IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN … SKRIPSI.pdf · xharaz yang berarti tools for marking, to engraven dan pointed stake, yang kemudian hari dipehami sebagai stempel
Post on 17-Feb-2020
14 Views
Preview:
Transcript
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN
DI SEKOLAH DASAR NEGERI NOMOR 99/I BENTENG RENDAH
KECAMATAN MERSAM KABUPATEN BATANGHARI
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
NOVI HARIANTI
NIM. A1D113044
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
SEPTEMBER 2017
ABSTRAK
Harianti, Novi 2017. “Implementasi Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan Di
Sekolah Dasar Negeri 99/I Benteng Rendah Kecamatan
Mersam Kabupaten Batanghari”. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan,
FKIP Universitas Jambi, Pembimbing (1) Drs. H. Syahrial
M.Ed PhD (2) M.Sofwan S.Pd M.Pd
Kata Kunci: Implementasi Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan
Pendidikan karakter peduli lingkungan merupakan Sikap dan tindakan
yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya,
dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi. Masalah yang ada dalam penelitian ini adalah meskipun sudah
diterapkan kegiatan peduli lingkungan namun masih kurangnya minat siswa
tentang kepedulian terhadap lingkungan mengakibatkan siswa menjadi kurang
bertanggung jawab dan disiplin.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi Pendidikan
Karakter Peduli Lingkungan Di Sekolah Dasar Negeri 99/I Benteng Rendah
Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari.
Subjek Penelitian ini adalah siswa kelas III Di Sekolah Dasar Negeri 99/I
Benteng Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari. Objek penelitian ini
berupa pendidikan karakter peduli lingkungan. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian melalui observasi dan wawancara menunjukkan bahwa
Kepedulian lingkungan siswa kelas III sudah menunjukkan kepeduliannya
terhadap lingkungan sekolah. Hal ini terlihat dari keadaan kelas dan sekolah yang
sudah bersih, rapi, sejuk dan hijau. Disini jelas terlihat bahwa kepedulian siswa
terhadap lingkungan dapat mempengaruhi pembentukan moral siswa khususnya
moral disiplin dan bertanggungjawab dalam menjaga dan merawat lingkungan.
Kendala yang dihadapi dalam implementasi pendidikan karakter peduli
lingkungan siswa kelas III Di Sekolah Dasar Negeri 99/I Benteng Rendah
Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari adalah kebiasaan siswa dan
keteladanan. Hal ini dapat dilihat dari masih adanya beberapa orang siswa yang
masih kurang peduli terhadap lingkungan sekolah. Kendala yang berkaitan dengan
kebiasaan siswa adalah siswa masih harus diingatkan guru dalam
pelaksanaannya. Adapun kendala yang berkaitan dengan keteladanan adalah guru
belum memberikan keteladanan secara menyeluruh kepada siswa, baik waktu,
tempat, maupun situasi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peranan penting bagi manusia. Menurut undang-
undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujutkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya usaha untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Selain itu Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
juga menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, tujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan memiliki tujuan yang dapat dicapai melalui proses
pendidikan. Proses pendidikan tentunya tidak terlepas dari lingkungan pendidikan.
Proses pendidikan dengan lingkungan memiliki hubungan yang erat dan tidak bisa
dipisahkan. Lingkungan pendidikan itu sendiri memiliki ruang lingkup yang
sangat luas. Arif Rohman berpendapat bahwa hubungan pendidikan dengan
lingkungan ibarat makhluk hidup dalam ilmu ekologi dinyatakan selalu hidup
dalam habitatnya. Pendidikan memiliki tujuan yang mulia bagi kehidupan dan
lingkungan manusia, tetapi sekarang semakin banyak kerusakan lingkungan yang
terjadi di sekitar manusia. (Rohman, A, 2009: 195)
Selama tahun 2016 sampai dengan awal tahun 2017, Indonesia banyak
mengalami bencana alam yang ditimbulkan oleh kesalahan perlakuan manusia
terhadap lingkungan. Bencana banjir dan longsor terjadi dimana-mana, bencana
banjir dan tanah longsor tersebut disebabkan oleh banyak faktor, salah satu faktor
yang menyebabkan terjadinya bencana tersebut yaitu kerusakan lingkungan.
Kerusakan lingkungan merupakan masalah yang sedang dialami di Indonesia.
Kementerian kehutanan merilis data bahwa setiap tahunnya angka kerusakan
lingkungan mengalami peningkatan di berbagai daerah.
Hal ini terlihat dari semakin luasnya lahan-lahan hutan yang dialih
fungsikan dari fungsi alaminya untuk sesuatu yang memungkinkan seseorang
untuk menarik keuntungan. Permasalahan lingkungan yang terjadi tidak terlepas
dari prilaku manusia. Manusia cenderung mengekspoilitasi lingkungan untuk
kepentingannya tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan. Memudarnya
kepedulian terhadap lingkungan pada akhirnya menyebabkan berbagai
permasalahan lingkungan yang berakibat pada kehidupan manusia. Hal itu dapat
kita lihat melalui kebiasaan-kebiasaan orang-orang disekitar kita, salah satu
contohnya yaitu sulitnya menanamkan kebiasaan membuang sampah pada
tempatnya, meskipun sudah disediakan tempat sampah.
Permasalahan lain yang sering terjadi yaitu ketidak pedulian masyarakat
terhadap kelestarian lahan hijau disekitarnya, sehingga menyebabkan mudahnya
terjadi banjir tanah longsor dan lainnya. Permasalahan lingkungan yang selama ini
terjadi harus segera ditanggulangi. Salah satu upaya untuk mengatasi
permasalahan lingkungan yaitu melalui pembentukan karakter peduli lingkungan
sejak dini. Uno, H. B. dan Mohamad, N, (2011: 136) mengemukakan bahwa
menyadarkan masyarakat yang sudah terlanjur kurang memahami arti kualitas
lingkungan untuk kelestarian umat manusia sulit dilakukan.
Lebih lanjut Uno, H. B. dan Mohamad, N, (2011: 136) menyebutkan
bahwa, penanaman, pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya menjaga
kelestarian kualitas lingkungan sangat baik apabila mulai diterapkan melalui
pendidikan. Pendidikan yang paling dasar yaitu sekolah dasar. Pada masa usia
sekolah ini menurut Sadulloh, U, (2010: 141) menyebutkan bahwa anak sangat
efektif mempelajari apa saja yang ada dilingkungannya, dorongan untuk
mengetahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar.
Penanaman karakter sejak dini dapat menjadi dasar yang kuat bagi
penanaman karakter peduli lingkungan. Karakter peduli lingkungan dapat
ditanamkan berdasarkan kurikulum sekolah maupun program-program yang
sudah direncanakan sekolah. Setiap sekolah harus mampu menanamkan karakter
peduli lingkungan. Ada beberapa indikator yang harus dicapai oleh sekolah dalam
rangka menanamkan pendidikan karakter peduli lingkungan (Fathurrohman, P.,
Suryana, Aa., dan Fatriani, F, 2013: 191) berupa :
1) Pembiasaan memelihara kebersihan dan kelestarian
lingkungan sekolah
2) Tersedia tempat pembuangan sampah dan tempat cuci tangan
3) Menyediakan kamar mandi dan air bersih
4) Pembiasaan hemat energi
5) Membangun saluran pembuangan air limbah dengan baik
6) Melakukan pembiasaan memisahkan jenis sampah organik
dan anorganik
7) Penugasan pembuatan kompos dari sampah organik
8) Menyediakan peralatan kebersihan
Selain indikator yang harus dicapai oleh sekolah, penanaman pendidikan
karakter juga harus didukung oleh seluruh warga sekolah. Pihak yang berperan
penting dalam program penanaman pendidikan karakter peduli lingkungan yaitu
kepala sekolah. Program yang telah diputuskan harus mampu direalisasikan
melalui guru kelas untuk diperkenalkan kepada peserta didik.
Berdasarkan Grand Tour yang penulis lakukan melalui observasi dan
wawancara, terlihat terjadi kesenjangan antara teori yang idealnya dengan fakta
dilapangan, dimana pada Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah
Kecamatan Mersam pendidikan karakter sudah diterapkan, dari indikator
pendidikan karakter peduli lingkungan sebagaimana yang telah dikemukakan
diatas, ada indikator yang belum diterapkan, yaitu pembiasaan memelihara
kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah. Sedangkan pada Sekolah Dasar
Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah Kecamatan Mersam Pendidikan karakter
peduli lingkungan secara teori dalam pembelajaran sudah diajarkan, namun secara
praktek belum terlihat adanya penerapan indikator pendidikan karakter peduli
lingkungan.
Berdasarkan hasil Grand Tour melalui observasi dan wawancara diatas,
maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh yang akan penulis tuangkan dalam
bentuk skripsi yang berjudul “Implementasi Pendidikan Karakter Peduli
Lingkungan di Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah Kecamatan
Mersam Kabupaten Batanghari”.
1.2 Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan diatas,
dan mengingat keterbatasan waktu serta dana, maka dalam penelitian ini penulis
memfokuskan Implementasi Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan pada kelas
III (tiga) Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah Kecamatan Mersam
Kabupaten Batanghari.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : Bagaimana Pelaksanaan
Implementasi Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah Dasar Negeri
Nomor 99/I Benteng Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan ini adalah untuk
mendeskripsikan Implementasi Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan di
Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah Kecamatan Mersam
Kabupaten Batanghari.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini terbagi kepada dua bagian, yaitu secara
teoritis dan secara praktis, sebagai berikut :
1.5.1 Secara Teoritis
Secara teoritis, manfaat dari penelitian ini dapat menggambarkan dan
memberikan masukan dalam pelaksanaan pendidikan karakter peduli lingkungan.
1.5.2. Secara Praktis
1. Bagi Kepala Sekolah
Memberikan masukan mengenai pentingnya penanaman pendidikan
karakter bagi siswa.
2. Bagi Guru
a. Memberikan masukan kepada guru dalam menerapkan nilai pendidikan
karakter peduli lingkungan kepada siswa.
b. Memberikan motivasi kepada guru untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter
peduli lingkungan dalam pembelajaran.
3. Bagi Siswa
a. Dapat memberikan informasi kepada siswa tentang pentingnya pendidikan
karakter peduli lingkungan.
b. Meningkatkan motivasi siswa dalam menginplementasikan nilai pendidikan
karakter peduli lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
1.6 Defenisi Operasional
Untuk mempermudah dalam memahami judul skripsi ini serta terhindar
dari kesalah pahaman, maka terlebih dahulu perlu dijelaskan istilah-istilah dan
batasan yang ada pada judul proposal skripsi yang penulis susun. Adapun istilah-
istilah yang dimaksud yaitu sebagai berikut :
1.6.1. Pendidikan Karakter
Secara etimologi, istilah karakter berasal dari bahasa latin character,
yang berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, keperibadian dan
akhlak. Istilah karakter juga dadopsi dari bahasa Latin kharakter, kharessian, dan
xharaz yang berarti tools for marking, to engraven dan pointed stake, yang
kemudian hari dipehami sebagai stempel atau cap. Jadi watak itu adalah sebuah
stempel atau cap, sifat- sifat yang melekat pada diri seseorang (Musfah, 2011:
217). Dalam bahasa Inggris, diterjemahkan menjadi character.
Kata karakter juga sering diartikan sebagai watak. Ahli pendidikan
Zuchdi, D. dalam Adisusilo dan Sutardjo (2013: 77), memaknai watak (karakter)
sebagai perangkat sifat-sifat yang dikagumi sebagai tanda- tanda kebajikan, dan
kematangan moral seseorang. Untuk mewujudkan karakter tersebut tidaklah
mudah. Karakter yang berarti mengukir hingga terbentuk pola itu memerlukan
proses yang panjang melalui pendidikan. Pendidikan kerakter adalah usaha aktif
untuk membentuk kebiasaan (habit) sihingga sifat anak akan terukir sejak dini,
agak dapat mengambil keputusan dengan baik dan bijak serta dapat
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari (Fitri., Zaenul, A. 2012: 21).
Menurut Kemendiknas yang dikutip oleh Agus Wibowo dalam Bukunya
Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah menyebutkan pendidikan karakter
adalah pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter
luhur kepada peserta didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu,
menerapkan dan mempraktikkan dalam kehidupannya, entah dalam keluarga,
sebagai anggota masyarakat dan warga Negara. (Wibowo, A, 2013: 13). Secara
praktis, pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai kebaikan
kepada warga sekolah atau kampus yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut,
baik dalam berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, sesama manusia,
lingkungan, maupun nusa bangsa sehingga menjadi manusia paripurna (insan
kamil). (Wibowo, A, 2013: 41).
Menurut Scerenko pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya
yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan,
didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah, dan biografi pata
bijak dan pemikir besar), serta praktik emulasi (usaha yang maksimal untuk
mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari). (Samani, M. dan
Harianto, 2013: 45). Dengan demikian pendidikan karakter adalah segala upaya
yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru
membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan
bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi,
bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.
1.6.2 Penanaman Sikap Peduli Lingkungan
Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Lingkungan
merupakan tempat kita berada. Lingkungan harus dijaga dengan sebaik-baiknya.
Jangan sampai lingkungan dibiarkan rusak begitu saja tanpa adanya pemeliharaan
dan pembaruan. Peduli lingkungan adalah solusi untuk mengatasi krisis
kepedulian lingkungan saat ini. Banyaknya banjir, tanah longsor, dan polusi udara
merupakan akibat dari tidak adanya kepedulian terhadap lingkungan.
Melalui pendidikan karakter diharapkan dapat mampu membangkitkan
dan mewujudkan kepedulian lingkungan. Caranya ialah dengan mengenalkan
anak-anak tentang pentingnya menjaga lingkungan. Pembelajaran dapat dilakukan
dengan mengajarkan anak untuk membuang sampah pada tempatnya, menyayangi
tumbuh-tumbuhan, dan selalu menjaga kebersihan di tempat mana pun berada.
Pembelajaran seperti ini harus dimulai sejak dini, agar kelak menjadi terbiasa.
Orangtua maupun pendidik dapat memberikan teladan kepada anak- anak.
Misalnya, ketika melihat sampah langsung diambil dan dimasukkan di tempat
sampah, menanam dan menyirami pepohonan, serta menjaga kebersihan kelas
maupun pekarangan sekolah maupun rumah. (Fadlillah, M & Khorida, L. M,
2013: 203-204).
Dalam kerangka character building, peduli lingkungan menjadi nilai
yang penting untuk ditumbuhkembangkan. Manusia berkarakter adalah manusia
yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan, baik lingkungan sosial maupun
lingkungan fisik. Manusia semacam ini memiliki kesadaran bahwa dirinya
menjadi bagian yang tidak terpisah dari lingkungan sekaligus berusaha untuk
berbuat sebaik mungkin bagi lingkungannya. Hubungan timbal balik semacam ini
penting artinya untuk harmonisasi lingkungan. Munculnya berbagai persoalan
lingkungan yang semakin hari semakin kompleks merupakan cermin dari
tidak harmonisnya relasi manusia dengan lingkungan. (Naim, N, 2012: 200).
1.6.3 Pendidikan Karakter Melalui Penanaman Sikap Peduli Lingkungan
Pendidikan karakter sendiri merupakan usaha untuk mendidik anak agar
mereka dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam
kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif
kepada lingkungannya. (Wiyani, N. A, 2013: 16). Jadi dalam pengertian yang
sederhana pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang dilakukan guru dan
berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarkannya. Sedangkan Peduli
lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. (Fadlillah, M. dan Khorida, L.
M, 2013: 203).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan
2.1.2 Pengertian Pendidikan
Pendidikan memiliki peranan penting dalam tahapan hidup manusia.
Melalui proses pendidikan, manusia dapat memiliki bekal untuk membentuk
karakter positif dan mengembangkan potensi yang dimiliki. (Suwarno, W, 2009:
19) mengemukakan bahwa dalam bahasa Inggris, pendidikan diistilahkan to
educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual. Pendidikan
karakter mempercayai adanya keberadaan moral absolute, yakni moral absolute
perlu diajarkan kepada generasi muda agar mereka paham betul mana yang baik
dan benar. Pendidikan karakter mempunyai makna yang lebih tinggi daripada
pendidikan
Manusia pasti mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Maka harus
diseimbangkan dengan pendidikan. menyatakan pendidikan merupakan usaha
sengaja dari orang dewasa untuk meningkatkan kedewasaan yang selalu diartikan
sebagai kemampuan untuk bertanggung jawab terhadap segala perbuatan.
(Sugihartono., Fathiyah, K.N., Harhap, F., Setiawati, F.G., dan Nurhayati, S.T,
2007: 3). Suwarno, W (2009: 20) memandang pendidikan sebagai sebuah
rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman agar lebih bermakna, sehingga
pengalaman tersebut dapat mengarahkan pengalaman yang akan didapat
berikutnya.
2.1.2 Komponen Pendidikan
Sistem pendidikan nasional merupakan komponen pendidikan yang saling
terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional secara
menyeluruh. Komponen pendidikan adalah semua hal yang berkaitan
dengan jalannya proses pendidikan. Jika salah satu komponen tidak ada, proses
pendidikan tidak akan bisa dilaksanakan. Komponen- komponen utama dalam
pendidikan diantaranya.
2.1.3 Tujuan Pendidikan
Pendidikan selalu disertai dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Tujuan pendidikan ialah seperangkat sasaran kemana pendidikan itu diarahkan.
Melalui pendidikan, diharapkan tujuan-tujuan pendidikan dapat dicapai secara
optimal.
Sadulloh, U (2010: 73) mengemukakan bahwa Tujuan pendidikan
memiliki fungsi yang sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan. Berdasarkan
beberapa pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan
merupakan sasaran pendidikan yang diharapkan dapat membentuk akhlak
manusia disertai kemampuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dalam
kehidupan. Tujuan pendidikan dapat dicapai melalui proses pendidikan yang baik
yang didukung oleh banyak aspek.
2.1.4 Peserta Didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan (Suwarno, W, 2009: 36). Dasar hakiki diperlukannya pendidikan
bagi peserta didik adalah karena manusia makhluk susila yang dapat dibina dan
diarahkan untuk mencapai derajat kesusilaan. Peserta didik menurut sifatnya dapat
dididik, karena mereka mempunyai bakat dan disposisi- disposisi yang
memungkinkan untuk diberi pendidikan (Suwarno, W, 2009; 36), diantaranya:
1. Tubuh anak sebagai peserta didik selalu berkembang sehingga
semakin lama semakin dapat menjadi alat untuk menyatakan
kepribadiannya.
2. Anak dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya. Keadaan ini
menyebabkan dia terikat kepada pertolongan orang dewasa yang
bertanggung jawab.
3. Anak membutuhkan pertolongan dan perlindungan serta
membutuhkan pendidikan.
4. Anak mempunyai daya eksplorasi. Anak mempunyai kekuatan
untuk menemukan hal-hal yang baru di dalam lingkungannya
dan menuntut kepada pendidik untuk diberi kesempatan.
5. Anak mempunyai dorongan untuk mencapai emansipasi dengan
orang lain.
Seorang pendidik memiliki kepentingan untuk mengetahui usia
perkembangan setiap peserta didik, sebab perkembangan antara satu peserta didik
dengan lainnya itu berbeda, dan itu tergantung pada kondisi fisik dan lingkungan
yang memengaruhinya.
2.1.5 Pendidik
Pendidik adalah orang dewasa yang membimbing anak agar si anak
tersebut bisa menuju kearah kedewasaan (Sadulloh, U, 2010). Pendidik
merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan
dengan sasarannya adalah peserta didik. Dalam mencapai keberhasilan
pendidikan, pendidik memiliki peran yang menentukan, sebab bisa dikatakan
pendidik merupakan kunci utama terhadap kesuksesan pendidikan.
Sedangkan secara akademis, pendidik adalah tenaga kependidikan, yakni
anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan yang berkualifikasi sebagai pendidik, dosen,
konselor, pamong belajar, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lainnya yang
sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan. Jadi, pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran,serta melakukan pembimbingan dan pelatihan.
Pendidan tanpa disertai komponen pendidikan tidak akan bisa diukur dan
diamati. Proses pendidikan terjadi apabila antar komponen pendidikan yang ada di
dalam upaya pendidikan itu saling berhubungan secara fungsional dalam suatu
kesatuan yang terpadu.
2.1.6 Lingkungan Pendidikan
Menurut pendapat Muhtadai, A (2011: 6) lingkungan merupakan sesuatu
yang mengelilingi kita, tempat kita berada dan melangsungkan kehidupan serta
memenuhi segala keperluan hidup. Lingkungan merupakan segala sesuatu yang
berada di sekitar kita dan memiliki peranan tertenu.
Pengertian lingkungan tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun
2009 yang menyebutkan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan,
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Berdasarkan beberapa
pengertian di atas peneliti menyimpulkan lingkungan merupakan segala sesuatu
yang berada di sekeliling kita yang dapat mempengaruhi kehidupan kita baik
berupa benda hidup maupun mati. Lingkungan harus senantiasa dilestarikan untuk
menciptakan keseimbangan di dalam kehidupan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan adalah
lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di
sekitar manusia, baik berupa benda mati, makhluk hidup, ataupun peristiwa-
peristiwa yang terjadi termasuk kondisi masyarakat terutama yang dapat
memberikan pengaruh kuat kepada individu (Kadir, A., Fauzi, A., Yulianto, E.,
Baehaqi., Kurmianto, R., Rosmiati., dan Nu’man, A, 2012: 158). Lingkungan
pendidikan erat kaitannya dengan peserta didik. Pendapat serupa juga
dikemukakan oleh Sadulloh, U, (2010: 185) menyebutkan bahwa lingkungan
merupakan tempat berlangsungnya pendidikan, itulah yang disebut lingkungan
pendidikan.
Lebih lanjut lagi lingkungan pendidikan meliputi cakupan yang luas.
Lingkungan pendidikan adalah lingkungan yang melingkupi terjadinya proses
pendidikan (Suwarno, W. 2009: 39). Lingkungan pendidikan meliputi lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendapat tersebut sesuai dengan penjabaran
yang dikemukakan oleh bapak pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara dalam
(Arif Rohman, A, 2009: 197) mengemukakan teori tentang “tri pusat pendidikan”
yang membedakan lingkungan pendidikan menjadi tiga, yaitu 1) lingkungan
keluarga, 2) lingkungan sekolah, dan 3) lingkungan masyarakat.
2.1.6.1 Lingkungan Keluarga
Lingkungan pendidikan yang pertama dan utama adalah keluarga.
Langgulung (Kadir, A., Fauzi, A., Yulianto, E., Baehaqi., Kurmianto, R.,
Rosmiati., dan Nu’man, A, 2012) mengemukakan keluarga merupakan unit
pertama dan institusi pertama dalam masyarakat yang di dalamnya terdapat
interaksi yang bersifat langsung. Di situlah berkembang individu dan
terbentuknya tahap- tahap awal proses pemasyarakatan. Melalui interaksi tersebut
diperoleh pengetahuan, keterampilan, minat, nilai-nilai, emosi dan sikapnya dalam
hidup dan dengan itu diperoleh ketenangan dan ketentraman.
Keberhasilan pendidikan dalam lingkungan keluarga dipengaruhi oleh
peran orang tua. Orang tua bertugas mendidik anak sejak dini, memberi teladan
ataupun menjadi role model bagi anak untuk bertindak. Keluarga diberikan
kesempatan untuk membentuk karakter dan kepribadian anak sejak dini.
2.1.6.2 Lingkungan Sekolah
Lingkungan pendidikan yang berperan penting selanjutnya adalah sekolah.
Menurut Sadulloh, U, (2010: 197) sekolah merupakan lingkungan pendidikan
yang sengaja dirancang dan dilaksanakan dengan aturan-aturan ketat. Sekolah
merupakan lingkungan pendidikan yang mendapat pengawasan langsung dari
pemerintah. Sekolah memiliki tugas memberikan pendidikan kepada peserta
didik secara formal serta mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta
didik.
Setiap sekolah dilengkapi dengan sarana prasarananya baik berupa sarana
fisik dan non fisik. Dalam konteks ini, sekolah yang mendidik ialah sekolah yang
dapat memberikan kesempatan bagi seluruh peserta didik untuk dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya melalui sarana maupun fasilitas yang
ada di sekolah. Kehidupan sekolah mampu mengembangkan pola-pola tingkah
laku dan sikap yang sangat bermanfaat dalam rangka mencukupi kebutuhan hidup
manusia.
2.1.6.3 Lingkungan Masyarakat
Menurut Rohman, A (2009: 204) kehidupan di masyarakat merupakan
kehidupan yang amat luas cakupanya, sehingga sangat berbeda dengan
lingkungan keluarga. Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan non formal
terdekat setelah lingkungan keluarga dan sekolah. Masyarakat memilik peranan
yang penting dalam pendidikan peserta didik teruama dalam hal menciptakan
lingkungan yang kondusif. Kondisi lingkungan masyarakat yang kondusif dapat
mencerminkan keadaan masyarakat yang ada di dalamnya.
Lingkungan masyarakat tidak memiliki aturan-atuan yang baku, maka dari
itu orang tua harus selektif dalam memilih lingkungan masarakat yang tepat bagi
anak. Ketika anak berinteraksi dengan lingkungan masyarakat harus disesuaikan
dengan tahap perkembangannya, karena lingkungan masyarakat akan
memengaruhi perkembangan dan pertumbuhan anak. Lingkungan masyarakat
akan memberikan contoh interaksi yang dapat ditiru oleh anak. Oleh karena itu,
penting bagi orang tua untuk berhati-hati dan terus memberi pengawasan serta
bimbingan pada anak dalam berinteraksi di lingkungan masyarakat.
Lingkungan pendidikan yang sudah dijabarkan terdiri dari beberapa
macam lingkungan. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang
terdiri dari beberapa jenjang. Lingkungan sekolah berjenjang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pada penelitian
ini, peneliti memfokuskan pada pendidikan di lingkungan sekolah jenjang sekolah
dasar. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 pada pasal 17 ayat (1) dan (2) bahwa :
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan
madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah
pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
Lingkungan sekolah dalam proses pendidikan diharapkan mampu
mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Lingkungan sekolah dapat membantu
membentuk karakter peduli lingkungan untuk meningkatkan kepekaan dan
kepeduliaan tehadap lingkungan.
2.1.7 Metode Pendidikan
Metode pendidikan menurut Susanto, D.,H, dalam Suwarno, W (2009:38)
ialah cara-cara yang dipergunakan orang dalam membantu dan membimbing anak
dalam pertumbuhan jiwa dan seluruh pribadinya untuk mencapai jatidiri dan
kedewasaannya. Kegiatan ini dapat berlangsung di mana saja. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam memilih metode pendidikan, yaitu kepentingan
anak didik, tujuan pendidikan, dan isi pendidikan.
2.1.8 Alat Pendidikan
Alat pendidikan berhubungan erat dengan metode pendidikan. Alat
pendidikan dapat diartikan sebagai berbagai situasi dan kondisi, tingkah laku dan
perbuatan, tindakan dan perlakuan yang diadakan atau dilaksanakan dengan
sengaja, berencana dan yang langsung maupun tidak langsung dimaksudkan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan adalah hal yang tidak saja membuat
kondisi-kondisi yang memungkinkan terlaksananya pekerjaan mendidik, tetapi
juga mewujudkan diri sebagai perbuatan atau situasi yang membantu pencapaian
tujuan pendidikan (Suwarno, W, 2009: 38).
2.1.9 Isi Pendidikan
Isi pendidikan akan menentukan kualitas pendidikan. Isi pendidikan
adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik/subjek didik untuk
keperluan pertumbuhan/perkembangan raga dan jiwanya dan sebagai modal bagi
kehidupannya di masa. Isi pendidikan yang baik akan menunjang dan mengisi
pertumbuhan dan perkembangan anak didik menjadi manusia yang baik,
mempunyai budi pekerti yang luhur, berkepribadian yang mantap, mandiri, dan
mempunyai rasa tanggung jawab yang besar.
2.2 Pendidikan Karakter
Secara etimologi, istilah karakter berasal dari bahasa latin character, yang
berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, keperibadian dan akhlak.
Istilah karakter juga dadopsi dari bahasa Latin kharakter, kharessian, dan xharaz
yang berarti tools for marking, to engraven dan pointed stake, yang kemudian hari
dipehami sebagai stempel atau cap. Jadi watak itu adalah sebuah stempel atau cap,
sifat- sifat yang melekat pada diri seseorang (Musfah, 2011: 217). Dalam bahasa
Inggris, diterjemahkan menjadi character. Character berarti tabiat, budi pekerti,
watak (John. E, 2005: 37).
Kata karakter juga sering diartikan sebagai watak. Ahli pendidikan Zuchdi,
D dalam Adisusilo dan Sutardjo (2013: 77), memaknai watak (karakter) sebagai
perangkat sifat-sifat yang dikagumi sebagai tanda- tanda kebajikan, dan
kematangan moral seseorang. Untuk mewujudkan karakter tersebut tidaklah
mudah. Karakter yang berarti mengukir hingga terbentuk pola itu memerlukan
proses yang panjang melalui pendidikan. Pendidikan kerakter adalah usaha aktif
untuk membentuk kebiasaan (habit) sihingga sifat anak akan terukir sejak dini,
agak dapat mengambil keputusan dengan baik dan bijak serta dapat
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari (Fitri, 2012: 21).
Pendidikan karakter mempercayai adanya keberadaan moral absolute,
yakni moral absolute perlu diajarkan kepada generasi muda agar mereka paham
betul mana yang baik dan benar. Pendidikan karakter mempunyai makna yang
lebih tinggi daripada pendidikan moral, karena bukan sekadar mengajarkan
mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu pendidikan karakter
menanamkan kebiasaan (habituation) tentang mana yang benar mana yang salah,
mampu merasakan (domain afektif) nilai yang baik dan bisa melakukannya
(domain perilaku) (Aqib, Z, 2012: 90).
Jadi pendidikan karakter erat kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan
yang terus menerus di praktikkan atau dilakukan, dalam arti pendidikan karakter
diharapkan dapat menyentuh ketiga domain (kognitif, afektif, dan psikomotorik)
siswa sehingga siswa tidak sekadar tahu akan tetapi juga mau dan mampu
melaksanakan apa yang mereka ketahui kebenarannya.
Pendapat penulis sejalan dengan apa yang disampikan Buchori, M dalam
Aqib, Z bahwa pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke
pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya
pengalaman nilai secara nyata. (Aqib, Z, 2012: 90). Karakter merupakan hasil dari
kebiasaan-kebiasaan perilaku yang melekat pada manusia. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Fathurrohman, P., Suryana, Aa., dan Fatriani, F, 2013: 122)
yang dimaksud karakter adalah tingkah laku, akhlak, dan watak. Karakter inilah
yang membedakan manusia yang satu dengan manusia yang lain. Pengertian
karakter dapat ditinjau dari segi bahasa, karakter secara bahasa (Munir, A, 2010:
2), berasal dari bahasa Yunani, charasesein, yang artinya mengukir.
Karakter menurut Hidayatullah, F (2010: 17) adalah kualitas atau kekuatan
mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian
khusus yang menjadi pendorong dan penggerak, serta yang membedakan dengan
individu lain. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, karakter merupakan
sesuatu yang dapat dibentuk secara sadar melalui kebiasan berperilaku yang
menajdi sebuah pola dan melekat pada manusia. Membentuk karakter positif salah
satunya dapat dilakukan melalui pendidikan karakter.
Pendidikan karakter dapat membantu dalam pembentukan karakter
manusia.Pembentukan karakter dapat dilakukan melalui penanaman karakter
yang tercermin dari perilaku yang konsisten. Berdasarkan beberapa pengertian di
atas dapat disimpulkan bahawa pendidikan karakter merupakan usaha untuk
membentuk kepribadian khusus yang dilihat dari perilaku positif yang dilakukan
secara konsisten hingga menjadi kebiasaan yang melekat pada manusia.
Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk kepribadian, moral, maupun
akhlak mulia yang menunjang pendidikan. Pendidikan krakter memiliki cakupan
yang luas dan terdiri dari nilai-nilai karakter positif yang membantu proses
berkembangnya peserta didik. Nilai-nilai karakter positif ini akan membantu
peserta didik dalam proses pembelajaran maupun dalam interaksi dengan
lingkungan sekitar.
2.3 Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan
Pendidikan karakter peduli lingkungan terkonsep dalam penanaman
pendidikan karakter. Implementasi atau pelaksanaan pendidikan karakter di
sekolah terdiri dari beberapa jenis. Ada empat jenis pendidikan karakter yang
selama ini dikenal dan dilaksanakan dalam proses pendidikan. Berikut keempat
jenis pendidikan karakter tersebut menurut Asmani, J. M (2012: 80) adalah :
1) Pendidikan karakter berbasis nilai religius, yang merupakan
kebenaran wahyu Tuhan (konservasi moral)
2) Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, antara lain yang
berupa budi pekerti, Pancasila, apresiasi sastra, serta
keteladanan tokoh- tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa
(konservasi lingkungan).
3) Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi
lingkungan).
4) Pendidikan karakter berbasis kompetensi diri, yaitu sikap
pribadi, hasil proses pemberdayaan potensi diri yang
diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Berdasarkan jenis pendidikan karakter, pendidikan karakter peduli
lingkungan menurut peneliti termasuk dalam jenis pendidikan karakter berbasis
lingkungan. Pendidikan karakter berbasis lingkungan akan membantu dalam
penanaman karakter peduli terhadap lingkungan. Karakter peduli lingkungan
dapat dikembangkan melalui upaya menanamkan kepekaan dan kepeduliaan
terhadap lingkungan. Upaya perlindungan terhadap lingkungan dijelaskan dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup pasal 1 ayat (2) dinyatakan bahwa:
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan
penegakan hukum.
Pendidikan karakter peduli lingkungan merupakan bentuk pengembangan
dari nilai-nilai karakter. Pendidikan karakter peduli lingkungan merujuk pada 18
nilai karakter yang di kemukakan oleh Zamroni dalam Zuchdi, D ( 2011: 168-
170), dari Badan penelitian dan pengembangan, Pusat Kurikulum Kementrian
Pendidikan Nasional, mengemukakan bahwa materi pendidikan karakter
mencakup banyak aspek. Aspek-aspek pendidikan karakter mencakup : Religius,
Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin
Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat
dan Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli
Sosial, dan Tanggung jawab.
Peduli lingkungan merupakan salah satu karakter yang harus
dikembangkan di sekolah. Peduli lingkungan adalah sikap dan tidakan yang selalu
berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah
terjadi (Daryanto dan Darmiatun, S, 2013: 71). Peduli lingkungan merupakan
karakter yang harus dimiliki peserta didik. Karakter peduli lingkungan dapat
mencerminkan kepeduliaan serta kepekaan peserta didik kepada lingkungannya.
Penanaman pendidikan karakter peduli lingkungan yang dilakukan oleh
sekolah harus disesuiakan dengan jenjang pendidikan. Setiap jenjang pendidikan
memiliki indikator yang berbeda sesuai dengan tahap perkembangan peserta
didik. Pada sekolah dasar perkembangan peserta didik dibagi menjadi 2 yaitu
kelas rendah yang terdiri dari kelas 1-3 dan kelas tinggi yang terdiri dari kelas 4-6
yang memiliki karakteristik yang berbeda. Bagi peserta didik kelas rendah yaitu
kelas 1-3 terdapat beberapa indikator yang harus dicapai dalam penanaman
pendidikan karakter peduli lingkungan (Daryanto dan Darmiatun, S, 2013: 150)
berupa :
1) Buang air besar dan kecil di WC
2) Membuang sampah di tempatnya
3) Membersihkan halaman sekolah
4) Tidak memetik bunga di taman sekolah
5) Tdak menginjak rumput di taman sekolah
6) Menjaga kebersihan rumah
Sedangkan bagi peserta didik kelas tinggi yaitu kelas 4-6 indikator yang
harus dicapai dalam penanaman pembentukan karakter peduli lingkungan berupa:
1) Membersihkan WC
2) Membersihkan tempat sampah
3) Membersihkan lingkungan sekolah
4) Memperindah kelas dan sekolah dengan tanaman
5) Ikut memelihara taman di halaman sekolah
6) Ikut dalam kegiatan menjaga kebersihan lingkungan
Peduli lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan lingkungan alam di sekitarnya dan pengembangkan upaya-
upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Adapun indikator
peduli lingkungan untuk siswa Kelas 1 - 3: buang air besar dan kecil di WC,
Membuang sampah di tempatnya, membersihkan halaman sekolah, tidak memetik
bungan di taman sekolah, menjaga kebersihan rumah. Kelas 4 - 6, membersihkan
WC, membersihkan tempat sampah, membersihkan lingkungan sekolah,
memperindah kelas dan sekolah dengan tanaman, ikut memelihara taman di
halaman sekolah.
Tabel berikut menggambarkan keterkaitan antara nilai, jenjang kelas, dan
indikator untuk nilai itu. Indikator itu bersifat berkembang secara progresif.
Artinya, perilaku yang dirumuskan dalam indikator untuk jenjang kelas 1 - 3 lebih
sederhana dibandingkan perilaku untuk jenjang kelas 4 – 6.
Tabel. I
Keterkaitan Nilai, Jenjang Kelas dan Indikator Untuk SD/MI
Nilai Indikator
1-3 4-6
Peduli Lingkungan:
Sikap dan tindakan
yang selalu berupaya
mencegah kerusakan
lingkungan alam di
sekitarnya dan
Buang air besar dan
kecil di WC Membersihkan WC
Membuag sampah pada
tempatnya
Membersihkan tempat
sampah
Membersihkan halaman
sekolah
Membersihkan lingkungan
sekolah
mengembangkan
upaya-upaya untuk
memperbaiki
kerusakan alam yang
sudah terjadi
Tidak memetik bunga di
taman sekolah
Memperindah kelas dan
sekolah dengan tanaman
Tidak menginjak rumput
di taman sekolah
Ikut memelihara taman di
halaman sekolah
Menjaga kebersihan
rumah
Ikut dalam kegiatan menjaga
kebersihan lingkungan
(Sumber: Daryanto dan Darmiatun, S, 2013: 150)
Berdasarkan kajian teori di atas pendidikan karakter peduli lingkungan
adalah usaha untuk menanamkan nilai-nilai karakter berbasis lingkungan yang
berupaya meningkatkan kepekaan peserta didik terhadap pelestarian lingkungan.
Pendidikan karakter peduli lingkungan merupakan upaya untuk membentuk
generasi yang berbudi luhur. Peduli lingkungan dilaksanakan tidak hanya di
dalam proses pembelajaran tetapi juga di luar proses pemelajaran.
2.4 Implementasi Pendidikan Karakter
Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Lingkungan
merupakan tempat kita berada. Lingkungan harus dijaga dengan sebaik-baiknya.
Jangan sampai lingkungan dibiarkan rusak begitu saja tanpa adanya pemeliharaan
dan pembaruan. Peduli lingkungan adalah solusi untuk mengatasi krisis
kepedulian lingkungan saat ini. Banyaknya banjir, tanah longsor, dan polusi udara
merupakan akibat dari tidak adanya kepedulian terhadap lingkungan.
Melalui pendidikan karakter diharapkan dapat mampu membangkitkan
dan mewujudkan kepedulian lingkungan. Caranya ialah dengan mengenalkan
anak-anak tentang pentingnya menjaga lingkungan. Pembelajaran dapat dilakukan
dengan mengajarkan anak untuk membuang sampah pada tempatnya, menyayangi
tumbuh-tumbuhan, dan selalu menjaga kebersihan di tempat manapun berada.
Pembangunan karakter bangsa dapat dilakukan melalui pendidikan,
pembelajaran, dan fasilitasi. Melalui pendidikan, pembangunan karakter
dilakukan dalam konteks makro dan mikro. Dalam konteks makro,
penyelenggaraan pendidikan karakter mencangkup keseluruhan kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan (implementasi) dan pengendalian
mutu, yang melibatkan seluruh unit utama di lingkungan pemangku kepentingan
pendidikan nasional. Sedangkan dalam konteks mikro merupakan
penyelenggaraan pendidikan karakter pada tingkat sekolah (Sulistyowati, E,
2012: 11).
Alur penyelenggaraan pendidikan karakter secara makro seperti gambar
berikut ini:
Gambar. I
Desain Gambar Pendidikan Karakter Secara Macro
Sumber : (Sulistyowati, E, 2012: 11)
Berdasarkan gambar 1 di atas, implementasi nilai-nilai pendidikan karakter
dilaksanakan melalui proses pemberdayaan dan pembudayaan sebagaimana
digariskan sebagai salah satu prinsip penyelenggraan pendidikan nasional. Proses
ini berlangsung dalam tiga pilar pendidikan, yakni dalam; 1) sekolah, 2)
keluarga, 3) masyarakat.
Dalam masing-masing pilar pendidikan, akan ada dua jenis pengalaman
belajar yang dibangun melalui dua pendekatan yakni intervensi dan habituasi.
Dalam intervensi dikembangkan seuasana interaksi belajar dan pembelajaran yang
sengaja dirancang untuk mencapai tujuan pembentukkan karakter dengan
menerapkan kegiatan yang terstruktur. Agar proses pembelajaran tersebut berjalan
dengan berhasil, peran guru sebagai sosok panutan sangat menentukan.
Sedangkan di lingkungan keluargan dan masyarakat, intervensi dilakukan dengan
memberikan contoh pembelajaran melalui perilaku terpuji dan karakter yang baik
(Sulistyowati, E, 2012: 11).
Sementara itu dalam habituasi, diciptakan situasi dan kondisi serta
penguatan yang memungkinkan siswa di lingkungan sekolah, rumah, dan
masyarakat, untuk membiasakan diri berperilaku sesuai nilai dan menjadi
karakter yang telah diinternalisasi melalui proses intervensi. Proses pembudayaan
dan pemberdayaan yang mencangkup pemberian contoh, pembelajaran,
pembiasaan, dan penguatan harus dikembangkan secara sistemik, holistik,
dinamis, kuat dan pikiran argumentatif. Diharapkan, melalui pilar satuan
pendidikan (sekolah), keluarga dan masyarakat dapat dilakukan proses
pembudayaan dan pemberdayaan nilai karakter secara efektif (Sulistyowati, E,
2012: 12).
Penyelenggaraan pendidikan pada konteks mikro berfokus kepada
implementasi pendidikan karakter di sekolah. Pendidikan menjadi garda depan
dalam upaya pembentukkan karakter manusia Indonesia yang sesungguhnya dan
sekolah merupakan sektor utama yang secara optimal memanfaatkan dan
memperdayakan semua lingkungan belajar yang ada untuk menginisiasi,
memperbaiki, menguatkan, dan menyempurnakan secara terus menerus melalui
proses pendidikan karakter di sekolah (Sulistyowati, E, 2012: 12). Adapun bentuk
implementasi pendidikan karakter secara mikro seperti gambar berikut:
Gambar. II
Desain Pengembangan Pendidikan Karakter Secara Mikro
Sumber : (Sulistyowati, E, 2012: 12)
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa pembentukan karakter di
sekolah dibagi dalam empat pilar, yakni belajar mengajar di kelas; keseharian
dalam bentuk pengembangan budaya sekolah; ko-kurikuler dan ekstrakurikuler;
serta keseharian di rumah dan masyarakat.
2.5 Kerangka Berpikir
Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya, baik
lingkungan alam maupun sosial dengan suatu hubungan timbal balik.
Keseimbangan alam memiliki keterkaitan (mempengaruhi dan dipengaruhi)
dengan perilaku manusia. Alam beserta isinya diciptakan Tuhan untuk
kesejaheraan manusia. Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk berakal
dan pemimpin di muka bumi. Oleh karena itu, manusia perlu menjaga
keharmonisan interaksinya dengan alam, termasuk dengan Tuhan sebagai bentuk
tanggung jawab terhadap Tuhan dan sesama sekaligus demi keberlangsungan dan
kesejahteraan hidupnya.
Ketika manusia mulai menunjukkan ketidakharmonisan interaksinya
dengan alam, sesama, serta Tuhan dengan perilaku desruktif terhadap alam maka
sebenarnya manusia telah mengalami kerugian. Kerugian ini tercermin dari
berbagai kerusakan lingkungan yang berdampak pada timbulnya permasalahan
hidup manusia itu sendiri.
Setiap manusia pada dasarnya memiliki hak dan kewajiban untuk hidup
bersih dan sehat serta berperilaku peduli lingkungan. Bumi hanya satu dan sudah
mengalami kerusakan sehingga memerlukan perhatian dalam bentuk sikap peduli
lingkungan. Pada hakikatnya, kerusakan lingkungan berkaitan dengan perubahan
perilaku manusia.
Perubahan perilaku manusia senantiasa memerlukan edukasi. Sekolah
dasar sebagai sebuah lembaga pendidikan formal memiliki tanggung jawab
memberikan pendidikan yang baik bagi siswa. Sekolah juga bertanggung jawab
dalam proses pembudayaan kehidupan manusia. Pembudayaan kehidupan
manusia menunjuk pada proses transmisi, transformasi, serta internalisasi untuk
melestarikan nilai-nilai luhur bangsa, dalam hal ini nilai peduli lingkungan kepada
siswa pada khususnya dan warga sekolah pada umumnya. Hal ini dilakukan dalam
kerangka pendidikan karakter (nilai peduli lingkungan) melalui berbagai kegiatan,
kebijakan, program sekolah.
Pentingnya implementasi nilai peduli lingkungan berkaitan dengan
permasalahan degradasi moral masyarakat Indonesia dalam hal peduli lingkungan.
Kesadaran masyarakat, dalam hal ini masyarakat sekolah terutama siswa akan
pentingnya sikap peduli lingkungan menjadi suatu keniscayaan demi kelestarian
alam dan kehidupan sebagaimana tujuan program Adiwiyata (Sekolah Peduli dan
Berbudaya Lingkungan). Meskipun dalam proses implementasi masih ditemui
kendala, harapan untuk sikap peduli lingkungan dapat menjadi karakter dan
budaya (identitas) sekolah tetaplah ada. Budaya sekolah secara tidak langsung
juga akan menjadi ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di
mata masyarakat luas.
Uraian kerangka berpikir di atas dapat disederhanakan dalam sebuah bagan.
Berikut adalah
Bagan Kerangka Berfikir
Pendidikan karakter
Peduli Lingkungan
Implementasi Pendidikan Karakter Peduli
Lingkungan Di Sekolah Dasar
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian 3.1.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif yang didefinisikan oleh Bodgan dan Taylor dalam Moleong, L. J, (2007: 4)
menyatakan bahwa penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Berdasarkan
pendapat ahli tersebut, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dalam
melaksanakan penelitian.
3.1.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Hal ini sesuai dengan pendapat
Bodgan dan Biklen (Moleong, L. J, 2007: 3) yang mengemukakan ada beberapa istilah
yang digunakan dalam penelitian kualitatif , yaitu penelitian atau inkuiri naturalistik atau
alamiah, etnografi, interaksionis simbolik, perspektif ke dalam, etnometodologi, the
Chicago School, fenomenologis, studi kasus, interpretative, ekologis, dan deskriptif.
Berdasarkan pendapat yang diungkapkan Bodgan dan Biklen tersebut, maka penelitian ini
termasuk dalam jenis penelitian deskriptif. Jenis penelitian ini dipilih untuk
mendeskripsikan implementasi pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Dasar
Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah Kecamatan Mersam
3.2 Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti bertindak sebagai
instrument sekaligus pengumpul data. Kehadiran peneliti mutlak diperlukan,
karena disamping itu kehadiran peneliti juga sebagai pengumpul data.
Sebagaimana salah salah satu ciri penelitian kualitatif dalam pengumpulan data
dilakukan sendiri oleh peneliti. Sedangkan kehadiran peneliti dalam penelitian ini
sebagai pengamat partisifan/berperan serta, artinya dalam proses pengumpulan
data peneliti mengadakan pengamatan dan mendengarkan secermat mungkin
sampai kepada yang secil-kecilnya. (Moleong, L. J, 2007: 117).
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng
Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari. Tempat penelitian ini berada
di Desa Benteng Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari Provinsi
Jambi.
3.4 Sumber Data dan Data
3.4.1 Sumber Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu dibagi menjadi dua, yaitu
data primer dan data skunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya tanpa
ada perantara. (Mukhtar, 2009: 86). Data primer yang penulis maksudkan disini
adalah dari hasil wawancara dan dokumentasi mengenai Implementasi Pendidikan
Karakter peduli lingkungan di Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah
Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung atau
bersumber dari tangan kedua. (Sudjiono, A, 2006). Data sekunder dalam
penelitian ini adalah data yang diambil dari Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I
Benteng Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari mengenai :
a. Struktur organisasi
b. Keadaan guru dan siswa
c. Keadaan sarana dan prasarana
d. Historis dan geografis.
3.4.2 Data
Data yang diambil dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
a. Data Kepala Sekolah
b. Data guru
c. Data siswa
3.5 Prosedur Pengumpulan Data Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berupa observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Arikunto, S (2005: 100) menyatakan bahwa teknik
pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data. Sugiyono (2010: 309) mengemukakan dalam penelitian kualitatif,
teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi (pengamatan), wawancara
(interview), kuisisoner (angket), dokumentasi, dan gabungan keempatnya. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
3.5.1 Observasi Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data secara langsung.
Observasi dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah
Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari. Menurut pendapat Faisal, S dalam Sugiyono,
(2005: 64) teknik observasi partisipasi dibedakan menjadi pasif, moderat, aktif, dan
lengkap. Dari beberapa macam teknik tersebut, peneliti memilih menggunakan observasi
partisipasi pasif dimana peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi
tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Peneliti melakukan observasi dengan
mengamati secara langsung guru kelas III (tiga) dalam pelaksanaan pendidikan karakter
peduli lingkungan di Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah Kecamatan
Mersam Kabupaten Batanghari.
3.5.2 Wawancara Peneliti melakukan wawancara kepada guru kelas III (tiga) selaku key informan
dalam penelitian ini. Wawancara kemudian dilakukan kepada beberapa guru yang sudah
di rekomendasikan oleh kepala sekolah. Peneliti kemudian melakukan wawancara kepada
salah satu guru. Sugiyono (2010: 317) mengemukakan bahwa wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Esterberg dalam Sugiyono
(2005: 73) membedakan wawancara menjadi 3 macam berupa wawancara terstruktur,
semiterstruktur, dan tak terstruktur. Merujuk pada pendapat Esterberg, maka peneliti
memilih menggunakan wawancara semiterstruktur yang bertujuan untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta
pendapat, dan ide-idenya.
3.5.3 Dokumentasi Data dokumentasi yang diperoleh peneliti dalam penelitian ini berupa
dokumen-dokumen rencana kerja sekolah, program sekolah, kurikulum sekolah, dan
papan slogan yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter peduli lingkungan.
Arikunto, S (2010; 274) mengemukakan bahwa metode dokumentasi yaitu mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Menurut Sugiyono (2010: 329)
dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Data dokumentasi yang
dikumpulkan peneliti merupakan data tambahan untuk mendukung terlaksananya
pendidikan karakter peduli lingkungan.
3.6 Analisis Data
3.7 Pengecekan Keabsahan Data
3.8 Tahapan-tahapan Penelitian
BAB IV
PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Paparan Data
4.1.1 Historis dan Geografis
Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah didirikan pada tahun
1982, pada waktu itu namanya Sekolah Dasar Negeri Nomor 203/I Benteng
Rendah. Adanya pemekaran wilayah menjadikan Kabupaten Batanghari menjadi
2 Kabupaten yaitu Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Muaro Jambi, perubahan
ini juga nampak kepada perubahan Sekolah, sehingga Sekolah Dasar Negeri 203/I
benteng Rendah menjadi Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah
berdasarkan Surat Keputusan Bupati Batanghari Nomor 333 Tahun 201 tanggal 6
Juli 2001.
Awalnya Sekolah Dasar ini bangunan gedungnya dibangun rendah,
dikarenakan seringnya kena banjir, maka gedung ini dilakukan pemugaran dengan
dibangunnya gedung baru panggung permanen, yakni 3 unit bangunan. Kemudian
4 unit bangunan lainnya panggung semi permanen. Keseluruhan bangunan itu
terdiri dari 1 unit kantor dan 1 unit ruang belajar, 3 unit rumah dinas guru, 1 unit
rumah dinas penjaga sekolah dan sampai saat ini bangunan masih kokoh dan blum
ada gedung baru.
Selama proses pendirian Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng
Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari ini telah dipimpin oleh
beberapa orang kepala sekolah. Adapun nama-nama yang pernah menjabat
sebagai kepala Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah Kecamatan
Mersam Kabupaten Batanghari adalah sebagai berikut:
Tabel. II
Daftar Nama Kepala SDN Nomor 99/I Benteng Rendah
Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari
Tahun 1983 – 2017
No. Nama Kepala Tahun Ket
1. Hasan Fuad, A.Ma.Pd 1983 – 2004
2. Suryani, S.Pd 2004 – 2007
3. Asnawi, S.Pd.SD 2007 – 2008
4. Iriani Pertiwi, S.P 2008 - 2011
5. Lukman, S.Pd.SD 2011 - 2014
6. Fauzan, S.Pd., MM 2014 - sekarang
Dari tabel di atas, terlihat bahwa sejak berdiri Sekolah Dasar Negeri
Nomor 99/I Benteng Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari sampai
dengan saat ini telah dipimpin sebanyak 7 orang kepala sekolah. Dari 6 orang
kepala sekolah tersebut terdapat 1 orang yang berpendidikan diploma dua (DII), 4
orang berpendidikan Strata Satu (S1) dan 1 orang berpendidikan Strata Dua (S2).
Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah Kecamatan Mersam
Kabupaten Batanghari beralamat di Jalan Lintas Jambi Bungo Desa Benteng
Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi. Letak
Geografisnya terletak di tenggah Desa Benteng Rendah, yaitu :
a. Sebelah timur berbatasan dengan Tanah Ibu Salmi
b. Sebelah Barat berbatasan dengan tanah Ibu Batul
c. Sebelah utara berbatasan dengan tanah Bapak Suri
d. Sebelah selatan berbatasan dengan jalan lintas jambi bungo
Dilihat dari letak geografis Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng
Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari ini cukup strategis, dimana
Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah Kecamatan Mersam
Kabupaten Batanghari berada di tenggah Desa Benteng Rendah dan berada di
jalan lintas, sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat Desa
Benteng Rendah Kecamatan Mersam ini.
4.1.2 Struktur Organisasi
Setiap lembaga pendidikan tentunya mempunyai struktur organisasi sekolah.
Struktur organisasi sangat berperan dalam setiap lembaga pendidikan untuk
menjalankan tugas kepala sekolah
4.1.3 Identitas Sekolah
4.1.4 Keadaan Guru, Pegawai dan Siswa
4.2 Temuan Penelitian
Peneliti mengumpulkan data menggunakan teknik wawancara, observasi,
dan dokumentasi. Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi
diperoleh data tentang implementasi pendidikan karakter peduli lingkungan di
Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah Kecamatan Mersam
Kabupaten Batanghari yang ditinjau dari kebijakan sekolah, program sekolah dan.
Deskripsi hasil penelitian sebagai berikut.
4.2.1 Penetapan Visi dan Misi Sekolah
Dalam sebuah organisasi, tujuan pelaksanaan program kegiatan yang
direncanakan biasanya sudah tertuang dalam visi dan misi organisasi tersebut,
pada Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah Kecamatan Mersam
Kabupaten Batanghari, penanaman pendidikan karakter peduli lingkungan telah
tergambar dalam visi dan misi Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah
Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari.
Berdasarkan hasil observasi penulis, visi dan misi Sekolah Dasar Negeri
Nomor 99/I Benteng Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari ini yaitu
visi dari Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah Kecamatan Mersam
Kabupaten Batanghari adalah “Berprestasi, Berakhlak Mulia serta Berwawasan
Lingkungan”. Sedangkan misi dari Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng
Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari ini yaitu “Meningkatkan mutu
pendidikan warga sekolah, berprestasi akademik, minimal di tingkat Kecamatan
dan Kabupaten, Mewujudkan lulusan yang berbudi pekerti dan berakhlak mulia,
Menciptakan lingkungan yang asri”. (Observasi, Tanggal 22 Agustus 2017).
Berdasarkan visi dan misi diatas, Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I
Benteng Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari ini terlihat bertujuan
untuk mengimplementasikan pendidikan karakter peduli lingkungan. Hal ini
sebagaimana hasil wawancara penulis dengan Bapak Fauzan, S.Pd., MM, kepala
Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah Kecamatan Mersam
Kabupaten Batanghari, yang menyatakan sebagai berikut :
“Saya memilih visi dan misi tersebut karena menjaga kelestarian
lingkungan dan kebersihan lingkungan menjadi kewajiban bagi
setiap manusia, kesalahan perlakuan manusia terhadap
lingkungan telah banyak menyebabkan bencana alam seperti
banjir, tanah longsor dan masih banyak bencana alam lainnya.
Untuk itu pendidikan karakter peduli lingkungan harus di
implementasikan sejak dini, agar siswa-siswa mengerti dan
terbiasa bersikap peduli terhadap peduli lingkungan sekolah
dimanapun ia berada seperti dirumah menjaga kebersihan juga
menjadi kewajiban kita karena pada hakikattnya manusia di
ciptakan sebagai pemimpin atau kholifah di muka bumi maka
kita wajib menjaga kelestarian lingkungan kita itu.”
(Wawancara, Tanggal 22 Agustus 2017).
Pendidikan karakter peduli lingkungan memang sudah seharusnya diajarkan
kepada peserta didik sejak dini atau pada di usia sekolah dasar, karena dengan di
tanamkannya nilai pendidikan karakter peduli lingkungan di usia sekolah dasar
peserta didik akan menjadi terbiasa dan peduli terhadap lingkungan. Sekolah
Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten
Batanghari sangat peduli terhadap lingkungan, hal ini terlihat lingkungan sekolah
yang sangat bersih, tertata dengan baik.
Dengan kondisi lingkungan sekolah yang demikian, penulis mewancarai
salah satu guru di Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah Kecamatan
Mersam Kabupaten Batanghari, yaitu dengan Ibu Masita, S.Pd yang menjelaskan
bahwa :
“Di sekolah ini sangat peduli terhadap lingkungan sekolah
awalnya saya mengajarkan kepada anak peduli terhadap
lingkungan itu sangat susah ada sebagian siswa itu yang bandel
disuruh untuk mengambil sampah ada sebagian siswa yang tidak
patuh tapi dengan beriringan dengan waktu lama kelamaan
siswa sadar dengan sendirinya. Dan setiap harinya ada guru
yang piket untuk mengontrol anak untuk membersihkan
lingkungan sekolah, Tetapi kondisi bangunan sekolah ini rawan
dengan banjir dan kami sebagai warga disekolah sudah sangat
merasakan bagaimana dampak dari banjir tersebut. Maka dari itu
kami menerapkan pendidikan karakter peduli lingkungan kepada
siswa dan kami menggajarkan kepada siswa agar peduli kepada
lingkungan.” (Wawancara, Tanggal 22 Agustus 2017).
Berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara penulis diatas, sudah
terlihat bahwa pada Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah
Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari pengimplementasian pendidikan
karakter peduli lingkungan sudah tergambar pada visi dan misi sekolah. Dengan
visi dan misi tersebut, sekolah membuat program-program kebijakan yang akan
dilaksnakaan dalam mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan tersebut.
4.2.2 Program Sekolah
Sebagai bentuk realisasi visi sekolah dengan salah satu indikator yang
memuat nilai peduli lingkungan, sekolah memiliki beberapa program-program
pendukung yang diupayakan pelaksanaannya. Program-program sekolah sangat
menentukan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dalam implementasi
pendidikan karakter peduli lingkungan, Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I
Benteng Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari telah membuat
program-program untuk melaksanakan pendidikan karakter peduli lingkungan.
Pendidikan karakter peduli lingkungan bukan saja di berikan kepada siswa secara
teoritis saja, akan tetapi lebih ditekankan secara prakteknya.
Hal ini terlihat dimana siswa terbiasa melaksanakan aktivitas
membersihkan lingkungan kelas dan lingkungan sekolah. Sebagaimana hasil
observasi penulis di kelas III Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah
Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari, penulis melihat aktivitas siswa sedang
membersihkan lingkungan kelas, membersihkan kelas, membuang sampah pada
tempat yang telah disediakan sekolah, dan menyirami taman kelas. Kegiatan siswa
ini tanpa dikomando oleh guru. Di kelas lain aktivitas siswa membersihkan
lingkungan kelas juga terlihat. (Observasi, Tanggal 22 Agustus 2017).
Setelah penulis melakukan observasi, kemudian penulis melalukan
wawancara dengan Bapak kepala Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng
Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari, yaitu Bapak Fauzan, S.Pd.,
MM yang mengatakan sebagai berikut:
“Untuk kegiatan rutin kami menetapkan kegiatan piket kelas
setiap kelas harus ada daftar piketnya jadi kebersihan kelas di
jaga siswa itu sendiri setiap hari semua siswa bergantian
membersihkan kelas berdasarkan jadwal yang sudah ada. Selain
itu ada juga kegiatan sabtu bersih kegiatan gotong royong semua
siswa beserta guru dan pokoknya warga sekolah bersama-sama
membersihkan sekolah .” (Wawancara, Tanggal 22 Agustus
2017).
Selanjutnya penulis mewawancarai Kepala Sekolah Dasar Negeri Nomor
99/I Benteng Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari dengan beberapa
pertanyaan, yaitu Bapak Fauzan S.Pd MM yang mengatakan sebagai berikut :
“Sudah, wc sudah ada tapi tidak setiap kelas memiliki wc satu
wc untuk semua. wc siswa terletak di ujung kelas disebelah
kelas satu” (wawancara Tanggal, 22 Agustus 2017)
“untuk yang kelas dua dan tiga alhamdulillah sudah terbiasa
namun kelas satu itu masih harus di paksa dulu karena belum
terbiasa maklum siswa masih anak-anak” (wawancara Tanggal,
22 Agustus 2017)
“Iya, setiap sebelum jam pelajaran itu siswa membersihkan
halaman sekolah terlebih dahulu cuma sebentar sebelum masuk
jam pelajaran bersih-bersih dulu halaman sekolah untuk yang
didepan kelas siswa yang piket membersihkannya” (wawancara
Tanggal, 22 Agustus 2017)
“Iya yang kelas dua dan tiga alhamdulillah tidak merusak
bahkan mereka selalu menjaga taman-taman didepan kelas
kecuali kelas satu seperti yang di bilang tadi belum terbiasa
karena masih baru” (wawancara Tanggal, 22 Agustus 2017)
“caranya siswa di ajak terlibat dalam pembuatan taman, pagar
taman, menanam bunga jadi rasa memiliki terhadap taman
tumbuh dalam diri siswa dan kalau taman rusak yang
memperbaikinya mereka juga” (wawancara Tanggal, 22 Agustus
2017)
“Gak ada, jarang anak masuk ke dalam taman karena taman ada
pagarnya” (wawancara Tanggal, 22 Agustus 2017)
“Ada, pasti setiap sekolah pasti ada yang bertugas khusus
membersihkan sekolah itukan sudah dikoper oleh pelayan
sekolah” (wawancara Tanggal, 22 Agustus 2017)
“kalau pas lagi sabtu bersih kadang siswa ikut” (wawancara
Tanggal, 22 Agustus 2017)
“Gotong royong yang rutin setiap hari sabtu bersih semua siswa
di ajak bersih-bersih bersama guru-gurunya juga pokoknya
warga sekolah kami bersama-sama membersihkan lingkungan
sekolah” (wawancara Tanggal, 22 Agustus 2017)
“Untuk taman ada didepan kelas yang bertugas menjaganya
otomatis siswa yang didekat tamn itu” (wawancara Tanggal, 22
Agustus 2017)
“Kebersihan sekolah ini menjadi tanggung jawab warga sekolah
menjaga kebersihan namun yang paling bertanggung jawab ya
pelayan sekolah tapi untuk mendidik siswa agar selalu
membiasakan peduli terhadap lingkungan maka siswa juga di
ajak untuk menjaga kebersihan sekolah dan siswa juga selalu di
libatkan dalam kegiatan menjaga kebersihan sekolah gotong
royong,menjaga menjaga kebersihan kelas terus menjaga taman
dan lain-lainnya.” (wawancara Tanggal, 22 Agustus 2017)
Selanjutnya penulis mewawancai kepala sekolah dengan keteladanan dari
kepala sekolah dan guru dalam meneladankan sikap dan perilaku peduli
lingkungan pada siswa.
“Sebagai kepala sekolah saya mulai dari diri saya sendiri untuk
selalu menjaga kebersihan baik diruangan saya ataupun di
kantor ini saya selalu menekankan kepada guru untuk menjaga
kebersihan untuk jadi contoh kepada siswa agar selalu menjaga
kebersihannya. Selain itu, pada kegiatan sabtu bersih juga semua
guru saya tekankan harus ikut dalam kegiatan bersih-bersih itu
supaya siswa bisa melihat bahwa gurunya juga peduli terhadap
lingkungan itu”(wawancara Tanggal, 22 Agustus 2017)
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah menunjukkan bahwa
bentuk kegiatan rutin yang dilakukan sekolah dalam mengimplementasikan
pendidikan karakter peduli lingkungan adalah piket kelas setiap pagi, gotong
royong, kepala sekolah juga menekankan kepada guru untuk menjaga kebersihan
untuk menjadi contoh kepada siswa dan selanjutnya fasilitas nya pun sudah cukup
memadai seperti sapu, kain pel, tong sampah dan lain-lainnya.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara penulis dengan Ibu
Masita S.Pd, guru sekaligus wali kelas III Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I
benteng Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten batanghari yang mengatakan
sebagai berikut:
“Kegiatan yang dilaksanakan biasanya di sekolah ini yaitu
dengan menerapkan piket kelas setiap paginya piket kelas ini
sudah disusun selama satu semester jadi dengan demikian setiap
pagi siswa sudah terjadwal dalam piket kelas tersebut
melaksanakan tugasnya. Dan piket kelas ini di kontrol oleh
walikelas masing-masing selain dari pada itu kegiatan peduli
lingkungan sekolah juga di terapkan dengan membiasakan setiap
sabtu pagi membersihkan lingkungan sekolah bersama-sama
dengan siswa, guru pokoknya anggota warga yang berada di
lingkungan sekolah kegiatan ini di lakukan bertujuan untuk
menumbuhkan pendidikan karakter peduli lingkungan.”
(Wawancara, 26 Tanggal Agustus 2017).
Hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru diatas diperkuat dengan
hasil observasi penulis pada Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah
Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari ini dimana penulis melakukan
observasi dan penulis menemukan bahwa disetiap kelas terlihat sebagian siswa
melakukan rutinitas membersihkan ruangan kelas, dan menyirami taman kelas,
hal ini juga dilakukan oleh kelas-kelas yang lain. Selain dari kegiatan
membersihkan kelas dan lingkungan kelas, implementasi pendidikan karakter
peduli lingkungan juga nampak diterapkan, hal ini terlihat dimana ada kegiatan
rutinitas setiap hari sabtu pagi warga sekolah mulai dari siswa sampai kepada guru
melakukan kegiatan peduli lingkungan sekolah dengan membersihkan lingkungan
sekolah bersama-sama. (Observasi, Tanggal 22 Agustus 2017).
Hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru diperkuat dengan hasil
observasi kegiatan rutin sekolah selama peneliti melakukan pengamatan.
Berdasarkan hasil observasi selama pengamatan diperoleh hasil bahwa sekolah
melaksanakan kegiatan piket kelas yang sudah sesuai jadwal mulai dari kelas I
sampai Kelas VI. Siswa yang bertugas piket datangnya lebih awal sampai
sekolah. Pada saat piket pagi, siswa yang bertugas piket membersihkan dan
merapikan ruang kelas dengan cara menyapu, menggepel, menata meja dan kursi,
serta menata buku pelajaran yang ada di kelas masing-masing. Siswa yang
bertugas piket juga membersihkan lingkungan sekitar kelas, selain dari pada itu
siswa juga menyirami taman yang ada di depan kelas. Setiap pulang sekolah
petugas piket merapikan dan membersihkan ruang kelas. Kegiatan meliputi
menutup jendela, merapikan kursi, menyapu ruang kelas, mematikan lampu dan
kipas angin, menata buku dan menggunci pintu kelas. Hasil wawancara dan
observasi diperkuat dengan hasil dokumentasi pelaksanaan kegiatan piket rutin
sekolah. Setiap kelas menyusun regu atau petugas piket harian kelas. Jadwal piket
harian kelas di setiap kelas mulai dari kelas I sampai kelas VI di tempel di dinding
ruang kelas.
4.2.3 Penyediaan Sarana Pendukung
Dalam mengimplementasikan pendidikan karakter peduli lingkungan,
keberadaan sarana sangat dibutuhkan, tanpa adanya sarana pendukung, maka
implementasi pendidikan karakter tidak akan berjalan dengan optimal. Sarana
pendukung yang penulis maksud disini adalah sarana untuk mendukung
implementasi pendidikan karakter peduli lingkungan. Beberapa sarana pendukung
yang dimaksud antara lain penyediaan tempat sampah di berbagai tempat dalam
kondisi sudah bersih dari sampah setiap pagi hari, penyediaan toilet dan air
bersih, penyediaan peralatan kebersihan dan perawatan lingkungan, taman-taman
sekolah, serta slogan-slogan dan atau poster peduli lingkungan di berbagai sudut
sekolah.
Berdasarkan observasi penulis di Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I
Benteng Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari ini, penulis
menemukan bahwa sarana pendukung implementasi pendidikan karakter peduli
lingkungan sudah cukup memadai, hal ini terlihat dimana tersedianya tempat
sampah yang tertata dengan rapi di depan lokal, adanya poster yang bersifat
menggajak untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah, adanya jadwal piket
kelas yang ditempel di dalam ruangan kelas, adanya alat-alat kelengkapan untuk
membersihkan lingkungan sekolah. (Observasi, Tanggal 22 Agustus 2017).
Setelah penulis melakukan observasi, selanjutnya penulis melakukan
wawancara dengan Bapak Fauzan, S.Pd., MM, selaku kepala Sekolah Dasar
Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari,
sebagai berikut :
“Ruang dan fasilitas yang kami siapkan seperti alat-alat
kebersihan kalau ada permintaan dari siswa atau guru-guru
misalnya, ada tong sampah yang rusak kami segera
menggantikannya seperti sapu, kain pel, itu sudah disediakan
setiap kelas.”(wawancara Tanggal 22 Agustus 2017)
Selanjutnya penulis mewancarai salah satu guru Sekolah Dasar Negeri
Nomor 99/I Benteng Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari, yaitu
dengan Ibu Masita, S.Pd, sebagai berikut :
“Alhamdulillah untuk sejauh ini kelengkapan sarana untuk
kebersihan lingkungan pada sekolah kami ini sudah cukup
memadai sekolah sudah menyediakan berbagai macam sarana
kebersihan sebagai bentuk kepeduliaan terhadap lingkungan
sekolah. Sampai-sampai poster yang bertuliskan tentang
menjaga lingkungan sekolah sudah ada sehingga untuk
mengimplementasikan pendidikan karakter peduli lingkungan
bisa teroalisasi.” (Wawancara, Tanggal 26 Agustus 2017).
Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah Kecamatan Mersam
Kabupaten Batanghari ini memiliki tenaga kebersihan sebanyak 1 (satu) orang,
yang bertugas membersihkan dan menjaga kebersihan lingkungan sekolah.
Dengan adanya tenaga kebersihan ini, seharusnya siswa tidak lagi terlibat untuk
menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Namun pada Sekolah Dasar Negeri
Nomor 99/I Benteng Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari ini
siswanya sangat antusias dalam membersihkan dan menjaga kebersihan
lingkungan sekolah, hal ini dikarenakan sekolah menerapkan pendidikan karakter
peduli lingkungan kepada siswa-siswanya. Selain dari pada itu budaya sekolah
yang sangat peduli terhadap lingkungan juga menjadi faktor penyebab terbiasanya
siswa-siswa dalam membersihkan dan menjaga lingkungan sekolah.
4.2.4 Budaya Sekolah
Pada dasarnya, budaya sekolah menunjuk pada kebiasaan- kebiasaan yang
ditampilkan dan tindakan-tindakan yang ditunjukkan oleh warga sekolah dalam
kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah. Berkaitan dengan implementasi
nilai peduli lingkungan maka kebiasaan atau tindakan yang dimaksud juga
berkaitan dengan nilai peduli lingkungan.
Hasil pengamatan yang didukung dengan hasil wawancara dan dokumentasi
menunjukkan adanya kebiasaan, kegiatan pembiasaan berbasis partisipasi,
keteladanan, hukuman, dan penghargaan dalam implementasi nilai peduli
lingkungan di Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah Kecamatan
Mersam Kabupaten Batanghari.
Hal ini sebagaimana hasil observasi penulis, dimana pada warga sekolah
setiap hari sabtu pagi bersama-sama dengan siswa untuk membersihkan
lingkungan sekolah, program ini sebagai bentuk implementasi pendidikan
karakter peduli lingkungan. Dengan adanya budaya sekolah ini dapat memberikan
nilai pendidikan kepada siswa bahwa peduli lingkungan adalah tugas semua
warga sekolah. (Observasi, Tanggal 30 Agustus 2017).
Salah satu kebiasaan yang ditunjukkan Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I
Benteng Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari berkaitan dengan
nilai peduli lingkungan adalah kebiasaan siswa dalam hal membuang sampah.
Berdasarkan hasil observasi, peneliti mendapati kebiasaan siswa dalam
membuang sampah langsung di tempat sampah. Selain dari pada itu siswa juga
sudah terbiasa membersihkan ruang kelas dan lingkungan kelas, siswa terlihat
sangat bertanggung jawab dengan jadwal piket yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan, penulis melihat siswa
membuang sampah jajannya di tempat sampah, kondisi lain terlihat siswa
membersihkan ruang kelas dan membuang sampah pada tempah sampah. Kondisi
yang demikian bukan hanya terjadi pada satu kelas saja, melainkan setiap kelas
terlihat adanya aktivitas siswa membersihkan ruang kelas, lingkungan kelas dan
menyirami taman kelas. (Observasi, Tanggal 30 Agustus 2017).
Berdasarkan dari hasil observasi penulis diatas, bahwa implementasi
pendidikan karakter peduli lingkungan pada Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I
Benteng Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari ini sudah berjalan
dengan optimal, ini terlihat dimana aktivitas warga sekolah mulai dari para guru
sampai dengan siswa-siswa sangat peduli terhadap lingkungan sekolah, adanya
kegiatan piket rutin dikelas dan adanya kegiatan sabtu bersih yang secara
bersama-sama dilakukan oleh para guru dan siswa. Namun dalam implementasi
pendidikan karakter peduli lingkungan pada Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I
Benteng Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari ini masih
menemukan kendala dalam pelaksanaan implementasi pendidikan karakter peduli
lingkungan.
4.2.5 Kendala Implementasi Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan
Dalam melaksanakan setiap program kegiatan, sudah pasti menemukan
kendala, begitu juga Implementasi Pendidikan Karakter peduli lingkungan di
Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah Kecamatan Mersam
Kabupaten Batanghari ini. Kendala yang dihadapi sekolah ini yaitu bagunannya
yang berdiri pada daratan rendah, sehingga sering sekali terkena banjir.
Sebagaimana observasi penulis pada Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I
Benteng Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari ini, dimana pada saat
hujan, perkarangan sekolah ini terkena banjir dan becek, sehingga siswa tidak bisa
membersihkan lingkungan sekolah. Bangunan sekolah ini panggung dikarenakan
sekolah ini berada pada dataran rendah. Jika masuk waktunya musim penghujan
akan menghambat siswa dan warga sekolah untuk melakukan kebersihan
lingkungan sekolah. (Observasi, Tanggal 30 Agustus 2017).
Berkenaan dengan kendala sekolah dalam implementasi pendidikan
karakter peduli lingkungan, penulis melakukan wawancara dengan kepala sekolah
Bapak Fauzan S.Pd, MM yang mengatakan sebagai berikut :
“Kendala di sekolah dasar ini berada di daerah dataran rendah
karena belakang sekolah dasar ini ada sungai apabila musim
hujan itu di halaman sekolah langsung tergenang sampai bawah
kelas kadang-kadang sudah kami bersihkan. Sudah besih-bersih
turun hujan banjir dan kotor lagi dan becek sampai kedepan
kelas siswa naik basah-basah dan becek kotor itu naik nempel
kena sepatunya tadi.” (Wawancara, Tanggal 22 Agustus 2017).
Berdasarkan kendala di atas ini adalah cara mengatasi kendala tersebut
penulis melakukan wawancara dengan kepala sekolah Bapak Fauzan S.Pd, MM
yang mengatakan sebagai berikut :
“Kendalanya yaitu sekolah ini dulunya di bangun rendah cuma
karena masalah yang sudah di jelaskan tadi sering banjir maka
di bangun jadi berbentuk rumah panggung tiga lokal sudah
berbentuk permanen dan sisanya masih semi
permanen.”(Wawancara, Tanggal 22 Agustus 2017)
Berdasarkan observasi dan wawancara penulis mengenai kendala sekolah
dalam implementasi pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah
Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten
Batanghari ini yaitu lokasi sekolah ini berdiri bangunannya pada dataran
rendah, walaupun sekolah ini bangunannya panggung, jika terjadi banjir
lingkungan sekolah ini menjadi tidak kondusif dan warga sekolah tidak
dapat menjaga kebersihan lingkungan sekolah
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana yang telah
penulis uraikan pada bab sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat penulis
simpulkan bawah implementasi pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah
Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten
Batanghari yaitu melalui :
5.1.1 Penetapan visi dan misi sekolah. Visi Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I
Benteng Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari yaitu
Berprestasi, Berakhlak Mulia serta Berwawasan Lingkungan. Sedangkan
misinya Meningkatkan mutu pendidikan warga sekolah, berprestasi
akademik, minimal di tingkat Kecamatan dan Kabupaten, Mewujutkan
lulusan yang berbudi pekerti dan berakhlak mulia, Menciftakan
lingkungan yang asri. Melalui visi dan misi ini
5.1.2 Program Sekolah. Adapun program sekolah dalam mengimplementasi
pendidikan karakter peduli lingkungan di Dasar Negeri Nomor 99/I
Benteng Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari selain melalui
materi yang diberikan dalam proses belajar mengajar, program lainnya
yaitu membuat jadwal piket kelas dan menyelenggarakan kegiatan sabtu
bersih yang dilakukan oleh guru, tenaga kependidikan dan seluruh siswa.
5.1.3 Penyediaan sarana pendukung. Untuk mengimplementasikan pendidikan
karakter peduli lingkungan, Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng
Rendah Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari ini yaitu membuat
poster tentang peduli lingkungan sekolah, menyediakan tempat sampah
yang bersih di setiap kelas, menyiapkan sapu ruangan dan sapu taman,
menyediakan alat untuk menyirami taman kelas, dan kelengkapan
kebersihan lainnya.
5.1.4 Budaya Sekolah. Pada Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah
Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari, budaya sekolah dalam
mengimpelementasikan pendidikan karakter peduli lingkungn yaitu guru
memberikan contoh langsung melalui kegiatan sabtu bersih, dimana para
guru bersama-sama dengan siswa untuk membersihkan lingkungan sekolah
sebagai bentuk peduli terhadap lingkungan sekolah. Melalui kegiatan ini
dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa terhadap kebersihan
lingkungan sekolah.
5.1.5 Adapun kendala Sekolah Dasar Negeri Nomor 99/I Benteng Rendah
Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari dalam implementasi pendidikan
karakter peduli lingkungan yaitu sekolah ini didirkan di dataran yang cukup
rendah, sehingga sering sekali terkena banjir, dan hal ini sangat mempersulit
sekolah untuk mengimplementasikan pendidikan karakter peduli lingkungan
secara langsung.
5.2. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penulis, dalam penulisan ini
penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :
5.2.1 Bagi pihak sekolah, agar kiranya terus meningkatkan pendidikan karakter
peduli lingkungan sekolah, karena hal ini sangat penting untuk siswa.
Dengan tumbuhnya rasa tanggung jawab siswa terhadap lingkungan
sekolah, diharapkan siswa juga akan mempunyai rasa tanggung jawab
terhadap lingkungan disekitarnya.
5.2.2 Bagi Pemerintah Kabupaten batanghari agar kiranya dapat mencari solusi
agar sekolah ini tidak lagi terkena banjir, karena selain sekolah ini tidak
dapat melaksanakan secara langsung pendidikan karakter peduli lingkungan,
sekolah ini menjadi sangat kotor sekali setelah terkena banjir. Selain
daripada itu, proses belajar mengajar juga menjadi terkendala.
DAFTAR PUSTAKA
Adisusilo & Sutardjo. 2013. Pembelajaran Nilai Karakter: Komstruktivisme dan
VCT Sebagai Inofasi Pendekatan Pembelajaran Afekti. Jakarta:
Rajagrafindo Persada.
Aqib, Z. 2012. Pendidikan Karakter di Sekolah: Membangun Karakter dan
Kepribadian Anak. Bandung: Yrama Widya.
Arikunto. S. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Asmani, J. M. 2012. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di
Sekolah. Yogyakarta: Diva Press.
Daryanto & Darmiatun. S. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah.
Yogyakarta :Gava Media.
Fadlillah, M & Khorida, L. M. 2013. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini:
Konsep dan Aplikasinya dalam PAUD. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Fathurrohman, P., Suryana, Aa., & Fatriani, F, 2013. Pengembangan Pendidikan
Karakter. Bandung: Refika Aditama.
Fitri & Zaenul, A. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di
Sekolah. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Hidayatullah, F. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa.
Surakarta: Yuma Pustaka.
John. E, 2005. Kamus Populer. Jakarta: Rieneka Cipta Media.
Kadir, A., Fauzi, A., Yulianto, E., Baehaqi., Kurmianto, R., Rosmiati., & Nu’man,
A. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta :Kencana Prenada Media
Group
Marijan. 2012. Upaya Pengembalian Pendidikan Karakter Peserta Didik yang
Hilang dan Implementasinya di Sekolah. Proceeding, Seminar Nasional.
Yogyakarta: IKA UNY.
Moleong, L. J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. (Alih bahasa: Hasan Basari).
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muhtadai, A. 2011. Tingkatkan Taqwa melalui Kepedulian Lingkungan. Jakarta:
Deputi Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat
Kementerian Lingkungan Hidup dan Lembaga Penanggulangan Bencana
dan Perubahan Iklim Pengurus Besar Nadhatul Ulama.
Mukhtar. 2009. Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah. Jakarta: Rineka
Cifta.
Musfah. 2011. Pendidikan Karakter:Sebuah Tawaran Model Pendidikan Holistik
Integralistik,. Jakarta: Prenada Media.
Naim, N. 2012. Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam
Pengembangan Imu dan Pembentukan Karakter Bangsa. Yokyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Rohman, A. 2009. Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan. Yogyakarta:
Laksbang Mediatama Yogyakarta.
Sadulloh, U. 2010. PEDAGOGIK (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.
Samani, M & Heriyanto. 2013. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sudjiono. A. 2006. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rineka Cifta.
Sugihartono. Fathiyah, K.N., Harhap, F., Setiawati, F.G., & Nurhayati, S.T. 2007.
Psikologi Pendidikan.Yogyakarta: UNY Press.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sulistyowati, E. 2012. Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter:
(Dilengkapi cara penyusunan dan contoh dokumen KTSP, Silabus dan
RPP Ingrasi nilai Budaya dan Karakter Bangsa). Yokyakarta: Citra Aji
Parama.
Suwarno, W. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar – Ruzz Media
Uno, H. B. & Mohamad, N. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta
: PT BumiAksara.
Wibowo, A. 2012. Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa
Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wiyani, N. A. 2013. Manajemen Pendidikan Karakter: Konsep dan Aplikasinya
di Sekolah. Yokyakarta: Pedagogia.
Zuchdi, D. 2011. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan Praktek.
Yokyakarta: Uny Press.
top related