GEDUNG PARKIR CBD (CENTRAL BUSINESS DISTRICT) SOLOeprints.ums.ac.id/30435/17/02_Naskah_Publikasi_Ilmiah.pdf · 3. Pola parkir pulau.(Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan
Post on 30-Jun-2019
246 Views
Preview:
Transcript
0
ARTIKEL PUBLIKASI
TUGAS AKHIR
DASAR PROGRAM
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
GEDUNG PARKIR + CBD(CENTRAL BUSINESS DISTRICT)-
SOLO
Disusun oleh :
AGHIL ARIFIN
D 300 100 003
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
0
GEDUNG PARKIR CBD(CENTRAL BUSINESS DISTRICT)-SOLO
AGHIL ARIFIN
D 300 100 003
Program Studi Arsitektur , Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura 57102 Telp 0271 717417
Email: Aghiljizvuzubaidi@gmail.com.
ABSTRAKS
Seiring berjalannya waktu, Indonesia mengalami perkembangan modernisasi
yang sangat cepat. Perkembangan teknologi transportasi kota-kota di Indonesia juga
semakin tinggi, sehingga jumlah kendaraan bermotor juga semakin banyak. Menurut data
terakhir Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia (Korlantas Polri), selama tahun
2012, pertambahan terbanyak adalah mobil pribadi dan sepeda motor, masing-masing 12
persen. Sepeda motor baru yang dibeli konsumen pada tahun lalu mencapai 8.551.047
unit. Sedangkan mobil pribadi baru yang dicatat kepolisian mencapai 984.314 unit.
Sepeda motor jumlahnya 77,7 juta unit atau 82,4 persen. Mobil pribadi 9,5 juta unit atau
10 persen, disusul mobil barang, bus dan kendaraan khusus. Perkembangan jumlah
kendaraan yang meningkat drastis ini juga dialami di Kota Solo. Sebutan “solo macet”
kini sudah mulai melekat di Kota Bengawan. Menilik data yang dimiki Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo, 2013) Surakarta, peningkatan
jumlah kendaraan menjadi salah satu pemicu kemacetan di Solo. Menurut data Dinas
Perbuhungan, Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo, 2013) Surakarta, jumlah
kendaraan di Solo hampir sama dengan jumlah penduduk di Kota Solo. Sedikitnya ada
14 titik macet di Kota Solo. Berdasar data di Dinas Perhubungan setempat, jumlah
kendaraan roda dua dan roda empat di Kota Solo terus bertambah. Macet menimbulkan
terhambatnya arus lalu lintas, sehingga dapat menimbulkan ketidak efisienan waktu.
Selain itu macet dapat menimbulkan kendaraan tidak dapat beristirahat. Dengan
berjubelnya kendaraan di jalan dengan tidak sengaja akan mengurangi keindahan kota. Untuk mengatasi permasalahan itu, maka dibuat solusi gedung parkir di titik
CBD(Central Business District). Dengan adanya gedung parkir di Solo, Maka dapat
mengatasi kemacetan di Solo. Khususnya di daerah CBD(Central Business District) Solo,
yang menjadi pusat perbisnisan di Solo.
Terdapat permasalahan yaitu; Bagaimana dasar program perencanaan dan
perancangan arsitektur Gedung Parkir CBD(Central Business District)-Solo?
Untuk menyusun buku DP3A CBD(Central Business District)-parking dan
Membuat karya bangunan CBD(Central Business District)-parking.
Perancangan dilakukan dengan pengamatan data dan juga mempertimbangkan
potensi – potensi yang dapat mendukung penulisan proposal. Hasil dari analisis dapat
dibuat dalam bentuk kerangka yang berupa deskriptif. Hasil akhir berupa konsep hasil
penelitian yang dipadukan dengan referensi yang ada sebagai dasar perencanaan dan
perancangan. Desain yang dihasilkan adalah sebuah Gedung Parkir CBD-(Central
Business District)-Solo.
Kata kunci : Gedung, Parkir, dan CBD(Central Business District)-Solo.
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu, Indonesia mengalami perkembangan modernisasi
yang sangat cepat. Perkembangan teknologi transportasi kota-kota di Indonesia juga
semakin tinggi, sehingga jumlah kendaraan bermotor juga semakin banyak. Kendaraan
pribadi di Indonesia meningkat secara drastis sejak tahun 1980-an. Hal ini terjadi bukan
hanya di kota-kota besar, tetapi juga di pelosok-pelosok daerah. Sebagai contoh
penambahan jumlah kendaraan bermotor sepanjang tahun 2012 mencapai 10,036 juta
unit. Populasi kendaraan bermotor tercatat naik 12 persen (menjadi 94,229 juta unit)
dibandingkan periode tahun sebelumnya (2011) yang berjumlah 84,19 juta
unit.(www.kompas.com, 2014)
Kota Budaya yang sukses dengan roda perekonomian dari berbagai kalangan
ini ternyata menimbulkan masalah baru, yakni macet. Kemacetan di beberapa ruas jalan
utama di kota Solo ini karena banyaknya volume kendaraan yang masuk dan melakukan
aktivitas di Kota Solo. Kota Solo sebagai pusat perekonomian bagi kota sekitarnya
seperti Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali dan lainnya membuat kota ini semakin sesak.
Sedikitnya ada 14 titik macet di Kota Solo diantaranya di kawasan Manahan, Coyudan,
Palang Joglo, Simpang Dawung, Simpang Panggung, Simpang Kerten, Jl Kapten
Mulyadi, Purwosari, Simpang Girimulyo, Simpang Tugu Wisnu, Simpang Jajar, Jl
Gajahmada, Simpang Sumber atau Jembatan Komplang dan Simpang 3 Masjid
Mujahidin. Berdasar data di Dinas Perhubungan setempat, jumlah kendaraan roda dua
dan roda empat di Kota Solo terus bertambah.
Berdasarkan pengamatan, kemacetan di Solo banyak di sebabkan oleh parkir-
parkir yang ada di pinggir jalan. Ruas jalan yang sempit ditambah dengan parkir di kanan
kirinya menjadikan arus jalan macet. Untuk mengatasi permasalahan itu, maka dibuat
solusi gedung parkir di titik CBD(Central Business District). Dengan adanya gedung
parkir di Solo, Maka dapat mengatasi kemacetan di Solo. Khususnya di daerah CBD
(Central Business District) Solo, yang menjadi pusat perbisnisan di Solo.
B. Permasalahan
Bagaimana dasar program perencanaan dan perancangan arsitektur Gedung
Parkir + CBD (Central Business District) -Solo?
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penentuan Kebutuhan Parkir
Berdasarkan Ir. Jimmy S. Juwana, MSAE, Panduan Sistem Bangunan Tinggi,
tahun 2005, penentuan kebutuhan parkir sebagai berikut :
2
Gambar.II.1. Standar jumlah parkir
(Sumber : Panduan Sistem Bangunan Tinggi, 2005)
B. Penentuan Satuan Ruang Parkir (SRP)
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor :
272/HK.105/DRJD/96 :
1. Dimensi kendaraan standar untuk mobil penumpang.
Gambar II.1. : Dimensi Kendaraan Standar untuk Mobil Penumpang
(Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96)
a = jarak gandar h = tinggi total
b = depan tergantung B = lebar total
c = belakang tergantung L = panjang total
d = lebar
C. Pola Parkir
3
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor :
272/HK.105/DRJD/96, pola parkir dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Pola parkir paralel
a. pada daerah datar
Gambar II.5. : Pola Parkir Paralel Pada Daerah Datar
(Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96)
b. pada daerah tanjakan
Gambar II.6. : Pola Parkir Paralel Pada Daerah Tanjakan
(Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96)
c. pada daerah turunan
Gambar II.7. : Pola Parkir Paralel Pada Daerah Turunan
(Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96)
2. Pola parkir menyudut
a. Lebar ruang parkir, ruang parkir efektif, dan ruang manuver berlaku
untuk jalan kolektor dan lokal.
b. Lebar ruang parkir, ruang parkir efektif, dan ruang manuver berbeda
berdasarkan besar sudut berikut ini.
1) Sudut = 30°
Gambar II.8. : Pola Parkir Menyudut 30°
(Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96)
2) Sudut = 45°
4
Gambar II.9. : Pola Parkir Menyudut 45°
(Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96)
3) Sudut = 60°
Gambar II.10. : Pola Parkir Menyudut 60°
(Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96)
4) Sudut = 90°
Gambar II.11. : Pola Parkir Menyudut 90°
(Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96)
5) pada daerah tanjakan
Gambar II.12. : Pola Parkir Menyudut Pada Daerah Tanjakan
(Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96)
6) pada daerah turunan
Gambar II.13. : Pola Parkir Menyudut Pada Daerah Turunan
(Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96)
D. Tata Letak Gedung Parkir
1. Lantai datar dengan jalur landai luar (external ramp).
Daerah parkir terbagi dalam beberapa lantai rata (datar) yang
dihubungkan dengan ramp.
5
Gambar II.14. : Lantai datar dengan jalur landai luar (external ramp)
(Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96)
2. Lantai terpisah.
Gedung parkir dengan bentuk lantai terpisah dan berlantai banyak dengan
ramp yang ke atas digunakan untuk kendaraan yang masuk dan ramp yang turun
digunakan untuk kendaraan yang keluar (Gambar II.14b, II.14c dan II.14d).
Selanjutnya Gambar II.14c dan II.14d menunjukkan jalan masuk dan keluar
tersendiri (terpisah), serta mempunyai jalan masuk dan jalan keluar yang lebih
pendek. Gambar II.14b menunjukkan kombinasi antara sirkulasi kedatangan
(masuk) dan keberangkatan (keluar).
Gambar II.15. : Lantai Terpisah
(Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96)
Ramp berada pada pintu keluar; kendaraan yang masuk melewati semua
ruang parkir sampai menemukan tempat yang dapat dimanfaatkan. Pengaturan
gunting seperti itu memiliki kapasitas dinamik yang rendah karena jarak pandang
kendaraan yang datang agak sempit.
3. Lantai gedung yang berfungsi sebagai ramp.
Pada Gambar II.14e sampai dengan II.14.g terlihat kendaraan yang masuk
dan parkir pada gang sekaligus sebagai ramp. Ramp tersebut berbentuk dua arah.
6
Gambar II.14e memperlihatkan gang satu arah dengan jalan keluar yang
lebar. Namun, bentuk seperti itu tidak disarankan untuk kapasitas parkir lebih
dari 500 kendaraan karena akan mengakibatkan alur tempat parkir menjadi
panjang.
Pada Gambar II.14f terlihat bahwa jalan keluar dimanfaatkan sebagai
lokasi parkir, dengan jalan keluar dan masuk dari ujung ke ujung.
Pada Gambar II.14g letak jalan keluar dan masuk bersamaan. Jenis lantai
ber-ramp biasanya di buat dalam dua bagian dan tidak selalu sesuai
dengan lokasi yang tersedia. Ramp dapat berbentuk oval atau persegi, dengan
gradien tidak terlalu curam, agar tidak menyulitkan membuka dan menutup pintu
kendaraan.
Pada Gambar II.14h plat lantai horizontal, pada ujung-ujungnya dibentuk
menurun ke dalam untuk membentuk sistem ramp. Umumnya merupakan jalan
satu arah dan dapat disesuaikan dengan ketersediaan lokasi, seperti polasi gedung
parkir lantai datar.
Gambar II.16. : Lantai Gedung Yang Berfungsi Sebagai Ramp
(Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96)
4. Tinggi minimal ruang bebas lantai gedung parkir adalah 2,50 m.
E. Pola Parkir
1. Parkir kendaraan satu sisi. (Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang
sempit)
7
a. membentuk sudut 90°
b. membentuk sudut 30°, 45°, 60°
2. Parkir kendaraan dua sisi.(Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang
cukup memadai)
a. membentuk sudut 90°.
b. membentuk sudut 30°, 45°, 60°
3. Pola parkir pulau.(Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang cukup
luas) a. membentuk sudut 90°.
b. membentuk sudut 45°
c. Pola Parkir Sepeda Motor
d. Jalur Sirkulasi, Gang, dan Modul
F. Ciri-Ciri CBD (Central Business District)
Central Business District memiliki ciri-ciri yang membedakannya dari bagian
kota yang lain. .(http://moeljawan.blogspot.com/2010/03/central-business-district-
cbd.html, 2014). Ciri-ciri tersebut adalah :
a. Adanya pusat perdagangan, terutama sektor retail.
b. Banyak kantor-kantor institusi perkotaan.
c. Tidak dijumpai adanya industri berat/manufaktur.
d. Permukiman jarang, dan kalaupun ada merupakan permukiman
mewah(apartemen)sehingga populasinya jarang.
e. Ditandai adanya zonasi vertikal yaitu banyak bangunan bertingkat yang memiliki
diferensiasi fungsi.
f. Adanya pedestrian yaitu suatu zona yang dikhususkan untuk pejalan kaki karena
sering terjadi kemacetan lalu lintas. Tetapi zona ini baru ada di negara-negara
maju.
g. Adanya “ multi storey “ yaitu perdagangan yang bermacam-macam dan ditandai
dengan adanya supermarket/mall.
h. Sering terjadi masalah penggusuran untuk redevelopment/renovasi bangunan.
GAMBARAN UMUM LOKASI PERENCANAAN
A. Lokasi dan Lingkungan Eksternalnya
Secara administratif objek penelitian masuk dalam wilayah pemerintahan
Kabupaten Surakarta, Kecamatan Laweyan.
8
Gambar III.1. : Peta Surakarta
(Sumber : www.google.com, 2014)
Gambar III.2. : Peta Laweyan, Surakarta
(Sumber : www.google.com, 2014)
Gambar III.3. : Peta Laweyan
(Sumber : www.google.com, 2014)
9
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEDUNG PARKIR + CBD
(CENTRAL BUSINESS DISTRICT) -SOLO
A. Gagasan Perencanaan
Gambar IV.1. : Peta CBD Purwosari-Sriwedari Solo
(Sumber : Peraturan Daerah Kota Surakarta
Nomor 1 Tahun 2012)
Keterangan = : Pertigaan Purwosari
: Pertigaan Sriwedari
Gedung Parkir + CBD (Central Business District)-Solo ini menggunakan dua
sistem perpakiran yaitu dengan sistem tradisional atau sistem manual dan dengan sistem
APS (Automated Parking System) atau sistem otomatis. Sistem tradisional Gedung Parkir
+ CBD (Central Business District) -Solo ini adalah gedung yang di pakai mobil dengan
tarif 5000 rupiah dan motor dengan tarif 2000. Sedangkan sistem APS (Automated
Parking System) Gedung Parkir + CBD (Central Business District) -Solo ini adalah
gedung yang digunakan khusus kendaraan mobil dengan tarif 15000.
Gedung Parkir + CBD (Central Business District) -Solo dengan sistem
tradisional ini yang dimaksud adalah sistem yang dilakukan secara manual, dengan cara
memarkirkan kendaraan dengan mengendarainya. Pertama kendaraan akan berhenti di
pos petugas masuk untuk mengambil karcis parkir, setelah itu kendaraan akan berjalan
mencari lokasi parkir yang kosong. Cara keluar kendaraan dengan cara kendaraan akan
keluar dari lokasi parkir lalu menuju ke pos petugas keluar untuk menyerahkan karcis
serta membayar parkir.
Gedung Parkir + CBD (Central Business District) -Solo dengan sistem APS
(Automated Parking System) ini yang dimaksud adalah sistem yang dilakukan secara
otomatis, dengan cara memarkirkan kendaraan di depan gedung atau garasi APS
(Automated Parking System), lalu sipengguna mobil akan keluar dari mobil atau garasi
APS (Automated Parking System), secara otomatis garasi akan tertutup. Lalu mobil
dikirim ditengah atau di lift mobil. Kemudian lift mobil secara otomatis akan ke atas
gedung mencari lokasi parkir dengan membawa mobil. Cara keluar mobil ini dengan cara
mobil akan diangkut lagi oleh lift dari lokasi parkir. Setelah itu mobil dikirim di garasi.
Lalu sipengguna mobil bisa memakai mobilnya kembali dan keluar dari lokasi gedung
parkir ini.
10
Setelah penulis mengikuti ujian DP3A, ternyata gedung ini membutuhkan
perkantoran. Perkantoran ini berfungsi untuk mengantisipasi kekosongan yang terjadi
dalam gedung parkir.
B. Analisis dan Konsep Site
Gambar IV.5. : Peta Titik Alternatif Site
(Sumber : www.google.com, 2014)
Keterangan : : alternatif 1
:alternatif 2
:alternatif 3
Alternatif 1
Terletak di pinggir jalan besar, Jl. Slamet Riyadi
Orientasi ke arah Utara
Alternatif 2
Terletak di pinggir jalan besar, Jl. Slamet Riyadi
Orientasi ke arah Utara
Alternatif 3
Terletak di pinggir jalan besar, Jl. Sudirman
Orientasi ke arah Barat
Dari tabel yang sudah dianalisis penulis didapatkan lokasi site
terpilih adalah alternatif 1 yang mempunyai bobot paling banyak dari
analisa dasar pertimbangan.
Gambar IV.6. : Site Alternatif 1
11
(Sumber : Gambar Penulis, 2014)
C. Analisa Besaran Ruang
A. Luas lahan utama = 105 m x 65 m
= 6825 m²
B. Tata guna lahan = 6825 m²
Area Parkir 50% = 3412,5 m²
Fasilitas 15% = 1023,75 m²
Open space 15% = 1023,75 m²
C. KDB = 60% x 6825 m²
= 4095 m²
A. Untuk kegiatan parkir
1. Parkir
a. SRP mobil = 15m²x800 = 12000m²
b. SRP motor = 1,5m²x2400 = 3600m²
c. SRP motor = 1,5m²x505 = 757,5m²
d. Pos petugas masuk = 1,5m²x2 = 3m²
e. Pos petugas keluar = 1,5m²x2 = 3m²
2. Kegiatan penunjang
a. Cafetaria = 85m² x1 = 85m²
b. Ruang tunggu = 65m² = 65m²
c. Lavatory (4 orang) =3,19m²x42 = 133,98m²
Total = 16647,48m²
Total aman = 16648m²
B. Untuk kegiatan pengelola
Kegiatan Pengelola
a. Ruang administrasi = 49m²x1 = 49m²
b. Ruang manager = 10m²x1 = 10m²
c. Ruang operator = 32m²x1 = 32m²
d. Gudang = 6m²x15 = 90m²
e. Cafetaria
f. Lavatory(4 orang) = 3,19m²x1 = 3,19m²
Total = 184,19m²
Total aman = 185m²
C. Untuk kegiatan operasional
1. Kegiatan security
a. Ruang komputer = 36m²x1 = 36m²
b. Ruang pengawasan = 36m²x1 = 36m²
c. Ruang satpam = 4m²x17 = 68m²
d. Lavatory(4 orang)
12
2. Kegiatan servis
a. SRP
b. Ruang genset = 24m²x1 = 24m²
3. Kegiatan utilitas
a. Shaft sampah = 6m²x21 = 126m²
b. Shaft sanitasi = 6m²x21 = 126m²
c. Ruang kontrol =36m²x1 = 36m²
Total = 452m²
Total aman = 452m²
D. Untuk kegiatan perkantoran
1. Kegiatan perkantoran
a. Ruang general manager = 25m²x1 = 25m²
b. Ruang asisten GM = 25m²x1 = 25m²
c. Ruang sekretaris = 15m²x15 = 225m²
d. Ruang manager = 15m²x15 = 225m²
e. Ruang tamu = 15m²x15 = 225m²
f. Ruang karyawan = 8m²x15 = 120m²
g. Ruang arsip = 0,9m²x15 = 13,5m²
h. Ruang rapat = 12,4m²x15 = 186m²
i. Ruang lobby = 300m²x15 = 4500m²
2. Kegiatan penunjang perkantoran
a. Ruang keamanan = 20m²x15 = 300m²
b. Ruang informasi = 16m²x15 = 240m²
c. Ruang mushola = 120m²x1 = 120m²
d. Ruang fotocopy = 20m²x1 = 20m²
e. Gudang = 16m² x15 = 240m²
f. Foodcourt = 42m²x1 = 630m²
Total = 7094,5m²
Total aman =7095m²
Total = parkir+pengelola+operasional+perkantoran+25%(sirkulasi)
= 16648m²+185m²+452m²+7095m²+25%(sirkulasi)
= 17727m²+25%(sirkulasi)
= 24380m²+6095m²
= 30475m²
Dari hasil diatas dapat ditemukan jumlah lantai yang diperlukan
dalam Gedung Parkir + CBD (Central Business District) -Solo ini. Yaitu
total keseluruhan(30475m²) dibagi KDB(4095m²). Maka dapat ditemukan
kurang lebih 8 lantai yang diperlukan gedung ini.
D. Analisis dan Konsep Penampilan Arsitektur
Bentuk dasar bangunan ini adalah Geometris Internasional Style :
13
Jadi sesuai dengan fungsi wadah, yaitu sebagai bangunan
parkir maka bentuk dasar ruang yang dipilih adalah perpaduan antara
segiempat dan lingkaran, dengan pertimbangan segiempat digunakan
gedung parkir sistem tradisional sedangkan lingkaran digunakan
gedung parkir APS(Automated Parking System).
Gambar IV.27. : Gubahan Massa
(Sumber : Analisis Penulis, 2014)
E. Pola Sirkulasi
Berikut kategori pola sirkulasi yang dapat diterapkan pada kawasan
Gedung Parkir :
A. Linier
Gambar IV.38. : Linier
(Sumber : www.google.com, 2014)
Dari dasar pertimbangan dan pola Sirkulasi yang telah diuraikan,
maka pola sirkulasi dalam kawasan gedung parkir ini akan menerapkan
pola linier tanpa menutup kemungkinan penggabungan dengan pola
lainnya.
F. Jalur Sirkulasi Parkir Sistem Tradisional
Bagan IV.19. : Jalur Sirkulasi Parkir Sistem Tradisional
(Sumber : analisis penulis, 2014)
Pos Petugas
Masuk
SRP Pos Petugas
Keluar
linier
Geometris
Internasion
al
Style
14
G. Jalur Sirkulasi Parkir Sistem APS(Automated Parking System)
Bagan IV.20. : Jalur Sirkulasi Parkir APS (Automated Parking System)
(Sumber : Analisis Penulis, 2014)
H. Analisis dan Konsep Dalam Mengatasi Limbah Udara/Polusi Udara
Maka dari itu penulis menyimpulkan ada dua sistem yang akan dipakai dalam
gedung parkir ini. Yaitu dengan sistem buatan(lokal exhaust ventilasi) dan sistem
alami(tanaman).
DAFTAR PUSTAKA
Brierley, John, 1972, Parking of Motor Vehicles, Applied Science Publishers LTD,
London
Ching, Francis D.K., 2008, Arsitektur : Bentuk, Ruang & Tatanan (Terj. Hanggan
Situmorang), Erlangga, Jakarta.
Juwana, Jimmy S, 2005, Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Erlangga, Jakarta.
Neufert, Ernst, 1992, Data Arsitek I dan II (Terj. Ir. Sjamsu Amril), Erlangga, Jakarta.
Poerbo, Hartono, 1995, Utilitas Bangunan, Djambatan, Jakarta.
Soejono, 1996, Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat : Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Jakarta.
http://id.wikipedia.org, diakses 2 Maret pukul 21.00 WIB
http://kbbi.web.id/gedung, diakses 2 Maret pukul 21.00 WIB
http://kbbi.web.id/parkir, diakses 2 Maret pukul 21.00 WIB
http://moeljawan.blogspot.com/2010/03/central-business-district-cbd.html, diakses 2
Maret pukul 21.00 WIB
www.kompas.com, diakses 4 Maret pukul 24.00 WIB
www.google.com, diakses 4 Maret pukul 24.00 WIB
http://moeljawan.blogspot.com/2010/03/central-business-district-cbd.html, diakses 14
Maret pukul 22.00 WIB
Garasi Lift
Lift
SRP
Garasi
top related