LAPORAN SBM
Post on 12-Jul-2016
41 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Peranan lingkungan dan keluarga sangat penting dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar siswa disamping guru. Guru memiliki peranan
yang sangat penting dalam hal menumbuhkembangkan minat siswa untuk
meraih prestasi dalam bidang pelajaran tertentu termasuk matematika. Untuk
itu seorang guru perlu mencari strategi alternatif dalam menumbuhkan minat
siswa agar mau belajar dengan gembira (tanpa merasa dipaksa), sehingga
dapat menimbulkan percaya diri pada siswa, yang pada akhirnya mereka dapat
mengembangkan kemampuan yang telah ada tanpa mereka sadari. Tampaknya
menggali kemampuan siswa dengan cara menumbuh kembangkan
kemampuan yang telah ada belum pernah dilakukan oleh guru SMP Adhyaksa
Dharma Karini Medan, sehingga pendidikan itu terkesan memaksa dan
menjemukan.. Dalam hal ini siswa cendrung dituntut untuk mengikuti contoh
yang telah diberikan oleh guru.
Pada pembelajaran CTL guru tidak mengharuskan siswa menghapal
fakta-fakta tetapi guru hendaknya mendorong siswa untuk mengkontruksi
pengetahuan dibenak mereka sendiri. Melalui CTL siswa diharapkan belajar
melalui ‘mengalami’ bukan ‘menghapal’. Dalam pembelajaran, guru perlu
memahami konsepsi awal yang dimiliki siswa dan mengaitkan dengan konsep
yang akan dipelajari.
Konsepsi awal ini dapat direkam dari pekerjaan siswa dalam LAS dan
dari jawaban siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan guru yang disampaikan
pada awal pembelajaran. Dalam pembelajaran biasanya siswa malu atau takut
bertanya kepada gurunya dan lebih suka bertanya kepada teman-temanya.
Oleh karena itu implementasi pendekatan kontekstual melalui pembelajaran
kooperatif berbantuan LAS perlu diterapkan. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah: (a) meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP
Adhyaksa Dharma Karini Medan dengan pendekatan kontekstual melalui
pembelajaran kooperatif berbantuan LAS.,
1
(b) mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap pendekatan kontekstual
melalui pembelajaran kooperatif berbantuan LAS.
1.2. Rumusan Masalah
Masalah adalah segala rintangan tentang hambatan dan kesulitan yang
memerlukan pemecahan jawaban agar usaha pencapaian tujuan dimaksud
dapat berhasil dengan baik. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
Adakah peningkatan prestasi siswa melalui implementasi pendekatan
konstektual pada siswa kelas VIII SMP Adhyaksa Dharma Karini
Medan ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah :
1. Menghasilkan model pembelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk
peningkatan prestasi matematika pada siswa Kelas VIII A SMP Adhyaksa
Dharma Karini Medan.
2. Mengetahui adanya peningkatan prestasi belajar melalui impelementasi
pendekatan konstektual pada siswa kelas VIII A SMP Adhyaksa Dharma
Karini Medan.
3. Meningkatkan keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran yang akan
membawa peningkatan prestasi belajar melalui impelementasi pendekatan
konstektual pada siswa kelas VIII SMP Adhyaksa Dharma Karini Medan.
2
1.4. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini selesai diharapkan dapat bermanfaat.
Bagi kepala sekolah sebagai bahan masukan atau input untuk dijadikan
bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan untuk mendorong
guru dalam menciptakan metode yang tepat untuk menentukan
keberhasilan pengelolaan pembelajaran di sekolah.
Bagi guru, sebagai bahan masukan untuk dijadikan dasar yang akan
dikerjakan dalam pelaksanaan kegiatan guru lebih berkembang dan terarah
dalam mengtelola situasi dan kondisi kelas.
Bagi siswa, dapat menyelesaikan tugas dengan cepat, tepat dan benar,
dapat memanfaatkan waktu dengan baik dan tepat, mampu menyelesaikan
soal yang tak terbatas dalam waktu yang relatif singkat.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk
hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian
atau ilmu, berusaha tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman (KBBI, 1996:14)
Sependapat dengan pernyataan tersebut Soetomo (1993:68)
mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan
seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar
untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula.
Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan tingkah laku yang
bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi
perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir,
sikap dan lain-lain (Soetomo, 1993:120)
Pasal 1 Undang –undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan
nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan
siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada
siatuasi tertentu.
2.2. Pengertian Belajar Matematika
Menurut Nana Surjana, ( 1987 : 28 ) “Proses belajar berlangsung
dalam waktu tertentu dan merupakan proses yang panjang dari satu fase ke
fase berikutnya. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang, bukan menghafal atau mengingat”.
Herman Hudoyo, ( 1979 : 89 ). Begitu juga dengan belajar
matematika karena melibatkan suatu struktur hirarki dari konsep-konsep
tingkat tertinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah terbentuk
sebelumnya. Ros Effendi, ( 1980 : 148 ). Belajar matematika berarti
4
mempelajari fikiran-fikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses
dan penalaran. Mohammad Soleh, ( 1998 : 3 ). Belajar matematika adalah
belajar tentang bilangan, belajar menjumlah, mengurangi dan membagi yang
terdapat dalam aljabar, aritmatika, dan geometri.
Jadi belajar matematika adalah melibatkan diri yang berhubungan
dengan ide, proses dan penalaran yang semuanya telah tersusun secara
hirarki dari konsep-konsep yang rendah sampai konsep-konsep yang lebih
tinggi.
2.3. Pendekatan Kontekstual
Sistem pembelajaran saat ini masih dominan dengan istilah belajar
yang diartikan sebagai kegiatan-kegiatan berupa duduk, dengar, catat
kemudian pulang untuk dihapal. Melihat kondisi yang demikian, peserta didik
akan merasakan kejenuhan yang berkepanjangan. Untuk menghindari dan
mengantisipasi kejenuhan itu, maka perlu adanya pembentukan konsep
penting yang harus dilaksanakan dalam praktik pembelajaran. Salah satu di
antaranya adalah pembelajaran kontektual (contextual teaching and learning).
Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran
kontekstual,guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan
cara mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan di
mana anak hidup dan berada serta dengan budaya yang berlaku dalam
masyarakatnya (http.//www.contextual.org.id). Pemahaman, penyajian ilmu
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan
dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari
(Dirjen Dikdasmen, 2001: 8).
Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat diarahkan
kepada pemikiran agar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di
lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang
benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka,
dan lingkungan masyarakat luas. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah
membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan
dengan strategi daripada memberi informasi. Guru bertugas mengelola kelas
5
sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan
sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan
dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru.
Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya
untuk mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi
juga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam
memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari
melalui interaksi dengan sesama teman, misalnya melalui pembelajaran
kooperatif, sehingga juga mengembangkan ketrampilan sosial (social skills)
(Dirjen Dikmenum, 2002: 6). Lebih lanjut Schaible, Klopher, dan Raghven,
dalam Joyce-Well (2000: 172) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual
melibatkan siswa dalam masalah yang sebenarnya dalam penelitian dengan
menghadapkan anak didik pada bidang penelitian, membantu mereka
mengidentifikasi masalah yang konseptual atau metodologis dalam bidang
penelitian dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi
masalah.
Pembelajaran kontekstual dilaksanakan sebagai aplikasi dalam
pemaknaan belajar dan proses belajar dalam arti yang sesungguhnya. Hal ini
didasarkan pada landasan teoritis tentang belajar aktif yang tidak semata-mata
menekankan pada pengetahuan yang bersifat hapalan saja. Siswa harus aktif
mencari, menemukan pengetahuan tersebut dengan keterampilan secara
mandiri. Peran guru dalam contextual learning berbeda dengan perannya
dalam kelas tradisional. Dalam kelas tradisional, guru merupakan satu-satunya
penguasa dan pemberi informasi, guru memberikan informasi pengetahuan
dan siswa yang baik menyerap pengetahuan tersebut tanpa banyak bertanya.
Di sisi lain, pada kelas kontekstual, setelah pembelajaran berlangsung guru
berperan sebagai fasilitator; guru sekedar memberikan informasi untuk
merangsang pemikiran. Para siswa didorong untuk bertanya dan
mengemukakan ide-idenya.
6
2.4. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa adalah nilai yang diperoleh siswa selama kegiatan
belajar mengajar. Belajar diartikan sebagai gejala perubahan tingkah laku
yang relatif permanen dari seseorang dalam mencapai tujuan tertentu De
Cecco (dalam Witjaksono, 1985:6). Menurut Gagne (dalam Witjksono,
1985:6) belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam disposisi atau
kapabilitas seseorang, dalam kurun waktu tertentu, dan bukan semata-mata
sebagai proses pertumbuhan. Pendapat senada juga diutarakan oleh Susanto
(1991:1) yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana otak atau
pikiran mengadakan reaksi terhadap kondisi-kondisi luar dan reaksi itu dapat
dimodifikasi dengan pengalaman-pengalaman yang dialami sebelumnya.
Melalui proses belajar anak dapat mengadaptasikan dirinya pada lingkungan
hidupnya. Adaptasi itu dapat berupa perubahan pikiran, sikap, dan
ketrampilan.
Selaras dengan pernyataan di atas Bloom (dalam Budiningsih,
2005:75) menekankan perhatiaannya pada apa yang mesti dikuasai oleh
individu. Tujuan belajar yang dikemukakannya dirangkum kedalam tiga
kawasan yang terkenal dengan taksonomi Bloom adalah sebagai berikut:
1. Domain kognitiif, terdiri atas 6 tingkatan yaitu:
a. Pengetahuan (mengingat, menghafal)
b. Pemahaman (mengintepretasikan)
c. Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah)
d. Analisis (menjabarkan suatu konsep)
e. Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep
utuh)
f. Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dsb)
2. Domain psikomotor, terdiri atas 5 tingkatan yaitu:
a. Peniruan (menirukan gerak)
b. Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)
c. Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)
d. Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)
7
3. Domain afektif, terdiri atas 5 tingkatan yaitu:
a. Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)
b. Merespon (aktif berpartisipasi)
c. Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu)
d. Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang
dipercayainya)
e. Pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagian bagian dari pola
hidupnya)
Hasil belajar yang diukur pada pembelajaran yang berlandaskan
kurikulum 2004 meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Maka
guru tidak hanya menilai siswa dari aspek intelektual tetapi kemampuan
sosial, sikap siswa selama proses belajar mengajar serta keaktifan siswa dalam
kegiatan pembelajaran juga dinilai oleh guru. Siswa yang telah mengalami
pembelajaran diharapkan memilki pengetahuan dan ketrampilan baru serta
perbaikan sikap sebagai hasil dari pembelajaran yang telah dialami siswa
tersebut. Pengukuran hasil belajar bertujuan untuk mengukur tingkat
pemahaman siswa dalam menyerap materi. Sebaiknya hasil belajar yang telah
dinilai oleh guru diberitahukan kepada siswa agar siswa mengetahui kemajuan
belajar yang telah dilakukannya serta kekurangan yang masih perlu diperbaiki.
Penilaian hasil belajar pada akhirnya sebagai bahan refleksi siswa mengenai
kegiatan belajarnya dan refleksi guru terhadap kemampuan mengajarnya serta
mengevaluasi pencapaian target kurikulum.
Benjamin S. Bloom dalam Taxonomy of Education Objectives
(Winkel, 1996:274) membagi hasil belajar kedalam tiga ranah:
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif (berkaitan dengan daya piker, pengetahuan, dan
penalaran) berorientasi pada kemampuan siswa dalam berfikir dan
bernalar yang mencakup kemampuan siswa dalam mengingat sampai
memecahkan masalah, yang menuntut siswa untuk menggabungkan
konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Ranah kognitif ini
berkenaan dengan prestasi belajar dan dibedakan dalam enam tahapan,
yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analsisi, sintesis, dan
8
eveluasi. Pada siswa SMP diutamakan pada ranah pengetahuan,
pemahaman, dan penerapan.
Pengetahuan mencakup kemampuan mengingat tentang hal yang
telah dipejari, dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan
dengan fakta, peristiwa, kaidah, prinsip, teori, dan rumus. Pengetahuan
yang telah tersimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan dalam
bentuk mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition).
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menyerap makna dan arti
dari bahan yang dipelajari. Kemampuan seseorang dalam memahami
sesuatu dapat dilihat dari kemampuaannya menyerap suatu materi,
kemudian mengkomunikasikannya dalam bentuk lainnya dengan kata-
kata sendiri.
Penerapan mencakup kemampuan untuk menerapkan pengetahuan
yang telah diperoleh dalam kegiatan pembelajaran untuk menghadapi
situasi baru dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat penerapan ini dapat
diukur dari kemampuan menggunakan konsep, prinsip, teori, dan metode
untuk menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.
2. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor berorientasi kepada ketrampilan fisik, ketrampilan
motorik, atau ketrampilan tangan yang berhubungan dengan anggota
tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot.
Simpson (dalam Winkel, 1996:278) menyatakan bahwa ranah
psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku yaitu: persepsi, kesiapan,
gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks,
penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.
Sedangkan menurut Kibler, Barker, dan Miles (dalam Dimyati dan
Mudjiono, 1994:195-196) ranah psikomotor mempunyai taksonomi
berikut ini:
a. Gerakan tubuh yang mencolok, merupakan kemampuan
gerakan tubuh yang menekankan kepada kekuatan, kecepatan,
dan ketepatan tubuh yang mencolok.
9
b. Ketepatan gerakan dikordinasikan, merupakan ketrampilan yang
berhubungan dengan gerakan mata, telinga, dan badan .
c. Perangkat komunikasi non verbal, merupakan kemampuan
mengadakan komunikasi tanpa kata
d. Kemampuan berbicara, merupakan kemampuan yang
berhubungan dengan komunikasi secara lisan Untuk kemampuan
berbicara, siswa harus mampu menunjukkan kemahirannya
memilih dan menggunakan kata atau kalimat sehingga informasi,
ide, atau yang dikomunikasikannya dapat diterima secara mudah
oleh pendengarnya.
3. Ranah Afektif
Ranah afektif (berkaitan dengan perasaan/kesadaran, seperti perasaan
senang atau tidak senang yang memotivasi seseorang untuk memilih apa
yang disenangi) berorientasi pada kemampuan siswa dalam belajar
menghayati nilai objek-objek yang dihadapi melalui perasaan, baik objek
itu berupa orang, benda maupun peristiwa. Ciri lain terletak dalam
belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar.
Menurut Krochwall Bloom (dalam Winkel 1996:276) ranah afektif
terdiri dari penerimaan, partisipasi, penilaian, dan penentuan sikap,
organisasi, dan pembentukan pola hidup.Untuk ranah kognitif, guru
menilai kemampuan kognitif siswa berdasarkan hasil tes yang diberikan
kepada siswa pada akhir pelaksanaan siklus 1 dan 2.
2.5. Uraian Materi Sistem Persamaaan Linear Dua Variabel
2.5.1. Persamaan Linear Dua Variabel
Perhatikan uraian berikut (Nuharini dan Wahyuni, 2008):
Persamaan linear dua variabel adalah persamaan yang hanya memiliki dua
variabel dan masing-masing variabel berpangkat satu. Persamaan linear dua
variabel dapat dinyatakan dalam bentuk :
10
ax + by = c dengan a,b,c dan a,b ≠ 0 , serta x,y adalah suatu variabel
Contoh :
a. x + 5 = y
b. 2a-b = 1
c. 3p + 9q = 4
Sistem persamaan linear dua variabel merupakan kumpulan beberapa
Persamaan linear dua variabel yang mempunyai penyelesaiana yang sama.
Penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel tersebut adalah pasangan
bilangan berurut atau (x,y) yang memenuhi persamaan-persamaan tersebut.
2.5.2. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem persamaan linear dua variabel dapat diselesaikan dengan
menggunakan metode grafik,eliminasi,substitusi,dan metode gabungan.
. a. Metode Grafik
Pada metode grafik (Nuharini dan Wahyuni, 2008), himpunan
penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel adalah koordinat titik
potong dua garis tersebut. Jika garis-garisnya tidak berpotongan disatu titik
tertentu maka himpunan penyelesaian adalah himpunan kosong. Jika garis-
garisnya berimpit maka himpunan penyelesaian tak terhingga.
Contoh :
Tentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dari
persamaan-persamaan x + y = 5 dan x – y = 1, jika x,y variabel pada
himpunan bilangan real.
Penyelesaian :
Diketahui : x + y = 5 dan x – y = 1
Ditanya : himpunan penyelesaian = ....?
Jawab :
Untuk memudahkan menggambar grafik x + y = 5 dan x – y = 1 buatlah
tabel nilai x dan y yang memenuhi persamaan tersebut.
11
x + y = 5
X 0 5
Y 5 0
(x,y) (0,5) (5,0)
x – y = 1
X 0 1
Y -1 0
(x,y) (0,-1) (1,0)
Gambar kedua persamaan tersebut kedalam bidang koordinat cartesius.
Dari gambar terlihat titik potong antara garis x + y = 5 dan x – y = 1
adalah titik (3,2). Maka titik (3,2) merupakan penyelesaian dari sistem
persamaan tersebut.
b. Metode Eliminasi
Eliminasi berarti menghilangkan (Agus, 2008), metode eliminasi adalah
suatu metode penyelesaian sistem persamaan linear dengan menghilangkan salah
saru variabel persamaan, dengan terlebih dahulu menyamakan koefisien salah satu
variabel persamaan tersebut (jika variabelnya belum sama).
Contoh :
12
Tentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dari
persamaan-persamaan x + y = 7 dan 2x + y = 9
Penyelesaian :
Diketahui : x + y = 7 dan 2x + y = 9
Ditanya : himpunan penyelesaian
Jawab :
x + y = 7 dan x + y = 7 x 2 2x + 2y = 14
2x + y = 9 2x + y = 9 x 1 2x + y = 9
- -
- x = -2 y = 5
x = 2
maka diperoleh penyelesaian SPLDV tersebut adalah (2,5)
c. Metode Substitusi.
Cara lain penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel adalah dengan
metode substitusi (Rahaju dkk, 2008). Substitusi artinya mengganti, yaitu
menggantikan variabel yang kita pilih pada persamaan pertama dan digunakan
untuk mengganti variabel yang kita pilih pada persamaan pertama dan digunakan
untuk mengganti variabel sejenis pada persamaan kedua.
Contoh :
Tentukan penyelasaian sistem persamaan linear dua variabel dari
persamaan-persamaan 3x + y = 7 dan x + 4y = 6.
Penyelesaian :
Diketahui : 3x + y = 7 dan x + 4y = 6
Ditanya : himpunan penyelesaian
Jawab :
3x + y = 7 .... (1) y = 7 – 3x .....(3)
x + 4y = 6 ..... (2)
subsitusikan pers. (3) kedalam pers. (2)
x + 4y = 6 x + 4 ( 7 – 3x ) = 6
13
x + 28 – 12x = 6
x – 12x = 6 – 28
-11x = -22
x = 2 .....(4)
Kemudian subtitusi pers. (4) kedalam (1)
3x + y = 7 3.2 + y = 7
6 + y = 7
y = 7 – 6
y = 1 ....(5)
maka diperoleh penyelesaian dari sistem persamaan tersebut adalah (2,1).
d. Metode Gabungan Antara Metode Eliminasi dan Metode Substitusi.
Metode ini merupakan gabungan antara metode eliminasi dan
metode substitusi (Nurharini dan Wahuyu, 2008), Cara menyelesaiakan
soal dengan mengeliminir salah satu variabel, kemudian nilai variabel
yang diperoleh disubstitusikan ke salah satu persamaan sehingga diperoleh
nilai dari kedua variabel.
Contoh :
Tentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dari
persamaan-persamaan 2x + 5y = 8 dan x + 5y = 2.
Penyelesaian :
Diketahui : 2x + 5y = 8 dan x + 5y = 2
Ditanya : penyelesaian dari sistem persamaan
Jawab :
2x + 5y = 8 ....(1) dan x + 5y = 2 ....(2)
Kemudian mengeliminasi salah satu variabel.
2x + 5y = 8
x + 5y = 2
14
-
x = 6 ....(3)
substitusikan pers(3) kedalam pers. (1)
2x + 5y = 8 2.6 + 5y = 8
12 + 5y = 8
5y = -4
y = .....(4)
Maka diperoleh penyelesaian dari persamaan tersebut adalah (6,-4/5)
2.5.3 Penerapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Perhatikan uraian berikut ( Nuharini dan Wahyuni, 2008) :
Beberapa Permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dapat diselesaikan
dengan perhitungan yang melibatkan sistem persamaan linear dua variabel. sistem
persamaan linear dua variabel. Permasalahan sehari-hari tersebut tersebut
biasanya disajikan dalam bentuk soal cerita. Langkah-langkah menyelesaikan soal
cerita sebagai berikut.
1. Mengubah kalimat-kalimat pada soal cerita menjadi beberapa
kalimat matematika ( model metematika), sehingga membentuk
sistem persamaan linear dua variabel.
2. Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel
3. Menggunakan penyelesaian yang diperoleh untuk menjawab
pertanyaan pada soal cerita.
15
Contoh :
Asep membeli 2 kg mangga dan 1 kg apel dan ia harus membayar Rp
15.000,00, sedangakan Intan membeli 1 kg mangga dan 2 kg apel dengan
harga Rp.18.000,00. Berapakah harga 5 kg mangga dan 3 kg
Penyelesaian :
Misalkan harga 1 kg mangga = x
harga 1 kg apel = y
kalimat metematika dari soal di samping adalah
Selanjutnya, selesaikan dengan menggunakan salah satu metode
penyelesaian, misalnya dengan metode gabungan.
Langkah I : Metode eliminasi
x 1
x 2
Langkah II : Metode Substitusi
Subsitusi nilai y ke persamaan
Dengan demikian, harga 1 kg mangga adalah Rp.4.000,00 dan harga 1 kg
apel adalah Rp.7.000,00
16
Jadi, harga 5 kg mangga dan 3 kg apel adalah
5x + 2y = (5 x Rp 4.000,00) +( 3 x Rp 7.000,00)
= Rp.20.000,00 + Rp.21.000,00
= Rp 41.000,00
2.5. Hipotesis Tindakan
17
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Adhyaksa Dharma Karini Medan.
Dilaksanakan pada semester ganjil di kelas VIII tahun ajaran 2015/2016 sampai
indikator kinerja dianggap telah dicapai. Adapun alasan memilih sekolah ini
karena tingkat pemahaman terhadap matematika masih sangat rendah sehingga
peneliti menganggap bahwa penelitian penerapan pendekatan CTL cocok untuk
dilakukan pada sekolah ini.
3.2. Jenis Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang di kemukakan pada latar belakang
masalah bahwa guru dan siswa menghadapi pembelajaran matematika maka di
perlukan suatu pengambilan tindakan. Untuk menetapkan tindakan untuk
mengatasi permasalahan tersebut di butuhkan suatu penelitian dan jenis penelitian
ini adalah penelitian tindakan kelas (action research) yang dilakukan dengan
tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. Penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa serta
mengungkap kendala atau kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran
sistem persamaan linear dua variabel melalui model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL).
3.2.1. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
18
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini
bertempat di SMP Adhyaksa Dharma Karini Medan kelas VIII A tahun
pembelajaran 2015/2016
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada 23
november 2015 sampai 02 desember 2015 semester ganjil.
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas VIII A SMP Adhyaksa
Dharma Karini Medan pada mata pelajaran matematika materi Sistem
Persamaaan Linear Dua Variabel (SPLDV).
3.2.2. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang
bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas,
memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu,
serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan
(dalam Mukhlis, 2000: 3).
Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk
kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk
memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk
memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan,
sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di
kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).
19
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,
maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu
ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action
(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada
siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan
pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing
putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas
satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing
putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem
pengajaran yang telah dilaksanakan.
3.2.3. Tahap Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan ini, hal-hal yang dilakukan adalah:
1. Menyusun skenario pembelajaran yang berisikan langkah-langkah
kegiatan pembelajaran dengan Penerapan Model Contextual Teaching
and Learning.
2. Menyusun bahan ajar berupa berupa Lembar Aktivitas Siswa
(LAS) untuk setiap kelompok, LAS digunakan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuannya.
3. Menyiapkan instrumen penelitian untuk siswa, berupa tes untuk
mengukur tingkat kemampuan pemahaman siswa.
3.3. Alat Pengumupul Data
3.3.1. Tes
Webs collegiate (Purwanto, 2011:64) mendefenisikan tes sebagai
serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok dengan cara dan aturan-
aturan yang sudah di tentukan. Sebelum tes pemahaman konsep digunakan
20
terlebih dahulu isi tes divalidkan. Untuk mencari validitas tes yang dimaksud
diminta penilaian kepada tiga orang ahli matematika, sehingga layak digunakan
untuk mengukur ketuntasan hasil belajar siswa. Dengan demikian, validitas isi
tidak memerlukan uji coba atau analisis statistik dalam bentuk angka-angka.
Dalam penelitian ini dilakukan tes sebanyak tiga kali. Tes pertama disebut
tes diasnotik yang dilakukuan untuk mengetahui tingkat kemampuan pemahaman
konsep awal dari siswa. Dari tes diasnogtik tersebut akan dilihat dimana letak
kesulitan siswa da tingkat kemampuan komunikasi awal siswa supaya bisa
disusun perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan di kelas tersebut.
Hasil dari tes diasnostik ini akan dijadikan pedoman untuk membentuk
kelompok diskusi siswa. Untuk melihat apakah ada kegiatan kemampuan
pemahan konsep siswa, maka dalam setiap siklus akan diberikan tes kemampuan
pemahaman kosep siswa. Dari tes yang dilakukan ini juga akan dibuat pedoman
untuk melihat apakah ada kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengerjakan soa.
Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan oleh peneliti sebelum
menyusun tes, diantaranya adalah :
1. Menentukan ruang lingkup pertanyaan.
2. Menetukan apa yang diukur meliputi aspek kognitifnya, yaitu
pengetahuan(C1), pemahaman (C2), dan penerapan(C3).
3. Menyusun kisi-kisi tes, dalam kisi-kisi tes tampak ruang lingkup
materi yang diujikan, bentuk soal dan jumlah soal.
4. Menyusun soal berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.
5. Membuat penyelesaian soal.
3.4. Prosedur Analisis dan Interprestasi Data
Analisis dapat dilakukan melalui tiga tahap yaitu :
3.4.1. Reduksi Data
Data penelitian yang telah terkumpul berupa tes dan observasi dianalisis
oleh peneliti. Setelah semua data terkumpul, dilakukan reduksi meliputi
21
pengkategorian dan pengklasifikasian data. Setelah dilakukan pengelompokan
data, dilanjutkan dengan paparan data.
3.4.2. Paparan Data
Pemaparan data yang sistematis dan interaktif akan memudahkan
pemahaman terhadap apa yang telah terjadi sehingga memudahkan penarikan
kesimpulan atau menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
3.4.3 Analisis Hasil Uji Pemahaman Konsep Matematika
Untuk mengetahui tingkat ketuntasan pemahaman konsep matematika,
meka setiap lembar pemahaman konsep matematika siswa dikoreksi. Penetuan
skor untuk hasil kerja siswa dilakukan dengan memberikan penilaiana sesuai
dalam rubik penskoran.
Adapun teknik yang digunakan untuk mengolah skor yang diperoleh
adalah dengan menggunakan teknik penilaian acuan (PAP). Alasan memilih
pendekatan ini adalah karena PAP lebih menitikberatkan pada apa yang diperoleh
siswa pada saat meneylesaikan tes. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arifin
(2009:235)
Pendekatan ini (PAP) lebih menitikberatkan pada apa yang dapat
dilakukan oleh peserta didik. Dengan kata lain, kemampuan-kemampuan
apa yang telah dicapai peserta didik sesudah menyelesaikan satu bagian
kecil dari suatu keseluruhan program. Jadi, penilaiana acuan patokan
meneliti apa yang dapat dikerjakan oleh peserta didik, dan bukan
membandingkan seorang peserta didik dengan teman sekelasnya.
Melainkan dengan suatu kriteria atau patokan spesifik.
Tujuan penilaian acuan patokan adalah untuk mengukur secara pasti tujuan
atau kempetensi yang ditetapkan sebagai kriteria keberhasilannya. Penilaian acuan
patokan sangat bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas hasil belajar
peserta didik dapat diketahui pencapaianya.
22
Dalam PAP pedoman konversi yang digunakan dalam mengubah skor
mentah menjadi skor standar pada norma absolut skala lima adalah :
Tabel 3.1: Norma Absolut Skala Lima
Tingkat Penguasaan Skor standar
90% - 100% A
80% - 89% B
70% - 79% C
60% - 69% D
<59% E
(Arifin, 2009:236)
Untuk menetukan kategori ketuntasan siswa dalam pemahaman konsep
matematika, digunakan skor total dari setiap indikator pemahan konsep
matematika yang terdapat dalam soal dan skor total dari semua soal. Adapun
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Menghitung persentase skor total setiap indikator pemahaman konsep
matematika dengan cara
Dimana :
: Persentase skor total pada indikator ke- k = 1,2,3,4,5
: Perolehan skor total pada indikator ke- k = 1,2,3,4,5
: Skor maksimal pada indikator ke- k = 1,2,3,4,5
b. Mengkategorikan tingkat pemahaman konsepmatematika dari skor total
yang diperoleh.
Nilai maksimum suatu tes pemahaman konsep matematika adalah
40. Berdasarkan PAP kriteria tingkat pemahaman konsep matematika
siswa dapat dibuat sebagai berikut.
23
Tabel 3.2 Tingkat Pemahaman Konsep Matematika
Tingkat Penguasaan Kriteria
Kemampuan Sangat Tinggi
Kemampuan Tinggi
Kemampuan Sedang
Kemampuan Rendah
Kemampuan Sangat Rendah
Kategori ketuntasan siswa dalam memahami konsep matematika di lihat
dari persetase skor total dari setiap indikator pemahaman konsep matematika
siswa.
Penentuan persentase kelas telah mampu memahami konsep adalah
Keterangan
DSK : Persentase kelas yang tuntas memahami konsep
x : Banyak siswa yang tuntas memahami konsep
n : Banyak siswa dalam kelas
Dengan kriteria
: Kelas belum tuntas memahami konsep
: Kelas telah tuntas memahami konsep
24
3.5 Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini mengacu pada
indikator-indikator berikut :
a. Indikator siswa tuntas memahami konsep adalah
Tingkat pemahaman konsep matematika siswa dari uji
yang dilakukan termasuk dalam kategori sedang, tinggi
dan sangat tinggi
PSIk (persentase skor total dari setiap indikator)
b. Indikator peningkatan kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa adalah jika ada pertambahan nilai PSIk dan
pertambahan skor total dari uji kemampuan pemahaman kopnsep
matematika dengan PSIk
c. Indikator penigkatan kemampuan pemahaman konsep matematika
dalam kelas adalah jika ada peningkatan SDK (persentase kelas
yang tuntas memecahakan masalah) dalam setiap siklus.
Tindakan dalam penelitian ini dikatakan berhasil jika indikator berikut
telah dicapai :
1. Menurut Depdikbud ( dalam Trianto, 2011:241) suatu kelas
dikatakan tuntas belajar jika terdapat 85% yang telah mencapai KB
2. Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran minimal
dikategorikan baik.
25
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang diuraikan pada bagian ini meliputi hasil tes. Hasil tes
terdiri dari tes pemahaman I (Post-Test I), tes pemahaman II (Post-Test II), tes
pemahaman III (Post-Test III) dan tes pemahaman IV (Post-Test IV). Hasil
penilaian tes diuraikan dalam bentuk data kuantitatif.
4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian I
4.1.1.1 Perencanaan Tindakan I
Sesuai permasalahan yang terjadi maka disusun perencanaan tindakan sebagai
berikut:
a. Menyusun skenario pembelajaran yang berkaitan langkah-
langkah kegiatan dalam pembelajaran menggunakan model kontekstual.
b. Menyusun kelompok belajar siswa menjadi tiga kelompok yang
setiap kelompok terdiri dari 4-5 kelompok.
c. Mempersiapkan sarana pendukung pembelajaran yang
mendukung pelaksanaan tindakan, yaitu: (1) lembar aktivitas siswa, (2) buku
untuk peneliti yang berisi skenario pembelajaran (3) alat bantu pembelajaran
berupa 2 jenis permen bungkus besar dan kecil.
d. Mempersiapkan instrumen peneletian, yaitu tes untuk melihat
bagaimana kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika pada
materi sistem persamaan linier dua variabel.
26
4.1.1.2 Pelaksanaan Tindakan I
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini peneliti melaksanakan kegiaatan belajar
mengajar berdasarkan skenario pembelajaran yang telah disusun dan
melaksanakan alternatif jawaban yang telah dibuat.
Tahap tindakan yang dilakukan dalam kegiatan belajar-mengajar adalah
sebagai berikut:
Fase-1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah :
a. Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam pembuka
b. Mengontrol kehadiran siswa
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran
d. Memotivasi kepada siswa tentang perlunya mempelajari persamaan linear.
Menyampaikan apersepsi, mengingatkan kembali tentang sistem persmaan linier
satu variabel
Fase-2 : Menyajikan informasi
Pada tahap ini yang dilakukan gutu (peneliti) adalah-
Menyampaikan materi secara singkat mengenai sistem persamaan linier dua
variabel
Fase-3 : Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok
Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah:
Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang heterogen, masing-masing
kelompok beranggotakan 4-5 siswa.
Fase-4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah:
Menyajikan pertanyaan atau masalah
a. Membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di
papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok.
Mengumpulkan hipotesis
27
b. Memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk
hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan
dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi
prioritas penyidikan
Mengumpulkan data
c. Membimbing siswa mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis.
Menganalisis data
d. Membimbing siswa menganalisis data yang ada dan siswa mengkaitkan data
yang ada.
Membuat kesimpulan
e. Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
Fase-5 : Evaluasi
Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah :
a. Bersama-sama membahas hasil presentasi.
b. Menegaskan kembali hal-hal penting yang berkaitan dengan materi.
c. Melakukan refleksi pembelajaran yang telah berlangsung.
d. Memberikan tes untuk melihat kinerja setiap anggota kelompok dan tanggung
jawab secara individu. Pada tahap ini tidak ada lagi kerja sama.
Fase-6 : Mengumpulkan Post-Test
Guru mengumpulkan Post-Test yang telah dibagikan kepada tiap-tiap individu
siswa.
4.1.1.3 Hasil Post-Test I
Uji pemahaman materi dilakukan dengan memberikan Post-Test I yang
berbentuk soal uraian berjumlah 5 soal kepada siswa. Berikut ini akan disajikan
tabel-tabel yang menunjukkan data hasil Post-Test I (untuk selengkapnya dapat
dilihat lampiran).
Tabel 4.1: Skor Rata-Rata Post-Test I
Rata-Rata Kategori
Post-Test I 22 Sangat Rendah
28
Tabel 4.2: Persentase Skor Post-Test I
No Indikator
Butir
Soal
Post-Test I
Skor
Siswa
Skor
Total Persentase
1 Menyatakan ulang
pengertian persamaan
linier dua variabel
5 63 156 40,3%
2 Menentukan contoh dan
bukan contoh persamaan
linier dua variabel
1 27 52 51,9%
3 Menyelesaikan persamaan
linier dua variabel dengan
metode grafik
2(a)
2(b)
56 104 53,8%
4 Menyajikan kalimat cerita
yang berkaitan dengan
persamaan linier dua
variabel ke dalam bentuk
kalimat matematika
(model matematika)
3(a)
3(b)
60 104 57,6%
5 Menentukan penyelesaian
dan himpunan
penyelesaian model
matematika dari masalah
yang berkaitan dengan
persamaan linier dua
variabel.
4 70 104 67,3%
Berdasarkan analisis hasil Post-Test I diperoleh deskkripsi kemampuan
siswa. Skor rata-rata yang diperoleh siswa pada Post-Test I adalah 54,18 % dan
dalam kategori sangat rendah. Persentase kemampuan siswa menyatakan ulang
29
pengertian persamaan linier dua variabel adalah 40,3%. Persentase kemampuan
siswa menentukan contoh dan bukan contoh persamaan linier dua variabel 51,9%
dan dalam kategori sangat rendah. Persentase kemampuan siswa menyelesaikan
persamaan linier dua variabel dengan metode grafik adalah 53,8% dan dalam
kategori sangat rendah. Persentase kemampuan siswa menyajikan kalimat cerita
yang berkaitan dengan persamaan linier dua variabel ke dalam bentuk kalimat
matematika (model matematika) 57,6% dan dalam kategori sangat rendah.
Persentase kemampuan siswa menentukan penyelesaian dan himpunan
penyelesaian model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan
linier dua variabel adalah 67.3% dan dalam kategori rendah. Berdasarkan kriteria
ketuntasan, hasil Post-Test I menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang tuntas
sehingga persentase kelas mampu memahami konsep matematika (DSK) adalah
0%. Ini menunjukkan bahwa kelas belum tuntas.
Gambar 4.1. Persentase Hasil Post-Test I
4.1.1.4 Hasil Refleksi Post-Test I
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kekuangan yang terjadi pada
post-test I, yaitu:
1. Peneliti kurang maksimal dalam mengelola waktu dalam melaksanakan
kegiaatan belajar mengajar.
2. Masih terdapat siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar secara
klasikal, dengan kesulitan-kesulitan sebagai berkut:
30
a. siswa tidak menuliskan langkah penyelesaian
b. siswa kurang memahami dalam membuat model matematika
c. siswa masih kurang memahami bentuk umum PLDV
3. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada post-test I adalah 22 (dalam
kategori sangat rendah)
4. Pertanyaan dan jawaban yang disajikan siswa pada diskusi dan presentasi
adalah mengecewakan, siswa belum mampu dalam berinteraksi dan
bekerja sama dalam kelompok sehingga antusias dalam mengerjakan
Lembar Aktivitas Siswa (LAS) adalah sangat rendah.
4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian II
4.1.2.1 Perencanaan Tindakan II
Sesuai permasalahan yang terjadi maka disusun perencanaan tindakan sebagai
berikut:
a. Menyusun skenario pembelajaran yang berkaitan langkah-
langkah kegiatan dalam pembelajaran menggunakan model kontekstual.
b. Menyusun kelompok belajar siswa menjadi tiga kelompok yang
setiap kelompok terdiri dari 4-5 kelompok.
c. Mempersiapkan sarana pendukung pembelajaran yang mendukung
pelaksanaan tindakan, yaitu: (1) lembar aktivitas siswa, (2) buku untuk
peneliti yang berisi skenario pembelajaran.
d. Mempersiapkan instrumen peneletian, yaitu tes untuk melihat
bagaimana kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika pada
materi sistem persamaan linier dua variabel metode substitusi.
4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan II
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini peneliti melaksanakan kegiaatan belajar
mengajar berdasarkan skenario pembelajaran yang telah disusun dan
melaksanakan alternatif jawaban yang telah dibuat.
Tahap tindakan yang dilakukan dalam kegiatan belajar-mengajar adalah
sebagai berikut:
31
Fase-1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah :
e. Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam pembuka
f. Mengontrol kehadiran siswa
g. Menyampaikan tujuan pembelajaran
h. Memotivasi kepada siswa tentang perlunya mempelajari persmaan linear.
Menyampaikan apersepsi, mengingatkan kembali tentang sistem persamaan
linear dua variabel
Fase-2 : Menyajikan informasi
Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah-
Menyampaikan materi secara singkat mengenai sistem persamaan linier dua
variabel
Fase-3 : Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok
Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah:
Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang heterogen, masing-masing
kelompok beranggotakan 4-5 siswa.
Fase-4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah:
Menyajikan pertanyaan atau masalah
f. Membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di
papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok.
Mengumpulkan hipotesis
g. Memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk
hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan
dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi
prioritas penyidikan
Mengumpulkan data
h. Membimbing siswa mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis.
Menganalisis data
i. Membimbing siswa menganalisis data yang ada dan siswa mengkaitkan data
yang ada.
32
Membuat kesimpulan
j. Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
Fase-5 : Evaluasi
Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah :
e. Bersama-sama membahas hasil presentasi.
f. Menegaskan kembali hal-hal penting yang berkaitan dengan materi.
g. Melakukan refleksi pembelajaran yang telah berlangsung.
h. Memberikan tes untuk melihat kinerja setiap anggota kelompok dan tanggung
jawab secara individu. Pada tahap ini tidak ada lagi kerja sama.
Fase-6 : Mengumpulkan Post-Test
Guru mengumpulkan Post-Test yang telah dibagikan kepada tiap-tiap individu
siswa.
4.1.2.3 Hasil Post-Test II
Uji pemahaman materi dilakukan dengan memberikan Post-Test II yang
berbentuk soal uraian berjumlah 5 soal kepada siswa. Berikut ini akan disajikan
tabel-tabel yang menunjukkan data hasil Post-Test II (untuk selengkapnya dapat
dilihat lampiran).
Tabel 4.3: Skor Rata-Rata Post-Test II
Rata-Rata Kategori
Post-Test I 24 Rendah
Tabel 4.4: Persentase Skor Post-Test II
No Indikator
Butir
Soal
Post-Test I
Skor
Siswa
Skor
Total Persentase
1 Menyelesaiakan
persamaan linear dua
variabel dengan metode
substitusi dengan 2 cara.
1 39 52 75%
33
2 Menyelesaiakan
persamaan linear dua
variabel dengan metode
substitusi
2 70 104 67,3%
3 Menggambarkan kedalam
bantuk grafik persamaan
linear dua variabel dengan
metode substitusi.
3 64 104 61,5%
4 Menyajikan kalimat cerita
yang berkaitan dengan
sistem persamaan linear
dua variabel ke dalam
bentuk kalimat
matematika (model
matematika)
4 70 104 67,3%
5 Menentukan penyelesaian
yang berkaitan dengan
sistem persamaan linear
dua variabel dengan
menggunakan metode
substitusi
5 75 156 48,0%
Berdasarkan analisis hasil Post-Test II diperoleh deskkripsi kemampuan siswa.
Skor rata-rata yang diperoleh siswa pada Post-Test II adalah 63,82% dan dalam
kategori rendah. Persentase kemampuan siswa menyelesaiakan persamaan linear
dua variabel dengan metode substitusi dengan 2 cara 75% dan dalam kategori
sedang. Persentase kemampuan siswa menyelesaiakan persamaan linear dua
variabel dengan metode substitusi 67,3% dan dalam kategori rendah. Persentase
kemampuan siswa menggambarkan kedalam bentuk grafik persamaan linear dua
variabel dengan metode substitusi 61,5% dan dalam kategori rendah. Persentase
34
kemampuan siswa menyajikan kalimat cerita yang berkaitan dengan persamaan
linier dua variabel ke dalam bentuk kalimat matematika (model matematika)
67,3% dan dalam kategori rendah. Persentase kemampuan menentukan
penyelesaian yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel dengan
menggunakan metode substitusi 67.3% dan dalam kategori rendah. Berdasarkan
kriteria ketuntasan, hasil Post-Test II menunjukkan bahwa ada 2 siswa yang tuntas
sehingga persentase kelas mampu memahami konsep matematika (DSK) adalah
15,3%. Ini menunjukkan bahwa kelas belum tuntas.
Gambar 4.2. Persentase Hasil Post-Test II
4.1.2.4 Hasil Refleksi Post-Test II
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kekuangan yang terjadi pada
post-test II, yaitu:
1. Peneliti kurang maksimal dalam mengelola waktu dalam melaksanakan
kegiaatan belajar mengajar.
2. Masih terdapat siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar secara
klasikal, dengan kesulitan-kesulitan sebagai berkut:
d. siswa tidak menuliskan langkah penyelesaian
35
e. siswa kurang memahami dalam membuat model matematika
f. siswa masih kurang memahami SPLDV dengan metode substitusi.
3. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada post-test I adalah 24 (dalam
kategori rendah)
4. Pertanyaan dan jawaban yang disajikan siswa pada diskusi dan presentasi
adalah mengecewakan, siswa belum mampu dalam berinteraksi dan
bekerja sama dalam kelompok sehingga antusias dalam mengerjakan
Lembar Aktivitas Siswa (LAS) adalah rendah.
4.1.3 Deskripsi Hasil Penelitian III
4.1.3.1 Perencanaan Tindakan III
Sesuai permasalahan yang terjadi maka disusun perencanaan tindakan sebagai
berikut:
a. Menyusun skenario pembelajaran yang berkaitan langkah-
langkah kegiatan dalam pembelajaran menggunakan model kontekstual.
b. Menyusun kelompok belajar siswa menjadi tiga kelompok yang
setiap kelompok terdiri dari 4-5 kelompok.
c. Mempersiapkan sarana pendukung pembelajaran yang mendukung
pelaksanaan tindakan, yaitu: (1) lembar aktivitas siswa, (2) buku untuk
peneliti yang berisi skenario pembelajaran.
d. Mempersiapkan instrumen peneletian, yaitu tes untuk melihat
bagaimana kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika pada
materi sistem persamaan linier dua variabel metode eliminasi.
4.1.3.2 Pelaksanaan Tindakan III
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini peneliti melaksanakan kegiaatan belajar
mengajar berdasarkan skenario pembelajaran yang telah disusun dan
melaksanakan alternatif jawaban yang telah dibuat.
Tahap tindakan yang dilakukan dalam kegiatan belajar-mengajar adalah
sebagai berikut:
Fase-1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
36
Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah :
i. Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam pembuka
j. Mengontrol kehadiran siswa
k. Menyampaikan tujuan pembelajaran
l. Memotivasi kepada siswa tentang perlunya mempelajari persmaan linear.
Menyampaikan apersepsi, mengingatkan kembali tentang sistem persamaan
linear dua variabel
Fase-2 : Menyajikan informasi
Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah-
Menyampaikan materi secara singkat mengenai sistem persamaan linier dua
variabel
Fase-3 : Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok
Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah:
Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang heterogen, masing-masing
kelompok beranggotakan 4-5 siswa.
Fase-4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah:
Menyajikan pertanyaan atau masalah
k. Membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di
papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok.
Mengumpulkan hipotesis
l. Memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk
hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan
dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi
prioritas penyidikan
Mengumpulkan data
m. Membimbing siswa mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis.
Menganalisis data
37
n. Membimbing siswa menganalisis data yang ada dan siswa mengkaitkan data
yang ada.
Membuat kesimpulan
o. Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
Fase-5 : Evaluasi
Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah :
i. Bersama-sama membahas hasil presentasi.
j. Menegaskan kembali hal-hal penting yang berkaitan dengan materi.
k. Melakukan refleksi pembelajaran yang telah berlangsung.
l. Memberikan tes untuk melihat kinerja setiap anggota kelompok dan tanggung
jawab secara individu. Pada tahap ini tidak ada lagi kerja sama.
Fase-6 : Mengumpulkan Post-Test
Guru mengumpulkan Post-Test yang telah dibagikan kepada tiap-tiap individu
siswa.
4.1.3.3 Hasil Post-Test III
Uji pemahaman materi dilakukan dengan memberikan Post-Test II yang
berbentuk soal uraian berjumlah 5 soal kepada siswa. Berikut ini akan disajikan
tabel-tabel yang menunjukkan data hasil Post-Test III (untuk selengkapnya dapat
dilihat lampiran).
Tabel 4.3: Skor Rata-Rata Post-Test III
Rata-Rata Kategori
Post-Test I 29 Sedang
Tabel 4.4: Persentase Skor Post-Test III
No Indikator
Butir
Soal
Post-Test III
Skor
Siswa
Skor
Total Persentase
1 Menyatakan ulang
pengertian persamaan 5 111 156 71,1%
38
linear dua variabel dengan
metode eliminasi
2 Menentukan contoh dan
bukan contoh persamaan
linear dua variabel yang
dapat diselesaikan dengan
metode eliminasi
1 38 52 73%
3 Menyelesaiakan
persamaan linear dua
variabel dengan metode
eliminasi
2 68 104 65,3%
4 Menyajikan kalimat cerita
yang berkaitan dengan
penerapan kehidupan
sehari-hari dan
menyelesaikan nya
dengan metode eliminasi
4 82 104 78,8%
5 Menentukan penyelesaian dan himpunan penyelesaian model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan linier dua variabel metode eliminasi
3 76 104 73%
Berdasarkan analisis hasil Post-Test III diperoleh deskkripsi kemampuan siswa.
Skor rata-rata yang diperoleh siswa pada Post-Test III adalah 72.24% dan dalam
39
kategori sedang. Persentase kemampuan siswa menyatakan ulang pengertian
persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi 71,1% dan dalam kategori
sedang. Persentase kemampuan siswa menentukan contoh dan bukan contoh
persamaan linear dua variabel yang dapat diselesaikan dengan metode eliminasi
73% dan dalam kategori sedang. Persentase kemampuan siswa menyelesaiakan
persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi 65,3% dan dalam
kategori rendah. Persentase kemampuan siswa menyajikan kalimat cerita yang
berkaitan dengan penerapan kehidupan sehari-hari dan menyelesaikan nya dengan
metode eliminasi 78,8% dan dalam kategori sedang. Persentase kemampuan siswa
menentukan penyelesaian dan himpunan penyelesaian model matematika dari
masalah yang berkaitan dengan persamaan linier dua variabel metode eliminasi 73
% dan dalam kategori sedang. Berdasarkan kriteria ketuntasan, hasil Post-Test III
menunjukkan bahwa ada 7 siswa yang tuntas sehingga persentase kelas mampu
memahami konsep matematika (DSK) adalah 53,8%. Ini menunjukkan bahwa
kelas belum tuntas.
Gambar 4.3 Persentase Hasil Post-Test III
4.1.2.4 Hasil Refleksi Post-Test III
40
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kekuangan yang terjadi pada
post-test II, yaitu:
1. Peneliti sudah mulai maksimal dalam mengelola waktu dalam
melaksanakan kegiaatan belajar mengajar.
2. Makin berkurang siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar secara
klasikal, dengan kesulitan-kesulitan sebagai berkut:
a. siswa tidak menuliskan langkah penyelesaian
b. siswa kurang memahami dalam membuat model matematika
c. siswa masih kurang memahami SPLDV dengan metode eliminasi.
3. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada post-test I adalah 29 (dalam
kategori sedang)
4. Pertanyaan dan jawaban yang disajikan siswa pada diskusi dan presentasi
adalah mulai baik, siswa sudah mulai mampu dalam berinteraksi dan
bekerja sama dalam kelompok sehingga antusias dalam mengerjakan
Lembar Aktivitas Siswa (LAS) adalah sedang.
4.1.4 Deskripsi Hasil Penelitian IV
4.1.4.1 Perencanaan Tindakan IV
Sesuai permasalahan yang terjadi maka disusun perencanaan tindakan
sebagai berikut:
a. Menyusun skenario pembelajaran yang berkaitan langkah-
langkah kegiatan dalam pembelajaran menggunakan model
kontekstual.
b. Menyusun kelompok belajar siswa menjadi tiga kelompok yang
setiap kelompok terdiri dari 4-5 kelompok.
c. Mempersiapkan sarana pendukung pembelajaran yang
mendukung pelaksanaan tindakan, yaitu: (1) lembar aktivitas
siswa, (2) buku untuk peneliti yang berisi skenario pembelajaran
(3) alat bantu pembelajaran berupa pensil dan buku.
d. Mempersiapkan instrumen peneletian, yaitu tes untuk melihat
bagaimana kemampuan siswa dalam memahami konsep
41
matematika pada materi sistem persamaan linier dua variabel
metode campuran.
4.1.4.2 Pelaksanaan Tindakan IV
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini peneliti melaksanakan kegiaatan
belajar mengajar berdasarkan skenario pembelajaran yang telah disusun dan
melaksanakan alternatif jawaban yang telah dibuat.
Tahap tindakan yang dilakukan dalam kegiatan belajar-mengajar adalah
sebagai berikut:
Fase-1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah :
m. Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam pembuka
n. Mengontrol kehadiran siswa
o. Menyampaikan tujuan pembelajaran
p. Memotivasi kepada siswa tentang perlunya mempelajari persamaan linear.
Menyampaikan apersepsi, mengingatkan kembali tentang sistem persmaan linier
dua variabel dan cara menyelesaikannya dengan metode substitusi dan metode
eliminasi.
Fase-2 : Menyajikan informasi
Pada tahap ini yang dilakukan gutu (peneliti) adalah
Menyampaikan materi secara singkat mengenai sistem persamaan linier dua
variabel
Fase-3 : Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok
Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah:
Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang heterogen, masing-masing
kelompok beranggotakan 4-5 siswa.
Fase-4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah:
Menyajikan pertanyaan atau masalah
p. Membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di
papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok.
Mengumpulkan hipotesis
42
q. Memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk
hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan
dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi
prioritas penyidikan
Mengumpulkan data
r. Membimbing siswa mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis.
Menganalisis data
s. Membimbing siswa menganalisis data yang ada dan siswa mengkaitkan data
yang ada.
Membuat kesimpulan
t. Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
Fase-5 : Evaluasi
Pada tahap ini yang dilakukan guru (peneliti) adalah :
m. Bersama-sama membahas hasil presentasi.
n. Menegaskan kembali hal-hal penting yang berkaitan dengan materi.
o. Melakukan refleksi pembelajaran yang telah berlangsung.
p. Memberikan tes untuk melihat kinerja setiap anggota kelompok dan tanggung
jawab secara individu. Pada tahap ini tidak ada lagi kerja sama.
Fase-6 : Mengumpulkan Post-Test
Guru mengumpulkan Post-Test yang telah dibagikan kepada tiap-tiap individu
siswa.
4.1.4.3 Hasil Post-Test IV
Uji pemahaman materi dilakukan dengan memberikan Post-Test IV yang
berbentuk soal uraian berjumlah 5 soal kepada siswa. Berikut ini akan disajikan
tabel-tabel yang menunjukkan data hasil Post-Test IV (untuk selengkapnya dapat
dilihat lampiran).
Tabel 4.7: Skor Rata-Rata Post-Test IV
Rata-Rata Kategori
Post-Test IV 32 Tinggi
43
Tabel 4.8: Persentase Skor Post-Test IV
No Indikator
Butir
Soal
Post-Test IV
Skor
Siswa
Skor
Total Persentase
1 Menyatakan ulang
pengertian persamaan
linear dua variabel dengan
metode campuran
5 118 156 75,6%
2 Menentukan contoh dan
bukan contoh persamaan
linear dua variabel yang
dapat diselesaikan dengan
metode campuran
1 46 128 35,9%
3 Menyelesaiakan
persamaan linear dua
variabel dengan metode
campuran
2
2 82 104 78,8%
4 Menyajikan kalimat cerita
yang berkaitan dengan
penerapan kehidupan
sehari-hari dan
menyelesaikan nya
dengan metode campuran
3 88 104 84,6%
5 Menentukan penyelesaian
dan himpunan
penyelesaian model
matematika dari masalah
4 86 104 82,6%
44
yang berkaitan dengan
persamaan linier dua
variabel metode campuran
Berdasarkan analisis hasil Post-Test IV diperoleh deskkripsi kemampuan
siswa. Skor rata-rata yang diperoleh siswa pada Post-Test I adalah 70,4 % dan
dalam kategori sedang. Persentase kemampuan siswa menyatakan ulang
pengertian persamaan linier dua variabel adalah 75,6%. Persentase kemampuan
siswa menentukan contoh dan bukan contoh persamaan linier dua variabel 35,9%
dan dalam kategori . sangat rendah. Persentase kemampuan siswa menyelesaikan
persamaan linier dua variabel dengan metode grafik adalah 78,8% dan dalam
kategori sedang. Persentase kemampuan siswa menyajikan kalimat cerita yang
berkaitan dengan persamaan linier dua variabel ke dalam bentuk kalimat
matematika (model matematika) 84,6% dan dalam kategori tinggi. Persentase
kemampuan siswa menentukan penyelesaian dan himpunan penyelesaian model
matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan linier dua variabel
adalah 82.6% dan dalam kategori tinggi. Berdasarkan kriteria ketuntasan, hasil
Post-Test IV menunjukkan bahwa sebanyak 11 orang siswa telah tuntas sehingga
persentase kelas telah mampu memahami konsep matematika (DSK) adalah
84,6%. Ini menunjukkan bahwa kelas sudah tuntas.
Gambar 4.4. Persentase Hasil Post-Test IV
4.1.4.4 Hasil Refleksi Post-Test IV
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kekuangan yang terjadi pada
post-test IV, yaitu:
1. Peneliti kurang maksimal dalam mengelola waktu dalam melaksanakan
kegiaatan belajar mengajar.
45
2. Masih terdapat siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar secara
klasikal, dengan kesulitan-kesulitan sebagai berkut:
a. siswa tidak menuliskan langkah penyelesaian
b. siswa kurang memahami dalam membuat model matematika
c. siswa masih kurang memahami penyelesaian SPLDV dengan metode
substitusi dan metode eliminasi.
3. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada post-test IV adalah 32 (dalam
kategori tinggi)
4. Pertanyaan dan jawaban yang disajikan siswa pada diskusi dan presentasi
adalah memuaskan, siswa mulai mampu dalam berinteraksi dan bekerja
sama dalam kelompok sehingga antusias dalam mengerjakan Lembar
Aktivitas Siswa (LAS) adalah tinggi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga
siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah
dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual memiliki dampak positif
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan
peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I
(68,18%), siklus II (77,27%), siklus III (86,36%).
2. Penerapan pendekatan kontekstual mempunyai pengaruh positif, yaitu
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan hasil
wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata jawaban siswa menyatakan
bahwa siswa tertarik dan berminat dengan pendekatan kontekstual
sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
5.2. Saran
46
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar
proses belajar mengajar matematika lebih efektif dan lebih memberikan hasil
yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan pendekatan kontekstual memerlukan persiapan yang
cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih
topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan pendekatan ini dalam
proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam
taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan
pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa
berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya
47
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn
dan Bacon.
Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.
Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia
Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press.
Universitas Negeri Surabaya.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa
Cipta.
Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Widoko. 2002. Metode Pembelajaran Konsep. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya.
http://contextual.org diakses tanggal 15 April 2009
48
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS 1
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : V / 2
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Hari, Tanggal : ..........................
Standar Kompetensi
5 Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar
5.4.Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
Indikator
Melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan
Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran berlangsung diharapkan siswa dapat:
1. menghitung perbandingan dengan benar
2. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan
Materi Ajar
Perbandingan dan Skala
Metode Pembelajaran
Ceramah
Diskusi
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Awal
Salam, Absensi
Apersepsi : Guru menunjuk dua orang siswa kemudian menanyakan
umur keduanya kemudian guru membuat perbandingannya
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
49
Kegiatan Inti
Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok
Siswa dalam kelompok dibagikan sebuah permasalahan tentang
perbandingan
Siswa mendiskusikan permasalahan tersebut
Guru memberi bimbingan cara memecahkan masalah perbandingan
Kegiatan Akhir
Evaluasi
Guru dan siswa menarik kesimpulan
Salam
Alat, Bahan dan Sumber Belajar
Kurikulum Matematika Kelas V, KTSP
Buku Matematika Kelas V, Pusat Perbukuan Depdiknas
Buku Matematika Kelas V, Erlangga
Penilaian
Bentuk Penilaian
Tes Tulis
Instrumen Penilaian
Soal
1. Jika umur Ana 12 tahun dan umur Ani 6 tahun, perbandingan umur
mereka adalah……
2. Perbandingan umur Sita dan Dewi 2 : 3, jika jumlah umur keduanya 15
tahun, Umur Sita adalah…..
3. Ayah mempunyai kambing 36 buah, Kakek mempunyai kambing 108,
perbandingan umur mereka adalah…...
4. Perbandingan umur Nina dan Nini adalah 4 : 6, jika jumlah umur
keduanya 20, umur Nini adalah…..
5. Marlena dan Anti mempunyai buku tulis dengan jumlah sebagai
berikut, Marlena 50 dan Anti 100, perbandingan jumlah buku Marlena
dan Anti adalah……………………….
50
Kunci Jawaban
1. 12 : 6 = 2 : 1
2. Umur Sita 6 tahun
3. 36 : 108 = 1 : 3
4. Umur Nini = 12 tahun
5. 50 : 100 = 1 : 2
.......................... , 13 April 2009
Guru Kelas/ Peneliti
..........................
NIM. ..........................
51
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS 2
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : V / 2
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Hari, Tanggal : ..........................
Standar Kompetensi
5 Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar
5.4.Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
Indikator
Melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan
Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran berlangsung diharapkan siswa dapat:
1. menghitung perbandingan dengan benar
2. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan
Materi Ajar
Perbandingan dan Skala
Metode Pembelajaran
52
Ceramah
Diskusi
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Awal
Salam, Absensi
Apersepsi : Guru melakukan tanya jawab seputar materi perbandingan
untuk mengukur kemampuan awal siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok
Siswa dalam kelompok mengambil undian soal/ permasalahan pada
kotak yang disediakan guru
Siswa mendiskusikan permasalahan tersebut
Siswa menyampaikan cara mengerjakan soal tersebut, jika
penyelesaian kurang tepat maka guru melemparkan kepada kelompok
lain
Guru memberi bimbingan cara memecahkan masalah perbandingan
secara kelompok dan individu
Kegiatan Akhir
Evaluasi
Guru dan siswa menarik kesimpulan
Salam
Alat, Bahan dan Sumber Belajar
Kurikulum Matematika Kelas V, KTSP
Buku Matematika Kelas V, Pusat Perbukuan Depdiknas
Buku Matematika Kelas V, Erlangga
Penilaian
Bentuk Penilaian
Tes Tulis
Instrumen Penilaian
Soal
53
1. Jika umur Jane 12 tahun dan umur Ani 8 tahun, perbandingan umur
mereka adalah……
2. Perbandingan umur Dino dan Dion 2 : 4, jika jumlah umur
keduanya 24 tahun, Umur Dion adalah…..
3. Ayah mempunyai kerbau 30 ekor, Kakek mempunyai kerbau 120,
perbandingan jumlah kerbau mereka adalah…...
4. Perbandingan umur Nina dan Nini adalah 5 : 6, jika jumlah umur
keduanya 44, umur Nini adalah…..
5. Perbandingan jumlah coklat milik Tina dan Tini adalah 1 : 3,
berapakah jumlah coklat Tina jika jumlah coklat semuanya 16 ?
Kunci Jawaban
1. 12 : 8 = 6 : 4
2. Umur Dion 16 tahun
3. 30 : 120 = 1 : 4
4. Umur Nini = 20 tahun
5. Coklat Tina = 4
.......................... , 20 April 2009
Guru Kelas/ Peneliti
..........................
NIM. ..........................
54
Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS 3
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : V / 2
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Hari, Tanggal : ..........................
Standar Kompetensi
5 Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar
5.4.Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
Indikator
Melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan
Tujuan Pembelajaran
55
Setelah pembelajaran berlangsung diharapkan siswa dapat:
1. menghitung perbandingan dengan benar
2. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan
Materi Ajar
Perbandingan dan Skala
Metode Pembelajaran
Ceramah
Diskusi
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Awal
Salam, Absensi
Apersepsi : Guru melakukan tanya jawab seputar materi perbandingan
untuk mengukur kemampuan awal siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok
Siswa dalam kelompok mendiskusikan pemecahan soal perbandingan
dengan sesuai dengan pilihan sendiri
Siswa mendiskusikan permasalahan tersebut
Siswa menyampaikan cara mengerjakan soal tersebut, jika
penyelesaian kurang tepat maka guru melemparkan kepada kelompok
lain
Siswa dalam kelompok kembali mendiskusikan cara pemecahan soal,
sampai semua anggota kelompok memahami cara pemacahan
Guru menunjuk secara acak satu siswa di masing-masing kelompok
untuk memecahkan masalah perbandingan di papan tulis
Kegiatan Akhir
Evaluasi
Guru dan siswa menarik kesimpulan
Salam
Alat, Bahan dan Sumber Belajar
56
Kurikulum Matematika Kelas V, KTSP
Buku Matematika Kelas V, Pusat Perbukuan Depdiknas
Buku Matematika Kelas V, Erlangga
Penilaian
Bentuk Penilaian
Tes Tulis
Instrumen Penilaian
Soal
1. Jika umur Jane 15 tahun dan umur Ani 35 tahun, perbandingan
umur mereka adalah……
2. Perbandingan umur Dino dan Dion 3 : 4, jika jumlah umur
keduanya 49 tahun, Umur Dion adalah…..
3. Ayah mempunyai kerbau 60 ekor, Kakek mempunyai kerbau 120,
perbandingan jumlah kerbau mereka adalah…...
4. Perbandingan umur Nina dan Nini adalah 3 : 6, jika jumlah umur
keduanya 54, umur Nini adalah…..
5. Perbandingan jumlah coklat milik Tina dan Tini adalah 1 : 3,
berapakah jumlah coklat Tina jika jumlah coklat semuanya 200 ?
Kunci Jawaban
1. 15 : 35 = 3 : 7
2. Umur Dion 28 tahun
3. 60 : 120 = 1 : 2
4. Umur Nini = 36 tahun
5. Coklat Tina = 50
.......................... , ..........................
Guru Kelas/ Peneliti
57
..........................
NIM. ..........................
Lampiran 4
DATA KEADAAN SISWA KELAS V SDN PLALANGAN 03
TAHUN PELAJARAN 2008-2009
NO NAMA SISWA L/P ALAMATNAMA
PEKERJAA
N
ORTU ORTU
1
2
3
4
5
58
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Lampiran 5
TABEL REKAPITULASI HASIL BELAJAR PER SIKLUS
NO NAMA SISWANILAI
SIKLUS 1 SIKLUS 2 SIKLUS 3
59
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
RATA-RATA
60
61
top related