KRITIK HADIS-HADIS YANG DISAMPAIKAN OLEH PARA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38307/1/M REZA... · diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata sandang yang diikuti
Post on 07-Mar-2019
264 Views
Preview:
Transcript
KRITIK HADIS-HADIS YANG DISAMPAIKAN OLEH PARA
KHATIB DI SEMARANG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk memenuhi salah satu persyaratan
guna memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh :
M Reza Syaokani
1113034000207
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/ 2018 M
2
KRITIK HADIS-HADIS YANG DISAMPAIKAN OLEH PARA
KHATIB DI SEMARANG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin
untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S. Ag.)
Disusun oleh:
M Reza Syaokani
NIM : 1113034000207
Pembimbing:
Rifqi Muhammad Fatkhi, MA
NIP : 19770120 200312 1 003
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H/2018 M
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “Kritik Hadis-Hadis yang Disampaikan Oleh Para
Khatib di Semarang” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Rabu, 17 Januari 2018. Skripsi
ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.
Ag.) pada Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir.
Jakarta, 17 Januari 2018
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota
Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA
NIP. 19711003 199903 2 001
Sekretaris Merangkap Anggota
Dra. Banun Binaningrum, M.Pd
NIP. 19680618 199903 2 001
Penguji I
Drs. Harun Rasyid, M.A
NIP. 19600902 198703 1 001
Penguji II
Dr. Ala`i
NIP. 19740510 200501 1 009
Pembimbing
Rifqi Muhammad Fatkhi, MA
NIP : 19770120 200312 1 003
iv
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muhamad Reza Syaokani
NIM : 1113034000207
Program Studi : Ilmu Qur`an dan Tafsir
Judul Skripsi : “Kritik Hadis-Hadis yang Disampaikan oleh para Khatib di
Semarang”
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian surat pernyataan ini saya dibuat, dengan segala akibat yang timbul
di kemudian hari menjadi tanggung jawab saya.
Ciputat, 16 Oktober 2017
Muhamad Reza Syaokani
NIM : 1113034000207
i
ABSTRAK
M Reza S
Kritik Hadis-Hadis yang Disampaikan Oleh Para Khatib di Semarang
Penyampaian atau pengajaran yang efektif dalam menyebarkan ilmu-ilmu
agama adalah ketika didalam suatu majelis tersebut terdapat banyak yang hadir.
Salah satunya adalah shalat Jum’at dimana salah satu rukunnya yaitu khutbah dua
kali. Di dalam prakteknya masih banyak terdapat khatib yang tidak melakukan
verifikasi tentang teks khutbah yang akan disampaikan, dalam hal ini penulis fokus
pada hadis nabi. Sehingga tidak jarang khatib itu tanpa sadar menyampaikan atau
menyebarkan hadis lemah (ḍa’īf) atau bahkan sampai pada tingkat hadis palsu
(mauḍū).
Sebagai salah satu landasan dalam kegiatannya, hadis-hadis yang disampaikan
sangat perlu dikaji lebih lanjut sehingga dapat diketahui kualitas dari hadis-hadis
tersebut. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode takhrij hadis dan
melakukan kegiatan kritik sanad.
Setelah penulis melakukan penelitian, penulis mendapatkan 21 hadis dari 4
khutbah di 3 masjid jami’. Dari 21 hadis tersebut terdapat 12 hadis yang berkualitas
ṣaḥīḥ, 5 hadis berkualitas ḥasan dan 4 hadis berkualitas ḍa’īf. Kesimpulannya
adalah hadis-hadis yang disampaikan khatib dalam khutbah jum’at di Semarang
walaupun ada beberapa yang berkualitas ḍa’īf dan ḥasan, akan tetapi mayoritas
berkualitas Ṣaḥīḥ.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT,
karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Kritik Hadis-Hadis yang Disampaikan oleh Para Khatib di Semarang”.
Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga, para sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak sekali mengalami kesulitan
yang terkadang mematahkan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Walaupun
demikian penulis menyadari betul bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
menyisakan banyak hal yang tidak dapat penulis masukan di dalamnya. Tugas akhir
ini dapat terselesaikan berkat kontribusi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah memberikan bantuan baik dalam bentuk dukungan moril maupun materi
selama penulis melaksanakan kegiatan penelitian. Ucapan terima kasih sebesar-
besarna penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
beserta seluruh jajarannya
3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA. Dan Ibu Dra. Banun Binaningrum M.Pd.,
selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan Ilmu Qur’an dan Tafsir
iii
4. Bapak Rifqi Muhammad Fatkhi, MA. Selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dengan penuh kesabaran dan memberikan banyak ilmu serta
dukungan dan motifasi dalam menyelasaikan skripsi ini. Pimpinan dan
seluruh staf perpustakaan Fakultas Ushuluddin, perpustakaan Utama UIN
Syarif Hidayatullah.
5. Para dosen yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu. Terima
kasih atas ketulusan ilmu yang telah diberikan, semoga ilmu yang telah
diajarkan menjadi amal bagi mereka semua dan membawa berkah dan
manfaat bagi penulis
6. Orang tua Bapak Achmad Faisal dan Ibu Tuti Alawiyah tercinta yang
senantiasa setia, sabar dalam membesarkan, membimbing juga selalu
mendo`akan, memberi kasih sayang dan dukungan kepada penulis.
7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 Jurusan Ilmu Qur’an dan Tafsir
serta teman-teman Asrama Sulaimaniyah yang senantiasa memberikan
dukungan dan bantuan dalam penulisan skripsi ini.
Sekali lagi penulis haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua
pihak yang ikut serta memberikan partisipasinya sehingga skripsi ini akhirnya
terselesaikan juga. Semoga bantuan, dukungan do`a mereka menjadi amal salih
yang mendapatkan curahan rahmat dan magfirah serta balasan yang berlipat dari
Allah SWT.
Ciputat, 20 Desember 2017
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATAPENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 7
C. Batasan dan Rumusan Masalah ........................................................ 7
D. Tujuan Penelitian .............................................................................. 9
E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 9
F. Metodologi Penelitian ...................................................................... 9
G. Kajian Pustaka ................................................................................ 10
H. Sistematika Penulisan ..................................................................... 11
BAB II GAMBARAN UMUM KOTA DAN MASYARAKAT
SEMARANG JAWA TENGAH
A. Letak Geografis Kota Semarang .................................................... 13
B. Demografi Kota Semarang ............................................................ 14
1. Kependudukan ........................................................................ 14
2. Ekonomi .................................................................................. 15
3. Pendidikan ............................................................................... 16
v
4. Bidang Agama ......................................................................... 18
C. Teks dan Ototritas........................................................................... 20
1. Definisi Teks ............................................................................ 20
2. Deinisi Otoritas ......................................................................... 25
BAB III ANALISA HADIS-HADIS YANG DISAMPAIKAN OLEH PARA
KHATIB
A. Kegiatan Takhrij ............................................................................. 30
1. Posisi Hadis dalam Literatur Hadis .......................................... 30
2. Akurasi Pengutipan Khatib....................................................... 39
B. Kualitas Hadis Khutbah Jum’at ...................................................... 40
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 70
B. Saran ............................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI
Dalam penulisan skripsi ini, Transliterasi Arab-Latin yang digunakan
berpedoman pada buku pedoman penulisan skripsi yang terdapat dalam “Buku
Pedoman Akademik Program Strata 1 tahun 2013-2014 UIN Syarif Hidayatullah”.
A. Konsonan
Arab Latin Keterangan
Tidak Dilambangkan - ا
B Be ب
T Te ت
Ts Te dan Es ث
J Je ج
Ḥ Ha dengan titik di bawah ح
Kh Ka dan ha خ
D De د
Dz De dan Zet ذ
R Er ر
Z Zet ز
S Es س
Sy Es dan ye ش
Ṣ Es dengan titik di bawah ص
Ḍ De dengan titik di bawah ض
Ṭ Te dengan titik di bawah ط
Ẓ Zet dengan titik di bawah ظ
Koma terbalik di atas ‘ ع
vii
G Ge غ
F Fa ف
Q Qi ق
K Ka ك
L El ل
M Em م
N En ن
W We و
H Ha ه
Apostrof ’ ء
Y Ye ي
B. Vokal
1. Vokal Tunggal
Tanda Vokal Nama Latin Keterangan
Fatḥah A A ا
Kasrah I I ا
Ḍammah U U ا
Contoh:
لئ س jalasa dan : جلس : su’ila
2. Vokal Rangkap
Tanda Vokal Nama Latin Keterangan
viii
Fatḥah dan ya’ sukun Ai A dan I ـ ي
Fatḥah dan wau sukun Au A dan U ـ و
Contoh:
ḥaula =حول laitsa dan : ليث
3. Vokal Panjang
Tanda Vokal Nama Latin Keterangan
اـ Fatḥah dan alif Ā A dengan garis di atas
يـ Kasrah dan ya’ Ī I dengan garis di atas
وـ Ḍammah dan wau Ū U dengan garis di atas
Contoh:
yaqūlu : يق ول qīla dan : ق يل qāla : قال
C. Ta’ Marbuṭah
1. Transliterasi untuk ta’ marbuṭah berharakat
Ta’ marbuṭah yang mendapat harakat fatḥah, kasrah, dan ḍammah,
transliterasinya ialah “t”.
2. Transliterasi untuk ta’ marbuṭah sukun
Ta’ marbuṭah yang mendapat harakat sukun, transliterasinya ialah “h”.
Contoh:
Qatādah : قتادة
3. Transliterasi untuk ta’ marbuṭah jika diikuti oleh kata yang menggunakan
kata sandang “al-” dan bacaannya terpisah maka ta’ marbuṭah
ditransliterasikan dengan “h”.
ix
Contoh:
ة رو نلم اة نيد لما : al-Madīnah al-Munawwarah
D. Huruf Ganda (Syaddah atau Tasydīd)
Transliterasi Syaddah atau Tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan tanda tasydīd (ـــ), dalam transliterasi dilambangkan dengan
huruf yang sama (konsonan ganda).
Contoh:
ح farraḥa : فر
لز ن : nazzala
E. Kata Sandang Alif-Lam “ال”
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf alif-lam
Namun dalam transliterasi ini, kata sandang dibedakan atas kata sandang yang .”ال“
diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah.
1. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ditransliterasikan sesuai
dengan bunyinya, yaitu “ال” diganti huruf yang sama dengan huruf yang mengikuti
kata sandang tersebut dan dihubungkan dengan tanda sambung (-).
Contoh:
ل ج الر : ar-rajul
ة دي الس : as-sayyidah
2. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah ditransliterasikan sesuai
dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya. Kata
x
sandang ditulis terpisah dengan huruf yang mengikutinya dan dihubungkan dengan
tanda sambung (-).
Contoh:
م للقا : al-qalam
ة فسللفا : al-falsafah
F. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah yaitu menjadi apostrof (’) hanya berlaku
bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Bila hamzah terletak di awal
kata, hamzah tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.
Contoh:
ء يش : syai’un ت رم أ : umirtu
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam tradisi Islam, hadis nabi menduduki posisi kedua dalam hirarki sumber
ajaran-ajaran Islam setelah al-Qur’an. al-Qur’an sebagaimana diketahui adalah
kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan bahasa
arab. Sebagai sebuah perkataan, tentu di dalamnya terdapat ayat-ayat yang jelas dan
tidak jelas yang masih membutuhkan penafsiran. Posisi dan tugas nabi disini ialah
sebagai penafsir atas ketidakjelasan ayat-ayat al-Qur’an ini. Penjelasan dan
penafsiran tersebut kemudian disebut dengan hadis.
Hadis menurut bahasa, berarti khabar, jadīd, dan qarīb. Khabar artinya berita.
Jadīd artinya baru dan Qarib artinya dekat.1 Para sahabat, ketika Rasulullah SAW
wafat, jika dihadapkan kepada banyak kasus dan permasalahan, mereka selalu
merujuk kepada hadis setelah tidak ditemukan jawaban yang pasti dalam al-Qur’an.
Hal ini dilakukan oleh para khalifah yang empat dan juga para sahabat nabi
lainnya.2
Sejumlah ahli hadis berpendapat bahwa hadis adalah sabda, pekerjaan,
ketetapan Nabi SAW. Sedangkan ahli-ahli hadis yang lain berpendapat bahwa hadis
tidak hanya berarti sabda, pekerjaan dan ketetapan Nabi SAW saja, tetapi mencakup
1 Muhammad Noor Sulaiman PL, Antologi Ilmu Hadis, (Jakarta: Gaung Persada Press,
2008), Cet. 1, hal. vii 2 Muhammad Noor Sulaiman PL, Antologi Ilmu Hadis, (Jakarta: Gaung Persada Press,
2008), Cet. I, hal. vii
2
perkataan, pekerjaan dan ketetapan Sahabat dan Tabi’in3. Jadi jumlah hadis yang
besar itu tidak selamanya berarti hadis Nabi SAW saja, tetapi juga mencakup
pendapat-pendapat para sahabat dan tabi’in. Dan ini jumlahnya sangat banyak.
Definisi para ulama hadis adalah perkataan, perbuatan, ketetapan (taqrir) dan sifat-
sifat nabi.4 Sedangkan menurut ahli ushul fiqih, sunnah adalah hal-hal yang berasal
dari Nabi Muhammad SAW yang bukan berasal dari al-Qur’an, pekerjaan ataupun
ketetapannya. Menurut ahli Fiqih, sunnah adalah hal-hal yang berasal dari Nabi
Muhammad SAW baik ucapan maupun pekerjaan, tetapi hal itu tidak wajib
dikerjakan.5
Penerapan al-Qur’an dan hadis dalam kehidupan umat Islam yang beriman
terhadap keduanya seperti proses simbiosis mutualisme, dimana antara yang satu
dengan yang lainnya saling membutuhkan. Dengan demikian dapat dipahami
bahwa antara hadis nabi dan al-Qur’an saling melengkapi satu sama lain.6
Dengan demikian, untuk memahami ajaran Islam secara keseluruhan tidak
cukup hanya dengan memahami al-Qur’an saja, namun dibutuhkan hadis nabi
sebagai penjelas terhadap al-Qur’an. Para ulama sepakat bahwa hadis sejalan
dengan al-Qur’an, menjelaskan yang samar, merinci yang global, membatasi yang
mutlak, mengkhususkan yang umum, dan menguraikan hukum yang belum
dijelaskan secara detail oleh al-Qur’an.7
3 M.M. Azami, Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994),
cet. I, hal. 644 4 Muhammad Ajjaj al-Khatib, Pokok-Pokok Ilmu Hadis, penerjemah, H. M. Qodirun Nur,
Ahmad Musyafiq (Jakarta: Media Pratama, 1998), Cet. I, hal. 3 5 M.M. Azami, Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994),
cet. I, hal. 14 6 Yusuf Qordowi, Kajian Kritis Pemahaman Hadis, (Jakarta: Islamuna Press), Cet. I, hal.
254 7 Muhammad Ajjaj al-Khatib, Uṣūl al-Ḥadīts, (Beirut: Dār al-Fiqr), Cet. I, hal. 25
3
Pada zaman dewasa ini, dimana banyak sekali golongan-golongan yang
menggunakan hadis untuk kepentingan golongan tersebut. Tanpa didasari apakah
hadis tersebut ṣaḥīḥ8, ḍa’īf 9 ataupun mauḍū’10. Hadis-hadis itu adakalanya populer
di masyarakat, bahkan menjadi dasar amalan ibadah mereka, padahal setelah diteliti
hadis-hadis tersebut ternyata palsu. Adapula hadis-hadis yang justru dianggap oleh
sebagian masyarakat sebagai hadis palsu, ternyata setelah diteliti hadis itu ṣaḥīḥ.
Dan ada pula hadis yang ditinggalkan oleh sebagian masyarakat karena dinilai ḍa’īf,
padahal kelemahan hadis itu tidak parah dan didukung oleh dalil-dalil lain yang
lebih kuat, sehingga hadis tersebut tetap layak untuk menjadi landasan beramal.11
Keadaan seperti ini dikarenakan jauhnya jarak antara zaman pembukuan hadis
dengan wafatnya Nabi SAW, yang mengakibatkan banyaknya upaya-upaya untuk
memalsukan hadis. Banyak sekali hadis-hadis ḍa’īf ataupun mauḍū’ yang beredar
di masyarakat, namun dikarenakan keterbatasan, mereka tidak mengetahui bahwa
hadis tersebut bukan berasal dari Rasulullah SAW.12 Dalam ilmu hadis, terdapat
istilah hadis Masyhur.13 Secara bahasa kata Masyhur merupakan ismi maf’ul dari
8 Hadis Ṣaḥiḥ adalah hadis yang bersambung sanadnya, yang diriwayatkan oleh rawi yang
‘adil dan ḍabith dari rawi lain yang juga ‘adil dan ḍabith sampai akhir sanad, dan hadis itu tidak
janggal serta tidak mengandung cacat (‘illat). Lihat Nuruddin ‘Itr, ‘Ulumul Hadis, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. II, hal. 240 9 Hadis ḍa’īf adalah hadis yang kehilangan salah satu syaratnya sebagai hadis ṣaḥīḥ. Syarat-
syarat hadis ṣaḥīḥ yaitu: perawinya ‘adil, dabith ( meskipun tidak sempurna), sanadnya bersambung,
padanya tidak terdapat kerancuan, padanya tidak terdapat ‘illat. Lihat Nuruddin ‘Itr, ‘Ulumul Hadis,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. II, hal. 291 10 Hadis mauḍū’ adalah hadis yang diada-adakan dan dibuat-buat. Lihat Nuruddin ‘Itr,
‘Ulumul Hadis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. II, hal. 3308 11 Ali Mustafa Yaqub, Hadis-Hadis Bermasalah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2006), Cet. IV,
hal. xii 12 Syams al-Din Muhammad ibn Abd al-Rahman al-Sakhawi, Al-Maqashid Al-Hasanah fi
Bayankathir min Al-Hadis Al Mustahirah ‘ala Al- Sunnah, (Beirut: Dār al-Kitāb al-‘Arabī, 1405 H),
Cet. I, juz. 1, hal. 1. 13 Dinamai hadis masyhur karena hadis ini tersebar dalam masyarakat. Sebagian ulama
menamai dengan masyhur, segala hadis ahad yang populer dalam masyarakat, walaupun tidak
mempunyai sanad sama sekali, baik Shahih, daif maupun maudu’. Lihat Teungku Muhammad
4
kata Syahara, yang berarti al-Ma’ruf yaitu diketahui.14 Sedangkan menurut istilah
adalah:
كلطبقةومليبلغحدالتواتر 15 مارواهثالثةفاكثريف
“Hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang rawi atau lebih, pada setiap
tingkatan sanad selama tidak sampai kepada tingkatan mutawatir”
Definisi di atas menjelaskan, bahwa hadis masyhur adalah hadis yang memiliki
perawi sekurang-kurangnya tiga orang pada setiap tingkatan sanad. Selama tidak
pada tingkatan mutawatir.
Hadis masyhur terbagi menjadi dua bagian, yaitu ṣaḥīḥ dan ḍa’īf. Dikatakan
ṣaḥīḥ atau ḍa’īf bukan karena kemasyhurannya, melainkan perawi dari hadis
tersebut.16
Definisi hadis masyhur di atas merupakan definisi secara pustaka. Sedangkan
yang penulis maksud adalah definisi secara operasional yakni hadis-hadis yang
disampaikan atau diketahui oleh masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia populer mempunyai dua pengertian, yaitu diketahui oleh masyarakat dan
mudah dipahami. Jadi hadis yang masyhur atau populer adalah hadis yang didengar
atau disampaikan oleh para pemuka agama sehingga masyarakat mengenal atau
mengetahui hadis tersebut.
Habsyi Ash-Shiddiqy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadis, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), Cet. IV,
hal. 86 14 Ahmad Warson al-Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
(Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1984), hal. 261 15 Mahmud Thahan, Taysir Musṭalaḥ al-Ḥadīs, hal. 22 16 Teungku Muhammad Habsyi Ash-Shiddiqy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadis, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1976), Cet. IV, hal. 70
5
Sebagaimana yang kita ketahui, bahwasanya Allah SWT telah memerintahkan
kepada kita untuk meneliti atau memverifikasi segala sesuatu hal yang akan
diterima maupun disampaikan, sebab ditakutkan terdapat kelompok yang
menggunakan hadis-hadis palsu demi kepentingan kelompok tersebut. Proses ini
dilakukan agar kita tidak termasuk orang-orang yang telah dipersiapkan neraka
kelak di akhirat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang berbunyi :
ح ش ي خام ن س ع ت ث ن يه اب ن ه بـ يـ ر ة ق ال ح د ثـ ن ااب ن ل يع ة ق ال ثـ ن اح س ن ب ن م وس ىح د يـ ح د ر ع ل ىم ص ر ب ن س ع د ب ن ع ب اد ة ال ن ص ار يو ه و أ نه س ع قـ ي س ت يمال ي ش ان أ ب يـ ي د ث س ع ت ق ول
تا بـ يـ النار أ و ن عام م ض ج ب ةم تـ ع م دافـ ل يـ تـ بـ وأ ك ذ ع ل ي ك ذ ب م ن ع ل ي ه و س لم يـ ق ول الل ص لىالل ر س ول 17 نم ج ه يف
“Telah menceritakan kepada kami Hasan b. Musa telah menceritakan kepada
kami Ibnu Lahi'ah berkata; telah menceritakannya kepadaku Ibnu Hubairoh
berkata; saya telah mendengar seseorang dari Himyar menceritakan kepada Abu
Tamim Al Jaisyani telah mendengar Qais b. Sa'd b. 'Ubadah Al Anshori ketika
berada di Mesir berkata; saya mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam
bersabda: "Barangsiapa yang berdusta sekali dengan sengaja maka bersiaplah
menempati tempat tidurnya di neraka atau rumahnya di Jahannam."
Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi awal kepada masyarakat
Islam tentang beberapa hadis yang disampaikan oleh para khatib, dimana hadis-
hadis itu bisa berkualitas ḍa’īf.18
Sebagai penilitian pendahuluan, penulis pada tanggal 17 Februari 2017
mengikuti khutbah di Masjid al-Huda, Tembalang, Semarang. Di dalam
khutbahnya, khatib menyampaikan satu hadis tanpa didahului oleh sanad dan juga
perawinya. Yaitu:
17 Abī ‘Abdillah Aḥmad bin Ḥanbal, Musnad Aḥmad bin Ḥanbal, (Riyaḍ: Baitul Afkār),
hal. 1084, no. hadis 15561 18 Ali Mustafa Yaqub, Hadis-Hadis Palsu Seputar Ramadhan, (Jakarta: Pustaka Firdaus,
2003), Cet. I, hal. 9
6
ي ان ال و ط ن م ن اإل ح ب
Hadis ini termasuk hadis populer dikalangan masyarakat. Namun para ulama
hadis sepakat bahwa hadis tersebut adalah hadis mauḍu’ (palsu). Imam al-Suyuti
misalnya, ketika mengomentari hadis tersebut beliau berkata, lam aqif ‘alaih (saya
tidak menemukannya). Begitu pula imam al-Sakhawi juga mengatakan seperti itu,
meskipun menurutnya substansi hadis ini ṣaḥīḥ.
Imam Hasan b. Muhammad al-Shagani, pengarang kitab al-Masyāriq, seperti
dinukil oleh Imam al-‘Ajlūnī, juga menegaskan bahwa hadis tersebut mauḍu’.
Begitu pula Imam Syeikh Muhammad Darwisy al-Hut. Karenanya, kepalsuan hadis
tersebut tampaknya tidak perlu dipermasalahkan lagi.19
Penulis memilih kota Semarang sebagai tempat penelitian, dikarenakan
Semarang merupakan ibu kota Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif, Kota
Semarang terbagi atas 16 wilayah kecamatan dan 177 kelurahan. Luas wilayah kota
kota Semarang tercatat 373,70 km2. Dengan luas tersebut Semarang menjadi kota
metropolitan terbesar kelima di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Bandung dan
Medan.20
Semarang dikenal sebagai kota dengan masyarakat multikultur. Hal ini dilihat
dari perpaduan etnis dan suku yang tinggal di kota ini salah satu contohnya yaitu
tempat peribadatan dari berbagai kepercayaan yang berdiri disana. Seperti Masjid
Agung Jawa Tengah tempat beribadah agama Islam. Klenteng Sam Poo Kong
19 Ali Mustafa Yaqub, Hadis-Hadis Bermasalah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2006), Cet.
IV, hal. 74-75 20 Katalog 1102001.3374, Kota Semarang Dalam Angka, (Semarang: BPS, 2016), hal. 2.
7
tempat beribadah agama Kong Hu Cu, Gereja Katedral Santa Perawan Maria
tempat beribadah agama Kristen, Pura Giri Natha tempat beribadah agama Hindu
dan Vihara Buddhagaya Watugong tempat beribadah agama Budha. Keragaman
budaya yang sudah melekat dari masa lalu membuat masyarakat terbiasa hidup
berdampingan. Kondisi ini menjadi kekuatan bagi masyarakat Semarang. Mereka
tidak mudah diprovokasi dan konflik sosial jarang terjadi. Oleh karena itu,
Semarang memiliki julukan “Kota ATLAS” yang berarti kota Aman, Tertib,
Lancar, Asri dan Sehat. Julukan tersebut tidak serta merta langsung disandarkan,
akan tetapi julukan ATLAS merupakan representasi dari masyarakat-
masyarakatnya.21
B. Identifikasi Masalah
Dari paparan latar belakang di atas, maka dapat diketahui identifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Peran para khatib di Semarang dalam menyebarkan hadis.
2. Akurasi para khatib dalam mengutip sebuah hadis.
3. Kualitas hadis-hadis yang diterima oleh masyarakat Semarang.
C. Batasan dan Rumusan Masalah
Penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini berangkat dari realitas bahwa di
era modern ini, banyak sekali hadis-hadis ḍa’īf maupun mauḍu’ dimana hadis-hadis
tersebut berkembang di masyarakat. Agar pembahasan dalam skripsi ini terarah dan
21 Rockefeller Foundation, Semarang Tangguh: Bergerak Bersama Menuju Semarang
Tangguh, (Semarang, Mei 2016), Cet I, hal. 40.
8
menghindari pembahasan-pembahasan yang tidak fokus, maka penulis membatasi
permasalahannya pada:
1. Pembahasan hadis-hadis yang disampaikan oleh para khatib di Semarang.
2. Penelitian ini akan memaparkan hadis-hadis yang disampailan oleh khatib
pada khutbah Jum’at di tiga masjid besar sebanyak 4 khutbah. Pertama
Masjid Agung Jawa Tengah, karena masjid ini dapat menampung 16.000
jama’ah dan merupakan masjid provinsi bagi provinsi Jawa Tengah. Kedua
Masjid Baiturrahman, Masjid ini diresmikan oleh presiden Soeharto pada
15 Desember 1974. Selain sebagai tempat peribadatan, masjid ini juga
menjadi pusat dakwah Islam. Keberadaan masjid ini menjadi kebanggaan
warga Semarang, apalagi lokasinya berada di Simpang Lima yang
merupakan pusat kota Semarang. Ketiga Masjid al-Azhar, Masjid ini dapat
menampung lebih dari 10.000 jama’ah. Masjid ini juga merupakan masjid
pusat bagi warga sekitar dan tak jarang kegiatan-kegiatan islami besar
dilakukan disana.22
Setelah itu penulis akan mengumpulkan hadis-hadis tersebut untuk di-takhrīj
dan memetakan berdasarkan kualitas hadisnya. Peneliti memilih khutbah Jum’at
dikarenakan pada waktu tersebut banyak kaum muslimin yang berkumpul dan
penyebaran agama yang ideal ialah ketika banyak kaum muslimin berkumpul
didalam satu tempat dan waktu yang sama.
22 Katalog 1102001.3374, Kota Semarang Dalam Angka, (Semarang: BPS, 2016), h. 326.
9
Berdasarkan pembatasan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis akan
merumuskannya dengan sebuah pertanyaan, yaitu: Bagaimana kualitas hadis-hadis
yang disampaikan oleh para khatib di 3 masjid jami’ Semarang, Jawa Tengah?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hadis-hadis apa saja yang disampaikan oleh para khatib
di kabupaten Semarang.
2. Untuk mengetahui kualitas hadis-hadis yang dijadikan dalil oleh khatib di
kabupaten Semarang.
3. Untuk menambah khazanah keilmuan penulis untuk menentukan kualitas
sebuah hadis.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini anatara lain sebagai berikut:
1. Dari Segi Akademis: Diharapkan penelitian ini dapat memberikan
informasi dan memperkaya khazanah keislaman khususnya dibidang hadis-
hadis yang sering dan populer digunakan serta didengar oleh masyarakat.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi sebagai
acuan pengembangan wawasan keilmuan yang berkaitan dengan hadis-
hadis yang berkembang di masyarakat.
F. Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari suatu objek
yang dapat diambil dan diteliti. Data yang diperlukan dalam penelitian ini
10
bersumber dari dokumen perpustakaan tertulis (library research) maka
pengumpulannya ialah dengan cara menelususi kitab-kitab, buku ilmiah, dan
referensi tertulis lainnya.23 Penelitian kepustakaan dilakukan untuk mencari
informasi seputar hadis dari kitab-kitab hadis. Sebagai data primer, yakni kitab
Ṣaḥīḥ Bukhārī, Ṣaḥīḥ Muslim, Sunan Abī Dāud, Sunan Ibnu Mājah, Sunan Tirmidzī,
Sunan Nasā`ī. Dan kitab-kitab hadis lainnya seperti Mauṣū’ah Aṭrāf al-ḥadīs,
Mu’jam Mufahras li Alfāz al-ḥadīs al-Nabawī, Tuḥfatul al-Asyrāf serta buku-buku
umum lainnya yang berkaitan dengan penelitian sebagai data sekunder. Adapun
objek kajian dalam penelitian ini adalah hadis-hadis yang terdapat dalam teks
khutbah. Data-data terkumpul kemudian diolah dan dibahas dengan menggunakan
metode analisa takhrīj.
Sedangkan teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan
Skripsi, Tesis dan Pedoman Akademik Fakultas Ushuluddin dan Filsafat 2006/2007
yang diterbitkan oleh fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah.
G. Kajian Pustaka
Setelah mencari dan menulusuri kumpulan tulisan dalam bentuk skripsi, tesis,
dan disertasi di perpustakaan UIN Jakarta, penulis menemukan banyak tulisan-
tulisan yang berkaitan dengan kepopuleran hadis di masyarakat. Terlepas dari
skripsi, tesis, dan disertasi, penulis juga menemukan tema kepopuleran hadis dalam
bentuk buku.
23 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002), hal. 3.
11
Salah satu tulisan yang mengangkat tema kepopuleran hadis di masyarakat
yaitu penelitian skripsi yang dilakukan oleh Rizza Kurniatillah yang berjudul
“Hadis-Hadis Populer di Majelis Ta’lim Kecamatan Sawangan Kota Depok” tahun
2012 pada program studi Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Menurut penulis skripsi ini kurang komprehensif, dikarenakan di dalamnya
hanya disebutkan hadis-hadisnya saja, tanpa melakukan penelitian lanjutan seperti
takhrij, dan juga tidak diklasifikasikan berdasarkan kualitas dari hadis itu sendiri.
Kemudian skripsi yang dilakukan oleh Deni Rahman S yang berjudul
“Popularitas Hadis-Hadis Mauḍū’” tahun 2007 pada program studi Tafsir Hadis
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Disini penulis juga menemukan beberapa kekurangan, salah satunya yaitu
penelitian ini hanya fokus pada hadis-hadis mauḍū’ saja dan tidak bersifat
universal.
Kemudian buku yang di tulis Ali Mustafa Yakub yang berjudul “hadis-hadis
bermasalah”. Didalamnya penulis memaparkan beberapa hadis populer yang
didalamnya terdapat masalah baik dari segi sanad maupun matannya.
Tulisan yang mengangkat tema kepopuleran hadis di masyarakat lainnya
adalah yang di tulis oleh al-Ajluni yaitu Kasyf al-Khafa` wa Muzīl al-Ilbās.
Didalamnya penulis menyuguhkan hadis-hadis populer yang ada pada masanya.
Adapun sistem penulisannya yaitu dikelompokkan berdasarkan tema.
12
Adapula kitab yang membahas tentang hadis-hadis mutawatir, yaitu yang
ditulis oleh imam Suyuṭi yang berjudul al-Azhar al-Mutanātsirah fi al-akbār al-
Mutawaṭṭirah.
Kemudian kitab yang ditulis oleh Ja’far al-Kittānī yang berjudul Naḍam al-
Mutanāsirah bin al-Hadīts al-Mutawaṭṭir. Yang membahas tentang hadis-hadis
populer pada masa itu yang mutawattir.
H. Sistematika Penulisan
Agar penelitian ini lebih sistematis dalam penguraiannya, maka penulisan
skripsi ini ditulis perbab, yaitu:
Bab pertama yakni bab pendahuluan, penulis perlu membahas latar belakang
masalah yaitu gambaran umum penelitian yang akan diteliti, pembatasan dan
rumusan masalah agar penelitiannya lebih fokus, kajian pustaka hal ini sangatlah
penting agar masalah yang dibahas dalam penelitian ini tidak sama dengan
penelitian yang sudah ada, kemudian metodologi penelitian agar penelitian menjadi
lebih terstruktur dan juga sistematika penulisan dari penelitian ini.
Bab kedua, penulis mencoba membahas tentang kondisi wilayah Semarang dari
berbagai aspek, seperti aspek geografis, aspek keagamaan. Disini penulis mencoba
mendeskripsikan kondisi beragama di Semarang. Serta definisi dari teks dan
otoritas. Dimana keduanya merupakan poin penting dalam penyebaran agama
Islam.
Selanjutnya pada bab ketiga peneliti mengumpulkan data hadis-hadis yang
didapat dari tiga masjid besar di Semarang yang digunakan oleh para khatib dan
13
mengumpulkannya menjadi satu. Selanjutnya penulis akan meniliti hadis tersebut
dengan cara men-takhrīj hadis-hadis yang disampaikan. Setelah itu penulis akan
melakukan kritik sanad dan menverifikasi keakuratan dalam menyampaikan hadis.
Setelah penelitian tersebut selesai maka peneliti memberikan kesimpulan guna
mengetahui dari pembatasan dan perumusan masalah. Kemudian menuliskan saran
agar kita mengetahui kelemahan kita dalam penelitian ini dan memberikan jalan
terhadap peneliti selanjutnya pada karya-karya yang lain.
14
BAB II
GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG JAWA TENGAH DAN
KONSEP TEKS DAN OTORITAS
A. Letak Geografis Kota Semarang
Dalam bab ini penulis akan memaparkan objek kajian penelitian guna
memberikan penjelasan awal mengenai objek yang berkaitan dengan judul skripsi
ini. Baik itu berupa geografisnya maupun keadaan masyarakatnya.
Kota Semarang terletak antara garis 6°50`-7°10`Lintang Selatan dan garis
109°35`-110°50` Bujur Timur. Dibatasi sebelah barat dengan kabupaten Kendal,
sebelah timur dengan kabupaten Demak, sebelah selatan dengan Semarang dan
sebelah Utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai meliputi 13,6
km. Ketinggian kota Semarang terletak antara 0,75 sampai dengan 358,00 di atas
garis pantai.
Secara administratif, kota Semarang terbagi atas 16 wilayah kecamatan dan
177 kelurahan. Luas wilayah kota Semarang tercatat 373,70 km2. Luas yang ada,
terdiri dari 39,56 km2 (10,59 %) tanah sawah dan 334,14 km2 (89,41 %) bukan
lahan sawah. Menurut penggunaannya, luas tanah sawah terbesar merupakan tanah
sawah tadah hujan (53,12 %), dan hanya sekitar 19,97 % nya saja yang dapat
ditanami dua kali. Lahan kering sebagian besar digunakan untuk tanah pekarangan
atau tanah untuk bangunan dan halaman sekitar 42,17 % dari total lahan bukan
sawah.1
1 Katalog 1102001.3374, Kota Semarang Dalam Angka, (Semarang: BPS, 2016), h. 2.
15
Kota Semarang dengan luas wilayah sebesar 73,70 km2 terdiri dari 16
kecamatan dan 177 kelurahan. Kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah
Kecamatan Mijen yaitu 57,55 km2, diikuti oleh Kecamatan Gunungpati dengan luas
wilayahnya sebesar 54,11 km2, sedangkan kecamatan yang terkecil wilayahnya
adalah Kecamatan Semarang Selatan yaitu sebesar 5,9 km2.2
B. Demografi Kota Semarang
1. Kependudukan
Berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2016, jumlah penduduk kota
Semarang tercatat sebesar 1.595.267 jiwa dengan pertumbuhan penduduk selama
tahun 2016 sebesar 0,65 %. Kondisi tersebut memberi arti bahwa pembangunan
kependudukan, khususnya usaha untuk menurunkan jumlah kelahiran, memberikan
hasil yang nyata.
Sekitar 71,55 % penduduk kota Semarang berumur produktif (15-64) tahun,
sehingga angka beban tanggungan, yaitu peerbandingan antara penduduk usia
produktif dengan penduduk usia tidak produktif (0-14 dan 65 tahun ke atas) pada
tahun 2016 sebesar 9,77 % yang berarti 100 orang penduduk usia produktif
menanggung 40 orang penduduk usia tidak produktif.
Dalam kurun waktu 5 tahun (2012-2016), kepadatan penduduk cenderung naik
seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Di sisi lain, penyebaran penduduk di
masing-masing kecamatan belum merata. Di wilayah kota Semarang, tercatat
Kecamatan Semarang Selatan sebagai wilayah terpadat, sedangkan Kecamatan
Mijen merupakan wilayah yang kepadatannya paling rendah.
2 Katalog 1102001.3374, Kota Semarang Dalam Angka, (Semarang: BPS, 2016), h. 10.
16
2. Ekonomi
Peran daerah dalam mendukung perekonomian nasional cukup besar. Namun
sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional, peran tersebut menjadi
belum optimal. Fenomena perekonomian saat ini cenderung menuntut adanya peran
aktif dari para eksekutif untuk lebih banyak menggali potensi perekonomian
daerahnyam serta memainkan peranan yang lebih besar dalam merangsang aktifitas
ekonomi daerah.
Pembangunan di kota Semarang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat
yang adil, makmur, merata material dan spiritual. Dalam rangka mendukung
pembangunan daerah Propinsi Jawa Tengah, serta bertujuan mengembangkan
potensi perekonomian daerah secara optimal. Pertumbuhan ekonomi disamping
dapat berdampak pada peningkatan pendapatan perkapita, juga akan berpengaruh
pada pendapatan pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh angka PDRB.
Beberapa tahun terakhir selalu terjadi kenaikan, ini berarti daerah semakn mampu
menggali potensi ekonomi yang ada, sehingga akan semakin besar PDRB-nya
Ada 2 sektor yang cukup besar sumbangannya dalam Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku, yaitu sektor perdagangan, hotel,
restoran dan sektor industri pengolahan.3
Sejalan dengan laju perkembangan dan pertumbuhan penduduk, untuk sektor
tenaga kerja ini diprioritaskan pada penciptaan perluasan dan pemerataan
kesempatan kerja serta perlindungan tenaga kerja. Dari data yang ada, berikut tabel
persentase penduduk bekerja menurut mata pencaharian:
3 Katalog 1102001.3374, Kota Semarang Dalam Angka, (Semarang: BPS, 2016), h. 623.
17
Persentase Penduduk Bekerja Menurut Mata Pencaharian Tahun 20164
No Mata Pencaharian Jumlah persentase
1 Buruh Industri 25,65%
2 PNS dan TNI/Polri 13,76%
3 Pedagang 20,23%
4 Buruh Bangunan 12,02%
5 Pensiunan 5,77%
6 Petani Sendiri 3,91%
7 Angkutan 3,71%
8 Buruh Tani 2,69%
9 Nelayan 0,39%
10 Lainnya 11,87%
Sumber Data: Katalog 1102001.3374, Semarang Dalam Angka
3. Pendidikan
Pembangunan pada sektor pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas
manusia Indonesia yang cerdas dan terampil yang diikuti rasa percaya diri serta
sikap dan perilaku inovatif, disamping itu merupakan proses budaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia yang berlangsung seumur hidup dan
didalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Perkembangan tingkat
partisipasi sekolah haruslah diimbangi dengan penydiaan sarana fisik pendidikan
maupun tenaga guru yang memadai.
4 Katalog 1102001.3374, Kota Semarang Dalam Angka, (Semarang: BPS, 2016), h. 124.
18
Pembangunan budaya diupayakan untuk pembinaan, pengembangan dan
kelestarian budaya daerah sebagai budaya nasional. Kelompok-kelompok seni
budaya, termasuk budaya tradisional terus dimotivasi dan didorong semangatnya
untuk menekuni seni yang diminati, dengan menonjolkan pengembangan kreasi
dalam rangka memenuhi keinginan masyarakat yang haus akan inovasi. Bahkan
Pemerintah Daerah kota Semarang telah memberikan suatu tempat yaitu Raden
Saleh dimana disana tersedia berbagai fasilitas, seperti panggung tertutup dan
sanggar.5
Banyaknya Murid Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2016
Sumber Data: Katalog 1102001.3374, Semarang Dalam Angka
5 Katalog 1102001.3374, Kota Semarang Dalam Angka, (Semarang: BPS, 2016), h. 185.
37372
99274
65935
31466
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
TK SD SMP SMA
19
Jumlah Sekolah di Kota Semarang Tahun 2016
Sumber Data: Katalog 1102001.3374, Semarang Dalam Angka
4. Agama
Kerukunan umat beragama merupakan modal yang sangat berharga bagi
kelangsungan kehidupan seluruh masyarakat Indonesia. Kerukunan umat beragama
adalah sesuatu yang dinamis yang dapat berubah sesuai dengan perilaku para
pendukungnya. Oleh karena itu perilaku para pemimpin agama dan juga tokoh
masyarakat memegang peranan penting dalam menjaga suasana kondusif. Disinilah
arti pentingnya hubungan antar umat beragama yaitu hubungan komunikatif yang
tidak terbatas pada tokoh agama saja tetapi juga melibatkan para tokoh masyarakat
dan pejabat pemerintahan.
Kemajemukan masyarakat merupakan suatu hal yang unik. Masyarakat
majemuk dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu: pertama, kemajemukan
masyarakat yang didasarkan pada ukuran ekonomi. Kedua, kemajemukan dalam
hal pekerjaan yang berlainan. Ketiga, adalah kemajemukan menurut adat, yaitu
SD; 512
SMP; 181
SMA; 73SMK; 89
0
100
200
300
400
500
600
SD SMP SMA SMK
20
aturan-aturan untuk berperilaku yang dianggap tepat bagi suatu masyarakat sesuai
dengan waktu dan tempat yang digunakan. Forum lintas agama di kota Semarang
merupakan wadah yang unik. Forum lintas agama di kota Semarang di dalamnya
terdapat unsur pejabat pemerintah kota, unsur tokoh agama, unsur toko masyarakat
dan unsur tokoh organisasi keagamaan yang berlatar belakang dari berbagai agama.
Pemerintah kota Semarang memfasilitasi Forum lintas agama ini untuk menunang
program kerja yang diarahkan untuk terciptanya harmonisasi dengan sesama
ciptaan Tuhan menuju kesejahteraan lahir batin.
Aktifitas forum lintas agama di kota Semarang ini menjadi daya tarik sendiri
bagi para pegiat hubungan lintas agama di Jawa Tengah pada khususnya dan
Indonesia pada umumnya. Oleh karenanya forum lintas agama merupakan kearifan
lokal Semarang yang dapat dijadikan sebagai salah satu model hubungan antar umat
beragama di Indonesia. Gesekan kepentingan masyarakat terkadang juga bermuatan
isu agama. Pemerintah kota Semarang sangat fokus untuk meminimalisir gesekan
yang mungkin terjadi dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat termasuk di
dalamnya tokoh atau pemuka agama. Peran tokoh agama dan tokoh masyarakat
dituntut untuk ikut serta memecahkan preblematika ini. Untuk mewadahi berbagai
kepentingan yang terkait dengan hubungan lintas agama, di Semarang sudah
terdapat berbagai forum dan juga paguyuban di antaranya adalah Forum Kerukunan
Umat Beragama (FKUB), Paguyuban Petamas (Pemerintah Tokoh Agama Tokoh
21
Masyarakat), Interfaith, Forkhagama (Forum Keadilan dan Hak Asasi Umat
Beragama).6
Terdapat bermacam-macam agama di muka bumi ini adalah kenyataan yang
tak terelakkan. Kaum skeptis, positivis dan naturalis berkata, adanya macam-
macam agama dengan doktrin tang berbeda-beda itu justru menunjukan bahwa
tidak ada satu pun agama yang benar dan layak dipercaya. Cukuplah perbedaan dan
perselisihan itu merobohkan keseluruhan bangunan agama. Sebab, tidak satu pun
kriteria pun yang dapat memastikan kebenarannya. Penganut relativisme dengan
polos berpendapat bahwa semua agama sama benarnya. Kebenaran bukan
monopoli satu agam tertentu. Tidak boleh pemeluk suatu agama menyalahkan atau
menganggap sesat penganut agama lain.7
C. Teks Hadis dan Otoritas Khatib
1. Definisi Teks
Dalam bahasa-bahasa Eropa, teks berarti suatu jalinan relasi-relasi semantis
struktural yang melampaui batas-batas kalimat dalam pengertian gramatikal, suatu
makna yang didukung oleh akar kata utamanya dari bahasa Latin. Tidak demikian
halnya dalam bahasa Arab. Jika diteliti berbagai makna yang terdapat dalam kamus
Lisān al-‘Arab karya Ibnu al-Manzhur bisa disimpulkan bahwa makna utama dari
kata an-Nashsh adalah tampak dan tersingkap8
6 Ali Imron HS, “Kearifan Lokal Hubungan Antar Umat Beragama di Kota Semarang”,
vol. 5 No. 1, Riptek 2011, hal. 7 7 Syamsuddin Arif, Orientalis dan Diabolisme Pemikiran, (Jakarta: Gema Insani, 2008),
Cet. 1, h. 81 8 Nasr Hamid Abu Zaid, Teks Otoritas Kebenaran, terj. Sunarwoto Dema, (Yogyakarta:
Lkis, 2012), hal. 180.
22
Abu Zaid menyatakan bahwa teks-teks agama merupakan teks-teks linguistik.
Pendapat bahwa teks-teks bersifat ketuhanan, dan bersikukuh dengan watak
ketuhanannya itu, membawa konsekuensi bahwa manusia dengan metodenya tidak
mampu memahaminya selama tidak ada campur tangan Tuhan. Pandangan yang
demikian, yang dikatakan oleh orang-orang Sufi, menjadikan teks-teks agama
tertutup bagi pemahaman manusia. Namun, jika dipahami bahwa teks-teks agama
merupakan teks-teks manusiawi lantaran ia terkait dengan bahasa dan peradaban
dalam rentang masa sejarah tertentu, maka teks-teks tersebut sudah tentu
merupakan teks historis yang tidak lepas dari sistem budaya di mana teks dianggap
sebagai bagian darinya.9 Teks-teks yang menghasilkan pengetahuan dalam bahasa
Arab dibatasi oleh otoritas teks, dan tugas akal terbatas hanya memunculkan teks
dari teks-teks yang mendahului. al-Qur’an adalah teks pokok dan sentral dalam
budaya karena mencakup semua teks yang mendahuluinya yang darinya lahirlah
teks Sunnah yang kemudian mengalami transformasi. Berkat asy-Syafi’i dari teks
yang notabennya sebagai penjelas menjadi teks yang berisi hukum. Dari kedua teks
itu (al-Qur’an dan Sunnah) lahirlah teks Ijma’ yang juga menjadi teks hukum dan
datanglah Qiyās (analogi hukum) untuk menetapkan proses produksi teks-teks.10
Sedangkan menurut ‘Ali Harb11, teks bukan sekedar medium bagi ilmu
pengetahuan, melainkan ia sendiri adalah obyek pengetahuan yang berdiri sendiri.
9 Nasr Hamid Abu Zaid, Kritik Wacana Agama, (Yogyakarta: LkiS, 2003), hal. 215-216. 10 Nasr Hamid Abu Zaid, Teks Otoritas Kebenaran, terj. Sunarwoto Dema, (Yogyakarta:
Lkis, 2012), hal. 9 11 ‘Ali Harb adalah seorang pemikir kelahiran Lebanon pada tahun 1941. Perhatian utama
‘Ali Harb adalah dalam bidang pemikiran bukan pada sastra atau seni, walaupun ia banyak
menggunakan teori sastra dan filsafat dalam teori tentang teks. Pergumulannya dengan aliran Barat
Kontemporer dan analisanya yang sedemikian kontroversi terhadap Islam membuat ‘Ali Harb
disejajarkan dengan pemikir muslim kontroversial, radikal dan transformatif seperti Muḥammad
Arkoun (Aljazair), Muḥammad ‘Ābid al-Jābirī (Maroko), Naṣr Ḥāmid abū Zayd (Mesir), dan lain-
23
Bagi ‘Ali Harb teks adalah segala sesuatu yang eksis atau menyerupai definisi teks
yang dikemukakan oleh Jacques Derrida yaitu teks adalah lapangan sekaligus
wahana kreativitas berpikir kritis. Adapun konsepsi ‘Ali Harb tentang teks adalah
yang pertama teks merupakan simbolisasi, dimana teks bukanlah wilayah dangkal
yang transparan maknanya atau kedalaman yang di dalamnya tersimpan suatu
makna, melainkan bagian yang kedalamannya beragam sehingga tidak bisa
dipastikan. Adapun yang kedua ialah teks merupakan wacana dan bukan realitas,
‘Ali Harb menilai bahwa teks adalah wujud yang independen, baik dari unsur
penyusunnya maupun realitas-realitas luar supaya bisa dieksiskan di tengah-tengah
realitas yang ada. Teks baginya adalah wacana yang sempurna setelah diakui dan
diresmikan. Sedangkan yang ketiga ialah pada dasarnya semua teks apapun
bentuknya adalah sama. Hal yang membuat sebuah teks tampak berbeda dengan
yang lainnya, ada pada sisi kekuatan dan kekokohan yang melandasinya. Adapun
kekuatan teks, terletak pada penghalangannya. Sebuah teks terasa kian kokoh ketika
ia tidak jelas dan samar. Ia pun makin tampak kuat, apabila tersedia keragaman dan
perbedaan di dalamnya. Karena itu dalam pandangan ‘Ali Harb, tidak ada bedanya
antara teks al-Qur’an atau hadis dengan teks-teks lain.12
Ketika seseorang berinteraksi dengan teks, maka ia harus bertolak dari dua
segi: Segi pertama, adalah segi historis yang dalam arti semiologis bertujuan untuk
menempatkan teks-teks tersebut pada konteksnya dalam upaya menyingkap
maknanya yang asli, kemudian memasuki konteks historis, dan selanjutnya konteks
lain. Bashri Asy’ari, “Kritik ‘Ali Harb Terhadap Pembacaan Teks”, Mutawātir: Jurnal Keilmuan
Tafsir Hadis Volume 2, No. 2 (Desember 2012), hal. 165 12 Bashri Asy’ari, “Kritik ‘Ali Harb Terhadap Pembacaan Teks”, Mutawātir: Jurnal
Keilmuan Tafsir Hadis Volume 2, No. 2 (Desember 2012), hal. 167-171
24
bahasa yang khusus dari teks-teks tersebut. Segi kedua, adalah segi konteks sosio-
kultural pada masa itu yang menjadi pendorong untuk adanya suatu interpretasi
kepada teks-teks tersebut. Keduanya semata-mata untuk membedakan antara
“makna asli” yang bersifat historis dengan “signifikansi” yang mungkin dipahami
dari makna-makna itu.13
Satu hal yang tidak dapat dihindari oleh siapa pun adalah suatu kenyataan
bahwa perintah-perintah Tuhan selalu bertumpu pada teks, sedang teks itu sendiri
sepenuhnya bersandar pada alat perantara yaitu bahasa. Bahasa inilah yang menjadi
sumber silang pendapat sepanjang masa, karena ia tidak lain dan tidak bukan adalah
hasil kesepakatan komunitas dan ciptaan budaya manusia. Dengan begitu
tampaknya bahasa memiliki realitas objektif tersendiri, karena maknanya tidak
dapat ditentukan secara efektif dan sepihak, baik oleh pengarang maupun oleh
pembaca. Oleh karena kompleksnya persoalan yang dihadapi oleh masyarakat
penentu makna, maka pemahaman teks tidak dapat ditentukan oleh kelompok yang
mana pun, baik oleh pengarang, maupun pembaca secara sepihak. Pemahaman teks
seharusnya merupakan produk interaksi yang hidup antara pengarang, teks, dan
pembaca. Ijtihad sebenarnya terkandung arti adanya peran aktif dan interaksi yang
hidup dan dinamis anatara ketiga elemen pelaku tersebut.14
Ketika proses pemahaman teks yang sesungguhnya bersifat interpretatif
ditutup, maka seseorang atau kelompok telah memasuki wilayah tindakan yang
bersifat sewenang-wenang. Jika seorang pembaca mencoba menutup rapat-rapat
13 Hilman Latief, Nasr Hamid Abu Zaid Kritik Teks Keagamaan, (Yogyakarta: Elsaq Press,
2003), hal. 127. 14 Khaled M. Abou Fadhl, Atas Nama Tuhan “Dari Fiqih otoriter ke Fiqih Otoritatif), terj.
R. Cecep Lukman Yasin, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2004), hal. XI
25
teks dalam pangkuan makna tertentu atau memaksa tafsiran tunggal, maka tindakan
ini berisiko tinggi untuk melanggar integritas pengarang dan bahkan integritas teks
itu sendiri.15
Sering kali sikap-sikap menentang khususnya dalam kancah pemikiran,
disebabkan oleh ketidaktahuan atau adanya proses kekaburan yang timbul dari
anggapan buruk bahwa apa yang ada dalam pikiran identik dengan apa yang ada
dalam kenyataan. Tingkat kerancuan ini dan ketidakpahaman yang ditimbulkannya
serta penentangan dan permusuhan sebagai kelanjutannya kian bertambah
kompleks ketika apa yang ada dalam pikiran tersebut merupakan sesuatu yang kuno
dan berakar dalam. Sebab kekunoan itu telah memberinya sifat kepurbaan, suatu
sifat yang membuatnya bernilai otoritatif dan tidak dapat diotak-atik atau didekati,
karena merupakan otoritas suci.16
Interpretasi terhadap teks-teks agama (al-Qur’an dan hadis), bagi wacana
agama, merupakan salah satu mekanisme yang sangat penting untuk melontarkan
konsep-konsep dan pandangan-pandangannya. Interpretasi yang sejati, yaitu yang
menghasilkan makna teks, menuntut pengungkapan makna melalui analisis atas
berbagai level konteks. Namun, wacana agama biasanya mengabaikan beberapa
level konteks ini, tidak mengabaikan keseluruhannya, demi memproteksi pelacakan
makna yang telah ditentukan sebelumnya. Satu hal yang pasti adalah bahwa upaya
membongkar fenomena mengapa konteks diabaikan merupakan langkah mendasar
untuk membangun kesadaran ilmiah terhadap teks-teks agama dan norma-norma
15 Khaled M. Abou Fadhl, Atas Nama Tuhan “Dari Fiqih otoriter ke Fiqih Otoritatif), hal.
XII 16 Nasr Hamid Abu Zaid, Teks Otoritas Kebenaran, terj. Sunarwoto Dema, (Yogyakarta:
Lkis, 2012), hal. 85.
26
pembentukan maknanya. Teks agama tidak terpisah dari struktur budaya tempat ia
terbentuk. Sumber teks tersebut tidak mengenyampingkan sama sekali hakikat
keberadaannya sebagai teks linguistik dengan segala implikasi kebahasaannya.
Teks terkait dengan ruang dan waktu dalam pengertian historis dan sosiologis. 17
Bahasa merupakan medium penting dalam teks agama. Setiap teks memiliki
bahasanya sendiri, atau medium sekundernya, di dalam sistem bahasa yang umum.
Melalui bahasa sekunder inilah teks-teks agama melontarkan ideologi baru,
ideologi yang pakai teks agama untuk merekonstruksi kesadaran pembacanya.
Namun, meskipun ideologi tersebut baru, namun tidak baru sama sekali, sebab
bagaimanapun juga teks pada akhirnya cenderung pada ideologi yang cenderung
memberikan harapan-harapan awalnya bagi perkembangan kebudayaan.18
2. Definisi Otoritas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud otoritas adalah
kekuasaan yang sah yang diberikan kepada lembaga dalam masyarakat yang
memungkinkan para pejabatnya menjalankan fungsinya. Diartikan juga sebagai
dominasi, kekuasaan, kekuatan dan pengaruh. Pembahasan otoritas nampaknya
sangat penting bagi Abou Fadhl19, karena baginya tanpa otoritas maka yang terjadi
17 Nasr Hamid Abu Zaid, Teks Otoritas Kebenaran, hal. 111. 18 Nasr Hamid Abu Zaid, Teks Otoritas Kebenaran, hal. 121-122 19 Khaled M Abou Fadhl adalah seorang pemikir hukum Islam kelahiran Kuwait pada tahun
1963. Sejak umur enam tahun, ia telah belajar di Madrasah al-Azhar Mesir yang saat itu sedang
mengalami masa transisi dari paham moderat ke paham Wahabi. Sehingga sampai pada usia remaja,
Khaled sangat getol menyebarkan dan membela paham yang lahir di Saudi Arabia ini, namun
kemudian ia berubah 180 derajat mengkritik paham ini karena dinilai telah mengekang kebebasan
berpikir dan bertindak sewenang-wenang. Selain mengajar di beberapa universitas dan melayani
undangan dan permintaan selaku narasumber pada beberapa seminar dan forum diskusi, Khaled juga
melakukan advokasi pada bidang pembelaan HAM, hak-hak imigran dan diangkat oleh Presiden
Amerika Serikat, George W. Bush sebagai salah satu anggota Komisi Internasional Kebebasan
Beragama. Khaled juga melayani di Dewan Penasehat Watch Timur Tengah. Yusriandi,
27
adalah beragama secara subjektif, relatif dan individual. Secara umum sifat dasar
otoritas adalah menempatkan kemampuan untuk membuat pihak lain melakukan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan pihak yang
mempunyai otoritas.20
Khaled M Abou Fadhl mendefinisikan otoritas dengan dua bentuk yaitu
otoritas yang bersifat koersif21 dan otoritas yang bersifat persuasif. Otoritas koersif
merupakan kemampuan untuk mengarahkan perilaku orang lain dengan cara
membujuk, mengambil keuntungan, mengancam, atau menghukum. Sehingga
orang yang berakal sehat akan berkesimpulan bahwa untuk tujuan praktis mereka
tidak punya pilihan lain kecuali harus menurutinya. Sedangkan otoritas persuasif
melibatkan kekuasaan yang bersifat normatif. Ia merupakan kemampuan untuk
mengarahkan keyakinan atau perilaku seseorang atas dasar kepercayaan.22
Sementara itu meminjam terminologi Richard Friedman, Abou Fadhl
membedakan antara “memangku otoritas” dan “memegang otoritas”. Menurut
Friedman memangku otoritas diartikan suatu otoritas didapatkan dengan jabatan
struktural dan cenderung memaksa kepada orang lain untuk menerima otoritas
tersebut. Dalam kasusu ini tidak dikenal adanaya ketundukan atas keputusan
pribadi, karena seseorang bisa saja berbeda pendapat dengan yang memangku
otoritas, namun tidak memiliki pilihan lain kecuali mentaatinya. Sedangkan
Hermeneutika Hadis Abou el Fadhl dalam Hermeneutika al-Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta:
elSAQ Press, 2010), hal. 413 20 Ahmad Fakhruddin Fajrul Islam, “Konsep Otoritas dan Otoritarianisme Penafsiran
Khaled M. Abou Fadhl”, Tafaqquh: Jurnal Penelitian dan Kajian Keislaman Volume 4, No. 1 (Juni
2016), hal. 32 21 Koersif adalah bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan dengan menggunakan
tekanan sehingga salah satu pihak yang berinteraksi berada dalam keadaan lemah 22 Khaled M. Abou Fadhl, Atas Nama Tuhan “Dari Fiqih otoriter ke Fiqih Otoritatif), hal.
37
28
pemegang otoritas adalah suatu otoritas yang didapatkan tanpa jabatan struktural
dan paksaan, melainkan karena kapabilitas dan akseptabilitas seseorang yang
akhirnya memunculkan kesadaran orang lain untuk menerimanya.
Dengan menggunakan teori otoritas tersebut Abou Fadhl mencoba
mengonstruksi gagasan tentang pemegang otoritas dalam diskursus ke-Islaman.
Dalam konstruksinya konsep otoritas Islam sebagai wujud menjembatani kehendak
Tuhan, Abou Fadhl memperhatikan tiga hal berikut: pertama berkaitan dengan
kompetensi. Kedua berkaitan dengan penetapan makna. Ketiga berkaitan dengan
perwakilan. Menempatkan otoritas dalam diskursus ke-Islaman bukan tanpa sebab,
karena dengan sikap kesewenang-wenangan terhadap gagasan otoritas akan
menggiring pada sikap otoritarianisme.23
Penentuan makna atau pengambilan kesimpulan secara sepihak oleh pembaca
akan menggantikan dan sekaligus menghilangkan peran pengarang dan teks.
Penentuan makna secara sepihak inlah sebagai jenis kesewenang-wenangan
penafsiran. Dengan begitu apa yang dimaksud oleh Khaled dengan otoritarianisme
adalah tindakan seseorang, kelompok atau lembaga yang menutup rapat-rapat atau
membatasi keinginan tuhan, atau keinginan terdalam maksud teks dalam suatu
batasan ketentuan tertentu, dan kemudian menyajikan ketentuan-ketentuan tersebut
sebagai suatu hal yang tidak dapat dihindari, final, dan merupakan hal akhir yang
tidak dapat dibantah.24
23 Ahmad Fakhruddin Fajrul Islam, “Konsep Otoritas dan Otoritarianisme Penafsiran
Khaled M. Abou Fadhl”, hal. 34 24 Khaled M. Abou Fadhl, Atas Nama Tuhan “Dari Fiqih otoriter ke Fiqih Otoritatif), hal.
XIII
29
Otoritarianisme juga ditandai dengan penyatuan pembaca dengan teks.
Sehingga penetapan pembaca itu akan menjadi perwujudan ekslusif teks tersebut.
Akibatnya teks dan konstruksi pembaca akan menjadi satu dan serupa. Dalam
proses ini teks tersebut akan tunduk kepada pembaca dan secara efektif pembaca
menjadi pengganti teks. Dengan demikian pembaca hanya akan melahirkan
penafsiran yang otoriter. Lebih jauh lagi melahirkan fanatisme yang mengkultuskan
pada penafsiran-penafsiran itu sehingga menganggap hasil penafsirannya memiliki
kompetensi yang sama dengan teks asal (al-Qur’an dan Sunnah).25
Tuhan, al-Qur’an dan Nabi adalah pemegang otoritas dalam Islam pada
kenyataannya, ketiganya merupakan pemegang otoritas yang sebenarnya.26 Al-
Qur’an dan sunah nabi tidak bersuara tanpa menggunakan wakil-wakilnya, dan
wakil tersebut adalah manusia. Keberwenangan Tuhan selalu diwakili dan
dinegosiasikan oleh manusia. Dan karena perwakilan oleh manusia ini tidak bisa
lagi dihindari, proses negosiasinya pasti akan melibatkan keseimbangan yang rumit
antara keberwenangan dan otoritarianisme. Namun beberapa wakil ini (manusia)
menundukkan keinginannya dan menyerahkan sebagian keputusannya kepada
sekelompok orang atau wakil dari golongan tertentu. Mereka melakukan hal
tersebut karena mereka memandang wakil dari golongan tersebut memiliki otoritas.
Ambiguitas sikap ulama dalam menafsirkan hukum Tuhan bersumber pada
krisis otoritas. Setelah wafatnya nabi, orang-orang Islam mulai memperdebatkan
tentang orang yang paling berhak untuk menerima otoritas. Perdebatan ini
25 Ahmad Fakhruddin Fajrul Islam, “Konsep Otoritas dan Otoritarianisme Penafsiran
Khaled M. Abou Fadhl”, hal. 34 26 Khaled M. Abou Fadhl, Atas Nama Tuhan “Dari Fiqih otoriter ke Fiqih Otoritatif), hal.
45
30
seringkali melibatkan pembenaran teologis dan pertarungan antar kelompok yang
merasa sama-sama berhak atas predikat pewaris nabi. Masing-masing kelompok
berusaha untuk mendapatkan legitimasi dari kaum muslimin sebagai pihak yang
mampu menafsirkan kehendak Tuhan. Pada awalnya para tokoh Quraisy, keluarga
nabi dan sahabat dekat nabi menjadi orang yang dianggap berhak untuk menerima
otoritas. Namun sejak lahirnya para profesional hukum (fuqaha) dan
berkembangnya kitab-kitab fiqih, otoritas nabi terwujud secara tegas dalam konsep
hukum Islam dan para penjaganya yaitu fuqaha. Para ahli hukum Islam telah
menjadi sumber legitimasi tekstual yang didasarkan pada kemampuan membaca,
memahami dan menafsirkan kehendak Tuhan yang terungkap di dalam teks yang
dipandang sebagai perwujudan kehendak Tuhan.27
Dari teori-teori diatas bila diaplikasikan dalam penelitian ini, maka yang
dimaksud adalah teks hadis yang disampaikan oleh seseorang yang memiliki
otoritas. Dalam hal ini yang dimaksud adalah khatib. Ia dapat mempengaruhi
pemikiran jama’ah. Dengan demikian apabila khatib menyampaikan hadis-hadis
mauḍū’, maka tidak sedikit dari jama’ah yang mugkin percaya bahwa hadis tersebut
bukan hadis mauḍū’. Dan dampaknya akan menjadi fatal bila hadis-hadis mauḍū’
dijadikan sebagai rujukan dalam menjadi sandaran hukum agama.
27 Khaled M. Abou Fadhl, Atas Nama Tuhan “Dari Fiqih otoriter ke Fiqih Otoritatif),
hal. 97-98
31
BAB III
ANALISIS HADIS-HADIS YANG DISAMPAIKAN OLEH PARA KHATIB
DI SEMARANG
A. Kegiatan Takhrij
Takhrij Hadis adalah penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab hadis
sebagai sumber asli yang didalamnya dikemukakan secara lengkap matan dan
sandanya.1 Adapun metode yang penulis pakai ialah awal matan dan lafadz. Setelah
penulis mendapatkan hadis-hadis di lapangan2 maka didapati data sebagai berikut:
No Nama Masjid Jumlah Hadis
1 Masjid Baiturrahman 3
2 Masjid Agung Jawa Tengah 13
3 Masjid al-Azhar 5
Jumlah 21
Dari jumlah keseluruhan, hadis yang terdapat di kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī
berjumlah 7, Ṣaḥīḥ Muslim berjumlah 8, Sunan Abū Dāud berjumlah 4, Sunan al-
Tirmidzī berjumlah 8, Sunan al-Nasā`ī berjumlah 7, Sunan ibnu Majāh berjumlah
7, dan kitab lainnya berjumlah 19.
1. Posisi Hadis dalam Literatur Hadis
- Hadis Pertama
أ م ن س إ نال م ف ل م ت اع فـ ق ال د ر ه م ل ه و ل ل ف ين ام ن س
ل ق ال واال م ف س ر ون م اال م ف ل م ن ت مأ ت د ي ت
ايـ و م ا د م ه ذ او س ف ك ه ذ او أ ك ل م ال ه ذ او ق ذ ف ش ت م ه ذ ق د ي ت اةو ي امو ز ك ةو ص ل ق ي ام ة ب ص ال
1 Nawir Yuslem, Ulumul Hadis, (Jakarta: PT Mutiara Widya. 2001), hal. 395 2 Lihat di Lampiran
32
يـ ق ض ىم ا ح س ن ات ه قـ ب ل أ ن ف ن ي ت ح س ن ات ه ف إ ن ام ن ح س ن ات ه و ه ذ ام ن افـ يـ ع ط ىه ذ ه ذ ه ل ي ع و ض ر ب النار ط ر ح يف ع ل ي ه ث ه م ف ط ر ح ت خ ط اي م ن ذ أ خ
Di dalam kitab Mausū'ah Al-Aṭrāf dipaparkan bahwa hadis dengan matan diatas
terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur periwayatan yang berbeda. Yaitu
terdapat pada Ṣaḥīḥ Muslim, Sunan Tirmidzī, Misykāh al Maṣābih li al-Tibrīzī, al-
Silsilah al- Ṣaḥīḥah li al-Bānī.3
- Hadis Kedua
ي ب يـ ؤ م ن أ ح د ك م ح ت ل ع ل ي ه و س لم أ نه ق ال ص لىالل النب ب ن م ال كع ن أ ن س ع ن يه أ و ل خ ه ل ار ه م ا ل نـ ف س ي ب
Di dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahras dipaparkan bahwa hadis dengan matan
diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur periwayatan yang berbeda.
Yaitu Ṣaḥīḥ Bukhārī, Ṣaḥīḥ Muslim, Sunan Tirmidzī, Sunan Nasā`ī, Musnad Aḥmad
bin Ḥanbal, ibnu Majāḥ.4
- Hadis ketiga
ه تـ ع لم ال ق ر آن و ع لم يـ ر ك م م ن خ Di dalam kitab Mausū'ah Al- Aṯrāf dipaparkan bahwa hadis dengan matan diatas
terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur periwayatan yang berbeda. Yaitu
Ṣaḥīḥ Bukhārī, Sunan Abū Dāud, Sunan Tirmidzī, Sunan ibnu Majaḥ, Musnad
Aḥmad bin Ḥanbal, Sunan Darimī, Majmu’ al-Zawā`id li al-Haitsamī, Misykāh al-
3 Abū Ḥājir Muḥammad al-Sa’īd bin Basyūni Zaglūl, Mausū’ah Aṭrāf al-Ḥadīts al-Nabawī
al-Syarīf, (Beirut: Dār al-Fikr, 1989), Juz. 1, hal. 71 4 A.J Wensink, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfād al-Ḥadīts, (Leiden: Beril, 1936), Juz. 1,
hal. 407
33
Maṣābih li al-Tibrīzī, al-Targhīb wa al-Tarhīb, Fatḥul Bārī li ibn Ḥajar, al-Silsilah
al-Ṣaḥīḥah li al-Bānī, Jāmi’ Masānīd Abī Ḥanīfah, Ḥilyah al-Auliyā li Abī Nu’aim,
Tafsir al-Qurṭubī.5
- Hadis Keempat
ت ظ ه ر ه ال ق ر آن قـ ر أ م ن ل ه ف أ ح لو اس ل ه ح ر ام ه و ح رم ح ال و ش فع ه ة ال نب ه الل أ د خ ر ةيف ل م ن ع ش أ ه النار ل ه ب ت و ج ق د ك له م بـ ي ت ه
Di dalam kitab Mausū'ah Al-Aṯrāf dipaparkan bahwa hadis dengan matan
diatas terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur periwayatan yang berbeda.
Yaitu Sunan Tirmidzī, Musnad Aḥmad bin Ḥanbal, Mu’jam al-Kabīr li al-
Ṭabrānī, al-Targīb wa al-Tarhīb, Misykāh al-Maṣābiḥ li al-Tibrīzī.6
- Hadis Kelima
يـ و م ال ق ي ام ة ش ف يعال ص ح اب اقـ ر ء واال ق ر آن ف إ نه ي ت
Di dalam kitab Mausū'ah Al-Aṯrāf dipaparkan bahwa hadis dengan matan diatas
terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur periwayatan yang berbeda. Yaitu
Ṣaḥīḥ Muslim, Musnad Aḥmad bin Ḥanbal, Sunan al-Kubrā al-Baihaqī, Mu’jam
al-Kabīr li al-Ṭabrānī , Targīb wa al-Tarhīb, Misykāh al-Maṣābiḥ li al-Tibrīzī,
Sunan Sa’īd bin Manṣūr, Syarḥ al-Sunah al-Bagawī.7
5 Abū Ḥājir Muḥammad al-Sa’īd bin Basyūni Zaglūl, Mausū’ah Aṯrāf al-Ḥadīts al-Nabawī
al-Syarīf, (Beirut: Dār al-Fikr, 1989), Juz. 4, hal. 662 6 Abū Ḥājir Muaḥmmad al-Sa’īd bin Basyūni Zaglūl, Mausū’ah Aṭrāf al-Ḥadīts al-Nabawī
al-Syarīf, (Beirut: Dār al-Fikr, 1989), Juz. 8, hal. 467 7 Abū Ḥājir Muḥammad al-Sa’īd bin Basyūni Zaglūl, Mausū’ah Aṭrāf al-Ḥadīts al-Nabawī
al-Syarīf, (Beirut: Dār al-Fikr, 1989), Juz. 2, hal. 94
34
- Hadis Keenam
الناس ي ش ك ر ل م ن الل ي ش ك ر ل
Di dalam kitab Mausū'ah Al-Aṯrāf dipaparkan bahwa hadis dengan matan diatas
terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur periwayatan yang berbeda. Yaitu
Sunan Abu Daūd, Musnad Aḥmad bin Ḥanbal, Mu’jam al-Kabīr li al-Ṭabrānī,
Targīb wa al-Tarhīb, Syarh al-Sunah al-Bagawī, Sunan al-Kubrā al-Baihaqī,
Jāmi’ Masānid Abī Hanīfah, al-Adāb al-Mufrad al-Bukhārī, Kasyful Khafā` al-
‘Ajlūnī, al-Silsilah al- Ṣaḥīḥah li al-Bānī. 8
- Hadis Ketujuh
الل م اه فـ ق ال ت أ نن ب ق د تـ تـ ف طر ح ت اللي ل يـ ق وم م ن ك ان ع ل ي ه و س لم ن ع ص لىالل ت ص ع ا ش ة مل أ أ ن ب أ ح أ ف ال ق ال و م ات خر ذ ن ب ك م اتـ ق دم م ن ل ك الل غ ف ر الل و ق د ر س ول اي ك ون ه ذ
ع ب داش ك ورا
Di dalam kitab Mausū'ah Al-Aṯrāf dipaparkan bahwa hadis dengan matan diatas
hanya terdapat di kitab Ṣaḥīḥ Bukharī.9
- Hadis Kedelapan
ل ل م ؤ م دإ ل ل ح ذ اك رو ل ي س يـ ك له خ ر ه ر ال م ؤ م ن إ نأ م بال م أ ص ابـ ت ه ع ج ن إ ن ف ك ان ش ك ر س راء رال ه يـ ف ك ان خ ص بـ ر أ ص ابـ ت ه ض راء رال ه و إ ن يـ خ
8 Abū Ḥājir Muḥammad al-Sa’īd bin Basyūni Zaglūl, Mausū’ah Aṭrāf al-Ḥadīts al-Nabawī
al-Syarīf, (Beirut: Dār al-Fikr, 1989), Juz. 7, hal. 411 9 Abū Ḥājir Muḥammad al-Sa’īd bin Basyūni Zaglūl, Mausū’ah Aṭrāf al-Ḥadīts al-Nabawī
al-Syarīf, (Beirut: Dār al-Fikr, 1989), Juz. 6, hal. 347
35
Di dalam kitab Mausū'ah Al-Aṯrāf dipaparkan bahwa hadis dengan matan diatas
terdapat dalam kitab Ṣaḥīḥ Muslim, Misykāh al-Maṣābiḥ li al-Tibrīzī, Targīb wa
al-Tarhīb, Fathul Bārī li ibn Ḥajar, Tafsir ibnu Katsīr, Sunan Sa’īd bin Manṣūr,
al-Mugnī li al-‘Arāqī.10
- Hadis Kesembilan
م ر ال ج و أ ع اد ل ك ل لذ يتـ و ضأ و ق ال ت ك ص ال ز أ ت ك السنة و أ ج أ ص ب ت ي ع د رل لذ يمل تـ ن
Di dalam kitab Mausū'ah Al-Aṯrāf dipaparkan bahwa hadis dengan matan diatas
hanya terdapat di kitab Sunan Nasā`ī.11
- Hadis Kesepuluh
ك ان ت ع ل ي ه و س لم ق ال الل ص لىالل ع ن ه أ نر س ول الل ي ه ر يـ ر ة ر ض أ ب اابـ ن اه اج اء اع ن م ع ه م ن ر أ ت م ر ىإ ن اذ ه ال خ و ق ال ت ب ن ك ب ب ت ه اإ ن اذ ه ب ل ص اح اه افـ ق ال ت د ب ن إ ح ب ف ذ ه ب ب ب الذ ب ن ك ب
مفـ ق ض ىب ه ل ل ك بـ ر ىف د او د ع ل ي ه السال ت اإ ل ت اع ل ىس ل ي م ان ب فـ ت ح اك م مخ ر ج االسال ن د او د ع ل ي ه م ه الل تـ ف ع ل يـ ر ح ك الصغ ر ىل نـ ه م افـ ق ال ت ك ن أ ش قه بـ يـ لس ب اـ ت ون ه فـ ق ال بـ ر ت افـ ق ض ىو ف أ خ ابـ نـ ه
ب ه ل لصغ ر ىDi dalam kitab Mausū'ah Al-Aṯrāf dipaparkan bahwa hadis dengan matan diatas
terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur periwayatan yang berbeda. Yaitu
Ṣaḥīḥ Muslim, Sunan Nasā`ī, Musnad Aḥmad bin Ḥanbal, Ṣaḥīḥ Bukhārī, Fathul
Bārī li ibnu Hajar, Misykāh al-Maṣābiḥ li al-Tibrīzī .12
10 Abū Ḥājir Muḥammad al-Sa’īd bin Basyūni Zaglūl, Mausū’ah Aṭrāf al-Ḥadīts al-Nabawī
al-Syarīf, (Beirut: Dār al-Fikr, 1989), Juz. 5, hal. 433 11 Abū Ḥājir Muḥammad al-Sa’īd bin Basyūni Zaglūl, Mausū’ah Aṭrāf al-Ḥadīts al-Nabawī
al-Syarīf, (Beirut: Dār al-Fikr, 1989), Juz. 6, hal. 657 12 Abū Ḥājir Muḥammad al-Sa’īd bin Basyūni Zaglūl, Mausū’ah Aṭrāf al-Ḥadīts al-Nabawī
al-Syarīf, (Beirut: Dār al-Fikr, 1989), Juz. 6, hal. 379
36
- Hadis Kesebelas
السم اء ف يـ ر ح ك م م ن ال ر ض ف الراح ون يـ ر ح ه م الرح ن ار ح وام ن
Di dalam kitab Mausū'ah Al-Aṯrāf dipaparkan bahwa hadis dengan matan diatas
terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur periwayatan yang berbeda. Yaitu
Sunan Abu Daūd, Sunan Tirmidzī, Musnad Aḥmad bin ḥanbal, Fathul Bārī li ibnu
Hajar, Misykāh al-Maṣābiḥ li al-Tibrīzī, Sunan al-Kubrā al-Baihaqī, Sunan Sa’īd
bin Manṣūr, Kasyful Khafā` al-‘Ajlūnī, Tārīkh Bagdādi li al-Khaṭīb al-Bagdādi.13
- Hadis Kedua Belas
ه فـ و ت وبع ن د م ك فـ ه و غ ض ب بـ ق ت س إ نر ح ت ال ل ق ي ل ق ك ت ابقـ ب ل أ ن ت ب ال ع ر ش إ نالل ك ق
Di dalam kitab Mausū'ah Al-Aṯrāf dipaparkan bahwa hadis dengan matan diatas
terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur periwayatan yang berbeda. Yaitu
Ṣaḥīḥ Bukhārī, Ṣaḥīḥ Muslim, Musnad Aḥmad bin Ḥanbal, Sunan Sa’īd bin
Manṣūr, Mustadrak al-Ḥākim, Tafsīr al-Qurṭubī. 14
- Hadis Ketiga Belas
ن واأ د بـ ه م س د ك م و أ ح ر م واأ و ل أ ك
13 Abū Ḥājir Muḥammad al-Sa’īd bin Basyūni Zaglūl, Mausū’ah Aṭrāf al-Ḥadīts al-Nabawī
al-Syarīf, (Beirut: Dār al-Fikr, 1989), Juz. 5, hal. 157 14 Abū Ḥājir Muḥammad al-Sa’īd bin Basyūni Zaglūl, Mausū’ah Aṭrāf al-Ḥadīts al-Nabawī
al-Syarīf, (Beirut: Dār al-Fikr, 1989), Juz. 6, hal. 699
37
Di dalam kitab Mausū'ah Al-Aṭrāf dipaparkan bahwa hadis dengan matan diatas
terdapat di kitab Sunan Ibnu Mājah, al-Ḍu’afā li al-‘Uqailī.15
- Hadis keempat Belas
ي ه أ خ ع و ن ك ان ا لع ب د ف ا لع ب د م ا ع و ن ف هللا و
Di dalam kitab Mausū'ah Al-Aṯrāf dipaparkan bahwa hadis dengan matan diatas
terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur periwayatan yang berbeda. Yaitu
Ṣaḥīḥ Muslim, Sunan Tirmidzī, Musnad Aḥmad bin Ḥanbal, Sunan Abu Dāud,
Sunan ibnu Majaḥ, Mustadrak al-Ḥākim, Misykāh al-Maṣābiḥ li al-Tibrīzī, al-
Bidāyah wa al-Nihāyah li ibn Abī Katsīr. 16
- Hadis Kelima Belas
يـ ع ن يه ال م ر ء تـ ر ك ه م ال ال م ن إ س ح س م ن
Di dalam kitab Mausū'ah Al-Aṯrāf dipaparkan bahwa hadis dengan matan diatas
terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur periwayatan yang berbeda. Yaitu
Sunan Tirmidzī, Sunan ibnu Majaḥ, Syarh Sunah al-Bagawī, Ḥilyah al-Auliyā li
Abī Nu’aīm, Mujmā’ al-Zawā`id al-Haitsamī. 17
15 Abū Ḥājir Muḥammad al-Sa’īd bin Basyūni Zaglūl, Mausū’ah Aṭrāf al-Ḥadīts al-Nabawī
al-Syarīf, (Beirut: Dār al-Fikr, 1989), Juz. 2, hal. 123 16 Abū Ḥājir Muḥammad al-Sa’īd bin Basyūni Zaglūl, Mausū’ah Aṭrāf al-Ḥadīts al-Nabawī
al-Syarīf, (Beirut: Dār al-Fikr, 1989), Juz. 8, hal. 584 17 Abū Ḥājir Muḥammad al-Sa’īd bin Basyūni Zaglūl, Mausū’ah Aṭrāf al-Ḥadīts al-Nabawī
al-Syarīf, (Beirut: Dār al-Fikr, 1989), Juz. 3, hal. 433
38
- Hadis Keenam Belas
له جزاءإلالنة ليس احلجاملربور
Di dalam kitab Mausū'ah Al-Aṯrāf dipaparkan bahwa hadis dengan matan diatas
terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur periwayatan yang berbeda. Yaitu
Ṣaḥīḥ Bukhārī, Ṣaḥīḥ Muslim, Sunan Tirmidzī, Sunan Nasā`ī, Sunan ibnu Majaḥ,
Musnad Aḥmad bin Ḥanbal, Tārīkh Bagdādi li al-Khatīb al-Bagdādi, Sunan al-
Kubrā al-Baihaqī, Mujmā’ al-Zawā`id al-Haitsamī, Sahīh ibnu Khuzaimah, Targīb
wa al-Tarhīb, Sunan Sa’īd bin Manṣūr, Musnad Rabī’ bin Habīb, Tafsīr al-Qurṭubī,
al-Silsilah al- Ṣaḥīḥah li al-Bānī, al-Ḍu’afā li al-‘Uqailī.18
- Hadis Ketujuh Belas
ه اد ر ة ج و ال م ر أ ة احل جو ال ع م ال ك ب ري و الصغ ري و الضع يف
Di dalam kitab Mausū'ah Al-Aṯrāf dipaparkan bahwa hadis dengan matan diatas
terdapat di beberapa kitab hadis dengan jalur periwayatan yang berbeda. Yaitu
Sunan Nasā`ī, Musnad Aḥmad bin Ḥanbal, Sunan al-Kubrā al-Baihaqī, Mujmā’ al-
Zawā`id al-Haitsamī, al-Dar al-Mantsūr li al-Suyuṭī, Sunan Sa’īd bin Manṣūr. 19
- Hadis Kedelapan Belas
ث ةال غ از يو احل اجو ال م ع ت م ر و ج لث ال و ف د الل ع ز
18 Abū Ḥājir Muḥammad al-Sa’īd bin Basyūni Zaglūl, Mausū’ah Aṭrāf al-Ḥadīts al-Nabawī
al-Syarīf, (Beirut: Dār al-Fikr, 1989), Juz. 4, hal. 562 19 Abū Ḥājir Muḥammad al-Sa’īd bin Basyūni Zaglūl, Mausū’ah Aṭrāf al-Ḥadīts al-Nabawī
al-Syarīf, (Beirut: Dār al-Fikr, 1989), Juz. 4, hal. 504
39
Di dalam kitab Mausū'ah Al-Aṯrāf dipaparkan bahwa hadis dengan matan diatas
terdapat di beberapa kita hadis. Yaitu Sunan Nasā`ī, Sunan al-Kubrā al-Baihaqī,
Ṣaḥīḥ ibnu Khuzaimah, Mustadrak al-Hākim, al-Muṭālib al-‘Āliyah li ibn Ḥajar,
Sunan Sa’īd bin Manṣūr, Ḥilyah al-Auliyā li Abī Nu’aīm, Kasyful Khafā` al-
‘Ajlūnī.20
- Hadis Kesembilan Belas
ت ه أ مه او ل د ك م ر ج ع يـ ف س ق و مل فـ ل م يـ ر ف ث اال بـ ي ت ح جه ذ م ن Di dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahras dipaparkan bahwa hadis dengan matan
diatas terdapat di beberapa kitab. Yaitu Ṣaḥīḥ Bukhārī, Sunan Nasā`ī, Sunan ibnu
Majah, Musnad Aḥmad bin Ḥanbal.21
- Hadis Kedua Puluh
ع ف م ا ة ض الل ب س ب ع س ب يل النـف ق ة يف ك احل ج النـف ق ة يف
Di dalam kitab Mausū'ah Al-Aṯrāf dipaparkan bahwa hadis dengan matan diatas
terdapat di beberapa kitab. Yaitu Musnad Aḥmad bin Ḥanbal, Sunan al-Kubrā al-
Baihaqī, Targīb wa al-Tarhīb, Sunan Sa’īd bin Manṣūr, Mujma’ al-Zawā`id li al-
Haitsamī. 22
20 Abū Ḥājir Muḥammad al-Sa’īd bin Basyūni Zaglūl, Mausū’ah Aṭrāf al-Ḥadīts al-Nabawī
al-Syarīf, (Beirut: Dār al-Fikr, 1989), Juz. 10, hal. 434 21 A.J Wensink, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfād al-Ḥadīts, (Leiden: Beril, 1936), Juz. 1,
hal. 418 22 Abū Ḥājir Muḥammad al-Sa’īd bin Basyūni Zaglūl, Mausū’ah Aṭrāf al-Ḥadīts al-Nabawī
al-Syarīf, (Beirut: Dār al-Fikr, 1989), Juz. 10, hal. 105
40
- Hadis Kedua Puluh Satu
“Seorang mukmin adalah lembut, maka tidak ada kebaikan bagi seseorang
yang tidak lembut atau tidak bisa dilembuti” (HR. Ahmad)
Di dalam kitab Mu’jam al-Mufahras dipaparkan bahwa hadis dengan matan
diatas terdapat di beberapa kitab. Yaitu Musnad Aḥmad b. Ḥanbal dan Sunan al-
Kubrā al-Baihaqī.23
2. Akurasi Pengutipan Khatib
Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui seberapa akurat khatib dalam
mengutip hadis dari kitab aslinya. Karena dalam prakteknya, antara hadis yang
disampaikan oleh khatib dengan hadis yang berada di kitab aslinya tidak sama atau
khatib tidak mengutip secara keseluruhan. Setelah penulis teliti dengan melihat
langsung ke kitab aslinya, terdapat beberapa hadis yang berbeda.
Dari jumlah keseluruhan hadis-hadis yang disampaikan ditemukan 8 hadis
yang tidak akurat. Baik dari perbedaan kata maupun panjang teks yang
disampaikan. Dari data ini didapatkan bahwa tingkat akurasi khatib dalam mengutip
hadis adalah 64%. Disini penulis hanya memaparkan satu contoh saja, sisanya
penulis tuliskan di lampiran.
- Akurat
ص لىالل النب ب ن م ال كع ن أ ن س ي ع ن يـ ؤ م ن أ ح د ك م ح ت ل ع ل ي ه و س لم أ نه ق ال يه أ و ل خ به ل نـ ف س ل ار ه م اي ب
23 A.J Wensink, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfād al-Ḥadīts, (Leiden: Beril, 1936), Juz. 1,
hal. 76
41
Kitab Musnad Ahmad
ب ن م أ ن س ع ن قـ ت اد ة ي د ث س ع ت ثـ ن اش ع ب ة ق ال ثـ ن ام مد ب ن ج ع ف رح د ص لىاح د النب ل كع ن ه 24 ل نـ ف س ل ار ه م اي ب يه أ و ل خ ي ب يـ ؤ م ن أ ح د ك م ح ت ل ع ل ي ه و س لم أ نه ق ال الل
- Tidak Akurat
اب يـ و م ال ق ي ام ة ش ف يعال ص ح هاقـ ر ء واال ق ر آن ف إ نه ي ت Teks di kitab Musnad Ahmad
أ م ا أ ب مع ن س ال أ ب ز ي دع ن ث ريع ن ك ب ن أ ب ثـ ن اي ي ن ح د ثـ ن اأ ب ثـ ن اع فان ح د م ح د ي ل ة ال ب اه
ع ل ي ه و س لم اقـ ر ء واال ق ر آن ف إ ن الل ص لىالل ر س ول ق ال ش ف يعق ال ب ه اقـ ر ء واه ي ت ايـ و م ال ق ي ام ة ل ص اح أ ك أ و اغ ي ايـ ت ان ك أ نـه م يـ و م ال ق ي ام ة ف إ نـه م اي ت ي ان ر ان ع م ر او ي ن ال بـ ق ر ة و آل أ و نـالزه ام ت ان ه م اغ م
ط ري ص و ا م ن اف ر ق ان ابـ ر ك ك أ نـه م ذ ه ااقـ ر ء واس ور ة ال بـ ق ر ة ف إ نأ خ أ ص ح اب م ع ن ي اجان ةو تـ ر ك ه افت ط يع ه اال ب ط ل ة 25 ت س ر ةو ل ح س
Pada hadis diatas antara teks yang disampaikan oleh khatib dengan teks yang
ada di kitab asli berbeda. Didalam khutbah khatib menyampaikan hadis dengan kata
jama’ yaitu اب هل ص ح . Sedangkan dalam kitab asli kata tersebut berbentuk mufrad
yaitu ب ه .ل ص اح
B. Kualitas Hadis Khutbah Jum’at
Untuk menyederhanakan penelitian ini, penulis hanya memaparkan sanad dari
perawi yang dikutip oleh para khatib. Dari 21 hadis terdapat 11 hadis yang sudah
jelas kualitas ṣaḥīḥ nya karena termuat didalam Ṣaḥīḥ Bukhārī dan Ṣaḥīḥ Muslim.
Oleh karenanya penulis tidak melakukan penelitian lanjutan untuk hadis-hadis
24 Abī ‘Abdillah Aḥmad bin Ḥanbal, Musnad Aḥmad bin Ḥanbal, (Riyād: Bait al-Afkār,
1998), hal. 903 25 Abī ‘Abdillah Aḥmad bin Ḥanbal, Musnad Aḥmad bin Ḥanbal, (Riyād: Bait al-Afkār,
1998), hal. 1640
42
tersebut. Karena dalam kitab Muqaddimah ibn Ṣalaḥ, disana dijelaskan bahwa kitab
Ṣaḥīḥ al-Bukhārī dan Muslim adalah kitab yang paling benar setelah al-Qur’an.26
Adapun hadis-hadisnya adalah sebagaimana pada tabel berikut:
No.
Hadis
Teks
ق ال و 1 س ر ون م اال م ف ل س أ ت د
إ نال م ف ل م ت اع فـ ق ال د ر ه م ل ه و ل ل ف ين ام ن س ل اال م ف م ن
او أ ك ل م ال ه ذ او ق ذ ف ش ت م ه ذ ق د ي ت ي امو ز ك اةو ةو ص يـ و م ال ق ي ام ة ب ص ال ي ت أ مت افـ ه ذ او ض ر ب د م ه ذ او س ف ك ف ه ذ ح س ن ات ه ف إ ن ام ن ح س ن ات ه و ه ذ ام ن يـ ع ط ىه ذ ن ي ت
النار ط ر ح يف ع ل ي ه ث ه م ف ط ر ح ت خ ط اي م ن ذ يـ ق ض ىم اع ل ي ه أ خ ح س ن ات ه قـ ب ل أ ن
ل ار ه م 2 يه أ و ل خ ي ب يـ ؤ م ن أ ح د ك م ح ت ه ل ل نـ ف س اي ب
تـ ع لم ال ق ر آن و ع لم ه 3 يـ ر ك م م ن خ
اب 5 يـ و م ال ق ي ام ة ش ف يعال ص ح هاقـ ر ء واال ق ر آن ف إ نه ي ت
تـ تـ 7 ح ت اللي ل يـ ق وم م ن ك ان ع ل ي ه و س لم الل ص لىالل ع ا ش ة مل ف أ نن ب م اه فـ ق ال ت ق د طر ب أ ح أ ف ال ق ال و م ات خر ذ ن ب ك م اتـ ق دم م ن ل ك الل غ ف ر الل و ق د ر س ول اي ت ص ن ع ه ذ
أ ك ون ع ب داش ك ورا أ ن ك له 8 ر ه ر ال م ؤ م ن إ نأ م بال م أ ص ابـ ت ع ج ل ل م ؤ م ن إ ن دإ ل ل ح ذ اك رو ل ي س يـ ه س راء خ
رال ه يـ ف ك ان خ ص بـ ر أ ص ابـ ت ه ض راء رال ه و إ ن يـ ف ك ان خ ش ك ر
اه افـ 10 د ب ن إ ح ب ف ذ ه ب ب اء الذ اابـ ن اه اج م ع ه م ن ام ر أ ت ب ت ه اإ ن اق ال ت ك ان ت ل ص اح مفـ ق ض ى د او د ع ل ي ه السال ت اإ ل فـ ت ح اك م ب ن ك ب ر ىإ ن اذ ه ب ال خ و ق ال ت ب ن ك ب ذ ه ب
ه فـ ق ال بـ ر ت مف أ خ االسال ت اع ل ىس ل ي م ان ب ن د او د ع ل ي ه م اب ه ل ل ك بـ ر ىف خ ر ج ـ ت ون ابـ نـ ه افـ ق ض ىب ه و الل تـ ف ع ل يـ ر ح ك الصغ ر ىل افـ ق ال ت نـ ه م ك ن أ ش قه بـ يـ لس ه ب
ل لصغ ر ى12 غ ض ب بـ ق ت س إ نر ح ت ال ع ر ش ع ن د ه فـ و ق ك ت اب ه فـ ه و يف ك ت ب ال ل ق الل هللا 14 ي ه و أ خ ع و ن ك ان ا لع ب د ف ا لع ب د م ا ع و ن ف
26 Abī ‘Amr ‘Utsmān bin ‘Abdurrahman al-Syahrazūrī, Muqaddimah ibn Ṣalaḥ, (Beirūt:
Dār al-Kutub), hal. 9
43
له جزاءإلالنة 16 ليس احلجاملربور ت ه أ مه 19 او ل د ك م ر ج ع يـ ف س ق و مل فـ ل م يـ ر ف ث اال بـ ي ت ح جه ذ م ن
No Hadis Kualitas Keterangan
1,2,3,5,7,8,10,12,14,16,19 Ṣaḥīḥ Termuat dalam kitab
Ṣaḥīḥ al-Bukhārī dan
Muslim
14 Ṣaḥīḥ Semua perawi dinilai
tsiqah
6,9,17,18,20 Ḥasan Terdapat perawi yang
maqbul akan tetapi
tidak sampai pada
tingkatan tsiqah
4,13,15,21 Ḍa’īf Terdapat perawi yang
ḍa’īf
Selanjutnya penulis akan melakukan penelitian lebih lanjut untuk hadis-hadis
yang tidak termuat dalam kitab Ṣaḥīḥ Bukhārī dan Muslim. Setelah penulis teliti
dari 10 hadis yang tidak termuat dalam Sahih Bukhārī dan Muslim, 1 hadis
berkualitas ṣaḥīḥ, 5 hadis berkualitas ḥasan dan 4 hadis berkualitas ḍa’īf. Yaitu
diantaranya:
- Hadis No. 4 Jalur Tirmidzi
ثـ ن ا رب ن ع ل يح د بـ ر ن ح ج ر ة ب ن م ع اص ع ن ز اذ ان ب ن ك ث ري ع ن س ل ي م ان ب ن ح ف ص أ خ ي ع ن ض م ع ل
ب ن ت ظ ه ر ه و ال ق ر آن قـ ر أ م ن و س لم ع ل ي ه الل ص لىالل ول ر س ق ال ق ال ط ال بأ ب ل ه ف أ ح لاس و ح رم ح ال و ش فع ه ال نة ب ه الل أ د خ ل ه ح ر ام ه ر ةيف ل م ن ع ش النار ل ه ج ب ت و ق د ك له م بـ ي ت ه أ ه
‘Alī bin Ḥujr
Nama lengkapnya ialah ‘Alī b. Hujr b. Iyās b. Khālid al-Sa’dī, Abū al-Hasan
al-Marwazī. Guru-gurunya adalah Ismā’īl b. Ja’far, Ibn Mubārak, Ḥafs bin
Sulaimān, Syarīk bin ‘Abdullah. Sedangkan murid-muridnya adalah Bukhārī,
44
Muslim, Tirmidzī, Nasā`ī, Abū Bakr b. Khuzaimah, Ḥasan b. Sufyān. Beliau wafat
pada tahun 244 H. Menurut Muhammad bin ‘Alī bin Hamzah al-Marwazī dan al-
Nasā`ī, ‘Alī bin Ḥujr adalah orang yang Ḥāfiẓ.27
Ḥafs bin Sulaimān
Nama lengkapnya adalah Ḥafs bin Sulaimān al-Asadī, Abū ‘Umar al-Kūfī.
Guru-gurunya adalah ‘Abdul Malik b. ‘Umair, Laits b. Abī Sulaim, Katsīr b.
Syinẓīr, Katsīr b. Zādzān. Sedangkan murid-muridnya adalah Abū Syu’aib, ‘Alī b.
‘Ayyasy, ‘Ali b. Ḥujr, ‘Alī b. Yazīd, Hisām b. ‘Amr. Beliau wafat pada tahun 180
H. Abū Hātim dan Muslim menilai bahwa Ḥafs bin Sulaimān adalah Matrūk.
Sedangkan ibn al-Madīnī menilainya ḍa’īf.28
Oleh karena itu Ḥafs bin Sulaimān adalah perawi yang ḍa’īf.
Katsīr b. Zādzān
Nama lengkanya adalah Katsīr b. Zādzān al-Nakha’ī al-Kūfī. Guru-gurunya
adalah Salman Abī Hazm al-Asyja’ī, ‘Āṣim b. Ḍamrah, ‘Abdurrahmān b. Abī
Nu’aim. Sedangkan murid-muridnya adalah Hafs b. Sulaimān, Hammād b. Wāqid.
Menurut Abī Hātim dan Abū Zur’ah, Katsīr b. Zādzān adalah perawi yang
majhūl.29
27 Abī al-Faḍl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 3, hal. 148 28 Abī al-Faḍl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 1, hal 450 29 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 24, hal. 108-110
45
‘Āṣim b. Ḍamrah
Nama lengkapnya adalah ‘Āṣim b. Ḍamrah al-Kūfī. Guru-gurunya adalah
‘Alī bin Abī Ṭālib, Sa’īd bin Jubair. Sedangkan murid-muridnya adalah Mundzir
b. Ya’lā, Ḥakam b. ‘Utaibah, Katsīr b. Zādzān, Habīb b. Abī Tsābit.
‘Alī b. al-Madīnī dan al-Ijlī menilai ‘Āṣim b. Ḍamrah adalah perawi yang
tsiqah. Sedangkan al-Nasā`ī menilainya Laisa bihi Ba`s.30
‘Ali b. Abī Ṭālib
Nama lengkapnya adalah ‘Alī b. Abī Ṭālib Abū al-Hasan al-Hāsyimī Amīrul
Mu’minīn. Guru-guru beliau adalah Nabi Muhammad SAW, Abī Bakr al-Siddīq,
‘Umar b. Khaṭṭāb, Fāṭimah bt. Rasulullah SAW. Sedangkan murid-muridnya adalah
Ibrāhīm b. Abdullah, Aswad b. Yazīd, Jābir b. ‘Abdullah, Hasan b. ‘Alī, Husein b.
‘Alī, Nu’mān b. Sa’id dan masih banyak lagi. Beliau wafat pada umur 58 tahun 40
H. Alī merupakan salah satu dari Khulafa al-Rāsyidīn. Menurut Ibn Hajar al-
‘Atsqalānī, ‘Ali b. Abī Tālib adalah sahabat yang Jalīl. Sedangkan menurut al-
Dzahabī, Alī merupakan salah satu dari ‘Asyarah al-Mubasyarah31
Dikarenan ada beberapa perawi yang dinilai ḍa’īf, maka kualitas dari hadis ini
adalah ḍa’īf.
- Hadis no. 6 Jalur Aḥmad b. Ḥanbal
الن ه ر يـ ر ة ع ن أ ب دع ن م مد ب ن ز ي ل مع ن ثـ ن االرب يع ب ن م س ثـ ن اع ب د الرح ن ح د ص لىالل ح د ب ي ش ل م ن الل ي ش ك ر ل الناس ع ل ي ه و س لم ق ال ك ر
30 Abī al-Faḍl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 2, hal 253 31 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 20, hal. 472-485
46
‘Abdurrahmān
Nama lengkapnya adalah ‘Abdurrahmān b. Sallām b. ‘Ubaidillah b. Sālim, al-
Jumāḥī, Abū Ḥarb Al-Baṣrī. Guru-guru beliau adalah Hammād b. Salamah, Sa’īd
b. ‘Ubaid b. Muslim, Sufyān b. ‘Uyaynah, Rabī’ b. Muslim, Yaḥya b. Sulaim.
Sedangkan murid-muridnya adalah Muslim, Ibrāhim b. Hāsyim al-Bagawī, Abū
Ḥātim Muhammad b. Idrīs al-Rāzī, Mūsa b. Hārūn dan lainnya. Beliau wafat di kota
Basrah pada tahun 232 H. Menurut Abū Ḥātim, ‘Abdurrahmān b. Sallām adalah
perawi yang ṣadūq, sedangkan ibnu Ḥibbān menilainya tsiqah.32
‘Abdurrahmān b. Sallām merupakan perawi maqbūl, akan tetapi derajatnya
tidak sampai pada tingkatan tsiqah.
Rabī’ bin Muslim
Nama lengkapnya adalah Rabī’ b. Muslim al-Jumaḥī, Abū Bakr al-Baṣrī. Guru-
gurunya adalah Muhammad b. Ziyād, Ḥasan Baṣrī, Khaṣīb b. Jaḥdar dan lainnya.
Sedangkan murid-muridnya adalah Ibn al-Mubārak, Abū Dāud al-Ṭayālisī, Khālid
b. Ḥārits, ‘Abdurrahman b. Sallām al-Jumaḥī, Muslim b. Ibrāhīm. Beliau wafat
pada tahun 167 H.
‘Abdullah b. Aḥmad, al-‘Ijlī dan ibnu Ḥibbān menilainya tsiqah33
Muhammad b. Ziyād
Nama lengkapnya adalah Muhammad b. Ziyād al-Qurasyī al-Jumaḥī, Abū al-
Hārits al-Madanī. Guru-gurunya adalah ‘Abdullah b. Hārits, ‘Abdullah b. Zubair,
32 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 17, hal. 162-163 33 Abī al-Faḍl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 1, hal 595
47
‘Abdullah b. ‘Umar, Abī Hurairah, ‘Ā`isyah. Sedangkan murid-muridnya adalah
Ibrāhīm b. Ṯahmān, Ḥammād b. Zaid, Salīm b. Hayyan, Syu’bah, ‘Abbād b.
Manṣūr, Rabī’ b. Muslim. Menurut Aḥmad bin Ḥanbal dan Isḥāq b. Manṣūr,
Muḥammad b. Ziyād adalah perawi tsiqah. Sedangkan Abū Ḥātim menilainya
Ṣadūq.
Muhammad b. Ziyād adalah perawi yang ṣadūq
Abū Hurairah
Abū Hurairah merupakan nama panggilan beliau seorang sahabat Rasulullah
yang sangat terkenal dengan periwayatan hadisnya yang mencapai 5374 hadis dari
kalangan tua34. Nama lengkap beliau ‘Abdurrahman b. Ṣakhr ad-Dawsi al-Yamani.
Mengenai nama beliau terdapat perbedaan di satu sisi ada yang berpendapat
Abdurrahman b. Ṣakhr pada sisi lain mengatakan Abdu Syams dan Abdu ‘Amru b.
‘Abdu ghanam.35 Beliau wafat tahun 57 H36 Kedua nama tersebut merupakan
sebutan abu Hurairah Sebelum masuk Islam. Guru beliau adalah Abū Bakar,
‘Aisyah, Faḍl b. ‘Abbas. Sedangkan muridnya Jābir, Ibn ‘Abbas, Abū Zur’ah b.
‘Amr, ‘Ubaidullah b. ‘Utbah, Sa’īd b. Musayyab, Abdurrahman b. Ya’kūb, Abū
Ṣalih, Abū Ḥazim, Abu Salamah37. Menurut Ibnu ‘Umar, Abū Hurairah lebih baik
dariku dan lebih tahu tentang hadis sedangkan menurut Ibnu Ḥajar, Abū Hurairah
adalah sahabat yang besar dan ḥāfiẓ.38
34 Ibn hajar al-asqalani, Taqrib al-tahdzib, (Beirut : Ar-Risalah) hal.599 35 Abū Bakar Aḥmad bin Ali bin Manjuwaih al-Ashbahani, Rijal Shahih Muslim, (Beirut:
Dar al-Ma’rifah) jilid. 2, hal.400 36Ibn ‘Abdil-Barr, al-Isti’ab Fi ma’rifat al-Shahaabi, (Beirut: Dar al-Fikr), jilid. 2, hal. 476 37 Abī Bakr Aḥmad bin ‘Ali bin Manjuwaih al-Aṣbahāni, Rijāl Ṣaḥīḥ Muslim,(Beirut: Dar
al-Ma’rifah) jilid. 2, hal. 400 38 Aḥmad bin hajar al-‘atsqalānī, Tahdzib al-tahdzib, (Beirut : MuassasahAr-Risālah), Juz.
12, hal. 237-240
48
Dari penelitian diatas, terdapat perawi yang tidak sampai pada tingkatan tsiqah,
oleh karena itu, kualitas dari hadis tersebut adalah ḥasan.
- Hadis no. 9 Jalur Abū Dāud
ب ب ن س ع دع ن اللي ث ف عع ن ع ب د الل ب ن ن بـ ر ن أ خ ال م س يب ثـ ن ام مد ب ن إ س ح ق ك ح د ر ب ن س و اد ة ع ن ق ا ر ي س ع يدال د أ ب ة و ل ي س ع ط اء ب ن ي س ارع ن الصال س ف رف ح ض ر ت يف ن خ ر ج ر ج ال م ع ه م ام اءل
ة و ال و ض وء ف أ ع اد أ ح د ه االصال ال و ق ت اال م اء يف و ج د ث و فـ تـ ي مم اص ع يداط ي باف ص لي اث خ ر ا ي ع د مل الل السنة و أ تـ ي ار س ول أ ص ب ت ي ع د ل لذ يمل ل ه فـ ق ال ع ل ي ه و س لم ف ذ ك ر اذ ل ك ص لىالل ز أ ت ك أ ج
م رتـ ن ر ال ج و أ ع اد ل ك ل لذ يتـ و ضأ و ق ال ت ك ص ال
Muḥammad bin Ishāq
Nama lengkapnya adalah Muhammad b. Ishāq b. Muhammad b. ‘Abdurrahman
b. ‘Abdullāh b. al-Musayyab al-Makhzūmī al-Musayyabī, Abū ‘Abdullāh al-
Madanī. Guru-gurunya adalah ibn ‘Uyaynah, Anas b. ‘Iyāḍ, ‘Abdullāh b. Nāfī’,
Yazīd b. Hārūn, Muhammad b. Fulaih. Sedangkan murid-muridnya adalah Muslim,
Abū Dāud, Abū Ḥātim, Abū Zur’ah, Mūsā b. Ishāq, Ibrāhīm al-Harbī, ‘Abdullah b.
Aḥmad dan lainnya. Beliau wafat pada tahun 236 H. Menurut Ṣāliḥ b. Muhammad
dan ibn Qāna’, Muhammad bin Ishāq adalah perawi yang tsiqah. 39
‘Abdullah bin Nāfi’
Nama lengkapnya adalah ‘Abdullah b. Nāfi’ b. Abī Nāfi’ al-Ṣāig al-Qurasyī al-
Makhzūmī, Abū Muhammad al-Madanī. Guru-gurunya adalah Usāmah b. Zaid,
Khālid b. Ilyās, ‘Abdullah b. ‘Umar, ‘Abdullah b. Nāfi’, al-Mughīrah b.
‘Abdirrahmān. Sedangkan murid-muridnya adalah Aḥmad b. Ḥasan al-Tirmidī,
39 Abī al-Faḍl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 3, hal. 503
49
Zubair b. Bakr, Sulaimān b. Dāud, Qutaibah b. Sa’id, Muhammad b. Isḥāq dan
lainnya. Beliau wafat pada tahun 216 H.
Abū Bakr b. Abī Khaitsamah dan al-Dārimī menilai bahwa ‘Abdullah b. Nāfi’
adalah perawi yang tsiqah. Sedangkan Abū Zur’ah dan al-Nasā`ī menilainya
ṣadūq.40
‘Abdullah bin Nāfi’ adalah perawi yang ṣadūq.
Laits bin Sa’id
Nama lengkapnya adalah Laits b. Sa’id b. ‘Abdurrahman al-Fahmī, Abu al-
Ḥārits, Imām al-Miṣrī. Guru-gurunya adalah Nāfi’, ibn ‘Ajlān, Zuhair, Hisyām b.
‘Urwah, ‘Aṭa b. Abī Rabāh, ‘Ubaidullah b. Abī Ja’far, Qatādah. Sedangkan murid-
muridnya adalah Syu’aib, Muhammad b. ‘Ajlā, Hisyām b. Sa’ad, ibn Lahī’ah, Abū
Salamah, ‘Abdullah b. Nāfi’ dan masih banyak lagi. Beliau wafat di hari Jum’at
bertepatan dengan Nisfu Sya’ban pada tahun 175 H. Menurut ibn Sa’ad, Abū Dāud,
ibn Abī Khaitsamah dan ibn al-Madīnī, Laits bin Sa’id adalah perawi yang tsiqah.41
Bakr b. Sawādah
Nama lengkapnya adalah Bakr b. Sawādah b. Tsumāmah al-Judzāmī, Abū
Tusmāmah al-Miṣrī. Guru-gurunya adalah ‘Abdullah b. ‘Umar, ‘Abdurrahman b.
Jubīr, Sa’īd b. Musayyāb, al-Zuhrī dan lainnya. Sedangkan murid-muridnya adalah
Ja’far b. Rabī’ah, Laits, ibn Lahī’ah ‘Amr b. Ḥārits dan lainnya. Beliau wafat pada
40 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 16, hal. 208-211 41 Abī al-Faḍl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 3, hal. 481-484
50
tahun 128 H. ‘Utsmān bin Sa’īd dan al-Nasā`ī mengatakan bahwa Bakr b. Sawādah
adalah perawi tsiqah, sedangkan ibn Yūnūs menilainya faqīh.42
Bakr b. Sawādah adalah perawi tsiqah.
‘Aṭā bin Yasār
Nama lengkapnya adalah ‘Aṭā b. Yasār al-Hilālī, Abū Muhammad al-Madanī.
Guru-gurunya adalah Ubay b. Ka’ab, Usāmah b. Zaid, Jābir b. ‘Abdullah, Zaid b.
Tsābit, ‘Abdullah b. Salām, Abī Rāfi’, Abī Sa’īd al-khudrī dan lainnya. Sedangkan
murid-muridnya adalah ‘Ubaidullah b. Miqsam, Muhammad b. Abī Hirmalah,
Muslim b. Abī Maryam, Hilāl b. ‘Alī, Abū Salamah. Beliau wafat pada tahun 97 H.
Ishāq b. Manṣūr, Abū Zur’ah dan Muhammad b. Sa’ad menilai ‘Aṭā bin Yasār
adalah perawi tsiqah.43
Abī Sa’īd al-Khudrī
Nama lengkapnya adalah Sa’ad b. Mālik b. Sinān b. ‘Ubaid b. Tsa’labah b.
‘Ubaid b. al-Abjar, Abu Sa’īd al-Khudrī. Beliau adalah sahabat Rasulullah SAW.
Guru-gurunya adalah Nabi Muhammad SAW, Jābir b. ‘Abdullah, Zaid b.
tsābit,’Abdullah b. Sallām, ‘Abdullah b. ‘Abbās, ‘Alī, ‘Umar, Mu’āwiyah b. Abī
Sufyān. Sedangkan murid-muridnya adalah Ismā’īl b. Abī Idrīs, Sa’īd b. Jubair,
Ṣāliḥ b. Dīnār, ‘Aṯa b. Yasār, ‘Ikrimah, ‘Uqbah dan lainnya. Beliau wafat di
Madinah pada tahun 74 H. Menurut Hanzalah b. Abī Sufyan, tidak ada satu pun
hadis sahabat yang lebih faqīh dari Abī Sa’īd al-Khudrī.44
42 Abī al-Faḍl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 1, hal. 244 43 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 20, hal. 125-127 44 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 10, hal. 294-300
51
Dari penelitian diatas, terdapat perawi yang tidak sampai pada tingkata tsiqah,
oleh karena itu, kualitas dari hadis ini adalah ḥasan.
- Hadis no. 11 jalur Aḥmad b. Ḥanbal
ل غ ب ه النب يـ بـ ر وب ن ال ع اص ع ب د الل ب ن ع م ع ن ق اب وس أ ب روع ن ع م ي ان ع ن ثـ ن اس ف لىالل ص ح دل السم اء و الرع يـ ر ح ك م أ ه ل ال ر ض الراح ون يـ ر ح ه م الرح ن ار ح واأ ه ل ي ه و س لم ق ال ن ةم ن م ش ج ح
ق ط ع ه ابـ تـت ه و ص ل ه او ص ل ت ه و م ن الرح ن م ن
Sufyān
Nama lengkapnya adalah Sufyān b. Sa’īd b. Masrūq al-Tsaurī, Abū ‘Abdullah
al-Kūfī. Guru-gurunya adalah Ibrāhīm b. ‘Abdul A’lā, Usāmah b. Zaid, Aslam al-
Minqarī, ‘Umar b. Ya’lā, ‘Amr b. Dīnār, ‘Amr b. Qais. Sedangkan murid-muridnya
adalah Abān b. Taglīb, Aḥmad b. ‘Abdullah, Isḥāq b. Yūsuf al-Azraq, Abū Usāmah,
Sufyān b. ‘Uyaynah, Sulaimān b. Bilāl dan lainnya. Beliau wafat pada tahun 161 H
di kota Basrah.
Menurut Syu’bah, Sufyan adalah Amīrul Mu`minīn di bidang Hadis.
Sedangkan menurut Waqī, ia adalah perawi yang ḥāfiẓ. Menurut Sufyān b.
‘Uyaynah, ia adalah aṣḥāb al-Ḥadīs.45
‘Amr
Nama lengkapnya adalah ‘Amr b. Dīnār al-Makkī, Abū Muhammad al-Atsrām
al-Jumaḥī. Guru-gurunya adalah Jābir b. ‘Abdullah al-Anṣārī, Sālim b. ‘Abdullah
b. ‘Umar, Sa’īd b. Jubīr, Sa’īd b. Musayyab, Sulaimān b. Yasār, Abī Qābūs, Abī
45 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 11, hal. 154-169
52
Hurairah. Sedangkan murid-muridnya adalah Abān b. Yazīd, Ismā’īl b. Muslim al-
Makkī, Ja’far b. Muhammad al-Ṣādiq, Sa’īd b. Basyīr, Sufyān b. ‘Uyaynah, Sufyan
al-Tsaurī, dan lainnya. Beliau wafat pada tahun 116 H. Menurut ‘Abdurrahman b.
Ḥakim, Abū Ḥātim, al-Nasā`ī, ‘Amr b. Dīnār adalah perawi tsiqah.46
‘Amr b. Dīnār adalah perawi yang tsiqah.
Abī Qābūs
Nama lengkapnya adalah Muhammad b. ‘Abdullah b. ‘Amr b. al-‘Āsī al-
Sahimī. Gurunya yaitu ayahnya ‘Abdullah b. ‘Amr. Sedangkan murid-muridnya
adalah anaknya Syu’aib, Ḥākim b. Ḥārits al-Fahmī dan lainnya. Ibn Ḥibbān
menyebutkan dalam tsiqahnya.47
Abī Qābūs adalah perawi yang tsiqah.
‘Abdullah b. ‘Amr
Nama lengkapnya adalah ‘Abdullah b. ‘Amr b. al-‘Āṣī b. Wātsil, b. Hāsyim, b.
Su’aid, b. Sa’ad al-Qurasyī, Abū Muhammad. Guru-gurunya adalah Nabi
Muhammad SAW, Abū Bakr, ‘Umar, ‘Abdurrahman b. ‘Auf, Mu’adz b. Jabbal,
Abī Dardah. Sedangkan murid-muridnya adalah Anas b. Mālik, Abū Umāmah,
Sa’īd b. Musayyib, ‘Urwah b. Zubair, ‘Ikrimah, anaknya Muhammad b. ‘Abdullah
b. ‘Amr. Beliau wafat di bulan Dzulhijjah pada tahun 65 H. Menurut Abū Hurairah
tidak ada yang lebih banyak menyampaikan hadis Nabi Muhammad SAW
dibanding aku, kecuali ‘Abdullah b. ‘Amr48
46 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 22, hal. 5-12 47 Abī al-Faḍl Aḥmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 3, hal. 611 48 Abī al-Faḍl Aḥmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 2, hal. 393
53
Dari penelitian diatas semua perawi dinilai tsiqah. Oleh karena itu, kualitas dari
hadis diatas adalah ṣaḥīḥ.
- Hadis no. 13 Jalur Ibnu Majāḥ
ثـ ن اس ع يد ب ن ع م ار ة أ خ ثـ ن اع ل يب ن ع ياشح د ق يح د ب ن ال و ل يد الد م ش ثـ ن اال ع باس ب ن بـ ح د احل ار ث ر ن أ ن س ع ت د ك النـع م ان ر م واأ و ل أ ك ع ل ي ه و س لم ق ال الل ص لىالل ر س ول ع ن ب ن م ال كي د ث م س
ن واأ د بـ ه م س و أ ح
‘Abbās bin Walīd
Nama lengkapnya adalah ‘Abbās b. Walīd b. Ṣibḥi al-Khalāl al-Sulamī,
Abū Faḍl al-Dimasyqī. Guru-gurunya adalah Zaid b. Yaḥya b. ‘Ubaid al-Dimasyqī,
‘Alī b. ‘Ayyasy, Yaḥya b. Ṣāliḥ, ‘Abbās b. ‘Abdurrahman. Sedangkan murid-
muridnya adalah ibnu Mājah, Abū Ḥātim, Abū Zur’ah, Ḥasan b. Sufyān, Sulaimān
b. Ayūb dan lainnya. Beliau wafat pada tahun 248 H. Menurut Abū Ḥātim, ‘Abbās
bin Walīd adalah seoarang syeikh. Sedangkan menurut al-Ajrī, ia adalah orang
‘Ālim. Ibnu Ḥajar al-‘Atsqalānī menilainya ṣadūq.49
‘Abbās bin Walīd adalah perawi yang ṣadūq.
‘Alī bin ‘Ayyasy
Nama lengkapnya adalah ‘Alī b. ‘Ayyasy b. Muslim al-Alhanī, Abū al-Ḥasan
al-Ḥimsī al-Bakā`ī. Guru-gurunya adalah Ismā’īl b. ‘Ayyāsy, Sa’īd b. ‘Umārah,
Sufyān b. ‘Uyaynah, Abī Mu’Awiyah, Syu’aib b. Abī Ḥamzah. Sedangkan murid-
muridnya adalah al-Bukhārī, Ibrāhīm b. Haitsam, Aḥmad b. Ḥanbal, ‘Abbās b.
49 Abī al-Faḍl Aḥmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 2, hal. 295
54
Walīd, Abū Zur’ah, ‘Alī b. ‘Utsmān, Qāsim b. Hāsyim dan lainnya. Beliau wafat
pada tahun 219 H.
Al-Ijlī, al-Nasā`ī, al-Dāruquṭnī dan ibn Ḥibbān menilai ‘Alī bin ‘Ayyasy adalah
seorang tsiqah.50 Oleh karena itu ‘Alī bin ‘Ayyasy adalah seoarang perawi yang
tsiqah.
Sa’īd bin ‘Umārah
Nama lengkapnya adalah Sa’īd b. ‘Umārah b. Ṣafwān b. ‘Amr b. Abī Kuraib
al-Kala’ī al-Syāmī al-Ḥimṣī. Guru-gurunya adalah Hārits b. Nu’mān, Sa’īd b. Jabīr,
Hisyām b. Gāzi. Sedangkan murid-muridnya adalah Salamah b. Bisyr, ‘Abdullah
b. ‘Abdul Jabbār, Alī b. ‘Ayyasy, Qāsim b. Ḥabīb al-Dimasyqī. Menurut Ibnu Ḥajar
al 'Asqalāni, Sa’īd bin ‘Umārah adalah seoarang yang ḍa’īf. Menurut al-Azdī, ia
adalah perawi yang matrūk. Seddangkan ibn Ḥazm menilainya Majhūl.51
Sa’īd bin ‘Umārah adalah seorang perawi yang ḍa’īf.
Ḥārits bin Nu’mān
Nama lengkapnya adalah Ḥārits b. Nu’mān b. Sālim al-Laits. Guru-gurunya
adalah Anas, Ḥasan Baṣrī, Ṭāwūs, Sa’īd b. Jubir. Sedangkan murid-muridnya
adalah Sa’īd b. ‘Umarah, Junādah b. Marwān al-Ḥimṣī. Al-Bukhārī, al-‘Uqailī dan
al-Azdī mengatakan bahwa Ḥārits bin Nu’mān seorang yang munkar.52
Ḥārits bin Nu’mān adalah seorang perawi yang munkar.
50 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 21, hal. 81-85 51 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 11, hal. 13-16 52 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 1, hal. 338
55
Anas b. Mālik
Nama lengkapnya beliau adalah Anas b. Malik b. al-Naḍar b. Ḍamḍam b. Zaid
b. Harm b. Jandab b. ’Amir b. Ganam b. ’Adi b. al-Najar al-Anshari al-Najari.
Sedangkan nama kunyahnya adalah Abū Ḥamzah al-Madanī. Para guru-gurunya
adalah: Nabi Muhammad SAW. Ubai b. Ka’ab, Zaid b. Arqām, Zaid b. Tsābit,
Abdullah b. Rabah, Abu Bakar al-Ṣiddiq, Abdullah b. Mas’ūd, Abdullah b. ‘Abbās,
Umar b. al-Khaṭṭāb, ’Utsman b. ’Affān, dan masih banyak yang lainnya. Para
murid-murid beliau adalah: Sa’id b. Jubair, Sa’id b. al-Musayyāb, ’Ashim b. ’Umar
b. Qatādah, ’Aqmir al-Sya’bī, Muhammad b. Yaḥya b. Ḥibbān, Muhammad b.
Sirin, Marwan al-Ashfar, Mālik b. Dinār, dan masih banyak yang lainnya. Menurut
Al-Zuhrī, Anas bin Malik adalah ”khadimnya nabi SAW”. Sedangkan menurut
Khusain Bin Waqid, Anas bin Malik adalah orang yang di doakan oleh nabi agar
banyak hartanya, banayak keturunannya, dan panjang umurnya. Menurut ’Ubad bin
Mansur dari Ayyub, Anas bin Malik adalah salah satu sahabat yang ikut perang
Khuzdaibah, Khaibar, dan beliau juga menyaksikan nabi haji dan fathu Mekkah.53
Dari hasil penelitian ditemukan perawi yang memiliki kualitas ḍa’īf. Oleh
karena itu, kualitas dari hadis ini adalah ḍa’īf.
- Hadis no. 15 Jalur Ibnu Majāḥ
قـ رة ب ن ثـ ن اال و ز اع يع ن ح د ب ن ش اب ور ثـ ن ام مد ب ن ش ع ي ب ثـ ن اه ش ام ب ن ع مارح د ع ب د الرح ن ح د يل ع يـ و ع ل ي ه و ب ن ح الل ص لىالل ر س ول ق ال ه ر يـ ر ة ق ال أ ب س ل م ة ع ن أ ب ع ن ر ي الزه ن س لم م ن
يـ ع ن يه ال م ر ء تـ ر ك ه م ال م ال ن إ س ح س
53 Yusuf Al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamal fi asma al-Rijāl (Beirut: Dār al-Fikr, 1994), cet. Ke-
1. Juz 3, hal. 352.
56
Hisyām bin ‘Ammār
Nama lengkapnya adalah Hisyām b. ‘Ammār b. Nuṣair b. Maysarah b. Abān
al-Sulamī, Abu al-Walīd al-Dimasyqī. Guru-gurunya adalah Ṣadaqah bi Khālid,
Hātim b. Ismā’īl, ‘Abdurrahman b. Zaid b. Aslam, Mālik b. Anas, Walīd b. Muslim,
Ibn ‘Uyaynah. Sedangkan murid-muridnya adalah al-Bukhārī, Abū Dāud, al-
Nasā`ī, Ibnu Mājah, Muhammad b. Syu’aib, Ibnu Sa’ad, Abū Ḥātim, Abu Zur’ah
dan lainnya. Beloau wafat pada tahun 245 H. Menurut Ibrāhīm b. Junaid, Abū
Ḥātim, al-‘Ijlī dan al-Dāruquṭnī, Hisyām bin ‘Ammār adalah seorang yang tsiqah.54
Hisyām bin ‘Ammār adalah perawi tsiqah.
Muhammad bin Syu’aib
Nama lengkapnya adalah Muhammad b. Syu’aib b. Syābūr al-Qurasyī al-
Mawī, Abū ‘Abdullah al-Syāmī al-Dimasyqī. Guru-gurunya adalah Ibrāhīm b.
Sulaimān, Syaibān b. ‘Abdurrahmān, ‘Abdurrahmān b. Ḥassān, ‘Abdurrahman b.
‘Amr al-Awzā’ī, ‘Utsmān b. Muslim. Sedangkan murid-muridnya adalah Sa’īd b.
‘Amr, ‘Abdullah ibn Mubārak, ‘Īsā b. Yūnus, Muhammad b. Zur’ah, Muhammad
b. Hasyim, Hisyām b. ‘Ammār dan lainnya. Beliau wafat di kota Syam pada tahun
200 H. Menurut ‘Abdullah b. Aḥmad b. Ḥanbal, Isḥāq b. Rāhawaih, Abū Ḥātim,
Abū ‘Ubaid al-Ajarī dan Ibnu Ḥibbān, Muhammad bin Syu’aib adalah perawi
tsiqah.55
Muhammad bin Syu’aib adalah perawi tsiqah.
54 Abī al-Faḍl Aḥmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 4, hal. 276-277 55 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 25, hal. 370-374
57
Al-Awzā’ī
Nama lengkapnya adalah ‘Abdurrahmān b. ‘Amr b. Abī ‘Amr, Abū ‘Amr al-
Awzā’ī. Guru-gurunya adalah Usāmah b. Laits, Ismā’īl b. ‘Ubaidillah, Ayyūb b.
Mūsā, Tsābit b. Tsaubān, Rabī’ah b. Yazīd, Qurrah b. ‘Abdurrahman. Sedangkan
murid-muridnya adalah Isḥāq b. Ibrāhīm b. Muhammad al-Fazārī, Sufyan al-Tsaurī,
Salamah b. ‘Ayyār, Syu’bah b. Ḥajāj, Muhammad b. Syu’aib b. Syābūr dan lainnya.
Beliau wafat di kota Syam pada tahun 157 H. Menurut Ibnu Ḥibbān, al-‘Ijlī, Ibnu
Ḥajar al 'Asqalāni dan al-Dzahabī, Al-Awzā’ī adalah seorang yang tsiqah dan
ḥāfiẓ.56
Al-Awzā’ī adalah seorang perawi tsiqah.
Qurrah bin ‘Abdurrahman
Nama lengkapnya adalah Qurrah b. ‘Abdurrahman b. Ḥaywīl b. Nāsyirah b.
‘Abd b. ‘Āmir al-Ma’āfirī, Abū Muhammad al-Miṣrī. Guru-gurunya adalah Zuhrī,
Abū Zubair, Rabī’ah, ‘Āmir b. Yaḥya, Yaḥya b. Sa’īd. Sedangkan murid-muridnya
adalah al-Awzā’ī, Sa’īd b. ‘Abdul ‘Azīz, Laits, ibn Lahī’ah, Syu’aib b. Syābūr dan
lainnya. Beliau wafat pada tahun 147 H. Menurut al-Juzjānī dan Abū Zur’ah,
Qurrah bin ‘Abdurrahman seorang yang munkar dan majhūl. Sedangkan menurut
ibn Abī Khaitsamah ia seoarang yang ḍa’īf.57
Zuhrī
Muhammad b. Muslim b. ‘Ubaidillah b. ‘Abdillah b. Syihāb al-Qurasyī al-
Zuhrī. Guru-gurunya adalah ‘Abdullah b. ‘Umar b. Khaṭṭāb, ‘Abdullah b. Ja’far,
56 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 17, hal. 307-315 57 Abī al-Faḍl Aḥmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 3, hal. 438
58
Sahl b. Sa’ad, Abī Salamah, ‘Urwah b. Zubair. sedangkan murid-muridnya adalah
‘Aṯa` b. Abī Rabāh, Abū Zubair, ‘Amr b. Dīnār, Ibn Juraij, Muhammad b. al-
Munkadir, Hisyām b. ‘Urwah dan lainnya. Beliau wafat pada tahun 124 H. Menurut
ibn Sa’ad dan ibn Ḥajar al-‘Atsqalānī, Muhammad b. Muslim adalah seorang ḥāfiẓ
dan fāqih.58
Muhammad b. Muslim adala seorang yang ḥāfiẓ dan fāqih.
Abū Salamah
Nama lengkapnya adalah Abū Salamah b. ‘Abdurrahmān b. ‘Auf al-Qurasyī
al-Zuhrī al-Madanī. Namanya adalah ‘Abdullah, ada yang mengatakan Ismā’īl.
Guru-gurunya adalah Usāmah b. Zaid, Anas b. Mālik, Ja’far b. ‘Amr, ‘Abdullah b.
Salām, ‘Abdullah b. ‘Abbās, Abū Hurairah. Sedangkan murid-muridnya adalah
Kilāb b. ‘Alī, Ismā’īl b. Umayyah, Sa’īd b. Abī Sa’īd, Abū Hazm, ‘Amr b. Dīnār,
Gaylān b. Anas dan lainnya. Beliau wafat pada tahun 94 H. Menurut Abū Zur’ah
dan Ibnu Ḥibbān, Abū Salamah adalah seorang perawi tsiqah.59
Abū Salamah adalah seoarang perawi tsiqah
Abū Hurairah60
Dari penelitian diatas, ditemukan perawi yang dinilai ḍa’īf. Oleh karena itu,
kualitas hadis diatas adalah ḍa’īf.
58 Abī al-Faḍl Aḥmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 3, hal. 696-697 59 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 33, hal. 370-376 60 Lihat di halaman 46
59
- Hadis no. 17 Jalur Aḥmad b. Ḥanbal
ثـ م مد ب ن إ بـ ر اه يم ب ن احل ار ث ح د يـ و ة ع ن اب ن ال اد ع ن ح بع ن اب ن و ه ح دث ن ان اه ار ون ق ال لتـي م ي ه اد ق ال ه ج ك ان إ ن ع ل ي ه و س لم أ نه ق ال الل ص لىالل ر س ول ه ر يـ ر ة ع ن أ ب اع ن ل ك ب ري و الضع يف
ر ة و ال م ر أ ة احل جو ال ع م
Hārūn
Nama lengkapnya adalah Hārūn b. Ma’rūf al-Marwazī, Abū ‘Alī al-Khazzāz.
Guru-gurunya adalah Bisyr b. Sirrī, Ḥātim b. Ismā’īl, ‘Abdullah b. Mubārak,
‘Abdullah b. Wahb, Husyaim ibn Basyīr, Walīd b. Muslim. Sedangkan murid-
muridnya adalah Muslim, Abū Dāud, Aḥmad b. Ḥanbal, Muhammad b. ‘Abdullah
b. Mubārak, Mūsā b. Hārūn, Ya’qūb b. Syaibah, Abu Ḥātim, Abu Zur’ah dan
lainnya. Beliau wafat pada tahun 231 H. Alī b. Husain b. Hibbān, Abū Zur’ah, Abu
Hātim dan al-‘Ijlī menilai Hārūn Tsiqah.61
Hārūn b. Ma’rūf al-Marwazī adalah seorang perawi tsiqah
Ibn Wahb
Nama lengkapnya adalah ‘Abdullah b. Wahab b. Muslim al-Qurasyī, Abū
Muhammad al-Miṣrī. Guru-gurunya adalah Ḥaywah b. Syuraih, Sa’īd b. Abī
Ayyūb, Laits b. Sa’ad, Ibn Lahī’ah, ‘Iyāḏ b. ‘Abdullah, Sulaimān b. Bilāl, ibn
‘Uyaynah. Sedangkan murid-muridnya adalah ‘Alī al-Madanī, Ibrāhīm b. Mundzir,
Qutaibah, Hārūn b. Ma’rūf, Muhammad b. Salamah al-Murādī dan lainnya. Beliau
wafat pada tahun 197 H. Menurut Ibn Abī Khaitsamah dan Abū Zur’ah, ibn Wahb
adalah seorang yang tsiqah. Sedangkan Ibn Abī Ḥātim mengatakan ṣadūq.
61 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 30, hal. 107-109
60
‘Abdullah b. Wahab adalah seorang perawi yang maqbul akan tetapi tidak
sampai pada tingkatan tsiqah.
Ḥaywah
Nama lengkapnya adalah Ḥaywah b. Syuraih b. Ṣafwān b. Mālik, Abū Zur’ah
al-Miṣrī. Guru-gurunya adalah Bakr b. ‘Amr, Rabīah b. Yazīd, Abū ‘Uqail, Abī
Aswad. Sedangkan murid-muridnya adalah Laits, ibn Lahi’ah, Nāfi’ b. Yazīd, Ibn
Wahb, Ibn Mubārak, Abū ‘Āṣim. Belia wafat pada tahun 158 H. Menurut Ḥarb, ibn
Ma’īn dan Abū Ḥātim, Ḥaywah adalah seorang yang tsiqah.62
Ḥaywah b. Syuraih adalah seorang perawi tsiqah.
Ibn Hādi
Nama lengkapnya adalah Yazīd b. ‘Abdullah b. Usāmah b. al-Hādi al-Laitsī,
Abū ‘Abdullah al-Madanī. Guru-gurunya adalah Irāhīm b. Sa’ad, Tsa’labah b. Abī
Mālik, Ziyād b. Abī Ziyād, Salamah b. Dīnār, ‘Abdullah b. Yūnus, Muhamad b.
Ibrāhīm. Sedangkan murid-muridnya adalah Haywah b. Syuraih, Sa’īd b. Abī Bilāl,
Sufyān b. ‘Uyaynah, Laits b. Sa’ad, Mālik b. Anas dan lainnya. Beliau wafat pada
tahun 139 H. Abū Bakr b. abī Khaitsamah, al-Nasā`ī, ibn Abī Ḥātim, dan ibn
Ḥibbān mengatakan Yazīd b. ‘Abdullah adalah seorang yang tsiqah.63
Yazīd b. ‘Abdullah adalah perawi tsiqah.
Muhammad b. Ibrāhīm
Nama lengkapnya adalah Muḥammad b. Irāhīm b. Hārits b. Khālid b. Ṣakhr b.
Ka’ab al-Qurasyī al-Taimī, Abū ‘Abdullah al-Madanī. Guru-gurunya adalah Abī
62 Abī al-Faḍl Aḥmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 1, hal 508-510 63 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 32, hal. 169-172
61
Sa’īd al-Khudrī, Jābir b. ‘Abdullah, Anas b. Mālik, Maḥmūd b. Labīd, Abī Ḥazm.
Sedangkan murid-muridnya adalah Muhammad b. ‘Amr b. ‘Alqamah, Hisyām b.
‘Urwah, Yazīd b. al-Hadī, al-Awzā’ī, Usāmah b. Zaid dan lainnya.beliau wafat pada
tahun 120 H. Menurut ibn Ma’īn, Abū Ḥātim, al-Nasā`ī dan ibn khirāsy,
Muhammad b. Irāhīm adalah seorang yang tsiqah.64
Muhammad b. Irāhīm adalah seorang perawi tsiqah.
Abi Hurairah65
Dari penelitian diatas terdapat periwayat yang tidak sampai pada tingkatan
tsiqah. Oleh kerena itu, kualitas hadis ini adalah ḥasan.
- Hadis no. 18 Jalur Nasā`ī
م ر م بع ن ثـ ن ااب ن و ه ح د ع يس ىب ن إ بـ ر اه يم ق ال بـ ر ن س ع أ خ أ ب يه ق ال ة ع ن ي ل ب ن أ ب س ه ت
ع ل ي ه و س لم الل ص لىالل ر س ول ق ال ه ر يـ ر ة يـ ق ول أ ب س ع ت يـ ق ول أ ب س ع ت و ف د الل ص ال حق ال ث ةال غ از يو احل اجو ال م ع ت م ر و ج لث ال ع ز
‘Īsā bin Ibrāhīm
Nama lengkapnya adalah ‘Īsā b. Ibrāhīm b. ‘Īsā b. Matsrūd al-Matsrūdī, Abū
Mūsā al-Miṣrī. Guru-gurunya adalah Sufyān b. ‘Uyaynah, ‘Abdullah b. Wahb,
‘Abdurrahmān b. Qāsim, Yaḥya b. Khalaf. Sedangkan murid-muridnya adalah Abū
Dāud, al-Nasā`ī, ‘Alī b. Sa’īd, Abū Bakr ‘Abdullah b. Abī Dāud, Ahmam b. Dāud
b. Sulaimān dan lainnya. Beliau wafat pada tahun 261 H. Menurut al-Nasā`ī dan
Abū Ḥātim, ‘Īsā b. Ibrāhīm adalah perawi yang ṣadūq.66
64 Abī al-Faḍl Aḥmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 3, hal. 488-489 65 Lihat di halaman 46 66 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 22, hal. 582-584
62
‘Īsā b. Ibrāhīm adalah perawi yang maqbul. Akan tetapi tidak sampai pada
tingkatan tsiqah.
Ibn Wahb
Nama lengkapnya adalah ‘Abdullah b. Wahab b. Muslim al-Qurasyī, Abū
Muhammad al-Miṣrī. Guru-gurunya adalah Ḥaywah b. Syuraih, Sa’īd b. Abī
Ayyūb, Laits b. Sa’ad, Ibn Lahī’ah, ‘Iyāḍ b. ‘Abdullah, Sulaimān b. Bilāl, ibn
‘Uyaynah. Sedangkan murid-muridnya adalah ‘Alī al-Madanī, Ibrāhīm b. Mundzir,
Qutaibah, Hārūn b. Ma’rūf, Muhammad b. Salamah al-Murādī dan lainnya. Beliau
wafat pada tahun 197 H. Menurut ibn Abī Khaitsamah ia adalah perawi tsiqah.
Sedangkan Abū Zur’ah dan ibn Abī Ḥātim menilai bahwa ia ṣadūq.67
‘Abdullah b. Wahab adala perawi maqbul. Akan tetapi tidak sampai pada
tingkatan tsiqah.
Makhramah
Nama lengkapnya adalah Makhramah b. Bukair b. ‘Abdullah b. al-Asyajj al-
Qurasyī. Abū Miswar al-Madanī. Guru-gurunya adalah Bukair b. ‘Abdullah, ‘Āmir
b. ‘Abdullah b. Zubair. sedangkan murid-muridnya adalah ‘Abdullah bin Lahī’ah,
‘Abdullah b. Mubārak, ‘Abdullah b. Wahb, Qudāmah ibn Muhammad al-
Khasyramī, Mālik b. Anas. Beliau wafat pada tahun 159 H. Menurut Abū Ḥātim
dan ibn Ḥibbān, Makhramah adalah tsiqah.68
Makhramah b. Bukair adalah perawi tsiqah.
67 Abī al-Faḍl Aḥmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 2, hal. 454 68 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 27, hal. 324-327
63
Abīhi
Nama lengkapnya adalah Bukair b. ‘Abdullah b. al-Asyajj al-Qurasyī, Abū
‘Abdullah al-Madanī. Guru-gurunya adalah Mahmūd b. Labīd, Abī Umāmah b.
Sahl, Sa’īd b. Musayyab, Sulaimān b. Yasār, Kuraib, Abī Burdah. Sedangkan
murid-muridnya adalah Laits, Ibn Ishāq, ‘Abdullah b. Sa’īd, Ja’far b. Rabī’ah,
Makhramah b. Bukair, Yazīd b. Abī Habīb. Beliau wafat pada tahun 122 H.
Menurut Ḥarb, al-Daurī, Abū Ḥātim dan al-‘Ijlī, Bukair b. ‘Abdullah adalah seorang
yang tsiqah.69
Bukair b. ‘Abdullah adalah seorang perawi tsiqah.
Suhail
Nama lengkapnya adalah Suhail b. Abī Ṣāliḥ, Abū Yazīd al-Madanī. Guru-
gurunya adalah ayahnya, Sa’īd b. Musayyab, ‘Abdullah b. Dīnār, ‘Aṭa` b. Yazīd al-
Laits, ibn Munkadir, al-A’masy, Rabī’ah. Sedangkan murid-muridnya adalah
Yahya b. Sa’īd al-Anṣārī, Mūsā b. ‘Uqbah, Syu’bah, Ibn Juraij, Sufyān b.
‘Uyaynah, Sulaimān b. Bilāl, Abū Mu’āwiyah dan lainnya. Menurut ibn ‘Uyainah
dan al-Nasā`ī, suhail adala perawi tsabat, sedangkan menurut Abū Ḥātim, ia adalah
perawi yang ṣadūq.70
Suhail b. Abī Ṣaliḥ adalah perawi yang maqbul. Akan tetapi tidak sampai pada
tingkatan tsiqah.
69 Abī al-Faḍl Aḥmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 1, hal. 248 70 Abī al-Faḍl Aḥmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 2, hal. 128-129
64
Abī Sālih
Nama lengkapnya adalah Dzakwān Abū Ṣāliḥ al-Sammāni al-Zayyāti al-
Madanī. Guru-gurunya adalah Jābir b. ‘Abdullah, Sa’ad b. Abī Waqāṣ, ‘Abdullah
b. ‘Abbās, Abī Hurairah, Abī Sa’īd al-Khudrī, Ummu Ḥabībah, Ummu Salamah.
Sedangkan murid-muridnya adalah Zaid b. Aslam, Abū Ḥazm, Sulaimān al-
A’masy, ‘Abdullah b. Dīnār, ‘Amr b. Dīnār, Muslim b. Abī Maryam dan lainnya.
Beliau wafat di kota Madinah pada tahun 101 H. Menurut ‘Abdullah b. Aḥmad b.
Ḥanbal, Abū Bakr b. Abī Khaitsamah, Abū Zur’ah dan Abū Ḥātim, Abī Sālih adalah
seorang yang tsiqah.71
Dzakwān Abū Ṣāliḥ al-Sammāni adalah seorang perawi tsiqah.
Abī Hurairah72
Dari penelitian diatas didapatkan perawi yang tidak sampai pada tingkatan
tsiqah. Oleh karena itu, kualitas hadis tersebut adalah ḥasan.
- Hadis No. 20 Jalur Aḥmad b. Ḥanbal
ثـ ن اأ ب وع و ان ب ن ع يس ىح د ر ثـ ن اب ك ع ح د ز ه ري ع ن أ ب ع ن ثـ ن اع ط اء ب ن السا ب ة ة ح د ب د الل ب ن بـ ر ي د س ب يل النـف ق ة يف ك احل ج ع ل ي ه و س لم النـف ق ة يف الل ص لىالل ر س ول ق ال أ ب يه ق ال م ا ة اع ن لل ب س ب ع
ع ف ض
Bakr bin ‘Īsa
Nama lengkapnya adalah Bakr b. ‘Īsa al-Rasibī, Abū Bisyr. Guru-gurunya
adalah Syu’bah, Abī ‘Awānah, Jāmi’ b. Maṯar. Sedangkan murid-muridnya adalah
71 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 8, hal. 513-517 72 Lihat di halaman 46
65
Aḥmad b. Ḥanbal, Abū Mūsā dan lainnya. Beliau wafat pada tahun 204 H. Menurut
al-Nasā`ī, dan ibn Ḥibbān, Bakr b. ‘Īsa adalah seorang yang tsiqah.73
Bakr b. ‘Īsa seorang perawi tsiqah.
Abū ‘Awānah
Nama lengkapnya adalah Waḏāh b. ‘Abdullah al-Yasykurī, Abū ‘Awānah al-
Wasaṯī. Guru-gurunya adalah Ibrāhīm b. Muhājir, Bisyr b. Numair, Jābir b. Yazīd,
Ziyād b. ‘Alaqah, ‘Aṯa b. Sā`ib, Qatadah, ‘Utsmān b. Mughīrah. Sedangkan murid-
muridnya adalah Ibrāhīm b. Hajāj, khālid b. Khidāsy, Sa’īd b. Manṣūr, Suwaid b.
‘Amr, Syu’bah, Sahal b. Bakār dan lainnya. Beliu wafat pada tahun 176 H. Menurut
Abū Zur’ah dan al-‘Ijlī, Abū ‘Awānah adalah seorang yang tsiqah. Sedangkan Abū
Ḥātim dan ibn Sa’ad menilainya ṣadūq.74
Abū ‘Awānah adalah perawi yang maqbul. Akan tetapi tidak sampai pada
tingkatan tsiqah.
‘Aṭa bin Sā`ib
Nama lengkapnya adalah ‘Aṭa b. Sā`ib b. Mālik, Abū al-Sā`ib, dikatakan Abū
Zaid, Abu Yazīd, Abū Muhammad, al-Kūfī. Guru-gurunya adalah Anas b. Mālik,
Ḥasan Basrī, Sa’ad b. ‘Ubaidah, Ayahnya Sā`ib al-Tsaqafī, Abī Salamah b.
‘Abdurrahmān b. ‘Auf. Sedangkan murid-muridnya adalah Jarir b. ‘Abdulhamīd,
Ja’far b. Ziyād, Ḥammad b. Zaid, Zuhair b. Mu’āwiyah, Sufyān al-Tsaurī, Syu’bah,
Abū ‘Awānah dan lainnya. Beliau wafat pada tahun 136 H. Menurut ‘Abdullah b.
73 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 1, hal. 245 74 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 30, hal. 441-448
66
Aḥmad b. Ḥanbal dan al-Nasā`ī, ‘Aṭa bin Sā`ib adalah seorang yang tsiqah.
Sedangkan ibn Ḥajar menilainya ṣadūq.75
‘Aṭa b. Sā`ib adalah perawi maqbul. Akan tetapi tidak sampai pada tingkatan
tsiqah.
Abī Zuhair
Nama lengkapnya adalah ‘Abdurrahmān b. Magrā b. ‘Iyāḏ b. Ḥārits, b.
‘Abdullah al-Dawsī, Abū Zuhair al-Kūfī. Guru-gurunya adalah Azhar b. ‘Abdullah
al-Awdī, Abī Burdah, Sulaimān al-A’masy, ‘Abdul Malik b. Sa’īd, Yazīd b. Kaisān.
Sedangkan murid-muridnya adalah Aḥmad b. Sa’īd b. Jarīr al-Aṣbahānī, ‘Abbās b.
Ismā’īl, ‘Amr b. Rāfi’, Muhammad b. al-Mubārak al-Sūrī dan lainnya. Menurut
Abū Zur’ah, Abī Zuhair adalah seorang yang ṣadūq. Sedangkan Abū ‘Ubaid al-
Ajurī menilainya tsiqah76
Abī Zuhair adalah perawi maqbul. Akan tetapi tidak sampai pada tingkatan
tsiqah.
‘Abdullah bin Buraidah
Nama lengkapnya adalah ‘Abdullah b. Buraidah b. Ḥuṣaib al-Aslamī, Abū Sahl
al-Marwazī. Guru-gurunya adalah Anas b. Mālik, ayahnya (Buraidah b. Ḥuṣaib),
Sa’īd b. Musayyab, Samurah b. Jundab, Mu’awiyah b. Abī Sufyān, Mughīrah b.
Syu’bah. Sedangkan murid-muridnya adalah Basyīr b. al-Muhājir, Tsawāb b.
75 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 20, hal. 86-90 76 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 17, hal. 418-422
67
‘Utbah, Khālid b. ‘Ubaid, Zubair b. Junādah, Sa’ad b. ‘Ubaidah dan lainnya. Ishāq
b. Manṣūr, Abū Ḥātim dan al-‘Ijlī menilainya tsiqah.77
‘Abdullah bin Buraidah adalah seorang perawi tsiqah.
Abi
Nama lengkapnya adalah Buraidah b. Ḥuṣaib b. ‘Abdullah b. al-Ḥārits al-
Aslamī, Abū ‘Abdullah. Gurunya adalah Nabi Muhammad SAW. Sedangkan
murid-muridnya adalah anaknya (‘Abdullah dan Sulaimān), ‘Abdullah b. Aus al-
Khuzā’ī, al-Sya’bī, Malīḥ b. Usāmah. Menurut ibn Sa’ad beliu wafat pada tahun 63
H pada zaman Khalifah Yazīd b. Mu’āwiyah.78
Dari penelitian diatas ditemukan adanya perawi yang tidak sampai pada
tingkatan tsiqah. Oleh karena itu, kualitas dari hadis ini adalah ḥasan.
- Hadis No. 21 Jalur Aḥmad b. Ḥanbal
ثـ ن ا ثـ ن اق ال ه ار ون م ن أ ن و س ع ت ه الل ع ب دق ال م ع ر وفب ن ه ار ون ح د بب ن الل ع ب د ح د ق ال و ه بـ ر ن أ خ رأ ب و ع ن ص خ ع ن ح از مأ ب ع ن ص ال حأ ب أ نه ر يـ ر ة أ ب م ؤ ل فال م ؤ م ن ق ال و س لم ل ي ه ع الل ص لىالنب يـ ر و ل ل ف يـ ؤ و ل ي ل ف ل ف يم ن خ
Hārūn
Nama lengkapnya adalah Hārūn b. Ma’rūf al-Marwazī, Abū ‘Alī al-Khazzāz.
Guru-gurunya adalah Bisyr b. Sirrī, Ḥātim b. Ismā’īl, ‘Abdullah b. Mubārak,
‘Abdullah b. Wahb, Husyaim ibn Basyīr, Walīd b. Muslim. Sedangkan murid-
muridnya adalah Muslim, Abū Dāud, Aḥmad b. Ḥanbal, Muhammad b. ‘Abdullah
77 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 14, hal. 328-332 78 Abī al-Faḍl Aḥmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 1, hal. 219
68
b. Mubārak, Mūsā b. Hārūn, Ya’qūb b. Syaibah, Abu Ḥātim, Abu Zur’ah dan
lainnya. Beliau wafat pada tahun 231 H. Menurut ‘Alī b. Husain b. Hibbān, Abū
Zur’ah, Abu Ḥātim dan al-‘Ijlī, Hārūn b. Ma’rūf al-Marwazī adalah seorang yang
tsiqah. 79
Hārūn b. Ma’rūf al-Marwazī adalah seorang perawi tsiqah.
‘Abdullah b. Wahab
Nama lengkapnya adalah ‘Abdullah b. Wahab b. Muslim al-Qurasyī, Abū
Muhammad al-Miṣrī. Guru-gurunya adalah Ḥaywah b. Syuraih, Sa’īd b. Abī
Ayyūb, Laits b. Sa’ad, Ibn Lahī’ah, ‘Iyāḍ b. ‘Abdullah, Sulaimān b. Bilāl, ibn
‘Uyaynah. Sedangkan murid-muridnya adalah ‘Alī al-Madanī, Ibrāhīm b. Mundzir,
Qutaibah, Hārūn b. Ma’rūf, Muhammad b. Salamah al-Murādī dan lainnya. Beliau
wafat pada tahun 197 H. Ibn Abī Khaitsamah menilainya tsiqah. Abū Zur’ah
mengatakan bahwa ‘Abdullah b. Wahab adalah seorang yang fāqih. Sedangkan ibn
Abū Ḥātim menilainya ṣadūq.80
‘Abdullah b. Wahab adalah perawi yang maqbul. Akan tetapi tidak sampai
pada tingkatan tsiqah.
Abū Ṣakhr
Nama lengkapnya adalah Humaid b. Ziyād, Abū Ṣakhr al-Kharrāṭ. Guru-
gurunya adalah Dzakwān Abī Ṣāliḥ, Zaid bin Aslam, Sa’īd bin Abī Sa’īd, Syarīk b.
‘Abdullah, ‘Umar b. Isḥāq. Sedangkan murid-muridnya adalah Bakr b. Sulaim,
‘Abdullah b. Suwaid, ‘Abdullah b. Lahī’ah, ‘Abdullah bin Wahab. Beliau wafat
79 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 30, hal. 107-109 80 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 2, hal. 454
69
pada tahun 189 H. Menurut Isḥāq b. Manṣūr, Humaid b. Ziyād adalah seseorang
yang su`ul hifzī. sedangkan al-Nasā`ī dan Aḥmad bin Sa’ad menilainya ḍa’īf.81
Humaid b. Ziyād Abū Ṣakhr adalah seorang perawi ḍa’īf.
Abū Ḥāzim
Nama lengkapnya adalah Salamah b. Dīnār, Abū Ḥāzim al-A’raj al-Madanī.
Guru-gurunya adalah Sahal b. Sa’ad, Abū Umāmah, ‘Abdullah b. Abī Qatādah,
Nu’mān b. Abī ‘Ayyāsy, Abū Ṣāliḥ. Sedangkan murid-muridnya adalah Zuhrī,
‘Abdullah b. ‘Umar, Hisyām b. Sa’ad, Ḥumaid b. Ziyād, Usāmah b. Zaid. Menurut
Aḥmad b. Ḥanbal, Abū Ḥātim, al-Nasā`ī dan ibn Khuzaimah, Abū Ḥāzim adalah
seorang yang tsiqah.82
Abū Ḥāzim adalah seorang perawi tsiqah.
Abū Ṣāliḥ83
Abū Hurairah84
Dari penelitian diatas, ditemukan adanya perawi yang dinilai ḍa’īf. Oleh karena
itu, kualitas dari hadis ini adalah ḍa’īf.
81 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 7, hal. 366-370 82 Abī al-Faḍl Aḥmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 2, hal. 71 83 Lihat di halaman 62 84 Lihat di halaman 46
70
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan dan bahas pada bab
sebelumnya terkait kualitas hadis yang disampaikan oleh para khatib dalam khutbah
Jum’at di tiga masjid besar kota Semarang, maka penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa jumlah hadis yang penulis dapatkan dari khutbah Jum’at selama satu bulan
di tiga masjid besar kota Semarang yaitu sebanyak 21 hadis. Dari 21 hadis terdapat
11 yang sudah pasti kesahihannya karena termuat dalam Ṣaḥīḥ al-Bukhārī dan
Muslim. Sedangkan dari sisanya, 1 hadis berkualitas ṣaḥīḥ, 5 hadis berkualitas
ḥasan dan 4 hadis berkualitas ḍa’īf . Apabila di prosentasekan maka hasilnya adalah
hadis ṣaḥīḥ sebanyak 57%, hadis ḥasan sebanyak 24% dan hadis ḍa’īf sebanyak
19%.
Oleh karena itu penyebaran hadis-hadis melalui khutbah Jum’at di 3 masjid
jami’ di kota Semarang mayoritas berkualitas ṣaḥīḥ.
B. Saran-saran
1. Penilitian hadis yang disampaikan oleh khatib pada khutbah Jum’at ini penulis
anggap sebagai langkah awal untuk mengetahui hadis-hadis apa saja yang
berkembang di masyarakat Semarang. Penulis berharap agar anggota ta’mir atau
pun bagian DKM memberikan semacam pelatihan kepada para khatib agar para
khatib akurat dalam menyampaikan hadis-hadis yang hendak disampaikan. Serta
tidak menyampaikan hadis-hadis mauḍu.
71
2. Penulis berharap agar anggota ta’mir atau pun bagian DKM mangadakan
evaluasi kepada para khatib, sehingga apabila khatib menyampaikan hadis
mauḍu, kejadian tersebut tidak akan terulang.
3. Penilitian yang dilakukan oleh penulis ini tentunya masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kemungkinan terdapat kesalahan dalam penyajian data
maupun substansinya. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka terhadap kritik dan
saran yang dapat dijadikan sebagai masukan atau pertimbangan untuk kemudian
dapat memberikan hasil yang lebih baik.
72
DAFTAR PUSTAKA
Abu Zaid, Nasr Hamid, Kritik Wacana Agama, (Yogyakarta: Lkis,2001)
Abu Zaid, Nasr Hamid, Teks Otoritas Kebenaran, Terj. Sunarwoto Dema,
(Yogyakarta: Lkis, 2012).
Ahmad Bin Hanbal, Abi Abdillah, Musnad Ahmad bin Hanbal, (Riyadh: Bait al-
Afkar, tth).
Al-‘Atsqalānī, Aḥmad Ibn ‘Alī Ibn Ḥajar, Tahdzīb al-Tahdzīb, (Beirut: Muassasah
al-Risālah, tth)
Azami, Muhammad M, Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya, (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1994), cet ke-1.
Al-Bukhārī, Abū ‘Abdullah bin al-Ḥasan, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, (Riyadh: Bait al-Afkar,
tth).
Fadl, Khaled Muhammad Abou, Atas Nama Tuhan, terj. R. Cecep Lukman Yasin,
(Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2004).
J. Wensijk, al-Mu’jam al-Mufahrās li alfādz al-Ḥadīts, (Leiden: Beril, 1936).
Khatib, Muhammad Ajjaj, Pokok-Pokok Ilmu Hadis, (Jakarta: Media Pratama, 1998),
cet ke-1.
Khatib, Muhammad Ajjaj, Uṣūl al-Ḥadīts, (Beirut: Dar al-Fiqr, tth), cet ke-1.
Latief, Hilman, Nasr Hamid Abu Zaid Kritik Teks Keagamaan, (Yogyakarta: Elsaq
Press, 2003).
Ibn Mājaḥ, Abū ‘Abdullah Muhammad ibn Yazīd, Sunan Ibn Mājaḥ, (Beirut: Dār
al-Iḥyā al-Kutub, tth).
73
Al-Mizzī, Abū ‘Abdullah Yūsuf, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā`i al-Rijāl, (Beirut:
Muassasah al-Risālah, tth).
Munawwir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
(Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1984).
Mutawātir, Jurnal Keilmuan Tafsir Hadis, Volume 2, Desember, 2012
Al-Naisābūrī, Abū al-Ḥasan Muslim ibn al-Ḥajjāj al-Qusyairī, Ṣaḥīḥ Muslim,
(Beirut: Dār al-Fikr, 1994).
Al-Nasā`ī, Abū ‘Abd al-Raḥmān ibn Syu’aib, Sunan al-Nasā`ī, (Riyadh: Maktabah
al-Ma’ārif, tth).
Prastowo, Andi, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian, (Yogyakarta: ar-Ruz Media, 2011), cet ke-1.
Qordowi, Yusuf, Kajian Kritis Pemahaman Hadis, (Jakarta: Islamuna Press, tth),
cet ke-1.
Riptek, Kearifan Lokal Hubungan Antar Umat Beragama di Kota Semarang, Vol. 5, 2011.
Sakhawi, Syamsuddin Muhammad ibn Abd al-Rahman, al-Maqashid al-Hasanah
fi Bayankathir min al-Hadits al-Mustahirah ‘ala sl-Sunnah, (Beirut: Dar
al-Kitab al-‘Arabi, tth), cet ke-1.
Shiddiqy, Teungku Muhammad Habsyi, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadis,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1976), cet ke-4.
Sulaiman PL, Noor Muhammad, Antologi Ilmu Hadis, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2008), cet ke-1.
Ibn Surah, Abū ‘Īsā Muhammad, Sunan al-Tirmidzī, (Beirut: Dār al-Garb al-
Islamī,1996).
Al-Syahrazūrī, Abū ‘Amr ‘Utsmān ibn ‘Abdurrahman, Muqaddimah ibn Ṣalāḥ,
(Beirut: Dār al-Kutub, tth).
Al-Syaibānī, Aḥmad bin Ḥanbal Abū ‘Abdullah, Musnad Aḥmad bin Ḥanbal,
(Riyadh: Bait al-afkār,1998).
74
Syamsuddin, Arif, Orientalis dan Diabolisme Pemikiran, (Jakarta: Gema Insani,
2008).
Tafaqquh, Jurnal Penelitian dan Kajian Keislaman, Volume 4, Juni, 2016.
Thahan, Mahmud, Taisir Musthalah al-Hadis, (tt, tpn, tth).
Yaqub, Ali Mustafa, Hadis-Hadis Bermasalah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2006),
cet ke-4.
Yaqub, Ali Mustafa, Hadis-Hadis Palsu Seputar Ramadhan, (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2003), cet ke-1.
Zaglūl, Abū Ḥājr Muhammad al-Sa’īd ibn Basyūnī, Mausū’ah al-Aṭrāf al-Ḥadīts
al-Nabawī al-Syarīf, (Beirut: Dār al-Fikr,1989).
Katalog, Kota Semarang Dalam Angka, (Semarang: BPS, 2016).
75
LAMPIRAN-LAMPIRAN
AKTUALISASI KESALEHAN PASCA RAMADHAN
Oleh :Drs. H. Multazam Ahmad, MA. *)
Waktu : Jum’at, 7 Juli 2017
“Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka Balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan “ Sebagai hamba Allah SWT yang beriman, pertama-tama marilah kita memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala kenikmatan yang telah diberikan kita semua, baik berupa nikmat islam, nikmat iman, dan nikmat sehat. Yang kedua, mrilah kita berkhtiar sekuat tenaga untuk menjalankan segala perintah Allah SWT dan juga berikhtiar sekuat tenaga pula untuk mencegah segala sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT. Ramadhan yang kita tunggu-tunggu kedatangannya dulu saat itu, kini telah pergi meninggalkan kita. Bulan yang penuh dengan ampunan dari Allah telah berada dibelakang punggung kita, bulan rahmah, bulan maqfirah dan pembebasan dari api neraka yang dijanjikan telah usai. Maka kini, saat ini kita kembali menginstropeksi diri kita masing-masing, apakah dalam dalam keseharian diluar Ramadhan kita masing-masing, apabila dalam keseharian di luar Ramadhan kita masih konsisten dengan Taqwa atau kembali ke karakter awal masing-masing, maka marilah kita tetap tingkatkan takwa kepada Allah SWT yakni semaksimal mungkin melaksanakan perintah Allah dan semaksimal mungkin menjahui larangan Allah SWT. Ramadhan mendidik kita untuk memiliki ketaqwaan yang sempurna. Semua itu adalah media atau sarana pelatihan jiwa dan pembinaan rohani bagi manusia jika ingin memetik kemenangan di hari yang fitrah ini. Tugas kita selanjutnya adalah menerapkan hasil dari latihan jiwa dan pembinaan rohani itu dalam kehidupan kesehariannya. Kesungguhan melaksanakan semua proses pedidikan yang telah diajarkan, merupakan bagian dari manifestasi masyarakat beriman yang terdidik. Jika hari ini masih dalam suasana merayakan kemenangan kembali kepada fitrah, karena telah lulus menempuh berbagai ketentuan puasa, maka lebih dari itu kita dituntut untuk mampu menjalani berlalunya Ramadhan. Idealnya, puasa Ramadhan dapat membentuk integritas miral dan kesalehan shaimin, agar puasa kita tidak berhenti pada tataran ritual formal, tanpa subtansi. Ibadah puasa Ramadhan yang sering dimaknai berbasis imanan wa ihtisaban, memiliki keyakinan yang kuat dan harapan positif meraih pahala dan ridha Allah SWT, pasca ramadhan perlu diaktualisasikan kesalahan yang antara lain : Pertama, kesalehan spiritual. Hal ini diwujudkan melalui amaliah-amaliah Ramadhan yang penuh ketaatan, dan ketekunan. Selama Ramadhan kita
dilatih untuk membiasakan diri untuk memenuhi dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, melalui shalat kita berjamaah, berdoa, berdzikir, iktikaf, tadarus Al Qur’an dan sebagainya. Kesalehan spiritual seperti ini dipandang sangat positif bagi peneguhan ketahanan mental. Artinya orang yang memiliki kesalehan spiritual, selalu menjadikan Allah SWT sebagai sandaran vertikal dalam mengatasi problema kehidupan. Kedua, kesalehan moral. Selama puasa kita perlu dididik dan dilatih untuk jujur, sabar, amanah, disiplin dan berakhlak mulia. Kejujuan dan kesabaran merupakan benteng keutamaan yang membuat seseorang tidak mudah menggadaikan integritas diri hanya untuk memperoleh kesenangan duniawi sesaat. Ketiga, kesalehan sosial. Ramadhan dapat menghadirkan suasana kebersamaan dan persodaraan yang tinggi. Hal ini dapat dibuktikan suasana dengan banyak anjuran untuk melakukan kebaikan termasuk anjuran sedekah, infaq dan zakat. Aktualisasi kesalehan sosial ini akan terlihat pasca ramadhan, seberapa jauh dan seberapa besar shaimin peduli kepada sesama dengan memberi nilai tabah dan manfaat bagi umat manusia.” “Seorang mukmin adalah lembut, maka tidak ada kebaikan bagi seseorang yang tidak lembut atau tidak bisa dilembuti” (HR. Ahmad) Aksi dan amal sosial luludan ramadhan harus diorientasikan kepada kemaslahatan kemanusiaan, keuatamaan dan kebangsaan. Kesalehan sosial idealnya membuahkan kohesi dan harmoni sosial. Keempat, kesalehan intelektual, wahyu Al Quran yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW pada Ramadhan adalah perintah mebaca (QS al-Alaq (96) : 1-5). 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah 3. Bacalah, dan tuhanmulah yang maha pemurah. 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (1589) 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tdak diketahuinya. (1589) Maksudnya : Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca. Selama Ramadhan, shaimin dilatih untuk membaca Al Quran intensif, tadarus, belajar menyimak dan menelaah aneka siraman rohani, baik melalui media cetak maupun elektronik. Kesalehn intelektual ini perlu diaktualisasikan dengan mengembangkan budaya literasi melalui peneguhan etos membaca, belajar, berdiskusi, dan sabagainya, yang dapat mengasah dan mengembangkan nalar positif sekaligus memenuhi kebutuhan akal. Kelima, kesalehan manajerial. Puasa mendidik shaimin cerad mengelola waktu secara efektif dan efisien.
Agenda Ramadhan mulai dari bangun malam untuk santap sahur, sholat subuh berjamaah, bekerja, beribadan dan beraktivitas lainnya menghendaki manajeman eaktu yang disiplin, penuh perencanaan. Esensi puasa itu sendiri adalah mengelola hawa nafsu perut, syahwat di bawah perut , perkataan, hati , pikiran dan tindakan dengan baik dan benar. Oleh karena itu, aktualisasi multi kesalehan pasca ramadhan harus menjaga komitmen semua untuk mewujudkannya dalam rangka meneguhkan derajad dan kwalitas Taqwa setinggi-tingginya. Kesalehan tersebut harus menjadi keyakinan hati dan menifetasi dari spirit Idul fitri. Subtansi ibadah Ramadhan yang dilalui selama sebulan ini akan berfungsi jika multikesalehan tersebut diaktualisasikan dalam kehidupan sebagai wujud keberhasilan puasa kita. Semoga dapat bermanfaat dan menjadi renungan untuk kita bersama.
Naskah Khutbah Jum’at di Masjid Raya Baiturrahman Simpanglima Semarang
tanggal 14 Juli 2017 M / 20 Syawal 1438 H
KESIAPAN DIRI MENERIMA PERUBAHAN
Oleh : Dr. H. Rozihan, SH. M.Ag. *)
الحمد هلل الذى انزل على عبده الكتاب ولم يجعل له عوجا قيما لينذر بأ سا شديدا من لدنه ويبشر المؤمنين الذين
يعملون الصلحت ان لهم اجرا حسنا. اشهد ان الاله اال هللا البرالكريم الرؤف الرحيم واشهد ان محمدا عبده ورسوله
وسهممه على سا ر النبين وكل عال وعلى سا ر الصالحين اما حبيبه وخليله الهادى الى صراط مستقيم صلوات هللا
بعد فيا عبادهللا اوصيكم بتقوى هللا كما قال تعالى فى كتابه الكريم يا ايها الذين امنوا اتقوهللا حق تقاته والتموتن اال
م بسم هللا الرحمن الرحيم وانتم مسلمون واعلموا ان هللا يقول وبقوله يهتدى المهتدون اعوذ باهلل من الشيطن الرجي
االرض بعد موتها قد بينا لكم االيت لعلكم تعقلون وقال ايضا وكذلك جعلنكم امة وسطا لتكونوا هللا يحي اعلموا ان
شهداء على الناس ويكون الرسول عليكم شهيدا وما جعلنا القبلة التى كنت عليها اال لنعلم من يتبع الرسول ممن ينقلب
..صدق هللا العظيم على عقبيه االية..
Para hadirin sidang jamaah jum’ah yang dimuliakan oleh Allah SWT
Pada waktu yang singkat ini, marilah kita pertajam mata hati kita masing-masing
sebagai wujud takwa kita kepada Allah SWT. Pada suatu ketika Nabi ditanya : Di
mana letak takwa itu ya Rasulullah ?. Kemudian Rasul memberi isyarat ke arah
dada beliau, lalu bersabda : Takwa itu ada di dalam dada kita masing-masing.
Maksudnya adalah jiwa dan hati kita ini harus selalu kita jadikan “lunak”, artinya
kita jinak dan lunakkan hati kita agar tidak menjadi orang yang berhati keras dan
membatu karena Al Qur’an telah memberikan isyarat kepada kita bahwa hati
manusia itu laksana tanah, sebagaimana termaktub di dalam surat Al Hadid/57 :
17 yang artinya:
Artinya : “Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi
sesudah matinya. Sesungguhnya kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda
kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya”.
Allah menggambarkan jiwa dan hati manusia itu seperti tanah, tanah tersebut akan
menjadi keras dan membatu jika tidak disiram, maka siraman rohani menjadi salah
satu kebutuhan hidup manusia sebagaimana yang kita laksanakan yakni setiap
Jum’at kita mendengarkan khutbah Jum’at dalam rangka menyirami rohani kita
agar menjadi orang-orang yang rendah hati, tawadlu’ dan tidak sombong dengan
seluruh kepemilikan kita. Manusia yang rendah hati, tawadlu’ dan tidak sombong
akan mudah menerima petunjuk dan kebenaran, siap menerima kritik. Adapun hati
yang keras laksana batu atau tanah yang keras sulit untuk menerima sentuhan
dan tetesan air hujan.
Manusia yang berhati keras ini digambarkan oleh Al Qur’an ketika terjadi
perpindahan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah di Makkatul Mukarromah,
sikap orang-orang Yahudi yang memusuhi Islam dan tidak mau bersahabat, sikap
netralpun tidak mereka tunjukkan bahkan justru memusuhi Nabi Muhammad SAW.
Orang Yahudi ini di dalam Al Qur’an diberi predikat “Sufaha’” yakni orang yang
lemah akalnya. Yang jadi pertanyaan adalah : mengapa Nabi lebih suka shalat
menghadap ke Mekah daripada Yerussalem ?. Secara historis kota Mekah jauh
lebih tua dibandingkan dengan Yerussalem. Yerussalem dijadikan kota suci agama
Tuhan setelah jatuh ke tangan Nabi Dawud + 300 tahun yang lalu. Sementara
Mekah dan Ka’bah disebut sebagai rumah suci yang pertama kali didirikan untuk
umat manusia sebagaimana firman Allah yang termaktub di dalam surat Ali
Imran/3 : 96 yang artinya :
Artinya : “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat
beribadat) manusia ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan
menjadi petunjuk bagi semua manusia”.
Ahli Kitab mengatakan bahwa rumah ibadah yang pertama dibangun berada di
Baitul Maqdis, oleh karena itulah Allah kemudian membantahnya.
Apakah tujuan Mekah dijadikan sebagai rumah yang pertama kali dibangun ?
karena Allah SWT memberkati kota itu sebagai petunjuk bagi seluruh alam
semesta.
Para hadirin sidang Jamaah Jum’ah yang berbahagia
Allah SWT tidak menjelaskan mengapa arah yang dituju dalam shalat adalah
Ka’bah, karena sesungguhnya kiblat adalah pusat/arah kesatuan bagi seluruh umat
manusia, bisa jadi perintah mengarahkan shalat ke arah Ka’bah karena Mekah
posisinya berada di tengah-tengah (wasath) dari seluruh daerah di penjuru dunia
ini, hal ini diisyaratkan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah/2 : 143 yang
artinya :
Artinya : “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat
yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar
Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak
menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami
mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot.
Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang
yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia”.
Allah telah menjadikan kota Mekah dan manusia sebagai umat penengah (wasath)
agar manusia itu menjadi patron/saksi atas perbuatan orang yang menyimpang
dari kebenaran baik di dunia maupun di akhirat. Rasul-pun menjadi saksi manusia
atas diri kita masing-masing, oleh karena itu Allah menetapkan arah kiblat itu
dalam rangka mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang
membelot/keras hatinya.
Hadirin sidang Jamaah Jum’ah yang berbahagia
Ka’bah berada di posisi tengah di belahan dunia ini menjadikan manusia agar tidak
berpihak ke kiri ataupun ke kanan, diharapkan mampu menghantarkan manusia
berlaku adil, oleh karenanya Al Qur’an menyebutnya dengan bahasa “Wasath”,
karena dengan posisi di tengah inilah agar mampu dilihat dari arah manapun dari
sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu, terkait posisi “wasath” ini maka
khatib mengajak saudara-saudara muslim semuanya, hendaknya kita mampu
memposisikan diri pada posisi tengah-tengah artinya tidak ke kanan ataupun ke
kiri. Begitu pula negara kita tercinta Indonesia, sudah seharusnya di posisi
“wasath”, pemerintah hendaknya mampu memposisikan diri sebagai wasath.
Kita saksikan di media massa bahwa Perppu yang saat ini sedang ramai
diperbincangkan alangkah baiknya didiskusikan ulang, pemerintah dengan posisi
“wasath” ini bisa memfasilitasi elemen-elemen yang berkompeten karena NKRI
bukanlah milik sekelompok orang maupun organisasi tertentu, tetapi NKRI adalah
milik seluruh bangsa Indonesia. Oleh karena itu, alangkah baiknya dan perlu
dibicarakan kembali persoalan-persoalan yang tengah hangat ini melalui lembaga-
lembaga yang memiliki otoritas. Allah SWT telah mengajarkan kepada kita,
sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW kepada sahabat beliau
yang ketika itu kalah dalam perang Uhud, Nabi tidak serta merta menghukum atas
kealpaan yang telah dilakukan, tetapi Rasul tetap memberikan maaf kepada
sahabatnya yang khilaf dalam menjalankan tugas dan diajak berdiskusi kembali.
Pesan Al Qur’an dalam surat Ali Imran/3 : 159 yang artinya :
Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.
Maksud ayat di atas adalah Nabi diperintahkan oleh Allah SWT untuk berlaku adil,
lunak, dan lemah lembut kepada siapapun, bangsa Indonesia adalah bagian dari
umat Muhammad karena beliau diutus semata-mata untuk menjadi rahmat bagi
seluruh alam semesta, artinya Indonesia merupakan bagian dan sasaran
dihadirkan serta diutusnya Rasulullah oleh Allah SWT di dunia ini.
Hadirin sidang Jamaah Jum’ah yang berbahagia
Oleh sebab itu, alangkah indahnya kita mengikuti ajaran Nabi Muhammad yang
sungguh sangat “wasath” posisinya ini, ayat di atas mengajarkan kita untuk tidak
berlaku keras atau kaku, karena jika kita masih bersikeras maka orang-orang tentu
tidak akan mau mendekat pada kita. Allah juga mengajarkan kepada kita untuk
mudah memaafkan orang lain dan bahkan mendo’akan mereka. Persoalan-
persoalan bangsa yang terjadi sekarang ini sudah semestinya segera
dimusyawarahkan melalui lembaga yang memiliki otoritas, kita sampaikan aspirasi
kepada mereka. Dengan demikian mudah-mudahan apa yang sekarang diresahkan
oleh masyarakat akan memperoleh jalan keluar dan dapat diselesaikan secara
bijak.
Para hadirin sidang Jamaah Jum’ah yang berbahagia
Umat yang “wasath” memiliki cara pandang antara Tuhan dan dunia, antara
kehidupan rohani dan jasmani/lahiriyah. Pandangan Islam tentang hidup “wasath”
adalah pandangan dunia dan akhirat, negara dan rakyat, penguasa dan yang
dikuasai. Oleh karena itu, manusia tidak boleh tenggelam dalam kehidupan
materialisme, keangkuhan, dan ke-egoan. Marilah kita memohon ke hadirat Allah
SWT, sebagaimana ditegaskan di dalam Al Qur’an surat Al Baqarah/2 : 143 mudah-
mudahan kita mampu mewujudkan yakni menjadi umat “wasath” yang mampu
dilihat dari seluruh penjuru yang berbeda. Aamiin ya Rabbal ‘aalamiin. *****
والعصرهللمنالشيطنالرجيمبسمهللاالرحمنالرحيماستعذباهللمنالشيطنالرجيماعوذبذاقرأتالقرانفافا
اناالنسانلفىخسراالالذينامنواوعملواالصالحاتوتواصواباالحقوتواصواباالصبراقولقولهذا
واستغفروهانههوالغفورالرحيم
----------------------------------------
*) Dr. H. Rozihan, SH. M.Ag.; Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Islam
Sultan Agung (UNISSULA) Semarang
Naskah Khutbah Jum’at di Masjid Raya Baiturrahman Simpanglima Semarang
tanggal 21 Juli 2017 M / 27 Syawal 1438 H
MEWASPADAI KEBANGKRUTAN
Oleh : Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, MA. *)
الحمد هلل الذي خلق االنسان ليعبدوا هللا مخلصين له الدين اشهد ان ال اله اال هللا وحده ال
شريك واشهد ان محمدا عبده ورسوله الذي ارسله هللا رحمة للعالمين اللهم صل وسلم على
سيدنا وحبيبنا وشفيعنا وقرة اعيننا محمد صلى هللا عليه وعلى اله واصحابه وسلم اما بعد فيا
باد هللا اوصيكم ونفسي بتقوى هللا فقد فاز المتقون قال هللا تعالى وهو اصدق القاءلين ع
وسارعوا الى مغفرة من ربكم وجنة عرضها السموات واألرض اعدت للمتقين صدق هللا
العظيم
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah, Rabbul 'Alamin. Mari kita syukuri
anugerah dan karunia-Nya. Karena anugrah Allah, kita sehat afiat, dapat
melaksanakan tugas dna kewajiban sebagai manusia, hamba Allah, dan khalifah-
Nya di muka bumi ini dengan baik. Shalawat dan salam mari terus kita witidkan,
sebagai bukti cinta kita dan komitmen untuk meneladani Rasulullah Muhammad
saw. Semoga meluber kepada keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau yang
senantiasa menjunjung tinggi komitmen pada ajaran beliau.
Saudaraku, sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang
terbaik, kita musti faham bahwa misi utamanya, adalah untuk beribadah atau
mengabdi kepada Allah Yang Menciptakan kita (QS. Adz Dzariyat : 56). Ibadah,
adalah untuk investasi dan tabungan akhirat kita. Karena itu, Allah memandu kita
melalui Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW, utusan yang ditugasi untuk
membawa risalah Al Qur'an dalam waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari.
Al Qur'an sebagai wahyu yang membacanya adalah ibadah, isinya secara garis
besar menuntun jalan hidup manusia agar misi pengabdian kepada Allah tersebut
mampu mewujudkan kasih sayang Allah di alam raya ini. Karena diutusnya
Muhammad saw sebagai Rasulullah, membawa ajaran wahyu Al-Qur'an, adalah
merealisasi kasih sayang pada seluruh penghuni alam raya ini (QS. Al Anbiya' :
107).
Karena itu aktivitas ibadah ini, ada dua macam, pertama, yang diatur rambu dan
tata cara (kaifiyat)-nya, dan tidak boleh diotak-atik atau diubah-ubah. Ini disebut
ibadah mahdlah (ibadah murni) atau ritual vertikal, seperti : shalat, puasa, puasa,
dan haji. Kedua, ibadah sosial yang tidak diatur tata cara pelaksanaannya secara
detail, tetapi memungkinkan untuk dikembangkan. Sebenarnya zakat, dalam batas
tertentu, selain diatur terutama terkait dengan batasan muzakki, yang secara
substantif diwajibkan pada orang kaya (تؤخذ من اغنيا هم) apapun pekerjaan, profesi,
atau jalan rizki yang diperolehnya, yang penting diperoleh dari dan dengan cara
yang halal, maka ketika melampaui nishab atau batas kepemilikan minimal dan
rentang aman satu tahun maka wajib dikeluarkan zakatnya. Selain itu,
pentasarrufan zakat kepada para mustahiq, bisa dikembangkan secara
lebih fokus dan diorientasikan untuk merubah mustahiq menjadi muzakki.
Saudaraku, bagi Anda yang rajin tentu sudah berusaha menjalankan ibadah shalat
dengan tekun, khusyu', dan ikhlas, berpuasa sebulan penuh di bulan suci
Ramadlan, membayar zakat baik zakat fitrah maupun zakat mal, yang biasanya
agak "alot" atau dalam bahasa Jawa "owel" mengeluarkannya. Apalagi yang
menganut "aliran" bahwa kewajiban zakat itu setelah dikurangi semua kebutuhan
hidup dan bebas dari utang, maka boleh jadi, ada di antara kita meskipun sehari-
hari mengendarai mobil, bawaan "wajib" nya minimal "dua buah" hp android atau
smartphone. Atau sepeda motornya juga bagus, rumah lumayan bagus. Apalagi
yang sudah berkesempatan melaksanakan ibadah haji atau sedang bersiap-siap
melaksanakannya tahun ini.
Saudaraku, Islam mengajarkan kepada kita, amalan ibadah mahdlah (ritual-
vertikal) saja tidak cukup. Karena itu, harus dibuktikan dengan amalan ibadah
sosial, yang tidak hanya terbatas pada ibadah sosial-kebendaan (maliyah-
ijtima'iyah) saja, akan tetapi ibadah sosial yang lainnya, tidak kalah pentingnya
sebagai wujud dan konkretisasi nilai-nilai Islam dan resonansi (pemancaran) dari
ibadah kita dalam wujud nyata. Allah 'Azza wa Jalla mengingatkan :
ن الناس وباءوا بغضب م ن هللا وحبل م لة أين ما ثقفوا إال بحبل م ن هللا ضربت عليهم الذ
لك بأنهم كانوا يكفرون بآيات هللا ويقتلون ا لك وضربت عليهم المسكنة ذ ذ ألنبياء بغير حق
كانوا يعتدون .بما عصوا و
"Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka
berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan
mereka kembali mendapat kemurkaan sari Allah dan mereka diliputi kerendahan.
Yang demikian itu, karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh
para Nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka
durhaka dan melampaui batas" (QS. Ali Imran: 112).
Saudaraku, beramal baik yang mahdlah atau ghairu mahdlah, dan sudah
dilengkapi dengan amalan sosial, ternyata juga belum menjamin bahwa itu semua
akan mampu "menyelamatkan" masa depan kita. Karena memang amalan kita itu
sangatlah tidak seberapa. Kita, seperti kata Rasulullah SAW, hanya
mengandalkan kasih sayang dan kemurahan pertolonhan Allah pada kita. Lebih
dari itu, kita juga harus memiliki kesadaran untuk mengelola amalan kita itu,
melalui cara berkomunikasi dengan sesama. Komunikasi yang salah akan dapat
menjadikan kita bangkrut dan amalan kita akan hilang melayang tanpa
meninggalkan bekas (atsar) sama sekali.
Suatu saat Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat :
عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم: "أتدرون ما
المفلس؟" قالوا: المفلس فينا من ال درهم له وال متاع فقال:" إن المفلس من أمتي من يأتي
يوم القيامة بصهمة وصيام وزكاة، ويأتي وقد شتم هذا وقذف هذا وأكل مال هذا وسفك دم
ى هذا من حسناته، وهذا من حسناته فإن فنيت حسناته قبل أن يقضي هذا و ضرب هذا فيعط
رواه الترمذي ما عليه أخذ من خطاياهم فطرحت عليه ثم طرح في النار".
“Riwayat dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw bersabda : "Apakah kalian
mengetahui siapa orang yang bangkrut?" Mereka menjawab: "Orang yang bangkrut di
kami adalah orang yang tidak mempunyai uang dirham dan kekayaan". Beliau
bersabda: "Sesungguhnya orang yang bangkrut dari ummatku adalah orang-orang
yang kelak datang di hari kiamat dengan (membawa pahala) shalat, puasa, dan zakat.
Akan tetapi dia datang juga dengan mengumpat (Jawa, misuhi), menuduh ini (yang
baik dikatakan buruk), memakan harta ini (secara tidak benar), menjmlahkan darah
ini, memukul ini, dan mereka itu diberikan pahala dari kebaikan orang yang
melakukannya. Maka apabila kebaikannya itu sudah rusak (habis), sebelum ia
dihakimi, maka diambilkan dari kesalahan mereka, maka ia akan dilempar karena
prilakunya itu, dan dilempar ke neraka" (Riwayat Muslim dan at-Tirmidzi)”.
Saya yakin Saudara-saudaraku tidak ada yang ingin menjadi orang yang bangkrut
di akhirat nanti. Kita sudah berusaha meskipun dengan berat hati, karena diterpa
kemalasan akibat dibisiki oleh iblis dan syetan yang terus menggoda kita, bahkan
kadang bercampur dengan ria karena ingin ibadah kita diketahui dan dilihat orang
lain. Karena itu, mari kita jaga hati dan fikiran kita dengan selalu berbuat, bertutur
kata yang baik kepada orang lain. Diawali dari pertama, sikap al-basasah (sumeh,
ajer, friendly) atau at-tabassum (senyum, berwajah manis) dengan orang lain. Ini
adalah sadaqah kita tanpa harus mengeluarkan uang. Kedua, mari kita jaga lisan
kita, yang menurut Al Ghazali adalah paling tajam di dunia ini agar hanya bisa
berkata yang baik, atau diam. Karena diam adalah emas. Atau lisan yang
senantiasa berdzikir kepada Allah dalam berbagai kesempatan. Ketiga, mari kita
berbuat sesuatu yang bermanfaat kepada orang kain. Karena ini "investasi" kita
menjadi manusia yang terbaik.
Semoga kita tidak termasuk golongan hamba-hamba Allah yang terancam
kebangkrutan, dan tetap istiqamah menjalankan ibadah baik mahdlah atau ghairu
mahdlah, dan makin khusyu' dan tawadlu' kepada Allah. Semoga hidup kita
nyaman dan bahagia.
والعصر ان االنسان لفي خسر اال الذين امنوا وعملوا الصالحت وتواصوا بالحق وتواصوا
بالصبر بارك هللا لي ولكم ولساءر الموءمنين والموءمنات والمسلمين والمسلمات واستغفروه
ان هللا هو الغفور الرحيم
Allah a'lam bi sh-shawab.
----------------------------------------
*) Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, MA.; Wakil Ketua Umum MUI Provinsi Jawa Tengah,
Direktur Program Pasca Sarjana UIN Walisongo Semarang & Ketua II Bidang
Pendidikan YPKPI Masjid Raya Baiturrahman Jawa Tengah
Naskah Khutbah Jum’at di Masjid Raya Baiturrahman Simpanglima Semarang
tanggal 28 Juli 2017 M / 04 Dzulqa’dah 1438 H
KESUCIAN DAN TANTANGAN
MASA DEPAN
Oleh : Dr. HM. Navis Junalia, MA. *)
الحمد هلل الذي خلق االنسان وعلمه للبيان الشمس والقمربحسبان والنجم والشجريسجدان. اشهد ان ال اله اال هللا وحده
ال شريك له واشهد ان سيدنا محمداعبده ورسوله اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله واصحابه
تم واتقوا هللا ما استطعتم واعتصموا بقول هللا تعالى فى كتابه اجمعين اما بعد فيا ايها الحاضرون اتقوا هللا حيثما كن
الكريم اعوذ باهلل من الشيطن الرجيم ومن يسلم وجهه الى هللا وهو محسن فقد استمسك بالعروة الوثقى والى هللا عا
قبة االمور. صدق هللا العظيم
Hadhirinal Jum’ah Rohimakumullah
Marilah kita manfaatkan waktu yang pendek dan penuh barokah ini guna
melakukan introspeksi sejenak dan muhasabah secara jujur, apakah sampai detik
ini kita betul-betul telah menjadi hamba Allah yang baik dan hidup kita senantiasa
dihiasi dengan amal-amal salih ataukah justru kita berada di dalam kegelapan
penuh dengan kemaksiyatan. Kita patut bertanya apakah setiap nikmat dari Allah
yang tidak dapat kita hitung ini mampu kita manfaatkan dan gunakan sesuai
petunjuk Sang Pemberi Nikmat yakni Allah SWT. Kitapun juga pantas untuk
bertanya tentang amal kita yang kelak akan kita haturkan di hadapan Allah apakah
semakin meningkat dan berbobot ataukah justru semakin hari makin menurun dan
investasi/tabungan yang kita miliki semakin berkurang. Muhasabah/introspeksi
seperti ini sangat penting untuk terus menerus kita lakukan, sekiranya hal ini kita
lakukan dengan sepenuh hati dan penuh keikhlasan maka insya-Allah akan
mencapai hasil yang maksimal, manakala hal itu masih kurang maka harus terus
kita coba untuk meningkatkan diri, apabila kita salah maka kitapun harus siap
untuk memperbaiki diri, dan jika kita telah berada pada jalur yang benar maka
tentu kita tidak akan terkena penyakit takabur, terlena, besar kepala, dan akhirnya
kita akan menjadi orang yang terkutuk di hadapan Allah SWT.
Hadhirinal Jum’ah Rohimakumullah
Sekiranya kita berani lebih jauh melakukan introspeksi bahwa selama bulan Syawal
kita berada di dalam sebuah arena tempat kita berpacu, bermusabaqah, dan
berlomba-lomba menanam/menabung amal-amal yang baik dan bermanfaat bagi
pribadi, keluarga dan masyarakat secara keseluruhan. Namun mari kita bertanya,
apakah selama bulan Syawal amal kita benar-benar sesuai sesuai dengan filosofi
“Syawal” yakni penuh dengan peningkatan diri ataukah justru mengalami
penurunan ?. Secara umum tentu hal ini membutuhkan penelitian tetapi orang
akan sulit menolak bahwa selama bulan Syawal justru dijumpai amaliyah-amaliyah
umat Islam relatif ada tantangan berat yakni berupa penurunan diri. Jika di bulan
Ramadhan kita merasakan bahwa Allah SWT berada di dalam sanubari kita
sehingga setiap kita akan berbuat senantiasa diilhami oleh kesadaran akan
kehadiran Allah SWT. Pada 1 (satu) bulan yang lalu kita juga merasakan setiap
kita memiliki nikmat lebib berupa harta benda, kita merasa enteng melakukan
sadaqah, infaq dan pemberdayaan kepada para fakir miskin, tetapi barangkali pada
bulan Syawal ini para Takmir dan Pengurus organisasi Islam mengeluh lantaran
pemasukan dari infak dan sadaqah menurun secara signifikan. Jika saja satu bulan
yang lalu kita masih ingat betul dan nyaris tidak menyaksikan perselisihan ataupun
cekcok antar umat Islam, namun bisa saja dalam bulan ini kita mulai menyaksikan
bagaimana umat Islam satu dengan yang lain sudah mulai ada tensi-tensi/
tegangan sehingga kita merasa khawatir bahwa nilai-nilai kesucian kita menjadi
terganggu. Oleh karena itu, saat ini pantas bagi kita untuk selalu memperbaharui
dengan cara merefresh kesadaran bahwa setiap kesucian tentu akan menjadi
masalah ketika dihadapkan pada masa depan, kita ingat betul bagaimana peristiwa
turunnya ayat yang diterima oleh junjungan Nabi Besar Muhammad SAW pada
surat Al Maidah/5 : 3 yang berbunyi :
Artinya : “......pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat
dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Hadhirinal Jum’ah Rohimakumullah
Sungguh para sahabat begitu senang dan gembira karena ayat ini pertanda telah
sempurna, hal ini mengandung arti bahwa kehidupan umat Islam juga telah
sempurna. Namun ada seorang sahabat yang sangat sensitif dan peka yakni Abu
Bakar Ash Shiddiq RA, di tengah-tengah orang yang sedang bergembira justru
beliau menangis. Para sahabat lalu bertanya : “Wahai Abu Bakar, saatnya kita
bergembira karena ayat terakhir sudah turun sempurna, mengapa engkau
menangis ?. Lalu Abu Bakar Ash Shiddiq berkata : “Ketika sesuatu itu sudah
mencapai kesempurnaan maka selanjutnya ada kecenderungan untuk menurun”.
Setiap sesuatu yang telah bergerak pada titik kulminasi maka justru kemudian
akan mengalami perkembangan yang stagnan. Demikian umur manusia, ketika
orang sudah mencapai titik kesempurnaan usia maka dia akan mengalami
penurunan dan bahkan Al Qur’an mengisyaratkan manusia akan menjadi
lemah dan rambutpun akan memutih, hal ini sebagai tanda bahwa kehebatannya
sudah mulai menurun dan akan segera hilang. Oleh karena itu, mari kita jadikan
momentum kesucian kita lantaran dosa-dosa kita telah diampuni oleh Allah SWT
melalui puasa Ramadhan, namun di sisi lain kita dihadapkan pada tantangan yang
lebih serius dalam rangka membangun masa depan yang lebih baik.
Allah SWT sudah mewanti-wanti hamba-Nya untuk melihat masa lalu untuk
dijadikan ibrah dan dengan ibrah tersebut diharapkan mampu membangun
masyarakat yang lebih baik lagi, dari sinilah ketika kita melihat masa depan dan
anatomi kehidupan umat Islam maka ada sekian banyak tantangan yang mesti kita
waspadai dan bahkan perlu untuk kita jawab sehingga kita berada dalam satu
situasi dimana keber-Islaman kita tidak berkurang dan selalu istiqamah dan
mengalami peningkatan yang signifikan. Tantangan-tantangan itu antara lain :
1) Setiap kali manusia masih hidup, oleh Allah disertai potensi-potensi nafsu dan
di dalamnya ada 2 (dua) pilihan, yakni apakah akan mempertahankan kebaikan
atau justru akan memenangkan keburukan. Sungguh Allah SWT telah memberikan
tuntunan bahwa manusia akan beruntung manakala mampu mensucikan jiwa dan
memenangkan kebenaran di atas potensi-potensi kemaksiyatan yang tumbuh di
dalam jiwa kita. Kitapun mendapatkan pelajaran yang sangat indah bahwa ketika
umat Islam melakukan peperangan melawan kaum kafir Quraisy pada perang
Badar dan memperoleh kemenangan atas ijin dan pertolongan Allah SWT, maka
umat Islam pulang ke Madinah dalam suasana gembira dan mengatakan : narji’u
ila jihadil akbar, tetapi Rasulullah kemudian menjawab : tarji’u min jihadil asghor
ila jihadil akbar (engkau sesungguhnya baru pulang dari peperangan yang kecil
menuju peperangan yang jauh lebih besar). Para sahabat bertanya : Apa yang
dinamakan jihad yang besar itu ya Rasulullah ?. Rasul menjawab : Jihadun nafs,
engkau harus berani untuk, mengendalikan, dan menata hawa nafsumu sehingga
tidak terjebak pada perbuatan-perbuatan buruk.
Saat ini kita dihadapkan pada tantangan yang sangat berat bahwa nafsu menjadi
sebuah kosa kata penting untuk selalu kita insyafi dan sadari bersama yakni
sebuah gejolak jiwa yang ingin mendapatkan kenikmatan sesaat dengan
melupakan kenikmatan yang langgeng, seringkali meninggalkan kebenaran-
kebenaran Ilahi demi sebuah kenikmatan duniawi, bahkan berani menjangkau
sesuatu yang dilarang oleh Allah demi sebuah kenikmatan sesaat dan saat ini kita
banyak menyaksikan di sana sini ambisi-ambisi pada sektor politik seringkali harus
meninggalkan kebenaran, ambisi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi pribadi
menjadikan dia ringan dan tega mematikan kesempatan pada teman dan orang
lain. Di saat dia harus memenuhi kebutuhan rumah tangganya maka diapun
merasa ringan untuk merugikan fihak lain dengan cara mencuri, merampok, dan
membegalnya. Begitu banyak orang tidak memiliki empati ketika temannya
mengalami musibah, diapun lewat dengan perasaan nyaman dan enak guna
menghindari investigasi dari fihak kepolisian.
Hadhirinal Jum’ah Rohimakumullah
Jiwa seperti adalah jiwa yang kerdil, Islam mengajarkan kita untuk bagaimana
memenang-kan kebenaran, antara lain : 1) Kebenaran ketauhidan; tidak ada yang
pantas untuk menjadi sandaran hidup kita kecuali Allah SWT. Kegelisahan, gundah
gulana, kebingungan dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi, sesungguhnya
mereka itu sedang mengalami masalah karena jiwa berserah diri hanya kepada
Allah sudah mulai menipis di dalam jiwanya. Sebagaimana disampaikan di awal
khutbah yakni firman Allah dalam surat Luqman/ 13 : 22 yang berbunyi :
Artinya : “Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia
orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada
buhul tali yang kokoh. dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan”.
Sekiranya kita mampu mempertahankan keimanan bahwa tidak ada Tuhan kecuali
Allah SWT karena Dia-lah satu-satunya Tuhan yang pantas untuk disembah dan
tempat bersandar, maka tidak ada rasa kegelisahan menyelimuti diri kita karena
Allah selalu bersama kita dan yang senantiasa berserah diri kepada-Nya serta
berada di jalur-jalur kebaikan, sungguh dia telah berpegang pada tali yang kokoh
yang akan selalu dibimbing menuju ridho Allah SWT.
2) Setiap muslim sudah saatnya untuk berbenah diri bahwa keimanan kita tidak
akan sempurna tanpa berani mencintai sesama muslim sebagaimana mencintai diri
kita sendiri.
اليؤمناحدكمحتىيحبالخيهاولجارهمايحبلنفسه
“Tidak sempurna iman seseorang sehingga dia mampu mencintai saudara-
saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri”. (HR. Ahmad)
Mari kita renungkan tantangan ke-2 ini yang secara horizontal diwujudkan dalam
bentuk kecerdasan sosial dan sekiranya kita mampu mewujudkan dalam
kehidupan kita maka sungguh rugi manakala hidup kita tidak memiliki teman dan
sungguh rugi apabila di antara teman kita menangis dan merana lantaran terusik
dengan kehadiran kita, sungguh rugi bagi kita manakala kita tidak mampu
membuat teman kita itu tersenyum.
Filosofi-filosofi dasar seperti ini menunjukkan sebuah ajaran Islam bahwa
keindahan hidup seorang muslim ditatar sejauhmana dia berani menciptakan
keindahan, cinta kasih, harmoni dalam komunikasi antara umat Islam dengan
sesamanya maupun dengan non muslim. Pantas kiranya pada tantangan yang ke-
2 ini kita berani menjadi contoh bagaimana indahnya Islam yang mengutamakan
keselamatan, kedamaian, keamanan, menebar cinta kasih dalam setiap kehidupan,
dan menjadi asset memecahkan masalah-masalah kemanusiaan.
Inilah 2 (dua) tantangan yang mudah-mudahan mampu menjadikan inspirasi
untuk menumbuhkan dan membangun keberanian kita guna memenangkan
agama Allah di atas segala-galanya serta untuk memberanikan diri menciptakan
kehidupan yang penuh cinta kasih, tolong menolong hingga akhirnya Islam
menjadi agama yang berwibawa dan pantas dihormati dalam kehidupan manusia
di dunia ini. Kita berdoa kepada Allah SWT, semoga nilai-nilai ini mampu terserap
dalam jiwa kita dan kita diberi kekuatan oleh Allah untuk mewujudkan di kehidupan
kita sehari-hari. Aamiin ya Rabbal ‘aalamiin. *****
Allah a'lam bi ash-shawab
----------------------------------------
*) Dr. HM. Navis Junalia, MA.; Dosen Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (UIN)
Walisongo Semarang
Menjadikan Al-Qur’an Sebagai Imam Dalam Keluarga
Oleh Dr. H. M. Nafis Yunalia, MA
Jum’at, 7 Juli 2017
Kaum muslimin yang Dimuliakan Allah
Melalui waktu yang amat pendek tapi penuh berkah ini, marilah kita
segarkan kembali seluruh usaha kita untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kita
kepada Allah SWT, yakni seberapa jauh kedekatan hati kita kepada Allah SWT
sehingga semakin bisa merasakan kehadiran-Nya dala kehidupan kita; seberapa
tajam pikiran dan itelektualitas kita sehingga semakin dapat menangkap tanda-
tanda kebesaran Allah yang terhampar di alam semesta ini; dan seberapa banyak
amal-amal baik kita sehingga semakin mendekat gambaran ideal kehidupan yang
islami. Dengan kualitas ketaqwaan sebagaimana tersebut, maka dapat dipastikan
kita akan menjadi hamba Allah yang mulia.
Kaum Muslimmin yang Berbahagia
Dengan kemuliaan yang tinggi sebagai hasil dari kualitas ketaqwaan hanya
mungkin kita capai apabila kita menjadikan al-Qur’an sebagai imam, guru, sumber
inspirasi, kompas dan pengendali peri kehidupan secara menyeluruh, baik dalam
skala pribadi, sosial maupun budaya. hal tersebut didasarkan pada firman Allah
SWT:
ب ريا ك را أ نل م أ ج ت ل ح يـ ع م ل ون ٱلص ٱلذ ين ٱل م ؤ م ن ن ر أ قـ و م و يـ ب ش ى ه د ىل لت اٱل ق ر ء ان يـ ه ذ إ نه
“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang paling
lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mu’min yang
mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”. (QS. Al-
Isra’: 9)
Berdasarkan ayat diatas, para ulama sepakat dan sudah sepantasnya tidak
timbul keraguan sedikitpun bahwa al-Qur’an akan menghantarkan manusia yang
memahami dan mengamalkannya keada kesuksesan, kesejahteraan dan
kebahagiaan hidup. Pada ayat lain, Allah juga mengingatkan sebagai berikut:
ن ن الصد ور و ه دىو ر ح ةل ل م ؤ م ف اءل م ايف ر ب ك م و ش اء ت ك م م و ع ظ ةم ن ج ق د االناس أ يـه ي “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhan mu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Yunus: 57)
Ayat tersebut dan berbagai ayat lain yang menerangkan posisi al-Qur’an
memberi kepahaman yang mendasar bahwa al-Qur’an tidak hanya berisi nilai-nilai
yang mengajak manusia kepada kesuksesan dan kebahagiaan, melainkan juga
memberi inspirasi, ketentuan umum dan (untuk beberapa kasus) petunjuk teknis
prosedur pencapaiannya.
Kaum Muslimin yang Terhormat
Pertanyaan besar sekaligus persoalan serius yang muncul ke permukaan
adalah kalau memang betul al-Qur’an menjadi guru kesuksesan dan kebahagiaan,
kenapa kehidupan umat Islam tidak menggambarkan kesuksesan dan kebahagiaan
tersebut? Kalau benar al-Qur’an sebagai pendorong kemajuan, kenapa kehidupan
umat islam tidak mencerminkan kemajuan; tetapi sebaliknya kehidupan mereka
lebih banyak melukiskan kemunduran, keterbelakangan, kemiskinan dan
kebodohan. Sebagai jawaban pertanyaan dan persoalan tersebut tidak seluruhnya
salah dan juga tidak seluruhnya benar. Sejarah telah membuktikan bahwa mulai
masa Nabi sampai sekarang, ketika umat Islam mengamalkan al-Qur’an secara
komprehensif dan konsisten mereka telah mampu menghadirkan kemajuan-
kemajuan di berbagai bidang kehidupan baik ilmu pengetahuan, politik, sosial,
ekonomi maupun kebudayaan. Bahkan tidak kurang dari 600 tahun (6 abad) umat
Islam menjadi penentu gerak peradaban manusai secara internasional. Prestasi
Dinasti Abbasiyah dan beberapa dinasti lain menjadi saksi kemajuan tersebut.
Namun demikian, sejarah juga mencatat bahwa ketika umat Islam semakin jauh dari
nilai-nilai al-Qur’an, maka tidak saja mereka mundur dan terbelakang, bahkan
menjadi kelompok yang terisolir dan tertindas. Terusirnya umat Islam dari daratan
Spanyol, penjajahan bangsa Eropa atas negara-negara Islam, hegemoni budaya
barat terhadap peradapan manusia modern menjadi bukti keterpurukan umat Islam.
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah
Belajar dari kenyataan sejarah tersebut, kiranya menjadikan kita arif bahwa
kita harus kembali pada fondasi dasar ketetapan Allah SWT, bahwa sumber
kemajuan, kesuksesan dan kebahagiaan tidak kemana-mana, melainkan kembali
berpegang teguh kepada al-Qur’an. Semangat kembali pada al-Qur’an disini sama
sekali bukan berarti bahwa kita harus bersikap tertutup, ignorance dan acuh tak acuh
terhadap berbagai kemajuan peradaban manusia. Sebaliknya, berbagai kemajuan
tersebut justru dapat digunakan untuk mempermudah dan mempertajam
pembacaan, pengkajian dan pemaknaan kita terhadap al-Qur’an. Hadirnya VCD
tentang cara praktis belajar al-Qur’an, dan perangkat Maktabah Syamilah
membuktikan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berguna
dalam mempercepat keberhasilan studi al-Qur’an.
Kaum Muslimiin yang Berbahagia
Oleh sebab itu, perlu menjadi kesadaran dan greget semangat kita bersama
bahwa membaca, mempelajari, memahami dan mengamalkan al-Qur’an tidak dapat
ditunda-tunda lagi. Kesadaran dan greget semangat tersebut akan menghantarkan
kita menjadi manusia yang terbaik dan terpuji. Sebagaimana diisyaratkan
Rasulullah Muhammad SAW:
تـ ع لم ال ق ر آن و ع لم ه ر ك م م ن يـ ع ل ي ه و س لم خ الل ص لىالل ر س ول ق ال ق ال ي ع ل ع ن
“Diriwayatkan ‘Ali bahwa Rasulullah bersabda: “sebaik-baik kalian adalah yang
mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya (pada pihak lain)”. (HR. Darimi)
Pada hadis lain
ت ظ ه ر ه ال ق ر آن قـ ر أ م ن و س لم ع ل ي ه الل ص لىالل ر س ول ق ال ل ه ح ف أ ح لو اس ل ه ح ر ام ه و ح رم ال ب ه الل أ د خ و ش فع ه ال نة ر ةيف ل م ن ع ش النار ل ه و ج ب ت ق د ه م ك لبـ ي ت ه أ ه
"Barangsiapa membaca Al-Qur`an kemudian dia menghafalnya dan menghalalkan
apa yang dihalalkan Al-Qur`an serta mengharamkan apa yang diharamkan Al-
Qur`an, niscaya dengannya Allah akan memasukkannya ke dalam surga dan dapat
memberi syafa'at kepada sepuluh keluarganya yang wajib masuk neraka."(HR.
Tirmidzi)
اقـ ر ء واال ق ر آن ف ع ن ع ل ي ه و س لم يـ ق ول الل ص لىالل ر س ول س ع ت يـ و م أ ب وأ م ام ة ال ب اه ل يق ال إ نه ي ت يعال ص ح اب ال ق ي ام ة ش ف
“Dari Abi Umamah, dia berkata; saya mendengar Rasulullah bersabda: “Bacalah
al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat memberi syafaat
(pertolongan) kepada para sahabatnya (para ahli al-Qur’an)”. (HR. Ahmad)
Tempat paling strategis pembudayaan al-Qur’an sebagaimana tersebut
adalah keluarga. Keluargalah tempat awal terjadinya proses pembentukan nilai
pada kepribadian seorang anak manusia. Keluargalah tempat awal bersemai
generasi baru yang akan menentukan corak kemajuan masa depan. Demikian juga
keluargalah tempat awal tumbuhnya harapan kebangkitan Islam. Oleh sebab itu,
pembudayaan al-Qur’an di lingkungan keluarga perlu kita jadikan agenda prioritas
untuk membangun masa depan Islam sehingga Islam akan kembali bersinar dan
menuntun umat menuju kesuksesan, kesejahteraan dan kebahagiaan masa depan
baik di duna maupun akhirat. Amin ya Robbal ‘Alamin
Syukur dan Pengaruhnya Dalam Kehidupan
Oleh KH. Hanif Ismail, Lc.
Jum’at, 14 Juli 2017
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Melalui mimbar jum’ah yang mulia ini, saya ingin menyampaikan pesan dan
mengajak kaum muslimin yang dimuliakan Allah khususnya diri saya sendiri,
marilah senantiasa kita jaga dan kita tingkatkan taqwa kita kepada Allah SWT,
dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya,
karena taqwa inilah yang akan menghantarkan kita untuk memperoleh perbaikan
dan kebahagiaan hidup kita baik di dunia maupun di akhirat nanti. Diantara cara
meningkatkan taqa dan sekaligus melaksanakan perintah Allah SWT adalah
bersyukur atau menjadi hamba Allah yang syakur (yang banyak syukurnya).
Allah SWT berfirman dalam QS. Lukman/31: 14:
ي ك و ل و ال د اش ك ر ل ع ام ن أ ن نو ف ص ال ه يف ناع ل يو ه ي ه ح ل ت ه أ مه و ه ن س ان ب و ال د ن ااإل و و صيـ ر يـ ص
إ ل امل
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bnersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah
kembalimu.”
Juga firman dalam QS. Al-Baqarah/2: 152:
أ ذ ك ر ك م و اش ك ر وا ف اذ ك ر ون ف ر ون ت ك و ل ل “maka ingatah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari nikmat Ku.”
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Mengapa kita harus bersyukur? Sebagai makhluk Allah, kita diciptakan hidup
di dunia ini penuh dengan limpahan sifat Rahman dan RahimNya. Allah SWT
menciptakan kita sebagai manusia tapi sekaligus menyiapkan segala apa yang
dibutuhkannya untuk hidup di dunia ini, tertama sebagai hajat hidup primernya:
meliputi bahan-bahan sandang, pangan dan tempat tinggal yang juga meliputi
tanah, air dan udara serta cahaya matahari, bulan dan bintang-bintang tanpa
membeda-bedakan; apakah mereka itu mukmin atau kafir, taat atau maksiat, baik
atau jahat, pejabat atau rakyat, kaya atau miskin dsb.
Allah SWT berfirman dalam QS. Lukman/31: 20:
ب غ ع ل ي ك م ن ع م ه ظ اه ر ة و أ س ال ر ض و م ايف السم او ات ل ك ممايف س خر تـ ر و اأ نالل أ مل ط ن ة و ب
“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukan untuk
(kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan
menyempurnakan untukmu nikmat-Nya yang nampak dan yang tidak
nampak”.
Dalam QS. Al-Jatsiyah ayat 12 Allah SWT berfirman:
ف يه ب مر ٱلف لك ل ت جر ى ل ك م ٱلب حر ٱلذ ىس خر م نف ٱلل تـ غ وا ضل ه ۦو ل ع لك مه ۦو ل تـ بـ ت شك ر ون
“Allahlah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat
berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari
sebagian karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur”.
Ayat-ayat ini menunjukan bahwa alam semesta; langit, bumi dan segala apa
yang ada didalamnya merupakan nikmat Allah SWT untuk memenuhi hajat hidup
manusia agar bisa bertahan dan memperoleh kesejahteraan dalam hidupnya di
dunia.
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Nikmat Allah yang diberikan kepada manusia tak terbilang dan tak terhingga,
karena ada yang kasat mata tapi juga lebih banyak yang tak terjangkau oleh indera
manusia. Banyak yang wujudnya kita ketahui, tapi juga jauh lebih banyak yang
keberadaannya tidak kita ketahui dan kita sadari. Oleh karena itu Allah SWT
menegaskan lewat firmannya dalam QS. Ibrahim ayat 34:
ك فار ل ظ ل وم نس ان اإ ناإل ت ص وه الل ل ن ع م ت م اس أ ل ت م وه و إ نتـ ع دوا ك ل و آت ك مم ن“Dan jika kamu menghitung nimat Allah, tidak lah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat
mengingkari (nikmat Allah).”
Lalu bagaimana seharusnya bersyukur itu? Para ulama memberikan pengertian
apa atau bagaimana bersyukur itu. Imam al-Nawawi mengatakan:
ه م ع تـ ع ظ ي م ن ع م ة امل ب ن ع م ع ت اف ر ا إل ح ق يـ ق ة الشك
“Esensi syukur adalah pengakuan atas nikmat yang diberikan oleh
Sang Maha Pemurah diserati sikap mengagungkan-Nya”.
Imam al-Qusyairi mengatakan: hakikat bersyukur adalah memuji Sang
Pemberi kebaikan dengan mengingat-ingat anugerah yang diberikan-Nya.
Imam al-Syibli menjelaskan: Syukur adalah kesadaran akan Sang Pemberi
nikmat, bukan memandang nikmat itu sendiri.
Sementara Imam al-Junaid mengatakan: Syukur adalah jika orang tidak
menggunakan nikmat Allah untuk bermaksiat kepada-Nya. Dengan memahami
pengertian-pengertian yang diberikan oleh para ulama, maka bersyukur adalah
tidak hanya sekedar memuji Allah dengan mengucapkan Alhamdulillah saja, tapi
juga mengakui bahwa sumber kenikmatan itu berasal dari Allah Yang Maha
Pemurah. Oleh karena itu tidak boleh meremehkan nikmat tersebut walaupun
ukuran atau jumlahnya sangat kecil dan tidak boleh pula digunakan untuk hal-hal
yang tidak diridhai oleh Allah SWT.
Kita yakin sumber nikmat itu berasal dari Allah SWT, namun bisa saja
sampainya nikmat tersebut kepada kita melalui berbagai cara, misalnya hubungan
kerja, tolong menolong dan interaksi lainnya sesama manusia, sehingga bersyukur
kepada Allah tidak berarti meniadakan berterima kasih kepada manusia yang telah
berjasa atau berbuat baik kepada kita. Bahkan orang yang tidak mau berterima kasih
kepada sesama berarti tidak bersyukur kepada Allah SWT. Sebagaimana
diriwayatkan oleh Imam Ahmad:
الناس ي ش ك ر ل م ن الل ي ش ك ر ل “Tidaklah bersyukur kepada Allah, orang yang tidak mau berterima kasih
kepada sesama manusia”.
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Dalam konteks kehidupan sehari-hari, sikap syukur menumbuhkan hubungan
kemasyarakatan menjadi lebih kokoh, harmonis dan saling hormat menghormati.
Karena tidak ada manusia yang sempurna, memiliki dan bisa menyelesaikan segala
persoalan dengan sendirinya. Masing-masing diberikan kelebihan oleh Allah SWT,
baik berupa ilmu, harta maupun tenaga. Kepandaian seorang ilmuwan tak lepas dari
jasa guru-guru yang pernah mengajarinya, demikian juga kekayaan seorang
saudagar/pengusaha sangat terkait dengan tenaga buruh dan keryawan yang
membantunya. Bahkan pejabat negara seperti Presiden, anggota DPR maupun
DPRD juga karena suara rakyat yang diberikan kepadanya. Apabila semua orang
mau bersykur kepada Allah SWT dan menyadari atas kelemahan dan
kekurangannya masing-masing, lalu menggunakan nikmat Allah, sebagai kelebihan
yang diberikan kepadanya, sesuai dengan fungsi dan perannya yang diridhai Allah,
tentu tidak akan ada sikap arogansi, kesombongan dan egoisme yang tinggi dalam
kehidupan kita didalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kita akan bahagia
dan sejahtera. Bahkan nikmat yang diberikan Allah kepada kita sebagai pribadi atau
kepada bangsa dan negeri kita yang tercinta ini akan terus berkembang menjadi
lebih baik. Kalau sekarang kita masih merasakan krisis ekonomi, pasti Allah akan
mengangkatnya dari keterpurukannya dan menjauhkan kita dari berbagai bencana
dan kehancuran. Karena Allah menyatakan dengan tegas dalam QS. Ibrahim ayat
7:
اب ل ش د ي د ك ف ر ت إ نع ذ نك م و ل ئ ن ش ك ر ت ل ز ي د و إ ذ ت ذن ر بك م ل ئ ن “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambahkan
nikmat kepadamu. Dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka
sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih”.
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Nikmat Allah terutama yang berupa kekayaan dan harta benda, apabila tidak
disyukuri akan menjebak diri kita pada mental meterialistik, hidup dalam pola
konsumeristik yang diperbudak oleh harta dan kekayaan. Dan pada gilirannya akan
menjauhkan diri kita dari jati diri sebagai manusia yang mulia. Sungguh tak tahu
diri dan merugi orang yang tidak mau bersyukur kepada Allah SWT, apalagi
sebagaimana telah kita ketahui bahwa sesungguhnya manfaat dari sikap bersyukur
itu akan kembali kepada orang yang bersyukur itu sendiri. Dan sedikitpun Allah
tidak akan mengambil keuntungan dan tidak pula mendapatkan kerugian dari sikap
hamba-Nya, apakah dia bersyukur atau bahkan justru sebaliknya.
Alangkah buruk dan hinanya akibat yang dialami orang-orang yang tidak mau
bersyukur dan menukar kenikmatan Allah dengan kekufuran. Cukup banyak kisah
yang diungkapkan al-Qur’an tentang kehancuran yang telah Allah timpakan pada
umat-umat terdahulu, ada kisah kaum Tsamud, Saba’, Ashabu Madyan, Fir’aun,
Qorun dan sebainya. Diantara mereka, ada yang Allah binasakan dengan hujan batu
dan angin kencang selama beberapa hari dan malam berturut-turut, ada juga yang
dibinsakan dengan banjir bandang, ditenggelamkan ke dasar lautan, ditelan bumi,
diturunkan hama dan penyakit dan sebagainya.
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Banyak kisah-kisah yang Allah SWT abdikan dalam al-Qur’an hingga kini
sebagai Tamtsil Adzab di dunia atas kedurhakaan manusia yang tidak mau
mensyukuri nikamt Allah SWT dan sekaligus sebagai ‘Ibrah (pelajaran) bagi orang-
orang yang mempunyai mata hati.
Musibah memamng sering menimpa kita dan negeri kita tercinta, mulai gempa
bumi, gelombang tsunami, banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan berbagai
penyakit yang sebelumnya tak pernah kita kenal, seperti antrak, chikungunya, flu
burung dan sebagainya. Namun tentunya kita tidak ingin sengsara, kita juga tidak
ingin negeri kita hancur kerena dilaknat oleh Allah SWT. Oleh karena itu marilah
kita terus menerus berusaha menyukuri segala nikmat karunia Allah yang telah
dicurahkan kepada kita dengan seoptimal mungkin. kita gunakan umur, harta
benda, kesehatan dan kemampuan tenaga serta ilmu yang kita miliki untuk berbakti
kepada Allah, memberikan kemaslahatan dan kemanfaatan bagi diri sendiri,
keluarga dan masyarakat.
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Kita tentu akan malu dan merasa tak berarti, kalau kita sadar sebagai orang
yang beriman dan sebagai umatnya Nabi Muhammad SAW tahu apa yang
dilakukan Baginda Rasulullah SAW dalam kehidupan malam harinya seperti yang
diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari Aisyah ra.
ع م اه فـ ق ال ت ق د تـ تـ ف طر ح ت اللي ل يـ ق وم م ن ك ان ع ل ي ه و س لم الل ص لىالل اأ نن ب ن ع ه ذ ت ص ا ش ة مل
أ ك ون ع ي أ ن ب أ ح أ ف ال ق ال و م ات خر ذ ن ب ك م اتـ ق دم م ن ل ك الل غ ف ر الل و ق د ب داش ك ورار س ول “Sesungguhnya Rasulullah SAW pada suatu malam berdiri (melakukan) shalat
hingga kedua kaki beliau bengkak, lalu aku bertanya: mengapa engkau (wahai
Rasulullah) melakukan hal seperti ini, sedangkan Allah SWT telah mengampuni
dosa-dosa mu yang sudah lewat dan yang akan datang? Rasulullah SAW
menjawab: tidakkah aku ini hamba yang banyak syukurnya?”
Jika kita membaca hadis ini lalu introspeksi pada diri kita sendiri yang masih
banyak dan sering melakukan perbuatan maksiat dan dosa, kita masih sering iri dan
benci atas nikmat yang diperoleh saudara kita, kita tidak mau melihat orang-orang
yang tidak lebih baik dan lebih kesulitan dari pada kita, kita masih selalu tidak puas
dan mudah marah serta berlanjut dengan tindak kriminal hanya karena secuil roti
dan materi yang tak berarti dihadapan Allah. Sungguh sangat naif diri kita ini,
apabila Allah SWT masih berkenan menggerojok nikmat-nikmat-Nya kepada kita.
Alangkah indahnya hidup seorang mukmin, kalau kita benar-benar seperti yang
dinyatakan oleh Rasulullah SAW:
ك ل أمره إ ن ن ؤم الم مر وسل معجبال عليه صل ىالل الل هيبقالقالرس ول وليسذاكعنص خير ه
ضر وإ نأصابته شكرفكانخيراله اء سر إ نأصابته ن ؤم لم ل حدإ ال )رواهمسلم(ل صبرفكانخيراله اء
“dari Shuhaib berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda:
"perkara orang mu`min mengagumkan, sesungguhnya semua perihalnya baik dan
itu tidak dimiliki seorang pun selain orang mu`min, bila tertimpa kesenangan, ia
bersyukur dan syukur itu baik baginya dan bila tertimpa musibah, ia bersabar dan
sabar itu baik baginya”. Subhanallah!
Mudah-mudahan Allah SWT selalu memberikan petunjuk dan kekuatan
kepada kita agar kita mampu menjadi hamba-hamba-Nya yang banyak bersyukur
dan sabar dalam menghadapi kehidupan yang fana ini. Amin ya Rabbal ‘Alamin
Ukhuwah Islamiyah dan Kehidupan Keberagaman
Oleh KH. Ubaidillah Shadaqoh, S.H
Jum’at, 21 Juli 2017
Hadirin sidang Jum’ah Rahimakumullah
Sungguh tak terhingga kenikmatan yang diberikan oleh Allah SWT kepada
kita masyarakat Jawa Tengah pada khususnya dan mayarakat Indonesia pada
umumnya. Segala tanaman dapat tumbuh di bumi pertiwi ini. Berbagai jenis barang
tambang dapat digali dari perut bumi. Gunung-gunung menjulang sebagai peneduh
dan sumber mata air. Daratan dihamparkan dan lautpun dibentangkan. Tidak ada
bumi yang sekaya dan seindah yang kita pijak, tidak ada tanah yang semurah dan
seramah dengan penghuninya, yang melebihi nusantara ini.
Namun karunia nikmat yang besar ini tidak akan memberikan kesejahteraan
dan kemakmuran bagi penghuninya, dan bahkan akan menjadikan malapetaka
apabila tidak kita syukuri dengan penuh kesadaran bahwa semua karunia ini
diciptakan oleh Allah SWT untuk seluruh penghuninya di masa kini dan untuk
generasi yang akan datang, anak-anak, cucu-cucu kita semuanya. Andai dulu orang
tua kita tidak menanam maka kita tidak akan memetik buah. Andai orang dahulu
menebang seluruh pohon dan menguras kekayaan di perut bumi ini maka kita akan
miskin, lapar dan mati kelaparan. Hidup saling bergantung, hanya orang-orang yang
sombong yang merasa dapat hidup tanpa bantuan dan kebaikan orang lain.
Sebagaimana firman Allah:
ورا ختاال فخح ب من ك ن مح ال يح ان الل
“Sesungguhnya Allah tidak senang pada orang yang sombong dan
membanggakan diri” (QS. An-Nisa/ 4: 36)
Hadirin Sidang Jum’ah Yang Dimuliakan Allah
NKRI yang kita cintai ini sebagian besar penghuninya adalah kaum
muslimin. Maka tidak akan ada artinya NKRI ini tanpa ada kesatuan dan
kebersamaan kaum muslimim. Kita telah sepakat dengan “Bhineka Tunggal Ika”
berbeda dalam suku, agama dan lain-lain tapi tetap satu bangsa yaitu Indonesia,
namun sangat aneh daan naif apabila ukhuwah seagama yaitu Islam tidak dapat
diwujudkan. Jika kita tidak dapat menjaga Ukhuwwah Islamiyah maka semboyan
yang tertera di lambang negara hanya merupakan semboyan palsu yang menutupi
kedustaan kita. Dan lebih berat dari itu adalah kurang percaya pada Allah SWT,
sebagaimana disebutkan pada QS. Al-Hujurat:13
الل ر م ك م ع ند رو أ نث ىو ج ع ل ن اك م ش ع وبو قـ ب ا ل ل تـ ع ار ف واإ نأ ك ن اك مم نذ ك خ ل ق إ ن االناس أ يـه ي ع ل يمخ ب ري أ تـ ق اك م إ نالل
Lita’arafuu berarti saling mengenal pada perbedaan dan persamaan,
persamaan didalam asal-usul bahwa kita sama-sama makhluk yang lemah dari
tanah dan kembali ke tanah, maka dari arah mana kita mengaku paling baik, paling
mulia, paling benar dan paling kuat. (al-Qusyairi)
Sidang jama’ah Rahimakumullah
Terdapat beberapa hal yang menjadikan Ukhuwah Islamiyah ini semua, di
antaranya adalah:
1. Perbedaan Madzhab
Perbedaan yang sifatnya furu’iyyah (cabang) dan bukan ushul (pokok)
dijadikan alasan untuk menjaga jarak dan memisahkan diri. Ketidakcocokan ini
dibesar besarkan sehingga dianggap sebagai perbedaan dasar atau ushul.
Contoh perbedaan dalam mengucapkan usholli dalam niat shalat, perbedaan
bilangan rakaat shalat tarawih, sikap berdiri pada waktu shalat, tinggi pakaian
waktu shalat, penentuan awal atau akhir ramadhan. Bukankah kita telah mengetahui
perintah Rasullallah sudah terjadi pada masa kehidupan beliau.
ا م ع ه م ام اءفـ تـ ي مم ة و ل ي س الصال س ف رف ح ض ر ت يف ن خ ر ج ر ج ال ق ال ر ي س ع يدال د أ ب ع يداص ع ن ا ي ع د ة و ال و ض وء و مل ف أ ع اد أ ح د ه االصال ال و ق ت اال م اء يف و ج د الل خ ط ي باف ص لي اث أ تـ ي ار س ول ث ر
ص ال ز أ ت ك السنة و أ ج أ ص ب ت ي ع د ل لذ يمل ل ه فـ ق ال ع ل ي ه و س لم ف ذ ك ر اذ ل ك ل لذ يت ص لىالل و ق ال ك م رتـ ن ر ال ج و أ ع اد ل ك تـ و ضأ
“dari Abu Sa'id Al-Khudri dia berkata; Ada dua orang mengadakan perjalanan
jauh, lalu waktu shalat tiba sementara mereka tidak mempunyai air, maka
keduanya bertayammum dengan menggunakan tanah yang bersih dan keduanya
shalat, kemudian keduanya mendapatkan air dalam masa waktu shalat tersebut,
maka salah seorang dari keduanya mengulangi shalat dengan berwudhu dan yang
lainnya tidak, kemudian keduanya mendatangi Rasulullah Shallallahu alaihi
wasallam dan mengisahkan perjalanan mereka, maka Rasulullah Shallallahu
alaihi wasallam bersabda kepada yang tidak mengulang shalat: "Kamu telah
melaksanakan sunnah dan shalat kamu sempurna (tidak perlu diulang) ", dan
beliau bersabda kepada yang berwudhu dan mengulangi shalat: "Kamu
mendapatkan pahala dua kali”.(HR. Abu Daud)
Demikian pula pada waktu perang ahzab, Nabi berkata: “Janganlah
seorangpun di antara kalian melaksanakan shalat Ashar kecuali telah sampai pada
qabilah Bani Quraidlah”, kemudian beberapa sahabat menjumpai waktu Ashar
sebelum sampai ke bani Quraidlah. Diantara mereka kemudian shalat Ashar (karena
memang sudah masuk shalat Ashar). Dan ada pula yang berkeras untuk shalat ashar
setelah sampai di bani quraidlah (karena teks dzahir perintah Nabi memang
demikian). Setelah kabar perselisihan tersebut sampai kepada Nabi tidak ada
seorang sahabat pun yang disalahkan.
Pada masa sahabat Nabi pun banyak sekali perbedaan pemahaman dan
perbedaan itu tidak menjadikan permusuhan. Sahabat Umar menghukumi iddahnya
wanita yang mengandung dan di tinggal mati oleh suaminya habis ketika sudah
melahirkan. Sahabat Ali menghukumi bahwa iddahnya habis setelah empat bulan
sepuluh hari dengan syarat sudah melahirkan.
Bahkan perbedaan hukum furu’ telah terjadi pada masa sebelum Nabi
Muhammad SAW. Pada masa Nabi Dawud AS dan Nabi Sulaiman AS. Ada dua
wanita yang masing masing membawa anak. Salah satu anak dibawa lari oleh
serigala Nabi Dawud menghukumi bahwa anak yang masih hidu adalah anaknya
wanita yang lebih tua. Karena wanita yang muda tidak terima dengan hukum yang
diputuskan oleh Nabi Dawud AS maka mereka mendatangi Nabi Sulaiman untuk
banding. Ternyata Nabi Sulaiman menghukumi bahwa anak tersebut milik wanita
yang lebih muda.
وسل مقالكانتامرأتان عليه صل ىالل رس ولالل أن عنه يالل ماابناه ماجاءمعنأب يه ريرةرض عه
وقالتال خرىإ ن ماذه بت هاإ ن ماذهبب ابن ك إ حداه مافقالتل صاح فذهبب ابن ئب دالذ فتحاكمتاإ لىداو بب ابن ك
ل لك برىفخرجتاعلىس الس لمفقضىب ه عليه ين ك فقالائت ون يب الس ماالس لمفأخبرتاه دعليه داو ليمانبن
غرى)رواهاحمد( ل لص ه وابن هافقضىب ه كالل غرىالتفعليرحم مافقالتالص بينه أش قه
Maka jika perbedaan yang kecil ini menjadikan kendala dalam merajut
Ukhuwah Islamiyah, siapa lagi yang kita contoh. Masihkah kita bermujadalah atau
berdebat dengan dalil hadis atau al-Qur’an, maknanya dan bahkan keabsahannya?
Kata kritikus; orang lain sampai ke bulan sementara kita masih berdebat sudah
tampakkah bulan?
Hadirin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
2. Perbedaan golongan, Status, Partai atau Kepentingan
Alam demokrasi menjamin warga negara untuk berserikat, berkumpul
bersuara. Maka menjamurlah kelompok-kelompok, partai, jama’ah. Kelompok satu
mencerca dan mengolok-olok kelompok lain dengan terbuka di muka umum dan
bahkan disiarkan di media dengan dalih kebebasan bersuara, bebas melakukan apa
saja. Namun kita tidak ingat bahwa kebabasan tidak bebas dari tanggung jawab.
Bahkan perbedaan politik pun ditarik menjadi perbedaan dalam madzhab agama,
dan perbedaan madzhab yang masih dalam lingkup furu’ ditarik-tarik menjadi isu
perbedaan dalam ushul atau akidah keimanan. Terjadilah apa yang terjadi; saling
fasiq memfasiqkan, kufur mengkufurkan. Agama tidak kita kemas dengan dunia
yang menarik sehingga banyak orang yang masuk justru agama kita jadikan
bungkus duni. Ingatlah kita betapa tajam perselisihan Sayyidina Ali ra dengan
sahabat lain. Namun ketika beliau ditanya, “apakah orang-orang yang brseberangan
dengan engkau wahai Ali adalah orang-orang musyrik?” beliau menjawab, “mereka
telah menjauhi kemusyrikan.” Ditanya lagi, “apakah mereka orang-orang
munafiq?” jawab beliau “orang munafiq tidak ingat/zikir kepada Allah kecuali
sedikit dan sebentar saja.” Ditanya lagi, “lantas siapa mereka?” jawab beliau,
“mereka adalah saudara-saudaraku yang menentangku.
Sebab selanjutnya adalah hilangnya kasih sayang kepada sesama. Hal ini
dapat kita dengar dan lihat dari rumah kita masing-masing melalui pesawat televisi.
Pembunuhan dari model yang kuno sampai mutilasi, penipuan sampai perampokan.
Bahkan semakin sedikit orang yang memperhatikan teriakan orang yang meminta
tolong. Tentunya kejahatan semacam itu hanya dilakukan oleh orang yang tidak
berilmu dan tidak berpangkat. Dan sudah pasti hal tersebut merupakan cermin dari
masyarakat kita. Orang yang berilmu lain kejahatannya dengan orang yang tidak
berilmu. Orang yang berpangkat lain kejahatannya dengan orang yang punya
kedudukan. Semua ini karena hilangnya rasa rahmat kasih sayang dalam hati.
Mencintai sesama dianggap kerugian besar.
Rasulullah SAW bersabda:
يرحمك ممنف ىالس ماء)رواهاحمد( وامنف ىالرض ارحم حمن م الر ه ونيرحم م اح الر
“kasihanilah orang-orang yang berada di bumi maka Allah yang maha rahman akan
berbelas kasihan kepadamu. Belas kasih Allah kepada kita tergantung belas kasih
kita kepada sesama.” (HR. Ahmad bin Hanbal)
Hadirin Sidang Jum’ah Rahimakumullah
Marilah kita muhasabah ala al-nafs jaga Ukhuwah Islamiyah dengan
berbagai perbedaan yang telah ada. Bunga itu indah karena berwarna-warni.
Pelangi adalah ciptaan Tuhan yang Maha Besar
الل عنأب يه ريرةقالقالرس ول عنالعرج ناد عنأب يالز د حم أخبرنام يد وسل محد ثنايز عليه صل ىالل
ر إ ن فوقالعرش نده وع فه تاب ه الخلقكتبف يك اقضىالل حمت يسبقتغضب ي)رواهاحمد(لم
Peran Keluarga Dalam Membangun Moral Bangsa
Oleh Drs. H. Musman Tholib, M. Ag
Jum’at, 28 Juli 2017
Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at yang berbahagia
Alhamdulillah segala puji dan syukur kita persembahkan ke khadirat Allah
SWT atas hidayah dan taufiq-Nya kita dapat membedakan mana yang haq dan mana
yang batil. Marilah pada kesempatan yang membahagiakan ini kita terus tingkatkan
ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh menjalankan
perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Hadirin Jum’at yang Berbahagia
Bangsa dan negara adalah merupakan kumpulan keluarga-keluarga. Karena itu,
keberhasilan pembangunan negara dimulai dari keberhasilan pembanguna
keluarga.
Kalau ingin negara sejahtera, bangunlah keluarga sejahtera
Kalau ingin negara makmur, bangunlah keluarga yang makmur
Kalau bangsa ini menjadi bangsa yang bermoral dan bermanfaat, bangunlah
keluarga yang bermoral dan bermanfaat
Kalau ingin bangsa dan negara ini hidup dalam suasana religius/agamis,
bangunlah keluarga yang agamis/keluarga yang islami
Peran keluarga yang pertama dan utama adalah pembangunan akhlak termasuk
di dalamnya pembangunan moral, sebagaimana hadis Nabi SAW.
أكرمواأولدكموأحسنواآدبم
“Diriwayatkan oleh Anas bin Malik menceritakan bahwa Rasulullah bersabda:
Muliakanlah anak-anakmu dan hendaklah kamu luhurkan akhlaknya” (HR. Ibnu
Majah)
Bagaimana peran keluarga dalam membangun moral bangsa? Moral bang yang
seperti apa?
Bangsa Indonesia memiliki ideologi dan falsafah negara yaitu Pancasila. Maka
moral bangsa tidak lain adalah moral Pancasila. Moral Pancasila harus ditanamkan
sejak dini hari dari pusat pendidikan yang pertama dan utama yaitu di lingkungan
keluarga. Moral Pancasila yang merupakan acuan pokok dalam berbangsa dan
bernegara tergantung umat Islambegaimana mengisinya. Yang jelas rumusannya
dari sila-sila Pancasila kalau disimpulkan dalam perilaku dan moral bangsa
tercakup harmonisasi 4 hubunga, yaitu:
1. Hubungan manusia dengan Tuhannya atau dengan Allah yang Maha Kuasa.
2. Hubungan manusia dengan sesama manusia (orang lain).
3. Hubungan manusia dengan dirinya.
4. Hubungan manusia dngan alam sekitarnya.
Empat hubungan itu harus berjalan serasi dan harmonis, tidak pincang
memberatkan yang satu melupakan dan meniadakan yang lain. Sebagai muslim
empat hubungan itu telah dituntunkan sangat indah melalui setiap rukun dalam
rukun Islam. Seperti kewajiban mejalankan shalat. Shalat yang sempurna adalah
sholat yang berimplikasi kepada terjalinnya empat hubungan. Khusyu’ mengabdi
kepada Allah yang membawa dampak tanha ‘anil fahsya waal munkar,
sebagaimana disebutkan QS. Al-Ankabut: 45 :
الصالة إ نالصالة تـ نـ ه ىع و أ ق م م ن ال ك ت اب إ ل ي ك ي ش اء و ال م ات ل م اأ وح الل ن ال ف ح ر ن ك ر و ل ذ ك نـ ع ون يـ ع ل م م ات ص و الل بـ ر أ ك
Buah dari sholat memiliki perilaku membawa kedamaian, kesejahteraan
kepada dirinya dan lingkungannya. Selalu membawa kebaikan dan mencegah
serta menjauhi hal-hal yang menimbulkan kerusakan. Itulah sholat yang
sempurna. Dengan demikian tidak akan muncul pertanyaan usil: “baik mana
orang yang shalat tetapi dengan tetangga tidak peduli dibanding orang yang tidak
sholat tetapi dengan tetangga sangat peduli?”
Masing-masing ada kebaikannya dan masing-masing ada kekurangannya.
Sebagai manusia harus menyadari yang baik adalah bagaimana melengkapi dan
menyempurnakan empat hubungan itu dengan baik tidak saling menuding, saling
merasa lebih, dan itulah moral bangsa yang harus dibangun. Kemudian sejauhmana
peran keluarga dalam membangun moral bangsa? Orang tua berkewajiban dan
bertanggung jawab sebagai muslim untuk menanamkan moral bangsa kepada putra-
putrinya sejak dini di lingkungan keluarga. Bagaimana orang tua mampu
mewujudkan terlaksananya empat hubungan yang serasi dan harmonis mulai dari
keluarganya?
1. Membekali dengan pendidikan
Orang tua membekali anak-anaknya dengan pendidikan agama dan umum
dalam rangka membentuk anak yang beriman, berakhlak mulia/bermoral, cerdas
dan terampil.
Allah SWT sangat menyayangi hamba-Nya memberikan arahan yang sangat
tepat, supaya sebuah keluarga menurunkan generasi yang lebih tangguh,
sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Nisa: 9:
خ ل ف ه م ذ ر ي تـ ر ك و ام ن الذ ي ن ل و ش و ل و ل ي خ اف واع ل ي ه م فـ ل يـ تـق واهللا ع افاخ يـ ق ول و اقـ و لس د ي داةض
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatirkan
terhadap kesejahteraan mereka oleh sebab itu maka bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah mengucapkan perkataan yang benar”.
Agar anak mampu menjalin hubungan yang baik kepada Allah SWT maka
hendaknya menanamkan ketakwaan kepada Allah sejak dini. Pendidikan orang tua
kepada anak-anaknya wajib ditanamkan sejak anak masih dalam kandungan
ibunya. Kemudian setelah lahir orang tua memberikan keteladanan, dengan
melakukan segala kegiatan yang diwarnai pelaksanaan ibadah secara tertib. Setiap
kegiatan diawali dengan membaca basmalah dan mengakhirinya dengan membaca
hamdalah. Dengan melihat praktek keagamaan yang dilakukan oleh orang tua,
maka anak-anak akan secara otomatis meniru dan mengikuti kegiatan tersebut,
sehingga kemudian akan terbiasa dengan kegiatan yang berwarna keagamaan.
Orang tua melatih dan mendidik sesuai dengan tuntunan Islam, dimulai melatih
untuk dapat mengurus dirinya sendiri, mulai membersihkan tempat tidurnya,
menata perlengkapan sekolahnya, menjaga kebersihan dan kesehatan dirinya.
Selanjutnya bagaimana hormat kepada orang tuanya dan kepada siapa saja yang
lebih tua di lingkungannya. Demikian juga dibiasakan untuk suka memberi dan
menolong orang lain sebagai realisasi pendidikan dalam hadits Nabi SAW
ي ه أ خ ع و ن ا لع ب د ف ك ان ا لع ب د م ا ع و ن ف هللا و
“Allah senantiasa akan menolong hamba-Nya selama hamba itu mau menolong
saudaranya” (HR. Ahmad bin Hanbal)
2. Menanamkan Disiplin
Menanamkan sikap disiplin sangat penting, agar tercipta suasana saling
menghargai diantara anggota keluarga, sehingga ada batasan antara orang tua yang
bertanggung jawab dan anak-anak yang patuh. Dalam kaitan inilah penanaman
akhlak yang terpuji oleh orang tua kepada anak-anaknya sangat terasa gunanya.
Bila hal ini terjadi, maka terbentuklah keluarga yang tua menyayangi yang muda
dan yang muda hormat dan sopan santun kepada orang yang lebih tua.
Dalam menanamkan disiplin ini meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat
sebagaimana ditegaskan dalam sabda Nabi SAW:
يـ ع ن يه ال م ر ء تـ ر ك ه م ال ال م ن إ س ح س م ن
“Dari Abu Hurairah berkata Rasulullah SAW: Termasuk kesempurnaan Islam
seseorang yaitu meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi dirinya”. (HR.
Ibnu Majah)
Hal-hal yang tidak bermanfaat yang sangat mengganggu dalam belajarnya,
dalam ibadahnya, dalam pergaulannya dan sebagainya sehingga anak-anak sudah
dibiasakan dapat memilah-milih sejak melihat acara TV, radio, bacaan dan teman
pergaulannya. Disinilah peran orang tua dalam mengontrol, membimbing dan
mengarahkan kepada hal-hal yang bermanfaat.
3. Pembudayaan Perilaku Anak Sholeh dalam Hidup dan Kehidupannya
Pembudayaan perikehidupan anak sholeh merupakan suatu sikap dan tindak
yang menumbuhkan pembentukan anak shaleh.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa peran keluarga dalam pembentukan bangsa
adalah sangat strategis.
1. Pendidikan agama maupun umum merupakan bekal utama dalam pembinaan
moral baik.
2. Keteladanan dan pembiasaan perilaku yang terpuji dalam keluarga sangat
berpengaruh kepada kepribadian anak yang bermoral/akhlak mulia.
3. Pembudayaan perikehidupan anak shaleh supaya menjadi cita dan aplikasi
dalam kehidupan keluarga.
Demikian semoga keberhasilan mendidik anak dalam keluarga akan
mengantarkan kepada bangsa yang bermoral dan bermartabat.
Khatib : Ustad Fathurrahman
Waktu : Jum’at, 7 Juli 2017
Hadirin Kaum Muslimin Jama’ah Sholat Jum’ah Rahimakumullah
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
karunia, taufik, hidayah serta kekuatan kepada kita sehingga alhamdulillah sampai
saat ini kita masih diberi kemampuan dan semangat untuk terus melaksanakan
tugas-tugas serta aktifitas kehidupan termasuk hadir memenuhi panggilan Allah
yaitu melaksanakan Sholat Jum’at pada siang hari ini. Sesuai dengan nilai-nilai
dasar keimanan yang kita pegang teguh, seluruh aktifitas kehidupan yang kita
lakukan senantiasa kita arahkan dalam rangka upaya meraih dua kemenangan hidup
yaitu bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. Karena itulah cita-cita dasar dan arah
perjuangan hidup seorang mukmin sebagaimana diarahkan oleh Allah dalam al-
Qur’an surat al-Qashash 77:
نالدنيا يبكم رةوالتنسنص الد اراآلخ ف يماآتاكالل وابتغ
“Dan carilah dengan menggunakan segala anugerah yang Allah berikan kepadamu
bekal untuk kehidupan akhiratmu serta jangan engkau abaikan kehidupanmu di
dunia”
Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Agung Muhammad SAW beserta para keluarganya, para sahabatnya juga untuk
para pengikutnya yang setia.
Hadirin Jama’ah Jum’ah yang Berbahagia
Sebagai upaya mendasar untuk meraih dua kemenangan hidup tersebut,
marilah senantiasa kita memelihara dan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah
SWT dengan sebenar-benarnya taqwa, sebagaimana Allah SWT berpesan dalam
firman-Nya:
ون سل م وأنت مم إ ال وت ن ت قت هوالتم حق ينامن واات ق واالله يأيهاال ذ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah dengan
sebenar-benarnya taqwa, dan janganlah kalian mati kecuali kalian dalam keadaan
Islam” (QS. Ali Imran: 102)
Hadirin Kaum Muslimin Rahimakumullah
Salah satu wujud ketaqwaan kepada Allah yang menghantar kita kepada
peraihan kemenangan hidup adalah kemampuan diri kita untuk membangun diri
menjadi “al-Mabrur” sebagaimana tersirat dalam sabda Rasulullah SAW:
جزاءإالالجنة له ليس المبرور الحج
“Sesungguhnya haji yang mabrur tiada balasan baginya kecuali surga”.(HR. Ahmad
bin Hanbal)
Mabrur berasal dari kata “Birran” yang berarti “kebaikan”, dengan
demikian “al-Mabrur” tiada lain adalah orang yang perilakunya hanya dipenuhi
dengan kebaikan-kebaikan.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Ada beberapa sikap dan kemampuan dasar yang harus dimiliki dan
dipelihara dalam kehidupan seseorang agar mampu menjadi “al-Mabrur”. Hal
tersebut diajarkan oleh Allah dan digemblengkan setiap tahun kepada hamba-Nya
yang terpanggil sebagaimana dapat kita tangkap melalui pentakafuran terhadap
nilai-nilai pesan ajaran yang terkandung didalam rangkaian pelaksanaan ibadah haji
(tawaf, sa’i, wukuf di Padang Arafah) yang baru saja selesai dilaksanakan oleh
sebagian umat Islam pada bulan Dzulhijjah ini.
Sikap dan kemampuan dasar yang pertama adalah penguatan tauhid dan
aqidah, sebagaimana tersirat dalam syarit tawaf. Dalam tawaf seseorang harus
mengelilingi Ka’bah dari satu titik awal dan sampai kembali ke titik awal tersebut.
Hal ini mengandung pesan ajaran penguatan tauhid “inna lillahi wa inna ilaihi
raaji’un”, (kita berasal dari Allah dan kelak akan kembali ke asalnya yaitu Allah).
Demikian pula selama tawaf seseorang harus senantiasa mengukurkan posisi
dirinya hanya kepada satu titik ukur yaitu Ka’bah. Hal ini mengandung pesan ajaran
bahwa selama kita melakukan perjalanan kehidupan pun hendaknya senantiasa
mengukurkan posisi dan dan siapa diri kita hanya kepada satu alat ukur yaitu ajaran-
ajaran Allah sebagai wujud dari kokohnya aqidah kita.
Sikap dan kemampuan dasar yang kedua tersirat dalam syari’at ibadah sa’i
yang berintikan dimilikinya kekokohan sikap tawakkaltu ‘ala Allaah (bertawakkal
kepada Allah) dalam menjalani seluruh kehidupan. Seperti kita ketahui bahwa
syari’at ibadah sa’i diambil dari peristiwa yang ditimpakkan kepada istri Nabiyullah
Ibrahim AS Siti Hajar ketika harus mampu mengemban tanggung jawab
menyelamatkan bayi Ismail ketika haus kelaparan di teriknya padang pasir. Dalam
peristiwa ini Siti Hajar telah mampu memadukan ketulusan hatinya dalam
menghadapi tantangan dan tanggung jawab kehidupan disertai kerelaan dan
semangat pantang menyerah untuk berupaya serta dikuatkan dengan keyakinan
terhadap ke-Maha-an Allah serta mengharap pertolongan Allah. Dengan berbekal
ini semua Siti Hajar mondar-mandir dari bukit Shofa ke bukit Marwah, dan allah
menerima sikap tawakkalnya tersebut dengan menurunkan kekuasaan serta
pertolongan-Nya berupa keluarnya air dari kedalaman tanah yang sampai saat ini
tidak pernah habis yang kita kenal dengan “air zam-zam”. Demikianlah melalui
peristiwa tersebt Allah mengajarkan kepada kita tentang pentingnya kekokohan
sikap tawakkal dalam menghadapi dan membangun kemenangan hidup.
Sikap dan kemampuan yang ketiga adalah kemampuan mengoreksi dan
mengevaluasi diri atau bemuhasabah. Ajaran ini dapat kita terima dari syari’at
Wukuf di Padang Arafah. Sebagaimana kita ketahui bahwa selama berwukuf
seseorang diajarkan untuk memperbanyak dzikir dan perenungan diri seraya
memohon ampun dari segala kesalahan kepada Allah SWT. Demikian pula ketika
seseorang ingin terjaga dari kemabruran maka hendaknya dia harus memiliki
kemampuan untuk bermuhasabah setiap saat, sehingga keadaan dan kualitas
perilaku dirinya akan senantiasa terkoreksi.
Sikap dan kemampuan yang keempat tersirat dalam syari’at ibadah lempar
Jumrah, yang dasar pensyari’atannya diambil dari peristiwa bagaimana Nabi
IbrahimAS mensikapi godaan iblis ketika menghalangi ketaatan dan ketaqwaannya
kepada Allah untuk melaksanakan perintah penyembelihan putra tercintanya
Ismail. Dengan kekokohan iman, taqwa dan ketaatannya kepada Allah, Ibrahim
mampu menghadapi sang penggoda dengan sikap tegas yang terwujud dalam
hardikannya:
بسمهللاهللااكبررجماللشياطين
“dengan menyebut asma Allah yang Maha Besar, terkutuk dan enyahlah wahai
Setan”
Inti dari ajaran ini adalah kemampuan untuk mewaspadai dan bersikap tegas
dalam menghadapi godaan. Orang yang ingin terpeliharadari kemabrurannya
hendaklah harus memiliki kemampuan dalam mewaspadai dan menghadapi godaan
dengan sikap tegas, karena ketika godaan dihadapi dengan setengah hati, dapat
dipastikan yang akan menang adalah sang penggoda. Godaan setiap saat akan terus
datang, baik godaan hawa nafsu, godaan setan dan bahkan dalam abad kehidupan
saat ini godaan lebih banyak datang dari sesama manusia.
Secara sangat dapat dipahami bahwa bila seseorang memiliki kekokohan
tauhid dan aqidah, ketawakalan yang kuat, didukung dengan kemampuan
mengoreksi dan mengevaluasi dirinya, diperkuat lagi dengan kemampuan
mewaspadai godaan dengan tegas, maka seharusnya orang yang demikian akan
senantiasa terpelihara dalam perilaku yan penuh kebaikan atau terpelihara
kemabrurannya.
Jama’ah Shalat Jum’ah Rahiamkumullah
Demikianlah renungan singkat di siang Jum’at ini, dengan satu kesimpulan:
1. Cita-cita dasar perjuangan kehidupan orang yang beriman adalah meraih
dua kemenangan hidup yaitu bahagia di dunia dan di akhirat; dengan
demikian maka seluruh aktivitas kehidupannya harus selalu diarahkan
dalam meraih dua kemenangan tersebut.
2. Dalam rangka upaya meraih dua kemenangan hidup tersebut, hendaknya
manusia senantiasa memelihara dan meningkatkan ketaqwaannya kepada
Allah SWT, yang salah satunya dengan upaya membangun dirinya menjadi
seseorang yang perilakunya hanya dipenuhi dengan kebaikan (al-Mabrur).
3. Ada sikap dan kemampuan dasar yang harus dimiliki dan dipelihara dalam
kehidupan agar seseorang terpelihara kemabrurannya, yaitu:
a. Keutuhan dan kekokohan tauhid dan aqidah.
b. Keutuhan dan kekokohan sikap tawakkal kepada Allah
c. Kemampuan mengoreksi san mengevaluasi diri setiap saat
d. Memiliki kewaspadaan dan kemampuan dalam menghadapi godaan
dengan sikap tegas
Semoga Allah senantiasa memberi kekuatan dan petunjuk-Nya kepada kita
untuk menjadikan hamba-Nya yang siap meraih dua kemenangan hidup melalui
kemampuan diri untuk menjaga ketaqwaan dan kemabruran diri
Khatib : ustad Nursidin
Waktu : Jum’at, 18 Agustus 2017
Jama’ah sidang Jum’ah Rahimakumullah
Alhamdulillah kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kita nikmat dari segala macam nikmat. Terutama nikmat Islam, nikmat Iman dan
nikmat Sehat wal ‘afiyat sehingga kita dapat hadir untuk tunduk, taat akan
perintahnya yaitu melakukan Shalat Jum ‘at berjamaah. Dan tak lupa pula al-Khatib
mengajak kepada segenap hadirin yang Shalat berjama’ah di masjid ini untuk selalu
mengikuti jejak langkah Nabi kita, Nabi Muhammad SAW, untuk selalu
melaksanakan sabdanya nabi besa Muhammad SAW, dan selalu membasahi
bibirnya untuk selalu bershalawat kepada junjungan Nabi Muhammad SAW
dengan harapan kita mengikuti jejak langkahnya, kita melaksanakan daripada
syariatnya, kita membasahi bibir kita untuk bershalawat kepada beliau kelak agar
kita mendapatkan syafaatnya pada hari kiamat. Amin yaa Rabbal ‘Alamin
Dan tak lupa juga al-Khatib mengajak kepada diri khatib khususnya dan
para jama’ah pada umumnya untuk selalu meningkatkan kualitas taqwa kita
kepadad Allah SWT, didalam artian taqwa yaitu melaksanakan perintah Allah dan
menjauhi semua larangannya.
Jama’ah Sidang Jum’ah Rahimakumullah
Pada keempatan kali ini, al-Khatib ingin membacakan beberapa hadis
berkaitan dengan keutamaan orang-orang yang melaksanakan Haji atau Umroh.
Kenapa al-Khatib ingin membacakan hadis tentang keutamaan Haji dan Umroh
dengan harapan yang pertama membuat motivasi dan semangat bagi yang belum
pernah haji untuk niat memenuhi panggilan Allah ke Baitullah untuk
menyempurnakan rukun islam yang kelima yaitu menunaikan ibadah haji. Apabila
sudah mampu maka hukumnya wajib untuk menunaikan ibadah haji. Semoga yang
Allah panggil pada tahun ini untuk melaksanakan Haji semoga diberik kekuatan
dan keselamatan dan Allah berikan haji yang mabrur.
Jamaah Sidang Jum’ah Rahimakumullah
Yang pertama daripada orang yang menunaikan ibadah haji sebagaimana
yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
والع مرة الحج والمرأة يف والض ع ير غ والص الكب ير هاد ج
"Jihad orang yang sudah tua, anak kecil, orang yang lemah dan seorang wanita
adalah melakukan haji dan umrah."
Jadi orang yang melaksanakan Haji dan Umrah kata Nabi sama pahalanya
dengan orang yang Jihad fi Sabilillah, dengan orang orang yang berperang di jalan
Allah SWT. Begitu pula orang yang meninggal pada saat melaksanakan haji, maka
orang tersebut termasuk orang yang mati syahid yang diberikan keistimewaan di
akhirat seperti yang diberikan kepada orang-orang yang berjihad di jalan Allah
SWT.
Yang kedua daripada keutamaan orang yang melaksanakan Haji dan Umrah
sebagaimana yang tercantum dalam sunan Nasa’i bahwasanya Rasulullah SAW
bersabda:
ر عتم والم يوالحاج الغاز ثلثة وجل عز الل وفد
“Utusan Allah ada tiga, yaitu; orang yang berperang, orang yang melakukan haji,
dan orang yang melakukan umrah."
Dan bagi orang-orang yang melaksnakan Haji dan Umrah, maka niscaya
Allah akan mengabulkan hajat-hajatnya. Sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu
Umar bahwa Rasulullah bersabda yang artinya:
“Orang yang berperang di jalan Allâh, orang yang mengerjakan ibadah hajji dan
umrah adalah para tamu Allâh. Allâh memanggil mereka dan mereka menjawab
panggilan-Nya. Mereka meminta kepada Allâh, maka Dia berikan permintaan
mereka.”
Kenapa harus melakukan Haji dan Umrah agar hajat-hajat kita diterima sedangkan
Allah dalam firman-Nya mengatakan:
بلك م ادع ون يأستج
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan (permintaan) bagimu”
Ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Allah mengabulkan hajat-
hajatnya yaitu dipercepat hajatnya, diterima hajatnya bagi yang melaksanakan Haji
dan Umrah.
Yang ketiga daripada keutamaan orang yang melaksanakan Haji dan Umrah
ialah sebagaimana hadis yang diriwayatakan oleh Imam Ahmad bahwa Nabi SAW
bersabda:
ه أ م هذاالبيتفلميرف ثولميفس قرجعكماولدته منحج
"Barang siapa mengerjakan haji ke Baitullah, dan (dalam melaksanakannya) ia
tidak berbuat rafast (jima, dan berkata kotor) serta kefasikan, jika ia kembali maka
seperti baru dilahirkan oleh ibunya."
Dalam artian Allah ampuni dosa-dosanya, bahkan dikatakan ulama sepakat
bahwasanya orang yang melaksanakan Haji akan diampuni segala dosanya baik
dosa kecil maupun dosa besar.
Kemudiaan keutamaan dari orang yang melaksanakan Haji adalah seperti
hadis Nabi SAW yang berbunyi:
عف)رؤهاحمد( ائة ض م ب سبع الل ف يسب يل كالن فقة ف يالحج الن فقة
“Nafkah untuk haji seperti nafkah fi sabilillah dengan tujuhratus kali lipatnya."
Inilah sedikit dari keutamaan-keutamaan orang yang melaksanakan ibadah Haji dan
Umrah, mudah-mudahan khutbah yang singkat ini memberikan semangat kita
khususnya yang telah mampu melaksanakan ibadah Haji untuk mengerjakan dan
menjalani rukun islam yang kelima yaitu menunaikan ibadah Haji. Amiin amin Yaa
Rabbal ‘Alamin
Khatib : Ustad Amin
Waktu : Jum’at, 8 September 2017
Saudara-saudara jama’ah sidang Jum’ah Rahimakumullah
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan kepada kita nikmat yang luar biasa banyaknya. Shalawat seiring salam
semoga tercurah kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW beserta
pada keluarga, sahabat-sahabatnya dan seluruh umatnya yang istiqomah
menjalankan syariatnya hingga hari kiamat.
Hadirin sidang Jum’ah Rahimakumullah
Melalui khutbah Jum’ah yang mulia ini, dan juga dalam waktu yang relatif singkat
ini, pertama-tama izinkan khatib untuk berwasiat khususnya kepada pribadi dan
umumnya kepada seluruh kaum muslimin agar selalu senantiasa saling
mengingatkan dan meningkatkan rasa taqwa kita kepada Allah SWT. Yakni
senantiasa mengerjakan perintah-perintah Allah, dan menjauhi apa-apa yang
dilarangnya. Kemudian mari sama-sama dikesempatan kita ibadah Jum’ah pada
saat ini yang merupakan Jum’at yang pertama dibulan Dzulhijjah. Saat ini, kita
sama-sama perkokoh Ukhuwah Islamiyah kita dengan cara memperbagus akhlaq,
baik dengan sesama kita, terhadap sesama makhluk Allah SWT yang pada akhirnya
akan membawa kita menjadi manusia-manusia yang berakhlaq kepada Allah SWT.
Hadirin jama’ah sidang Jum’ah Rahimakumullah
Setiap hari kita melaksanakan perintahnya Allah, baik itu yang sifatnya wajib
maupun sunnah. Tentu dan sudah pasti yang kita harapkan dan kita inginkan adalah
kita ini menjadi orang-orang yang sejahtera, selamat baik itu di dunia maupun nanti
di akhirat. Maka oleh karena itu, orang tua kita maupun guru-guru kita dulu
mengajarkan agar tidak bosen-bosen untuk berdoa. Dengan doa yang sering kita
sebut sebagai doa sapu jagad “Rabbana Atina fi al-Dunya hasanah wa fi al-Akhirati
hasanah wa qina ‘Adza bannar. Ini doa pendek tapi yakin kita pasti hafal
sebelumnya. Intinya kita memohon kepada Allah SWT pada doa tersebut, agar kita
ini dijadikan oleh Allah SWT menjadi orang-orang yang baik baik di dunia maupun
di akhirat.
Hadirin jama’ah Sidang Jum’ah Rahimakumullah
Oleh karena itu, untuk mendapatkan kebahagiaan tersebut, tugas kita sebagai umat
islam sudah sepatutnya untuk selalu mengerjakan perintah dan menjauhi larangan
Allah.
Semoga kita selalu istiqamah untuk selalu menjadi hambanya Allah yang taat, dan
selalu dijauhkan dari hal-hal yang dapat menjerumuskan kita kedalam kekufuran.
Amiin amiin ya rabbal alamiiin....
Khatib :Ustad Usman
Waktu : Jum’at, 15 September 2017
Jamaah sidang jum’ah rahimakumullah
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah, Rabbul 'Alamin. Mari kita syukuri anugerah
dan karunia-Nya. Karena anugrah Allah, kita sehat afiat, dapat melaksanakan tugas dna
kewajiban sebagai manusia, hamba Allah, dan khalifah-Nya di muka bumi ini dengan baik.
Shalawat dan salam mari terus kita witidkan, sebagai bukti cinta kita dan komitmen untuk
meneladani Rasulullah Muhammad saw. Semoga meluber kepada keluarga, sahabat, dan
para pengikut beliau yang senantiasa menjunjung tinggi komitmen pada ajaran beliau.
Tidak sama orang taat dengan orang kafir dengan orang jahil, tidak sama. Mudah-mudahan
kita berada di kelompok orang yang taat kepada Allah SWT. Karena orang yang taat, Allah
jelaskan di dalam al-Qur’an pada surat sajdah ayat 19 yang artinya:
“ adapun orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka mereka akan mendapat
surga-surga tempat kediaman, sebagai pahala atas apa yang telah mereka kerjakan”.
Jamaah sidang jum’ah rahimakumullah
Kira-kira apa yang membedakan orang mumin yang taat dengan orang munafik? Bisa-bisa
antara orang mumin dengan orang kafir, KTP-nya bisa sama. Dalam arti dalam kolom
agama, sama-sama beragama Islam. Tapi yang sesungguhnya Allah telah membedakan
orang mu’min yang taat dengan orang munafik, fasik sekalipin agama di KTP-nya sama.
Yang membedakan antara orang mumin dengan orang fasik :
1. Imannya
Kalo orang mu’min yang benar, imannya diucapkan oleh mulut, diyakini oleh hati,
diamalkan oleh anggota badan. Ini imannya orang mu’min yang benar. Akan tetapi
imannya orang fasik, orang munafik hanya diucapkan oeh lisan saja. Hatinya tetap
tidak percaya. Bahkan orang kafir itu sekalipun hatinya tidak beriman tapi lisannya
mengucapkan ia beriman. Ucapan, hati, dengan perbuatan tidak akan sejalan.
Tidak akan setara. Marilah pada kesempatan kali ini kita introspeksi diri, sudah
sama kah, sudah sejalan kah kita antara apa yang kita ucapkan dengan apa yang
ada di hati. Agar kita berbeda dengan orang kafir, munafik dan fasik. Perbaiki
iman, sampai mempunyai iman yang istiqamah, iman yang kokoh tidak mudah
goyah. Sampai godaan sakaratul maut sekali pun iman kita tetap kokoh. Yaitu
caranya dengan selalu berdzikir dimana pun dan kapan pun kita berada. Iman kita
akan semakin sempurna.
2. Ibadahnya
Kalo orang mu’min ibadahnya istiqamah. rutin, terus menerus. Kalo orang fasik
ibadahnya sewaktu-waktu saja. Lebih sering absennya, sering bolosnya, sering
kosongnya. Kalo orang mu’min akan menganggap tidak ada yang lebih penting
dari ibadah. Kalo orang fasik tidak. Orang fasik menganggap ibadah hanya sekedar
ingin dilihat orang saja. Karena yang ia inginkan bukan ridha Allah melainkan
hanya ingin disanjug oleh orang saja. Karena apabila dilihat orang lain dia abadah,
dan apabila tidak ada yang melihat, dia tidak ibadah. Kalo orang ingin shalatnya
untuk ridha Allah, maka ia akan terus menerus tanpa melihat kondisi sekitar.
Karena ia yakin Allah akan selalu melihat, memantau hambanya.
3. Wafatnya
Kalo orang mumin yang taat, wafatnya insya Allah akan husnul khatimah. Kalo
orang fasik, kafir, munafik wafatnya suul khatimah. Orang mumin itu karena
imannya sudah kokoh, tidak goyah, sampai puncak sakaratul maut pun ibahnya
terus-terusan, tidak putus. Lagi sehat ibadah, lagi sakit ibadah, lagi renggang
ibadah, lagi sibuk ibadah, siang ibadah, malam ibadah saatnya ibadah tetap ibadah.
Sampai akhir hayatnya pun tetap ibadah. Kalo orang fasik, boro-boro sakaratul
maut, baru digoda dengan pekerjaan saja, ibadahnya sudah terbangkalai, malas-
malasan apalagi kalo sudah digoncang dengan sakaratul maut. Naudzubillah.
Semoga kita diberikan istiqamah untuk selalu beribadah kepada Allah SWT dan
suatu saat nanti, ketika hendak menghadap Allah, kita dalam keadaan husnul
khatimah. amiiinnn
- Teks Hadis Khutbah Jum’at
- Hadis Pertama
ق ال واال م س ر ون م اال م ف ل أ ت د ع ل ي ه و س لم ق ال الل ص لىالل ه ر يـ ر ة أ نر س ول أ ب ف ع ن ل ف ين ام ن س
ل ةو يـ و م ال ق ي ام ة ب ص ال ي ت أ مت م ن س
ل إ نال م ف م ت اع فـ ق ال ش ت م ص د ر ه م ل ه و ل ق د ي ت ي امو ز ك اةو ام ن ح س ن ات ه و ه ذ ام ن افـ يـ ع ط ىه ذ ه ذ او ض ر ب د م ه ذ او س ف ك ه ذ او أ ك ل م ال ه ذ او ق ذ ف ه ذ
خ ط اي م ن ذ يـ ق ض ىم اع ل ي ه أ خ ح س ن ات ه قـ ب ل أ ن ف ن ي ت ه م ف ط ح س ن ات ه ف إ ن ط ر ح يف ع ل ي ه ث ر ح ت النار
“Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah
bertanya kepada para sahabat: "Tahukah kalian, siapakah orang yang
bangkrut itu?" Para sahabat menjawab; 'Menurut kami, orang yang bangkrut
diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.'
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Sesungguhnya umatku
yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat,
puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta
orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya
diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya
habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya,
sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada
orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka”. (HR. Tirmidzī)
- Hadis Kedua ه ل نـ ف س ل ار ه م اي ب يه أ و ل خ ي ب يـ ؤ م ن أ ح د ك م ح ت ل
“Tidak (sempurna) iman seseorang sehingga mencintai saudaranya atau
tetangganya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri” (HR. Ahmad)
- Hadis Ketiga
ال ق ر تـ ع لم م ن يـ ر ك م خ و س لم ع ل ي ه الل ص لى الل ر س ول ق ال ق ال ي ع ل و ع لم هآع ن ن
“Diriwayatkan ‘Alī bahwa Rasulullah bersabda: “sebaik-baik kalian adalah
yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya (pada pihak lain)”. (HR.
Dārimī)
- Hadis Keempat
ت ظ ه ر ه ال ق ر آن قـ ر أ م ن م ل ه ف أ ح لو اس ل ه ر ام ه ح و ح رم ح ال و ش فع ه ل نة اب ه الل أ د خ ر ةيف م ن ع ش ل النار ل ه و ج ب ت ق د ك له م بـ ي ت ه أ ه
"Barangsiapa membaca Al Qur`an kemudian dia menghafalnya dan
menghalalkan apa yang dihalalkan Al Qur`an serta mengharamkan apa yang
diharamkan Al Qur`an, niscaya dengannya Allah akan memasukkannya ke
dalam surga dan dapat memberi syafa'at kepada sepuluh keluarganya yang
wajib masuk neraka."(HR. Tirmidzī)
- Hadis Kelima
الل ر س ول س ع ت أ ب وأ م ام ة ال ب اه ل يق ال اقـ ع ن ع ل ي ه و س لم يـ ق ول ر ء واال ق ر آن ف إ نه ص لىالل يـ و م ال ق ي ام ة ش ف يعال ص ح اب ي ت
“Dari Abi Umamah, dia berkata; saya mendengar Rasulullah bersabda:
“Bacalah al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat memberi
syafaat (pertolongan) kepada para sahabatnya (para ahli al-Qur’an)”. (HR.
Ahmad)
- Hadis Keenam
الناس ي ش ك ر ل م ن الل ي ش ك ر ل “Tidaklah bersyukur kepada Allah, orang yang tidak mau berterima kasih
kepada sesama manusia”. (HR. Ahmad)
- Hadis Ketujuh
ع م اه فـ ق ال ت ق د تـ تـ ف طر ح ت اللي ل يـ ق وم م ن ك ان ع ل ي ه و س لم الل ص لىالل ن ع أ نن ب ت ص ا ش ة مل و م ات ذ ن ب ك م اتـ ق دم م ن ل ك الل غ ف ر الل و ق د ر س ول اي أ ه ذ أ ف ال ق ال أ ك ون ع ب داخر أ ن ب ح
ش ك ورا“Sesungguhnya Rasulullah SAW pada suatu malam berdiri (melakukan) shalat
hingga kedua kaki beliau bengkak, lalu aku bertanya: mengapa engkau (wahai
Rasulullah) melakukan hal seperti ini, sedangkan Allah SWT telah
mengampuni dosa-dosa mu yang sudah lewat dan yang akan datang?
Rasulullah SAW menjawab: tidakkah aku ini hamba yang banyak syukurnya?”.
(HR. Bukhārī)
- Hadis Kedelapan
ع ل ي ه و س الل ص لىالل ر س ول ق ال ي بق ال ص ه بال م ر ال م ؤ م ن إ نأ ع ن رلم ع ج يـ ك له خ م ر ه
أ ص ابـ ت ه ض راء رال ه و إ ن يـ ف ك ان خ ش ك ر أ ص ابـ ت ه س راء ل ل م ؤ م ن إ ن دإ ل ل ح ذ اك ف ك ان ص و ل ي س بـ ر
رال ه يـ خ “Dari Shuhaib berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda:
"perkara orang mu`min mengagumkan, sesungguhnya semua perihalnya baik
dan itu tidak dimiliki seorang pun selain orang mu`min, bila tertimpa
kesenangan, ia bersyukur dan syukur itu baik baginya dan bila tertimpa
musibah, ia bersabar dan sabar itu baik baginya”. (HR. Muslim)
- Hadis Kesembilan
ا م ع ه م ام اءفـ تـ ي مم ة و ل ي س الصال س ف رف ح ض ر ت يف ن خ ر ج ر ج ال ق ال ر ي س ع يدال د أ ب ع ن
ي ع د ة و ال و ض وء و مل ف أ ع اد أ ح د ه االصال ال و ق ت اال م اء يف و ج د أ تـ ي ا اص ع يداط ي باف ص لي اث ث خ ر السنة و أ أ ص ب ت ي ع د ل لذ يمل ل ه فـ ق ال ع ل ي ه و س لم ف ذ ك ر اذ ل ك الل ص لىالل ج ر س ول ت ك ص ال ز أ ت ك
م رتـ ن ر ال ج و أ ع اد ل ك ل لذ يتـ و ضأ و ق ال “dari Abu Sa'id Al-Khudri dia berkata; Ada dua orang mengadakan
perjalanan jauh, lalu waktu shalat tiba sementara mereka tidak mempunyai
air, maka keduanya bertayammum dengan menggunakan tanah yang bersih
dan keduanya shalat, kemudian keduanya mendapatkan air dalam masa waktu
shalat tersebut, maka salah seorang dari keduanya mengulangi shalat dengan
berwudhu dan yang lainnya tidak, kemudian keduanya mendatangi Rasulullah
Shallallahu alaihi wasallam dan mengisahkan perjalanan mereka, maka
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada yang tidak
mengulang shalat: "Kamu telah melaksanakan sunnah dan shalat kamu
sempurna (tidak perlu diulang) ", dan beliau bersabda kepada yang berwudhu
dan mengulangi shalat: "Kamu mendapatkan pahala dua kali”. (HR. Abu
Dāud)
- Hadis Kesepuluh
ع ن ر أ ت ام ك ان ت ع ل ي ه و س لم ق ال الل ص لىالل ع ن ه أ نر س ول الل ي ه ر يـ ر ة ر ض أ ب اابـ ن اه ام ن ع ه م ال و ق ال ت ب ن ك ب ب ت ه اإ ن اذ ه ب ل ص اح اه افـ ق ال ت د ب ن إ ح ب ف ذ ه ب ب ج اء الذ ر ىإ ن اذ ه ب خ
ت اع ل ىس ل ي م ان ب ن د او د مفـ ق ض ىب ه ل ل ك بـ ر ىف خ ر ج د او د ع ل ي ه السال ت اإ ل فـ ت ح اك م ب ن ك ل ي ه م اع ب
الص افـ ق ال ت نـ ه م ك ن أ ش قه بـ يـ لس ب اـ ت ون ه فـ ق ال بـ ر ت مف أ خ غ السال ه و الل تـ ف ع ل يـ ر ح ك ر ىل ابـ نـ ه افـ ق ض ىب ه ل لصغ ر ى
“Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu Dari Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Ada dua orang wanita dengan bayinya masing-masing
lalu datang serigala membawa kabur salah satu dari bayi itu. Maka salah
seorang dari wanita itu berkata; "Yang dibawa kabur serigala itu adalah
anakmu". Dan wanita lainnya berkata; "Justru anakmu yang dibawa kabur
serigala itu". Akhirnya keduanya meminta keputusan kepada Nabi Daud
'Alaihissalam lalu Nabi Daud memutuskan bahwa bayi yang ada itu milik
wanita yang lebih tua. Namun keduanya pergi menemui Nabi Sulaiman b.
Daud 'alahimassalam dan menceritakan peristiwa yang telah terjadi
kepadanya. Maka Sulaiman berkata: "Berikan pisau agar aku potong bayi ini
menjadi dua". Wanita yang lebih muda berkata; "Jangan kamu lakukan.
Semoga Allah merahmatimu, anak itu miliknya". Maka akhirnya Nabi
Sulaiman memutuskan bahwa bayi itu milik wanita yang lebih muda” (HR.
Ahmad)
- Hadis Kesebelas
السم اءالراح ون يـ ف يـ ر ح ك م م ن ال ر ض ف ر ح ه م الرح ن ار ح وام ن “Kasihanilah orang-orang yang berada di bumi maka Allah yang maha
rahman akan berbelas kasihan kepadamu. Belas kasih Allah kepada kita
tergantung belas kasih kita kepada sesama.” (HR. Ahmad)
- Hadis Kedua Belas
الل ر س ول ق ال ه ر يـ ر ة ق ال أ ب ع ن ال ع ر ج د ع ن الز ن أ ب م مدع ن بـ ر ن ثـ ن اي ز يد أ خ ص لىح دك ت اب ه فـ يف ك ت ب ال ل ق ع ل ي ه و س لم ل ماق ض ىالل ه فـ الل ع ن د ه و بـ ق ت س إ نر ح ت ال ع ر ش و ق
غ ض ب
“Telah menceritakan kepada kami Qatadah bahwa Abu Rafi' menceritakan
kepadanya, ia mendengar Abu Hurairah radliyallahu'anhu berkata, "Aku
mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah
menetapkan satu ketetapan sebelum mencipta penciptaan 'rahmat-Ku lebih
mendahului kemurkaan-Ku, dan itu tercatat di sisi-Nya di atas 'arsy”. (HR.
Ahmad)
- Hadis Ketiga Belas
أكرمواأولدكموأحسنواآدبم
“Muliakanlah anak-anakmu dan hendaklah kamu luhurkan akhlaknya”. (HR.
Ibnu Mājah)
- Hadis Keempat Belas
ي ه أ خ ع و ن ك ان ا لع ب د ف ا لع ب د م ا ع و ن ف هللا و
“Allah senantiasa akan menolong hamba-Nya selama hamba itu mau menolong
saudaranya”. (HR. Ahmad)
- Hadis Kelima Belas
ح س يـ ع ن يه م ن ال م ر ء تـ ر ك ه م ال ال م ن إ س
“Termasuk kesempurnaan Islam seseorang yaitu meninggalkan sesuatu yang
tidak bermanfaat bagi dirinya”. (HR. Ibnu Mājah)
- Hadis Keenam Belas
له جزاءإلالنة ليس احلجاملربور “Sesungguhnya haji yang mabrur tiada balasan baginya kecuali surga”. (HR.
Ahmad)
- Hadis Ketujuh Belas
ر ة و ال م ر أ ة احل جو ال ع م ه اد ال ك ب ري و الصغ ري و الضع يف ج "Jihad orang yang sudah tua, anak kecil, orang yang lemah dan seorang
wanita adalah melakukan haji dan umrah." (HR. Ahmad)
- Hadis Kedelapan Belas
ر ث ةال غ از يو احل اجو ال م ع ت م و ج لث ال و ف د الل ع ز“Utusan Allah ada tiga, yaitu; orang yang berperang, orang yang melakukan
haji, dan orang yang melakukan umrah." (HR. Nasā`ī)
- Hadis Kesembilan Belas
ت ه أ مه او ل د ك م ر ج ع يـ ف س ق و مل فـ ل م يـ ر ف ث اال بـ ي ت ح جه ذ م ن "Barang siapa mengerjakan haji ke Baitullah, dan (dalam melaksanakannya)
ia tidak berbuat rafast (jima, dan berkata kotor) serta kefasikan, jika ia
kembali maka seperti baru dilahirkan oleh ibunya."(HR. Ahmad)
- Hadis Kedua Puluh
ع ف م ا ة ض الل ب س ب ع س ب يل النـف ق ة يف ك احل ج النـف ق ة يف “Nafkah untuk haji seperti nafkah fi sabilillah dengan tujuhratus kali
lipatnya." (HR. Ahmad)
- Hadis Kedua Puluh Satu
“Seorang mukmin adalah lembut, maka tidak ada kebaikan bagi seseorang
yang tidak lembut atau tidak bisa dilembuti” (HR. Ahmad)
- Akurasi Pengutipan
- Hadis pertama
الل ص لىالل ه ر يـ ر ة أ نر س ول أ ب ق ال واال م ع ن س ر ون م اال م ف ل أ ت د ع ل ي ه و س لم ق ال ل ف ين ام ن س
ف ل ي امو ز ك اة ةو ص يـ و م ال ق ي ام ة ب ص ال ي ت أ مت م ن س
ل إ نال م ف م ت اع فـ ق ال او د ر ه م ل ه و ل ش ت م ه ذ ق د ي ت ه ذ ح س ن ات ه و ق ذ ف ام ن ح س ن ات ه و ه ذ ام ن افـ يـ ع ط ىه ذ ه ذ او ض ر ب د م ه ذ او س ف ك ه ذ او أ ك ل م ال
ال ط ر ح يف ع ل ي ه ث ه م ف ط ر ح ت خ ط اي م ن ذ يـ ق ض ىم اع ل ي ه أ خ ح س ن ات ه قـ ب ل أ ن ف ن ي ت ارنف إ ن
Teks di Kitab Sunan Tirmidzī
أ أ ب يه ع ن ء ب ن ع ب د الرح ن ع ن ال ع ال ثـ ن اع ب د ال ع ز يز ب ن م مدع ن ب ة ح د ثـ ن اقـ تـ يـ ح د ه ر يـ ر ة أ نر س ول ب ق ا س
ر ون م اال م ف ل أ ت د ع ل ي ه و س لم ق ال االل ص لىالل ر س ول ف ين اي س ل واال م ف ل د ر ه م ل ه و ل ل لل م ن
يـ و م ال ق ي ام ة ب ي ت م ن أ مت م ن س ع ل ي ه و س لم ال م ف ل الل ص لىالل ر س ول ي ام ه ص م ت اع ق ال ت ه و ص ال
ش ت م ه ق د ي ت افـ يـ ق ع د فـ يـ ق و ز ك ات ه و ه ذ او ض ر ب د م ه ذ او س ف ك ه ذ او أ ك ل م ال ه ذ او ق ذ ف ذ ت ص
ال ط اي م اع ل ي ه م ن يـ ق ت ص ح س ن ات ه قـ ب ل أ ن ف ن ي ت ن ات ه ف إ ن ح س ام ن ح س ن ات ه و ه ذ ام ن ه ذ م ن ذ أ خ 135 النار ط ر ح يف ه م ف ط ر ح ع ل ي ه ث خ ط اي
Pada hadis diatas antara teks yang disampaikan oleh khatib dengan teks yang
ada di kitab asli berbeda.
- Hadis Kelima
يـ و م ال ق ي ام ة ش ف يعال ص ح اب اقـ ر ء واال ق ر آن ف إ نه ي ت Teks di kitab Musnad Ahmad
ثـ ن ا أ م ام ة ال ب اح د أ ب مع ن س ال أ ب ز ي دع ن ث ريع ن ك ب ن أ ب ثـ ن اي ي ن ح د ثـ ن اأ ب ه ع فان ح د ق ال ي ل
ش ف يعايـ و م ال ق ي ع ل ي ه و س لم اقـ ر ء واال ق ر آن ف إ نه ي ت الل ص لىالل ر س ول ر او ي ن اق ال ب ه اقـ ر ء واالزه م ة ل ص اح ام ت ك أ نـه م اغ م أ و اغ ي ايـ ت ان ك أ نـه م يـ و م ال ق ي ام ة اي ت ي ان ر ان ف إ نـه م ع م ال بـ ق ر ة و آل م ن اف ر ق ان ك أ نـه م أ و ان
ت ط يع ه ا ر ةو ل ت س ةو تـ ر ك ه اح س ابـ ر ك ذ ه أ ص ح اب م ااقـ ر ء واس ور ة ال بـ ق ر ة ف إ نأ خ ع ن ي اجان ط ري ص و اف ال ب ط ل ة 136
Pada hadis diatas antara teks yang disampaikan oleh khatib dengan teks yang
ada di kitab asli berbeda. Khatib tidak menyampaikan secara keseluruhan hanya
mengambil sebagian dari teks hadis yang ada.
- Hadis Ketujuh
ع م اه فـ ق ال ت ق د تـ تـ ف طر ح ت اللي ل يـ ق وم م ن ك ان ع ل ي ه و س لم الل ص لىالل اأ نن ب ن ع ه ذ ت ص ا ش ة مل غ ف الل و ق د ر س ول أ ك ون ع ب داش ي أ ن ب أ ح أ ف ال ق ال و م ات خر ذ ن ب ك م اتـ ق دم م ن ل ك الل ك ورار
Teks di kitab Sahih Bukhari
135 Abī ‘Īsā Muhammad ibn ‘Īsā al-Tirmidzī, al-Jāmi’ al-Kabīr, (Beirut: Dār al-Garb al-
Islamī, 1996), Juz. 5, hal. 217 136 Abī ‘Abdillah Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, (Riyād: Bait al-Afkār,
1998), hal. 1640
ا أ ب يـ و ة ع ن ح بـ ر ن أ خ ثـ ن اع ب د الل ب ن ي ي ثـ ن ااحل س ن ب ن ع ب د ال ع ز يز ح د ح د ل و د س ع ع ر و ة ع ن س ح ت اللي ل ك ان يـ ق وم م ن ع ل ي ه و س لم الل ص لىالل ع نـ ه اأ نن ب الل ي م اه تـ ع ا ش ة ر ض ق د تـ ف طر
الل غ ف ر الل و ق د ر س ول اي ت ص ن ع ه ذ ع ا ش ة مل ذ ن ب فـ ق ال ت م اتـ ق دم م ن ل ك أ ف ال ق ال و م ات خر ك 137 ع ث ر ك يـ ر ك ع ق ام فـ ق ر أ حل م ه ص لىج ال ساف إ ذ اأ ر اد أ ن ثـ ر ك أ ك ون ع ب داش ك ورافـ ل ما أ ن ب أ ح
Pada hadis diatas khatib hanya menyampaikan sedikit penggalan dari
keseluruhan teks yang ada pada kitab asli.
- Hadis Kesepuluh
ن ر أ ت ام ك ان ت ع ل ي ه و س لم ق ال الل ص لىالل ع ن ه أ نر س ول الل ي ه ر يـ ر ة ر ض أ ب اابـ ن اه اج اء ع ن م ع ه م ب ب ف ذ ه ب ب ب الذ ر ىإ ن اذ ه ب ال خ و ق ال ت ب ن ك ب ب ت ه اإ ن اذ ه ب ل ص اح اه افـ ق ال ت د ن إ ح ب ن ك
ت اع ل ىس ل ي م ان ب ن د او د ع ل ي ه م مفـ ق ض ىب ه ل ل ك بـ ر ىف خ ر ج د او د ع ل ي ه السال ت اإ ل مفـ ت ح اك م االسال اف أ ه و الل تـ ف ع ل يـ ر ح ك الصغ ر ىل نـ ه م افـ ق ال ت ك ن أ ش قه بـ يـ لس ب اـ ت ون ه فـ ق ال بـ ر ت افـ ق ض ىبـ خ نـ ه
ب ه ل لصغ ر ىTeks di kitab Musnad Ahmad
الز ن أ ب ع ن و ر ق اء بـ ر ن ثـ ن اع ل يب ن ح ف صأ خ ه ر يـ ر ة ق ال ح د أ ب ع ن الل د ع ن ال ع ر ج ر س ول ق ال بـ نـ ن ال أ ح د ف أ خ ذ ب اء الذ ل م اج اابـ ن ان م ع ه م ن ن م اام ر أ ت ع ل ي ه و س لم بـ يـ ص لىالل فـ ت ح اك م اإ ل
نـ ه م افـ د او د فـ ق ض ىب ه ل ل ك بـ ر ىف خ ك ن أ ش قه بـ يـ ه ات واالس ت اف د ع اه اس ل ي م ان فـ ق ال الصغ ر ىر ج ق ال ت ت ش قه فـ ق ض ىب ه ل لصغ ر ى138 ابـ نـ ه ال ه و الل يـ ر ح ك
Pada hadis diatas antara teks yang disampaikan oleh khatib dengan teks
yang ada di kitab asli berbeda.
- Hadis Kesebelas
137 Abū ‘Abdullah bin Abī ah- Hasan al-Bukhāri, Sahih al-Bukhāri, (Riyād: Bait al-Afkar,
1998), hal. 685 138 Abī ‘Abdillah Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, (Riyād: Bait al-Afkār,
1998), hal. 613
السم اء ف يـ ر ح ك م م ن ال ر ض ف الراح ون يـ ر ح ه م الرح ن ار ح وام ن
Teks di kitab Musnad Ahmad
ر وب ع ب د الل ب ن ع م ع ن ق اب وس أ ب روع ن ع م ي ان ع ن ثـ ن اس ف ل ح د يـ بـ ص لىالل ن ال ع اص غ ب ه النب ل السم اء و ا يـ ر ح ك م أ ه ل ال ر ض الراح ون يـ ر ح ه م الرح ن ار ح واأ ه لع ل ي ه و س لم ق ال ن ةم ن م ش ج رح
ق ط ع ه ابـ تـت ه 139 و ص ل ه او ص ل ت ه و م ن الرح ن م ن Pada hadis diatas antara teks yang disampaikan oleh khatib dengan teks yang
ada di kitab asli berbeda. Khatib tidak menyampaikan secara keseluruhan hanya
mengambil sebagian dari teks hadis yang ada.
- Hadis keempat Belas
ا لع ب د ع و ن ف هللا ي ه و أ خ ع و ن ك ان ا لع ب د ف م ا Teks di kitab Musnad Ahmad
أ ص ال حع ن أ ب ع ن ال ع م ش بـ ر ن أ خ و اب ن ن ري ق ال ثـ ن اال ع م ش ثـ ن اأ ب وم ع او ي ة ح د ح د ب ه ر يـ ر ة ق ال ع ل الل ص لىالل ر س ول الل ق ال نـ ي انـ فس الد ك ر ب ك ر ب ةم ن م ؤ م ن ع ن نـ فس ك ر ب ةي ه و س لم م ن ع ن ه
ع ل ىم ع ي سر ر ة و م ن خ نـ ي او ا الد يف تـ ر ه الل ل ماس م س تـ ر س ال ق ي ام ة و م ن يـ و م ك ر ب الل م ن ري سر س ط ر يقاع ل س ل ك يه و م ن أ خ ع و ن ال ع ب د يف ك ان ال ع ب د م ا ع و ن يف ر ة و الل خ نـ ي او ا الد ف يه يـ ي ه يف ل ت م س
الل بـ ي وت بـ ي تم ن ت م ع قـ و ميف ال نة و م ااج ل ه ب ه ط ر يقاإ ل الل ع ل ماس هل الل ك ت اب ل ون يـ تـ ك ة يـ تـ ه م الرح ة و ح فتـ ه م ال م ال ع ل ي ه م السك ين ة و غ ش نـ ز ل ت نـ ه م إ ل ار س ون ه بـ يـ و و يـ ت د ع ز ذ ك ر ه م الل
ر ع ب ه ن س ب ه 140 ي س ب ه ع م ل ه مل أ ب ط أ ه و م ن ع ن د و ج لف يم ن Khatib tidak menyampaikan secara keseluruhan hanya mengambil sebagian
dari teks hadis yang ada.
139 Abī ‘Abdillah Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, (Riyād: Bait al-Afkār,
1998), hal. 492 140 Abī ‘Abdillah Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, (Riyād: Bait al-Afkār,
1998), hal. 560
- Hadis keenam Belas
له جزاءإلالنة ليس واحلجاملربور Teks di kitab Musnad Ahmad
ص ال ح أ ب س يع ن ي ان ح دث ن ثـ ن اس ف الل ص لىح د ر س ول ق ال ه ر يـ ر ة ق ال أ ب ع ل ي ه و س لم ع ن الل ا141 نـ ه م م ابـ يـ ر ة ي ك فر ال ع م ر ة إ ل ال ع م أ و ن ر ت ال نة و ال ع م ل ه ج ز اءإ ل ل ي س بـ ر ور احل جال م
Khatib tidak menyampaikan secara keseluruhan hanya mengambil sebagian
dari teks hadis yang ada.
- Hadis Ketujuh Belas
ر ة و ال م ر أ ة احل جو ال ع م ه اد ال ك ب ري و الصغ ري و الضع يف ج
Teks di kitab Musnad Ahmad
يـ و ة ح بع ن اب ن و ه ح دث ن ثـ ن اه ار ون ق ال م مد ب ن إ بـ ر اه يم ب ن ح د ع ن اب ن ال اد ع ن التـي م ي احل ار ث ب ري و الضع يف ه اد ال ك ق ال ه ج ك ان إ ن ع ل ي ه و س لم أ نه ق ال الل ص لىالل ر س ول ه ر يـ ر ة ع ن أ ب ع ن
ر ة 142 و ال م ر أ ة احل جو ال ع م Pada hadis diatas antara teks yang disampaikan oleh khatib dengan teks yang
ada di kitab asli berbeda.
141 Abī ‘Abdillah Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, (Riyād: Bait al-Afkār,
1998), hal. 555 142 Abī ‘Abdillah Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, (Riyād: Bait al-Afkār,
1998), hal. 684
- Kritik Sanad
Hadis Pertama Jalur al-Tirmidzī
ء ب ن ع ب د ال ال ع ال ثـ ن اع ب د ال ع ز يز ب ن م مدع ن ب ة ح د ثـ ن اقـ تـ يـ رح ن ع ن ح د ه ر يـ ر ة أ نر س ول أ ب أ ب يه ع ن الل م ر س ول ف ين اي س
ق ال واال م ف ل س ر ون م اال م ف ل أ ت د ع ل ي ه و س لم ق ال ن الل ص لىالل د ر ه م ل ه و ل ل
الل ص لىالل ر س ول يـ و م ال ق ي ام ة ب م ت اع ق ال ي ت م ن أ مت م ن س ي ام ه ع ل ي ه و س لم ال م ف ل ت ه و ص ص ال
افـ يـ ق ع د فـ يـ ه ذ او ض ر ب د م ه ذ او س ف ك ه ذ او أ ك ل م ال ه ذ او ق ذ ف ش ت م ه ذ ق د ي ت و ز ك ات ه و ق ت صح س ن ات ام ن أ خ ه ذ ال ط اي م اع ل ي ه م ن يـ ق ت ص ح س ن ات ه قـ ب ل أ ن ف ن ي ت ن ات ه ف إ ن ح س ام ن ه و ه ذ م ن ذ
النار ط ر ح يف ه م ف ط ر ح ع ل ي ه ث خ ط اي
Qutaibah
Nama lengkapnya adalah Qutaibah b. Sa’īd b. Jamīl b. Ṯarīf b. ‘Abdullah al-
Tsaqafī, Abū Rajā` al-Balkhī al-Baglānī. Abū Ahmad b. ‘Adī berkata, nama beliau
ialah Yahya b. Sa’īd, sedangkan Qutaibah hanyalah laqab Mūsa b. Hārūn berkata
bahwasanya Qutaibah dilahirkan pada tahun 148 H dan wafat pada tahun 240 H.
Adapun guru-guru beliau adalah Ibrāhim b. Sa’īd al-Madanī, Ismā’īl b. Abī Uwais,
Ismā’īl b. Ja’far, Hātim b. Ismā’īl al-Madanī, Hammād b. Khālid al-Khayyāṯ dan
lain-lain. Murid-murid beliau adalah Ibrāhim b. Ishāq al-Harbī, Ahmad bin Hanbal,
Ahmad b. Sa’īd al-Dārimī, Ahmad b. ‘Abdurrahmān b. Basyār al-Nasā`ī, Hārits b.
Muhammad b. Abī Usāmah, Muhammad b. ‘Alī al-Hakīm al-Tirmidzī, Yūsuf b.
Mūsa al-Qaṯṯān dan lain-lain. Beliau wafat pada tahun Adapun pendapat para
ulama tentangnya adalah:
- Ahmad b. Abī Khatsamah: Tsiqah
- Al-Nasā`ī: Sadūq
- Ibn Khirāsy: Sadūq
- ‘Abdullah b. Muhammad al-Farhayānī: Sadūq143
‘Abdul ‘Azīz bin Muhammad
Nama lengkapnya ialah ‘Abdul al-‘Azīz b. Muhammad b. ‘Ubaid b. Abī ‘Ubaid
al-Darāwardī, Abū Muhammad al-Madanī. Adapun guru-gurunya adalah Zaid b.
Aslam, Yahya b. Sa’īd al-Ansārī, Hisyām b. ‘Urwah, Ja’far Sādiq, Abī Hāzm b.
Dīnar. Murid-muridnya adalah Syu’bah, ‘Abdullah b. Ja’far al-Raqī, Qutaibah,
Ishāq b. Ibrāhim, Sa’īd b. Mansūr. Beliau wafat pada tahun 187 H.144 Pendapat
ulama tentang ‘Abdul ‘Azīz b. Muhammad:
- Ahmad b. Abī Maryam : Tsiqah Hujah
- Al-Nasā`ī : Laisa bi al-Qawī
- Ibn Abī khaitsamah : Laisa bihī ba`s145
‘Alā bin ‘Abd al-Rahman
Nama lengkapnya ialah ‘Alā b. ‘Abd al-Rahmān b. Ya’qūb al-Huraqī, Abū
Syibl al-Madanī. Guru-guru beliau adalah Anas b. Mālik, Sālim b. ‘Abdullah b.
‘Umar, ‘Abdullah b. ‘Umar b. Khaṯṯāb, ayahnya ‘Abdurrahmān ibn Ya’qūb. Murid-
muridnya adalah Ismā’īl b. Ja’far b. Abī Katsīr, Zuhair b. Muhammad al-Tamīmī,
Sa’īd b. Abī Hilāl, Syu’bah b. Hajāj, ‘Abdul ‘Azīz b. Muhammad al-Darāwardī,
‘Abdul Malik b. Juraij. Beliau wafat pada tahun 132 H. Pendapat ulama tentangnya
ialah:
- Abū Hātim : Sālih
143 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Jilid. 23, hal. 523 144 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Jilid. 18, hal. 194 145 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Jilid. 2, hal 592
- Abū Ahmad bin ‘Adī : Tsiqah
- Al-Nasā`ī : Laisa Bihī Ba`s
- Ibn Hibbān : Tsiqah146
‘Abd al-Rahman bin Ya’qūb
Nama lengkap beliau adalah ‘Abd al-Rahman b. Ya’qub al-Juhanī al-Madanī.
Guru-guru beliau adalah Abī Hurairah, Abī Sa’īd, ibn ‘Abbās, ibn ‘Umar.
Sedangkan murid-muridnya adalah anaknya yaitu al-‘Alā`, Muhammad b. Ibrāhīm
al-Tamīmī, Muhammad b. ‘Ajlān, Muhammad b. ‘Amr b. ‘Alqamah. Pendapat
ulama tentang beliau:
- Al-Nasā`ī : Laisa bihī Ba`s
- Ibnu Hibban : Tsiqah
- Al-‘Ijlī : Tsiqah147
Abū Hurairah
Abū Hurairah merupakan nama panggilan beliau seorang sahabat Rasulullah
yang sangat terkenal dengan periwayatan hadisnya yang mencapai 5374 hadis dari
kalangan tua148. Nama lengkap beliau ‘Abdurrahman b. Sakhr ad-Dawsi al-Yamani.
Mengenai nama beliau terdapat perbedaan di satu sisi ada yang berpendapat
Abdurrahman b. Sakhr pada sisi lain mengatakan Abdu Syams dan Abdu ‘Amru b.
‘Abdu ghanam.149 Beliau wafat tahun 57 H150 Kedua nama tersebut merupakan
146 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Jilid. 22, hal. 520-523 147 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Jilid. 2, hal 567-568 148 Ibn hajar al-asqalani, Taqrib al-tahdzib, (Beirut : Ar-Risalah) hal.599 149 Abi Bakar Ahmad bin Ali bin Manjuwaih al-Ashbahani, Rijal Shahih
Muslim,(Beirut:dar al-Ma’rifah) jilid. 2, hal.400 150Ibn ‘Abdil-Barr, al-Isti’ab Fi ma’rifat al-Shahaabi, (Beirut: Dar al-Fikr), jilid. 2, hal.
476
sebutan abu Hurairah Sebelum masuk Islam. Guru beliau adalah Abū Bakar,
‘Aisyah, Fadl b. ‘Abbas. Sedangkan muridnya Jābir, Ibn ‘Abbas, Abū Zur’ah b.
‘Amr, ‘Ubaidullah b. ‘Utbah, Sa’īd b. Musayyab, Abdurrahman b. Ya’kūb, Abū
Salih, Abū Hazim, Abu Salamah151. Pendapat Ulama tentang Abū Hurairah:
- Ibnu ‘Umar : Abū Hurairah lebih baik dariku dan lebih tahu tentang
hadis
- Ibnu Hajar : Sahabat yang besar dan Hāfidz.152
Hadis Kedua Jalur Ahmad bin Hanbal
ثـ ن ام مد ب ن ج ع ف ر النب ح د ب ن م ال كع ن أ ن س ع ن قـ ت اد ة ي د ث س ع ت ثـ ن اش ع ب ة ق ال ص لىالل ح ده ل نـ ف س ل ار ه م اي ب يه أ و ل خ ي ب يـ ؤ م ن أ ح د ك م ح ت ل ع ل ي ه و س لم أ نه ق ال
Muhammad bin Ja’far
Nama lengkapnya adalah Muhammad b. Ja’far al-Hudzalī, Abū ‘Abdullāh al-
Basrī. Guru-gurunya adalah antara lain Syu’bah, ‘Abdullah b. Sa’īd, Hisyām b.
Hasān, ‘Utsmān b. Giyāts, Ibn ‘Uyaynah. Sedangkan murid-muridnya adalah
Ahmad b. Hanbal, Ishāq b. Rahawaih, Qutaibah, Abū Bakr b. Khallād, Muhammad
b. Abān, ‘Uqbah b. Mukrām. Beliau wafat pada tahun 193 H. Pendapat ulama
tentangnya:
- Abū Hātim : Tsabat
- Al-‘Ijlī : Tsiqah
151 Abī Bakr Ahmad bin ‘Ali bin Manjuwaih al-Asbahāni, Rijāl Sahih Muslim,(Beirut: Dar
al-Ma’rifah) jilid. 2, hal. 400 152 Ahmad bin hajar al-asqalani, Tahdzib al-tahdzib, (Beirut : MuassasahAr-Risālah), Juz.
12, hal. 237-240
- Ibn Mubārak : apabila terdapat ikhtilaf didalam hadis Syu’bah maka
yang akan ditulis adalah Muhammad b. Ja’far153
Syu’bah
Nama aslinya Syu’bah b. al-Hajjaj al-Hāfiḏ abu Bisṯam al-Atakī, beliau tinggal
di Basrah, wafat di awal tahun 160 H154, di Basrah155. Jumlah guru-guru beliau
banyak sekali, penulis tidak menyebutnya semua melainkan hanya sebagian saja,
berikut guru-gurunya, Sulaiman al-A’masy, Salamah b. Kuhail, Sulaiman b.
Abdurrahman, Simak b. Harbī, ‘Asim b. Bahdalah, Abdul A’lā b. ‘Amr, Qatādah.
Sedangkan muridnya ialah Abdul Mālik b. Ibrahim al-Jūdī, Abdul Malik b. al-
Sabah, Ubaidullah al-Asyja’ī, Affān b. Muslim al-Safar, Isya b. Yunus, Kasir b.
Hisyām, Muhammad b. Ja’far Gundarī156, dan lain-lain.
Beliau dinilai oleh Ahmad bin Hanbal atsbatu, menurut Muhammad bin Sa’id
tsiqah ma’mun tsabatan hujjatan.
Qatādah
Nama Lengkapnya adalah Qatādah b. Di’āmah b. Qatādah b. ‘Azīz b. ‘Amr b.
Rabī’ah, Abū al-Khiṯāb al-Basrī. Guru-gurunya adalah Anas b. Mālik, Habīb b.
Sālim, Sālim b. Abī Ja’d, Sa’īd b. Abī Burdah, ‘Abdullah b. Abū ‘Utbah. Sedangkan
murid-muridnya adalah Abān b. Yazīd, Jarīr b. Hazm, Sulaimān al-A’masy,
Sulaiman al-Taimī, Syu’bah b. al-Hajjāj, Hārūn b. Muslim al-Basrī. Beliau wafat
pada tahun 117 H. Pendapat ulama tentangnya:
153 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 4, hal. 531-532 154 Ad-dzahabi, al-Kasyaf fi ma’rifah min Lahu ruwah fi al-Kutub al-Sittah, Jilid. 1 , hal.
485 155 Al-Miziy, Tadzib al-kamal (Baghdad) jilid 12, hal. 495 156 Al-Miziy, Tadzib al-kamal (Baghdad) jilid 12, hal. 489
- Gālib al-Qaṯṯān : tidak pernah saya melihat orang yang lebih Hafid dari
Qatādah
- Abū Hilāl : ‘Ālim
- Sufyān bin ‘Uyaynah : Faqīh
- Ishāq bin Mansūr : Tsiqah
Anas bin Mālik
Nama lengkapnya beliau adalah Anas b. Malik b. al-Nadar b. Damdam b. Zaid
b. Harm b. Jandab b. ’Amir b. Ganam b. ’Adi b. al-Najar al-Anshari al-Najari.
Sedangkan nama kunyahnya adalah Abū Hamzah al-Madanī. Para guru-gurunya
adalah: Nabi Muhammad SAW. Ubai b. Ka’ab, Zaid b. Arqām, Zaid b. Tsābit,
Abdullah b. Rabah, Abu Bakar al-Siddiq, Abdullah b. Mas’ūd, Abdullah b. ‘Abbās,
Umar b. al-Khaṯṯāb, ’Utsman b. ’Affān, dan masih banyak yang lainnya. Para
murid-murid beliau adalah: Sa’id b. Jubair, Sa’id b. al-Musayyāb, ’Ashim b. ’Umar
b. Qatādah, ’Aqmir al-Sya’bī, Muhammad b. Yahya b. Hibbān, Muhammad b.
Sirin, Marwan al-Ashfar, Mālik b. Dinār, dan masih banyak yang lainnya. Pendapat
ulama tentangnya:
- Al-Zuhri: Anas bin Malik adalah ”khadimnya nabi SAW”.
- Khusain Bin Waqid: Anas bin Malik adalah orang yang di doakan oleh
nabi agar banyak hartanya, banayak keturunannya, dan panjang
umurnya
- ’Ubad bin Mansur dari Ayyub: bahwa Anas bin Malik adalah salah satu
sahabat yang ikut perang Khuzdaibah, Khaibar, dan beliau juga
menyaksikan nabi haji dan fathu Mekkah.157
Hadis Ketiga Jalur al-Dārimī
ثـ ن اال ح د ثـ ن اع ب د الرح ن ب ن إ س ح ق د ح د ثـ ن اع ب د ال و اح ل م ب ن إ بـ ر اه يم ح د م س بـ ر ن س ع دع م ان ب ن نـأ خ تـ ع لم ال ق ر آن و ع لم ه ر ك م م ن يـ ع ل ي ه و س لم خ الل ص لىالل ر س ول ق ال ق ال ي
ع ل ع ن
Muslim bin Ibrāhim
Nama lengkapnya adalah Muslim b. Ibrāhīm al-Azdī al-Farāhīdī, Abū ‘Amr al-
Basarī. Guru-guru beliau adalah Abān b. Yazīd al-‘Aṯṯār, Ismā’īl b. Muslim al-
‘Abdī, Aswad b. Syaibān, Syu’bah b. al-Hajjāj, ‘Abdul ‘Azīz b. al-Mukhtār, Mālik
b. Salmān. Sedangkan murid-muridnya adalah al-Bukhārī, Abū Dāud, Zaid b.
Akhzam, ‘Abdullah b. ‘Abdurrahman al-Dārimī, ‘Abd b. Humaid. Beliau wafat
pada tahun 222 Pendapat ulama tentangnya:
- Abū Bakr b. Abī Khaitsamah : Tsiqah Ma`mūn
- Abū Hātim : Lā Yahtāju ilaihi
- ‘Abdurrahmān b. Abī Hātim : Tsiqah Sadūq158
‘Abdul Wāhid
157 Yusuf Al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamal fi asma al-Rijāl (Beirut: Dār al-Fikr, 1994), cet. Ke-
1. Juz 3, hal. 352. 158 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 27, hal. 487-490
Nama lengkapnya adalah ‘Abdul Wāhid b. Ziyād al-‘Abdī, Abū Bisyr, Abū
‘Ubaidah al-Basrī. Guru-gurunya ialah Ismā’īl b. Sālim al-Asadī, Habīb b. Abī
‘Amrah, Sa’īd b. Iyās, Sulaiman al-A’masy, ‘Abdurrahman b. Ishāq al-Kūfī.
Sedangkan murid-muridnya adalah Ibrāhīm b. al-Hajjāj, ‘Abbās b. al-Wālīd, ‘Affān
b. Muslim, Qutaibah b. Sa’īd, Qais b. Hafs, Muslim b. Ibrāhīm. Beliau wafat pada
tahun 179 H. Pendapat ulama tentangnya:
- Abū Zur’ah : Tsiqah
- Abū Hātim : Tsiqah
- Al-Nasā`ī : Laisa bihi ba`s
- Muhammad b. Sa’id : Tsiqah Katsīr al-Hadīts159
‘Abdurrahmān bin Ishāq
Nama lengkapnya ialah ‘Abdurrahmān b. Ishāq b. al-Hārits, Abū Syaibah al-
Wasaṯī al-Kūfī. Guru-guru beliau adalah Ishāq b. al-Hārits, ‘Abdurrahmān b. Sa’id,
‘Abdurrahmān b. Abī Lailā, Nu’mān b. Sa’id al-Ansārī. Sedangkan murid-
muridnya adalah Hafs b. Giyāts, ‘Abdullah b. Idrīs, ‘Abdul Wāhid b. Ziyād, Huraim
b. Sufyān. Pendapat ulama tentangnya:
- Abū Ṯālib : al-Hadīts
- Abū Dāud: Ḏa’īf
- Ibnu Hibbān : Ḏa’īf
- Ya’qūb bin Sufyān : Ḏa’īf
Nu’mān bin Sa’id
159 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 18, hal. 450-455
Nama lengkapnya adalah Nu’mān b. Sa’id b. Habtar al-Ansārī al-Kūfī. Guru-
gurunya adalah ‘Alī, al-‘Asy’ab b. Qais, Mughīrah b. Syu’bah, Zaid b. Arqam.
Sedangkan menurut Abū Hātim tidak ada yang meriwayatkan hadis darinya kecuali
‘Abdurrahman b. Ishāq al-Kūfī. Para ulama sependapat bahwa Nu’mān b. Sa’id
merupakan da’īf. 160
‘Alī b. Abī Ṯālib
Nama lengkapnya adalah ‘Alī b. Abī Ṯālib Abū al-Hasan al-Hāsyimī Amīrul
Mu’minīn. Guru-guru beliau adalah Nabi Muhammad SAW, Abī Bakr al-Siddīq,
‘Umar b. Khaṯṯāb, Fāṯimah bt. Rasulullah SAW. Sedangkan murid-muridnya adalah
Ibrāhīm b. Abdullah, Aswad b. Yazīd, Jābir b. ‘Abdullah, Hasan b. ‘Alī, Husein b.
‘Alī, Nu’mān b. Sa’id dan masih banyak lagi. Beliau wafat pada umur 58 tahun 40
H. Alī merupakan salah satu dari Khulafa al-Rāsyidīn. Pendapat ulama tentangnya:
- Ibn Hajar al-‘Atsqalānī : Sahabat yang Jalīl
- Al-Dzahabī : Alī merupakan salah satu dari ‘Asyarah al-Mubasyarah161
Hadis Keempat Jalur Tirmidzi
ثـ ن ا رب ن ع ل يح د بـ ر ن ح ج ر ة ب ن م ع اص ع ن ز اذ ان ب ن ك ث ري ع ن س ل ي م ان ب ن ح ف ص أ خ ي ع ن ض م ع ل
ب ن ت ظ ه ر ه و ال ق ر آن قـ ر أ م ن و س لم ع ل ي ه الل ص لىالل ر س ول ق ال ق ال ط ال بأ ب ل ه ف أ ح لاس و ح رم ح ال و ش فع ه ال نة ب ه الل أ د خ ل ه ح ر ام ه ر ةيف ل م ن ع ش النار ل ه ج ب ت و ق د ك له م بـ ي ت ه أ ه
‘Alī bin Hujr
160 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 4, hal. 231 161 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 20, hal. 472-485
Nama lengkapnya ialah ‘Alī b. Hujr b. Iyās b. Khālid al-Sa’dī, Abū al-Hasan
al-Marwazī. Guru-gurunya adalah Ismā’īl b. Ja’far, Ibn Mubārak, Hafs bin
Sulaimān, Syarīk bin ‘Abdullah. Sedangkan murid-muridnya adalah Bukhārī,
Muslim, Tirmidzī, Nasā`ī, Abū Bakr b. Khuzaimah, Hasan b. Sufyān. Beliau wafat
pada tahun 244 H. Pendapat ulama tentangnya:
- Muhammad bin ‘Alī bin Hamzah al-Marwazī : Hāfiz
- Nasā`ī : Hāfiz162
Hafs bin Sulaimān
Nama lengkapnya adalah Hafs bin Sulaimān al-Asadī, Abū ‘Umar al-Kūfī.
Guru-gurunya adalah ‘Abdul Malik b. ‘Umair, Laits b. Abī Sulaim, Katsīr b.
Syinzīr, Katsīr b. Zādzān. Sedangkan murid-muridnya adalah Abū Syu’aib, ‘Alī b.
‘Ayyasy, ‘Ali b. Hujr, ‘Alī b. Yazīd, Hisām b. ‘Amr. Beliau wafat pada tahun 180
H. Pendapat ulama tentangnya:
- Abū Hātim : Matrūk
- Ibn al-Madīnī : Da’īf
- Muslim : Matrūk163
Katsīr b. Zādzān
Nama lengkanya adalah Katsīr b. Zādzān al-Nakha’ī al-Kūfī. Guru-gurunya
adalah Salman Abī Hazm al-Asyja’ī, ‘Āsim b. Damrah, ‘Abdurrahmān b. Abī
Nu’aim. Sedangkan murid-muridnya adalah Hafs b. Sulaimān, Hammād b. Wāqid.
Pendapat ulama tentangnya:
162 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 3, hal. 148 163 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 1, hal 450
- Abī Hātim : Majhūl
- Abū Zur’ah : Majhūl164
‘Āsim b. Damrah
Nama lengkapnya adalah ‘Āsim b. Damrah al-Kūfī. Guru-gurunya adalah
‘Alī bin Abī Tālib, Sa’īd bin Jubair. Sedangkan murid-muridnya adalah Mundzir
b. Ya’lā, Hakam b. ‘Utaibah, Katsīr b. Zādzān, Habīb b. Abī Tsābit. Pendapat
ulama tentangnya:
- ‘Alī b. al-Madīnī : Tsiqah
- Al-Ijlī : Tsiqah
- Nasā`ī : Laisa bihi Ba`s165
‘Alī b. Abī Ṯālib166 Hadis Kelima Jalur Ahmad bin Hanbal
ثـ ن اع أ م ام ة ال ب ح د أ ب مع ن س ال أ ب ز ي دع ن ث ريع ن ك ب ن أ ب ثـ ن اي ي ن ح د ثـ ن اأ ب فان ح د ق ال ي ل اه
ش ف يعايـ و م ال ق ي ا ع ل ي ه و س لم اقـ ر ء واال ق ر آن ف إ نه ي ت الل ص لىالل ر س ول ب ه اقـ ر ء وام ق ال ة ل ص اح ك أ أ و اغ ي ايـ ت ان ك أ نـه م يـ و م ال ق ي ام ة ف إ نـه م اي ت ي ان ر ان ع م ر او ي ن ال بـ ق ر ة و آل انـالزه ك أ نـه م أ و ام ت ان ه م اغ م
اا أ ص ح اب م ع ن ي اجان ط ري ص و اف م ن ةو تـ ف ر ق ان ابـ ر ك ذ ه قـ ر ء واس ور ة ال بـ ق ر ة ف إ نأ خ ر ةو ل ر ك ه اح س ت ط يع ه اال ب ط ل ة ت س
‘Affān
Nama lengkapnya ialah ‘Affān b. Muslim ‘Abdullāh al-Safār, Abū ‘Utsmān al-
Basrī. Guru-guru beliau adalah Abān b. Yazīd al-‘Aṯṯār, Ismā’il b. ‘Ulayyah, Aswad
b. Syaibān, Sulaiman b. al- Mughīrah, Syu’bah b. al-Hajjaj, ‘Abdul Wāhid b. Ziyād.
164 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 24, hal. 108-110 165 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 2, hal 253 166 Lihat Halaman 58
Sedangkan murid-muridnya adalah al-Bukhārī, Ahmad b. Hanbal, Ishāq b.
Rāhawaih, ‘Abdullah b. ‘Abdurrahmān al-Dārimī, ‘Utsmān b. Muhammad b. Abī
Syaibah, Qutaibah b. Sa’īd, Abū Hātim. Beliau wafat pada tahun 220 H di
Baghdad.167 Komentar ulama tentang beliau:
- Al-‘Ijlī : Tsiqah Tsabat
- Abū Hātim : Tsiqah Imām Muttaqīn
- Ibnu Khirāsy : Tsiqah
- Ibnu Qāna’ : Tsiqah ma`mūn168
Abān
Nama lengkapnya adalah Abān b. Yazīd al-‘Aṯṯār Abū Yazīd al-Basrī. Guru-
guru beliau adalah Yahya b. Sa’īd al-Ansārī, Hisyām b. ‘Urwah, ‘Amr b. Dīnār,
Qatādah, Yahya b. Abī Katsīr, ‘Āsim b. Bahdalah. Sedangkan murid-muridnya
adalah Ibn Mubārak, al-Qaṯṯān, Muslim b. Ibrāhīm, Mūsa b. Ismā’īl, Yazīd b.
Hārun, ‘Affan b. Muslim. Pendapat ulama tentangnya:
- Ahmad : Tsabat
- Ibn Ma’īn : Tsiqah
- Al-Nasā`ī : Tsiqah
- Ibn al-Madīnī : Tsiqah169
Yahya bin Abī Katsīr
167 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 20, hal. 160-174 168 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 3, hal 118-119 169 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 1, hal 56-57
Nama lengkapnya adalah Yahya b. Abī Katsīr al-Ṯāī, Abū Nasr al-Yamāmī.
Guru-guru beliau adalah Ishāq b. ‘Abdullāh b. Abī Ṯalhah, Anas b. Mālik, Tsābit
b. Abī Qatādah, Tsumāmah b. Kilāb, Jābir b. ‘Abdullāh, Zaid b. Sallām b. Abī
Sallām al-Habasyī. Sedangkan murid-murid beliau adalah Abān b. Yazīd al-‘Aṯṯār,
Ayūb b. ‘Utbah, Jarīr b. Hāzim, Sulaimān b. Arqam, ‘Abdullāh b. Muharrir. Beliau
wafat pada tahun 132 H Pendapat ulama tentangnya:
- Al-‘Ijlī : Tsiqah
- Abū Hātim : Tsiqah170
Zaid
Nama lengkapnya adalah Zaid b. Sallam b. Abī Sallam al-Habasyī al-Damasyqī.
Guru-guru beliu adalah ‘Adī b. Arṯah, ‘Abdullāh nin Farūkh, ‘Abdullah b. Zaid al-
Azraq. Sedangkan murid-muridnya adalah Yahya b. Abī Katsīr dan al-Haḏramī b.
Lāhiq. Pendapat ulama tentangnya:
- Al-Nasā`ī : Tsiqah
- Abū Zur’ah : Tsiqah
- Ya’qūb b. Syaibah : Tsiqah Sadūq
- Al-‘Ijlī : Lā ba`sa bih171
Abī Sallam
Nama lengkapnya adalah Mamṯūr Abū Sallām al-Aswad al-Habasyī al-Bāhilī
al-Damasyqī. Guru-gurunya adalah antara lain Tsaubān, al-Hajāj b. ‘Abdullāh,
Khālid b. Zaid, Abū Umāmah, ‘Abdullāh b. Azraq, ‘Ubaidullah b. Salmān.
170 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 31, hal. 504-510 171 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 1, hal 666-667
Sedangkan murid-muridnya adalah Dāud b. ‘Amr, Zaid b. Sallām, Zaid b. Wāqi’,
Abū ‘Imrān al-Ansārī. Pendapat ulama tentangnya:
- Al-‘Ijlī : Tsiqah
- Yahya b. Abī Katsīr : Tsiqah
- Ibnu Hibbān : Tsiqah172
Abī Umāmah
Nama lengkapnya adalah Sudai b. ‘Ajlāni b. Wahab, Abū Umāmah al-Bāhilī.
Beliau adalah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW. Guru-guru beliau adalah
Nabi Muhammad SAW, ‘Utsmān b. ‘Affān, ‘Alī b. Abī Tālib, ‘Umar b. Khaṯṯāb,
Mu’ādz b. Jabal, Abū ‘Ubaidah ibn Jarrāh. Sedangkan murid-muridnya adalah
Azhar b. Sa’īd, Sālim b. Abī Ja’d, ‘Amr b. ‘Abdullāh al-Haḏrāmī, Ghailān b.
Ma’syār, Kuhail b. Harmalah, Luqmān b. ‘Āmr, Mamṯūr Abū Sallām. Beliau wafat
pada tahun 81 H. Ibn Hajar al-‘Atsqalānī megatakan bahwa Abū Umāmah
merupakan Sahabat Masyhūr.173
Hadis Keenam Jalur Ahmad b. Hanbal
ثـ ن اع ب د الرح ن ح د النح د ه ر يـ ر ة ع ن أ ب دع ن م مد ب ن ز ي ل مع ن ص لىالل ثـ ن االرب يع ب ن م س ب
الناس ي ش ك ر ل م ن الل ي ش ك ر ل ع ل ي ه و س لم ق ال ‘Abdurrahmān
Nama lengkapnya adalah ‘Abdurrahmān b. Sallām b. ‘Ubaidillah b. Sālim, al-
Jumāhī, Abū Harb Al-Basrī. Guru-guru beliau adalah Hammād b. Salamah, Sa’īd
172 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 28, hal. 484-487 173 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 13, hal. 158-163
b. ‘Ubaid b. Muslim, Sufyān b. ‘Uyaynah, Rabī’ b. Muslim, Yahya b. Sulaim.
Sedangkan murid-muridnya adalah Muslim, Ibrāhim b. Hāsyim al-Bagawī, Abū
Hātim Muhammad b. Idrīs al-Rāzī, Mūsa b. Hārūn dan lainnya. Beliau wafat di kota
Basrah pada tahun 232 H. Pendapat ulama tentangnya:
- Abū Hātim : Sadūq
- Ibnu Hibbān : Tsiqah174
Rabī’ bin Muslim
Nama lengkapnya adalah Rabī’ b. Muslim al-Jumahī, Abū Bakr al-Basrī. Guru-
gurunya adalah Muhammad b. Ziyād, Hasan Basrī, Khasīb b. Jahdar dan lainnya.
Sedangkan murid-muridnya adalah Ibn al-Mubārak, Abū Dāud al-Ṯayālisī, Khālid
b. Hārits, ‘Abdurrahman b. Sallām al-Jumahī, Muslim b. Ibrāhīm. Beliau wafat
pada tahun 167 H. Pendapat ulama tentangnya:
- ‘Abdullah b. Ahmad : Syeikh Tsiqah
- Al-‘Ijlī : Tsiqah
- Ibnu Hibbān : Tsiqah175
Muhammad b. Ziyād
Nama lengkapnya adalah Muhammad b. Ziyād al-Qurasyī al-Jumahī, Abū al-
Hārits al-Madanī. Guru-gurunya adalah ‘Abdullah b. Hārits, ‘Abdullah b. Zubair,
‘Abdullah b. ‘Umar, Abī Hurairah, ‘Ā`isyah. Sedangkan murid-muridnya adalah
174 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 17, hal. 162-163 175 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 1, hal 595
Ibrāhīm b. Ṯahmān, Hammād b. Zaid, Salīm b. Hayyan, Syu’bah, ‘Abbād b.
Mansūr, Rabī’ b. Muslim. Pendapat ulama tentangnya:
- Ahmad bin Hanbal : Tsiqah
- Ishāq b. Mansūr : Tsiqah
- Abū Hātim : Sāduq
Abū Hurairah176
Hadis Ketujuh Jalur al-Bukharī
و د ال س أ ب يـ و ة ع ن ح بـ ر ن أ خ ثـ ن اع ب د الل ب ن ي ي ثـ ن ااحل س ن ب ن ع ب د ال ع ز يز ح د ح د س ع ع ر و ة ع ن ع نـ ه اأ نن ب الل ي ح تع ا ش ة ر ض اللي ل ك ان يـ ق وم م ن ع ل ي ه و س لم م اه الل ص لىالل ق د تـ تـ ف طر
و م ات ذ ن ب ك م اتـ ق دم م ن ل ك الل غ ف ر الل و ق د ر س ول اي ت ص ن ع ه ذ ع ا ش ة مل خفـ ق ال ت أ ف ال ق ال ر أ ن ب ع أ ح ر ك ث يـ ر ك ع ق ام فـ ق ر أ حل م ه ص لىج ال ساف إ ذ اأ ر اد أ ن ثـ ر ك أ ك ون ع ب داش ك ورافـ ل ما
Hasan bin ‘Abdul ‘Azīz
Nama lengkapnya adalah Hasan b. ‘Abdul ‘Azīz b. Wazīr b. Ḏābī b. Mālik b.
‘Āmr b. ‘Adī, Abū ‘Alī al-Misrī. Guru-gurunya adalah Ahmad b. Hanbal, Hārits b.
Miskīn, Sunaid b. Dāud, ‘Abdullah b. Yahyā al-Burullusī, ‘Amr b. Abī Salamah.
Sedangkan murid-muridnya adalah al-Bukhārī, ‘Abdurrahman b. Abī Hātim,
Muhammad b. Ishāq al-Sirāj, Yahya b. Muhammad b. Sā’id. Beliau wafat di bulan
Rajab pada tahun 257 H. Pendapat ulama tentangnya:
- ‘Abdurrahman bin Abī Hātim : Tsiqah
176 Lihat di halaman 53
- Abū Bakr al-Khaṯīb : Tsiqah177
‘Abdullah bin Yahya
Nama lengkapnya adalah ‘Abdullah b. Yahya al-Ma’āfirī, Abū Yahya al-Misrī.
Guru-gurunya adalah Haywah b. Syuraih, Sa’īd b. Abī Ayyūb, Mu’āwiyah b. Sālih,
‘Abdurrahman b. Ziyād. Murid-muridnya adalah Hasan b. ‘Abdul ‘Azīz al-Jarawī,
Muhammad b. ‘Abdullah b. Maimūn dan lainnya. Beliau wafat pada tahun 212 H.
Pendapat ulama tentangnya:
- Abū Zur’ah : Lā ba’sa bih
- Abū Hātim : Lā ba’sa bih
- Ibnu Hibbān : Tsiqah178
Haywah
Nama lengkapnya adalah Haywah b. Syuraih b. Safwān b. Mālik, Abū Zur’ah
al-Misrī. Guru-gurunya adalah Bakr b. ‘Amr, Rabīah b. Yazīd, Abū ‘Uqail, Abī
Aswad. Sedangkan murid-muridnya adalah Laits, ibn Lahi’ah, Nāfi’ b. Yazīd, Ibn
Wahb, Ibn Mubārak, Abū ‘Āsim. Belia wafat pada tahun 158 H. Pendapat ulama
tentangnya:
- Harb : Tsiqah
- Ibnu Ma’īn : Tsiqah
- Abū Hātim : Tsiqah179
Abi al-Aswad
177 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 6, hal. 196-198 178 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 2, hal 456 179 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 1, hal 508-510
Nama lengkapnya adalah Muhammad b. ‘Abdurrahmān b. Naufal b. al-Aswad
al-Qurasyiyī al-Asadī, Abū Aswad al-Madanī. Guru-gurunya adalah Bukair b.
‘Abdullah, ‘Urwah b. Zubair, Sālim b. ‘Abdullah, Sulaiman b. Yasār, ‘Umar b.
‘Abdul ‘Azīz. Sedangkan murid-muridnya adalah Usāmah b. Zaid, Haywah b.
Syuraih, Sa’īd b. Abī Ayyūb, Syu’bah, ‘Abdullah b. Lahī’ah, ‘Amr b. al-Hārits.
Pendapat ulama tentangnya:
- Abū Hātim: Tsiqah
- Al-Nasā`ī: Tsiqah
- Ibnu Hibbān: Tsiqah180
‘Urwah
Nama lengkapnya adalah ‘Urwah b. Zubair b. ‘Awwām b. Khuwailid al-Asadī,
Abū ‘Abdullah al-Madanī. Guru-gurunya adalah ‘Abdullah, ibunya Asmā bt. Abū
Bakr, ‘Ā`isyah, ‘Alī b. Abī Ṯālib, Sa’īd b. Zaid, Zaid b. Tsābit, ‘Abdullah b. ‘Abbās,
Abū Hurairah. Sedangkan murid-muridnya adalah ‘Amr b. ‘Abdullah b. ‘Urwah,
Muhammad b. Ja’far b. Zubair, Abū Burdah, ‘Umar b. ‘Abdul ‘Azīz. Menurut Ibnu
al-Madanī beliau wafat pada tahun 92 H. Pendapat ulama tentangnya:
- Ibnu Sa’īd: Tsiqah, Faqīh, ‘Ālim, Tsabat
- Al-‘Ijlī: Tsiqah, Sālih
- Khālid b. Nazār : ‘Urwah adalah orang yang paling mengetahui hadis-
hadis ‘Ā`isyah
‘Ā`isyah
180 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 25, hal. 645-647
Nama lengkapnya adalah ‘Ā`isyah bt. Abū Bakar al-Siddīq wafat tahun 58 H,
ada yang berpendapat Aisyah meninggal tahun 57 H. Nama laqab Humairah181 dan
mempunyai kunyah Umī ‘Abdillah.182 Gurunya dalam periwayatan hadis ialah Nabi
Muhammad SAW, Hamzah b. ‘Umar al-Aslamī, Sa’ad b. Abī Waqas, Umar b.
Khaṯṯāb, Abū Bakar, Jumadah bt. Wahab, Faṯimah bt. Rasulullah. Beliau
mempunyai murid yang banyak diantaranya Abu Hurairah, Masrūq, Sālim Abū
‘Ubaidllah, ‘Abdullah b. al-Zubair, Sulaimān b. Yasīr, al-Qāsim b. Muhammad,
Safiah b. Syaibah, Abū Salamah b. ‘Abdurrahman, ‘Abdullah b. Qais183, dan masih
banyak lagi. Pendapat ulama tentangnya:
- ‘Aṯa b. Abī Rabah : Afqah al-Nās
- Abū Mūsa al-Asy’arī : keutamaan ‘Ā`isyah dengan wanita lain
bagaikan keutamaan roti terhadap semua makanan
- Hisyām b. ‘Urwah : Aku tidak melihat seorang yang lebih ‘Alim
tentang fiqih dari pada ‘Ā`isyah.184
Hadis Kedelapan Jalur Muslim
ب ن ال م غ ري ة و اللف س ل ي م ان ب ان ب ن فـ روخ ج يعاع ن يـ ال دال ز د يو ش ب ن خ ثـ ن اه داب ب ان ظ ح د يـ ل ش ثـ الل ص لح د ر س ول ق ال ي بق ال ص ه ل يـ ل ىع ن ع ب د الرح ن ب ن أ ب ب تع ن ثـ ن اث ىالل ن اس ل ي م ان ح د
ل ل م ؤ م ن دإ ل ل ح ذ اك رو ل ي س يـ ك له خ ر ه بال م ر ال م ؤ م ن إ نأ م إ ع ل ي ه و س لم ع ج ش ك ر أ ص ابـ ت ه س راء ن رال ه يـ ف ك ان خ ص بـ ر أ ص ابـ ت ه ض راء رال ه و إ ن يـ ف ك ان خ
181 Ibn Hajar al-‘Atsqalānī, Taqrīb al-tahdzīb, (Beirut : Ar-Risālah) hal. 678 182 Imam Abī Husain Muslim, Thabaqat, (Riyāḏ) hal. 211 183 Abū Bakar Ahmad bin ‘Ali bin Manjuwaih al-Asbahānī, Rijal Sahih Muslim,(Beirut:
Dar al-Ma’rifah) Juz. 2, hal. 410 184 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 22, hal. 372-377
Haddāb bin Khālid
Nama lengkapnya adalah Hudaibah b. khālid b. Aswad b. Hudaibah al-Qaisī,
al-Tsaubānī, Abū Khālid al-Basrī, ada juga yang mengatakan Haddāb b. Khālid.
Guru-gurunya adalah Abān b. Yazīd al-‘Aṯṯār, Jarīr b. Hāzim, Sulaiman b.
Mughīrah, Suhail b. Abī Hazm, Mubārak b. Faḏālah, Humām b. Yahya. Sedangkan
murid-muridnya adalah al-Bukhārī, Muslim, Abū Dāud, Hasan b. Sulaimān al-
Dārimī, ‘Abdurrahman b. Munīb al-Marwazī, Abū Zur’ah. Beliau wafat pada tahun
239 H. Pendapat ulama tentangnya:
- ‘Ali bin Husain al-Rāzī: Tsiqah
- Yahya b. Ma’īn: Tsiqah
- Abū Hātim: Sadūq
- Ibnu Hibbān: Tsiqah185
Syaibān
Nama lengkapnya adalah Syaibān b. Farūkh, Syaibān b. Abī Syaibah al-Habaṯī.
Guru-gurunya adalah Jarīr b. Hazm, Abān b. Yazīd al-’Aṯṯār, Mahdī b. Maymūn,
Sulaimān b. Mughīrah, ‘Abdul ‘Azīz b. Muslim. Sedangkan murid-muridnya
adalah Muslim, Abū Dāud, al-Nasā`ī, Ja’far b. Muhammad, ‘Abdullah b. Ahmad,
‘Utsmān al-Dārimī, Mūsa b. Hārūn dan lainnya. Beliau wafat pada tahun 235 H.
Pendapat ulama tentangnya:
- Ahmad b. Sa’id b. Ibrāhīm : Tsiqah
- Abū Zur’ah : Sadūq
185 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 30, hal. 152-154
- Abū Syaikh : Tsābit186
Sulaimān b. al-Mughīrah
Nama lengkapnya adalah Sulaimān b. al-Mughīrah al-Qaisī, Abū Sa’īd al-Basrī.
Guru-gurunya adalah Tsābit al-Bunānī, Humaid b. Hilāl, Ibn Sīrīn, Abī Mūsā al-
Hilālī. Sedangkan murid-muridnya adalah al-Tsaurī, Syu’bah, Abū Usāmah, Abū
Dāud, abu al-Walīd Al-Ṯayālisī, Ibn Mubārak, Syaibān b. Farūkh, Hudaibah b.
Khālid. Beliau wafat pada tahun 165 H. Pendapat ulama tentangnya:
- ‘Abdullāh b. Dāud: Saya tidak pernah melihat orang yang lebih
berfadhilah di Basrah dibandingkan Sulaimān
- Abū Ṯālib: Tsabat
- Ishāq b. Mansūr : Tsiqah
- Ibnu Sa’id : Tsiqah Tsabat187
Tsābit
Nama lengkapnya adalah Tsābit b. Aslam al-Bunānī, Abū Muhammad al-Basrī.
Guru-gurunya adalah Anas b. Mālik, SulaimĀn al-Hāsyimī, Syahr b. Hawsyab,
‘Abdullah b. Zubair, ‘Abdullah b. Abī ‘Utbah, ‘Abdurrahmān b. Abī Laila.
Sedangkan murid-muridnya adalah Bisṯām b. Muslim, Jarīr b. Hāzm, Ja’far b.
Sulaimān, Ziyād b. Khaitsamah, Sulaimān b. Mughīrah, Sulaimān al-Taimī dan
lainnya. Beliau wafat pada tahun 123. Pendapat ulama tentangnya :
- Abū Ṯālib : Tsabat
- Ahmad b. ‘Abdullah al-‘Ijlī : Tsiqah
186 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 2, hal 184-185 187 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 2, hal 108
- Abū Hātim : Tsabat
- Al-Nasā`ī : Tsiqah188
‘Abdurrahman bin Abī laila
Nama lengkapnya adalah ‘Abdurrahman b. Abī Laila al-Ansārī al-Awsī, Abū
‘Īsā al-Kūfī. Guru-gurunya adalah ‘Umar, ‘Alī, ‘Utsmān, Mu’ādz b. Jabal, ibn
Mas’ūd, Ubay b. Ka’ab, Bilāl b. Rabāh, Suhaib, Wazīd b. Arqām. Sedangkan
murid-muridnya adalah ‘Amr b. Maimūn, Tsābit al-Bunānī, Hakim b. ‘Uyaynah,
Yazīd b. Abī Ziyād, Abū Ishāq al-Syaibānī, Ismā’īl b. Abī khālid. Pendapat ulama
tentangnya:
- Ishāq b. Mansūr : Tsiqah
- Al-‘Ijlī : Tsiqah189
Suhaib
Nama lengkapnya adalah Suhaib b. Sinān b. Khālid b. ‘Amr, Abū Yahyā. Guru-
gurunya adalah Nabi Muhammad SAW, ‘Ali, ‘Umar. Sedangkan murid-muridnya
dalah Ibrāhīm b. ‘Abdurrahmān b. ‘Auf, Jābir b. ‘Abdullah, Hamzah b. Suhaib,
Sa’īd b. Musayyib, Sulaimān b. Abī ‘Abdullah, ‘Abdullah b. ‘Umar, ‘Abdurrahman
b. Abī Laila. Beliau wafat di Madinah pada tahun 38 H. Pendapat ulama tentangnya:
- Al-Wāqidī : Beliau adalah Mubaligh bagi orang-orang Madinah190
188 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 4, hal. 342-348 189 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 2, hal 548-547 190 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 13, hal. 237-239
Hadis Kesembilan jalur Abū Dāud
ع ب د بـ ر ن أ خ ال م س يب ثـ ن ام مد ب ن إ س ح ق ب ن س ع ح د اللي ث ف عع ن الل ب ن ن ر ب ن س و اد ة ع ن ب ك دع ن م ع ه م ة و ل ي س الصال س ف رف ح ض ر ت يف ن خ ر ج ر ج ال ق ال ر ي س ع يدال د أ ب ام اءع ط اء ب ن ي س ارع ن
ة و ال و ض وء و فـ تـ ي مم اص ع يداط ي باف ص لي ا ف أ ع اد أ ح د ه االصال ال و ق ت اال م اء يف و ج د ث ث خ ر ا ي ع د مل السن أ ص ب ت ي ع د ل لذ يمل ل ه فـ ق ال ع ل ي ه و س لم ف ذ ك ر اذ ل ك الل ص لىالل ز أ ت ك أ تـ ي ار س ول ة و أ ج
م رتـ ن ر ال ج و أ ع اد ل ك ل لذ يتـ و ضأ و ق ال ت ك ص ال
Muhammad bin Ishāq
Nama lengkapnya adalah Muhammad b. Ishāq b. Muhammad b. ‘Abdurrahman
b. ‘Abdullāh b. al-Musayyab al-Makhzūmī al-Musayyabī, Abū ‘Abdullāh al-
Madanī. Guru-gurunya adalah ibn ‘Uyaynah, Anas b. ‘Iyāḏ, ‘Abdullāh b. Nāfī’,
Yazīd b. Hārūn, Muhammad b. Fulaih. Sedangkan murid-muridnya adalah Muslim,
Abū Dāud, Abū Hātim, Abū Zur’ah, Mūsā b. Ishāq, Ibrāhīm al-Harbī, ‘Abdullah b.
Ahmad dan lainnya. Beliau wafat pada tahun 236 H. Pendapat ulama tentangnya:
- Sālih b. Muhammad : Tsiqah
- Ibn Qāna’ : Tsiqah
- ‘Abdullāh al-Sukrī : Sālih191
‘Abdullah bin Nāfi’
Nama lengkapnya adalah ‘Abdullah b. Nāfi’ b. Abī Nāfi’ al-Sāig al-Qurasyī al-
Makhzūmī, Abū Muhammad al-Madanī. Guru-gurunya adalah Usāmah b. Zaid,
Khālid b. Ilyās, ‘Abdullah b. ‘Umar, ‘Abdullah b. Nāfi’, al-Mughīrah b.
‘Abdirrahmān. Sedangkan murid-muridnya adalah Ahmad b. Hasan al-Tirmidī,
191 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 3, hal. 503
Zubair b. Bakr, Sulaimān b. Dāud, Qutaibah b. Sa’id, Muhammad b. Ishāq dan
lainnya. Beliau wafat pada tahun 216 H. Pendapat ulama tentangnya:
- Abu Bakr bin Abī Khaitsamah : Tsiqah
- ‘Utsmān b. Sa’īd al-Dārimī : Tsiqah
- Abū Zur’ah : Sadūq
- Al-Nasā`ī : Sadūq192
Laits bin Sa’id
Nama lengkapnya adalah Laits b. Sa’id b. ‘Abdurrahman al-Fahmī, Abu al-
Hārits, Imām al-Misrī. Guru-gurunya adalah Nāfi’, ibn ‘Ajlān, Zuhair, Hisyām b.
‘Urwah, ‘Aṯa b. Abī Rabāh, ‘Ubaidullah b. Abī Ja’far, Qatādah. Sedangkan murid-
muridnya adalah Syu’aib, Muhammad b. ‘Ajlā, Hisyām b. Sa’ad, ibn Lahī’ah, Abū
Salamah, ‘Abdullah b. Nāfi’ dan masih banyak lagi. Beliau wafat di hari Jum’at
bertepatan dengan Nisfu Sya’ban pada tahun 175 H. Pendapat ulama tentangnya:
- Ibn Sa’ad : Tsiqah
- Abū Dāud : Tsiqah
- Ibn Abī Khaitsamah : Tsiqah
- Ibn al-Madīnī : Tsiqah Tsabat193
Bakr b. Sawādah
Nama lengkapnya adalah Bakr b. Sawādah b. Tsumāmah al-Judzāmī, Abū
Tusmāmah al-Misrī. Guru-gurunya adalah ‘Abdullah b. ‘Umar, ‘Abdurrahman b.
Jubīr, Sa’īd b. Musayyāb, al-Zuhrī dan lainnya. Sedangkan murid-muridnya adalah
192 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 16, hal. 208-211 193 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 3, hal. 481-484
Ja’far b. Rabī’ah, Laits, ibn Lahī’ah ‘Amr b. Hārits dan lainnya. Beliau wafat pada
tahun 128 H. Pendapat ulama tentangnya:
- ‘Utsmān bin Sa’īd : Tsiqah
- Abū Hātim : La ba`sa bih
- Al-Nasā`ī : Tsiqah
- Ibn Yūnus : Fāqih194
‘Aṯā bin Yasār
Nama lengkapnya adalah ‘Aṯā b. Yasār al-Hilālī, Abū Muhammad al-Madanī.
Guru-gurunya adalah Ubay b. Ka’ab, Usāmah b. Zaid, Jābir b. ‘Abdullah, Zaid b.
Tsābit, ‘Abdullah b. Salām, Abī Rāfi’, Abī Sa’īd al-khudrī dan lainnya. Sedangkan
murid-muridnya adalah ‘Ubaidullah b. Miqsam, Muhammad b. Abī Hirmalah,
Muslim b. Abī Maryam, Hilāl b. ‘Alī, Abū Salamah. Beliau wafat pada tahun 97 H.
Pendapat ulama tentangnya:
- Ishāq b. Mansūr: Tsiqah
- Abū Zur’ah : Tsiqah
- Muhammad b. Sa’ad: Tsiqah195
Abī Sa’īd al-Khudrī
Nama lengkapnya adalah Sa’ad b. Mālik b. Sinān b. ‘Ubaid b. Tsa’labah b.
‘Ubaid b. al-Abjar, Abu Sa’īd al-Khudrī. Beliau adalah sahabat Rasulullah SAW.
Guru-gurunya adalah Nabi Muhammad SAW, Jābir b. ‘Abdullah, Zaid b.
tsābit,’Abdullah b. Sallām, ‘Abdullah b. ‘Abbās, ‘Alī, ‘Umar, Mu’āwiyah b. Abī
194 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 1, hal. 244 195 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 20, hal. 125-127
Sufyān. Sedangkan murid-muridnya adalah Ismā’īl b. Abī Idrīs, Sa’īd b. Jubair,
Sālih b. Dīnār, ‘Aṯa b. Yasār, ‘Ikrimah, ‘Uqbah dan lainnya. Beliau wafat di
Madinah pada tahun 74 H. Pendapat ulama tentangnya:
- Hanzalah b. Abī Sufyan : Tidak ada satu pun hadis sahabat yang lebih faqih
dari Abī Sa’īd al-Khudrī196
Hadis Kesepuluh Jalur Ahmad bin Hanbal
ق ال ه ر يـ ر ة ق ال أ ب ع ن د ع ن ال ع ر ج الز ن أ ب ع ن و ر ق اء بـ ر ن ثـ ن اع ل يب ن ح ف صأ خ الل ر ح د س ول م ع ه ن ن م اام ر أ ت ع ل ي ه و س لم بـ يـ ص لىالل بـ نـ ن ال أ ح د ف أ خ ذ ب اء الذ ل م اج اابـ ن ان م فـ ت ح اك م اإ ل
نـ ه م افـ ق ا ك ن أ ش قه بـ يـ ه ات واالس ت اف د ع اه اس ل ي م ان فـ ق ال الصغ ر ىل د او د فـ ق ض ىب ه ل ل ك بـ ر ىف خ ر ج ت ابـ نـ ه و الل ت ش قه فـ ق ض ىب ه ل لصغ ر ىيـ ر ح ك ه ال
‘Alī b. Hafs
Nama lengkapnya adalah ‘Alī b. Hafs al-Madā`inī, Abū Hasan al-Bagdādī.
Guru-gurunya adalah Harīz b. ‘Utsmān, al-Tsaurī, Syu’bah, Warqā` b. ‘Umar,
Sulaimān b. Mughīrah. Sedangkan murid-muridnya adalah Abū Bakr b. Abī
Syaibah, Hajjāj b. Syā’ir, Muhammad b. Ishāq, Muhammad b. Ismā’īl, Abū
Khaitsamah. Pendapat ulama tentangnya:
- Ibn Junaid : Tsiqah
- ‘Utsmān b. Sa’īd : Laisa bih ba`s
- Ibn al-Madīnī : Tsiqah
- Abū Dāud : Tsiqah
196 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 10, hal. 294-300
- Ibn Abī Hātim : Sālih197
Warqā`
Nama lengkapnya adalah Warqā` b. ‘Umar b. Kulaib al-Yasykurī, al-Syaibānī,
Abū Basyr al-Kūfī. Guru-gurunya adalah Ismā’īl b. Abī Khālid, Zaid b. Aslam,
Sa’ad b. Sa’īd al-Ansārī, Sulaimān al-A’masy, Syu’bah b. al-Hajjāj, ‘Ubaidullah b.
Abī Yazīd, Muhammad b. al-Munkadir, Abī al-Zinād. Sedangkan murid-muridnya
adalah Adam b. Abī Iyās, ‘Alī b. Qādim, ‘Alī b. Hafs, Muhammad b. Ja’far,
Muhammad b. Sābiq dan lainnya. Pendapat ulama tentangnya:
- Abū Dāud : Tsiqah
- Ahmad b. Sa’ad b. Abī Maryam : Tsiqah
- Ibn Ma’īn : Tsiqah
- Ishāq b. Mansūr : Sālih198
Abi al-Zinād
Nama lengkapnya adalah ‘Abdullah b. Dzakwān al-Qurasyī, Abū
‘Abdurrahmān al-Madanī, dikenal dengan sebutan Abi al-Zinād. Guru-gurunya
adalah Abān b. ‘Utsmān, Abī Umāmah, Anas b. Mālik, Sa’īd b. Musayyab,
‘Abdurrahman b. Hurmuz, ‘Urwah b. Zubair. Sedangkan murid-muridnya adalah
Ibrāhīm b. ‘Uqbah, Ziyād b. Sa’ad, Sufyān al-Tsaurī, Sufyan b. ‘Uyaynah, Warqā`,
Mūsa b. ‘Uqbah dan lainnya. Beliau wafat pada tahun 130 H. Pendapat ulama
tentangnya:
- ‘Abdullah b. Ahmad b. Hanbal : Tsiqah
197 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 3, hal. 156 198 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 30, hal. 433-437
- Ahmad : Sālih
- Abū Zur’ah al-Damasyqī : Tsiqah
- Ibn Abī Maryam : Hujjah
- Al-‘Ijlī :Tsiqah199
Al-A’raj
Nama lengkapnya adalah ‘Abdurrahmān b. Hurmuz al-A’raj, Abū Dāud al-
Madanī. Guru-gurunya adalah Sulaimān b. ‘Arīb, ‘Abdullah b. ‘Abbas, ‘Abdullah
b. Ka’ab, ‘Abdul Mālik b. Mughīrah, Abī Sa’īd al-Khudrī. Sedangkan murid-
muridnya adalah Zaid b. Aslam, Hārits b. ‘Abdirrahman, Asīd b. Yazīd, Sa’ad b.
Ibrāhīm, Abū al-Zinād, Safwan b. Sulaim dan lainnya. Beliau wafat pada tahun 117
H. Pendapat ulama tentangnya:
- Muhammad b. Sa’ad : Tsiqah
- Al-‘Ijlī : Seorang Tābi’in yang tsiqah
- Abū Zur’ah : Tsiqah200
Abi Hurairah201
Hadis Kesebelas Jalur Ahmad bin Hanbal
ل غ يـ بـ ر وب ن ال ع اص ع ب د الل ب ن ع م ع ن ق اب وس أ ب روع ن ع م ي ان ع ن ثـ ن اس ف ص لىالل ب ح د ه النب ل السم اء و ا يـ ر ح ك م أ ه ل ال ر ض الراح ون يـ ر ح ه م الرح ن ار ح واأ ه لع ل ي ه و س لم ق ال ن ةم ن م ش ج رح
ق ط ع ه ابـ تـت ه و ص ل ه او ص ل ت ه و م ن الرح ن م ن
Sufyān
199 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 14, hal. 476-482 200 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 17, hal. 467-471 201 Lihat di halaman 53
Nama lengkapnya adalah Sufyān b. Sa’īd b. Masrūq al-Tsaurī, Abū ‘Abdullah
al-Kūfī. Guru-gurunya adalah Ibrāhīm b. ‘Abdul A’lā, Usāmah b. Zaid, Aslam al-
Minqarī, ‘Umar b. Ya’lā, ‘Amr b. Dīnār, ‘Amr b. Qais. Sedangkan murid-muridnya
adalah Abān b. Taglīb, Ahmad b. ‘Abdullah, Ishāq b. Yūsuf al-Azraq, Abū Usāmah,
Sufyān b. ‘Uyaynah, Sulaimān b. Bilāl dan lainnya. Beliau wafat pada tahun 161 H
di kota Basrah. Pendapat ulama tentangnya:
- Syu’bah: Sufyan adalah Amīrul Mu`minīn di bidang Hadis
- Waqī’: Hāfiz
- Sufyān b. ‘Uyaynah : Ashāb al-Hadīs
- Bisyr b. Hārits: Fāqih202
‘Amr
Nama lengkapnya adalah ‘Amr b. Dīnār al-Makkī, Abū Muhammad al-Atsrām
al-Jumahī. Guru-gurunya adalah Jābir b. ‘Abdullah al-Ansārī, Sālim b. ‘Abdullah
b. ‘Umar, Sa’īd b. Jubīr, Sa’īd b. Musayyab, Sulaimān b. Yasār, Abī Qābūs, Abī
Hurairah. Sedangkan murid-muridnya adalah Abān b. Yazīd, Ismā’īl b. Muslim al-
Makkī, Ja’far b. Muhammad al-Sādiq, Sa’īd b. Basyīr, Sufyān b. ‘Uyaynah, Sufyan
al-Tsaurī, dan lainnya. Beliau wafat pada tahun 116 HPendapat ulama tentangnya:
- ‘Alī b. al-Madīnī : Tsabat
- Nu’aim b. Hammad : Fāqih, ‘Ālīm
- ‘Alī b. Sulaimān : Tsabat
202 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 11, hal. 154-169
- ‘Abdurrahman b. Hakim, Abū Hātim, al-Nasā`ī : Tsiqah203
Abī Qābūs
Nama lengkapnya adalah Muhammad b. ‘Abdullah b. ‘Amr b. al-‘Āsī al-
Sahimī. Gurunya yaitu ayahnya ‘Abdullah b. ‘Amr. Sedangkan murid-muridnya
adalah anaknya Syu’aib, Hākim b. Hārits al-Fahmī dan lainnya. Pendapat ulama
tentangnya:
- Ibn Hibbān: Tsiqah204
‘Abdullah b. ‘Amr
Nama lengkapnya adalah ‘Abdullah b. ‘Amr b. al-‘Āsī b. Wātsil, b. Hāsyim, b.
Su’aid, b. Sa’ad al-Qurasyī, Abū Muhammad. Guru-gurunya adalah Nabi
Muhammad SAW, Abū Bakr, ‘Umar, ‘Abdurrahman b. ‘Auf, Mu’adz b. Jabbal,
Abī Dardah. Sedangkan murid-muridnya adalah Anas b. Mālik, Abū Umāmah,
Sa’īd b. Musayyib, ‘Urwah b. Zubair, ‘Ikrimah, anaknya Muhammad b. ‘Abdullah
b. ‘Amr. Beliau wafat di bulan Dzulhijjah pada tahun 65 H. Pendapat ulama
tentangnya:
- Abū Hurairah: Tidak ada yang lebih banyak menyampaikan hadis Nabi
Muhammad SAW dibanding aku, kecuali ‘Abdullah b. ‘Amr205
203 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 22, hal. 5-12 204 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 3, hal. 611 205 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 2, hal. 393
Hadis Kedua Belas Jalur Ahmad bin Hanbal
الل ر س ول ق ال ه ر يـ ر ة ق ال أ ب ع ن ال ع ر ج د ع ن الز ن أ ب م مدع ن بـ ر ن ثـ ن اي ز يد أ خ ص لىالل ح ده فـ و ق ع ن د ك ت اب ه فـ ه و يف ك ت ب ال ل ق ال ع ل ي ه و س لم ل ماق ض ىالل غ ض ب بـ ق ت س إ نر ح ت ع ر ش
Yazīd
Nama lengkapnya adalah Yazīd b. Hārūn b. Zādzī, Abū Khālid al-Wāsaṯī. Guru-
gurunya adalah Sulaimān al-Taimī, Ismā’īl b. Abī Khālid, Muhammad b. Ishāq,
Warqā` b. ‘Umar, Sufyān b. Husain, Abān, Syu’bah. Sedangkan murid-muridnya
adalah Ahmad b. Hanbal, Ishāq b. Rāhawaih, Musammad b. Sallām, ‘Abbās al-
‘Anbarī, Abū Qudāmah, Abū Mas’ūd al-Rāzī dan lainnya. Beliau wafat pada tahun
206 H. Pendapat ulama tentangnya:
- Abū Ṯālib : Hāfiz
- Ibn al-Madīnī : Tsiqah
- Ibn Ma’īn : Tsiqah
- Abū Hātim : Tsiqah206
Muhammad
Nama lengkapnya adalah Muhammad b. Ishāq b. Yasār b. Khiyār, Abū
‘Abdullah al-Qurāsyī, Abū Bakar. Guru-gurunya adalah Abān b. Sālih, ‘Abdullah
b. Dzakwān, Ibrāhīm b. ‘Uqbah, Ibrāhīm b. Muhājir, Husain b. ‘Abdullah, Sulaimān
b. ‘Abdullah, Syu’bah. Sedangkan murid-muridnya adalah Ahmad b. Khālid al-
Wahbī, Sufyān al-Tsaurī, Sufyān b. ‘Uyaynah, Syarīk b. ‘Abdullah, ‘Abdullah b.
Idrīs. Beliau wafat pada tahun 150 H. Pendapat ulama tentangnya:
206 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 4, hal. 431-433
- Ahmad bin Hanbal : Hasanul Hadīts
- Yahya b. Ma’īn : Tsiqah
- Al-‘Ijlī : Tsiqah
- Ibnu Hibbān : Tsiqah
- Ibn al-Madinī : Sālih207
Abī al-Zinād208
Al-A’raj209
Abū Hurairah210
Hadis Ketiga Belas jalur Ibnu Majah
ثـ ن اع ل يب ن ع ياش ق يح د ب ن ال و ل يد الد م ش ثـ ن اال ع باس ثـ ن اس ع يد ب ن ح د ب ن ح د احل ار ث بـ ر ن ع م ار ة أ خ ر م واأ أ ك ع ل ي ه و س لم ق ال الل ص لىالل ر س ول ع ن ب ن م ال كي د ث أ ن س س ع ت د ك م النـع م ان و ل
ن واأ د بـ ه م س و أ ح
‘Abbās bin Walīd
Nama lengkapnya adalah ‘Abbās b. Walīd b. Sibhi al-Khalāl al-Sulamī,
Abū Fadl al-Dimasyqī. Guru-gurunya adalah Zaid b. Yahya b. ‘Ubaid al-Dimasyqī,
‘Alī b. ‘Ayyasy, Yahya b. Sālih, ‘Abbās b. ‘Abdurrahman. Sedangkan murid-
muridnya adalah ibnu Mājah, Abū Hātim, Abū Zur’ah, Hasan b. Sufyān, Sulaimān
b. Ayūb dan lainnya. Beliau wafat pada tahun 248 H. Pendapat ulama tentangnya:
- Abū Hātim : Syeikh
207 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 24, hal. 405-414 208 Lihat di halaman 77 209 Lihat di halaman 77 210 Lihat di halaman 53
- Al-Ajrī : ‘Ālim
- Ibnu Hajar al 'Asqalāni : Sadūq211
‘Alī bin ‘Ayyasy
Nama lengkapnya adalah ‘Alī b. ‘Ayyasy b. Muslim al-Alhanī, Abū al-Hasan
al-Himsī al-Bakā`ī. Guru-gurunya adalah Ismā’īl b. ‘Ayyāsy, Sa’īd b. ‘Umārah,
Sufyān b. ‘Uyaynah, Abī Mu’Awiyah, Syu’aib b. Abī Hamzah. Sedangkan murid-
muridnya adalah al-Bukhārī, Ibrāhīm b. Haitsam, Ahmad b. Hanbal, ‘Abbās b.
Walīd, Abū Zur’ah, ‘Alī b. ‘Utsmān, Qāsim b. Hāsyim dan lainnya. Beliau wafat
pada tahun 219 H. Pendapat ulama tentangnya:
- Al-‘Ijlī : Tsiqah
- Al-Nasā`ī : Tsiqah
- Al-Dāruquṯnī : Tsiqah
- Ibnu Hibbān : Tsiqah212
Sa’īd bin ‘Umārah
Nama lengkapnya adalah Sa’īd b. ‘Umārah b. Safwān b. ‘Amr b. Abī Kuraib
al-Kala’ī al-Syāmī al-Himsī. Guru-gurunya adalah Hārits b. Nu’mān, Sa’īd b. Jabīr,
Hisyām b. Gāzi. Sedangkan murid-muridnya adalah Salamah b. Bisyr, ‘Abdullah
b. ‘Abdul Jabbār, Alī b. ‘Ayyasy, Qāsim b. Habīb al-Dimasyqī. Pendapat ulama
tentangnya:
- Ibnu Hajar al 'Asqalāni : Da’īf
- Ibnu Hazm : Majhūl
211 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 2, hal. 295 212 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 21, hal. 81-85
- Al Azdī : Matrūk213
Hārits bin Nu’mān
Nama lengkapnya adalah Hārits b. Nu’mān b. Sālim al-Laits. Guru-gurunya
adalah Anas, Hasan Basrī, Ṯāwūs, Sa’īd b. Jubir. Sedangkan murid-muridnya
adalah Sa’īd b. ‘Umarah, Junādah b. Marwān al-Himsī. Pendapat ulama tentangnya:
- Abū hātim: Laisa bi Qawī
- Al-Bukhārī: Munkar
- Al-‘Uqailī: Munkar
- Al-Azdī: Munkar214
Anas bin Mālik215
Hadis Keempat Belas Jalur Ahmad bin Hanbal
ثـ ن اال ثـ ن اأ ب وم ع او ي ة ح د ه ح د أ ب ص ال حع ن أ ب ع ن ال ع م ش بـ ر ن أ خ و اب ن ن ري ق ال ع م ش ر يـ ر ة ق ال الل نـ ي انـ فس الد ك ر ب ك ر ب ةم ن م ؤ م ن ع ن نـ فس ع ل ي ه و س لم م ن الل ص لىالل ر س ول ك ر ب ةم ن ق ال ع ن ه
ري سك ر ع ل ىم ع س ي سر ر ة و م ن خ نـ ي او ا الد يف تـ ر ه الل ل ماس م س تـ ر س ال ق ي ام ة و م ن يـ و م ع ل ي ه ب الل ر س ل يه و م ن أ خ ع و ن ال ع ب د يف ك ان ال ع ب د م ا ع و ن يف ر ة و الل خ نـ ي او ا الد ف يه ع ل ماك يف ط ر يقايـ ل ت م س
ك ت اب ل ون الل يـ تـ بـ ي وت بـ ي تم ن ت م ع قـ و ميف ال نة و م ااج ل ه ب ه ط ر يقاإ ل ار س ون ه اس هل الل لل و يـ ت د يـ تـ ه م ع ل ي ه م السك ين ة و غ ش نـ ز ل ت نـ ه م إ ل ك ة و ذ ك ر ه م ابـ يـ ه الرح ة و ح فتـ ه م ال م ال ع ن د و ج لف يم ن ع ز لل
ر ع ب ه ن س ب ه ي س ب ه ع م ل ه مل أ ب ط أ و م ن
Abū Mu’āwiyah
213 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 11, hal. 13-16 214 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 1, hal. 338 215 Lihat di halaman 55
Nama lengkapnya adalah Muhammad b. Khāzim al-Tamīmī al-Sa’dī, Abū
Mu’āwiyah al-Ḏarīrū al-Kūfī. Guru-gurunya adalah Ibrāhīm b. Ṯahmān, Ismā’īl b.
Abī Khālid, Abī Burdah, Ja’far b. Burqān, Sa’ad b. Sa’īd, Sulaimān al-A’masy,
Suhail ibn Abī Sālih. Sedangkan murid-muridnya adalah anaknya Ibrāhīm b. Abī
Mu’āwiyah, Ahmad b. Hanbal, Asad b. Mūsā, Abū Khaitsamah dan lainnya. Beliau
wafat pada tahun 195 H. Pendapat ulama tentangnya:
- ‘Abbās al-Dūrī: Tsabat
- Ya’qūb b. Syaibah: Tsiqah
- Al-Nasā`ī: Tsiqah
- Ibnu Hibbān: Tsiqah216
Al-A’masy
Nama lengkapnya adalah Sulaimān b. Mihrān al-Asadī al-Kāhilī, Abū
Muhammad al-Kūfī al-A’masy. Guru-gurunya adalah Zaid b. Wahb, Abī ‘Amr al-
Syaibānī, Qais b. Abī Hāzm, Sa’ad b. ‘Ubaidah, Sulaimān b. Mushar, Abī Sālih.
Sedangkan murid-muridnya adalah Zubaid al-Yāmī, Sulaimān al-Taimī, Syu’bah,
‘Abdullah b. Idrīs, ibn Mubārak dan lainnya. Beliau wafat pada tahun 145 H.
Pendapat ulama tentangnya:
- Al-‘Ijlī: Tsiqah Tsabat
- Al-Nasā`ī: Tsiqah
- Ibnu Hibbān: Tsiqah
- Ibnu Hajar al 'Asqalāni: Tsiqah Hāfiz217
216 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 25, hal. 123-130 217 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 2, hal. 109-110
Abī Sālih
Nama lengkapnya adalah Dzakwān Abū Sālih al-Sammāni al-Zayyāti al-
Madanī. Guru-gurunya adalah Jābir b. ‘Abdullah, Sa’ad b. Abī Waqās, ‘Abdullah
b. ‘Abbās, Abī Hurairah, Abī Sa’īd al-Khudrī, Ummu Habībah, Ummu Salamah.
Sedangkan murid-muridnya adalah Zaid b. Aslam, Abū Hazm, Sulaimān al-
A’masy, ‘Abdullah b. Dīnār, ‘Amr b. Dīnār, Muslim b. Abī Maryam dan lainnya.
Beliau wafat di kota Madinah pada tahun 101 H. Pendapat ulama tentangnya:
- ‘Abdullah b. Ahmad b. Hanbal: Tsiqah
- Abū Bakr b. Abī Khaitsamah: Tsiqah
- Abū Zur’ah: Tsiqah
- Abū Hātim: Tsiqah, Sālih218
Abi Hurairah219
Hadis Kelima Belas jalur Ibnu Mājah
قـ رة ب ن ثـ ن اال و ز اع يع ن ح د ب ن ش اب ور ثـ ن ام مد ب ن ش ع ي ب ثـ ن اه ش ام ب ن ع مارح د ع ب د الرح ن ح در س ق ال ه ر يـ ر ة ق ال أ ب س ل م ة ع ن أ ب ع ن ر ي الزه يل ع ن يـ و الل ص لب ن ح ول ع ل ي ه و س لم م ن ىالل
يـ ع ن يه ال م ر ء تـ ر ك ه م ال م ال ن إ س ح س
Hisyām bin ‘Ammār
Nama lengkapnya adalah Hisyām b. ‘Ammār b. Nusayr b. Maysarah b. Abān
al-Sulamī, Abu al-Walīd al-Dimasyqī. Guru-gurunya adalah Sadaqah bi Khālid,
Hātim b. Ismā’īl, ‘Abdurrahman b. Zaid b. Aslam, Mālik b. Anas, Walīd b. Muslim,
218 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 8, hal. 513-517 219 Lihat di halaman 53
Ibn ‘Uyaynah. Sedangkan murid-muridnya adalah al-Bukhārī, Abū Dāud, al-
Nasā`ī, Ibnu Mājah, Muhammad b. Syu’aib, Ibnu Sa’ad, Abū Hātim, Abu Zur’ah
dan lainnya. Beloau wafat pada tahun 245 H. Pendapat ulama tentangnya:
- Ibrāhīm b. Junaid: Tsiqah
- Abū Hātim: Tsiqah
- Al-‘Ijlī: Tsiqah
- Al-Dāruquṯnī: Tsiqah220
Muhammad bin Syu’aib
Nama lengkapnya adalah Muhammad b. Syu’aib b. Syābūr al-Qurasyī al-
Mawī, Abū ‘Abdullah al-Syāmī al-Dimasyqī. Guru-gurunya adalah Ibrāhīm b.
Sulaimān, Syaibān b. ‘Abdurrahmān, ‘Abdurrahmān b. Hassān, ‘Abdurrahman b.
‘Amr al-Awzā’ī, ‘Utsmān b. Muslim. Sedangkan murid-muridnya adalah Sa’īd b.
‘Amr, ‘Abdullah ibn Mubārak, ‘Īsā b. Yūnus, Muhammad b. Zur’ah, Muhammad
b. Hasyim, Hisyām b. ‘Ammār dan lainnya. Beliau wafat di kota Syam pada tahun
200 H. Pendapat ulama tentangnya:
- ‘Abdullah b. Ahmad b. Hanbal: ‘Āqil
- Ishāq b. Rāhawaih: Tsiqah
- Abū Hātim: Tsabat
- Abū ‘Ubaid al-Ajarī: Tsabat
220 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 4, hal. 276-277
- Ibnu Hibbān: Tsiqah221
Al-Awzā’ī
Nama lengkapnya adalah ‘Abdurrahmān b. ‘Amr b. Abī ‘Amr, Abū ‘Amr al-
Awzā’ī. Guru-gurunya adalah Usāmah b. Laits, Ismā’īl b. ‘Ubaidillah, Ayyūb b.
Mūsā, Tsābit b. Tsaubān, Rabī’ah b. Yazīd, Qurrah b. ‘Abdurrahman. Sedangkan
murid-muridnya adalah Ishāq b. Ibrāhīm b. Muhammad al-Fazārī, Sufyan al-Tsaurī,
Salamah b. ‘Ayyār, Syu’bah b. Hajāj, Muhammad b. Syu’aib b. Syābūr dan lainnya.
Beliau wafat di kota Syam pada tahun 157 H. Pendapat ulama tentangnya:
- Ibnu Hibbān: Tsiqah
- Al-‘Ijlī: Tsiqah
- Ibnu Hajar al 'Asqalāni: Tsiqah Jalīl
- Al-Dzahabī: Syeikh Islam, Hāfiz222
Qurrah bin ‘Abdurrahman
Nama lengkapnya adalah Qurrah b. ‘Abdurrahman b. Haywīl b. Nāsyirah b.
‘Abd b. ‘Āmir al-Ma’āfirī, Abū Muhammad al-Misrī. Guru-gurunya adalah Zuhrī,
Abū Zubair, Rabī’ah, ‘Āmir b. Yahya, Yahya b. Sa’īd. Sedangkan murid-muridnya
adalah al-Awzā’ī, Sa’īd b. ‘Abdul ‘Azīz, Laits, ibn Lahī’ah, Syu’aib b. Syābūr dan
lainnya. Beliau wafat pada tahun 147 H. Pendapat ulama tentangnya:
- Al-Juzjānī: Munkar al-Hadīts
221 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 25, hal. 370-374 222 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 17, hal. 307-315
- Ibn Abī Khaitsamah: Ḏa’īf
- Abū Zur’ah: Munkar
- Abū Hātim: Laisa bi qawi
- Al-Nasā`ī: Laisa bi qawi223
Zuhrī
Muhammad b. Muslim b. ‘Ubaidillah b. ‘Abdillah b. Syihāb al-Qurasyī al-
Zuhrī. Guru-gurunya adalah ‘Abdullah b. ‘Umar b. Khaṯṯāb, ‘Abdullah b. Ja’far,
Sahl b. Sa’ad, Abī Salamah, ‘Urwah b. Zubair. sedangkan murid-muridnya adalah
‘Aṯa` b. Abī Rabāh, Abū Zubair, ‘Amr b. Dīnār, Ibn Juraij, Muhammad b. al-
Munkadir, Hisyām b. ‘Urwah dan lainnya. Beliau wafat pada tahun 124 H.
Pendapat ulama tentangnya:
- Ibn Sa’ad: Tsiqah, Faqīh
- Ibnu Hajar al 'Asqalani: Faqīh, Hafīz224
Abī Salamah
Nama lengkapnya adalah Abū Salamah b. ‘Abdurrahmān b. ‘Auf al-Qurasyī
al-Zuhrī al-Madanī. Namanya adalah ‘Abdullah, ada yang mengatakan Ismā’īl.
Guru-gurunya adalah Usāmah b. Zaid, Anas b. Mālik, Ja’far b. ‘Amr, ‘Abdullah b.
Salām, ‘Abdullah b. ‘Abbās, Abū Hurairah. Sedangkan murid-muridnya adalah
Kilāb b. ‘Alī, Ismā’īl b. Umayyah, Sa’īd b. Abī Sa’īd, Abū Hazm, ‘Amr b. Dīnār,
Gaylān b. Anas dan lainnya. Beliau wafat pada tahun 94 H. Penadapat ulama
tentangnya:
223 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 3, hal. 438 224 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 3, hal. 696-697
- Abu Zur’ah: Imām, Tsiqah
- Ibnu Hibbān: Tsiqah225
Abū Hurairah226
Hadis Keenam Belas Jalur Ahmad bin Hanbal
ع الل ص لىالل ر س ول ق ال ه ر يـ ر ة ق ال أ ب ص ال حع ن أ ب س يع ن ي ان ح دث ن ثـ ن اس ف ل ي ه و س لم ح دنـ ه احل ج م ابـ يـ ر ة ي ك فر ال ع م ر ة إ ل ال ع م أ و ن ر ت ال نة و ال ع م ل ه ج ز اءإ ل ل ي س بـ ر ور ام ال م
Sufyān
Nama lengkapnya adalah Sufyān b. ‘Uyaynah b. Abī ‘Imrān, Abū Muhammad
al-Kūfī. Guru-gurunya adalah ‘Abdul malik b. ‘Umair, Bayān b. Bisyr, Sulaimān
al-Taimī, Suhail, Sumayya, ‘Abdullah b. Dīnār. Sedangkan murid-muridnya adalah
al-A’masy Ibn Juraij, Syu’bah, al-Tsaurī, Muhammad b. Idrīs b. Syafī’ī, Ahmad b.
Hanbal, ‘Alī ibn al-Madīnī, ibn Abī Syaibah, Abū Khaitsamah dan lainnya. Beliau
wafat di kota Kuffah pada tahun 198 H. Pendapat ulama tentangnya:
- Al-‘Ijlī: Tsiqah Tsabat
- Ibn al-Madīnī: Imām Hadīts
- Ibn Wahhāb: Saya tidak pernah meliahat satupun orang yang lebih
mengetahui kitabullah dibanding ibn ‘Uyaynah227
Sumayya
225 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 33, hal. 370-376 226 Lihat di halaman 53 227 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 2, hal. 59-60
Nama lengkapnya adalah Sumayya, Maulā Abī Bakr b. ‘Abdirrahmān b. Hārits
b. Hisyām al-Makhzūmī, Abū ‘Abdillah al-Madanī. Guru-gurunya adalah Ibn
Musayyab, Abī Sālih Dzakwān, Nu’mān b. Abī ‘Ayyāsy. Sedangkan murid-
muridnya adalah ‘Abdul Malik, Yahyā b. Sa’īdibn ‘Ajlān, ‘Ubaidullah b. ‘Umar,
Sufyān b. ‘Uyaynah, Sufyan al-Tsaurī, ‘Umar b. Muhammad al-Munkadir dan
lainnya. Beliau wafat pada tahun 130 H. Pendapat ulama tentangnya:
- Ahmad b. Hanbal: Tsiqah
- Abū Hātim: Tsiqah
- Al-Nasā`ī: Tsiqah
- Ibn al-Madīnī: Tsabat228
Abī Sālih229
Abū Hurairah230
Hadis Ketujuh Belas Jalur Ahmad bin Hanbal
م مد ب ن إ بـ ر اه يم ب ن احل يـ و ة ع ن اب ن ال اد ع ن ح بع ن اب ن و ه ح دث ن ثـ ن اه ار ون ق ال ح د التـي م ي ار ث الل ص ل ر س ول ه ر يـ ر ة ع ن أ ب ه اد ال ك ب ري ع ن ق ال ه ج ك ان إ ن ع ل ي ه و س لم أ نه ق ال ىالل و الضع يف
ر ة و ال م ر أ ة احل جو ال ع م
Hārūn
Nama lengkapnya adalah Hārūn b. Ma’rūf al-Marwazī, Abū ‘Alī al-Khazzāz.
Guru-gurunya adalah Bisyr b. Sirrī, Hātim b. Ismā’īl, ‘Abdullah b. Mubārak,
‘Abdullah b. Wahb, Husyaim ibn Basyīr, Walīd b. Muslim. Sedangkan murid-
228 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 3, hal. 117 229 Lihat di halaman 85 230 Lihat di halaman 53
muridnya adalah Muslim, Abū Dāud, Ahmad b. Hanbal, Muhammad b. ‘Abdullah
b. Mubārak, Mūsā b. Hārūn, Ya’qūb b. Syaibah, Abu Hātim, Abu Zur’ah dan
lainnya. Beliau wafat pada tahun 231 H. Pendapat ulama tentangnya:
- Alī b. Husain b. Hibbān: Tsiqah
- Abū Zur’ah: Tsiqah
- Abu Hātim: Tsiqah
- Al-‘Ijlī: Tsiqah231
Ibn Wahb
Nama lengkapnya adalah ‘Abdullah b. Wahab b. Muslim al-Qurasyī, Abū
Muhammad al-Misrī. Guru-gurunya adalah Haywah b. Syuraih, Sa’īd b. Abī
Ayyūb, Laits b. Sa’ad, Ibn Lahī’ah, ‘Iyāḏ b. ‘Abdullah, Sulaimān b. Bilāl, ibn
‘Uyaynah. Sedangkan murid-muridnya adalah ‘Alī al-Madanī, Ibrāhīm b. Mundzir,
Qutaibah, Hārūn b. Ma’rūf, Muhammad b. Salamah al-Murādī dan lainnya. Beliau
wafat pada tahun 197 H. Pendapat ulama tentangnya:
- Ibn Abī Khaitsamah: Tsiqah
- Abū Zur’ah: Fāqih
- Ibn Abī Hātim: Sālih, Sadūq232
Haywah233
Ibn Hādi
231 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 30, hal. 107-109 232 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 2, hal. 454 233 Lihat di halaman 67
Nama lengkapnya adalah Yazīd b. ‘Abdullah b. Usāmah b. al-Hādi al-Laitsī,
Abū ‘Abdullah al-Madanī. Guru-gurunya adalah Irāhīm b. Sa’ad, Tsa’labah b. Abī
Mālik, Ziyād b. Abī Ziyād, Salamah b. Dīnār, ‘Abdullah b. Yūnus, Muhamad b.
Ibrāhīm. Sedangkan murid-muridnya adalah Haywah b. Syuraih, Sa’īd b. Abī Bilāl,
Sufyān b. ‘Uyaynah, Laits b. Sa’ad, Mālik b. Anas dan lainnya. Beliau wafat pada
tahun 139 H. Pendapat ulama tentangnya:
- Abū Bakr b. abī Khaitsamah: Tsiqah
- Al-Nasā`ī: Tsiqah
- Ibn Abī Hātim: Tsiqah
- Ibnu Hibbān: Tsiqah234
Muhammad b. Ibrāhīm
Nama lengkapnya adalah Muhammad b. Irāhīm b. Hārits b. Khālid b. Sakhr b.
Ka’ab al-Qurasyī al-Taimī, Abū ‘Abdullah al-Madanī. Guru-gurunya adalah Abī
Sa’īd al-Khudrī, Jābir b. ‘Abdullah, Anas b. Mālik, Mahmūd b. Labīd, Abī Hazm.
Sedangkan murid-muridnya adalah Muhammad b. ‘Amr b. ‘Alqamah, Hisyām b.
‘Urwah, Yazīd b. al-Hadī, al-Awzā’ī, Usāmah b. Zaid dan lainnya.beliau wafat pada
tahun 120 H. Pendapat ulama tentangnya:
- Ibn Ma’īn: Tsiqah
- Abū Hātim: Tsiqah
- Al-Nasā`ī: Tsiqah
234 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 32, hal. 169-172
- Ibn Khirāsy: Tsiqah235
Abi Hurairah236
Hadis Kedelapan Belas Jalur al-Nasā`ī
ع يس ى بـ ر ن ي ل ب ن أ خ س ه س ع ت أ ب يه ق ال م ر م ة ع ن بع ن ثـ ن ااب ن و ه ح د ب ن إ بـ ر اه يم ق ال أ ب
ع ل ي ه و س لم الل ص لىالل ر س ول ق ال ه ر يـ ر ة يـ ق ول أ ب س ع ت يـ ق ول أ ب س ع ت و ف د الل ص ال حق ال ث ةال غ از يو احل اجو ال م ع ت م رع و ج لث ال ز
‘Īsā bin Ibrāhīm
Nama lengkapnya adalah ‘Īsā b. Ibrāhīm b. ‘Īsā b. Matsrūd al-Matsrūdī, Abū
Mūsā al-Misrī. Guru-gurunya adalah Sufyān b. ‘Uyaynah, ‘Abdullah b. Wahb,
‘Abdurrahmān b. Qāsim, Yahya b. Khalaf. Sedangkan murid-muridnya adalah Abū
Dāud, al-Nasā`ī, ‘Alī b. Sa’īd, Abū Bakr ‘Abdullah b. Abī Dāud, Ahmam b. Dāud
b. Sulaimān dan lainnya. Beliau wafat pada tahun 261 H. Pendapat ulama
tentangnya:
- Al-Nasā’ī: La ba`sa bih
- Abū Hātim: Sadūq237
Ibn Wahb238
Makhramah
Nama lengkapnya adalah Makhramah b. Bukair b. ‘Abdullah b. al-Asyajj al-
Qurasyī. Abū Miswar al-Madanī. Guru-gurunya adalah Bukair b. ‘Abdullah, ‘Āmir
235 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 3, hal. 488-489 236 Lihat di halaman 53 237 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 22, hal. 582-584 238 Lihat di halaman 91
b. ‘Abdullah b. Zubair. sedangkan murid-muridnya adalah ‘Abdullah bin Lahī’ah,
‘Abdullah b. Mubārak, ‘Abdullah b. Wahb, Qudāmah ibn Muhammad al-
Khasyramī, Mālik b. Anas. Beliau wafat pada tahun 159 H. Pendapat ulama
tentangnya:
- Zaid b. Bisyr: Sālih
- Abū Hātim: Tsiqah
- Al-Nasā`ī: Laisa bihi Ba`s
- Ibnu Hibbān: Tsiqah239
Abīhi
Nama lengkapnya adalah Bukair b. ‘Abdullah b. al-Asyajj al-Qurasyī, Abū
‘Abdullah al-Madanī. Guru-gurunya adalah Mahmūd b. Labīd, Abī Umāmah b.
Sahl, Sa’īd b. Musayyab, Sulaimān b. Yasār, Kuraib, Abī Burdah. Sedangkan
murid-muridnya adalah Laits, Ibn Ishāq, ‘Abdullah b. Sa’īd, Ja’far b. Rabī’ah,
Makhramah b. Bukair, Yazīd b. Abī Habīb. Beliau wafat pada tahun 122 H.
Pendapat ulama tentangnya:
- Harb: Tsiqah, Sālih
- Al-Daurī: Tsiqah
- Abū Hātim: Tsiqah
- Al-‘Ijlī: Tsiqah240
Suhail
239 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 27, hal. 324-327 240 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 1, hal. 248
Nama lengkapnya adalah Suhail b. Abī Sālih, Abū Yazīd al-Madanī. Guru-
gurunya adalah ayahnya, Sa’īd b. Musayyab, ‘Abdullah b. Dīnār, ‘Aṯa` b. Yazīd al-
Laits, ibn Munkadir, al-A’masy, Rabī’ah. Sedangkan murid-muridnya adalah
Yahya b. Sa’īd al-Ansārī, Mūsā b. ‘Uqbah, Syu’bah, Ibn Juraij, Sufyān b.
‘Uyaynah, Sulaimān b. Bilāl, Abū Mu’āwiyah dan lainnya. Pendapat ulama
tentangnya:
- Ibn ‘Uyaynah: Tsabat
- Harb: Sālih
- Al-Nasā`ī: Tsabat
- Abū Hātim: Tsiqah Sadūq241
Abī Sālih242
Abī Hurairah243
Hadis Kesembilan Belas Jalur Ahmad bin Hanbal
ثـ ثـ ن ام مد ب ن ج ع ف رح د النح د ه ر يـ ر ة ع ن أ ب از مع ن ح أ ب م ن ص ورع ن ب ص لىالل ن اش ع ب ة ع ن ت ه أ مه او ل د ك م ر ج ع يـ ف س ق و مل فـ ل م يـ ر ف ث اال بـ ي ت ح جه ذ م ن ع ل ي ه و س لم ق ال
Muhammad bin Ja’far244
Syu’bah245
Mansūr
Nama lengkapnya adalah Mansūr b. al-Mu’tamir b. ‘Abdullah b. Rubayya’ah
Abū ‘Attāb al-Sulamī al-Kūfī. Guru-gurunya adalah Tamīm b. Salamah, Sa’ad ibn
241 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 2, hal. 128-129 242 Lihat di halaman 85 243 Lihat di halaman 53 244 Lihat di halaman 54 245 Lihat di halaman 54
‘Ubaidah, Hasan Basrī, Khālid b. Sa’ad, Khaitsamah b. ‘Abdurrahmān, Salmān Abī
Hāzim, Sa’īd b. Jubair, ‘Amr b. Murrah. Sedangkan murid-muridnya adalah Abān
b. Sālih, Isrāīl b. Yūnus, Ziyād b. ‘Abdullah, Sufyān b. ‘Uyaynah, Sufyan al-Tsaurī,
Syu’bah, Syārik b. ‘Abdullah dan lainnya. Beliau wafat pada tahun 132 H. Pendapat
ulama tentangnya:
- Abū Bakr b. Abī Khaitsamah: Tsabat
- ‘Abdullah b. Ahmad b. Hanbal: Tsabat
- Abū Bakr al-Atsram: Tsabat
- Abū Hātim: Tsiqah246
Abī Hāzim
Nama lengkapnya adalah Salmān Abū Hāzim al-Asyja’ī al-Kūfī. Guru-gurunya
adalah ibn ‘Umar, Abī Hurairah, ibn Zubair. sedangkan murid-muridnya adalah al-
A’masy, Mansūr, ‘Adī b. Tsābit, Fuḏail b. Gazwān, Muhammad b. Juhādah,
Muhammad b. ‘Ajlān, Hārūn b. Sa’ad dan lainnya. Beliau wafat pada tahun 101 H.
Pendapat ulama tentangnya:
- Ahmad b. Hanbal: Tsiqah
- Ibnu Ma’īn: Tsiqah
- Ibnu Hibbān: Tsiqah
- Al-‘Ijlī: Tsiqah247
Abī Hurairah248
246 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 28, hal. 546-550 247 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 2, hal. 69-70 248 Lihat di halaman 53
Hadis Kedua Puluh Ahmad b. Hanbal
ع ب د ا ز ه ري ع ن أ ب ع ن ثـ ن اع ط اء ب ن السا ب ثـ ن اأ ب وع و ان ة ح د ب ن ع يس ىح د ر ثـ ن اب ك ة لل ح د ب ن بـ ر ي د الل ص لىالل ر س ول ق ال أ ب يه ق ال ع ن النـف ق ة يف ك احل ج م ا ة ع ل ي ه و س لم النـف ق ة يف الل ب س ب ع س ب يل
ع ف ض
Bakr bin ‘Īsa
Nama lengkapnya adalah Bakr b. ‘Īsa al-Rasibī, Abū Bisyr. Guru-gurunya
adalah Syu’bah, Abī ‘Awānah, Jāmi’ b. Maṯar. Sedangkan murid-muridnya adalah
Ahmad b. Hanbal, Abū Mūsā dan lainnya. Beliau wafat pada tahun 204 H. Pendapat
ulama tentangnya:
- Al-Nasā`ī: Tsiqah
- Ibnu Hibbān: Tsiqah249
Abū ‘Awānah
Nama lengkapnya adalah Waḏāh b. ‘Abdullah al-Yasykurī, Abū ‘Awānah al-
Wasaṯī. Guru-gurunya adalah Ibrāhīm b. Muhājir, Bisyr b. Numair, Jābir b. Yazīd,
Ziyād b. ‘Alaqah, ‘Aṯa b. Sā`ib, Qatadah, ‘Utsmān b. Mughīrah. Sedangkan murid-
muridnya adalah Ibrāhīm b. Hajāj, khālid b. Khidāsy, Sa’īd b. Mansūr, Suwaid b.
‘Amr, Syu’bah, Sahal b. Bakār dan lainnya. Beliu wafat pada tahun 176 H. Pendapat
ulama tentangnya:
- Abū Zur’ah: Tsiqah
- Abū Hātim: Sadūq, Tsiqah
- Ibn Sa’ad: Sadūq, Tsiqah
249 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 1, hal. 245
- Al-‘Ijlī: Tsiqah250
‘Aṯa bin Sā`ib
Nama lengkapnya adalah ‘Aṯa b. Sā`ib b. Mālik, Abū al-Sā`ib, dikatakan Abū
Zaid, Abu Yazīd, Abū Muhammad, al-Kūfī. Guru-gurunya adalah Anas b. Mālik,
Hasan Basrī, Sa’ad b. ‘Ubaidah, Ayahnya Sā`ib al-Tsaqafī, Abī Salamah b.
‘Abdurrahmān b. ‘Auf. Sedangkan murid-muridnya adalah Jarir b. ‘Abdulhamīd,
Ja’far b. Ziyād, Hammad b. Zaid, Zuhair b. Mu’āwiyah, Sufyān al-Tsaurī, Syu’bah,
Abū ‘Awānah dan lainnya. Beliau wafat pada tahun 136 H. Pendapat ulama
tentangnya:
- ‘Abdullah b. Ahmad b. Hanbal: Tsiqah
- Ibnu Hajar: Sadūq
- Al-Nasā`Ī: Tsiqah251
Abī Zuhair
Nama lengkapnya adalah ‘Abdurrahmān b. Magrā b. ‘Iyāḏ b. Hārits, b.
‘Abdullah al-Dawsī, Abū Zuhair al-Kūfī. Guru-gurunya adalah Azhar b. ‘Abdullah
al-Awdī, Abī Burdah, Sulaimān al-A’masy, ‘Abdul Malik b. Sa’īd, Yazīd b. Kaisān.
Sedangkan murid-muridnya adalah Ahmad b. Sa’īd b. Jarīr al-Asbahānī, ‘Abbās b.
Ismā’īl, ‘Amr b. Rāfi’, Muhammad b. al-Mubārak al-Sūrī dan lainnya. Pendapat
ulama tentangnya:
250 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 30, hal. 441-448 251 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 20, hal. 86-90
- Abū Zur’ah: Sadūq
- Abū ‘Ubaid al-Ajurī: Tsiqah252
‘Abdullah bin Buraidah
Nama lengkapnya adalah ‘Abdullah b. Buraidah b. Husaib al-Aslamī, Abū Sahl
al-Marwazī. Guru-gurunya adalah Anas b. Mālik, ayahnya (Buraidah b. Husaib),
Sa’īd b. Musayyab, Samurah b. Jundab, Mu’awiyah b. Abī Sufyān, Mughīrah b.
Syu’bah. Sedangkan murid-muridnya adalah Basyīr b. al-Muhājir, Tsawāb b.
‘Utbah, Khālid b. ‘Ubaid, Zubair b. Junādah, Sa’ad b. ‘Ubaidah dan lainnya.
Pendapat ulama tentangnya:
- Ishāq b. Mansūr: Tsiqah
- Abū Hātim: Tsiqah
- Al-‘Ijlī: Tsiqah253
Abi
Nama lengkapnya adalah Buraidah b. Husaib b. ‘Abdullah b. al-Hārits al-
Aslamī, Abū ‘Abdullah. Gurunya adalah Nabi Muhammad SAW. Sedangkan
murid-muridnya adalah anaknya (‘Abdullah dan Sulaimān), ‘Abdullah b. Aus al-
Khuzā’ī, al-Sya’bī, Malīh b. Usāmah. Menurut ibn Sa’ad beliu wafat pada tahun 63
H pada zaman Khalifah Yazīd b. Mu’āwiyah.254
252 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 17, hal. 418-422 253 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 14, hal. 328-332 254 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 1, hal. 219
Hadis Kedua Puluh Satu
ثـ ن ا ثـ ن اق ال ه ار ون م ن أ ن و س ع ت ه الل ع ب دق ال فم ع ر وب ن ه ار ون ح د بب ن الل ع ب د ح د ق ال و ه بـ ر ن أ خ رأ ب و ع ن ص خ ع ن ح از مأ ب ع ن ص ال حأ ب أ نه ر يـ ر ة أ ب م ؤ ل فن ال م ؤ م ق ال و س لم ل ي ه ع الل ص لىالنب يـ ر و ل يـ ؤ ل ف و ل ي ل ف ل ف يم ن خ
Hārūn255
‘Abdullah b. Wahab256
Abū Sakhr
Nama lengkapnya adalah Humaid b. Ziyād, Abū Sakhr al-Kharrāt. Guru-
gurunya adalah Dzakwān Abī Sālih, Zaid bin Aslam, Sa’īd bin Abī Sa’īd, Syarīk b.
‘Abdullah, ‘Umar b. Ishāq. Sedangkan murid-muridnya adalah Bakr b. Sulaim,
‘Abdullah b. Suwaid, ‘Abdullah b. Lahī’ah, ‘Abdullah bin Wahab. Beliau wafat
pada tahun 189 H. Pendapat ulama tentangnya:
- Ishāq bin Mansūr : Da’īf
- Nasā`ī : Da’īf
- Ahmad bin Sa’ad : Da’īf257
Abū Hāzim
Nama lengkapnya adalah Salamah b. Dīnār, Abū Hāzim al-A’raj al-Madanī.
Guru-gurunya adalah Sahal b. Sa’ad, Abū Umāmah, ‘Abdullah b. Abī Qatādah,
Nu’mān b. Abī ‘Ayyāsy, Abū Sālih. Sedangkan murid-muridnya adalah Zuhrī,
‘Abdullah b. ‘Umar, Hisyām b. Sa’ad, Humaid b. Ziyād, Usāmah b. Zaid. Pendapat
ulama tentangnya:
255 Lihat Halaman 91 256 Lihat Halaman 91 257 Abū Abdullāh Yūsuf al-Mizzi, Tahdzīb al-Kamāl fi Asmā’i al-Rijāl, (Beirut: Muassasah
al-Risālah), Juz. 7, hal. 366-370
- Ahmad b. Hanbal : Tsiqah
- Abū Hātim : Tsiqah
- Nasā`ī : Tsiqah
- Ibn Khuzaimah : Tsiqah258
Abū Sālih259
Abū Hurairah260
258 Abī al-Fadl Ahmad bin ‘Alī bin Hajr Syihāb al-Dīn al-‘Atsqalānī al-Syāfi’ī, Tahdzīb al-
Tahdzīb, (Beirut: Muassasah al-Risālah), Juz. 2, hal. 71 259 Lihat Halaman 85 260 Lihat Halaman 53
top related