kontrasepsi implant
Post on 06-Aug-2015
299 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah
visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga
Berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera,
sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan,
bertanggungjawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan YME. Dan dalam
paradigma baru program ini misinya sangat menekankan pentingnya upaya
menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan
kualitas keluarga. Karena keluarga adalah salah satu diantara kelima matra
kepentingan kependudukan yang sangat mempengaruhi perwujudan penduduk
yang berkualitas.
Berdasarkan visi dan misinya program Keluarga Berencana nasional
mempunyai kontribusi penting dalam upaya peningkatan kualitas penduduk. Salah
satu kunci dalam rencana strategi nasional Indonesia 2010 adalah bahwa setiap
kehamilan harus merupakan kehamilan yang diinginkan. Untuk mewujudkan
pesan kunci tersebut keluarga berencana merupakan upaya pelayanan kesehatan
preventif yang paling dasar dan utama. Untuk mengoptimalkan keluarga
berencana bagi kesehatan, pelayanannya harus digabungkan dengan pelayanan
kesehatan reproduksi yang telah tersedia.
Keluarga berencana (KB) adalah usaha untuk mengontrol jumlah dan jarak
antara kelahiran anak. Untuk menghindari kehamilan yang bersifat menetap bisa
1
dilakukan sterilisasi, dan untuk menghindari kehamilan sementara digunakan
kontrasepsi. Perkembangan teknologi kontrasepsi sangat pesat, dimulai dari
metode sederhana dan barier hingga penggunaan hormon yang diaktifkan melalui
pemberian per oral, parenteral, vaginal, transkutan, dan subdermal. Kontrasepsi
subdermal bekerja melalui pelepasan sejumlah kecil hormon secara menetap dari
selubung kapsul, untuk mencegah terjadinya kehamilan dalam jangka waktu 1-7
tahun. Alat kontrasepsi dapat terbagi atas 2, yaitu alat kontrasepsi bawah kulit
(AKBK) dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
Sejarah kontrasepsi implan dibagi dalam 4 tahap:
Penelitian mengenai konsep kontrasepsi implan yang dimulai sejak
tahun 1966
Pengembangan dari metoda implan Norplant mulai tahun 1974
Permulaan dari uji coba klinik jangka panjang di enam negara
(Brazil, Cili, Denmark, Republik Dominika, Finlandia dan
Jamaika) yang dimulai pada tahun 1975, dan
Perkenalan dari metoda Norplant ke dalam program KB di seluruh
dunia dimulai pada tahun 1983
Implant yang diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1983 dapat diterima
masyarakat sehingga Indonesia merupakan negara terbesar pemakai Implant.
Implant atau norplant disebut alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK).
Pilihan implan sebagai kontrasepsi sangat tergantung dari efektifitas
konseling seorang klinisi atau konselor (individual) dan persepsi masyarakat
terhadap efektifitas, cara pemasangan dan efek samping yang mungkin timbul
2
(komunitas). Penelitian multisenter terhadap pengguna implan menunjukkan
bahwa implan cukup disukai dan tingkat penerimaannya cukup tinggi.
1.2. BATASAN MASALAH
Makalah ini hanya terbatas pada definisi, jenis implant, mekanisme kerja,
indikasi dan kontraindikasi, kelebihan dan kekurangan, pemasangan, dan
pengangkatan/ekstraksi alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) Implant
1.3. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk menambah pengetahuan dan
pemahaman tentang alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) Implant.
1.4. METODE PENULISAN
Penulisan makalah ini berdasarkan tinjauan kepustakaan dengan merujuk ke
beberapa literatur yang ada.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Implant atau yang juga disebut alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK),
norplant atau KB susuk adalah suatu alat kontrasepsi bersifat hormonal yang
mengandung levornolgestrel yang di bungkus dalam kapsul silastik-silicone
(polydimethylsiloxane) dan disusukkan ke dalam kulit. Jumlah kapsul yang
disusukkan dalam kulit adalah sebanyak 6 kapsul dan masing-masing kapsul
panjangnya 34mm dan berisi 36mg levornolgester.
Setiap hari sebanyak 30mcg Levornogestrel di lepaskan ke dalam darah
secara difusi melelui dinding kapsul. Levornogestrel adalah suatu progestin yang
di pakai juga dalam pil KB seperti mini pil atau pil kombinasi ataupun pada
AKDR yang Bioaktif.
Biasanya kontinuitas penggunaan Implant adalah lebih dari 2/3 akseptor
Implant memakainya sekurang-kurangnya adalah dua tahun, dengan presentasi
sebagai berikut; 87-95% setelah satu tahun, 66-92% setelah 2 tahun dan 42-78%
setelah 5 tahun.
Perdarahan irregular merupakan penyebab paling utama dari penghentian
pemakaian Implant, yaitu 2-7% akseptor menghentikannya pada tahun pertama.
Daya kerja yang lama serta kemudahan pemakaian Implant merupakan daya tarik
yang paling efektif, karena tidak perlu memasukkan apapun ke dalam vagina,
tidak perlu melakukan sesuatu sebelum senggama, reversible dan kemungkinan
berat badan yang sedikit bertambah.
4
2.2 JENIS IMPLANT
Ada 3 jenis Implant yaitu:
1. Norplant
Terdiri dari 6 kapsul yang secara total bermuatan 216 mg
Levonorgestrel dengan panjang 34 mm, dan diameter 2,4 mm. Kapsul
terbuat dari bahan silastik medik (polydimethylsiloxane) yang fleksibel
dimana kedua ujungnya ditutup dengan penyumbat sisntetik yang tidak
mengganggu kesehatan pengguna.
Setelah penggunaan selama 5 tahun,
ternyata masih tersimpan sekitar 50%
bahan aktif levonorgestrel asal yang
belum terdistribusi ke jaringan
interstisial dan sirkulasi. Enam kapsul
norplant dipasang menurut konfigurasi
kipas di lapisan subdermal bagian atas.
2. Implanon
Terdiri dari 1 batang lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan
diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel dan lama
kerjanya 3 tahun.
3. Jadelle dan indoplant (implant-2)
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonorgestrel
dalam kapsul 43 mm berdiameter 2,5 mm. Pelepasan harian hormone
Levonorgestrel dari implant-2 hampir sama dengan norplant, dan secara
5
teoritis, masa kerjanya menjadi 40% lebih singkat (3 tahun).
2.3 MEKANISME KERJA
Implant mencegah terjadinya kehamilan melalui berbagai cara. Seperti
kontrasepsi progestin pada umumnya, mekanisme utamanya adalah menebalkan
mukus serviks sehingga tidak dapat dilewati oleh sperma. Walaupun pada
konsentrasi yang rendah, perogestin akan menimbulkan pengentalan mukus
serviks. Perubahan terjadi segera setelah pemasangan implan. Progestin juga
menekan pengeluaran follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing
hormone (LH) dari hipotalamus dan hipofise.Lonjakan LH (surge) direndahkan
sehingga ovulasi ditekan oleh levonorgestrel (Gbr. 1). Level LH ditekan lebih
kuat oleh etonogestrel sehingga tidak terjadi ovulasi pada 3 tahun pertama
penggunaan implan-1.
2.4 INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI
Dalam klasifikasi WHO, adanya kondisi tertentu mempengaruhi
persyaratan untuk memakai suatu metoda kontrasepsi sehingga masuk dalam salah
satu dari 4 kategori:
6
Kelas 1: Adalah suatu kondisi dimana tidak ada hambatan untuk memakai
kontrasepsi (boleh dipakai tanpa pengecualian)
Kelas 2: Adalah suatu kondisi dimana keuntungan dari pemakaian
kontrasepsi lebih besar daripada risiko secara teoritis atau nyata
(kontrasepsi digunakan atas pertimbangan tertentu)
Kelas 3: Adalah suatu kondisi dimana risiko teoritis atau nyata terbukti
lebih besar daripada keuntungan menggunakan kontrasepsi (kontrasepsi
digunakan jika metode yang lebih sesuai tidak tersedia atau tidak dipilih
oleh klien)
Kelas 4: Adalah suatu kondisi dimana penggunaan kontrasepsi secara jelas
dapat menimbulkan risiko kesehatan yang nyata (tidak dianjurkan untuk
menggunakan kontrasepsi)
Kriteria WHO tentang kelaikan penggunaan kontrasepsi dipakai sebagai
acuan untuk menilai kesesuaian penggunaan yang diacu pada kelaikan kondisi
kesehatan klien. WHO memberikan kriteria berdasarkan kondisi kesehatan klien
dan risiko yang mungkin timbul, yang kemudian dinilai kelaikannya untuk
menggunakan kontrasepsi (kelas 1 – 4). Sebagai tambahan, pada akhir bab ini,
dibahas tentang kondisi-kondisi yang sebelumnya dipertimbangkan tidak boleh
memakai kontrasepsi yang hanya mengandung progestin (mis., kontrasepsi
subdermal).
Indikasi
Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yang
lama tetapi tidak bersedia menjalani kontap / menggunakan AKDR.
Wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung estrogen
7
Kontra Indikasi
Kehamilan atau disangka hamil
Penderita penyakit hati akut, kanker payudara, kelainan jiwa, penyakit
jantung, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit tromboemboli dan riwayat
kehamilan ektopik.
2.5 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Kontrasepsi hormonal, khususnya implant adalah alat kontrasepsi atau
metode kontrasepsi yang sederhana. Cara ini memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Efek kontrasepsi implant adalah merupakan
gabungan dari ketiga mekanisme kerja tersebut diatas. Daya guna implant cukup
tinggi. Kepustakaan melaporkan kegagalan implant hanya antara 0,3-0,5 per
seratus wanita. Kelebihan implant yang lain antara lain :
Cara ini cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang
mengandung estrogen
Perdarahan yang terjadi lebih ringan
Tidak menaikkan tekanan darah
Resiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan dengan
pemakaian AKDR
Implant ini juga dapat digunakan dalam jangka panjang atau 5 tahun dan
bersifat reversible
Dalam waktu satu tahun setelah pengangkatan inplant, 80-90% wanita
dapat hamil kembali
Efek samping kontrasepsi implant adalah :
8
Gangguan pola haid, seperti perdarahan haid memenjang atau lebih sering
(metrorrhagia), amonorea
Mual-mual, anoreksia, pusing, sakit kepala
Kadang-kadang terjadi perubahan pada libido dan berat badan, timbul
akne
Selain efek samping diatas, implant juga mempunyai efek samping pada
system reproduksi. Namun, tidak dilaporkan adanya efek samping yang serius
terhadap system reproduksi pada pemakaian implant. Memamg pada 10%
akseptor ditemukan adanya kista ovarium yang sementara, ada yang sampai
mencapai ukuran 10cm. Umumnya tidak diperlukan tindakan pembedahan,
pengeluaran Implant atau pengobatan lainnya, karena biasanya kista tersebut akan
mengalami regresi spontan dalam waktu 6 minggu.
Yang menjadi kekhawatiran adalah kemungkinan bertambahnya dari
kehamilan ektopik. Dari penelitihan ditemukan kehamilan ektopik 1,5 per seratus
wanita per tahun, dan ini hampir sama seperti pada akseptor IUD (baik yang non-
medicated maupun yang mengandung Cu). Dan angka tersebut masih tetap lebih
rendah di bandingkan wanita yang sama sekali tidak ber-KB. Efek kontrasepsi
Implant akan menghilang dengan cepat setelah implantnya dikeluarkan. Mantan
akseptor Implant dapat menjadi hamil sama cepatnya seperti wanita yang sama
sekali tidak memakai kontrasepsi apapun. Dari 95 wanita yang menginginkan
kehamilan, 50% sudah hamil setelah 3 bulan menghentikan Inplantnya, dan 86%
setelah 1 tahun.
Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa jumlah kecil dari
Levanorgastrel yang dilepas oleh Implant tidak mempunyai efek buruk pada bayi
9
yang dikandung maupun pada bayi yang menyusu. Pemakaian implant selama
laktasi tidak mempengaruhi kadar hormon bayinya. Kadar immunoglobulin serum
dan kadar FSH, LH dan Testosterone di dalam urine adalah sama pada bayi yang
disusui akseptor Implant dan Akseptor metode barier ataupun ibu yang sama
sekali tidak menggunakan kontrasepsi lain. Karena jumlah progesterone yang
dikeluarkan kedalam darah lebih kecil, sehingga efek samping yang terjadi tidak
sesering pada penggunaan pil KB.
2.6 KONSELING
10
11
2.7 PEMASANGAN
1. Terhadap calon akseptor dilakukan konseling dan KIE yang selengkap
mungkin mengenai Norplant ini sehingga calon akseptor betul-betul
mengerti dan menerimanya sebagai cara kontrasepsi yang akan
dipakainya.
2. Masa pakai
Bila dipasang sebelum tanggal kedaluwarsa, Implan-2 bekerja efektif
mencegah kehamilan hingga 3-4 tahun. Kapsul yang dipasang harus
dicabut menjelang akhir masa 3-4 tahun (masa pakai). Kapsul yang baru
dapat dipasang kembali setelah pencabutan apabila dikehendaki oleh klien.
3. Persiapan alat-alat yang diperlukan
Sabun antiseptic
Kasa steril
Cairan antiseptik (betadine)
Kain steril yang mempunyai lubang
Obat anastesi lokal
12
Spuit dan jarum suntik
Troikar no. 10
Handscoen steril
1 set kapsul Norplant (6 buah)
Scalpel yang tajam
4. Teknik pemasangan
Calon akseptor dibaringkan terlentang ditempat tidur dan lengan
kiri diletakan pada meja kecil disamping tempat tidur akseptor.
Daerah tempat pemasangan (lengan kiri bagian atas) dicuci dengan
sabun antiseptik kemudian diberi cairan antiseptic. Daerah tempat
pemasangan Implant ditutup dengan kain steril yang berlubang.
Dilakukan injeksi obat anestesi kira-kira 6-10 cm diatas lipatan
siku. Setelah itu dibuat insisi lebih kurang sepanjang 0,5 cm
dengan scalpel yang tajam. Troikar dimasukkan melalui lubang
insisi sehingga sampai pada jaringan bawah kulit. Kemudian
kapsul dimasukan kedalam troikar dan didorong dengan plunger
sampai kapsul terletak dibawah kulit.
Demikian dilakukan berturut-turut dengan kapsul kedua sampai ke
enam, ke enam kapsul dibawah kulit diletakkan demikian rupa
sehingga susunannya seperti kipas.
Setelah semua kapsul berada dibawah kulit, troikar ditarik pelan-
pelan keluar. Kontrol luka apakah ada perdarahan atau tidak. Jika
tidak ada perdarahan, tutuplah luka dengan kasa steril, kemudian
diberi plester, umumnya tidak diperlukan jahitan.
13
Nasihatkan pada akseptor agar luka jangan basah selama lebih
kurang 3 hari dan datang kembali jika terjadi keluhan-keluhan
yang mengganggu.
2.8 PENGANGKATAN/ EKSTRAKSI
Pengangkatan Implant dilakukan atas indikasi :
Atas permintaan akseptor (seperti ingin hamil lagi)
Timbulnya efek samping yang sangat mengganggu dan tidak dapat
diatasi dengan pengobatan biasa
Sudah habis masa pakainya
Terjadi kehamilan
Prosedur Pengangkatan
Alat-alat yang diperlukan: selain dari alat-alat yang diperlukan
sewaktu pemasangan Implant diperlukan pula satu forceps lurus
dan satu furseps bengkok
Tentukan lokasi kapsul Implant (kapsul 1-6), kalau perlu kapsul di
dorong kearah tempat insisi akan dilakukan
14
Daerah insisi di disinfeksi, kemudian ditutup dengan kain steril
yang berlubang
Lakukan anastesi local
Kemudian lakukan insisi selebar 5-7 mm ditempat yang paling
dekat dengan kapsul Implant
Forceps dimasukan kedalam lubang insisi dan kapsul didorong
dengan jari tangan lain kearah ujung forceps, selanjutnya forceps
dibuka lalu kapsul dijepit dengan ujung forceps
Selanjutnya kapsul yang sudah dijepit kemudian ditarik pelan-
pelan. Kalo perlu dibantu dengan mendorong kapsul dengan jari
tangan lain. Adakalanya kapsul sudah terbungkus dengan jaringan
sekitarnya dalm hal ini dilakukan insisi pada jaringan yang
membungkus kapsul tersebut pelan-pelan sampai kapsul menjadi
bebas sehingga mudah menariknya keluar
Lakukan prosedur ini beturut-turut untuk mengeluarkan kapsul
kedua sampai keenam. Jika sewaktu mengeluarkan kapsul terjadi
perdarahan maka hentikan terlebih dahulu perdarahannya
Setelah semua kapsul dikeluarkan dan tidak terjadi perdarahan
tutup luka dengan kassa steril kemudian di plester
Pada umumnya tidak diperlukan jahitan pada kulit
Informasikan kepada pemakai untuk tidak membasahi luka selama
3 hari
Sampai saat ini dikenal 4 cara pencabutan implant
15
1. Cara POP–OUT (Darney, Klaise dan Walker), merupakan teknik
pilihan bila memungkinkan karena tidak traumatis, sekalipun tidak
selalu mudah untuk mengerjakannya. Dorong ujung proksimal
“kapsul” (arah bahu) ke arah diistal dengan ibu jari sehingga
mendekati lubang insisi, sementara jari telunjuk menahan bagian
tengah “kapsul”, sehingga ujung distal kapsul menekan kulit.
2. Cara standard, jepit ujung distal “kapsul” dengan klem mosquito,
sampai kira-kira 0,5 -1 cm dari ujung klemnya, masuk dibawah
kulit melalui lubang insisi. Putar pegangan klem pada posisi 180 di
sekitar sumbu utamanya mengarah ke bagu akseptor. Bersihkan
jaringan-jaringan yang menempel di sekeliling klem dan kapsul
dengan skalpet atau kasa steril sampai “kapsul” terlihat dengan
jelas. Tangkap ujung “kapsul” yang sudah terlihat dengan klem
orile lepaskan klem mosquito dan keluarkan “kapsul” dengan klem
orile.
3. Cara “U”, Teknik ini dikembangkan oleh Dr Untung prawiroharjo
dari semarang dibuat insisi memanjang selebar 4 mm kira-kira 5
mm proksimal dari ujung distal “kapsul” di antara kapsul ke-3
dan kapsul ke-4. “kapsul” yang akan dicabut difiksasi dengan
meletakkan jari telunjuk tangan kiri sejajar di samping “kapsul”.
“kapsul” dipegang dengan klem (Norplant holding forceps) kurang
lebih 5 mm dari ujung distalnya. Kemudian klem diputar ke arah
pangkal lengan atas / bahu akseptor sehingga “kapsul” terlihat di
bawah lubang insisi dan dapat dibersihkan dari jaringan-jaringan
16
yang menyelubunginya dengan memakai skalpel untuk
seterusnya dicabut keluar.
4. Cara Tusuk “Ma”, Dikembangkan oleh Dr. IBG Manuaba dari
denpasar memakai alat bantu kawat atau jari roda sepeda, satu
ujung di lengkungan sepanjang 0,5 – 0,75 cm dengan sudut 90 dan
diperkecil serta diruncingkan, sedangkan ujung yang lain
dilengkungkan dalam satu bidang dengan lengkungan runcing tadi
dan dipakai untuk pegangan operator setelah “kapsul” dijepit
dengan pinset atau klem arteri, jaringan ikat dibersihkan dengan
pisau sampai “kapsul” tampak putih. Kemudian alat tusuk “ma”
ditusukkan pada “kapsul” serta terus diikat keluar. Berikan
anestensi lagi bila diperlukan, untuk mengeluarkan implant yang
lain.
BAB III
17
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Implant atau yang juga disebut alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK),
norplant atau KB susuk adalah suatu alat kontrasepsi bersifat hormonal
yang mengandung levornolgestrel yang di bungkus dalam kapsul silastik-
silicone (polydimethylsiloxane) dan disusukkan ke dalam kulit
2. Ada 3 jenis Implant yaitu Norplant, Implanon dan Jadelle/Indoplant
(implant-2)
3. Mekanisme kerja Implant yaitu mengentalkan lendir serviks sehingga
menyulitkan penetrasi sperma, menimbulkan perubahan-perubahan pada
endometrium sehingga tidak cocok untuk implantasi zygote dan pada
sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi.
4. Implant adalah alat kontrasepsi atau metode kontrasepsi yang sederhana.
Cara ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Efek
kontrasepsi implant adalah merupakan gabungan dari ketiga mekanisme
kerja tersebut diatas. Daya guna implant cukup tinggi. Kepustakaan
melaporkan kegagalan implant hanya antara 0,3-0,5 per seratus wanita.
5. Pemasangan Implant dilakukan di lapisan subdermal bagian atas dengan
indikasi ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yang lama tetapi
tidak bersedia menjalani kontap / menggunakan AKDR dan pada Wanita
yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung estrogen
6. Pengangkatan Implant dapat dilakukan atas indikasi atas permintaan
akseptor (seperti ingin hamil lagi), timbulnya efek samping yang sangat
18
mengganggu dan tidak dapat diatasi dengan pengobatan biasa, sudah habis
masa pakainya atau terjadi kehamilan
DAFTAR PUSTAKA
19
1. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. Edisi 4. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohrdjo 2008.
2. Saifudin, Abdul Bar, dkk. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka, 2006
3. Adriaansz, George. Buku Acuan Kontrasepsi Hormonal Implan-2. Jakarta:
JNPK-KR Kemenkes RI BKKBN, 2011
4. World Health Organization (WHO). 1990. Implan-2 Contraceptive Subdermal
Implants: Managerial and Technical Guidelines. WHO: Geneva.
20
top related