BUKU PANDUAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN · Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu yang perlu diketahui dalam mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1. Sifat fisik
Post on 22-Oct-2020
62 Views
Preview:
Transcript
i
BUKU PANDUAN
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
HALAMAN JUDUL
Disusun Oleh :
TIM ASISTEN MEKANIKAN BATUAN 2020
LABORATORIUM MEKANIKA BATUAN
PROGAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
2020
ii
Tim Penyusun Buku Panduan Mekanika Batuan
Penanggungjawab : Dr. R. Andy Erwin Wijaya, S.T., M.T.
Koordinator Asisten : Ambar Sutanti, S.T.
Asisten :
1. Rizqi Fahrizal Fallah
2. Bayu Aji Prabowo
3. Meylo Satria
4. M. Saiful Haq
iii
KATA PENGANTAR
Buku panduan pengujian di laboratorium mekanika batuan ini disusun untuk
memperlancar jalannya praktikum Mekanika Batuan bagi mahasiswa semester IV
Program Studi Teknik Pertambangan Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.
Materi dalam buku panduan ini merupakan suntingan dari beberapa buku yang
terdapat dalam daftar bacaan.
Adapun acara praktikuk yang akan dilaksanakan adalah pengujian Sifat
Fisik, Pengujian Kuat Tekan Uniaksial, Pengujian Point Load Test, dan Perhitungan
RQD.
Buku ini masih memerlukan penyempurnaan lebih lanjut. Semoga
bermanfaat bagi mahasiswa dalam melaksanakan praktikum.
Yogyakarta, Mei 2019
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
BAB ........................................................................................................................ 1
I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Tujuan Praktikum ......................................................................................... 1
II PENGUJIAN SIFAT FISIK ................................................................................ 3
2.1 Teori .............................................................................................................. 3
2.2. Persiapan Sampel (Preparasi) ....................................................................... 3
2.3. Peralatan ....................................................................................................... 4
2.4. Prosedur Percobaan ...................................................................................... 4
III. PENGUJIAN KUAT TEKAN UNIAKSIAL ................................................... 7
3.1. Teori ............................................................................................................. 7
3.1.1. Kuat Tekan Uniaksial ............................................................................ 7
3.1.2. Regangan ............................................................................................... 7
3.1.3. Batas Elatis ............................................................................................ 8
3.1.4. Modulus Young ..................................................................................... 8
3.1.5. Poisson Ratio ......................................................................................... 9
3.2. Peralatan ....................................................................................................... 9
3.3. Prosedur Percobaan .................................................................................... 10
3.3.1. Preparasi Sampel.................................................................................. 10
IV PENGUJIAN BEBAN TITIK.......................................................................... 12
4.1. Peralatan ..................................................................................................... 12
4.2. Prosedur Pengujian ..................................................................................... 12
4.3. Perhitungan ................................................................................................. 13
V ROCK QUALITY DESIGNATION (RQD) ..................................................... 14
5.1. Peralatan ..................................................................................................... 14
5.2. Prosedur Pengujian ..................................................................................... 15
5.3. Perhitungan ................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1. Proses pengujian sifat fisik batuan .................................................... 6
Gambar 3. 1. Kondisi Sampel Batuan Yang menerima beban ................................ 8
Gambar 3. 2. Kurva Tegangan Regangan Hasil Pengujian Kuat Tekan Uniaksial. 9
Gambar 4. 1. Tipe dan syarat Sampel Batuan Uji PLI (ISRM 1985) .................. 13
Gambar 5. 1. Prosedur untuk Pengukuran dan Perhitungan RQD ........................ 16
DAFTAR TABEL
Tabel 5. 1. Hubungan antara RQD dengan Kualitas Batuan ................................. 14
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu yang perlu diketahui dalam mekanika batuan
dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Sifat fisik batuan seperti massa jenis, “specific gravity”, porositas, “void
ratio”, absorpsi, dll.
2. Sifat mekanik batuan seperti kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas,
“poisson’s ratio”, kuat geser, dll.
Kedua sifat batuan tersebut dapat ditentukan baik di laboratorium maupun
di lapangan (insitu). Penentuan sifat fisik dan mekanik batuan di laboratorium pada
umumnya dilakukan terhadap Sampel (sample) yang diambil di lapangan. Satu
Sampel dapat digunakan untuk menentukan kedua sifat batuan tersebut. Pertama-
tama adalah penentuan sifat fisik batuan yang merupakan pengujian tak merusak
(non destructive test), kemudian dilanjutkan dengan pengujian sifat mekanik batuan
yang merupakan pengujian merusak (destructive test) sehingga batu uji hancur.
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan Praktikum Mekanika Batuan ini adalah :
1. Mengerti dan memahami konsep dasar sifat fisik batuan, kuat tekan batuan,
indeks beban titik pada batuan, kekuatan geser batuan, kuat tarik batuan, dan
kualitas massa batuan.
2. Mengetahui dan melakukan prosedur praktikum pengujian sifat fisik, pengujian
kuat tekan uniaksial(Uniaxial Compressive Strength Test), pengujian beban titik
(Point Load Test), pengujian kuat geser langsung(Direct Shear Test), pengujian
kuat tarik tidak langsung / Brazillian Test(Indirect Tensile Strength Test), dan
pengujian Rock Quality Designation(RQD).
3. Menghitung serta mengaplikasikan parameter parameter yang di dapat dari
pengujian yang ada
2
1. Uji Sifat Fisik, untuk menentukan :
a. Massa Jenis asli (nat)
b. Massa Jenis kering (dry)
c. Massa Jenis jenuh (sat)
d. Berat jenis nyata (tr)
e. Berat jenis semu (app)
f. Kadar air asli (Wnat)
g. Kadar air jenuh (absorption, Wsat)
h. Derajat kejenuhan (S)
i. Porositas (n)
j. Angka pori (e).
2. Uji Kuat Tekan Uniaksial, untuk menenetukan :
a. Kuat tekan uniaksial (C)
b. Batas elastik (E)
c. Modulus elastisitas (E)
d. Nisbah poisson (poisson’s ratio, )
3. Uji Beban Titik, untuk mengetahui :
a. Indeks beban titik (Is)
b. Kuat tekan uniaksial (C)
Uji Beban Titik (Point Load Test), untuk mengetahui Kuat tekan
uniaksial secara tidak langsung.
4. Perhitungan Rock Quality Designation (RQD), untuk mengetahui kualitas
batuan.
3
BAB II
PENGUJIAN SIFAT FISIK
II PENGUJIAN SIFAT FISIK
2.1 Teori
Sifat fisik batuan yang ditentukan meliputi :
a. Massa Jenis asli (natural density) (gr/cm3) : 𝑊𝑛
𝑊𝑤− 𝑊𝑠
b. Massa Jenis kering (dry density) (gr/cm3) : 𝑊0
𝑊𝑤− 𝑊𝑠
c. Massa Jenis jenuh (saturated density) (gr/cm3): 𝑊𝑤
𝑊𝑤− 𝑊𝑠
d. “Apperent specific gravity” : { 𝑊0
𝑊𝑤− 𝑊𝑠} :massa jenis air
e. “True specific gravity” :{ 𝑊0
𝑊0− 𝑊𝑠} :massa jenis
air
f. Kadar air asli (natural water content) (%) : { 𝑊𝑛−𝑊0
𝑊0} x 100 %
g. Kadar air jenuh (absorption) (%) : { 𝑊𝑤−𝑊0
𝑊0} x 100 %
h. Derajat kejenuhan (%) : { 𝑊𝑛−𝑊0
𝑊𝑤− 𝑊0} x 100%
i. Porositas (%) : { 𝑊𝑤−𝑊0
𝑊𝑤− 𝑊𝑠} 100%
j. Angka pori (void ratio, e) : 𝑛
1−𝑛
Keterangan :
Wn = Berat Sampel asli (natural), gram
Wo = Berat Sampel kering (setelah di oven selama 24 jam dengan temperatur
+ 90o C), gram
Ww = Berat Sampel jenuh (setelah dijenuhkan selama 24 jam), gram
Ws = Berat Sampel jenuh yang tergantung dalam air, gram
Wo – Ws = Volume Sampel tanpa pori-pori, cm3
Ww – Ws = Volume Sampel total, cm3
2.2. Persiapan Sampel (Preparasi)
Sampel yang akan diuji dapat dipersiapkan baik di laboratorium ataupun di
lapangan.
4
Pembuatan Sampel di laboratorium dilakukan dari blok batu yang diambil di
lapangan yang di bor dengan penginti laboratorium. Sampel yang didapat berbentuk
silinder dengan diameter yang pada umumnya antara 50 – 70 mm, kemudian
dipotong dengan mesin potong batu untuk mendapatkan ukuran tinggi Sampel dua
kali diameternya (standar ISRM). Ukuran Sampel dapat lebih kecil maupun lebih
besar dari ukuran tersebut di atas tergantung dari maksud pengujian.
Pembuatan Sampel juga dapat dilakukan di lapangan, yaitu dengan
melakukan pemboran inti (core drilling) langsung ke dalam batuan yang akan
diselidiki di lapangan sehingga diperoleh inti yang berbentuk silinder. Inti tersebut
langsung dapat digunakan untuk pengujian di laboratorium dengan syarat tinggi
Sampel dua kali diameternya.
2.3. Peralatan
Peralatan yang dipakai untuk pengujian sifat fisik adalah sebagai berikut :
1. Neraca listrik dengan ketelitian 0,1 gram.
2. Desikator dan pompa vacuum, dipakai pada saat menjenuhkan Sampel.
3. Oven, dipakai untuk pengeringan Sampel setelah dijenuhkan.
2.4. Prosedur Percobaan
Prosedur pengujian sifat fisik dilakukan sebagai berikut :
1. Penimbangan berat asli Sampel (Wn)
2. Menjenuhkan Sampel di dalam desikator, dengan cara sebagai berikut :
a. Desikator pada bibir dan tepi tutupnya diolesi dengan vaselin hingga rata.
b. Sampel dimasukkan ke dalam desikator dengan hati-hati kemudian ditutup
dengan rapatagar udara luar tidak dapat masuk ketika diisap dengan pompa
vacuum.
c. Udara dalam desikator diisap dengan bantuan pompa vacuum selama 15
menit, dengan maksud untuk mengeluarkan udara yang ada di dalam
Sampel. Pastikan tidak ada kebocoran pada selang pengisap dan pada
penutup desikator.
d. Setelah 15 menit pengisapan dihentikan, dan kran pada selang yang
dihubungkan ke pompa vacuum ditutup, kemudian ke dalam desikator
5
dimasukkan air sehingga Sampel terendam sepertiganya. Air dibiarkan
masuk melalui selang dengan sendirinya akibat perbedaan tekanan dalam
desikator, yaitu dengan membuka kran pada selang yang dihubungkan ke
bak air.
e. Setelah itu tutup kembali kran pada selang yang menuju bak air dan buka
kran pada selang yang dihubungkan ke pompa vacuum, kemudian
dilakukan pengisapan lagi selama 15 menit.
f. Selanjutnya pengisapan dihentikan dan masukkan lagi air dengan cara
seperti tersebut di atas sehingga Sampel terendam dua per tiganya.
Kemudian lanjutkan lagi pengisapan selama 15 menit, masukkan lagi air
hingga seluruh Sampel terendam dan tutuplah kran selang air. Setelah itu
lanjutkan lagi pengisapan selama 15 menit atau sampai benar-benar tidak
ada lagi gelembung udara yang keluar dari sisi-sisi Sampel. Kemudian
tutup kran selang ke pompa vacuum, dan biarkan Sampel terendam hingga
benar-benar jenuh selama 24 jam.
3. Setelah direndam selama 24 jam, Sampel di dalam desikator dikeluarkan dan
segera ditimbang dalam keadaan jenuh sehingga didapat berat jenuh (Ww).
4. Timbang lagi Sampel dalam keadaan jenuh dan dalam posisi tergantung di
dalam air, sehingga didapat berat jenuh tergantung dalam air (Ws).
5. Kemudian Sampel dikeringkan kembali, dengan cara memasukkan ke dalam
oven selama 24 jam pada temperatur 90o C.
6. Setelah di oven selama 24 jam, timbang Sampel sehingga didapat berat kering
(Wo).
7. Hitung sifat-sifat fisik dengan menggunakan persamaan-persamaan seperti
yang disajikan pada sub bab 2.1.
6
Gambar 2. 1. Proses pengujian sifat fisik batuan
7
BAB III
PENGUJIAN KUAT TEKAN UNIAKSIAL
III. PENGUJIAN KUAT TEKAN UNIAKSIAL 3.1. Teori
Pengujian kuat tekan uniaksial adalah suau cara pengujian sifat mekanik batuan
yang bertujuan untuk mengetahui :
1. Kuat tekan uniaksial (𝜎𝑐)
2. Batas Elastik (𝜎𝐸)
3. Modulus Young rata – rata (𝐸𝑎𝑣𝑔)
4. Poisson’s ratio pada tegangan 𝜎𝑖 (𝑣)
3.1.1. Kuat Tekan Uniaksial
Nilai kuat tekan uniaksial dari sampel batuan merupakan tegangan yang terjadi
pada sampel batuan pada saat sampel tersebut mengalami keruntuhan (failure)
akibat pembebanan, dan nilainya dapat diperoleh dari persamaan :
𝜎𝑐 = 𝐹
𝐴
Dengan :
F = Besarnya gaya yang bekerja pada sampel batuan pada saat terjadi
keruntuhan (failure) sehingga pada grafik (Gambar 3.2.) menunjukan
keadaan paling puncak (peak).
A = Luas penampan sampel batuan yang diuji.
3.1.2. Regangan
Pada saat sampel batuan yang di uji menerima beban yang meningkat secara teratur,
maka kondisi sampel batuan cenderung mengalami perubahan bentuk. Perubahan
bentuk ini akan terjadi dalam arah lateral (∆𝑑) dan aksial (∆𝑙), sehingga pada sampel
batuan secara langsung mengalami pula perubahan bentuk secara volumetrik.
Dari keadaan tersebut dapat didefinisikan bahwa (Gambar 3.1.) perubahan bentuk
arah lateral terhadap diameter disebut “regangan lateral” (=𝜀𝑙), dan perubahan
bentuk arah aksial terhadap tinggi disebut “regangan aksial” (=𝜀𝑎), serta perubahan
8
bentuk secara volumetrik disebut “regangan volumetrik” (=𝜀𝑣).
Gambar 3. 1. Kondisi Sampel Batuan Yang menerima beban
Sehingga didapat :
Regangan Lateral : 𝜀𝑙 = ∆𝑑
𝑑
Regangan Aksial : 𝜀𝑎 = ∆𝑙
𝑙
Regangan Volumetrik : 𝜀𝑣 = 𝜀𝑎 + 2 𝜀𝑙
Dari nilai – nilai regangan tersebut Bieniawski ditentukan sebagai dasar untuk
menyatakan gambaran tahap utama dari perilaku batuan, yang digambarkan dalam
suatu grafik hubungan antara tegangan aksial dengan regangan aksial, rengangan
lateral, serta rengangan volumetrik (Gambar 3.2.) dari grafik tersebut dapat
ditentukan sifat mekanik batuan yaitu kuat tekan uniaksial, batas elastis, modulus
Young, dan Poisson’s ratio.
3.1.3. Batas Elatis
Harga batas elastis dinotasikan dengan 𝜎𝐸, pada grafik (Gambar 3.2.) diukur pada
saat grafik regangan aksial meninggalkan keadaan linier pada suatu titik tertentu.
Titik ini dapat ditentukan dengan membuat sebuah garis singgung pada daerah
linier dari grafik tersebut, sehingga pada suatu kondisi jelas terlihat grafik
meninggalkan keadaan linier dengan kelengkungan tertentu hingga mencapai
puncak (peak). Pada titik tersebut diproyeksikan tegak lurus ke sumbu tegangan
aksial sehingga didapat nilai batas elastis (𝜎𝐸).
3.1.4. Modulus Young
Modulus Young dapat ditentukan sebagai perbandingan antara selisih tegangan
aksial () dengan selisih regangan aksial (𝜀𝑎), yang diambil pada perbandingan
tertentu pada grafik regangan aksial dihitung pada rata – rata kemiringan kurva
D
l
9
dalam kondisi linier, atau bagian linier terbesar dari kurva (Gambar 3.2.) sehingga
didapat modulus young.
Gambar 3. 2. Kurva Tegangan Regangan Hasil Pengujian Kuat Tekan Uniaksial
3.1.5. Poisson Ratio
Poisson ratio didefinisikan sebagai perbandingan antara regangan lateral dan
regangan aksial pada kondisi tegangan sebesar 𝜎𝑖. Tegangan sebesar 𝜎𝑖 yang diukur
pada titik singgung antara grafik regangan volumetrik dengan garis sejajar sumbu
tegangan aksial pada saat grafik regangan volumetrik mulai berubah arah. Titik
singgung tersebut diproyeksikan tegak lurus sumbu tegangan aksial didapat titik 𝜎𝑖.
Melalui titik 𝜎𝑖 buat garik tegak lurus sumbu tegangan aksial, sehingga memotong
kurva regangan aksial dan lateral. Kemudian masing – masing titik potong tersebut
diproyeksikan tegak lurus ke sumbu regangan aksial dan lateral sehingga
didapatkan nilai 𝜀𝑎𝑖 dan 𝜀𝑙𝑖. Sehingga dari nilai tersebut ditentukan besarnya harga
Poisson Ratio.
3.2. Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk pengujian sifat mekanik batuan adalah sebagai
berikut :
1. alat pengebor inti, terdiri dari beberapa diameter.
2. Alat pemotong batu.
3. Gerenda, kikir, dan amplas, untuk menghaluskan permukaan sampel
10
4. Squareness, untuk mengukur penyimpangan kesejajaran permukaan
sampel.
5. Jangka Sorong, untuk mengukur tinggi dan diameter.
6. Dial gauge, untuk pengujian kuat tekan uniaksial diperlukan minimal
3 buah dan sebuah untuk squarenness.
7. Mesin kuat tekan uniaksial.
3.3. Prosedur Percobaan
Prosedur pengujian kuat tekan uniaksial dilakukan sebagai berikut:
3.3.1. Preparasi Sampel
Setelah dilakukan pembuatan sampel, dimana pembuatan sampel sama dengan
pembuatan sampel pada uji sifat fisik, maka pada tahapan preparasi ini sampel
disempurnakan, permukaan sampel dihaluskan, dan dilakukan pengukuran
diameter dan tinggi sampel. Urutannya adalah sebagai berikut:
1. Haluskan permukaan sampel dengan menggunakan amplas, kikir, atau
gerenda.
2. Ukur kesejajaran permukaan sampel dengan menggunakan alat Squareness.
3. Ukur diameter sampel, dilakukan dua kali pada penampang atas dan dua
kali pada penampang bawah, masing – masing dalam kedudukan saling
tegak lurus.
4. Ukur tinggi sampel, dilakukan dua kali, masing – masing sejajar sumbu
aksial dan saling tegak lurus. Yang sangat penting untuk diperhatikan adalah
tinggi sampel harus berukuran 2 sampai dengan 2,5 kali diameter sampel.
Apabila tidak sesuai ukuran tersebut, maka nilai kuat tekan yang dihasilkan
dari pengujian harus dikoreksi. Untuk ukuran tinggi yang lebih kecil dari
dua kali diameternya, nilai kuat tekan yang dihasilkan dari pengujian dapat
dikoreksi dengan menggunakan rumus Protodyakonov.
3.3.2. Urutan Pengujian
Urutan pengujian kuat tekan uniaksial sampel batuan adalah sebagai berikut:
1. Sampel diletakan pada alat uji kuat tekan uniaksial.
2. Pasang dial gauge pada kondisi sempurna sehingga pembacaan awal
kedudukan dial gauge tetap dalam keadaan benar, yaitu 2 (dua) buah dial
gauge untuk mengukur deformasi lateral dan satu buah untuk mengukur
11
deformasi aksial.
3. Atur kedudukan jarum penunjuk besaran gaya yang bekerja pada kedudukan
awal.
4. Hidupkan mesin tekan dengan kedudukan piston pada kondisi belum
bekerja.
5. Gerakkan gagang ke arah Up.
6. Atur kecepatan pembebanan.
7. Setelah sampel menyentuh plat atas, atur dial gauge pada kedudukan nol.
8. Amati proses pembebanan, pencatatan yang dilakukan adalah pergerakan
deformasi lateral pada dua dial gauge oleh 2 orang, pencatatan pergerakan
deformasi aksial oleh satu orang dan pencatat jarum pembebanan aksial oleh
1 orang, dan satu orang operator.
9. Secara terus menerus amati proses dengan teliti. Hentikan pembebanan
setelah jarum pembaca gaya bergerak kembali ke kedudukan nol.
10. Dengan demikian pengujian telah selesai dan kelbalikan kedudukan gagang
ke arah netral.
11. Data – data hasil pembacaan pengujian kemudian diolah, sehingga dapat
ditentukan sifat – sifat mekanik, seperti yang telah dijelaskan pada sub bab
3.1.
12
BAB IV
PENGUJIAN BEBAN TITIK
IV PENGUJIAN BEBAN TITIK
Pengujian beban titik (point-load test) diterapkan pada sampel berbentuk silinder
(core) maupun bongkah batuan yang bentuknya tidak teratur. Pembebanan
dilakukan diantara dua buah konus, dimana unjung konus akan menekan sampel
yang diuji pada arah satu arah garis lurus.
Terdapat tiga variasi pengujian, yaitu diametral test, aksial test, dan irregular lump
test (Gambar 4.1.), yang pemilihannya bergantung pada geometri sampel yang
diuji.
4.1. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Alat uji beban titik (point-load test).
2. Jangka sorong.
3. Gergaji batu (apabila diperlukan).
4.2. Prosedur Pengujian
1. Ambil bongkah batuan yang akan diuji. Usahakan batu yang akan diuji
bentuknya relatif pipih dengan tebal 5 cm. Apabila bongkah batu yang
diperoleh bentuknya tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka dapat
dibantu dengan melakukan sedikit pemotongan dengan menggunakan
gergaji batu.
2. Tempatkan sampel batu diantara dua konus penekan, naikan konus bagian
bawah hingga menempel pada sampel.
3. Jarak antara dua konus penekan pada saat itu diukur dengan menggunakan
jangka sorong (=D).
4. Naikkan konus bagian bawah sehingga sampel batuan pecah.
5. Baca besar beban pada saat sampel pecah dengan melihat jarum pada
manometer (=P).
13
4.3. Perhitungan
1. Indeks point-load dapat langsung dihitung dengan persamaan :
𝐼𝑠 = F 𝑃
𝐷2
Dengan
F = (𝐷
50)
0,45
2. Nilai kuat tekan uniaksial dapat diperkirakan dengan persamaan :
𝜎𝑐 = 23 𝐼𝑆
Gambar 4. 1. Tipe dan syarat Sampel Batuan Uji PLI (ISRM 1985)
14
BAB V
ROCK QUALITY DESIGNATION (RQD)
V ROCK QUALITY DESIGNATION (RQD) RQD adalah modifikasi presentasi perolehan inti bor (core) yang utuh dengan
panjang 100 mm atau lebih. Indeks ini telah diperkenalkan sejak lama sebagai
indeks dari kualitas batuan pada saat informasi kualitas batuan hanya tersedia dari
deskripsi geologi. Indeks RQD digunakan sebagai parameter klasifikasi sebat
walaupun tidak cukup secara tersendiri untuk mendeskripsi massa batuan, tetapi
telah banyak digunakan dalam pembuatan terowongan sebagai petunjuk untuk
memilih penyangga. RQD telah digunakan secara luas di Amerika dan Eropa.
Selain sederhana dan murah, juga menghasilkan kualitas inti batuan.
Untuk menentukan RQD, ISRM (International Society For Rock Mechanic)
menyarankan ukuran inti bos paling tidak berdiameter NX (54 mm), yang di bor
dengan menggunakan double-tube core barrels.
Adapun hubungan antara RQD dengan kualitas batuan dikemukakan oleh Deere
(1968) adalah sebagai berikut:
Tabel 5. 1. Hubungan antara RQD dengan Kualitas Batuan
RQD (%) KUALITAS BATUAN
< 25 Sangat Jelek
25 – 50 Jelek
50 – 75 Sedang
75 – 90 Baik
90 – 100 Sangat Baik
5.1. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Inti bor (core) yang ditempatkan di dalam core box.
2. Jangka sorong.
3. Meteran.
15
5.2. Prosedur Pengujian
1. Ambil core box, amati inti bor yang ada di dalamnya.
2. Ambil salah satu potongan inti bor dari masing – masing sampel batuan
yang ada, ukur diameternya dengan menggunakan jangka sorong.
3. Panjang dari masing – masing potongan inti bor pada masing – masing
sampel batuan diukur, yang panjangnya lebih dari 100 mm dijumlahkan.
5.3. Perhitungan
1. Hasil pengukuran diameter inti bor disesuaikan dengan ukuran dalam
pemboran.
2. Menghitung Core Recovery, yaitu panjang total inti bor yang diperoleh pada
setiap kemajuan pemboran (run) dibagi panjang kemajuan pemboran,
dinyatakan dalam persen.
𝐶𝑜𝑟𝑒 𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑐𝑜𝑟𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑅𝑢𝑛
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑅𝑢𝑛 100%
3. Menghitung RQD
𝑅𝑄𝐷 = 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑜𝑡𝑜𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑟𝑒 > 100 𝑚𝑚
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑅𝑢𝑛 100%
Prosedur yang benar untuk mengukur RQD dapat dilihat pada gambar 5.1. yang
harus diperhatikan adalah bahwa presentase RQD hanya terdiri dari potongan inti
bore (core) yang segar dan lebih panjang dari 100 mm yang dijumlahkan,
kemudian dibagi dengan panjang kemajuan pemboran.
4. Menghitung kualitas batuan berdasarkan hasil perhitungan RQD (Tabel
5.1.)
16
Gambar 5. 1. Prosedur untuk Pengukuran dan Perhitungan RQD
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Brown, E.T., 1981, “Rock Characterization, Testing and Monitoring”, Pergamon Press, New York.
2. Farmer, I., 1983, “Engineering Behavior of Rocks”, Chapman & Hall, London.
3. Made Astawarai, 2014, “Mekanika Batuan”, Institut Teknologi Bandung.
top related