KABUPATEN SUKOHARJO 2010-2016€¦ · melihat pergeseran struktur ekonomi. PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari suatu periode ke periode
Post on 09-Jul-2020
2 Views
Preview:
Transcript
BADAN PUSAT STATISTIKKABUPATEN SUKOHARJOJl. Bulakrejo - Gentan No. 3 Sukoharjo 57527http://sukoharjokab.bps.go.id; Email: bps3311@bps.go.id
Katalog : �������.����No. Publikasi : �����.����
BADAN PUSAT STATISTIKKABUPATEN SUKOHARJO
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
KABUPATEN SUKOHARJO
MENURUT PENGELUARAN
PDRB
2010-2016‘ASEDINO.WORDPRESS.COM’
BADAN PUSAT STATISTIKKABUPATEN SUKOHARJOJl. Bulakrejo - Gentan No. 3 Sukoharjo 57527http://sukoharjokab.bps.go.id; Email: bps3311@bps.go.id
Katalog : �������.����No. Publikasi : �����.����
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
KABUPATEN SUKOHARJO
MENURUT PENGELUARAN
PDRB
2010-2016‘ASEDINO.WORDPRESS.COM’
Katalog : 9302004.3311
ISBN : 978-602-6858-52-8
No. Publikasi : 33115.1702
Ukuran Buku : 21 cm x 29,7 cm
Jumlah Halaman : 57 halaman Naskah: Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Gambar Kulit: Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Diterbitkan Oleh: ©Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo ©CV. Grafindo Mediatama Lestari
Anggota Tim Penyusun:
Penanggung Jawab : Ir. Sri Ariyanto
Penyusun : Suparno, S.ST, M.Si
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 iii
KATA PENGANTAR
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu
perangkat data ekonomi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja pembangunan
ekonomi Kabupaten Sukoharjo. Penghitungan PDRB dapat dilakukan melalui 3 (tiga)
pendekatan, yaitu : (i) pendekatan produksi/penyediaan (PDRB menurut Lapangan Usaha), (ii)
pendekatan pengeluaran/ permintaan akhir (PDRB menurut Pengeluaran), dan (iii) pendekatan
pendapatan (PDRB menurut Pendapatan). Ketiga pendekatan penghitungan tersebut secara
teori akan menghasilkan angka PDRB yang sama. Namun Badan Pusat Statistik baru melakukan
penghitungan PDRB dengan pendekatan produksi dan pengeluaran.
Publikasi PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 secara khusus
membahas mengenai PDRB menurut pendekatan pengeluaran. Pendekatan ini dirinci menjadi
beberapa komponen, yaitu Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi
Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, Investasi
(Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Perubahan Inventori), Ekspor Luar Negeri, Impor Luar
Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor antar
daerah). Data PDRB dalam publikasi ini menggunakan tahun dasar 2010, serta sudah
menerapkan konsep System of National Accounts 2008 (SNA 2008) seperti yang
direkomendasikan oleh United Nations.
Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusinya dalam mewujudkan publikasi
ini disampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya. Demikian pula kepada instansi pemerintah
dan lembaga/perusahaan swasta yang telah memberikan dukungan data bagi penyusunan
publikasi ini diucapkan terima kasih. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat terus
berlanjut serta dapat ditingkatkan di masa-masa mendatang.
Disadari bahwa data dan informasi yang disajikan dalam publikasi ini masih memerlukan
penyempurnaan. Oleh karena itu, setiap masukan yang bersifat konstruktif sangat diharapkan
demi penyempurnaan isi publikasi ini selanjutnya.
Semoga publikasi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Sukoharjo, 10 Agustus 2017
Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo,
Ir. SRI ARIYANTO
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 iv
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar …………………………………………………………………..............................................
Daftar Isi ………………………………………………………………………………….........................................
Daftar Tabel ………………………………………………………………………………......................................
Daftar Grafik ……………………………………………………………………………........................................
Daftar Lampiran ………………………………………………..……………………......................……...............
iii
iv
vi
vii
viii
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
PENDAHULUAN ………………………………………………….............………........…….......
A. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ................... ……......
B. Kegunaan PDRB……………………. ……..………………........………...............……......
METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA ……………………………………………………..
A. Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga (PKRT) …….…………………………
B. Pengeluaran Konsumsi Akhir LNPRT (PKLNPRT) ……………...………………………
C. Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah (PKP) ……….….…………………………
D. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) …..……………….…………………………
E. Perubahan Inventori ………………………..…………….…….……….…………………..……
F. Ekspor Impor Barang dan Jasa …………………………………………………………….……
TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN SUKOHARJO 2010-2016 ……………….
A. Tinjauan PDRB Sukoharjo ...............………….…………………………………………..
B. Perkembangan Konsumsi Akhir Rumah Tangga …………………………………..……
C. Perkembangan Konsumsi Akhir LNPRT ……………….....................………….……
D. Perkembangan Konsumsi Akhir Pemerintah ……………….……………………………
E. Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) .…… …………..……
F. Perkembangan Perubahan Inventori …………………………..……………………..……
PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB MENURUT PENGELUARAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2010-2016 ..........................................………….……………
A. PDRB Perkapita ………………………..……………….……...…….…………………………….
B. Perbandingan Konsumsi Akhir Rumah Tangga terhadap PMTB ...................
C. Proporsi Konsumsi Akhir terhadap PDRB …………………………....………………......
1
1
2
4
4
7
9
11
15
18
20
20
25
28
29
30
31
33
33
34
34
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 v
BAB V
D. Neraca Perdagangan (Trade Balance) ……………………..…...…….………………....
E. Incremental Capital Output Ratio (ICOR) .…………………….… .………………........
PENUTUP …………………………………………………………………....………….……………….....
LAMPIRAN ………………………………………………………………….………….……………….....
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….………….……………….....
35
36
38
39
49
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. PDRB Adh Berlaku Kabupaten Sukoharjo menurut Komponen Pengeluaran
Tahun 2010-2016 (Juta Rp) ………………………………………………………………………
Tabel 2. PDRB Adh Konstan 2010 Kabupaten Sukoharjo menurut Komponen
Pengeluaran Tahun 2010-2016 (Juta Rp) ……………………………………………..……
Tabel 3. Distribusi PDRB Adh Berlaku Kabupaten Sukoharjo menurut Komponen
Pengeluaran Tahun 2010-2016 (Persen) …………………………………………………………
Tabel 4. Pertumbuhan PDRB Adh Konstan 2010 Kabupaten Sukoharjo menurut
Komponen Pengeluaran Tahun 2010-2016 (Persen) ……………………………..………
Tabel 5. Indeks Implisit PDRB Kabupaten Sukoharjo menurut Komponen Pengeluaran
Tahun 2010-2016 (Persen) …………………………………………………………………………….
Tabel 6. Perkembangan Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Tahun 2010-2016
Tabel 7. Struktur Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Tahun 2010-2016
(Persen) .…………………………………………………………………………………………………………
Tabel 8. Pertumbuhan Riil Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Tahun 2010-
2016 (Persen)…………………………………………………………………………………………………..
Tabel 9. Pertumbuhan Indeks Implisit Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga
Tahun 2010-2016 (Persen) ………………………………………………………………………………
Tabel 10. Perkembangan Penggunaan Konsumsi LNPRT Tahun 2010-2016 ……………………
Tabel 11. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Tahun 2010-2016
Tabel 12. Perkembangan dan Struktur PMTB Tahun 2010-2016 …….……………………………
Tabel 13. Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori Tahun 2010-2016 ……………….
Tabel 14. Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Per kapita Tahun 2010-2016 …
Tabel 15. Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap PMTB Tahun 2010-2016 ..
Tabel 16. Proporsi Penggunaan Konsumsi Akhir terhadap PDRB Tahun 2010-2016 ….
Tabel 17. Neraca Perdagangan Barang dan Jasa Tahun 2010-2016 ………………………………….
Tabel 18. Incremental Capital Output Ratio Tahun 2010-2016 ……………………………………..
20
21
22
24
24
25
26
27
28
28
30
31
32
33
34
35
35
37
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 vii
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1. Perbandingan PDRB Adh Berlaku dan Adh Konstan 2010 menurut Pengeluaran
Tahun 2010-2016…………….................................................................................
Grafik 2. Perbandingan Distribusi PDRB menurut Pengeluaran Tahun 2010 dan Tahun
2016 ..................................................................................................................
22
23
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut
Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 (Juta Rupiah) …………………
Lampiran 2. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut
Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 (Juta Rupiah) …………………
Lampiran 3. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Berlaku menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 (Persen)
Lampiran 4. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2010 menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016
(Persen) ………………………………………………………………………………………………….
Lampiran 5. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Berlaku menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 (Persen)
Lampiran 6. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2010 menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016
(Persen) …………………………………………………………………………………………………
Lampiran 7. Sumber Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto menurut
Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 (Persen) ..........................
Lampiran 8. Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto (Tahun 2010=100)
menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 (Persen) …………
Lampiran 9. Laju Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Berlaku menurut Pengeluaran (Tahun 2010=100) Kabupaten Sukoharjo
2010-2016 (Persen) …………………………………………………………………………………
40
41
42
43
44
45
46
47
48
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam
suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar
harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai
tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu selama setahun,
atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi
dalam suatu wilayah tertentu selama setahun.
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Sedangkan PDRB atas dasar harga
konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang
pada suatu tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk
melihat pergeseran struktur ekonomi. PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan ekonomi dari suatu periode ke periode (tahun ke tahun). Dalam
publikasi ini tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2010 yang diharapkan dapat
mencerminkan struktur ekonomi terkini.
Terdapat tiga pendekatan yang biasanya digunakan dalam menghitung angka-angka
PDRB, yaitu:
1. Pendekatan Produksi
PDRB menurut pendekatan produksi adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan
menjadi 17 kategori lapangan usaha yaitu: 1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, 2.
Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri Pengolahan, 4. Pengadaan Listrik dan Gas, 5.
Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, 6. Konstruksi, 7.
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, 8. Transportasi dan
Pergudangan, 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, 10. Informasi dan
Komunikasi, 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 12. Real Estat, 13. Jasa Perusahaan, 14.
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, 15. Jasa Pendidikan, 16.
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 2
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, 17. Jasa lainnya. Setiap kategori lapangan usaha
tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub kategori lapangan usaha.
2. Pendekatan Pengeluaran
PDRB menurut pendekatan pengeluaran adalah semua komponen permintaan akhir yang
terdiri dari: (1) pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga, (2) pengeluaran konsumsi akhir
lembaga non profit yang melayani rumah tangga, (3) pengeluaran konsumsi akhir
pemerintah, (4) pembentukan modal tetap domestik bruto, (5) perubahan inventori, dan (6)
ekspor neto (ekspor dikurangi impor).
3. Pendekatan Pendapatan
PDRB menurut pendekatan ini merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor
produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu
tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan
gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak
penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan
dan pajak tidak langsung neto (pajak atas produksi dan impor dikurangi subsidi).
Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama. Jadi,
jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus
sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksi. PDRB yang dihasilkan
dengan cara ini disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar, karena di dalamnya sudah dicakup
pajak tidak langsung neto.
B. KEGUNAAN PDRB
Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan
kondisi perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini antara
lain adalah:
1. PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang
dihasilkan oleh suatu wilayah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber
daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.
2. PDRB harga konstan dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan, atau setiap sektor, dari tahun ke tahun.
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 3
3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian atau
peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor-sektor ekonomi yang
mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu wilayah.
4. PDRB harga berlaku menurut pengeluaran dapat menunjukkan produk barang dan jasa yang
digunakan untuk tujuan konsumsi akhir, investasi dan diperdagangkan dengan pihak luar
negeri/luar wilayah.
5. Distribusi PDRB menurut pengeluaran menunjukkan peranan institusi dalam menggunakan
barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi.
6. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per satu orang penduduk.
7. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata
ekonomi per kapita penduduk suatu wilayah.
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 4
BAB II
METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA
A. PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA (PKRT)
1. Konsep, Definisi dan Cakupan
Sektor rumah tangga mempunyai peran yang cukup besar dalam perekonomian. Hal ini
tercermin dari besarnya sumbangan konsumsi rumahtangga dalam pembentukan PDRB
pengeluaran. Di samping berperan sebagai konsumen akhir barang dan jasa, rumah tangga juga
berperan sebagai produsen dan penyedia faktor produksi untuk aktivitas produksi yang
dilakukan oleh institusi lain.
Pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (PKRT) adalah pengeluaran atas barang dan
jasa oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Rumah tangga didefinisikan sebagai individu
atau kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu bangunan tempat tinggal. Mereka
mengumpulkan pendapatan, dapat memiliki harta dan kewajiban, serta mengkonsumsi barang
dan jasa secara bersama-sama.
PKRT mencakup seluruh pengeluaran atas barang dan jasa oleh residen suatu wilayah,
baik yang dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik suatu region. Jenis-jenis barang
dan jasa yang dikonsumsi diklasifikasikan menurut COICOP (Classifications of Individual
Consumption by Purpose) seperti yang direkomendasikan oleh UN (United Nations), sebagai
berikut:
1. Makanan dan minuman tidak beralkohol
2. Minuman beralkohol, tembakau dan narkotik
3. Pakaian dan alas kaki
4. Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya
5. Furniture, perlengkapan rumahtangga dan pemeliharaan rutin
6. Kesehatan
7. Angkutan
8. Komunikasi
9. Rekreasi/hiburan dan kebudayaan
10. Pendidikan
11. Penyediaan makan minum dan penginapan/hotel
12. Barang dan jasa lainnya
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 5
Namun karena keterbatasan data, maka dalam penyajian di publikasi ini, 12 (dua belas) COICOP
tersebut dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) COICOP, yaitu:
1. Makanan, Minuman, dan Rokok
2. Pakaian dan Alas Kaki
3. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
4. Kesehatan dan Pendidikan
5. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
6. Hotel dan Restoran
7. Lainnya
Konsumsi rumah tangga mencakup juga hal-hal sebagai berikut:
Imputasi jasa persewaan rumah milik sendiri (owner occupied dwellings);
Nilai perkiraan sewa rumah milik sendiri harus diperhitungkan karena rumah tangga
pemilik, dianggap menghasilkan jasa persewaan rumah bagi dirinya sendiri. Imputasi sewa
rumah diperkirakan atas dasar harga pasar, meskipun status rumah tersebut milik sendiri.
Apabila rumah tangga benar-benar menyewa, maka yang dihitung adalah biaya sewa
yang dibayar, baik dibayar penuh maupun tidak penuh karena mendapat keringanan biaya
(subsidi atau transfer).
Barang yang diproduksi dan digunakan sendiri;
Pemberian/hadiah dalam bentuk barang yang diterima dari pihak lain;
Barang dan jasa yang dibeli langsung (direct purchase) oleh residen di luar wilayah atau di
luar negeri (diperlakukan sebagai impor)
Terdapat beberapa catatan yang perlu diketahui berkaitan dengan PKRT ini, yaitu:
Pembelian langsung oleh non-residen, diperlakukan sebagai ekspor dari wilayah tersebut)
Pembelian barang yang tidak diproduksi kembali (diduplikasi), seperti barang antik,
lukisan, dan hasil karya seni lainnya diperlakukan sebagai investasi atas barang berharga,
bukan konsumsi rumah tangga.
Pengeluaran rumah tangga untuk keperluan biaya antara dan pembentukan modal di
dalam aktivitas usaha rumah tangga, tidak termasuk dalam pengeluaran konsumsi rumah
tangga. Contoh, pembelian barang dan jasa untuk keperluan usaha, perbaikan besar
rumah, dan pembelian rumah.
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 6
Pengeluaran untuk keperluan transfer baik dalam bentuk uang atau barang, tidak
termasuk sebagai pengeluaran konsumsi rumah tangga.
2. Metode Penghitungan
Sumber data yang digunakan untuk mengestimasi PKRT adalah :
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS, dalam bentuk pengeluaran konsumsi per-
kapita seminggu untuk makanan, dan pengeluaran per-kapita sebulan untuk kelompok bukan
makanan,
Jumlah penduduk pertengahan tahun,
Data Sekunder (dari BPS maupun dari luar BPS), dalam bentuk data atau indikator suplai
komoditas dari jenis pengeluaran tertentu,
Indeks Harga Konsumen (IHK).
Penghitungan PKRT didasarkan pada hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Untuk
menghasilkan perhitungan PKRT yang mencerminkan kondisi sesungguhnya, masih
diperlukan adanya beberapa penyesuaian (adjustment). Penyesuaian dilakukan dengan
menggunakan data pendukung (data sekunder) dalam bentuk indikator suplai (di luar
Susenas) dari beberapa komoditi tertentu. Hasil penghitungan dari data sekunder tersebut
dianggap lebih mencerminkan PKRT yang sebenarnya. Penyesuaian (adjustment) yang
dilakukan adalah mengganti hasil Susenas dengan hasil penghitungan yang didasarkan data
indikator suplai untuk beberapa komoditas. Penggantian dilakukan pada level komoditas,
kelompok komoditas, atau jenis pengeluaran tertentu. Sedangkan PKRT adh Konstan 2010,
diperoleh dengan cara men-deflate PKRT adh Berlaku dengan IHK tahun dasar 2010.
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 7
B. PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR LNPRT (PKLNPRT)
1. Konsep, Definisi dan Cakupan
Sektor Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) muncul sebagai sektor
tersendiri dalam suatu perekonomian wilayah. Sektor ini berperan dalam menyediakan barang
dan jasa bagi anggotanya maupun bagi rumah tangga secara gratis atau pada tingkat harga yang
tidak berarti secara ekonomi. Harga yang tidak berarti secara ekonomi artinya harga tersebut
biasanya dibawah harga pasar (tidak mengikuti harga pasar yang berlaku).
LNPRT merupakan bagian dari lembaga non profit (LNP). Sesuai dengan fungsinya, LNP
dibedakan atas LNP yang melayani rumah tangga dan LNP yang melayani bukan rumah tangga.
Karakteristik unit LNP adalah sebagai berikut:
LNP umumnya adalah lembaga formal, tetapi terkadang merupakan lembaga informal yang
keberadaannya diakui oleh masyarakat;
pengawasan terhadap jalannya organisasi dilakukan oleh anggota terpilih yang punya hak
sama, termasuk hak bicara atas keputusan lembaga;
setiap anggota mempunyai tanggung jawab tertentu dalam organisasi, dan tidak berhak
menguasai profit atau surplus, karena profit yang diperoleh dari kegiatan usaha produktif
dikuasai oleh lembaga;
kebijaksanaan lembaga diputuskan secara kolektif oleh anggota terpilih, dan kelompok ini
berfungsi sebagai pelaksana dari dewan pengurus; dan
istilah nonprofit tidak berarti bahwa lembaga ini tidak dapat menciptakan surplus melalui
kegiatan produktifnya, namun surplus yang diperoleh biasanya diinvestasikan kembali pada
aktivitas sejenis.
LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggotanya atau rumah tangga, serta tidak
dikontrol oleh pemerintah. Anggota dari lembaga yang dimaksud di sini adalah yang bukan
berbentuk badan usaha. LNPRT dibedakan atas 7 (tujuh) jenis lembaga, yaitu: Organisasi
kemasyarakatan, Organisasi sosial, Organisasi profesi, Perkumpulan
sosial/kebudayaan/olahraga/hobi, Lembaga swadaya masyarakat, Lembaga keagamaan, dan
Organisasi bantuan kemanusiaan/beasiswa.
Nilai Pengeluaran Konsumsi LNPRT (PKLNPRT) sama dengan nilai output non-pasar yang
dihasilkan LNPRT. Nilai output non pasar tersebut dihitung berdasarkan nilai seluruh
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 8
pengeluaran LNPRT dalam rangka melakukan kegiatan operasionalnya. Pengeluaran yang
dimaksud terdiri dari:
a. Konsumsi antara, contoh : pembelian alat tulis, barang cetakan; pembayaran listrik, air,
telepon, teleks, faksimili; biaya rapat, seminar, perjamuan, transportasi, bahan bakar,
perjalanan dinas, belanja barang dan jasa lain, sewa gedung, sewa perlengkapan kantor dan
lain-lain.
b. Kompensasi tenaga kerja, contoh: upah, gaji, lembur, honor, bonus dan tunjangan lainnya
c. Penyusutan
d. Pajak lainnya atas produksi (dikurangi subsidi), contoh: PBB, STNK, BBN dan lain-lain.
2. Metode Penghitungan
Sumber data yang digunakan untuk mengestimasi PKLNPRT adalah :
Hasil Survei Khusus Lembaga Non-profit (SKLNP).
Informasi yang diperoleh dari hasil SKLNP adalah rata-rata pengeluaran menurut jenis
lembaga dan jenis pengeluaran.
Hasil up-dating direktori LNPRT.
Informasi yang diperoleh dari hasil up-dating direktori LNPRT adalah jumlah populasi LNPRT
menurut jenis lembaga.
Indeks Harga Konsumen (IHK)
PKLNPRT diestimasi dengan menggunakan metode langsung, yaitu meng- gunakan
hasil Survei Khusus Lembaga Non Profit (SKLNP). Tahapan estimasi PKLNPRT adalah sebagai
berikut :
a. Menghitung rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran (barang
dan jasa). Barang dan jasa yang diperoleh secara cuma-cuma, nilainya diperkirakan sesuai
harga pasar yang berlaku. Rata-rata pengeluaran lembaga menurut jenisnya dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
ijij
i
xx
n
ijx : Rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran
ijx : PKLNPRT hasil survei menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 9
in : Jumlah sampel LNPRT menurut jenis lembaga
i : Jenis lembaga LNPRT, i = 1, 2, 3, …, 7
j : jenis pengeluaran LNPRT, j = 1, 2, 3, …, 19
b. Mengestimasi PKLNPRT, dengan menggunakan rumusan sebagai berikut:
7 19
1 1
ij i
i j
X x N
X : PKLNPRT adh Berlaku
iN : Populasi LNPRT menurut jenis lembaga
Hasil penghitungan di atas akan diperoleh besarnya PKLNPRT adh Berlaku. PKLNPRT adh
Konstan 2010, diperoleh dengan cara men-deflate PKLNPRT adh Berlaku dengan IHK tahun
dasar 2010.
C. PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH (PKP)
1. Konsep, Definisi dan Cakupan
Unit pemerintah adalah unit institusi yang dibentuk melalui proses politik, serta
mempunyai kekuasaan di bidang lembaga legislatif, yudikatif maupun eksekutif atas unit institusi
lain yang berada di dalam batas-batas wilayah suatu wilayah. Pemerintah juga mempunyai
berbagai peran dan fungsi lainnya, seperti sebagai penyedia barang dan jasa bagi kelompok atau
individu rumah tangga, sebagai pemungut dan pengelola pajak atau pendapatan lainnya,
berfungsi mendistribusikan pendapatan atau kesejahteraan melalui aktivitas transfer, serta
terlibat di dalam produksi non-pasar.
Dalam suatu perekonomian, unit pemerintah bisa berperan sebagai konsumen maupun
produsen, serta sebagai regulator yang menetapkan berbagai kebijakan di bidang fiskal dan
moneter. Sebagai konsumen, pemerintah akan melakukan aktivitas konsumsi atas barang dan
jasa akhir. Sedangkan sebagai produsen, pemerintah akan melakukan aktivitas memproduksi
barang dan jasa maupun aktivitas investasi.
Besarnya nilai pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PKP) sama dengan nilai produksi
barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah untuk dikonsumsi pemerintah itu sendiri. PKP
mencakup pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin, pembayaran upah dan gaji pegawai,
transfer sosial dalam bentuk barang, perkiraan penyusutan barang modal, dan nilai output dari
Bank Indonesia, dikurangi dengan nilai penjualan barang dan jasa yang dihasilkan unit produksi
yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pemerintahan.
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 10
Aktivitas unit produksi pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas
pemerintahan secara umum, mencakup kegiatan sebagai berikut:
a. Memproduksi barang yang sama atau sejenis dengan barang yang diproduksi oleh
perusahaan. Contoh, aktivitas pencetakan publikasi, kartu pos, reproduksi karya seni,
pembibitan tanaman di kebun percobaan dsb. Aktivitas menjual barang-barang
semacam itu bersifat insidentil dari fungsi pokok unit pemerintah.
b. Memproduksi jasa. Contoh, aktivitas penyelenggaraan rumah sakit, sekolah, perguruan
tinggi, museum, perpustakaan, tempat rekreasi dan penyimpanan hasil karya seni yang
dibiayai oleh pemerintah. Dalam hal ini pemerintah memungut biaya yang umumnya
tidak lebih dari seluruh biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diterima dari aktivitas
semacam ini disebut sebagai penerimaan non-komoditi (pendapatan jasa).
Sektor pemerintahan terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam
melakukan aktivitasnya, unit pemerintah pusat akan mengacu pada dokumen Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan unit pemerintah daerah (baik Provinsi,
Kabupaten/Kota, maupun Desa) mengacu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah
Daerah (APBD).
Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PKP) Kabupaten Sukoharjo mencakup PK-
Pemerintah Kabupaten Sukoharjo; PK-Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi yang berada di
Kabupaten Sukoharjo; dan PK-Pemerintah Desa/Kelurahan yang ada di wilayah Kabupaten
Sukoharjo.
2. Metode Penghitungan
Data dasar yang digunakan untuk menghitung PKP Kabupaten Sukoharjo adalah:
Data realisasi APBN untuk instansi vertikal di Sukoharjo (KPPN Sukoharjo)
Data realisasi APBD (DPPKAD)
Statistik Keuangan Daerah (BPS)
Output Bank Indonesia (BI)
Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari KPPN Sukoharjo, BKD Sukoharjo serta Indeks Harga
dari BPS.
a. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Kabupaten Sukoharjo adh Berlaku
Secara umum, PK-P adh Berlaku dihitung menggunakan rumusan berikut:
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 11
Output non-pasar dihitung dengan pendekatan biaya yang dikeluarkan, yaitu : Belanja
pengadaan barang/jasa, bantuan sosial dalam bentuk barang (yang dibeli dengan harga
pasar), belanja pegawai, dan penyusutan.
Untuk level kabupaten, PK-P Kabupaten adh Berlaku dihitung berdasarkan penjumlahan dari
pengeluaran akhir konsumsi pemerintah kabupaten itu sendiri + pengeluaran akhir konsumsi
instansi vertikal di kabupaten tersebut + pengeluaran akhir seluruh pemerintah
desa/kelurahan yang ada di wilayah kabupaten tersebut.
b. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Kabupaten adh Konstan
Pengeluaran konsumsi pemerintah adh Konstan dihitung dengan menggunakan metode
deflasi. Deflator yang digunakan adalah Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) umum tanpa
ekspor, Indeks Upah, Indeks Implisit dari Produk Domestik Bruto komponen Pembentukan
Modal Tetap Bruto dan Indeks Harga Konsumen (IHK) umum.
D. PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (PMTB)
1. Konsep, Definisi dan Cakupan
Aktivitas investasi merupakan salah satu faktor utama yang akan mempengaruhi
perkembangan ekonomi suatu negara/wilayah. Investasi di sini terdiri dari investasi fisik dan
investasi finansial. Dalam konteks PDB/PDRB, aktivitas investasi fisik ini tercermin pada
komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Perubahan Inventori.
PMTB erat kaitannya dengan keberadaan aset tetap (fixed asset) yang dilibatkan dalam
proses produksi. Secara garis besar aset tetap dapat diklasifikasi menurut jenis barang modal
seperti: bangunan dan konstruksi lain, mesin dan perlengkapan, kendaraan, tumbuhan, ternak,
dan barang modal lainnya.
PMTB didefinisikan sebagai penambahan dan pengurangan aset tetap pada suatu unit
produksi, dalam kurun waktu tertentu. Penambahan barang modal mencakup pengadaan,
pembuatan, pembelian, sewa beli (financial leasing) barang modal baru dari dalam negeri serta
PK-P adh Berlaku=
Output non pasar–penjualan barang dan jasa + Output Bank Indonesia
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 12
barang modal baru dan bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan besar, transfer atau barter
barang modal), dan pertumbuhan aset sumberdaya hayati yang dibudidaya. Sedangkan
pengurangan barang modal mencakup penjualan, transfer atau barter, dan sewa beli (financial
leasing) barang modal bekas pada pihak lain. Pengecualian kehilangan yang disebabkan oleh
bencana alam tidak dicatat sebagai pengurangan.
Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun, serta akan mengalami
penyusutan sepanjang usia pakainya. Istilah ”bruto”mengindikasikan bahwa di dalamnya masih
mengandung unsur penyusutan. Penyusutan atau konsumsi barang modal (Consumption of Fixed
Capital) menggambarkan penurunan nilai barang modal yang digunakan dalam proses produksi
secara normal selama satu periode.
PMTB terdiri dari:
a. Penambahan dikurangi pengurangan aset (harta) baik barang baru maupun barang bekas,
seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, bangunan lainnya, mesin
& perlengkapan, alat transportasi, aset tumbuhan dan hewan yang dibudidaya (cultivated
asset), produk kekayaan intelektual (intellectual property products), dan sebagainya;
b. Biaya alih kepemilikan aset non-finansial yang tidak diproduksi, seperti lahan dan aset yang
dipatenkan;
c. Perbaikan besar aset, yang bertujuan meningkatkan kapasitas produksi dan usia pakainya
(seperti overhaul mesin produksi; reklamasi pantai; pembukaan, pengeringan dan
pengairan hutan; serta pencegahan banjir dan erosi).
2. Metode Penghitungan
Sumber data yang digunakan untuk mengestimasi PMTB adalah :
Output industri konstruksi hasil penghitungan PDRB menurut industri konstruksi dari BPS
Provinsi/Kabupaten/Kota.
Data Produksi Industri Besar Sedang dari Statistik Industri Kecil dan Rumah tangga.
Laporan keuangan perusahaan.
Publikasi Statistik Industri Besar dan Sedang level provinsi.
IHPB dari Statistik Harga Perdagangan Besar.
Publikasi Statistik Pertambangan dan Penggalian (migas dan non-migas).
Publikasi Statistik Listrik, Gas dan Air Minum.
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 13
Publikasi Statistik Konstruksi.
Penghitungan PMTB dapat dilakukan melalui metode langsung maupun tidak langsung,
tergantung pada ketersediaan data yang mungkin diperoleh di wilayah masing-masing.
Pendekatan “langsung” adalah dengan cara menghitung pembentukan modal (harta tetap) yang
dilakukan oleh berbagai sektor ekonomi (produsen) secara langsung. Sedangkan pendekatan
“tidak langsung” adalah dengan menghitung berdasarkan alokasi dari total penyediaan produk
(barang dan jasa) yang menjadi barang modal di berbagai industri, atau disebut sebagai
pendekatan “arus komoditas”. Dalam hal ini penyediaan atau “supply” dari barang modal dapat
berasal dari produksi dalam negeri (domestik) maupun dari produk luar negeri (impor).
Pendekatan Langsung
Penghitungan PMTB secara langsung dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh nilai
PMTB yang terjadi di setiap industri (lapangan usaha). Barang modal tersebut dinilai atas dasar
harga (adh) pembelian, di dalamnya sudah termasuk biaya-biaya yang dikeluarkan, seperti biaya
transportasi, biaya instalasi, pajak-pajak, serta biaya lain yang terkait dengan pengadaan barang
modal tersebut. Bagi barang modal yang berasal dari impor di dalamnya termasuk bea masuk
dan pajak-pajak yang terkait dengan pengadaan atau alih kepemilikan barang modal tersebut.
Pada dasarnya data untuk penghitungan PMTB secara langsung dapat diperoleh dari
laporan keuangan perusahaan. Data yang tersedia meliputi informasi/data tentang perubahan
atas aset tetap (PMTB) yang dinilai adh berlaku atau harga pembelian (perolehan). Untuk
memperoleh nilai PMTB adh Konstan, maka PMTB adh Berlaku tersebut di “deflate” (dibagi)
dengan indeks harga perdagangan besar (IHPB) yang sesuai dengan kelompok barang modal.
Pendekatan Tidak Langsung
Penghitungan PMTB dengan cara tidak langsung, disebut sebagai pendekatan arus
komoditas (commodity flow approach). Pendekatan ini dilakukan dengan cara menghitung nilai
penyediaan produk barang yang dihasilkan oleh berbagai industri (supply), yang kemudian
sebagian di antaranya dialokasi menjadi barang modal. Penghitungan PMTB dalam bentuk
bangunan, dilakukan dengan menggunakan rasio tertentu dari nilai output industri konstruksi,
baik adh Berlaku maupun adh Konstan.
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lainnya
dibedakan atas barang modal yang berasal dari produksi domestik, dan yang berasal dari impor.
Untuk barang modal domestik, dapat diperoleh dengan dua cara. Pertama, dengan mengalokasi
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 14
output mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang menjadi pembentukan modal. Nilai
tersebut masih harus ditambah dengan biaya angkut dan margin perdagangan, sehingga
diperoleh PMTB adh Berlaku. Untuk memperoleh nilai adh Konstan adalah dengan men-deflate
PMTB (adh Berlaku) dengan IHPB yang sesuai dengan jenis barang modal.
Pendekatan ke dua, yang harus dilakukan bila data output tidak tersedia adalah dengan
cara “ekstrapolasi” atau mengalikan PMTB adh Konstan dengan indeks produksi jenis barang
modal yang sesuai. Untuk itu penghitungan PMTB diawali dengan menghitung PMTB adh
Konstan terlebih dahulu. Selanjutnya untuk memperoleh PMTB adh Berlaku, nilai PMTB adh
Konstan tersebut di “reflate”(dikalikan) dengan indeks harga masing-masing jenis barang modal
yang sesuai (sebagai inflator). Hal ini mensyaratkan bahwa PMTB adh Konstan di tahun-tahun
sebelumnya sudah tersedia secara lengkap.
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang
berasal dari impor, dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara.
Pertama, PMTB adh Berlaku diperoleh dari total nilai barang impor. Selanjutnya, barang
modal tersebut dirinci menurut kelompok utama seperti mesin-mesin, alat angkutan dan barang
modal lain. Apabila rincian tersebut tidak tersedia dapat digunakan rasio tertentu sebagai
alokator (barang modal impor kode HS 2 digit). Kedua, untuk memperoleh PMTB adh Konstan
adalah dengan cara men“deflate” PMTB adh Berlaku dengan menggunakan indeks harga yang
sesuai.
PMTB adh Berlaku untuk barang modal tak-berwujud seperti eksplorasi mineral, dihitung
dengan cara mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang industri
pertambangan. Dengan menggunakan data panel, pertumbuhan adh Berlaku dari aktivitas
pertambangan itu menjadi pengali nilai eksplorasi mineral pada periode sebelumnya.
Sedangkan PMTB adh Konstannya diperoleh dengan men-deflate nilai adh Berlaku dengan
indeks implisit dari PDRB industri pertambangan. Selain itu, data dari ESDM dan BP Migas
diharapkan menjadi dasar atau data kontrol untuk data tahunannya.
Untuk perangkat lunak, PMTB adh Berlaku diperoleh dengan cara mengumpulkan data
laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang software. Untuk adh Konstan diperoleh dengan
men-deflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit industri jasa perusahaan.
Penghitungan PMTB hasil karya hiburan, sastra, dan seni original (entertainment, literary,
or artistic original products), data yang dikumpulkan antara lain nilai sinetron dan program acara
televisi yang dapat dibuat. Sedangkan data Impor film diperoleh dari nilai impor film. PMTB adh
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 15
Konstannya diperoleh dengan cara men-deflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit industri
jasa hiburan dan IHPB barang impor.
Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam penghitungan PMTB melalui
pendekatan tak-langsung (arus komoditas), yaitu:
a. Rasio penggunaan output industri yang menjadi barang modal cenderung statis. Untuk
memperbaiki diperlukan survei dalam skala yang besar.
b. Nilai margin perdagangan dan angkutan (Trade and Transport Margin) sulit diperoleh.
c. Selang (Lag) waktu antara data tahun pengukuran (referensi) dengan data publikasi yang
diperoleh dari sumber data tertentu, terlalu lama.
E. PERUBAHAN INVENTORI
1. Konsep, Definisi dan Cakupan
Dalam aktivitas ekonomi, inventori berfungsi sebagai salah satu komponen yang
dibutuhkan untuk keberlangsungan proses produksi, disamping tenaga kerja dan barang modal.
Dalam PDB/PDRB, komponen Perubahan Inventori merupakan bagian dari Pembentukan Modal
Tetap Bruto, atau yang lebih dikenal sebagai investasi fisik yang terjadi pada kurun waktu
tertentu di dalam suatu wilayah. Perubahan inventori menggambarkan bagian dari investasi
yang direalisasikan dalam bentuk barang jadi, barang setengah jadi, serta bahan baku dan bahan
penolong pada satu periode tertentu. Ketersediaan data perubahan inventori menjadi penting
untuk memenuhi kebutuhan analisis tentang aktivitas investasi.
Pengertian sederhana dari inventori (persediaan) adalah barang yang dikuasai oleh
produsen untuk tujuan diolah lebih lanjut (intermediate consumption) menjadi barang dalam
bentuk lain, yang mempunyai nilai ekonomi maupun nilai manfaat yang lebih tinggi. Termasuk
dalam pengertian ini adalah barang yang masih dalam proses pengerjaan (work in progress),
serta barang jadi yang belum dipasarkan dan masih dikuasai oleh pihak produsen.
Perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori pada akhir periode akuntansi
dengan nilai inventori pada awal periode akuntansi. Perubahan inventori menjelaskan tentang
perubahan posisi barang inventori, yang dapat bermakna pertambahan (tanda positif) atau
pengurangan (bertanda negatif).
Bagi produsen, keberadaan inventori diperlukan untuk menjaga kelangsungan proses
produksi, sehingga perlu pencadangan baik dalam bentuk bahan baku atau bahan penolong.
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 16
Ketidakpastian yang disebabkan pengaruh eksternal juga menjadi faktor pertimbangan bagi
pengusaha untuk melakukan pencadangan (khususnya bahan baku). Bagi pedagang, pengadaan
inventori lebih dipengaruhi oleh unsur spekulatif dengan harapan untuk memperoleh
keuntungan yang lebih besar. Sedangkan bagi pemerintah, kebijakan pencadangan khususnya
komoditas strategis utamanya ditujukan untuk menjaga stabilitas ekonomi, politik dan sosial.
Karena menyangkut kepentingan masyarakat luas (publik), maka perlu ada pencadangan untuk
beberapa komoditas bahan pokok seperti beras, terigu, minyak goreng dan gula pasir. Bagi
rumah tangga, pengadaan inventori lebih ditujukan untuk kemudahan dalam mengatur perilaku
konsumsinya saja.
Inventori dapat diklasifikasikan menurut jenis barang adalah sebagai berikut :
a. Inventori menurut industri, seperti produk atau hasil perkebunan, kehutanan, perikanan,
pertambangan, industri pengolahan, gas kota, air bersih, serta konstruksi;
b. Berbagai jenis bahan baku dan penolong (material & supplies), yaitu semua bahan,
komponen atau persediaan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi;
c. Barang jadi, yaitu barang yang telah diproses tetapi belum terjual atau belum digunakan,
termasuk barang yang dijual dalam bentuk yang sama seperti pada waktu dibeli;
d. Barang setengah jadi, yaitu barang-barang yang sebagian telah diolah atau belum selesai
(tidak termasuk konstruksi yang belum selesai).
e. Barang dagangan yang masih dikuasai oleh pedagang besar maupun pedagang eceran untuk
tujuan dijual;
f. Ternak untuk tujuan dipotong;
g. Pengadaan barang oleh pedagang untuk tujuan dijual atau dipakai sebagai bahan bakar atau
persediaan; dan
h. Persediaan pada pemerintah, yang mencakup barang strategis seperti beras, kedelai, gula
pasir, dan gandum.
2. Metode Penghitungan
Sumber data yang digunakan untuk penghitungan komponen perubahan inventori adalah:
Laporan keuangan perusahaan-perusahaan terkait, dari survei atau dari mengunduh
website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id);
Laporan Keuangan Perusahaan BUMN/BUMD
Data komoditas pertambangan dari publikasi statistik pertambangan dan penggalian;
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 17
Data Inventori Publikasi Tahunan Industri Besar Sedang.
Data komoditas perkebunan;
Indeks harga implisit PDRB industri terpilih, dan
Indeks harga perdagangan besar (IHPB) terpilih.
Data eksternal lain, seperti data persediaan beras dari Bulog, data semen dari Asosiasi
Semen Indonesia (ASI), gula dari Dewan Gula Indonesia (DGI), dan ternak dari Dirjen
Peternakan Kementrian Pertanian.
Terdapat 2 (dua) metode yang digunakan dalam penghitungan komponen perubahan
inventori, yaitu pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung. Pendekatan langsung
adalah pendekatan dari sisi “korporasi”, sedangkan pendekatan tidak langsung adalah
pendekatan dari sisi “komoditas”.
Dilihat dari sisi manfaatnya, pendekatan secara langsung menghasilkan data yang relatif
lebih baik dibanding dengan pendekatan tidak langsung. Pendekatan komoditas hanya dapat
dilakukan jika data posisi inventori tersedia secara rinci dan berkesinambungan.
Pendekatan Langsung
Dengan menggunakan pendekatan langsung, akan diperoleh nilai posisi inventori di suatu
waktu tertentu (umumnya di akhir tahun). Sumber data utama adalah laporan neraca akhir
tahun (balance sheet) perusahaan. Untuk memperoleh nilai perubahan inventori adh Berlaku,
diperlukan data inventori di tahun yang berurutan. Langkah penghitungan inventori dari laporan
keuangan, adalah sebagai berikut :
menghitung posisi inventori adh Konstan, dengan cara men-deflate stok awal dan akhir
dengan IHPB akhir tahun;
menghitung perubahan inventori adh Konstan dengan mengurangkan posisi di tahun
berjalan dengan di tahun sebelumnya; dan
menghitung perubahan inventori adh Berlaku dengan meng-inflate perubahan inventori
adh Konstan dengan IHPB rata-rata tahunan.
Pendekatan Tidak Langsung
Pendekatan tidak langsung disebut juga dengan pendekatan arus komoditas (commodity
flow). Data utama yang digunakan adalah data volume dan harga masing-masing barang
inventori. Nilai perubahan barang inventori adh Berlaku diperoleh dengan cara menghitung
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 18
perubahan volume stok akhir dan stok awal dikalikan rata-rata harga pembelian, atau harga
penjualan, bila data harga pembelian tidak tersedia. Perubahan barang inventori adh Konstan
dihitung dengan: a. men-deflate nilai perubahan inventori adh Berlaku dengan indeks harga yang
sesuai, b. mengalikan perubahan volume stok akhir dan stok awal dikalikan dengan harga barang
di tahun dasar.
Keterbatasan dan masalah yang dihadapi di dalam menghitung komponen Perubahan
Inventori adalah:
Data inventori yang dibutuhkan adalah dalam bentuk posisi atau pada satu saat untuk
periode waktu yang berurutan;
Tidak seluruh komoditas inventori tersedia data volume dan harganya;
Data perubahan inventori yang tersedia dalam bentuk volume umumnya tidak disertai data
harganya. Jika data harga inventori tidak tersedia, maka dapat diasumsikan indeks harga
komoditas inventori mengikuti indeks implisit PDRB yang sesuai;
Diperlukan adjustment dengan cara me-mark-up, untuk melengkapi estimasi untuk industri
yang datanya tidak tersedia.
F. EKSPOR IMPOR BARANG DAN JASA
1. Konsep, Definisi dan Cakupan
Aktivitas ekspor-impor dalam suatu wilayah diyakini telah terjadi sejak lama, bahkan
sebelum wilayah itu ditetapkan sebagai wilayah pemerintah. Ragam barang dan jasa yang
diproduksi serta disparitas harga, menjadi faktor utama munculnya aktivitas ekspor impor.
Daerah yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri berusaha mendatangkan dari daerah
atau bahkan negara lain. Di sisi lain, daerah yang memproduksi barang dan jasa melebihi dari
kebutuhan domestik, terdorong untuk memperluas pasar ke luar daerah atau bahkan ke luar
negeri.
Seiring perkembangan zaman, aktivitas produksi dan permintaan masyarakat atas barang
dan jasa semakin meningkat dan beragam. Kemajuan di bidang transportasi dan komunikasi juga
turut memperlancar arus distribusi barang dan jasa. Kondisi tersebut semakin mendorong
aktivitas ekspor-impor di suatu wilayah menjadi semakin berkembang.
Ekspor-impor di suatu wilayah didefinisikan sebagai alih kepemilikan ekonomi (baik
penjualan/pembelian, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dan jasa antara residen wilayah
tersebut dengan non-residen yang berada di luar wilayah tersebut.
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 19
Ekspor-Impor pada suatu wilayah terdiri dari:
a. Ekspor/impor barang dari/ke Luar Negeri ke/dari daerah tersebut
b. Ekspor/impor jasa dari/ke Luar Negeri ke/dari daerah tersebut
Cakupan jasa meliputi jasa pengangkutan, asuransi, komunikasi, pariwisata, dan jasa lainnya
c. Net Ekspor antar daerah
Ekspor antar daerah
Impor antar daerah
2. Metode Penghitungan
Sumber data yang digunakan untuk mengestimasi ekspor impor adalah :
Data Statistik Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dari BPS (dalam US$)
Data Statistik Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dari BPS (dalam US$)
Neraca Pembayaran Indonesia dari Bank Indonesia
Laporan Simopel, yaitu laporan (bulanan) bongkar muat barang di pelabuhan;
Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk provinsi di jembatan timbang;
Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk provinsi dari hasil survei.
Kurs transaksi rata-rata tertimbang dari Bank Indonesia.
Ekspor-Impor barang luar negeri dinilai menurut harga free on board (fob) dalam US$.
Penghitungan ekspor barang luar negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang (sesuai PEB)
dengan kurs transaksi beli rata-rata tertimbang. Sedangkan Impor barang luar negeri dilakukan
dengan mengalikan nilai barang (sesuai PIB) dengan kurs transaksi jual rata-rata tertimbang. Nilai
ekspor-impor jasa berasal dari Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia. Disamping itu, nilai ekspor-impor tersebut masih ditambah/dikurangi dengan nilai
pembelian langsung (direct purchase) dan transaksi yang tidak terdokumentasi (undocumented
trasnsaction) baik oleh residen maupun non residen. Sedangkan net ekspor antar wilayah
merupakan nilai sisa (residu) antara PDRB lapangan usaha dengan PDRB pengeluaran.
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 20
BAB III
TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN SUKOHARJO 2010-2016
Perubahan struktur ekonomi Kabupaten Sukoharjo akibat proses pembangunan
ekonomi yang terjadi pada periode 2010 sampai dengan 2016, tidak terlepas dari dua faktor
yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal lebih dipengaruhi oleh perkembangan
maupun perubahan perilaku masing-masing komponen pengeluaran akhir. Sedangkan faktor
eksternal banyak dipengaruhi oleh perubahan teknologi dan struktur perdagangan global
sebagai akibat peningkatan perdagangan internasional.
Data yang ada menunjukkan bahwa setiap komponen pengeluaran mempunyai perilaku
yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Sebagian besar produk atau barang dan jasa yang
tersedia di wilayah domestik Sukoharjo digunakan untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir
(Rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah). Sebagian lagi digunakan untuk investasi fisik (dalam
bentuk PMTB dan perubahan inventori). Untuk lebih jelasnya, perilaku masing-masing
komponen pengeluaran itu akan diuraikan pada bagian berikut.
A. Tinjauan PDRB Sukoharjo
Kondisi perekonomian Sukoharjo menunjukkan tanda pemulihan, setelah berlalunya
masa krisis yang melanda ekonomi dunia sejak tahun 2008. Hal ini terlihat dari PDRB yang terus
meningkat dan pertumbuhan ekonomi yang tetap menunjukkan arah positif.
Tabel 1. PDRB Adh Berlaku Kabupaten Sukoharjo menurut Komponen Pengeluaran Tahun 2010-2016 (Juta Rp)
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
11.849.254,06 13.026.770,56 14.516.340,40 16.147.957,49 17.654.985,94 19.350.877,98 20.650.823,64
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
176.491,08 190.508,43 217.607,41 246.716,74 285.642,85 308.313,33 326.364,13
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
978.239,60 1.083.919,25 1.201.358,81 1.325.787,21 1.460.073,70 1.705.290,04 1.787.215,89
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
3.473.792,08 4.037.799,51 4.928.161,34 5.338.974,70 5.874.976,52 6.607.399,60 7.068.792,68
5. Perubahan Inventori 385.615,52 830.989,11 1.614.439,26 1.352.577,80 737.526,99 250.138,49 116.033,10
6. Ekspor Barang dan Jasa 11.598.805,15 14.037.291,45 15.041.523,33 16.304.515,83 18.517.131,58 18.761.248,84 20.184.128,64
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa
12.104.975,83 14.813.108,14 17.270.710,14 18.667.726,16 20.122.848,77 20.271.721,49 21.038.743,86
PDRB 16.357.221,65 18.394.170,18 20.248.720,41 22.048.803,61 24.407.488,81 26.711.546,80 29.094.614,23
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 21
Peningkatan ekonomi tersebut digambarkan melalui Nilai PDRB atas dasar harga (adh)
Berlaku dan atas dasar harga (adh) Konstan, serta pertumbuhan pada total PDRB. Nilai PDRB
Sukoharjo adh Berlaku selama periode tahun 2010 sampai dengan 2016 menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 PDRB Berlaku Sukoharjo mencapai 16,36
trilyun rupiah, setelah melalui proses pembangunan ekonomi selama 6 tahun, capaian PDRB
meningkat menjadi 29,09 trilyun rupiah pada tahun 2016. Peningkatan nilai tersebut dipengaruhi
oleh adanya perubahan harga dan juga perubahan volume konsumsi.
Tabel 2. PDRB Adh Konstan 2010 Kabupaten Sukoharjo menurut Komponen Pengeluaran Tahun 2010-2016 (Juta Rp)
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
11.849.254,06 12.400.659,40 13.012.117,95 13.676.888,84 14.253.176,12 14.978.663,08 15.702.655,12
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
176.491,08 186.536,24 197.038,25 206.535,76 223.249,80 220.107,59 229.708,90
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
978.239,60 1.000.653,59 1.029.183,84 1.071.282,05 1.094.500,16 1.142.276,60 1.154.782,52
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
3.473.792,08 3.848.965,95 4.440.023,65 4.667.817,98 4.837.172,88 5.014.091,61 5.265.834,74
5. Perubahan Inventori 385.615,52 899.513,88 1.013.772,74 754.532,61 433.712,56 83.284,17 81.049,31
6. Ekspor Barang dan Jasa 11.598.805,15 12.506.322,29 12.825.198,81 13.677.771,36 13.900.298,48 14.771.441,52 15.416.722,36
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa
12.104.975,83 13.523.012,73 14.175.087,98 14.652.939,17 14.293.100,16 14.597.786,38 15.014.108,89
PDRB 16.357.221,65 17.319.638,62 18.342.247,26 19.401.889,44 20.449.009,84 21.612.078,19 22.836.644,07
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
Selain dinilai adh Berlaku, PDRB menurut pengeluaran juga dinilai adh Konstan 2010 atau
atas dasar harga berbagai produk yang dinilai dengan harga pada tahun 2010. Melalui
pendekatan penghitungan adh Konstan, PDRB di masing-masing tahun dapat memberikan
gambaran tentang perubahan PDRB secara volume atau secara kuantitas saja (tanpa ada
pengaruh perubahan harga). PDRB komponen pengeluaran adh Konstan menggambarkan
perubahan atau pertumbuhan ekonomi secara riil, utamanya berkaitan dengan peningkatan
volume konsumsi akhir. Selama kurun waktu 2010–2016, gambaran tentang perkembangan
ekonomi Sukoharjo berdasarkan PDRB adh Konstan dapat dilihat pada Tabel 2 di atas. Pada
tahun 2010 PDRB Konstan Sukoharjo mencapai 16,36 trilyun rupiah, setelah melalui proses
pembangunan ekonomi selama 6 tahun, capaian PDRB meningkat menjadi 22,84 trilyun rupiah
pada tahun 2016. Sama halnya dengan PDRB adh Berlaku, seluruh komponen pengeluaran akhir
PDRB adh Konstan juga menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 22
Dari grafik berikut, nampak bahwa nilai PDRB adh Berlaku lebih besar dari nilai PDRB adh
Konstan. Perbedaan tersebut disebabkan karena ada pengaruh perubahan harga dalam
perhitungan PDRB adh Berlaku. Dalam PDRB adh Konstan pengaruh harga telah ditiadakan.
Grafik 1. Perbandingan PDRB Adh Berlaku dan Adh Konstan 2010 Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010-2016
Terbentuknya keseluruhan PDRB atau total PDRB merupakan kontribusi dari semua
komponen pengeluarannya, yang terdiri dari konsumsi akhir rumah tangga (PKRT), konsumsi
akhir LNPRT (PKLNPRT), konsumsi akhir pemerintah (PKP), pembentukan modal tetap bruto
(PMTB), ekspor netto (E) atau ekspor dikurangi impor.
Tabel 3. Distribusi PDRB Adh Berlaku Kabupaten Sukoharjo
menurut Komponen Pengeluaran Tahun 2010-2016 (Persen)
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
72,44 70,82 71,69 73,24 72,33 72,44 70,98
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
1,08 1,04 1,07 1,12 1,17 1,15 1,12
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
5,98 5,89 5,93 6,01 5,98 6,38 6,14
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
21,24 21,95 24,34 24,21 24,07 24,74 24,30
5. Perubahan Inventori 2,36 4,52 7,97 6,13 3,02 0,94 0,40
6. Ekspor Barang dan Jasa 70,91 76,31 74,28 73,95 75,87 70,24 69,37
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa
74,00 80,53 85,29 84,67 82,45 75,89 72,31
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
0
5
10
15
20
25
30
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
16,418,4
20,222
24,426,7
29,1
16,417,3 18,3
19,420,4 21,6
22,8
PD
RB
(Tr
ilyu
n R
p)
Berlaku Konstan
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 23
Berdasarkan Tabel 3 di atas terlihat bahwa selama periode 2010 – 2016, produk yang
dikonsumsi di wilayah domestik sebagian besar masih untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
akhir rumah tangga (di atas 70 persen). Pengeluaran untuk barang modal (PMTB) memberi
kontribusi sekitar 21 - 24 persen, sedangkan kontribusi konsumsi akhir pemerintah berada pada
rentang 5 - 6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam menyerap produk
domestik tidak terlalu besar. Pada tahun 2010-2016 perdagangan Sukoharjo yang
direpresentasikan oleh transaksi ekspor dan impor antar daerah dan luar negeri, menunjukkan
bahwa nilai ekspor selalu lebih rendah dari nilai impor, yang berarti bahwa perdagangan
Sukoharjo selalu menunjukkan posisi “defisit”. Ekspor barang dan jasa ke luar daerah dan luar
negeri berada pada kisaran 69-76 persen, pada tahun 2016 kontribusi eksport barang dan jasa
sebesar 69,37 persen. Sedangkan distribusi impor dari luar daerah dan luar negeri berada pada
kisaran 72-76 persen, pada tahun 2016 kontribusi impor barang dan jasa sebesar 72,31 persen.
Grafik 2. Perbandingan Distribusi PDRB menurut Pengeluaran Tahun 2010 dan Tahun 2016
Distribusi PDRB Pengeluaran 2010 (Persen)
Distribusi PDRB Pengeluaran 2016 (Persen)
X-M : Ekspor Neto
∆ I : Perubahan Inventori
Agregat makro lain yang dapat diturunkan dari data PDRB adalah pertumbuhan riil PDRB
atau lebih dikenal dengan pertumbuhan ekonomi (economic growth), yang menggambarkan
kinerja pembangunan di bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Sukoharjo dari tahun 2010 -
2016 secara rata-rata mencapai 5,72 persen, dengan masing-masing pertumbuhan sebesar 5,88
persen (2011); 5,90 persen (2012); 5,78 persen (2013); 5,40 persen (2014); 5,69 persen (2015)
PKRT, 72,44LNPRT,
1,08
PKP, 5,98
PMTB, 21,24
∆ I, 2,36X-M,
(-3,09)
PKRT 70,98
LNPRT 1,12
PKP 6,14
PMTB 24,30
∆ I 0,4 X-M (2,94)
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 24
dan 5,67 persen (2015). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2012 yakni sebesar 5,90
persen, sebaliknya yang terendah terjadi pada tahun 2014 (5,40 persen).
Tabel 4. Pertumbuhan PDRB Adh Konstan 2010 Kabupaten Sukoharjo menurut Komponen Pengeluaran Tahun 2011-2016
(Persen)
Komponen Pengeluaran 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
4,65 4,93 5,11 4,21 5,09 4,83
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
5,69 5,63 4,82 8,09 (1,41) 4,36
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
2,29 2,85 4,09 2,17 4,37 1,09
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
10,80 15,36 5,13 3,63 3,66 5,02
5. Perubahan Inventori - - - - - -
6. Ekspor Barang dan Jasa 7,82 2,55 6,65 1,63 6,27 4,37
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa
11,71 4,82 3,37 (2,46) 2,13 2,85
PDRB 5,88 5,90 5,78 5,40 5,69 5,67 * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
Sementara itu, indeks implisit (indeks perkembangan harga) PDRB yang menggambarkan
tingkat perubahan harga yang terjadi pada sisi konsumen, baik konsumen akhir (rumah tangga,
LNPRT, dan pemerintahan) maupun konsumen lainnya (perusahaan dan luar negeri) juga
menunjukkan peningkatan.
Tabel 5. Indeks Harga Implisit PDRB Kabupaten Sukoharjo menurut Komponen Pengeluaran Tahun 2010-2016
(Persen)
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
100,00 105,05 111,56 118,07 123,87 129,19 131,51
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
100,00 102,13 110,44 119,45 127,95 140,07 142,08
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
100,00 108,32 116,73 123,76 133,40 149,29 154,77
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
100,00 104,91 110,99 114,38 121,45 131,78 134,24
5. Perubahan Inventori 100,00 92,38 159,25 179,26 170,05 300,34 143,16
6. Ekspor Barang dan Jasa 100,00 112,24 117,28 119,20 133,21 127,01 130,92
6. Dikurangi Impor Barang dan Jasa
100,00 109,54 121,84 127,40 140,79 138,87 140,13
PDRB 100,00 106,20 110,39 113,64 119,36 123,60 127,40 * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 25
B. Perkembangan Konsumsi Akhir Rumah Tangga
Konsumsi akhir rumah tangga menempati porsi terbesar dalam PDRB menurut
pengeluaran. Data pada Tabel 6 menunjukkan hal tersebut, dimana sebagian besar produk
domestik dan produk impor digunakan untuk memenuhi konsumsi akhir rumah tangga. Dalam
kurun waktu 2010 – 2016 konsumsi akhir rumah tangga mengalami peningkatan signifikan baik
dalam nominal (adh Berlaku) maupun riil (adh Konstan), sejalan dengan kenaikan jumlah
penduduk maupun jumlah rumah tangga. Kenaikan jumlah penduduk mendorong terjadinya
kenaikan nilai dan volume konsumsi rumah tangga, yang pada gilirannya akan mendorong laju
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Tabel 6. Perkembangan Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga
Tahun 2010-2016
U r a i a n 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Total Konsumsi RT a. ADHB (Juta Rp)
11.849.254,06 13.026.770,56 14.516.340,40 16.147.957,49 17.654.985,94 19.350.877,98 20.650.823,64
b. ADHK 2010 (Juta Rp) 11.849.254,06 12.400.659,40 13.012.117,95 13.676.888,84 14.253.176,12 14.978.663,08 15.702.655,12
Proporsi terhadap PDRB ( % ADHB)
72,44 70,82 71,69 73,24 72,33 72,44 70,98
Rata-rata konsumsi per Rumah Tangga/tahun (Rp)
a. ADHB 48.884.070 52.783.129 58.255.975 63.773.992 69.191.824 75.352.126 79.210.548
b. ADHK 2010 48.884.070 50.246.191 52.219.333 54.014.869 55.859.759 58.326.764 60.230.814
Rata-rata konsumsi per- kapita/tahun (Rp)
a. ADHB 14.021.923 15.342.453 16.992.306 18.764.541 20.373.010 22.173.599 23.497.606
b. ADHK 2010 14.021.923 14.605.042 15.231.518 15.893.066 16.447.484 17.163.607 17.867.316
Pertumbuhan (% ADHK)
a. Total konsumsi RT - 4,65 4,93 5,11 4,21 5,09 4,83
b. Per-RT - 2,79 3,93 3,44 3,42 4,42 3,26
c. Perkapita - 4,16 4,29 4,34 3,49 4,35 4,10
Jumlah RT 242.395 246.798 249.182 253.206 255.160 256.806 260.708
Penduduk Pertengahan Tahun
845.052 849.067 854.289 860.557 866.587 872.699 878.848
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
Proporsi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap PDRB pada periode tahun 2010
s.d 2016 relatif fluktuatif. Titik tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu 73,24 persen dan titik
terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu 70,82 persen, dan pada tahun 2015 sebesar 73,20
persen.
Masa pemulihan ekonomi telah mendorong rumah tangga untuk memperbaiki serta
mengembalikan perilaku dan kebiasaan konsumsinya setelah sekian lama mengalami masa-masa
krisis pada tahun 2008. Melimpahnya penawaran dan persediaan berbagai jenis barang dan jasa
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 26
di pasar domestik maupun yang berasal dari impor turut menjadi pemicu meningkatnya belanja
untuk konsumsi rumah tangga.
Secara umum, rata-rata konsumsi per kapita terus meningkat dari tahun ke tahun baik
menurut harga berlaku maupun harga konstan. Pada tahun 2010 konsumsi rumah tangga per
kapita sebesar 14,02 juta rupiah, yang artinya setiap penduduk Sukoharjo rata-rata pengeluaran
sebesar 14,02 juta rupiah selama setahun untuk konsumsi, baik dalam bentuk makanan maupun
bukan makanan (sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain). Pengeluaran
tersebut terus meningkat setiap tahun dan tahun 2016 rata-rata konsumsi per kapita sebesar
23,49 juta rupiah.
Apabila dilihat menurut harga konstan, pertumbuhan konsumsi per kapita berada pada
kisaran 3,49-4,35 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebesar 4,35 persen
dan terendah sebesar 3,49 persen pada tahun 2014. Pada tahun 2016, pertumbuhan konsumsi
per kapita cukup baik yakni sebesar 4,10 persen. Pertumbuhan konsumsi per kapita setiap tahun
baik menurut harga berlaku maupun harga konstan menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi
setiap penduduk Sukoharjo meningkat, baik secara kuantitas (volume) maupun secara nilai
termasuk juga peningkatan kualitas.
Tabel 7. Struktur Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga ADHB Tahun 2010—2016
(Persen)
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
Secara total, pertumbuhan konsumsi rumah tangga adh Konstan sebesar 4,65 persen
pada tahun 2011. Kemudian, berfluktuasi pada empat tahun berikutnya yaitu berturut-turut
sebesar 4,93 persen (2012), 5,11 persen (2013), 4,21 persen (2014) dan 5,09 persen (2015), dan
Kelompok Konsumsi 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
a. Makanan, Minuman, Rokok 35,88 35,45 35,04 33,86 33,13 32,70 33,11
b. Pakaian dan Alas Kaki 3,89 3,87 3,73 3,48 3,49 3,45 3,42
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan RT
12,75 12,61 12,76 12,93 13,14 12,91 12,74
d. Kesehatan & Pendidikan 9,66 9,49 9,44 9,13 9,17 9,10 9,19
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
29,34 30,27 30,78 32,43 32,53 33,15 32,61
f. Hotel & Restoran 6,81 6,55 6,34 6,31 6,68 6,81 7,04
g. Barang Pribadi dan Jasa Perorangan
1,67 1,75 1,91 1,87 1,87 1,88 1,89
Total Konsumsi 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 27
4,83 persen (2016). Nampak bahwa peningkatan keseluruhan konsumsi rumah tangga secara
“riil” lebih tinggi dari peningkatan jumlah penduduk yang umumnya berada di bawah 1 persen.
Hal ini mengindikasikan terjadi perubahan tingkat kemakmuran masyarakat, meskipun tidak
dapat dijelaskan lebih jauh melalui perangkat data PDRB ini.
Tabel 7 memperlihatkan struktur penggunaan konsumsi akhir rumah tangga. Dari tabel
tersebut nampak 3 jenis kelompok konsumsi yang peranannya paling besar. Peranan yang
terbesar berupa konsumsi makanan, minuman dan rokok dengan kontribusi antara 32,70 – 35,88
persen. Kemudian diikuti kontribusi konsumsi transportasi, komunikasi, rekreasi dan budaya
yang berkisar antara 30,27 – 33,15 persen; dan kontribusi konsumsi perumahan, perkakas,
perlengkapan dan penyelenggaraan rumah tangga sekitar 12 persen.
Dari ketiga kelompok konsumsi terbesar tersebut, konsumsi makanan, minuman dan
rokok pertumbuhannya relatif rendah setiap tahun, sangat berbeda dengan pertumbuhan
kelompok perumahan dan transportasi yang cukup tinggi di setiap tahunnya. Pada tahun 2016
konsumsi makanan, minuman dan rokok mengalami pertumbuhan 2,77 persen, menurun
dibanding tahun sebelumnya, sedangkan konsumsi transportasi tumbuh 6,48 persen, sedikit
menurun dibanding pertumbuhan tahun 2015.
Tabel 8. Pertumbuhan Riil Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Tahun 2011-2016
(Persen)
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
Pertumbuhan konsumsi selain makanan, rokok dan pakaian yang lebih tinggi tersebut
menunjukkan kebutuhan non-makanan menjadi semakin penting, hal ini sebagai akibat dari
pengaruh tatanan ekonomi sosial dalam masyarakat yang telah mengalami pergeseran sebagai
akibat meningkatnya pendapatan. Hal ini sesuai dengan hukum Angel yang menyatakan bahwa
Kelompok Konsumsi 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
a. Makanan, Minuman, Rokok 0,39 0,81 1,62 0,97 2,86 2,77
b. Pakaian dan Alas Kaki 2,47 5,86 3,68 4,22 5,47 5,22
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan RT
5,45 6,41 5,82 5,41 4,87 3,98
d. Kesehatan & Pendidikan 5,22 5,42 5,34 3,62 4,84 4,96
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
10,06 8,34 8,38 6,64 6,97 6,48
f. Hotel & Restoran 1,40 4,34 4,70 6,32 6,42 7,10
g. Barang Pribadi dan Jasa Perorangan
10,27 12,48 9,20 4,38 5,56 4,55
Konsumsi Akhir Rumah Tangga 4,65 4,93 5,11 4,21 5,09 4,83
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 28
saat pendapatan meningkat, proporsi pendapatan yang dihabiskan untuk membeli makanan
berkurang. Pertumbuhan konsumsi riil ini juga dapat menunjukan adanya pergeseran konsumsi
rumah tangga dalam bentuk kuantum (volume) dari waktu ke waktu. Informasi ini
menggambarkan terjadinya peningkatan kemakmuran masyarakat, meskipun mungkin tidak
merata dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat.
Tingkat perubahan harga penggunaan konsumsi akhir rumah tangga secara implisit
disajikan dalam Tabel 9. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa rincian peningkatan harga pada
kelompok konsumsi akhir rumah tangga sebesar 5,05 persen (2011); 6,20 persen (2012); 5,83
persen (2013); 4,91 persen (2014) ; 4,30 persen (2015) dan 1,88 persen (2015). Pada tahun
2016, konsumsi makanan, minuman dan rokok mengalami tingkat perubahan harga yang paling
tinggi yaitu sebesar 5,16 persen, yang diikuti harga konsumsi hotel dan restoran dengan rata-
rata kenaikan harga sebesar 3,04 persen. Sedangkan konsumsi Transportasi, Komunikasi,
Rekreasi, dan Budaya mengalami deflasi sebesar 1,41 persen.
Tabel 9. Pertumbuhan Indeks Implisit Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Tahun 2011-20161) (Persen)
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara 1)Tingkat perubahan harga produk konsumsi
C. PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR LNPRT
Peranan konsumsi akhir LNPRT dalam PDRB menurut pengeluaran masih sangat kecil
dibandingkan dengan komponen pengeluaran lainnya, yaitu hanya sekitar 1 persen saja. Hal ini
menunjukkan bahwa peranan institusi ini dalam perekonomian suatu wilayah masih dapat
ditingkatkan lagi. Beberapa lembaga yang memberikan andil cukup besar untuk pengeluaran
konsumsi LNPRT adalah organisasi kemasyarakatan (ormas), partai politik, dan lembaga
keagamaan.
Kelompok Konsumsi 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
a. Makanan, Minuman, Rokok 8,19 9,27 5,77 5,95 5,18 5,16
b. Pakaian dan Alas Kaki 6,89 1,33 0,03 5,34 2,54 0,65
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan RT
3,09 5,99 6,47 5,43 2,73 1,27
d. Kesehatan & Pendidikan 2,71 5,14 2,11 5,93 3,78 2,65
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
3,05 4,58 8,14 2,86 4,41 (1,41)
f. Hotel & Restoran 4,31 3,33 5,79 8,74 5,05 3,04
g. Barang Pribadi dan Jasa Perorangan
4,62 7,84 (0,21) 4,66 4,71 2,24
Konsumsi Akhir Rumah Tangga 5,05 6,20 5,83 4,91 4,30 1,80
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 29
Tabel 10. Perkembangan Penggunaan Konsumsi LNPRT Tahun 2010-2016
U r a i a n 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Total Konsumsi LNPRT
a. ADHB (Juta Rp) 176.491,08 190.508,43 217.607,41 246.716,74 285.642,85 308.313,33 326.364,13
b. ADHK 2010 (Juta Rp) 176.491,08 186.536,24 197.038,25 206.535,76 223.249,80 220.107,59 229.708,90
Proporsi terhadap PDRB ( % ADHB)
1,08 1,04 1,07 1,12 1,17 1,15 1,12
Pertumbuhan (% ADHK) - 5,69 5,63 4,82 8,09 (1,41) 4,36
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
Dari tabel 10 di atas, dapat dilihat pertumbuhan konsumsi LNPRT dari tahun ke tahun
yang terus meningkat. Pertumbuhan tahun 2014 meningkat cukup tinggi sebesar 8,09 persen,
dengan salah satunya dipengaruhi oleh peningkatan pengeluaran ormas, parpol, LSM dan
lembaga lainnya karena adanya pemilihan umum legislatif serta pemilihan presiden pada tahun
2014. Setelah event besar berakhir, pertumbuhan konsumsi LNPRT mengalami konstraksi
sebesar 1,41 persen.
D. PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH
Konsumsi akhir pemerintah bersama dengan konsumsi akhir rumah tangga dan LNPRT
merupakan jumlah dari konsumsi akhir dalam suatu perekonomian suatu wilayah. Peranan
konsumsi pemerintah dalam perekonomian Kabupaten Sukoharjo serta bagaimana
perkembangannya akan dijelaskan dalam uraian di bawah ini.
Secara total, pengeluaran konsumsi akhir pemerintah menunjukan peningkatan, baik
untuk adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Pada tahun 2010 total pengeluaran konsumsi
akhir pemerintah adh Berlaku sebesar 0,98 triliun rupiah, kemudian meningkat terus hingga
pada tahun 2016 nilainya mencapai 1,79 triliun rupiah. Demikian halnya dengan konsumsi
pemerintah adh Konstan 2010, yang juga mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Hal ini
mengindikasikan, bahwa secara riil telah terjadi kenaikan pengeluaran pemerintah dari sisi
kuantitas.
Menarik untuk dicermati lebih lanjut bahwa proporsi pengeluaran akhir pemerintah
terhadap PDRB juga mengalami peningkatan, dari 5,98 persen di tahun 2010 menjadi 6,14
persen pada tahun 2016. Sepanjang periode tersebut, proporsi terendah terjadi pada tahun
2011; sedangkan proporsi tertinggi pada tahun 2015 yang mencapai 6,38 persen.
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 30
Tabel 11. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Tahun 2010-2016
U r a i a n 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Total PKP
a. ADHB (Juta Rp) 978.239,60 1.083.919,25 1.201.358,81 1.325.787,21 1.460.073,70 1.705.290,04 1.787.215,89
b. ADHK 2010 (Juta Rp) 978.239,60 1.000.653,59 1.029.183,84 1.071.282,05 1.094.500,16 1.142.276,60 1.154.782,52
Proporsi terhadap PDRB ( % ADHB)
5,98 5,89 5,93 6,01 5,98 6,38 6,14
Rata-rata konsumsi pemerintah perkapita
a. ADHB (Rp) 1.157.609 1.276.600 1.406.267 1.540.615 1.684.855 1.954.041 2.033.589
b. ADHK 2010 (Rp) 1.157.609 1.178.533 1.204.726 1.244.871 1.263.001 1.308.901 1.313.973
Pertumbuhan (% ADHK) - 2,29 2,85 4,09 2,17 4,37 1,09
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
Dalam prakteknya, pengeluaran pemerintah seringkali dikaitkan dengan luasnya
cakupan layanan yang diberikan pada masyarakat (publik). Kondisi tersebut dapat diartikan
bahwa setiap rupiah pengeluaran pemerintah harus ditujukan untuk melayani penduduk, baik
langsung maupun tidak langsung. Pengeluaran konsumsi pemerintah secara total menunjukkan
peningkatan, hal ini diikuti oleh adanya peningkatan pada rata-rata konsumsi pemerintah per
kapita. Pada tahun 2010 konsumsi pemerintah per kapita adh Berlaku sebesar 1,16 juta rupiah
dan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 2016 konsumsi pemerintah per
kapita sebesar 2,03 juta rupiah.
Konsumsi akhir pemerintah secara riil menunjukkan peningkatan baik secara
keseluruhan maupun rata-rata per kapita. Parameter ini dapat digunakan sebagai pendekatan
untuk mengukur pemerataan kesempatan masyarakat atas penggunaan sumber daya finansial
oleh pemerintah. Dalam kurun waktu 2010-2016, pertumbuhan konsumsi pemerintah tertinggi
terjadi pada tahun 2013, sebesar 4,09 persen, dan terendah terjadi pada tahun 2016 sebesar
1,09 persen.
E. PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (PMTB)
Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada sajian PDRB menurut
pengeluaran, lebih menjelaskan tentang bagian dari pendapatan (income) yang direalisasikan
menjadi investasi fisik. Atau pada sisi yang berbeda dapat pula diartikan sebagai gambaran dari
berbagai produk barang dan jasa yang sebagian digunakan sebagai investasi fisik (kapital)2.
Investasi fisik (kapital) berfungsi sebagai input tidak langsung (indirect-input) di dalam proses
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 31
produksi pada berbagai lapangan usaha. Kapital ini dapat berasal dari produksi domestik
maupun dari impor.
Selain peningkatan yang terjadi pada komponen konsumsi akhir (rumah tangga maupun
pemerintah), PMTB juga menunjukkan peningkatan baik secara nominal maupun riil. Data tabel
12 menjelaskan bahwa secara keseluruhan pertumbuhan PMTB dalam kurun waktu 2011 – 2016
melambat dari 10,80 persen (2011) menjadi 5,02 persen (2016). PMTB dalam bentuk bangunan
memberikan proporsi lebih besar dibanding non-bangunan dalam pembentukan modal tetap
bruto. Rata-rata perbandingan antara kedua komponen ini adalah 72 persen untuk PMTB
bangunan dan 28 persen untuk non-bangunan.
Dari sisi pertumbuhan adh Konstan, pertumbuhan PMTB bangunan lebih stabil setiap
tahunnya, dan selama lima tahun ini berada pada kisaran 5,83 – 9,36 persen, dengan
pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 9,36 persen. Pertumbuhan PMTB non-
bangunan sangat fluktuatif, tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 32,06 persen dan terendah
pada tahun 2015 sebesar minus 4,95 persen. Pada tahun 2016, PMTB non bangunan hanya
tumbuh sebesar 0,07 persen.
Tabel 12. Perkembangan dan Struktur PMTB Tahun 2010-2016
F. PERKEMBANGAN PERUBAHAN INVENTORI
Secara konsep, yang dimaksud dengan perubahan inventori adalah perubahan dalam
bentuk “persediaan” berbagai barang yang belum digunakan lebih lanjut dalam proses produksi,
U r a i a n 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Total PMTB a. ADHB (Juta Rp)
3.473.792,08 4.037.799,51 4.928.161,34 5.338.974,70 5.874.976,52 6.607.399,60 7.068.792,68
b. ADHK 2010 (Juta Rp) 3.473.792,08 3.848.965,95 4.440.023,65 4.667.817,98 4.837.172,88 5.014.091,61 5.265.834,74
Proporsi terhadap PDRB (% - ADHB)
21,24 21,95 24,34 24,21 24,07 24,74 24,30
Struktur PMTB (ADHB)
Bangunan (%) 77,00 74,11 71,28 70,49 71,19 72,89 73,61
Non Bangunan (%) 23,00 25,89 28,72 29,51 28,81 27,11 26,39
Pertumbuhan (ADHK) (%)
a. Bangunan - 5,90 9,36 5,83 6,83 6,94 6,70
b. Non Banguan - 27,21 32,06 3,51 (3,92) (4,95) 0,07
c. Total PMTB - 10,80 15,36 5,13 3,63 3,66 5,02
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 32
konsumsi ataupun investasi (kapital). Perubahan yang dimaksud di sini bisa berarti penambahan
(bertanda positif) atau pengurangan (bertanda negatif).
Dari sisi penghitungan, komponen Perubahan Inventori merupakan salah satu
komponen yang hasilnya bisa memiliki 2 (dua) tanda angka, positif atau negatif (disamping
komponen net ekspor antar daerah). Apabila perubahan inventori bertanda positif berarti terjadi
penambahan persediaan barang, sedangkan apabila bertanda negatif berarti terjadi
pengurangan persediaan. Terjadinya penumpukan barang inventori mengindikasikan bahwa
distribusi atau pemasaran tidak berjalan dengan sempurna. Secara umum, komponen
perubahan inventori dihitung berdasarkan pengukuran terhadap nilai persediaan barang pada
awal dan akhir tahun dari dua posisi nilai persediaan (konsep stok).
Berbeda dengan komponen pengeluaran lain yang dapat dianalisis agak rinci, perubahan
inventori baru dapat dianalisis dari sisi proporsinya saja. Perbedaan dalam pendekatan dan tata
cara estimasi menyebabkan komponen inventori tidak banyak dikaji lebih dalam. Hal utama yang
dapat dilihat dari komponen ini adalah proporsi, dalam PDRB pada umumnya mempunyai
besaran atau nilai yang berfluktuasi baik dalam level maupun tanda positif atau negatifnya.
Tabel 13. Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori
Tahun 2010-2016
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
Proporsi perubahan inventori terhadap PDRB mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010
proporsinya sebesar 2,36 persen, terendah sebesar 0,40 persen pada tahun 2016, dan tertinggi
sebesar 7,97 persen pada tahun 2012. Proporsi perubahan inventori pada tahun 2015 sebesar
0,40 persen.
U r a i a n 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Total Nilai Inventori a. ADHB (Juta Rp)
385.615,52 830.989,11 1.614.439,26 1.352.577,80 737.526,99 250.138,49 116.033,10
b. ADHK 2010 (Juta Rp) 385.615,52 899.513,88 1.013.772,74 754.532,61 433.712,56 83.284,17 81.049,31
Proporsi terhadap PDRB (% - ADHB) 2,36 4,52 7,97 6,13 3,02 0,94 0,40
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 33
BAB IV
PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB MENURUT PENGELUARAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2010-2016
Berbagai indikator ekonomi makro yang lazim digunakan dalam analisis sosial ekonomi
dapat diturunkan dari seperangkat data PRDB. Berikut ini akan disajikan beberapa rasio
(perbandingan relatif) guna melengkapi analisis, di tengah keterbatasan informasi yang tersedia.
A. PDRB PERKAPITA
Agregat ini menjelaskan nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan di dalam suatu
wilayah ekonomi domestik, dimana di dalamnya masih terkandung nilai penyusutan. PDRB dapat
digunakan sebagai ukuran “produktivitas”, karena menjelaskan kemampuan wilayah dalam
menghasilkan produk domestik, yang dihitung melalui 3 (tiga) pendekatan, yaitu pendekatan
nilai tambah, pengeluaran, dan pendapatan.
Dari series data PDRB pengeluaran dapat diturunkan beberapa ukuran yang berkaitan
dengan PDRB maupun variabel pendukung lain (seperti rumah tangga, dan tenaga kerja).
Sebagai contoh, untuk melihat perkembangan tingkat pemerataan, misalnya, maka disajikan
data PDRB perkapita.
Tabel 14. Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Per kapita
Tahun 2010-2016
U r a i a n 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
PDRB perkapita (000 Rp) - ADHB
19.356.468 21.663.980 23.702.424 25.621.549 28.165.076 30.607.972 33.105.400
- ADHK 2010 19.356.468 20.398.436 21.470.775 22.545.734 23.597.180 24.764.642 25.984.748
- Pertumbuhan ADHK 5,38 5,38 5,26 5,01 4,66 4,95 4,93
Pertumbuhan penduduk 0,48 0,48 0,62 0,73 0,70 0,71 0,70
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
PDRB perkapita Kabupaten Sukoharjo menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun
(Tabel 14), seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Indikator ini menunjukkan bahwa secara
ekonomi setiap penduduk Sukoharjo rata-rata mampu menciptakan PDRB (nilai tambah) sebesar
nilai perkapita di masing-masing tahun tersebut. Pada tahun 2016, secara rata-rata penduduk
Sukoharjo mampu memproduksi nilai tambah sebesar 33,11 juta rupiah (adhb) dan 25,98 juta
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 34
rupiah (adhk) dengan harga dasar tahun 2010.
Sementara itu pertumbuhan PDRB per kapita secara “riil” juga selalu meningkat di
kisaran 4,66-5,38 persen. Pertumbuhan PDRB perkapita tersebut diikuti pula oleh penambahan
jumlah penduduk, yang meningkat rata-rata pada kisaran 0,65 persen setiap tahunnya. Dengan
demikian maka pertumbuhan perkapita tersebut tidak saja terjadi secara kuantitas tetapi juga
terjadi secara kualitas.
B. PERBANDINGAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA TERHADAP PMTB
Rasio ini merupakan perbandingan antara produk yang digunakan untuk konsumsi akhir
rumah tangga dengan yang digunakan untuk investasi fisik (pembentukan modal tetap). Dari
tabel berikut dapat dilihat bahwa sebagian besar penggunaan produk yang tersedia di wilayah
domestik Sukoharjo digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga.
Tabel 15. Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap PMTB Tahun 2010-2016
U r a i a n 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Total Konsumsi RT (ADHB) (Juta Rp)
11.849.254,06 13.026.770,56 14.516.340,40 16.147.957,49 17.654.985,94 19.350.877,98 20.650.823,64
Total PMTB (ADHB) (Juta Rp)
3.473.792,08 4.037.799,51 4.928.161,34 5.338.974,70 5.874.976,52 6.607.399,60 7.068.792,68
Perbandingan Konsumsi RT thd PMTB
3,41 3,23 2,95 3,02 3,01 2,93 2,92
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
Rata-rata rasio konsumsi rumah tangga terhadap PMTB selama lima tahun terakhir
sebesar 3,07. Hal ini dapat diartikan penggunaan produk untuk konsumsi rumah tangga 3,03 kali
lebih besar dibanding untuk PMTB. Nilai rasio ini cenderung menurun selama lima tahun
terakhir, pada tahun 2010 sebesar 3,41 menjadi 2,92 pada tahun 2016. Penurunan tersebut lebih
disebabkan peningkatan nilai PMTB yang lebih besar di tahun-tahun tersebut dibanding
konsumsi rumah tangga.
C. PROPORSI KONSUMSI AKHIR TERHADAP PDRB
Konsumsi akhir adalah penggunaan berbagai produk barang dan jasa akhir (baik berasal
dari produk domestik maupun impor), untuk menunjang aktivitas ekonomi dan sosial. Pelaku
konsumsi akhir meliputi rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah. Walaupun ketiga institusi
tersebut mempunyai fungsi yang berbeda dalam sistem ekonomi, tetapi sama-sama
membelanjakan sebagian pendapatannya untuk tujuan konsumsi akhir.
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 35
Secara rata-rata sekitar dari 79 persen produk barang dan jasa yang berada di wilayah
domestik Sukoharjo digunakan untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir. Proporsi ini terus
berfluktuasi dari tahun ke tahun, dari 79,50 persen pada tahun 2010 menjadi 78,24 persen pada
tahun 2016. Sedangkan produk yang tidak digunakan menjadi konsumsi akhir, yaitu PMTB dan
ekspor memiliki peran yang relatif kecil, sekitar 21 persen.
Tabel 16. Proporsi Penggunaan Konsumsi Akhir terhadap PDRB Tahun 2010-2016
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
D. NERACA PERDAGANGAN (TRADE BALANCE)
Secara konsep, selisih antara nilai ekspor dan nilai impor disebut sebagai “Ekspor Neto”,
apabila nilai ekspor lebih besar dari nilai impor, maka terjadi surplus, dan sebaliknya yang terjadi
adalah defisit. Dilihat dari arus uang yang masuk atau keluar, apabila tingkat keseimbangan
dalam posisi surplus, maka terjadi aliran uang masuk, sebaliknya kalau posisinya defisit maka
terjadi aliran uang keluar. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa kekuatan ekonomi suatu wilayah
di antaranya ditentukan oleh proses tersebut.
Tabel 17. Neraca Perdagangan Barang dan Jasa Tahun 2010-2016
U r a i a n 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Net ekspor (X – M) (Juta Rp)
(506.170,68) (775.816,69) (2.229.186,81) (2.363.210,33) (1.605.717,19) (1.510.472,64) (854.615,22)
PDRB (Juta Rp) 16.357.221,65 18.394.170,18 20.248.720,41 22.048.803,61 24.407.488,81 26.711.546,80 29.094.614,23
Proporsi (%) (3,09) (4,22) (11,01) (10,72) (6,58) (5,65) (2,94)
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
Selama periode 2010 - 2016, posisi perdagangan barang dan jasa Kabupaten Sukoharjo
dengan luar negeri dan antar kabupaten/provinsi, selalu menunjukkan nilai negatif. Hal ini
U r a i a n 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Konsumsi Akhir (ADHB) (Juta Rp) a. Rumah tangga 11.849.254,06 13.026.770,56 14.516.340,40 16.147.957,49 17.654.985,94 19.350.877,98 20.650.823,64
b. LNPRT 176.491,08 190.508,43 217.607,41 246.716,74 285.642,85 308.313,33 326.364,13
c. Pemerintah 978.239,60 1.083.919,25 1.201.358,81 1.325.787,21 1.460.073,70 1.705.290,04 1.787.215,89
J u m l a h 13.003.984,73 14.301.198,24 15.935.306,62 17.720.461,44 19.400.702,49 21.364.481,35 22.764.403,67
PDRB (ADHB) (Juta Rp)
16.357.221,65 18.394.170,18 20.248.720,41 22.048.803,61 24.407.488,81 26.711.546,80 29.094.614,23
Proporsi (%) 79,50 77,75 78,70 80,37 79,49 79,98 78,24
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 36
menunjukkan neraca perdagangan barang dan jasa Kabupaten Sukoharjo selalu dalam posisi
defisit. Nilai ekspor yang lebih kecil dari impor menyebabkan adanya aliran uang keluar, yang
dalam konteks lain disebut sebagai “hutang luar wilayah”. Defisit perdagangan Kabupaten
Sukoharjo yang terjadi antara tahun 2010 sampai dengan 2016 tercatat masing-masing sebesar
506 milyar rupiah (2010); 775 milyar rupiah (2011); 2,2 triliun rupiah (2012); 2,3 triliun rupiah
(2013); 1,6 triliun rupiah (2014) ; 1,51 triliun rupiah (2015) dan 854 milyar rupiah (2016).
H. INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR)
ICOR merupakan parameter ekonomi makro yang menggambarkan rasio investasi
kapital/modal terhadap hasil yang diperoleh (output) dengan menggunakan investasi tersebut.
ICOR juga bisa diartikan sebagai dampak penambahan kapital terhadap penambahan sejumlah
output (keluaran).
Kapital diartikan sebagai barang modal fisik yang dibuat oleh manusia dari sumber daya
alam, untuk digunakan secara terus menerus dan berulang dalam proses produksi. Sedangkan
output adalah besarnya nilai keluaran dari suatu proses ekonomi (produksi) yang dalam hal ini
digambarkan melalui parameter ”Nilai Tambah”.
Formula:
1
tt
t
YY
I
Y
I
Y
KICOR
Dimana:
tI = PMTB tahun ke t
tY = Output tahun ke t
1tY = Output tahun ke t-1
Dengan menggunakan rasio ini, maka ICOR mampu menjelaskan perbandingan antara
penambahan kapital terhadap output atau yang diartikan juga bahwa setiap pertambahan satu
unit nilai output (keluaran) akan membutuhkan penambahan kapital sebanyak ”K” unit.
Data di Tabel 18 menunjukkan besaran ICOR meningkat dari sebesar 4,0 (2011) menjadi
4,30 (2016). Pada tahun 2016, ICOR Kabupaten Sukoharjo sebesar 4,30 artinya untuk
meningkatkan nilai tambah PDRB sebesar 1 juta rupiah dibutuhkan pembentukan modal tetap
bruto sebesar 4,3 juta rupiah. ICOR selama lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan,
yang berarti semakin besar PMTB yang dibutuhkan untuk meningkatkan nilai tambah PDRB
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 37
sebesar satu satuan. Semakin tinggi nilai ICOR menunjukkan semakin besar kapital yang
digunakan untuk dapat meningkatkan 1 unit nilai PDRB.
Tabel 18. Incremental Capital Output Ratio
Tahun 2010-2016
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
PDRB (ADHK 2010) 16.357.221,65 17.319.638,62 18.342.247,26 19.401.889,44 20.449.009,84 21.612.078,19 22.836.644,07
(miliar rupiah)
Perubahan - 962.416,97 1.022.608,64 1.059.642,18 1.047.120,40 1.163.068,35 1.224.565,87
(miliar rupiah)
PMTB (ADHK 2010) (miliar Rp)
3.473.792,08 3.848.965,95 4.440.023,65 4.667.817,98 4.837.172,88 5.014.091,61 5.265.834,74
ICOR - 4,00 4,34 4,41 4,62 4,31 4,30
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 38
BAB V
PENUTUP
1. Analisis PDRB pengeluaran terfokus pada perilaku penggunaan barang dan jasa akhir,
baik untuk tujuan konsumsi akhir, investasi (fisik), maupun perdagangan internasional
dan antar daerah. Empat kelompok sektor atau pelaku ekonomi yang menggunakan
barang dan jasa akhir dalam suatu perekonomian adalah rumah tangga, lembaga non-
profit yang melayani rumah tangga/LNPRT, pemerintah, dan perusahaan.
2. Nominal PDRB Sukoharjo tahun 2016 adh Berlaku mencapai 29,09 triliun rupiah. Dari
nilai sebesar itu sebagian besar digunakan untuk konsumsi akhir, yaitu konsumsi rumah
tangga, LNPRT dan pemerintah yang mencapai 78,24 persen dimana 70,98 persennya
adalah konsumsi rumah tangga. Dengan peranan konsumsi rumah tangga yang sangat
dominan, tidak dapat dipungkiri bahwa komponen ini adalah penopang dan penggerak
utama pertumbuhan ekonomi Sukoharjo. Tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Sukoharjo
sebesar 5,67 persen dan pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 4,83 persen.
3. Peranan investasi dalam PDRB Pengeluaran Sukoharjo dapat didekati dari proporsi PMTB
dalam PDRB. Proporsi PMTB ini berada pada kisaran 21-24 persen, atau dapat dikatakan
peranan investasi dalam perekonomian Sukoharjo sekitar 24 persen.
4. Nilai impor Sukoharjo lebih besar dari nilai ekspornya, sehingga setiap tahun terjadi
defisit neraca perdagangan. Defisit perdagangan pada tahun 2016 mencapai 854 milyar
rupiah.
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 39
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 40
Lampiran 1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016
(Juta Rupiah)
* angka sementara ** angka sangat sementara
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016**
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 11.849.254,06 13.026.770,56 14.516.340,40 16.147.957,49 17.654.985,94 19.350.877,98 20.650.823,64
1.a. Makanan, Minuman dan Rokok 4.251.667,53 4.617.823,03 5.086.649,26 5.467.204,41 5.848.339,21 6.326.942,76 6.838.249,00
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 460.863,27 504.776,23 541.430,18 561.552,72 616.489,35 666.751,57 706.108,03
1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan
_____Penyelenggaraan Rumah Tangga1.511.041,29 1.642.694,54 1.852.634,17 2.087.328,89 2.319.702,34 2.499.116,66 2.631.506,32
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 1.144.241,75 1.236.594,58 1.370.627,32 1.474.304,66 1.618.245,70 1.760.616,43 1.896.951,50
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi dan Budaya 3.476.244,12 3.942.702,58 4.467.453,10 5.236.080,15 5.743.670,18 6.415.130,68 6.734.147,42
1.f. Hotel dan Restoran 807.166,48 853.729,28 920.436,91 1.019.541,58 1.178.701,91 1.317.759,22 1.454.183,26
1.g. Barang Pribadi dan Jasa Perorangan 198.029,61 228.450,32 277.109,46 301.945,08 329.837,25 364.560,66 389.678,12
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 176.491,08 190.508,43 217.607,41 246.716,74 285.642,85 308.313,33 326.364,13
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 978.239,60 1.083.919,25 1.201.358,81 1.325.787,21 1.460.073,70 1.705.290,04 1.787.215,89
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 3.473.792,08 4.037.799,51 4.928.161,34 5.338.974,70 5.874.976,52 6.607.399,60 7.068.792,68
4.a. Bangunan 2.674.755,69 2.992.402,31 3.512.629,81 3.763.530,99 4.182.406,64 4.816.117,44 5.203.110,66
4.b. Non-Bangunan 799.036,39 1.045.397,20 1.415.531,53 1.575.443,72 1.692.569,89 1.791.282,17 1.865.682,02
5. Perubahan Inventori 385.615,52 830.989,11 1.614.439,26 1.352.577,80 737.526,99 250.138,49 116.033,10
6. Ekspor Barang dan Jasa 11.598.805,15 14.037.291,45 15.041.523,33 16.304.515,83 18.517.131,58 18.761.248,84 20.184.128,64
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 12.104.975,83 14.813.108,14 17.270.710,14 18.667.726,16 20.122.848,77 20.271.721,49 21.038.743,86
PDRB 16.357.221,65 18.394.170,18 20.248.720,41 22.048.803,61 24.407.488,81 26.711.546,80 29.094.614,23
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 41
Lampiran 2. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016
(Juta Rupiah)
*angka sementara **angka sangat sementara
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016**
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 11.849.254,06 12.400.659,40 13.012.117,95 13.676.888,84 14.253.176,12 14.978.663,08 15.702.655,12
1.a. Makanan, Minuman dan Rokok 4.251.667,53 4.268.326,17 4.302.825,89 4.372.626,78 4.414.833,17 4.541.094,40 4.667.039,34
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 460.863,27 472.241,94 499.899,81 518.308,22 540.182,96 569.732,97 599.468,17
1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan
_____Penyelenggaraan Rumah Tangga1.511.041,29 1.593.443,06 1.695.512,10 1.794.271,27 1.891.403,02 1.983.511,35 2.062.428,82
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 1.144.241,75 1.203.999,16 1.269.246,07 1.337.036,07 1.385.484,91 1.452.541,38 1.524.600,28
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi dan Budaya 3.476.244,12 3.825.839,19 4.145.031,85 4.492.306,01 4.790.664,65 5.124.575,97 5.456.619,16
1.f. Hotel dan Restoran 807.166,48 818.450,69 853.997,77 894.150,57 950.677,27 1.011.713,75 1.083.555,65
1.g. Barang Pribadi dan Jasa Perorangan 198.029,61 218.359,21 245.604,46 268.189,93 279.930,15 295.493,26 308.943,70
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 176.491,08 186.536,24 197.038,25 206.535,76 223.249,80 220.107,59 229.708,90
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 978.239,60 1.000.653,59 1.029.183,84 1.071.282,05 1.094.500,16 1.142.276,60 1.154.782,52
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 3.473.792,08 3.848.965,95 4.440.023,65 4.667.817,98 4.837.172,88 5.014.091,61 5.265.834,74
4.a. Bangunan 2.674.755,69 2.832.531,38 3.097.696,94 3.278.322,93 3.502.173,55 3.745.221,40 3.996.106,28
4.b. Non-Bangunan 799.036,39 1.016.434,58 1.342.326,71 1.389.495,05 1.334.999,32 1.268.870,21 1.269.728,46
5. Perubahan Inventori 385.615,52 899.513,88 1.013.772,74 754.532,61 433.712,56 83.284,17 81.049,31
6. Ekspor Barang dan Jasa 11.598.805,15 12.506.322,29 12.825.198,81 13.677.771,36 13.900.298,48 14.771.441,52 15.416.722,36
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 12.104.975,83 13.523.012,73 14.175.087,98 14.652.939,17 14.293.100,16 14.597.786,38 15.014.108,89
PDRB 16.357.221,65 17.319.638,62 18.342.247,26 19.401.889,44 20.449.009,84 21.612.078,19 22.836.644,07
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 42
Lampiran 3. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016
(Persen)
*angka sementara **angka sangat sementara
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016**
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 72,44 70,82 71,69 73,24 72,33 72,44 70,98
1.a. Makanan, Minuman dan Rokok 25,99 25,10 25,12 24,80 23,96 23,69 23,50
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 2,82 2,74 2,67 2,55 2,53 2,50 2,43
1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan
_____Penyelenggaraan Rumah Tangga9,24 8,93 9,15 9,47 9,50 9,36 9,04
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 7,00 6,72 6,77 6,69 6,63 6,59 6,52
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi dan Budaya 21,25 21,43 22,06 23,75 23,53 24,02 23,15
1.f. Hotel dan Restoran 4,93 4,64 4,55 4,62 4,83 4,93 5,00
1.g. Barang Pribadi dan Jasa Perorangan 1,21 1,24 1,37 1,37 1,35 1,36 1,34
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 1,08 1,04 1,07 1,12 1,17 1,15 1,12
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 5,98 5,89 5,93 6,01 5,98 6,38 6,14
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 21,24 21,95 24,34 24,21 24,07 24,74 24,30
4.a. Bangunan 16,35 16,27 17,35 17,07 17,14 18,03 17,88
4.b. Non-Bangunan 4,88 5,68 6,99 7,15 6,93 6,71 6,41
5. Perubahan Inventori 2,36 4,52 7,97 6,13 3,02 0,94 0,40
6. Ekspor Barang dan Jasa 70,91 76,31 74,28 73,95 75,87 70,24 69,37
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 74,00 80,53 85,29 84,67 82,45 75,89 72,31
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 43
Lampiran 4. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016
(Persen) *) angka sementara **) angka sangat sementara
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016**
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 72,44 71,60 70,94 70,49 69,70 69,31 68,76
1.a. Makanan, Minuman dan Rokok 25,99 24,64 23,46 22,54 21,59 21,01 20,44
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 2,82 2,73 2,73 2,67 2,64 2,64 2,63
1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan
_____Penyelenggaraan Rumah Tangga9,24 9,20 9,24 9,25 9,25 9,18 9,03
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 7,00 6,95 6,92 6,89 6,78 6,72 6,68
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi dan Budaya 21,25 22,09 22,60 23,15 23,43 23,71 23,89
1.f. Hotel dan Restoran 4,93 4,73 4,66 4,61 4,65 4,68 4,74
1.g. Barang Pribadi dan Jasa Perorangan 1,21 1,26 1,34 1,38 1,37 1,37 1,35
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 1,08 1,08 1,07 1,06 1,09 1,02 1,01
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 5,98 5,78 5,61 5,52 5,35 5,29 5,06
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 21,24 22,22 24,21 24,06 23,65 23,20 23,06
4.a. Bangunan 16,35 16,35 16,89 16,90 17,13 17,33 17,50
4.b. Non-Bangunan 4,88 5,87 7,32 7,16 6,53 5,87 5,56
5. Perubahan Inventori 2,36 5,19 5,53 3,89 2,12 0,39 0,35
6. Ekspor Barang dan Jasa 70,91 72,21 69,92 70,50 67,98 68,35 67,51
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 74,00 78,08 77,28 75,52 69,90 67,54 65,75
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 44
Lampiran 5. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016
(Persen) * angka sementara ** angka sangat sementara
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016**
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) - 9,94 11,43 11,24 9,33 9,61 6,72
1.a. Makanan, Minuman dan Rokok - 8,61 10,15 7,48 6,97 8,18 8,08
1.b. Pakaian dan Alas Kaki - 9,53 7,26 3,72 9,78 8,15 5,90
1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan
_____Penyelenggaraan Rumah Tangga- 8,71 12,78 12,67 11,13 7,73 5,30
1.d. Kesehatan dan Pendidikan - 8,07 10,84 7,56 9,76 8,80 7,74
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi dan Budaya - 13,42 13,31 17,21 9,69 11,69 4,97
1.f. Hotel dan Restoran - 5,77 7,81 10,77 15,61 11,80 10,35
1.g. Barang Pribadi dan Jasa Perorangan - 15,36 21,30 8,96 9,24 10,53 6,89
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT - 7,94 14,22 13,38 15,78 7,94 5,85
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah - 10,80 10,83 10,36 10,13 16,79 4,80
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto - 16,24 22,05 8,34 10,04 12,47 6,98
4.a. Bangunan - 11,88 17,38 7,14 11,13 15,15 8,04
4.b. Non-Bangunan - 30,83 35,41 11,30 7,43 5,83 4,15
5. Perubahan Inventori - - - - - - -
6. Ekspor Barang dan Jasa - 21,02 7,15 8,40 13,57 1,32 7,58
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa - 22,37 16,59 8,09 7,79 0,74 3,78
PDRB - 12,45 10,08 8,89 10,70 9,44 8,92
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 45
Lampiran 6. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016
(Persen)
* angka sementara ** angka sangat sementara
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016**
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) - 4,65 4,93 5,11 4,21 5,09 4,83
1.a. Makanan, Minuman dan Rokok - 0,39 0,81 1,62 0,97 2,86 2,77
1.b. Pakaian dan Alas Kaki - 2,47 5,86 3,68 4,22 5,47 5,22
1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan
_____Penyelenggaraan Rumah Tangga- 5,45 6,41 5,82 5,41 4,87 3,98
1.d. Kesehatan dan Pendidikan - 5,22 5,42 5,34 3,62 4,84 4,96
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi dan Budaya - 10,06 8,34 8,38 6,64 6,97 6,48
1.f. Hotel dan Restoran - 1,40 4,34 4,70 6,32 6,42 7,10
1.g. Barang Pribadi dan Jasa Perorangan - 10,27 12,48 9,20 4,38 5,56 4,55
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT - 5,69 5,63 4,82 8,09 (1,41) 4,36
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah - 2,29 2,85 4,09 2,17 4,37 1,09
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto - 10,80 15,36 5,13 3,63 3,66 5,02
4.a. Bangunan - 5,90 9,36 5,83 6,83 6,94 6,70
4.b. Non-Bangunan - 27,21 32,06 3,51 (3,92) (4,95) 0,07
5. Perubahan Inventori - - - - - - -
6. Ekspor Barang dan Jasa - 7,82 2,55 6,65 1,63 6,27 4,37
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa - 11,71 4,82 3,37 (2,46) 2,13 2,85
PDRB - 5,88 5,90 5,78 5,40 5,69 5,67
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 46
Lampiran 7. Sumber Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016
(Persen)
* angka sementara ** angka sangat sementara
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016**
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) - 3,37 3,53 3,62 2,97 3,55 3,35
1.a. Makanan, Minuman dan Rokok - 0,10 0,20 0,38 0,22 0,62 0,58
1.b. Pakaian dan Alas Kaki - 0,07 0,16 0,10 0,11 0,14 0,14
1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan
_____Penyelenggaraan Rumah Tangga- 0,50 0,59 0,54 0,50 0,45 0,37
1.d. Kesehatan dan Pendidikan - 0,37 0,38 0,37 0,25 0,33 0,33
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi dan Budaya - 2,14 1,84 1,89 1,54 1,63 1,54
1.f. Hotel dan Restoran - 0,07 0,21 0,22 0,29 0,30 0,33
1.g. Barang Pribadi dan Jasa Perorangan - 0,12 0,16 0,12 0,06 0,08 0,06
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT - 0,06 0,06 0,05 0,09 (0,02) 0,04
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah - 0,14 0,16 0,23 0,12 0,23 0,06
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto - 2,29 3,41 1,24 0,87 0,87 1,16
4.a. Bangunan - 0,96 1,53 0,98 1,15 1,19 1,16
4.b. Non-Bangunan - 1,33 1,88 0,26 (0,28) (0,32) 0,00
5. Perubahan Inventori - - - - - - -
6. Ekspor Barang dan Jasa - 5,55 1,84 4,65 1,15 4,26 2,99
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa - 8,67 3,76 2,61 -1,85 1,49 1,93
PDRB - 5,88 5,90 5,78 5,40 5,69 5,67
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 47
Lampiran 8. Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto (Tahun 2010=100) menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016
(Persen)
* angka sementara ** angka sangat sementara
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016**
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 100,00 105,05 111,56 118,07 123,87 129,19 131,51
1.a. Makanan, Minuman dan Rokok 100,00 108,19 118,22 125,03 132,47 139,33 146,52
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 100,00 106,89 108,31 108,34 114,13 117,03 117,79
1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan
_____Penyelenggaraan Rumah Tangga100,00 103,09 109,27 116,33 122,64 125,99 127,59
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 100,00 102,71 107,99 110,27 116,80 121,21 124,42
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi dan Budaya 100,00 103,05 107,78 116,56 119,89 125,18 123,41
1.f. Hotel dan Restoran 100,00 104,31 107,78 114,02 123,99 130,25 134,20
1.g. Barang Pribadi dan Jasa Perorangan 100,00 104,62 112,83 112,59 117,83 123,37 126,13
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 100,00 102,13 110,44 119,45 127,95 140,07 142,08
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 100,00 108,32 116,73 123,76 133,40 149,29 154,77
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 100,00 104,91 110,99 114,38 121,45 131,78 134,24
4.a. Bangunan 100,00 105,64 113,39 114,80 119,42 128,59 130,20
4.b. Non-Bangunan 100,00 102,85 105,45 113,38 126,78 141,17 146,94
5. Perubahan Inventori 100,00 92,38 159,25 179,26 170,05 300,34 143,16
6. Ekspor Barang dan Jasa 100,00 112,24 117,28 119,20 133,21 127,01 130,92
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 100,00 109,54 121,84 127,40 140,79 138,87 140,13
PDRB 100,00 106,20 110,39 113,64 119,36 123,60 127,40
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 48
Lampiran 9. Laju Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Pengeluaran (Tahun 2010=100) Kabupaten Sukoharjo 2010-2016
(Persen)
*) angka sementara **) angka sangat sementara
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016**
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) - 5,05 6,20 5,83 4,91 4,30 1,80
1.a. Makanan, Minuman dan Rokok - 8,19 9,27 5,77 5,95 5,18 5,16
1.b. Pakaian dan Alas Kaki - 6,89 1,33 0,03 5,34 2,54 0,65
1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan
_____Penyelenggaraan Rumah Tangga- 3,09 5,99 6,47 5,43 2,73 1,27
1.d. Kesehatan dan Pendidikan - 2,71 5,14 2,11 5,93 3,78 2,65
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi dan Budaya - 3,05 4,58 8,14 2,86 4,41 (1,41)
1.f. Hotel dan Restoran - 4,31 3,33 5,79 8,74 5,05 3,04
1.g. Barang Pribadi dan Jasa Perorangan - 4,62 7,84 (0,21) 4,66 4,71 2,24
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT - 2,13 8,14 8,16 7,11 9,48 1,43
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah - 8,32 7,76 6,02 7,79 11,91 3,67
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto - 4,91 5,80 3,05 6,19 8,50 1,87
4.a. Bangunan - 5,64 7,34 1,24 4,03 7,68 1,25
4.b. Non-Bangunan - 2,85 2,53 7,52 11,82 11,35 4,08
5. Perubahan Inventori - - - - - - -
6. Ekspor Barang dan Jasa - 12,24 4,49 1,64 11,75 (4,66) 3,08
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa - 9,54 11,23 4,56 10,51 (1,36) 0,91
PDRB - 6,20 3,95 2,94 5,03 3,55 3,08
PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Sukoharjo 2010-2016 49
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Pusat Statistik, Sistem Neraca Nasional 2008, Jakarta, 2013.
2. ____________, Pedoman Penyusunan PDRB Kabupaten/Kota Tahun Dasar 2010 Menurut
Pengeluaran, Jakarta, 2014.
3. _____________, Booklet Perubahan Tahun Dasar PDB Berbasis SNA 2008, Jakarta, 2014.
4. _____________, Produk Domestik Bruto menurut Pengeluaran 2010-2016 , Semarang, 2017
5. _ , Beberapa Indikator Makro Sosial Ekonomi Jawa Tengah, berbagai seri,
Semarang.
6. , Sukoharjo dalam Angka, berbagai seri, Sukoharjo.
7. , Statistik Air Bersih Jawa Tengah, berbagai seri, Semarang.
8. , Statistik Impor Jawa Tengah, berbagai seri, Semarang.
9. ,Statistik Industri Manufaktur Besar Sedang Jawa Tengah, berbagai seri,
Semarang.
10. , Statistik Ekspor Jawa Tengah, berbagai seri, Semarang.
top related