LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1011/1/Mariyanti.pdf · 2020. 8. 24. · ii LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
Post on 07-Sep-2020
24 Views
Preview:
Transcript
LAPORAN TUGAS AKHIR
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PADA NY. E G2P1001 USIA KEHAMILAN 32 MINGGU
DENGAN RESIKO TINGGI (TB < 145 CM) DI KELURAHAN
SEPINGGAN KOTA BALIKPAPAN
TAHUN 2016
Oleh:
MARIYANTI
PO 7224113059
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
BALIKPAPAN
2016
ii
LAPORAN TUGAS AKHIR
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PADA NY. E G2P1001 USIA KEHAMILAN 32 MINGGU
DENGAN RESIKO TINGGI (TB < 145 CM) DI KELURAHAN
SEPINGGAN KOTA BALIKPAPAN
TAHUN 2016
Oleh:
MARIYANTI
PO 7224113059
Laporan Tugas Akhir ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dan menyelesaikan
pendidikan Diploma III Kebidanan
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
BALIKPAPAN
2016
iii
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.E DI
KELURAHAN SEPINGGAN BALIKPAPAN TAHUN 2016
MARIYANTI
Laporan Tugas Akhir ini telahdisetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan
Tim penguji Poltekkes Kemenkes Kaltim Jurusan Kebidanan
Prodi DIII Kebidanan Balikpapan Pada Tanggal 13 Juli 2016
Penguji Utama
Faridah Hariyani, M.Keb (..............................................................)
Nip. 198005132002122001
Penguji I
Novi Pasiriani, S.ST, M.Pd (…………………………………....)
NIP. 197911262001122002
Penguji II
Damai Noviasari, SST (….…..………………………………)
NIP. 197811022002122002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan Ketua Prodi DIII Kebidanan Balikpapan
Sonya Yulia, S.Pd, M.Kes Eli Rahmawati, SSiT.,M.Kes
NIP 1955071311974022001 NIP 1974032011993032001
iv
Halaman Persembahan
“Karena sesugguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesugguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan” . (QS: 94, 5-6)
“Tuhan tak pernah terburu-buru. Ia selalu tepat waktu” – Tia Setiawati
Karena-Mu kesulitan itu sirna. Karena-Mu kemudahan itu tiba. Karena-Mu
Tugas Akhir ini ada. Ya, karena-Mu segala sesuatu itu ada. Allah SWT.
Semoga Engkau senantiasa meneguhkan imanku, meluruskan niatku,
meuduhkan kepalaku hanya kepada Engkau, Sang Pengasa Semesta.
Sebuah karya kecil penuh perjuangan dengann tulus dipersembahkan
kepada mereka yang istimwa, kepada mereka yang luar biasa:
Untuk setiap canda dan tawa yang tak ternilai. Untuk setiap tangis yang
terhapus.
Untuk setiap jatuh bangunnya. Untuk setiap peluang ditengah keputus
asa.
Untuk setiap doa dan dukungan.
Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk :
My Parents
Ibu dan bapak tercinta yang tiada pernah hentinya memberi kekuatan
yang nyata. Air mata, tetesan keringat, doa, canda dan luar biasa. Penguat
dikala lemah. Sumber ketegaran yang menegarkan.
Ibu, sosok yang pertama dari tujuan hidupku yng selalu membangkitkanku
disaat terpuruk dalam hal apun. Terima kasih Tuhan engkau
memberikankan sesosok malaikatmu yang selalu sabar menghadapiku.
v
Dosen Pembimbing dan Penguji Utama
Ibu Novi pasiriani, SST., M.Pd dan Ibu Damai Noviasari, SST selaku
dosen pembimbing tugas akhir serta Ibu Farida Handayani, M. Keb selaku
penguji utama tugaas akhir. Terima kasih atas bimbingan, semangat serta
nasehat yang tiada hentinya ibu berikan kepada kami.
Seluruh Dosen Pengajar Dan Staff Di Poltekkes Kemenkes Kaltim
Terima kasih untuk semua ilmunya, didikan, bimbingan serta pengalaman
berharga yang pernah kalian berikan kepada kami selama ini.
Sahabat-sahabatku
Terima kasih untuk sahabat – sahabatku Indah (si gendut), Heni ( si acil)
dan Ayundya ( si kecil) yang selalu memberikan semangat dan motivasi
selama ini terutama selama tingkat akhir. Yang selalu sabar menghadapi
sifatku. Thank you so much guys.
Rekan – rekan AKB 78
Untuk wanita – wanita hebatku seperjuangan. Terima kasih atas
kebersamaan kalian selama 3 tahun ini terutama kelas B. Suka dan duka
telah kita lewati bersama. Yang memiliki karakter beragam. Sukses untuk
kita semua.
Pasien Study Kasusku
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ny. E dan Tn. D beserta
keluarga yang telah bersedia menjadi klien saya selama 3 bulan ini. yang
bersedia menyisihkan waktunya untukku. Tanpa kerjasama kalian tugas
vi
akhir ini tidak akan selesai. Semoga hubungan silahturahmi ini akan tetp
terjalin sampai kapanpun.
My Beloved Someone
Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untukmu. Seeseorang yang tak
pernah hentinya memberikan semangat dalam kondisi apapun, nasehat,
perhatian dan mengajarkan banyak hal. Terima kasih atas waktu dan
bantuannya. Yang mau direpotkan sana sini, yang selalu sabar dan
menginspirasi dalam menyelesaikan hasil karya ini. For my E.K
Bukan hasil yang membuatku bangga, namun proses yang membuatku percaya. Percaya bahwa kuasaan Allah itu
nyata, bahwa sahabat itu ada dan lawan itu tak kasat mata.
Maafkan atas segala kekhilafan dan kekuranganku, kurendahkan hati dan diri menjabat tangan meminta beribi -ribu
kata maaf tercurah.
Laporan tugas akhirku kupersembahkan (2016, Mariyanti)
vii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal Laporan Tugas Akhir yang berjudul “ Asuhan Kebidanan Komprehensif
Pada Ny. E G2P1001 Usia Kehamilan 32 Minggu Masalah riwayat ASI tidak Eksklusif
Di Kelurahan Sepinggan Balikpapan Tahun 2016”yang diajukan guna memenuhi
salah satu syarat kelulusan pada Program Studi Diploma III Kebidanan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal Laporan Tugas Akhir
ini tidak lepas dari dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Drs.H.Lamri, M.KesselakuDirekturPoliteknikKesehatanKementerianKesehatan
Kalimantan Timur
2. Sonya Yulia S, S.Pd.,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan
3. Eli Rahmawati,S.SiT.,M.Kes, selaku Ketua Program Studi Diploma III
Kebidanan Balikpapan Poltekkes Kemenkes Kaltim
4. Penguji utama ibu Farida Hariyani, M. Keb yag telah menjadi penguji utama
sekaligus membimbing penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir.
5. Pembimbing I ibu Novi Pasiriani SST, M.pd yang telah membimbing penulis
dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini
6. Pembimbing II ibu Damai Noviasari, SST, dosen pengajar POLTEKKES yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini
viii
7. Seluruh Dosen Diploma III Kebidanan Balikpapan Poltekkes Kementrian
Kesehatan Kalimantan Timuryang telah membekali ilmu kepada penulis yang
sangat bermanfaat
8. Staff perpustakaan di Politeknik Kesehetan Kemenkes Kaltim Jurusan
Kebidanan Balikpapan Prodi D-III Kebidanan Balikpapan yang telah
menyediakan buku-buku sebagai sumber informasi atau literatur
9. Ny. E beserta keluarga yang memberikan kepercayaan dan bersedia menjadi
klien pada penyususnan Laporan Tugas Akhir ini
10. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan, semangat dan kasih
sayangnya serta doa untuk penulis yang tiada batasnya dan tanpa pamrih,
sehinga Laporan Tugas Akhir ini dapat diselesikan dengan baik.
11. Teman-teman seperjuangan yang senantiasa memberikan dukungan dan
semangat dalam menyusun Laporan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari Proposal Laporan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penulisan Proposal Laporan Tugas Akhir selanjutnya. Semoga Laporan Tugas Akhir
ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis pada khususnya.
Balikpapan, Juli 2016
Mariyanti
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP...................................................................................... v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN .................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 5
C. Tujuan
1. Tujuan Umum................................................................................... 5
2. Tujuan Khusus................................................................................. 5
D. Manfaat
1. Manfaat Praktis ............................................................................... 6
2. Manfaat Teoritis .............................................................................. 8
E. Ruang Lingkup ....................................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan ............................................................................. 9
x
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Dasar Teori
A. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Komprehensif ................................. 13
1. Asuhan Kebidanan Komprehensif................................................. 13
2. Konsep Dasar Kehamilan. ............................................................. 13
a. Pengertian. .............................................................................. 13
b. Diagnosa Kehamilan. ............................................................. 14
c. Pengertian kehamilan TM III ................................................. 15
d. Perubahan fisiologis pada kehamilan TM III. ........................ 16
e. Ketidaknyamanan Kehamilan TM III. ................................... 18
f. Tanda Bahaya Kehamilan. ..................................................... 24
g. Ante Natal Care . .................................................................... 24
3. Konsep Dasar Persalinan. .............................................................. 35
a. Pengertian. .............................................................................. 35
b. Tanda-tanda persalinan........................................................... 35
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan. ...................... 36
d. Tahapan persalinan................................................................. 41
e. Mekanisme Persalinan............................................................ 46
4. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir...................................................... 49
a. Pengertian. .............................................................................. 49
b. Penanganan Bayi Baru Lahir.................................................. 49
c. Pemantauan Bayi Baru Lahir. ................................................ 54
d. IMD. ....................................................................................... 55
e. Tanda bahaya pada bayi baru lahir.........................................55
5. Konsep Dasar Nifas. ...................................................................... 55
a. Pengertian. .............................................................................. 55
b. Tahapan Dalam Masa Nifas. .................................................. 55
c. Perubahan fisiologis Masa Nifas. ........................................... 57
d. Perubahan istem percernaan. .................................................. 61
xi
e. Perubahan Sistem Perkemihan. .............................................. 61
f. Perubahan Endokrin. .............................................................. 62
g. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas. ......... 63
h. Kebutuhan Dasat Masa Nifas. ................................................ 64
6. Konsep dasar Neonatus. ................................................................. 68
a. Pengertian. .............................................................................. 68
b. Periode Neonatal. ................................................................... 69
c. Kunjungan Neonatal............................................................... 73
d. Perawatan fisisk...................................................................... 73
7. Konsep Dasar Keluarga Berencana. ............................................... 75
a. Pengertian. .............................................................................. 75
b. Metode Kontrasepsi................................................................ 76
c. Langkah-langkah Konseling KB. ........................................... 77
B. Konsep Dasar Masalah ......................................................................... 80
1. ASI Eksklusif................................................................................. 80
2. Berat Badan Ibu. ............................................................................ 83
3. Kehamilan Dengan Resiko . .......................................................... 91
4. KB Suntik 3 Bulan......................................................................... 93
5. Coitus Interuptus. .......................................................................... 97
6. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat................................................. 100
7. Polihidramnion . .......................................................................... 105
8. Hiperbilirubinemia . .................................................................... 119
9. Inkompabilitas ABO.................................................................... 131
10. Eritoblastosis Fetalis.................................................................... 143
11. Miliaria. ....................................................................................... 155
C. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan. ............................................... 158
D. Pengkajian Awal Asuhan.................................................................... 165
BAB III
SUBJEK DAN KERANGKA PELAKSANAAN STUDI KASUS
A. Rancangan Studi Kasus ....................................................................... 197
B. Kerangka Kerja Studi Kasus............................................................... 197
xii
C. Subyek Studi Kasus ............................................................................ 199
D. Pengumpulan Data dan Analisis Data ................................................. 199
E. Etika Studi Kasus................................................................................. 202
BAB IV
TINJAUAN KASUS
A. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan ............................. 204
B. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Persalinan ............................. 210
C. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir..................... 222
D. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas ........................... 229
E. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Neonatus ............................... 238
F. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana. ............. 246
BAB V
PEMBAHASAN
A. Asuhan Kebidanan............................................................................... 251
B. Asuhan Persalinan .............................................................................. 260
C. Asuhan Bayi Baru Lahir ..................................................................... 266
D. Asuhan Nifas ....................................................................................... 268
E. Asuhan Kunjungan Neonatus .............................................................. 269
F. Asuhan Pelayanan Keluarga Berencana .............................................. 273
G. Keterbatasan Pelaksanaan Asuhan ...................................................... 273
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 275
B. Saran .................................................................................................. 277
xiii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
2.1 Umur kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri .....................................27
2.2 Peningkatan berat badan selama kehamilan..............................................29
2.3 Apgar Skor ................................................................................................51
2.4 Perubahan Normal Pada Uterus Selama Postpartum ................................59
2.5 Skor Poedji Rochjati.............. ...................................................................92
2.6 Tabel Pertambahan Cairan Amnion. .........................................................115
2.7 Tabel pengukuran cairan amnion. ............................................................119
2.8 Tabel golongan darah................................................................................125
2.9 Tabel Golongan Darah. .............................................................................131
xv
DAFTAR BAGAN
3.1 Bagan Kerangka Kerja...................................................................................... 198
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Informasi
2. Inform Chonsent
3. Partograf
4. Hasil USG
5. Hasil pemeriksaan Laboratorium
6. SAP
xvii
DAFTAR SINGKATAN
AKI : Angka Kematian Ibu
AKB : Angka Kematian Bayi
SDG’s : Suitainable Development Goals
SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga
UNICEF : United Nation Children Fund
WHO : World Health Organization
BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
ANC : Antenatal Care
KEK : Kekurangan Energi Kronis
BBLR : Berat Badan Bayi Lahir Rendah
IMT : Indeks Massa Tubuh
PAP : Pintu Atas Panggul
PBP : Pintu Bawah Panggul
ASI : Air Susu Ibu
IMD : Inisiasi Menyusui Dini
AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
AFI : Amnion Fluid Index
TBJ : Taksiran Berat Janin
EDD : Estimated Delivery Date
GA : Gestational Age
BPD : Biparietal Diameter
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan jumlah kematian ibu yang
diakibatkan oleh proses reproduksi pada saat hamil, melahirkan dan masa nifas
per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan banyaknya kematian bayi dbawah usia 1 tahun, per 1000 kelahiran
hidup pada 1 tahun tertentu(Data Statistik Indonesia,2014)
Di indonesia, AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup ditahun
2012. Sementara target yang harus dicapai sesuai kesepakatan Suitainable
Development Goals (SDG’s) pada tahun 2030, yaitu AKI adalah dibawah 70
per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI,2015)
Berdasarkan data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2010,
penyebab langsung kematian ibu terjadi 90% pada saat persalinan dan segera
setelah persalinan yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%),
komplikasi puerperium (8%), abortus (5%), trauma obstetrik (5%), emboli
(5%), partus lama / macet (5%), dan lain-lain (11%). Kematian ibu juga
diakibatkan beberapa faktor risiko keterlambatan (tiga terlambat), diantaranya
terlambat dalam pemeriksaan kehamilan, terlambat dalam memperoleh
pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan, dan terlambat sampai di fasilitas
kesehatan pada saat dalam keadaan emergensi (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2011).
2
Menurut profil Kalimantan Timur angka kematian ibu mencapai 125
disana jumlah kelaahiran hidup mncapai 64.731. Balikpapan sendiri
menyumbang 10 kematian ibu yang terdiri dari 7 kehamilan pada ibu hamil dan
3 pada masa nifas dari 11.324 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Kaltim Tahun
2013). Berdasarkan data di Dinas Kesehatan Kota Balikpapan tahun 2014
untuk Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 123 dari 124/100ribu kelahiran
hidup dan tahun 2015 menjadi 78 dari 72/100ribu (DKK Balikpapan 2016).
Pada tahun 2012 AKB di Indonesia masih cukup tinggi yakni sebanyak
32 per 1000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2014). Angka Kematian Bayi (AKB)
di Kalimantan Timur yakni sebanyak 12,21 per 1000 kelahiran hidup (Profil
Kesehatan Kaltim, 2013). Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di
Balikpapan pada tahun 2014 sebanyak 14 dari 11/1000 kelahiran hidup
selanjutnya tahun 2015 AKB sebanyak 9 dari 6/1000 kelahiran hidup (DKK
Balikpapan 2016). Penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 50-
60%, prematuritas/BBLR 25-30%, infeksi 25-30%, trauma persalinan 5-10%
(Manuaba, 2012).
Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United
Nation Children Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan
(Depkes RI, 2014). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012
adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan,
tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain
(kecuali obat, vitamin dan mineral) (Profil Kesehatan Indonesia, 2014).
3
Mengacu pada target program pada tahun 2014 sebesar 80%, maka
secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 52,3% belum
mencapai target. Menurut provinsi, hanya terdapat satu provinsi yang berhasil
mencapai target yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 84,7%. Provinsi
Jawa Barat, Papua Barat, dan Sumatera Utara merupakan tiga provinsi dengan
capaian terendah. Sedangkan untuk Provinsi Kalimantan Timur mencapai 67,8
% (Profil Kesehatan Indonesia, 2014).
Kelompok kehamilan risiko tinggi di Indonesia pada tahun 2007 sekitar
34%. Kategori dengan risiko tinggi tunggal mencapai 22,4%, dengan rincian
umur ibu <18 tahun sebesar 4,1%, umur ibu > 34 tahun sebesar 3,8%, jarak
kelahiran < 24 bulan sebesar 5,2%, dan jumlah anak yang terlalu banyak (>3
orang) sebesar 9,4% data ini berdasarkan data dari BKKBN tahun 2008.
Berdasarkan Millennium Development Goals (MDGs) 2015,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menargetkan mengurangi 2/3
angka kematian balita dalam kurun waktu 1990 dan 2015. Angka Kematian
Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1991 sebanyak 68 AKB,
tahun 2007 sebanyak 34 AKB dan 2015 diperkirakan menurun sebanyak 23
AKB.
Data SDKI 2012 menunjukkan tren Prevalensi Penggunaan Kontrasepsi
di Indonesia sejak tahun 1991-2012 cenderung meningkat, sementara tren
angka Fertilitas cenderung menurun. Tren ini menggambarkan bahwa
meeningkatnya cakupan wanita usia subur 15-49 tahun yang melakukan KB
sejalan dengan menurunnya angka fertilitas nasional. Bila dibandingkan
dengan target RPJMN 2014, CPR telah melampaui target (60,1%) dengan
4
capaian (61,9%) namun TFR belum mencapai target (2,36%) dengan angka
tahun 2012 sebesar 2,6. Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
(BKKBN) menunjukkan bahwa tahun 2013 ada 8.500.217 PUS yang
merupakan peserta Kbbaru an hampir separuhnya (48,56%) menggukan
kontrasepsi suntik(Infodatin, 2012).
Dengan adanya program asuhan kebidanan yang komprehensif ini
diharapkan dapat menekan angka kematian ibu dan angka kematian bayi serta
dalam pemberian ASI eksklusif serta mengatasi masalah – masalah dari
riwayat sebelumnya. Selain itu sosialisasi terus dilakukan kepada ibu hamil
untuk berkunjung ke pelayanan kesehatan untuk memenuhi K1 dan K4 serta
adanya home visit oleh petugas kesehatan.
Pengkajian awal yang dilakukan penulis pada Ny. E usia 33 tahun usia
kehamilan G2P1001 tanggal 18 Maret 2016 ditemukan, ibu hamil usia 33 tahun
G2 P1001 usia kehamilan 32 minggu. Pada riwayat kehamilan pertama ibu
memiliki riwayat kista, riwayat kb suntik 3 bulan, riwayat kb alamiah, bayi
lahir cukup bulan, riwayat ASI tidak eksklusif pada kehamilan pertama dan
usia anak saat ini 3 tahun 10 bulan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan asuhan kebidanan
komprehensif pada Ny. “E” selama masa hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas,
neonatus, dan pemilihan alat kontrasepsi dalam laporan studi kasus dengan
judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.”E” Di Kelurahan
Sepinggan, Balikpapan Selatan Tahun 2016
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas yang menjadi rumusan
masalah adalah “Bagaimana pelayanan asuhan kebidanan secara
komprehensif pada Ny. E pada masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir,
nifas, neonatus sampai dengan pelayanan kontrasepsi yang sesuai dengan
standar pelayanan kebidanan pada Ny. E di wilayah kerja Puskesmas
Sepinggan RT. 29 Balikpapan Selatan ?”.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu melakukan asuhan kebidanan pada Ny. E usia 33 tahun
G2P1001 sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dan
mendokumentasikan dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
Penulisan laporan tugas akhir ini bertujuan membantu penulis
agar mampu:
a. Mampu melakukan asuhan kehamilan (pengkajian, identifikasi
masalah, penegakan diagnosa, intervensi, implementasi, evaluasi dan
pendokumentasian dengan metode SOAP) pada klien Ny. E G2 P1001
usia kehamilan 32 minggu janin tunggal hidup intrauterin presentasi
kepala, di wilayah kerja Puskesmas Sepinggan Kota Balikpapan.
b. Mampu melakukan asuhan persalinan (pengkajian, identifikasi
masalah, penegakan diagnosa, intervensi, implementasi, evaluasi dan
pendokumentasian dengan metode SOAP) pada klien Ny. E G2 P1001
6
usia kehamilan 32 minggu janin tunggal hidup intrauterin presentasi
kepala, di wilayah kerja Puskesmas Sepinggan Kota Balikpapan.
c. Mampu melakukan asuhan Bayi Baru Lahir (pengkajian, identifikasi
masalah, penegakan diagnosa, intervensi, implementasi, evaluasi dan
pendokumentasian dengan metode SOAP) pada Bayi Ny. E.
d. Mampu melakukan asuhan nifas (pengkajian, identifikasi masalah,
penegakan diagnosa, intervensi, implementasi, evaluasi dan
pendokumentasian dengan metode SOAP) pada klien Ny. E di
wilayah kerja Puskesmas Sepinggan Kota Balikpapan.
e. Mampu melakukan asuhan neonatus (pengkajian, identifikasi
masalah, penegakan diagnosa, intervensi, implementasi, evaluasi dan
pendokumentasian dengan metode SOAP) pada klien Ny. E di
wilayah kerja Puskesmas Sepinggan Kota Balikpapan.
f. Mampu melakukan asuhan Keluarga Berencana (pengkajian,
identifikasi masalah, penegakan diagnosa, intervensi, implementasi,
evaluasi dan pendokumentasian dengan metode SOAP) pada klien
Ny. E di wilayah kerja Puskesmas Sepinggan Kota Balikpapan.
D. Manfaat
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Dinas Kesehatan Kota Balikpapan
Dapat menghasilkan atau menjadi bahan acuan untuk pertimbangan
bagi Dinas Kesehatan Kota Balikpapan mengenai asuhan kebidanan
yang komprehensif yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.
7
b. Bagi Puskesmas Wilayah Kerja Setempat
Dapat membantu untuk menjalankan dan melancarkan program kerja
puskesmas dan dapat mengurangi AKI dan AKB di wilayah kerja
puskesmas karena asuhan yang diberikan sesuai dengan standar
pelayanan asuhan kebidanan. Dengan komunikasi yang baik dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja puskesmas
tersebut.
c. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes Kaltim Prodi D-III Kebidanan
Balikpapan
Dapat meningkatkan kualitas pendidikan bidan khususnya dalam
pemberian asuhan kebidanan komprehensif dari masa kehamilan,
persalinan, bayi baru lahir, masa nifas, neonatus sampai pelayanan
kontrasepsi serta untuk mengevaluasi kompetensi mahasiswa dalam
pemberian asuhan kebidanan, sehingga dapat menghasilkan bidan yang
terampil, profesional dan mandiri.
d. Bagi Klien
Klien mendapatkan pengetahuan dan pelayanan secara komprehensif
mulai dari masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, masa nifas,
neonatus sampai pelayanan kontrasepsi sesuai standar pelayanan
kebidanan.
e. Bagi Penulis
Memberikan pengetahuan, kemampuan menganalisa, mengembangkan
pola pikir ilmiah serta pengalaman bagi penulis untuk dapat melakukan
asuhan kebidanan secara komprehensif mulai dari kehamilan,
8
persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus, hingga pelayanan
kontrasepsi.
2. Manfaat Teoritis
Dengan adanya asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, BBL,
neonatus, nifas dan pemilihan alat kotrasepsi sehingga dilakukannya
asuhan secara teratur untuk kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi agar
dapat termonitor dengan baik dengan pemantauan terhadap komplikasi-
komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada ibu dan bayi.
3. Manfaat Praktis
a. Bagi Dinas Kesehatan Kota Balikpapan
Dapat menghasilkan atau menjadi bahan acuan untuk pertimbangan
bagi Dinas Kesehatan Kota Balikpapan mengenai asuhan kebidanan
yang komprehensif yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.
b. Bagi Puskesmas Wilayah Kerja Setempat
Dapat membantu untuk menjalankan dan melancarkan program kerja
puskesmas dan dapat mengurangi AKI dan AKB di wilayah kerja
puskesmas karena asuhan yang diberikan sesuai dengan standar
pelayanan asuhan kebidanan. Dengan komunikasi yang baik dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja puskesmas
tersebut.
c. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes Kaltim Prodi D-III Kebidanan
Balikpapan
Dapat meningkatkan kualitas pendidikan bidan khususnya dalam
pemberian asuhan kebidanan komprehensif dari masa kehamilan,
9
persalinan, bayi baru lahir, masa nifas, neonatus sampai pelayanan
kontrasepsi serta untuk mengevaluasi kompetensi mahasiswa dalam
pemberian asuhan kebidanan, sehingga dapat menghasilkan bidan
yang terampil, profesional dan mandiri.
d. Bagi Klien
Klien mendapatkan pengetahuan dan pelayanan secara komprehensif
mulai dari masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, masa nifas,
neonatus sampai pelayanan kontrasepsi sesuai standar pelayanan
kebidanan.
e. Bagi Penulis
Memberikan pengetahuan, kemampuan menganalisa,
mengembangkan pola pikir ilmiah serta pengalaman bagi penulis
untuk dapat melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif mulai
dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus, hingga
pelayanan kontrasepsi.
E. Ruang Lingkup
Penulisan laporan studi kasus ini disusun dalam bentuk studi kasus
continuity of care, yang bertujuan memberikan asuhan secara komprehensif
pada Ny.”E” mulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas,
neonatus, hingga pelaksanaan pelayanan kontrasepsi pada periode Maret-
Juni 2016.
F. Sistematika Penulisan
Dalam karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode narasi yang
disertai dengan analisis data dan permasalahan yang timbul selama
10
pelaksanaan asuhan kebidanan. Adapun metode pengumpulan data yang
dipergunakan adalah :
1. Studi Kepustakaan
Dipergunakan untuk memperoleh data dasar ilmiah dari berbagai
sumber berupa buku, tulisan ilmiah, bahan kuliah, internet, dan lain-lain
yang berhubungan dengan karya tulis ilmiah ini yaitu mengenai ilmu
kebidanan diantaranya asuhan kehamilan, bersalin, perawatan nifas dan
bayi baru lahir serta pelayanan keluarga berencana. Sumber-sumber
tersebut dapat dijadikan penulis sebagai penunjang penulisan karya tulis
ini.
2. Studi Kasus
Merupakan usaha pengamatan dan praktek langsung dengan klien
melalui tahap-tahap proses asuhan kebidanan. Hal ini dapat dilakukan
melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik.
3. Studi Dokumentasi
Untuk mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan
materi pembahasan seperti lembar status.
Sistematika umum penulisan laporan tugas akhir adalah sebagai
berikut :
JUDUL
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
11
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
G. Latar Belakang
H. Rumusan Masalah
I. Tujuan
3. Tujuan Umum
4. Tujuan Khusus
J. Manfaat
3. Manfaat Praktis
4. Manfaat Teoritis
K. Ruang Lingkup
L. Sistematika Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Dasar Teori
E. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Komprehensif
F. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Sesuai Kasus
G. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan
H. Pengkajian Awal Asuhan Kebidanan
12
BAB III
SUBJEK DAN KERANGKA PELAKSANAAN STUDI KASUS
BAB IV
TINJAUAN KASUS
BAB V
PEMBAHASAN
BAB VI
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Komprehensif
1. Asuhan Kebidanan Komprehensif
Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan kebidanan
yang diberikan secara menyeluruh dari mulai hamil, bersalin, nifas, bayi
baru lahir, neonatus sampai pelayanan kontrasepsi.
Tujuan dari asuhan kebidanan ini dilakukan agar dapat mengetahui
hal apa saja yang terjadi pada seorang wanita semenjak hamil, bersalin,
nifas, bayi baru lahir, neonatus dan pelayanan kontrasepsi serta melatih
dalam melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa secara tepat,
antisipasi masalah yang mungkin terjadi, menentukan tindakan segera,
melakukan perencanaan dan tindakan sesuai dengan kebutuhan ibu, serta
mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan
(Varney, 2008)
2. Konsep Dasar Kehamilan
a. Pengertian
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilitas atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Bila dihitung dari saat fertilisasi sampai lahir bayinya. Kehamilan
normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau
14
9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3
trimester, dimana trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu,
trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan
trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga minggu ke-40)
(Saifuddin, 2010).
b. Diagnosa Kehamilan
1) Tanda Pasti Kehamilan (Manuaba, 2010) :
a) Terlihatnya embrio atau kantung kehamilan melalui USG
pada 4-6 minggu sesudah pembuahan
b) Denyut jantung janin ketika usia kehamilan 10-12 minggu.
Didengar melalui stetoskop leanec, alat kardiotokografi, alat
dopler, atau dilihat dengan alat ultrasonografi
c) Terasa gerakan janin dalam rahim. Pada primigravida bisa
dirasakan ketika kehamilan berusia 18 minggu, sedangkan
pada multigravida diusia 16 minggu
d) Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangka janin
2) Tanda dugaan hamil (Manuaba, 2010) :
Berikut ini adalah tanda-tanda dugaan adanya kehamilan :
a) Amenore (tidak adanya menstruasi)
b) Mual dan muntah
c) Ngidam
d) Pingsan
e) Mammae menjadi tegang dan membesar
15
f) Sering miksi
g) Konstipasi dan obstipasi
h) Pigmentasi kulit
i) Varises atau penampakan pembuluh darah vena
3) Tanda tidak pasti kehamilan (Manuaba, 2010) :
a) Rahim membesar sesuai dengan tuanya kehamilan
b) Pada pemeriksaan dijumpai
(1) Tanda hegar, isthimus melembek pada saat hamil
(2) Tanda piscaseck, uterus membesar sampai sebesar telur
angsa
(3) Tanda chadwicks, warna selaput lendir vagina dan vulva
jadi keunguan
(4) Teraba braxton hicks, saat hamil uterus mudah
berkontraksi
c) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif
c. Pengertian kehamilan TM III
Merupakan waktu mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai
orang tua, seperti berpusatnya perhatian pada kehadiran bayi
sehingga disebut juga sebagai periode penantian pada umur
kehamilan antara 28 – 40 minggu(Saifuddin, 2009)
16
d. Perubahan Fisiologis pada Kehamilan III
Perubahan Fisik dan Psikologis pada Trimester III 1)
Perubahan Fisik pada Trimester III Menurut Kurnia (2009),
perubahan fisik pada trimester III adalah :
a) Sakit bagian tubuh belakang Sakit pada bagian tubuh
belakang (punggung-pinggang), karena meningkatnya
beban berat dari bayi dalam kandungan yang dapat
mempengaruhi postur tubuh sehingga menyebabkan
tekanan ke arah tulang belakang.
b) Payudara Keluarnya cairan dari payudara, yaitu colostrum,
merupakan makanan bayi pertama yang kaya akan protein.
Biasanya, pada trimester ini, ibu hamil akan merasakan hal
itu, yakni keluarnya colostrum.
c) Konstipasi Pada trimester ini sering terjadi konstipasi
karena tekanan rahim yang membesar kearah usus selain
perubahan hormon progesteron.
d) Pernafasan Karena adanya perubahan hormonal yang
memengaruhi aliran darah ke paru-paru, pada kehamilan
33-36 minggu, banyak ibu hamil akan merasa susah
bernapas. Ini juga didukung oleh adanya tekanan rahim
yang membesar yang berada di bawah diafragma (yang
membatasi perut dan dada). Setelah kepala bayi turun
kerongga panggul ini biasanya 2-3 minggu sebelum
persalinan pada ibu yang baru pertama kali hamil akan
17
merasakan lega dan bernapas lebih 18 mudah, dan rasa
panas diperut biasanya juga ikut hilang, karena
berkurangnya tekanan bagian tubuh bayi dibawah
diafragma / tulang iga ibu.
e) Sering kencing Pembesaran rahim ketika kepala bayi turun
ke rongga panggul akan makin menekan kandungan
kencing ibu hamil.
f) Masalah tidur Setelah perut besar, bayi akan sering
menendang di malam hari sehingga merasa kesulitan untuk
tidur nyenyak.
g) Varises Peningkatan volume darah dan alirannya selama
kehamilan akan menekan daerah panggul dan vena di kaki,
yang mengakibatkan vena menonjol, dan dapat juga terjadi
di daerah vulva vagina. Pada akhir kehamilan, kepala bayi
juga akan menekan vena daerah panggul yang akan
memperburuk varises. Varises juga dipengaruhi faktor
keturunan.
h) Kontraksi perut Braxton-Hicks atau kontraksi palsu ini
berupa rasa sakit di bagian perut yang ringan, tidak teratur,
dan akan hilang bila ibu hamil duduk atau istirahat.
i) Bengkak Perut dan bayi yang kian membesar selama
kehamilan akan meningkatkan tekanan pada daerah kaki
dan pergelangan kaki 19 ibu hamil, dan kadang membuat
18
tangan membengkak. Ini disebut edema, yang disebabkan
oleh perubahan hormonal yang menyebabkan retensi cairan.
j) Kram pada kaki Kram kaki ini timbul karena sirkulasi darah
yang menurun, atau karena kekurangan kalsium.
k) Cairan vagina Peningkatan cairan vagina selama kehamilan
adalah normal. Cairan biasanya jernih. Pada awal
kehamilan, cairan ini biasanya agak kental, sedangkan pada
saat mendekati persalinan cairan tersebut akan lebih cair.
e. Ketidaknyamanan Pada Kehamilan Trimester III (Varney, 2007) :
1) Pusing
a) Penyebab
(1) Tekanan darah tinggi
(2) Pengumpulan darah didalam pembuluh tungkai
(3) Kurang makan
b) Cara mengatasi
(1) Saat akan pindah posisi (misalnya dari posisi duduk
jadi berdiri), lakukan dengan lambat dan tenang,
jangan tergesa-gesa.
(2) Hindari berdiri terlalu lama dalam lingkungan yang
panas dan sesak
(3) Coba periksakan di tempat pelayanan kesehatan jika
pusing menyerang.
19
2) Sakit pinggang dan punggung
a) Penyebab
(1) Keletihan
(2) Ukuran rahim yang makin membesar
(3) Mekanisme tubuh yang kurang baik
b) Cara mengatasi
(1) Jangan membungkuk saat mengambil barang,
sebaiknya turunkan badan dalam posisi jongkok, baru
kemudian mengambil barang yang dimaksud
(2) Istirahat, pijat, kompres dingin atau panas pada bagian
yang sakit
3) Sering buang air kecil
a) Penyebab
Tekanan rahim pada kandung kemih, rahim semakin
membesar mengikuti perkembangan janin sehingga rahim
akan menekan kandung kencing.
b) Cara mengatasi
(1) Usahakan buang air kecil selalu tuntas (tidak tersisa)
(2) Batasi minum kopi, teh, cola dan kafein
(3) Lakukan senam otot panggul ringan misalnya kegel.
4) Keputihan
a) Pengertian
Leukorea (white discharge, fluor albus, keputihan)
adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang
20
dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah.
Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan
suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri,
sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar
Bartolin. Selain itu sekret vagina juga disebabkan karena
aktivitas bakteri yang hidup pada vagina yang normal.
Seorang wanita lebih rentan mengalami keputihan
pada saat hamil karena pada saat hamil terjadi
perubahan hormonal yang salah satu dampaknya adalah
peningkatan jumlah produksi cairan dan penurunan
keasaman vagina serta terjadi pula perubahan pada
kondisi pencernaan. Semua ini berpengaruh terhadap
peningkatan risiko terjadinya keputihan, khususnya
yang disebabkan oleh infeksi jamur.
Keputihan dapat bersifat normal (fisiologis) dan
tidak normal (patologis). Dalam keadaan normal,
cairan yang keluar cenderung jernih atau sedikit
kekuningan dan kental seperti lendir serta tidak disertai
bau atau rasa gatal. Namun bila cairan yang keluar
disertai bau, rasa gatal, nyeri saat buang air kecil atau
warnanya sudah kehijauan atau bercampur darah, maka
ini dapat dikategorikan tidak normal.
21
b) Penyebab
Peningkatan produksi lendir dan kelenjar endoservikal
sebagai akibat dari peningkatan kadar estrogen. Umumnya
penyebab keputihan tersering pada wanita hamil adalah
infeksi jamur Candida sp. Wanita hamil dapat terkena
keputihan sejak awal kehamilan hingga trimester akhir
menjelang persalinan. Namun pada keputihan karena
infeksi jamur, akan lebih berat terjadi pada bulan-bulan
terakhir kehamilan karena pada saat tersebut
kelembaban vagina paling tinggi
c) Dampak keputihan
Keputihan yang bersifat normal pada ibu hamil tidak
akan menyebabkan bahaya, yaitu adanya ciri-ciri tidak
berbau dan tidak membuat gatal. Ibu hamil akan
mengalami keputihan hingga akhir menjelang persalinan.
Pada masa akhir kehamilan keputihan semakin meningkat
karena infeksi jamur semakin berat terjadi. Umumnya
keputihan pada ibu hamil terinfeksi karena jamur candida
sp. Adapun bahaya keputihan untuk ibu hamil yaitu :
(1) Kelahiran premature
Keputihan yang ditandai dengan munculnya cairan
yang lebih kental, berbau amis dan rasa gatal yang
memicu iritasi pada vulva. Keputihan pada ibu hamil
jenis ini akan mengakibatan nyeri saat bersenggama.
22
Adapun penyebab keputihan adalah mikroorganisme
yaitu candida albicans. Jika dibiarkan tanpa
pengobatan akan menyebabkan kelahiran prematur.
(2) Ketuban pecah sebelum waktunya
Munculnya cairan yang ditandai dengan berwarna
kekuningan, berbau amis dan ketika muncul rasa gatal.
Keputihan ini disebut vaginosis bakterialis yang
menyebabkan ketuban pecah sebelum waktunya.
(3) Berat badan bayi rendah
Keputihan yang berupa iritasi di area genital dengan
timbulnya rasa panas dan gatal. Pada keadaan yang
parah akan mengakibatkan nyeri pada daerah vulva
dan vulva pada saat senggama. Penyebab keputihan ini
adalah protozoa trichmonas vaginalis yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Berdampak pada ibu hamil
yaitu adanya bahaya kelahiran bayi yang beratnya
rendah.
d) Cara mengatasi
(1) Meningkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari
(2) Memakai pakaian dalam yang terbuat dari katun bukan
nilon
(3) Menghindari pencucian vagina dengan sabun dari arah
depan kebelakang (Kusmiyati dkk, 2009)
23
5) Kaki bengkak dan sakit
a) Penyebab
Keletihan
b) Cara mengatasi
(1) Perbanyak olah raga (jalan santai)
(2) Saat duduk, gerakan kaki dengan memutarnya pada
pergelangan kaki
(3) Hindari duduk bersilang
(4) Berbaringlah menyamping jangan terlentang
(5) Ketika berbaring atur posisi kaki agar tinggi dari badan
mengganjalnya dengan bantal.
6) Kram pada kaki
a) Penyebab
(1) Tekanan pada rahim
(2) Keletihan
(3) Sirkulasi darah yang kurang ketungkai bagian bawah.
b) Cara mengatasi
(1) Kurang minum susu karena kandungan fosfor pada
susu tinggi
(2) Gunakan penghangat untuk otot
(3) Jangan menggantungkan kaki ketika duduk,
menapakan pada alas atau menselonjorkan kaki dan
diatas bantal.
24
7) Nyeri pinggang
Nyeri pinggang merupakan hal yang normal pada ibu
hamil, karena perut yang semakin membesar sehingga titik
berat badan pindah kedepan dan meyebabkan spasme pada otot
(Varney, 2007).
Cara mencegah : bangun dari tempat tidur dengan posisi
miring terlebih dahulu, lalu tangan sebagai tumpuan untuk
mengangkat tubuh.
f. Tanda Bahaya Kehamilan
Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam
kehamilan (Kusmiyati, 2009) :
1) Perdarahan pervaginam
2) Sakit kepala yang hebat
3) Penglihatan kabur
4) Nyeri perut hebat
5) Bengkak di wajah dan jari-jari tangan
6) Keluar cairan pervaginam
7) Gerakan janin tidak terasa
g. Ante Natal Care (ANC)
1) Pengertian
Ante natal care merupakan pengawasan kehamilan untuk
mendapatkan kesehatan umum ibu. Mencegah secara dini
penyakit yang menyertai kehamilan, komplikasi kehamilan,
25
menetapkan resiko kehamilan, menyiapkan persalinan, menuju
ibu sehat dan bayi sehat (Manuaba, 2010).
2) Jadwal Pemeriksaan Kehamilan (ANC) Ibu hamil mendapatkan
pelayanan ANC minimal 4 kali selama kehamilan, yang terbagi
dalam (Manuaba, 2010):
a) Trimester I : 1 kali (sebelum usia 14 minggu)
b) Trimester II : 1 kali (usia kehamilan antara 14-28
minggu)
c) Trimester III : 2 kali (usia kehamilan antara 28-36
minggu dan sesudah usia kehamilan
36 minggu)
3) Asuhan Antenatal standar 14 T (Sulistyawati, 2009) :
a) Timbang Berat Badan dan ukur tinggi badan (T1)
b) Ukur Tekanan Darah (T2)
c) Ukur Tinggi Fundus Uteri (T3)
d) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan
(T4)
e) Pemberian imunisasi TT (T5)
f) Pemeriksaan HB (T6)
g) Pemeriksaan VDRL (T7)
h) Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan
payudara (T8)
i) Senam Ibu Hamil (T9)
j) Temu wicara/konseling (T10)
26
k) Pemeriksaan protein urin atas indikasi (T11)
l) Pemeriksaan reduksi urin atas indikasi (T12)
m) Pemberian terapi kapsul yodium (T13)
n) Pemberian terapi anti malaria (T14)
4) Pemeriksaan ibu hamil (Kusmiyati, 2009) :
a) Anamnesis
(1) Anamnesa identitas istri dan suami : nama, umur, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan dan alamat. Dalam
melakukan anamnesis diperlukan keterampilan
berkomunikasi, karena pendidikan dan daya tangkap
seseorang sangat bervariasi.
(2) Anamnesis umum
(a) Tentang keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur,
perkawinan.
(b) Tentang haid, menarche, lama haid, banyaknya
darah dan kapan mendapat haid terakhir, serta
teratur atau tidak.
(c) Tentang kehamilan, persalinan, nifas, jumlah, dan
keadaan anak.
b) Menentukan Usia Kehamilan
(1) Metode Kalender (Kusmiyati, 2009)
Metode kalender adalah metode yang sering kali
digunakan oleh tenaga kesehatan dilapangan
perhitungannya sesuai rumus yang direkomendasikan
27
oleh Neagle yaitu dihitung dari tanggal pertama haid
terakhir ditambah 7 (tujuh), bulan ditambah 9 (sembilan)
atau dikurang 3 (tiga), tahun ditambah 1 (satu) atau 0
(nol).
(2) Tinggi Fundus (Manuaba, 2010)
Tabel 2.1 Umur kehamilan berdasarkan
tinggi fundus uteri
Tinggi Fundus Uteri Umur kehamilan
⅓ diatas simfisis
½ simfisis-pusat
⅔ diatas simfisis
Setinggi pusat
⅓ diatas pusat
½ pusat-prosesus xifoideus
Setinggi prosesus xifoideus
2 jari (4cm) dibawah prosesus
xifoideus
12 Minggu
16 minggu
20 minggu
24 minggu
28 minggu
34 minggu
36 minggu
40 Minggu
c) Pemeriksaan Umum, meliputi:
(1) Tanda-tanda vital
(a) Suhu tubuh normal 360C-370C
28
(b) Denyut nadi ibu
Denyut nadi dalam keadaan normal 60-80 kali
permenit. Apabila denyut nadi ibu 100 kali atau
lebih permenit merupakan tanda-tanda kurang baik,
kemungkinan ibu mengalami tegang, ketakutan,
cemas akibat masalah tertentu
(c) Pernapasan normal ibu hamil adalah 20-40 kali
permenit
(d) Tekanan darah
Tekanan darah diukur setiap kali pemeriksaan
kehamilan. Tekanan darah normal 110/80 mmHg
sampai 140/90 mmHg. Apabila darah ibu lebih dari
140/90 mmHg berarti tekanan darah ibu tinggi, dan
itu adalah salah satu gejala preeklamsi (Depkes RI,
2009).
(2) Lingkar lengan atas (Lila)
Angka normal lingkar lengan atas ibu yang sehat yaitu
23,5-36 cm (Kusmiyati, 2009). Pengukuran Lila untuk :
(a) Mengetahui adanya resiko kekurangan energi kronis
(KEK) pada WUS
(b) Menepis wanita yang mempunyai risiko melahirkan
BBLR
(3) Berat badan
29
Sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa berat
badan ibu hamil akan bertambah antara 6,5 kg-16,5 kg.
Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) berat badan ibu
masih dalam batas normal dengan kalkulasi sebagai
berikut, IMT Dengan nilai rujukan sebagai berikut
Tabel 2.2 peningkatan berat badan selama
kehamilan
IMT (kg/m2) Total kenaikan berat
badan yang
disarankan
Selama
trimester 2 dan
3
Kurus
(IMT<18,5)
12,7–18,1 kg 0,5 kg/minggu
Normal
(IMT 18,5-22,9)
11,3-15,9 kg 0,4 kg/minggu
Overweight
(IMT 23-29,9)
6,8-11,3 kg 0,3 kg/minggu
Obesitas
(IMT>30)
0,2 kg/minggu
Bayi kembar 15,9-20,4 kg 0,7 kg/minggu
(Sumber: Sukarni, 2013)
(4) Tinggi badan
30
Diukur pada saat pertama kali datang. Ibu hamil yang
tinggi badannya kurang dari 145 cm terutama pada
kehamilan pertama, tergolong risiko tinggi yaitu
dikhawatirkan panggul ibu sempit (Pantikawati, 2010).
d) Pemeriksaan khusus, meliputi :
(1) Inspeksi
(a) Muka, apakah ada cloasma gravidarum dan odema
(b) Rambut dan kulit rambut, terlihat bersih atau tidak
(c) Kelopak mata, terlihat bengkak atau tidak
(d) Konjungtiva, terlihat pucat atu tidak
(e) Sclera, terlihat kuning atau normal
(f) Hidung, terlihat bersih atau tidak
(g) Mulut, ada sariawan atau tidak
(h) Gigi, ada caries atau tidak
(i) Leher, inspeksi pada leher adalah untuk melihat
apakah ada pembesaran kelenjar tiroid
(j) Payudara
- Apakah bentuknya simetris antara kanan dan kiri
- Melihat apakah sudah terjadi pygmentasi puting
dan areola
- Keadaan puting susu apakah menonjol atau tidak.
- Apakah colostrum sudah keluar
(k) Abdomen
31
- Membesar sesuai dengan umur kehamilan atau
tidak
- alba/nigra, striae gravidarum hiperpigmentasi
atau tidak
- Tampak gerakan janin atau tidak
- Bentuk gravidarum apakah melintang atau
memanjang
(l) Vulva
Apakah ada odema, pengeluaran cairan dan apakah
nyeri
(2) Palpasi
(a) Tujuan palpasi
Untuk menentukan bagian-bagian, presentasi dan
letak janin dalam rahim serta usia kehamilan. Letak
dan presentasi janin dalam rahim merupakan salah
satu faktor penting yang berpengaruh terhadap
proses persalinan. Jika pada trimester III menjelang
persalinan bagian bawah janin bukan kepala atau
kepala janin belum masuk PAP berarti ada kelainan
posisi janin atau kelainan panggul sempit (Manuaba,
2010).
(b) Tahap-tahap pemeriksaan menurut Leopold adalah
sebagai berikut :
- Tahap persiapan pemeriksaan Leopold :
32
1. Ibu tidur telentang dengan posisi kepala lebih
tinggi
2. Kedudukan tangan pada saat pemeriksaan
dapat dialas kepala atau membujur disamping
badan ibu
3. Kaki ditekukkan sedikit sehingga dinding
perut lemas
4. Bagian perut ibu dibuka seperlunya
5. Pemeriksa menghadap kemuka ibu saat
melakukan pemeriksaan Leopold I sampai III,
sedangkan saat melakukan pemeriksaan
Leopold IV pemeriksa menghadap ke kaki ibu
- Manuver palpasi menurut Leopold
1. Leopold I
a. Pemeriksa menghadap kearah muka ibu
hamil, satu tangan di fundus dan tangan
yang lain diatas simfisis
b. Menentukan tinggi fundus uteri
(kepala/bokong) dan bagian janin dalam
fundus
c. Konsistensi uterus
33
2. Leopold II
a. Menentukan batas samping rahim kanan-
kiri, dengan satu tangan menekan di
fundus
b. Menentukan letak punggung janin
c. Pada letak lintang, tentukan di mana
kepala janin
3. Leopold III
a. Menentukan bagian terbawah janin
b. Apakah bagian terbawah tersebut sudah
masuk pintu atas panggul (PAP) atau
masih dapat digoyangkan
4. Leopold IV
a. Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu
hamil
b. Bisa juga menentukan bagian terbawah
janin apa dan berapa jauh sudah masuk
PAP
(3) Auskultasi
Sebelum melakukan pemeriksaan kaki ibu diluruskan
sehingga punggung janin lebih dekat dengan dinding
perut ibu. DJJ normal 120-160 kali permenit (Manuaba,
2010).
34
(4) Perkusi
Reflex patella
Caranya : pada tendon tepat dibawah tempurung lutut,
ketuk menggunakan hammer, kalau reflek negatif, berarti
pasien kekurangan kalsium (B1).
e) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium :
(1) Hb
Hb normal ibu hamil adalah 11 gr %, apabila kurang
berarti ibu menderita anemia (Manuaba, 2010).
Pemeriksaan dan pengawasan Hb pada ibu hamil
dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan, yaitu
trimester I dan III (Saifuddin, 2007).
(2) Albumin
Hasil pemeriksaan albumin dapat digolongkan :
(a) Negative : Bila tidak ada perubahan
(jernih).
(b) Positif ( +) : Ada kekeruhan sedikit tanpa
butir-butir.
(c) Positif (++) : Kekeruhan mudah dilihat dan
tampak butir-butir.
(d) Positif (+++) : Jelas keruh dan berkeping-
keping.
(e) Positif (++++) : Sangat keruh berkeping
35
keping besar, menggumpal-
gumpal dan padat.
(3) Reduksi
Hasil pemeriksaan reduksi dapat digolongkan :
(a) Negative : Tetap biru jernih atau sedikit
kehijau-hijauan dan agak
keruh.
(b) Positif (+) : Hijau kekuning-kuningan dan
keruh (0,5-1 % glukosa).
(c) Positif (++) : Kuning keruh (1-1,5 %
glukosa).
(d) Positif (+++) : Jingga atau warna lumpur
keruh (2-3,2 % glukosa).
(e) Positif (++++) : Merah keruh (lebih dari
3,5 % glukosa).
3. Konsep Dasar Persalinan
a. Pengertian persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu)
sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks
36
(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara
lengkap (JNPK-KR. 2008).
b. Tanda-tanda persalinan
Karakteristik persalinan sesungguhnya(Sumarah. dkk, 2009) :
a) Serviks menipis dan membuka
b) Rasa nyeri dan interval teratur
c) Interval antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek
d) Waktu dan kekuatan kontraksi semakin bertambah
e) Rasa nyeri terasa dibagian belakang dan menyebar kedepan
f) Dengan berjalan bertambah intensitas
g) Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan
intensitas nyeri
h) Lendir darah semakin nampak
i) Ada penurunan bagian kepala janin
j) Kepala janin sudah terfiksasi di PAP diantara kontraksi
k) Pemberian obat penenang tidak menghentikan proses persalinan
sesungguhnya
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Peran dari penolong adalah mengantisipasi dan menangani
komplikasi yang mungkin tejadi pada ibu dan janin. Penanganan
yang terbaik dapat berupa observasi yang cermat, dan seorang bidan
harus mampu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab persalinan
sehingga diharapkan dalam memberikan asuhan kebidanan pada
proses persalinan yaitu passage (jalan lahir), power (his dan tenaga
37
mengejan), dan passanger (janin, plasenta dan ketuban), serta factor
lain seperti psikologi dan faktor penolong (Sumarah dkk, 2009) :
1. Passage
Passage atau jalan lahir terdiri dari bagian keras (tulang-
tulang panggul dan sendi-sendinya) dan bagian lunak (otot-otot,
jaringan, dan ligament). Tulang-tulang panggul meliputi 2 tulang
pangkal paha, 1 tulang kelangkang, dan 1 tulang tungging.
Pembagian bidang panggul meliputi :
a) Pintu atas panggul (PAP) atau pelvic inlet
b) Bidang luas panggul
c) Bidang sempit panggul (mid pelvic).
d) Pintu bawah panggul (PBP).
Dari bentuk dan ukuran berbagai bidang rongga panggul,
rongga ini merupakan saluran yang tidak sama luasnya diantara
tiap-tiap bidang. Bidang yang terluas dibentuk pada
pertengahan simfisis dengan os sacral I-III, sehingga kepala
janin dimungkinkan bergeser melalui PAP masuk ke dalam
ruang panggul. Kemungkinan kepala dapat lebih masuk
kedalam ruang panggul jika sudut antara sacrum dan lumbal,
yang disebut inklinasi, lebih besar. Dengan demikian, tulang
jalan lahir sangat menentukan proses persalinan apakah dapat
berlangsung melalui jalan biasa atau melalui tindakan operasi
dengan kekuatan dari luar. Menurut Prawirohardjo, pada jalan
lahir lunak dapat terjadi gangguan yaitu :
38
a) Pembukaan serviks
(1) Serviks yang kaku. Terdapat pada primi tua primer atau
sekunder. Serviks yang mengalami banyak cacat
perlukaan atau sikatrik.
(2) Serviks gantung. Ostium uteri eksternum terbuka lebar,
namun ostium uteri internum tidak terbuka dan
sebaliknya.
(3) Edema servik. Terutama karena panggul sempit, serviks
terjepit antara kepala janin dan jalan lahir sehingga
terjadi gangguan sirkulasi darah dan cairan yang
menimbulkan edema serviks.
(4) Serviks dupleks karena kelainan congenital.
b) Vagina
Kelainan vagina yang dapat mengganggu perjalanan
persalinan :
(1) Septum vagina (transvaginal septum vagina, longitudinal
septum vagina)
(2) Tumor pada vagina
(3) Hymen dan perineum. Kelainan hymen imperforate, atau
hymen elastic pada perineum, yaitu kekakuan pada
hymen sehingga memerlukan episiotomy yang luas.
39
2. Power (His dan Tenaga ibu)
Kekuatan his atau kontraksi dan kekuatan mengejan ibu
sangat penting dalam proses persalinan. Sifat his yang sempurna
dan efektif :
a) Adanya koordinasi dari gelombang kontraksi, sehingga
kontraksi simetris
b) Kontraksi paling kuat atau adanya dominasi di fundus uteri
c) Sesudah tiap his, otot-otot korpus uteri menjadi lebih pendek
dari sebelumnya, sehingga serviks tertarik dan membuka karena
servik kurang mengandung otot
d) Adanya relaksasi
Frekuensi his adalah jumlah his dalam waktu tertentu,
biasanya dihitung dalam waktu 10 menit. Misalnya, pada akhir
kala I frekuensi his menjadi 2-4 kali kontraksi dalam 10 menit.
Aktifitas uterus adalah amplitude dikali frekuensi his yang
diukur dengan unit Montevideo. Durasi his adalah lamanya
setiap his berlangsung (detik). Lamanya his terus meningkat,
mulai dari hanya 20 detik pada permulaan partus sampai 60-90
detik pada akhir kala I atau permulaan kala II.Interval adalah
waktu relaksasi/jangka waktu antara 2 kontraksi (Saifuddin,
2009).
3. Passanger
Kepala janin merupakan bagian yang paling besar dan keras
dari pada bagian-bagian lain janin yang akan dilahirkan. Janin
40
dapat memengaruhi jalannya persalinan dengan besarnya dan
posisi kepala janin.
a) Kepala janin
Berbagai posisi kepala janin dalam kondisi defleksi
dengan lingkaran yang melalui jalan lahir bertambah panjang
sehingga menimbulkan masalah. Kedudukan rangkap yang
paling berbahaya adalah antara kepala janin dan tali pusat,
sehingga makin turun kepala janin makin terjepit tali pusat,
meyebabkan asfiksia sampai kematian janin dalam rahim.
Kepala janin (bayi) merupakan bagian penting dalam
proses persalinan dan memiliki ciri sebagai berikut :
(1) Bentuk kepala oval, sehingga setelah bagian besarnya
lahir, maka bagian lainnya lebih mudah lahir.
(2) Persendian kepala terbentuk kogel, sehingga dapat
digerakan kesegala arah dan memberikan kemungkinan
untuk melakukan putaran paksi dalam.
(3) Letak persendian kepala janin sedikit ke belakang,
sehingga kepala janin melakukan fleksi untuk putaran
paksi dalam.
(4) Kepala janin mempunyai kemampuan untuk berubah
bentuk yang disebut dengan moulase.
b) Badan janin ukuran badan janin yang lain (Saifuddin, 2009):
(1) Lebar bahu, jarak antara kedua akromion (12 cm).
(2) Lingkar bahu (34 cm).
41
(3) Lebar bokong, diameter intertrokanterika (12 cm).
(4) Lingkar bokong (27 cm).
4. Psikologi ibu
Menurut Saifuddin (2009), keadaan psikologis yaitu
keadaan emosi, jiwa, pengalaman, adat istiadat dan dukungan dari
orang-orang tertentu yang dapat memengaruhi proses persalinan.
Banyak wanita normal dapat merasakan kegairahan dan
kegembiraan saat merasa kesakitan awal menjelang kelahiran
bayinya. Psikologi ibu dapat memengaruhi persalinan apabila ibu
mengalami kecemasan, stress, bahkan depresi. Hal ini akan
memengaruhi kontraksi yang dapat memperlambat proses
persalinan. Selain itu, ibu yang tidak siap mental juga akan
mempengaruhi persalinan karena ibu akan sulit diajak kerjasama
dalam proses persalinannya. Untuk itu sangat penting bagi bidan
dalam mempersiapkan mental ibu menghadapi proses persalinan.
5. Penolong
Menurut Saifuddin (2009), peran dari penolong persalinan
adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin
terjadi pada ibu dan janin. Dalam hal ini proses persalinan
tergantung dari kemampuan atau ketrampilan dan kesiapan
penolong dalam menghadapi proses persalinan. Setiap tindakan
yang akan diambil harus lebih mementingkan manfaat dari pada
kerugiannya. Bidan harus bekerja sesuai dengan standar. Standar
yang ditetapkan untuk pertolongan persalinan normal adalah
42
standar asuhan persalinan normal (APN) yang terdiri dari 60
langkah dengan selalu memerhatikan aspek 5 benang marah
asuhan persalinan normal.
d. Tahapan Persalinan
1) Kala I (Pembukaan)
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir darah, karena
serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement)
kala dimulai dari pembukaan nol sampai pembukaan lengkap
(10 cm) lamanya kala I untuk primigravida berlangsung ± 12
jam, sedangkan pada multigravida sekitar ± 8 jam. Berdasarkan
kurva friedman pembukaan primi 1 cm/jam, sedangkan pada
multi 2 cm/jam (JNPK-KR, 2008). Kala pembukan dibagi
menjadi dua fase, yaitu :
a) Fase Laten : pembukaan serviks, sampai ukuran 3
cm, berlangsung dalam 7-8 jam.
b) Fase Aktif : berlangsung ± 6 jam, di bagi atas 3 sub
fase, yaitu :
(1) Periode akselerasi berlangsung 2 jam,
pembukaan menjadi 4 cm
(2) Periode dilatasi maksimal selama 2
jam, pembukaan berlangsung cepat
menjadi 9 cm
43
(3) Periode deselerasi berlangsung lambat,
selama 2 jam pembukaan menjadi 10
cm atau lengkap
2) Kala II (kala pengeluaran janin)
Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut
kala pengeluaran bayi (JNPK-KR, 2008). Gejala dan tanda kala
II persalinan (JNPK-KR, 2008) :
a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi
b) Ibu merasa adanya peningkatan tekanan pada rectum/pada
vaginanya
c) Perineum menonjol
d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka
e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Pada kala ini his terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-
kira 2-3 menit sekali kepala janin telah masuk keruangan
panggul sehingga terjadi tekanan pada otot dasar panggul yang
menimbulkan rasa ingin mengedan karena, tekanan pada rectum,
ibu ingin seperti mau buang air besar, dengan tanda anus
membuka. Pada saat his, kepala janin mulai kelihatan, vulva
membuka perineum meregang. Dengan kekuatan his dan
mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi kepala
membuka pintu, dahi, hidung mulut dan muka serta seluruhnya,
44
diikuti oleh putaran paksi luar yaitu penyesuaian kepala dengan
punggung. Setelah itu sisa air ketuban. Lamanya kala II untuk
primigravida 2 jam dan multigravida 1 jam (JNPK-KR, 2008).
Pada kala II persalinan dapat dilakukan tindakan
episiotomi atau pelebaran jalan lahir untuk membantu kelahiran
bayi. Tindakan ini dilakukan atas indikasi seperti gawat janin,
persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presentasi
bokong, distosia bahu, akan dilakukan ekstraksi forcep,
ekstraksi vacum, selain itu indikasi lain seperti perineum kaku
atau diperkirakan tidak mampu beradaptasi terhadap regangan
yang berlebih seperti bayi besar, dan bayi prematur untuk
mengurangi tekanan pada kepala janin. Sebelum dilakukan
tindakan episiotomi baiknya penolong melakukan anastesi lokal
terlebih dahulu untuk mengurangi nyeri (Saifuddin, 2006).
3) Kala III (kala uri)
Kala III yaitu waktu dari keluarnya bayi hingga pelepasan
atau pengeluaran uri (plasenta) yang berlangsung tidak lebih
dari 30 menit (JNPK-KR, 2008).
a) Tanda-tanda lepasnya plasenta yaitu :
(1) Adanya perubahan bentuk dan tinggi fundus
(2) Tali pusat memanjang
(3) Semburan darah mendadak dan singkat
b) Manajemen aktif kala III, yaitu :
(1) Pemberian suntikan oksitosin
45
(2) Melakukan peregangan tali pusat terkendali
(3) Massase fundus uteri
c) Evaluasi perdarahan kala III
Perdarahan post partum normal yaitu perdarahan pervaginam
≤ 500 cc setelah kala III selesai atau setelah plasenta lahir.
4) Kala IV
Kala IV yaitu kala pengawasan atau pemantauan,
pemantauan kala IV dilakukan 2-3 kali dalam 15 menit pertama,
setiap 15 menit pada 1 jam pertama, dan setiap 20-30 menit
pada jam kedua pasca persalinan meliputi kontraksi uterus dan
perdarahan pervaginam. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, TFU,
kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca
persalinan dan 30 menit selama jam kedua pasca persalinan,
selain itu pemeriksaan suhu dilakukan sekali setiap jam selama
dua jam pertama pasca persalinan (Saifuddin, 2010). Asuhan
dan pemantauan kala IV (JNPK-KR, 2008) :
a) Lakukan rangsangan taktil (massase) uterus untuk
merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat
b) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan
secara melintang dengan pusat sebagai patokan
c) Perkiraan kehilangan darah secara keseluruhan
d) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau
episiotomy). Menurut JNPK-KR (2008), Klasifikasi laserasi
perineum dibagi menjadi empat derajat :
46
(1) Robekan derajat I
Meliputi mukosa vagina, komisura posterior dan kulit
perineum. Tidak perlu dilakukan penjahitan tetapi
dipastikan bahwa luka tidak menimbulkan perdarahan
dan luka masih baik dan beraturan.
(2) Robekan derajat II
Meliputi mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum dan otot perineum. Perlu dilakukan
penjahitan dengan anastesi lokal sebelumnya untuk
mengurangi rasa nyeri pada klien, penjahitan secara
jelujur ataupun dengan teknik tertentu yang dianjurkan
untuk menghentikan perdarahan dan membantu
mempercepat penyembuhan luka.
(3) Robekan derajat III
Sebagaimana ruptur derajat II hingga otot sfingter ani.
(4) Robekan derajat IV
Sebagaimana ruptur derajat III hingga dinding depan
rektum. Sebagai tenaga kesehatan yang tidak dibekali
keterampilan dan wewenang untuk menjahit pada
laserasi derajat III dan IV maka perlu melakukan
rujukan dirumah sakit karena resiko perdarahan terlalu
besar.
e. Mekanisme Persalinan
47
Menurut Sumarah dkk (2009), dalam mekanisme persalinan
normal terjadi pergerakkan penting dari janin, yaitu :
1) Penurunan, pada primipara kepala janin turun kerongga panggul
atau masuk ke PAP pada akhir minggu 36 kehamilan, sedangkan
pada multipara terjadi mulai saat mulainya persalinan.
masuknya kepala janin melintasi PAP dapat dalam keadaan
sinklitismus atau asinklitismus, dapat juga dalam keadaan
melintang atau serong, dengan fleksi ringan (dengan diameter
kepala janin suboksipitofrontalis 11,25 cm) penurunan kepala
janin terjadi selama persalinan karena daya dorong dari
kontraksi dan posisi serta peneranan (selama kala II) oleh ibu.
Fiksasi (engagement) ialah tahap penurunan pada waktu
diameter biparietal dari kepala janin telah masuk panggul ibu.
2) Sinklitismus adalah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus
dengan bidang PAP (sutura sagitalis berada ditengah-tengah
jalan lahir atau PAP). Asinklitismus adalah bila arah sumbu
kepala janin miring dengan bidang PAP (sutura sagitalis
mendekati promontorium atau simfisis pubis). Asinklitismus
anterior, yaitu bila sutura sagitalis mendekati promontorium
sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal
belakang. Sinklitimus posterior, yaitu bila sutura sagitalis
mendekatai simfisis pubis sehingga os parietal belakang lebih
rendah dari pada os parietal depan.
48
3) Fleksi terjadi apabila kepala semakin turun kerongga panggul,
kepala janin semakin fleksi, sehingga mencapai fleksi maksimal
(biasanya dihodge III) dengan ukuran diameter kepala janin
yang terkecil, yaitu diameter suboksipito bregmatika (9,5 cm).
Menurut hukum Koppel, fleksi kepala janin terjadi akibat sumbu
kepala janin yang eksentrik atau tidak simetris, dengan sumbu
lebih mendekati sub oksiput, maka tahanan oleh jaringan
dibawahnya terhadap kepala yang akan menurun, menyebabkan
kepala mengadakan fleksi didalam rongga panggul. Fleksi
sangat penting bagi penurunan selama kala dua. Melalui fleksi
ini, diameter terkecil dari kepala janin dapat masuk kedalam
panggul dan terus menuju dasar panggul. Pada saat kepala
berada didasar panggul tahanannya akan meningkat sehingga
akan terjadi fleksi yang bertambah besar yang sangat diperlukan
agar diameter terkecil dapat terus turun.
4) Putaran paksi dalam, kepala yang turun menemui diafragma
pelvis yang berjalan dari belakang atas kearah depan. Akibat
kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra uterin
yang disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala
melakukan rotasi/putaran paksi dalam, yaitu UUK memutar
kearah depan (UUK berada dibawah simfisis).
5) Ekstensi terjadi sesudah kepala janin berada didasar panggul dan
UUK berada dibawah simfisis sebagai hipomoklion, kepala
49
mengadakan gerakkan defleksi/ekstensi untuk dapat dilahirkan,
maka lahirlah berturut-turut UUB, dahi, muka, dan dagu.
6) Putaran paksi luar terjadi setelah kepala lahir, kepala segera
mengadakan rotasi (putaran paksi luar), yaitu gerakan kembali
sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan
kedudukan kepala dengan punggung anak.
7) Ekspultasi terjadi setelah kepala lahir, bahu berada dalam posisi
depan belakang. Selanjutnya bahu depan dilahirkan terlebih
dahulu baru kemudian bahu belakang. Menyusul trokhanter
depan terlebih dahulu, kemudian trokhanter belakang. Maka
lahirnya bayi seluruhnya (ekspulsi).
4. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
a. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam
presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat,
pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan
berat badan 2500-4000 gram.
Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran
dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke
kehidupan ekstra uterin (Muslihatun, 2011).
b. Penanganan Bayi Baru Lahir
1) Pencegahan infeksi
50
Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong
persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi seperti
berikut :
a) Cuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi.
b) Pakai sarung tangan bersih saat menangani bayi yang belum
dimandikan.
c) Semua peralatan dan perengkapan yang akan di gunakan
telah di DTT atau steril. Khusus untuk bola karet penghisap
lender jangan dipakai untuk lebih dari satu bayi.
d) Handuk, pakaian atau kain yang akan digunakan dalam
keadaan bersih (demikian juga dengan timbangan, pita
pengukur, termometer, stetoskop dll).
e) Dekontaminasi dan cuci setelah digunakan (JNPK-KR,
2008).
2) Penilaian bayi baru lahir
Segera setelah lahir lakukan penilaian awal secara cepat
dan tepat (0-30 detik) → buat diagnose untuk dilakukan asuhan
berikutnya, yang dinilai (Sukarni, 2013) :
a) Usaha nafas → bayi menangis keras ?
b) Warna kulit → cyanosis atau tidak ?
c) Gerakan aktif atau tidak
Jika bayi tidak bernafas atau megap-megap atau lemah
maka segera lakukan resusitasi bayi baru lahir (JNPK-KR,
2008).
51
Tabel 2.3 Apgar SkorSkor 0 1 2
Appearance
color
(warna kulit)
Pulse (heart
rate) atau
frekuensi
jantung
Grimace (reaksi
terhadap
rangsangan)
Activity
tonus otot)
Respiration
(usaha nafas)
Biru pucat
Tidak ada
Tidak ada
Lumpuh
Badan merah muda,
ekstremitas biru
Lambat <100x/menit
Merintih
Ekstremitas dalam
fleksi sedikit
Seluruh
tubuh merah
muda
>100x/menit
Menangis
dengan kuat,
batuk/ bersin
Gerakan aktif
Menangis
kuat
52
Tidak ada Lemah, tidak teratur
(Sumber : Saifuddin, 2006)
Klasifikasi (Saifuddin, 2006) :
a) Asfiksia ringan (apgar skor 7-10)
b) Asfiksia sedang (apgar skor 4-6)
c) Asfiksia berat (apgar skor 0-3)
3) Memotong dan merawat tali pusat
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil maka lakukan
pengikatan pada tali pusat. Yang pertama dilakukan adalah
mencelupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan
kedalam klorin 0,5 % untuk membersihkan dari darah dan sekret
lainnya. Kemudian bilas dengan air DTT, lalu keringkan dengan
handuk bersih dan kering. Ikat tali pusat 1 cm dari perut bayi
(pusat). Gunakan benang atau klem plastik DTT/steril. Kunci
ikatan tali pusat dengan simpul mati atau kuncikan penjepit
plastik tali pusat. Kemudian selimuti bayi dengan menggunakan
kain yang bersih dan kering (Sumarah dkk, 2009).
4) Mempertahankan suhu
Mekanisme pengaturan temperatur bayi baru lahir belum
berfungsi sempurna oleh karena itu, jika tidak dilakukan
pencegahan kehilangan panas maka bayi akan mengalami
hipotermia. Bayi dengan hipotermia sangat berisiko mengalami
kesakitan berat atau bahkan kematian. Hipotermia sangat mudah
53
terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak
segera dikeringkan dan diseimuti walaupun berada dalam
ruangan yang hangat (Sumarah, dkk, 2009).
a) Mekanisme kehilangan panas
Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya melalui (Sukarni,
2013) :
(1) Evaporasi, yaitu penguapan cairan ketuban pada
permukaan tubuh bayi sendiri karena setelah lahir tidak
segera dikeringkan dan diselimuti.
(2) Konduksi, yaitu melalui kontak langsung antara tubuh
bayi dengan permukaan yang dingin.
(3) Konveksi, yaitu pada saat bayi terpapar udara yang lebih
dingin (misalnya melalui kipas angin, hembusan udara,
atau pendingin ruangan).
(4) Radiasi, yaitu ketika bayi ditempatkan di dekat benda-
benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu
tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara
langsung).
b) Mencegah Kehilangan Panas
Keringkan bayi segera setelah bayi lahir untuk mencegah
terjadinya evaporasi dengan menggunakan handuk atau kain
(menyeka tubuh bayi juga termasuk rangsangan taktil untuk
membantu memulai pernafasan), dan untuk tidak
54
memandikan bayi minimal 6 jam setelah lahir untuk
mencegah hipotermi (Depkes RI, 2004).
5) Kontak dini dengan ibu
Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin, kontak dini
diantara ibu dan bayi penting untuk (Saifuddin, 2006) :
a) Kehangatan mempertahankan panas yang benar pada bayi
baru lahir
b) Ikatan batin pemberian ASI
c. Pemantauan bayi baru lahir
Menurut Saifuddin (2006), tujuan pemantauan bayi baru lahir
adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan
identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan
perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut
petugas kesehatan.
1) 2 jam pertama sesudah kelahiran
Hal-hal yang perlu dinilai waktu pemantauan bayi pada jam
pertama sesudah kelahiran, meliputi:
a) Kemampuan menghisap bayi kuat atau lemah
b) Bayi tampak aktif atau lunglai
c) Bayi kemerahan atau biru
2) Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayi
Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian
terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan
tindak lanjut, seperti :
55
a) Bayi kecil untuk masa kehamilan atau kurang bulan
b) Gangguan pernafasan
c) Hipotermi
d) Infeksi
e) Cacat bawaan atau trauma lahir
d. Inisiasi menyusu dini
Untuk mempererat ikatan batin antara ibu-anak, setelah
dilahirkan sebaiknya bayi itu dibersihkan. Sentuhan kulit dengan
kulit mampu menghadirkan efek psikologis yang dalam diantar ibu
dan anak. Penelitian membuktikan bahwa ASI ekslusif selama 6
bulan memang baik bagi bayi. Naluri bayi akan membimbingnya
saat baru lahir. Percayakah anda, satu jam pertama setelah bayi
dilahirkan, insting bayi membawanya untuk mencari putting sang
bunda. Perilaku bayi tersebut dikenal dengan istilah (IMD) Inisiasi
Menyusui Dini (Sumarah dkk, 2009).
e. Tanda bahaya pada bayi baru lahir
Menurut Pinem (2009), tanda-tanda bahaya yang perlu
diwaspadai pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut :
1) Sulit menyusu
2) Letargi (tidur terus sehingga tidak menyusu)
3) Demam (suhu badan >38oC atau hipotermi <36oC)
4) Tidak BAB atau BAK setelah 3 hari lahir (kemungkinan bayi
mengalami atresia ani), tinja lembek, hijau tua, terdapat lendir
atau darah pada tinja
56
5) Sianosis (biru) atau pucat pada kulit atau bibir, adanya memar,
warna kulit kuning (ikterus) terutama dalam 24 jam pertama
6) Muntah terus menerus dan perut membesar
7) Kesulitan bernafas atau nafas lebih dari 60 kali per menit
8) Mata bengkak dan bernanah atau berair
9) Mekonium cair berwarna hijau gelap dengan lendir atau darah
10) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, dan
berdarah
5. Konsep Dasar Nifas
a. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42
hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan
(Suherni dkk, 2009).
Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim sebab melahirkan atau
setelah melahirkan. Darah nifas yaitu darah yang tertahan tidak bisa
keluar dari rahim dikarenakan hamil. Maka ketika melahirkan, darah
tersebut keluar sedikit demi sedikit. Darah yang keluar sebelum
melahirkan disertai tanda-tanda kelahiran, maka itu termasuk darah
nifas juga (Saifuddin, 2010).
b. Tahapan Dalam Masa Nifas (Suherni dkk, 2009):
57
1) Puerperium dini (immediate puerperium) : waktu 0-24 jam
postpartum. Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerperium Intermedial (early puerperium) : waktu 1-7 hari
postpartum.
3) Remote Puerperium (later puerperium) : waktu 6-8 minggu
postpartum.
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,
terutama bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai
komplikasi, waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu, bulan atau
tahun. Dalam agama islam telah bersih dan boleh bekerja setelah 40
hari. Kebijakan Program Pemerintah Dalam Asuhan Masa Nifas
paling sedikit melakukan 4 kali kunjungan nifas untuk menilai status
ibu dan bayi baru lahir, untuk mencegah, mendeteksi dan menangani
masalah-masalah yang terjadi. Kunjungan antara lain 6-8 jam setelah
persalinan, 6 hari setelah persalinan, 2 minggu setelah persalinan,
dan 6 minggu setelah persalinan (Manuaba, 2010).
c. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1. Perubahan sistem reproduksi
a) Involusi uterus
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut
(Sukarni, 2013) :
(1) Iskemia miometrium
58
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus
menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta
membuat uterus relative anemi dan menyebabkan serat
otot atrofi.
(2) Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi di dalam otot uterin. Enim proteolitik akan
memendekkan jaringan otot yang telah sempat
mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula
selama kehamilan atau dapat lima kali lebih lebar dari
semula kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai
pengrusakan secara langsung jaringan hipertropi yang
berlebihan hal ini disebabkan karena penurunan
hormone estrogen dan progesterone.
(3) Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan
retraksi otot uterine sehingga akan menekan pembuluh
darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah
ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs
atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi
perdarahan.
59
Tabel 2.4 Perubahan Normal Pada Uterus SelamaPostpartum
Waktu TFUBobot
uterus
Diamet
er
uterus
Palpasi
serviks
Pada akhir
persalinan
Setinggi
pusat
900-1000
gram
12,5
cm
Lembut/lun
ak
Akhir minggu
ke-1
½ pusat
sympisis
450-500
gram7,5 cm 2 cm
Akhir minggu
ke-2Tidak teraba 200 gram 5,0 cm 1 cm
Akhir minggu
ke-6Normal 60 gram 2,5 cm Menyempit
b) Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa
nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat
membuat organism berkembang lebih cepat daripada
kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea
mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran
lochea dapat dibagi berdasarkan waktu dan warna
diantaranya (Sukarni, 2013) :
(1) Lochea Rubra/merah (Kruenta)
60
Lochea ini muncul pada hari pertama sampai hari
ketiga masa postpartum. Sesuai dengan namanya,
warnanya biasanya merah dan mengandung darah dari
perobekan/luka pada plasenta dan serabut dari deciduas
dan chorion. Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa,
rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa darah.
(2) Lochea Sangiolenta
Lochea ini muncul pada hari ke 3-7 hari berwarna
merah kecoklatan dan berlendir.
(3) Lochea Serosa
Lochea serosa muncul pada hari ke 7-14 hari dengan
berwarna kuning kecoklatan dengan cirri lebih sedikit
darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit
dan robekan/laserasi plasenta.
(4) Lochea Alba
Lochea ini muncul setelah 2 minggu postpartum.
Warnanya lebih pucat, putih kekuningan dan lebih
banyak mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan
serabut jaringan yang mati.
(5) Loche Purulenta
Lochea yang muncul karena terjadi infeksi, keluar
cairan seperti nanah berbau busuk.
c) Serviks
61
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus.
Setelah persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2
hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks
menutup (Sukarni, 2013).
d) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta
peregangan yang sangat besar selama proses persalinan, dan
dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua
organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3
minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak
hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur angsur akan
muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan
keadaan saat sebelum persalinan pertama (Sukarni, 2013).
d. Perubahan sistem pencernaan
Kerap kali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus
kembali normal. Meskipun kadar progesterone menurun setelaah
melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan
selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian
bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema.
Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi keinginan
kebelakang (Saifuddin, 2010).
e. Perubahan sistem perkemihan
62
Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air
kecil, selain khawatir nyeri jahitan juga karena penyempitan saluran
kencing akibat penekanan kepala bayi saat proses persalinan. Buang
air kecil sulit kemungkinan terdapat spasine sfingter dan edema leher
buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin
dan tulang pubis selama persalinan. Urin dalam jumlah yang besar
akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah
plasenta dilahirkan, kadar hormone estrogen yang bersifat menahan
air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini
menyebabkan dieresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal
dalam tempo minggu (Saifuddin, 2010).
f. Perubahan endokrin
Kadar estrogen menurun 10 % dalam waktu sekitar 3 jam
postpartum. Progesterone turun pada hari ke 3 postpartum. Kadar
prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang.
1) Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas
Adaptasi psikologis masa post partum oleh Rubin dibagi dalam
tiga periode (Mansur, 2009) :
a) Periode Taking In
(1) Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan
(2) Ibu pasif terhadap lingkungan. Ibu sangat bergantung
pada orang lain
b) Periode Taking Hold
(1) Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan
63
(2) Pasa fase ini ibu merasa khawatir akn
ketidakmampuannya dalam merawat bayi. Ibu
menjadi sangat sensitive, sehingga mudah
tersinggung
c) Periode Letting Go
(1) Berlangsung 10 hari setelah melahirkan
(2) Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan
mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan
bayinya
g. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas (Suherni dkk,
2009) :
1) Mendukung dan memantau kesehatan fisik ibu dan bayi
2) Mendukung dan memantau kesehatan psikologis, emosi, social
serta memberikan semangat kepada ibu
3) Membantu ibu dalam menyusui bayinya. Pada ibu dengan anak
pertama sering ditemui puting susu ibu belum menonjol
sehinggan ibu mengalami kesulitan dalam menyusui bayinya.
Bidan dapat melakukan perawatan payudara yang bertujuan
untuk memelihara kebersihan payudara dan memperbanyak
atau memperlancar produksi ASI. Pelaksanaan perawatan
payudara idealnya dilakukan sedini mungkin, namun dapat
juga dilakukan sejak hari kedua setelah persalinan sebanyak
dua kali sehari (Roesli, 2003)
64
4) Membangun kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai ibu
5) Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam
perannya sebagai orang tua
6) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan
rasa nyaman
7) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai
cara mencegah perdarahan, mengenai tanda-tanda bahaya,
menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang
aman
8) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan
data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta
melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan,
mencagah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan
bayi selama periode nifas
9) Memberikan asuhan secara professional
h. Kebutuhan Dasar Masa Nifas (Suherni dkk, 2009) :
1) Nutrisi dan cairan
Pada mereka yang melahirkan secara normal, tidak ada
pantangan diet. Dua jam setelah melahirkan perempuan boleh
minum dan makan seperti biasa bila ingin. Namun perlu
diperhatikan jumlah kalori dan protein ibu menyusui harus
lebih besar dari pada ibu hamil
2) Ambulasi
65
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur
terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh
miring-miring kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya
thrombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan
duduk, hari ke 3 jalan-jalan dan pada hari ke 4 atau 5 sudah
boleh pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi yang
berbeda, tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan
sembuhnya luka-luka
3) Eliminasi
Rasa nyeri kadangkala menyebabkan keengganan untuk
berkemih, tetapi usahakanlah untuk berkemih secara teratur,
karena kandung kemih yang penuh dapat menyebabkan
gangguan kontraksi rahim, yang dapat menyebabkan
perdarahan dari rahim. Hendaknya kencing dapat dilakukan
sendiri secepatnya
4) Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila
masih sulit buang air besar dan terjadi obstifasi apalagi berak
keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per rectal. Jika
masih belum bisa dilakukan klisma. Konsumsi makanan tinggi
serat dan cukup minum
5) Menjaga kebersihan diri
Menjaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari
infeksi, baik pada luka jahitan maupun kulit.
66
6) Kebersihan genetalia
Setelah melahirkan biasanya perineum menjadi agak
bengkak/memar dan mungkin ada luka jahitan robekan atau
episiotomi, anjurkan ibu untuk membersihkan alat
genetalianya dengan menggunakan air bersih, membersihkan
daerah vulva terlebih dahulu dilanjutkan dengan sekitar anus.
Keringkan dulu sebelum memakaikan pembalut dan gantilah
pembalut minimal 3 kali sehari. Pada persalinan yang terdapat
jahitan, jangan khawatir untuk membersihkan vulva, justru
vulva yang tidak dibersihkan dapat menyebabkan infeksi.
Bersihkan vulva setiap buang air besar, buang air kecil dan
mandi
7) Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap
keringat karena produksi keringat pada ibu nifas akan lebih
banyak. Sebaiknya menggunakan pakaian yang longgar
dibagian dada, sehingga payudara tidak tertekan dan kering.
Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi
pada daerah sekitarnya akibat lochea
8) Kebersihan kulit
Setelah persalinan ekstra cairan dalam tubuh akan dikeluarkan
kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan
pembengkakan pada wajah, kaki, betis dan tangan ibu. Oleh
karena itu, pada minggu-minggu pertama setelah melahirkan,
67
ibu akan merasa jumlah keringat yang lebih banyak dari
biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan menjaga agar kulit
tetap dalam keadaan kering
9) Istirahat
Untuk mencegah kelelahan yang berlebihan, usahakan untuk
rileks dan istrahat yang cukup, terutama saat bayi sedang tidur.
Meminta bantuan suami atau keluarga yang lain jika ibu
merasa lelah. Putarkan dan dengarkan lagu-lagu klasik pada
saat ibu dan bayi istirahat untuk menghilangkan tegang dan
lelah
10) Seksual
Secara fisik, aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua
jarinya kedalam vagina tanpa ada rasa nyeri. Begitu ibu merasa
aman untuk melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu
siap
11) Rencana kontrasepsi
Pemilihan kontrasepsi harus sudah dipertimbangkan pada masa
nifas. Apabila hendak memakai kontrasepsi yang mengandung
hormone, harus menggunakan obat yang tidak menganggu
produksi ASI. Hubungan suami istri pada masa nifas tidak
terganggu
12) Senam nifas
68
Senam nifas yaitu gerakan untuk mengembalikan otot perut
yang kendur karena peregangan selama hamil. Senam nifas ini
dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari sampai
hari yang kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang
dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu.
13) Perawatan payudara
Anjurkan ibu untuk membersihkan putting susunya sebelum
menyususkan bayinya, lakukan perawatan payudara rutin agar
tidak terjadi pembengkakan akibat bendungan ASI.
14) Proses Laktasi Dan Menyusui
Perkembangan kecerdasan anak sangat berkaitan erat dengan
pertumbuhan otak. Faktor utama yang mempengaruhi
pertumbuhan otak anak adalah nutrisi yang diterima saat
pertumbuhan otak cepat. Dalam hal ini pemberian nutrisi
terhadap bayi dapat melalui proses menyusui Air Susu Ibu
(ASI). Terdapat 2 refleks yang berperan sebagai pembentukan
dan pengeluaran air susu, yaitu reflek prolaktin dan reflek let
down. Sedang pada mekanisme menyusui, bayi mempunyai 3
reflek intrinsic yang dibutuhkan dalam keberhasilan menyusui
yaitu reflek mencari (rooting refleks), reflek menghisap dan
reflek menelan.
69
6. Konsep Dasar Neonatus
a. Pengertian Neonatus
Neonatus adalah organisme pada periode adaptasi kehidupan
intrauterine kekehidupan ekstrauterin. Pertumbuhan dan
perkembangan normal masa neonatal adalah 28 hari (Wahyuni, 2009).
b. Periode Neonatal
Periode neonatal meliputi jangka waktu sejak bayi baru lahir
sampaidengan usia 4 minggu terbagi menjadi 2 periode, antara lain :
1) Periode neonatal dini yang meliputi jangka waktu 0–7 hari setelah
lahir
2) Periode lanjutan merupakan periode neonatal yang meliputi jangka
waktu 8-28 hari setelah lahir. Periode neonatal atau neonatus
adalah bulan pertama kehidupan. Selama periode neonatal bayi
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang amat
menakjubkan. Pada saat kelahiran, banyak perubahan dramatik
yang terjadi di dalam tubuh bayi karena berubah dari
ketergantungan menjadi tidak tergantung pada ibu. Dari sudut
pandangan ibu, proses kelahiran merupakan pengalaman traumatik
(Wahyuni, 2009).
c. Kunjungan Neonatal
1) Pengertian
Kunjungan dimulai dengan wawancara singkat dengan ibu
atau ayah. Perhatian khusus harus diberikan pada isu-isu yang
tidak tuntas, yang berhubungan dengan pengalaman persalinan
70
dan kelahiran atau perawatan bayi segera setelah lahir. Orang tua
perlu mendiskusikan setiap memori atau pandangan keliru yang
mereka miliki tentang periode tersebut (Varney, 2008).
Kunjungan neonatal adalah kontak neonatal dengan tenaga
kesehatan minimal dua kali untuk mendapatkan pelayanan dasar
dan pemeriksaan kesehatan neonatal, baik didalam maupun diluar
gedung puskesmas, termasuk bidan di desa, polindes dan
kunjungan ke rumah. Bentuk pelayanan tersebut meliputi
pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi,
pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif,
pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan
pemberian imunisasi) pemberian vitamin K dan penyuluhan
neonatal di rumah menggunakan buku KIA (Depkes RI, 2004).
Kunjungan neonatal (KN) adalah kontak neonatus dengan
tenaga kesehatan minimal dua kali.
a) Kunjungan pertama kali pada hari pertama dengan hari ke
tujuh (sejak 6 jam setelah lahir).
b) Kunjungan kedua kali pada hari ke delapan sampai hari kedua
puluh delapan (Syarifudin, 2009).
2) Tujuan
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses
neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini
mungkin bila terdapat kelainan pada bayi atau mengalami
masalah. Pelayanan kesehatan neonatal dasar menggunakan
71
pendekatan konfeherensif, Manajemen Terpadu Bayi Muda untuk
bidan/perawat, yang meliputi :
a) Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi
bakteri, ikterus, diare dan berat badan rendah
b) Perawatan tali pusat
c) Pemberian vitamin K1 bila belum diberikan pada hari lahir
d) Imunisasi Hepatitis B 0 bila belum diberikan pada saat lahir
e) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan asli
eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan
perawatan bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan
buku KIA
f) Penanganan dan rujukan kasus (Ambarwati, 2009)
Tujuan kunjungan ada tiga, yaitu: mengidentifikasi gejala
penyakit, merekomendasikan tindakan pemindaian, dan mendidik
serta mendukung orang tua. Bidan harus memiliki rencana untuk
kunjungan yang pertama kali, yang harus mencakup :
a) Tinjau riwayat maternal, riwayat kelahiran, perawatan
neonatus segera setelah lahir
b) Observasi orang tua dan lakukan wawancara tentang
penyesuaian keluarga
c) Kaji riwayat interval, pemberian makan, kewaspadaan, dan
menangis, juga masalah pada usus, kandung kemih, dan
masalah lain
d) Ukur berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala
72
e) Lakukan pemeriksaan fisik
f) Tinjau kebutuhan untuk penapisan metabolik.
g) Beri penyuluhan dan pedoman antisipasi
h) Jadwalkan kunjungan selanjutnya
i) Tinjau cara untuk menghubungi tenaga perawatan jika terjadi
kondisi darurat (Varney, 2008).
3) Kategori
Kunjungan neonatal terbagi dalam dua kategori antara lain :
a) Kunjungan Neonatal ke satu (KN 1)
Kunjungan neonatal yang ke satu (KN 1) adalah kunjungan
neonatal pertama kali yaitu pada hari pertama sampai hari
ketujuh (sejak 6 jam setelah lahir).
b) Kunjungan Neonatal yang kedua (KN 2)
Kunjungan neonatal adalah kontak neonatus (0-28 hari)
dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan
kesehatan dengan syarat usia 0–7 hari minimal 2 kali, usia 8
sampai 28 hari minimal 1 kali (KN2) di dalam/diluar institusi
Kesehatan (Depkes RI, 2004).
4) Cakupan Kunjungan Neonatal
Cakupan Kunjungan Neonatal adalah cakupan neonatus
yang mendapatkan pelayanan sesuai standar sedikitnya tiga kali
yaitu 1 kali pada 6-48 jam, 1 kali pada hari ke 3-7 dan 1 kali pada
hari ke 8-28 setelah bayi lahir disuatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
73
Cakupan pelayanan neonatal oleh tenaga kesehatan untuk
mengetahui jangkauan layanan kesehatan neonatal serta
kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat
melakukan layanan kesehatan neonatal (Muslihatun, 2010).
d. Perawatan Fisik
Perawatan umbilikus dimulai segera setelah lahir. Tali pusat
harus tetap kering dan akan putus dalam waktu 2 minggu. Orang tua
harus menghubungi bidan/tenaga kesehatan terdekat jika tali pusat
mengeluarkan pus atau jika muncul garis kemerahan pada abdomen
dekat umbilikus.
Perawatan kulit yang ditutup oleh popok sangat penting jika
ingin mencegah terjadinya ruam popok. Perawatan kulit harus dimulai
dengan mengganti popok secara teratur dan dengan membersihkan
kulit secara seksama dengan menggunakan sabun dan air atau sebuah
lap popok.
Bayi tidak dapat mengeluarkan keringat dengan efektif, gejala
utama jika bayi kepanasan adalah kulit menjadi merah, iritabilitas dan
tubuh hangat. Akhirnya bayi yang sangat kepanasan akan mengalami
letargi. Rata-rata jumlah makanan yang diberikan kepada bayi cukup
bulan selama 2 minggu pertama ialah 30-60 mililiter setiap 2-3 jam.
Jika berat badan bayi bertambah, bayi dapat dibiarkan tidur dalam
waktu yang lebih lama khususnya pada malam hari (Varney, 2008).
74
e. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Moulding harus sudah menghilang dalam 24 jam kelahiran.
Fontanel anterior harus teraba datar. Bila cembung, dapat terjadi
akibat peningkatan tekanan intrakranial, sedangkan fontanel
cekung akan menandakan terjadinya dehidrasi. Perhatikan adanya
pembengkakan. Adanya memar atau trauma sejak lahir juga harus
diperiksa untuk memastikan bahwa proses penyembuhan sedang
terjadi dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
2) Mata
Inspeksi mata untuk memastikan bahwa keduanya bersih, tanpa
tanda-tanda rabas. Jika terdapat rabas, mata harus dibersihkan.
Perlihatkan cara membersihkan mata pada orang tua.
3) Mulut
Mulut harus terlihat bersih dan lembab. Adanya bercak putih harus
diperiksa lebih jauh, karena hal ini dapat mengindikasikan
terjadinya infeksi jamur.
4) Kulit
Warna kulit harus dikaji seperti telah dijelaskan di atas. Kulit harus
diperiksa untuk adanya ruam, bercak, memar atau tanda-tanda
infeksi atau trauma. Bercak septik harus dideteksi secara dini dan
dilakukan pengobatan bila perlu.
5) Umbilikus
75
Tali pusat dan umbilikus harus diperiksa setiap hari untuk adanya
tanda-tanda pelepasan dan infeksi. Tali pusat biasanya lepas dalam
5-16 hari. Tanda-tanda infeksi tali pusat adalah adanya kemerahan
di sekitar tali pusat, tali pusat dapat berbau busuk dan menjadi
lengket.
6) Berat Badan
Bayi biasanya mengalami penurunan berat badan dalam beberapa
hari pertama yang harus kembali normal pada hari ke-10. Bayi
dapat ditimbang pada hari ke 3 atau ke-4 untuk mengkaji jumlah
penurunan berat badan. Sebaiknya dilakukan penimbangan pada
hari ke-10 untuk memastikan bahwa berat badan lahir telah
kembali. Sambil menimbang bayi, yakinkan orang tua bahwa
bayinya tumbuh.
Setelah pemeriksaan selesai catat hasil pemeriksaan, hasil
pemeriksaan digunakan sebagai dasar pemberian saran (penyuluhan
dan dukungan) untuk orang tua berkaitan dengan perkembangan
dan pemberian asuhan pada bayi. Semua penyimpangan dari
normal harus ditindaklanjuti secara tepat (Johnson, 2005).
7. Konsep Dasar Keluarga Berencana
a. Pengertian
Keluarga Berencana merupakan salah satu usaha untuk
mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat
perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan kehamilan.
76
Tujuan utama program KB adalah untuk memenuhi perintah
masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang
berkualitas, menurunkan tingkat atau angka kematian ibu, bayi dan
anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi alam dalam
rangka membangun keluarga kecil berkualitas (Saifuddin, 2010).
Tujuan program penguatan kelembagaan keluarga kecil
berkualitas adalah untuk membina kemandirian dan sekaligus
meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan KB dan kesehatan
reproduksi, serta pemberdayaan dan ketahanan keluarga terutama
yang diselenggarakan oleh industri masyarakat di daerah perkotaan
dan pedesaan sehingga membudidaya dan melembaganya keluarga
kecil berkualitas (Manuaba, 2010).
b. Metode Kontrasepsi
a)Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) (Prawirohardjo, 2013)
(1) Pengertian
(a) Sangat efektif, berjangka panjang (dapat sampai 10
tahun)
(b) Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak
(c) Dapat dipakai oleh semua perempuan repsoduksi
(2) Jenis
(a) AKDR CUT-380A, kerangka dari palstik yang
fleksibel, berbentuk huruf T
(b) AKDR Indonesia yaitu NOVA T
(3) Cara kerja
77
(a) Menghambat kemampuan sperma ketuba falopii
(b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovummencapai
kavum uteriMemungkinkan untuk mencegah sperma
implantasi telur dalam uterus
(4) Keuntungan
(a) Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi
(b) Tidak mempenngaruhi produksi ASI
(c) Membantu mencegah kehamilan ektopik
(5) Kerugian
(a) Efek samping yang sering terjadi
(b) Perubahan siklus haid
(c) Haid lebih banyak dan lam
(d) Perdarahan spotting
(e) Saat haid lebih sakit
(f) Tidak mencegah IMS
(g) Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR
dari waktu kewaktu
c. Langkah-langkah Konseling KB (Saifuddin, 2006)
Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon klien KB
yang baru, hendaknya dapat diterapkan enam langkah yang sudah
dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan SATU TUJU
tersebut tidak perlu dilakukan secara berurutan karena petugas harus
menyesuaikan diri dengan kebutuhan kilen. Beberapa klien
membutuhkan lebih banyak perhatian pada langkah satu dibandingkan
78
dengan langkah yang lainnya. Kata kunci SATU TUJU adalah sebagai
berikut :
1) SA : SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan.
Berikan perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di
tempat yang nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan klien
untuk membangun rasa percaya diri. Tanyakan kepada klien apa
yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat
diperolehnya.
2) T : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien
untuk berbicara mengenai pengalaman Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan, serta keadaan
kesehatan dan kehidupan keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang
diinginkan oleh klien. Berikan perhatian kepada klien apa yang
disampaikan klien sesuai dengan kata-kata, gerak isyarat, dan
caranya. Coba tempatkan diri kita di dalam hati klien. Perlihatkan
bahwa kita memahami. Dengan memahami pengetahuan,
kebutuhan dan keinginan klien, kita dapat membantunya.
3) U : Uraikan kepada klien mengenai pilihnnya dan beritahu apa
pilihan reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa
jenis kontrasepsi. Bantulah klien pada jenis kotrasepsi yang paling
dia inginkan, serta jelaskan jenis-jenis kontrasepsi lain yang ada.
Juga jelaskan alternatif kontrasepsi lain yang mungkin diinginkan
oleh klien. Uraikan juga mengenai risiko penularan HIV/AIDS dan
pilih metode ganda.
79
4) TU : BanTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien
berpikir mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan
kebutuhannya. Doronglah klien untuk menunjukkan keinginannya
dan mengajukan pertanyaan. Tanggapilah secara terbuka. Petugas
membantu klien mempertimbangkan criteria dan keinginan klien
terhadap setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan juga apakah
pasangannya akan memberikan dukungan dengan pilihan tersebut.
Jika memungkinkan diskusikan mengenai pilihan tersebut kepada
pasangannya. Pada akhirnya yakinkan bahwa klien telah membuat
suatu keputusan yang tepat. Petugas dapat menanyakan apakah
anda sudah memutuskan pilihan jenis kontrasepsi ? atau apa jenis
kontrasepsi terpilih yang akan digunakan ?
5) J : Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi
pilihannya. Setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika
diperlukan, perlihatkan alat/obat kontrasepsinya.jelaskan
bagaimana alat/obat kontrasepsi tersebut digunakan dan bagaimana
cara penggunaannya. Sekali lagi doronglah klien untuk bertanya
dan petugas menjawab secara jelas dan terbuka. Beri penjelasan
juga tentang manfaat ganda metode kontrasepsi, misalnya kondom
yang dapat mencegah infeksi menular seksual (IMS). Cek
pengetahuan klien tentang penggunaan kontrasepsi pilihannya dan
puji klien apabila dapat menjawab dengan benar.
6) U : Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buatlah
perjanjian kapan klien akan kembali untuk melakukakn
80
pemeriksaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan.
Perlu juga selalu mengingatkan klien untuk kembali apabila terjadi
suatu masalah.
B. Konsep Dasar Masalah
1. ASI Eksklusif
a. Pengertian
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan
lain pada bayi berumur 0-6 bulan. Bayi tidak diberikan apa-apa,
kecuali makanan yang langsung diproduksi oleh ibu karena bayi
memperoleh nutrisi terbaiknya melalui ASI (Yuliarti, 2010).
Pemberian ASI eksklusif juga berhubungan dengan tindakan
memberikan ASI kepada bayi hingga berusia 6 bulan tanpa makanan
dan minuman lain, kecuali sirup obat. Setelah usia bayi 6 bulan,
barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI, sedangkan
ASI dapat diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2005).
b. Keunggulan ASI (Suherni. dkk, 2009)
Dibandingkan dengan yang lainnya, ASI memiliki beberapa
keunggulan, yaitu :
1) Mengandung semua zat gizi dalam susunan dan jumlah yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 3-4 bulan
pertama.
2) Tidak memberatkan fungsi saluran pencernaan dan ginjal.
81
3) Mengandung berbagai zat anti bodi, sehingga mencegah
terjadinya infeksi.
4) Mengandung laktoferin untuk mengikat zat besi.
5) Tidak mengandung laktoglobulin yang dapat menyebabkan
alergi.
6) Ekonomis dan praktis. Tersedia setiap waktu pada suhu yang
ideal dan dalam keadaan segar, serta bebas dari kuman
c. Manfaat Pemberian ASI Bagi Bayi dan Ibu
a) Bagi Bayi
Pemberian ASI membantu bayi memulai kehidupannya
dengan baik. Kolostrum, susu jolong atau susu pertama,
mengandung antibody yang kuat untuk mencegah infeksi dan
membuat bayi menjadi kuat. Penting sekali untuk segera memberi
minum bayi dengan ASI dalam jam pertama sesudah lahir dan
kemudian setidaknya setiap 2 atau 3 jam. ASI mengandung
campuran yang tepat dan berbagai bahan makanan yang baik
untuk bayi. ASI mudah dicerna oleh bayi. ASI saja, tanpa
makanan tambahan yang lain merupakan cara terbaik untuk
memberi makan bayi dalam 6 bulan pertama pada kehidupannya.
Sesudah 6 bulan, beberapa bahan makanan yang baik lain harus
ditambahkan kedalam menu bayi. Pemberian ASI pada umumnya
harus disarankan selama setidaknya satu tahun pertama kehidupan
anak (Suherni. dkk, 2009).
82
b) Bagi Ibu
Pemberian ASI membantu ibu memulihkan diri dari proses
persalinannya. Pemberian ASI selama beberapa hari pertama
membuat rahim berkontraksi dengan cepat dan memperlambat
perdarahan (isapan pada putting susu merangsang dikeluarkannya
oksitosin alami yang akan membantu kontraksi rahim). Wanita
yang menyusui bayinya akan cepat turun berat badannya dari
berat badan yang bertambah semasa kehamilan.
Ibu yang menyusui, yang haidnya belum muncul kembali
akan kecil kemungkinannya untuk menjadi hamil (kadar prolaktin
yang tinngi menekan hormone SSH dan ovulasi). Pemberian ASI
adalah cara yang penting bagi ibu untuk mencurahkan kasih
sayangnya pada bayi dan membuat bayi merasa nyaman (Suherni.
dkk, 2009).
c) Bagi Keluarga
Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli
susu formula dan peralatannya. Jika bayi sehat, berarti keluarga
mengeluarkan lebih sedkit biaya guna perawatan kesehatan dan
menghemat waktu keluarga. Penjarangan kehamilan lantaran efek
kontrasepsi MAL dari ASI eksklusif. Menghemat tenaga keluarga
karena ASI selalu siap tersedia. Keluarga tidak perlu repot
membawa botol susu, dan lain sebagainya ketika bepergian
(Suparyanto dalam Prasetyono, 2009)
83
d. Dampak Jika Tidak Memberikan ASI Eksklusif (Suparyanto dalam
Prasetyono, 2009)
1) Dampak Pada Bayi
a). Daya tahan tubuh tidak optimal
b). Perkembangan otak kurang.
c). Perkembangan gigi dan rahang kurang.
d). Dampak psikologis kedekatan dengan ibu kurang.
e). Sering timbul alergi dan ruam
2) Dampak Pada Ibu
Kanker Payudara ibu yang mau memberikan ASI akan
menurunkan resiko kanker payudara sebesar 25-30%. Bila sang
ibu tidak mau menyusui bayinya justru dapat meningkatkan
resiko kanker payudara yang dapat mengancam jiwa.
2. Berat Badan Ibu
a. Pengertian
Berat badan ibu akan menentukan seberapa banyak asupan
makanan yang harus ibu konsumsi pada waktu hamil. Harapannya,
kebutuhan gizi janin tercukupi dan bayi yang akan lahir dengan berat
badan normal(Wibisono & Bulan ayu, 2009). Melakukan
penimbangan berat badan ibu hamil dan pengukuran lingkar lengan
atas LLA secara teratur mempunyai arti klinis penting, karena ada
hubungan yang erat antara pertambahan berat badan selama kehamilan
dengan berat badan lahir bayi.
84
Pertambahan berat badan hanya sedikit, menghasilakan rata-rata
berat badan lahir bayi yang lebih rendah dan resiko yang lebih tingggi
untuk terjadinya bayi BBLR dan kematian bayi, pertambahan berat
badan ibu selama kehamilan dapat digunakan sebagai indicator
pertumbuhan janin dalam rahim. Berdasarkan pengamatan
pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dipengaruhi berat
badannya sebelum hamil. Pertambahan yang optimal kira-kira 20%
dari berat badan ibu sebelum hamil (Cunningham dkk., 1997), jika
berat badan tidak bertambah, lingkar lengan atas < 23,5 cm
menunjukkan ibu mengalami kurang gizi (Mufdlilah, 2009).
1) Peningkatan berat badan ibu selama hamil
a). Pola pertambahan BB (Arisman, 2004)
Laju pertambahan berat selama hamil merupakan
petunjuk yang sama pentingnya dengan pertambahan berat
itu sendiri. Pemeriksaan antropometri yang biasa dilakukan
adalah penimbangan berat, pengukuran tinggi badan,
penentuan berat ideal dan pola pertambahan berat. Berat
pada kunjungan pertamaditimbang sementara berat
sebelumnya jangan terlewat untuk di tanyakan. Berat
sebelum hamil berguna untuk penentuan prognosisserta
keputusan perlu tidaknya dilakukan terapi gizi secara
intensif. Status gizi buruk ditandai oleh berat sebelum hamil
10% dibawah atau 20% diatas berat ideal.
85
Penambahan berat badan ibu semasa kehamilan
menggambarkan laju pertumbuhan janin dalam kandungan.
Pada usia kehamilan trimester I laju pertambahan berat
badan ibu belum tampak nyata karena pertumbuhan janin
belum pesat, tetapi memasuki usia kehamilan trimester II
laju pertumbuhan janin mulai pesat dan pertambahan berat
badan ibu juga mulai pesat (Moehji, 2003 dalam
Setianingrum, 2005). Sebaiknya menentukan patokan
besaran pertambahan berat sampai kehamilan berakhir
sekaligus memantau prosesnya dan kemudian mencatatnya
dalam KMS ibu hamil perlu dilakukan. Selama trimester I
kisaran pertambahan berat sebaiknya 1-2 kg, sementara
trimester II dan III sekitar 0,35 - 0,5 kg tiap minggu.
Pertambahan yang berlebihan setelah minggu ke-20
menyebabkan terjadinya retensi air dan juga berkaitan
dengan janin besar dan berisiko penyulit Disproporsi
Kepala Panggul (DKP). Retensi berlebih juga merupakan
tanda awal preeklamsi. Sebaliknya pertambahan berat <1 kg
selama trimester II apalagi trimester III jelas tidak cukup
dan dapat memperbesar resiko kelahiran BB rendah,
kemunduran pertumbuhan dalam rahim serta kematian
prinatal.
Namun demikian, masih ada pengecualian dalam
penggunaan patokan umum diatas karena pada hakikatnya
86
tujuan pertambahan berat kumulatif itu didasarkan pada
berat dan tinggi badan selama hamil. Meskipun begitu,
pertambahan berat wanita pendek (150 cm) cukup sampai
8,8-13,6 kg. mereka yang hamil kembar dibatasi sekitar
15,4 - 20,4 kg. mereka dengan BB berlebih, pertambahan
berat diperlambat sampai 0,3 kg / minggu.
Menurut (Alfriana, 2001), seorang ibu dengan tinggi
badan yang lebih tinggi mempunyai kecenderungan
kenaikan BB yang lebih besar pada waktu hamil daripada
orang yang lebih pendek.
Menurut (Helen, 2002), BB ibu sebelum hamil dan
kenaikan BB selama kehamilan sangat mempengaruhi hasil
dari kehamilan tersebut. Resiko akan meningkat pada
kasus-kasus berikut:
(1) Pengkajian kurang gizi
Kurang gizi didefinisikan sebagai defisit protein
antara kebutuhan protein normal kehamilan untuk
wanita secara individu dan diet asupan protein
aktualnya, yang ditentukan dari kalkulasi data yang
siperoleh dari riwayat diet klien.
(2) Pengkajian berat badan rendah
Berat badan rendah didefinisikan sebagai berat
badan ibu sebelumhamilsebanyak 5% atau lebih berada
dibawah berat badan ideal.
87
(3) Pengkajian stress nutrisi
Stress nutrisi didefinisikan sebagai adanya satu atau
lebih dari kondisi seperti:
(a) Muntah parah
(b) Jarak kehamilan kurang dari satu tahun
(c) Riwayat obstetri yang buruk
(d) Berat badan gagal mencapai 5 kg pada usia gestasi
20 minggu
(e) Masalah atau gangguan emosi yang serius.
2) Memperhatikan pertambahan BB (Musbikin, 2008)
Masalah pertambahan BB sebenarnya tidak perlu
dikawatirkan bila kenaikan BB masih normal. Selama trimester
pertama kehamilan, biasanya terjadi penambahan BB minimal
(12kg). Setelah trimester II, penambahan BB rata-rata 0,35-0,4 kg
perminggu. Secara keseluruhan pertambahan BB selama
kehamilan berkisar antara 10-12,5 kg atau rata-rata 11kg.
Perlu diketahui, ibu hamil yang BBnya bertambah secara
berlebihan maka memiliki resiko lebih besar untuk mengalami
berbagai komplikasi selama kehamilan serta saat persalianan
kelak. Bila pertambahan berat badan melebihi yang dianggap
normal, misal pada trimester 1 BB sudah naik 8-10 kg, maka
susunan menu harus diatur kembali. Namun sebaiknya jangan
mengurangi makanan yang merupakan sumber protein, vitamin
88
dan mineral. Sebaiknya, batasi mengkonsumsi karbohidrat,
lemak, dan makanan manis.
Yang perlu diingat, jangan melakukan diet ketat, karena
akan membahayakan janin. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa para ibu hamil yang berdiet ketat, cenderung memiliki bayi
dengan BB rendah dan berisiko lebih besar terhadap ibu juga akan
mengalami persalianan lebih lama dan sulit serta kemungkinan
menderita perdarahan.
3) Cara menambah BB (Sinsin, 2008)
Ibu hamil tidak di anjurkan untuk berdiet. Seharusnya BB
harus meningkat dari bulan kebulan. BB selama kehamilan
bertambah karena adanya janin, cairan amnion, plasenta, darah,
pembesaran rahim, dan payudara. janin beratnya mencapai kurang
lebih 3,375 kg, cairan amnion, plasenta, lemak, dan cairan lainya
sekitar 3,6 kg - 5,4 kg. Sementara rahim dan payudara beratnya
menjadi 1,8 - 2,7 kg. Pertambahan berat total sangat bergantung
kepada berat badan ibu sebelum hamil.
Semakin kurus berat badan ibu, semakin banyak
pertambahan berat badan yang harus dicapai. Sebaliknya,
semakin gemuk ibu, semakin sedikit pertambahan beratnya. Bila
kurus, total pertambahan berat sampai menjelang persalianan
sekitar 12,6 kg sampai 18 kg. jika normal, pertambahan BB 11,25
kg hingga 15,75 kg, sampai 18 kg. jika normal, pertambahan BB
11,25 kg hingga 15,75 kg, jika gemuk, hanya membutuhkan 6,75
89
kg sampai 11,25 kg. Jika bayi kembar, pertambahan berat rata-
rata adalah 15,75 kg hingga 20,25 kg. Jika pertambahan berat
tidak sesuai dengan semestinya yang di capai, tandanya
pertumbuhan bayi terganggu.
Makan adalah cara menambah berat badan paling cepat.
Menambah berat badan kadang-kadang menjadi hal yang sulit
bagi ibu hamil. Pada umumnya ibu hamil malas makan. Makanlah
secara teratur pada saat jam makan, baik pagi, siang, malam. Bila
makan dalam jumlah sedikit, sebaiknya perbanyak ngemil. Pada
prinsipnya makanan yang sehat untuk ibu hamil adalah makanan
yang bervanariasi dan disertai dengan buah-buahan segar. Jauhi
makanan seperti coklat, gorengan dan minuman bersoda, apalagi
alcohol, sebaiknya pilihlah roti, sereal, sayuran hijau. Menurut
(Wiknjosastro, 2006, p.161) bila berat badan naik lebih dari
semestinya, anjurkan untuk mengurangi makanan yang
mengandung karbohidrat. Lemak jangan dikurangi terlebih-lebih
sayur mayur dan buah-buahan.
d) Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan BB ibu
hamil(Muliarini, 2010).
a). Segera setelah dinyatakan hamil, cobalah bertanya pada
orang lain tentang badan ibu, kalau perlu ibu hamil perlu
melakukan foto tiap bulan seluruh badan. Foto dan pendapat
orang sekitar dapat menjadi pencegah jika ibu hamil
menginginkan terlalu banyak makanan berlemak.
90
b). Jika cenderung mempunyai berat badan berlebihan, namun
perlu dapat mengontrolnya, maka sangat mudah
menghindari makanan yang berlebih saat hamil, sambil
mengingat kesehatan janin.
c). Usahakan hanya mengkonsumsi makan sehat dan teratur,
serta mengurangi makan saat hamil tua.
d). Pertahankan hanya mengkonsumsi snack bergizi, keju dan
buah segar, baik dirumah ataupun ditempat kerja. Hindari
makanan yang mengandung kalori tinggi dan makanan yang
mengandung nutrisi yang rendah seperti manisan dan
kripik.
e). Jika ingin snack maka harus mempertahankan bahwa snack
tersebut tidak diproses dengan bahan kimia, tidak di goreng
dan bukan makanan yang dimaniskan dengan cara tidak
alami dan bercampur bahan kimia.
f). Jangan makan hanya untuk menyenangkan diri sendiri.
b Faktor- faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan
Kenaikan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang terpenting keadaan gizi ibu
hamil dan makanan ibu selama berlangsung kehamilan. Berat badan
hamil dan makanan ibu selama berlangsung kehamilan. BB sebelum
hamil dan perubahan BB selama kehamilan berlangsung merupakan
parameter klinik yang penting untuk memprediksi berat badan lahir
91
bayi. Wanita dengan berat badan rendah sebelum hamil, atau kenaikan
berat badan rendah sebelum hamil, atau kenaikan berat badan tidak
cukup banyak pada saat hamil cenderung melahirkan bayi BBLR.
Kenaikan berat badan yang dianggap baik untuk orang
Indonesia adalah 9 kg. kenaikan berat badan ibu tidak sama, tetapi
pada umumnya kenaikan berat badan tertinggi adalah pada umur
kehamilan 16-20 minggu, dan kenaikan yang paling rendah pada 10
minggu pertama kehamilan (Supariasa, 2002).
3. Kehamilan dengan Resiko Tinggi
Kriteria yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti dari berbagai
institut berbeda-beda, namun dengan tujuan yang sama mencoba
mengelompokkan kasus-kasus risiko tinggi.
92
2.5 Tabel Skor Poedji RochjatiI II III IV
KELF.R
NO.Masalah / Faktor Resiko SKOR
Triwulan
I IIIII.1
III.2
Skor Awal Ibu Hamil 2 2I 1 Terlalu muda hamil I ≤16 Tahun 4
2 Terlalu tua hamil I ≥35 Tahun 4
Terlalu lambat hamil I kawin ≥4 Tahun 4
3 Terlalu lama hamil lagi ≥10 Tahun 4
4 Terlalu cepat hamil lagi ≤ 2 Tahun 4
5 Terlalu banyak anak, 4 atau lebih 4
6 Terlalu tua umur ≥ 35 Tahun 4
7 Terlalu pendek ≤145 cm 4 4
8 Pernah gagal kehamilan 4
9
Pernah melahirkan dengana.terikan tang/vakum
4
b. uri dirogoh 4
c. diberi infus/transfuse 4
10 Pernah operasi sesar 8
II
11
Penyakit pada ibu hamila. Kurang Darah b. Malaria,
4
c. TBC Paru d. Payah Jantung 4e. Kencing Manis (Diabetes) 4f. Penyakit Menular Seksual 4
12Bengkak pada muka / tungkai
dan tekanan darah tinggi.4
13 Hamil kembar 4
14 Hydramnion 4 4
15 Bayi mati dalam kandungan 4
16 Kehamilan lebih bulan 4
17 Letak sungsang 8
18 Letak Lintang 8
III 19 Perdarahan dalam kehamilan ini 8
20 Preeklampsia/kejang-kejang 8
JUMLAH SKOR 8
93
4. KB Suntik 3 Bulan
a. Suntikan Hormon (KB suntik 3 bulan)
KB suntik 3 bulan mengandung Depo-Provera yang
merupakan suspensi cair yang mengandung kristal-kristal mikro
depot medroksiprogesteron (DMPA) yaitu suatu progestin yang
mekanisme kerjanya bertujuan untuk menghambat sekresi
hormon pemicu folikel (FSH) dan LH serta lonjakan LH. Apabila
suntikan dimulai dalam lima hari sejak awal menstruasi, maka
efek kontrasepsi akan muncul dengan cepat karena ovulasi tidak
akan terjadi pada bulan pertama. Apabila suntikan mulai
diberikan lebih dari lima hari setelah menstruasi, maka klien
harus menggunakan metode kontrasepsi penunjang selama
beberapa minggu karena kemungkinan ovulasi tidak dapat
dicegah pada bulan pertama tersebut. Mekanisme kerja yang
kedua adalah pengentalan lendir serviks, yang kemudian menjadi
penghambat sperma, dan perubahan kondisi endometrium tidak
lagi merupakan lingkungan yang sesuai bagi ovum yang telah
dibuahi (Varney, 2007).
1) Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja menurut Varney (2007):
a). Menghambat sekresi hormon pemicu folikel (FSH) dan
LH serta lonjakan LH.
b). Endometrium mengalami atrofi sehingga tidak dapat
mendukung implantasi sel ovum.
94
c). Pembentukan lendir serviks yang mengganggu sperma,
yaitu lendir yang kental dan sangat sulit dipenetrasi oleh
sperma sehingga mengurangi penetrasi, pengangkutan,
dan kemungkinan sperma untuk bertahan hidup.
d). Menghambat kapasitas pada sperma yang disebabkan
perubahan cairan serviks, yang pada keadaan normal
mengaktifkan proses tersebut, sehingga membuat sperma
tidak dapat mempenetrasi ovum.
2) Efektifitas
Kontrasepsi suntik 3 bulan memiliki efetifitas yang
tinggi, dengan 30% kehamilan per 100 perempuan per tahun,
asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal
yang ditentukan (Sulistyawati, 2011). Suntikan DMPA akan
efektif selama 14 minggu. Dengan 2 minggu periode
kelonggaran bila suntikan berikutnya tidak dapat diberikan
tepat 12 minggu kemudian (Varney, 2007).
3) Indikasi
Indikasi menurut Varney (2007), yaitu:
a). Remaja sampai wanita usia 40 tahun.
b). Nuligravida sampai grand multipara.
c). Wanita menyusui (setelah enam minggu pasca partum).
d). Wanita yang menderita penyakit hati.
e). Wanita penderita hemoglobinopati.
f). Wanita penderita hipertensi.
95
g). Wanita dengan kejang.
h). Wanita perokok yang berusia lebih dari 35 tahun.
4) Kontraindikasi
Indikasi menurut Varney (2007) yaitu:
a). Kehamilan (diketahui atau dicurigai).
b). Riwayat kanker payudara.
c). Perdarahan genetalia yang tidak diketahui asal mulanya.
d). Riwayat stroke (CVA) atau penyakit tromboembolik.
e). Riwayat gagal atau penyakit hati.
f). Hipersentivitas terhadap Depo-Provera.
e) Keuntungan
Keuntungan metode suntik menurut Saifuddin (2010) yaitu:
a). Sangat efektif.
b). Pencegahan kehamilan jangka panjang.
c). Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri.
d). Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak
serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan
pembekuan darah.
e). Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
f). Sedikit efek samping.
g). Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
h). Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai
perimenopause.
96
i). Membantu mencegah kanker endometrium dan
kehamilan ektopik.
j). Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
k). Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
l). Menurunkan krisis anemia bulan sabit.
f) Kerugian
a). Perubahan menstruasi dan tertunda untuk kembali subur.
Perubahan menstruasi pada wanita dimulai dalam bentuk
perdarahan tidak teratur yang tidak dapat diprediksi dan
bercak darah yang berlangsung selama tujuh hari atau
lebih atau perdarahan hebat selama beberapa bulan
pertama penggunaan depo provera, semua kejadian ini
secara bertahap menjadi lebih jarang dengan durasi lebih
pendek sampai klien mengalami amenorea. Lima puluh
persen klien mengalami amenorea setelah satu tahun
menggunakan Depo-Provera. Pada penggunaan lebih
dari satu tahun, tiga perempat pengguna DMPA
mengalami amenore (Varney, 2007).
b). Sering menimbulkan efek samping masalah berat badan
(Sulistyawati, 2011).
c). Klien bergantung pada sarana pelayanan kesehatan
(harus kembali untuk mendapat suntikan (Sulistyawati,
2011).
97
d). Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikutnya (Sulistyawati, 2011).
e). Pada gangguan jangka panjang dapat menimbulkan
kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan
emosi (jarang), sakit kepala, gugup atau jerawat
(Saifuddin, 2010).
f). Penurunan densitas mineral tulang yang berkaitan
dengan penggunaan DMPA, yang berpotensi mengalami
peningkatan osteoporosis setelah menopause (Varney,
2007).
5. Coitus Interuptus
a. Pengertian
Metode koitus interuptus juga dikenal dengan metode senggama
terputus. Teknik ini dapat mencegah kehamilan dengan cara
sebelum terjadi ejakulasi pada pria, seorang pria harus menarik
penisnya dari vagina sehingga tidak setetespun sperma masuk
kedalam rahim wanita. Dengan cara ini kemungkinan terjadinya
pembuahan (kehamilan) bisa dikurangi.
b. Cara Kerja
Alat kelamin pria dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma
tidak masuk ke dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah.
98
1) Manfaat
a) Efektif bila digunakan dengan benar.
b) Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya.
c) Dapat digunakan setiap waktu
d) Tidak membutuhkan biaya.
e) Tidak membutuhkan obat atau alat sehingga relatif sehat
untuk perempuan
f) Tidak mengganggu produksi ASI
g) Tidak ada efek samping
h) Meningkatkan keterlibatan pria dalam keluarga
berencana.
i) Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat
dan pengertian yang sangat dalam.
2) Keterbatasan
Beberapa penelitian menyatakan resiko kegagalan teknik
ini cukup tinggi. Ini disebabkan karena kontrol teknik ini
sepenuhnya diserahkan pada pihak pasangan. Ini sangat
dipengaruhi oleh kemampuan seorang pria untuk merasakan
tanda ejakulasi dan kecepatannya untuk menarik penis dan
mendapatkan orgasme di luar vagina.
Keterbatasan metode ini adalah :
a). Efektifitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk
melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya.
99
b). Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24
jam sejak ejakulasi masih melekap pada penis.
c). Memutus kenikmatan dalam hubungan seksual.
3) Pasangan Yang Cocok Memakai Metode Coitus Interuptus
a) Pria yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga
berencana
b) Pasangan yang tidak ingin menggunakan metode KB
lainnya
c) Pasangan yang membutuhkan kontrasepsi dengan segera.
d) Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil
menunggu metode lainnya
e) Pasangan yang memerlukan metode pendukung
f) Pasangan yang melakukan hubungan seksual secara tidak
teratur.
1) Pasangan Yang Tidak Cocok Memakai Metode Coitus
Interuptus
a) Pria dengan pengalaman ejakulasi dini.
b) Pria yang sulit melakukan senggama terputus
c) Perempuan yang mempunyai pasangan yang sulit
bekerjasama
d) Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi
e) Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama
terputus.
100
2) Hal-hal yang harus di perhatikan
a) Meningkatkan kerjasama dan membangun saling
pengertian sebelum melakukan hubungan seksual dan
pasangan harus mendiskusikan dan menyepakati
penggunaan metode senggama terputus.
b) Sebelum berhubungan pria terlebih dahulu mengosongkan
kandung kemih dan membersihkan ujung penis untuk
menghilangkan sperma dari ejakulasi sebelumnya.
c) Apabila merasa akan ejakulasi, pria segera mengeluarkan
penisnya dari vagina pasangannya dan mengeluarkan
sperma di luar vagina
d) Pastikan pria tidak terlambat melaksanakannya
e) Tidak dianjurkan pada masa subur.
6. Perilku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
a. Pengertian
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas
kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Dalam hal ini
ada 5 program priontas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan,
Gaya Hidup, Dana Sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM.
101
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan
anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan
perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat.
b. Indikator PHBS
1) Kebersihan Perorangan : badan dan pakaian bebas dari
kotoran, tidak ada kotoran hitam disekitar kuku dan kuku
tersebut pendek.
2) Penggunaan air bersih : air bersih untuk diminum (sudah
dimasak) dan cuci tangan.
3) Penggunaan jamban : jamban yang digunakan dalam keadaan
bersih dan tidak berbau.
4) Bak penampungan air bebas jentik : bak penampungan air
bersih atau bebas lumpur, jentik dan lumur serta dikuras
minimal 1 minggu sekali.
5) Kebersihan lingkungan : lingkungan disekitar rumah dalam
keadaan bersih dan bebas sampah. Sampah ditampung dan
dibuang ditempat pembuangan.
6) Gaya hidup tidak merokok : tidak ada anggota keluarga yang
merokok di lingkungan rumah.
7) Peserta jaminan pelayanan kesehatan masyarakat atau asuransi
kesehatan lainnya. : biaya yang dbayarkan pada jangka waktu
yang telah ditentukan.
102
c. Manfaat PHBS bagi Masyarakat
1) Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
2) Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-
masalah kesehatan.
3) Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
4) Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan
Bersumber Masyarakat
d. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan
beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang
menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial,
sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif.
Oleh karena itu, keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi,
teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat
terpenuhi dengan baik.
e. Kriteria Rumah Sehat
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 829/Menkes/SK/VII/1999 ketentuan persyaratan
kesehatan rumah tinggal adalah sebagai berikut:
1) Bahan bahan bangunan
Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat yang
dapat membahayakan kesehatan, antara lain:
a) Debu total kurang dari 150 mg per meter persegi
b) Asbestos kurang dari 0,5 serat per kubik, per 24 jam
103
c) Timbal (Pb) kurang dari 300 mg per kg bahan
d) Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme patogen
2) Komponen dan penataan ruangan
a) Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
b) Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan
kamar cuci kedap air dan mudah dibersihkan
c) Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan
kecelakaan
d) Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir
e) Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya
f) Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap
3) Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun
tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan
intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan
mata.
4) Kualitas udara
a) Suhu udara nyaman, antara 18 – 30oC
b) Kelembaban udara, antara 40 – 70 %
c) Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm per 24 jam
d) Pertukaran udara 5 kali 3 per menit untuk setiappenghuni
e) Gas CO kurang dari 100 ppm per 8 jam
f) Gas formaldehid kurang dari 120 mg per meter kubik
104
5) Ventilasi
Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10%
luas lantai.
6) Vektor penyakit
Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di
dalam rumah.
7) Persediaan air
a). Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas
minimal 60 liter per orang setiap hari.
b). Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air
bersih dan/atau air minum menurut Permenkes 416 tahun
1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.
8) Pembuangan limbah
a). Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari
sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari
permukaan tanah.
b). Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak
menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan
air tanah.
9) Kepadatan hunian
Luas kamar tidur minimal 8 meter persegi, dan dianjurkan
tidak untuk lebih dari 2 orang tidur.
105
7. Polihidramnion
a. Pengertian
Hidramnion adalah suatu jumlah cairan amnion yang
berlebihan (lebih dari 2000 ml). Normal volume cairan amnion
meningkt secara bertahap selama kehamilan dan mencapai
puncakya kira-kira 1000 ml antara 34 sampai 36 minggu(Admin,
2011).
b. Klasifikasi
1) Hidramnion kronis
Pertambahan air ketuban bertambah secara perlahan-
lahan dalam beberapa minggu atau bulan, dan biasanya terjadi
pada kehamilan yang lanjut
2) Hidramnion akut
Terjadi penambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba
dan cepat dalam waktu beberapa hari saja. Biasanya terdapat
pada kehamilan yang agak muda, bulan ke-5 dan ke-6.
komposisi dari air ketuban pada hidramnion, menurut
penyelidikan, serupasaja dengan air ketuban yang
normal(Amriewibowo, 2010).
106
b. Tanda dan Gejala
1) Tanda
a) Ukuran uterus lebih besar dibanding yang seharusnya
b) Identifikasi janin dan bagian janin melalui pemeriksaan
palpasi sulit dilakukan
c) DJJ sulit terdengar
d) Ballotemen janin jelas
2) Gejala
a) Sesak nafas dan rasa tak nyaman di perut karena tekanan
pada diafragma
b) Gangguan pencernaan karena konstipasi maupun
obstipasi
c) Edema karena tekanan pada pembuluh darah vena karena
pembesaran dari uterus.
d) Varises dan hemoroid
e) Nyeri abdomen
Bila polihidramnion terjadi antara minggu ke 24 –
30 maka keadaan ini sering berlangsung secara akut
dengan gejala nyeri abdomen akut dan rasa seperti
“meledak” serta rasa mual
Kulit abdomen mengkilat dan edematous disertai
striae yang masih baru Polihidramnion akut atau kronik
dapat menyebabkan abortus atau persalinan preterm.
107
c. Frekuensi
Yang sering kita jumpai adalah hidramnion yang ringan,
dengan jumlah cairan 2- 3 liter. Yang berat dan akut jarang.
Frekuensi hidramnion kronis adalah 0,5-1%. Insiden dari
kongenital anomali lebih sering kita dapati pada hidramnion yaitu
sebesar 17,7-29%. Hidramnion sering terjadi bersamaan dengan :
1) Gemelli atau hamil ganda (12,5%)
2) Hidrops foetalis
3) Diabetes melitus
4) Toksemia gravidarum
5) Cacat janin terutama pada anencephalus dan atresia esophagei
6) Eritroblastosis fetalis
d. Etiologi
Mekanisme terjadi hidramnion hanya sedikit yang kita
ketahui. Secara teori hidramnion terjadi karena :
1) Produksi air ketuban bertambah;
Diduga menghasilkan air ketuban adalah epitel amnion,
tetapi air ketuban juga dapat bertambah karena cairan lain
masuk kedalam ruangan amnion, misalnya air kencing anak
atau cairan otak pada anencephalus.
2) Pengaliran air ketuban terganggu;
Air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan diganti
dengan yang baru. Salah satu jalan pengaliran adalah ditelan
oleh janin, diabsorbsi oleh usus dan dialirkan ke placenta
108
akhirnya masuk kedalam peredaran darah ibu. Jalan ini kurang
terbuka kalau anak tidak menelan seperti pada atresia
esophogei, anencephalus atau tumor-tumor placenta. Pada
anencephalus dan spina bifida diduga bahwa hidramnion
terjadi karena transudasi cairan dari selaput otak dan selaput
sum-sum tulang belakang. Selain itu, anak anencephal tidak
menelan dan pertukaran air terganggu karena pusatnya kurang
sempurna hingga anak ini kencing berlebihan.
Pada atresia esophagel hidramnion terjadi karena anak
tidak menelan. Pada gemelli mungkin disebabkan karena salah
satu janin pada kehamilan satu telur jantungnya lebih kuat dan
oleh karena itu juga menghasilkan banyak air kencing.
Mungkin juga karena luasnya amnion lebih besar pada
kehamilan kembar. Pada hidramnion sering ditemukan
placenta besar.
Menurut dr. Hendra Gunawan Wijanarko, Sp.OG dari
RSIA Hermina Pasteur, Bandung (2007) menjelaskan bahwa
hidromnion terjadi karena:
a) Produksi air jernih berlebih
b) Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan
ketuban menumpuk, yaitu hidrocefalus, atresia saluran
cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing kongenital
109
c) Ada sumbatan / penyempitan pada janin sehingga dia
tidak bisa menelan air ketuban. Alhasil volume ketuban
meningkat drastis
d) Kehamilan kembar, karena adanya dua janin yang
menghasilkan air seni
e) Ada proses infeksi
f) Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang
menyangkut sistem syaraf pusat sehingga fungsi gerakan
menelan mengalami kelumpuhan
g) Ibu hamil mengalami diabetes yang tidak terkontrol
h) Ketidak cocokan / inkompatibilitas rhesus
Polihidramnion sering terkait dengan kelainan janin :
(1) Anensepali
(2) Spina bifida
(3) Atresia oesophaguis
(4) Omphalocele
(5) Hipoplasia pulmonal
(6) Hidrop fetalis
(7) Kembar monosigotik
(8) (hemangioma)
(9) Polihidramnion sering berkaitan dengan kelainan
ibu:
(10) Diabetes Melitus
(11) Penyakit jantung
110
(12) Preeklampsia
Perkembangan polihidramnion berlangsung secara
gradual dan umumnya terjadi pada trimesteri III
e. Patogenesis
Pada awal kehamilan, rongga amnion terisi oleh cairan yang
komposisinya sangat mirip dengan cairan ektrasel. Selama paruh
pertama kehamilan, pemindahan air dan molekul kecil lainnya
berlangsung tidak saja melalui amnion, tapi juga menembus kulit
janin. Selama trimester kedua, janin mulai berkemih, menelan dan
menghirup cairan amnion. Hampir pasti proses ini secara bermakna
mengatur pengendalian volume cairan amnion.karena dalam
keadaan normal janin menelan cairan amnion, diperkirakan
bahwamekanisme ini adalah salah satu cara pengaturan volume
cairan amnion. Teori ini dibenarkandengan kenyataan bahwa
hidramnion hampir selalu terjadi bila janin tidak dapat menelan,
seperti pada kasus atresia esofagus. Proses menelan ini jelas bukan
satu-satunya mekanisme untuk mencegah hidramnion. Pritchard
dan Abramovich mengukur hal ini dan menemukan bahwa
pada beberapa kasus hidramnion berat, janin menelan air ketuban
dalam jumlah yang cukup banyak.Pada kasus anesefalus dan spina
bifida, faktor etiologinya mungkin adalah meningkatnya transudasi
cairan dari meningen yang terpajan ke dalam rongga amnion.
Penjelasan lain yang mungkin pasca anensefalus, apabila tidak
terjadi gangguan menelan, adalah peningkatan berkemih akibat
111
stimulasi pusat-pusat di serebrospinal yang tidak terlindung atau
berkurangnya efek antidiuretik akibat gangguan sekresi arginin
vasopressin. Hal sebaliknya telah jelasdibuktikan bahwa kelainan
janin yang menyebabkan anuria hampir selalu
menyebabkanoligohidramnion.Pada hidramnion yang terjadi pada
kehamilan kembar monozigot, diajukan hipotesis bahwa salah satu
janin merampas sebagian besar sirkulasi bersama dan mengalami
hipertropi jantung, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan
luaran urin pada masa neonates dini,yang mengisyaratkan bahwa
hidramnion disebabkan oleh meningkatnya produksi urin
janin.Hidramnion yang sering terjadi pada diabetes ibu selama
trimester ketiga masih belumdapat diterangkan. Salah satu
penjelasannya adalah bahwa hiperglikemia janin yangmenimbulkan
diuresis osmotik. Bar Hava dan kawan kawan (1994) membuktikan
bahwa volumeair ketuban trimester ketiga pada 399 diabetes
gestasional mencerminkan status glikemik terakhir. Yasuhi dan
kawan kawan (1994) melaporkan peningkatan produksi urin janin
padawanita diabetik yang puasa dibandingkan dengan kontrol
nondiabetik. Yang menarik, produksiurin janin meningkat pada
wanita nondiabetik setelah makan, tetapi hal ini tidak dijumpai
padawanita diabetes.
112
f. Predisposisi
Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya hidromnion, antara
lain:
1) Penyakit jantung
2) Nefritis
3) Edema umum (anasarka)
4) Anomali kongenintal (pada anak), seperti anensefali, spina
bifida, atresia atau striktur esofagus, hidrosefalus, dan struma
bloking oesaphagus. Dalam hal ini terjadi karena :
a) Tidak ada stimulasi dari anak dan spina
b) Exscressive urinary secration
c) Tidak berfungsinya pusat menelan dan haus
d) Transudasi pusat langsung dari cairan meningeal
keamnion
5) Simpul tali pusat
6) Diabetes melitus
7) Gemelli uniovulair
8) Mal nutrisi
9) Penyakit kelenjar hipofisis
10) Pada hidromnion biasanya placenta lebih besar dan terasa lebih
berat dari biasa karena itu transudasi menjasdi lebih banyak
dan timbul hidromnion(Amriewibowo, 2010).
113
g. Diagnosis
1) Anamnesis
a) Perut lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa
b) Pada yang ringan keluhan-keluhan subyektif tidak banyak
c) Pada yang akut dan pada pembesaran uterus yang cepat
maka terdapat keluhan-keluhan yang disebabkan karena
tekanan pada organ terutama pada diafragma, seperti sesak
(dispnoe), nyeri ulu hati, dan dianosis
d) Nyeri perut karena tegangnya uterus, mual dan muntah
e) Edema pada tungkai, vulva, dinding perut
f) Pada proses akut dan perut besar sekali, bisa syok,
bereringat dingin dan sesak(Amriewibowo, 2010).
2) Inspeksi
a) Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut
berkilat, retak-retak, kulit jelas dan kadang-kadang
umbilikus mendatar
b) Jika akut si ibu terlihat sesak (dispnoe) dan sionasis, serta
terlihat payah membawa kandungannya(Amriewibowo,
2010).
3) Palpasi
a) Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada
dinding perut valva dan tungkai
114
b) Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan
sesungguhnya
c) Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya
cairan
d) Kalau pada letak kepala, kepala janin bisa diraba, maka
ballotement jelas sekali
e) Karena bebasnya janin bergerak dan kepala tidak terfiksir,
maka dapat terjadi kesalahan-kesalahan letak
janin(Amriewibowo, 2010; Manuaba,2007).
4) Auskultasi
Denyut jantung janin tidak terdengar atau jika terdengar sangat
halus sekali(Amriewibowo, 2010).
5) Rontgen foto abdomen
a) Nampak bayangan terselubung kabur karena banyaknya
cairan, kadang-kadang banyak janin tidak jelas
b) Foto rontgen pada hidromnion berguna untuk diagnosa
dan untuk menentukan etiologi, seperti anomali kongenital
(anensefali atau gemelli).
6) Pemeriksaan dalam
Selaput ketuban teraba dan menonjol walaupun diluar
his(Amriewibowo, 2010).
7) Pemeriksaan penunjang
a) Foto rontgen (bahaya radiasi)
b) Ultrasonografi
115
Banyak ahli mendefinisikan hidramnion bila index cairan
amnion (ICA) melebihi 24-25 cm pada pemeriksaan USG.
Dari pemeriksaan USG, hidramnion terbagi menjadi :
(1) Mild hydramnion (hidramnion ringan), bila kantung
amnion mencapai 8-11 cm dalam dimensi vertikal.
Insiden sebesar 80% dari semua kasus yang terjadi.
(2) Moderate hydramnion (hidramnion sedang), bila
kantung amnion mencapai 12-15 cm dalamnya.
Insiden sebesar 15%
(3) Severe hydramnion (hidramnion berat), bila janin
ditemukan berenang dengan bebas dalam kantung
amnion yang mencapai 16 cm atau lebih besar.
2.6 Tabel Pertambahan Cairan Amnion
Weeks
gestation
Fetus
(gr)
Placenta
(gr)
Amnionic fluid
(ml)
Fluid (%)
16 100 100 200 50
28 1000 200 1000 45
36 2500 400 900 24
40 3300 500 800 17
116
8) Penatalaksanaan
Terapi hidromnion dibagi dalam tiga fase:
a). Waktu hamil (di BKIA)
(1) Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup
diobservasi dan berikan terapi simptomatis
(2) Pada hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan,
harus dirawat dirumah sakit untuk istirahat sempurna.
Berikan diet rendah garam. Obat-obatan yang dipakai
adalah sedativa dan obat duresisi. Bila sesak hebat
sekali disertai sianosis dan perut tengah, lakukan
pungsi abdominal pada bawah umbilikus. Dalam satu
hari dikeluarkan 500cc perjam sampai keluhan
berkurang. Jika cairan dikeluarkan dikhawatirkan
terjadi his dan solutio placenta, apalagi bila anak
belum viable. Komplikasi pungsi dapat berupa :
(a) Timbul his
(b) Trauma pada janin
(c) Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh
tusukan
(d) Infeksi serta syok
Bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah,
umpamanya janin mengenai placenta, maka
pungsi harus dihentikan.
117
b). Waktu partus
(1) Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita
menunggu
(2) Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka
lakukan pungsi transvaginal melalui serviks bila
sudah ada pembukaan. Dengan memakai jarum
pungsi tusuklah ketuban pada beberapa tempat, lalu
air ketuban akan keluar pelan-pelan
(3) Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba
pecah, maka untuk menghalangi air ketuban mengalir
keluar dengan deras, masukan tinju kedalam vagina
sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban
keluar pelan-pelan. Maksud semua ini adalah supaya
tidak terjadi solutio placenta, syok karena tiba-tiba
perut menjadi kosong atau perdarahan post partum
karena atonia uteri.
c). Postpartum
(1) Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post
partum, jadi sebaiknya lakukan pemeriksaan golongan
dan transfusi darah serta sediakan obat uterotonika.
(2) Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan
perdarahan post partum
118
(3) Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah
partus lemah, maka untuk menghindari infeksi
berikan antibiotika yang cukup.
9) Cara menghitung air ketuban pada ibu hamil
a) Pemeriksaan USG
Selain pemeriksaan usia kehamilan, tumbuh kembang
janin dengan metode USG juga dapat memberikan
informasi kepada ibu hamil untuk mengetahui jumlah air
ketuban dalam kandungannya bahkan sesuai dengan usia
kehamilannya. Pengukuran volume cairan amnion telah
menjadi suatu komponen integral dari pemeriksaan
kehamilan untuk melihat adanya resiko kematian janin. Hal
ini didasarkan bahwa penurunan perfusi uteroplasenta dapat
mengakibatkan gangguan aliran darah ginjal dari janin ,
menurunkan volume miksi dan menyebabkan terjadinya
oligohidroamnion
Pemeriksaan cairan amnion dapat dilakukan dengan
tiga cara, yaitu: pemeriksaan secara subjektif, pemeriksaan
dengan vertical deep single pocket, dan dengan metode AFI
(Amniotic Fluid Indeks) yang diperkenalkan oleh Phelan.
Secara Single Pocket :
(1) Berdasarkan satu kuadran saja
(2) Diambil kantong terbesar yang terletak antara dinding
uterus dan tubuh janin
119
(3) Tidak boleh ada bagian janin yang terletak di dalam
area pengukuran tersebut
Pengukuran Amnion dengan metode Phelan (4 kuadran /
AFI)
(1) Abdomen dibagi atas 4 kuadran
(2) Setiap kuadran diukur indeks cairan amnionnya
(3) Pengukuran harus tegak lurus dengan
(4) Bidang horizontal dan tidak ada boleh ada bagian
janin diantaranya
Interpretasi pengukuran cairan amnion berdasarkan
single pocket dan Phelan
2.7 Tabel pengukuran cairan amnion
Hasil Pengukuran Interpretasi>2cm , <8cm Volume cairan amnion
normal>8cm Polihidramnion8-12cm Polihidramnion ringan12-16cm Polihidramnion sedang>16cm Polihgidramnion berat>1cm , <2cm Borderline, evaluasi
ulang<1 cm Oligohidramnion
8. Hiperbilirubinemia
a. Pengertian
Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena gajala
klinis yang paaling sering ditemukn pada bayi baru lahir. Lebih
dari 85% bayi cukup bulan yang kmbali dirawat dalam minggu
120
pertama kehidupan disebabkan oleh keadaan ini.
Hiperbilirubinemia menyebabkan bayi terlihat warna kuning,
keadaan ini timbul karena akibat akumulasi pigmen bilirubin (4Z,
15Z bilirubin 1X alpha) yang berwarna ikhterus pada sklera dan
kulit. Pada masa transisi setelah lahir, hepar belum berfungsi
secara optimal sehingga proses glukuronidasi bilirubin tidak
terjadi secara maksimal. Keadaan ini menyebabkan dominasi
bilirubin tak terkonjugasi dalam darah(Roderic, 2006).
Pada inkompabilitas ABO, hiperbilirubinemia lebih
menonjol dibandingkan dengan anemia dan timbulnya pada 24
jam pertama. Reaksi hemolisis terjadi selag zat anti dari ibu masih
terdapat dalam serum bayi.
b. Pemeriksaan fisik
1) Tanda – Tanda Vital
Sudah penampakan umum janin dievaluasi,
pemeriksaan harus diteruskan dengan pemeriksaan tanda –
tanda vital, terutama pada frekuensi jantung (frekuensi
jantung normal 120-160 x/m), frekuensi nafas (40-60 x/m),
suhu, dan tekanan darah (sering divadangkan unuk bayi
sakit). Selain itu panjang tubuh, berat badan, dan dan linkar
kpala harus diukur dan dicatat pada kurve pertumbuhan untuk
mrnrntukan pertumbuhan untuk menentukan pertumbuhan
121
normal, terlalu cepat, atau terlambat menururt usia kehamilan
tertentu. (charlton, 2006).
2) Kulit
a) Abnormalitas kulit yng abnormal (kulit kolodium;
aplasia kutis; sklerema neonatorum)
b) Warna bayi kaukasia yang normal adalah merah muda.
(1) Pucat : anemia atau perfusi yang buruk
(2) Warna kelabu : asidosis
(3) Plethora : polisitemia
(4) Ekimosis : trauma lahir
(5) Ikhterus : peningkatan bilirubin yang
bereaksi indirek
c) Lesi vaskuler
d) Lesi berpigmen dan nevi (bercak mongolian)
e) Rua (milia)
c. Pemeriksaan penunjang
Pengukuran bilirubin diindikasikan jika ikterus pada usia 24
jam dan tampaknya signifikan pada pemeriksaan klinis.
Pemeriksaan lebih lanjut, selain bilirubin serum total yang
mungkin dibutuhkan (usia <3 minggu) antara lain bilirubin direk,
albumin serum, hitung darah lengkap, hitung retikulosit dan
apusan untuk morfologi darah tepi. Untuk golongan darah dan tes
antibodi direk dapat dilakukan direct antibody test atau tes
Coombs(anonym,2007)
122
d. Diagnosis kerja
Menururt statistik kira – kira 20% dari selururh kehamilan
terlihat dalam ketidakselarasan darah AB dn 75% daru jumlah ini
terdiri dari ibu golonan darah O da janin golongan darah B atau
A. Walaupun demikian hanya terjadu pada sebagian kecil tampak
pengaruh hemolisis pada bayi baru lahir. Hal ini disebabkan oleh
karena isoglutinin anti-A dan anti-B yang terdapat dalam serum
ibu sebagian besar terbentuk 19-S, yaitu gamaglobulin-M yang
tidak dapat melalui plasenta (merupakan makroglobulin) dan
disebut isoaglutinin natural. Hanya sebagian kecil dari ibu yng
mempunyai golongan darah O, mempunyai antibodi 7-S, yaitu
gamaglobulin g (isoaglutinin imun) yang tinggi dan dapat melalui
plasenta sehingga mengakibatkan henmolisis pada bayi(Roderic,
2006).
Ikterus biasanya timbul dalam waktu 24 jam sesudah lahir,
tidak pucat oleh karena itu, tidak terdapat anemia atau hanya
didapatkan anemia ringan saja. Jarang sekai terjadi hidrop fetalis
dan hepatosplenomegali. Kira-kira 40-50% mengenai anak
pertama, sedangkan anak-anak berikutnya mungkin terkna dan
ungkin tidak. Bila terkena tidak ampak gejala yang berat seperti
pada inkopaabilitas rhesus(Roderic, 2006).
Kadar hemoglobin normal dan kagdang agak mennurun
(10-12 g%), retikulositosis, polikromasi, sferositosis dan sl darah
merah yang berinti jumlahnya meningkat, uji Coombs mungkin
123
negatif atau positif lemah. Pengobatan dengan terapi sinar,
tranfusi tukar dan seebagainya tergantung peningkatan kadar
hiperbilirubin(anonym,2008)
e. Diagnosis banding
1) Inkompabilitas Rhesus
Hemolisis biasa terjadi bila ibu mempunyai rehsus
negatif atau positif. Bila sl darah janin masuk keperadaran
darah ibu, amak ibu akan dirangsang olh antigen Rh sehingga
membentuk antibodi terhadap Rh. Zat antibodi Rh ini dapat
melalui plasenta dan masuk keperadaran darah janin dan
selanjutnya mengakibatkan penghancuran eritrosit janin
(hemolisi). Hemolisis ini terjadi dalam kandungan dan
akibatnya ialah pembentukan sel darah merak berinti yang
bayak. Oleh karena keadaan ini disebut Eritoblastosis Fetalis.
Pengaruh kelainan ini biasanya tidak terlihat pada anak
pertama tetapi akn nyata pada anak yang dilahirkan selajutnya.
Bila ibu seblum mengandung anak pertama pernah
mendapat tranfusi inkompatibel atau ibu mengalami
keguguran dengan janin yang mempunyai rhesus positif ,
pengaruh kelainan inkompanilitas Rheesus ini akan terlihat
pada bayi yag dilahirkan kemudian.
Bayi yang lahir kemungkinan mati (Still Birth) atau
berupa Hidrops Fetalis yang hanya dapat hidup beberapa jam
124
dengan gejala odeme yang berat, ascites, anemia dan
hepotosplenomegali. Biasanya bayi seperti ini mempunyai
plasenta yang besar, tampak pucat dan cairan amnionnya
berwarna kuning emas. Eritoblastosis fetaklis pada saat saat
lahir tampak normal, tetapi beberapa jam kemudian timbul
ikterus yang makin lama akin berat (hiperbilirubinemia) yang
mengakibatkan “kernikterus”, hetosplenomegali dan pada
pemeriksaan darah tepi akan didapatkan anemia,
retikulositosis, jumlah normoblasdan eritobls lebih banyak dari
biasa, banyak sel darah (sri granulosit) muda. Kadar bilirubin
direk dan indirek meninggi juga terdapat bilirubin dalam tinja
dan feses(charlton,2006).
Pemeriksaan golongan darah ibu dan anak (Rh dan
ABO), uji Coombs, riwayat mengenai bayi yang dilahirkan
sebelumnya, ikterus yang timbul dalam waktu 24 jam sesudah
lahir, kadar hemoglobin darah taki pusat <15 g%, kadar
bilirubin dalam darah tali pusat >5 mg%, hati dan limfa
membesar, kelainan pada pemeriksaam darah tepi dll.
Pengobatan dengan transfusi tukar.
f. Etiologi
Sistem ABO oleh Lansteuner pada tahun 1900. Ia
menyatakan bahwa serum seseoramg tidak mugkin mngandung
antibodi terhadap antigen yng terdapat dalam eritrositnya sendiri
kecuali dalam keadaan patologis.
125
Golongandarah Genotip Antigen
(aglutinogen
Antibodi
(aglutinin)
Frekuensi
O OO - Anti-A
dan
anti-B
±40%
A AA/AO A Anti-B ±26%
B BB/BO B Anti-A ±27%
AB AB AB - ±7%
2.8 Tabel golongan darah
Ibu yang golongan darah O secara alamiah mempunyai
antibodi anti-A dan anti-b pasda sirkulasinya. Jika janin
mempunyai golongan darah A atau B, eritoblastosis dapat terjadi.
Sebagian besar alamiah, membentuk Anti-A atau anti-B berupa
antintibody IgM yang tidak melewati plasenta. Beberapa ibu juga
relative mempunyai kadar IgG anti-A dan anti-B yang tinggi yang
potensial eritoblastosis karena melewati sawar plasenta. Ibu
golongan darah O mempunya kadar IgG anti-A lebih tinggi
daripada ibu golongan darah B dan mempunyai kadar IgG anti-B
lebih tinggi daripada ibu dengan golongan darah A. Dengan
demikian, penyakit hampir slalu terjadi bila golongan darah O.
Penyakit jarang terjadi bila ibu golongan darah A dan bayi
126
golongan darah B. Kehamilan pertaama sering terkena sensitisasi
ibu terjadi sejak awal kehidupan melalui kontak dengan antigen-A
dan B. Penyakit tidak memburuk pada kehamilan berikutnya yang
juga terkena dan jika ada penyakitnya cenderung menjadi lebih
ringan(Roderic, 2006).
Sekitar sepertiga bayi golongan darah A atau B dari ibu
bergolongan darah o akan mempunyai antibodi ibu yang dapat
terdetekdi pada eritrositnya. Ini lebih sering terjadi pada bayi yag
bergongan darah B daripada A dan lebih serig terjadi pada bayi
kulit hitam daripada bayi berkulit putih dengan golongan darah A
atau . hanya sebagian kecil dari bayi ini yang mengakibatkan
gejala klinis. Pada mereka dengan penyakit klinis, terdapat jauh
lebih sedikit antibody ibu yang melekat pada tempat antigen pada
eritrosit daripada yanng ada pada penyakit Rhesus klinis.
Akibatnya pnyakit klinis sangat ringan dengan reaksi antiglobulin
langsung globulin langsung bervariasi dari hanya positif
ikroskopis sampai 2+. Ada sedikit atau tidak ada anemia dan
bilirubin dapat dikendalikan dengan fototerapi atau kebayakan
diatasi dengan satu transfusi tukar. Namun IgG anti-A atau IgG
anti-B tampaknya lebih banyak menyebabkann hemolisi saripada
anti-Rh dalam jumlah yang sama. Dengan demikian bayi dengan
reaksi aNtiglobulin direk 2+ dengan penyakit ABO biasanya akan
menderita bilirubinemia lebih berat daripada bayi dengan 2+
Karena penyakit Rh(Roderic, 2006).
127
Ringannya Hemolytic of Newborn (HDN) ABO dapat
dijelaskan sebagian oleh antigen A dan Antigen B yang belum
sepenuhnya berkembang pada saat lahir sebagian antibody
mempengaruhi kehamilan berikutnya. Pemeriksaann sediaan
hapus darah memperlihatkan antoaglutinasi dan sferositosis
polikromasi dan eritoblatosis.
g. Epidemiologi
20-25% kehailan terjadi inkompabilitas ABO, yag berarti
bahwa serum ibu mengandung anti-A atau anti-B sedangkan
eritrosit janin mengandung antigen respective. Inkompabilitas
ABO nantinya aka menyebabkan penyakit hemolitik pada bayi
yang baru lahir dimana terdapat lebih dari 60% dari seluruh
kasus. Peyakit ini yang sering tidak parah jika dibandingkan
dengan akibat Rh, ditandai anemia neonatus sedang dan
hiperbilirubinemia neoatus ringan sampai sedang serta kurang
dari 1% kasus yang membutuhkan suatu penyebab hemolisi dan
secara umum dapat menjadi panduan bagi ilmu pediatrik
dibanding maslah kebidanan(charlton,2006).
Mayoritas inkompabilitas ABO diderita oleh anak pertama
(40% menurut Mollison) dan anak-anak berikutnya makin lama
makain baik keadaanya. Gambarannya klinis penyakit hemolitik
pada bayi baru lahir berasal dari inkompabilitas ABO sering
ditemukan pada keadaan dimana ibu mempunyai tipe darah O,
karena tipe darah grup masing – masing menghasilkan ati-A dan
128
anti-B yang termsuk dalam kelas IgG yang dapat melewati
plasenta untuk berikatan dengan eritrosit janin. Pada beberapa
kasus, penyakit hemolitik ABO tampak hiperbilirubinemia
ringan sampai sedang selama 24-48 jam pertama kehidupannya.
Hal ini jarang muncul dengan anemia yang signifikan.
Tingginya jumlah nilirubin dapat meyebabkan kernikterus
terutma pada neonatus preterm. Fototerapi pada pengobatan
awal dilakukan meskipun transfusi tukar yag mungkin
diindikasikan untuk hiperbilirubinemia. Seks predominan fetalis
akibat inkompabilitas ABO dalah sama antara laki-laki dan
perempuan(Roderic, 2006).
h. Patofisiologi
Penyakit inkompabilitas Rh dan ABO trjadi ketika sistem
imun ibu menghasilkan antibody yang melewatu sel darah merh
jnin yang dikandungnya. Pada saat ibu hamil, eritrosit janin
dalam beberapa insiden dapat masuk kedalam sirkulasi darah
ibu yang dinamakan fetomaternal microtransfusion. Bila ibu
ttidak memiliki antigen seperti yang terdapat pada eritrosit janin,
maka ibu akan distimulasi utuk membenttuk imun atibody. Imun
antibody tipe IgG tersebut dapat melewati plasenta dan
kemudian masuk kedalam peredaran darah janin sehingga sel-sel
eritrosit janin akan diseliuti (coated) dengan antibody tersebut
dn akhirnya terjadi aglutinasi dan hemolisis, yang kemudian
menybabkn anemia (reaksi hipersensitivitas tipe H). Hal ini kan
129
dikompensasi oelhh tubuh bayi sdengan cara memproduksi dan
melepaskan sel-sel darah merah yang imtur yang beriti banyak,
disebut dengan ritoblas (yangbersa dari sumsum tulang) secara
berlebihan(Roderic, 2006).
Produksi eritoblas yang berlebihan dapat menyebabkan
pembesaran hati dan limpa yyang selanjutnya dapat
menyebabkan rusaknya hepar dan ruptur limpa. Produksi
eritroblas ini melibatkan berbagai komponen sel-sel darah,
seperti platelet dan faktor penting lainya utuk pembekuan darah.
Pada saat berkurangnya faktor pembekuan dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan yang banyak dan dapat memperberat
komplikasi. Lebig dari 400 antigen terdapat pada permukaan
eritrosit, tetapi secara klinis hanya sedikit yang peying sebagai
penyebab penyakit hemolitik. Kurangnya antigen eritrosit dalam
tubuh berpotensi menghasilkan antibody jika terpapar dengan
antigen tersebut. Antin=bodu tersebut berbhaya terhadap diri
sendiri pada saat transfusi atau berbahaya bagi janin.
Hemolisi yang berat biasanya terjadi oleh adanya
sensitisasi maternal sebelumnya, misalya karena abortus, ruptur
kehamilan diluar kandungn, amniosentesis, transfusi darah
Rhesus positif atau pada kehamilan kedua atau berikutnya.
Penghancuran sel-sel darah merah dapat melpaskan pigmen
darah merah (hemoglobin), yang mana bahan tersebut dikenal
dengan bilirubin. Bilirubin tersebut secara normal terbentuk dari
130
sel-sel darah merah yang telah mati, tetapi tubuh dapat mngatasi
kekurangan kadar bilirubin dalam sirkulasi darah pada suatu
waktu. Eritoblastosis fetalis menyebabkan terjadinya
penumpukan bilirubin yng dapat menyebabkan
hiperbilirubinemia, yang nantinya menybakan jaundice pada
bayi. Bayi dapat berkembang menjadi kernikterus(Roderic,
2006).
i. Penatalaksanaan
Bentuk ringan tidak memerlukan pengobatan spesifik,
kecuali bial terjadi keniaikan bilirubin yang tidak wajar. Betuk
sedang memerluka transfusi tuakar, umumnya dilakukan dengan
darah yang sesuai dengan darah ibu (Rhesus dan ABO). Jika
tidak ada donor Rhesus negatif, transfusi tukar dapat dilkukan
darah dengan Rhesus positif sesering mungkin sampai semua
eritrosit yang diliputi antibodi dikeluarkan 14 hari dari tubuh
bayi. Bentuk berat tampak sebagai hidrops atau lahir mati yang
disebabkan oleh anemia berat yang diikuti oleh gagal jantung.
Pengobatan ditujukan terhadap pencegahan terjadinya anemia
berat dan kematian janin(charlton,2006).
j. Prognosis
Prognosis kadar bilirubin yang lahir kuning akibat
inkompabilitas ABO pada umunya baik karena gejalannya
tidaklah terlalu berat karena sebagian antigen A dan Antigen B
yang belum sepenuhnya berkembang pada saat lahir dan karena
131
netralisir sebagian antibody IgG ibu oleh antigen A dan B pada
sel – sel yag lain yang terjadi dalam plasma dan cairan
jaringan(Roderic, 2006).
9. Inkompabilitas ABO
a. Golongan Darah ABO
Ada banyak golongan darah, tetapi yang terkenal di bidang
medis adalah golongan darah ABO dan Rhesus. Kedua golongan
darah ini ditemukan oleh Dr. Karl Landsteiner, seorang dokter
dari Austria, pada tahun 1900. Semula Landsteiner menemukan
golongan darah A, B, dan C. Golongan C ini kemudian
dinamakan golongan O. Pada tahun 1902 kolega Landsteiner,
yaitu Alfred Decastello dan Adriano Sturli menemukan golongan
ke empat yaitu golongan AB(Sukman dkk, 2007).
Dasar penggolongan darah ABO adalah adanya aglutinogen
(antigen) pada eritrosit, dan adanya aglutinin (antibodi) di dalam
plasma darah. Aglutinogen berarti antigen yang digumpalkan,
sedangkan aglutinin adalah jenis antibodi yang menggumpalkan.
Menurut sistem ABO darah manusia terbagi atas 4 golongan,
yaitu:
Golongan
darah Genotip Antigen
(aglutinogen
Antibodi
(aglutinin)
Frekuensi
132
O OO - Anti-A
dan anti-
B
±40%
A AA/AO A Anti-B ±26%
B BB/BO B Anti-A ±27%
AB AB AB - ±7%
2.9 Tabel Golongan Darah
Pemahaman mengenai aglutinogen dan aglutinin inilah
yang mendasari teknik transfusi darah. Dalam transfusi darah,
orang yang memberikan darah disebut donor, sedangkan yang
menerima disebut resipien. Transfusi (pindahtuang darah) ini
harus memperhatikan masalah aglutinin-aglutinogen, sebab jika
terjadi inkompatibilitas (ketakcocokan) golongan darah, maka
akan menyebabkan terjadinya aglutinasi (penggumpalan) darah,
dan bisa menyebabkan kematian sang resipien. Secara umum
dalam proses transfusi darah prinsip ini yang dipegang.
b. Inkompatibilitas ABO
Inkompatibilitas sel darah merah (inkompatibilitas ABO)
dapat disebabkan oleh dua hal, yang pertama akibat
ketidakcocokan (Inkompatibilitas) golongan darah ABO saat
melakukan transfusi sehingga terjadi reaksi hemolisis
intravaskular akut dan juga dapat disebabkan oleh reaksi imunitas
133
antara antigen dan antibody yang sering terjadi pada ibu dan janin
yang akan dilahirkan(Sukman dkk,2007).
Reaksi hemolisis intravaskular akut adalah reaksi yang
disebabkan inkompatibilitas sel darah merah (inkompatibilitas
ABO). Antibodi dalam plasma pasien akan melisiskan sel
darah merah yang inkompatibel. Meskipun volume darah
inkompatibel hanya sedikit (10-50 ml) namun sudah dapat
menyebabkan reaksi berat. Semakin banyak volume darah yang
inkompatibel maka akan semakin meningkatkan risiko. Penyebab
terbanyak reaksi hemolisis intravaskular akut adalah
inkompatibilitas ABO. Hal ini biasanya terjadi akibat
kesalahan dalam permintaan darah, pengambilan contoh darah
dari pasien ke tabung yang belum diberikan label, kesalahan
pemberian label pada tabung dan ketidaktelitian memeriksa
identitas pasien sebelum transfusi. Selain itu penyebab
lainnya adalah adanya antibodi dalam plasma pasien
melawan antigen golongan darah lain (selain golongan darah
ABO) dari darah yang ditransfusikan, seperti sistem Idd, Kell
atau Duffy.
Jika pasien sadar, gejala dan tanda biasanya timbul
dalam beberapa menit awal transfusi, kadang-kadang timbul
jika telah diberikan kurang dari 10 ml. Jika pasien tidak sadar
atau dalam anestesia, hipotensi atau perdarahan yang tidak
terkontrol mungkin merupakan satu-satunya tanda
134
inkompatibilitas transfusi. Pengawasan pasien dilakukan sejak
awal transfusi dari setiap unit darah. Dapat terjadi lisis eritrosit
donor karena antibodi resipien. Bila terjadi cepat (segera
setelah transfusi 50 ml darah) atau lambat (beberapa jam
beberapa hari). Dapat juga terjadi lisis eritrosit resipien
akibat antibodi donor, biasanya bersifat ringan, dan sering terjadi
pada transfusi dengan donor universal.
Tanda-tanda klinis :
1) Segera : nyeri lumbal, nyeri sternal dan nyeri di tempat
masuknya darah, demam disertai menggigil
dan kekakuan, gelisah, mual, muntah,
urtikaria, dispnea, dan hipotensi.
2) Lanjut : perdarahan yang tidak dapat diatasi,
hemoglobinuria, oliguria sampai anuria,
ikterus dan anemia. Reaksi hemolitik dapat
juga terjadi akibat penyimpanan darah yan
kurang baik, darah kadaluwars atau darah
yang sudah hemolisis karena terlalu
dipanaskan/terlalu didinginkan.
Penyebab kedua yang mengakibatkan Inkompatibilitas pada
golongan darah ABO adalah reaksi imunitas antara antigen dan
antibody pada ibu dan janin yang dikandungnya. Inkompatibilitas
pada golongan darah ABO terjadi jika Ibu golongan darah O
mengandung janin golongan darah A atau B. Ibu yang golongan
135
darah O secara alamiah mempunyai antibody anti-A dan anti-B
pada sirkulasinya. Jika janin mempunyai golongan darah A atau
B, eritroblastosis dapat terjadi. Sebagian besar secara alamiah,
membentuk anti-A atau anti-B berupa antibody IgM yang tidak
melewati plasenta. Beberapa ibu juga relative mempunyai kadar
IgG anti-A atau anti-B yang tinggi yang potensial menyebabkan
eritroblastosis karena melewati sawar plasenta.
Ibu golongan darah O mempunyai kadar IgG anti-A lebih
tinggi daripada ibu golongan darah B dan mempunyai kadar IgG
anti-B lebih tinggi daripada ibu dengan golongan golongan darah
A. Dengan demikian, penyakit hampir selalu terjadi bila golongan
darah O. Penyakit jarang terjadi bila ibu golongan darah A dan
bayi golongan darah B. Kehamilan pertama sering terkena
sensitisasi ibu tejadi sejak awal kehidupan melalui kontak dengan
antigen A dan B. Penyakit tidak memburuk pada kehamilan
berikutnya yang juga terkena dan jika ada penyakitnya cenderung
menajdi lebih ringan.
Sekitar sepertiga bayi golongan A atau B dari ibu golongan
darah O akan mempunyaiantibody ibu yang dapat dideteksi pada
eritrositnya. Ini lebih sering terjadi pada bayi golongan darah B
daripada A dan lebih sering pada bayi kulit hitam daripada bayi
kulit putih dengan golongan darah A atau B. Hanya sebagian
kecil dari bayi ini yang akan mengalami gejala klinis. Pada
mereka dengan penyakit klinis, terdapat jauh lebih sedikit
136
antibody ibu yang melekat pada tempat antigen pada eritrosis
daripa yang ada pada penyakit Rhesus klinis. Akibatnya penyakit
klinis sangat ringan dengan reaksi antiglobulin langsung
bervariasi dari hanya positif secara mikroskopis sampai 2+. Ada
sedikit atau tidak ada anemia dan bilirubinemia dapat
dikendalikan dengan dengan fototerapi atau pada kebanyakan
diatasi dengan satu transfuse tukar. Namun, IgG anti-A atau IgG
anti-B tampaknya lebih banyak menyebabakan hemolisis daripada
anti-Rh dalam jumlah yang sama. Dengan demikian bayi dengan
reaksi antiglobulin direk 2+ dengan penyakit ABO biasanya akan
menderita bilirubinemia lebih berat daripada bayi dengan 2+
karena penyakit Rh.
Ringannya Hemolytic Disease of Newborn (HDN) ABO
dapat dijelaskan sebagian oleh antigen A dan Antigen B yang
belum sepenuhnya berkembang pada saat lahir dan karena
netralisir sebagian antibody IgG ibu oleh antigen A dan B pada
sel-sel lain yang terjadi dalam plasma dan cairan jaringan. HDN
ABO dapat ditemukan pada kehamilan pertama dan dapat atau
tidak mempengaruhi kehamilan berikutnya. Pemeriksaan sediaan
hapus darah memperlihatkan autoaglutinasi dan sferositosis
polikromasi dan eritroblastosis.
Hal-hal yang perlu diperhatikan berhubungan dengan
hemolisis sistem ABO : Ibu golongan darah O dapat membentuk
anti-A dan anti-B. Destruksi pada eritrosit janin bergolongan
137
darah A atau B tergantung dari kekuatan antigen A dalam
eritrosit. Hemolisis pada sistem ABO terjadi pada bayi baru lahir.
Bayi berwarna kuning, karena bilirubin manifes ke kulit. Berat
ringannya bayi kuning tergantung dari kadar IgG. Ciri khas
destruksi: Mikro sferositosis menyebabkan fragil osmotik,
volume sel kecil, protein lipid membran sedikit sehingga
aglutinasi mudah terjadi.
Dua puluh sampai 25% kehamilan terjadi inkompabilitas
ABO, yang berarti bahwa serum ibu mengandung anti-A atau
anti-B sedangkan eritrosit janin mengandung antigen respective.
Inkompabilitas ABO nantinya akan menyebabkan penyakit
hemolitik pada bayi yang baru lahir dimana terdapat lebih dari
60% dari seluruh kasus. Penyakit ini sering tidak parah jika
dibandingkan dengan akibat Rh, ditandai anemia neonatus sedang
dan hiperbilirubinemia neonatus ringan sampai sedang serta
kurang dari 1% kasus yang membutuhkan transfusi tukar.
Inkompabilitas ABO tidak pernah benar-benar menunjukkan
suatu penyebab hemolisis dan secara umum dapat menjadi
panduan bagi ilmu pediatrik dibanding masalah kebidanan.
Mayoritas inkompatibilitas ABO diderita oleh anak pertama
(40% menurut Mollison), dan anak-anak berikutnya makin lama
makin baik keadaannya. Gambaran klinis penyakit hemolitik pada
bayi baru lahir berasal dari inkompabilitas ABO sering ditemukan
pada keadaan dimana ibu mempunyai tipe darah O, karena tipe
138
darah grup masing-masing menghasilkan anti A dan anti B yang
termasuk kelas IgG yang dapat melewati plasenta untuk
berikatan dengan eritrosit janin.
Pada beberapa kasus, penyakit hemolitik ABO tampak
hiperbilirubinemia ringan sampai sedang selama 24-48 jam
pertama kehidupannya. Hal ini jarang muncul dengan anemia
yang signifikan. Tingginya jumlah bilirubin dapat menyebabkan
kernikterus terutama pada neonatus preterm. Fototerapi pada
pengobatan awal dilakukan meskipun transfusi tukar yang
mungkin diindikasikan untuk hiperbilirubinemia. Seks
predominan eritroblastosis fetalis akibat inkompatibilitas ABO
adalah sama antara laki-laki dan perempuan.
c. Patofisiologi
Patofisologi yang dapat menjelaskan timbulnya reaksi
hemolitik pada inkompatibilas ABO akibat kesalahan transfusi
adalah akibat antibodi dalam plasma pasien akan melisiskan
sel darah merah yang inkompatibel. Meskipun volume darah
inkompatibel hanya sedikit (10-50 ml) namun sudah dapat
menyebabkan reaksi berat. Semakin banyak volume darah yang
inkompatibel maka akan semakin meningkatkan risiko
Sedangkan patofisologi yang dapat menjelaskan timbulnya
penyakit inkompabilitas Rh dan ABO adalah terjadi ketika sistem
imun ibu menghasilkan antibodi yang melawan sel darah merah
janin yang dikandungnya. Pada saat ibu hamil, eritrosit janin
139
dalam beberapa insiden dapat masuk kedalam sirkulasi darah ibu
yang dinamakan fetomaternal microtransfusion. Bila ibu tidak
memiliki antigen seperti yang terdapat pada eritrosit janin, maka
ibu akan distimulasi untuk membentuk imun antibodi. Imun anti
bodi tipe IgG tersebut dapat melewati plasenta dan kemudian
masuk kedalam peredaran darah janin sehingga sel-sel eritrosit
janin akan diselimuti (coated) dengan antibodi tersebut dan
akhirnya terjadi aglutinasi dan hemolisis, yang kemudian akan
menyebabkan anemia (reaksi hipersensitivitas tipe II). Hal ini
akan dikompensasi oleh tubuh bayi dengan cara memproduksi
dan melepaskan sel-sel darah merah yang imatur yang berinti
banyak, disebut dengan eritroblas (yang berasal dari sumsum
tulang) secara berlebihan.
Produksi eritroblas yang berlebihan dapat menyebabkan
pembesaran hati dan limpa yang selanjutnya dapat menyebabkan
rusaknya hepar dan ruptur limpa. Produksi eritroblas ini
melibatkan berbagai komponen sel-sel darah, seperti platelet dan
faktor penting lainnya untuk pembekuan darah. Pada saat
berkurangnya faktor pembekuan dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan yang banyak dan dapat memperberat komplikasi.
Lebih dari 400 antigen terdapat pada permukaan eritrosit, tetapi
secara klinis hanya sedikit yang penting sebagai penyebab
penyakit hemolitik. Kurangnya antigen eritrosit dalam tubuh
berpotensi menghasilkan antibodi jika terpapar dengan antigen
140
tersebut. Antibodi tersebut berbahaya terhadap diri sendiri pada
saat transfusi atau berbahaya bagi janin.
Hemolisis yang berat biasanya terjadi oleh adanya
sensitisasi maternal sebelumnya, misalnya karena abortus, ruptur
kehamilan di luar kandungan, amniosentesis, transfusi darah
Rhesus positif atau pada kehamilan kedua dan berikutnya.
Penghancuran sel-sel darah merah dapat melepaskan pigmen
darah merah (hemoglobin), yang mana bahan tersebut dikenal
dengan bilirubin. Bilirubin secara normal dibentuk dari sel-sel
darah merah yang telah mati, tetapi tubuh dapat mengatasi
kekurangan kadar bilirubin dalam sirkulasi darah pada suatu
waktu. Eritroblastosis fetalis menyebabkan terjadinya
penumpukan bilirubin yang dapat menyebabkan
hiperbilirubinemia, yang nantinya menyebabkan jaundice pada
bayi. Bayi dapat berkembang menjadi kernikterus.
Gejala lain yang mungkin hadir adalah peningkatan kadar
insulin dan penurunan kadar gula darah, dimana keadaan ini
disebut sebagai hydrops fetalis. Hydrops fetalis ditujukkan oleh
adanya penumpukan cairan pada tubuh, yang memberikan
gambaran membengkak (swollen). Penumpukan cairan ini
menghambat pernafasan normal, karena paru tidak dapat
mengembang maksimal dan mungkin mengandung cairan. Jika
keadaan ini berlanjut untuk jangka waktu tertentu akan
141
mengganggu pertumbuhan paru. Hydrops fetalis dan anemia
dapat menimbulkan masalah jantung.
d. Diagnosis
Diagnosis isoimunisasi berdasarkan deteksi antibodi pada
serum ibu. Metode paling sering digunakan untuk menapis
antibodi ibu adalah tes Coombs tak langsung. (penapisan antibodi
atau antiglobulin secara tak langsung). Tes ini bergantung kepada
pada kemampuan anti IgG (Coombs) serum untuk mengaglutinasi
eritrosit yang dilapisi dengan IgG.
Untuk melakukan tes ini, serum darah pasien dicampur
dengan eritrosit yang diketahui mengandung mengandung antigen
eritrosit tertentu, diinkubasi, lalu eritrosit dicuci. Suatu substansi
lalu ditambahkan untuk menurunkan potensi listrik dari membran
eritrosit, yang penting untuk membantu terjadinya aglutinasi
eritrosit. Serum Coombs ditambahkan dan jika imunoglobulin ibu
ada dalam eritrosit, maka aglutinasi akan terjadi. Jika test positf,
diperlukan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan antigen
spesifik. Disamping tes Coombs, diagnosis dapat ditegakkan
berdasarkan riwayat bayi yang dilahirkan sebelumnya, ikterus
yang timbul dalam 24 jam pasca persalinan, kadar hemoglobin
darah tali pusat < 15 gr%, kadar bilirubin dalam darah tali pusat >
5 mg%, hepatosplenomegali dan kelainan pada pemeriksaan
darah tepi.
e. Penatalaksanaan
142
Penatalaksaan terbagi menjadi dua bagian yaitu tergantung
penyebab dari inkompatibilas ABO itu sendiri. Inkompatibilas
ABO yang disebabkan oleh karena reaksi transfusi, yang
dimaksud dengan reaksi transfusi disini adalah reaksi hemolitik,
inkompatibilitas, dan reaksi alergi yang berat maka
penatalaksanaan yang seharusnya segera dilakukan adalah:
1) Transfusi segera dihentikan, diambil lagi contoh darah pasien
dan darah donor untuk pemeriksaan ulang.
2) Perbaiki keadaan hipovolemia dengan plasma atau cairan
kristaloid. Tekanan vena sentral dipantau.
3) Koreksi keadaan asidosis, dan kemih dibuat menjadi sedikit
alkalis. (pH = 8).
4) Setelah volume cukup, berikan manitol 12,5 – 50 g selama 15
menit, Bila belum terjadi diuresis berikan furosemid 20 – 40
mg. Bila belum terjadi diuresis, segera dilakukan dialisis
peritoneal (bila mungkin, lakukan hemodialisis).
5) Hitung jumlah trombosit, partial tromboplastin time dan
kadar fibrinogen serum.
6) Bila terjadi koagulasi intra vaskuler yang menyeluruh
(disseminated intra vasculer coagulation = DIC), segera
dimulai terapi dengan heparin.
7) Pasien harus dirawat di unit perawatan intensif, agar
pemantauan dan berbagai tindakan dapat dilakukan dengan
baik
143
Penatalaksanaan inkompatibilas ABO yang disebabkan oleh
reaksi imunitas antara antigen dan antibody yang sering terjadi
pada ibu dan janin yang akan dilahirkan dalam bentuk ringan
tidak memerlukan pengobatan spesifik, kecuali bila terjadi
kenaikan bilirubin yang tidak wajar. Bentuk sedang memerlukan
tranfusi tukar, umumnya dilakukan dengan darah yang sesuai
dengan darah ibu (Rhesus dan ABO). Jika tak ada donor Rhesus
negatif, transfusi tukar dapat dilakukan dengan darah Rhesus
positif sesering mungkin sampai semua eritrosit yang diliputi
antibodi dikeluarkan dari tubuh bayi. Bentuk berat tampak
sebagai hidrops atau lahir mati yang disebabkan oleh anemia
berat yang diikuti oleh gagal jantung. Pengobatan ditujukan
terhadap pencegahan terjadinya anemia berat dan kematian janin.
10. Eritoblastosis Fetalis
a. Pengertian
Eritroblastosis fetalis adalah suatu sindroma yang ditandai
oleh anemia berat pada janin dikarenakan ibu menghasilkan
antibodi yang menyerang sel darah janin. Sindroma ini
merupakan hasil dari inkompabilitas kelompok darah ibu dan
janin terutama pada sistem rhesus. Sistem Rhesus merupakan
suatu sistem yang sangat kompleks dan masih banyak perdebatan
baik mengenai aspek genetika, nomenklatur maupun interaksi
antigeniknya. Pada tahun 1932, Diamond, Blackfan dan Baty
144
melaporkan bahwa fetal anemia yang ditunjukkan dengan jumlah
eritroblas yang ada dalam sirkulasi darah menggambarkan
sindroma ini.
Rhesus positif (rh positif) adalah seseorang yang
mempunyai rh-antigen pada eritrositnya sedang Rhesus negatif
(rh negatif) adalah seseorang yang tidak mempunyai rh-antigen
pada eritrositnya. Antigen pada manusia tersebut dinamakan
antigen-D dan merupakan antigen yang berperan penting dalam
transfusi. Tidak seperti pada sistem ABO dimana seseorang yang
tidak mempunyai antigen A/B akan mempunyai antibodi yang
berlawanan dalam plasmanya, maka pada sistem Rhesus
pembentukan antibodi hampir selalu oleh suatu paparan apakah
itu dari transfusi atau kehamilan. Sistem golongan darah Rhesus
merupakan antigen yang terkuat bila dibandingkan dengan sistem
golongan darah lainnya. Pemberian darah Rhesus positif (D+)
satu kali saja sebanyak ± 0,1 ml secara parenteral pada individu
yang mempunyai golongan darah Rhesus negatif (D-) sudah dapat
menimbulkan anti Rhesus positif (anti-D) walaupun golongan
darah ABOnya sama.
Anti D merupakan antibodi imun tipe IgG dengan berat
molekul 160.000, daya endap (sedimentation coefficient) 7 detik,
thermo stabil dan dapat ditemukan selain dalam serum juga cairan
tubuh, seperti air ketuban, air susu dan air liur. Imun antibodi IgG
145
anti-D dapat melewati plasenta dan masuk kedalam sirkulasi
janin, sehingga janin dapat menderita penyakit hemolisis.
Penyakit hemolisis pada janin dan bayi baru lahir adalah
anemia hemolitik akut yang diakibatkan oleh alloimun antibodi
(anti-D atau inkomplit IgG antibodi golongan darah ABO) dan
merupakan salah satu komplikasi kehamilan. Antibodi maternal
isoimun bersifat spesifik terhadap eritrosit janin dan timbul
sebagai reaksi terhadap antigen eritrosit janin. Penyebab
hemolisis tersering pada neonatus adalah pasase transplasental
antibodi maternal yang merusak eritrosit janin.
Pada tahun 1892, Ballantyne membuat kriteria patologi
klinik untuk mengakkan diagnosis hidrops fetalis. Diamond dkk.
(1932) melaporkan tentang anemia janin yang ditandai oleh
sejumlah eritroblas dalam darah berkaitan dengan hidrops fetalis.
Pada tahun 1940, Lansstainer menemukan faktor Rhesus yang
berperan dalam patogenesis kelainan hemolisis pada janin dan
bayi. Levin dkk (1941) menegaskan bahwa eritroblas disebabkan
oleh isoimunisasi maternal dengan faktor janin yang diwariskan
secara paternal. Find (1961) dan freda ( 1963) meneliti tentang
tindakan profilaksis maternal yang efektif.
b. Patofisiologi
Penyakit inkompabilitas Rh dan ABO terjadi ketika sistem
imun ibu menghasilkan antibodi yang melawan sel darah merah
janin yang dikandungnya. Pada saat ibu hamil, eritrosit janin
146
dalam beberapa insiden dapat masuk kedalam sirkulasi darah ibu
yang dinamakan fetomaternal microtransfusion. Bila ibu tidak
memiliki antigen seperti yang terdapat pada eritrosit janin, maka
ibu akan distimulasi untuk membentuk imun antibodi. Imun anti
bodi tipe IgG tersebut dapat melewati plasenta dan kemudian
masuk kedalam peredaran darah janin sehingga sel-sel eritrosit
janin akan diselimuti (coated) dengan antibodi tersebut dan
akhirnya terjadi aglutinasi dan hemolisis, yang kemudian akan
menyebabkan anemia (reaksi hipersensitivitas tipe II). Hal ini
akan dikompensasi oleh tubuh bayi dengan cara memproduksi
dan melepaskan sel-sel darah merah yang imatur yang berinti
banyak, disebut dengan eritroblas (yang berasal dari sumsum
tulang) secara berlebihan.
Produksi eritroblas yang berlebihan dapat menyebabkan
pembesaran hati dan limpa yang selanjutnya dapat menyebabkan
rusaknya hepar dan ruptur limpa. Produksi eritroblas ini
melibatkan berbagai komponen sel-sel darah, seperti platelet dan
faktor penting lainnya untuk pembekuan darah. Pada saat
berkurangnya faktor pembekuan dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan yang banyak dan dapat memperberat komplikasi.
Lebih dari 400 antigen terdapat pada permukaan eritrosit, tetapi
secara klinis hanya sedikit yang penting sebagai penyebab
penyakit hemolitik. Kurangnya antigen eritrosit dalam tubuh
berpotensi menghasilkan antibodi jika terpapar dengan antigen
147
tersebut. Antibodi tersebut berbahaya terhadap diri sendiri pada
saat transfusi atau berbahaya bagi janin.
Hemolisis yang berat biasanya terjadi oleh adanya
sensitisasi maternal sebelumnya, misalnya karena abortus, ruptur
kehamilan di luar kandungan, amniosentesis, transfusi darah
Rhesus positif atau pada kehamilan kedua dan
berikutnya.2,3,7,9 Penghancuran sel-sel darah merah dapat
melepaskan pigmen darah merah (hemoglobin), yang mana bahan
tersebut dikenal dengan bilirubin. Bilirubin secara normal
dibentuk dari sel-sel darah merah yang telah mati, tetapi tubuh
dapat mengatasi kekurangan kadar bilirubin dalam sirkulasi darah
pada suatu waktu. Eritroblastosis fetalis menyebabkan terjadinya
penumpukan bilirubin yang dapat menyebabkan
hiperbilirubinemia, yang nantinya menyebabkan jaundice pada
bayi. Bayi dapat berkembang menjadi kernikterus.
Gejala lain yang mungkin hadir adalah peningkatan kadar
insulin dan penurunan kadar gula darah, dimana keadaan ini
disebut sebagai hydrops fetalis. Hydrops fetalis ditujukkan oleh
adanya penumpukan cairan pada tubuh, yang memberikan
gambaran membengkak (swollen). Penumpukan cairan ini
menghambat pernafasan normal, karena paru tidak dapat
mengembang maksimal dan mungkin mengandung cairan. Jika
keadaan ini berlanjut untuk jangka waktu tertentu akan
148
mengganggu pertumbuhan paru. Hydrops fetalis dan anemia
dapat menimbulkan masalah jantung.
c. Gejala Klinis
Terdapat dua gejala klinis utama pada eritroblastosis fetalis, yaitu:
1) Hidrops fetalis
Hidrops fetalis adalah suatu sindroma ditandai edema
menyeluruh pada bayi, asites dan pleural efusi pada saat lahir.
Perubahan patologi klinik yang terjadi bervariasi, tergantung
intensitas proses. Pada kasus parah, terjadi edema subkutan
dan efusi ke dalam kavum serosa (hidrops fetalis). Hemolisis
yang berlebihan dan berlangsung lama akan menyebabkan
hiperplasia eritroid pada sumsum tulang, hematopoesis
ekstrameduler di dalam lien dan hepar, pembesaran jantung
dan perdarahan pulmoner. Asites dan hepatosplenomegali
yang terjadi dapat menimbulkan distosia akibat abdomen
janin yang sangat membesar. Hidrothoraks yang terjadi dapat
mengganggu respirasi janin.
Patofisologi hidrops fetalis tak jelas. Teori-teori
penyebabnya mencakup keadaan:
a). gagal jantung akibat anemia.
b). kebocoran kapiler akibat hipoksia pada kondisi anemia
berat
c). hipertensi vena portal dan umbilikus akibat kerusakan
parenkim hati oleh proses hematopoesis ekstrameduler
149
d). menurunnya tekanan onkotik koloid akibat
hipoproteinemia yang disebabkan oleh disfungsi hepar
Janin dengan hidrops dapat meninggal dalam rahim
akibat anemia berat dan kegagalan sirkulasi. Bayi hidrops
yang bertahan hidup tampak pucat, edematus dan lemas pada
saat dilahirkan. Lien dan hepar membesar, ekimosis dan
petikie menyebar, sesak nafas dan kolaps sirkulasi. Kematian
dapat terjadi dalam waktu beberapa jam meskipun transfusi
sudah diberikan.
b). Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubin dapat menimbulkan gangguan sistem
syaraf pusat, khususnya ganglia basal atau menimbulkan
kernikterus. Gejala yang muncul berupa letargia, kekakuan
ekstremitas, retraksi kepala, strabismus, tangisan melengking,
tidak mau menetek dan kejang-kejang. Kematian terjadi dalam
usia beberapa minggu.
Pada bayi yang bertahan hidup, secara fisik tak berdaya,
tak mampu menyanggah kepala dan tak mampu duduk.
Kemampuan berjalan mengalami keterlambatan atau tak
pernah dicapai. Pada kasus yang ringan akan terjadi
inkoordinasi motorik dan tuli konduktif. Anemia yanag terjadi
akibat gangguan eritropoesis dapat bertahan selama
berminggu–minggu hingga berbulan-bulan.
150
d. Diagnosis
Diagnosis isoimunisasi berdasarkan deteksi antibodi pada
serum ibu. Metode paling sering digunakan untuk menapis
antibodi ibu adalah tes Coombs tak langsung. (penapisan antibodi
atau antiglobulin secara tak langsung). Tes ini bergantung kepada
pada kemampuan anti IgG (Coombs) serum untuk mengaglutinasi
eritrosit yang dilapisi dengan IgG.
Untuk melakukan tes ini, serum darah pasien dicampur
dengan eritrosit yang diketahui mengandung mengandung antigen
eritrosit tertentu, diinkubasi, lalu eritrosit dicuci. Suatu substansi
lalu ditambahkan untuk menurunkan potensi listrik dari membran
eritrosit, yang penting untuk membantu terjadinya aglutinasi
eritrosit. Serum Coombs ditambahkan dan jika imunoglobulin ibu
ada dalam eritrosit, maka aglutinasi akan terjadi. Jika test positf,
diperlukan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan antigen
spesifik.
Disamping tes Coombs, diagnosis dapat ditegakkan
berdasarkan riwayat bayi yang dilahirkan sebelumnya, ikterus
yang timbul dalam 24 jam pasca persalinan, kadar hemoglobin
darah tali pusat < 15 gr%, kadar bilirubin dalam darah tali pusat >
5 mg%, hepatosplenomegali dan kelainan pada pemeriksaan
darah tepi.
151
e. Penatalaksanaan
Bentuk ringan tidak memerlukan pengobatan spesifik,
kecuali bila terjadi kenaikan bilirubin yang tidak wajar. Bentuk
sedang memerlukan tranfusi tukar, umumnya dilakukan dengan
darah yang sesuai dengan darah ibu (Rhesus dan ABO). Jika tak
ada donor Rhesus negatif, transfusi tukar dapat dilakukan dengan
darah Rhesus positif sesering mungkin sampai semua eritrosit
yang diliputi antibodi dikeluarkan dari tubuh bayi. Bentuk berat
tampak sebagai hidrops atau lahir mati yang disebabkan oleh
anemia berat yang diikuti oleh gagal jantung. Pengobatan
ditujukan terhadap pencegahan terjadinya anemia berat dan
kematian janin.
1) Transfusi tukar
Tujuan transfusi tukar yang dapat dicapai :
a) memperbaiki keadaan anemia, tetapi tidak menambah
volume darah
b) menggantikan eritrosit yang telah diselimuti oleh
antibodi (coated cells) dengan eritrosit normal
(menghentikan proses hemolisis)
c) mengurangi kadar serum bilirubin
d) menghilangkan imun antibodi yang berasal dari ibu
2) Transfusi intra uterin
Pada tahun 1963, Liley memperkenalkan transfusi
intrauterin. Sel eritrosit donor ditransfusikan ke peritoneal
152
cavity janin, yang nantinya akan diabsorbsi dan masuk
kedalam sirkulasi darah janin (intraperitoneal transfusion).
Bila paru janin masih belum matur, transfusi intrauterin
adalah pilihan yang terbaik. Darah bayi Rhesus (D) negatif
tak akan mengganggu antigen D dan karena itu tak akan
merangsang sistem imun ibu memproduksi antibodi. Tiap
antibodi yang sudah ada pada darah ibu tak dapat
mengganggu darah bayi. Namun harus menjadi perhatian
bahwa risiko transfusi intrauterin sangat besar sehingga
mortalitas sangat tinggi. Untuk itu para ahli lebih memilih
intravasal transfusi, yaitu dengan melakukan cordocentesis
(pungsi tali pusat perkutan). Transfusi dilakukan beberapa
kali pada kehamilan minggu ke 26–34 dengan
menggunakan Packed Red Cells golongan darah O Rh
negatif sebanyak 50–100 ml. Induksi partus dilakukan pada
minggu ke 32 dan kemudian bayi dibantu dengan transfusi
tukar 1x setelah partus. Induksi pada kehamilan 32 minggu
dapat menurunkan angka mortalitas sebanyak 60%.
3) Transfusi albumin
Pemberian albumin sebanyak 1 mg/kg BB bayi, maka
albumin akan mengikat sebagian bilirubin indirek. Karena
harga albumin cukup mahal dan resiko
terjadinya overloading sangat besar maka pemberian
albumin banyak ditinggalkan.
153
4) Fototerapi
Fototerapi dengan bantuan lampu blue violet dapat
menurunkan kadar bilirubin. Fototerapi sifatnya hanya
membantu dan tidak dapat digunakan sebagai terapi
tunggal.
f. Prognosis
Pengukuran titer antibodi dengan tes Coombs indirek < 1:16
berarti bahwa janin mati dalam rahim akibat kelainan hemolitik
tak akan terjadi dan kehidupan janin dapat dipertahankan dengan
perawatan yang tepat setelah lahir. Titer yang lebih tinggi
menunjukan kemungkinan adanya kelainan hemolitik berat. Titer
pada ibu yang sudah mengalami sensitisasi dalam kehamilan
berikutnya dapat naik meskipun janinnya Rhesus negatif.
Jika titer antibodi naik sampai secara klinis bermakna,
pemeriksaan titer antibodi diperlukan. Titer kritis tercapai jika
didapatkan nilai 1:16 atau lebih. Jika titer di dibawah 1:32, maka
prognosis janin diperkirakan baik.
g. Pencegahan
Tindakan terpenting untuk menurunkan insidens kelainan
hemolitik akibat isoimunisasi Rhesus adalah imunisasi pasif pada
ibu. Setiap dosis preparat imunoglobulin yang digunakan
memberikan tidak kurang dari 300 mikrogram antibodi D. 100
mikrogram anti Rhesus (D) akan melindungi ibu dari 4 ml darah
janin.
154
Suntikan anti Rhesus (D) yang diberikan pada saat
persalinan bukan sebagai vaksin dan tak membuat wanita kebal
terhadap penyakit Rhesus. Suntikan ini untuk membentuk
antibodi bebas, sehingga ibu akan bersih dari antibodi pada
kehamilan berikutnya.
Preparat globulin yang diberikan kepada ibu dengan Rhesus
negatif yang mengalami sensitisasi dalam waktu 72 jam sesudah
melahirkan ternyata sangat protektif. Ibu dengan kemungkinan
abortus, kehamilan ektopik, mola hidatidosa, atau perdarahan
pervaginam harus ditangani karena akan mengalami isoimunisasi
tanpa preparat imunoglobulin. Ibu rhesus negatif yang
memperoleh darah ataupun fraksi darah berupa trombosit atau
plasmaferesis berisiko untuk mengalami sensitisasi.
Kalau terdapat keraguan untuk memberikan preparat Ig anti
G maka preparat tersebut harus diberikan, termasuk kepada ibu
yang tampaknya belum mengalami sensitisasi dalam waktu 72
jam setelah melahirkan. Kebijaksanaan ini dapat menurunkan
resiko isoimunisasi. Antibodi dengan dosis 300 mikrogram
diberikan kepada ibu rhesus negatif yang belum mengalami
sensitisasi pada kehamilan 28 minggu dan kehamilan 34 minggu
atau pada saat dilakukan amniosintesis atau pada saat terjadi
perdarahan uterus. Dosis ketiga diberikan kepada ibu sesudah
melahirkan.
Kegagalan pemberian anti D terjadi bila :
155
1) tidak diberikan suntikan RhIg pada ibu Rh negatif (D-) yang
telah melahirkan bayi Rh positif
2) tidak diberikan suntikan Immunoglobulin anti-D setelah
abortus atau setelah pemeriksaan amniocentesis
3) pemberian dosis RhIg tidak mencukupi (karena feto maternal
macrotransfusion jarang terjadi)
4) sudah terlanjur terjadi sensitisasi oleh sel darah merah janin
11. Miliaria
a) Pengertian Biang Keringat
Biang keringat (Miliaria) bukan merupakan penyakit kulit
yang berbahaya. Akan tetapi, penyakit kulit ini merupakan
keluhan umum yang sering ditemukan pada bayi dan balita. Biang
keringat banyak diderita bayi karena kelenjar keringat pada bayi
belum sempurna seperti pada orang dewasa. Produksi keringat
yang berlebihan dapat disebabkan oleh udara panas, ventilasi
kurang, dan pakaian yang tertlalu tebal dan ketat.
b) Gejala Biang Keringat
1) Bintik-bintik merah (ruam), gelembung kecil berisi air, rasa
gatal, dan pedih pada leher dan ketiak bayi. Keadaan ini
disebabkan oleh peradangan kulit pada bagian kulit tersebut.
Penyebabnya adalah proses pengeringan yang tidak sempurna
saat dilap dengan handuk setelah bayi dimandikan. Apalagi
jika bayi gemuk sehingga leher dan ketiaknya berlipat-lipat.
156
2) Biang keringat juga dapat timbul di daerah dahi dan bagian
tubuh yang tertutup pakaian (dada dan punggung). Gejala
utamanya adalah gatal-gatal seperti ditusuk, dapat disertai
dengan warna kulit yang kemerahan dan gelembung berair
berukuran kecil (1-2mm).
c)Jenis-jenis Biang Keringat
Berdasarkan perbedaan kelainan yang muncul di kulit, biang
keringat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Miliaria kristalina
Sumbatan yang terjadi pada bagian atas dari lapisan kulit.
Ciri-ciri dari jenis biang keringat ini adalah: Gelembung kecil
berukuran 1-2 mm, berisi cairan jernih seperti tetesan air,
namun tanpa disertai munculnya kulit kemerahan. Lokasi:
Dahi, leher, punggung dan dada.
2) Miliaria rubra
Sumbatan terjadi pada bagian tengah lapisan kulit. Ciri-ciri
dari jenis biang keringat ini adalah: Gelembung kecil, masih
berukuran 1-2 mm dan berwarna merah. Gelembung biasanya
tersebar, tapi dapat juga berkelompok. Disertai keluhan
sangat gatal dan pedih bila berkeringat. Biang keringat ini
paling sering ditemukan. Lokasi: Bagian-bagian tubuh yang
tertutup pakaian dan yang tergesek pakaian.
3) Miliaria profunda
157
Sumbatan terjadi pada bagian dalam dari lapisan kulit. Ciri-
ciri dari jenis biang keringat ini adalah: Bintil-bintil putih
berukuran 1-3 mm, dan tidak disertai kulit yang kemerahan.
Tidak juga menimbulkan rasa gatal. Biang keringat ini jarang
sekali dijumpai. Lokasi: Badan, lengan dan tungkai.
d) Pencegahan Biang Keringat
1) Segera keringkan tubuh bayi dengan kain yang lembut jika
tubuhnya terlihat basah oleh keringat.
2) Pada cuaca panas, taburkan bedak atau cairan khusus untuk
mendinginkan kulit, sekaligus menyerap keringat.
3) Gantilah segera baju bayi yang basah oleh keringat atau
kotoran.
4) Kondisikan ruangan dengan ventilasi udara yang cukup.
Upayakan agar kamar bayi diberi jendela lebar sehingga
pertukaran udara dari luar ke dalam ruangan lancar.
5) Mandikan bayi secara teratur 2 kali sehari.
6) Hindarkan pakaian yang tidak menyerap keringat.
Jika bayi terserang biang keringat, dapat diobati dengan
cara diberi bedak tabur atau bedak kocok, bedak salycil,
minyak telon/minyak kelapa. Jika sudah terinfeksi secara
sekunder, harus diobati dengan antibiotik atau antijamur
sesuai petunjuk dokter.
158
e) Perawatan Kulit pada Bayi
Perawatan dan pencegahan penyakit kulit bayi bisa dimulai
dari kegiatan sehari-hari, misalnya dengan memandikan bayi
secara tearatur (dua kali sehari), membersihkan rambut, dan
mengganti popok atau baju pada saat yang tepat.
Pemeliharaan kulit bisa dilakukan dengan menggunakan
berbagai macam kosmetik bayi. Sabun dan shampoo merupakan
kosmetikk yang berfungsi untuk membersihkan kulit. Lotion,
krim, dan minyak khusus berfungsi melembabkan dan melindungi
kulit dari sinar matahari.
Secara umum, perawatan kulit bayi dapat dilakukan dengan
beberapa upaya, yaitu :
1) Menjaga suhu dan kelembapan udara agar tetap optimal.
2) Hindari gesekan yang merusak kulit bayi, misalnya pakaian
yang terlalu sempit.
3) Kurangin kontak dengan iritasi, seperti tinja dan air seni
harus segera dibersihkan, lalu dilap sampai kering.
4) Gunakan produk-produk perawatan kulit yang khusus untuk
bayi.
C. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Bidan sebagai seorang pemberi layanan kesehatan (health provider)
harus dapat melaksanakan pelayanan kebidanan dengan melaksanakan
159
manajemen yang baik. Dalam mempelajari manajemen kebidanan di
perlukan pemahaman mengenai dasar-dasar manajemen sehingga konsep
dasar manajemen merupakan bagian penting sebelum kita mempelajari
lebih lanjut tentang manajemen kebidanan. (Wikipedia, 2013).
2. Proses Manajemen Kebidanan menurut Helen Varney (1997)
Varney (1997) menjelaskan proses manajemen merupakan proses
pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal
tahun 1970 an.
3. Manajemen Asuhan Kebidanan sesuai 7 langkah Varney, yaitu :
a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Langkah pertama mengumpulkan data dasar yang menyeluruh
untuk mengevaluasi ibu an bayi baru lahir. Data dasar ini meliputi
pengkajian riwayat, pemeriksaan fisik dan pelvic sesuai indikasi,
meninjau kembali proses perkembangan keperawatan saat ini atau
catatan rumah sakit terdahulu, dan meninjau kembali data hasil
laboratorium dan laporan penelitian terkait secara singkat, data dasar
yang diperlukan adalah semua data yang berasal dari sumber
infomasi yang berkaitan dengan kondisi ibu dan bayi baru lahir.
Bidan mengumpilkan data dasar awal lengkap, bahkan jika ibu dan
bayi baru lahir mengalami komplikasi yang mengharuskan mereka
mendapatkan konsultasi doter sebagai bagian dari penatalaksanaan
kolaborasi.
b. Langkah II : Interpretasi data
160
Menginterpretasikan data untuk kemudian diproses menjadi
masalah atau diagnosis serta kebutuhan perawatan kesehatan yang
diidentifikasi khusus. Kata masalah dan diagnosis sama-sama
digunakan karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan
sebagai sebuah diagnosis tetapi tetap perlu dipertimbangkan dalam
mengembangkan rencana perawatan kesehatan yang menyeluruh.
c. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial berdasarkan
masalah dan diagnose saat ini berkenaan dengan tindakan antisipasi,
pencegahan, jika memungkinkan, menunggu dengan waspada penuh,
dan persiapan terhadap semua keadaan yang mungkin muncul.
Langkah ini adalah langkah yang sangat penting dalam member
perawatan kesehatan yang aman.
d. Langkah IV : Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera
Langkah keempat mencerminkan sikap kesinambungan proses
penatalaksanaan yang tidak hanya dilakukan selama perawatan
primer atau kunjungan prenatal periodic, tetapi juga saat bidan
melakukan perawatan berkelanjutan bagi wanita tersebut, misalnya
saat ia menjalani persalina. Data baru yanf diperoleh terus dikaji dan
kemudian di evaluasi.
e. Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Mengembangkan sebuah rencan keperawatan yang
menyeluruh ditentukan dengan mengacu pada hasil langkah
161
sebelumnya. Langkah ini merupakan pengembangan masalah atau
diagnosis yang diidentifikasi baik pada saat ini maupaun yang dapat
diantisipasi serta perawatan kesehatan yang dibutuhkan.
f. Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
Melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh. Langkah
ini dapat dilakukan secra keseluruhan oleh bidan atau dilakukan
sebagian oleh ibu atau orang tua, bidan, atau anggota tim kesehatan
lainnya. Apabila tidak dapat melakukannya sendiri, bidan
betanggung jawab untuk memastikan implemntasi benar-benar
dilakukan. Rencana asuhan menyeluruh seperti yang sudah
diuaraikan pada langkah kelima dilaksankan secara efisien dan
aman.
g. Langkah VII : Evaluasi
Evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa apakah
rencana perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai
tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan ibu, seperti yang diidentifikasi
pad alngkah kedua tentang masalah, diagnosis, maupun kebutuhan
perawatan kesehatan.
h. Dokumentasi
“ Document “ berarti satu atau lebih lembar kertas resmi
dengan tulisan diatasnya dokumentasi berisi dokumen atau
pencatatan yang berisi bukti atau kesaksian tentang sesuatu atau
suatu pencatatan tentang sesuatu. Dokumentasi dalam bidang
kesehatan adalah suatu sistem pencatatan atau pelaporan informasi
162
atau kondisi dan perkembangan kesehatan pasien dan semua
kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Dalam pelayanan
kebidanan, setelah melakukan pelayanan semua kegiatan
didokumentasikan dengan menggunkan konsep SOAP yang terdiri
dari :
S : Menurut persfektif klien. Data ini diperoleh melalui
anamnesa atau allow anamnesa (sebagai langkah I dalam
manajemen Varney)
O : Hasil pemeriksaan fisik klien, serta pemeriksaan diagnostic
dan pendukung lain. Data ini termasuk catatan medic pasien
yang lalu. (sebagai langkah I dalam manajemen Varney).
A : Analisis/interpretasi berdasarkan data yang terkumpul, dibuat
kesimpulan berdasarkan segala sesuatu yang dapat
teridentifikasi diagnosa/masalah. Identifikasi diagnose/masalah
potensial. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter/konsultasi kolaborasi dan rujukan. (sebagai langkah II,
III, IV dalam manajemen Varney).
P : Merupakan gambaran pendokumentasian dari tindakan
(implementasi) dan evaluasi rencana berdasarkan pada langkah
V, VI, VII pada evaluasi dari flowsheet. Planning termasuk :
Asuhan mandiri oleh bidan, kolaborasi/konsultasi dengan
dokter, nakes lain, tes diagnostic/laboratorium,
konseling/penyuluhan Follow up.
163
D. Pengkajian Awal Asuhan
PENGKAJIAN
Tanggal : 18 Maret 2016
Jam : 11.30 WITA
Oleh : Mariyanti
1. Identitas
Nama klien : Ny. E Nama suami : Tn. D
Umur : 33 tahun Umur : 32 tahun
Suku : Bugis Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Guru SD Pekerjaan : Swasta
Alamat :Jl. Mulawarman RT 29, Sepinggan
a. Anamnesa
Tanggal : 18 Maret 2016 Pukul : 11.00 WITA
Oleh : Mariyanti
1) Keluhan utama: Ibu mengatakan nyeri di daerah pingagng dan
kaki saat bangun tidur
2) Riwayat obstetri dan ginekologi
a) Riwayat obstetri
HPHT / TP : 08-08-2015 / 15-05-2016
Umur kehamilan : 31 minggu 6 hari
Lamanya : 6-7hari
Banyaknya : 3x ganti pembalut
164
Konsistensi : cair / encer
Siklus : 28-30 hari
Menarche : 14 tahun
Teratur / tidak : teratur
Dismenorrhea : tidak ada
Keluhan : tidak ada
b) Flour albus
Banyaknya : tidak ada
Warna : tidak ada
Bau/gatal : tidak ada
c) Tanda – tanda kehamilan
Test kehamilan : ya, menggunakan test pack
Tanggal : September 2015
Hasil : positif (+)
Gerakan janin yang pertama kali dirasakan oleh ibu :
pada usia 4 bulan
Gerakan janin dalam 24 jam terakhir : >
10x/sehari
d) Riwayat penyakit/gangguan reproduksi
Mioma uteri : Tidak ada
Kista : Ada, saat dikehamilan pertama
Mola hidatidosa : Tidak ada
PID : Tidak ada
165
Endometriosis : Tidak ada
KET : Tidak ada
Hydramnion : Tidak ada
Gemelli : Tidak ada
Lain – lain : Tidak ada
e) Riwayat kehamilan
G2 P1 A0
Kehamilan I : Aterm
Kehamilan II : hamil ini
Kehamilan III :
f) Riwayat imunisasi
Imunisasi Catin : tempat : Puskesmas
tanggal : Lupa
Imunisasi TT I : tempat : Puskesmas
tanggal : Lupa
Imunisasi TT II : tempat : Puskesmas
tanggal : Lupa
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat penyakit yang pernah dialami
Penyakit jantung: Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada
Hepar : Tidak ada
DM : Tidak ada
166
Anemia : Tidak ada
PMS/HIV/AIDS : Tidak ada
Campak : Tidak ada
Malaria : Tidak ada
TBC : Tidak ada
Gangguan mental: Tidak ada
Operasi : Tidak ada
Hemorrhoid : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
b) Alergi
Makanan : Tidak ada
Obat – obatan : Tidak ada
3) Keluhan selama hamil
Rasa lelah : Ada
Mual dan muntah : Ada diawal kehamilan
hingga usia 3 bulan
Tidak nafsu makan : Tidak ada
Sakit kepala/pusing : Tidak ada
Penglihatan kabur : Tidak ada
Nyeri perut : Tidak ada
Nyeri waktu BAK : Tidak ada
Pengeluaran cairan pervaginam : Tidak ada
Perdarahan : Tidak ada
167
Haemorrhoid : Tidak ada
Nyeri pada tungkai : Tidak ada
Oedema : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
4) Riwayat persalinan yang lalu
Anak
ke
Kehamilan Persalinan Anak
No
Thn/tgl
lahir
Tmptlahir
Masagestasi
Penyuli
tJns
Penolong
Penyuli
tJns
BB
PB
Keadaan
1 Mei2012
RSKD
Aterm
Tdkada
Spt Bdn Tdkada
spt 3100gr
51cm
Sehat
2Hami
ini
4) Riwayat menyusui
Anak I : ASI tidak Eksklusif Lamanya : 4 bulan Alasan :
ibu bekerja dan produksi ASI tidak cukup untuk si
anak
Anak II : hamil ini Lamanya : Alasan :
Anak III : Lamanya : Alasan :
5) Riwayat KB
a) Pernah ikut KB : Pernah
b) Jenis kontrasepsi : Suntik 3 bulan
168
c) Lama pemakaian : 6 bulan
d) Keluhan selama pemakaian : flek - flek
e) Tempat pelayanan KB : puskesmas
Alasan ganti metode : karena ibu tidak cocok
Menggunakan
kb suntik
Ikut KB atas motivasi : diri sendiri
6) Kebiasaan sehari – hari
a) Merokok sebelum / selama hamil : Tidak pernah
b) Obat – obatan /jamu, sebelum / selama hamil : Obat
penambah darah dan vitamin ibu tidak ada mengkonsumsi
jamu.
Alkohol : Tidak pernah
c) Makan / diet
Jenis makanan : nasi, lauk pauk, telor, daging, buah-
buahan
Frekuensi : 2-3x/ hari
Porsi : sedang
Pantangan : tidak ada
d) Perubahan makan yang dialami : Tidak ada
e) Defekasi / miksi
(1) BAB
Frekuensi : 1 kali saat pagi
Konsistensi : lunak
169
Warna : kuning kecoklatan
Keluhan : tidak ada
(2) BAK
Frekuensi : 6-7x/hari
Konsistensi : cair
Warna : kuning jernih
Keluhan : tidak ada
f) Pola istirahat dan tidur
Siang : 30 menit – 1 jam
Malam : 5-6 jam
g) Pola aktivitas sehari – hari
Di dalam rumah : Melakukan pekerjaan rumah
tangga
Di luar rumah : Mengajar SD
h) Pola seksualitas
Frekuensi : tidak pernah selama kehamilan
Keluhan : Tidak ada
g) Riwayat Psikososial
a) Pernikahan
Status : Menikah
Yang ke : Pertama
Lamanya : 6 tahun
Usia pertama kali menikah : 28 tahun
170
b) Tingkat pengetahuan ibu terhadap kehamilan : ibu sedikit
mengetahui tentang kehamilannya dan kurang mendapatkan
informasi akan pentingnya PHBS terhadap lingkungan.
c) Respon ibu terhadap kehamilan : ibu mengatakan sangat
senang atas kehamilan anak keduanya
d) Harapan ibu terhadap jenis kelamin anak : ibu mengatakan
laki-laki atau perempuan sama saja.
e) Respon suami/keluarga terhadap kehamilan dan jenis
kelamin anak : respon keluarga baik, semua keluarga
mendukung kehamilan ibu, harapan keluarga laki-laki atau
perempuan sama saja asalkan ibu dan bayi selamat.
f) Keperayaan yang berhubungan dengan kehamilan :
Tidak ada
g) Pantangan selama kehamilan :
Tidak ada
h) Persiapan persalinan
Rencana tempat bersalin : Rumah sakit
Persiapan ibu dan bayi : Ibu belum ada persiapan
h) Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit jantung : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada
Hepar : Tidak ada
DM : Tidak ada
Anemia : Tidak ada
171
PMS / HIV / AIDS : Tidak ada
Campak : Tidak ada
Malaria : Tidak ada
TBC : Tidak ada
Gangguan mental : Tidak ada
Operasi : Tidak ada
Bayi lahir kembar : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
i) Pemeriksaan
a) Keadaan umum : Baik
Berat badan
Sebelum hamil : 36 kg
Saat hamil : 46 kg
Penurunan : Tidak ada
Tinggi badan : 143 cm
Lila : 24 cm
Kesadaran : Composmentis
Ekspresi wajah : Tidak terlihat raut wajah yang sedih,
murung dll
Keadaan emosional: Stabil
b) Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 84x/menit
172
Suhu : 36ºC
Pernapasan : 22x/menit
c) Pemeriksaan khusus
Inspeksi
(1) Kepala
Kulit kepala : Bersih, tidak ada ketombe
Kontriksi rambut : baik, kuat
Distribusi rambut : Merata
Lain – lain : Tidak ada
(2) Mata
Kelopak mata : tidak tampak oedema
Konjungtiva : tidak tampak anemis
Sklera : tidak tampak ikterik
Lain – lain : tidak ada
(3) Muka
Kloasma gravidarum : tidak ada
Oedema : tidak ada
Pucat / tidak : tidak tampak pucat
Lain – lain : tidak ada
(4) Mulut dan gigi
Gigi geligi : bersih
Mukosa mulut : bersih
Caries dentis : ada
173
Geraham : tidak berlubang
Lidah : tidak ada stomatitis
Lain – lain : tidak ada
(5) Leher
Tonsil : tidak ada pembesaran
Faring : tidak sakit saat menelan
Vena jugularis : tidak ada pembesaran
Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
Lain-lain : tidak ada
(6) Dada
Bentuk mammae: simetris
Retraksi : tidak ada retraksi dinding dada
Puting susu : tampak menonjol
Areola : tampak menghitam
Lain-lain : tidak ada
(7) Punggung ibu
Bentuk /posisi : lordosis
Lain-lain : tidak ada
(8) Perut
Bekas operasi : tidak ada
Striae : tampak striae
174
Pembesaran : sesuai usia kehamilan
Asites : tidak tampak acites
Lain-lain : tidak ada
(9) Vagina
Varises : tidak dilakukan
Pengeluaran : tidak dilakukan
Oedema : tidak dilakukan
Perineum : tidak dilakukan
Luka parut : tidak dilakukan
Fistula : tidak dilakukan
Lain – lain : tidak ada
(10) Ekstremitas
Oedema : tidak ada
Varises : tidak ada
Turgor : baik
Lain – lain : tidak ada
(11) Kulit
Lain – lain : tidak ada
Palpasi
(1) Leher
Vena jugularis : tidak ada pembesaran
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
Kelenjar tiroid : tidak ada pembengkakan
175
Lain – lain : tidak ada
(2) Dada
Mammae : simetris
Massa : tidak ada massa
abnormal
Konsistensi : lunak
Pengeluaran Colostrum : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
(3) Perut
(a) Leopold I : TFU 28 cm, pertengahan px
dan pusat jari bawah px. Pada
fundus teraba lunak, agak
bulat dan tidak melenting
(bokong).
(b) Leopold II : teraba bagian memanjang keras
seperti papan di sebelah kanan,
dan teraba bagian-bagian kecil
janin di sebelah kiri (punggung
kanan)
(c) Leopold III :teraba bulat, keras dan
melenting (presentasi kepala).
(d) Leopold IV :konvergen (bagian terendah
janin belum masuk PAP).
(4) Tungkai
176
(a) Oedema
Tangan Kanan : tidak ada
Kiri : tidak ada
Kaki Kanan : tidak ada
Kiri : tidak ada
(b) Varices Kanan : tidak ada
Kiri : tidak ad
(c) Kulit
Turgor : baik
Lain – lain : tidak ada
Auskultasi
(1) Paru – paru
Wheezing : tidak dilakukan
Ronchi : tidak dilakukan
(2) Jantung
Irama : teratur
Frekuensi : 85x/menit
Intensitas : kuat
Lain-lain : tidak ada
(3) Perut
Bising usus ibu : tidak ada
DJJ
- Punctum maksimum : punggung kanan
- Frekuensi : 137 x/menit
177
- Irama : teratur
- Intensitas : kuat
- Lain – lain : tidak ada
Perkusi
(1) Dada
Suara : tidak dilakukan
(2) Perut : tidak dilakukan
(3) Ekstremitas
Refleks patella : kanan : (+)
kiri : (+)
(4) Lain – lain : tidak ada
(5) Pemeriksaan Khusus
(a) Pemeriksaan dalam
Vulva / uretra : tidak dilakukan
Vagina : tidak dilakukan
Dinding vagina : tidak dilakukan
Porsio : tidak dilakukan
Pembukaan : tidak dilakukan
Ukuran serviks : tidak dilakukan
Posisi serviks : tidak dilakukan
Konsistensi : tidak dilakukan
(6) Pelvimetri klinik
Promontorium : tidak dilakukan
178
Linea inominata : tidak dilakukan
Spina ischiadica : tidak dilakukan
Dinding samping : tidak dilakukan
Ujung sacrum : tidak dilakukan
Arcus pubis : tidak dilakukan
Adneksa : tidak dilakukan
Ukuran : tidak dilakukan
Posisi : tidak dilakukan
(7) Ukuran panggul luar
Distansia spinarum : tidak dilakukan
Distansia kristarum : tidak dilakukan
Konjugata eksterna : tidak dilakukan
Lingkar panggul : tidak dilakukan
Kesan panggul : tidak dilakukan
(8) Pemeriksaan laboratorium
(a) Darah Tanggal : 18 Maret 2016
Hb : 11,4 gr%
Golongan darah : O
Lain – lain : tidak ada
(b) Urine Tanggal :18 Maret 2016
Protein : Negatif
Albumin : tidak dilakukan
Reduksi : tidak dilakukan
179
Lain – lain : tidak ada
(c) Pemeriksaan penunjang
Tanggal : 10 April 2016
USG : Ya
X – Ray : tidak dilakukan
Lain – lain : tidak ada
2 Interpretasi Data Dasar
a. Diagnosis
Diagnosis : G2P1001 usia kehamilan 31 minggu 6 hari janin tunggal
hidup intrauterine.
b. Masalah
Masalah DasarNyeri Pingang
ASI tidak Eksklusif
Berat Badan dan Tinggi Badan
ibu kurang
Riwayat ketidakcocokan KB
suntik 3 bulan
- Ibu mengatakan nyeri di daerah
pinggang dan kaki kaan saat bangun
tidur
- ibu mengatakan anak pertama tidak
diberikan ASI secara Ekslusif sejak 0
bulan
Ibu mengatakan berat badan sebelum
hamil 36 kg dan saat hamil 46 kg dann
TB ibu 143 cm ( masuk dalam resiko
tinggi <145 cm)
Ibu mengatakan pernah menggunakan
KB suntik 3 bulan selama 2 bulan tetapi
tidak cocok karena mengalami flek terus
menerus
180
Lingkungan Kondisi di sekitar ibu kurang bersih
3 Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial
Diagnosia Potensial : Tidak ada
Masalah potensial :
Ibu : Persalinan lama
Bayi : Asfiksia
Tindakan antisipasi : Kolaborasi dengan dokter Obgyn
4 Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera
Tidak ada
5 Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh
a. Jelaskan hasil pemeriksaan
Rasional : penjelasan mengenai hasil pemeriksaan merupakan hak
klien dan keluarga (Varney, 2007).
b. Jelaskan pada ibu mengenai masalah yang dialaminya dan beritahu
cara mengatasinya
Rasional : nyeri pinggang merupakan hal yang normal pada ibu
hamil, karena perut yang semakin membesar sehingga titik berat
badan pindah kedepan dan meyebabkan spasme pada otot (Varney,
2007).
Nyeri pinggang gan kaki dapat diatasi dengan cara berbaring miring,
menganjal pinggang dan kaki dengan bantal sehinggan posisi ;ebih
tinggi.
c. Jelaskan tentang kebutuhan gizi ibu hamil
181
d. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktivitas
yang berlebihan dan berat
e. Jelaskan kepada ibu mngenai tanda bahaya kehamilan
f. Jelaskan kepada ibu mngenai ASI Eksklusif dan PHBS
g. Buat kesepakatan dengan ibu mengenai kunjungan ulang
Rasional : pemeriksaan kehamilan secara rutin sangat penting selama
kehamilan, karena dapat mencegah secara dini penyakit yang
menyertai kehamilan, komplikasi kehamilan, menetapkan resiko
kehamilan, menyiapkan persalinan, menuju ibu dan bayi sehat
(Manuaba, 2010).
h. Lakukan dokumentasi
Rasional : dokumentasi asuhan kebidanan bertujuan sebagai bukti
pelayanan yang bermutu, tanggung jawab legal terhadap pasien,
informasi untuk perlindungan tim kesehatan, pemenuhan pelayanan
standar, sumber statistis untuk standarisasi, informasi untuk data
wajib, informasi untuk pendidikan, pengalaman belajar,
perlindungan hak pasien, perencanaan pelayanan dimasa yang akan
datang (Varney, 2007).
6 Melakukan Asuhan Menyeluruh (Implementasi)
a. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa
secara umum keadaan ibu dan janin baik, hanya saja saat ini posisi
janinnya kepala masih diatas
182
b. Memberikan KIE mengenai keluhan nyeri pinggang ibu yaitu
dengan sikap tubuh yang tidak mengikuti lordosis tubuh karena
pembesaran perut. Selain itu menyarankan ibu agar memberi alas
bantal pada punggung dan kakinya saat sedang tidur..
c. Menjelaskan tentang kebutuhan gizi ibu hamil
d. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi
aktivitas yang berlebihan dan berat
e. Memberikan informasi tentang tanda bahaya kehamilan
f. Memberikan KIE mngenai ASI Eksklusif dan PHBS
g. Membuat kesepakatan dengan ibu mengenai kunjungan ulang.
h. Melakukan pendokumentasian mengenai pemeriksaan yang
dilakukan.
6. Evaluasi
a. Ibu dan keluarga mengerti mengenai kondisi ibu dan bayinya dalam
keadaan baik.
b. Ibu mengerti bahwa keluhan yang dialaminya merupakan hal yang
normal dan ibu bersedia mengikuti saran yang dianjurkan oleh
penulis.
c. Ibu sudah mengerti tentang KIE yang telah diberikan dan bersedia
memberikan ASI Eksklusif di anak kedua ini
d. Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktivitas
yang berlebihan dan berat
e. Ibu bersedia dilalukan kunjungan ulang
f. Telah dilakukan pendokumentasian pada buku pemeriksaan.
183
DOKUMENTASI KEBIDANAN
S :
1. Ibu mengatakan nyeri di daerah pinggang dan kaki saat bangun tidur
2. Ibu mengatakan anak sebelumnya tidak mendapatkan ASI Eksklusif
3. Ibu mengatakan memiliki riwayat kista pada kehamilan pertama
4. HPHT : 08 - 08 – 2015
5. Ibu mengatakan TP menururt usg 15 Mei 2016
O :
1. Ku : Baik Kes : CM
2. TP : 15 Mei 2016
3. BB sebelum hamil = 36 kg
BB saat ini = 46 kg
TTV TD : 100/70 mmHg T : 36 oC
N : 84 x/menit R : 22x/menit
4. Inspeksi
Mata : kelopak mata tidak oedema, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikterik.
Muka : tidak ada oedema, tidak ada cloasma gravidarum, dan tidak pucat
Dada : payudara simetris, tidak ada retraksi dinding dada, putting susu
menonjol, areola tampak menghitam.
184
Perut : tidak ada bekas operasi, pembesaran sesuai usia kehamilan, ada strie,
dan terdapat linea nigra.
Ekstermitas : tidak ada oedema
5. Palpasi
Dada : tidak ada massa, konsistensi lunak, pengeluaran colostrum
belum ada
Ekstermitas : tidak ada oedema
Abdomen :
L I : TFU 28 cm, ½ px dan pusat. Teraba bagian terkecil (ekstremitas).
L II : Punggung kanan
Teraba bagian yang lurus seperti papan dan punggung kiri teraba
ekstremitas.
L III : Bagian terendah teraba kepala janin, posisi janin (presentasi
bokong).
L IV : Konvergen (bagian terendah janin belum masuk PAP).
TBJ = (28 - 12) x 155 = 2.480 gr
6. Auskultasi
Djj = Positif (+) 137 x/menit, irama teratur, kuat
8. Perkusi
Reflek patella : Kaki kanan (+) Kaki kiri (+)
185
A :
G2P1001 hamil 31 minggu 6 hari janin tunggal hidup intrauterine
Masalah : Nyeri pinggang dan kaki dan riwayat ASI tidak Eksklusif
Masalah potensial : Tidak ada
Antisipasi : Tidak ada
P :
a. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa secara
umum keadaan ibu dan janin baik, hanya saja saat ini posisi janinnya
kepala masih diatas
b. Memberikan KIE mengenai keluhan nyeri pinggang ibu yaitu dengan
sikap tubuh yang tidak mengikuti lordosis tubuh karena pembesaran
perut. Selain itu menyarankan ibu agar memberi alas bantal pada
punggung dan kakinya saat sedang tidur..
c. Menjelaskan tentang kebutuhan gizi ibu hamil
d. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktivitas
yang berlebihan dan berat
e. Memberikan informasi tentang tanda bahaya kehamilan
f. Memberikan KIE mngenai ASI Eksklusif dan PHBS
g. Membuat kesepakatan dengan ibu mengenai kunjungan ulang.
h. Melakukan pendokumentasian mengenai pemeriksaan yang dilakukan.
186
1. Perencanaan Asuhan Kunjungan Ulang Antenatal Care
Langkah I : Pengkajian
Berdasarkan data fokus yang akan dikaji pada kunjungan ulang kehamilan
adalah berupa pengkajian daa subjektif dan objektif. Pada data subjektif
dilakukan pengkajian berupa keluhan yang dirasakan ibu saat ini, menanyakan
keluhan yang sebelumnya apakah masih terjadi sampai saat ini, menanyakan
apakah ibu masih mengalami kram pada pinggung dan kaki, menanyakan apakah
ibu masih malas makan sampai saat ini. Kemudian menanyakan gerakan janin
dalam 24 jam terakhir serta menanyakan pola nutrisi, eliminasi, istirahat dan
aktivitas sehari – hari. Data objektif yang perlu dikaji berupa TTV (tekanan
darah, pernapasan, suhu, dan nadi), melakukan palpasi abdomen yaitu
pemeriksaan Leopold I s/d IV) dan melakukan pemeriksaan denyut jantung.
Melakukan penimbangan berat badan untuk mengetahui jumlah kenaikan berat
badan ibu sampai saat ini serta pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
laboratorium yaitu pemeriksaan Hb dan urine.
Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Berdasarkan dari pengumpulan data dasar pada langkah I dapat
ditegakkan diagnosa Ny. E. G2P1001 ditambah dengan usia kehamiln ibu saat
kunjungan ulang dilakukan, keadaan janin dan presentasi janin serta dengan
kasus apa yang dialami ibu saat ini sesuai dengan diagnosa nomenklatur
kebidanan.
187
Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Identifikasi diagnosa potensial atau masalah potensial ditegakkan
berdasarkan masalah yang telah ditemukan pada langkah II dan apakah
membutuhkan tindakan antisipasi saat proses persalinan berlangsung jika
masalah potensial terjadi.
Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera
Kebutuhan tindakan segera dilakukan berdasarkan hasil identifikasi yang
telah dittemukan pada langkah sebelumnya. Jika Ny. E mengalami situasi gawat
maka harus segera dilakukan tindakan segera. Tindakan segera bisa berupa
tindakan mandiri dan kolaborasi dengan dokter obgyn maupun dengan tenaga
kesehatan yang lain serta rujuakn sesuai dengan kondisi yang dialami ibu.
Langkah V : Menyusun Rencanna Asuhan Yang Menyeluruh
Rencana asuhan dilakukan berdasarkan diagnosa dan masalah yang telah
ditemukan pada Ny. E ketika kunjungan ulang dilakukan. Pada langkah ini
ditentukan rencana yang akan dilakukan sesuai dengan masalah yang ditemukan
pada langkah sebelumnya. Apabila pada kunjungan ulang masalah yang
ditemukan pada pengkajan awal tidak berubah, maka selain pemeriksaan fisik
berupa TTV dan palpasi Leopold I s/d IV, dilakukan penimbangan berat badan
untuk mengobservasi jumlah kenaikan berat badan ibu.
188
2. Perencanaan Asuhan Bersalin
Langkah I : Pengkajian
Data fokus yang akn dikaji pada saat bersaln berupa daa subjektif dan data
objektif. Pada data subjktif dilakukan pengkajian berupa keluhan yang dirasakan
ibu seperti rasa sakit pada daerah perut (perut terasa mulas atau terasa kencang –
kencang), apakah ada keluar lendir darah, apakah ada keluar air – air, sejak kapan
ibu merasaka keluhannya serta dapat juga menyakan pola fungsional Kesehatan
(Pola Nutrisis, Pola Eliminasi, Pola Istirahat). Data objektif yang perlu dikaji
berupa TTV (tekanan darah, pernapasan, suhu, dan nadi) melakukan pemeriksaan
palsasi abdomen berupa pemeriksaan Leopold I s/d IV dan melakukan
pemeriksaan DJJ. Pada pemeriksaan laboratorium dilakukan pemeriksaan Hb.
Kemudian dilakukan pemeriksaan dlam untuk mengetahui sejauh mana
penurunan kepla janin dan pembukaan servik.
Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Berdasarkan dari pngumpulan data dasar pada langkah I dapat ditegakkan
diagnosa pada Ny. E G2P1001 ditambah dngan usia kehamilan ibu saat akan
bersalin, keadaan janin dan presentasiya dan sudah sejauh mana penurunan
kepala janin dan pembukaan serviks serta fase bersalin.
Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial ditegakkan berdasarkan
masalah yang telah ditemukan pada langkah II serta apakah perlu dilkukan
tindakan antisipasi saat persalinan berlangsung jika masalah potensial terjadi.
189
Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera
Kebutuhan tindakan segera dilakukan berdasarkan hasil identifikasi yang
telah ditemukan pada langkah sebelumnya. Jika Ny. E mengalami situasi gawat
maka harus segera dilakukan tindakan segera. Tindakan segera bisa berupa
tindakan mandiri dan kolaborasi dengan dokter obgyn maupun dengan tenaga
kesehatan yang lain serta rujuakn sesuai dengan kondisi yang dialami ibu.
Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Yang Menyeluruh
Rencana asuhan dilakukan bedasarkan diagnosa dan masalah yang telah
ditemukan pada Ny. E ketika menjelang persalinan. Pada langkah ini direncanan
asuhan yang menyeluruh yang telah ditemukan pada langkah sebelumnya.
Rencana asuhan yang dapat diberikan dapat berupa diagnosa ibu dan masalah
yang terjadi. Jika ny. E pada saat persalinan tidak ditemukan masalah maka
rencana asuhan meyeluruh yang dapat diberikan berupa Asuhan Persalinan
Normal (APN) namun apabila masalah potensial terjadi maka dilakukan tindakan
kolaborasi dengan dokter obgyn untuk penanganan lebih lanjut. Rencana asuhan
yng akan diberikann pada persalinan dilakukan pemantauan his serta
kesejahteraan ibu dan janin.
3. Perencanaan Asuhan Bayi Baru Lahir
Langkah I : Pengkajian
Fokus yang akan dikaji pada saat bayi baru lahir adalah data objektif. Data
objektif dapat berupa penilaian APGAR SCORE (penilaian pada warna kulit,
tonus otot, reaksi terhadap rangsangan, apakah bayi bernnapas normal atau
190
megap – megap dan denyut jantung), pemeriksaan antropometri berupa berat
badan, pengukuran panjang badan, lingkar kepala dan lingkar dada)
Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Berdasarkan pengumpulan data dasar pada langkah I dapat ditegakkan
diagnosa pada bayi Ny. E ditambah dengan apakah neonatus cukup bulan, apakah
bayi ssuai dengan masa kehamilan, apakah bayi lahir spontan.
Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Identifikasi diagnosa potensial atau masalah potensial ditegakkan
berdasarkan masalah yang telah ditemukan pada langkah II dan apakah
membutuhkan tindakan antisipasi saat proses persalinan berlangsung jika
masalah potensial terjadi.
Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera
Kebutuhan tindakan segera dilakukan berdasarkan hasil identifikasi yang
telah dittemukan pada langkah sebelumnya. Jika By. Ny. E mengalami situasi
gawat maka harus segera dilakukan tindakan segera. Tindakan segera bisa berupa
tindakan mandiri dan kolaborasi dengan dokter anak maupun dengan tenaga
kesehatan yang lain serta rujuakn sesuai dengan kondisi yang dialami ibu.
Langkah V : Menyusun Rencanna Asuhan Yang Menyeluruh
Rencana asuhan dilakukan berdasarkan diagnosa dan masalah yang telah
ditemukan pada By. Ny. E ketika kunjungan ulang dilakukan. Pada langkah ini
ditentukan rencana yang akan dilakukan sesuai dengan masalah yang ditemukan
pada langkah sebelumnya. Apabila pada kunjungan ulang masalah yang
191
ditemukan pada pengkajan awal tidak berubah, maka selain pemeriksaan fisik
berupa TTV dan palpasi Leopold I s/d IV, dilakukan penimbangan berat badan
untuk mengobservasi jumlah kenaikan berat badan ibu.
4. Perencanaan Asuhan Pada Neonatus
Langkah I : Pengkajian
Data fokus yang akan dikaji pada neonatus adalah data objektif. Data
objektif dapat berupa pemeriksaan fisik yang sesuai dngan kebutuhan dan
pemeriksaan tanda – tanda vital, pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi), pemeriksaan penunjang (lab, catatan baru dan
sebelumnya) dan pemeriksaan tali pusat.
Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Berdasarkan pengumpulan data dasar pada langkah I dapat ditegakkan
diagnosa pada bayi Ny. E ditambah dengan apakah neonatus cukup bulan, apakah
bayi sesuai dengan masa kehamilan, apakah bayi lahir spontan.
Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Identifikasi diagnosa potensial atau masalah potensial ditegakkan
berdasarkan masalah yang telah ditemukan pada langkah II dan apakah
membutuhkan tindakan antisipasi saat proses nifas berlangsung jika masalah
potensial terjadi.
Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera
Kebutuhan tindakan segera dilakukan berdasarkan hasil identifikasi yang
telah dittemukan pada langkah sebelumnya. Jika By. Ny. E mengalami situasi
192
gawat maka harus segera dilakukan tindakan segera. Tindakan segera bisa berupa
tindakan mandiri dan kolaborasi dengan dokter anak maupun dengan tenaga
kesehatan yang lain serta rujuakn sesuai dengan kondisi yang dialami bayi.
Langkah V : Menyusun Rencanna Asuhan Yang Menyeluruh
Rencana asuhan dilakukan berdasarkan diagnosa dan masalah yang telah
ditemukan pada By. Ny. E ketika kunjungan ulang dilakukan. Pada langkah ini
ditentukan rencana yang akan dilakukan sesuai dengan masalah yang ditemukan
pada langkah sebelumnya. Apabila pada kunjungan ulang masalah yang
ditemukan pada pengkajan awal tidak berubah, maka selain pemeriksaan fisik
berupa TTV dan pencegahan infeksi pada tali pusat.
5. Perencanaan Asuhan Pada Ibu Nifas
Langkah I : Pengkajian
Data fokus yang akan dikaji pada ibu nifas adalah data objektif. Data
objektif dapat berupa pemeriksaan fisik yang sesuai dengan kebutuhan dan
pemeriksaan tanda – tanda vital, pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi), TFU, kontraksi, lochea, dan heacting.
Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Berdasarkan pengumpulan data dasar pada langkah I dapat ditegakkan
diagnosa pada Ny. E ditambah dengan jumlah anak yang hidup, .apakah pernah
mngalami keguguran dan hari nifas keberapa serta masalah yang dialami ibu
sesuai dengan nomenklatur kebidanan.
193
Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Identifikasi diagnosa potensial atau masalah potensial ditegakkan
berdasarkan masalah yang telah ditemukan pada langkah II dan apakah
membutuhkan tindakan antisipasi saat proses nifas berlangsung jika masalah
potensial terjadi.
Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera
Kebutuhan tindakan segera dilakukan berdasarkan hasil identifikasi yang
telah dittemukan pada langkah sebelumnya. Jika Ny. E mengalami situasi gawat
maka harus segera dilakukan tindakan segera. Tindakan segera bisa berupa
tindakan mandiri dan kolaborasi dengan obgyn anak maupun dengan tenaga
kesehatan yang lain serta rujuakn sesuai dengan kondisi yang dialami ibu.
Langkah V : Menyusun Rencanna Asuhan Yang Menyeluruh
Rencana asuhan dilakukan berdasarkan diagnosa dan masalah yang telah
ditemukan pada By. Ny. E ketika kunjungan ulang dilakukan. Pada langkah ini
ditentukan rencana yang akan dilakukan sesuai dengan masalah yang ditemukan
pada langkah sebelumnya. Apabila pada kunjungan ulang masalah yang
ditemukan pada pengkajan awal tidak berubah, maka selain pemeriksaan fisik
berupa TTV dan pencegahan infeksi pada tali pusat.
6. Perencanaan Asuhan Pada Keluarga Berencana
Langkah I : Pengkajian
Data fokus yang akan dikaji pada neonatus adalah data objektif. Data
objektif dapat berupa pemeriksaan fisik yang sesuai dngan kebutuhan dan
194
pemeriksaan tanda – tanda vital, dan keluhan yang dirasakan klien selama
penggunaan alat kontrasepsi.
Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Berdasarkan pengumpulan data dasar pada langkah I dapat ditegakkan
diagnosa pada Ny. E ditambah dengan jumlah anak yang hidup, .apakah pernah
mngalami keguguran dan menjadi akseptor kb yang digunakan.
Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Identifikasi diagnosa potensial atau masalah potensial ditegakkan
berdasarkan masalah yang telah ditemukan pada langkah II dan apakah
membutuhkan tindakan antisipasi saat proses nifas berlangsung jika masalah
potensial terjadi.
Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera
Kebutuhan tindakan segera dilakukan berdasarkan hasil identifikasi yang
telah dittemukan pada langkah sebelumnya. Jika Ny. E mengalami situasi gawat
maka harus segera dilakukan tindakan segera. Tindakan segera bisa berupa
tindakan mandiri dan kolaborasi dengan dokter anak maupun dengan tenaga
kesehatan yang lain serta rujuakn sesuai dengan kondisi yang dialami klien.
Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Yang Menyeluruh
Rencana asuhan dilakukan berdasarkan diagnosa dan masalah yang telah
ditemukan pada Ny. E ketika kunjungan ulang dilakukan. Pada langkah ini
ditentukan rencana yang akan dilakukan sesuai dengan masalah yang ditemukan
pada langkah sebelumnya. Apabila pada kunjungan ulang masalah yang
195
ditemukan pada pengkajan awal tidak berubah, maka selain pemeriksaan fisik
berupa TTV dan keluhan selama penggunakan alat kontrasepsi.
196
BAB III
SUBJEK DAN KERANGKA
PELAKSANAAN STUDI KASUS
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah rencana tentang cara mengumpulkan dan
menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan
tujuan penelitian itu (Nasution, 2007). Stusi kasus adalah studi yang dilakukan
dengan cara mengkaji auatu permasalahan melali suatu pross yang terdiri dari
unit tunggal. Mskipun didalam stusi kasus ini diteliti hanya berbentuk unit
tunggal namun dianalisis secara mendalam (Notoatmodjo, 2010).
Didalam penulisan studi kasus ini berisikan hasil observasi dan
wawancara mendalam kepada subjek yang dipilih dan memberikan asuhan
yang berkesinambungan (continuity of care).
B. Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan
antara konsep-konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui penelitian yang
akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005).
197
Kerangka kerja dalam penelitian ini diuraikan dalam bentuk skema di bawah :
3.1 Bagan Kerangka Kerja
Studi Pendahuluan / Studi Literature
Persetujun Klien(Inform Consent)
Pengumpulan data :
1. Observasi
2. Wawncara
3. Pemeriksaa Fisik
Proses PmberianAsuhan Kebidanan
1. Analisiskesenjanganantara teoridan praktik
2. Alternatifpemecahan
Asuhan
Kehanilan
(ANC)
Dokumentasi SOAP
Asuhan
Bayi Baru
Lahir
(BBLR)
Asuhan
Persalina
n (INC)
Asuhan
Nifas
(PNC)
Rencana
Pelayan
an
Kontra
sepsi
198
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah sesuatu yang diteliti baik orang, benda
ataupun lembaga (Amirin, 2009). Pada penelitian studi kasus ini subyek yang
diteliti mulai dari ibu hamil trimester III dengan atau tanpa faktor risiko, ibu
bersalin, bayi baru lahir, ibu nifas, neonatal serta calon akseptor kontrasepsi.
Subyek penelitian yang akan dibahas dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah
ibu hamil G2P1001 dengan usia kehamilan 31 minggu 6 hari diberikan asuhan
mulai dari masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatal sampai
pelayanan calon akseptor kontrasepsi.
D. Pengumpulan dan Analisis Data
Pengumpulan data dilakukan selama proses pemberian asuhan
kebidanan konprehensif (continuity of care) berlangsung. Teknik
pengumpulan data pada studi kasusu ini menggunakan cara pegambilan data
primer dan data sekunder.
1. Data primer
Cara mendapatkan data primer dalam pengumpulan data antara lain
sebagai berikut:
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien
secara sistematis degan cara:
1) Inspeksi merupakan proses observasi yng dilakukan dengan
menggunakn indra penglihatan, pendegaran dan penciuman
(Nursalam, 2009)
199
Pada studi kasus ini pemeriksaan dilakukan mulai dari kepala,
leher, dada, mammae, axilla, abdomen, kulit, ekstremitas,
genetalia dan anus.
2) Palpasi
Teknik yang yang menggunakan indra perabaan. Tangan dan jari
– jari adalah satu instrumen yag sensitif dan digunakan untuk
mengumpulkan data (Nursalam, 2009).
Pada studi kasus ini dilakukan pemeriksaan: palpasi abdomen dari
leopold I, leopold II, leopold III dan leopold IV.
3) Perkusi
Suatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk – ngetukkan jari
kebagian tubuh klien yang akan dikaji untuk membandingkan
bagian yang kiri dengan bagian yang kanan (Wiknjosastro, 2007).
Pada studi kasus ini dilakukan pemeriksaan reflek patella kanan
dan kiri negatif atau positif.
4) Auskultasi
Auskultasi asalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suara
yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan
stetoskop.Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendetekdi denyut
jantung janin (Nursalam, 2009)
b. Wawancara
Wawancara adalah metode yag dipergunakan untuk mengumpulkan
data, dimana peneliti mendapatkan keterangan dan informasi secara
200
lisan dari sesorang sasaran penelitian dengan berhadapan muka secara
langsung (Notoatmodjo, 2010)
Pada studi kasus ini penulis melakukan wawancara tentang biodata,
riwayat kehamilan yang lalu.
c. Observasi
Observasi adalah suatu prosedur yang berencanna, yang diantar lain:
melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah dan taraf aktivitas tertentu
yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo,
2010)
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yag didapat secara tidak langsung dari obyek
penelitian (Riwidigdo, 2007)
a. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan adalah untuk mendukung permasalahan ang
diungkapkan dalam penelitian, diperlukan studi kepustakaan yang kuat
(Notoatmodjo, 2010). Studi kasus ini penulis mengunakan referensi dari
tahun 2007 sampai tahun 2016.
b. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi asalah semua sumber informasi yang berhuubungan
dengan dokumen (Notoatmodjo, 2010).
Analisi yang digunakan pada penelitian ini mengubah data hasil
penelitian menjadi suatu informasi yang dapat digunkan untuk mengambil
ksimpulan adalah menggunakan manajemen kebidanan menerut Varney yang
didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
201
E. Etika Penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak responden untuk
menjamin kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan terjadinya
ancaman terhadap responden. Sebelum penelitian dilakukan, responden akan
dijelaskan tujuan dan manfaat penelitian serta jaminan kerahasiaan responden.
Menurut Hidayat (2008) dalam penelitian ini, peneliti akan memperhatikan
etika dalam penelitian yang dilakukan dengan prinsip:
1. Respect for person
Prinsip ini merupakan unsur mendasar dari penelitian. Prinsip ini
menekankan asuhan menghormati orang lain, dan memberikan
perlindungan terhadap haknya. Setiap subjek memiliki hak auto nomi,
bersifat unik dan bebas. Setiap individu memiliki hak dan kemampuan
untuk memutuskan bagi dirinyan sendiri, memiliki nilai dan
kehormatan/martabat, dan memiliki hak untuk mendapatkan informed
consent. Subjek harus sudah mendapat penjelasan sebelum persetujuan,
keikutsertaan secara sadar, dan membubuhkan tanda tangan pada lembar
persetujuan. Pemberi asuhan harus menjaga kerahasiaan dan subjek asuhan.
2. Beneficence dan non moleficence
Prinsip ini menekankan pencegahan pada terjadinya resiko, dan
melarang pembuatan yang berbahaya selama melakukan asuhan.
Kewajiban pemberi asuhan adalah memaksimalkan manfaat dan
meminimalkan bahaya resiko, termasuk ketidaknyamanan fisik, emosi,
psikis, kerugian sosial, da ekonomi.
202
3. Justice
Prinsip justice menekankkan adaya keseimbangan antara manfaat dan
resiko bila ikut serta dalam penelitian. Selain itu pada saat seleksi subjek
penelitian harus adil dan seimbang, berkaitan langsung dengan masalah
yang akan diteliti dan tidak ada unsur manipulatif. Pemberian asuhan juga
harus memberi perhatian secara khusus kepasa subjek penelitian sebagai
vulnerable subject.
Asuhan yang diberikan pada Ny. E tidak memiliki unsur penipuan
atau merugikan klien atau peneliti. Klien dan peneliti sama – sama
diuntungkan, klien secara langsung dapat mengetahui kondisi
kehamilannya saat ini dan peneliti dapat mengetahui kondisi kehamilannya
saat ini dan peneliti dapat dengan mengetahui kondisi kehamilannya saat
ini dan peneliti dapat dengan mudah melakukan asuhan tanpa adanya
hambatan.
203
BAB IV
TINJAUAN KASUS
A. Dokumentasi Asuhan Kebidanan pada Kehamilan
1. Asuhan Kebidanan Antenatal Care Kunjungan ke-1
Tanggal/waktu pengkajian : 18 Maret 2016/pukul 16.00 WITA
Nama Pengkaji : Mariyanti
Pembimbing : Novi Pasiriani, SST., M.Pd
Tempat Pengkajian : Rumah Ny. E
S :
- Ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua
- HPHT 08-08-2015
- Ibu mengeluh nyeri pinggang dan kaki saat bangun dari tidur
- Ibu memiliki riwayat kista pada kehamilan pertama
- Ibu mengatakan anak pertama tidak ASI Eksklusif
O :
TP : 15-05-2015 TP USG : 15-05-2015
KU : Baik; Kesadaran : Composmentis
TD : 100/70 mmHg, N : 84x/ menit,
R : 22x/ menit S : 36,5 °C
Golongan darah ibu : O Rhesus : +
Golongan darah suami : B
204
TFU : ½ px dan pusat (28 cm); TBJ : (TFU-12) x 155 = (28-12) x
155 = 2480 gram.
Leopold I : Teraba bulat, lunak dan tidak melenting (bokong)
Leopold II : Kanan :teraba bagian-bagian kecil janin (daerah
eksremitas), Kiri : teraba keras memanjang seperti
papan (punggung)
Leopold III : Teraba bulat, keras dan melenting (kepala)
Leopold IV : Konvergen (belum masuk PAP)
Auskultasi DJJ : 148x/ menit
A :
Diagnosis : G2 P0001 usia kehamilan 31 minggu 6 hari Janin Tunggal
Hidup Intrauterine Presentasi Kepala
Masalah : Ketidaknyamanan karena nyeri pinggang kaki saat bangun
tidur
Diagnosa potensial : Tidak ada
Masalah potensial : Tidak ada
Kebutuhan rindakan segera : Tidak ada
P :
Tanggal/ Jam Pelaksanaan Paraf
18 Maret 2016
16.00
WITA
Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwaberdasarkan hasil pemeriksaan, secara umumkeadaan ibu dan janin baik, saat ini usia kehamilan ibusudah memasuki 8 bulan; ibu dan keluargamengetahui kondisi kehamilannya saat ini
16.20 Menganjurkan ibu untuk miring terlebih dahulu jikaakan bangun dari tempat tidur; dapat
205
WITA mempraktekkan anjuran yang diberikan saat banguntidur
16.25
WITA
Memberi KIE tentang gizi ibu hamil ; ibu mengertimakanan apa saja yang harus dikonsumsi selamahamil
16.40
WITA
Memberikan KIE mengenai tanda bahaya kehamilan ;ibu sudah mengerti mengenai tanda bahaya apa sajayang harus diperhatikan selama kehamilan
16.50
WITA
Memberikan KIE mengenai manfaat ASI Eksklusif bagiibu dan bayi ; ibu sudah mengerti manfaat dari ASIEksklusif dan berjanji untuk memberikan ASI Eksklusifdi anak ke-2 ini
11.50
WITA
Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan ANCditenaga kesehatan; ibu bersedia untuk melakukanpemeriksaan pada tanggal 4 April 2016 di BPM
11.40
WITA
Membuat kesepakatan dengan ibu mengenaikunjungan ulang; Ibu bersedia dilakukan kunjunganulang pada bulan Mei mendatang
11.45
WITA
Melakukan dokumentasi; telah terdokumentasi dalamSOAP
2. Asuhan Kebidanan Antenatal Care Kunjungan ke-2
Tanggal/waktu pengkajian : 10 Mei 2016/pukul 14.00 WITA
Nama Pengkaji : Mariyanti
Pembimbing : Damai Noviasari, SST
Tempat Pengkajian : Rumah Ny. E
S :
206
Ibu merasa nyeri pinggang dan setelah bangun dari tidur sudah
berkurang, kadang-kadang keluar keputihan tetapi tidak berbau dan tidak
gatal.
O :
KU : Baik; Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 100/70 mmHg, N : 76 x/menit, R : 20 x/menit, S : 36,5 °C
TFU : 3 jari bawah px (33 cm); TBJ : (TFU-11) x 155 = (33-11) x 155 =
3410 gram.
Leopold I : Teraba bulat, lunak dan tidak melenting (bokong)
Leopold II : Kanan : teraba bagian-bagian kecil janin (daerah
eksremitas)
Kiri : teraba keras memanjang seperti papan
(punggung)
Leopold III : teraba bulat, keras dan melenting (kepala)
Leopold IV : Divergen (sudah masuk PAP)
Auskultasi DJJ : 137x/ menit
Hasil pemeriksaan USG :
TBJ : 2.293 gram
GA : 33 minggu 4 hari
EDD : 30 Mei 2016
AFI : 84,41 mm (8,441 cm)
A :
207
Diagnosis : G2 P1001 usia kehamilan 39 minggu 2 hari Janin Tunggal Hidup
Intrauterine Presentasi Kepala dengan Polihiramnion
Masalah : Keputihan
Dasar : Ibu mengeluh keluar cairan berwarna putih, tidak gatal dan
tidak berbau
Diagnosa potensial :
Pada ibu :
- Solutio plasenta
- Perdarahan postpartum
- Retensio plasenta
Masalah potensial : Tidak ada
Kebutuhan rindakan segera : Tidak ada
P :
Tanggal/Jam
Pelaksanaan Paraf
10 Mei2016
14.30
WITA
Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa berdasarkanhasil pemeriksaan, secara umum keadaan ibu dan janinbaik, saat ini usia kehamilan ibu sudah memasuki 9 bulan;ibu dan keluarga mengetahui usia dan kondisi kehamilansaat ini
14.35
WITA
Memberi tahu ibu tentang keputihan fisiologis dapatologis; Ibu dapat menyebutkan dan menjelaskan tanda-tanda keputihan yang normal dan tidak normal
14.45
WITA
Memberikan KIE kepada ibu mengenai persiapanpersalinan ; ibu sudah menyiapakan baju bayi dan jaminankesehatan
14.55 Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan ANC diPKM biasa ibu periksa setiap 1 minggu sekali ; Ibu sudah
208
WITA melakukan pemeriksaan ANC seminggu yang lalu
15.00
WITA
Membuat kesepakatan dengan ibu mengenai kunjunganulang; Ibu bersedia dilakukan kunjungan ulang padatanggal 16 Mei 2016
15.05
WITA
Melakukan dokumentasi; telah terdokumentasi dalamSOAP
3. Asuhan Kebidanan Antenatal Care Kunjungan ke-3
Tanggal/waktu pengkajian : 16 Mei 2016/ pukul 16.00 WITA
Nama Pengkaji : Mariyanti
Pembimbing : Damai Noviasari, SST
Tempat Pengkajian : Rumah Ny. E
S :
Ibu mengatakan belum ada tanda – tanda persalinan
O :
KU : Baik; Kesadaran : Composmentis
TTV ; TD : 100/60 mmHg, N : 80 x/menit, R : 20 x/menit, S : 36 °C
TFU : 34 cm; TBJ : (TFU-11) x 155 = (34-11) x 155 = 3565 gram
Leopold I : Teraba bulat, lunak dan tidak melenting (bokong)
Leopold II : Kanan : teraba keras memanjang seperti papan
(punggung)
Kiri : teraba bagian-bagian kecil janin (daerah
eksremitas)
Leopold III : teraba bulat, keras dan melenting (kepala)
Leopold IV : Divergen (sudah masuk PAP)
209
Auskultasi DJJ :136x/ menit
Hasil pemeriksaan USG :
TBJ : 2.958 gram
GA : 37 minggu 3 hari
EDD : 29 Mei 2016
AFI : 87,97 mm (8,797 cm)
A :
Diagnosis : G2 P1001 usia kehamilan 40 minggu 1 hari Janin Tunggal Hidup
Intrauterine Presentasi Kepala dengan Polihidramnion
Masalah : Tidak ada
Diagnosa potensial :
Pada ibu
- Solutio plasenta
- Perdarahan postpartum
- Retensio plasenta
Kebutuhan rindakan segera : Tidak ada
P :
Tanggal/ Jam Pelaksanaan Paraf
16 Mei 2016
16.30
WITA
Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwaberdasarkan hasil pemeriksaan, secara umum keadaanibu dan janin baik, saat ini usia kehamilan ibu sudahmemasuki 9 bulan; ibu dan keluarga mengetahui usiadan kondisi kehamilan saat ini
16.40 Mengajarkan ibu mengenai perawatan payudara danrangsangan puting susu ; ibu dapat mempraktekkan
210
WITA cara perawatan payudara dan rangsangan payudara
16.45
WITA
Menganjurkan ibu untuk menghitung gerakan bayiselama 12 jam minimal 5 kali gerakan ; ibu bersediauntuk memantau dan menghitung gerakan bayinyaselama 12 jam
16.50
WITA
Melakukan dokumentasi; telah terdokumentasi dalamSOAP
B. Dokumentasi Asuhan Kebidanan pada Persalinan
Asuhan Kebidanan Intranatal Care
Nama Pengkaji : Mariyanti
Tanggal/Waktu Pengkajian : 24 Mei 2016 / Pukul: 10.00 WITA
Pembimbing : Damai Noviasari, SST
Tempat : Ruang Bogenville RSKD
Persalinan Kala I Fase Aktif
S :
Ibu masuk ruang bersalin, merasakan nyeri perut bagian bawah melingkar
hingga ke pinggang sejak pukul 07.30 WITA. Keluar air – air pukul 07.30
WITA. Pada pukul 08.50 WITA ibu merasakan kencang-kencang semakin
sering sehingga ibu dan suami segera pergi ke UGD RSKD.
O :
Pada pukul 09.30 WITA untuk menjalani pemeriksaan dan proses persalinan.
1. Pemeriksaan Umum
211
Keadaan umum Ny. E baik; kesadaran composmentis; hasil pengukuruan
tanda vital yaitu: tekanan darah 90/60 mmHg, suhu tubuh 36,6 oC, nadi
80 x/menit, pernafasan: 24 x/menit.
2. Pemeriksaan fisik
Abdomen : Tampak simetris, tidak tampak bekas luka operasi, tampak
linea nigra, tinggi fundus uteri 35 cm. Pada pemeriksaan
leopold I, pada fundus teraba bulat, lunak dan tidak
melenting pada leopold II teraba memanjang dan keras
seperti papan pada sebelah kiri ibu dan dibagian sebaliknya
teraba bagian kecil janin. leopold III, pada segmen bawah
rahim, teraba bagian keras, bulat dan melenting. Bagian ini
sudah tidak dapat digoyangkan, dan pemeriksaan leopold
IV bagian terendah janin sudah masuk pintu atas panggul
(divergen); konsistensi keras; dan kandung kemih kosong;
TBBJ: (35-11) x 155 = 3720 gram, kontraksi uterus:
frekuensi: 3 x 10’, durasi: 40-45 detik, Intensitas : kuat,
penurunan kepala: HI. Auskultasi DJJ (+): terdengar jelas,
cepat, frekuensi 141 x/menit, terletak di kuadran kiri bawah
umbilicus.
Genetalia : Tidak tampak oedema dan varices pada vulva dan vagina,
tampak pengeluaran cairan lendir bercampur darah, tidak
tampak luka parut, tidak tampak fistula
212
3. Pemeriksaan Dalam
Pukul : 10.30 WITA
Tidak tampak oedema dan varices, tampak pengeluaran lendir bercampur
darah, tidak ada luka parut pada vagina, portio tebal lembut, effacement 75
%, pembukaan 7 cm, ketuban utuh/belum pecah, tidak terdapat bagian
terkecil di sekitar bagian terendah janin, presentasi kepala, Denominator
UUK, hodge II.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan USG
GA : 37 minggu 4 hari
EDD : 10 Juni 2016
BPD : 9,22 cm
AC : 33,58 cm
Dist : 10,75 cm
b. Pemeriksaan laboratorium
Hb : 11,2 g/dL
HbsAg : (-)
Anti HIV : (-)
A :
Diagnosis : G2 P0101 Usia Kehamilan 41 minggu 2 hari inpartu
kala I fase aktif janin tunggal hidup intrauterine
presentasi kepala dengan Polihidramnion
Masalah : Tidak ada
213
Diagnosa Potensial :
Pada ibu :
- Perdarahan postpartum
- Retensio plasenta
- Solutio plasenta
Kebutuhan Tindakan Segera : Kolaborasi dengan dokter obgyn dan
pasang infus RL 20 tpm
P :
Tanggal 24 Mei 2016
No. Waktu Tindakan Paraf
1. 10.15
WITA
Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwakeadaan umum serta tanda-tanda vital baik, pemeriksaankesejahteraan janin DJJ 138 x/menit, his 4 x 10’ durasi 40-45 detik, pembukaan 7 cm dan ketuban utuh; Ibumengetahui kondisi dirinya dan janin dalam keadaan baikdari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
2. 10.20
WITA
Mengamati tanda gejala persalinan kala II; Ibu merasakanadanya dorongan kuat untuk meneran, ibu merasakanadanya tekanan pada anus, perineum tampak menonjol,dan vulva tampak membuka
3. 12.00
WITA
Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan, esensial untuk persalinan dan menatalaksanakankomplikasi ibu dan BBL; mematahkan ampul oksitosin 10unit dan menempatkan tabung spuit steril kedalam partusset
4. 12.15
WITA
Memakai celemek; celemek telah terpasang
5. 12.16
WITA
Melepas semua perhiasan yang dipakai dibawah siku,mencuci tangan dengan sabun dan air mengalirmenggunakan teknik 6 langkah, kemudiankeringkan dengan handuk; tangan dalamkeadaan bersih
214
6. 12.21
WITA
Menggunakan sarung tangan steril pada tangan yangmelakukan pemeriksaan dalam; tangan sebelahkanan telah terpasang sarung tangan steril
7. 12.23
WITA
Masukkan oksitosin kedalam tabung spuit danmeletakkan kembali kedalam partus set;oksitosin telah dimasukkan dan diletakkankedalam partus set
8. 12.25
WITA
Melakukan vulva hygiene; vulva hygiene telahdilakukan sesuai prosedur
9. 12.30
WITA
Melakukan pemeriksaan dalam; tidak tampak oedemadan varices, tampak pengeluaran lendirbercampur darah, tidak ada luka parut padavagina, portio tidak teraba, effacement 75 %,pembukaan 9 cm, ketuban dilakukan amniotomiberwarna jernih (±100 cc), tidak terdapat bagianterkecil di sekitar bagian terendah janin,presentasi kepala, Denominator UUK,station/hodge II
Segera dilakukan pemasangan infus RL 20 tpm untukmencegah perdarahan .
10. 12.40
WITA
Mendekontaminasi sarung tangan dilarutan alkasimkemudian lepas secara terbalik; membuka sarungtangan dalam keadaan terbalik danmerendamnya dalam larutan alkasim
11. 12.43
WITA
Melakukan pemeriksaan DJJ; Denyut Jantung Janinterdengar jelas, irama teratur, frekuensi 138 x/menit
Persalinan Kala II
S :
Ibu merasa pinggangnya sakit hingga menjalar ke perut dan merasakan ingin
BAB
O :
1. Pemeriksaan Umum
215
Keadaan umum Ny. E baik; kesadaran composmentis; hasil
pengukuruan tanda vital yaitu: tekanan darah 90/60 mmHg, suhu tubuh
36,6 oC, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit.
2. Pemeriksaan fisik
Abdomen : DJJ terdengar jelas, teratur, frekuensi 138 x/menit,
interval teratur terletak di kuadran kiri bawah
umbilicus. Kontraksi uterus memiliki frekuensi: 4 x
10’ dengan durasi: 40-45 detik dan intensitas: kuat.
Genetalia : Tampak adanya tekanan pada anus, perineum tampak
menonjol, vulva terbuka dan meningkatnya
pengeluaran lendir darah.
3. Pemeriksaan Dalam
Tanggal: 24 Mei 2015 Jam: 13.30 WITA
Tidak tampak oedema dan varices, tampak pengeluaran lendir
bercampur darah, tidak ada luka parut pada vagina, portio tidak teraba,
effacement 100 %, pembukaan lengkap, ketuban dilakukan amiotomi,
berwarna jernih berjumlah ±100 cc, tidak terdapat bagian terkecil di
sekitar bagian terendah janin, presentasi kepala, Denominator UUK,
hodge IV.
A :
Diagnosis : G2 P1001 dengan inpartu kala II Janin Tunggal Hidud
Intrauterine Presentasi Kepala dengan Polihidramnion
Masalah : tidak ada
216
Diagnosa Potensial :
Pada ibu
- Perdarahan postpartum
- Retensio plasenta
Pada bayi :
Masalah Potensial : tidak ada
Kebutuhan Tindakan Segera : tidak ada
P :
Tanggal 24 Mei 2016
No. Waktu Tindakan Paraf
1. 13.30
WITA
Memberitahu keluarga bahwa pembukaan telah lengkapdan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saatada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran; ibu dankeluarga mengerti terhadap kondisi ibu saat ini dan ibuberjanji untuk meneran saat ada his
2. 13.31
WITA
Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi yangnyaman untuk melahirkan; Ibu memilih posisi ibu setengahduduk (semi fowler)
3. 13.32
WITA
Membimbing ibu untuk meneran ketika ada doronganyang kuat untuk meneran; Ibu meneran ketika adakontraksi yang kuat dengan cara kedua tangan memegangmata kaki, dagu ibu menyentuh dada dan mata dalamkeadaan terbuka
4. 13.33
WITA
Mengajari ibu teknik nafas dalam atau relaksasi pada saatHIS yaitu dengan cara menarik nafas panjang melaluihidung saat merasakan sakit dan menghembuskannyamelalui mulut; Ibu dapat mengikuti teknik nafas yang diajarkan dan ibu telah mempraktikkannya.
5. 13.33
WITA
Menganjurkan ibu minum disela his; Ibu meminumsetengah gelas air teh manis
6. 13.34 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai. Jika bayi belumlahir dalam waktu 2 jam pada primi dan 1 jam pada
217
WITA multipara rujuk segera; Denyut Jantung Janin terdengarjelas, irama teratur, frekuensi 140 x/menit, kontraksi 4x 10’durasi 40-45 detik
7. 13.36WITA
Meletakkan handuk bersih diatas perut ibu untukmengeringkan bayi; handuk bersih telah terpasang diatasperut ibu
8. 13.37 Meletakkan duk steril yang dilipat 1/3 bagian dibawahbokong ibu; duk steril telah terpasang dibawah bokong ibu
9. 13.37WITA
Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinantermasuk oksitosin; alat pertolongan telah lengkap, ampuloksitosin 10 unit telah dipatahkan dan spuit berisi oksitosintelah dimasukkan kedalam partus set
10. 13.38
WITA
Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan; sarungtangan DTT telah terpasang
11. 13.40
WITA
Melindungi perineum ibu ketika kepala bayi tampakdengan diameter 5-6 cm membuka vulva dengan satutangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tanganyang lain menahan kepala bayi untuk menahan defleksidan membantu lahirnya kepala sambil menganjurkan ibuuntuk meneran perlahan atau bernapas cepat dangkal;kepala bayi telah lahir
12. 13.45
WITA
Mengecek ada tidaknya lilitan tali pusat pada leher janin;tidak ada lilitan tali pusat
13. 13.45
WITA
Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaranpaksi luar secara spontan; janin melakukan putaran paksiluar menghadap kepaha kanan ibu
14. 13.46
WITA
Memegang secara bipariental, dengan lembutmenggerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahudepan muncul dibawah arkus pubis dan kemudianmenggerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahubelakang; bahu depan dan bahu belakang janin telah lahir
15. 13.48
WITA
Menggeser tangan bawah kearah perineum ibu untukmenyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.Menggunakan tangan atas untuk menelusuri danmemegang tangan dan siku sebelah atas; tubuh dan lengantelah lahir
218
16. 13.49WITA
Menelusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawahjanin untuk memegang tungkai bawah; bayi lahir spontanpervaginam pukul 13.49 WITA, jenis kelamin perempuan,bayi segera menangis. Jumlah air ketuban ±2000 ml
Persalinan Kala III
S :
Ibu senang karena bayinya telah lahir
Ibu merasakan mules pada perutnya
O :
KU : Baik, Kesadaran : composmentis
Data bayi : Bayi lahir spontan pervaginam pukul 13.49 WITA, bayi lahir
cukup bulan, segera menangis dan bergerak aktif, sisa ketuban
jernih (±1500 cc). Jenis kelamin laki-laki, APGAR score menit
pertama 7/9
Abdomen : TFU sepusat, kontraksi baik
Genitalia : Plasenta belum lahir
terdapat ruptur perineum derajat I
perdarahan ±150 cc
A :
Diagnosis : P2001 Parturient Kala III
Masalah : tidak ada
Diagnosa Potensial : tidak ada
Masalah Potensial : tidak ada
219
Kebutuhan Tindakan Segera : tidak ada
P :
Tanggal 24 Mei 2016
No. Waktu Tindakan Paraf
1. 13.49
WITA
Meletakkan bayi diatas perut ibu, melakukan penilaianselintas bayi baru lahir; bayi cukup bulan, ketubanjernih, bayi menangis kuat dan bergerak aktif
2. 13.49
WITA
Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala danbagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpamembersihkan verniks. mengganti handuk basahdengan handuk/kain yang kering
3. 13.50
WITA
Memeriksa uterus untuk memastikan tidak ada bayilagi dalam uterus; tidak ada bayi kedua dalam uterus
4. 13.50 WITA Memberitahu ibu bahwa akan disuntikkan oksitosinagar rahim berkontraksi baik; Ibu bersedia untukdisuntik oksitosin
5. 13.50 WITA Menyuntikan oksitosin 1 menit setelah bayi lahir 10intra IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral;oksitosin telah disuntikkan
6. 13.51 WITA Menjepit tali pusat dengan klem umbilical 3 cm daripusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal(ibu) dan menjepit kembali tali pusat pada 2 cm distaldari klem pertama; tali pusat telah terklem
7. 13.51
WITA
Memegang tali pusat yang telah dijepit (lindungiperut bayi), dan menggunting tali pusatdiantara 2 klem; tali pusat telah terpotong
8. 13.52
WITA
Meletakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu.Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain dan memasangtopi dikepala bayi (Insiasi Menyusui Dini),menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya sambilmemperhatikan bayinya terutama pada pernapasandan gerakan bayinya; bayi berada di atas dada ibudalam keadaan tenang
9. 13.52WIT
A
Memindahkan klem pada tali pusat hinggaberjarak 5-10 cm dari vulva; klem berada 5-10cm didepan vulva.
220
10. 13.52WIT
A
Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu,di tepi atas simfisis, untuk mendeteksikontraksi. Tangan lain meregangkan talipusat; Kontraksi uterus dalam keadaan baikdan tali pusat memanjang
11. 13.53WIT
A
Meregangkan tali pusat dengan tangan kanan,sementara tangan kiri menekan uterusdengan hati-hati kearah dorsokrainal.
12. 13.53WIT
A
Melakukan penegangan tali pusat dan dorongandorsokranial hingga plasenta terlepas, mintaibu meneran sambil penolong menarik talipusat dengan arah sejajar lantai dankemudian kearah atas, mengikuti poros jalanlahir
13. 14.03WIT
A
Melahirkan plasenta dengan hati-hati, memegangplasenta dengan kedua tangan danmelakukan putaran searah untuk membantupengeluaran plasenta dan mencegahrobeknya selaput ketuban; Plasenta lahirpukul 14.10 WITA.
14. 14.10WIT
A
Melakukan masase uterus segera setelah plasentalahir dengan menggosok fundus uteri secarasirkuler hingga kontraksi baik; Kontraksiuterus baik, uterus, teraba bulat, dan keras.TFU sepusat, kandung kemih penuh
15. 14.11WIT
A
Memeriksa kelengkapan plasenta untukmemastikan bahwa seluruh kotiledon danselaput ketuban sudah lahir lengkap, danmemasukan plasenta kedalam tempat yangtersedia; Kotiledon ± 20, selaput ketubanlengkap, letak tali pusat sentralis padaplasenta, berat ± 500 gram, panjang talipusat ± 50 cm, tebal plasenta ± 2 cm, lebarplasenta ± 16 cm. Setelah plasenta lahir,dilakukan pemasngan IUD
16. 14.12
WITA
Melakukan pemeriksaan pada jalan lahir; Terdapatrufture derajat I yaitu dari mukosa vagina, komisuraposterior, kulit perineum.
17. 14.12
WITA
Menyiapkan alat hecting set dan anastesi; lidokain 1ampul, bak instrumen steril berisi spuit 3 cc, sepasangsarung tangan, pemegang jarum, jarum jahit, benangchromic catgut no.2/0, pinset, gunting benang, dankasa steril.
18. 14.13
WITA
Melakukan penyuntikan anastesi lokal; mengecekkerja obat, ibu sudah tidak merasakan sakit didaerahvagina
19. 14.13
WITA
Melakukan tindakan penjahitan luka robekan;Menggunakan teknik jahitan jelujur, memberitahu ibu
221
agar menjaga perineumnya tetap kering dan bersih.Telah dilakukan penjahitan perineum, ibu mengertidan bersedia melaksanakan saran bidan.
20. 14.20
WITA
Melakukan evaluasi peradarahan kala III ; Perdarahan± 150cc.
Persalinan Kala IV
S :
Ibu merasa lega dengan proses persalinannya
Ibu merasakan perutnya terasa mules
Ibu merasa nyeri pada jahitan
O :
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis.
2. Pemeriksaan fisik
Abdomen : Tinggi fundus uteri ibu 1 jari bawah pusat, kontraksi
rahim baik dengan konsistensi yang keras serta
kandung kemih teraba kosong.
Genitalia : Tampak pengeluaran lochea rubra, terdapat luka
heacting derajat I
A :
Diagnosis : P2002 Parturient kala IV
Masalah : tidak ada
Diagnosa Potensial : perdarahan posrpartum
222
Masalah Potensial : tidak ada
Kebutuhan Tindakan Segera : tidak ada
P :
Tanggal 24 Mei 2016
No. Waktu Tindakan Paraf
1. 14.20
WITA
Memastikan kontraksi uterus baik dan tidak terjadiperdarahan pervaginam; kontraksi baik danperdarahan ± 50 cc
2. 14.21
WITA
Melakukan IMD selama 1 jam pertama; bayi mulaimendapatkan puting susu setelah 15 menitdan mulai menghisap setelah 30 menit
3. 14.21
WITA
Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus danperdarahan pervaginam 2-3 kali dalam 15menit pertama;
- 5 menit pertama kontraksi uterusbaik dan perdarahan ± 50 cc.
- 5 menit kedua kontraksi uterus baikdan perdarahan ± 50 cc.
- 5 menit ketiga kontraksi uterus baikdan perdarahan ± 50 cc.
4. 14.22
WITA
Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, beriantibiotika, salep mata dan vitamin K1 1 mgIM di paha kiri anterolateral; Berat badan3600 gram, panjang badan 49 cm, lingkarkepala 35, dan vitamin K1 telah diberikan
5. 14.27 Melakukan pemantauan kontraksi uterus danperdarahan pervaginam setiap 15 menit pada1 jam pertama PP dan setiap 20-30 menitpada jam kedua PP ; data terlampirdipartograf
6. 14.27
WITA
Memberikan suntikan imunisasi hepatitis B dipahakanan anterolateral 1 jam setelah pemberianvitamin K1; telah dilakukan penyuntikanimunisasi hepatitis B
7. 14.30
WITA
Mengajarkan ibu dan keluarga melakukan massaseuterus; ibu dan keluarga mampumempraktekkan dengan baik
8. 14.31
WITA
Mengevaluasi jumlah kehilangan darah; jumlahperdarahan ± 40 cc
9. 14.31 Melakukan pemeriksaan tensi, nadi, dan VU setiap15 menit selama 1 jam pertama PP dan setiap30 menit selama jam kedua PP, memeriksa
223
suhu setiap jam selama 2 jam pertama PP;data terlampir dipartograf
10. 14.34
WITA
Memeriksa kembali bayi dan pantau setiap 15menit untuk memastikan bayi bernafasdengan baik, serta suhu normal; pernafasan40 x/menit, suhu 36,7 oC
11. 14.37
WITA
Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalamlarutan alkasim untuk dekontaminasi (10menit); alat telah terendam didalam larutanalkasim
13. 14.37
WITA
Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi;bahan-bahan yang terkontaminasi telahdibuang kedalam tempat sampah yang sesuai
14. 14.37
WITA
Membersihkan ibu dan bantu ibu mengenakanpakaian; membersihan cairan ketuban, lendirdarah dengan air DTT dan ibu telah memakaipakaian yang bersih
15. 14.42
WITA
Menganjurkan ibu untuk makan dan minum sertaistirahat; Ibu memakan menu yang telahdisediakan rumah sakit dan minum air putih
16. 14.42
WITA
Mendekontaminasi tempat tidur dengan larutanalkasim; tempat tidur telah bersih
17. 14.43
WITA
Membersihkan sarung tangan di dalam larutanalkasim; melepaskan sarung tangan dalamkeadaan terbalik dan merendamnya dalamlarutan alkasim
18. 14.35
WITA
Mencuci alat-alat yang telah didekontaminasi; alattelah bersih dan sudah disterilisasi
19. 14.45
WITA
Melengkapi partograf; partograf telah terlampir
C. Dokumentasi Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
Nama Pengkaji : Mariyanti
Tanggal/Waktu Pengkajian : 24 Mei 2016/Pukul: 14.50 WITA
Tempat : Ruang Bougenville RSKD
224
S :
1. Identitas
Nama ibu/ayah adalah Ny.E dan Tn. D, alamat rumah berada di Kelurahan
Sepinggan Balikpapan Selatan, tanggal lahir bayi 24 Mei 2016 pada hari
Selasat pukul 13.49 WITA dan berjenis permpuan.
2. Riwayat Kehamilan Sekarang
Ibu hamil kedua ini usia 33 tahun dengan usia kehamilan 41 minggu 3 hari
O :
1. Data Rekam Medis
a. Riwayat Persalinan Sekarang:
Keadaan umum ibu baik. Pemeriksaan tanda-tanda vital yang
dilakukan berupa tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit,
pernafasan 20 x/menit, suhu 36,5oC. Jenis persalinan adalah spontan.
1) Lama Persalinan :
Kala I : 4,5 Jam
Kala II : 19 menit
2) Komplikasi Persalinan
Bayi : tidak ada
3) Keadaan Bayi Saat Lahir
Tanggal: 24 Mei 2016 Jam : 13.49 WITA
Jenis kelamin perempuan, bayi lahir segera menangis, kelahiran
tunggal, jenis persalinan spontan,tali pusat tidak ada kelainan,
225
tidak ada tanda-tanda infeksi dan perdarahan tali pusat. Penilaian
APGAR adalah 7/9.
2. Nilai APGAR : 7/9
Kriteria 0 1 2Jumlah
0-1menit
1-5menit
FrekuensiJantung
tidakada
< 100 > 100 2 2
UsahaNafas
tidakada
lambat/tidak teratur
menangisdengan
baik1 2
TonusOtot
tidakada
beberapafleksi
ekstremitas
gerakanaktif
1 1
Reflekstidakada
Menyeringai
menangiskuat
1 2
WarnaKulit
biru/pucat
tubuhmerahmuda,
ekstremitasbiru
merahmudaselur
uhnya2 2
Jumlah 7 9
3. Pola fungsional kesehatan:
Pola KeteranganNutrisi Bayi telah diberikan asupan nutrisi
(ASI)Eliminasi - BAB (+)
- BAK (-)
4. Pemeriksaan Umum Bayi Baru Lahir
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum baik, pemeriksaan tanda-tanda vital nadi 137
x/menit, pernafasan 38 x/menit, suhu 36,7 oC. Pemeriksaan
antropometri, berat badan 3390 gram, panjang badan 49 cm,
lingkar kepala 35 cm.
226
b. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
Kepala : Bentuk bulat, tidak tampak molase, tidak tampak
caput succadeneum, tidak tampak cephal
hematoma, tidak tampak ananchepal, tidak
tampak hedrocepalus, distribusi rambut bayi
tampak merata, warna tampak kehitaman,
teraba ubun-ubun besar berbentuk berlian dan
ubun-ubun kecil berbentuk segitiga.
Wajah : Tampak simetris, ukuran dan posisi mata, hidung,
mulut dagu dan telinga tidak terdapat kelainan.
Mata : Tampak simetris, tidak tampak kotoran, tidak
terdapat perdarahan.
Hidung : Tampak kedua lubang hidung, tidak tampak
pengeluaran dan tidak tampak pernafasan
cuping hidung
Telinga : Tampak simetris, berlekuk sempurna, tulang
rawan telinga sudah matang, terdapat lubang
telinga, tidak terdapat kulit tambahan dan tidak
tampak ada kotoran.
Mulut : Tampak simetris, tidak tampak sianosis, tidak
tampak labio palato skhizis dan labio skhizis
dan gigi, mukosa mulut lembab, bayi menangis
kuat, lidah tampak bersih.
227
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak
tampak pembesaran kelenjar limfe, tidak
terdapat pembengkakan, pergerakan bebas,
tidak tampak selaput kulit dan lipatan kulit yang
berlebihan.
Dada : Tampak simetris, tidak tampak retraksi dinding
dada, tidak terdengar suara nafas tambahan,
bunyi jantung teratur, pergerakan dada tampak
simetris.
Payudara : Tidak tampak pembesaran, tampak 2 puting susu,
tidak terdapat pengeluaran ASI.
Abdomen : Tidak teraba massa abnormal, tali pusat tampak 2
arteri dan 1 vena, tali pusat tampak berwarna
putih segar, tidak tampak perdarahan tali pusat.
Punggung : Tampak simetris, tidak teraba skeliosis.
Genetalia : labia mayora menutupi labia minora, lubang
uretra terpisah dengan lubang vagina
Anus : Tampak lubang anus
Kulit : Tampak kemerahan, tidak tampak ruam, tidak
tampak bercak, tidak tampak tanda lahir, tidak
tampak memar, tidak ada pembengkakan, tugor
baik. Tampak lanugo di daerah lengan dan
punggung. Tampak verniks kaseosa di daerah
lipatan leher dan lipatan selangkangan.
228
Ekstremitas : Pergerakan leher tampak aktif, klavikula teraba
utuh, jari tangan dan jari kaki tampak simetris,
tidak terdapat penyelaputan, jari-jari tampak
lengkap dan bergerak aktif, tidak tampak
polidaktili dan sindaktili. Tampak garis pada
telapak kaki dan tidak tampak kelainan posisi
pada kaki dan tangan.
c. Status neurologi (refleks)
Glabella (+) bayi tampak berkedip saat diketuk perlahan 4-5
kali pada dahinya, mata boneka (+) bayi tampak membuka
matanya dengan lebar saat ditolehkan kepala bayi ke satu sisi
kemudian di tegakkan kembali, blinking (+) bayi tampak
menutup kedua matanya saat di hembuskan udara, rooting (+)
bayi tampak menoleh kearah sentuhan ketika pipi bayi
disentuh, swallowing (+) bayi dapat menelan dan menghisap
tanpa tersedak, batuk atau muntah saat disusui, tonick neck
(+) bayi tampak berusaha mempertahankan lehernya untuk
tetap tegak saat bayi ditelentangkan kemudian menarik bayi
kearah mendekati perut dengan memegang kedua tangannya,
morro (+) bayi tampak terkejut lalu melengkungkan
punggung, menjatuhkan kepala, menagkupkan kedua lengan
dan kakinya ke tengah badan ketika dikejutkan dengan suara
229
hentakkan, palmar graspingping (+) bayi tampak
menggengam jari pemeriksa saat pemeriksa menyentuh
telapak tangan bayi, magnet(+) kedua tungkai bawah bayi
tampak ekstensi melawan saat pemeriksa memberi tekanan
pada telak kaki bayi, babinski (+) jari-jari bayi tampak
membuka saat disentuh telapak kakinya, plantar (+) jari-jari
kaki bayi tampak berkerut rapat ketika disentuh pangkal jari
kaki bayi, galant (+) tubuh bayi tampak fleksi dan pelvis
diayunkan ke arah sisi yang terstimulasi saat punggung bayi
digoreskan menggunakan jari kearah bawah.
d. Terapi yang diberikan
Neo-K 0,5 ml
Hepatitis B 0.5 ml
A :
Diagnosis : Neonatus Cukup Bulan
Sesuai Masa Kehamilan Usia 1 Jam
Masalah : Tidak ada
Dasar : Tidak ada
DiagnosisPotensial : Tidak ada
Kebutuhan Tindakan Segera : Tidak ada
230
P :
Tanggal : 24 Mei 2016
No. Waktu Tindakan Paraf
1. 13.51
WITA
Melakukan pemotongan tali pusat dengan teknikaseptik dan septik. Membungkus tali pusat bayimenggunakan kassa steril.
2. 13.52
WITA
Mengeringkan tubuh bayi dengan kain kering.
3. 13.53
WITA
Memberikan bayi kepada ibu untuk dilakukan IMD dandijaga kehangatannya; bayi sedang disusui olehibu.
4. 14.25WITA
Memberikan Injeksi neo-k 0.5 ml secara IM pada1/3paha kiri dan salep mata; Bayi telahmendapatkan injeksi neo-k 0.5 ml dan salepmata.
5. 14.30WITA
Menggunakan pakaian pada bayi, memasangkan topipada kepala bayi, mengkondisikan bayi di tempat yanghangat dan memberikan bayi kepada ibu agar disusuikembali.
6. 14.35
WITA
Memberikan Injeksi Hepatitis B 0,5 ml secara IM pada 1/3paha kanan; Bayi telah mendapatkan injeksi hepatitis B
7 14.40
WITA
Membuat kesepakatan dengan ibu bahwa akan dilakukanpemeriksaan ulang berikutnya saat 6-8 jam setelahpersalinan; Ibu bersedia dilakukan pemeriksaan ulang.
D. Dokumentasi Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas
1. Asuhan Kebidanan Post Natal Care Kunjungan 6 - 8 Jam pertama
Tanggal/Waktu Pengkajian : 24 Mei 2015/Pukul :20.00 WITA
Tempat : Ruang Mawar RSKD
S :
Ibu masih merasa nyeri pada jahitan, ibu dapat beristirahat setelah proses
persalinannya dan ibu sudah BAK ke kamar mandi.
231
O :
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum Ny. E baik; kesadaran composmentis; hasil
pengukuruan tanda vital yaitu : tekanan darah 110/80 mmHg, suhu
tubuh 36,3oC, nadi 82 x/menit, pernafasan 20 x/menit.
b. Pemeriksaan fisik
Ekspresi Wajah : Ibu tampak bahagia atas kelahiran bayinya
Payudara : Payudara tampak bersih, tampak pengeluaran ASI, tampak
hyperpigmentasi pada areolla, putting susu menonjol, dan
tidak ada retraksi.
Abdomen : Tidak tampak bekas operasi, tidak terdapat asites, TFU 2
jari dibawah pusat, kontraksi baik, dan kandung kemih
kosong.
Genetalia : Vulva tidak oedem, tidak ada varices, tampak pengeluaran
lochea rubra, tidak terdapat luka parut.
c. Terapi
Amoxicillin 3 x 500 mg
Asam Mefenamat 3 x 500 mg
Tablet tambah darah 1x1
A :
Diagnosis : P2002 6 jam Post Partum Spontan
Masalah : Tidak ada
Diagnosa Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : TIdak ada
Kebutuhan Tindakan Segera : Tidak ada
232
P :
Tanggal 24 Mei 2016
No. Waktu Tindakan Paraf
1. 20.30
WITA
Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik. Dari hasil pemeriksaanfisik puerperium, tanda-tanda vital dalam batas normal,TFU 1 jari dibawah pusat, tampak adanya pengeluaran ASI.Pengeluaran lochea rubra, berwarna merah, konsistensicair dan bergumpal. Sedangkan bagian anggota fisik lainnyadalam batas normal; Ibu mengerti akan kondisinya saat inidalam keadaan normal.
2. 20.35WITA
Memberi tahu ibu mengenai kebutuhan dasar ibu nifas; ibudapat menjelaskan kebutuhan dasar ibu nifas dengan benar
3. 20.45
WITA
Menjelaskan kepada ibu mengenai perawatan perineum ;ibu dapat menjelaskan kembali cara perawatan perineum
3. 20.55
WITA
Membuat kesepakatan untuk kunjungan berikutnya padahari ke 3 yaitu pada tanggal 27 Mei 2015; Ibu bersediadilakukannya kunjungan hari 6.
4. 20.57
WITA
Melakukan dokumentasi; telah terdokumentasi dalamSOAP
2. Asuhan Kebidanan Post Natal Care Kunjungan Ke-1
Tanggal/waktu pengkajian : 27 Mei 2016/ 18.00 WITA
Tempat : Ruang bayi RSKD
Nama Pengkaji : Mariyanti
Pembimbing : Damai Noviasari, SST
S:
Ibu tidak memiliki keluhan, pengeluara ASI lancar dan bayi menyusui sering
dan aktif, pengeluaran darah nifas masih merah.
233
O :
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum Ny. E baik; kesadaran composmentis; hasil pengukuruan
tanda vital yaitu: tekanan darah 110/70 pmmHg, suhu tubuh 36,4 oC, nadi
78 x/menit, pernafasan 22 x/menit. BB : 49 kg
b. Pemeriksaan fisik
Payudara : Tampak bersih dan tampak pengeluaran ASI
Abdomen : Tidak tampak asites, TFU 3 jari
dibawah pusat, kontraksi baik, dan kandung kemih teraba
kosong.
Genetalia : Vulva tidak oedem, tidak ada varices, tampak pengeluaran
lochea rubra, tidak terdapat luka parut, tidak tampak fistula,
luka perineum dan jahitan tampak baik.
c. Pola Fungsional
Pola Keterangan
IstirahatIbu beristirahat kurang saat malam hari karena bayi seringmenyusu dan ibu kurang istirahat pada siang hari karenamemasak dan mencuci
NutrisiIbu makan ketika lapar 3-4 x/ hari dengan 1 porsi nasi, 1 potonglauk (ayam, tahu tempe), 1 mangkuk sayur dan minum ± 8 gelasair putih/hari
TerapiIbu mendapat Antibiotik 3x1 500 mg, vitamin dan penambahdarah 1 X 1
Mobilisasi Ibu sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain
EliminasiIbu sudah BAK 4 kali/hari, konsistensi cair, warna kuninhg jernih,tidak ada keluhan , ibu sudah BAB 1 kali/hari konsistensikecoklatan
234
A :
Diagnosa : P2002 post partum spontan hari ke-3
Masalah : tidak ada
Diagnosa Potensial : tidak ada
Masalah Potensial : tidak ada
Kebutuhan Tindakan Segera: tidak ada
P :
Tanggal/ Jam Pelaksanaan Paraf
27 Mei 2016
17.00
WITA
Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik. Dari hasil pemeriksaan fisikpuerperium, tanda-tanda vital dalam batas normal, TFU 3 jaribawah pusat, tampak adanya pengeluaran ASI. Pengeluaranlochea rubra, berwarna merah, konsistensi cair, luka jahitantampak baik, sedangkan bagian anggota fisik lainnya dalam batasnormal; ibu mengerti dengan kondisi saat ini
17.15
WITA
Memberikan KIE mengenai tanda bahaya masa nifas; ibu dapatmenyebutkan dan menjelaskan tanda bahaya nifas (SAP danleaflet terlampir)
17.25
WITA
Mngajarkan ibu perawatan payudara ; ibu bisa mengulangkembali cara perawatan payudara
17.45
WITA
Membuat kesepakatan dengan ibu mengenai kunjungan ulangmasa nifas; Ibu bersedia dilakukan kunjungan ulang pada tanggal30 Mei 2016
17.50
WITA
Melakukan dokumentasi; telah terdokumentasi dalam SOAP
Menyusui Ibu dapat menyusui bayinya dan ASI keluar lancar
235
3. Asuhan Kebidanan Post Natal Care Kunjungan Ke-2
Tanggal/waktu pengkajian : 30 Juni 2015/ 14.00 WITA
Tempat : Rumah Ny. E
Nama Pengkaji : Mariyanti
Pembimbing : Damai Noviasari, SST
S:
Ibu tidak memiliki keluhan, pengeluara ASI lancar dan bayi menyusui sering
dan aktif.
O :
KU : Baik; Kesadaran : composmentis;
TTV : TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/menit, R : 20 x/menit, S : 36oC
BB : 48 kg
Payudara : Tampak bersih, tampak pengeluaran ASI
Abdomen : TFU pertengahan pusat dan symphisis , dan kandung kemih
teraba kosong.
Genetalia : Vulva tidak oedem, tidak ada varices, tampak pengeluaran
Lochea sanguilenta, tidak terdapat luka parut, tidak tampak
fistula, luka perineum dan jahitan tampak baik.
Pola Fungsional
Pola Keterangan
Istirahat Ibu dapat beristirahat dan tidur saat bayi dan balita tidur
Nutrisi Ibu makan ketika lapar 3-4 x/ hari dengan 1 porsi nasi, 1 potonglauk (ayam, tahu tempe), 1 mangkuk sayur dan minum ± 8 gelas
236
A :Diagnosa : P2002 1 Minggu post partum spontan
Masalah : tidak ada
Diagnosa Potensial : tidak ada
Masalah Potensial : tidak ada
Kebutuhan Tindakan Segera : tidak ada
P :
Tanggal/ Jam Pelaksanaan Paraf
30 Mei 2016
15.00
WITA
Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik. Dari hasilpemeriksaan fisik puerperium, tanda-tanda vital dalambatas normal, TFU tidak teraba, tampak adanyapengeluaran ASI. Pengeluaran lochea sanguilenta, lukajahitan tampak baik, sedangkan bagian anggota fisiklainnya dalam batas normal; ibu mengerti dengankondisi saat ini
15.05
WITA
Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap 2 jamsekali ; ibu bersedia menyusui bayinya setiap 2 jamsekali
17.15
WITA
Membuat kesepakatan dengan ibu mengenaikunjungan ulang masa nifas; Ibu bersedia dilakukankunjungan ulang pada tanggal 17 Juni 2015
17.20
WITA
Melakukan dokumentasi; telah terdokumentasi dalamSOAP
air putih/hari
Mobilisasi Ibu sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain
EliminasiIbu sudah BAK 4-5 kali/hari, konsistensi cair, warna kuninhgjernih, tidak ada keluhan, ibu sudah BAB 1 kali/hari konsistensilunak warna kecoklatan
Menyusui Ibu dapat menyusui bayinya dan ASI keluar lancar
237
4. Asuhan Kebidanan Post Natal Care Kunjungan Ke-3
Tanggal/waktu pengkajian : 07 Juni 2016/ 16.00 WITA
Tempat : Rumah Ny. E
Nama Pengkaji : Mariyanti
Pembimbing : Damai Noviasari, SST
S:
Pengeluaran ASI lancar dan bayi menyusui sering dan aktif, ibu mengeluh
kurang tidur.
O :
KU : Baik; Kesadaran : composmentis;
TTV ; TD : 110/80 mmHg, N : 78 x/menit, R : 22 x/menit, S : 36oC
BB : 45 kg, TB : 143 cm, LILA : 23,5 cm
Payudara : Tampak bersih, tampak pengeluaran ASI
Abdomen : TFU tidak teraba, dan kandung kemih teraba
kosong.
Genetalia : Vulva tidak oedem, tidak ada varices, tampak pengeluaran
Lochea serosa, tidak terdapat luka parut, tidak tampak fistula,
luka perineum dan jahitan tampak baik.
Pola Fungsional
Pola Keterangan
Istirahat Ibu tidak ada tidur siang; Malam : 5-6 jam
238
A :Diagnosa : P2002 2 Minggu post partum spontan
Masalah : Kurang tidur
Diagnosa Potensial : tidak ada
Masalah Potensial : Kelelahan, anemia
Kebutuhan Tindakan Segera : tidak ada
P :
Tanggal/ Jam Pelaksanaan Paraf
07 Juni 2016
16.00
WITA
Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik. Dari hasil pemeriksaan fisikpuerperium, tanda-tanda vital dalam batas normal, TFU tidakteraba, tampak adanya pengeluaran ASI. Pengeluaran lochea alba,luka jahitan tampak baik, sedangkan bagian anggota fisik lainnyadalam batas normal; ibu mengerti dengan kondisi saat ini
16.10
WITA
Memberi tahu ibu tentang nutrisi dan istirahat yang cukup; ibudapat menjelaskan tentang nutrisi dan istirhat yang cukup
16.20
WITA
Menganjurkan ibu untuk beristirahat ketika bayi tidur agar ibutidak kelelahan; ibu bersedia untuk beristirahat ketika bayi tidur
16.25
WITA
Melakukan dokumentasi; telah terdokumentasi dalam SOAP
NutrisiIbu makan ketika lapar 3-4 x/ hari dengan 1 porsi nasi, 1 potong lauk(ayam, tahu tempe), 1 mangkuk sayur dan minum ± 8 gelas airputih/hari
Mobilisasi Ibu sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain
EliminasiIbu sudah BAK 4-5 kali/hari, konsistensi cair, warna kuninhg jernih,tidak ada keluhan, ibu sudah BAB 1 kali/hari konsistensi kecoklatan
Menyusui Ibu dapat menyusui bayinya dan ASI keluar lancer
239
5. Asuhan Kebidanan Post Natal Care Kunjungan Ke-4
Tanggal/waktu pengkajian : 13 Juni 2016/ 14.00 WITA
Tempat : Rumah Ny. E
Nama Pengkaji : Mariyanti
Pembimbing : Novi Pasiriani, SST., M.Pd
S:
Pengeluaran ASI lancar dan bayi menyusui sering dan aktif, ibu mengeluh
kurang tidur
O :
KU : Baik; Kesadaran : composmentis;
TTV ; TD : 110/80 mmHg, N : 78 x/menit, R : 22 x/menit, S : 36oC
BB : 39 kg,
Payudara : Tampak bersih, tampak pengeluaran ASI
Abdomen : TFU tidak teraba, dan kandung kemih teraba
kosong.
Genetalia : Vulva tidak oedem, tidak ada varices, tampak pengeluaran
lochea alba, tidak terdapat luka parut, tidak tampak fistula, luka
perineum dan jahitan tampak baik.
Pola Fungsional
Pola Keterangan
Istirahat Ibu tidak ada tidur siang; Malam : 5-6 jam
NutrisiIbu makan ketika lapar 3-4 x/ hari dengan 1 porsi nasi, 1 potonglauk (ayam, tahu tempe), 1 mangkuk sayur dan minum ± 8 gelasair putih/hari
240
A :Diagnosa : P2002 2 Minggu post partum spontan
Masalah : Kurang tidur
Diagnosa Potensial : tidak ada
Masalah Potensial : Kelelahan, anemia
Kebutuhan Tindakan Segera: tidak ada
P :
Tanggal/ Jam Pelaksanaan Paraf
07 Juni 2016
15.00
WITA
Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik. Dari hasil pemeriksaan fisikpuerperium, tanda-tanda vital dalam batas normal, TFU tidakteraba, tampak adanya pengeluaran ASI. Pengeluaran lochea alba,luka jahitan tampak baik, sedangkan bagian anggota fisik lainnyadalam batas normal; ibu mengerti dengan kondisi saat ini
15.10
WITA
Memberi tahu ibu tentang nutrisi dan istirahat yang cukup; ibudapat menjelaskan tentang nutrisi dan istirhat yang cukup
15.20
WITA
Menjelaskan kepada ibu mengenai alat kontrasepsi IUD, kelebihandan kekurangan IUD, dan cara kerja IUD ; ibu dapat mengulangkembali kelebihan dan kekurangan IUD, dan cara kerja IUD
15.30
WITA
Melakukan dokumentasi; telah terdokumentasi dalam SOAP
Mobilisasi Ibu sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain
EliminasiIbu sudah BAK 4-5 kali/hari, konsistensi cair, warna kuninhgjernih, tidak ada keluhan, ibu sudah BAB 1 kali/hari konsistensikecoklatan
Menyusui Ibu dapat menyusui bayinya dan ASI keluar lancer
241
E. Dokumentasi Asuhan Kebidanan pada Neonatus
1. Asuhan Kebidanan Neonatus Kunjungan 6-8 jam pertama
Tanggal/Waktu Pengkajian : 24 Mei 2015/Pukul :20.00 WITA
Tempat : R. Mawar RSKD
S: Tidak ada
O :
KU : Baik, N : 142 x/menit, R : 40 x/menit, S : 36,4 °C, BB : 3390 gram,
Pola Fungsional
Pola KeteranganNutrisi Bayi telah diberikan asupan nutrisi (ASI) secara teratur oleh
Ibunya. Ibu menyusui bayinya secara on-demand. Ibu juga tidakmemberikan makanan lain selain ASI.
Eliminasi - BAB 2 kali/hari konsistensi lunak warna hijau kehitaman- BAK 4 kali/hari konsistensi cair warna kuning jernih
PersonalHygiene
- Bayi belum ada dimandikan.- Ibu mengganti popok dan pakaian bayi setiap kali basah
ataupun lembab.Istirahat - Bayi tidur sepanjang hari dan hanya terbangun jika haus dan
popoknya basah atau lembab.
A :
Diagnosis : Neonatus Cukup Bulan
Sesuai Masa Kehamilan usia 6 jam
Masalah : Tidak ada
Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
Kebutuhan Segera : Tidak ada
242
P :
Tanggal 24 Mei 2016
No. Waktu Tindakan Paraf
1. 20.30
WITA
Memberitahukan kepada ibu bahwa bayinya dalamkeadaan sehat; Ibu telah mengerti kondisibayinya saat ini.
2. 20.35 WITA Memberikan tahu ibu tentang tanda bahaya bayi sepertidemam, bayi kuning, malas menyusu, tali pusat berbau,gerakan/tangisan tidak ada, merintih, bayi sesak, infeksimata, diare, kejang. Apabila ibu menemui tanda-tandatersebut sgera kepelayanan kesehatan terdekat; Ibudapat menyebutkan dan menjelaskan tanda bahayapada bayi
3. 20.45
WITA
Memberi KIE tentang cara merawat tali pusat; ibu dapatmempraktekkan cara merawat tali pusat (SAP danleaflet terlampir)
4. 20.55 WITA Membuat kesepakatan dengan ibu untuk kunjunganulang neonatus selanjutnya yaitu pada 3 hariselanjutnya pada tanggal 27 Mei 2016 atau ada saatkeluhan.
5. 20.00
WITA
Melakukan dokumentasi; telah terdokumentasi dalamSOAP
2. Asuhan Kebidanan Neonatus Kunjungan Ke-1 (bayi di rawat di R. Bayi)
Tanggal/waktu pengkajian : 27 Mei 2015/ 17.00 WITA
Tempat : R. Bayi RSKD
Nama Pengkaji : Mariyanti
S : Tidak ada
O :
KU : Baik, N : 136 x/menit, R : 48 x/menit, S : 36,7 °C, BB : 3260 gram,
243
Wajah : Tampak kuning
Abdomen : Tali pusat belum lepas
Pemeriksaan penunjang :
Hb : 14,7 gr/dL (12-24 gr/dl)
Leukosit : 39.800 uL ( 9000-30.000)
Golongan darah : B Rh + (ibu bergolongan darah O Rh +)
Retikulosit : 6,0 %
Bilirubin total : 12,80 mg/dL
Pola Fungsional
Pola KeteranganNutrisi Bayi telah diberikan asupan nutrisi (ASI) secara teratur oleh
ibunya. Ibu menyusui bayinya minimal setiap 2 jam. Ibu jugatidak memberikan makanan lain selain ASI.
Eliminasi - BAB 2 kali/hari konsistensi lunak warna kuning kehijauan- BAK 5-6 kali/hari konsistensi cair warna kuning jernih
PersonalHygiene
- Bayi sudah dimandikan.- Ibu mengganti popok dan pakaian bayi setiap kali basah
ataupun lembab.Istirahat - Bayi tidur sepanjang hari dan hanya terbangun jika haus dan
popoknya basah atau lembab.
A :
Diagnosis : Neonatus Cukup Bulan
Sesuai Masa Kehamilan usia 3 hari dengan
hiperbilirubenemia susp. Inkompatibilitas
ABO (ketidakcocokan golongan darah ibu dan
bayi)
Masalah : Bayi kuning
Diagnosis Potensial : Kern Ikhterus
Masalah Potensial : tidak ada
244
Kebutuhan tindakan segera : tidak ada
P :
Tanggal : 28 Mei 2016
Tanggal/ Jam Pelaksanaan Paraf
28 Mei 2015
17.31
WITA
Memberitahu ibu bahwa bayinya kuning yang dimana mengalamihiperbilirubinnemia; Ibu telah mengerti kondisi bayinya saat ini.
17.35
WITA
Anjurkan ibu untuk meyusui bayinya setiap 2 jam sekali ataumemecah ASI sesering mungkin ; ibu bersedia melakukan apa yangdisarankan
17.40
WITA
Bayi diberikan fototerapi double selama 19 jam ; bayi telahdifototerapi duoble
17.50
WITA
Membuat kesepakatan dengan ibu mengenai kunjungan ulangneonatus; Ibu bersedia dilakukan kunjungan ulang pada tanggal 05Juni 2015
17.55
WITA
Melakukan dokumentasi; telah terdokumentasi dalam SOAP
3. Asuhan Kebidanan Neonatus Kunjungan Ke-2
Tanggal/waktu pengkajian : 30 Mei 2016/ 14.00 WITA
Tempat : Rumah Ny. E
Nama Pengkaji : Mariyanti
S :
Bayi menyusu dengan kuat dan aktif, bayi tidak rewel.
245
O :
KU : Baik, N : 138 x/menit, R : 51 x/menit, S : 36,9 °C, BB : 3800 gram,
Wajah : Tampak kuning
Kulit : Tampak kuning dibagian wajah
Sklera : Tampak sedikit kuning
Abdomen : Tali pusat sudah lepas
Pola Fungsional
Pola KeteranganNutrisi Bayi telah diberikan asupan nutrisi (ASI) secara teratur oleh
Ibunya. Ibu menyusui bayinya minimal setiap 2 jam. Ibu jugatidak memberikan makanan lain selain ASI.
Eliminasi - BAB 2-3 kali/hari konsistensi lunak warna kuning kehijauan- BAK 6-7 kali/hari konsistensi cair warna kuning jernih
PersonalHygiene
- Bayi sudah dimandikan.- Ibu mengganti popok dan pakaian bayi setiap kali basah
ataupun lembab.Istirahat - Bayi tidur sepanjang hari dan hanya terbangun jika haus dan
popoknya basah atau lembab.
A :
Diagnosis : Neonatus Cukup Bulan
Sesuai Usia Kehamilan usia 7 hari
Masalah : Tidak ada
Diagnosis Potensial : tidak ada
Masalah Potensial : tidak ada
Kebutuhan tindakan segera : Tidak ada
P :
Tanggal : 30 Mei 2016
Tanggal/ Pelaksanaan Paraf
246
Jam
30 Mei 2016
15.00
WITA
Memberitahu ibu bahwa bayinya dalam keadaan sehat akan ; Ibutelah mengerti kondisi bayinya saat ini.
17.47
WITA
Menganjurkan ibu untuk lbih sering menyusui bayinya dengan posisidan teknik yang benar; ibu bersedia menyusui bayinya dengan posisidan teknik yang benar
17.52
WITA
Membuat kesepakatan dengan ibu mengenai kunjungan ulangneonatus; Ibu bersedia dilakukan kunjungan ulang pada tanggal 06Juni 2016
17.55
WITA
Melakukan dokumentasi; telah terdokumentasi dalam SOAP
4. Asuhan Kebidanan Neonatus Kunjungan Ke-3
Tanggal/waktu pengkajian : 06 Juni 2016/ 15.00 WITA
Tempat : Rumah Ny. E
Nama Pengkaji : Mariyanti
S :
Bayi menyusu dengan kuat dan aktif, bayi tidak rewel, terdapat bintik – bintik
kecil dan berair dibadan
O :
KU : Baik, N : 138 x/menit, R : 36 x/menit, S : 36,6 °C, BB : 4100 gram
terdapat bintik-bintik merah dan berair dibagian kepala dan lipatan leher
serta axila
Wajah : Tampak kuning
247
Kulit : Tampak kuning dibagian wajah
Sklera : Tampak sedikit kuning
Pola Fungsional
Pola KeteranganNutrisi Bayi telah diberikan asupan nutrisi (ASI) secara teratur oleh
Ibunya. Ibu menyusui bayinya minimal setiap 2 jam. Ibu jugatidak memberikan makanan lain selain ASI.
Eliminasi - BAB 2-3 kali/hari konsistensi lunak warna kuningkehijauan
- BAK 6-7 kali/hari konsistensi cair warna kuning jernihPersonal Hygiene - Bayi sudah dimandikan.
- Ibu mengganti popok dan pakaian bayi setiap kali basahataupun lembab.
Istirahat - Bayi tidur sepanjang hari dan hanya terbangun jikahaus dan popoknya basah atau lembab.
A :
Diagnosis : Bayi Ny. E usia 14 hari
Masalah : Terdapat bintik-bintik merah dan berair dikulit
bagian kepala dan lipatan leher
Diagnosis Potensial : Miliaria
Masalah Potensial : tidak ada
Kebutuhan tindakan segera : tidak ada
P :
Tanggal : 06 Juni 2016
Tanggal/ Jam Pelaksanaan Paraf
6 Juni 2065
16.00
WITA
Memberitahu ibu bahwa bayinya dalam keadaan sehat; Ibu telahmengerti kondisi bayinya saat ini.
16.10
WITA
Menganjurkan ibu untuk mengganti pakaian bayi setiap kaliberkeringan dan membersihkan tubuh bayi dengan air hangatagar bintki-bintik merah tidak semakin banyak ; ibu mengerti
248
dengan nasehat yang diberikan
16.20
WITA
Menganjurkan ibu untuk memeriksakan bayinya jika semakinbanyak ; ibu bersedia memeriksakan bayinya jika bintik – bintiksemakin banyak.
16.30 Melakukan dokumentasi; telah terdokumentasi dalam SOAP
5. Asuhan Kebidanan Neonatus Kunjungan Ke-4
Tanggal/waktu pengkajian : 14 Juni 2016/ 14.00 WITA
Tempat : Rumah Ny. E
Nama Pengkaji : Mariyanti
S :
Bayi menyusu dengan kuat dan aktif, bayi tidak rewel, masih terdapat bintik-
bintik kecil (biang keringat) dan bayi mengalami kembung.
O :
KU : Baik, N : 138 x/menit, R : 51 x/menit, S : 36,9 °C, BB : 4300 gram
Masih terdapat bintik-bintik merah dan berair dibagian kepala dan lipatan
leher serta axila
Perkusi Abdomen : pada pemeriksaan abdomen, perut berbunyi seperti
kembung
Pola Fungsional
Pola KeteranganNutrisi Bayi telah diberikan asupan nutrisi (ASI) secara teratur oleh Ibunya.
Ibu menyusui bayinya minimal setiap 2 jam. Ibu juga tidakmemberikan makanan lain selain ASI.
Eliminasi - BAB 2-3 kali/hari konsistensi lunak warna kuning kehijauan- BAK 6-7 kali/hari konsistensi cair warna kuning jernih
249
PersonalHygiene
- Bayi sudah dimandikan.- Ibu mengganti popok dan pakaian bayi setiap kali basah ataupun
lembab.Istirahat - Bayi tidur sepanjang hari dan hanya terbangun jika haus dan
popoknya basah atau lembab.
A :
Diagnosis : Neonatus Cukup Bulan
Sesuai Usia Kehamilan usia 7 hari
Masalah : bayi kembung dan masih terdapat sisa bintik-
bintik kecil
Diagnosis Potensial : Miliaria
Masalah Potensial : tidak ada
Kebutuhan tindakan segera : Tidak ada
P :
Tanggal : 14 Juni 2016
Tanggal/ Jam Pelaksanaan Paraf
6 Juni 206515.00WITA
Memberitahu ibu bahwa bayinya dalam keadaan sehat; Ibu telahmengerti kondisi bayinya saat ini.
15.10WITA
Menganjurkan ibu untuk mengganti pakaian bayi setiap kaliberkeringan dan membersihkan tubuh bayi dengan air hangatagar bintki-bintik merah tidak semakin banyak ; ibu mengertidengan nasehat yang diberikan
15.20WITA
Mengajarkan ibu tentang massase bayi ; ibu bisa melakukankembali cara massase bayi
15.50WITA
Memandikan bayi ; bayi dimandikan dengan air hangat yang telahdicampur dengan lactacit
16.00WITA
Memakaiankan bayi baju yang telah disiapkan, membedong bayidan mengenakan bayi topi
16.15WITA
Melakukan dokumentasi; telah terdokumentasi dalam SOAP
250
F. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana
Tanggal Pengkajian/Waktu : 14 Juni 2016/14.00 WITA
Tempat : Rumah Ny. E
S :
1. Riwayat Kesehatan Klien
Ibu tidak sedang/memiliki riwayat penyakit ginekologi yaitu kista ovarium
di kehamilan pertama
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Didalam keluarga, ibu tidak memeiliki riwayat kesehatan tertentu dan
tidak memiliki riwayat alergi makanan tertentu. Selain itu ibu mengatakan
dalam keluarga tidak ada yang sedang/memiliki riwayat penyakit
hipertensi, hepatitis, jantung, ginjal, asma, TBC dan penyakit lain yang
menular ataupun berpotensi menurun, serta tidak ada riwayat keturunan
kembar.
3. Riwayat Menstruasi
HPHT Ny. S adalah 08 Agustus 2015, taksiran persalinan yaitu pada
tanggal 15 Mai 2016 dengan riwayat siklus haid yang teratur selama 28-30
hari, lama haid 6-7 hari, banyaknya haid setiap harinya 2-3 kali ganti
pembalut, warna darah merah, encer, kadang bergumpal. Ibu tidak
mempunyai keluhan sewaktu haid. Ibu mengalami haid yang pertama kali
saat ibu berusia 14 tahun.
251
4. Riwayat Obstetri
No
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
Suami
Ank UK Pny Jns Pnlg TmptPeny
JKBB/
PBH M
Abnormalitas
Laktasi
Penyulit
1 1 1Aterm
Ta’a Spt Bidan RSKD Ta’a P
3100grgr/49cm
4 thn - - +Ta’a
2 1 2aterm
Ta’a Spt Bidan RSKD Ta’a P3390gr/47cm
21hari
- - +Ta’a
5. Pola Fungsional Kesehatan
Pola Keterangan
Nutrisi
Ibu makan 3x/hari dengan porsi makan: nasi seporsi, lauk pauk 2 potong,
sayur dan terkadang dengan buah-buhan, susu, air putih. Tidak ada
keluhan dalam pemenuhan nutrisi.Nafsu makan baik
Eliminasi
BAK sebanyak 4-5x/hari, berwarna kuning jernih, konsistensi cair,
tidak ada keluhan. BAB sebanyak 1x/hari atau 1x/2hari,
berwarna cokelat, konsistensi padat lunak, tidak ada keluhan.
IstirahatTidur siang selama ± 1-1,5 jam/hari. Tidur malam selama ± 6-7
jam/hari, dan tidak ada gangguan pola tidur
Aktivitas
Di rumah ibu hanya membereskan rumah dan masak, mengurus anak.
Kegiatan ibu diluar rumah yakni mengajar sebagai guru sd
Personal
Hygiene
Mandi 2x/hari, ganti baju 2-3x/hari, anti celana dalam 2-3x/hari
Kebiasaan Tidak ada
Seksualitas Belum ada melakukan hubungan seksual
252
6. Riwayat Psikososiokultural Spiritual
Ini merupakan pernikahan pertama. Ibu menikah sejak usia 27 tahun, lama
menikah ± 6 tahun, status pernikahan sah. Ini merupakan kelahiran anak yang
kedua. Kultural dalam keluarga ibu tidak memiliki adat istiadat atupun tradisi
yang dapat mempengaruhi kehamilan. Sebelumnya ibu memakai KB Suntik 3
bulan dan KB Alamiah.
O :
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum baik; kesadaran composmentis; hasil pengukuruan tanda
vital yaitu : tekanan darah 120/80 mmHg, suhu tubuh 36,5oC, nadi 78
x/menit, pernafasan 20 x/menit.
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Tampak simetris, tidak tampak lesi, distribusi rambut merata,
tampak bersih, warna rambut hitam, konstruksi rambut kuat,
tidak teraba benjolan/massa.
Wajah : Tampak simetris, tidak tampak kloasme gravidarum, tidak
tampak pucat, tidak teraba benjolan/massa, tidak teraba oedema.
Mata : Tampak simetris, konjungtiva sedikit pucat, sklera berwarna
putih, tidak tampak pengeluaran kotoran, tidak teraba oedema
pada kelopak mata.
Telinga : Tampak simetris, tidak ada serumen yang berlebihan dan tidak
berbau.
Hidung : Tampak simetris, tidak ada polip, kelainan bentuk, kebersihan
cukup, tidak ada pernapasan cuping hidung.
253
Mulut : Tampak simetris, tidak tampak pucat, bibir tampak lembab,
tampak bersih, lidah tampak bersih, tidak tampak stomatitis
ataupun caries, tampak gigi geraham berlubang di kanan dan kiri.
Leher : Tidak tampak pembesaran pada vena jugularis, kelenjar limfe,
dan kelenjar tiroid, tidak tampak hiperpigmentasi. Tidak teraba
pembesaran pada vena jugularis, kelenjar limfe, dan kelenjar
tiroid.
Dada : Tampak simetris, tidak tampak retraksi, tidak tampak alat bantu
otot pernapasan, irama jantung terdengar teratur (frekuensi
jantung 78 x/m), tidak terdengar suara nafas tambahan (RR:
20x/menit).
Payudara : Tampak simetris, tampak bersih, tampak pengeluaran asi,
tampak hiperpigmentasi pada aerolla mammae, putting susu
tampak menonjol. Tampak pembesaran, tidak teraba
massa/oedem, ada pengeluaran asi, tidak ada pembesaran
kelenjar limfe.
Abdomen :Tampak simetris, tidak tampak bekas operasi, tidak teraba
massa/pembesaran.
Ekstremitas : Tampak simetris, tampak sama panjang, tidak tampak varises
dan edema tungkai. Pada ekstremitas atas tidak ada oedema
dan cavilari refil kembali dalam waktu > 2detik.
A :
Diagnosa : P2002 usia 33 tahun dengan akseptor KB IUD
Masalah : Tidak ada
Diagnosis Potensial : Tidak ada
254
Masalah Potensial : Tidak ada
Kebutuhan segera : Tidak ada
P :
No. Waktu Tindakan Paraf
1. 16.00
WITA
Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik. Dari hasilpemeriksaan fisik nifas ibu dalam keadaan normal;Ibu mengerti kondisinya dalam keadaan normal.
2. 16.15
WITA
Memberi KIE mengenai cara kerja kontrasepsi IUD,kelebihan dan kekurangan kontrasepsi IUD,lamanya penggunaan kontrasepsi IUD (SAP danleaflet terlampir) ; ibu bersedia menggunakansesuai dengan jangka panjang (masa pemakaian )alat kontrasepsi IUD
3. 16.30 WITA Segera menghubungi atau kedokter jika adakeluhan ; ibu bersedia menghubungi atau langsungmmeriksakan diri kedokter atau bidan bila adakeluhan
255
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Proses Asuhan Kebidanan
Dipembahasan ini penulis akan menjelaskan tentang kesenjangan yang
terjadi antara praktek dan teori yang ada. Pembahasan ini dimaksudkan agar
dapat diambil suatu kesempatan dan pemecahan masalah dari kesenjangan-
kesenjangan yang terjadi sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam
penerapan asuhan kebidanan yang meliputi :
1. Kehamilan
Klien bernama Ny. E usia 33 tahun G2P1001 hamil 32 minggu janin
tunggal, hidup, intrauteri, yang bertempat tinggal di Kelurahan Sepinggan
Baru Kecamatan Balikpapan Selatan Kota Balikpapan. Ny. E saat ini sedang
mengandung anak kedua.
Selama kehamilan, Ny. E memeriksakan kehamilannya secara teratur
sebab Ny. E tidak ingin terjadi masalah dengan kehamilannya serta
menghindari terjadinya masalah pada persalinan nanti. Pada trimester 1 Ny. E
melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 3 kali, pada trimester II
sebanyak 3 kali, pada trimester III sebanyak 8 kali. Frekuensi pemeriksaan ini
telah memenuhi standar sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa WHO
menganjurkan sedikitnya ibu hamil melakukan 4 kali kunjungan Antenatal
Care (ANC) selama kehamilan yaitu dengan frekuensi pemeriksaan ANC
256
pada trimester I minimal 1 kali, trimester II minimal 1 kali, trimester III
minimal 2 kali (Kusmiyanti, 2009).
Ny. E tidak pernah mengalami keluhan yang berat pada kehamilan ini,
keluhan yang dialami Ny. E hanyalah keluhan fisiologis seperti neyri
punggung dibagian bawah. Keluhan ini sesuai dengan teori yaitu Nyeri
punggung bawah biasanya akan meningkat intensitasnya seiring pertambahan
usia kehamilan karena nyeri ini merupakan akibat pergeseran pusat gravitasi
wanita tersebut dan postur tubuhnya (Kusmiyanti, 2009). Selain itu, Ny. E
mengeluh mengalami keputihan. Sesuai teori yang dikemukakan varney
(2007) yaitu seorang wanita lebih rentan mengalami keputihan pada saat
hamil karena pada saat hamil terjadi perubahan hormonal yang salah
satu dampaknya adalah peningkatan jumlah produksi cairan dan
penurunan keasaman vagina serta terjadi pula perubahan pada kondisi
pencernaan.
Ketika ibu melakukan USG pada usia kehamilan 38 minggu, dr.
Obgyn mengatakan kehamilan ibu mengalami kelebihan air ketuban
yang disebut polihidramnion. Hidramnion yaitu normal volume cairan
amnion meningkt secara bertahap selama kehamilan dan mencapai puncakya
kira-kira 1000 ml antara 34 sampai 36 minggu(Admin,2011). Akan tetapi
penulis menemukan kesenjangan antara teori dengan dipraktik yang dimana
tanda dan gejala polihidramnion tidak ditemukan ketika melakukan
pemeriksaan ANC. Tanda dan gejala polihidramnion yaitu ukuran uterus
lebih besar dibanding yang seharusnya, identifikasi janin dan bagian janin
257
melalui pemeriksaan palpasi sulit dilakukan, DJJ sulit terdengar, ballotemen
janin jelas, sesak, nyeri abdomen, odeme dan varices (Ambarawati,2010).
Menurut Sulistyawaati (2009) standar asuhan pelayanan Antenatal
care 10 T meliputi; timbang berat badan dan ukur tinggi badan, pemeriksaan
tekana darah, mengukur TFU, skrining status imunisasi TT, tablet Fe minimal
90 tablet selama kehamilan, pemeriksaan HB, pemeriksaan VDRL, perawatan
oayudara, senam payudara dan pijat tekan payudara, senam ibu hamil, temu
wicara (konseling), pemeriksaan protein urine atas indikasi, pemeriksaan
reduksi urine atas indikasi, pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah
endemis gondok dan pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis
malaria. Penulis berpendapat, saat dilapangan, sebagian besar petugas
kesehatan menggunakan pelayanan ANC yang berstandar 10 T maka resiko
atau penyulit pada ibu hamil dapat dideteksi sejak dini, adapun pelayanan
yang diberikan sebagai berikut :
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Hasil pemeriksaan berat badan Ny. E adalah 50 kg. Ny.E
mengatakan sebelum hamil berat badannya 36 kg. Sehingga Ny. E
mengalami kenaikan berat badan sekitar 14 kg. Menurut Sukarni tahun
2013 kenaikan berat badan ibu hamil dapat dikatakan normal apabila
mengalami kenaikan berat badan sekitar 6,5 kg- 16,5 kg.
Menurut penulis kenaikan berat badan yang dialami Ny. E masih
adalam batas normal karena tidak melebihi dari 16,5 kg. Kenaikan berat
badan tersebut didukung dengan asupan nutrisi yang baik pada saat hamil.
258
Pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dapat digunakan sebagai
indikator pertumbuhan janin dalam rahim
Saat dilakukan pengukuran tinggi badan, Ny. E memiliki tinggi
badan 143 cm. berdasarkan teori yang dikenukakan Pantikawati tahun
2010 mengemukakan bahwa tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm
tergolong resiko tinggi yaitu dikhawatirkan panggul ibu sempit. Penulis
berpendapat, pentingnya dilakukan pengukuran tinggi badan karena
sebagai deteksi dini adanya panggul sempit atau ketidak sesuaian antara
besar bayi dan luas panggul dan tinggi badan Ny.E dibawah normal karena
kurang dari 145 cm. Ny. E termasuk dalam resiko tinggi.
b. Pemeriksaan tekanan darah
Tekanan darah Ny. E selalu dalam keadaan normal, tekanan darah
pada pemeriksaan terakhir 100/70 mmHg.Sesuai dengan teori yang
dinyatakan oleh Depkes RI tahun 2009, tekanan darah yang normal adalah
110/80 mmHg - 140/90 mmHg, hal ini dilakukan sebagai deteksi adanya
hipertensi atau preeklamsi dalam kehamilan. Penulis berpendapat, dengan
adanya pemeriksaan tekanan darah pada setiap kunjungan, dapat diketahui
pula ibu beresiko atau tidak dalam kehamilannya dan menurut penulis
tekanan darah Ny. N normal karena tidak melebihi 140/90 mmHg.
c. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
Hasil pemeriksaan Lila Ny. E adalah 23,5 cm. Menurut Kusmiyati
tahun 2009, Lila ibu hamil normalnya yaitu 23,5 cm – 36 cm. Pengukuran
Lila hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan di
trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko Kurang Energi Kronis (KEK).
259
Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah
(BBLR).
Menurut penulis dengan mengukur status gizi pada ibu hamil, dapat
diketahui kecukupan gizi pada ibu. Apabila gizi ibu kurang, tentunya
kurang pula asupan gizi ke janin dan Lila Ny.E termasuk normal karena
tidak kurang dari 23,5 cm. Sehingga antara teori dan praktek tidak terjadi
kesenjangan.
d. Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Hasil pengukuran TFU Ny.E normal dan sesuai dengan usia
kehamilannya yaitu 35 cm atau 2 jari dibawah procesus xifoideus pada
umur kehamilan 40 minggu 2 hari. Usia kehamilan Ny. E melewati tanggal
taksiran persalinan sehingga bertambahan berat janin ketika telah melewati
tanggal persalinan akan cepat meningkat. Kemudian dilakukan
penghitungan tafsiran berat janin dengan hasil 3720 gram. Sesuai dengan
teori yang dinyatakan oleh Manuaba tahun 2010, umur kehamilan 35
minggu TFU normalnya 2 jari dibawah procesus xifoideus.
Penulis berpendapat, perlunya dilakukan pengukuran TFU pada ibu
hamil dengan polihidramnion yakni sebagai acuan pertambahan berat
badan janin.
e. Mentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
Hasil saat dilakukan pemeriksaan palpasi leopold pada Ny. E ,
presentasi janin normal yaitu kepala sebagai bagian terendah janin dan saat
didengarkan DJJ dalam keadaan normal yaitu 148 x/menit. Sesuai dengan
260
teori yang dikemukakan oleh Manuaba tahun 2010, letak dan presentasi
janin dalam rahim merupakan salah satu faktor penting yang berpeng aruh
terhadap proses persalinan. Menentukan presentasi janin dimulai pada
akhir trimester II dan setiap kali kunjungan ANC. Pemeriksaan ini
dimaksutkan untuk mengetahui letak janin.Jika pada trimester III bagian
bawah janin bukan kepala, atau kepal janin belum masuk PAP berarti ada
kelainan posisi janin, atau kelainan panggul sempit.Selain itu penilaian
DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan
ANC. DJJ normal yaitu 120-160 x/menit.
Penulis berpendapat dengan dilakukannya asuhan tersebut, dapat
menjadi acuan tenaga kesehatan dalam mendiagnosa klien. Sehingga dapat
dilakukan asuhan selanjutnya berdasarkan diagnosa yang telah
ditentukannya dan posisi janin Ny. E tidak mengalami kelainan letak, DJJ
normal karena tidak melebihi 160 x/menit.Sehingga tidak terjadi
kesenjangan antara teori dan praktek.
f. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus
Saat dilakukan anamnesa mengenai imunisasi TT Ny. E
mengatakan telah mendapat imunisasi TT saat sekolah 3 kali, saat menikah
1 kali, saat hamil anak pertama 1 kali, dan saat hamil anak kedua 1 kali.
Hal ini sesuai dengan konsep imunisasi TT.
Hal ini sependapat dengan teori yang dipaparkan Kusmiyati, dkk
tahun 2008, pemberian imunisasi TT pada saat ibu hamil, disesuaikan
dengan status imunisasi TT ibu saat ini sehingga apabila Imunisasi TT5
sudah didapatkan (TT Long live) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi.
261
Menurut penulis imunisasi TT Ny. N sudah lengkap sampai TT5.Sesuai
dengan teori yang sudah dijelaskan di atas Ny. E sudah tidak perlu
diberikan imunisasi TT lagi. Imunisasi TT penting diberikan sebagai
pencegahan terhadap penyakit Tetanus.
g. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
Saat dilakuakn anamnesa Ny. E mengatakan mendapatkan tablet
Fe di PKM Sepinggan. Semenjak kehamilan trimester II hingga akhir
trimester III. Tablet Fe yang Ny.E dapatkan sebanyak 30 tablet setiap
bulan. Sehingga sampai pada trimester akhir kehamilan Ny. E
mendapatkan lebih dari 90 butir tablet Fe yang dikonsumsi secara rutin.
Ny. E meminum tablet Fe 1 x sehari pada malam hari dengan air putih.
Menurut Kusmiyati tahun 2009, pemberian suplement tablet
tambah darah atau zat besi pada ibu hamil minimal 90 butir.Setiap tablet
zat besi mengandung FeSO4 320 MG (zat besi 30 mg), dasar pemberian
zat besi adalah adanya perubahan volume darah (peningkatan sel darah
merah 20-30% sedangkan peningkatan plasma darah 50 %). Tablet besi
sebaiknya tidak diminum bersamaan dengan teh atau kopi karena
mengandung tanin dan pitat yang menghambat penyerapan zat besi..
Menurut penulis Ny. E sudah patuh dalam mengkonsumsi tablet
Fe, dan sudah benar tentang cara meminumnya. Dengan demikian resiko
Ny.E untuk terkena anemia sangatlah kecil.
h. Test laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan hemoglobin Ny.E dilakukan dirumah Ny.E dengan
menggunakan alat hb digital dengan hasil 11,4 gr%. Pemeriksaan
262
laboratorium khusus seperti pemeriksaan Hepatitis, HIV dan VDRL
dilakukan di Puskesmas Sepinggan tanggal 10 Mei 2016 dengan hasil
pemeriksaan negatif.
Hal tersebut sesuai dengan Teori Saifuddin tahun 2007,
pemeriksaan dan pengawasan Hb pada ibu hamil dilakukan minimal 2 kali
selama kehamilan yaitu pada saat TM I dan TM III.Kadar Hb normal pada
ibu hamil yaitu tidak kurang dari 11 gr%.
Menurut penulis kadar Hemoglobin darah Ny. E normal karena
tidak kurang dari 11gr% dan Ny. E tidak mengalami anemia.
Pemeriksaan laboratorium berupa tes protein dan tes urine glukosa
tidak dilakukan pada Ny. E karena tidak ada keluhan ataupun tanda gejala
yang mengarah pada hal tersebut.
Hal ini didukung dengan teori yang dinyatakan oleh Depkes RI
tahun 2005, bahwa pemeriksaan urine untuk tes protein dan urine glukosa
dapat dilakukan atas indikasi, bila ada kelainan ibu dirujuk. Sedangkan
untuk pemeriksaan khusus seperti test PMS dan Hepatitis merupakan
program khusus pemerintah yang dimana setiap ibu yang hamil harus
melakukan pemeriksaan test PMS dan Hepatitis.
i. Tatalaksana kasus
Hasil dari semua pemeriksaan yang telah dilakukan, didapatkan
bahwa masalah-masalah yang di keluhankan Ny.E adalah kehamilan yang
mengalami polihidramnion. Penatalaksanaannya pun dilakukan dengan
kolaborasi bersama dr. Obgyn untuk dilakukan USG untk memastikan
bahwa bayi Ny. E tidak mengalami kelainan kongenital. Hidramnion
263
sering terjadi bersamaan dengan cacat janin terutama pada anenchepalus
dan atresia esophagel (Taufan,2010)
Setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani
sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan (Manuaba,2010).
Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan
sistem rujukan.
Berdasarkan dengan teori yang sudah dipaparkan di atas penulis
berpendapat bahwa perencanaan penatalaksanaan kegawat daruratan harus
dilakukan rujukan pada Ny.E mengingat hasil pemeriksaan Ny.E dengan
kehamilan polihidramnion dan tinggi badan yang kurang dari 145 cm dan
tterjadi kesenjangan antara teori dan praktik.
j. Temu wicara (konseling), termasuk Perencan aan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan
Ny. E dan keluarga sebagai pengambil keputusan telah mendapat
konseling mengenai perencanaan persalinan. Sehubungan dengan teori
yang dinyatakan oleh Depkes RI tahun 2005, pada trimester III petugas
kesehatan baiknya memberikan konseling kepada ibu dan suami untuk
merencanakan proses persalinannya, dan pencegahan komplikasi (P4K)
serta KB setelah bersalin. Diakhir kunjungan Ny. E merencanakan ingin
bersalin di RS Dr. Kanudjoso Djatiwibowo..
Hal tersebut sesuai dengan teori Saifuddin tahun 2008, konseling
diberikan pada setiap kunjungan ANC disesuaikan dengan kebutuhan
ibu.Saat pelaksanaan ANC juga telah dilakukan perencanaan persalinan
yang meliputi rencana tempat bersalin, penolong persalinan, transportasi,
264
biaya, serta keperluan ibu dan bayi. Secara keseluruhan penulis tidak
mengalami kesulitan pada saat temu wicara dengan Ny.E, hal ini
dikarenakan Ny.E kooperatif dan mau bekerjasama sehingga konseling
berjalan lancar.
2. Persalinan
Saat memasuki proses persalinan kala I, usia kehamilan Ny. E
yaitu 41 minggu 2 hari minggu. Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu)
tanpa disertai adanya penyulit (JNPK-KR,2008). Kehamilan cukup bulan
(aterm) atau pematangan janin terjadi pada minggu 37-40 adalah periode
saat neonatus memiliki kemungkinan hidup maksimal(Benson,2009).
Ny. E tidak dilakukan induksi oleh dokter dikarenakan usia
kehamilannya yang masih berada diantara 37-42 minggu dan jumlah air
ketuban yang masih banyak menurut hasil USG. Pemeriksaan USG
dilakukan untuk melakukan pemeriksaan biometri yang gunanya untuk
menaksir berat badan janin. Pemeriksaan derajat kematangan plasenta dan
keadaan cairan amnion. Hasil dari USG Ny.E dinyatakan oleh dokter
normal dengan Taksiran Berat Badan Janin tidak >4000 gram dan jumlah
air ketuban yang cukup banyak. (Sarwono, 2010)
Penulis menyimpulkan bahwa tanda-tanda persalinan yang dialami
Ny.E sesuai dengan teori yang ada sehingga tidak terjadi kesenjangan
antara teori dengan praktik.
Tanggal 24 Mei 2016 pukul 07.30 WITA Ny. E merasa kencang-
kencang namun belum keluar lendir darah. Pukul 08.40 WITA Ny. E
265
memutuskan untuk segera memeriksakan diri ke UGD RSKD karena Ny.
E merasakan mules diperut dan kencang-kencang yang semakin sering.
Klien mengeluh sakit dan nyeri di bagian bawah pinggang menjalar hingga
ke perut, yang kemudian diikuti kencang-kencang yang semakin sering.
Pada pukul 09.00 WITA saat di periksa dalam dengan hasil vulva/uretra
tidak ada kelainan, portio tebal lunak, efficement 50 %, selaput ketuban
utuh, presentasi kepala, pembukaan serviks 5 cm, penurunan kepala hodge
II, DJJ 145 x/menit dengan HIS yang adekuat yaitu 3 kali dalam 10 menit
dengan durasi 40-45 detik.
3,5 jam selanjutnya bidan melakukan observasi persalinan
berdasarkan partograf pada pukul 12.30 WITA, hasil pemeriksaan dalam
vulva, uretra tidak ada kelainan, portio tipis lunak, efficement 50 %,
selaput ketuban utuh, pembukaan serviks 9 cm, posisi kepala janin pada
hodge II, DJJ 153 x/menit dengan HIS (5x dalam 10 menit dengan durasi
45-50 detik). Dilakukan amniotomi pukul 12.30 wita dengan jumlah air
ketuban ±100 cc dan pemasangan infus RL untuk mencegah kemugkinan
terjadinya perdarahan post partum akibat dari kehamilan polihidramnion.
Sesuai dengn teori yang dikemukakan oelh Taufan(2010) yaitu diagnosa
potensial yang terjadi pada ibu hamil dengan polihidramnion yaitu atonia
uteri, solutio plasenta, perdarahan post partum.
Saat klien telah memasuki fase aktif bidan menyiapkan partus set
serta alat pelindung diri dan perlengkapan bayi. Pukul 13.00 WITA Ny.E
mengeluh ingin BAB dan merasa nyeri perut bagian bawah menjalar
sampai ke pinggang.Hal ini sesuai dengan APN (JNPK-KR, 2008) langkah
awal pertolongan persalinan adalah menyiapkan alat dan bahan dalam
266
pertolongan persalinan. Penulis berpendapat, penyiapan alat dan bahan
dalam pertolongan persalinan tersebut selain memudahkan bidan dalam
proses pertolongan persalinan juga sebagai mengoptimalkan waktu dalam
pertolongan persalinan.
Ny. E memasuki kala II. Pukul 13.30 WITA. Melakukan pemeriksaan
dakam dengan hasil vulva/uretra tidak ada kelainan, portio tidak teraba,
selaput ketuban pecah spontan dengan warna jernih, efficement 100 %,
pembukaan serviks 10 cm, posisi kepala janin pada hodge III+, DJJ 148
x/menit, dengan HIS 5x dalam 10 menit dengan durasi 45-50 detik. Pada
pukul 13.45 WITA kepala 5-6 cm didepan vulva dan hodge IV.Pukul
13.49 WITA bayi lahir.
Keadaan Ny. E tanda-tanda persalinan yaitu rasa nyeri terasa
dibagian pinggang dan penyebar ke perut bagian bawah, lendir darah
semakin nampak, waktu dan kekuatan kontraksi semakin bertambah,
serviks menipis dan membuka. Penulis sependapat dengan teori tersebut,
karena Ny. N merasakan kencang-kencang dan diikuti pengeluaran lendir
darah pada awal persalinannya dan setelah dilakukan pemeriksaan terdapat
pembukaan serviks 2 cm bertambah menjadi 5 cm dan terakhir lengkap
atau 10 cm. Pertambahan pembukaan serviks pada Ny. E didukung dengan
HIS yang semakin meningkat dan adekuat (Sumarah, dkk,2009.
Kala I hingga kala II yang dialami Ny. E berlangsung selama 4
jam. Lama kala I untuk primigravida berlangsung selama 12 jam
sedangkan multigravida sekitar 8 jam (JNPK-KR,2008).
Mulai pembukaan lengkap jam 13.30 WITA ibu dimotivasi atau
boleh untuk mengejan apabila rasa sakit atau kontraksinya mulai semakin
267
kuat. Disela-sela his, asupan nutrisi ibu kurang.Ibu hanya mau minum
sedikit saja.Sehingga terpengaruh pada power ibu yang diakibatkan ibu
menjadi kelelahan.Menurut varney tahun 2008, kebanyakan wanita saat
persalinan tidak menginginkan untuk makan.Namun, cairan yang adekuat
harus disediakan untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
Pembukaan lengkap Ny. E terjadi pada pukul 13.30 WITA dan bayi
lahir pukul 13.49 WITA, lama kala II Ny. E berlangsung selama 19 menit
dan ini merupakan keadaan yang normal. Hal tersebut sesuai dengan teori
JNPK-KR tahun 2008, mengungkapkan bahwa pada primigravida kala II
berlangsung rata-rata 2 jam dan pada multipara rata-rata 1 jam. Penulis
berpendapat, proses persalinan Ny. E berlangsung lancar dikarenakan
selalu terpantaunya persalinan klien sesuai dengan partograf.Ny. E telah
mendapat APN dalam proses persalinannya, persalinan klien berjalan
dengan lancar dan hasil pemantauan persalinan melalui partograf dalam
keadaan baik.
Bayi lahir spontan dan segera menangis pada pukul 13.49 WITA,
jenis kelamin perempuan dengan berat badan 3390 gram panjang 49 cm.
tidak ada kelainan kongenital seperti anenchepal dan atresia esophagel.
Setelah dilakukan pemotongan tali pusat, bayi langsung diletakkan di
dada Ny.E untuk Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Menurut Sumarah, dkk
tahun 2008, sentuhan kulit dengan kulit mampu menghadirkan efek
psikologis yang dalam diantar ibu dan anak. Naluri bayi akan
membimbingnya saat baru lahir. Satu jam pertama setelah bayi dilahirkan,
insting bayi membawanya untuk mencari putting susu dang ibu.
268
Menurut penulis IMD sangatlah penting karena mendatangkan
manfaat yang sangat banyak bagi bayi khususnya, antara lain dada ibu
menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari
payudara. Hal ini akan menghindari bayi dari kedinginan atau hypotermia.
Pada saat bayi lahir plasenta belum keluar, bidan pun segera
melakukan asuhan manajemen aktif kala III. Proses penatalaksanaan kala
III Ny. E dimulai dari penyuntikan oksitosin 1 menit setelah bayi lahir.
Setelah itu dilakukan pemotongan tali pusat lalu meletakkan klem 5-10 cm
di depan vulva. Saat ada tanda-tanda pelepasan plasenta bidan melakukan
PTT, lahirkan plasenta, kemudian melakukan masase uteri.
Hal ini sesuai dengan manajemen aktif kala III terdiri dari langkah
utama pemberian suntik oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi
lahir, melakukan PTT dan masase uteri (JNPK-KR,2008).
Pukul 14.05 WITA plasenta lahir spontan, kotiledon dan selaput
ketuban lengkap, posisi tali pusat lateralis, panjang tali pusat ± 50 cm,
tebal plasenta ± 2,5 cm, lebar plasenta ± 16 cm. Lama kala III Ny. e
berlangsung ± 5 menit. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
JNPK-KR tahun 2008 bahwa persalinan kala III dimulai setelah lahirnya
bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Kala III
berlangsung rata -rata antara 5 sampai 10 menit.Akan tetapi kisaran
normal kala III adalah 30 menit. Selain itu didukung pula dengan teori
yang menjelaskan bahwa biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah
bayi lahir dan keluar spontan cc atau dengan tekanan pada fundus uteri
269
(WHO, 2013). Penulis sependapat dengan pernyataan diatas karena
plasenta Ny. N lahir tidak lebih dari 30 menit.
Pukul 14.05 WITA plasenta telah lahir, pada perineum terdapat
ruptur perineum yaitu pada mukosa vagina. Segera dilakukan pemasangan
IUD Sesuai dengan pengkategorian laserasi menurut Depkes RI tahun
2004, laserasi perineum derajat I yaitu yang luasnya mengenai mukosa,
dan kulit perineum, perlu dilakukan tindakan penjahitan untuk
menghentikan perdarahan yang terjadi akibat perlukaan yang
menyebabkan pembuluh darah terbuka.
Penulis berpendapat, dalam pelaksanaannya bidan segera melakukan
penjahitan pada perineum agar tidak terjadi perdarahan dan infeksi.
Sebelum penjahitan dilakukan pemberian anastesi lokal terlebih dahulu
untuk meminimalkan nyeri pada saat proses penjahitan.
Setelah dilakukan tindakan penjahitan pada perineum, bidan
melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam.
Oleh karena itu, penulis melakukan observasi tersebut setiap 15 menit
pada jam pertama setelah melahirkan dan setiap 30 menit pada jam kedua
setelah melahirkan ( Asuhan Persalinan Normal, 2008 ).
Penulis berpendapat, dengan dilakukannya pemantauan kala IV
secara komprehensif dapat mengantisipasi terjadinya masalah atau
komplikasi.
Penulis berpendapat selama proses persalinan hingga memasuki kala
IV tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek dimana jumlah air
ketuban ±2100 cc. Hidramnion adalah suatu jumlah cairan amnion yang
berlebihan (lebih dari 2000 ml) (Admin,2011). Selain itu ibu tidak
270
mengalami perdarahan post partum, atonia uteri dan solutio plasenta. Bayi
dalam kondisi sehat dan tidak mengalami kelainan kongenital.
3. Bayi Baru Lahir
Kehamilan Ny. E berusia 41 minggu 2 hari. Menurut Muslihatun,
2011 mengemukakan bahwa normalnya bayi lahir dengan usia kehamilan
37- 42 minggu dengan berat lahir antara 2500- 4000 gram. Menurut
penulis tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik karena saat
bersalin usia kehamilan Ny.E aterm dan berat badan bayi Ny.E diatas 2500
gram.
Setelah bayi lahir dilakukan penilaian Apgar Score (AS),
didapatkan hasil A/S bayi Ny.N yaitu 7/9.Penilaian ini termasuk dalam
keadaan normal karena menurut Saifuddin tahun 2006, bahwa bayi
normal/asfeksia ringan apabila memiliki nilai AS 7-10, asfeksia sedang
apabila nilai AS 4-6, dan bayi asfeksia berat apabila nilai AS 0-3.Sehingga
penulis berpendapat bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
praktek karena nilai AS bayi Ny.E dalam batas normal yaitu 7/9.
Kemudian dilakukannya pemotongan tali pusat dengan cara
mengklem tali pusat 3 cm didepan dinding perut bayi dan memotong tali
pusat. Dilakukannya perawatan tali pusat dengan cara membungkus tali
pusat dengan kassa steril tanpa membubuhkan apapun serta menjaga agar
tali pusat selalu kering. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan
Muslihatun tahun 2010 perawatan umbilicus dimulai segera setelah bayi
lahir dan tali pusat harus tetap kering.
Penulis sependapat dengan teori diatas perawatan tali pusat sangat
penting dilakukan agar mencegah terjadinya infeksi pada potongan tali
pusat yang tersisa pada bayi. Apabila perawatan tali pusat dapat dilakukan
271
dengan prinsip bersih dan kering, maka tali pusat akan cepat mengering
dan terlepas dengan sendirinya. Setelah dilakukan perawatan tali pusat
kemudian bayi diberikan kepada ibu untuk dilakukan IMD.
Setelah 1 jam dilakukan IMD, dilakukan pemeriksaan fisik pada
bayi Ny.E dengan hasil yaitu BB : 3390 gram, PB : 49 cm, LK : 35 cm,
LD: 35 cm, caput (-), cephal (-), miksi (-), defekasi (-), cacat (-), reflek
normal. Menurut Depkes tahun 2005, bayi baru lahir normal memiliki ciri
berat badan 2500-4000 gram, panjang badan 48-52 cm, lingkar dada 30-38
cm dan lingkar kepala 33-35 cm. Penulis berpendapat, hasil dari
pemeriksaan fisik bayi Ny.N dalam batas normal dan sesuai dengan teori.
Pemeriksaan fisik awal pada bayi baru lahir dilakukan sesegera mungkin
dengan tujuan untuk menentukan apakah terdapat kelainan atau tidak pada
bayi serta memudahkan untuk menentukan tindakan lebih lajut.
Setelah pemeriksaan fisik, bayi Ny. E injeksi vitamin K 0,5 cc
secara Intra Muscular (IM) pada paha kiri anterolateral. Setelah satu jam
kemudian bayi Ny. E diberikan imunisasi hepatitis B secara IM pada paha
kanan anterolateral. Asuhan ini di berikan sesuai dengan teori JNPK tahun
2008, bahwa 1 jam setelah bayi lahir dilakukan penimbangan dan
pemantauan antropometri serta pemberian tetes mata profilaksis dan
vitamin K1 1 mg IM di paha kiri anterolateral. Setelah 1 jam pemberian
vitamin K1, diberikan imunisasi hepatitis B pada paha kanan anterolateral.
Penulis berpendapat bahwa tujuan diberikannya vit. K pada bayi
Ny. E yaitu untuk mencegah terjadinya perdarahan pada otak
bayi.Sehingga sangat penting bagi bayi baru lahir untuk mendapatkan
salep mata dan pemberian vit. K.
272
4. Nifas
Pada masa nifas, Ny. E mendapatkan asuhan kebidanan sebanyak 4 kali
yaitu saat 6 jam post partum, 3 hari post partum, 1 minggu postpartum dan 2
minggu post partum.Hal ini sesuai dengan kebijakan program nasional bahwa
kunjungan masa nifas dilakukan saat 6-8 jam post partum, 2-6 hari post
partum, 2 minggu post partum dan 4-6 minggu post partum (Suherni, dkk
tahun 2009). Penulis berpendapat kunjungan nifas tersebut sangat penting
dilakukan, karena dengan adanya kunjungan nifas tersebut dapat mendeteksi
adanya penyulit saat masa nifas.
Pada saat kunjungan dilakukan observasi KU, kesadaran, status emosi,
TTV, ASI, kontraksi uterus, dan perdarahan post partum semua dalam batas
yang normal. Asuhan yang diberikan pada Ny.E selama masa nifas meliputi
pemberian KIE tentang nutrisi nifas, mobilisisasi dini, tanda bahaya nifas,
cara perawatan luka jahitan perinuim serta mengajarkan ibu senam nifas.
Menurut Prawiroharjo tahun 2008 bahwa faktor yang mempengaruhi
involusi uterus antara laim senam nifas, mobilisasi dini, serta gizi yang baik.
Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa senam nifas
sangat penting karena pengaruh gerakan otot-otot pada ibu nifas dapat
membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul serta dapat
mempercepat kembalinya bagian- bagian tersebut kembali seperti saat
sebelum hamil. Hal ini terbukti dengan hasil yang didapatkan oleh Ny.E
karena setiap dilakukannya kunjungan rumah uterus ibu mengecil secara
bertahap, ibu tidak mengalami perdarahan , mobilisasi ibu cukup baik, luka
273
jahitan pada perinium ibu cepat mengering, serta perut ibu yang semakin
mengecil kembali seperti saat sebelum hamil.
5. Kunjungan Neonatus
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus dilakukan 4 kali kunjungan,
yaitu pada 6 jam, 3 hari, 1 minggu dan 2 minggu. Hal ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Muslihatun (2010) yaitu kunjungan neonatus
dilakukan sebanyak 3 kali yaitu KN-1 dilakukan 6-8 jam, KN-2 dilakukan 3-7
hari, KN-3 dilakukan 8-28 hari.
Menurut penulis kunjungan pada neonatus penting dilakukan karena
perioede nenonatus yaitu bulan pertama kehidupan.Bayi banyak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat signifikan. Begitu banyak
perubahan yang terjadi dalam tubuh bayi dari ketergantungan pada saat
didalam rahim menjadi tidak tergantung pada ibu saat bayi sudah melewati
proses persalinan. Serta sebagai deteksi dini apabila terdapat penyulit pada
neonatus.
Tanggal 24 Mei 2016. Pukul 20.00 WITA dilakukan kunjungan
Neonatus 6-8 jam pertama pada bayi Ny. E yaitu pada ^ jam setelah bayi
lahir. Keadaan umum neonatus baik, nadi 142 x/menit, pernapasan 40
x/menit, suhu 36,5 °C.Bayi telah mendapat injeksi vitamin K, bayi telah
mendapat imunisasi Hepatitis B 0 hari, bayi telah diberi salep mata antibiotik,
bayi sudah BAK dan BAB. Hasil pemeriksaan dalam batas normal.
Tanggal 27 Mei 2016. Pukul 17.00 WITA dilakukan kunjungan
Neonatus pertama pada bayi Ny. E yaitu pada 3 hari setelah bayi lahir. Bayi
274
Ny. E mengalami hiperbilirubinemia dimana jumlah Hb pada bayi menurun
yaitu 14,2 gr/dl dimana jumlah normal dari hemoglobin bayi adalah berkisar
antara 17-22 gr/dL.. Selain itu bayi mengalami inkompabilitas ABO dimana
terjadi ketidakcocokan golongan darah ibu dengan bayi. Dari hasil
pemeriksaan laboratorium, didapatkan bayi bergolongan darah B Rh +
sedanggkan ibu bergolongan darah O Rh +.
Inkompatibilitas sel darah merah (inkompatibilitas ABO) dapat
disebabkan oleh dua hal, yang pertama akibat ketidakcocokan
(Inkompatibilitas) golongan darah ABO saat melakukan transfusi sehingga
terjadi reaksi hemolisis intravaskular akut dan juga dapat disebabkan oleh
reaksi imunitas antara antigen dan antibody yang sering terjadi pada ibu dan
janin yang akan dilahirkan(Roderic,2006). Penyebab kedua yang
mengakibatkan Inkompatibilitas pada golongan darah ABO adalah reaksi
imunitas antara antigen dan antibody pada ibu dan janin yang dikandungnya.
Inkompatibilitas pada golongan darah ABO terjadi jika Ibu golongan darah O
mengandung janin golongan darah A atau B. Ibu yang golongan darah O
secara alamiah mempunyai antibody anti-A dan anti-B pada sirkulasinya. Jika
janin mempunyai golongan darah A atau B, eritroblastosis dapat terjadi.
Sebagian besar secara alamiah, membentuk anti-A atau anti-B berupa
antibody IgM yang tidak melewati plasenta. Beberapa ibu juga relative
mempunyai kadar IgG anti-A atau anti-B yang tinggi yang potensial
menyebabkan eritroblastosis karena melewati sawar plasenta.
Ibu golongan darah O mempunyai kadar IgG anti-A lebih tinggi
daripada ibu golongan darah B dan mempunyai kadar IgG anti-B lebih tinggi
275
daripada ibu dengan golongan golongan darah A. Dengan demikian, penyakit
hampir selalu terjadi bila golongan darah O. Penyakit jarang terjadi bila ibu
golongan darah A dan bayi golongan darah B. Kehamilan pertama sering
terkena sensitisasi ibu tejadi sejak awal kehidupan melalui kontak dengan
antigen A dan B. Penyakit tidak memburuk pada kehamilan berikutnya yang
juga terkena dan jika ada penyakitnya cenderung menajdi lebih ringan.
Bayi dirawat selama 6 hari dan diberikan fototerapi. Fototerapi perlu
diberikan karena jika kadar bilirubin bayi tinggi, maka fototerapi perlu
dilakukan. Karena kadar bilirubin yang tinggi dapat menyebabkan keracunan
pada otak bayi yang akhirnya dapat menyebabkan retardasi mental atau palsi
cerebral. Dan jika tahap bilirubin sudah pada tahap yang berbahaya, bisa
dilakukan transfusi tukar yaitu menukar darah bayi dengan darah golongan O
dengan kadar tertentu dan sebelumnya telah dilakukan uji silang.
Keadaan umum neonatus baik, nadi 136 x/menit, pernapasan 48
x/menit, suhu 36,7 °C, BB : 3260 gram, belum terlepas, ASI sebagai asupan
nutrisi bayi.
Pada kunjungan ke 3 yaitu 14 hari, bayi masih tampak kuning. Keadaan
umum neonatus baik, nadi 141 x/menit, pernapasan 42 x/menit, suhu 37 °C,
BB : 3800 gram, belum terlepas, ASI sebagai asupan nutrisi bayi. Keluhan
yang dialami bayi yaitu terdapat bintik-bintik kecil berair disekitaran leher,
ketiak dan daerah llipatan. Menurut teori kelainan kulit yang ditandai dengan
kemerahan, disertai dengan gelembung kecil berair yang timbul akibat
keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu di dahi,
leher, bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung), tempat yang
276
mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala disebut
miliaria/biang keringat (Sudoyo, 2009).
Asuhan yang dapat diberikan kepada bayi yang mengalami miliaria
yaitu dengan mendorongnya terjadinya penguapan keringat, salah satu
caranya adalah selalu memakaikan bju-baju yang terbuat dari bahan katun.
Mempunyai pola hidup sehat dan bersih. Bila anak memang cenderung
mudah terserang biang keringat, hindari keadaan yang dapat merangsang
keringat yang berlebihan. (Harahap, 2000)
Menurut penulis bayi mengalami miliaria/biang keringat karena
kurangnya Ny. S menjaga kebersihan pada bayi. Keluhan tersebut dapat
teratasi karena ibu mengikuti anjuran yang diberikan oleh penulis untuk
memandikan bayi secara teratur paling sedikit 2 kali sehari menggunakan air
dingin dan sabun, bila berkeringat sesering mungkin dibasuh dengan
menggunakan handuk (lap) basah, kemudian dikeringkan dengan handuk atau
kain yang lembut. Setelah itu dapat diberikan bedak tabur.
Penulis sependapat dengan toeri, karena bayi Ny. E mengalami kuning
hingga hari ke-14 karena pada saat hamil ibu meengalami kehamilan
polihidramnion dimana terjadinya prognosis dari polihiramnion adalah
terjadinya eritoblastosis fetalis yaitu kelainan pada sel darah merah.
Asuhan yang diberikan oleh penulis menurut Suriadi (2010), adalah
melakukan perawatan kepada bayi dengan : memandikan bayi secara teratur,
melakukan perawatan tali pusat secara rutin, menjaga kehangatan bayi,
menjemur bayi dibawah sinar matahari pagi pada pukul 07.00-09.00 WITA,
memberikan ASI setiap 2 jam.
277
Hasil pemeriksaan pada saat kunjungan 21 hari didapatkan hasil
neonatus dalam keadaan normal dan tidak terdapat keluhan.
6. Pelayanan Keluarga Berencana
Pada asuhan kebidanan kontrasepsi Ny. E mengatakan ingin
menggunakan KB IUD dan telah menjadi akseptor KB IUD dengan alasan
riwayat KB sebelumnya adalah menggunakan KB suntik 3 bulan dan ibu
merasa cocok serta tidak ada keluhan selama penggunaan kontrasepsi
tersebut. Penggunaan kontrasepsi ini adalah atas keinginan dari ibu sendiri
dan didukung oleh suami.Setelah mendapatkan penjelasan mengenai
keuntungan dan kerugian kontrasepsi KB IUD, ibu tetap memilih kontrasepsi
tersebut dan mengertu atas penjelasan yang telah diberikan.
B. Keterbatasan Pelaksanaan Asuhan
Dalam memberikan asuhan kebidanan komprehensif terhadap Ny. N di
temui beberapa hambatan dan keterbatasan yang menyebabkan pelaksanaan
studi kasus tidak berjalan dengan maksimal. Keterbatasan-keterbatasan tersebut
antara lain adalah :
1. Penjaringan pasien
Kesulitan yang ditemui pada awal pelaksanaan studi kasus adalah dalam hal
penjaringan pasien.Untuk menemukan pasien yang sesuai dengan persyaratan
yang diajukan dari pihak institusi sangatlah sulit.Beberapa pasien pun tidak
bersedia untuk dijadikan subjek penelitian dalam studi kasus ini dengan
berbagai alasan.
278
2. Waktu yang terbatas
Pelaksanaan asuhan kebidanan komprefensif yang bersamaan dengan
kegiatan PKK III dan PKL II terkadang menyebabkan kesulitan bagi peneliti
untuk mengatur waktu. Waktu yang tersedia untuk pelaksanaan asuhan
terkadang sangat terbatas, sehingga menyebabkan kurang maksimalnya
asuhan yang diberikan.
279
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajiandan asuhan kebidanan komprehensif pada
Ny. E Di Kelurahan Sepinggan Baru Balikpapan Selatan, dapat diambil
kesimpulan bahwa penulis :
1. Melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif. Kehamilan termasuk
resiko tinggi karena tinggi ibu yang kurang dari 145 cm, di trimester III
kehamilan kondisi klien dalam keadaan patologis dimana kehamilan ibu
terdiagnosa dengan hidramnion sedang namun karena adanya pengawasan
yang elbih sehingga tidak terjadi komplikasi antara ibu dan janin.
2. Melakukan asuhan persalinan normal secara komprehensif. Persalinan
berlangsung normal tanpa ada penyulit. Ketika proses bersalin, ibu tidak
mengalami komplikasi akibat dari hidramnion.
3. Melakukan asuhan bayi baru lahir secara komprehensif. Bayi lahir sehat
secara spontan, segera menangis dan tidak tampak kelainan konginental.
4. Melakukan asuhan masa nifas secara komprehensif. Pada saat kunjungan
hari ke 3 didapatkan hasil pemeriksaan bahwa lochea ibu masih berwarna
merah dan ibu gelisah dan tidak karena bayinya dirawat. Masalah ini bisa
teratasi dengan memberikan ibu ketenangan dan menjelaskan mengenai
kondisi bayi. Pada saat kunjungan hari keenam didapatkan hasil
280
pemeriksaan ibu dalam kondisi baik. Ibu tidak ada keluhan hanya saja ibu
kurang tidur. Hal tersebut dapat teratasi karena adanya asuhan yang
diberikan oleh penulis dan bidan yaitu dengan menganjurkan ibu beristirahat
disaat bayi mulai tidur dan beristirahat saat siang hari.
5. Melakukan asuhan neonatus secara komprehensif. Pada kunjungan hari ke-3
didapatkan hasil pemeriksaan bayi mengalami hiperbilirubinemia. Bayi
mulai kuning saat 24 jam pertama. Hal tersebut dapat teratasi dengan bayi
diberikan fototerapi selama ±5 hari untuk membantu pemecahan bilirubin.
Pada saat kunjungan hari keenam didapatkan hasil pemeriksaan bayi dalam
kondisi baik hanya saja bayi terlihat kuning karena mengalami
hiperbilirubinemia. Hal tersebut dapat teratasi karena adanya asuhan yang
diberikan oleh penulis dan bidan yaitu dengan lebih sering menyusukan
bayinya setiap 1-2 jam sekali karena ASI membantu memecahkan bilirubin
pada bayi dan menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya setiap pagi
sebelum jam 9. Pada saat kunjunga hari ke-14 didapatkan hasil pemeriksaan
bintik-bintik merah dan berair disekitar wajah bagian atas. Hal tersebut
dapat teratasi karena adanya asuhan yang diberikan oleh penulis dan bidan
seperti pemberian KIE tentang memandikan bayi menggunakan air dingin
dan sabun, bila berkeringat sesering mungkin dibasuh dengan handuk (lap)
basah, kemudian dikeringkan dengan handuk atau kain yang lembut,
setelah itu berikan bedak tabur. Pada kunjungan hari ke-21 didapatkan hasil
pemeriksaan bayi masih mengalami bintik – bintik merah dan bayi
mengalami kembung. Hal tersebut dapat teratasi karena ibu mengikuti
anjuran yang diberikan oleh penulis dan bidan untuk melakukan anjuran
281
yang telah disampaikan pada kunjungan sebelumnya dan mempraktikkan
cara massas terhadap bayi sehingga ibu bisa melakukannya sendiri ketika
bayi mengalami kembung.
6. Melakukan pelayanan kelurga berencana secara komprehensif. Klien
diberikan konseling. Konseling berjalan lancar dan ibu memilih untuk
menggunakan KB IUD.
B. Saran
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Balikpapan
Bagi Dinas Kesehatan Kota Balikpapan diupayakan mampu
memberikan kontribusi yang nyata dalam pemberian asuhan kebidanan
komprehensif ini dengan tidak mempersulit penulis untuk mendapatkan data
sekunder sebagai referensi dalam penyusunan laporan asuhan komprehensif
ini. Karena dengan adanya laporan tugas akhir berupa asuhan komprehensif
ini maka kami telah membantu terlaksananya program MPR
2. Bagi Puskesmas Wilayah Kerja Setempat
a. Diupayakan bimbingan dan asuhan yang diberikan lebih sesuai dengan
standar asuhan kebidanan yang telah diberikan untuk menghasilkan
asuhan kebidanan yang tepat, bermutu dan memuaskan klien.
b. Bidan diupayakan mampu menjalin komunikasi yang baik dengan pasien
agar tercipta suasana yang terbuka dan harmonis, sehingga dapat
meningkatkan pelayanan kebidanan khususnya dalam memberikan
pelayanan kebidanan pada masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi
baru lahir serta keluarga berencana.
282
c. Bidan diupayakan melakukan penyuluhan tentang jarak/interval
kehamilan yang terlalu dekat karena hal tersebut merupakan resiko tinggi
terhadap kehamilan berikutnya.
3. Bagi institusi Poltekkes Kemenkes Kaltim Prodi D-III Kebidanan Balikpapan
Kepada Prodi D-III Kebidanan Balikpapan diupayakan laporan tugas
akhir ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan bidan khususnya dalam
pemberian asuhan kebidanan komprehensif dari masa kehamilan, persalinan,
bayi baru lahir, masa nifas, neonatus sampai pelayanan kontrasepsi serta
untuk mengevaluasi kompetensi mahasiswa dalam memberikan asuhan
kebidanan, sehingga dapat menghasilkan bidan yang terampil, professional,
dan mandiri. Selain itu lebih menyelaraskan lagi persepsi dalam pencapaian
target asuhan yang telah ditetapkan.
4. Bagi klien
Kepada klien diupayakan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
ibu tentang masa hamil khususnya resiko tinggi pada kehamilan, persalinan
yang aman, bayi baru lahir, nifas, neonates dan KB sehingga dapat
menjalaninya tanpa adanya komplikasi.
5. Bagi penulis
Bagi penulis diupayakan dapat mengembangkan pola pikir ilmiah dan
melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif melalui pendidikan dan
penatalaksanaan serta mendapat pengalaman secara nyata di lapangan agar
dapat memberikan pelayanan kebidanan yang lebih efektif dan lebih
meningkatkan mutu pelayanan kebidanan yang diselenggarakan.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2011. Polihidramnion Pada Kehamilan. Jakarta : EGC
Ambarwati, R,E., Wulandari, D. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra
Cendika Press
JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini.
Kusmiyati, Yuni. 2009. Perawatan Ibu Hamil.Yogyakarta : Fitramaya
Mufdillah. 2009. Antenatal Care Fokus. Yogyakarta : Nuha Medika
Manuaba, IBG, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan K . Jakarta :
EGC
Mayo Clinic Staff. Polyhydramnion. Available at URL:
http://www.mayoclinic.com/health/polyhydramnion, accessed on Juni 2016
Mochtar R. 2004. Sinopsis obstetrik. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC
Musbikin, I. 2008. Panduan Bagi Ibu Hamil dan Melahirkan. Yogyakarta : Mitra
Pantikawati, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta : Nuha
Medika
Prasetyono. 2009. Buku Pintar ASI Aksklusif, Pengenalan, Praktik dan
Kemanfaatan-Kemanfaatannya. Yogyakarta : Diva Press
Prawirohardjo, Sarwono. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : BP-SP
Saifuddin. 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
Suherni, dkk. 2013. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya
Sukarni & Margareth. 2013. Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Yogyakarta :
Salemba Medika
Sulistyawati, Ari. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medika
Sumarah, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin). Jakarta : Fitramaya
Sinsin, Lis. 2008. Seri Kesehatan Ibu dan Anak Masa Kehamilan da Persalinan.
Jakarta : Alex Media
Yuliarti. 2010. Keajaiban ASI. Yogyakarta : Andi Yogyakarta
Varney, Helen, dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta :
EGC
Bobak, Lowdermilk, Jensen.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi
4.Jakarta: EGC
Cuniningham, et al.2006.Obstetric Wiliams. Edisi 21 Volume 2.Jakarta : EGC
top related