Transcript
ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN DITINJAU DARI
PROGRESIFISME DAN ESENSIALISME
Makalah
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah filsafat
pendidikan
Dosen Pengampu: Ka’anto,M.S.I
Disusn oleh kelompok 4:
Alwi Wahdi 111110
Naila Mahmudah 111124
Suyuthi 111137
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI (STAIP)
JURUSAN TARBIYAH
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil’alamin.Puji syukur kami
panjatkan kepada ALLAH SWT.Atas berkat,rahmat,dan
hidayahNYA yang dilimpahkan,sehinga makalah ini dapat
terselesaikan.
Dalam kesempatan ini ,kami ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Ka’anto,selaku dosen pembimbing kami
2. Teman-teman semua yang telah berpartisipasi dalam
penulisan makalah ini.
3. Semua pihak yang telah membantu,yang tidak bisa kami
sebutkan satu persatu.
Harapan kami,semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan berguna bagi kita semua.Amiin..
Kritik dan saran yang membangun sangat berguna
bagi kami untuk perbaikan penulisan makalah
selanjutnya.
Penulis
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Progresivisme ditampilkan sebagai aliran filsafat
pendidikan yang dapat digunakan sebagai basis
epistimologi bagi pengembangan pendidikan partisipasif,
setidaknya ada beberapa alasan. Pertama, ia kurang
menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoriter,
baik yang timbul pada zaman dahulu maupun pada zaman
sekarang. Kedua, inti perhatiannya pada kemajuan atau
progress. Ilmu pengetahuan yang mampu menumbuhkan
kemajuan dipandang oleh progresivisme merupakan bagian
utama dari kebudayaan. Ketiga, pengalaman adalah ciri
dinamika hidup. Keempat, Progresivisme tidak cukup
hanya mengakui ide-ide, teori-teori, atau cita-cita
sebagai hal yang ada, tetapi yang ada itu harus dicari
artinya bagi suatu kemajuan atau maksud-maksud baik
yang lain. Kelima, progresivisme mengharuskan manusia
dapat memfungsikan jiwanya untuk membina hidup yang
mempunyai banyak persoalan yang silih berganti.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Progresifisme
2. Pengertian Esensialisme
3. Pandangan progresifisme dan esensialisme tentang
belajar
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Progresifisme
Progresifisme adalah gerakan pendidikan yang
dilakukan oleh suatu perkumpulan yang dilandasi
konsep-konsep filsafat tertentu,dan sangatlah
berpengaruh dalam pendidikan bangsa Amerika pada
permulaan abad ke’20.1
Progresifisme memberikan perlawanan terhadap
formalisme yang berlebihan dan membosankan dari
sekolah atau pendidikan yang
tradisional.Contohnya,Progreifisme menolak
pendidikan yang bersifat otoriter,menolak penekanan
atas disiplin yang keras,menolak cara-cara belajar
yang bersifat pasif,dan berbagai hal lainnya yang
dipandang tidak berarti.
Pendidikan yang bercorak otoriter ini dapat
diperkirakan mempunyai kesulitan untuk mencapai
tujuan-tujuan yang baik,karena kurang menghargai
dan memberikan tempat semestinya kepada kemampuan-
kemampuan dalam proses pendidikan.Pada hal semuanya
itu adalah ibarat motor penggerak manusia dalam
usahanya untuk mengalamikemajuan.
1 Drs.Dinn Wahyudin,M.A. dkk,pengantar pendidikan,Universitas Terbuka,Jakarta,2007
Progresifisme melancarkan suatu gerakan untuk
perubahan sosial dan budaya
dengan penekanan pada perkembangan individual dan
mencakup cita-cita seperti
Cooperation ,yaitu kerja sama dalam berbagai
aspek kehidupan.
Sharing ,yaitu berbagi peran dan turut ambil
bagian dalam berbagai kegiatan.
Adjustment ,yaitu fleksibel untuk dapat
menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang
terjadi.2
Sebab itulah,progresifisme menjadi
populer,banyak para guru di Amerika pada saat itu
menjadi pendukungnya
Tokoh-tokoh Aliran Progresivisme3
William James ( 1842-1910 )
James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran,
seperti juga aspek dari eksistensi organik, harus
mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan
hidup. Dan dia menegaskan agar fungsi otak atau
fikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata
pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam. Jadi
James menolong untuk membebaskan ilmu jiwa
2 Ibid3 http//:www.pengantar filsafat ilmu pendidikan.com
prakonsepsi teologis, dan menempatkannya da atas
dasar ilmu prilaku.
John Dewey ( 1859-1952 )
Teori Dewey tentang sekolah adalah
progresivisme yang lebih menekankan kepada anak
didik dan minatnya dari pada mata pelajarannya
sendiri. Maka muncullah “Cild Centered Curiculum”,
dan “Cild Centered School”. Progresivisme
mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan
yang belum jelas.
B. PENGERTIAN ESENSIALISME
Filsafat Esensialisme adalah pendidikan yang
didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah
ada sejak awak peradaban umat manusia. Esensialisme
memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada
nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama
yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih
yang mempunyai tata yang jelas. Sebagai mana
progresifisme, Esensialisme dikenal sebagai gerakan
pendidikan dan juga aliran filsafat pendidikan.
Esensialisme berusaha mencari dan mempertahankan
hal-hal yang esensial yaitu sesuatu yang bersifat
inti atau hakikat fundamental,atau unsur mutlak yang
menentukan keberadaan sesuatu. Menurut
esensialisme,yang esensial tersebut harus diwariskan
kepada generasi muda agar dapat bertahan dari waktu
ke waktu karena itu esensialisme tergolong
tradisionalisme.
Esensialisme mempunyai pandangan tentang
kebudayan dan pendidikan yang berbeda dengan
progresifisme. Esensialisme menolak pandangan
progresifisme yang mengakui adanya sifat realitas
yang serba berubah,fleksibell,partikular dan bahwa
nilai-nilai itu relatif. Menurut esensialisme
landasan semacam itu kurang tepat untuk
pendidikan,sebab dapat menimbulkan pandangan
pendidikan yang berubah-ubah,pelaksanaan yang tidak
stabil dan tidak menentu,bahkan dapat menimbulkan
kehilangan arah pendidikan.Karena itu,menurut
esensialisme pendidikan harus bersendikan nilai-
nilai yang dapat mendatangkan kestabilan. Agar dapat
terpenuhi maksud tersebut nilai-nilai itu perlu
dipilih yang mempunyai tata yang jelas dan yang
telah diuji oleh waktu.
Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang
berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif
selama empat abad belakangan ini denganperhitungan
zaman renaisans,sebagai pangkal sejarah timbulnya
konsep-konsep pikiran yang disebut esensialisme.
Esensialisme didukung atau dilandasi oleh filsafat
idealisme dan realisme.Idealisme dan realisme secara
bersama-sama mendukung esensialisme,tetapi tidak
lebur menjadi satu,masing-masing aliran tidak
melepaskan sifat utama masing-masing.4
Tokoh-tokoh Esensialisme:
1. Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770 – 1831)
Georg Wilhelm Friedrich HegelHegel mengemukakan
adanya sintesa antara ilmu pengetahuan dan agama
menjadi suatu pemahaman yang menggunakan landasan
spiritual.
2. George Santayana
George Santayana memadukan antara aliran idealisme
dan aliran realisme dalam suatu sintesa dengan
mengatakan bahwa nilai itu tidak dapat ditandai
dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian
dan pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas
tertentu.
C. PANDANGAN PROGRESIVISME TENTANG PENDIDIKAN
Progresivisme dalam pendidikan adalan bagian
dari gerakan revormasi umum social-politik yang
menandai kehidupan Amerika. Progresivisme sebagai
sebuah teori muncul sebagai bentuk reaksi terhadap
pendidikan tradisional yang menekankan metode-metode
formal pengajaran, belajar mental (kejiwaan), dan
suasana klasik peradaban barat. Pada dasarnya teori4 Prof.Barnadib Imam,M.A.,Ph.D,filsafat pendidikan,Andi offset,Yogyakarta,1982
ini menekankan beberapa prinsip. Adapun prinsipnya
yaitu:5
1. Proses pendidikan berawal dan berakhir pada anak.
2. Subjek didik adalah aktif, bukan pasif.
3. Perfan guru hanya sebagai fasilitator,
pembimbing, ataupengarah.
4. Sekolah adalah masyarakat kecil dari masyarakat
besar.
5. Sekolah harus kooperatif dan demokratif
6. Aktivitas lebih focus pada pemecahan masalah,
bukan untuk pengajaran materi kajian.
a. Pendidikan
Menurut progresivisme proses pendidikan
memiliki dua segi, yaitu psikologis dan
sosiologis. Dari segi psikologis, pendidik harus
dapat mengetahui tenaga-tenaga atau daya-daya
yang ada pada anak didik yang akan di kembangkan.
Psikologinya seperti yang berpangaruh di Amerika,
yaitu psikologi dari aliran Behaviorisme dan
Pregmatisme. Dari segi sosiologis, pendidik harus
mengetahui kemana tenaga-tenaga itu harus
dibimbingnya.
5 http//:www.pengantar filsafat ilmu pendidikan.com
Dewey mengatakan tenaga-tenaga itu harus
diabdikan pada masyarakat atau kehidupan social,
jadi mempunyai tujuan social. Maka pendidikan
adalah proses social dan sekolah adalah suatu
lembaga sosial.
Tujuan umum pendidikan adalah masyarakat yang
demokratis. Isi pendidikannya lebih mengutamakan
bidang-bidang studi seperti IPA, Sejarah,
Ketrampilan,serta hal-hal lain yang berguna atau
dirasakan langsung oleh masyarakat. Metode
scientific lebih dipentingakan dari pada
memorisasi. Praktek kerja di laboratorium,
bengkel, kebun, atau sawah merupakan bagian yang
di anjurkan dalam rangka terlaksananya ‘learning
by doing’ (belajar sambil bekerja, terintegrasi
dalam unit).
b. Kurikulum
Kurikulum sebagai jantung pendidikan tidak
saja dimaknai sebagai seperangkat rangkaian mata
pelajaran yang ditawarkan sebagai gaet dalam
sebuah program pendidikan disekolah, tetapi
sesungguhnya kurikulum mengandung arti lebih
luas, oleh karenannya banyak pakar memaknai
kurikulum dengan titik tekan yang berbeda. Ambil
contoh Hirtsdan petters menekankan pada aspek
fungsional yakni kurikulum diposisikan sebagai
rambu-rambu yang menjadi acuan dalam proses
belajar mengajar. Sedangkan musgave menekankan
pada ruang lingkup pengalaman belajar yang
meliputipengalaman di luar amupun di dalam
sekolah.pendapat musgave ini seirama dengan
pendapat romine Stephen yang mengatakan bahwa
kurikulum menyakup segala materi pelajaran,
aktivitas dan pengalaman anak didik, dimana ia
berada dalam control lembaga pendidikan, baik
yang terjadi di luar maupun yang di dalam kelas.
Dengan dua ragam penekanan arti kurikulum di
atas dapat di pahami bahwa karena kurikulum
berfungsi sebagai rambu-rambu dalm proses
pembelajaran, kurikulum harus bersifat luwes
sesusai dengan situasi dan kondisi. Untuk itu
kurikulum harus harus disusun berdasarkan
realitas kehidupan dan pengalaman sehari-hari
peserta didik, di sesuaikan dengan minat peserta
didik, bukan atas dasar selera guru.
Progresivisme sebagai salah satu aliran
dalam filsafat pendidikan ingin mengembangkan
‘child centered curriculum’, artinya pendidikan
diorientasikan pada pengembangan individu anak
didik, memberikan mereka kebebasan berkreasi,
beraktivitas, dan berkembang sebagai pribadi
mandiri dengan jalan memberi penghayatan-
penghayatan emosional, intelektual, dan social
yang seluas dan sekaya mungkin. Menurut William
H. Kilpatrick, kurikulum yang baik didasarkan
pada tiga prinsip: pertama, peningkatan kualitas
hidup anak sebaik-baiknya menurut tingkat
perkembangan. Kedua, menjadikan kehidupan actual
kea rah perkembangan dalam suatu kehidupan yang
bulat dan menyeluruh. Ketiga, mengembangkan aspek
kreatifitas kehidupan yang merupakan tolok ukur
utama bagi keberhasilan sekolah, hingga anak
didik berkembang dalam kemampuannya yang actual,
secara aktif memikirkan hal-hal baru untuk
dipraktikkan dalam bertindak secara bijaksana
melalui pertimbangan yang matang.
Dari bernagai pandangan tersebut di atas,
dapat di simpulkan bahwa sesungguhnya kkurikulum
pendidikan progresivisme menekankan pada ‘how to
think’ dan ‘how to do’, bukan what to think dan
what to do artinya lebih menekankan dan
mengutamakan metode daripada materi. Tujuannya
adalah memberikan individu kemampuan yang
memungkinkannya uuntuk berinteraksi denegan
lingkungan sekitar yang selalu berubah. Dengan
menekankan pada aspek metodologi kurikulum yang
disusun berlandaskan filosofis progresivisme,
akan dapt menyesuaikan situasi dan kondisi, luwes
atau fleksibel dalam menghadapi perubahan, serta
familiar terhadap masa kini. Progresifisme
memandang masa lalu sebagai cermin untuk memahami
masa kini dan masa kini sebagai landasan bagi
masa yang akan datang.
c. Pendidik
Guru menurut pandangan filsafat
progresivisme adalah sebagai penasihat,
pembimbing, pengarah dan bukan sebagai orang
pemegang otoritas penuh yang dapat berbuat apa
saja (otoriter) terhadap muridnya. Sebagai
pembimbing karena guru mempunyai pengetahuan dan
pengalaman yang banyak di bidang anak didik maka
secara otomatis semestinya ia akan menjadi
penasihat ketika anak didik mengalami jalan buntu
dalam memecahkan persoalan yang dihadapi. Oleh
karena itu peran utama pendidik adalah membantu
peserta didik atau murid bagaimana mereka harus
belajar dengan diri mereka sendiri, sehingga
pesrta didik akan berkembang menjadi orang dewasa
yang mandiri dalam suatu lingkungannya yang
berubah.
Menurut John Dewey, guru harus mengetahui ke
arah mana anak akan berkembang, karena anak hidup
dalam lingkungan yang senantiasa terjadi proses
interaksi dalam sebuah situasi yang silih
berganti dan sustainable (berkelanjutan). Prinsip
keberlanjutan dalam penerapannya berarti bahwa
masa depan harus selalu diperhitungkan di setiap
tahapan dalam proses pendidikan. Guru harus mampu
menciptakan suasana kondusif di kelas dengan cara
membangungun kesadaran bersama setiap individu di
kelas tersebut akan tujuan bersama sesuai dengan
tanggungjawab masing-masing dalam konteks
pembelajaran di kelas, serta konsisten pada
tujuan tersebut.
Dengan argumentasi di atas, sesungguhnya
Dewey telah meletakkan amanat dan tanggungjawab
yang berat kepada guru. Karena alasan inilah ia
tergelincir dalam pernyataan hiperbolanya dengan
menggunakan bahasa Injil-Sosial dengan mengatakan
bahwa “guru sebagai penjaga pintu kerajaan Allah
yang sesungguhnya”.
Teori progresivisme ingin mengatakan bahwa
tugas pendidik sebagai pembimbing aktivitas anak
didik dan berusaha memberikan kemungkinan
lingkungan terbaik untuk belajar. Sebagai
Pembimbing ia tidak boleh menonjolkan diri, ia
harus bersikap demokratis dan memperhatikan hak-
hak alamiah peserta didik secara keseluruhan.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
psikologis dengan keyakinan bahwa memberi
motivasi lebih penting dari pada hanya memberi
informasi. Pendidik atau guru dan anak didik atau
murid bekerja sama dalam mengembangkan program
belajar dan dalam aktualisasi potensi anak didik
dalam kepemimpinan dan kemampuan lain yang
dikehendaki.
Dengan demikian dalam teori ini
pendidik/guru harus jeli, telaten, konsisten
(istiqamah), luwes, dan cermat dalam mengamati
apa yang menjadi kebutuhan anak didik, menguji
dan mengevaluasi kepampuan-kemampuannya dalam
tataran praktis dan realistis. Hasil evaluasi
menjadi acuan untuk menentukan pola dan strategi
pembelajaran ke depan. Dengan kata lain guru
harus mempunyai kreatifitas dalam mengelola
peserta didik, kreatifitas itu akan berkembang
dan berfariasi sebanyak fariasi peserta didik
yang ia hadapi.
d. Pesrta Didik
Teori progresivisme menempatkan pesrta didik
pada posisi sentral dalam melakukan pembelajaran.
karena murid mempunyai kecenderungan alamiah
untuk belajar dan menemukan sesuatu tentang dunia
di sekitarnya dan juga memiliki kebutuhan-
kebutuhan tertentu yang harus terpenuhi dalam
kehidupannya. Kecenderungan dan kebutuhan
tersebut akan memberikan kepada murid suatu minat
yang jelas dalam mempelajari berbagai persoalan.
Anak didik adalah makhluk yang mempunyai
kelebihan dibanding dengan makhluk-makhluk lain
karena peserta didik mempunyai potensi kecerdasan
yang merupakan salah satu kelebihannya. Oleh
karenanya setiap murid mempunyai potensi
kemampuan sebagai bekal untuk menghadapi dan
memecahkan permasalahan-permasalahannya. Tugas
guru adalah meningkatkan kecerdasan potensial
yang telah dimiliki sejak lahir oleh setiap murid
menjadi kecerdasan realitas dalam lapangan
pendidikan untuk dapat merespon segala perubahan
yang terjadi di lingkungannya.
Secara institusional sekolah harus
memelihara dan manjamin kebebasan berpikir dan
berkreasi kepada para murid, sehingga mereka
memilki kemandirian dan aktualisasi diri, namun
pendidik tetap berkewajiban mengawasi dan
mengontrol mereka guna meluruskan kesalahan yang
dihadapi murid khusunya dalam segi metodologi
berpikir. Dengan demikian prasyarat yang harus
dilakukan oleh peserta didik adalah sikap aktif,
dan kreatif, bukan hanya menunggu seorang guru
mengisi dan mentransfer ilmunya kepada mereka.
Murid tidak boleh ibarat “botol kosong” yang akan
berisi ketika diisi oleh penggunanya. Jika
demikian yang terjadi maka proses belajar
mengajar hanyalah berwujud transfer of knowledge
dari seorang guru kepada murid, dan ini tidak
akan mencerdasakan sehingga dapat dibilang tujuan
pendidikan gagal.
Pandangan Esensialisme dan Penerapannya di Bidang
Pendidikan6
1. Pandangan Essensialisme Mengenai Belajar
Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai
tinjauannya mengenai pribadi individu dengan
menitik beratkan pada aku. Menurut idealisme, bila
seorang itu belajar pada taraf permulaan adalah
memahami akunya sendiri, terus bergerak keluar
untuk memahami dunia obyektif. Dari mikrokosmos
menuju ke makrokosmos. belajar dapat
didefinisikan sebagai jiwa yang berkembang pada
sendirinya sebagai substansi spiritual. Jiwa
membina dan menciptakan diri sendiri.
2. Pandangan Essensialisme Mengenai Kurikulum
Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa
kurikulum itu hendaklah berpangkal pada
landasan idiil dan organisasi yang kuat
6 http//:www.pengantar filsafat ilmu pendidikan.com
BAB III
KESIMPULAN
Dari penulisan makalah kami di atas,kami dapat
mengambil kesimpulan:
1. Progresifisme adalah gerakan pendidikan yang
dilakukan oleh suatu perkumpulan yang dilandasi
konsep-konsep filsafat tertentu,dan sangatlah
berpengaruh dalam pendidikan bangsa Amerika pada
permulaan abad ke’20
2. Filsafat Esensialisme adalah pendidikan yang
didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah
ada sejak awak peradaban umat manusia
3. Progresivisme sebagai sebuah teori muncul sebagai
bentuk reaksi terhadap pendidikan tradisional yang
menekankan metode-metode formal pengajaran, belajar
mental (kejiwaan), dan suasana klasik peradaban
barat. Pada dasarnya teori ini menekankan beberapa
prinsip. Pandangan Essensialisme Mengenai Belajar
Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai
tinjauannya mengenai pribadi individu dengan menitik
beratkan pada aku. Menurut idealisme, bila seorang
itu belajar pada taraf permulaan adalah memahami
akunya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami
dunia obyektif.
DAFTAR PUSTAKA
Dinn Wahyudin,Drs.M.A,dkk,Pengantar
Pendidikan,Universitas terbuka Jakarta,2007
Imam Barnadib,Prof,M.A.Ph.D,Filsafat Pendidikan,Andi
Yogyakarta,1982
http//:www.pengantar filsafat ilmu pendidikan.com
top related