Transcript
7/30/2019 Ekspor Beras
1/120
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI
DAN EKSPOR BERAS INDONESIA
MARISSA AMBARINANTIA14303029
SKRIPSI
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA
FAKULTAS PERTANIANINSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
7/30/2019 Ekspor Beras
2/120
ii
RINGKASAN
MARISSA AMBARINANTI. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Produksi dan Ekspor Beras Indonesia. Dibawah bimbingan MANGARATAMBUNAN.
Beras merupakan salah satu komoditi pangan yang mempunyai arti
penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan keberadaannyasebagai makanan pokok bagi hampir seluruh bangsa Indonesia. Hampir 97 %
penduduk Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi untuk mengkonsumsi
beras sebagai makanan pokok utama. Selain merupakan negara pengkonsumsiberas, Indonesia juga merupakan negara produsen beras terbesar ke tiga di dunia.
Hal ini didukung oleh kondisi alam, iklim, dan topografi yang mendukungdilakukannya usahatani padi di Indonesia. Indonesia pernah mencapai
swasembada pangan pada tahun 1984 dan berhasil menjadi net eksportir beras,tetapi setelah periode swasembada tersebut produksi beras Indonesia berfluktuasidengan laju pertumbuhan yang cenderung menurun sedangkan laju pertumbuhan
konsumsi terus meningkat, sehingga Indonesia lebih sering tergantung pada imporuntuk memenuhi kebutuhan beras domestiknya.
Selain melakukan impor beras, Indonesia juga melakukan ekspor beras.
Fluktuasi pada produksi dan predikat Indonesia sebagai negara pengimpor berasmengakibatkan ekspor beras Indonesia cenderung menurun dan bahkan terhapus.
Namun demikian pada tahun 2004 hingga 2005, ekspor beras meningkat cukupsignifikan yaitu dari 4.495 ton pada tahun 2004 menjadi 44.285 ton pada tahun2005. Hal ini memberikan harapan dan peluang bagi Indonesia untuk
mempertahankan dan mengembangkan ekspor beras yang ada mengingat padadasarnya Indonesia merupakan salah satu negara produsen beras terbesar.
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menganalisis faktor-faktor yangmempengaruhi produksi beras Indonesia, (2) menganalisis faktor-faktor yangmempengaruhi ekspor beras Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu datatime series selama peride waktu 30 tahun (1976-2005). Data tersebut diperoleh
dari Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian, BULOG, dan DepartemenPerdagangan. Model analisis data yang digunakan adalah model regresi bergandadengan persamaan tunggal. Persamaan ini diduga dengan menggunakan metode
Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan program Minitab 14.Berdasarkan hasil estimasi model secara keseluruhan, pendugaan dan
pengujian model ekonomi dengan kriteria statistik yang ada menunjukkan hasilyang sangat baik, dimana parameter-parameter dalam setiap persamaanmemberikan tanda yang sesuai dengan harapan dan cukup logis dari sudut
pandang ekonomi. Nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh untuk modelproduksi adalah sebesar 98,6 persen dan nilai koefisien determinasi (R2) yang
diperoleh untuk model ekspor adalah sebesar 71,0 persen. Hal ini menunjukkanbahwa keragaman masing-masing variabel endogen dapat dijelaskan dengan baikoleh variabel-variabel eksogen yang terdapat dalam model. Masalah autokorelasi,
heteroskedastisitas, dan multikolinier tidak terdapat dalam kedua model yang
dianalisis.
7/30/2019 Ekspor Beras
3/120
iii
Hasil analisis regresi pada model produksi menunjukkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi produksi beras Indonesia terdiri dari luas areal panenpadi Indonesia, harga dasar gabah, pupuk urea, dan curah hujan. Dari hasil
perhitungan didapatkan bahwa semua variabel yang digunakan berpengaruh nyata
secara bersama-sama dalam peningkatan dan penurunan volume produksi berasIndonesia. Hasil analisis regresi menyatakan bahwa dari keempat variabel
eksogen terdapat tiga variabel eksogen yang berpengaruh nyata terhadap produksiberas Indonesia, yaitu luas areal panen padi Indonesia (pada taraf 0,01), harga
dasar gabah (0,01), dan pupuk urea (pada taraf 0,01). Sedangkan variabel eksogenyang tidak berpengaruh nyata adalah variabel curah hujan dengan nilai P value0,815.
Hasil analisis regresi pada model ekspor menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor beras Indonesia terdiri dari produksi
beras Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dollar, harga beras eceran, dankonsumsi beras per kapita. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa semua
variabel yang digunakan berpengaruh nyata secara bersama-sama dalampeningkatan dan penurunan volume ekspor beras Indonesia. Hasil analisis regresimenyatakan bahwa dari keempat variabel eksogen terdapat dua variabel eksogen
yang berpengaruh nyata terhadap volume ekspor beras Indonesia, yaitu produksiberas Indonesia (pada taraf 0,2) dan konsumsi beras per kapita (pada taraf 0,01).Sedangkan variabel eksogen yang tidak berpengaruh nyata adalah nilai tukar
rupiah terhadap dollar dengan nilai P value 0,539 dan harga beras eceran dengannilai P value 0,883.
Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Menciptakankebijakan yang mendukung pertanian di indonesia, misalnya dengan memberikansubsidi pupuk bagi para petani dengan cara yang bijak dan tepat sehingga tersedia
dalam jumlah dan harga yang memadai, mengingat pupuk urea merupakan salahsatu faktor utama yang mempengaruhi produksi beras Indonesia. Selain itu
menetapkan kebijakan harga dasar gabah yang melindungi petani, sehingga haltersebut memberikan insentif bagi petani untuk meningkatan produksi padi, (2)Perlu diupayakan peningkatan luas areal tanam padi untuk meningkatkan produksi
padi Indonesia, sehingga produksi beras pun akan meningkat. Selain itu perludiupayakan adanya diversifikasi pangan untuk mengurangi ketergantungan pada
beras, (3) Membina, menjaga, dan mengembangkan pasar ekspor beras yangsudah ada. Mengorientasikan produksi beras bukan hanya untuk konsumsi tetapi
juga untuk mulai mengembangkan ekspor beras, dan (4) Saran bagi penelitian
selanjutnya adalah mencoba melakukan penelitian ini dengan metode two stageleast square (2SLS) dengan menggunakan model persamaan simultan. Dapat juga
mencoba dengan membagi rentang waktu penelitian antara waktu sebelumterjadinya krisis ekonomi dengan waktu setelah terjadi krisis ekonomi.
7/30/2019 Ekspor Beras
4/120
iv
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI
DAN EKSPOR BERAS INDONESIA
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada Fakultas PertanianInstitut Pertanian Bogor
Oleh:
Marissa AmbarinantiA14303029
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYAFAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
7/30/2019 Ekspor Beras
5/120
v
Judul : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKSI DAN EKSPOR BERAS INDONESIA
Nama : Marissa Ambarinanti
NRP : A14303029
Menyetujui,
Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Mangara Tambunan, MSc
NIP. 130 345 010
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgrNIP. 131 124 013
Tanggal Lulus :
7/30/2019 Ekspor Beras
6/120
vi
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI TULISAN ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU
LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Mei 2007
Marissa AmbarinantiA14303029
7/30/2019 Ekspor Beras
7/120
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 Juni 1985. Penulis
merupakan anak ke lima dari enam bersaudara pasangan Bapak Indarjo dan Ibu
Juminten.
Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Katholik Eka
Prasetia Reni Jaya pada tahun 1990 dan memasuki jenjang Sekolah Dasar (SD)
pada tahun 1991 di SD Eka Prasetia, Reni Jaya. Kemudian pada tahun 1995
penulis melanjutkan pendidikan kelas 5 SD di SD Negeri Pondok Petir 03,
Sawangan. Pada tahun 1997, penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1
Ciputat. Pendidikan sekolah menengah atas ditempuh penulis di SMU Negeri 1
Ciputat pada tahun 2000-2003. Pada tahun 2003, penulis diterima sebagai
mahasiswa Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen
Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI). Selama menjadi
mahasiswa di IPB, penulis aktif dalam organisasi Persekutuan Mahasiswa Kristen
dalam Komisi Kesenian.
7/30/2019 Ekspor Beras
8/120
viii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas segala berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi dan
Ekspor Beras Indonesia. Skripsi ini disusun sebagai bagian dari persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi produksi dan ekspor beras Indonesia. Selain itu, penelitian
ini juga membahas perkembangan kondisi perberasan baik di Indonesia maupun
dunia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan skripsi mulai dari awal hingga akhir. Penulis
berharap semoga hasil yang telah disajikan dalam skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak, khususnya bagi penulis sendiri dan bagi yang berminat untuk
melakukan penelitian lebih lanjut.
Bogor, Mei 2007
Penulis
7/30/2019 Ekspor Beras
9/120
ix
UCAPAN TERIMA KASIH
Selama menulis skripsi ini, penulis banyak mendapatkan pimpinan,
bimbingan, bantuan, arahan, dan dukungan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. TUHAN ALLAH sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi bagi penulis.2. Prof. Dr. Ir. Mangara Tambunan, MSc sebagai dosen pembimbing skripsi
yang dengan penuh kesabaran membimbing, mendukung, dan memberikan
kritik serta saran kepada penulis dalam menulis skripsi ini.
3. Dr. Ir. Harianto, MS sebagai dosen penguji utama yang telah memberikankritik serta saran kepada penulis bagi kesempurnaan skripsi ini.
4. Ir. Murdianto, MSi sebagai dosen penguji wakil departemen yang telahmemberikan kritik serta saran kepada penulis bagi kesempurnaan skripsi
ini.
5. Keluarga terkasih, Ayah, Ibu, kakak-kakak, serta adik yang telahmemberikan kasih sayang, doa, semangat dan dukungan kepada penulis
selama proses belajar ini.
6. Keluarga terkasih, Papa Hadi, Mama Botty, Aldes, dan Dyota yang telahmemberikan kasih sayang, doa, dukungan dan keceriaan kepada penulis
selama proses belajar ini.
7. Bapak Rasidin Karo-karo Sitepu yang memberikan masukan dan bantuankepada penulis dalam proses penyusunan skripsi.
8. Sahabat-sahabat tersayang: Sardina, Rosa, Welly, Nela, Ferdy, Silvy,Christine, Kak Eva, Tati, Ance, Ade Eva, Fitri, Rendy, Bolon, Bang
7/30/2019 Ekspor Beras
10/120
x
Eprim, Robin, Roy Sinaga, dan Mas Sandi yang telah memberikan
semangat, dukungan, dan bantuan kepada penulis
9. Eyang dan teman-teman yang tinggal bersama penulis di Wisma Rosa:Mbak Fitri, Dimmy, Via, Nitha, Pak Eko, Neny, ibu Yus, dan sebagainya.
10.Teman-teman dari EPS 40, EPS 41, EPS 39, AGB 40 dan AGB4111.Teman-teman di Komisi Kesenian PMK IPB.
7/30/2019 Ekspor Beras
11/120
xi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL....................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 11.2 Perumusan Masalah.................................................................... 6
1.3 Tujuan......................................................................................... 8
1.4 Kegunaan Penelitian................................................................... 8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian dan Keterbatasan Penelitian ............ 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 10
2.1 Beras Sebagai Pangan Pokok Utama ....................................... 10
2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................ 11
2.2.1 Penelitian Mengenai Beras ........................................... 11
2.2.2 Penelitian Mengenai Produksi dan Ekspor Produk
Pertanian........................................................................ 15
2.2.3 Pemilihan Metode Analisis ........................................... 17
2.2.4 Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu ...... 20
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN ......................................................... 22
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................... 22
3.1.1 Teori Penawaran dan Permintaan.................................. 22
3.1.2 Fungsi Produksi............................................................. 27
3.1.3 Teori Perdagangan Internasional................................... 28
3.1.4 Fungsi Ekspor................................................................ 33
3.1.5 Analisis Regresi Berganda ............................................ 36
7/30/2019 Ekspor Beras
12/120
xii
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional............................................ 38
3.3 Hipotesis Penelitian................................................................. 42
BAB IV. METODE PENELITIAN ............................................................ 43
4.1 Jenis dan Sumber Data ............................................................ 43
4.2 Metode Analisis Data .............................................................. 44
4.2.1. Perumusan Model......................................................... 46
4.2.2. Pengujian Model dan Hipotesis.................................... 47
4.2.2.1 Goodness Of Fit (Kesesuaian Model) ............. 47
4.2.2.2 Uji Statistik...................................................... 47
4.2.2.2.1 Uji F................................................. 484.2.2.2.2 Uji t.................................................. 49
4.2.2.2.3 Uji Normalitas ................................. 50
4.2.2.2.4 Uji Multikolinieritas ........................ 51
4.2.2.2.5 Uji Heteroskedastisitas .................... 51
4.2.2.2.6 Uji Autokorelasi .............................. 52
4.2.2.2.7 Pengukuran Elastisitas .................... 53
4.2.3 Model Alternatif ............................................................ 54
BAB V. POTENSI PRODUKSI DAN EKSPOR BERAS .......................... 56
5.1 Kondisi Perberasan Indonesia ................................................ 56
5.1.1 Perkembangan Produksi Beras Indonesia ..................... 60
5.1.2 Perkembangan Konsumsi Beras Indonesia ................... 63
5.1.3 Perkembangan Ekspor dan Impor Beras Indonesia....... 65
5.2 Kondisi Perberasan dunia ........................................................ 69
5.2.1 Perkembangan Produksi Beras Dunia .......................... 69
5.2.2 Perkembangan Konsumsi Beras Dunia ......................... 70
5.2.3 Perkembangan Ekspor dan Impor Beras Dunia ........... 72
5.3 Keadaan Pergerakan Harga Beras Domestik, Harga BerasInternasional, dan Nilai Tukar ................................................ 75
7/30/2019 Ekspor Beras
13/120
xiii
BAB VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI
DAN EKSPOR BERAS INDONESIA ......................................... 78
6.1 Uji Empiris Model Ekonometrika Faktor- faktor yangMempengaruhi Produksi Beras Indonesia................................ 78
6.2 Uji Empiris Model Ekonometrika Faktor-faktor yangMempengaruhi Ekspor Beras Indonesia................................... 84
6.3 Definisi Variabel yang Digunakan .......................................... 90
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 92
7.1 Kesimpulan............................................................................... 92
7.2 Saran ......................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 94
LAMPIRAN ................................................................................................. 97
7/30/2019 Ekspor Beras
14/120
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1. Perkembangan Volume Ekspor Beras (Kg) Indonesia BerdasarkanNegara Tujuan Tahun 2000-2004 ............................................................... 4
2. Perkembangan Produksi Beras, Luas Panen Padi, Produkstivitas,
dan Ekspor Beras Tahun 2001-2005 ............................................................ 5
3. Produksi padi (GKG) menurut Pulau di Indonesia Tahun 2001-2005 (000 ton) ............................................................................................. 61
4. Perkembangan Produksi Padi dan Beras Tahun 2000-2005 ........................ 62
5. Jumlah Penduduk dan Tingkat Konsumsi beras di Indonesia...................... 64
6. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Beras Indonesia Tahun2000-2005..................................................................................................... 67
7. Produksi, Impor/Ekspor Beras (1000 Ton), dan Tingkat Swasembada
dan Ketergantungan impor: Rataan 4 periode 1995-2005 ........................... 68
8. Produksi Beras Dunia Tahun 2001-2004 ..................................................... 70
9. Konsumsi Beras Dunia Tahun 1999/2000-2002/2003 ................................. 71
10. Perkembangan Ekspor Beras Dunia Tahun 2001-2004 ............................. 73
11. Perkembangan Impor Beras Dunia Tahun 2001-2004 ............................... 74
12. Perkembangan Harga Beras Domestik, Harga Beras Internasional,
dan Nilai Tukar........................................................................................... 76
13. Hasil Pendugaan Persamaan Produksi Beras Indonesia............................. 80
14. Hasil Pendugaan Persamaan Ekspor Beras Indonesia ............................... 86
7/30/2019 Ekspor Beras
15/120
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Kurva Terjadinya Perdagangan Internasional ........................................ 29
2. Kurva Terjadinya Perdagangan Internasional 2 ..................................... 30
3. Mekanisme Pengaruh Kurs Terhadap Volume Ekspor .......................... 32
4. Pergerakan Harga Beras Domestik, Harga Beras Internasional, dan
Nilai Tukar ............................................................................................ 77
7/30/2019 Ekspor Beras
16/120
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Lampiran 1. Produksi Padi, Produksi Beras, Luas Panen Padi,Konsumsi Beras Domestik, dan Ekspor Beras Tahun 1976-2005 ........... 98
2. Lampiran 2.Perkembangan Harga Dasar Gabah, Harga EceranBeras, Harga Beras Dunia, dan Nilai Tukar Rupiah ................................ 99
3. Lampiran 3. Hasil Analisis Regresi Fungsi Produksi Beras Indonesia.... 100
4. Lampiran 3. Uji Normalitas dan Uji Homoscedasticity Analisis Regresi
Fungsi Produksi Beras Indonesia ............................................................. 101
5. Lampiran 4. Hasil Analisis Regresi Fungsi Ekspor Beras Indonesia...... 102
6. Lampiran 5. Uji Normalitas dan UjiHomoscedasticity Fungsi EksporBeras Indonesia ........................................................................................ 103
7/30/2019 Ekspor Beras
17/120
xvii
7/30/2019 Ekspor Beras
18/120
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beras merupakan salah satu komoditi pangan yang mempunyai arti
penting dalam kehidupan bangsa Indonesia dan memiliki sejarah panjang dalam
kebijakan ekonomi politik Indonesia. Hal ini disebabkan keberadaannya sebagai
makanan pokok bagi hampir seluruh rakyat Indonesia. Hampir 97 % penduduk
Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi untuk mengkonsumsi beras
sebagai makanan pokok utama. Oleh karena tingginya permintaan terhadap beras
dan ketersediaannya yang relatif terbatas, maka beras dapat disebut sebagai
komoditas ekonomi, bahkan beras juga sering dijadikan sebagai alat sosial dan
politik.
Indonesia merupakan negara pengkonsumsi beras terbanyak setelah Cina
dan India. Keadaan ini menyebabkan Indonesia harus berusaha memproduksi
beras untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Selain
merupakan negara pengkonsumsi beras, Indonesia juga merupakan negara
produsen beras ke tiga di dunia (Deptan, 2004). Hal ini didukung oleh kondisi
alam, iklim, dan topografi yang mendukung dilakukannya usahatani padi di
Indonesia. Selain Indonesia, negara-negara yang menjadi negara produsen beras
adalah Thailand, Vietnam, India, Pakistan, China, dan Amerika Serikat. Produksi
beras Indonesia umumnya diorientasikan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
beras domestik, sehingga produksi beras merupakan salah satu faktor utama yang
menopang ketahanan pangan Indonesia.
7/30/2019 Ekspor Beras
19/120
2
Pada era orde baru, yaitu sekitar tahun 1960-an hingga awal 1990-an
Indonesia termasuk salah satu negara yang berhasil mengantar sektor pertanian
terutama beras dari keadaan kekurangan menuju swasembada beras. Pemenuhan
kebutuhan sendiri ini berlangsung pada era 1980-an, bahkan pada tahun 1984
hingga tahun 1994 Indonesia adalah net-eksportir beras. Hal ini terjadi karena
program Revolusi Hijau yang digalakkan pemerintah orde baru mulai tahun 1970.
Sebelum Revolusi Hijau, produktivitas padi di Indonesia lebih tinggi dari
rata-rata Asia. Setelah penerapan teknologi Revolusi Hijau produktivitas padi
Indonesia selalu berada di atas rata-rata Asia, akan tetapi setelah swasembada
beras tercapai tahun 1984 senjang produktivitas padi Indonesia dengan rata-rata
Asia semakin mengecil. Hal ini antara lain disebabkan mulai melandainya
produktivitas padi Indonesia sedangkan produktivitas negara Asia lainnya
terutama Cina dan Vietnam masih meningkat (Kasryno et al., 2002).
Selama periode tahun 1990 hingga 2003 produksi beras Indonesia
berfluktuasi dan cenderung menurun, seperti terlihat pada lampiran 1. Selama
periode 1995 2001 rata-rata produksi beras Indonesia sebesar 32,02 juta ton.
Selama periode tersebut, produksi tertinggi dicapai pada tahun 1996 yaitu sebesar
33,22 juta ton dan terendah pada tahun 1998 hanya sebesar 31,01 juta ton. Pada
periode yang sama rata-rata konsumsi beras Indonesia sebesar 26,8 juta ton,
dimana konsumsi tertinggi dicapai pada tahun 1998 yaitu sebesar 28,5 juta ton dan
konsumsi terendah pada tahun 2000 yaitu hanya sebesar 23,4 juta ton. Konsumsi
yang cenderung meningkat ini selain disebabkan oleh peningkatan jumlah
penduduk Indonesia yang relatif masih tinggi, juga karena konsumsi per kapita
terhadap berasnya masih tinggi. Sebagai contoh pada tahun 1999 konsumsi per
7/30/2019 Ekspor Beras
20/120
3
kapita penduduk Indonesia masih sekitar 122,76 kg/tahun. Idealnya, konsumsi per
kapita penduduk Indonesia harusnya sebesar 80-90 kg/tahun (Suryana et al.,
2001) .
Usaha untuk memenuhi kebutuhan beras dalam negeri terus dilakukan
dengan mengimplementasikan berbagai program diantaranya Sistem Usahatani
Berbasis Padi Berorientasi Agribisnis (SUTPA) pada 1995-1999, namun demikian
kenaikan tersebut belum mencukupi kebutuhan cadangan beras nasional sehingga
impor beras terus meningkat. Kelemahan dan kekurangan program tersebut terus
diperbaiki dalam program selanjutnya, misalnya pada tahun 1998 lahir program
Intensifikasi yang Berwawasan Agribisnis (Inbis), dan Peningkatan Mutu
Intensifikasi (PMI). Program Ketahanan Pangan yang diluncurkan tahun 2000
disertai dengan pembenahan paradigma dalam rencana strategis pembangunan
tanaman pangan tahun 2001-2004. Selain itu, Departemen Pertanian merancang
dua program/proyek yaitu Program Pengembangan Agribisnis (PA) dan Program
Peningkatan Ketahanan Pangan (PKP) (Situmorang, 2005).
Meskipun berbagai program peningkatan produksi beras telah
diimplementasikan, namun demikian produksi beras nasional tetap belum mampu
mencukupi kebutuhan domestik. Jumlah produksi beras Indonesia sebenarnya
sudah dapat memenuhi kebutuhan konsumsi domestik, akan tetapi laju
pertumbuhan konsumsi domestik lebih tinggi dari laju pertumbuhan produksi
beras domestik. Oleh karena itu stok cadangan beras nasional harus selalu
terpenuhi untuk tujuan emergensi dan stabilitas harga beras. Sehingga meskipun
produksi beras dalam negeri masih dapat memenuhi kebutuhan konsumsi
domestik, Indonesia tetap melakukan impor beras untuk melengkapi ketersediaan
7/30/2019 Ekspor Beras
21/120
7/30/2019 Ekspor Beras
22/120
5
dari 4.495 ton pada tahun 2004 menjadi 44.285 ton pada tahun 2005. Peningkatan
ekspor beras pada tahun 2005 lebih disebabkan oleh adanya peningkatan pada
harga beras dunia yaitu dari 225 US$/ton pada tahun 2004 menjadi 265 US$/ton
dan peningkatan nilai tukar rupiah terhadap dollar dari Rp.9.290,00/US$ menjadi
Rp.9.900/US$.
Tabel 2. Perkembangan Produksi Beras, Luas Panen Padi, Produkstivitas,
dan Ekspor Beras Tahun 2001-2005
Tahun Produksi Beras
(ton)
Luas Areal
Panen Padi (ha)
Produktivitas
(ton/ha)
Ekspor Beras
(ton)
2001 31.790.293 11.499.997 4,38 5.2222002 32.438.507 11.521.166 4,47 11.320
2003 32.809.663 11.477.357 4,54 1.234
2004 34.075.735 11.922.974 4,54 4.495
2005 34.055.458 11.818.913 4,57 44.285
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Departemen Pertanian.
Peningkatan ekspor beras merupakan hal baru yang menggembirakan bagi
Indonesia, karena selama periode tahun 1994 hingga 2003 ekspor beras
berfluktuasi dan cenderung menurun. Peningkatan ekspor merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Dengan semakin
meningkatnya ekspor maka pertumbuhan ekonomi dapat dipacu dan cadangan
devisa negara menjadi bertambah. Peningkatan ekspor dapat dilakukan dengan
cara merangsang produksi domestik. Dalam perdagangan internasional apabila
terjadi peningkatan perdagangan domestik suatu komoditi dengan asumsi terjadi
kelebihan produksi pada komoditi tersebut (over supply), maka kelebihan tersebut
dapat diekspor ke luar negeri. Hal ini berarti dengan semakin meningkatnya
produksi, maka volume ekspor juga meningkat (Salvator, 1997).
7/30/2019 Ekspor Beras
23/120
6
1.2 Perumusan Masalah
Indonesia merupakan negara agraris yang sangat berpotensi untuk
memproduksi beras. Pertanian merupakan salah satu sumber daya alam terbesar
yang dimiliki oleh Indonesia. Hampir seluruh masyarakat bermatapencaharian
sebagai petani, hingga bangsa Indonesia dijuluki sebagai negara agraris. Keadaan
alam, topografi, dan iklim yang ada di Indonesia sangat mendukung
diupayakannya usahatani padi baik padi sawah maupun padi ladang.
Selama ini produksi beras Indonesia sangat berfluktuasi. Sekitar tahun
1984 pertanian Indonesia menjadi sorotan dunia, hal itu dikarenakan Indonesia
mampu berswasembada beras. Namun demikian, tahun-tahun berikutnya hasil
produksi beras Indonesia terus mengalami penurunan. Konsep pembangunan yang
tidak berkelanjutan dan pengalihan sektor pembangunan ke sektor industri
dianggap sebagai salah satu penyebabnya. Hal ini ditandai dengan banyaknya
konversi lahan pertanian ke non pertanian yang menyebabkan luas areal tanam
padi semakin berkurang. Selain faktor konversi lahan, jumlah penduduk Indonesia
yang semakin bertambah setiap tahun secara langsung mengindikasikan
peningkatan konsumsi penduduk. Selain itu faktor lain yang menyebabkan
penurunan produksi beras Indonesia adalah fenomena penurunan rendemen beras.
Penurunan rendemen beras menyebabkan menurunnya hasil dan total produksi
padi dalam bentuk beras sehingga berdampak negatif baik dalam profitabilitas
usahatani maupun produksi beras nasional (Suryana et al., 2001).
Saat ini Indonesia sedang mengembangkan pertaniannya dengan konsep
pertanian yang berkelanjutan dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan.
Penerapan teknologi modern pun dilakukan. Dari sisi teknologi yang digunakan
7/30/2019 Ekspor Beras
24/120
7
dalam pertanian, sebenarnya Indonesia tidak kalah dengan negara-negara
produsen beras lainnya. Pembangunan pertanian yang dimulai dari hulu (saprotan,
obat-obatan, pupuk, bibit, dll), kemudian on farm (cara bercocok tanam), sampai
dengan hilir (pengolahan dan pemasaran), serta didukung dengan sarana
pelayanan dan jasa diharapkan mampu meningkatkan sektor pertanian Indonesia.
Sehingga pada tahun 2004, pertanian Indonesia mampu mengantarkan Indonesia
mencapai produksi beras tertinggi selama republik Indonesia berdiri..
Perdagangan dunia akan lebih cenderung pada spesialisasi perdagangan,
dalam arti suatu negara akan memperdagangkan produk-produk yang merupakan
keunggulan komparatifnya. Sebagai negara yang memiliki keunggulan komparatif
dalam memproduksi beras, Indonesia seharusnya memiliki peluang yang lebih
besar dalam berswasembada beras dan mengekspor beras dibandingkan dengan
negara-negara lainnya.
Pada kenyataannya Indonesia lebih sering tergantung pada impor untuk
mencukupi kebutuhan berasnya, bahkan Indonesia dikategorikan sebagai negara
besar dalam mengimpor beras. Keadaan tersebut menyebabkan resiko
perkembangan ekspor beras Indonesia semakin lama semakin menurun bahkan
terhapus.
Potensi Indonesia untuk memproduksi beras dalam negeri
mengindikasikan bahwa seharusnya Indonesia mampu mencukupi kebutuhan
beras dalam negeri dan menjadikan beras sebagai komoditi unggulan sehingga
Indonesia dapat memenuhi kebutuhan konsumsi domestik dan mengupayakan
ekspor beras dalam rangka menambah devisa negara. Peningkatan ekspor beras
Indonesia yang cukup signifikan pada periode 2004-2005 mengindikasikan
7/30/2019 Ekspor Beras
25/120
8
adanya perbaikan dalam sektor pertanian khususnya padi, sehingga ekspor beras
dapat dijadikan sebagai fenomena baru yang layak dipertahankan dan
dikembangkan.
Selama ini produksi sektor pertanian tanaman pangan khususnya beras,
hanya diorientasikan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi domestik dan tidak
berorientasi untuk ekspor. Namun demikian peningkatan ekspor beras yang cukup
signifikan pada tahun 2004 hingga 2005 memberikan harapan baru bagi
Indonesia, dimana Indonesia sebagai negara produsen beras selayaknya mampu
mempertahankan dan mengembangkan potensi produksi dan ekspor yang ada.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka dapat ditarik suatu permasalahan yang
menarik untuk dianalisis, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi beras Indonesia?2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor beras Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi beras Indonesia2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor beras Indonesia.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:
1. Menyediakan informasi bagi pemerintah, produsen beras domestik, danmasyarakat secara umum tentang perkembangan produksi dan ekspor
7/30/2019 Ekspor Beras
26/120
9
beras selama kurun waktu 30 tahun yaitu pada periode 1976-2005, serta
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan ekspor beras Indonesia.
2. Sebagai sumber referensi, penyedia informasi, dan penambah wawasanbagi mahasiswa dalam melakukan studi lanjutan.
3. Sebagai sarana bagi pengembangan wawasan dan pengaplikasian ilmupengetahuan yang diperoleh penulis selama melakukan studi di Institut
Pertanian Bogor.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi dan ekspor beras Indonesia. Penelitian ini membahas
mengenai produksi beras dan ekspor beras secara umum, tidak secara khusus ke
negara tujuan tertentu. Ekspor beras yang dianalisis dalam penelitian ini adalah
beras secara umum, bukan beras dengan jenis tententu seperti, (a) Broken rice
(beras pecah); (b) Semi milled or4 wholly milled rice, whether or not polished or
glazed(beras setengah giling atau giling penuh); (c) Husked (brown) rice (beras
pecah kulit); dan (d) Rice in the husk (paddy or rough) (gabah). Dengan
keterbatasan data, maka penelitian dibatasi menggunakan data periode 1976-2005.
7/30/2019 Ekspor Beras
27/120
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beras Sebagai Pangan Pokok Utama
Beras adalah hasil olahan dari produk pertanian yang disebut padi (Oryza
Sativa, L). Beras merupakan komoditas pangan yang dijadikan makanan pokok
bagi bangsa Asia, khususnya Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam, Jepang,
dan Myanmar.
Pangan pokok adalah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari,
mengambil porsi terbesar dalam hidangan dan merupakan sumber energi terbesar.
Sedangkan pangan pokok utama ialah pangan pokok yang dikonsumsi oleh
sebagian besar penduduk serta dalam situasi normal tidak dapat diganti oleh jenis
komoditas lain (khumaidi 1997).
Sebagai bahan pangan pokok, ketersediaan beras dalam jumlah dan
kandungan gizi yang cukup memiliki arti penting dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Untuk itu ketersediaan beras perlu diupayakan kelestariannya dan
keserasiannya dengan dinamika ekosistem tropik.
Menurut Dawe (1997) dan Tsujii (1998) dalam Amang dan Sawit (1999)
karakteristik beras adalah sebagai berikut:
i. 90 persen produksi dan konsumsi beras dilakukan di Asia, hal ini berbedadengan gandum dan jagung yang diproduksi oleh banyak negara di dunia.
ii. Beras yang diperdagangkan di pasar dunia tipis (thin market) yaitu antara4-5 % total produksi, berbeda sekali dengan sejumlah komoditas lainnya
seperti gandum(20%), jagung (15%), dan kedelai (30%). Pada umumnya
volume beras yang diperdagangkan merupakan sisa konsumsi dalam
7/30/2019 Ekspor Beras
28/120
11
negara. Semakin tidak stabilnya harga beras dunia (atau harga beras dalam
negeri suatu negara), semakin besar tingkat self-sufficiency besar yang
dianut oleh suatu negara, demikian juga rumah tangga tani di Asia.
iii. Harga beras sangat tidak stabil dibandingkan komoditas pangan lainnya,misalnya gandum.
iv. 80 % perdagangan beras dikuasai oleh enam negara yaitu Thailand, AS,Vietnam, Pakistan, Cina, dan Myanmar. Oleh karena itu pasar beras
internasional tidak sempurna, harga beras akan ditentukan oleh kekuatan
oligopoli tersebut.
v. Indonesia merupakan negara net importir terbesar beras pada peride tahun1997-1998 yaitu sekitar 31% dari total beras yang diperdagangkan dunia.
vi. Hampir banyak negara di Asia, memperlakukan beras sebagai wage goodsdanpolitical goods. Pemerintah akan goncang apabila harga beras tidak
stabil dan tinggi.
2.2 Penelitian Terdahulu
2.2.1 Penelitian Mengenai Beras
Pada tahun 2005, Simbolon (2005) melakukan penelitian tentang integrasi
pasar beras domestik dengan pasar beras dunia dan pengaruh adanya tarif impor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) secara umum terjadi integrasi antara
pasar beras domestik dengan pasar beras dunia. Namun derajat integrasi tersebut
berbeda menurut varietas atau jenis beras: ha rga satu varietas beras domestik
(yaitu setra) terintegrasi kuat dengan ketiga jenis beras dunia (yaitu broken 5
persen, broken 25 persen, dan broken 35 persen) dan lima harga varietas beras
7/30/2019 Ekspor Beras
29/120
12
domestik (yaitu Muncul, IR 64, IR I, IR II, IR III) terintegrasi lemah dengan harga
ketiga jenis beras dunia tersebut. (2) tarif impor yang diterapkan oleh pemerintah
dalam perdagangan beras ternyata meningkatkan harga beras di pasar beras
domestik. Tetapi peningkatan harga tersebut tidak mampu menekan volume impor
beras. (3) lonjakan volume impor yang terjadi pada tahun 1998 hanya
berpengaruh nyata terhadap harga beras domestik varietas IR II, yang merupakan
varietas dengan volume perdagangan terbanyak kedua setelah varietas IR 64.
Situmorang (2005) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi dan impor beras Indonesia. Situmorang mengemukakan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi produksi dan impor beras Indonesia adalah jumlah
penggunaan urea, harga impor beras, produksi padi, dan lag harga gabah; variabel
jumlah penggunaan urea dan lag produktivitas berpengaruh nyata terhadap
produktivitas. Impor beras Indonesia dipengaruhi oleh harga impor beras,
produksi beras, jumlah penduduk, nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika, dan
lag impor beras; hanya variabel harga impor beras yang berpengaruh nyata
terhadap impor beras Indonesia. Harga impor beras Indonesia dipengaruhi oleh
harga beras dunia, tarif impor, dan lag harga impor; selain tarif impor semua
variabel berpengaruh nyata terhadap harga impor beras Indonesia.
Azziz (2006) yang melakukan penelitian tentang impor beras serta
pengaruhnya terhadap harga beras dalam negeri. Penelitian tersebut bertujuan
menganalisis pengaruh impor terhadap harga beras dalam negeri dan menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi harga beras dalam negeri, termasuk kebijakan
pemerintah. Azziz mengemukakan bahwa impor beras secara nyata
mempengaruhi harga beras dalam negeri dengan tingkat kepercayaan 15 % dan
7/30/2019 Ekspor Beras
30/120
13
berpengaruh negatif; dimana ketika impor beras meningkat maka harga beras
dalam negeri akan menurun tetapi memiliki respon yang inelastis baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Faktor- faktor yang mempengaruhi impor
beras secara nyata adalah kebijakan perdagangan (penetapan tarif impor), harga
terigu, harga beras impor dan harga beras dalam negeri; nilai tukar rupiah
terhadap dollar AS, dan produksi beras nasional.
Menurut Azziz (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi impor beras
secara negatif adalah variabel produksi beras nasional, nilai tukar rupiah terhadap
dollar AS, harga beras impor dan harga terigu. Sedangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi impor beras secara positif adalah harga beras dalam negeri, dan
kebijakan impor beras dimana ketika impor beras dapat dilakukan tanpa dilakukan
tanpa tarif impor, impor beras lebih besar daripada ketika tarif impor beras sudah
diterapkan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah dengan
menerapkan tarif untuk impor beras sudah efektif dalam upaya mengurangi
volume beras impor yang masuk ke Indonesia. Selain itu hasil ramalannya dengan
model peramalan memperlihatkan trend yang menurun dan volume impor beras
yang masuk menunjukkan besaran yang negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa
Indonesia dalam lima periode ke depan tidak akan melakukan impor beras.
Dampak kebijakan perdagangan dan liberalisasi perdagangan terhadap
permintaan dan penawaran beras di Indonesia telah dianalisis oleh Sitepu (2002).
Sitepu menganalisis dengan menggunakan model ekonometrika dengan
persamaan simultan. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa kebijakan
perdagangan dan liberalisasi perdagangan tersebut tidak efisien dan tidak tepat
untuk dilaksanakan karena keuntungan yang diterima produsen sehingga total net
7/30/2019 Ekspor Beras
31/120
14
surplus menurun. Kebijakan tersebut merugikan petani kecil dan memperburuk
distribusi pendapatan.
Hasil analisis Sitepu (2002) juga menunjukkan bahwa jumlah impor beras
secara nyata dipengaruhi oleh harga impor (taraf nyata 10 persen), produksi beras
Indonesia (taraf nyata 20 persen), stok beras awal tahun (taraf nyata 5 persen),
jumlah penduduk (taraf nyata 10 persen). Sedangkan pengaruh dari GDP dan
impor beras tahun lalu tidak berbeda nyata dari nol.
Mulyana (1998) melakukan penelitian yang berjudul Keragaan
Penawaran dan Permintaan Beras Indonesia dan Prospek Swasembada menuju Era
Perdagangan Bebas: Suatu Simulasi. Dalam analisisnya, produksi domestik
disegregasikan ke dalam lima wilayah, yaitu Jawa dan Bali, Kalimantan,
Sulawesi, Sumatera, dan sisa wilayah Indonesia sedangkan analisis permintaan
dilakukan secara agregat nasional.
Model impor beras yang digunakan Mulyana (1998) menyertakan variabel
harga beras domestik, harga beras impor, total produksi beras, stok beras awal
tahun, nilai tukar rill rupiah terhadap dollar, bunga pinjaman Bulog dan impor
beras tahun lalu sebagai variabel independen. Berdasarkan model impor yang
terbentuk, diperoleh hasil bahwa impor beras responsif terhadap perubahan stok
beras awal tahun, produksi beras, tren waktu dan impor beras tahun lalu, tetapi
tidak responsif terhadap harga beras dan harga impor.
Mulyana (1998) menyimpulkan bahwa Bulog telah berhasil melakukan
stabilisasi lewat mekanisme pengelolaan stok, pengadaan dan operasi pasar beras,
disertai dengan elastisnya intervensi harga konsumen terhadap harga impor dan
produksi, serta relatif stabilnya harga gabah dan beras di pasar domestik
7/30/2019 Ekspor Beras
32/120
15
menunjukkan bahwa pasar beras diproteksi secara ketat. Selain itu, pada
kenyataannya negara-negara importir dan eksportir beras utama sangat protektif
terhadap pasar beras domestik masing-masing negara dan peran indonesia sebagai
stabilitas dan destabilator pasar beras dunia relatif lebih besar. Ketidakstabilan
pasar beras dunia, biaya impor yang besar pada krisis ekonomi dan potensi
peningkatan produksi di luar Jawa dan Bali melalui pengembangan teknologi
produksi dan pasca panen merupakan justifikasi bagi upaya swasembada beras
pada masa mendatang.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa kebijakan yang sama tidak selalu
direspon dengan arah yang sama di tiap-tiap wilayah. Kombinasi antara
liberalisasi perdagangan dan penghapusan peran Bulog akan lebih menurunkan
produksi dan konsumsi beras dan swasembada beras tidak tercapai dalam jangka
pendek. Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia belum siap dalam
meliberalisasikan pasar berasnya. Dengan adanya liberalisasi perdagangan
tersebut, Indonesia tidak bisa lagi mencapai swasembada absolut, tetapi akan
menjadi net eksportir beras pda tahun 2013.
2.2.2 Penelitian Mengenai Produksi dan Ekspor Produk Pertanian
Saleh (2005) mencoba melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi dan ekspor tomat segar Indonesia dengan menggunakan
data time series kurun waktu 1984-2003. Penelitian tersebut dianalisis dengan
pendekatan ekonometrika model regresi linier berganda dengan menggunakan
software minitab 14. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
produksi dan ekspor tomat segar Indonesia serta menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhinya dan seberapa besar pengaruh-pengaruh tersebut. Hasil analisis
7/30/2019 Ekspor Beras
33/120
16
menunjukkan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap ekspor
tomat segar Indonesia adalah ekspor tomat tahun sebelumnya, dan harga tomat
domestik tahun sebelumnya pada taraf nyata 10 persen. Harga tomat ekspor tahun
sebelumnya memiliki hubungan yang negatif dengan ekspor tomat, nilai ini tidak
sesuai dengan nilai dugaan yang diharapkan dimana seharusnya harga tomat
ekspor tahun sebelumnya memiliki hubungan yang positif dengan ekspor tomat.
Sambudi (2005) melakukan yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Produksi dan Ekspor Kopi Arabika Indonesia. Data yang
digunakan dalam penelitian tersebut adalah data time series selama periode tahun
1992-2002. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi
linier berganda. Pada model penawaran produksi digunakan model fungsi Cobb-
Douglas dan pada model fungsi penawaran ekspor digunakan model fungsi linier.
Kedua model tersebut diduga dengan menggunakan metode Ordinary Least
Square (OLS).
Hasil pendugaan Sambudi menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopi Arabika
Indonesia adalah luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk urea, dan pestisida.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi Arabika Indonesia
harga ekspor, harga domestik, nilai tukar, produksi, dan lag ekspor.
Lubis (2006) dalam penelitiannya mencoba meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi ekspor nenas segar Indonesia. Penelitiannya tersebut bertujuan
mengetahui perkembangan ekspor nenas segar Indonesia, menganalisis faktor-
faktor yang mempengaruhi ekspor nenas segar Indonesia ke negara-negara tujuan
ekspor serta pengaruhnya terhadap ekspor beras nenas segar Indonesia. Data yang
7/30/2019 Ekspor Beras
34/120
17
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data times series
tahunan dari tahun 1996-2004 dan data cross section yang berupa data negara-
negara importir nenas segar.
Lubis (2006) menggunakan metode deskriptif digunakan untuk melihat
perkembangan ekspor nenas segar Indonesia, sedangkan model kuantitatif dengan
analisis regresi data panel dengan Metode Fixed Effect digunakan untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor nenas segar Indonesia.
Hasil dugaan model nenas segar Indonesia dengan menggunakan Metode Fixes
Effect menunjukkan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap
ekspor nenas segar Indonesia adalah harga ekspor, produksi nenas, pendapatan per
kapita negara-negara tujuan ekspor, volume ekspor dalam bentuk nenas segar
olahan, dan volume nenas segar tahun sebelumnya.
2.2.3 Pemilihan Metode Analisis
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi impor ilegal daging
sapi dan susu Indonesia dengan pendekatan regresi linier berganda yang dilakukan
oleh Amelia (2006), mencoba menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
impor ilegal daging sapi dan susu ke Indonesia oleh negara-negara eksportir,
mengkaji implikasi dari impor ilegal daging sapi dan susu terhadap perekonomian
sektor perternakan domestik, dan memberikan alternatif kebijakan apa yang harus
diambil pemerintah dalam mengurangi impor ilegal daging sapi dan susu. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa times series
periode tahun 1980-2004. Analisis yang digunakan adalah pendekatan
ekonometrika yang diduga dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan
menggunakan model regresi linier berganda. Proses pengolahan data dilakukan
7/30/2019 Ekspor Beras
35/120
18
dengan menggunakan program minitab 14. Dari hasil analisis diketahui bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor ilegal daging sapi terdiri:
pendapatan perkapita penduduk Indonesia, harga daging sapi impor, indeks
trnsparansi, tarif, serta konsumsi daging sapi domestik, pada taraf nyata 1-15
persen. dari hasil perhitungan didapatkan bahwa semua variabel yang digunakan
berpengaruh nyata dalam peningkatan dan penurunan volume impor ilegal untuk
daging sapi, dimana variabel eksogen pembentuk model tersebut yang memiliki
nilai elastis adalah konsumsi daging sapi domestik berpengaruh positif terhadap
peningkatan volume impor ilegal, yang menindikasikan bahwa konsumsi
domestik bersifat responsif terhadap peningkatan volume impor ilegal daging
sapi.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor ilegal susu
dipengaruhi oleh faktor-faktor eksogen berupa, pendapatan perkapita Indonesia,
produksi domestik, nilai tukar rupiah, indeks transparansi Indonesia, serta bea
masuk (tarif) impor susu bubuk Indonesia. Hasil analisis menyatakan bahwa
perkapita Indonesia, produksi domestik, indeks transparansi Indonesia, serta bea
masuk (tarif) impor susu berpengaruh nyata pada taraf nyata 1-10 persen.
Novansi (2006) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi volume ekspor beberapa buah-buahan penting Indonesia.
Penelitian tersebut membahas perkembangan ekspor beberapa buah-buahan
penting Indonesia menurut negara tujuan ekspor dan pengaruh faktor-faktor
(harga dometik, harga ekspor, nilai tukar rupiah, volume ekspor ke negara lain dan
volume ekspor periode sebelumnya) terhadap volume ekspor beberapa buah-
buahan penting Indonesia.
7/30/2019 Ekspor Beras
36/120
19
Dalam penelitiannya tersebut Novansi menggunakan data bulanan dari
Januari 2002 sampai dengan Desember 2004. metode deskriptif untuk melihat
perkembangan ekspor dan metode kuantitatif yaitu analisis regresi linier berganda
untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor beberapa
buah-buahan penting Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
perkembangan ekspor beberapa buah penting Indonesia seperti pisang, manggis,
mangga, dan rambutan selama tahun 2002-2003 cenderung menurun. Sedangkan
faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor beberapa buah-buahan penting
Indonesia menunjukkan tidak semua peubah bebas yang digunakan dalam model
berpengaruh nyata terhadap volume ekspor.
Resmisari (2006) juga menggunakan regresi linier berganda untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh PT Perkebunan
Nusantara VIII. Variabel dependen yang digunakan adalah volume ekspor teh
PTPN VIII ke masing-masing negara tujuan. Sedangkan variabel independen
meliputi volume produksi, harga harga ekspor periode t, harga ekspor periode
sebelumnya (t-1), harga kopi periode t, nilai tukar rupiah terhadap dollar, lag
ekspor, dan nilai tukar negara tujuan terhadap dollar. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh nyata pada taraf lima persen ke
tiga negara tujuan adalah variabel harga ekspor periode t. Variabel tersebut juga
bersifat elastis untuk setiap negara. Ini berarti bahwa variabel harga ekspor
merupakan variabel yang perlu diperhatikan PTPN VIII untuk melakukan ekspor
ke tiga negara.
Pemilihan model didasarkan pada tujuan penelitian yang ingin dicapai
yaitu, untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan ekspor
7/30/2019 Ekspor Beras
37/120
20
beras Indonesia. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, model regresi
berganda dinilai lebih sederhana dan mampu menunjukkan berapa persen variabel
dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Selain itu model ini dapat
melihat apakah variabel-variabel independennya berpengaruh nyata atau tidak
terhadap variabel dependen dengan melihat uji-F dan uji-t, serta perhitungannya
lebih sederhana. Metode ini diduga dengan Ordinary Least square (OLS). Oleh
karena itu, penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan
ekspor beras Indonesia menggunakan metode analisis yang sama, yaitu metode
Ordinary Least square (OLS) dengan model regresi berganda.
2.2.4 Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Situmorang (2005), Azziz (2006), Sitepu
(2002), dan Mulyana (1998) membahas tentang impor beras, mulai dari faktor-
faktor yang mempengaruhinya sampai pada tingkat responsitasnya terhadap
berbagai variabel lainnya dengan berbagai metoda dan alat analisis. Situmorang
(2005) dan Sitepu (2002) melakukan analisisnya dengan metode Two Stage Least
Square (2SLS) dengan persamaan simultan menggunakan Software Eviews, Azzis
(2006) melakukan penelitiannya dengan menggunakan analisis regresi linier
berganda dengan software minitab 14 untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi impor beras dan menggunakan metode peramalan times series
untuk melakukan peramalan. Sedangkan penelitian ini membahas tentang
produksi dan ekspor beras Indonesia, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Pada umumnya penelitian-penelitian terdahulu menggunakan data time
series tahunan yang kurang dari tiga puluh tahun dan data bulanan selama kurun
waktu bebarapa tahun saja, sedangkan penelitian ini menggunakan data time
7/30/2019 Ekspor Beras
38/120
21
series selama kurun waktu tiga puluh tahun yaitu dari tahun 1976 sampai dengan
tahun 2005. Penelitian ini mencoba menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi dan ekspor beras Indonesia dengan metode Ordinary
Least Square (OLS) dengan model regresi linier berganda dengan menggunakan
software minitab 14.
7/30/2019 Ekspor Beras
39/120
22
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Teori Penawaran dan Permintaan
Penawaran suatu komoditi baik barang maupun jasa merupakan jumlah
komoditi yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen dalam suatu pasar
pada tingkat harga dan waktu tertentu. Lebih lanjut dikatakan bahwa antara harga
dan jumlah yang ditawarkan ini mempunyai hubungan yang positif yaitu jika
harga naik maka jumlah komoditi yang ditawarkan semakin banyak. Adapun
sumber penawaran meliputi produksi pada waktu tertentu dan persediaan (stok)
pada waktu sebelumnya.
Menurut Iswardono (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran
suatu komoditi dapat digambarkan dengan fungsi sebagai berikut:
QSK= f (PK, PS, PI, G, T, TX) ....................................................... (1)
Dimana :
QSK = Penawaran komoditi
PK = Harga komoditi yang bersangkutan
PS = Harga komoditi substitusi dan komplementer
PI
= Harga faktor produksi
G = Tujuan perusahaan
T = Tingkat penggunaan teknologi
TX = Pajak dan subsidi
7/30/2019 Ekspor Beras
40/120
23
1. Harga komoditi yang bersangkutan (PK)
Suatu hipotesa dasar ekonomi menyatakan bahwa harga sejumlah
komoditi mempunyai hubungan yang positif dengan jumlah yang ditawarkan yaitu
semakin tinggi harganya semakin besar jumlah yang ditawarkan, cateris paribus.
Hal ini karena peningkatan harga komoditi menyebabkan peningkatan keuntungan
yang akan memacu peningkatan produksi maupun penjualan hasil produksinya.
Jadi peningkatan harga dari suatu komoditi akan menyebabkan peningkatan
penawaran komoditi tersebut. Dengan demikian perubahan harga suatu komoditi
akan menyebabkan pergerakan sepanjang kurva penawaran.
2. Harga komoditi substitusi dan komplementer (PS)
Berbagai komoditi dapat disubstitusi dan juga memiliki komoditi
pendukung, baik dalam produksi maupun konsumsi. Perubahan harga pada
komoditi substitusi dan komplementer akan mempengaruhi jumlah penawaran
pada komoditi yang bersangkutan. Peningkatan harga komoditi substitusi akan
menyebabkan berkurangnya jumlah penawaran komoditi bersangkutan. Dan
sebaliknya, penurunan harga komoditi substitusi akan menyebabkan peningkatan
jumlah penawaran komoditi yang bersangkutan. Sedangkan penurunan pada harga
komoditi komplementer akan menyebabkan penurunan pula pada jumlah
penawaran komoditi yang bersangkutan, sebaliknya peningkatan pada harga
komoditi komplementer akan menyebabkan peningkatan komoditi yang
bersangkutan.
3. Harga faktor produksi (PI)
Harga suatu faktor produksi merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan. Dengan meningkatnya harga faktor produksi maka keuntungan yang
7/30/2019 Ekspor Beras
41/120
24
diterima perusahaan akan berkurang. Hal ini menyebabkan perusahaan akan
mengurangi jumlah produksinya. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa
peningkatan harga faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi suatu
komoditi, akan menyebabkan berkurangnya jumlah komoditi ya ng ditawarkan.
4. Tujuan perusahaan (G)
Jumlah komoditi yang ditawarkan juga tergantung apa tujuan perusahaan.
Tujuan suatu perusahaan tidak semata-mata memaksimumkan keuntungan saja.
Jika perusahaan lebih mementingkan volume produksi, perusahaan dapat
menghasilkan dan menjual lebih banyak.
5. Tingkat penggunaan teknologi (T)
Teknologi berkorelasi positif dengan jumlah yang ditawarkan. Jika
perusahaan menggunakan teknologi baru, fungsi produksi akan bergeser ke atas
yang berarti produksi meningkat dan kurva biaya akan bergeser ke bawah yang
berarti biaya produksi berkurang. Keuntungan yang akan diperoleh menjadi lebih
besar. Jadi dapat disimpulkan, jumlah komoditi yang ditawarkan dipengaruhi oleh
tingkat penggunaan teknologi dalam proses produksinya.
6. Pajak dan subsidi (TX)
Adanya pajak seperti pajak penjualan, pajak penghasilan akan
mengakibatkan kenaikan pada ongkos produksi sehingga mengurangi insentif
untuk berproduksi. Maka penawaran komoditi tersebut akan berkurang.
Sebaliknya, pemberian subsidi akan mengurangi ongkos produksi dan
meningkatkan keuntungan, sehingga penawaran komoditi tersebut akan
meningkat.
7/30/2019 Ekspor Beras
42/120
25
Penawaran pasar dari suatu komoditi merupakan fungsi dari harga
komoditi itu sendiri dengan koefisien arah (slope) yang positif. Jika harga
komoditas tersebut naik maka jumlah komoditas yang ditawarkan akan
meningkat. Sebaliknya, jika harga komoditas tersebut menurun maka jumlah
komoditi yang ditawarkan akan menurun. Perubahan pada harga komoditi tersebut
menyebabkan pergerakan sepajang kurva penawaran. Sedangkan pengaruh dari
perubahan harga faktor produksi, teknologi, dan tujuan perusahaan adalah faktor
yang dapat menggeser kurva penawaran.
Menurut Pappas dan Hirschey (1995) dalam Purnamasari (2005),
permintaan adalah sejumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh
konsumen selama periode tertentu, yang dapat digambarkan dengan fungsi
berikut:
QDK= f (PK, PS, I, S, JP) ............................................................ (2)
Dimana :
QDK = Permintaan komoditi
PK = Harga komoditi itu sendiri
PS = Harga komoditi lain
I = Pendapatan
S = Selera
JP = Populasi penduduk
1. Harga komoditi itu sendiri (PK)
Dengan asumsi cateris paribus, peningkatan harga komoditi yang
bersangkutan akan menurunkan permintaannya, dan sebaliknya. Permintaan dan
harga komoditi yang bersangkutan memiliki hubungan yang negatif.
7/30/2019 Ekspor Beras
43/120
26
2. Harga komoditi lain (PS)
Perubahan harga komoditi substitusi akan mempengaruhi permintaan atas
komoditi yang bersangkutan secara positif. Kenaikan harga komoditi substitusi
akan meningkatkan permintaan atas komoditi yang bersangkutan, dan sebaliknya.
Sedangkan perubahan harga barang komplementer dapat mengubah permintaan
komoditi yang bersangkutan secara negatif. Semakin tinggi harga barang
komplementer, semakin rendah permintaan atas komoditi yang bersangkutan.
3. Pendapatan (I)
Kenaikan pendapatan cenderung meningkatkan permintaan untuk
komoditi yang berupa barang normal, dan sebaliknya.
4. Selera (S)
Salah satu hal yang berpengaruh terhadap permintaan adalah selera.
Perubahan selera terjadi dari waktu ke waktu, dan cepat atau lambat akan
meningkatkan permintaan pada periode tertentu dan tingkat harga tertentu.
5. Populasi penduduk (JP)
Peningkatan jumlah penduduk dapat meningkatkan permintaan atas suatu
komoditi. Hal ini diakibatkan semakin banyak jumlah penduduk maka semakin
banyak konsumen yang menginginkan suatu komoditi.
Hubungan antara penawaran dan permintaan suatu komoditi merupakan
petunjuk penting dalam teori ekonomi, yang memperlihatkan berbagai jumlah
barang dan jasa yang diminta atau dibeli oleh konsumen dan yang ditawarkan oleh
produsen secara bersamaan sebagai pengaruh adanya perubahan harga barang dan
jasa yang bersangkutan atau faktor- faktor lainnya.
7/30/2019 Ekspor Beras
44/120
27
3.1.2 Fungsi Produksi
Suatu proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor-
faktor produksi yang digunakan dengan produk yang dihasilkan. Produksi adalah
tindakan dalam membuat komoditi, baik berupa barang maupun jasa (Lipsey,
1993). Dalam pertanian, proses produksi begitu kompleks dan terus-menerus
berubah seiring dengan kemajuan teknologi.
Menurut Salvator (1997), fungsi produksi merupakan hubungan matematis
antara input dan output. Menurut Doll and Orazem (1984), fungsi produksi selain
menggambarkan hubungan antara input dan output, juga menggambarkan tingkat
dimana sumberdaya diubah menjadi produk. Ada banyak hubungan input dan
output dalam pertanian karena input yang diubah menjadi output akan berbeda-
beda di antara tipe tanah, hewan, teknologi, curah hujan, dan faktor lainnya. Tiap
hubungan input output menggambarkan kuantitas dan kualitas yang berbeda dari
sumberdaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk tertentu. Nicholson
(2002) dalam Purnamasari (2005) menyatakan bahwa fungsi produksi
memperlihatkan jumlah maksimum sebuah barang yang dapat diproduksi dengan
menggunakan kombinasi alternatif antara modal (K) dan Tenaga kerja (L).
Sebuah fungsi produksi dapat digambarkan dengan cara yang berbeda;
dalam bentuk tertulis, menyebutkan dan menggambarkan tiap input yang
berhubungan dengan output; dengan membuat daftar input dan hasil output secara
numerik dalam tabel; dalam bentuk grafik atau diagram; dan dalam bentuk
persamaaan aljabar. Menurut Doll and Orazem (1984), secara matematis fungsi
produksi dapat ditulis sebagai berikut:
Y = f (X1, X2, ..., Xn) ................................................................. (3)
7/30/2019 Ekspor Beras
45/120
7/30/2019 Ekspor Beras
46/120
29
negara A (sebelum terjadinya perdagangan) relatif lebih rendah bila dibandingkan
dengan harga domestik di negara B (Gambar 1 ). Struktur harga yang relatif lebih
rendah di negara A tersebut disebabkan karena adanya kelebihan penawaran
(excess supply) yaitu produsi domestik melebihi konsumsi domestik, sebesar BE.
Dalam hal ini faktor produksi di negara A relatif berlimpah. Dengan demikian
negara A mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain.
Negara B mengalami kekurangan suplai beras karena konsumsi domestiknya
melebihi produksi domestik (excess demand), sebesar BE sehingga harga
menjadi lebih tinggi. Pada kesempatan ini negara B berkeinginan untuk membeli
komoditi beras dari negara lain yang harganya lebih murah.
Px/Py Px/Py Px/Py
Sa Sw Sb
Ekspor A Pb
B E Pw E* B A E
Pa A A* D Impor Db
0 Da
Negara A Perdagangan Internasional Negara B
Gambar 1. Kurva Terjadinya Perdagangan Internasional
Sumber: Salvatore, 1997
Apabila kemudian terjadi komunikasi antara negara A dan negara B, maka
akan terjadi perdagangan antara kedua negara tersebut. Dalam hal ini negara A
akan mengekspor beras ke negara B. dapat dilihat pada gambar 1, sebelum
terjadinya perdagangan internasional, harga di negara A adalah sebesar Pa
7/30/2019 Ekspor Beras
47/120
30
sedangkan di negara B adalah sebesar Pb. Suplai di pasar internasional akan terjadi
jika harga internasional lebih besar dari Pa, sedangkan permintaan di pasar
internasional akan terjadi jika harga internasional lebih rendah dari Pb. Pada saat
harga internasional sama dengan Pw maka di negara B terjadi kelebihan
permintaan sebesar BE, sedangkan di negara A terjadi kelebihan suplai sebesar
BE. Perpaduan antara kelebihan penawaran di negara A dan kelebihan permintaan
di negara B akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional, yaitu
sebesar Pw. Dengan adanya perdagangan tersebut maka negara A akan
mengekspor beras sebesar BE, dan negara B akan mengimpor beras sebesar BE.
Negara A Perdagangan Internasional Negara B
Sb
Sa Sw Sw1 Db
Da Sa1 E* Eb
Pw1 E**
Pa
Pa1
B F E G 0 Q1 Q2 F B E G
Gambar 2. Kurva Terjadinya Perdagangan Internasional 2.
Sumber: Salvator, 1997.
Berdasarkan gambar 2, dapat dilihat adanya saling ketergantungan antar
negara yang terlibat dalam perdagangan internasional. Seandainya oleh karena
satu atau beberapa hal menyebabkan penawaran ekspor suatu komoditi di negara
A meningkat sebagaimana yang ditunjukkan oleh pergeseran kurva penawaran
7/30/2019 Ekspor Beras
48/120
31
dari Sa menjadi Sa1. Pergeseran kurva penawaran ke kanan dapat disebabkan
karena terjadinya peningkatan produksi.
Pergeseran kurva penawaran Sa menjadi Sa1 menyebabkan harga domestik
menjadi turun. Oleh karena harga domestik relatif lebih rendah dibandingkan
dengan harga internasional maka secara ekonomis adalah lebih menguntungkan
bila mengekspor, dan ini ditunjukkan oleh pergeseran kurva penawaran ekspor
dari Sw menjadi Sw1. akibatnya harga di pasar internasional turun menjadi di
bawah P menjadi Pw1. penurunan harga di pasar internasional ini menyebabkan
permintaan domestik di negara B meningkat, sehingga akan terjadi pningkatan
jumlah impor menjadi FG oleh negara B yang besarnya sama dengan jumlah
peningkatan ekspor oleh negara A menjadi FG. Kenaikan ekspor impor ini
ditunjukkan dalam perdagangan dunia yang meningkat dari 0Q1 menjadi 0Q2.
Mekanisme perdagangan internasional dapat dilihat pada gambar 2.
Kondisi nilai tukar seperti terdepresiasinya rupiah terhadap dollar juga
merupakan faktor yang dapat menyebabkan kurva penawaran bergeser ke kanan.
Nilai tukar menggambarkan daya saing suatu negara dalam perdagangan
internasional. Terdepresiasinya rupiah terhadap dollar membuat harga beras
Indonesia relatif lebih murah sehingga mendorong terjadinya peningkatan jumlah
penawaran ekspor (Mankiw, 2000). Mekanisme pengaruh perubahan kurs
terhadap volume ekspor dapat dilihat pada gambar 3.
7/30/2019 Ekspor Beras
49/120
32
Pengeluaran E Pengeluaran aktual
? NX
Pengeluarandirencanakan
Kurs e Kurs, e
e1 e1
e2 e2
NX1 NX2 (ekspor bersih) Y1 Y2 (output)
Sw Db Sb
Da Sa
P Sw1
Dw
F B E G 0 Q1 Q2 F B E G
Negara A Perdagangan Internasional Negara B
Gambar 3. Mekanisme Pengaruh Kurs Terhadap Volume Ekspor
Sumber: Mankiw, 2000.
7/30/2019 Ekspor Beras
50/120
33
Seandainya di negara A terjadi deperesiasi kurs yang terlihat pada
penurunan kurs dari e1 menjadi e2. Penurunan kurs yang terjadi ini menyebabkan
terjadinya peningkatan output pada kurva IS. Peningkatan output ini terjadi karena
adanya peningkatan ekspor bersih sebagaimana ditunjukkan pada gambar
perpotongan Keynesian. Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa penurunan
kurs (depresiasi) menyebabkan terjadinya peningkatan volume ekspor.
Selanjutnya dapat dijelaskan pula bagaimana mekanisme peningkatan
volume ekspor yang disebabkan penurunan kurs pada gambar perdagangan
internasional. Semula sebelum terjadinya penurunan kurs, besarnya nilai excess
supply di negara A sebesar BE. Setelah terjadinya penurunan kurs menyebabkan
terjadinya peningkatan excess supply menjadi FG. Kondisi ini mengakibatkan
kurva suppy dunia mengalami pergeseran dengan titik awal yang sama.
Pergeseran kurva supply dunia dari Sw menjadi Sw1 menyebabkan tingkat harga
dunia yang terjadi lebih rendah dan volume perdagangan internasional meningkat
dari 0Q1 menjadi 0Q2. negara pengimpor merespon perubahan harga ini dengan
meningkatkan jumlah impornya. Besarnya volume ekspor negara A setelah
depresiasi kurs (FG) sama dengan besarnya volume impor negara B (FG).
3.1.4 Fungsi Ekspor
Ekspor suatu negara merupakan selisih produksi domestik dikurangi
konsumsi domestik ditambah dengan stok pada akhir tahun lalu, secara matematis
dapat digambarkan sebagai berikut:
Xt = PBt KBt + SBt ............................................................................. (4)
7/30/2019 Ekspor Beras
51/120
34
Dimana:
Xt = Jumlah ekspor tahun ke t
PBt = Jumlah produksi domestik pada tahun ke t
KBt = Jumlah konsumsi domestik pada tahun ke t
SBt-1 = jumlah stok awal tahun ke t atau akhir tahun lalu (tahun ke t-1)
Jumlah produksi beras tahun ke t (PBt) pada dasarnya ditentukan input-
inputnya yaitu luas areal panen padi (LPt), penggunaan pupuk urea (PUt), iklim
yang terjadi selama satu tahun dan dalam hal ini adalah curah hujan rata-rata
(CHt), dan penggunaan teknologi (yang ditunjukkan oleh produktivitas (PVt)).
Dengan melihat faktor-faktor tersebut maka fungsi produksi dapat dituliskan
sebagai berikut:
PBt = f (LPt, PUt, CHt, PVt,) ................................................................. (5)
Produksi yang dihasilkan tersebut sebagian besar akan dikonsumsi
mengingat jumlah penduduk yang besar sehingga kebutuhan pangan pun besar.
Besar konsumsi tersebut (KBt) tergantung pada harga beras domestik (HEt),
Jumlah penduduk (JPt), Pendapatan per kapita (YPt), harga komoditi substitusi
(dalam hal ini jagung (HJt)) dan selera (yang ditunjukkan oleh konsumsi per
kapita (CPt)). Dengan demikian maka fungsi konsumsi dapat dituliskan sebagai
berikut :
KBt= f (HEt, JPt, YPt, HJt, CPt) ........................................................... (6)
Dari penjelasan-penjelasan tersebut maka ekspor (Xt) suatu komoditi
pertanian dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan struktural sebagai berikut:
Xt= f (LPt, PUt, CHt, PVt, HEt, JPt, YPt, HJt, CPt,SBt) .. .................. (7)
7/30/2019 Ekspor Beras
52/120
35
Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam negeri, jumlah ekspor tahun
ke t juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari luar negeri. Ada dua
faktor yang berpengaruh terhadap jumlah ekspor tahun ke t yaitu tingkat nilai
tukar (Exchange Rate (ERt)), dan harga beras internasional (HDt). Dengan
demikian maka fungsi ekpor menjadi :
Xt= f (LPt, PUt, CHt, PVt, HEt, JPt, YPt, HJt, CPt,SBt, ERt, HDt)...(8)
Berdasarkan teori tersebut di atas maka pada saat fungsi ekspor tersebut
digunakan pada komoditas beras pada penelitian ini ada beberapa peubah yang
dikeluarkan dari fungsi ekspor karena diduga berpengaruh sangat kecil dan ada
peubah yang sulit diduga. Selain itu juga karena ketidaktersediaan data yang
diperlukan. Beberapa variabel yang tidak dimasukkan dalam analisis yaitu:
1. Luas Panen Padi (LPt), curah hujan (CHt), pupuk urea (PUt), harga dasar gabah
(HGt), stok beras (SBt), dan teknologi atau produktivitas (PVt).
Pada penelitian ini, variabel-variabel seperti luas panen padi (LPt), curah hujan
(CHt), pupuk urea (PUt), stok beras (SBt), dan teknologi atau produktivitas
(PVt) sudah terwakili oleh variabel produksi beras (PBt), sehingga tidak perlu
dimasukkan kembali ke dalam model persamaan ekspor.
2. Jumlah penduduk (JPt), pendapatan per kapita (YPt), dan konsumsi beras
domestik (KBt).
Pendapatan per kapita (Ypt) dan konsumsi beras domestik telah diwakili oleh
tingkat konsumsi beras per capita (CPt). Peningkatan jumlah penduduk akan
mempengaruhi tingkat konsumsi domestik. Oleh karena variabel konsumsi
beras per kapita telah mewakili konsumsi beras domestik, maka variabel
jumlah penduduk tidak perlu dimasukkan kembali ke dalam model.
7/30/2019 Ekspor Beras
53/120
36
3. Harga komoditi substitusi atau harga jagung (HJt)
Variabel harga komoditi substitusi atau harga jagung (HJt) tidak dimasukkan
ke dalam model persamaan karena diduga berpengaruh sangat kecil terhadap
volume ekspor beras Indonesia.
4. Harga beras internasional atau harga beras dunia (HDt)
Variabel harga beras internasional (HDt) tidak dimasukkan ke dalam
persamaan karena variabel tersebut sudah terwakili oleh adanya variabel nilai
tukar rupiah terhadap dollar (ERt). Nilai tukar rupiah terhadap dollar (ERt)
menyatakan berapa besar nilai rupiah yang harus dikorbankan untuk
mendapatkan dollar Amerika Serikat, yang dinyatakan dengan satuan rupiah
per dollar AS (Rp/US$). Nilai tukar ini menggambarkan daya saing suatu
negara dalam melakukan perdagangan internasional. Pada saat nilai tukar
rupiah meningkat yang berarti nilai rupiah melemah, maka secara teori
permintaan terhadap dollar meningkat sehingga peningkatan permintaan
terhadap dollar akan meningkatkan ekspor.
Dari teori tersebut maka fungsi ekspor dapat dirumuskan sebagai berikut:
Xt = f (PBt, ERt, HEt, CPt ) ........................................................ (9)
Sedangkan fungsi produksi dapat dirumuskan sebagai berikut:
PBt = f (LPt, HGt, PUt, CHt) ........................................................ (10)
3.1.5 Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi linier berganda adalah analisis yang berkenaan dengan
studi ketergantungan satu variabel (variabel dependen) yang satu atau lebih
variabel lain (variabel independen) dengan maksud menaksir dan atau
meramalkan nilai variabel dependen berdasarkan nilai yang diketahui dari variabel
7/30/2019 Ekspor Beras
54/120
37
yang menjelaskan (variabel independen). Model regresi yang terdiri lebih dari satu
variabel independen disebut model regresi berganda (Gujarati, 1991).
Pendekatan yang paling umum digunakan dalam menentukan garis yang
paling cocok disebut Metode Kuadrat Terkecil atau Ordinary Least Square (OLS).
Metode kuadrat terkecil digunakan untuk menghitung persamaan garis lurus yang
meminimisasi jumlah kuadrat jarak antara titik data X-Y dengan garis yang diukur
ke arah vertikal Y. Dengan menggunakan OLS, dapat diperoleh intersep dan slope
sehingga diperoleh garis regresi yang menunjukkan trend data secara baik.
Dalam mengevaluasi apakah model ya ng digunakan sudah baik atau
belum, terdapat beberapa kriteria yang memerlukan pengujian secara statistik.
Indikator untuk melihat kebaikan model adalah R2, F-hitung, dan t-hitung.ukuran
ini digunakan untuk menunjukkan signifikan atau tindakannya model yang
diperoleh secara keseluruhan.
Dalam model regresi berganda dapat terjadi keterkaitan antar variabel
bebas yang disebut multikolinieritas. Multikolinieritas merupakan keadaan
dimana variabel-variabel independen pada regresi berganda saling berhubungan
erat. Kekuatan multikolinieritas diukur melalui faktor varian inflasi. Dalam
analisis regresi dengan data time series dan cross-section terdapat masalah
autokorelasi. Autokorelasi timbul karena sederetan pengamatan dari waktu ke
waktu saling berkaitan satu dengan yang lainnya, sehingga suatu nilai kejadian
pada periode waktu sebelumnya akan mempengaruhi nilai pada kejadian peride
waktu berikutnya. Pengujian autokorelasi tersebut dilakukan dengan uji Durbin
Watson.
7/30/2019 Ekspor Beras
55/120
38
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Beras merupakan komoditas pangan yang dijadikan sebagai bahan pangan
utama oleh sebagian besar penduduk Asia, termasuk Indonesia. Pangan adalah
kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa, sehingga dalam
keberlangsungannya ketersediaan beras menjadi hal yang sangat penting bagi
suatu negara.
Negara Indonesia merupakan negara produsen utama beras ke tiga di
dunia. Hal tersebut didukung oleh keadaan alam di Indonesia yang sangat
potensial untuk menanam padi. Namun demikian negara-negara produsen beras
lainnya seperti Vietnam dan Thailand telah mampu berswasembada beras, bahkan
menjadi eksportir beras utama pada tahun 2002 sampai sekarang. Sedangkan
Indonesia yang memiliki lahan lebih luas dari Thailand dan Vietnam sulit sekali
mempertahankan swasembada beras yang pernah dicapai pada tahun 1984 bahkan
Indonesia cenderung lebih sering bergantung pada impor beras untuk memenuhi
kebutuhan pangan berasnya.
Selain melakukan impor beras, Indonesia juga melakukan ekspor beras
untuk beras jenis tertentu. Produksi beras di Indonesia berfluktuasi dengan laju
pertumbuhan yang cenderung semakin menurun. Produksi beras ya ng berfluktuasi
tersebut mempengaruhi ekspor beras Indonesia. Sehingga dengan ketidakstabilan
produksi beras dalam negeri, ekspor beras Indonesia cenderung menurun dan
bahkan terhapus.
Adanya peningkatan ekspor yang cukup signifikan pada tahun 2004-2005
membuka peluang dan harapan bagi Indonesia untuk mempertahankan keadaan
tersebut dan bahkan untuk mengembangkannya, mengingat pada dasarnya
7/30/2019 Ekspor Beras
56/120
39
Indonesia memang memiliki potensi untuk memproduksi beras. Indonesia yang
memiliki keunggulan komparatif dalam memproduksi beras seharusnya mampu
meningkatkan produksinya dan mulai berusaha untuk mengembangkan ekspor
beras yang sudah ada.
Oleh karena itu kebutuhan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi beras Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhi
ekspor beras Indonesia tersebut penting untuk dilakukan guna mengetahui
kebijakan strategi yang dapat dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk
meningkatkan produksi beras Indonesia dan ekspor beras yang sudah ada.
Pada dasarnya produksi beras merupakan perkalian antara faktor rendemen
beras (konversi beras) dengan produksi padi. Berdasarkan pada komponen input
yang digunakan dalam usahatani padi dan insentif bagi petani untuk menanam
padi, produksi beras Indonesia diduga dipengaruhi oleh luas areal panen padi,
harga dasar gabah, pupuk urea, dan curah hujan. Produksi padi pada dasarnya
tergantung pada luas areal panen padi dan produktivitas padi. Sehingga variabel
luas areal panen padi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
produksi beras Indonesia. Sedangkan harga dasar gabah merupakan harga yang
dapat memberikan insentif bagi petani untuk menanam padi, sehingga ketika
harga dasar gabah akan meningkat, produksi beras pun akan meningkat.
Selain luas panen padi dan harga gabah, faktor lain yang dapat
diperhitungkan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi beras
Indonesia adalah pupuk urea dan curah hujan. Hal ini didasari pada suatu
pemikiran dimana pupuk urea merupakan salah satu komponen input utama dalam
memproduksi padi sehingga penggunaan pupuk urea akan sangat menentukan
7/30/2019 Ekspor Beras
57/120
40
produktivitas padi yang dihasilkan dan akan mempengaruhi produksi beras
Indonesia, sedangkan curah hujan merupakan suatu iklim yang sangat mendukung
usahatani padi.
Sedangkan ekspor beras Indonesia diduga dipengaruhi oleh produksi
beras, nilai tukar, harga eceran beras atau harga beras domestik, dan konsumsi
beras per kapita. Produksi beras dan konsumsi beras per kapita diduga merupakan
faktor yang mempengaruhi ekspor karena ekspor beras dilakukan pada saat terjadi
surplus produksi. Variabel konsumsi beras per kapita menunjukkan besarnya
selera masyarakat dalam mengkonsumsi beras, dan dapat mewakili variabel
konsumsi beras domestik. Sedangkan harga beras eceran atau harga beras
domestik dijadikan pertimbangkan karena harga eceran diduga mempengaruhi
keputusan ekspor, dimana ketika harga beras eceran meningkat, insentif utuk
melakukan ekspor akan berkurang karena akan lebih menguntungkan jika menjual
beras di pasar domestik.
Nilai tukar mata uang suatu negara terhadap dollar dijadikan pertimbangan
untuk mengukur nilai pembelian dan penjualan barang ke luar negeri, sehingga
nilai tukar mata uang suatu negara mencerminkan daya saing negara tersebut di
pasar internasional. Berdasarkan pada kondisi tersebut, maka harga beras dunia
dapat diwakili oleh variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar. Dengan semakin
meningkatnya nilai tukar rupiah terhadap dollar, maka nilai rupiah akan semakin
menurun dan mendorong penawaran ekspor. Harga barang-barang domestik yang
diperdagangkan di pasar internasiona l akan berdaya saing karena memiliki harga
yang dirasakan lebih murah bagi negara-negara tujuan ekspor, dan hal tersebut
akan mendorong peningkatan ekspor beras Indonesia.
7/30/2019 Ekspor Beras
58/120
41
Bagan 1. Alur Kerangka Berpikir
Indonesia SebagaiProdusen Beras
Fluktuasi ekspor yangcenderung menurun
Pendugaan faktor-faktor yangMempengaruhi Produksi Beras
Indonesia
Pengujian terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Produksi dan Ekspor Beras
Indonesia
Hasil Dugaan:
Faktor Dominan yangMempengaruhi Produksi dan
Ekspor Beras Indonesia
Pendugaan faktor-faktor yangMempengaruhi Ekspor Beras
Indonesia
Analisis Regresi Berganda
Selain melakukan imporjuga melakukan ekspor
beras
Fluktuasi Produksiberas
Peningkatan Ekspor padaperiode 2004-2005
7/30/2019 Ekspor Beras
59/120
42
3.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada kerangka pemikiran yang ada, maka hipotesis penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi produksi beras Indonesia adalah luas
areal panen padi, harga dasar gabah, pupuk urea, dan curah hujan. Dimana
semua variabel tersebut memiliki korelasi positif terhadap produksi beras
Indonesia.
2. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi ekspor beras Indonesia adalah
produksi beras Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dollar, harga eceran
beras/harga beras domestik, dan konsumsi beras per kapita. Dimana produksi
beras Indonesia dan nilai tukar rupiah terhadap dollar memiliki korelasi positif
terhadap ekspor beras Indonesia, sedangkan harga beras eceran atau harga
beras domestik dan konsumsi beras per kapita memiliki korelasi negatif
terhadap ekspor beras Indonesia.
7/30/2019 Ekspor Beras
60/120
43
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
berupa data time series. Data time series meliputi data tahunan selama 30 tahun
(tahun 1976-2005). Semua data yang dikumpulkan diperoleh dari Departemen
Pertanian, Departemen Perdagangan, Badan Pusat Statistik, Badan Urusan
Logistik, dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi, serta literatur-
literatur dan situs-situs yang terkait dengan penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan di Jakarta dan Bogor. Lokasi penelitian ini
ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di Jakarta dan
Bogor terdapat instansi-instansi terkait seperti Departemen Pertanian, Departemen
Perdagangan, Badan Pusat Statistik, Badan Urusan Logistik, dan Pusat Penelitian
dan Pengembangan Sosial Ekonomi yang menyediakan kebutuhan data yang
diperlukan dalam penelitian. Pengumpulan data dilakukan selama bulan Februari
sampai Maret 2007.
Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data-data yang
digunakan dalam analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan ekspor
beras Indonesia, antara lain adalah: volume ekspor beras (ton), produksi beras
(ton), produksi padi (ton), harga dasar gabah (Rp/kg), curah hujan (mm/tahun),
harga beras eceran (Rp/kg), luas areal panen padi (Ha), produktivitas padi
(Ton/Ha), volume impor beras, penggunaan pupuk urea (kg/ha), harga jagung
(Rp/ton), konsumsi beras per kapita (kg/kapita/tahun), nilai tukar rupiah terhadap
7/30/2019 Ekspor Beras
61/120
44
dollar (Rp/US$), harga beras dunia (US$/ton), dan indeks harga konsumen
Indonesia.
4.2 Metode Analisis Data
Metode yang digunakan untuk untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi dan ekspor beras Indonesia adalah metode kuantitatif
dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan model regresi
linier berganda. Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software
Microsoft Excel dan Minitab 14. Sedangkan metode deskriptif dalam penulisan
digunakan untuk memberikan penjelasan tentang gambaran umum perkembangan
perberasan, baik di Indonesia maupun di dunia. Selain itu metode deskriptif juga
digunakan untuk menginterpretasi data.
Model yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi dan ekspor beras Indonesia adalah model regresi
berganda dengan persamaan tunggal karena bentuk ini mampu menunjukkan
berapa persen variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen
dengan nilai R2. Selain itu model ini dapat melihat apakah variabel-variabel
independennya berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen dengan
melihat uji-F dan uji-t serta perhitungannya lebih sederhana. Bentuk umum dari
fungsi regresi tersebut adalah:
Y = ao + ? ai Xi + Ei
Dimana:
Y = variabel dependen
ao = intersep
7/30/2019 Ekspor Beras
62/120
45
ai = parameter penduga Xi
Xi = variabel independen yang menjelaskan variabel Y
Ei = pengaruh sisa (error term)
Model terse
top related