Transcript
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN : SPACE OCCUPYING LETION (SOL)
DI RUANG KANA BEDAH UMUM Lt. II RUMAH SAKIT UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH :
NUR KHALIDA13. 13. 1115
AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH
KABUPATEN MUNA
RAHA
2016
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN : SPACE OCCUPYING LETION (SOL)
DI RUANG KANA BEDAH UMUM Lt. II RUMAH SAKIT UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
OLEH :
NUR KHALIDA13. 13. 1115
AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
RAHA 2016
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini berjudul:
“Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. E dengan Gangguan Sistem Persarafan : Space Occupying Letion (SOL) di Ruang Kana Bedah Umum Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji.
Raha, Juni 2016
Pembimbing :
SANTHY, S.Kep. Ns.,M.KepNIP. 19800212 200312 2 006
Mengetahui :
Direktur Akper Pemkab Muna
SANTHY, S.Kep. Ns.,M.KepNIP. 19800212 200312 2 006
iii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNAAKADEMI KEPERAWATAN
Jl. Poros Raha-Tampo Km. 6 Motewe Tlp. 0403-22954
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah Dipertahankan Dihadapan Dewan Penguji
Pada Tanggal 11 Juni 2016
DEWAN PENGUJI
1. SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )
2. ASMALIA, S.Kep., Ns., M.Kes ( )
3. Ns.WAODE FITRI NINGSIH, S.Kep.,M.Kes ( )
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi
Keperawatan Pemkab Muna
Raha, Juni 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
SANTHY, S.Kep.,Ns., M.KepNIP. 19800212 200312 2 006
iv
ABSTRAK
Nur Khalida. Asuhan Keperawatan pada klien Ny. E dengan Gangguan Sistem Persarafan : Space Occupying Letion (SOL), Dibimbing oleh Santhy
Latar Belakang : Berdasarkan data hasil Rekam Medik menunjukkan persentase Gangguan Sistem Persarafan dari jumlah pasien 181 yang dirawat di Bedah Umum Lantai II, Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung, Tumor Otak (SOL) menduduki posisi ke 5 (lima) sebanyak 19 kasus dengan jumlah persentasinya 10,49%. Tujuan : Untuk menerapkan asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang komprehensif pada klien dengan gangguan sistem persarafan : Space Occupying Letion (SOL) secara langsung pada situasi nyata meliputi bio-psiko-sosial dan spiritual yang didasarkan pada ilmu kiat keperawatan. Metode : Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menggunakan metode analisis deskriptif dalam bentuk studi kasus dengan menggunakan pendekatan dalam proses keperawatan. Adapun tekhnik pengumpulan data yakni melalui wawancara, pemeriksaan fisik, studi observasi, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. Hasil : Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem Persarafan: Space Occupying Letion (SOL), ditemukan 4 diagnosa keperawatan yaitu Nyeri akut, Gangguan presepsi sensori atau penglihatan, Gangguan Pemenuhan ADL : Personal Hygiene, dan Ansietas. Dari 4 diagnosa keperawatan tersebut hanya 1 diagnosa yang tujuannya sudah tercapai yaitu Ansietas dan 3 diagnosa yang tujuanya belum tercapai yaitu Nyeri akut, Gangguan presepsi sensori, dan Hambatan mobilitas fisik namun sudah ada kemajuan.Kesimpulan : Dalam melakukan Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan: Space Occupying Letion (SOL), perlu melakukan pengkajan dengan benar dan sesuai dengan konsep dasar dengan penyakit tumor otak, selalu berdiskusi dengan teman-teman sejawat dan pembimbing bila mengalami kesulitan.
Kata Kunci : Asuhan keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem Persarafan : Space Occupying Letion (SOL)Tinjauan Literature : 12 Kepustakaan (2000-2016).
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. E
dengan Gangguan Sistem Persarafan : Space Occupying Letion (SOL) di
Ruang Kana Bedah Umum, Lantai II Rumah Sakit Umum dr. Hasan Sadikin
Bandung”.
Adapun maksud dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan program Diploma
III Keperawatan pada Akper Pemerintah Kabupaten Muna.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas atas bimbingan,
dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik moral maaupun material, oleh
karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ibu dr. Ayi Djembarsari, MARS Selaku Direktur Utama Rumah Sakit Umum
Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung yang telah memberikan waktu dan
kesempatan untuk praktek dan melaksanakan ujian praktek klinik keperawatan
pada Rumah Sakit yang dipimpinnya.
2. Ibu SANTHY, S.Kep.Ns.,M.Kep selaku direktur Akper Pemkab Muna dan
pembimbing yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk
mengikuti pendidikan di Akper Pemkab Muna.
3. Bapak Mursalin SKM, M.Kes selaku penguji praktek klinik di Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
vi
4. Bapak Widaya, Amk. Sebagai Kepala Ruangan dan CI serta semua staf
ruangan Kana Bedah Umum Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan
Sadikin Bandung, yang telah memberikan arahan dan masukan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Ny. E untuk penyusunan
laporan studi kasus ini.
5. Seluruh Dosen dan Staf Akper Pemkab Muna yang telah memberikan
petunjuk dan bimbingan selama mengikuti pendidikan dan penyusunan karya
tulis ilmiah ini.
6. Klien Ny.E yang telah bersedia bekerja sama dengan penulis selama
melaksanakan asuhan keperawatan.
7. Teristimewa kepada kedua orang tuaku Bapak Nurdin dan Ibu Wa Rami yang
tercinta yang telah mengasuh, memberikan motivasi serta pengorbanan materi
yang tidak terhingga selama penulis mengikuti pendidikan dan semua
keluargaku yang telah memberikan dukungan dan dorongan baik moril
maupun materil selama mengikuti pendidikan.
8. Khususnya para sahabatku : Lisrawati, Irham, Irna dewi, Erwin, Tika
Yuslindah, Lm. Syarifuddin, yang selalu bersama saya dalam suka maupun
duka yang telah banyak membantu dalam Pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Buat Saudara-Saudara Tercinta : Sabirudin, Amd. Kep. Harbin, Nurhaeni,
Nur Asmawati, Risnawati, Andriani Reski, dan Ariyanti Nurdin terima kasih
atas motivasi dan dukungannya selama ini.
10. Rekan-rekan Mahasiswa Akper Pemkab Muna khususnya Angkatan ke XIII
dan berbagai pihak yang penulis tidak bisa penulis sebutkan namanya satu
vii
persatu yang telah mendukung penulis dan memberikan motivasi serta
partisipasinya selama mengikuti pendidikan di Akper Pemkab Muna dan
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Demikian dengan segala kerendahan hati penulis mempersembahkan
Karya Tulis Ilmiah ini, kiranya dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
pembaca dalam mengembangkan ilmu keperawatan khususnya asuhan
keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan : Space Occupying Letion
(SOL) Semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal atas segala
bantuan dan kebaikannya dalam mewujudkan Karya Tulis Ilmiah ini.
Raha, Juni 2016
Penyusun
viii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .......................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiii
DAFTAR BAGAN..............................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Ruang Lingkup Pembahasan ................................................................. 3
C. Tujuan .................................................................................................... 4
D. Manfaat .................................................................................................. 5
E. Metode Telaahan ................................................................................... 6
F. Waktu Pelaksanaan ............................................................................... 8
G. Tempat pelaksanaan................................................................................8
H. Sistematika Telaahan ..............................................................................8
ix
BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN SPACE OCCUPYING
LESSION (SOL)
A. Konsep Dasar ......................................................................................10
1. Defenisi .......................................................................................... 10
2. Klasifikasi ...................................................................................... 11
3. Anatomi Fisiologi .......................................................................... 14
4. Penyebab ........................................................................................ 20
5. Patofisiologi ................................................................................... 22
6. Manifestasi Klinik ......................................................................... 26
7. Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 27
8. Penatalaksanaan Medis .................................................................. 28
9. Komplikasi ..................................................................................... 30
10. Dampak SOL Terhadap Sistem Tubuh ......................................... 30
B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan .......................... 32
1. Pengkajian ..................................................................................... 32
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 52
3. Intervensi Keperawatan ................................................................. 53
4. Implementasi ................................................................................. 58
5. Evaluasi ......................................................................................... 58
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Laporan Kasus .................................................................................. 60
1. Pengkajian .................................................................................... 60
x
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 76
3. Rencana Asuhan Keperawatan ...................................................... 78
4. Implementasi dan Evaluasi ............................................................ 81
5. Catatan Perkembangan .................................................................. 84
B. Pembahasan ....................................................................................... 87
1. Pengkajian ..................................................................................... 87
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................. 89
3. Perencanaan ................................................................................... 92
4. Implementasi ................................................................................. 93
5. Evaluasi ......................................................................................... 94
BAB IV REKOMENDASI DAN KESIMPULAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 96
B. Rekomendasi ...................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1: Distribusi Sepuluh Penyakit Terbesar .......................................................3
Tabel 2 : 1ntervensi dan Rasional ........................................................................54
Tabel 3 : 1ntervensi dan Rasional .......................................................................54
Tabel 4 : 1ntervensi dan Rasional .......................................................................55
Tabel 5 : 1ntervensi dan Rasional ........................................................................56
Tabel 6 : 1ntervensi dan Rasional ........................................................................56
Tabel 7 : 1ntervensi dan Rasional.........................................................................57
Tabel 8 : Kegiatan Sehari-Hari ............................................................................72
Tabel 9 : Hasil Pemeriksaan Laboratorium ..........................................................74
Tabel 10 : Klasifikasi Data ...................................................................................74
Tabel 11 : Analisa Data ........................................................................................75
Tabel 12 : Rencana Asuhan Keperawatan ............................................................78
Tabel 13 : Implementasi Dan Evaluasi .................................................................81
Tabel 14 : Catatan Perkembangan ........................................................................84
xii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1: Sel Saraf ...........................................................................................15
Gambar 2.2 : Anatomi Otak..................................................................................16
xiii
DAFTAR BAGAN
Hal
Bagan 1.Genogram 3 Generasi..............................................................................63
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
:
:
:
:
:
Rencana penyuluhan
Satuan acara penyuluhan
Materi penyuluhan
Leaflet
Lembar Bimbingan
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomis (Kemenkes, 2015).
Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional
yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang berlandaskan
ilmu dan kiat keperawatan berbentuk layanan bio, psiko, sosial, dan spritual
yang komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga dan masyarakat
baik dalam keadaan sehat ataupun sakit serta mencakup seluruh proses
kehidupan. Layanan keperawatan kepada klien dilakukan dengan
menggunakan metode proses keperawatan (Asmadi, 2008).
Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk
klien merupakan salah satu wujud tanggung jawab dan tanggung gugat
perawat terhadap klien. Pada akhirnya, penerapan proses keperawatan ini
akan meningkatkan kualitas layanan keperawatan kepada klien (Asmadi,
2008).
1
Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal
didalam otak yang terdiri atas tumor otak benigna dan maligna. Tumor otak
benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak
ganas, sedangkan tumor otak maligna adalah kanker didalam otak yang
berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan disebelahnya atau yang
telah menyebar (Metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran
darah (Smeltzer & Bare, 2002).
Insiden tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada dekade kelima
dan keenam, dengan tingginya insiden pada pria. Pada usia dewasa, tumor
otak memiliki banyak klasifikasi. Klasifikasi yang paling mudah dipahami
adalah klasifikasi menurut Karnahan dan Sayre, dimana tumor diberi nama
sesuai dengan nama sel yang terserang, bailsrl pada susunan saraf orang
dewasa, pada pembuluh darah maupun pada gangguan perkembangan
(kongenital). Stadium keganasannya diberi tingkatan dari 1 sampai IV (IV
yang paling ganas). Tumor yang sering terjadi pada orang dewasa yaitu lesi
supratentorial (fosa media atau anterior). Jejas neoplastik di dalam otak
akhirnya menyebabkan kematian yang mengganggu fungsi vital, seperti
pernapasan atau adanya peningkatan Tekanan Intra Kranial (Rangki &
Susen, 2015).
Berdasarkan data yang didapatkam dari rekam medik RSUD dr.
Moewardi Surakarta, dari tahun 2013 sampai bulan Maret 2014 terdapat 31
2
kasus pasien dengan tumor otak dari rata-rata hampir semua jenis tumor
ganas (Devi, 2014).
Menurut data diperoleh penulis atas Medical Record di Ruang Bedah
Umum, Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung, penderita
tumor otak atau intrakranial Space Occupying Letion (SOL) pada tahun 2016,
menempati urutan ke 5 (lima) sebanyak 19 kasus (10,49%). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. Persentase Penyakit terbesar di Ruang Kana, Bedah Umum Lantai II, RSUP dr Hasan Sadikin Bandung Periode Nov 2015 – Jan 2016
No. Jenis Penyakit Jumlah Pasien Masuk Persentase (%)
1. Fraktur Mandibula 33 18, 232. Efusi Pleura 29 16, 023. Infeksi Gigi 23 12, 704. Tumor Intra Abdomen 21 11, 605. SOL 19 10, 496. ALI 18 9, 947. CKD 15 8, 288. Laparatomi Exporasi 10 5, 529. Abses Serebri 8 4, 41
10. Selulitis 5 2, 76Jumlah 181 100%
Sumber : Medical Record Ruang Kana, Bedah Umum Lantai II, RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Nov 2015 - Jan 2016.
Berdasarkan uraian diatas dan mengingat dampak yang ditimbulkan
pada klien, maka penulis sangat tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. E dengan Gangguan
Sistem Persarafan : Space Occupying Letion (SOL) di Ruang Kana Bedah
Umum, Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.
3
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis membatasi masalah
yang dibahas yaitu “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. E dengan
Gangguan Sistem Persarafan : Space Occupying Letion (SOL) di Ruang
Kana Bedah Umum, Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin
Bandung”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus penyakit saraf dan mampu menerapkan asuhan
keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
komprehensif pada klien dengan gangguan sistem persarafan : Space
Occupying Letion (SOL) secara langsung pada situasi nyata meliputi bio-
psiko-sosial dan spiritual yang didasarkan pada ilmu keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian, menganalisa data dan
menentukan prioritas masalah secara komprehensif terutama pada
klien dengan gangguan sistem persarafan : Space Occupying Letion
(SOL).
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem persarafan : Space Occupying Letion (SOL).
c. Penulis mampu menyusun rencana keperawatan berdasarkan
permasalahan yang muncul sesuai dengan diagnosa keperawatan pada
4
klien dengan gangguan sistem persarafan : Space Occupying Letion
(SOL).
d. Penulis mampu melakukan implementasi sesuai dengan intervensi
yang telah ditentukan dan sesuai dengan kebutuhan klien pada
gangguan sistem persarafan : Space Occupying Letion (SOL)
e. Penulis mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan pada klien
dengan gangguan sistem persarafan : Space Occupying Letion (SOL).
f. Penulis mampu mendokumentasikan hasil-hasil Asuhan Keperawatan
pada klien dengan Gangguan Sistem Persarafan : Space Occupying
Letion (SOL).
D. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan khususnya perawat yang ada di
Rumah Sakit dalam mengambil langkah-langkah kebijaksanaan dalam
rangka meningkatkan mutu Pelayanan Keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem persarafan : Space Occupying Letion (SOL).
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil Studi Kasus ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi disiplin
ilmu keperawatan dalam mengembangkan keilmuan khususnya Asuhan
Keperawatan, agar para mahasiswa dapat mengetahui Asuhan
Keperawatan tentang penyakit Tumor Otak pada pasien yang menderita
penyakit serta perannya sebagai perawat yaitu memberikan pelayanan
5
kesehatan (Pendidikan Kesehatan), Promotif, Preventif, Kuratif dan
Rehabilitatif untuk penyakit Tumor Otak.
3. Bagi Profesi
Sebagai bahan masukan bagi rekan–rekan sejawat dalam melakukan
penelitian lebih lanjut dengan permasalahan yang sama yaitu asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan sistem persarafan : Space
Occupying Letion (SOL).
4. Bagi Penulis
Sebagai acuan berfikir dalam melaksanakan asuhan keperawatan &
Menambah wawasan dan keterampilan dalam penerapan proses asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan sistem persarafan : Space
Occupying Letion (SOL).
E. Metode Telaahan
Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun karya Tulis
Ilmiah ini adalah metode analisis deskriptif yang berbentuk studi kasus
dengan berdasarkan pendekatan proses keperawatan yaitu pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
1. Studi Kepustakaan
Mengumpulkan informasi dan bahan-bahan bacaan dari berbagai
buku-buku literatur dan internet yang relevan yang dapat dipercaya untuk
mendapatkan kejelasan teori yang berhubungan dengan masalah klien,
(Nursalam, 2013)
2. Studi kasus
6
Studi Kasus yaitu menggunakan pendekatan proses keperawatan
pada klien dan keluarga yang meliputi : Pengkajian, Analisa Data,
penerapan Diagnosa Keperawatan, penyusunan Rencana Tindakan dan
Evaluasi Asuhan Keperawatan.
Adapun Tehnik yang digunakan penulis dalam pengumpulan data
pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
a. Observasi
Mengamati keadaan klien secara langsung yang meliputi bio, psiko,
sosial, kultural dan spiritual.
b. Wawancara
Mengadakan tanya jawab langsung dengan klien dan keluarga klien
serta tenaga kesehatan lain untuk memperoleh informasi yang akurat
yang mendukung terhadap adanya masalah pada anak.
c. Pemeriksaan Fisik
Pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan fisik pada klien
secara head to toe dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi yang diaplikasikan secara persistem sehingga
dapat dijadikan data objektif yang mendukung terhadap adanya
masalah pada anak.
d. Studi Dokumentasi
Pengumpulan data atau informasi yang diperoleh dari buku status
klien yang meliputi catatan atau arsip dari medical record yang
berhubungan dengan perkembangan kesehatan klien pada saat itu
7
untuk dijadikan salah satu dasar dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.
e. Metode Diskusi
Diskusi dengan tenaga Kesehatan yang terkait yaitu Perawat yang
bertugas di Ruang Perawatan Kana Bedah Umum, Lantai II RSUP dr.
Hasan Sadikin Bandung.
F. Waktu Pelaksanaan
Studi Kasus dilakukan dilaksanakan pada pada tanggal, 19 – 22
Februari 2016.
G. Tempat pelaksanaan
Studi Kasus ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat dr.
Hasan Sadikin Bandung.
H. Sistematika Telaahan
Untuk memahami apa yang dibahas dalam penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini, maka penulis menguraikan 4 (empat) bab dan beberapa sub bab
sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan, bab ini meliputi : Latar Belakang, Ruang
Lingkup Pembahasan, Tujuan, Manfaat, Metode Telaahan,
Tempat Pelaksanaan, Waktu Pelaksanaan, dan Sistematika
Telaahan.
Bab II : Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Sistem Persarafan : SOL, yang mencakup Konsep Dasar,
8
terdiri dari : Pengertian, Klasifikasi, Anatomi Fisiologi, Etiologi,
Patofisiologi, Manifestasi Klinik, Pemeriksaan Diagnostik,
Penanganan Medik, dan Komplikasi. Dan tinjauan teoritis
tentang Asuhan Keperawatan terdiri dari : Pengkajian, Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.
Bab III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan, bab ini memuat tentang
pengamatan Kasus yang merupakan laporan Asuhan
Keperawatan Pada Klien Ny. E dengan Gangguan Sistem
Persarafan : Space Occupying Letion (SOL) di Ruang Kana
Bedah Umum, Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan
Sadikin Bandung, dan Pembahasan yang berisikan tentang
ulasan naratif dari setiap tahapan proses keperawatan yang
dilakukan serta perbandingan antara teori dan kasus nyata yang
disusun secara sistematis berdasarkan tahapan proses
keperawatan meliputi Pengkajian, Analisa Data, Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan, Implementasi, Evaluasi dan Catatan
Perkembangan.
Bab IV : Kesimpulan dan Rekomendasi, bab ini berisikan Kesimpulan
dan Rekomendasi dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan
formulasi saran atau rekomendasi yang operasional terhadap
masalah yang ditemukan.
9
BAB II
TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN
SPACE OCCUPYING LESSION (SOL)
A. Konsep Dasar
1. Defenisi
Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau
proses desak ruang (Space Ocuping Letion atau Space Talking Lesion)
yang timbul didalam rongga tengkorak baik didalam kompartemen
supratentotrial (Nurarif & Kusuma, 2015).
Tumor otak adalah sebuah lesi terletak pada intrakarnial yang
menempati ruang didalam tengkorak. Tumor-tumor selalu tumbuh
sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh
menyebar, masuk kedalam jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari
kompresi dan infiltrasi jaringan (Smeltzer & Bare, 2002).
Tumor intrakranial termasuk juga lesi desak ruang jinak
maupun ganas, yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Lesi
desak ruang di dalam tengkorak merupakan lesi-lesi yang meluas atau
yang menempati ruang di dalam rongga tengkorak (Rangki & Susen
2014).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal
didalam otak yang terdiri atas tumor otak benigna dan maligna. Tumor
10
otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak,
tetapi tidak ganas, sedangkan tumor otak maligna adalah kanker
didalam otak yang berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan
disebelahnya atau yang telah menyebar (Metastase) ke otak dari
bagian tubuh lainnya melalui aliran darah (Smeltzer & Bare, 2002).
2. Klasifikasi Tumor Otak
Menurut (Rangki & Susen, 2014) tumor otak dapat
klasifikasikan beberapa macam yaitu :
a. Glioma adalah tumor jaringan glia (jaringan penunjang dalam
system saraf pusat (misalnya euroligis), bertanggung jawab atas
kira-kira 40-50% tumor otak.
b. Tumor meningen (meningioma) merupakan tumor asal meningen,
sel-sel mesofel dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura
dari paling penting.
c. Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofon, eosinofil atau
basofil dari hipofisis anterior.
d. Tumor saraf pendengaran (neurilemoma) merupakan 3 - 10%
tumor intrakranial. Tumor ini berasal dari sel schawan selubung
saraf.
e. Tumor metastatis adalah lesi-lesi metastasis merupakan kira-kira 5-
10% dari seluruh tumor otak dan dapat berasal dari sembarang
tempat primer.
f. Tumor pembuluh darah antara lain :
11
1) Angioma adalah pembesaran massa pada pembuluh darah
abnormal yang didapat didalam atau diluar daerah otak. Tumor
ini diderita sejak lahir yang lambat laun membesar.
2) Hemangiomablastoma adalah neoplasma yang terdiri dari
unsur-unsur vaskuler embriologis yang paling sering dijumpai
dalam serebelum.
3) Sindrom non hippel-lindan adalah gabungan antara hemagio-
blastoma serebelum, angiosmatosis retina dan kista ginjal serta
pankreas.
g. Tumor congenital (gangguan perkembangan). Tumor kongenital
yang jarang antara lain kondoma, terdiri atas sel-sel yang berasal
dari sisa-sisa horokoida embrional dan dijumpai pada dasar
tengkorak.
h. Tumor adneksa (pinealoma). Pinealoma menekan akueduktus yang
menyebabkan hidrosefalus obstruktif, dan juga hipoyalamus yang
mengakibatkan pubertas prekoks dan diabetes insipidus.
Menurut (Smeltzer & Bare, 2002) dapat mengklasifikasikan tumor
otak berdasarkan lokasi dan jenis tumor adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan lokasi :
1) Tumor Supratentorial :
a) Hemisfer Otak yaitu :
(1) Glikoma : Gliomablastomamultiforme, Astrosotoma,
Oligodendroglioma.
12
(2) Meningioma : Tumor Metastasis
b) Tumor struktur median yaitu : Adenoma hipofisis, tumor
grandula pinealis, kraniofaringioma.
2) Tumor infratentorial yaitu :
a) Schwannoma akustikus
b) Tumor metastasis
c) Meningioma
d) Hemangioblastoma
3) Tumor medulla spinalis yaitu :
a) Ekstradural : Metastasis, Intradural.
b) Ekstramedular : meningioma, neurofriboma.
c) Intramedural : ependinoma, astrositoma.
b. Berdasarkan jenis tumor yaitu :
1) Jinak : Acoustik neuroma, meningioma
2) Malignant : Astrocytoma (Grade 2, 3, 4), oligondedroglioma.
Tumor-tumor yang berasal dari kelenjar pineal dan hipofisis
serta pembuluh darah serebral juga termasuk dalam tipe tumor
otak. Tumor otak yang tergolong spesifik adalah : Glioma,
Adenoma hipofisis, dan Angioma.
Sedangkan menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) tumor Otak
dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
a. Jinak yaitu : Acoustic neuroma, Meningioma, Pituitary adenoma,
Astrocytoma (grade I).
13
b. Malignant yaitu :
1) Astrocytoma (grade 2, 3, 4),
2) Oligodendroglioma,
3) Apendymoma
c. Berdasarkan lokasi yaitu :
1) Tumor intradural, dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Ekstramedular
(1) Cleurofibroma
(2) Meningioma
b) Intramedular
(1) Apendymoma
(2) Astrocytoma
(3) Oligodendroglioma
(4) Hemangioblastoma
2) Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada
payudara, prostal, tiroid, paru-paru, ginjal dan lambung.
3. Anatomi Fisiologi Sistem Persarafan
a. Susunan Saraf Pusat (SSP)
Susunan saraf adalah sistem yang mengontrol tubuh kita
yang terus menerus menerima, menghantarkan dan memproses
suatu informasi dan bersama sistem hormon, susunan saraf
14
mengkordinasikan semua proses fungsional dari berbagai jaringan
tubuh, organ dan sistem organ manusia. Susunan saraf dibagi
menjadi dua yaitu susunan saraf pusat dan susunan saraf otonom.
Gambar 2.1. Sel Saraf (Neuron)
Susunan saraf pusat terdiri dari otak besar (Cerebrum), batang
otak, otak kecil (Cerebellum) dan sumsum tulang belakang
(Medulla Spinalis) dan diliputi oleh selaput otak (Meningen) yang
terdiri atas bagian luar parkhimening (durameter) dan bagian dalam
leptomening. Otak dipisahkan oleh fisura media menjadi dua
hemisfer. Permukaan lateral masing-masing hemisfer dibedakan
menjadi lobus frontal, parieatal, temporal, dan oksipital. Otak
mempunyai sistem perhubungan, yaitu ventrikel. Ventrikel lateral
masuk ke dalam lobus frontal, temporal dan oksipital. Cairan
serebrospinal dibentuk setiap hari oleh plexus choroid pada
ventrikel, melalui ventrikel III dan IV terus ke subarachnoid dan
medulla spinalis. Otak diliputi oleh leptomening, membrana
15
arachnoid dan piameter dan bagian paling luar durameter.
Durameter berlapis dua, sebagai lapisan dalam periosteum dari
tulang tengkorak, dan pada garis tengah sebagai falx cerebri, pada
fosa posterior terbentang seperti tenda membentuk tentorium
cerebri, memisahkan lobus oksipital dan serebellum. Aspek ventral
dari otak adalah batang otak dan serebellum, menutupi aspek
posterior (otak tengah) yaitu : pons dan medula oblongata yang
mengelilingi ventrikel IV. Otak mendapat darah dari arteri carotis
interna dan arteri vertebralis.
1) Otak
Gambar 2.2. Anatomi OtakSumber : (Muttaqin, 2008)
Secara fungsional dan anatomis otak dibagi menjadi tiga
bagian yaitu :
a) Batang Otak
Batang otak yang menghubungkan medulla spinalis
dengan serebrum terdiri dari medula oblongata, pons varoli
dan diensefalon (otak tengah).
16
(1) Medula oblongata mengandung nucleus atau badan sel
dari berbagai saraf otak yang penting. Selain itu medula
mengandung pusat-pusat vital yang berfungsi
mengendalikan pernafasan dan system kardiovaskuler.
Medulla oblongata terletak dalam fosa krnialis posterior
dan bersatu dengan sumsum tulang belakang tepat
dibawah foramen magnum tulang oksipital.
(2) Pons varoli merupakan bagian tengah batang otak dan
arena itu memiliki jalur lintas naik dan turun seperti pada
otak tengah. Selain itu juga terdapat banyak serabut yang
berjalan menyilang pons untuk menghubungkan kedua
lobus serebelum dan menghubungkan serebelum dengan
korteks serebri.
(3) Diensefalon (Otak tengah) mengandung pusat-pusat yang
mengendalikan keseimbangan dan gerakan-gerakan mata
(Muttaqin, 2008)
b) Otak Kecil (Cerebelum)
Cerebelum menempati fosa kranialis posterior dan
diatapi tentorium-serebeli, yang merupakan lipatan durameter
yang memisahkan lobus oksipitalis serebri. Fungsi
cerebellum adalah mengatur sikap dan aktivitas sikap badan.
Cerebellum berperan penting dalam koordinasi otot dan
menjaga keseimbangan (Muttaqin, 2008).
17
c) Otak Besar (Cerebrum)
Cerebrum mengisi bagian depan dan atas rongga
tengkorak, yang masing-masing disebut fosa kranialis
anterior dan fosa kranialis tengah. Cerebrum terdiri dari dua
hemisfer yaitu kiri dan kanan, empat lobus yaitu :
(1) Lobus frontal berfungsi mengontrol perilaku individu,
membuat keputusan, kepribadian dan menahan diri.
(2) Lobus parietal merupakan lobus sensori berfungsi
menginterpretasikan sensasi, berfungsi mengatur
individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian
tubuhnya.
(3) Lobus temporal berfungsi menginterpretasikan sensasi
kecap, bau, pendengaran dan ingatan jangka pendek.
(4) Lobus oksipital bertanggung jawab menginterpretasikan
penglihatan (Muttaqin, 2008).
2) Sumsum Tulang Belakang
Sumsum tulang belakang atau medulla spinalis bermula
pada medulla oblongata menjulur kearah kaudal melalui foramen
magnum, dan berakhir diantara vertebra lumbalis pertama dan
kedua. Fungsi sumsum tulang belakang adalah mengadakan
komunikasi antara otak dan semua bagaian tubuh serta gerak
reflkeks (Mutaqqin, 2008).
18
3) Saraf Cranial
Ada 12 pasang saraf cranial yaitu :
a) Nervus I : Olfaktorius
b) Nervus II : Optikus
c) Nervus III : Okulomotorius
d) Nervus IV : Troklearis
e) Nevus V : Abdusen
f) Nervus VI : Trigeminus
g) Nervus VII : Fasialis
h) Nervus VIII : Vestibulokoklearis
i) Nervus IX : Glosofaringeus
j) Nervus X : Vagus
k) Nervus XI : Asesorius
l) Nervus XII : Hipoglosus
Saraf kranial I, II, VIII merupakan saraf motorik murni,
saraf kranial III, IV, XI, dan XII terutama merupakan saraf
motorik, tetapi juga mengandung serabut proprioseptif dari otot-
otot yang di persarafinya. Saraf kranial V, VII, dan X merupakan
saraf campuran. Saraf kranial III, VII, dan X juga mengandung
beberapa serabut saraf dari cabang parasimpatis sistem saraf
otonom (Muttaqin, 2008 ).
19
b Susunan Saraf Otonom
Sistem saraf otonom merupakan sistem persarafan sempurna.
Serabut-serabut aferenya membawa masukan dari organ-organ
viresal (berkaitan dengan denyut jantung, diameter pembuluh
darah, pernapasan, pencernaan dan sebagainya). Menurut
fungsinya, susunan saraf otonom dibagi dalam dua bagian :
1) Sistem Saraf Simpatis
Terletak didepan kolumna vertebra dan berhubungan serta
bersambungan dengan sumsum tulang belakang melalui serabut
saraf. Fungsinya adalah mensarafi otot jantung, otot-otot tidak
sadar semua pembuluh darah, serta semua alat dalam seperti
lambung, pangkreas dan usus. Melayani serabut motorik
sekretorik pada kelenjar keringat, serabut motorik pada otot tak
sadar dalam kulit-arektores pilorum serta mempertahankan
tonus semua otot, termasuk tonus otot sadar (Muttaqin, 2008).
2) Sistem Saraf Parasimpatis
Dibagi menjadi dua yaitu saraf otonom cranial dan saraf
otonom sacral. Saraf otonom cranial adalah saraf cranial ketiga,
ketujuh, kesembilan, dan kesepuluh. Saraf otonom sacral keluar
dari sumsum tulang belakang melalui daerah sacral membentuk
urat-urat saraf pada alat-alat dalam pelvis, dan bersama saraf
simpatis membentuk pleksus yang melayani kolom, rectum, dan
kandung kemih (Muttaqin, 2008).
20
4. Penyebab
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015), Penyebab tumor hingga saat
ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah banyak
penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau
yaitu :
a. Herediter
Riwayat tomor otak dalam satu anggota keluarga jarang
ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma, dan neurofibroma
dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose
atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi
pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain
jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi
bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang
terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan
embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak
bangunan disekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan
dapat mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti
21
radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan
bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil
dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran
infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini
belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan
perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
e. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik
seperti Methylcholanthrone, Nitroso-Ethyl-Urea. Ini berdasarkan
percobaan yang dilakukan pada hewan.
5. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurolagi. Gejala-gejala
terjadi berurutan hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam
pemeriksaan klien. Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap
disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan vocal terjadi
apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi / inovasi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Perubahan suplai darah
akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan
nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
22
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat
dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang
sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan
kompersi invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak (Rangki &
Susen, 2015).
Peningkatan intrakranial dapat diakibatakan oleh beberapa faktor :
bertambahnya masa dalam tengkorak , terbentuknya oedema sekitar tumor
dan perubahan sirkulasi serebrospinal. Pertumbuhan tumor akan
menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mengambilkan
ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas
menimbulkan odema dalam jaringan otak. Mekanisme belum sepenuhnya
dipahami namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan
pendarahan. Obstruksi vena oedema yang disebabkan kerusakan sawar
darah otak semuanya menimbulkan kenaikan volume inntrakranial.
Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari vantrikel laseral keruang sub
arakhnoid menimbulkan hidrosephalus. Peningkatan intrakranial akan
membahayakan jiwa bila terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab
yang telah dibicaraknan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memrlukan
waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena
itu tidak berguna bila apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini bekerja menurunkan volume darah
intrakranial, volume cairan cerborspinal, kandungan cairan intrasel dan
mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati
23
mengakibatkan herniasi ulkus/serebulum herniasi timbul bila girus medalis
lobus temporalis bergeser keinterior melalui insisura tentorial oleh massa
dalam hemister otak. Herniasi menekan ensefalon menyebabkan
kehilangan kesadaran dan menekan saraf ke tiga (Rangki dan Susen,
2015).
Tumor intrakranial menyebabkan gangguan neurologis progresif.
Gangguan neurologis pada tumor intrakranial biasanya dianggap
disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan fokal disebabkan oleh tumor
dan kenaikan tekanan intrakranial.
a. Gangguan Fokal
Terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan
infiltrasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan
neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor
yang tumbuh paling cepat (misalnya : gliomablastoma multiforme).
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai
darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi
secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan
serebrovaskular primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan
neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi, dan perubahan suplai
darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga
24
menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan
neurologis fokal, seperti bicara terganggu, berdesis, dan afasia.
b. Peningkatan Tekanan Intracranial.
Dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya massa
dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan
sirkulasi cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan
bertambahnya massa karena tumor akan mengambil tempat dalam
ruang yang relatif tetap dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor
ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak sekitarnya.
Mekanismenya belum seluruhnya dipahami, tetapi diduga
disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan penyerapan cairan
tumor. Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi
vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak,
semuanya menimbulkan kenaikan volume intracranial dan
meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan
serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid
menimbulkan hidrosefalus. Peningkatan tekanan intrakranial akan
membahayakan jika perkembanganya cepat.
Mekanisme kompensasi bekerja menurunkan volume darah
intracranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intra sel
dan mengurangi sel-sel parenkim. Peningkatan tekanan intracranial
yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebellum.
Herniasi ulkus timbul bila girus medialis lobus temporalis tergeser ke
25
inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak.
Herniasin menekan menensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran
dan saraf kranial III.
Pada herniasi serebellum, tonsil serebellum tergeser kebawah
melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi
medulla oblongata dan henti pernafassan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan intracranial
yang cepat adalah brakikardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran
tekanan nadi) dan gangguan pernafasan (Muttaqin, 2008).
6. Manifestasi Klinis
Adapun gejala klinis menurut (Rangki & Susen, 2015), pada
penyakit tumor otak adalah sebagai berikut
a. Nyeri kepala : Merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai
penderita tumor otak. Nyeri dapat digambarkan bersifat dalam, terus-
menerus, tumpul dan kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat
waktu pagi hari dan menjadi lebih hebat oleh aktivitas yang biasanya
meningkatkan tekanan intrakranial, seperti membungkuk, batuk, atau
mengejan pada waktu buang air besar. Nyeri kepala berkurang jika
diberi aspirin dan kompres dingin pada tempat yang sakit.
b. Nausea dan muntah : Nausea dan muntah terjadi sebagai akibat
rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata. Muntah paling
sering terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan
26
tekanan intracranial disertai pergeseran batang otak. Muntah dapat
terjadi tanpa didahului nausea dan dapat proyektil.
c. Papiledema : Papiledema disebabkan oleh statis vena yang
menimbulkan pembengkakan papilla saraf optikus. Bila terlihat pada
pemeriksaaan funduskopi, tanda ini mengisyaratkan peningkatan
tekanan intracranial.
7. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan diagnostik menurut (Rangki & Susen, 2014),
yang bisa dilakukan pada tumor otak antara lain :
a. Arterigrafi atau Ventricolugram : untuk mendeteksi kondisi patologi
pada sistem ventrikel dan cisterna.
b. CT-SCAN : dasar dalam menentukan diagnose.
c. Radiogram : memberikan informasi yang sangat berharga mengenai
struktur, penebalan dan klasifikasi, posisi kelenjar pinelal yang
mengapur dan posisi selatursika.
d. Sidik otak radioaktif : memperlihatkan daerah-daerah akumulasi
abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan
sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat
radioaktif.
e. Elektroensefalogram (EEG) : memberi informasi mengenai perubahan
kepekaan neuron.
27
f. Ekoensefalogram : memberi informasi mengenai pergeseran
kandungan intra serebral.
8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis menurut (Nurarif & Kusuma, 2015)
Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam
penatalaksaannya, yaitu :
a. Surgery
Terapi Pre-Surgery, yaitu :
1) Steroid untuk menghilangkan swelling, contoh Dexamethasone.
2) Anticonvulsant untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti
carbamazepine.
3) Shunt digunakan untuk mengalirkan cairan cerebrospinal.
Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat
tumor. Pembedahan pada tumor otak bertujuan utama untuk
melakukan dekompresi dengan cara mereduksi efek massa sebagai
upaya menyelamatkan nyawa serta memperoleh efek paliasi.
Dengan pengambilan massa tumor sebanyak mungkin diharapkan
pula jaringan hipoksik akan terikut serta sehingga akan diperoleh
efek radiasi yang optimal. Diperolehnya banyak jaringan tumor
akan memudahkan evaluasi histopatologik, sehingga diagnosis
patologi anatomi diharapkan akan menjadi lebih sempurna. Namun
pada tindakan pengangkatan tumor jarang sekali menghilangkan
gejala-gelaja yang ada pada penderita.
28
b. Radiotherapy
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam
penatalaksanaan proses keganasan. Berbagai penelitian klinis telah
membuktikan bahwa modalitas terapi pembedahan akan
memberikan hasil yang lebih optimal jika diberikan kombinasi
terapi dengan kemoterapi dan radioterapi.
Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif
(Moderately Sensitive), sehingga pada tumor dengan ukuran
terbatas pemberian dosis tinggi radiasi diharapkan dapat
mengeradikasi semua sel tumor. Namun demikian pemberian dosis
ini dibatasi oleh toleransi jaringan sehat disekitarnya. Semakin
sedikit jaringan sehat yang terkena maka semakin tinggi dosis yang
diberikan. Guna menyiasati hal ini maka diperlukan metode serta
teknik pemberian radiasi dengan tingkat presisi yang tinggi.
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan
pada tumor sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh
otak. Radioterapi juga digunakan dalam tatalaksana beberapa tumor
jinak, misalnya adenoma hipofisis.
c.Chemotherapy
Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa
menggunakan satu atau dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan
dengan tujuan untuk membunuh sel tumor pada klien. Diberikan
secara oral, IV, atau bisa juga secara shunt. Tindakan ini diberikan
29
dalam siklus, satu siklus terdiri dari treatment intensif dalam waktu
yang singkat, diikuti waktu istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua
sampai empat telah lengkap dilakukan, pasien dianjurkan untuk
istirahat dan dilihat apakah tumor berespon terhadap terapi yang
dilakukan atau tidak.
Faktor-faktor prognostik sebagai bahan pertimbangan untuk
penatalaksanaan adalah : Usia, general health, ukuran tumor, lokasi
tumor, dan jenis tumor.
9. Komplikasi
Komplikasi tumor otak menurut (Devi M, 2014) yaitu :
a. Edema serebral
b. Tekanan intrakranial meningkat
c. Herniasi otak.
d. Hidrosefalus.
e. Kejang.
f. Metastase ke tempat lain
10. Dampak SOL Terhadap Sistem Tubuh
Dampak Space Occupying Letion (SOL) atau Tumor Otak
terhadap berbagai sistem tubuh antara lain :
a. Sistem Pernafasan
Hipertensi terjadi karena pengaruh vasokonstriksi paru. Hal ini
menyebabakan hipercapnea dan bronchokonstriksi. Sensifitas yang
30
meningkat pada mekanisme pernafasan terhadap karbondioksida dan
periode setelah hiperventilasi akan menyebabkan pernafasan
Cheynestoke.
b. Sistem Kardiovaskuler
Tumor otak menyebabkan perubahan fungsi jantung yang
mencakup aktifitas atipycal miokardial, edema paru dan perubahan
tekanan vaskular. Perubahan otonom pada fungsi ventrikel atau
perubahan gelombang T, gelombang P tinggi dan distrithmia,
vibrilasi atrium dan ventrikel tachicardia. Perubahan aktifitas
miocardial mencakup peningkatan frekuensi jantung dan menurunnya
stroke work, Sentral Venous Pressure (CVP) abnormal. Dengan tidak
adanya endogenous stimulus saraf simpatis, maka akan
mempengaruhi penurunan kontraktilitas ventrikel. Hal ini akan
mengakibatkan terjadinya penurunan Karbondioksida (CO2) dan
peningkatan tekanan atrium kiri sehingga terjadi edema paru.
c. Sistem Gastrointestinal
Pada tumor otak, perdarahan pada lambung jarang ditemukan,
terdapat respon yang besar dan merangsang aktifitas hipothalamus
dan stimulus vagus yang dapat menyebabkan langsung hiperacidium.
Terjadi peningkatan pengeluaran katekolamin dalam menangani stres
yang mempengaruhi produksi asam lambung.
31
B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan
dalam praktek keperawatan. Hal ini disebut sebagai suatu pendekatan
problem solving yang memerlukan ilmu, tekhnik dan keterampilan
interpersonal yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien atau
keluarga (Nursalam, 2013).
Proses keperawatan adalah tekhnik pemecahan masalah yang
meliputi : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan
dan Evaluasi (Nursalam, 2013).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan status
kesehatan klien. Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data dengan
cara anamnesa yang diperoleh dengan wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, serta mempelajari status
klien (Nursalam, 2013).
Prosedur pemberian asuhan keperawatan terhadap klien dengan
kasus Tumor Otak dilaksanakan melalui proses keperawatan. Teori dan
konsep keperawatan dilakukan secara terpadu dalam tahapan yang
terorganisir melalui :
32
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan mengumpulkan
informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk
menentukan masalah serta kebutuhan-kebutuhan klien, biasanya
menggunakan anamnesa atau wawancara, observasi, pemeriksaan
fisik dan studi dokumentasi. Data dapat diperoleh dari klien sendiri,
catatan medik serta tim kesehatan lain (Nursalam, 2013).
1) Biodata
a) Identitas Klien
Data yang terdapat berupa nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku/bangsa, pendidikan terakhir,
pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian, nomor registrasi dan diagnosa medik.
b) Identitas Penanggung Jawab
Mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan terakhir, alamat, suku/bangsa, pekerjaan, alamat
dan hubungan dengan klien.
2)Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit
33
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan
sebab berupa kronologi terjadinya penyakit sehingga
klien membutuhkan tindakan medis.
(2) Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien pada saat
dilakukan pengkajian. Biasanya pada klien dengan
Space Occupying Letion (SOL) adalah nyeri didaerah
kepala yang disebabkan oleh tersumbatnya aliran darah
ke otak (Muttaqin, 2008).
(3) Riwayat Keluhan Utama
Menggambarkan keluhan saat dilakukan pengkajian
serta menggambarkan kejadian sampai terjadi penyakit
saat in dengan menggunakan metode P, Q, R, S, T.
(a) Paliative/profokatif (P) : apa yang menyebabkan
bertambahnya atau berkurangnya keluhan.
Biasanya pada klien dengan Space Occupying
Letion (SOL) umumnya disebabkan nyeri kepala
yang disebabkan oleh tersumbatnya aliran darah ke
otak.
(b) Qualitatif/Kuantitatif (Q) : seberapa berat keluhan
terasa, bagaimana rasanya, seberapa sering terjadi
atau bagaimana bentuk serta gambaran keluhan dan
34
sejauh mana tingkat keluhannya. Pada klien
dengan Space Occupying Letion (SOL) nyeri yang
dirasakan seperti ditusuk-tusuk benda tajam.
(c) Region/Radiasi (R) : lokasi keluhan yang
dirasakan. Pada klien degan Space Occupying
Lession (SOL) nyeri dirasakan pada daerah kepala
dan menyebar disekitarnya.
(d) Skala/Severity (S) : intesitas keluhan apakah
sampai mengganggu atau tidak. Pada klien dengan
Space Occupying Letion (SOL) nyeri selalu
mengganggu dengan skala 3 (0 – 5).
(e) Timming (T) : kapan waktu mulai terjadi keluhan
dan berapa lama kejadian ini berlangsung. Pada
klien dengan Space Occupying Letion (SOL) nyeri
dirasakan secara terus menerus (Muttaqin, 2008).
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada umumnya klien Space Occupying Letion
(SOL) akan didapatkan adanya riwayat hipertensi,
diabetes melitus, dan atau penyakit jantung dan beberapa
kebiasaan yaitu makan-makanan yang tinggi garam dan
lemak, obesitas kebiasan merokok, minum alkohol,
riwayat penggunaan pil kontrasepsi, sering stres dan
kurang aktifitas (Muttaqin, 2008).
35
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada keluarga akan didapatkan adanya riwayat
penyakit herediter, yaitu : adanya keluarga yang
mempunyai riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit
jantung dan riwayat stroke (Muttaqin, 2008).
Untuk mengetahui riwayat kesehatan keluarga dapat
dilihat dari genogram (3) generasi, dimana genogram
adalah secara istilah berasal dari 2 kata yaitu gen (unsur,
keturunan) dan gram (gambar, grafik). Dalam bahasa
indonesia genogram dapat dipadankan dengan gambar
silsilah keluarga. Secara konseptual genogram berarti
suatu model grafis yang menggambarkan asal-usul konseli
dalam 3 generasi, yakni generasi dirinya, orang tuanya dan
kakek neneknya. Genogram juga merupakan suatu alat
untuk menyimpan informasi yang dicatat selama
wawancara antara konselor konseling mengenai orang-
orang dalam asal-usul keluarga konseling.
3) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan dengan tekhnik
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi (Nursalam, 2013)
terhadap beberapa sistem tubuh secara “Head To Toe” dan
didokumentasikan secara persistem meliputi :
a) Keadaan Umum
36
Keadaan umum mulai saat pertama kali bertemu
dengan pasien dilanjutkan dengan sewaktu mengukur
tanda-tanda vital.
b) Kesadaran
Pada umumnya tingkat kesadaran terdiri dari 6 (enam)
tingkatan yaitu :
(1) Composmentis : Sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya, (GCS 15 – 14).
(2)Apatis : Keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak
acuh, (GCS 13 – 12).
(3) Somnolen : Keadaan kesadaran yang mau tidur
saja dapat dibangunkan dengan rangsangan nyeri
akan tetapi jatuh tidur lagi, (GCS 11 – 10).
(4)Delirium : Keadaan kacau motorik seperti
memberontak dan tidak sadar terhadap orang lain,
tempat dan waktu, (GCS 9 – 7).
(5)Supor : Keadaan kesadaran yang menyerupai koma,
reaksi hanya dapat ditimbulkan dengan rangsangan
nyeri, (GCS 6 - 4) (Nurarif & Kusuma, 2015).
c) Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital terdiri atas 4 pemeriksaan yaitu :
37
(1)Tekanan darah
(2)Pemeriksaan denyut nadi
(3)Pemeriksaan suhu
(4)Pemeriksaan respirasi
d) Pemeriksaan Persistem
(1) Sistem Pernapasan
Perlu dikaji mulai dari hidung, ada tidaknya sekret
pada lubang hidung, pergerakan cuping hidung waktu
bernafas, kesimetrisan gerakan dada saat bernapas,
auskultasi bunyi napas, apakah bersih atau ronchi,
serta frekuensi napas. Pada klien dengan Space
Occupying Letion (SOL) didapatkan pernapasan tidak
teratur, pernapasan sulit dan frekuensi meningkat,
klien akan didapatkan penurunan kesulitan dalam
batuk, bunyi napas ngorok akibat adanya sekret yang
menumpuk, pada auskultasi akan terdengar adanya
ronchi, mungkin terjadi kelemahan otot-otot
pernapasan sehingga pengembangan dada kadang
ditemukan tidak simetris antara kanan dan kiri.
(2) Sistem Kardiovaskular
38
Mulai dikaji dari warna konjungtiva, warna bibir, ada
tidaknya peninggian vena jugularis, auskultasi bunyi
jantung pada daerah dada dan pengukuran tekanan
darah, dengan palpasi dapat dihitung peningkatan
frekuensi nadi, adanya hipotensi orthostatik terutama
sewaktu melakukan perubahan posisi dari tidur ke
posisi duduk atau berdiri, ada tidaknya edema, warna
pucat dan sianosis. Pada klien dengan Space
Occupying Letion (SOL) dalam pemeriksaan
didapatkan perubahan tekanan darah menurun, kecuali
apabila terjadi peningkatan tekanan intra kranial maka
tekanan darah meningkat, denyut nadi tachikardi,
kemudian bradikardi atau irama tidak teratur sebagai
kompresi kerja jantung untuk membantu mengurangi
tekanan intra kranial.
(3) Sistem Pencernaan
Kaji keadaan mulut, gigi, bibir, palpasi abdomen
untuk mengetahui peristaltik usus, adanya massa atau
nyeri tekan. Pada klien dengan Space Occupying
Letion (SOL) biasanya didapatkan bising usus yang
normal atau bisa juga menurun apabila masih ada
pengaruh anastesi, perut kembung, bibir dan mukosa
mulut kering, klien dapat mual dan muntah, kadang-
39
kadang konstipasi karena klien tidak boleh mengedan
atau inkontinensia karena klien tidak sadar.
(4) Sistem Endokrin
Kaji apakah kelenjar tiroid teraba atau tidak, dan
terjadi pembesaran kelenjar tiroid atau tidak.
Kemungkinan ditemukan peningkatan kadar glukosa
serta adanya peningkatan hormon tiroid, atau terjadi
penurunan beberapa kadar hormon yang berkaitan
dengan produksi hipothalamus dan hipofise.
(5) Sistem Perkemihan
Kaji ada tidaknya pembengkakan dan nyeri pada
daerah pinggang, observasi dan palpasi pada daerah
abdomen bawah untuk mengetahui adanya retensi
urine dan kaji tentang adanya alat-alat genitourinari
bagian luar mengenai bentuknya, ada tidaknya nyeri
tekan dan benjolan serta bagaimana pengeluaran
urinnya, lancar atau ada nyeri sewaktu miksi serta
bagaimana warna urinnya. Biasanya pada klien
dengan Space Occupying Letion (SOL) terjadi retensi
urin pada klien sadar, sedangkan pada klien tidak
sadar akan didapatkan inkontinensia urine dan fekal,
jumlah urine output biasanya berkurang. Terdapat
40
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, dimana
terdapat hiponatremia atau hipokalemia.
(6) Sistem Muskuloskeletal
Kaji derajat Range Of Montion (ROM) dari
pergerakan sendi mulai dari kepala sampai anggota
gerak bawah, ketidaknyamanan atau nyeri yang
dilaporkan klien waktu bergerak, toleransi klien
waktu bergerak dan observasi adanya luka pada otot
akibat peradangan, kaji adanya deformitas dan atrofi
otot. Selain ROM, tonus dan kekuatan tonus harus
dikaji, karena klien imobilitas biasanya tonus dan
kekuatan ototnya menurun. Biasanya pada klien
dengan Space Occupying Letion (SOL) ditemukan
gerakan-gerakan involunter, kejang, gelisah, ataksia,
paralisis dan kontraktur, kekuatan otot mungkin
menurun atau normal.
(7) Sistem Integumen
Kaji keadaan kulit, rambut dan kuku. Pemeriksaan
kulit meliputi tekstur, kelembaban, turgor, warna dan
fungsi perabaan. Biasanya pada klien Space
Occupying Letion (SOL) terjadi tampak luka pada
kepala, suhu tubuh mungkin diatas normal, banyak
keringat. Pada hari ke-3 dari operasi biasanya luka
41
belum sembuh karena masih agak basah/belum
kering. Biasanya masih terdapat hematoma pada klien
dengan perdarahan di menigen.
(8) Sistem Pengindraan
Biasanya pada klien dengan Space Occupying Letion
(SOL) ketajaman penglihatan berkurang. Pupil
dilatasi, kehilangan setengah lapang. Pada
pendengaran biasanya disertai tinitus dan ada fungsi
bicara baik.
(9) Sistem Reproduksi
Pada sistem reproduksi cenderung ditemukan adanya
disfungsi seksual berupa penurunan libido dan
impotensi.
(10)Sistem Imun
Kaji adanya pembesaran dan nyeri tekan pada
kelenjar limfe.
(11)Sistem Persarafan
Gangguan pada sistem persarafan tergantung pada
area otak yang terkena lesi (Infark).
(a) Fungsi Serebral
Biasanya pada klien dengan tumor otak status
mental, kemungkinan adanya gangguan pada
orientasi berupa amnesia, perhatian dan
42
penghitungan dapat terganggu dengan adanya
acalculia. Pada fungsi bahasa dapat ditemukan
adanya afasia baik motorik maupun sensorik.
Tingkat kesadaran menurun, nilai GCS biasanya
kurang dari 15.
(b) Fungsi Nervus Kranial
Menurut (Syaifudin, 2009) : pengkajian
dilakukan terhadap 12 fungsi saraf kranial :
i.Nervus I (Nervus Olfaktorius)
Tujuan pemeriksaan untuk mendeteksi
adanya gangguan penghidu serta mengetahui
apakah gangguan tersebut disebabkan oleh
gangguan saraf atau penyakit hidung lokal.
ii.Nervus II (Nervus Optikus)
Pengkajian pada nervus ini untuk mengukur
ketajaman penglihatan (visus) dan lapang
pandang. Sebelum melakukan pengkajian
pada nervus optikus periksa mata klien
apakah mempunyai keluhan atau gangguan
seperti adanya benda asing, katarak, dan
radang pada konjungtiva. Lakukan tes
ketajaman penglihatan, klien disuruh
mengenali benda yang letaknya jauh
43
(misalnya, jam dinding dan diminta
menyatakan pukul berapa) dan membaca
huruf-huruf yang ada dibuku atau koran.
iii.Nervus III, IV, VI (Okulomotorius, Troklearis,
Abdusen).
Saraf otak ini diperiksa bersama-sama karena
kesatuan fungsinya yaitu mengurus otot-otot
ekstrinsik dan intrinsik bola mata. Nervus
Okulomotorius bertanggung jawab mengurus
kontraksi pupil dan mengatur lena mata.
Nervus Troklearis menyebabkan mata dapat
dilirikan kearah bawah dan nasal saraf
Abdusen memungkinkan terjadinya mata
dapat dilirikan ke arah temporal.
iv.Nervus V (Nervus Trigeminus)
Terdiri dari 2 bagian yaitu bagian sensorik
dan motorik. Bagian motorik mengurus otot-
otot untuk mengunyah dan bagian sensorik
yaitu rasa raba, suhu serta kornea.
v.Nervus VII (Nervus Vasialis)
Pemeriksaan fungsi motorik perhatikan muka
penderita apakah simetris atau tidak, suruh
klien mengangkat alis dan mengerutkan dahi
44
apakah dapat dilakukan serta simetris atau
tidak. Kemudian instruksikan klien
memejamkan mata satu sisi, hal ini dinilai
untuk mengetahui tenaga pejaman dengan
jalan mengangkat kelopak mata dengan
tangan pemeriksa sedang klien tetap
memejamkan mata. Selanjutnya suruh
penderita menyeringai (menunjukan gigi
geligi, mencucurkan bibir serta
mengembangkan pipi).
vi.Nervus VIII (Nervus Akustikus)
Cara pemeriksaannya yaitu minta klien untuk
mendengarkan suara bisikan pada jarak
tertentu dan membandingkannya dengan
orang normal. Untuk mengetes pendengaran
yang lebih akurat dapat dilakukan uji weber,
rinne atau schwabach. Selanjutnya untuk
memeriksa keseimbangan yaitu dengan
melakukan tes romberg yaitu penderita
berdiri dengan kaki yang satu didepan kaki
yang lain, tumit kaki yang satu berada
didepan jari-jari kaki yang lainnya atau
dengan melaksanakan tes telunjuk hidung.
45
vii.Nervus IX, X (Nervus Glosovaringeus, Vagus)
Nervus ini diperiksa bersamaan karena kedua
saraf ini berhubungan erat satu sama lain.
Dalam memeriksa perhatikan kualitas suara
klien, apakah suaranya normal, berkurang,
serak (disfonia) atau tidak bersuara sama
sekali. Kemudian minta klien mengucapkan
kata “aaa” untuk menilai ufula serta
palatumole selanjutnya memeriksa reaksi
menelan dan reaksi muntah dengan
menyentuh pangkal lidah.
viii.Nervus XI (Nervus Asesorius)
Saraf ini mempersarafi muskulus trapezius
dan otot sternokleidomastoideus.
Pemeriksaan otot sternokleidomastoideus
yaitu inspeksi otot dalam keadaan istirahat
dan bergerak, palpasi otot tersebut adanya
nyeri tekan atau tidak, kemudian tentukan
dan ukur kekuatan otot dengan cara klien
disuruh menoleh misalnya kekanan lalu
gerakan ini tahan dengan tangan pemeriksa
ditempatkan didagu, bandingkan kekuatan
otot antara kiri dan kanan.
46
ix.Nervus XII (Nervus Hipoglosus)
Saraf ini mengandung somato-motorik yang
menginervasi otot ekstrinsik dan intrinsik
lidah. Fungsi otot ekstrinsik menggerakan
lidah dan otot intrinsik mengubah-ubah
bentuk lidah.
(c) Fungsi Motorik
Gangguan fungsi motorik biasanya kontra lateral
sehingga menimbulkan fungsi koordinasi dan
pergerakan terbatas, menurunnya tonus otot,
kelemahan tubuh secara umum menyebabkan
koordinasi terganggu terutama berdiri dan
berjalan, adanya rasa sakit dan terbatas range of
montion (ROM).
(d) Uji Refleks
Terdapat refleks patologis berupa refleks babinski
positif, sedangkan pada pemeriksaan refleks
biasanya normal.
(e) Fungsi Sensori
Kemungkinan adanya defisit sensori dapat
ekstremitas yang paralise.
(f) Fungsi Serebrum
47
Kemungkinan adanya gerakan yang tidak
bermakna seperti ataksia.
(g) Iritasi Meningen.
Terdapat kelainan kecuali babinski (Muttaqin,
2008).
4) Pola Aktivitas Sehari-hari
Perlu dikaji pola aktivitas klien selama di rumah sakit dan pola
aktifitas klien selama di rumah, terdiri atas :
a) Nutrisi : Kaji adanya perubahan dan masalah dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi karena kurangnya nafsu
makan, kehilangan sensasi kecap, menelan, mual dan
muntah. Pada klien dengan Space Occupying Letion
(SOL) didapatkan data perut kembung, bibir dan mukosa
mulut tampak kering, klien dapat mual dan muntah.
b) Eliminasi (BAB dan BAK) : bagaimana pola eliminasi
BAB dan BAK, apakah ada perubahan selama sakit atau
tidak. Pada klien dengan Space Occupying Letion (SOL)
didapatkan data retensi urine pada klien sadar, sedangkan
pada klien tidak sadar akan didapatkan inkontinensia urine
dan fekal, jumlah urine output biasanya berkurang.
c) Istirahat Tidur : pada klien dengan Space Occupying
Letion (SOL) didapatkan data kesulitan tidur dan istirahat
karena adanya nyeri dan kejang otot, gerakan-gerakan
48
involunter, kejang, gelisah, ataksia, paralisis dan
kontraktur.
d) Personal Hygiene : pada klien dengan Space Occupying
Letion (SOL) ditemukan data tidak dapat melakukan
perawatan diri sehingga memerlukan bantuan orang lain
untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya.
e) Aktifitas Gerak : klien dengan Space Occupying Letion
(SOL) ditemukan gerakan-gerakan involunter, kejang,
gelisah, ataksia, paralisis dan kontraktur, kekuatan otot
mungkin menurun atau normal.
5)Data Psikologi
Data psikologi mencakup :
a) Status Emosi
Klien menjadi iritable atau emosi yang labil terjadi secara
tiba-tiba klien mudah tersinggung.
b) Konsep Diri
(1) Body Image : mengkaji keadaan klien terhadap
fisiknya saat ini, apakah klien merasa terganggu
dengan keadaannya sekarang?
(2) Ideal Diri : kaji keadaan apa yang diinginkan klien
dan sesuatu yang menjadi harapan dari cita-citanya?
49
(3) Harga Diri : kaji apakah klien pada saat ini merasa
malu, minder atau penilaian pribadi klien tentang hasil
yang dicapai dan seberapa jauh prilaku klien dalam
memenuhi ideal dirinya?
(4) Peran : kaji bagaimana dan apa peran klien dalam
keluarganya saat ini, adakah perubahan peran, adakah
klien merasa terganggu dengan keadaannya sekarang?
(5) Identitas Diri : kaji keberadaan klien dalam keluarga.
c) Pola Koping
Klien biasanya tampak menjadi pendiam atau menjadi
tertutup.
6) Data Sosial
Pada data objektif akan didapatkan ketidakmampuan,
kehilangan kemampuan berakomodasi secara verbal,
ketergantungan pada orang lain dan sosialisasi dengan
lingkungan. Pada data subjektif ditemukan sikap klien yang
sering menarik diri dari orang lain dan lingkungan karena
merasa hanya akan membebani orang lain.
7) Data Spiritual
Perlu dikaji keyakinan klien tentang kesembuhannya
dihubungkan dengan agama yang dianut klien, dan bagaimana
persepsi klien tentang penyakitnya. Bagaimana aktivitas
spiritual klien selama menjalani perawatan di rumah sakit, dan
50
siapa yang menjadi pendorong dan motivasi bagi kesembuhan
klien.
b. Pengelompokan Data
Klasifikasi/pengelompokan data adalah mengidentifikasi
masalah kesehatan yang terdiri dari data subjektif dan data objektif.
Pengelompokan data merupakan suatu pengaturan yang sistematis
yang terdiri dari :
1) Data Subjektif : merupakan data yang berdasarkan keluhan-
keluhan pasien yang tidak dirasakan oleh orang lain.
2) Data Objektif : merupakan data yang bisa dilihat dan diukur
oleh seorang perawat (Nursalam, 2013).
c. Analisa Data
Analisa data adalah proses intelektual yaitu kegiatan
mentabulasi, menyelidiki, mengklasifikasi, dan mengelompokan
data serta mengkaitkannya untuk menentukan kesimpulan dalam
bentuk diagnosa keperawatan, biasa di temukan data subjektif dan
data objektif. Analisa data terdiri dari :
1) Problem yaitu suatu masalah yang muncul dalam keperawatan
2) Etiologi yaitu penyebab dari timbulnya suatu masalah
keperawatan.
51
3) Symptom yaitu gejala yang menyebabkan timbulnya suatu
masalah (Asmadi, 2008).
d. Perioritas Masalah
Setelah masalah di analisa, maka diprioritaskan sesuai
dengan kriteria prioritas masalah untuk menentukan masalah yang
harus segera diatasi yaitu :
1) Masalah yang dapat mengancam jiwa klien
2) Masalah aktual
3) Masalah potensial atau resiko tinggi (Asmadi, 2008).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau risiko perubahan
pola) dari individu atau kelompok dimana perawat sebagai akuntabilitas
dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan
mengubah (Nursalam, 2013).
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan Space
Occupying Letion (SOL) adalah, (Nurarif & Kusuma, 2015), yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan mual
dan muntah, penurunan intake makanan.
52
c. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan/perubahan
peran.
d. Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan otak berhubugan dengan
penurunan suplai darah ke jaringan otak.
e. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan suplai O2 ke otot
pernapasan.
f. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan kesulitan bicara.
3. Perencanaan
Perencanaan adalah salah satu tahap dari proses keperawatan
yang meliputi proses penentuan prioritas dan metode yang akan
digunakan untuk penyelesaian masalah kesehatan klien. Tujuan dari
perencanaan adalah menyusun rencana asuhan keperawatan
berdasarkan respon klien terhadap masalah kesehatan baik yang aktual,
risiko, maupun potensial (Nursalam, 2013).
Tujuan adalah hasil yang diharapkan dari setiap asuhan
keperawatan yang dapat dicapai dalam upaya menanggulangi masalah
kesehatan klien yang telah teridentifikasi dalam mengkaji keperawatan.
Setelah informasi dan data mengenai klien terkumpul, penjabaran
masalah-masalah klien klien tersebut melalui perencanaan dari diagnosa
keperawatan diatas dapat dibuat suatu perencanaan keperawatan dengan
susunan sebagi berikut :
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
53
Tujuan : Setelah diberi tindakan keperawatan selama beberapa hari,
rasa nyeri teratasi
Kriteria Hasil :
1) Klien nampak tenang
2) Skala nyeri berkurang
Tabel 2. Intervensi dan Rasional : Nyeri
Intervensi Rasional
a) Kaji tingkat nyeri
b) Pantau tanda-tanda vital
c) Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi
d) Penatalaksanaan analgetik
a) Respon nyeri merupakan langkah perawat dalam tindakan keperawatan
b) Kenaikan tanda-tanda vital mengidentifikasikan peningkatan nyeri
c) Untuk memfokuskan kemampuan klien dalam koping terhadap nyeri
d) Untuk menurunkan nyeri Sumber : (Doenges, 2000) pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian
perawatan pasien Edisi 3
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan mual
dan muntah, penurunan intake makanan
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama beberapa
hari, Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
1) BB normal
2) IMT = BB (Kg) / TB (m)2
3) Nafsu makan klien membaik
4) Porsi makan dapat dihabiskan
Tabel 3. Intervensi dan Rasional : Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
54
Intervensi Rasionala) Kaji kemampuan klien untuk
mengunyah, menelan, batuk, dan mengatasi sekresi .
b) Auskultasi bising usus, catat adanya penurunan/hilangnya atau suara yang hiperaktif.
c) Anjurkan orang terdekat untuk membawa makan yang disukai pasien.
d) Timbang berat badan sesuai indikasi.
e) Konsultasi dengan ahli gizi
a) Faktor ini menentukan pemilihan terhadap jenis makanan sehingga pasien harus terlindungi dari aspirasi.
b) Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau berkembangnya komplikasi, seperti paralitik ileus.
c) Sosialisasi waktu makan dan orang terdekat atau teman dapat meningkatkan pemasukan dan menormalkan fungsi makan.
d) Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi.
e) Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan kalori/nutrisi tergantung pada usia, BB, ukuran tubuh dan keadaan penyakit sekarang.
Sumber : (Doenges, 2000) pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian
perawatan pasien Edisi 3
c. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan,
perubahan peran
Tujuan : Setelah diberi tindakan keperawatan selama beberapa hari,
gangguan harga diri teratasi
Kriteria hasil : Klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya
Tabel 4. Intervensi dan Rasional : Gangguan Harga Diri
Intervensi Rasionala) Identifikasi arti dari perubahan pada
pasien
b) Dorong orang terdekat agar memberi kesempatan pada melakukan sebanyak mungkin untuk dirinya sendiri.
c) Berikan dukungan terhadap perilaku pasien dalam kegiatan rehabilitasi.
d) Kolaborasi dengan neuropsikologis
a) Kadang-kadang pasien menerima dan mengatasi gangguan fungsi secara efektif dengan sedikit penanganan.
b) Membangun kembali rasa kemandirian dan menerima kebanggan diri dan meningkatkan proses rehabilitasi.
c) Untuk mengubah dan memahami tentang peran diri sendiri dalam kehidupan selanjutnya.
d) Dapat memudahkan adaptasi
55
atau konseling sesuai kebutuhan. terhadap perubahan peran yang perlu untuk menjadi orang yang produktif.
Sumber : (Doenges, 2000) pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Edisi 3
d. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
penurunan suplai darah kejaringan otak
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama beberapa
hari, penurunan suplai darah kejaringan otak teratasi
Kriteria hasil :
1) Mempertahankan tingkat kesadaran
2) Tanda-tanda vital dalam batas normal
Tabel 5. Intervensi dan Rasional : Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak
Intervensi Rasionala) Tentukan faktor-faktor yang
berhubungan dengan potensial terjadinya peningkatan TIK.
b) Catat status neurologis sesring mungkin dan bandingkan dengan keadaan normalnya/standar.
c) Catat perubahan dalam penglihatan, seperti adanya kebutaan, gangguan lapang pandang/kedalaman persepsi.
d) Berikan obat sesuai indikasi
a) Untuk melakukan pemantauan terhadap peningkatan TIK.
b) Mengetahui kecenderungan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK.
c) Gangguan penglihatan yang spesifik mencerminkan daerah otak yang terkena.
d) Dapat digunakan untuk meningkatkan/memperbaki aliran darah serebral.
Sumber : (Doenges, 2000) pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Edisi 3
e. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan suplai O2 ke otot
pernapasan
56
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama beberapa
hari, pola pernapasan dalam keadaan normal/efektif
Kriteria hasil : Tidak terjadi seanosis
Tabel 6. Intervensi dan Rasional : Ketidakefektifan Pola Napas
Intervensi Rasionala) Pantau frekuensi, irama, kedalaman
pernapasan.
b) Angkat kepala tempat tidur sesuai aturannya, posisi miring sesuai indikasi.
c) Auskultasi suara napas tambahan yang tidak normal.
d) Kolaborasi dalam pemberian oksigen
a) Perubahan dapat menandakan awitan komplikasi pulmonal/menandakan lokasi/luasnya keterlibatan otak.
b) Untuk memudahkan ekspansi paru atau ventilasi paru dan menurunkan adanya kemungkinan lidah jatuh yang menyumbat jalan napas.
c) Untuk mengidentifikasi adanya mxdasalah paru seperti atelektasis, kongesti, atau obstruksi jalan napas yang membahayakan oksigenasi serebral
d) Memaksimalkan oksigen pada darah arteri dan membantu dalam pencegahan hipoksia.
Sumber : (Doenges, 2000) pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Edisi 3
f. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan kesulitan bicara
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama beberapa
hari pemahaman tentang masalah komunikasi teratasi
Kriteria hasil : Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan
dapat diekspresikan
Tabel.7 Intervensi dan Rasional : Hambatan Komunikasi Verbal
Intervensi Rasionala) Kaji tipe/derajat disfungsi, seperti a) Membantu menentukan daerah
57
pasien tidak tampak memahami kata atau mengalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri.
b) Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik.
c) Meminta pasien untuk mengucapkan suara sederhana seperti ”sh” atau ”pus”.
d) Bicaralah dengan nada normal dan hindari percakapan yang cepat.
dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan pasien dalam beberapa atau seluruh tahap proses komunikasi.
b) Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapan yang keluar dan tidak menyadari bahwa komunikasi yang di ucapkannya tidak nyata.
c) Mengidentifikasi adanya disartria sesuai komponen motorik dari bicara (seperti lidah, gerakakn bibir, kontrol napas) yang dapat mempengaruhi artikulasi dan mungkin juga tidak disertai afisia motorik.
d) Pasien tidak perlu merusak pendengaran, dan meninggikan suara dapat menimbulkan marah pasien/menyebabkan kepedihan.
Sumber : (Doenges, 2000) pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian
perawatan pasien Edisi
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan darirencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah
rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk
membantu klien mencaoai tujuan yang diharaokan. Oleh karena itu
rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam,
2013).
Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencangkup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan
memfasilitasi koping. Perencanaan asuhan keperawatan akan dapat
58
dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai keinginan untuk
berpartisipasi dalam implementasi asuhan keperawatan. Selama tahap
implementasi, perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih
asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien. Semua
intervensi keperawatan didokumentasikan dalam format yang telah
ditetapkan oleh instansi (Nursalam, 2013).
5. Evaluasi
Tahap evaluasi pada proses keperawatan meliputi kegiatan
mengukur pencapaian tujuan klien dan menentukan keputusan dengan
cara membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian
tujuan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
SOAP sebagai pola pikir sebagai berikut:
S : respon subjektif klien tehadap intervensi yang dilaksanakan
O : respon objektif klien tehadap intervensi yang dilaksanakan
A : analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah tetap atau ada masalah baru atau
mungkin terdapat data yang kontradiksi dengan masalah yang ada
P : perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa atau respon
Kriteria evaluasi yang akan dicapai dari perencanaan meliputi :
a. Apakah nyeri hilang
59
b. Apakah kebutuhan nutrisi terpenuhi
c. Apakah resiko infeksi teratasi
d. Apakah ansietas hilang
e. Apakah intoleransi aktivitas teratasi (Nursalam, 2013).
60
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Laporan Kasus
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Biodata
a) Identitas Klien
Nama : Ny. E
Umur : 44 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Kawin
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Bungbulang (Garut)
Tanggal Masuk RS. : 03 Februari 2016
Tanggal Pengkajian : 19 Februari 2016
No. RM : 1481052
Diagnosa Medis : Space Occupying Letion (SOL)
b) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Umur : 39 Tahun
61
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Kawin
Pendidikan : SMK
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Pekerjaan : Guru
Alamat : Bungbulang (Garut)
Hub. Dengan Klien : Saudara Klien
2) Riwayat Kesehatan
a). Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit
Pada saat dilakukan pengkajian klien sejak dua hari
(tanggal 01 februari) sebelum masuk rumah sakit
mengatakan nyeri pada bagian kepala, nyeri dirasakan
terus-menerus seperti tertusuk-tusuk benda tajam dan
makin bertambah sehingga pada tanggal 03 februari pukul
14.30 WIB, keluarga klien mengantar klien kerumah sakit
dr. Hasan Sadikin Bandung.
(2) Keluhan Utama : Nyeri
(3) Riwayat Keluhan Utama
Pada saat dilakukuan pengkajian tanggal 19 Februari
2016, klien mengeluh nyeri kepala pada bagian kanan dan
penglihatan kabur, yang diakibatkan oleh tumor otak.
62
Nyeri seperti ditusuk-tusuk oleh benda tajam yang
dirasakan hilang timbul pada area kepala, dengan skala
nyeri 5 (0-10), nyeri bertambah berat apabila beraktivitas
terlalu banyak seperti ke kamar mandi dan berkurang bila
sedang istirahat.
b) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pada tanggal 19 Februari 2016 dilakukan
pengkajian pada klien, klien mengatakan bahwa ia masuk
rumah sakit pada tanggal 03 Februari 2016, juga klien
mengatakan bahwa dia pernah dirawat di rumah sakit
sekitar 1 bulan yang lalu, dengan penyakit yang sama
dan ini merupakan kedua kalinya dia masuk rumah sakit.
Klien juga mengatakan dia belum pernah operasi.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa, tidak ada seorangpun dari
keluarganya yang menderita penyakit seperti penyakit
yang dialaminya sekarang ini. Keluarga klien juga
menjelaskan bahwa, tidak ada riwayat penyakit keturunan
dalam keluarganya seperti asma, DM, jantung, Hipertensi,
Hepatitis, dan Kanker.
63
Genogram :
G1
G2
G3
Bagan 1. Genogram 3 generasiKeterangan :
= Laki-laki = Klien
= Perempuan = Garis Keturunan
X = Meninggal Dunia ? = Umur tidak diketahui
= Tinggal serumah
3) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis GCS 15 (E4 V5 M6)
c) Tanda-tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
N : 60 x/menit
S : 36,2 0C
P : 24 x/menit
d) Pemeriksaan Fisik Secara Persistem
(1) Sistem Pernapasan
Pengkajian sistem pernapasan selama dan sebelum
masuk di rumah sakit, klien dapat bernapas spontan dan
64
X X
XX
X X XXX X
? ?X
? ? ?
XX
X?
? ??44
2 1
sesak napas tidak ada. Pada hidung tidak ada secret atau
cairan, dan tidak ada pernapasan cuping hidung, bentuk
dada klien simetris antara kiri dan kanan, palpasi dada
tidak ada vokal vremitus dan tidak ada massa, serta tidak
ada suara tambahan. Pada sistem pernapasan ini tidak
didapatkan masalah yang dialami oleh klien.
(2) Sistem Kardiovaskuler
Pengkajian pada sistem cardiovaskular tidak
ditemukan adanya nyeri tekan pada dada, konjungtiva
merah muda, sklera tidak ikterik, reaksi pupil isokor, DVJ
tidak ada, CRT kembali dalam 2 detik, auskultasi bunyi
jantung Lup (S1) terdengar pada ICS 4 & 5 garis
madklavikula kiri dan bunyi jantung Dup (S2) terdengar
pada ICS 2 daerah parasternal kanan dan kiri dan tidak
ada bunyi jantung tambahan/mur-mur.
(3) Sistem Pencernaan
Bentuk bibir simetris, mukosa bibir nampak lembab,
warna bibir merah muda, gigi klien tidak ada yang
tanggal, lidah bergerak dengan bebas, bentuk abdomen
datar. Bising usus ada dengan frekuensi 6 x/menit, bunyi
timpani pada perkusi, tidak ada benjolan maupun nyeri
tekan, tidak ada pembesaran tonsil, tidak teraba
pembesaran hepar dan limfa.
65
(4) Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada
nyeri tekan.
(5) Sistem Perkemihan
Tidak ada pembesaran ginjal, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada distensi pada kandung kemih, klien tidak
terpasang kateter.
(6) Sistem Muskuloskeletal
Ekstremitas atas dan bawah : bentuk simetris, tidak
ada edema, tidak ada peradangan, kuku tangan dan kaki
nampak bersih, kekuatan otot :
(7) Sistem Integumen
Rambut berwarna hitam, kulit kepala nampak kotor
dan berkotombe, warna kulit sawo matang, kulit nampak
bersih, turgor kulit baik, akral teraba hangat dengan suhu
36,20c.
(8) Sistem Pengindraan
(a) Mata
Simetris kiri dan kanan, kelopak mata dapat membuka
dan menutup, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, refleks pupil (+) dan isokor, klien dapat
menggerakan bola mata kesegala arah seperti
kebawah, atas dan dalam, tidak ada nyeri tekan, tidak
66
5 4
5 5
ada pembengkakan dan tidak ada peningkatan TIO,
fungsi penglihatan klien kurang baik dimana klien
tidak dapat membaca papan nama perawat dan
menyebut warnanya dengan jarak 30 cm.
(b) Telinga
Aurikula simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi pada
telinga, tidak ada serumen, perdarahan atau
peradangan pada lubang telinga, tidak ada nyeri tekan
dan pembengkakan pada telinga, fungsi pendengaran
klien baik dimana klien dapat mendengar suara
gesekan rambut.
(c) Hidung
Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, tidak terdapat
sekret, tidak ada epitaksis/perdarahan pada hidung,
tidak ada pembengkakan dan nyeri tekan, fungsi
penciuman klien baik dimana klien dapat
membedakan antara bau parfum dan minyak gosok.
(d) Mulut
Mukosa bibir lembab, tidak ada lesi atau peradangan,
gigi nampak bersih, tidak ada karies, tidak ada
stomatitis, tidak ada perdarahan gusi, jumlah gigi
belum lengkap, lidah bersih dan berwarna merah,
pergerakan lidah kesegala arah, palatum dan faring
67
merah muda dan lunak, tidak ada sianosis, refleks
menelan baik dimana ketika klien dianjurkan untuk
menelan, klien tidak mengalami kesulitan, fungsi
pengecapan klien baik dimana klien dapat merasakan
rasa manis, asin, dan pahit.
(e) Kulit
Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik dan tidak
lengket, akral teraba hangat dengan suhu 36,20c,
fungsi peraba klien baik dimana klien dapat
membedakan sensasi panas, dingin, tajam, dan kasar.
(9) Sistem Reproduksi
Tidak dilakukan pengkajian karena klien menolak
untuk dilakukan pemeriksaan.
(10) Sistem Imun
Tidak ada pembesaran dan nyeri tekan pada kelenjar
limfe.
(11) Sistem Persarafan
(a) Tes Fungsi Serebral
i. Fungsi Kesadaran
Saat dilakukan pengkajian, kualitas
kesadaran Composmentis, GCS 15 (E= 4, V= 5,
M= 6).
ii. Status Mental
68
(i) Orientasi
Orientasi klien terhadap orang,
tempat dan waktu tidak terganggu
dibuktikan dengan klien mampu mengenal
perawat dan klien mampu menyebutkan
tanggal masuk rumah sakit.
(ii) Daya Ingat
Memori jangka panjang klien baik,
klien dapat menyebutkan tahun
kelahirannya. Recent memori: memori
jangka pendek klien baik, klien dapat
menyebutkan menu makanan yang baru saja
dimakan dengan benar.
iii. Perhatian dan Perhitungan
Kemampuan perhitungan dan perhatian klien
masih baik, klien dapat menjawab dengan benar
hitungan yang diberikan 1 - 10.
iv. Bicara dan Bahasa
Fungsi bicara dan bahasa klien baik, klien
dapat berkomunikasi dengan perawat.
(b) Tes Fungsi Kranial
69
i. Nervus I (Nervus Olfaktorius)
Klien dapat membedakan bau kopi dan minyak
kayu putih
ii. Nervus II (Nervus Optikus)
Fungsi penglihatan klien kurang baik karena klien
tidak dapat membaca papan nama perawat
dengan jarak 30 cm
iii. Nervus III (Nervus Okulomotorius)
Klien dapat menggerakan kedua bola mata keatas
dan kebawah, pupil isokor pada kedua mata.
iv. Nervus IV (Nervus Troklearis)
Kelopak mata kiri dan kanan dapat digerakan
keatas dan kebawah
v. Nervus V (Nervus Trigeminus)
Klien dapat mengangkat dahi dan kelopak
matanya, maksilaris (rahang atas) normal dan
mandibularis (rahang bawah) normal.
vi. Nervus VI (Nervus Abdusen)
Klien dapat menggerakan bola mata ke segalah
arah
vii. Nervus VII (Nervus Vasialis)
Klien dapat membedakan rasa kasar dan halus
pada pipi kanan dan kiri. Klien dapat tersenyum.
70
Klien dapat membedakan rasa manis dan asin.
Klien dapat mengangkat alis dan mengerutkan
alis. Klien dapat mengembungkan pipi.
viii. Nervus VIII (Nervus Akustikus)
Fungsi pendengaran klien baik dibuktikan dengan
klien dapat mendengarkan gesekan kertas pada ke
dua telinga
ix. Nervus IX (Nervus Glosofaringeus)
Klien dapat mengucapkan kata-kata dengan baik
x. Nervus X (Nervus Vagus)
Fungsi menelan baik
xi. Nervus XI (Nervus Asesorius)
Klien dapat menahan tangan perawat yang
diletakan pada kedua pipi dengan kuat. Klien
dapat menahan beban tangan perawat yang
diletaakkan pada kedua bahu.
xii. Nervus XII (Nervus Hipoglosus)
xiii. Klien dapat mengeluarkan lidah. Klien tidak
mengalami kesulitan dalam menggerakan lidah
kekiri dan kekanan.
xiv. Refleks Fisiologis
a) Biseps: +/+
b) Trisep: +/+
71
c) Patella: +/+
d) Achilens: +/+
e) Babinski: -/-
4) Pola Kegiatan Sehari-hari
Tabel 8. Kegiatan Sehari-hari No. Jenis Aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit1 Nutrisi
1. Makan a. Frekuensi b. Porsi makan
c. Jenis makanan d. Pantangan
2. Minum a. Frekuensi
3 x/hari1 porsi dihabiskan
Nasi, lauk, sayurTidak ada
6 - 8 gelas/hari
3 x/hari1 porsi makan dihabiskanNasi, lauk, sayur Tidak ada
4 - 5 gelas/hari
72
b. Jenis minuman c. Pantangand. keluhan
Air mineral Minuman beralkohol Tidak ada
Air mineral Minuman beralkohol Tidak ada
2 Eliminasi 1. BAB
a. Frekuensi b. Warna c. Konsistensi d. Keluhan
2. BAK a. Frekuensi b. Jumlah c. Warna d. Bau e. Keluhan
1 - 2 x/hari Kuning kecoklatan Lembek Tidak ada
3 - 4 x/hari 1500 cc/hari Kuning Khas amoniak Tidak ada
1 x/hari Kuning kecoklatan Lembek Tidak ada
1 - 2 x/hari 1500 cc Kuning Khas amoniak Tidak ada
3 Istirahat dan Tidur1. Tidur siang 2. Tidur malam
13.00 - 14.00 20.00 - 05.00
12.00 - 14.00 22.00 - 04.00
4 Personal Hygiene 1. Mandi
2. Sikat gigi 3. Cuci rambut
4. Memotong kuku5. Keluhan
2 x/hari
2 x/hari3 x/minggu
2 x/minggu Tidak ada
1 x/hari dibantu dengan keluarga menggunakan waslap 1 x/hari Pada saat dilakukan pengkajia klien mengatakan belum pernah cuci rambut1 x/minggu
5 Aktivitas
Keluhan
Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan sebagai ibu rumah tangga dan hanya melakukan pekerjaan di rumah saja Tidak ada
Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas sendiri dan pemenuhan ADL klien dibantu oleh keluarga dan perawatKlien merasa lemah dengan keadaannya
5) Data Psikologis
Klien mengatakan cemas dengan keadaanya, tetapi klien
merasa percaya dengan adanya perawatan di rumah sakit bahwa
lama-kelamaan dia dapat sembuh dan klien sangat berharap sekali
dengan kesembuhannya.
6) Data Sosial73
Dukungan dari keluarga sangat aktif, dukungan dari
teman-temannya sangat kurang, dan reaksi klien pada saat
interaksi yaitu kontak mata. Sebelum sakit klien menjelaskan
bahwa, klien selalu berhubungan dengan teman-teman dan
saudara-saudaranya. Setelah sakit/setelah masuk rumah sakit,
klien tidak bisa berinteraksi dengan teman-temannya, klien hanya
dapat berinteraksi dengan keluarganya, serta dengan perawat dan
dokter di ruangan.
7) Data Spiritual
Sebelum sakit atau sebelum masuk rumah sakit, kegiatan
keagamaan klien adalah sholat dan mengaji. Setelah sakit atau
setelah masuk rumah sakit kegiatan keagamaan klien tidak ada
sama sekali, karena keadaanya sedang terganggu.
8) Pengobatan
a) Infus NaCl 0,9% 500 ml/20 tpm
b) Inj. Dexamethasone 4 x 5 mg/6 jam (Anti inflamasi)
c) Inj. Ranitidin 2 x 50 mg/12 jam (Analgetik)
d) Inj. Tramadol 2 x 100 mg/12 jam (Analgetik)
9) Pemeriksaan Penunjang
Tabel 9. Hasil Pemeriksaan Laboratorium (04 Februari 2016) No. Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
1 Hemoglobin 13,9 L: 13,5 – 17,5 g/dl
2 Hematokrit 41 L: 40 – 52
3 Leukosit 4,70 4.400 – 11.300 /mm3
4 Eritrosit L 4,48 L: 4,5 – 6,5 Juta/µl
5 Trombosit 186,000 150.000 – 450.000 /mm3
74
6 Kreatinin 0,86 L: 0,7 – 1,2 mg/dl
7 AST (SGOT) 30 < 37 µ/l 37 0C
8 ALT (SGPT) 22 < 41 µ/l 37 0C
9 Ureum 25 15 – 50 mg/dl
10 Glukosa Darah Sewaktu 92 < 140 mg/dl
11 Natrium (Na) 136 135 – 145
12 Kalium (K) L 3,5 3,6 – 5,5
13 Kalsium (Ca: bebas) L 4,47 4,7 – 5,2 mg/dl
b. Pengelompokan Data
Tabel 10.klasifikasi data Data Subjektif Data Objektif
1) Klien mengatakan nyeri kepala pada bagian kanan
2) Klien mengatakan nyerinya hilang timbul seperti tertusuk-tusuk benda tajam
3) Klien mengatakan mata sudah mulai kabur
4) Klien mengatakan aktifitas dibantu oleh keluarga dan perawat
5) Klien mengatakan selama di rumah sakit belum pernah cuci rambut
6) Klien mengatakan cemas dengan keadaannya
1) Wajah klien nampak meringis2) Skala nyeri 5 (sedang)3) Lapang pandang menurun
dibuktikan dengan klien tidak dapat membaca papan nama perawat dengan karak 30 cm
4) Pergerakan bola mata terhadap cahaya kurang baik
5) Kulit kepala nampak kotor dan berketombe
6) Klien nampak dibantu oleh keluarga dan perawat dalam melakukan aktifitas
7) Klien nampak cemas atau gelisah
c. Analisa Data
Tabel 11. Analisa Data
No. Data Kemungkinan Penyebab(Pohon Masalah) Masalah
1 DS : a) Klien mengatakan nyeri
kepela pada bagian kanan
b) Klien mengatakan nyeri
Kelainan sistem endokrin kongenital
Nyeri akut
75
hilang timbul seperti tertusuk-tusuk benda tajam
DO :a) Wajah klien nampak
meringisb) Skala nyeri 5 (sedang)
0-10
Rongga tengkorak terisi oleh massa yang tumbuh
Terjadi peningkatan TIK
Penurunan aliran darah pada otak
Terjadi traksi dan pergerakan struktur pada rongga
intrakranial
Nyeri diekspresikan
Nyeri akut
2 DS : a) Klien mengatakan mata
sudah mulai kabur DO :
a) Lapang pandang menurun dibuktikan dengan klien tidak dapat membaca papan nama perawat dengan karak 30 cm
b) Pergerakan bola mata terhadap respon cahaya kurang baik
Penekanan pada saraf
Kekeruhan bola mata
Penurunan fungsi mata
Lapang pandang menurun
Perubahan presepsi sensori visual
Gangguan Persepsi Sensori Visual atau penglihatan
3 DS : -DO : a) Klien nampak dibantu
oleh keluarga dan perawat dalam melakukan aktivitas
b) Kulit kepala nampak
kotor dan berketombe
Penurunan aliran darah
Kelemahan otot yang progresif
Ketidakmampuan pergerakan sendi
Mobilitas terganggu
Gangguan pemenuhan ADL
Gangguan pemenuhan ADL : Personal Hygiene
76
4 DS : a) Klien mengatakan
cemas dengan keadaannya
DO : a) Klien nampak cemas
atau gelisah
Perubahan status kesehatan
Kurang informasi tentang penyakitnya
Koping individu tidak efektif
Stresor bagi klien
Ansietas
Ansietas
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan terjadinya peningkatan tekanan
intrakranial, ditandai dengan :
Data Subjektif :
1) Klien mengatakan nyeri kepala pada bagian kanan
2) Klien mengatakan nyeri hilang timbul seperti tertusuk-tusuk
benda tajam
Data Objektif :
1) Wajah klien nampak meringis
2) Skala nyeri 5 (sedang) 0 - 10
b. Gangguan persepsi sensori visual atau penglihatan berhubungan
dengan lapang pandang menurun, ditandai dengan :
Data Subjektif :
1) Klien mengatakan mata sudah mulai kabur
Data Objektif :
77
1) Lapang pandang menurun dibuktikan dengan klien tidak dapat
membaca papan nama perawat dengan jarak 30
2) Pergerakan bola mata terhadap respon cahaya kurang baik
c. Gangguan pemenuhan ADL : pesonal higyene berhubungan dengan
kelemahan, ditandai dengan :
Data Subjektif : -
Data Objektif :
1) Klien nampak dibantu oleh keluarga dan perawat dalam
melakukan aktivitas
2) Kulit kepala nampak kotor dan berketombe
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakitnya, ditandai dengan :
Data Subjektif :
1) Klien mengatakan cemas dengan keadaannya
Data Objektif :
1) Klien nampak cemas atau gelisah
78
D. Rencana Asuhan Keperawatan
Nama Klien : Ny. E Tanggal Masuk RS : 03 Februari 2016
Umur : 44 Tahun Tanggal Pengkajian : 19 Februari 2016
Alamat : Bungbulang (Garut) Diagnosa Medik : Tumor Otak (SOL)
Ruang Rawat : Kana No. Rekam Medik : 1481052
Tabel 12. Rencana Asuhan Keperawatan
No DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Tujuan & Kriteria Objektif Intervensi Rasional 1. Nyeri akut b.d terjadinya
peningkatan tekanan intrakranial, ditandai dengan:DS : 1) Klien mengatakan nyeri
kepala pada bagian kanan 2) Klien mengatakan nyeri
hilang timbul seperti tertusuk-tusuk benda tajam
DO : 1) Wajah klien nampak meringis2) Skala nyeri 5 (sedang) 0 - 10
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam, rasa nyeri dapat berkurang atau hilangKriteria Hasil : 1) Wajah klien tidak
meringis lagi 2) Skala nyeri berkurang dari
5 menjadi 3 - 0
1) Kaji tingkat keluhan nyeri, karakteristik dan skala nyeri yang dirasakan pasien
2) Observasi tanda-tanda vital (TTV) : TD, N, S, & P
3) Berikan posisi yang nyaman : posisi semi fowler
4) Anjurkan klien untuk mengalihkan perhatiannya saat merasakan nyeri
5) Berikan HE tentang tekhnik relaksasi nafas dalam
1) Mengetahui kekuatan nyeri yang dirasakan pasien dan menentukan tindakan selanjutnya guna mengatasi nyeri
2) Kenaikan tanda-tanda vital mengidentifikasi peningkatan nyeri
3) Posisi yang nyaman dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien
4) Mengalihkan perhatian dapat menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri
5) Tekhnik relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri
79
6) Penatalaksanaan Analgetik
6) Terapi Analgetik dapat mengurangi rasa nyeri
2. Gangguan persepsi sensori visual atau penglihatan b.d lapang pandang menurun, ditandai dengan : DS : 1) Klien mengatakan mata
sudah mulai kaburDO : 1) Lapang pandang klien
menurun dan pergerakan bola mata terhadap respon cahaya kurang baik
Tujuan : Mempertahankan fungsi penglihatan dan mencegah kerusakan yang lebih parah Kriteria Hasil : Mempertahankan lapang pandang tanpa kehilangan lebih lanjut
1) Kaji respon pupil : Inspeksi pupil dengan senter kecil untuk mengevaluasi ukuran, konvigurasi, dan reaksi terhadap cahaya.
2) Evaluasi tatapan klien untuk menentukan apakah terdapat konjugasi (berpasangan, saling bekerja sama) atau apakah gerakan mata abnormal.
3) Evaluasi kemampuan bola mata ke segala arah
4) Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan atau kemungkinan kehilangan penglihatan
1) Perubahan pupil menunjukkan tekanan pada syaraf okulomotorius atau optikus
2) Reaksi pupil diatur oleh syaraf okulomotorius (syaraf cranial III) pada batang otak.
3) Gerakan mata konjugasi diatur dari bagian korteks dan batang otak.
4) Mempengaruhi harapan masa depan pasien dan pilihan intervensi.
3. Gangguan pemenuhan ADL : personal hygiene berhubungan dengan kelemahan, ditandai dengan : DS : -DO : 1) Klien nampak dibantu oleh
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri Kriteria Hasil : 1) Keadaan umum baik
1) Pantau kelemahan otot klien
2) Atur posisi klien yang nyaman setiap 2 jam
3) Ajarkan latihan tekhnik ROM pada anggota gerak minimal
1) Pemantauan dapat menentukan aktivitas klien
2) Memberi kenyamanan dan menghindari kontraktur otot
3) Latihan tekhnik ROM pada anggota gerak dapat
80
keluarga da perawat dalam melakukan aktivitas
2) Kulit kepala nampak kotor dan berketombe
2) Klien tidak pusing 3) Klien dapat berpartisipasi
dalam aktivitas yang diperlukan
2 kali sehari
4) Berikan penjelasan tentang manfaat latihan bagi proses penyembuhan
merangsang kekuatan otot sehingga atrofi tidak terjadi pergerakan atau mobilitas dapat maksimal
4) Memberi pemahaman pada keluarga tentang tindakan yang diberikan
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya, ditandai dengan : DS : 1) Klien mengatakan cemas
dengan keadaannya DO : 1) Klien nampak cemas atau
gelisah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam ansietas dapat teratasi Kriteria Hasil : Klien dapat memahami tentang penyakitnya
1) Kaji status mental dan tingkat cemas
2) Beri penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejala
3) Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian
4) Libatkan keluarga dalam tindakan perawatan
1) Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien
2) Agar klien dapat mengetahui tentang proses penyakit dan gejalanya
3) Untuk menambah semangat klien
4) Agar semua tindakan dapat berjalan dengan lancar
81
E. Implementasi dan Evaluasi
Tabel 13. Implementasi dan Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Hari/Tgl Jam Implementasi Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
1. Nyeri akut berhubungan dengan terjadinya peningkatan tekanan intrakranial
Sabtu , 20 Februari 2016
07.30
07.35
07.45
07.50
08.00
1) Mengkaji tingkat keluhan nyeri, karakteristik dan skala nyeri yang dirasakan pasien Hasil : Skala nyeri 5 (0 - 10).
2) Mengobservasi tanda-tanda vital (TTV) : TD, N, S, & P Hasi l : TD : 110/70 mmHg , N : 60 x/menit S : 36,2 0C, dan P : 24 x/menit
3) Memberikan posisi yang nyaman : posisi semi fowler Hasil : Klien dalam keadaan posisi semi fowler
4) Menganjurkan klien untuk mengalihkan perhatiannya saat merasakan nyeri Hasil : Klien dapat mengalihkan perhatiannya saat merasakan nyeri
5) Memberikan HE tentang tekhnik relaksasi nafas dalam Hasil : Klien dapat mengerti dengan
13.00 S :Klien mengatakan masih nyeri kepala pada bagian kanan
O : 1) Expresi wajah
nampak meringis
2) Skala nyeri 5 (0-10)
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3,dan 4
82
08.10
penjelasan yang diberikan 6) Penatalaksanaan Analgetik
Hasil : Inj. Tramadol 2 x 100 mg/12 jam
2. Gangguan persepsi sensori visual atau penglihatan berhubungan dengan lapang pandang menurun
Sabtu, 20 Februari 2016
08.15
08.20
08.25
08.30
1) Mengkaji respon pupil : Inspeksi pupil dengan senter kecil untuk mengevaluasi ukuran, konvigurasi, dan reaksi terhadap cahaya. Hasil :Bola mata belum mampu menerima cahaya
2) Mengevaluasi tatapan klien untuk menentukan apakah terdapat konjugasi (berpasangan, saling bekerja sama) atau apakah gerakan mata abnormal. Hasil : Pergerakan bola mata klien normal
3) Mengevaluasi kemampuan pergerakan bola mata kesegala arah Hasil :Klien dapat menggerakan bola mata kesegalah arah
4) Mendorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan atau kemungkinan kehilangan penglihatan Hasil : Klien dapat menerima kondisi yang dialaminya
13.00 S : Klien mengatakan penglihatannya masih kabur
O : 1) Lapang pandang
menurun dibuktikan dengan klien tidak dapat membaca papan nama perawat dengan jarak 30 cm
2) Pergerakan bola mata terhadap respon cahaya kurang baik
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, dan 4
83
3. Gangguan pemenuhan ADL : personal hygiene berhubungan dengan kelemahan
Sabtu, 20 Februari 2016
08.35
08.40
08.45
09.00
1) Memantau kelemahan otot klien Hasil : Klien masih lemah
2) Mengatur posisi klien yang nyaman Hasil : Klien dalam posisi yang nyaman
3) Mengajarkan latihan tekhnik ROM pada anggota gerak minimal 2 kali sehari Hasil : Klien dapat mengikuti latihan ROM
4) Memberikan penjelasan tentang manfaat latihan bagi proses penyembuhanHasil : Klien dapat mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh perawat
13.00 S : -O :
1) Klien nampak dibantu oleh keluargadan perawat dalam melakukan aktivitasnya
2) Kulit kepela nampak kotor dan brketombe
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, dan 4
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya
Sabtu, 20 Februari 2016
09.20
09.30
09.45
10.00
1) Mengkaji status mental dan cemas Hasil :Klien masih cemas dengan keadaannya
2) Memberi penjelasan antara proses penyakit dan gejala Hasil : Klien bisa mengikuti penjelasan tentang proses penyakitnya
3) Menjawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatianHasil : Klien mengerti dengan penjelasan perawat
4) Melibatkan keluarga dalam perawatan Hasil :Keluarga klien dapat koopertif
13.00 S : Klien mengatakan masih cemas dengan keadaannya
O : Klien nampak cemas atau gelisah
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, dan 4
84
F. Catatan Perkembangan
Tabel 14. Catatan Perkembangan No. Dx.
KepHari/tanggal Jam Catatan Perkembangan
1. I Senin, 22 Februari 2016 07.30
07.55
08.00
08.10
08.15
08.20
08.25
S : Klien mengatakan masih nyeri kepala pada bagian kanan
O : 1) Ekspresi wajah nampak meringis2) Skala nyeri 5 (0-10)
A : Tujuan belum tercapai P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3 dan 4 I :
1) Mengkaji tingkat keluhan nyeri, karakteristik dan skala nyeri yang dirasakan pasien Hasil : Skala nyeri 5 (0 - 10).
2) Mengobservasi tanda-tanda vital (TTV) : TD, N, S, & P Hasil : TD : 110/70 mmHg N : 60 x/menit
S : 36,2 0C P : 24 x/menit 3) Memberikan posisi yang nyaman; posisi
semi fowler Hasil :
Klien dalam posisi semi fowler4) Menganjurkan klien untuk mengalihkan
perhatiannya saat merasakan nyeri Hasil : Klien dapat mengalihkan
perhatiannya saat merasakan nyeri5) Memberikan HE tentang tekhnik
relaksasi nafas dalam Hasil :
Klien dapat mengerti denga penjelasan yang diberikan 6) Lanjutkan pemberian obat Analgetik
Hasil : Inj. Tramadol 2 x 100 mg/12 jam
E : Masalah belum teratasi2. II Senin, 22
Februari 2016 08.30 S :
Klien mengatakan penglihatannya masih kabur
O : 1) Lapang pandang menurun dibuktikan
dengan klien tidak dapat membaca papan nama perawat dengan jarak 30 cm
2) Pergerakan bola mata terhadap cahaya kurang baik
A : Tujuan belum tercapai
85
08.40
08.45
08.50
08.55
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, dan 4 I :
1) Mengkaji respon pupil : Inspeksi pupil dengan senter kecil untuk mengevaluasi ukuran, konvigurasi, dan reaksi terhadap cahaya.
Hasil : Bola mata belum mampu menerima
cahaya 2) Mengevaluasi tatapan klien untuk
menentukan apakah terdapat konjugasi (berpasangan, saling bekerja sama) atau apakah gerakan mata abnormal. Hasil :
Pergerakan bola mata klien normal3) Mengevaluasi kemampuan pergerakan bola
mata kesegala arah Hasil : Klien dapat menggerakan bola mata
kesegala arah4) Mendorong mengekspresikan perasaan
tentang kehilangan atau kemungkinan kehilangan penglihatan Hasil :
Klien dapat menerima kondisi yang dialaminya
E : Masalah belum teratasi
3. III Senin, 22 Februari 2016
09.00
09.10
09.15
09.20
09.25
S : -O :
2) Klien masih dibantu keluarga dan perawat dalam melakukan aktivitas
3) Kulit kepala nampak kotor dan berketombe
A : Tujuan belum tercapai P : Lanjutlan intervensi 1, 2, 3, dan 4 I :
1) Memantau kelemahan otot klien Hasil : Klien masih lemah
2) Mengatur posisi klien yang nyaman Hasil :
Klien dalam posisi yang nyaman 3) Mengajarkan latihan tekhnik ROM pada
anggota gerak minimal 2 kali sehari Hasil :
Klien dapat mengikuti latihan ROM 4) Memberikan penjelasan tentang manfaat
latihan bagi proses penyembuhan Hasil : Klien dapat mengerti dengan penjelasan
86
yang diberikan oleh perawat E : Masalah belum teratasi
4. IV Senin, 22 Februari 2016
09.30
09.35
09.40
09.43
09.50
S : Klien mengatakan sudah tidak cemas dengan keadaannya
O : Klien nampak tidak cemas atau gelisah A : Tujuan tercapai P : Pertahankan intervensi 1, 2, 3, dan 4 I :
1) Mengkaji status mental dan cemas Hasil :
Klien sudah tidak cemas 2) Memberi penjelasan antara proses
penyakit dan gejala Hasi l : Klien bisa mengikuti penjelasan
tentang proses penyakitnya 3) Menjawab setiap pertanyaan dengan
penuh perhatian Hasil : Klien mengerti dengan penjelasan
perawat 4) Melibatkan keluarga dalam perawatan
Hasil : Keluarga klien dapat koopertif
E : Masalah teratasi
B. Pembahasan
Pada pembahasan ini, penulis akan menguraikan kesenjangan antara
tinjauan teori dan tinjauan kasus yang ditemukan pada klien Ny. E dengan
gangguan sistem persarafan : Space Occupying Letion (SOL) dengan tinjauan
teori dari berbagai literatur yang berhubungan dengan penyakit tersebut.
Dalam praktek klinik keperawatan pada klien Ny. E dengan gangguan
sistem persarafan : Space Occupying Letion (SOL) telah diterapkan
pendekatan proses keperawatan sesuai teori yang ada, yakni pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi untuk lebih
87
memudahkan dalam memahami kesenjangan antara tinjauan teori dan
tinjauan kasus. Penulis menggunakan urutan proses keperawatan.
1. Pengkajian
Tahap awal proses keperawatan adalah pengkajian yang meliputi
pengumpulan data, klasifikasi data dan analisa data yang kemudian
dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan. Tekhnik pengumpulan data
yang dilakukan adalah wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi
dokumentasi dan studi kepustakaan. Data-data pengkajian pada tinjauan
teoritis dengan gangguan sistem persarafan : Space Occupying Letion
(SOL) antara lain : pernapasan tidak teratur, pernapasan sulit dan
frekuensi meningkat, klien akan didapatkan penurunan kesulitan dalam
batuk, bunyi napas ngorok akibat adanya sekret yang menumpuk, pada
auskultasi akan terdengar adanya ranchi, payah jantung, dispneu, terdapat
bunyi jantung tambahan seperti mur-mur, denyut jantung mungkin
ireguler dan nadi cepat, bising usus normal atau bisa juga menurun, perut
kembung, bibir dan mukosa mulut tampak kering, klien dapat mual dan
muntah, peningkatan kadar glukosa serta adanya peningkatan hormon
tiroid, inkontinesia urine, kelemahan kontra lateral lesi otak pada
ekstremitas baik atas maupun bawah, atrofi otot, kehilangan tonus atau
penurunan tonus otot, terjadi kesulitan dalam aktivitas karena lemah,
kehilangan sensori, ROM terbatas, dekubitus, kulit kotor dan lengket,
ketajaman penglihatan kurang, pergerakan bola mata terganggu,
penurunan lapang pandang, pupil dilatasi, kehilangan setengah lapang.
88
Data-data yang ada pada tinjauan kasus dengan gangguan sistem
persarafan : Space Occupying Letion (SOL) yang merupakan hasil
pengkajian pada tanggal 19 Februari 2016 antara lain, ekspresi wajah
nampak meringis saat nyeri, skala nyeri 5 (0 - 10), lapang pandang
menurun dibuktikan dengan klien tidak dapat membaca papan nama
perawat dengan jarak 30 cm, pergerakan bola mata terhadap respon
cahaya kurang baik, klien nampak dibantu oleh keluarga dan perawat
dalam melakukan aktivitas, kulit kepala nampak kotor dan berketombe,
klien nampak cemas atau gelisah.
Data yang ada pada tinjauan teori tetapi tidak ada pada tinjauan
kasus dengan gangguan sistem persarafan : Space Occupying Letion
(SOL) antara lain : pernapasan tidak teratur, pernapasan sulit dan
frekuensi meningkat, klien akan didapatkan penurunan kesulitan dalam
batuk, bunyi napas ngorok akibat adanya sekret yang menumpuk, pada
auskultasi akan terdengar adanya ronchi, payah jantung, dispneu, terdapat
bunyi jantung tambahan seperti mur-mur, denyut jantung mungkin
ireguler dan nadi cepat, bising usus normal atau bisa juga menurun, perut
kembung, bibir dan mukosa mulut tampak kering, klien dapat mual dan
muntah, peningkatan kadar glukosa serta adanya peningkatan hormon
tiroid, inkontinesia urine, kelemahan kontra lateral lesi otak pada
ekstremitas baik atas maupun bawah, atrofi otot, kehilangan tonus atau
penurunan tonus otot, terjadi kesulitan dalam aktivitas karena lemah,
kehilangan sensori, ROM terbatas, dekubitus, kulit kotor dan lengket,
89
ketajaman penglihatan kurang, pergerakan bola mata terganggu,
penurunan lapang pandang, pupil dilatasi, kehilangan setengah lapang.
Analisa kesenjangan secara teori maka data-data yang ada pada
kasus dan data yang ada pada tinjauan teori yaitu lapang pandang
menurun dibuktikan dengan klien tidak bisa membaca papan nama
perawat dengan jarak 30 cm, pergerakan bola mata terhadap respon
cahaya kurang baik, klien nampak dibantu keluarga dan perawat dalam
melakukan aktivitas, kulit kepala nampak kotor dan berketombe,
kehilangan sensori, ROM terbatas, kehilangan setengah lapang.
2. Diagnosa Keperawatan
Dalam penetapan diagnosa terdapat pula kesenjangan antara
tinjauan teori dengan tinjauan kasus, dimana dalam tinjauan teori
masalah keperawatan yang ditemukan atau mungkin ada pada gangguan
sistem persarafan tumor otak (SOL) adalah (Nurarif & Kusuma, 2015) :
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan mual
dan muntah, penurunan intake makanan.
c. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan atau
perubahan peran.
d. Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
penurunan suplai darah ke jaringan otak.
e. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan suplai O2 ke otot
pernapasan
90
f. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan kesulitan bicara
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam
studi kasus sebagai hasil analisa dan penetapan masalah keperawatan
ditemukan 4 (empat) diagnosa keperawatan yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan terjadinya peningkatan tekanan
intrakranial.
b. Gangguan persepsi sensori visual atau penglihatan berhubungan
dengan lapang pandang menurun.
c. Gangguan pemenuhan ADL : Personal Hygiene berhubungan dengan
kelemahan.
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakitnya.
Kesenjangan yang penulis dapatkan adalah masalah yang ada
dalam tinjauan teori tetapi tidak ada dalam tinjauan kasus yaitu :
a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan mual
dan muntah, penurunan intake makanan. Hal ini tidak ditemukan
karena nafsu makan klien baik, tidak ada gangguan menelan sehingga
klien masih bisa mengonsumsi makanan dan berat badan masih ideal,
sehingga tidak ada data yang mendukung untuk mengangkat diagnosa
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
b. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan/perubahan
peran. Hal ini tidak ditemukan karena klien dapat percaya diri dengan
91
keadaan penyakitnya sehingga tidak ada data yang mendukung untuk
mengangkat diagnosa gangguan harga diri
c. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
penurunan suplai darah ke jaringan otak. Hal ini tidak ditemukan
karena klien tidak mengalami sroke sehingga tidak ada data yang
mendukung untuk resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
d. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan suplai O2 ke otot
pernapasan. Hal ini tidak ditemukan karena klien tidak mengalami
sianosis sehingga tidak ada data yang mendukung untuk mengangkat
diagnosa ketidakefektifan pola napas
e. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan kesulitan bicara.
Hal ini tidak ditemukan karena klien bisa berkomunikasi dengan
orang lain, sehingga tidak ada data yang mendukung untuk
mengangkat diagnosa hambatan komunikasi verbal.
Selain itu, masalah yang ada dalam tinjauan kasus tetapi tidak ada
dalam tinjauan teori yaitu :
a. Gangguan persepsi sensori visual atau penglihatan berhubungan
dengan penurunan lapang pandang. Hal ini disebabkan karena pada
saat pengkajian penulis mendapatkan data pergerakan bola mata
terhadap respon cahaya kurang baik, ketajaman penglihatan kurang
baik, dan penurunan lapang pandang dibuktikan dengan klien tidak
dapat membaca papan nama perawat dengan jarak 30 cm
92
b. Gangguan pemenuhan ADL : Personal Hygiene berhubungan dengan
kelemahan. Hal ini disebabkan karena pada saat pengkajian penulis
mendapatkan klien nampak dibantu oleh keluarga dan perawat dalam
melakukan aktivitas, kulit kapala nampak kotor dan dan berketombe.
c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakitnya. Hal ini disebabkan karena pada saat pengkajian penulis
mendapatkan klien nampak cemas atau gelisah.
3. Perencanaan
Pada tahap ini, penulis bersama klien dan keluarga klien menyusun
rencana tindakan keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan masalah
yang muncul. Perencanaan disesuaikan dengan kemampuan, situasi dan
kondisi serta sarana dan prasarana yang ada diruangan.
Dalam penyusunan perencanaan, hal-hal yang mendukung adalah :
a. Adanya kerja sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga klien
sehingga memudahkan dalam perencanaan tindakan keperawatan.
b. Dukungan dan bimbingan dari perawat ruangan yang dapat
memperlancar penyusunan perencanaan.
Perencanaan yang penulis lakukan pada klien Ny. E pada dasarnya
ada kesenjangan antara teori dengan kasus, hal ini terjadi karena tidak
semua diagnosa keperawatan dan perencanaan yang ada dalam teori ada
dalam kasus, tetapi untuk diagnosa yang ada pada teori dan muncul pada
kasus prinsipnya tidak ada perbedaan karena perencanaan pada kasus
penulis berpatokan atau mengacu pada tinjauan teoritis, sedangkan
93
diangnosa yang muncul pada kasus dan tidak ada pada teori, penulis
bersama klien dan keluarga klien membuat intervensi berdasarkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
4. Implementasi
Tahap ini merupakan realisasi dari perencanaan yang telah disusun
sehingga dalam pelaksanaan ini mengacu pada perencanaan. Yang
merupakan faktor pendukung berjalannya tahap pelaksanaan adalah kerja
sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga klien sehingga
memudahkan dalam setiap tindakan. Adapun yang menjadi faktor
penghambat dalam proses pelaksanaan adalah kurangnya sarana dan
prasarana yang terdapat diruangan. Meskipun dengan keterbatasan sarana
dan prasarana, namun setiap intervensi yang telah disusun dapat
diimplementasikan kepada klien.
Adapun tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang
ada antara lain :
a. Nyeri akut berhubungan dengan terjadinya peningkatan tekanan
intrakranial yaitu mengacu pada intervensi atau perencanaan yang
telah ditetapkan dari semua intervensi yang ada.
b. Gangguan persepsi sensori visual atau penglihatan berhubungan
dengan lapang pandang menurun yaitu mengacu pada intervensi atau
perencanaan yang telah ditetapkan dari semua intervensi yang ada.
94
c. Gangguan pemenuhan ADL : personal hygiene berhubungan dengan
kelemahan yaitu mengacu pada intervensi atau perencanaan yang telah
ditetapkan dari semua intervensi yang ada.
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakitnya yaitu mengacu pada intervensi atau perencanaan yang
telah ditetapkan dari semua intervensi yang ada.
5. Evaluasi
Tahap ini merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan
dimana untuk menilai suatu keberhasilan pelaksanaan keperawatan
dengan mengacu pada tercapainya tujuan yang ditetapkan.
Setelah mengimplementasikan asuhan keperawatan yang
direncanakan selama 4 (empat) hari yang dimulai pada tanggal, 19 s/d 22
Februari 2016, maka tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai sesuai
dengan yang diharapkan.
Dalam kasus ini, diagnosa keperawatan yang ada yaitu terdiri dari
4 (empat) diagnosa dengan hasil evaluasi sebagai berikut :
a. Nyeri akut berhubungan dengan terjadinya peningkatan tekanan
intrakranial, setelah dilakukan evaluasi selama 3 (tiga) hari, masalah
belum teratasi dengan hasil : ekspresi wajah nampak meringis, skala
nyeri 5 (0-10), sehingga tujuan yang diharapkan nyeri belum teratasi.
b. Gangguan persepsi sensori visual atau penglihatan berhubungan
dengan aneurisma, setelah dilakukan evaluasi selama 3 (tiga) hari,
masalah belum teratasi dengan hasil : Pergerakan bola mata klien
95
terhadap respon cahaya kurang baik, sehingga tujuan yang diharapkan
belum teratasi.
c. Gangguan pemenuhan ADL : personal hygiene berhubungan dengan
kelemahan, setelah dilakukan evaluasi selama 3 (tiga) hari, masalah
belum teratasi dengan hasil : aktivitas klien masih dibantu dengan
keluarga, keadaan umum masih tampak lemah.
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakitnya, setelah dilakukan evaluasi selama 3 (tiga) hari, masalah
teratasi dengan hasil : klien sudah tidak cemas dengan kondisi yang
dialaminya, sehingga tujuan yang diharapkan ansietas teratasi.
Dari 4 (empat) diagnosa keperawatan yang muncul dalam asuhan
keperawatan pada klien Ny. E dengan gangguan sistem persarafan :
Space Occupying Letion (SOL), Dari 4 diagnosa keperawatan tersebut
hanya 1 diagnosa yang tujuannya sudah tercapai yaitu Ansietas dan 3
diagnosa yang tujuanya belum tercapai yaitu Nyeri akut, Gangguan
presepsi sensori, dan Gangguan pemenuhan ADL namun sudah
menunjukan perubahan, selanjutnya dialihkan pada perawat ruangan
untuk rawat selanjutnya.
96
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Dari hasil Karya Tulis Ilmiah tentang Asuhan Keperawatan pada
Klien Ny. “E” dengan Gangguan Sistem Persarafan : Space Occupying Letion
(SOL) yang dilaksanakan di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung dari tanggal,
19 s/d 22 Februari 2016 dengan mengacu pada tujuan yang ingin dicapai,
maka penulis mengambil kesimpulan yaitu :
Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau proses
desak ruang (Space Ocuping Letion atau Space Talking Lesion) yang timbul
didalam rongga tengkorak baik didalam kompartemen supratentotrial (Nurarif
& Kusuma, 2015).
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis
progresif yang disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan
fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan intrakranial (TIK).
Gejala klinis pada tumor otak secara umum dikenal dengan
istilah trias klosis tumor otak, yaitu : Nyeri kepala, Mual dan
muntah, Papil edema.
Untuk penanganan tumor otak dapat dilakukan dengan
pembedahan, radiotherapi, kemotherapi atau dapat pula
dengan cara manipulasi hormonal, biasanya dengan obat
golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase.
97
1. Tahap awal proses keperawatan adalah pengkajian, yang meliputi
pengumpulan data, klasifikasi data dan analisa data yang kemudian
dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan. Tekhnik pengumpulan data
yang dilakukan adalah wawancara, observasi partisipasi, pemeriksaan
fisik, studi dokumentasi, studi literatur dan kepustakaan.
2. Terdapat 4 diagnosa keperawatan pada kasus klien Ny.”E” yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan terjadinya peningkatan tekanan
intrakranial.
b. Gangguan persepsi sensori visual atau penglihatan berhubungan dengan
lapang pandang menurun.
c. Gangguan pemenuhan ADL : Personal Hygiene berhubungan dengan
kelemahan.
d. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakitnya
3. Tidak semua intervensi yang ada dalam teori terdapat dalam kasus. Tetapi
untuk intervensi yang ada pada teori dan muncul pada kasus, pada
prinsipnya tidak ada perbedaan karena perencanaan pada dasarnya penulis
berpatokan pada tinjauan teoritis, sedangkan intervensi yang muncul pada
kasus tidak ada pada teori, penulis bersama klien dan keluarga klien
membuat intervensi berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki.
4. Implementasi merupakan realisasi dari perencanaan yang telah disusun
sehingga dalam implementasi ini mengacu pada perencanaan yang
merupakan pendukung berjalannya tahap pelaksanaan diantaranya kerja
98
sama antara perawat, klien dan keluarga klien sehingga memudahkan
dalam setiap tindakan, selain itu adanya dukungan serta bimbingan dari
perawat pembimbing.
5. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dimana untuk
menilai suatu keberhasilan pelaksanaan keperawatan dengan mengacu
pada tercapainya tujuan yang ditetapkan. Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3 (tiga) hari, hanya 1 diagnosa keperawatan yang
teratasi dan 3 diagnosa belum teratasi tetapi sudah menunjukkan
perubahan yang cukup besar pada klien.
6. Dalam proses penyelesaian masalah yang dihadapi oleh klien, perawat
melakukan pendokumentasian dengan beberapa cara yaitu :
a. Pasien merupakan sumber data primer dan perawat dapat menggali
informasi yang sebenarnya dari pasien.
b. Orang terdekat jika pasien mengalami gangguan dalam berkomunikasi
atau kesadaran menurun.
c. Catatan medis atau tim kesehatan lain, anggota tim kesehatan lain
adalah pada personil yang berhubungan dengan pasien, memberikan
tindakan dan mencatat pada rekam medis pasien.
d. Catatan kesehatan dahulu dapat digunakan sebagai informasi yang
dapat mendukung rencana tindakan keperawatan.
e. Hasil pemeriksaan diagnostik, hasil-hasil pemeriksaan laboratorium dan
tes diagnostik dapat digunakan perawat sebagai data objektif yang dapat
disesuaikan dengan masalah kesehatan pasien.
99
f. Perawat lain jika pasien rujukan dari pelayanan kesehatan lain, maka
perawat harus meminta informasi pada perawat yang telah merawat
pasien sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk kesinambungan dari
tindakan keperawatan yang telah diberikan.
g. Kepustakaan untuk memperoleh data dasar pasien yang komprehensif
perawat dan membaca literatur yang berhubungan dengan masalah
pasien.
B. Rekomendasi
Dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan melalui pendekatan proses
keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan : Space
Occupying Letion (SOL), maka saran-saran yang dapat penulis sampaikan
adalah sebagai berikut :
1. Untuk Rumah Sakit
Untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam melakukan asuhan
keperawatan kepada penyakit Tumor Otak : SOL agar dapat
meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit terhadap pelayanan klien
yang merawat inap serta mempertahankan atau bahkan meningkatkan
kinerja yang telah berkualitas, dalam memberikan pelayanan asuhan
keperawatan, untuk meningkatkan lagi peralatan yang ada diruangan.
2. Untuk Perawat
Hendaknya mencantumkan atau mencatat apa tindakan-tindakan
yang dilakukan tentunya yang berkaitan dengan teori, sehingga akan
mempermudah perawat lain yang ingin menerapkan sesuai teori tersebut,
100
dan hendaknya penyuluhan kesehatan dijadikan suatu program di
ruangan guna meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakitnya dan
dapat mencegah komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi, juga mampu
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan tumor otak secara
holistik didasari dengan pengetahuan yang mendalam mengenai penyakit
tersebut.
3. Untuk Klien dan Keluarga
Klien dan keluarganya hendaknya ikut berpartisipasi dalam
penatalaksaan serta meningkatkan pengetahuan tentang tumor otak yang
dideritanya.
4. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan dan dapat
melakukan pengkajian dengan benar sesuai dengan konsep dasar dengan
penyakit tumor otak. Selalu berdiskusi dengan teman-teman sejawat dan
pembimbing bila mengalami kesulitan.
5. Bagi Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan sebagai penyelenggara pendidikan,
hendaknya menambah literatur yang ada di perpustakaan, dengan
literatur yang masih tergolong terbitan baru, sehingga peserta didik tidak
kesulitan saat mencari literatur.
6. Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan kepada Karya Tulis Ilmiah (KTI) selanjutnya tentang
Tumor Otak untuk meningkatkan dan mengembangkan karya tulis ini
101
dengan metode yang lebih tinggi agar mengkaji lebih dalam lagi tentang
penyakit Tumor Otak.
7. Bagi Penulis Sendiri
Semoga Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat menjadi
bacaan dan acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas dalam
pemberian Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan : Space Occupying Lettion (SOL). Penulis jangan pernah puas
dengan apa yang telah dicapai dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
tetapi perlu belajar lebih giat lagi agar memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai untuk pelaksanaan asuhan keperawatan
dimasa yang akan datang.
102
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan, Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Devi M, 2014. Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem persarafan (post kraniofaringioma). Program Studi D-III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Muhamadiyah Surakarta: Surakarta. P. (2)
Doenges, Marilynn E., Moorhouse., F, M., Geissler, C. A (2000). Rencana asuhan keperawatan, Edisi 3, Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Kementrian Kesehatan RI, 2015. Rencana strategi kementrian kesehatan 2015-2019. Indonesia: Kementrian Kesehatan RI.
Muttaqin A. (2008). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan, Salemba Medika: Jakarta
Nursalam, Edisi 2. (2013), Buku ajar proses dan dokumentasi keperawatan, Salemba Medika: Jakarta
Nurarif. H, A. & Kusuma H . (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis & nanda Nic-Noc, Edisi II, MediAction Publishing; Jogjakarta
Rangki L & Susen A. (2014), Patofisiologi manusia disertai dengan penyimpanan KDM, Masagane Press: Makassar
Smelltzer, Suzanne C & Brenda G. Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Brunner dan Suddarth Vol 3. EGC : Jakarta
(2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Brunner dan Suddarth Edisi 8 Vol 1. EGC : Jakarta
Syaifuddin. (2009), Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan, Edisi III, Buku Kedokteran EGC : Jakarta
RSUP, dr. Hasan Sadikin Bandung. (2016). Medical Record Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung Ruang Kana Bedah Umum Lantai II, Bandung
103
SATUAN ACARA PENYULUHANMANAJEMEN NYERI
OLEH :
NUR KHALIDANIM : 13.13.1115
AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAHKABUPATEN MUNA
RAHA2016
104
Lampiran 1
RENCANA PENYULUHAN
Mata ajaran : KMB
Pokok bahasan : Nyeri
Sub pokok bahasan : Manajemen Nyeri
Lokasi : Di Ruang Kana Lantai 2 Bedah Umum RSUP
dr. Hasan Sadikin Bandung
Waktu : 15 Menit
I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM :
Setelah memperoleh pelajaran selama 15 menit diharapkan klien dan keluarga dapat mengetahui tentang manajemen nyeri.
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS :Setelah memperoleh pelajaran selama 15 menit klien dan keluarga klien dan klien dapat :1. Mengetahui pengertian nyeri2. Megetahui pengertian manajemen nyeri3. Menjelaskan tujuan manajemen nyeri4. Menyebutkan cara mengatasi nyeri5. Menjelaskan teknik-teknik dalam mengatasi nyeri
III. MATERI :1. Pengertian nyeri 2. Pengertian manajemen nyeri3. Tujuan manajemen nyeri4. Cara mengatasi nyeri5. Teknik-teknik dalam mengatasi nyeri
IV. METODE : Ceramah dan tanya jawab
V. MEDIA :Leaflet
105
VI. KEGIATAN1. Persiapan pembelajaran
- Menyiapkan materi- Kesiapan klien dan keluarga
2. Membuka pelajaran- Menjelaskan cakupan materi yang akan dibahas- Menjelaskan manfaat mempelajari materi manajemen nyeri
3. Kegiatan intiMenjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan manajemen nyeri
4. Menutup pembelajaran- Memberikan/mengajukan pertanyaan kepada keluarga klien- Membuat kesimpulan
VII. PENILAIAN1. Prosedur
- Penialaian akhir2. Jenis
- Lisan- Praktek
VIII. LAMPIRAN Materi tentang manajemen nyeri
Bandung, 20 Februari 2016
Penyuluh,
NUR KHALIDA13.13.1115
106
Lampiran 2
SATUAN PENYULUHAN
Mata ajaran : KMB
Pokok bahasan : Nyeri
Sub pokok bahasan : Manajemen Nyeri
Lokasi : Di Ruang Kana Lantai 2 Bedah Umum RSUP
dr. Hasan Sadikin Bandung
Waktu : 15 Menit
I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM :Setelah memperoleh pelajaran selama 15 menit diharapkan klien dan keluarga dapat mengetahui tentang manajemen nyeri.
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS :Setelah memperoleh pelajaran selama 15 menit keluarga klien dan klien dapat :
1. Mengetahui pengertian nyeri2. Megetahui pengertian manajemen nyeri3. Menjelaskan tujuan manajemen nyeri4. Menyebutkan cara mengatasi nyeri5. Menjelaskan teknik-teknik dalam mengatasi nyeri
III. MATERI :1. Pengertian nyeri 2. Pengertian manajemen nyeri3. Tujuan manajemen nyeri4. Cara mengatasi nyeri5. Teknik-teknik dalam mengatasi nyeri
IV. METODE : Ceramah dan tanya jawab
107
V. KEGIATANNO
.KEGIATAN BELAJAR KEGIATAN KLIEN DAN
KELUARGA
1.
PEMBUKAAN- Mengucapkan salam- Melakukan apersepsi
- Menjawab salam- Menjawab sesuai
kemampuan2.
ISI- Memberi pelajaran terhadap
materi
- Memberikan kesempatan kepada keluarga klien dan klien untuk bertanya
- Menjawab pertanyaan keluarga klien dan klien
- Mendengarkan dengan seksama
- Mengajukan pertanyaan
- Mendengarkan jawaban atas pertanyaan
3.
PENUTUP- Mengucapkan terima kasih atas
kesediaan mengikuti pelajaran- Mengucap salam penutup
- Mendengarkan dengan seksama
- Menjawab salam
VI. MEDIA : Leaflet
VII. EVALUASI : Lisan dan praktek
108
Lampiran 3
LAMPIRAN MATERI1. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah suatu perasaan yang menimbulkan ketegangan dan siksaan bagi
yang mengalamin
2. Pengertian Manajemen Nyeri
Suatu hubungan untuk mengurangi rasa tidak nyaman nyeri pada seseorang
3. Tujuan Manajemen Nyeri
a. Mengurangi rasa nyeri
b. Merelaksasikan ketegangan otot
c. Mengalihkan perhatian agar nyeri tidak terasa atau hilang
d. Menghalangi sampainya rangsangan nyeri ke otak agar rangsangan nyeri
tidak dipersepsikan
e. Mengurangi kecemasan
4. Cara Mengatasi Nyeri
a. Teknik Relaksasi
Teknik nafas dalam melalui hidung kemudian mengeluarkannya secara
perlahan melaui mulut dengan gerakan lambat dan teratur
b. Teknik Distraksi
Memfokuskan perhatian diri pada sesuatu selain pada nyeri misalnya :
- Mengobrol dengan orang lain
- Mendengarkan musik
- Melakukan aktivitas atau permainan seperti bermain catur
- Membaca dan menonton
c. Teknik Imajinasi
Membayangkan sesuatu yang menarik dan menyenangkan
d. Teknik rangsangan dan masase (pijatan)
Maksudnya untuk menghalangi sampainya rangsangan nyeri ke otak agar
rangsangan nyeri tidak dipersepsikan.
109
MANAJEMEN NYERI
PENGERTIAN NYERI
Nyeri adalah suatu perasaan yang menimbulkan ketegangan dan siksaan bagi yang mengalaminya.
PENGERTIAN
MANAJEMEN NYERI
Suatu hubungan untuk mengurangi rasa tidak nyaman nyeri pada seseorang.
TUJUAN MANAJEMENNYERI
1. Mengurangi rasa nyeri2. Merelaksasikan ketegangan
otot 3. Mengalihkan perhatian agar
nyeri tidak terasa atau hilang
4. Menghalangi sampainya rangsangan nyeri ke otak agar rangsangan nyeri tidak dipersepsikan
5. Mengurangi kecemasan.
CARA MENGATASI NYERI
1. Teknik RelaksasiTeknik nafas dalam melalui hidung kemudian mengeluarkannya secara perlahan melaui mulut dengan gerakan lambat dan teratur.
2. Teknik Distraksi
i
Memfokuskan perhatian diri pada sesuatu selain pada nyeri misalnya: Mengobrol dengan
orang lain
Mendengarkan musik Melakukan aktivitas
atau permainan seperti bermain catur
Membaca dan menonton
3. Teknik ImajinasiMembayangkan sesuatu yang menarik dan menyenangkan
4. Teknik rangsangan dan masase (pijatan)
Maksudnya untuk menghalangi sampainya rangsangan nyeri ke otak agar rangsangan nyeri tidak dipersepsikan, misalnya : Menggosok kulit
atau mengusap-usap kulit
Kompres dengan air panas atau hangat
MANAJEMEN NYERI
Disusun Oleh :
NUR KHALIDA13.13.1115
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMKAB MUNA
2015
ii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATANJl. Poros Raha – Tampo Km. 6 Raha. Telp. 0403 – 2522945
LEMBARAN BIMBINGAN
Nama Mahasiswa : Nur Khalida
Nim : 13. 13. 1115
Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. E dengan
Gangguan Sistem Persarafan: SOL (Tumor Otak) di
Ruang Kana Bedah Umum, Lantai II, Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung
Nama Pembimbing : Santhy, S.Kep. Ns.,M.Kep
No Hari/Tanggal Pokok Bahasan Saran pembimbing Paraf1. Jumat
06 Mei 2016
BAB 1
BAB II
Perbaiki judul dan
pengetikan
Perbaiki penulisan
referensi
Perbaiki latar belakang
Perbaiki tulisan dalam
tabel
Lengkapi tujuan khusus
Pisahkan waktu dan
tempat pelaksanaan
studi
Perbaiki sistematika
telaahan
Perbaiki judul dan
pengetikan
Perbaiki penulisan
3
2
3
4
5
6
7
Minggu
8 Mei 2016
Sabtu
28 Mei 2016
Senin
30 Mei 2016
Jumat
03 Juni 2016
Sabtu
04 Juni 2016
Rabu
8 Juni 2016
BAB III
BAB IV
BAB IV
referens
Tambahkan data
subjektif
Hilangkan data objektif
: kekuatam otot, TTV,
(data normal)
Tambahkan intervensi
diagnosa pertama
Tambahkan konsep
dasar SOL pada
kesimpulan
Jelaskan secara singkat
tentang tumor
Masukan diagnosa
kasus nyata pada
kesimpulan
Jelaskan diagnosa yang
sudah teratasi dan
belum teratasi
ACC
Perbaiki penulisan
abstrak
Perbaiki penulisan
daftar pustaka
Tambahkan kata kunci
dan tinjauan literature
dalam abstrak
ACC
4
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas
Nama : Nur Khalida
Tempat/Tanggal Lahir : Lagadi, 26 juni 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Muna/Indonesia
Status : Pelajar/Mahasiswi
Alamat : Desa Lagadi, Kec. Lawa, Kab. Muna Barat
II. Riwayat Pendidikan
SD Negeri 16 lawa : 2001-2007
SMP Negeri 1 Lawa : 2007-2010
SMA Negeri 1 Lawa : 2010-2013
D-III Keperawatan Akper Pemkab Muna : 2013 - Sekarang
5
top related