Laporan Praktikum Sirup Influenza
Post on 26-Oct-2015
542 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
LAPORAN PRAKTIKUM SIRUP INFLUENZA (DIAFLU®)
Laporan ini di susun untuk memenuhi tuntutan tugas Praktikum Formulasi dan Teknologi Sediaan
Semisolid dan Liquid
Disusun Oleh :
Kelompok 4 Farmasi D 2010
Safitri Saptawardani / 3311101159
Dyah Nur Azizah / 3311101160
Ambar Pudjiarti / 3311101161
Ismi Muslimah / 3311101162
Tenny Aulia Ulhaq / 3311101163
R Dellique Dieratu / 3311101164
Meti Ismayanti Umar / 3311101165
LABORATORIUM FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGEATAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI 2013
BAB I
Pendahuluan
Dalam dunia farmasi terdapat berbagai macam sediaan yang berbentuk cair. Baik berupa
larutan, suspensi, dan emulsi yang sengaja dibuat untuk mempermudah pasien dalam
meminum obat baik pada orang dewasa maupun pada anak-anak yang seringkali
mendapatkan kesukaran dalam menelan obat berupa padatan ataupun sediaan tablet, pil, dan
sebagainnya. Oleh karena itu jika berbicara mengenai obat-obatan tidak terlepas dari berbagai
macam bentuk sediaannya yang kerap diperbincangkan, akan tetapi bagaimana
kenyamanannya untuk diminum bagi setiap pasien terutam bagi anak-anak yakni sediaan
yang berupa larutan (solutio).
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia terlarut, misalnya
terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling
bercampur. Diantaranya solution dan mixtura tidak ada perbedaan yang pokok. Oleh karena
itu molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan dalam
bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan kesenjangan dosis dan memiliki ketelitian
yang baik jika larutan di encerkan atau dicampur.
Proses pembuatan bentuk sediaan obat didasarkan atas sifat-sifat fisik dan kimia bahan
obat. Sifat fisik bahan obat meliputi bentuk Kristal, hablur, bubuk, tablet, bahan kental
misalnya ekstrak kental, atau bahan setangah padat misalnya lanolinum atau adeps lanae,
higroskopik atau tidak, berwarna atau tidak, ( pada umumnya bahan obat berwarna putih).
dan berat jenisnya. Sifat kimia bahan obat meliputi hal-hal sebagai berikut yaitu bahan
menguap atau tidak, kestabilan dan kelarutan terutama untuk bentuk sediaan cair. Selain sifat-
sifat tersebut, jumlah bahan obat (dalam bobot/volum ) juga berpengaruh dalam urutan
mencampur. Sediaan dalam bentuk cair harus memenuhi 2 persyaratan yaitu homogen dan
stabil.
Larutan atau sediaan cair dibuat dan digunakan karena efek tertentu dari zat obat yang
ada. Dalam sediaan ini zat obat umumnya diharapkan memberikan efek sistemik. Kenyataan
bahwa obat-obat itu diberikan dalam bentuk larutan, biasanya berati bahwa absorpsinya
dalam sistem saluran cerna kedalam sirkulasi sistemik dapat diharapkan terjadi lebih cepat
dari pada dalam bentuk sediaan suspensi atau padat dari zat obat yang sama.
Dalam larutan yang diberikan secara oral biasanya terdapat zat-zat terlarut lain selain
dari bahan obat. Bahan-bahan tambahan ini biasanya meliputi pemberi warna, pemberi rasa,
pemanis, atau penstabil larutan. Dalam penyusunan formula atau pencampuran suatu larutan
farmasi, ahli-ahli farmasi harus memamfaatkan keterangan tentang kelarutan atau kestabilan
dari masing-masing zat terlarut yang ada dengan memperhatikan pelarut atau sistem pelarut
yang digunakan. Ahli farmasi harus berhati-hati menghadapi penggunaan kombinasi obat
atau bahan-bahan farmasi yang akan menimbulkan interaksi kimia atau fisika yang akan
mempengaruhi mutu terapeutik dan stabilitas farmasetik produk.
Untuk larutan dengan zat terlarut tunggal dan terutama untuk larutan dengan zat terlarut
yang banyak macamnya, ahli farmasi harus mengetahui sifat-sifat kelarutan yang khas dari
zat terlarut dan ciri-ciri melarutkannya dari pelarut farmasi tertentu. Setiap bahan kimia
mempunyai kelarutan sendiri-sendiri dalam pelarut yang digunakan seperti dalam buku
referensi dicantumkan kelarutan yang tepat dari bahan obat dalam pelarut yang lazim.
Pembuatan larutan ini juga bertujuan untuk memudahkan dalam penggunaanya
khususnya pada pasien yang kesulitan menelan yablet dengan utuh, terutama pada anak-anak
yang sukar menelan. Selain itu ada beberapa factor pembuatan sediaan larutan yaitu
disolusi ,didefinisikan sebagai proses dimana sesuatu zat padat masuk kedalam pelarut
menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana, disolusi adalah proses dimana zat padat
melarut. Secara prinsip dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dengan pelarut. Dalam
penentuan kecepatan disolusi dari berbagai bentuk sediaan padat terlibat berbagai proses
disolusi yang melibatakan zat murni. Karakteristik fisik sediaan, proses pambahasan sediaan,
kamampuan penetrasi media disolusi kedalam sediaan, proses pengembangangan, proses
disentegrasi, dan degradasi sediaan, merupakan sebagian dari faktor yang mempengaruhi
karakteristik disolusi obat dari sediaan.
Lepasnya suatu obat dari sistem pemberian meliputi factor disolousi dan difusi. Laju
disolusi adalah sebagai salah satu factor yang meliputi dan mempengaruhi pelepasan obat.
Oleh karena itu, pembuatan larutan tidak hanya untuk oral tetapi lebih berkembang lagi
sehingga memudahkan pasien dalam menggunakannya atau memilih misalnya : larutan
topikal, injeksi, tetes mata, infusa dan gargarisma.
Tetapi ada banyak hal yang harus diperhatikan dalam pembutan larutan, misalnya cara
melarutkan, factor yang mempengaruhi kelarutan, dan perhitungan dosisnya maupun
bahannya dan akan lebih diulas dalam landasan teori dalam laporan ini.
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Pengertian Larutan
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu jenis obat atau lebih dalam pelarut
air suling kecuali dinyatakan lain, dimaksudkan untuk pemakaian obat dalam, obat luar
atau untuk dimasukkan dalam rongga tubuh.
Menurut FI Edisi III hal 32, Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan
kimia terlarut, kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling.
Menurut FI Edisi IV hal 15, Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau
lebih zat kimia terlarut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang
sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.
Jadi, larutan adalah sediaan cair yang dibuat dengan melarutkan satu jenis obat atau lebih
dalam pelarut, dimaksudkan untuk digunakan sebagai obat dalam, obat luar atau untuk
dimasukkan ke dalam rongga tubuh.
Berdasarkan bentuk sediaan larutan dapat digolongkan menurut cara pemberiannya,
yakni sebagai berikut :
1. Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu
atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut
dalam air atau campuran kosolven-air.
2. Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air tetapi seringkali
mengandung pelarut lain, seperti etanol dan poliol.
3. Larutan otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan
bahan pendispersi, untuk penggunaan pada telinga luar.
4. Spiritus adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat mudah
menguap, umumnya merupakan larutan tunggal atau campuran bahan.
5. Tingtura adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dibuat dari bahan
tumbuhan atau senyawa kimia.
6. Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dengan kadar
tinggi. Larutan sukrosa hampir jenuh dalam air dikenal sebagai sirup simpleks.
Sediaan obat berbentuk larutan :
Menurut kimia fisik banyak sediaan obat yang dapat digolongkan sebagai larutan
tetapi di dalam farmasetika tidak di sebutkan sebagai sediaan larutan. Misalnya :
sirup, spiritus, eliksir, air aromatic, tingtura, ekstrak encer, infusa, imunoserum.
Biasanya bentuk sediaan diatas hanya disebut sebagai golongan sediaan bentuk
cair.sedangkan istilah larutan untuk farmasetika hanya dibatasi pada :
a. Solutiones : bila zat kimia terlarut hanya satu. Contohnya : Garamycin Ophtalmic
0,5% solution untuk mengobati permukaan mata yang terinfeksi mikroorganisme.
b. Mixture yaitu bila zat kimia terlarutnya banyak. Contohnya : mixture
brometorum yaitu mengandung natrium bromide,kalium bromida,dan ammonium
bromide.
B. Monografi Bentuk Sediaan Larutan
Larutan (solutio dan mixture)
1. Eliksir : sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, selain obat
mengandung juga zat tambahan seperti gula atau zat pemanis lain, zat warna, zat
pewangi dan zat pengawet, dan digunakansebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama
eliksir adalah etanol.
2. Sirup :sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa, kecuali dikatakan lain.
Kadar kadar sakarosa tidak kurang dari 64.0% dan tidak lebih dari 66,0%.
3. Infusa : sediaan cair yang dibuat dengan menyari simsplisia nabati dengan air pada
suhu 90 derajat C selama 15 menit.
4. Air aromatic : sediaan cair yang mengandung bahan berbau harum (minyak
atsiri)yang pelarutnya air.
5. Spiritus aromatik : sediaan cair yang mengandung minyak atsiri yang pelarutnya
alkohol (spritus lavandel, spititus)
C. Komposisi Sediaan Larutan
1. Zat aktif / obat (solut)
2. Bahan pelarut (solvent)
3. Pada larutan oral biasanya diberi bahan tambahan
Pewarna (metilen blue), pemberi rasa (orange oil, menthol) pemanis (sorbitol,
sukrosa).
4. Penstabil larutan
5. Kadang-kadang juga dimasukkan bahan pengawet (metal paraben, asam benzoat).
Bahan pengawet tidak diberikan pada larutan untuk mata yang digunakan selama
operasi atau mata trauma.
D. Pembagian Larutan Berdasarkan Jumlah Zat Terlarut
1. Larutan jenuh : suatu larutan dimana zat terlarut berada pada fase kesetimbangan
(jumlah maksimum) yang dapat dilarutkan oleh zat pelarut.
2. Larutan tidak jenuh : suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi
di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperature
tertentu. Yang dapat dibagi lagi atas larutan encer dan larutan kental (dekat kejenuh)
3. Larutan lewat jenuh : suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi
lebih banyak daripada yang seharusnya ada pada temperature tertentu. Terdapat juga
zat terlarut yang tidak larut.
E. Pembagian larutan secara umum
1. Larutan sederhana : larutan yang hanya terdiri dari satu jenis zat terlarut
2. Larutan campuran : larutan yang terdiri dua jenis atau lebih zat terlarut
3. Larutan stok :larutan yang dibuat sebagai bahan/ pelarut pada pembuatan resep.
Berdasarkan tujuan penggunaannya larutan dibagi menjadi :
1. Larutan Steril, meliputi larutan untuk pemakaian luar. Semua alat yang digunakan
dalam pembuatan larutan steril, termasuk wadahnya, harus betul-betul bersih sebelum
digunakan. Obat dilarutkan dalam pelarut yang tersedia dan larutan dijernihkan
dengan menyaring, masukkan dalam wadah yang kemudian ditutup dan sterilkan
dengan cara sterlisasi yang sesuai. Larutan steril yang digunakan sebagai obat luar
harus memenuhi syarat yang tertera pada Injectiones. Wadah harus dapat dikosongkan
dengan cepat. Kemasan boleh lebih dari 1 liter. Larutan steril harus memenuhi syarat
uji sterilitas yang tertera pada Farmakope Indonesia.
2. Larutan nonsteril, meliputi larutan untuk obat dalam, baik obat larutan yang langsung
diminum atau pun larutan yang harus diramu lebih dahulu. Selama pembuatan harus
diperhatikan agar sedapat mungkin harus dihindarkan terjadinya kontaminasi jasad
renik.
3. Larutan antiseptikum mudah sekali dicemari jasad renik yang telah resistan.
Karena itu dalam pembuatan larutan ini harus diperhatikan hal berikut :
Larutan harus dibuat menggunakan air suling atau air yang baru saja dididihkan dan
wadah yang digunakan harus betul-betul bersih, lebih baik disterilkan labih dahulu,
tutup gabus jangan digunakan.
Larutan ini tidak boleh digunakan lebih lama dari satu minggu sejak tutupnya telah
dibuka pertama kali.
F. Istilah-Istilah Kelarutan
Berikut adalah istilah-istilah kelarutan yang digunakan :
Istilah kelarutanJumLah bagian pelarut yang
diperlukan untuk melarutkan
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 – 10
Larut 10 – 30
Agak sukar larut 30 – 100
Sukar larut 100 – 1000
Sangat sukar larut 1000 – 10.000
Praktis tidak larut Lebih dari 10.1000
G. Keuntungan Dan Kerugian Larutan
Kerugian sediaan larutan :
1. Larutan bersifat voluminous, sehingga kurang menyenangkan untuk diangkut dan
disimpan. Apabila kemasan rusak, keseluruhan sediaan tidak dapat digunakan.
2. Stabilitas dalam bentuk larutan biasanya kurang baik dibandingkan bentuk sediaan
tablet atau kapsul, terutama jika bahan mudah terhidrolisis.
3. Larutan merupakan media ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme, oleh karena itu
memerlukan penambahan pengawet.
4. Ketetapan dosis tergantung pada kemampuan pasien untuk menakar.
5. Rasa obat yang kurang menyenangkan akan lebih terasa jika diberikan dalam larutan
dibandingkan dalam bentuk padat. Walaupun demikian, larutan dapat diberi pemanis
dan perasa agar penggunaannya lebih nyaman.
Keuntungan sediaan larutan :
1. Lebih mudah ditelan dibanding bentuk padat sehingga dapat digunakan utnuk bayi,
anak-anak, dan usia lanjut.
2. Segera diabsorbsi karena sudah berada dalam bentuk larutan sehingga tidak
mengalami proses disintegrasi dan pelarutan.
3. Obat secara homogen terdistribusi ke seluruh sediaan
4. Mengurangi resiko iritasi pada lambung oleh zat-zat iritan karena larutan akan segera
diencerkan oleh isi lambung.
5. Untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah digunakan.
H. Sediaan Sirup
Dalam Farmakope Indonesia edisi III,Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang
mengandung sakarosa. Kecuali dinyatakan lain,kadar sakarosa,C12H22O11,tidak kurang
dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0%. Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula
atau perngganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat (Ansel,
1989)
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar
tinggi (sirop simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa
dalam sirop adalah 64-66% , kecuali dinyatakan lain (Syamsuni, 2007). Sirop adalah
larutan pekat gula atau gula lain yang cocok yang di dalamnya ditambahkan obat atau zat
wewangi, merupakan larutan jerni berasa manis. Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol,
atau polialkohol yang lain dalam jumlah sedikit, dengan maksud selain untuk
menghalangi pembentukan hablur sakarosa, juga dapat meningkatkn kelarutan obat
(Anonim, 1978).
Komponen sirup
Sebagian besar sirup-sirup mengandung komponen-komponen berikut didamping air
murni dan semua zat-zat obat yang ada:
1. Gula, biasanya sukrosa atau pengganti gula igunakan untuk memberi rasa manis dan
kental
2. Pengawet anti mikroba. Diantara pengawet-penagawet yang umum digunakan sebagi
sirup denga konsentrasi lasim yang efektif adalah : asam benzoat (0,1-0,2 %), natrium
benzoat (0,1-0,2 %) dan berbagi campuran metil-,profil,dan butil paraben (total ± 0,1
%). Sering kali alkohol digunakan dalam pembuatan sirup untuk membantu kelarutan
bahan-bahan yang larut dalam alkohol, tetapi secara normal alkohol tidak ada dalm
produk akhir dalm jumlah yang dianggap cukup sebagai pengawet (15-20 %).
3. Pembau
4. Pewarna. Untuk menambah daya tarik sirup, umumnya digunakan zat pewarna yang
berhubungan dengan pemberi rasa yang digunakan ( misalnya hijau untuk rasa
permen, coklat untuk rasa coklat dan sebaginya). Pewarna yang digunakan umum
larut dalam air, tidak bereaksi dengan komponen lain dari sirup, dan warna stabil pada
kisaran pH dan dibawah cahaya yang intensif sirup tersebut mungkin menjadi
enounter selama masa penyimpanan.
5. Perasa. Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-
bahan yang berasal dari alam seperti minyak-minyak menguap (contoh : minyak
jeruk), vanili dan lain-lainnya. Untuk membuat sirup jamin yang sedap rasanya.
Karena sirup adalah sediaan air, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam
air yang cukup. Akan tetapi, kadang-kadang sejumlah kecill alkohol ditambahkan
kesirup untuk menjamin kelangsungan kelarutan dari pemberi rasa yang kelarutannya
dalam air buruk.
6. Biasanya untuk untuk sirup yang dibuat dalam perdagangan,mengandung pelarut-
pelarut khusus,pembantu kelarutan,kental,dan stabilisator.
Jenis – Jenis Sirup
Ada 3 macam sirup, yaitu :
1. Sirop simpleks : mengandung 65% gula dengan larutan nipagin 0,25% b/v.
2. Sirop obat : mengandung 1 jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan dan
digunakan untuk pengobatan.
3. Sirop pewangi : tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau zat
penyedap lain. Tujuan pengembangan sirop ini adalah untuk menutupi rasa tidak
enak dan bau obat yang tidak enak
Keuntungan
1. Sesuai untuk pasien yang sulit menelan (pasien usia lanjut, parkinson, anak - anak).
2. Dapat meningkatkan kepatuhan minum obat terutama pada anak - anak karena
rasanya lebih enak dan warna lebih menarik.
3. Sesuai untuk yang bersifat sangat higroskopis dan deliquescent.
Kerugian
1. Tidak semua obat ada di pasaran bentuk sediaan sirup.
2. Sediaan sirup jarang yang isinya zat tunggal, pada umumnya campuran/kombinasi
beberapa zat berkhasiat yang kadang-kadang sebetulnya tidak dibutuhkan oleh pasien.
Sehingga dokter anak lebih menyukai membuat resep puyer racikan individu untuk
pasien.
3. Tidak sesuai untuk bahan obat yang rasanya tidak enak misalnya sangat pahit
(sebaiknya dibuat kapsul), rasanya asin (biasanya dibentuk tablet effervescent).
4. Tidak bisa untuk sediaan yang sukar larut dalam air (biasanya dibuat suspense atau
eliksir). Eliksir kurang disukai oleh dokter anak karena mengandung alcohol,
suspense stabilitasnya lebih rendah tergaantung ormulasi dan suspending egent yang
digunakan.
5. Tidak bisa untuk bahan obat yang berbentuk minyak (oily, biasanya dibentuk emulsi
yang mana stabilitas emulsi lebih rendah dan tergantung formulasi serta emulsifying
agent yang digunakan).
6. Tidak sesuai untuk bahan obat yang tidak stabil setelah dilarutkan (biasanya dibuat
sirup kering yang memerlukan formulasi khusus, berbentuk granul, stabilitas setelah
dilarutkan haInya beberapa hari).
7. Harga relatif mahal karena memerlukan formula khusus dan kemasan yang khusus
pula.
I. Pengertian Influenza
Demam, batuk dan pilek sering disebut dengan influenza. Influenza (flu) adalah suatu infeksi virus yang menyebabkan demam, hidung meler, sakit kepala, batuk, tidak enak badan (malaise) dan peradangan pada selaput lendir hidung dan saluran pernafasan.
Penyebab
Virus influenza tipe A atau B. Virus ditularkan melalui air liur terinfeksi yang keluar pada saat penderita batuk atau bersin; atau melalui kontak langsung dengan sekresi (ludah, air liur, ingus) penderita.
Gejala
Influenza berbeda dengan common cold. Gejalanya timbul dalam waktu 24-48 jam setelah terinfeksi dan bisa timbul secara tiba-tiba. Kedinginan biasanya merupakan petunjuk awal dari influenza. Pada beberapa hari pertama sering terjadi demam, bisa sampai 38,9-39,4?Celsius. Banyak penderita yang merasa sakit sehingga harus tinggal di tempat tidur; mereka merasakan sakit dan nyeri di seluruh tubuhnya, terutama di punggung dan tungkai. Sakit kepala seringkali bersifat berat, dengan sakit yang dirasakan di sekeliling dan di belakang mata. Cahaya terang bisa memperburuk sakit kepala. Pada awalnya gejala saluran pernafasan relatif ringan, berupa rasa gatal di tenggorokan, rasa panas di dada, batuk kering dan hidung berair. Kemudian batuk akan menghebat dan berdahak. Kulit teraba hangat dan kemerahan, terutama di daerah wajah. Mulut dan tenggorokan berwarna kemerahan, mata berair dan bagian putihnya mengalami peradangan ringan. Kadang-kadang bisa terjadi mual dan muntah, terutama pada anak-anak. Setelah 2-3 hari sebagian besar gejala akan menghilang dengan segera dan demam biasanya mereda, meskipun kadang demam berlangsung sampai 5 hari. Bronkitis dan batuk bisa menetap sampai 10 hari atau lebih, dan diperlukan waktu 6-8 minggu ntuk terjadinya pemulihan total dari perubahan yang terjadi pada saluran pernafasan.
Pengobatan flu yang utama adalah istirahat dan berbaring di tempat tidur, minum banyak cairan dan menghindari kelelahan. Tirah baring sebaiknya dilakukan segera setelah gejala timbul sampai 24-48 setelah suhu tubuh kembali normal. Untuk penyakit yang berat tetapi tanpa komplikasi, bisa diberikan asetaminofenn, aspirin, ibuprofen atau naproksen. Obat lainnya yang biasa diberikan adalah dekongestan hidung dan penghirupan uap.
J. Monografi
a. Parasetamol / Asetaminofen
Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C8H9NO2 , dihitung terhadap zat anhidrat.
Rumus kimia : C8H9NO2
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol ( 95% ) P, dalam 13
bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian
propilenglikol P; larut dalam larutan alkali hidroksida.
Stabilitas : Terhadap pelarut parasetamol sangat stabil dalam air, terhadap pH
waktu paruh dalam larutan terdapat pada pH 6, diperkirakan selama
21,8 tahun penurunannya dikatalis oleh asam dan basa dan waktu
paruhnya 0,73 tahunan pada pH 2,28 tahun pada pH 9.
Sifat farmakologi: Paracetamol atau acetaminophen adalah obat yang mempunyai efek
mengurangi nyeri (analgesik) dan menurunkan demam (antipiretik).
Parasetamol mengurangi nyeri dengan cara menghambat
impuls/rangsang nyeri di perifer. Parasetamol menurunkan demam
dengan cara menghambat pusat pengatur panas tubuh di hipotalamus.
Paracetamol (parasetamol) sering digunakan untuk mengobati berbagai
penyakit seperti sakit kepala, nyeri otot, radang sendi, sakit gigi, flu
dan demam. Parasetamol mempunyai efek mengurangi nyeri pada
radang sendi (arthritis) tapi tidak mempunyai efek mengobati penyebab
peradangan dan pembengkakan sendi.
Efek samping : reaksihipersensitivitas dan kelainan darah
Tempat absorpsi :di absorpsi dengan cepat dan sempurna di saluran cerna
Waktu paruh : konsentrasi tertinggi dalam plasma antara 1 sampai 3 jam
Interaksi obat : Aspirin : konsentrasi tertinggi dalam plasma akan meningkat dengan
adanya aspirin, Kloramfenikol: parasetamol meningkatkan waktu
paruh kloramfenikol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
b. CTM (Klorfenilamin maleat)
Rumus kimia : C16H19ClN2C4H4O4
Berat molekul : 390,87
Pemerian : serbuk hablur putih, tidak berbau; larutan mempunyai pH antara 4
dan 5.
Kelarutan : mudah larut dalam air; larut dalam etanol dan kloroform; sukar larut
dalam eter dan benzene
Titik lebur : antara 130o dan 135o C
Stabilitas : mengalami peruraian pada suasana asam
OTT : inkompatibel dengan Kalsium klorida, kanamisin sulfat,
noradrenalinaad tartrat, penobarbital sodium dan meglumine
adipiodone.
Khasiat : antihistamin, sedative
c. Fenilpropanolamin
Rumus molekul: C9H13NOHCl
BM : 187,67
Pemerian : serbuk hablur putih; bau aromatis lemah; dipengaruhi oleh cahaya
Kelarutan mudah larut dalam air dan dalam etanol; tidak larut dalam eter
Indikasi : meringankan influenza yang disertai gejala demam, pilek, bersin-
bersin, sakit kepala dan batuk.
Efek samping : kerusakan hati pada penggunaan dosis tinggi
d. Nipagin
Metil paraben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5%
C8H8O3 , dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Rumus molekul: C6H6O3
BM : 152,15
Pemerian : hablur kecil tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau
atau berbau khas lemah; mempunyai sedikit rasa terbakar
Kelarutan : sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam karbon tetraklorida;
mudah larut dalam etanol dan dalam eter.
Efek farmakologis : Mekanisme kerja senyawa nipagin adalah dengan menghilangkan
permebilitas membran sehingga isi sitoplasma keluar dan menghambat sistem transport
elekrolit yang lebih efektif terhadap kapang dan khamir. Paraben terabsorpsi dalam
saluran cerna.
Peranan di Bidang farmasi : Preservatif dan sebagai zat pengawet yang dirasa baik agar
sediaan tidak menjadi tempat pertumbuhan bakteri.
e. Nipasol
Mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C5H10O3 , dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan.
Rumus molekul: C9H10O3
BM : 166,18
Pemerian : serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna
Kelarutan : sukar larut dalam air dan dalam gliserin; mudah larut dalam aseton,
dalam methanol, dalam eter dan dalam propilenglikol.
f. Asam sitrat
Sinonim Acidum citricum. Asam sitrat berbentuk anhidrat atau mengandung satu
molekul air. Mengandung tidak kurang dari 99,5 % dan tidak lebih dari 100,5 % C H
O, dihitung terhadap zat anhidrat.
Rumus kimia : CH2(COOH)C(OH) (COOH)CH2COOH.H2O
Pemerian : hablur bening tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai halus,
putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, rasa sangat asam, bentuk
hidrat mekar dalam udara kering. Kelarutan sangat mudah larut dalam
air, mudah larut dalam etanol, sukar larut dalam ester.
Kegunaan dalam bidang farmasi : Sequistering agent 0,3-2,0 %; larutan buffer 0,1-2,0
%; penimbul rasa pada sediaan cair 0,3-2,0 %.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.
g. Propilan Glikol
Pemerian : Cairan kental, jernih tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau,
menyerap air pada udara lembab.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform,
larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial, tetapi tidak dapat
bercampur dalam minyak lemak.
Khasiat dan Kegunaan : Zat tambahan sebagai bahan pengawet
h. CMC- Na (Carboxymethylcellulosum Natricum)
Bahan suspensi atau suspending agent ini merupakan bahan pensuspensi sintetis
derivat selulosa. CMC atau karboksi metil selulosa dalam perdaganagan ada 3 macam
kualitas CMC yang berbeda viskositasnya. Ada CMC HV, CMC MV, dan CMC LV.
Pemerian : serbuk atau granul, putih sampai krem; higroskopik
Kelarutan : mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal; tidak larut
dalam etanol dan dalam pelarut organik lain.
Kekentalan : tidak kurang dari 80% dan tiak lebih dari 120% dari yang tertera
dalam etiket untuk kadar larutan 2%; tidak kurang dari 75% dan tidak
lebih dari 140% dari yang tertera pada etiket untuk kadar larutan 1%.
(FI IV, 1995:175)
BAB III
Alat dan Bahan
3.1 Alat Percobaan Beaker glass Mortir dan stamper Batang pengaduk Botol 60 mL Spatula Kassa Kaki tiga Spiritus Tissue Lap tangan Piknometer pHmeter Viscometer Gelas ukur Pipet tetes
3.2 Bahan Percobaan Parasetamol (PA) Fenilprofanolamin (F) Klorfeniramin maleat (K) Propilenglikol (PR) Sukrosa (SK) Perisa botiegum (B1) Pewarna (FDC brilliant) (B2) Nipagin (B3) Nipasol (B4) CMC Na (B5) Asam sitrat (B6) Natrium sitrat (B7) Sakarin (B8)
BAB IV
Prosedur Percobaan
1. Disiapkan alat dan bahan. Botol 60 mL dikalibrasi dan beaker glass dikalibrasi 600 mL terlebih dahulu kemudian bahan-bahan ditimbang sesuai dengan yang dibutuhkan.
2. 0,6 gram B6 dikembangkan dengan menambahkan air panas 2,4 mL kemudian diaduk hingga mengembang.
3. Dimasukkan air sebanyak 100 mL dalam beaker glass 100 mL kemudian dipanaskan hingga suhu ±80ºC, setelah itu dimasukkan SK 300 gram sedikit demi sedikit hingga melarut dan didiinginkan hingga suhu ±40ºC.
4. Dimasukkan 14,4 gram PA kedalam beaker glass 500 mL, lalu ditambahkan B6 yang telah mengembang, kemudian diaduk hingga homogeny. Kemudian dimasukkan 60 mL PR diaduk kemudian ditambahkan 1080 mL B3 dan 120 mL B4 kemudian diaduk.
5. Ditambahkan sedikit air untuk melarutkan 0,6 gram F kemudian dimasukkan kedalam larutan PA.
6. Pembuatan larutan dapar sitratDimasukkan 100 mL kedalam beaker glass, kemudian ditambahkan B6 dan B7 sambil diaduk hingga larut/homogen kemudian dimasukkan di beaker glass 1 liter.
7. Dalam beaker glass 1 liter yang berisi SK ditambah larutan PA kemudian diaduk hingga homogen. Kemudian ditambahkan B2 dan B1 secukupnya kemudian dituang kedalam beaker glass 1 liter.
8. Setelah smua bahan masuk ke dalam beaker glass 1 liter semuanya diaduk homogen. Setelah itu di add hingga tanda batas. Kemudian diuji untuk evaluasi sirup yaitu uji pemerian, pemeriksaan pH, pemeriksaan bobot jenis (BJ) dan uji viskositas
9. Kemudian sediaan sirup dimasukkan kedalam botol yang sudah dikalibrasi setelah itu diberi etiket dan dimasukkan kedalam kemasan.
BAB V
Hasil Percobaan
Dari hasil percobaan pembuatan sirup antiinfluenza, dilakukan evaluasi meliputi :
1. Uji pemerian (organoleptis)
Sirup berwarna biru tosca, rasa bubblegum dengan rasa manis sedikit pahit paracetamol
dan bau bubblegum
2. Pemeriksaan pH
pH dari obat sirup antiinfluenza ini yaitu 4,638
3. Pemeriksaan bobot jenis (BJ)
Piknometer kosong (W0) 22, 298
Piknometer kosong yang diisi larutan obat sirup (W1) 50,652
Bobot jenis (BJ) 1,1342
4. Uji viskositas
Viskositas obat sirup antiinfluenza ini 33,5% dengan rpm 100 mpas 100 spindel L2
BAB VII
Kesimpulan
1. Komponen-komponen dari pembuatan sirup anti influenza adalah :
a. Gula, biasanya sukrosa/pengganti gula yang digunakan untuk memberi rasa manis dan
kental
b. Pengawet mikroba
c. Pengaroma atau perasa
d. Pengental
e. Penyeimbang pH
f. Pewarna (biasanya diberikan pada sediaan sirup untuk anak)
2. Untuk menjaga keamanan pembuatan sirup anti influenza harus dilakukan dalam gelas
kimia atau gelas piala.
3. Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan, sirup anti influenza DIAFLU® telah
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Homogenitas, warna, bau dan rasa dinilai baik.
b. Hasil pemeriksaan pH sebesar 4,638 yang menghasilkan hidrolisis minimum zat aktif
pada sediaan.
c. Bobot jenis sirup > 1 diukur memenuhi syarat sebesar 1,1342
d. Viskositas sirup adalah 33,5% dengan Rpm
DAFTAR PUSTAKA
- Anief, Moh, 1995, Farmasetika, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
- Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Ed III, Depkes RI, Jakarta.
- Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Ed IV, Depkes RI, Jakarta.
- Anonim, 2007, Kapita Selekta Dispensing I, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta.
- Anief, Moh . 1997 . Ilmu Meracik Obat . Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas
- Press Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III .
Jakarta : Dirjen POM
- Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope Indonesia Edisi IV .
Jakarta : Dirjen POM ( ikatan sarjana farmasi )
- Howard, ansel C 1982, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Jakarta.
- Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1995, Farmakologi Dan
Terapi, Edisi IV Jakarta.
- American hospital formulary services Drug Information, 1998.
- Kibbe, orthur H, 2000. Hand Book Of Pharmaceutical Excipient, edisi III. Penerbit:
Pharmaceutical Press. USA.
top related