repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah
Post on 25-Sep-2020
1 Views
Preview:
Transcript
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AKHLAK
DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER
DI MADRASAH AIYAH NEGERI (MAN) 1 MEDAN
TESIS
Oleh:
IBRAHIM SIRAIT
91215033554
PROGRAM STUDI
S2 PENDIDIKAN ISLAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
1
2
ABSTRAK
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
KARAKTER DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 1 MEDAN
IBRAHIM SIRAIT
NIM : 91215033554Prodi : Pendidikan Islam (PEDI)Tempat/Tgl. Lahir : PematangPasir/10Agustus 1990Pembimbing : 1. Prof. Dr. Dja’far Siddik, MA.
2. Dr. Siti Zubaidah, M.Ag.Nama Orang Tua (Ayah) : Wildan Sirait
(Ibu ) : Fatimah Syam
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan karakter di Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan. Dengan perincian untuk mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan pendidikan akahlak yang dilaksanakan dan pengembangannya dalam pendidikan karakter dalam segi perencaan, startegi dan evaluasi.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode naturalistik, Informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, dua orang guru bidang studi akidah akhlak, dan satu orang guru bidang studi umum. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, Teknik analisis data dilakukan secara reduksi data (pengumpulan data), penyajian data dan kesimpulan. Untuk menjamin keabsahan data peneliti menggunakan kreadibilitas, keteralihan, ketergantungan dan ketegasan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan karakter di madrasah Aliyah Negeri 1 Medan berjalan dengan baik, efektif dan kondusif walaupun belum sempurna. Nilai karakter yang dikembangkan guru akhlak dalam kegiatan pendidikan akhlak yaitu nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, rasa ingin tahu, semagat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, gemar membaca, peduli sosial. Pembelajaran pendidikan akhlak di dalam kelas ditempuh dengan model pembelejaran langsung. Proses evaluasi dilaksanakan setiap hari dalam proses belajar dan pembelajaran.
3
Kata kunci: Pendidikan Akhlak, Pengembangan Pendidikan, Pendidikan Karakter
ABSTRAK
IMPLEMENTATION OF MORAL EDUCATIONIN THE DEVELOPMENT OF CHARACTER
EDUCATION IN MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 1 MEDAN
IBRAHIM SIRAIT
NIM : 91215033554Department : Pendidikan Islam (PEDI)Place/Date Born : PematangPasir/10Agustus 1990Supervisor : 1. Prof. Dr. Dja’far Siddik, MA.
2. Dr. Siti Zubaidah, M.Ag.Parent’s Name(Father) : Wildan Sirait
(Mother) : Fatimah Syam
This research is generally intended to describe the Implementation of moral education in Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan. In particular this study aims to describe the implementation of moral education in the development of character education in Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan. By the details to describe how the implementation of moral education implemented and its development in character education in terms of planning, strategy and evaluation.
This research is a qualitative research using naturalistic method. The informants principal, two teachers of morality, and one teacher of general study. Technique of collecting data through observation, interview and documentation, Technique of data analysis done by data reduction (data collection), presentation of data and conclusion. To ensure the validity of data researcher dredibility, extent, dependence and firmness.
The results showed that the implementation of moral education in the development of character education in Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan run well, effective and conducive although it is not yet perfect. The value of character developed by morality teacher in moral education activity that is religious value, honest, tolerance, discipline, hard work, curiosity, spirit of nationality, love homeland, appreciate achievement, reading, social care. The learning of moral education in the classroom is pursued by direct learning model. The evaluation process is carried out every day in the learning and learning process.
4
Keywords: Morals Education, Educational Development, Character Education
ملخص
التطبيق التربويالخلقي في تنميةتربية للحكومة1السلوك بالمدرسة العالية
بمدان
إبراهيم سرايت
91215033554: رقم القيد : التربية اإلسالمية القسم 1990 أغسطس 10: فماتنج فاسير / المولود
: ف . د . جعفر الصديق المشرف األول: د . سيتي زبيدة المشرف الثاني
: ولدان سيرايت الوالد ) األب (: فاطمة شام ) األم (
أن غاية هذا البحث عموماً لبيان عن التطبيق 1التربويالخلقي في تنميةتربية السلوك بالمدرسة العالية
للحكومة بمدان. وبالخصوص أن غاية هذا البحث لبيان عن التطبيق التربويالخلقي في تنميةتربية السلوك بالمدرسة
للحكومة بمدانوتفصيالً لبيان عن كيفية تطبيق1العالية التربيةلألخالقولتنميتها في تربية السلوك خطًة و طريقةً
وتقييماً .
5
وهذا البحث هو البحث النوعي باستخدام الطريقة الطبيعية ، ويكونالمخبرهو رئيس المدرسة والمدرسان لدرس األخالق والمدرس لدرس العام . وأما طريقة جمع المعلومات
فهي نظر عميق وحوار وصور . وأما تحليل المعلومات بطريقة الجمع والتحليل ثم الخالصة . ولتأكيد صحة معلومات هذاالبحث فيستخدم المصداقية والتحويل واالعتماد والثبات .
وأما النتيجة فهي تدل على أن التطبيق التربويالخلقي للحكومة بمدان1في ترقية تربية السلوك بالمدرسة العالية
يمشي جيداً فعاالً تفضياً ولو كان ذلك لم يكن كامالً . وقيمة الخلق الذي يطوره المدرس في ترقية تربية األخالق وهي
تمسك بالدين ، صدق ، سماحة ، انضباط ، جهود ، رغبة قوية ، أخوة وطنية ، حب الوطن ، تقدير القيمة ، رغبة للقراءة ، اهتمام اجتماعي . وتربية األخالق في الفصل عبر طريقة
المباشر . وأما التقييم يكون كل يوم في عملية التعلموالتعليم .
الكلمات الرئيسية : تربية األخالق ، تنمية التربية ، التربيةاألخالقية
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Jalla wa ‘Alā yang atas
rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul
“Implementasi Pendidikan Akhlak dalam Pengembangan Pendidikan
Karakter di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan ”. Selanjutnya, selawat
serta salam senantiasa tercurah keharibaan junjungan alam Nabi besar Muhammad
Saw. yang telah mengeluarkan umat manusia dari zaman kegelapan menuju
zaman yang terang benderang hingga sekarang ini.
Penyusunan tesis ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
memeroleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan
Islam pada jenjang Strata 2 (S2) di Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara Medan. Dalam penyusunan tesis ini, penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu,
khususnya kepada:
1. Ibunda dan ayahanda tercinta, Wildan Sirait dan Fatimah Syam yang terus
mendoakan, memberikan bantuan moril dan motivasi dalam penyusunan tesis
ini.
2. Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, bapak Prof. Dr.
Saidurrahman, M.Ag dan Direktur Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara, bapak Prof. Dr. Syukur Khalil, M.A dan bapakDr. Achyar
Zein, M.Ag selaku Wakil Direktur Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan serta kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Pascasarjana Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara.
3. Bapak pembimbing I dan ibu pembimbing II, yakni bapak Prof. Dr. Dja’far
Siddik, MA dan ibu Dr. Siti Zubaidah, M.Ag yang telah memberikan
bimbingan dan arahan, kemudahan, fasilitas dan berbagai bantuan lain dalam
menyelesaikan tesis.
4. Ketua Prodi bapak Dr. H. Syamsu Nahar, M.Ag dan Sekertaris jurusan bapak
Dr. Edi Saputra, M.Hum yang telah banyak memberikan pelayanan prima,
7
memberikan ilmu dan kemudahan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan
studi ini.
5. Bapak Ali Masran Daulay, S.Pd, MA selaku Kepala Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) 1 Medan beserta seluruh stafnya yang telah memberikan informasi
dan mengizinkan memberikan melaukan penelitian di MadrashAliyahNegeri
(MAN) 1 Medan.
6. Keluarga bapak Linggoman Harahap Sos. I dan ibu Sri Agustina dan keluarga
bapak Satmin dan Nuraini yang telah banyak membantu dari awal perkuliahan
hingga sekarang.
7. Teman-teman diskusi CIEE CIEE di PEDI-A. Musthafa Husein Lubis,
Muhajirin Anshori Situmorang, Ilham Ilyas, Muhammad Hendra, Muazzen,
Handi Wijaya Parinduri, Muhammad Azwar Efendi Ammar ,Farid Maulana,
Hasan Basri, Fathur Rahman Anshari, Nurasiah, Tika Rizkinda Nasution,
Fathul Jannah Rangkuti, Aida Fitri, Khairia Agustina, Rahayu Putri Sari yang
banyak memberikan masukan dan koreksi demi kelancaran penyusunan tesis
ini. Semoga Allah membalas kebaikannya.
8. Sahabat saya Khairul Umam Sirait, Abdul Qodir Jailani, Syahrial Lubis,
Nurrahmah Marpaung, Nur ‘Ainun, Febrisa Rahim dan Sutrisno masih banyak
lagi kerabat dekat yang tak tersebutkan nama mereka keseluruhan di dalam
ungkapan terima kasih yang singkat ini.
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam tesis ini, oleh
karena itu, peneliti mengharapkan adanya kritik dan saran membangun demi
penyempurnaan tesis ini. Dan Peneliti sangat berharap agar tesis ini dapat
memberikan manfaat baik bagi penulis maupun pembaca untuk menambah
wawasan dan bahan kajian pada masa yang akan datang
Medan, 18 Oktober201Peneliti,
IBRAHIM SIRAIT
8
DAFTAR ISI
Kata Penganatar--------------------------------------------------------------------i
Daftar isi-----------------------------------------------------------------------------ii
DaftarTabel--------------------------------------------------------------------------iii
Pedoman Transliterasi------------------------------------------------------------iv
BAB I: PENDAHULUAN--------------------------------------------------------1
A. Latar Belakang Masalah----------------------------------------------1
B. Rumusan Masalah-----------------------------------------------------9
C. Penjelasan Istilah------------------------------------------------------10
D. Tujuan Penelitian------------------------------------------------------10
E. Manfaat Penelitian----------------------------------------------------11
BAB II: LANDASAN TEORETIS----------------------------------------------13
A. Pengertian Pendidikan Akhlak--------------------------------------12
B. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak--------------------------------25
C. Dasar-dasar Pendidikan Akhlak-------------------------------------27
D. Metode Pendidikan Akhlak------------------------------------------30
E. Konsep Pendidikan Akhlak------------------------------------------33
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Akhlak---------35
G. Pengertian Pendidikan Karakter-------------------------------------37
H. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter-------------------------------40
I. Tujuan Pendidikan Karakter-----------------------------------------42
J. Metode Pendidikan Karakter----------------------------------------43
K. Penelitian Relevan----------------------------------------------------45
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN------------------------------------50
A. Jenis Penelitian---------------------------------------------------------50
B. Lokasi dan Waktu Penelitian-----------------------------------------51
9
C. Subjek Penelitian/Informan Penelitian------------------------------51
D. Teknik Pengumpulan data---------------------------------------------52
E. Teknik Analisis Data---------------------------------------------------54
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data-------------------------------55
BAB IV: HASIL PENELITIAN-------------------------------------------------57
A. TemuanUmum-------------------------------------------------------------57
1. Profil Madrasah AliyahNegeri 1 Medan----------------------------57
2. Lokasi Madrsah AliyahNegeri 1 Medan----------------------------59
3. Visi Misi dan Tujuan--------------------------------------------------59
4. Sarana dan Prasarana--------------------------------------------------63
B. TemuanKhusus------------------------------------------------------------79
1. Perencanaan Pendidikan Akhlak dalam Pengembangan
Pendidikan Karakter---------------------------------------------------79
2. Strategi Pendidikan Akhlak dalam Pengembangan
Pendidikan Karakter---------------------------------------------------83
3. Evaluasi hasil dan Proses Pndidikan Akhlak dalam
Pengembangan Pendidikan Karakter--------------------------------93
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN---------------------------------------98
1. Kesimpulan--------------------------------------------------------------98
2. Saran-saran--------------------------------------------------------------100
DAFTAR PUSTAKA--------------------------------------------------------------101
1. Buku-buku-------------------------------------------------------------------101
2. Jurnal-------------------------------------------------------------------------103
3. Tesis--------------------------------------------------------------------------104
LAMPIRAN
10
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Rekapitulasi tenaga personil MAN 1 Medan................................... 60
Tabel 2. Rekapitulasi Siswa MAN 1 Medan ................................................ 61
Tabel 3. Sarana Prasarana MAN 1 Medan.....................................................63
Tabel 4. Daftar Nama-nama Wali Kelas........................................................66
Tabel 5. Tata Tertib MAN 1 Medan.............................................................71
Tabel 6. Nilai Pendidikan Akhlak yang Di Kembangkan..............................89
11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia tidak bisa terlepas dari pendidikan, karena manusia hidup
diciptakan bukan hanya sekedar untuk hidup, ada tujuan lain yang lebih mulia dari
sekedar hidup yang mestinya diwujudkan dan itu memerlukan ilmu yang
diperoleh lewat pendidikan. Inilah salah satu perbedaan antara manusia dengan
makhluk lain, yang membuatnya lebih unggul dan lebih mulia. Pendidikan
dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam
membentuk generasi mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat
menghasilkan manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab serta mampu
mengantisipasi masa depan.
Menurut Mastuhu dalam Salminawati Manusia adalah makhluk yang
senantiasa membutuhkan pendidikan karena ia memiliki potensi yang dinamis dan
dapat dikembangkan menjadi kekuatan yang sangat dahsyat. Namun, potensi yang
sangat besar itu tidak akan menjadi apa-apa jika tidak dikembangkan dengan
pendidikan.1Disinilah manusia merasa penting terhadap pendidikan.
Peran pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia, bahkan tidak
dapat dipisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia. Dengan kata lain,
kebutuhan manusia terhadap pendidikan bersifat mutlak dalam kehidupan pribadi,
keluarga dan masyarakat, bangsa dan negara. Jika sistem pendidikan berfungsi
secara optimal maka akan tercapai kemajuan cita-cita yang diinginkan, sebaliknya
bila proses dan sistem pendidikan yang dijalankan tidak berjalan dengan baik
maka tidak akan dapat mencapai kemajuan yang akan dicita-citakan. Betapapun
banyak kritik dan sanggahan yang dilayangkan oleh para pihak dan kalangan
terhadap pendidikan baik terhadap peraktek pendidikan, namun kita bisa sepakat
bahwa nasib suatu komunitas dan bangsa di masa depan sangat bergantung pada
kontribusi pendidikannya.
1Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam. Cet. 2 (Bandung, Citapustaka Media Perintis, 2015), h. 47
12
Salah satu tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah meningkatkan
keimanan, penghayatan dan pengalaman siswa tentang ajaran agama Islam
sehingga nantinya menjadi seorang muslim yang beriman dan bertakwa kepada
Allah swt, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadinya, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Hal ini sesuai yang terkandung dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kereatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.2
Berdasarkan rumusan undang-undang tersebut, dapat disimpulkan bahwa
tujuan pendidikan nasional ini mencakup tiga dimensi pendidikan, yaitu
pendidikan jasmani, pendidikan akal dan pendidikan akhlak. Dikatakan mencakup
pendidikan jasmani dikarenakantujuan pendidikan nasional adalah menciptakan
peserta didik yang sehat. Disebut mencakup pendidikan akal karena pendidikan
nasional bertujuan membentuk peserta didik yang berilmu, cakap dan kreatif.
Sedangkan dikatakan mencakup pendidikan akhlak adalah karena pendidikan
nasional memiliki misi untuk melahirkan peserta didik yang beriman dan
bertakwa kepada Allah swt, berakhlak mulia, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari uraian teks di atas tampak bahwa
pendidikan nasional mengutamakan pendidikan akhlak, yang dibuktikan dari
pernyataan awal tujuan pendidikan nasional yaitu “untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman bertakwa kepada Allah swt,
berakhlak mulia...” dapat disimpulkan bahwa pendidikan nasional tidak hanya
memperhatikan integrasi pendidikan akal semata, tetapi juga pendidikan jasmani
dan pendidikan akhlak.3
2Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional3Rosnita, “Pembentukan Akhlak Anak Usia Dini Menurut Ibnu Miskawaih,” dalam
Jurnal Miqot, Vol XXXVII, No. 2 2013, h. 397
13
Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah
pendidik. Pendidik berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber
daya manusia. Pendidik berhadapan langsung dengan peserta didik di kelas
melalui proses pembelajaran. Ditangan pendidik akan dihasilkan peserta didik
yang berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional,
dan moral serta spiritual dan diharapkan manajemen pembelajaran yang
kontekstual. Dengan demikian akan dihasilkan generasi masa depan yang siap
hidup dengan tantangan zamannya.karena itu, diperlukan sosok pendidik yang
memiliki kualifikasi, kompetensi dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan
tugas profesionalnya.4
Dalam rumusan tujuan pendidikan Nasioanal di atas, tertera untuk
berakhlak mulia, berarti bahwa sistem pendidikan Nasional tidak hanya menuntut
untuk menjadi manusia yang sehat, cerdas kognitifnya, cakap dan kreatif saja,
tetapi juga untuk menjadi manusia yang berakhlak mulia. Begitu penting posisi
akhlak dan karakter dalam dunia pendidikan terlebih dalam pendidikan Islam baik
di sekolah umum maupun di madrasah pada khusunya.
Secara empiris dan nyata, Islam sangat memperhatikan pola kehidupan
umatnya, bahkan semenjak manusia dalam kandungan sampai lahir hingga
tumbuh berkembang, Islam telah menetapkan tata cara kehidupan umatnya, maka
tidak mengherankan jika Nabi Muhammad sendiripun menyatakan tujuan
kerasulannya adalah untuk menyempurnakan akhlak. Sepanjang sejarah umat
manusia, masalah akhlak juga selalu menjadi pokok persoalan, karena perilaku
manusia secara langsung ataupun tidak langsung masih menjadi tolak ukur untuk
mengetahui dan menilai perbuatan atau sikap mereka.
Akhlak dalam kehidupan manusia menduduki tempat penting sekali dalam
baik sebagai anggota masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangun, jaya hancurnya,
sejahtera rusaknya suatu bangsa dan masyarakat dan tergantung pada akhlaknya.
Apabila akhlaknya baik, maka baik pula lahir batinnya dan sebaliknya jika jelek
akhlaknya, jelek pula lahir batinyya. Akhlak merupakan bagian penting yang tidak
4Kunandar, Guru Profesional (Jakarta: Rajawali Press, 2007), h. 40
14
dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia, tanpa akhlak, manusia akan hilang
derajat kemanusiaannya sebagai makhluk yang mulia.
Selain akhlak, karakter juga memiliki peran yang sangat penting dalam
pembentukan kepribadian manusia dan karakter juga dipandang hal yang sangat
urgen dalam dunia pendidikan. Menurut Zubaedi, pendidikan karakter mempunyai
orientasi yang sama dengan pendidikan akhlak, yaitu pembentukan karakter.5
Perbedaan bahwa pendidikan akhlak terkesan timur dan Islam, sedangkan
pendidikan karakter terkesan barat dan sekuler. Tetapi keduanya memiliki ruang
untuk saling mengisi.6
Membicarakan akhlak dan karakter merupakan hal yang sangat penting
dan mendasar. Akhlak dan karakter adalah mustika hidup yang mebedakan
manusia dengan makhluk yang lain seperti hewan. Manusia tanpa akhlak dan
karakter adalah manusia yang sama dengan hewan. Manusia yang berakhlak dan
berkarakter kuat dan baik secara individual maupun sosial ialah mereka yang
memiliki akhlak dan karakter yang kuat dan baik. Mengingat begitu urgennya
akhlak dan karakter maka institusi pendidikan memiliki tanggung jawab untuk
menanamkan melalui proses pembelajaran.
Menurut Koesoema menyatakan bahwa orang yang berkarakter berarti
orang yang memiliki watak, kepribadian, budi pekerti, dan akhlak.Dengan makna
seperti itu berarti karakter identik dengan kepribadian atau akhlak. Kepribadian
merupakan ciri atau karakteristik atau sifat khas dari seseorang yang bersumber
dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada
masa kecil dan bawaan sejak lahir.7
Dapat dipahami bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia
yang universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka
berhubungan dengan tuhannya, dengan dirinya, dengan sesama manusia, maupun
dengan lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan
5 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsep dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, Cet. 2 (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 65
6Ibid.7 Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Cet
I (Jakarta, Grasindo, 2007), h. 80
15
dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hokum, tata karma, budaya, dan
adat-istiadat.
Akhlak dan karakter pada dasarnya termasuk di antara makna yang
terpenting dalam hidup. Disonasi akhlak atau karakter adalah persoalan paling
krusial yang harus direspon oleh dunia pendidikan, khususnya institusi
pendidikan. Dalam hal ini, pendidikan akhlak pada dasarnya merupakan tujuan
tertinggi dalam Islam, karena pada prinsipnya penanaman akhlak merupakan
aktivitas pokok dari keseluruhan praktik pendidikan yang dilaksanakan oleh
Rasulullah. Pendidikan yang baik harus bisa menanamkan akhlak ke dalam diri
peserta didik, agar dapat memunculkan sifat, pemikiran dan perilaku atau karakter
terpuji.
Tujuan yang terutama dalam pendidikan ialah pendidikan akhlak, baik
perangai dan tingkah laku, halus budi pekerti, keras kemauan, membedakan yang
baik dari yang buruk, mengerjakan kebaikan dan menjauhi keburukan. Tujuan
pendidikan akhlak ialah membentuk putera dan puteri yang berakhlak mulia,
berbudi luhur, bercita-cita tinggi, berkemauan keras, beradab sopan santu, baik
tingkah lakunya, manis tutur bahasanya, jujur dalam segala perbuatannya, suci
murni hatinya. Jiwa pendidikan dan penghidupan, jiwa kemajuan, jiwa rumah
tangga dan sekolah, haruslah pendidikan akhlak. Tidak berlebihan, kalau kita
katakan, bahwa pendidikan ialah mencapai sifat yang tinggi dan akhlak yang
sempurna dalam adat kebiasaan, dalam segala hal dan dalam adab sopan santun
dalam kehidupan sehari-hari.8
Sejarah mengingatkan bahwa setiap bangsa yang maju dan setiap
peradaban yang berkembang adalah berkat rakyatnya memilih jiwa yang kuat,
tekat yang bulat, semangat yang membaja, akhlak yang mulia dan perjalanan
hidup yang baik. Sehingga merupakan hal terpenting dan mendasar bahwa akhlak
bagi manusia mencakup semua aspek kehidupan, kepribadiannya semakin perlu
terlebih dalam konteks kehidupan kalangan siswa sebagai investasi masa depan
suatu bangsa. Pendidikan akhlak merupakan hal yang sangat mendasar atas semua
8Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, Cet 2 (Jakarta, Hidakarya Agung, 1978), h. 22-23
16
dimensi fisik dan dimensi psikospritual siswa, maka penanaman ajaran Islam
dalam pendidikan merupakan suatu keharusan.
Pembinaan akhlak yang mulia merupakan inti ajaran Islam yakni akhlak
yang bertumpu keimanan kepada Allah (Hablumminallah), dan keadilan sosial
(Hablumminannas), sehingga akhlak bukanlah suatu pelajaran yang dapat dicapai
hanya dengan mempelajarinya semata, tanpa membiasakan hidup berakhlak sejak
kecil. Karena itu, untuk berbicara tentang akhlak maka selalu merujuk pada
tuntunan Alquran sebagai firman Allah yang berbunyi:
Artinya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. al-Ahzab: 21).9
Maka jelaslah bahwa pendidikan akhlak merupakan peningkatan ruh
(jiwa) kebaikan yang terdapat dalam diri manusia. Pertumbuhan akhlak itu bukan
terjadi karena sendirinya, melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya
selain lingkungan keluarga dan masyarakat, lingkungan pendidikanlah menjadi
saranan pendidikan akhlak yang optimal bagi kalangan siswa. Disiplin siswa
merupakan sebagai penampakan dan aktualisasi dari kesadaran akan keyakinan,
identitas, tujuan dan penghayatan akan nilai-nilai tertentu yang lahir dalam diri
setiap peserta didik atau siswa.
Kalau di lihat kondisi fenomena pada saat sekarang ini, sangat penting
dilakukan pendidikan akhlak yang lebih serius kepada peserta didik khusunya
dilembaga-lembaga pendidikan formal, sebab, bila tidak maka akan timbul
generasi-generasi muda bangsa yang tidak memiliki akhlak yang baik. Bila hal
semacam ini sampai terjadi, maka akan semakin sulit untuk mewujudkan cita-cita
luhur bangsa, yakni menciptakan masyarakat yang adil dan makmur menuju
menuju kehidupan yang aman dan sejahtera.
Perhatian Islam terhadap akhlak sangat besar, perhatian Islam yang
demikian terhadap pembinaan akhlak ini dapat pula dilihat dari perhatian Islam
9 Q.S. Al-Ahzab/33: 21
17
terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan daripada pembinaan fisik,
karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang
pada tahap selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan
kebahagiaaan pada seluruh kehidupan manusia.10
Perhatian Islam dalam pembinaan akhlak selanjutnya dapat dianalisis pada
muatan akhlak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran Islam. Ajaran Islam
tentang keimanan misalnya sangat berkaitan erat dengan mengerjakan serangkaian
amala salih dan perbuatan terpuji.11 Iman yang tidak disertai dengan amal salih
dan tingkah laku yang baik dinilai sebagai Iman yang palsu, bahkan bisa dianggap
sebagai kemunafikan. Seperti dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 8-9:
Artinya: Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian[22]," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman 8. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka Hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar 9. (QS. al-Baqarah 8-9)12
Ayat di atas menunjukkan dengan jelas bahwa Iman yang dikehendaki
Islam bukan iman yang hanya sampai pada ucapan dan keyakinan, tetapi iman
yang disertai dengan perbuatan dan akhlak yang mulia, seperti tidak ragu-ragu
menerima ajaran yang dibawa Rasul, mau memanfaatkan harta dan dirinya untuk
jalan Allah dan seterusnya. Ini menunjukkan bahwa keimanan harus membuahkan
akhlak dan juga memperlihatkan bahwa Islam dangat mendambakan terwujudnya
akhlak yang mulia.13
Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi
dan larangan, sebab tabi’at jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup
dengan hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu.
menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada
10Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2009), h. 15811Ibid., h. 15912 Al-Baqarah/2: 8-913Abudin Nata, Akhlak, h. 160
18
pendekatan yang lestari. Pendidikan itu tidak akan sukses, melainkan jika disertai
dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata.14
Seorang guru mengajarkan kesederhanaan dalam penanaman nilai Islami,
lebih menitik beratkan dalam perubahan perilaku. Jadi ilmu apapun yang akan
diajarkan terlebih dahulu harus ditekankan dalam penanaman nilai akhlakul
karimah. Pendidikan akhlak yang diajarkan pada muridnya langsung kecontoh
yang sebenarnya. Seorang pendidik atau guru harus menginternalisasi nilai islami
sebuah keniscayaan dan harus disampaikan dan diajarkan dengan cara yang
sederhana dan contoh yang nyata.
Walaupun pendidikan Agama Islam telah diberikan sejak sekolah dasar,
namun kenyataanya, maraknya penyimpangan akhlak yang dilakuan oleh siswa
belakangan ini menimbulkan polemik yang seakan tidak ada muaranya. Isu
kenakalan remaja, perkelahian diantara remaja, perkelahian diantara pelajar,
tindak kekerasan, premanisme, konsumsi minuman keras dan lain sebagainya.
Sudah sering didengar dan dilihat diberbagi media massa. Akibatnya, terjadi
saling menyalahkan antara orang tua siswa, guru serta masyarakat.Lebih parahnya
lagi, guru dan sekolah yang dikambing hitamkan dalam persoalan ini.
Penguatan pendidikan akhlak dan karakter dalam konteks sekarang sangat
relevan untuk mengatasi krisis moral yang terjadi di Negara kita. Diakui atau tidak
saat ini terjadi krisis yang nyata dan mengkhawatirkan dalam masyarakat dengan
melibatkan yang sangat berharga yaitu anak-anak. Pendidikan akhlak yang
dilakukan oleh kalangan guru sangat berkaitan erat dengan peraturan sekolah,
sebab peraturan sekolah merupakan tata tertib sekolah yang mengarahkan para
siswa untuk mencapai proses belajar mengajar bersifat efesien dan efektif di
lingkungan sekolah. Mewujudkan peraturan sekolah sebagai dasar pendidikan
akhlak memang bukan pekerjaan yang mudah, tetapi memerlukan berbagai unsur
sekolah untuk peduli dan terlibat langsung menegakkan aturan sekolah.
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan merupakan salah satu madrasah
yang memperhatikan pentingnya akhlak yang mulia bagi siswa. Hal ini menurut
kepala sekolah adalah untuk menanamkan nilai-nilai akhlak yang mulia kepada
14Ibid., h. 165
19
setiap siswa, maka perlu diajarkan siswa berkata jujur, baik dan sopan, dan
berbudi pekerti yang baik terhadap sesama teman, orang tua, guru serta
lingkungan. Sehingga nantinya menjadi anak yang berkarakter.Pendidikan akhlak
sangat penting bagi siswa untuk mewujudkan dan meningkatkan disiplin dan
karakter siswa dilingkungan sekolah dan dilingkungan masyarakat.
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan merupakan salah satu madrasah
yang populer dikota Medan, mata pelajaran akhlak sangat penting dan wajib bagi
siswa, sehingga pihak madrasah menerapkan pendidikan akhlak yang mulia
kepada siswa. Maka pihak madrasah merumuskan, mengimplementasikan dan
mengevaluasi pendidikan akhlak bagi siswa.
Pihak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan merasa sangat perlu
untuk mengajarkan dan mendidikkan pendidikan akhlak bagi siswa. Para guru
menilai bahwa pendidikan akhlak sangat besarnya terhadap pembinaan disiplin
dan karakter siswa dan siswi di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan
Pendidikan akhlak dan karkter bukan hanya diajarkan oleh guru bidang
studi pelajaran Akidah Akhlak, tetapi pendidikan akhlak harus diajarkan oleh
setiap guru yang ada di sekolah tersebut, misalnya guru pelajaran umum seperti
Biologi, Fisika, Kimia dan Matematika juga berkewajiban untuk melakukan
pendidikan akhlak, dan juga halnya guru olahraga, juga berkewajiban
mengajarkan tentang akhlak. Tetapi kenyataan di lapangan yang peneliti lihat
masih banyak guru yang belum menanamkan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam
melakukan pembelajaran maupun di luar pembelajaran.
Pendidikan akhlak dan pendidikan karakter dianggap sangat penting,
seperti uraian di atas bahwa pendidikan harus menanamkan akhlak dan karakter
yang baik kepada seluruh peserta didik, dan guru juga bukan hanya semata untuk
mencerdaskan kognitif siswa semata, tetapi juga untuk menanamkan nilai-nilai
akhlakul karimah (perilaku terpuji) kepada peserta didikya. Sehingga,beranjak
dari uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengkaji dan meneliti lebih
dalam lagi tentang Pendidikan Akhlak dan Pendidikan karakter ini, karena bukan
tentang materi pendidikan akidah akhlaknya yang perlu kita perdalam, tetapi
pembiasaan Akhlak dan karakter yang diterapkan di sekolah atau madrasah
20
tersebut, kalau tidak diaplikasikan berarti pendidikan akhlak disekolah tersebut
memiliki problem, inilah yang menjadi keinginan penulis, maka penulis merasa
perlu mengadakan penelitian sebagai suatu kajian Tesis dengan judul”
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN KARAKTER DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 1
MEDAN”.
B. Rumusan Masalah
Secara umum rumusan masalah dalam penenlitian ini membahas dan
meneliti tentang Pendidikan akhlak yang dilaksanakan Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) 1 Medan. Sedangkan secara rinci rumusan masalah dalam penelitian ini
dapat penulis uraikan sebagaiman berikut:
1. Bagaimana perencanaan yang dilakukan dalam mengimplementasikan
pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan karakter di Madrasah
Aliyan Negeri 1 Medan?
2. Bagaimana strategi dalam melaksanakan Pendidikan akhlak dalam
pengembangan pendidikan karakter di Madrasah Negeri 1 Medan?
3. Bagaimana evaluasi hasil dan proses pelaksanaan pendidikan akhlak
dalam pengembangan pendidikan karakter di Madrasah Aliyah Negeri 1
Medan?
C. Penjelasan Istilah
1. Implementasi, dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan dengan
penerapan, penerapan.15
2. Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses pembimbingan
dan pembelajaran individu agar tumbuh dan berkembang menjadi manusia
yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak.
3. Akhlak adalah suatu keadaan bagi jiwa yang mendorong ia melakukan
tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa melalui pikiran dan
pertimbangan.
15 Kamisa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. 1 (Surabaya, Cahaya Agency, 2013) h. 24
21
4. Karakter adalah watak atau sifat yang dapat membedakan seseorang
dengan orang lain
5. Pendidikan Akhlak adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan
terencana untuk memupuk jiwa dan kepribadian yang berakhlak mulia.
6. Pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan dalam menanamkan
kebiasaan-kebiasaan baik sehingga dapat bertindak dan berpijak dari nilai-
nilai yang menjadi kepribadiannya.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan yang dilakukan dalam
mengimplementasikan pendidikan akhlak dalam pengembangan
pendidikan karakter di Madrasah Aliyan Negeri 1 Medan
2. Untuk mengetahui bagaimana strategi dalam melaksanakan Pendidikan
akhlak dalam pengembangan pendidikan karakter di Madrasah Negeri 1
Medan.
3. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi hasil dan proses pelaksanaan
pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan karakter di Madrasah
Aliyah Negeri 1 Medan
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian terhadap maslah dalam judul ini dapat
dikemukan sebagai berikut.
1. Secara teoritik subtantif. Kegunaan teoritis adalah untuk merencanakan
perbaikan dan penyempurnaan dalam melakukan pendidikan akhlak di
Perguruan Al-Wasliyah Gading Kota Tanjungbalai, dan diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran sekola-sekolah dan perguruan-
perguruan yang lain.
2. Secara empirik. Kegunaan penelitian ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran tentang pendidikan akhlak di Perguruan Al-Wasliyah Gading
Kota Tanjungbalai, dan menambah khasanah pengetahuan dan
pengalaman yang besar terhadap penulis tentang problematika pendidikan
akhlak
F. Sistematika Pembahasan
22
Adapun penelitian ini akan dilaporkan dalam lima bab. Bab pertama
merupakan bab pendahuluan yang melatarbelakangi permasalahan pada penelitian
ini, perumusan masalah sebagai masalah yang menjadi pokok pada penelitian, dan
tujuan penelitian yang akan dicapai, serta kegunaan dari penelitian ini setelah
selesai. Pada akhir bab satu dijelaskan sistematika pembahasan sehingga laporan
penelitian menjadi tertib dan mudah dipahami.
Bab kedua berisi kajian pustaka, dimana dalam bab ini akan dikaji tentang
pendidikan akhlak dan pendidikan karakter. Pada bab ini akan dijelaskan tentang
pengertian pendidikan akhlak, ruang lingkup pendidikan akhlak, dasar-dasar
pendidikan akhlak, metode pendidikan akhlak, konsep pendidikan akhlak, factor-
faktor yang mempengaruhoi pendidikan akhlak. Pada bagian kedua akan
dijelaskan tentang pengertian pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter,
ruang lingkup pendidikan karakter, dan metode pendidikan karakter.
Bab ketiga berisi entang metode penelitian. Pada bab ini peneliti akan
menjelaskan waktu dan tempat penelitian, metode pengumpulan data, dan
menganalisa data serta langkah-langkah yang ditempuh dalam melaksanakan
penelitian ini.
Bab keempat, pada bab ini akan dikemukan hasil penelitian. Pada bab ini
akan dijelaskan pada bagian awal profil Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1
Medan, selanjutnya pada bab yang sama ini akan dijelaskan secara rinci tentang
bagaimana implementasi pendidikan akhlak dalam pengembangan penndidikan
karakter di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan.
Bab kelima sebagai bab terakhir, berisi penutup. Penutup terdiri dari atas
kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Paengertian pendidikan akhlak.
1. Pengertian Pendidikan.
Mengupayakan pendidikan merupakan salah satu aspek dan hasil budaya
terbaik yangdisediakan oleh setiap generasi manusia untuk kepentingan generasi
muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks sosio
budaya.16Oleh karea itu, setiap masyarakat pluralistik dizaman modern senantiasa
menyiapkan warganya yang terpilih sebagai pendidik bagi kepentingan kelanjutan
dari masing-masing masyrakat yang bersangkutan.17Pada sisi itulah diperlukan
pendidikanuntuk meningkatkan harkat dan kepribadian individu agar menjadi
manusia yang lebih cerdas.
Suatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan mempunyai arti apa-
apa. Ibarat seseorang yang berpergian tak tentu arah maka hasilnya pun tak lebih
dari pengalaman selama perjalanan. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan
secara sadar dan jelas dan memiliki tujuan. Sehingga diharapkan dalam
penenrapannya ia tak ekhilangan arah dan pijakan.18Meskipun barangkali sebagian
diantara kita mengetahui tentang apa itu pendidikan, tetapi ketika pendidikan
tersebut diartikan dalam satu batasan tertentu, maka terdapat macam-macam
pengertian yang diberikan.
Dalam istilah Asing pendidikan itu disebut “Paedagogik”. Perkataan ini
berasal dari bahasa Yunani Kuno, terdiri dari dua suku kata, yaitu Paes dan
Gogos, Paes artinya anak dan Gogo artinya penuntun. Jadi paedagogos artinya
penuntun anak. Mulanya “paedagogik” dimaksudkan budak yang pandai dan
dewasa yang diserahkan dan ditugaskan untuk mengantar anak tuannya kesekolah
sambail membawa alat-alat sekolahnya. Kadang-kadang budak tersebut diberi
wewenang penuh untuk bertindak sebagai pendidik anak tuannya tersebut.
Pengertian tugas ini kemudian diperluas menjadi kewajiban membimbing moral
16Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya (Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2009), h. 1
17Ibid.18Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Cet. 1 (Jakarta, Ciputat
Pers, 2002), h. 3
23
24
dan tingkah laku anak, sehingga sekarang istilah “Paedagogik” berarti ahli didik
atau pendidik.19
Namun perlu dijelaskan bahwa kata “Paedagogik” berbeda artinya dengan
paedagogie. Paedagogie penekanan pengertiannya adalah dalam hal peraktek yaitu
menyangkut kegiatan belajar mengajar. Sedangkan paedagogik adalah pada
pemikiran dan perenungan terhadap pendidikan termasuk teori-teorinya. Kedua-
duanya diakui berkaitan erat dan sulit untuk dipisahkan permasalahannya.20
Pengertian pendidikan secara sederhana sering diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat dan kebudayaan.21 Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau
paedagogie berarti bimbimgan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja
oleh orang dewasa agar ia menajdi dewasa. Dan seterusnya pendidikan dapat
diartikan sebagai usaha yang dilaksanakan oleh seseorang atau kelompok agar
menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi
dalam arti mental.22
Secara umum Pendidikanadalah mengajari siswa di sekolah, melatih siswa
hidup sehat, melatih silat, menekuni penelitian, membawa anak ke Masjid atau ke
Gereja, melatih anak bernyanyi, bertukang dan sebagainya. Semua ini adalah
pendidikan, itu sudah mencukupi untuk orang awam, bahkan bagi mereka,
pendidikan adalah sekolah, akan tetapi, untuk kepentingan ilmu pendidikan,
kepentingan ilmu pendidikan, perumusan defenisi yang teliti tidak dapat
dihindari.23
Istilah pendidikan yang dikemukakan oleh Ramayulis, bahwa istilah
pendidikan berasal dari kata “didik” yang diberi awalan “pe” dan akhiran “kan”,
mengandung arti perebuatan (hal. Cara dan sebagainya).24Pada diri manusia sejak
19Rosdiana A. Bakar, Pendidikan Suatu Pengantar, Cet. 2 (Bandung, Cita Pustaka Media Perintis, 2009), h. 10
20Ibid.21Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Cet 10 (Jakarta, Raja Grafindo Persada,
2012), h. 122Ibid.23Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, Cet 1 (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2012), h.
33-3424Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet 8 (Jakarta, Kalam Mulia, 2010), h. 13
25
lahir menurut Islam sudah memiliki potensi-potensi yang bersifat positif.Islam
memandang bahwa, setiap orang memiliki hak dalam pendidikan, laki-laki atau
perempuan dan berlangsung sepanjang hayat.Dalam bidang pendidikan Islam
memiliki rumusan yang jelas dalam bidang tujuan, kurikulum, guru, metode, saran
dan lain sebagainya. Semua aspek yang berkaitan dengan pendidikan ini dapat
dipahami dari kandungan suratal-‘Alaq yang mengajarkan manusia untuk selalu
belajar.
Dalam Islam, ada beberapa penyebutan untuk pendidikan yaitu: tarbiyah,
ta’lim dan ta’dib. Dalam konferensi Internasional Pendidikan Islami pertama
(First World Comference on Muslim Education) yang diselenggarakan oleh pada
tahun 1997 di Universitas King Abdul Aziz Jeddah, belum berhasil membuat
rumusan yang jelas tentang defenisi pendidikan pendidikan menurut Islam. Dalam
bagian “Rekomendasi” konferensi tersebut, para peserta mengambil kesimpulan
pengertian pendidikan menurut Islam, adalah keseluruhan pengertian yang
terkandung di dalam istilah, ta’lim, tarbiyah dan ta’dib .25
Tarbiyah, mengandung arti, memlihara, membesarkan dan mendidik yang
kedalamnya sudah termasuk makna mengajar atau allama. Dari pengertian ini
makna Tarbiyah didefenisikan sebagai proses bimbingan terhadap potensi
manusia seperti jasmani, ruh dan akal secara maksimal agar dapat menjadi bekal
dalam menghadapi kehidupan dan masa depan.26 Konsep Ta’dib, yang mengacu
kepada kata adab dan variatifnya. Dari pendapat tersebut maka dapat kita
defenisikan mendidik adalah membentuk manusia dalam menempatkan posisinya
yang sesuai dengan susunan mansyarakat, bertingkah laku secara proporsional dan
cocok dengan ilmu serta teknologi yang dikuasainya. Menurut Naquib al-Attas
dalam Jalaluddin bahwa pendidikan islam lebih tepat berorientasi pada Ta’dib.
Sedangkan Tarbiyah dalam pandangannya mencakup obyek yang lebih luas, tidak
terbatas pada pendidikan manusia tetapi juga meliputi dunia hewan.Sedangkan
Ta’dib hanya mencakup pengertian pendidikan untuk manusia.27
25Ahmad Tafsir, Ilmu, h. 3926Jalaluddin, TeologiPendidikan, Cet 2 (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2002), h. 7227Ibid,. h. 73
26
Baik Tarbiyah, Ta’lim maupun Ta’dib, merujuk kepada Allah, Tarbiyah
yang ditengarai sebagai kata bentukan dari dari kata Rabb atau Rabba mengacu
kepada Allah sebagai Rabb al-Alamin. DanTa’lim berasal dari kata ‘allama,
merujuk kepada Allah sebagai zat yang maha ‘Alim. Selanjutnya Ta’dib seperti
termuat pada pernyataan Rasul Allah.“Addabany Rabby Fahsana Ta’diby”
memperjelas bahwa sumber utama pendidikan adalah Allah swt.Sehingga
pendidikan yang beliau proleh adalah sebaik-baik pendidikan.Dengan demikian
dalam pandangan filsafat pendidikan Islam, Rasul merupakan pendidik utama
yang harus dijadikan teladan.28
Kenyataannya, pengertian pendidikan ini selalu mengalami
perkembangan, meskipun secara esensial tidak jauh berbeda, berikut ini akan
dikemukakan sejumlah pengertian pendidikan yang diberikan oleh beberapa ahli.
1. Langeveld dalam Hasbullah mengungkapkan bahwa Pendidikan ialah
setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada
anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, lebih tepatnya membantu anak
agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Dan pengaruh itu
datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa
seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari dan sebagainya) dan
ditujukan kepada orang yang belum dewasa.29
2. John Dewey dalam Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati Pendidikan adalah
proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan
emosional ke arah alam dan sesama manusia.30
3. J.J Rousseau dalam Abu Ahmadi dan Nur Uhabiyati Pendidikan adalah
memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan
tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.31
4. Abudin Nata berpendapat pendidikan adalah suatu usaha yang didalamnya
ada proses belajar untuk menumbuhkan atau menggali segenap potensi
28Ibid.29Hasbullah, Dasar, h. 230Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Cet, 2 (Jakarta, Rineka Cipta, 2003),
h. 6931Ibid.
27
fisik, psikis, bakat, minat dan sebagainya yang dimiliki oleh para
manusia.32
5. Ki Hajar Dewantara dalam Wiji Suwanto menyatakan bahwa pendidikan
merupakan tuntutan bagi pertumbuhan anak-anak. Maknya, pendidikan
menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada diri anak-anak agar
mereka sebagai manusia sekaligus sebagai anggota masyarakat dapat
mencapai keselamatandan kebahagian setinggi-tingginya.33
6. Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989. Pendidikan adalah udaha sadar untuk
meyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan
latihan bagi peranannya untuk menjadi lebih baik di masa yang akan
datang.34
7. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003. Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didikaktif mengembangkan potensi diri yang dimilikinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.35
2. Pengertian akhlak
Secara bahasa, kata akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu isim masdar
dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan yang berarti al-sajiyah (perangai), al-
tabi’ah (kelakukan, tabiat, watak dasar), al’adat (kebiasaan), al-muru’ah
(peradaban yang baik) dan al-din (agama).36Potensi yang dimiliki manusia
berdimensi dua, tauhidi (mengenal dan mengetahuai Allah Maha Esa) dan
akhlaqi (kemampuan untuk membedakan tingkah laku baik dan buruk).
32Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat (Jakarta, Rajawali Pers, 2012), h. 12
33Wiji Suwarno, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jogjakarta, AR-RUZZ,2006), h. 1934Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUD RI NO. 2 Tahun 1989),
Dan Peraturan Pelaksanaannya, Cet. 4 (Jakarta, Sinar Grafika, 1993) h. 235Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional36Aminuddin, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2002), h. 152
28
Menurut Ibn Miskawaih dalam Mahjuddin, akhlak adalah keadaan jiwa
yang selalu mendorong manusia berbuat tanpa memikirkan lebih
lama.37Berdasarkan pengertian akhlak yang dikemukakan oleh Ibn Miskawaih ini
dapat dikatakan bahwa dalam setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia
terdapat jiwa yang mendorong manusia.Manusia memiliki akhlak yang
bermacam-macam, hal ini dapat dibuktikan pada perbuatan yang dialami oleh
manusia dalam masa pertumbuhannya dari satu keadaan ke keadaan lainnya
sesuai dengan lingkungan yang mengelilinginya dan pendidikan yang
diperolehnya.
Perkataan akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari “Khuluqun” yang
menurut lughot diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.38
Kalimat ini sebenarnya bersumber dari kalimat yang tercantum dalam Alquran
Surah al-Qalam ayat 4 yang berbunyi:
Artinya: Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (4) (QS. al-Qalam:4) 39
Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasan kehendak, ini
berarti bahwa kehendak itu bila dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaanya itu
disebut akhlak.40 Contohnya bila kehendak itu dibisakan memberi, maka
kebiasaan itu adalah akhlak dermawan.
Akhlak melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan perilaku dan
perbuatan.Jika perilaku yang melekat itu buruk, disebut akhlak yang buruk atau
akhlak mazmumah.Sebaliknya, apabila perilaku tersebut baik disebut akhlak
mahmudah.Akhlak merupakan tingkah laku yang mengakumulasi aspek
keyakinan dan ketaatan sehingga tergambarkan dalam perilaku yang baik.Artinya
akumulasi akhlak merupakan pola tingkah laku yang tercermin dari perilaku
seseorang dalam kesehariannya.Ini artinya akhlak merupakan perilaku yang
37Mahjuddin, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h. 3.38Hamzah Ya’qub, Etika Islam, Pembinaan Akhlakul Karimah (Suatu Pengantar) Cet 2
(Bandung, CV. Diponegoro, 1983), h.1139Q.S. Al-Qolam/68: 440Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, Cet 1 (Jakarta, Rajawali Pers, 1992), h. 2
29
tampak (terlihat) dengan jelas, baik dalam kata-kata maupun perbuatan yang
dimotovasi oleh dorongan karena Allah.Baik dan buruk akhlak didasarkan kepada
sumber nilai, yaitu Alquran dan Sunnah Rasul.41
Pada hakikatnya akhlak ialah kondisi atau sifat yang meresap dalam jiwa
dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan
dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan
pemikiran. Apabila kondisi seperti taditerlihat kelakuan yang baik dan terpuji
menurut pandangan syariat dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti
mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah
budi pekerti yang tercela.42
Substansi akhlak adalah sifat-sidat atau nilai-nilai yang telah tertanam di
dalam jiwa seseorang, dan karenanya ia disebut keadaan jiwa (hal li al-Nafs).
Sifat atau nilai yang tertanam di dalam jiwa itu dijadikan rujukan dalam menilai
suatu perbuatan, sekaligus yang mendorong atau berada dibalik semua tindakan
atau perilaku yang ditampilkan seseorang, karenanya dari sisi ini, tindakan atau
perbuatan adalah wujud nyata dari akhlak seseorang.43
Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati
nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu, membentuk,
suatu kesatuan, tindak akhlak yang dihayati, dalam kenyataan hidup kesaharian,
dari kelakuan itu lahirlah perasaan moral (moralsence), yang terdapat di dalam
diri manusia sebagai fitrah, sehingga ia mempu membedakan mana yang baik dan
mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang
cantik dan mana yang buruk.44
Sehinngga dari sana timbul bakat akhlak yang merupakan kekuatan jiwa
dari dalam, yang mendorong manusia untuk melakukan yang baik dan mencegah
perbuatan yang buruk. Allah mendorong manusia untuk memperbaiki akhlaknya,
sebagaimana dalam Firman Allah swt dalam surat an-Nisa ayat 110:41 Mukni’ah, Materi Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum (Jogjakarta,
Ar-Ruzz Media, 2011), h. 10742Ibid., h. 343Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam (Bandung, Citapustaka Media Perintis, 2015),
h. 6844Zakiah Daradjat,Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Cet. 2 (Jakarta, CV
Ruhama, 1995), h. 10
30
Artinya: Dan siapa yang mengerjakan kejahatan
dan menganiaya
dirinya, Kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. an-Nisa, 110).45
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang
penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat dan abngsa,
sebab jatuhya bangunnya, jaya dan hancurnya, sejahtera dan rusaknya suatu
bangsa dan masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila
akhlaknya baik akan sejahteralah lahir batinnya akan tetapi kalau akhlaknya buruk
rusaklah lahir dan batinnya.46
Menurut al-Ghazali dalam Hasan Asari, ada empat kekuatan psikologis
yang berfungsi sebagai akar bagi akhlak: (a) ilmu, (b) marah, (c) nafsu untuk
makan, (d) rasa keadilan. Akhlak yang baik terbentuk dalam diri seseorang
apabila keempat kekuatan ini berada dalam keseimbangan (I’tidal). Sebaliknya,
manakala terjadi ketidak seimbangan didalamnya, maka akhlak buruk akan
terbentuk. Singkatnya, inti dari pendidikan akhlak adalah usaha mengendalikan
kekuatan-kekuatan tersebut dan menjaga agar semuanya dalam keadaan
seimbang.47
Akhlak juga dikenal dengan istilah etika, isilah etika sering digunakan dalam tiga perbedaan yang saling terkai. Yang berarti, merupakan pola umum atau jalan hidup seperangkat aturan atau kode moral dan penyelidikan tentang jalan hidup dan aturan-aturan perilaku.48 Etika menurut filsafat ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat yang dapat diketahui oleh akal pikiran.49 Akhlak di samping dikenal dengan istilah etika juga deikenal dengan istilah moral. Perkataan moral berasal dar bahasa latin “mores” jamak dari “mos” yang berarti adat kebiasaan.50 Moral pada dasarnya merupakan rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku yang harus dipatuhi. Moral merupakan kaidah norma dan pranata yang mengatur perilaku individu dalam hubungannya dengan ke
45Q.S. An-Nisaa’/4: 11046Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia) (Surabaya, Pustaka Islam, tt), h. 1147Hasan Asari, Nukilan Pemikiran Klasik Gagasan Pendidikan Abu Hamid Al-Ghazali,
Cet. 1 (Medan, IAIN PRESS, 2012), h. 123-12448 Suparman Syukur, Etika Religius Cet. I (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004) h. 149 Ibid50 Rosihon Anwar, Akidah Akhlak Cet, 1 (Bandung, Pustaka Setia, 2008), h. 208
31
lompok sosial dan masyarakat. Moral merupakan standard baik-buruk yang ditentukan bagi individu nilai-nilai sosial budaya dimana individu sebagai anggota sosial. Moralitas merupakan aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial secara harmonis, adil, dan seimbang. Perilaku moral diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan, ketertiban, dan keharmonisan51 Menurut peniliti bahwa pengertian dari akhlak etika dan moral sama-sama menuju kepada bai dan buruknya individu, benar dan salahnya individu sehingga nantinya akan tercipta manusia dan masyarakat yang baik, santun, damai dan sejahtera lahir dan batin, dan perbedaannya terletak kepada sifat dan kawasannya.
3. Pendidikan akhlak
Pendidikan akhlak ialah pendidikan perilaku, atau proses mendidik,
memlihara, membentuk, dan memberikan latihan mengenai akhlak seseorang,
dalam pengertian yang sederhana, pendidikan akhlak diartikan sebagai proses
pembelajaran akhlak.52 Dengan demikian pendidikan akhlak merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan secara sadar dan disengaja untuk memberikan
bimbingan, baik jasmani maupun rohani, melalui penanaman nilai-nilai Islam,
latihan moral, fisik menghasilkan perubahan kearah positif, yang nantainya dapat
diaktualisasikan dalam kehidupan, dengan kebiasaan bertingkah laku yang baik,
memiliki fikiran yang jernih dan berbudi pekerti yang luhur menuju terbentuknya
manusia yang berakhlak mulia.
Pendidikan akhlak merupakan bagian dari pendidikan Islam, dengan
pendidikan akhlak yang diberikan dengan baik maka diharapkan nilai-nilai ajaran
pendidikan Islam dapat ditanamkan dan diimplementasikan. Pendidikan akhlak
yang baik akan menghanatrkan pelakuanya menjadi manusia yang berkahklak
mulia di berbagai lini kehidupan. Pendidikan akhlak merupakan proses mendidik,
memelihara, membentuk dan memeberikan latihan mengenai akhlak dan
kecerdasan berfikir baik yang bersifat formal maupun informal yang didasarkan
pada ajaran-ajaran Islam.53
51 Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja; Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta, Bumi Aksara 2012), h.136
52Salminawati, Filsafat, h. 17853Silahuddin, “Pendidikan dan Akhlak (Tinjaun Pemikiran Imam al-Ghazali),” dalam
Jurnal Tarbiyah, Vol XXIII, No. 1 2016, h. 10
32
Pendidikan akhlak muncul sebagai respon terhadap kemorosotan akhlak
masyarakat yang sampai pada saat ini dalam fenomena keseharian menunjukkan,
perilaku yang belum sejalan dengan niali-nilai kemanusiaan sehingga muncul
berbagai persoalan, dengan demikian kedudukan pendidikan akhlak sangat
diperlukan.
Dalam konteks sifat atau nilai-nilai yang merupakan anugerah Allah,
pendidikan akhlak dapat didefenisikan sebagai suatu proses pemberian bantuan
kemudahan kepada individu peserta didik agar berkemampuan memelihara fitrah
semula jadinya yang suci, bersih dan bersyahadah atau bertauhid kepada Allah.
Jadi pendidikan akhlak ialah pendidikan perilaku, atau suatu proses mendidik,
memelihara, membentuk, dan memberikan latihan mengenai akhlak seseorang.
Dalam pengertian sederhana, pendidikan akhlak diartikan sebagai proses
pembelajaran akhlak.54
Jalan untuk mencapai akhlak itu ialah dengan dua hal:
Pertama, memang sudah dikaruniakan Tuhan melalui naluri insani dan
kedua, melalui latihan-latihan. Latihan-latihan ini dapat dilaksanakan dengan
amalan-amalan yang bertujuan secara kontiniu, sebab amal yang demikian akan
memberi kesan pada jiwa. Bila ia telah berkesan pada jiwa, akan dengan mudah
anggota memperbuatnya.55
Akhlak atau sistem perilaku dapat didikkan atau diteruskan melalui
sekurang-kurangnya dua pendekatan yaitu:
1. Rangsangan jawaban (stimulus respons) atau yang disebut proses
mengkondisi sehingga terjadi automatisasi dan dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
a. Melalui latihan
b. Melalui tanya jawab
c. Melalui contoh
54Reflinda, “Pendidikan Akhlak/Karakter dalam Perspektif Filsafat Pendidikn Islam.” dalam Jurnal AL-Irsyad, Vol II 2013, h. 61
55Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran Falsafah dalam Islam (Jakarta, Bumi Aksara, 1991), h. 74
33
2. Kognitif yaitu penyampaian informasi secara teoritis yang dapat dilakukan
antara lain sebagai berikut:
3. Melalui dakwah
4. Melalui ceramah
5. Melalui diskusi
Setelah pola perilaku terbentuk maka sebagai kelanjutannya akan lahir
hasil-hasil dari pola perilaku tersebut yang berbentuk material (artifacts) maupun
non material (konsep, ide). Jadi akhlak yang baiok itu (akhlakul karimah) ialah
pola perilaku yang dilandaskan pada memanifestasikan nilai-nilai Iman, Islam dan
Ihsan (orang yang berbuat baik). 56
Ibnu Miskawaih merumuskan bahwa, tujuan pendidikan akhlak adalah
terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan, untuk
melahirkan semua perbuatan, yang bernilai baik. Sehingga mencapai
kesempurnaan dan memperoleh kebahagian sejati dan sempurna.57 Sehingga kalau
kita pandang bahwa tujuan pendidikan akhlak yang ingin dicapai oleh Ibnu
Miskawaih bersifat menyeluruh, yakni mencakup kebahagian hidup manusia
dalam arti yang seluas-luasnya. Islam adalah akhlak, seluruh syariat kepada umat
mempunyai nilai-nilai akhlak dan membina akhlak umat manusia, baik yang
berupa akidah dan keimanan, maupun berupa ibadah. Islam yang berisi ajaran
akhlak itu mempunyai karakter tersendiri apabila dibandingkan dengan ajaran-
ajaran akhlak lainnya.58
Pendidikan akhlak mencakup semua aspek kehidupan manusia dan semua
aspek kepribadian manusia.Untuk keberhasilan pendidikan akhlak harus
deitempuh dengan menggunakan berbagai metode, dan metode yang utama dalam
pendidikan akhlak tentu saja adalah meneladankannya. Keteladanan yang
diberikan harus menyeluruh dan terintegrasi dalam sisi spritual, kognitif, afektif
56Abu Ahmadi, Dasar-Dasar Pendidikan Dalam Islam (Jakarta, Bumi Aksara, 1991), h. 199
57Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Cet 2 (Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2001), h. 11
58M. Amin Syukur, Pengantar Studi Islam. Cet: 2 (Semarang, Pustaka Nuun, 2010), h. 128
34
dan psikomotorik dan ini harus lahir dari semua individu muslim dari berbagai
sektor pendidikan, informal, formal dan non formal.
Islam merupakan agama dengan seperangkat aturan dan norma yang harus
ditaati oleh penganutnya. Oleh sebab itu penanaman ajaran dan nilai-nilai
keislaman sejak dini merupakan suatu kemutlakan.Salah materi keagamaan yang
dapat ditanamkan kepada anak secara dini adalah akhlak.Dalam hal akhlak ada
tiga fase yang dilalui oleh anak.59
Fase pertama, akhlak anak dikendalikan dari luar dirinya, yakni oleh
orang-orang dewasa disekitarnya.Dalam hal ini anak sangat bergantung kepada
orang-orang dewasa tentang perbuatan baik dan buruk, yang boleh dan yang
dilarang. Lebih jauh lagi anak bukan saja mempelajari hal-hal yang boleh dan
yang dilarang, tetapi juga mempelajari adat kebiasaan manusia disekitarnya yang
tidak berkaitan dengan akhlak, misalnya doa makan, doa kekamar mandi.
Fase kedua adalah saat anak mampu menerapkan pengendalian diri
sendiri. Ini merupakan saat anak berperilaku baik bukan karena takut pada orang
tua atau karena pengawasan orang tua atau orang dewasa lain. Dengan kata lain
telah terjadi proses internalisasi nilai-nilai, norma-norma dan aturan-aturan dalam
diri anak. Disinilah anak mulai menerapkan standar internal terhadap setiap
perbuatannya. Hal yang harus diperhatikan di sini adalah urgensi penciptaan dan
penegakan konsistensi nilai, norma dan aturan serta situasi dan kondisi yang
mendukung kepada pendiptaan akhlak yang baik dalam lingkungan hidup anak.
Sebab bila konsistenan nilai, norma dan aturan tidak didapati anak maka terjadi
konflik dalam diri anak yang berakibat pada ketiadaan pengendalian diri sendiri
bagi anak. Kemampuan pengendalian diri ini merupakan kemampuan unutk
menanamkan atau mengendalikan prilaku sesuai dengan aturan dan moral
masyarakat.
Fase ketiga adalah fase saat anak telah memiliki aturan-aturan tersendiri
dalam kehidupannya, yakni suatu fase yang didalamnya anak telah menerapkan
59Hasan Asari (Ed), Hadis-Hadis Pendidikan, Cet. 2 (Bandung, Citapustaka Media Perintis, 2014), h. 280-281
35
strategi dan rencana sendiri dalam menghadapi tantangan-tantangan yang
berlawanan dengan akhlak yang baik.
Jelas terlihat bahwa pendidikan akhlak sangat penting bagi anak
dilingkungan sekolah, rumah tangga dan masyarakat. Dalam Islam akhlak
menduduki posisi yang sanagat penting, hal ini dapat dipahami dari salah satu
misi Rsulullah Muhammad saw adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia
B. Ruang lingkup pendidikan akhlak
1. Akhlak kepada Allah
Akhlak kepada Allah adalah selalu merasa kehadiran Allah dalam dalam
kehidupan manusia. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 186
yang berbunyi:
Artinya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah: 186) 60
Apabila telah terjalin hablumminallah yang baik, maka sikap tersebut
membawa implikasi kepada kehidupan manusia. Muncul perasaan malu dan takut
untuk berbuat sesuatu yang dilarang Allah. Inilah inti dan hakikat dari akhlak
kepada Allah. Allah kepada Rasul adalah mencintainya, membelanya,
melaksanakan sunnahnya.61
2. Akhlak kepada sesama manusia
Akhlak kepada sesama manusia meliputi beberapa hal yaitu:
a. Akhlak diri sendiri
60Q.S. Al-Baqarah/2: 18661Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Persfektif Filsafat (Jakarta, Prenada
Media Group, 2014), h. 136
36
Dalam kehidupan manusia, susah senang, sehat sakit, suka duka silih
datang berganti bagaikan silih bergantinya siang dan malam. Namun kita harus
ingat bahwa semua itu datang dari Allah swt.Untuk menguji dan mengukur
tingkat keimanan seorang hamba. Apakah seorang hamba itu tabah dan sabar
menghadapai semua ujian itu atau tidak, itu semua bergantung kepada akhlak
hamba tersebut.62
b. Akhlak terhadap keluarga
a) Berbakti kepada orang tua.
b) Bersikap baik pada saudara.
c. Akhlak terhadap masyarakat
a) Berbuat baik terhadap tetangga.
b) Suka menolong orang lain.
3. Akhlak kepada lingkungan
Akhlak terhadap lingkungan ataupun alam meliputi beberapa hal yaitu:
a) Memelihara dan menyantuni binatang.
b) Memelihara dan menyayangi tumbuhan.
c) Menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan.
Selain akhlak yang baik, sebagaimana dijelaskan di atas, terdapat juga
akhlak yang buruk atau tercela.Akhlak yang buruk adalah akhlak yang tercermin
dalam diri seseorang yang selalu bermuka masam, kasar tabiatnya, tidak sopan,
sombong, pendusta, penakut, dan berbagai sifat yang tidak baik. Orang yang
buruk akhlaknya menjadikan orang lain benci kepadanya, menjadi celaan dan
tersisih dari pergaulan dan menyusahkan orang lain. Dalam bermasyarakat ia
selalu resah, tidak mempunyai teman, dan tidak disukai masyarakat. Adapun
pangkal dari segala akhlak yang tercela adalam kesombongan, melakukan
penghinaan dan menganggap remeh orang lain.
Seluruh aspek kehidupan seorang muslim dipengaruhi oleh akhlak, etika
atau pun moral. Ajaran-ajaran akhlak atau etika dalam Islam dapat dijumpai
dalam Alquran dan hadis yang menganjurkan agar setiap muslim melakukan hal-
hal yang baik dan mencegah dari yang jahat. kriteriayang menentukan baik dan
62Rosihon, Akidah Akhlak. h. 222
37
buruk sepenuhnya adalah wewenang wahyu, meskipun perdebatan telah
berlangsung antara beberapa aliran kalam berkenaan dengan keterlibatan akal
dalam penentuan baik dan buruk. Islam sebagai Agama paripurna mengajarkan
nilai-nilai akhlak yang telah mencapai kesempurnaan. Nilai-nilai akhlak terebut
membawa kpeada kebahagiaan dunia dan akhirat bagi yang mau
mengamalkannya. Yunahar Ilyas menejelaskan bahwa sumber nilai-nilai akhlak
Islam itu terdiri dari berbagai sumber pokok yaitu Alquran dan Sunnah Nabi
Muhammad saw.63
Urgensi akhlak bukan hanya dirasakan oleh manusia secara perorangan,
tetapi juga dapat dirasakan dalah kehidupan berkeluarga, bermasyarakat bahkan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena itu akhlak memilki fungsi dan
peran dalam kehidupan seorang muslim, baik bagi diri sendiri, orang lain maupun
masyarakat luas.
C. Dasar-Dasar Pendidikan akhlak
Islam merupakan agama yang sempurna, sehingga setiap ajaran yang ada
dalam Islam memiliki dasar pemikiran, begitu pula dengan pendidikan akhlak.
Adapun yang menjadi dasar pendidikan akhlak adalah Alquran dan Hadis. Dengan
kata lain senantiasa dikembalikan kepada Alquran dan Hadis. Diantara ayat
Alquran yang menjadi dasar pendidikan akhlak yaitu surah Luqman ayat 17-18:
Artinya: Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah) (17). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri (18). (QS. Luqman ayat 17-18)64
63Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 1991), h. 4
64QS. Luqman/31: 17-18
38
Pokok-pokokakhlak dalam Islam ialah Alquran. Alquran berisi dengan
kaedah-kaedah akhlak yang praktis yang harus dituruti dan diamalkan oleh tiap-
tiap ornag beriman. Ditanya orang kepada Aisyah, apakah akhlak nabi
Muahammad? Jawabnya: akhlak Nabi ialah Alquran. Akhlak-akhlak dalam
Alquran mengatur perbuatan manusia terhadap dirinya sendiri dan perbuatan
manusia terhadap orang lain, yaitu masyarakat. Maka akhlak dalam Islam ialah
akhlak perseorangan dan akhlak kemasyarakatan.65
Kepentingan akhlak dalam kehidupan dinyatakan dengan jelas dalam
Alquran.Alquran menjelaskan berbagai pendekatan yang meletakkan Alquran
sebagai sumber pengetahuan mengenai nilai dan akhlak yang paling terang dan
jelas.Pendekatan Alquran dalam menerangkan akhlak yang mulia, bukan
pendekatan teoritikal, tetapi dalam bentuk konseptual dan penghayatan.Akhlak
yang mulia dan akhlak yang buruk digambarkan dalam perwatakan manusia,
dalam sejarah dan dalam realita kehidupan manusia semasa Alquran diturunkan.66
Alquran juga menggambarkan perjuangan para rasul untuk menegakkan
nilai-nilai mulia dan murni di dalam kehidupan dan bagaimana mereka ditentang
oleh kefasikan, kekufuran, dan kemunafikan yang mencoba menggoyahkan
tegaknya akhlak yang mulia sebagai teras kehidupan yang luhur dan murni itu.
Sebagaimana dalam firman Allah swt dalam surah al-Maidah ayat 15-16:
Artinya: Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya (15) .Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada
65Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Cet. 3 (Jakarta, Hidaya Karya, 1981), h. 142
66Rosihon, Akhlak, h. 209
39
cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus (16). (QS. Al-Maidah: 15-16)67
Pribadi Rasulullah saw, adalah contoh yang paling tepat untuk dijadikan
teladan dalam membentuk pribadi yang akhlakul karimah.
Dalam rukun Iman ada pengajaran akhlak, dengan Iman kepada Allah,
Rasul, kitab suci, adanya hari kebangkitan dan qadla dan qadar menjadikan
manusia berakhlak mulia.Demikian pula dalam rukun Islam.68 Allah berfirman
dalam surah al-Ankabut ayat 45:
Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al.Ankabut:45) 69
D. Metode Pendidikan akhlak
Dalam ajaran Islam akhlak mempunyai peranan yang sangat penting,
menjadi sebuah esensi yang menghidupkan niali-nilai Islam, memberikan kepada
manusia kebebasan untuk memperoleh kebahagian dunia dan akhirat, tanpa harus
mengorbankan kepentingan jasmani dan rohani mereka. Pentingnya pendidikan
akhlak tidak terbatas pada perseorangan saja tetapi penting untuk masyarakat
umat dan kemanusian seluruhnya, dengan kata lain, akhlak itu penting bagi
perseorangan dan masyarakat sekaligus. Sebagaimana perseorangan tidak
sempurna kemanusiannya tanpa akhlak, begitu juga untuk masyarakat dalam
segala tahapnya tidak baik keadaannya, tidak lurus keadaannya tanpa akhlak, dan
hidup tidak akan sempurna tanpa akhlak yang mulia.70
67Q.S. Al-Maidah/5: 15-1668Aminuddin,et. Al.,Membangun Karakter dan Kepribadian Melalui Pendidikan Agama
Islam, Cet: 1 (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2006), h. 9669 Q.S. Al-Ankabut/ :4570Oemar Mohammad al-Toumy al-Shaibany, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan
Langgulung (Jakarta, Bulan Bintang, 1979), h. 318
40
Perbuatan akhlak akhlaki mempunyai tujuan langsung yang dekat, yaitu
harga diri, dan tujuan adalah ridha Allah melalui amal saleh dan jaminan
kebahagiaan dunia dan akhirat. Firman Allah dalam surah an-Nahl ayat 30:
Artinya: Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang Telah diturunkan oleh Tuhanmu?" mereka menjawab: "(Allah Telah menurunkan) kebaikan". orang-orang yang berbuat baik di dunia Ini mendapat (pembalasan) yang baik. dan Sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan Itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa. (QS. an-Nahl:30).71
Akhlak yang diajarkan di dalam Alquran bertumpu kepada aspek fitrah
yang terdapat di dalam diri manusia dan aspek wahyu (Agama), kemudian
kemauan dan tekad manusiawi. Maka pendidikan akhlak perlu dilakukan dengan
cara:
1. Menumbuh kembangkan dorongan dari dalam, yang bersumber pada Iman
dan takwa. Untuk itu perlu pendidikan agama.
2. Meningkatkan pengetahuan tentang akhlak Alquran lewat ilmu
penegtahuan, pengamalan dan latihan agar dapat membedakan mana yang
baik dan mana yang jahat.72
Ibnu Miskawaih menyebutkan beberapa hal yang perlu dipelajari,
diajarkan, atau diperaktekkan. Sesuai dengan konsepnya tentang manusia, secara
umum Ibnu Miskawaih menghendaki agar semua sisi kemanusiaan mendapatkan
materi didikan yang memberi jalan bagi tercapainya tujuan pendidikan. Materi-
materi dimaksud oleh Ibnu Miskawaih diabadikan pula sebagai bentuk
pengabdian kepada Allah swt. Sejalan dengan uraian tersebut, Ibnu Miskawaih
menyebutkan ada tiga hal penting yang dapat dipahami sebagai materi pendidikan
akhlaknya. Tiga hal pokok tersebut adalah:
a. Hal-hal yang wajib bagi kebutuhan manusia.
b. Hal-hal yang wajib bagi jiwa.
c. Hal-hal yang wajib bagi hubungannya dengan sesama manusia.73
71Q.S. An-Nahl/: 3072Zakiah, Pendidikan, h. 1173Abudin, Pemikiran, h. 12
41
Pendidikan akhlak dalam Islam juga berkisar pada beberapa konsep kunci
berikut ini yang seharusnya menjadi fondasi bagi strategi pendidikan akhlak
Islam:
1. Fithrah (potensi positif). Islam memandang bahwa manusia lahir dalam kesucian dan membawa kecendrungan terhadap kebaikan. Dengan kata lain, pada awal kehidupannya anak manusia adalah lurus secara akhlak. Akan tetapi potensi ini mesti mendapatkan pememliharaan dan pengembangan yang saksama agar tidak tercemari oleh pengaruh eskternal negatif yang menghancurkan akhlak.
2. Bi’ah (Lingkungan). Ajaran Islam mengakui besarnya pengaruh lingkungan terhadap individu dan karenanya memandang penyediaan lingkungan yang baik sebagi salah satu modus pendidikan akhlak.
3. Uswah (Teladan). Akhlak yang baik sangat efektif ditanamkan melalui pemberian teladan yang konsisten dan keterlanjutan. Dalam Alquran nabi Muhammad saw disebut sebagai teladan yang baik (Uswatun hasanah).
4. Da’wah (ajakan). Islam mengenal dua tipe ajakan: dengan ucapan dan dengan perbuatan. Yang kedua sama dengan uswah, dan selalu dianggap lebih efektif ketimbang ajakan dengan kata-kata semata (lisan al-hal afshahu min lisan al-maqal). Islam menganjurkan kegiatan megajak kepada kebaikan.
5. Nashihah (nasehat). Nasehat adalah kegiatan yang lebih mengambil posisi netral, berbanding ajakan. Nasehat mengutamakan pemberian wawasan dan pilihan-pilihan bebas dan kemudian memberi keputusan akhir kepada pihak yang diberi nasehat.
6. Syariah (hukuman). Hukum, yang mencakup penataan dan sanksi terhadap pelanggaraan, seringkali diperlukan dalam upaya penengakan pendidikan akhlak. Pada level ini, nilai-nilai akhlak dirmuskan secara lebih terukur kedalam perintah-perintah dan larangan-larangan. Hukum dan aturan-aturan bisa menjadi alat yang baik dalam proses pendidikan akhlak.
7. ‘azab (siksa tuhan). Meskipun berada di luar lingkup ikhtiar manusia, tetapi dalam perspektif agama Islam, ‘azab adalah salah satu dari resiko yang harus diantisipasi jika kemerosotan akhlak sudah sedemikian rupa sehingga dakwah dan hukum sudah tidak mungkin berhasil lagi.74
Selain dari pemaparan di atas Al-Rasyidin juga memiliki pandangan dalam
langkah pokok dalam pendidikan akhlak:
1. Menggali dan merumuskan kembali secara eksplisit prinsip-prinsip dan ajaran Islam tentang akhlak al-karimah yang bersumber pada kandungan pokok Alquran dan Sunnah. Dalam kerangka ini, kita semua harus kembali pada misi asasi Islam sebagai penyempurna akhlak manusia sesuai dengan misi kerasulan Muhammad saw, di mana beliau tidak diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
74Al-Rasyidin (ed), Pendidikan dan Psikilogi Islami, Cet 1 (Bandung, Citapustaka Media, 2007), h. 85-86
42
2. Kita perlu merubah kebiasaan mendidik yang terlalu menekankan aspek ingatan dan hafalan. Ini menyangkut persolan klasik yang terus menerus dikritik berbagai kalangan, namun tetap resisten terhadap perubahan. Karena itu, kita membutuhkan komitmen dan kemauan yang kuat untuk mengubah peran guru yang selama ini didominasi oleh aktivitas mengajar kearah aktivitas yang memberikan tekanan kepada mendidik, membimbing, dan memberikan teladan kebaikan. Dalam konteksnya dengan membina kepribadian generasi muda muslim, kita tidak boleh lagi hanya berkutat pada konsep-konsep how to teach, tetapi sudah harus sampai pada implementasi konsep how to educate dan why to educate. Untuk itu, interaksi edukasi yang berpegang pada prinsip-prinsip ilmiah ilmu pendidikan, persahabatan, kemitraan, dialog kreatif dan keteladanan, tidak boleh tidak harus dibangaun dan harus dikembangkan.
3. Merubah kesan dan pandangan sebagai pendidik yang beranggapan bahwa tugas dan tanggung jawabkependidikannya hanyalah terbatas pada ruang kelas dan madrasah atau sekolah belaka. Semua pendidik muslim perlu meyadari bahwa tugas dan tanggung jawab kependidikannya adalah seluas institusi pendidikan yang meliputi keluarga, madrasah, dan isntitusi-institusi lain diluar-luar madrasah. Karena itu setiap pendidik muslim harus mampu menampilkan diri sebagai pendidik dimana saja, kaapan saja dan dalam kondisi yang bagimanapun.
4. Membangun dan mengembangkan relasi yang konkrit antara kehidupan di dalam madrasah dan perguruan tinggi dengan kenyataan-kenyataan empirik di masyarakat.75
E. Konsep pendidikan akhlak
Baik buruknya tingkah laku manusia disebut sebagai akhlak dengan istilah
kesusilaan yang berarti prinsip peraturan hidup atau norma-norma. Konsep
kesusilaan ini tidak hanya dapat dipelajari dalam teori, tetapi untuk mendorong
manusia melakukan kehendak. Supaya membentuk suatu kehidupan yang suci dan
menghasilkan kebaikan yang sempurna.76Akhlak baik selalu tidak berhasil kalau
tidak ditaati oleh kesucian hati manusia. Fitrah manusia yang diciptakan tuhan
selalu cenderung berbuat baik.
Dalam firman Allah surah ar-Rum ayat 30 yang berbunyi:
75Al-Rasyidin, Percikan Pemikiran Pendidikan dari Filsafat Hingga Peraktik Pendidikan, Cet 1 (Bandung, CitaPustaka Media Perintis, 2009), h. 102-104
76 M. Yatim Abdullah, Studi Akhlak dalam Persfektif Alquran, Cet I (Jakarta, Amzah, 2007), h. 187
43
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Q.S ar-Rum:30)77
Fitrah manusia merupakan hidayah yang diberikan Allah kepada manusia
sejak kejadian asalnya.Sehingga fitrah tersebut dapat tertanam dalam hati nurani
manusia.Setiap pribadi manusia mempunyai potensi untuk benar dan baik.Segi-
segi nilai fitrah ini merupakan kenyataan asasi manusia, yaitu berkenaan dengan
watak dan nalurinya yang asli dan alami untuk mengenali kebajikan dan
keburukannya.
Nilai-nilai luhur yang tercakup dalam konsep akhlakul karimah sebagai sifat
terpuji adalah sebagai berikut:
1. Berlaku jujur.
2. Berbuat baik kepada orang tua.
3. Memelihara kesucian diri.
4. Kasih sayang.
5. Berlaku hemat
6. Menerima apa adanya dan sederhana.
7. Perlakuan baik kepada sesame.
8. Melakukan kebenaran yang hakiki.
9. Pemaaf terhadap orang yang pernah berbuat salah kepadanya.
10. Adil dalam tindakan dan perbuatan.
11. Malu melakukan kesalahan, dan melanggar larangan Allah dan melakukan
perbuatan dosa.
12. Sabar dalam menghadapi segala musibah.
13. Syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada sesama manusia.
14. Sopan santun terhadap sesama manusia karena merasa sepenanggungan.78
Penilaian baik dan buruk dalam ajaran Islam tidak hanya ditentukan oleh
kenyataan lahiriah suatu perbuatan, Islam mengemukakan adanya syarat-syarat
77 Q.S Ar-Rum/30:3078Yatimin, Studi, h. 192-193
44
untuk mendapatkan suatu perbuatan yang disebut baik, syarat-syaratnya tersebut
adalah pelaku, penderita, tujuan dan hal-hal yang harus dipenuhi atau dikerjakan.
Dalam proses pendidikan akhlak tidaklah terfokus pada satu bidang studi
khusus yang diterapkan dalam lembaga pendidikan formal saja, sehingga upaya
pendidikan akhlak hanya tergantung kepada sosok guru yang mengajarkan bidang
studi pendidikan akhlak tersebut. Tetapi pendidikan akhlak merupakan
kebersamaan bahkan keseragaman ucapan dan contoh tauladan dari seluruh
pelaku pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah terutama dalam
lingkungan keluarga.79
Menurut penulis setiap lembaga pendidikan Islam haruslah mendidikkan
nilai-nilai pendidikan akhlak, baik dalam rangka berhubungan dengan akhlak,
dengan diri sendiri, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungan, yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
nilai-nilai agama.
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan akhlak
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi pendidikan akhlak seperti
dijelaskan Ahmad Amin, ialah:
1. Meluaskan lingkungan pikiran. Luas pikiran seseorang akan dapat meninggikan akhlak. Akan tetapi pikiran yang sempit itu sumber beberapa keburukan, dan akal yang akcau balau tidak dapat membuahkan akhlak yang tinggi. Jika lingkungan pikiran kita sangat sempit, menimbulkan akhlak yang rendah seperti apa yang kita lihat pada orang yang bersifat kesaya-sayaan, pandangannya akan merusak akal dan menutupnya dari kebenaran, mereka tidak suka kebaikan kecuali utnuk dirinya dan tidak melihat di dunia ini orang yang pantas mendapat kebaikan kecuali dia.
2. Berkawan dengan orang terpilih. Maksudnya adalah mencari teman yang baik dan berakhlak, sebab manusia itu suka meniru, itu adalah tabiat, seperti mencontoh berpakaian orang disekelilingnya, juga dalam mencontoh perbuatan mereka dan berperangai seperti akhlak mereka.
3. Membaca dan menyelidiki perjalanan para pahlawan atau para syuhada dan orang-orang saleh. Karena dengan mengetahui dan memahami bagaimana perjalanan hidup mereka akan dapat menjadi teladan untuk berbuat dalam setiap keadaan.
4. Memotivasi setiap orang untuk selalu cenderung berfikir positif dan senantiasa melakukan perbuatan baik.
79Ibid.
45
5. Membiasakan jiwa agar taat dan selalu memelihara kekuatan penolak (dalam diri) sehingga ajakan berbuat baik dapat berterima dan ajakan buruk dapat bertolak.80
G. Pengertian pendidikan karakter
1. Pengertian karakter
Berbicara tentang karakter, adalah berbicara tentang membangun jiwa
manusia, karakter yang baik tidak akan muncul tanpa diawali dengan penjiwaan
terhadap karakter tersebut. Dari penjiwaan terhadap karakter itulah muncul
dengan tiba-tiba tanpa melalui proses pendidikan. Seseorang bersikap, diawali
dari mengenal yang baik, kemudian membiasakannya dan melatihnya terus
menerussehingga menjadi kepribadiannya.Ketika itu telah menjadi bagian dari
kepribadiannya, maka hal tersebut telah menjadi karakter.81
Secara etimologi, kata karakter (Inggris:character) berasal dari bahasa
yunani, eharassien yang berarti “to engrave”. Kata “to engrave” itu sendiri dapat
diterjemahkan menjadi mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan.82
Arti ini juga sama salam bahasa Inggris yang berarti juga mengukir, melukis,
memahatkan, atau menggoreskan.83
Menurut Wayne dalam Suyanto kata karakter juga berasal dari bahasa
Yunani berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan untuk bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan itu dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. oleh
sebab itu seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan
sebagai orang yang memiliki karakter yang jelek, sementara orang berperilaku
jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia.84Jadi orang
yang dikatakan berkarekter adalah orang dapat memilikitingkah laku yang sesuai
dengan kaidah moral.
80Ahmad Amin, Etika (IlmuAkhlak), Terj Farid Ma’ruf, Cet. 8 (Jakarta, Bulan Bintang, 1995), h. 64-66
81 Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Karakter, Cet. 1 (Medan, Manhaji, 2016) h. 11-12
82 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Cet. 2 (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2013), h. 5
83 Ibid.84 Suyanto, Pendidikan Karakter, Teori dan Aplikasi (Jakarta, Rineka Cipta, 2010), h. 38-
39
46
Akar kata karakter dapat dilacak dari kata latin kharakter, kharassein, dan
kharax, yang maknanya “Tools for making”, “pointed take”,“to engrave”.85 Kata
ini mulai banyak digunakan dalam bahasa prancis caractere pada abad ke-14 dan
kemudian masuk dalam bahasa Inggris menjadi caracter, sebelum akhirnya
menjadi bahasa Indonesia Karakter.86 Dalam kamus bahasa Poerwadarminata
dalam Suyadi karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak,
atau budi pekerti yang memebedakan seseorang daipada yang lain.87
Karakter menurut Alwisol dalam Zubaedi diartikan sebagai gambaran
tingkah laku yang menonjolkan nilai-nilai benar-salah, baik-buruk, baik secara
eksplisitmaupun implisit.88Karakter berbeda dengan kepribadian, karena
pengertian kepribadian dibebaskan dari nilai.Meskipun demikian, baik
kepribadian (personality) maupun karakter berwujud tingkah laku yang
ditunjukkan ke lingkungan sosial, kedunya relative permanen serta menuntun,
mengarahkan, dan mengorganisasikan aktivitas individu.89
Sigmund Freud dalam Syaiful menyatakan, karakter adalah kumpulan nilai
yang mewujud dalam suatu sistem daya juang yang melandasi pemikiran, sikap,
dan perilaku.90Dari itu dapat kita pahami bahwa ciri dari berkarakter itu adalah
berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan berwatak yang baik.
2. Pengertian pendidikan karakter
Secara akademik, makna dari pendidikan karaktersebagai pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang tujuannya
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dapat memberikan keputusan
baik buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam
kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.91
Istilah pendidikan karakter mulai dikenalkan sejak tahun 1900 an. Thomas
Lickona disebut-sebut sebagai pengusungnya, terutama ketika ia menulis buku
85Ibid., h. 4386Ibid.87Ibid.88 Zubaedi, Desain, h. 11-1289Ibid., h. 1290Syaiful Sagala, Etika dan Moralitas Pendidikan. Cet 1 (Jakarta, Kencana, 2013) h. 29091 Ridwan Abdullah Sani, Pendidikan Karakter di Pesantren, Cet 1 (Bandung,
Citapustaka Media Perintis, 2011), h. 1
47
yang berjudul TThe Return of Character Education, kemudian disusul buku
berikutnya, yakni Educating for Character. How or School Can Teach Respect
and Responsibility.92Menurut Lickona dalam Suyadi bahwa pendidikan karakter
mencakup tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good),
mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the
good).93
Raharjo dalam Zubaedi memaknai pendidikan karakter sebagai suatu
proses pendidikan secara holistis yang menghubungkan dimensi moral dan ranah
sosial dalam kehiudpan peserta didik sebagai fondasi untuk terbentuknya generasi
yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki perinsip suatu
kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan.94
Asmani dalam Syafaruddin menjelaskan pendidikan karakter adalah segala
sesuatu yang dilakukan oleh guru untuk mempengaruhi karakter peserta didik.
Guru membantu dalam membentuk watak peserta didik dengan cara memberikan
keteladanan, cara berbicara atau menyampaikan materi yang baik, toleransi, dan
berbagai hal yang terkait dengan lainnya.95Dapat kita pahami dari pendapat
tersebut bahwa maknanya bermuara kepada pendidikan tentang kebaikan perilaku
dalam kehidupan setiap manusia.
Creasy dalam Zubaedi mengartikan pendidikan karakter sebagai upaya
medorong peserta didik tumbuh dan berkembang dengan kompetensi berpikir dan
berpegang teguh pada prinsip-prinsip moral dalam hidupnya serta mempunyai
keberanian melakukan yang benar meskipun dihadapkan pada berbagai
tantangan.96 Untuk itu, penekanana pendidikan karakter tidak terbatas pada
transfer pengetahuan mengenai nilai-nilai yang baik, namun lebih dari itu
menjangkau pada bagaimana menjadikan nilai-nilai tersebut tertanam dan
menyatunya dalam totalitas pikiran tindakan.97Tindakan yang dihasilkan dari
92 Suyadi, Strategi, h. 693Ibid.94Zubaedi, Desain, h. 1695 Syafaruddin, et, al., Inovasi Pendidikan, Cet 2 (Medan, Perdana Publishing, 2013), h.
17896 Zubaedi, Desain, h. 1697Ibid.
48
dalam diri seorang individu yang baik maupun buruk merupakan penanaman
karakter yang didapat dari apa yang diperoleh dalam pendidikan.
Dalam konteks pendidikan Islam, maka pendidikan karakter adalah
pendidikan menganai dasar-dasar moral dan keutamaan perangai, tabiat yang
harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak usia dini. Ditegaskannya,
bahwa keutamaan moral atau perangai atau karakter adalah buah dari Iman yang
mendalam dan perkembangan religius yang benar dalam peribadi anak harus
benar-benar terbina dengan baik.98
Menurut Yahya Khan, terdapat empat jenis pendidikan karakter yang
dapat dilaksanakan dalam proses pendidikan yaitu sebagai berikut:99
1. Pendidikan karakter berbasis nilai religius, yaitu pendidikan karakter yang
berlandaskan kebenaran wahyu tuhan (konversi moral)
2. Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, yang berupa budi pekerti,
pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para
pemimpin bangsa.
3. Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konversi lingkungan).
4. Pendidikan karakter berbasis potensi diri yang diarahkan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan (konversi humanis). Pendidikan
karakter berbasis potensi diri adalah proses kegiatan yang dilakukan
dengan segala upaya secara sadar dan terencana, untuk mengarahkan anak
didik agar mereka mampu mengatasi diri melalui kebebasan dan
penalaran, serta mampu mengembangkan segala potensi diri yang dimiliki
anak didik.
Dalam konteks pendidikan Islam juga, karakter dan akhlak yang
ditanamkan kepada anak harus berlandasan pada dua dimensi kehidupan manusia
yaitu dimensi ke-Tuhanan dan dimensi kemanusiaan. Kedua dimensi itu
dikembangkan untuk menumbuhkan karakter atau akhlak agar anak memiliki rasa
ketaqwaan kepada Allah swt dan rasa kemanusiaan sesama manusia.100Dimensi
98Syafaruddin, Inovasi, h. 17899D. Yahya Khan, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Cet 4 (Yogyakarta, Pelangi
Publishing, 2010), h. 2100Rahmawati Gultom, Model Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Bunayya Padangsedempuan, (Tesis,
49
ke-Tuhanan yang disebut dengan Robbaniyyah yang akan melahirkan nilai-nilai
keagamaan yang mendasar bagi manusia yang amat penting ditanamkan kepada
anak-anak. Diantara nilai-nilai agama yang sangat mendasar itu adalah iman,
islam, ihsan, taqwa, ihlas tawakkal, syukur dan sabar. Sedangkan dimensi
kemanusiaan yang melahirkan nilai-nilai luhur (al-akhlakul al-karimah) yang
diwujudkan secara nyata dalam perilaku sehari-hari. Diantara nilai-nilai
kemanusian yang sangat mendasar itu adalah silaturrahmi, persaudaraan,
persamaan, keadilan, baik sangka, rendah hati, tepat janji, lapang dada, dapat
dipercaya, perwira hemat dan dermawan.101
H. Ruang lingkup pendidikan karakter
Pendidikan karakter mengemban misi untuk mengembangkan watak-
watak dasar yang seharusnya dimiliki oleh pesrta didik. Penghargaan (respect)
dan tanggung jawab (responsibility) merupakan dua nilai moral pokok yang harus
diajarkan oleh sekolah. Nilai-nilai moral yang lain adalah kejujuran, keadilan,
toleransi, kebijaksanaan, kedisiplinan diri, suka menolong, rasa kasihan, kerja
sama, keteguhan hati, dan sekumpulan nilai-nilai demokrasi.102
Bentuk pendidikan karakter menurut Kementerian Pendidikan Nasional
yang dikutip oleh Zubaedi dinyatakan sebagai berikut:103
1. Religius.Sikap dan juga perilaku yangpatuh dalam melaksanakan segala ajaran
agama yang dianutnya, termasuk dalam hal ini toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan agama lai dan hidup berdampingan.
2. Jujur.Sikap dan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, sehingga menjadi orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya.
3. Toleransi.Sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan kepada perbedaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya dan dapat hidup tentram ditengah tersebut.
Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri-Sumatera Utara, 2013) h. 38101Nurcholis Madjid, Masyarakat Religius: Membumikan Nilai-nilai Islam dalam
Kehidupan Masyarakat (Jakarta, Paramadina, 2000), h. 96102Zubaedi, Desain, h. 72103Zubaedi, Desain, h. 74-76
50
4. Disiplin.Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.5. Kerja keras.
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif.Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan inovasi yang baru
dari sesuatu yang telah dimiliki.7. Mandiri.
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tuggas-tugas.
8. Demokratis.Sikap dan cara berpikir, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.9. Rasa ingin tahu.
Sikap dan tindakan yang selalu bersikap supaya ingin tahu dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar dan segala hal.
10. Semangat kebangsaan.Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri sendiri dan kelompoknya.
11. Cinta tanah air.Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang meunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan pengharagaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai prestasi.Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatau yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat atau komunikatif.Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bersahabat,
bergaul dan bekerja sama dengan orang laindan proaktif.14. Cinta damai.
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar membaca.Kebiasaan tanpa paksaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberika kebajikan bagi dirinya.16. Peduli lingkungan.
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kesusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli sosial.
51
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung jawab.Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang berkaitan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan meliputi, alam, sosial, dan budaya, negara, dan tuhan yang maha esa.
Lickona dalam Sutarjo menyatakan bahwa ada 11 prinsip agar pendidikan
karakter dapat terlaksana secara efektif:104
1. Kembangkan nilai-nilai universal atau dasar sebagai fondasinya.2. Definisikan karakter secara komprehensif yang mencakup pikiran,
perasaan dan perilaku.3. Gunakanpendekatan secara komprehensif, disengaja dan proaktif.4. Menciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian.5. memberi peserta didik kesempatan untuk melakukan tindakan moral.6. membuat kurikulum akademik yang bermakna dan yang menghormati
semua pesrta didikuntuk mengembangkan sifat-sifat positif dan membantu peserta didik untuk berhasil.
7. Lebih mendorong motivasi peserta didik.8. Selalau melibatkan seluruh civitas sekolah sebagai komunitas
pembelajaran dan moral.9. Tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral.10. Melibatkan seluruhanggota keluarga dan anggota masyarakat sebagai
mitra.11. Melaksanakan evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai
pendidik karakter, dan sejauh mana peserta didik mamanifestasikan karakter yang baik.
I. Tujuan pendidikan karakter
Membentuk manusia cerdas dan baik adalah salah satu tujuan utama
pendidikan karakter. Manusia cerdas dan baik dapat dicapai melalui proses
penanaman nilai-nilai agama, sehingga akan membentuk moral seseorang menjadi
lebih baik. Dan pendidikan karakter juga bertujuan untuk membentuk dan
membangun pola pikir, sika, dan perilaku peserta didik agar menjadi peribadi
yang berakhlakul karimah, berjiwa luhur, dan bertanggung jawab.105
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional dalam Husaini tujuan
pendidikan karakter antara lain adalah:104 Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai-nilai Karakter. Cet. 2 (Jakarta, Rajagrafindo
Persada, 2013), h. 81105Husaini, “Pembinaan Pendidikan Karakter,” dalam Jurnal Tarbiyah, Vol, XXI, 2014, h.
79
52
1. Mengembangkan nilai-nilai potensi kalbu, nurani, afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan selain sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan bertanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa.
4. Mengambangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi manusia yang mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan.
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang tinggi dan penuh kekuatan.106
Pendidikan karakter bertujuan adalah untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan
karakter dan akhlak mulia peseta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.107Dan
melalui pendidikan karakter, nantinya diharapkan pesrta didik mampu secara
mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasi, serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak
mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.108 Pada tingkat institusi,
pendidikan karakter mengarah kepada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-
nilai yang melandasi tradisi, perilaku, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol
yang diperaktikkan oleh semua warga sekolah merupakan cirri khas, karakter,
atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.109
Pendidikan karakter sebenarnya memiliki esensi dan makna yang sama
dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak.110Dan tujuannya adalah
membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat,
dan warga negar yang baik.Adapaun criteria manusia yang baik, warga
masyarakat yang baik, dan warga Negara yang baik bagi suatu masyarakat dan
bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi
oleh budaya masyarkat dan bangsanya.111
106Ibid., h. 81107Mansur Muslich, Pendidikan Karakter, Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,
h.81108Ibid.109Ibid.110 Ismail Sukardi, “Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Agama (Perspektif Islam),”
dalam Jurnal Tarbiyah, Vol, XX, 2013, h. 366111Ibid.
53
Maka dapat kita pahami bahwa hakikat dari pendidikan karakter di
Indonesia menanamkan nilai-nilai luhur yang bersumber dari agama dan budaya
yang ada di Indonesia sendiri.
J. Metode pendidikan karakter
Menurut Permen Diknas nomor 19 Tahun 2005 dalam Sutarjo,
mengatakan bahwa, proses pembelajaran dalam pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik,
serta psikologis peserta didik.112 Dari pernyataan permen Diknas tadi kita dapat
memahami bahwa dalam strategi pembelajaran harus memakai prinsip-prinsip
yang baik dan menyenangkan.
Proses pendidikan karakter kepada peserta didik pada saat ini lebihtepat
menggunakan model pembelajaran yang didasarkan kepada interaksi sosial atau
model interkasi dan transaksi.113 Model pembelajaran interaksional ini
dilaksanakan dengan berlandaskan prinsip-psrinsip sebagaimana yang
dikemukakan Zubaedi sebagai berikut:114
a. Melibatkan perserta didik secara aktif dalam belajar.b. Mendasarkan pada perbedaan individu.c. Mengaitkan teori dengan peraktik.d. Mengembangkan komunikasi dan kerja sama dalam belajar.e. Meningkatkan keberanian peserta didik dalam mengambil resiko dan
belajar dari kesalahan.f. Meningkatkan pembelajaran sambil berbuat dan bermain.g. Menyesuaikan pelajaran dengan taraf perkembangan kognitif yang masih
pada taraf operasi konkret.
Berkaitan dengan mencari metode pembelajaran dalam pendidikan
karakter, kita juga bisa mengaplikasikan pembelajaran nilai yang dikemukakan
oleh Neong Muhadjir yang dikutip oleh Zubaedi, menurutnya pendidikan karakter
dapat diselenggarakan dengan menggunakan metode sebagai berikut:115
112Sutarjo, Pembelajaran, h. 87113Zubaedi, Desain, h. 231114Ibid115Ibid
54
a. Metode dogmatis, yaitu metode untuk mengajarkan nilai kepada peserta didik dengan jalan menyajikan nilai-nilai kebaikan dan harus menerima kebenaran apa adanya tanpa mempersoalkan hakikat kebaikan dan kebenaran itu sendiri.
b. Metode deduktif, yaitu merupakan cara menyajikan nilai-nilai kebenaran (kebutuhan dan kemanusiaan) dengan jalan menguraikan konsep tentang kebenaran itu agar dapat dipahami oleh peserta didik. Metode ini bertolak dari kebenaran sebagai teori atau konsep yang memiliki nilai-nilai abaik, selanjutnya ditarik beberapa contoh kasus terapan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, atau ditarik kedalam bilai-nilai yang lebih khusus atau sempit ruang lingkupnya.
c. Metode induktif, yaitu kebalikan dari metode deduktif, yakni dalam pembelajaran nilai dimulai dengan mengenalkan kasusu-kasus dalam kehidupan sehari-hari, dan kemudian maknanya ditarik secara hakiki tentang nilai-nilai kebenaran yang berada dalam kehidupan tersebut.
d. Metode Reflektif, yaitu merupakan gabungan dari penggunaan metode deduktif dan induktif, yakni pembelajaran nilai dengan mondar-mandir antara memberikan konsep secara umum tentang nilai-nilai kebenaran, kemudian melihatnya dalam kasus-kasus kehidupan sehari-hari, atau melihat dari kasus-kasus sehari-hari dikembalikan kepada konsep teoretisnya secara umum.
K. Penelitian Relevan
1. Rahmadani Lubis “Pendidikan Akhlak Melalui Kisah-Kisah Teladan di
Yayasan Pendidikan RA El-Hidayah Kecamatan Sunggal” Tesis Program
Pascasarjana Jurusan Pendidikan Islam IAIN SU Medan tahun 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendidikan akhkak
melalui kisah-kisah teladan yang diterapkan di RA El-Hidayah kecamatan
sunggal, yang secara lebih rinci bertujuan untuk mengetahui: (1) apa saja materi,
2) cara penyampaian, 3) buku-buku yang mendukung, 4) hasil yang disampaikan
pendidikan akhlak melalui kisah-kisah teladan di R.A Yayasan Pendidikan El-
Hidayah kecamatan Sunggal.
Penilitian ini menggunakan metode kualitatif, dimana pendekatannya
melihat langsung pembelajaran tersebut. Tempat dan waktu penelitian di jalan
Binjai KM. 9,1 kecamatan Sunggal, kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera
Utara. Waktu penelitian dimulai dari bulan Desember 2012 sampai bulan juni
2013.Informasi penelitian adalah Kepala R.A, Wali Kelas, guru pendamping,
orang tua murid dan murid.
55
Hasil penelitian mengungkapkan temuan bahwa materi pendidikan akhlak
melalui kisah-kisah teladan di R.A Yayasan Pendidikan El-Hidayah kecamatan
sunggal adalah: semua akhlak yang dikategorikan aklah terpuji dan akhlak tercela
menjadi materi dasar akhlak anak. Contoh kisah yang ada dimateri yang
bergambar maupun tentang para Nabi, Rasul, Sahabat Rasul dan orang-orang
Salih lainnya dalam sejarah Islam.
Cara penyampaian kisah-kisah teladan yang dilakukan guru di R.A
Yayasan Pendidikan El-Hidayah kecamatan sunggal adalah: dengan memilih
terlebih dahulu kisah yang akan dibawakan, menggunakan kalimat-kalimat yang
dikenal dan dapat demengerti anak tetapi tetap dalam pola bahasa Indonesia yang
baik dan benar, mengusahakan intonasi suara, menggunakan media, dan memberi
kesempatan pada anak untuk menirukan gerak atau suara yang sesuai dengan isi
cerita.
Buku yang mendukung peyampaian kisah-kisah teladan guru di R.A
Yayasan Pendidikan El-Hidayah Kecamatan Sunggal: 1) pokok-pokok kisah para
Nabi dan kisah-kisah dalam Alquran, 2) cerita bergambar balita Islam untuk Usia
3-6 Tahun, 3) Artikel kumpulan kisah-kisah teladan.
Hasil dari penyampaian pendidikan akhlak melalui kisah-kisah teladan di
R.A Yayasan Pendidikan El-Hidayah kecamatan Sunggal adalah: menanamkan
pendidikan akhlak terhadap anak. Disamping itu pula, hasil akhirnya adalah agar
anak menguasai atau mampu menarik kesimpulan dari kisah-kisah teladan yang
diberikan guru dan menerapkan dalam kehidupannya sehari-hari.116
2. Muhammad Arifin Jahari “Pendidikan Akhlak Pada Kisah Maryam Dalam
Alquran” Tesis Program Pascasarjana Pendidikan Islam IAIN SU Medan 2013
Tujuan ayat-ayat kisah dalam Alquran adalah peneladanan dan
pengambilan Ibrah, pelajaran, hikmah, dan pendidikan akhlak yang dapat
diterapkan dalam kehidupan. Porsi ini harus lebih dominan dalam menafsirkan
ayat-ayat ksiah tersebut dari yang lain, seperti sejarah dan sebagainya.
kisahMaryam dalam Alquran adalah kisah yang penuh dengan nilai pendidikan
116Rahmadani Lubis “Pendidikan Akhlak Melalui Kisah-Kisah Teladan di Yayasan Pendidikan RA El-Hidayah Kecamatan Sunggal” (Tesis, Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara Medan , 2014)
56
akhlak yang dapat diteladani oleh perempuan maupun laki-laki. Sebab itu,
penenliti tertarik mengkaji pendidikan Akhlak pada kisah Maryam dalam
Alquran.
Penelitian ini adalah penelitian pustaka dengan menggunakan metode
Tafsir Maudu’I Versi Imam al-Syatibi.Pendekatan ini adalah pendekatan tematik
tentang ksiah Maryam dalam Alquran yang ditinjau dari sudut pendidikan akhlak.
Dari penelitian ini menghasilkan 5 kesimpulan, pertama, pendidikan
perempuan.Maryam adalah perempuan pertama yang mendapat pendidikan di
Baitul Maqdis. Hasil dari pendidikan yang diterapkan kepada Maryam,
menjadikannya sebagai hamba pilihan Allah, yang bahkan dapat mengalahkan
prestasi laki-laki pada masa itu.
Kedua, memilih lingkungan pendidikan.Ibu Maryam memilih lingkungan
yang tepat untuk pendidikan anaknya, yaitu Baitul Maqdis. Karena lingkungan
pendidikan (rumah, lembaga Formil, atau masyarakat) dapat member pengaruh
baik atau buruk pada proses pendidikan dan alinnya.
Ketiga,memilih pendidik.Allah memilih pendidik yang etrbaik dan
professional untuk Maryam, yakni Nabi Zakariya. Seseorang pendidik yang
professional pasti akan maksimal dalam menajalankan tugasnya, dan tugas yang
dijalankan dengan maksimal akan menghasilkan maksimal pula.
Keempat, tujuan pendidikan akhlak.Tujuan pendidikan akhlak pada kisah
Maryam adalah menjadi manusia paripurna, yakni taat keapda Allah swt dengan
penuh keteangan, kekhusyukan, dan pengfharapan, serta kontiniu dan sabar dalam
penghambaan tersebut.
Kelima, rekomendasi materi pendidikan akhlak.Untuk mencapai tujuan
pendidikan akhlak di atas, kisah Maryam ini merekomendasikan beberapa materi
pendidikan, di anatranya ibadah dan ketaatan kepada Allah, menjaga kehormatan,
rida dan sabar.Materi ini diberikan dengan pelatihan dan kontiniu sehingga
menjadi kebiasaan.117
117Muhammad Arifin Jahari “Pendidikan Akhlak Pasa Kisah Maryam Dalam Alquran” (Tesis, Program Pascasarjana Istitut Agama Islam Negeri Sumatera Utara Medan, 2013)
57
3. Zailani “Konsep Pendidikan Akhlak Menurut A.R Fachrudddin” Tesis Program
Pascasarjana Pendidikan Islam IAIN SU Medan 2013
Tujuan dari penelitian ini, untuk mengetahui konsep pendidikan akhlak
A.R Facharuddin, tujuan, cara pelaksanaan dan signifikansi pemikirannya tentang
pendidikan akhlak terhadap pendidikan Islam di Indonesia. Penelitian ini
menggunakan penelitian kulaitatif, yaitu sejenis penelitian Library Research
(penelitain kepustakaan) dengan menggunakan pendekatan deskriptif analitis dan
sejarah.Untuk mendukung penelitian ini, peneliti menggunakan karya-karya A.R
Fachruddin yang dijadikan sebagai sumber data primer dalam menyelesaikan
penelitian ini dan ditambah dengan refrensi skunder yang punya hubungan kuat
dengan objek penelitian.Akhir dari penelitian ini menggambarkan bagaiman A.R
Fachruddin adalah tokoh yang sangat sederhana dalam kehidupan sehari-
hari.Perkataan dan ucapannya selalu seiring sejalan.Ini modal dasar A.R
Fachruddin yang selalu menampilkan ketauladanan untuk membentuk akhlak
yang mulia.118
4. Bobi Erno Rusadi “Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMA As-Syafiiyah Medan” Tesis Program
Pascasarjana Pendidikan Islam UIN SU Medan 2014.
Permasalahan utama yang dikaji dalam penelitian ini adalah “bagaiaman
perencanaan, strategi dan evaluasi pendidikan karakter melalui pembelajaran
pendidikan Agama Islam di SMA As-Syafiiyah Medan. Tujuan penelitian ini
adalah: 1) untuk mengetahui perencanaan yang dilakukan guru dalam dalam
mengimplementasikan pendidikan karakter melalui pendidikan Agama Islam di
SMA As-Syafiiyah Medan, 2) untuk menegtahui strategi pembelajaran yang
dilakukan guru dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam untuk menanamkan
nilai-nilai karakter di SMA As-Syafiiyah Medan, 3) untuk mengevaluasi hasil dan
proses pelaksanaan Pendidikan Karakter melalui pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMA As-Syafiiyah Medan.
118Zailani “Konsep Pendidikan Akhlak Menurut A.R Fachrudddin” (Tesis, Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara Medan, 2013)
58
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.Lokasi penelitian ini yang
dijadikan objek adalah SMA As-Syafiiyah Medan. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan tekhnik observasi , wawancara serta dokumentasi yang
diolah dan diperiksa dengan menggunakan teknik trianggulasi untuk pengecekan
keabsahan data dengan proses hasil wawancara dan observasi kemudian
dicocokkan dengan isi dokumen yang terkait.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: 1)
Perencanaan pembelajaran dalam implementasi pendidikan karakter melalui
pembelajaran pendidikan agama Islam meliputi: mendiskusikan nilai-nilai
karakter yang akan ditanamkan, membuat silabus, dan RPP, melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan perencanaan, 2) strategi pembelajaran dalam
Implementasi pendidikan karakter melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam
meliputi: startegi yang digunakan yaitu jigsaw dan metode yang digunakan yaitu
ceramah, Tanya jawab, diskusi, pembiasaan dan keteladanan, sedangkan teknik
yang digunakan adalah dengan member stimulus di awal pembelajaran, 3)
Evaluasi pendidikan karakter dalam Implementasi Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam yaitu dengan melakukan evaluasi proses dan hasil.119
119Bobi Erno Rusadi “Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas As-Syafiiyah Medan” (Tesis, Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan 2014)
59
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan inidengan menggunakan metode penelitian
Kualitatif dengan pendekatan deskriptif untuk mengungkapkan
bagaimanaimplementasi pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan
karakter di Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan.Metode deskriptif meliputi
pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan mengenai keadaan saat ini
terhadap subyek penelitian. Sejalan dengan itu Suharsimi Arikunto menyatakan
bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada yaitu keadaan gejala
menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.120
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisi fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,
kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun
kelompok.121Karena itu, pendekatan deskriptif digunakan untuk menguraikan,
menggambarkan, menggali dan mendeskripsikan bagaimana implementasi
pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan karakter di Madrasah Aliyah
Negeri 1 Medan Tahun Ajaran 2016-2017. Untuk dapat mendeskripsikan
beberapa permasalahan teresebut, maka dilakukan pengamatan terhadap apa yang
dikatakan informan penelitian.
Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Bogdan dan Taylor dalam
Moleong bahwa penelitian kualitatif akan menghasilkan deskripsi atau uraian
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari para pelaku, para aktor yang akan dapat
diamati dalam suatu situasi sosial.122 dan dalam Penilian kualitatif dilakukan
120Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta, Rineka Cipta, 1990), h. 50121Nana Saodih Sukadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Cet II (Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 60122Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. 18 (Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2000), h. 16
60
dengan beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih
mudah apabila berhubungan dengan kenyataan ganda
Metode penelitian kualitatif dianggap cocok dengan penelitian ini karena
sesuai dengan karakteristik penelitian, yaitu: Latar Alamiah (Natural Setting),
manusia sebagai alat (Instrumen), metode kualitatif, analisis data secara induktif,
teori dasar (Granded Theory), bersifat deskriftif, adanya batas yang ditentukan
oleh fokus, lebih mementingkan proses daripada hasil, adanya kriteria khusus
untuk keabsahan data, desainnya bersifat sementara, hasil penelitian dirumuskan
dan sepakati bersama.123
Dengan demikian, tentang bagaimana implementasi pendidikan akhlak
dalam pengembangan pendidikan karakter di Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan
sangat relevan dengan menggunakan penelitian kualitatif karena memenuhi
karakteristik penenlitian kualitatif, terutama dalam hal pengungkapan data secara
mendalam melalui wawancara, observasi, dan kajian dokumen terhadap apa yang
dilakukan oleh informan, dan mengamati realitas yang sesungguhnya.
B. Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan Jl:
William Iskandar No. 7 B, Kelurahan Bantan Timur, Kecamatan Medan
Tembung, Kota Medan. Waktu penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan,
mulai dari bulan Januari 2017 sampai bulan Juni 2017. Rancangan jadwal
penelitian ini disesuaikan dengan waktu dan kemampuan dana yang dimiliki
penulis.
C. Subjek Penelitian/Informan Penelitian.
Subjek penelitian atau informan penelitian dalam penelitian kualitatif.
Informan penenlitian adalah seseorang yang menjadi sumber data atau responden
penenlitian.124
Adapaun subjek penelitian yang ditetapkan terdiri dari dua yaitu: subjek
primer dan subjek skunder, subjek primer berupa kata-kata dan tindakan yang
diperoleh dari situasi alami yang terjadi dilingkungan Madrasah Aliyah Negeri 1
123Ibid.124Masganti Sit, Metodologi Penelitian Pendidikan Islam (Medan, IAIN Press, 2011), h.
167
61
Medan, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, staf dan siswa Madrasah
Aliyah Negeri 1 Medan. Sementara subjek skunder berupa dokumen tertulis
mengenai tata tertib siswa, foto-foto kegiatan pendidikan akhlak siswa dan buku-
buku, majalah, jurnal, artikel-artikel yang berkaitan dengan pendidikan akhlak
dalam pengembangan pendidikan karakter di Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan
D. Teknik Pengunpulan Data
Dalam pengumpulan data di lapangan, peneliti menggunakan metode
pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.
1. Observasi
Metode observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data
yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur terstandar.125Observasi
merupakan instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk mengamati
tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati
dalam situasi sebenarnya. Observasi merupakan suatu teknik atau cara
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Dalam penenlitian ini peneliti meninjau langsung terhadap subjek
penelitian, yakniMadrasah Aliyah Negeri 1 Medan. Observasi dilakukan dengan
mengamati dan mencatat secara sistematis fenomena-fenomenayang terjadi di
Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan. Selanjutnya untuk mendapatkan data
penenlitian ini, obeservasi yang dilakukan melalui pengamatan langsung di
Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan.
1. Bagaiamana proses perencanaan implementasi pendidikan akhlak dalam
pengembangan pendidikan karakter
2. Bagaimana strategi pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan
karakter
3. Babagaiaman proses evaluasi implementasi pendidikan akhlak dalam
pengembangan pendidikan karakter
125Suharsimi Arikunto, Prosedur Penenlitian: Suatu Pendekatan Praktik, Cet 14 (Jakarta, Rineka Cipta, 2010), h. 265
62
2. Wawancara
Wawancara (Interview) adalah percakapan dengan maksud tertentu,
percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.126
Adapun yang menjadi interview guidenya yaitu
1) Kepala sekolah.
2) Wakil kepala sekolah.
3) Guru
4) Siswa dan siswi
3. Dokumentasi
Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan
catatan-catatan penting yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti,
sehingga akan diperoleh data yang lengkap, dan bukan berdasarkan
perkiraan.127Teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan data dan informasi
melalui pencarian dan penemuan bukti yang konkret.Metode dokumentasi ini
merupakan metode pengumpulan data yang berasal dari sumber non manusia.
Dokumen-dokumen yang dikumpulkan akan membantu peneliti dalam memahami
fenomena yang terjadi dilokasi penelitian di lokasi penelitian dan membantu
dalam membuat interpretasi data.128 Dalam dokumentasi peneliti mengumpulkan
bahan tertulis, surat menyurat dan laporan-laporan untuk mencari informasi yang
diperluka.
Adapun kebaikan menggunakan dokumentasi sebagai alat pengunmpulan
data, sebagai berikut:
1. Lebih hemat tenaga, waktu dan biaya, karena biasanya sudah tersusun
dengan baik.
126Moleong, Penenlitian, h. 186.127Basrowi dan Suwandi, Memahami Penenlitian Kualitatif, Cet I (Jakarta, Rineka Cipta,
2008), h.158128Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung,
Pustaka Setia, 2009), h. 134
63
2. Peneliti mengambil data dari peristiwa yang telah lalu.
3. Lebih mudah mengadakan pengecekan.
4. Tidak ada kesangsian lupa.129
E. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen sebagaimana dikutip
Moleong adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan, menjadi satuan yang dapat dikelola dengan cara memilah-
milahnya, mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan kepada
orang lain.130
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Jumlah data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak,maka perlu
dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti ke
lapangan, maka jumlah data akan menjadi semakin banyak, kompleks dan rumit.
Maka dari itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi
data berarti merangkum, memilih persoalan yang pokok, memfokuskan persoalan
yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mencarinya bila
diperlukan. Peralatan elektronik, seperti computer mini dapat membantu reduksi
data, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.131Singkatnya, bahwa
reduksi data adalah proses memfokuskan, menyederhanakan, dan memindahkan
data mentah ke dalam bentujan yang lebih mudah dikelola. Kegiatan ini
berlangsung terus menerus sampai laporan akhir lengkap tersusun.
2. Penyajian Data (Data Display)
Dalam penelitian kualitatif, bentuk data yang disajikan bisa dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, Flowchart dan
sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Haburmen dalam Sugiyono. Yang paling
129Basrowi dan Suwandi, Memahami, h. 160130Ibid., h. 248.131Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung, Alfabeta,
2016), h. 247
64
sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks
yang bersifat naratif.132
3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification)
Setelah data disajikan yang juga dalam rangkaian analisis data, maka
proses selanjutnya adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi data. Dalam tahap
analisis data, seorang peneliti kualitatif mulai mencari arti benda-benda mencatat
keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur
sebab akibat dan proposisi.
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Berdasarkan yang peneliti pahami, bahwa teknik pemeriksaan keabsahan
data ialah suatu yang tidak dapat ditinggalkan dalam penelitian kualitatif. Sebab
pada tahap inilah kebenaran suatu data akan diuji. Pengecekan keabsahan data
dapat dilakukan setelah dilakukannya penelitian terlebih dahulu.Dengan adanya
pemeriksaan keabasahan data ini maka hasil data dapat dipertanggung jawabkan.
1. Kreadibilitas (credibility)
Yang dimaksud dengan kreadibilitas atau kepercayaan terhadap keabsahan
data yaitu penelitian yang lama dengan tidak tergesa-gesa, menemui objek
pengamatan, pemeriksaan data dari berbagai sumber, melakukan diskusi dengan
teman untuk mendapatkan masukan, memecahkan kasus negatife yang menolak
temuan penelitian dan memasukkan teori terhadap data temuan di lapangan.
Menjaga keterpercayaan penelitian ini dengan cara melakukan pendekatan
yang persuasif dengan pihak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan, sehingga
pengumpulan data dan infoarmasi tentang tentang semua aspek yang diperlukan
dalam penelitian iniakan diperoleh secara sempurna. Sebelum melaksanakan
penelitian yaitu berupa observasi, wawancara dan studi dokumentasi, peneliti
terlebih dahulu untuk mengenal lebih awal dan mendalam tentang Madrasah
Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan serta pegawai yang ada di dalamnya, agar ketika
melaksanakan penelitian para informan memberikan informasi yang lengkap,
akurat dan menyenangkan.
132Ibid., h. 249
65
2. Keteralihan (transferability)
Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil
penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalams situasi lain. Bagi peneliti
naturalistik, nilai transfer bergantung pada pemakai, hingga mana kala hasil
penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain. Peneliti
sendiri tidak menjamin validitas eksternal ini.133
Pembaca laporan ini diharpakn mendapat gambaran yang jelasmengenai
situasi yang bagaiamana penelitian ini dapat dialikasikan dan diberlakukan pada
konteks situasi yang sejenis. Dengan usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk
meyusun laporan ini agar bisa dilihat langkah-langkah yang diterapkan oleh
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan.
3. Ketergantungan (dependability)
Dalam penelitian kualitatif, uji defendability dilakukan dengan melakukan
audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak
melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti
seperti ini perlu diuji dependability-Nya. Kalau proses dalam penelitian tidak
dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian tersebut tidak realibel datau
dependable.134
4. Ketegasan (confirmability)
Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip dengan uji
dependanility, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji
konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang
dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang
dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability.
Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada tetapi hasilnya ada.135
133Ibid., h. 276134Ibid., h. 277135Ibid.
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Temuan umum
1. Profil Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan, merupakan salah satu Madrasah Aliyah
Negeri yang ada di Provinsi Sumatera Utara, yang bertaraf Internasional dengan akreditasi “A”.
sama dengan MA umunya di Indonesia, masa pendidikan di Madrasah Aliyah Ngeri 1 Medan
ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran, mulai dari kelas X sampai kelas XII. Pada tahun
2013, sekoah ini menggunakan Kurikulum 2013, dan memiliki situs resmi yaitu
http://www.man1medan.sch.id.136
Madrasah Aliyah Ngeri (MAN) 1 Medan pada wal berdirinya merupakan sekolah
persiapan Institut Agama Islam Negeri SPIAIN. SPIAIN ini berdiri tanggal 1 februari 1968
bertempat digedung sekolah hakim jaksa negeri di jalan imam bonjol. Selanjutnya SPIAIN ini
pindah ke gedung yayasan pendidikan harapan dengan peserta didik berjumlah 19 orang.137
Terhitung pada 1 April 1979 pemerintah merubah seluruh SPIAIN, PHIAIN, SGHA,
PPPUA dan yang lainnya menjadi Madrasah Aliyah Negeri. SPIAIN Sumatera Utara juga
berubah menjadi MAN dengan gedung tetapnya ada di kompleks IAIN Sumatera Utara Jalan
Sutomo Ujung Medan. Pada tahun 1980 dan 1981 telah di bangun gedung MAN Medan di Jalan
Willem Iskandar. Selanjutnya MAN pindah ke lokasi baru tersebut.138
Pada tahun 1984 bapak Drs. H. Mukhtar Ghaffar diangkat menjadi pengawas pendidikan
agama Kanwil Depag Provinsi Sumatera Utara. Sebagai penggantinya adalah bapak Drs. H.
Nurdin Nasution. Selanjtnya terjadi pergantian kepemimpinan di MAN Medan seperti berikut:
1. Tahun 1979-1984 dipimpin oleh bapak Drs. H. Mukhtar Ghaffar
2. Tahun 1984-1987 dipimpin oleh bapak Drs. H. Nurdin Nasution
3. Tahun 1987-1993 dipimpin oleh bapak Drs. H. Musa HD
4. Tahun 1993-1996 dipimpin oleh bapak Drs. H. Suangkupon Siregar
5. Tahun 1996-2000 dipimpin oleh bapak Drs. H. Miskun
6. Tahun 2000-2007 dipimpin oleh ibu Dra. Hj. Fatimah Ibrahim
7. Tahun 2007-2014 dipimpin oleh bapak Dr. Burhanuddin S.Ag. M.Pd
136 Dokumen Urusan Tata Usaha Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan137 Dokumen Urusan Tata Usaha Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan138 Dokumen Urusan Tata Usaha Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan
67
8. Tahun 2014-sekarang dipimpin oleh bapak H. Ali Masran Daulay, S.Pd. MA139
Pada masa kepemimpinan bapak Drs. H. Musa HD terjadilah peruabahan MAN Medan
menjadi MAN-1 Medan. Ketika terjadi perubahan tuntutan kebutuhan terhadap kualitas guru
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan mensyaratkan lulusan Diploma II, maka PGAN
tahun dilikuidasi oleh pemerintah menjadi MAN pada tahun 1992. Maka sejak itulah MAN
Medan berubah menjadi MAN-1 Medan.
Mengenai profil MAN 1 Medan dapat dilihat sebagaimana di bawah ini:140
Madrasah : Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan
Nomor statistik sekolah : 311127503010
Nomor pokok sekolah nasional : 10210403
Tahun berdiri : 1979
Akreditasi : A
Alamat : Jl. Williem Iskandar No. 7B Medan 20222
Nomor telepon : 061-4159623
Email :info@man1medan.schid.
Nama kepala sekolah : H. Ali Masran Daulay, S.Pd, MA
Nama ketua komite : DR. H. M. Yusuf, SE. M. Si
Kurikulum : Kurikulum 2013
Jumlah guru : 111 orang
Pegawai : 31 Orang
Jumlah siswa : 1585 Siswa
Jumlah rombongan belajar : 38 Rombongan Belajar
Luas tanah : 4.704 m2
Jenis bangunan : Permanen Lantai 2
2. Lokasi MAN 1 Medan
Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan terletak diwilayah yang strategis diantara kota Medan
dengan kabupaten Deli Serdang dan kendaraan umum dapat menjangkauneya. Untuk kegiatan
belajar dan mengajar sangat baik dilakukan karena terletak di pinggiran kota jauh dari kebisingan
kendaraan dan banyaknya warga masyarakat dan pabrik.
3. Visi, Misi dan Tujuan139 Dokumen Urusan Tata Usaha Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan140 Dokumen Urusan Tata Usaha Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan
68
MAN 1 Medan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pendidikan yang bermutu
bagi masyarakat untuk tingkat aliyah. Ada dua tema utama yang di usung dalam melaksanakan
tugas pokok tersebut yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi serta iman dan taqwa. Tema ini
didasari oleh kenyataan pada saat ini dimana kehidupan manusia yang tidak terlepas dari ilmu
pengetahuan dan teknologi. Disis lain , ilmu penegtahuan dan teknologi telah melahirkan satu
permasalahan baru yaitu degradasi akhlak. Banyak manusia yang merasa terasing dan kehilangan
makna hidup. Oleh karena itu peran akhlak dan taqwa sangat diperlukan dalam melandasi
perilaku manusia dalam menjalani kehidupan. Oleh karena itu Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1
Medan menetapkan Visi dan Misi sebagai berikut:
VISI
Bertaqwa, Berilmu Pengetahuan, dan Populis serta Berwawasan Lingkungan
MISI
1. Memiliki akhlakul karimah.
2. Mengamalkan dan mengajarkan ajaran Islam.
3. Mampu melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi.
4. Produktif mengisi pembangunan nasional.
5. Meningkatkan professional guru.
6. Melaksanakan pembelajaran sistematis dan berteknologi.
7. Meningkatkan peran serta orang tua siswa, masyarakat dalam pengelolaan pendidikan.
8. Melestarikan lingkungan sekolah maupun lingkungan luar sekolah dan mencegah
pencemaran serta menciptakan Green School.141
Secara keseluruhan Misi bernuara kepada Visi yang telah dirumuskan di atas. Tujuan
yang ingin dicapai oleh Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan adalah sebagai lembaga yang
ada ditengah-tengah masyarakat, serta mampu memenuhi harapan masyarakat dan mampu
bersaing, serta belajar dengan sekolah-sekolah umum bahkan memiliki nilai tambah yaitu nilai
keagamaan lebih mewarnai.
Untuk memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat tersebut, Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) 1 Medan melakukan upaya-upaya sebagai langkah peningkatan kualitas output
madrasah, seperti menjalin kerjasama dengan mitra pendidikan, menjalin kerjasama dengan wali
murid lewat kelas moral, komite madrasah, serta membenahi sarana dan prasarana pembelajaran.
141 Dokumen Urusan Tata Usaha Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan
69
Adapun jumlah guru dan siswa yang ada di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan
yaitu:142
a. Rekapitulasi guru
Berdasarkan data dan hasil observasi yang peneliti lakukan di lapangan, jumlah guru dan
murid dapat digambarkan sebagai berikut:
Rekapitulasi Tenaga Personil Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan
N
O
Status
kepegawaian
K
a
m
a
d
W
k
m
G
ur
u
Lab pust
aka
BK Peg
TU
piket Peg
kom
Pegt
ekn
ju
ml
ah
1 Guru Negeri
dipekerjakan
1 6 52 5 1 65
2 PNS
Dipekerjakan
1 8 9
3 Guru Honor 24 3 2 30
4 Pegawai
Honor
1 1 3 15 2 1 22
5 Jumlah 1 6 76 6 3 3 23 3 4 1 12
6
Sumber: laporan dari KTU Madrasah Aliyah Negeri 1 (MAN) 1 Medan, tahun 2017
Table di atas dikaitkan dengan pengamatan peneliti berdasarkan data dokumentasi
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan, menunjukkan jumlah personil guru yang telah diberi
tugas dan pegawai menurut bidang keahliannya secara menyeluruh.
b. Rekapitulasi siswa.
Jumlah siswa yang belajar di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan tentunya sangat
signifkan, dapat dilihat dari table berikut ini:
No Kelas Lk Pr Jumlah
142 Dokumen Urusan Tata Usaha Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan
70
X-IPA-1 17 32 49
X-PA-2 18 31 49
X-IPA-3 24 25 49
X-IPA-4 23 24 47
X-IPA-5 16 32 48
X-IPA-6 20 29 49
X-IPA-7 17 29 46
X-IPA-8 26 22 48
X IPA Kampus -2 Pertiwi 4 4 8
X-IIK-1 10 17 27
X-IIK-2 14 12 26
X-IPS-1 23 17 40
X-IPS-2 14 22 36
X-IPS-3 19 26 45
X-IPS-4 15 24 39
X-IPS-5 20 18 38
XI-IPA-1 17 29 46
XI-IPA-2 18 29 44
XI-IPA-3 16 31 47
XI-IPA-4 18 29 47
XI-IPA-5 15 30 45
XI-IPA-6 18 27 45
XI-IPA-7 14 26 40
XI-IPA-8 11 29 40
XI-IIK-1 17 24 41
XI-IIK-2 17 19 36
XI-IPS-1 17 20 37
XI-IPS-2 16 20 36
XI-IPS-3 16 20 36
71
XI-Ilmu Bahasa 0 16 16
XII-IPA-1 12 16 28
XII-IPA-2 12 16 28
XII-IPA-3 18 23 41
XII-IPA-4 18 27 45
XII-IPA-5 20 26 46
XII-IPA-6 17 28 45
XII- Ilmu-Ilmu Keagamaan 9 16 25
XII-IPS-1 6 28 34
XII-IPS-2 20 14 34
XII-IPS-3 14 20 34
Jumlah 636 927 1563
Sumber: Laporan bulanan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan, tahun 2016/2017
4. Sarana dan prasarana
Jumlah kelas di Madrasah Aliyah Ngeri (MAN) 1 Medan tahun ajaran 2015-2016
berjumlah 40 rombel yang terdiri dari:
1. Kelas X sebanyak 16 ruangan, dengan rincian sebagai berikut, jurusan IPA ada 9 kelas (X
IPA 1-8 ditambah dengan kelas pertiwi) jrursan Ilmu-ilmu Keagamaan ada 2 kelas (IIK
1-2) jurusan IPS ada 5 kelas (IPS 1-5)
2. Kelas XI sebanyak 14 ruangan XI IPA-1-6, XI IIK 1-2, XI Ilmu Bahasa 1, dan XI IPS 1-
3.
3. Kelas XII sebanyak 10 ruangan diantaranya yaitu, XII IPA 1-6, XII IPS1-3 dan X IIK.143
Berdarkan observasi yang peneliti lakukan pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1
Medan, tergambar nyata bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) 1 Medan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
No Jenis sarana dan prasarana atau
fasilitas
Jumlah Keterangan
1 Tanah
a. Luas tanah
b. Luas bangunan
4704 M
3500 M
Hibah
Permanen
143 Dokumen Urusan Tata Usaha Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan
72
c. Luas halaman 1204 M Permanen
2 Sarana dan prasarana belajar
a. Ruang belajar
b. Meja murid
c. Kursi murid
d. Papan tulis
e. Meja guru di kelas
f. Kursi guru
g. Lemari
h. Komputer
i. LCD/Proyektor
j. Layar proyektor
3 Sarana dan prasarana kantor
a. Komputer/printer
b. Lemari
c. File cabinet
d. Meja kepala madrasah
e. Kursi kepala madrasah
f. Meja tata usaha
g. Kursi tata usaha
h. Meja bendahara
i. Kuris bendahara
j. Sofa
4 Ruang kepala madrasah
5 Ruang administrasi
6 Ruang bendahara
7 Ruang UKS
8 Ruang guru
9 Dapur umum guru
10 Ruang laboratorium komputer
11 Ruang laboratorium fisika
73
12 Ruang laboratorium kimia
13 Ruang laboratorium biologi
14 Ruang laboratorium komputer
15 Ruang lab. Keterampilan
16 Ruang perpustakaan
17 Ruang eksekutif
18 Ruang fitnes
19 Ruang Aula
20 Ruang ISO
21 Ruang BK
22 Ruang Alumni
23 Ruang paskibra
24 Ruang pramuka
25 Masjid
26 Pendopo
27 Kantin
28 Kamar mandi
29 Ruang penjaga madrasah
30 Apotik hidup/taman madrasah
31 Pot bunga
32 Pentas kreasi
33 Gudang
34 Foto copy
Sumber: Arsip Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan
Jurusan yang ada di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan ada empat jurusan yaitu:144
1. IPA = ilmu pengetahuan alam, rumpun ilmu ini adalah matematika, fisika, kimia, biologi.
2. IPS = ilmu pengetahuan sosial, rumpun ilmu ini adalah sejarah, geografi, ekonomi,
sosiologi, dan akuntansi.
144 Dokumen Urusan Tata Usaha Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan
74
3. IPB = ilmu pengetahuan bahasa, rumpun ilmu ini adalah antropologi, sastra Indonesia,
bahasa Inggris, bahasa Mandarin, dan Bahasa Jerman.
4. IIK = Ilmu-ilmu keagamaan, rumpun dari ilmu, ini adalah ilmu kalam, ilmu tafsir, ilmu
hadis, fiqih, ushul fiqih, dan SKI.
Untuk memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat, Madrasah Aliyah Negeri (MAN)1
Medan melakukan upaya sebagai langkah peningkatan kualitas output Madrasah, seperti,
menjalin kerjasama dengan mitra pendidikan, menjalin kerjasama dengan wali murid lewat kelas
moral, komite madrasah, serta membenahi sarana dan prasarana pembelajaran.
Adapun struktur organisasi yang ada di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan
yaitu:145
Ketua komite : DR. H. M. Yusuf Harahap SE. M.SI
Kepala Madrasah : H. Ali Masran Daulay, S.Pd. MA
Wakil kepala Madrasah
Bidang kurikulum :Drs. Adil, M.Si
Bidang kesiswaan :Drs. Sunariadi
Bidang sarana dan prasarana :Drs. Kurnia Sanjaya Bahagia S.Ag, M.Sc
Bidang humas : H. Muhammad Basri. MA
Bidang MGMP : Dewi Arisanti, S.Pd
Bidang keagamaan : Drs. H. Amin
Kepala tata usaha : Abdul Jalil, SE, M.Si
Daftar nama-nama Wali Kelas Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan
Kelas Wali Kelas Guru Keterangan
X IPA-1 Dra. Hj. Yusnah Bahasa Arab PNS
145 Dokumen Urusan Tata Usaha Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan
75
X IPA-2 Dra. Hj. Ratna Malawati,
M.Pd
Fisika PNS
X IPA-3 Dra. Minarni Nst Ekonomi PNS
X IPA-4 Hj. Yaumi Adlina Lbs, S.Pd B.Indonesia PNS
X IPA-5 Mirna Ningsih, S.Pd B.Jerman PNS
X IPA-6 Azwan Aqsha, S.Ag Matematika PNS
X IPA-7 Dra. Hj. Masrah MG A.Akhlak PNS
X IPA-8 Drs. H. Samsul Bahri Fsika PNS
X IPA Pertiwi Drs. Lahaman PNS
X. Ilmu Agama-
1
Khairunnisa Boru Manik,
S.Ak
A.Hadis PNS
X Ilmu Agama-
2
Sriani Lubis, S.Ag B.Inggris PNS
X IPS-1 Hasmita Maya, M.Pd B.Indonesia PNS
X IPS-2 Dra. Minarni Nst Ekonomi PNS
X IPS-3 Dra. Ernita Siregar Sosiologi PNS
X IPS-4 Ahmad Yaser Daulay, S.Pd Penjas Honor
X IPS-5 Sri Washyuni, S.Pd PKN Honor
XI IPA-1 Nur Azizah S.Ag B.Inggris PNS
XI IPA-2 Hj. Masrah, S.Pd.I Quran Hadis PNS
XI IPA-3 Hj. Zaidar Fitriana S.Pd Matematika PNS
XI IPA-4 Siti Aminah Br Ginting Kimia PNS
XI IPA-5 Dra. Murniati KS B.Indonesia PNS
XI IPA-6 Herawati Dongoran, M.Pd Biologi PNS
XI IPA-7 Lisna Sari Sormin B.Inggris PNS
XI IPA-8 Drs. Hmdah Syarif, M.Pd.I Fisika PNS
XI Ilmu Agama-
1
M. Yamin, SS, S.Pd B.Indonesia Honor
XI Ilmu Agama-
2
Khairi Pusanto S.Pd.I B.Arab Honor
XI IPS-1 Dra. Hj. Fatimah Betty Matematika PNS
76
XI IPS-2 Vera Andriani, S.Sos, M.Pd Sosiologi PNS
XI IPS-3 Dra. Hj. Firmawati Ekonomi PNS
XI Ilmu Bahasa Siti Salmi, M.Pd, M.Hum B.Inggris PNS
XII IPA-1 Maisarah, S.Pd, M.Si Biologi PNS
XII IPA-2 Dra. Hj. Dewi Aprianti,
M.Pd
Biologi PNS
XII IPA-3 Rosmaid a Siregar, S.Pd B.Indonesia PNS
XII IPA-4 Dra. Marwiyah A.Akhlak PNS
XII IPA-5 Asnali Putra Nst, S.T Kimia PNS
XII IPA-6 J uliana S.Pd, M.P Mat Matematika PNS
XII Ilmu Agama Dra. Hj. Basyirah B.Arab PNS
XII IPS-1 Dra. Nur Afrida, S.Pd B.Indonesia PNS
XII IPS-2 Nurkadrah, S.Pd B.Inggris PNS
XII-IPS-3 Dra. Hj. Syariah Lubis Sosiologi PNS
Pada tanggal 17 Januari 2009 pada peringatan hari ulang tahun (HUT) Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) 1 Medan yang ke 30, dikukuhkan dewan pakar Madrasah Aliyah Negeri (MAN)
1 Medan yang diketuai oleh Prof. Dr. Abdul Muin Subuea. M.Pd. Adapun susunan lengkap
dewan pakar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan sebagai berikut:
A. Bidang IPA
1. Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea. M.Pd
2. Prof. Dr. Eng. A. Rahim Matondang M.Sc
3. Prof. Dr. Dian Armanto M.Sc
4. Prof. Dr. Harun Sitompul. M.Pd
5. Prof. Dr. Mara Bangun Harahap. M.Si
6. Dr. Syarifuddin M.Sc
7. Dr. Hadan Saragih M.Pd
B. Bidang IPS
1. Prof. Dr. Saad Afifuddin. M.Si
2. Dr. H. Amiur Nuruddin. MA
3. Dr. H. Muhammad Yunus. M.Si
77
4. Dr. Deded Ruslan. M.Si
5. Dr. Sahyar. M.Si
C. Bidang Bahasa dan Seni
1. Prof. Dr. Amrin Saragih. MA
2. Prof. Dr. Khairul Asyari. M.Pd
3. Dr. Matsuhito Solin. M.Pd
D. Bidang Keagamaan
1. Prof. Dr. H. Syahrin Harahap. MA
2. Prof. Dr. Ahmad Fadhil Lubis. MA
3. Prof. Dr. Haidar Purta Daulay. MA
4. Prof. Dr. Nawir Yuslem. MA146
Untuk mengontrol mutu dalam satuan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN)1
Medan mempunyai catatan mutu ialah sebagai berikut:
1. Peraturan dan tata tertib madrasah
2. Surat pemberitahuan tata tertib
3. Surat pernyataan mematuhi peraturan
4. Surat laporan pelanggaran disiplin
5. Berita acara hasil pembinaan siswa
6. Surat pernyataan siswa
7. Surat panggilan orang tua
8. Surat perjanjian orang tuaatan
9. Berita acara hasil rapat dewan kehormatan
10. Surat pengembalian siswa kepada orang tua
11. Surat izin pulang
12. Surat izin permisi
13. Surat izin masuk
14. Buku kasus siswa
Dalam pelaksaan pendidikan akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan Wakil
kepala bidang kesiswaan memiliki peran yang sangat penting. Tujuan dari prgram kesiswaan di
Madrasah Aliyah Negeri (MAN)1 Medan disusun untuk memastikan bahwa pelaksanaan
146 Dokumen Urusan Tata Usaha Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan
78
pembinaan disiplin dan pendidikan akhlak siswa sudah berjalan dengan baik dan benar sesuai
dengan peraturan dan tata tertib yang berlaku di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan
Kegiatan dalam prosedur ini mencakup semua aktifitas yang berkaitan dengan
kedisipllinan siswa yang meliputi:
1. Pembuatan/penyususnan peraturan dan tata tertib amadrasah
2. Sosialisasi peraturan dan tat tertib madrash kepada siswa dan orang tua/wali siswa
3. Pelaksaan pembinaan disiplin dan pendidikan akhlak siswa atas peraturan dan tat tertib
madrasah.
4. Penanganan pelanggaran disiplin siswa atas peraturan dan tata tertib madrasah.
5. Penegnaan sanksi atas pelanggaran disiplin siswa atas peraturan dan tata tertib madrasah.
6. Administrasi pelakasanaan pembinaan dan penanganan disiplin siswa.
7. Pelaporan pelanggaran disiplin siswa.
adapun tanggung jawab bidang kesiswaan adalah:
1. WKM kesiswaan bersama dengan tim penyusun peraturan dan tata tertib madrasash
bertanggung jawab menysusun dan mensosialisasikan peraturan dan tata tertib tersebut
kepada siswa dan orang tua/wali setiap tahun ajaean baru.
2. WKM Kesiswaan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pelaksanaan pembinaan
dan penanganan disiplin siswa dapat terlaksana dengan baik dan terkendali.
3. WKM Kesiswaan berkordinasi dengan guru dan wali kelas, pembina akademis, guru
bimbinga konseling serta seluruh personil pendidik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1
Medan dalam pelaksaan dan pembinaan disiplin siswa.
4. WKM Kesiswaan bertanggung jawab atas administrasi pelaksanaan dan pembinaan dan
penanganan disiplin siswa serta pelaporan pelanggaran disiplin siswa.
Adapun program kesiswaan dalam menerapkan disiplin siswa adalah sebagai berikut:
1. Displin adalah norma atau kebiasaan siswa untuk mentaati peraturan dan untuk tertib
yang telah diterapkan
2. Pelaksanaan pembinaan disiplin siswa adalah aktivitas yang dilakukan oleh seluruh
personil pendidik dan tenaga kependidikan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan di
awasi dan memonitor siswa yang berada dilingkungan madrasah atau berada di luar
lingkungan madrasah.
79
3. Penanganan pelanggaran disiplin siwa adalah altivitas yang dilakukan sebagai proses
pembiasaan terhadap siswa yang melakukan pelanggaran peraturan dan tata tertib
madrasah.
4. Pengenaan sanksi atas pelanggaran disiplin berdasarkan kadar kesalahan, diatur
peraturqan dan tata tertib madrasah.
5. Adaministrasi pelaksaan dan pembinaan dan penanganan disiplin siswa dan dokumen
pendukung yang diperlukan dalam rrangkan pembinaan disiplin siswa.147
Tata tertib Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan
N
O
Uraian Prosedur Kriteria keberhasilan
1 Pembuatan atau penyusunana
peraturan dan tata tertib
madarasah.
2 WKM Kesiswaan bersama tim
penyusun peraturan dan tata
tertib madrasah menyiapkan draf
peraturan dan tata tertib
madrasah.
1. Peraturan dan tata tertib sudah
siap untuk di sosialisasikan .
2. Peraturan dan tata tertib
madrasah telah selesai disusun
paling lama seminggu sebelum
tahun ajaran.
3. Dokumen terkait berupa
peeraturan dan tata tertib
madrasah telah disahkan oleh
kepala seklah.
3 Sosialisasi peraturan dan tata
tertib madrasah.
4 WKM Kesiswaan bersama wali
kelas serta seluruh personil
pendidik dan tenaga
kependidikan mensosialisasikan
peraturan dan tata tertib madrsah
4. Peraturan dan tata tertib telah
diketahui atau diterima oleh
siswa dan orang tua atau wali
siswa dengan menanda tangani
surat pemberitahuan peraturan
147 Dokumen Wakil Kepala Madrasah Bidang Kesiswaan Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan
80
kepad siswa ddan orang tua atau
wali
dan tata tertib madrasah waktu
sosialisasi paling lama 2minggu
setelah awal tahun pelajaran baru
dimulai.
5 Pelaksanaan pembinaan disiplin
siswa atas peraturan dan tata
tertib madrasah.
6 WKM Kesiswaan dan seluruh
personil pendidik dan tenaga
kependidikan yang ada di
Madrasah Aliyah Negeri (MAN)
1 Medan melakukan pengawasan
dan pembinaan terhadap siswa
Madrasah Aliyah Negeri (MAN)
1 Medan.
5. Seluruh personil pendidik dan
tenaga kependidikan aktif dan
bertanggung jawab atas
pelaksanaan pembinaan disiplin
siswa.
7 Pelaksanaan pembinaan disiplin
siswa dilakukan sesuai dengan
peraturan dan tata tertib yang
sudah diterapkan .
8 Pelaksanaan pembinaan
dilakukan sejak siswa hadir di
gerbang madrasah dan sampai
siswa meninggalkan madrasah.
9 Penangnan pelanggaran disiplin
siswa atas peraturan dan tata
tertib madrasah.
10 Apabila guru atau personil
pendidik dan tenaga
kependidikan menemukan
pelanggaran disiplin maka guru
atau personil pendidik dan
6. Dokumen terkait berupa surat
laporan pelanggaran disiplin
yang ditandatangani oleh
pihakyang melaporkan kejadian.
81
tenaga kependidikan yang
bersangkutan menyerahkan
laporan kepada wali kelas dan
guru pembimbing akademis.
11 Wali kelas dan guru pembimbing
akademis melakukan pembinaan
terhadap siswa yang melakukan
pelanggaran disiplin.
7. Dokumen terkait berupa berita
acara hasil pembinaan siswa.
12 Wali kelas menyerahkan surat
laporan pelanggaran disiplin dan
berita acara hasil pembinaan
siswa kepada Bimbingan
Konseling (BK) kemudian
dilaporkan ke WKM kesiswaan
atau stafnya.
8. WKM Kesiswaan telah
menerima laporan pelanggaran
disiplin siswa.
13 Hasil pembinaan setiap siswa
dicatat pada buku kasus yang ada
pada guru Bimbingan Konseling
(BK) dan WKM ksiswaan.
9. Dokumen terkait berupa buku
kasus siswa.
14 Pengenaan sanksi atas
pelanggaran disiplin siswa atas
peraturan dan tata tertib
madrasah.
15 Pengenaan sanksi dilakukan
berdasarkan banyaknya
pelanggaran disiplin yang telah
dilakukan siswa serta
berdasarkan kadar kesalahan
yang dilakukan siswa
berpedoman pada peraturan dan
tata tertib madrasah.
10. Dokumen terkait berupa surat
laporan pelanggaran disiplin,
berita acara hasil pembinaan
siswa, surat pernyataan siswa,
surat panggilan orang tua, surat
perjanjian orang tua, surat
pernyataan mematuhi peraturan,
berita acara hasil rapat dewan
82
kehormatan, surat pengembalian
siswa kepada orang tua siswa
atau wali. (a). Kepala madrasah
menerima laporan kasus siswa.
(b) dokumen terkait berupa sikap
atau hasil laporan siswa
16 Pelaporan pembinaan
pelanggaran disiplin siswa.
11. WKM Kesiswaan bertanggung
jawab atas catatan atau rekaman
kegiatan disiplin siswa.
17 WKM Kesiswaan menyusun
rekapitulasi laporan kasus siswa
kepada kepala Madrasah setiap
akhir semester.
18 Semua catatan atau rekaman
yang berhubungan dengan
kegiatan penanganan
pelanggaran disiplin harus
disimpan dan dipelihara oleh
WKM Kesiswaan.
Sumber: Dokumen Wakil Kepala Madrasah Bidang Kesiswaan Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan
Untuk mengkontrol mutu dalam satuan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1
Medan mempunyai aturan mutu ialah sebagai berikut:
1. Peraturan dan tat tertib madrasah.
2. Surat pemberitahuan tata tertib.
3. Surat pernyataan mematuhi peraturan.
4. Surat laporan planggaran disiplin.
5. Berita acara hasil pembinaan siswa.
6. Surat pernyataan siswa.
7. Surat panggilan orang tua.
8. Surat perjanjian orang tua.
9. Berita acara hasil rapat dewan kehormataa.
83
10. Surat pengembvalian siswa kepada orang tua.
11. Surat izin pulang.
12. Surat izin permisi.
13. Surat izin masuk.
14. Buku kasus siwa.148
Di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan kriterian keberhasilan dalam bidang
kesiswaan yitu terdapat indikasi keberhasilan berupa pelaksanaan tata tertib sekolah dan
perangkat pembinaan disiplin siswa. Yang dimaksud dengan tata tertib siswa adalah seluruh
ketentuan atau peraturan yang wajib dipatuhi, ditaati dan dilaksanakan oleh setaip siswa dan
siswi, tata tertib siswa merupakan usaha untuk mematuhi ketentuan yang berlaku di Madrasah
Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan, tata tertib tersebut sebagai beriku:
1. Pakaian seragam
a. Pakaian seragam siswa putra:
a) Baju kemeja putih model sport lengan pendek, memakai saku tanpa tutup di
sebelah kiri dada, baju dimasukkan ke dalam celana serta harus kelihatan tali
pinggang. Atribut pada baju harus lengkap, lambang ikhlas beramal di dada kiri,
nama siswa di dada kanan dan tulisan Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan di lengan
baju sebelah kanan.
b) Celana panjang warna abu-abu biasa, lebar bagian bawah tidak menyempit, saku
biasa di samping kiri dan kanan, di belakang satu di sebelah kanan memakai
tutup.
c) Tali pinggang warna hitam lebar.
d) Kaus kakai warna putih.
e) Sepatu untuk putera bentuk rendah warna hitam polos, bahan dari kain atau kulit.
f) Pakaian olah raga sesuai dengan ketentuan Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan.
g) Diwajibkan memakai topi pet pada waktu upacara hari senin dan upacara hari-hari
besar tidak dibenarkan memakai peci kecuali peci warna hitam di lingkunagn
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan.
b. Pakaian seragam siswi puteri
148 Dokumen Urusan Tata Usaha Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan
84
a) Blus berwarna putih panjang sampai di atas lutut, lengan panjang memakai
manset, memakai kancing, leher bulat.
b) Memakai jilbab, warna putih diberi pita warna hitam dari tepi jilbab, pita
dimasukkan ke jilbab dengan cabut benang.
c) Rok panjang warna abu-abu sampai mata kaki dengan lipatan jumpa di depan
tanpa belahan, memakai saku samping.
d) Kaus kaki panjang warna putih polos.
e) Atribut pada baju lengkap.
f) Sepatu model pentopel tanpa tali, bentuk rendah, warna hitam polos, bahan dari
kain atau kulit.
c. Pakaian seragam pramuka siswa putra.
a) Kemeja lengan pendek, kerah model sport, memakai dua saku dengan tutup warna
coklat muda.
b) Lengan baju kanan berturut dari atas: Kota Medan, No. Gudep, Sumatera Utara.
c) Pada saku kiri lambang Cikal Bakal Gerakan Pramuka.
d) Di atas saku kanan lambang nama dan lambang scouting boy.
e) Tali pinggang lebar warna hitam.
f) Kaus kaki warna hitam polos.
g) Sepatu hitam bentuk tumit rendah dengan tali sepatu warna hitam polos dari kain
atau kulit.
h) Pakaian pramuka lapangan tidak dibenarkan diapakai di lingkungan madrasah.
d. Pakaian seragam pramuka untuk siswa putri
a) Blus panjang pakai kancing, pakai kerah senyawa dan memakai kancing warna
coklat.
b) Lengan baju kanan berturut di atas: Kota Medan, No. Gudep, Sumatera Utara.
c) Pada saku kiri lambang Cikal Bakal Gerakan Pramuka.
d) Di atas saku kanan lambang nama dan lambang scouting girl.
e) Memakai jilbab warna coklat tua polos.
f) Rok panjang sampai mata kakai dengan lipatan jumpa di depan, saku tersembunyi
di samping.
g) Kaus kaki panjang warna hitam polos.
85
h) Sepatu warna hitam polos tanpa tali, tumit rendah, dan bahan dari kaian atau kulit.
e. Penataan rambut (khusus untuk siswa putra)
a) Bagain belakang tidak kena kerah baju.
b) Bagian samping tidak kena telinga.
c) Bagain atas dan di depan panjang maksimal 4 cm.
d) Rambut tidak boleh diberi warna dan disisir secara rapi.
f. Masuk sekolah
a) Siswa-siswi harus berada di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan paling
lambat setelah pukul 07:15 WIB
b) Siswa-siswi yang terlambat setelah pukul 07:30 tidak dibenarkan mamasuki
kelasnya untuk mengikuti pelajaran dan harus menghadap kepada guru piket dan
BK
c) Siswa-siswi tidak dapat hadir mengikuti pelajaran karena sakit atau halangan
penting harus menunjukkan surat yang sah atau memberikan secara langsung oleh
orang tua atau wali jika sakit lebih dari 3 hari wajib memberikan surat keterangan
dokter ke madrasah.
d) Siswa-siswi yang tidak mengikuti proses belajar mengajar 90% dari jam tatap
muka, maka tidak memenuhi syarat untuk naik kelas.
g. Waktu belajar
a) Sebelum belajar dimulai pada jam pertama, siswa-siswi terlebih dahulu berdoa
dengan membaca ayat-ayat Alquran lalu member salam kepada guru dipimpin
oleh seorang siswa yang ditunjuk, demikian juga pada akhir pelajaran membaca
ayat-ayat Alquran, siswa-siswi memberi salam kemudian siswa-siswi keluar
secara teratur dan rapi lalu disusul oleh guru yang bersangkutan.
b) Absensi kelas dan buku batas belajar sudah diisi sekretaris kelas sebelum
pelajaran dimulai dan diserahkan ke petugas piket pada jam pelajaran terakhir
selesai untuk direkap dalam buku harian petugas piket dan selanjutnya diserahkan
secara berkala kepada petugas BK.
c) Siswa-siswi harus menyediakan sendiri alat-alat tulisnya ataupun perlengkapan
lainnya agar tidak menganggu proses belajar.
86
d) Setiap siswa-siswi harus memelihara dan menjaga setiap sarana dan prasarana
belejar dilingkungan madrasah.
e) Siswa-siwi harus senantiasa bersikap sopan santun terhadap guru, pegawai,
sesama teman dan tamu.
f) Selama proses belajar mengajar berlangsung siwa-siswi harus pada tempat
belajar.
g) Siswa-siswi tidak boleh meninggalkan kelas tanpa seizin guru yang bersangkutan.
h) Waktu penukaran jam pelajaran siswa-siwi harus berada di dalam kelas, jika 5
menit berikutnya guru yang mengajar belum hadir, ketua kelas melapor kepada
petugas piket atau PKM.
h. Waktu istirahat.
a) Siswa-siswi yang duduk di depan kelas atau teras sebaiknya memberi salam
kepada guru, pegawai, tamu yang pantas dihormati jika lewat dihadapan siswa-
siswi dengan cara berdiri ditempat atau memberi salam.
b) Siswa-siswi selama istirahat tetap berada dalam kompleks Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) 1 Medan dan tidak boleh keluar lingkungan Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) 1 Medan tanpa seizin piket dan satuan pengamanan.
c) Pada saat istirahat kedua, siswa-siswi diharapkan telah siap untuk pelaksanaan
salat zuhur berjamaah sebelum azan berkumandang.149
B. Temuan Khusus
1. Perencanaan pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan karakter.
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan merupakan salah satu madrasah yang
menkankan perlunya pendidikan akhlak bagi seorang siswa. Semua pegurus struktur organisasi
pada madrasah mendukung untuk dilakukan pendidikan akhlak bagi siswa sehingga nanti siswa
menjadi murid yang cerdas secara intelektual, emosional dan spritual. Untuk mewujudkan cita-
cita yang tertuang dalam visi dan misi yang ada pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN)1 Medan
diadakan dua pendekatan yaitu pendekatan struktur organisasi dan pendekatan pembelajaran.
Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah, ia menejelaskan bahwa penting
pendidikan akhlak bagi siswa:
149 Dikutip dari Peraturan Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan
87
“Pendidikan akhlak sesuatu yang sangat penting dilaksanakan pada era sekarang ini, terutama pada era iptek, yaitu era ilmu pengetahuan dan teknologi. Jadi pendidikan akhlak diperlukan untuk menyikapi itu.”150
Pendidikan akhlak yang dilakukan oleh madrasah harus mendapat dukungan dari
keluarga sianak dan lingkungannya. Dalam hal inipihak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1
Medan menyadari hal tersebut, sehingga perlu dirumuskan kebijakan-kebijakan pendidikan
akhlak dilingkungan sekolah. Kebijakan yang dilakukan adalah terbagi kepada dua bentuk, yaitu
pendidikan akhlak secara umum yang berlaku dilingkungan sekolah dan pendidikan akhlak yang
berlaku didalam kelas.
Pendidikan akhlak yang berlaku secara umum itu melibatkan semua pihak yang berkaitan
dengan proses pendidikan dilingkungan madrasah yaitu siswa, semua guru bidang studi dan
pegawai serta kepala madrasah. Mereka itu semua terlibat langsung dengan pendidikan akhlak di
lingkungan madrasah.
Setiap pihak yang terlibat untuk pendidikan akhlak harus selalu mengacu kepada
kedisiplinan, baik itu guru, pegawai dan sisiwa. Oleh karena itu kepala madrasah menjelaskan:151
“Kedisiplinan ditanamkan bagi jiwa siswa. Tapi itu semua tidak akan berhasil apabila guru dan pegawai yang ada di madrasah ini tidak disiplin. Bagaimana mungkin murid tidak akan terlambat, apabila guru dan pegawai sering terlambat. Oleh karena itu di madrasah ini, kepala madrasah, guru pegawai dan siswa harus disiplin, tidak ada yang boleh terlambat, walaupun ia adalah seorang guru. Karena disiplin harus dimulai dari guru. Begitulah cara menanamkan akhlak pada siswa. Guru juga harus menghormati saya, supaya siswa menghormati guru. Hidup untuk saling menghormati perlu ditanamkan kepada siswa”.Bagi kepala madrasah, penanaman disiplin terhadap siswa dimulai dari pribadi guru yang
mengajarkan siswa. Ini merupakan model pembelajaran yang sangat sesuai dengan teori
pendidikan Islam yang lebih dikenal dengan teori uswatun hasanah atau dalam teori pendidikan
disebut dengan imitasi.
Salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam implementasi pendidikan akhlak dalam
pengembangan pendidikan karakter di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan adalah
membuat perencanaan. Perencanaan merupakan faktor yang sangat mendukung dan memegang
peranan penting dan sangat urgen dalam suatu pendidikan.
Berdasarkan wawancara dengan Kepala madrasah dijelaskan bahwa.
150Ali Masran Daulay, Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 4 Mei 2017
151Ali Masran Daulay, Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 4 Mei 2017
88
“Yang terlibat dalam proses perencanaan pendidikan akhlak yaitu kepala madrasah, guru mata pelajaran pendidikan akhlak dan guru mata pelajaran yang lain.”152
Penjelasan di atas senada dengan yang diungkapkan oleh guru akidah akhlak bahwa:
“Pihak yang berperan dalam proses perencanaan pendidikan akhlak yaitu kepala madrasah, guru pendidikan akhlak dan guru mata pelajaran yang lain.”153
Penjelasan senada juga di ungkapkan oleh guru akidah akhlak dan merupakan wali kelas X IK bahwa:
“Pihak yang berperan dalam proses perencanaan pendidikan akhlak di MAN 1 ini adalah kepala madrasah, guru akidah akhlak, dan guru mata pelajaran yang lainnya”154
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa kepala madrasah dan seluruh guru berperan serta
dalam proses perencanaan pendidikan akhlak. Guru-guru berdiskusi untuk merumuskan akhlak
dan karakter-karakter yang ditanamkan pada diri siswa.
Selanjutnya, terkait dengan waktu perencanaan, berdasarkan wawancara dengan kepala
sekolah bahwa:
“Perencanaan implementasi pendidikan akhlak dilakukan di awal tahun ajaran dan di awal semester. Pada tahun ajaran, perencanaan dilakukan untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti program tahunan, program semester, silabus. Sedangkan perencanaan di awal semester lebih memfokuskan pada mempersiapkan RPP.”155
Berdasarkan wawancara dengan guru akidah akhlak, dijelaskan bahwa:
“Perencanaan implementasi pendidikan akhlak dilakukan di awal semester.”156
Berdasarkan desktiptif di atas, maka perencanaan implementasi pendidikan akhlak dalam
pengembangan pendidikan karakter dilakukan di awal tahun pelajaran dan di awal semester. Jadi,
sebelum memberikan pelajaran, guru telah mempersiapkan perencanaan pembelajaran berupa
silabus dan RPP dari materi yang akan diajarkan dengan tetap mencantumkan nilai-nilai akhlak
dan karakter yang akan ditanamkan di setiap RPP.
Selanjutnya, berdasarkan wawancara dengan Kepala madrasah ada beberapa aspek yang
direncanakan dalam implementasi pendidikan akhlak yaitu:
“Tenaga pendidik, kegiatan belajar mengajar, dan nilai-nilai akhlak dan karakter yang akan ditanamkan. Dalam hal tenaga pendidik, kepala sekolah memberikan arahan dan
152 Ali Masran Daulay, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 4 Mei 2017
153 Marwiyah, Guru Bidang Studi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 5 Mei 2017
154Khairunnisa Br Manik, Guru Bidang Studi Akidah Akhlak dan Wali Kelas X IIK Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 10 Mei 2017
155Ali Masran Daulay, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 4 Mei 2017156 Marwiyah, Guru Bidang Studi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan
tanggal 5 Mei 2017
89
pemahaman tentang implementasi pendidikan akhlak dan menginstruksikan kepada guru untuk membuat perencanaan pembelajaran seperti silabus dan RPP. Dalam kegiatan belajar, kepala sekolah menginstruksikan kepada setiap guru untuk memasukkan nilai pendidikan akhlak dan juga mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam setiap pelajaran dan saling bertukar pikiran mengenai pengintegrasian pendidik akhlak dan karakter dalam setiap pelajaran. Selanjutnya guru-guru bermusyawarah untuk menentukan nilai-nilai akhlak dan karakter yang akan ditanamkan.”157
Berdasarkan penjelasan di atas, jelaslah bahwa ada tiga aspek yang direncanakan dalam
perencanaan pendidikan akhlak, pertama tenaga pendidiknya yang mana memfokuskan pada
pemberian bekal pengetahuan kepada guru dalam mengembangkan pendidikan karakter dalam
pendidikan akhlak. Kedua, kegiatan pembelajaran berusaha untuk mempersiapkan pembelajaran
sebaik mungkin dengan mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus dan RPP. Ketiga,
nilai-nilai pendidikan karakter yang akan dikembangkan pendidikan akhlak dalam setiap mata
pelajaran.
Sementara itu ada beberapa kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan dalam
pendidikan akhlak sebagaimana dijelaskan oleh kepala madrasah:
“Dalam tahapan perencanaan pendidikan akhlak, langkah awal dilakukan yaitu melakukan sosialisasi kepada seluruh guru. Dalam kegiatan sosialisasi ini, guru-guru diarahkan untuk mengimplmentasikan pendidikan akhlak dilingkungan madrasah. Kemuadian, kepala madrasah bersama seluruh guru bermusyawarah untuk menentukan nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam pendidikan akhlak yang nantinya akan di tanamkan pada diri siswa. Setelah nilai-nilai karakter sudah dikembangkan dengan pendidikan akhlak, guru kemudian membuat silabus dan RPP dengan mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan akhlak dan karakter tersebut. Selain itu guru-guru juga diinstrukiskan untuk membiasakan siswa dengan perilaku baik di dalam lingkungan madrasah seperti mengucapkan salam dan mencium tangan ketika bertemu.”158
Terkait dengan penjelasan di atas berdasarkan wawancara dengan guru akhlak bahwa ada
beberapa nilai karakter yang dikembangkan dalam pendidikan akhlak yaitu:
“Religius, jujur, toleransi, disiplin,kerja keras, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi , gemar membaca, pduli sosial.”159
Menurut guru bidang studi akidah akhlak dan wali kelas X Ilmu-Ilmu
Keagamaanmenjelaskan bahwa nilai karakter yang dikembangkan dalam pendidikan akhlak
yaitu:160
157Ali Masran Daulay, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 4 Mei 2017158Ali Masran Daulay, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 4 Mei 2017159Marwiyah, Guru Bidang Studi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan
tanggal 5 Mei 2017
90
“Religius, jujur, toleransi, disiplin,kerja keras, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi , gemar membaca, pduli sosial”
Berdasarkan penjelasan di atas jelaslah bahwa ada beberapa nilai karakter yang akan
dikembangkan guru akhlak dalam kegiatan pendidikan akhlak yaitu niali religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, rasa ingin tahu, semagat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
gemar membaca, peduli sosial.
2. Strategi pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan karakter
Sebagaimana sudah dijelaskan di atas, bahwa ada dua pendekatan yang dilakukan untuk
pendidikan akhlak yaitu secara struktur organisasi dan pendekatan pembelajaran di dalam kelas.
Unttuk pendidikan akhlak dengan pendekatan struktur organisasi, tentu ada pihak –pihak yang
terlibat dalam penddikan akhlak terebut.
Menurut kepala madrasah yaitu:
“Struktur organisasi yag turut dalam pendidikan akhlak di Madrasah ini secara langsung adalah guru bidang studi, guru piket, guru bidang kesiswaan, wakil kepala madrasah dan kepala madrasah.”161
Guru piket adalah guru yang pertama kali terlibat dengan pendidikan akhlak. Guru piket
di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 bertugas sebagai berikut:
1) Memperhatikan dan membunyikan bel masuk, pergantian pelajaran, istirahat dan pulang.
2) Memperhatikan siswa yang sedang melaksanakan KBM, UPB, senam, baris-berbaris,
sebelum masuk kedalam kelas, istirahat dan pulang.
3) Memberi izin kepada siswa yang meminta surat izin, masuk, keluar, pulang karena alasan
yang diterima.
4) Menertibkan siswa di dalam kelas jika guru bidang studi berhalangan hadir.
5) Mengawasi pelaksanaan salat zuhur berjamaah di masjid.
6) Memberi sanksi yang mendidik kepada siswa yang melanggar dan tata tertib Madrasah.
7) Mengarhkan dan melayani tamu yang datang ke Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1
Medan.
8) Mengisi daftar hadir dan memeperhatikan absensi guru.
9) Mengisi kartu kendali siswa.
160 Khairunnisa Br Manik, Guru Bidang Studi Akidah Akhlak dan Wali Kelas X IIK Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 10 Mei 2017
161Ali Masran Daulay, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 4 Mei 2017
91
10) Menandatangani absensi guru dan mengumpulkan berkas piket untuk ditandatangani
kepala madrasah setelah KBM berakhir.
11) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diserahkan kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN)
1 Medan.162
Menurut kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan sebagai berikut:
”Guru piket adalah guru yang langsung bertugas untuk melatih siswa disiplin. Dengan tugas-tugas yang telah ditentukan, guru piket bertanggung jawab agar membiasakan siswa untuk disiplin di dalam kelas, di luar kelas dan dilingkungan kelas. Guru yang memperhatikan siswa mulai dari masuk pekarangan sekolah hingga ke luar pekarangan sekolah.guru piket memperhatikan tingkah laku siswa selama didalam lingkungan sekolah. Oleh karena itu, guru piket berada diluar kantor selama proses belajar mengajar dimulai dan berakhir.”163
Pendidikan akhlak tidaknya sebagai teori, tetapi ia membutuhkan contoh dan pembiasaan.
Disiplin adalah salah satu bentuk akhlak yang mulia. Karena ia membutuhkan contoh dan
pembiasaan. Disiplin di lingkungan sekoloah harus dicontohkan oleh guru dan dibiasakan. Guru
harus mengawasi pelaksanaan disiplin. Untuk mengawasi dilaksanakan oleh guru piket.
Sedangkan untuk melatih disiplin siswa di dalam kelas adalah tugas guru bidang studi.
Guru bidang studi bertugas untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan jadwal
yang ditentukan dan melaporkan kepada guru piket atau guru BP apabila ada siswa yang
melanggar peraturan tata tertibsiswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan.
Selama dalam proses belajar mengajar, ada beberapa peraturan yang ditentukan oleh
pihak madrasah, yaitu:
1. Sebelum belajar dimulai pada jam pertama, siswa-siswi terlebih dahulu berdoa
dengan membaca ayat-ayat Alquran lalu member salam kepada guru dipimpin oleh
seorang siswa yang ditunjuk, demikian juga pada akhir pelajaran membaca ayat-ayat
Alquran, siswa-siswi memberi salam kemudian siswa-siswi keluar secara teratur dan
rapi lalu disusul oleh guru yang bersangkutan.
2. Absensi kelas dan buku batas belajar sudah diisi sekretaris kelas sebelum pelajaran
dimulai dan diserahkan ke petugas piket pada jam pelajaran terakhir selesai untuk
direkap dalam buku harian petugas piket dan selanjutnya diserahkan secara berkala
kepada petugas BK.
162Dokumen Urusan Piket Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan163Ali Masran Daulay, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 4 Mei 2017
92
3. Siswa-siswi harus menyediakan sendiri alat-alat tulisnya ataupun perlengkapan
lainnya agar tidak menganggu proses belajar.
4. Setiap siswa-siswi harus memelihara dan menjaga setiap sarana dan prasarana belejar
dilingkungan madrasah.
5. Siswa-siwi harus senantiasa bersikap sopan santun terhadap guru, pegawai, sesama
teman dan tamu.
6. Selama proses belajar mengajar berlangsung siwa-siswi harus pada tempat belajar.
7. Siswa-siswi tidak boleh meninggalkan kelas tanpa seizin guru yang bersangkutan.
8. Waktu penukaran jam pelajaran siswa-siwi harus berada di dalam kelas, jika 5 menit
berikutnya guru yang mengajar belum hadir, ketua kelas melapor kepada petugas
piket atau PKM.
Proses pembelajaran dengan membaca Alquran sudah mendidik anak sejak usia muda
untuk selalu dekat dengan agama. Adapun doa sebelum memulai proses kegiatan belajar
mengajar dilakukan oleh siswa secara bergantian. Ini bertujuan untuk memohon kepada Allah
agar siswa dibantu dalam proses belajar mengajar dan melatih siswa untuk memimpin doa
ditengah masyarakat. Ini adalah salah satu cara untuk menerapkan pendidikan akhlak
dilingkungan sekolah.
Demikian juga untuk mengakhiri proses kegiatan belajar mengajar, siswa juga dibiasakan
untuk membaca ayat Alquran. Pembacaan ayat Alquran dilakukan secara bersama-sama dan
megucapkan salam. Semua kegiatan ini dipantau oleh guru yang mengajar pada jam pelajaran
terakhir. Setelah selesai, sambil meninggalkan kelas setiap siswa menyalam guru, itu dilakuakn
untuk mendidik siswa agar menghormati guru. Jabat tangan dengan guru adalah sebagai
pengakian secara sadar untuk menghormati guru dan menghilangkan semua perasaan yang tidak
baik ketika berlangsunya proses belajar mengajar. Dengan salam dan jabat tangan maka murid
memeinta maf kepada guru dan guru memaafkan murid ketika ada kesalahan dalam proses
belajar mengajar, sehingga kegiatan belajar mengajar diakhiri dengan perasaan saling
menyayangi antara murid dan guru. Ini adalah salah satu cara untuk menanamkan akhlak yang
baik antara murid dengan guru.
Apabaila diamati dan dianalisa lebih mendalam, maka strategi pendidikan akhlak yang
dilakukan di luar kelas adalah pembelejaran akhlak secara uswatun hasanah. Situasi dan
lingkungan yang ada disekitar siswa akan membentuk karakter siswa. Dengan demikian, proses
93
pergalan yang ada dilingkungan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan adalah merupakan
edukasi yang dalam istilah Islam disebut dengan tarbiyah.
Strategi penerapan pendidikan akhlak dalam kelas, berdasarkan hasil observasi dan
wawancara yang dilakukan, pembelajaran pendidikan akhlak di dalam kelas ditempuh dengan
model pembelejaran langsung atau disebut dengan direct instruction atau active learning.
Penyebutan ini mengacu pada gaya guru yang terlibat langsung aktif dalam mengusung isi
pelajaran kepada pesrta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada selurh kelas teor
pendukung pembelajaran ini adalah teori behaviorisme dan teori belajar sosia, berdasarkan kedua
teori ini, pembelejaran langsung menekankan belajar sebagai perubahan perilaku.164
1. Mencatat
Berdasrkan pengamatan yang dilakukan, guru memerintahkan siswa untuk mencatat apa
yang sudah menjadi eksimpulan guru tentang materi yang diajarkan. Ketikan ditanyakan kepada
guru yang bersangkutan, mengapa siswa harus mencatat materi ajar, padahal zaman sekarang
sudah ada buku paket atau mungkin melalui media. Jawaban yang sangat menarik dari gruu
bidang studi adalah bahwa menurutnya, ateri yang dicatat adalah hasil kesimpulan yang sudah
disimpulkan oleh guru. Dengan catatan ini siswa secara perlahan akan mendengar, melihat,
mencatat dan memahami materi yang sudah ada.
2. Menjelaskan
Setelah siswa mencatat hal-hal yang penting, yang didiktekan oleh guru, maka guru
biasanya menjelaskan materi yang ada. Guru menjelaskan materi-materi yang membutuhkan
penjeasan, contohatau untuk merangsang siswa sehingga mereka memahami materi yang
diajarkan. Menurut guru pelajaran akidah akhlak bahwa pnejelasan sanagt dibutuhkan untuk
materi-materi yang berkaitan dengan apa yang dirasakan dan dihadapai siswa. Guru akan
memberikan contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari tentang apa yang disebut dengan sabar,
tawakkal, iktiar. Guru memeberikan contoh tentang adab kepada orang tua dan guru. Dengan
contoh ini siswa bisa memeahami dan menghayati materi yang ada. Untuk memberikan contoh-
contoh tentang materi yang sedang diajarkan, guru lebih sering memberikan cerita kepada siswa.
3. Memberi kesempatan kepada siswa dan siswi untuk bertanya
Dalam proses belajar mengajar, guru lebih suka mengmbangkan pembelajaran aktif fan
coperatif. Siswa dilibatkasn dalam proses belajar. Apabila penjelasan dari guru telah selesai,
164 Agus Suprijono, Coperative Learning, cet. 9 (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2013), h. 46
94
maka guru memberikan kesempatan kepada siswa dan siswi untiuk bertanya dan memberikan
komentar. Kesempatan ini harus dapat dimanfaatan siswa untuk memperluas pengetahuan
mereka tentang suatu pelajaran yang telah dilalui.
4. Latihan
Setiap proses belajar mengajar, guru sering memberian tugas kepada siswa. Tugas
tersebut ada yangdikerjakan di dalam kelas dan ada juga dikerjalan dirumah. Ada yang
dikerjakan secara sendiri dan ada juga yang dekerjakan secara kelompok. Tugas-tugas yang
diberikan kepada siswa ada dalam bentuk lembaran kerja dan ada jug dalam bentuk soal.
Lembaran kerja yang dimaksud adalah dimana guru membuat sebuah tabel, dimana di dalamnya
penuh dengan pernyataan bukan pertanyaan, siswa diberikan kesempatan untuk menganalisa
apakah setuju atau tidak stuju. Karena disadari atau tidak disadari bahwa di dalam mata pelajaran
akhlak kompetensi dasarnya dalah memeahami, menghayati, dan membiasakan diri.
5. Penutup
Pada akhir pembelajaran, seperti biasa guru selalu mengucapkan salam. Sedangkan
apabila mata pelajaran akhlak pada akhir jam pelajaran maka siswa bergiliran menyalam guru.
Ini berfungsi agar siswa dan guru saling memaafkan setelah terjadinya proses belajar mengajar.
Pendidikan akhlak yanhg dilakukan di dalam kelas dan di luar kelas adalah sebuah proses atau
aktivitas yang menunjukkan pada proses perubahan yang diinginkan di dalam tingkah laku
manusia atau peserta didik. Lingkungan yang ada di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan
merupakan suatu proses untuk memperngaruhi kebiasaan seseorang peserta didik menjadi
kebiasaan yang baik.
Nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan dalam penidikan akhlak di Madrasah
Aliyah Negeri 1 Medan merupakan dari Pembiasaan keteladanan,pembiasaan spontan dan
pembiasaan rutin oleh guru dan tenaga kependidikan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1
Medan, yaitu
Nilai yang dikembangkan Bentuk Pelaksanaan
Relegius 1. Guru berdoa bersama persrta didik sebelum
dan sesudah jam pelejaran.
2. Guru dan tenaga pendidik beserta
siswa/siswi melakukan salat dhuha secara
ketika jam istirahat.
95
3. Mengingatkan peserta didik yang tidak
melaksanakan ibadah dan memberi sanksi.
4. Setiap pergantian jam pelajaran siswa
membaca hamdalah secara bersama.
5. Guru dan tenaga kependidikan tidak ada
yang merokok sebagai teladan untuk
siswa/siswi juga tamu.
6. Guru dan tenaga pendidik bersama
siswa/siswi melakukan salat zuhur
berjamaah.
7. Guru tidak berkata kasar ketika
berkomunikasi baik sesama guru atau dengan
siswa/siswi.
8. Peserta didik diminta untuk mengucapkan
salam sebelum dan sesudah kegiatan, jika
bertemu dengan guru bersalaman dan
bertindak dengan sopan.
9. Saling bersalaman antar guru yang sejenis
jika bertemu dan diikuti oleh siswa yang
hanya bersalaman dengan sejenis pula, baik
dengan guru maupun siswa.
10. Mengetuk pintu sebelum masuk kedalam
ruangan orang lain maupun kelas.
Kedisiplinan 1. Jam 07:30 waktu masuk kelas.
2. Mengadakan apel atau baris pagi setiap hari
dipimpin oleh siswa yang bertugas.
3. Siswa yang melanggar peraturan diberikan
sanksi.
4. Meminta maaf.
5. Siswa yang ingin bertanya kepada gurunya
terlebih dahulu mengacungkan tangan atau
96
mengangkat tangan.
6. Bila berhalangan hadir ke Madrasah maka
harus ada surat pemberitahuan.
7. Guru dan pegawai madrasah berpakaian
rapid an syar;i.
8. Apabila ada siswa tidak rapi rambutnya
maka akan dicukur.
9. Mematuhi waktu mulai dan selesai jam
pelajaran.
Peduli lingkungan 1. Guru dan tenaga pendidika membuang
sampah pada tempatnya dan membiasakan
anak didik utuk membuang sampah pada
tempatnya.
2. Guru dan tenaga pendidik kerja bakti
membersihkan sekolah bersama peserta
didik.
3. Mengajak siswa untuk untuk menanam
tumbuhan dan menjaganya.
4. Guru dan tenaga pendidik mengambil
sampah yang berserakan dan melakukan
piket kelas secara berkelompok untuk
membersihkan kelas.
5. Mengajak siswa untuk melakukan kerja bakti
6. Guru membiasakan hidup bersih.
7. Mengambil sesuatu di jalan yang dapat
mengganggu siapa saja yang lewat.
8. Tidak mengganggu dan merusak tanaman
yang ada di sekitar sekolah dan
menginstruksikan kepada siswa juga untuk
berbuat seperti itu.
Peduli sosial 1. Guru dan tenaga pendidik mengumpulkan
97
setiap ada musibah dan bencana alam serta
untuk kegiatan soaial lainnya.
2. Melayat apabila ada orang tua atau wali
siswa yang meninggal dunia.
3. Guru dan tenaga pendidik membawa siswa
sakit untuk ditangani lebih lanjut oleh tenaga
medis.
4. Mengunjungi teman atau guru yang sakit.
Kejujuran 1. Melaporkan barang temuan kepada guru.
2. Guru dan tenaga pendidikan melakukan
melakukan penilaian secara objektif terhadap
siswa/siswi.
3. Menyediakan tempat bukti pembayaran uang
komite.
4. Membiasakan siswa untuk tidak curang
dengan atau mencontek.
5. Pendidik menepati janji kepada peserta didik
6. Guru mengakui kekeliruan yang terjadi
dengan bijak.
Cinta tanah air 1. Guru dan tenaga kependidikan melakukan
upacara dan peringatan hari besar nasional
dan daerah bersama peserta didik.
2. Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik
dan benar.
3. Memajang foto Presiden dan Wakil Presiden
serta lambing Negara.
Pembentukan akhlak seorang siswa tidak bisa dilakukan hanya di dalam kelas, namun
lingkungan sekolah, rumah dan masyarakat sangat membantu untuk membentuk akhlak seorang
siswa. Hal ini karena akhlak memiliki ciri-ciri penting sebagai berikut:
98
1. Akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat di dalam jiwa seseorang hingga
menjadi kepribadiannya.
2. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tifak
berarti bahwa saat melakukan sesuatu perbuatan yang bersangkutan dalam keadaan tidak
sadar, hilang ingatan, tidur atau gila.
3. Akhlak adalah perbauatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa
ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan
atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan.
4. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau
karena bersandiwara.
5. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan ikhlaks semata-mata karena Allah swt
bukan karena ingi mendapatkan pujian.165
3. Evaluasi hasil dan proses pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan
karakter.
Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dalam sebuah program. Padanan kata evaluasi adalah assessment yang menurut
tardif berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan. Evaluasi yang berarti pengungkapan dan pengukuran hasil
belajar itu, pada dasarnya merupakan proses penyusunan deskripsi siswa, baik secara kuantitatif
maupun kualitatif.166
Tahap terakhir dari implemntasi pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan
karakter adalah evaluasi pembelajaran, yaitu kegiatan untuk mengetahui perkembangan peserta
didik baik dari aspek akhlak maupun karakter pserta didik tersebut.
Berdasarkan wawancara dengan kepala madrasah dijelaskanan bahwa:
“Pihak yang dilibatkan dalam proses evaluasi pendidikan akhlak yaitu kepala madrasah dan seluruh guru”167
Penjelasan di atas senada dengan yang diungkapkan oleh guru akidah akhlak bahwa:
165 Saebani dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak (Bnadung, Pustaka Setia, 2010), h. 14166Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung, RemajaRosdakarya, 2001), h.
142167Ali Masran Daulay, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 4 Mei 2017
99
“Pihak yang berperan dalam proses evaluasi pendidikan akhlak yaitu selain guru akidah akhlak sendiri, kepala madrasah dan guru mata pelajaran lain juga turut terlibat dalam kegiatan evaluasi pendidikan akhlak”168
Berdasrkan penjelasan di atas, bahwa kepala madrasah dan seluruh guru berperan serta
dalam evaluasi perencanaan pendidikan akhlak. Guru-guru berdiskusi untuk merumuskan akhlak
dan karakter-karakter yang akan ditanamkan pada diri siswa.
Berdasarkan wawancara dengan guru akidah akhlak bahwa:
“Evaluasi dilakukan dalam setiap proses pembelajaran dan di akhir semester setelah ujian berlangsung”169
Hal senada juga diungkapkan kepala madrasah bahawa:
“Evaluasi dari implemntasi pendidikan akhlak di akhir semester dan juga setiap hari di keseharian siswa. Setiap bertemu dengan guru, siswa selalu mengucapkan salam dan mencium tangan. Kemudian siswa juga setiap hari tanpa diinstruksikan, siswa langsung mengambil wudu dan mengerjakan salat zuhur berjamaah. Hal ini menggambarkan nilai-nilai religius telah tertanam pada diri siswa.”170
Beranjak dari deskrisi di atas, maka evaluasi yang dilakukan guru mencakup evaluasi
proses dan hasil. Evaluasi proses dilakukan dalam setiap proses pembelajaran. Sedangkan
evaluasi hasil dilakukan pada saat ujian semester.
Sementara itu, ada beberapa aspek yang dievaluasi berdasarkan wawancara dengan guru
akidah akhlak bahwa:
“Aspek yang dievaluasi yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif.”171
Beranjak dari deskripsi di atas, jelaslah bahwa aspek evaluasi pendidik akhlak yaitu
aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif siswa yang kesemuanya itu terangkum dalam proses
pembelajaran pendidikan akhlak itu sendiri.
Sementara itu berdasarkan wawancara dengan kepala madrasah bahwa:
“Evaluasi di dalam kelas dilakukan oleh para guru mata pelajaran yang bersangkutan sementara di luar kelas yaitu tidak hanya guru mata pelajaran agama saja, akan tetapi kepala sekolah dan guru mata pelajaran lain akan memberikan penilain tentang keberhasilan tertranamnya nilai-nilai pendidikan akhlak dan karakter.”172
168 Marwiyah, Guru Bidang Studi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 5 Mei 2017
169Marwiyah, Guru Bidang Studi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 5 Mei 2017
170Ali Masran Daulay, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 4 Mei 2017171Marwiyah dan Kahirunnisa Boru Manik, Guru Bidang Studi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri 1
Medan, wawancara di Medan tanggal 5 Mei 2017172Ali Masran Daulay, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 4 Mei 2017
100
Berdasarkan penjelasan di atas, maka evaluasi tidak hanya dilakukan guru akidah akhlak
saja namun juga kepada kepala madrasah dan guru mata pelajaran yang lain turut berperan dalam
evaluasi pendidikan akhlak dan karakter khususnya di lingkungan madrasah.
Selanjutnya berkenaan dengan dengan peran dan keterlibatan kepala madrasah dalam
evaluasi pendidikan akhlak berdasarkan wawancara dengan kepala madrasah bahwa:
“Bahwa kepala madrasah juga ikut memberikan penilaian terhadap keberhasilan
implementasi pendidikan akhlak dengan melihat sikap dan tingkah laku siswa selama berada di
lingkungan madrasah .”173
Sementara itu, berdarkan wawancara dengan guru akidah akhlak bahwa:
“Proses evaluasi dilaksanakan setiap hari dalam proses belajar dan pembelajaran. Saya mengevaluasi dengan melihat proses pembelajaran. Contohnya nilai karakter percaya diri terlihat ketika siswa dengan semangat mempresentasikan salah satu materi pendidikan akhlak dihadapan teman-temannya. Kemudian setiap bertemu dengan guru siswa selalu mengucapkan dan mencium tangan guru. Ditambah lagi setiap hari siswa tanpa diperintah untuk salat , sudah bergerak untuk menuju masjid tanpa diperintah untuk salat. Sementara itu Evaluasi juga dilakukan di akhir semester dengan melakukan ujian akhir semester.”174
Beranjak dari deskripsi di atas maka proses evaluasi yang dilakukan melalui dua tahapan.
Pertama, evaluasi harian yang dilakukan guru akidah akhlak dalam setiap proses pembelajaran.
Kedua, evaluasi semester yang dilakukan setiap akhir semester.
Sementara itu terkait dengan tindak lanjut, berdasrkan wawancara dengan guru akidah
akhlak bahwa:
“Tindak lanjut dari evaluasi pendidikan akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan yaitu dengan memberikan arahan dan bimbingan kepada siswa agar kegiatan agama yang selalu dilakuakn di Madrasah seperti salat berjamaah dan selalu mengucapkan salam terus dilaksanakan di rumah”175
Berdasarkan desripsi di atas, maka tindak lanjut yang diberikan guru kepada siswa yaitu
dengan memberikan arahan dan bimbingan dan motivasi agar kegiatan-kegiatan positif yang
dilakukan di sekolah seperti mengucap salam, disiplin serta mengerjakan salat berjamaah selalu
di lakukan di rumah.
Menurut kepala madrasah bahwa pendidikan akhlak ini memiliki tujuan, yaitu:
173Ali Masran Daulay, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 4 Mei 2017174Marwiyah, Guru Bidang Studi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan
tanggal 5 Mei 2017175Marwiyah dan Kahirunnisa Boru Manik, Guru Bidang Studi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri 1
Medan, wawancara di Medan tanggal 5 Mei 2017
101
“Untuk menanamkan akhlak yang baik pada diri siswa dengan Implementasi pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan karakter, maka siswa akan membiasakan diri untuk bersikap dan bertingkah laku yang baik.”176
Berdasarkan penjelasan di atas terlihat bahwa tujuan dari Implementasi pendidikan
akhlak dalam penegmbangan pendidikan karakter di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan
adalah untuk menanamkan akhlak dan karakter yang baik dari siswa. Dengan penanaman akhlak
dan karakter ini diharapkan siswa terbiasa untuk bersikap dan bertingkah laku yang baik.
Sementara itu hasil dari evaluasi menurut guru akidah akhlak yaitu:
“Banyak perkembangan akhlak dan karakter siswa yang ditandai dengan sikap dan perilaku siswa yang semakin baik. Siswa sudah terbiasa untuk mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru. Kemudian siswa juga lebih bersikap mandiri dan percaya diri dalam pembelajara di dalam kelas. Selain itu hal ibadah siswa sudah terbiasa untuk menjalan salat terutama salat zuhur dan ashar tanpa harus diperintah.”177
Beranjak dari penjelasan di atas terlihat bahwa perkembangan akhlak siswa bergerak
progresif menuju kebaikan. Hal ini dilihat dari sisi sosial, kegiatan pembelajaran dan ibadah
siswa. Dari sisi sosial siswa terbiasa untuk bersikap sopan santun dengan mengucapkan salam
kepada guru. Sedangkan dari sisi pemebelajaran siswa sudah terbiasa untuk mandiri dan percaya
diri. Sementara dari sisi ibadah terbiasa untuk menjalan salat.
Kesimpulan dari evaluasi pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan karakter
di Madrasa Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan, yaitu evaluasi yang dilakukan guru terbagi atas dua
bagian. Pertama guru melakuakn evaluasi harian dengan melihat sikap dan perilaku keseharian
siswa di dalam dan di luar kelas. Kedua, guru melakuakn evaluasi di akhir semester dengan
melakukan ujian semester.
176Ali Masran Daulay, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 4 Mei 2017177Marwiyah dan Kahirunnisa Boru Manik, Guru Bidang Studi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri 1
Medan, wawancara di Medan tanggal 5 Mei 2017
102
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada tiga temuan dalam
penelitian ini yaitu:
1. Perencanaan yang dilakukan dalam mengimplementasikan pendidikan akhlak dalam
pengembangan pendidikan karakter di Madrasah Aliyan Negeri 1 Medan bahwa
perencanaan dilakukan dilakukan di awal tahun ajaran dan di awal semester. Pada tahun
ajaran, perencanaan dilakukan untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti
program tahunan, program semester, silabus. Sedangkan perencanaan di awal semester
lebih memfokuskan pada mempersiapkan RPP, Jadi, sebelum memberikan pelajaran,
guru telah mempersiapkan perencanaan pembelajaran berupa silabus dan RPP dari materi
yang akan diajarkan dengan tetap mencantumkan nilai-nilai akhlak dan karakter yang
akan ditanamkan di setiap RPP. Pihak yang berperan dalam proses perencanaan
pendidikan akhlak yaitu kepala sekolah, guru pendidikan akhlak dan guru mata pelajaran
103
yang lain. ada beberapa aspek yang direncanakan diantaranya yaitu Tenaga pendidik,
kegiatan belajar mengajar, dan nilai-nilai akhlak dan karakter yang akan ditanamkan.
Dalam kegiatan belajar, kepala sekolah menginstruksikan kepada setiap guru untuk
memasukkan nilai pendidikan aenkhlak dan juga mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan
karakter dalam setiap pelajaran dan saling bertukar pikiran mengenai pengintegrasian
pendidik akhlak dan karakter dalam setiap pelajaran. Selanjutnya guru-guru
bermusyawarah untuk menentukan nilai-nilai akhlak dan karakter yang akan ditanamkan
ada beberapa nilai karakter yang akan dikembangkan guru akhlak dalam kegiatan
pendidikan akhlak yaitu niali religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, rasa ingin
tahu, semagat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, gemar membaca, peduli
sosial.
2. Strategi dalam melaksanakan Pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan
karakter di Madrasah Negeri 1 Medan Strategi penerapan pendidikan akhlak dalam kelas,
berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan, pembelajaran pendidikan
akhlak di dalam kelas ditempuh dengan model pembelejaran langsung atau disebut
dengan direct instruction atau active learning. Peneybutan ini mengacu pada gaya guru
yang terlibat langsung aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada pesrta didik dan
mengajarkannya secara langsung kepada selurh kelas teor pendukung pembelajaran ini
adalah teori behaviorisme dan teori belajar sosial.
3. Evaluasi hasil dan proses pelaksanaan pendidikan akhlak dalam pengembangan
pendidikan karakter di Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, bahwa Evaluasi dari
implemntasi pendidikan akhlak di akhir semester dan juga setiap hari di keseharian siswa.
Setiap bertemu dengan guru, siswa selalu mengucapkan salam dan mencium tangan.
Kemudian siswa juga setiap hari tanpa diinstruksikan, siswa langsung mengambil wudu
dan mengerjakan salat zuhur berjamaah. Hal ini menggambarkan nilai-nilai religius telah
tertanam pada diri siswa. Evaluasi tidak hanya dilakukan guru akidah akhlak saja namun
juga kepada kepala sekolah dan guru mata pelajaran yang lain turut berperan dalam
evaluasi pendidikan akhlak dan karakter khususnya di lingkungan madrasah. Proses
evaluasi dilaksanakan setiap hari dalam proses belajar dan pembelajaran. Saya
mengevaluasi dengan melihat proses pembelajaran. Contohnya nilai karakter percaya diri
terlihat ketika siswa dengan semangat mempresentasikan salah satu materi pendidikan
104
akhlak dihadapan teman-temannya. Ditambah lagi setiap hari siswa tanpa diperintah
untuk salat , sudah bergerak untuk menuju masjid tanpa diperintah untuk salat. Sementara
itu Evaluasi juga dilakukan di akhir semester dengan melakukan ujian akhir semester.
Pihak yang berperan dalam proses evaluasi pendidikan akhlak yaitu selain guru akidah
akhlak sendiri, kepala sekolah dan guru mata pelajaran lain juga turut terlibat dalam
kegiatan evaluasi pendidikan akhlak
B. Saran-saran
Sehubungan dengan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis memberikan saran-saran
kepada semua pihak yang ikut terlibat dalam impelemntasi layanan konseling Islami sebagai
berikut:
1. Kepala Madrasah untuk bisa terus meningkatkan pendidikan akhlak dalam
pengembangan pendidikan karakter. di Madrash Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan.
2. Kepada guru-guru bidang studi untuk bisa mengembangkan nilai-nilai krakter dalam
melaksanakan pendidikan akhlak. Dan juga lebih mengembangkan metode dan startegi
dalam mengajar.
3. Kepada para akademis untuk terus mengkaji konsep dan implementasi pendidikan akhlak
dalam mengambangkan pendidikan karakter sehingga siswa bisa tumbuh dan
berkembang sesuai dengan pendidikan Islam.
105
106
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Adisusilo, Sutarjo, Pembelajaran Nilai-nilai Karakter. Cet. 2 Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013
Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: Pustaka Setia, 2009
Ahmadi, Abu, Dasar-dasar Pendidikan Dalam IslamJakarta: Bumi Aksara, 1991
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Cet, 2 Jakarta: Rineka Cipta, 2003
Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2015
__________ (ed), Pendidikan dan Psikilogi Islami, Cet 1 Bandung: Citapustaka Media, 2007
__________, Percikan Pemikiran Pendidikan dari Filsafat Hingga Peraktik Pendidikan, Cet 1 Bandung: CitaPustaka Media Perintis, 2009
Al-Shaibany, Oemar Mohammad al-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung Jakarta: Bulan Bintang, 1979
Ali, Yunasril, Perkembambangan Pemikiran Falsafah dalam Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991
Aminuddin, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum Bogor: Ghalia Indonesia, 2002
Aminuddin,et, al., Membangun Karakter dan Kepribadian Melalui Pendidikan Agama Islam, Cet: 1 Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006
Amin, Ahmad, Etika (Ilmu Akhlak), Terj Farid Ma’ruf, Cet. 8 Jakarta: Bulan Bintang, 1995
Anwar, Rosihon, Akidah Akhlak. Cet, 1 Bandung: Pustaka Setia, 2008
Arif, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Cet. 1 Jakarta: Ciputat Pers, 2002
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penenlitian: Suatu Pendekatan Praktik, Cet 14 Jakarta: Rineka Cipta, 2010
Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian Jakarta: Rineka Cipta, 1990
Asari, Hasan (Ed), Hadis-hadis Pendidikan, Cet. 2 Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2014______________, Nukilan Pemikiran Klasik Gagasan Pendidikan Abu Hamid Al-Ghazali, Cet. 1
Medan: IAIN PRESS, 2012
AS, Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Cet 1 Jakarta: Rajawali Pers, 1992
Bakar, Rosdiana A., Pendidikan Suatu Pengantar, Cet. 2 Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2009
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penenlitian Kualitatif, Cet I Jakarta: Rineka Cipta, 2008Daulay, Haidar Putra, Pendidikan Islam dalam Persfektif Filsafat Jakarta: Prenada Media Group,
2014
Daulay, Haidar Putra dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Karakter Cet. 1 Medan: Manhaji, 2016
107
Daradjat, Zakiah,Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Cet. 2 Jakarta: CV Ruhama, 1995
Djatnika, Rahmat, Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia) Surabaya: Pustaka Islam, tt
Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlak Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 1991
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Cet 10 Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Cet 2 Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002
Kunandar, Guru Profesional Jakarta: Rajawali Press, 2007
Madjid, Nurcholis, Masyarakat Religius: Membumikan Nilai-nilai Islam dalam Kehidupan Masyarakat Jakarta: Paramadina, 2000
Mahjuddin, Akhlak Tasawuf Jakarta: Kalam Mulia, 2009
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. 18 Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000
Nata, Abudin, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Cet 2 Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001
____________, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat Jakarta: Rajawali Pers, 2012
____________, Akhlak Tasawuf Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet 8 Jakarta: Kalam Mulia, 2010
Ridwan Abdullah Sani, Pendidikan Karakter di Pesantren, Cet 1 Bandung,:Citapustaka Media Perintis, 2011
Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam, Membangun Konsep Islami Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2015
Sitorus, Masganti, Metodologi Penelitian Pendidikan Islam Medan: IAIN Press, 2011
Sukadinata, Nana Saodih, Metode Penelitian Pendidikan, Cet II Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006
Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Cet. 2 Bandung: Remaja: Rosdakarya, 2013
Suyanto, Pendidikan Karakter, Teori dan Aplikasi Jakarta: Rineka Cipta, 2010
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2016
Suwarno, Wiji, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan,Jogjakarta: AR-RUZZ, 2006
Syukur, M. Amin, Pengantar Studi Islam. Cet: 2 Semarang: Pustaka Nuun, 2010
Syafaruddin, et, al., Inovasi Pendidikan, Cet 2 Medan: Perdana Publishing, 2013
Syaiful Sagala, Etika dan Moralitas Pendidikan. Cet 1 Jakarta: Kencana, 2013
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam, Cet 1 Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012
108
Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUD RI NO. 2 Tahun 1989) Dan Peraturan Pelaksanaannya, Cet. 4 (Jakarta, Sinar Grafika, 1993
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Yunus,Mahmud, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, Cet 2Jakarta: Hidakarya Agung, 1978
______________, Sejarah Pendidikan Islam, Cet. 3 Jakarta: Hidaya Karya, 1981
Ya’qub,Hamzah, Etika Islam, Pembinaan Akhlakul Karimah (Suatu Pengantar) Cet 2 Bandung:Diponegoro, 1983
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsep dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan Cet. 2 Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012
B. Jurnal
Husaini, Pembinaan Pendidikan Karakter, dalam Jurnal Kependidikan dan Ke-Islaman TARBIYAH, Vol, XXI, 2014
Ismail Sukardi, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Agama (Persfektif Islam), dalam Jurnal Kependidikan dan Keislaman TARBIYAH, Vol, XX, 2013.
Silahuddin, Pendidikan dan Akhlak (Tinjaun Pemikiran Imam al-Ghazali) , dalam Jurnal Kependidikan dan Keislaman TARBIYAH, Vol XXIII No. 1 2016.
Reflinda, Pendidikan Akhlak/Karakter dalam Perspektif Filsafat Pendidikn Islam, dalam Jurnal AL-IRSYAD, Vol II 2013.
Rosnita, Pembentukan Akhlak Anak Usia Dini Menurut Ibnu Miskawaih, dalam Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman MIQOT, Vol XXXVII, No. 2 2013
C. Tesis
Bobi Erno Rusadi “Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas As-Syafiiyah Medan” Tesis, Program Pascasarjana UIN-SU Medan 2014
Muhammad Arifin Jahari “Pendidikan Akhlak Pada Kisah Maryam Dalam Alquran” Tesis, Program Pascasarjana Pendidikan Islam IAIN SU Medan, 2013
Rahmadani Lubis “Pendidikan Akhlak Melalui Kisah-Kisah Teladan di Yayasan Pendidikan RA El-Hidayah Kecamatan Sunggal” Tesis, Program Pascasarjana Jurusan Pendidikan Islam IAIN SU Medan , 2014
Rahmawati Gultom, Model Pendidikan Karakter dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Bunayya Padangsedempuan,Tesis, Program Pascasarjana Pendidikan Islam, IAIN-SU, 2013
Zailani “Konsep Pendidikan Akhlak Menurut A.R Fachrudddin” Tesis, Program Pascasarjana Pendidikan Islam IAIN SU Medan, 2013
top related