Implikatur Percakapan di Madrasah Diniyah Tahfiz Quran Ibnu Sina Universitas Padjadjaran ; Suatu Kajian Pragmatik.
Post on 18-Mar-2023
1 Views
Preview:
Transcript
1
Implikatur Percakapan di Madrasah Diniyah Tahfiz Quran Ibnu Sina
Universitas Padjadjaran ; Suatu Kajian Pragmatik.
Oleh Riki Nasrullah1
Abstrak
Makalah ini berjudul Implikatur Percakapan di Madrasah Diniyah Tahfiz
Quran Ibnu Sina Universitas Padjadjaran ; Suatu Kajian Pragmatik. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, dan data yang digunakan
adalah dialog percakapan antara guru dan siswa di Madrasah Diniyah Tahfiz
Wuran Ibnu Sina. Penyusunan makalah ini ditujukan untuk mendeskripsikan
implikatur dalam percakapan antara guru dan siswa, mendeskripsikan dampak
yang terjadi pelaku percakapan, dan mendeskripsikan dampak terhadap
mekanisme percakapan yang sedang berlangsung.
Kata Kunci : Implikatur, Guru dan Siswa, MDTA.
1 Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia Semester V, Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Padjadjaran.
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Keberadaan bahasa dalam kehidupan sosio-kultural sangat mendapatkan
tempat yang amat vital bagi keberlangsungan transfer informasi dan
pengetahuan di kalangan masyarakat penutur bahasa itu sendiri. Bahasa yang
juga merupakan alat yang sistematis untuk menyampaikan gagasan atau
perasaan penutur dengan menggunakan tanda, bunyi, dan gesture yang
berkaitan dengan mimik atau tanda-tanda yang disepakati dan mengandung
makna.
Sudah seharusnya bahasa mempunyai peranan penting dalam setiap
tindak tutur si penutur bahasa. Bahasa yang juga berhakikat sebagai suatu tanda
yang bersifat produktif, dalam perkembangannya bahasa sering
menumbuhkembangkan system bahasa yang ada dan penggunaannya yang
bersifat produktif. Maksudnya adalah bahwa bahasa mempunyai sifat terus
berkembang dari satu subsistem bahasa, yaitu kata, menjadi subsustem bahasa
lainnya, bisa berupa frasa, klausa, kalimat, atau bahkan wacana. Penggunaan
bahasa yang sifatnya produktif sangat tidak terbatas jumlahnya. Karena
bagaimanapun juga, sang penutur bahasa akan terus mencoba
menumbuhkembangkan satu bahasa menjadi beberapa varian bahasa itu
sendiri. Sesuai dengan teori ini, maka akan mudah kita dapati perkembangan
3
suatu bahasa di tengah-tengah penutur bahasanya begitu cepat dan tidak
terhindari.
Bahasa yang merupakan salah satu alat untuk berkomunikasi antar
manusia, dalam keberadaannya mempunyai variasi atau ragam bahasa. karena
bahasa yang menjadi objek kajian bidang linguistik akan sangat memungkinkan
berkembang, dan perkembangannya itu akan mudah diamati karena linguistik
adalah salah satu ilmu empiris, yang penelitiaannya berdasar pada kenyataan-
kenyataan yang dapat diamati di dalam kehidupan berbahasa sehari-hari.
Ilmu bahasa dalam perkembangannya sering melakukan kajian yang
hanya berkutat pada tataran internal saja. Sehingga kondisi bahasa dengan
beragam relevansi dan hubungannya dengan sosio-kultural agak sedikit
teralihkan. Padahal ketika kaji lebih mendalam, bahasa dan hubungannya
dengan dunia luar/konteks sosial sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam.
Bahasa di dalam penggunaannya berfungsi sebagai sarana pikir, ekspresi,
dan sarana komunikasi. Sebagai sarana pikir, bahasa akan menuntun
penggunanya untuk berlaku santun dalam setiap tindak tuturnya. Sebagai
sarana ekspresi, bahasa membawa penggunanya kepada tarap suasana kreatif.
Hal ini bisa terlihat dari fungsi bahasa sebagai sarana untuk mengungkapkan
pemikiran tentang ilmu, teknologi, dan seni. Sebagai sarana komunikasi, bahasa
akan menciptakan suatu kultur kehidupan yang akrab. Bahasa juga akan
membawa penggunanya pada suatu kondisi yang menitikberatkan
4
kebersamaan, kekeluargaan, dan kesetiakawanan dalam konteks sosio-kultural.
Salah satu cabang ilmu yang mengkaji bagaimana bahasa dimanifestasikan ke
dalam dunia komunikasi dengan mengaitkannya dengan ko-teks dan konteks
adalah pragmatik.
Pengkajian bahasa yang berkutat pada tataran structural adakalanya
tidak menghasilkan suatu hasil yang maksimal. Karena pada pelaksanaannya,
banyak penutur bahasa menggunakan bahasa yang justru sangat bertentangan
dengan kaidah structural bahasa itu sendiri. kadang kita banyak menemukan
adanya suatu penggunaan bahasa yang “keluar” dari kaidah bahasa yang ada.
namun demikian, penggunaan bahasa yang menyalahi struktur pun pada
faktanya tidak menyalahi kaidah komunikasi yang efektif dan efisien. Kondisi
inilah yang mendorong adanya kajian bahasa yang tidak hanya berkutat pada
tataran struktur/formal saja, melainkan suatu kajian bahasa yang lebih besar
dari itu, yakni kajian bahasa yang berhubungan dengan penggunaannya sesuai
kondisi dan konteks kebahasaan yang ada. inilah yang dinamakan kajian
pragmatik.
Salah satu kajian bahasa yang dapat mengakomodir penggunaan bahasa
yang “keluar” dari kaidah structural bahasanya, dan mengedepankan konteks
penggunaannya, adalah kajian pragmatik dan analaisis wacana. Dalam
kajiannya, kedua bidang kajian ini mengedepankan aspek kebahasaann yang
berkaitan dengan aspek luar dari bahasa itu sendiri. hal itu bisa berupa kondisi
5
sosial, politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya yang berpengaruh terhadap
penggunaan bahasa itu sendiri. Inilah yang dinamakan konteks bahasa. Kajian
ini sangat lumrah kita temukan pada praktik-praktik komunikasi sehari-hari
atau percakapan antara penutur dan petutur.
Percakapan bisa kita pahami sebagai suatu praktik komunikasi antara
dua orang partisipan atau lebih. Biasanya percakapan hadir dalam bentuk
komunikasi lisan yang mengedepankan aspek oral. Percakapan biasnya
dilakukan seiring dengan suasana komunikasi yang santai. Meskipun demikian,
tidak sedikit juga sebuah proses percakapan terjadi pada suatu kondisi formal.
Levinson (dalam Rahardi : 2008) mendefinisikan bahwa pragmatik
adalah studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya.
Konteks tersebut mampu tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak dapat
dilepaskan dari struktur bahasanya. Kemudian Parker (dalam Rahardi : 2008)
memberikan definisi pragmatik sebagai suatu studi atau suatu cabang ilmu
bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal. Dari definisi yang
dikemukakan ini, kita bisa memahami bahwa pragmatik adalah suatu cabang
ilmu bahasa yang mengkaji bahasa dan penggunaannya dengan mengaitkan
pada konteks kebahasaan.
Salah satu kajian pragmatik adalah implikatur percakapan. Kita pahami
bahwa di setiap praktik percakapan akan senantiasa hadir sebuah maksud dari
percakapan si penutur dan petutur. Maksud-maksud yang ditampilkan dalam
6
percakapan tersebut sangat berbeda dengan struktur bahasa yang digunakan.
Dalam kondisi tersebut, suatu maksud penggunaan bahasa sering kali
menyimpan suatu maksud tersembunyi di balik penggunaan bahasa secara
structural. Pada kondisi inilah kajian pragmatik implikatur percakapan sangat
tepat untuk digunakan.
Sebagai sebauh lembaga pendidikan, Madrasah Diniyah Tahfiz Quran
Ibnu Sina Universitas Padjadjaran (selanjutnya disebut MDTA Ibnu Sina), pada
praktiknya senantiasa menjaga agar anak didiknya membiasakan diri untuk
berucap, berperilaku, dan bertindak sesuai dengan etika dan norma Islam. Oleh
sebab itu, peran seorang guru sangat menentukan dalam proses pembentukan
karakter siswa. Sehingga, menjadi penting bagi seorang guru untuk memberikan
contoh kepada siswanya dalam hal perilaku, tindakan, dan ucapan. Kondisi
formal ini telah membuat suatu praktik komunikasi antara guru dengan sisiwa
terjalin secara hati-hati dan terjaga. Sehingga menjadi menarik untuk diteliti
bagaimana suatu tindak tutur antara guru dan siswa di MDTA Ibnu Sina.
Di MDTA Ibnu Sina seringkali terjadi suatu tuturan yang mengandung
maksud yang diimplikasikan. Seperti kalimat tanya, yang diungkapkan oleh
seirang guru kepada siswa yang dari segi maksud sebetulnya tidak untuk
bertanya, melainkan ada tujuan lain yang diinginkan oleh guru berupa tindakan
untuk dilakukan oleh muridnya. Penulis mengangkat judul Implikatur
7
Percakapan di Madrasah Diniyah Tahfiz Quran Ibnu Sina Universitas Padjadjaran
; Suatu Kajian Pragmatik.
1.2 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah dan
mempermudah penulis dalam menentukan data yang diperlukan. Ruang lingkup
penelitian ini penulis fokuskan pada tuturan yang mengandung implikatur pada
proses komunikasi antara guru dan siswa di Madrasah Diniyah Tahfiz Quran
Ibnu Sina. Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah
satuan pragmatis dan implikasi pragmatis pada praktik komunikasi guru dan
siswa di MDTA Ibnu Sina Universitas Padjadjaran.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, penelitian ini mengajukan
dua permasalahan utama, yaitu :
a. Bagaimana bentuk satuan pragmatis yang ada pada praktik komunikasi
guru dan siswa di MDTA Ibnu Sina?.
b. Bagaimana bentuk implikasi pragmatis yang ada pada praktik
komunikasi guru dan siswa di MDTA Ibnu Sina?.
8
1.4 Tujuan Penelitian
Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas, sehingga hasil
penelitiannya dapat diketahui. Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai
adalah :
a. Mendeskripsikan bagaimana bentuk praktik komunikasi antara guru dan
siswa di MDTA Ibnu Sina dilihat dari sudut satuan pragmatiknya.
b. Mendeskripsikan bagaimana bentuk praktik komunikasi antara guru dan
siswa di MDTA Ibnu Sina dilihat dari sudut implikasi pragmatiknya.
1.5 Manfaat Penelitian
Sebuah penelitian haruslah memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
a. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis merupakan manfaat yang berkenaan dengan
pengembangan ilmu pengetahuan, dalam hal ini ilmu linguistik atau bahasa.
hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai tuturan yang mengandung implikatur tuturan. Implikatur ini
dilihat dari satuan pragmatis dan implikasi pragmatisnya.
b. Manfaat Praktis
9
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat memberikan kontribusi
yang berarti dalam pemahaman mengenai konsep wajah dalam ilmu
pragmatik. Selain itu, penelitian ini bermanfaat juga untuk menambah
pengetahuan bagi pembaca mengenai implikatur pada kajian pragmatik.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Definisi Pragmatik
Pragmatik dalam perkembangannya, khususnya di dua dekade terakhir,
telah menajdi cabang ilmu linguistik yang semakin menarik untuk diteliti.
Perhatian para linguis terhadap pragmatik kian hari kian bertambah. Hal ini
terbukti dari semakin meningkatnya kuantitas pelaksanaan even-even yang
bertajuk internasional pragmatic. Kondisi ini disinyalir akan terus bertambah
seiring dengan meningkatnya perhatian para ahli bahasa terhadap cabang ilmu
pragmatik ini. ketertarikan para linguis terhadap cabang ilmu ini ditunjukkan
pula dengan meningkatnya kualitas dan kuantitas publikasi jurnal internasional
yang membahas gejala kebahasaan dengan sudut padang pragmatik.
Jacob (dalam Rahardi : 2008) menunjukkan perkembangan pesat cabang
ilmu pragmatik dalam konstelasi kelimuan di bidang kebahasaan. Ia
mengungkapkan fakta-fakta menarik tentang perkembangan pragmatik dalam
dunia keilmuan, salah satunya dengan meningkatnya jumlah publikasi jurnal
internasional dengan menempatkan pragmatik sebagai puncak pembahasannya.
Definisi pragmatik telah banyak dikemukakan oleh para linguis yang
menggeluti bidang ini. berikut akan kami paparkan kembali definisi yang telah
11
dikemukakan para ahli tentang pragmatik. Definisi-definisi ini kami ambil
sebagai contoh karena memang definisi-definisi ini kami anggap yang paling
relefan dengan pembahasa kali ini. Definisi-definisi ini diharapkan akan mampu
menggambarkan dengan jelas pengertian dan batasan pragmatik.
Levinson (dalam Rahardi : 2008) mendefinikan pragmatik sebagi studi
bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks yang
dimaksud tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari
struktur bahasanya. Kemudian Parker (dalam Rahardi : 2008) mengungkapkan
bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa
secara eksternal. Adapun yang dimaksud dengan hal itu adalah bagaimana
satuan lingual tertentu digunakan dalam komunikasi yang sebenarnya. Parker
telah membedakan studi pragmatik dengan studi tata bahasa internal, seperti
fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Di dalam pragmatik, kita akan
mengenal beberapa istilah seperti prinsip kesopanan, prinsip kerja sama,
konsep wajah, dan sebagainya.
Sebagai bidang baru dalam kajian kebahasaan, khususnya bahasa dalam
penggunaan (language in use), kesantunan (politeness) dalam berbahasa
seyogiyanya mendapatkan perhatian, baik oleh pakar atau linguis, maupun para
pembelajar bahasa. Selain itu, penting juga bagi setiap orang untuk memahami
kesantunan berbahasa ini, karena manusia yang kodratnya adalah “makhluk
12
berbahasa” senantiasa melakukan komunikasi verbal yang sudah sepatutnya
beretika.
2.1.2 Implikatur
Implikatur merupakan salah satu bagian dari kajian pragmatik. Secara
etimologis, implikatur berasal dari kata kerja bahasa Inggris, yakni implicate
yang maknanya berarti “mengemukakan sesuatu dengan bentuk yang lain”.
Berkaitan dengan pengertian implikatur, berikut akan saya paparkan beberapa
pengertian implikatur yang dikemukakan oleh beberapa ahli bahasa. Menurut
Ruston (dalam Amira, 2010 : 3) implikatur atau implikatur percakapan adalah
implikasi pragmatis yang terdapat dalam percakapan yang timbul sebagai akibat
terjadinya pelanggaran prinsip percakapan. Kridalaksana (dalam Amira, 2010 :
3) mengemukakan makna implikatur yang intinya, implikatur adalah makna
yang tersirat melalui ujaran sebuah kalimat dalam suatu konteks, meskipun
makna itu bukan merupakan suatu bagian atau pemenuhan dari apa yang
dituturkan.
Menurut Brown and Yule (dalam Nugroho, 2012 : 2) istilah implikatur
dipakai untuk menerangkan apa yang mungkin diartikan, disarankan, atau
dimaksudkan oleh penutur yang berbeda dengan apa yang sebenarnya yang
dikatakan oleh penutur. Senada dengan pendapat itu, Grice H.P. menunjukkan
bahwa sebuah implikatur merupakan sebuah proposisi yang diimplikasikan
13
melalui ujaran dari sebuah kalimat dalam suatu konteks, sekalipun proposisi itu
sendiri bukan merupakan bagian dari hal yang dinyatakan sebelumnya.
Dari beberapa definisi yang dinyatakan oleh para ahli bahasa di atas,
dapat disimpulkan bahwa implikatur percakapan adalah salah satu bagian dari
kajian pragmatik yang membahas kajian pada suatu makna yang implisit dari
suatu percakapan yang berbeda dengan makna harfiah dari suatu percakapan.
2.1.3 Macam-Macam Implikatur
Berikut akan saya jelaskan macam-macam dari implikatur. Secara
keseluruhan, ada 3 macam implikatu, yaitu :
a. Implikatur Konvensional
Yaitu implikatur yang diperoleh langsung dari makna kata, dan bukan dari
prinsip percakapan.
b. Implikatur nonkonvensional
Implikatur nonkonvensional atau implikatur percakapan adalah implikasi
pragmatis yang tersirat di dalam suatu percakapan.
c. Praanggapan
Praanggapan berupa andaian penutur bahwa mitra tutur dapat mengenal
pasti orang atau benda yang diperkatakan.
14
2.1.4 Konteks
Konteks menurut Preston (dalam Amira, 2010 : 5) adalah segenap
informasi yang berada di sekitar penggunaan bahasa yang ada di sekitarnya
(yang mendahuluinya ataupun sesudahnya). Keberadaan konteks dalam kajian
pragmatic begitu penting. Konteks memegang peranan vital dalam menafsirkan
makna tuturan karena makna tuturan dapat berbeda-beda dalam konteks yang
berbeda. Atau dengan kata lain, suatu tuturan dapat bermakna lain tatkala
konteks yang ada pada tuturan tersebut berlainan. Meskipun kalimat yang
diungkapkannya mempunyai struktur yang sama, namun ketika kita masukkan
konteks di dalamnya, maka tuturan tersebut akan bermakna lain. inilah yang
saya katkan bahwa konteks memegang peranan penting dalam kajian pragmatic
karena konteks akan berpengaruh pada penafsiran suatu tuturan dan tindak
tutur.
Ciri-ciri konteks yang sangat relevan dengan kajian ini adalah yang
dikemukakan oleh Hymes. Menurutnya konteks itu ada penutur dan pendengar,
topik pembicaraan, latar peristiwa, penghubung atau saluran, kode, bentuk
pesan, dan peristiwa tutur.
15
2.2 Madrasah Diniyah Tahfiz Quran Ibnu Sina Universitas Padjadjaran
Madrasah Diniyah Tahfiz Quran Ibnu Sina adalah salah satu grup Belajar
yang dibentuk oleh DKM Unpad pada tahun 2012. Grup Belajar ini melibatkan
orang tua siswa sebagai subjek sekunder dari pelaksana pembelajarannya. Pada
mulanya, MDTA ini didirikan hanya sebatas sarana untuk memfasilitasi orangtua
siswa yang mempunyai kendala dalam menyekolahkan anak-anaknya. Grup
Belajar ini bisa dikatakan sebagai proses pembelajaran yang setingkat SD.
Pembentukan kelompok Belajar ini diinisiasi oleh lembaga DKM Unpad
dengan harapan besar dapat menampung anak-anak berprestasi yang bukan
hanya sukses di bidang akademik, melainkan juga ahli dalam menghafal Alquran.
Inilah sebabnya mengapa lembaga ini dinamakan MDTA Ibnu Sina. Pada
mulanya, MDTA ini hanya membuka dua kelas saja. Yaitu kelas besar yang
menampung siswa dengan kisaran usia antara 6-7 tahu. Dan juga kelas kecil
yang menampung siswa yang berusia kisaran 5-6 tahun. Pada mula
pendiriannya, siswa yang ikut Belajar di lembaga ini hanya 10 orang siswa saja.
Seiring perkembangan waktu, siswa baru yang mendaftar ke lembaga ini
setiap tahunnya senantiasa bertambah. Saat ini siswa yang ikut Belajar di
yayasan ini berjumlah sekitar 35 orang siswa. Karena jumlah siswanya yang
semakin bertambah, telah memaksa lembaga ini untuk menambah SDM pengajar
untuk mengakomodirnya. Sehingga pada tahun 2013, tim pengajar MDTA ini
bertambah dari jumlah awal hanya 2 orang menjadi 4 orang. Mengingat
perhatian terhadap siswa mesti ekstra perhatian.
16
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan dibahas beberapa data yang saya temukan dalam
praktik komunikasi antara guru dan siswa yang terjadi di MDTA Ibnu Sina
selama kurun waktu dua tahun. Kajian ini saya fokuskan pada implikatur
percakapan pada bidang kajian pragmatik. Karena saya beranggapan bahwa di
MDTA Ibnu Sina ini lumrah ditemukan data percakapan yang mempunyai
implikasi tuturan yang tersembunyi dan terselubung oleh guru kepada
siswanya. Penelitian ini menemukan data percakapan yang dibagi ke dalam dua
bagian implikatur, yaitu satuan pragmatis dan implikasi pragmatis dalam
praktik percakapan antara guru dan sisiwa yang ada di MDTA Ibnu Sina
Universitas Padjadjaran.
3.1 Satuan Pragmatis Implikatur Percakapan
Satuan pragmatis adalah unit perpaduan antara ilokusi dan proposisi
yang disajikan secara eksplisit dengan bentuk lingual oleh penutur
danmerupakan unsur terkecul dalam tindak komunikasi bahasa. (Husnah, 2010 :
580). Dalam analisis implikatur percakapan, satuan pragmatis merupakan isi
dari komunikasi yang disajikan dan diekspresikan oleh penutur melalui bentuk
satuan lingual. Sehingga kita bisa memahami bahwa satuan pragmatis itu
17
merupakanbentuk konkret dari ekspresi bahasa yang ditampilkan oleh penutur
dan lawan turur. Untuk mencapai suatu komunikasi yang efektif antara penutur
dan lawan tutur, maka si penutur akan senantiasa mengungkapkan ekspresi
bahasa untuk ditujukan kepada lawan tuturnya. Tentunya ekspresi bahasa itu
mempunyai tujuan tertentu. Tujuan percakapan yang tercantum secara eksplisit
inilah yang dinamakan satuan pragmatis dalam implikatur percakapan.
Dari data yang ada dari bentuk lingual implikatur pada praktik
komunikasi guru dan siswa di MDTA Ibnu Sina, ditemukan jenis satuan
pragmatis yang meliputi : satuan pragmatis bertanya, mengingatkan, meminta,
menyuruh, mengajak, dan melarang. Satuan pragmatis beserta contoh-
contohnya akan saya jelaskan berikut ini :
1. Satuan Pragmatis Bertanya
Satuan Pragmatis bertanya adalah satuan pragmatikyang digunakan penutur
untuk bertanya atau menanyakan sesuatu kepada lawan tutur. Bisa jadi
dengan menggunakan satuan pragmatis ini si penutur ingin mendapatkan
informasi yang lebih dari lawan tuturnya. Dalam konteks pembelajaran di
MDTA Ibnu SIna, satuan pragmatic ini bisa juga digunakan oleh guru sebagai
bentuk tuturan untuk mengetes atau menguji anak didiknya agar terrlihat
sejauh mana pemahaman peserta didiknya tentang materi yang disampaikan.
Berikut, saya temukan beberapa percakapan guru dengan siswa yang terjadi
di MDTA Ibnu Sina dengan menggunakan satuan pragmatis menanya.
18
Dialog 1
Rizki (Siswa 1) : “Ustaz, hari ini Jawat gak bawa makan.”
Ustaz : “Apakah betul, Jawat?”
Jawat (siswa 2) : “ Iya, betul, Ustaz.”
Ustaz : “Kenapa Jawat gk bawa makan?. Nanti perutnya sakit
loh..”
Jawat (siswa 2) : “Hari ini Jawat lagi saum, Ustaz”.
Satuan pragmatis bertanya pada dialog (1) di atas, mengandung pengertian
bahwa Ustaz ingin meyakinkan informasi yang disampaikan oleh Rizki bahwa
Jawat hari itu tidak membawa makanan. Padahal di MDTA Ibnu Sina, semua
siswa harus membawa makanan untuk makan siang. Satuan pragmatis
bertanya juga digunakan oleh Ustaz untuk mencari informasi dari Jawat
tentang laporan dari Rizki.
Pertanyaan “Apakah betul, jawat?” dan “Kenapa Jawat gak baw makan?”
adalah bentuk satuan pragmatis bertanya untuk mendapatkan informasi dan
juga untuk meyakinkan apakah informasi yang didapatkan itu benar atau
tidak.
Dialog (2)
Ustaz :” Anak-anak, hari ini kita akan Belajar tahsin lagi ya…”
Siswa :” Iya Ustaz..”
19
Ustaz :” kalo yang ini huruf apa??”
Siswa :”Alif,..”
Penjelasan :
Satuan pragmatis bertanya yang digunakan oleh Ustaz ditujukan untuk
mengetes dan meyakinkan apakah siswa-siswanya memahami pelajaran yang
sudah dipelajari ataukah tidak.
2. Satuan Pragmatis Mengingatkan
Satuan pragmatis bentuk bilingual yang ada pada implikatur percakapan yang
ada pada praktik percakapan antara guru dan siswa di MDTA Ibnu Sina juga
ada yang berbentuk satuan pragmatis mengingatkan. Satuan pragmatis ini
digunakan penutur untuk mengingatkan petutur akan sesuatu, sehingga
petutur menjadi ingat akan sesuatu yang bisa jadi dilupakan olehnya saat itu.
Pada penyajiannya, SP ini disajikan dengan mengeksplisitkan suatu bentuk
ujaran dengan kalimat berita.
Berikut, saya temukan beberapa percakapan guru dengan siswa yang terjadi
di MDTA Ibnu Sina dengan menggunakan satuan pragmatis mengingatkan.
Dialog (3)
Siswa :”Ustaz, hari ini kita Belajar apa?”
Ustaz :”Kita akan Belajar adab, anak-anak. Oh iya, hari ini Hari Kamis loh.
20
Siswa :”Emangnya kenapa, Ustaz?”
Ustaz :”Hari Kami situ hari dimana kita disunnahkan untuk berpuasa.”
Penjelasan :
Satuan pragmatis mengingatkan pada dialog di atas digunakan oleh ustaz
untuk mengingatkan kepada siswanya bahwa hari itu adalah hari Sabtu.
MDTA Ibnu Sina senantiasa mengajarkan kepada siswanya untuk berpuasa
sunah setiap Senin dan Kamis. Hari itu, ustaz mengingatkan kepada siswa-
siswanya bahwa hari itu adalah Hari Kamis, hari dimana kita disunahkan
untuk berpuasa.
Dialog (4)
Siswa :” Ustaz, sekarang udah jam 09.20. Saatnya Belajar tahsin”
Ustaz :”Oh, iya. Ustaz lupa…”
Penjelasan :
SP mengingatkan pada dialog (4) di atas diutarakan oleh salah seorang siswa
kepada gurunya. Ia mengingatkan gurunya bahwa saat itu waktu sudah
menunjukkan pukul 09.20. dan saatnya Belajar tahsin bersama ustaz.
3. Satuan Pragmatis Meminta
21
Satuan pragmatis dalam praktik percakapan antara guru dan siswa di MDTA
Ibnu SIna juga ada yang berbentuk satuan pragmatis meminta. Satuan
pragmatis meminta yaitu satuan pragmatis yang digunakan oleh penutur
untuk meminta sesuatu kepada lawan tutur. Dalam tindak komunikasi verbal
satuan pragmatis ini disajikan dalam bentuk lingual kalimat berita.
Berikut, saya temukan beberapa percakapan guru dengan siswa yang terjadi
di MDTA Ibnu Sina dengan menggunakan satuan pragmatis meminta.
Dialog (5)
Ustaz : “Anak-anak, ambilin spidol dan penghapus di kantor!!”
Siswa :”sama aku aja ngambilnya, Ustaz”
Penjelasan :
Pada dialog (5) di atas, ustaz meminta kepada murid-muridnya untuk
mengambilkan penghapus dan spidol karena pada saat itu pelajaran segera
dimulai sedangkan perlengkapan Belajar masih belum ada. satuan pragmatis
meminta digunakan oleh ustaz untuk meminta kepada siswanya
mengambilkan spidol dan penghapus untuk perlengkapan Belajar.
4. Satuan Pragmatis Menyuruh
Satuan pragmatis dalam praktik percakapan antara guru dan siswa di MDTA
Ibnu SIna juga ada yang berbentuk satuan pragmatis menyuruh. Satuan
pragmatis menyuruh atau memerintah yaitu satuan pragmatis yang
22
digunakan oleh penutur untuk menyuruh dan memerintah lawan tutur untuk
melakukan sesuatu baik untuk kepentingan si penutur maupun untuk
kepentingan orang lain. Dalam tindak komunikasi verbal satuan pragmatis ini
disajikan dalam bentuk lingual kalimat perintah.
Berikut, saya temukan beberapa percakapan guru dengan siswa yang terjadi
di MDTA Ibnu Sina dengan menggunakan satuan pragmatis menyuruh atau
memerintah.
Dialog (6)
Siswa :”Ustaz, sekarang aku bagian baca apa?”
Ustaz :”tolong baca doa yang kemaren ustaz ajarin ya”
Penjelasan :
Satuan pragmatis menyuruh atau memerintah pada dialog di atas terlihat
pada ucapan ustaz yang menyuruh kepada siswanya untuk membaca salah
satu doa yang sudah ia ajarkan pad ahari sebelumnya.
5. Satuan Pragmatis Mengajak
Satuan pragmatis dalam praktik percakapan antara guru dan siswa di MDTA
Ibnu SIna juga ada yang berbentuk satuan pragmatis mengajak. Satuan
pragmatis mengajaka adalah satuan pragmatis yang digunakan oleh penutur
untuk mengajak atau meminta petutur agar bersama-sama mereka
melakukan sesuatu untuk kepentingan bersama. Satuan pragmatis mengajak
didukung oleh bentuk lingual yang berupa kalimat perintah
23
Berikut, saya temukan beberapa percakapan guru dengan siswa yang terjadi
di MDTA Ibnu Sina dengan menggunakan satuan pragmatis mangajak.
Dialog (7)
Siswa : “teman-teman, kelihatannya ruangan ini masih kotor ya.”
Ustaz :” Ayo semuanya, kita bereskan ruangan kelas ini supaya
belajarnya nyaman.”
Siswa :”Ayo, ayo, ayo”
Penjelasan :
Satuan pragmatis mengajak pada dialog (7) di atas dapat kita lihat dari
ungkapan ustaz yang mengajak siswa-siswanya untuk membereskan ruangan
kelas. Ungkapan ini muncul sesaat setelah ada obrolan antarsiswa di ruangan
itu yang menyadari bahwa ruangannya masih kotor. Sehingga ustaz berujar
untuk mengajak semuanya untuk melakukan aktivitas yang sama, yakni
membereskan ruangan kelas.
Di dalam praktik percakapan, kita pun akan bisa menemukan yang
namanya implikasi pragmatis dalam implikatur percakapan. Implikasi pragmatis
ini bisa kita pahami sebagai sebuah ungkapan implikatur yang implisit dalam
tuturan. Sebagai contoh, satuan pragmatis menyuruh yang pada praktinya
biasanya ditampilkan dengan jenis kalimat perintah/imperative. Akan tetapi
24
kalau kita berbicara tentang implikasi pragmatis, satuan pragmatis lingual
perintah tidak hanya ditampilkan dengan kalimat perintah/imperatif tetapi juga
bisa berupa kalimat deklaratif, kalimat Tanya, dan jenis kalimat lainnya.
Implikasi pragmatis biasanya berkaitan erat dengan prinsip kesantunan.
Semakin tidak langsung suatu ujaran diujarkan, maka ujaran tersebut semakin
sopan. Begitupun sebaliknya, semakin langsung ujaran itu diujarkan maka
semakin tidak santun ujaran tersebut. Itu artinya, implikasi pragmatis juga
berkaitan erat dengan tingkat kesantunan suatu ujaran.
Karena di dalam kelas pembelajaran di MDTA yang menjadi pelakunya
adalah siswa dengan usia 4-7 tahun, ini menjadi pertimbangan oleh guru untuk
memilih ujaran yang langsung supaya si siswa tidak salah persepsi. Artinya, guru
akan memilih ujaran yang langsung untuk menghindari salah persepsi dari
siswanya. Oleh sebab itu, implikasi pragmatis dalam implikatur percakapan
antara guru dan siswa sangat sedikit ditemukan.
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Sehubungan dengan perumusan dan pembahasan masalah yang telah
disajikan pada bab sebelumnya, maka diperoleh beberapa simpulan. Berikut ini
beberapa yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini :
a. Pemanfaatan satuan pragmatis pada implikatur percakapan antara guru dan
siswa di MDTA Ibnu Sina Unpad terdapat beberapa jenis, yaitu : satuan
pragmatis bertanya, mengingatkan, meminta, menyuruh, mengajak, dan
melarang.
b. Implikasi pragmatis pada implikatur percakapan antara guru dan siswa di
MDTA Ibnu Sina Unpad sangat sedikti ditemukan karena seorang guru akan
senantiasa memilih ungkapan langsung kepada siswanya untuk
menghindari kesalahan persepsi.
4.2 Saran
Penelitian ini telah berusahan menyajikan tentang adanya satuan
pragmatis dan implikasi pragmatis pada implikatur percakapan antara guru dan
siswa di Madrasah Diniyah Tahfiz Quran Ibnu Sina Universitas padjadjaran.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih banyak kekurangan. Oleh karenanya,
26
penulis mengharapkan adanya saran dan masukan untuk perbaikan ke
depannya. Kami pun menyadari bahwa kajian pragmatik yang kami sajikan
dalam tulisan ini masih belum tergali secara mendalam. Sehingga perlu adanya
penelitian lanjutan yang lebih mendalam implikatur pada setiap percakapan.
Karena hal ini dirasa menarik untuk terus dilakukan penelitian-penelitian
lanjutan. Sekian dan terima kasih.
27
DAFTAR PUSTAKA
Husnah. 2010. Implikatur Percakapan dalam Novel ‘Pesona Izmir’ karya Putri
Indri Astuti. Jakarta : Universitas Indonesia.
Rahardi, Kunjana. 2008. Pragmatik ; Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.
Jakarta : Penerbit Erlangga
Rahardi, Kunjana. 2008. Pragmatik ; Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.
Jakarta : Penerbit Erlangga
Suganda, Dadang. 2007. “Pemanfaatan Konsep ‘Muka’ (Face) dalam Wacana
Wayang Golek : Analisis Pragmatik. Dalam Metalingua 5 : 15-32
Zainurrahman. 2013. “Kesantunan dalam Berbahasa : Telaah Pragmatik atas
Konsep Wajah dalam Kesantunan Berbahasa”. Disampaikan dalam
seminar bahasa di Jogjakarta, 05 Mei 2013.
top related