1 Implikatur Percakapan di Madrasah Diniyah Tahfiz Quran Ibnu Sina Universitas Padjadjaran ; Suatu Kajian Pragmatik. Oleh Riki Nasrullah 1 Abstrak Makalah ini berjudul Implikatur Percakapan di Madrasah Diniyah Tahfiz Quran Ibnu Sina Universitas Padjadjaran ; Suatu Kajian Pragmatik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, dan data yang digunakan adalah dialog percakapan antara guru dan siswa di Madrasah Diniyah Tahfiz Wuran Ibnu Sina. Penyusunan makalah ini ditujukan untuk mendeskripsikan implikatur dalam percakapan antara guru dan siswa, mendeskripsikan dampak yang terjadi pelaku percakapan, dan mendeskripsikan dampak terhadap mekanisme percakapan yang sedang berlangsung. Kata Kunci : Implikatur, Guru dan Siswa, MDTA. 1 Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia Semester V, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran.
27
Embed
Implikatur Percakapan di Madrasah Diniyah Tahfiz Quran Ibnu Sina Universitas Padjadjaran ; Suatu Kajian Pragmatik.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
Implikatur Percakapan di Madrasah Diniyah Tahfiz Quran Ibnu Sina
Universitas Padjadjaran ; Suatu Kajian Pragmatik.
Oleh Riki Nasrullah1
Abstrak
Makalah ini berjudul Implikatur Percakapan di Madrasah Diniyah Tahfiz
Quran Ibnu Sina Universitas Padjadjaran ; Suatu Kajian Pragmatik. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, dan data yang digunakan
adalah dialog percakapan antara guru dan siswa di Madrasah Diniyah Tahfiz
Wuran Ibnu Sina. Penyusunan makalah ini ditujukan untuk mendeskripsikan
implikatur dalam percakapan antara guru dan siswa, mendeskripsikan dampak
yang terjadi pelaku percakapan, dan mendeskripsikan dampak terhadap
mekanisme percakapan yang sedang berlangsung.
Kata Kunci : Implikatur, Guru dan Siswa, MDTA.
1 Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia Semester V, Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Padjadjaran.
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Keberadaan bahasa dalam kehidupan sosio-kultural sangat mendapatkan
tempat yang amat vital bagi keberlangsungan transfer informasi dan
pengetahuan di kalangan masyarakat penutur bahasa itu sendiri. Bahasa yang
juga merupakan alat yang sistematis untuk menyampaikan gagasan atau
perasaan penutur dengan menggunakan tanda, bunyi, dan gesture yang
berkaitan dengan mimik atau tanda-tanda yang disepakati dan mengandung
makna.
Sudah seharusnya bahasa mempunyai peranan penting dalam setiap
tindak tutur si penutur bahasa. Bahasa yang juga berhakikat sebagai suatu tanda
yang bersifat produktif, dalam perkembangannya bahasa sering
menumbuhkembangkan system bahasa yang ada dan penggunaannya yang
bersifat produktif. Maksudnya adalah bahwa bahasa mempunyai sifat terus
berkembang dari satu subsistem bahasa, yaitu kata, menjadi subsustem bahasa
lainnya, bisa berupa frasa, klausa, kalimat, atau bahkan wacana. Penggunaan
bahasa yang sifatnya produktif sangat tidak terbatas jumlahnya. Karena
bagaimanapun juga, sang penutur bahasa akan terus mencoba
menumbuhkembangkan satu bahasa menjadi beberapa varian bahasa itu
sendiri. Sesuai dengan teori ini, maka akan mudah kita dapati perkembangan
3
suatu bahasa di tengah-tengah penutur bahasanya begitu cepat dan tidak
terhindari.
Bahasa yang merupakan salah satu alat untuk berkomunikasi antar
manusia, dalam keberadaannya mempunyai variasi atau ragam bahasa. karena
bahasa yang menjadi objek kajian bidang linguistik akan sangat memungkinkan
berkembang, dan perkembangannya itu akan mudah diamati karena linguistik
adalah salah satu ilmu empiris, yang penelitiaannya berdasar pada kenyataan-
kenyataan yang dapat diamati di dalam kehidupan berbahasa sehari-hari.
Ilmu bahasa dalam perkembangannya sering melakukan kajian yang
hanya berkutat pada tataran internal saja. Sehingga kondisi bahasa dengan
beragam relevansi dan hubungannya dengan sosio-kultural agak sedikit
teralihkan. Padahal ketika kaji lebih mendalam, bahasa dan hubungannya
dengan dunia luar/konteks sosial sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam.
Bahasa di dalam penggunaannya berfungsi sebagai sarana pikir, ekspresi,
dan sarana komunikasi. Sebagai sarana pikir, bahasa akan menuntun
penggunanya untuk berlaku santun dalam setiap tindak tuturnya. Sebagai
sarana ekspresi, bahasa membawa penggunanya kepada tarap suasana kreatif.
Hal ini bisa terlihat dari fungsi bahasa sebagai sarana untuk mengungkapkan
pemikiran tentang ilmu, teknologi, dan seni. Sebagai sarana komunikasi, bahasa
akan menciptakan suatu kultur kehidupan yang akrab. Bahasa juga akan
membawa penggunanya pada suatu kondisi yang menitikberatkan
4
kebersamaan, kekeluargaan, dan kesetiakawanan dalam konteks sosio-kultural.
Salah satu cabang ilmu yang mengkaji bagaimana bahasa dimanifestasikan ke
dalam dunia komunikasi dengan mengaitkannya dengan ko-teks dan konteks
adalah pragmatik.
Pengkajian bahasa yang berkutat pada tataran structural adakalanya
tidak menghasilkan suatu hasil yang maksimal. Karena pada pelaksanaannya,
banyak penutur bahasa menggunakan bahasa yang justru sangat bertentangan
dengan kaidah structural bahasa itu sendiri. kadang kita banyak menemukan
adanya suatu penggunaan bahasa yang “keluar” dari kaidah bahasa yang ada.
namun demikian, penggunaan bahasa yang menyalahi struktur pun pada
faktanya tidak menyalahi kaidah komunikasi yang efektif dan efisien. Kondisi
inilah yang mendorong adanya kajian bahasa yang tidak hanya berkutat pada
tataran struktur/formal saja, melainkan suatu kajian bahasa yang lebih besar
dari itu, yakni kajian bahasa yang berhubungan dengan penggunaannya sesuai
kondisi dan konteks kebahasaan yang ada. inilah yang dinamakan kajian
pragmatik.
Salah satu kajian bahasa yang dapat mengakomodir penggunaan bahasa
yang “keluar” dari kaidah structural bahasanya, dan mengedepankan konteks
penggunaannya, adalah kajian pragmatik dan analaisis wacana. Dalam
kajiannya, kedua bidang kajian ini mengedepankan aspek kebahasaann yang
berkaitan dengan aspek luar dari bahasa itu sendiri. hal itu bisa berupa kondisi
5
sosial, politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya yang berpengaruh terhadap
penggunaan bahasa itu sendiri. Inilah yang dinamakan konteks bahasa. Kajian
ini sangat lumrah kita temukan pada praktik-praktik komunikasi sehari-hari
atau percakapan antara penutur dan petutur.
Percakapan bisa kita pahami sebagai suatu praktik komunikasi antara
dua orang partisipan atau lebih. Biasanya percakapan hadir dalam bentuk
komunikasi lisan yang mengedepankan aspek oral. Percakapan biasnya
dilakukan seiring dengan suasana komunikasi yang santai. Meskipun demikian,
tidak sedikit juga sebuah proses percakapan terjadi pada suatu kondisi formal.
Levinson (dalam Rahardi : 2008) mendefinisikan bahwa pragmatik
adalah studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya.
Konteks tersebut mampu tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak dapat
dilepaskan dari struktur bahasanya. Kemudian Parker (dalam Rahardi : 2008)
memberikan definisi pragmatik sebagai suatu studi atau suatu cabang ilmu
bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal. Dari definisi yang
dikemukakan ini, kita bisa memahami bahwa pragmatik adalah suatu cabang
ilmu bahasa yang mengkaji bahasa dan penggunaannya dengan mengaitkan
pada konteks kebahasaan.
Salah satu kajian pragmatik adalah implikatur percakapan. Kita pahami
bahwa di setiap praktik percakapan akan senantiasa hadir sebuah maksud dari
percakapan si penutur dan petutur. Maksud-maksud yang ditampilkan dalam
6
percakapan tersebut sangat berbeda dengan struktur bahasa yang digunakan.
Dalam kondisi tersebut, suatu maksud penggunaan bahasa sering kali
menyimpan suatu maksud tersembunyi di balik penggunaan bahasa secara
structural. Pada kondisi inilah kajian pragmatik implikatur percakapan sangat
tepat untuk digunakan.
Sebagai sebauh lembaga pendidikan, Madrasah Diniyah Tahfiz Quran
Ibnu Sina Universitas Padjadjaran (selanjutnya disebut MDTA Ibnu Sina), pada
praktiknya senantiasa menjaga agar anak didiknya membiasakan diri untuk
berucap, berperilaku, dan bertindak sesuai dengan etika dan norma Islam. Oleh
sebab itu, peran seorang guru sangat menentukan dalam proses pembentukan
karakter siswa. Sehingga, menjadi penting bagi seorang guru untuk memberikan
contoh kepada siswanya dalam hal perilaku, tindakan, dan ucapan. Kondisi
formal ini telah membuat suatu praktik komunikasi antara guru dengan sisiwa
terjalin secara hati-hati dan terjaga. Sehingga menjadi menarik untuk diteliti
bagaimana suatu tindak tutur antara guru dan siswa di MDTA Ibnu Sina.
Di MDTA Ibnu Sina seringkali terjadi suatu tuturan yang mengandung
maksud yang diimplikasikan. Seperti kalimat tanya, yang diungkapkan oleh
seirang guru kepada siswa yang dari segi maksud sebetulnya tidak untuk
bertanya, melainkan ada tujuan lain yang diinginkan oleh guru berupa tindakan
untuk dilakukan oleh muridnya. Penulis mengangkat judul Implikatur
7
Percakapan di Madrasah Diniyah Tahfiz Quran Ibnu Sina Universitas Padjadjaran
; Suatu Kajian Pragmatik.
1.2 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah dan
mempermudah penulis dalam menentukan data yang diperlukan. Ruang lingkup
penelitian ini penulis fokuskan pada tuturan yang mengandung implikatur pada
proses komunikasi antara guru dan siswa di Madrasah Diniyah Tahfiz Quran
Ibnu Sina. Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah
satuan pragmatis dan implikasi pragmatis pada praktik komunikasi guru dan
siswa di MDTA Ibnu Sina Universitas Padjadjaran.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, penelitian ini mengajukan
dua permasalahan utama, yaitu :
a. Bagaimana bentuk satuan pragmatis yang ada pada praktik komunikasi
guru dan siswa di MDTA Ibnu Sina?.
b. Bagaimana bentuk implikasi pragmatis yang ada pada praktik
komunikasi guru dan siswa di MDTA Ibnu Sina?.
8
1.4 Tujuan Penelitian
Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas, sehingga hasil
penelitiannya dapat diketahui. Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai
adalah :
a. Mendeskripsikan bagaimana bentuk praktik komunikasi antara guru dan
siswa di MDTA Ibnu Sina dilihat dari sudut satuan pragmatiknya.
b. Mendeskripsikan bagaimana bentuk praktik komunikasi antara guru dan
siswa di MDTA Ibnu Sina dilihat dari sudut implikasi pragmatiknya.
1.5 Manfaat Penelitian
Sebuah penelitian haruslah memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
a. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis merupakan manfaat yang berkenaan dengan
pengembangan ilmu pengetahuan, dalam hal ini ilmu linguistik atau bahasa.
hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai tuturan yang mengandung implikatur tuturan. Implikatur ini
dilihat dari satuan pragmatis dan implikasi pragmatisnya.
b. Manfaat Praktis
9
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat memberikan kontribusi
yang berarti dalam pemahaman mengenai konsep wajah dalam ilmu
pragmatik. Selain itu, penelitian ini bermanfaat juga untuk menambah
pengetahuan bagi pembaca mengenai implikatur pada kajian pragmatik.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Definisi Pragmatik
Pragmatik dalam perkembangannya, khususnya di dua dekade terakhir,
telah menajdi cabang ilmu linguistik yang semakin menarik untuk diteliti.
Perhatian para linguis terhadap pragmatik kian hari kian bertambah. Hal ini
terbukti dari semakin meningkatnya kuantitas pelaksanaan even-even yang
bertajuk internasional pragmatic. Kondisi ini disinyalir akan terus bertambah
seiring dengan meningkatnya perhatian para ahli bahasa terhadap cabang ilmu
pragmatik ini. ketertarikan para linguis terhadap cabang ilmu ini ditunjukkan
pula dengan meningkatnya kualitas dan kuantitas publikasi jurnal internasional
yang membahas gejala kebahasaan dengan sudut padang pragmatik.
Jacob (dalam Rahardi : 2008) menunjukkan perkembangan pesat cabang
ilmu pragmatik dalam konstelasi kelimuan di bidang kebahasaan. Ia
mengungkapkan fakta-fakta menarik tentang perkembangan pragmatik dalam
dunia keilmuan, salah satunya dengan meningkatnya jumlah publikasi jurnal
internasional dengan menempatkan pragmatik sebagai puncak pembahasannya.
Definisi pragmatik telah banyak dikemukakan oleh para linguis yang
menggeluti bidang ini. berikut akan kami paparkan kembali definisi yang telah
11
dikemukakan para ahli tentang pragmatik. Definisi-definisi ini kami ambil
sebagai contoh karena memang definisi-definisi ini kami anggap yang paling
relefan dengan pembahasa kali ini. Definisi-definisi ini diharapkan akan mampu
menggambarkan dengan jelas pengertian dan batasan pragmatik.
Levinson (dalam Rahardi : 2008) mendefinikan pragmatik sebagi studi
bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks yang
dimaksud tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari
struktur bahasanya. Kemudian Parker (dalam Rahardi : 2008) mengungkapkan
bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa
secara eksternal. Adapun yang dimaksud dengan hal itu adalah bagaimana
satuan lingual tertentu digunakan dalam komunikasi yang sebenarnya. Parker
telah membedakan studi pragmatik dengan studi tata bahasa internal, seperti
fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Di dalam pragmatik, kita akan
mengenal beberapa istilah seperti prinsip kesopanan, prinsip kerja sama,
konsep wajah, dan sebagainya.
Sebagai bidang baru dalam kajian kebahasaan, khususnya bahasa dalam
penggunaan (language in use), kesantunan (politeness) dalam berbahasa
seyogiyanya mendapatkan perhatian, baik oleh pakar atau linguis, maupun para
pembelajar bahasa. Selain itu, penting juga bagi setiap orang untuk memahami
kesantunan berbahasa ini, karena manusia yang kodratnya adalah “makhluk
12
berbahasa” senantiasa melakukan komunikasi verbal yang sudah sepatutnya
beretika.
2.1.2 Implikatur
Implikatur merupakan salah satu bagian dari kajian pragmatik. Secara
etimologis, implikatur berasal dari kata kerja bahasa Inggris, yakni implicate
yang maknanya berarti “mengemukakan sesuatu dengan bentuk yang lain”.
Berkaitan dengan pengertian implikatur, berikut akan saya paparkan beberapa
pengertian implikatur yang dikemukakan oleh beberapa ahli bahasa. Menurut
Ruston (dalam Amira, 2010 : 3) implikatur atau implikatur percakapan adalah
implikasi pragmatis yang terdapat dalam percakapan yang timbul sebagai akibat