Transcript
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap tahun di seluruh dunia, jutaan manusia meninggal karena penyakit
yang sebenarnya masih dapat dicegah dengan imunisasi, kejadian ini dikarenakan
kurangnya informasi tentang pentingnya imunisasi pada penduduk yang memiliki
resiko tinggi terserang penyakit menular yang mematikan seperti difteri, pertusis,
tetanus, hepatitis B dan masih banyak lagi penyakit-penyakit lainnya yang
sewaktu-waktu muncul dan mematikan. Salah satu upaya pencegahan penyakit
yang efektif adalah melalui pemberian imunisasi. Imunisasi diberikan pada anak
untuk melindunginya dari penyakit-penyakit berbahaya, yang sering kali dapat
mengakibatkan cacat atau kematian.1
Menurut Ranuh (2005), salah satu penyebab kematian bayi yang
berhubungan dengan imunisasi adalah Hepatitis B yang dapat menimbulkan
dampak pada penyakit kanker hati dan sirrosis hati yang sampai sekarang belum
ada obatnya, biasanya penderita meninggal setelah beberapa bulan atau beberapa
tahun. Penyakit Hepatitis adalah penyakit radang hati yang disebabkan oleh virus
Hepatitis. Hepatitis dibedakan menjadi 3 yaitu Hepatitis A, Hepatitis B dan
Hepatitis non-A, Non-B. Penyakit hepatitis B merupakan penyakit endemik
disebabkan oleh virus hepatitis B.2
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2005 sebanyak 70
juta jiwa anak-anak di negara miskin dapat diselamatkan dari penyakit-penyakit
1
2
infeksi yang umumnya menjangkiti mereka dan pada tahun 2006 sebanyak 19 juta
jiwa dapat disembuhkan melalui kegiatan imunisasi. Secara epidemiologi penyakit
ini tersebar di seluruh dunia, angka kejadian paling tinggi tercatat di negara Afrika
dan Asia, khususnya di daerah Afrika Sahara dan Asia Tenggara. Di Taiwan, satu
di antara 7 orang dilaporkan mengidap virus hepatitis B. Angka kejadian penyakit
hepatitis B di Indonesia adalah satu diantara 12–14 orang. Hepatitis B ini hampir
100 kali lebih infeksius dibandingkan dengan virus HIV Indonesia bahkan sudah
dikategorikan sebagai negara dengan tingkat endemisitas yang tinggi dimana
prevalensi HbsAg-nya lebih dari 8 persen.3
Kejadian infeksi Hepatistis pada ibu hamil yang dapat ditularkan kepada
bayinya di Indonesia cukup tinggi. Infeksi hepatitis pada ibu hamil di Indonesia
pada tahun 2001 prevelensinya sebesar 4% dan penularan dari ibu hamil yang
mengidap hepatitis ke bayinya pada tahun yang sama sebesar 45.9%.4
Oleh karena itu pencegahan merupakan kunci utama untuk mengurangi
sumber penularan serta penurunan angka mortalitas dan morbiditas akibat
penyakit hepatitis B. Pencegahan ini dapat dilakukan sedini mungkin pada bayi
dan balita melalui pemberian imunisasi hepatitis B. Pemerintah Indonesia melalui
Program Pengembangan Imunisasinya (PPI) sejalan dengan komitmen
internasional Universal Child Immunization (UCI), telah menargetkan “Universal
Child Immunization 80-80-80” sebagai target cakupan imunisasi untuk BCG, HB
0-7 HARI, polio, campak, dan hepatitis B, harus mencapai cakupan 80% baik di
tingkat nasional, propinsi, kabupaten bahkan di setiap desa. Saat ini data infeksi
hepatitis B masih tinggi yaitu angka kejadiannya 4%-30% pada orang normal,
3
sedangkan pada penyakit hati menahun angka kejadiannya 20%-40% Bila
program imunisasi ini berhasil, diharapkan pada tahun 2015 (satu generasi
kemudian) hepatitis B bisa diberantas dan bukan merupakan persoalan kesehatan
masyarakat lagi.5
Pencegahan terhadap penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi
telah menampakan hasilnya. Meskipun program pemberian imunisasi sudah
dijalankan dengan baik, namun masih terdapat beberapa cakupan imunisasi yang
tidak tercapai. Masalah rendahnya cakupan imunisasi kemungkinan disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya adalah, kurangnya pengetahuan ibu tentang
imunisasi, kurangnya informasi dan penyuluhan yang diberikan kepada ibu yang
mempunyai bayi dan balita tentang imunisasi, sosial ekonomi, kebudayaan dan
jauhnya fasilitas pelayanan kesehatan serta sulitnya vaksin yang didapat didaerah
terpencil. 6
Secara nasional, pencapaian UCI tahun 2007 mengalami peningkatan
sebesar 6.8% dari 69.43% pada tahun 2005 menjadi 76.23% pada tahun 2007.
Akan tetapi pada tahun 2009 pencapaian UCI secara nasional kembali turun hanya
menjadi 68,3%. Cakupan imunisasi Hepatitis B (Hb) 0-7 hari di Propinsi Riau
Tahun 2009 adalah 55,41% dari 80 % target cakupan imunisasi. 7
Kabupaten Indragiri Hulu yang mempunyai cakupan 17 Puskesmas dengan
sasaran bayi berjumlah 8.944 bayi, pada tahun 2010 ternyata terdapat 5 puskesmas
yang cakupan imunisasi Hb 0 – 7 hari adalah 0 % yaitu Puskesmas Kuala Cenaku,
Puskesmas Sipayung, Puskesmas Kilan, Puskesmas Lubuk Kandis dan Puskesmas
Peranap.Dari data diatas maka didapatkan fakta bahwa cakupan imunisasi Hb 0 –
4
7 hari di Kabupaten Indragiri Hulu belum mencapai sasaran yaitu cakupan
imunisasinya masih 85 % per tahun sementara menurut data yang didapatkan dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu, jumlah vaksin yang dibutuhkan untuk
imunisasi Hb 0-7 hari memadai untuk pencapaian target cakupan imunisasi
sebesar 90%. 8
Wilayah kerja Puskesmas Kuala Cenaku merupakan salah satu daerah
dimana tidak ada satupun bayi yang dilaksanakan imunisasi Hepatitis B 0-7 hari
padahal seharusnyasemua ibu bersalin atau keluarganya dapat meinta kepada
tenaga kesehatan penelolng persalinannya untuk dapat memeberikan vaksin
imunisasi Hb 0-7 hari ini secara gratis. Hal ini disinyalir oleh kurangnya
pengetahuan ibu hamil dan ibu bersalin tentang pentingnya imunisasi Hb 0-7 hari
bagi bayinya.
Dari hasil penelitian Maslianty (2009) tentang pengetahuan ibu tentang
imunisasi di Puskesmas Pekan Heran Rengat Barat didapatkan bahwa
pengetahuan ibu tentang imunisasi berkategori kurang atau nihil, dipengaruhi oleh
kurangnya penyuluhan yang diberikan oleh tenaga kesehatan disaat kegiatan
posyandu dan sikap yang kurang baik di dalam suatu komunitas diwilayah
tersebut. Secara tidak langsung hal ini dapat mempengaruhi program cakupan
imunisasi yang sudah diselenggarakan.9
Kenyataan tersebut diatas membuat peneliti tertarik untuk mengetahui lebih
jauh mengenai rendahnya cakupan imunisasi Hb 0 ini pada proposal penelitian ini
dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pencapaian Target Cakupan
5
Imunisasi Hb 0 – 7 hari di Puskesmas Kuala Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu
Tahun 2011.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka peneliti membuat
rumusan masalah yaitu : ”Faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan
pencapaian target cakupan imunisasi Hb 0 – 7 hari di Puskesmas Kuala Cenaku
Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2011 ?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pencapaian
target cakupan imunisasi Hb 0 – 7 hari di Puskesmas Kuala Cenaku Kabupaten
Indragiri Hulu Tahun 2011.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pencapaian target cakupan
imunisasi Hb 0 – 7 hari di Puskesmas Kuala Cenaku Kabupaten Indragiri
Hulu Tahun 2011.
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pendidikan ibu bersalin terhadap
pencapaian target cakupan imunisasi Hb 0 – 7 hari di Puskesmas Kuala
Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2011.
6
c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu bersalin terhadap
pencapaian target cakupan imunisasi Hb 0 – 7 hari di Puskesmas Kuala
Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2011.
d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap ibu bersalin terhadap
pencapaian target cakupan imunisasi Hb 0 – 7 hari di Puskesmas Kuala
Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2011.
e. Untuk mengetahui distribusi frekuensi lingkungan ibu bersalin terhadap
pencapaian target cakupan imunisasi Hb 0 – 7 hari di Puskesmas Kuala
Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2011.
f. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu bersalin dengan
pencapaian target cakupan imunisasi Hb 0 – 7 hari di Puskesmas Kuala
Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2011.
g. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu bersalin dengan
pencapaian target cakupan imunisasi Hb 0 – 7 hari di Puskesmas Kuala
Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2011.
h. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu bersalin dengan pencapaian target
cakupan imunisasi Hb 0 – 7 hari di Puskesmas Kuala Cenaku Kabupaten
Indragiri Hulu Tahun 2011.
i. Untuk mengetahui hubungan lingkungan ibu bersalin dengan pencapaian
target cakupan imunisasi Hb 0 – 7 hari di Puskesmas Kuala Cenaku
Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2011.
7
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Lahan Penelitian
Dapat menjadi masukan bagi Dinas kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu,
Puskesmas Kuala Cenaku serta instansi terkait lainnya dalam meningkatkan upaya
pelayanan kesehatan khususnya dalam pemberian imunisasi Hb 0-7 hari.
1.4.2 Bagi Pendidikan
Hasil penelitian dijadikan referensi, bahan bacaan dalam penelitian
selanjutnya.
1.4.3 Bagi Peneliti
Sebagai Evidence based atau penelitian pendahulu yang dapat dijadikan
dasar bagi penelitian – penelitian selanjutnya.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Imunisasi Hepatitis B
Kata imun berasal dari bahasa latin imunitas yang berarti pembebasan
(kekebalan) yang diberikan kepada para senator Romawi selama masa jabatan
mereka terhadap kewajiban terhadap warga biasa dan terhadap dakwaan. Dalam
sejarah, istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah
menjadi perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi terhadap penyakit
menular. Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel – sel
serta produk zat – zat yang dihasikannya, yang bekerja sama secara kolektif dan
terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman – kuman penyakit atau
racunnya, yang masuk ke dalam tubuh. 10
Kuman disebut antigen. Pada saat pertama kali antigen ke dalam tubuh,
maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut antibodi. Pada
umumnya reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat
karena tubuh belum mempunyai pengalaman terhadap antigen yang masuk, tetapi
pada reaksi yang kedua, ketiga dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori
untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibody terjadi dalam
waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak, itulah sebabnya
pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya dilakukan tindakan
imunisasi atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar
8
9
tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut atau seandainya terkenapun tidak akan
menimbulkan akibat yang fatal.10
Vaksinasi atau lazim dipakai dengan istilah imunisasi merupakan suatu
teknologi yang sangat berhasil di dunia kedokteran yang dikatakan sebagai
sumbangan ilmu pengetahuan yang terbaik yang pernah dan dapat diberikan oleh
para ilmuwan di dunia ini, suatu upaya kesehatan yang paling efektif dan efisien
dengan upaya kesehatan lainnya. Imunisasi adalah pemberian vaksin kepada
seseorang untuk melindunginya dari beberapa penyakit tertentu. Imunisasi
merupakan upaya untuk mencegah penyakit lewat peningkatan kekebalan tubuh
seseorang. 10
Imunisasi merupakan suatu upaya pencegahan yang paling efektif untuk
mencegah penularan penyakit hepatitis B. Word Health Organization (WHO)
melalui program The Expanded Program on Immunisation (EPI)
merekomendasikan pemberian vaksinasi terhadap 7 jenis antigen penyakit sebagai
imunisasi rutin di Negara berkembang, yaitu BCG, HB 0-7 HARI, Polio, Campak
dan Hepatitis B. 10
Imunisasi ada dua macam yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun yang sudah dilemahkan atau
dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri
contohnya imunisasi hepatitis B, sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan
sejumlah antibodi sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat contohnya
peningkatan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka
10
kecelakaan, contoh lain adalah yang terdapat pada bayi baru lahir dimana bayi
tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari Ibunya terhadap campak. 10
Data statistik menunjukkan makin banyak penyakit menular bermunculan
dan senantiasa mengancam kesehatan. Setiap tahun di seluruh dunia ratusan ibu,
anak – anak dan dewasa meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat
dicegah, hal ini dikarenakan kurangnya informasi tentang pentingnya imunisasi.
Bayi – bayi yang baru lahir, anak – anak usia muda yang bersekolah dan orang
dewasa sama – sama memiliki resiko terserang penyakit – penyakit menular yang
mematikan seperti, hepatitis B, dipteri, tetanus, thypus, radang selaput otak dan
masih banyak penyakit lainnya yang sewaktu – waktu muncul dan mematikan,
untuk itu salah satunya pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar bayi –bayi
tersebut terlindungi hanya dengan melakukan imunisasi.11
Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien dalam
mencegah penyakit dan merupakan upaya preventif yang mendapatkan prioritas.
Sampai saat ini ada tujuh penyakit infeksi pada anak yang dapat menyebabkan
kematian dan cacat, walaupun sebagian anak dapat bertahan dan kebal. Ketujuh
penyakit tersebut dimasukkan dalam program imunisasi yaitu tuberkulosis, difteri,
pertusis, tetanus, polio, campak dan hepatitis B.12
Imunisasi hepatitis B pada bayi adalah upaya memberikan stimulan kepada
tubuh agar secara efektif membentuk antibody terhadap virus hepatitis B (anti–
HBs). Program imunisasi hepatitis B dapat berkontribusi menurunkan angka
kesakitan dan kematian sebesar 80 -90%. 12
11
2.1.2 Program imunisasi Hepatitis B di Indonesia
Imunisasi hepatitis B pada individu dimaksudkan agar individu membetuk
antibodi yang ditunjukan untuk mencegah infeksi oleh virus hepatitis B. Tujuan
utama pemberian imunisasi hepatitis B yaitu untuk menurunkan angka kesakitan
dan kematian yang disebabkan oleh infeksi hepatitis B dan manifestasinya, secara
tidak langsung menurunkan angka kesakitan dan kematian karena kanker hati dan
pengerasan hati.10
Pemberian imunisasi hepatitis B sesuai dengan jadwal imunisasi
rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2000 berdasarkan status
HBsAg pada saat ibu melahirkan. Bayi yang dilahirkan dari Ibu dengan status
HBsAg yang tidak diketahui, diberikan vaksin rekombinan (HB Vax-II 5μg atau
engerix B 10 μg) atau vaksin plasma derived 10 mg secara intra muscular dalam
waktu 12 jam setelah lahir. Dosisi kedua diberikan pada umur 1-2 bulan dosisi
ketiga diberikan pada umur 6 bulan. Apabila pada pemeriksaan selanjutnya
diketahui HBsAg ibu positif diberikan segera 0,5 HBIF sebelum usia anak satu
minggu. Bayi baru lahir dari Ibu HBsAg positif dalam waktu 12 jam setelah lahir
dberikan 0,5 ml BIG dan vaksin rekombinan (HB Vax-II 5 mg atau engerix B 10
mg) intra muscular disisi tubuh yang berlalinan. Dosisi kedua diberikan 1-2 bulan
sesudahnya dan dosisi ketiga pada usia 6 bulan. Bayi yang lahir dengan HBsAg
negatif diberikan vaksin rekombinan (HB Vax-II dengan dosisi minimal 2,5 μg
atau engerix B 10μg, vaksin plasma derived dengan dosisi 10μg intar muscular
saat lahir sampai 2 bulan. Dosis kedua diberikan 1-2 bulan dan dosisi ketiga
12
diberikan 6 bulan setelah dosis pertama. Adapun jadwal pelaksanaan program
imunisasi nasional adalah sebagai berikut. 10
Tabel 2.1 Jadwal Pelaksanaan Program Imunisasi Nasional
Umur Vaksin Tempat
Bayi lahir dirumah
0 Bulan (0-7 hari) HB1 Dirumah
1 Bulan BCG Posyandu
2 Bulan HB2 Posyandu
3 Bulan HB2, HB 0-7 HARI1, Polio1
Posyandu
4 Bulan HB3, HB 0-7 HARI2. Polio2
Posyandu
9 Bulan Campak dan Polio 4 Posyandu
Bayi lahir di RS/Bidan praktek
0 Bulan (0-7hari) HB1, Polio1, BCG RS/Bidan Praktek
2 Bulan HB2, HB 0-7 HARI1, Polio 2
Posyandu
3 Bulan HB3, HB 0-7 HARI2, Polio 3
Posyandu
4 Bulan HB 0-7 HARI3, Polio 4
Posyandu
9 Bulan Campak PosyanduSumber : Depkes RI, 2005
2.1.3 Hepatitis B
2.1.3.1 Definisi Penyakit Hepatitis B
Hepatitis B adalah infeksi yang terjadi pada hati yang disebabkan oleh
virus hepatitis B (VHB). Penyakit ini bisa menjadi akut atau kronis dan dapat pula
menyebabkan radang, gagal ginjal, sirosis hati, dan kematian. 13
Penyakit hepatitis adalah peradangan hati yang akut karena suatu infeksi
atau keracunan. Hepatitis B merupakan penyakit yang banyak ditemukan di
13
dunia dan dianggap sebagai persoalan kesehatan masyarakat yang harus
diselesaikan. Hal ini karena selain prevelensinya tinggi, virus hepatitis B dapat
menimbulkan problema pasca akut bahkan dapat terjadi cirrhosis hepatitis dan
carcinoma hepatocelluler primer. 14
Infeksi hepatitis B dapat berupa keadaan yang akut dengan gejala yang
berlangsung kurang dari 6 bulan. Apabila penyakit berlangsung lebih dari 6 bulan,
maka disebut hepatitis kronik. Anak-anak yang terinfeksi pada waktu lahir atau
pada usia antara 1 dan 5 tahun maka akan terjadi penyakit hati yang kronik.
Infeksi yang berjalan kronis mempunyai kemungkinan untuk menjadi kanker hati
dan sirrosis hati. 15
Hepatitis merupakan peradangan hati yang bersifat sistemik, akan tetapi
hepatitis bisa bersifat asimtomatik. Hepatitis ini umumnya lebih ringan dan lebih
asimtomatik pada yang lebih muda dari pada yang tua. Lebih dari 80% anak –
anak menularkan hepatitis pada anggota keluarga adalah asimtomatik, sedangkan
lebih tiga perempat orang dewasa yang terkena hepatitis A adalah simtomatik 14
Sepuluh persen dari infeksi virus hepatitis B akan menjadi kronik dan
20% penderita hepatitis kronik ini dalam waktu 25 tahun sejak tertular akan
mengalami cirrhosis hepatic dan carcinoma hepatoculler primer (hepatoma).
Kemungkinan akan menjadi kronik lebih tinggi bila infeksi terjadi pada usia balita
dimana respon imun belum berkembang secara sempurna. Pada saat ini
diperkirakan terdapat kira – kira 350 juta orang pengidap (carrier) HBsAg dan
220 juta (78%) terdapat di Asia termasuk Indonesia. 14
14
2.1.3.2 Etiologi Hepatitis
Hepatitis B disebabkan oleh virus Hepatitis B (VHB). Virus ini pertama
kali ditemukan oleh Blumberg tahun 1965 dan dikenal dengan nama antigen
Australia yang termasuk DNA virus.
Virus hepatitis B berupa partikel dua lapis berukuran 42 nm yang disebut
dengan “Partikel Dane”. Lapisan luar terdiri atas antigen HBsAg yang
membungkus partikel inti (core). Pada partikel inti terdapat hepatitis B core
antigen (HBcAg) dan hepatitis B antigen (HBeAg). Antigen permukaan (HBsAg)
terdiri atas lipoprotein dan menurut sifat imunologiknya protein virus hepatitis B
dibagi menjadi 4 subtipe yaitu adw, adr, ayw, dan ayr. Subtype ini secara
epidemiologis penting karena menyebabkan perbedaan geografik dan rasial dalam
penyebaranya.14
2.1.3.3 Patogenesis
Berbagai mekanisme bagaimana virus hepatotropik merusak sel hati
masih belum jelas, bagaimana peran yang sesungguhnya dari hal – hal tersebut.
Informasi dari kenyataanya ini meningkatkan kemungkinan adanya perbedaan
patogenetik. Ada dua kemungkinan : (1) Efek simptomatik langsung dan (2)
adanya induksi dan reaksi imunitas melawan antigen virus atau antigen hepatosit
yang diubah oleh virus, yang menyebabkan kerusakan hepatosit yang di infeksi
virus.
Pada hepatitis kronik terjadi peradangan sel hati yang berlanjut hingga
timbul kerusakan sel hati. Dalam proses ini dibutuhkan pencetus target dan
mekanisme persistensi. Pencetusnya adalah antigen virus, autogenetic atau obat.
15
Targetnya dapat berupa komponen struktur sel, ultrastruktur atau jalur enzimatik.
Sedangkan persistensinya dapat akibat mekanisme virus menghindar dari sistem
imun tubuh, ketidakefektifan respon imun atau pemberian obat yang terus –
menerus.14
2.1.3.4 Patofisiologi
Pada hati manusia merupakan target organ bagi virus hepatitis B. Virus
Hepatitis B (VHB) mula – mula melekat pada reseptor spesifik di membran sel
hepar kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Dalam
sitoplasma virus Hepatitis B (VHB) melepaskan mantelnya, sehingga melepaskan
nukleokapsid. Selanjuntnya nukleokapsid akan menembus dinding sel hati. Di
dalam asam nukleat virus Hepatitis B (VHB) akan keluar dari nukleokapsid dan
akan menempel pada DNA hopses dan berintegrasi pada DNA tersebut.
Selanjutnya DNA virus hepatitis B (VHB) memerintahkan sel hati untuk
membentuk protein bagi virus baru. Virus ini dilepaskan ke peredaran darah,
mekanisme terjadinya kerusakan hati yang kronik disebabkan karena respon
imunologik penderita terhadap infeksi. Gambaran patologis hepatitis akut tipe A,
B, Non A dan Non B adalah sama yaitu adanya peradangan akut di seluruh bagian
hati dengan nekrosis sel hati disertai infiltrasi sel–sel hati dengan histosit.14
Perubahan morfologi hati pada hepatitis A, B dan non A dan B adalah
identik pada proses pembuatan billiburin dan urobulin. Penghancuran eritrosit
dihancurkan dan melepaskan Fe + Globulin + billiburin. Pengahancuran eritrosit
terjadi di limpa, hati, sum – sum tulang belakang dan jaringan limpoid.
16
a. Billiburin I
Hasil penelitian eritrosit di lien adalah billiburin I atau billiburin
indirect. Billiburin I masih terkait dengan protein. Di hati billiburin
I dipisahkan protein dan atas pengaruh enzim hati, billiburin I
menjadi billiburin II atau hepatobilliburin.
b. Billiburin II
Billiburin dikumpulkan didalam vesica falea (kandung empedu) dan
dialirkan ke usus melalui ductus choleducutus. Billiburin yang
keluar dari vesica falea masuk ke usus diubah menjadi stercobilin,
kemudian keluar bersama feces lalu sebagian masuk ke ginjal,
sehingga disebut urobillinogen. Bila billiburin terlalu banyak dalam
darah akan terjadi perubahan pada kulit dan selaput lendir kemudian
kelihatan menguning sehingga disebut ikterus.14
2.1.3.5 Manifestasi Klinis Hepatitis B
Berdasarkan gejala klinis dan petunjuk serologis manefestasi klinis
hepatitis B dibagi dua, yaitu :
a. Hepatitis B akut
Hepatitis B akut yaitu manefestasi infeksi virus hepatitis B terhadap
individu yang sistem imunologinya matur sehingga berakhir dengan
hilangnya virus hepatitis B dari tubuh hopses. Hepatitis B akut terdiri
atas 3, yaitu:
17
1). Hepatitis B akut yang khas
Bentuk hepatitis ini meliputi 95% penderita dengan gambaran
ikterus yang jelas. Gejala klinis terdiri atas 3 fase yaitu, fase
praikterik (prodromal), gejala non spesifik, permulaan penyakit
tidak jelas, demam tinggi, anoreksia, mual, nyeri di daerah hati
disertai perubahan warna air kemih menjadi gelap. Pemeriksaan
laboratorium mulai tampak kelainan hati, fase ikterik, gejala
demam dan gastrointestinal mulai tambah hebat, disertai
hepatomegali dan spinomegali. Timbulnya ikterus makin hebat
dengan puncak pada minggu ke dua. Setelah timbul ikterus, gejala
menurun dan pemeriksaan laboratorium tes fungsi hati abnormal
dan fase penyembuhan, ditandai dengan menurunya kadar enzim
aminotransferase, pembesaran hati masih ada tetapi tidak terasa
nyeri, pemeriksaan laboratorium menjadi normal.
2). Hepatitis Fulminan
Bentuk ini sekitar 1% dengan gambaran sakit berat dan sebagian
besar mempunyai prognosa buruk dalam 7 – 10 hari, 50% akan
berakhir dengan kematian.
b. Hepatitis B kronik
Hepatitis B kronik yaitu kira – kira 5 -10% penderita hepatitis B akut
akan mengalami hepatitis B kronik. Hepatitis ini terjadi jika setelah 6
bulan tidak menunjukan perbaikan yang mantap.16
18
2.1.3.5 Sumber dan Cara Penularan Virus Hepatitis B
a. Sumber Penularan Virus Hepatitis B
Sumber penularan berupa darah, saliva, kontak dengan mukosa
penderita virus, feses, dan urine, pisau cukur, selimut, alat makan, alat
kedokteran yang terkontaminasi virus hepatitis B.
b. Cara penularan Virus Hepatitis B
Penularan virus hepatitis B melalui berbagai cara yaitu parenternal
dimana terjadi penembusan kulit atau mukosa misalnya melalui tusuk
jarum atau benda yang susah tercemar virus Hepatitis B dan
pembuatan tattoo, kemudian secara non parenteral yaitu karena
persentuhan yang erat dengan benda yang tercemar virus hepatitis B.
secara epidemiologi penularan infeksi virus hepatitis B dari Ibu yang
HBsAg positif kepada anak dilahirkan yang terjadi selama masa
perinatal, dan secara horizontal yaitu penularan infeksi virus Hepatitis
B dari seseorang pengidap virus kepada orang lain disekitarnya,
misalnya melalui hubungan seksual (Sudoyo, 2008)
2.1.3.6 Pencegahan Penularan Hepatitis B
Menurut Park ada lima pokok tingkatan pencegahan yaitu :
a. Health promotion
Health promotion yaitu dengan usaha penigkatan mutu kesehatan.
Health promotion terhadap host berupa pendidikan kesehatan,
peningkatan higiene perorangan, perbaikan gizi, perbaikan system
19
tranfusi darah dan mengurangi kontak erat dengan bahan - bahan yang
berpotensi menularkan virus hepatitis B (VHB).
b. Specific protection
Specific protection yaitu perlindungan khusus terhadap penularan
hepatitis B dapat dilakukan melalui sterilisasi benda–benda yang
tercemar dengan pemanasan dan tindakan khusus seperti penggunaan
yang langsung bersinggungan dengan darah, serum, cairan tubuh dari
penderita hepatitis, juga pada petugas kebersihan, penggunaan pakaian
khusus sewaktu kontak dengan darah dan cairan tubuh, cuci tangan
sebelum dan sesudah kontak dengan penderita pada tempat khusus
selain itu perlu dilakukan pemeriksaan HBsAg petugas kesehatan (unit
onkologi dan dialisa) untuk menghindarkan kontak antara petugas
kesehatan dengan penderita dan juga imunisasi pada bayi baru lahir.
c. Early diagnosis and prompt treatment
Menurut Balitbang Depkes RI (2005), diagnosis dan pengobatan dini
merupakan upaya pencegahan penyakit tahap II. Sasaran pada tahap ini
yaitu bagi mereka yang menderita penyakit atau terancam akan
menderita suatu penyakit. Tujuan pada pencegahan tahap II adalah :
1. Pencarian penderita secara dini dan aktif melalui pemeriksaan
berkala pada sarana pelayanan kesehatan untuk mematiskan bahwa
seseorang tidak menderita penyakit hepatitis B, bahkan gangguan
kesehatan lainnya.
20
a). Melakukan screening hepatitis B (pencarian penderita penyakit
Hepatitis) melalui suatu tes atau uji tertentu pada orang yang
belum mempunyai atau menunjukan gejala dari suatu penyakit
dengan tujuan untuk mendeteksi secara dini adanya suatu
penyakit hepatitis B.
b). Melakukan pengobatan dan pearwatan penderita hepatitis B
sehingga cepat mengalami pemulihan atau sembuh dari
penyakitnya.
2.1.4 Faktor yang Berpengaruh pada Cakupan Imunisasi Hb 0-7 Hari
2.1.4.1 Pendidikan Ibu
Pendidikan adalah proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan
dan perilaku manusia melalui pengajaran, sehingga dalam pendidikan itu perlu
dipertimbangkan umur (proses perkembangan klien) dan hubungan dengan proses
belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
persepsi seorang untuk lebih mudah menerima ide dan teknologi baru semakin
meningkat pendidikan seoranh maka akan bertambah pengalaman yang
mempengaruhi wawasan dan pengetahuan. Adapun tujuan yang hendak dicapai
melalui pendidikan adalah untuk mengubah pengetahuan (pengertian, pendapat,
konsep-konsep) sikap dan persepsi serta menambahkan tingkah laku atau
kebiasaan yang baru.12
Tingkat pendidikan dibagi menjadi : SD, SLTP, SLTA dan Perguruan
Tinggi (PT).
21
2.1.4.2 Sikap Ibu
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek.12
Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui
pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon
individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Sikap adalah
kesiapaan seseorang untuk bertindak.12
Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulakan bahwa manifestasi sikap
itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditaksirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Newcomb seperti dikutip oleh Notoatmodjo (2003),
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk beraksi,
dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan suatu
perilaku. Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
22
d Bertanggung Jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden
terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-
pernyataan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden.
2.1.4.3 Pengetahuan Ibu
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindaraan terjadi
melalui panca indra manusia yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga, 12
Pengetahuan merupakan suatu usaha yang mendasari seseorang berpikir
secara ilmiah, sedang tingkatannya tergantung pada ilmu pengetahuan atau dasar
pendidikan orang tersebut. 12
Pengetahuan adalah hasil tahu dan manusia sekedar menjawab pertanyaan
atau setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Notoadmojo (2003) mengatakan pengetahuan yang dicakup di dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
23
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari suatu bahan yang
dipelajari, kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari orang lain menyebutkan.
b. Memahami (comprehention )
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk memperjelas
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan masalah tersebut benar, orang yang telah paham
terhadap obek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh menyimpulkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya, dalam konteks
atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik
dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian dapat menggunakan
prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solvin cycle) di
dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
d. Analisa (analysis)
Analisa adalah segala sesuatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek kedalam komponen-komponen yang ada kaitannya
satu sama lain. Kemanapun analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
24
kata kerja, seperti menggambarkan, membedakan, menggelompokkan,
memisahkan dan lain sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menuju pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru, dengan kata lain sistesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. Misalnya dapat
menyusun, merencanakan, dapat terhadap suatu teori atau rumusan-
rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang sudah ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang sudah ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria yang sudah ada. Misalnya dapat membandingkan antara anak
yang cukup gizi dengan yang kurang gizi.
Penelitian membuktikan bahwa prilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan bertambah lebih lama dibandingkan prilaku yang tidak
didasari pengetahuan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin
diukur dari subjek penelitian atau responden dalam pengetahuan yang
ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-
tingkatan diatas.
25
2.1.4.4 Lingkungan
Menurut pendapat leininger sebagaimana dikutip oleh Suparyanto (2010)
bahwa setiap manusia hidup di dalam dan dengan budayanya dan meneruskan
pengetahuan terhadap generasi berikutnya. Oleh karena itu, jika seseorang
memiliki atribut fisik dan psikologis, maka hal tersebut merupakan atribut sosial
atau secara lebih spesifik, merupakan atribut budaya atau etnik dari individu.
Variasi struktur sosial, jalan hidup, dan nilai serta norma – norma dari
berbagai budaya dan subkultur, individu memiliki opini dan pandangan tentang
sehat, sakit, asuhan, sembuh, ketergantungan, dan kemandirian yang berasal dari
budaya tersebut.
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang,
karena informasi- informasi baru akan disaring, kira- kira sesuai atau tidak dengan
budaya yang ada dan agama yang dianut
Pengetahuan ditinjau dari sisi lingkungan berfungsi untuk meningkatkan
pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan dengan kesehatannya.
Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya ( kultur ) ,
baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan –
persamaan..12
2.2. Kerangka Teori
Dari tinjauan pustaka yang telah diuraikan terdapat tiga faktor yang
mempengaruhi perilaku itu sendiri, seperti bias dilihat pada gambar berikut :
26
(Sumber : Notoatmodjo, 2003)Catatan :o : Yang diteliti : Yang tidak diteliti
Gambar 2.1. Kerangka Teori Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Hb 0 – 7 hari di Puskesmas Kuala Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2011
2.3. Kerangka Konsep
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemberian imunisasi Hepatitis
B pada bayi baru lahir (0-7 hari) sedangkan variable independen dalam penelitian
ini adalah pendidikan, sikap, pengetahuan dan lingkungan. Adapun kerangka
konsep penelitian tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pencapaian
Target Cakupan Imunisasi Hb 0 – 7 hari di Puskesmas Kuala Cenaku Kabupaten
Indragiri Hulu Tahun 2011 adalah sebagai berikut :
Faktor Predisposisi :o Pendidikano Pengetahuano Sikap Kepercayaan
Faktor Pendukungo Lingkungan (Sekitar
rumah) Ketersediaan fasilitas dan
sumber yang ada
Faktor Pendorong : Keluarga Teman Guru Petugas Kesehatan
Perilaku kesehatan
27
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Hb 0 – 7 hari di Puskesmas Kuala Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2011
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Pendidikan
Pengetahuan
Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Hb 0 – 7 hari
Sikap
Lingkungan
28
Desain penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah cross sectional
yaitu suatu penelitian untuk mempelajari Faktor-faktor yang berhubungan dengan
Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Hb 0 – 7 hari.
3.2 Tempat dan Waktu
Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kuala Cenaku
Kabupaten Indragiri Hulu. Penelitian ini akan dilakukan pada Bulan April sampai
dengan Mei 2011.
3.3 Populasi dan sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu bersalin di wilayah kerja
Puskesmas Kuala Cenaku Bulan Januari sampai dengan Maret tahun 2011 yang
berjumlah 38 orang, yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kuala
Cenaku
3.3.2. Sampel
Sampel adalah ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Kuala Cenaku
Bulan Januari sampai dengan Maret tahun 2011 yang berjumlah 38 orang dan
diambil dengan teknik pengambilan sampel secara sensus.
a. Kriteria inklusi
Ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Kuala Cenaku Bulan Januari
sampai dengan Maret tahun 2011
b. Kriteria Ekslusi
1). Jika responden dalam keadaan sakit
2) Jika tidak bersedia menjadi responden
29
3.4 Teknik Pengumpul Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan
kuesioner terhadap data primer tentang laporan pencapaian target cakupan
imunisasi Hb 0 – 7 hari, data pendidikan,pengetahuan, sikap dan lingkungan.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Indragiri Hulu
3.5 Pengolahan Data
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data pada penelitian ini
meliputi :
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan ini berisikan kegiatan data meliputi :
a. Menentukan sasaran atau populasi
b. Menetapkan jumlah sampel
c. Membuat kerangka konsep
2. Tahap Pengumpulan Data
Pengumpulan data dengan menggunakan metode kuesioner dengan
melalui tahapan sebagai berikut :
a. Menggunakan surat izin meneliti pada tempat yang telah ditentukan
b. Mengumpulkan data dengan metode pembagian kuesioner.
c. Memproses dan menganalisis data jawaban kuesioner yang telah
terkumpul.
3. Pengolahan data
a. Editing
30
Mengolah data sedemikian rupa sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki
oleh data tersebut, untuk dapat melakukan pengolahan data dengan
baik, data tersebut perlu diperiksa terlebih dahulu, apakah telah sesuai
seperti yang diharapkan atau tidak.
b. Coding
Coding ini dipandang perlu karena data yang terkumpul banyak
macamnya. Untuk memudahkan pengolahannya, semua jawaban
tersebut yang dilakukan dalam bentuk memberikan simbol-simbol
tertentu untuk setiap jawaban.
c. Tabulating
Setelah editing dan coding selesai dilakukan langkah selanjutnya yang
ditempuh ialah mengelompokkan data tersebut ke dalam suatu label
tertentu menurut sifat-sifat yang dimilikinya, sesuai dengan tujuan
penelitian. Pekerjaan pengelompokkan data dalam bentuk tabel
menurut sifat-sifat tersebut
3.6 Analisa Data
Data-data yang telah terkumpul akan dianalisis secara deskriptif (analisis
univariat) dan dilakukan perhitungan jumlah persentase masing-masing variabel
yaitu :
a. Analisa Univariat
Analisa univariat digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensai dari
masing-masing variabel yang diteliti meliputi pencapaian target cakupan
imunisasi Hb 0 – 7 hari, data pendidikan,pengetahuan, sikap dan lingkungan
31
b. Analisis Bivariat
Untuk melihat perbandingan dan hubungan antara dua variabel, maka
dilakukan uji statitstik Chi-Square, yang dilakukan untuk melihat perbedaan
dua proporsi antara dua variabel (dependen dan independen). Data diolah
dengan menggunakan komputerisasi dengan Uji – Chi Square, dengan derajat
bermakna p < 0,05.
Rumus chi square yang digunakan dalam penelitian ini adalah
χ 2 =
Keterangan :
χ 2 : Chi-kuadrat
∑ : Jumlah
O : Frekuensi yang diobservasi
E : Frekuensi yang diharapkan.
3.7 Definisi Operasional
Definisi operasional dapat bermanfaat untuk mengarahkan kepada
pengukuran terhadap variabel-variabel penelitian dengan kriteria pengukuran
sebagai berikut :
3.7.1 Pencapaian target cakupan imunisasi Hb 0 – 7 hari
Adalah jumlah kumulatif bayi yang dilakukan imunisasi Hb 0-7 hari pada
wilayah kerja Puskesmas Kuala Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu.
Alat Ukur : Kuisioner
32
Cara Ukur : Wawancara
Hasil Ukur : 1). Bayi baru lahir diberikan imunisasi Hb 0-7 hari
2). Bayi baru lahir tidak diberikan imunisasi Hb 0-7 hari
Skala Ukur : Ordinal
3.7.2 Pendidikan
Adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti oleh
responden
Alat Ukur : Kuisioner
Cara Ukur : Wawancara
Hasil Ukur : 1). Pendidikan rendah : SLTP / Sederajat ke bawah
2). Pendidikan Tinggi / SLTA / sederajat ke atas
Skala Ukur : Ordinal
3.7.3 Sikap
Adalah kesiapan atau kesediaan responden di wilayah kerja Puskesmas
Kuala Cenaku agar bayinya mendapatkan imunisasi Hb 0-7 hari, pernyataan yang
diajukan sebanyak 10 buah terdiri dari 6 pernyataan positif dan 4 pernyataan
negatif.
Alat Ukur : Kuisioner
Cara Ukur : Untuk pernyataan positif (no. 1-6) diberi skor, SS = 4, S = 3,. TS
= 2, STS = 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif (7-10) diberi
skor SS = 1, S = 2,. TS = 3, STS = 4.
Hasil Ukur : 1). Positif : Bila total skor ≥ median
2). Negatif : Bila total skor ≤median
33
Skala Ukur : Ordinal
3.7.4 Pengetahuan
Adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang imunisasi Hb
0-7 hari di wilayah kerja Puskesmas Kuala Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu,
pertanyaan 12 buah.
Alat Ukur : Kuisioner
Cara Ukur : Wawancara, jawaban yang benar diberi skor 1 dan yang salah 0
untuk masing-masing pertanyaan
Hasil Ukur : 1). Tinggi : Bila total skor ≥ median
2). Rendah: Bila total skor ≤ median
Skala Ukur : Ordinal
3.7.5 Lingkungan
Adalah dukungan dari suami, orang tua, tetangga atau saudara yang lain
yang bisa membuat perubahan perilaku seseorang dan sangat berpengaruh
terhadap terbentuknya perilaku seseorang.
Alat Ukur : Kuisioner
Cara Ukur : Wawancara, jawaban yang benar diberi skor 1 dan yang salah 0
untuk masing-masing pertanyaan
Hasil Ukur : 1). Mendukung : Bila total skor ≥ median
2). Tidak Mendukung : Bila total skor ≤ median
Skala Ukur : Ordinal
34
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCAPAIAN TARGET CAKUPAN IMUNISASI HB 0 – 7 HARI
DI PUSKESMAS KUALA CENAKU KABUPATEN INDRAGIRI HULU
TAHUN 2011
35
Usulan Penelitian SkripsiDiajukan Ke Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas Sebagai Pemenuhan Syarat Untuk MelaksanakanPenelitian Skripsi Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh : D A R S I A H
No. BP : 0910335079
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2011
top related