IMPLIKASI KOMUNIKASI FATIK DALAM MENINGKATKAN … · 2020. 7. 30. · fatik melalui media sosial, setiap orang dapat mengatahui kabar atau info terkini dari orang lain. Sehingga setiap
Post on 07-Mar-2021
2 Views
Preview:
Transcript
22
IMPLIKASI KOMUNIKASI FATIK
DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN DI IAIN SALATIGA
Muhamad Fahrudin Yusuf
Institut Agama Islam Negeri Salatiga
mfakhrys@gmail.com
Abstract
This article is the result of a research which is based on various cases of phatic communication in
various contexts, namely, industrial context, social relationcontext, multicultural societycontext,
and educationcontext. Thisis a qualitative study using case study approach. The aim of this
research isto describe and analyze the implications of phatic communication in improving
learning at IAIN Salatiga.Techniques of collecting data used in this research iare focuse group
discussion (FGD), interview and observation. The research findings show that phatic
communication between lecturer and student at IAIN Salatiga is well established in the form of
greeting, nodding,shakinghandwith kissing hands, ringing motorcycle horns while nodding head.
Phatic communication also has implications in improving learning for students in all departement at IAIN Salatiga.
Keywords: implications, phatic communication, learning
Abstrak
Artikel ini merupakan hasil penelitian yang dilatarbelakangi berbagai kasus komunikasi fatik
dalam berbagai konteksnya. Mulai dari konteks industri, relasi sosial, masyarakat multikultur hingga di bidang pendidikan. Untuk tujuan mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana
implikasi komunikasi fatik dalam meningkatkan pembelajaran di IAIN Salatiga, penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus.Teknik pengambilan data
menggunakanfocused group discussion (FGD), wawancara dan observasi. Studi ini menghasilkan
temuan bahwa IAIN Salatiga komunikasi fatik dosen-mahasiswa terjalin dengan baik dalam
bentuk sapaan, anggukan, salam, salaman dengan mencium tangan, klakson motor disertai
anggukan kepala. Komunikasi fatik juga memberikan implikasi dalam meningkatkan
pembelajaran bagi mahasiswa di semua Program Studi di IAIN Salatiga.
Kata Kunci: implikasi, komunikasi fatik, pembelajaran.
.
brought to you by COREView metadata, citation and similar papers at core.ac.uk
provided by Open Journal Systems UIN (Universitas Islam Negeri) Raden Intan Lampung / Raden...
23
A. Latar Belakang
Hasil pembelajaran di lembaga pendidikan tinggi dapat dikaitkan dengan
komunikasi efektif. IAIN Salatiga merupakan salah satu perguruan tinggi
keislaman (PTKIN) di Salatiga yang sarat dengan peristiwa komunikasi. Salah
satu konteks komunikasi, dan bahkan merupakan bentuk komunikasi paling
mendasar adalah komunikasi tatap muka atau komunikasi interpersonal. Konteks
komunikasi ini lazim juga disebut komunikasi antarpribadi, yang salah satu
ragamnya disebut dengan komunikasi fatik (phatic communication).
Bagi sebagian, komunikasi fatik dapat meningkatkan pembelajaran bagi
mahasiswa. Bagi sebagian lainnya peningkatan pembelajaran mahasiswa tidak
terkait dengan komunikasi fatik. Penelitian ini akan mengobservasi implikasi
komunikasi fatik dosen-mahasiswa di IAIN Salatiga pada tahun 2019.
Komunikasi fatik menjadi bagian komunikasi antarpribadi
(interpersonalcommunication) yang berfungsi menunjukkan keramahan,
kehangatan, atau menunjukkan pengakuan atas kehadiran orang lain di dekatnya,
bahkan menunjukkan ikatan dengan orang lain. Komunikasi fatik juga bertujuan
untuk menimbulkan kenyamanan bagi komunikan. Ia bukan sekedar sapaan verbal
atau non verbal tanpa maksud terhadap komunikan.
Realitanya, komunikasi fatik dapat meningkatkan pertemanan (Siti Murni
Kaddi, 2013 ),menjadi landasan efektifitas komunikasi(Kurniawan, 2014),
meredam konflik dan menjaga eksehatan emosional (Saputra dan Sofiah, 2014),
mempertahankan kelangsungan hubungan sosial dalam masyarakat multikultur
(Anggraeni, 2017) dan mengembangkan nilai karakter dalam pendidikan (Faozah,
2014).
Dari beberapa hasil penelitian di atas, komunikasi fatik jelas memberikan
pengaruh pada efektifitas komunikasi di berbagai bidang. Hal itu menunjukkan
penelitian di bidang komunikasi fatik, khususnya di bidang pendidikan tinggi
masih perlu dilakukan. Lebih lebih dikaitkan dengan pembelajaran di perguruan
tinggi, seperti yang peneliti lakukan.
24
Oleh karena itu, permasalahan yang diajukan dalam artikel ini diurai dalam
rumusan masalah yang berbunyi: Bagaimanakah implementasi komunikasi fatik
di IAIN Salatiga? bagaimanakomunikasi fatik dapat meningkatkan pembelajaran
di IAIN Salatiga?
B. Tinjauan Pustaka
Implikasi komunikasi fatik pada peningkatan pembelajaran di IAIN
Salatiga lebih memiliki daya jangkau yang dalam jika didekati dengan metode
kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sebab studi kasus menurut Yin (2005:
1)adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran detail mengenai latar
belakang dan sifat suatu peristiwa.
Penelitian akan dilakukan di IAIN Salatiga dan lokasi yang akan
ditentukan kemudian sesuai kebutuhan dalam metode pengumpulan data.Dalam
penelitian ini peneliti akan melakukan observasi awal untuk mendapatkan
informasi dasar awal sebagai penelitian pendahuluan (Wimmer dan Dominick:
2006:120). Selanjutnya penelitian akan dilakukan di lokasi dengan metode
Focused Groups Discusion (FGD). Dari hasil FGD tersebut akan diambil sampel
untuk diwawancarai secara mendalam. Setelah seluruh data diperoleh selanjutnya
akan dianalisis dan disajikan.
Wimmer dan Dominick (2006:125) menyatakan kebanyakan teknik
pengambilan sampel untuk penelitian kualitatif adalah menggunakan purposive
sampling (pemilihan sampling berdasarkan pada tujuan penelitian). Tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui bagaimana implementasi dan implikasi
komunikasi fatik pada peningkatan pembelajaran unggul berbasis nilai Islam
Indonesia di IAIN Salatiga 2019.
Artinya populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa IAIN. Dalam hal ini
peneliti akan memilih sampel secara acak, sebanyak30 orang mahasiswauntuk
diambil datanya dengan Focused Group Discussion(FGD)sebagai strategi
penelitian untuk memahami sikap dan tingkah laku audiens (Wimmer dan
Dominick, 2006:128).
25
Wawancara akan dilakukan terhadap 3 orang dosen dari perwakilan
fakultas di IAIN Salatiga. Wawancara mendalam ini diperlukan terkait temuan
temuan yang mungkin menjadikan hasil penelitian ini lebih menarik dan
melengkapi data FGD yang kurang memadai.
Data yang peroleh akan yang analisis secara deskriptif kualitatif Data yang
telah dikumpulkan akan diolah melalui tiga tahapan, antara lain: reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Untuk mencapai tingkat ketepercayaan alat ukur dan hasil yang terpercaya,
peneliti memilih Triangulasisebagai teknik keabsahan data. Metode Triangulasi
yang digunakan adalah wawancara (Maleong:2001:178). Secara praktis peneliti
akan mewawancarai secara mendalam dan berulang-ulang terhadap dosen dan
mahasiswa sehingga data yang diperoleh benar-benar valid.
C. Hasil Dan Pembahasan
Sebagaimana telah peneliti nyatakan sebelumnya, penelitian ini
menggunakan metode focused group discussion (FGD) dengan mengundang
perwakilan mahasiswa dari berbagai Program Studi yang ada di IAIN Salatiga.
Hasil FGD menyebutkan bahwa semua informan mengaku pernah
melakukan komunikasi fatik dengan dosen. Sebagian besar peserta
FGDmengatakan bahwa mereka melakukan komunikasi fatik kepada dosen yang
sudah dikenal dan yang mengajar mereka saja. Akan tetapi sebagian lagi
menyatakan bahwa mereka melakukan komunikasi fatik juga kepada dosen yang
tidak mengajar mereka asal mereka tahu bahwa orang yang dijumpai adalah
dosen, maka mahasiswa akan menyapanya.
Hal ini menunjukkan ada keinginan dari setiap mahasiswa untuk menyapa
dosennya, baik yang dikenal maupun tidak. Menurut peserta FGD, alasan
mengapa tidak semua dosen disapa karena banyaknya dosen muda, sehingga
terkadang mahasiswa tidak dapat membedakan dosen dengan mahasiswa.
Komunikasi fatik tersebut dilakukan untuk basa basi atau hanya sekedar
untuk memulai percakapan. Adapun bentuk yang dilakukan dalam berkomunikasi
fatik pada umumnya berbentuk verbal seperti sapaan, atau non verbal senyuman,
26
anggukan, dan salaman dengan mencium tangan dosen. Selain itu, bentuk
komunikasi fatik yang lainnya adalah tindakan non verbal seperti menganggukan
kepala, senyuman ataupun bentuk komunikasi gesture yang lainnya ketika
bertemu. Terdapat pula mahasiswa yang melakukan komunikasi fatik dalam
bentuk berjabat tangan.
Sebagian besar informanFGD darimengaku bahwa mahasiswa yang
memberikan sapaan kepada dosen merupakan sebuah bentuk penghormatan
sekaligus sebagai salah satu bentuk menjaga norma kesopanan mahasiswa
terhadap dosen. Motifnya adalah agar lebih akrab dengan dosen dan dapat
menjalin silaturahmi.
Menurut sebagian peserta FGD, komunikasi fatikdengan dosen
mempunyai pengaruh terhadap studi, dengan alasan bahwa keberhasilan dalam
berkomunikasi fatik dapat menambah percaya diri mahasiswa.Dengan modal
kepercayaan diri yang dimiliki oleh mahasiswa, pembelajaraan yang unggul akan
dapat tercapai dengan mudah. Sebab dengan rasa percaya diri, mahasiswa tidak
akan merasa canggung ataupun sungkan dalam proses pembelajaran. Terlebih lagi
mahasiswa tidak melanggar kontrak belajar yang telah disepakati oleh dosen dan
mahasiswa.
Intensitas antara dua orang yang saling berkomunikasi dapat memberikan
efek baik pada psikologi seseorang. Begitu pula untuk komunikasi fatik yang
terjadi antara dosen dan mahasiswa. Komunikasi antara mahasiswa dan dosen
tidak selalu dimulai oleh mahasiswa. Namun terkadang juga dapat dimulai oleh
dosen terlebih dahulu, tergantung siapa yang melihat terlebih dahulu.
Seperti pernyataan yang berikan oleh salah satu dosen komunikasi
Fakultas Dakwah IAIN Salatiga, Avin Wimar Budyastomo, M. Kom.1, bahwa
dirinyalah yang mengawali terlebih dahulu untuk berkomunikasi fatik dengan
mahasiswa. Komunikasi fatik antara dosen dengan mahasiswa dapat terjadi
dimana saja, bisa di dalam maupun di luar kelas. Dengan adanya interaksi dalam
berkomunikasi fatik antara mahasiswa dengan dosen, besar kemungkinan hal ini
1Wawancara, Avin Wimar Budyastomo, M. Kom., 13 Agustus 2019
27
dapat membantu meningkatkan semangat mahasiswa dalam melaksanakan
pembelajaran di dalam kelas.
Selain komunikasi fatik dalam bentuk tatap muka, dapat juga dilakukan
komunikasi fatik melalui media sosial, seperti melalui whatsapp (WA), Instagram,
facebook (FB), Twitter, dan sebagainya. Bentuk komunikasi fatik yang dilakukan
dalam media sosial biasanya adalah dalam bentuk komentar/tanggapan dari
sebuah story yang diunggah dalam media sosial. Selain itu, dengan komunikasi
fatik melalui media sosial, setiap orang dapat mengatahui kabar atau info terkini
dari orang lain. Sehingga setiap orang dapat saling mengetahui keadaan dari orang
lain melalui media sosial.
Komunikasi fatik dalam media sosial ini lebih jarang dilakukan oleh
mahasiswa kecuali jika untuk hal-hal yang mendesak saja. Misalnya saja untuk
menanyakan tugas. Akan tetapi, terdapat pula beberapa mahasiswa yang
menjadikan komunikasi fatik melalui media sosial sebagai sebuah ajang yang
bagus untuk meningkatkan silaturahmi. 2
Dari pernyataan tersebut, dapat dilihat bahwa komunikasi fatik difungsikan
sebagai pembuka dari inti komunikasi sesungguhnya. Bisa juga untuk mencari
maupun menambah kedekatan antara dosen dengan mahasiswa.
Pilihan untuk melakukan komunikasi fatik bagi mahasiswa bukan tanpa
alasan. Jika dosen dan mahasiswa sudah merasa nyaman dalam berkomunikasi,
maka akan terjadi komunikasi yang efektif. Dengan komunikasi yang efektif, akan
memudahkan mahasiswa untuk menerima informasi yang didapatkan dari dosen
tersebut. Informasi yang didapatkan ini bukan hanya sekedar informasi biasa,
namun sama halnya dalam proses pembelajaran. Yaitu materi yang diberikan oleh
dosen di dalam kelas3.
Dosen dan mahasiswa yang sudah sering bertatap muka, bahkan
melakukan komunikasi di luar kelas maupun di dalam kelas akan merasa lebih
nyaman dan akrab ketika bertemu dalam proses pembelajaran. Penerapan dari
komunikasi fatik pada pembelajaran yang dilakukan oleh dosen kepada
2Muhammad Wahyudi, FGD 29 Juli 2019 3Solichatul Bisriyah, FGD 29 Juli 2019
28
mahasiswa dapat memberikan nilai emosional tersendiri pada diri mahasiswa
sehingga pembelajaran menjadi tidak kaku.
Ihwal komunikasi fatik dalam bentuk sapaan merupakan salah satu bentuk
dari norma kesopanan seorang mahasiswa kepada dosen, mahasiswa biasanya
lebih sering menyapa dosen terlebih dahulu daripada disapa oleh dosen4.
Dari data hasil FGD, komunikasi fatik dapat dilakukan dalam bentuk
senyuman dan sapaan, biasanya terdapat pula yang dilakukan dengan menyapa
“monggo Pak”, ketika dengan dosen yang sudah dikenal. Meskipun begitu,
mahasiswa juga tetap melakukan komunikasi fatik kepada dosen yang tidak
dikenal dengan menyesuaikan dengan kondisi dosen. Misalnya, ketika dosen
menatap mahasiswa saat berpapasan, maka mahasiswa dipastikan agar menyapa
dosen terlebih dahulu. Akan tetapi, dalam hal ini mahasiswa juga harus
memahami kondisi atau keadaan yang sedang dilakukan oleh dosen. Jika seorang
dosen tidak menyapa dahulu karena sedang tergesa-gesa atau ada urusan yang
penting, mahasiswa tidak menyapa dosen.
Komunikasi fatik memang dapat menghasilkan keakraban antara
mahasiswa dengan dosen, bahkan dapat merambah kedalam obrolan yang dapat
menambah pengetahuan mahasiswa.berawal dari sapaan dilanjutkan dengan
obrolan asyik antara dosen dengan mahasiwa. Ini menandakan bahwa komunikasi
fatik dapat membawa komunikasi antara individu satu dengan individu yang
lainnya ke dalam pembahasan yang lebih intens lagi. Menurutnya, bentuk
komunikasi yang sering dilakukan adalah salaman, senyuman, dan ngobrol
bareng5.
Selain dapat menghasilkan keakraban komunikasi fatik yang biasa
dilakukan dalam bentuk sapaan, salam dan tundukan kepala kepada dosen yang
dikenal maupun tidak dikenal dapat memberikan impact kepada mahasiswa itu
sendiri di berbagai bidang. Ketika mahasiswa berkomunikasi fatik melalui media
sosial pun dapat memberikan efek bagi mahasiswa6.
4Muhammad Iqomudin, FGD, 29 Juli 2019 5Kholil Bisyri, FGD, 29 Juli 2019 6Muhammad Wahyudi, FGD 29 Juli 2019
29
Komunikasi fatik menjadi sebuah hal yang dapat digunakan sebagai kata
pengantar sebelum melakukan pembahasan yang lebh mendalam dalam sebuah
topik pembicaraan. Komunikasi fatik melalui media sosial bukan sebagai ajang
untuk berkomunikasi fatik layaknya komunikasi yang dilakukan secara tatap
muka. Komunikasi dengan media sosial biasanya hanya dilakukan ketika
mahasiswa ingin bertanya tentang tugas atau hal-hal yang terbilang mendesak
saja7..
Hal yang serupa juga dilakukan oleh mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa
Arab, Masyrifah Ainal Haq. Dia mengatakan bahwa komunikasi dalam media
sosial lebih seringnya dilakukan melalui WA/IG. Itupun hanya untuk keperluan
yang urgent seperti ketika hendak meminta ijin atau bertanya tentang tugas.
Ketika dalam kondisi tatap muka, komunikasi fatik lebih sering dimulai dari
dirinya sebagai bentuk penghormatan kepada dosen yang bersangkutan8.
Selain melalui sapaan, anggukan dan salaman, komunikasi fatik juga dapat
dilakukan ketika mahasiswa berjumpa dengan dosen yang sudah dikenal di jalan
saat mengendarai sepeda motor. Bentuk komunikasi fatiknya yaitu dengan cara
membunyikan klakson motor dan diiringi dengan anggukan sebagai bentuk
penghormatan.
Budaya 3S yang dikenal dengan Senyum, Sapa, dan Salam juga
merupakan salah satu bentuk dari komunikasi fatik. Komunikasi fatik yang terjadi
antara mahasiswa dan dosen lebih sering terjadi secara langsung. Meskipun ada
yang melakukan komunikasi fatik melalui media sosial, namun itu hanyalah untuk
hal-hal tertentu saja, khususnya yang berkaitan dengan tugas ataupun sekedar
untuk menanyakan sesuatu yang belum dipahami.
Berbicara tentang respon balik yang diberikan oleh dosen kepada
mahasiswa, berdasarkan hasil dari FGD, tidak semua mahasiswa dapat legowo
atau menerima dengan lapang dadaketika sapaan mereka tidak direspon oleh
dosen. Meskipun begitu, masih terdapat pula mahasiswa yang mengatakan bahwa
dia akan tetap melakukan komunikasi fatik dalam bentuk senyuman dan anggukan
7Nunuk Robbil Izzati, FGD 29 Juli 2019 8Masyrifah Ainal Haq, FGD 29 Juli 2019
30
ke setiap dosen entah dibalas atau tidak dibalas. Komunikasi fatik ini dilakukan
dimanapun dan seringnya diawali oleh mahasiswa terlebih dahulu.
Mengenai pengaruh komunikasi fatik dalam meningkatkan pembelajaran
di IAIN Salatiga, mayoritas peserta FGD menyatakan bahwa pengaruh itu
diyakini ada. Dalam hal ini yang dimaksud dapat mempermudah mahasiswa
menerima pelajaran. Selain itu, pembelajaran di dalam kelas akan menjadi terasa
lebih nyaman. Sebagai mahasiswa yang sudah sering melakukan komunikasi fatik
kepada dosen juga akan merasa lebih diperhatikan dibandingkan dengan teman
yang lainnya karena sudah sering berkomunikasi dengan dan menjalin keakraban
dengan dosen.
Berikut salah satu ucapan peserta FGD:
“Komunikasi fatik yang dilakukan antara mahasiswa dengan dosen dapat
memberikan pengaruh terhadap proses pembelajaran mahasiswa. Pengaruh
yang diberikan ini tidak murni dalam bentuk nilai, karena terkadang dosen
juga memberikan penilaian diri mahasiswa dari sikap (attitude) mahasiswa
tersebut seperti pedoman 3S Senyum, Sapa, dan Salam sebagai bentuk patuh
kepada peraturan kampus.9
Meskipun begitu, ada pula mahasiswa yang beranggapan bahwa pengaruh
komunikasi fatik dalam pembelajaran akan menjadikan mahasiswa menjadi
semangat untuk berkuliah dan hal ini akan berimbas kepada nilai mahasiswa.
Impact yang diberikan dari komunikasi fatik bukan hanya berpengaruh kepada
nilai, akan tetapi dapat juga berpengaruh dalam hal diluar kuliah, seperti
bertambahnya ilmu baru di luar kuliah.
Selain hasil data dari FGD yang dilakukan terhadap mahasiswa IAIN
Salatiga, peneliti juga melakukan wawancara terhadap beberapa dosen di IAIN
Salatiga. Dosen tersebut adalah Muhammad Nuryansyah, M.Hum. (dosen dari
Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora/FUADAH), Rina Asih Handayani,
M.Pd.I. (dosen Bahasa Arab), dan Avin Wimar Budyastomo, M. Kom. (dosen
Fakultas Dakwah).
Kaitannya dengan komunikasi fatik, dosen juga sering melakukan
komunikasi fatik dengan mahasiswa baik hal ini dimulai dari dosen ataupun dari
9Muhammad Iqomudin,FGD, 29 Juli 2019.
31
mahasiswa. Bentuk komunikasi fatiknya itu sendiri terkadang berupa sapaan,
senyuman, anggukan, ataupun dengan bersalaman. Ada beberapa dosen yang
biasa memulai komunikasi fatik kepada mahasiswa meskipun tak jarang
komunikasi fatik ini dimulai oleh mahasiswa. Komunikasi fatik biasa dilakukan di
dalam maupun di luar kelas.
Dalam melakukan komunikasi fatik antara dosen dengan mahasiswa, pihak
yang memulai komunikasi fatik bisa saja dari kedua belah pihak baik mahasiswa
maupun dosen terlebih dahulu. Terkadang dosen yang memulai terlebih dahulu,
terkadang juga mahasiswa yang memulai dahulu.
Menurut Mohammad Nuryansyah, M.Hum., dia melakukan komunikasi
fatik dengan mahasiswa yang dianggapnya familiar atau sering disebut namanya,
tidak hanya kepada mahasiswa yang diajarnya saja10.
Sama halnya dalam komunikasi secara langsung, dosen juga melakukan
komunikasi fatik melalui media sosial, namun hanya kepada beberapa mahasiswa
yang dibimbing skripsinya saja. Dari pertanyaan ini, menandakan bahwa
komunikasi fatik pada hakikatnya dapat dilakukan oleh semua orang. Tujuan dari
komunikasi fatik antara dosen dengan mahasiswa adalah untuk menimbulkan
keramahan, hubungan mahasiswa dengan dosen menjadi lebih humble dan tidak
kaku.11
Dengan melontarkan beberapa pertanyaan sederhana seperti tersebut
diatas, akan dapat memberikan perasaan senang terhadap orang lain, dalam hal ini
adalah mahasiswa. Dengan sapaan sederhana tersebut akan menimbulkan kesan
ramah dosen kepada mahasiswa. Sehingga dosen tidak terkesan seperti orang
yang kaku ataupun killer dan hubungan antara mahasiswa dengan dosen akan
menjadi lebih akrab.
Komunikasi fatik antara mahasiswa dengan dosen, tidak selalu diawali
oleh mahasiswa. Namun, terkadang pula komunikasi dapat dimulai oleh dosen12.
Hal ini dikarenakan mahasiswa yang terkadang sungkan untuk memulai
komunikasi fatik terlebih dahulu kepada dosen. Pernyataan ini disampaikan oleh
10Wawancara dengan Muhammad Nuryansyah, M.Hum., 13 Agustus 2019 11Wawancara dengan Muhammad Nuryansyah, M.Hum., 13 Agustus 2019 12Wawancara dengan Rina Asih Handayani, M.Pd.I, 13 Agustus 2019
32
Rina Asih Handayani, M.Pd.I, dosen Bahasa Arab di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam (FEBI).
Menurutnya, komunikasi fatik biasa dilakukan di dalam maupun di luar
kelas. Ketika sedang di dalam kelas, komunikasi fatik yang biasa dilakukannya
adalah komunikasi fatik yang berbentuk guyonan. Komunikasi fatik dalam bentuk
guyonan ini dilakukannya dengan tujuan untuk menghidupkan suasana kelas. Hal
ini dilakukannya untuk menghilangkan persepsi mahasiswa yang beranggapan
bahwa mata kuliah yang diampu olehnya merupakan sebuah mata kuliah yang
menjadi momok bagi mahasiswa. Berbeda halnya ketika di luar kelas, bentuk
komunikasi fatik yang dilakukan oleh dosen adalah dalam bentuk sapaan untuk
membangun keakraban komunikasi antara dosen dengan mahasiswa.
Dosen tidak selamanya melakukan komunikasi fatik hanya kepada
mahasiswa yang diajarnya saja. Dosen juga terkadang melakukan komunikasi
fatik melalui media sosial. Bentuk komunikasi dosen dalam media sosial biasanya
juga dalam bentuk guyonan. Hal ini dilakukannya dengan tujuan untuk
membangun keakraban dan kenyamanan dalam berkomunikasi antara dosen
dengan mahasiswa.
Hal serupa dinyatakan pula oleh Avin Wimar Budyastomo13, M. Kom.,
selaku dosen komunikasi di Fakultas Dakwah IAIN Salatiga, yang menyatakan
bahwa ia pernah dan bahkan sering melakukan komunikasi fatik dengan
mahasiswa dalam bentuk yang santai. Misalnya saja, ketika berjumpa di luar
ruangan, seperti di kantin ataupun berjumpa dimana saja ketika dalam kondisi
santai. Biasanya yang memulai komunikasi terlebih dahulu adalah dosen.
Komunikasi fatik antara dosen dengan mahasiswa biasanya dilakukan di luar
kelas kepada semua mahasiswa yang ditemui oleh dosen.
Selain berkomunikasi fatik secara langsung/tatap muka, seperti halnya
mahasiswa, dosen juga terkadang melakukan komunikasi fatik melalui media
sosial. Adapun bentuk komunikasi yang dilakukan dalam media sosial biasanya
adalah dengan memberi komentar di facebook (FB) ataupun di Twitter dengan
sekedar basa-basi. Komentar-komentar tersebut bisa juga bersifat menyindir,
13Wawancaradengan Avin Wimar Budyastomo, M.Kom, 13 Agustus 2019
33
protes serta membenarkan sesuatu yang dirasa salah dan perlu untuk dibenarkan.
Tujuan komunikasi fatik menurut dosen adalah untuk mempersempit ruang antara
dosen dengan mahasiswa agar antara mahasiswa dengan dosen menjadi lebih
akrab.
Tujuan mahasiswa berkomunikasi fatik dengan dosen adalah sebagai
bentuk penghormatan dan norma kesopanan, ta’dzim dan tawadu’ mahasiswa
kepada dosen. Selain itu, tujuan riil dari komunikasi fatik ini adalah agar
mahasiswa bisa merasa lebih akrab serta mengenal dosen. Hal ini berdasarkan
pada jawaban responden yang dituliskan dalam lembar pertanyaan kisi-kisi FGD.
Secara rinci, komunikasi fatik yang dilakukan oleh mahasiswa kepada dosen
adalah dengan cara ketika bertemu dengan dosen, maka mahasiswa akan menyapa
dosen yang diawali dengan anggukan dan sapaan, kemudian terkadang juga
bersalaman.
Secara umum, hal yang dilakukan oleh mahasiswa dalam melakukan
komunikasi fatik kepada dosen adalah dengan memberikan sapaan
(Assalamu’alaikum Pak, Bu), dengan senyuman, atau hanya sekedar memberikan
anggukan kepada dosen sampai dengan bersalaman ketika mendapat respon dari
dosen yang disapa oleh mahasiswa.
Dalam suatu proses komunikasi yang terjadi antara mahasiswa dengan
dosen, pada dasarnya dapat menambah erat tali silaturahmi yang terjalin antara
keduanya. Jalinan erat ini dapat menambah hubungan emosional antara dosen
dengan mahasiswa.
Sedangkan manfaat komunikasi fatik adalah untuk menjalin keakraban dan
perhatian kepada dosen. Ketika mahasiswa tidak melakukan komunikasi fatik
kepada dosen, maka mahasiswa tidak dapat memberikan apa yang seperti
diharapkan dari dosen tersebut. Dalam berkomunikasi fatik, yang mengawali
komunikasi seharusnya adalah mahasiswa terlebih dahulu, jangan sampai dosen
dahulu yang memulai untuk berkomunikasi fatik kepada mahasiswa. Hal ini
dikarenakan sebagai bentuk rasa hormat seorang mahasiswa kepada dosen. Jika
antara dosen dengan mahasiswa sudah terjalin hubungan yang baik, maka dalam
proses pembelajaran pun akan menjadi nyaman.
34
IAIN Salatiga yang merupakan perguruan tinggi berbasis Islam, sudah
sepantasnya IAIN Salatiga mampu menerapkan nilai-nilai keislaman dalam setiap
aktivitasnya, terutama dalam kegiatan pembelajarannya. Menjunjung tinggi norma
kesopanan, ta’dzim, dan tawadu’ kepada dosen merupakan salah satu bentuk
pengamalan nilai keislaman. Seperti halnya tujuan dari komunikasi fatik yaitu
untuk menghormati dosen serta menjalin hubungan silaturahmi yang lebih erat
antara mahasiswa dengan dosen.
Selain itu, jika mahasiswa dipanggil nama oleh dosen, maka ini merupakan
suatu kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri bagi mahasiswa.
Pada kenyataanya, tidak semua dosen akan memberikan respon kepada
mahasiswa ketika diajak berkomunikasi fatik. Maka dari itu, mahasiswa berharap
kepada dosen, jika dosen disapa, minimal ada timbal balik dari dosen, sehingga
tidak menimbulkan rasa sakit hati.
Respon atau timbal balik yang dilakukan oleh dosen dapat saja
memberikan pengaruh terhadap nilai mahasiswa. Namun hal ini tidak riil seperti
itu. Pada kenyataanya, terkadang dosen memberikan penilaian kepada mahasiswa
berdasarkan pada nilai sikap (attitude) mahasiswa.
Banyak harapan yang muncul dari mahasiswa, termasuk dalam penilaian
yang dilakukan oleh dosen. Mahasiswa (peserta FGD) berharap kepada dosen
untuk lebih komunikatif dan transparatif dalam berbagai hal, terutama dalam
memberikan penilaian terhadap mahasiswanya. Kiranya perlu pula dosen
memberikan komentar (feedback) dalam memberikan nilai kepada mahasiswa.
Hal ditujukan agar tidak menimbulkan suatu kesalahpahaman dan kekecewaan
dari mahasiswa kepada dosen akan nilai yang sudah keluar.
Selain memberikan pengaruh dalam pembelajaran, hubungan komunikasi
yang terjalin dengan baik antara mahasiswa dengan dosen dapat memberikan
pengaruh terhadap mahasiswa secara personal, yaitu agar mahasiswa mau
memperbaiki kualitas diri. Semakin sering mahasiswa berkomunikasi dengan
dosen, maka mahasiswa akan lebih dikenal oleh dosen.
Dengan meningkatnya kualitas diri pada mahasiswa secara personal, hal
ini tentunya dapat meningkatkan mutu pembelajaran mahasiswa IAIN Salatiga
35
pula. Ketika mahasiswa merasa kualitas dirinya meningkat, maka dalam proses
pembelajaran, ia akan merasa lebih percaya diri dan yakin dalam mengikuti
pembelajaran. Termasuk pula dalam memberikan respon kepada dosen yang
berkaitan dengan materi pembelajaran. Jika sudah seperi ini, maka pembelajaran
unggul dapat mudah diwujudkan. Ditambah lagi dengan sikap yang ditunjukkan
oleh mahasiswa yang menerapkan nilai keislaman karena memperhatikan
kesopanan terhadap dosen. Sehingga nilai Islam Indonesia juga turut terwujud
dalam proses pembelajaran.
Secara keseluruhan, dosen yang memberikan respon kepada mahasiswa
saat berkomunikasi fatik dapat menambah semangat mahasiswa ketika dalam
pembelajaran. Mahasiswa menjadi tidak malu jika ingin bertanya, semangat
belajar menjadi bertambah, serta mahasiswa akan merasa lebih diperhatikan dari
teman yang lain, dan sebagainya.
Pada fakta lapangan yang terjadi, tidak semua dosen yang diajak
berkomunikasi fatik oleh mahasiswa akan memberikan respon ataupun menyebut
nama dari mahasiswa tersebut. Salah satu narasumber dari FGD, mengatakan
bahwa tidak mengapa jika mahasiswa tidak mendapat respon atau sapaan balik
dari dosen. Sesungguhnya yang terpenting adalah mahasiswa tetap sudah
menyapa dosen tersebut sebagai bentuk penghormatan dan kesopanan kepada
dosen.
Terkait dengan dosen yang tidak menyebut nama mahasiswa, ini sudah
menjadi kewajaran karena kemungkinan dosen lupa atau tidak hafal wajah
mahasiswanya. Mengingat jumlah mahasiswa yang begitu banyak. Tidak semua
mahasiswa beranggapan bahwa ketika dosen menyebut nama mahasiswa atau
tidak itu berpengaruh terhadap mahasiswa secara personal. Karena ada pula
mahasiswa yang tidak berpengaruh dalam dirinya jika tidak dipanggil nama oleh
dosen. Ketika mahasiswa menjumpai dosen yang tidak menyebut nama
mahasiswa tersebut ada kemungkinan jika dosen tersebut lupa atau tidak paham
karena jumlah mahasiswa yang ada di IAIN Salatiga begitu banyak. Maka, untuk
menyikapi hal seperti ini, hendaknya mahasiswa harus bisa untuk berpikir terbuka
36
(positive thinking) mengingat kesibukan dosen yang begitu banyak. Selain itu
dosen juga mempunyai banyak hal yang harus diurus.
Terdapat banyak pendapat dari mahasiswa terkait dengan komunikasi fatik
yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap dosen. Menurut Iqbal, mahasiswa
Fuadah jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) mahasiswa yang dipanggil nama
oleh dosen menunjukkan bahwa nilai emosional antara dosen dengan mahasiswa
sudah kuat. Dia berharap agar dosen bisa lebih mengenal mahasiswa bukan hanya
melalui namanya saja. Akan tetapi, dosen juga bisa mengenal mahasiswa melalui
bakat/ potensi yang dimiliki mahasiswa14. Dari hal ini menandakan bahwa masih
ada mahasiswa berprestasi lain di IAIN Salatiga yang belum diketahui oleh dosen.
Ketika sapaan yang dilakukan oleh mahasiswa tidak mendapat respon atau
timbal balik oleh dosen, terkadang akan menimbulkan buruk sangka dan
kekecewaan dari mahasiswa terhadap dosen. Mengapa hal ini dapat terjadi?
Karena mahasiswa dapat merasakan pengaruh jika komunikasi yang dilakukan
mendapat respon dari dosen tersebut. Secara otomatis mahasiswa akan merasa
senang, kecuali memang mahasiswa sudah paham dengan karakter dosen yang dia
sapa. Sehingga besar harapan mahasiswa agar setiap sapaan yang dilakukan
kepada dosen mendapat balasan dari dosen tersebut.
Mahasiswa yang dipanggil nama oleh dosen menjadi kegembiraan
tersendiri oleh mahasiswa. Hal ini menandakan bahwa dosen tersebut berarti
paham dengan anak didiknya. Jika dosen tidak balik menyapa mahasiswa, maka
mahasiswalah yang berkewajiban untuk mengingatkan dosen terlebih dahulu. Hal
ini disampaikan oleh Handi, mahasiswa jurusan Tadris IPA semester 7. Hal ini
bisa ditinjau dari posisi mahasiswa yang secara umumnya merupakan orang yang
mencari ilmu dan dosen sebagai orang yang ahli ilmu. Sehingga hal ini
merupakan bentuk penghormatan pencari ilmu kepada orang yang ahli ilmu.
Dari jumlah peserta yang mengikuti FGD, banyak yang berharap kepada
dosen bahwa meskipun tidak dijawab dengan perkataan, setidaknya dosen dapat
memberikan balasan dengan senyuman kepada mahasiswa. Terdapat mahasiswa
yang mengatakan:“semakin dosen senyum, maka akan semakin
14Muhammad Iqbal,FGD, 29 Juli 2019.
37
berwibawa”.Dengan begitu, terlihat ada timbal balik dari komunikasi fatik yang
diberikan oleh mahasiswa kepada dosen. Hal ini juga menyikapi tentang dosen
yang terkadang jaga image (jaim) untuk sekedar membalas sapaan yang diberikan
oleh mahasiswa. Selain itu, mahasiswa juga berharap agar dosen bisa lebih
objektif dalam memberikan penilaian kepada mahasiswa.
Memang sudah menjadi kebanggaan tersendiri untuk mahasiswa ketika
mahasiswa dipanggil nama oleh dosen. Terlebih ketika dosen meminta tolong
kepada mahasiswa. Harapan mahasiswa adalah agar dosen bisa lebih ramah lagi
kepada mahasiswa walau hanya sekedar senyuman atau sapaan baik di dalam
maupun di luar kampus15.
Tidak semua mahasiswa mengharuskan dosen untuk dapat mengenal
mahasiswa secara intens, karena terkadang mahasiswa yang dikenal oleh dosen
berdasarkan pada sebuah kejadian saja sudah menimbulkan kesenangan di dalam
diri mahasiswa. Harapan yang sama diutarakan oleh Intiyah, mahasiswa jurusan
Bahasa dan Sastra Arab agar dosen dapat membalas senyuman atau sapaan dari
mahasiswa.
Implikasi pengaruh komunikasi fatik terhadap studi mahasiswa tidak
berpengaruh terhadap nilai, akan tetapi hal ini berpengaruh kepada proses
pembelajarannya. Disebabkan oleh seringnya mahasiswa berkomunikasi fatik
dengan dosen, maka hal ini dapat menambahkan rasa keakraban yang terjalin
antara dosen dan mahasiswa. Sehingga mahasiswa merasa lebih nyaman ketika
pembelajaran dan akan dengan mudah menerima pelajaran yang diberikan oleh
dosen kepada mahasiswa. Pengaruh dari komunikasi fatik itu sendiri kepada
mahasiswa lebih memberikan rasa nyaman baik di dalam maupun di luar kelas,
hal ini pun juga memberikan kenyamanan dalam memahami pelajaran dan
karakter dari dosen tersebut.
Berdasarkan pada data lembar pertanyaan yang peneliti berikan kepada
mahasiswa menyatakan bahwa dengan berkomunikasi fatik kepada dosen, maka
hal ini dapat berpengaruh terhadap studi. Hal ini dikarenakan dosen yang
15Alvin Dwi Nugroho, FGD, 29 Juli 2019.
38
bersangkutan bisa saja memberikan feed back dari komunikasi yang dilakukan
oleh mahasiswa terhadap dosen, sehingga dapat berpengaruh dalam studinya.
Tak sedikit juga dari dosen yang mengajar dapat memberikan nilai kepada
mahasiswa berdasarkan dari sikap (attitude) mahasiswa. Selain itu, hal ini juga
dapat berpengaruh terhadap nilai mahasiswa karena ketika mahasiswa
berkomunikasi kepada dosen terkait pembelajaran, maka dosen dapat memberikan
checklist sebagai tambahan nilai bagi mahasiswa.
Berdasarkan jawaban tertulis dari mahasiswa, sebagian besar dari
mahasiswa menuliskan bahwa dalam komunikasi fatik yang dilakukan antara
dosen dengan mahasiswa memiliki pengaruh terhadap studi mahasiswa. Hanya
sedikit mahasiswa yang menuliskan bahwa komunikasi fatik tidak berpengaruh
terhadap studi mahasiswa. Alasan mengapa komunikasi fatik berpengaruh
terhadap studi adalah karena dengan berkomunikasi fatik, maka akan terjalin
hubungan yang semakin erat antara dosen dan mahasiswa. Hal ini dapat
menimbulkan pengaruh mahasiswa dalam proses pembelajaran karena mahasiswa
bisa menjadi tambah percaya diri jika ingin bertanya. Meskipun secara nilai tidak
pasti berpengaruh karena keprofessionalan seorang dosen, namun apabila
mahasiswa menaati apa yang dikendaki oleh dosen maka terdapat kemungkinan
besar nilai mahasiswa akan bertambah.
Selain data yang didapatkan dari mahasiswa melalui FGD yang peneliti
lakukan, peneliti juga mencari data dari dosen IAIN Salatiga melalui wawancara.
Berdasarkan pada hasil wawancara, berkaitan dengan pengaruh dari komunikasi
fatik terhadap pembelajaran di IAIN Salatiga.
Menurut Muhammad Nuryansyah, M.Hum, komunikasi fatik yang
dilakukan oleh mahasiswa kepada dosen bisa saja berpengaruh dalam studi
mahasiswa. Akan tetapi berbeda halnya dengan kelancaran studi, karena hal ini
bisa berpengaruh kepada mahasiswa namun untuk nilai tidak berpengaruh16.
Dengan kata lain, komunikasi fatik tidak memberikan pengaruh terhadap nilai
secara riil, akna tetapi hanya memperlancar atau mempermudah dalam proses
pembelajarannya saja.
16Wawancara denganMuhammad Nuryansyah, M.Hum, 13 Agustus 2019
39
Ketika ada mahasiswa yang ramah terhadap dosen, maka dosen akan lebih
mudah memberikan keringanan serta kesempatan kepada mahasiswa dalam studi.
Menanggapi harapan dari mahasiswa yang menyatakan bahwa hendaknya dosen
dapat memberikan sapaan balik jika disapa oleh mahasiswa, tanggapan dari dosen
adalah bahwa hal tersebut sejatinya merupakan hal yang manusiawi. Ketika
seseorang disapa, bagi pihak yang disapa juga balik menyapa. Harapan dari dosen
adalah komunikasi fatik berlaku dimana-mana dan bisa menumbuhkan keakraban
antar orang yang menyapa dan yang disapa. Sebab, komunikasi fatik ini dapat
memberikan support atau dukungan dalam hal studi mahasiswa serta kelancaran
karir mahasiswa.
Selain itu pernyataan lain juga dituturkan oleh Rina Asih Handayani,
M.Pd.I. yang menanggapi perihalharapan dari mahasiswa yang menyatakan
bahwa hendaknya dosen dapat memberikan sapaan balik ketika disapa oleh
mahasiswa, tanggapan dari dosen adalah kembali ke pribadi masing-masing.
Terdapat beberapa kemungkinan jika dosen tidak membalas sapaan dari
mahasiswa17.
Harapan dosen akan komunikasi fatik antara dosen dengan mahasiswa
adalah untuk membuka komunikasi dan keakraban antara kedua pihak. Akan
tetapi konteks keakraban disini tetap harus dijaga etika/batas-batasnya. Ketika
seorang mahasiswa akrab dengan dosen itu merupakan hal yang diperbolehkan.
Namun, mahasiswa tetap harus menjaga batasan akrab tersebut dengan ta’dzim
kepada dosen. Ketika dalam kondisi tertentu, konteks akrab dengan dosen tidak
bisa disamakan dengan gurauan seperti kepada temannya. Sebab, ke-ta’dzim-an
mahasiswa kepada dosen harus tetap ada karena hal inilah sebenarnya yang akan
membantu ilmu yang dosen berikan menjadi mudah diterima oleh mahasiswa.
Pengaruh dari berkomunikasi fatik antara dosen dengan mahasiswa
terhadap nilai ada. Ketika mahasiswa sering melakukan komunikasi fatik berarti
mahasiswa mau open (membuka diri) kepada dosen, maka ilmu apapun yang
diberikan oleh dosen akan bisa masuk ke mahasiswa. Berbeda halnya dengan tipe
orang yang pendiam. Pendiam disini tidak bisa dinilai bahwa intelektual dari
17Wawancara dengan Rina Asih Handayani, M.Pd, 13 Agustus 2019
40
mahasiswa tersebut rendah, hanya ini menunjukkan bahwa memang sikapnya saja
yang pendiam. Berbeda pula halnya dengan mahasiswa yang tertutup/tidak mau
membuka diri kepada dosen. Konteks tertutup disini dapat diartikan bahwa
memang dari mahasiswa tersebut yang tidak mau untuk membuka diri guna
menerima ilmu yang disampaikan oleh dosen. Oleh karena itu, maka ilmu yang
disampaikan oleh dosen akan menjadi susah masuk/susah diterima oleh
mahasiswa.
Pendapat terakhir disampaikan oleh Avin Wimar Budyastomo, M. Kom.,18
selaku dosen komunikasi di Fakultas Dakwah. Dalam pembelajaran, komunikasi
fatik ini tidak berpengaruh dalam studi penilaian tidak didapatkan dari hal
tersebut. Tanggapan dosen perihal harapan dari mahasiswa yang menyatakan
bahwa hendaknya dosen dapat memberikan respon/sapaan balik ketika disapa
oleh mahasiswa adalah setuju dengan mahasiswa. Dimana dalam hal ini agar
dosen dan mahasiswa saling menyapa balik supaya lebih akrab antara kedua pihak
serta guna mempererat silaturahmi, agar dosen tidak terkesan angkuh dan tidak
ada pendapat bahwa dosen itu terkesan angker/killer. Agar terlihat seperti saudara
ibarat kata seperti hubungan antara ayah dengan bapak atau mahasiswa dengan
dosen. Hal ini adalah supaya lebih terjalin keakraban antar kedua pihak.
Harapan dari dosen untuk komunikasi fatik antara dosen dengan
mahasiswa ini seharusnya dikembangkan agar tidak terdapat perasaan yang
angkuh. Sehingga dapat terjalin hubungan yang baik agar dapat mempererat tali
silaturahmi.
D. Penutup
Komunikasi fatik dengan berbagai ragamnya selalu dilakukan oleh
mahasiswa kepada dosen dan dosen kepada mahasiswa di IAIN Salatiga di dalam
dan di luar kelas ketika bertemu. Baik bertemu di dunia nyata dan terkadang di
dunia maya. Komunikasi fatik menjadi landasan bagi inti komunikasi dan menjadi
jembatan keakraban antara dosen-mahasiswa. Komunikasi fatik juga memberi
pengaruh pada kelancaran studi mahasiswa di IAIN Salatiga.
18Wawancara dengan Avin Wimar Budyastomo, M. Kom., 13 Agustus 2019
41
Saran yang dapat peneliti sampaikan kepada mahasiswa, motif komunikasi
fatik hendaknya tidak ditujukan untuk kepentingan pragmatis seperti nilai dan lain
sebagainya, namun motif penghormatan dan kedekatan harus menjadi tujuan
utama.
Bagi dosen, kedekatan dengan mahasiswa tidak menjadikan marwah dosen
menjadi jatuh, justru akan membuatnya semakin berwibawa di hadapan
mahasiswa.
Pada akhirnya, penelitian ini masih terbatas pada studi kasus. Artinya perlu
ada penelitian lanjutan dengan objek yang lain.
E. Daftar Pustaka
Anggraeni, A. W. (2017). Komunikasi Fatik pada Masyarakat Pendalungan di
Kabupaten Jember. Belajar Bahasa, 2(2), 128–142.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.32528/bb.v2i2.825
Faozah, I. (2014). Pelaksanaan Pendidikan Karakter melalui Prgram 5s (Senyum,
Salam, Sapa, Sopan, Santun) di SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan Sedayu
Kabupaten Bantul. Universitas Negeri Yogyakarta.
Maleong, Lexi. J. (2001). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, D. (2014). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar . Cetakan ke 18.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Murni, S. K. (2013). Penerapan Komunikasi Fatik dalam Meningkatkan
Hubungan Pertemanan pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi Angkatan 2010
FISIP UNTAD. Jurnal Academica Fisip Untad, 5(1), 999–1006.
Romli, M. G. (2016). Islam Kita Islam Nusantara, Lima Nilai Dasar Islam
Nusantara. Jakarta: Ciputat School.
Saputra, A., & Sofiah. (2014). KOMUNIKASI FATIK DAN KEHARMONISAN
HUBUNGAN KERJA (Studi Tentang Penggunaan Komunikasi Fatik dan
Keharmonisan Hubungan Kerja Karyawan di PT Chevron Pacific
Indonesia Divisi Policy, Government and Public Affairs (PGPA) Distrik
42
Duri, Pekanbaru, Riau). Jurnal Komunikasi Masa, 1(1), 0–17.
Wimmer, D. Roger and Joseph R. Dominick. 2006. Mass Media Research: An
Introduction. Georgia: Thomson Wadsworth
Žegarac, V., & Clark, B. (1999). Phatic interpretations and phatic communication.
Journal of Linguistics, 35(2), 321–346.
https://doi.org/10.1017/S0022226799007628
FGD dan Wawancara:
FGD dengan mahasiswa, 29 Juli 2019
Wawancara dengan Muhammad Nuryansyah, M.Hum., 13 Agustus 2019
Wawancara dengan Rina Asih Handayani, M.Pd.I, 13 Agustus 2019
Wawancaradengan Avin Wimar Budyastomo, 13 Agustus 2019
top related