Transcript
8/2/2019 D Print Laporan
1/21
LAB OPTIK DAN APLIKASI LASER
O.2 ZAT OPTIS AKTIF
EKSPERIMEN PENGUKURAN KADAR LARUTAN GULA
A. TUJUAN
a. Memahami peristiwa polarisasi cahaya
b. Menentukan kadar larutan gula tebu dengan polarimeter
B. ALAT DAN BAHAN
a. Polarimeter
b. Termometer
c. Tabung tempat larutan gula
d. Pipet penetes e. Gula dan Aquades
C. DASAR TEORI
Bila cahaya terpolarisasi linier dijatuhkan pada bahan optis aktif, maka cahaya
yang keluar bahan akan tetap terpolarisasi linier dengan arah getar terputar terhadap arah
getar semula. Beberapa bahan tertentu menghasilkan perputaran bidang getar (arah getar
komponen medan listrik gelombang elektromagnetik) searah jarum jam dan disebut
sebagai dextrorotary . Di lain pihak ada bahan-bahan yang menghasilkan perputaran
komponen medan listrik berlawanan arah jarum jam. Perputaran berlawanan arah arah
jarum ini disebut levorotary . Bahan optis -aktif dapat berupa bahan padat atau cair.
Contoh bahan optis-aktif padat adalah kwarsa & gula, sedangkan bahan optis-aktif cair
adalah terpentin & larutan gula.
Pada tahun 1811, Biot menemukan adanya perputaran bidang polarisasi cahaya oleh
bahan terpentin. Terpentin memiliki sifat seperti kristal kwarsa, yaitu menghasilkan
perputaran bidang polarisasi. Besarnya perputaran bidang polarisasi oleh cairan itu
sebanding dengan panjang cairan yang dilewati cahaya. Perputaran bidang getar ini
disebabkan oleh susunan molekul zat dalam cairan itu. Zat yang memiliki sifat demikian
itu adalah zat molekul organik kompleks. Selanjutnya, zat yang memutar bidang
polarisasi ini disebut zat optis aktif. Daya putar jenis zat optis aktif didefinisikan sebagai
rotasi yang dihasilkan oleh kolom larutan zat optis aktif sepanjang 10 cm dan
mengandung 1 gram zat optis aktif per cm 3. maka
t=10/ Lc......................................................................................................(1)
8/2/2019 D Print Laporan
2/21
LAB OPTIK DAN APLIKASI LASER
dengan , L dan C masing -masing adalah sudut putar, panjang kolom larutan (cm) dan
konsentrasi larutan (molar).
Gula tebu pada t=20C pada cahaya kuning (Natrium) memiliki 20= 66.540,
sedangkan untuk suhu t sembarang, sudut putar jenis dihitung dgn menggunakanpersamaan berikut.
t = 20{1-0,000184(t-20)} .........................................................(2)
Gambar 1. Polarimeter
8/2/2019 D Print Laporan
3/21
LAB OPTIK DAN APLIKASI LASER
D. PROSEDUR PERCOBAAN
a. Membersihkan tabung tempat larutan gula dengan aquades.
b. Setelah menghidupkan polarimeter, menunggu lampu menyala terang mengisitabung dengan aquades. mengusahakan tidak ada gelembung udara
didalamnya.
c. Memeriksa lampu penunjuk nol pada saat polarimeter menyala denganmenekan tombol geser ( shift key ) sampai penunjuk nol menyala.
d. Melihat melalui teropong, pada saat itu medan penglihatan tampak gelap-terang, maka memutar tombol rotasi (Gambar 1) sehingga menjadi sama
terang.
e. Mengganti aquades dengan larutan gula yang hendak ditentukankonsentrasinya, kemudian melihat melalui okuler teropong. Pada saat itu
tampak sebelah kiri dan kanan tidak sama terang. Bila sebelah kanan lebih
terang daripada sebelah kiri maka menekan rotasi kanan sampai diperoleh
kedua bagian sama gelap. Mencatat besarnya sudut putar dan suhu larutan
pada saat itu. f. Mengganti larutan gula pada tabung tempat larutan dengan larutan gula
dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Ulangi langkah ini sampai lima kali.
g. Menentukan konsentrasi-konsentrasi larutan gula yang digunakan dalameksperimen menggunakan persamaan (1)
8/2/2019 D Print Laporan
4/21
LAB OPTIK DAN APLIKASI LASER
E. DATA HASIL PENGAMATAN
Panjang Tabung Larutan L = 17 cm t = 66,54 0
Massa gula m gula = 12,8521 gram Volume mula-mula aquades V aq = 10 ml, dan pada pengukuran
selanjutnyapun mengalami penambahan akuades 10ml tiap penganceran
Tabel Perputaran Sudut
Bahan Keadaan () T ( C ) Aquades Tanpa
Pengenceran -39,90 27
Larutan gula 1 Pengenceran I 59,95 28Larutan gula 2 Pengenceran II -18,55 29,5 Larutan gula 3 Pengenceran III -25,15 30 Larutan gula 4 Pengenceran IV -28,10 30Larutan gula 5 Pengenceran V -33,70 29,9
8/2/2019 D Print Laporan
5/21
LAB OPTIK DAN APLIKASI LASER
F. ANALISIS PERHITUNGAN
8/2/2019 D Print Laporan
6/21
LAB OPTIK DAN APLIKASI LASER
8/2/2019 D Print Laporan
7/21
LAB OPTIK DAN APLIKASI LASER
8/2/2019 D Print Laporan
8/21
LAB OPTIK DAN APLIKASI LASER
8/2/2019 D Print Laporan
9/21
LAB OPTIK DAN APLIKASI LASER
8/2/2019 D Print Laporan
10/21
LAB OPTIK DAN APLIKASI LASER
8/2/2019 D Print Laporan
11/21
LAB OPTIK DAN APLIKASI LASER
8/2/2019 D Print Laporan
12/21
LAB OPTIK DAN APLIKASI LASER
8/2/2019 D Print Laporan
13/21
LAB OPTIK DAN APLIKASI LASER
8/2/2019 D Print Laporan
14/21
LAB OPTIK DAN APLIKASI LASER
8/2/2019 D Print Laporan
15/21
LAB OPTIK DAN APLIKASI LASER
8/2/2019 D Print Laporan
16/21
LAB OPTIK DAN APLIKASI LASER
8/2/2019 D Print Laporan
17/21
LAB OPTIK DAN APLIKASI LASER
G. PEMBAHASAN
8/2/2019 D Print Laporan
18/21
LAB OPTIK DAN APLIKASI LASER
8/2/2019 D Print Laporan
19/21
LAB OPTIK DAN APLIKASI LASER
8/2/2019 D Print Laporan
20/21
LAB OPTIK DAN APLIKASI LASER
H. KESIMPULAN
8/2/2019 D Print Laporan
21/21
LAB OPTIK DAN APLIKASI LASER
I. DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Fisika Optik. 2009. Modul Fisika eksperimental: Bagian Optik. Surabaya:
Lab. Optik & Aplikasi Laser, Dep. Fisika, FST, UNAIR.
Tipler, P A jilid 2 edisi ketiga. 1991. Fisika untuk Saint dan Teknik. Jakarta :Erlangga.
top related