MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL … · komposit karena tulangan bajanya tidak secara struktur memikul beban. Lain halnya dengan ... Gambar 2.5 Penampang Melintang
Post on 02-Mar-2019
241 Views
Preview:
Transcript
MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON
Nama Mahasiswa : Raka Steven Christian Junior NRP : 3107100015 Jurusan : Teknik Sipil FTSP-ITS Dosen Pembimbing : Ir. Isdarmanu, M.Sc Ir. R. Soewardojo, M.Sc
ABSTRAK
Surabaya merupakan kota metropolitan dan kota terbesar kedua di Indonesia, dimana
pergerakan roda ekonomi yang semakin lama semakin berkembang dan meningkat dengan pesat. Kebutuhan suatu sarana pendukung juga sangat di perlukan mengingat perkembangan kota Surabaya yang semakin meningkat. Salah satunya adalah kebutuhan akan sarana kesehatan yaitu gedung rumah sakit.
Sebagai bahan studi perencanaan, akan dilakukan modifikasi terhadap struktur Gedung Rumah Sakit Royal Surabaya. Awalnya, gedung ini didesain menggunakan struktur beton bertulang yang terdiri dari 4 lantai, panjang bangunan 74.325m, lebar 53.575m, dan tinggi 16.8m. Dan selanjutnya akan di modifikasi menjadi 10 lantai (tinggi bangunan direncanakan 45 m, dengan asumsi tiap lantai memiliki tinggi 4.5 m) dengan menggunakan struktur komposit baja-beton.
Struktur komposit merupakan perpaduan antara beton dan baja profil. Jika ditinjau dari segi kualitas dan efisiensi waktu pekerjaan bangunan dengan struktur baja komposit lebih menguntungkan. Dengan menggunakan konstruksi komposit dalam desain suatu komponen struktur ternyata dapat diperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut : dapat mereduksi berat profil baja yang dipakai, tinggi profil baja yang dipakai dapat dikurangi, meningkatkan kekakuan lantai, dapat menambah panjang bentang layan. Pada akhirnya dari penyusunan tugas akhir ini penulis mengharapkan dapat merencanakan suatu struktur komposit yang efisien tanpa mengabaikan faktor keselamatan dan fungsi bangunan tersebut. Kata kunci : Rumah Sakit Royal Surabaya, Komposit Baja-Beton.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Surabaya merupakan kota metropolitan dan kota terbesar kedua di Indonesia, dimana pergerakan roda ekonomi yang semakin lama semakin berkembang dan meningkat dengan pesat. Kebutuhan suatu sarana pendukung juga sangat di perlukan mengingat perkembangan kota Surabaya yang semakin meningkat. Salah satunya adalah kebutuhan akan sarana kesehatan yaitu gedung rumah sakit.
Sebagai bahan studi perencanaan, akan dilakukan modifikasi terhadap struktur Gedung Rumah Sakit Royal Surabaya. Awalnya, gedung ini didesain menggunakan struktur beton bertulang yang terdiri dari 3 lantai+Basement, panjang bangunan 74.325m, lebar 53.575m, dan tinggi 16.8m. Dan selanjutnya akan di modifikasi menjadi 10 lantai (tinggi bangunan direncanakan 45 m, dan tinggi tiap lantai 4.5 m) tanpa menggunakan Basement dengan menggunakan struktur komposit baja-beton.
Tujuan dari diadakannya modifikasi ini adalah untuk membuka ruang kota agar dapat dibuat fasilitas umum seperti taman kota, dll. Selain itu, modifikasi ini juga dilakukan karena struktur komposit baja-beton lebih ekonomis jika dibandingkan dengan struktur beton bertulang biasa.
Struktur komposit merupakan struktur yang terdiri dari dua atau lebih bahan yang berbeda secara fisik maupun sifatnya, dan tetap terpisah dalam hasil akhir bahan tersebut. Dalam ilmu Teknik Sipil, struktur komposit merupakan struktur yang terdiri dari dua bahan atau lebih yang berbeda secara sifat dan fisik (misalnya baja dengan beton) yang “bekerja sama” untuk memikul beban luar.
Struktur yang memanfaatkan aksi komposit baja-beton saat ini dilakukan hampir di semua struktur bangunan dimana baja dan beton saling melekat seperti gedung atau jembatan. Struktur komposit dapat menahan beban lebih besar sekitar 33% sampai 50% atau lebih dari beban yang dapat ditahan oleh balok baja profil bila bekerja sendiri sebagai non-komposit. (Khatulistiani, 2003)
Meskipun beton bertulang dan beton prategang juga termasuk dalam material komposit, tetapi keduanya tidak secara tegas dimasukkan dalam kelompok konstruksi komposit karena tulangan bajanya tidak secara
struktur memikul beban. Lain halnya dengan konstruksi komposit balok-baja-pelat-beton komposit dimana balok dapat memikul berat sendiri.
Struktur komposit semakin banyak di pakai dalam rekayasa struktur. Dari beberapa penelitian, struktur komposit mampu memberikan kinerja struktur yang baik dan lebih efektif dalam meningkatkan kapasitas pembebanan, kekakuan, dan keunggulan ekonomis.
Peraturan yang digunakan pada perencanaan ini menggunakan peraturan yang terbaru yaitu SNI-03-2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Beton Untuk Bangunan Gedung, SNI-03-1726-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1729-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Baja, dan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983. 1.2 Perumusan Masalah
Dalam memodifikasi perencanaan Gedung Rumah Sakit Royal Surabaya dengan menggunakan struktur komposit baja beton, ditinjau beberapa masalah antara lain : 1. Bagaimana merencanakan struktur
sekunder yang meliputi pelat lantai, balok anak, tangga dan lift ?
2. Bagaimana mengasumsikan pembebanan setelah adanya modifikasi ?
3. Bagaimana pemodelan dan menganalisa struktur dengan menggunakan program bantu ETABS v 9.7.1 ?
4. Bagaimana merencanakan struktur utama yang meliputi balok dan kolom ?
5. Bagaimana merencanakan sambungan yang sesuai ?
6. Bagaimana merencanakan pondasi yang sesuai dengan besarnya beban yang dipikul ?
7. Bagaimana menuangkan hasil perencanaan dalam bentuk gambar teknik ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari modifikasi perencanaan Gedung Rumah Sakit Royal Surabaya dengan menggunakan struktur komposit baja beton yaitu : 1. Merencanakan struktur sekunder yang
meliputi pelat lantai, balok anak, tangga dan lift.
2. Mengasumsikan pembebanan setelah adanya modifikasi.
3. Memodelkan dan menganalisa struktur dengan menggunakan program bantu ETABS v 9.7.1.
4. Merencanakan struktur utama yang meliputi balok dan kolom.
5. Merencanakan sambungan yang sesuai. 6. Merencanakan pondasi yang sesuai dengan
besarnya beban yang dipikul. 7. Menuangkan hasil perencanaan dalam
bentuk gambar teknik. 1.4 Batasan Masalah
Ruang lingkup permasalahan dan pembahasan pada tugas akhir ini dibatasi oleh beberapa hal antara lain : 1. Perencanaan struktur utama meliputi balok
induk dan kolom, sedangkan struktur sekunder meliputi pelat lantai, balok anak, tangga dan lift.
2. Perhitungan struktur pondasi untuk beban terbesar pada kolom di tepi dan tengah gedung.
3. Perencanaan tidak meliputi instalasi mekanikal, elektrikal dan saluran air.
4. Tidak meninjau dari segi metode pelaksanaan, analisa biaya, arsitektural, dan manajemen konstruksi.
5. Program bantú yang digunakan adalah Etabs V 9.6.0 dan Autocad.
1.5 Manfaat Manfaat yang bisa didapatkan dari
modifikasi perencanaan ini adalah : 1. Dapat merencanakan struktur komposit
yang memenuhi persyaratan keamanan struktur.
2. Dari perencanaan ini bisa diketahui hal-hal yang harus diperhatikan pada saat perencanaan sehingga kegagalan struktur bisa diminimalisasi.
3. Dari segi ekonomis, struktur komposit baja-beton dapat dijadikan alternatif mengingat struktur komposit baja-beton lebih ekonomis bila dibandingkan dengan struktur beton bertulang biasa atau struktur baja biasa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah dan Perkembangan Komposit
Banyak sistem beton betulang di Eropa pada tahun 1880-an mengunakan balok besi gulungan sebagai pengganti tulangan biasa. Dua sistem utama pada abad ke-20, System
Hennebique (Belgia-Prancis) dan Sistem Modifikasi Monier (Jerman) menggunakan berbagai variasi dari pelat lantai yang di kompositkan dengan kolom baja atau balok baja. Pada tahun 1892, Francois Hennebique mematenkan sistem yang kelak dikenal sebagai sistem komposit baja-beton. Seorang insinyur Austria, Joseph Melan, mengembangkan sistem komposit lengkung baru untuk jembatan. Sistem ini dipatenkan pada tahun 1892. Keuntungan dari sistem ini adalah lebih ekonomis bila di bandingkan dengan pelengkung dari beton bertulang biasa. Di Jepang, struktur komposit lebih populer bila dibandingkan dengan beton bertulang pada awalnya. Sebagai contoh adalah gedung Marunouchi (gedung perkantoran terbesar di Tokyo pada tahun 1920-an) yang di desain oleh George Fuller Company. Gedung ini menggunakan struktur komposit pada bagian Basement nya, dan baja pada tingkat – tingkat di atasnya. (Sassa, 2007).
Struktur komposit selalu ada dalam sejarah konstruksi. Struktur komposit didesain dan dikembangkan oleh insinyur – insinyur bidang spesialis gedung dan jembatan antara tahun 1910 sampai 1938. Struktur komposit, sebuah sistem “konservatif” yang dibandingkan dengan beton biasa dan beton pratekan, telah di inovasikan di Jepang pada saat negeri itu sedang berkembang. (Sassa, 2007). Metode untuk desain struktur komposit berkembang terus sesuai perkembangan analisa terhadap perencanaan struktur. Pada awalnya, perencanaan komposit menggunakan metode Allowable Stress Design (ASD). Kemudian pada tahun 1986, di Amerika, perencanaan komposit berkembang dengan menggunakan metode LRFD (Load Resistance Factor Design) (Khatulistiani, 2003).
Struktur komposit antara beton dan balok baja merupakan struktur yang memanfaatkan kelebihan dari beton dan baja yang bekerja bersama-sama sebagai satu kesatuan. Kelebihan tersebut adalah beton kuat terhadap tekan dan baja kuat terhadap tarik. Balok baja yang menumpu konstruksi pelat beton yang di cor ditempat, sebelumnya didesain berdasarkan asumsi bahwa pelat beton dan baja dalam menahan beban bekerja secara terpisah. Pengaruh komposit dari pelat beton dan baja yang bekerja bersama – sama tidak diperhitungkan. Pengabaian ini berdasarkan asumsi bahwa ikatan antara pelat beton dengan bagian atas balok baja tidak
dapat diandalkan. Namun dengan kemajuan penggunaan las, pengunaan penyambung geser mekanis menjadi praktis untuk menahan gaya geser horizontal. (Widiarsa & Deskarta,2007) 2.3 Aksi Komposit
Aksi komposit timbul bila dua batang struktural pemikul beban seperti konstruksi lantai beton dan balok baja penyangga disambung secara integral dan melendut secara satu kesatuan. Besarnya aksi komposit yang timbul bergantung pada penataan yang dibuat untuk menjamin regangan linear tunggal dari atas plat beton sampai muka bawah penampang baja (Salmon & Johnson, 1991).
Gambar 2.1 Perbandingan Antara Balok yang Melendut dengan Aksi Komposit dan Tanpa
Aksi Komposit (Salmon & Johnson, 1991)
2.4 Lendutan
Komponen struktur komposit memiliki momen inersia yang lebih besar daripada komponen struktur non komposit, akibatnya lendutan pada komponen struktur komposit akan lebih kecil. Momen inersia dari komponen struktur komposit hanya dapat tercapai setelah beton mengeras, sehingga lendutan yang diakibatkan oleh beban-beban yang bekerja sebelum beton mengeras, dihitung berdasarkan momen inersia dari profil baja saja. 2.5 Balok Komposit
Balok adalah salah satu diantara elemen-elemen struktur yang paling banyak dijumpai pada setiap struktur. Balok adalah elemen struktur yang memikul beban yang bekerja tegak lurus dengan sumbu longitudinalnya. Hal ini akan menyebabkan balok melentur. Balok komposit dapat dibentuk dari profil baja yang diberi penghubung geser (shear connector) pada sayap atas profil baja atau dapat pula dari profil baja yang dibungkus dengan beton.
2.6 Kolom Komposit Kolom komposit dapat dibentuk dari pipa baja yang diisi dengan beton polos atau dapat pula dari profil baja hasil gilas panas yang dibungkus dengan beton dan diberi tulangan baja serta sengkang, seperti halnya pada kolom beton biasa. 2.7 Dek Baja Gelombang
Perkembangan struktur komposit dimulai dengan digunakannya dek baja gelombang, yang selain berfungsi sebagai bekisting saat pelat beton dicetak, juga berfungsi sebagai tulangan positif bagi pelat beton. Penggunaan dek baja juga dapat dipertimbangkan sebagai dukungan dalam arah lateral dari balok sebelum beton mulai mengeras. Persyaratan dek baja gelombang dan penghubung gesernya untuk digunakan dalam komponen struktur komposit diatur dalam SNI 03-1729-2002 pasal 12.4.5.1.
Gambar 2.5 Penampang Melintang Dek Baja
Gelombang (SNI 03-1729-2002) 2.8 Penghubung Geser
Gaya geser yang terjadi antara pelat beton dan profil baja harus dipikul oleh sejumlah penghubung geser, sehingga tidak terjadi slip pada saat masa layan. Besarnya gaya geser horizontal yang harus dipikul oleh penghubung geser diatur dalam SNI 03-1729-2002 pasal 12.6.2
BAB III METODOLOGI
3.1 Umum
Metodologi ini akan menguraikan dan menjelaskan urutan pelaksanaan penyelesaian tugas akhir. Mulai dari pengumpulan data, literatur, preliminary design, analisa elemen (primer dan sekunder), analisa beban (gravitasi, angin, gempa), dan pedoman perencanaan, sampai dengan kesimpulan akhir dari analisa struktur ini yaitu untuk mendapatkan perencanaan gedung.
Mulai
Pengumpulan Data
Studi Literatur
Pembebanan Elemen Struktur Sekunder
Preliminary Desain
Analisa Struktur Sekunder
Kontrol Desain
Penggambaran Hasil Perencanaan
Selesai
Perencanaan Pondasi
Ok
Not Ok
Pembebanan Elemen Struktur Primer
Analisa Struktur Primer
Kontrol Desain
Ok
Not Ok
3.2 Bagan Alir Penyelesaian Tugas Akhir Gambar 3.1 Diagram Alir Penyelesaian Tugas
Akhir
BAB IV PERENCANAAN STRUKTUR
SEKUNDER 4.1 Perencanaan Pelat Lantai 4.1.1 Perencanaan pelat lantai atap
Tulangan negatifØ 10 - 250
Pelat Bondex
Balok
110m
m 30
80 53
Gambar 4.2 Potongan Pelat Lantai Atap
4.1.2 Perencanaan pelat lantai 1 – 9
Tulangan negatifØ 10 - 150
Pelat Bondex
Balok
110m
m 20
90 53
Gambar 4.3 Potongan Pelat Lantai 1 – 9
4.2 Perencanaan Tangga 4.2.1 Data – data perencanaan tangga Mutu baja (BJ 41) : fy = 2500 kg/cm2 Mutu beton (fc’) : fc’ = 30 Mpa Ketingian antar lantai : 450 cm Tinggi bordes : 225 cm Tinggi injakan (t) : 17.3 cm Lebar inkajan (i) : 30 cm
Jumlah injakan (Σt) : = 13.005 ≈ 13 buah Lebar bordes : 135 cm Panjang bordes : 300 cm Lebar tangga : 120 cm
Gambar 4.4 Denah Tangga
Gambar 4.5 Potongan C-C
4.3 Perencanaan Balok Lift (BF) 4.3.1 Data Perencanaan
Perencanaan balok lift meliputi balok penumpu,balok penggantung lift dan balok pemisah lift. Untuk lift pada bangunan ini menggunakan Hospital Bed Elevators yang diproduksi oleh Hyundai Co.Ltd. Data – data lift yang digunakan adalah sebagai berikut (untuk 1 car): Tipe lift : General Type (2S, 2SD) Merk : Hyundai
Kecepatan : 90 m/min Kapasitas : 10 orang (700 kg) Lebar pintu (opening width) : 800 mm Dimensi sangkar (car size) : - internal : 1500 x 2500 mm2 - eksternal : 1560 x 2692 mm2 Dimensi ruang luncur : 2300 x 3050 mm2 Beban reaksi ruang mesin: - R1 = 6800 kg - R2 = 4100 kg 4.3.2 Perencanaan balok penggantung lift (BF1)
Balok penggantung lift direncanakan menggunakan profil WF 350x175x7x11 4.3.3 Perencanaan balok penumpu lift (BF2)
Balok penumpu lift direncanakan menggunakan profil WF 350x250x9x14 4.3.4 Perencanaan balok pemisah lift (BF3)
Balok pemisah lift direncanakan menggunakan profil WF 300x150x5.5x8 4.4 Perencanaan Balok Anak Lantai (BL) 4.4.1 Perencanaan balok anak lantai BL1
Gambar 4.15 Denah Balok Anak Lantai BL1
Balok anak lantai BL1 direncanakan menggunakan profil WF 400x200x7x11 4.4.2 Perencanaan balok anak lantai BL2
Gambar 4.20 Denah Balok Anak Lantai BL2
Balok anak lantai BL2 direncanakan menggunakan profil WF 400x200x7x11 4.4.3 Perencanaan balok anak lantai BL3
Gambar 4.25 Denah Balok Anak Lantai BL3
Balok anak lantai BL3 direncanakan menggunakan profil WF 350x250x9x14 4.5 Perencanaan Balok Anak Atap (BA) 4.5.1 Perencanaan balok anak atap BA1
Balok anak atap BA1 direncanakan menggunakan profil WF 400x200x7x12 4.5.2 Perencanaan balok anak atap BA2
Balok anak lantai BA2 direncanakan menggunakan profil WF 500x200x9x14
BAB V PERENCANAAN STRUKTUR PRIMER
5.1 Data Gedung
Data – data dari Gedung Rumah Sakit Royal Surabaya yang dibutuhkan dalam pembebanan adalah sebagai berikut: • Mutu baja : BJ 41 • Mutu beton (fc’) : 30 MPa • Lebar gedung : 23 m • Panjang gedung : 48 m • Tinggi total gedung : 45 m • Tinggi antar lantai : 4.5 m 5.2 Pembebanan dan Analisa Struktur
Gambar 5.1 Pemodelan 3D Struktur Gedung
Dengan ETABS v.9.7.1
Ringkasan mengenai berat bangunan secara lengkap disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 5.1 Massa Tiap Lantai Bangunan Lantai Tinggi
Hx (m) Berat (kg)
Massa (kN)
Inersia (kN.m4)
10 45 425485 4254.85 1004499.07 9 40.5 1180600 11806 2787200.24 8 36 1180600 11806 2787200.24 7 31.5 1180600 11806 2787200.24 6 27 1180600 11806 2787200.24 5 22.5 1222236 12222.36 2885494.48 4 18 1196073 11960.73 2823728.95 3 13.5 1196073 11960.73 2823728.95 2 9 1196073 11960.73 2823728.95 1 4.5 1453892 14538.92 3432396.87
∑ 11412232 114122 26942378 Pada SNI 03-1726-2002 dinyatakan
bahwa harus ada peninjauan eksentrisitas (ed) antara pusat massa dan pusat rotasi lantai. Rumus yang digunakan adalah: - untuk 0 < e < 0.3b
ed = 1.5e + 0.05b atau ed = e – 0.05b - untuk e > 0.3b
ed = 1.33e + 0.1b atau ed = 1.17e – 0.1b dipilih yang pengaruhnya paling menentukan untuk struktur gedung. Dimana: e : selisih antara pusat massa dan pusat
kekakuan pada lantai yang ditinjau. b : ukuran horizontal terbesar denah struktur
pada lantai gedung yang ditinjau, diukur tegak lurus arah pembebanan gempa.
Kontrol waktu getar alami fundamental (T) Nilai T didapat dari hasil Etabs v9.7.1
yang ditampilkan dalam tabel berikut:
Tabel 5.4 Nilai Waktu Getar Alami Mode Period Ux Uy
1 1.4173 76.065 0.007 2 1.3656 0.009 75.014 3 1.1411 0.058 0.181 4 0.4477 10.304 0.001 5 0.4299 0.002 11.202 6 0.3657 0.015 0.032 7 0.2451 4.669 0.000 8 0.2335 0.001 4.762 9 0.2027 0.015 0.018 10 0.1580 3.038 0.000
Untuk mencegah penggunaan struktur
gedung yang terlalu fleksibel, nilai waktu getar alami fundamental (T) dari struktur gedung harus dibatasi. Dengan nilai ζ dari Tabel 8 SNI 03-1726-2002 dan n adalah jumlah lantai dari gedung yang akan ditinjau, maka control waktu getar alami fundamental (T) menjadi:
T < ζ.n Untuk WG 3 maka nilai ζ = 0.18 dan nilai n = 10, sehingga:
- Arah-x TX = 1.4173 < (0.18 x 10) = 1.8 detik .......Ok!!
- Arah-y TY = 1.3656 < (0.18 x 10) = 1.8 detik .......Ok!!
Sehingga, berdasarkan waktu getar alami fundamental struktur gedung masih memenuhi batas control waktu getar alami. Kinerja Struktur Gedung Kinerja batas layan (∆s)
Tabel 5.5 Analisa ∆s arah-X
Story hi (m)
∆s (mm)
∆s antar
tingkat (mm)
∆s maks (mm)
Ket.
10 4.5 89.02 2.92 24.55 OK 9 4.5 86.1 4.64 24.55 OK 8 4.5 81.46 7.07 24.55 OK 7 4.5 74.39 9.51 24.55 OK 6 4.5 64.88 10 24.55 OK 5 4.5 54.88 11.95 24.55 OK 4 4.5 42.93 13.17 24.55 OK 3 4.5 29.76 12.44 24.55 OK 2 4.5 17.32 11.71 24.55 OK 1 4.5 5.61 5.61 24.55 OK
Tabel 5.6 Analisa ∆s arah-Y
Story hi (m)
∆s (mm)
∆s antar
tingkat (mm)
∆s maks Ket.
10 4.5 91.06 3.65 24.55 OK 9 4.5 87.41 5.98 24.55 OK 8 4.5 81.43 7.28 24.55 OK 7 4.5 74.15 9.89 24.55 OK 6 4.5 64.26 10.93 24.55 OK 5 4.5 53.33 11.96 24.55 OK 4 4.5 41.37 12.49 24.55 OK 3 4.5 28.88 12.75 24.55 OK 2 4.5 16.13 11.19 24.55 OK 1 4.5 4.94 4.94 24.55 OK
Kinerja batas ultimate (∆m) Tabel 5.7 Analisa ∆m arah-X
Story hi (m)
∆s antar
tingkat (mm)
∆m antar
tingkat (mm)
∆m maks (mm)
Ket.
10 4.5 2.92 6.42 90 OK 9 4.5 4.64 10.21 90 OK 8 4.5 7.07 15.55 90 OK 7 4.5 9.51 20.92 90 OK 6 4.5 10 22 90 OK 5 4.5 11.95 26.29 90 OK 4 4.5 13.17 28.97 90 OK 3 4.5 12.44 27.37 90 OK 2 4.5 11.71 25.76 90 OK 1 4.5 5.61 12.34 90 OK
Tabel 5.8 Analisa ∆m arah-Y
Story hi (m)
∆s antar
tingkat (mm)
∆m antar
tingkat (mm)
∆m maks (mm)
Ket.
10 4.5 3.65 7.89 90 OK 9 4.5 5.98 12.93 90 OK 8 4.5 7.28 15.75 90 OK 7 4.5 9.89 21.39 90 OK 6 4.5 10.93 23.64 90 OK 5 4.5 11.96 25.87 90 OK 4 4.5 12.49 27.01 90 OK 3 4.5 12.75 27.58 90 OK 2 4.5 11.19 24.20 90 OK 1 4.5 4.94 10.68 90 OK
5.3 Perencanaan Balok Induk (BI) 5.3.1 Perencanaan balok induk melintang
Balok induk direncanakan menggunakan profil WF 600 x 200 x 13 x 23. Kondisi sebelum komposit
Pada kondisi sebelum komposit, berdasarkan hasil ETABS v9.7.1 diperoleh gaya – gaya dalam maksimum sebagai berikut: • Mmax = 27513.98 kg.m (ditinjau
B26, Story 3) • Vmax = 27084.28 kg (ditinjau B32,
Story 3) a. Kontrol kuat geser
=twh
=13522
40.15⇒ twh
<
fy1100
⇒
plastis
=fy
1100=
2501100
69.57
Vn = 0.6 x fy x Aw ⇒Aw = d x tw = 61.2x1.3= 79.56 cm2 = 0.6 x 2500 x 79.56
= 119340 kg Syarat: ΦVn ≥ Vu (Φ = 0.9) 0.9 x 119340 ≥ 39732.32 107406 ≥ 39732.32 .......Ok!!
b. Kontrol Kuat Momen Lentur - Tekuk Lokal (local buckling)
Sayap:
=tf
bf.2
=232
202x
4.4
75.10250
170==pλ
⇒ ptf
bf λ≤.2
Penampang Kompak !
- Tekuk Lateral (lateral buckling)
Jarak penahan lateral = 300 cm Dari tabel profil untuk WF 600x200x13x23 dengan BJ 41, diperoleh: Lp = 214.553 cm Lr = 545.796 cm Dengan demikian: Lp < Lb < Lr .....Bentang Menengah!
( ) ( )( ) Mp
LpLrLbLrMrMpMrCbMn ≤
−−
−+=
Mr = Sx.(fy – fr) = (3380) (2500 – 700) = 6084000 kg.cm = 60840 kg.m Mp = Zx.fy = (3778)(2500) = 9445000 kg.cm = 94450 kg.m Dari output ETABS v9.7.1 diperoleh : Ma = 18343.66 kg.m Mb = 5502.19 kg.m Mc = 18337.6 kg.m
3.2343max5.2
max5.12≤
+++=
McMbMaMMCb
Badan:
15.4013522
==twh
25.106250
1680==pλ
⇒ ptwh λ≤
3.2)6.18337(3)19.5502(4)66.18343(3)98.27513(5.2
)98.27513(5.12≤
+++=
3.2712.1 ≤=
( ) ( )( ) Mp
LpLrLbLrMrMpMrCbMn ≤
−−
−+=
( ) ( )( ) MpMn ≤
−−
−+=796.214796.545
300796.545608409445060840712.1
MpMn ≥= 2.149894 .....Pakai Mn = Mp = 94450 kg.m
Syarat : ΦMn ≥ Mu (Φ = 0.9)
0.9 x 94450 ≥ 27513.98 85005 ≥ 27513.98.......Ok!! c. Kontrol Lendutan
Lendutan ijin:
===360
3360
' Lf 0.008333 m = 0.8333
cm Dari hasil perhitungan dengan Etabs V 9.7.1 diperoleh lendutannya sebesar: ymaks = 0.00129 cm Syarat: ymax < 'f
0.00129 < 0.8333 .......Ok!! Kondisi Setelah Komposit
Pada kondisi setelah komposit, berdasarkan hasil ETABS v9.7.1 diperoleh gaya – gaya dalam maksimum sebagai berikut: • M max (+) = 41899.85 kgm (ditinjau
B44, story 3) • M max (-) = -60448.6 kgm (ditinjau B40,
story 3) • V max = 45169.62 kg (ditinjau B41,
story 3) Zona Momen Positif a. Kontrol kuat geser
Kuat geser balok tergantung pada perbandingan antara tinggi bersih pelat badan (h) dengan tebal pelat badan (tw).
=twh
=13522
40.15
fyEkn1.1
dimana kn = 5 untuk balok tanpa pengaku vertikal pelat badan, sehingga:
=2500200000051.1 x
69.57
twh
<
fy1100
⇒ plastis
Vn = 0.6 x fy x Aw ⇒Aw = d x tw = 61.2x1.3= 79.56 cm2 = 0.6 x 2500 x 79.56 = 119340 kg Syarat: ΦVn ≥ Vu (Φ = 0.9)
0.9 x 119340 ≥ 45169.62 107406 ≥ 45169.62.......Ok!! b. Lebar Efektif (balok interior)
- beff ≤ L/4 = 175 cm - beff ≤ bo = 700 cm
dipakai beff = 175 cm c. Kontrol kuat momen lentur:
- Tekuk Lokal (local buckling) Badan:
15.4013522
==twh
25.106250
1680==pλ
⇒ ptwh λ≤
Karena profil penampang kompak, maka kekuatan lentur positif dapat dihitung menggunakan distribusi tegangan plastis. - Menghitung momen nominal (Mn)
Mencari tebal pelat rata – rata (tbrata2) akibat bondeks yang dipasang sejajar balok. Alubang bondeks = 8.75 x [0.5(1.2+3.2)(5.3)] = 102.03 cm2 Apelat penuh = 11 x 175 = 1925 cm2 Abeton = 1925 – 102.03 = 1822.98 ≈ 1823 cm2 tbrata2 = Abeton / beff = 1923 / 175 = 10.42 cm Menentukan gaya yang terjadi: C = 0.85 x fc’ x tbrata2 x beff = 0.85 x 300 kg/cm2 x 10.42cm x 175 cm = 464858.6 kg
T = As x fy = 107.7 cm2 x 2500 kg/cm2 = 269250 kg
Karena C > T, maka garis netral terletak di pelat beton
cmxbxfc
Asxfyaeff
03.6)175)(300)(85.0(
)2500)(7.107('85.0
===
a C
T
beff
tb
d
d3
d2 = 0d1
e
Gambar 5.3 Penampang Komposit Balok
Induk Melintang
- Menentukan jarak – jarak dari centroid gaya – gaya yang bekerja d1 = tb – a/2 = 11 – (6.03/2) = 7.98 cm ≈ 8 cm d2 = 0 (Profil baja tidak mengalami tekan) d3 = d/2 = 61.2/2 = 30.6 cm e = d1 + d2 + d3 = 8 + 0 + 30.6 = 38.6 cm
- Menghitung momen positif Mn = T x e = (269250)(38.6) = 10393050 kg.cm = 103930.5 kg.m
Syarat: ΦMn ≥ Mu (Φ = 0.85) 0.85 x 103930.5 ≥ 41899.85 88340.93 ≥ 41899.85.......Ok!!
Momen nominal penampang komposit lebih besar daripada momen akibat beban berfaktor, sehingga penampang mampu menahan beban yang terjadi. d. Kontrol Lendutan
Lendutan ijin:
===360
3360
' Lf 0.008333 m = 0.8333
cm Dari hasil perhitungan dengan Etabs V 9.7.1 diperoleh lendutannya sebesar: ymaks = 0.00124 cm
e. Syarat: ymax < 'f
0.00124 < 0.8333 .......Ok!! e. Perencanaan Penghubung Geser
Untuk penghubung geser yang dipakai adalah tipe stud dengan:
ds = 19 mm Asc = 283.4 mm2 fu = 400 Mpa = 40 kg/mm2
30)2400(041.0'041.0 5.15.1 == fcxWcEc
= 26403.5 MPa
5.26403304.2835.0'5.0 xxxxEcfcxAscxQn ==
= 126106.7 N = 12610.67 kg/stud
Syarat: fuAscQn .≤ 12610.67 < (283.4)(40)
12610.67 > 11335. pakai Qn = 11335.4 kg
Jumlah stud untuk setengah bentang dimana shear connector dipasang 2 buah dalam satu baris:
pasangQnTN 1288.11
)4.11335)(2(269250
2≈===
Jarak seragam (S) dengan stud pada masing – masing lokasi:
cmNLS 25
12300
===
Jarak maksimum (Smax) = 8 x tplat beton
.......LRFD-15.6 = 8 x 11cm = 88 cm Jarak minimum (Smin) = 6 x ds …….LRFD-15.6 = 6 x 1.9 cm = 11.4 cm Jadi, dipasang shear connector setiap jarak 20 cm Zona Momen Negatif Batang tulangan menambah kekuatan tarik nominal pada pelat beton: T = n x Ar x fyr = 8.75 x (0.25 x π x 1.92) x 2900 = 71908.94 kg Gaya tekan nominal maksimum dalam penampang baja: Pyc = As x fy = 107.7 x 2500 = 269250 kg
Tbeff
tb
d
d3
d2d1
cδ
Pyc
fy
2fy
Gambar 5.4 Distribusi Tegangan Negatif
Balok Induk Melintang Karena Pyc > T, maka garis netral terletak pada profil baja, berlaku persamaan: (Pyc – T)/2 = (269250 - 71908.94)/2 = 98670.53 kg Gaya pada sayap: Tf = bf x tf x fy = 20.2 x 2.3 x 2500 = 116150 kg Tf > (Pyc – T)/2 sehingga garis netral jatuh pada flens profil Luas flens tertekan:
==−
=2500
53.986702/)('fy
TPycA 39.47 cm2
===⇒=2.20
47.39'.'bAbA δδ 1.95 cm
Menentukan jarak – jarak dari centroid gaya – gaya yang bekerja: d1 = tb – c = 11 – 2 = 9 cm d2 = δ/2 = 1.95/2 = 0.975 cm d3 = d/2 = 60/2 = 30 cm Perhitungan momen negatif : Mn = T.(d1 + d2) + Pyc.(d3 – d2) = 71908.94 (9 + 0.975) + 269250 (30 – 0.975) = 8532272.93 kg.cm = 85322.73 kg.m
Syarat: ΦMn ≥ Mu (Φ = 0.85) 0.85 x 85322.73 ≥ 60448.6
72524.32 ≥ 60448.6 .......Ok!! 5.3.2 Perencanaan balok induk memanjang
Balok induk direncanakan menggunakan profil WF 600 x 200 x 13 x 23.
5.4 Perencanaan Kolom Komposit 5.4.1 Perencanaan Kolom Komposit Lantai
1 -5 Dari hasil perhitungan dengan bantuan
etabs v.9.7.1 diperoleh gaya – gaya dalam maksimum pada C18 story 1 : Pu = 134892.1 kg Mux = 71153.51 kg.m Muy = 75413.51 kg.m Kolom komposit direncanakan menggunakan profil K588x300x12x20 Bahan : BJ 41 : fy = 2500 kg/cm2
fu = 4100 kg/cm2
Beton : fc’ = 30 Mpa = 300 kg/cm2 4D22
Ø12-250
Gambar 5.7 Penampang Kolom Komposit
Zx = 2x(300x20x284) + 2x(274x12x137) +
4x(274x6x3) + 4x(150x20x75) = 5228640 mm3
= 5228.64 cm3 Zy = 2x(300x20x290) + 2x(274x12x143) +
4x(268x6x3) + 4x(150x20x75) = 5339664 mm3
= 5339.66 cm3 Selubung beton : 750 x 750 mm2
Ac = 750 x 750 = 562500 mm2
fc’ = 30 Mpa Berat jenis beton : w = 2400 kg/m3
Tulangan sengkang terpasang : Ø12 – 250 Tulangan utama : 4 D 22 Ar = 4 x (¼ x π x 222) = 1520.53 mm2
Spasi = 750 – 2x40 – 2x12 – 22 = 624 mm Cek luas penampang minimum profil baja :
==5625385
AcAs
0.068 = 6.8% > 4%
.......Ok!! Cek Jarak sengkang: = 250 mm < 2/3 x 750 = 500 mm .......Ok!!
Cek luas tulangan longitudinal : Ast = ¼ x π x 22 2
= 380.13 mm2 > 0.18 x 624
= 112.32 mm2 Cek mutu beton yang digunakan : (fc’ =30 MPa) 21 Mpa ≤ fc’ ≤ 55 Mpa .......Ok!! Cek mutu baja tulangan : (fyr = 250 MPa) fyr < 380 Mpa .......Ok!! Modifikasi tegangan leleh untuk kolom komposit Luas total tulangan utama :
Aut = Ar = 1520.53 mm2
Luas bersih penampang beton : Acn = Ac – As – Aut
= 562500 – 38500 – 1520.53 = 523847.47 mm2
Untuk profil baja berselubung beton : c1 = 0.7 c2 = 0.6 c3 = 0.2
s
cn
s
utyrymy A
Afcc
AA
fcff '.. 21 ++=
3850047.523847306.0
3850053.15202507.0250 xxxxfmy ++=
= 501.83 MPa
30)2400(041.0'041.0 5.15.1 == fcxWcEc
= 26403.5 Mpa
Es = 2x105 Mpa Em = E + c3 x Ec x (Acn/As) =(2x105)+0.2(26403.5)(523847.47/38500) = 271851.46 Mpa Jari – jari girasi modifikasi (rm) : rm = 0.3 x b = 0.3 x 750 = 225 mm > iy (dipakai rm)
Potongan Memanjang
Potongan Melintang
BIKLKL
BIKL
BIKL
Gambar 5.8 Portal Bangunan
Tekuk terhadap sumbu x : Ic = Ix kolom
38.4
800103000
450127020.2
=
=
=
∑
∑
balok
kolom
LIxLIx
GA
=GB 1 (Kolom dengan perletakan jepit) Jenis rangka bergoyang, sehingga dari nomogram didapatkan nilai: Kcx = 1.65 Lkx = Kcx x L = 1.65 x 450 = 742.5 cm
===5.225.742
mrLkxxλ 33 cm
Tekuk terhadap sumbu y : Ic = Iy kolom
2.1
700103000
300103000
450132585.2
=
+
=
=
∑
∑
balok
kolom
LIxLIy
GA
1=GB (Kolom dengan perletakan jepit)
Jenis rangka bergoyang, sehingga dari nomogram didapatkan nilai: Kcy = 1.35 Lky = Kcy x L = 1.35 x 450 = 607.5 cm
===5.225.607
mrLkyyλ 27 cm
== xλλ 33 cm (Menentukan !)
===46.271851
83.50133ππ
λλEmfmyc 0.45
Termasuk kolom menengah karena 0.25 < λc < 1.2, sehingga :
=−
=−
=)45.0(67.06.1
43.167.06.1
43.1c
wλ
1.102
===102.1
83.501w
fmyfcr 455.4 MPa = 4554
kg/cm2 Kuat nominal kolom komposit : Pn = As x fcr = 385 x 4554 = 1753290 kg Kuat rencana kolom komposit : Øc x Pn = 0.85 x 1753290 = 1490296.5 kg Syarat :
Pu < Øc x Pn 134892.1 < 1490296.5.......Ok!! 5.4.2 Kolom Lantai 6 - 10
Dari hasil perhitungan dengan bantuan etabs v.9.7.1 diperoleh gaya – gaya dalam maksimum pada C4 story 6 : Pu = 32689.66 kg Mux = 29457.45 kg.m Muy = 44734.19 kg.m Kolom komposit direncanakan menggunakan profil K500x200x10x16 Bahan : BJ 41 : fy = 2500 kg/cm2
fu = 4100 kg/cm2
Beton : fc’ = 30 Mpa = 300 kg/cm2 4D22
Ø12-250
Gambar 5.9 Penampang Kolom Komposit
Zx = 2x(200x16x242) + 2x(234x10x117) +
4x(234x5x2.5) + 4x(100x16x50) = 2428060 mm3
= 2428.06 cm3 Zy = 2x(200x16x247) + 2x(234x10x122) +
4x(229x5x2.5) + 4x(100x16x50) = 2483210 mm3
= 2483.21 cm3 Selubung beton : 750 x 750 mm2
Ac = 750 x 750 = 562500 mm2
fc’ = 30 Mpa
Berat jenis beton : w = 2400 kg/m3
Tulangan sengkang terpasang : Ø12 – 250 Tulangan utama : 4 D 22 Ar = 4 x (¼ x π x 222) = 1520.53 mm2
Spasi = 750 – 2x40 – 2x12 – 22 = 624 mm Cek luas penampang minimum profil baja :
==5625
4.228AcAs
0.0406 = 4.06% > 4%
.......Ok!! Cek Jarak sengkang: = 250 mm < 2/3 x 750 = 500 mm .......Ok!! Cek luas tulangan longitudinal : Ast = ¼ x π x 22 2
= 380.13 mm2 > 0.18 x 624
= 112.32 mm2 Cek mutu beton yang digunakan : (fc’ =30 MPa) 21 Mpa ≤ fc’ ≤ 55 Mpa .......Ok!! Cek mutu baja tulangan : (fyr = 250 MPa) fyr < 380 Mpa .......Ok!! Modifikasi tegangan leleh untuk kolom komposit Luas total tulangan utama :
Aut = Ar = 1520.53 mm2
Luas bersih penampang beton : Acn = Ac – As – Aut
= 562500 – 22840 – 1520.53 = 538139.47 mm2
Untuk profil baja berselubung beton : c1 = 0.7 c2 = 0.6 c3 = 0.2
s
cn
s
utyrymy A
Afcc
AA
fcff '.. 21 ++=
2284047.538139306.0
2284053.15202507.0250 xxxxfmy ++=
= 685.75 MPa
30)2400(041.0'041.0 5.15.1 == fcxWcEc
= 26403.5 Mpa Es = 2x105 Mpa Em = E + c3 x Ec x (Acn/As) = (2x105) + 0.2(26403.5)(538139.47/22840) = 324420 Mpa Jari – jari girasi modifikasi (rm) : rm = 0.3 x b = 0.3 x 750 = 225 mm > iy (dipakai rm)
Potongan Memanjang
Potongan Melintang
BIBIK2
K1
K2
K2K1
K2 BIBI
Gambar 5.10 Portal Bangunan
KL1 : K 588x300x12x20 Ix = 127020 cm4
ix = 18.16 cm Iy = 132585 cm4
iy = 18.16 cm As = 385 cm2
KL2 : K 500x200x10x16 Ix = 49940 cm4
ix = 14.79 cm Iy = 52189 cm4
iy = 15.17 cm As = 228.4 cm2 BL : WF 600x200x13x23 Ix = 103000 cm4
Tekuk terhadap sumbu x : Ic = Ix kolom
72.1
800103000
45049940.2
=
=
=
∑
∑
balok
kolom
LIxLIx
GA
05.3
800103000
450127020
45049940
=
+
=
=
∑
∑
balok
kolom
LIxLIx
GB
Jenis rangka bergoyang, sehingga dari nomogram didapatkan nilai: Kcx = 1.68 Lkx = Kcx x L = 1.68 x 450 = 756 cm
===5.22
756
mrLkxxλ 33.6
Tekuk terhadap sumbu y : Ic = Iy kolom
57.1
700103000
45052189.2
=
=
=
∑
∑
balok
kolom
LIxLIy
GA
8.2
700103000
450132585
45052189
=
+
=
=
∑
∑
balok
kolom
LIxLIy
GB
Jenis rangka bergoyang, sehingga dari nomogram didapatkan nilai: Kcy = 1.65 Lky = Kcy x L = 1.65 x 450 = 742.5 cm
===5.225.742
mrLkyyλ 33
== xλλ 33.6 (Menentukan !)
===324420
75.6856.33ππ
λλEmfmyc 0.49
Termasuk kolom menengah karena 0.25 < λc < 1.2, sehingga :
=−
=−
=)49.0(67.06.1
43.167.06.1
43.1c
wλ
1.125
===125.1
75.685w
fmyfcr 609.55 MPa = 6095.5
kg/cm2 Kuat nominal kolom komposit : Pn = As x fcr = 228.4 x 6095.5 = 1392212.2kg
Kuat rencana kolom komposit : Øc x Pn = 0.85 x 1392212.2 = 1183380.37 kg Syarat :
Pu < Øc x Pn 32689.66 < 1183380.37 .......Ok!!
BAB VI PERENCANAAN SAMBUNGAN
6.1 Sambungan Balok Anak Lantai (BL1) dengan Balok Induk
3560
35
Pelat LantaiBalok Induk
WF 600x200x13x23
Profil L 70x70x7
Balok Anak LantaiWF 400x200x7x11
Baut Ø16
110
6035
35
Balok IndukWF 600x200x13x23
Balok Anak LantaiWF 400x200x7x11
110
Baut Ø16Profil L 70x70x7
Pelat Lantai
Gambar 6.1 Sambungan Balok Anak Lantai
dengan Balok Induk
6.2 Sambungan Balok Anak Atap (BA1) dengan Balok Induk
3560
35
Pelat LantaiBalok Induk
WF 600x200x13x23
Profil L 70x70x7
Balok Anak AtapWF 400x200x7x11
Baut Ø16
110
6035
35
Balok IndukWF 600x200x13x23
Balok Anak AtapWF 400x200x7x11
110
Baut Ø16Profil L 70x70x7
Pelat Lantai
Gambar 6.2 Sambungan Balok Anak Atap
dengan Balok Induk
6.3 Sambungan Balok Induk Melintang dengan Kolom Lantai 1 – 5
80
80
40
40
94
94
107
Baut Ø22 Profil L 100x100x10
Balok IndukWF 600x200x13x23
Potongan Profil WF 400x400x45x70
KolomK 588x300x12x20
Baut Ø33
600
400
Balok IndukWF 600x200x13x23
Baut Ø22
Profil L 100x100x10
Profil T 400x400x45x70
Baut Ø33
Profil T 400x400x45x70
Baut Ø33
80
107
94
94
107
Potongan Profil WF 400x400x45x70
Baut Ø33
107
Gambar 6.4 Sambungan Balok Induk Melintang dengan Kolom Lantai 1 - 5
6.4 Sambungan Balok Induk Memanjang dengan Kolom Lantai 1 – 5
80
80
40
40
94
94
157
Baut Ø22 Profil L 100x100x10
Balok IndukWF 600x200x13x23
Potongan Profil WF 400x400x30x50
KolomK 588x300x12x20
Baut Ø33
600
400
Balok IndukWF 600x200x13x23
Baut Ø22
Profil L 100x100x10
Potongan Profil WF400x400x45x70
Baut Ø33
Potongan Profil WF 400x400x45x70
Baut Ø33
80
94
94Potongan Profil WF 400x400x30x50
157
Baut Ø33
Gambar 6.6 Sambungan Balok Induk
Memanjang dengan Kolom Lantai 1 – 5 6.5 Sambungan Balok Induk Melintang dengan Kolom Lantai 6 – 10
80
40
40
94
94
107
Baut Ø22 Profil L 100x100x10
Balok IndukWF 600x200x13x23
KolomK 500x200x10x16
Baut Ø33
600
400
Balok IndukWF 600x200x13x23
Baut Ø22
Profil L 100x100x10
Baut Ø33
Baut Ø33
80
107
94
94
107
Baut Ø33
107
Potongan Profil WF 400x400x45x70
Potongan Profil WF 400x400x45x70
Potongan Profil WF 400x400x45x70
Potongan Profil WF 400x400x45x70
Gambar 6.8 Sambungan Balok Induk
Melintang dengan Kolom Lantai 6 – 10 6.6 Sambungan Balok Induk Memanjang dengan Kolom Lantai 6 – 10
80
80
40
40
94
94
157
Baut Ø22 Profil L 100x100x10
Balok IndukWF 600x200x13x23
KolomK 588x300x12x20
Baut Ø33
600
400
Balok IndukWF 600x200x13x23
Baut Ø22
Profil L 100x100x10
Baut Ø33
Baut Ø33
80
94
94
157
Baut Ø33
Potongan Profil WF 400x400x30x50
Potongan Profil WF400x400x45x70
Potongan Profil WF 400x400x45x70
Potongan Profil WF 400x400x30x50
Gambar 6.10 Sambungan Balok Induk Memanjang dengan Kolom Lantai 6 – 10
6.7 Sambungan Antar Kolom Lantai 1 - 5
Gambar 6.11 Sambungan Antar Kolom Lt.1 – 5
6.8 Sambungan Antar Kolom Lantai 6 - 10
Gambar 6.12 Sambungan Antar Kolom Lt.6 - 10
6.9 Sambungan Antar Kolom Lantai 5 & 6
Gambar 6.13 Sambungan Antar Kolom Lantai 5 & 6 6.10 Sambungan Kolom dengan Base Plate
75.0
85.0
4Ø22Sengkang Ø12-200
75.0
85.0
KC588x300x12x20
Tebal base plate = 25mm
Angkur Ø25
FF
KC588x300x12x204Ø22
Kolom beton 750x750
Tebal base plate = 25mm
Angkur Ø25
Sengkang Ø12-200
Potongan F-F
Gambar 6.16 Sambungan Kolom dengan Base Plate
BAB VII PERENCANAAN PONDASI
7.1 Perencanaan Pondasi Gedung
Pondasi gedung rumah sakit ini menggunakan pondasi tiang pancang produksi PT Wika dengan spesifikasi sebagai berikut : Diameter = 600 mm Tebal = 100 mm Kelas = A1 Allowable axial = 252.7 ton Bending momen crack = 17 tm Bending momen ultimate = 25.5 tm Direncanakan menggunakan tiang pancang diameter 60 cm dengan kedalaman 12.5 m 7.2 Perancangan Poer Pondasi Tepi (P1)
D28 - 200
D28
- 20
0
D22 - 200
D22
- 20
0
D22 - 200
Lantai Kerja1Pc : 3Ps : 5Kr
B B
A
A
Lantai Kerja1Pc : 3Ps : 5Kr
D22 - 200D22 - 200
D28 - 200
D22 - 200
D28 - 200
Pot. A - A Pot. B - B
D28 - 200
Pondasi Interior 1 (P2)
D22 - 100
Lantai Kerja1Pc : 3Ps : 5Kr
D22 - 200
D28 - 100
Pot. A - A
Lantai Kerja1Pc : 3Ps : 5Kr
D22 - 200D22 - 100
D28 - 200
Pot. B - B
A
A
B B
D28 - 100
D22 - 100
D28
- 20
0
D22
- 20
0
D28 - 200 D28 - 100
Pondasi Interior 2 (P3)
D28 - 100
D22 - 100
D28
- 15
0
D22
- 15
0
A
A
B B
D22 - 100
Lantai Kerja1Pc : 3Ps : 5Kr
D22 - 150
D28 - 100
Pot. A - A
D28 - 150
Lantai Kerja1Pc : 3Ps : 5Kr
D22 - 150D22 - 100
D28 - 150
Pot. B - B
D28 - 100
BAB VIII
PENUTUP
8.1 Kesimpulan Dari hasil analisa dan perhitungan pada tugas akhir ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Dilakukan perhitungan struktur sekunder
terlebih dahulu seperti perhitungan tangga, pelat lantai, dan balok anak terhadap beban-beban yang bekerja baik beban mati, beban hidup maupun beban terpusat.
2. Dilakukan kontrol terhadap balok utama pada kondisi sebelum komposit dan kondisi setelah komposit. Kontrol yang dilakukan meliputi : kontrol lendutan, kontrol penampang (local buckling), kontrol lateral buckling dan kontrol geser.
3. Dilakukan kontrol kekuatan struktur kolom komposit yang meliputi kontrol luas minimum beton pada kolom komposit, perhitungan kuat tekan aksial kolom, perhitungan kuat lentur kolom, dan kontrol kombinasi aksial dan lentur.
4. Rigid connection digunakan untuk sambungan antara balok-kolom. Simple connection digunakan pada sambungan balok anak dengan balok induk.
5. Dimensi – dimensi dari struktu yang diganakan adalah sebagai berikut : • Dimensi kolom :
Beton : 750 mm x 750 mm Profil : K 588 x 300 x 12 x20 K 500 x 200 x 10 x 16
• Profil balok induk : WF 600 x 200 x 13 x 23
• Profil balok anak atap :
BA1 : WF 400 x 200 x 7 x 11 BA2 : WF 500 x 200 x 9 x 14
• Profil balok anak lantai : BL1 : WF 400 x 200 x 7 x 11 BL2 : WF 400 x 200 x 7 x 11 BL3 : WF 350 x 250 x 9 x 14
• Profil balok lift : BF1 : WF 350 x 175 x 7 x 11 BF2 : WF 350 x 250 x 9 x 14 BF3 : WF 300 x 150 x 5.5 x 8
• Profil balok tangga : Utama : WF 200 x 150 x 6 x 9 Penumpu : WF 250 x 125 x 5 x 8
6. Struktur bangunan bawah menggunakan pondasi dalam berupa tiang pancang berdiameter 60cm sedalam 12.5 meter.
8.2 Saran
Perlu dilakukan studi yang lebih mendalam untuk menghasilkan perencanaan struktur dengan mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi, dan estetika. Sehingga diharapkan perencanaan dapat dilaksanakan mendekati kondisi sesungguhnya di lapangan dan hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan perencanaan yaitu kuat, ekonomi, dan tepat waktu dalam pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Amon, Rene., Bruce Knobloch., dan Atanu Mazumder. 1999. Perencanaan Konstruksi Baja Untuk Insinyur dan Arsitek 2. Jakarta : PT. Pradinya Paramita.
Badan Standarisasi Nasional. 2002. Standar
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002). Bandung : BSN.
Badan Standarisasi Nasional. 2000. Tata Cara
Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2000). Bandung : BSN.
Bowles, Joseph E. 1991. Analisis dan Desain
Pondasi Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Departemen Pekerjaan Umum. 1983.
Peraturan Pembebanan Indonesia
Untuk Gedung (PPIUG) 1983. Jakarta : DPU.
Marwan dan Isdarmanu. 2006. Buku Ajar :
Struktur Baja I. Surabaya : Jurusan Teknik Sipil FTSP – ITS.
McCormac, Jack C. 1995. Structural Steel
Design LRFD Method Second Edition. United States of Amerika : Harper Collins College Publishers.
Purwono, Rachmat., Tavio., Iswandi Imran.,
dan I Gusti Putu Raka. 2007. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002) Dilengkapi Penjelasan. Surabaya : itspress.
Salmon, Charles G., dan John E. Johnson.
1991. Struktur Baja : Desain dan Perilaku Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Setiawan, Agus. 2008. Perencanaan Struktur
Baja dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03 – 1729 – 2002). Jakarta : Erlangga.
Smith, J C. 1996. Structural Steel Design
LRFD Approach Second Edition. United States of Amerika : John Wiley & Sons, Inc.
Suprobo, Priyo. 2000. Desain Balok
Komposit Baja – Beton. Surabaya : Jurusan Teknik Sipil FTSP – ITS.
Wahyudi, Herman. 1999. Daya Dukung
Pondasi Dalam. Surabaya : Jurusan Teknik Sipil FTSP – ITS.
Widiarsa, Ida Bagus Rai., dan Putu Deskarta.
2007. Kuat Geser Baja Komposit Dengan Variasi Tinggi Penghubung Geser Tipe-T Ditinjau Dari Uji Geser Murni. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 11, No 1.
top related