BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI REFERAT FAKULTAS KEDOKTERAN MEI
2014UNIVERSITAS HASANUDDIN
KONTRASEPSI IMPLAN
DISUSUN OLEH :Nur Najwa SaroniC11109777
PEMBIMBINGdr. Rahmawati
KONSULENdr. Abdul Rahman, Sp.OG
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKPADA BAGIAN
OBSTETRI DAN GINEKOLOGIFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
HASANUDDINMAKASSAR2014
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:Nama: Nur
Najwa SaroniNIM: C11109777Minggu: VIIIJudul Referat: Kontrasepsi
Implan
Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepaniteraan
klinik pada Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.
Makassar, 6 Juni 2014
SupervisorPembimbing
dr. Abdul Rahman, Sp.OGdr. Rahmawati
Mengetahui,Koordinator Pendidikan MahasiswaBagian Obstetri dan
GinekologiFakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
dr. Sharvianty Arifuddin, Sp.OG(K)SURAT KETERANGAN PEMBACAAN
REFERAT
Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:Nama: Nur
Najwa SaroniNIM: C11109777Minggu : VIIIJudul Referat: Kontrasepsi
Implan
Benar telah membacakan referat dengan judul Kontrasepsi Implan
pada:Hari / tanggal: Jumat, 6 Juni 2014Tempat: Ruang Pembacaan
Pinang RSWSKonsulen: dr. Abdul Rahman, Sp.OGPembimbing: dr.
Rahmawati
Dengan ini dibuat sebaik-sebaiknya dan digunakan sebagaimana
mestinya.Makassar, 6 Juni 2014
SupervisorPembimbing
dr. Abdul Rahman, Sp.OGdr. Rahmawati
Mengetahui,Koordinator Pendidikan MahasiswaBagian Obstetri dan
GinekologiFakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
dr. Sharvianty Arifuddin, Sp.OG(K)
DAFTAR HADIR PEMBACAAN REFARAT
Nama: Nur Najwa SaroniNIM: C11109777Judul Referat: Kontrasepsi
ImplanHari / tanggal: Jumat, 6 Juni 2014Tempat: Ruang Pembacaan
Pinang RSWS
No.NamaNIMMingguTanda Tangan
SupervisorPembimbing
dr. Abdul Rahman, Sp.OG dr. Rahmawati
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL iHALAMAN PENGESAHAN iiSURAT KETERANGAN PEMBACAAN
REFARAT iiiDAFTAR HADIR PEMBACAAN REFARAT ivDAFTAR ISI viI.
PENDAHULUAN 1II. SEJARAH KONTRASEPSI IMPLAN 2III. DEFINISI 4IV.
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI 5V. EFEKTIFITAS 6VI. CARA KERJA 7VII.
PENGGUNAAN 9VIII. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN 20IX. EFEK SAMPING DAN
KOMPLIKASI 22DAFTAR PUSTAKA 23
vi
KONTRASEPSI IMPLAN
I. PENDAHULUANSetiap hari, diperkirakan 800 orang wanita
meninggal karena sebab yang sebetulnya dapat dicegah dari kehamilan
dan persalinan. Di antara angka tersebut, 99% di antaranya adalah
berasal dari negara berkembang. Di Indonesia sendiri, angka
kematian ibu saat melahirkan masih tinggi, yakni sekitar 228 per
100.000 kelahiran hidup. Antara tahun 1990 dan 2013, angka kematian
ibu menurun hanya sekitar 2,6% per tahun. Jumlah itu masih jauh
dari target pemerintah dalam pencapaian target Millenium
Development Goal (MDG), yakni menurunkan angka kematian ibu sebesar
5,5% per tahun.(1,2)Penyebab utama meninggalnya ibu saat melahirkan
adalah perdarahan saat persalinan. Resiko perdarahan ini akan
meningkat jika ibu hamil tersebut hamil terlalu muda, terlalu tua,
terlalu sering, atau jarak melahirkan terlalu dekat. Terkait dengan
hal tersebut, dibutuhkan metode kontrasepsi untuk mengatur jarak
kehamilan. (1,2,3)Kontrasepsi adalah usaha-usaha yang dilakukan
untuk mencegah terjadinya kehamilan, baik itu sifatnya sementara
maupun permanen. Kontrasepsi telah digunakan di seluruh dunia untuk
berbagai macam tujuan, diantaranya untuk menunda kehamilan,
membatasi jumlah anak, menghindari resiko medis kehamilan
(khususnya untuk penderita penyakit jantung, diabetes mellitus,
atau tuberkulosis), dan mengontrol populasi masyarakat di seluruh
dunia. Penggunaan kontrasepsi lebih meningkat di negara maju
berbanding negara berkembang. (4,5)Tidak ada kontrasepsi yang
sempurna jika ditinjau dari efek samping dan efektifitasnya. Semua
kontrasepsi memiliki kelebihan dan kekurangan yang harus
dipertimbangkan menurut keadaan pasien. Oleh karena itu, individu
harus berhati-hati untuk menghindari terjadinya efek samping yang
tidak diinginkan. Kontrasepsi yang ideal memenuhi syarat sebagai
berikut: (4,5)1. Dapat dipercaya2. Tidak menimbulkan efek samping
yang mengganggu kesehatan.3. Daya kerjanya dapat diatur menurut
kebutuhan.4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus.5.
Tidak memerlukan motivasi yang terus-menerus.6. Mudah
pelaksanaannya.7. Murah harganya dan dapat dijangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat.8. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan
yang bersangkutan.Terdapat beberapa metode kontrasepsi, baik yang
menggunakan alat/obat-obatan maupun tidak. Contoh kontrasepsi tanpa
alat antara lain koitus interuptus, postkoital douche, rhythm
method. Sedangkan kontrasepsi dengan alat/obat-obatan ada yang
mekanis seperti kondom dan pesarium, ada yang dengan spermisida,
dan ada pula yang hormonal. Kontrasepsi hormonal di antaranya ada
yang berupa kombinasi esterogen-progesteron dan ada pula yang hanya
berisi progestin saja. (4,5)Referat ini lebih lanjut akan membahas
tentang implan yang merupakan salah satu alat kontrasepsi hormonal
yang berisi hanya progestin saja.
II. SEJARAH KONTRASEPSI IMPLANPerkembangan implan dimulai pada
tahun 1966 dengan riset yang dirintis oleh Segal dan Croxatto.
Mereka menunjukkan bahwa hormon steroid dapat dilepaskan secara
terus-menerus lebih dari setahun dari dalam kapsul silikon
(silastik) yang ditanam di bawah kulit. Hasil awal ini membentuk
dasar konseptual perkembangan alat kontrasepsi implan jangka
panjang. Tujuannya adalah untuk untuk mengembangkan alat
kontrasepsi yang dapat membantu wanita membuat pilihan tunggal pada
alat kontrasepsi yang efektif selama beberapa tahun. (6)Pada tahun
1975, percobaan klinis pertama diadakan pada enam negara (Brazil,
Chili, Denmark, Republik Dominika, Finlandia, dan Jamaika). Pada
tahun pertama didapatkan hasil dengan angka kehamilan sangat rendah
(0,6 kehamilan dari 100 wanita), akseptabilitas yang baik, dan
angka penggunaan lanjut 75-80% sehingga studi klinis ini kemudian
dilanjutkan. Ketika kapsul dianalisa mengenai sisa steroid yang
terdapat di dalamnya, hanya terdapat 10% dari muatan LNG yang
dilepaskan selama tahun pertama. Hal ini mengindikasikan bahwa
waktu penggunaan sistem enam batang bisa sampai beberapa tahun.
(6)Hasil yang didapatkan pada tahun 1980 tentang penggunaan implan
selama lima tahun menunjukkan bahwa implan LNG efektif, diterima
dengan baik, dan memiliki efek samping yang sedikit. Pada saat
pengembangan kapsul ini, yang mana dilakukan di laboratorium,
dipindahkan produksinya ke industri Leiras Oy di Finlandia, lalu
dimulailah fase kedua studi implan LNG. (6)Pada tahun 1980-an juga
ditandai dengan pengembangan dan percobaan terhadap implan LNG dua
batang. Batang (rod) berbeda dengan kapsul. Tidak seperti kapsul,
yang mana diisi dengan kristal LNG dan terbungkus dalam tabung
silastik, setiap batang (rod) ini terdiri atas bagian inti yang
terdiri atas elastomer silikon dan LNG dalam jumlah berat yang
sama, dibungkus dengan tabung silikon berdinding tipis. Setiap
batangnya memiliki panjang 1 cm lebih panjang dari versi
sebelumnya, dan mengandung hampir 2 kali lipat jumlah LNG yaitu 75
mg dibandingkan dengan 36 mg pada versi sebelumnya. Selama fase
ini, banyak percobaan klinis multinasional dilakukan yang
melibatkan beberapa klinik di Amerika. Pada tahun 1983, riset dasar
tentang kapsul Norplant sudah selesai secara esensial, tetapi
investigasi tentang sistem implan 2 batang masih terus dilanjutkan.
Sayangnya, ketika percobaan-percobaan ini dilakukan, elastomer yang
digunakan dalam pembuatan batang implan tersebut tidak lagi
tersedia secara komersial. Hal ini memakan waktu beberapa tahun
untuk mengidentifikasi jenis elastomer lain yang penggunaannya pada
LNG dapat memberikan kadar pelepasan yang sesuai dengan batang
implan yang original. Ketika batang implan baru ini tersedia pada
pertengahan tahun 1990, kemudian disebut Jadelle (Jadena),
percobaan klinis baru pun dimulai. (6,7)Negara pertama yang
menerima pemasaran Norplant adalah Finlandia pada tahun 1983.
Norplant sendiri masuk ke Indonesia pada tahun 1986. Jadena 2
batang diperkenalkan pada tahun 1996 untuk menggantikan Norplant 6
batang. Saat ini, Jadena telah diterima lebih dari 44 negara.
(6,7)Implanon merupakan implan batang tunggal berisi etonogestrel
(ENG), sebuah bentuk aktif dari desogestrel, yang dibungkus dalam
membran etilen vinil asetat. Tidak seperti LNG yang utamanya
terikat pada sex hormone-binding globulin (SHBG), ENG lebih terikat
pada albumin yang mana tidak dipengaruhi oleh tingkat estradiol
endogen maupun eksogen dalam darah. (8)
III. DEFINISIImplan adalah kontrasepsi jangka panjang bersifat
reversibel berisi hanya progestin saja (progestin-only) yang
melepaskan sejumlah kecil progestin secara terus-menerus ke dalam
aliran darah. (9)Kontrasepsi implan yang beredar di Indonesia
antara lain Norplant, Jadena, dan Implanon. 1. Norplant terdiri
dari enam batang silastik yang berisi levonorgestrel masing-masing
36 mg. Masa kerjanya 5 tahun.
2. Jadena terdiri dari dua batang yang masing-masing mengandung
75 mg levonorgestrel. Masa kerjanya 5 tahun.
3. Implanon adalah implan tunggal berisi etonogestrel 68 mg
dibungkus dalam sebuah membran etilen vinil asetat. Masa kerjanya 3
tahun. (7,10)
IV. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASIa. Indikasi.Kontrasepsi implan
merupakan pilihan yang baik untuk wanita pada usia reproduksi yang
aktif secara seksual dan menginginkan kontrasepsi jangka panjang
yang kontinu. Implan dipertimbangkan pada wanita yang: (5,11) 1.
Ingin menunda kehamilan selanjutnya dalam 2 sampai 3 tahun.2.
Menginginkan metode kontrasepsi jangka panjang dengan efikasi yang
tinggi.3. Mengalami efek samping terkait esterogen serius atau
minor dengan kontrasepsi esterogen-progestin.4. Mengalami kesulitan
mengingat untuk mengkonsumsi pil setiap hari, memiliki
kontraindikasi atau kesulitan dengan penggunaan AKDR, atau
menginginkan metode kontrasepsi yang tidak terkait dengan koitus.5.
Tidak ingin hamil lagi, tetapi belum siap untuk melakukan
sterilisasi permanen.6. Memiliki riwayat anemia dengan perdarahan
menstrual yang berat.7. Cenderung untuk menyusui selama setahun
atau dua tahun.8. Memiliki penyakit kronis, yang kesehatannya dapat
terancam dengan kehamilan. b. KontraindikasiPenggunaan implan
merupakan kontraindikasi absolut pada wanita dengan:(6,11)1.
Kehamilan atau disangka hamil2. Penyakit tromboflebitis atau
tromboemboli3. Perdarahan genital yang belum
terdiagnosis.Penggunaan kontrasepsi hormonal dapat menyebabkan
perubahan pola perdarahan. Apabila terdapat perdarahan genital yang
belum terdiagnosis harus diterapi terlebih dahulu sebelum
pemasangan implan. 4. Penyakit hati akut.5. Tumor hati yang jinak
atau ganas.Kontrasepsi hormonal dimetabolisme di hati sehingga
gangguan fungsi hati pada wanita dengan penyakit hati akut maupun
gangguan hati berupa tumor jinak atau ganas akan menyebabkan hormon
yang digunakan tidak dapat dimetabolisme dengan baik.6. Kanker
payudara yang dicurigai atau telah diketahui.Kanker payudara
terkait dengan hormon reproduksi wanita sehingga penderita kanker
payudara, baik yang dicurigai maupun yang telah diketahui,
sebaiknya tidak menggunakan kontrasepsi hormonal.
Penggunaan implan merupakan kontraindikasi relatif pada wanita
dengan:(6,11)1. Perokok berat (lebih 15 batang per hari) pada
wanita berusia lebih 35 tahun2. Riwayat kehamilan ektopik3.
Diabetes mellitus4. Hiperkolesterolemia5. Hipertensi6. Riwayat
penyakit jantung. Contohnya : infark miokard, penyakit arteri
koroner, tromboembolik, dan pasien dengan katup jantung
artifisial7. Penyakit kandung kemih8. Penyakit kronis (
immunocompromised)
Implan tidak dikontraindikasikan pada situasi berikut, tetapi
metode lain mungkin lebih disarankan: (11)1. Acne berat.2. Sakit
kepala berat.3. Depresi berat.4. Penggunaan secara bersama-sama
obat-obat yang menginduksi enzim hati mikrosomal, di antaranya
Carbamazepine, Felbamate, Nevirapine, Phenobarbital, Phenytoin,
Rifampicin, Griseofulvin, Troglitazone. Obat-obat ini tidak
direkomendasikan karena dapat meningkatkan risiko kehamilan akibat
turunnya kadar progestin dalam darah.
V. EFEKTIFITASKontrasepsi implan memberikan kontrol kehamilan
yang sangat efektif. Studi tentang Norplant pada 11 negara, dengan
12.133 akseptor wanita sebagai subjek, angka kehamilan adalah 0,2
kehamilan dari 100 wanita per tahun penggunaan. Salah satu
kehamilan yang terjadi selama evaluasi ini adalah pada saat insersi
implan. Jika insersi selama fase luteal ini dikecualikan dari
analisis ini maka angka kehamilannya menjadi 0,01 kehamilan dari
100 wanita per tahun. Pada remaja, implan Norplant memberikan
poteksi yang lebih baik dalam menghadapi kehamilan yang tidak
diharapkan, dibandingkan dengan kontrasepsi oral, dan faktor yang
penting adalah angka keberlanjutan dengan Norplant. Efikasi
kontrasepsi dapat terjaga sampai 7 tahun penggunaan. (11)Tidak ada
pembatasan berat badan untuk akseptor Norplant, tetapi wanita yang
gemuk (lebih dari 70 kg) dapat mengalami angka kehamilan yang
sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang lebih kurus.
Namun, pada beberapa tahun terakhir angka kehamilan pada wanita
gemuk yang menggunakan Norplant lebih rendah daripada mereka yang
menggunakan kontrasepsi oral. Perbedaan angka kehamilan berdasarkan
berat badan mungkin disebabkan oleh efek dilusional akibat ukuran
tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan kadar serum
levonorgestrel yang rendah dan berkelanjutan tersebut. Wanita yang
gemuk sebaiknya tidak mengandalkan Norplant pada batasan 5 tahun
tersebut. Pada wanita yang lebih langsing, durasi efikasi Norplant
dapat lebih panjang dari 5 tahun. Pada beberpa percobaan lanjutan,
tidak didapatkan kehamilan sampai pada tahun ketujuh penggunaan.
(11)Efikasi kontrasepsi Implanon melebihi Norplant dan sterilisasi.
Jarang sekali terjadi kehamilan, menghasilkan Pearl Index sekitar
0,01 kehamilan dari 100 wanita per tahun penggunaan. Pada lebih
dari 70.000 siklus, tidak ada kehamilan yang dilaporkan akibat
inhibisi total ovulasi sampai ovulasi diobservasi pada 6 bulan
terakhir pada periode 3 tahun. Tidak ada data tersedia terkait
pengaruh berat badan pada efikasi Implanon. (11)
VI. CARA KERJADengan penggunaan implan LNG, kehamilan dicegah
melalui mekanisme kombinasi sebagai berikut. Mekanisme primernya
adalah: (6)1. Memproduksi mukus serviks yang tebal yang mencegah
penetrasi sperma.2. Menghambat ovulasi, pada kurang lebih 50%
siklus menstruasi.Mekanisme sekunder, yang dapat mendukung kerja
dari mekanisme primer tersebut antara lain: (6)1. Mengurangi
produksi progesteron alami oleh ovarium selama fase luteal bahkan
pada siklus-siklus ketika ovulasi terjadi.2. Menekan pertumbuhan
endometrium (hypoplasia).Kadar pelepasan kontrasepsi implan
ditentukan oleh area permukaan total dan densitas implan yang
mengandung progestin. Progestin berdifusi dari dalam implan menuju
ke jaringan sekitarnya melalui sistem sirkulasi dan didistribusikan
secara sistemik, mencegah kadar inisiasi yang tinggi pada sirkulasi
seperti pada steroid oral atau injeksi. Dalam 24 jam setelah
insersi Norplant, konsentrasi levonorgestrel dalam plasma menjadi
sekitar 0,4 sampai 0,5 ng/mL. Cukup tinggi untuk mencegah konsepsi.
Namun, sebuah studi tentang perubahan mukus serviks mengindikasikan
bahwa sebuah metode backup harus digunakan 3 hari setelah insersi.
(11)Kapsul Norplant melepaskan sekitar 86 mcg levonorgestrel per 24
jam selama 12 bulan pertama. Kadar ini berkurang secara bertahap
menjadi 50 mcg per hari pada 9 bulan berikutnya, dan menjadi 30 mcg
per hari pada sisa waktu berikutnya. Hormon sejumlah 86 mcg yang
dilepaskan oleh implan selama beberapa bulan pertama akan tersebut
sama dengan penggunaan kontrasepsi progestin-only minipil
levonorgestrel oral harian, dan 25 sampai 50 % dosis tersebut
didapatkan melalui kontrasepsi oral kombinasi dosis rendah.
(11)Berat badan mempengaruhi kadar levonorgestrel yang
bersirkulasi. Semakin tinggi berat badan seseorang, semakin rendah
kadar levonorgestrelnya. Pengurangan terbesar terjadi pada wanita
dengan berat badan lebih dari 70 kg, tetapi bahkan pada wanita
gemuk, tingkat pelepasannya cukup tinggi untuk mencegah kehamilan,
paling tidak sama reliabilitasnya dengan kontrasepsi oral.
Konsentrasi plasma rata-rata di bawah 0,2 ng/mL dihubungkan dengan
peningkatan angka kehamilan. Setelah 6 bulan penggunaan kadarnya
adalah sekitar 0,35 ng/mL, pada 2,5 tahun kadarnya menjadi 0,25
sampai 0,35 ng/mL. Sampai pada penggunaan tahun ke-8, kadar
reratanya tetap di atas 0,25 ng/mL. (11)Kadar levonorgestrel dapat
pula dipengaruhi oleh kadar sirkulasi sex hormone-binding globulin
(SHBG). Levonorgestrel memiliki afinitas yang tinggi terhadap SHBG.
Pada minggu setelah insersi Norplant, kadar SHBG berkurang secara
cepat kemudian kembali menjadi kira-kira setengah dari kadar 1
tahun sebelum insersi. Kadar SHBG ini tidak seragam dan dapat
diperhitungkan pada beberapa variasi individu dalam hal konsentrasi
levonorgerstrel plasma. (11)Mekanisme konsepsi yang dicegah oleh
Norplant hanya dapat dijelaskan sebagian. Terdapat 3 mode aksi yang
mungkin, yang sama dengan yang diatribusikan pada efek kontrasepsi
pada mini pil progestin-only. (8,11)1. Kadar konstan levonorgestrel
memiliki efek berkepanjangan terhadap mukosa serviks. Mukus menjadi
tebal dan jumlahnya berkurang, membentuk pelindung dari penetrasi
sperma.2. Levonorgestrel menekan hipotalamus dan pituitari, serta
lonjakan hormon LH yang dibutuhkan untuk ovulasi. Sebagaimana yang
ditentukan oleh kadar progesteron pada banyak akseptor selama
beberapa tahun, kira-kira sepertiga dari keseluruhan siklus adalah
ovulatori. Selama 2 tahun pertama penggunaan, hanya sekitar 10 %
wanita ovulatori, tetapi dalam penggunaan lebih dari 5 tahun
terdapat lebih dari 50 persen. Pada siklus-siklus yang ovulatori
tersebut, terdapat insidensi insufisiensi luteal yang tinggi.3.
Levonorgestrel menekan maturasi siklik akibat estradiol pada
endometrium dan selanjutnya menyebabkan atrofi. Perubahan tersebut
dapat mencegah implantasi pada saat terjadi fertilisasi. Namun,
tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa fertilisasi dapat dideteksi
pada akseptor Norplant.Implanon mencegah ovulasi selama periode 3
tahun, dengan perhitungan semua efek kontrasepsi. Namun,
perkembangan folikuler dapat terjadi, menghindarkan masalah klinis
signifikan hipoesterogenemia, dan pada 6 bulan terakhir pada
periode 3 tahun, terkadang terdapat ovulasi. Sementara dengan
Norplant efek progestasional diproduksi pada mukus servikal dan
endometrium. Angka kegagalan yang besar tidak didapatkan pada
individu yang gemuk. (11)
VII. PENGGUNAANInsersi dan pencabutan implan memerlukan prosedur
bedah minor di bawah pengaruh anestetik lokal. Implan idealnya
diinsersikan pada hari pertama sampai kelima pada siklus menstruasi
normal. Ada pula yang mengatakan diinsersikan pada hari ke 5 sampai
ke 7 setelah menstruasi dimulai untuk mencegah terjadinya ovulasi.
Apabila amenore, hal yang harus dipastikan adalah bahwa calon
akseptor tidak sedang hamil. (10,12)Pemasangan: Persiapan alat
non-steril: (6)1. Meja periksa2. Penyanggah tangan3. Sabun untuk
mencuci tangan4. Pulpen atau marker5. Template6. Implan dalam
kemasan7. Cairan antiseptik8. Anestetik lokal Alat steril: (6)1.
Doek steril2. Tiga buah mangkuk steril (untuk cairan antiseptik,
kapas alkohol, dan batang implan)3. Handschoen steril4. Spuit 5
atau 10 cc dengan needle 22G5. Trokar 6. Scalpel dengan blade 7.
Forsep jaringan8. Plester9. Kain kasa10. Epinefrin untuk keadaan
emergensi (syok anafilaktik) Prosedur Pemasangan: (6)1. Pastikan
pasien membersihkan lengan yang akan dipasangi implan dengan air
dan sabun, dan pastikan tidak ada sisa sabun.2. Posisikan pasien di
meja dalam posisi nyaman dengan lengan tersanggah lurus atau
bengkok.3. Pasang kain bersih dan kering di bawah lengan pasien.4.
Tentukan daerah optimal untuk insersi yaitu sekitar 8 cm di atas
lipatan siku. Gunakan template untuk membuat pola dan tandai daerah
yang akan di pasangi batang implan serta perkiraan ujung atas kedua
implan tersebut di kulit dengan spidol (marker).
5. Siapkan tempat peralatan dan buka kotak instrumen steril atau
DTT tanpa menyentuh instrumen tersebut.6. Bukalah kemasan steril
yang berisi 2 batang implan dan jatuhkan batang implan tersebut ke
dalam wadah mangkuk steril atau DTT.7. Cuci tangan dengan sabun dan
air, kemudian keringkan.8. Kenakan sarung tangan steril atau DTT
pada kedua tangan.9. Susun alat sehingga mudah untuk diambil.10.
Berikan cairan antiseptik pada daerah yang akan diinsisi dengan
menggunakan kasa yang dijepit dengan forsep. Usapkan mulai dari
daerah yang akan diinsisi dan gerakkan meluas secara sirkuler
hingga 8 hingga 13 cm. Setelah itu biarkan mengering sekitar 1
sampai 2 menit. Ingat untuk tidak menyentuh daerah yang belum
didekontaminasi.11. Jika tersedia, pasangkan doek steril dengan
lubang di tengahnya pada daerah yang akan diinsersikan. Lubang
tersebut harus cukup besar untuk menampilkan seluruh daerah dimana
batang implan akan diinsersikan.12. Setelah memastikan bahwa pasien
tidak alergi terhadap anestetik lokal, isilah spoit dengan 2 cc
anestetik lokal (tanpa epinefrin).13. Masukkan jarum tepat di bawah
kulit pada daerah insisi. Injeksikan sejumlah kecil anestetik lokal
pada daerah tersebut sampai menggembung. Kemudian tanpa mencabut
jarum, masukkan sekitar 5 cm lagi ke arah pertengahan daerah antara
yang akan dipasangi implan.
14. Arahkan skalpel sekitar 45 dan buatlah insisi kecil dangkal
berukuran sekitar 2 mm untuk sekedar menembus kulit. Jangan membuat
insisi yang lebar atau dalam. Jika trokar yang akan digunakan masih
baru, tidak perlu dilakukan insisi.15. Masukkan trokar dengan ujung
bevel menghadap ke atas. Terdapat tiga tanda pada trokar, tanda
yang berada di tengah tidak digunakan untuk insersi implan. Tanda
yang paling dekat dengan hub menandakan seberapa jauh trokar harus
dimasukkan ke bawah kulit sebelum implan dimasukkan. Tanda yang
paling dekat dengan ujung trokar menandakan seberapa jauh trokar
bisa ditarik ketika akan memasukkan implan pada lokasi
berikutnya.
16. Insersikan trokar dan plunger-nya ke bawah kulit melalui
lubang insisi yang telah dibuat sebelumnya dengan ujung bevel
menghadap ke atas. Masukkan trokar ke dalam, hentikan segera
setelah ujungnya masuk ke dalam kulit (2-3 mm dari ujung bevel).
Jangan pernah memaksa trokar masuk. Jika terdapat tahanan, arahkan
pada sudut lain.17. Untuk menjaga batang implan tetap pada bidang
superfisial, tahan trokar ke atas ketika mendorong trokar di bawah
kulit. Dengan perlahan dorong trokar dan plunger-nya menuju tanda
yang telah dibuat pada kulit. Trokar tersebut harus cukup dangkal
sehingga terlihat menonjol dan bisa diraba di bawah kulit.
18. Ketika trokar sudah sampai pada tanda yang paling dekat
dengan hub, lepaskan plunger dari trokar.19. Masukkan batang implan
pertama melalui trokar. Gunakan tangan atau forsep untuk memasukkan
implan, sementara tangan yang satu lagi tetap memegang trokar.
20. Gunakan plunger untuk mendorong implan masuk dengan perlahan
sampai terasa tahanan.21. Tahan plunger pada posisinya, kemudian
tarik trokar sampai pada tanda yang paling dekat dengan bevel tadi
sampai pada bekas insisi (trokar tidak keluar dari kulit).
22. Pastikan batang implan pertama telah bebas dari ujung trokar
dengan meraba ujung implan setelah trokar ditarik ke arah plunger.
23. Tanpa mencabut trokar dari kulit, arahkan trokar masuk ke arah
satu lagi untuk pemasangan batang implan berikutnya.
24. Palpasi ujung batang implan yang mengarah ke bahu untuk
memastikan implan terpasang dengan benar.25. Untuk meminimalkan
risiko ekspulsi spontan dari batang implan, palpasi daerah insisi
untuk memastikan ujung implan berjarak sekitar 5 mm dari tempat
insisi. Ujung-ujung batang implan yang berdekatan sebaiknya
berjarak sekitar 2-3 mm.26. Dengan hati-hati tarik trokar dan tekan
bekas insisi dengan kasa sekitar satu menit untuk menghentikan
perdarahan. Lepaskan doek, dan bersihkan daerah sekitar lokasi
insersi dengan kapas cairan DTT atau alkohol.
Langkah pemasangan Implanon: (13)1. Pemasangan Implanon harus
dalam kondisi aseptik oleh petugas kesehatan yang familiar dengan
prosedurnya.2. Insersi Implanon adalah dengan menggunakan aplikator
khusus. Penggunaan aplikator ini berbeda dengan pemasangan klasik.
Penarikan dari aplikator yang dibongkar dan komponen-komponen
lainnya tertera sepertti di bawah ini.
3. Prosedur yang digunakan untuk insersi Implanon adalah
kebalikan dari memberi injeksi. Ketika memasukkan Implanon,
obturatornya harus tetap terfiksasi ketika kanula ditarik dari
kulit.4. Persilakan pasien untuk berbaring telentang dengan tangan
yang tidak dominan terbentang dan siku dibengkokkan.5. Untuk
meminimalkan risiko kerusakan vaskular atau neural, Implanon harus
diinsersikan di sebelah medial lengan yang tidak dominan.6.
Implanon harus dimasukkan secara subdermal, tepat dibawah kulit.
Jika Implanon dimasukkan terlalu dalam, dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan vaskular atau neural. Juga akan mempersulit
dalam melokalisasi dan melepasnya kemudian.7. Tandai daerah
insersi.8. Bersihkan daerah tersebut dengan antiseptik.9. Anestesi
dengan anestetik semprot atau dengan 2 cc lidokain 1% yang
dimasukkan sepanjang kanal insersi.10. Buka kemasan Implanon.11.
Sebelum membuka pelindung jarum, pastikan keberadaan batang implan
yang terlihat seperti benda putih di dalam ujung jarum. Jika implan
tidak terlihat, ketuk ujung atas pelindung jarum pada permukaan
yang rata agar implannya turun ke ujung jarum. Begitu pula
sebaliknya jika implan keluar terlalu jauh dari ujung jarum,
ketukkan pelindung jarum agar implan berada pada ujung jarum.
Setelah itu, pelingung jarum dapat dilepaskan.12. Implan dapat
jatuh sewaktu-waktu dari aplikatornya, karenanya posisikan
aplikator dengan posisi menghadap ke atas sampai pada waktu akan
melakukan insersi.
13. Regangkan kulit di sekitar daerah insersi dengan jempol dan
telunjuk.14. Masukkan ujung jarum dengan sudut sekitar 20.15.
Lepaskan regangan kulit.16. Turunkan aplikator sampai pada posisi
hampir horisontal.17. Ketika aplikator tersebut tampak mengangkat
kulit, dorong jarum sampai pada panjang maksimalnya. Jangan gunakan
tenaga yang berlebihan. Jarum tersebut harus sejajar di bawah kulit
untuk memastikan Implanon diinsersi tepat dibawah kulit.18. Biarkan
aplikator berada sejejar dengan kulit. Jika implan ditempatkan
terlalu dalam, dapat menyebabkan parestesi dan migrasi implan
sehingga pencabutan implan akan menjadi lebih sulit.
19. Patahkan segel aplikator.20. Putar obturator 9021. Fiksasi
obturator dengan satu tangan arah sejajar dengan lengan, sementara
tangan yang lainnya dengan pelan menarik kanula (jarum) lepas dari
lengan. Jangan menekan obturator.22. Pastikan implan sudah tidak
ada di ujung jarum. Setelah retraksi kanula, ujung bergelombang
dari obturator akan terlihat.23. Selalu pastikan keberadaan implan
dengan palpasi dan biarkan pasien meraba implan yang sudah
diinsersi tersebut.
Setelah melahirkan, implan dapat diinsersikan sebelum 21 hari
postpartum. Jika diinsersikan lebih dari 21 hari postpartum,
akseptor implan disarankan untuk menggunakan kondom atau tidak
berhubungan selama 7 hari. (10)Pada kasus keguguran medis, implan
dapat diinsersikan mulai dari saat operasi sampai hari ke-5 pasca
operasi. Jika diinsersikan lebih dari hari ke-5 pasca operasi
keguguran, akseptor implan disarankan untuk menggunakan kondom atau
tidak berhubungan selama 7 hari. (10)
Pencabutan implan: (14)1. Lokalisasi implan dengan palpasi, jika
mungkin tandai posisinya dengan marker. Jika tidak bisa teraba,
lakukan lokalisasi dengan USG atau X-Ray jaringan lunak.
2. Injeksikan sejumlah kecil anestetik di bawah kulit tepat di
bawah ujung implan yang saling berdekatan. Jika diinjeksikan di
atas implan, dapat menyebabkan pencabutan menjadi lebih sulit.
3. Buatlah insisi kecil ukuran 4 mm dengan scalpel di dekat
ujung implan.
4. Tekan implan dengan perlahan ke arah lubang insisi.
5. Ketika ujung implan tampak keluar dari lubang insisi, jepit
dengan forsep mosquito.
6. Gunakan scalpel untuk membuka jaringan lunak yang
menyelubungi implan secara hati-hati.
7. Jepit ujung implan dengan klem lain.
8. Lepaskan mosquito.
9. Tarik implan perlahan.
10. Setelah itu, lakukan pada implan lain yang akan dicabut.11.
Segera setelah pencabutan, implan baru dapat langsung diinsersikan
melalui lubang insisi yang sama dengan arah yang sama atau
berlawanan.
VIII. KEUNTUNGAN DAN KERUGIANa. KeuntunganImplan adalah metode
kontrasepsi yang aman, sangat efektif, dan berkelanjutan yang
membutuhkan hanya sedikit usaha dan tidak seperti kontrasepsi
injeksi jangka panjang, implan dapat mengembalikan kesuburan secara
cepat. Oleh karena merupakan metode progestin-only, implan dapat
digunakan oleh wanita yang memiliki kontraindikasi dengan
kontrasepsi yang mengandung esterogen. Pelepasan berkelanjutan
progestin dosis rendah menghindarkan dosis inisiasi yang tinggi
oleh lonjakan hormonal yang tinggi akibat injeksi yang berhubungan
dengan kontrasepsi oral. Implan merupakan pilihan yang sangat baik
untuk wanita menyusui dan dapat diinsersikan segera setelah
melahirkan. Tidak ada efek terhadap kualitas atau kuantitas ASI,
dan bayi dapat tumbuh normal. Keuntungan lain metode implan adalah
memungkinkan seorang wanita mengatur kehamilan secara tepat kerena
pengembalian fertilitas adalah tepat waktu setelah pencabutan,
berbeda dengan pengembalian fertilistas 6 sampai 18 bulan pada
penggunaan injeksi Depo-Povera. (11)Pada wanita menyusui, gemuk,
dengan diabetes gestasional utama, minipil progestin-only secara
oral berhubungan dengan peningkatan risiko 3 kali lipat diabetes
mellitus non-insulin dependen. Telah diketahui bahwa meskipun hal
ini dapat terjadi pada semua wanita yang menderita diabetes
gestasional atau pada semua metode kontrasepsi progestin-only, cara
pemberian yang bijaksana tentang metode lain harus disarankan untuk
kelompok wanita tertentu. (11)Satu dari keuntungan mayor metode
pelepasan berkelanjutan adalah efikasi yang tinggi, hampir sama
dengan efektifitas teoritis. Pada pasangan yang mana tidak mungkin
melakukan aborsi elektif dalam hal kehamilan yang tidak
direncanakan, tingkat efikasi yang tinggi merupakan hal sangat
penting. Tidak ada pil yang lupa diminum, kondom yang bocor,
diafragma yang hilang, atau salah suntik. Untuk wanita pada risiko
tinggi komplikasi medis sehingga mereka tidak boleh hamil, implan
yang pelepasan berkelanjutan ini hadir dengan keuntungan keamanan
yang signifikan. Akseptor impan harus diyakinkan bahwa penggunaan
implan tidak berhubungan dengan perubahan metabolisme karbohidrat
maupun lemak, koagulasi, fungsi hati atau ginjal, atau kadar
immunoglobulin. Oleh karena banyak wanita yang menginginkan implan
dapat saja mengalami pengalaman negatif dengan kontrasepsi lain,
merupkan hal yang penting untuk menjelaskan perbedaan antara metode
ini dan metode sebelumnya. (11)
b. KerugianTerdapat beberapa kerugian yang berhubungan dengan
penggunaan sistem implan. Implan dapat menyebabkan disrupsi pada
pola haid, khususnya pada tahun pertama penggunaan, dan beberapa
wanita tidak dapat menerima perubahan pola haid tersebut. Esterogen
endogen biasanya normal, dan tidak seperti kontrasepsi oral
esterogen-progestin, progestin tidak secara reguler menyebabkan
endometrial sloughing. Akibatnya, endometrium runtuh pada interval
yang tidak dapat diprediksi. (11)Implan harus diinsersi dan dicabut
pada dengan prosedur pembedahan oleh petugas yang terlatih. Wanita
itu sendiri tidak dapat memulai atau menghentikan metode ini tanpa
bantuan klinisi. Kejadian pencabutan yang rumit adalah sekitar 5%
untuk Norplant dan lebih rendah lagi pada Implanon. Kejadian ini
dapat diminimalisasi dengan pelatihan yang baik dan insersi yang
hati-hati. Implan dapat terlihat di bawah kulit. Tanda ini mungkin
tidak dapat diterima oleh beberapa pasangan. (11)Implan tidak
memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual seperti
herpes, HPV, HIV, gonore, atau klamidia. Meskipun penggunanya
biasanya jarang menggunakan kontrasepsi tambahan karena tingginya
efikasi metode ini, akseptor yang memiliki resiko untuk mendapatkan
penyakit menular seksual harus menggunakan kondom sebagai metode
tambahan untuk proteksi terhadap infeksi penyakit menular seksual.
(11)Oleh karena insersi dan pencabutan implan memerlukan prosedur
bedah minor, biaya inisiasi maupun penghentian lebih tinggi jika
dibandingkan dengan metode kontrasepsi oral atau metode barrier.
Biaya implan ditambah biaya jasa untuk insersi dapat terlihat
tinggi bagi pasien kecuali jika pasien membandingkan dengan total
biaya metode kontrasepsi lainnya selama 5 tahun. Terlepas dari pada
itu, penggunaan jangka pendek implan lebih mahal jika dibandingkan
dengan metode reversibel jangka pendek lainnya, dan kebanyakan
wanita mungkin tidak mengharapkan penggunaan metode jangka panjang
dalam durasi penuh. (11)
IX. EFEK SAMPING DAN KOMPLIKASIKebanyakan akseptor implan
mengalami gangguan pola haid, termasuk haid memanjang atau tidak
teratur atau spotting atau amenore. Komplikasi lainnya yang
didapatkan adalah pertambahan berat badan, sakit kepala, jerawat,
kista ovarium, hiperpigmentasi pada lokasi pemasangan implan, dan
perubahan mood.(5,15)1. PerdarahanPerubahan pola perdarahan sering
terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi implan. Sebuah
studi retrospektif menunjukkan bahwa 25% wanita tidak melanjutkan
penggunaan implan setelah satu tahun pemakaian, dan 62% di antara
alasan berhentinya adalah karena alasan perubahan pola perdarahan.
Namun, perubahan pola perdarahan ini biasanya hanya terjadi pada
tahun pertama pemakaian implan. (10)2. Perubahan berat badanSebuah
studi retrospektif menunjukkan bahwa beberapa wanita mengalami
peningkatan berat badan selama menggunakan implan. Peningkatan
berat badan kumulatif dalam 3 tahun penggunaan adalah 2,8% sampai
12,7%. Perubahan berat badan yang fluktuatif selama usia
reproduktif memang umum terjadi, tetapi tidak ada bukti untuk
mendukung hubungan antara penggunaan implan dan perubahan berat
badan. (10)3. Perubahan moodStudi non-komparatif telah menunjukkan
perubahan mood pada sekitar 10% sampai 11% wanita selama penggunaan
implan 3 tahun. Namun, perubahan mood dalam arti postif maupun
negatif tidak didefinisikan. (10)4. Kehilangan libidoDilaporkan
pada kurang dari 6% akseptor implan progesteron. (10)5.
JerawatDilaporkan bahwa jerawat terjadi atau memberat pada 13%
wanita yang menggunakan implan. (10)6. Sakit kepalaSebanyak 1%
sampai 4% wanita akseptor implan mengeluhkan sakit kepala selama 3
tahun follow up penggunaan implan. Namun, sakit kepala merupakan
keluhan yang sangat umum sehingga sangat sulit untuk menentukan
bagaimana hubungan antara sakit kepala ini dengan penggunaan
implan. (10)
Efek samping tersebut kebanyakan terjadi akibat pelepasan
progestin oleh implan. Namun, hal ini tidak terjadi sesering pada
penggunaan pil. (5) Komplikasi yang dapat terjadi antara lain
adalah tromboemboli vena, penurunan densitas tulang, serta kanker
payudara. Namun, komplikasi tersebut sangat jarang terjadi dan
belum cukup bukti untuk menjadikan implan sebagai faktor risiko
untuk penyakit-penyakit komplikasi tersebut. (10)
DAFTAR PUSTAKA
1. HTA Indonesia. KB pada Periode Menyusui Hasil Kajian HTA
tahun 2009. Dirjen Bina Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. 2010.
2. BKKBN. Adult and Maternal Mortality. In: Indonesia
Demographic and Health Survey 2012. 2013: 212-5
3. World Health Organization. Maternal Mortalitity. 2012.
[online] [cited: March 2nd, 2014] Available from:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs348/en#
4. Pernoll ML. Contraception. In: Benson and Pernolls Handbook
of Obstetrics and Gynecology, 10th Ed. New York: Medical Publishing
Division. 2001: 727-41.
5. Albar E. Kontrasepsi. In: Wiknjosastro H, editor. Ilmu
Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2007: 534-72.
6. Bayer Schering Farma. Jadelle Training Manual of Family
Planning. 2008: [online] [cited: January 28th, 2014] Available
from:
http://www.k4health.org/toolkits/implans/jadelle-training-manual-family-planning
7. Meirik O, Fraser IS, dArcangues C. Implantable contraceptives
for women. Human Reproduction Update. 2003; 9(1):49-59.
8. Darney PD. Everything you need to know about the
contraceptive implants. Obg Management. Sept 2006: 50-63.
9. Jacobstein R, Stanley H. Contraceptive implants: providing
better choice to meet growing family planning demand. Global
Health: Science and Practice. 2013; 1(1). 11-17.
10. Clinical Effectiveness Unit. Progestogen-Only Implants.
Faculty of Sexual & Reproductive Healthcare. 2008.
11. Speroff L, Fritz MA, editors. Long-Acting Methods of
Contraception. In: Clinical Gynecologic Endocrinology and
Infertility, 7th Ed. Lippincott Williams and Wilkins. 2005:
950-61.
12. DelConte A. Contraception. In: Curtis MG, Overholt S,
Hopkins MP, editors. Glass Office Gynecology, 6th Ed. Lippincott
Williams and Wilkins. 2006: 347-61.
13. Merck. IMPLANON (etonogestrel implant) -- Reference Guide.
2013. [online] [cited: January 28th, 2014] Available from:
http://www.k4health.org/toolkits/implans/implanon-reference-guide
14. Bayer HealthCare Pharmaceutical. Jadelle: Contraceptive
Implants Up to 5 Years (insertion and removal flipchart). 2013.
[online] [cited: January 28th, 2014] Available from:
http://www.k4health.org/toolkits/implans/jadelle-contraceptive-implans-5-years-insertion-and-removal-flipchart
15. Memmel L, Gilliam M. Contraception. In: Gibbs RS, Karlan BY,
Haney AF, Nygaard IE, editors. Danforths Obstetrics and Gynecology,
10th Ed. Lippincott Williams and Wilkins. 2008: 576-7.
25