Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. Banjarnegara
Post on 22-Jul-2015
60 Views
Preview:
Transcript
i
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.3 Tujuan dan Sasaran ................................................................................................ 1
1.3.1 Tujuan ................................................................................................................... 1
1.3.2 Sasaran ................................................................................................................ 1
1.4 Ruang Lingkup ........................................................................................................ 1
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah ........................................................................................ 1
1.4.2 Ruang Lingkup Materi ........................................................................................... 2
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................................. 2
BAB II KAJIAN LITERATUR .................................................................................................. 4
2.1 Ekonomi Regional ................................................................................................... 4
2.2 Disparitas Spasial (Ketimpangan Keruangan) ......................................................... 4
2.3 Indeks Williamson ................................................................................................... 5
BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANJARNEGARA ............................................. 7
3.1 Aspek Fisik ............................................................................................................. 7
3.2 Aspek Kependudukan ............................................................................................. 7
3.2 Aspek Perekonomian .............................................................................................. 8
BAB IV PERHITUNGAN INDEKS WILLIAMSON .................................................................. 9
BAB V INTERPRETASI DAN KESIMPULAN ...................................................................... 15
Daftar Pustaka .................................................................................................................... 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam merencanakan suatu wilayah, aspek ekonomi merupakan satu elemen penting
yang harus diperhatikan. Bagaimana penduduk yang tinggal di dalam daerah tersebut dapat
secara keseluruhan dan utuh meningkat pendapatan serta kesejahteraannya melalui hasil-
hasil pembangunan fisik. Tidak hanya peningkatan pendapatan saja, melainkan juga
penyebarannya yang juga merata. Apabila suatu daerah tidak mengalami ketimpangan
spasial (spatial disparity) dalam hal perekonomian, maka daerah tersebut sudah menjadi
daerah yang baik. Jika suatu daerah mengalami ketimpangan spasial yang tinggi, perlu
diselidiki apa yang menjadi penyebabnya, mengapa, dan apa solusi yang dapat diwujudkan
melalui hasil-hasil perencanaan ke depan.
1.2 Perumusan Masalah
Daerah studi ialah Kabupaten Banjarnegara dengan 20 kecamatan. Dalam satu
kabupaten tersebut disparitas spasialnya sangat tinggi. Untuk menjelaskan tingkat disparitas
spasial ini, digunakan perhitungan Indeks Williamson. Jumlah pendapatan per kapita dan
jumlah penduduk dari tiap kecamatan termasuk ke dalam hitungan.
1.3 Tujuan dan Sasaran
1.3.1 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya laporan ini ialah untuk mengetahui tingkat disparitas spasial antar
kecamatan di Kabupaten Banjarnegara dari tahun 2008 – 2012. Selain itu, akan dilihat pula
pengaruh sektor pertanian terhadap disparitas spasial ini.
1.3.2 Sasaran
Sasaran dalam mencapai tujuan laporan ini ialah:
a. memilih wilayah studi yaitu Kabupaten Banjarnegara;
b. mendapatkan data jumlah penduduk per kecamatan dan data distribusi pendapatan per
kapita per kecamatan di Kabupaten Banjarnegara dari tahun 2008–2012;
c. melakukan perhitungan Indeks Williamson;
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah dalam laporan ini ialah Kabupaten Banjarnegara. Luas Wilayah
Kabupaten Banjarnegara adalah 106.970,997 ha dan memiliki 20 kecamatan. Kabupaten
Banjarnegara adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya bernama
2
Banjarnegara. Kabupaten Banjarnegara terletak di antara 7° 12'–7° 31' Lintang Selatan dan
109° 29'–109° 45'50" Bujur Timur. Luas Wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah
106.970,997 ha atau 3,10 % dari luas seluruh Wilayah Provinsi Jawa Tengah. Batas-batas
Kabupaten Banjarnegara ialah:
Sebelah utara: Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang
Sebelah timur: Kabupaten Wonosobo
Sebelah selatan: Kabupaten Kebumen
Sebelah barat: Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Purbalingga
Gambar I.1 : Peta Kabupaten Banjarnegara.
Sumber gambar: pa-banjarnegara.go.id
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi meliputi pendapatan total Kabupaten Banjarnegara tahun 2008–
2012, pendapatan per kecamatan tahun 2008–2012, jumlah penduduk per kecamatan tahun
2008–2012, serta perhitungan Indeks Williamson untuk tahun 2008 2012.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini ialah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup
(wilayah studi dan materi), metodologi penelitian (pengumpulan data dan analisis), dan
sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN LITERATUR
Bab ini berisi tentang teori-teori yang berkaitan dengan ekonomi wilayah dan kota
khususnya mengenai perhitungan Indeks Williamson dan tingkat disparitas spasial.
BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANJARNEGARA
3
Bab ini menjelaskan kondisi fisik alam yaitu letak geografis, iklim, pembagian administrasi
serta kondisi penduduk yaitu jumlah penduduk, mata pencaharian penduduk, dan sistem
pemerintahan Kabupaten Banjarnegara.
BAB IV PERHITUNGAN INDEKS WILLIAMSON
Bab ini berisi tentang perhitungan Indeks Williamson yang akan mencerminkan kondisi
ketimpangan spasial di Kabupaten Banjarnegara.
BAB V INTERPRETASI DAN KESIMPULAN
Bab ini menjelaskan interpretasi angka-angka yang muncul dari hasil perhitungan Indeks
Williamson pada Bab IV serta kesimpulan yang dapat diambil.
4
BAB II
KAJIAN LITERATUR
2.1 Ekonomi Regional
Ilmu Ekonomi Regional adalah cabang dari ilmu ekonomi yang memasukkan unsur
lokasi di dalam pembahasannya. Di mana secara spesifik membahas tentang pembatasan
pembatasan wilayah ekonomi dari suatu Negara dengan mempertimbangkan kondisi dan
sumber daya alam serta sumber daya manusia yang tersedia disetiap wilayah ekonomi. Ilmu
ekonomi regional tidak membahas tentang kegiatan individu, tetapi melainkan menganalisa
suatu wilayah secara keseluruhan dengan mempertimbangkan potensi yang beragam yang
dapat dikembangkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dari wilayah yang
bersangkutan.
Analisa ekonomi regional pada hakekatnya membahas mengenai kegiatan
perekonomian ditinjau dari segi sudut penyebaran kegiatan ekonomi ke berbagai lokasi
dalam suatu economic space atau ruang ekonomi tertentu, misalnya dalam suatu negara
atau suatu propinsi. Tetapi disamping itu analisa ekonomi regional akan melibatkan dirinya
pula dalam menganalisa ekonomi suatu daerah ditinjau secara sektoral dan secara makro.
Daerah tersebut dapat berupa satu propinsi, satu kabupaten, satu daerah khusus tertentu
satu kota besar yang pembangunannya akan digalakkan. Analisa mengenai perekonomian
kota besar merupakan suatu cabang khusus dari analisa ekonomi regional dan dikenal
sebagai analisa urban/ urban economics.
Peran ruang dalam analisis ekonomi regional :
a. Aspek Mikro
Analisa lokasi perusahaan
Analisa Luas areal pasar
Analisa Kompetesi antar tempat (Spatial Competition)
Analisa Penentuan harga antar tempat (Spatial Pricing).
b. Aspek Makro
Analisa konsentrasi industri
Mobilitas investasi dan faktor produksi (tenaga kerja, teknologi) antar daerah
Pertumbuhan ekonomi wilayah
Ketimpangan antar wilayah
2.2 Disparitas Spasial (Ketimpangan Keruangan)
Tujuan pembangunan ekonomi regional (bersifat multidimensional) adalah
menciptakan pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi
5
atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan (disparity), dan pengangguran
(Todaro, 2000).
Salah satu masalah dalam perekonomian yaitu disparitas spasial adalah salah satu
ukuran hasil pembangunan yang diukur meningkatnya hasil pembangunan (welfare) yang
didekati dari besaran income percapita. Disparitas spasial terjadi karena adanya
ketimpangan income perkapita antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya. Menurut
pandangan Williamson (1965) dalam Delis (2008) pertumbuhan tidak selalu terjadi secara
merata pada semua wilayah. Pada tahap awal, proses pembangunan cenderung
terkosentrasi dan terpolarisasi pada area pusat suatu negara. Penyebarannya ke wilayah
pinggiran dan sektor-sektor yang relatif lemah hanya terjadi secara subsequen. Konsekuensi
dari keberadaan dua bentuk kecepatan pembangunan yang berbeda tersebut adalah
meluasnya jurang antara wilayah pada fase awal pembangunan ekonomi di suatu negara,
namun kemudian berkurang ketika pendapatan nasional mencapai tingkat tertentu. Ada
beberapa faktor yang mementukan ketimpangan antar wilayah, antar lain yaitu (syafrijal,
2008):
a) Perbedaan kandungan sumberdaya alam
b) Perbedaan Kondisi Demografis
c) Kurang Lancarnya Mobilitas Barang dan Jasa
d) Kosentrasi Kegiatan Ekonomi Wilayah
e) Alokasi Dana Pembangunan Antar Wilayah
Akibat dari perbedaan tersebut, kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses
pembangunan juga menjadi berbeda. Karena itu, tidaklah mengherankan bilamana pada
setiap daerah biasanya terdapat wilayah maju (Development Region) dan wilayah
terbelakang (Underdevelopment Region). Terjadinya ketimpangan antar wilayah ini
membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah. Karena itu,
aspek ketimpangan pembangunan antar wilayah ini juga mempunyai implikasi terhadap
formulasi kebijakan pembangunan wilayah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
2.3 Indeks Williamson
Ukuran ketimpangan pembangunan antar wilayah yang mula-mula ditemukan adalah
Williamson index yang digunakan dalam studinya pada tahun 1966. Secara ilmu Statistik,
index ini sebenarnya adalah coefficient of variation yang lazim digunakan untuk mengukur
suatu perbedaan. Istilah Williamson Index muncul sebagai penghargaan kepada Jeffrey G.
Williamson yang mula-mula menggunakan teknik ini untuk mengukur ketimpangan
pembangunan antar wilayah. Walaupun index ini mempunyai beberapa kelemahan, yaitu
antara lain sensitive terhadap definisi wilayah yang digunakan dalam perhitungan, namun
6
demikian indeks cukup lazim digunakan dalam mengukur ketimpangan pembangunan antar
wilayah.
Rumus Indeks Williamson :
Keterangan :
Wi = Nilai / indeks ketimpangan wilayah / provinsi
Yi = Pendapatan perkapita masing-masing provinsi
Y = Total pendapatan perkapita kawasan indonesia
Fi = Jumlah penduduk masing-masing provinsi
N = Jumlah penduduk Indonesia
Disparitas spasial yang terjadi disuatu daerah dapat di lihat dari nilai Wi yang
didapatkan dari perhitungan rumus Indeks Williamson, dengan kriteria sebagai berikut :
Wi = 0, berarti pembangunan wilayah sangat merata
Wi = 1, berarti pembangunan wilayah sangat tidak merata (kesenjangan sempurna)
Wi~0, berarti pembangunan wilayah semakin mendekati merata
Wi~1, berarti pembangunan wilayah semakin mendekati tidak merata.
Wi = ⅀ 𝑌𝑖−𝑌 2 ⅀𝑓𝑖/𝑛2
𝑌
7
BAB III
GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANJARNEGARA
3.1 Aspek Fisik
Kabupaten Banjarnegara adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah.
Ibukotanya bernama Banjarnegara. Kabupaten Banjarnegara terletak di antara 7° 12'–7° 31'
Lintang Selatan dan 109° 29'–109° 45'50" Bujur Timur. Luas Wilayah Kabupaten
Banjarnegara adalah 106.970,997 ha atau 3,10 % dari luas seluruh Wilayah Provinsi Jawa
Tengah. Batas-batas Kabupaten Banjarnegara ialah:
Sebelah utara: Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang
Sebelah timur: Kabupaten Wonosobo
Sebelah selatan: Kabupaten Kebumen
Sebelah barat: Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Purbalingga
Gambar I.1 : Peta Kabupaten Banjarnegara.
Sumber gambar: pa-banjarnegara.go.id
Kedua puluh kecamatan Kabupaten Banjarnegara ialah Kecamatan Susukan, Purwareja
Klampok, Mandiraja, Purwanegara, Bawang, Pegedongan, Sigaluh, Madukara,
Banjarmangu, Wanadadi, Rakit, Punggelan, Karangkobar, Pagentan, Pejawaran, Batur,
Wanayasa, Kalibening, dan Kecamatan Pandanarum.
3.2 Aspek Kependudukan
Penduduk akhir Kabupaten Bajarnegara tahun 2012 sebanyak 945154 jiwa, terdiri dari
473207 laki-laki dan 471947 perempuan, yang berarti mengalami kenaikan sebesar 0,68
persen dari jumlah penduduk akhir tahun 2011 sebanyak 938768 jiwa. Kepadatan penduduk
akhir tahun 2012 sebesar 884 jiwa per km2.
8
3.2 Aspek Perekonomian
Kabupaten Banjarnegara sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah
merupakan daerah dengan pola perekonomian agraris, dimana sebagian besar
masyarakatnya menyandarkan hidupnya dari sektor pertanian. Pola seperti ini masih
dominan selama kurun waktu lima tahun terakhir.
9
BAB IV
PERHITUNGAN INDEKS WILLIAMSON
Perhitungan Indeks Williamson menggunakan rumus berikut:
dimana :
Wi ialah nilai indeks Williamson di tahun 2008–2012;
Yi ialah pendapatan per kapita dari semua sektor tiap kecamatan di tahun 2008–2012;
Y ialah pendapatan per kapita dari semua sektor Kabupaten Banjarnegara di tahun
2008–2012;
fi ialah jumlah penduduk tiap kecamatan di tahun 2008–2012; dan
n ialah jumlah penduduk Kabupaten Banjarnegara secara keseluruhan di tahun 2008–
2012.
Tabel IV.1
Pendapatan per Kapita per Kecamatan Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008–2012 (Yi)
No. Kecamatan 2008 2009 2010 2011 2012
1 Susukan 1442941 1459600 1524604 1583620 1669147
2 Purwareja Klampok 5492483 5572892 5711093 5964267 6204718
3 Mandiraja 1908103 2183452 2302040 2404221 2521429
4 Purwanegara 1996043 1987711 2011237 2118467 2209327
5 Bawang 1763642 1855160 1967681 2049129 2123253
6 Banjarnegara 4826696 5294056 5639849 5970945 7356209
7 Pagedongan 864754 882466 913442 955865 1003029
8 Sigaluh 2973617 3033239 3139109 3214306 3358006
9 Madukara 3368886 3441598 3602187 3749862 3883461
10 Banjarmangu 2308536 2396871 2470857 2556269 2671689
11 Wanadadi 2228817 2347175 1440718 2588207 2740582
12 Rakit 1557082 1578423 1663012 1751409 1841424
13 Punggelan 1392204 1440333 1506091 1543830 1598519
14 Karangkobar 2433419 2397210 2465166 2556267 2692257
15 Pagentan 1288965 1342035 1379277 1453422 1542709
16 Pejawaran 4348265 4377736 4545967 4696901 4849680
17 Batur 4506658 4793514 5015376 5196989 5415837
18 Wanayasa 2283824 2281901 2360353 2397320 2498943
Wi = ⅀ 𝑌𝑖−𝑌 2 .𝑓𝑖/𝑛 2
𝑌
10
No. Kecamatan 2008 2009 2010 2011 2012
19 Kalibening 1591956 1669540 1713628 1795249 1901064
20 Pandanarum 1109716 1123026 1136931 1161488 1215777
Kabupaten Banjarnegara
(Y)
2471054 2575146 2680603 2792969 2920415
Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara 2012, BPS.
Tabel IV.2
Hasil Kuadrat Pengurangan Pendapatan per Kapita Tiap Kecamatan dengan
Pendapatan per Kapita Kabupten Banjarnegara [ (Yi-Y)2 ]
No. Kecamatan 2008 2009 2010 2011 2012
1 Susukan 1057016340769 1244442878116 1336333688001 1462525003801 1565671607824
2 Purwareja
Klampok
9129033202041 8986481080516 9183869640100 10057131004804 10786646195809
3 Mandiraja 316913828401 153424189636 143309944969 151125007504 159189828196
4 Purwanegara 225635450121 345079879225 448050841956 454952948004 505646143744
5 Bawang 500431737744 518379840196 508257778084 553297945600 635467254244
6 Banjarnegara 5549049232164 7392471588100 8757136888516 10099531456576 19676268410436
7 Pagedongan 2580199690000 2865165582400 3122857999921 3374951106816 3676369072996
8 Sigaluh 252569568969 209849196649 210227752036 177524867569 191485883281
9 Madukara 806102300224 750739068304 849317069056 915644213449 927457598116
10 Banjarmangu 26412100324 31781975625 43993384516 56026890000 61864623076
11 Wanadadi 58678764169 51970776841 1537314813225 41927476644 32339907889
12 Rakit 835344816784 993456738729 1035491443281 1084847233600 1164221578081
13 Punggelan 1163917322500 1287800544969 1379478438144 1560348241321 1747409034816
14 Karangkobar 1416393225 31661220096 46413100969 56027836804 52056072964
15 Pagentan 1397334403921 1520562738321 1693449358276 1794386165209 1898073822436
16 Pejawaran 3523921138521 3249330708100 3479582852496 3624957060624 3722063440225
17 Batur 4143683644816 4921156583424 5451164961529 5779312160400 6227130958084
18 Wanayasa 35055072900 85992630025 102560062500 156538131201 177638646784
19 Kalibening 772813293604 820122227236 935040650625 995445198400 1039076461201
20 Pandanarum 1853241150244 2108652494400 2382923243584 2661730253361 2905790711044
Sumber: Perhitungan Pribadi, 2014.
11
Tabel IV.3
Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008–2012 ( fi )
No. Kecamatan 2008 2009 2010 2011 2012
1 Susukan 61522 61944 62603 62002 63423
2 Purwareja Klampok 47465 47937 48317 48606 48896
3 Mandiraja 66829 67087 67303 67480 67902
4 Purwanegara 71114 71927 72396 73030 73665
5 Bawang 53613 53957 54279 54593 55327
6 Banjarnegara 60505 60637 60946 61510 61551
7 Pagedongan 35718 36292 36809 37072 37316
8 Sigaluh 29886 30247 30657 30974 31054
9 Madukara 41449 41819 42077 42456 42995
10 Banjarmangu 40597 41011 41261 41419 41680
11 Wanadadi 29821 29897 29931 29957 30132
12 Rakit 50224 50770 51387 52023 52395
13 Punggelan 71507 72029 72468 73019 73543
14 Karangkobar 28261 28484 28788 28975 29209
15 Pagentan 37290 37382 37408 37645 37803
16 Pejawaran 42167 42641 43080 43300 43721
17 Batur 38487 38861 39094 39108 39252
18 Wanayasa 44345 45418 46135 46562 47058
19 Kalibening 44898 45365 45592 45709 45863
20 Pandanarum 21932 21956 22157 22328 22369
Kabupaten
Banjarnegara (n)
917630 925661 932688 937768 945154
Sumber: Kabupaten Banjarnegara dalam Angka 2013, BPS.
Tabel IV.4
Hasil Pembagian Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan dengan Jumlah Penduduk
Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008–2012 [ fi / n ]
No. Kecamatan 2008 2009 2010 2011 2012
1 Susukan 0,067044451 0,066918667 0,067121052 0,066116566 0,06710335
2 Purwareja
Klampok
0,051725641 0,051786777 0,051804033 0,051831583 0,051733368
3 Mandiraja 0,072827828 0,072474696 0,072160251 0,071958096 0,071842261
4 Purwanegara 0,077497466 0,077703392 0,077620812 0,077876404 0,07793968
5 Bawang 0,058425509 0,058290238 0,05819631 0,058215891 0,05853755
6 Banjarnegara 0,065936162 0,065506703 0,065344467 0,065591916 0,065122721
12
No. Kecamatan 2008 2009 2010 2011 2012
7 Pagedongan 0,038924185 0,039206578 0,039465502 0,039532166 0,039481397
8 Sigaluh 0,032568682 0,032676109 0,032869513 0,033029491 0,032856021
9 Madukara 0,045169622 0,045177446 0,045113693 0,045273458 0,045489941
10 Banjarmangu 0,044241143 0,044304556 0,044238802 0,044167641 0,044098634
11 Wanadadi 0,032497848 0,032298001 0,032091117 0,031945001 0,031880519
12 Rakit 0,0547323 0,054847293 0,055095595 0,055475341 0,055435411
13 Punggelan 0,077925743 0,077813584 0,077698008 0,077864674 0,0778106
14 Karangkobar 0,030797816 0,030771524 0,030865627 0,030897834 0,030903959
15 Pagentan 0,040637294 0,040384115 0,040107732 0,040143191 0,039996657
16 Pejawaran 0,045952072 0,04606546 0,046189079 0,046173467 0,04625807
17 Batur 0,041941741 0,041981892 0,04191541 0,041703278 0,04152974
18 Wanayasa 0,048325578 0,049065479 0,049464558 0,049651939 0,049788712
19 Kalibening 0,048928217 0,049008222 0,04888237 0,048742333 0,048524367
20 Pandanarum 0,023900701 0,023719267 0,023756068 0,023809727 0,023667043
Sumber: Perhitungan Pribadi, 2014.
Tabel IV.5
Hasil Penjumlahan Total Perkalian (Yi-Y)2 dengan (fi/n) Tahun 2008–2012,
[ . / ]
No. Kecamatan 2008 2009 2010 2011 2012
1 Susukan 70867080759 83276458274 89696123323 96697131151 105061810438
2 Purwareja
Klampok 472205094575 465380893823 475761486586 521277021203 558029540573
3 Mandiraja 23080145852 11119371574 10341281571 10874667835 11436557126
4 Purwanegara 17486175692 26813877297 34778070217 35430099761 39409898470
5 Bawang 29237979094 30216484261 29578727223 32210733086 37198696483
6 Banjarnegara 365883007086 484256439115 572230440198 662447620194 1281372132934
7 Pagedongan 100432170404 112333337276 123245158208 133419126513 145148185722
8 Sigaluh 8225858067 6857055284 6910083752 5863556069 6291464269
9 Madukara 36411335987 33916473847 38315829425 41454379683 42189991717
10 Banjarmangu 1168501506 1408086332 1946214638 2474575542 2728145350
11 Wanadadi 1906933542 1678552208 49334149978 1339373297 1031013046
12 Rakit 45720342707 54488412740 57051016842 60182270704 64539101124
13 Punggelan 90699122718 100208375910 107182727188 121496007790 135966945754
14 Karangkobar 43621818 974264005 1432569467 1731138801 1608738719
15 Pagentan 56783888847 61406580037 67920412393 72032386677 75916606933
16 Pejawaran 161931478535 149681914571 160718728327 167376835982 172175471585
17 Batur 173793307148 206599463506 228487814796 241016264117 258611130426
13
No. Kecamatan 2008 2009 2010 2011 2012
18 Wanayasa 1694056654 4219269550 5073088196 7772421820 8844399368
19 Kalibening 37812376727 40192732370 45707003139 48520321203 50420528020
20 Pandanarum 44293762091 50015690590 56608887761 63375070483 68771472602
TOTAL(sigma) 1739676239808 1925043732569 2162319813227 2326991001911 3066751830658
Sumber: Perhitungan Pribadi, 2014.
Tabel IV.6
Hasil Pengakaran Kuadrat [ ⅀ . / ] Tahun 2008–2012
2008 2009 2010 2011 2012
⅀ . / 1739676239808 1925043732569 2162319813227 2326991001911 3066751830658
⅀ . /
1318968 1387459 1470483 1525448 1751214
Sumber: Perhitungan Pribadi, 2014.
Tabel IV.7
Pembagian Hasil Pengakaran Kuadrat [ ⅀ . / ] dengan Pendapat
per Kapita Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008–2012 (Wi)
2008 2009 2010 2011 2012
⅀ . /
1318968 1387459 1470483 1525448 1751214
Y 2471054 2575146 2680603 2792969 2920415
⅀ . /
0,533767319
0,538788656
0,548564204
0,54617427
0,599645731
Sumber: Perhitungan Pribadi, 2014.
Tabel IV.8
Indeks Williamson di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008–2012
Tahun Wi
2008 0,5338
2009 0,5388
2010 0,5486
2011 0,5462
2012 0,5996
Sumber: Perhitungan Pribadi, 2014.
14
Grafik IV.1
Indeks Williamson di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008–2012
0,5
0,52
0,54
0,56
0,58
0,6
0,62
2008 2009 2010 2011 2012
IndeksWilliamson
15
BAB V
INTERPRETASI DAN KESIMPULAN
Di tahun 2008, nilai indeks Williamson ini ialah 0,5338; yang menunjukkan bahwa
tingkat ketimpangan distribusi pendapatan antar kecamatan di Kabupaten Banjarnegara
ialah tinggi. Nilai ketimpangan ini terus meningkat. Meskipun di tahun 2011 sempat
menurun, namun di tahun 2012 grafik kembali naik secara drastis hingga angka 0,6.
Keadaan demikian menjelaskan bahwa pengelolaan bidang perekonomian oleh pemerintah
di Kabupaten Banjarnegara masih sangat kurang.
Hal seperti ini dapat terjadi antara lain karena perbedaan potensi sumber daya yang
berbeda antar kecamatan karena pengaruh kondisi lingkungan dan ketersediaan
infrastruktur penunjang kesejahteraan masyarakat seperti kesehatan dan pendidikan.
Minimnya infrastruktur ini membuat kecamatan yang masih rendah pendapatannya tidak
berkembang, sehingga tetap miskin. Di sisi lain, tujuan investasi modal hanya ditujukan
pada daerah/kecamatan yang memiiki sumber daya alam ataupun manusia serta
infrastuktur yang memadai.
Infrastruktur di bidang kesehatan dan pendidikan ini harus ditingkatkan, karena akan
membuat sumber daya manusia yang ada mampu mengolah sumber daya alam sehingga
memberi nilai tambah yang besar di kecamatannya. Nilai tambah ini dapat digunakan untuk
meningkatkan kembali SDM, yang kemudian menghasilkan nilai tambah yang lebih juga
terhadap pengolahan sumber daya alam. Pembangunan infrastruktur seperti ini harus
merata ke setiap kecamatan sehingga ketimpangan distribusi pendapatan tidak terdapat lagi
Selain itu, hal-hal yang menyebabkan disparitas spasial ini ialah terkonsentrasinya
suatu sektor basis di beberapa kecamatan saja, sehingga yang menikmati hasilnya juga
hanya sebagian. Kondisi seperti ini membutuhkan kebijakan-kebijakan dari pemerintah agar
setiap kecamatan dapat optimal SDM-nya sehingga pemerataan distribusi pendapatan
dapat terwujud.
16
Daftar Pustaka
Banjarnegara dalam Angka 2012.
Nurhayati, Yunie. 2013. “Jawa Barat Masih Timpang? Analisis Ketimpangan Wilayah
Menggunakan Indeks Williamson dan Indeks Entropi Theil” dalam Kompasiana.
http://politik.kompasiana.com/. Diunduh Sabtu, 25 Oktober 2014.
PDRB Kabupaten Banjarnegara 2012.
Sirojuzilam. 2010. “Disparitas Ekonomi Regional dan Perencanaan Wilayah” dalam USU
Repository. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20613. Diunduh Senin, 27
Oktober 2014.
top related