LAPORAN RISET KUALITATIF PEMAKNAAN WIRAUSAHA DI …€¦ · Perkembangan ekonomi suatu negara tidak hanya bergantung pada pertumbuhan ekonomi saja ... Orang-orang yang memiliki jiwa
Post on 14-Jul-2020
10 Views
Preview:
Transcript
LAPORAN RISET KUALITATIF
PEMAKNAAN WIRAUSAHA DI KALANGAN PEMUDA DESA
GIRIKERTO
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Tadjuddin NE, Dr. Suharko, Fuji Riang P. MSc.
Disusun oleh :
1. Erika Puji Widyastuti (18/430836/SP/28680)
2. Feby Audria J. K. (18/430837/SP/28681)
3. Heksa Fauzianan (18/424745/SP/28293)
4. Indah Krismaya Mukti (18/430839/SP/28683)
5. Riska Endang A. (18/424755/SP/28303)
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................2
1.3 Kajian Literatur dan Teori................................................................2
1.4 Metodologi.......................................................................................4
BAB II LATAR SOSIAL.........................................................................................6
BAB III ANALISIS.................................................................................................8
3.1 Persepsi Wirausaha.........................................................................8
3.2 Tantangan Wirausaha....................................................................11
3.3 Dasar Wirausaha...........................................................................14
3.4 Wirausaha Berdasar Gender..........................................................16
3.5 Manfaat Wirausaha......................................................................19
BAB IV PENUTUP...............................................................................................22
4.1 Kesimpulan………………………………………………………22
4.2 Limitasi dan Saran .........................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
LAMPIRAN...........................................................................................................26
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Entrepreneurship dalam bahasa Indonesia memiliki makna wirausaha, dimana
seseorang mendirikan atau memiliki usaha sendiri. Di Indonesia belum banyak
masyarakat yang menjadi seorang entrepreneur karena mereka terkadang lebih
memilih kerja ikut orang lain, seperti perusahan ataupun menjadi PNS. Sekarang
ini pemerintah lebih mengapresiasi individu yang bisa dan mau membuka
lapangan kerja karena bisa mengurangi pengangguran di Indonesia. Pentingnya
peran dari Entrepreneurship menjadi pokok dalam pemecahan masalah di
masyarakat terutama dalam bidang ekonomi. Seorang entrepreneur sangat
dibutuhkan guna ikut serta dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.
Pilihan menjadi seorang entrepreneur sudah menjadi keyakinan kuat bahwa
profesinya itu kelak akan membawa perubahan kualitas kehidupan individu
maupun masyarakat.
Sayangnya, pengetahuan masyarakat tentang entrepreneurship yang masih
tergolong rendah menjadi PR tersendiri bagi pemerintah, dimana pemerintah
diharapkan bisa memberikan dukungan dari segi kualitas sumber daya
manusianya seperti memberikan sosialisasi terhadap masyarakat. Mengingat
tujuan dari sosialisasi itu sendiri dapat memberikan suatu pemahaman yang
mendalam tentang sesuatu hal dan menumbuhkan motivasi sehingga masyarakat
dapat memanfaatkan pengetahuan yang didapat dari sosialisasi dalam kehidupan
sehari-hari. Kemudian selain sosialisasi diperlukan juga suatu program pelatihan
kewirausahaan demi menunjang kegiatan wirausaha tersebut atau dengan kata lain
untuk meningkatkan ketrampilan dari pada masing-masing individu. Tak dapat
dipungkiri, dewasa ini dunia entrepreneurship telah diramaikan dengan
kemunculan para entrepreneur muda yang sukses. Kiprah pemuda yang sejatinya
memiliki orientasi beragam sangat mudah termotivasi untuk mencoba. Hal ini bisa
menjadi tonggak perkembangan dari pada entrepreneur itu sendiri. Perkembangan
ekonomi suatu negara tidak hanya bergantung pada pertumbuhan ekonomi saja
tetapi juga pembangunan ekonomi. Mengingat salah satu tujuan pembangunan
ekonomi sendiri salah satunya adalah meningkatkan kesempatan kerja dengan
2
menambah bidang-bidang kerja yang bisa menyerap banyak tenaga kerja. Apalagi
Indonesia mempunyai jumlah angkatan kerja yang cukup besar. Hal ini tentunya
menjadi point plus tersendiri bagi negara ini. Namun, jika potensi tersebut tidak
dioptimalkan justru menjadi beban bagi negara. Kalangan pemudalah yang
mempunyai porsi besar dalam hal ini. Maka dari itu, para pemuda diharapkan
tidak hanya mencari kerja tetapi juga menciptakan lapangan pekerjaan. Minat
entrepreneurship harus dikembangkan di kalangan pemuda, mengingat masih
sedikitnya wirausahawan di Indonesia. (Rusdiana, 2013)
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pemaknaan wirausaha/Entrepreneurship di Kalangan Pemuda
Desa Girikerto?
1.3 Kajian Literatur dan Teori
Masa transisi pemuda adalah sebuah hal yang krusial. Di mana ia harus
menentukan pilihan untuk masa depan yang akan datang. Banyak pemuda yang
perlahan mengumpulkan modal untuk berwirausaha di kemudian hari. Daya
kreativitas dan inovasi sangat diperlukan bagi para pemuda supaya dapat bersaing.
Bahkan wirausaha atau entrepreneurship diharapkan mampu mengurangi
pengangguran dan menambah lapangan pekerjaan. Tak sedikit pemuda yang
memaknai apabila menjadi wirausahawan berarti telah sukses. Alasannya karena
dapat memberi pekerjaan bagi orang lain sehingga mengurangi kemiskinan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah pun bekerja sama dengan
pelaku-pelaku kewirausahaan untuk mendorong pembangunan ekonomi. (Azca
dan Sutopo, 2013; Firdaus, 2014)
Lulusan SMK mayoritas bekerja sebagai pegawai dan sedikit yang
berwirausaha. Mereka merasa tidak siap untuk menciptakan lapangan kerja.
Lingkungan keluarga, pendidikan, dan lingkungan masyarakat tentu menjadi
faktor yang penting dalam menentukan minat pemuda untuk menjadi
wirausahawan (Lupiyoadi, 2007 dalam Mulyana dan Puspitasari, 2013). Adanya
ketersediaan informasi, akses terhadap modal, dan jaringan sosial juga menjadi
faktor yang esensial untuk memulai entrepreneurship para pemuda (Indarti, et al. ,
3
2008 dalam Mulyana dan Puspitasari, 2013). Para pemuda juga harus mempunyai
keberanian untuk mengambil resiko dalam berwirausaha dan memanfaatkan
peluang yang ada (Firdaus, 2014). (Mulyana dan Puspitasari, 2013)
Masa transisi merupakan fase yang labil dan mengeksplor identitas
dirinya. Salah satu fase transisi adalah dari pendidikan menuju dunia kerja. Sering
kali pada fase terdapat banyak pemuda yang menganggur karena tidak tersedianya
lapangan kerja yang memadai. Oleh karena itu, pemuda berusaha
mengakumulasikan kapital melalui strategi jangka panjang dengan menempuh
pendidikan maupun tidak. Mereka mempunyai harapan agar dapat memperoleh
pekerjaan yang diimpikan. Dalam masa transisi ini, mereka mengalami zigzag
journey. Pekerjaan sebagai dosen maupun PNS masih dianggap sebagai golongan
priyayi. Namun, tidak sedikit pemuda yang ingin bekerja sebagai wiraswasta
maupun musisi (selain PNS). Latar belakang ekonomi, sosial, dan budaya pemuda
tentunya mempengaruhi pekerjaan yang ingin dicapai. (Sutopo, 2013)
Dalam kondisi pasar kerja yang penuh dengan fleksibilitas dan
ketidakpastian sebagai manifestasi dan resiko, maka refleksif sangat penting bagi
pemuda dalam memahami perubahan rule of the game. Kapasitas refleksif salah
satunya berbentuk kapital budaya. (Threadgold & Nilan, 2009 dalam Sutopo &
Meiji, 2017). Manifestasi kapital budaya ini bukan hanya memilih bentuk
kapitalis refleksif namun skill-skill yang didapat di dunia akademis dan non
akademis juga diperlukan. Contoh: dari wawancara beberapa informan dalam
artikel ini secara aktif mengembangkan dunia ekonomi kreatif dengan
dikonversikan dengan keahlian menyetir. Dalam masyarakat resiko sebagai
sarjana maka harus mendapat profesi yang sesuai pada bidangnya, namun hal itu
kemungkinan tidak berlaku lagi. (Beck, Bons, & Lau, 2003 dalam Sutopo &
Meiji, 2017). Pemuda harus cepat dan strategi dalam merespon perubahan-
perubahan tersebut.
Dalam penelitian kami ini, teori yang relevan untuk dikaji sesuai dengan
topik dan rumusan masalah adalah teori kewirausahaan dengan tokohnya
Schumpeter. Schumpeter memfokuskan kajiannya pada konsep kewirausahaan
dengan mengembangkan model-model baru kewirausahaan, dimana model ini
merupakan sebuah inovasi dari kegiatan-kegiatan kewirausahaan. Schumpeter
4
juga menghubungkan inovasi dengan kegiatan-kegiatan yang bertujuan
revolusioner di dalam industri. (Frinces, 2010) Schumpeter (1939) Poin utama
yang menjadi penyebab berkembangnya ekonomi adalah proses inovasi dari
entrepreneur (Skousen, 2009 : 515 dalam Istifadah & Tjaraka, 2017).
Entrepreneur adalah individu yang berani memunculkan ide baru yang belum
pernah ada sebelumnya. Schumpeter berkata bahwa pengusaha yang selalu saja
rutin mengelola perusahaannya bukanlah seorang entrepreneur tetapi hanya
seorang manajer. Dari sisi kuantitas, dengan semakin bertambahnya jumlah
entrepreneur akan berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi sebuah negara.
(Istifadah & Tjaraka, 2017)
Kewirausahaan merupakan kemampuan kreatif dan inovatif individu untuk
menghasilkan nilai yang bermanfaat bagi orang lain. Kewirausahaan harus
memiliki sikap jeli dalam melihat peluang dan terbuka setiap kali diberi masukan
demi bisnis yang terus berkembang. Orang-orang yang memiliki jiwa wirausaha
harus mengenal potensi dan belajar mengembangkan potensi itu guna menangkap
peluang dan mengkoordinir usaha dalam mewujudkan cita-citanya. Inovasi-
inovasi yang didapat seorang wirausaha diharapkan mampu beradaptasi dan
memiliki kesadaran akan adanya dinding pemisah antara apa yang ada dan apa
yang seharusnya ada dan antara apa yang diinginkan masyarakat dan apa yang
telah diberikan atau dilakukan pemerintah, baik sektor swasta/LSM. Kini yang
sedang gencar adalah kewirausahaan sosial dimana banyak kalangan beranggapan
bahwa kewirausahaan sosial dapat menyelesaikan persoalan masyarakat. (Saragih,
2017)
1.4 Metodologi
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Girikerto, Turi, Sleman yang
merupakan daerah yang memiliki tingkat partisipasi tinggi dalam pemilihan
umum.
5
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dimana
pada penelitian ini berusaha untuk memaparkan informasi detail mengenai suatu
isu.
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini :
1. Data primer : Data primer yang digunakan dalam penelitian
ini adalah hasil wawancara dan observasi langsung di Desa
Girikerto, Turi, Sleman.
2. Data sekunder : data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
berupa data mengenai Desa Girikerto yang diambil dari internet.
4. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara semi terstruktur : Teknik pengumpulan data
penelitian ini dengan menggunakan teknik wawancara
semi terstruktur dimana pertanyaan peneliti dapat berkembang
sesuai dengan situasi dan kondisi informan.
2. Observasi : Peneliti melakukan pengamatan di Desa Girikerto
untuk mengetahui setting di daerah tersebut. Peneliti Juga mencari
tahu dimana saja para pemuda berkumpul bila sedang libur
kuliah/kerja.
3. Dokumentasi : Peneliti melakukan dokumentasi dalam bentuk
rekaman dan dalam bentuk foto guna menunjukan hasil observasi.
5. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah transkrip dari hasil
wawancara yang telah dilakukan, kemudian dilanjut dengan indexing
dimana dilakukan untuk membantu memudahkan pengkodingan, lalu
setelah melakukan indexing dilanjutkan dengan coding dimana coding ini
adalah proses mengelompokkan suatu inti dari wawancara yang memiliki
inti yang sama, selanjutnya diary reflection, dan mind mapping. Melalui
penelitian ini, nantinya data akan dianalisis secara deskriptif
mengenai pemaknaan wirausaha di kalangan pemuda Desa Girikerto.
6
BAB II
LATAR SOSIAL
Gambar diatas merupakan peta wilayah Girikerto
Desa Girikerto terletak di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta dan merupakan Desa yang terletak di lereng gunung
merapi.Di Kecamatan Turi itu sendiri terdiri dari 4 desa yang salah satunya adalah
Desa Girikerto dimana terdiri dari 13 dusun, diantaranya yaitu Dusun Ngandong,
Nganggring, Kloposawit, Kemirikebo, Sukorejo, Pancoh, Nangsri, Bangunmulyo,
Babadan, Glagahombo, Daleman, Surodadi, dan Karanggawang. Dengan jumlah
pedukuhan yang cukup banyak tersebut bisa dikatakan bahwa Desa Girikerto ini
memiliki wilayah yang sangat luas.
Desa Girikerto merupakan salah satu desa di lereng gunung merapi yang
memiliki suasana pedesaan yang masih asri. Hal itu karena wilayah desa yang
sebagian besar adalah wilayah lahan pertanian dan perkebunan yang tampak di
sisi kanan dan kiri jalan dan bangunan-bangunan di sekitar jalan yang tidak begitu
dominan.Kondisi tanah yang subur membuat Desa Girikerto sebagian besar
adalah wilayah agraris. Komoditas tanaman yang kebanyakan ditanam dan
dikembangkan yaitu salak dan padi. Hal itu membuat sebagian penduduk di sana
berprofesi sebagai petani salak ataupun padi. Namun, ada sebagian juga yang
memilih untuk bekerja di luar wilayah Girikerto seperti bekerja di pabrik bahkan
7
ada pula yang memilih bekerja ke luar negeri. Selain bidang pertanian dan
perkebunan yang digarap oleh penduduk, wilayah Girikerto juga terdapat
peternakan kambing PE (Peranakan Etawa) yang terletak di Dusun Nganggring.
Kemudian, di Desa Girikerto juga berpotensi untuk menjadi sebuah desa wisata.
Hal itu dibuktikan dengan banyaknya tempat-tempat wisata yang dikembangkan,
seperti Desa Ekowisata Pancoh, Desa Wisata Kembang Langit, Desa Wisata
Nganggring, dan masih banyak lagi. Sikap penduduk yang ramah kepada siapapun
itu menambah nilai positif Desa Girikerto sehingga membuat siapa saja yang
datang ke sana merasa nyaman. Hal ini dibuktikan saat kami sedang melakukan
wawancara, mereka bahkan buah tangan kepada kami berupa makanan yaitu buah
salak.
Buah tangan dari salah satu warga Desa Karanggawang
Gambar di sepanjang jalan Desa Girikerto
8
Kondisi desa yang cenderung sepi tidak menandakan bahwa Desa Girikerto
memiliki sedikit populasi penduduk. Hal itu karena sebagian penduduk disana
masih berada di sawah/kebun dimana dalam keseharian penduduk memang
cenderung banyak menghabiskan waktu untuk bekerja di sawah/di kebun dan juga
masih banyak penduduk yang berusia sekolah sehingga ikut menambah suasana
sepi di sana. Di Desa Girikerto ini juga jauh dari suara kebisingan seperti di kota-
kota karena kendaraan saja disana tidak banyak ditemui melintas. Kalaupun
melintas dalam jumlah banyak itu adalah kendaraan dari orang-orang yang habis
mengunjungi tempat-tempat wisata di sana.
BAB III
ANALISIS
3.1 Persepsi Wirausaha
Persepsi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) yaitu tanggapan
(penerimaan) langsung dari sesuatu; serapan. Persepsi tentang wirausaha
merupakan sikap terhadap perilaku mengacu pada sejauh mana individu
mempunyai pandangan positif atau negatif terhadap profesi wirausaha, persepsi
individu terhadap norma sosial yang dirasakan mempengaruhi individu untuk
melakukan atau tidak melakukan perilaku kewirausahaan, dan persepsi tentang
kemudahan/kesulitan untuk menjadi wirausaha (Shapero dan Sokol : 1982).
Dalam hal ini, kami melihat bahwa persepsi atau pandangan masyarakat terhadap
sesuatu sangatlah penting karena akan mempengaruhi bagaimana ‘sesuatu’ ini
akan berkembang ke depannya di masyarakat. Apakah akan mengalami jalan yang
mulus, berliku, atau bahkan jalan yang buntu sekalipun, tidak terkecuali dengan
wirausaha.
Dewasa ini kewirausahaan dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Bagi
kebanyakan orang berwirausaha merupakan profesi yang kurang menjanjikan,
tidak stabil, dan memerlukan waktu yang lama untuk bisa menjadi seorang yang
sukses. Selain itu, banyak pandangan yang muncul bahwa seorang yang
berpendidikan selayaknya menjadi pegawai atau karyawan di pemerintahan atau
perusahaan. Hal ini juga diperkuat dengan melihat realita atau fakta bahwa betapa
lulusan sarjana masih berbondong-bondong melamar menjadi PNS (Pegawai
9
Negeri Sipil) dibandingkan memanfaatkan dan menerapkan pengetahuan yang
diperolehnya dari pendidikan yang telah ditempuhnya untuk menciptakan
lapangan pekerjaan minimal untuk dirinya sendiri.
Namun, pandangan tersebut di atas tidak sepenuhnya benar bagi sebagian
orang. Kita dapat menilik yang terjadi di Desa Girikerto, Kab Sleman, DIY
sebagai buktinya. Warga Desa Girikerto sebagian besar bermata pencaharian
sebagai seorang wirausaha (wirausahawan/wirausahawati). Entah itu usaha yang
berskala kecil seperti mengolah sampah maupun yang berskala besar seperti
budidaya salak yang hasilnya kemudian diekspor hingga luar daerah.
Di kalangan pemuda desa Girikerto sendiri kewirausahaan mendapatkan
sambutan yang baik atau positif. Mereka menganggap wirausaha merupakan hal
yang patut dilakukan atau dikembangkan karena membawa banyak manfaat baik
kepada diri sendiri maupun orang lain. Hal itu juga didukung oleh pendapat salah
seorang pemuda bahwasanya kita sebagai generasi muda harus mampu berinovasi
dan menciptakan lapangan pekerjaan yang baru, apalagi saat ini bisa dibilang
lapangan pekerjaan masih sulit dan terbatas.
Maka dari itu, mereka pun tidak ingin kalah dari para orang tua. Mereka juga turut
mengembangkan kewirausahaan di desa tersebut salah satunya dengan ikut
mengelola beberapa objek wisata di daerah tersebut dan budidaya pohon kelapa
yang mana nanti kelapa tersebut akan dijual.
10
Pemuda di Desa Girikerto juga kebanyakan pernah melakukan kegiatan
usaha (berwirausaha) kecil-kecilan pada saat sekolah atau mengenyam
pendidikan, baik itu karena tuntutan pelajaran seperti pelajaran KWU yang
mewajibkan siswanya untuk menghasilkan suatu produk tertentu seperti yang
dialami oleh salah seorang informan kami, Rafli, untuk membantu keuangan saat
mengadakan event/acara tertentu atau yang sekarang ini kerap disebut danus (dana
usaha), maupun karena inisiatifnya sendiri seperti berjualan pulsa dan makanan
(contohnya pizza). Walaupun dianggap tidak mudah, mereka tetap memiliki minat
atau kemauan terhadap kewirausahaan. Terbukti ketika mereka ditanya apakah
mereka memiliki minat atau rencana akan melakukan wirausaha di masa
depan atau tidak, mayoritas menjawab ya seperti yang disampaikan oleh Rafli
dan Anggit dalam kutipan percakapan di bawah ini.
Walaupun ada pula informan yang memilih untuk fokus kuliah dulu setelah lulus
dari sekolah menengah atas. Hal ini diamini oleh Maya, salah seorang informan
kami yang saat ini tengah duduk di kelas 11 SMA.
11
3.2 Tantangan Wirausaha
Tantangan merupakan hal yang selalu ada, salah satunya dalam
berwirausaha. Zimmerer (2008, p. 7) dalam (Hani dan Rokhmani, 2018)
kewirausahaan tidak seperti melempar anak panah dan ingin mendapatkan yang
terbaik. Kewirausahaan menyangkut perencanaan dan pengambilan risiko yang
telah diperhitungkan berdasarkan pengetahuan mengenai pasar, ketersediaan
sumber daya atau produk, dan tindakan terencana yang berpotensial akan berhasil.
Sehingga dalam kewirausahaan memiliki banyak kendala yang harus dihadapi
oleh wirausahawan. Banyaknya tantangan yang dihadapi dalam berwirausaha
terkadang banyak masyarakat terutama para pemuda lebih berminat bekerja
menjadi PNS atau ikut bekerja di pabrik (buruh) daripada berwirausaha. Padahal
berwirausaha lebih menguntungkan bila kita bisa memanajemen dengan baik.
Berdasarkan wawancara yang telah kami lakukan di daerah Girikerto para
informan menjelaskan beberapa tantangan yang dihadapi dalam
berwirausaha. Tantangan yang ada dalam wirausaha ini terkadang membuat para
pemuda enggan untuk berwirausaha. Dari informan kami 3 dari 7 informan
menyatakan berminat berwirausaha, dimana 4 informan lainya ingin bekerja ikut
orang (butuh).
Febi : "emm menurut mbak apakah wirausaha itu berpengaruh dari tingkat pendidikan
atau pun lingkungan ?"
Anartirta :" soalnya pendidikan sama lingkungan, kalau misalnya pendidikannya dia, kalau
dia emang bisa pendidikan dia di wirausaha itu emang besar kalau misalnya
mengembangkan apa gitu kan dia bisa mungkin bisa tahu yang harus dikembangin apa.
kalau pendidikannya nggak ada kan kayak cuma ngawur, usaha ini itu. Terus kalau
lingkungan ya hahaha bingung"
12
Beberapa informan yang kami wawancarai mengatakan beberapa
hal yang perlu diperhatikan oleh seorang wirausahawan seperti kutipan
diatas. Dimana yang diungkapkan oleh informan kami bahwa pengaruh dari
lingkungan dan pendidikan merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh
wirausahawan. Lingkungan yang dimaksud, seperti dalam berwirausaha melihat
potensi apa yang ada di daerah tersebut. Sebagai contoh di wilayah Girikerto,
Turi, Sleman merupakan daerah yang berada di lereng gunung merapi dimana
daerah ini masih asri dan banyaknya pohon salak di daerah tersebut karena
mayoritas masyarakat Girikerto menanam pohon salak di pekarangan
mereka. Potensi seperti ini oleh para pemuda di wilayah Girikerto dijadikan
sebagai objek wisata, bahkan banyak orang asing ( bukan orang asli Girikerto)
menanam modal untuk membuat objek wisata karena mereka melihat adanya
potensi yang ada di wilayah Girikerto. Sedangkan pendidikan yang dimaksud
disini dimana pendidikan akan berpengaruh terhadap wirausahawan itu sendiri
karena mereka tahu atau mengerti tentang hambatan yang mereka hadapi dan cara
menghadapinya. Dalam pendidikan yang lebih tinggi pun akan mempermudah
seseorang memiliki banyak relasi sehingga memiliki jaringan sosial yang lebih
luas yang diperlukan untuk mengembangkan usaha, mampu melakukan analisis
mengenai tindakan yang harus dilakukan ketika menghadapi masalah, dan
cenderung berpikir panjang untuk melihat permasalahan dari berbagai aspek.
Sehingga mendapatkan penyelesaian masalah yang sesuai (Rahayu, 2014).
13
Gambar dari perkebunan salak milik warga
Gambar salah satu usaha milik warga Girikerto
Tantangan lain yang berpengaruh dalam wirausaha yaitu persaingan.
Dimana persaingan merupakan hal yang wajar dalam berwirausaha, baik
persaingan antar teman, saudara, bahkan pengusaha. Menurut informan yang
kami wawancarai persaingan ini terjadi karena adanya kesamaan produk. Salah
satu contoh adalah persaingan yang ada di wilayah Girikerto yaitu dalam
penjualan salak. Wilayah tersebut merupakan wilayah dengan daerah yang
mayoritas para penduduknya menanam salak. Hal ini akan menimbulkan
persaingan dalam memasarkan salak tersebut. Contoh lain yaitu yang pernah
dialami oleh salah satu informan kami yang bernama Anggit sewaktu sekolah ia
berjualan Pulsa. Permasalahannya satu kelas ada 7 orang yang juga berjualan
pulsa, itu merupakan salah satu bentuk persaingan dengan teman.
Persaingan yang terjadi karena persamaan produk menuntut para
wirausahawan untuk inovatif. Produk baru tersebut harus bisa bersaing dengan
produk produk lain. Salah satu contoh yang diungkapkan oleh salah satu
informan kami yakni bernama Oktaviani dimana ia ingin mendirikan restoran dan
mengkombinasikan makanan Indonesia dengan makanan luar negri. Oktaviani ini
14
ingin mengkombinasikan makanan Indonesia dengan luar negeri karena ingin
berinovasi agar berbeda dengan makanan lainya. Inovasi yang dibuat ini agar
para wirausahawan dapat bersaing dengan orang lain.
3.3 Dasar Wirausaha : Sosialisasi dan Pelatihan
Selanjutnya akan dipaparkan mengenai dasar kewirausahaan yang
mencakup kebutuhan ilmu atau pengetahuan kewirausahaan, kebutuhan
sosialisasi, dan dilengkapi dengan kebutuhan pelatihan-pelatihan
kewirausahaan.Dalam menjalankan kegiatan wirausaha, ilmu / pengetahuan
diperlukan ketika seseorang memulai sebuah karir wirausaha demi kelancaran dan
keberlangsungan usaha yang sedang dilakoni.Kemudian ilmu/pengetahuan itu
memerlukan sebuah pematangan-pematangan dimana pematangan ilmu
kewirausahaannya itu bisa melalui kegiatan sosialisasi oleh pihak yang memang
paham betul mengenai wirausaha seperti contohnya sosialisasi yang dapat
disampaikan oleh wirausaha sukses dan berpengalaman.Sosialisasi merupakan
suatu kegiatan individu atau kelompok yang memberikan sebuah pembahasan
yang diharapkan dapat tertanam kuat di dalam individu/ kelompok
masyarakat.Tujuan dari sosialisasi itu sendiri yaitu menambah pengetahuan
mengenai kewirausahaan dan potensi yang bisa dimanfaatkan dan dioptimalkan di
daerah tempat tinggal mereka.(Sidiq, 2013) Sosialisasi ini telah banyak dilakukan
di berbagai daerah termasuk juga di wilayah Desa Girikerto.Sosialisasi yang
direalisasikan di Desa Girikerto tak lain dan tak bukan adalah cenderung
membahas mengenai permasalahan narkoba dan upaya mengantisipasinya
dikalangan pemuda.Sedangkan sosialisasi mengenai wirausaha dikalangan
pemuda masih cenderung belum pernah direalisasikan.Hal itu dibuktikan dengan
kutipan informasi dari salah satu informan sebagai berikut.
A (Riska) : “Pernah engga di kampung ini atau dimana gitu pernah dapat
sosialisasi tentang wirausaha itu tadi ?”
B (Maya) : “Engga.Disini itu banyaknya tentang narkoba-narkoba gitu”
15
Dengan minimnya sosialisasi tentang wirausaha para pemuda di Desa
Girikerto, para informan menyampaikan pendapatnya mengenai pentingnya
sosialisasi tentang wirausaha bagi pemuda di Desa Girikerto.Para informan yang
notabene adalah pemuda-pemudi Desa Girikerto menganggap bahwa sosialisasi
wirausaha dikalangan pemuda perlu sekali direalisasikan.Hal itu karena sosialisasi
wirausaha itu dapat menambah bekal ilmu mereka untuk memulai karir sebagai
wirausaha sehingga dapat menjadi seorang wirausaha yang baik dan tidak
menyimpang.Kemudian juga, sosialisasi itu dibutuhkan untuk para pemuda
dengan alasan mencari pekerjaan sekarang itu susah sehingga dengan adanya
sosialisasi dapat memberi gambaran mengenai kegiatan wirausaha.Dan di dalam
sosialisasi tersebut diharapkan para pemuda bisa belajar bersama mengenai
wirausaha dan cara-cara mengembangkannya.Pemahaman mengenai
kewirausahaan sangat diperlukan agar dapat meningkatkan taraf ekonomi
masyarakat kearah perekonomian yang lebih baik dan potensi sumber daya alam
yang bisa digali.(Sidiq, 2013)
Sosialisasi di kalangan pemuda penting direalisasikan mengingat pemuda
adalah agen perubahan.Sosialisasi kewirausahaan cenderung harus direalisasikan
sedini mungkin, contohnya sosialisasi wirausaha yang dilakukan di sekolah-
sekolah.Pada umumnya, sosialisasi di sekolah itu sudah ke tahap praktiknya dari
wirausaha itu sendiri supaya anak-anak sekolah itu cepat tanggap dan mengerti
meskipun dilakukan secara kecil-kecilan seperti anak-anak sekolah berlatih
wirausaha dengan berjualan keliling di sekitar lingkungan sekolah atau biasa
disebut dengan danusan.Menurut informan, danusan dilakukan secara
sukarelawan dan setiap hari meskipun danusan hasilnya tidak seberapa tapi itu
sangat membantu dan dapat melatih jiwa kewirausahaan para generasi
muda.Kegiatan danusan juga dilakukan untuk menambah pengalaman anak-anak
sekolah bahwa mereka pernah berwirausaha ketika masih usia dini sehingga
dengan itu dapat dikembangkan ketika nanti sudah lulus sekolah/ sudah saatnya
untuk bekerja.
16
Selain mengadakan sosialisasi dan pelatihan di sekolah-sekolah, pelatihan
pernah dilakukan di lingkungan pemuda non sekolah, seperti yang diungkapkan
salah seorang informan sebagai berikut.
“Nggak nggak kalo disini belum pernah, mungkin kalo pernah cuma pelatihan
pelatihan dari apa kampus kampus mahasiswa itu lho mau ada pelatihan buat apa
jenang salak atau krupuk itu pernah, manisan salak juga pernah tapi minat dari
warga sini kemungkinan kurang ya…….”, ucap Daryanto, salah seorang
informan.
Dari kutipan percakapan dengan informan diatas, mengungkapkan bahwa
sebenarnya pelatihan-pelatihan kecil di Desa Girikerto itu sudah pernah dilakukan
dan pemberi pelatihan wirausaha itu dari para mahasiswa kampus, namun minat
warga untuk mengikuti pelatihan masih kurang.Menurut informan juga, pelatihan-
pelatihan wirausaha seperti itu diharapkan dapat memberikan motivasi para
pemuda atau pemudi baik yang sudah lulus sekolah maupun sedang melanjutkan
kuliah.
Jika dilihat dari minat para informan terhadap wirausaha itu sendiri, 5 dari
7 informan memiliki minat berwirausaha.Dan rata-rata minat mereka dalam
berwirausaha adalah dalam kegiatan jual-beli seperti makanan.Hal itu senada
dengan percakapan dengan informan sebagai berikut.
“Eee pinginnya di…bergerak di bidang makanan gitu”, Ucap Oktavia selaku
informan
3.4 Wirausaha Berdasar Gender
Wirausaha yang digeluti oleh para wanita semakin berkembang di seluruh
dunia, mereka memberikan kontribusi yang signifikan terhadap inovasi,
pekerjaan, dan kekayaan dalam pengembangan ekonomi ( Brush et al., 2006
dalam Brush and Sarah, 2012). Tidak hanya itu, The Global Entrepreneurship
Monitor (GEM) menunjukkan bahwa kewirausahaan wanita telah
mengembangkan maupun menumbuhkan semua sektor industri (Brush and Sarah,
2012). Di Desa Girikerto sendiri telah berkembang wirausaha oleh ibu - ibu PKK.
17
Mereka memproduksi stik labu, stik daun kelor, dan stik lidah buaya. Hasil
produksi makanan tersebut nantinya akan dititipkan di warung - warung sekitar
Girikerto dan belum didistribusikan di luar Girikerto. Wirausaha oleh ibu-ibu
PKK telah memberdayakan para ibu-ibu di Girikerto yang mayoritas berprofesi
sebagai ibu rumah tangga dan petani.
Ngga tau saya ada yang buat itu apa ya awalnya dari ibu PKK apa ya itu stik labu pernah,
sekarang masih itu stik labu sama kemarin coba itu stik daun kelor sama daun apa ya lidah
buaya apa ya kemarin tapi yang kayaknya yang lebih cocok cenderung ke buah labu.”
Daryanto, 28 April 2019
Menurut Daryanto (informan kami) wirausaha lebih dikembangkan oleh
ibu - ibu PKK karena mereka sering mendapatkan pelatihan wirausaha dari
kampus - kampus, seperti saat KKN. Para mahasiswa lebih memilih memberikan
pelatihan wirausaha kepada ibu-ibu PKK daripada para pemuda - pemudinya.
Informasi yang kami dapatkan dari Daryanto mengenai wirausaha yang belum
berkembang di kalangan pemuda Girikerto disebabkan karena mereka lebih
memilih bekerja, kuliah, dan merantau keluar negeri. Terutama para pemudinya
yang kebanyakan memilih bekerja di luar negeri. Para pemuda lebih memilih
bekerja karena faktor ekonomi yang menuntutnya untuk segera menghasilkan
uang guna membantu ekonomi keluarga. Kebanyakan pemuda bekerja menjadi
cleaning service atau di usaha percetakan. Harga jual salak yang tidak stabil pun
turut mengurangi minat mereka untuk berwirausaha.
18
Dari hasil observasi dan wawancara dengan informan lain, mayoritas bapak -
bapak Desa Girikerto lebih mengembangkan usaha seperti ternak puyuh, ternak
ikan, dan ternak kambing etawa. Ternak kambing etawa dikelola oleh kelompok
Tani Mandiri. Terdapat anggota perempuan dalam kelompok Tani Mandiri
namun jumlahnya sangat sedikit. Dari olahan susu kambing etawa nantinya akan
dibuat susu bubuk. Sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai petani
(terutama yang sudah sepuh) dan tukang bangunan. Sedangkan para pemuda
sedang mengembangkan usaha berupa desa wisata dan susur sungai Kaliadem.
Memang kebanyakan pemuda memilih bekerja atau kuliah tetapi bukan berarti
tidak ada wirausaha yang dikembangkan oleh para pemuda Desa Girikerto. Selain
mengembangkan desa wisata dan susur sungai Kaliadem, para pemuda juga
menjual sampah plastik dan kelapa kepada para pengepul.
Adanya pemikiran dalam masyarakat terkait karakteristik pengusaha laki-
laki dan perempuan telah menempatkan pengusaha perempuan pada sisi
subordinat (kaum laki-laki lebih diutamakan dan berkarakter). Edukasi terkait
kewirausahaan sangat diperlukan bahwa pengusaha perempuan dapat menjalankan
19
bisnisnya sama baiknya dengan pengusaha laki-laki. Namun, pemikiran tersebut
dapat dibantahkan dengan realitas di Desa Girikerto bahwasannya ibu-ibu PKK
turut mendorong wirausaha di sana. Bahkan usaha mereka berkembang dengan
baik. Maka dari itu, peran stakeholders seperti pemerintah dapat mewadahi bisnis
mereka dalam UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah). UMKM terbukti
mampu menyumbangkan devisa yang cukup banyak kepada negara. Peran
stakeholders (pemerintah, pihak swasta, LSM, dan Perguruan Tinggi) juga sangat
diperlukan untuk memberikan sosialisasi dan pelatihan kewirausahaan kepada
para pemuda sebagai generasi penerus (tidak hanya kepada ibu-ibu PKK saja).
Minimnya sosialisasi dan pelatihan kewirausahaan telah mengurangi minat
mereka untuk berwirausaha. Bahkan ketika kami mewawancarai para pemuda,
tidak ada satupun yang pernah diberikan sosialisasi dan pelatihan kewirausahaan
oleh stakeholders yang ada. (Gustina)
3.5 Manfaat Wirausaha
Dalam melakukan aktivitas tentunya memiliki banyak manfaat yang
diperoleh, seperti halnya dalam melakukan wirausaha pastinya akan memiliki
manfaat yang didapatkan juga. Menurut Thomas W. Zimmerer menyatakan bahwa
ada beberapa manfaat melakukan kegiatan berwirausaha seperti, memberi peluang
dan kebebasan untuk mengendalikan nasib sendiri, memiliki usaha sendiri akan
memberikan kebebasan dan peluang bagi pebisnis untuk mencapai tujuan
hidupnya. Yang kedua yaitu memberi peluang dalam melakukan perubahan,
semakin banyak pebisnis yang memulai usahanya mereka akan dapat menangkap
peluang untuk melakukan berbagai perubahan yang menurut mereka sangat
penting entah itu dalam kehidupannya sendiri maupun dalam kehidupan
bermasyarakat. Yang ketiga yakni dapat memberi peluang untuk mencapai potensi
diri sepenuhnya. Dengan melakukan wirausaha mereka akan mengembangkan
suatu hal yang ditentukan oleh kreativitas, antusias, inovasi, dan visi mereka
sendiri untuk mencapai suatu keberhasilan. Yang keempat yaitu memiliki peluang
untuk meraih keuntungan seoptimal mungkin, keuntungan berwirausaha
merupakan motivasi yang penting untuk mendirikan suatu usaha. (Zimmerer
dalam Saragih, 2017 )
20
Berwirausaha juga memberikan peluang untuk berperan aktif dalam
masyarakat dan mendapatkan pengakuan atas usahanya, yang bisa dinyatakan
dengan kerja keras dan kesuksesan yang dicapai oleh wirausahawan akan
membuat masyarakat mengakui kerja keras yang mereka lakukan. Dan dengan
melakukan wirausaha dapat memberikan pula peluang untuk melakukan sesuatu
yang disukai dan menumbuhkan rasa senang dalam mengerjakannya. Kebanyakan
wirausahawan yang berhasil adalah yang memilih berwirausaha sesuai dengan
minat dan hobinya, sebab jika mereka tertarik dan menyukai pekerjaan tersebut
maka usaha yang mereka lakukan akan sukses. Mereka menyalurkan hobi atau
kegemaran mereka menjadi pekerjaan mereka dan mereka senang melakukannya.
Sedangkan dalam penelitian ini manfaat dari berwirausaha juga beragam,
seperti dalam aspek ekonomi wirausaha berperan penting dalam mendapatkan
peluang untuk bertahan hidup atau mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Pembangunan ekonomi membutuhkan dukungan Sumber Daya Manusia (SDM)
untuk mengoperasikan sektor wirausaha. Pembentukan sumber daya manusia
yang berkualitas juga bertujuan untuk meningkatkan produktivitasnya agar peran
SDM dalam proses pembangunan lebih maksimal. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan adanya wirausaha perkembangan ekonomi baik individu atau masyarakat
semakin membaik. Tidak hanya itu dengan dilakukannya wirausaha juga dapat
meningkatkan penghasilan tiap individu, dengan adanya kerjasama dan
pengelolaan wirausaha dengan baik maka memungkinkan bahwa wirausaha akan
sukses dan menghasilkan penghasilan tambahan atau bahkan penghasilan utama
yang dapat memenuhi kebutuhan dan penghasilan.
Dalam melakukan wirausaha tidak hanya bisa dilakukan oleh tiap individu
tetapi bisa juga dilakukan oleh seluruh masyarakat desa. Dengan melakukan
kegiatan wirausaha yang mengatasnamakan desa yang terkait maka dapat
membantu menyongsong kegiatan desa dan ikut andil dalam meningkatkan
ekonomi desa. Selain itu pengembangan komoditas yang ada di desa tersebut juga
dapat berkembang dengan adanya kegiatan wirausaha seperti pemanfaatan
produk, pengolahan produk, dan penjualan produk. Dengan dibukanya jenis usaha
baru dalam perekonomian, usaha-usaha yang dikembangkan akan menambah
keberagaman usaha di desa tersebut. Masyarakat akan menjadi lebih kreatif dalam
21
mengembangkan jenis usaha dan pemanfaatan SDA yang optimal. Pembangunan
usaha baru melalui kegiatan produktif seperti berwirausaha ini secara perlahan
dapat merangsang kemajuan desa dan memperluas transaksi penjualan barang atau
jasa dalam suatu desa. Dengan kata lain, wirausaha bisa disebut motor penggerak
roda perekonomian. Kegiatan ini sangat efektif untuk meningkatkan
perekonomian desa yang sehingga dapat membantu baik dalam hal financial di
dalam kegiatan desa.
Di sisi lain berwirausaha juga mendorong terciptanya lapangan kerja bagi
para pencari kerja. Saat ini penawaran tenaga kerja sangat tinggi sedangkan
permintaannya relatif rendah. Sementara itu, jumlah penyedia lapangan pekerjaan
juga masih tergolong sedikit. Melalui kewirausahaan inilah unit-unit usaha baru
perlu dibangun agar mampu menampung kelebihan tenaga kerja. Meningkatnya
jumlah usaha yang dikembangkan oleh entrepreneur berarti meningkatkan
permintaan akan tenaga kerja. Secara tidak langsung, entrepreneur akan mampu
menyerap tenaga kerja dan mengurangi pengangguran.
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pelaksanaan penelitian berlokasi di Desa Girikerto, Turi, Sleman. Kami
melakukan penelitian terkait pemaknaan wirausaha di kalangan pemuda Desa
Girikerto. Kata wirausaha sudah tidak asing lagi bagi masyarakat. Di Girikerto
sendiri wirausaha yang berkembang ialah menjual maupun mengolah salak.
Bertempat di bawah lereng Gunung Merapi telah membuat perkebunan salak
tumbuh subur. Untuk olahan salak belum terlalu berkembang di sana, kebanyakan
masyarakat menjual salak secara mentah saja. Padahal sebelumnya sudah terdapat
pelatihan dari kampus - kampus terkait pengolahan salak (menjadi wajik salak,
keripik salak, dll). Namun setelah pelatihan selesai, masyarakat juga tidak
meneruskannya. Pelatihan- pelatihan wirausaha yang ada di Girikerto lebih
ditujukan kepada ibu-ibu PKK, para pemuda pun mengaku tidak pernah
mendapat pelatihan wirausaha di sana. Para pemuda juga mengaku tidak pernah
mendapat sosialisasi terkait kewirausahaan. Selain salak, terdapat wirausaha yang
lain seperti ternak kambing (etawa), ikan, dan ternak puyuh. Ternak - ternak
tersebut cenderung dikelola oleh bapak-bapak di Girikerto. Sedangkan para ibu
cenderung memproduksi makanan dan dititipkan di warung-warung sekitar. Untuk
para pemudanya sedang mengembangkan desa wisata dan susur sungai
(Kaliadem). Selain itu, para pemuda juga menjual sampah plastik dan kelapa
kepada para pengepul.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar pemuda berminat
untuk berwirausaha kedepannya. Namun, juga tidak sedikit dari mereka yang
memilih untuk bekerja karena tuntutan ekonomi. Umumnya para pemuda bekerja
menjadi cleaning service atau bekerja di percetakan. Para pemudi Desa Girikerto
pun banyak yang merantau ke luar negeri dan bekerja di sana. Pemuda-pemuda
Girikerto berpendapat bahwa wirausaha mampu mengembangkan perekonomian
secara berkelanjutan. Sebagian informan yang diwawancarai pernah melakukan
wirausaha seperti berjualan pulsa, pizza, tas, dan sebagainya. Maka dari itu, sudah
saatnya para stakeholders bekerjasama untuk menumbuhkembangkan wirausaha
khususnya di kalangan pemuda karena merekalah penerus bangsa ini. Dimulai
23
dari mengembangkan wirausaha di desa - desa tentunya akan meningkatkan
ekonomi negara. Apabila perekonomian meningkat tidak menutup kemungkinan
kesejahteraan juga meningkat.
4.2 Limitasi dan Saran
Setelah melakukan wawancara, observasi langsung di lapangan, dan
melihat data yang diperoleh, kami mengevaluasi beberapa kekurangan saat
melakukan penelitian. Kekurangan kelompok kami meliputi grogi saat
mewawancarai informan sehingga terkadang terdapat jeda cukup lama, kurang
melakukan pendekatan terhadap informan sehingga informasi yang diperoleh
kurang mendalam, dan ada yang tidak melakukan persiapan untuk wawancara
sehingga pertanyaan serta jawaban seringkali out of the topic .Maka dari itu,
penulis mengajukan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya agar lebih baik.
Disarankan supaya peneliti menambah intensitas waktu wawancara dan menggali
lebih dalam informasi dari informan dengan pertanyaan yang semakin lama
mengerucut. Sebelum melakukan wawancara kepada informan alangkah lebih
baiknya peneliti latihan wawancara terlebih dahulu supaya tidak kaku atau grogi.
Peneliti juga sebaiknya menyiapkan bahan untuk wawancara supaya pada saat
wawancara informasi yang didapat sesuai konteks penelitian. Menjalin kedekatan
dengan informan juga sangat diperlukan supaya data yang diperoleh lebih
mendalam dan natural (tidak dibuat-buat). Untuk menjalin kedekatan dapat
dimulai dengan berbincang-bincang terlebih dahulu (basa-basi) tetapi sebaiknya
jangan terlalu lama.
24
DAFTAR PUSTAKA
Brush, Candida G. dan Cooper, Sarah Y. (2012). Female Entrepreneurship and
Economic Development : An International Perspective. Entrepreneurship
and Regional Development, 1-6.
Firdaus, N. (2014). Pengentasan Kemiskinan Melalui Pendekatan Kewirausahaan
Sosial. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, 55-66.
Frinces, Z.H. (2010). Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia. Jurnal Ekonomi
& Pendidikan Vol.7, No.1.
Gustina. KARAKTERISTIK PENGUSAHA PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI :
SEBUAH KAJIAN TEORI. 1-9.
Hani, Eka Aprilia dan Rokhmani, Lisa. (2018). Analisis Pengetahuan
Kewirausahaan dan Jiwa Wirausaha Pada Siswa SMA Negeri 2
Malang. Jurnal Pendidikan Ekonomi. (1-9).
Meiji, O.R. (2017). Kapasitas Refleksif Pemuda dalam Transisi Menuju Dunia
Kerja. Jurnal Sosiologi Walisongo, 1-16.
Mulyana, Mumuh dan Puspitasari, Ratih. (2013). Analisis Faktor-faktor yang
Membentuk Minat Berwirausaha Siswa SMK di Kota Bogor. Konferensi
Nasional Riset dan Manajemen VII, 1-5.
Rahayu, Mardiana Sri. (2014). Analisis Faktor Ekonomi, Tingkat Pendidikan Dan
Kemampuan Berwirausaha Terhadap Keberhasilan Usaha Bagi
Masyarakat Di Desa Begal Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.
Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi. (72-81).
Rusdiana, H.A. (2013). Kewirausahaan: Teori dan Praktik. Bandung: CV Pustaka
Setia .
Sahabudin Sidiq, E. W.(2013).Penyuluhan Kewirausahaan dan Operasional
Produk.Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Vol.2, No.2, 115-118.
Saragih, R. (2017). MEMBANGUN USAHA KREATIF, INOVATIF DAN
BERMANFAAT MELALUI PENERAPAN KEWIRAUSAHAAN.
JURNAL KEWIRAUSAHAAN, 26-28.
Saragih, R. (2017). Membangun Usaha Kreatif, Inovatif, dan Bermanfaat melalui
Penerapan Kewirausahaan Sosial. Jurnal Kewirausahaan, Vol.3, No.2.
25
Sutopo, O.R. (2013). Hidup adalah Perjuangan : Strategi Pemuda Yogyakarta
dalam Transisi dari Dunia Pendidikan ke Dunia Kerja. Jurnal Sosiologi
Masyarakat, 61-179.
Sutopo, Oki R dan Azca Muhammad N. (2013). Transisi Pemuda Yogyakarta:
Narasi dan Perspektif dari Selatan. Jurnal Universitas Paramadina, 698-
716.
Tjaraka, N.I. (2017). Kreativitas dan Inovasi Pada Industri Kreatif Untuk
Meningkatkan Daya Saing dan Kesinambungan Pertumbuhan Ekonomi.
Conference on Management and Behavioral Studies Jakarta.
26
LAMPIRAN
Pembagian Kerja dalam Tugas Kelompok
Bab I (Pendahuluan)
A. Latar Belakang : Indah Krismaya Mukti, Heksa Fauziana, Riska
Endang Aliffah, Erika Puji Widyastuti
B. Rumusan Masalah : Semua Penulis
C. Metodologi : Indah Krismaya Mukti, Riska Endang Aliffah,
Heksa Fauziana
D. Kajian literature dan teori: Indah Krismaya Mukti, Riska Endang Aliffah,
Heksa Fauziana
Bab II (Latar Sosial) : Riska Endang Aliffah
Bab III (Analisis)
A. Persepsi Wirausaha : Erika Puji W
B. Tantangan : Indah Krismaya Mukti
C. Dasar Berwirausaha : Riska Endang Aliffah
D. Wirausaha Berdasar Gender : Heksa Fauziana
E. Manfaat Wirausaha : Feby Audria J. K
Bab IV (Penutup) : Heksa Fauziana
Poster : Feby Audria J. K
Data Informan
1. Nama : Rafli Rahmat Zanuar
Waktu wawancara: 27 Mei 2019
Lokasi wawancara: Karanggawang, Girikerto, Turi Sleman
Pewawancara : Erika Puji Widyastuti
2. Nama : Anatirta Ardiyanawati
Waktu wawancara : 27 Mei 2018
Lokasi wawancara : Surodadi, Girikerto, Turi, Sleman
Pewawancara: Feby Audria J.k
27
3. Nama : Anggit Febryan
Waktu wawancara : 28 Mei 2018
Lokasi wawancara : Karanggawang, Girikerto, Turi, Sleman
Pewawancara: Feby Audria J.k
4. Nama : Daryanto
Waktu wawancara : 28 Mei 2019
Lokasi wawancara : Karanggawang, Girikerto, Turi, Sleman
Pewawancara : Heksa Fauziana
5. Nama : Oktavia Tri Prasetyarini
Waktu wawancara : 28 Mei 2018
Lokasi wawancara : Karanggawang, Girikerto, Turi, Sleman
Pewawancara: Indah krismaya mukti
6. Nama : Maya Dewi Astuti
Waktu wawancara : 27 April 2019
Lokasi wawancara : Karanggawang, Girikerto, Turi, Sleman
Pewawancara : Riska Endang A.
7. Nama : Wilis Adi Kurniawan
Waktu Wawancara : 27 April 2019
Lokasi Wawancara : Karanggawang,Girikerto,Turi,Sleman
Pewawancara : Riska Endang A.
28
Poster
29
Daftar Data Kompilasi Tugas Individu
NAMA
Erika Puji Widyastuti
Verbatim Transcript
Indexing
Coding
Data Networking
Reflection Diary
Feby Audria J.K.
Verbatim Transcript
Indexing
Coding
Data Networking
Reflection Diary
Heksa Fauziana
Verbatim Transcript
Indexing
Coding
Data Networking
Reflection Diary
30
Indah Krismaya M
Verbatim Transcript
Indexing
Coding
Data Networking
Reflection Diary
Riska Endang A.
Verbatim Transcript
Indexing
Coding
Data Networking
Reflection Diary
31
Mind mapping Kelompok
32
Mind Mapping Individu
1. Erika Puji Widyastuti (18/430836/SP/28680
2. Feby Audria J. K. (18/430837/SP/28681)
33
3. Heksa Fauziana (18/424745/SP/28293)
4. Indah Krismaya Mukti (18/430839/SP/28683)
34
5. Riska Endang A. (18/424755/SP/28303)
Mind map 1
35
Mind map 2
36
Lampiran foto
top related