Manuscript Leadership 2 2009
Post on 13-Jan-2015
3824 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
Bahan Pelatihan Sinambung
Kamu Juga Bisa Kenal
Cara memimpin di Wilayah Diri
"Life is like unto a long journey with a heavy burden. Let thy step be slow and steady, that thou stumble not. Persuade thyself that imperfection and inconvenience are the natural lot of mortals, and there will be no room for discontent, neither for despair. When ambitious desires arise in thy heart, recall the days of extremity thou has past through. Forbearance is the root of quietness and assurance forever. Look upon the wrath of the enemy. If thou knowest only what it is to conquer, and knowest not what it is like to be defeated, woe unto thee; it will fare ill with thee. Find fault with thyself rather than with others."
"The strong manly ones in life are those who understand the meaning of the word patience. Patience means restraining one's inclinations. There are seven emotions: joy, anger, anxiety, adoration, grief, fear, and hate, and if a man does not give way to these he can be called patient. I am not as strong as I might be, but I have long known and practiced patience. And if my descendants wish to be as I am, they must study patience."
2
Daftar Isi
Pasal Satu1. Dampak Kepemimpinan2. Mengenal Hukum Dampak Kepemimpinan3. Dampak dari Sudut Iman Kristen4. Kasus: Dampak Keyakinan Gideon5. Mengenal Dampak Kata, Sikap dan
Keputusan Pemimpin6. Kasus: Dampak Kehadiran Kristus di Danau7. Mengenal Dampak yang disengaja dan tidak
disengaja
Pasal Dua1. Mengenal Jenis-jenis dampak2. Dampak dari kata-kata pemimpin3. Dampak dari sikap pemimpin4. Dampak dari keputusan dan perilaku
pemimpin5. Dampak dari kehadiran pemimpin6. Kasus Kehadiran Kristus di Danau7. Mengenal Dampak yang disengaja dan tidak
disengaja
3
Pasal Tiga1. Jenis-jenis Kepemimpinan 2. Prasyarat pemimpin3. Prasyarat Pemimpin Kristiani4. Fondasi dari Dampak1. Mengenal Potensi Diri dan Jebakan Ruang
Nyaman2. Mengenal Kerajinan dan Tempat di Alur
Sejarah
Pasal EmpatMengenal Citra: SyukurMengenal Potensi diri dan jebakan kenyamanan
A. Kasus : Tuhan dan mendorong batuB. Tidak dapat memilih semuC. Mengurbankan diri dan membayar
hargaD. Tidak menyesali pilihanE. Bersyukur
Mengenal Dua Nahkoda yang tersembunyi1. Nahkoda pertama: Kebutuhan diri
yang tersembunyi2. Nahkoda kedua: Luka Diri
4
3. Rekonsiliasi: Mengenal Cara Menangani Kedua Nahkoda Tersembunyi
4. Langkah-Langkah Nyata dalam Pemulihan
A. Langkah Pertama: Kenal Sumber Pemulihan
B. Langkah kedua: kenali mimpi
C. Langkah ketiga: Fokus pada pemulihan gambar diri
D. Bagaimana mengenai peran self-talk?
5. Ciri Keberhasilan di Wilayah Kepemimpinan Diri: Spiritualitas
Pasal Lima1. Peran Visi2. Mengenali: visi, fantasi, dan spekulasi3. Mengenal Dampak Visi dan Misi4. Pandangan Spiritual: Visi dari Tuhan:
Lompatan5. Bagaimana ciri Visi dan Misi yang baik6. Mulai mendapatkan visi yang tepat
5
7. Dari visi pribadi ke visi bersama: menginspirasi
8. Menggapai Visi: Rencana dan Daya Juang9. Kasus: Perjalanan Zhang Qian ke Barat:
Kekuatan suatu komitmen10.Kasus: Kristiani
Penutup
6
Pasal Satu
Dampak Kepemimpinan
Ketika seeorang tua sedang melangkah di pantai dan menikmati pemandangan, tiba-tiba, perhatiannya tertarik pada perilaku seorang anak remaja yang berjalan tak jauh di depannya. Anak itu berkali-kali menunduk dan memungut seekor bintang laut yang terdampar di pantai dan melemparkannya kembali ke air. Akhirnya, orang tua itu mempercepat langkahnya dan berjalan di samping sang remaja.
Ia bertanya. “Apa yang kamu ingin capai dengan menolong bintang laut itu? Bukankah tiap hari puluhan bintang laut terdampar dan mati disini? Apakah kamu akan dapat menghasilkan dampak dengan menolong seekor itu. Pantai ini begini panjang.. tanganmu hanya dua dan bintang laut itu begitu banyak..” Sang remaja memperlihatkan seekor bintang
7
laut di tangannya, dan ketika ia melemparkannya ke laut, ia berkata, “Sekurangnya, dampak perbuatanku dirasakan beberapa bintang laut tadi dan bagi yang seekor ini.” (Brian Cavanaugh, T.O.R., The Sower's Seeds)
Banyak orang berminat untuk membahas
masalah kepemimpinan. Umumnya orang
sepakat bahwa kepemimpinan adalah suatu
pengaruh atau daya yang dimiliki seseorang.
Tentu dapat juga daya itu dimiliki oleh
sekelompok orang yang bekerja sama. Daya
tadi menghasilkan dampak yang
direncanakan sang pemimpin. Selanjutnya,
dampak tadi terjadi pada orang lain namun
juga sering berakibat bagi diri sang
pemimpin sendiri.
Orang-orang Kristen juga membahas
masalah kepemimpinan bahkan banyak yang
mengajarkan hal itu. Mereka juga berbicara
8
tentang dampak kepemimpinan. Namun
ketika orang menyadari bahwa,
melaksanakan kepemimpinan yang
berdasarkan Alkitab ternyata sulit
dipraktekkan, apalagi untuk menghasilkan
dampak yang kokoh dan berjangka panjang,
maka, orang mudah merasa putus asa dan
segera mengambil alih pola pikir dan
perilaku berdasarkan pemahaman
kepemimpinan yang populer. Hal ini terjadi
bukan saja ketika mereka memimpin di
dunia kerja, tetapi juga di dalam hidup
organisasi atau komunitas Kristiani.
Salah satu contohnya ialah dalam praktek
mengembangkan orang-orang yang menjadi
pengikutnya, pemimpin Kristiani cenderung
mempraktekkan cara kepemimpinan yang
populer di dunia organisasi kerja atau di
9
dunia lainnya. Hasilnya mungkin kentara
dengan cepat, walaupun tidak mendalam,
sedangkan kepemimpinan sesuai Alkitab
mungkin hanya menghasilkan segelintir
orang lain yang kemudian menjadi
pemimpin-pemimpin juga. Akibatnya,
konsep-konsep dunia lebih mempengaruhi
praktek kepemimpinin di dalam
persekutuan, sekolah, gereja dan rumah
sakit Kristen daripada sebaliknya.
Namun, syukurlah, sampai saat ini
walaupun sedikit, tetap ada orang-orang
yang memimpin dan menghasilkan dampak
yang serasi dengan pandangan Alkitab.
Contohnya adalah Ken Horne dan Ray
Buchanan.
10
Mulanya, Rev. Ken Horne dan Rev. Ray
Buchanan, adalah pendeta-pendeta di gereja
United Methodist di Amerika. Namun hati
mereka tergerak melihat begitu banyak
orang yang hidup tanpa makanan yang
memadai. Kedua orang itu mendirikan
komunitas St. Andrew pada tahun 1979.
Sejak itu komunitas ini berhasil
mendapatkan dan mendistribusikan lebih
dari 300 juta kilogram kentang dan bahan
makanan lain kepada orang-orang miskin.
Dalam pelayanan ini kedua orang tadi
melibatkan keluarga mereka.
Keduanya menghasilkan dampak seluas itu
karena terinspirasi dua bagian Alkitab yaitu
surat Johanes pertama pasal 3:18 "..
marilah kita mengashi bukan dengan
perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan
11
perbuatan dan dalam kebenaran." Juga
cerita tentang Yesus memberikan makan
pada 5000 orang menginspirasikan hidup
keluarga mereka.
Ken dan Ray memulai komunitas ini di
sebuah ladang pertanian di Big Island,
Virginia. Dengan bertahap mereka
menginspirasikan lebih dari 12,000 orang
untuk ikut bergabung dalam mencari jalan
keluar bagi masalah kelaparan di
masyarakat melalui program komunitas ini.
Kepemimpinan Ken Horne and Buchanan
sangat berperan menghasilkan gerakan
seluas itu yang ternyata langgeng sampai
saat ini.
Dari manakah pondasi dari praktek
kepemimpinan di atas? Banyak hal tentu
12
berperan disana. Pembahasan selanjutnya
berupaya mematakan hal-hal tadi serta
menemukan cara untuk mengembangkan
kepemimpinan seperti di atas. Tentunya,
salah satu akarnya dari hal itu adalah
bahwa keduanya menyadari bahwa mereka
dapat menghasilkan dampak di dalam
kehidupan.
Hukum Dampak Kepemimpinan
Menurut legenda, pada tanggal 31 Oktober
1517 seorang biarawan yang bernama
Martin Luther memasang sebuah tulisan
berisi 95 dalil teologinya di sebuah pintu
masuk benteng. Pada jaman itu tindakan
Luther merupakan undangan terbuka untuk
para ahli memperdebatkan pandangannya –
13
suatu hal yang wajar dilakukan pada waktu
itu. Namun dampaknya sangat luas.
Dalil-dalilnya ini menuding keserakahan dan
keduniawian di dalam Gereja yang menurut
Luther merupakan penyimpangan. Banyak
orang menyalin ke-95 dalil Luther dan
menterjemahkan ke dalam bahasa Jerman,
serta dicetak secara luas. Dalam waktu dua
minggu, dalil-dalilnya telah menyebar ke
seluruh Jerman, kemudian dalam waktu dua
bulan ke seluruh Eropa. Hal ini merupakan
salah satu peristiwa pertama dalam sejarah
yang dipengaruhi secara langsung oleh
penemuan mesin cetak di Barat yang
membuat distribusi tulisan dapat dilakukan
lebih mudah dan meluas.
14
Mulanya, pimpinan puncak gereja, Sri Paus
pada waktu itu, yaitu Paus Leo X menyebut
Luther sebagai "seorang Jerman mabuk
yang menulis dalil-dalil itu" yang "bila ia
kembali sadar, ia akan berubah pikiran."
Namun, gelombang yang dihasilkan tulisan
Luther membuat sang Paus harus
menanggapi dengan lebih serius. Mungkin
ia tidak pernah membayangkan bahwa pada
masa ia berkuasa, tulisan biarawan tadi
menghasilkan dampak berupa gerakan
reformasi gereja. Luther juga tidak pernah
bermimpi bahwa ia menjadi tokoh bahkan
pemimpin gerekan reformasi gereja.
Dampak tulisan tadi memungkinkan lahir
gerakan Lutheran, Calvinis, dan Anabaptis
yang meninggalkan gereja Roma Katholik.
15
Ilustrasi: Luther Memasang Tulisan di
Dinding Wittenberg
Sekitar empat ratus enam puluh tahun
kemudian, seorang pria mengambil
keputusan yang kini dicatat di dalam
sejarah. Pada waktu itu, sekelompok buruh
berdemonstrasi dan mogok kerja di
galangan kapal dimana mereka bekerja.
Mereka memprotes keputusan pemerintah
menaikan harga pangan dan membatasi
angka gaji. Seorang pria bernama Lech
16
Walesa memanjat pagar yang mengelilingi
galangan kapal tadi dan bergabung dengan
mereka. Tak lama kemudian mereka
memilihnya sebagai jurubicara dan
pemimpin mereka.
Demonstrasi serupa itu pernah juga terjadi
di tahun 1968. Sejumlah mahasiswa
memprotes pemimpin Polandia yang
mengundang pasukan Soviet untuk
memasuki negara mereka dalam rangka
meredam gerakan reformasi. Para
mahasiswa menuntut kebebasan yang lebih
besar di negara mereka, namun demonstrasi
mereka ditindas dengan kejam. Pada bulan
Desember dua tahun kemudian di empat
buah kota di negara Polandia, terjadi
demonstrasi memprotes kenaikan harga-
harga makanan. Pemerintah yang berkuasa
17
kembali menindas demonstran sehingga 44
pekerja galangan kapal terbunuh, 1000
orang terluka, dan sekitar 200 orang terluka
berat. Peristiwa ini membuat seorang anak
petani yang pernah menjadi tentara dan
kemudian menjadi montir bernama Lech
Walesa melibatkan diri dalam gerakan
protes ini dan ditangkap.
Di tahun 1976, hal serupa terulang dan Lech
kembali mengorganisir pekerja galangan
kapal. Akibatnya, ia kehilangan
pekerjaannya. Namun protes mereka
berhasil dan kenaikan harga pangan
dibatalkan. Kemudian, sekelompok
cendekiawan bergabung dengan mereka
bersama gerakan mahasiswa. Selanjutnya,
gerakan ini menjadi semakin kuat ketika
kardinal Kraków, Cardinal Karol Wojtyla,
18
dipilih menjadi Paus dengan nama Paulus
Yohanes II. Sri Paus mengunjungi Polandia
setahun setelah ia dipilih. Orang banyak
membaca hal itu sebagai signal bahwa kini
gereja Roma Katolik berderap bersama para
buruh dan cendekiawan.
Kehadiran Lech Walesa sebagai pemimpin
buruh bukanlah hal dadakan. Namun
peristiwa yang kemudian mengantarnya
menjadi Presiden Polandia terjadi pada
tahun 1980. Pemerintah Polandia menaika
harga pangan dan memaksakan
pengendalian tingkat upah. Para karyawan
memprotes dan menduduki pabrik-pabrik.
Tindakan Walesa pada tanggal 14 Agustus
1976, yaitu memanjat tembok galangan
kapal agar dapat bergabung dengan para
19
karyawan yang berada disana untuk
berdemonstrasi menjadi inspirasi banyak
orang. Tuntutan mereka dikabulkan dalam
tiga hari, para demonstran tetap bertahan
untuk menunjukkan solidaritas dengan
rekan-rekannya yang masih berada
diberbagai kota dengan kota Gdanks
sebagai pusat gerakan. Sikap Lech dan
tindakannya berhasil menggalang kekuatan
500,000 karyawan dimana-mana.
Kini bahkan para demonstran menuntut 21
hal, termasuk kebebasan bicara,
pembebasan tahanan politik, penghentian
sensor dan pemberian kebebasan beragama.
Akhirnya 10 juta petani dan buruh lain ikut
bergabung, sehingga kalangan ini menjadi
20
federasi nasional yang dkenal dengan nama
Solidarnosc (Solidarity).
Tindakan Lech memanjat tembok galangan
kapal berdampak besar. Namun mungkin ia
tidak pernah bermimpi bahwa hal itu
akhirnya menghantarnya melalui proses
yang panjang untuk menjadi tokoh
internasional dan juga presiden Polandia.
Dampak kepemimpinan Walesa untuk
mengakhiri dominasi komunisme di Europa
serupa dengan apa yang dilakukan sesama
anak bangsanya Paus Johanes Paulus II,
dan rekannya di Soviet, yaitu Mikhail
Gorbachev. Sayangnya, kemudian hari, ia
ditinggalkan orang karena gaya kerja dan
kepemimpinannya dimasa pemerintahan
yang sulit diduga dan komunikasinya yang
ceplas-ceplos. Ia cocok menjadi oposan,
21
namun tidak mengubah diri ketika harus
berada di kalangan diplomat dan para
pemimpin negara lain.
Lima puluh tahun sebelumnya, pada tanggal
28 Juni 1918, ketika seorang Bosnia-Serbia
yang bernama Gavarillo Princip menembak
mati pangeran Franz Ferdinand, pewaris
tahta Austria-Hungaria, tidak seorangpun
membayangkan dampaknya.
Princip dan enam orang
lainnya menanti untuk
membunuh sang pangeran.
Namun orang pertama,
Muhamad Mehmed Basic,
kehilangan keberaniannya
ketika mobil sang pangeran melewatinya,
22
sedangkan orang yang kedua, Cabrinovic,
gagal melempar granat pada waktu yang
tepat. Sang pangeran selamat, namun
kemudian di hari yang sama, supirnya
membelok ke jalan yang salah, berupaya
mundur serta mogok. Princip yang berada
disana mengenali mobil sang pangeran dan
segera mendekat lalu menembak sang
pangeran. Akibat kematian pangeran tadi,
pasukan kerajaan tadi dengan menyerbu
kerajaan Serbia. Terjadilah pertempuran
yang akhirnya melibatkan banyak pihak
karena sekutu pihak-pihak yang berperang
ikut melibatkan diri. Dampak dari tembakan
pistol Gavrillo adalah pecahnya Perang
Dunia Pertama. Dampak pembunuhannya
itu jauh lebih besar dari apa yang
diperkirakan siapapun.
23
Dalam menjalankan kepemimpinan, salah satu prasyarat penting baginya untuk menggapai sukses adalah ia harus
Kepingan-kepingan peristiwa di atas
menunjukkan bahwa suatu tindakan seorang
manusia, apalagi
seorang pemimpin
dapat menghasilkan
dampak yang
seringkali tidak
terbayangkan. Hal ini
serupa dengan sebutir
kelereng di lontarkan ke kaca depan sebuah
mobil yang sedang melaju dengan
kecepatan 150 kilometer per jam. Tubrukan
antara kelereng dan kaca tadi akan
memecahkan kaca sampai berkeping-keping
serta mencelakakan orang-orang yang
duduk di dalam mobil tadi. Kelereng sendiri
tentunya akan mengalami kerusakan juga
24
dan terlontar ke arah yang tidak bisa diduga
sebelumnya. Bila mobil tadi sedang diparkir
dan kelereng tadi dilontarkan ke kacanya,
dampaknya tidak akan sebesar tadi.
Pengaruh dari kecepatan mobil berdampak
besar pada kerusakan yang terjadi.
Dalam kehidupan nyata, memang suatu
faktor sering terkait dan menghasilkan
dampak terhadap pada hal lain. Faktor-
faktor juga saling mempengaruhi. Hal itulah
yang menjadi salah satu sorotan analisis
System Thinking.i Dengan demikian, bila
dipandang sebagai suatu faktor dalam
sistem yang besar, tindakan seseorang,
terutama pemimpin, tentu menghasilkan
dampak berupa hadirnya rangkaian
peristiwa yang tak tersangka. Bahkan
mungkin terjadi dampak berantai dimana
suatu peristiwa menghasilkan peristiwa-
25
peristiwa lainnya dan akhirnya
mempengaruhi pelaku di dalam peristiwa
awal yang menjadi pemicu.
Berdasarkan pandangan tersebut, maka
dalam menjalankan kepemimpinan, salah
satu prasyarat penting untuk menggapai
sukses adalah keharusan menyadari
dampak-dampak yang sudah, sedang dan
akan dihasilkannya.
Apa artinya menyadari dampak? Pertama,
menyadari dampak artinya, seorang
pemimpin harus menyadari bahwa akan
selalu ada dampak dari dirinya. Ia tidak
akan berada dalam kondisi netral. Apa yang
ia lakukan atau yang ia tidak lakukan akan
mempunyai dampak.
26
Kedua, dampak itu diakibatkan oleh apa
yang ia katakan, caranya bergaul,
tampilannya, dimana ia biasa hadir, dan
keputusannya. Apa yang ia tidak katakan,
putuskan, atau tidak sikapi dan lakukanpun
dapat berdampak pada orang lain dan
dirinya sendiri.
Ketiga, ia harus menyadari bahwa berbagai
dampak yang ia hasilkan dapat merupakan
dampak yang positif atau negatif. Positif
berarti dampak tadi berupa pemulihan,
pertumbuhan potensi, dan perbaikan-
perbaikan baik pada orang lain dan bagi
dirinya. Negatif berarti dampak tadi berupa
proses merusak diri atau menyusahkan
orang lain.
27
Pemimpin yang berhasil dengan baik adalah karena mereka mengenali dan mampu mengendalika
Keempat, pemimpin yang
berhasil di dalam
pekerjaannya adalah mereka
yang bukan saja mengenali
namun juga sedapatnya
mengendalikan dampak dari
dirinya tadi dengan mengenali akar atau
pondasi dari kata-kata, sikap, keputusan,
perubatan, gaya hidup dan kehadirannya.
Dampak dari sudut Iman Kristen
Dari sudut pandang Kekristenan, dampak
seorang pemimpin tidak berdiri sendiri di
ruang hampa. Dampak yang ingin ia lakukan
harus terkait dengan dunia dimana ia
berada. Tidak mungkin ia hanya
menginginkan terjadinya sesuatu di dalam
28
dirinya tanpa memperhitungkan dampaknya
bagi lingkungannya. Tidak mungkin pula ia
mengharapkan untuk menghasilkan dampak
di dalam lingkungannya tanpa ia bersedia
mengalami perubahan terlebih dulu sebagai
dampak keinginannya.
Karena Tuhan memiliki rancangan bagi
hidup ini, maka dampak yang seorang
Kristen ingin hasilkan akan dikaitkan
dengan rancangan Tuhan dengan dunia.
Dengan demikian, ia perlu sadari,
mengenali, atau memahami apa yang Tuhan
rancangkan dan sedang lakukan pada dunia
dimana ia berada. Tepatnya, ia perlu akrab
dengan Tuhan untuk memahami apa yang Ia
sedang kerjakan. Semakin tinggi kualitas
keakraban hubungannya dengan Tuhan,
semakin ia dapat memahami dampak yang
29
seharusnya terjadi, bahkan semakin
mungkin ia menjadi saluran kuasa Tuhan
dalam menghasilkan dampak tadi..
Dampak tadi tidak dapat semata-mata
muncul karena kombinasi dari berbagai
faktor seperti, kepribadiannya, lingkungan
dimana ia berada, atau karena kualitas
pengikutnya saja. Dampak tadi harus
muncul justru karena ia lebih bersandar
pada Tuhan atau lebih penuh
mempercayakan diri pada Tuhan
dibandingkan dengan orang lain.
Walaupun demikian bukan berarti ia
mengabaikan tanggung jawabnya serta
membiarkan Tuhan menyelenggarakan
segalanya. Justru ia belajar mempercayakan
diri pada Tuhan sehingga dalam bekerja ia
30
menyadari bagian yang milik Tuhan dan
bagian tanggung jawabnya. Ia tidak
mengambil alih apa yang menjadi bagian
Tuhan. Ia juga tidak melalaikan apa yang
menjadi bagian atau tanggung jawabnya.
Dampak yang berasal dari kesediaan diri
sang pemimpin untuk lebih bergantung
pada Tuhan dan lebih mempercayakan
dirinya akan menghasilkan berkat baik bagi
hidup orang lain yang ia sentuh maupun
bagi dirinya sendiri. Dalam kebergantungan
tadi ia belajar mengurbankan selera,
pandangan, kepentingan diri dan
kecenderungan kerjanya, serta menjadi
semakin taat pada kehendak-Nya.
Sebaliknya, dampak yang hanya didasarkan
pada kekuatan pribadinya sendiri,
31
keterampilannya, kepekaannya membaca
lingkungan, ketajaman kejelasan-sasaran
kerjanya, serta kekuatan koneksinya akan
mungkin saja dapat menghasilkan berkat
bagi orang lain, namun ia sendiri tidak akan
mengalami penuhnya berkat Tuhan bahkan
akan mudah mengalami kelelahan mental.
Seorang pemimpin yang berhasil beberapa
kali tanpa membuka ruang untuk
mempercayakan diri pada kuasaNya lambat
laun akan semakin bergantung pada dirinya,
akhirnya akan mengalami kepahitan dan
kejatuhan.
Contoh di bawah ini menunjukkan
bagaimana dampak dari sikap seorang
pemimpin. Ia adalah seorang yang berupaya
mempercayakan diri dan taat pada Tuhan.
32
Kasus: Dampak Keteguhan Iman Gideon
Gideon adalah seorang yang biasa hidup di
ladang.ii Di jaman dimana ia hidup, orang
Israel sedang mendapat hukuman dari
Tuhan berupa muncullah bangsa penjarah
yang sangat perkasa, yaitu orang Midian,
sehingga mereka dikalahkan, dijajah dan
menjadi melarat.iii
Pada suatu hari, malaikat Tuhan menyapa
Gideon « Hai pahlawan yang gagah berani,
Tuhan menyertai dirimu »,iv jawaban
Gideon sangat sinis. « Bagaimana mungkin
Tuhan benar menyertai kami bila bencana
terus menimpa kami ? »v
Namun Gideon mendapat perintah Tuhan
untuk mengusir bangsa penjajah yang lebih
kuat dari mereka. « Engkau kuutus… »vi
33
Berkali-kali, Gideon dilatih Tuhan untuk
lebih mempercayakan diri padaNya dan
bukan pada kekuatan dirinya. Bayangkan
saja, ia hanya memiliki pasukan yang
berkekuatan 30 ribu orang dan mereka
harus berhadapan dengan orang-orang
Midian, Amalek dan bangsa lain.vii Orang-
orang Midian saja diperkirakan berjumlah
sekitar 135 ribu orang.viii Jadi sekurang-
kurangnya akan terjadi pertempuran satu
orang Israel melawan empat orang musuh
mereka. Di tengah keadaan yang tidak
menguntungkan tadi, Tuhan masih
memerintahkan Gideon untuk menyuruh
pulang 20 ribu orang anak buahnya.ix
Dengan demikian, ia hanya memiliki 10
orang. Bahkan setelah itu, Tuhan hanya
menginginkan Gideon berperang dengan
300 orang saja.x
34
Hal yang menarik bagi kita untuk diingat
adalah, bagaimana 300 orang Israel tadi
bersedia berperang untuk menghadapi
lawan yang berkekuatan 135 ribu orang
lebih. Jadi ketika maju berperang, seorang
perajurit Gideon harus melawan empat
ratus lima puluh orang. Walaupun ada janji
Tuhan, umumnya manusia normal tidak
akan ada yang berani menghadapi keadaan
serupa itu.
Mengapa orang Israel tidak lari atau
meninggalkan Gideon walaupun ia
mengajak mereka melakukan tindakan yang
bertentangan dengan akal sehat tadi? Satu-
satunya kesimpulan adalah karena Gideon
sendiri tidak memperlihatkan kecemasan,
kegelisahan, atau keputusasaan. Memang
Alkitab mencatat bahwa memang ada suatu
35
saat dimana Gideon tetap memiliki
keraguan, namun Tuhan menguatkannya
dengan menyuruhnya dan seorang
bujangnya turun ke lembah, menyelusup ke
tengah musuhnya, serta mendengarkan
kata-kata para musuh tadi. Disana ia
mendapatkan kepastian atas pimpinan
Tuhan, sehingga ketakutannya lenyap.
Bayangkan bila Gideon tidak dapat
mengendalikan dirinya sebagai pemimpin,
atau bila ketakutannya terbaca dengan
gamblang, atau keraguannya masih kentara,
apakah dampaknya? Bayangkan bila Gideon
tidak bekerja keras dan rajin. Mana
mungkin anak buahnya bertahan
bersamanya, bukan? Dampak dari sikap
pemimpin yang bersandar pada kuasa
Tuhan namun rajin bekerja ternyata sangat
kuat pada setiap anak buahnya. Mereka
36
berdisiplin dan menunjukkan keberanian
yang luar batas normal. Gideon dan anak
buahnya yang sedikit itu akhirnya
memenangkan pertempuran.
Hal itu serupa dengan kepercayaan Walter,
putera William Tell, pada ayahnya. Sang
ayah diharuskan oleh seorang penguasa
untuk memanah apel yang diletakkan di atas
kepala anaknya. Resiko yang dihadapinya
sangat besar. Namun bila ia tidak
melakukan hal itu, puteranya akan segera
dibunuh oleh para perajurit sang penguasa.
Ilustrasi: Bagaikan anak yang percaya pada
ayahnya
Seorang anak dengan apel di atas
kepalanya, dan seorang pria memanah apel
tadi dari kejauhan
37
38
Pasal Dua
Mengenal Dampak Kata, Sikap, Kehadiran dan Keputusan seorang
pemimpin
Pada suatu malam, seorang Kaisar
yang bernama Konstantin bermimpi
melihat sebuah benda yang memiliki
tulisan dalam bahasa Latin. Ada
empat buah komponen di tanda itu.
Ia membacanya: IHS dan tanda yang
lain. Sang raja terbangun dan
menafsirkan bahwa kata IHS adalah
”in hoc signo” artinya, ”dalam tanda
ini.” Bertepatan, sang kaisar akan
maju perang. Maka, sesuai dengan
39
impiannya, setiap perajuritnya
diminta menggambarkan tanda yang
ada tulisan tadi. Sang kaisar
memenangkan pertempuran dengan
gemilang. Maka dalam perayaan tadi
ia menanyakan pada penasehat-
penasehatnya apa arti tanda tadi.
Seorang penasehat menjelaskan
bahwa tanda yang digunakan sang
raja adalah gambar sebuah salib,
sedang IHS bukan berarti In Hoc
Signo tetapi Iesus Hominim Salvator
atau Yesus, Juruselamat manusia.
Sang kaisar menjadi sangat tertarik
untuk mengenal agama ini. Tidak
lama kemudian, pada tahun 325
Masehi, sang kaisar menentukan
bahwa pengikut-pengikut Yesus
adalah penganut agama yang benar
40
dan agama tadi menjadi agama
utama di negaranya. Agama tadi
bernama agama Kristen yang
sebelumnya selama sekitar 300
tahun dianggap agama sesat dan
melawan negara sehingga
penganutnya terus menerus
ditangkapi, dianiaya, dan dibunuh.
Tindakan kaisar Konstantin
berdampak luar biasa, karena agama
Kristen menyebar ke seluruh dunia.
Kami yakin bahwa kini Anda tahu bahwa
disadari atau tidak, Anda dan saya
senantiasa menimbulkan dampak kepada
orang lain yang berada di sekitar kita,
sementara orang lain juga memberi dampak
bagi kita. Bila Anda memainkan peran
41
kepemimpinan, berbagai dampak ini perlu
disadari dan dikendalikan karena Anda
berhadapan dengan orang banyak dan
menebarkan pengaruh pada mereka.
Dampak Anda dapat terjadi karena kata-
kata, sikap, keputusan, kehadiran dan gaya
hidup Anda.
1. Dampak dari kata-kata pemimpin
Pada suatu saat, ada sebuah gereja yang
mengalami perpecahan yang buruk. Akhirnya,
tersisa hanya seorang pendeta dan tima belas
orang warga jemaatnya. Mereka berusia di atas
enam puluh tahun. Sang pendeta yang masih
muda terus berupaya meningkatkan jumlah
pengunjung kebaktian mereka, namun gagal
terus menerus.
Dalam kebingungannya, ia mengunjungi seorang
pendeta tua yang sudah pensiun. Dulunya orang
42
itu adalah seorang tokoh pemimpin yang
terkenal di daerahnya. “Bisakah bapak
memberikan saya nasehat bagaiman memulihkan
gereja kami kembali? Atau, mungkin bapak dapat
datang memberikan suatu kebaktian kebangunan
rohani?”
Sang pemimpin tua berbisik, “Maaf, aku tidak
bisa. Waktuku kini kugunakan hanya untuk
berdoa dan menikmati keakraban dengan Tuhan
serta menulis buku.”
Sang pendeta muda merasa kecewa, namun
ketika ia hendak pamit, sang pemimpin tua
berbisik padanya: “Salah satu dari kalian adalah
malaikat Tuhan yang sedang menyamar.”
Sekembalinya ke gereja, sang pendeta
menyampaikan kata-kata sang pemimpin tua
tadi. “Salah satu malaikat ada di tengah kita?
Sedang menyamar?” kata mereka dengan heran.
43
Sejak itu, mereka merenungkan kata-kata tadi.
Akibatnya mereka saling menghormati satu sama
lain dan juga saling mendukung dengan tulus.
Masing-masing anggota kuatir kalau mereka
memperlakukan malaikat dengan cara yang tidak
pantas.
Beberapa waktu berlalu, masyarakat mengamati
perilaku warga gereja dan pendetanya. Satu
persatu orang merasa heran atas kelemah
lembutan, keramahan, peghormatan, ketulusan,
dan kedekatan satu sama lain. Orang mulai ikut
berbakti kembali, sehingga setahun kemudian,
kebaktian minggu diikuti lebih dari 100 orang.
Mereka terbawa dengan kata-kata sang
pemimpin tua: ”Di antara kalian ada malaikat
yang menyamar...”
Dampak dari kata-kata seorang pemimpin
dapat membuat orang memiliki pandangan
44
yang realistis tentang keadaan yang
dihadapinya atau sebaliknya, memiliki
gambaran yang pesimis. Dampak yang
realistis berarti orang melihat bahwa
walaupun tantangan yang dihadapi sangat
besar dan lebih kuat dari modal diri kita,
namun bila sang pemimpin mendengarkan
suara-Nya, taat dan mempercayakan diri
pada Tuhan serta melakukan bagiannya,
Tuhan tidak akan membiarkannya sendirian.
Kata-kata Gideon sebelum menyerang orang
Midian sangat mengesankan: « Bangunlah
sebab Tuhan sudah menyerahkan
perkemahan orang Midian ke tanganmu. »xi
Gideon memberikan dampak yang sangat
hebat dengan kata-kata itu, bahwa Tuhan
sudah berperang bagi mereka atau mereka
tidak dipimpin oleh manusia saja.
45
Sebaliknya bila ia berkata, « Saya tidak
yakin kita akan menang, tapi karena Tuhan
sudah memberikan perintah, marilah kita
upayakan sedapat-dapatnya,…. » dampak
kata-kata itu tentu akan menimbulkan
suasana yang sangat berbeda, entah anak
buahnya akan merasa ragu, putus asa, atau
bahkan lari.
Dampak dari kata-kata juga mengena pada
diri sendiri. Apa yang kita katakan pada diri
sendiri akan berdampak pada persepsi kita.
Selanjutnya persepsi akan mempengaruhi
perilaku kita sebagaimana dipaparkan
dalam cerita gereja di atas. Bagi diri sendiri,
bila Anda mengatakan di dalam hati bahwa
Anda tidak akan mampu melakukan sesuatu
atau mencapai suatu tujuan tertentu, maka
kata-kata itu mempengaruhi persepsi Anda.
46
Kenapa? Dengan kalimat negatip itu
Anda akan luput melihat tersedianya
berbagai pilihan yang ada karena Anda
sudah membatasi cara Anda mempersepsi
pilihan-pilihan yang akan Anda kenali dan
mungkin dapat ambil.
Sebaliknya bila Anda mengatakan, bahwa
Tuhan telah memanggil Anda bertugas dan
melengkapi Anda, tentu kata-kata tadi akan
menghasilkan semangat yang kuat.
Berbagai kesulitanpun akan dipersepsi
secara positif sebagai kesempatan belajar.
Selain dampak dari kata-kata, ada dampak
yang disebabkan oleh komunikasi non lisan,
atau sikap seorang pemimpin.
47
2. Dampak dari Sikap Pemimpin
Di jaman dulu ada seorang putra raja yang
disiapkan oleh ayahnya untuk mewarisi tahta
kerajaannya. Salah satu ujian baginya adalah
tinggal semalam suntuk sendirian di dalam rimba
raya untuk mengukur keberaniannya. Putra
mahkota ini sama sekali tidak merasa takut.
Bahkan ia tertidur dengan nyenyaknya.
Namun dalam tidurnya ia bermimpi. Tuhan
menunjukkan kepadanya api yang bernyata
dengan sebuah piala di dalamnya. Ia
48
mendapatkan penjelasan bahwa, piala itu adalah
piala yang digunakan oleh Kristus di dalam
perjamuan malam yang pertama. Tuhan
mengatakan di dalam mimpinya bahwa, kelak
tugasnya sebagai raja ialah mengawal piala yang
dikenal sebagai benda suci itu. Dengan demikian
mereka yang terluka dan sakit dapat datang
kepadamu dan minum dari piala ini serta
mengalami pemulihan. Dalam mimpi ini sang
putera raja menyadari bahwa, siapa yang
memiliki piala suci ini akan memiliki kuasa yang
besar. Karenanya, tanpa mengucapkan kata
apapun juga, ia merebut piala tadi dari tengah
api dan menyimpannya bagi dirinya sendiri.
Benar saja, ketika ia menyentuh piala itu, ia
merasa suatu kuasa yang hebat memasuki
dirinya, ia merasa seakan Tuhan sendiri. Namun,
ketika ia bangun dari mimpi dan tidurnya, ia
tidak mendapatkan apa-apa, kecuali telapak
tangannya yang terluka, terbakar kemerahan.
Berpuluh tahun kemudian, setelah ia
49
menggantikan ayahnya, seluruh upayanya
digunakan untuk mencari piala suci yang dilihat
dimimpinya itu. Ratusan ahli dan ksatria
ditugaskannya. Ia sendiripun pergi keberbagai
penjuru untuk mencarinya. Semuanya tidak juga
menghasilkan apa-apa. Piala suci itu entah ada
dimana.
Sementara itu, ia menyadari bahwa ada luka
yang lebih parah dari luka yang ada di telapak
tangannya muncul di dalam hatinya. Ia mulai
meragukan dirinya. Ia tidak lagi dapat
i Skyttner, Lars (2006). General Systems Theory: Problems, Perspective, Practice. World Scientific Publishing Company.
ii Hakim-hakim 5: 11.
iii Hakim-hakim 5:6
iv Ayat 12
v Ayat 13
vi Ayat 14
vii Hakim-hakim 7:3
viii Hakim-hakim 8:10
ix Hakim 7:3
x Hakim-hakim 7:7
xi Hakim-hakim 7:16
50
memberikan kepercayaan pada anak buahnya
bahkan pada orang-orang yang dekat padanya.
Semakin hari ia semakin jenuh dengan hidup dan
semua pengalamannya. Ia merasa sangat
kesepian.
Pada suatu hari, seorang badut yang diundang
datang ke istana untuk menghiburnya berjumpa
dengan sang raja yang sedang duduk sendirian
di tamannya. Karena sifat sang badut tidak
berpikir rumit bahkan cenderung sederhana, ia
hanya melihat adanya seorang pria yang muram
duduk sendiri. Iapun bertanya, «Eh, kamu
sendirian, sedang sakitkah ?»
Sang raja menyahut:
"Aku haus, butuh air menyejukkan diriku."
Sang badut pergi sebentar dan mengambil air.
Sang raja menerima dan meminumnya sampai
habis. Dampaknya luar biasa. Ketika itu, luka-
luka di telapak tangannya menghilang dan di
hatinya mulai sembuh. Ternyata di tangannya, ia
51
memegang sebuah piala, yang dulu
dipergunakan Kristus di perjamuan malam
pertamaNya, piala yang ia sudah cari sepanjang
masa ia memerintah.
Ia menengok ke pada sang badut dan bertanya,
“Hei, bagaimana kamu mendapatkan sesuatu
yang sudh dicari oleh semua orang-orang hebat
dan berani ... bahkan mereka gagal?"
Dengan sikap polosnya, sang badut menjawab,
“Aku tidak tahu, aku hanya tahu kamu sedang
sakit dan haus, jadi kuberikan apa yang
kumiliki.”
Dampak dari kepemimpinan sering muncul
akibat sikap yang tulus. Apalagi sikap tadi
disertai kepekaan. Cerita di atas
menunjukkan bahwa sikap serakah dan
egois sang raja menghasilkan luka dan
kesepian, sebaliknya sikap bela rasa dan
52
keberanian yang ditunjukkan sang badut
menghasilkan dampak yang luar biasa,
suatu pemulihan. Seorang pemimpin perlu
menguasai sikap dan kepekaan seperti itu.
Dalam kepemimpinan Kristiani, ketulusan
tadi muncul karena keakraban pribadi sang
pemimpin dengan Tuhan yang akhirnya
menghasilkan rasa terimakasih pada-Nya
dan membuatnya ingin membantu orang
lain agar juga mengalami keindahan
keintiman dengan Tuhan.
Ketika Kristus dibawa ke hadapan Pilatus,
penguasa Yudea, Ia tidak menampilkan
kegentaran. Bahkan Ia menjawab
pertanyaan Pilatus yang meneliti tuduhan
orang Yahudi dengan tenang « kau yang
mengatakan hal itu… »xii Hal ini berdampak
nyata. Orang Yahudi menuduh Kristus di
53
depan Pilatus sebagai seorang yang
menyesatkan, mencegah orang membayar
pajak kepada Kaisar, dan menyebut diriNya,
seorang Raja.xiii Terhadap tuduhan ini
Kristus menjawab dengan tenang dan
menunjukkan bahwa kuasaNya lebih besar
dari kuasa Pilatus sehingga Ia tidak perlu
membela diri. Ia tidak dapat ditaklukkan
oleh seorang penguasa negara maupun
orang banyak. Pilatus menyadari bahwa
tuduhan orang-orang Yahudi tidak benar,
namun ia juga tidak dapat mengabaikan
tuntutan orang Yahudi yang sudah sangat
emosional.xiv Maka, ia menyerahkan Yesus
kepada Herodes yang menguasai Galilea.
Disanapun Kristus berdiam diri. Akhirnya
Herodes mengembalikan Kristus ke pada
Pilatus. Karena tekanan massa, dengan
diplomatis, Pilatus berkata lagi,
54
«Sesungguhnya tidak ada suatu apapun
yang dilakukanNya yang setimpal dengan
hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia
lalu melepaskanNya.»xv
Disini terlihat bahwa, sikap Kristus yang
tidak membela diri membuat baik Herodes
dan Pilatus berada dalam posisi sulit. Secara
hukum, jelas kedua penguasa itu menyadari
bahwa tuduhan yang dilontarkan orang
Yahudi adalah palsu. Secara politis mereka
kuatir kalau terjadi pemberontakan dan
kerusuhan. Maka, Pilatus mengambil
langkah melemparkan bola panas itu kepada
rakyat banyak, ia meminta mereka
memutuskan siapa yang harus dihukum
xii Markus 15:2
xiii Lukas 23:1-2
xiv Yohanes 19:15-16
xv Lukas 23:15-16
55
mati, seorang penjahat atau Kristus.
Kemudian secara simbolik ia mencuci
tangan di depan orang dan memenuhi
tuntutan orang Yahudi untuk menyalibkan
Kristus.xvi
3. Dampak dari keputusan dan perilaku seorang pemimpin
Keputusan Paulus untuk membawa injil
sampai « keujung bumi » membuat orang
Kristen tidak hanya memikirkan suku atau
bangsanya sendiri saja, namun seluruh
bangsa-bangsa di dunia. Keputusan konsili
pertama di Yerusalem yang membebaskan
orang-orang Kristen baru dari hukum
Taurat, kecuali « tidak makan makanan
yang telah dipersembahkan untuk berhala,
dari darah, dari daging binatang yang mati
dicekik dan dari percabulanxvii juga
xvi Lukas 23:24
56
berdampak kuat. Sejak itu, orang-orang
Kristen menjadikan Kristus sebagai pusat
mereka lebih dari segala aturan.
Perlu dicatat, bahwa hal yang tidak
dilakukan seorang pemimpinpun dapat
menimbulkan dampak yang besar. Lihatlah,
kasus anak imam Eli yang oleh ayahnya
dibiarkan menodai kekudusan bait Allah.
Anak-anak imam itu, yaitu Hofni dan
Pinehas menodai kesucian bait Allah.xviii
Ayah mereka tidak melakukan apa-apa.
Akhirnya, keduanya dibiarkan Tuhan
terbunuh ketika pasukan Filistin menyerbu
Israel.xix Eli terkejut dengan tewasnya kedua
anak itu sehingga iapun jatuh lalu
meninggal.xx
xvii Kisah Rasul 15: 29
57
4. Dampak dari Kehadiran Pemimpin
Dampak dari kehadiran seorang pemimpin
seringkali jauh lebih besar daripada yang
diperkirakan orang banyak. Apalagi di
dalam abad dimana kepemimpinan dianggap
sebagai hal yang dapat dipelajari, orang
tidak membayangkan dimana seorang
pemimpin hadir dan absen akan berdampak
besar.
Dalam bulan September di tahun 1862, di
Amerika masih berkecamuk perang saudara.
Sampai pertengahan tahun itu, perang
dimenangkan terus menerus oleh pasukan-
pasukan dari Selatan, yaitu pasukan
Konfederasi dibawah kepemimpinan
jenderal Robert Lee yang genius. Semangat
xviii 1 Samuel 2 dan 3
xix 1 Samuel 4: 17
xx 1 Samuel 4:18
58
lawanya, yaitu pasukan dari Utara yang
dikenal dengan nama pasukan Union sudah
babak belur. Baik pasukan Union yang
disebut sebagai pasukan Potomac yang
berkekuatan awal 120 ribu perajurit dan
pasukan Virginia terus menerus dikepung
dan ditekan oleh pasukan Robert Lee.
Pasukan Konfederasi terus maju tak
tertahankan dan mendekati Washington,
ibukota Union.
Para pemimpin dari kaum Utara sudah
membayangkan hal-hal terburuk yang dapat
terjadi. Mereka tidak dapat menemukan
cara untuk membalik angin yaitu membuat
pasukan yang terpukul babak belur dan
lelah ini menjadi suatu pasukan yang
perkasa dan bersemangat kembali
59
Satu-satunya tokoh yang melihat adanya
solusi dari situasi ini adalah Abraham
Lincoln. Ia mengenal adanya seorang
Jenderal yang telah melatih dan membentuk
pasukan yang kalah ini. Jenderal ini adalah
George McClellan. Tidak ada seorang pun di
dalam Departmen Pertahanan yang
menyukai jeneral yang berusia 35 tahun itu.
Lulusan akademi militer di West Point ini
dikenal sebagai orang yang arogan,
pemberontak dan sangat berhati-hati serta
lambat turun ke lapangan. Ia cenderung
memastikan kelengkapan data lapangan
sebelum mengajukan pasukannya untuk
bertempur. Pendekatannya membuat
beberapa kesempatan emas hilang dan ia
bentrok dengan atasannya, namun di pihak
lain, seluruh anak buahnya mencintai sang
jenderal. Tidak heran sepanjang karirnya
60
jenderal McClelland ini dua kali dicopot dari
jabatannya.
Dengan melalui berbagai protes dan kritik
pada tahun 1862, Lincoln mengangkat
jenderal yang setahun sebelumnya ia sendiri
copot dari jabatannya. Ia memerintahkan
McClellan untuk berangkat ke Virginia dan
memberikan sesuatu yang para pasukan
tidak akan mungkin dapatkan dari siapapun
di bumi: entusiasme, kekuatan, dan
harapan. Sang jenderal berangkat di atas
kuda hitamnya dan menjumpai pasukannya.
Apa yang kemudian terjadi sulit untuk
digambarkan. Pemimpin-pemimpin Utara
dan Selatan tidak dapat menyelesaikannya.
Bahkan McClellan tidak dapat menerangkan
apa yang terjadi. Jeneral ini McClellan
61
berhadapan dengan barisan pasukan Union
yang sedang mundur. Ia mengangkat
topinya dan melambaikannya dengan
bersemangat. Para perajurit yang lelah dan
hampir tertidur sambil berjalan melihat
pemimpin dan bekas guru mereka. Mereka
terkejut dan ikut melambaikan topi serta
berseru. Semangat mereka kembali bangun
bahkan berkobar. Kini mereka maju
kembali dengan keyakinan bahwa keadaan
akan berubah karena sang jenderal sudah
hadir. Tak lama kemudian, jenderal ini
berhasil menahan kemajuan pasukan
jenderal Robert Lee walaupun sebenarnya
bila ia tidak terlalu berhati-hati, pasukan
yang sudah dikalahkannya tadi dapat
dihancurkan sepenuhnya.
Bayangkan Anda dipimpin oleh seseorang
62
yang tidur di hotel berbintang lima
sementara Anda sebagai bawahan bersama
rekan-rekan Anda tidur di tikar dalam tenda-
tenda bobrok sambil kehujanan. Ia tidak
hadir ketika Anda menghadapi kedinginan
dan kelaparan. Maka apa yang terjadi di
lapangan akan tidak dipahami di benak para
pengambil keputusan, dan apa yang
dipertimbangkan pengambil keputusan tidak
dihargai para pengikut. Itulah sebabnya,
Kristus tetap berada bersama murid-murid-
Nya ketika terjadi badai di danau atau
ketika murid-murid-Nya gagal mendapatkan
apa-apa setelah menjala sepanjang malam.
Mengapa kehadiran seorang pemimpin
penting? Ada beberapa kemungkinan :
Kehadiran sang pemimpin memiliki dampak
63
karena menunjukkan keperduliannya pada
situasi bawahannya
Kehadiran memiliki dampak karena
menunjukkan bahwa si pemimpin bersedia
menanggung beban dan penderitaan yang ia
minta anak buahnya tanggung
Kehadiran sang pemimpin menunjukkan
bahwa ia adalah bagian dari kehidupan
bawahan atau pengikutnya dan sebaliknya
Kehadiran sang pemimpin menunjukkan
bahwa ia bersedia memikul resiko besar
yang mungkin dihadapi anak buahnya juga
Kasus: Dampak Kehadiran Kristus di Tepi Danau
Setelah para murid Kristus mendapatkan
kenyataan bahwa, Kristus bangkit dari
kematian, bagaimanakah respon mereka?
64
Menunggu atau menghabiskan waktu di
dalam hal dadakan yang terjadi dan tidak
pernah mereka bayangkan hadir di dalam
hidup mereka itu ? Petrus berkata
kepada teman-temannya, « Aku pergi
menangkap ikan. »xxi Terlihat disini
Petrus ingin menjadi manusia yang
bertindak dan bukan hanya diam atau
menunggu dan merenungkan
kebangkitan Kristus. Ia mengambil
keputusan itu karena, mungkin saja ia
sangat menderita di dalam saat
menunggu tadi, atau mungkn karena ia
menjadi serba salah ketika Kristus
ternyata bangkit. Bukankah ia yang telah
menghianati Kristus sebelumnya ?
Alkitab mencatat bahwa mereka
berangkat bersama naik perahu. Namun,
65
malam itu tidak ada seekorpun ikan
mereka dapatkan.xxii
Kegagalan tadi tentu sangat tidak
terduga, bukankah keterampilan dan
pengalaman mereka di dalam
menangkap ikan bukanlah hal baru?
Bukankah danau tempat mereka mencari
ikan bukanlah lokasi yang baru bagi
mereka?
Ketika hari mulai siang, dalam keadaan
hampir gagal tadi, ketika mereka
memutuskan untuk kembali ke pantai
tempat mereka berangkat, ternyata
Kristus ada di sana, namun mereka tidak
mengetahui bahwa itu adalah Yesusxxiii.
Apakah mereka tidak mengetahui itu
adalah Yesus karena perhatian mereka
66
lebih kepada kegagalan mereka? Apakah
mereka tidak mengetahui karena mereka
tidak memperkirakan bahwa Ia akan
hadir disana, ketika mereka gagal.
Dalam peristiwa itu, Kristus bertanya:
”Apakah kamu mempunyai lauk pauk?”xxiv
Pertanyaan ini seakan merupakan suatu
pertanyaan sederhana. Namun, bagi
seorang Yahudi mengakui kegagalan
mereka dalam mencapai apa yang
mereka inginkan, bukan merupakan
suatu hal yang mudah. Apalagi
mengakuinya di depan seorang yang
mereka tidak ketahui. Namun dampak
dari pertanyaan tadi, mau tidak mau
perhatian mereka teralih dari urusan
xxi Yohanes 21:3
xxii Yoh 25:3xxiii Yoh 25:4
67
mereka kepada orang yang bertanya.
Setelah menerima jawaban itu, Kristus
memberikan mereka suatu perintah.
”Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan
perahu.” Selain itu, Kristus juga
memberikan janji: ”maka akan kamu
peroleh.”xxv
Sangat menarik bahwa para murid
mematuhi usulan atau perintah dari
orang yang mereka tidak kenali itu,
padahal tentunya secara nalar hal itu
sudah mereka lakukan berkali-kali
sepanjang malam. Hasilnya nyata.
Dampak dari kehadiran, kata-kata,
keperdulian Kristus, dan janji serta hasil
nyatanya membuat murid yang dikasihi
68
Kristus mengenali bahwa gurunya ada
disana.xxvi Mereka tidak sendirian di
dalam kegagalan, di dalam penantian,
dan di dalam upaya mereka. Itulah
Kristus yang selalu hadir di dalam
pelayanan dan pergumulan para
pemimpin yang mengasihi-Nya.
Mengenal Dampak Yang Disengaja dan Tidak Di sengaja
Menyadari bahwa dampak yang dapat
terjadi karena kata-kata, sikap, keputusan,
tindakan dan kehadiran seorang pemimpin
xxiv Yoh 25:5xxv Yoh 25:6xxvi Yoh 25:7
69
sangat besar maka, semestinya banyak
pemimpin akan belajar menguasai seluruh
faktor tadi dan mencapai dampak yang baik.
Nyatanya tidak demikian. Apa yang terjadi?
Ternyata, banyak pemimpin menghasilkan
dampak yang tidak disengaja.
Pada dekade 70an, di Amerika jumlah angka
kejahatan terus meningkat. Ahli-ahli dari
berbagai disiplin ilmu membahas hal itu.
Ada yang menyebutkan bahwa akar
masalahnya adalah kurangnya jumlah polisi
dibandingkan dengan jumlah warga. Ada
pula yang menganggap bahwa hukuman
yang diatur negara terlalu enteng bagi
kejahatan yang terjadi. Semakin lama angka
kejahatan terus meningkat dan semua solusi
tidak menghasilkan apa-apa. Maka para
pakar memprakirakan bahwa pada dekade
70
90an dan selanjutnya tiga dari setiap
sepuluh orang akan mengalami peristiwa
kejahatan di dalam hidup mereka seperti,
dibegal, dicuri, diperkosa atau dibunuh.
Nyatanya, kejahatan menurun dari tahun-
ketahun sehingga mencapai 10 persen dari
angka di dekade berikutnya. Apa yang
terjadi?
Seluruh rantaian peristiwa itu terjadi ketika
seorang wanita berusia 16 tahunan
mengalami kehamilan walaupun ia belum
menikah. Wanita berkulit hitam itu datang
dari keluarga miskin dan tidak memiliki
pekerjaan serta penuh dengan catatan
perbuatan kriminal. Wanita tadi
mengajukan permohonan agar bayinya
boleh diabrosi walaupun aturan negara
melarang hal tadi. Permohonan ini diproses
71
di pengadilan negeri dan berjalan berlarut-
larut sampai akhirnya disetujui oleh hakim
pemimpin disana. Anehnya, sang wanita
tidak dapat mengaborsi bayinya karena
kehamilannya sudah berada di tahap yang
lanjut ketika keputusan tadi dikeluarkan.
Apa hubungan keputusan sang hakim itu
dengan turunnya angka kejahatan di USA?
Ternyata keputusan tadi secara tidak
sengaja menghasilkan dampak yang besar.
Dengan aborsi dianggap legal, maka di
kalangan wanita kulit hitam yang hidup di
daerah kumuh, banyak bayi yang
seharusnya dilahirkan dan akan bertumbuh
tanpa ibu yang bertanggungjawab dan tanpa
ayah sama sekali tidak dikandung dan
dilahirkan. Dengan demikian dua puluh
tahun kemudian, tidak muncul para ABG
72
dan muda-mudi yang berpotensi besar
melakukan kejahatan.xxvii
Seperti telah dinyatakan di atas, kita sadari
bahwa seorang pemimpin dapat
menimbulkan dampak dengan sengaja,
namun dapat juga ia menimbulkan dampak
tadi tanpa kesengajaan. Dampak
kepemimpinan Hittler adalah terjadinya
pembunuhan massal yang disengaja.
Dampak kepemimpinan pemerintah Khmer
merah adalah terjadinya pembunuhan tiga
juta orang lebih di Kambodia dan hal itu
merupakan kesengajaan. Sebaliknya,
dampak reputasi kepemimpinan Patin, calon
wakil presiden dari partai republik di
Amerika adalah kekalahan senator McCain,
xxvii freaknomics
73
tentunya hal ini tidak terjadi dengan
sengaja.
Seringkali apa yang seorang pemimpin
lakukan atau abaikan bukanlah hal-hal yang
besar. Hasilnya, tetap menimbulkan dampak
yang sering tidak terbayangkan. Sayang
sekali, sebagian dampak itu tidak disadari
oleh banyak pemimpim. Misalnya, sebagai
pemimpin di dalam konteks organisasi, Anda
datang tepat waktu dalam sepuluh
pertemuan terakhir ini, hal tadi akan
berdampak pada anak buah Anda walaupun
Anda tidak rencanakan. Anak buah itu
seakan mendapatkan pesan bahwa bila
seorang pemimpin selalu datang saja tepat
waktu, anak buahpun harus terlebih
berdisiplin lagi.
74
Dalam konteks yang sama, bila seorang
pemimpin secara teratur memberikan
masukan kepada anak buahnya, hal itu juga
berdampak karena memberi pesan supaya
anak buah juga memberikan masukan
terhadap anak buahnya sendiri. Sebaliknya
bila seorang pemimpin tidak memberikan
masukan secara teratur, hal itu seakan
memberi pesan pada anak buahnya bahwa
mereka dapat mengabaikan hal itu.
Akhirnya, kita perlu menyadari bahwa,
dampak juga terjadi bukan hanya di dalam
organisasi atau komunitasnya sendiri.
Dampak dapat terasa di lingkungan
masyarakat dimana sang pemimpin tadi
bekerja seperti disampaikan dalam cerita
mengenai gereja yang kehilangan
anggotanya di atas. Di dalam kitab Para
75
Rasul, dampak dari pelayanan para rasul
adalah mereka dihormati orang banyak,
walaupun juga ada orang yang merasa takut
pada mereka.xxviii Pelayanan para rasul dan
kepemimpinan mereka berdampak, artinya
membuat masyarakat di sekitar mereka
harus memperhatikan mereka. Orang
banyak jadi menentukan sikap dan tidak
mungkin mengabaikan apa yang diajarkan
dan dilakukan para rasul.
Dampak Bagi Nalar, Emosi dan Perilaku
Seorang pemimpin menghasilkan dampak
pada masyarakat atau lingkungan internal
organisasinya. Di dalam organisasi, ia akan
memberi dampak pada atasannya, pada
mitra kerja, pada bawahannya dan pada
dirinya sendiri. Selain itu, ia juga akan
xxviii Kisah Rasul 5:13
76
menghasilkan dampak bagi lingkungan
eksternalnya, baik pesaing, pemerintah,
atau lembaga-lembaga penilai.
Bila ia bekerja di luar konteks organisasi,
misalnya, seorang penulis, maka dampak
kepemimpinannya akan terkait dengan
pihak-pihak yang berhubungan dengan
dirinya. Seorang seperti Mark Twain yang
menuliskan Huckleberry Fin dan Tom
Sawyer menghasilkan dampak yang
memperkuat gerakan penghapusan
perbudakan.
Berapa jenis dampak dan dalam hal apa saja
dampak dari pemimpin tadi muncul?
Sekurangnya ada beberapa ranah dimana
dampak tadi terjadi. Mari kita tinjau dampak
77
yang terjadi di dalam konteks
kepemimpinan organisasi atau komunitas.
a. Ada dampak pada lingkup kesadaran dan
pengetahuan (dampak lingkup nalar).
Seorang pemimpin perlu membagikan
pengetahuan dan pemahaman. Seorang
pakara bahkan menyampaikan bahwa
seorang pemimpin adalah juga seorang
pendidik.xxix Di dalam konteks organisasi, ia
membuat orang menjadi pembelajar bahkan
ia sendiri mendidik atau mengajarkan apa
yang benar, baik, dan tepat. Pengetahuan
tadi harus dibangun secara teratur dan
bertingkat pada semua pihak yang terkait
dengan organisasinya. Tanpa begitu, maka
terutama para anak buahnya seakan
mendapat pesan bahwa belajar itu boleh
dilakukan dengan tidak teratur, semaunya, xxix Peter Senge, The Fifth Discipline, 1990
78
dilakukan kapan saja, dilakukan untuk apa
saja dan bisa melompat-lompat serta tidak
sistematis.
Bila seorang pemimpin tidak memberikan
pengetahuan dan pemahaman pada semua
pihak yang terkait di dalam organisasinya,
dampaknya, ia akan memiliki organisasi
yang bekerja keras tetapi sangat kurang
kemampuan dan memiliki pengetahuan
yang tidak utuh serta menghamburkan
biaya. Bukan tidak mungkin, maka banyak
orang-orang tertentu dapat cenderung
melakukan tindakan curang karena tidak
memahami bagaimana mengerjakan sesuatu
dengan baik.
b. Dampak kedua yang dapat ditimbulkan
oleh seorang pemimpin adalah dampak pada
79
lingkup emosi atau kejiwaan. Setiap orang
membutuhkan penerimaan, penghargaan,
rasa disayangi, dan diberi kesempatan untuk
berkembang. Bila seorang pemimpin tidak
memberikan masukan positip pada rekan,
anak buahnya atau atasannya, misalnya,
berupa apresiasai, maka dampaknya akan
parah. Anak buah dan mitranya akan dapat
merasa diperas tenaganya atau
dimanfaatkan demi ambisi pemimpin atau
keuntungan sang pemimpin saja. Tentunya
hal ini akan berdampak dalam relasi mereka
dan kinerjanya. Juga ketika ada seorang
rekan, atasan atau anak buah yang baru
memasuki jabatan baru sedangkan sang
pemimpin tidak memberikan ucapan
selamat kepadanya, ia akan merasa bahwa
lingkungannya ini hanyalah merupakan
80
suatu tempat mencari uang dan bukan
merupakan suatu keluarga besar.
Dampak di lingkup emosi ini dapat juga
terasa di masyarakat luar organisasi atau
komunitas sang pemimpin. Seorang
pemimpin yang bersahaja dan ramah,
membuat orang di sekitarnya tertarik pada
kepribadiannya, walaupun mereka tidak
menjadi pengikut atau anak buahnya.
Dirinya membuat orang menghormatinya.
Sebaliknya pemimpin yang arogan akan
menuai kebencian atau iri hati.
Dampak pada lingkup emosi di dalam
lingkungan internal organisasi atau
komunitas dimana sang pemimpin ada dapat
memiliki dua sisi. Di sisi pertama, pemimpin
dapat menimbulkan dampak secara negatif
81
pada hidup emosi anak buahnya. Misalnya,
bila ia terus menerus menularkan suasana
emosi yang negatif, hal ini membuat semua
anak buahnya akan merasa tidak aman,
cemas, dan tertekan. Pada sisi lainnya,
pemimpin dapat menimbulkan dampak
secara positif pada hidup emosi anak
buahnya. Bila ia menunjukkan hal-hal positif
yang mereka telah capai dan menunjukkan
penghargaan, maka hal ini akan menular
dan menimbulkan entusiasme.
c. Dampak ketiga adalah dampak pemimpin
pada lingkup tindakan atau perilaku.
Seorang pemimpin tidak cukup hanya
menghasilkan peningkatan pengetahuan
dan sentuhan emosi pada orang-orang di
sekitar saja, tetapi ia juga sangat perlu
memberikan rancangan tindakan, teladan
82
gaya hidup, keputusan, dan terutama
tindakan yang memberi semangat. Salah
satu hal itu dapat dihasilkan dengan
tindakan yang merupakan pengorbanan diri
dan menunjukkan kualitas kepahlawanan.
Tindakan kepahlawanan seorang pemimpin
tergantung pada jenis pekerjaannya, namun
anak buah hanya mau ikut pada orang yang
berani mengorbankan dirinya dan
menunjukkan keberaniannya seperti pada
Gideon. Ia memberikan pengarahan
tindakan yang sangat rinci dan jelas
sebelum menyerang sehingga anak buahnya
tahu apa yang diharapkan dari mereka.
Iapun memberikan contoh dengan maju
berperang bersama mereka.xxx
xxx Hakim-hakim 7:18-19
83
d. Dampak keempat yang dihasilkan seorang
pemimpin adalah yaitu dampak pada hidup
spiritual rekan, atasan dan anak buah atau
pengikutnya. Seorang pemimpin yang
memiliki kehidupan spiritual akan mampu
melaksanakan hal tadi. Memiliki kehidupan
spiritual berarti menyadari bahwa hidupnya
dan kepemimpinannya merupakan suatu
bagian kecil dari suatu kerangka pekerjaan
Allah yang lebih besar. Kemudian, ia
mengupayakan agar memahami makna
terdalam dari keberadaan dan
pekerjaannya.
Contoh yang paling menarik dari hal itu
adalah ketika David dan seorang anak
buahnya, Abisai, menyelusup ke
perkemahan tentara Saul yang terus
menerus mengejar mereka. Mereka melihat
84
Saul sedang nyenak tertidur. Anak buahnya
memaknai keadaan itu dengan mengatakan
bahwa « Allah sudah memberikan Saul
kepada David. Dengan sekali menombak
saja, Saul akan terbunuh. » Artinya, seorang
yang mengejar-ngejar David dan kawan-
kawannya akan dimusnahkan. Usul itu
adalah hal yang sangat masuk akal
berdasarkan hukum perang. Namun, David
memimpin atau mengarahkan anak buahnya
dengan menunjukkan suatu hukum yang
lebih luhur yaitu pedoman spiritual » Tidak
membunuh orang yang diurapi Tuhan. »xxxi
Dengan cara itu David segera menghasilkan
dampak, bahwa sebagai pemimpin ia
memiliki kadar spiritualitas yang berbeda
dari orang lain, itulah kelebihannya
sehingga orang lain dapat belajar dari
xxxi 1 Samuel 26:1-9
85
teladannya dan hidup dengan spiritualitas
yang lebih dalam.
Dampak di dalam hidup masyarakat
Menggambarkan dampak yang dihasikan
seorang di dalam lingkungan organisasi
tidak terlalu sukar, namun bagaimana
menggambarkan jenis-jenis dampak yang
sengaja dilakukan seorang pemimpin di
dalam masyarakat?
Apakah dampak seorang pemimpin dapat
menyentuh nalar masyarakat? Apa yang
dilakukan oleh Al Gore dalam memaparkan
gejala pemanasan global menunjukkan
bagaimana pola pikir orang dan pandangan
orang dapat diubahkan karena kegigihan
86
seorang memaparkan fakta-fakta dan tren
yang ada.
Dapatkah juga dampak dari seorang
pemimpin mengubah emosi masyarakat?
Sejarah mencatat bagaimana pemimpin
dapat membuat masyarakat diarahkan
untuk membenci atau menyukai suatu hal.
Hitler berhasil membuat orang-orang
Jerman yang biasanya sangat analitis
membenci kaum Yahudi dan
mengangungkan ras Arya. Pemimpin-
pemimpin Jepang mampu mengubah
perasaan tertekan bangsanya menjadi
perasaan optimis untuk mencapai prestasi
sesudah perang Dunia ke dua.
Dampak seorang pemimpin terhadap
perilaku orang banyak terlihat dengan nyata
87
di dalam berbagai peristiwa. Dalam perang
Dunia kedua, misalnya, kata-kata jenderal
MacArthur bahwa ia akan kembali ke Asia
tengara menjadi suatu rujukan perilaku
banyak orang. Demikian juga dengan
Martin Luther King Jr. Dalam pidatonya ”I
have a Dream” suatu visi yang baru
disampaikan dan mengubah perilaku orang.
Tanpa Abraham Lincoln dan Martin Luther
King Jr, mungkin kita tidak akan mengenal
prestasi Obama, Ray Charles, Ophrah
Winfrey dan Tiger Woods, serta orang-orang
berprestasi yang nenek moyangnya berasal
dari Afrika.
88
Pasal Tiga
Prasyarat untuk Berdampak Positif
Ketika bangsa Mongol berhasil membobol
tembok besar dan akhirnya menaklukkan
Cina, para pemimpin mereka merasa sangat
gembira. Bangsa dengan peradaban yang
lebih tinggi dan tua ternyata dikalahkan oleh
bangsa yang berani dan tangguh. Namun,
dalam waktu tidak lama, kerajaan yang
mereka bentuk mulai berjalan seperti sistem
yang dibuat oleh orang Cina. Dalam waktu
89
seratus tahun, peran para pahlawan telah
digantikan oleh para birokrat. Para
pemimpin Mongol menyadari bahwa bangsa
mereka berhasil menaklukan Cina, namun
dalam satu generasi, lingkungan budaya
Cina menelan kekhasan bangsa Mongol dan
lambat laun dapat menghilangkan identitas
diri sang penakluk.
Kita sudah membahas bahwa di dalam
kehidupan, para pemimpin menimbulkan
dampak ke tengah lingkungannya. Namun,
perlu juga disadari sisi lain dari kenyataan.
Lingkungan kerja atau lingkungan
masyarakat di mana sang pemimpin berada
juga dapat menghalangi dirinya dalam
menghasilkan dampak yang kuat.
Lingkungan dimana ia berada juga dapat
90
memberi dampak yang mengubah diri sang
pemimpin.
Ilustrasi
Pemimpin mempengaruhi lingkungan atau
lingkungan mempengaruhi pemimpin?
Bila sang pemimpin menyadari hal di atas,
maka ia akan tahu diri. Ia tidak melebih-
lebihkan kemampuan dan potensinya.
Sebaliknya, ia juga tidak akan mengikuti
arus yang ada di lingkugannya saja atau
menghindari kesempatan untuk mengubah
91
lingkungan dimana ia berada.. Dalam
kepemimpinan Kristiani, ia akan
mengadakan perubahan dan menghasilkan
dampak bahkan berani menanggung segala
resiko, bila Tuhan yang mendorongnya
melakukan hal tadi Selanjutnya ia
menyadari keterbatasannya dan karena itu
ia akan menggantungkan dirinya lebih
penuh kepadaNya. Dalam kekhasannya
inilah, seorang pemimpin Kristen menjadi
inspirasi untuk orang di sekitarnya.
1. Jenis-jenis pemimpin dan Dampak mereka
Ada banyak jenis pemimpin. Secara ringkas,
pemimpin adalah mereka yang secara sadar
menghasilkan dampak yang terencana bagi
92
hidup orang lain dan bagi hidupnya sendiri.
Dampak pemimpin akan terkait dengan jenis
kepemimpinan yang mereka mainkan.
Tentang hal tersebut, dalam dua puluh
terakhir ini banyak sekali tulisan mengenai
hal itu, namun sebagian besar membahas
masalah kepemimpinan di dalam konteks
organisasi. Di dalam konteks itu, beberapa
peneliti yang terkenal seperti Peter Senge
dan Katrin Kaufer membedakan pemimpin
menjadi tiga jenis, yaitu, pemimpin
eksekutif, pemimpin jejaring, dan pemimpin
lapangan.xxxii Pemimpin eksekutif
memangku jabatan-jabatan puncak di dalam
struktur organisasinya. Tugas mereka
xxxii Istilah yang digunakan adalah terjemahan dari Executive Leader, Internal Network Leader and
Line Leader yang diambil dari tulisan Peter M. Senge and Katrin H. Käufer, Communities of Leaders or
No Leadership at All dalam tulisan Barbara Kellerman dan Larraine R. Matusak. Cutting Edge:
Leadership 2000, New York: State University of New York Press, 1999
93
mengkoordinasi berbagai sumber, aktifitas
dan dinamika yang ada. Pemimpin lapangan
melaksanakan apa yang organisasinya
sepakati untuk dicapai sehari-hari.
Pemimpin jejaring menjadi pembawa
informasi dan penjalin hubungan di antara
berbagai pengemban tugas di dalam
organisasinya. Dengan pemahaman
ditunjukkan oleh para ahli itu bahwa,
pemimpin bukanlah hanya mereka yang
memangku jabatan puncak di dalam
organisasinya, karena adapula para
pemimpin yang memiliki pengaruh dan
dampak luas, namun tidak memangku
jabatan apa-apa.
Selain pemahaman seperti dipaparkan di
atas, ada pula pemahaman lain, yaitu bahwa
seorang pemimpin tidak selalu harus
94
bekerja di dalam konteks organisasi, apalagi
organisasi yang modern dan rapih, namun
juga dapat bekerja langsung di tengah
komunitas masyarakat. Dalam pandangan
ini dipahami bahwa seorang pemimpin
bukanlah orang yang berhasil sesuai kriteria
organisasinya saja, namun juga orang yang
memberikan kontribusi yang berkualitas ke
tengah dunia dan menjadi inspirasi dengan
menunjukkan otentisitas diri yang kokoh.
Dengan demikian, dalam pandangan ini,
sang remaja yang dipaparkan di awal tulisan
ini memenuhi syarat untuk disebut sebagai
pemimpin.
Pandangan serupa dipaparkan oleh Chris
Lowney, dalam bukunya, Heroic Leadership.
Lowney adalah seorang yang pada usia 30
tahunan telah diangkat menjadi direktur
95
sebuah lembaga keuangan, yaitu di JP
Morgan & Co dan kini memangku berbagai
jabatan puncak di New York, Tokyo,
Singapore dan London. Sebelum bekerja
disana, selama tujuh tahun Lowney
menuntut ilmu dan kemudian mengajar di
lembaga-lembaga pendidikan dan seminari
Jesuit baik di Puerto Rico maupun di
Amerika.
Dengan menimba kedua jenis
pengalamannya yang unik tadi, Lowney
mendapatkan bahwa seorang yang bekerja
jauh dari organisasinya seperti, Mateo Ricci,
seorang misionaris Katolik di Cina juga
merupakan seorang pemimpin. Bahkan,
seorang petualang seperti Bento de Gois
yang berupaya menemukan Cathay adalah
juga seorang pemimpin. Mulanya, De Gois
96
mendengar suatu legenda yang dibawa oleh
Marco Polo bahwa ada suatu komunitas
Kristen hadir di tengah-tengah bangsa-
bangsa Islam. Ia tertarik untuk menemukan
komunitas ini. Góis dikenang sejarah
karena upayanya membuat ia harus berjalan
sejauh 6000 kilometer selama tiga tahun.
Akhirnya ia tiba di Tembok Besar Cina pada
tahun 1605. Ia berhasil membuktikan bahwa
tempat yang dinamakan Cathay oleh Marco
Polo adalah sama dengan tempat yang
bernama Cina yang disebutkan oleh Mateo
Ricci.
2. Prasyarat Umum Kepemimpinan
Seorang pemimpin jelas memiliki sejumlah
prasyarat untuk dapat memainkan perannya
yang menghasilkan dampak. Hal ini berlaku
97
baik bila kita memandang pemimpin sebagai
seorang yang otentik dan bekerja sendiri
demi dunia atau kita melihatnya sebagai
seorang yang meninggalkan hal yang
bermakna bagi organisasinya, mereka perlu
memiliki sejumlah prasyarat agar dapat
melaksanakan kepemimpinan yang
berdampak baik. Namun, apakah
prasyaratnya tadi?
Untuk menjawab pertanyaan itu, kita akan
meneliti hidup para tokoh yang secara
populer di dalam sejarah dunia dipandang
sebagai pemimpin. Dengan upaya ini
mungkin dapat kita dapat menyimpulkan
prasyarat umum yang patut dimiliki oleh
seorang pemimpin. Kemudian kita akan
meneliti bagaimana para pemimpin Kristen
memainkan perannya.
98
Nama Konteks
Winston Churchill Perang Dunia kedua
Mahatma Gandhi Kemerdekaan India
Abraham Lincoln Perang Saudara di Amerika
Martin Luther King Jr. Gerakan Hak Sipik
Nelson Mandela Perjuangan pembebasan di Afrika Selatan
Eleanor Roosevelt Partisipasi wanita di dalam
hidup publik
Sukarno Kemerdekaan Indonesia
Kaisar Wudi Kekaisaran China di abad ke dua sebelum masehi
99
Adakah kesamaan prasyarat yang mereka
miliki sebelum menghasilkan dampak
seperti yang kita baca di dalam sejarah serta
mereka tetap memiliki otentisitas yang
kokoh?
Mungkin terlebih dulu kita perlu membahas
mengapa prasyarat-prasyarat itu penting. Bila
menggunakan metafor, prasyarat tadi dapat
disebutkan bagai suatu jangkar kapal yang
memang sehari-hari seakan tidak terlalu
berfungsi dan diperlukan, namun justru pada
saat krisis, kegunaannya sangat luar biasa.
Prasyarat juga dapat diibaratkan sebagai
suatu kemudi kapal besar yang berlayar.
Walaupun kemudi itu tidak terlihat dan kecil
wujudnya, perannya menentukan arah gerak
dari kapal tadi.
100
Ilustrasi
Jangkar dan Kemudi (Dua gambar)
Banyak orang memberikan pandangan yang
berbeda-beda mengenai prasyarat
kepemimpinan tadi. Dalam kepemimpinan di
masyarakat, Lowney misalnya, menekankan
perlunya prasyarat yang holistik, yaitu,
seorang pemimpin harus lebih dulu memiliki
kesadaran diri yang tinggi, otentik, kasih,
dan kepahlawanan.xxxiii
A. Kesadaran diri adalah pemahaman yang mendalam mengenai kekuatan, kelemahan, nilai-nilai dan pandangan hidup
B. Otentik artinya dengan keyakinan diri berinovasi dan menyesuaikan diri ke tengah dunia yang berubahxxxiii www. Chrislowney.com
101
C. Kasih artinya melibatkan orang-orang lain dengan sikap positif untuk memungkinkan potensi mereka berkembang
D. Kepahlawanan artinya memberdayakan diri sendiri dan orang-orang lain dengan ambisi-ambisi yang heroik dan dorongan untuk mencapai keistimewaan.
Selanjutnya dalam praktek, oleh Lowney
hal-hal itu dijabarkan oleh seorang
pemimpin sebagai berikut
Ia memberikan teladan dalam cara kerja dan
pola kepribadiannya
Ia mengispirasikan orang dengan visi yang
tajam atau kejelasan warisan «legacy» yang
ia ingin tinggalkan di dunia ini
Ia berani mempertanyakan atau mengkritisi
proses, prosedur, budaya, cara kerja dan
kebiasaan-kebiasaan yang sudah dijalani
sejauh ini baik oleh dirinya maupun
organisasinya
102
Ia juga memampukan orang lain (melatih
dan membuat sistem) agar orang dapat
bergerak melaksanakan apa yang mereka
dan dirinya sepakati
Ia memberikan appresiasi, mengangkat hati
mereka, dan mendukung mereka dalam
pelaksanaan tugas merekaxxxiv
Dalam konteks organisasi, sejumlah
prasyarat kepemimpinan didaftarkan oleh
beberapa ahli seperti Robert W. Rogers,
President dari Development Dimension
Internationals dan Audrey B. Smith,
wakilnya. Mereka menggambarkan
prasyarat-prasyarat berikut ini dalam kaitan
dengan prasyarat pemimpin eksekutif:
o Pribadinya menjanjikan
xxxiv Kouzes dan Possner----------------------
103
o Gandrung dengan pengembangan diri
o Mampu menguasai kerumitan
o Seimbang dalam keteguhan berpegang
nilai-nilai dan pada upaya memberikan
hasil nyata.
Sehari-hari, ke empat hal tadi dapat
dirincikan sebagai berikut:
Ia cenderung mengambil peran pemimpin yaitu bersedia memikul tanggung jawab.
Ia bersedia menjadi pengarah dan pemrakarsa serta bersedia menjadi orang yang memikul tanggung jawab
Ia juga cenderung mendorong orang lain agar bertumbuh dan menjadi lebih berkualitas.
Ia juga memegang teguh integritas, kejujuran, dan orisinalitas. Salah satu contohnya, ialah bahwa ia berani mengakui kesalahan yang dibuatnya, atau mengekspresikan pemikirannya
Ia bersedia terus menerus belajar Ia bersedia dengan hati luas menerima
masukan dari banyak pihak, termasuk kritik-kritik pedas
104
Ia memiliki minat yang luas dan rasa ingin tahu yang besar, termasuk belajar dari kesalahan orang lain dan ia cenderung banyak bertanya
Ia berminat menguasai hal-hal yang kompleks, bertindak cepat dan bekerja efektif.
Ia mengadakan penyesuaian diri namun menjaga fokusnya dalam berbagai keadaan.
Ia mampu menterjemahkan hal-hal kompleks menjadi hal-hal konkret dan mudah dipahami
Dalam keadaan yang tidak pasti dan banyak berubah, ia tetap dapat memelihara efektifitas dalam kerja
Ia memiliki kecocokan dengan nilai dan budaya di dalam komunitas atau organisasi ia bekerja.
Ia memiliki nilai yang serupa dengan nilai-nilai organisasinya
Ia memiliki perilaku yang cocok dengan perilaku ideal di organisasinya
Ia memliki karakter dan gaya kerja yang cocok dengan organisasinya
Ia adalah seorang yang memiliki semangat untuk menjadi produktif dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul
Ia memiliki komitmen yang tinggi Ia mengejar kualitas proses dan hasil yang
tinggixxxv
105
3. Kekhasan Prasyarat Pemimpin Kristiani
Bagaimana dengan prasyarat bagi seorang
pemimpin Kristiani? Kepemimpinan Kristiani
disini berarti bahwa kepemimpinan atau daya
yang
o berdasarkan pada kebergantungan pada
kuasa penebusan Kristus,
o dibangun atas keinginan mengabdikan
diri bagi Kristus, dan
o mengutamakan tercapainya rancangan
Allah di dunia.
Jadi kepemimpinan Kristiani ditujukan untuk
mencari dampak bukan
terutama untuk kepentingan
sang pemimpin, namun bagi
xxxv Robert W. Rogers and Audrey Smith, Finding Future Perfect Senior Leader: Spotting Executive
Potential, Employment Relations Today, volume 31, Issue 1 , Pages 51 – 60.
Wiley Periodicals, Inc., A Wiley Company, 2004
106
Jadi
kepemimpinan
Kristiani ditujukan
untuk mencari
dampak bukan
terutama untuk
kepentingan sang
pemimpin,
namun bagi
orang-orang yang
orang-orang yang mengikutinya, konteks
dimana ia berada dan untuk Tuhan.
Dalam buku kami yang pertama dari seri
Kepemimpinan ini, yaitu Kamu Juga Bisa,
diisyaratkan bahwa seorang pemimpin harus
mulai dengan kebergantungan pada Tuhan,
percaya diri, dan percaya pada orang lain.
Selanjutnya, berdasarkan Alkitab terlihat bahwa
seorang pemimpin perlu menyadari bahwa ada
kesenjangan antara kenyataan yang kasat mata
dan standar ideal yang seharusnya. Akhirnya,
seorang pemimpin patut membiarkan hatinya
tergerak untuk mengambil tindakan nyata.
Selanjutnya, kalaupun dampak pekerjaannya
terbatas, ia tidak merasa kecil hati atau enggan
bekerja selama ia sudah mengikuti rancangan
Tuhan baginya. Sama seperti si remaja di tepi
pantai, sang pemimpin tidak akan merasa sia-
107
sia ketika ia melakukan sesuatu walaupun
pantai yang dijalaninya sangat panjang, ia
hanya memiliki dua tangan, dan masih ada
ratusan pekerjaan tidak akan dapat ia tangani.
Jadi pemimpin Kristiani memiliki sejumlah
prasyarat untuk melakukan perannya dengan
baik sehingga muncul dampak yang berkualitas.
Dampak yang berkualitas tidak berarti megah
dan luar biasa atau spektakuler baik di
organisasinya maupun di masyarakat..
Di dalam konteks organisasi, dampak yang
dihasilkan akan membangun organisasi
tersebut. Dalam hal ini Kouzes dan Posner
sangat jitu ketika menggunakan istilah
“pemimpin adalah dia yang meninggalkan
warisan atau legacy.”xxxvi Di dalam kehidupan
masyarakat, dampak yang dihasilkan muncul xxxvi
108
karena inspirasi yang ditinggalkan oleh seorang
pemimpin yang memiliki otentisitas penyerahan
diri yang kokoh, seperti yang dihasilkan oleh
Nelson Mandela di Afrika selatan.
4. Pondasi bagi Kepemimpin Kristiani
Martin Luther King Jr. menyatakan, “Jadi, saya
katakan pada kamu. Carilah Tuhan dan dapatkan
Dia. Jadikan Ia kuasa dari hidupmu. Tanpa Diri-
Nya, seluruh upaya kita akan menjadi debu dan
matahari kita akan segera menjadi malam yang
gelap. Tanpa Dia, hidup ini hanya merupakan
drama yang tidak bermakna dimana adegan-
adegan pentinya lenyap. Tapi, dengan Dia, kita
akan mampu bangkit dari tengah malamnya
keputusasaan menuju sukacitanya hari yang
baru.
109
St. Agustinus benar ketika mengatakan bahwa
kita dicipta untuk Tuhan dan kita akan terus
menerus resah sampai kita menemukan
perhentian di dalam-Nya. Kasihilah dirimu, bila
itu berarti secara nalar, kesehatan dan
kepentingan moral kita. Kalian diperintahkan
untuk melakukannya. Itulah sisi panjang
kehidupan. Kasihilah sesamamu manusia seperti
kamu mengasihi dirimu sendiri. Itulah lebar dari
kehidupan. Namun jangan lupa ada perintah
yang lebih utama, yaitu kasihilah Tuhan Allahmu
dengan segenap hati, seluruh jiwa dan sepenuh
akal budimu. Itulah tingginya kehidupan. Bila
melakukan hal itu, kamu akan menjalani hidup
yang utuh. Martin Luther King Jr.xxxvii
110
aa
Visinya
Nilai-nilai utamanya
Gambar diri dan pengenalan potensi
Pandangannya tentang dunia
Hubungannya dengan Tuhan
Perilaku dan dampaknya
Dalam kepemimpinan Kristiani, salah satu
dampak yang kuat biasanya berlandaskan
pada siapa diri sang pemimpin,
pengetahuan yang ia miliki, dan apa yang ia
lakukan. Siapa diri seseorang ditentukan
oleh hubungannya dengan Tuhan,
pandangannya tentang dunia, nilai-nilai
rujukannya, pengenalan atas potensinya,
visinya tentang peran yang harus dimainkan
111
sang pemimpin di dalam dunia. Selain itu
dampak akan terkait dengan pengetahuan
dan keterampilannya, khususnya bagaimana
ia terus menerus memperbaharui atau
mempelajari pengetahuan dan keterampilan
baru. Di bawah ini akan diuraikan beberapa
hal yang menjadi faktor dasar untuk
menghasilkan dampak tadi.
a. Hubungannya dengan Tuhan: Tahu tempatnya
Day by DayOh, Dear LordThree Things I prayTo see The more clearlyTo love Thee more dearly Day By Day
Henry Blackaby menyatakan bahwa apa
yang Tuhan inginkan dan rencanakan pada
dasarnya terfokus pada keakraban
112
hubungan dengan kita. Tidak ada yang
melebihi kerinduan-Nya kecuali kita
mengalami hubungan yang indah dengan
diri-Nya.xxxviii
xxxvii So, I say to you, seek God and discover him
and make him a power in your life. Without him
all of our efforts turn to ashes and our sunrises
into darkest night. Without him, life is a
meaningless drama with the decisive scenes
missing. But with him, we are able to rise from
the fatigue of despair to the buoyancy of hope.
With him, we are able to rise from the midnight
of desperation to the daybreak of joy.
“St. Augustine was right: we were made for God
and we will be restless until we find our rest in
him. Love yourself, if that means rational, healthy
and moral self-interest. You are commanded to
do that. That is the length of life. Love your
neighbour as you love yourself: you are
113
Dengan demikian, maka seorang pemimpin
Kristiani adalah seorang yang menghasilkan
dampak dalam hubungan antara orang di
sekitarnya dengan Tuhan. Semakin orang-
orang jadi akrab dengan Tuhan, berarti ia
merupakan seorang pemimpin yang
berhasil.
Hal itu tidak akan terjadi bila sang
pemimpin diikuti orang karena berbagai
kelebihannya seperti kepandaiannya,
tampilannya, relasinya, atau kekayaannya.
Dampak tadi terjadi bila orang terinspirasi
commanded to do that. That is the breadth of life.
But never forget, there is a first and even greater
commandment: Love the Lord your God with all
thy heart, and all thy soul, and all thy mind. This
is the height of life. When you do this, you live
the complete life.” Martin Luther King Jr.
xxxviii
114
oleh keakraban sang pemimpin sendiri
dengan Tuhan. Dampak itu terjadi karena
Tuhan berkenan menggunakan sang
pemimpin yang sudah akrab dengannya
sebagai saluran berkat-Nya.
Selanjutnya untuk memelihara dampak tadi
dalam, hidup sehari-hari, banyak buku dan
petuah yang mengajarkan bagaimana
pemimpin menghasilkan dampak yang
diinginkan. Di Alkitab tercatat bagaimana
rasul Paulus di abad pertama menuliskan
bagaimana ajaran yang ia yakini dan
mengirimkan tulisan itu ke jemaat purba
yang ada di kota Roma. Di tengah-tengah
tulisannya itu ia menyatakan: ”... siapa yang
memberikan pimpinan hendaklah ia
melakukannya dengan rajin...”xxxix
xxxix Roma 12:8
115
Mengapa Paulus menuliskan demikian?
Mengapa ia tidak menuliskan bahwa
kepemimpinan sepatutnya dilakukan dengan
penuh wibawa atau dengan cerdas agar
berdampak kuat? Barangkali bukankah kita
anggap semestinya kepemimpinan
dilaksanakan dengan penuh iman?
1. Untuk memahami hal ini, pertama-tama,
kita perlu mengerti bahwa kepemimpinan
adalah suatu pelayanan yang khas.
Dibandingkan dengan pelayanan konseling
atau pendidikan dan penatalayanan,
pelayanan kepemimpinan membutuhkan
energi dan daya juang yang sangat tinggi.
Sang pemimpin harus terus menerus
waspada, siap membuat terobosan, serta
memelihara komitmen, keyakinan, karakter,
116
keberanian dan kreatifitas di samping
kebergantungannya pada Tuhan. Pemimpin
juga harus menyatukan dan mengarahkan
berbagai-bagai pelayanan yang ada di
tengah organisasi atau komunitasnya.
Hal ini tidak akan terjadi bila ia tidak
melakukan segalanya dengan rajin. Rajin
disini berarti bahwa ia bekerja lebih keras
dari orang lain, lebih bersedia
mengurbankan diri, dan lebih fokus dalam
segala tindakannya. Rajin berarti ia terus
menerus belajar untuk mengarahkan
umatnya atau pengikutnya dengan benar.
Rajin berarti juga ia harus terus menerus
berupaya mengenali kehendak Tuhan,
Seorang pemimpin yang bekerja keras
seperti itu menjadi teladan dalam
117
penggunaan waktu, tenaga, dan sumber-
sumbernya namun dampak utamanya harus
nyata dalam hidup spiritual bagi orang lain.
2. Rajin dan bekerja keras berarti pemimpin
tahu apa yang Tuhan percayakan padanya
atau jadi bagian yang diri harus pikul dan
apa yang jadi bagian Tuhan di dalam hidup.
Dalam kemampuan mengenali adanya kedua
hal tadi, maka seorang pemimpin menjadi
inspirasi.
Dengan singkat, Paulus menekankan
kerajinan karena Paulus memahami bahwa
di dalam proses pelayanan ada urusan yang
merupakan bagian Tuhan. Tuhan akan
menangani berbagai hal. Namun adapula
beban yang diberikanNya pada manusia
yang mengabdi padanya, terutama sebagai
118
pemimpin. Jadi ada hal-hal yang merupakan
bagian Tuhan dan ada yang merupakan
bagian manusia.
b. Pandangannya tentang Dunia
Seorang pemimpin menyadari bagian
tugasnya di dalam dunia. Dengan atau
tanpa karyanya, dunia akan terus berputar.
Dengan atau tanpa karyanya, Tuhan akan
mewujudkan rencana-Nya dengan dunia.
Namun, Ia memberi tempat bagi manusia
untuk ikut mengambil bagian di dalam
rencana tadi. Jadi seorang pemimpin harus
tahu pada batas-batasnya. Ada batas untuk
kuasa dan wewenangnya.
Salah satu hal penting yang perlu seorang
pemimpin pahami mengenai dunia dan
tugasnya di dalam hidup adalah bahwa
terdapat batas waktu. Tidak selamanya
119
seorang pemimpin menjalankan tugasnya. Ia
berada di antara pemimpin-pemimpin yang
berada sebelum ia bekerja dan pemimpin-
pemimpin yang akan muncul dan
melanjutkan tugasnya di masa depan. Ia
hanya memainkan perannya di dalam satu
bagian kecil dari Kerajaan Allah dan
sejarahnya.
Apa yang baik dan jitu yang telah ia lakukan
di masa lalu tidak berarti akan baik dan jitu
untuk masa kini apalagi di masa depan.
Karena itu tugas dan ukuran sukses seorang
pemimpin Kristiani adalah lahirnya
pemimpin-pemimpin baru yang ia
kembangkan. Bahkan bila sang pemimpin
baru bekerja dengan cara dan gaya yang
beda, ia tidak perlu merasa kecil hati atau
dipinggirkan karena ia sudah melakukan
120
bagian yang merupakan tugasnya dan
metodenya mungkin tidak lagi relevan untuk
masa dimana pemimpin baru ini bekerja.
121
Pasal Empat
Gambar diri dan Potensi Yang Tersembunyi
Gambar Diri: Hidup dalam Syukur
Pada suatu hari, seorang wanita berdiri di
depan cerminnya. Ia melihat bahwa ia hanya
memiliki tiga helai rambut yang tersisa di
kepalanya akibat suatu kecelakaan yang
dialaminya. Dengan senyum ia berkata di
dalam hati. « Tiga helai rambut… bagus
sekali pemberian Tuhan ini, sekarang aku
dapat menguntainya, membuat kepang
rambut. » Ia melakukan hal itu dan
sepanjang hari ia menyukai karyanya.
122
Dua minggu kemudian, ia kembali
bercermin dengan cemat dan menemukan
bahwa rambutnya tinggal dua helai. Ia
tersenyum dan berkata, « Nah, sekarang
aku dapat menggunakan gaya belah tengah.
Ia menyisir rambutnya yang satu kekiri dan
yang satu ke kanan. » Iapun melanjutkan
hari-harinya dengan gembira karena apa
yang ia miliki dianggapnya pemberian
Tuhan yang memadai.
Sebulan kemudian, wanita itu mendapatkan
rambutnya tinggal sehelai. Ia kembali
tersenyum dan kini memutuskan untuk
menjadikan rambut itu seperti ekor kuda
yang tipis. Tak lama ia dapat menikmati hal
itu, suatu pagi, ia menemukan bahwa
seluruh rambutnya rontok. Ia tersenyum
dengan lebar, « Nah, kini aku tidak perlu
123
lagi direpotkan dengan rambutku. Aku
bergabung dengan Telly Savalas dan Jul
Brinner. Tuhan membebaskan aku dari
kepusingan dalam urusan rambut » Ia
melanjutkan kehidupannya dengan gambar
diri yang semakin kokoh. Apapun yang
Tuhan berikan padanya cukup indah dan
dapat dinikmati.
"Always be a first-rate version of yourself,
instead of a second-rate version of
somebody else." (Selalu jadilah versi terbaik
dari diri Anda daripada versi lumayan dari
diri seorang lain). Judy Garland
Kalimat di atas patut disimak baik-baik
karena keluar dari mulut seorang wanita
yang pada tahun 1999 mendapatkan
penghargaan yang luar biasa di dunia
124
perfilman. Namun, sepanjang hidupnya
selama 47 tahun ia terus menerus
menimbulkan masalah dengan dirinya,
terhadap orang lain, dan bagi pasangan
hidupnya. Ia memiliki gambar diri yang
tidak kokoh. Terus menerus ia meragukan
dirinya. Akhirnya, ia meninggal karena
tanpa sengaja menelan obat penenang
dalam jumlah yang berlebihan. Judy Garland
sudah melakukan banyak hal di dalam
hidupnya, namun ia menderita karena tidak
memiliki gambar diri yang kokoh.
Sebaliknya, cerita tentang wanita yang
botak menggambarkan seorang yang sangat
kekar dalam gambar dirinya dan bahkan
karenanya dapat terus menerus bersyukur
dan menikmati hidup.
125
Kita dapat menjadi pemimpin yang memiliki
gambar diri yang kokoh. Para pemimpin
yang memiliki hal itu sanggup menghadapi
kritik, gossip, kemiskinan, kesalahan,
kerugian, pengucilan, bahkan pembunuhan
karakter. Mereka terus berjuang sampai
akhirnya menjadi inspirasi bagi orang lain.
Potensi mereka mengalir sepenuhnya dan
membawa dampak yang luas dan positif.
Mereka membuktikan pendapat populer
bahwa « Anda tidak akan pernah melesat
lebih tinggi dari apa yang Anda bayangkan
mengenai dirimu sendiri »
Sebaliknya ada pemimpin yang memiliki
gambar diri yang lemah. Mereka mudah
goncang dan kecewa ketika orang tidak
menerima atau mengabaikan mereka.
Mereka melarikan diri dan menjauh dari
126
orang banyak ketika serangan pada diri
mereka begitu besar. Namun ketika hal itu
tidak terjadi, mereka merasa kuat dan
percaya diri karena citra dirinya didasarkan
pada relasi yang kuat, dana yang tersedia,
pencapaian mereka, dan kesehatan mereka.
Bagi pemimpin Kristen, gambar diri yang
kokoh dimulai dengan pemahaman
mengenai tempat seorang pemimpin di
dalam sejarah atau di dalam dunia
sebagaimana telah kita uraikan sebelumnya.
Selanjutnya, seorang pemimpin perlu
memiliki hubungan yang akrab dengan
Tuhan dan menjadi semakin peka pada
kehendakNya. Keakraban ini merupakan hal
yang bernilai baginya sehingga ia
mensyukuri terjadinya hal tadi. Sebutan
127
lainnya ialah ia memiliki spiritualitas yang
kuat.
Mengapa hal itu penting? Mengapa memiliki
keintiman atau kedekatan denganNya
begitu penting? Memiliki harta, reputasi,
dan relasi tidak menjaminkan kita merasa
aman karena semua faktor eksternal itu
tidak dapat diandalkan dan tidak selalu
hadir. Semua yang kita banggakan di suatu
masa, dapat menjadi hal yang memalukan di
masa depan. Bukankah di dunia politik hal
itu terlihat dengan nyata? Relasi yang
dianggap menguntungkan pada suatu
periode menjadi resiko di periode lainnya.
Semua hal eksternal memiliki daya guna
terbatas di dalam sejarah dan dalam
perubahan-perubahan.
128
Memiliki hal-hal di atas tidak menjaminkan
pertumbuhan kualitas kira sebagai
pemimpin. Banyak pemimpin tidak
bertumbuh dalam kematangan mereka
setelah banyak hal eksternal dimilikinya.
Sebaliknya, kedekatan orang dengan Tuhan
membawa kepada pembelajaran non stop
sepanjang hidup.
Jadi, memiliki harta, reputasi, dan relasi
tidak selalu memberikan gambar diri yang
kuat. Gambar diri yang lemah tidak dapat
ditutupi oleh harta, reputasi, dan relasi yang
hebat. Ketika seseorang berada sendiri,
gambar dirinya yang asli akan muncul ke
permukaan. Di saat itu terlihat apakah ia
seorang yang mensyukuri keakrabannya
dengan Tuhan, kesempatan menjadi peka
129
pada suara-Nya, dan kesempatan
mengambil bagian di dalam karya Tuhan.
Siapa yang hidup seperti itu akan terus
bersyukur karena Tuhan sendiri ingin
pemimpin-pemimpin mengenali kekuatan
dan kasihNya secara lebih penuh. Dengan
demikian, mereka yang hidup dengan
keakraban dengan Tuhan akan terus
menerus hidup dalam ketakjuban atas
ungkapan kasih dan kuasa-Nya.
Jadi, akar dari suatu gambar diri yang kokoh
harus berasal dari sesuatu yang sifatnya ada
di dalam dirinya. Istilah lainnya
130
adalah intrinsik. Hal intriksik yang paling
utama bagi seorang pemimpin Kristen
adalah kedekatan dengan Tuhan. Hanya hal
inilah bermakna baginya.
Ilustrasi:
131
Memahami Potensi dan Jebakan Kenyamanan
Dalam kenyataan, banyak pemimpin yang
memiliki gambar diri yang baikpun, gagal
menghasilkan dampak yang terbaik, karena
mereka hanya menggunakan dua puluh atau
tiga puluh persen dari potensi mereka.
Mereka mempercayakan diri pada Tuhan,
namun tidak taat untuk melakukan tugas
yang merupakan bagian mereka.
Dampaknya, mereka juga cenderung
mengharapkan orang lain hidup dalam cara
seperti itu. Mereka hidup dalam ruang yang
dikenal dengan nama ruang lumayan.
Ruang lumayan adalan ruang yang kita
bentuk di benak kita. Semua usaha kita
diarahkan untuk menghasilkan pencapaian
yang kita anggap layak untuk memenuhi
132
ruang lumayan tadi. Untuk dapat tersimpan
disana, kriterianya memang tidak tinggi.
Sebuah aktifitas yang dampaknya rencah
sudah dapat dianggap sebagai pencapaian
di dalam ruang lumayan. Suatu prestasi
yang dicapai dengan terlambat juga
dianggap sudah dapat dianggap layak di
dalam ruang ini. Suatu proses
kepemimpinan yang tidak menghasilkan
prestasi yang tahan lama juga dianggap
cukup memadai. Semakin banyak yang
disimpan disana, semakin puas sang
pemimpin
Padahal manusia dapat menciptakan ruang-
ruang lain, misalnya ruang hasil optimum.
Bila kita hidup di ruang hasil optimum,
maka semua upaya kita arahkan untuk
disimpan di ruang ini. Memang kriterianya
133
tinggi. Semua pencapaian harus sedapat-
dapatnya berkualitas tinggi, sesempurna
mungkin, tepat waktu, dapat dievaluasi, dan
tidak melebihi anggaran serta membuat
orang bersama bertumbuh dalam proses
meraihnya.
Bagaimana sebagai pemimpin atau calon
pemimpin, kita dapat mulai menciptakan
ruang yang seperti itu dan meninggalkan
ruang lumayan? Perlu terlebih dulu kita
kenali bahwa, seorang yang mau
menciptakan hal itu harus menyadari siapa
dirinya, khususnya tempatnya di dalam
sejarah kerajaan Allah seperti telah kita
uraikan sebelumnya sehingga ia tahu apa
yang jadi bagian tugasnya.
134
Mengenal Dua Nahkoda yang tersembunyi
Setelah seorang pemimpin memiliki
pemahaman yang benar mengenai
peranannya dalam sejarah kerajaan Allah
dan ia mengenal pula keseluruhan
potensinya apakah otomatis ia akan
menghasilkan dampak yang tepat baik
melalui kata-kata, sikap dan keputusannya?
Hari ini saya duduk menonton sebuah video
pelatihan. Di dalam video itu terlihat
seorang pelatih berbaju batik berbicara
dengan tersenyum di atas panggung.
Gerak-geriknya santai serta memberikan
kesan bahwa ia hanya membagikan
pengalaman pribadinya, seakan sedang
mengobrol di sebuah kedai kopi. Ia tampil
bagaikan seorang penutur cerita yang
135
mengikat perhatian pendengarnya. Ada
ketenangan dan ada kebahagiaan terpancar
pada dirinya.
Saya merasa heran melihat tandang dan
suasana menyenangkan yang ia hasilkan
dalam pelatihan itu. Dampaknya membuat
saya mengingat kasih dan kuasa Tuhan.
Dulu, saya tahu benar bahwa orang itu
adalah seorang pemarah yang mudah
tersinggung. Ia hidup dengan penuh
kekuatiran, workaholik, dan mengidap
kerisauan yang berkepanjangan. Tidak
jarang ia merasa terpukul bila ia tidak
dihargai atau diterima orang lain. Cara ia
berbicara sering menyakiti orang lain
walaupun ia tidak bermaksud demikian. Ia
merupakan orang yang kehadirannya
membawa suasana tegang, tertekan, dan
136
tidak menyenangkan. Untunglah ia memiliki
istri yang memahami siapa dan nahkoda
yang tersembunyi di dalam dirinya, bahkan
potensi-potensinya. Wanita inilah yang
sebenarnya menjadi mentornya.
Saya mencari rekaman film yang berisi
pelatihannya yang dipimpinnya pada
sepuluh tahun yang lalu. Disitu, saya
mendapatkan kesan bahwa orang itu
memberikan pertunjukkan yang menarik di
panggung. Ia menikmati perannya dan
merasa bangga karena didengar orang. Ia
menuangkan berbagai ilmu pengetahuan
dari buku-buku dan artikel yang ia baca,
cukup untuk menenggelamkan orang di
dalam kebingungan. Sama sekali ia tidak
peka atas dampaknya. Bgai saya ia adalah
seorang pelatih yang masih melakukan
137
tugasnya semata-mata bukan untuk
menumbuhkan orang lain. Bukan juga
karena ia terbeban untuk berbagi
kebijaksanaan hidup yang ia miliki. Hal
yang ia lakukan adalah hanya mencari
kepuasan diri, memenuhi kebutuhan
tersembunyinya untuk mendapatkan
perhatian dan pengakuan orang lain tentang
kelebihannya. Walaupun tentu ada berkat
Tuhan yang dialami peserta pelatihannya,
sebenarnya di dalam dirinya, ia tetap risau
dan kesepian.
Tentu Anda berpikir, mungkin saya terlalu
kejam menilai orang itu. Mungkin ada hal-
hal yang saya tidak tahu tentang orang itu.
Apakah saya terlalu jauh menghakiminya?
Saya ingin menyampaikan disini, bahwa
saya sungguh mengenal orang itu lebih
dekat dari orang lain. Kenapa? Orang itu
138
adalah saya sendiri. Sang pemarah, orang
yang senantiasa mencari pengakuan orang
lain, dan orang yang risau itu adalah saya.
Namun, orang yang kini rindu berbagi
perjalannya dengan Tuhan sambil berupaya
merasa bersyukur terus menerus atas
pendidikan Tuhan bagi dirinya, adalah saya
juga—saya yang sudah merasakan
diremukkan Tuhan dan dibentuk-Nya
kembali.
Cerita ini disampaikan untuk menunjukkan
beberapa hal dalam rangka kepemimpinan.
Seseorang dapat berupaya memainkan lima
peran kepemimpinan. Ia merumuskan visi
yang tegas, menginspirasikan orang lain,
atau menghasilkan perubahan nyata, atau
menggali makna secara berkala. Namun
semata-mata. hal tersebut dapat
dilakukannya demi memenuhi kebutuhan
139
pribadinya. Hal tersebut dapat juga
dilakukan demi memuaskan perasaannya
saja. Bahkan hal tersebut juga dilakukan
demi kemajuan karir dan memenuhi
kantongnya. Itulah dorongan tersembunyi di
dalam dirinya yang mungkin tidak ia sadari.
Itulah nahkoda dari bahtera hidupnya yang
menentukan semua perilakunya.
Mulanya mungkin orang terpesona karena
memang orang-orang yang resah seperti itu
dapat tampil menarik dan di depan publik
mampu memberikan kejutan-kejutan yang
dapat dinikmati. Ia berani tampil binal,
mengatakan hal-hal yang biasanya orang
hindari, dan memberi contoh-contoh yang
aneh sehingga memikat. Setelah melakukan
hal itu iapun mungkin mendapatkan
kepuasan emosi untuk sesaat. Namun,
140
bagaimanapun juga, di bagian terdalam dari
dirinya, kedamaian dan sukacita yang
berkelanjutan tidak akan mungkin hadir.
Tak ada damai sejahtera di dalam wilayah
pribadinya yang terdalam. Saya yakin Anda
tidak ingin hal itu terjadi di dalam diri Anda.
Ia mungkin menjadi berkat bagi banyak
orang, namun ia sendiri tidak menikmati
berkat Tuhan.
141
Darimana datangnya asalnya hal tadi ? Bisa
saja orang mengatakan bahwa itu sudah
merupakan sifat si pemimpin. Bisa juga
orang mengatakan bahwa hal itu terjadi
karena Tuhan sudah mengaturnya demikian.
Tidak kurang juga pakar yang mengatakan
Menerima berkat karena pelayanannya
Menjadi berkat bagi orang Lain
142
bahwa banyak orang mengalami hidup
seperti itu karena dampak dari perilaku dan
pemikiran dari orang tuanya di masa
kecilnya. Bukankah tujuh tahun pertama
dari hidup seorang sangat mewarnai
pribadinya ?
Untuk itu, sebelum menjalankan
kepemimpinan ke berbagai arah, marilah
terlebih dulu kita memasuki dunia yang
jarang kita teliti, yaitu wilayah pribadi kita.
Termasuk, kita juga akan menjelajah
wilayah kebutuhan emosi yang terekam di
ingatan-ingatan dalam diri kita.
Penjelajahan ini lebih sulit dari berbagai
pengalaman biasa. Kita harus berani untuk
mengenali hal-hal yang lucu, tulus, indah,
atau mungkin juga, kotor, buruk,
menakutkan, memalukan, dan menyedihkan
yang mungkin ada di dalam ingatan kita.
143
Kita memasuki lingkungan yang paling
pribadi dan biasanya disembunyikan
terhadap orang lain. Kita memasuki
lingkungan dimana dibutuhkan keberanian
untuk jujur. Perlu kita sadari, bahwa
seringkali justru orang yang paling
berimanpun masih segan mengakui dengan
terbuka dan jujur serta sepenuhnya apa isi
lingkungan pribadinya tadi. Sebagai
analogi, lingkungan itu adalah bagaikan
ruang gudang atau kamar mandi kita yang
tidak kita mau perlihatkan pada orang lain,
mungkin karena bau dan kotor.
Sebelumnya perlu kita gali, apa yang
dikatakan Alkitab mengenai hal tadi?
Kenapa? Kita tidak menginginkan
memaparkan penjelajahan yang hanya
hanya bersifat psikologis namun tanpa dasar
spiritual yang kokoh, bukan?
144
Dalam Alkitab, ada sebuah ayat yang
membuat saya terkejut. Ayat tersebut
adalah ayat di dalam Mazmur 19.
Bebaskanlah aku daripada apa yang tidak
kusadari (ayat 13) Ketika membaca
Mazmur 19, pertanyaan yang timbul adalah
apa sebenarnya topik dari seluruh Mazmur
ini? Dengan mudah kita dapat kenali
bahwa Mazmur 19 berbicara tentang torah
Tuhan.
Marilah kita bersabar sedikit. Apakah torah
itu? Torah bukanlah hanya kumpulan tulisan
yang kita kenal sebagai lima buku pertama
di dalam Alkitab. Menurut orang Yahudi
torah adalah instruksi, petunjuk atau
pegangan hidup, dan ajaran utk hidup dalam
Tuhan. Asal mula munculnya torah tersebut
cukup panjang.
145
Orang Yahudi sudah lama menyadari bahwa
untuk dapat hidup dekat dengan Tuhan,
suatu bangsa dapat memilih berbagai jalan.
Jalan pertama adalah adanya seorang tokoh
yang dijadikan panutan dan rujukan.
Namun kalau seorang tokoh dijadikan
rujukan, pilihan ini ternyata tidak bisa
diandalkan. Di dalam sejarah, seorang tokoh
agama, seperti seorang imampun mungkin
tidak menampilkan hidup yang jadi panutan.
Anak seorang imam saja bisa mencuri dan
sang imam membiarkannya. Lihatlah hidup
imam Eli dan anaknya. Lalu apakah pribadi
seorang raja mungkin bisa dijadikan rujukan
agar kita semua hidup dengan Tuhan?
Nyatanya di dalam sejarah Israel, lebih
banyak raja yang tidak membuat orang
dekat dan taat kepada Tuhan daripada yang
menjadi teladan. Dengan kesadaran ini
146
orang Israel tidak menggunakan seorang
manusia sebagai dasar kekuatan dan
pegangan untuk umat menjalani kehidupan
yang dekat dengan Tuhan.
Bagaimana kalau pegangan tadi adalah pada
diri kita sendiri yaitu, getaran emosi atau
perasaan pribadi, mungkinlah hal itu
membuat kita hidup dengan Tuhan?
Ternyata hal itu juga tidak bisa diandalkan.
Seorang manusia dan suatu bangsapun
dapat menjadi subjektif. Perasan dapat
muncul sesaat lalu segera digantikan
dengan perasaan lainnya. Lihatlah
bagaimana mood Saul, sang raja. xl
Orang Yahudi sudah lama menyakini adanya
pemberian Tuhan yang disampaikan melalui
Musa bagi bangsa ini, itulah Torah, ajaran
xl
147
Tuhan. Setelah memiliki Torah, mereka tiba
pada suatu kesimpulan akan perlunya
sebuah sistem panduan atau prosedur dan
aturan untuk menjaga kita tetap hidup di
dalam jalur yang Tuhan kehendaki.
Pegangan itulah kemudian hari yaitu
sesudah abad pertama, dikenal sebagai.
Torah yang tertulis, namun ada pula yang
dilisankan, artinya masih banyak yang ada
di dalam ingatan bangsa ini. Torah yang
tertulis, masih dilengkapi dengan petunjuk
pelaksanaannya, itulah yang dikenal sebagai
Mishnah, dan Midrash atau Talmud. Bagi
orang Yahudi dijaman kini keseluruhannya
akhirnya juga diberi nama Torah.
Betapa seriusnya bangsa ini menciptakan
torah dan menjadikannya pusat hidup
mereka misalnya terlihat dalam hukum
148
keempat, hukum yang mengajarkan untuk
menguduskan hari Sabat. Di dalam abad
pertama sampai ketiga, dalam
melaksanakan hukum itu timbul berbagai
masalah, misalnya, apakah memasang gigi
palsu merupakan pelanggaran terhadapnya?
Untuk menjawab persoalan ini, mereka
membutuhkan waktu berpuluh-puluh tahun
agar dapat menjabarkan aturan mengenai
sabat dengan urusan pasang gigi palsu
tersebut. Hasilnya, sangat menarik. Kalau
gigi palsu tadi dibuat dari tulang,
menggunakannya di hari Sabat tidak
dianggap melanggar torah, karena
kegunaannya merupakan pengobatan. Kalau
gigi palsu tadi terbuat dari porselen, maka
hal ini dilihat sebagai tindakan kosmetik
untuk memperindah wajah. Hal ini tidak
boleh dilakukan di hari sabat. Dengan
149
keseriusan seperti itu, maka bangsa ini
memiliki sekitar 90000 aturan yang rinci.
Keseriusan dan enerji yang dituangkan
untuk menciptakan torah ini dilakukan
karena mereka sungguh ingin mejalani
hidup yang benar, akrab berjalan dengan
Tuhan dan mereka mengharapkan
lingkungan dimana Tuhan dijadikan pusat
hidup semakin nyata.
Keseriusan itu juga terlihat bagaimana
proses seseorang menjadi murid seorang
rabi di jaman Kristus. Orang itu akan
dikomentari oleh rekan-rekannya, “Semoga
engkau tertutup oleh debu sang rabi.” Apa
artinya? Ketika seorang ingin menjadi murid
seorang rabi, sebenar ia bukan saja ingin
mewariskan pengetahuan tentang
bagaimana mematuhi torah sesuai yang
sang rabi ajarkan. Orang ini, ingin agar apa
150
yang sang rabi dapat lakukan di dalam
hidupnya yang sesuai dengan torah dapat
pula ia lakukan. Dengan kata lain, seakan-
akan kemana sang rabi pergi, ia akan
mengikutinya dari belakang. Karena di
timur tengah, lingkungan hidup penuh
dengan debu, maka kemana sang rabi
berjalan, debu beterbangan, dan murid yang
mengikuti terkena debu itu. Demikianlah
peran torah dan bagaimana orang
menggunakannya di dalam kehidupannya.
Nah, mengapa dalam pembahasan Mazmur
19 tentang torah, terselip kalimat “Tuhan
bebaskanlah apa yang tidak kusadari”
Mengapa, justru kalimat itu muncul di
tengah pembahasan hal yang sangat sentral
bagi umat itu? Apakah ini hanya suatu
catatan kecil? Ataukah justru menjadi
indikasi pentingnya kalimat tadi dalam
151
hidup sesuai torah? Bila kita amati kalimat
yang ada, beberapa hal dapat kita simpulkan
Dari kalimat itu terlihat bahwa orang Yahudi
memahami tiga hal :
adanya hal-hal yang umumnya manusia
tidak sadari.
hal-hal yang tidak disadari ini dapat
menjebak atau mengikat kita.
manusia membutuhkan Tuhan untuk
membebaskan dirinya dari hal-hal yang
tidak disadari tadi.
Dengan kata lain, orang Yahudi tahu bahwa
walaupun sesorang memegang torah atau
aturan-aturan dengan setia –namanya
berjalan di jalur torah-, dapat saja tanpa
disadari ia sudah berada di luar jalur itu.
Bila hidup dengan torah adalah bagaikan
seorang yang mengikuti suatu lorong, orang
152
Yahudi tahu bahwa tanpa ia sadari
walaupun ia masih tetap berjalan,
sebenarnya ia sudah keluar dari jalur tadi.
Jadi ada kekuatan yang mendorong orang ke
arah penyimpangan. Mengikuti torah
berarti harus menjalaninya dengan sepenuh
kesadaran dan terus menggali hal-hal yang
tidak disadari. Dapat juga dipahami bahwa
mazmur 19 ayat 13 ini menunjukkan bahwa
seorang yang mengikuti torah secara sadar
masih dapat mengikuti hal lain secara tidak
sadar.
Apakah hal-hal yang tidak disadari itu? Bila
hal-hal itu tidak disadari manusia, siapakah
yang menyadari dan mengenalnya?
Jeremiah 17: 9-10 serta Maz 139:2 dan 23
menunjukkan hanya Tuhan yang mengenal
batin, hati, atau pikiran manusia, yang
153
bahkan sang manusia sendiri tidak sadari.
Jadi bila diperiksa maka “hal-hal yang tidak
disadari itu” dipahami Alkitab sebagai
dorongan dosa atau kesalahan.
Untuk mengenal lebih lanjut artinya dalam
bahasa modern, yaitu apa yang disebut
sebagai hati, pikiran, atau batin dan hal-hal
yang tidak disadari tadi, maka kita dapat
melihat kehidupan nyata kini dan meminjam
model yang dipergunakan oleh para ahli-ahli
ilmu jiwa.
Seorang wanita yang saya kenal bekerja
setiap hari dari jam 7.00 pagi sampai jam
23.00 di kantornya. Orang mengenalnya
sebagai staf yang giat, jujur, dan berdisiplin.
Ia juga rela untuk mengambil alih pekerjaan
yang orang lain hindari. Tidak heran dalam
154
waktu pendek tahun, dua kali ia mengalami
kenaikan gaji. Penilaian atasan padanya
juga sangat positif. Namun mulai tahun
keempat dalam pekerjaannya, ia sering
merasa lelah dan tertekan. Sedikit saja
komentar orang tentang kinerjanya, ia
sudah merasa tersinggung. Akhirnya, ia
mengambil cuti di luar tanggungan untuk
beberapa minggu. Ketika ia menyelesaikan
cuti itu, semangatnya kembali berkobar-
kobar. Namun, dua bulan kemudian, ia
mulai menampakkan berbagai tanda-tanda
stress. Ia sering melupakan hal-hal kecil,
semakin mudah marah, dan berbagai
gangguan fisik muncul. Akhirnya, pada
bulan berikutnya, ia memutuskan untuk
meninggalkan karirnya dan tinggal di
rumah. Sesekali ia berkecimpung di
beberapa lembaga nir laba. Mulanya, di
155
lingkungan yang baru ini ia menampilkan
kinerja yang luar biasa, kemudian siklusnya
berulang, ia mengalami kelelahan mental
dan berakhir dengan meninggalkan
kegiatannya sama sekali. Apa yang terjadi
disini?
Dalam percakapan hati-ke-hati, wanita itu
pernah mengatakan bahwa, ia bekerja
sekeras itu karena ia tidak tahan melihat
sesuatu dilaksanakan dengan kualitas yang
seadanya. Ia juga mengungkapkan kerelaan
untuk memikul beban yang lebih berat dari
orang lain asalkan hal yang ada menjadi
sempurna. Setiap kali ia menderita
kelelahan mental dan sakit karena kerja
kerasnya, ia mengungkapkan bahwa ia
sudah kehilangan keseimbangan antara
kerja, pergaulan, dan memenuhi kebutuhan
156
emosi dirinya sendiri. Sayang sekali, setelah
ia pulih, ritme kerja dan volumenya tidak
juga dirubahnya. Apa yang salah disini?
Mungkinkah ada suatu nahkoda berupa
kebutuhan yang tersembunyi dan tidak
disadarinya? Ketika ditanyakan mengapa ia
ingin melihat segala sesuatu harus
dilaksanakan secara sempurna, ia hanya
dapat menjawab. “Bukankah seharusnya
demikian?” katanya. Pada suatu hari, ia tiba
pada suatu kesadaran yang dalam ketika ia
mengatakan tanpa disadarinya, “Mungkin
semua ini karena sejak kecil aku selalu
dipacu oleh orang tuaku. Ayah selalu
menghardik aku bila membuat kesalahan
sedikitpun. Ibu selalu menunjukkan
kesalahan-kesalahan dan kelemahan-
kelemahan diriku.” Jadi, wanita ini
157
dibesarkan dalam suasana negatif dan
menekan. Ia tidak mendapatkan pemuasan
bagi kebutuhan emosi tertentu yaitu
penerimaan dan dihargai. Tanpa disadari, ia
tumbuh dengan kebutuhan emosi yang
besar untuk penerimaan dan penghargaan
sehingga ia mencoba berprestasi secara
optimum agar mendapatkannya. Bahkan
mungkin ia terluka oleh sikap orang tuanya.
Karena kebutuhan tadi tidak dipenuhi. Inilah
nahkoda yang kedua dan juga yang
tersembunyi.
Syukurlah pada suatu hari ia dapat
menyadari dan mengatakan, “Sebenarnya
kebutuhanku yang terdalam bukanlah
mencapai prestasi atau menghasilkan proses
yang sempurna. Kebutuhan yang terdalam
adalah mendapatkan penerimaan dari tokoh
158
yang kuhargai dan mendapatkan juga
pengakuan atas keberhasilanku.” Lebih
lanjut lagi, ia menemukan bahwa kebutuhan
tadi terkait dengan gambar dirinya.
Nahkoda pertama: Kebutuhan diri yang Samar
Sebelum mendalami wilayah diri yang tidak
kita sadari itu, mungkin perlu kita pelajari
hubungan antara perilaku seseorang dengan
kebutuhannya. Orang normal melakukan
berbagai tindakan karena hal itu dianggap
dapat memenuhi kebutuhannya.
Demikianlah wajarnya.
Apakah kebutuhan itu? Kebutuhan adalah
kesenjangan antara apa yang seharusnya
dengan apa yang nyatanya ada.
Kesenjangan tadi akan disadari bila orang
159
menyadari apa yang seharusnya. Kemudian,
orang itu juga harus menyadari apa yang
nyatanya terjadi atau ada. Bila salah satu di
antara keduanya tidak disadari, maka
kesenjangan tadi juga tidak disadari.
Selanjutnya, semakin besar kesenjangan di
antara kedua hal itu, semakin besar
kebutuhan yang ada.
Standar
Kesenjangan ------
Kebutuhan
Kenyataan
160
Kebutuhan yang disadari tentu akan
mendorong orang mencari pemenuhannya.
Bila ia mendapatkannya, maka ia akan
merasa puas, namun bila tidak
menemukannya, mungkin akan muncul
kebutuhan lainnya.
Kebutuhan yang tidak disadari muncul
karena orang tidak menyadari standar yang
seharusnya, atau keadaan yang nyatanya
ada itu. Misalnya, sudah lima hari seseorang
tidak mandi. Hal ini sudah berjalan selama
dua tahun terakhir. Walaupun hal itu sudah
jadi biasa baginya, secara tidak sadar,
dirinya menginginkan tubuh yang lebih
bersih dan tidak berbau. Contoh lain, ialah
seorang yang sudah terbiasa tidur hanya 4
jam sehari. Walaupun ia sudah terbiasa, dan
tidak lagi menyadari standar yang
161
seharusnya, kebutuhan yang tidak disadari
untuk istirahat secara cukup tetap hadir.
Hal inilah yang sangat penting untuk kita
sadari, yaitu disadari atau tidaknya suatu
kebutuhan, dorongan pemenuhan yang
disebabkan kehadirannya akan tetap ada
dan bekerja.
Ada kebutuhan yang bersifat jasmani, dan
ada kebutuhan emosional, seperti rasa
aman, penerimaan orang, penghargaan
orang, dikasihi, atau berprestasi.
Orang dapat tidak menyadarinya,
mengingkarinya, atau mengakuinya namun
kebutuhan itu hadir dan mencari
pemenuhannya. Jadi, kebutuhan adalah
hasil bandingan (secara sadar) antara
sesuatu yang nyata dengan apa yang
162
seharusnya. Dalam bahasa Jerman hal itu
dikenal dengan nama das Sein und das
Sollen.
Bila kesenjangan tadi sangat besar dan tidak
kunjung mendapatkan pemenuhannya,
dapat saja kebutuhan tadi menghasilkan
rekaman di dalam ingatan kita. Kita akan
terus menerus mencoba memenuhinya. Bila
kebutuhan tadi bersifat kebutuhan
jasmaniah, maka terabaikannya suatu
pemenuhan kebutuhan tadi lebih mungkin
dapat dipenuhi di kemudian hari dan
hasilnya tidak permanen.
Seburuk-buruknya, akibat suatu kebutuhan
jasmani yang tidak terpenuhi adalah
perilaku atau kebiasaan yang tidak biasa.
Kenapa? Bila kebutuhan jasmani tadi tidak
163
dipenuhi, dampaknya tidak bertahan lama
karena bila muncul pemuasnya, akibat
terabaikan hal itu di masa lalu masih dapat
segera terlupakan.
Bagaimana dengan kebutuhan emosi?
Kebutuhan itu merupakan sesuatu yang bila
dipenuhi menimbulkan rasa bahagia dan
puas, sebaliknya bila tidak terpenuhi
menimbulkan rasa frustrasi dan tidak
bahagia. Barangkali ada ratusan kebutuhan
emosi, dari kebutuhan untuk mendapat sms
selamat hari ulang tahun, sampai kebutuhan
untuk mendapat perhatian dari teman-
teman kita. Tidak semua kebutuhan emosi
tadi sama intensitasnya. Ada yang sangat
menghasilkan letupan kebahagiaan bila
terpenuhi, atau membuat rasa sangat
terpukul, marah, pahit, tidak berdaya, dan
164
menyalahkan diri bila tidak didapatkan. Hal
ini adalah kebutuhan emosional utama.
Selanjuutnya ada kebutuhan emosi yang
hanya menghasilkan kegembiraan biasa
atau rasa frustrasi yang cepat hilang.
Kelompok ini adalah kebutuhan emosi yang
biasa saja.
Kasus: Yesus dan Pencobaan di Gurun, apa yang paling Ia butuhkan
Salah satu bentuk pelatihan yang harus
dilakukan oleh para calon pendeta di Gereja
Kristen Indonesia adalah mengikuti suatu
camp berjalan. Peserta dibagi menjadi
beberapa kelompok yang masing-masing
terdiri dari empat orang. Setiap hari
beberapa jam mereka harus belajar di kelas
165
di bawah pimpinan pelatih-pelatih, pendeta,
dan pakar yang terkenal.
Setelah itu mereka menerima instruksi
dalam bentuk sandi untuk dipecahkan. Di
dalam instruksi itu dijelaskan ke lokasi mana
mereka selanjutnya harus pergi. Bila
mereka dapat memahami sandi tadi dan
mengetahui tujuan mereka, kesulitan yang
mereka selanjutnya hadapi adalah tiadanya
uang, credit card, atau apapun juga kecuali
KTP yang mereka miliki, karena semua dana
dan alat tidak boleh di bawa di dalam
pelatihan ini.
Selama beberapa hari mereka berjalan
dengan kendaraan rakyat yang sangat
sederhana, mengalami kelelahan, tidur
seadanya serta menghadapi kondisi yang
166
berubah-ubah, penuh situasi yang tidak
jelas, dan beberapa keharusan mengambil
keputusan yang beresiko. Biasanya setelah
hari ke empat, kelelahan membuat mereka
membutuhkan istirahat lebih lama dan
tempat tidur lebih nyaman serta makanan
yang lebih bergizi. Justru pada saat itu,
mereka mengalami tekanan-tekanan dan
situasi yang semakin tidak menentu. Pada
saat itulah, pola-pola hubungan
interpersonal yang asli, cara mengambil
keputusan, dan kekokohan pribadi tiap
peserta akan muncul kepermukaan.
Kelelahan dan kebutuhan akan mudah
mendorong orang mengambil keputusan
atau tindakan sesuai kualitas dirinya yang
asli.
167
Hal itu dialami oleh Kristus sendiri. Segera
setelah pembaptisannya di sungai, Roh
Kudus membawanya ke padang gurun.
Selama empat puluh hari berbagai
kebutuhan dasarnya tidak didapatkan. Ia
berada di antara binatang-binatang buas.
Artinya, ia senantiasa menghadapi bahaya.
Nahkoda kedua: Luka Emosi
Ketika ditanyakan kepadanya mengenai hal-
hal yang paling ditakutkannya sebagai
penjelajah, Edmund Hillary, sang penakluk
puncak Everest yang pertama di tahun 1953
menjawab begini : « Sebutir pasir yang
masuk di sela-sela jari kaki sering sekali
menjadi awal malapetaka. Benda itu masuk
ke kulit kaki atau menyelusup lewat kuku,
tanpa kita sadari. Lama-lama jari kaki
168
terinfeksi, lalu membusuk. Lambat laun,
kaki pun tak lagi bisa digerakkan. Itulah
malapetaka bagi seorang penjelajah sebab
dia jadi harus ditandu.”
Hillary menunjukkan bahwa, hal yang
tersembunyi dan kecil dapat menghasilkan
malapetaka bagi kita. Bagi kepemimpinan
hal tadi juga sangat penting. Dari mana hal
kecil itu berasal? Disini, kita akan
membahas tentang luka emosi, bukan hanya
kebutuhan jasmani yang terabaikan.
Bila dibandingkan dengan nahkoda
tersembunyi yang pertama, maka kini kita
membahas apa yang dikenal sebagai luka
batin, luka emosi, atau luka diri, atau
kebutuhan emosi utama yang tidak
disadari dan berdampak negatif bagi
169
pemiliknya atau orang lain. Apalagi bila ia
adalah seorang yang memiliki status
pemimpin.
Biasanya orang yang memiliki kebutuhan
yang tidak disadarinya ini akan memiliki
kecenderungan yang permanen dalam
caranya memandang dirinya, nilainya,
sikapnya dan kebutuhan serta perilakunya.
Orang lain mengenali hal itu, namun ia akan
cenderung menyangkalinya atau bila
mengakuinya akan terus
mempertahankannya. Seringkali mereka
akan mengatakan, ”Ini adalah bawaan
sifatku,... aku ingin menjadi diriku sendiri.”
Tanpa disadari ia menyakiti dirinya, orang
lain, dan berbagai pihak karena semua
perilakunya mencerminkan keinginan untuk
170
memenuhi kebutuhan emosi utama yang
tidak tercapai di masa lalu itu. Hal ini
tentunya sangat tersembunyi. Justru karena
tersembunyinya hal ini dan sangat bersifat
pribadi, maka semakin terkunci pintu masuk
untuk memulihkannya.
Kebutuhan emosi biasa
Awas:
ada dua jenis
kebutuhan emosi Kebutuhan
emosi utama
171
Pada suatu hari, seorang rabi berjalan kaki.
Tiba-tiba ia melihat sekelompok orang yang
ia kenal sedang merangkak kian kemari di
depan sebuah rumah. Sang rabi
memutuskan untuk menghentikan
langkahnya dan memperhatikan mereka.
Lalu, ia bertanya, ”Saudara-saudaraku, apa
yang terjadi disini?”
Salah seorang dari mereka, bangun sejenak
dan berkata, ”Kami kehilangan cincin
berlian yang mahal harganya dan kami
sedang mencarinya.”
Sang rabi memperhatikan mereka lagi, lalu
ia mengajukan pertanyaan kembali, ”Sudah
berapa lama kalian mencari cincin itu?”
”Sejak pagi, sudah lima jam kami memeriksa
kebun di depan rumah ini... dari terbit
matahari sampai panas menjadi seterik ini.”
172
Sang rabi bertanya kembali, ”Dimana kalian
kehilangan cincin tadi?
Salah seorang diantara mereka berkata, ”Di
gudang bawah tanah rumah kami ini.”
Si rabi merasa heran dan bertanya kembali,
”Lho, koq mencarinya disini dan bukan di
gudang itu?
Serempak mereka menjawab, ”Di gudang
bawah tanah itu gelap, susah mencari benda
sekecil itu disana, kalau disini terang
benderang, lebih mudah jadinya untuk
mencari cincin kami.”
Meneliti hal-hal yang tersembunyi di dalam
diri kita memang sulit. Lebih mudah bila
memeriksa hal-hal tersembunyi di dalam
hidup orang lain. Darimana seharusnya kita
mulai, dimanakah cincin kita hilang?
173
Bila bagian tersembunyi dari seorang
manusia seringkali terkait dengan
kebutuhan emosinya yang tidak terpenuhi,
apakah sebenarnya kebutuhan emosi tadi?
Kebutuhan emosi adalah kebutuhan yang
menyangkut rasa aman, penerimaan,
penghargaan, pengakuan dan sejenisnya.
Bila seorang mengalami peristiwa yang
menyakitkan atau menggoncangkan (nama
lainnya adalah peristiwa traumatis) dan hal
itu terkait dengan kebutuhan emosi utama
tadi, maka ia akan mengalami luka yang
dalam. Misalnya, seorang anak kecil
mengalami perlakukan kasar dari orang
tuanya, dipukuli terus menerus, bahkan
dilecehkan, maka kebutuhan emosi
utamanya untuk rasa aman, diterima dan
dihargai digoncangkan. Semakin muda
174
usianya ketika peristiwa itu terjadi, semakin
dalam lukanya, karena secara nalar ia tidak
mengerti mengapa hal itu terjadi dengan
dirinya. Ia dapat menyalahkan dirinya atau
membentuk keyakinan bahwa dunia adalah
jahat atau semua orang tua adalah penyiksa.
Karena sifat luka ini terjadi pada hidup
emosi, ia akan menyimpannya dalam-dalam,
menyembunyikannya, bahkan mencoba
melupakannya secara sadar. Akibatnya,
pemulihan atau kemungkinan mendapatkan
pemenuhan kebutuhan emosi utama tadi
semakin sulit terjadi karena orang tidak
mendapat tahu apa yang ia benar butuhkan.
Lebih parah lagi, ia merasa terasing dan
tidak dipahami oleh dunia di sekitarnya.
Berbagai perilakunya akan muncul akibat
perasaan terluka tadi.
175
Dimana biasanya hal tadi terjadi? Karena
keluarga merupakan jalan masuk atau
perkenalan pertama kita dengan dunia,
maka pengalaman dengan keluarga adalah
tempat pertama dan utama dimana
kebutuhan emosi tadi dipenuhi atau
diabaikan.
Pengalaman seorang anak bayi menyusui
pada ibunya adalah suatu pengalaman dini,
maka pengalaman ini tentunya sangat
menentukan kita. Saat disusui, sang bayi
merasakan detak jantung ibunya,
merasakan pelukan tangannya dan
kehangatan tubuh sang ibu. Semuanya
mengakibatkan sang bayi merasa aman,
nyaman, dan tenang di dekat ibunya. Bila
seorang anak bayi membutuhkan susu dan
ibunya segera datang, segera sang bayi
176
belajar bahwa dunia adalah ramah dan
hangat. Sebaliknya bila sang bayi harus
menunggu dua puluh menit dalam tangisan
sampai ia disusui, ia mungkin mendapatkan
kesan bahwa dunia ini kejam dan keras
serta tidak aman. Ia sudah mulai merasa
terluka. Perisitiwa menyusui yang
kelihatannya kecil, bukan. Namun
dampaknya akan besar, terutama bagi hidup
seorang pemimpin.
Sebenarnya, pada saat luka itu terjadi, hal
itu tersimpan di dalam ingatan kita. Berapa
lama dan berapa kuat dampaknya sering
tidak disadari. Luka tadi bukan saja
mengoyak hubungan kita dengan manusia
lain atau dengan diri sendiri. Luka batin
pada dasarnya dapat menjadi luka spiritual,
artinya terkoyaknya hubungan kita dengan
177
Tuhan. Seakan pada saat luka itu terjadi,
kita jadi bertanya, “Mengapa Engkau yang
Mahakuasa membiarkan hal seperti ini
terjadi pada ku? Mengapa Engkau tidak
perduli dan menyayangi aku?”
Selanjutnya luka yang terjadi tadi dapat
menimbulkan dampak pada:
o paham tentang hidup atau dunia: dunia
adalah jahat, tidak aman, dan berbahaya
o hal yang paling bernilai menjadi
bergeser: paling bernilai adalah untuk
mendapatkan keamanan, kenyamanan,
kecukupan, dan penghargaan dengan
cara apapun.
o ambisi yang menyimpang: aku harus
sukses supaya tidak terluka kembali
178
o dan akhirnya gambar diri yang rusak:
saya lemah, saya tidak berharga, saya
kotor, dan saya tidak mampu
Dalam hidup sehari-hari, ciri-ciri orang yang
mengidap luka diri adalah sebagai berikut
Melakukan apa yang yang ia sebenarnya
tidak suka lakukan secara sadar atau
sengaja
Mudah tersinggung, marah, defensif, dan
menyerang orang lain-- reaktif
Melakukan analis berkelebihan, dengan
dampaknya ialah menghasilkan
perubahan minimum saja terhadap
masukan yang ia terima
Membuat orang lain merasa tidak
nyaman di dekat nya
Ia hanya menggunakan sebagian dari
potensinya karena ia tidak menyadarinya
179
Tidak peka pada pendapat orang lain
tentang dirinya
Cenderung merusak diri dan merusak
hubungan dengan orang lain
Kebahagiaannya dibangun atas
pencapaian eksternal.
Sering merasa tidak berdaya
Rekonsiliasi: Mengenal Cara Menangani Kedua Nahkoda Tersembunyi
Bagaimana seorang pemimpin menangani
kebutuhan yang ia tidak sadari dan lukanya
bila ia sudah mengenalnya? Apakah
mengenali kebutuhan yang tadinya tidak
disadari dan mengenali luka yang tersimpan
di dalam ingat saja sudah cukup untuk
memulihkan seseorang?
180
Pada suatu waktu, ada seorang raja yang
memerintah sebuah negeri yang sejahtera.
Suatu hari, ia pergi ke pelosok negaranya.
Sekembaliny,a ia mengeluh karena kakinya
pegal dan nyeri. Ia juga mengeluhkan
perjalanannya yang panjang dan jalan yang
berbatu serta berdebu.
Setelah lama berpikir, maka ia menyadari
bahwa secara berkala ia harus mengunjungi
pelosok-pelosok negaranya. Karena ia kapok
dengan penderitaan yang dialami kakinya,
diperintahkan agar para ahli-ahli di
kerajaannya menemukan jalan-jalan yang
berbatu dan kasar serta berdebu. Ia
memutuskan suatu rencana yang brilian.
Semua jalan tadi harus diratakan dan
ditutupi dengan kulit kerbau. Mendengar
rencana ini, salah seorang anak buahnya
181
memberanikan memberikan masukan pada
sang raja. « Tuanku, bila kita harus
menyembelih ribuan sapi dan kerbau serta
menyediakan kulit sebanyak itu, biayanya
terlalu tinggi. Mengapa tidak kita temukan
cara yang lain demi mempermudah baginda
berjalan ke pelosok-pelosok?
Raja bertanya padanya, « Mungkinkah hal
itu terjadi ?
« Ya, tuanku, saya hanya membutuhkan 1
meter persegi kulit untuk mencapai tujuan
tadi ? »
« Bagaimana ? »
« Yah, bungkus saja kaki baginda dengan
kulit kerbau dan sapi yang disamak
sehingga halus. Bukankah tujuan tuanku
tercapai ? »
Raja terpekur, “Benar juga, daripada
mengubah hal-hal besar di dunia, mungkin
182
kita harus mulai mengadakan perubahan
yang terkait dengan diri kita dulu….”
Beberapa pakar ilmu jiwa memberikan
pendapat yang optimis bahwa bila
seseorang mulai mengenali luka-luka atau
kandungan dari ingatan bawah sadarnya, ia
akan dapat memulai perjalanan ke arah
pemulihan atau penyembuhannya. Ahli-ahli
lainnya bahkan memiliki gambaran yang
lebih optimis bahwa, pengenalan akan suatu
hal di dalam ingatan yang tidak disadari
sudah membuat orang dapat mengendalikan
hal tadi dan mendapatkan pemulihan.
Memang benar, suatu langkah untuk
menyadari apa yang disimpan di dalam
ingatan bawah sadar akan menolong
sebagai upaya memproses pemulihannya,
183
namun antara kesadaran dan pengenalan
sampai ke titik pemulihan masih terbentang
perjalanan yang panjang.
Dengan demikian tugas seorang pemimpin
untuk kepemimpinan di wilayah dirinya
harus dimulai dengan kesadaran bahwa ia
dapat menjadi seorang yang lebih efektif,
lebih utuh, dan lebih memberi berkat bila ia
mau menjalani proses perubahan diri.
Perubahan diri tadi dimulai dengan
menyadari apa yang ada di dalam
ingatannya, baik yang disadari dan tidak
disadari. Hal ini memerlukan upaya
sengaja, keras, dan merupakan proses yang
tidak nyaman.
Penyadaran tadi dapat dilakukan dengan
refleksi diri, baik dilakukan sendiri atau
184
dengan bimbingan spiritual oleh seorang
yang terlatih di bidang tadi. Buat kita,
perlu dicatat bahwa proses tadi tidak
mungkin dilakukan dengan mudah dan
instant.
Selanjutnya, kita perlu menyadari bahwa
tidak mungkin pemulihan dilakukan oleh
seorang manusia tanpa pertolongan Tuhan.
Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa
seringkali luka yang terjadi berada pada
tataran spiritual atau hubungan kita dengan
Tuhan.
Bila pertolongan Tuhan sangat dibutuhkan,
maka kita perlu mengenali dimana fokus
pertolongan tadi dibutuhkan. Untuk itu kita
perlu mengerti atau mendiagnose luka diri.
185
Secara umum, ada empat aspek dari suatu
luka.
aspek pertama dari suatu luka adalah aspek
emosi. Luka menimbulkan kebencian,
kepahitan, iri, marah, takut, kesepian, dan
berbagai emosi negatif. Seringkali, orang
melakukan upaya penyembuhan dan
merasakah bahwa luka emosi tadi yaitu,
yang merupakan luka akibat hal yang
negatif di dalam hubungan antara manusia,
sudah sembuh.
ada aspek yang kedua dari luka ialah
rusaknya hubungan kita dengan Tuhan.
Seringkali dalam kerusakan pada aspek
yang kedua ini, manusia yang terluka sulit
mempercayakan dirinya pada Tuhan dengan
penuh karena dimasa lalu ia mempersepsi
bahwa Tuhan tidak menolongnya sehingga
186
tidak dapat dipercaya. Hal ini dikenal
sebagai luka spiritual.
aspek ketiga daripada suatu luka adalah
aspek fisik. Suatu luka yang dalam
mengoyak keserasian hidup emosi
seseorang dan juga sebagai dampaknya
adalah munculnya pola merusak kebugaran
fisiknya. Mungkin seseorang yang rendah
diri melarikan diri ke dalam makan terus
menerus, seorang yang kehilangan ibu
secara dini, melarikan diri pada makan es
krim atau susu dan menghisap permen.
Aspek ke empat dari suatu luka dapat
menimbulkan pola pikir dan sudut pandang
yang tidak wajar. Seorang yang terluka
mudah menjadi orang yang membenarkan
berbagai kecurigaan dan kewaspadaan yang
187
tidak masuk akal. Seorang yang terluka oleh
kemiskinan akan membenarkan nalar untuk
menghemat sebanyak mungkin. Sebaliknya
dapat pula ia cenderung merasa bersalah
bila tidak menolong seorang lain yang
miskin. Seorang yang terluka karena
penganiayaan, akan membenarkan
upayanya untuk mengelilingi dirinya dengan
pengawal-pengawal. Sebaliknya, mungkin
bahkan ia malah bergaul terus menerus
dengan kalangan yang pernah menyakitinya.
Seorang yang terluka karena kelaparan di
masa kecilnya, akan membenarkan diri
untuk terus menerus mengisi perutnya
ketika keadaan memungkinkan atau
sebaliknya, menjadi seorang yang tidak suka
makan.
188
Bagaimana wujud pertolongan-Nya?
Pertolongan Tuhan dapat menggunakan
berbagai jalan masuk. Di kalangan
Pentakostal dan Kharismatik, jalan masuk ke
dalam proses tadi sangat bertumpu pada
kekuatan komunikasi lisan seorang tokoh
yang berkharisma serta dilakukan di dalam
proses ibadah atau kelompok kecil. Di
dalam lingkungan gereja Roma Katholik,
para pastor yang terlatih dalam memberikan
bimbingan spiritual antar pribadi dapat
melakukan retret berkala, konseling, dan
menerima pengakuan dosa sebagai jalan
masuknya. Di kalangan gereja-gereja Injili
dan Arus Utama, belum dikembangkan
suatu metode yang baku untuk menangani
hal tadi, kecuali melalui proses konseling
pastoral. Selama mereka yang berperan
sebagai penolong melakukan tugas dengan
189
bergantung pada Tuhan dan telah terlebih
dulu mengalami pemulihan karena kuasa-
Nya, maka berbagai jalan atau
kombinasinya dapat memberikan dampak
yang seharusnya.
Sebaliknya, jika seorang yang terluka
mencoba menangani sendiri kerusakan pada
keempat aspek tadi misalnya, dengan
menjalani kehidupan beragama, sehingga ia
merasa lebih baik, akan ada efek samping.
Agama atau torah dijadikan alat untuk
merasa lebih suci, pantas, dan berharga
Namun, perasaan bahwa ia sudah pulih
dapat terasa walaupun untuk hanya sesaat
saja, karena luka yang sebenarnya belum
lenyap. Karena itu mereka yang terluka
dapat juga bekerja keras untuk menutupi
190
luka tadi. Secara sadar mereka mencoba
beragama, di dalam hal yang tidak disadari
mereka masih dibelenggu oleh rasa tak
berdaya, ketakutan, rasa ditolak, rasa
dilecehkan, kesepian, kemarahan, kepahitan
hati, dan kebencian.
Terlihat disini bahwa hal-hal yang tidak
disadari itu sangat berpengaruh.
Psikoanalis, Jung, pernah mengatakan
bahwa kita dinahkodai dengan oleh apa
yang tidak kita sadari tadi. Karena itu kita
dapat mengagumi penulis Mazmur 19 yang
di jaman kuno sudah memahami seluk beluk
manusia dan apa yang tidak disadari serta
membelenggunya.
Jadi kata kuncinya: pengenalan tentang hal
yang tidak disadari sangat penting. Sangat
191
bijak untuk hal itu di telusuri, digali dan
diselesaikan hingga tidak terus menerus
menjadi luka. Kemudian, pengakuan untuk
butuhnya kita atas intervensi yang berupa
pertolongan Tuhan.
Akhirnya masih ada dua hal yang perlu
dibahas. Yang pertama merupakan kabar
buruk. Sebagian besar orang Asia mengidap
luka yang tidak disadari akibat pola
komunikasi dan pendidikan yang otoriter.
Hal yang kedua ialah kini kita memiliki
kabar baik. Kabar baiknya adalah luka-luka
tadi dapat dipulihkan.
Jadi apa kesimpulannya? Salah satu tugas
pemimpin adalah menolong orang
mendapatkan pemulihan dari luka-lukanya
sebelum mereka dapat ditolong untuk
192
bertumbuh seutuhnya. Tentunya akan
menjadi prasyarat untuk pemimpin
mengalami terlebih dulu pengenalan atas
luka atau kebutuhan yang tidak disadari dan
pemulihan. Keduanya menghantar ia ke
dalam hidup yang dipenuhi oleh rasa syukur
dan ketakjuban atas kasih dan kuasa-Nya.
Tapna hal ini terjadi, kita membohongi
orang banyak, walaupun keluarga dan
orang-orang yang dekat dengan kita pasti
akan tahu. Disinilah pentingnya pemimpin
membereskan urusan di wilayah diri sendiri.
Pemazmur sudah memberikan petunjuk
secara tidak langsung bagaimana
mendapatkan pemulihan tadi.
193
Langkah Nyata Menuju Pemulihan
Langkah Pertama: Kenal Sumber Pemulihan
Tidak mungkin orang dapat memulihkan
dirinya. Tentu Anda bertanya ”Kenapa?
Apakah pergaulan saya dan Alkitab tidak
memadai? Apakah bila saya menganut
dokrin atau ajaran yang murni dan benar,
otomatis luka-luka sudah terselesaikan?”
Bila seorang mencoba membaca hasil
karya penelitian ilmiah dari ahli-ahli
Alkitab yang serius melakukan tugas
dengan baik dan secara ilmiah saja,
mereka belum tentu mendapatkan
keyakinan bahwa Alkitab merupakan
sumber inspirasi, sumber kekuatan dan
kompas hidup. Mungkin mereka akan
mengagumi bagaimana isinya
dipersatukan dan dipelihara dari abad ke
194
abad. Namun kekaguman tadi tidak
cukup untuk membuat seseorang
menjadikannya sumber pemulihan bagi
luka-lukanya. Jadi, pengetahuan, apalagi
pengetahuan akademis tidak
menjaminkan pemulihan.
Bagaimana bila orang memiliki hubungan
yang emosional dengan Alkitab?
Memang, bila mendengarkan banyak
kesaksian yang sarat emosi mengenai
bagaimana suatu ayat atau bagian di
dalam Alkitab membuat seseorang
mengalami pemulihan, orang terkesan.
Namun ada tuduhan bahwa pengalaman
itu bukan bersifat universal, “itu
hanyalah masalah kejiwaan sesaat yang
dialami oleh si anu..” kata sebagian
orang. Ada juga yang mengatakan hal
195
tadi hanya bersifat sementara dan tidak
membekas untuk waktu yang panjang.
Hal itu sama dengan dampak dari sebuah
kebaktian atau retret yang menggugah
sesaaat.
Namun, secara nyata memang ada kasus
dimana Alkitab membuat seorang
mengalami perubahan yang mendasar,
seperti dalam kasus Martin Luther di
abad pertengahan. Dapat disimpulkan
bahwa Alkitab sangat penting, namun
hubungan dengan Roh Kudus yang
menjelaskan Alkitab bagi manusia
mendasari pengenalan kita atasnya.
Jadi, bagaimana hubungan orang yang
terluka dengan Tuhan dapat dipulihkan
196
dalam pergaulannya dengan Alkitab?
Mungkinkah hal itu dilakukan oleh orang
yang terluka sendiri? Kabar buruk bagi
Anda yang mengharapkan hal tadi: Kita
tidak bisa menyembuhkan diri dari luka
dengan bersandar pada kekuatan
manusia saja.
Manusia yang terluka akan mengalami
kuatnya sisa pengaruh manusia lama di
dalam hubungannya dengan Tuhan,
pandangan hidupnya, nilainya, gambar
diri, dan ambisinya. Bila ia telah
menyakini bahwa ia telah ditebus Kristus,
ia masih belum memahami kepenuhan
hidup di dalam-Nya.
Kesimpulan, setelah mengalami
penebusan, dan kemudian mengalami
197
luka dalam hubungan kita dengan
Tuhan, maka yang dapat membereskan
hubungan tadi dengan sempurna
hanyalah Dia yang bersedia menjalin
hubungan dengan kita. Dengan kata lain,
tanpa Allah Roh Kudus yang menolong,
kita tidak akan mengalami pemulihan.
Langkah kedua: Kenali mimpi sebagai cerminan ingatan yang tidak disadari
Bila pada langkah pertama, bagian Tuhan
untuk melakukan pemulihan sangat
besar, maka dalam langkah kedua
terdapat peran kita. Untuk menyadari
kebutuhan dan luka diri, kita perlu
menggali mimpi-mimpi kita. Mengapa
menggali mimpi kita adalah hal yang
penting?
198
Di dalam diri kita, ada ingatan yang
disadari dan ingatan yang tidak disadari.
Sebagian besar urusan kita tangani
dengan ingatan yang disadari. Namun
bila terjadi hal-hal yang menyakitkan
atau menggoncangkan, maka hal ini
disimpan di ingatan yang tidak kita
sadari.
Mimpi merupakan saluran dari ingatan
yang tidak disadari. Hal ini adalah
sebuah mekanisme alami psikologis bila
ingatan tadi terlalu penuh dan padat
sehingga menimbulkan ketidaknyamanan
bahkan kesakitan.
Dengan mengenali dan
membicarakannya, maka kita membuat
apa yang ada di ingatan bawah kita
199
sadar, jadi memasuki bagian ingatan
yang disadari. Dengan demikian, sesuatu
yang disadari akan lebih mudah untuk
kita bawa ke dalam doa. ditangani dan
disembuhkan.
Caranya begini, ambillah kertas kosong.
Tuliskan satu atau dua mimpi yang
sangat berkesan yang Anda dapatkan
ketika Anda tidur dalam dua bulan
terakhir ini. Adakah mimpi yang berkali-
kali muncul dengan tema yang sama atau
serupa.
Kini berdasarkan mimpi tadi,
renungkanlah apa kiranya isi ingatan
Anda dan kebutuhan atau luka yang
mungkin Anda idap.
200
Langkah ketiga: Fokus pada pemulihan gambar diri
Seringkali kebutuhan terdalam yang
paling sulit ditangani sehingga
merupakan luka yang amat parah
menyangkut gambar diri sendiri. Untuk
menolong hal ini pada awalnya,
diperlukan suatu komunitas yang
memberikan penerimaan, kehangatan
dan penghargaan yang tepat.
Lingkungan serupa itu akan membuat
orang yang terluka menerima pesan
“Kamu berharga, kamu akan dapat
menjadi berkat bagi orang lain, dan kami
mengasihi kamu…” Dengan pesan yang
konsisten seperti itu, lambat laun, orang
yang terluka akan mempertanyakan
gambar diri yang sejauh itu dipegangnya,
201
kemudian terbuka kesempatan untuk
dirinya menggambarkan secara berbeda.
Memang upaya seperti ini membutuhkan
ketekunan dan kesabaran yang sangat
luar biasa. Hanya orang-orang yang
pernah mengalami perlakuan indah dari
suatu komunitas atau suatu pribadi
seperti ini akan memungkinkan orang
yang butuh pemulihan tadi dilayani
secara maksimum.
Ciri Orang Yang Sudah Mengenal Nahkodanya
"Dapatkah kamu jelaskan siapa yang
membuat kamu?" tanya sang pendeta
kepada seorang anak kecil.
Si anak terpekur sebentar lalu menjawab,
Tuhan membuat sebagian dari diri saya.”
202
Sang pendeta terperanjat, lalu bertanya,:
»Apa maksudmu., mengapa Ia hanya
membuat sebagian dari dirimu ? »
"Hmm,” jawan sang anak, “Tuhan membuat
sedikit dari saya, lalu, saya mengerjakan
sisanya sampai sebesar ini”
Mengerjakan sisanya….. adalah pekerjaan
seumur hidup dalam wilayah pribadi kita….
Bukankah, Alkitab mengatakan bahwa kita
harus mengerjakan iman kita?
Bagaimanakah ciri-ciri kualitas seorang
yang sudah berhasil menumbuhkan diri atau
mengerjakan imannya di dalam
kepemimpinan di wilayah pribadinya ?
Bagaimana kualitas pemimpin Kristianinya?
Pertama, ia menghayati bahwa semua yang
ia miliki, termasuk hidupnya sendiri adalah
203
titipan dari Tuhan. Kesadaran akan
kesementaraan ini membuatnya dapat
melihat berbagai hal dengan kaca mata
yang lebih dalam dan luas, yaitu terkait
dengan kehendakNya
Selanjutnya, ia menghayati bahwa ia
bukanlah orang biasa. Ia hidup untuk suatu
penugasan khusus dari Tuhan. Jadi hidupnya
merupakan kesempatan untuk memuliakan
Tuhan. Ia menyadari bahwa ia sedang
dipersiapkan menjadi mitra dari raja
penguasa semesta. Penghayatan ini
membuatnya menjalani hidup dengan peran
yang jelas. Sebagai seorang calon penguasa,
ia sangat perduli pada pertumbuhan orang
lain, yaitu pertumbuhan pengetahuan,
keterampilan kerja, emosi, kepercayaan diri,
dan kualitas hidup spiritual mereka. Ia juga
204
tidak mengambil jalan pintas atau solusi
yang mudah.
Sehari-hari, ia juga menyadari bahwa ia
perlu menangkap makna yang ada di balik
berbagai peristiwa sehari-hari yang ia alami.
Kesadaran ini penting karena mudahnya
seorang manusia ditenggelamkan oleh
berbagai masalah dan situasi yang ia tidak
dapat dikendalikannya. Tanpa kesadaran
tadi ia akan menyangkali apa yang terjadi,
mengabaikannya, memperkecilkannya, atau
bahkan menganggap enteng dampaknya.
Sebaliknya, ia dapat juga bereaksi secara
berlebihan pada apa yang terjadi. Bila
seorang pemimpin memiliki hidup spiritual
yang baik, ia dapat mengendalikan emosi
dan respon lainnya bila terjadi keadaan yang
sangat tidak menguntungkan atau yang
205
terlalu menyenangkan. Ia tidak mudah larut
pada hal-hal yang kasat mata dan berjangka
pendek. Ia akan menyadari apa yang Allah
lakukan pada waktu itu sebagai proses
pendidikan baginya. Dalam hal ini suatu
pemahaman yang sangat penting untuk
dikuasai oleh seorang pemimpin adalah
konsep tentang kerajaan Allah. Kerajaan
Allah sudah tiba dan ada di tengah kita.
Namun bagaikan kita harus mengertinya
bahwa kerajaan Allah belum kentara
sepenuhnya, bagaikan matahari yang
memang ada dan besok pagi, cahayakan
akan terlihat dengan jelas, namun kini kita
masih berada di dalam kegelapan malam.
Kegelapan ini masih sangat kentara, namun
akan lenyap di saat fajar hadir. Sementara
ini kita harus menyalakan lilin, obor, dan
berbagai lampu untuk mengalahkan
206
kegelapan. Disini gambar diri seorang
Kristen adalah bagaikan perajurit yang
mengawal benteng di waktu malam sambil
menantikan fajar. Dengan kerangka
pemahaman serupa itu, ia dapat menggali
dan menafsirkan berbagai peristiwa di
sekitarnya.
Ia memiliki komitmen pengabdian dan
memuja Allahnya di dalam tindakan dan
gaya hidupnya yang mencerminkan rasa
syukur. Ia tahu ia akan menjadi raja karena
pilihan Tuhan yang ia tidak pahami dan
bukan karena kemampuannya sendiri.
Seorang pemimpin yang memiliki
spiritualitas yang mendalam merupakan
gudang rasa syukur karena ia mengenali
bagaimana Allah adalah pribadi yang sangat
207
baik dan menyiapkan jalur hidup baginya
agar hal-hal baik terjadi.
Ia menyadari kemana semua potensinya
diarahkan oleh Tuhan. Seorang yang
spiritual menyadari bahwa Tuhan
memberikan banyak potensi sehingga ia
terus menerus perlu menumbuhkannya
untuk dapat lebih mengenali, merasakan,
dan mengalami kebaikan Tuhannya
sehingga orang terinspirasi olehnya. Cara
Tuhan menumbuhkannya ialah dengan
membiarkan ia menghadapi ujian yang
semakin lama semakin berat.
Ia menyadari bahwa ada kekuasaan lain
yang melawan Tuhan dalam menumbuhkan
potensinya. Sa lah satu wujudnya adalah
hadirnya luka-luka batin di masa lalu.
208
Seorang yang spiritual menghadapi hal ini
dengan serius dan menggantungkan dirinya
pada kuasa Tuhan agar luka-luka yang
menghambat berbagai potensinya untuk
tumbuh, dan menghambat kuasa Tuhan
bekerja sepenuhnya di dalam dirinya dapat
dikalahkan. Ia menyadari perlunya
pemulihan diri.
Ia memiliki kepekaan pada kehendakNya.
Seorang pemimpin yang spiritual sangat
kritis pada kehendak pribadinya,
kebutuhannya dan luka-lukanya. Ia tidak
menjadikan dirinya muara dari hasil
kerjanya. Ia mencoba mengenali kehendak
dan rencana Tuhan bagi diri dan
lingkungannya, serta perannya di dalam
rencana Tuhan tadi. Dalam hal ini ia pun
209
akan berupaya mengenal rencana Tuhan
bagi anak buah atau pengikutnya
Ia menggantungkan dirinya pada kekuatan
dan kasih Tuhan. Menyadari keterbatasan
diri dan kelemahannya, seorang pemimpin
yang spiritual memeriksa dosa-dosanya
secara berkala sehingga ia dapat luput dari
kecenderungan menggantungkan dirinya
pada kekuatan sendiri, namun sebaliknya
justru menyadari perlunya bergantung pada
kuasa Tuhan dan melihat suatu ‘keajaiban‘
ketika hal itu terjadi.
Ia memiliki kekuatan Tuhan yang tidak
selalu masuk akal dan dapat berupa
sentuhan-sentuhan supra nalar. Seorang
pemimpin tidak boleh menjadikan hal ini
sebagai suatu fitur yang berlebihan dan
210
merupakan kebanggaannya. Namun tidak
dapat juga ia menyangkali adanya kekuatan
Kristus yang dapat hadir dalam wujud
supra nalar di dalam dirinya sebagai akibat
karunia Tuhan dan pergaulannya dengan
Tuhan.
Ketika seorang pemimpin terbaca
mengupayakan kualitas hidup spiritual
seperti digambarkan di atas, maka anak
buah atau pengikutnya akan mendapatkan
pesan yang menyentuh mereka pada lingkup
spiritual dan tidak hanya sekedar
menyentuh lingkup emosinya.
Perlu dicatat disini bahwa seorang yang
mengupayakan hidup spiritual yang
terpelihara dan ditumbuhkan bukan berarti
sama dengan seorang yang melakukan ritual
211
agama, aktif di dalam kominutas agamanya,
dan memiliki pengetahuan agama yang
esoterik serta mengagumkan. Agama adalah
wahana untuk menjalani hidup spiritual
namun bukan untuk menggantikannya.
Dengan pendek, dampak spiritual seorang
pemimpin terlihat pada tingkat keintiman
hubungan anak buah atau pengikutnya
dengan sang pencipta, bukan terlihat hanya
pada keaktifan mereka di dalam
menjalankan ajaran dan ritual agamanya.
Jadi mereka akan lebih penuh dengan
syukur, memiliki perspektif yang lebih luas
mengenai hidup, memiliki kepekaan pada
kehendakNya, lebih bertumbuh secara
utuh, lebih mengabdikan diri pada
Tuhannya, dan lebih mengantungkan diri
pada sang pencipta sehingga mereka
212
mengalami berbagai « keajaiban » di dalam
hidup sehari-hari.
Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa
orang yang pernah terluka dan mengalami
pemulihan akan menjalani kehidupan
spiritual yang lebih dalam dan lebih peka
pada kemungkinan terjadinya luka diri yang
baru.
213
Pasal Lima
Peran Visi dan Misi Pribadi
Koinonia Farm
Koinonia is an intentional Christian community founded by two couples, Clarence and Florence Jordan and Martin and Mabel England in 1942 as a “demonstration plot for the Kingdom of God.” For them, this meant a community of believers sharing life and following the example of the first Christian communities as described in the Acts of the Apostles, even amidst the poverty and racism of the rural South.
Clarence Jordan held an undergraduate degree in agriculture from the University of Georgia and wanted to use his knowledge of scientific farming “to seek to conserve the soil, God’s holy earth” and to help the poor: most of Koinonia’s neighbors were black
214
sharecroppers and tenant farmers. Jordan and England were ordained ministers and professors (Jordan held a doctorate in New Testament Greek) and part of their vision was to offer training to African American ministers living in the area. For the first few years or so of the Koinonia experiment, Jordan, in particular, was welcomed to preach and teach in local churches. Though the demands of farming in those early years did not allow time for formal training of others, he used these visits to both black and white churches to offer guidance. They envisioned an interracial community where blacks and whites could live and work together in a spirit of partnership.
Based on this radical call to discipleship, Koinonia’s very presence confronted racism, militarism and materialism with its commitment to:
1. Treat all human beings with dignity and justice
215
2. Choose love over violence.
3. Share all possessions and live simply.
4. Be stewards of the land and its natural resources.
Soon other families joined them, and visitors came to “serve a period of apprenticeship in developing community life on the teachings and principles of Jesus.” The community grew and friendships formed as the Koinonians, their visitors, and their neighbors farmed together, ate meals, attended Bible studies and held summer youth camps. From the beginning, the community emphasized equality and fellowship among all. When resources allowed the hiring of seasonal help, black and white workers were paid equally. When the community and its guests, neighbors and friends gathered for a meal, everyone was invited to sit at the table to regardless of color.
216
Koinonia’s Struggle during the Civil Rights Movement
These efforts to live the gospel were a break with the prevailing culture of the time and were fiercely challenged by many citizens of Sumter County, many of whom attempted to destroy the farm and scare off its residents. As a way to survive in hostile surroundings, Koinonians began shipping Georgia pecans
217
and peanuts around the world by mail order. The business evolved to include treats made in the farm's own bakery—the mail order (and online store) business which still generates a large part of the farm’s revenue today.
Through the 1950s and early 60s, Koinonia remained a witness to nonviolence and racial equality as its members withstood firebombs, bullets, KKK rallies, death threats, property damage, excommunication from churches, and economic boycotts. Koinonia and its members suffered greatly. But Koinonia survived.
Koinonia: Birthplace of Habitat for Humanity
As the threats of physical violence dwindled in the late 1960s, Koinonia was at a crossroads. Local violence had tapered off, and now only two families were living on the farm, including the Jordans. The Koinonians found themselves searching for a renewed focus, unsure whether Koinonia's end had come, when Clarence received a brief note from
218
Millard Fuller, asking “What do you have up your sleeve?”
Millard and Linda Fuller had spent a month at Koinonia several years earlier, shortly after the threat of a failed marriage caused the couple to recommit their lives to God and give away their wealth. Millard had been a millionaire businessman, and his enthusiasm seemed to inject a new spirit into the community. After a series of meetings with Millard and other friends of Koinonia, a new direction for Koinonia emerged.
Clarence Jordan and the others held a deep concern for their neighbors and noticed the poor quality of housing available to them. They initiated a project to help build decent, affordable homes. Changing its name from Koinonia Farm to Koinonia Partners, the community launched several innovative partnership programs, chief among them Koinonia Partnership Housing, which built affordable homes for low-income families living in shacks and dilapidated houses. Using
219
volunteer labor and donations, Koinonia built 194 homes from 1969 to 1992, which families bought with 20-year, no-interest mortgages. Mortgage payments were placed in a revolving Fund for Humanity, which was then used to build more houses. With both rich and poor contributing capital to the Fund and building houses together, Clarence saw his vision of Partnership become a reality. Of the homes built, 62 houses sit on Koinonia's land, forming two neighborhoods that surround the central community area; the remaining houses are located in the towns of Americus and Plains.
In addition to his work on the farm, Jordan spent hours writing in what became known as “Clarence’s Shack,” a small wooden building nestled in one of the farm’s pecan orchards. Among the works penned there were the Cotton Patch Version, his translations of the New Testament gospels from the original Greek into the Georgia vernacular. He prepared for his nationwide speaking engagements there. And, working on a
220
sermon, it is where he died on October 29, 1969.
Clarence’s spirit continues: “Seed Sowing”
Although Clarence died in 1969, just before the first house was completed, his vision continued, as other community members carried on his legacy. The Fullers remained at
221
the Farm, guiding the first 4 years of Koinonia’s partnership housing program before moving to Africa for 3 years to establish a similar program abroad. In 1976, they returned to Americus and founded Habitat for Humanity International, now a worldwide housing ministry with affiliates in every state and in more than 50 countries. Modeled after Koinonia's original "partnership housing" program, Habitat builds houses with families in need, then sells the houses to the families at no profit and no interest. To date, Habitat for Humanity volunteers and homeowners have built more than 100,000 houses around the world.
The Koinonia spirit also led to the founding of other organizations such as Jubilee Partners in Comer, GA (a community that welcomes refugees from war-torn countries), New Hope House in Griffin, GA (assisting families with loved ones on death row, as well as advocating the abolition of the death penalty) and The Prison & Jail Project in Americus, GA (an antiracist, grassroots organization which
222
monitors courtrooms, prisons and jails in southwest Georgia). Koinonia became known as a place of “seed sowing,” giving life to organizations in the making, but equally and perhaps more importantly to countless individuals renewed and transformed by time on the farm. This legacy continues today: in 2005, the Fullers left Habitat for Humanity and founded The Fuller Center for Housing, which also seeks to create affordable housing solutions for impoverished families worldwide. Their first meeting was held at the
Koinonia Community Outreach Center.
Our Ministries, Yesterday and Today
Some of the causes and ministries Koinonia has been involved in over the last 60+ years include civil rights, prison ministry, racial reconciliation, peace
223
activism, early childhood education, youth and teen outreach, affordable housing, language training, sustainable agriculture, economic development, home repair, elders programs, and more. Today, Koinonia remains committed to treating all human beings with dignity and justice, choosing love over violence, sharing according to need, not greed, and stewardship of the land.
In 1993, Koinonia abandoned its “common purse” and experimented with a more corporate, non-profit structure. It gained a board of directors and established staff and volunteer positions instead of resident partners. In 2004, we began a journey to return to our original roots while remaining relevant to the 21st century. We are now returning to the community-based model. Guided by our rich history and the vision of Clarence Jordan, we continue our mission to apply Jesus’ teachings on compassion, partnership, community, reconciliation, and stewardship of our resources to the social and economic realities we face today. (See our Ministries
224
and Online Store pages to learn about our latest work, or join us as a visitor or intern!)
Habitat for Humanity
Since its founding in 1976 by Millard and Linda Fuller, Habitat for Humanity International has built and rehabilitated more than 300,000 houses with partner families, helping house more than 1.5 million people and becoming a true world leader in address in the issues of poverty housing.
Koinonia Farm and the Fund for HumanityThe concept that grew into Habitat
225
for Humanity International was born at Koinonia Farm, a small, interracial, Christian farming community founded in 1942 outside of Americus, Ga., by farmer and biblical scholar Clarence Jordan. The Fullers first visited Koinonia in 1965, having recently left a successful business in Montgomery, Ala., and all the trappings of an affluent lifestyle to begin a new life of Christian service. At Koinonia, Jordan and Fuller developed the concept of "partnership housing," where those in need of adequate shelter would work side by side with volunteers to build simple, decent houses.
The houses would be built with no profit added and no interest charged. Building would be financed by a revolving Fund for Humanity. The fund's money would come from the new homeowners' house payments, donations and no-interest loans provided by supporters and money earned by fund-raising activities. The monies in the Fund for Humanity would be used to build more houses.
An open letter to the friends of Koinonia Farm told of the new future for Koinonia:What the poor need is not charity but capital, not caseworkers but co-workers. And what the rich need is a wise, honorable and just way of divesting
226
themselves of their overabundance. The Fund for Humanity will meet both of these needs. Money for the fund will come from shared gifts by those who feel they have more than they need and from non-interest bearing loans from those who cannot afford to make a gift but who do want to provide working capital for the disinherited . . . The fund will give away no money. It is not a handout.
In 1968, Koinonia laid out 42 half-acre house sites with four acres reserved as a community park and recreational area. Capital was donated from around the country to start the work. Homes were built and sold to families in need at no profit and no interest. The basic model of Habitat for Humanity was begun.
Today, Habitat for Humanity has built more than 300,000 houses, sheltering more than 1.5 million people in more than 3,000 communities worldwide.
Peran Visi
Ilustrasi dari dunia Kristen (habitat from
humanity)
227
Pernahkah Anda melihat seorang yang
bekerja dengan enerji yang besar, terus
bergairah dan pantang menyerah bahkan
ketika ia sudah beberapa kali mengalami
kegagalan berturut-turut? Orang-orang
seperti ini seringkali menghasilkan hal-hal
yang menakjubkan. Contoh orang-orang
seperti ini adalah Marco Polo, sang
penjelajah yang berhasil mencapai Cina
ketika orang tidak ada yang berani
melakukan apa yang ia bayangkan. Contoh
lain adalah Tomas Alfa Edison yang
memimpikan adanya lampu pijar yang tahan
228
lama. Selain itu ada pula tokoh seperti
Madame Curie yang menemukan radium.
Di jaman kini, kita mengenal orang-orang
seperti Bill Gates, Steve Job, dan para
perancang di perusahaan telpon Nokia. Di
Indonesia, kita mengenal orang-orang
seperti Lumi STh. Ketika orang hanya
melihat para gelandangan sebagai sampah
masyarakat, ia memimpikan suatu keluarga
yang menampung dan membesarkan anak-
anak mereka. DI dalam hidupnya hal itu
dipraktekkan secara konsisten. Kita
mengenal juga orang seperti Ali Sadikin
yang membuat Jakarta berubah dari
kampung besar menjadi kota metropolitan.
Juga orang-orang seperti Mother Teresa,
John Robbins, Al Gore, dan sebagainya.
Semua orang-orang tadi hidup di jaman
yang sama dengan kita. Seperti kita mereka
229
melihat, mendengar, dan mengalami hal-hal
yang sama dengan kita. Namun mereka
tidak berhenti disana. Mereka melihat ke
masa depan. Mereka membayangkan
hadirnya sesuatu yang lebih indah, lebih
unggul, lebih bermakna dan lebih berguna
bagi banyak orang. Dengan kata lain,
mereka memiliki visi atau impian. Visi itu
membuat mereka dapat memfokuskan
impian mereka untuk mewujudkannya. Visi
ini membuat mereka terdorong bekerja
keras dan pantang undur untuk
mengejarnya. Mereka membuat dunia lebih
baik, sesuatu yang biasa menjadi sesuatu
yang luar biasa. Kami akan coba paparkan
tujuh langkah menuju visi yang kokoh dan
tepat.
230
1. Membedakan visi, fantasi, dan spekulasi
Visi atau Impian bukanlah suatu fantasi
tentang masa depan yang muncul sebagai
hasil angan-angan saja. Visi bukanlah suatu
impian yang tidak ada dasarnya sama sekali.
Contoh impian yang tidak berdasar adalah
apa yang dimiliki oleh Budi. Budi memiliki
impian untuk menjadi juara dunia gulat
mengalahkan Hulk Hogan. Budi yang kini
berusia 28 memiliki berat hanya 49 kilogram
dengan tinggi badan 158 cm. Kegiatan
sehari-harinya adalah surfing di internet,
berkuliah di bidang media design dan
bermain catur. Budi memiliki visi yang lebih
merupakan fantasi karena tidak berdasar
pada kenyataan.
Visi adalah suatu gambaran mental tentang
apa yang akan hadir di masa depan. Disatu
231
pihak, gambaran tadi berdasarkan pada apa
yang merupakan kenyataan pada saat ini,
namun sekaligus juga merupakan suatu
lompatan. Seorang yang memiliki visi
berarti memiliki suatu keyakinan bahwa hal
itu dapat terjadi dan keyakinan tadi adalah
hasil pergaulannya hidup akrab dengan
Tuhan. Ia yakin bahwa sesuatu yang lebih
indah, lebih bermutu dan lebih sempurna
akan hadir di masa depan, dan ia dapat
memainkan suatu peran untuk membuat hal
itu terwujud.
Contoh hal itu adalah ketika Lee Kuan Yew
mengajak rakyat Singapore untuk
memimpikan suatu Singapore yang modern.
Pada waktu itu keadaan masyarakat sedang
guncang dan morat-marit karena
berpisahnya mereka dengan Malaya dari
232
kesatuan Singapore-Malaya. Dengan
cucuran air mata, ia menyatakan
kesediahannya, lalu ia mengajak seluruh
anak bangsanya untuk bekerja keras
mewujudkan impian tadi, dan mereka
berhasil. Dalam 20 tahun hasilnya sangat
kentara. Impian Lee Kuan Yew memang
menggemakan impian dari rakyatnya.
Karena adanya impian tadi, maka rakyat
bekerja keras dan bersedia mengurbankan
banyak kenyamanan kelompok atau pribadi.
Ketika Ir. Cacuk mengambil alih pimpinan
Telkom, ia memimpikan Telkom yang
bermutu dan profesional. Pada waktu itu,
layanan Telkom sangat buruk. Ir. Cacuk
bekerja keras dengan teamnya, dan sebagai
hasilnya Telkom menjadi BUMN yang
menguntungkan dan merupakan gudang
233
Bagi seorang
pemimpin Kristiani,
memiliki visi berarti
mengakui bahwa
hidup penuh
dengan kesulitan
dan kerikil,
namun walaupun
demikian di masa
depan Tuhan
menyiapkan
orang bermutu. Tanpa Telkom seperti
sekarang maka industri warnet, wartel dan
berbagai koneksi tidak akan hadir.
Bagi seorang pemimpin Kristiani, memiliki
visi berarti mengakui bahwa hidup penuh
dengan kesulitan dan kerikil, namun
walaupun demikian di masa depan Tuhan
menyiapkan suatu keadaan yang lebih indah
dan bermutu. Tugas kita adalah menyambut
keadaan itu serta menyiapkan diri untuk
mencapainya.
Apakah beda
antara visi dan
misi? Pertama,
visi adalah
gambaran
234
mental. Kedua, visi juga adalah sesuatu
yang ada di masa depan. Karena kedua
aspek itu, maka visi seringkali bersifat
abstrak, arah umum dan cenderung abstrak.
Misi adalah perwujudan dari visi tadi. Bila
visi adalah impian, maka misi adalah wujud
atau bentuk dari impian tadi. Misalnya,
impian Anda adalah memiliki sebuah pusat
pembelajaran yang ikut membangun bangsa
serta meningkatkan kesejahteraan banyak
orang. Maka misi Anda mungkin
mewujudkan suatu lembaga pelatihan
kewiraswastaan. Dapat juga misi Anda
adalah mewujudkan suatu universitas yang
khusus mendidik orang untuk menjadi
manager profesional yang baik. Misi juga
dapat merupakan rumusan apa yang secara
nyata Anda akan lakukan untuk
menghasilkan impian tadi.
235
2. Mengenal Dampak Visi dan misi
Visi dan misi membuat pemiliknya terdorong
untuk memfokuskan hidup mereka. Visi dan
misi yang tajam bahkan dapat ditawarkan
untuk menjadi visi dan misi bersama
(shared-vision). Dengan visi bersama, maka
semakin banyak orang yang berpartisipasi
untuk mencurahkan enerjinya untuk
mewujudkan hal tadi. Fantasi tidak akan
memiliki kekuatan untuk menggerakkan
orang serupa itu karena fantasi tidak
dimulai dari kenyataan yang diterima
bersama melainkan kenyataan yang dihayati
secara pribadi saja.
Setelah menyadari makna visi dan misi tadi,
maka perlu kita kenali bahwa sekurangnya
236
ada lima jenis manusia dalam berurusan
dengan visi dan misi.
Pertama adalah adanya orang yang tidak
mengetahui bahwa visi dan misi adalah
penting. Mereka menyibukkan diri dengan
tugas dan kegiatan rutin sehingga hidupnya
merupakan rangkaian dari suatu aktifitas ke
aktifitas lain tanpa didasari kejelasan arah.
Mereka hidup dan bekerja tanpa desain
dasar. Jadi mereka adalah bagaikan tukang
bangunan yang sibuk mendirikan rumah
tanpa kejelasan gambaran rumah yang ingin
dihasilkannya. Mereka adalah bagaikan
sepasukan tentara yang terus menerus
terjun ke suatu wilayah tanpa
mempertimbangkan bahwa bila mereka
memiliki suatu landasan pesawat terbang,
237
mereka dapat berada disana tanpa terlalu
sulit.
Jenis manusia kedua adalah manusia yang
mengetahui bahwa visi dan misi adalah hal
yang sangat penting untuk mencapai sukses.
Namun mereka tidak kunjung menyediakan
waktu untuk memikirkan dan merumuskan
visi serta misi pribadi bahkan juga tidak
merumuskan visi dan misi organisasinya.
Hanya bila segala sesuatunya dirasakan
berjalan ke arah yang tak menentu baru
mereka mempercakapkan perlunya
kehadiran visi dan misi tadi.
Jenis manusia yang ketiga adalah orang
yang menyadari pentingnya visi dan misi,
telah berusaha menyusun rumusannya,
namun karena metodenya keliru dan
238
pemahamannya terbatas, maka visi dan misi
tadi kekurangan suatu aspek penting. Visi
dan misi tadi tidak menghasilkan hal yang
bermanfaat bagi orang banyak.
Jenis manusia yang keempat adalah manusia
yang lebih bermutu. Mereka menyadari,
mengupayakannya, serta memiliki metode
yang benar sehingga memiliki rumusan visi
dan misi yang baik. Namun mereka belum
memiliki bekal yang cukup dan cocok untuk
menggapai visi tadi.
Jenis manusia yang kelima adalah manusia
yang berhasil mewujudkan visi dan misinya
setelah mengumpulkan bekal yang
diperlukannya setelah mereka menjadi
manusia yang keempat.
239
Berapa pentingkah adanya visi dan misi tadi
untuk diri kita, untuk keluarga dan untuk
organisasi kita?
Pertama, visi dan misi akan menolong kita
untuk menyusun cara mencapai atau
strategi menggapainya. Kedua, visi dan
misi kita akan menolong merumuskan
prioritas bahkan menghindarkan kita
melakukan apa yang tidak berguna bagi
pencapaianya. Dengan demikian kita hidup
dengan efektif dan efisien. Berbagai godaan
dan pilihan yang menyimpangkan kita dari
arah kita dapat ditolak karena kita memiliki
kriteria yang jelas. Ketiga, adanya visi dan
misi yang jelas akan mempermudah kita
menginspirasikan orang yang ada bersama
kita untuk mengejar dan mewujudkannya.
240
Mereka memiliki kepastian kemana kita
pergi dan kemana kita tidak akan berjalan.
Keempat, adanya visi dan misi menolong
kita untuk mengevaluasi diri apakah kita
sudah mendekati atau menjauhi visi dan
misi tadi. Kita dapat juga mengevaluasi
kecepatan gerak kita ke arah yang kita tuju.
Hal ini sama seperti ketika seorang penjelah
kutub utara yang dapat mengukur berapa
jauh ia sudah berjalan menuju kutub utara.
3. Mulai dari Lompatan?
Bagaimana mulai menyusun visi dan misi
pribadi? Salah satu cara mengajarkan
bahwa membuat atau menyusun visi dan
misi dimulai dengan memandang realita
yang ada secara objektif. Orang mau
menyusun visi dan misi ini mulai dengan
241
mempertanyakan dirinya beberapa hal yang
penting seperti: “Siapakah aku ini, dari
mana aku datang, bagaimana riwayat atau
masa laluku, apakah hal-hal yang paling
bermakna bagiku, dan hal-hal apa yang
orang anggap aku lakukan dengan baik.”
Kemudian ia juga mempertanyakan lebih
lanjut apa yang menjadi kelebihan dan
kelemahan-kelemahannya. Selanjutnya,
barulah ia mempertanyakan apa yang ia
yakin dapat dan patut hadir di masa
depannya, berdasarkan dengan kenyataan
yang kini ia miliki.
Tapi ada cara yang lebih baik. Bila
seseorang memiliki hubungan yang akrab
dengan pimpinan di dalam organisasi
dimana ia bekerja, ia akan dapat
memperkirakan impian atau visi
242
pemimpinnya. Bila sang pemimpin
memberikan tugas dan peran padanya,
walaupun hal tersebut merupakan hal yang
sangat baru, bahkan lompatan dari jalur
kerjanya sejauh itu, ia dapat yakin bahwa
sang pemimpin yang mengenal dirinya
dengan baik tidak salah. Sang pemimpin
justru ingin agar dirinya belajar dan akan
mendukungnya.
Demikian juga bila seseorang berhubungan
akrab dengan Tuhan, maka suatu lompatan
iman dapat menjadi keharusan bila visi
diberikan Tuhan padanya. Biasanya Tuhan
mulai dengan menanamkan kerinduan di
dalam hatinya. Ia tidak akan merasa bahagia
bila kerinduan tadi tidak dikejarkan.
Seringkali terasa lompatan yang tidak
masuk akal di dalam hal ini.
243
Visi perlu
konfirmasi
dan
konfirmasi
diberikan
oleh orang-
orang
beriman
yang
terdekat
dengan diri
kita.
Tes untuk lompatan
tadi untuk memeriksa
apakah itu berasal
dari Tuhan atau
selera pribadinya
bahkan dari
kebutuhan samar
yang ia miliki adalah
konfirmasi dari
rekan-rekan atau
komunitas yang kenal
dirinya dan dimana ia
terlibat. Visi perlu konfirmasi dan
konfirmasi diberikan oleh orang-orang
beriman yang terdekat dengan diri kita.
244
3. Mengenal Ciri-ciri Visi dan Misi yang baik
Sebelum membuat rumusan visi, maka kita
harus mengenali ciri-ciri visi dan misi yang
baik. Dengan visi dan misi seharusnya akan
menjadi dasar inspirasi bagi banyak orang,
maka visi dan misi ini harus
a. Singkat – sehingga mudah diingat dan
dipahami
b. Konsepnya harus sederhana dan padat
sehingga orang yang sederhanapun tidak
mengalami kesulitan untuk memahaminya
c. Karena orang banyak memiliki aspek
emosi, nalar dan perilaku, maka visi dan
misi tadi harus mampu menyentuh emosi
orang dan menjadi tumpuan yang
mengilhamkan.
d. Selain itu, visi dan misi tadi harus
mudah diingat dan karenanya harus
245
menimbulkan gambaran mental, baik untuk
diri kita sendiri, apalagi ketika visi itu akan
ditukarkan dan menjadi visi bersama.
Misalnya, misi untuk menghasilkan sebuah
komputer sederhana untuk tiap rumah
digambarkan sebagai memberikan stop
kontak bagi tiap rumah.
5. Mulai Mendapatkan Visi Yang tepat
Perlu kita sadari bahwa suatu visi tidak
dapat dirumuskan dalam satu hari. Semakin
luhur dan besar suatu visi dibutuhkan
proses yang panjang untuk menyusunnya.
Semakin kita mengenal realitas diri kita,
semakin hal itu mempermudah kita untuk
merumuskan visi yang tajam
Hal yang amat penting adalah bahwa
hambatan untuk membuat suatu visi yang
246
baik dan berguna bagi banyak orang sering
berakar pada gambar diri kita yang buruk,
pemaknaan hidup yang keliru atau
prasangka-prasangka tentang manusia dan
dunia.
Secara teknis kegagalan membuat suatu visi
yang tajam sering disebabkan karena terlalu
banyak hal yang kita inginkan. Dengan kata
lain kita tidak dapat memfokuskan diri dan
hidup kita untuk suatu hal yang paling
bernilai di dalam hidup ini
Beberapa hal dapat menjadi titik berangkat
kita di dalam menggali dan merumuskan visi
kita:
Kenali diri kita, komunitas atau organisasi
Anda. Artinya, kita perlu mengenali apa
247
kekhasan diri kita, keunggulan dan
kelemahan kita. Untuk melakukan hal ini,
kita dapat membandingkan diri dengan
orang lain yang mirip dengan diri kita.
Selanjutnya, kita perlu merenungkan hal-hal
yang kita anggap bernilai. Sesuatu yang
bernilai itu artinya sangat bermakna,
sehingga hidup menjadi tidak berarti bila
hal tadi tidak kita dapatkan atau upayakan.
Hal yang sangat mendasar adalah juga
menggali luka-luka yang merupakan hasil
pengalaman-pengalaman masa lalu. Luka-
luka ini dapat berupa hal yang menyakitkan
entah berupa, kehilangan, kekecewaan,
kemarahan, ketidak adilan, dan sebagainya.
Hal-hal tersebut dapat berpotensi membuat
kita menggambarkan diri secara negatif,
248
tidak percaya diri atau bahkan membenci
diri. Selanjutnya hal tadi dapat membuat
kita tidak merasa aman, terus merasa
terancam bahkan merasa harus menjadga
diri tanpa berhenti.
Juga sangat berguna untuk mengenali saat-
saat bahagia yang pernah kita alami
Dengan menggabungkan semuanya, maka
kita dapat mengenali pola-pola yang muncul
di dalam riwayat hidup kita, organisasi atau
komunitas kita. Misalnya, seorang yang
berpindah-pindah rumah lebih dari 30 kali
selama masa kanak-kanak sampai masa
remajanya akan mudah menghasilkan pola
bahwa ia mudah beradaptasi ke dalam suatu
lingkungan yang baru, namun mungkin juga
ia dapat menjadi orang yang pembosan bila
249
ia harus mengerjakan pekerjaan yang rutin
berbulan-bulan.
Juga dapat kita pelajari bahwa keberhasilan-
keberhasilan kita merupakan petunjuk
dimana kita dapat memberikan kontribusi
terbaik ke dalam hidup sesuai kehendakNya
bagi kita dan lingkungan dimana kita
berada.
Periksalah visi Hitler. Jelaskan riwayat
Hitler dan bagaimana visinya muncul karena
luka-luka. Akibatnya adalah Hitler merasa
puas, namun banyak orang menderita.
Tekankan bahwa visi yang baik memiliki ciri:
berguna bagi orang banyak sesuai rencana
Tuhan dan diri sendiri akan juga
mengenyam kebahagiaan.
250
6. Dari visi pribadi ke visi bersama
7. Menggapai Visi dengan perencanaan dan Daya Juang
Saya boleh saja terjatuh beberapa kali
dalam hidup ini, tetapi tetapi saya tidak
akan terus tinggal dibawah sana. Kita semua
menghadapi tantangan dalam hidup ini. Kita
semua pasti mengalami hal-hal yang datang
menyerang kita. Kita boleh saja dijatuhkan
dari luar, tetapi kunci untuk hidup
251
berkemenangan adalah belajar bagaimana
untuk bangkit lagi dari dalam.
Kasus
Perjalanan Zhang Qian ke Barat: Kekuatan suatu komitmen
Meskipun jalur yang menghubungkan Dunia
Timur dan Barat telah ada sebelum masa
Dinasti Han di China, sulit sekali untuk
menempuh perjalanan melalui jalur
tersebut. Banyak ancaman, konflik dan
peperangan antar negara yang mengancam.
Keamanan tidak terjamin. Hanya pada masa
Zhang Qian, seorang utusan kaisar Han
yaitu kaisar Wudi jalur ini mulai ramai
terutama karena usaha-usaha yang
dilakukan pemerintah Dinasti Han di China
252
yang menciptakan relasi baik dengan
negara-negara di luar batas Pamir.
Pada masa itu, perekonomian China amat
makmur dan pemintalan sutera berkembang
dengan baik. Pertumbuhan ekonomi
dirangsang pula oleh pertumbuhan populasi
penduduk. Rakyat Han mulai melakukan
ekspansi ke selatan. Mereka menyeberangi
sungai Yangtze dan mengasimilasi suku-
suku asli dalam proses tersebut. Pelan-pelan
mereka bergerak masuk dan
mengembangkan Lembah Sungai Mutiara.
Sementara itu di Utara migrasi penduduk
Han berhenti di Tembok Besar namun
tertahan dan gagal melintasnya karena
suku-suku Hun (Hsiung-nu) sering bergerak
masuk ke wilayah Han dan menjadi
ancaman yang serius bagi rakyat Han.
253
Hun adalah suatu bangsa nomadden yang
telah lama ada. Ketika itu mereka
menduduki dataran tinggi Mongolia dan
memiliki ratusan ribu pasukan berkuda.
Mereka bukan saja merebut Dayuezhi dan
menaklukkan banyak negara-negera kecil di
daerah Barat, termasuk Lolan, yaitu suatu
kota perhentian bagi para musafir di jalan
Sutera, tapi juga sering menyerang para
pedagang dan musafir asing di dearah itu.
Hal ini sungguh menghambat kelancaran
hubungan Timur-Barat.
Pada awal periode tersebut, Dinasti Han
bukan merupakan lawan yang setanding
dengan bangsa Hun. Pasukan Hun bahkan
pernah mengepung Liu Bang, pendiri
Dinasti Han. Hal memalukan ini tersimpan
254
dalam pikiran para kaisar Han yang
bersumpah akan membalas dendam
terhadap musuh mereka. Setelah berusaha
selama 60 tahun, China akhirnya berhasil
menjadi kuat secara militer. Ketika Wudi
menduduki tahkta kekaisaran, Dinasti Han
memasuki masa yang paling makmur
disertai tentara yang kuat. Sejak hari
pertama menduduki tahkta, Wudi berencana
melakukan aksi militer besar-besaran
melawan bangsa Hun.
Bersamaan pada saat ia sibuk memupuk
kekuatan militernya, Wudi mendapat
informasi penting bahwa Chanyu (titel
kehormatan bagi kepala pimpinan Hun)
telah membunuh raja Dayuezhi dan
mempermalukan negeri itu dengan
menggunakan tengkorak raja tadi sebagai
255
piala anggur. Raja Dayuezhi berikutnya
sangat merasa dendam terhadap Chanyu
atas tindakan terhadap almarhum rajanya,
sehingga memutuskan untuk memberi
balasan yang setimpal baginya.
Wudi, sang Kaisar Han menggarap
informasi ini dengan sangat serius. Pikirnya,
“Jika saya dapat bersekutu dengan
Dayuezhi, kita dapat memotong lengan
kanan Hun dan membuatnya berada dalam
posisi terjepit yaitu, diserang di dua arah.
Dengan cara itui, kita pasti akan
menghancurkan Hun.” Untuk
mengimplementasikan strategi militer besar
yang melibatkan persekutuan dengan
Dayuezhi, Wudi mengutus kelompok yang
terdiri dari 100 pembawa pesan yang
dikepalai seorang yang bernama, Zhang
256
Qian ke kerajaan tetangga tadi pada tahun
140 SM.
Sebelumnya Zhang Qian bertugas sebagai
salah satu kepala pengawal istana. Catatan
sejarah mengatakan ia adalah seorang yang
tangguh seperti kerbau, cakap dalam seni
kepemimpinan dan cukup mengenal budaya
Hun dan kawasan Barat Cina. Bawahannya
termasuk para perwira muda, sejumlah
tentara dan kuli-kuli angkut. Salah satu
diantara mereka adalah seorang pria Hun
yang bernama Ganfu yang dulu tertangkap
oleh tentara Han pada saat perang. Orang
ini sangat membenci kekejaman pemimpin
Hun. Kemudian hari ia menjadi asisten setia
terhadap Zhang Qian. Kelompok para
relawan yang dipimping Zhang Qian ini
meninggalkan kehidupan nyaman mereka
257
dan bergerak menjalankan misinya dengan
menempuh bahaya di tempat yang asing.
Pada tahun 138 SM para utusan ini
berangkat dari Chang’an (kini disebut Xi’an)
di China Utara. Zhang Qian memegang
tongkat bambu sepanjang 3 meter dengan 3
ikat bulu kerbau, sebagai tanda utusan
kekaisaran. Dia berpamitan dari sang Kaisar
dan memimpin konvoi memasuki daerah
yang tak dikenal. Mereka menempuh
ratusan mil melalui sisi barat Gansu,
melintasi Sungai Kuning sambil sedapatnya
tidak menarik perhatian orang.
Mereka bertindak sesuai rencana Kaisar
Wu, yaitu menyembunyikan diri mereka di
waktu siang dan berjalan waktu malam,
dengan cara itu mereka berharap melintasi
258
wilayah Hun dan langsung mencapai
Kerajaan Dayuezhi. Namun entah mengapa
mereka tersesat di padang gurun, dan
berjumpa dengan tentara Hun yang sangat
banyak.
Dengan segera, mereka tertangkap dan
dibawa ke Chanyu Hun. Pemimpin Hun
menyiksa seluruh utusan Han. Zhang Qian
menjadi orang pertama yang dimasukkan
penjara. Kemudian, ia diserahkan ke
seorang bangsawan untuk dijadikan budak.
Tugasnya menggembalai ternak. Kini Zhang
Qian menjalani hidup sebagai seorang
budak. Dalam masa itu, ia menikahi seorang
budak wanita Hun dan mempunyai
beberapa anak. Namun dalam keadaan
seperti itu ia tetap menyimpan komitmen
untuk melaksanakan tugasnya menuju
259
Dayuexi dan menghasilkan hubungan
diplomatik dengan mereka.
Untunglah, masa penantiannya tidak
berlangsung terus menerus.Pada tahun ke
sebelas, Zhang Qian mendapatkan
kesempatan untuk melarikan diri bersama
rombongannya. Mereka lari ke arah Barat,
terus menerus menghadapi berbagai
kesusahan. Merka harus menderita
kelaparan terus menerus. Mereka sering
harus membunuh hewan liar untuk
mengatasi rasa lapar mereka. Terkadang
mereka kehilangan arah mereka dan Zhang
Qian harus menentukan arah berdasarkan
bintang-bintang di langit. Mereka menemui
berbagai kesusahan dan bahaya sebelum
mereka menemui danau besar yang berair
260
asin, yang sekarang dikenal dengan nama
Lop Nor di Xinjiang.
Tepat di sebelah danau tersebut terdapat
ibukota negeri yang bernama Lolan. Tentara
Hun juga ada dan ditempatkan di tempat
tersebut. Rombongan Zhang Qiani tidak
berani masuk ke ibukota dan memutuskan
untuk beristirahat di tepi danau. Disana
mereka sempat mencari informasi tentang
Dayuezhi dan kemudian melanjutkan
perjalanan mereka melalui tepi utara dari
Sungai Tarim.
Pada saat itu, ada banyak kerajaan-kerajaan
kecil di kawasan tersebut. Di beberapa
tempat, sebuah oasis memungkinkan sebuah
negeri bertumbuh namun terisolasi. Dalam
perjalanannini, Zhang Qian dan kawan-
261
kawannya berjalan melintasi delapan
negara, termasuk Kizil (yang kini menjadi
tepi timur dari wilayah Kuga di Xinjiang)),
mendaki gunung-gunung, dan tiba di
Dawan, sebuah negara dengan populasi
200,000 (kini dikenal sebagai Uzbekistan).
Raja Dawan telah lama mengagumi
kemakmuran dan peradaban dinasti Han.
Dengan demikian, Zhang Qian dan kawan-
kawan diterima dengan hangat. Di negeri
ini, Zhang Qian pertama kali menyantap
wortel, bawang putih dan biji sesawi, yang
awalnya tidak pernah ada di wilayah Han. Ia
juga mendapatkan kuda-kuda kuat, tanaman
eksotis bawang putih dan anggur yang
sebelumnya tidak pernah dilihatnya. Raja
Dawan memerintahkan anak buahnya
mengawal Zhang Qian dan kawan-kawannya
ke kerajaan Kangju, yang selanjutnya
262
mengawal mereka ke Dayuezhi, negeri
tujuan awal mereka bertahun-tahun
sebelumnya. Pada saat itu, Zhang Qian
mengira tugasnya telah berakhir.
Namun, ditemuinya bahwa raja Dayuezhi
kini tidak berambisi untuk membalas
dendam kepada Hun. Negeri Dayuezhi
memiliki tanah yang subur dan rakyatnya
menikmati hidup yang baik dan makmur.
Sang raja takut terhadap bangsa Hun dan
enggan melawan mereka. Zhang Qian tak
memiliki pilihan kecuali meninggalkan
Dayuezhi untuk pergi ke Daxia.
Di Daxia, ia tinggal selama setahun,
melakukan banyak penjelajahan ke daerah-
daerah yang dilaluinya. Sayangnya, dalam
perjalanannya kembali ke kerajaan Han, ia
263
kembali ditangkap oleh bangsa Hun dan
diperbudak selama setahun.
Pengalaman ini membuatnya berpikir bahwa
ia akan tewas di negeri asing ini dan tak
akan dapat melihat negeri asalnya lagi. Tapi
keberuntungan tiba pada saat Changyu Hun
meninggal di tahun 126 SM. Kedua
pewarisnya berebut tahkta, mengakibatkan
perang saudara. Zhang Qian memanfaatkan
kekacauan yang terjadi untuk melarikan diri
beserta istri dan Ganfu. Ia meninggalkan
Chang’an untuk misi diplomatik bersama
100 anak buah selama 13 tahun dan kini ia
menapaki perjalanan kembali ke ibukota
Dinasti Han dengan hanya dua orang
tersisa, dirinya sendiri dan Ganfu,
asistennya.
264
Tahun-tahun berlalu, walaupun banyak
kesulitan dan bahaya, Zhang Qian tetap
mempertahankan tongkat bambu sebagai
simbol status kerajaannya. Ketika Zhang
Qian tiba di istana Han dan menyerahkan
tongkat bambu tersebut ke Kaisar Wu, hati
sang kaisar sangat tersentuh. Kesetiaan,
komitmen dan daya juang Zhang Qian tidak
tertandingi di dalam sejarah. Selain itu, ia
membawa informasi tentang wilayah barat
Han yang sangat lengkap dan bermanfaat.
Walaupun secara nyata, Zhang Qian gagal
dalam misi diplomatiknya, yaitu untuk
membuat Dayuexi mitra perang menghadapi
Hun, Kaisar Han, Wudi sangat paham
pentingnya perjalanan utusannya.
Pemerintahan Dinast Han sangat terbantu
oleh banyak data dan informasi yang
265
diperoleh Zhang Qian selama perjalanannya.
Materi ini tidak hanya berkaitan dengan
negeri-negeri yang dia kunjungi, tapi juga
merekam segala hal yang ia lihat dan
dengar sepanjang perjalanan. Kini bangsa
Han menyadari, selain Dayuezhi, masih ada
Dawan, Daxia, Kangju dan beberapa negeri
lain, seperti Parthia (Persia, yang kini adalah
Iran) yang Dinasti Han tidak pernah kenali
sebelumnya.
Pada tahun 115 SM, Kaisar Wudi sekali lagi
menyiapkan konvoi sebesar 300 orang yang
juga dipimpin Zhang Qian, untuk
mengunjungi negeri Wusun (sekarang di
area Danau Barkash) untuk mengajak
pemimpinnya bersatu berperang melawan
Hun. Dalam perjalanannya Zhang Qian juga
mengutus asisten-asistennya ke negeri-
266
negeri Dawan, Kangju, Daxia dan Dayuezhi.
Setelah setahun atau lebih, negera-negara
tersebut mengirim perwakilannya ke
Chang’an beserta asisten-asistennya Zhang
Qian.
Semenjak itu Dinasti Han memiliki
hubungan resmi dengan negara-negara di
kawasan Barat. Pertukaran dan komunkasi
dengan kawasan Barat semakin sering.
Dinasti Han juga mengirim utusan ke
Parthia (Persia), Kizil, Hindu (India), Tiazhi
(sebelah barat laut Teluk Persia masa kini)
dan sejumlah negara lainnya. Ada banyak
utusan dan surat kepercayaan berupa kain
sutera yang dikirim bersama kunjungan ke
negara-negara tersebut. Mereka beberapa
kali berpapasan dalam perjalanan ke
negara-negara berbeda bersama tugasnya
267
masing-masing. Mereka diterima dengan
baik oleh negara-negara. Negara Wusun
bahkan mengijinkan kawin campur antara
rakyatnya dengan orang Han. Di antara
para pengembara ke kawasan Barat, ada
banyak saudagar yang mengikuti jejak
Zhang Qian dan utusan lainnya.
Zhang Qian beberapa kali melakukan
perjalanan ke kawasan Barat dalam periode
30 tahun selanjutnya. Dia mendedikasikan
seluruh hidupnya untuk membangun dan
membina relasi baik antara China dan
negara-negara lain di kawasan tersebut.
Kesehatannya terganggu karena
kesengsaraan jasmani yang harus
ditanggungnya selama mengembara.
Setahun setelah misi diplomatiknya yang
terakhir, ia meninggal. Sejarah mengenang
268
dirinya sebagai penjelajah dan diplomat
yang setia, berkomitmen, pantang putus asa
dan berani.
Membaca cerita tentang pengabdian Zhang
Qian, saya harus akui saya merasa kagum
dan sedih. Di jaman sekarang tidak banyak
kesetiaan dan dedikasi seperti itu. Bahkan di
gerejapun atau di lembaga Kristen lain, hal
itu merupakan hal yang langka. Apalagi
berbagai kesulitan menimpa mereka yang
menangani pelayanan yang sulit. Seringkali
kesulitan yang dialami membuat orang
menyerah.
269
Penutup
God is not purposeless. "experience is not
what happens to you; it is what you do with
what happens to you." [Aldous Huxley] ...
Ada 7 langkah agar kita mencapai potensi hidup yang maksimal :
* Langkah pertama adalah perluas wawasan. Anda harus memandang kehidupan ini dengan mata iman, pandanglah dirimu sedang melesat ke level yang lebih tinggi. Anda harus memiliki gambaran mental yang jelas tentang apa yang akan Anda raih. Gambaran ini harus menjadi bagian dari dirimu, didalam benakmu, dalam percakapanmu, meresap ke pikiran alam bawah sadarmu, dalam perbuatanmu dan dalam setiap aspek kehidupanmu.
* Langkah ke dua adalah mengembangkan gambar diri yang sehat. Itu artinya Anda harus melandasi gambar dirimu diatas apa yang Tuhan katakan tentang Anda. Keberhasilanmu meraih tujuan sangat tergantung pada bagaimana Anda memandang dirimu sendiri dan apa yang Anda rasakan tentang dirimu. Sebab hal itu akan
270
menentukan tingkat kepercayaan diri Anda dalam bertindak. * Langkah ke tiga adalah temukan kekuatan dibalik pikiran dan perkataanmu. Target utama serangan musuh adalah pikiranmu. Ia tahu sekiranya ia berhasil mengendalikan dan memanipulasi apa yang Anda pikirkan, maka ia akan berhasil mengendalikan dan memanipulasi seluruh kehidupanmu. Pikiran menentukan prilaku, sikap dan gambar diri. Pikiran menentukan tujuan. Alkitab memperingatkan kita untuk senantiasa menjaga pikiran.
* Langkah ke empat adalah lepaskan masa lalu, biarkanlah ia pergi… Anda mungkin saja telah kehilangan segala yang tidak seorangpun patut mengalaminya dalam hidup ini. Jika Anda ingin hidup berkemenangan , Anda tidak boleh memakai trauma masa lalu sebagai dalih untuk membuat pilihan-pilihan yang buruk saat ini. Anda harus berani tidak menjadikan masa lalu sebagai alasan atas sikap burukmu selama ini, atau membenarkan tindakanmu untuk tidak mengampuni seseorang.
* Langkah ke enam adalah memberi dengan sukacita. Salah satu tantangan terbesar yang kita hadapi adalah godaan untuk hidup mementingkan diri sendiri. Sebab kita tahu bahwa Tuhan memang menginginkan yang terbaik buat kita, Ia ingin kita makmur, menikmati kemurahanNya dan banyak lagi yang Ia sediakan buat kita, namun kadang kita lupa dan terjebak dalam prilaku mementingkan diri sendiri. Sesungguhnya kita akan mengalami lebih banyak sukacita dari yang pernah dibayangkan apabila kita mau berbagi hidup dengan orang lain.
* Langkah ke tujuh adalah memilih untuk berbahagia hari ini. Anda tidak harus menunggu sampai semua persoalanmu terselesaikan. Anda tidak harus menunda kebahagiaan sampai Anda mencapai semua sasaranmu. Tuhan ingin Anda berbahagia apapun kondisimu, sekarang juga !
During the devastating earthquakes in Kobe,
Japan, an American newscaster did a short
piece on a Japanese woman who set up a
271
makeshift store out of boxes selling
flashlights and batteries. When the
commentor asked why she wasn't selling
these essential items for more than the
regular price, the woman answered, "Why
would I want to profit from someone else's
suffering?"
272
top related