Transcript
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. T
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Nagrak
Tanggal Pemeriksaan : 30 Januari 2013
II. ANAMNESA
Keluhan utama : Penglihatan mata kanan berangsur-angsur buram.
Anamnesa khusus :
Pasien datang ke poliklinik mata RSUD dr. Slamet garut dengan keluahan
penglihatan mata kanan berangsur-angsur buram sejak 1 tahun yang lalu.Pasien
mengatakan awalnya pandangan mata kanan seperti berkabut dan ada asap tebal yang
semakin lama semakin bertambah berat.Pasien mengeluh pandangan sangat buram pada
siang hari dan berkurang pada malam hari, keluhan ini dirasakan bertambah berat dalam
6 bulan belakangan.Pasien juga mengeluhkan mata kiri kurang jelas saat melihat jarak
jauh sejak ± 6 bulan SMRS. Pasien merasa penglihaan mata kirinyanya kurang jelas
saat melihat tulisan, benda atau orang dari kejauhan, sehingga pasien sering
memicingkan mata supaya dapat melihat jelas. Pasien mengaku lebih nyaman apabila
melihat sesuatu dari jarak dekat. Keluhan disertai mata merah disangkal. Keluhan tidak
disertai dengan melihat pelangi disekitar cahaya lampu. Penglihatan berkurang saat
senja atau gelap disangkal.Riwayat menderita seperti kencing manis disangkal. Riwayat
trauma disangkal Riwayat memakai kacamata diakui pasien sudah sejak ± 6 bulan yang
lalu dan memakai kacamata sampai saat ini. Riwayat keluarga memakai kacamata
disangkal. Adanya kebiasaan membaca ditempat yang gelap dan menonton TV dari
jarak dekat diakui pasien.
1
Anamnesa keluarga :
Ibu pasien menderita penyakit yang sama yaitu pandangan buram dan
berkabut dan sudah dioperasi.
Riwayat penyakit dahulu :
- Riwayat kencing manis disangkal
- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat trauma pada mata disangkal
Riwayat Sos-Ek : Cukup
Riwayat gizi : Cukup
III. PEMERIKSAAN
1. Keadaan Umum
Kesan sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital :
1. Tekanan darah : 120/80 mmHg
2. Nadi : 80X/menit
3. Suhu : 36,60C
4. Pernapasan : 22X/menit
2. Status Oftalmologi
Pemeriksaan Subjektif
Visus OD OSSC 1/300 0,4CC - 1,0STN - -
2
Koreksi - S -1,25AddeGerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Pemeriksaan Eksternal
OD OSPalpebra superior T.a.k T.a.kPalpebra inferior T.a.k T.a.kSilia Tumbuh teratur Tumbuh teraturAp. Lakrimalis T.a.k T.a.kKonjungtiva tarsalis Superior Tenang TenangKonjungtiva tarsalis Inferior Tenang TenangKonjungtiva Bulbi Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)Kornea Jernih JernihBilik mata depan sedang SedangPupil Bulat, letak tengah Bulat, letak tengahDiameter pupil 3 mm 3 mmReflek cahaya
Direct + + indirect + +
Iris Coklat, sinekia (-) Coklat, sinekia (-)Shadow test - -Lensa Keruh Jernih
PEMERIKSAAN BIOMIKROSKOP (SLIT LAMP)
OD OSSilia T.a.k T.a.kKonjungtiva superior T.a.k T.a.kKonjungtiva inferior T.a.k T.a.kKornea Jernih JernihCOA Sedang SedangPupil Bulat, sentral Bulat, sentralIris Coklat, sinekia (-) Coklat, sinekia (-)Lensa Keruh seluruh lensa,shadow
test (-)Jernih,shadow test(-)
Tonometri schiots 5/5,5= 17,3mmHg 4,5/5,5= 18,9mmHg
FUNDUSKOPI
Funduskopi OD OSLensa Keruh JernihVitreus Tidak dapat dinilai JernihFundus Refleks fundus(-) Refleks fundus (+)
3
Papil Tidak dapat dinilai Bulat, batas tegasCDR Tidak dapat dinilai 0,3A/V retina sentralis Tidak dapat dinilai 2:3Retina Tidak dapat dinilai Eksudat (-),Perdarahan(-)Makula Tidak dapat dinilai Reflek fovea (+)
IV. DIAGNOSIS KLINIS
Katarak senilis matur OD
Miopi simpleks ringan OS
V. DIAGNOSIS BANDING
VI. RENCANA PEMERIKSAAN
- Laboratorium : Hb,Ht,leukosit,trombosit,Masa pendarahan,Masa pembekuan,Glukosa
darah sewaktu,Glukosa urin.
- Biometri
- USG Mata
VII. TERAPI
Medikamentosa
Xitrol 6dd gtt1
Cefadroxil 2dd tab1
Metil prednisolon 8mg 3 dd tab 1
Non Medikamentosa
o Operasi katarak dengan tekhnik SICE OD + pemasangan lensa
intraokular
o Koreksi dengan menggunakan lensa negatif S -1.25 OS
4
VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
RESUME
Seorang perempuan, 58 tahun, datang dengan keluhan utama penglihatan mata
kanan berangsur buram sejak 1 tahun yang lalu.Pasien mengatakan awalnya pandangan
mata kanan seperti berkabut dan ada asap tebal yang semakin lama semakin bertambah
berat.Keluhan ini dirasakan bertambah berat dalam 6 bulan belakangan.Pasien juga
mengeluhkan mata kiri kurang jelas saat melihat jarak jauh sejak ± 6 bulan SMRS.
Pasien merasa penglihaan mata kirinyanya kurang jelas saat melihat tulisan, benda atau
orang dari kejauhan, sehingga pasien sering memicingkan mata supaya dapat melihat
jelas. Pasien mengaku lebih nyaman apabila melihat sesuatu dari jarak dekat. Keluhan
disertai mata merah disangkal. Keluhan tidak disertai dengan melihat pelangi disekitar
cahaya lampu. Penglihatan berkurang saat senja atau gelap disangkal. Riwayat memakai
kacamata diakui pasien sudah sejak ± 6 bulan yang lalu dan memakai kacamata sampai
saat ini. Riwayat keluarga memakai kacamata disangkal. Adanya kebiasaan membaca
ditempat yang gelap dan menonton TV dari jarak dekat diakui pasien.
Pemeriksaan Subjektif
Visus OD OSSC 1/300 0,4CC - 1,0STN - -Koreksi - S -1,25AddeGerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
5
PEMERIKSAAN BIOMIKROSKOP (SLIT LAMP)
OD OSSilia T.a.k T.a.kKonjungtiva superior T.a.k T.a.kKonjungtiva inferior T.a.k T.a.kKornea Jernih JernihCOA Sedang SedangPupil Bulat, sentral Bulat, sentralIris Coklat, sinekia (-) Coklat, sinekia (-)Lensa Keruh seluruh lensa,shadow
test (-)Jernih,shadow test(-)
Tonometri 5/5,5= 17,3mmHg 4,5/5,5= 18,9mmHg
FUNDUSKOPI
Funduskopi OD OSLensa Keruh JernihVitreus Tidak dapat dinilai JernihFundus Refleks fundus(-) Refleks fundus (+)Papil Tidak dapat dinilai Bulat, batas tegasCDR Tidak dapat dinilai 0,3A/V retina sentralis Tidak dapat dinilai 2:3Retina Tidak dapat dinilai Eksudat (-),Perdarahan(-)Makula Tidak dapat dinilai Reflek fovea (+)
PEMBAHASAN
6
Pembahasan di dalam kasus ini antara lain mencakup :
1. Mengapa pada pasien ini didiagnosa sebagai pasien Katarak senilis matur OD dan
miopia simpleks ringan OS ?
2. Apakah etiologi dari penyakit pada pasien ini ?
3. Bagaimanakah penatalaksanaan pasien ini ?
4. Bagaimana prognosis pada pasien ini ?
1. Mengapa pada pasien ini didiagnosa sebagai pasien Katarak senilis matur OD dan
miopia simpleks OS ?
Karena dari anamnesis pada pasien ini didapatkan Seorang perempuan, 58
tahun, datang dengan keluhan utama penglihatan mata kanan berangsur buram sejak 1
tahun yang lalu.Pasien mengatakan awalnya pandangan mata kanan seperti berkabut
dan ada asap tebal yang semakin lama semakin bertambah berat.Keluhan ini dirasakan
bertambah berat dalam 6 bulan belakangan.Pasien juga mengeluhkan mata kiri kurang
jelas saat melihat jarak jauh sejak ± 6 bulan SMRS. Pasien merasa penglihaan mata
kirinyanya kurang jelas saat melihat tulisan, benda atau orang dari kejauhan, sehingga
pasien sering memicingkan mata supaya dapat melihat jelas. Pasien mengaku lebih
nyaman apabila melihat sesuatu dari jarak dekat.
Pada pemeriksaan Oftalmologi didapatkan hasil :
Kornea Jernih JernihCOA Sedang SedangPupil Bulat, sentral Bulat, sentralIris Coklat, sinekia (-) Coklat, sinekia (-)Lensa Keruh seluruh lensa,shadow
test (-)Jernih,shadow test(-)
Tonometri 5/5,5= 17,3mmHg 4,5/5,5= 18,9mmHgLensa(oftalmoskop) Keruh JernihVitreus Tidak dapat dinilai JernihFundus Refleks fundus(-) Refleks fundus (+)
Pada pemeriksaan Refraksi Subyektif, dengan Metoda ‘trial and error’. Jarak pemeriksaan
6 meter. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata penderita, Mata diperiksa
satu persatu dibiasakan mata kanan terlebih dahulu. Ditentukan visus / tajam penglihatan
7
masing-masing mata. kemudian dikoreksi dengan lensa sferis negatif, dan memberikan
tajam penglihatan yang membaik dari sebelumnya.
Pemeriksaan Subjektif
Visus OD OSSC 1/300 0,4CC - 1,0STN - -Koreksi - S -1,25AddeGerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Pada pemeriksaan Refraksi Subyektif dengan snellen chart didapatkan koreksi
kacamata :
VOD : 1/300
(tidak dapat dikoreksi) Tinggi dioptri = 1,25 Dioptri , dan tidak pusing
VOS : 0,4 S-1,25 = 1,0
Pasien di diagnosa Katarak Senilis Matur OD karena pasien berusia 58tahun merasa
pandangannya mulai bertambah kabur sejak 6 bulan yang lalu dan mulai dirasakan 1 tahun yang
lalu secara perlahan – lahan. Pemeriksaan funduskopy pada lensa terlihat keruh pada seluruh
lensa,shadow test (-) dengan bagian lain sulit dinilai.Sedangkan miopi simpleks OS karena pasien
mengeluhkan mata kiri mulai buram bila melihat jauh dan berdasarkan klasifikasi myopia
menurut derajat dioptri, pasien ini tergolong Miopia Simpleks OS derajat Rendah.
Katarak berasal dari yunani katarrhakies, inggris cataract, dan latin cataracta yang
berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup
air terjun5. katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah kepada penurunan ketajaman
visual dan/atau cacat fungsional yang dirasakan oleh pasien. Katarak adalah setiap keadaan
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat penambahan cairan di lensa, pemecahan
protein lensa, atau kedua-duanya.1,2
Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat kemunduran
secara progesif dan gangguan dari penglihatan. Penyimpangan penglihatan bervariasi,
tergantung pada jenis dari katarak ketika pasien datang.
8
a. Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien dengan
katarak senilis.
b. Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spectrum dari penurunan sensitivitas kontras
terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari hingga silau ketika endekat ke
lampu pada malam hari.
c. Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan dioptrik lensa
yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat. Sebagai akibatnya, pasien presbiop
melaporkan peningkatan penglihatan dekat mereka dan kurang membutuhkan kaca mata
baca, keadaan ini disebut dengan second sight. Secara khas, perubahan miopik dan second
sight tidak terlihat pada katarak subkortikal posterior atau anterior
d. Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang terkonsentrasi pada bagian
dalam lapisan lensa, menghasilkan area refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering
memberikan gambaran terbaik pada reflek merah dengan retinoskopi atau ophtalmoskopi
langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan diplopia monocular yang tidak dapat
dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau lensa kontak.3,8
e. Noda, berkabut pada lapangan pandang.
f. Ukuran kaca mata sering berubah
Katarak biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan rutin mata. Sebagian besar katarak
tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi cukup padat (matur atau
hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun, katarak, pada stadium perkembangannya
yang paling dini, dapat diketahui melalui pupil yang didilatasi maksimum dengan
ophtalmoskop, kaca pembesar, atau slitlamp. Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat
seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa, sampai reaksi fundus sama sekali hilang.
Pada stadium ini katarak biasanya telah matang dan pupil mungkin tampak putih.2,5
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan slit-lamp,
funduskopi pada kedua mata bila mungkin, tonometer selain daripada pemeriksaan
prabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi pada kelopak mata, konjungtiva,
karena dapat penyulit yang berat berupa panoftalmitis pasca bedah dan fisik umum. 2,5
Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki mata
tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina. Dalam keadaan ini
objek yang jauh tidak dapat dilihat secara teliti karena sinar yang datang saling bersilangan
9
pada badan kaca, ketika sinar tersebut sampai di retina sinar-sinar ini menjadi divergen,
membentuk lingkaran yang difus dengan akibat bayangan yang kabur.1
Klasifikasi Miopia terdiri dari
1. Miopia aksial
Bertambah panjangnya diameter anteroposterior bola mata dari normal. Pada orang
dewasa panjang axial bola mata 22,6 mm. Perubahan diameter anteroposterior bola
mata 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar 3 dioptri.
2. Miopia kurfatura
Kurfatura dari kornea bertambah kelengkungannya, misalnya pada keratokonus dan
kelainan kongenital. Kenaikan kelengkungan lensa bisa juga menyebabkan miopia
kurvatura, misalnya pada stadium intumesen dari katarak. Perubahan kelengkungan
kornea sebesar 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar 6 dioptri.
3. Miopia indeks refraksi
Peningkatan indeks bias media refraksi sering terjadi pada penderita diabetes melitus
yang kadar gula darahnya tidak terkontrol.
4. Perubahan posisi lensa
Perubahan posisi lensa kearah anterior setelah tindakan bedah terutama glaukoma
berhubungan dengan terjadinya miopia. 1
Berdasarkan tingginya dioptri, miopia dibagi dalam:2
1. Miopia sangat ringan, dimana miopia sampai dengan 1 dioptri
2. Miopia ringan, dimana miopia antara1-3 dioptri
3. Miopia sedang, dimana miopia antara 3-6 dioptri
4. Miopia tinggi, dimana miopia 6-10 dioptri
5. Miopia sangat tinggi, dimana miopia >10 dioptri
Gejala Klinis Miopia
Gejala subjektif miopia antara lain:2
10
a. Kabur bila melihat jauh
b. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat
c. Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai dengan
akomodasi )
d. Astenovergens
Gejala objektif miopia antara lain:2
1. Miopia simpleks :
a) Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif
lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol
b) Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat
disertai kresen miopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf optik.
2. Miopia patologik :
a) Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks
b) Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada
1. Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau
degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang
mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan
kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia
2. Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil
terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen
miopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi
oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur
Gambar 2. Myopic cresent
11
3. Makula : berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan
perdarahan subretina pada daerah makula.
4. Retina bagian perifer : berupa degenersi kista retina bagian perifer
5. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan
retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan
disebut sebagai fundus tigroid.
Gambar 3. Fundus Tigroid
Kesalahan pada saat pemeriksaan refraksi biasa mendominasi gejala klinik yang
terjadi pada miop tinggi. Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba mungkin disebabkan
karena perdarahan makular pada bagian fovea dimana membrana Bruch mengalami
dekompensasi. Kehilangan penglihatan secara bertahap dan metamorpopsia terjadi oleh
karena rusaknya membrana Bruch.
Dikatakan miop tinggi apabila melebihi -8.00 dioptri dan dapat labih tinggi lagi
hingga mencapai -35.00 dioptri. Tingginya dioptri pada miopia ini berhubungan dengan
panjangnya aksial miopia, suatu kondisi dimana belakang mata lebih panjang daripada
normal, sehingga membuat mata memiliki pandangan yang sangat dekat.
Untuk mendiagnosis myopia dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan
pada mata, pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut:3,4
Refraksi Subyektif
Diagnosis myopia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan Refraksi Subyektif, metode
yang digunakan adalah dengan Metoda ‘trial and error’ Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5
meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata penderita, Mata
diperiksa satu persatu dibiasakan mata kanan terlebih dahulu Ditentukan visus / tajam
12
penglihatan masing-masing mata Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis negatif,
bila dengan lensa sferis negatif tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau
20/20 maka pasien dikatakan menderita myopia, apabila dengan pemberian lensa sferis
negatif menambah kabur penglihatan kemudian diganti dengan lensa sferis positif
memberikan tajam penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien menderita hipermetropia.
Refraksi Obyektif
Yaitu menggunakan retinoskopi, dengan lensa kerja ∫+2.00D pemeriksa mengamati
refleks fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan retinoskop (against
movement) kemudian dikoreksi dengan lensa sferis negatif sampai tercapai netralisasi.
Autorefraktometer (komputer)
Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan menggunakan
komputer.
2. Apakah etiologi dari penyakit pada pasien ini ?
Pada anamnesa didapatkan pasien berusia 58 tahun pasien mengeluhkan
pandangan buram dan berkabut perlahan yang dirasakan sejak 1 tahun yang lalu dan
bertambah berat pada 6 bulan belakangan.Pada pasien juga didapatkan adanya kebiasaan
membaca ditempat yang gelap dan menonton TV dari jarak dekat diakui pasien, dimana
hasil anamnesa ini sesuai dengan etiologi yang terdapat pada miopia simpleks. Berdasarkan
anamnesa lainnya juga didapatkan pasien mengeluhkan penglihatan kedua mata kurang
jelas saat melihat jarak jauh sejak ± 6 bulan yang lalu
penyebab katarak yang diderita pada mata kiri pasien ini adalah akibat usia pasien
(proses degeneratif) dimana usia pasien ini sudah memasuki lebih dari 40 tahun.sebelum
dilakukan penatalaksanaan lebih lanjut, diperlukan beberapa pemeriksaan untuk menunjang
penatalaksanaan:
Ceklab : Hb, leukosit, waktu perdarahan, waktu pembekuan,glukosa darah sewaktu,
urin rutin dilakukan untuk menghindari resiko dan keadaan yang buruk saat dilakukan
ekstraksi lensa
Biometri : melihat ukuan lensa yang akan di pasang
USG Mata : melihat segmen posterior
13
Katarak dapat terjadi sebagai akibat dari penuaan atau sekunder oleh faktor herediter, trauma,
inflamasi, metabolisme atau kelainan nuntrisi, atau radiasi. Tiga jenis umum katarak adalah
nuleus, cortical, dan posterior subcapsular.1 Sebagian besar katarak terjadi karena proses
degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut.
Data statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun menderita
katarak. Sekitar 550% orang berusia 75— 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat
katarak. Walaupun sebenarnya dapat diobati, katarak merupakan penyebab utama kebutaan di
dunia.1
Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :1
Katarak perkembangan (developmenta) dan degeneratif.
Katarak kongenital, juvenil, dan senil.
Katarak komplikata. Katarak komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel lensa
oleh faktor fisik atau kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan lensa.
Katarak komplikata dapat terjadi akibat iridosiklitis, koroiditis, miopia tinggi,
ablasio retina, dan glaukoma. Katarak komplikata dapat terjadi akibat kelainan
sistemik yang akan mengenai kedua mata atau kelainan lokal yang akan
mengenai satu mata
Katarak traumatik. Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat trauma tumpul atau trauma tajam yang
menembus kapsul anterior. Tindakan bedah pada katarak traumatik dilakukan
setelah mata tenang akibat trauma tersebut.Bila pecahnya kapsul
mengakibatkan gejala radang berat, maka dilakukan aspirasi secepatnya
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :1
katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun
kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir, dan terjadi akibat gangguan
perkembangan embrio intrauterin. Biasanya kelainan ini tidak meluas mengenai seluruh
lensa. Pada bayi dengan katarak kongenital akan terlihat bercak putih di depan pupil
yang disebut sebagai leukokoria (pupil berwarna putih).
14
katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun
Katarak juvenil yang terlihat setelah usia 1 tahun à lanjutan katarak kongenital yang
makin nyata,Penyulit penyakit lain, katarak komplikata, yang dapat terjadi akibat
penyakit lokal pada satu mata, seperti akibat uveitis anterior. glaukoma, ablasi retina,
miopia tinggi, ftisis bulbi, yang mengenai satu mata, penyakit sistemik, seperti diabetes,
hipoparatiroid, dan akibat trauma tumpul. Biasanya katarak juvenil ini merupakan
katarak yang didapat dan banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor.
katarak presenil, yaltu katarak sesudah usia 30 - 40 tahun
katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun
Katarak senil biasanya mulai pada usia 50 tahun, kecuali bila disertai dengan penyakit
lainnya seperti diabetes melitus yang akan terjadi lebih cepat. Kedua mata dapat
terlihat dengan derajat kekeruhan yang sama ataupun berbeda. Proses degenerasi pada
lensa dapat terlihat pada beberapa stadium katarak senile.
Katarak senelis dibagai ke dalam 4 stadium, yaitu:
1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks
anterior dan posterior (katarak kortikal). Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai
terlihat di anterior subkapsular posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan korteks berisi
jaringan degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipien. Katarak intumesen. Kekeruhan
lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air. Pada keadaan
ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya bertambah,
yang akan memberikan miopisasi
2. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang belum
mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik
bahan degeneratif lensa. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan
hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.
1. Katarak matur, pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan
ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur tidak
dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran normal dan
terjadi kekeruhan lensa yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada
katarak matur. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman normal kembali, tidak terdapat
bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif.
15
4. Katarak hipermatur, merupakan katarak yang telah mengalami proses degenerasi lanjut,
dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul
lensa, sehingga lensa menjadi kecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat
bilik mata dalam dan terlihat lipatan kapsul lensa. Kadang pengkerutan berjalan terus
sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendur. Bila proses katarak berlajut disertai
dengan penebalan kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka
korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang
terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat, keadaan tersebut dinamakan katarak
morgagni.1,2,3
16
Etiologi pada miopia tidak diketahui secara pasti dan banyak faktor memegang peranan
penting dari waktu kewaktu. Teori miopia menurut sudut pandang biologi menyatakan
bahwa miopia ditentukan secara genetik. Pengaruh faktor herediter telah diteliti secara
luas. Macam-macam faktor lingkungan prenatal, perinatal dan postnatal telah didapatkan
untuk operasi penyebab miopia.3
Patofisiologi pada miopia disebabkan karena pembiasan sinar di dalam mata yang
terlalu kuat untuk panjangnya bola mata akibat:
1. Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter antero-posterior yang
lebih panjang, bola mata yang lebih panjang ) disebut sebagai miopia aksial.
2. Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu cembung
atau lensa mempunyai kecembungan yang lebih kuat) disebut miopia
kurvatura/refraktif.
3. Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes mellitus.
Kondisi Ini Disebut Miopia Indeks
4. Miopi Karena perubahan posisi lensa Posisi lensa lebih ke anterior, misalnya
pasca operasi glaukoma.1
Terdapat 2 faktor yang dapat merupakan penyebab terjadinya ambliopia, yaitu :2
1) Supresi
Supresi yang terjadi pada ambliopia dapat merupakan proses kortikal yang akan
mengakibatkan terdapatnya skotoma absolute pada penglihatan binokular (untuk
mencegah terjadinya diplopia pada mata yang juling), atau sebagai hambatan
binokular (monokular kortikal inhibisi) pada bayangan retina yang kabur. Supresi
sama sekali tidak berkaitan dengan perkembangan penglihatan.
2) Nirpakai (non use)
Terjadi akibat tidak dipergunakannya elemen visual retino kortikal pada saat kritis
perkembangannya terutama pada usia sebelum 9 tahun.
Pendapat lain mengatakan penyebab terjadinya ambliopia akibat pengalaman visual
yang abnormal pada masa lalu (masa perkembangan visual) yang penyebabnya adalah
strabismus atau mata juling, anisometropia atau bilateral ametrop yang tinggi serta
ambliopia exanopsia.2
17
3. Bagaimanakah penatalaksanaan pasien ini ?
Penanganan medikamentosa,untuk katarak pasien diberikan obat Cendoxitrol 6x
1ggt yang difungsikan untuk melepaskan sinekia terdapat dimata agar menghindari terjadinya
uveitis yang dapat menyebabkan glukoma.Kloramfenikol 3 x 500 mg diberikan antibiotik
supaya tidak terjadinya infeksi pada mata,diberikan antibiotik kloramfenikol arena antibiotik
ini dapat melewati sawar darah di mata.Metilprednisolon 3x 8 mg diberikan untuk
meringankan peradangan yang terjadi pada mata.Untuk miopi vitamin untuk kesehatan mata :
Eyevit 1 x per hari, penyegar mata : Cendo augentonic 3gtt per hari.
Penanganan Non Medikamentosa, untuk kataral pasien sebaiknya dilakukan Operasi katarak
dengan teknik SICS OD karena teknik ini dipandang lebih menguntungkan serta lebih cepat sembuh
dan murah. Penanganan ekstraksi lensa pada pasien berfungsi untuk menaikkan visus pada mata
kanan. Indikasi dilakukanya ekstrraksi lensa pada pasien karena terjadinya penurunan visus yang
mengganggu psien dalam melakukan aktivitas sehari – hari. Sedangkan untuk miopi Pemberian
resep kacamata dengan menggunakan lensa negatif S -1,25 OS.Dikarenakan pada pasien ini
memiliki tingkat sosial eknomi yang cukup, sehingga teknik operatif seperti LASIK belum
bisa diterapkan karena membutuhkan biaya yang mahal dan keterbatasan alat yang tersedia di
RSU dr. Slamet Garut
Penatalaksanaan definitif untuk katarak adalah ekstraksi lensa. Lebih dari bertahun-
tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno hingga tehnik
hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang digunakan, yang
bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi. Bergantung pada integritas kapsul
lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan
ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum
tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE,
ECCE, dan phacoemulsifikasi.
1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh
lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata melalui
incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan
18
lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan
merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer.
ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40
tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,
endoftalmitis, dan perdarahan2,3
2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa
dapat keluar melalui robekan.
Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel,
bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi
sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan
prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap
badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema,
pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak
seperti prolaps badan kaca.
Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak
sekunder. 2,3
3. Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan kristal lensa.
Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran
ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan
menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang
dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak
diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan
cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.
Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak
senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi limbus
yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih
sering digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil
seperti itu.
19
4. SICS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik
pembedahan kecil.teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan
murah.³
Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan lensa
pengganti untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai berikut:
kacamata afakia yang tebal lensanya
lensa kontak
lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata pada saat
pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah diangkat.
Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya lebih
pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk bergerak
dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda berat selama sekitar
satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan. Matanya dapat dibalut selama
beberapa hari pertama pasca operasi atau jika nyaman, balutan dapat dibuang pada hari
pertama pasca operasi dan matanya dilindungi pakai kacamata atau dengan pelindung
seharian. Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya
pasien dapat melihat dengan baik melalui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata
permanen ( Biasanya 6-8 minggu setelah operasi ). 2,5
20
Selain itu juga akan diberikan obat untuk :
- Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat maka
diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul benerapa jam setelah
hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan.
- Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan perlu diberikan
atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan yang tidak sempurna. 2,3,10
- Obat tetes mata streroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk mengurangi
reaksi radang akibat tindakan bedah.
- Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah.
Hal yang boleh dilakukan antara lain :
- Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan
- Melakukan pekerjaan yang tidak berat
- Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan mengangkat kaki keatas.
Yang tidak boleh dilakukan antara lain :
- Jangan menggosok mata
- Jangan membungkuk terlalu dalam
- Jangan menggendong yang berat
- Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya
- Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar
- Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah
Penatalaksanaan miopia adalah dengan mengusahakan sinar yang masuk mata difokuskan tepat di
retina. Penatalaksanaan miopia dapat dilakukan dengan cara :
1. Cara optik
2. Cara operasi
-
Cara optik
Kacamata (Lensa Konkaf)
Koreksi miopia dengan kacamata, dapat dilakukan dengan menggunakan lensa konkaf
(cekung/negatif) karena berkas cahaya yang melewati suatu lensa cekung akan menyebar. Bila
21
permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu tinggi atau bila bola mata terlalu panjang
seperti pada miopia, keadaan ini dapat dinetralisir dengan meletakkan lensa sferis konkaf di depan
mata. Lensa cekung yang akan mendivergensikan berkas cahaya sebelum masuk ke mata, dengan
demikian fokus bayangan dapat dimundurkan ke arah retina (Guyton, 1997).
Lensa kontak
Lensa kontak dari kaca atau plastik diletakkan dipermukaan depan kornea. Lensa ini tetap
ditempatnya karena adanya lapisan tipis air mata yang mengisi ruang antara lensa kontak dan
permukaan depan mata. Sifat khusus dari lensa kontak adalah menghilangkan hampir semua
pembiasan yang terjadi dipermukaan anterior kornea, penyebabnya adalah air mata mempunyai
indeks bias yang hampir sama dengan kornea sehingga permukaan anterior kornea tidak lagi berperan
penting sebagai dari susunan optik mata. Sehingga permukaan anterior lensa kontaklah yang berperan
penting.
-
Cara operasi pada kornea
Ada beberapa cara, yaitu :
1. Radikal keratotomy (dengan pisau) yaitu operasi dengan menginsisi kornea perifer sehingga
kornea sentral menjadi datar. Hal ini menyebabkan sinar yang masuk ke mata menjadi lebih
dekat ke retina.
2. Excimer laser (dengan sinar laser) yaitu operasi dengan menggunakan tenaga laser untuk
mengurangi kecembungannya dan dilengketkan kembali.
3. Keratomileusis yaitu bila kornea yang terlalu cembung di insisi kemudian dikurangi
kecembungannya dan dilengketkan kembali.
4. Epiratopati yaitu operasi dengan melakukan penjahitan keratolens yang sesuai dengan koreksi
refraksi ke kornea penderita yang telah di buang epitelnya.
Cara operasi di atas masih mempunyai kekurangan – kekurangan, oleh karena itu para ahli mencoba
untuk mencari jalan lain yang dapat mengatasi kekurangan tersebut dengan jalan mengambil lensa
mata yang masih jernih (clear lens extraction/CLE).
. Koreksi Miopia Tinggi dengan LASIK5
LASIK adalah suatu tindakan koreksi kelainan refraksi mata yang menggunakan
teknologi laser dingin (cold/non thermal laser) dengan cara merubah atau mengkoreksi
kelengkungan kornea. Setelah dilakukan tindakan LASIK, penderita kelainan refraksi
22
dapat terbebas dari kacamata atau lensa kontak, sehingga secara permanen
menyembuhkan rabun jauh (miopia), rabun dekat (hipermetropia), serta mata silinder
(astigmatisme).
Untuk dapat menjalani prosedur LASIK perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu:
a. Ingin terbebas dari kacamata dan lensa kontak
b. Kelainan refraksi:
Miopia sampai -1.00 sampai dengan - 13.00 dioptri.
Hipermetropia + 1.00 sampai dengan + 4.00 dioptri.
Astigmatisme 1.00 sampai dengan 5.00 dioptri
c. Usia minimal 18 tahun
d. Tidak sedang hamil atau menyusui
e. Tidak mempunyai riwayat penyakit autoimun
f. Mempunyai ukuran kacamata/ lensa kontak yang stabil selama paling tidak
6 (enam) bulan
g. Tidak ada kelainan mata, yaitu infeksi, kelainan retina saraf mata, katarak,
glaukoma dan ambliopia
h. Telah melepas lensa kontak (Soft contact lens) selama 14 hari atau 2 (dua)
minggu dan 30 (tiga puluh) hari untuk lensa kontak (hard contact lens)
Adapun kontraindikasi dari tindakan LASIK antara lain:5
a. Usia < 18 tahun / usia dibawah 18 tahun dikarenakan refraksi belum stabil.
b. Sedang hamil atau menyusui.
c. Kelainan kornea atau kornea terlalu tipis.
d. Riwayat penyakit glaukoma.
e. Penderita diabetes mellitus.
f. Mata kering
g. Penyakit : autoimun, kolagen
h. Pasien Monokular
i. Kelainan retina atau katarak
23
Sebelum menjalani prosedur LASIK, ada baiknya pasien melakukan konsultasi atau
pemeriksaan dengan dokter spesialis mata untuk dapat mengetahui dengan pasti mengenai
prosedur / tindakan LASIK baik dari manfaat, ataupun kemungkinan komplikasi yang
dapat terjadi. Setelah melakukan konsultasi / pemeriksaan oleh dokter spesialis mata,
kemudian mata anda akan diperiksa secara seksama dan teliti dengan menggunakan
peralatan yang berteknologi tinggi (computerized) dan mutakhir sehingga dapat diketahui
apakah seseorang layak untuk menjalankan tindakan LASIK.
Persiapan calon pasien LASIK5
a. Pemeriksaan refraksi, slit lamp, tekanan bola mata dan finduskopi
b. Pemeriksan topografi kornea / keratometri / pakhimetri Orbscan
c. Analisa aberometer Zy Wave, mengukur aberasi kornea sehingga bisa dilakukan
Custumize LASIK
d. Menilai kelayakan tindakan untuk menghindari komplikasi
Sebagian besar pasien yang telah melakukan prosedur atau tindakan LASIK
menunjukan hasil yang sangat memuaskan, akan tetapi sebagaimana seperti pada semua
prosedur atau tindakan medis lainnya, kemungkinan adanya resiko akibat dari prosedur
atau tindakan LASIK dapat terjadi oleh sebagian kecil dari beberapa pasien antara lain:
a. Kelebihan / Kekurangan Koreksi (Over / under correction). Diketahui setelah
pasca tindakan LASIK akibat dari kurang atau berlebihan tindakan koreksi, hal ini
dapat diperbaiki dengan melakukan LASIK ulang / Re-LASIK (enhancement)
setelah kondisi mata stabil dalam kurun waktu lebih kurang 3 bulan setelah
tindakan.
b. Akibat dari menekan bola mata yang terlalu kuat sehingga flap kornea bisa
bergeser (Free flap, button hole, decentration flap). Flap ini akan melekat cukup
kuat kira-kira seminggu setelah tindakan.
c. Biasanya akan terjadi gejala mata kering. Hal ini akan terjadi selama seminggu
setelah tindakan dan akan hilang dengan sendirinya. Pada sebagian kasus mungkin
diperlukan semacam lubrikan tetes mata.
d. Silau saat melihat pada malam hari. Hal ini umum bagi pasien dengan pupil mata
yang besar dan pasien dengan miopia yang tinggi. Gangguan ini akan berkurang
24
seiring dengan berjalannya waktu. Komplikasi sangat jarang terjadi, dan keluhan
sering membaik setelah 1-3 bulan.
Kelebihan Bedah Refraksi LASIK antara lain:5
a. Anestesi topikal (tetes mata)
b. Pemulihan yang cepat (Magic Surgery)
c. Tanpa rasa nyeri (Painless)
d. Tanpa jahitan (Sutureless & Bloodless)
e. Tingkat ketepatan yang tinggi (Accuracy)
f. Komplikasi yang rendah
g. Prosedur dapat diulang (Enhancement)
Komplikasi yang dapat terjadi pada Miopia terutama derajat tinggi berupa:1
- Dinding mata yang lebih lemah, karena sklera lebih tipis.
- Degenerasi miopik pada retina dan koroid. Retina lebih tipis sehingga terdapat
risiko tinggi terjadinya robekan pada retina.
- Ablasi retina, lubang pada makula sering terjadi pada miopia tinggi.
- Orang dengan miopia mempunyai kemungkinan lebih tinggi terjadi glaukoma.
4. Bagaimana prognosis pada pasien ini ?
Quo ad vitam : ad bonam Quo ad functionam : dubia ad bonam Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
Prognosis pada pasien ini
Quo ad Vitam adalah ad bonam karena pada pasien tidak ditemukannya peyakit sistemik
yang menyertai dan pasien masih dapat melakukan aktivitasnya seperti biasa.
25
Quo ad Functionam adalah dubia ad bonam karena diharapkan setelah dilakukannya operasi
ekstraksi lensa dapat dan memperbaiki tajam penglihatan pada pasien ini. Fungsi organ penglihatan
tidak seperti orang normal, dimana pasien sangat bergantung pada penggunaan kacamata.
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam.Pasien tidak dapat sembuh sempurna, dimana hanya
bisa ditingkatkan ketajaman penglihatannya dengan bantuan kacamata.
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat jarang. Hasil
pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil dan jarang
terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau
fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis
pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart.3
80 persen kebutaan atau gangguan penglihatan mata dapat dicegah atau dihindari.
Edukasi dan promosi tentang masalah mata dan cara mencegah gangguan kesehatan mata.
sebagai sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan. Usaha itu melipatkan berbagai pihak,
termasuk media massa, kerja sama pemerintah, LSM, dan Perdami.2
Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu
normal pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata,
mengonsumsi makanan yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan
antioksidan seperti buah-buahan banyak yang mengandung vitamin C, minyak sayuran,
sayuran hijau, kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang merupakan
makanan dengan kandungan vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi.
Vitamin C dan E dapat memperjelas penglihatan. Vitamin C dan E merupakan
antioksidan yang dapat meminimalisasi kerusakan oksidatif pada mata, sebagai salah satu
penyebab katarak. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 3.000 orang dewasa selama
lima tahun menunjukkan, orang dewasa yang mengonsumsi multivitamin atau suplemen
lain yang mengandung vitamin C dan E selama lebih dari 10 tahun, ternyata risiko terkena
katarak 60% lebih kecil2.
Seseorang dengan konsentrasi plasma darah yang tinggi oleh dua atau tiga jenis
antioksidan ( vit C, vit E, dan karotenoid) memiliki risiko terserang katarak lebih rendah
dibandingkan orang yang konsentrasi salah satu atau lebih antioksidannya lebih rendah.
Hasil penelitian lainnya yang dilakukan Farida (1998-1999) menunjukkan,
masyarakat yang pola makannya kurang riboflavin (vitamin B2) berisiko lebih tinggi
terserang katarak. Menurut Farida, ribovlafin memengaruhi aktivitas enzim glutation
26
reduktase. Enzim ini berfungsi mendaur ulang glutation teroksidasi menjadi glutation
tereduksi, agar tetap menetralkan radikal bebas atau oksigen2,4.
DAFTAR PUSTAKA
1.Murril A.C, Stanfield L.D, Vanbrocklin D.M, Bailey L.I, Denbeste P.B, Dilomo C.R, et all.
(2004). Optometric clinical practice guideline. American optometric association: U.S.A
2. Vaugan G. D, Asbury T, Eva R.P. (2008). Oftalmologi umum. Bab.20 lensa hal 169-
177.Edisi 17. Widya medika : Jakarta.
3. http://medicastore.com/penyakit/65/Katarak.html. Up date: 27 Novembe 2012
4. Zorab, A. R, Straus H, Dondrea L. C, Arturo C, Mordic R, Tanaka S, et all. (2005-2006).
Lens and Cataract. Chapter 5 Pathology page 45-69. Section 11. American Academy of
Oftalmology : San Francisco.
5. Ilyas S. (2007). Ilmu Penyakit Mata. Tajam penglihatan, kelainan refraksi dan penglihatan
warna hal 72-75. Edisi 3. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
27
6. Vajpayee, Rasik. Chataract, Juni 2008, available at www.cera.unimelb.edu, last Update 27
November 2012.
7. Ocampo, Vicente Victor D, Senile Cataract, 2009, available at www.emedicine.com/ last
update 27 November 2012.
1.
28
top related