LAPORAN AKHIR PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL Institusi
Post on 25-Nov-2021
5 Views
Preview:
Transcript
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL
Institusi
REKAYASA MATERIAL KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT BATANG BAMBU
UNTUK BAHAN KERAJINAN SOKASI
DALAM RANGKA MENINGKATKAN KOMODITAS
PRODUK WISATA DI BALI
TIM PENGUSUL
Dr. I Nyoman Pasek Nugraha, S.T., M.T.
NIDN. 0021077705
Nyoman Arya Wigraha, S.T., M.T.
NIDN. 0005127307
I Wayan Sudiarta, S.Pd., M.Si.
NIDN. 0023046902
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
September 2018
Kode/Nama Rumpun Ilmu : 445/Teknik Material (Ilmu Bahan)
Bidang Fokus : Material Maju
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM
1. Judul Penelitian : Rekayasa Material Komposit Berpenguat Serat Batang Bambu Untuk BahanKerajinan Sokasi Dalam Rangka Meningkatkan Komoditas Produk Wisata DiBali
2. Tim Peneliti
No Nama Jabatan BidangKeahlian Instansi Asal
AlokasiWaktu
(jam/minggu)
1Dr I NYOMAN
PASEK NUGRAHAS.T, M.T
Ketua Pengusul Material Universitas PendidikanGanesha 10.00
2 NYOMAN ARYAWIGRAHA S.T, M.T Anggota Pengusul Teknik Mesin Universitas Pendidikan
Ganesha -
3 I WAYANSUDIARTA S.Pd,M.Si Anggota Pengusul - Universitas Pendidikan
Ganesha -
3. Objek Penelitian (jenis material yang akan diteliti dan segi penelitian):
Batang bambu dengan mengolah seratnya sebagai pembuatan produk wisata khas Bali, yaitu sokasi.
4. Masa Pelaksanaan
Mulai tahun: 2018Berakhir tahun: 2019
5. Usulan Biaya DRPM Ditjen Penguatan Risbang
- Tahun ke-2: Rp75,000,000
6. Lokasi Penelitian (lab/studio/lapangan)
Desa Wisata Pengelipuran, Kabupaten Bangli Bali dan Workshop 2. Las dan Konstruksi (Proses Produksi)Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, FTK Universi
7. Instansi lain yang terlibat (jika ada, dan uraikan apa kontribusinya)
-
8. Temuan yang ditargetkan (penjelasan gejala atau kaidah, metode, teori, atau antisipasi yang dikontribusikan padabidang ilmu))
Produk wisata berupa sokasi dengan rekayasa material batang bambu.
9. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu (uraikan tidak lebih dari 50 kata, tekankan pada gagasanfundamental dan orisinal yang mendukung pengembangan iptek)
Kontribusi penelitian ini berdampak pada peningkatan produk sokasi sebagai komoditas wisata denganimplementasi teknologi tepat guna untuk mendapatkan sokasi yang lebih inovatif dengan proses pembuatanrelatif cepat. Penelitian ini diharapkan member sumbangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu bahan (material)pada tema rekayasa material. Material yang direkayasa adalah batang bambu dengan penguat polimer epoxyuntuk mendapatkan material baru yang akan dijadikan sokasi yang merupakan produk luaran penelitian ini.
10.
Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran (tuliskan nama terbitan berkala ilmiah internasional bereputasi, nasionalterakreditasi, atau nasional tidak terakreditasi dan tahun rencana publikasi)
Jurnal of Applied Engineering Research
11.
Rencana luaran HKI, buku, purwarupa atau luaran lainnya yang ditargetkan, tahun rencana perolehan ataupenyelesaiannya
- Publikasi Ilmiah Jurnal Internasional, tahun ke-2 Target: accepted/published- Publikasi Ilmiah Jurnal Nasional Terakreditasi, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada- Pemakalah dalam pertemuan ilmiah Nasional, tahun ke-2 Target: sudah dilaksanakan- Pemakalah dalam pertemuan ilmiah Internasional, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada- Keynote Speaker dalam pertemuan ilmiah Internasional, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada- Keynote Speaker dalam pertemuan ilmiah Nasional, tahun ke-2 Target: sudah dilaksanakan- Visiting Lecturer Internasional, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada- Paten, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada- Paten Sederhana, tahun ke-2 Target: terdaftar- Hak Cipta, tahun ke-2 Target: terdaftar- Merk Dagang, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada- Rahasia Dagang, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada- Desain Produk Industri, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada- Indikasi Geografis, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada- Perlindungan Varietas Tanaman, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada- Perlindungan Topografi Sirkuit Terpadu, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada- Teknologi Tepat Guna, tahun ke-2 Target: penerapan- Buku Ajar (ISBN), tahun ke-2 Target: sudah terbit- Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT), tahun ke-2 Target: Skala 8- Publikasi Ilmiah Jurnal Nasional Tidak Terakreditasi, tahun ke-2 Target: accepted/published- Pemakalah dalam pertemuan ilmiah Lokal, tahun ke-2 Target: sudah dilaksanakan- Keynote Speaker dalam pertemuan ilmiah Lokal, tahun ke-2 Target: sudah dilaksanakan- Model, tahun ke-2 Target: penerapan- Purwarupa/Prototipe, tahun ke-2 Target: penerapan- Desain, tahun ke-2 Target: penerapan- Karya Seni, tahun ke-2 Target: produk- Rekayasa Sosial, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada- Bahan Ajar, tahun ke-2 Target: sudah terbit- Tesis, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada- Disertasi, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada- Kebijakan, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada- Sistem, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada- Metode, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada- Produk, tahun ke-2 Target: penerapan- Strategi, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada- Keikutsertaan dalam Seminar Internasional, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada- Keikutsertaan dalam seminar Nasional, tahun ke-2 Target: sudah dilaksanakan
v
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... ii
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM ......................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. v
RINGKASAN ............................................................................................................... 1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 2
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................. 4
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 5
1.4 Manfaat ................................................................................................................ 5
1.5 Urgensi ................................................................................................................ 6
1.6 Luaran Penelitian ................................................................................................. 7
1.7 Rencana Capaian Tahunan .................................................................................. 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Serat Alam ........................................................................................................... 9
2.2 Serat Batang Bambu ............................................................................................ 9
2.3 Sokasi Press ....................................................................................................... 11
2.4 Road Map Penelitian ......................................................................................... 13
2.4 Hasil Penelitian Tahun Pertama (2017) ............................................................. 13
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................................. 16
3.2 Subyek Penelitian .............................................................................................. 17
3.3 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ................................................... 17
3.4 Analisis Data ..................................................................................................... 18
BAB IV. HASIL PENELITIAN TAHUN KEDUA (2018)
4.1 Penyiapan Bahan ............................................................................................... 19
4.2 Proses Pembuatan Prototype ............................................................................. 21
4.3 Transfer Knowledge Terkait Prototype yang Dihasilkan .................................. 25
4.4 Diskusi Hasil Pengembangan Prototype dengan Pengerajin ............................. 27
vi
BAB V. KESIMPULAN ............................................................................................. 28
REFERENSI
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
RINGKASAN
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
membangun perekonomian pinggiran kota/desa, utamanya perekonomian masyarakat desa
lapisan bawah. Secara rinci tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: (1)
mendayagunakan serat alam dari batang bambu yang ramah lingkungan sebagai serat
bahan baku pembuatan sokasi press, (2) memperkenalkan kepada masyarakat tentang
teknologi terkini dalam memproduksi komoditas produk wisata dengan metode press
(cetak). Penelitian yang diusulkan adalah untuk merekayasa dari material/bahan baku
pembuatan komoditas produk wisata di Bali. Metodologi yang digunakan dalam
pengembangan produk (sokasi press) adalah prototyping, sedangkan analisis kebutuhan
dan pengumpulan data akan dilakukan melalui metode wawancara, observasi dokumen
maupun lapangan, serta kajian literatur.
Pada Tahun Pertama, telah dihasilkan prototype sokasi dengan material komposit
berpenguat serat batang bambu sebagai produk wisata Bali serta hasil pengujian tarik,
elastisitas, dan densitas dari material komposit berpenguat serat bambu dilihat dari
pengaruh perbandingan fraksi volume serat batang bambu yang digunakan sebagai sokasi.
Dari hasil penelitian di Tahun Pertama, selanjutnya pada Tahun Kedua akan
menghasilkan proses produksi prototype sokasi berbahan komposit berpenguat serat batang
bambu di Desa Pengelipuran Kabupaten Bangli Bali. Selain itu juga akan diketahui
bagaimana dampak implementasi sokasi berbahan komposit berpenguat serat batang
bambu dalam mewujudkan kesinambungan kerajinan sokasi di Desa Pengelipuran
Kabupaten Bangli Bali.
Kata Kunci: serat alam potensial, sokasi press, produk wisata, prototyping.
2
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, kebutuhan masyarakat
akan semakin meningkat pula. Oleh karena itu, masyarakat harus dapat memanfaatkan
alam untuk menunjang perekonomiannya. Salah satunya adalah dengan cara
menciptakan material baru yang berasal dari alam. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan
material cenderung bertambah dari tahun ke tahun sehingga dibutuhkan material-
material baru yang lebih berkualitas dengan biaya yang relatif murah.
Sepanjang kebudayaan manusia penggunaan serat alam sebagai salah satu
material pendukung kehidupan, mulai dari serat ijuk sebagai bahan bangunan.
Masyarakat Bali mengenal ijuk sebagai bahan bangunan, khususnya sebagai bahan
pembuatan atap rumah-rumah adat Bali. Begitu pula serat bambu atau serat-serat alam
lainnya sebagai bahan sandang dan serat alam yang dapat dipergunakan untuk
mendukung kehidupan sehari-hari. Seiring dengan perkembangan teknologi bahan,
peran serat-serat alam mulai tergantikan oleh jenis bahan serat sintetik seperti
fiberglass ataupun serat karbon. Dengan berbagai inovasi yang dilakukan dalam bidang
material, serat alam kembali dilirik untuk dijadikan sebagai bahan penguat komposit.
Elastis, melimpah, ramah lingkungan, dan biaya produksi yang lebih rendah
merupakan kelebihan yang dimiliki serat alam.
Indonesia sebagai Negara dengan keaneka ragaman hayati yang luas memiliki
peluang yang besar untuk mengeksplorasi pemanfaatan bahan serat alam sebagai
penguat material komposit. Karena sifat kekuatan serat alam yang bervariasi, maka
sudah tentu kemampuannya akan bervariasi juga, mulai dari bahan komposit untuk
penggunaan yang ringan dan tidak terlalu memerlukan kekuatan tinggi sampai bahan
komposit untuk penggunaan yang memerlukan kekuatan dan ketangguhan yang tinggi.
Dalam menciptakan material baru yang berkualitas tinggi diperlukan
pengabungan atau pengkombinasian dari dua atau lebih unsur-unsur dasar yang
berbeda yang disebut komposit.Satu diantaranya berfungsi sebagai matriks dan lainnya
berfungsi sebagai filler atau pengisi/penguat.Matriks pada umumnya terbuat dari
bahan-bahan yang lunak dan liat pada umumnya. Polimer (plastik) merupakan bahan
3
yang biasa digunakan sebagai matriks, meskipun untuk penggunaan yang memerlukan
ketahanan suhu yang tinggi, selain plastik yang umum digunakan sebagai matrik,
beberapa logam dapat digunakan seperti aluminium, tembaga, magnesium bahkan
titanium.
Sedangkan Filler merupakan penguat yang biasa dipakai pada serat dan menjadi
bagian utama yang menentukan karakteristik bahan komposit. Bahan yang digunakan
sebagai filler terbagi menjadi dua bagian yaitu bahan alami dan bahan buatan. Bahan
penguat alami yang berasal dari tumbuhan seperti : serat eceng gondok, serat ijuk, serat
kelapa sawit, serat pakis, serat bambu, serat pisang, serat jerami, serat daun sanseviera
trifasciata, serat sabut buah lontar dan lain-lain. Sementara bahan alami yang berasal
dari hewan seperti : wol dan sutera. Salah satu bahan serat alam yang bisa diterapkan
adalah serat dari bambu.Sudahsejak jaman dahulu bambu dipergunakan sebagai bahan
pakaian oleh orang-orang di Cina dan Jepang. Berbagai penelitian dan kajian ilmiah
pun sudah dilakukan, sehingga bambu dinilai sangat tepat untuk dijadikan bahan baku
produksi pakaian yang pro lingkungan hidup. Usianya hanya mencapai 3 sampai 5
tahun. Pada usia itu, bambu sudah bisa dipanen untuk berbagai keperluan bahan
bangunan atau industri pakaian.
Di Desa Pangelipuran, Kecamatan Kubu, Kabupaten Bangli adalah salah satu
daerah penghasil bambu terbaik dan terbanyak di Bali. Topografi desa tersusun
sedimikian rupa dimana pada daerah utama desa kedudukannya lebih tinggi demikian
seterusnya menurun sampai daerah hilir. Pada daerah desa terdapat Pura penataran dan
Pura Puseh yang merupakan daerah utama desa yang unik dan spesifik karena
disepanjang jalan koridor desa hanya digunakan untuk pejalan kaki, yang kanan kirinya
dilengkapi dengan atribut-atribut struktur desa; seperti tembok penyengker, angkul-
angkul dan telajakan yang seragam. Keseragaman dari wajah desa tersebut disamping
karena adanya keseragaman bentuk juga dari keseragaman bahan yaitu bahan tanah
untuk tembok penyengker dan angkul-angkul (pol-polan) dan atap dari bambu yang
dibelah untuk seluruh bangunan desa. Penggunaan bambu baik untuk atap, dinding
maupun lain-lain kebutuhan merupakan suatu keharusan untuk digunakan karena desa
Penglipuran dikelilingi oleh hutan bambu dan masih merupakan teritorial desa
4
Penglipuran. Hutan bambu inilah yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
sumber bahan dasarnatural fiber dalam rangka pengembangan produk-produk wisata
lokal ramah lingkungan.
Melalui Penelitian Produk Terapan ini maka diusulkan penelitian dengan judul
“Rekayasa Material Komposit Berpenguat Serat Batang Bambu Untuk Bahan
Kerajinan Sokasi Dalam Rangka Meningkatkan komoditas Produk Wisata di Bali”.
Penelitian ini menggunakan desa wisata Pengelipuran di Kabupaten Bangli sebagai
pilot study. Penelitian ini direncanakan akan berlangsung selama 2 tahun. Pada Tahun
Pertama, telah dihasilkan prototype sokasi dengan material komposit berpenguat serat
batang bambu sebagai produk wisata Bali serta hasil pengujian tarik, elastisitas, dan
densitas dari material komposit berpenguat serat bambu dilihat dari pengaruh
perbandingan fraksi volume serat batang bambu yang digunakan sebagai sokasi. Dari
hasil penelitian di Tahun Pertama, selanjutnya pada Tahun Kedua akan
menghasilkan proses produksi prototype sokasi berbahan komposit berpenguat serat
batang bambu di Desa Pengelipuran Kabupaten Bangli Bali. Selain itu juga akan
diketahui bagaimana dampak implementasi sokasi berbahan komposit berpenguat serat
batang bambu dalam mewujudkan kesinambungan kerajinan sokasi di Desa
Pengelipuran Kabupaten Bangli Bali.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun pertanyaan atau perumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini
berdasarkan latar belakang yang di ungkapkan dan hasil yang didapat pada tahun
pertama adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses produksi prototype sokasi berbahan komposit berpenguat serat
batang bambu di Desa Pengelipuran Kabupaten Bangli Bali?
2. Bagaimana dampak implementasi sokasi berbahan komposit berpenguat serat
batang bambu dalam mewujudkan kesinambungan kerajinan sokasi di Desa
Pengelipuran Kabupaten Bangli Bali?
5
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tahun pertama, yaitu telah
diketahuinya hasil pengujian tarik, elastisitas, dan densitas dari material komposit
berpenguat serat bambu dilihat dari pengaruh perbandingan fraksi volume serat batang
bambu yang digunakan sebagai sokasi dan menghasilkan prototype sokasi dengan
material komposit berpenguat serat batang bambu sebagai produk wisata Bali. Secara
umum penelitian di tahun kedua ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui proses produksi prototype sokasi berbahan komposit berpenguat serat
batang bambu di Desa Pengelipuran Kabupaten Bangli Bali.
2. Mengetahui dampak implementasi sokasi berbahan komposit berpenguat serat
batang bambu dalam mewujudkan kesinambungan kerajinan sokasi di Desa
Pengelipuran Kabupaten Bangli Bali.
Secara Khusus Tujuan penelitian ini adalah terciptanya suatu produk wisata
Bali berupa sokasi berbasis material baru dari bahan komposit yang kuat, berkualitas
dan mempunyai kekuatan yang tidak jauh berbeda dengan komposit berbahan kimia
seperti fiberglass yaitu dari serat batang bambu. Hasil penelitian ini akan memiliki
implikasi yang sangat luas di bidang industri rumah tangga, kerajinan, otomotif,
maupun sektor lainnya.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan untuk memecahkan masalah-
masalah di masyarakat, diantaranya:
1. Dengan dihasilkannya produk berupa sokasi dari rekayasa perbandingan fraksi
volume material sokasi press berbasis komposit berpenguatserat alam batang bambu
ini diharapkan memberikan dampak pada pengurangan pencemaran lingkungan
melalui sumber daya alam yang terbarukan.
2. Produk ini diharapkan dapat memberikan effect yang positif terhadap perkembangan
produk wisata yang ramah lingkungan khususnya di Bali dengan material yang
berasal dari serat alam.
6
3. Dapat memberikan dampak pada sektor-sektor lain, seperti: peternakan, pangan,
pendidikan, industri, dan lain-lain, dengan memanfaatkan produk yang dihasilkan.
4. Penyediaan lapangan kerja langsung maupun tidak langsung terhadap dampak
produk yang dihasilkan dengan bekerjasama dengan industri rumahan lainnya yang
memproduksinya. Hal ini akan terwujud, jika produk ini dapat diimplementasikan
secara luas dan nyata.
1.5 Urgensi
Secara praktis dan akademik, pentingnya dan keutamaan dari penelitian ini
dapat dilihat dari konstribusi positifnya terhadap pembangunan, yaitu:
1. Konstribusi dalam Menunjang Pembangunan
Dilihat dari perspektif pengembangan pembangunan, penelitian ini juga
memberikan manfaat penting bagi pegembangan di berbagai sektor, khususnya
dalam pengembangan bahan baku yang ramah lingkungan. Secara lebih spesifik
kebermanfaatan penelitian ini bagi pengembangan bahan baku yangramah
lingkungan adalah:
a. Memberikan sumbangan pengetahuan dan pengalaman kepada masyarakat
tentang petingnya pengembangan teknologi untuk diimplementasikan pada
kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan daya saing dan kualitas produk yang
diberikan.
b. Memberikan implementasi langsung tentang bahan baku alternatif berupa serat
alam lokal potensial berupa serat batang bamboo sehingga lebih ramah
lingkungan. Strategi ini diharapkan nantinya dapat menggantikan keberadaan
serat sintetis, sehingga dengan serat alam berbasiskan sumberdaya alam
terbarukan dapat digunakan untuk perkembangan industry rumahan pada
umumnya.
Disamping itu, secara lebih detil dan operasional, penelitian ini memberikan
guna-manfaat dan dukungan besar bagi pembangunan karakter kebangsaan
(nasionalism building) dan peningkatan daya saing bangsa yang nantinya
diharapkan sebagai generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa, terutama dalam
7
pembangunan dan pengembangan kompetensi bernegara secara utuh dan
menyeluruh.
2. Kontribusi Bagi Pengembangan IPTEK, Khususnya Bidang Pemberdayaan Usaha
Kecil Menengah (UKM)
Dilihat dari perspektif pengembangan pendidikan, penelitian ini juga
memberikan sumbagan ilmiah yang berarti pada ilmu pengetahuan, yaitu pada bidang
kewirausahaan khususnya bidang Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam
pemanfaatanbahan baku alternatif yang ramah lingkungan dan berbasiskan pada
sumberdaya alam terbarukan. Temuan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
sebagai dasar berpijak dalam melaksanakan implementasi bahan baku alternatif yang
yang ramah lingkungan, sehingga dapat meningkatkan kepedulian terhadap masalah-
masalah pencemaran lingkungan khususnya sampah plastik. Dengan demikian
nantinya dapat memberikan pengaruh positif terhadap pembangunan perekonomian
nasional dalam cakupan yang lebih luas.
1.6 Luaran Penelitian
Luaran yang akan dihasilkan melalui penelitian ini adalah produk wisata yang
mampu menjadi komoditas utama di Bali, melalui rekayasa perbandingan fraksi
volume serat alam yang digunakan, yang ramah lingkungan, dan berbasiskan
sumberdaya alam terbarukan berupa serat bamboo sebagai serat alam alam lokal
potensial di desa wisata Penelipuran Kabupaten Bangli Bali. Diharapkan serat bambu
ini akan menjadi bahan baku alternatif pengganti serat sintetis yang banyak digunakan
dewasa ini. Strategi ini diharapkan natinya dapat meningkatkan efektivitas bahan baku
yang ramah lingkungan dengan maksimal untuk mencapai kepuasan masyarakat.
Sedangkan assessment dilakukan terhadap implementasi prototype dengan pengujian
yang menghasilkan properties material yang dikembangkan dengan serat bambu ini.
Secara rinci luaran penelitian yang telah dihasilkan pada Tahun Pertama adalah
prototype sokasi dengan material komposit berpenguat serat batang bambu sebagai
produk wisata Bali serta hasil pengujian tarik, elastisitas, dan densitas dari material
komposit berpenguat serat bambu dilihat dari pengaruh perbandingan fraksi volume
8
serat batang bambu yang digunakan sebagai sokasi. Selanjutnya luaran yang ingin
dicapai pada Tahun Kedua yaitu diharapkan menghasilkan proses produksi prototype
sokasi berbahan komposit berpenguat serat batang bambu di Desa Pengelipuran
Kabupaten Bangli Bali serta bagaimana dampak implementasi sokasi berbahan
komposit berpenguat serat batang bambu dalam mewujudkan kesinambungan
kerajinan sokasi di Desa Pengelipuran Kabupaten Bangli Bali.
1.7 Rencana Capaian Tahunan
Penelitian ini dilakukan selama 2 (dua) tahun, dimana di tahun 2018 merupakan
tahun ke-2 dari pelaksanaan penelitian ini. Untuk gambaran yang lebih detail mengenai
rencana capaian tahunan, akan ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 1. Rencana Target Capaian Tahunan No Jenis Luaran Indikator Capaian
Kategori Sub Kategori Wajib Tambahan TS TS 1
1 Artikel Ilmiah Internasional Bereputasi √ Draft Published
dimuat di jurnal Nasional Terakreditasi √ Tidak Ada Tidak Ada
2 Artikel ilmiah Internasional Terindeks √ Tidak Ada Tidak Ada
dimuat di prosiding Nasional √ Tidak Ada Tidak Ada
3 Invited speaker Internasional √ Tidak Ada Tidak Ada
dalam temu ilmiah Nasional √ Ada Ada
4 Visiting Lecturer Internasional √ Tidak Ada Tidak Ada
5 Hak Kekayaan Paten √ Tidak Ada Tidak Ada
Intelektual (HKI) Paten sederhana √ Draft Terdaftar
Hak Cipta √ Draft Terdaftar
Merek dagang √ Tidak Ada Tidak Ada
Rahasia dagang √ Tidak Ada Tidak Ada
Desain Produk Industri √ Tidak Ada Tidak Ada
Indikasi Geografis √ Tidak Ada Tidak Ada
Perlindungan Varietas
Tanam
√ Tidak Ada Tidak Ada
Perlindungan Topografi
Sirkuit Terpadu
√ Tidak Ada Tidak Ada
6 Teknologi Tepat Guna √ Produk Penerapan
7 Model/Purwarupa/Desain/Karya Seni/Sosial √ Produk Penerapan
8 Bahan Ajar √ Draft Editing
9 Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) √ 5 8
9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Serat Alam
Serat adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan komponen yang
bentuknya ringan memanjang yang utuh. Contoh serat yang paling sering dijumpai
adalah serat pada kain. Serat dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu serat alami dan
serat sintetis (serat buatan manusia). Serat sintetis dapat diproduksi secara murahdalam
jumlah yang besar. Namun demikian, serat alami memilikiberbagai kelebihan
khususnya dalam hal kenyamanan. Saat ini, serat alam mulai mendapatkan perhatian
yang serius dari para ahli material komposit karena :
1. Serat alam memiliki kekuatan spesifik yang tinggi karena serat alam memiliki berat
jenis yang rendah.
2. Serat alam mudah diperoleh dan merupakan sumber daya alamyang dapat diolah
kembali, harganya relatif murah, dan tidak beracun (ramah lingkungan).
3. Serat alam sebagai salah satu solusi nyata dalam dunia industri untuk mengatasi
pemanasan global (global warming).
Serat alami adalah serat yang diproduksi oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, dan
proses geologis. Serat alam (natural fiber) dapat di golongkan sebagai berikut:
1. Serat tumbuhan/serat pangan, biasanya tersusun atas selulosa, hemiselulosa, dan
terkadang mengandung pula lignin. Serat tumbuhan digunakan sebagai bahan
pembuat kertas dan tekstil.
2. Komoditas serat dan kulit. Serat hewan, umumnya tersusun atas protein tertentu.
Contoh dari serat hewan yang dimanfaatkan oleh manusia adalah serat sutra dan
bulu domba (wol).
2.1 Serat Batang Bambu
Bambu merupakan salah satu tanaman yang mudah dijumpai di seluruh wilayah
Indonesia, dimana iklimnya mendukung tanaman ini dapat tumbuh dengan mudah.
Bambu banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, pemanfaatannya mulai dari
bahan baku bangunan, sebagai sumber makanan (untuk tunas bambu), hingga kerajinan
tangan.
10
Gambar 1. Hutan Bambu di Desa Pengelipuran Kabupaten Bangli.
Sementara itu, bambu juga merupakan salah satu tanaman penghasil serat terbaik
dari batangnya. Hal ini dikarenakan serat bambu memiliki beberapa keunggulan,
diantaranya adalah :
a. Mengandung anion (ion negatif) dengan kepadatan mencapai 6000 bh/m3.
Ion negatif adalah ion-ion yang mempunyai muatan oksigen, tidak berwarna dan
tidak berasa. Ion ini berfungsi member asupan oksigen bagi tubuh kita.Karena itulah
bisa memberikan efek menyegarkan (memperbaiki sistem pernafasan),
menenangkan dan meringankan rasa sakit. Ion negatif juga mampu menetralkan ion
positif (asap rokok, debu, asap kendaraan, dsb).
b. Memiliki FIR (Far Infrared Rays).
Tingkat emisi sinar infrared panjang serat bambu mencapai 0.87 lebih tinggi
dibandingkan dengan serat alam lainnya.
c. Mengandung zat kinon (bamboo quinone).
Zat ini memiliki fungsi anti bakteri, anti tungau, anti kutu dan anti jamur. Bakteri
yang terdapat pada serat bambu justru mati sebanyak 75 % dalam waktu 24 jam.
d. Kapilaritas tinggi.
Dibawah mikroskop electron dengan pembesaran 2000 kali, pada permukaan serat
bambu banyak terdapat cekungan dan cembungan, membentuk lubang-lubang
berbentuk oval dan besar. Hal inilah yang menunjukkan daya kapilaritas serat
bambu tinggi, mampu menyerap dan menguapkan air dengan baik.
11
e. Anti Ultraviolet.
Artinya mampu menangkal ultraviolet dengan baik melebihi serat yang lain, yaitu
417 kali lipat lebih banyak.
f. Mengandung pectin, madu bambu, tyrosine, vitamin E dan berbagai asam amino.
Semua zat tersebut bermanfaat untuk menghalau radikal bebas, meningkatkan
kekebalan tubuh, serta lain sebagainya.
g. Serat yang lembut.
Serat tanaman bambu setelah memalui proses pengolahan menghasilkan serat yang
lembut, sehingga serat bambu ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan kain.
Gambar 2. Serat yang Dihasilkan dari Batang Bambu.
2.2 Sokasi
Sokasi adalah suatu produk kerajinan yang biasanya digunakan sebagai sarana
untuk tempat buah-buahan dan makanan lainnya. Sokasi biasanya dibuat dari bambu
yang dianyam secara manual oleh para pengerajin, salah satunya di Desa Pengelipuran,
Kecamatan Kubu, Kabupaten Bangli.
Sokasi yang terbuat dari bambu (bamboo weaving basket) mengalami banyak
perkembangan, mulai dari jenis, ukuran, model anyaman, motif hingga warnanya kini
kian bervariasi. Namun untuk proses pembuatannya maasih sangat rumit, diperlukan
waktu hingga 1 – 2 hari untuk menghasilkan sokasi yang sudah jadi.
12
Gambar 3. Sokasi Bambu Tradisional Dengan Metode Produksi Konvensional.
Gambar diatas merupakan sokasi konvensional yang biasanya dibuat oleh
masyarakat sekitar, proses yang rumit dan memakan waktu menjadi kendala dalam
memproduksi salah satu komoditas wisata ini. Padahal sokasi ini memiliki pangsa
pasar yang luas, dimana tidak hanya diminati oleh para wisatawan, melainkan
masyarakat di Bali pun menggunakan produk kerajinan ini dalam kehidupan sehari-
harinya. Untuk itu, akan dibuat cetakan yang nantinya memudahkan pengerajin sokasi
untuk meningkatkan jumlah produksinya. Cetakan dibuat dengan menggunakan motif-
motif yang bervariasi yang disesuaikan dengan perkembangan pasar namun tidak
meninggalkan nilai-nilai budaya dan kearifan lokalnya.
Sokasi press ini nantinya akan menggunakan hardener sebagai penguatnya,
sehingga sokasi yang dihasilkan lebih kuat dan tahan lama dari sokasi pada umumnya.
Proses pembuatan motif dan jenisnya juga tentunya lebih mudah karena cetakan yang
dibuat disesuaikan tentunya dengan kebutuhan dan minat konsumen itu sendiri.
13
2.3 Road Map Penelitian
Gambar 4. Road Map Penelitian.
2.4 Hasil Penelitian Tahun Pertama (2017)
Dari hasil penelitian pada Tahun Pertama (2017) dan berdasarkan atas
pengolahan data yang diperoleh dapat dijelaskan yang pertama mengenai kekuatan
tarik bahwa kekuatan tarik antara kedua jenis komposit polimer baik dengan penguat
serat bambu maupun penguat fiberglass mengalami trend naik dan turun. seharusnya
terjadi tren yang meningkat pada kekuatan tarik untuk kedua jenis komposit terhadap
fraksi volume penguatnya.
Sebelumnya
- Identifikasi serat alam (natural fiber) di Bali Utara
- Pelekatan interfacial antara serat Rami dengan resin epoksi dipengaruhi perlakuan sitting natrium silika
Kegiatan tahun 2017-2018
- Menghasilkan material baru dari serat alam batang bambu dalam menghasilkan prototype sokasi
- Menghasilkan mechanical propertis serat batang bambu sebagai bahan baku produk wisata dengan pengujian tarik, elastisitas, densitas
- Bekerjasama dengan industri rumahan untuk mengimplementasikan produk serat alam berbahan batang bambudi industri lokal untuk produk wisata
- Evalusai dampak produk sokasi serat batang bambu sebagai pilot study)
Kegiatan selanjutnya
- Desiminasi hasil penelitian serat batang bambu sebagai komoditas produk wisata
- Melakukan analisis lanjut penyempurnaan produk wisata serat batang bambu
- Melakukan Evaluasi yang lebih luas terhadap dampak produk wisata berbahan serat batang bambu
14
Gambar 5. Perbandingan Kekuatan Tarik Antara Komposit Berpenguat Serat
Bambu Dan Komposit Berpenguat Fiberglass.
Pada kedua jenis komposit dengan fraksi volume penguat masing-masing 2,5%
diperoleh nilai kekuatan tarik yang mendekati ideal dengan hasil prediksinya
disebabkan pada kedua komposi ini terjadi peningkatan konsentrasi penguat serat di
daerah sekitar patahannya. Pada fraksi volume penguat 5% untuk masing-masing jenis
komposit dan komposit polimer penguat fiberglass dengan fraksi volume penguat 10%
terjadi cacat sehingga letak patah yang diperoleh bukan di daerah gaugenya tetapi di
dekat pangkal penjepit dikarenakan adanya konsentrasi tegangan yang lebih tinggi
didaerah tersebut. Adapun secara umum ada beberapa factor yang mempengaruhi
kekuatan tarik komposit polimer penguat serat di antaranya ikatan antara serat dan
matriksnya, gaya coulomb, gaya adhesi , void, sifat mekanik serat dan matriks, jenis
serat, bentuk serat, letak serat, katalis, fraksi volume penguat terhadap matrik.
Untuk modulus elastisitas kedua jenis komposit juga diperoleh nilai yang
bervariasi naik dan turun. Ketelitian elongasi komposit polimer penguat serat yang
diperoleh setelah uji tarik juga turut berpengaruh pada nilai modulus elastisitas
komposit. Semakin besar nilai elongasi komposit maka semakin besar pula nilai
modulus elasisitasnya. Sedangkan hasil yang diperoleh yaiu pada fraksi volume
penguat 2,5% diperoleh komposit polimer filler serat bambu dengan modulus
elastisitas tertinggi yaitu 1326,9 MPa dan modulus elastisitas komposit terendahnya
pada fraksi volume penguat 12,5 % sebesar 221,502 MPa. Untuk jenis komposit
polimer penguat fiberglass diperoleh hasil pada fraksi volume penguat 10% diperoleh
15
komposit dengan modulus elastisitas tertinggi yaitu 916,220 MPa. Sedangkan modulus
elastisitas komposit terendah pada fraksi volume penguat 12,5 % sebesar 267,313 MPa.
Dari hasil modulus elastisitas kedua jenis komposit di atas seharusnya berbanding lurus
dengan kenaikan fraksi volume penguat nya, void juga juga menjadi salah satu faktor
penyebabnya.
Gambar 7. Perbandingan Modulus Elastisitas Antara Komposit Berpenguat Serat
Bambu Dan Komposit Berpenguat Fiberglass.
Hasil pengujian densitas menunjukan bahwa terjadi tren penurunan yakni
semakin besar fraksi volume penguat pada komposit polimer penguat serat serat bambu
maka semakin kecil densitas komposit polimer penguat serat serat bambu. Sebaliknya
densitas komposit polimer- penguat fiberglass berbanding lurus dengan peningkatan
fraksi volume penguatnya. Hal ini sesuai dengan teori yang ada. Penyebabnya yaitu
sifat dan karakteristik penguat serat dan matrik yang menyusun komposit itu sendiri.
Gambar 8. Perbandingan Densitas Antara Komposit Berpenguat Serat Bambu dan
Komposit Berpenguat Fiberglass.
16
BAB III. METODE PENELITIAN
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai jenis penelitian, subyek penelitian,
prosedur pengumpulan dan pengolahan data, analisis data yang akan dilakukan, luaran
penelitian pertahun, dan indikator capaian yang terukur.
3.1 Jenis Penelitian
Mengacu pada fokus dan produk akhir penelitian, maka penelitian ini dapat
dikategorikan dalam penelitian pengembangan. Dasar dari pemilihan rancangan
penelitian ini adalah : (a) pengembangan produk merupakan suatu kegiatan akademik
yang memerlukan kajian teoritis dan tindakan nyata di lapangan, baik sebelum
dilakukannya pengembangan maupun pada saat dilakukannya eksperimentasi model,
(b) dalam merancang produk ini, peneliti harus mendasarkan pada serangkaian
tindakan nyata yang bertahap, baik di dalam laboratorium maupun di lapangan,
sehingga rancangan penelitian dan pengembangan sangat tepat untuk digunakan. Hal
ini dilakukan untuk menghasilkan rekayasa perbandingan fraksi volume material
sokasi press berbasis komposit berpenguat serat batang bambu dalam rangka
meningkatkan komoditas produk wisata di Balidalam rangka meningkatkan daya
dukung produk-produk ramah lingkungan.
Gambar 9. Tahapan Rancangan Penelitian.
Tahun I (2017)
Studi Pustaka dan Analisis Kebutuhan
Rancangan Prototype Sokasi Komposit
Pengembangan Desain Prototype Sokasi komposit
Pengujian Mechanical Test (Uji tarik, elastisitas, densitas)
Validasi dan Verifikasi hasil Pengujian
Deseminasi dan Sosialisasi
Tahun II (2018)
Evaluasi Awal Prototype Sokasi Komposit
Improvement Prototype Sokasi Komposit
Pelatihan Proses Produksi Sokasi Komposit
Pembuatan Sokasi Komposit
Validasi Hasil Produk Akhir
Deseminasi dan Sosialisasi
17
Tahapan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: (a) studi
kepustakan (bibliografi research), untuk menemukan filosofis dan teori-teori
mengenai material properties yang diperlukan agar serat yang digunakan dapat
memenuhi standar kelayakan, (b) pengujian terhadap setiap serat yang digunakan
dalam uji komparasi pada penelitian ini, (c) melakukan verifikasi dan validasi terhadap
pengujian yang dihasilkan, (d) secara bersama-sama melakukan pengembangan
material yang digunakan, (f) menerapkan produk yang dihasilkan sebagai komoditas
produk wisata berupa sokasi press yang ramah lingkungan, serta (g) seminari dan
desiminasi temuan penelitian sehingga dapat memberikan imbas yang lebih luas.
3.2 Subyek Penelitian
Pada penelitian ini akan menggunakan desa Pengelipuran, Kecamatan Kubu,
Kabupaten Bangli, Bali sebagai pilot study. Pilot study dilakukan secara purposive,
sedangkan sampel pengujian penelitian untuk melakukan perbandingan rekayasa
terbaik dari produk wisata yang dihasilkan dari serat batang bambu. Sampel pada
penelitian ini adalah sokasi press berbasis komposit berpenguat serat batang bambu
dalam rangka meningkatkan komoditas produk wisata di Bali, yaitu melalui pengujian
tarik, elastisitas, dan densitas komposit bambu.
3.3 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini, terdiri dari
beberapa instrumen yaitu: (1) pedoman observasi, (2) statistik hasil uji, (3) studi
dokumentasi, dan (4) expert judgement. Keseluruhan data yang diperoleh ini akan
digunakan dalam merekayasa perbandingan fraksi volume material sokasi press
berbasis komposit berpenguat serat batang bambu dalam rangka meningkatkan
komoditas produk wisata di Bali.
18
3.4 Analisis Data
Analisis data dilakukan pada saat melakukan assesment terhadap rekayasa
perbandingan fraksi volume material sokasi press berbasis komposit berpenguat serat
batang bambu dalam rangka meningkatkan komoditas produk wisata di Bali yang
diusulkan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan data
kualitatif. Berdasarkan hal itu, maka untuk kepentingan pengolahan datanya digunakan
analisis non-statistik dan analisis statistik. Analisis non-statistik digunakan untuk
memberi makna terhadap deskripsi data yang menyangkut isi, logika inferensinya,
proses, dan produk (output). Sedangkan untuk data yang bersifat kuantitatif, digunakan
analisis statistik deskriptif untuk mendeskripsikan data kuantitatif, sehingga dapat
diformulasikan kedalam pemaknaan kualitatif agar mudah untuk melakukan analisis
dan revisi terhadap pengembangan produk yang dilakukan.
19
BAB IV. HASIL PENELITIAN TAHUN KEDUA (2018)
Hasil implementasi penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti, dapat diuraikan
sebagai berikut berdasarkan tahapan – tahapan yang ditempuh dari proses awal yaitu
penyiapan bahan, pembuatan prototype hingga implementasi yang dilakukan di Desa
Adat Penglipuran Kelurahan Kubu, Bangli – Bali.
4.1 Penyiapan Bahan
Proses awal yang dilakukan oleh tim pelaksana kegiatan ini adalah dengan
memilih bahan dasar berupa bambu yang berasal dari hutan bambu yang ada di wilayah
Desa Adat Penglipuran. Bambu – bambu tersebut dipotong – potong dengan ukuran
yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk membuat produk – produk kerajinan yang
ingin diciptakan yaitu sokasi/dulang press. Sebelumnya, dipilih terlebih dahulu bambu
yang sudah cukup tua usianya, sehingga bambu tersebut memiliki mechanical
properties yang baik.
Gambar 4.1 Proses pemilihan bahan bambu yang melibatkan warga setempat
sehingga diperoleh kualitas bahan yang baik.
Bahan – bahan yang telah didapat tersebut kemudian dibersihkan dan diberikan
treatment awal berupa penjemuran (pengeringan bahan dari kandungan air) agar
kekuatan bahan tetap terjaga, selain itu diberikan pewarna agar memberi motif yang
lebih menarik nantinya setelah produk selesai dibuat.
20
Gambar 4.2 Perlakuan awal yang diberikan pada bahan yang akan digunakan, mulai
dari proses pembersihan hingga proses pengeringan.
21
Gambar 4.3 Proses Pewarnaan dan pengeringan tahap akhir sebelum bahan bambu
dicampur dengan perekat (resin).
4.2 Proses Pembuatan Prototype
Proses pembuatan prototype diawali dengan penyiapan campuran resin dan
hardener untuk dicampur dengan bahan baku bambu yang telah dikeringkan
sebelumnya. Setelah seluruh bahan tercampur, selanjutnya didiamkan beberapa saat
hingga campuran serat bambu dan campuran resin-hardener benar – benar kering.
Gambar 4.3 Proses pencampuran resin dan hardener yang selanjutnya dituangkan
pada cetakan yang telah disiapkan. Pada cetakan ini pula bahan baku bambu tadi
dilapisi dengan campuran resin dan hardener.
22
Gambar 4.4 Proses pengeringan bahan baku sokasi atau dulang.
Setelah bahan benar – benar kering, selanjutnya dilakukan proses pembubutan
bahan yang dilakukan di Workshop Teknik Las dan Konstruksi Program Studi
Pendidikan Teknik Mesin sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan sebelumnya.
Gambar 4.5 Proses pembubutan bahan sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
23
Selanjutnya setelah bentuk yang diinginkan sudah didapat, dilakukan proses
pengamplasan. Pengamplasan ini dilakukan agar produk yang dibuat memiliki tingkat
kekasaran permukaan yang kecil (halus) sehingga nyaman saat dipegang atau
digunakan.
Pengamplasan yang dilakukan meliputi seluruh bagian permukaan produk
kerajinan yang dihasilkan, sehingga produk benar – benar halus saat dipegang atau
digunakan.
Gambar 4.6 Proses pengamplasan produk kerajinan yang selesai dibentuk.
Langkah terakhir pada tahapan ini adalah dengan memberi lapisan varnish
(kilap), ini bertujuan untuk menambah daya tarik produk kerajinan dan juga
memberikan perlindungan terhadap perubahan temperatur dan uap air dari produk
kerjinan yang dihasilkan sehingga produk yang dihasilkan dapat bertahan dalam jangka
waktu yang lama.
Proses pengeringan akhir dilakukan dengan menjemur produk yang telah
dilapisi varnish dibawah terik sinar matahari hingga benar-benar kering. Proses
pengeringan ini dilakukan selama 3 x 12 jam dibawah terik sinar matahari penuh.
24
Gambar 4.7 Proses pelapisan varnish pada produk kerajinan yang dihasilkan.
Gambar 4.8 Proses pengeringan akhir dibawah terik sinar matahari.
25
4.3 Transfer Knowledge Terkait Prototype yang Dihasilkan
Proses transfer knowledge (pengetahuan) tentang proses pembuatan produk
kerajinan ini dilakukan di Desa Adat Penglipuran Kelurahan Kubu Bangli – Bali pada
tanggal 06 Agustus 2018, dimana kegiatan ini dihadiri oleh kelompok PKK dan
pengerajin yang ada di Desa Adat Penglipuran meliputi kegiatan sosialisasi, pelatihan
dan tanya jawab terkait produk yang dihasilkan oleh tim peneliti.
Gambar 4.9 Proses transfer knowledge (pengetahuan) kepada pelaku kerajinan
sokasi dan dulang di Desa Adat Penglipuran Kelurahan Kubu Bangli – Bali yang di
hadiri oleh kelompok PKK dan pengerajin yang ada di daerah tersebut.
26
Dari kegiatan yang dilakukan, dilihat kelompok PKK dan pengerajin begitu
antusias terhadap produk kerajinan yang dapat dikembangkan dengan memanfaatkan
potensi yang ada di wilayah tempat tinggal mereka yaitu tanaman bambu. Tim peneliti
menjelaskan setiap tahapan dari proses pembuatan kerajinan ini, mulai dari proses
pemilihan bahan baku, pengolahan bahan, treatment yang dilakukan, pembentukan
bahan, hingga menghasilkan produk kerajinan yang sudah jadi berupa sokasi atau
dulang.
Gambar 4.10 Antusiasme kelompok PKK dan pengerajin yang hadir saat Tim
Peneliti memaparkan proses pembuatan produk kerajinan di Desa Adat Penglipuran
Kelurahan Kubu Bangli – Bali.
27
4.4 Diskusi Hasil Pengembangan Prototype dengan Pengerajin
Tahap evaluasi produk yang telah dihasilkan dilakukan guna mengetahui
kelemahan – kelemahan produk yang dibuat, namun sebelum melakukan evaluasi
produk terlebih dahulu dilakukan diskusi dengan kelompok PKK dan pengerajin
terkait, mengingat keduanya merupakan kelompok masyarakat yang berhubungan erat
dengan produk kerajinan yang dihasilkan melalui kegiatan penelitian ini. Kegiatan
diskusi ini sangat penting dilakukan, karena masukan – masukan dari kelompok PKK
dan pengerajin akan semakin menyempurnakan prototype produk kerajinan yang
dihasilkan, selain itu pula dari diskusi yang terjadi antara Tim Peneliti dan kelompok
masyarakat yang dilibatkan, secara tidak langsung dapat diketahui dan dilakukan need
analysis terkait produk kerajinan yang nantinya dapat memberikan dampak bagi
peningkatan perekonomian di daerah terkait.
Gambar 4.11 Kegiatan diskusi yang dilakukan oleh Tim Peneliti dengan Kelompok
PKK dan Pengerajin di Desa Adat Penglipuran Kelurahan Kubu Bangli – Bali.
28
BAB V. KESIMPULAN
Dari hasil implementasi produk prototype sokasi/dulang yang dihasilkan oleh
peneliti terdapat beberapa bahan evaluasi yang dapat dijadikan acuan dalam
memperbaiki produk kerajinan yang dihasilkan kedepannya yaitu :
(1) Dari dimensi bentuk, menurut kelompok PKK dan pengerajin bahwa prototype
yang dibuat sudah cukup layak dilihat dari aspek kegunaannya, dalam artian
bentuknya sudah proporsional. Kemudian terdapat masukan dari beberapa
kelompok PKK dan pengerajin mengenai bentuk agar dibuat lebih ramping dan ada
lekukan sehingga memberi kesan dinamis dan enak dipandang.
(2) Dari dimensi berat, kelompok PKK dan pengerajin menyarankan agar berat dari
prototype yang dihasilkan bisa dibuat lebih ringan lagi sehingga lebih mudah
dibawa atau digunakan. Peneliti tidak memungkiri bahwa dimensi berat dari
prototype yang dihasilkan memang perlu dibuat lebih ringan lagi, sehingga
kenyamanan saat produk digunakan dapat dicapai.
(3) Dari dimensi warna, kelompok PKK dan pengerajin mengutarakan bahwasanya
kesan natural lebih diminati namun tidak menutup kemungkinan bahwa pemberian
warna atau corak pada produk yang dihasilkan dapat menjadi daya tarik tersendiri
bila nantinya prototype kerajinan ini diproduksi secara masal dan dilepas ke
pasaran.
Selanjutnya dari hasil implementasi dan sosialisasi produk serta diskusi yang
telah dilakukan, peneliti akan melakukan revormulasi produk melalui evaluasi dari
prototype sokasi atau dulang, sehingga selanjutnya akan dihasilkan produk kerajinan
berupa sokasi atau dulang yang sesuai dengan kebutuhan pasar tanpa meninggalkan
aspek ramah lingkungan dari produk yang dihasilkan.
REFERENSI
Alcides at. Al., 1998. Applications of Natural Fibers in automotive industry in Brazil.
Plenum Press, New York.
Ansoff, and E. McDonnell. 1990. Implanting Strategic Management, 2nd Ed. Prentice Hall
International UK.
ASTM. 1990. Standards and Literature References for Composite Materials,2nd.American
Society for Testing and Materials, Philadelphia: PA.
Budinsky, Kenneth. 2000. Engineering Materials Properties and Selection, sixth ed, New
Jersey: Prentice Hall.
Faulkner, J. P. 1995. The Essence of Competitive Strategy. Prentice Hall International UK
Masy Robert. R. Franck.2005. Bast and Other Plant Fiber.Woodhead Publishing
Limited. UK
George, J., Weyenberg, I.V.D. Ivens, J dan Verpoest, I, 1999,’’ Mechanical Properties o
Flax Fibre Reinforced Epoxy Composites’’, Department MTM, Katholieke
Universiteit Leuven Belgium.
Gibson, Ronald F.1994. Principles of Composite Material Mechanics. New York: Mc
Graw Hill Inc.
Gomes, A, Goda, K. dan Ohgi J, 2004,’’ Effect of Alkali Treatment to Reinforcement on
Tensile Properties of Curaua Fiber Green Composites ’’, JSME International
Journal, Series A, Vol 47, No. 4. hal 541 -546.
Himawan, T., 2008, “Target Penjualan Sepeda Motor Terlampui”, Otomotif, Koran harian,
Kamis 22 Desember 2008, On line Http/:www.Republika.co.id.
Roseno, Seto. 2003. Karakteristik dan Model Mekanis Material Komposit Berpenguat
Serat Alam. Jakarta: BPPT.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
DOKUMENTASI IMPLEMENTASI DAN DESEMINASI KEGIATAN DI
DESA ADAT PENGLIPURAN KELURAHAN KUBU BANGLI – BALI.
Gambar 01. Salah satu warga pengelipuran tertarik dengan produk yang
dikembangkan dan disosialisasikan oleh tim peneliti.
Gambar 02. Kegiatan sosialisasi dan pengenalan prototype pada Kelompok PKK dan
pengerajin di Desa Adat Penglipuran Kelurahan Kubu Bangli – Bali.
Gambar 03. Tim peneliti memperkenalkan produk kerajinan yang dikerjakan beserta
tahapan pengerjaannya.
Gambar 04. Masyarakat sangat antusias mengikuti proses sosialisasi dan pelatihan
pembuatan produk kerajinan berupa dulang.
Gambar 05. Kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh Tim Peneliti dengan
Kelompok PKK dan pengerajin.
Gambar 06. Antusiasme Kelompok PKK terkait dengan produk dulang yang
dihasilkan oleh Tim Peneliti.
Gambar 07. Diskusi yang dilakukan oleh Tim Peneliti dengan Kelompok PKK dan
Pengerajin di Desa Adat Penglipuran Kelurahan Kubu Bangli – Bali.
Gambar 08. Diskusi yang dilakukan oleh Tim Peneliti dengan Kelompok PKK dan
Pengerajin di Desa Adat Penglipuran Kelurahan Kubu Bangli – Bali.
Gambar 09. Diskusi yang dilakukan oleh Tim Peneliti dengan Kelompok PKK dan
Pengerajin di Desa Adat Penglipuran Kelurahan Kubu Bangli – Bali.
Gambar 10. Diskusi yang dilakukan oleh Tim Peneliti dengan Kelompok PKK dan
Pengerajin di Desa Adat Penglipuran Kelurahan Kubu Bangli – Bali.
Gambar 11. Diskusi yang dilakukan oleh Tim Peneliti dengan Kelompok PKK dan
Pengerajin di Desa Adat Penglipuran Kelurahan Kubu Bangli – Bali.
Gambar 12. Diskusi yang dilakukan oleh Tim Peneliti dengan Kelompok PKK dan
Pengerajin di Desa Adat Penglipuran Kelurahan Kubu Bangli – Bali.
Gambar 13. Diskusi yang dilakukan oleh Tim Peneliti dengan Kelompok PKK dan
Pengerajin di Desa Adat Penglipuran Kelurahan Kubu Bangli – Bali.
Gambar 14. Bahan baku bambu yang diperoleh langsung oleh Tim Peneliti di Desa
Adat Penglipuran.
Gambar 15. Bahan baku bambu yang diperoleh langsung oleh Tim Peneliti di Desa
Adat Penglipuran.
Gambar 16. Bahan baku bambu yang diperoleh langsung oleh Tim Peneliti di Desa
Adat Penglipuran.
Gambar 17. Produk yang dihasilkan oleh peneliti di potret dengan lingkungan Desa
Adat Penglipuran, tampak menyatu dengan suasana disekitarnya.
Gambar 18. Produk yang dihasilkan oleh peneliti di potret dengan lingkungan Desa
Adat Penglipuran, tampak menyatu dengan suasana disekitarnya.
top related