Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang kompleks,
menggunakan gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan
oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi
dan menangani masalah medik modern, yang semuanya terikat bersama-
sama dalam maksud yang sama untuk pemulihan dan pemeliharaan
kesehatan yang baik.
Hal ini dapat terwujud bila seseorang ahli farmasi dapat terus
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pelayanan di bidang farmasi,
baik managerial, pengetahuan tentang obat, komunikasi, serta ketepatan
dalam pelayanan obat.
Dengan melaksanakan Praktek Kerja Lapangan ini diharapkan para
calon Ahli Madya Farmasi dapat memahami dan menerapkan kegiatan
Unit Farmasi Rumah Sakit Haji Jakarta, sekaligus menambah pengetahuan
mengenai peran dan tanggung jawab Ahli Madya Farmasi di Rumah Sakit.
1.2 Tujuan PKL
a. Untuk memahami dan menerapkan ilmu farmasi di Rumah Sakit Haji
Jakarta sehingga dapat membandingkan dengan teori Farmasi Rumah
Sakit yang sudah didapat selama pendidikan.
1
b. Untuk mendapatkan wawasan dan pengetahuan yang luas mengenai
Rumah Sakit Haji Jakarta khususnya Instalasi Farmasi.
2
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA
2.1 Sejarah Rumah Sakit Haji Jakarta
Rumah Sakit Haji Jakarta adalah salah satu Rumah Sakit Haji yang
ada di Indonesia setelah Rumah Sakit Haji Medan, Ujung Pandang, dan
Surabaya. Rumah Sakit Haji Jakarta dibangun sebagai wujud gagasan para
Hujjaj ( persaudaraan haji ) untuk mengenang tragedi trowongan Al-
Muslim Mina yang menelan korban lebih dari 600 jemaah haji Indonesia
yang terjadi pada tahun 1990.
Rumah Sakit Haji Jakarta diresmikan pada tanggal 12 November
1994 oleh Bapak Soeharto yang pada saat itu menjabat sebagai Presiden
RI, pembangunannya menghabiskan dana kurang lebih Rp 23,9 miliyar.
2.2 Profil Rumah Sajit Haji Jakarta
Rumah Sakit Haji Jakarta beralamatkan di Jalan Raya Pondok
Gede No. 4 Jakarta Timur di atas tanah seluas 1 Ha dan dibangun dengan
6 lantai dengan tipe kelas C+ . Keberadaaannya tidak berbeda dengan
rumah sakit lainnya, yaitu merupakan bagian dari sistem pelayanan
kesehatan masyarakat yang juga melayani masyarakat umum tanpa
memandang suku, agama, ras, dan budaya.
3
2.3 Susunan Organisasi PT. Rumah Sakit Haji Jakarta
Secara lengkap struktur organisasi Rumah Sakit Haji Jakarta dapat
dilihat pada lampiran 2 dan 3
2.4 Visi dan Misi Rumah Sakit Haji Jakarta
Visi
Dari pemberdayaan dan pemfokusan SDM kami dan kualitas
sistem manajemen, kami akan bertumbuh menjadi institusi layanan
kesehatan Islami modern, dan sejajar dengan rumah sakit di seluruh
Indonesia.
Misi
Meningkatkan kualitas hidup manusia sebagai ibadah kami kepada
Allah SWT melalui penyediaan pelayanan kesehatan Islami modern,
paripurna dan berkualitas.
2.5 Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Haji Jakarta
Sarana dan prasarana yang tersedia adalah sebagai berikut :
Luas Tanah : 1 Ha
Luas Bagunan ( 6 Lantai ) : 15.000 m2
Listrik : 935 KVA + Genset
Air Bersih : Kapasitas 144 m3 di bawah, 36 m3
diatas
Incenerator : 1000 liter
4
Telepon : 28 saluran
Ambulance : 3 unit
Ambulance jenazah : 3 unit (2 unit kerjasama dengan
pihak ketiga)
Kendaraan Operasional : 4 unit
Alat – alat kantor , Alkes dan inventaris ruangan pasien sesuai dengan
kelas Rumah Sakit Tipe C+, dilaksanakan secara bertahap sesuai
dengan perkembangan Rumah Sakit Haji Jakarta
Perpustakaan
Koperasi dan Kantin
Anjungan Tunai Mandiri
2.6 Pelayanan Yang disediakan Rumah Sakit Haji Jakarta
2.6.1 Pelayanan rawat jalan
Rumah Sakit Haji Jakarta menyediakan 16 jenis pelayanan rawat
jalan yang dibuka untuk umum pada pagi hari ( pukul 08.00 – 12.00 WIB )
dan siang hari ( pukul 14.00 – 20.00 WIB ), jenis pelayanan yang
diberikan antara lain :
5
a. Poliklinik anak
b. Poliklinik saraf
c. Poliklinik kulit dan
perawatan wajah
d. Poliklinik kandungan dan
kebidanan
e. Poliklinik gigi
f. Poliklinik akupuntur
g. Poliklinik THT
h. Poliklinik mata
i. Poliklinik umum
j. Poliklinik paru
k. Poliklinik penyakit dalam
l. Poliklinik bedah
m. Poliklinik kesehatan jiwa
n. Poliklinik gizi
o. Poliklinik medis
6
2.6.2 Pelayanan rawat inap
Pelayanan rawat inap ditujukan untuk sub bagian gawat darurat
( sub bagian ini juga menerima rujukan dari rumah sakit lain ). Jenis
pelayanannya dapat dilihat pada lampiran 19.
2.6.3 Pelayanan rawat bedah (OK)
Sub bagian ini melayani operasi besar, sedang, operasi khusus juga
operasi yang sifatnya hanya satu perawatan ( One Day Care ). Jumlah
ruangan berjumlah tiga ruangan yang digunakan untuk semua jenis
operasi. Sedangkan pasien untuk kamar bedah ini biasa berasal dari pasien
rawat jalan, rawat inap, ruangan bersalin, dan gawat darurat. Pasien yang
telah selesai di operasi di observasi terlebih dahulu dikamar pulih (
recovery room ) sampai pasien dalam keadaan stabil setelah itu baru di
bawa keruang perawatan, lain halnya dengan One Day Care jika pasien
sudah stabil maka pasien dapat dibawa pulang.
2.6.4 Pelayanan ruang bersalin (RB)
Sub bagian ini merupakan salah satu sub Departement keperawatan
yang memiliki kapasitas sembilan tempat tidur dan tiga ruangan tindakan.
7
Pasien yang datang di observasi terlebih dahulu sampai tiba saat kelahiran
normal ( kegiatan ini dilakukan di ruang tindakan ).
2.6.5 Pelayanan ruang ICU/ICCU
Sub Bagian ICU/ICCU diperuntukkan kepada pasien yang
memerlukan perawatan intensif atau pasien dalam keadaan kritis. Sub
Bagian ICU/ICCU terdiri dari lima tempat tidur yang melayani pasien dari
unit Rawat Inap, Rawat Jalan, Ruang Bersalin, Gawat Darurat dan Kamar
Bedah. Selain perawatan intensif untuk orang dewasa, Rumah Sakit Haji
memiliki kapasitas intensif untuk bayi (NICU/PICU).
2.6.6 Pelayanan gawat darurat
Sub Bagian Gawat Darurat Rumah Sakit Haji Jakarta melayani dari
luar maupun pasien poliklinik. Pasien yang baru datang diobservasi
terlebih dahulu di ruang triase sebelum dilakukan tindakan bedah kecil
maupun non bedah yang sifatnya emergency.
2.6.7 Pelayanan farmasi
Sub Bagian Farmasi merupakan salah satu bagian pelayanan untuk
pasien. Kegiatan yang dilaksanakan dalam Sub Bagian Farmasi Rumah
Sakit Haji Jakarta meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, dan
penyimpanan, distribusi dan evaluasi. Perencanaan persediaan barang
farmasi dibuat tahunan, tetapi dalam pelaksanaannya dilakukan dua kali
seminggu yaitu setiap hari Senin dan Kamis. Pengadaan persediaan barang
8
farmasi menggunakan metode yang sama seperti unit yang lain yaitu
melalui bagian pembelian. Untuk penerimaan dan penyimpanan dilakukan
di Sub Bagian Farmasi. Dalam pendistribusian, untuk pasien Rawat Inap
maupun Ruang Bersalin, ICU/ICCU obat diambil oleh POS (Pembatu
Orang Sakit/Asisten Perawat) yang akan diserahkan kepada perawat jaga
ruangan untuk diberikan kepada pasien yang dirawat sesuai dengan jadwal
pemberian obatnya. Untuk pasien rawat jalan, pasien menunggu di ruang
tunggu farmasi atau obat dipesan dan diantar sampai rumah karena Unit
Farmasi Rumah Sakit Haji Jakarta menyediakan fasilitas antar obat untuk
pasien rawat jalan, sedangkan untuk evaluasi (laporan kegiatan farmasi)
dilaksanakan tiap bulan.
2.6.8 Pelayanan laboratorium
Sub Bagian Laboratorium Rumah Sakit Haji Jakarta menyediakan
fasilitas pemeriksaan hematologi (pemeriksaan darah lengkap, golongan
darah, retikulosit), pemeriksaan kimia klinik (pemeriksaan ginjal, liver,
lemak, fungsi test), pemeriksaan immunoserologi, urinalisa dan feces,
serta bakteriologi. Pasien yang dilayani berasal dari pasien rawat jalan
Rumah Sakit Haji Jakarta atau pasien dari rumah sakit lain yang membawa
surat pengantar dari dokter, di Sub Bagian ini ada Bank Darah yang
berfungsi untuk menyediakan darah. Dalam menyediakan darah
laboratorium Rumah Sakit Haji Jakarta bekerja sama dengan Palang
Merah Indonesia (PMI).
9
2.6.9 Pelayanan radiologi
Sub Bagian Radiologi Rumah Sakit Haji Jakarta menyediakan
fasilitas konvesional (foto organ tubuh), USG, CT Scan, Dental dan
Panoramic. Sub Bagian Radiologi melayani pasien rawat jalan serta pasien
dari luar yang membawa surat dari dokter yang merujuk. Sebelum
dilakukan tindakan, biasanya pasien harus menyediakan terlebih dahulu
pembayaran kemudian pasien dapat dilayani, lalu radiografer mencetak
foto dikamar gelap sebelum diserahkan kepada dokter spesialis radiologi
untuk membaca foto lalu diberi keterangan. Kemudian pasien dapat
memperoleh hasil foto untuk diserahkan kepada dokter yang memberikan
surat pengantar rujukan.
2.6.10 Sub bagian pengolahan makanan
Sub Bagian Pengolahan Makanan Rumah Sakit Haji Jakarta adalah
salah satu bagian penunjang Pelayanan Keperawatan. Sub Bagian ini
melayani pasien yang sedang menjalani perawatan dan karyawan di bagian
ini mempunyai resiko terjadinya infeksi nosokomial. Makanan yang
diberikan disesuaikan dengan kondisi dan jenis penyakit serta jenis diet
yang diberikan oleh dokter yang merawat. Setiap pasien diberikan makan
sebanyak tiga kali sehari dan dua kali makanan ringan serta segelas susu.
Untuk makan pagi, khususnya pasien VIP dan S. VIP dapat memesan
menu yang diinginkan.
2.6.11 Sub bagian pemeliharaan alat kesehatan
10
Pemeliharaan Alat Kesehatan di Rumah Sakit Haji Jakarta
mempunyai dua metode, preventive maintenance yaitu memelihara alat
kesehatan secara rutin dan corecctive maintenance yaitu pemeliharaan
perbaikan alat kesehatan yang rusak. Untuk perawatan pencegahan
dilakukan sewaktu-waktu. Setiap bagian dapat langsung menghubungi
petugas alat kesehatan untuk memperbaiki alat yang rusak. Alat Kesehatan
memerlukan perawatan dan perbaikan dapat dilakukan di tempat atau
dibawa ke workshop jika tidak dapat diselesaikan ditempat (bagian yang
bersangkutan).
2.7 Prosedur operasional baku pelayanan resep rawat jalan
Prosedur :
1. Penerimaan Resep Farmasi dan Pembayaran Resep Farmasi
a) Petugas penerima resep menerima resep dari pelanggan
(umum/jaminan/karyawan).
b) Petugas penerima resep memberi nomor urut pada lembar
resep.
c) Petugas penerima resep menanyakan ulang identitas
pelanggan meliputi nama pelanggan dan nomor telepon
pelanggan.
d) Petugas penerima resep melakukan input data dan
melakukan pemeriksaan terhadap ketersediaan obat yang
tertulis pada lembar resep. Bila obat tidak ada akan dicarikan
11
substitusinya dengan menghubungi dokter penulis terlebih
dahulu.
e) Petugas penerima resep menghitung dosis obat yang
dibutuhkan dan tersedia.
f) Petugas penerima resep menghitung harga obat (sesuai
dengan jenis pelanggan) yang dibutuhkan dan tersedia.
g) Petugas penerima resep melakukan validasi terhadap hasil
kerjanya dengan membubuhkan paraf pada kolom H dari
kolom HTKP yang tertera pada lembar resep.
h) Petugas farmasi menerima data harga obat.
i) Petugas farmasi memanggil nama pelanggan dan
menginformasikan harga obat kepada pelanggan.
j) Petugas farmasi mendapatkan persetujuan dari pelanggan
terhadap harga obat yang diinformasikan.
k) Pelanggan melakukan transaksi pembayaran secara tunai,
menggunakan kartu kredit dan pelanggan jaminan
perusahaan.
l) Petugas farmasi melakukan validasi pekerjaannya dengan
mencetak kuitansi tiga rangkap dengan tanda lunas (kuitansi
asli diserahkan kepada pelanggan sedangkan kopi kuitansi
diarsipkan bersama dengan resep asli di farmasi).
m) Petugas farmasi menyerahkan kuitansi asli dan potongan
nomor urut resep kepada pelanggan sebagai bukti
pengambilan obat.
12
2. Proses Peracikan Obat Non Racikan
a) Resep yang telah dilampiri kuitansi lunas diterima oleh
petugas peracikan.
b) Petugas peracikan mengambil obat dan sejumlah yang
tertulis pada resep.
c) Petugas peracikan melakukan validasi pekerjaan dengan
membubuhkan tanda tangannya pada kolom T dari kolom
HTKP yang tertera pada lembar resep.
3. Proses Peracikan Obat Racikan
a) Resep yang telah dilampiri kuitansi lunas diterima oleh
petugas peracikan.
b) Petugas peracikan mengambil jenis dan jumlah obat yang
akan diracik sesuai dengan yang tertera pada resep.
c) Petugas peracikan menulis etiket yang memuat informasi
tanggal, nomor resep, nama pasien, aturan dan cara pakai
obat.
d) Petugas peracikan melakukan pencampuran/penggerusan dan
membagi racikan sejumlah yang tertulis dilembar resep
secara visual, membungkus atau memasukkan kedalam
kapsul atau pot salep.
e) Petugas peracikan menempel etiket pada setiap jenis obat
racikan yang diresepkan.
13
f) Petugas pengemasan melakukan validasi terhadap
pekerjaannya dengan membubuhkan tanda tangannya pada
kolom T dari kolom HTKP yang tertera pada lembar resep.
4. Proses Pengemasan
a) Petugas pengemasan membaca resep dan memeriksa
kesesuaian obat yang telah diracik dengan penulisan resep.
b) Petugas pengemasan memasukkan obat yang telah dikemas
ke dalam klip plastik.
c) Petugas pengemasan memasukkan obat yang telah dikemas
kedalam kantong plastik.
d) Petugas melakukan validasi terhadap pekerjaannya dengan
membubuhkan tanda tangannya pada kolom K dari kolom
HTKP yang tertera pada lembar resep.
5. Proses Penyerahan Obat
a) Petugas penyerahan obat menerima obat dan resep dari
petugas pengemasan.
b) Petugas penyerahan obat memeriksa antara kesesuaian obat
yang disiapkan, penulisan etiket dengan yang tertulis pada
lembar resep.
c) Petugas penyerahan obat memanggil pelanggan dan
menanyakan potongan nomor urut obat untuk disesuaikan
14
dengan nomor urut yang tercantum pada lembar resep
dengan yang tertulis pada etiket obat.
d) Petugas penyerahan obat melakukan validasi terhadap
pekerjaannya dengan membubuhkan tanda tangannya pada
kolom P pada kolom HTKP yang tertera pada lembar resep.
2.8 Prosedur operasional baku floor stock
1. Proses Penerimaan Formulir Floor Stock
a) Petugas floor stock menerima formulir dari petugas sub
bagian/bagian pengguna yang telah disetujui oleh
penanggung jawab sub bagian/bagian pengguna.
b) Petugas akhir floor stock memeriksa daftar persediaan akhir
dan kebutuhan barang farmasi pada formulir floor stock.
2. Proses Persiapan dan Verifikasi
a) Petugas floor stock melakukan input data kebutuhan barang
farmasi yang meliputi nama bagian/sub bagian pengguna
serta jenis data dan jumlah barang farmasi
b) Petugas floor stock menghitung jumlah harga barang farmasi
yang dibutuhkan.
c) Petugas floor stock membuat kuitansi sebagai data pembelian
barang farmasi oleh bagian atau sub bagian pengguna serta
formulir pengeluaran barang sebagai bukti mutasi barang
farmasi.
15
3. Petugas Penyerahan
a) Petugas barang floor stock mencetak kuitansi dan daftar
kebutuhan barang farmasi yang dapat dipenuhi oleh bagian
farmasi sebanyak tiga rangkap.
b) Petugas floor stock memeriksa kesesuaian antar barang
farmasi yang telah disiapkan dengan daftar kebutuhan
barang farmasi yang dapat dipenuhi oleh bagian farmasi.
c) Petugas floor stock menyerahkan barang farmasi ke bagian
pengguna.
d) Petugas bagian/sub bagian pengguna yang menerima barang
membubuhkan tanda tangannya pada daftar kebutuhan
barang farmasi yang dapat dipenuhi.
2.9 Prosedur operasional baku (obat/alkes) kadaluarsa atau rusak
1. Petugas Stock Opname memilih barang yang batas tanggal
kadaluarsanya kurang dari enam bulan (terhitung pada saat dilakukan
stock opname).
2. Setelah dipilah, maka diinformasikan ke dokter supaya di resepkan
dan bila ada barang yang rusak maka bisa dimusnahkan atau kalau
bisa ditukar maka barang tersebut dapat ditukar kepada dstributor
yang bersangkutan.
16
3. Proses Pemusnahan
Proses pemusnahannya dapat dilakukan dengan cara :
a) Petugas gudang mengumpulkan barang yang akan
dimusnahkan
b) Petugas gudang membuat berita acara
c) Petugas gudang melakukan pemusnahan dengan cara :
- Bahan padat dilarutkan terlebih dahulu kemudian
dibuang melalui kran
- Bahan cair langsung dibuang melalui kran
- Alkes dikumpulkan telebih dahulu kemudian
masukkan ke dalam incenerator untuk dibakar.
17
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Upaya Kesehatan dan Sarana Kesehatan
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan dan tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan
berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau upaya kesehatan
rujukan dan / upaya kesehatan penunjang, selain itu sarana kesehatan dapat
juga dipergunakan untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan serta
penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kesehatan. Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan diperlukan
perbekalan kesehatan lainnya, sedangkan sediaan farmasi meliputi obat,
bahan obat, obat tradisional, dan kosmetik (Siregar, 2003).
3.2 Definisi Rumah Sakit
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
159/MenKes/PER/II/1998 mendefinisikan rumah sakit sebagai sarana
kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta
dapat dimanfaatkan untuk pendidikan kesehatan dan penelitian (Depkes
RI, 1998).
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan
gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai
kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani
18
masalah medik modern, yang semuanya terikat bersama - sama dalam
maksud yang sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang
baik (Siregar, 2003).
3.3 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Rumah sakit bertugas menyediakan kebutuhan bagi pemeliharaan
dan pemulihan kesehatan bagi penderita. Selain itu, rumah sakit memiliki
empat fungsi dasar, yaitu (Depkes RI, 1992) :
1. Fungsi perawatan penderita meliputi diagnosis dan pengobatan penyakit
atau kecelakaan, pengobatan, pencegahan, rehabilitasi, perawatan
pemulihan, perawatan gigi dan pelayanan pribadi. Dalam menyediakan
perawatan penderita, rumah sakit biasanya mempunyai dua jenis dasar
akomodasi berdasarkan kemampuan penderita untuk membayar, yaitu
penderita pribadi yang membayar penuh atau dengan biaya tanggungan
atau jaminan.
2. Fungsi pendidikan yaitu pendidikan tenaga medik dan tenaga profesi
kesehatan lain yang berhubungan, dan pendidikan kepada penderita serta
masyarakat sekitar. Pendidikan kepada masyarakat sekitar dilakukan
untuk kesejahteraan masyarakat terutama dalam pencegahan penyakit
antara lain imunisasi, penggunaan obat yang tepat, penggunaan obat
adiktif dan lain – lain.
19
3. Fungsi penelitian bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan medis
mengenai penyakit dan perbaikan pelayanan rumah sakit. Rumah sakit
merupakan tempat untuk melakukan penelitian obat – obat baru, yang
dilakukan bermacam – macam departemen di rumah sakit oleh personil
medis dan non medis.
4. Fungsi kesehatan masyarakat mempunyai tujuan utama yaitu untuk
membantu masyarakat dalam mengurangi jumlah penyakit dan
memperbaiki kesehatan umum populasi.
3.4 Klasifikasi Rumah Sakit
Penggolongan rumah sakit di Indonesia berdasarkan beberapa
kriteria, yaitu :
a.Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 9837
MenKes/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum,
rumah sakit diklasifikasikan menjadi (Depkes RI, 1992) :
1) Rumah sakit pemerintah yaitu rumah sakit yang dimiliki dan
diselenggarakan oleh pemerintah yaitu Departemen Kesehatan,
Pemerintah Daerah, Angkatan Bersenjata dan Badan Usaha Milik
Negara ( BUMN ).
2) Rumah sakit swasta yaitu rumah sakit yang dimiliki dan
diselenggarakan oleh yayasan yang disahkan oleh badan hukum
atau badan hukum lain yang bersifat sosial. Rumah sakit swasta
20
terbagi atas rumah sakit yang mencari keuntungan, dimiliki dan
dikelola oleh yayasan bagian yang bukan milik pemerintah dengan
tujuan mencari keuntungan, sedangkan rumah sakit yang tidak
mencari keuntungan, dimiliki dan dikelola oleh organisasi atau
yayasan keagamaan, kekeluargaan, dan lain – lain. Biasanya
didirikan untuk kepentingan sosial.
b. Berdasarkan tipe pelayanan yang diberikan kepada pasien, rumah sakit
dibagi menjadi ( Dpkes RI, 1978 ) :
1) Rumah sakit umum, yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan untuk semua jenis penyakit dari yang bersifat dasar,
spesialistik dan subspesialistik.
2) Rumah sakit khusus, yaitu rumah sakit yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan berdasarkan jenis penyakit tertentu atau
disiplin ilmu tertentu seperti Rumah Sakit Jiwa.
c.Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.
983/MenKes/SK/XI/1992 tentang Kedudukan, Susunan dan Tata Kerja
Rumah Sakit Umum, rumah sakit dibagi menjadi lima kelas, yaitu
( Depkes RI,1992 ) :
1) Rumah Sakit Kelas A, yaitu rumah sakit yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan
21
subspesialistik luas, dengan kapasitas tempat tidur lebih dari 1000
tempat tidur.
2) Rumah Sakit Kelas B I, yaitu rumah sakit yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan
subspesialistik terbatas, denga kapasitas tempat tidur yaitu 500
sampai dengan 1000 tempat tidur.
3) Rumah Sakit Kelas B II, yaitu rumah sakit yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang – kurangnya
empat jenis spesialistik dasar lengkap, dengan kapasitas tempat
tidur antara 300 hingga 500 buah.
4) Rumah Sakit Kelas C, yaitu rumah sakit yang mempunyai fasilitas
dan pelayanan medis sekurang – kurangnya empat jenis spesialistik
dasar lengkap, dengan kapasitas tempat tidur antara 100 sampai
dengan 300 buah.
5) Rumah Sakit Kelas D, yaitu rumah sakit yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan sekurang – kurangnya pelayanan medis dasar,
dengan kapasitas tempat tidur kurang dari 100 tempat tidur.
22
d. Berdasarkan jenis penderita dan pelayanan yang diberikan, rumah sakit
dibagi menjadi dua jenis, yaitu ( Siregar, 2003 ) :
1) Pelayanan yang diberikan kepada penderita sakit yang secara fisik
tinggal di ruang perawatan di rumah sakit, disebut pelayanan
penderita rawat tinggal.
2) Pelayanan yang diberikan pada penderita sakit yang datang ke
rumah sakit, yang tidak memerlukan tinggal di ruang perawatan
rumah sakit disebut pelayanan penderita rawat jalan.
3.5 Visi,Misi dan Tujuan Rumah Sakit
Visi Rumah Sakit
Visi rumah sakit adalah mengorganisasikan secara bersama – sama
semua praktisi kesehatan, fasilitas diagnosis dan terapi, alat dan
perlengkapan fasilitas fisik ke dalam suatu sistem yang terkoordinasi
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Misi Rumah Sakit
Misi rumah sakit adalah melaksanakan fungsi sebagai institusi
yang memberikan pelayanan terhadap penderita seperti memberikan
pelayanan kepada penderita di rumah sakit itu sendiri sebagai penderita
rawat tinggal, poliklinik untuk penderita rawat jalan, unit gawat darurat,
pusat layanan gawat darurat, kantor dokter di rumah sakit, di rumah jika
23
diperlukan pelayanan kesehatan di rumah, di pusat kesehatan dan klinik
kesehatan masyarakat.
Tujuan Rumah Sakit
Tujuan ruamh sakit adalah menyediakan pelayanan penderita yang
bermutu tinggi sesuai harapan dan tuntutan masyarakat (Depkes RI, 1992).
3.6 Jenis Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23
tahun 1992, tentang Jenis Tenaga Kesehatan, yang terdiri dari (Depkes RI,
1992) :
1. Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi
2. Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan
3. Tenaga kefarmasian meliputi Apoteker dan Asisten
Apoteker
4. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi penyuluh
kesehatan
5. Tenaga gizi meliputi nutrisionis
6. Tenaga keterapian
7. Tenaga keteknisian medis meliputi radioterapi, teknisi
dan perekam medis.
3.7 Farmasi Rumah Sakit
24
Unit Farmasi Rumah Sakit dapat didefinisikan sebagai suatu
departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan
seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang asisten apoteker yang
memenuhi persyaratan peraturan perundang – undangan yang berlaku dan
kompeten secara profesional, tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang
bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan atau pelayanan kefarmasian,
yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup perencanaan, pengadaan,
produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan / sediaan farmasi, dispensing
obat berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal dan rawat jalan,
pengendalian mutu, dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh
perbekalan kesehatan di rumah sakit, pelayanan farmasi klinik umum dan
spesialis, mencakup pelayanan langsung kepada penderita dan pelayanan
klinik yang merupakan program rumah sakit secara keseluruhan.
3.7.1 Tujuan IFRS
Tujuan kegiatan harian Instalasi Farmasi Rumah Sakit antara lain :
a.Memberi manfaat kepada penderita, rumah sakit, sejawat profesi
kesehatan, dan kepada profesi farmasi oleh apoteker rumah sakit
yang kompeten dan memenuhi syarat.
b.Membantu dalam penyediaan perbekalan yang memadai oleh apoteker
rumah sakit yang memenuhi syarat.
c.Menjamin praktek profesional yang bermutu tinggi melalui penetapan
dan pemeliharaan standar etika professional, pendidikan dan
pencapaian, dan melalui peningkatan kesejahteraan ekonomi.
25
d.Meningkatkan penelitian dalam praktik farmasi rumah sakit dan dalam
ilmu farmasetik pada umumnya.
e.Menyebarkan pengetahuan farmasi dengan mengadakan pertukaran
informasi antara para apoteker rumah sakit, anggota profesi, dan
spesialis serumpun.
f. Memperluas dan memperkuat kemampuan apoteker rumah sakit.
g.Meningkatkan pengetahuan dan pengertian praktik farmasi rumah sakit
kontemporer bagi masyarakat, pemerintah, industri farmasi, dan
professional kesehatan lainnya.
h.Membantu menyediakan personel pendukung yang bermutu untuk IFRS.
i. Membantu dalam pengembangan dan kemajuan profesi kefarmasian.
3.7.2 Tugas utama IFRS
Tugas utama IFRS adalah mengelola mulai dari perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung
kepada penderita sampai dengan pengendalian semua perbekalan
kesehatan yang beredar dan digunakan dalam rumah sakit baik untuk
penderita rawat tinggal, rawat jalan maupun untuk semua unit termasuk
poliklinik rumah sakit ( Siregar, 2003 ).
Kegiatan farmasi rumah sakit meliputi perencanaan, penyimpanan
dan pendistribusian perbekalan farmasi ( Depkes RI, 1986 ).
3.7.3 Perencanaan perbekalan farmasi
26
Dalam melakukan pengadaan obat di fasilitas kesehatan,
diperlukan suatu perencanaan pengadaan. Perencanaan pengadaan
perbekalan farmasi dilakukan melalui pembelian dari luar atau membuat
atau memproduksi sendiri sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
Pembelian perbekalan farmasi dilakukan dalam empat metode
yaitu penawaran terbuka, penawaran terbatas, penawaran kompetitif dan
pembelian secara langsung ( Rankin, 1997 ).
3.8 Sistem Distribusi Obat di Rumah Sakit
Pendistribusian obat adalah suatu proses penyerahan obat sejak
setelah sediaan disiapkan oleh IFRS sampai dengan diantarkan kepada
perawat, dokter, atau professional lain untuk diberikan kepada penderita.
Sistem distribusi obat di rumah sakit adalah tatanan jaringan
sarana, personel, prosedur, dan jaminan mutu yang serasi, terpadu dan
berorientasi penderita dalam kegiatan penyampaian sediaan obat beserta
informasinya kepada penderita.
Sistem distribusi obat harus menjamin :
Instruksi pengobatan dari dokter harus jelas
Obat yang tepat diberikan kepada pasien yang tepat
Dalam dosis dan jumlah yang tepat
Dikemas dalam kemasan yang menjamin mutu obat
Macam – macam sistem distribusi obat bagi pasien rawat inap:
Total Floor Stock : Total sediaan stock obat di setiap ruangan
27
Individual Prescription : Hanya untuk masing – masing resep per
individu
Kombinasi : Gabungan antara individual prescription dan unit dose
Semua sistem tersebut dapat dilakukan secara sentralisasi ( semua
obat dari Farmasi obat ) ataupun desentralisasi ( adanya satelit / depo
farmasi di setiap satu / lebih ruang perawat ).
28
BAB IV
KEGIATAN PKL
4.1 Unit Farmasi Rawat Jalan
Sirkulasi resep rawat jalan RSHJ adalah :
a. Pelanggan jaminan, pelanggan karyawan, pelanggan umum membawa
resep dan diterima oleh bagian penerimaan resep untuk dimasukkan
datanya dalam komputer sehingga dapat diketahui harganya.
b. Resep asli, kwitansi, dan nomor urut resep dikirim ke ruang peracikan
resep dengan memakai lift obat.
c. Di ruang racikan obat diambil sesuai dengan resep, diracik, diberi
etiket dan dikemas.
d. Obat yang sudah jadi dikirim ke dalam ruang penyerahan dengan
menggunakan lift.
e. Obat diserahkan kepada pasien dan dijelaskan aturan pakai dan
kegunaan obat.
Para petugas yang mengisi resep harus mengisi HTKP yaitu :
H (harga) : petugas yang menerima resep dan melakukan proses harga
T (etiket) : pemberi etiket
K (kemas) : petugas yang megisi, mengecek, mengemas obat
P (penyerahan): petugas mengecek obat dan menyerahkan ke pasien
29
Kegiatan PKL di unit Farmasi rawat jalan adalah membantu
mengerjakan resep baik itu resep racikan atau non racikan, menghitung
waktu tunggu, memberi etiket, dan mengemas obat.
4.2 Unit Farmasi Rawat Inap
Sirkulasi resep rawat inap RSHJ
a. Perawat (POS) dari masing – masing ruang membawa resep rawat inap
ke unit Farmasi
b. Mengambil obat / alkes sesuai dalam resep
c. Pada resep racikan dihitung dulu obatnya, diracik, lalu diberi etiket dan
dikemas
d. Data dalam resep dimasukkan dalam komputer untuk mengetahui total
harga lalu diprint untuk mengetahui rincian biayanya
e. Alkes diserahkan pada perawat untuk dibawa ke masing – masing
ruangan.
Kegiatan PKL di unit Famasi rawat jalan adalah mengambil obat,
menghitug dosis, meracik, mengambil alkes.
Pembayaran di Unit Farmasi Rawat Inap RSHJ dilunasi oleh
pasien ketika hendak meniggalkan rumah sakit dengan bukti kwitansi
penagihan atau jika pasien ingin membayar kontan dengan menebus resep
ke Unit Farmasi RSHJ.
Unit Farmasi RSHJ menyediakan layanan pengantaran obat pasien
rawat jalan bila total harga resep minimal Rp. 50.000 dan dengan batas
wilayah pengantaran tertentu yang telah ditetapkan.
30
Resep – resep yang masuk ke Unit Farmasi RSHJ diarsipkan
perbulan disesuaikan apakah resep tersebut rawat inap atau rawat jalan dan
disimpan selama 3 tahun. Pemusnahan resep tersebut dilakukan dengan
cara dibakar atau di potong – potong.
4.3 Floor Stock Instalasi Gawat Darurat
Kegiatan PKL di Instalasi Gawat Darurat RSHJ ialah:
1. Menulis obat dan alkes yang dibutuhkan ruangan IGD di buku defekta
sesuai dengan kebutuhan yang sudah disepakati bersama.
2. Memindahkan data obat dan alkes yang akan diambil dari buku defekta
ruangan IGD ke buku pengambilan obat dan alkes yang ada di Unit
Farmasi
3. Mengambil obat dan alkes yang dibutuhkan sesuai dengan ruangan di
IGD yaitu ruangan bedah, non bedah, dan resusitasi di Unit Farmasi.
4. Mengirim obat dan alkes ke ruangan IGD dengan memakai troli.
Penyediaan obat dan alkes di lemari emergency ruangan IGD
RSHJ bersifat life saving, yaitu obat dan alkes yang bersifat darurat dan
menyelamatkan kehidupan pasien seperti obat anti kejang, obat penurun
panas tinggi, obat anti hipertensi, obat anti alergi, cairan infuse, dll yang
harus selalu tersedia di lemari emergency masing – masing ruangan.
31
4.4 Logistik Barang Farmasi di Unit Farmasi
Gudang farmasi RSHJ merupakan gudang administrasi, dimana
setelah barang – barang diinput dalam komputer langsung disimpan di
bagian distribusi.
Alur Gudang Farmasi
Rawat jalan dari poli – poli yaitu resep atau bebas
Rawat inap yaitu resep rawat inap atau alkes
Total Floor Stock untuk kebutuhan per ruangan
Amprahan untuk kebutuhan per bulan tiap ruangan
Alur Pengadaan
Jenis barang
Tiap barang yang berada di Instalasi Farmasi sudah melalui proses
standarisasi terlebih dahulu oleh KFT (Komite Farmasi Terapi).
Pemesanan Barang
Perencanaan persediaan barang farmasi dibuat tahunan, tetapi dalam
pelaksanaannya dilakukan 2x seminggu yaitu setiap hari senin dan
kamis. Pengadaan persiapan barang farmasi dilakukan melalui bagian
pembelian.
Penerimaan barang
Prosedur penerimaan barang farmasi ialah :
a. Periksa dulu kecocokan spesifikasi barang dengan buku
permintaan / defecta
b. Periksa jumlah dan spesifikasi barang dengan catatan di faktur
32
c. Tulis juga tanggal kadaluarsa / expired date pada faktur, barang
dengan kadaluarsa dekat tidak diterima, khusus untuk barang slow
moving kadaluarsa min 2 tahun
d. Bubuhkan tanda tangan beserta nama serta distempel di tempat
yang telah disediakan
e. Ambil salinan faktur 3 lembar untuk arsip gudang farmasi
Pendistribusian obat dan alkes dilakukan setelah penerimaan
dengan ditempatkan langsung di rak – rak obat.
4.5 Sistem Penyimpanan
Penempatan barang dibedakan berdasarkan jenis barangnya.
Sedangkan penyimpanan barang disusun berdasarkan bentuk sediaan dan
urutan abjad serta menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan
FEFO (First Expired First Out).
4.6 Produksi Unit Farmasi
Pada bagian unit produksi farmasi membuat produk obat / sediaan
farmasi yang dibutuhkan untuk rumah sakit dimana hasil produksi tersebut
tidak dikomersilkan atau jika diproduksi sendiri akan lebih menghasilkan
keuntungan. Dalam kegiatan pelaksanaannya unit produksi perlu
menerapkan standar sistem mutu dilengkapi dengan Cara Pembuatan Obat
yang Baik (CPOB).
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam unit produksi diantaranya,
melaksanakan pengemasan kembali obat / sediaan farmasi dan
33
pengemasan dosis tunggal / dosis yang merupakan salah satu bentuk
produksi obat non steril seperti gargarisma khan, boorschood mixture,
alkohol 70%, asam cuka 3%, H2O2 3%, borax glycerin, lotio
kummerfeldi, betadini sol, dll. Pengemasan kembali bertujuan untuk
mengemas obat dalam bentuk / kekuatan dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan.
4.7 Pengawasan Barang
Mengadakan stock opname tiap 6 bulan sekali
Menghitung fisik barang
Memasukan datanya ke komputer
34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Rumah Sakit Haji Jakarta merupakan salah satu Rumah Sakit Haji yang
ada di Indonesia, dibangun sebagai wujud gagasan untuk mengenang
tragedi terowongan AL-Muaisim Mina yang menelan korban lebih dari
600 jemaah haji Indonesia tahun 1990. Rumah Sakit Haji Jakarta
diresmikan pada tanggal 12 November 1994 oleh Presiden Soeharto
yang terletak di Jalan Raya Pondok Gede No. 4 Jakarta Timur dengan
standar rumah sakit kelas C+.
2. Unit Farmasi Rumah Sakit Haji Jakarta merupakan salah satu unit
pelayanan medik yang dipimpin oleh seorang Apoteker yang
mengkoordinasi seluruh pekerjaan kefarmasian dan berkoordinasi
dengan bagian lain dalam penggunaan obat di rumah sakit.
3. Penerimaan, penyimpanan dan pengawasan obat dan alkes dilaksanakan
di Unit Farmasi Rumah Sakit Haji Jakarta sendiri dan langsung
ditempatkan di rak-rak obat karena Instalasi Farmasi tidak memiliki
gudang penyimpanan disebabkan tempat yang terbatas serta pembelian
obat dan alkes hanya untuk persediaan 1 minggu.
4. Pendistribusian untuk pasien rawat inap maupun ruang bersalin,
ICU/ICCU, IGD obat diambil oleh POS (Pembantu Orang Sakit/Asisten
35
Perawat) yang diserahkan kepada perawat jaga ruangan untuk diberikan
pada pasien rawat sesuai dengan jadwal pemberian obat. Sedangkan
untuk rawat jalan, pasien dapat menunggu di ruang tunggu Unit Farmasi
atau obat diantar ke rumah.
5. Kegiatan pelayanan informasi obat yang terdapat di Unit Farmasi saat
PKL berlangsung belum aktif.
5.2 Unit Farmasi Rawat Jalan
1. Pengaktifan kembali rungan PIO yang telah ada di Unit Farmasi Rumah
Sakit Haji Jakarta.
2. Penambahan Apotek untuk meningkatkan pelayanan obat dan waktu
yang efektif.
3. Penempatan obat dan alkes saat penyimpanan harus diletakkan di tempat
semula.
4. Peningkatan pengadaan obat yang sering digunakan untuk menghindari
kekosongan barang.
36
top related