Top Banner
Bahan Pelatihan Sinambung Kamu Juga Bisa Kenal Cara memimpin di Wilayah Diri
359

Manuscript Leadership 2 2009

Jan 13, 2015

Download

Spiritual

guest7179df

Manuscript for the Next Book, 90 percent
done, need flow editing and line editing
Date -- April 2009
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Manuscript Leadership 2  2009

Bahan Pelatihan Sinambung

Kamu Juga Bisa Kenal

Cara memimpin di Wilayah Diri

Page 2: Manuscript Leadership 2  2009

"Life is like unto a long journey with a heavy burden. Let thy step be slow and steady, that thou stumble not. Persuade thyself that imperfection and inconvenience are the natural lot of mortals, and there will be no room for discontent, neither for despair. When ambitious desires arise in thy heart, recall the days of extremity thou has past through. Forbearance is the root of quietness and assurance forever. Look upon the wrath of the enemy. If thou knowest only what it is to conquer, and knowest not what it is like to be defeated, woe unto thee; it will fare ill with thee. Find fault with thyself rather than with others."

Page 3: Manuscript Leadership 2  2009

"The strong manly ones in life are those who understand the meaning of the word patience. Patience means restraining one's inclinations. There are seven emotions: joy, anger, anxiety, adoration, grief, fear, and hate, and if a man does not give way to these he can be called patient. I am not as strong as I might be, but I have long known and practiced patience. And if my descendants wish to be as I am, they must study patience."

2

Page 4: Manuscript Leadership 2  2009

Daftar Isi

Pasal Satu1. Dampak Kepemimpinan2. Mengenal Hukum Dampak Kepemimpinan3. Dampak dari Sudut Iman Kristen4. Kasus: Dampak Keyakinan Gideon5. Mengenal Dampak Kata, Sikap dan

Keputusan Pemimpin6. Kasus: Dampak Kehadiran Kristus di Danau7. Mengenal Dampak yang disengaja dan tidak

disengaja

Pasal Dua1. Mengenal Jenis-jenis dampak2. Dampak dari kata-kata pemimpin3. Dampak dari sikap pemimpin4. Dampak dari keputusan dan perilaku

pemimpin5. Dampak dari kehadiran pemimpin6. Kasus Kehadiran Kristus di Danau7. Mengenal Dampak yang disengaja dan tidak

disengaja

3

Page 5: Manuscript Leadership 2  2009

Pasal Tiga1. Jenis-jenis Kepemimpinan 2. Prasyarat pemimpin3. Prasyarat Pemimpin Kristiani4. Fondasi dari Dampak1. Mengenal Potensi Diri dan Jebakan Ruang

Nyaman2. Mengenal Kerajinan dan Tempat di Alur

Sejarah

Pasal EmpatMengenal Citra: SyukurMengenal Potensi diri dan jebakan kenyamanan

A. Kasus : Tuhan dan mendorong batuB. Tidak dapat memilih semuC. Mengurbankan diri dan membayar

hargaD. Tidak menyesali pilihanE. Bersyukur

Mengenal Dua Nahkoda yang tersembunyi1. Nahkoda pertama: Kebutuhan diri

yang tersembunyi2. Nahkoda kedua: Luka Diri

4

Page 6: Manuscript Leadership 2  2009

3. Rekonsiliasi: Mengenal Cara Menangani Kedua Nahkoda Tersembunyi

4. Langkah-Langkah Nyata dalam Pemulihan

A. Langkah Pertama: Kenal Sumber Pemulihan

B. Langkah kedua: kenali mimpi

C. Langkah ketiga: Fokus pada pemulihan gambar diri

D. Bagaimana mengenai peran self-talk?

5. Ciri Keberhasilan di Wilayah Kepemimpinan Diri: Spiritualitas

Pasal Lima1. Peran Visi2. Mengenali: visi, fantasi, dan spekulasi3. Mengenal Dampak Visi dan Misi4. Pandangan Spiritual: Visi dari Tuhan:

Lompatan5. Bagaimana ciri Visi dan Misi yang baik6. Mulai mendapatkan visi yang tepat

5

Page 7: Manuscript Leadership 2  2009

7. Dari visi pribadi ke visi bersama: menginspirasi

8. Menggapai Visi: Rencana dan Daya Juang9. Kasus: Perjalanan Zhang Qian ke Barat:

Kekuatan suatu komitmen10.Kasus: Kristiani

Penutup

6

Page 8: Manuscript Leadership 2  2009

Pasal Satu

Dampak Kepemimpinan

Ketika seeorang tua sedang melangkah di pantai dan menikmati pemandangan, tiba-tiba, perhatiannya tertarik pada perilaku seorang anak remaja yang berjalan tak jauh di depannya. Anak itu berkali-kali menunduk dan memungut seekor bintang laut yang terdampar di pantai dan melemparkannya kembali ke air. Akhirnya, orang tua itu mempercepat langkahnya dan berjalan di samping sang remaja.

Ia bertanya. “Apa yang kamu ingin capai dengan menolong bintang laut itu? Bukankah tiap hari puluhan bintang laut terdampar dan mati disini? Apakah kamu akan dapat menghasilkan dampak dengan menolong seekor itu. Pantai ini begini panjang.. tanganmu hanya dua dan bintang laut itu begitu banyak..” Sang remaja memperlihatkan seekor bintang

7

Page 9: Manuscript Leadership 2  2009

laut di tangannya, dan ketika ia melemparkannya ke laut, ia berkata, “Sekurangnya, dampak perbuatanku dirasakan beberapa bintang laut tadi dan bagi yang seekor ini.” (Brian Cavanaugh, T.O.R., The Sower's Seeds)

Banyak orang berminat untuk membahas

masalah kepemimpinan. Umumnya orang

sepakat bahwa kepemimpinan adalah suatu

pengaruh atau daya yang dimiliki seseorang.

Tentu dapat juga daya itu dimiliki oleh

sekelompok orang yang bekerja sama. Daya

tadi menghasilkan dampak yang

direncanakan sang pemimpin. Selanjutnya,

dampak tadi terjadi pada orang lain namun

juga sering berakibat bagi diri sang

pemimpin sendiri.

Orang-orang Kristen juga membahas

masalah kepemimpinan bahkan banyak yang

mengajarkan hal itu. Mereka juga berbicara

8

Page 10: Manuscript Leadership 2  2009

tentang dampak kepemimpinan. Namun

ketika orang menyadari bahwa,

melaksanakan kepemimpinan yang

berdasarkan Alkitab ternyata sulit

dipraktekkan, apalagi untuk menghasilkan

dampak yang kokoh dan berjangka panjang,

maka, orang mudah merasa putus asa dan

segera mengambil alih pola pikir dan

perilaku berdasarkan pemahaman

kepemimpinan yang populer. Hal ini terjadi

bukan saja ketika mereka memimpin di

dunia kerja, tetapi juga di dalam hidup

organisasi atau komunitas Kristiani.

Salah satu contohnya ialah dalam praktek

mengembangkan orang-orang yang menjadi

pengikutnya, pemimpin Kristiani cenderung

mempraktekkan cara kepemimpinan yang

populer di dunia organisasi kerja atau di

9

Page 11: Manuscript Leadership 2  2009

dunia lainnya. Hasilnya mungkin kentara

dengan cepat, walaupun tidak mendalam,

sedangkan kepemimpinan sesuai Alkitab

mungkin hanya menghasilkan segelintir

orang lain yang kemudian menjadi

pemimpin-pemimpin juga. Akibatnya,

konsep-konsep dunia lebih mempengaruhi

praktek kepemimpinin di dalam

persekutuan, sekolah, gereja dan rumah

sakit Kristen daripada sebaliknya.

Namun, syukurlah, sampai saat ini

walaupun sedikit, tetap ada orang-orang

yang memimpin dan menghasilkan dampak

yang serasi dengan pandangan Alkitab.

Contohnya adalah Ken Horne dan Ray

Buchanan.

10

Page 12: Manuscript Leadership 2  2009

Mulanya, Rev. Ken Horne dan Rev. Ray

Buchanan, adalah pendeta-pendeta di gereja

United Methodist di Amerika. Namun hati

mereka tergerak melihat begitu banyak

orang yang hidup tanpa makanan yang

memadai. Kedua orang itu mendirikan

komunitas St. Andrew pada tahun 1979.

Sejak itu komunitas ini berhasil

mendapatkan dan mendistribusikan lebih

dari 300 juta kilogram kentang dan bahan

makanan lain kepada orang-orang miskin.

Dalam pelayanan ini kedua orang tadi

melibatkan keluarga mereka.

Keduanya menghasilkan dampak seluas itu

karena terinspirasi dua bagian Alkitab yaitu

surat Johanes pertama pasal 3:18 "..

marilah kita mengashi bukan dengan

perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan

11

Page 13: Manuscript Leadership 2  2009

perbuatan dan dalam kebenaran." Juga

cerita tentang Yesus memberikan makan

pada 5000 orang menginspirasikan hidup

keluarga mereka.

Ken dan Ray memulai komunitas ini di

sebuah ladang pertanian di Big Island,

Virginia. Dengan bertahap mereka

menginspirasikan lebih dari 12,000 orang

untuk ikut bergabung dalam mencari jalan

keluar bagi masalah kelaparan di

masyarakat melalui program komunitas ini.

Kepemimpinan Ken Horne and Buchanan

sangat berperan menghasilkan gerakan

seluas itu yang ternyata langgeng sampai

saat ini.

Dari manakah pondasi dari praktek

kepemimpinan di atas? Banyak hal tentu

12

Page 14: Manuscript Leadership 2  2009

berperan disana. Pembahasan selanjutnya

berupaya mematakan hal-hal tadi serta

menemukan cara untuk mengembangkan

kepemimpinan seperti di atas. Tentunya,

salah satu akarnya dari hal itu adalah

bahwa keduanya menyadari bahwa mereka

dapat menghasilkan dampak di dalam

kehidupan.

Hukum Dampak Kepemimpinan

Menurut legenda, pada tanggal 31 Oktober

1517 seorang biarawan yang bernama

Martin Luther memasang sebuah tulisan

berisi 95 dalil teologinya di sebuah pintu

masuk benteng. Pada jaman itu tindakan

Luther merupakan undangan terbuka untuk

para ahli memperdebatkan pandangannya –

13

Page 15: Manuscript Leadership 2  2009

suatu hal yang wajar dilakukan pada waktu

itu. Namun dampaknya sangat luas.

Dalil-dalilnya ini menuding keserakahan dan

keduniawian di dalam Gereja yang menurut

Luther merupakan penyimpangan. Banyak

orang menyalin ke-95 dalil Luther dan

menterjemahkan ke dalam bahasa Jerman,

serta dicetak secara luas. Dalam waktu dua

minggu, dalil-dalilnya telah menyebar ke

seluruh Jerman, kemudian dalam waktu dua

bulan ke seluruh Eropa. Hal ini merupakan

salah satu peristiwa pertama dalam sejarah

yang dipengaruhi secara langsung oleh

penemuan mesin cetak di Barat yang

membuat distribusi tulisan dapat dilakukan

lebih mudah dan meluas.

14

Page 16: Manuscript Leadership 2  2009

Mulanya, pimpinan puncak gereja, Sri Paus

pada waktu itu, yaitu Paus Leo X menyebut

Luther sebagai "seorang Jerman mabuk

yang menulis dalil-dalil itu" yang "bila ia

kembali sadar, ia akan berubah pikiran."

Namun, gelombang yang dihasilkan tulisan

Luther membuat sang Paus harus

menanggapi dengan lebih serius. Mungkin

ia tidak pernah membayangkan bahwa pada

masa ia berkuasa, tulisan biarawan tadi

menghasilkan dampak berupa gerakan

reformasi gereja. Luther juga tidak pernah

bermimpi bahwa ia menjadi tokoh bahkan

pemimpin gerekan reformasi gereja.

Dampak tulisan tadi memungkinkan lahir

gerakan Lutheran, Calvinis, dan Anabaptis

yang meninggalkan gereja Roma Katholik.

15

Page 17: Manuscript Leadership 2  2009

Ilustrasi: Luther Memasang Tulisan di

Dinding Wittenberg

Sekitar empat ratus enam puluh tahun

kemudian, seorang pria mengambil

keputusan yang kini dicatat di dalam

sejarah. Pada waktu itu, sekelompok buruh

berdemonstrasi dan mogok kerja di

galangan kapal dimana mereka bekerja.

Mereka memprotes keputusan pemerintah

menaikan harga pangan dan membatasi

angka gaji. Seorang pria bernama Lech

16

Page 18: Manuscript Leadership 2  2009

Walesa memanjat pagar yang mengelilingi

galangan kapal tadi dan bergabung dengan

mereka. Tak lama kemudian mereka

memilihnya sebagai jurubicara dan

pemimpin mereka.

Demonstrasi serupa itu pernah juga terjadi

di tahun 1968. Sejumlah mahasiswa

memprotes pemimpin Polandia yang

mengundang pasukan Soviet untuk

memasuki negara mereka dalam rangka

meredam gerakan reformasi. Para

mahasiswa menuntut kebebasan yang lebih

besar di negara mereka, namun demonstrasi

mereka ditindas dengan kejam. Pada bulan

Desember dua tahun kemudian di empat

buah kota di negara Polandia, terjadi

demonstrasi memprotes kenaikan harga-

harga makanan. Pemerintah yang berkuasa

17

Page 19: Manuscript Leadership 2  2009

kembali menindas demonstran sehingga 44

pekerja galangan kapal terbunuh, 1000

orang terluka, dan sekitar 200 orang terluka

berat. Peristiwa ini membuat seorang anak

petani yang pernah menjadi tentara dan

kemudian menjadi montir bernama Lech

Walesa melibatkan diri dalam gerakan

protes ini dan ditangkap.

Di tahun 1976, hal serupa terulang dan Lech

kembali mengorganisir pekerja galangan

kapal. Akibatnya, ia kehilangan

pekerjaannya. Namun protes mereka

berhasil dan kenaikan harga pangan

dibatalkan. Kemudian, sekelompok

cendekiawan bergabung dengan mereka

bersama gerakan mahasiswa. Selanjutnya,

gerakan ini menjadi semakin kuat ketika

kardinal Kraków, Cardinal Karol Wojtyla,

18

Page 20: Manuscript Leadership 2  2009

dipilih menjadi Paus dengan nama Paulus

Yohanes II. Sri Paus mengunjungi Polandia

setahun setelah ia dipilih. Orang banyak

membaca hal itu sebagai signal bahwa kini

gereja Roma Katolik berderap bersama para

buruh dan cendekiawan.

Kehadiran Lech Walesa sebagai pemimpin

buruh bukanlah hal dadakan. Namun

peristiwa yang kemudian mengantarnya

menjadi Presiden Polandia terjadi pada

tahun 1980. Pemerintah Polandia menaika

harga pangan dan memaksakan

pengendalian tingkat upah. Para karyawan

memprotes dan menduduki pabrik-pabrik.

Tindakan Walesa pada tanggal 14 Agustus

1976, yaitu memanjat tembok galangan

kapal agar dapat bergabung dengan para

19

Page 21: Manuscript Leadership 2  2009

karyawan yang berada disana untuk

berdemonstrasi menjadi inspirasi banyak

orang. Tuntutan mereka dikabulkan dalam

tiga hari, para demonstran tetap bertahan

untuk menunjukkan solidaritas dengan

rekan-rekannya yang masih berada

diberbagai kota dengan kota Gdanks

sebagai pusat gerakan. Sikap Lech dan

tindakannya berhasil menggalang kekuatan

500,000 karyawan dimana-mana.

Kini bahkan para demonstran menuntut 21

hal, termasuk kebebasan bicara,

pembebasan tahanan politik, penghentian

sensor dan pemberian kebebasan beragama.

Akhirnya 10 juta petani dan buruh lain ikut

bergabung, sehingga kalangan ini menjadi

20

Page 22: Manuscript Leadership 2  2009

federasi nasional yang dkenal dengan nama

Solidarnosc (Solidarity).

Tindakan Lech memanjat tembok galangan

kapal berdampak besar. Namun mungkin ia

tidak pernah bermimpi bahwa hal itu

akhirnya menghantarnya melalui proses

yang panjang untuk menjadi tokoh

internasional dan juga presiden Polandia.

Dampak kepemimpinan Walesa untuk

mengakhiri dominasi komunisme di Europa

serupa dengan apa yang dilakukan sesama

anak bangsanya Paus Johanes Paulus II,

dan rekannya di Soviet, yaitu Mikhail

Gorbachev. Sayangnya, kemudian hari, ia

ditinggalkan orang karena gaya kerja dan

kepemimpinannya dimasa pemerintahan

yang sulit diduga dan komunikasinya yang

ceplas-ceplos. Ia cocok menjadi oposan,

21

Page 23: Manuscript Leadership 2  2009

namun tidak mengubah diri ketika harus

berada di kalangan diplomat dan para

pemimpin negara lain.

Lima puluh tahun sebelumnya, pada tanggal

28 Juni 1918, ketika seorang Bosnia-Serbia

yang bernama Gavarillo Princip menembak

mati pangeran Franz Ferdinand, pewaris

tahta Austria-Hungaria, tidak seorangpun

membayangkan dampaknya.

Princip dan enam orang

lainnya menanti untuk

membunuh sang pangeran.

Namun orang pertama,

Muhamad Mehmed Basic,

kehilangan keberaniannya

ketika mobil sang pangeran melewatinya,

22

Page 24: Manuscript Leadership 2  2009

sedangkan orang yang kedua, Cabrinovic,

gagal melempar granat pada waktu yang

tepat. Sang pangeran selamat, namun

kemudian di hari yang sama, supirnya

membelok ke jalan yang salah, berupaya

mundur serta mogok. Princip yang berada

disana mengenali mobil sang pangeran dan

segera mendekat lalu menembak sang

pangeran. Akibat kematian pangeran tadi,

pasukan kerajaan tadi dengan menyerbu

kerajaan Serbia. Terjadilah pertempuran

yang akhirnya melibatkan banyak pihak

karena sekutu pihak-pihak yang berperang

ikut melibatkan diri. Dampak dari tembakan

pistol Gavrillo adalah pecahnya Perang

Dunia Pertama. Dampak pembunuhannya

itu jauh lebih besar dari apa yang

diperkirakan siapapun.

23

Page 25: Manuscript Leadership 2  2009

Dalam menjalankan kepemimpinan, salah satu prasyarat penting baginya untuk menggapai sukses adalah ia harus

Kepingan-kepingan peristiwa di atas

menunjukkan bahwa suatu tindakan seorang

manusia, apalagi

seorang pemimpin

dapat menghasilkan

dampak yang

seringkali tidak

terbayangkan. Hal ini

serupa dengan sebutir

kelereng di lontarkan ke kaca depan sebuah

mobil yang sedang melaju dengan

kecepatan 150 kilometer per jam. Tubrukan

antara kelereng dan kaca tadi akan

memecahkan kaca sampai berkeping-keping

serta mencelakakan orang-orang yang

duduk di dalam mobil tadi. Kelereng sendiri

tentunya akan mengalami kerusakan juga

24

Page 26: Manuscript Leadership 2  2009

dan terlontar ke arah yang tidak bisa diduga

sebelumnya. Bila mobil tadi sedang diparkir

dan kelereng tadi dilontarkan ke kacanya,

dampaknya tidak akan sebesar tadi.

Pengaruh dari kecepatan mobil berdampak

besar pada kerusakan yang terjadi.

Dalam kehidupan nyata, memang suatu

faktor sering terkait dan menghasilkan

dampak terhadap pada hal lain. Faktor-

faktor juga saling mempengaruhi. Hal itulah

yang menjadi salah satu sorotan analisis

System Thinking.i Dengan demikian, bila

dipandang sebagai suatu faktor dalam

sistem yang besar, tindakan seseorang,

terutama pemimpin, tentu menghasilkan

dampak berupa hadirnya rangkaian

peristiwa yang tak tersangka. Bahkan

mungkin terjadi dampak berantai dimana

suatu peristiwa menghasilkan peristiwa-

25

Page 27: Manuscript Leadership 2  2009

peristiwa lainnya dan akhirnya

mempengaruhi pelaku di dalam peristiwa

awal yang menjadi pemicu.

Berdasarkan pandangan tersebut, maka

dalam menjalankan kepemimpinan, salah

satu prasyarat penting untuk menggapai

sukses adalah keharusan menyadari

dampak-dampak yang sudah, sedang dan

akan dihasilkannya.

Apa artinya menyadari dampak? Pertama,

menyadari dampak artinya, seorang

pemimpin harus menyadari bahwa akan

selalu ada dampak dari dirinya. Ia tidak

akan berada dalam kondisi netral. Apa yang

ia lakukan atau yang ia tidak lakukan akan

mempunyai dampak.

26

Page 28: Manuscript Leadership 2  2009

Kedua, dampak itu diakibatkan oleh apa

yang ia katakan, caranya bergaul,

tampilannya, dimana ia biasa hadir, dan

keputusannya. Apa yang ia tidak katakan,

putuskan, atau tidak sikapi dan lakukanpun

dapat berdampak pada orang lain dan

dirinya sendiri.

Ketiga, ia harus menyadari bahwa berbagai

dampak yang ia hasilkan dapat merupakan

dampak yang positif atau negatif. Positif

berarti dampak tadi berupa pemulihan,

pertumbuhan potensi, dan perbaikan-

perbaikan baik pada orang lain dan bagi

dirinya. Negatif berarti dampak tadi berupa

proses merusak diri atau menyusahkan

orang lain.

27

Page 29: Manuscript Leadership 2  2009

Pemimpin yang berhasil dengan baik adalah karena mereka mengenali dan mampu mengendalika

Keempat, pemimpin yang

berhasil di dalam

pekerjaannya adalah mereka

yang bukan saja mengenali

namun juga sedapatnya

mengendalikan dampak dari

dirinya tadi dengan mengenali akar atau

pondasi dari kata-kata, sikap, keputusan,

perubatan, gaya hidup dan kehadirannya.

Dampak dari sudut Iman Kristen

Dari sudut pandang Kekristenan, dampak

seorang pemimpin tidak berdiri sendiri di

ruang hampa. Dampak yang ingin ia lakukan

harus terkait dengan dunia dimana ia

berada. Tidak mungkin ia hanya

menginginkan terjadinya sesuatu di dalam

28

Page 30: Manuscript Leadership 2  2009

dirinya tanpa memperhitungkan dampaknya

bagi lingkungannya. Tidak mungkin pula ia

mengharapkan untuk menghasilkan dampak

di dalam lingkungannya tanpa ia bersedia

mengalami perubahan terlebih dulu sebagai

dampak keinginannya.

Karena Tuhan memiliki rancangan bagi

hidup ini, maka dampak yang seorang

Kristen ingin hasilkan akan dikaitkan

dengan rancangan Tuhan dengan dunia.

Dengan demikian, ia perlu sadari,

mengenali, atau memahami apa yang Tuhan

rancangkan dan sedang lakukan pada dunia

dimana ia berada. Tepatnya, ia perlu akrab

dengan Tuhan untuk memahami apa yang Ia

sedang kerjakan. Semakin tinggi kualitas

keakraban hubungannya dengan Tuhan,

semakin ia dapat memahami dampak yang

29

Page 31: Manuscript Leadership 2  2009

seharusnya terjadi, bahkan semakin

mungkin ia menjadi saluran kuasa Tuhan

dalam menghasilkan dampak tadi..

Dampak tadi tidak dapat semata-mata

muncul karena kombinasi dari berbagai

faktor seperti, kepribadiannya, lingkungan

dimana ia berada, atau karena kualitas

pengikutnya saja. Dampak tadi harus

muncul justru karena ia lebih bersandar

pada Tuhan atau lebih penuh

mempercayakan diri pada Tuhan

dibandingkan dengan orang lain.

Walaupun demikian bukan berarti ia

mengabaikan tanggung jawabnya serta

membiarkan Tuhan menyelenggarakan

segalanya. Justru ia belajar mempercayakan

diri pada Tuhan sehingga dalam bekerja ia

30

Page 32: Manuscript Leadership 2  2009

menyadari bagian yang milik Tuhan dan

bagian tanggung jawabnya. Ia tidak

mengambil alih apa yang menjadi bagian

Tuhan. Ia juga tidak melalaikan apa yang

menjadi bagian atau tanggung jawabnya.

Dampak yang berasal dari kesediaan diri

sang pemimpin untuk lebih bergantung

pada Tuhan dan lebih mempercayakan

dirinya akan menghasilkan berkat baik bagi

hidup orang lain yang ia sentuh maupun

bagi dirinya sendiri. Dalam kebergantungan

tadi ia belajar mengurbankan selera,

pandangan, kepentingan diri dan

kecenderungan kerjanya, serta menjadi

semakin taat pada kehendak-Nya.

Sebaliknya, dampak yang hanya didasarkan

pada kekuatan pribadinya sendiri,

31

Page 33: Manuscript Leadership 2  2009

keterampilannya, kepekaannya membaca

lingkungan, ketajaman kejelasan-sasaran

kerjanya, serta kekuatan koneksinya akan

mungkin saja dapat menghasilkan berkat

bagi orang lain, namun ia sendiri tidak akan

mengalami penuhnya berkat Tuhan bahkan

akan mudah mengalami kelelahan mental.

Seorang pemimpin yang berhasil beberapa

kali tanpa membuka ruang untuk

mempercayakan diri pada kuasaNya lambat

laun akan semakin bergantung pada dirinya,

akhirnya akan mengalami kepahitan dan

kejatuhan.

Contoh di bawah ini menunjukkan

bagaimana dampak dari sikap seorang

pemimpin. Ia adalah seorang yang berupaya

mempercayakan diri dan taat pada Tuhan.

32

Page 34: Manuscript Leadership 2  2009

Kasus: Dampak Keteguhan Iman Gideon

Gideon adalah seorang yang biasa hidup di

ladang.ii Di jaman dimana ia hidup, orang

Israel sedang mendapat hukuman dari

Tuhan berupa muncullah bangsa penjarah

yang sangat perkasa, yaitu orang Midian,

sehingga mereka dikalahkan, dijajah dan

menjadi melarat.iii

Pada suatu hari, malaikat Tuhan menyapa

Gideon « Hai pahlawan yang gagah berani, 

Tuhan menyertai dirimu »,iv jawaban

Gideon sangat sinis. « Bagaimana mungkin

Tuhan benar menyertai kami bila bencana

terus menimpa kami ? »v

Namun Gideon mendapat perintah Tuhan

untuk mengusir bangsa penjajah yang lebih

kuat dari mereka. « Engkau kuutus… »vi

33

Page 35: Manuscript Leadership 2  2009

Berkali-kali, Gideon dilatih Tuhan untuk

lebih mempercayakan diri padaNya dan

bukan pada kekuatan dirinya. Bayangkan

saja, ia hanya memiliki pasukan yang

berkekuatan 30 ribu orang dan mereka

harus berhadapan dengan orang-orang

Midian, Amalek dan bangsa lain.vii Orang-

orang Midian saja diperkirakan berjumlah

sekitar 135 ribu orang.viii Jadi sekurang-

kurangnya akan terjadi pertempuran satu

orang Israel melawan empat orang musuh

mereka. Di tengah keadaan yang tidak

menguntungkan tadi, Tuhan masih

memerintahkan Gideon untuk menyuruh

pulang 20 ribu orang anak buahnya.ix

Dengan demikian, ia hanya memiliki 10

orang. Bahkan setelah itu, Tuhan hanya

menginginkan Gideon berperang dengan

300 orang saja.x

34

Page 36: Manuscript Leadership 2  2009

Hal yang menarik bagi kita untuk diingat

adalah, bagaimana 300 orang Israel tadi

bersedia berperang untuk menghadapi

lawan yang berkekuatan 135 ribu orang

lebih. Jadi ketika maju berperang, seorang

perajurit Gideon harus melawan empat

ratus lima puluh orang. Walaupun ada janji

Tuhan, umumnya manusia normal tidak

akan ada yang berani menghadapi keadaan

serupa itu.

Mengapa orang Israel tidak lari atau

meninggalkan Gideon walaupun ia

mengajak mereka melakukan tindakan yang

bertentangan dengan akal sehat tadi? Satu-

satunya kesimpulan adalah karena Gideon

sendiri tidak memperlihatkan kecemasan,

kegelisahan, atau keputusasaan. Memang

Alkitab mencatat bahwa memang ada suatu

35

Page 37: Manuscript Leadership 2  2009

saat dimana Gideon tetap memiliki

keraguan, namun Tuhan menguatkannya

dengan menyuruhnya dan seorang

bujangnya turun ke lembah, menyelusup ke

tengah musuhnya, serta mendengarkan

kata-kata para musuh tadi. Disana ia

mendapatkan kepastian atas pimpinan

Tuhan, sehingga ketakutannya lenyap.

Bayangkan bila Gideon tidak dapat

mengendalikan dirinya sebagai pemimpin,

atau bila ketakutannya terbaca dengan

gamblang, atau keraguannya masih kentara,

apakah dampaknya? Bayangkan bila Gideon

tidak bekerja keras dan rajin. Mana

mungkin anak buahnya bertahan

bersamanya, bukan? Dampak dari sikap

pemimpin yang bersandar pada kuasa

Tuhan namun rajin bekerja ternyata sangat

kuat pada setiap anak buahnya. Mereka

36

Page 38: Manuscript Leadership 2  2009

berdisiplin dan menunjukkan keberanian

yang luar batas normal. Gideon dan anak

buahnya yang sedikit itu akhirnya

memenangkan pertempuran.

Hal itu serupa dengan kepercayaan Walter,

putera William Tell, pada ayahnya. Sang

ayah diharuskan oleh seorang penguasa

untuk memanah apel yang diletakkan di atas

kepala anaknya. Resiko yang dihadapinya

sangat besar. Namun bila ia tidak

melakukan hal itu, puteranya akan segera

dibunuh oleh para perajurit sang penguasa.

Ilustrasi: Bagaikan anak yang percaya pada

ayahnya

Seorang anak dengan apel di atas

kepalanya, dan seorang pria memanah apel

tadi dari kejauhan

37

Page 39: Manuscript Leadership 2  2009

38

Page 40: Manuscript Leadership 2  2009

Pasal Dua

Mengenal Dampak Kata, Sikap, Kehadiran dan Keputusan seorang

pemimpin

Pada suatu malam, seorang Kaisar

yang bernama Konstantin bermimpi

melihat sebuah benda yang memiliki

tulisan dalam bahasa Latin. Ada

empat buah komponen di tanda itu.

Ia membacanya: IHS dan tanda yang

lain. Sang raja terbangun dan

menafsirkan bahwa kata IHS adalah

”in hoc signo” artinya, ”dalam tanda

ini.” Bertepatan, sang kaisar akan

maju perang. Maka, sesuai dengan

39

Page 41: Manuscript Leadership 2  2009

impiannya, setiap perajuritnya

diminta menggambarkan tanda yang

ada tulisan tadi. Sang kaisar

memenangkan pertempuran dengan

gemilang. Maka dalam perayaan tadi

ia menanyakan pada penasehat-

penasehatnya apa arti tanda tadi.

Seorang penasehat menjelaskan

bahwa tanda yang digunakan sang

raja adalah gambar sebuah salib,

sedang IHS bukan berarti In Hoc

Signo tetapi Iesus Hominim Salvator

atau Yesus, Juruselamat manusia.

Sang kaisar menjadi sangat tertarik

untuk mengenal agama ini. Tidak

lama kemudian, pada tahun 325

Masehi, sang kaisar menentukan

bahwa pengikut-pengikut Yesus

adalah penganut agama yang benar

40

Page 42: Manuscript Leadership 2  2009

dan agama tadi menjadi agama

utama di negaranya. Agama tadi

bernama agama Kristen yang

sebelumnya selama sekitar 300

tahun dianggap agama sesat dan

melawan negara sehingga

penganutnya terus menerus

ditangkapi, dianiaya, dan dibunuh.

Tindakan kaisar Konstantin

berdampak luar biasa, karena agama

Kristen menyebar ke seluruh dunia.

Kami yakin bahwa kini Anda tahu bahwa

disadari atau tidak, Anda dan saya

senantiasa menimbulkan dampak kepada

orang lain yang berada di sekitar kita,

sementara orang lain juga memberi dampak

bagi kita. Bila Anda memainkan peran

41

Page 43: Manuscript Leadership 2  2009

kepemimpinan, berbagai dampak ini perlu

disadari dan dikendalikan karena Anda

berhadapan dengan orang banyak dan

menebarkan pengaruh pada mereka.

Dampak Anda dapat terjadi karena kata-

kata, sikap, keputusan, kehadiran dan gaya

hidup Anda.

1. Dampak dari kata-kata pemimpin

Pada suatu saat, ada sebuah gereja yang

mengalami perpecahan yang buruk. Akhirnya,

tersisa hanya seorang pendeta dan tima belas

orang warga jemaatnya. Mereka berusia di atas

enam puluh tahun. Sang pendeta yang masih

muda terus berupaya meningkatkan jumlah

pengunjung kebaktian mereka, namun gagal

terus menerus.

Dalam kebingungannya, ia mengunjungi seorang

pendeta tua yang sudah pensiun. Dulunya orang

42

Page 44: Manuscript Leadership 2  2009

itu adalah seorang tokoh pemimpin yang

terkenal di daerahnya. “Bisakah bapak

memberikan saya nasehat bagaiman memulihkan

gereja kami kembali? Atau, mungkin bapak dapat

datang memberikan suatu kebaktian kebangunan

rohani?”

Sang pemimpin tua berbisik, “Maaf, aku tidak

bisa. Waktuku kini kugunakan hanya untuk

berdoa dan menikmati keakraban dengan Tuhan

serta menulis buku.”

Sang pendeta muda merasa kecewa, namun

ketika ia hendak pamit, sang pemimpin tua

berbisik padanya: “Salah satu dari kalian adalah

malaikat Tuhan yang sedang menyamar.”

Sekembalinya ke gereja, sang pendeta

menyampaikan kata-kata sang pemimpin tua

tadi. “Salah satu malaikat ada di tengah kita?

Sedang menyamar?” kata mereka dengan heran.

43

Page 45: Manuscript Leadership 2  2009

Sejak itu, mereka merenungkan kata-kata tadi.

Akibatnya mereka saling menghormati satu sama

lain dan juga saling mendukung dengan tulus.

Masing-masing anggota kuatir kalau mereka

memperlakukan malaikat dengan cara yang tidak

pantas.

Beberapa waktu berlalu, masyarakat mengamati

perilaku warga gereja dan pendetanya. Satu

persatu orang merasa heran atas kelemah

lembutan, keramahan, peghormatan, ketulusan,

dan kedekatan satu sama lain. Orang mulai ikut

berbakti kembali, sehingga setahun kemudian,

kebaktian minggu diikuti lebih dari 100 orang.

Mereka terbawa dengan kata-kata sang

pemimpin tua: ”Di antara kalian ada malaikat

yang menyamar...”

Dampak dari kata-kata seorang pemimpin

dapat membuat orang memiliki pandangan

44

Page 46: Manuscript Leadership 2  2009

yang realistis tentang keadaan yang

dihadapinya atau sebaliknya, memiliki

gambaran yang pesimis. Dampak yang

realistis berarti orang melihat bahwa

walaupun tantangan yang dihadapi sangat

besar dan lebih kuat dari modal diri kita,

namun bila sang pemimpin mendengarkan

suara-Nya, taat dan mempercayakan diri

pada Tuhan serta melakukan bagiannya,

Tuhan tidak akan membiarkannya sendirian.

Kata-kata Gideon sebelum menyerang orang

Midian sangat mengesankan: « Bangunlah

sebab Tuhan sudah menyerahkan

perkemahan orang Midian ke tanganmu. »xi

Gideon memberikan dampak yang sangat

hebat dengan kata-kata itu, bahwa Tuhan

sudah berperang bagi mereka atau mereka

tidak dipimpin oleh manusia saja.

45

Page 47: Manuscript Leadership 2  2009

Sebaliknya bila ia berkata, « Saya tidak

yakin kita akan menang, tapi karena Tuhan

sudah memberikan perintah, marilah kita

upayakan sedapat-dapatnya,…. » dampak

kata-kata itu tentu akan menimbulkan

suasana yang sangat berbeda, entah anak

buahnya akan merasa ragu, putus asa, atau

bahkan lari.

Dampak dari kata-kata juga mengena pada

diri sendiri. Apa yang kita katakan pada diri

sendiri akan berdampak pada persepsi kita.

Selanjutnya persepsi akan mempengaruhi

perilaku kita sebagaimana dipaparkan

dalam cerita gereja di atas. Bagi diri sendiri,

bila Anda mengatakan di dalam hati bahwa

Anda tidak akan mampu melakukan sesuatu

atau mencapai suatu tujuan tertentu, maka

kata-kata itu mempengaruhi persepsi Anda.

46

Page 48: Manuscript Leadership 2  2009

Kenapa? Dengan kalimat negatip itu

Anda akan luput melihat tersedianya

berbagai pilihan yang ada karena Anda

sudah membatasi cara Anda mempersepsi

pilihan-pilihan yang akan Anda kenali dan

mungkin dapat ambil.

Sebaliknya bila Anda mengatakan, bahwa

Tuhan telah memanggil Anda bertugas dan

melengkapi Anda, tentu kata-kata tadi akan

menghasilkan semangat yang kuat.

Berbagai kesulitanpun akan dipersepsi

secara positif sebagai kesempatan belajar.

Selain dampak dari kata-kata, ada dampak

yang disebabkan oleh komunikasi non lisan,

atau sikap seorang pemimpin.

47

Page 49: Manuscript Leadership 2  2009

2. Dampak dari Sikap Pemimpin

Di jaman dulu ada seorang putra raja yang

disiapkan oleh ayahnya untuk mewarisi tahta

kerajaannya. Salah satu ujian baginya adalah

tinggal semalam suntuk sendirian di dalam rimba

raya untuk mengukur keberaniannya. Putra

mahkota ini sama sekali tidak merasa takut.

Bahkan ia tertidur dengan nyenyaknya.

Namun dalam tidurnya ia bermimpi. Tuhan

menunjukkan kepadanya api yang bernyata

dengan sebuah piala di dalamnya. Ia

48

Page 50: Manuscript Leadership 2  2009

mendapatkan penjelasan bahwa, piala itu adalah

piala yang digunakan oleh Kristus di dalam

perjamuan malam yang pertama. Tuhan

mengatakan di dalam mimpinya bahwa, kelak

tugasnya sebagai raja ialah mengawal piala yang

dikenal sebagai benda suci itu. Dengan demikian

mereka yang terluka dan sakit dapat datang

kepadamu dan minum dari piala ini serta

mengalami pemulihan. Dalam mimpi ini sang

putera raja menyadari bahwa, siapa yang

memiliki piala suci ini akan memiliki kuasa yang

besar. Karenanya, tanpa mengucapkan kata

apapun juga, ia merebut piala tadi dari tengah

api dan menyimpannya bagi dirinya sendiri.

Benar saja, ketika ia menyentuh piala itu, ia

merasa suatu kuasa yang hebat memasuki

dirinya, ia merasa seakan Tuhan sendiri. Namun,

ketika ia bangun dari mimpi dan tidurnya, ia

tidak mendapatkan apa-apa, kecuali telapak

tangannya yang terluka, terbakar kemerahan.

Berpuluh tahun kemudian, setelah ia

49

Page 51: Manuscript Leadership 2  2009

menggantikan ayahnya, seluruh upayanya

digunakan untuk mencari piala suci yang dilihat

dimimpinya itu. Ratusan ahli dan ksatria

ditugaskannya. Ia sendiripun pergi keberbagai

penjuru untuk mencarinya. Semuanya tidak juga

menghasilkan apa-apa. Piala suci itu entah ada

dimana.

Sementara itu, ia menyadari bahwa ada luka

yang lebih parah dari luka yang ada di telapak

tangannya muncul di dalam hatinya. Ia mulai

meragukan dirinya. Ia tidak lagi dapat

i Skyttner, Lars (2006). General Systems Theory: Problems, Perspective, Practice. World Scientific Publishing Company.

ii Hakim-hakim 5: 11.

iii Hakim-hakim 5:6

iv Ayat 12

v Ayat 13

vi Ayat 14

vii Hakim-hakim 7:3

viii Hakim-hakim 8:10

ix Hakim 7:3

x Hakim-hakim 7:7

xi Hakim-hakim 7:16

50

Page 52: Manuscript Leadership 2  2009

memberikan kepercayaan pada anak buahnya

bahkan pada orang-orang yang dekat padanya.

Semakin hari ia semakin jenuh dengan hidup dan

semua pengalamannya. Ia merasa sangat

kesepian.

Pada suatu hari, seorang badut yang diundang

datang ke istana untuk menghiburnya berjumpa

dengan sang raja yang sedang duduk sendirian

di tamannya. Karena sifat sang badut tidak

berpikir rumit bahkan cenderung sederhana, ia

hanya melihat adanya seorang pria yang muram

duduk sendiri. Iapun bertanya, «Eh, kamu

sendirian, sedang sakitkah ?»

Sang raja menyahut:

"Aku haus, butuh air menyejukkan diriku."

Sang badut pergi sebentar dan mengambil air.

Sang raja menerima dan meminumnya sampai

habis. Dampaknya luar biasa. Ketika itu, luka-

luka di telapak tangannya menghilang dan di

hatinya mulai sembuh. Ternyata di tangannya, ia

51

Page 53: Manuscript Leadership 2  2009

memegang sebuah piala, yang dulu

dipergunakan Kristus di perjamuan malam

pertamaNya, piala yang ia sudah cari sepanjang

masa ia memerintah.

Ia menengok ke pada sang badut dan bertanya,

“Hei, bagaimana kamu mendapatkan sesuatu

yang sudh dicari oleh semua orang-orang hebat

dan berani ... bahkan mereka gagal?"

Dengan sikap polosnya, sang badut menjawab,

“Aku tidak tahu, aku hanya tahu kamu sedang

sakit dan haus, jadi kuberikan apa yang

kumiliki.”

Dampak dari kepemimpinan sering muncul

akibat sikap yang tulus. Apalagi sikap tadi

disertai kepekaan. Cerita di atas

menunjukkan bahwa sikap serakah dan

egois sang raja menghasilkan luka dan

kesepian, sebaliknya sikap bela rasa dan

52

Page 54: Manuscript Leadership 2  2009

keberanian yang ditunjukkan sang badut

menghasilkan dampak yang luar biasa,

suatu pemulihan. Seorang pemimpin perlu

menguasai sikap dan kepekaan seperti itu.

Dalam kepemimpinan Kristiani, ketulusan

tadi muncul karena keakraban pribadi sang

pemimpin dengan Tuhan yang akhirnya

menghasilkan rasa terimakasih pada-Nya

dan membuatnya ingin membantu orang

lain agar juga mengalami keindahan

keintiman dengan Tuhan.

Ketika Kristus dibawa ke hadapan Pilatus,

penguasa Yudea, Ia tidak menampilkan

kegentaran. Bahkan Ia menjawab

pertanyaan Pilatus yang meneliti tuduhan

orang Yahudi dengan tenang « kau yang

mengatakan hal itu… »xii Hal ini berdampak

nyata. Orang Yahudi menuduh Kristus di

53

Page 55: Manuscript Leadership 2  2009

depan Pilatus sebagai seorang yang

menyesatkan, mencegah orang membayar

pajak kepada Kaisar, dan menyebut diriNya,

seorang Raja.xiii Terhadap tuduhan ini

Kristus menjawab dengan tenang dan

menunjukkan bahwa kuasaNya lebih besar

dari kuasa Pilatus sehingga Ia tidak perlu

membela diri. Ia tidak dapat ditaklukkan

oleh seorang penguasa negara maupun

orang banyak. Pilatus menyadari bahwa

tuduhan orang-orang Yahudi tidak benar,

namun ia juga tidak dapat mengabaikan

tuntutan orang Yahudi yang sudah sangat

emosional.xiv Maka, ia menyerahkan Yesus

kepada Herodes yang menguasai Galilea.

Disanapun Kristus berdiam diri. Akhirnya

Herodes mengembalikan Kristus ke pada

Pilatus. Karena tekanan massa, dengan

diplomatis, Pilatus berkata lagi, 

54

Page 56: Manuscript Leadership 2  2009

«Sesungguhnya tidak ada suatu apapun

yang dilakukanNya yang setimpal dengan

hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia

lalu melepaskanNya.»xv

Disini terlihat bahwa, sikap Kristus yang

tidak membela diri membuat baik Herodes

dan Pilatus berada dalam posisi sulit. Secara

hukum, jelas kedua penguasa itu menyadari

bahwa tuduhan yang dilontarkan orang

Yahudi adalah palsu. Secara politis mereka

kuatir kalau terjadi pemberontakan dan

kerusuhan. Maka, Pilatus mengambil

langkah melemparkan bola panas itu kepada

rakyat banyak, ia meminta mereka

memutuskan siapa yang harus dihukum

xii Markus 15:2

xiii Lukas 23:1-2

xiv Yohanes 19:15-16

xv Lukas 23:15-16

55

Page 57: Manuscript Leadership 2  2009

mati, seorang penjahat atau Kristus.

Kemudian secara simbolik ia mencuci

tangan di depan orang dan memenuhi

tuntutan orang Yahudi untuk menyalibkan

Kristus.xvi

3. Dampak dari keputusan dan perilaku seorang pemimpin

Keputusan Paulus untuk membawa injil

sampai « keujung bumi » membuat orang

Kristen tidak hanya memikirkan suku atau

bangsanya sendiri saja, namun seluruh

bangsa-bangsa di dunia. Keputusan konsili

pertama di Yerusalem yang membebaskan

orang-orang Kristen baru dari hukum

Taurat, kecuali « tidak makan makanan

yang telah dipersembahkan untuk berhala,

dari darah, dari daging binatang yang mati

dicekik dan dari percabulanxvii juga

xvi Lukas 23:24

56

Page 58: Manuscript Leadership 2  2009

berdampak kuat. Sejak itu, orang-orang

Kristen menjadikan Kristus sebagai pusat

mereka lebih dari segala aturan.

Perlu dicatat, bahwa hal yang tidak

dilakukan seorang pemimpinpun dapat

menimbulkan dampak yang besar. Lihatlah,

kasus anak imam Eli yang oleh ayahnya

dibiarkan menodai kekudusan bait Allah.

Anak-anak imam itu, yaitu Hofni dan

Pinehas menodai kesucian bait Allah.xviii

Ayah mereka tidak melakukan apa-apa.

Akhirnya, keduanya dibiarkan Tuhan

terbunuh ketika pasukan Filistin menyerbu

Israel.xix Eli terkejut dengan tewasnya kedua

anak itu sehingga iapun jatuh lalu

meninggal.xx

xvii Kisah Rasul 15: 29

57

Page 59: Manuscript Leadership 2  2009

4. Dampak dari Kehadiran Pemimpin

Dampak dari kehadiran seorang pemimpin

seringkali jauh lebih besar daripada yang

diperkirakan orang banyak. Apalagi di

dalam abad dimana kepemimpinan dianggap

sebagai hal yang dapat dipelajari, orang

tidak membayangkan dimana seorang

pemimpin hadir dan absen akan berdampak

besar.

Dalam bulan September di tahun 1862, di

Amerika masih berkecamuk perang saudara.

Sampai pertengahan tahun itu, perang

dimenangkan terus menerus oleh pasukan-

pasukan dari Selatan, yaitu pasukan

Konfederasi dibawah kepemimpinan

jenderal Robert Lee yang genius. Semangat

xviii 1 Samuel 2 dan 3

xix 1 Samuel 4: 17

xx 1 Samuel 4:18

58

Page 60: Manuscript Leadership 2  2009

lawanya, yaitu pasukan dari Utara yang

dikenal dengan nama pasukan Union sudah

babak belur. Baik pasukan Union yang

disebut sebagai pasukan Potomac yang

berkekuatan awal 120 ribu perajurit dan

pasukan Virginia terus menerus dikepung

dan ditekan oleh pasukan Robert Lee.

Pasukan Konfederasi terus maju tak

tertahankan dan mendekati Washington,

ibukota Union.

Para pemimpin dari kaum Utara sudah

membayangkan hal-hal terburuk yang dapat

terjadi. Mereka tidak dapat menemukan

cara untuk membalik angin yaitu membuat

pasukan yang terpukul babak belur dan

lelah ini menjadi suatu pasukan yang

perkasa dan bersemangat kembali

59

Page 61: Manuscript Leadership 2  2009

Satu-satunya tokoh yang melihat adanya

solusi dari situasi ini adalah Abraham

Lincoln. Ia mengenal adanya seorang

Jenderal yang telah melatih dan membentuk

pasukan yang kalah ini. Jenderal ini adalah

George McClellan. Tidak ada seorang pun di

dalam Departmen Pertahanan yang

menyukai jeneral yang berusia 35 tahun itu.

Lulusan akademi militer di West Point ini

dikenal sebagai orang yang arogan,

pemberontak dan sangat berhati-hati serta

lambat turun ke lapangan. Ia cenderung

memastikan kelengkapan data lapangan

sebelum mengajukan pasukannya untuk

bertempur. Pendekatannya membuat

beberapa kesempatan emas hilang dan ia

bentrok dengan atasannya, namun di pihak

lain, seluruh anak buahnya mencintai sang

jenderal. Tidak heran sepanjang karirnya

60

Page 62: Manuscript Leadership 2  2009

jenderal McClelland ini dua kali dicopot dari

jabatannya.

Dengan melalui berbagai protes dan kritik

pada tahun 1862, Lincoln mengangkat

jenderal yang setahun sebelumnya ia sendiri

copot dari jabatannya. Ia memerintahkan

McClellan untuk berangkat ke Virginia dan

memberikan sesuatu yang para pasukan

tidak akan mungkin dapatkan dari siapapun

di bumi: entusiasme, kekuatan, dan

harapan. Sang jenderal berangkat di atas

kuda hitamnya dan menjumpai pasukannya.

Apa yang kemudian terjadi sulit untuk

digambarkan. Pemimpin-pemimpin Utara

dan Selatan tidak dapat menyelesaikannya.

Bahkan McClellan tidak dapat menerangkan

apa yang terjadi. Jeneral ini McClellan

61

Page 63: Manuscript Leadership 2  2009

berhadapan dengan barisan pasukan Union

yang sedang mundur. Ia mengangkat

topinya dan melambaikannya dengan

bersemangat. Para perajurit yang lelah dan

hampir tertidur sambil berjalan melihat

pemimpin dan bekas guru mereka. Mereka

terkejut dan ikut melambaikan topi serta

berseru. Semangat mereka kembali bangun

bahkan berkobar. Kini mereka maju

kembali dengan keyakinan bahwa keadaan

akan berubah karena sang jenderal sudah

hadir. Tak lama kemudian, jenderal ini

berhasil menahan kemajuan pasukan

jenderal Robert Lee walaupun sebenarnya

bila ia tidak terlalu berhati-hati, pasukan

yang sudah dikalahkannya tadi dapat

dihancurkan sepenuhnya.

Bayangkan Anda dipimpin oleh seseorang

62

Page 64: Manuscript Leadership 2  2009

yang tidur di hotel berbintang lima

sementara Anda sebagai bawahan bersama

rekan-rekan Anda tidur di tikar dalam tenda-

tenda bobrok sambil kehujanan. Ia tidak

hadir ketika Anda menghadapi kedinginan

dan kelaparan. Maka apa yang terjadi di

lapangan akan tidak dipahami di benak para

pengambil keputusan, dan apa yang

dipertimbangkan pengambil keputusan tidak

dihargai para pengikut. Itulah sebabnya,

Kristus tetap berada bersama murid-murid-

Nya ketika terjadi badai di danau atau

ketika murid-murid-Nya gagal mendapatkan

apa-apa setelah menjala sepanjang malam.

Mengapa kehadiran seorang pemimpin

penting? Ada beberapa kemungkinan :

Kehadiran sang pemimpin memiliki dampak

63

Page 65: Manuscript Leadership 2  2009

karena menunjukkan keperduliannya pada

situasi bawahannya

Kehadiran memiliki dampak karena

menunjukkan bahwa si pemimpin bersedia

menanggung beban dan penderitaan yang ia

minta anak buahnya tanggung

Kehadiran sang pemimpin menunjukkan

bahwa ia adalah bagian dari kehidupan

bawahan atau pengikutnya dan sebaliknya

Kehadiran sang pemimpin menunjukkan

bahwa ia bersedia memikul resiko besar

yang mungkin dihadapi anak buahnya juga

Kasus: Dampak Kehadiran Kristus di Tepi Danau

Setelah para murid Kristus mendapatkan

kenyataan bahwa, Kristus bangkit dari

kematian, bagaimanakah respon mereka?

64

Page 66: Manuscript Leadership 2  2009

Menunggu atau menghabiskan waktu di

dalam hal dadakan yang terjadi dan tidak

pernah mereka bayangkan hadir di dalam

hidup mereka itu ? Petrus berkata

kepada teman-temannya, « Aku pergi

menangkap ikan. »xxi Terlihat disini

Petrus ingin menjadi manusia yang

bertindak dan bukan hanya diam atau

menunggu dan merenungkan

kebangkitan Kristus. Ia mengambil

keputusan itu karena, mungkin saja ia

sangat menderita di dalam saat

menunggu tadi, atau mungkn karena ia

menjadi serba salah ketika Kristus

ternyata bangkit. Bukankah ia yang telah

menghianati Kristus sebelumnya ?

Alkitab mencatat bahwa mereka

berangkat bersama naik perahu. Namun,

65

Page 67: Manuscript Leadership 2  2009

malam itu tidak ada seekorpun ikan

mereka dapatkan.xxii

Kegagalan tadi tentu sangat tidak

terduga, bukankah keterampilan dan

pengalaman mereka di dalam

menangkap ikan bukanlah hal baru?

Bukankah danau tempat mereka mencari

ikan bukanlah lokasi yang baru bagi

mereka?

Ketika hari mulai siang, dalam keadaan

hampir gagal tadi, ketika mereka

memutuskan untuk kembali ke pantai

tempat mereka berangkat, ternyata

Kristus ada di sana, namun mereka tidak

mengetahui bahwa itu adalah Yesusxxiii.

Apakah mereka tidak mengetahui itu

adalah Yesus karena perhatian mereka

66

Page 68: Manuscript Leadership 2  2009

lebih kepada kegagalan mereka? Apakah

mereka tidak mengetahui karena mereka

tidak memperkirakan bahwa Ia akan

hadir disana, ketika mereka gagal.

Dalam peristiwa itu, Kristus bertanya:

”Apakah kamu mempunyai lauk pauk?”xxiv

Pertanyaan ini seakan merupakan suatu

pertanyaan sederhana. Namun, bagi

seorang Yahudi mengakui kegagalan

mereka dalam mencapai apa yang

mereka inginkan, bukan merupakan

suatu hal yang mudah. Apalagi

mengakuinya di depan seorang yang

mereka tidak ketahui. Namun dampak

dari pertanyaan tadi, mau tidak mau

perhatian mereka teralih dari urusan

xxi Yohanes 21:3

xxii Yoh 25:3xxiii Yoh 25:4

67

Page 69: Manuscript Leadership 2  2009

mereka kepada orang yang bertanya.

Setelah menerima jawaban itu, Kristus

memberikan mereka suatu perintah.

”Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan

perahu.” Selain itu, Kristus juga

memberikan janji: ”maka akan kamu

peroleh.”xxv

Sangat menarik bahwa para murid

mematuhi usulan atau perintah dari

orang yang mereka tidak kenali itu,

padahal tentunya secara nalar hal itu

sudah mereka lakukan berkali-kali

sepanjang malam. Hasilnya nyata.

Dampak dari kehadiran, kata-kata,

keperdulian Kristus, dan janji serta hasil

nyatanya membuat murid yang dikasihi

68

Page 70: Manuscript Leadership 2  2009

Kristus mengenali bahwa gurunya ada

disana.xxvi Mereka tidak sendirian di

dalam kegagalan, di dalam penantian,

dan di dalam upaya mereka. Itulah

Kristus yang selalu hadir di dalam

pelayanan dan pergumulan para

pemimpin yang mengasihi-Nya.

Mengenal Dampak Yang Disengaja dan Tidak Di sengaja

Menyadari bahwa dampak yang dapat

terjadi karena kata-kata, sikap, keputusan,

tindakan dan kehadiran seorang pemimpin

xxiv Yoh 25:5xxv Yoh 25:6xxvi Yoh 25:7

69

Page 71: Manuscript Leadership 2  2009

sangat besar maka, semestinya banyak

pemimpin akan belajar menguasai seluruh

faktor tadi dan mencapai dampak yang baik.

Nyatanya tidak demikian. Apa yang terjadi?

Ternyata, banyak pemimpin menghasilkan

dampak yang tidak disengaja.

Pada dekade 70an, di Amerika jumlah angka

kejahatan terus meningkat. Ahli-ahli dari

berbagai disiplin ilmu membahas hal itu.

Ada yang menyebutkan bahwa akar

masalahnya adalah kurangnya jumlah polisi

dibandingkan dengan jumlah warga. Ada

pula yang menganggap bahwa hukuman

yang diatur negara terlalu enteng bagi

kejahatan yang terjadi. Semakin lama angka

kejahatan terus meningkat dan semua solusi

tidak menghasilkan apa-apa. Maka para

pakar memprakirakan bahwa pada dekade

70

Page 72: Manuscript Leadership 2  2009

90an dan selanjutnya tiga dari setiap

sepuluh orang akan mengalami peristiwa

kejahatan di dalam hidup mereka seperti,

dibegal, dicuri, diperkosa atau dibunuh.

Nyatanya, kejahatan menurun dari tahun-

ketahun sehingga mencapai 10 persen dari

angka di dekade berikutnya. Apa yang

terjadi?

Seluruh rantaian peristiwa itu terjadi ketika

seorang wanita berusia 16 tahunan

mengalami kehamilan walaupun ia belum

menikah. Wanita berkulit hitam itu datang

dari keluarga miskin dan tidak memiliki

pekerjaan serta penuh dengan catatan

perbuatan kriminal. Wanita tadi

mengajukan permohonan agar bayinya

boleh diabrosi walaupun aturan negara

melarang hal tadi. Permohonan ini diproses

71

Page 73: Manuscript Leadership 2  2009

di pengadilan negeri dan berjalan berlarut-

larut sampai akhirnya disetujui oleh hakim

pemimpin disana. Anehnya, sang wanita

tidak dapat mengaborsi bayinya karena

kehamilannya sudah berada di tahap yang

lanjut ketika keputusan tadi dikeluarkan.

Apa hubungan keputusan sang hakim itu

dengan turunnya angka kejahatan di USA?

Ternyata keputusan tadi secara tidak

sengaja menghasilkan dampak yang besar.

Dengan aborsi dianggap legal, maka di

kalangan wanita kulit hitam yang hidup di

daerah kumuh, banyak bayi yang

seharusnya dilahirkan dan akan bertumbuh

tanpa ibu yang bertanggungjawab dan tanpa

ayah sama sekali tidak dikandung dan

dilahirkan. Dengan demikian dua puluh

tahun kemudian, tidak muncul para ABG

72

Page 74: Manuscript Leadership 2  2009

dan muda-mudi yang berpotensi besar

melakukan kejahatan.xxvii

Seperti telah dinyatakan di atas, kita sadari

bahwa seorang pemimpin dapat

menimbulkan dampak dengan sengaja,

namun dapat juga ia menimbulkan dampak

tadi tanpa kesengajaan. Dampak

kepemimpinan Hittler adalah terjadinya

pembunuhan massal yang disengaja.

Dampak kepemimpinan pemerintah Khmer

merah adalah terjadinya pembunuhan tiga

juta orang lebih di Kambodia dan hal itu

merupakan kesengajaan. Sebaliknya,

dampak reputasi kepemimpinan Patin, calon

wakil presiden dari partai republik di

Amerika adalah kekalahan senator McCain,

xxvii freaknomics

73

Page 75: Manuscript Leadership 2  2009

tentunya hal ini tidak terjadi dengan

sengaja.

Seringkali apa yang seorang pemimpin

lakukan atau abaikan bukanlah hal-hal yang

besar. Hasilnya, tetap menimbulkan dampak

yang sering tidak terbayangkan. Sayang

sekali, sebagian dampak itu tidak disadari

oleh banyak pemimpim. Misalnya, sebagai

pemimpin di dalam konteks organisasi, Anda

datang tepat waktu dalam sepuluh

pertemuan terakhir ini, hal tadi akan

berdampak pada anak buah Anda walaupun

Anda tidak rencanakan. Anak buah itu

seakan mendapatkan pesan bahwa bila

seorang pemimpin selalu datang saja tepat

waktu, anak buahpun harus terlebih

berdisiplin lagi.

74

Page 76: Manuscript Leadership 2  2009

Dalam konteks yang sama, bila seorang

pemimpin secara teratur memberikan

masukan kepada anak buahnya, hal itu juga

berdampak karena memberi pesan supaya

anak buah juga memberikan masukan

terhadap anak buahnya sendiri. Sebaliknya

bila seorang pemimpin tidak memberikan

masukan secara teratur, hal itu seakan

memberi pesan pada anak buahnya bahwa

mereka dapat mengabaikan hal itu.

Akhirnya, kita perlu menyadari bahwa,

dampak juga terjadi bukan hanya di dalam

organisasi atau komunitasnya sendiri.

Dampak dapat terasa di lingkungan

masyarakat dimana sang pemimpin tadi

bekerja seperti disampaikan dalam cerita

mengenai gereja yang kehilangan

anggotanya di atas. Di dalam kitab Para

75

Page 77: Manuscript Leadership 2  2009

Rasul, dampak dari pelayanan para rasul

adalah mereka dihormati orang banyak,

walaupun juga ada orang yang merasa takut

pada mereka.xxviii Pelayanan para rasul dan

kepemimpinan mereka berdampak, artinya

membuat masyarakat di sekitar mereka

harus memperhatikan mereka. Orang

banyak jadi menentukan sikap dan tidak

mungkin mengabaikan apa yang diajarkan

dan dilakukan para rasul.

Dampak Bagi Nalar, Emosi dan Perilaku

Seorang pemimpin menghasilkan dampak

pada masyarakat atau lingkungan internal

organisasinya. Di dalam organisasi, ia akan

memberi dampak pada atasannya, pada

mitra kerja, pada bawahannya dan pada

dirinya sendiri. Selain itu, ia juga akan

xxviii Kisah Rasul 5:13

76

Page 78: Manuscript Leadership 2  2009

menghasilkan dampak bagi lingkungan

eksternalnya, baik pesaing, pemerintah,

atau lembaga-lembaga penilai.

Bila ia bekerja di luar konteks organisasi,

misalnya, seorang penulis, maka dampak

kepemimpinannya akan terkait dengan

pihak-pihak yang berhubungan dengan

dirinya. Seorang seperti Mark Twain yang

menuliskan Huckleberry Fin dan Tom

Sawyer menghasilkan dampak yang

memperkuat gerakan penghapusan

perbudakan.

Berapa jenis dampak dan dalam hal apa saja

dampak dari pemimpin tadi muncul?

Sekurangnya ada beberapa ranah dimana

dampak tadi terjadi. Mari kita tinjau dampak

77

Page 79: Manuscript Leadership 2  2009

yang terjadi di dalam konteks

kepemimpinan organisasi atau komunitas.

a. Ada dampak pada lingkup kesadaran dan

pengetahuan (dampak lingkup nalar).

Seorang pemimpin perlu membagikan

pengetahuan dan pemahaman. Seorang

pakara bahkan menyampaikan bahwa

seorang pemimpin adalah juga seorang

pendidik.xxix Di dalam konteks organisasi, ia

membuat orang menjadi pembelajar bahkan

ia sendiri mendidik atau mengajarkan apa

yang benar, baik, dan tepat. Pengetahuan

tadi harus dibangun secara teratur dan

bertingkat pada semua pihak yang terkait

dengan organisasinya. Tanpa begitu, maka

terutama para anak buahnya seakan

mendapat pesan bahwa belajar itu boleh

dilakukan dengan tidak teratur, semaunya, xxix Peter Senge, The Fifth Discipline, 1990

78

Page 80: Manuscript Leadership 2  2009

dilakukan kapan saja, dilakukan untuk apa

saja dan bisa melompat-lompat serta tidak

sistematis.

Bila seorang pemimpin tidak memberikan

pengetahuan dan pemahaman pada semua

pihak yang terkait di dalam organisasinya,

dampaknya, ia akan memiliki organisasi

yang bekerja keras tetapi sangat kurang

kemampuan dan memiliki pengetahuan

yang tidak utuh serta menghamburkan

biaya. Bukan tidak mungkin, maka banyak

orang-orang tertentu dapat cenderung

melakukan tindakan curang karena tidak

memahami bagaimana mengerjakan sesuatu

dengan baik.

b. Dampak kedua yang dapat ditimbulkan

oleh seorang pemimpin adalah dampak pada

79

Page 81: Manuscript Leadership 2  2009

lingkup emosi atau kejiwaan. Setiap orang

membutuhkan penerimaan, penghargaan,

rasa disayangi, dan diberi kesempatan untuk

berkembang. Bila seorang pemimpin tidak

memberikan masukan positip pada rekan,

anak buahnya atau atasannya, misalnya,

berupa apresiasai, maka dampaknya akan

parah. Anak buah dan mitranya akan dapat

merasa diperas tenaganya atau

dimanfaatkan demi ambisi pemimpin atau

keuntungan sang pemimpin saja. Tentunya

hal ini akan berdampak dalam relasi mereka

dan kinerjanya. Juga ketika ada seorang

rekan, atasan atau anak buah yang baru

memasuki jabatan baru sedangkan sang

pemimpin tidak memberikan ucapan

selamat kepadanya, ia akan merasa bahwa

lingkungannya ini hanyalah merupakan

80

Page 82: Manuscript Leadership 2  2009

suatu tempat mencari uang dan bukan

merupakan suatu keluarga besar.

Dampak di lingkup emosi ini dapat juga

terasa di masyarakat luar organisasi atau

komunitas sang pemimpin. Seorang

pemimpin yang bersahaja dan ramah,

membuat orang di sekitarnya tertarik pada

kepribadiannya, walaupun mereka tidak

menjadi pengikut atau anak buahnya.

Dirinya membuat orang menghormatinya.

Sebaliknya pemimpin yang arogan akan

menuai kebencian atau iri hati.

Dampak pada lingkup emosi di dalam

lingkungan internal organisasi atau

komunitas dimana sang pemimpin ada dapat

memiliki dua sisi. Di sisi pertama, pemimpin

dapat menimbulkan dampak secara negatif

81

Page 83: Manuscript Leadership 2  2009

pada hidup emosi anak buahnya. Misalnya,

bila ia terus menerus menularkan suasana

emosi yang negatif, hal ini membuat semua

anak buahnya akan merasa tidak aman,

cemas, dan tertekan. Pada sisi lainnya,

pemimpin dapat menimbulkan dampak

secara positif pada hidup emosi anak

buahnya. Bila ia menunjukkan hal-hal positif

yang mereka telah capai dan menunjukkan

penghargaan, maka hal ini akan menular

dan menimbulkan entusiasme.

c. Dampak ketiga adalah dampak pemimpin

pada lingkup tindakan atau perilaku.

Seorang pemimpin tidak cukup hanya

menghasilkan peningkatan pengetahuan

dan sentuhan emosi pada orang-orang di

sekitar saja, tetapi ia juga sangat perlu

memberikan rancangan tindakan, teladan

82

Page 84: Manuscript Leadership 2  2009

gaya hidup, keputusan, dan terutama

tindakan yang memberi semangat. Salah

satu hal itu dapat dihasilkan dengan

tindakan yang merupakan pengorbanan diri

dan menunjukkan kualitas kepahlawanan.

Tindakan kepahlawanan seorang pemimpin

tergantung pada jenis pekerjaannya, namun

anak buah hanya mau ikut pada orang yang

berani mengorbankan dirinya dan

menunjukkan keberaniannya seperti pada

Gideon. Ia memberikan pengarahan

tindakan yang sangat rinci dan jelas

sebelum menyerang sehingga anak buahnya

tahu apa yang diharapkan dari mereka.

Iapun memberikan contoh dengan maju

berperang bersama mereka.xxx

xxx Hakim-hakim 7:18-19

83

Page 85: Manuscript Leadership 2  2009

d. Dampak keempat yang dihasilkan seorang

pemimpin adalah yaitu dampak pada hidup

spiritual rekan, atasan dan anak buah atau

pengikutnya. Seorang pemimpin yang

memiliki kehidupan spiritual akan mampu

melaksanakan hal tadi. Memiliki kehidupan

spiritual berarti menyadari bahwa hidupnya

dan kepemimpinannya merupakan suatu

bagian kecil dari suatu kerangka pekerjaan

Allah yang lebih besar. Kemudian, ia

mengupayakan agar memahami makna

terdalam dari keberadaan dan

pekerjaannya.

Contoh yang paling menarik dari hal itu

adalah ketika David dan seorang anak

buahnya, Abisai, menyelusup ke

perkemahan tentara Saul yang terus

menerus mengejar mereka. Mereka melihat

84

Page 86: Manuscript Leadership 2  2009

Saul sedang nyenak tertidur. Anak buahnya

memaknai keadaan itu dengan mengatakan

bahwa « Allah sudah memberikan Saul

kepada David. Dengan sekali menombak

saja, Saul akan terbunuh. » Artinya, seorang

yang mengejar-ngejar David dan kawan-

kawannya akan dimusnahkan. Usul itu

adalah hal yang sangat masuk akal

berdasarkan hukum perang. Namun, David

memimpin atau mengarahkan anak buahnya

dengan menunjukkan suatu hukum yang

lebih luhur yaitu pedoman spiritual » Tidak

membunuh orang yang diurapi Tuhan. »xxxi

Dengan cara itu David segera menghasilkan

dampak, bahwa sebagai pemimpin ia

memiliki kadar spiritualitas yang berbeda

dari orang lain, itulah kelebihannya

sehingga orang lain dapat belajar dari

xxxi 1 Samuel 26:1-9

85

Page 87: Manuscript Leadership 2  2009

teladannya dan hidup dengan spiritualitas

yang lebih dalam.

Dampak di dalam hidup masyarakat

Menggambarkan dampak yang dihasikan

seorang di dalam lingkungan organisasi

tidak terlalu sukar, namun bagaimana

menggambarkan jenis-jenis dampak yang

sengaja dilakukan seorang pemimpin di

dalam masyarakat?

Apakah dampak seorang pemimpin dapat

menyentuh nalar masyarakat? Apa yang

dilakukan oleh Al Gore dalam memaparkan

gejala pemanasan global menunjukkan

bagaimana pola pikir orang dan pandangan

orang dapat diubahkan karena kegigihan

86

Page 88: Manuscript Leadership 2  2009

seorang memaparkan fakta-fakta dan tren

yang ada.

Dapatkah juga dampak dari seorang

pemimpin mengubah emosi masyarakat?

Sejarah mencatat bagaimana pemimpin

dapat membuat masyarakat diarahkan

untuk membenci atau menyukai suatu hal.

Hitler berhasil membuat orang-orang

Jerman yang biasanya sangat analitis

membenci kaum Yahudi dan

mengangungkan ras Arya. Pemimpin-

pemimpin Jepang mampu mengubah

perasaan tertekan bangsanya menjadi

perasaan optimis untuk mencapai prestasi

sesudah perang Dunia ke dua.

Dampak seorang pemimpin terhadap

perilaku orang banyak terlihat dengan nyata

87

Page 89: Manuscript Leadership 2  2009

di dalam berbagai peristiwa. Dalam perang

Dunia kedua, misalnya, kata-kata jenderal

MacArthur bahwa ia akan kembali ke Asia

tengara menjadi suatu rujukan perilaku

banyak orang. Demikian juga dengan

Martin Luther King Jr. Dalam pidatonya ”I

have a Dream” suatu visi yang baru

disampaikan dan mengubah perilaku orang.

Tanpa Abraham Lincoln dan Martin Luther

King Jr, mungkin kita tidak akan mengenal

prestasi Obama, Ray Charles, Ophrah

Winfrey dan Tiger Woods, serta orang-orang

berprestasi yang nenek moyangnya berasal

dari Afrika.

88

Page 90: Manuscript Leadership 2  2009

Pasal Tiga

Prasyarat untuk Berdampak Positif

Ketika bangsa Mongol berhasil membobol

tembok besar dan akhirnya menaklukkan

Cina, para pemimpin mereka merasa sangat

gembira. Bangsa dengan peradaban yang

lebih tinggi dan tua ternyata dikalahkan oleh

bangsa yang berani dan tangguh. Namun,

dalam waktu tidak lama, kerajaan yang

mereka bentuk mulai berjalan seperti sistem

yang dibuat oleh orang Cina. Dalam waktu

89

Page 91: Manuscript Leadership 2  2009

seratus tahun, peran para pahlawan telah

digantikan oleh para birokrat. Para

pemimpin Mongol menyadari bahwa bangsa

mereka berhasil menaklukan Cina, namun

dalam satu generasi, lingkungan budaya

Cina menelan kekhasan bangsa Mongol dan

lambat laun dapat menghilangkan identitas

diri sang penakluk.

Kita sudah membahas bahwa di dalam

kehidupan, para pemimpin menimbulkan

dampak ke tengah lingkungannya. Namun,

perlu juga disadari sisi lain dari kenyataan.

Lingkungan kerja atau lingkungan

masyarakat di mana sang pemimpin berada

juga dapat menghalangi dirinya dalam

menghasilkan dampak yang kuat.

Lingkungan dimana ia berada juga dapat

90

Page 92: Manuscript Leadership 2  2009

memberi dampak yang mengubah diri sang

pemimpin.

Ilustrasi

Pemimpin mempengaruhi lingkungan atau

lingkungan mempengaruhi pemimpin?

Bila sang pemimpin menyadari hal di atas,

maka ia akan tahu diri. Ia tidak melebih-

lebihkan kemampuan dan potensinya.

Sebaliknya, ia juga tidak akan mengikuti

arus yang ada di lingkugannya saja atau

menghindari kesempatan untuk mengubah

91

Page 93: Manuscript Leadership 2  2009

lingkungan dimana ia berada.. Dalam

kepemimpinan Kristiani, ia akan

mengadakan perubahan dan menghasilkan

dampak bahkan berani menanggung segala

resiko, bila Tuhan yang mendorongnya

melakukan hal tadi Selanjutnya ia

menyadari keterbatasannya dan karena itu

ia akan menggantungkan dirinya lebih

penuh kepadaNya. Dalam kekhasannya

inilah, seorang pemimpin Kristen menjadi

inspirasi untuk orang di sekitarnya.

1. Jenis-jenis pemimpin dan Dampak mereka

Ada banyak jenis pemimpin. Secara ringkas,

pemimpin adalah mereka yang secara sadar

menghasilkan dampak yang terencana bagi

92

Page 94: Manuscript Leadership 2  2009

hidup orang lain dan bagi hidupnya sendiri.

Dampak pemimpin akan terkait dengan jenis

kepemimpinan yang mereka mainkan.

Tentang hal tersebut, dalam dua puluh

terakhir ini banyak sekali tulisan mengenai

hal itu, namun sebagian besar membahas

masalah kepemimpinan di dalam konteks

organisasi. Di dalam konteks itu, beberapa

peneliti yang terkenal seperti Peter Senge

dan Katrin Kaufer membedakan pemimpin

menjadi tiga jenis, yaitu, pemimpin

eksekutif, pemimpin jejaring, dan pemimpin

lapangan.xxxii Pemimpin eksekutif

memangku jabatan-jabatan puncak di dalam

struktur organisasinya. Tugas mereka

xxxii Istilah yang digunakan adalah terjemahan dari Executive Leader, Internal Network Leader and

Line Leader yang diambil dari tulisan Peter M. Senge and Katrin H. Käufer, Communities of Leaders or

No Leadership at All dalam tulisan Barbara Kellerman dan Larraine R. Matusak. Cutting Edge:

Leadership 2000, New York: State University of New York Press, 1999

93

Page 95: Manuscript Leadership 2  2009

mengkoordinasi berbagai sumber, aktifitas

dan dinamika yang ada. Pemimpin lapangan

melaksanakan apa yang organisasinya

sepakati untuk dicapai sehari-hari.

Pemimpin jejaring menjadi pembawa

informasi dan penjalin hubungan di antara

berbagai pengemban tugas di dalam

organisasinya. Dengan pemahaman

ditunjukkan oleh para ahli itu bahwa,

pemimpin bukanlah hanya mereka yang

memangku jabatan puncak di dalam

organisasinya, karena adapula para

pemimpin yang memiliki pengaruh dan

dampak luas, namun tidak memangku

jabatan apa-apa.

Selain pemahaman seperti dipaparkan di

atas, ada pula pemahaman lain, yaitu bahwa

seorang pemimpin tidak selalu harus

94

Page 96: Manuscript Leadership 2  2009

bekerja di dalam konteks organisasi, apalagi

organisasi yang modern dan rapih, namun

juga dapat bekerja langsung di tengah

komunitas masyarakat. Dalam pandangan

ini dipahami bahwa seorang pemimpin

bukanlah orang yang berhasil sesuai kriteria

organisasinya saja, namun juga orang yang

memberikan kontribusi yang berkualitas ke

tengah dunia dan menjadi inspirasi dengan

menunjukkan otentisitas diri yang kokoh.

Dengan demikian, dalam pandangan ini,

sang remaja yang dipaparkan di awal tulisan

ini memenuhi syarat untuk disebut sebagai

pemimpin.

Pandangan serupa dipaparkan oleh Chris

Lowney, dalam bukunya, Heroic Leadership.

Lowney adalah seorang yang pada usia 30

tahunan telah diangkat menjadi direktur

95

Page 97: Manuscript Leadership 2  2009

sebuah lembaga keuangan, yaitu di JP

Morgan & Co dan kini memangku berbagai

jabatan puncak di New York, Tokyo,

Singapore dan London. Sebelum bekerja

disana, selama tujuh tahun Lowney

menuntut ilmu dan kemudian mengajar di

lembaga-lembaga pendidikan dan seminari

Jesuit baik di Puerto Rico maupun di

Amerika.

Dengan menimba kedua jenis

pengalamannya yang unik tadi, Lowney

mendapatkan bahwa seorang yang bekerja

jauh dari organisasinya seperti, Mateo Ricci,

seorang misionaris Katolik di Cina juga

merupakan seorang pemimpin. Bahkan,

seorang petualang seperti Bento de Gois

yang berupaya menemukan Cathay adalah

juga seorang pemimpin. Mulanya, De Gois

96

Page 98: Manuscript Leadership 2  2009

mendengar suatu legenda yang dibawa oleh

Marco Polo bahwa ada suatu komunitas

Kristen hadir di tengah-tengah bangsa-

bangsa Islam. Ia tertarik untuk menemukan

komunitas ini. Góis dikenang sejarah

karena upayanya membuat ia harus berjalan

sejauh 6000 kilometer selama tiga tahun.

Akhirnya ia tiba di Tembok Besar Cina pada

tahun 1605. Ia berhasil membuktikan bahwa

tempat yang dinamakan Cathay oleh Marco

Polo adalah sama dengan tempat yang

bernama Cina yang disebutkan oleh Mateo

Ricci.

2. Prasyarat Umum Kepemimpinan

Seorang pemimpin jelas memiliki sejumlah

prasyarat untuk dapat memainkan perannya

yang menghasilkan dampak. Hal ini berlaku

97

Page 99: Manuscript Leadership 2  2009

baik bila kita memandang pemimpin sebagai

seorang yang otentik dan bekerja sendiri

demi dunia atau kita melihatnya sebagai

seorang yang meninggalkan hal yang

bermakna bagi organisasinya, mereka perlu

memiliki sejumlah prasyarat agar dapat

melaksanakan kepemimpinan yang

berdampak baik. Namun, apakah

prasyaratnya tadi?

Untuk menjawab pertanyaan itu, kita akan

meneliti hidup para tokoh yang secara

populer di dalam sejarah dunia dipandang

sebagai pemimpin. Dengan upaya ini

mungkin dapat kita dapat menyimpulkan

prasyarat umum yang patut dimiliki oleh

seorang pemimpin. Kemudian kita akan

meneliti bagaimana para pemimpin Kristen

memainkan perannya.

98

Page 100: Manuscript Leadership 2  2009

Nama Konteks

Winston Churchill Perang Dunia kedua

Mahatma Gandhi Kemerdekaan India

Abraham Lincoln Perang Saudara di Amerika

Martin Luther King Jr. Gerakan Hak Sipik

Nelson Mandela Perjuangan pembebasan di Afrika Selatan

Eleanor Roosevelt Partisipasi wanita di dalam

hidup publik

Sukarno Kemerdekaan Indonesia

Kaisar Wudi Kekaisaran China di abad ke dua sebelum masehi

99

Page 101: Manuscript Leadership 2  2009

Adakah kesamaan prasyarat yang mereka

miliki sebelum menghasilkan dampak

seperti yang kita baca di dalam sejarah serta

mereka tetap memiliki otentisitas yang

kokoh?

Mungkin terlebih dulu kita perlu membahas

mengapa prasyarat-prasyarat itu penting. Bila

menggunakan metafor, prasyarat tadi dapat

disebutkan bagai suatu jangkar kapal yang

memang sehari-hari seakan tidak terlalu

berfungsi dan diperlukan, namun justru pada

saat krisis, kegunaannya sangat luar biasa.

Prasyarat juga dapat diibaratkan sebagai

suatu kemudi kapal besar yang berlayar.

Walaupun kemudi itu tidak terlihat dan kecil

wujudnya, perannya menentukan arah gerak

dari kapal tadi.

100

Page 102: Manuscript Leadership 2  2009

Ilustrasi

Jangkar dan Kemudi (Dua gambar)

Banyak orang memberikan pandangan yang

berbeda-beda mengenai prasyarat

kepemimpinan tadi. Dalam kepemimpinan di

masyarakat, Lowney misalnya, menekankan

perlunya prasyarat yang holistik, yaitu,

seorang pemimpin harus lebih dulu memiliki

kesadaran diri yang tinggi, otentik, kasih,

dan kepahlawanan.xxxiii

A. Kesadaran diri adalah pemahaman yang mendalam mengenai kekuatan, kelemahan, nilai-nilai dan pandangan hidup

B. Otentik artinya dengan keyakinan diri berinovasi dan menyesuaikan diri ke tengah dunia yang berubahxxxiii www. Chrislowney.com

101

Page 103: Manuscript Leadership 2  2009

C. Kasih artinya melibatkan orang-orang lain dengan sikap positif untuk memungkinkan potensi mereka berkembang

D. Kepahlawanan artinya memberdayakan diri sendiri dan orang-orang lain dengan ambisi-ambisi yang heroik dan dorongan untuk mencapai keistimewaan.

Selanjutnya dalam praktek, oleh Lowney

hal-hal itu dijabarkan oleh seorang

pemimpin sebagai berikut

Ia memberikan teladan dalam cara kerja dan

pola kepribadiannya

Ia mengispirasikan orang dengan visi yang

tajam atau kejelasan warisan «legacy» yang

ia ingin tinggalkan di dunia ini

Ia berani mempertanyakan atau mengkritisi

proses, prosedur, budaya, cara kerja dan

kebiasaan-kebiasaan yang sudah dijalani

sejauh ini baik oleh dirinya maupun

organisasinya

102

Page 104: Manuscript Leadership 2  2009

Ia juga memampukan orang lain (melatih

dan membuat sistem) agar orang dapat

bergerak melaksanakan apa yang mereka

dan dirinya sepakati

Ia memberikan appresiasi, mengangkat hati

mereka, dan mendukung mereka dalam

pelaksanaan tugas merekaxxxiv

Dalam konteks organisasi, sejumlah

prasyarat kepemimpinan didaftarkan oleh

beberapa ahli seperti Robert W. Rogers,

President dari Development Dimension

Internationals dan Audrey B. Smith,

wakilnya. Mereka menggambarkan

prasyarat-prasyarat berikut ini dalam kaitan

dengan prasyarat pemimpin eksekutif:

o Pribadinya menjanjikan

xxxiv Kouzes dan Possner----------------------

103

Page 105: Manuscript Leadership 2  2009

o Gandrung dengan pengembangan diri

o Mampu menguasai kerumitan

o Seimbang dalam keteguhan berpegang

nilai-nilai dan pada upaya memberikan

hasil nyata.

Sehari-hari, ke empat hal tadi dapat

dirincikan sebagai berikut:

Ia cenderung mengambil peran pemimpin yaitu bersedia memikul tanggung jawab.

Ia bersedia menjadi pengarah dan pemrakarsa serta bersedia menjadi orang yang memikul tanggung jawab

Ia juga cenderung mendorong orang lain agar bertumbuh dan menjadi lebih berkualitas.

Ia juga memegang teguh integritas, kejujuran, dan orisinalitas. Salah satu contohnya, ialah bahwa ia berani mengakui kesalahan yang dibuatnya, atau mengekspresikan pemikirannya

Ia bersedia terus menerus belajar Ia bersedia dengan hati luas menerima

masukan dari banyak pihak, termasuk kritik-kritik pedas

104

Page 106: Manuscript Leadership 2  2009

Ia memiliki minat yang luas dan rasa ingin tahu yang besar, termasuk belajar dari kesalahan orang lain dan ia cenderung banyak bertanya

Ia berminat menguasai hal-hal yang kompleks, bertindak cepat dan bekerja efektif.

Ia mengadakan penyesuaian diri namun menjaga fokusnya dalam berbagai keadaan.

Ia mampu menterjemahkan hal-hal kompleks menjadi hal-hal konkret dan mudah dipahami

Dalam keadaan yang tidak pasti dan banyak berubah, ia tetap dapat memelihara efektifitas dalam kerja

Ia memiliki kecocokan dengan nilai dan budaya di dalam komunitas atau organisasi ia bekerja.

Ia memiliki nilai yang serupa dengan nilai-nilai organisasinya

Ia memiliki perilaku yang cocok dengan perilaku ideal di organisasinya

Ia memliki karakter dan gaya kerja yang cocok dengan organisasinya

Ia adalah seorang yang memiliki semangat untuk menjadi produktif dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul

Ia memiliki komitmen yang tinggi Ia mengejar kualitas proses dan hasil yang

tinggixxxv

105

Page 107: Manuscript Leadership 2  2009

3. Kekhasan Prasyarat Pemimpin Kristiani

Bagaimana dengan prasyarat bagi seorang

pemimpin Kristiani? Kepemimpinan Kristiani

disini berarti bahwa kepemimpinan atau daya

yang

o berdasarkan pada kebergantungan pada

kuasa penebusan Kristus,

o dibangun atas keinginan mengabdikan

diri bagi Kristus, dan

o mengutamakan tercapainya rancangan

Allah di dunia.

Jadi kepemimpinan Kristiani ditujukan untuk

mencari dampak bukan

terutama untuk kepentingan

sang pemimpin, namun bagi

xxxv Robert W. Rogers and Audrey Smith, Finding Future Perfect Senior Leader: Spotting Executive

Potential, Employment Relations Today, volume 31, Issue 1 , Pages 51 – 60.

Wiley Periodicals, Inc., A Wiley Company, 2004

106

Jadi

kepemimpinan

Kristiani ditujukan

untuk mencari

dampak bukan

terutama untuk

kepentingan sang

pemimpin,

namun bagi

orang-orang yang

Page 108: Manuscript Leadership 2  2009

orang-orang yang mengikutinya, konteks

dimana ia berada dan untuk Tuhan.

Dalam buku kami yang pertama dari seri

Kepemimpinan ini, yaitu Kamu Juga Bisa,

diisyaratkan bahwa seorang pemimpin harus

mulai dengan kebergantungan pada Tuhan,

percaya diri, dan percaya pada orang lain.

Selanjutnya, berdasarkan Alkitab terlihat bahwa

seorang pemimpin perlu menyadari bahwa ada

kesenjangan antara kenyataan yang kasat mata

dan standar ideal yang seharusnya. Akhirnya,

seorang pemimpin patut membiarkan hatinya

tergerak untuk mengambil tindakan nyata.

Selanjutnya, kalaupun dampak pekerjaannya

terbatas, ia tidak merasa kecil hati atau enggan

bekerja selama ia sudah mengikuti rancangan

Tuhan baginya. Sama seperti si remaja di tepi

pantai, sang pemimpin tidak akan merasa sia-

107

Page 109: Manuscript Leadership 2  2009

sia ketika ia melakukan sesuatu walaupun

pantai yang dijalaninya sangat panjang, ia

hanya memiliki dua tangan, dan masih ada

ratusan pekerjaan tidak akan dapat ia tangani.

Jadi pemimpin Kristiani memiliki sejumlah

prasyarat untuk melakukan perannya dengan

baik sehingga muncul dampak yang berkualitas.

Dampak yang berkualitas tidak berarti megah

dan luar biasa atau spektakuler baik di

organisasinya maupun di masyarakat..

Di dalam konteks organisasi, dampak yang

dihasilkan akan membangun organisasi

tersebut. Dalam hal ini Kouzes dan Posner

sangat jitu ketika menggunakan istilah

“pemimpin adalah dia yang meninggalkan

warisan atau legacy.”xxxvi Di dalam kehidupan

masyarakat, dampak yang dihasilkan muncul xxxvi

108

Page 110: Manuscript Leadership 2  2009

karena inspirasi yang ditinggalkan oleh seorang

pemimpin yang memiliki otentisitas penyerahan

diri yang kokoh, seperti yang dihasilkan oleh

Nelson Mandela di Afrika selatan.

4. Pondasi bagi Kepemimpin Kristiani

Martin Luther King Jr. menyatakan, “Jadi, saya

katakan pada kamu. Carilah Tuhan dan dapatkan

Dia. Jadikan Ia kuasa dari hidupmu. Tanpa Diri-

Nya, seluruh upaya kita akan menjadi debu dan

matahari kita akan segera menjadi malam yang

gelap. Tanpa Dia, hidup ini hanya merupakan

drama yang tidak bermakna dimana adegan-

adegan pentinya lenyap. Tapi, dengan Dia, kita

akan mampu bangkit dari tengah malamnya

keputusasaan menuju sukacitanya hari yang

baru.

109

Page 111: Manuscript Leadership 2  2009

St. Agustinus benar ketika mengatakan bahwa

kita dicipta untuk Tuhan dan kita akan terus

menerus resah sampai kita menemukan

perhentian di dalam-Nya. Kasihilah dirimu, bila

itu berarti secara nalar, kesehatan dan

kepentingan moral kita. Kalian diperintahkan

untuk melakukannya. Itulah sisi panjang

kehidupan. Kasihilah sesamamu manusia seperti

kamu mengasihi dirimu sendiri. Itulah lebar dari

kehidupan. Namun jangan lupa ada perintah

yang lebih utama, yaitu kasihilah Tuhan Allahmu

dengan segenap hati, seluruh jiwa dan sepenuh

akal budimu. Itulah tingginya kehidupan. Bila

melakukan hal itu, kamu akan menjalani hidup

yang utuh. Martin Luther King Jr.xxxvii

110

Page 112: Manuscript Leadership 2  2009

aa

Visinya

Nilai-nilai utamanya

Gambar diri dan pengenalan potensi

Pandangannya tentang dunia

Hubungannya dengan Tuhan

Perilaku dan dampaknya

Dalam kepemimpinan Kristiani, salah satu

dampak yang kuat biasanya berlandaskan

pada siapa diri sang pemimpin,

pengetahuan yang ia miliki, dan apa yang ia

lakukan. Siapa diri seseorang ditentukan

oleh hubungannya dengan Tuhan,

pandangannya tentang dunia, nilai-nilai

rujukannya, pengenalan atas potensinya,

visinya tentang peran yang harus dimainkan

111

Page 113: Manuscript Leadership 2  2009

sang pemimpin di dalam dunia. Selain itu

dampak akan terkait dengan pengetahuan

dan keterampilannya, khususnya bagaimana

ia terus menerus memperbaharui atau

mempelajari pengetahuan dan keterampilan

baru. Di bawah ini akan diuraikan beberapa

hal yang menjadi faktor dasar untuk

menghasilkan dampak tadi.

a. Hubungannya dengan Tuhan: Tahu tempatnya

Day by DayOh, Dear LordThree Things I prayTo see The more clearlyTo love Thee more dearly Day By Day

Henry Blackaby menyatakan bahwa apa

yang Tuhan inginkan dan rencanakan pada

dasarnya terfokus pada keakraban

112

Page 114: Manuscript Leadership 2  2009

hubungan dengan kita. Tidak ada yang

melebihi kerinduan-Nya kecuali kita

mengalami hubungan yang indah dengan

diri-Nya.xxxviii

xxxvii So, I say to you, seek God and discover him

and make him a power in your life. Without him

all of our efforts turn to ashes and our sunrises

into darkest night. Without him, life is a

meaningless drama with the decisive scenes

missing. But with him, we are able to rise from

the fatigue of despair to the buoyancy of hope.

With him, we are able to rise from the midnight

of desperation to the daybreak of joy.

“St. Augustine was right: we were made for God

and we will be restless until we find our rest in

him. Love yourself, if that means rational, healthy

and moral self-interest. You are commanded to

do that. That is the length of life. Love your

neighbour as you love yourself: you are

113

Page 115: Manuscript Leadership 2  2009

Dengan demikian, maka seorang pemimpin

Kristiani adalah seorang yang menghasilkan

dampak dalam hubungan antara orang di

sekitarnya dengan Tuhan. Semakin orang-

orang jadi akrab dengan Tuhan, berarti ia

merupakan seorang pemimpin yang

berhasil.

Hal itu tidak akan terjadi bila sang

pemimpin diikuti orang karena berbagai

kelebihannya seperti kepandaiannya,

tampilannya, relasinya, atau kekayaannya.

Dampak tadi terjadi bila orang terinspirasi

commanded to do that. That is the breadth of life.

But never forget, there is a first and even greater

commandment: Love the Lord your God with all

thy heart, and all thy soul, and all thy mind. This

is the height of life. When you do this, you live

the complete life.” Martin Luther King Jr.

xxxviii

114

Page 116: Manuscript Leadership 2  2009

oleh keakraban sang pemimpin sendiri

dengan Tuhan. Dampak itu terjadi karena

Tuhan berkenan menggunakan sang

pemimpin yang sudah akrab dengannya

sebagai saluran berkat-Nya.

Selanjutnya untuk memelihara dampak tadi

dalam, hidup sehari-hari, banyak buku dan

petuah yang mengajarkan bagaimana

pemimpin menghasilkan dampak yang

diinginkan. Di Alkitab tercatat bagaimana

rasul Paulus di abad pertama menuliskan

bagaimana ajaran yang ia yakini dan

mengirimkan tulisan itu ke jemaat purba

yang ada di kota Roma. Di tengah-tengah

tulisannya itu ia menyatakan: ”... siapa yang

memberikan pimpinan hendaklah ia

melakukannya dengan rajin...”xxxix

xxxix Roma 12:8

115

Page 117: Manuscript Leadership 2  2009

Mengapa Paulus menuliskan demikian?

Mengapa ia tidak menuliskan bahwa

kepemimpinan sepatutnya dilakukan dengan

penuh wibawa atau dengan cerdas agar

berdampak kuat? Barangkali bukankah kita

anggap semestinya kepemimpinan

dilaksanakan dengan penuh iman?

1. Untuk memahami hal ini, pertama-tama,

kita perlu mengerti bahwa kepemimpinan

adalah suatu pelayanan yang khas.

Dibandingkan dengan pelayanan konseling

atau pendidikan dan penatalayanan,

pelayanan kepemimpinan membutuhkan

energi dan daya juang yang sangat tinggi.

Sang pemimpin harus terus menerus

waspada, siap membuat terobosan, serta

memelihara komitmen, keyakinan, karakter,

116

Page 118: Manuscript Leadership 2  2009

keberanian dan kreatifitas di samping

kebergantungannya pada Tuhan. Pemimpin

juga harus menyatukan dan mengarahkan

berbagai-bagai pelayanan yang ada di

tengah organisasi atau komunitasnya.

Hal ini tidak akan terjadi bila ia tidak

melakukan segalanya dengan rajin. Rajin

disini berarti bahwa ia bekerja lebih keras

dari orang lain, lebih bersedia

mengurbankan diri, dan lebih fokus dalam

segala tindakannya. Rajin berarti ia terus

menerus belajar untuk mengarahkan

umatnya atau pengikutnya dengan benar.

Rajin berarti juga ia harus terus menerus

berupaya mengenali kehendak Tuhan,

Seorang pemimpin yang bekerja keras

seperti itu menjadi teladan dalam

117

Page 119: Manuscript Leadership 2  2009

penggunaan waktu, tenaga, dan sumber-

sumbernya namun dampak utamanya harus

nyata dalam hidup spiritual bagi orang lain.

2. Rajin dan bekerja keras berarti pemimpin

tahu apa yang Tuhan percayakan padanya

atau jadi bagian yang diri harus pikul dan

apa yang jadi bagian Tuhan di dalam hidup.

Dalam kemampuan mengenali adanya kedua

hal tadi, maka seorang pemimpin menjadi

inspirasi.

Dengan singkat, Paulus menekankan

kerajinan karena Paulus memahami bahwa

di dalam proses pelayanan ada urusan yang

merupakan bagian Tuhan. Tuhan akan

menangani berbagai hal. Namun adapula

beban yang diberikanNya pada manusia

yang mengabdi padanya, terutama sebagai

118

Page 120: Manuscript Leadership 2  2009

pemimpin. Jadi ada hal-hal yang merupakan

bagian Tuhan dan ada yang merupakan

bagian manusia.

b. Pandangannya tentang Dunia

Seorang pemimpin menyadari bagian

tugasnya di dalam dunia. Dengan atau

tanpa karyanya, dunia akan terus berputar.

Dengan atau tanpa karyanya, Tuhan akan

mewujudkan rencana-Nya dengan dunia.

Namun, Ia memberi tempat bagi manusia

untuk ikut mengambil bagian di dalam

rencana tadi. Jadi seorang pemimpin harus

tahu pada batas-batasnya. Ada batas untuk

kuasa dan wewenangnya.

Salah satu hal penting yang perlu seorang

pemimpin pahami mengenai dunia dan

tugasnya di dalam hidup adalah bahwa

terdapat batas waktu. Tidak selamanya

119

Page 121: Manuscript Leadership 2  2009

seorang pemimpin menjalankan tugasnya. Ia

berada di antara pemimpin-pemimpin yang

berada sebelum ia bekerja dan pemimpin-

pemimpin yang akan muncul dan

melanjutkan tugasnya di masa depan. Ia

hanya memainkan perannya di dalam satu

bagian kecil dari Kerajaan Allah dan

sejarahnya.

Apa yang baik dan jitu yang telah ia lakukan

di masa lalu tidak berarti akan baik dan jitu

untuk masa kini apalagi di masa depan.

Karena itu tugas dan ukuran sukses seorang

pemimpin Kristiani adalah lahirnya

pemimpin-pemimpin baru yang ia

kembangkan. Bahkan bila sang pemimpin

baru bekerja dengan cara dan gaya yang

beda, ia tidak perlu merasa kecil hati atau

dipinggirkan karena ia sudah melakukan

120

Page 122: Manuscript Leadership 2  2009

bagian yang merupakan tugasnya dan

metodenya mungkin tidak lagi relevan untuk

masa dimana pemimpin baru ini bekerja.

121

Page 123: Manuscript Leadership 2  2009

Pasal Empat

Gambar diri dan Potensi Yang Tersembunyi

Gambar Diri: Hidup dalam Syukur

Pada suatu hari, seorang wanita berdiri di

depan cerminnya. Ia melihat bahwa ia hanya

memiliki tiga helai rambut yang tersisa di

kepalanya akibat suatu kecelakaan yang

dialaminya. Dengan senyum ia berkata di

dalam hati. « Tiga helai rambut… bagus

sekali pemberian Tuhan ini, sekarang aku

dapat menguntainya, membuat kepang

rambut. » Ia melakukan hal itu dan

sepanjang hari ia menyukai karyanya.

122

Page 124: Manuscript Leadership 2  2009

Dua minggu kemudian, ia kembali

bercermin dengan cemat dan menemukan

bahwa rambutnya tinggal dua helai. Ia

tersenyum dan berkata, « Nah, sekarang

aku dapat menggunakan gaya belah tengah.

Ia menyisir rambutnya yang satu kekiri dan

yang satu ke kanan. » Iapun melanjutkan

hari-harinya dengan gembira karena apa

yang ia miliki dianggapnya pemberian

Tuhan yang memadai.

Sebulan kemudian, wanita itu mendapatkan

rambutnya tinggal sehelai. Ia kembali

tersenyum dan kini memutuskan untuk

menjadikan rambut itu seperti ekor kuda

yang tipis. Tak lama ia dapat menikmati hal

itu, suatu pagi, ia menemukan bahwa

seluruh rambutnya rontok. Ia tersenyum

dengan lebar, « Nah, kini aku tidak perlu

123

Page 125: Manuscript Leadership 2  2009

lagi direpotkan dengan rambutku. Aku

bergabung dengan Telly Savalas dan Jul

Brinner. Tuhan membebaskan aku dari

kepusingan dalam urusan rambut » Ia

melanjutkan kehidupannya dengan gambar

diri yang semakin kokoh. Apapun yang

Tuhan berikan padanya cukup indah dan

dapat dinikmati.

"Always be a first-rate version of yourself,

instead of a second-rate version of

somebody else." (Selalu jadilah versi terbaik

dari diri Anda daripada versi lumayan dari

diri seorang lain). Judy Garland

Kalimat di atas patut disimak baik-baik

karena keluar dari mulut seorang wanita

yang pada tahun 1999 mendapatkan

penghargaan yang luar biasa di dunia

124

Page 126: Manuscript Leadership 2  2009

perfilman. Namun, sepanjang hidupnya

selama 47 tahun ia terus menerus

menimbulkan masalah dengan dirinya,

terhadap orang lain, dan bagi pasangan

hidupnya. Ia memiliki gambar diri yang

tidak kokoh. Terus menerus ia meragukan

dirinya. Akhirnya, ia meninggal karena

tanpa sengaja menelan obat penenang

dalam jumlah yang berlebihan. Judy Garland

sudah melakukan banyak hal di dalam

hidupnya, namun ia menderita karena tidak

memiliki gambar diri yang kokoh.

Sebaliknya, cerita tentang wanita yang

botak menggambarkan seorang yang sangat

kekar dalam gambar dirinya dan bahkan

karenanya dapat terus menerus bersyukur

dan menikmati hidup.

125

Page 127: Manuscript Leadership 2  2009

Kita dapat menjadi pemimpin yang memiliki

gambar diri yang kokoh. Para pemimpin

yang memiliki hal itu sanggup menghadapi

kritik, gossip, kemiskinan, kesalahan,

kerugian, pengucilan, bahkan pembunuhan

karakter. Mereka terus berjuang sampai

akhirnya menjadi inspirasi bagi orang lain.

Potensi mereka mengalir sepenuhnya dan

membawa dampak yang luas dan positif.

Mereka membuktikan pendapat populer

bahwa « Anda tidak akan pernah melesat

lebih tinggi dari apa yang Anda bayangkan

mengenai dirimu sendiri »

Sebaliknya ada pemimpin yang memiliki

gambar diri yang lemah. Mereka mudah

goncang dan kecewa ketika orang tidak

menerima atau mengabaikan mereka.

Mereka melarikan diri dan menjauh dari

126

Page 128: Manuscript Leadership 2  2009

orang banyak ketika serangan pada diri

mereka begitu besar. Namun ketika hal itu

tidak terjadi, mereka merasa kuat dan

percaya diri karena citra dirinya didasarkan

pada relasi yang kuat, dana yang tersedia,

pencapaian mereka, dan kesehatan mereka.

Bagi pemimpin Kristen, gambar diri yang

kokoh dimulai dengan pemahaman

mengenai tempat seorang pemimpin di

dalam sejarah atau di dalam dunia

sebagaimana telah kita uraikan sebelumnya.

Selanjutnya, seorang pemimpin perlu

memiliki hubungan yang akrab dengan

Tuhan dan menjadi semakin peka pada

kehendakNya. Keakraban ini merupakan hal

yang bernilai baginya sehingga ia

mensyukuri terjadinya hal tadi. Sebutan

127

Page 129: Manuscript Leadership 2  2009

lainnya ialah ia memiliki spiritualitas yang

kuat.

Mengapa hal itu penting? Mengapa memiliki

keintiman atau kedekatan denganNya

begitu penting? Memiliki harta, reputasi,

dan relasi tidak menjaminkan kita merasa

aman karena semua faktor eksternal itu

tidak dapat diandalkan dan tidak selalu

hadir. Semua yang kita banggakan di suatu

masa, dapat menjadi hal yang memalukan di

masa depan. Bukankah di dunia politik hal

itu terlihat dengan nyata? Relasi yang

dianggap menguntungkan pada suatu

periode menjadi resiko di periode lainnya.

Semua hal eksternal memiliki daya guna

terbatas di dalam sejarah dan dalam

perubahan-perubahan.

128

Page 130: Manuscript Leadership 2  2009

Memiliki hal-hal di atas tidak menjaminkan

pertumbuhan kualitas kira sebagai

pemimpin. Banyak pemimpin tidak

bertumbuh dalam kematangan mereka

setelah banyak hal eksternal dimilikinya.

Sebaliknya, kedekatan orang dengan Tuhan

membawa kepada pembelajaran non stop

sepanjang hidup.

Jadi, memiliki harta, reputasi, dan relasi

tidak selalu memberikan gambar diri yang

kuat. Gambar diri yang lemah tidak dapat

ditutupi oleh harta, reputasi, dan relasi yang

hebat. Ketika seseorang berada sendiri,

gambar dirinya yang asli akan muncul ke

permukaan. Di saat itu terlihat apakah ia

seorang yang mensyukuri keakrabannya

dengan Tuhan, kesempatan menjadi peka

129

Page 131: Manuscript Leadership 2  2009

pada suara-Nya, dan kesempatan

mengambil bagian di dalam karya Tuhan.

Siapa yang hidup seperti itu akan terus

bersyukur karena Tuhan sendiri ingin

pemimpin-pemimpin mengenali kekuatan

dan kasihNya secara lebih penuh. Dengan

demikian, mereka yang hidup dengan

keakraban dengan Tuhan akan terus

menerus hidup dalam ketakjuban atas

ungkapan kasih dan kuasa-Nya.

Jadi, akar dari suatu gambar diri yang kokoh

harus berasal dari sesuatu yang sifatnya ada

di dalam dirinya. Istilah lainnya

130

Page 132: Manuscript Leadership 2  2009

adalah intrinsik. Hal intriksik yang paling

utama bagi seorang pemimpin Kristen

adalah kedekatan dengan Tuhan. Hanya hal

inilah bermakna baginya.

Ilustrasi:

131

Page 133: Manuscript Leadership 2  2009

Memahami Potensi dan Jebakan Kenyamanan

Dalam kenyataan, banyak pemimpin yang

memiliki gambar diri yang baikpun, gagal

menghasilkan dampak yang terbaik, karena

mereka hanya menggunakan dua puluh atau

tiga puluh persen dari potensi mereka.

Mereka mempercayakan diri pada Tuhan,

namun tidak taat untuk melakukan tugas

yang merupakan bagian mereka.

Dampaknya, mereka juga cenderung

mengharapkan orang lain hidup dalam cara

seperti itu. Mereka hidup dalam ruang yang

dikenal dengan nama ruang lumayan.

Ruang lumayan adalan ruang yang kita

bentuk di benak kita. Semua usaha kita

diarahkan untuk menghasilkan pencapaian

yang kita anggap layak untuk memenuhi

132

Page 134: Manuscript Leadership 2  2009

ruang lumayan tadi. Untuk dapat tersimpan

disana, kriterianya memang tidak tinggi.

Sebuah aktifitas yang dampaknya rencah

sudah dapat dianggap sebagai pencapaian

di dalam ruang lumayan. Suatu prestasi

yang dicapai dengan terlambat juga

dianggap sudah dapat dianggap layak di

dalam ruang ini. Suatu proses

kepemimpinan yang tidak menghasilkan

prestasi yang tahan lama juga dianggap

cukup memadai. Semakin banyak yang

disimpan disana, semakin puas sang

pemimpin

Padahal manusia dapat menciptakan ruang-

ruang lain, misalnya ruang hasil optimum.

Bila kita hidup di ruang hasil optimum,

maka semua upaya kita arahkan untuk

disimpan di ruang ini. Memang kriterianya

133

Page 135: Manuscript Leadership 2  2009

tinggi. Semua pencapaian harus sedapat-

dapatnya berkualitas tinggi, sesempurna

mungkin, tepat waktu, dapat dievaluasi, dan

tidak melebihi anggaran serta membuat

orang bersama bertumbuh dalam proses

meraihnya.

Bagaimana sebagai pemimpin atau calon

pemimpin, kita dapat mulai menciptakan

ruang yang seperti itu dan meninggalkan

ruang lumayan? Perlu terlebih dulu kita

kenali bahwa, seorang yang mau

menciptakan hal itu harus menyadari siapa

dirinya, khususnya tempatnya di dalam

sejarah kerajaan Allah seperti telah kita

uraikan sebelumnya sehingga ia tahu apa

yang jadi bagian tugasnya.

134

Page 136: Manuscript Leadership 2  2009

Mengenal Dua Nahkoda yang tersembunyi

Setelah seorang pemimpin memiliki

pemahaman yang benar mengenai

peranannya dalam sejarah kerajaan Allah

dan ia mengenal pula keseluruhan

potensinya apakah otomatis ia akan

menghasilkan dampak yang tepat baik

melalui kata-kata, sikap dan keputusannya?

Hari ini saya duduk menonton sebuah video

pelatihan. Di dalam video itu terlihat

seorang pelatih berbaju batik berbicara

dengan tersenyum di atas panggung.

Gerak-geriknya santai serta memberikan

kesan bahwa ia hanya membagikan

pengalaman pribadinya, seakan sedang

mengobrol di sebuah kedai kopi. Ia tampil

bagaikan seorang penutur cerita yang

135

Page 137: Manuscript Leadership 2  2009

mengikat perhatian pendengarnya. Ada

ketenangan dan ada kebahagiaan terpancar

pada dirinya.

Saya merasa heran melihat tandang dan

suasana menyenangkan yang ia hasilkan

dalam pelatihan itu. Dampaknya membuat

saya mengingat kasih dan kuasa Tuhan.

Dulu, saya tahu benar bahwa orang itu

adalah seorang pemarah yang mudah

tersinggung. Ia hidup dengan penuh

kekuatiran, workaholik, dan mengidap

kerisauan yang berkepanjangan. Tidak

jarang ia merasa terpukul bila ia tidak

dihargai atau diterima orang lain. Cara ia

berbicara sering menyakiti orang lain

walaupun ia tidak bermaksud demikian. Ia

merupakan orang yang kehadirannya

membawa suasana tegang, tertekan, dan

136

Page 138: Manuscript Leadership 2  2009

tidak menyenangkan. Untunglah ia memiliki

istri yang memahami siapa dan nahkoda

yang tersembunyi di dalam dirinya, bahkan

potensi-potensinya. Wanita inilah yang

sebenarnya menjadi mentornya.

Saya mencari rekaman film yang berisi

pelatihannya yang dipimpinnya pada

sepuluh tahun yang lalu. Disitu, saya

mendapatkan kesan bahwa orang itu

memberikan pertunjukkan yang menarik di

panggung. Ia menikmati perannya dan

merasa bangga karena didengar orang. Ia

menuangkan berbagai ilmu pengetahuan

dari buku-buku dan artikel yang ia baca,

cukup untuk menenggelamkan orang di

dalam kebingungan. Sama sekali ia tidak

peka atas dampaknya. Bgai saya ia adalah

seorang pelatih yang masih melakukan

137

Page 139: Manuscript Leadership 2  2009

tugasnya semata-mata bukan untuk

menumbuhkan orang lain. Bukan juga

karena ia terbeban untuk berbagi

kebijaksanaan hidup yang ia miliki. Hal

yang ia lakukan adalah hanya mencari

kepuasan diri, memenuhi kebutuhan

tersembunyinya untuk mendapatkan

perhatian dan pengakuan orang lain tentang

kelebihannya. Walaupun tentu ada berkat

Tuhan yang dialami peserta pelatihannya,

sebenarnya di dalam dirinya, ia tetap risau

dan kesepian.

Tentu Anda berpikir, mungkin saya terlalu

kejam menilai orang itu. Mungkin ada hal-

hal yang saya tidak tahu tentang orang itu.

Apakah saya terlalu jauh menghakiminya?

Saya ingin menyampaikan disini, bahwa

saya sungguh mengenal orang itu lebih

dekat dari orang lain. Kenapa? Orang itu

138

Page 140: Manuscript Leadership 2  2009

adalah saya sendiri. Sang pemarah, orang

yang senantiasa mencari pengakuan orang

lain, dan orang yang risau itu adalah saya.

Namun, orang yang kini rindu berbagi

perjalannya dengan Tuhan sambil berupaya

merasa bersyukur terus menerus atas

pendidikan Tuhan bagi dirinya, adalah saya

juga—saya yang sudah merasakan

diremukkan Tuhan dan dibentuk-Nya

kembali.

Cerita ini disampaikan untuk menunjukkan

beberapa hal dalam rangka kepemimpinan.

Seseorang dapat berupaya memainkan lima

peran kepemimpinan. Ia merumuskan visi

yang tegas, menginspirasikan orang lain,

atau menghasilkan perubahan nyata, atau

menggali makna secara berkala. Namun

semata-mata. hal tersebut dapat

dilakukannya demi memenuhi kebutuhan

139

Page 141: Manuscript Leadership 2  2009

pribadinya. Hal tersebut dapat juga

dilakukan demi memuaskan perasaannya

saja. Bahkan hal tersebut juga dilakukan

demi kemajuan karir dan memenuhi

kantongnya. Itulah dorongan tersembunyi di

dalam dirinya yang mungkin tidak ia sadari.

Itulah nahkoda dari bahtera hidupnya yang

menentukan semua perilakunya.

Mulanya mungkin orang terpesona karena

memang orang-orang yang resah seperti itu

dapat tampil menarik dan di depan publik

mampu memberikan kejutan-kejutan yang

dapat dinikmati. Ia berani tampil binal,

mengatakan hal-hal yang biasanya orang

hindari, dan memberi contoh-contoh yang

aneh sehingga memikat. Setelah melakukan

hal itu iapun mungkin mendapatkan

kepuasan emosi untuk sesaat. Namun,

140

Page 142: Manuscript Leadership 2  2009

bagaimanapun juga, di bagian terdalam dari

dirinya, kedamaian dan sukacita yang

berkelanjutan tidak akan mungkin hadir.

Tak ada damai sejahtera di dalam wilayah

pribadinya yang terdalam. Saya yakin Anda

tidak ingin hal itu terjadi di dalam diri Anda.

Ia mungkin menjadi berkat bagi banyak

orang, namun ia sendiri tidak menikmati

berkat Tuhan.

141

Page 143: Manuscript Leadership 2  2009

Darimana datangnya asalnya hal tadi ? Bisa

saja orang mengatakan bahwa itu sudah

merupakan sifat si pemimpin. Bisa juga

orang mengatakan bahwa hal itu terjadi

karena Tuhan sudah mengaturnya demikian.

Tidak kurang juga pakar yang mengatakan

Menerima berkat karena pelayanannya

Menjadi berkat bagi orang Lain

142

Page 144: Manuscript Leadership 2  2009

bahwa banyak orang mengalami hidup

seperti itu karena dampak dari perilaku dan

pemikiran dari orang tuanya di masa

kecilnya. Bukankah tujuh tahun pertama

dari hidup seorang sangat mewarnai

pribadinya ?

Untuk itu, sebelum menjalankan

kepemimpinan ke berbagai arah, marilah

terlebih dulu kita memasuki dunia yang

jarang kita teliti, yaitu wilayah pribadi kita.

Termasuk, kita juga akan menjelajah

wilayah kebutuhan emosi yang terekam di

ingatan-ingatan dalam diri kita.

Penjelajahan ini lebih sulit dari berbagai

pengalaman biasa. Kita harus berani untuk

mengenali hal-hal yang lucu, tulus, indah,

atau mungkin juga, kotor, buruk,

menakutkan, memalukan, dan menyedihkan

yang mungkin ada di dalam ingatan kita.

143

Page 145: Manuscript Leadership 2  2009

Kita memasuki lingkungan yang paling

pribadi dan biasanya disembunyikan

terhadap orang lain. Kita memasuki

lingkungan dimana dibutuhkan keberanian

untuk jujur. Perlu kita sadari, bahwa

seringkali justru orang yang paling

berimanpun masih segan mengakui dengan

terbuka dan jujur serta sepenuhnya apa isi

lingkungan pribadinya tadi. Sebagai

analogi, lingkungan itu adalah bagaikan

ruang gudang atau kamar mandi kita yang

tidak kita mau perlihatkan pada orang lain,

mungkin karena bau dan kotor.

Sebelumnya perlu kita gali, apa yang

dikatakan Alkitab mengenai hal tadi?

Kenapa? Kita tidak menginginkan

memaparkan penjelajahan yang hanya

hanya bersifat psikologis namun tanpa dasar

spiritual yang kokoh, bukan?

144

Page 146: Manuscript Leadership 2  2009

Dalam Alkitab, ada sebuah ayat yang

membuat saya terkejut. Ayat tersebut

adalah ayat di dalam Mazmur 19.

Bebaskanlah aku daripada apa yang tidak

kusadari (ayat 13) Ketika membaca

Mazmur 19, pertanyaan yang timbul adalah

apa sebenarnya topik dari seluruh Mazmur

ini? Dengan mudah kita dapat kenali

bahwa Mazmur 19 berbicara tentang torah

Tuhan.

Marilah kita bersabar sedikit. Apakah torah

itu? Torah bukanlah hanya kumpulan tulisan

yang kita kenal sebagai lima buku pertama

di dalam Alkitab. Menurut orang Yahudi

torah adalah instruksi, petunjuk atau

pegangan hidup, dan ajaran utk hidup dalam

Tuhan. Asal mula munculnya torah tersebut

cukup panjang.

145

Page 147: Manuscript Leadership 2  2009

Orang Yahudi sudah lama menyadari bahwa

untuk dapat hidup dekat dengan Tuhan,

suatu bangsa dapat memilih berbagai jalan.

Jalan pertama adalah adanya seorang tokoh

yang dijadikan panutan dan rujukan.

Namun kalau seorang tokoh dijadikan

rujukan, pilihan ini ternyata tidak bisa

diandalkan. Di dalam sejarah, seorang tokoh

agama, seperti seorang imampun mungkin

tidak menampilkan hidup yang jadi panutan.

Anak seorang imam saja bisa mencuri dan

sang imam membiarkannya. Lihatlah hidup

imam Eli dan anaknya. Lalu apakah pribadi

seorang raja mungkin bisa dijadikan rujukan

agar kita semua hidup dengan Tuhan?

Nyatanya di dalam sejarah Israel, lebih

banyak raja yang tidak membuat orang

dekat dan taat kepada Tuhan daripada yang

menjadi teladan. Dengan kesadaran ini

146

Page 148: Manuscript Leadership 2  2009

orang Israel tidak menggunakan seorang

manusia sebagai dasar kekuatan dan

pegangan untuk umat menjalani kehidupan

yang dekat dengan Tuhan.

Bagaimana kalau pegangan tadi adalah pada

diri kita sendiri yaitu, getaran emosi atau

perasaan pribadi, mungkinlah hal itu

membuat kita hidup dengan Tuhan?

Ternyata hal itu juga tidak bisa diandalkan.

Seorang manusia dan suatu bangsapun

dapat menjadi subjektif. Perasan dapat

muncul sesaat lalu segera digantikan

dengan perasaan lainnya. Lihatlah

bagaimana mood Saul, sang raja. xl

Orang Yahudi sudah lama menyakini adanya

pemberian Tuhan yang disampaikan melalui

Musa bagi bangsa ini, itulah Torah, ajaran

xl

147

Page 149: Manuscript Leadership 2  2009

Tuhan. Setelah memiliki Torah, mereka tiba

pada suatu kesimpulan akan perlunya

sebuah sistem panduan atau prosedur dan

aturan untuk menjaga kita tetap hidup di

dalam jalur yang Tuhan kehendaki.

Pegangan itulah kemudian hari yaitu

sesudah abad pertama, dikenal sebagai.

Torah yang tertulis, namun ada pula yang

dilisankan, artinya masih banyak yang ada

di dalam ingatan bangsa ini. Torah yang

tertulis, masih dilengkapi dengan petunjuk

pelaksanaannya, itulah yang dikenal sebagai

Mishnah, dan Midrash atau Talmud. Bagi

orang Yahudi dijaman kini keseluruhannya

akhirnya juga diberi nama Torah.

Betapa seriusnya bangsa ini menciptakan

torah dan menjadikannya pusat hidup

mereka misalnya terlihat dalam hukum

148

Page 150: Manuscript Leadership 2  2009

keempat, hukum yang mengajarkan untuk

menguduskan hari Sabat. Di dalam abad

pertama sampai ketiga, dalam

melaksanakan hukum itu timbul berbagai

masalah, misalnya, apakah memasang gigi

palsu merupakan pelanggaran terhadapnya?

Untuk menjawab persoalan ini, mereka

membutuhkan waktu berpuluh-puluh tahun

agar dapat menjabarkan aturan mengenai

sabat dengan urusan pasang gigi palsu

tersebut. Hasilnya, sangat menarik. Kalau

gigi palsu tadi dibuat dari tulang,

menggunakannya di hari Sabat tidak

dianggap melanggar torah, karena

kegunaannya merupakan pengobatan. Kalau

gigi palsu tadi terbuat dari porselen, maka

hal ini dilihat sebagai tindakan kosmetik

untuk memperindah wajah. Hal ini tidak

boleh dilakukan di hari sabat. Dengan

149

Page 151: Manuscript Leadership 2  2009

keseriusan seperti itu, maka bangsa ini

memiliki sekitar 90000 aturan yang rinci.

Keseriusan dan enerji yang dituangkan

untuk menciptakan torah ini dilakukan

karena mereka sungguh ingin mejalani

hidup yang benar, akrab berjalan dengan

Tuhan dan mereka mengharapkan

lingkungan dimana Tuhan dijadikan pusat

hidup semakin nyata.

Keseriusan itu juga terlihat bagaimana

proses seseorang menjadi murid seorang

rabi di jaman Kristus. Orang itu akan

dikomentari oleh rekan-rekannya, “Semoga

engkau tertutup oleh debu sang rabi.” Apa

artinya? Ketika seorang ingin menjadi murid

seorang rabi, sebenar ia bukan saja ingin

mewariskan pengetahuan tentang

bagaimana mematuhi torah sesuai yang

sang rabi ajarkan. Orang ini, ingin agar apa

150

Page 152: Manuscript Leadership 2  2009

yang sang rabi dapat lakukan di dalam

hidupnya yang sesuai dengan torah dapat

pula ia lakukan. Dengan kata lain, seakan-

akan kemana sang rabi pergi, ia akan

mengikutinya dari belakang. Karena di

timur tengah, lingkungan hidup penuh

dengan debu, maka kemana sang rabi

berjalan, debu beterbangan, dan murid yang

mengikuti terkena debu itu. Demikianlah

peran torah dan bagaimana orang

menggunakannya di dalam kehidupannya.

Nah, mengapa dalam pembahasan Mazmur

19 tentang torah, terselip kalimat “Tuhan

bebaskanlah apa yang tidak kusadari”

Mengapa, justru kalimat itu muncul di

tengah pembahasan hal yang sangat sentral

bagi umat itu? Apakah ini hanya suatu

catatan kecil? Ataukah justru menjadi

indikasi pentingnya kalimat tadi dalam

151

Page 153: Manuscript Leadership 2  2009

hidup sesuai torah? Bila kita amati kalimat

yang ada, beberapa hal dapat kita simpulkan

Dari kalimat itu terlihat bahwa orang Yahudi

memahami tiga hal :

adanya hal-hal yang umumnya manusia

tidak sadari.

hal-hal yang tidak disadari ini dapat

menjebak atau mengikat kita.

manusia membutuhkan Tuhan untuk

membebaskan dirinya dari hal-hal yang

tidak disadari tadi.

Dengan kata lain, orang Yahudi tahu bahwa

walaupun sesorang memegang torah atau

aturan-aturan dengan setia –namanya

berjalan di jalur torah-, dapat saja tanpa

disadari ia sudah berada di luar jalur itu.

Bila hidup dengan torah adalah bagaikan

seorang yang mengikuti suatu lorong, orang

152

Page 154: Manuscript Leadership 2  2009

Yahudi tahu bahwa tanpa ia sadari

walaupun ia masih tetap berjalan,

sebenarnya ia sudah keluar dari jalur tadi.

Jadi ada kekuatan yang mendorong orang ke

arah penyimpangan. Mengikuti torah

berarti harus menjalaninya dengan sepenuh

kesadaran dan terus menggali hal-hal yang

tidak disadari. Dapat juga dipahami bahwa

mazmur 19 ayat 13 ini menunjukkan bahwa

seorang yang mengikuti torah secara sadar

masih dapat mengikuti hal lain secara tidak

sadar.

Apakah hal-hal yang tidak disadari itu? Bila

hal-hal itu tidak disadari manusia, siapakah

yang menyadari dan mengenalnya?

Jeremiah 17: 9-10 serta Maz 139:2 dan 23

menunjukkan hanya Tuhan yang mengenal

batin, hati, atau pikiran manusia, yang

153

Page 155: Manuscript Leadership 2  2009

bahkan sang manusia sendiri tidak sadari.

Jadi bila diperiksa maka “hal-hal yang tidak

disadari itu” dipahami Alkitab sebagai

dorongan dosa atau kesalahan.

Untuk mengenal lebih lanjut artinya dalam

bahasa modern, yaitu apa yang disebut

sebagai hati, pikiran, atau batin dan hal-hal

yang tidak disadari tadi, maka kita dapat

melihat kehidupan nyata kini dan meminjam

model yang dipergunakan oleh para ahli-ahli

ilmu jiwa.

Seorang wanita yang saya kenal bekerja

setiap hari dari jam 7.00 pagi sampai jam

23.00 di kantornya. Orang mengenalnya

sebagai staf yang giat, jujur, dan berdisiplin.

Ia juga rela untuk mengambil alih pekerjaan

yang orang lain hindari. Tidak heran dalam

154

Page 156: Manuscript Leadership 2  2009

waktu pendek tahun, dua kali ia mengalami

kenaikan gaji. Penilaian atasan padanya

juga sangat positif. Namun mulai tahun

keempat dalam pekerjaannya, ia sering

merasa lelah dan tertekan. Sedikit saja

komentar orang tentang kinerjanya, ia

sudah merasa tersinggung. Akhirnya, ia

mengambil cuti di luar tanggungan untuk

beberapa minggu. Ketika ia menyelesaikan

cuti itu, semangatnya kembali berkobar-

kobar. Namun, dua bulan kemudian, ia

mulai menampakkan berbagai tanda-tanda

stress. Ia sering melupakan hal-hal kecil,

semakin mudah marah, dan berbagai

gangguan fisik muncul. Akhirnya, pada

bulan berikutnya, ia memutuskan untuk

meninggalkan karirnya dan tinggal di

rumah. Sesekali ia berkecimpung di

beberapa lembaga nir laba. Mulanya, di

155

Page 157: Manuscript Leadership 2  2009

lingkungan yang baru ini ia menampilkan

kinerja yang luar biasa, kemudian siklusnya

berulang, ia mengalami kelelahan mental

dan berakhir dengan meninggalkan

kegiatannya sama sekali. Apa yang terjadi

disini?

Dalam percakapan hati-ke-hati, wanita itu

pernah mengatakan bahwa, ia bekerja

sekeras itu karena ia tidak tahan melihat

sesuatu dilaksanakan dengan kualitas yang

seadanya. Ia juga mengungkapkan kerelaan

untuk memikul beban yang lebih berat dari

orang lain asalkan hal yang ada menjadi

sempurna. Setiap kali ia menderita

kelelahan mental dan sakit karena kerja

kerasnya, ia mengungkapkan bahwa ia

sudah kehilangan keseimbangan antara

kerja, pergaulan, dan memenuhi kebutuhan

156

Page 158: Manuscript Leadership 2  2009

emosi dirinya sendiri. Sayang sekali, setelah

ia pulih, ritme kerja dan volumenya tidak

juga dirubahnya. Apa yang salah disini?

Mungkinkah ada suatu nahkoda berupa

kebutuhan yang tersembunyi dan tidak

disadarinya? Ketika ditanyakan mengapa ia

ingin melihat segala sesuatu harus

dilaksanakan secara sempurna, ia hanya

dapat menjawab. “Bukankah seharusnya

demikian?” katanya. Pada suatu hari, ia tiba

pada suatu kesadaran yang dalam ketika ia

mengatakan tanpa disadarinya, “Mungkin

semua ini karena sejak kecil aku selalu

dipacu oleh orang tuaku. Ayah selalu

menghardik aku bila membuat kesalahan

sedikitpun. Ibu selalu menunjukkan

kesalahan-kesalahan dan kelemahan-

kelemahan diriku.” Jadi, wanita ini

157

Page 159: Manuscript Leadership 2  2009

dibesarkan dalam suasana negatif dan

menekan. Ia tidak mendapatkan pemuasan

bagi kebutuhan emosi tertentu yaitu

penerimaan dan dihargai. Tanpa disadari, ia

tumbuh dengan kebutuhan emosi yang

besar untuk penerimaan dan penghargaan

sehingga ia mencoba berprestasi secara

optimum agar mendapatkannya. Bahkan

mungkin ia terluka oleh sikap orang tuanya.

Karena kebutuhan tadi tidak dipenuhi. Inilah

nahkoda yang kedua dan juga yang

tersembunyi.

Syukurlah pada suatu hari ia dapat

menyadari dan mengatakan, “Sebenarnya

kebutuhanku yang terdalam bukanlah

mencapai prestasi atau menghasilkan proses

yang sempurna. Kebutuhan yang terdalam

adalah mendapatkan penerimaan dari tokoh

158

Page 160: Manuscript Leadership 2  2009

yang kuhargai dan mendapatkan juga

pengakuan atas keberhasilanku.” Lebih

lanjut lagi, ia menemukan bahwa kebutuhan

tadi terkait dengan gambar dirinya.

Nahkoda pertama: Kebutuhan diri yang Samar

Sebelum mendalami wilayah diri yang tidak

kita sadari itu, mungkin perlu kita pelajari

hubungan antara perilaku seseorang dengan

kebutuhannya. Orang normal melakukan

berbagai tindakan karena hal itu dianggap

dapat memenuhi kebutuhannya.

Demikianlah wajarnya.

Apakah kebutuhan itu? Kebutuhan adalah

kesenjangan antara apa yang seharusnya

dengan apa yang nyatanya ada.

Kesenjangan tadi akan disadari bila orang

159

Page 161: Manuscript Leadership 2  2009

menyadari apa yang seharusnya. Kemudian,

orang itu juga harus menyadari apa yang

nyatanya terjadi atau ada. Bila salah satu di

antara keduanya tidak disadari, maka

kesenjangan tadi juga tidak disadari.

Selanjutnya, semakin besar kesenjangan di

antara kedua hal itu, semakin besar

kebutuhan yang ada.

Standar

Kesenjangan ------

Kebutuhan

Kenyataan

160

Page 162: Manuscript Leadership 2  2009

Kebutuhan yang disadari tentu akan

mendorong orang mencari pemenuhannya.

Bila ia mendapatkannya, maka ia akan

merasa puas, namun bila tidak

menemukannya, mungkin akan muncul

kebutuhan lainnya.

Kebutuhan yang tidak disadari muncul

karena orang tidak menyadari standar yang

seharusnya, atau keadaan yang nyatanya

ada itu. Misalnya, sudah lima hari seseorang

tidak mandi. Hal ini sudah berjalan selama

dua tahun terakhir. Walaupun hal itu sudah

jadi biasa baginya, secara tidak sadar,

dirinya menginginkan tubuh yang lebih

bersih dan tidak berbau. Contoh lain, ialah

seorang yang sudah terbiasa tidur hanya 4

jam sehari. Walaupun ia sudah terbiasa, dan

tidak lagi menyadari standar yang

161

Page 163: Manuscript Leadership 2  2009

seharusnya, kebutuhan yang tidak disadari

untuk istirahat secara cukup tetap hadir.

Hal inilah yang sangat penting untuk kita

sadari, yaitu disadari atau tidaknya suatu

kebutuhan, dorongan pemenuhan yang

disebabkan kehadirannya akan tetap ada

dan bekerja.

Ada kebutuhan yang bersifat jasmani, dan

ada kebutuhan emosional, seperti rasa

aman, penerimaan orang, penghargaan

orang, dikasihi, atau berprestasi.

Orang dapat tidak menyadarinya,

mengingkarinya, atau mengakuinya namun

kebutuhan itu hadir dan mencari

pemenuhannya. Jadi, kebutuhan adalah

hasil bandingan (secara sadar) antara

sesuatu yang nyata dengan apa yang

162

Page 164: Manuscript Leadership 2  2009

seharusnya. Dalam bahasa Jerman hal itu

dikenal dengan nama das Sein und das

Sollen.

Bila kesenjangan tadi sangat besar dan tidak

kunjung mendapatkan pemenuhannya,

dapat saja kebutuhan tadi menghasilkan

rekaman di dalam ingatan kita. Kita akan

terus menerus mencoba memenuhinya. Bila

kebutuhan tadi bersifat kebutuhan

jasmaniah, maka terabaikannya suatu

pemenuhan kebutuhan tadi lebih mungkin

dapat dipenuhi di kemudian hari dan

hasilnya tidak permanen.

Seburuk-buruknya, akibat suatu kebutuhan

jasmani yang tidak terpenuhi adalah

perilaku atau kebiasaan yang tidak biasa.

Kenapa? Bila kebutuhan jasmani tadi tidak

163

Page 165: Manuscript Leadership 2  2009

dipenuhi, dampaknya tidak bertahan lama

karena bila muncul pemuasnya, akibat

terabaikan hal itu di masa lalu masih dapat

segera terlupakan.

Bagaimana dengan kebutuhan emosi?

Kebutuhan itu merupakan sesuatu yang bila

dipenuhi menimbulkan rasa bahagia dan

puas, sebaliknya bila tidak terpenuhi

menimbulkan rasa frustrasi dan tidak

bahagia. Barangkali ada ratusan kebutuhan

emosi, dari kebutuhan untuk mendapat sms

selamat hari ulang tahun, sampai kebutuhan

untuk mendapat perhatian dari teman-

teman kita. Tidak semua kebutuhan emosi

tadi sama intensitasnya. Ada yang sangat

menghasilkan letupan kebahagiaan bila

terpenuhi, atau membuat rasa sangat

terpukul, marah, pahit, tidak berdaya, dan

164

Page 166: Manuscript Leadership 2  2009

menyalahkan diri bila tidak didapatkan. Hal

ini adalah kebutuhan emosional utama.

Selanjuutnya ada kebutuhan emosi yang

hanya menghasilkan kegembiraan biasa

atau rasa frustrasi yang cepat hilang.

Kelompok ini adalah kebutuhan emosi yang

biasa saja.

Kasus: Yesus dan Pencobaan di Gurun, apa yang paling Ia butuhkan

Salah satu bentuk pelatihan yang harus

dilakukan oleh para calon pendeta di Gereja

Kristen Indonesia adalah mengikuti suatu

camp berjalan. Peserta dibagi menjadi

beberapa kelompok yang masing-masing

terdiri dari empat orang. Setiap hari

beberapa jam mereka harus belajar di kelas

165

Page 167: Manuscript Leadership 2  2009

di bawah pimpinan pelatih-pelatih, pendeta,

dan pakar yang terkenal.

Setelah itu mereka menerima instruksi

dalam bentuk sandi untuk dipecahkan. Di

dalam instruksi itu dijelaskan ke lokasi mana

mereka selanjutnya harus pergi. Bila

mereka dapat memahami sandi tadi dan

mengetahui tujuan mereka, kesulitan yang

mereka selanjutnya hadapi adalah tiadanya

uang, credit card, atau apapun juga kecuali

KTP yang mereka miliki, karena semua dana

dan alat tidak boleh di bawa di dalam

pelatihan ini.

Selama beberapa hari mereka berjalan

dengan kendaraan rakyat yang sangat

sederhana, mengalami kelelahan, tidur

seadanya serta menghadapi kondisi yang

166

Page 168: Manuscript Leadership 2  2009

berubah-ubah, penuh situasi yang tidak

jelas, dan beberapa keharusan mengambil

keputusan yang beresiko. Biasanya setelah

hari ke empat, kelelahan membuat mereka

membutuhkan istirahat lebih lama dan

tempat tidur lebih nyaman serta makanan

yang lebih bergizi. Justru pada saat itu,

mereka mengalami tekanan-tekanan dan

situasi yang semakin tidak menentu. Pada

saat itulah, pola-pola hubungan

interpersonal yang asli, cara mengambil

keputusan, dan kekokohan pribadi tiap

peserta akan muncul kepermukaan.

Kelelahan dan kebutuhan akan mudah

mendorong orang mengambil keputusan

atau tindakan sesuai kualitas dirinya yang

asli.

167

Page 169: Manuscript Leadership 2  2009

Hal itu dialami oleh Kristus sendiri. Segera

setelah pembaptisannya di sungai, Roh

Kudus membawanya ke padang gurun.

Selama empat puluh hari berbagai

kebutuhan dasarnya tidak didapatkan. Ia

berada di antara binatang-binatang buas.

Artinya, ia senantiasa menghadapi bahaya.

Nahkoda kedua: Luka Emosi

Ketika ditanyakan kepadanya mengenai hal-

hal yang paling ditakutkannya sebagai

penjelajah, Edmund Hillary, sang penakluk

puncak Everest yang pertama di tahun 1953

menjawab begini : « Sebutir pasir yang

masuk di sela-sela jari kaki sering sekali

menjadi awal malapetaka. Benda itu masuk

ke kulit kaki atau menyelusup lewat kuku,

tanpa kita sadari. Lama-lama jari kaki

168

Page 170: Manuscript Leadership 2  2009

terinfeksi, lalu membusuk. Lambat laun,

kaki pun tak lagi bisa digerakkan. Itulah

malapetaka bagi seorang penjelajah sebab

dia jadi harus ditandu.”

Hillary menunjukkan bahwa, hal yang

tersembunyi dan kecil dapat menghasilkan

malapetaka bagi kita. Bagi kepemimpinan

hal tadi juga sangat penting. Dari mana hal

kecil itu berasal? Disini, kita akan

membahas tentang luka emosi, bukan hanya

kebutuhan jasmani yang terabaikan.

Bila dibandingkan dengan nahkoda

tersembunyi yang pertama, maka kini kita

membahas apa yang dikenal sebagai luka

batin, luka emosi, atau luka diri, atau

kebutuhan emosi utama yang tidak

disadari dan berdampak negatif bagi

169

Page 171: Manuscript Leadership 2  2009

pemiliknya atau orang lain. Apalagi bila ia

adalah seorang yang memiliki status

pemimpin.

Biasanya orang yang memiliki kebutuhan

yang tidak disadarinya ini akan memiliki

kecenderungan yang permanen dalam

caranya memandang dirinya, nilainya,

sikapnya dan kebutuhan serta perilakunya.

Orang lain mengenali hal itu, namun ia akan

cenderung menyangkalinya atau bila

mengakuinya akan terus

mempertahankannya. Seringkali mereka

akan mengatakan, ”Ini adalah bawaan

sifatku,... aku ingin menjadi diriku sendiri.”

Tanpa disadari ia menyakiti dirinya, orang

lain, dan berbagai pihak karena semua

perilakunya mencerminkan keinginan untuk

170

Page 172: Manuscript Leadership 2  2009

memenuhi kebutuhan emosi utama yang

tidak tercapai di masa lalu itu. Hal ini

tentunya sangat tersembunyi. Justru karena

tersembunyinya hal ini dan sangat bersifat

pribadi, maka semakin terkunci pintu masuk

untuk memulihkannya.

Kebutuhan emosi biasa

Awas:

ada dua jenis

kebutuhan emosi Kebutuhan

emosi utama

171

Page 173: Manuscript Leadership 2  2009

Pada suatu hari, seorang rabi berjalan kaki.

Tiba-tiba ia melihat sekelompok orang yang

ia kenal sedang merangkak kian kemari di

depan sebuah rumah. Sang rabi

memutuskan untuk menghentikan

langkahnya dan memperhatikan mereka.

Lalu, ia bertanya, ”Saudara-saudaraku, apa

yang terjadi disini?”

Salah seorang dari mereka, bangun sejenak

dan berkata, ”Kami kehilangan cincin

berlian yang mahal harganya dan kami

sedang mencarinya.”

Sang rabi memperhatikan mereka lagi, lalu

ia mengajukan pertanyaan kembali, ”Sudah

berapa lama kalian mencari cincin itu?”

”Sejak pagi, sudah lima jam kami memeriksa

kebun di depan rumah ini... dari terbit

matahari sampai panas menjadi seterik ini.”

172

Page 174: Manuscript Leadership 2  2009

Sang rabi bertanya kembali, ”Dimana kalian

kehilangan cincin tadi?

Salah seorang diantara mereka berkata, ”Di

gudang bawah tanah rumah kami ini.”

Si rabi merasa heran dan bertanya kembali,

”Lho, koq mencarinya disini dan bukan di

gudang itu?

Serempak mereka menjawab, ”Di gudang

bawah tanah itu gelap, susah mencari benda

sekecil itu disana, kalau disini terang

benderang, lebih mudah jadinya untuk

mencari cincin kami.”

Meneliti hal-hal yang tersembunyi di dalam

diri kita memang sulit. Lebih mudah bila

memeriksa hal-hal tersembunyi di dalam

hidup orang lain. Darimana seharusnya kita

mulai, dimanakah cincin kita hilang?

173

Page 175: Manuscript Leadership 2  2009

Bila bagian tersembunyi dari seorang

manusia seringkali terkait dengan

kebutuhan emosinya yang tidak terpenuhi,

apakah sebenarnya kebutuhan emosi tadi?

Kebutuhan emosi adalah kebutuhan yang

menyangkut rasa aman, penerimaan,

penghargaan, pengakuan dan sejenisnya.

Bila seorang mengalami peristiwa yang

menyakitkan atau menggoncangkan (nama

lainnya adalah peristiwa traumatis) dan hal

itu terkait dengan kebutuhan emosi utama

tadi, maka ia akan mengalami luka yang

dalam. Misalnya, seorang anak kecil

mengalami perlakukan kasar dari orang

tuanya, dipukuli terus menerus, bahkan

dilecehkan, maka kebutuhan emosi

utamanya untuk rasa aman, diterima dan

dihargai digoncangkan. Semakin muda

174

Page 176: Manuscript Leadership 2  2009

usianya ketika peristiwa itu terjadi, semakin

dalam lukanya, karena secara nalar ia tidak

mengerti mengapa hal itu terjadi dengan

dirinya. Ia dapat menyalahkan dirinya atau

membentuk keyakinan bahwa dunia adalah

jahat atau semua orang tua adalah penyiksa.

Karena sifat luka ini terjadi pada hidup

emosi, ia akan menyimpannya dalam-dalam,

menyembunyikannya, bahkan mencoba

melupakannya secara sadar. Akibatnya,

pemulihan atau kemungkinan mendapatkan

pemenuhan kebutuhan emosi utama tadi

semakin sulit terjadi karena orang tidak

mendapat tahu apa yang ia benar butuhkan.

Lebih parah lagi, ia merasa terasing dan

tidak dipahami oleh dunia di sekitarnya.

Berbagai perilakunya akan muncul akibat

perasaan terluka tadi.

175

Page 177: Manuscript Leadership 2  2009

Dimana biasanya hal tadi terjadi? Karena

keluarga merupakan jalan masuk atau

perkenalan pertama kita dengan dunia,

maka pengalaman dengan keluarga adalah

tempat pertama dan utama dimana

kebutuhan emosi tadi dipenuhi atau

diabaikan.

Pengalaman seorang anak bayi menyusui

pada ibunya adalah suatu pengalaman dini,

maka pengalaman ini tentunya sangat

menentukan kita. Saat disusui, sang bayi

merasakan detak jantung ibunya,

merasakan pelukan tangannya dan

kehangatan tubuh sang ibu. Semuanya

mengakibatkan sang bayi merasa aman,

nyaman, dan tenang di dekat ibunya. Bila

seorang anak bayi membutuhkan susu dan

ibunya segera datang, segera sang bayi

176

Page 178: Manuscript Leadership 2  2009

belajar bahwa dunia adalah ramah dan

hangat. Sebaliknya bila sang bayi harus

menunggu dua puluh menit dalam tangisan

sampai ia disusui, ia mungkin mendapatkan

kesan bahwa dunia ini kejam dan keras

serta tidak aman. Ia sudah mulai merasa

terluka. Perisitiwa menyusui yang

kelihatannya kecil, bukan. Namun

dampaknya akan besar, terutama bagi hidup

seorang pemimpin.

Sebenarnya, pada saat luka itu terjadi, hal

itu tersimpan di dalam ingatan kita. Berapa

lama dan berapa kuat dampaknya sering

tidak disadari. Luka tadi bukan saja

mengoyak hubungan kita dengan manusia

lain atau dengan diri sendiri. Luka batin

pada dasarnya dapat menjadi luka spiritual,

artinya terkoyaknya hubungan kita dengan

177

Page 179: Manuscript Leadership 2  2009

Tuhan. Seakan pada saat luka itu terjadi,

kita jadi bertanya, “Mengapa Engkau yang

Mahakuasa membiarkan hal seperti ini

terjadi pada ku? Mengapa Engkau tidak

perduli dan menyayangi aku?”

Selanjutnya luka yang terjadi tadi dapat

menimbulkan dampak pada:

o paham tentang hidup atau dunia: dunia

adalah jahat, tidak aman, dan berbahaya

o hal yang paling bernilai menjadi

bergeser: paling bernilai adalah untuk

mendapatkan keamanan, kenyamanan,

kecukupan, dan penghargaan dengan

cara apapun.

o ambisi yang menyimpang: aku harus

sukses supaya tidak terluka kembali

178

Page 180: Manuscript Leadership 2  2009

o dan akhirnya gambar diri yang rusak:

saya lemah, saya tidak berharga, saya

kotor, dan saya tidak mampu

Dalam hidup sehari-hari, ciri-ciri orang yang

mengidap luka diri adalah sebagai berikut

Melakukan apa yang yang ia sebenarnya

tidak suka lakukan secara sadar atau

sengaja

Mudah tersinggung, marah, defensif, dan

menyerang orang lain-- reaktif

Melakukan analis berkelebihan, dengan

dampaknya ialah menghasilkan

perubahan minimum saja terhadap

masukan yang ia terima

Membuat orang lain merasa tidak

nyaman di dekat nya

Ia hanya menggunakan sebagian dari

potensinya karena ia tidak menyadarinya

179

Page 181: Manuscript Leadership 2  2009

Tidak peka pada pendapat orang lain

tentang dirinya

Cenderung merusak diri dan merusak

hubungan dengan orang lain

Kebahagiaannya dibangun atas

pencapaian eksternal.

Sering merasa tidak berdaya

Rekonsiliasi: Mengenal Cara Menangani Kedua Nahkoda Tersembunyi

Bagaimana seorang pemimpin menangani

kebutuhan yang ia tidak sadari dan lukanya

bila ia sudah mengenalnya? Apakah

mengenali kebutuhan yang tadinya tidak

disadari dan mengenali luka yang tersimpan

di dalam ingat saja sudah cukup untuk

memulihkan seseorang?

180

Page 182: Manuscript Leadership 2  2009

Pada suatu waktu, ada seorang raja yang

memerintah sebuah negeri yang sejahtera.

Suatu hari, ia pergi ke pelosok negaranya.

Sekembaliny,a ia mengeluh karena kakinya

pegal dan nyeri. Ia juga mengeluhkan

perjalanannya yang panjang dan jalan yang

berbatu serta berdebu.

Setelah lama berpikir, maka ia menyadari

bahwa secara berkala ia harus mengunjungi

pelosok-pelosok negaranya. Karena ia kapok

dengan penderitaan yang dialami kakinya,

diperintahkan agar para ahli-ahli di

kerajaannya menemukan jalan-jalan yang

berbatu dan kasar serta berdebu. Ia

memutuskan suatu rencana yang brilian.

Semua jalan tadi harus diratakan dan

ditutupi dengan kulit kerbau. Mendengar

rencana ini, salah seorang anak buahnya

181

Page 183: Manuscript Leadership 2  2009

memberanikan memberikan masukan pada

sang raja. « Tuanku, bila kita harus

menyembelih ribuan sapi dan kerbau serta

menyediakan kulit sebanyak itu, biayanya

terlalu tinggi. Mengapa tidak kita temukan

cara yang lain demi mempermudah baginda

berjalan ke pelosok-pelosok?

Raja bertanya padanya, « Mungkinkah hal

itu terjadi ?

« Ya, tuanku, saya hanya membutuhkan 1

meter persegi kulit untuk mencapai tujuan

tadi ? »

« Bagaimana ? »

« Yah, bungkus saja kaki baginda dengan

kulit kerbau dan sapi yang disamak

sehingga halus. Bukankah tujuan tuanku

tercapai ? »

Raja terpekur, “Benar juga, daripada

mengubah hal-hal besar di dunia, mungkin

182

Page 184: Manuscript Leadership 2  2009

kita harus mulai mengadakan perubahan

yang terkait dengan diri kita dulu….”

Beberapa pakar ilmu jiwa memberikan

pendapat yang optimis bahwa bila

seseorang mulai mengenali luka-luka atau

kandungan dari ingatan bawah sadarnya, ia

akan dapat memulai perjalanan ke arah

pemulihan atau penyembuhannya. Ahli-ahli

lainnya bahkan memiliki gambaran yang

lebih optimis bahwa, pengenalan akan suatu

hal di dalam ingatan yang tidak disadari

sudah membuat orang dapat mengendalikan

hal tadi dan mendapatkan pemulihan.

Memang benar, suatu langkah untuk

menyadari apa yang disimpan di dalam

ingatan bawah sadar akan menolong

sebagai upaya memproses pemulihannya,

183

Page 185: Manuscript Leadership 2  2009

namun antara kesadaran dan pengenalan

sampai ke titik pemulihan masih terbentang

perjalanan yang panjang.

Dengan demikian tugas seorang pemimpin

untuk kepemimpinan di wilayah dirinya

harus dimulai dengan kesadaran bahwa ia

dapat menjadi seorang yang lebih efektif,

lebih utuh, dan lebih memberi berkat bila ia

mau menjalani proses perubahan diri.

Perubahan diri tadi dimulai dengan

menyadari apa yang ada di dalam

ingatannya, baik yang disadari dan tidak

disadari. Hal ini memerlukan upaya

sengaja, keras, dan merupakan proses yang

tidak nyaman.

Penyadaran tadi dapat dilakukan dengan

refleksi diri, baik dilakukan sendiri atau

184

Page 186: Manuscript Leadership 2  2009

dengan bimbingan spiritual oleh seorang

yang terlatih di bidang tadi. Buat kita,

perlu dicatat bahwa proses tadi tidak

mungkin dilakukan dengan mudah dan

instant.

Selanjutnya, kita perlu menyadari bahwa

tidak mungkin pemulihan dilakukan oleh

seorang manusia tanpa pertolongan Tuhan.

Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa

seringkali luka yang terjadi berada pada

tataran spiritual atau hubungan kita dengan

Tuhan.

Bila pertolongan Tuhan sangat dibutuhkan,

maka kita perlu mengenali dimana fokus

pertolongan tadi dibutuhkan. Untuk itu kita

perlu mengerti atau mendiagnose luka diri.

185

Page 187: Manuscript Leadership 2  2009

Secara umum, ada empat aspek dari suatu

luka.

aspek pertama dari suatu luka adalah aspek

emosi. Luka menimbulkan kebencian,

kepahitan, iri, marah, takut, kesepian, dan

berbagai emosi negatif. Seringkali, orang

melakukan upaya penyembuhan dan

merasakah bahwa luka emosi tadi yaitu,

yang merupakan luka akibat hal yang

negatif di dalam hubungan antara manusia,

sudah sembuh.

ada aspek yang kedua dari luka ialah

rusaknya hubungan kita dengan Tuhan.

Seringkali dalam kerusakan pada aspek

yang kedua ini, manusia yang terluka sulit

mempercayakan dirinya pada Tuhan dengan

penuh karena dimasa lalu ia mempersepsi

bahwa Tuhan tidak menolongnya sehingga

186

Page 188: Manuscript Leadership 2  2009

tidak dapat dipercaya. Hal ini dikenal

sebagai luka spiritual.

aspek ketiga daripada suatu luka adalah

aspek fisik. Suatu luka yang dalam

mengoyak keserasian hidup emosi

seseorang dan juga sebagai dampaknya

adalah munculnya pola merusak kebugaran

fisiknya. Mungkin seseorang yang rendah

diri melarikan diri ke dalam makan terus

menerus, seorang yang kehilangan ibu

secara dini, melarikan diri pada makan es

krim atau susu dan menghisap permen.

Aspek ke empat dari suatu luka dapat

menimbulkan pola pikir dan sudut pandang

yang tidak wajar. Seorang yang terluka

mudah menjadi orang yang membenarkan

berbagai kecurigaan dan kewaspadaan yang

187

Page 189: Manuscript Leadership 2  2009

tidak masuk akal. Seorang yang terluka oleh

kemiskinan akan membenarkan nalar untuk

menghemat sebanyak mungkin. Sebaliknya

dapat pula ia cenderung merasa bersalah

bila tidak menolong seorang lain yang

miskin. Seorang yang terluka karena

penganiayaan, akan membenarkan

upayanya untuk mengelilingi dirinya dengan

pengawal-pengawal. Sebaliknya, mungkin

bahkan ia malah bergaul terus menerus

dengan kalangan yang pernah menyakitinya.

Seorang yang terluka karena kelaparan di

masa kecilnya, akan membenarkan diri

untuk terus menerus mengisi perutnya

ketika keadaan memungkinkan atau

sebaliknya, menjadi seorang yang tidak suka

makan.

188

Page 190: Manuscript Leadership 2  2009

Bagaimana wujud pertolongan-Nya?

Pertolongan Tuhan dapat menggunakan

berbagai jalan masuk. Di kalangan

Pentakostal dan Kharismatik, jalan masuk ke

dalam proses tadi sangat bertumpu pada

kekuatan komunikasi lisan seorang tokoh

yang berkharisma serta dilakukan di dalam

proses ibadah atau kelompok kecil. Di

dalam lingkungan gereja Roma Katholik,

para pastor yang terlatih dalam memberikan

bimbingan spiritual antar pribadi dapat

melakukan retret berkala, konseling, dan

menerima pengakuan dosa sebagai jalan

masuknya. Di kalangan gereja-gereja Injili

dan Arus Utama, belum dikembangkan

suatu metode yang baku untuk menangani

hal tadi, kecuali melalui proses konseling

pastoral. Selama mereka yang berperan

sebagai penolong melakukan tugas dengan

189

Page 191: Manuscript Leadership 2  2009

bergantung pada Tuhan dan telah terlebih

dulu mengalami pemulihan karena kuasa-

Nya, maka berbagai jalan atau

kombinasinya dapat memberikan dampak

yang seharusnya.

Sebaliknya, jika seorang yang terluka

mencoba menangani sendiri kerusakan pada

keempat aspek tadi misalnya, dengan

menjalani kehidupan beragama, sehingga ia

merasa lebih baik, akan ada efek samping.

Agama atau torah dijadikan alat untuk

merasa lebih suci, pantas, dan berharga

Namun, perasaan bahwa ia sudah pulih

dapat terasa walaupun untuk hanya sesaat

saja, karena luka yang sebenarnya belum

lenyap. Karena itu mereka yang terluka

dapat juga bekerja keras untuk menutupi

190

Page 192: Manuscript Leadership 2  2009

luka tadi. Secara sadar mereka mencoba

beragama, di dalam hal yang tidak disadari

mereka masih dibelenggu oleh rasa tak

berdaya, ketakutan, rasa ditolak, rasa

dilecehkan, kesepian, kemarahan, kepahitan

hati, dan kebencian.

Terlihat disini bahwa hal-hal yang tidak

disadari itu sangat berpengaruh.

Psikoanalis, Jung, pernah mengatakan

bahwa kita dinahkodai dengan oleh apa

yang tidak kita sadari tadi. Karena itu kita

dapat mengagumi penulis Mazmur 19 yang

di jaman kuno sudah memahami seluk beluk

manusia dan apa yang tidak disadari serta

membelenggunya.

Jadi kata kuncinya: pengenalan tentang hal

yang tidak disadari sangat penting. Sangat

191

Page 193: Manuscript Leadership 2  2009

bijak untuk hal itu di telusuri, digali dan

diselesaikan hingga tidak terus menerus

menjadi luka. Kemudian, pengakuan untuk

butuhnya kita atas intervensi yang berupa

pertolongan Tuhan.

Akhirnya masih ada dua hal yang perlu

dibahas. Yang pertama merupakan kabar

buruk. Sebagian besar orang Asia mengidap

luka yang tidak disadari akibat pola

komunikasi dan pendidikan yang otoriter.

Hal yang kedua ialah kini kita memiliki

kabar baik. Kabar baiknya adalah luka-luka

tadi dapat dipulihkan.

Jadi apa kesimpulannya? Salah satu tugas

pemimpin adalah menolong orang

mendapatkan pemulihan dari luka-lukanya

sebelum mereka dapat ditolong untuk

192

Page 194: Manuscript Leadership 2  2009

bertumbuh seutuhnya. Tentunya akan

menjadi prasyarat untuk pemimpin

mengalami terlebih dulu pengenalan atas

luka atau kebutuhan yang tidak disadari dan

pemulihan. Keduanya menghantar ia ke

dalam hidup yang dipenuhi oleh rasa syukur

dan ketakjuban atas kasih dan kuasa-Nya.

Tapna hal ini terjadi, kita membohongi

orang banyak, walaupun keluarga dan

orang-orang yang dekat dengan kita pasti

akan tahu. Disinilah pentingnya pemimpin

membereskan urusan di wilayah diri sendiri.

Pemazmur sudah memberikan petunjuk

secara tidak langsung bagaimana

mendapatkan pemulihan tadi.

193

Page 195: Manuscript Leadership 2  2009

Langkah Nyata Menuju Pemulihan

Langkah Pertama: Kenal Sumber Pemulihan

Tidak mungkin orang dapat memulihkan

dirinya. Tentu Anda bertanya ”Kenapa?

Apakah pergaulan saya dan Alkitab tidak

memadai? Apakah bila saya menganut

dokrin atau ajaran yang murni dan benar,

otomatis luka-luka sudah terselesaikan?”

Bila seorang mencoba membaca hasil

karya penelitian ilmiah dari ahli-ahli

Alkitab yang serius melakukan tugas

dengan baik dan secara ilmiah saja,

mereka belum tentu mendapatkan

keyakinan bahwa Alkitab merupakan

sumber inspirasi, sumber kekuatan dan

kompas hidup. Mungkin mereka akan

mengagumi bagaimana isinya

dipersatukan dan dipelihara dari abad ke

194

Page 196: Manuscript Leadership 2  2009

abad. Namun kekaguman tadi tidak

cukup untuk membuat seseorang

menjadikannya sumber pemulihan bagi

luka-lukanya. Jadi, pengetahuan, apalagi

pengetahuan akademis tidak

menjaminkan pemulihan.

Bagaimana bila orang memiliki hubungan

yang emosional dengan Alkitab?

Memang, bila mendengarkan banyak

kesaksian yang sarat emosi mengenai

bagaimana suatu ayat atau bagian di

dalam Alkitab membuat seseorang

mengalami pemulihan, orang terkesan.

Namun ada tuduhan bahwa pengalaman

itu bukan bersifat universal, “itu

hanyalah masalah kejiwaan sesaat yang

dialami oleh si anu..” kata sebagian

orang. Ada juga yang mengatakan hal

195

Page 197: Manuscript Leadership 2  2009

tadi hanya bersifat sementara dan tidak

membekas untuk waktu yang panjang.

Hal itu sama dengan dampak dari sebuah

kebaktian atau retret yang menggugah

sesaaat.

Namun, secara nyata memang ada kasus

dimana Alkitab membuat seorang

mengalami perubahan yang mendasar,

seperti dalam kasus Martin Luther di

abad pertengahan. Dapat disimpulkan

bahwa Alkitab sangat penting, namun

hubungan dengan Roh Kudus yang

menjelaskan Alkitab bagi manusia

mendasari pengenalan kita atasnya.

Jadi, bagaimana hubungan orang yang

terluka dengan Tuhan dapat dipulihkan

196

Page 198: Manuscript Leadership 2  2009

dalam pergaulannya dengan Alkitab?

Mungkinkah hal itu dilakukan oleh orang

yang terluka sendiri? Kabar buruk bagi

Anda yang mengharapkan hal tadi: Kita

tidak bisa menyembuhkan diri dari luka

dengan bersandar pada kekuatan

manusia saja.

Manusia yang terluka akan mengalami

kuatnya sisa pengaruh manusia lama di

dalam hubungannya dengan Tuhan,

pandangan hidupnya, nilainya, gambar

diri, dan ambisinya. Bila ia telah

menyakini bahwa ia telah ditebus Kristus,

ia masih belum memahami kepenuhan

hidup di dalam-Nya.

Kesimpulan, setelah mengalami

penebusan, dan kemudian mengalami

197

Page 199: Manuscript Leadership 2  2009

luka dalam hubungan kita dengan

Tuhan, maka yang dapat membereskan

hubungan tadi dengan sempurna

hanyalah Dia yang bersedia menjalin

hubungan dengan kita. Dengan kata lain,

tanpa Allah Roh Kudus yang menolong,

kita tidak akan mengalami pemulihan.

Langkah kedua: Kenali mimpi sebagai cerminan ingatan yang tidak disadari

Bila pada langkah pertama, bagian Tuhan

untuk melakukan pemulihan sangat

besar, maka dalam langkah kedua

terdapat peran kita. Untuk menyadari

kebutuhan dan luka diri, kita perlu

menggali mimpi-mimpi kita. Mengapa

menggali mimpi kita adalah hal yang

penting?

198

Page 200: Manuscript Leadership 2  2009

Di dalam diri kita, ada ingatan yang

disadari dan ingatan yang tidak disadari.

Sebagian besar urusan kita tangani

dengan ingatan yang disadari. Namun

bila terjadi hal-hal yang menyakitkan

atau menggoncangkan, maka hal ini

disimpan di ingatan yang tidak kita

sadari.

Mimpi merupakan saluran dari ingatan

yang tidak disadari. Hal ini adalah

sebuah mekanisme alami psikologis bila

ingatan tadi terlalu penuh dan padat

sehingga menimbulkan ketidaknyamanan

bahkan kesakitan.

Dengan mengenali dan

membicarakannya, maka kita membuat

apa yang ada di ingatan bawah kita

199

Page 201: Manuscript Leadership 2  2009

sadar, jadi memasuki bagian ingatan

yang disadari. Dengan demikian, sesuatu

yang disadari akan lebih mudah untuk

kita bawa ke dalam doa. ditangani dan

disembuhkan.

Caranya begini, ambillah kertas kosong.

Tuliskan satu atau dua mimpi yang

sangat berkesan yang Anda dapatkan

ketika Anda tidur dalam dua bulan

terakhir ini. Adakah mimpi yang berkali-

kali muncul dengan tema yang sama atau

serupa.

Kini berdasarkan mimpi tadi,

renungkanlah apa kiranya isi ingatan

Anda dan kebutuhan atau luka yang

mungkin Anda idap.

200

Page 202: Manuscript Leadership 2  2009

Langkah ketiga: Fokus pada pemulihan gambar diri

Seringkali kebutuhan terdalam yang

paling sulit ditangani sehingga

merupakan luka yang amat parah

menyangkut gambar diri sendiri. Untuk

menolong hal ini pada awalnya,

diperlukan suatu komunitas yang

memberikan penerimaan, kehangatan

dan penghargaan yang tepat.

Lingkungan serupa itu akan membuat

orang yang terluka menerima pesan

“Kamu berharga, kamu akan dapat

menjadi berkat bagi orang lain, dan kami

mengasihi kamu…” Dengan pesan yang

konsisten seperti itu, lambat laun, orang

yang terluka akan mempertanyakan

gambar diri yang sejauh itu dipegangnya,

201

Page 203: Manuscript Leadership 2  2009

kemudian terbuka kesempatan untuk

dirinya menggambarkan secara berbeda.

Memang upaya seperti ini membutuhkan

ketekunan dan kesabaran yang sangat

luar biasa. Hanya orang-orang yang

pernah mengalami perlakuan indah dari

suatu komunitas atau suatu pribadi

seperti ini akan memungkinkan orang

yang butuh pemulihan tadi dilayani

secara maksimum.

Ciri Orang Yang Sudah Mengenal Nahkodanya

"Dapatkah kamu jelaskan siapa yang

membuat kamu?" tanya sang pendeta

kepada seorang anak kecil.

Si anak terpekur sebentar lalu menjawab,

Tuhan membuat sebagian dari diri saya.”

202

Page 204: Manuscript Leadership 2  2009

Sang pendeta terperanjat, lalu bertanya,: 

»Apa maksudmu., mengapa Ia hanya

membuat sebagian dari dirimu ? »

"Hmm,” jawan sang anak, “Tuhan membuat

sedikit dari saya, lalu, saya mengerjakan

sisanya sampai sebesar ini”

Mengerjakan sisanya….. adalah pekerjaan

seumur hidup dalam wilayah pribadi kita….

Bukankah, Alkitab mengatakan bahwa kita

harus mengerjakan iman kita?

Bagaimanakah ciri-ciri kualitas seorang

yang sudah berhasil menumbuhkan diri atau

mengerjakan imannya di dalam

kepemimpinan di wilayah pribadinya ?

Bagaimana kualitas pemimpin Kristianinya?

Pertama, ia menghayati bahwa semua yang

ia miliki, termasuk hidupnya sendiri adalah

203

Page 205: Manuscript Leadership 2  2009

titipan dari Tuhan. Kesadaran akan

kesementaraan ini membuatnya dapat

melihat berbagai hal dengan kaca mata

yang lebih dalam dan luas, yaitu terkait

dengan kehendakNya

Selanjutnya, ia menghayati bahwa ia

bukanlah orang biasa. Ia hidup untuk suatu

penugasan khusus dari Tuhan. Jadi hidupnya

merupakan kesempatan untuk memuliakan

Tuhan. Ia menyadari bahwa ia sedang

dipersiapkan menjadi mitra dari raja

penguasa semesta. Penghayatan ini

membuatnya menjalani hidup dengan peran

yang jelas. Sebagai seorang calon penguasa,

ia sangat perduli pada pertumbuhan orang

lain, yaitu pertumbuhan pengetahuan,

keterampilan kerja, emosi, kepercayaan diri,

dan kualitas hidup spiritual mereka. Ia juga

204

Page 206: Manuscript Leadership 2  2009

tidak mengambil jalan pintas atau solusi

yang mudah.

Sehari-hari, ia juga menyadari bahwa ia

perlu menangkap makna yang ada di balik

berbagai peristiwa sehari-hari yang ia alami.

Kesadaran ini penting karena mudahnya

seorang manusia ditenggelamkan oleh

berbagai masalah dan situasi yang ia tidak

dapat dikendalikannya. Tanpa kesadaran

tadi ia akan menyangkali apa yang terjadi,

mengabaikannya, memperkecilkannya, atau

bahkan menganggap enteng dampaknya.

Sebaliknya, ia dapat juga bereaksi secara

berlebihan pada apa yang terjadi. Bila

seorang pemimpin memiliki hidup spiritual

yang baik, ia dapat mengendalikan emosi

dan respon lainnya bila terjadi keadaan yang

sangat tidak menguntungkan atau yang

205

Page 207: Manuscript Leadership 2  2009

terlalu menyenangkan. Ia tidak mudah larut

pada hal-hal yang kasat mata dan berjangka

pendek. Ia akan menyadari apa yang Allah

lakukan pada waktu itu sebagai proses

pendidikan baginya. Dalam hal ini suatu

pemahaman yang sangat penting untuk

dikuasai oleh seorang pemimpin adalah

konsep tentang kerajaan Allah. Kerajaan

Allah sudah tiba dan ada di tengah kita.

Namun bagaikan kita harus mengertinya

bahwa kerajaan Allah belum kentara

sepenuhnya, bagaikan matahari yang

memang ada dan besok pagi, cahayakan

akan terlihat dengan jelas, namun kini kita

masih berada di dalam kegelapan malam.

Kegelapan ini masih sangat kentara, namun

akan lenyap di saat fajar hadir. Sementara

ini kita harus menyalakan lilin, obor, dan

berbagai lampu untuk mengalahkan

206

Page 208: Manuscript Leadership 2  2009

kegelapan. Disini gambar diri seorang

Kristen adalah bagaikan perajurit yang

mengawal benteng di waktu malam sambil

menantikan fajar. Dengan kerangka

pemahaman serupa itu, ia dapat menggali

dan menafsirkan berbagai peristiwa di

sekitarnya.

Ia memiliki komitmen pengabdian dan

memuja Allahnya di dalam tindakan dan

gaya hidupnya yang mencerminkan rasa

syukur. Ia tahu ia akan menjadi raja karena

pilihan Tuhan yang ia tidak pahami dan

bukan karena kemampuannya sendiri.

Seorang pemimpin yang memiliki

spiritualitas yang mendalam merupakan

gudang rasa syukur karena ia mengenali

bagaimana Allah adalah pribadi yang sangat

207

Page 209: Manuscript Leadership 2  2009

baik dan menyiapkan jalur hidup baginya

agar hal-hal baik terjadi.

Ia menyadari kemana semua potensinya

diarahkan oleh Tuhan. Seorang yang

spiritual menyadari bahwa Tuhan

memberikan banyak potensi sehingga ia

terus menerus perlu menumbuhkannya

untuk dapat lebih mengenali, merasakan,

dan mengalami kebaikan Tuhannya

sehingga orang terinspirasi olehnya. Cara

Tuhan menumbuhkannya ialah dengan

membiarkan ia menghadapi ujian yang

semakin lama semakin berat.

Ia menyadari bahwa ada kekuasaan lain

yang melawan Tuhan dalam menumbuhkan

potensinya. Sa lah satu wujudnya adalah

hadirnya luka-luka batin di masa lalu.

208

Page 210: Manuscript Leadership 2  2009

Seorang yang spiritual menghadapi hal ini

dengan serius dan menggantungkan dirinya

pada kuasa Tuhan agar luka-luka yang

menghambat berbagai potensinya untuk

tumbuh, dan menghambat kuasa Tuhan

bekerja sepenuhnya di dalam dirinya dapat

dikalahkan. Ia menyadari perlunya

pemulihan diri.

Ia memiliki kepekaan pada kehendakNya.

Seorang pemimpin yang spiritual sangat

kritis pada kehendak pribadinya,

kebutuhannya dan luka-lukanya. Ia tidak

menjadikan dirinya muara dari hasil

kerjanya. Ia mencoba mengenali kehendak

dan rencana Tuhan bagi diri dan

lingkungannya, serta perannya di dalam

rencana Tuhan tadi. Dalam hal ini ia pun

209

Page 211: Manuscript Leadership 2  2009

akan berupaya mengenal rencana Tuhan

bagi anak buah atau pengikutnya

Ia menggantungkan dirinya pada kekuatan

dan kasih Tuhan. Menyadari keterbatasan

diri dan kelemahannya, seorang pemimpin

yang spiritual memeriksa dosa-dosanya

secara berkala sehingga ia dapat luput dari

kecenderungan menggantungkan dirinya

pada kekuatan sendiri, namun sebaliknya

justru menyadari perlunya bergantung pada

kuasa Tuhan dan melihat suatu ‘keajaiban‘

ketika hal itu terjadi. 

Ia memiliki kekuatan Tuhan yang tidak

selalu masuk akal dan dapat berupa

sentuhan-sentuhan supra nalar. Seorang

pemimpin tidak boleh menjadikan hal ini

sebagai suatu fitur yang berlebihan dan

210

Page 212: Manuscript Leadership 2  2009

merupakan kebanggaannya. Namun tidak

dapat juga ia menyangkali adanya kekuatan

Kristus yang dapat hadir dalam wujud

supra nalar di dalam dirinya sebagai akibat

karunia Tuhan dan pergaulannya dengan

Tuhan.

Ketika seorang pemimpin terbaca

mengupayakan kualitas hidup spiritual

seperti digambarkan di atas, maka anak

buah atau pengikutnya akan mendapatkan

pesan yang menyentuh mereka pada lingkup

spiritual dan tidak hanya sekedar

menyentuh lingkup emosinya.

Perlu dicatat disini bahwa seorang yang

mengupayakan hidup spiritual yang

terpelihara dan ditumbuhkan bukan berarti

sama dengan seorang yang melakukan ritual

211

Page 213: Manuscript Leadership 2  2009

agama, aktif di dalam kominutas agamanya,

dan memiliki pengetahuan agama yang

esoterik serta mengagumkan. Agama adalah

wahana untuk menjalani hidup spiritual

namun bukan untuk menggantikannya.

Dengan pendek, dampak spiritual seorang

pemimpin terlihat pada tingkat keintiman

hubungan anak buah atau pengikutnya

dengan sang pencipta, bukan terlihat hanya

pada keaktifan mereka di dalam

menjalankan ajaran dan ritual agamanya.

Jadi mereka akan lebih penuh dengan

syukur, memiliki perspektif yang lebih luas

mengenai hidup, memiliki kepekaan pada

kehendakNya, lebih bertumbuh secara

utuh, lebih mengabdikan diri pada

Tuhannya, dan lebih mengantungkan diri

pada sang pencipta sehingga mereka

212

Page 214: Manuscript Leadership 2  2009

mengalami berbagai « keajaiban » di dalam

hidup sehari-hari.

Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa

orang yang pernah terluka dan mengalami

pemulihan akan menjalani kehidupan

spiritual yang lebih dalam dan lebih peka

pada kemungkinan terjadinya luka diri yang

baru.

213

Page 215: Manuscript Leadership 2  2009

Pasal Lima

Peran Visi dan Misi Pribadi

Koinonia Farm

Koinonia is an intentional Christian community founded by two couples, Clarence and Florence Jordan and Martin and Mabel England in 1942 as a “demonstration plot for the Kingdom of God.” For them, this meant a community of believers sharing life and following the example of the first Christian communities as described in the Acts of the Apostles, even amidst the poverty and racism of the rural South.

Clarence Jordan held an undergraduate degree in agriculture from the University of Georgia and wanted to use his knowledge of scientific farming “to seek to conserve the soil, God’s holy earth” and to help the poor: most of Koinonia’s neighbors were black

214

Page 216: Manuscript Leadership 2  2009

sharecroppers and tenant farmers. Jordan and England were ordained ministers and professors (Jordan held a doctorate in New Testament Greek) and part of their vision was to offer training to African American ministers living in the area. For the first few years or so of the Koinonia experiment, Jordan, in particular, was welcomed to preach and teach in local churches. Though the demands of farming in those early years did not allow time for formal training of others, he used these visits to both black and white churches to offer guidance. They envisioned an interracial community where blacks and whites could live and work together in a spirit of partnership.

Based on this radical call to discipleship, Koinonia’s very presence confronted racism, militarism and materialism with its commitment to:

1.      Treat all human beings with dignity and justice

215

Page 217: Manuscript Leadership 2  2009

2.      Choose love over violence.

3.      Share all possessions and live simply.

4.      Be stewards of the land and its natural resources.

Soon other families joined them, and visitors came to “serve a period of apprenticeship in developing community life on the teachings and principles of Jesus.” The community grew and friendships formed as the Koinonians, their visitors, and their neighbors farmed together, ate meals, attended Bible studies and held summer youth camps. From the beginning, the community emphasized equality and fellowship among all. When resources allowed the hiring of seasonal help, black and white workers were paid equally. When the community and its guests, neighbors and friends gathered for a meal, everyone was invited to sit at the table to regardless of color.

 

216

Page 218: Manuscript Leadership 2  2009

Koinonia’s Struggle during the Civil Rights Movement

These efforts to live the gospel were a break with the prevailing culture of the time and were fiercely challenged by many citizens of Sumter County, many of whom attempted to destroy the farm and scare off its residents. As a way to survive in hostile surroundings, Koinonians began shipping Georgia pecans

217

Page 219: Manuscript Leadership 2  2009

and peanuts around the world by mail order. The business evolved to include treats made in the farm's own bakery—the mail order (and online store) business which still generates a large part of the farm’s revenue today.

Through the 1950s and early 60s, Koinonia remained a witness to nonviolence and racial equality as its members withstood firebombs, bullets, KKK rallies, death threats, property damage, excommunication from churches, and economic boycotts. Koinonia and its members suffered greatly. But Koinonia survived.

Koinonia: Birthplace of Habitat for Humanity

As the threats of physical violence dwindled in the late 1960s, Koinonia was at a crossroads. Local violence had tapered off, and now only two families were living on the farm, including the Jordans. The Koinonians found themselves searching for a renewed focus, unsure whether Koinonia's end had come, when Clarence received a brief note from

218

Page 220: Manuscript Leadership 2  2009

Millard Fuller, asking “What do you have up your sleeve?”

Millard and Linda Fuller had spent a month at Koinonia several years earlier, shortly after the threat of a failed marriage caused the couple to recommit their lives to God and give away their wealth. Millard had been a millionaire businessman, and his enthusiasm seemed to inject a new spirit into the community. After a series of meetings with Millard and other friends of Koinonia, a new direction for Koinonia emerged.

Clarence Jordan and the others held a deep concern for their neighbors and noticed the poor quality of housing available to them. They initiated a project to help build decent, affordable homes. Changing its name from Koinonia Farm to Koinonia Partners, the community launched several innovative partnership programs, chief among them Koinonia Partnership Housing, which built affordable homes for low-income families living in shacks and dilapidated houses. Using

219

Page 221: Manuscript Leadership 2  2009

volunteer labor and donations, Koinonia built 194 homes from 1969 to 1992, which families bought with 20-year, no-interest mortgages. Mortgage payments were placed in a revolving Fund for Humanity, which was then used to build more houses. With both rich and poor contributing capital to the Fund and building houses together, Clarence saw his vision of Partnership become a reality. Of the homes built, 62 houses sit on Koinonia's land, forming two neighborhoods that surround the central community area; the remaining houses are located in the towns of Americus and Plains.

In addition to his work on the farm, Jordan spent hours writing in what became known as “Clarence’s Shack,” a small wooden building nestled in one of the farm’s pecan orchards. Among the works penned there were the Cotton Patch Version, his translations of the New Testament gospels from the original Greek into the Georgia vernacular. He prepared for his nationwide speaking engagements there. And, working on a

220

Page 222: Manuscript Leadership 2  2009

sermon, it is where he died on October 29, 1969.

Clarence’s spirit continues: “Seed Sowing”

Although Clarence died in 1969, just before the first house was completed, his vision continued, as other community members carried on his legacy. The Fullers remained at

221

Page 223: Manuscript Leadership 2  2009

the Farm, guiding the first 4 years of Koinonia’s partnership housing program before moving to Africa for 3 years to establish a similar program abroad. In 1976, they returned to Americus and founded Habitat for Humanity International, now a worldwide housing ministry with affiliates in every state and in more than 50 countries. Modeled after Koinonia's original "partnership housing" program, Habitat builds houses with families in need, then sells the houses to the families at no profit and no interest. To date, Habitat for Humanity volunteers and homeowners have built more than 100,000 houses around the world.

The Koinonia spirit also led to the founding of other organizations such as Jubilee Partners in Comer, GA (a community that welcomes refugees from war-torn countries), New Hope House in Griffin, GA (assisting families with loved ones on death row, as well as advocating the abolition of the death penalty) and The Prison & Jail Project in Americus, GA (an antiracist, grassroots organization which

222

Page 224: Manuscript Leadership 2  2009

monitors courtrooms, prisons and jails in southwest Georgia). Koinonia became known as a place of “seed sowing,” giving life to organizations in the making, but equally and perhaps more importantly to countless individuals renewed and transformed by time on the farm. This legacy continues today: in 2005, the Fullers left Habitat for Humanity and founded The Fuller Center for Housing, which also seeks to create affordable housing solutions for impoverished families worldwide. Their first meeting was held at the

Koinonia Community Outreach Center.

Our Ministries, Yesterday and Today

Some of the causes and ministries Koinonia has been involved in over the last 60+ years include civil rights, prison ministry, racial reconciliation, peace

223

Page 225: Manuscript Leadership 2  2009

activism, early childhood education, youth and teen outreach, affordable housing, language training, sustainable agriculture, economic development, home repair, elders programs, and more. Today, Koinonia remains committed to treating all human beings with dignity and justice, choosing love over violence, sharing according to need, not greed, and stewardship of the land.

In 1993, Koinonia abandoned its “common purse” and experimented with a more corporate, non-profit structure. It gained a board of directors and established staff and volunteer positions instead of resident partners. In 2004, we began a journey to return to our original roots while remaining relevant to the 21st century. We are now returning to the community-based model. Guided by our rich history and the vision of Clarence Jordan, we continue our mission to apply Jesus’ teachings on compassion, partnership, community, reconciliation, and stewardship of our resources to the social and economic realities we face today. (See our Ministries

224

Page 226: Manuscript Leadership 2  2009

and Online Store pages to learn about our latest work, or join us as a visitor or intern!)

Habitat for Humanity

Since its founding in 1976 by Millard and Linda Fuller, Habitat for Humanity International has built and rehabilitated more than 300,000 houses with partner families, helping house more than 1.5 million people and becoming a true world leader in address in the issues of poverty housing.

Koinonia Farm and the Fund for HumanityThe concept that grew into Habitat

225

Page 227: Manuscript Leadership 2  2009

for Humanity International was born at Koinonia Farm, a small, interracial, Christian farming community founded in 1942 outside of Americus, Ga., by farmer and biblical scholar Clarence Jordan. The Fullers first visited Koinonia in 1965, having recently left a successful business in Montgomery, Ala., and all the trappings of an affluent lifestyle to begin a new life of Christian service. At Koinonia, Jordan and Fuller developed the concept of "partnership housing," where those in need of adequate shelter would work side by side with volunteers to build simple, decent houses.

The houses would be built with no profit added and no interest charged. Building would be financed by a revolving Fund for Humanity. The fund's money would come from the new homeowners' house payments, donations and no-interest loans provided by supporters and money earned by fund-raising activities. The monies in the Fund for Humanity would be used to build more houses.

An open letter to the friends of Koinonia Farm told of the new future for Koinonia:What the poor need is not charity but capital, not caseworkers but co-workers. And what the rich need is a wise, honorable and just way of divesting

226

Page 228: Manuscript Leadership 2  2009

themselves of their overabundance. The Fund for Humanity will meet both of these needs. Money for the fund will come from shared gifts by those who feel they have more than they need and from non-interest bearing loans from those who cannot afford to make a gift but who do want to provide working capital for the disinherited . . . The fund will give away no money. It is not a handout.

In 1968, Koinonia laid out 42 half-acre house sites with four acres reserved as a community park and recreational area. Capital was donated from around the country to start the work. Homes were built and sold to families in need at no profit and no interest. The basic model of Habitat for Humanity was begun.

Today, Habitat for Humanity has built more than 300,000 houses, sheltering more than 1.5 million people in more than 3,000 communities worldwide.

Peran Visi

Ilustrasi dari dunia Kristen (habitat from

humanity)

227

Page 229: Manuscript Leadership 2  2009

Pernahkah Anda melihat seorang yang

bekerja dengan enerji yang besar, terus

bergairah dan pantang menyerah bahkan

ketika ia sudah beberapa kali mengalami

kegagalan berturut-turut? Orang-orang

seperti ini seringkali menghasilkan hal-hal

yang menakjubkan. Contoh orang-orang

seperti ini adalah Marco Polo, sang

penjelajah yang berhasil mencapai Cina

ketika orang tidak ada yang berani

melakukan apa yang ia bayangkan. Contoh

lain adalah Tomas Alfa Edison yang

memimpikan adanya lampu pijar yang tahan

228

Page 230: Manuscript Leadership 2  2009

lama. Selain itu ada pula tokoh seperti

Madame Curie yang menemukan radium.

Di jaman kini, kita mengenal orang-orang

seperti Bill Gates, Steve Job, dan para

perancang di perusahaan telpon Nokia. Di

Indonesia, kita mengenal orang-orang

seperti Lumi STh. Ketika orang hanya

melihat para gelandangan sebagai sampah

masyarakat, ia memimpikan suatu keluarga

yang menampung dan membesarkan anak-

anak mereka. DI dalam hidupnya hal itu

dipraktekkan secara konsisten. Kita

mengenal juga orang seperti Ali Sadikin

yang membuat Jakarta berubah dari

kampung besar menjadi kota metropolitan.

Juga orang-orang seperti Mother Teresa,

John Robbins, Al Gore, dan sebagainya.

Semua orang-orang tadi hidup di jaman

yang sama dengan kita. Seperti kita mereka

229

Page 231: Manuscript Leadership 2  2009

melihat, mendengar, dan mengalami hal-hal

yang sama dengan kita. Namun mereka

tidak berhenti disana. Mereka melihat ke

masa depan. Mereka membayangkan

hadirnya sesuatu yang lebih indah, lebih

unggul, lebih bermakna dan lebih berguna

bagi banyak orang. Dengan kata lain,

mereka memiliki visi atau impian. Visi itu

membuat mereka dapat memfokuskan

impian mereka untuk mewujudkannya. Visi

ini membuat mereka terdorong bekerja

keras dan pantang undur untuk

mengejarnya. Mereka membuat dunia lebih

baik, sesuatu yang biasa menjadi sesuatu

yang luar biasa. Kami akan coba paparkan

tujuh langkah menuju visi yang kokoh dan

tepat.

230

Page 232: Manuscript Leadership 2  2009

1. Membedakan visi, fantasi, dan spekulasi

Visi atau Impian bukanlah suatu fantasi

tentang masa depan yang muncul sebagai

hasil angan-angan saja. Visi bukanlah suatu

impian yang tidak ada dasarnya sama sekali.

Contoh impian yang tidak berdasar adalah

apa yang dimiliki oleh Budi. Budi memiliki

impian untuk menjadi juara dunia gulat

mengalahkan Hulk Hogan. Budi yang kini

berusia 28 memiliki berat hanya 49 kilogram

dengan tinggi badan 158 cm. Kegiatan

sehari-harinya adalah surfing di internet,

berkuliah di bidang media design dan

bermain catur. Budi memiliki visi yang lebih

merupakan fantasi karena tidak berdasar

pada kenyataan.

Visi adalah suatu gambaran mental tentang

apa yang akan hadir di masa depan. Disatu

231

Page 233: Manuscript Leadership 2  2009

pihak, gambaran tadi berdasarkan pada apa

yang merupakan kenyataan pada saat ini,

namun sekaligus juga merupakan suatu

lompatan. Seorang yang memiliki visi

berarti memiliki suatu keyakinan bahwa hal

itu dapat terjadi dan keyakinan tadi adalah

hasil pergaulannya hidup akrab dengan

Tuhan. Ia yakin bahwa sesuatu yang lebih

indah, lebih bermutu dan lebih sempurna

akan hadir di masa depan, dan ia dapat

memainkan suatu peran untuk membuat hal

itu terwujud.

Contoh hal itu adalah ketika Lee Kuan Yew

mengajak rakyat Singapore untuk

memimpikan suatu Singapore yang modern.

Pada waktu itu keadaan masyarakat sedang

guncang dan morat-marit karena

berpisahnya mereka dengan Malaya dari

232

Page 234: Manuscript Leadership 2  2009

kesatuan Singapore-Malaya. Dengan

cucuran air mata, ia menyatakan

kesediahannya, lalu ia mengajak seluruh

anak bangsanya untuk bekerja keras

mewujudkan impian tadi, dan mereka

berhasil. Dalam 20 tahun hasilnya sangat

kentara. Impian Lee Kuan Yew memang

menggemakan impian dari rakyatnya.

Karena adanya impian tadi, maka rakyat

bekerja keras dan bersedia mengurbankan

banyak kenyamanan kelompok atau pribadi.

Ketika Ir. Cacuk mengambil alih pimpinan

Telkom, ia memimpikan Telkom yang

bermutu dan profesional. Pada waktu itu,

layanan Telkom sangat buruk. Ir. Cacuk

bekerja keras dengan teamnya, dan sebagai

hasilnya Telkom menjadi BUMN yang

menguntungkan dan merupakan gudang

233

Page 235: Manuscript Leadership 2  2009

Bagi seorang

pemimpin Kristiani,

memiliki visi berarti

mengakui bahwa

hidup penuh

dengan kesulitan

dan kerikil,

namun walaupun

demikian di masa

depan Tuhan

menyiapkan

orang bermutu. Tanpa Telkom seperti

sekarang maka industri warnet, wartel dan

berbagai koneksi tidak akan hadir.

Bagi seorang pemimpin Kristiani, memiliki

visi berarti mengakui bahwa hidup penuh

dengan kesulitan dan kerikil, namun

walaupun demikian di masa depan Tuhan

menyiapkan suatu keadaan yang lebih indah

dan bermutu. Tugas kita adalah menyambut

keadaan itu serta menyiapkan diri untuk

mencapainya.

Apakah beda

antara visi dan

misi? Pertama,

visi adalah

gambaran

234

Page 236: Manuscript Leadership 2  2009

mental. Kedua, visi juga adalah sesuatu

yang ada di masa depan. Karena kedua

aspek itu, maka visi seringkali bersifat

abstrak, arah umum dan cenderung abstrak.

Misi adalah perwujudan dari visi tadi. Bila

visi adalah impian, maka misi adalah wujud

atau bentuk dari impian tadi. Misalnya,

impian Anda adalah memiliki sebuah pusat

pembelajaran yang ikut membangun bangsa

serta meningkatkan kesejahteraan banyak

orang. Maka misi Anda mungkin

mewujudkan suatu lembaga pelatihan

kewiraswastaan. Dapat juga misi Anda

adalah mewujudkan suatu universitas yang

khusus mendidik orang untuk menjadi

manager profesional yang baik. Misi juga

dapat merupakan rumusan apa yang secara

nyata Anda akan lakukan untuk

menghasilkan impian tadi.

235

Page 237: Manuscript Leadership 2  2009

2. Mengenal Dampak Visi dan misi

Visi dan misi membuat pemiliknya terdorong

untuk memfokuskan hidup mereka. Visi dan

misi yang tajam bahkan dapat ditawarkan

untuk menjadi visi dan misi bersama

(shared-vision). Dengan visi bersama, maka

semakin banyak orang yang berpartisipasi

untuk mencurahkan enerjinya untuk

mewujudkan hal tadi. Fantasi tidak akan

memiliki kekuatan untuk menggerakkan

orang serupa itu karena fantasi tidak

dimulai dari kenyataan yang diterima

bersama melainkan kenyataan yang dihayati

secara pribadi saja.

Setelah menyadari makna visi dan misi tadi,

maka perlu kita kenali bahwa sekurangnya

236

Page 238: Manuscript Leadership 2  2009

ada lima jenis manusia dalam berurusan

dengan visi dan misi.

Pertama adalah adanya orang yang tidak

mengetahui bahwa visi dan misi adalah

penting. Mereka menyibukkan diri dengan

tugas dan kegiatan rutin sehingga hidupnya

merupakan rangkaian dari suatu aktifitas ke

aktifitas lain tanpa didasari kejelasan arah.

Mereka hidup dan bekerja tanpa desain

dasar. Jadi mereka adalah bagaikan tukang

bangunan yang sibuk mendirikan rumah

tanpa kejelasan gambaran rumah yang ingin

dihasilkannya. Mereka adalah bagaikan

sepasukan tentara yang terus menerus

terjun ke suatu wilayah tanpa

mempertimbangkan bahwa bila mereka

memiliki suatu landasan pesawat terbang,

237

Page 239: Manuscript Leadership 2  2009

mereka dapat berada disana tanpa terlalu

sulit.

Jenis manusia kedua adalah manusia yang

mengetahui bahwa visi dan misi adalah hal

yang sangat penting untuk mencapai sukses.

Namun mereka tidak kunjung menyediakan

waktu untuk memikirkan dan merumuskan

visi serta misi pribadi bahkan juga tidak

merumuskan visi dan misi organisasinya.

Hanya bila segala sesuatunya dirasakan

berjalan ke arah yang tak menentu baru

mereka mempercakapkan perlunya

kehadiran visi dan misi tadi.

Jenis manusia yang ketiga adalah orang

yang menyadari pentingnya visi dan misi,

telah berusaha menyusun rumusannya,

namun karena metodenya keliru dan

238

Page 240: Manuscript Leadership 2  2009

pemahamannya terbatas, maka visi dan misi

tadi kekurangan suatu aspek penting. Visi

dan misi tadi tidak menghasilkan hal yang

bermanfaat bagi orang banyak.

Jenis manusia yang keempat adalah manusia

yang lebih bermutu. Mereka menyadari,

mengupayakannya, serta memiliki metode

yang benar sehingga memiliki rumusan visi

dan misi yang baik. Namun mereka belum

memiliki bekal yang cukup dan cocok untuk

menggapai visi tadi.

Jenis manusia yang kelima adalah manusia

yang berhasil mewujudkan visi dan misinya

setelah mengumpulkan bekal yang

diperlukannya setelah mereka menjadi

manusia yang keempat.

239

Page 241: Manuscript Leadership 2  2009

Berapa pentingkah adanya visi dan misi tadi

untuk diri kita, untuk keluarga dan untuk

organisasi kita?

Pertama, visi dan misi akan menolong kita

untuk menyusun cara mencapai atau

strategi menggapainya. Kedua, visi dan

misi kita akan menolong merumuskan

prioritas bahkan menghindarkan kita

melakukan apa yang tidak berguna bagi

pencapaianya. Dengan demikian kita hidup

dengan efektif dan efisien. Berbagai godaan

dan pilihan yang menyimpangkan kita dari

arah kita dapat ditolak karena kita memiliki

kriteria yang jelas. Ketiga, adanya visi dan

misi yang jelas akan mempermudah kita

menginspirasikan orang yang ada bersama

kita untuk mengejar dan mewujudkannya.

240

Page 242: Manuscript Leadership 2  2009

Mereka memiliki kepastian kemana kita

pergi dan kemana kita tidak akan berjalan.

Keempat, adanya visi dan misi menolong

kita untuk mengevaluasi diri apakah kita

sudah mendekati atau menjauhi visi dan

misi tadi. Kita dapat juga mengevaluasi

kecepatan gerak kita ke arah yang kita tuju.

Hal ini sama seperti ketika seorang penjelah

kutub utara yang dapat mengukur berapa

jauh ia sudah berjalan menuju kutub utara.

3. Mulai dari Lompatan?

Bagaimana mulai menyusun visi dan misi

pribadi? Salah satu cara mengajarkan

bahwa membuat atau menyusun visi dan

misi dimulai dengan memandang realita

yang ada secara objektif. Orang mau

menyusun visi dan misi ini mulai dengan

241

Page 243: Manuscript Leadership 2  2009

mempertanyakan dirinya beberapa hal yang

penting seperti: “Siapakah aku ini, dari

mana aku datang, bagaimana riwayat atau

masa laluku, apakah hal-hal yang paling

bermakna bagiku, dan hal-hal apa yang

orang anggap aku lakukan dengan baik.”

Kemudian ia juga mempertanyakan lebih

lanjut apa yang menjadi kelebihan dan

kelemahan-kelemahannya. Selanjutnya,

barulah ia mempertanyakan apa yang ia

yakin dapat dan patut hadir di masa

depannya, berdasarkan dengan kenyataan

yang kini ia miliki.

Tapi ada cara yang lebih baik. Bila

seseorang memiliki hubungan yang akrab

dengan pimpinan di dalam organisasi

dimana ia bekerja, ia akan dapat

memperkirakan impian atau visi

242

Page 244: Manuscript Leadership 2  2009

pemimpinnya. Bila sang pemimpin

memberikan tugas dan peran padanya,

walaupun hal tersebut merupakan hal yang

sangat baru, bahkan lompatan dari jalur

kerjanya sejauh itu, ia dapat yakin bahwa

sang pemimpin yang mengenal dirinya

dengan baik tidak salah. Sang pemimpin

justru ingin agar dirinya belajar dan akan

mendukungnya.

Demikian juga bila seseorang berhubungan

akrab dengan Tuhan, maka suatu lompatan

iman dapat menjadi keharusan bila visi

diberikan Tuhan padanya. Biasanya Tuhan

mulai dengan menanamkan kerinduan di

dalam hatinya. Ia tidak akan merasa bahagia

bila kerinduan tadi tidak dikejarkan.

Seringkali terasa lompatan yang tidak

masuk akal di dalam hal ini.

243

Page 245: Manuscript Leadership 2  2009

Visi perlu

konfirmasi

dan

konfirmasi

diberikan

oleh orang-

orang

beriman

yang

terdekat

dengan diri

kita.

Tes untuk lompatan

tadi untuk memeriksa

apakah itu berasal

dari Tuhan atau

selera pribadinya

bahkan dari

kebutuhan samar

yang ia miliki adalah

konfirmasi dari

rekan-rekan atau

komunitas yang kenal

dirinya dan dimana ia

terlibat. Visi perlu konfirmasi dan

konfirmasi diberikan oleh orang-orang

beriman yang terdekat dengan diri kita.

244

Page 246: Manuscript Leadership 2  2009

3. Mengenal Ciri-ciri Visi dan Misi yang baik

Sebelum membuat rumusan visi, maka kita

harus mengenali ciri-ciri visi dan misi yang

baik. Dengan visi dan misi seharusnya akan

menjadi dasar inspirasi bagi banyak orang,

maka visi dan misi ini harus

a. Singkat – sehingga mudah diingat dan

dipahami

b. Konsepnya harus sederhana dan padat

sehingga orang yang sederhanapun tidak

mengalami kesulitan untuk memahaminya

c. Karena orang banyak memiliki aspek

emosi, nalar dan perilaku, maka visi dan

misi tadi harus mampu menyentuh emosi

orang dan menjadi tumpuan yang

mengilhamkan.

d. Selain itu, visi dan misi tadi harus

mudah diingat dan karenanya harus

245

Page 247: Manuscript Leadership 2  2009

menimbulkan gambaran mental, baik untuk

diri kita sendiri, apalagi ketika visi itu akan

ditukarkan dan menjadi visi bersama.

Misalnya, misi untuk menghasilkan sebuah

komputer sederhana untuk tiap rumah

digambarkan sebagai memberikan stop

kontak bagi tiap rumah.

5. Mulai Mendapatkan Visi Yang tepat

Perlu kita sadari bahwa suatu visi tidak

dapat dirumuskan dalam satu hari. Semakin

luhur dan besar suatu visi dibutuhkan

proses yang panjang untuk menyusunnya.

Semakin kita mengenal realitas diri kita,

semakin hal itu mempermudah kita untuk

merumuskan visi yang tajam

Hal yang amat penting adalah bahwa

hambatan untuk membuat suatu visi yang

246

Page 248: Manuscript Leadership 2  2009

baik dan berguna bagi banyak orang sering

berakar pada gambar diri kita yang buruk,

pemaknaan hidup yang keliru atau

prasangka-prasangka tentang manusia dan

dunia.

Secara teknis kegagalan membuat suatu visi

yang tajam sering disebabkan karena terlalu

banyak hal yang kita inginkan. Dengan kata

lain kita tidak dapat memfokuskan diri dan

hidup kita untuk suatu hal yang paling

bernilai di dalam hidup ini

Beberapa hal dapat menjadi titik berangkat

kita di dalam menggali dan merumuskan visi

kita:

Kenali diri kita, komunitas atau organisasi

Anda. Artinya, kita perlu mengenali apa

247

Page 249: Manuscript Leadership 2  2009

kekhasan diri kita, keunggulan dan

kelemahan kita. Untuk melakukan hal ini,

kita dapat membandingkan diri dengan

orang lain yang mirip dengan diri kita.

Selanjutnya, kita perlu merenungkan hal-hal

yang kita anggap bernilai. Sesuatu yang

bernilai itu artinya sangat bermakna,

sehingga hidup menjadi tidak berarti bila

hal tadi tidak kita dapatkan atau upayakan.

Hal yang sangat mendasar adalah juga

menggali luka-luka yang merupakan hasil

pengalaman-pengalaman masa lalu. Luka-

luka ini dapat berupa hal yang menyakitkan

entah berupa, kehilangan, kekecewaan,

kemarahan, ketidak adilan, dan sebagainya.

Hal-hal tersebut dapat berpotensi membuat

kita menggambarkan diri secara negatif,

248

Page 250: Manuscript Leadership 2  2009

tidak percaya diri atau bahkan membenci

diri. Selanjutnya hal tadi dapat membuat

kita tidak merasa aman, terus merasa

terancam bahkan merasa harus menjadga

diri tanpa berhenti.

Juga sangat berguna untuk mengenali saat-

saat bahagia yang pernah kita alami

Dengan menggabungkan semuanya, maka

kita dapat mengenali pola-pola yang muncul

di dalam riwayat hidup kita, organisasi atau

komunitas kita. Misalnya, seorang yang

berpindah-pindah rumah lebih dari 30 kali

selama masa kanak-kanak sampai masa

remajanya akan mudah menghasilkan pola

bahwa ia mudah beradaptasi ke dalam suatu

lingkungan yang baru, namun mungkin juga

ia dapat menjadi orang yang pembosan bila

249

Page 251: Manuscript Leadership 2  2009

ia harus mengerjakan pekerjaan yang rutin

berbulan-bulan.

Juga dapat kita pelajari bahwa keberhasilan-

keberhasilan kita merupakan petunjuk

dimana kita dapat memberikan kontribusi

terbaik ke dalam hidup sesuai kehendakNya

bagi kita dan lingkungan dimana kita

berada.

Periksalah visi Hitler. Jelaskan riwayat

Hitler dan bagaimana visinya muncul karena

luka-luka. Akibatnya adalah Hitler merasa

puas, namun banyak orang menderita.

Tekankan bahwa visi yang baik memiliki ciri:

berguna bagi orang banyak sesuai rencana

Tuhan dan diri sendiri akan juga

mengenyam kebahagiaan.

250

Page 252: Manuscript Leadership 2  2009

6. Dari visi pribadi ke visi bersama

7. Menggapai Visi dengan perencanaan dan Daya Juang

Saya boleh saja terjatuh beberapa kali

dalam hidup ini, tetapi tetapi saya tidak

akan terus tinggal dibawah sana. Kita semua

menghadapi tantangan dalam hidup ini. Kita

semua pasti mengalami hal-hal yang datang

menyerang kita. Kita boleh saja dijatuhkan

dari luar, tetapi kunci untuk hidup

251

Page 253: Manuscript Leadership 2  2009

berkemenangan adalah belajar bagaimana

untuk bangkit lagi dari dalam.

Kasus

Perjalanan Zhang Qian ke Barat: Kekuatan suatu komitmen

Meskipun jalur yang menghubungkan Dunia

Timur dan Barat telah ada sebelum masa

Dinasti Han di China, sulit sekali untuk

menempuh perjalanan melalui jalur

tersebut. Banyak ancaman, konflik dan

peperangan antar negara yang mengancam.

Keamanan tidak terjamin. Hanya pada masa

Zhang Qian, seorang utusan kaisar Han

yaitu kaisar Wudi jalur ini mulai ramai

terutama karena usaha-usaha yang

dilakukan pemerintah Dinasti Han di China

252

Page 254: Manuscript Leadership 2  2009

yang menciptakan relasi baik dengan

negara-negara di luar batas Pamir.

Pada masa itu, perekonomian China amat

makmur dan pemintalan sutera berkembang

dengan baik. Pertumbuhan ekonomi

dirangsang pula oleh pertumbuhan populasi

penduduk. Rakyat Han mulai melakukan

ekspansi ke selatan. Mereka menyeberangi

sungai Yangtze dan mengasimilasi suku-

suku asli dalam proses tersebut. Pelan-pelan

mereka bergerak masuk dan

mengembangkan Lembah Sungai Mutiara.

Sementara itu di Utara migrasi penduduk

Han berhenti di Tembok Besar namun

tertahan dan gagal melintasnya karena

suku-suku Hun (Hsiung-nu) sering bergerak

masuk ke wilayah Han dan menjadi

ancaman yang serius bagi rakyat Han.

253

Page 255: Manuscript Leadership 2  2009

Hun adalah suatu bangsa nomadden yang

telah lama ada. Ketika itu mereka

menduduki dataran tinggi Mongolia dan

memiliki ratusan ribu pasukan berkuda.

Mereka bukan saja merebut Dayuezhi dan

menaklukkan banyak negara-negera kecil di

daerah Barat, termasuk Lolan, yaitu suatu

kota perhentian bagi para musafir di jalan

Sutera, tapi juga sering menyerang para

pedagang dan musafir asing di dearah itu.

Hal ini sungguh menghambat kelancaran

hubungan Timur-Barat.

Pada awal periode tersebut, Dinasti Han

bukan merupakan lawan yang setanding

dengan bangsa Hun. Pasukan Hun bahkan

pernah mengepung Liu Bang, pendiri

Dinasti Han. Hal memalukan ini tersimpan

254

Page 256: Manuscript Leadership 2  2009

dalam pikiran para kaisar Han yang

bersumpah akan membalas dendam

terhadap musuh mereka. Setelah berusaha

selama 60 tahun, China akhirnya berhasil

menjadi kuat secara militer. Ketika Wudi

menduduki tahkta kekaisaran, Dinasti Han

memasuki masa yang paling makmur

disertai tentara yang kuat. Sejak hari

pertama menduduki tahkta, Wudi berencana

melakukan aksi militer besar-besaran

melawan bangsa Hun.

Bersamaan pada saat ia sibuk memupuk

kekuatan militernya, Wudi mendapat

informasi penting bahwa Chanyu (titel

kehormatan bagi kepala pimpinan Hun)

telah membunuh raja Dayuezhi dan

mempermalukan negeri itu dengan

menggunakan tengkorak raja tadi sebagai

255

Page 257: Manuscript Leadership 2  2009

piala anggur. Raja Dayuezhi berikutnya

sangat merasa dendam terhadap Chanyu

atas tindakan terhadap almarhum rajanya,

sehingga memutuskan untuk memberi

balasan yang setimpal baginya.

Wudi, sang Kaisar Han menggarap

informasi ini dengan sangat serius. Pikirnya,

“Jika saya dapat bersekutu dengan

Dayuezhi, kita dapat memotong lengan

kanan Hun dan membuatnya berada dalam

posisi terjepit yaitu, diserang di dua arah.

Dengan cara itui, kita pasti akan

menghancurkan Hun.” Untuk

mengimplementasikan strategi militer besar

yang melibatkan persekutuan dengan

Dayuezhi, Wudi mengutus kelompok yang

terdiri dari 100 pembawa pesan yang

dikepalai seorang yang bernama, Zhang

256

Page 258: Manuscript Leadership 2  2009

Qian ke kerajaan tetangga tadi pada tahun

140 SM.

Sebelumnya Zhang Qian bertugas sebagai

salah satu kepala pengawal istana. Catatan

sejarah mengatakan ia adalah seorang yang

tangguh seperti kerbau, cakap dalam seni

kepemimpinan dan cukup mengenal budaya

Hun dan kawasan Barat Cina. Bawahannya

termasuk para perwira muda, sejumlah

tentara dan kuli-kuli angkut. Salah satu

diantara mereka adalah seorang pria Hun

yang bernama Ganfu yang dulu tertangkap

oleh tentara Han pada saat perang. Orang

ini sangat membenci kekejaman pemimpin

Hun. Kemudian hari ia menjadi asisten setia

terhadap Zhang Qian. Kelompok para

relawan yang dipimping Zhang Qian ini

meninggalkan kehidupan nyaman mereka

257

Page 259: Manuscript Leadership 2  2009

dan bergerak menjalankan misinya dengan

menempuh bahaya di tempat yang asing.

Pada tahun 138 SM para utusan ini

berangkat dari Chang’an (kini disebut Xi’an)

di China Utara. Zhang Qian memegang

tongkat bambu sepanjang 3 meter dengan 3

ikat bulu kerbau, sebagai tanda utusan

kekaisaran. Dia berpamitan dari sang Kaisar

dan memimpin konvoi memasuki daerah

yang tak dikenal. Mereka menempuh

ratusan mil melalui sisi barat Gansu,

melintasi Sungai Kuning sambil sedapatnya

tidak menarik perhatian orang.

Mereka bertindak sesuai rencana Kaisar

Wu, yaitu menyembunyikan diri mereka di

waktu siang dan berjalan waktu malam,

dengan cara itu mereka berharap melintasi

258

Page 260: Manuscript Leadership 2  2009

wilayah Hun dan langsung mencapai

Kerajaan Dayuezhi. Namun entah mengapa

mereka tersesat di padang gurun, dan

berjumpa dengan tentara Hun yang sangat

banyak.

Dengan segera, mereka tertangkap dan

dibawa ke Chanyu Hun. Pemimpin Hun

menyiksa seluruh utusan Han. Zhang Qian

menjadi orang pertama yang dimasukkan

penjara. Kemudian, ia diserahkan ke

seorang bangsawan untuk dijadikan budak.

Tugasnya menggembalai ternak. Kini Zhang

Qian menjalani hidup sebagai seorang

budak. Dalam masa itu, ia menikahi seorang

budak wanita Hun dan mempunyai

beberapa anak. Namun dalam keadaan

seperti itu ia tetap menyimpan komitmen

untuk melaksanakan tugasnya menuju

259

Page 261: Manuscript Leadership 2  2009

Dayuexi dan menghasilkan hubungan

diplomatik dengan mereka.

Untunglah, masa penantiannya tidak

berlangsung terus menerus.Pada tahun ke

sebelas, Zhang Qian mendapatkan

kesempatan untuk melarikan diri bersama

rombongannya. Mereka lari ke arah Barat,

terus menerus menghadapi berbagai

kesusahan. Merka harus menderita

kelaparan terus menerus. Mereka sering

harus membunuh hewan liar untuk

mengatasi rasa lapar mereka. Terkadang

mereka kehilangan arah mereka dan Zhang

Qian harus menentukan arah berdasarkan

bintang-bintang di langit. Mereka menemui

berbagai kesusahan dan bahaya sebelum

mereka menemui danau besar yang berair

260

Page 262: Manuscript Leadership 2  2009

asin, yang sekarang dikenal dengan nama

Lop Nor di Xinjiang.

Tepat di sebelah danau tersebut terdapat

ibukota negeri yang bernama Lolan. Tentara

Hun juga ada dan ditempatkan di tempat

tersebut. Rombongan Zhang Qiani tidak

berani masuk ke ibukota dan memutuskan

untuk beristirahat di tepi danau. Disana

mereka sempat mencari informasi tentang

Dayuezhi dan kemudian melanjutkan

perjalanan mereka melalui tepi utara dari

Sungai Tarim.

Pada saat itu, ada banyak kerajaan-kerajaan

kecil di kawasan tersebut. Di beberapa

tempat, sebuah oasis memungkinkan sebuah

negeri bertumbuh namun terisolasi. Dalam

perjalanannini, Zhang Qian dan kawan-

261

Page 263: Manuscript Leadership 2  2009

kawannya berjalan melintasi delapan

negara, termasuk Kizil (yang kini menjadi

tepi timur dari wilayah Kuga di Xinjiang)),

mendaki gunung-gunung, dan tiba di

Dawan, sebuah negara dengan populasi

200,000 (kini dikenal sebagai Uzbekistan).

Raja Dawan telah lama mengagumi

kemakmuran dan peradaban dinasti Han.

Dengan demikian, Zhang Qian dan kawan-

kawan diterima dengan hangat. Di negeri

ini, Zhang Qian pertama kali menyantap

wortel, bawang putih dan biji sesawi, yang

awalnya tidak pernah ada di wilayah Han. Ia

juga mendapatkan kuda-kuda kuat, tanaman

eksotis bawang putih dan anggur yang

sebelumnya tidak pernah dilihatnya. Raja

Dawan memerintahkan anak buahnya

mengawal Zhang Qian dan kawan-kawannya

ke kerajaan Kangju, yang selanjutnya

262

Page 264: Manuscript Leadership 2  2009

mengawal mereka ke Dayuezhi, negeri

tujuan awal mereka bertahun-tahun

sebelumnya. Pada saat itu, Zhang Qian

mengira tugasnya telah berakhir.

Namun, ditemuinya bahwa raja Dayuezhi

kini tidak berambisi untuk membalas

dendam kepada Hun. Negeri Dayuezhi

memiliki tanah yang subur dan rakyatnya

menikmati hidup yang baik dan makmur.

Sang raja takut terhadap bangsa Hun dan

enggan melawan mereka. Zhang Qian tak

memiliki pilihan kecuali meninggalkan

Dayuezhi untuk pergi ke Daxia.

Di Daxia, ia tinggal selama setahun,

melakukan banyak penjelajahan ke daerah-

daerah yang dilaluinya. Sayangnya, dalam

perjalanannya kembali ke kerajaan Han, ia

263

Page 265: Manuscript Leadership 2  2009

kembali ditangkap oleh bangsa Hun dan

diperbudak selama setahun.

Pengalaman ini membuatnya berpikir bahwa

ia akan tewas di negeri asing ini dan tak

akan dapat melihat negeri asalnya lagi. Tapi

keberuntungan tiba pada saat Changyu Hun

meninggal di tahun 126 SM. Kedua

pewarisnya berebut tahkta, mengakibatkan

perang saudara. Zhang Qian memanfaatkan

kekacauan yang terjadi untuk melarikan diri

beserta istri dan Ganfu. Ia meninggalkan

Chang’an untuk misi diplomatik bersama

100 anak buah selama 13 tahun dan kini ia

menapaki perjalanan kembali ke ibukota

Dinasti Han dengan hanya dua orang

tersisa, dirinya sendiri dan Ganfu,

asistennya.

264

Page 266: Manuscript Leadership 2  2009

Tahun-tahun berlalu, walaupun banyak

kesulitan dan bahaya, Zhang Qian tetap

mempertahankan tongkat bambu sebagai

simbol status kerajaannya. Ketika Zhang

Qian tiba di istana Han dan menyerahkan

tongkat bambu tersebut ke Kaisar Wu, hati

sang kaisar sangat tersentuh. Kesetiaan,

komitmen dan daya juang Zhang Qian tidak

tertandingi di dalam sejarah. Selain itu, ia

membawa informasi tentang wilayah barat

Han yang sangat lengkap dan bermanfaat.

Walaupun secara nyata, Zhang Qian gagal

dalam misi diplomatiknya, yaitu untuk

membuat Dayuexi mitra perang menghadapi

Hun, Kaisar Han, Wudi sangat paham

pentingnya perjalanan utusannya.

Pemerintahan Dinast Han sangat terbantu

oleh banyak data dan informasi yang

265

Page 267: Manuscript Leadership 2  2009

diperoleh Zhang Qian selama perjalanannya.

Materi ini tidak hanya berkaitan dengan

negeri-negeri yang dia kunjungi, tapi juga

merekam segala hal yang ia lihat dan

dengar sepanjang perjalanan. Kini bangsa

Han menyadari, selain Dayuezhi, masih ada

Dawan, Daxia, Kangju dan beberapa negeri

lain, seperti Parthia (Persia, yang kini adalah

Iran) yang Dinasti Han tidak pernah kenali

sebelumnya.

Pada tahun 115 SM, Kaisar Wudi sekali lagi

menyiapkan konvoi sebesar 300 orang yang

juga dipimpin Zhang Qian, untuk

mengunjungi negeri Wusun (sekarang di

area Danau Barkash) untuk mengajak

pemimpinnya bersatu berperang melawan

Hun. Dalam perjalanannya Zhang Qian juga

mengutus asisten-asistennya ke negeri-

266

Page 268: Manuscript Leadership 2  2009

negeri Dawan, Kangju, Daxia dan Dayuezhi.

Setelah setahun atau lebih, negera-negara

tersebut mengirim perwakilannya ke

Chang’an beserta asisten-asistennya Zhang

Qian.

Semenjak itu Dinasti Han memiliki

hubungan resmi dengan negara-negara di

kawasan Barat. Pertukaran dan komunkasi

dengan kawasan Barat semakin sering.

Dinasti Han juga mengirim utusan ke

Parthia (Persia), Kizil, Hindu (India), Tiazhi

(sebelah barat laut Teluk Persia masa kini)

dan sejumlah negara lainnya. Ada banyak

utusan dan surat kepercayaan berupa kain

sutera yang dikirim bersama kunjungan ke

negara-negara tersebut. Mereka beberapa

kali berpapasan dalam perjalanan ke

negara-negara berbeda bersama tugasnya

267

Page 269: Manuscript Leadership 2  2009

masing-masing. Mereka diterima dengan

baik oleh negara-negara. Negara Wusun

bahkan mengijinkan kawin campur antara

rakyatnya dengan orang Han. Di antara

para pengembara ke kawasan Barat, ada

banyak saudagar yang mengikuti jejak

Zhang Qian dan utusan lainnya.

Zhang Qian beberapa kali melakukan

perjalanan ke kawasan Barat dalam periode

30 tahun selanjutnya. Dia mendedikasikan

seluruh hidupnya untuk membangun dan

membina relasi baik antara China dan

negara-negara lain di kawasan tersebut.

Kesehatannya terganggu karena

kesengsaraan jasmani yang harus

ditanggungnya selama mengembara.

Setahun setelah misi diplomatiknya yang

terakhir, ia meninggal. Sejarah mengenang

268

Page 270: Manuscript Leadership 2  2009

dirinya sebagai penjelajah dan diplomat

yang setia, berkomitmen, pantang putus asa

dan berani.

Membaca cerita tentang pengabdian Zhang

Qian, saya harus akui saya merasa kagum

dan sedih. Di jaman sekarang tidak banyak

kesetiaan dan dedikasi seperti itu. Bahkan di

gerejapun atau di lembaga Kristen lain, hal

itu merupakan hal yang langka. Apalagi

berbagai kesulitan menimpa mereka yang

menangani pelayanan yang sulit. Seringkali

kesulitan yang dialami membuat orang

menyerah.

269

Page 271: Manuscript Leadership 2  2009

Penutup

God is not purposeless. "experience is not

what happens to you; it is what you do with

what happens to you." [Aldous Huxley] ...

Ada 7 langkah agar kita mencapai potensi hidup yang maksimal :

* Langkah pertama adalah perluas wawasan. Anda harus memandang kehidupan ini dengan mata iman, pandanglah dirimu sedang melesat ke level yang lebih tinggi. Anda harus memiliki gambaran mental yang jelas tentang apa yang akan Anda raih. Gambaran ini harus menjadi bagian dari dirimu, didalam benakmu, dalam percakapanmu, meresap ke pikiran alam bawah sadarmu, dalam perbuatanmu dan dalam setiap aspek kehidupanmu.

* Langkah ke dua adalah mengembangkan gambar diri yang sehat. Itu artinya Anda harus melandasi gambar dirimu diatas apa yang Tuhan katakan tentang Anda. Keberhasilanmu meraih tujuan sangat tergantung pada bagaimana Anda memandang dirimu sendiri dan apa yang Anda rasakan tentang dirimu. Sebab hal itu akan

270

Page 272: Manuscript Leadership 2  2009

menentukan tingkat kepercayaan diri Anda dalam bertindak. * Langkah ke tiga adalah temukan kekuatan dibalik pikiran dan perkataanmu. Target utama serangan musuh adalah pikiranmu. Ia tahu sekiranya ia berhasil mengendalikan dan memanipulasi apa yang Anda pikirkan, maka ia akan berhasil mengendalikan dan memanipulasi seluruh kehidupanmu. Pikiran menentukan prilaku, sikap dan gambar diri. Pikiran menentukan tujuan. Alkitab memperingatkan kita untuk senantiasa menjaga pikiran.

* Langkah ke empat adalah lepaskan masa lalu, biarkanlah ia pergi… Anda mungkin saja telah kehilangan segala yang tidak seorangpun patut mengalaminya dalam hidup ini. Jika Anda ingin hidup berkemenangan , Anda tidak boleh memakai trauma masa lalu sebagai dalih untuk membuat pilihan-pilihan yang buruk saat ini. Anda harus berani tidak menjadikan masa lalu sebagai alasan atas sikap burukmu selama ini, atau membenarkan tindakanmu untuk tidak mengampuni seseorang.

* Langkah ke enam adalah memberi dengan sukacita. Salah satu tantangan terbesar yang kita hadapi adalah godaan untuk hidup mementingkan diri sendiri. Sebab kita tahu bahwa Tuhan memang menginginkan yang terbaik buat kita, Ia ingin kita makmur, menikmati kemurahanNya dan banyak lagi yang Ia sediakan buat kita, namun kadang kita lupa dan terjebak dalam prilaku mementingkan diri sendiri. Sesungguhnya kita akan mengalami lebih banyak sukacita dari yang pernah dibayangkan apabila kita mau berbagi hidup dengan orang lain.

* Langkah ke tujuh adalah memilih untuk berbahagia hari ini. Anda tidak harus menunggu sampai semua persoalanmu terselesaikan. Anda tidak harus menunda kebahagiaan sampai Anda mencapai semua sasaranmu. Tuhan ingin Anda berbahagia apapun kondisimu, sekarang juga !

During the devastating earthquakes in Kobe,

Japan, an American newscaster did a short

piece on a Japanese woman who set up a

271

Page 273: Manuscript Leadership 2  2009

makeshift store out of boxes selling

flashlights and batteries. When the

commentor asked why she wasn't selling

these essential items for more than the

regular price, the woman answered, "Why

would I want to profit from someone else's

suffering?"

272