite etika medis Pusat Medis Universitas Utrecht. Di dalam penelitian ini,
kami tidak menyertakan iklan dan tujuan-tujuan komersial.
PASIEN
Para pasien yang dilibatkan di dalam penelitian ini adalah pasien anak-anak yang
berusia 1 sampai 10 tahun yang memiliki gejala otorea tabung-timpanostomi yang
berlangsung selama sampai 7 hari pada saat skrining. Kamit tidak menyertakan anak-
anak yang memiliki suhu tubuh lebih dari 38,5ºC, anak-anak yang telah mendapatkan
antibiotik selama 2 minggu terakhir, anak-anak yang telah mendapatkan pemasangan
tabung timpanostomi selama 2 minggu terakhir, anak-anak yang telah mengalami
episode otorea pada empat minggu terakhir, tiga episode atau lebih selama 6 bulan
terakhir, empat episode atau lebih pada 6 bulan terakhir, atau empat episode atau
lebih pada tahun sebelumnya. Kami juga tidak menyertakan anak-anak pengidap
Down’s syndrome, anomali kranofasial, kekurangan imunitas/ imunodefisiensi, dan
juga anak-anak yang alergi terhadap obat-obatan yang digunakan di dalam penelitian
ini.
PENYERTAAN/ REKRUITMEN PASIEN
Dari bulan Juni 2009 sampai Mei 2012, pada dokter keluarga dan dokter bedah THT
mendekati para orang tua anak-anak yang memiliki tabung timpanostomi untuk
perihal partisipasi penelitian. Tim penelitian kami melalui telepon menghubungi para
orang tua anak yang menunjukkan ketertarikannya untuk ikut berpartisipasi di dalam
penelitian. Kami memberitahukan tentang percobaan, kriteria inklusi (penyertaan),
dan juga kriteria eksklusi (pentidaksertaan). Jika seorang anak memiliki otorea pada
saat dihubungi oleh tim peneliti maka diperbolehkan untuk berpartisipasi, yang
kemudian tim peneliti akan mengunjungi ke rumah pasien. Jika tidak ada gejala
otorea yang muncul pada saat pemeriksaan, maka orang tua akan diminta untuk
menghubungi pusat penelitian sesegera mungkin ketika anak mengalami otorea,
sehingga kunjungan pemeriksaan oleh dokter penelitian ke rumah pasien akan dapat
segera dilakukan.
PENILAIAN AWAL
Pada kunjungan pemeriksaan ke rumah, dokter penelitian akan mendapatkan izin
tertulis dari pihak orang tua, mengkonfirmasi keberadaan otorea secara otoskopis,
mengambil sampel otorea untuk keperluan kultur bakteri, mengumpulkan data yang
berhubungan dengan penyakit dan demografi. Para orang tua akan diminta untuk
mengisi Kuesioner Kesehatan Anak (CHQ – Child Health Questionnaire) yang
mengukur kualitas hidup anak yang berkaitan dengan kesehatan dan penyakit umum,
dan kuesioner Otitis Meida-6 (OM-6) yang mengukur kualitas hidup anak yang
berkaitan dengan kesehatan dan penyakit spesifik. Skor pada CHQ berkisar dari 1
sampai 35 yang mencakup 4 domain CHQ, dimana skor yang lebih tinggi
mengindikasikan kualitas hidup yang lebih baik. Skor pada kuesioner OM-6
rentangnya berkisar sekitar 6 sampai 42, yang dimana skor yang lebih rendah
mengindikasikan kualitas hidup yang lebih baik.
PENUGASAN KELOMPOK-STUDI
Manajer data independen menggenerasi urutan randomisasi/ pengacakan (dengan
penggunaan ukuran kotak enam), dengan stratifikasi yang mengacu pada usia (<4
tahun vs. ≥4 tahun). Dokter penelitian kemudian mengakses website randomisasi
percobaan pada kesimpulan kunjungan pemeriksaan di rumah untuk penugasan
kelompok studi. Penugasan randomisasi dirahasiakan dan tidak dapat diprediksi
sebelumnya ataupun pada saat pendaftaran. Penugasan diseimbangkan dengan rasio
1:1:1 untuk ketiga kelompok penelitian: tetes kuping hidrokortison-basitrasin-kolistin
(Bacicoline-B, Daleco Pharma) (diresepkan lima tetes tiga kali dalam satu hari untuk
telinga yang otorea selama 7 hari), suspensi amoksilin-kalvulanat oral (30 mg
amoksilin dan 7,5 mg klavulanat per kilogram berat tubuh per hari, dibagi kedalam
tiga dosis harian yang diberikan secara oral selama 7 hari), atau observasi awal untuk
2 minggu (tidak ada peresepan obat sama sekali).
Dokter penelitian tidak membersihkan saluran telinga, baik pada kunjungan awal
maupun pada kunjungan lanjutan selama percobaan. Para orang tua anak yang
memberikan obat dengan antibiotik topikal diperintahkan untuk membersihkan
telinga bagian luar dari cairan otorea dengan menggunakan tisu sebelum memberikan
obat tetes kuping. Selain itu, para orang tua juga diperintahkan untuk memungkinkan
anak berbaring ke samping dengan sudut 90 derajat ketika memberikan obat tetes
kuping dan menjaga sang anak untuk tidak bergerak dan merubah posisi nya dulu
selama beberapa menit. Tidak ada instruksi lain seperti contohnya pemompaan
tragus. Setelah kunjungan lanjutan pertama, pada dua minggu, penanganan lanjutan
diserahkan kepada dokter keluarga atau dokter ahli bedah THT.
TINDAK LANJUT
Para orang tua diberikan diari harian untuk diisi tentang pemberian obat rutin, efek
samping yang muncul, dan komplikasi yang terjadi selama 2 minggu, dan gejala-
gejala terkait kondisi telinga selama 6 bulan. Pada dua minggu dan enam bulan,
dokter penelitian akan mengunjungi pasien anak di rumah, melaksanakan otoskopi,
dan memeriksa serta mengumpulkan diari dari orang tua, dan orang tua diharuskan
mengisi kuesioner tentang kualitas hidup anak yang berkaitan dengan kesehatan
spesifik.
HASIL PRIMER DAN SEKUNDER
Hasil primer, kegagalan pengobatan, ditentukan dengan keberadaan otorea pada
salah satu atau kedua telinga, hal ini diobservasi secara otoskopis oleh dokter
penelitian 2 minggu setelah penugasan kelompok studi. Hasil sekunder didasarkan
pada diari dari orang tua yang mencakup durasi episode otorea awal (dari penugasan
kelompok studi sampai hari pertama otorea yang diikuti 7 hari atau lebih dimana
tidak muncul otorea), jumlah hari total kemunculan otorea dan jumlah kekambuhan
episode otorea (≥1 hari dengan otorea setelah ≥7 hari tanpa otorea) selama 6 bulan
tindak lanjut, komplikasi, dan efek samping karena pengobatan pada 2 minggu
pertama. Selain itu, kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan dan penyakit
secara umum dan juga khusus dinilai pada 2 minggu masa tindak lanjutan.
ANALISIS STATISTIK
Dengan menggunakan piranti lunak SPSS versi 20 (SPSS), dan piranti lunak
Episheet versi Oktober 2012, kami pun melakukan seluruh analisis dengan mengacu
pada prinsip upaya-untuk-menyembuhkan, dan kecuali untuk efek samping karena
pengobatan, analisis pun dilakukan secara buta dalam hal penugasan kelompok-studi.
Kami memperhitungkan data awal yang hilang dengan menggunakan median tak
bersyarat.
Pembandingan utama di dalam penelitian kami adalah antara tetes telinga antibiotik-
glukokortikoid versus antibiotik oral dan tetes telingan antibiotik-glukokortikoid
versus observasi awal. Untuk pembandingan ini, kami mengkalkulasi perbedaan
resiko dengan 95% interval kepercayaan dan jumlah yang dibutuhkan untuk
melakukan penanganan untuk mencegah satu kasus otorea pada dua minggu
penilaian dengan menggunakan otoskop. Untuk pengendalian multi-pengujian,
penanganan topikal harus bersifat lebih baik di dalam dua pembandingan. Hal ini
menunjukan efek konservatif sekitar 60%, dengan dua ambang batas sisi 5% yang
mengindikasikan signifikansi statistis dan dengan 90% kekuatan statistik, kami
mengestimasi bahwa 105 anak harus disertakan di tiap kelompok penelitian untuk
menunjukan perbedaan absolut yang relevan secara klinis sebanyak setidaknya 20
titip persentase antar kelompok dalam hal hasil primer ini.
Kami juga menghitung perbedaan resiko dan interval kepercayaan 95% untuk
pembandingan antara antibiotik oral dengan observasi awal dalam hal hasil primer
kami, dan juga resiko-resiko relatif dan interval kepercayaan 95% untuk seluruh
pembandingan penanganan/ pengobatan. Dengan menggunakan analisis regresi lob-
binomial, kami menentukan resiko-resiko relatif untuk pengganggu pada perbedaan-
perbedaan yang signifikan secara statistik pada karakteristik-karakteristik awal.
Untuk hasil sekunder, kami mem-plot kurva Kaplan-Meier untuk menentukan durasi
episode otorea awal pada ketiga kelompok penelitian, dan kami menggunakan uji
log-rank untuk menguji perbedaan antar kelompok. Kami menghitung median untuk
jumlah total hari pasien mengalami otorea dan jumlah episode otorea kambuhan
selama 6 bulan masa tindak lanjut, selain itu kami juga menghitung median untuk
perubahan dalam skor kualitas hidup pasien yang berkaitan dengan kesehatan pada 2
minggu masa tindak lanjut. Perubahan di dalam mean skor OM-6 1,0 – 1,4 pun
dipertimbangkan untuk menggambarkan perubahan dengan tingkat sedang, dan
perubahan poin 1,5 atau lebih dianggap sebagai perubahan yang besar. Kami
mengevaluasi perbedaan-perbedaan antar kelompok dengan menggunakan uji U
Mann-Whitney.
ANALISIS INTERIM/ SEMENTARA
Setelah 2 tahun perekrutan pasien, 150 pasien anak dengan otorea tabung-
timpanosotomi mengalami randomisasi. Jumlah ini dianggap lebih rendah
dibandingkan dengan target kami yaitu 315 anak. Setelah konsultasi dengan pemberi
dana percobaan, yaitu Organisasi untuk Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Belanda, kami pun mengusulkan analisis interim/ sementara (bukan apriori
terencana) untuk dilakukan oleh komite peninjau ulang data. Para anggota komite
tidak mengetahui akan penugasan kelompok studi selama analisis dan
penginterpretasian data.
Titik akhir ditentukan secara apriori sebagai suatu perbedaan resiko yang melebihi 20
titik persentase. Titik akhir diuji dengan menggunakan pendekatan Haybittle-Peto
(dengan nilai P <0,01 untuk mengindikasikan signifikansi statistik). Karena
keselamatan (resiko bahaya) bukanlah alasan untuk melakukan analisis interim,
maka penyertaan dan perlibatan pasien pun terus berlangsung. Analisis interim
menunjukan bahwa perbedaan resiko yang paling kecil untuk hasil primer antara
penanganan superior dengan penanganan lainnya adalah -32 titik persentase (95%
interval kepercayaan [CI], -48 sampai -17; P<0,001). Pada tanggal 21 Mei 2012,
komite merekomendasikan bahwa rekruitmen lanjutan untuk percobaan untuk
dihentikan, dengan demikian tindak lanjut seluruh anak yang berjumlah 250 orang
yang disertakan sudah selesai, dan proses blinding (buta) dapat dijaga selama analisis
data, dan bahwa hasil nya harus dilaporkan dengan mengacu pada standar yang
berlaku.
HASIL
PENDAFTARAN/ PENYERTAAN
Sejumlah 1133 anak dengan tuba timpanostomi didaftarkan untuk percobaan; para
orang tua mereka bersedia untuk menyertakan anak-anak mereka untuk berpartisipasi
di dalam percobaan – jika anak-anak mereka terus mengalami otorea tabung-
timpanostomi. Para orang tua dari 886 anak tidak menghubungi kami atau
melaporkan tentang episode otorea yang tidak memenuhi kriteria inklusi (contohnya;
gejala yang ada selama >7 hari dan otorea muncul dalam 2 minggu setelah
pemasukan tabung timpanostomi).
Kunjungan ke rumah dijadwalkan untuk 247 anak dengan kondisi otorea tabung-
timpanostomi akut. Diantara anak-anak ini, 17 pasien anak memiliki suhu tubuh
38,5º C atau lebih tinggi lagi atau kondisi dimana tabung timipanostomi nya tidak
lagi ada (Gambar 1). Sejumlah 230 anak diantaranya yang mengidap otorea tabung-
timpanostomi akut secara acak diberikan tetes telinga antibiotik-glukokortikoid (76
anak) atau antibiotik oral (77) atau diberikan observasi awal (77). Pada 2 minggu
pertama, 71 anak (93%), 68 (88%), dan 61 (79%) pada masing-masing ketiga
kelompok patuh pada strategi penanganan yang diberikan/ ditugaskan (Gambar 1).
KELENGKAPAN DATA
Hasil primer dinilai pada 228 anak (99%). Diari parental/ diari yang diberikan
kepada orang tua pun tersedia untuk 221 anak (96%). Pada diari-diari ini, informasi
tentang keberadaan otorea tersedia untuk 94% dari seluruh hari tindakan lanjutan
(Gambar 1).
POPULASI STUDI
Karakteristik-karakteristik klinis dan demografik para partisipan pun dijelaskan pada
Tabel 1, dan pada Tabel S1 pada Apendiks/ Lampiran Tambahan, yang tersedia di
NEJM.org. Tidak ada perbedaan yang signifikan secara klinis pada karakteristik-
karakteristik awal diantara ketiga kelompok penelitian yang diobservasi. Indikasi
untuk pemasukan tabung (media otitis akut kambuhan vs. otitis media kronis dengan
efusi) dan bakteria yang dikulturkan dari otorea memilliki perbedaan kecil pada tiap
kelompok (Tabel 1). Usia rata-rata anak-anak yang dilibatkan adalah 4,5 tahun,
median durasi otorea sebelum entri studi adalah 3 hari, dan 38 anak (17%) memiliki
otorea pada kedua telinga pada saat awal.
Gambar 1. Randomisasi, Kepatuhan terhadap Strategi Penanganan Yang Diberikan,
dan Inklusi/ Penyertaan di Dalam Analisis Primer
Ket Gambar:
A – 247 pasien anak dilaporkan memiliki satu episode otorea tabung-timpanostomi
akut, dengan kunjungan pemeriksaan ke rumah
B – 17 anak tidak mendapatkan randomisasi karena suhu tubuh nya mencapai >38,5º
C atau tabung timpanostomi tidak ada ditempatnya lagi
C – 230 Mendapatkan randomisasi
D – 76 anak mendapatkan tetes kuping antibiotik-glukokortikoid
E – 77 anak mendapatkan antibiotik oral
F – 77 anak mendapatkan observasi awal
G – 71 anak semuanya patuh terhadap strategi yang ditentukan
3 anak berhenti dini dalam mendapatkan pengobatan
1 mendapatkan antibiotik oral tambahan
1 menghentikan pengobatan dan menggunakan antibiotik oral
H – 68 anak semuanya patuh terhadap strategi yang ditentukan
3 anak menghentikan pengobatan
5 anak mendapatkan tetes kuping antibiotik-glukokortikoid atau antibiotik tambahan
1 anak berhenti mendapatkan pengobatan dan menggunakan tetes kuping antibiotik-
glukokortikoid atau antibiotik tambahan
I – 61 anak semuanya patuh terhadap strategi yang ditentukan
6 anak mendapatkan antibiotik oral
7 anak mendapatkan tetes kuping antibiotik-glukokortikoid atau antibiotik
2 anak mendapatkan antibiotik oral dan tetes kuping antibiotik-glukokortikoid atau
antibiotik
1 anak tidak mendapatkan tindakan lanjut
J – Kelengkapan data
76 anak dinilai dengan sarana otoskopi pada 2 minggu
74 mengembalikan diari parental setelah 6 bulan
90% dari total jumlah seluruh hari mengalami status otorea yang dinyatakan pada
diari parental yang tersedia
K – Kelengkapan data
77 anak dinilai dengan sarana otoskopi pada 2 minggu
74 mengembalikan diari parental setelah 6 bulan
95% dari total jumlah seluruh hari mengalami status otorea yang dinyatakan pada
diari parental yang tersedia
L – Kelengkapan data
75 anak dinilai dengan sarana otoskopi pada 2 minggu
73 mengembalikan diari parental setelah 6 bulan
95% dari total jumlah seluruh hari mengalami status otorea yang dinyatakan pada
diari parental yang tersedia
M – 76 anak dimasukan/ disertakan kedalam analisis primer
N – 77 anak dimasukan/ disertakan kedalam analisis primer
O – 75 anak dimasukan/ disertakan kedalam analisis primer
ANALISIS PRIMER
Pada 2 minggu, 5% dari seluruh anak yang ditangani dengan tetes kuping memiliki
otorea, dibandingkan dengan 44% dari seluruh anak yang mendapatkan antibiotik
oral memiliki otorea (perbedaan resiko, titik persentase -39; 95% CI, -51 sampai -26:
jumlah yang perlu ditangani, 3) dan 55% dari mereka yang mendapatkan observasi
awal (perbedaan resiko, -49 titik persentase; 95% CI, -62 sampai -37; jumlah yang
perlu ditangani, 2) (Tabel 2).
ANALISIS SEKUNDER
Pada 2 minggu, anak-anak yang ditangani dengan antibiotik oral tampaknya tidak
terlalu mendapatkan otorea dibandingkan dengan mereka yang diberikan observasi
awal, namun perbedaan ini tidaklah signifikan (perbedaan resiko, -11 titik persentasi;
95% CI, -27 sampai 5). Resiko yang berhubungan dengan penyesuaian untuk
perbedaan awal yang kecil tidaklah berbeda secara substansial dari resiko relatif
kasar, yang dimana secara konsisten mengunggulkan tetes kuping antibiotik-
glukokortikoid (Tabel 2).
Tabel 1. Karakteristik Awal Anak dengan Otorea Tabung-Timpanostomi Akut,
Mengacu pada Strategi Penanganan Yang Diberikan/ Ditentukan.<>
<> Nilai plus-minus adalah means ±SD/ Standar Deviasi. Tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara kelompok penanganan pada kondisi awal, kecuali untuk durasi
otorea sebelum mendapatkan penanganan/ dilakukannya penelitian (P=0,04 oleh uji
Kruskal-Wallis) dan keberadaan Stahylococcus aureus pada kultur (P=0,005 oleh uji
chi-square). Data hilang pada durasi otorea sebelum dilakukannya penelitian untuk
satu anak (1%) pada kelompok studi yang mendapatkan antibiotik oral dan pada
jumlah episode otorea tabung-timpanostomi sebelumnya untuk tiga anak: satu anak
(1%) yang mendapatkan antibiotik oral dan dua anak (3%) yang mendapatkan tetes
kuping antibiotik-glukokortikoid; kami menghitung karakteristik-karakteristik
dengan median tak bersyarat. Data yang lengkap tentang karakteristik-karakteristik
awal dijelaskan pada Tabel S1 pada Lampiran/ Apendiks Tambahan.
\\ Jumlah pemasukan tabung-timpanostomi yang mencakup pemasukan tabung
timpanostomi saat ini.
{} Jumlah episode otorea tabung-timpanostomi sebelumnya yang terbatas pada
jumlah episode dengan tabung timpanostomi saat ini.
[] Multi-bakteri yang dapat muncul pada satu sampel, sehingga persentase nya tidak
bertambah menjadi 100
Durasi median akan episode awal otorea adalah 4 hari untuk anak yang diobati
dengan tetes telinga versus 5 hari pada anak yang ditangani dengan antibiotik oral
(P<0,001) dan 12 hari untuk anak-anak yang mendapatkan observasi awal (P<0,001)
(Tabel 2 dan Gambar. 2). Median jumlah hari total dengan otorea selama 6 bulan
tindak dan pemeriksaan lanjut adalah 5 hari untuk anak yang mendapatkan tetes
telinga versus 13,5 hari pada anak yang mendapatkan antibiotik oral (P<0,001) dan
18 hari pada anak yang mendapatkan observasi awal (P<0,001). Median jumlah
episode kambuhan otorea selama 6 bulan pemeriksaan lanjutan adalah 0 episode
untuk anak yang ditangani dengan tetes telinga antibiotik versus 1 pada anak yang
ditangani dengan antibiotik oral (P=0,03) dan 1 pada anak yang diberikan observasi
awal (P=0,26).
Tabel 2. Hasil <>
<> Perbedaan antar kelompok dalam hal median diuji dengan penggunaan test log-
rank atau uji U Mann-Whitney. Tidak ada pembulatan yang digunakan di dalam
penghitungan perbedaan.
{} Resiko relatif disesuaikan untuk durasi otorea sebelum disertakan didalam
penelitian, indikasi untuk pemasukan tabung-timpanostomi, dan keberadaan S.
aureus dan P. aeruginosa di dalam sampel otorea.
[] Durasi episode otorea awal didefinisikan sebagai interval dari hari penugasan
kelompok penelitian sampai hari pertama otorea yang kemudian diikuti dengan 7 hari
atau lebih dimana tidak muncul kondisi otorea. Median dikalkulasi dengan sarana
analisis Kaplan-Meier.
() Kekambuhan otorea selama 6 bulan masa pemeriksaan lanjutan didefinisikan
sebagai episode otorea yang berlangsung 1 hari atau lebih setelah periode tidak
munculnya otorea selama 7 hari atau lebih
Gambar 2. Kurva Kaplan-Meier untuk Durasi Otorea setelah Randomisasi seperti
yang Dilaporkan oleh Ortu Anak di dalam Diari.
Anak-anak diperiksa akan keberadaan otorea atau ketidakmunculan otorea dengan
mengacu pada definisi durasi episode pertama (yaitu; interval dari penugasan
kelompok-penelitian sampai hari pertama otorea yang kemudiaan diikuti oleh 7 hari
atau lebih dimana otorea tidak muncul). Pensensoran data dilakukan pada hari ke
enam untuk kelompok anak dengan otorea yang menerima tetes kuping antibiotik-
glukokortikoid.
Pada kondisi awal, skor kualitas hidup baik yang berkaitan dengan kesehatan
penyakit spesifik atau umum mengindikasikan kualitas hidup yang baik dan hal ini
kondisinya sama di seluruh kelompok. Pada dua minggu tindakan dan pemeriksaan
lanjutan, perubahan pada skor kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan umum
tidak berbeda secara signifikan di seluruh kelompok penelitian. Perubahan pada skor
kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan penyakit spesifik pada dua minggu
adalah kecil namun secara konsisten menunjukan bahwa penggunaan tetes kuping
adalah lebih baik dibandingkan dengan kedua jenis penanganan lainnya (Tabel S2
dan S3 di dalam Apendiks/ Lampiran Tambahan).
KOMPLIKASI DAN EFEK SAMPING
Tidak ada komplikasi otitis media, yang mencakup selulits lokal, perikondritis,
mastoiditis, dan komplikasi intrakranium yang muncul selama 2 minggu
pemeriksaan lanjutan (Tabel 3). Total 16 anak (21%) yang mendapatkan tetes kuping
mengalami rasa sakit atau ketidaknyamanan ketika diberikan obat tetes kuping, dan 2
anak (3%) mengalami gatal-gatal lokal di daerah kuping. Gejala gastrointestinal
(lambung-usus) muncul pada 18 anak (23%) yang menerima antibiotik oral, dan 3
anak (4%) juga mengalami gatal-gatal. Selama 6 bulan pemeriksaan lanjutan, anak-
anak yang mendapatkan tetes telinga – jumlah dari mereka yang mengalami episode
otorea yang berlangsung selama 4 minggu adalah lebih sedikit jika dibandingkan
dengan mereka yang mendapatkan antibiotik oral ataupun mereka yang mendapatkan
observasi awal (Tabel 3).
Tabel 3. Efek Samping Serius dan Efek Samping Yang Terkait dengan Penanganan/
Pengobatan <>
<> Efek samping dan efek samping serius dalam 2 minggu setelah penugasan
kelompok-studi/ penelitian dilaporkan oleh orang tua anak di dalam diari, yang
dimana data yang berkaitan dengan strategi pengobatan dan komplikasi otitis media
dikumpulkan. Gejala-gejala yang berkaitan dengan telinga yang muncul dalam 6
bulan setelah penugasan kelompok-studi diambil dari diari parental . Tidak ada
penggenapan yang digunakan di dalam penghitungan perbedaan.
{} Efek samping serius mencakup komplikasi otitis media, seperti contohnya
selulitis lokal, perikondritis, mastoiditis, dan komplikasi intrakranium.
top related