balitbang-bulukumba.combalitbang-bulukumba.com/dokumen/jurnal/Jurnal Pinisi Research Vol...balitbang-bulukumba.com
Post on 08-Mar-2019
326 Views
Preview:
Transcript
ISSN : 2442-3939 VOL. 11 NO. 3 EDISI AGUSTUS 2017
JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH BULUKUMBA
Penggunaan Model Pembelajaran Kolaborasi dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar
Bahasa Indonesia Bagi Siswa Kelas X MIPA 1 SMA Semester Genap Tahun Pelajaran
2016/2017 Sitti Hadijah
Analisis Ekonomi Usaha Keripik Nangka dengan Alat
Penggorengan Vakum (Vacuum Frying) Pattahuddin
Kontribusi Konsep Diri Dan Persepsi Siswa Tentang Perhatian Orang Tua
Terhadap Motivasi Berprestasi dan Hasil Belajar Biologi
Siswa Kelas Xi Sma Negeri di Kabupaten Bulukumba Rany Suryani Hasyim
Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan Menggunakan Metode Klos Bagi
Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Tahun Pelajaran 2016/2017 Marhaeni
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi pokok Bangun Ruang
Sisi Datar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping
Bagi Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Biolla
Analisis Tingkat Kepuasan Peserta Diklat Manajemen dan Kepemimpinan Bagi Pimpinan
BP3K Terhadap Kualitas Penyelenggaraan Diklat di Balai Besar Pelatihan
Pertanian (BBPP) Batangkaluku dengan Menggunakan Metode Servqual Terkelin Pinem / Mustafa
Penerapan Pengajaran Model Gabungan Ceramah dan Pengajaran Autentik untuk
Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar PKn Pokok Bahasan Pelaksanaan
Demokrasi dalam Berbagai Kehidupan Bagi Siswa Kelas X IPS 1 SMA
Negeri 1 Bulukumba Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017 Darmawati
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Himpunan dengan
Pemberian Tugas Terkoreksi di Kelas VII-3 SMP Negeri 1 Bulukumba Nur Intang
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH
KABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN
Jurnal Pinisi Research
Vol. 11 No. 3 Hal. 133 – 216 Bulukumba, Agustus 2017
ISSN 2442-3939
JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH BULUKUMBA
VOL.11 NO. 3 ISSN: 2442-3939 AGUSTUS 2017
Pelindung : Bupati Bulukumba
Pembina : Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten
Bulukumba
Penanggungjawab : Hj. A. Ruhaya, S.Pd.
Dewan Redaksi : A. Rakhmat Syarif, S.E.
A. Nurhayati B., S.E.
Hj. Nuraeni, S.E., M.Si.
Abdul Rajab, SP., M.Si.
Pemimpin Redaksi : Dr. Drs. Baharuddin P., SE, M.Si.
Penyunting/Editor : Drs. Abd. Rajab, M.Si.
Drs. Rusli Umar, M.Pd.
Muh. Jafar, S. Pd, M.Pd.
H. Arafah, S. Pd, M.Pd.
Jihad Talib, S.Pd.,M.Hum.
Design Grafis & Fotografer : Ani, SP., M.AP.
Makraus Nursyam, S.ST.
Pemimpin Sekretariat : Muhammad Yunus, S.Sos.
Urusan Administrasi : A. Aswan, S.Sos.
Kedurvian Heryanto
Urusan Keuangan : Hj. Nur Aeni, S.E.
Urusan Sirkulasi dan Distribusi : Mansur
Wati Iswati, S.E.
Irdana, S.E.
Urusan Artistik dan Multimedia : Abd. Wahid S., S.E.
Alamat Sekretariat :
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Jl. Durian No. 2 Bulukumba Sulawesi Selatan
Telp. +62413 81102, Faks. +62413 81102
Email : litbangbulukumba@yahoo.co.id
Jurnal Pinisi Research memuat pemikiran ilmiah, hasil-hasil kajian penelitian, atau tinjauan kepustakaan
bidang penelitian dan pengembangan yang terbit empat kali dalam setahun
(Februari, Mei, Agustus, dan November)
Redaksi menerima karya ilmiah atau artikel kajian, gagasan di bidang penelitian dan pengembangan.
Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mengubah makna substansi tulisan.
ISSN : 2442-3939
Redaksi Jurnal Pinisi Research:
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BALITBANGDA)
Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan
Jl. Durian No. 2 Bulukumba 92511
Telepon: +62413 81102, Faks: +62413 81102
e-mail: litbangbulukumba@yahoo.co.id
SAMBUTAN
KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH
KABUPATEN BULUKUMBA
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT dan atas
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga Jurnal “PINISI RESEARCH”
terbitan Volume 11 Nomor 3 Edisi Agustus 2017 dapat diselesaikan.
Sebagai rangkaian menyambut HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72, tepatnya di
Bulan Agustus ini, Jurnal “PINISI RESEARCH” sebagai media informasi dan sosialisasi
hasil-hasil penelitian, senantiasa berusaha untuk memperbaiki tampilannya, baik materi
maupun penyajian. Hal itu dilakukan semata-mata untuk memenuhi harapan para pembaca.
Untuk itu, kami dari tim penyusun akan selalu berusaha berbuat yang terbaik, demi
terwujudnya sebuah media baca yang cukup representatif dalam menghimpun karya anak
bangsa. Jurnal “PINISI RESEARCH” yang bertujuan menghadirkan sebuah media wahana
dalam menuangkan kreasi dan kreativitas bagi para pemangku kepentingan, baik yang
bermukim di dalam maupun di luar wilayah Kabupaten Bulukumba. Suksesnya penerbitan
edisi Agustus tahun 2017 ini, akan menambah keyakinan kami untuk terus berkarya dan
berinovasi.
Keberhasilan tim penyusun dalam menyelesaikan Jurnal “PINISI RESEARCH” ini,
bukanlah semata-mata atas kemampuan tim penyusun, melainkan atas bantuan, bimbingan,
serta motivasi dari berbagai pihak, yang telah berpartisipasi dalam penerbitan jurnal ini.
Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih.
Wabillahi Taupiq Walhidayah,
Wassalamu Alaikum Wr. Wb.
Bulukumba, Agustus 2017
MUHAMMAD AMRAL, S.E., M.Si.
VOL. 11 NO. 3 ISSN : 2442-3939 AGUSTUS 2017
PENGANTAR
PEMIMPIN REDAKSI JURNAL PINISI RESEARCH
KABUPATEN BULUKUMBA
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Hadirnya “Jurnal Pinisi Research” yang dikelola oleh Badan Penelitian
dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kabupaten Bulukumba sebagai
media penyaluran informasi dan sosialisasi hasil-hasil kajian dan
penelitian, serta karya tulis ilmiah menghadirkan wadah yang dapat
memberikan solusi terhadap dinamika yang terjadi di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Bulukumba pada khususnya, dunia penelitian masyarakat atau
komunitas akademik pada umumnya, diharapkan dapat mengagregasi dan mengelaborasi
berbagai potensi baik seumberdaya alam maupun sumberdaya manusia dalam berbagai
prespektif, baik sosial, budaya, ekonomi, maupun politik.
Kumpulan tulisan yang secara berkala diterbitkan khususnya pada Jurnal Volume 11
Nomor 3 Edisi Agustus 2017 telah melalui proses yang selektif, dirangkum dalam bentuk
kajian, dan diharapkan menjadi bahan yang memperkaya pengetahuan bagi setiap pembaca.
Konteks kali ini dalam suasana menyambut perayaan HUT RI ke-72, Badan
Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) hadir dengan konfigurasi yang tetap
fokus pada kajian riset, kajian di bidang pendidikan, dan kajian di bidang pertanian. Hal yang
pasti bahwa kehadiran berbagai media informasi kelitbangan menjadi kebutuhan penting
untuk menunjang hadirnya ragam kegiatan riset atau kelitbangan yang dilakukan tidak hanya
oleh institusi pemerintah daerah tapi dikalangan lembaga pendidikan dan masyarakat pada
umumnya.
Terima kasih atas responnya dan dukungan seluruh pembaca yang budiman atas
eksistensi Jurnal Pinisi Research.
Bulukumba, Agustus 2017
Dr. Drs. BAHARUDDIN P., S.E., M.Si.
VOL. 11 NO. 3 ISSN : 2442-3939 AGUSTUS 2017
i
Pengantar Redaksi Membangun Kemitraan
Profesionalisme
uji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Penelitian dan Pengembangan
Daerah Kabupaten Bulukumba telah berhasil menerbitkan Jurnal Pinisi Research pada
Volume 11 Nomor 3 Edisi Agustus 2017. Sebuah upaya yang dilandasi komitmen
para Penulis maupun Dewan Redaksi untuk senantiasa bersama-sama
meningkatkan profesionalisme kelitbangan bidang pemerintahan daerah. Dalam upaya
membangun kemitraan profesionalisme, redaksi senantiasa melakukan perluasan komunitas
profesionalisme, intelektual, dengan memberi kesempatan yang seluas-luasnya bagi mereka untuk
berpartisipasi dalam Jurnal Pinisi Research.
Pada edisi ini redaksi menyajikan 8 (delapan) artikel yang membahas tentang :
Penggunaan Model Pembelajaran Kolaborasi dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa
Indonesia Bagi Siswa Kelas X MIPA 1 SMA Semester Genap Tahun Pelajaran 2016/2017*),
Analisis Ekonomi Usaha Keripik Nangka dengan Alat Penggorengan Vakum (Vacuum Frying)*),
Kontribusi Konsep Diri dan Persepsi Siswa Tentang Perhatian Orang Tua Terhadap Motivasi
Berprestasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas Xi Sma Negeri Di Kabupaten Bulukumba*), Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan Menggunakan Metode Klos Bagi
Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Tahun Pelajaran 2016/2017*),
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping Bagi Siswa Kelas X MIPA 2 SMA
Negeri 1 Bulukumba*), Analisis Tingkat Kepuasan Peserta Diklat Manajemen dan Kepemimpinan
Bagi Pimpinan BP3K Terhadap Kualitas Penyelenggaraan Diklat di Balai Besar Pelatihan
Pertanian (BBPP) Batangkaluku dengan Menggunakan Metode Servqual*), Penerapan Pengajaran
Model Gabungan Ceramah dan Pengajaran Autentik untuk Meningkatkan Proses dan Hasil
Belajar PKn Pokok Bahasan Pelaksanaan Demokrasi dalam Berbagai Kehidupan Bagi Siswa
Kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Bulukumba Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017*), Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Himpunan dengan
Pemberian Tugas Terkoreksi di Kelas VII-3 SMP Negeri 1 Bulukumba*).
Pada bulan Agustus tahun 2017, Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten
Bulukumba kembali berinisiatif menerbitkan Jurnal Pinisi Research Volume 11 No. 3 Edisi
Agustus 2017 yang menjadi icon media berkala ilmiah yang mampu mendorong kuriositas para
peneliti/perekayasa.
Selain itu demi terwujudnya para calon peneliti/perekayasa di bidang pemerintahan,
pendidikan dan kesehatan yang berkiprah secara profesional, sehingga mempercepat terwujudnya
tata kelola pemerintahan yang lebih baik.
Akhir kata, segenap staf redaksi Jurnal Pinisi Research mengucapkan selamat berkarya
dan salam sejahtera sukses bahagia selalu.
Salam Redaksi
VOL. 11 NO. 3 ISSN : 2442-3939 AGUSTUS 2017
ii
Daftar Isi ]
Pengantar Redaksi i
Daftar Isi ii
Penggunaan Model Pembelajaran Kolaborasi dalam Upaya Meningkatkan
Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Bagi Siswa Kelas X MIPA 1 SMA Semester
Genap Tahun Pelajaran 2016/2017 Sitti Hadijah
Analisis Ekonomi Usaha Keripik Nangka dengan Alat Penggorengan Vakum
(Vacuum Frying) Pattahuddin
Kontribusi Konsep Diri dan Persepsi Siswa Tentang Perhatian Orang Tua
Terhadap Motivasi Berprestasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas Xi Sma
Negeri di Kabupaten Bulukumba Rany Suryani Hasyim
Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan Menggunakan Metode
Klos Bagi Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Tahun Pelajaran
2016/2017
Marhaeni
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi pokok Bangun
Ruang Sisi Datar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping
Bagi Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Biolla
Analisis Tingkat Kepuasan Peserta Diklat Manajemen dan Kepemimpinan Bagi
Pimpinan BP3K Terhadap Kualitas Penyelenggaraan Diklat di Balai Besar
Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku dengan Menggunakan Metode
Servqual Terkelin Pinem / Mustafa
Penerapan Pengajaran Model Gabungan Ceramah dan Pengajaran Autentik
untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar PKn Pokok Bahasan Pelaksanaan
Demokrasi dalam Berbagai Kehidupan Bagi Siswa Kelas X IPS 1 SMA Negeri
1 Bulukumba Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017 Darmawati
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Himpunan
dengan Pemberian Tugas Terkoreksi di Kelas VII-3 SMP Negeri I Bulukumba Nur Intang
i
ii
133 - 142
143 - 148
149 - 160
161 - 170
171 - 188
189 - 198
199 - 208
209 - 216
VOL. 11 NO. 3 ISSN : 2442-3939 AGUSTUS 2017
Penggunaan Model Pembelajaran Kolaborasi dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia
Bagi Siswa Kelas X MIPA 1 SMA Semester Genap Tahun Pelajaran 2016/2017 Sitti Hadijah 133
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORASI DALAM UPAYA
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA BAGI SISWA
KELAS X MIPA 1 SMA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Sitti Hadijah *)
Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan
Guru SMA Negeri 1 Bulukumba
Email: hadijahjah68@gmail.com
Abstrak
Dalam proses pembelajaran yang menyangkut materi, metode, media alat peraga dan sebagainya harus
juga mengalami perubahan kearah pembaharuan (inonvasi). Dengan adanya inovasi tersebut di atas
dituntut seorang guru untuk lebih kreatif dan inovatif, terutama dalam menentukan model dan metode
yang tepat akan sangat menentukan keberhasilan siswa terutama pembentukan kecakapan hidup (life
skill) siswa yang berpijak pada lingkungan sekitarnya. Penelitian ini berdasarkan permasalahan: (a)
Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar Bahasa Indonesia dengan diterapkannya model pengajaran
kolaborasi pada siswa Kelas X MIPA 1 SMA Negeri 1 Bulukumba Tahun Pelajaran 2016 / 2017
? (b) Bagaimanakah pengaruh Model pengajaran kolaborasi terhadap motivasi belajar Bahasa
Indonesia pada siswa Kelas X MIPA 1 SMA Negeri 1 Bulukumba Tahun Pelajaran 2016 / 2017
?. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar
Bahasa Indonesia setelah diterapkannya model pengajaran kolaborasi. (b) Ingin mengetahui pengaruh
motivasi belajar Bahasa Indonesia setelah diterapkan model pengajaran kolaborasi. Penelitian ini
menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran terdiri dari
empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini
adalah siswa Kelas X MIPA 1 SMA Negeri 1 Bulukumba . Data yang diperoleh berupa hasil tes
formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi
belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II yaitu, siklus I (51%) dan siklus II
(89%). Simpulan dari penelitian ini adalah model pengajaran kolaborasi dapat berpengaruh positif
terhadap prestasi, minat, perhatian dan partipasi, motivasi belajar Siswa SMA Negeri 1 Bulukumba,
serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran Bahasa
Indonesia.
Kata Kunci: bahasa indonesia, pengajaran kolaboratif
Abstract *)
In the process of learning concerning the material, methods, media props and so on should also
undergo a change towards the renewal (inonvasi). With the above innovations required a teacher to
be more creative and innovative, especially in determining the right model and method will determine
the success of students, especially the formation of life skills (life skills) students who are based on the
surrounding environment. This study is based on the problems: (a) How to improve the learning
achievement of Indonesian language by applying the model of collaborative teaching on the students
of Class X MIPA 1 SMA Negeri 1 Bulukumba Lesson Year 2016/2017? (B) How is the influence of the
collaborative teaching model on the motivation of Indonesian learning in the students of Grade X
MIPA 1 SMA Negeri 1 Bulukumba Lesson Year 2016/2017 ?. While the purpose of this research are:
(a) Want to know the improvement of Indonesian learning achievement after the implementation of
collaborative teaching model. (B) Want to know the influence of Indonesian learning motivation after
applied collaborative teaching model. This research uses action research for two rounds. Each round
consists of four stages: design, activity and observation, reflection, and refission. Target of this
research is student of Class X MIPA 1 SMA Negeri 1 Bulukumba. The data obtained in the form of
formative test results, observation sheet of teaching and learning activities. From the analyst's result,
it is found that students' learning achievement has increased from cycle I to cycle II that is, cycle I
(51%) and cycle II (89%). The conclusion of this research is the model of collaborative teaching can
have a positive effect on the achievement, interest, attention and participation, the motivation to study
the students of SMA Negeri 1 Bulukumba, and this learning model can be used as an alternative to
Indonesian language learning.
Keywords:
134 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
PENDAHULUAN
Di era globalisasi yang sedang
berlangsung dewasa ini, Indonesia menghadapi
berbagai tantangan. Tantangan tersebut antara
lain persaingan ketat dalam perdangan
internasional sebagai konsekuensi pasar bebas
di kawasan ASEAN dan Asia Pasifik. Hal
tersebut telah menimbulkan berbagai masalah
kehidupan, termasuk matinya produk-produk
perdangan lokal, bahkan pabrik-pabrik teksil
dalam negeri, karena tidak mampu bersaing
dengan produk luar. Contohnya: kalau jalan-
jalan ke swalayan, dapat kita saksikan berapa
prosen produk dalam negeri yang dipasarkan,
bahkan mencari jeruk Garut atau apel Malang
saja sudah susah. Menghadapi tantangan dan
permasalahan tersebut, pendidikan harus
berorientasi sesuai dengan kondisi dan tuntutan
itu, agar output pendidikan dapat mengikuti
perkembangan yang terjadi. Dalam kondisi ini,
manajemen birokratik sentralistik yang telah
menghasilkan pola penyelenggaraan
pendidikan yang seragam dalam berbagai
kondisi lokal yang berbeda untuk berbagai
lapisan masyarakat yang berbeda, tidak bisa
dipertahankan lagi. Dikatakan demikian,
karena muatan dan proses pembelajaran di
sekolah selama ini menjadi miskin variasi,
berbasis pada standar nasional yang kaku, dan
diimplementasikan di sekolah atas dasar
petunjuk-petunjuk yang cenderung serba detail.
Di samping itu, peserta didik dievaluasi atas
dasar akumulasi pengetahun yang telah
diperolehnya, sehingga orang tua tidak
mempunyai variasi pilihan atas jasa pelayanan
pendidikan bagi anak-anaknya, sumber-sumber
pembelajaran di “dunia” nyata dan unggulan
daerah tidak dimanfaatkan bagi kepentingan
pendidikan di sekolah, dan lulusan hanya
mampu menghafal tanpa memahami.
Tantangan masa depan yang beberapa
indikatornya telah nampak akhir-akhir ini,
menuntut manusia yang mandiri, sehingga
peserta didik harus dibekali dengan kecakapan
hidup (life skill) melalui muatan, proses
pembelajaran dan aktivitas lain di sekolah.
Kecakapan hidup di sini tidak semata-mata
terkait dengan motif ekonomi secara sempit,
seperti keterampilan untuk bekerja, tetapi
menyangkut aspek sosial-budaya seperti cakap,
berdemokrasi, ulet, dan memilii budaya belajar
sepanjang hayat. Dengan demikian, pendidikan
yang berorientasi kecapakan hidup pada
hakekatnya adalah pendidikan untuk
membentuk watak dan etos. Perkembangan
global saat ini juga menuntut dunia pendidikan
untuk selalu mengubah konsep berpikirnya.
Konsep lama mungkin sudah tidak sesuai
dengan perkembangan saat ini, lebih-lebih
untuk yang akan datang. Untuk itulah,
perubahan selalu dilakukan sesuai dengan
perkembangan zaman. Belajar adalah proses
penambahan pengetahun. Konsep ini muncul
pada pengertian paling awal. Namum
pandangan ini, ternyata masih berlaku bagi
sebagian orang di negeri ini. Dengan pijakan
konsep ini, belajar seolah-olah hanya
penjejalan ilmu pengetahun kepada siswa.
Pandangan ini tidak terlu salah karena pada
kenyataannya bahwa belajar itu menambah
pengetahun kepada anak didik. Namum
demikian, konsep ini masih sangat parsial,
telalu sempit, dan menjadikan siswa sebagai
individu-individu yang pasif dan repesif. Siswa
layaknya sebuah benda kosong yang perlu diisi
sampai penuh tanpa melihat potensi yang
sebenarnya sudah ada pada siswa. Pendidikan
formal saat ini ditandai dengan adanya
perubahan yang berkali-kali dalam beberapa
tahun terakhir ini ditandai dengan adanya suatu
perubahan (inovasi). Perubahan pada
hakekatnya adalah sesuatu hal yang wajar
karena perubahan itu adalah sesuatu yang
bersifat kodrati dan manusiawi. Hanya ada dua
alternatif pilihan yaitu menghadapi tantangan
yang ada di dalamnya atau mencoba
menghindarinya. Jika perubahan direspon
positif akan menjadi peluang dan jika
perubahan direspon negatif akan menjadi arus
kuat yang menghempaskan dan mengalahkan
kita. Dalam proses pembelajaran yang
menyangkut materi, metode, media alat peraga
dan sebagainya harus juga mengalami
perubahan kearah pembaharuan (inonvasi).
Dengan adanya inovasi tersebut di atas dituntut
seorang guru untuk lebih kreatif dan inovatif,
terutama dalam menentukan model dan metode
yang tepat akan sangat menentukan
keberhasilan siswa terutama pembentukan
kecakapan hidup (life skill) siswa yang berpijak
pada lingkungan sekitarnya.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan (action research), karena penelitian
dilakukan untuk memecahkan masalah
pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga
termasuk penelitian deskriptif, sebab
menggambarkan bagaimana suatu teknik
pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil
yang diinginkan dapat dicapai. Menurut
Sukidin dkk. (2002:54) ada 4 macam bentuk
penelitian tindakan, yaitu: (1) penelitian
tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian
tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan
Penggunaan Model Pembelajaran Kolaborasi dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia
Bagi Siswa Kelas X MIPA 1 SMA Semester Genap Tahun Pelajaran 2016/2017 Sitti Hadijah 135
simultan terintegratif, dan (4) penelitian
tindakan sosial eksperimental. Keempat
bentuk penelitian tindakan di atas, ada
persamaan dan perbedaannya. Menurut Oja dan
Smulyan sebagaimana dikutip oleh Kasbolah,
(2000) (dalam Sukidin, dkk. 2002:55), ciri-ciri
dari setiap penelitian tergantung pada: (1)
tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2)
tingkat kolaborasi antara pelaku peneliti dan
peneliti dari luar, (3) proses yang digunakan
dalam melakukan penelitian, dan (4) hubungan
antara proyek dengan sekolah. Dalam
penelitian ini menggunakan bentuk guru
sebagai peneliti, dimana guru sangat berperan
sekali dalam proses penelitian tindakan kelas.
Dalam bentuk ini, tujuan utama penelitian
tindakan kelas ialah untuk meningkatkan
praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam
kegiatan ini, guru terlibat langsung secara
penuh dalam proses perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain
dalam penelitian ini peranannya tidak dominan
dan sangat kecil.
Penelitian ini mengacu pada perbaikan
pembelajaran yang berkesinambungan.
Kemmis dan Taggart (1988:14) (dalam
Arikunto, 2002: 83), menyatakan bahwa model
penelitian tindakan adalah berbentuk spiral.
Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus
meliputi perencanaan atau pelaksanaan
observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan
akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan
dan dirasa sudah cukup.
A. Rancangan Penelitian
Menurut pengertiannya penelitian tindakan
adalah penelitian tentang hal-hal yang
terjadi dimasyarakat atau sekolompok
sasaran, dan hasilnya langsung dapat
dikenakan pada masyarakat yang
bersangkutan (Arikunto, 2002:82). Ciri
atau karakteristik utama dalam penelitian
tindakan adalah adanya partisipasi dan
kolaborasi antara peneliti dengan anggota
kelompok sasaran. Penelitian tidakan
adalah satu strategi pemecahan masalah
yang memanfaatkan tindakan nyata dalam
bentuk proses pengembangan invovatif
yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi
dan memecahkan masalah. Dalam
prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam
kegiatan tersebut dapat saling mendukung
satu sama lain. Sedangkan tujuan penelitian
tindakan harus memenuhi beberapa prinsip
sebagai berikut:
1. Permasalahan atau topik yang dipilih
harus memenuhi kriteria, yaitu benar-
benar nyata dan penting, menarik
perhatian dan mampu ditangani serta
dalam jangkauan kewenangan peneliti
untuk melakukan perubahan.
2. Kegiatan penelitian, baik intervensi
maupun pengamatan yang dilakukan
tidak boleh sampai mengganggu atau
menghambat kegiatan utama.
3. Jenis intervensi yang dicobakan harus
efektif dan efisien, artinya terpilih
dengan tepat sasaran dan tidak
memboroskan waktu, dana dan tenaga.
4. Metodologi yang digunakan harus
jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah
dari tindakan dirumuskan dengan tegas
sehingga orang yang berminat terhadap
penelitian tersebut dapat mengecek
setiap hipotesis dan pembuktiannya.
5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat
merupakan proses kegiatan yang
berkelanjutan (on-going), mengingat
bahwa pengembangan dan perbaikan
terhadap kualitas tindakan memang
tidak dapat berhenti tetapi menjadi
tantangan sepanjang waktu.
(Arinkunto, 2002:82-83).
Sesuai dengan jenis penelitian
yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,
maka penelitian ini menggunakan model
penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Arikunto, 2002: 83), yaitu
berbentuk spiral dari siklus yang satu ke
siklus yang berikutnya. Setiap siklus
meliputi planning (rencana), action
(tindakan), observation (pengamatan), dan
reflection (refleksi). Langkah pada siklus
berikutnya adalah perncanaan yang sudah
direvisi, tindakan, pengamatan, dan
refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1
dilakukan tindakan pendahuluan yang
berupa identifikasi permasalahan. Siklus
spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan
kelas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Rancangan/rencana awal, sebelum
mengadakan penelitian peneliti
menyusun rumusan masalah, tujuan
dan membuat rencana tindakan,
termasuk di dalamnya instrumen
penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi
tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai upaya membangun
pemahaman konsep siswa serta
mengamati hasil atau dampak dari
diterapkannya strategi pembelajaran
ekspositori.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat
dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang dilakukan
136 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
berdasarkan lembar pengamatan yang
diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi,
berdasarkan hasil refleksi dari
pengamat membuat rangcangan yang
direvisi untuk dilaksanakan pada siklus
berikutnya.
Observasi dibagi dalam setiap
siklus, yaitu siklus 1, 2, dan seterusnya,
dimana masing siklus dikenai perlakuan
yang sama (alur kegiatan yang sama) dan
membahas satu sub pokok bahasan yang
diakhiri dengan tes formatif di akhir
masing putaran. Siklus ini berkelanjutan
dan akan dihentikan jika sesuai dengan
kebutuhan dan dirasa sudah cukup.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang
digunakan dalam melakukan penelitian
untuk memperoleh data yang diinginkan.
Penelitian ini bertempat di SMA Negeri
1 Bulukumba tahun pelajaran 2016 /
2017 .
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu
berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilangsungkan. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Januari
sampai April 2015.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas
X MIPA 1 SMA Negeri 1 Bulukumba
Semester Genap Tahun Pelajaran 2016 /
2017 pada pokok bahasan menceritakan
peristiwa yang dilihat atau dialami.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap,
yaitu: (1) tahap persiapan, (2) tahap
pelaksanaan, dan (3) tahap penyelesaian.
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap
persiapan ini adalah mempersiapkan
segala sesuatu yang berhubungan
dengan pelaksanaan penelitian. Dalam
kegiatan ini diharapkan pelaksanaan
penelitian akan berjalan lancer dan
mencapai tujuan yang diinginkan.
Kegiatan persiapan ini meliputi: (1)
kajian pustaka, (2) pengurusan
administrasi perijinan, (3) penyusunan
rancangan penelitian, (4) orientasi
lapangan, dan (5) penyusunan
instrumen penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan penelitian ini,
kegiatan yang dilakukan meliputi: (1)
pengumpulan data melalui tes dan
pengamatan yang dilakukan persiklus,
(2) diskusi dengan pengamat untuk
memecahkan kekurangan dan
kelemahan selama proses belajar
mengajar persiklus, (3) menganalisi
data hasil penelitian persiklus, (4)
menafsirkan hasil analisis data, dan (5)
bersama-sama dengan pengamat
menentukan langkah perbaikan untuk
siklus berikutnya.
3. Tahap Penyelesaian
Dalam tahap penyelesaian, kegiatan
yang dilakukan meliputi: (1) menyusun
draf laporan penelitian, (2)
mengkonsultasikan draf laporan
penelitian, (3) merevisi draf laporan
penelitian, (4) menyusun naskah
laporan penelitian, dan (5)
menggandakan laporan penelitian.
E. Instrumen Penelitian
Alat pengumpul data dalam penelitian ini
adalah tes buatan guru yang fungsinya
adalah: (1) Untuk menentukan seberapa
baik siswa telah menguasai bahan pelajaran
yang diberikan dalam waktu tertentu; (2)
Untuk menentukan apakah suatau tujuan
telah tercapai; dan (3) Untuk memperoleh
suatu nilai (Arikunto, Suharsimi,
2002:149). Sedangkan tujuan dari tes
adalah untuk mengetahui ketuntasan
belajar siswa secara individual maupun
secara klasikal. Disamping itu untuk
mengetahui letak kesalahan-kesalahan
yang dilakukan siswa sehingga dapat
dilihat dimana kelemahannya, khususnya
pada bagian mana TPK yang belum
tercapai. Untuk memperkuat data yang
dikumpulkan maka juga digunakan metode
observasi (pengamatan) yang dilakukan
sendiri oleh guru untuk mengetahui dan
merekam aktivitas siswa dalam proses
belajar mengajar.
F. Teknik Analisis Data
Dalam rangka menyusun dan mengolah data
yang terkumpul sehingga dapat
mengahsilkan suatu kesimpulan yang dapat
dipertanggungjawabkan, maka digunakan
analisis data kuantitatif dan pada metode
observasi digunakan data kualitatif. Cara
perhitungan untuk mengetahui ketuntasan
belajar siswa dalam proses belajar mengajar
sebagai berikut:
Penggunaan Model Pembelajaran Kolaborasi dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia
Bagi Siswa Kelas X MIPA 1 SMA Semester Genap Tahun Pelajaran 2016/2017 Sitti Hadijah 137
1. Merekapitulasi hasil tes.
2. Merekapitulasi hasil pengamatan.
3. Menghitung jumlah skor yang tercapai
dan prosentasenya untuk masing-masing
siswa dengan menggunakan rumus
ketuntasan belajar seperti yang terdapat
dalam buku petunjuk teknis penilaian
yaitu siswa dikatakan tuntas secara
individual jika mendapatkan nilai
minimal 75, sedangkan secara klasikal
dikatakan tuntas belajar jika jumlah
siswa yang tuntas secara individu
mencapai 85% yang telah mencapai daya
serap lebih dari sama dengan 75%.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Data penelitian yang diperoleh berupa
data observasi pengamatan pengelolaan model
pengajaram kolaborasi dan pengamatan
aktivitas siswa dan guru pada akhir
pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada
setiap siklus. Data lembar observasi diambil
dari dua pengamatan yaitu data pengamatan
pengelolaan model pengajaram kolaborasi yang
digunakan untuk mengetahui pengaruh
penerapan model pengajaram kolaborasi dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa dan data
pengamatan aktivitas siswa dan guru serta data
pengamatan minat, keterlibatan, dan partisipasi
siswa dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Data tes formatif untuk mengetahui
peningkatan prestasi belajar siswa setelah
diterapkan proses belajar mengajar dengan
menerapkan model pengajaram kolaborasi.
A. Analisis Data Penelitian Persiklus
Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang terdiri
dari rencana pelajaran 1, soal tes
formatif 1 dan alat-alat pengajaran
yang mendukung. Selain itu juga
dipersiapkan lembar observasi
pengolahan model pengajaram
kolaborasi, dan lembar observasi
aktivitas guru dan siswa.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk siklus I dilaksanakan di Kelas X
MIPA 1 dengan jumlah siswa 35
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak
sebagai pengajar, sedangkan yang
bertindak sebagai pengamat adalah
wali Kelas X MIPA 1 dengan
dibantu oleh seorang guru. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada
rencana pelajaran yang telah
dipersiapkan. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksaaan belajar mengajar. Pada
akhir proses belajar mengajar siswa
diberi tes formatif I dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa dalam proses belajar mengajar
yang telah dilakukan. Adapun data
hasil penelitian pada siklus I adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.1. Rekapitulasi Hasil Tes
Formatif Siswa Pada Siklus I
No Uraian Hasil
Siklus I
1
2
3
Nilai rata-rata tes
formatif
Jumlah siswa
yang tuntas
belajar
Persentase
ketuntasan belajar
75,93
18
51
Dari tabel di atas dapat dijelaskan
bahwa dengan menerapkan model
pengajaram kolaborasi diperoleh nilai
rata-rata prestasi belajar siswa adalah
75,93 dan ketuntasan belajar mencapai
51% atau ada 18 siswa dari 35 siswa
sudah tuntas belajar. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa pada siklus
pertama secara klasikal siswa belum
tuntas belajar, karena siswa yang
memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar
51% lebih kecil dari persentase
ketuntasan yang dikehendaki yaitu
sebesar 85%. Hal ini disebabkan
karena siswa masih merasa baru dan
belum mengerti apa yang dimaksudkan
dan digunakan guru dengan
menerapkan model pengajaram
kolaborasi.
c. Analilisis Data Minat, Perhatian,
Partisipasi
1) Minat
Dari analisis data diperoleh hasil
sebanyak 20 siswa (57,14%)
memiliki minat baik, 8 siswa
(22,86%) memiliki minat cukup, 8
siswa (22,86%) memiliki minat
kurang.
2) Perhatian
138 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
Dari analisis data diperoleh hasil
sebanyak 20 siswa (57,14%)
memiliki perhatian baik, 7 siswa
(20,00%) memiliki perhatian cukup,
8 siswa (22,86%) memiliki
perhatian kurang.
3) Partisipasi
Dari analisis data diperoleh hasil
sebanyak 19 siswa (54,28%)
memiliki partisipasi baik, 8 siswa
(22,86%) memiliki partisipasi
cukup, 8 siswa (22,86%) memiliki
partisipasi kurang.
d. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar diperoleh informasi dari hasil
pengamatan sebagai berikut:
1) Guru kurang maksimal dalam
memotivasi siswa dan dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran
2) Guru kurang maksimal dalam
pengelolaan waktu
3) Siswa kurang aktif selama
pembelajaran berlangsung
e. Refisi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
pada siklus I ini masih terdapat
kekurangan, sehingga perlu adanya
revisi untuk dilakukan pada siklus
berikutnya.
1) Guru perlu lebih terampil dalam
memotivasi siswa dan lebih jelas
dalam menyampaikan tujuan
pembelajaran. Dimana siswa diajak
untuk terlibat langsung dalam setiap
kegiatan yang akan dilakukan.
2) Guru perlu mendistribusikan waktu
secara baik dengan menambahkan
informasi-informasi yang dirasa
perlu dan memberi catatan
3) Guru harus lebih terampil dan
bersemangat dalam memotivasi
siswa sehingga siswa bisa lebih
antusias.
Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang terdiri
dari rencana pelajaran 3, soal tes
formatif 3 dan alat-alat pengajaran
yang mendukung. Selain itu juga
dipersiapkan lembar observasi
pengelolaan model pengajaram
kolaborasi dan lembar observasi
aktivitas guru dan siswa.
b. Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk siklus II dilaksanakan di Kelas X
MIPA 1 dengan jumlah siswa 35
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak
sebagai pengajar, sedangkan yang
bertindak sebagai pengamat adalah
wali Kelas X MIPA 1 dengan
dibantu oleh seorang guru. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada
rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus I,
sehingga kesalahan atau kekurangan
pada siklus II tidak terulang lagi pada
siklus II. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar
siswa diberi tes formatif II dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan.
Instrumen yang digunakan adalah tes
formatif II. Adapun data hasil
penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.2. Hasil Tes Formatif Siswa
pada Siklus II
Berdasarkan tabel diatas diperoleh
nilai rata-rata tes formatif sebesar
88,83 dan dari 35 siswa yang telah
tuntas sebanyak 31 siswa dan 4 siswa
belum mencapai ketuntasan belajar.
Maka secara klasikal ketuntasan belajar
yang telah tercapai sebesar 89%
(termasuk kategori tuntas). Hasil pada
siklus II ini mengalami peningkatan
lebih baik dari siklus II. Adanya
peningkatan hasil belajar pada siklus II
ini dipengaruhi oleh adanya
peningkatan kemampuan guru dalam
menerapkan model pengajaram
kolaborasi sehingga siswa menjadi
lebih terbiasa dengan pembelajaran
seperti ini sehingga siswa lebih mudah
dalam memahami materi yang telah
diberikan.
No Uraian Hasil
Siklus II
1
2
3
Nilai rata-rata tes
formatif
Jumlah siswa
yang tuntas
belajar
Persentase
ketuntasan belajar
88,83
31
89
Penggunaan Model Pembelajaran Kolaborasi dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia
Bagi Siswa Kelas X MIPA 1 SMA Semester Genap Tahun Pelajaran 2016/2017 Sitti Hadijah 139
c. Analilisis Data Minat, Perhatian,
Partisipasi
1) Minat
Dari analisis data diperoleh hasil
sebanyak 26 siswa (80,00%)
memiliki minat baik, 4 siswa
(11,43%) yang memiliki minat
cukup, 3 siswa (8,57%) memiliki
minat kurang.
2) Perhatian
Dari analisis data diperoleh hasil
sebanyak 26 siswa (74,28%)
memiliki perhatian baik, 6 siswa
(17,14%) memiliki perhatian cukup,
3 siswa (8,57%) memiliki perhatian
kurang.
3) Partisipasi
Dari analisis data diperoleh hasil
sebanyak 24 siswa (68,57%)
memiliki partisipasi baik, 8 siswa
(22,85%) memiliki partisipasi
cukup, 3 siswa (8,57%) memiliki
partisipasi kurang.
d. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang
telah terlaksana dengan baik maupun
yang masih kurang baik dalam proses
belajar mengajar dengan penerapan
model pengajaram kolaborasi. Dari
data-data yang telah diperoleh dapat
duraikan sebagai berikut:
1) Selama proses belajar mengajar
guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik.
Meskipun ada beberapa aspek yang
belum sempurna, tetapi persentase
pelaksanaannya untuk masing-
masing aspek cukup besar.
2) Berdasarkan data hasil pengamatan
diketahui bahwa siswa aktif selama
proses belajar berlangsung.
3) Kekurangan pada siklus-siklus
sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga
menjadi lebih baik.
4) Hasil belajar siswsa pada siklus II
mencapai ketuntasan.
e. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus II guru telah menerapkan
model pengajaram kolaborasi dengan
baik dan dilihat dari aktivitas siswa
serta hasil belajar siswa pelaksanaan
proses belajar mengajar sudah berjalan
dengan baik. Maka tidak diperlukan
revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu
diperhatikan untuk tindakan
selanjutnya adalah memaksimalkan
dan mempertahankan apa yang telah
ada dengan tujuan agar pada
pelaksanaan proses belajar mengajar
selanjutnya penerapan model
pengajaram kolaborasi dapat
meningkatkan proses belajar mengajar
sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
B. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa model
pengajaram kolaborasi memiliki
dampak positif dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa. Hal ini dapat
dilihat dari semakin mantapnya
pemahaman siswa terhadap materi
yang disampaikan guru (ketuntasan
belajar meningkat dari siklus I, dan II)
yaitu masing-masing 51%, dan 89%.
Pada siklus II ketuntasan belajar siswa
secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola
Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh
aktivitas siswa dalam proses belajar
mengajar dengan menerapkan model
pengajaram kolaborasi dalam setiap
siklus mengalami peningkatan. Hal ini
berdampak positif terhadap prestasi
belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan
dengan meningkatnya nilai rata-rata
siswa pada setiap siklus yang terus
mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam
Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh
aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran Bahasa Indonesia pada
pada pokok bahasan menceritakan
peristiwa yang dilihat atau dialami
dengan model pengajaram kolaborasi
yang paling dominan adalah bekerja
dengan sesama anggota kelompok,
mendengarkan/memperhatikan
penjelasan guru, dan diskusi antar
siswa/antara siswa dengan guru. Jadi
dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa
dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama
pembelajaran telah melaksanakan
langkah-langkah kegiatan belajar
mengajar dengan menerapkan
pengajaran kolaborasi dengan baik. Hal
ini terlihat dari aktivitas guru yang
muncul di antaranya aktivitas
membimbing dan mengamati siswa
140 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
dalam menemukan konsep,
menjelaskan materi yang sulit,
memberi umpan balik/evaluasi/tanya
jawab dimana prosentase untuk
aktivitas di atas cukup besar.
4. Analilisis Data Minat, Perhatian,
Partisipasi
a. Minat
Dari analisis data pada siklus I
diperoleh hasil sebanyak 20 siswa
(57,14%) memiliki minat baik, 8
siswa (22,86%) memiliki minat
cukup, 8 siswa (22,86%) memiliki
minat kurang, pada siklus II
diperoleh hasil sebanyak 26 siswa
(80,00%) memiliki minat baik, 3
siswa (8,57%) yang memiliki
minat cukup, 3 siswa (8,57%)
memiliki minat kurang. Dari hasil
ini dapat disimpulkan bahwa
kegiatan pembelajaran Bahasa
Indonesia dengan menerapkan
model pengajaram kolaborasi
dapat meningkatkan minat siswa
terhadap pembelajaran.
b. Perhatian
Dari analisis data pada siklus I
diperoleh hasil sebanyak 20 siswa
(57,14%) memiliki perhatian baik,
8 siswa (22,86%) memiliki
perhatian cukup, 8 siswa (22,86%)
memiliki perhatian kurang, pada
siklus II diperoleh hasil 26 siswa
(74,28%) memiliki perhatian baik,
6 siswa (17,14%) memiliki
perhatian cukup, 3 siswa (8,57%)
memiliki perhatian kurang. Dari
hasil ini dapat diinterpretasikan
bahwa kegiatan pembelajaran
Bahasa Indonesia dengan
menerapkan model pengajaram
kolaborasi dapat meningkatkan
perhatian siswa terhadap
pembelajaran.
c. Partisipasi
Dari analisis data pada siklus I
diperoleh hasil sebanyak 17 siswa
(51,13%) memiliki partisipasi baik,
8 siswa (22,86%) memiliki
partisipasi cukup, 8 siswa
(22,86%) memiliki partisipasi
kurang, siklus II diperoleh hasil 24
siswa (68,57%) memiliki
partisipasi baik, 8 siswa (22,85%)
memiliki partisipasi cukup, 3 siswa
(8,57%) memiliki partisipasi
kurang. Dari hasil ini dapat
diinterpretasikan bahwa kegiatan
pembelajaran Bahasa Indonesia
dengan menerapkan model
pengajaram kolaborasi dapat
meningkatkan partisipasi siswa
terhadap pembelajaran.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dipaparkan selama tiga siklus, hasil seluruh
pembahasan serta analisis yang telah dilakukan
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Model pengajaram kolaborasi dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran
Bahasa Indonesia.
2. Model pengajaram kolaborasi memiliki
dampak positif dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa yang ditandai
dengan peningkatan ketuntasan belajar
siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I
(51%), dan siklus II (89%).
3. Siswa dapat bekerja secara mandiri
maupun kelompok, serta mampu
mempertangungjawabkan segala tugas
individu maupun kelompok.
4. Penerapan model pengajaram kolaborasi
mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat
meningkatkan motivasi, minat perhatian
serta partisipasi belajar siswa.
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian
sebelumnya agar proses belajar mengajar
Bahasa Indonesia lebih efektif dan lebih
memberikan hasil yang optimal bagi siswa,
maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan model pengajaram
kolaborasi memerlukan persiapan yang
cukup matang, sehingga guru harus
mampu menentukan atau memilih topik
yang benar-benar bisa diterapkan dengan
model pengajaram kolaborasi dalam
proses belajar mengajar sehingga
diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi
belajar siswa, guru hendaknya lebih sering
melatih siswa dengan berbagai metode
pengajaran, walau dalam taraf yang
sederhana, dimana siswa nantinya dapat
menemukan pengetahun baru,
memperoleh konsep dan keterampilan,
sehingga siswa berhasil atau mampu
memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut,
karena hasil penelitian ini hanya dilakukan
di SMA Negeri 1 Bulukumba tahun
pelajaran 2016 / 2017 .
Penggunaan Model Pembelajaran Kolaborasi dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia
Bagi Siswa Kelas X MIPA 1 SMA Semester Genap Tahun Pelajaran 2016/2017 Sitti Hadijah 141
4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya
dilakukan perbaikan-perbaikan agar
diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindon.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen
Mengajar Secara Manusiawi.
Jakarta: Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.
Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar
Mengajar Pendidikan. Jakarta:
Usaha Nasional
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa
Cipta.
Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Psikologi
Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research.
Yoyakarta: Yayasan Penerbitan
Fakultas Psikologi Universitas
Gajah Mada.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan
Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses
Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
KBBI. 1996. Edisi Kedua. Jakarta: Balai
Pustaka.
Margono. 1997. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.
Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya:
Universitas Press.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi
Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk
Belajar. Surabaya. University Press.
Universitas Negeri Surabaya.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Bina Aksara.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: Bina
Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model
Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI,
Universitas Terbuka.
Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar
Mengajar. Surabaya Usaha Nasional
Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian
Tindakan Kelas. Surabaya: Insan
Cendekia.
Sulhan, Najib. 2006. Pembangungan Karakter pada
Anak. Manajemen Pembelajaran Guru
Menuju Sekolah Efektif. Surabaya:
Surabaya Intelektual Club.
Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran
Nasional. Bandung: Jemmars.
Suryosubroto, b. 1997. Proses Belajar Mengajar di
Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu
Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (SISDIKNAS). 2003.
Bandung: Citra Umbaran.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru
Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
142 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
Analisis Ekonomi Usaha Keripik Nangka dengan Alat Penggorengan
Vakum (VACUUM FRYING) Pattahuddin 143
ANALISIS EKONOMI USAHA KERIPIK NANGKA DENGAN ALAT PENGGORENGAN
VAKUM (VACUUM FRYING)
Pattahuddin *)
Kementerian Pertanian, UPT. Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku
Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan
Email: pattahmap@gmail.com
Abstrak
Buah nangka matang, setelah di panen pada umumnya umurnya hanya dapat bertahan selama 1-2 hari
saja. Keadaan ini sangat merugikan bagi petani maupun pedagang. Padahal permintaan masyarakat
akan buah nangka terus meningkat. Dengan demikian, perlu diantisipasi akan adanya hal-hal .yang
dapat merugikan petani maupun pedagang. Kajian ini bertujuan 1) Mengetahui berapa besarnya
pendapatan bersih (keuntungan) yang diperoleh usaha usaha keripik nangka dengan menggunakan alat
penggorengan vacuum, 2) Mengetahui nilai pulang pokok dari usaha keripik nangka dengan alat
penggorengan vakum, 3) Mengetahui layak atau tidaknya usaha keripik nangka dengan alat
penggorengan vacuum. Kajian dilaksanakan mulai Juni sampai Juli 2017 di Laboratorum Inkubator
Agribisnis BBPP Batangkaluku. Untuk mengetahu pendapatan dan kelayakan usaha keripik nangka
digunakan analisis ekonomi, yaitu analisis keuntung dan analisis Revenue Cost Rasio dan Break Event
Point. Hasil analisis dengan menggunakan analisis ekonomi, menunjukkan bahwa analisis pendapatan
usaha keripik nangka, memberikan keuntungan sebesar Rp. 185.120,-/hari, dengan total input Rp.
534.880,- dan untuk analisis kelayakan usaha menunjukkan R/C > 1 yaitu 1,35. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa usaha usaha keripik nangka menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.
Analisis BEP menunjukkan bahwa untuk mencapai titik impas usaha usaha keripik nangka, akan
tercapai pada tingkat produksi sebanyak 1,5 bungkus/hari dengan hasil penjualan Rp. 29.039,-/hari,
maka usaha keripik nangka tidak mengalami kerugian dan tidak pula memperoleh keuntungan
(impas). Untuk dapat memperoleh keuntungan, maka usaha setiap harinya harus mampu menjual
atau memasarkan keripik nangka di atas 1,5 bungkus/hari.
Kata Kunci: Usaha, Keripik Nangka, Penggorengan Vakum
Abstract *)
Jackfruit fruit is mature, after the harvest in general age can only last for 1-2 days only. This situation
is very detrimental to farmers and traders. Yet the demand for jackfruit will continue to increase.
Thus, it is necessary to anticipate the existence of things that can harm the farmers and traders. This
study aims 1) To know how much net income (profit) obtained by the business of jackfruit chips by
using vacuum frying, 2) Knowing the principal return value of jackfruit chips business with vacuum
frying, 3) Knowing whether or not the business of jackfruit chips with Vacuum frying. The study was
conducted from June to July 2017 at the Agribusiness Incubator Laboratory of BBPP Batangkaluku.
To know the income and feasibility of jackfruit chips business is used economic analysis, that is profit
analysis and analysis of Revenue Cost Ratio and Break Event Point. The result of analysis by using
economic analysis, showed that business income analysis of jackfruit chips, giving a profit of Rp.
185.120,-/day, with total input Rp. 534,880, and for business feasibility analysis show R/C >1 is 1.35.
The results obtained show that the business of jackfruit chips is profitable and feasible to be
developed. BEP analysis shows that to reach the breaking point of the business of jackfruit chips, will
be achieved on the production level of 1.5 packs/day with the sale of Rp. 29.039,-/day, then the
business of jackfruit chips do not experience losses and not also get a profit (breakeven). To be able to
gain profit, everyday entrepreneur must be able to sell or market jackfruit chips above 1.5 packs/day.
Keywords: Business, Jackfruit Chips, Vacuum Fryers
144 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
PENDAHULUAN
Buah nangka matang, setelah
di panen pada umumnya umurnya hanya dapat
bertahan selama 1-2 hari saja. Keadaan ini
sangat merugikan bagi petani maupun
pedagang. Padahal permintaan masyarakat
akan buah nangka terus meningkat. Dengan
demikian, perlu diantisipasi akan adanya hal-
hal .yang dapat merugikan petani maupun
pedagang.
Fakta di lapangan menunjukkan
bahwa ternyata dari seluruh hasil panen, tidak
semua nangka mempunyai kondisi yang
memenuhi harapan. Ada beberapa di antaranya
yang karena sebab-sebab tertentu, misalnya
karena jenis, benturan/luka mekanis lain,
diserang hama atau penyakit, dan lain-lain;
bentuknya menjadi cacat, ada yang berasa
hambar atau terlalu asam, ada yang bertesktur
lembek, dan sebagainya. Nangka dengan
berbagai kondisi demikian apabila langsung
dijual pasti akan memberikan harga yang
rendah. Oleh karenanya, perlu dicarikan jalan
keluar agar semua kekurangan tersebut dapat
diatasi dan dihasilkan output/produk dengan
nilai/harga jual yang lebih tinggi. Jalan
keluarnya, dilakukan proses usaha dan atau
pengawetan. Salah satunya dengan
mengolahnya menjadi keripik, yang berdaya
simpan lama.
Prospek pasar keripik nangka,
mengindikasikan terus terjadi peningkatan.
Karena masyarakat banyak menyukai makanan
sehat yang banyak mengandung serat makanan
dan dalam proses pembuatannya tanpa bahan
makanan tambahan seperti pengawet, bahan
pewarna, pemutih, penyedap rasa dan aroma,
penguat rasa, dan lain sebagainya dan
mempunyai kadar gula yang rendah. Keadaan
ini dapat dilakukan, apabila buah nangka
diolah menjadi keripik dengan menggunakan
alat penggorengan vakuum.
Kualitas hasil produksi keripik nangka
sangat ditentukan oleh jenis alat penggorengan
yang digunakan. Alat penggorengan hampa
(vacuum fryer), berbasis teknologi pompa jet
air (water jet pump) mampu menurunkan titik
didih minyak penggorengan hingga dibawah
100°C sehingga aspek mutu rasa, aroma, dan
zat gizi keripik buah hasil penggorengan
system hampa tidak berbeda nyata dengan buah
segarnya namun dengan tekstur yang renyah
dan kering. Keripik nangka yang dikemas dan
disimpan secara benar dan tepat, masa
kadaluwarsanya bisa mencapai 10 bulan hingga
1 tahun penyimpanan.
Keripik nangka yang digoreng cara
penggorengan vakuum memiliki keunggulan-
keunggulan, bila dibandingkan dengan cara
penggorengan tradisional. Melihat dari
keunggulan-keunggulan tersebut di atas,
sangatlah penting kiranya diketahui pula
analisis ekonomi dari hasil penggorengan
vakuum. Oleh karena itu peneliti merasa
perlunya melakukan kajian ini guna
mengetahui apakah usaha kerpik nangka
dengan penggorengan secara vakuum dapat
menguntungkan atau tidak. Apabila
keuntungannya layak, maka usaha keripik
nangka ini akan layak diusahakan. Tetapi
apabila merugikan, maka tidak layak
diusahakan, maka penulis mengambil judul
kajian “ANALISIS EKONOMI USAHA
USAHA KERIPIK NANGKA DENGAN
ALAT PENGGORENGAN VACUUM”.
BAHAN DAN METODE
Kajian ini dilaksanakan pada bulan
Juni – Juli 2017, di Laboratorium Inkubator
Agribisnis Kantor Balai Besar Pelatiahn
Pertanian (BBPP) Batangkaluku, Jl. Poros
Malino Km.3 Sungguminasa Kecamatan
Somba Opu Kabupaten Gowa, Sulawesi
Selatan. Peralatan yang digunakan dalam
pembuatan keripik nangka adalah :1 unit alat
penggorengan hampa (vacuum fryer),Tabung
gas, Alat spinner, Pisau, Talenan, Baskom
plastic, Serok, Serok tapisan, Timbangan
digital dan Sealer plastic. Sedangkan bahan-
bahan yang digunakan, adalah Nangka segar 12
kg (2 kg/6 x proses), Minyak goring 12
lliter, Kantong plastik kemasan 200 pak dan
Air bersih secukupnya.
Metode Kajian
Kajian yang penulis lakukan ini
merupakan jenis kajian kuantitatif.
Menurut Nur Asnawi, dkk (2011:19)
kajian kuantitatif adalah kajian yang
mementingkan kedalam data, kajian
kuantitatif tidak terlalu menitik beratkan
pada kedalaman data. Pendekatan kajian
kuantatif adalah kajian yang identik dengan
pendekatan deduktif.
Prosedur pembuatan keripik nangka dengan
penggorengan vacuum frying adalah sebagai
berikut.
1. Buah nangka segar utuh.
2. Sortasi
3. Pembelahan, pemisahan dami dan daging
buah
4. Pemotongan dan bersihkan dengan air
Analisis Ekonomi Usaha Keripik Nangka dengan Alat Penggorengan
Vakum (VACUUM FRYING) Pattahuddin 145
5. Penggorengan
6. Penirisan
7. Pengemasan
Sumber Data
1. Data primer, yaitu diperoleh dari hasil
wawancara langsung dengan penanggung
jawab inkubator agribisnis bersama
karyawan yang menjadi responden dengan
menggunakan daftar pertanyaan.
2. Data sekunder, merupakan data yang
diperoleh atau dikumpulkan dari sumber-
sumber yang telah ada, data-data laporan
dari usaha inkubator agribisnis, berupa
catatan-catatan dan dikumen-dokumen
lainnya yang terkait dengan aktifitas usaha
inkubator agribisnis.
Teknik Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis
lakukan adalah dengan wawancara. Wawancara
merupakan teknik pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan langsung kepada pihak
inkubator, yaitu penanggung jawab inkubator
agribisnis mengenai data yang terkait dengan
operasional usaha, dan jawaban-jawaban yang
diberikan oleh penanggung jawab inkubator
dicatat.
Analisis Data
Data yang dikumpulkan selanjutnya
dianalisis secara deskriptif yang dipadukan
dengan analisis sebagai berikut :
a. Analisis Biaya (TC)
Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu :
1. Biaya Tetap (fixed cost)
2. Biaya Tidak Tetap (variable cost)
Biaya tetap atau fixed cost, umumnya
didefinisikan sebagai biaya yang relatif
tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan
walaupun produksi yang diperoleh banyak
atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini
tidak tergantung pada besarnya kecilnya
produksi yang diperoleh.
Biaya tidak tetap atau variable cost,
biasanya didefinisikan sebagai biaya yang
besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi
yang diperoleh. Contohnya biaya untuk
sarana produksi. Biaya tetap diformulasikan
sebagai berikut :
n
FC = Ê X . Px
i = 1
Keterangan:
FC = Biaya Tetap (Fixed Cost)
X = Ë fisik dari input yang membentuk
biaya tetap
Px = Harga input; dan
N = Macam input
Bila besarnya biaya tetap ini tidak dapat
dihitung dengan rumus; maka sekaligus di
tetapkan nilainya saja. Rumus yang dipakai
untuk menghitung biaya variable (VC) =
yang dipakai untuk menghitung biaya tetap,
sebagai berikut :
n
VC = Ë X . Px
i = 1
Keterangan:
VC = Variable cost
X = Jumlah fisik dari input yang
membentuk biaya tetap
Px = Harga input
Karena Total Biaya (TC) adalah jumlah dari
biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap (VC),
maka :
TC = FC + VC
b. Penyusutan/Pengurangan Nilai (Depresiasi)
Dirumuskan :
Nb - Ns
Penyusutan =
N
Keterangan:
Nb = Nilai baru, kita asumsikan sama
besarnya dengan harga pembelian
Ns = Nilai Sisa
N = Jangka usia ekonomis sampai
pemakaian sarana produksi
tersebut menjadi lebih mahal dari
pada pemakaian sarana produksi
baru untuk tujuan yang sama.
c. Analisis Pendapatan
Pendapatan bersih usahatani yang
diterima petani dapat diperhitungkan
dengan mengurangi pendapatan kotor
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan
selama proses produksi berlangsung dalam
usaha. Pernyataan ini dirumuskan sebagai
berikut :
Pd = TR - TC
Dimana :
Pd = Pendapatan bersih
TR = Total Penerimaan (Total Revenue)
TC = Total Biaya (Total Cost)
Total penerimaan (TR) usaha adalah
perkalian antara produksi yang diperoleh
146 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
dengan harga jual. Pernyataan ini dapat
dituliskan sebagai berikut :
TR = Y . PY
Dimana :
TR = Total Penerimaan (Total Revenue)
Y = Produksi yang diperoleh dalam
suatu usaha
Py = Harga y
d. Analisis R/C-Ratio
R/C adalah singkatan Return Cost
Ratio atau dikenal sebagai perbandingan
(nisbah) antara penerimaan penjualan
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan
selama proses produksi hingga
menghasilkan produk. Usaha kripik nangka
akan menguntungkan apabila nilai R/C >1.
R/C <1 berarti usaha tidak menguntungkan
atau rugi. R/C = 1 usaha tidak
menguntungkan dan tidak merugikan. Jadi
semakin besar nilai R/C semakin besar pula
tingkat keuntungan yang akan diperoleh
dari usaha tersebut. Analisa R/C ratio
diformulasikan sebagai berikut:
e. Analisis Break Even Point (BEP) atau Titik
Impas
Dirumuskan :
Atau :
Dimana :
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)
VC= Variable Cost (Biaya Tidak Tetap)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pendapatan Usaha Keripik Nangka
Responden
Data-data yang diperoleh dari Usaha
Keripik Nangka, kemudian diklasifikasikan
mana yang termasuk biaya variabel (VC) dan
mana yang termasuk biaya tetap (FC).
Selanjutnya biaya tetap ditambah dengan biaya
variable adalah total biaya yang telah
dikeluarkan. Selanjutnya menghitung
penerimaan (R) dari usaha tersebut, yaitu
Jumlah produksi dikalikan dengan harga per
unit produksi. Kemudian barulah bisa dihitung
pendapatan (keuntungan) dari usaha keripik
Nangka.
Pendapatan (Keuntungan) merupakan
selisih antara penerimaan dengan total biaya
yang digunakan dalam usahatani. Sedangkan
penerimaan adalah perolehan dari hasil kali
antara jumlah produksi dengan harga produksi
yang diterima oleh usaha sebelum dikurangi
dengan total biaya yang digunakan dalam
usaha keripik nangka.
Data yang diperoleh menunjukkan
kemampuan produksi sebanyak 6 (enam) kali
penggorengan per harinya, dengan 1 (satu) kali
penggorengan membutuhkan waktu kurang
lebih 1 (satu) jam. Pengusaha melakukan
produksi dalam sebulannya sebanyak 25 hari
kerja. Tabel 1, menyajikan mengenai
penerimaan, total biaya dan pendapatan
(keuntungan) Usaha Keripik Nangka per
harinya. Tabel 2 menyajikan mengenai
pendapatan (keuntungan) Usaha Keripik
Nangka dengan alat penggorengan vacuum
setiap bulannya. Kemudian rincian penerimaan
dan total pengeluaran biaya usaha dapat dilihat
pada Lampiran 1.
Tabel 1. Rata-rata Nila Penerimaan, Biaya dan
Pendapatan (Keuntungan) Usaha
usaha Keripik Nangka dengan Alat
Penggorengan Vacuum (per Hari)
No. Uraian Jumlah
1. Penerimaan (TR) Rp 720.000,00,-
2. Total Biaya (TC) Rp 534.880,00,-
3. Pendapatan Bersih
(1-2) Rp 185.120,00,-
Tabel 2. Rata-rata Nila Penerimaan, Biaya dan
Pendapatan (Keuntungan) Usaha
usaha Keripik Nangka dengan Alat
Penggorengan (per Bulan),
No. Uraian Jumlah
1. Penerimaan (TR) Rp
18.000.000,00,-
2. Total Biaya (TC) Rp
13.372.000,00,-
3. Pendapatan Bersih
(1-2)
Rp
4.628.000,00,-
Dari Tabel 1. menunjukkan bahwa
pendapatan bersih (keuntungan) usaha keripik
nangka dengan menggunakan Alat
Total Penerimaan Penjualan Produk
R/C ratio =
Total Biaya
FC BEP = Harga Jual/unit – VC/unit
FC BEP = VC/unit 1 - Harga Jual/unit
Analisis Ekonomi Usaha Keripik Nangka dengan Alat Penggorengan
Vakum (VACUUM FRYING) Pattahuddin 147
FC
- Biaya Tetap =
dalam bks Kapasitas Produksi
Rp. 7.780
=
36
= Rp. 216/bungkus
FC
- BEP dalam =
Bungkus Hrg jual/bks BV/bks
Rp. 7.780 = Rp. 20.000 – Rp. 14.642
= Rp. 5.358
= 1,5 bungkus
= 1,5 Bungkus.
TR R/C ratio = TC
Rp 720.000,- R/C ratio = = 1,3 Rp. 534.880,-
R/C ratio = 1,3
VC
Biaya Variabel =
dalam bungkus Kapasitas Produksi
Rp. 527.100.
=
36
= Rp. 14.642/bungkus
Penggorengan Vacuum sebesar Rp 185.120,-
per Hari. Sedangkan Tabel 2. menunjukkan
bahwa perusahaan mampu meraup keuntungan
sebesar Rp 4.628.00,-. Setiap bulannya.
Analisis R/C Ratio
Usaha inkubator agribisnis tersebut
untung atau rugi dapat dilihat dari hasil
perbandingan antara penerimaan (TR) dengan
biaya (TC) sebagai berikut :
Dari hasil perhitungan R/C ratio lebih besar
dari satu berarti bahwa usaha usaha kripik
nangka layak dikembangkan dan
menguntungkan karena setiap pengeluaran Rp.
1, maka menghasilkan Rp. 1,3 maka dapat
dikatakan bahwa usaha usaha keripik nangka
dengan alat vacuum layak untuk
dikembangkan.
Analisis Break Even Point (BEP) atau Titik
Pulang Pokok Analisis Break Even Point (BEP) digunakan untuk mengkaji berapa jumlah produksi atau penjualan yang harus dicapai agar paling sedikit usaha keripik nangka ini tidak rugi meskipun tidak laba. Dengan perhitungan BEP ini, maka jika diperkirakan akan ada perubahan harga jual, akan dapat diperhitungkan berapa jumlah penjualan yang harus dikejar jika menginginkan laba tertentu atau tidak rugi. BEP dirumuskan sebagai berikut :
Dari hasil perhitungan terhadap BEP
yang menghasilkan nilai sebesar 1,5
menunjukkan bahwa untuk usaha usaha keripik
nangka dengan alat penggorengan vacuum
kalau pengusaha dapat menjual atau
memasarkan sebanyak 1,5 bungkus per hari
atau menerima hasil penjualan sebesar
Rp 29.000,- per hari, maka perusahaan tidak
mengalami kerugian dan tidak pula
memperoleh keuntungan (impas).
Untuk memperoleh keuntungan,
pengusaha setiap harinya harus mampu
menjual atau memasarkan keripik nangka di
atas 1,5 bungkus.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukan
pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
bahwa usaha usaha keripik nagka dengan alat
penggorengan vacuum memberikan
keuntungan yang cukup memadai dan layak
untuk diusahakan. Hal ini ditunjukkan dari
hasil analisis ekonomi dengan berbagai teknik
analisa.
Hasil analisis pendapatan diperoleh
perusahaan usaha keripik nangka dengan
penggorengan vacuum dapat memperoleh
keuntungan setiap hari sebesar Rp. 185,120
FC/VC
- BEP dalam = 1 -
Rupiah Total Penjualan
7.780 / 527.100
= 1 -
720.000
= Rp. 7.780
= 1 - Rp. 0,73
= Rp. 0,27
= Rp. 29.039,-
= Rp.29.000,-
148 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
atau setiap bulannya sebesar Rp 4.628.000,-.
Apabila semua produk yang dihasilkan dapat
terjual seluruhnya.
Perusahaan baru dapat memperoleh
keuntungan apabila setiap harinya mampu
memasarkan produknya diatas 1,5 bungkus
atau memperoleh uang hasil penjualannya
diatas Rp 29.000,-. Tetapi bila hanya mampu
memasarkan angka dibawahnya maka akan
mengalami kerugian.
Usaha penggorengan keripik nangka
dengan penggorengan vacuum layak untuk
diusahakan, karena memberikan nilai R/C ratio
diatas 1.3.
Saran
Untuk membuka usaha usaha keripik
nangka dengan alat penggorengan vacuum,
masih perlu mempelajari study kelayakan
usaha untuk kapasitas yang lebih perbesar agar
memperoleh penghasilan yang lebih tinggi.
Perlu juga dipelajari cara perawatan dan
perbaikan alat agar dapat mengefisiensikan
biaya produksi, khususnya dari pembiayaan
alat.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, R., 2005. Pengaruh Penggorengan
Vakum Ter hadap Kestabila
Provitamin A yang Dihasilkan pada
Keripik Wortel (Daucus carota L).
Fakultas Pertanian dan Kehutanan,
Universitas Hasa nuddin., Ujung
Pandang.
Anonim, 1974. Manajemen Usaha Tani.
Direktorat Penyuluhan Pertanian.
Jakarta.
Anonim. 2003. Alat Penggorengan Vakum.
Technical Supporting Service Unit,
Universitas Brawijaya. Malang
Azkenazi, N., SH. Mizrahi dan Z. Berk, 1984.
Heat and Mass Transfer ini Frying
dalam B.M. Mc. Kenna (ed).
Engineering and Food Vol. 1. Elsevier
Applied Science Publ., London.
http://www.pengertianmenurutparaahli.
net/pengertian-bc-ratio-dan-rc-ratio/
http://ejurnal.unikarta.ac.id/index.php/
magrobis/article/download/ 238/202.
Lastriyanto, A. 2000. Mesill Penggorengan
Hampa Type Worisotltal Sisteln Jet
Air. Aspek Teknik, Ekonomi dan
Model Terapannya pada Indtistri Kecil:
ed 5. CV. Lastrindo Engineering, Ma
lang.
Sudarmadji, S., Bambang Haryono, Suhardi.
1989. analisa Bahan Makanan dan Per
tanian . Liberty. Yogyakarta.
Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani.
Jakarta: Universitas Indonesia (UI-
Pres).
Suprapti, L. 2004. Keripik, Manisan Kering,
dan Sirup Nangka. Kanisius
Yogyakarta.
Triwahyudi, S., Made Desnaya, Tukiman,
Asman., 2003. Petunjuk
Pengoperasian Alat Penggorengan
Vakuum. Balai Besar Pengembangan
Meka nisasi Pertanian, Badan Kajian
dan Pengembangan Pertanian, Deptan.
Jakarta.
Kontribusi Konsep Diri Persepsi Siswa Tentang Perhatian Orang Tua Terhadap Motivasi Berprestasi
dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Bulukumba Rany Suryani Hasyim 149
KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI SISWA TENTANG PERHATIAN ORANG
TUA TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA
KELAS XI SMA NEGERI DI KABUPATEN BULUKUMBA
Rany Suryani Hasyim *)
Pendidikan Biologi Pasca sarjana Universitas Negeri Makassar
Email: ranysuryani@yahoo.co.id
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui deskripsi mengenai konsep diri, persepsi siswa
tentang perhatian orang tua, motivasi berprestasi serta hasil belajar biologi siswa SMA Negeri di
Kabupaten Bulukumba; (2) untuk mengetahui kontribusi konsep diri secara langsung terhadap hasil
belajar biologi maupun secara tidak lagsung melalui motivasi berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri
di kabupaten Bulukumba; (3) untuk mengetahui kontribusi persepsi siswa tentang perhatian orang tua
secara langsung terhadap hasil belajar biologimaupun secara tidak langsung melalui motivasi
berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri di Kabupaten bulukumba; (4) untuk mengetahui kontribusi
konsep diri terhadap motivasi berprestasi siswa kelas XI SMA Negeri di Kabupaten bulukumba; (5)
untuk mengetahui kontribusi persepsi siswa tentang perhatian orang tua terhadap motivasi berprestasi
siswa kelas XI SMA Negeri di kabupaten Bulukumba. Jenis penelitian ini adalah ex-post facto yang
bersifat kausalitas. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas XI SMA Negeri di Kabupaten
Bulukumba tahun pelajaran 2013/2014 yang diambil dengan menggunakan Purpossive random
sampling. Instrumen yang digunakan adalah (1) skala konsep diri; (2) skala persepsi siswa tentang
perhatian orang tua dan (3) skala motivasi berprestasi. Data dianalisis dengan statistik deskriptif dan
analisis jalur (Path Analysis). Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa; (1) Konsep diri
berkontribusi secara langsung terhadap hasil belajar siswa sebesar 31,58% dan secara tidak langsung
memberikan kontribusi sebesar 20,74% melalui motivasi berprestasi. (2) Persepsi siswa tentang
perhatian orang tua secara langsung berkontribusi terhadap hasil belajar biologi sebesar 5,71% dan
persepsi siswa tentang perhatian orang tua secara tidak langsung memberikan kontribusi terhadap hasil
belajar biologi sebesar 30,63% melalui motivasi berprestasi . (3) Konsep diri berkontribusi terhadap
motivasi berprestasi sebesar 16,72%. dan (7) Persepsi siswa tentang perhatian orang tua berkontribusi
terhadap motivasi berprestasi sebesar 7,90%.
Kata Kunci : Konsep diri, Persepsi siswa tentang perhatian orang tua, motivasi berprestasi, hasil
belajar biologi
Abstract *)
The purpose of this research is (1) to know the description about self concept, student perception
about parent attention, achievement motivation and biology student learning result of SMA Negeri in
Bulukumba Regency; (2) to know the contribution of self concept directly to the biology learning
result or not through the achievement motivation of the students of class XI SMA Negeri in Bulukumba
regency; (3) to know the contribution of student's perception about parent's attention directly to the
biology study result or indirectly through the achievement motivation of the students of class XI SMA
Negeri in Bulukumba District; (4) to know the contribution of self concept to achievement motivation
of class XI student of SMA Negeri in Bulukumba Regency; (5) to know the contribution of student
perception about parent attention to achievement motivation of class XI student of SMA Negeri in
Bulukumba regency. This type of research is ex-post facto which is causality. The population in this
study were students of Class XI SMA Negeri in Bulukumba Regency in the academic year of
2013/2014 taken by using Purpossive random sampling. The instruments used are (1) self concept
scale; (2) the scale of students' perceptions about parental attention and (3) achievement motivation
scale. The data were analyzed with descriptive statistics and path analysis (Path Analysis). The results
of the study provide an illustration that; (1) The concept of self contribute directly to student learning
outcomes of 31.58% and indirectly contribute 20.74% through achievement motivation. (2) Student
perception about parents 'attention directly contributes to the biology learning result of 5.71% and
students' perception about parental attention indirectly contributes to the biology learning result of
30.63% through achievement motivation. (3) Self-concept contributes to achievement motivation of
16,72%. And (7) Student perceptions about parents' attention contribute to achievement motivation of
7.90%.
Keywords: Self concept, student perception about parent attention, achievement motivation, biology
learning outcome
150 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah salah satu upaya
dalam meningkatkan sumber daya manusia dan
merupakan tanggungjawab semua pihak, baik
pemerintah, masyarakat, maupun lembaga
pendidikan. Berbagai upaya peningkatan mutu
pendidikan menjadi prioritas utama yang salah
satunya adalah upaya meningkatkan kualitas
pendidikan. Kualitas pendidikan itu sendiri
tidak lepas dari proses pembelajaran, dimana
hasil proses pembelajaran yang diharapkan
adalah hasil belajar yang baik dan setiap orang
menginginkan untuk mendapatkan hasil belajar
yang tinggi.
Setiap siswa menginginkan untuk
mendapatkan hasil belajar yang tinggi
termasuk hasil belajar biologi. Namun tidak
setiap siswa mampu mencapai hasil belajar
tersebut dengan mudah. Ada banyak faktor
yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya
hasil belajar baik faktor dalam diri siswa
ataupun dari lingkungan. Faktor yang
mempengaruhi dalam diri seseorang atau faktor
internal berupa konsep diri diperoleh dari hasil
suatu pembelajaran yang merupakan faktor
psikologis.
Konsep diri merupakan filter dan
mekanisme yang mewarnai pengalaman
keseharian siswa. Siswa yang menunjukkan
konsep diri yang rendah atau negatif, akan
cendrung memandang sekitarnya secara negatif
pula. Sebaliknya, siswa yang mempunyai
konsep diri yang tinggi atau positif, akan
memandang lingkungan sekitarnya secara
positif pula. Dengan demikian, sudah menjadi
konsensus umum bahwa konsep diri positif
menjadi faktor penting dalam berbagai situasi
psikologis dan pendidikan (Thalib. 2010).
Faktor lain yang mempengaruhi dalam
diri atau faktor internal yaitu berupa motivasi
berprestasi, merupakan suatu faktor pendorong
yang akan mempengaruhi manusia untuk
bertindak sesuai keinginan dan kebutuhan yang
diinginkan. Motivasi berprestasi pada peserta
didik sangat penting sebagai faktor yang
memberi energi dan mengarah pada suatu
perilaku.
Perhatian orang tua merupakan salah
satu aspek lingkungan keluarga. Persepsi
tentang perhatian orang tua berbeda pada setiap
anak. Persepsi anak lahir dari hubungan
interaksi dengan keluarganya khususnya orang
tua. Seorang anak dapat menilai bagaimana
sikap orang tua terhadap dirinya baik itu
berupa penilaian positif maupun penilaian
negatif. Perhatian orang tua terhadap
pendidikan anak yang di maksud dalam
penelitian ini adalah keterlibatan orang tua
dalam kegiatan belajar anak baik di rumah
maupun di sekolah, keterlibatan orang tua
dalam memberikan pembimbingan belajar bagi
anak dan juga menyediakan fasilitas belajar
terutama buku-buku pelajaran serta pemberian
motivasi dan penghargaan agar anak terdorong
untuk belajar dan berprestasi.
Berprestasi adalah kesuksesan dalam
berkompetisi dengan standar terbaik yang telah
ditetapkan dan pada dasarnya setiap orang
memiliki dasar untuk motif berprestasi. Oleh
sebab itu, orang yang memiliki motivasi
berprestasi akan memiliki tanggung jawab
yang tinggi dalam melaksanakan tugas yang
diberikan, selalu meningkatkan kecakapan
(kemampuan diri), memperhitungkan resiko,
sanggup bertahan lama dalam bekerja keras
(pantang menyerah) dan berusaha memiliki
keahlian. Motivasi berprestasi akan dapat
mendobrak ketahanan individu dalam
menghadapi tantangan hidup sehingga
mencapai kesuksesan.
Berdasarkan hasil wawancara tidak
terstruktur dengan guru dan siswa pada sekolah
yang menjadi objek penelitian, menunjukkan
bahwa hasil belajar siswa khususnya pada mata
pelajaran biologi masih kurang dimana cukup
banyak siswa yang tidak tuntas dan melakukan
remedi setiap ulangan harian. Hal ini
dibuktikan dari hasil penelitian dimana cukup
banyak siswa yang nilai rata-rata ulangan
hariannya jauh dari standar sementara KKM
yang telah ditentukan adalah 72. Oleh karena
itu perlu adanya pengkajian terarah dan
sistematis tentang variabel-variabel yang
bersumber dalam diri siswa maupun diluar diri
siswa yang berdampak pada hasil belajar.
Pengkajian ini dimaksudkan sebagai langkah
awal untuk memperoleh informasi yang akurat
dan lebih mendalam agar selanjutnya dapat
melakukan langkah-langkah yang dapat
diambil dalam usaha meningkatkan hasil belar
dengan membenahi variabel-variabel yang
berpengaruh.
Merujuk pada beberapa hasil penelitian
yang dipaparkan sebelumnya, para peneliti
telah membuktikan bahwa terdapat kontribusi
positif antara perhatian orang tua, konsep diri,
motivasi berprestasi yang sangat
mempengaruhi hasil belajar siswa .Hal ini
menjadi fokus perhatian peneliti untuk
mengungkapkan bagaiman kontribusi atau
peran dari konsep diri, motivasi berprestasi dan
perhatian orang tua terhadap hasil belajar.
Peneliti menyadari betapa pentingnya konsep
diri, motivasi berprestasi dan perhatian orang
tua, untuk dikembangkan dalam pembelajaran,
Kontribusi Konsep Diri Persepsi Siswa Tentang Perhatian Orang Tua Terhadap Motivasi Berprestasi
dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Bulukumba Rany Suryani Hasyim 151
agar hasil belajar yang diharapkan dapat
tercapai.
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil belajar
Sudjana (2004) mendefinisikan hasil
belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar
dalam pengertian yang lebih luas mencakup
bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dimyati dan Mudjiono (2006) juga
menyebutkan hasil belajar merupakan hasil
dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar.
Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya pengajaran dari puncak proses
belajar. Hasil dari kegiatan inilah yang menjadi
tolok ukur tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar.
Lebih lanjut menurut Hamalik (1992),
hasil belajar menunjuk kepada prestasi belajar,
sedangkan prestasi belajar itu sendiri
merupakan indicator adanya derajat perubahan
tingkah laku siswa. Dimyati dan Mudjiyono
(2006), mengatakan hasil belajar adalah hasil
yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindakan
belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai
tes yang diberikan guru. Hasil belajar yang
diperoleh, secara garis besar dapat
diklasifikasikan dengan menggunakan
taksonomi Bloom yang meliputi ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Konsep diri
Konsep diri dapat diartikan sebagai
gambaran mental seseorang terhadap dirinya,
pandangan terhadap diri, penilaian terhadap
diri serta usaha untuk menyempurnakan dan
mempertahankan diri. Konsep diri merupakan
bagian penting dalam perkembangan
kepribadian. Seperti yang dikemukakan oleh
Rogers (tanpa tahun) dalam Thalib (2010),
bahwa konsep kepribadian yang paling utama
adalah diri. Diri berisi ide-ide, persepsi-
persepsidan nilai-nilai yang mencakup identitas
diri yakni karakteristik personal, pengalaman,
peran dan status sosial. Konsep diri
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dimulai
dari peranan orang tua dalam membentuk
karakter anak dan lingkungan pergaulannya.
Defenisi lain dari konsep diri disebutkan
oleh Gunawan (2005), yang menyatakan bahwa
konsep diri merupakan persepsi atau
pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri,
yang terbentuk melalui pengalaman hidup dan
interaksinya dengan lingkungan dan juga
karena pengaruh dari orang-orang yang
dianggap penting atau dijadikan panutan.
Konsep diri merupakan fondasi yang sangat
penting untuk keberhasilan. Bukan hanya
keberhasilan di bidang akademis, melainkan
yang lebih penting adalah keberhasilan hidup.
Penghargaan mengenai diri akan
menentukan bagaimana individu akan
bertindak dalam hidup. Apabila seorang
individu berpikir bahwa dirinya bisa, maka
individu tersebut cenderung sukses, dan bila
individu tersebut berpikir bahwa dirinya gagal,
maka dirinya telah menyiapkan diri untuk
gagal. Jadi bisa dikatakan bahwa konsep diri
merupakan bagian diri yang mempengaruhi
setiap aspek pengalaman, baik itu pikiran,
perasaan, persepsi dan tingkah laku individu
(Calhoun & Acoccela, 1990).
Persepsi siswa tentang perhatian orang tua
Miftah Toha (tanpa tahun) dalam
Arisana, Arga lacopa & Ismani, 2012) yang
mengatakan bahwa Persepsi adalah suatu
proses kognitif yang dialami oleh setiap orang
di dalam memahami informasi tentang
lingkungannya, baik melalui penglihatan,
pendengaran, penghayatan, perasaan dan
penciuman. Persepsi Siswa tentang perhatian
orang tua yang baik akan memberikan
peniliaan positif seberapa besar peranan orang
tua dalam pendidikannya rasa nyaman dalam
mengikuti pelajaran dan akan mempermudah
siswa dalam menyerap materi yang
disampaikan oleh guru sehingga prestasi
belajar akan dapat mencapai hasil yang
optimal.
Perhatian orang tua sangat diperlukan
dalam pendidikan anak. Utamanya adalah
perhatian orang tua terhadap aktivitas belajar
yang dilakukan anak sehari-hari dalam
kapasitasnya sebagai pelajar dan penuntut ilmu.
Bentuk perhatian orang tua terhadap anak dapat
berupa pemberian bimbingan dan nasihat,
pengawasan terhadap belajar anak, bemberian
motivasi dan penghargaan serta pemenuhan
kebutuhan belajar anak.
Motivasi berprestasi
Motivasi belajar adalah dorongan
internal dan eksternal pada siswa yang sedang
belajar untuk mengadakan perubahan tingkah
laku dan keberhasilan dalam belajar (Uno.
2011). Sedangkan motivasi berprestasi adalah
daya dorong yang terdapat dalam diri
seseorang sehingga orang tersebut berusaha
untuk melakukan sesuatu tindakan atau
kegiatan dengan baik dan berhasil dengan
predikat unggul (excellent); dorongan tersebut
152 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
dapat berasal dari dalam diri atau berasal dari
luar dirinya.
Manusia pada hakekatnya memiliki
kemampuan untuk berprestasi diatas
kemampuan yang lain. Menurut McCleland
bahwa pada intinya setiap manusia mempunyai
3 jenis motivasi sosial, yaitu: (1) motivasi
berprestasi (Need for achievement); (2)
motivasi untuk berkuasa (Need for power);
dan (3) motivasi untuk berafiliasi (Need for
affiliation). Dua dari ke-tiga motivasi tersebut
obyeknya adalah berkaitan dengan manusia
lain yang ada di lingkungannya, kecuali
motivasi berprestasi yang berpijak pada dirinya
sendiri. Untuk dapat membangun motivasi
berprestasi, maka perlu mengetahui siapa
dirinya dalam hubungannya dengan orang lain
dimana mereka terlibat. Seseorang dianggap
memiliki motivasi berprestasi jika mempunyai
keinginan untuk melakukan sesuatu karya dan
prestasi yang lebih baik dari orang lain.
Kaitan konsep diri, persepsi siswa tentang
perhatian orang tua, motivasi berprestasi
dan hasil belajar biologi
Menurut beberapa penelitian
membuktikan bahwa konsep diri, motivasi
berprestasi dan persepsi siswa tentang
perhatian orang tua mempunyai kontribusi
yang sangat positif terhadap hasil belajar siswa,
seperti yang dikemukakan oleh Jiang (tanpa
tahun) dalam Thalib (2010) bahwa
perkembangan konsep diri dan percaya diri
yang positif akan berpengaruh positif terhadap
perkembangan sosial. Siswa yang memiliki
konsep diri positif menjadi tidak cemas dalam
menghadapi situasi baru, mampu bergaul
dengan teman-teman seusiannya, lebih
koperatif dan mampu mengikuti aturan dan
norma-norma yang berlaku. Bahkan siswa
yang mempunyai konsep diri positif secara
nyata akan mampu mengatasi problem dalam
kehidupan keseharian, cenderung lebih
independen, percaya diri dan bebas dari
karakteristik yang tidak diinginkan seperti
kecemasan, kegelisahan, perasaan takut yang
berlebihan, dan perasaan kesiapan.
Selanjutnya, menurut Sriati (2010)
mengungkapkan dalam penelitannya bahwa
motivasi berprestasi secara signifikan
berkontribusi terhadap prestasi akademik,
artinya motivasi berprestasi yang semakin
tinggi untuk berprestasi akan menyebabkan
prestasi akademik remaja akhir juga semakin
meningkat
Tumbuh (2007), dalam penelitiannya
mengungkapkan bahwa terdapat kontribusi
positif dan signifikan antara perhatian orang
tua dengan prestasi belajar siswa. lebih lanjut
dikatakannya bahwa besar-kecilnya perhatian
yang diberikan orang tua terhadap anak yang
satu dengan anak yang lain berbeda. Hal ini
dengan sendirinya menambah keunikan
karakteristik anak sehingga anak-anak dalam
kelas makin bervariasi karena perbedaan latar
belakang keluarga dalam hal ini kadar
perhatian orang tua.
Perhatian orang tua dalam kaitanya
dengan pendidikan meliputi keterlibatan orang
tua dalam kegiatan belajar anak baik di rumah
maupun di sekolah, keterlibatan orang tua
dalam memberikan pembimbingan belajar bagi
anak dan juga menyediakan fasilitas belajar,
terutama buku-buku pelajaran serta dorongan
untuk lebih menggiatkan anak belajar. Dengan
adanya perhatian orang tua yang baik,
kecenderungan prestasi belajar yang dicapai
juga optimal dan dapat berkontribusi positif
dengan prestasi belajar siswa.
Menurut hasil penelitian Heydemans
(2010), mengungkapkan bahwa terdapat
kontribusi yang signifikan, baik bersama-sama
maupun sendiri-sendiri antara pola asuh orang
tua, konsep diri, motivasi berprestasi, iklim
sekolah dengan kesadaran emosi siswa. Dari
hal ini, para peneliti telah membuktikan bahwa
terdapat kontribusi positif antara perhatian
orang tua, konsep diri, motivasi berprestasi
yang sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.
METODE PENELITIAN
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah ex-post facto
yang bersifat kausalitas
2. Defenisi operasional
a. Konsep diri
Konsep diri yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah nilai yang diperoleh
siswa setelah menjawab kuisioner yang
berbentuk skala dengan dengan empat
pilihan jawaban. Gambaran dan
penilaian diri siswa meliputi : (1) konsep
diri umum (nilai-nilai/ aturan dan prinsip
hidup) dan (2) konsep diri khusus yaitu
konsep diri akademik (kemampuan
akademik, prestasi akademik), konsep
diri sosial (hubungan dengan teman
sebaya dan keluarga), dan presentasi diri
(kepercayaan diri dan penampilan fisik).
b. Persepsi siswa tentang perhatian orang
tua
Persepsi siswa tentang perhatian orang
tua yang dimaksud pada penelitian ini
adalah penilaian siswa tentang seberapa
Kontribusi Konsep Diri Persepsi Siswa Tentang Perhatian Orang Tua Terhadap Motivasi Berprestasi
dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Bulukumba Rany Suryani Hasyim 153
besar perhatian orang tua yang diberikan
terhadap dirinya dalam bidang akademis
atau pendidikannya. Angket yang
digunakan memberikan gambaran
tentang persepsi siswa mengenai
perhatian orang tua terhadap dirinya
yang meliputi ; (1) mengontrol belajar
anak; (2) memotivasi anak untuk belajar;
(3) membantu anak dalam memecahkan
kesulitan belajarnya; (4) menyediakan
alat perlengkapan belajar; (5) mengatur
waktu belajar anak; (6) memberikan
sanksi atau hukuman; (7) memberikan
hadiah (reward).
c. Motivasi berprestasi
Motivasi berprestasi adalah nilai yang
diperoleh siswa setelah menjawab
kuisioner skala likert dengan empat
pilihan jawaban. Butir pertanyaan dalam
angket memberikan gambaran tentang
motivasi siswa untuk berprestasi yang
diukur melalui lima indikator. Adapun
indikator motivasi berprestasi yang
digunakan dalam penelitian ini antara
lain (1) berusaha unggul; (2) keinginan
untuk sukses; (3) berusaha melakukan
sesuatu dengan baik dan sukses; (4)
mengerjakan sesuatu yang sangat berarti
atau penting.
d. Hasil belajar biologi
Hasil belajar dalam hal ini adalah nilai
ulangan harian yang diperoleh siswa
sebelum remedi selama semester ganjil
tahun ajaran 2013/2014.
3. Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XI IPA pada enam SMA Negeri
di kabupaten Bulukumba tahun ajaran
2013/2014 sebanyak 940 siswa.
Pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik Purpossive Random Sampling
Sampel sekolah diambil secara purpossive
yang mewakili tiga lokasi di kabupaten
bulukumba yakni dua sekolah yang
mewakili SMA Negeri di kota bulukumba
yaitu SMA Negeri 1 Bulukumba dan SMA
Negeri 8 Bulukumba, dua sekolah yang
mewakili pinggiran kota yakni SMA Negeri
7 Bulukumba dan SMA Negeri 3
Bulukumba serta dua sekolah yang
mewakili batas kota/ kabupaten yakni SMA
Negeri 2 Bulukumba dan SMA Negeri 4
Bulukumba. Sedangkan penentuan
responden dalam penelitian dilakukan
secara random dimana dari setiap sekolah
akan diambil secara acak dua rombongan
belajar kelas XI IPA untuk mewakili setiap
sekolah. Siswa kelas XI IPA diambil
sebagai responden dengan alasan sudah
mencapai target kurikulum 50% dan belum
mempersiapkan diri untuk menghadapi
ujian nasional.
4. Teknik analisis data
Teknik analisis yang digunakan
adalah statistik deskriptif dan analisis jalur
(Path Analysis). Analisis deskriptif
diperlukan untuk mendeskripsikan data dari
variabel-variabel penelitian yang diajukan.
Untuk teknik analisis deskriptif meliputi
mean, median, variansi, skewness, kurtosis,
minimum, maksimum, dan tabel distribusi
frekuensi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
a. Konsep diri (X1) berkontribusi terhadap
hasil belajar biologi (Y2)
Uji secara individual ditunjukkan
pada Tabel Coefficient dalam lampiran VII
halaman 147, diperoleh hasil koefisien jalur
(nilai beta) y2x1 = 0,562. Besarnya
kontribusi konsep diri terhadap hasil belajar
biologi adaslah 0,5622 = 31,58%.
Hasil uji yang terlihat pada tabel
Coeffisien tersebut, nilai sig yang diperoleh
adalah 0,000 lebih kecil dari nilai
probabilitas 0,05 atau nilai 0,05 > 0,000,
maka dapat disimpulkan Ha diterima dan
Ho ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa
konsep diri berkontribusi terhadap hasil
belajar biologi.
b. Persepsi siswa tentang perhatian orang tua
(X2) berkontribusi terhadap hasil belajar
biologi (Y2)
Uji secara individual ditunjukkan
pada Tabel Coefficient dalam lampiran VII
halaman 147, dimana hasil koefisien jalur
(nilai beta) y2x2 = 0,239. Besarnya
kontribusi perhatian orang tua terhadap
hasil belajar adalah sebesar 0,2392 atau
5,71 %.
Hasil uji yang terlihat pada Tabel
Coeffisien tersebut, nilai sig yang diperoleh
adalah 0,000 lebih kecil dari nilai
probabilitas 0,001, maka dapat disimpulkan
Ha diterima dan Ho ditolak sehingga dapat
dikatakan bahwa persepsi siswa tentang
perhatian orang tua berkontribusi terhadap
hasil belajar biologi.
c. Motivasi berprestasi (Y1) berkontribusi
terhadap hasil belajar biologi (Y2)
154 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
Uji secara individual ditunjukkan
pada Tabel Coefficient dalam lampiran VII
halaman 147, dimana hasil koefisien jalur
(nilai beta) y2x2 = 0,306. Besarnya
kontribusi perhatian orang tua terhadap
hasil belajar adalah sebesar 0,3102 atau
9,36%.
Hasil uji yang terlihat pada Tabel
Coeffisien tersebut, nilai sig yang diperoleh
adalah 0,000 lebih kecil dari nilai
probabilitas 0,001, maka dapat disimpulkan
Ha diterima dan Ho ditolak sehingga dapat
dikatakan bahwa motivasi berprestasi
signifikan terhadap hasil belajar biologi.
d. Konsep diri (X1) berkontribusi terhadap
motivasi berprestasi (Y1)
Uji secara individual ditunjukkan
oleh tabel Coefficient pada halaman 150,
dimana hasil koefisien jalur (nilai beta) y1x1
= 0,348. Besarnya kontribusi konsep diri
terhadap motivasi berprestasi adalah sebesar
0,3482 atau 12,11%.
Hasil uji yang terlihat pada kolom sig
pada Tabel coeffisien dalam lampiran VII,
nilai sig yang diperoleh adalah 0,000 lebih
kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai
0,05 > 0,000, maka dapat disimpulkan Ha
diterima dan Ho ditolak sehingga dapat
dikatakan bahwa konsep diri berkontribusi
signifikan terhadap motivasi berprestasi.
e. Persepsi siswa tentang perhatian orang tua
(X2) berkontribusi terhadap motivasi
berprestasi (Y1)
Uji secara individual ditunjukkan
oleh Tabel Coefficient pada halaman 150,
dimana hasil koefisien jalur (nilai beta) y1x2
= 0,511. Besarnya kontribusi konsep diri
terhadap motivasi berprestasi adalah sebesar
0,5112 atau 26,11%
Hasil uji yang terlihat pada tabel
coefficient dalam lampiran VII, nilai sig
yang diperoleh adalah 0,000 lebih kecil dari
nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,05 >
0,000, maka dapat disimpulkan Ha diterima
dan Ho ditolak. Jadi persepsi siswa tentang
perhatian orang tua signifikan terhadap
motivasi berprestasi.
PEMBAHASAN
a. Konsep diri berkontribusi terhadap hasil
belajar biologi baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui motivasi
berprestasi
Hasil pengujian hipotesis
menunjukkan bahwa konsep diri
berkontribusi terhadap tinggi rendahnya
hasil belajar biologi siswa baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui
motivasi berprestasi. Hasil analisis dengan
menggunakan analisis jalur, diperoleh data
besarnya kontribusi konsep diri secara
langsung terhadap hasil belajar biologi
adalah sebesar 31,58% dan secara tidak
langsung melalui motivasi berprestasi,
konsep diri memberikan kontribusi sebesar
20,74% terhadap hasil belajar biologi. Hasil
penelitian ini didukung oleh penelitian
Dusalan (2012) dimana konsep diri secara
langsung memberikan kontribusi sebesar
2,46% terhadap hasil belajar dan secara
tidak langsung melalui motivasi berprestasi
sebesar 24,1%.
Proses belajar mengajar
membutuhkan konsep diri yang positif
untuk mencapai prestasi akademik yang
tinggi berkorelasi dengan prestasi, motivasi
dan tujuan pribadi. Dalam kaitannya dengan
belajar perlu dibangun konsep diri yang
positif agar terbentuk kepercayaan diri. Hal
ini senada dengan pendapat Cooper (tanpa
tahun) dalam Priyadharma (2001) bahwa
kepercayaan diri adalah kekuatan emosi
yang didasarkan atas harga diri dan makna
diri. Semakin besar rasa percaya diri, mak a
semakin besar peluang untuk mencapai
keberhasilan dalam segala aktivitas. Hal
tersebut juga didukung oleh pernyataan
Yara (2010) bahwa konsep diri
memungkinkan siswa untuk membangun
rasa percaya diri dalam diri mereka baik di
sekolah maupun di tempat kerja dan sama-
sama membangkitkan mereka untuk
mengejar keunggulan akademik.
Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa dari berbagai karakteristik siswa
yang tidak mampu mencapai prestasi
akademik yang tinggi erat hubungannya
dengan rendahnya konsep diri yang
dimiliki. Hasil penelitian Rola (2006)
menunjukkan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi prestasi individu adalah
konsep diri yang dimilikinya. Jika individu
menganggap dirinya mampu melakukan
sesuatu, maka individu tersebut berusaha
untuk mencapai apa yang diinginkannya,
sehingga terhadap hubungan positif antara
konsep diri terhadap prestasi belajar.
Penilaian yang dimiliki individu
terhadap dirinya sendiri merupakan
perbandingan antara keadaan dirinya saat
ini dengan apa yang menurutnya dapat dan
terjadi pada dirinya. Apabila seorang siswa
merasa dirinya saat ini kurang berprestasi
namun dirinya merasa mampu untuk
berprestasi maka siswa tersebut akan
Kontribusi Konsep Diri Persepsi Siswa Tentang Perhatian Orang Tua Terhadap Motivasi Berprestasi
dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Bulukumba Rany Suryani Hasyim 155
termotivasi untuk meningkatkan
prestasinya. Motivasi berprestasi yang
tinggi akan didapatkan jika siswa tersebut
memandang positif terhadap kemampuan
yang dimilikinya. Dengan memiliki
pandangan yang positif terhadap
kemampuan maka siswa tersebut akan
merasa yakin bahwa dirinya bisa dan
mampu sehingga memungkinkan dirinya
termotivasi untuk meraih prestasi. Namun
apabila siswa tersebut memandang negatif
kemampuan yang dimilikinya maka akan
merasa bahwa dirinya tidak mampu untuk
mencapai suatu prestasi sehingga dalam
dirinya kurang memiliki motivasi untuk
meraih prestasi. Seperti yang dikatakan
Fernald dan Fernald (1999) bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi motivasi
berprestasi seseorang adalah konsep diri
yang dimiliki oleh individu, jika individu
menganggap bahwa dirinya mampu untuk
melakukan sesuatu maka individu tersebut
akan berusaha untuk mencapai apa yang
diinginkannya.
Pada penelitian ini diperoleh fakta
bahwa hasil belajar sedang padahal konsep
diri dan motivasi berprestasi siswa
tergolong tinggi. Menurut pengamatan
peneliti, meskipun konsep diri dan motivasi
berprestasinya tinggi, tetapi jika tidak
ditunjang oleh factor lain misalnya
perhatian orang tua, kompetensi guru, serta
kelengkapan fasilitas belajar, akan sulit bagi
siswa untuk memahami materi pelajaran
yang diberikan. Kurang atau tidak cukupnya
perhatian yang diperoleh siswa dari orang
tuanya akan menimbulkan persepsi negative
siswa terhadap orang tuanya sehingga pada
akhirnya siswa membangun sendiri konsep
diri negative tentang dirinya dan juga
lingkungannya. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Calhoun dan Acocella
(1990) bahwa konsep diri seseorang sangat
dipengaruhi oleh faktor keluarga yaitu
orang tua yang merupakan kontak sosial
yang paling awal dan paling kuat dialami
oleh individu. Jadi positif atau negatifnya
konsep diri yang dibangun oleh siswa
sangat dipengaruhi oleh peran orang tuanya.
b. Persepsi siswa tentang perhatian orang
tua berkontribusi terhadap hasil belajar
biologi baik secara langsung maupun
tidak langsung melalui motivasi
berprestasi
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa
perhatian, penghargaan dan harapan orang
tua terhadap diri anak sangat mempengaruhi
konsep diri anak akan menjadi positif
ataukah negatif. Perhatian dan penghargaan
yang diberikan orang tua terhadap anak
akan membangun konsep diri postif dalam
diri anak. Adanya gambaran diri ideal
menjadi seorang yang pandai dalam diri
anak dan kepercayaan diri bahwa ia mampu
menjadi seorang yang pandai serta
dukungan dan perhatian orang tua dalam hal
pendidikannya, akan menimbulkan motivasi
dalam dirinya untuk menjadi seperti
gambaran diri idealnya. Penghargaan yang
diperoleh anak dari orang-orang
disekitarnya khususnya orang tua atas apa
yang telah dicapainya, akan meimbulkan
antusiasme untuk mencapai prestasi yang
lebih tinggi.
Persepsi siswa tentang perhatian
orang tua adalah penilaian siswa tentang
seberapa besar perhatian yang diberikan
oleh orang tua kepada anaknya terutama
dalam bidang pendidikan. Orang tua yang
peduli dan selalu memperhatikan
pendidikan anaknya, maka anak dengan
sendirinya akan membentuk persepsi atau
penilaian positif terhadap orang tuanya dan
beranggapan bahwa orang tua selalu
memperhatikan dan sayang kepadanya.
Tetapi sebaliknya, jika orang tua kurang
perhatian atau tidak peduli dengan
pendidikan anaknya, maka anak dengan
sendirinya akan membangun perspsi yang
negatif tentang orang tuanya.
Meskipun penelitian ini didasarkan
pada persepsi siswa tentang perhatian orang
tua, namun kita dapat menganggap
berkorespondensi dengan perhatian orang
tua yang terwujud dalam hubungan orang
tua dengan siswa. Perhatian dapat diartikan
sebagai menaruh hati. Menaruh hati pada
seluruh anggota keluarga adalah dasar
pokok hubungan yang baik diantara anggota
keluarga. Perhatian orang tua memiliki
pengaruh psikologis yang besar terhadap
kegiatan belajar anak. Dengan adanya
perhatian besar dari orang tua, anak akan
lebih giat dan bersemangat dalam belajar
karena ia tahu bahwa bukan dirinya sendiri
yang berkeinginan untuk maju, tetapi orang
tuanya pun demikian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
persepsi siswa kelas XI SMA Negeri di
Kabupaten Bulukumba tentang perhatian
orang tua berkategori tinggi dan
memberikan kontribusi sebesar 5,71%
terhadap hasil belajar biologi. Sedangkan
secara tidak langsung melalui motivasi
berprestasi, persepsi siswa tentang perhatian
156 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
orang tua memberikan kontribusi sebesar
30,63%. Persepsi siswa tentang perhatian
orang tua dalam hal ini mengontrol belajar
anak, memotivasi anak untuk belajar,
membantu anak dalam memecahkan
kesulitan belajarnya, menyediakan alat
perlengkapan belajar, mengatur waktu
belajar anak, memberikan sanksi atau
hukuman dan memberikan hadiah atau
pujian (reward).
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Dusalan (2012) dimana perhatian
orang tua memberikan kontribusi sebesar
19,8 % terhadap hasil belajar dengan nilai
sig sebesar 0,05 dan secara tidak langsung
melalui motivasi sebesar 21,8%. Selain itu,
Dwija (2008) menunjukkan, bahwa terdapat
hubungan yang positif antara perhatian
orang tua dan hasil belajar dengan
kontribusi sebesar 31,7%.
Tingginya persepsi siswa tentang
perhatian orang tua ini mengindikasikan
bahwa pada umumnya para orang tua siswa
SMA Negeri di Kabupaten Bulukumba
cukup tinggi terhadap hasil belajar anaknya.
Perhatian orang tua yang dimaksud dalam
hal ini diantaranya adalah mengontrol
belajar anak, memotivasi anak untuk
belajar, menyediakan fasilitas dan
perlengkapan anak, memberikan hadiah
atau sanks serta membantu anak dalam
mengatasi kesulitan belajarnya. Namun
faktanya, masih terdapat siswa yang
persepsi tentang perhatian orang tua
terhadap dirinya sangat rendah dimana
siswa merasa orang tuanya tidak peduli
terhadap kebutuhan akan fasilitas dan
perlengkapan untuk menunjang belajarnya.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Suwarno
(1994) bahwa ada banyak factor yang dapat
mempengaruhi perhatian orang tua terhadap
anaknya, diantaranya adalah ekonomi,
kesehatan jasmani dan rohani orang tua
serta keutuhan keluarga. Mata pencaharian
masyarakat di daerah pinggiran kota
bulukumba pada umumnya adalah pedagang
sementara masyarakat di batas kota atau
kabupaten bulukumba adalah petani atau
nelayan. Jadi, kurangnya komponen
perhatian orang tua terhadap pendidikan
anaknya tidak semata-mata oleh keinginan
orang tua, namun banyak factor yang dapat
mempengaruhinya misalnya
ketidakmampuan ekonomi untuk memenuhi
semua kebutuhan belajar anaknya.
Skala persepsi tentang perhatian
orang ini difokuskan pada persepsi
perhatian orang tua dalam proses
pembelajaran, misalnya adanya perasaan
dukungan dari orang tua bahkan ketika nilai
rendah (misalnya ‘orang tua saya tetap
memotivasi saya untuk berprestasi bahkan
ketika nilai saya jauh dari harapan),
membantu siswa untuk belajar (misalnya
‘orang tua saya berusaha membantu saya
dalam memahami pelajaran atau meminta
orang lain untuk membantu saya’),
menyediakan kebutuhan belajar untuk
menunjang prestasi anak (misalnya ‘saya
tidak pernah merasa kekurangan
perlengkapan belajar), dan memberikan
hadiah atau hukuman sebagai timbal balik
dari tindakan atau pencapaian anak
(misalnya ‘orang tua saya selalu
memberikan pujian atau hadiah yang saya
inginkan ketika prestasi belajar saya baik
atau orang tua akan menghukum saya jika
bolos sekolah) dan sebagainya.
Berkenan dengan dukungan dan
perhatian orang tua terhadap hasil belajar,
beberapa peneliti menekankan bahwa
persepsi tentang dukungan orang tua,
penerimaan dan kontrol atas kegiatan anak-
anak adalah prediktor kuat dari prestasi
akademik. Hail ini sependapat dengan
Slameto (2003) bahwa orang tua yang tidak
memperhatikan pendidikan anaknya,
misalnya acuh terhadap belajar anaknya,
tidak memperhatikan sama sekali kubutuhan
anak dalam belajar, tidak mengatur waktu
belajarnya, tidak mau tahu bagaimana
kemajuan belajar anaknya, kesulitan-
kesulitan yang dialami dalam belajar akan
menyebabkan anak kurang atau tidak
berhasil dalam belajarnya.
Tugas orang tua adalah pemberi
arahan, bimbingan dan motivasi pada anak,
agar dapat mengoptimalkan diri sesuai
bakatnya, dan tentunya dapat meraih
prestasi yang maksimal. Jadi, antara
motivasi dan prestasi, tentu saja memiliki
keterkaitan yang sangat erat. Hubungan
antara keduanya adalah berbanding lurus,
dimana motivasi baik dan maksimal
menghasilkan prestasi yang cemerlang, dan
juga sebaliknya, tanpa motivasi maka
prestasi yang diharapkanpun urung terjadi.
c. Konsep diri berkontribusi terhadap
motivasi berprestasi
Keberhasilan yang dimiliki siswa
tidak terlepas dari motivasi berprestasi yang
dimilikinya, karena motivasi berprestasi
adalah dorongan yang dimiliki individu
untuk mengungguli, berprestasi sehubungan
dengan seperangkat standar dan berusaha
Kontribusi Konsep Diri Persepsi Siswa Tentang Perhatian Orang Tua Terhadap Motivasi Berprestasi
dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Bulukumba Rany Suryani Hasyim 157
untuk mendapatkan keberhasilan. Usaha
untuk mencapai keberhasilan dan
berprestasi sehubungan dengan seperangkat
standar hanya bisa diperoleh apabila
individu tahu betul tentang dirinya,
sehingga dalam menentukan standar yang
digunakan, dia menyesuaikan dengan
keadaan dirinya yang diperoleh dari
pengetahuan tentang dirinya. Kemudian
harapan-harapan yang dimiliki remaja
berhubungan dengan usaha untuk mencapai
keberhasilan sesuai dengan apa yang
diharapkannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa konsep diri memberikan kontribusi
sebesar 16,72% terhadap hasil belajar.
Sejalan dengan hasil penelitian ini, Wiwik
(2006) dalam penelitiannya mengemukakan
bahwa ada hubungan positif yang signifikan
antara konsep diri dengan motivasi
berprestasi dengan sumbangan efektif
konsep diri sebesar 30,5%. Menurut Moss
dan Kagen (tanpa tahun) dalam Sriati
(2010) bahwa konsep diri yang dimiliki oleh
seseorang akan mempengaruhi
keinginannya untuk berprestasi. Selanjutnya
Harter (1999) mengindikasikan bahwa
siswa yang percaya akan kemampuan
dirinya akan memiliki motivasi berprestasi
yang tinggi yang dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa.
Penilaian yang dimiliki individu
terhadap dirinya sendiri merupakan
perbandingan antara keadaan dirinya saat
ini dengan apa yang menurutnya dapat dan
terjadi pada dirinya. Apabila seorang siswa
merasa dirinya saat ini kurang berprestasi
namun dirinya merasa mampu untuk
berprestasi maka siswa tersebut akan
termotivasi untuk meningkatkan
prestasinya. Motivasi berprestasi yang
tinggi akan didapatkan jika siswa tersebut
memandang positif terhadap kemampuan
yang dimilikinya. Dengan memiliki
pandangan yang positif terhadap
kemampuan maka siswa tersebut akan
merasa yakin bahwa dirinya bisa dan
mampu sehingga memungkinkan dirinya
termotivasi untuk meraih prestasi. Namun
apabila siswa tersebut memandang negatif
kemampuan yang dimilikinya maka akan
merasa bahwa dirinya tidak mampu untuk
mencapai suatu prestasi sehingga dalam
dirinya kurang memiliki motivasi untuk
meraih prestasi. Seperti yang dikatakan
Fernald dan Fernald (1999) bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi motivasi
berprestasi seseorang adalah konsep diri
yang dimiliki oleh individu, jika individu
menganggap bahwa dirinya mampu untuk
melakukan sesuatu maka individu tersebut
akan berusaha untuk mencapai apa yang
diinginkannya. Kemudian Moss dan Kagen
(tanpa tahun) dalam Calhoun dan Acocella
(1990) juga mengatakan bahwa konsep diri
yang dimiliki seseorang akan
mempengaruhi keinginannya untuk
berprestasi. Hal ini juga didukung oleh
beberapa peneliti dan psikolog seperti
Barker, Mc Inerney dan Dowson (2003)
mengenai motivasi berprestasi, bahwa
konsep diri akademik adalah prediktor yang
dominan dan memiliki efek besar pada
orientasi motivasi.
Konsep diri positif ditandai dengan
adanya rasa percaya diri pada anak dengan
menerima baik keunggulan maupun
kelemahannya. Anak dengan konsep diri
tersebut akan cendrung bangga terhadap
kemampuan dirinya, selalu
memperjuangkan kemampuannya secara
penuh, pantang mundur dan menerima
dirinya sendiri maupun orang lain apa
adanya serta tidak lari dari kenyataan.
d. Persepsi siswa tentang perhatian orang
tua berkontribusi terhadap motivasi
berprestasi
Hasil pengujian data dalam penelitian
ini menunjukkan bahwa persepsi siswa
tentang perhatian orang tua berkontribusi
terhadap motivasi berprestasi sebesar
7,90%. Walaupun besarnya kontribusi
persepsi siswa tentang perhatian orang tua
terhadap motivasi berprestasi tidak terlalu
besar, namun hal ini membuktikan bahwa
perhatian orang tua memberikan sumbangan
terhadap motivasi berprestasi.
Hasil sumbangan efektif variabel
perhatian orang tua terhadap terhadap
motivasi berprestasi sejalan dengan hasil
penelitian Nurhidayah (2013) yang
mendeskripsikan bahwa terdapat hubungan
antara tingkat perhatian orang tua terhadap
tingkat motivasi belajar siswa dengan nilai r
sebesar 0,417 dan p 0,001 yang berarti
perhatian orang tua signifikasn dengan
motivasi berprestasi siswa.
Salah satu faktor dari orang tua yang
mempengaruhi keberhasilan belajar anak
adalah perhatian. Menurut Suryabrata
(2012), perhatian dapat diartikan sebagai
menaruh hati. Menaruh hati pada seluruh
anggota keluarga adalah dasar pokok
hubungan yang baik diantara para anggota
keluarga. Perhatian orang tua memiliki
158 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
pengaruh psikologis yang besar terhadap
kegiatan belajar anak. Dengan adanya
perhatian dari orang tua, anak akan lebih
giat dan lebih bersemangat dalam belajar
karena ia tahu bahwa bukan dirinya sendiri
saja yang berkeinginan untuk maju, akan
tetapi orang tuanya pun demikian.
Sikap orang tua yang ditunjukkan
kepada anak akan menunjukkan persepsi
dalam diri anak. Anak yang hidup dalam
lingkungan keluarga yang menghargai,
memperhatikan kemajuan dalam
pendidikannya, memberikan dukungan dan
memberikan pujian akan mempunyai
persepsi positif terhadap orang tuanya.
Dengan berbekal persepsi positif tersebut,
anak akan berpikir bahwa jika ia bisa
berprestasi pasti akan mendapatkan pujian
atau hadiah dan hal inilah yang
menyebabkan tumbuhnya motivasi dalam
diri anak untuk lebih dan terus berprestasi
(Astuti, 2010).
KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa :
a. Hasil belajar biologi siswa SMA Negeri di
Kabupaten Bulukumba pada umumnya
berkategori sedang meskipun konsep diri,
persepsi siswa tentang perhatian orang tua
serta motivasi berprestasi tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa masih ada factor lain
yang turut mempengaruhi hasil belajar
misalnya sarana pembelajaran disekolah,
kompetensi guru maupun factor dalam diri
siswa sendiri.
b. Konsep diri secara langsung maupun tidak
langsung melalui motivasi berprestasi
memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap hasil belajar biologi. Konsep diri
secara langsung memberikan kontribusi
sebesar 31,58% terhadap pencapaian hasil
belajar biologi sedangkan secara tidak
langsung melalui motivasi berprestasi,
konsep diri memberikan kontribusi sebesar
20,74%.
c. Persepsi siswa tentang perhatian orang tua
memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap hasil belajar biologi baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui
motivasi berprestasi. Persepsi siswa tentang
perhatian orang tua secara angsung
memberikan kontrbusi sebesar 5,71%
sedangkan kontribusi secara tidak langsung
melalui motivasi berprestasi, persepsi siswa
tentang perhatian orang tua memberikan
kontrbusi sebesar 30,63% terhadap hasil
belajar biologi.
d. Konsep diri sangat berperan dalam
menumbuhkan motivasi dalam diri siswa.
Besarnya kontribusi yang diberikan oleh
konsep diri terhadap motivasi berprestasi
siswa SMA Negeri di Kabupaten
Bulukumba sebesar 12,11%.
e. Persepsi siswa tentang perhatian orang tua
turut mempengaruhi siswa dalam
mengembangkan motivasi dalam dirinya.
Persepsi siswa tentang perhatian orang tua
memberikan sumbangan sebesar 26,11%
terhadap motivasi berprestasi siswa SMA
Negeri di Kabupaten Bulukumba.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil
penelitian dan pembahasan, maka saran yang
ingin dikemukakan peneliti sebagai berikut :
a. Konsep diri secara langsung maupun tidak
langsung melalui motivasi berprestasi
memberikan kontribusi terhadap hasil
belajar biologi siswa. Sehingga para orang
tua diharapkan dapat membangun konsep
diri yang positif peserta didik sejak kecil
yakni dengan adanya dorongan kepada anak
untuk mandiri tetapi dengan kontrol yang
baik, mengasuh dengan kasih sayang serta
penuh perhatian dapat berimplikasi pada
peningkatan prestasi belajarnya
b. Perhatian orang tua secara langsung
maupun tidak langsung melalui motivasi
berprestasi berkontribusi terhadap hasil
belajar biologi siswa. Sehingga para orang
tua diharapkan menerapkan pola perhatian
yang cukup dalam pengasuhan anak sejak
kecil yakni dengan adanya komunikasi yang
dialogis antara anak dan orang tua, adanya
kehangatan yang membuat anak merasa
diterima oleh orang tuanya, serta penuh
perhatian dapat berimplikasi pada
peningkatan hasil belajarnya
c. Motivasi anak dapat tumbuh dengan adanya
dukungan dari orang tuanya. Oleh karena
itu Orang tua hendaknya memberikan
perhatian yang cukup kepada anaknya
terutama dalam hal pendidikan dengan cara:
1) menyediakan fasilitas belajar yang
butuhkan oleh anak
2) mengontrol belajar anak
3) memotivasi anak untuk belajar
4) membantu anak memecahkan masalah
belajarnya
5) mengatur waktu belajar anak
6) memberikan sanksi atau hukum serta
memberikan hadiah atas prestasi anak
Kontribusi Konsep Diri Persepsi Siswa Tentang Perhatian Orang Tua Terhadap Motivasi Berprestasi
dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Bulukumba Rany Suryani Hasyim 159
d. Kepada siswa khususnya siswa-siswi di
kabupaten Bulukumba agar memupuk
konsep diri yang positif dan terus
meningkatkan motivasi berprestasi karena
kedua faktor tersebut sangat berkontribusi
terhadap pencapaian hasil belajar yang lebih
baik.
e. Banyak hal yang dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa selain konsep diri dan persepsi
tentang perhatian orang tua, salah satunya
adalah sarana dan prasarana yang tersedia
disekolah. Oleh karena itu diharapkan
kepada pemerintah dan para pengambil
kebijakan pendidikan di kabupaten
Bulukumba agar kiranya dapat memperbaiki
sarana dan prasarana guna mendukung
proses pembelajaran yang lebih baik, dan
juga kepada peneliti selanjutnya agar
meneliti variable lain yang juga
berpengaruh terhadap hasil belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Arisana, Ismaini. 2012. Pengaruh Kedisiplinan
Siswa dan Persepsi Siswa Tentang
Kualitas Mengajar Guru terhadap
Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas
XI IPS MAN Yogyakarta II Tahun
Ajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan.
Astuti, 2008. Hubungan antara Persepsi Anak
terhadap Dukungan Keluarga dengan
Motivasi Berprestasi Akademik Anak
di SDN Ketapang Semarang. Jurnal
pendidikan. Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Barker, Mc.Inerney, Dowson, 2003.
Conceptualizing Students Goals and
Self-concept as Multidimensional and
Hierarchically Structured. Paper
presented at NZARE AARE,
Auckland, New Zealand
Calhoun, J.F. Acocella, J.R. 1990. Psikologi
tentang penyesuaian dan hubungan.
New York: McGraw-Hill, Inc.
(terjemahan oleh Nurul Imam).
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan
pembelajaran. Jakarta: Rineke Cipta
Dusalan. 2011. Kontribusi Konsep Diri dan
Perhatian Orang Tua Terhadap Hasil
Belajar Matematika Melalui Motivasi
Berprestasi Siswa Kelas X SMA di
Kecamatan Sape Bima. Skripsi. PPs
UNM Makassar
Dwija, W. I. 2008. Hubungan Konsep Diri,
Motivasi Berprestasi, dan Perhatian
Orang Tua dengan Hasil Belajar
SosiologiPada Siswa Kelas II Sekolah
Menengah Atas unggulan di Kota
Amlapura (No.1 Th.XXXXI Januari
2008). Jurnal (diterbitkan)
Bali:Undiksha.(http: // www.undiksha.
ac.iddiakses 01Agustus 2013).
Fernald, L., Dodge & Fernald, Peter, S. (1999).
Introduction to psychology (5 thed).
India : A.I.T.B.S. Publishers &
Distributors.
Gunawan, Adi W. 2005. Hypnosis: The Art of
Subconscious Communication. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Hamalik Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan
Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Aglensindo
Harter, S. 1999. The Construction of the Self :
A Developmental Perspective. The
Guilford Press. New York
Heydemas, E. 2010. Pola asuh orang tua,
Konsep Diri, Motivasi Berprestasi,
iklim sekolah dan kesadaran emosi
siswa SMA (jilid 17 No.2 Tahun.
2010). Jurnal (diterbitkan) manado:
UNIma. (http:// www.unima. ac. Id
diakses 05 Oktober 2013).
Priyadarma, T. 2001. Kreativitas dan Strategi.
Jakarta : PT. Golden Trayon Press
Rola. 2006. Hubungan Konsep Diri dengan
Motivasi Berprestasi pada Remaja.
Artikel Psikologi Kedokteran.
Universitas Sumatera Utara. Medan
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang
mempengaruhinya Edisi Revisi.
Jakarta: Rineka Cipta
Sriati, A. 2010. Pengaruh Konsep Diri, dan
Motivasi Berprestasi erhadap Prestasi
Akademik Remaja Akhir. (diterbitkan
Universitas Padjajaran) (http//www.
Myblog journal. com, diakses pada
tanggal 10 Okt 2013)
Sudjana, N. 2004. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Suryabrata. 2012. Psikologi Pendidikan.
Jakarta : Rajawali Pers
Suwarno. 1994. Bimbingan dan Konseling
Keluarga. Yogyakarta : Menara Mas
Thalib, S.B. 2010. Psikologi Pendidikan
Berbasis Analisis Empiris Aplikatif.
Jakarta: Kencana.
160 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
Tumbuh. 2007. Kontribusi intelegensi,
perhatian orang tua, kebiasaan belajar
dan kemampuan guru dalam
mengelola proses belajar mengajar
terhadap prestasi belajar siswa SMAN
1 Denpasar. (jurnal tidak diterbitkan)
Denpasar: (diakses 11 oktober 2013).
Uno, B. H. 2011. Teori M otivasi dan
Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Wiwik Setyowati. 2006. Hubungan antara
Konsep Diri dengan Motivasi
Berprestasi pada Karyawan. Thesis.
Universitas Muhammadiyah Malang.
Yara, P. O. 2010. Students Self Concept on
Mathematics Achievement.
International Journal.
www:eurojournals.com/ejss
Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan Menggunakan Metode Klos bagi Siswa
Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Tahun Pelajaran 2016/2017 Marhaeni 161
MENINGKATKAN KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA (KEM) DENGAN
MENGGUNAKAN METODE KLOS BAGI SISWA KELAS X MIPA 2 SMA
NEGERI 1 BULUKUMBA TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Marhaeni *)
Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan
Guru SMA Negeri 1 Bulukumba
Email: marhaeni@yahoo.co.id
Abstrak
Kecepatan efektif membaca mempunyai peranan yang sangat penting, karena dengan membaca cepat dan kemampuan memahami bacaan yang berkualitas seseorang bisa menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebiasaan membaca bahasa Indonesia yang kurang baik berdampak negatif pada tingkat keterbacaan seseorang atau seorang siswa. Untuk mengatasi hal tersebut sangat dibutuhkan usaha dan kreatifitas guru. Penerapan metode Klos dalam pembelajaran membaca merupakan salah satu upaya memecahkan masalah tersebut. Tujuan penelitian tindakan kelas ini yaitu untuk meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan menggunakan metode klos siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba. Penelitian tindakan kelas ini mengambil setting di SMA Negeri 1 Bulukumba Kelas X MIPA 2, dengan jumlah siswa 25 siswa. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan melalui tiga siklus. Sebelum siklus I dilaksanakan perlu adanya pra tindakan yaitu identifikasi tentang metode klos dan Kecepatan Efektif Membaca (KEM), kemudian dilaksanakan siklus I sebagai penerapan metode klos, siklus II sebagai implementasi pelaksanaan metode klos, dan siklus III sebagai tahap pemantapan. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif yaitu digunakan terhadap data kualitatif yang diperoleh dari hasil pengamatan siswa dan guru selama berlangsungnya pembelajaran di kelas, dan analisis kuantitatif yang digunakan terhadap hasil tes Kecepatan Efektif Membaca (KEM) siswa dengan menggunakan metode klos. Hasil penelitian pada siklus I tingkat keterbacaannya masih rendah, karena kecepatan efektif membaca rata-rata 87 kpm dengan tingkat Independen 12 %, tingkat Instruktional 40 % dan pada frustasi 48 %. Pada siklus II hasil penelitian mengalami perubahan positif yaitu kecepatan efektif membaca rata-rata 150 kpm dengan tingkat Independen 80 %, tingkat Instruksional 12 %, dan tingkat frustasi 8 %. Hasil penelitian pada siklus III mengalami pemantapan yaitu rata-rata. Kecepatan Efektif Membaca (KEM) 210 kpm dengan tingkat independen 100 %. Hasil analisis data menunjukkan bahwa aktivitas pembelajaran membaca cepat dengan menggunakan metode klos dapat meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) siswa.
Kata kunci : Bahasa Indonesia, Kecepatan Efektif Membaca (KEM), dan Metode Klos
Abstract *)
The effective speed of reading has a very important role, because with fast reading and the ability to
understand qualified reading one can master science and technology. Unfavorable Indonesian
reading habits have a negative impact on the readability of a person or a student. To overcome this is
needed and teacher creativity efforts. Application of Klos method in reading learning is one of the
effort to solve the problem. The purpose of this classroom action research is to improve the Effective
Reading Speed (KEM) by using the clone method of students of Class X MIPA 2 SMA Negeri 1
Bulukumba. This class action research takes place in SMA Negeri 1 Bulukumba Class X MIPA 2, with
25 students. Implementation of activities carried out through three cycles. Before the first cycle, it is
necessary to pre-action the identification of the method of clays and the Effective Reading Speed
(KEM), then implemented cycle I as the application of the klos method, cycle II as implementation of
the implementation of the klos method, and cycle III as the stabilization stage. The technique of data
analysis using qualitative analysis is used to qualitative data obtained from the observation of
students and teachers during the course of classroom learning, and quantitative analysis used to test
the Effective Reading Speed (KEM) of students using the klos method. The results of the research on
the first cycle of readability level is still low, because the effective speed reading average 87 kpm with
12% Independent rate, Instruktional 40% and at frustration 48%. In the second cycle the results of the
study experienced a positive change that is the effective reading speed of 150 kpm average with 80%
independent level, 12% Instructional level, and 8% frustration rate. The result of research in cycle III
has stabilization that is average. Effective Reading Speed (KEM) 210 kpm with 100% independent
rate. The results of data analysis indicate that the activity of fast reading learning by using klos
method can improve Student Effectiveness Reading (KEM).
Keywords:
162 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
PENDAHULUAN
Berdasarkan pengalaman peneliti pembelajaran
membaca baik yang dialami sendiri maupun
yang diketahui selama ini, model
pembelajarannya selalu mengacu pada apa
yang ada pada buku paket. Teknik pengajaran
membaca yang ada umumnya membaca
pemahaman. Banyak teknik pengajaran yang
selama ini tidak dipergunakan untuk melatih
keterampilan membaca. Teknik-teknik itu
antara lain teknik uji rumpang. Kenyataan yang
terjadi di samping kemampuan dan
keterampilan yang kurang pada siswa,
pengajaran membaca selalu mengacu pada
teknik yang ada pada buku tersebut. Dengan
demikian para siswa beranggapan pengajaran
membaca tujuannya semata-mata menjawab
pertanyaan, mencari kata istilah yang sulit dan
lain-lain. Hal ini dihadapi para siswa dengan
proses yang amat lain. Perihal lain yang selalu
muncul pada pembelajaran membaca yaitu
guru Bahasa Indonesia pada umumnya hanya
mengutamakan penyelesaian target materi
dalam kurikulum yang orientasinya mengacu
pada usaha meningkatkan kemampuan siswa
dalam mengerjakan soal-soal, walaupun hal ini
tidak selalu benar sebab soal-soal sering
kurang mengacu pada keterampilan berbahasa
baik keterampilan menyimak, berbicara,
membaca, maupun menulis. Faktor lain yang
tidak kalah pentingnya adalah kurangnya guru
Bahasa Indonesia memahami dan menguasai
teknik pengajaran membaca. Belum lagi
memilih bahan bacaan yang seharusnya dalam
pengajaran membaca guru dituntut mampu
memilih bahan bacaan yang sesuai dengan
tujuan dan tingkat perkembangan siswa,
kompetensi siswa, minat dan tingkat kecakapan
baca.
Peneliti berusaha mengungkap
kecepatan efektif membaca ( KEM ) siswa,
karena penulis sangat prihatin dengan KEM
siswa di negara kita. Kalau di negara-negara
maju seperti Amerika, seorang setara SMA
di negara kita (Senior High School) dalam
keadaan normal sudah memiliki kecepatan
membaca minimal kurang lebih 250 kata
permenit, dengan pemahaman isi bacaan
minimal 70 %. Jika dihitung kecepatan efektif
membacanya (KEM) = 250 kpm x 70 % = 175
kpm. (Harjasujana,200:88). Kalau di Amerika
siswa setingkat SMA memiliki KEM terendah
± 175 kpm, maka di Indonesia masih tidak
sedikit siswa SMA KEM tertinggi ± 175
kpm. Dari pengalaman peneliti membelajarkan
siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1
Bulukumba, ternyata hal tersebut di atas juga
terjadi. Dengan KEM ± 175 kpm, lalu
bagaimana bisa menguasai Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi yang diharapkan melalui
berbagai media cetak dalam waktu yang relatif
singkat. Berdasarkan uraian singkat di atas,
peneliti mengambil tindakan, yaitu
“Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca
Dengan Menggunakan Metode Klos Bagi
Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1
Bulukumba”.
METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, karena penelitian ini dilaksanakan berangkat dari permasalahan pembelajaran di kelas, kemudian ditindak lanjuti dengan penerapan suatu tindakan pembelajaran kemudian direfleksi, dianalisis dan dilakukan penerapan kembali pada siklus-siklus berikutnya, setelah dilaksanakan revisi berdasarkan temuan saat refleksi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan, yaitu peneliti berusaha untuk menerapkan suatu tindakan sebagai upaya perbaikan untuk mengatasi masalah yang ditemukan. Karena penelitian dilaksanakan dengan setting kelas, maka disebut penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research)
Model Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas,
model Stephen Kemmis dan Mc Taggart
(dalam Suranto,200:49), model ini
menggunakan sistem spiral refleksi diri yang
dimulai dari rencana, tindakan, pengamatan,
refleksi, dan perencanaan kembali yang
merupakan dasar untuk suatu rancangan
pemecahan masalah. Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) menurut Kemmis dan Mc Taggar (dalam
Suranto, 2000:49)
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian diawali dengan pra
tindakan yaitu mengadakan identifikasi metode
klos dan Kecepatan Efektif Membaca (KEM)
kemudian baru dilaksanakan tindakan yang
terdiri dari 3 siklus. Setiap siklus tindakannya
ada empat tahapan yaitu (1) persiapan/
perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan
tindakan, (3) observasi dan evaluasi, dan (4)
analisis dan refleksi. Secara rinci masing-
masing siklus tindakannya sebagai berikut :
Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan Menggunakan Metode Klos bagi Siswa
Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Tahun Pelajaran 2016/2017 Marhaeni 163
Persiapan Tindakan Setiap siklus memerlukan
persiapan-persiapan:
a) Menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran yang mengacu pada silabus
pembahasan yang telah dibuat oleh guru.
b) Menyiapkan bahan ajar
c) Penyusunan instrumen sebagai alat
observasi
1) Lembar kemampuan tingkat
keterbacaan dan pemahaman siswa.
2) Lembar pengamatan masalah yang
dihadapi untuk meningkatkan
Kecepatan Efektif Membaca Siswa
d) Penentuan jadwal tindakan kelas.
Rencana Implementasi Tindakan (Pelaksanaan
Tindakan) Tindakan (action) kelas tiap siklus
secara umum sebagai berikut:
a) Siswa berdiskusi tentang metode klos.
b) Siswa bersama guru menyimpulkan
tentang wacana rumpang dan cara
penyempurnaan kerumpangannya.
c) Siswa membentuk kelompok. Dari 25
siswa, setiap nomor absen ganjil sebagai
kelompok responden, dan nomor absen
genap sebagai kelompok pengamat atau
pencatat waktu dan menghitung KEM
responden. Dengan demikian setiap nomor
absen ganjil berpasangan dengan nomor
absen genap.
d) Siswa nomor absen ganjil membaca
wacana yang sudah disediakan dan siswa
nomor absen genap sebagai pencatat waktu
dan menghitung KEM responden.
e) Siswa yang sebagai pengamat secara
individu mengukur tingkat keterbacaan
responden (pasangan).
f) Tahap berikutnya kelompok yang semula
sebagai responden berganti sebagai
kelompok pengamat. Kelompok pengamat
tugasnya mencatat waktu dan menghitung
KEM responden
g) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil
bacaan dengan menggunakan metode klos
sebagai acuan refleksi.
Observasi dan Evaluasi
Pada setiap siklus dilakukan
pengamatan dengan instrumen yang telah
disediakan, yaitu :
1. Tingkat keterbacaan dan pemahaman
metode klos:
a. Panjang wacana sebagai alat ajar
b. Delisi (lesapan) disesuaikan kebutuhan
siswa dan pertimbangan guru yaitu
ketrampilan penguasaan unsur tata
bahasa dan ketrampilan kosakata serta
maknanya.
c. Evaluasi sebagai alat ajar (contextual)
artinya boleh sinonim atau makna yang
dapat mengganti kedudukan kata yang
dilepas.
2. Lembar Pengamatan Masalah yang
dihadapi untuk meningkatkan KEM
Instrumen ini digunakan untuk
memantau masalah yang dihadapi oleh
siswa dalam proses pembelajaran membaca
cepat dengan menggunakan metode klos.
a. Tingkat pengetahuan bahasa
b. Kemampuan kognitif
c. Pengalaman membaca
3. Lembar Observasi Aktivitas Guru/Peneliti
4. Pada siklus akhir (ketiga) diberikan lembar
angket untuk siswa tentang pelaksanaan
pembelajaran Kecepatan Efektif Membaca
(KEM) dengan menggunakan metode Klos
Refleksi
Setiap akhir siklus selalu dilaksanakan refleksi
untuk mengetahui sejauh mana tingkat
keterbacaan dan pemahaman siswa. Selalu
diadakan diskusi dengan siswa dalam proses
masukan-masukan maupun tanggapan dan
komentar dari siswa sehingga refleksi sesuai
dengan perkembangan kemajuan membaca
siswa.
Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini berupa catatan-catatan, silabus
pembelajaran, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), hasil Kecepatan Efektif
Membaca (KEM) siswa, dan hasil observasi
terhadap kegiatan pembelajaran.
Sumber data dalam penelitian ini
adalah siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri
1 Bulukumba Tahun Pelajaran 2014/2015,
dan guru, serta pengamat selama
berlangsungnya penilaian tindakan kelas.
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini
menggunakan dua teknik analisis data dengan
memperhatikan jenis data yang dikumpulkan,
yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
Analisis kualitatif terhadap data kualitatif yang
diperoleh dari hasil pengamatan siswa dan guru
selama berlangsungnya pembelajaran di kelas.
Sedangkan analisis kuantitatif digunakan
terhadap hasil tes Kecepatan Efektif Membaca
(KEM) siswa dengan menggunakan Metode
Klos.
Rumus yang dipakai untuk mengetahui
Kecepatan Efektif Membaca adalah sebagai
berikut :
164 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
Wm
K Wm
K x
SI
B = Kpm
60:Wd
K x
SI
B = Kpm
Wm
K (60) x
SI
B = Kpm
Keterangan :
K = Jumlah kata yang dibaca
Wm = Waktu tempuh baca dalam satuan
menit
Wd = Waktu tempuh dalam satuan detik
B = Skor bobot perolehan tes yang dijawab
dengan benar
SI = Skor ideal atau skor maksimal
Kpm = Kata per menit
Siswa dikatakan berhasil membaca (tuntas)
kalau kecepatan membaca minimal 250 kpm
dan kemampuan memahami bacaan minimal
70%, itu berarti siswa dikatakan berhasil
membaca (tuntas) atau sesuai dengan KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu jika
kecepatan efektif membaca (KEM) minimal
175 kpm.
Hal itu didasarkan pada pendapat
Harjasujana yang mangatakan bahwa, KEM
minimal untuk klasifikasi pembaca adalah : SD
(140 kpm), SLTP (140-175 kpm), SLTA (175-
245 kpm), dan Perguruan Tinggi (245-280
kpm). (Harjasujana,2000:110)
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Penelitian
Ketika peneliti membelajarkan siswa
tentang membaca cepat, ternyata kemampuan
Kecepatan Efektif Membaca (KEM) siswa
masih rendah. Bagaimana siswa bisa
memahami Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
dengan waktu yang cepat apabila KEM mereka
rendah. Berangkat dari masalah tersebut guru
dalam hal ini merangkap sebagai peneliti
mencoba mencari jalan keluar dengan
menggunakan metode klos untuk
meningkatkan KEM siswa dalam pelaksanaan
penelitian tindakan kelas. Deskripsi penelitian
tindakan kelas yaitu : langkah awal diterapkan
pra tindakan berupa identifikasi metode klos
dan Kemampuan Efektif Membaca (KEM),
kemudian dilaksanakan tindakan yang terdiri
dari 3 siklus. Tiap siklus terdiri dari dua
pertemuan. Setiap pertemuan memerlukan
waktu 2 x 40 menit. Masing-masing siklus
meliputi (a) persiapan tindakan, (b)
pelaksanaan tindakan, (c) observasi dan
evaluasi, dan (d) analisis dan refleksi. Secara
rinci pelaksanaan tindakan sebagai berikut :
Pra Tindakan
Siswa mendengarkan penjelasan tentang
metode klos dan Kecepatan Efektif Membaca
(KEM), kemudian siswa berdiskusi tentang
penggunaan metode klos untuk meningkatkan
Kecepatan Efektif Membaca (KEM), bahkan
hal ini dikondisikan menjadi diskusi kelas.
Ternyata siswa sangat tertarik dengan metode
klos. Hal ini terlihat banyaknya siswa yang
bertanya dan juga memberikan tanggapan.
Pertanyaan maupun tanggapan berkisar tentang
metode klos dan KEM. Dengan temuan-
temuan seperti itu merupakan jalan yang sangat
baik untuk membelajarkan siswa dalam rangka
meningkatkan kecepatan membaca dan
kemampuan memahami bacaan yang
dilaksanakan pada siklus-siklus yang
direncanakan.
Siklus I
1. Persiapan Tindakan
Untuk melaksanakan tindakan sebelumnya
memerlukan persiapan-persiapan yaitu :
menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran yang mengacu pada silabus
yang telah dibuat guru. Agar proses
pembelajaran lancar perlu bahan ajar
tentang metode klos dan Kecepatan Efektif
Membaca (KEM) serta menyiapkan bacaan
yang sesuai dengan kriteria klos. Perolehan
hasil penelitian dipersiapkan alat observasi
baik untuk siswa maupun guru. Alat
observasi berupa instrumen metode klos,
instrumen alat penilaian individu KEM
siswa, instrumen observasi KEM, instrumen
observasi aktivitas guru, dan angket siswa.
Peneliti dibantu observer dari guru dan juga
pengamat dari siswa.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I
memerlukan 2 (dua) kali tatap muka, setiap
tatap muka memerlukan 2 x 40 menit
dengan langkah-langkah pembelajaran
sebagai berikut :
a. Kegiatan awal siswa membentuk
kelompok. Dari 40 siswa setiap nomor
absen ganjil sebagai kelompok
responden (atau kelompok yang diteliti),
dan nomor absen genap sebagai
kelompok pengamat atau pencatat waktu
dan menghitung Kecepatan Efektif
Membaca (KEM) responden. Dengan
Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan Menggunakan Metode Klos bagi Siswa
Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Tahun Pelajaran 2016/2017 Marhaeni 165
demikian setiap nomor absen ganjil
berpasangan dengan nomor absen genap.
b. Siswa mencatat tujuan pembelajaran
yang akan dicapai.
c. Siswa kelompok A yaitu kelompok
nomor absen ganjil membaca wacana
yang sudah disediakan dan siswa
kelompok B yaitu kelompok nomor
absen genap mencatat dan menghitung
responden.
d. Siswa kelompok B (sebagai pengamat)
secara individu mengukur tingkat
keterbacaan responden (pasangannya)
e. Tahap berikutnya kelompok yang semula
sebagai responden berganti sebagai
kelompok pengamat yang tugasnya
mencatat waktu dan menghitung KEM
responden, begitu juga kelompok yang
semula sebagai pengamat berganti
menjadi kelompok responden
f. Kegiatan akhir siswa berdiskusi tentang
kendala-kendala meningkatkan KEM
dengan menggunakan Metode Klos
sebagai acuan refleksi.
3. Observasi dan Evaluasi
Pembelajaran membaca cepat dengan
menggunakan metode klos ini, siswa sangat
antusias. Pada awal siswa dengan senang
membentuk kelompok dengan setting yang
sederhana tetapi menarik yaitu setiap siswa
berpasangan yang saling berhadapan yaitu
antara siswa nomor absen ganjil dengan
siswa nomor absen genap. Sejumlah 25
siswa dari data aktivitas siswa dalam
pembelajaran membaca dan sekaligus
sebagai penerapan pengelolaan
pembelajaran secara kelompok maupun
individu dapat diperoleh rincian tingkat
keterbacaan siswa dalam membaca cepat
dengan menggunakan metode klos sebagai
berikut : jumlah kata dalam wacana ± 630
kata. Sebagai alat ukur permenit standarnya
250-350 kata. Setelah ditetapkan 2 menit
waktu baca, kenyataan di kelas belum mau
berhenti, sehingga terjadi penambahan
waktu menjadi 3 menit. Dengan demikian
fungsi alat ukur berubah menjadi alat ajar
yaitu per menit antara 150 sampai 200 kata.
Berdasarkan laporan pengamat ketika
mengobservasi aktivitas guru/peneliti pada
saat berlangsungnya pembelajaran, pada
bagian awal terlihat bahwa guru/peneliti
sudah menjelaskan tujuan pembelajaran,
dan juga telah memotivasi siswa agar bisa
meningkatkan KEM siswa. Ketika siswa
membentuk kelompok baik kelompok
responden maupun kelompok pengamat,
guru juga membantu. Pemodelan metode
klos untuk meningkatkan KEM sangat
kelihatan. Penilaian yang dilakukan selalu
dikondisikan mengacu pada kriteria klos
maupun KEM. Diskusi untuk mengetahui
kendala-kendala KEM dilaksanakan sebagai
acuan refleksi pada siklus berikutnya. Dapat
dijabarkan hasil uji kemampuan isian
rumpang yaitu:(1) Tingkat Independen 3
siswa = 12 %, (2) Tingkat Instruksional 10
siswa = 40 %, (3) Tingkat Frustasi 12 siswa
= 48 %. Kecepatan Efektif Membaca
(KEM) siswa yang tuntas atau sesuai
dengan Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu
175 kata per menit ke atas adalah 0 siswa
Siswa yang tidak tuntas atau kurang dari
175 kata permenit ke atas adalah 25 siswa.
Siswa yang KEMnya tertinggi 170 kpm,
KEM terendah = 30 kpm, dan KEM rata-
rata 87 kpm. Pada diskusi kelompok telah
terekam masalah yang dihadapi siswa pada
saat membaca cepat, yaitu masalah tingkat
pengetahuan bahasa 80 % atau 20 siswa,
masalah kemampuan kognitif 80 % atau 20
siswa, dan masalah pengalaman membaca
92 % atau 23 siswa.
4. Analisis dan Refleksi
Dari masalah yang dihadapi siswa selama
membaca dengan menggunakan metode
klos, maka dapat direfleksikan sebagai
berikut :
a. Siswa perlu meningkatkan pengetahuan
bahasa Indonesia dengan jalan sering
membaca Kamus Bahasa Indonesia, dan
tentang teori kebahasaan.
b. Siswa perlu meningkatkan kemampuan
kognitif dengan jalan meningkatkan daya
nalar dan kepekaaan untuk mengerti dan
memahami isi/pesan yang terkandung
dalam suatu bacaan yang seefisien
mungkin
c. Siswa harus sering membaca untuk
meningkatkan pengalaman membaca.
Orang yang sering membaca jauh
berbeda KEMnya dengan orang yang
jarang membaca.
d. Guru/peneliti perlu memproduksi
wacana yang dominan dan menghindari
wacana yang terpinggirkan yaitu :
wacana yang berfungsi membentuk dan
mengkondisikan wacana aktual. Wacana
dominan memberikan arahan bagaimana
suatu objek harus dibaca dan dipahami.
Wacana yang dominan memberikan daya
tarik tersendiri bagi pembaca, sehingga
siswa sangat senang ketika membaca
karena sesuatu yang baru.
166 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
Berdasarkan temuan hasil refleksi di atas
dilakukan perbaikan untuk perencanaan
siklus berikutnya.
Siklus II
1. Persiapan Tindakan
Pada persiapan tindakan kelas di siklus II
ini seperti juga pada persiapan tindakan
kelas di siklus I, namun di siklus ini
persiapannya sebagai tindak lanjut. Rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat
oleh peneliti/guru dibantu oleh dua orang
pengamat dari guru mata pelajaran sejenis.
Bacaan dipersiapkan sebagai wacana yang
aktual (dominan) berjudul : “Tembak di
Tempat Perusuh, Pejarah dan Koruptor
Bahasa Indonesia”. Untuk kelancaran
proses pembelajaran maka pembelajaran
dilengkapi bahan ajar. Pada tahap observasi
peneliti dibantu dua orang pengamat dari
guru mata pelajaran sejenis dan pengamat
dari siswa, terutama pada penghitungan
KEM.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini
guru/peneliti menerapkan pembelajaran
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Kegiatan awal siswa membentuk
kelompok seperti pada siklus I dan siswa
mencatat tujuan pembelajaran.
b. Siswa nomor absen ganjil membaca teks
non sastra berjudul “Tembak di Tempat
Perusuh, Pejarah dan Koruptor Bahasa
Indonesia” yang panjang wacana kurang
lebih 400 kata dan waktu membaca yang
disediakan 2 menit.
c. Setelah 2 menit bacaan diambil oleh
guru, kemudian siswa tersebut diberi
teks lagi dengan teks yang sama tetapi
dirumpangi sebanyak 15 rumpangan, dan
siswa diberi kesempatan mengerjakan
selama 10 menit.
d. Siswa yang nomor absen genap sebagai
pengamat yang bertugas mengukur
tingkat keterbacaan responden
(pasangannya)
e. Tahap berikutnya kelompok yang semula
sebagai responden berganti sebagai
kelompok pengamat yang tugasnya
mencatat waktu dan menghitung KEM
responden, begitu juga kelompok yang
semula sebagai pengamat berganti
menjadi kelompok responden.
3. Observasi dan Evaluasi
Pada observasi dan evaluasi di siklus II ini
kegiatan pembelajaran sangat kondusif.
Guru menerapkan pembelajaran berpusat
pada siswa, sehingga kondisi kelas sangat
bermakna dan menyenangkan. Sejalan
dengan itu penilaian yang diterapkan adalah
penilaian proses yaitu ketika siswa
menerapkan metode klos untuk
meningkatkan KEM.
Hasil uji kemampuan isian rumpang
pada tingkat indipenden sebanyak 20 orang
atau 80 %, pada tingkat instrusional
sebanyak 3 orang atau 12 % dan pada
tingkat frustasi/gagal sebanyak 2 orang atau
8 %. Hal ini banyak mengalami peningkatan
apabila dibandingkan dengan siklus I.
Kecepatan Efektif Membaca (KEM) siswa
pada penelitian ini terekam sebagai berikut :
(1) KEM siswa yang tuntas sesuai dengan
kriteria ketuntasan minimal (KEM=175
kpm ke atas) adalah 12 siswa atau 48 %,
yang tidak tuntas 13 siswa atau 52 %. Hal
ini pun mengalami kenaikan apabila
dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus II
ini KEM tertinggi 217 kpm, terendah 70
kpm, dan rata-rata 150 kpm.
Pada diskusi kelompok terekam
permasalahan mulai terpecahkan.
Permasalahan yang dikelompokkan menjadi
3 klasifikasi yaitu tingkat pengetahuan
bahasa, tingkat kemampuan kognitif, dan
klasifikasi pengalaman membaca mulai
menurun dengan jalan keluar yang sudah
diterapkan. Pada tingkat pengetahuan
bahasa siswa yang mengalami kendala di
bidang itu hanya 9 siswa atau 36 %, dan di
bidang kemampuan kognitif 10 siswa atau
40%, dan pada pengalaman membaca 11
orang atau 44%. (terdapat dalam
lampiran2).
4. Analisis dan Refleksi
Permasalahan siswa yang sudah ada jalan
keluarnya sebagai pelaksanaan refleksi
perlu diteruskan, mengingat hasilnya sangat
membanggakan terutama siswa diharapkan
terus mengembangkan pengalaman
membaca dengan cara sering membaca
untuk melatih Kecepatan Efektif Membaca
(KEM).
Siklus III
1. Persiapan tindakan
Berdasarkan temuan-temuan pada siklus II,
siklus ke III ini merupakan bagian
pemantapan pelaksanaan penelitian
tindakan kelas ini. Pada persiapan tindakan,
guru/peneliti mempersiapkan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan bahan
ajar peneliti langsung menggunakan bacaan
Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan Menggunakan Metode Klos bagi Siswa
Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Tahun Pelajaran 2016/2017 Marhaeni 167
250 kata dengan waktu membaca
direncanakan hanya 1 menit. Lembar
observasi untuk mengetahui KEM maupun
angket untuk siswa juga dipersiapkan agar
penelitian tindakan kelas ini bisa maksimal.
2. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus III ini
merupakan siklus akhir. Guru/peneliti
menerapkan pembelajaran dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Kegiatan awal siswa membentuk
kelompok seperti pada siklus
sebelumnya.
b. Siswa juga mencatat tujuan
pembelajaran yang akan dicapai
c. Siswa yang nomor absen ganjil
membaca teks non sastra berjudul
“Tertib Lalu Lintas”, yang panjang
wacana kurang lebih 250 kata dan waktu
bacaan yang disediakan hanya 1 menit.
d. Setelah 1 menit bacaan diambil oleh
guru, kemudian siswa tersebut diberi
teks lagi dengan teks yang sama tetapi
ada rumpangan sebanyak 15 rumpangan
e. Siswa mengerjakan dengan waktu yang
disediakan 10 menit.
f. Siswa yang nomor absen genap sebagai
pengamat yang bertugas mengukur
tingkat keterbacaan responden.
g. Selanjutnya kelompok yang semula
sebagai responden berganti sebagai
kelompok pengamat dan kelompok yang
semula sebagai pengamat berganti
menjadi kelompok responden
3. Observasi dan Evaluasi
Pada siklus III kendala-kendala KEM telah
terpecahkan baik kendala pengetahuan
bahasa, kemampuan kognitif, maupun
kendala pengalaman membaca. Dari hasil
observasi siswa teman sebaya, maupun dari
pengamat (guru mata pelajaran sejenis)
bahwa hasil uji kemampuan isian rumpang
yaitu : (1) tingkat independen = 25 siswa
atau 100 %, (2) tingkat instruksional = 0
siswa atau 0 %, dan (3) tingkat
frustasi/gagal = 0 siswa atau 0 %. Hasil
observasi juga terekam Kecepatan Efektif
Membaca (KEM) siswa yang tuntas atau
175 kpm ke atas sebanyak 25 orang atau
100 %, KEM tertinggi 250 kpm, KEM
terendah 156 kpm, dan rata-rata 210 kpm.
(terdapat dalam lampiran 1)
4. Analisis dan Refleksi
Di akhir siklus ini guru/peneliti memberikan
angket kepada siswa tentang pelaksanaan
pembelajaran, ternyata siswa menyambut
positif pelaksanaan pembelajaran tersebut.
Pada proses pembelajaran 100 % siswa
menjawab ya pada point mudah diterima
ketika menjelaskan metode klos untuk
meningkatkan KEM, 100 % menjawab ya
pada point memberi kesempatan anda untuk
bertanya tentang metode klos dan KEM, 50
% menjawab ya pada pernyataan membantu
anda ketika membentuk kelompok
responden dan kelompok pengamat,
sebaliknya kelompok pengamat menjadi
kelompok responden, 100 % siswa
menjawab ya pada pernyataan
mengkondisikan anda untuk melaksanakan
pemodelan metode klos untuk
meningkatkan KEM, 100 % siswa
menjawab ya pada pernyataan anda diajak
berdiskusi tentang kendala-kendala KEM,
dan 100 % siswa menjawab ya pada
pernyataan anda diajak berdiskusi tentang
kelebihan dan kelemahan metode klos. Pada
penilaian 100 % siswa menjawab ya pada
pernyataan anda diberi kesempatan sebagai
pengamat untuk menilai teman sendiri, dan
100 % menjawab ya pada pernyataan
bahawa penilaian didasarkan pada kriteria
klos dan kriteria KEM. Hasil pembelajaran
90 % siswa menjawab ya pada pernyataan
anda sangat senang dengan model
pembelajaran metode klos untuk
meningkatkan KEM, dan 100% siswa
menjawab ya pada pernyataan dan KEM
bertambah ketika menggunakan metode
klos. Dengan demikian pelaksanaan
pembelajaran sampai dengan siklus III
mengalami keberhasilan.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Pada proses pembelajaran guru harus pandai-
pandai memilih model pembelajaran.
Pembelajaran bahasa Indonesia harus bisa
menerapkan keterampilan berbahasa. Ada 4
aspek keterampilan berbahasa yaitu menyimak,
berbicara, dan menulis baik itu tentang
kebahasaan maupun kesastraan. Membaca
merupakan bagian penting dari 4 aspek
keterampilan berbahasa. Membaca banyak
ragamnya termasuk membaca cepat. Tidak
sedikit siswa Kecepatan Efektif Membaca
(KEM) nya di bawah 175 kpm, namun dengan
menggunakan metode klos untuk
meningkatkan KEM siswa. Pada penelitian
tindakan kelas (PTK) ini pada siklus ke III
ternyata semua siswa KEMnya 175 kpm ke
atas. Menurut Kamidjan (1996:68) metode klos
dapat dipakai untuk mengukur tingkat
168 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
keterbacaan sebuah wacana yaitu (a) dapat
dipakai untuk menguji tingkat kesukaran dan
tingkat kemudahan suatu wacana, (b) dapat
mengklasifikasikan pembaca menjadi 3
kelompok, yaitu : independen (tingkat bebas),
instruksional (tingkat pengajaran), dan frustasi
(gagal), (c) serta untuk mengetahui kelayakan
wacana sesuai dengan kemampuan siswa
(Kamidjan,1996:68). Sejalan dengan itu beliau
juga mengatakan teknik klos juga dapat dipakai
untuk melatih keterampilan dan kemampuan
membaca. Yang diperhatikan dalam melatih
keterampilan dan kemampuan baca ialah : (a)
dalam menggunakan isyarat sintaksis, (b)
dalam menggunakan isyarat semantik, (c)
dalam menggunakan isyarat skematis, (d)
dalam menggunakan jumlah kosakata, (e)
dalam melatih daya nalar pembaca, serta (f)
dalam melatih pemahaman bacaan
(Kamidjan,1996:69).
Kegiatan awal pembelajaran pada pra
tindakan terlihat semua siswa tertarik
penjelasan guru tentang model/teknik klos dan
penjelasan KEM (Kecepatan Efektif Membaca)
seseorang, bahkan pada saat berdiskusi tentang
metode tersebut siswa sangat antusias bertanya
dan memberikan komentar maupun pendapat.
Hal ini sangat relevan apabila metode klos
digunakan untuk meningkatkan KEM, karena
siswa ada kepedulian. Itu berarti pembelajaran
yang bermakna dan menyenangkan telah
terbentuk, dan sangat baik untuk memulai
tindakan baik siklus I maupun siklus-siklus
berikutnya. Pelaksanaan refleksi dengan jalan
diksusi kelompok maupun diskusi kelas telah
teruji bahwa kendala-kendala KEM harus
segera diatasi agar KEM siswa meningkat.
Menurut Harjasujana (2000:90) kendala-
kendala KEM meliputi : lemahnya
pengetahuan bahasa, kurangnya kemampuan
kognitif, dan pengalaman membaca yang
memprihatinkan. Masalah pengetahuan bahasa
jalan keluarnya siswa diharapkan sering
membaca kamus bahasa Indonesia, dan untuk
kemampuan kognitif, siswa diharapkaan
meningkatkan daya nalar dan kepekaan untuk
mempermudah memahami isi/pesan yang
terkandung dan yang terakhir yaitu pada
kendala pengalaman membaca diharapkan
siswa sering membaca karena seseorang yang
sering membaca KEM nya jauh berbeda
dengan orang yang jarang membaca. Itu berarti
bahwa untuk mencapai tujuan perlu melihat
sebab, kalau sudah tahu sebab, baru melangkah
mencari jalan keluar.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini
dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Kemampuan kecepatan membaca siswa
rendah karena teknik pembelajaran
membaca yang selama ini tidak di arahkan
untuk melatih keterampilan membaca, dan
model pembelajarannya selalu mengacu
pada buku yang ada, sehingga para siswa
beranggapan pengajaran membaca
tujuannya semata-mata menjawab
pertanyaan, mencari kata/istilah yang sulit
dan lain-lain. Hal ini dihadapi siswa
dengan proses yang amat lamban.
b. Metode klos dapat dipakai untuk mengukur
tingkat keterbacaan sebuah wacana yaitu
dapat dipakai untuk menguji tingkat
kesukaran dan tingkat kemudahan suatu
wacana, serta dapat mengklasifikasi
pembaca menjadi 3 kelompok yaitu :
independen (tingkat bebas), instruksional
(tingkat pengajaran), dan frustasi (gagal).
Di samping itu metode klos juga bisa
digunakan untuk mengetahui kelayakan
wacana sesuai dengan kemampuan siswa,
dan dapat pula dipakai untuk melatih
keterampilan dan kemampuan baca.
c. Hasil analisis data menunjukkan bahwa
aktivitas pembelajaran membaca cepat
dengan menggunakan metode klos dapat
meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca
(KEM) siswa.
d. Kecepatan Efektif Membaca (KEM)
merupakan perpaduan antara kecepatan
membaca dengan kemampuan memahami
bacaan.
e. Kecepatan Efektif Membaca (KEM)
dipengaruhi oleh faktor tingkat
pengetahuan bahasa, pengetahuan kognitif,
dan pengalaman membaca siswa. Kendala
pada tingkat pengetahuan bahasa
pemecahannya dengan jalan sering
membaca kamus bahasa Indonesia dan
teori kebahasaan sedangkan kendala pada
pengetahuan kognitif pemecahannya
dengan jalan meningkatkan daya nalar dan
kepekaan untuk mengerti dan memahami
isi/pesan yang terkandung dalam suatu
bacaan yang seefisien mungkin. Pada
kendala pengalaman membaca
pemecahannya siswa harus sering
membaca karena orang yang sering
membaca KEMnya jauh berbeda dengan
orang yang jarang membaca.
SARAN
a. Terampil membaca sebaiknya dilatih dan
diajarkan mulai tingkat dasar, karena
kemampuan membaca mempunyai
pengaruh terhadap mata pelajaran lain.
Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan Menggunakan Metode Klos bagi Siswa
Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Tahun Pelajaran 2016/2017 Marhaeni 169
b. Melatih membaca tepat, benar dan cepat
menjadi tanggung jawab semua guru dan
bukan tanggung jawab guru bahasa
Indonesia saja.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud, 1999. Penelitian Tindakan. Jakarta
: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar
dan Menengah, Direktorat Menengah
Umum.
Eriyanto.2003. Analisis Wacana. Yogyakarta :
LKIS
Harjosujono, Akhmad Slamet, 1996. Membaca
2. Jakarta : Depdikbud Direktorat
Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah, Direktorat Menengah
Umum. Bagian Proyek Penataran Baru
SLTP Setara D.III
Kasmidjan, Drs. 1996. Teori Membaca.
Surabaya : Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Fakultas
Pendidikan Bahasa dan Seni.
Poerwodarminto, WJS., 1994, Bahasa
Indonesia untuk Karang Mengarang.
Yogya : UP. Indonesia
Soedarso, 2000, Speed Reading Sistem
Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama.
Subyakto, Sri Utari, Dr.1988, Metodologi
Pengajaran Bahasa. Jakarta :
Depdikbud Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan
Suranto, Basowi, Sukidin.2002. Manajemen
Penelitian Tindakan Kelas. Insan
Cendekia
170 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe MIND MAPPING bagi Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Biolla 171
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE MIND MAPPING BAGI SISWA KELAS X MIPA 2
SMA NEGERI 1 BULUKUMBA
Biolla *)
Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan
Guru SMA Negeri 1 Bulukumba
Email: biolla@yahoo.co.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa Kelas X MIPA 2 di SMA Negeri 1 Bulukumba dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode Mind Mapping. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas, yang dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru. Subjek penelitian ini adalah 27 siswa Kelas X MIPA 2 di SMA Negeri 1 Bulukumba. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, angket, wawancara, dan tes. Pedoman observasi digunakan setiap pembelajaran berlangsung, angket dan tes digunakan setiap siklus berakhir. Pedoman wawancara digunakan pada akhir siklus kedua dan catatan lapangan dibuat setiap pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode Mind Mapping guna meningkatkan motivasi belajar Matematika siswa, dilakukan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: (1) Mempelajari konsep suatu materi pelajaran, (2) Menentukan ide-ide pokok secara berkelompok, (3) Membuat atau menyusun Mind Mapping mengunakan media Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan (4) Presentasi kelompok di depan kelas. Berdasarkan hasil analisis angket motivasi belajar Matematika siswa, observasi motivasi belajar matematika siswa, rata-rata nilai tes siklus dan wawancara ada peningkatan motivasi belajar matematika siswa setelah dilakukan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Mind Mapping. Rata-rata hasil tes siklus mengalami peningkatan, rata-rata pada siklus I yaitu 75,18 meningkat menjadi 90,18 pada siklus II. (4) Dari hasil wawancara diperoleh keterangan bahwa secara umum siswa termotivasi dalam belajar. Data hasil observasi motivasi, data hasil angket motivasi, rata-rata hasil tes siklus, dan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa meningkat setelah belajar menggunakan metode Mind Mapping.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Mind Mapping
Abstract *)
This study aims to improve the motivation of students of Class X MIPA 2 in SMA Negeri 1 Bulukumba in Mathematics learning using Mind Mapping method. This research is a Classroom Action Research, conducted collaboratively with teachers. The subject of this research is 27 students of Class X MIPA 2 in SMA Negeri 1 Bulukumba. Data collection techniques used observation, questionnaires, interviews, and tests. Observation guidelines are used for every lesson, questionnaires and tests are used each cycle ends. Interview guidelines are used at the end of the second cycle and field notes are made every lesson going on. Based on the result of the research, it can be concluded that the implementation of Mathematics learning using Mind Mapping method to improve students' learning motivation is done with the following learning steps: (1) Studying the concept of a subject matter, (2) Determining the main ideas in groups , (3) Create or arrange Mind Mapping using Student Activity Sheet (LKS), and (4) Presentation of group in front of class. Based on the result of questionnaire analysis of students 'learning motivation, students' mathematics motivation observation, the average of cycles test score and interview there is an increase of motivation to learn mathematics of students after learning mathematics by using Mind Mapping method. Average cycle test results have increased, the average in the cycle I is 75.18 increased to 90.18 in cycle II. (4) From the interview results obtained information that in general students are motivated in learning. Data from motivation observation, motivation questionnaire data, average result of cycle test, and interview result can be concluded that student learning motivation increase after learning using Mind Mapping method.
Keywords:
172 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
PENDAHULUAN
Perkembangan jaman yang semakin modern
terutama pada era globalisasi seperti sekarang
ini menuntut adanya sumber daya manusia
yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas
sumber daya manusia merupakan prasyarat
mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan.
Salah satu wahana untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia tersebut adalah
pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar
untuk menumbuh kembangkan potensi sumber
daya manusia melalui kegiatan pengajaran.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
No. 20 tahun 2003, menyatakan bahwa tujuan
pendidikan nasional adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia
yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap
dan mandiri serta tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan (UU
Sisdiknas: 2003).
Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat
penting bagi manusia. Dengan pendidikan,
manusia dapat mencapai kemajuan di berbagai
bidang yang pada akhirnya akan menempatkan
seseorang pada derajat yang lebih baik. Harus
diakui bahwa tidak setiap manusia dapat
tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang
diharapkan. Bisa saja yang terjadi justru
seseorang tumbuh kearah kondisi yang
sebenarnya tidak diharapkan sama sekali. Oleh
karena itu dalam perkembangan pendidikan
sangat dibutuhkan tuntunan, dan kebutuhan
akan pendidikan menjadi satu kebutuhan yang
cukup penting. Apalagi hidup di zaman modern
yang banyak mengalami perubahan dan
kemajuan seperti sekarang. Peningkatan mutu
pendidikan sangat penting untuk mengantipasi
perkembangan teknologi. Guru atau pengajar
adalah salah satu komponen penting yang
menentukan keberhasilan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar. Oleh karena itu guru
memiliki peranan yang sangat vital dalam
kegiatan pembelajaran di kelas. Pengelolaan
kelas yang efektif dan efisien adalah salah satu
tugas seorang guru dalam setiap kegiatan
pembelajaran di kelas. Guru sebagai fasilitator
dalam kegiatan pembelajaran memegang
peranan penting dalam peningkatan kualitas
siswa dan prestasi belajar siswa terutama dalam
belajar. Guru harus benar-benar
memperhatikan, memikirkan dan sekaligus
merencanakan proses pembelajaran yang
menarik bagi siswa, agar siswa semangat
dalam belajar dan mau terlibat dalam proses
pembelajaran, sehingga pembelajaran tersebut
menjadi efektif. Dalam hal ini, untuk belajar
diperlukan dorongan yang kuat dari dalam diri
siswa sendiri maupun dorongan dari luar diri
siswa tersebut. Dorongan ini lazim disebut
dengan motivasi. Seseorang yang mempunyai
motivasi tinggi akan melakukan sesuatu
dengan penuh semangat, terarah dan penuh rasa
percaya diri. Hal ini berlaku juga pada kegiatan
belajar siswa. Siswa yang mempunyai motivasi
belajar yang tinggi akan lebih bersemangat
dalam kegiatan belajarnya, dengan semangat
tinggi serta bersungguh-sungguh dalam belajar,
maka prestasi belajar yang diperoleh akan
meningkat lebih optimal lagi. Motivasi belajar
merupakan hal yang penting dan perlu
diketahui oleh setiap guru dalam peranannya
yaitu dapat menumbuhkan gairah, merasa
senang dan semangat untuk belajar bagi siswa.
Motivasi berkaitan dengan sejumlah
keterlibatan siswa dalam aktivitas di kelas
seperti dorongan untuk melakukan sesuatu
berdasarkan tujuan tertentu, kebiasaan-
kebiasaan, kebutuhan-kebutuhan dan hasrat
tertentu. Hal ini akan erat kaitannya dalam
usaha untuk mencapai tujuan belajar, keuletan
dalam belajar, kepuasan dan kebahagiaan dan
penggunaan waktu dalam belajar.
Dari hasil observasi proses
pembelajaran Matematika yang dilakukan di
SMA Negeri 1 Bulukumba khususnya
Kelas X MIPA 2 diketahui pada saat
pembelajaran berlangsung terlihat bahwa siswa
kurang memperhatikan penjelasan guru, hal
tersebut tampak ketika guru memberikan
pertanyaan, mereka tidak bisa menjawab. Pada
saat guru menjelaskan materi pelajaran di
depan kelas, sebagian besar siswa tidak
memiliki motivasi untuk mengikuti pelajaran.
Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Ada siswa yang mengobrol dengan teman
sebangkunya, melamun, ada yang
mendengarkan tetapi tampak lesu, bahkan ada
yang mengerjakan tugas selain pelajaran
Matematika. Sebagian besar siswa enggan
untuk bertanya jika sulit dalam memahami
materi pelajaran yang baru saja diterangkan
oleh guru, dan siswa tampak tidak semangat
mengikuti pelajaran Matematika. Kenyataan
tersebut menunjukkan bahwa motivasi belajar
Matematika siswa Kelas X MIPA 2 SMA
Negeri 1 Bulukumba , belum berkembang
secara optimal. Model pembelajaran yang
diimplementasikan guru selama ini kurang
dapat mendukung peningkatan motivasi belajar
siswa. Dengan adanya berbagai kecenderungan
situasi yang muncul seperti di atas, Sehingga
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe MIND MAPPING bagi Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Biolla 173
dalam hal ini perlu adanya penerapan metode
pembelajaran yang diharapkan dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dalam
belajar Matematika. Dalam proses belajar
mengajar, penggunaan metode pembelajaran
yang tepat sangat menentukan keberhasilan
belajar siswa. Penggunaan metode
pembelajaran yang tepat, dapat menjadikan
siswa mencapai prestasi belajar yang tinggi dan
dapat mengembangkan potensi yang tersimpan
dalam dirinya, sehingga mereka akan lebih
termotivasi untuk belajar Matematika dan tidak
menganggap Matematika sebagai pelajaran
yang sulit bahkan menganggap bahwa
pelajaran Matematika merupakan pelajaran
yang menyenangkan.
Dalam pembelajaran siswa akan lebih
termotivasi jika apa yang dipelajarinya menarik
perhatiannya, relevan dengan kebutuhan siswa,
menyebabkan mereka puas dan menambah
percaya dirinya. Salah satu metode yang
diduga mampu membuat suasana pembelajaran
yang menarik, memotivasi siswa dan
menyenangkan ketika siswa mempelajari
materi adalah Mind Mapping. Menurut Iwan
Sugiarto (2004:75) Mind Mapping merupakan
suatu metode pembelajaran yang sangat baik
digunakan oleh guru untuk meningkatkan daya
hafal siswa dan pemahaman konsep siswa yang
kuat, siswa juga dapat meningkat daya
kreatifitasnya melalui kebebasan berimajinasi.
Mind Mapping juga merupakan teknik
meringkas bahan yang akan dipelajari dan
memproyeksikan masalah yang dihadapi ke
dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga
lebih mudah memahaminya. Seperti yang
diungkapkan oleh Tony Buzan (2006: 4)
pembelajaran Matematika dengan
menggunakan metode Mind Mapping akan
meningkatkan daya hafal dan motivasi belajar
siswa yang kuat, serta siswa menjadi lebih
kreatif. Selain kegiatan belajar mengajar akan
lebih menarik, siswa juga akan lebih
termotivasi dengan pembelajaran Matematika.
Sehingga dengan penerapan metode Mind
Mapping dalam pembelajaran Matematika,
diharapkan dapat meningkatkan motivasi
belajar Matematika siswa. Selanjutnya menurut
Tony Buzan (2008: 171) dalam bukunya yang
berjudul “Buku Pintar Mind Mapping”
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan metode Mind Mapping ini akan
membantu anak: (1) Mudah mengingat sesuatu;
(2) Mengingat fakta, Angka, dan Rumus
dengan mudah; (3) Meningkatkan Motivasi dan
Konsentrasi; (4) Mengingat dan menghafal
menjadi lebih cepat
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian yang dilaksanakan adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
Classroom Action Research (CAR) yang
dilakukan secara kolaboratif, artinya peneliti
berkolaborasi atau bekerjasama dengan guru
Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1
Bulukumba . Guru dan peneliti mendiskusikan
permasalahan penelitian dan menentukan
rencana tindakan. Penelitian juga dilakukan
secara partisipatif, artinya peneliti dengan
dibantu rekan seangkatan secara langsung
terlibat dalam penelitian.
Setting penelitian adalah setting kelas dan
kelompok, pelaksanaan penelitian dan
pengambilan data diperoleh pada saat proses
kegiatan pembelajaran yang berlangsung di
dalam kelas. Kelas X MIPA 2 ini dipilih atas
dasar kesepakatan peneliti dan guru Kelas X
MIPA 2. Sumber data utama dalam penelitian
ini adalah siswa, guru, hasil observasi selama
pelaksanaan tindakan di kelas, catatan
lapangan, hasil angket motivasi belajar siswa,
hasil wawancara dengan siswa dan guru, hasil
tes, hasil pekerjaan siswa dan data tambahan
berupa dokumentasi foto.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1
Bulukumba pada siswa Kelas X MIPA 2
semester ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017,
Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juli
sampai Oktober 2016.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa
Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1
Bulukumba berjumlah 27 siswa dan seorang
guru Kelas X MIPA 2 yang mengajar di
kelas tersebut. Sedangkan obyek penelitiannya
adalah keseluruhan proses pembelajaran pada
penerapan metode Mind Mapping dalam
pembelajaran Matematika di SMA Negeri 1
Bulukumba .
Sedangkan instrumen pembelajaran yang
digunakan antara lain:
1. Lembar observasi kegiatan pembelajaran
Lembar observasi berupa catatan penting
yang digunakan untuk mengobservasi hal-
hal yang terjadi dalam kegiatan
pembelajaran, seperti keterlaksanaan RPP
dan keterlaksanaan rencana tindakan.
Lembar observasi ini juga digunakan untuk
mengobservasi aktivitas siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran, aktivitas
guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran, kemampuan siswa dalam
merangkum materi pelajaran Matematika
yang diberikan oleh guru, kendala-kendala
yang dihadapi dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran, dan kejadian-
174 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
kejadian spesifik lainnya dalam kegiatan
pembelajaran. Hasil observasi ini juga
difungsikan sebagai sarana untuk
melakukan refleksi terhadap kegiatan
pembelajaran.
2. Lembar angket motivasi belajar Matematika
Lembar angket digunakan untuk
memperoleh data mengenai motivasi belajar
Matematika siswa. Angket berisi kumpulan
pernyataan yang diberikan kepada siswa
untuk mengetahui motivasi belajar siswa
dalam pembelajaran dengan metode Mind
Mapping.
3. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara disusun untuk
menelusuri lebih lanjut tentang hal-hal yang
tidak dapat diketahui melalui observasi dan
angket. Selain itu juga mempermudah
peneliti melakukan tanya jawab tentang
bagaimana respon siswa dan guru terhadap
pembelajaran dengan menggunakan metode
Mind Mapping yang dilakukan. Adapun isi
dari pedoman wawancara ini adalah kendala
apa saja yang dihadapi siswa dan guru
dalam mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan metode Mind Mapping dan
solusi apa yang diambil untuk mengatasi
kendala tersebut. Selain itu juga
menanyakan bagaimana tanggapan guru dan
siswa terhadap pembelajaran dengan
menggunakan metode Mind Mapping.
Pedoman wawancara ini bersifat bebas,
sehingga peneliti dapat mengembangkan
sendiri pertanyaan yang ingin diajukan guna
mamperoleh data selengkapnya. Meskipun
sifatnya bebas, kegiatan wawancara ini tetap
terkendali karena peneliti membawa
pedoman wawancara yang berisi garis besar
tentang hal-hal yang akan ditanyakan.
4. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan merupakan sumber
informasi yang sangat penting. Pembuatan
catatan lapangan bersama mitra pengamat
(observer) berdasarkan hasil observasi
berbagai aspek pembelajaran di kelas,
suasana kelas, pengelolaan kelas, hubungan
interaksi antar guru dan siswa, interaksi
siswa dengan siswa. Aspek perencanaan,
pelaksanaan, diskusi, dan refleksi
dituangkan secara diskriptif dalam catatan
lapangan.
5. Tes Tertulis
Tes tertulis yang dimaksud adalah tes
evaluasi yang diberikan apabila sub bab
telah selesai. Tes ini diberikan setiap akhir
siklus. Tes evaluasi digunakan untuk
mengukur penguasaan dan kemampuan para
siswa setelah menerima proses
pembelajaran dengan metode Mind
Mapping. Instrumen ini juga digunakan
sebagai sumber tambahan dalam melihat
perkembangan motivasi belajar siswa yang
dilihat dari peningkatan nilai dan hasil
belajar siswa setelah diberikan tindakan.
Tes evaluasi digunakan untuk mengetahui
ketercapaian prestasi belajar siswa.
6. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu media untuk
memperoleh gambaran visualisasi mengenai
aktivitas siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Dokumentasi berupa hasil
kerja siswa selama kegiatan berlangsung
serta foto-foto kegiatan yang dilakukan
selama pembelajaran dengan menggunakan
media kamera. Dokumentasi dilakukan
untuk melihat catatan-catatan yang
dilakukan dalam penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti selama
proses pembelajaran berlangsung. Observasi
bertujuan untuk mengamati proses
pelaksanaan pembelajaran Matematika
dengan menggunakan metode Mind
Mapping dan mengamati perilaku siswa
yang tampak pada saat pembelajaran
berlangsung.
2. Angket
Angket adalah instrumen yang digunakan
untuk mengumpulkan data secara tertulis
yang berisi daftar pertanyaan yang disusun
secara khusus dan digunakan untuk
menggali dan menghimpun keterangan
dan/atau informasi sebagaimana
dibutuhkan. Angket yang digunakan dalam
penelitian ini adalah angket motivasi yang
diberikan kepada siswa untuk mengetahui
tingkat motivasi siswa. Serta angket untuk
mengetahui tanggapan siswa terhadap
pembelajaran dengan metode Mind
Mapping.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan tanya jawab
secara langsung terhadap subjek penelitian.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui secara lebih mendalam
tentang pelaksanaan pembelajaran
Matematika dengan metode Mind Mapping
dan hambatan yang dihadapi selama
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe MIND MAPPING bagi Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Biolla 175
pembelajaran berlangsung. Dengan
wawancara diharapkan dapat diketahui
permasalahan yang dialami siswa selama
proses pembelajaran serta tanggapan siswa
terhadap pembelajaran.
4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah catatan tertulis
tentang apa yang didengar, dialami, dan
dipikirkan dalam rangka pengumpulan data.
Catatan lapangan digunakan untuk mencatat
hal-hal yang terjadi selama proses
pembelajaran di kelas berlangsung ketika
peneliti melakukan observasi serta kendala-
kendala yang dihadapi siswa maupun guru.
5. Tes
Tes dilaksanakan pada akhir pembelajaran
dari setiap siklus. Dengan memberikan soal
kepada siswa untuk mengetahui pemahaman
siswa terhadap materi yang dipelajari.
6. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperkuat
data yang diperoleh dari hasil observasi,
angket, wawancara dan tes. Dokumentasi
dilakukan untuk melihat catatan-catatan
atau arsip-arsip yang dilakukan dalam
penelitian. Dokumen-dokumen tersebut
antara lain berupa arsip RPP, hasil
observasi, hasil pekerjan siswa yang dapat
memberi informasi data, tugas, hasil tes.
Selain itu dokumen digunakan untuk
memberikan gambaran secara visual
mengenai kegiatan siswa. Dokumen berupa
foto-foto yang diambil selama proses
pembelajaran dengan metode Mind
Mapping berlangsung.
Dalam penelitian ini menggunakan model
Kemmis yang dikembangkan oleh Stephen
Kemmis dan Robin Mc Taggart yang dikutip
oleh Pardjono dalam Panduan Penelitian
Tindakan Kelas (2007: 22), penelitian tindakan
kelas ini dilaksanakan dalam beberapa siklus.
Setiap siklusnya meliputi beberapa tahapan
yang meliputi perencanaan (planning),
tindakan (action), pengamatan (observation)
dan refleksi (reflection) dalam suatu spiral
yang saling terkait. Secara rinci langkah-
langkah dalam setiap siklus dijabarkan sebagai
berikut :
Rancangan Penelitian Siklus Pertama
a. Perencanaan (planning).
Adapun kegiatan perencanaan meliputi
tahap-tahap sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan
metode Mind Mapping. RPP ini
digunakan sebagai pedoman bagi guru
dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran di kelas.
2) Menyusun dan menyiapkan pedoman
observasi pelaksanaan pembelajaran dan
lembar observasi perilaku siswa.
Pedoman observasi digunakan untuk
mencatat hasil pengamatan terhadap
pelaksanaan pembelajaran serta
digunakan untuk mencatat segala
perilaku dan aktivitas siswa selama
proses pembelajaran berlangsung.
3) Menyusun pedoman wawancara untuk
siswa dan guru. Pedoman wawancara
disusun untuk mempermudah peneliti
dalam mengetahui respon siswa dan guru
terhadap pembelajaran yang sedang
dilaksanakan.
4) Menyusun lembar angket motivasi
belajar siswa. Lembar angket motivasi
belajar ini untuk mengetahui bagaimana
respon siswa terhadap pembelajaran
yang sedang dilaksanakan.
5) Menyusun dan mempersiapkan Soal Tes
dan LKS untuk siswa, kemudian
dikonsultasikan dengan guru yang
bersangkutan.
b. Tindakan (action)
Setelah dilakukan perencanaan secara
memadai, selanjutnya dilaksanakan
tindakan dengan penerapan metode Mind
Mapping pada Matematika. Pada tahap
tindakan ini guru melaksanakan rencana
pembelajaran yang telah disusun dan
direncanakan oleh peneliti sebelumnya,
yaitu pembelajaran Matematika dengan
menggunakan metode Mind Mapping.
Tindakan yang dilakukan sifatnya fleksibel
dan terbuka terhadap perubahanperubahan
sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan.
c. Observasi (observation) atau pengamatan
Observasi atau pengamatan dalam
penelitian ini dilakukan selama proses
pembelajaran di kelas berlangsung.
Observasi dilaksanakan untuk mengamati
setiap proses dan perkembangan yang
terjadi pada peserta didik. Observasi
dilakukan oleh peneliti sesuai dengan
pedoman observasi yang telah dibuat.
d. Refleksi (reflection)
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dan
menganalisis data yang diperoleh selama
observasi, yaitu data yang diperoleh dari
176 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
lembar observasi. Kemudian peneliti
mendiskusikan dengan guru dari hasil
pengamatan yang dilakukan, baik
kekurangan maupun ketercapaian
pembelajaran dari siklus pertama sebagai
pertimbangan perencanaan pembelajaran
pada siklus selanjutnya.
Rancangan Penelitian Siklus Kedua
Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus kedua
dimaksudkan sebagai perbaikan dari siklus
pertama. Tahapan pada siklus kedua identik
dengan siklus pertama yaitu diawali dengan
perencanaan (planning), dilanjutkan dengan
pelaksanaan tindakan (action), observation
(observasi), dan refleksi (reflection). Jika
dievaluasi pada akhir siklus kedua tidak terjadi
peningkatan dilaksanakan siklus ke ketiga yang
tahap-tahapnya seperti pada tahap siklus
pertama dan kedua. Siklus ketiga, keempat dan
seterusnya tidak diperlukan jika sudah ada
peningkatan motivasi belajar Matematika siswa
sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian.
Siklus ketiga, keempat, dan seterusnya
dimungkinkan untuk dilaksanakan jika hasil
siklus I dan siklus II belum menunjukkan
peningkatan motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran Matematika.
Data yang terkumpul berupa hasil
observasi, hasil wawancara, angket, catatan
lapangan, tes dan dokumentasi pembelajaran.
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif
untuk mengetahui pelaksanaan dan
hambatanhambatan yang terjadi selama
pembelajaran. Analisis data dilakukan sejak
data diperoleh dari hasil observasi. Hal ini
bermanfaat untuk rencana perbaikan
pembelajaran pada siklus berikutnya. Adapun
secara lebih rinci analisis datanya adalah
sebagai berikut:
a. Analisis Data Observasi dan catatan
lapangan
Data hasil observasi dianalisis dengan
mendeskripsikan aktivitas siswa dalam
kegiatan pembelajaran yaitu menggunakan
lembar observasi motivasi siswa. Penilaian
dapat dilihat dari skor pada lembar
observasi yang digunakan. Persentase
perolehan skor pada lembar observasi
dikualifikasi untuk menentukan seberapa
besar motivasi siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran. Untuk setiap siklus
persentase diperoleh dari rata-rata
persentase motivasi siswa pada tiap
pertemuan pembelajaran. Selanjutnya
persentase skor hasil observasi motivasi
siswa dianalisis sesuai dengan pedoman
kriteria observasi motivasi siswa sebagai
berikut :
Tabel 1.
Kriteria Hasil Presentase Skor Observasi
Motivasi Siswa
Katergori Rentang
Sangat Tinngi 85-100
Tinggi 65-84
Sedang 55-64
Rendah 35-54
Sangat Rendah 0-34
Selain pedoman observasi, digunakan juga
catatan lapangan untuk melengkapi catatan
hasil observasi dalam mendeskripsikan hasil
pengamatan tentang aktivitas siswa dalam
kegiatan pembelajaran.
b. Analisis data hasil wawancara
Data hasil wawancara dianalisis dengan
mendiskripsikan atau merangkum hasil
wawancara dengan berpedoman pada
pedoman wawancara yang digunakan.
Tingkat keberhasilan penelitian tindakan kelas
ini ditandai dengan adanya perubahan ke arah
perbaikan dari motivasi belajar siswa dalam
proses pembelajaran. Indikator tersebut
adalah:
1. Pelaksanaan pembelajaran Matematika
sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran dengan menggunakan metode
Mind Mapping.
2. Adanya peningkatan motivasi siswa dalam
belajar Matematika setelah diterapkan
metode Mind Mapping yang ditunjukkan
dengan kenaikan persentase angket motivasi
siswa dari siklus I ke siklus II dan telah
mencapai kriteria tinggi.
3. Rata-rata kelas berdasarkan nilai tes siswa
meningkat dari siklus I ke siklus II.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian selama 2 (dua) siklus adalah
sebagai berikut.
Kegiatan Siklus I
Siklus I dilaksanakan pertemuan sebanyak 3
kali pertemuan, dengan alokasi waktu 2 x 40
menit, dan di akhir pertemuan diadakan tes
siklus. Pada siklus I, tindakan yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti menyusun RPP, LKS
dan soal tes siklus I berkolaborasi dengan guru
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe MIND MAPPING bagi Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Biolla 177
Kelas X MIPA 2. RPP, LKS dan soal tes
dapat dilihat pada lampiran. Peneliti juga
menyusun instrumen penelitian lainnya seperti
pedoman observasi, angket dan pedoman
wawancara. Kegiatan ini bertujuan untuk
mempersiapkan dan merencanakan segala
sesuatu sebelum pelaksanaan penelitian.
Kegiatan yang dilaksanakan saat perencanaan
meliputi:
1) Penyusunan Perangkat Pembelajaran
a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
RPP disusun sebagai pedoman
pelaksanaan pembelajaran dan agar
pembelajaran sesuai dengan metode
pembelajaran yang digunakan. Metode
pembelajaran yang digunakan adalah
metode Mind Mapping yang difokuskan
pada peningkatan motivasi siswa. Pada
pertemuan pertama materi yang
dipelajari adalah Arti Sumpah Pemuda
Selanjutnya pada pertemuan kedua
adalah Tokoh Sumpah Pemuda,
sedangkan pertemuan ketiga dilakukan
tes siklus I.
b) Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
LKS disusun untuk membimbing
kegiatan diskusi siswa dalam
menyelesaikan masalah selama
pelaksanaan pembelajaran dengan
metode Mind Mapping..
c) Soal Tes Siklus I
Soal tes siklus I terdiri dari 10 soal. Tes
ini diberikan pada akhir siklus I
berdasarkan materi yang telah dipelajari.
2) Penyusunan Instrumen Penelitian
a) Lembar Observasi
Lembar observasi disusun berdasarkan
RPP yang telah dibuat dan digunakan
untuk mencatat hasil pengamatan selama
pelaksanaan proses pembelajaran. Hal-
hal yang diobservasi yaitu: kegiatan awal
pembelajaran yang berisi tentang
aktivitas guru seperti
mengkomunikasikan tujuan
pembelajaran, memberikan apersepsi
serta memotivasi siswa; kegiatan inti
pembelajaran yang berisi tentang
aktivitas siswa dan guru; penutup yang
berisi tentang aktivitas guru dalam
membimbing siswa membuat
rangkuman. Peneliti juga menyusun
lembar observasi motivasi siswa, yang
berfungsi untuk mengetahui aktivitas
serta motivasi siswa selama pelaksanaan
pembelajaran.
b) Angket Motivasi belajar Siswa
Angket motivasi belajar siswa disusun
untuk mengetahui motivasi belajar siswa
terhadap pembelajaran Matematika
melalui pelaksanaan pembelajaran
dengan metode Mind Mapping.
c) Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara terdiri dari 2
macam yaitu pedoman wawancara untuk
guru dan siswa. Pertanyaan yang
diajukan kepada guru sebanyak 7 butir
dan pertanyaan yang diajukan kepada
siswa sebanyak 6 butir.
Pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini guru melaksanakan tindakan
sesuai dengan RPP yang telah disusun oleh
peneliti. Selama pembelajaran berlangsung
peneliti dibantu oleh rekan peneliti dalam
melakukan pengamatan. Materi yang dibahas
dalam pelaksanaan tindakan siklus I adalah arti
sumpah pemuda dan tokoh-tokoh sumpah
pemuda. Tes siklus I dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman siswa
terhadap materi yang diberikan dari pertemuan
pertama dan pertemuan kedua. Materi tes
siklus I mencakup materi arti sumpah pemuda
dan tokoh-tokoh sumpah pemuda. Adapun
deskripsi pelaksanaan pembelajaran
Matematika pada siklus I adalah sebagai
berikut:
Pertemuan Pertama
Materi yang diajarkan pada pertemuan ini
adalah Menjelaskan pengertian Sumpah
Pemuda dan Menjelaskan latar belakang
lahirnya Sumpah Pemuda. Tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dalam
pembelajaran ini adalah siswa dapat
menjelaskan pengertian Sumpah Pemuda dan
Menjelaskan latar belakang lahirnya Sumpah
Pemuda. Aktivitas-aktivitas pembelajaran yang
terjadi pada pertemuan pertama ini adalah
sebagai berikut:
Kegiatan Awal
Pada tahap awal pembelajaran guru
menyampaikan secara lisan materi yang akan
dipelajari dan tujuan yang akan dicapai yaitu
menjelaskan pengertian Sumpah Pemuda dan
Menjelaskan latar belakang lahirnya Sumpah
Pemuda. Kemudian guru memberitahukan
bahwa pembelajaran pada hari ini dan
pertemuan-pertemuan berikutnya akan
dilaksanakan sedikit berbeda dengan hari-hari
biasa yaitu menerapkan pembelajaran dengan
metode Mind Mapping. Guru bertanya kepada
siswa mengenai Mind Mapping. Tidak ada
siswa yang mengetahui sehingga guru
178 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
menyampaikan cara pembelajaran
menggunakan metode Mind Mapping, yaitu:
Siswa dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok, setiap anggota kelompok diberi
Lembar Kegiatan Siswa. Siswa mendiskusikan
permasalahan yang ada pada Lembar Kegiatan
Siswa sesuai dengan kelompoknya masing-
masing, kemudian siswa melengkapi Mind
Mapping dari soal-soal yang ada pada Lembar
Kegiatan Siswa. Guru menyampaikan pada
seluruh siswa untuk lebih siap dan bertanggung
jawab menyelesaikan tugas dari guru dalam
kelompok diskusinya, karena setelah diskusi
selesai guru akan menunjuk secara acak salah
satu kelompok dan kelompok yang
bersangkutan harus mempresentasikan hasil
pekerjaannya didepan kelas. Selanjutnya guru
memberi motivasi siswa untuk memperhatikan
dan berani untuk mengungkapkan pendapatnya
dalam kegiatan pembelajaran Matematika.
Sebelum memasuki materi yang akan dipelajari
guru melakukan apersepsi.
Kegiatan Inti
Pada tahap ini guru melanjutkan pembelajaran
dengan membimbing siswa mempelajari
pengertian Sumpah Pemuda dan Menjelaskan
latar belakang lahirnya Sumpah Pemuda.
Setelah siswa memahami materi yang telah
diterangkan oleh guru, kemudian guru
mengelompokkan siswa ke dalam kelompok
sesuai dengan tempat duduk yang berdekatan.
Jumlah siswa 27 orang, dikelompokkan
menjadi 7 kelompok maka ada yang
beranggota 4 orang dan ada yang beranggota 3
orang. Guru dibantu peneliti kemudian
membagikan Lembar Kegiatan Siswa. Siswa
diminta untuk melengkapi dan membuat Mind
Mapping tentang materi yang terdapat dalam
Lembar Kegiatan Siswa dan memulai diskusi
bersama kelompoknya masing-masing.
Sebagian besar siswa masih bermalas-malasan
untuk memulai diskusi. Guru membimbing
keseluruhan kelompok secara bersama-sama
untuk melakukan kegiatan yang ada di Lembar
Kegiatan Siswa. Beberapa kelompok mulai
membaca Lembar Kegiatan Siswa tersebut dan
mulai membuat Mind Mapping dari soal yang
ada pada Lembar Kegiatan Siswa. Guru
berkeliling untuk mengamati hasil pekerjaan
setiap kelompok. Guru menghampiri kelompok
7 yang masih tampak kebingungan dalam
melengkapi dan membuat Mind Mapping pada
Lembar Kegiatan Siswa tersebut. Siswa juga
diingatkan agar mencantumkan nomor
kelompok dan menuliskan anggota kelompok
yang sudah dibentuk. Guru melanjutkan
mengamati pekerjaan kelompok lain. Guru
melihat beberapa kelompok hampir selesai
dalam membuat Mind Mapping pada Lembar
Kegiatan Siswa, tetapi ada kelompok yang
belum memulai menyelesaikan Lembar
Kegiatan Siswa dan terlihat asik bercanda.
Beberapa kelompok mengalami kesulitan dan
mengajukan pertanyaan yang sama. Guru
memberikan pengarahan kepada keseluruhan
siswa secara bersama-sama di depan kelas.
Setelah guru selesai menjelaskan, beberapa
kelompok mulai menyelesaikan semua soal
dalam Lembar Kegiatan Siswa. Namun masih
ada kelompok yang tampak masih bingung dan
berusaha bertanya kepada kelompok lain.
Waktu diskusi kelompok telah selesai, guru
meminta setiap kelompok untuk
mengumpulkan hasil pekerjaannya kemudian
meminta kesediaan salah satu kelompok untuk
menyampaikan hasil pekerjaannya. Karena
tidak ada kelompok yang berani presentasi
maka guru menunjuk salah satu kelompok
untuk mempresentasiakan Lembar Kegiatan
Siswa yang telah dikerjakan. Salah satu
kelompok yang ditunjuk oleh guru yaitu
kelompok 2 untuk maju ke depan
mempresentasikan hasil diskusinya. Sebagian
besar siswa memperhatikan siswa yang sedang
presentasi, Saat jalannya presentasi jarang
siswa bertanya. Guru menanyakan “Apakah
ada ada kelompok lain yang menjawab berbeda
dari presentasi didepan?” Sebagian besar siswa
menjawab “Tidaaaak Pak...”. Setelah kelompok
2 selesai melakukan presentasi dan menulis
hasil presentasi dipapan tulis, kelompok 2
dipersilahkan kembali ke tempat duduk semula.
Guru meminta setiap siswa mencermati hasil
pekerjaan dari kelompok 2 kemudian guru
bersama siswa melakukan pengecekan jawaban
bersama-sama dan melakukan evaluasi apabila
ada kesalahan. Sebelum pengecekan guru
bertanya setiap soal “Apakah ada jawaban yang
berbeda? Kalau ada silahkan maju kedepan dan
dituliskan....”. Lagi-lagi siswa menjawab
“tidak....”. Kemudian guru bertanya kepada
siswa “bagaimana dengan kelompok lain?
Apakah ada yang berbeda dengan kelompok
2?”. Siswa hanya diam, kemudian guru
menunjuk kelompok 7. Kelompok 7 menjawab
“iya sama pak.” Setelah evaluasi selesai guru
meminta siswa untuk kembali ke tempat
duduknya semula.
Penutup
Pada akhir pembelajaran guru bersama siswa
menyimpulkan materi yang telah di pelajari.
Guru memberikan tugas kepada siswa berupa
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe MIND MAPPING bagi Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Biolla 179
soal pekerjaan rumah dan meminta siswa untuk
mempelajari materi berikutnya yaitu tentang
operasi penjumlahan dan operasi pengurangan
pada bentuk aljabar. Guru mengakhiri proses
pembelajaran dengan mengucapkan salam.
Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua pada siklus I ini materi yang
diajarkan adalah Menyebutkan isi Sumpah
Pemuda dan Menjelaskan makna satu nusa,
satu bangsa, dan satu bahasa dalam Sumpah
Pemuda. Tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai dalam pembelajaran ini adalah Siswa
dapat mengenal makna satu nusa, satu bangsa
dan satu bahasa. Aktivitas-aktivitas
pembelajaran yang terjadi pada pertemuan
pertama ini adalah sebagai berikut:
Kegiatan Awal
Pada tahap awal pembelajaran guru memulai
pembelajaran dengan berdoa. Sebelum mulai
ke materi berikutnya guru menghimbau siswa
mempersiapkan Pekerjaan Rumah yang
diberikan pada pertemuan sebelumnya untuk
dibahas bersama. Dalam membahas Pekerjaan
Rumah siswa, guru meminta beberapa siswa
secara bergantian untuk menuliskan hasil
jawaban mereka di papan tulis. Setelah semua
soal dibahas, Kemudian guru bertanya kepada
siswa apakah ada yang belum jelas tentang
materi pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan
berikutnya guru menyampaikan secara lisan
materi yang akan dipelajari yaitu tentang isi
Sumpah Pemuda dan makna satu nusa, satu
bangsa, dan satu bahasa dalam Sumpah
Pemuda. Kemudian guru memulai apersepsi.
Guru juga memotivasi siswa untuk
memperhatikan dan berani untuk
mengungkapkan pendapatnya dalam kegiatan
pembelajaran Matematika.
Kegiatan inti
Guru membimbing siswa mempelajari tentang
isi Sumpah Pemuda dan makna satu nusa, satu
bangsa, dan satu bahasa dalam Sumpah
Pemuda. Setelah siswa memahami materi yang
telah diterangkan oleh guru, kegiatan
berikutnya guru menghimbau siswa untuk
bergabung dengan kelompoknya masing-
masing yang sudah dibagi pada pertemuan
sebelumnya dan mengatur tempat duduk siswa
serta menghimbau agar dalam pengaturan
tempat duduk tidak gaduh. Guru dibantu oleh
Peneliti membagikan Lembar Kegiatan Siswa
yang telah dipersiapkan kepada setiap
kelompok. Siswa diminta untuk mencermati
masalah pada Lembar Kegiatan Siswa dan
memulai diskusi bersama kelompoknya
masing-masing. Sebelum siswa mengerjakan
Lembar Kegiatan Siswa, mereka diarahkan
oleh guru dalam pengerjaan Lembar Kegiatan
Siswa dan meminta siswa untuk membaca
instruksi yang tercantum dalam Lembar
Kegiatan Siswa dengan teliti. Siswa juga
diingatkan agar siswa mencantumkan nomor
kelompok dan menuliskan anggota
kelompoknya. Sama halnya dengan pertemuan
1, siswa dalam mengerjakan Lembar Kegiatan
Siswa juga dengan melengkapi dan membuat
Mind Mapping dari soal-soal yang terdapat
dalam Lembar Kegiatan Siswa. Siswa mulai
mendiskusikan masalah pada Lembar Kegiatan
Siswa bersama kelompoknya. Sebagian besar
kelompok siswa tampak aktif berdiskusi, tetapi
ada kelompok siswa yang terlihat malas-
malasan untuk mulai mengerjakan. Selama
proses diskusi berlangsung, guru berkeliling
mendatangi masing-masing kelompok untuk
mengontrol jalannya diskusi dan menegur serta
mengkondisikan jalannya diskusi. Guru
mengawasi agar semua siswa ikut terlibat aktif
dalam mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa,
guru sering mendatangi dan mengontrol setiap
pengerjaan Lembar Kegiatan Siswa masing-
masing kelompok dan memperingatkan siswa
yang masih bermain-main dan tidak ikut aktif
dalam diskusi. Selain itu juga, siswa diminta
untuk menyalin hal-hal yang penting dalam
Lembar Kegiatan Siswa agar mereka punya
dokumen tentang materi yang sedang mereka
pelajari dalam buku catatan mereka. Guru
mengarahkan keseluruhan kelompok secara
bersamasama untuk melakukan kegiatan yang
ada di Lembar Kegiatan Siswa. Proses kerja
tiap kelompok dalam menyelesaikan Lembar
Kegiatan Siswa bervariasi. Ada yang semua
anggota kelompok ikut berdiskusi, ada pula
yang bergantian dalam mengerjakan bahkan
ada pula hanya satu orang yang mengerjakan.
Guru selalu memberikan dorongan agar semua
siswa aktif berdiskusi dalam kelompok. Setelah
masing-masing kelompok menyelesaikan
Lembar Kegiatan Siswa. Guru meminta setiap
kelompok untuk mengumpulkan hasil
pekerjaannya kemudian meminta kesediaan
salah satu kelompok untuk mempresentasikan
dan menuliskan hasil diskusi mereka di depan
kelas. Ketika guru menanyakan apakah ada
kelompok yang ingin mempresentasikan dan
menuliskan jawaban hasil diskusi mereka di
papan tulis, ternyata ada salah satu kelompok
yang langsung bersedia maju untuk
mempresentasikan dan menuliskan hasil
diskusi kelompok mereka tanpa ditunjuk oleh
guru, yaitu kelompok 1. Kelompok 1 maju ke
depan lalu mempresentasikan kegiatan-
180 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
kegiatan yang ada di Lembar Kegiatan Siswa.
Di pertemuan kedua kondisi pembelajaran
sudah cukup baik, hal ini terlihat pada
penyampaian siswa yang sudah lancar dan
dengan suara yang dapat didengar semua
kelompok. Kelompok lain juga terlihat
memperhatikan presentasi dari kelompok 1
tetapi masih ada siswa yang sibuk dengan
dengan dirinya sendiri dan bercanda dengan
teman. Bagi siswa yang tidak memperhatikan,
guru menegur dan mengingatkan siswa agar
memperhatikan pelajaran, tidak sibuk dengan
diri sendiri, dan tidak bercanda dengan teman.
Setelah kelompok 1 selesai melakukan
presentasi dan menulis hasil presentasi dipapan
tulis, kelompok 1 dipersilahkan kembali ke
tempat duduk semula. Guru meminta setiap
siswa mencermati hasil pekerjaan dari
kelompok 1 kemudian guru bersama siswa
melakukan pengecekan jawaban bersama-sama
dan melakukan evaluasi apabila ada kesalahan.
Setelah evaluasi selesai guru meminta semua
siswa untuk memberikan applause kepada
kelompok 1 dan mempersilahkan kembali ke
tempat duduk masing-masing.
Penutup
Karena waktu hampir habis, kemudian guru
membimbing siswa untuk menyimpulkan
tentang penggunaan Mind Mapping yang
diterapkan. Guru mengakhiri pertemuan dan
memberitahu bahwa pertemuan selanjutnya
akan diadakan tes siklus I. Guru meminta siswa
agar belajar di rumah untuk persiapan tes.
Setelah itu guru, peneliti dan rekan peneliti
meninggalkan kelas.
Pertemuan Ketiga ( Tes Siklus I )
Pada pertemuan ketiga diadakan tes siklus
dengan alokasi waktu yang diberikan 2 x 35
menit, soal tes terdiri dari 10 soal. Guru
dibantu peneliti membagikan lembar soal dan
lembar jawab pada siswa. Sebelum pengerjaan
soal guru mengingatkan siswa bahwa dalam
menyelesaikan soal-soal tes, siswa harus
menggunakan langkah-langkah dengan tepat
dan jelas, selain itu siswa ditekankan agar
mengerjakan tes secara individu. Tes Siklus I
berjalan lancar, siswa serius dalam
menyelesaikan soal-soal. Saat pelaksanaan tes,
guru berkeliling memantau siswa dan selalu
mengingatkan agar siswa tidak bekerjasama
dalam menyelesaikan soal tes. Awal
pelaksanaan tes suasana tenang, tidak ada
siswa yang bertanya jawaban soal pada siswa
lain. Namun 15 menit terakhir suasana kelas
sedikit gaduh, beberapa siswa bertanya pada
teman di depan, di belakang atau di
sampingnya. Guru bersikap tegas dengan
mendekati dan menegur siswa. Siswa yang
sudah selesai mengerjakan langsung diberi
angket motivasi belajar siswa terhadap
pembelajaran Matematika.
Data Hasil Observasi, Tes, Angket Siklus I
1) Data Hasil Observasi
Pada pertemuan pertama dan kedua,
observasi dilakukan oleh peneliti bersama
satu pengamat independent selama
pembelajaran berlangsung. Observasi ini
dipandu oleh pedoman observasi kegiatan
pembelajaran, selain itu peneliti juga
membuat catatan lapangan. Berdasarkan
pengamatan, pada pertemuan pertama siswa
kurang memperhatikan dan mendengarkan
pada saat guru menjelaskan materi
pelajaran. Siswa juga enggan bertanya
kepada guru jika ada materi pelajaran yang
belum jelas dan dimengerti pada saat proses
pembelajaran. Siswa juga masih kurang
aktif untuk mengemukakan pendapat pada
waktu berdiskusi dengan teman satu
kelompok. Waktu mengerjakan Lembar
Kegiatan Siswa, siswa mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan soal serta pada saat
membuat Mind Mapping. Guru kemudian
membimbing setiap kelompok yang
mengalami kesulitan. Pada saat presentasi
kelompok, siswa tidak memperhatikan dan
tidak bertanya apabila ada jawaban yang
kurang jelas. Pada pertemuan kedua,
sebagian kelompok dalam mengerjakan
Lembar Kegiatan Siswa masih malas-
malasan, kebanyakan siswa masih senang
mengobrol dengan teman sebangku. Ada
sebagian siswa yang berdiskusi dengan
kelompoknya tetapi ada juga yang bercanda
tidak mengerjakan. Siswa bekerjasama
tetapi belum semua anggota kelompok aktif.
Guru selalu mengingatkan untuk berdiskusi
dan bekerjasama dengan teman satu
kelompok. Siswa tidak bertanya kepada
teman yang presentasi apabila ada jawaban
yang kurang jelas.
2) Data Hasil Tes
Tes yang diberikan pada akhir siklus I ini
berupa tes dalam bentuk soal uraian yang
terdiri dari 10 soal. Hasil tes inilah yang
digunakan untuk melihat nilai dan hasil
belajar siswa. Rata-rata nilai pada siklus I
yaitu 75,18
3) Data Hasil Angket
Angket diberikan pada akhir siklus I yaitu
pada pertemuan ketiga selesai melakukan
tes. Berdasarkan hasil angket motivasi
belajar siswa terhadap pembelajaran
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe MIND MAPPING bagi Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Biolla 181
Matematika menggunakan metode Mind
Mapping belum mencapai indikator
keberhasilan. Di bawah ini tabel analisis
hasil angket motivasi belajar siswa terhadap
pembelajaran Matematika menggunakan
metode Mind Mapping.
Tabel 5.
Rata-rata hasil observasi aktivitas siswa
pada siklus I
Keterangan:
Kategori Rentang
Sangat Tinggi 85 – 100%
Tinggi 65 – 84 %
Sedang 55 – 64 %
Rendah 35 – 54
Sangat Rendah (0-34)
Refleksi
Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan
metode Mind Mapping pada Siklus I,
selanjutnya dilaksanakan refleksi terhadap
pembelajaran yang telah berlangsung. Guru
dan peneliti mendiskusikan hasil pengamatan
yang dilakukan selama pelaksanaan tindakan
dan melakukan evaluasi. Secara umum,
pelaksanaan pembelajaran Matematika telah
sesuai dengan RPP yang telah disusun.
Berdasarkan tabel hasil observasi diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1) Pada pertemuan I belum tampak adanya
keseriusan siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Hal ini terlihat pada indikator
perilaku yang tidak relevan dalam kegiatan
belajar mengajar, ada beberapa siswa yang
terlibat di dalam indicator tersebut.
2) Pada pertemuan II sudah ada peningkatan
dan keseriusan siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Hal ini terlihat pada beberapa
indikator yang mengalami peningkatan
persentase.
Selain itu, juga pada indikator perilaku yang
tidak relevan sudah mengalami penurunan
persentase. Aktivitas siswa pada siklus I
khususnya pada pertemuan kedua ini sudah
menunjukan adanya keseriusan dan
keantusiasan siswa dalam mengikuti
pembelajaran di dalam kelasnya
dibandingkan dengan pertemuan pertama.
Hal ini terlihat pada indikator memberi
tanggapan, kerjasama di kelompoknya,
menjawab pertanyaan dengan benar dan
tepat, dan menemukan serta menyelesaikan
masalah. Untuk indikator lainnya, yaitu
mengajukan pertanyaan yang relevan hanya
sebagian siswa saja yang terlihat di
dalamnya, ini disebabkan konsentrasi siswa
yang belum terfokus dengan suasana belajar
baru yang menuntut siswa untuk aktif
bekerja sama di kelompoknya dan juga
siswa belum mampu dan berani menemukan
dan bereksperimen juga masih kurang,
sehingga masih ada siswa kelihatan bingung
dan bersikap pasif. Hal inilah yang menjadi
bahan refleksi untuk pelaksanaan siklus II
Kegiatan Siklus II
Siklus II dilaksanakan sebanyak 3 kali
pertemuan, dengan alokasi waktu 2 x 40 menit,
dan di akhir pertemuan diadakan tes siklus.
Pada siklus II, tindakan yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
Perencanaan
Siklus II dilaksanakan untuk memperbaiki
hambatan-hambatan yang terjadi pada saat
siklus I, yaitu guru lebih meningkatkan
pengawasan dan kontrol agar siswa lebih
mengoptimalkan diskusi dengan semua
N
o Aktivitas
Pertemuan I Pertemuan II
Frek
-
Wen
si
Persen
tase
(%)
Frek-
wensi
Persen
tase
(%)
1
Menyimak
pengarahan
guru
3 42,86 3 42,86
2
Kerjasama
di
kelompokny
a
4 57,14 5 71,43
3
Kelompok
aktif
membaca
5 71,43 5 71,43
4 Merumuska
n masalah 2 28,57 3 42,86
5
Menemukan
atau
menyelesaik
an masalah
2 28,57 3 42,86
6
Mengajukan
pertanyaaan
dengan
benar dan
tepat
3 42,86 4 57,14
7
Memberika
n atau
menjawab
pertanyaan/t
anggapan
4 57,14 5 71,43
8
Bereksperi
men dan
berkreasi
1 14,28 3 42,86
9
Memunculk
an ide dan
gagasan
2 28,57 3 42,86
10
Tanggung
jawab
individu dan
kelompok
4 57,14 5 71,43
182 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
anggota kelompok aktif selama diskusi, siswa
diingatkan untuk lebih memperhatikan
kelompok yang maju ke depan kelas, serta
siswa tetap diingatkan agar membuat dokumen
di buku catatan mereka. Pengawasan dan
kontrol guru salama jalannya diskusi sangat
dibutuhkan, mengingat masih ada siswa yang
kurang memperhatikan dan tidak terkondisikan
saat diskusi. Pada tahap perencanaan tindakan
siklus II, peneliti menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja
Siswa dan soal tes siklus II yang disusun sesuai
dengan karakteristik pembelajaran dengan
metode Mind Mapping yang difokuskan pada
motivasi belajar Matematika siswa dan
berdasarkan refleksi dari siklus I. Materi yang
diajarkan pada pertemuan pertama siklus II,
yaitu pengamalan nilai-nilai Sumpah Pemuda
dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya pada
pertemuan kedua siklus II materi yang
diajarkan yaitu melakukan Membuat karangan
sedehana tentang penerapan pengamalan nilai-
nilai Sumpah Pemuda. Peneliti juga menyusun
instrumen penelitian lainnya seperti pedoman
observasi, angket yang sama dengan siklus I
dan pedoman wawancara.
Pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini guru melaksanakan tindakan
sesuai dengan RPP yang telah disusun oleh
peneliti. Selama pembelajaran berlangsung
peneliti dibantu oleh rekan peneliti dalam
melakukan pengamatan. Materi yang dibahas
dalam pelaksanaan tindakan siklus II
peretemuan pertama adalah pengamalan nilai-
nilai Sumpah Pemuda dalam kehidupan sehari-
hari. Kemudian pada pertemuan kedua siklus II
dibahas Membuat karangan sedehana tentang
penerapan pengamalan nilai-nilai Sumpah
Pemuda. Selanjutnya pada pertemuan ketiga
dilakukan tes siklus II. Tes siklus II dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
siswa terhadap materi yang diberikan dari
pertemuan pertama dan pertemuan kedua.
Materi tes siklus II mencakup materi
pengamalan nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam
kehidupan sehari-hari. Adapun deskripsi
pelaksanaan pembelajaran Matematika pada
siklus II adalah sebagai berikut:
Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama Materi yang diajarkan pada
pertemuan ini adalah pengamalan nilai-nilai
Sumpah Pemuda dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam
pembelajaran ini adalah siswa dapat
mengamalkan nilai-nilai sumpah pemuda
dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas-
aktivitas pembelajaran yang terjadi pada
pertemuan pertama ini adalah sebagai berikut:
Kegiatan Awal
Pembelajaran dimulai dengan memeriksa
kesiapan siswa kemudian guru menyampaikan
materi dan tujuan pembelajaran yaitu tentang
pengamalan nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam
kehidupan sehari-hari. kemudian
memberitahukan kembali bahwa pembelajaran
pada hari ini akan melanjutkan pembelajaran
dengan metode Mind Mapping seperti pada
siklus I. Guru menghimbau siswa agar dapat
menggunakan waktu sebaik-baiknya agar
pembelajaran berjalan efektif. Guru juga
mengingatkan siswa terutama siswa yang biasa
gaduh sendiri untuk aktif dalam pembelajaran.
Sebelum memasuki materi tersebut guru
mengingatkan siswa mengenai materi-materi
sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang
akan dipelajari. Guru memotivasi siswa untuk
memperhatikan dan berani untuk
mengungkapkan pendapatnya dalam kegiatan
pembelajaran Matematika.
Kegiatan inti
Guru membimbing siswa mempelajari tentang
pengamalan nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam
kehidupan sehari-hari. Kegiatan berikutnya
guru menghimbau siswa untuk bergabung
dengan kelompoknya masing-masing yang
sudah dibagi pada pertemuan sebelumnya dan
mengatur tempat duduk siswa serta
menghimbau agar dalam pengaturan tempat
duduk tidak gaduh. Guru dibantu oleh Peneliti
membagikan Lembar Kegiatan Siswa yang
telah dipersiapkan kepada setiap kelompok.
Siswa diminta untuk mencermati masalah pada
Lembar Kegiatan Siswa dan memulai diskusi
bersama kelompoknya masing-masing.
Sebelum siswa mengerjakan Lembar Kegiatan
Siswa, mereka diarahkan oleh guru dalam
pengerjaan Lembar Kegiatan Siswa dan
meminta siswa untuk membaca instruksi yang
tercantum dalam Lembar Kegiatan Siswa
dengan teliti. Siswa juga diingatkan agar siswa
mencantumkan nomor kelompok dan
menuliskan anggota kelompoknya. Semua
kelompok mulai mengerjakan Lembar
Kegiatan Siswa yang telah dibagikan guru.
Pada pertemuan ini, siswa terlihat lebih
antusias dalam belajar. Tidak banyak
pertanyaan yang diajukan siswa. Selama proses
diskusi berlangsung, guru berkeliling
mendatangi masing-masing kelompok untuk
mengontrol jalannya diskusi. Hampir semua
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe MIND MAPPING bagi Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Biolla 183
siswa ikut terlibat aktif dalam mengerjakan
Lembar Kegiatan Siswa dan proses diskusi
berjalan lebih cepat. Siswa diminta untuk
menyalin hal-hal yang penting dalam Lembar
Kegiatan Siswa agar mereka punya dokumen
tentang materi yang sedang mereka pelajari
dalam buku catatan mereka. Setelah semua
kelompok menyelesaikan Lembar Kegiatan
Siswa. Siswa diminta untuk maju
mempresentasikan hasil diskusi kedepan kelas.
Kelompok 5 bersedia maju tanpa harus
ditunjuk oleh Guru. Kemudian Guru meminta
kelompok 5 untuk menuliskan hasil diskusi
dipapan tulis dan mempresentasikannya.
Selesai presentasi guru membahas hasil
pekerjaan kelompok 5 bersama dengan siswa
menuntun siswa membuat kesimpulan,
kemudian guru meminta semua siswa
memberikan applause pada kelompok 5,
dilanjutkan dengan memberi pujian dan
komentar supaya pada pertemuan berikutnya
kelompok yang maju untuk mempersiapkan
segala sesuatunya.
Penutup
Guru secara singkat membimbing siswa untuk
menyimpulkan materi. Guru
mengkomunikasikan kembali kepada siswa
untuk mempelajari materi pertemuan
berikutnya di rumah dan untuk mengetahui
sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi
yang telah dipelajari guru memberikan soal
pekerjaan rumah kepada siswa. Karena bel
sudah berbunyi, maka guru mengakhiri
pertemuan pada kali ini dengan berdoa dan
mengucapkan salam.
Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua pada siklus II materi yang
diajarkan pada pertemuan ini adalah Membuat
karangan sedehana tentang penerapan
pengamalan nilai-nilai Sumpah Pemuda.
Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam
pembelajaran ini adalah Siswa dapat
mengamalkan nilai-nilai sumpah pemuda
dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas-
aktivitas pembelajaran yang terjadi pada
pertemuan pertama ini adalah sebagai berikut:
Kegiatan Awal
Pada tahap awal pembelajaran guru memulai
pembelajaran dengan berdoa. Sebelum mulai
ke materi berikutnya guru menghimbau siswa
mempersiapkan Pekerjaan Rumah yang
diberikan pada pertemuan sebelumnya untuk
dibahas bersama. Dalam membahas Pekerjaan
Rumah siswa, guru meminta beberapa siswa
secara bergantian untuk menuliskan hasil
jawaban mereka di papan tulis. Setelah semua
soal dibahas, Kemudian guru bertanya kepada
siswa apakah ada yang belum jelas tentang
materi pada pertemuan sebelumnya. Serentak
siswa menjawab “tidak bu!....”. Gemudian guru
menyampaikan secara lisan materi yang akan
dipelajari yaitu membuat karangan sedehana
tentang penerapan pengamalan nilai-nilai
Sumpah Pemuda, serta tujuan yang akan
dicapai yaitu siswa dapat mengamalkan nilai-
nilai sumpah pemuda dalam kehidupan sehari-
hari. Kemudian guru memulai apersepsi dan
Guru juga memotivasi siswa untuk
memperhatikan dan berani untuk
mengungkapkan pendapatnya dalam kegiatan
pembelajaran Matematika.
Kegiatan inti
Guru membimbing siswa mempelajari tentang
membuat karangan sedehana tentang penerapan
pengamalan nilai-nilai Sumpah Pemuda.
Kegiatan berikutnya guru menghimbau siswa
untuk bergabung dengan kelompoknya masing-
masing yang sudah dibagi pada pertemuan
sebelumnya dan mengatur tempat duduk siswa
serta menghimbau agar dalam pengaturan
tempat duduk tidak gaduh. Guru dibantu oleh
Peneliti membagikan Lembar Kegiatan Siswa
yang telah dipersiapkan kepada setiap
kelompok. Siswa diminta untuk mencermati
masalah pada Lembar Kegiatan Siswa dan
memulai diskusi bersama kelompoknya
masing-masing. Sebelum siswa mengerjakan
Lembar Kegiatan Siswa, mereka diarahkan
oleh guru dalam pengerjaan Lembar Kegiatan
Siswa dan meminta siswa untuk membaca
instruksi yang tercantum dalam Lembar
Kegiatan Siswa dengan teliti. Siswa juga
diingatkan agar siswa mencantumkan nomor
kelompok dan menuliskan anggota
kelompoknya. Semua kelompok mulai
mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa yang
telah dibagikan guru. Pada pertemuan ini,
siswa terlihat lebih antusias dalam belajar,
mereka saling bertanya dengan siswa lain.
Kegiatan ini terlihat mengasyikkan bagi para
siswa. Selama proses diskusi berlangsung, guru
berkeliling mendatangi masing-masing
kelompok untuk mengontrol jalannya diskusi.
Hampir semua siswa ikut terlibat aktif dalam
mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa dan
proses diskusi berjalan lebih cepat. Siswa
diminta untuk menyalin hal-hal yang penting
dalam Lembar Kegiatan Siswa agar mereka
punya dokumen tentang materi yang sedang
mereka pelajari dalam buku catatan mereka.
Setelah semua kelompok menyelesaikan
Lembar Kegiatan Siswa. Siswa diminta untuk
184 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
maju mempresentasikan hasil diskusi ke depan
kelas. Kelompok 2 bersedia maju tanpa harus
ditunjuk oleh Guru. Kemudian Guru meminta
kelompok 2 untuk menuliskan hasil diskusi
dipapan tulis dan mempresentasikannya.
Selesai presentasi guru memberikan
kesempatan siswa lain untuk menanggapi atau
bertanya, “Ada yang belum jelas tentang materi
yang dipelajari ?” tidak ada siswa yang
bertanya. Setelah kelompok 2 selesai
melakukan presentasi dan menulis hasil
presentasi dipapan tulis, kelompok 2
dipersilahkan kembali ke tempat duduk semula.
Guru meminta setiap siswa mencermati hasil
pekerjaan dari kelompok 2 kemudian guru
bersama siswa melakukan pengecekan jawaban
bersama-sama dan melakukan evaluasi apabila
ada kesalahan. Setelah evaluasi selesai guru
meminta semua siswa untuk memberikan
applause kepada kelompok 2 dan
mempersilahkan kembali ke tempat duduk
masing-masing.
Penutup
Pada akhir pembelajaran guru membimbing
siswa untuk menyimpulkan tentang
penggunaan Mind Mapping yang diterapkan
dalam pembelajaran. Guru mengakhiri
pertemuan dan memberitahu bahwa pertemuan
selanjutnya akan diadakan tes siklus II. Guru
meminta siswa agar belajar di rumah untuk
persiapan tes. Setelah itu guru, peneliti dan
rekan peneliti meninggalkan kelas.
Pertemuan Ketiga ( Tes Siklus II )
Pertemuan ketiga pada siklus II ini diadakan
tes siklus dengan alokasi waktu yang diberikan
2 x 35 menit, soal tes terdiri dari 10 soal. Guru
dibantu peneliti membagikan lembar soal dan
lembar jawab pada siswa. Sebelum pengerjaan
soal guru mengingatkan siswa bahwa dalam
menyelesaikan soal-soal tes, siswa harus
menggunakan langkah-langkah dengan tepat
dan jelas, selain itu siswa ditekankan agar
mengerjakan tes secara individu. Siswa yang
sudah selesai mengerjakan langsung diberi
angket motivasi belajar siswa terhadap
pembelajaran Matematika.
Data Hasil Observasi, Tes, Angket
Data Hasil Observasi
Pada pertemuan pertama dan kedua observasi
dilakukan oleh peneliti bersama satu pengamat
independen selama pembelajaran berlangsung.
Observasi ini dipandu oleh pedoman observasi
kegiatan pembelajaran Matematika dengan
metode Mind Mapping. Selain itu peneliti juga
membuat catatan lapangan yang dapat dilihat
pada lampiran. Berdasarkan observasi, siswa
selalu berdiskusi dan bekerjasama saat
mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
Siswa tidak langsung bertanya kepada guru
apabila mengalami kesulitan melainkan
membahasnya terlebih dahulu dengan teman
satu kelompok. Siswa sebagian besar
mengalami kesulitan dalam menarik
kesimpulan. Siswa lebih berani untuk
mempresentasikan jawabannya. Siswa juga
memperhatikan dan menanggapi kelompok
yang sedang presentasi. Jika ada perbedaan
pendapat siswa berani untuk menyampaikan
pendapatnya. Dibawah ini tabel analisis hasil
observasi motivasi belajar siswa dalam
kegiatan pembelajaran Matematika dengan
metode Mind Mapping.
Data Hasil Tes
Tes yang diberikan pada akhir siklus II ini
berupa tes dalam bentuk soal pilihan ganda
yang terdiri dari 10 soal. Hasil tes inilah yang
digunakan untuk melihat nilai dan hasil belajar
siswa. Rata-rata nilai pada siklus I yaitu 90,18.
Data Hasil Angket
Angket diberikan pada akhir siklus II yaitu
pada pertemuan ketiga selesai melakukan tes.
Berdasarkan hasil angket motivasi belajar
siswa terhadap pembelajaran Matematika
menggunakan metode Mind Mapping sudah
mencapai indikator keberhasilan. Di bawah ini
tabel analisis hasil angket motivasi belajar
siswa terhadap pembelajaran Matematika
menggunakan metode Mind Mapping.
Tabel 7. Rata-Rata Observasi Aktivitas Siswa
pada Siklus II
N
o Aktivitas
Pertemuan I Pertemuan II
Frek
-
Wen
si
Persen
tase
(%)
Frek
-
wen
si
Persen
tase
(%)
1
Menyimak
pengarahan
guru
5 71,43 7 100
2 Kerjasama di
kelompoknya 6 85,71 7 100
3
Kelompok
aktif
membaca
6 85,71 6 85,71
4 Merumuskan
masalah 4 57,14 5 71,43
5
Menemukan
atau
menyelesaika
6 85,71 6 85,71
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe MIND MAPPING bagi Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Biolla 185
n masalah
6
Mengajukan
pertanyaaan
dengan benar
dan tepat
5 71,43 6 85,71
7
Memberikan
atau
menjawab
pertanyaan/ta
nggapan
6 85,71 6 85,71
8
Bereksperime
n dan
berkreasi
5 71,43 6 85,71
9
Memunculkan
ide dan
gagasan
5 71,43 5 71,43
10
Tanggung
jawab
individu dan
kelompok
7 100 7 100
Keterangan
Kategori Rentang
Sangat Tinggi 85 – 100%
Tinggi 65 – 84 %
Sedang 55 – 64 %
Rendah 35 – 54
Sangat Rendah (0-34)
Refleksi
Hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti
bersama guru pada akhir siklus II menunjukkan
bahwa secara umum pembelajaran yang
dilaksanakan pada siklus II telah berjalan
sesuai dengan yang direncanakan. Berdasarkan
pengamatan, antusias belajar siswa pada saat
proses pembelajaran Matematika menggunakan
metode Mind Mapping pada siklus II lebih baik
jika dibandingkan dengan pembelajaran pada
siklus I dikarenakan kesadaran siswa akan
manfaat mempelajari Matematika menjadi
lebih tinggi. Berdasarkan pelaksanaan
pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil
belajar Matematika siswa Kelas X MIPA 2
SMA Negeri 1 Bulukumba dengan
menggunakan metode Mind Mapping, terdapat
banyak perubahan dibandingkan dengan siklus
I. Pertama-tama, perubahan sikap siswa yang
meningkat, keaktifan siswa, dan tanggapan
siswa terhadap proses pembelajaran yang
dialaminya sangat meningkat. Aktivitas guru
juga pada siklus II sangat bagus sehingga
banyak implikasinya terhadap pembelajaran.
Misalnya, kegiatan siswa pada siklus dua ini
sangat bagus, siswa bersemangat dan
memperhatikan pembelajaran. Adanya
perhatian yang serius dari siswa dalam
menanggapi materi, siswa aktif merumuskan
masalah, siswa aktif menemukan/
menyelesaikan masalah, serta mampu
melakukan eksperimen. Sikap siswa pada
umumnya rata-rata bagus dalam memberikan
tanggapan atau respon positif terhadap metode
yang disajikan.
Pada dasarnya rata-rata siswa dapat
mempelajari materi dan melakukan
eksperimen, rata-rata mampu menjawab tuntas
masalah yang ada. Selain itu, siswa yang
melakukan aktivitas yang tidak ada
hubungannya dengan pelajaran seperti ngobrol
sesama teman dan mengerjakan tugas pelajaran
lain sangat berkurang. Intinya, siswa mampu
menemukan sendiri masalah-masalah yang ada
dan diselesaikan sendiri, mulai tampak
keaktifan siswa dalam meenemukan dan
merumuskan masalah, mampu bereksperimen
untuk menemukan cara lain menemukan
masalah. Aspek lain yang berpengaruh
terhadap keberhasilan pembelajaran pada siklus
II adalah :
1) Guru memberikan tuntunan kepada siswa
2) Guru memberikan penguatan dan motivasi
kepada siswa yang mampu menemukan,
bereksperimen dengan tepat, dan
menyelesaikan masalah perlu di tingkatkan.
3) Guru mengubah struktur dan variasi kelas
(setting) dengan membentuk kelompok
belajar.
4) Guru mengubah setting tempat duduk dan
jarak bangku antar tiap kelompok agar
kejadian-kejadian yang kurang positif dapat
diminimalisir.
5) Guru memberikan kebebasan kepada siswa
berkreasi dan bereksperimen untuk
menemukan cara menyelesaikan suatu
persoalan.
6) Siswa yang dianggap mampu membantu
temannya sehingga terjadi tutor sebaya.
PEMBAHASAN
Pembelajaran Matematika dengan metode
Mind Mapping adalah pembelajaran yang
dirancang untuk memberikan siswa tentang
ketrampilan berfikir, serta merupakan suatu
metode pembelajaran yang dapat membantu
siswa untuk menghubungkan konsep-konsep
yang penting dalam mempelajari suatu materi
pelajaran sehingga dapat meningkatkan
motivasi. metode Mind Mapping adalah
metode yang dirancang oleh guru untuk
membantu siswa dalam proses belajar,
menyimpan informasi berupa materi pelajaran
yang diterima oleh siswa pada saat
pembelajaran, dan membantu siswa menyusun
inti-inti yang penting dari materi pelajaran
kedalam bentuk peta atau grafik sehingga siswa
lebih mudah memahaminya. Metode
186 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
pembelajaran ini memberikan kesempatan
siswa untuk belajar mengemukakan
pendapatnya dan mencari tahu informasi
sendiri sesuai dengan kebutuhan mereka
sendiri. Selain itu, pada model pembelajaran ini
peran guru sebagai fasilitator, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan
atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak
siswa agar dengan menyadari menggunakan
strategi-strategi mereka sendiri yang pada
akhirnya ada kesempatan cukup bagi siswa
untuk mempertahankan dan
mempertanggungjawabkan pendapatnya.
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian yang
telah diuraikan sebelumnya, dapat diketahui
bahwa guru dapat melaksanakan langkah-
langkah pembelajaran dengan metode Mind
Mapping dengan baik. Pembelajaran diawali
guru dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran, memotivasi siswa dan
melakukan apersepsi. Menurut Depdiknas
(2002: 14) pemberian apersepsi merupakan
upaya yang dilakukan guru untuk memotivasi
siswa agar berperan penuh selama proses
kegiatan pembelajaran dan untuk
membangkitkan perhatian siswa terhadap
materi yang dipelajari. Apersepsi dilakukan
guru dengan mengaitkan materi yang akan
dipelajari dengan materi yang telah dipelajari
sebelumnnya. Hal ini bertujuan agar siswa
termotivasi dan dapat berperan penuh dalam
pembelajaran karena siswa telah memiliki
gambaran terhadap materi yang akan dipelajari
sehingga materi yang dipelajari menjadi
relevan bagi siswa. Setelah menyampaikan
tujuan pembelajaran, memotivasi siswa,
melakukan apersepsi, adapun tahapan
selanjutnya dalam pelaksanaan pembelajaran
dengan metode ini adalah:
1. Mempelajari konsep suatu materi pelajaran
Dalam mempelajari konsep suatu materi
pelajaran siswa dibimbing oleh guru, siswa
membaca seluruh isi materi dan memahami
materi secara keseluruhan. Peranan guru
hanyalah sebagai fasilitator dan
pembimbing sehingga diharapkan siswa
lebih banyak melakukan kegiatan sendiri
atas bimbingan guru.
2. Menentukan ide-ide pokok secara
berkelompok.
Dalam tahap ini terlebih dahulu guru
menghimbau siswa untuk membentuk
kelompok yang terdiri 4 siswa. Kelompok
tersebut bersifat permanen yang artinya
selama proses pembelajaran berlangsung
siswa berada pada kelompok yang tetap.
Dalam menentukan ide-ide pokok siswa
aktif berdiskusi bersama kelompoknya
menemukan dan memilih kata-kata kunci
atau istilah penting dari suatu materi
pelajaran yang telah dipelajari.
3. Membuat atau menyusun Mind Mapping
mengunakan media Lembar Kegiatan Siswa
(LKS),
Membuat atau menyusun Mind Mapping
menggunakan media LKS dalam hal ini
setelah siswa berdiskusi bersama
kelompoknya kemudian menemukan
seluruh kata-kata kunci atau istilah penting
dari suatu materi pelajaran yang telah
dipelajari, kemudian siswa menyusun kata
kunci tersebut menjadi suatu struktur Mind
Mapping yang paling mudah dipahami dan
dimengerti oleh siswa. Siswa bersama
kelompoknya membuat atau menyusun
Mind Mapping pada LKS. Penggunaan
media LKS dapat mengarahkan siswa untuk
menemukan sendiri rumus materi yang
mereka pelajari sehingga mereka bebas
menyelesaikan LKS sesuai yang mereka
inginkan, guru hanya mengarahkan, karena
hal tersebut dapat menimbulkan suasana
yang santai dan menyenangkan bagi siswa.
Hal ini didasarkan pada pendapat Oemar
Hamalik (2003: 171) yang menyatakan
bahwa pengajaran yang efektif adalah
pengajaran yang menyediakan kesempatan
belajar sendiri atau melakukan aktifitas
sendiri.
4. Presentasi kelompok didepan kelas.
Presentasi kelompok adalah aktifitas siswa
bersama kelompoknya dalam menjelaskan
materi yang telah dipelajari, serta
menuangkan ide Mind Mappingnya didepan
kelas guna mengkomunikasikan ide dari
siswa kepada siswa lain. Hal ini dilakukan
agar siswa mengetahui berbagai
penyelesaian masalah yang didapatkan dari
kelompok lain, selain itu melatih siswa
untuk mengungkapkan ide-idenya secara
lisan. Presentasi kelompok juga dapat
melatih siswa untuk menghargai pendapat
siswa yang lain. Presentasi dilakukan agar
kesimpulan hasil diskusi dari salah satu
kelompok dapat diketahui oleh kelompok
lain. Sehingga, ketika ada kelompok yang
hasil diskusinya berbeda, perwakilan dari
kelompok itu dapat menyebutkan hasil
mereka. Pada akhir pembelajaran siswa
bersama guru menyimpulkan konsep yang
telah dipelajari. Dari hasil diskusi kelompok
yang berbeda, siswa diarahkan guru untuk
menyimpulkan konsep yang benar, dan
kesimpulan konsep yang telah dipelajari itu
didokumenkan dalam buku catatan mereka.
Kegiatan selanjutnya siswa diberikan soal
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe MIND MAPPING bagi Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Bulukumba Biolla 187
latihan yang berkaitan dengan konsep yang
ditemukan siswa. Soal latihan diberikan
agar siswa dapat menyatakan ulang sebuah
konsep, mengklasifikasikan obyek-obyek
menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan
konsepnya), memilih contoh dan yang
bukan contoh dari suatu konsep,
menunjukkan syarat perlu atau syarat cukup
dari suatu konsep, dan dapat menggunakan
konsep dalam memecahkan masalah yang
berkenaan dengan konsep tersebut.
Pembelajaran yang terpusat pada siswa ini
menyebabkan siswa merasa memiliki
kegiatan pembelajaran tersebut karena siswa
diikutsertakan secara aktif dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran
sehingga mendorong siswa untuk percaya
diri. Pembelajaran dengan menggunakan
metode ini membantu siswa menjadi lebih
aktif dan berani untuk mengungkapkan
pendapatnya serta pemikiranya dalam
diskusi kelompok, memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak
siswa agar dengan menyadari menggunakan
strategi-strategi mereka sendiri yang pada
akhirnya ada kesempatan cukup bagi siswa
untuk mempertahankan dan
mempertanggungjawabkan pendapatnya,
siswa melakukan persaingan atau kompetisi
dengan siswa lain, mengetahui hasil
kerjanya, mendapat pujian karena berhasil
mendapat nilai baik dan tujuan yang diakui
karena dirasa menguntungkan bagi
temannya yang menimbulkan gairah untuk
belajar.
Motivasi siswa Kelas X MIPA 2 SMA
Negeri 1 Bulukumba mengalami
peningkatan yang cukup baik. Hal ini terlihat
dari format atau lembar pengamatan aktivitas
siswa berisi aspek-aspek keterampilan proses
dengan indikator yang sama untuk setiap aspek
meliputi : (1) menyimak pengarahan guru, (2)
kerjasama di kelompoknya, (3) murid
membaca, menemukan, menyelesaikan
masalah, dan memberikan tanggapan, (4)
mengajukan pertanyaan dan menjawab
pertanyaan dengan benar dan tepat, (5) murid
bereksperimen dan berkreasi dan selalu
memunculkan ide dan gagasan, (6) tanggung
jawab individu dan kelompok untuk
menemukan dan cara menyelesaikan masalah.
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan
ketercapaian indikator dalam beberapa aspek
dengan melihat frekwensi siswa yang aktif
dalam setiap aspek. Pada siklus I menunjukkan
masih kurangnya keseriusan dan keantusiasan
siswa pada beberapa indikator aktivitas siswa.
Hal ini terlihat dan proses belajar mengajar
dimana siswa masih kurang yang mampu
menemukan, memunculkan ide,
bereksperimen, dan memecahkan masalah.
Selain itu belum tercapainya tujuan mampu
menemukan, memunculkan ide,
bereksperimen, dan memecahkan masalah.
Selain itu belum tercapainya tujuan
pembelajaran yang diharapkan dan belum
sesuai dengan langkah-langkah metode
pembelajaran yang diharapkan dan belum
sesuai dengan langkah-langkah metode Mind
Mapping. Hal ini disebabkan oleh guru
biasanya menggunakan metode ceramah untuk
Mind Mapping. Hal ini disebabkan oleh guru
biasanya menggunakan metode ceramah untuk
menyampaikan materi melalui penjelasan dan
hanya satu guru yang aktif menemukan dan
memecahkan sendiri permasalahan siswa
terkadang hanya menulis dan mendengar
penjelasan guru. Pada siklus II, sudah
menunjukkan keseriusan dan keantusiasan
siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini
tampak dari keaktifan siswa dalam
menemukan, memunculkan ide, berani
bereksperimen, dan mampu memecahkan
masalah yang ada, saling melontarkan
pertanyaan baik terhadap guru maupun dengan
temannya sendiri. Hal ini menunjukkan
ketercapaian pembelajaran sudah sesuai dengan
langkah-langkah metode Mind Mapping.
Disamping itu Rata-rata hasil tes siklus, pada
siklus I dan siklus II diperoleh berdasarkan tes
tertulis siswa yang berbentuk soal pilihan
ganda berjumlah 10 soal. Rata-rata nilai pada
siklus I yaitu 75,18 meningkat menjadi 90,18
pada siklus II.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
tindakan kelas yang dilakukan secara
kolaboratif antara peneliti dan guru Matematika
Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1
Bulukumba dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Pelaksanaan pembelajaran Matematika
menggunakan metode Mind Mapping dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa di
Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1
Bulukumba dalam pembelajaran
Matematika.
2. Setelah diterapkan pembelajaran
Matematika menggunakan metode Mind
Mapping di Kelas X MIPA 2 SMA
Negeri 1 Bulukumba menunjukkan
bahwa ada peningkatan motivasi belajar
siswa terhadap pembelajaran Matematika.
188 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
Hal ini terlihat Rata-rata hasil tes siklus,
pada siklus I dan siklus II diperoleh
berdasarkan tes tertulis siswa yang
berbentuk soal pilihan ganda berjumlah 10
soal. Rata-rata nilai pada siklus I yaitu
75,18 meningkat menjadi 90,18 pada siklus
II.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti
mempunyai beberapa saran yang perlu
dipertimbangkan yaitu:
1. Penerapan pembelajaran dengan
menggunakan metode Mind Mapping
membutuhkan pengelolaan kelas dan waktu
yang baik, sehingga diperlukan perencanaan
kegiatan pembelajaran agar penggunaan
waktu dalam pembelajaran dapat lebih
efektif.
2. Pembelajaran Matematika dengan metode
Mind Mapping dapat digunakan sebagai
salah satu alternatif kegiatan pembelajaran
Matematika di SD karena pembelajaran
menggunakan metode ini dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Singigsih, C. Asri. 2006. Belajar dan
Pembelajaran, PT. Rineka Cipta, Cet.
I. Jakarta
Buzan. Tony dan Barry. 2004. Memahami
Mind Mapping : The Mind Mapping
Book. Batam: Interaksa.
Buzan. Tony. 2004. Mind Mapping: Untuk
meningkatkan Kreativitas. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Buzan, Tony, 2008. Buku Pintar Mind
Mapping. Jakarta : Pt. Gramedia
Pustaka Utama, Cet. VI.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain.
2006. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. III.
Erman Suherman, dkk. 2001. Srategi Belajar
Mengajar Kontemporer. Bandung :
JICA.
Hudojo, H.,et al. 2002. Peta Konsep. Jakarta:
Makalah disajikan dalam Forum
Diskusi Pusat Perbukuan Depdiknas.
Iwan Sugiarto. 2004. Mengoptimalkan Daya
Kerja Otak Dengan Berfikir Holistik
dan Kreatif. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Jensen. Eric dan Karen Makowitz. 2002. Otak
Sejuta Gygabite: Buku Pintar
Membangun Ingatan Super. Bandung
: Kaifa.
Mulyasa. 2007. Menjadi guru Profesional
menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
Nana Sudjana. 1987. Dasar-Dasar Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo
Nana Syaodih Sukmadinata. 2003. Landasan
Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Ngalim Purwanto. 2003. Psikologi Pendidikan.
Bandung: PT Rosdakarya.
Oemar Hamalik. 2008. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Oemar Hamalik. 2005. Perencanaan
Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Pandley,j.BD.,R.L. Bretz and J.D Novak. 1994.
Concept maps as tool to assas
Learning in chemmistry,J.of
Chemical Education. 71:9-15
Pardjono, dkk. 2007. Panduan Penelitian
Tindakan Kelas. Yogyakarta: LP
UNY
Porter. De Bobbi dan Hernacki. 1999.
Quantum Learning:Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan.
Bandung : Kaifa.
Riduwan. (2007). Skala Pengukuran Variable-
variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Sardiman, A.M, 2006. Interaksi Dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
Grasindo Pusada.
Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali
Press.
Siti Partini dan Rosita E. K. 2002.
Pembelajaran Modul Mata Kuliah
Pengantar Ilmu Pendidikan.
Yogyakarta : FIP UNY.
Analisis Tingkat Kepuasan Peserta Diklat Manajemen dan Kepemimpinan bagi Pimpinan BP3K Terhadap Kualitas
Penyelenggaraan Diklat di BBPP Batangkaluku dengan Menggunakan Metode SERVQUAL Terkelin/Mustafa 189
PENDAHULUAN
Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP)
Batangkaluku merupakan salah satu UPT
BPSDMP Kementerian Pertanian dengan tugas
dan fungsi sebagai lembaga pelatihan pertanian
dan sekaligus juga berperan sebagai penyedia
jasa pelatihan pertanian memiliki
tanggungjawab dalam upaya meningkatkan
kapasitas sumberdaya manusia pertanian
melalui pelatihan.
Pendidikan dan pelatihan (diklat) adalah
merupakan upaya mengembangkan sumber
daya manusia terutama untuk mengembangkan
kemampuan intelektual dan kepribadian
manusia. (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:28).
Tingkat kepuasan pengguna jasa
merupakan salah satu indikator pengukuran
kinerja organisasi penyedia jasa. Kepuasan
para pengguna jasa atau pelanggan adalah
suatu keadaan dimana semua atau sebagian
besar keinginan, harapan dan kebutuhan
pelanggan dipenuhi. Kepuasan pelanggan dapat
berhubungan langsung dengan kesetiaan
pelanggan dan merupakan anteseden utama
dari loyalitas pelanggan.
Organisasi yang secara konsisten
mampu memuaskan pelanggannya akan
mendapatkan citra positif dan kesetiaan yang
tinggi yang akan berujung pada keuntungan
besar bagi organisasi tersebut. Suatu pelayanan
dinilai memuaskan bila pelayanan tersebut
dapat memenuhi keinginan, harapan dan
kebutuhan para pelanggan. Agar kita dapat
mengetahui, apakah layanan yang kita berikan
telah memenuhi harapan, dan memuaskan
kebutuhan pelanggan, maka kita harus
mengukurnya. Upaya untuk penyediaan
layanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih
efektif, langkah pengukuran kepuasan
ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PESERTA DIKLAT MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN BAGI PIMPINAN BP3K TERHADAP KUALITAS
PENYELENGGARAAN DIKLAT DI BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN
(BBPP) BATANGKALUKU DENGAN MENGUNAKAN METODE SERVQUAL
Terkelin Pinem/Mustafa *)
Widyaiswara Ahli Muda, Balai Besar Pelatihan Pertanian Batangkaluku, Gowa
Email: terkelinpinem@yahoo.co.id
Abstrak
Analisis tingkat kepuasan peserta diklat manajemen dan kepemimpinan bagi pimpinan BP3K tahun
2016 bertujuan untuk mengetahui persepsi kualitas pelayanan terhadap tingkat kepuasan peserta diklat
terhadap penyelenggaraan diklat. Lokasi penelitian dilakukan di Balai Besar Pelatihan Pertanian
(BBPP) Batangkaluku. Penelitian menggunakan metode SERVQUAL dan metode Importance-
Performance Analysis dan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dengan dan alat bantu
quesioner. Populasi adalah seluruh peserta diklat dengan jumlah 65 orang. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa persepsi peserta terhadap kualitas layanan menunjukkan rata-rata puas dengan
persentase 95.34%, sedangkan analisa dengan metode SERVQUAL dan metode Importance-
Performance Analysis diperoleh bahwa persentase tertinggi ditemukan pada faktor Jaminan
(Assurance) yaitu kepuasan terhadap aspek penegakan disiplin oleh widyaiswara dengan persentase
100.34%.
Kata kunci: Pelatihan, kwalitas pelayanan, servqual, Importance-Performance Analysis
Abstract *)
Analysis of the level of participants' satisfaction on "management and leadership training for BP3K
leaders 2016", aims to determine the perception of quality of service to the level of satisfaction of
training participants on the training. The location of the research was conducted at Indonesian Center
for Agricultural Training (BBPP) Batangkaluku. The research used SERVQUAL method and
Importance-Performance Analysis method and data collection technique using interview with and
quesioner tool. The population is all training participants with a total of 65 people. The results of this
study indicate that participants' perceptions of service quality show an average satisfaction with the
percentage of 95.34%, while the analysis with SERVQUAL method and Importance-Performance
Analysis method found that the highest percentage is found in the Assurance factor that is the
satisfaction of the discipline enforcement aspect by widyaiswara with a percentage of 100.34%
Keywords: Training, quality of service, servqual, IPA
190 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
pelanggang merupakan langkah penting untuk
dilakukan.
Kotler (2004) dalam Baskoro (2011)
menyatakan bahwa kepuasan pelanggan yaitu
tingkatan dimana anggapan kinerja (perceived
performance) produk akan sesuai dengan
harapan seorang pelanggan yang berarti jika
kinerja produk jauh lebih rendah dibandingkan
harapan pelanggan, pembelinya tidak puas atau
sebaliknya bila kinerja sesuai dengan harapan
atau melebihi harapan, pembelinya merasa
puas atau merasa puas atau merasa amat
gembira.
Zeithaml dan Bitner (2003: 86)
menyebutkan bahwa kepuasan pelanggan
adalah evaluasi pelanggan terhadap produk
atau jasa yang diterima apakah sesuai dengan
kebutuhan dan harapan pelanggan. Kegagalan
untuk mempertemukan kebutuhan - kebutuhan
dan harapan yang diasumsikan sebagai
ketidakpuasan dengan produk atau jasa. Lebih
lanjut dikatakan bahwa kepuasan pelanggan
dipengaruhi oleh ciri-ciri produk atau jasa
secara spesifik dan oleh persepsi terhadap
kualitas. Selain itu kepuasan pelanggan juga
dipengaruhi oleh respon emosional pelanggan
dan atribut-atribut pelanggan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Zeithaml, dkk disimpulkan bahwa
kepuasan konsumen dalam bisnis pelayanan
diukur dari kesenjangan antara ekspektasi dan
persepsi pelanggan tentang pelayanan yang
akan diterima. Sebagian besar selisih ini adalah
negatif. Semakin kecil negatifnya, semakin
baik. Biasanya perusahaan dengan tingkat
pelayanan yang baik, akan mempunyai gap
yang lebih kecil dari –(minus) 1.0 (Irawan,
2002). Ekspektasi pelanggan mempunyai dua
pengertian: (1) Apakah yang pelanggan
harapkan akan terjadi pada saat layanan
disampaikan (prediksi) dan (2) Apakah yang
diinginkan pelanggan untuk terjadi (harapan).
Tjiptono dalam Permani (2002)
menerangkan bahwa “Kepuasan atau
ketidakpuasan pelanggan adalah respon
pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian
(disconfirmation) yang dirasakan antara
harapan sebelumnya atau harapan kinerja
lainnya dan kinerja aktual produk yang
dirasakan setelah memakainya.
Kepuasan peserta diklat/pelanggan dapat
diidentikkan dengan apa yang disebut Kottler
(1997) kepuasan pelanggan yang didefinisikan
sebagai berikut: “Satisfaction is a person’s
feeling of pleasure or disappointment resulting
from comparing a product perceived
performance (or outcome) in relation to his her
expectations”.
Menurut Parasuraman dan Berry dalam
Ciptono dan Chandra (2005) menyebutkan
bahwa pengertian “expectations” adalah
merupakan standar perbandingan yang biasa
digunakan dalam dua cara yang berbeda
yaitu: “What customer believe will occur in a
service encounter (predictions) and what
customers want to occur (desires)”, yang
berarti apa yang akan dipikirkan pelanggan
dalam menghadapi pelayanan (persepsi) dan
apa yang ingin dipikirkan pelanggan
(keinginan).
Dari pendapat tersebut di atas, jelaslah
bahwa lembaga perlu mengetahui perspektif
konsumen karena dengan adanya perspektif
konsumen, lembaga dapat mengukur tingkat
kepuasan, kesetiaan, retensi dan keuntungan
konsumen.
Leonard L. Berry dan Parasuraman yang
dikutip Ciptono dan Chandra (2005)
mengatakan ada lima faktor penentu kualitas
jasa: (1) Tangible (berwujud) yaitu berupa
penampilan fasilitas fisik, peralatan dan
berbagai materi pelatihan; (2) Reliability
(keandalan) yaitu kemampuan untuk
memberikan jasa sesuai dengan yang
dijanjikan, terpercaya dan akurat, dan
konsisten; (3) Responsiveness (daya tanggap)
yaitu kemauan dari pegelola pelatihan untuk
membantu peserta dan memberikan jasa
dengan cepat serta mendengar dan mengatasi
keluhan/complaint yang diajukan peserta;
(4) Assurance (kepastian) yaitu berupa
kemampuan pengelola untuk menimbulkan
keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang
telah dikemukakan kepada peserta;
(5) Emphaty (empati) adalah mampu
memahami perasaan dan pikiran peserta
dalam bentuk kesediaan pengelola pelatihan
untuk lebih peduli memberikan perhatian
secara pribadi kepada peserta.
Menurut Locke dalam As’ad
(2004;105) berdasarkan prinsip dan teori
keadilan (equity) disebutkan perasaan puas atau
tidak puas seseorang tergantung apakah dia
merasakan adanya keadilan (equity) atau tidak
atas suatu situasi. Perasaan equity dan inequity
atas suatu situasi, diperoleh orang dengan cara
membandingkan dirinya dengan orang lain
yang sekelas, sekantor maupun di tempat lain.
Soekitjo Notoatmodjo dalam
Henryanto (2014:37) menyebutkan bahwa
Analisis Tingkat Kepuasan Peserta Diklat Manajemen dan Kepemimpinan bagi Pimpinan BP3K Terhadap Kualitas
Penyelenggaraan Diklat di BBPP Batangkaluku dengan Menggunakan Metode SERVQUAL Terkelin/Mustafa 191
perangkat lunak dalam proses diklat ini
mencakup antara lain kurikulum, organisasi
diklat, peraturan-peraturan, metode belajar
mengajar dan tenaga pengajar atau pelatih itu
sendiri, Sedangkan perangkat keras yang juga
besar pengaruhnya terhadap proses diklat ialah
fasilitas-fasilitas yang mencakup gedung,
perpustakaan, alat bantu pendidikan dan
sebagainya
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
menganalisis tingkat kepuasan peserta Diklat
Manajemen dan Kepemimpinan bagi Pimpinan
BP3K tahun 2016 dengan dan faktor-faktor
yang dapat dijadikan masukan sebagai bahan
perbaikan penyelenggaraan diklat di Balai
Besar Pelatihan Pertanian (BBPP)
Batangkaluku.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan khusus pada
Diklat Manajemen dan Kepemimpinan bagi
Pimpinan BP3K tahun 2016 yang
diselenggarakan pada Januari dan Pebruari
2016 dan waktu penelitian disesuaikan dengan
pelaksanaan Diklat Manajemen dan
Kepemimpinan bagi Pimpinan BP3K tahun
2016 di Balai Besar Pelatihan Pertanian
Batangkaluku, Kabupaten Gowa, Provinsi
Sulawesi Selatan.
Subyek penelitian ini adalah peserta
Pelatihan Diklat Manajemen dan
Kepemimpinan bagi Pimpinan BP3K yaitu
sebanyak 157 orang peserta pelatihan yang
terbagi menjadi 5 angkatan dengan rincian
pada table 1 berikut.
Tabel 1. Jumlah peserta Diklat Manajemen dan
Kepemimpinan bagi Pimpinan BP3K
tahun 2016
Angkatan Jumlah peserta (orang)
I 34
II 31
III 31
IV 31
V 30
Total 157
Sumber data penelitian ini merupakan
data primer dengan membagikan quesioner
kepada semua peserta pelatihan. Tehnik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
menggunakan wawancara dengan
menggunakan alat bantu quesioner yang
meliputi tingkat harapan dan kenyataan peserta
setelah mengikuti pelatihan. Quesioner dalam
penelitian ini menggunakan skala likert. Untuk
menilai hasil harapan peserta terhadap proses
pelaksanaan pelatihan ditetapkan lima (5)
kriteria penilaian yaitu: Sangat Penting (5),
Penting (4), Cukup Penting (3), Kurang
Penting (2), Tidak Penting (1). Untuk menilai
hasil pengalaman yang dirasakan peserta
(kenyataan) terhadap proses pelaksanaan
pelatihan ditetapkan lima (5) kriteria penilaian
yaitu: Sangat Baik (5), Baik (4), Cukup Baik
(3), Kurang Baik (2), Tidak Baik (1).
Tingkat kepuasan peserta terhadap
penyelenggara diklat dianalisis dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
n
T
T 1i
i
ki
.
Dimana :
Tki = Rata-rata tingkat kepuasan aspek
pelayanan ke- i
Ti = Tingkat kepuasan indikator ke- i
n = Jumlah indikator yang mempengaruhi
kepuasan
Kemudian dilanjutkan dengan rumus sebagai
berikut :
%100
)(
)(
x
BAH
BAK
X
Dimana :
= Total Rata-Rata Kepuasan Peserta
H = Total Rata-rata Harapan
K = Total Rata-rata Kenyataan
Untuk mengukur kualitas layanan dari atribut
masing-masing dimensi dilakukan dengan
Metode Servqual mengetahui tingkat harapan
dan kenyataan dari peserta berdasarkan 5
dimensi faktor penentu kualitas jasa pelayanan
dan selanjutnya dilanjutkan dengan analisis
untuk menentukan prioritas perbaikan dengan
menggunakan metode Importance
Performance Analysis.
HASIL PENELITIAN
Analisa tingkat kepuasan peserta diklat
Berdasarkan hasil analisis data diatas
menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kepuasan
peserta terhadap aspek pelayanan
192 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
penyelenggaraan pelatihan sebesar 95,34%
dengan kategori “Sangat Puas”.
Dari Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa tingkat
kepuasan peserta yang tertinggi diperoleh pada
aspek penegakan disiplin oleh widyaiswara
terkait kehadiran, kerapihan berpakaian, sikap
dan perilaku selama proses kediklatan
berlangsung yaitu dengan persentase mencapai
100.34% (melebihi harapan).
Hal ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan
diklat telah memenuhi keinginan peserta
terhadap pelayanan yang dilaksanakan.
Penilaian peserta terhadap aspek-aspek
pelayanan selama penyelenggaraan diklat
disajikan pada Tabel 2.
Hal ini disebabkan karena widyaiswara
pengampuh materi pada diklat Diklat
Manajemen dan Kepemimpinan bagi Pimpinan
BP3K tahun 2016 memiliki kompetensi yang
baik khususnya dari aspek kompetensi
kepribadian, hal ini sesuai Peraturan Kepala
Lembaga Administrasi Negara Nomor 5 tahun
2008 tentang Standar Kompetensi Widyaiswara
khususnya pasal 7 yang menyebutkan bahwa
yang harus dimiliki Widyaiswara mengenai
tingkah laku dalam melaksanakan tugas
jabatannya yang dapat diamati dan dijadikan
teladan bagi peserta Diklat.
Tabel 2.
Penilaian Peserta Terhadap Tingkat Harapan dan kenyataan Diklat Manajemen dan Kepemimpinan
bagi Pimpinan BP3K tahun 2016
No. Aspek yang ditanyakan Harapan Kenyataan Kepuasan
Rata-Rata Rata-Rata
1 Registrasi/pendaftaran peserta pelatihan cepat dan mudah 4.71 4.43 94.25%
2 Prosedur pengadministrasian/registrasi yang tidak sulit 4.59 4.33 94.41%
3 Bahan serahan (tas,buku,pulpen, pensil dll) yang berkualitas 4.51 4.12 91.25%
4 Profesionalisme Petugas penerima peserta 4.61 4.67 101.39%
5 Keramahan Petugas penerima peserta 4.61 4.67 101.39%
6 Keramahan petugas pelayanan keuangan 4.52 4.28 94.57%
7 Prosedur penyelesaian pembayaran uang saku dan trasportasi
yang mudah dan cepat 4.66 4.16 89.32%
8 Penyelesaian pembayaran uang saku dan trasportasi yang
mudah dan cepat 4.59 4.33 94.41%
9 Penyelesaian pembayaran uang saku dan trans portasi tepat
waktu ( 1 hari sebelum penutupan) 4.59 4.35 94.74%
10 Profesionalisme petugas pelayanan keuangan 4.52 4.28 94.57%
11 Kebersihan dan kenyamanan ruang belajar 4.66 4.16 89.32%
12 Variasi menu makanan yang disajikan 4.69 4.32 92.20%
13 Kualitas menu makanan yang disajikan 4.69 4.29 91.57%
14 Ketersediaan alat bantu pengajaran (LCD, Laptop, OHP, Layar
screen) 4.41 4.16 94.19%
15 Kelengkapan fasilitas praktek (lab/lahan/alat dan mesin
pertanian) 4.72 4.17 88.45%
16 Penguasaan materi oleh widyaiswara (Pengetahuan,
Keterampilan, Sikap) 4.58 4.56 99.53%
17 Penguasaan metoda oleh widyaiswara (Kemampuan Penyajian,
(Berkomunikasi, kemampuan menjawab, Nada & Suara,
Kerjasama)
4.50 4.49 99.86%
18 Kemampuan oleh widyaiswara dalam menggunakan alat bantu
(Penggunaan Sarana) 4.44 4.41 99.40%
19 Penegakan disiplin oleh widyaiswara (Kehadiran, Kerapihan
Berpakaian, Sikap & Perilaku) 4.33 4.35 100.34%
20 Tujuan pembelajaran
(Relevansi Materi dengan Indikator Keberhasilan, Pencapaian
Tujuan Pembelajaran)
4.49 4.46 99.19%
21 Kepedulian terhadap kesehatan
peserta pelatihan 4.44 4.41 99.40%
Rata-rata 95.34%
Analisis Tingkat Kepuasan Peserta Diklat Manajemen dan Kepemimpinan bagi Pimpinan BP3K Terhadap Kualitas
Penyelenggaraan Diklat di BBPP Batangkaluku dengan Menggunakan Metode SERVQUAL Terkelin/Mustafa 193
Kompetensi kepribadian sebagaimana
dimaksud meliputi kemampuan:
a. menampilkan pribadi yang dapat
diteladani; dan
b. melaksanakan kode etik dan menunjukkan
etos kerja sebagai Widyaiswara yang
profesional.
Analisis Fisik (Tangible)
Hasil analisa Servqual terhadap faktor
penentu kualitas pelayanan pada dimensi fisik
(tangible), menunjukkan ekspektasi peserta
Diklat Manajemen dan Kepemimpinan bagi
Pimpinan BP3K tahun 2016 terhadap
pelayanan kepada peserta, cukup baik, hal ini
dilihat dari rata-rata penilaian peserta dalam
kategori puas (91,08%), tetapi gap rata-rata
bernilai masih negatif (-) sebesar 0,41, dimana
gap tertinggi terdapat pada pelayanan
kebersihan dan kenyamanan ruang belajar.
Analisis kesigapan (responsiveness)
Berdasarkan pengolahan data questioner
pelatihan maka diperoleh gap rata-rata bernilai
negatif (-) sebesar 0,26 dimana gap tertinggi
terdapat pada pelaksanaan registrasi/
pendaftaran peserta pelatihan kurang maksimal
(-0,27).
Hal ini diduga disebabkan karena belum
efektifnya pemanfaatan e-registrasi dalam
proses pelaksanaan registrasi / pendaftaran
peserta pelatihan yang diselenggarakan
Hal ini diduga karena petugas
kebersihan hanya dapat melakukan
pembersihan kelas secara menyeluruh hanya
saat pembelajaran berakhir pada sore hari dan
pada saat pagi hari saat sebelum pembelajaran
dimulai, sementara pada saat pembelajaran
pada siang hari tidak dilakukan pembersihan di
kelas karena keterbatasan waktu dan jumlah
petugas kebersihan.
Dimana pada dasarnya, pengelolaan
lingkungan pelatihan menurut Dirjen PUOD
dan Dirjen Dikdasmen (1996) memiliki
pengaruh dalam mewujudkan situasi dan
kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar
maupun sebagai kelompok belajar yang
memungkinkan peserta didik untuk
mengembangkan kemampuannya semaksimal
mungkin, senada dengan Suharsimi Arikunto
(1996) menyebutkan bahwa pengaruh lain
pengelolaan lingkungan pelatihan yang berupa
kelas adalah menjadikan setiap peserta
pelatihan yang berada didalam kelas dapat
bekerja (berfikir, berinteraksi, dan
berpendapat) sehingga akan tercapai tujuan
pengajaran secara efektif dan efisien. Hasil
analisis fisik (Tangible) tersaji pada Tabel 3
Berikut.
di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP)
Batangkaluku, sehingga hingga saat ini masih
cenderung dilakukan secara manual meliputi
pengisian blanko registrasi, pemeriksaan
kelengkapan dan persyaratan administrasi, dan
lain-lain membutuhkan waktu yang cukup
banyak bagi masing-masing calon peserta, di
samping itu faktor waktu kedatangan peserta
dan kesiapan petugas penerima peserta yang
sering tidak bersesuaian.
Hasil analisis kesigapan (responsiveness)
tersaji pada Tabel 4 Berikut.
Tabel 3.
Penilaian Tingkat Harapan dan kenyataan peserta Diklat Manajemen dan Kepemimpinan bagi
Pimpinan BP3K dalam Dimensi Fisik (Tangible)
No. Aspek yang ditanyakan Harapan Kenyataan
GAP Kepuasan Rata-Rata Rata-Rata
1 Bahan serahan (tas,buku,pulpen, pensil
dll) yang berkualitas 4.51 4.12 -0.39 91.25%
2 Kebersihan dan kenyamanan ruang
belajar 4.66 4.16 -0.50 89.32%
3 Variasi menu makanan yang disajikan 4.69 4.32 -0.37 92.20%
4 Ketersediaan alat bantu pengajaran
(LCD, Laptop, OHP, Layar screen) 4.41 4.16 -0.26 94.19%
5 Kelengkapan fasilitas praktek
(lab/lahan/alat dan mesin pertanian) 4.72 4.17 -0.54 88.45%
RATA-RATA 4.598 4.186 -0.41 91.08%
194 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
Analisis Empati (Empathy)
Berdasarkan pengolahan data questioner
pelatihan maka diperoleh gap rata-rata bernilai
negatif (-) sebesar 0,26 dimana gap tertinggi
terdapat pada prosedur penyelesaian
pembayaran uang saku dan trasportasi yang
mudah dan cepat belum sepenuhnya terlaksana
dengan baik. Hal ini diduga karena kurang
efektifnya sosialisasi mengenai aturan yang
terkait prosedur penyelesaian pembayaran uang
saku dan trasportasi sesuai peraturan yang
berlaku, tetapi secara umum tingkat kepuasan
peserta dari aspek pelayanan di dimensi ini
cukup baik dengan kategori puas dengan nilai
mencapai 94,50%, sehingga faktor ini diduga
hanya terkait dengan perbedaan persepsi
terhadap tingkat kepuasan yang sifatnya sangat
relative karena terkait dengan perasaan
peserta dalam membandingkan
kinerja yang diperoleh terhadap kinerja yang
diharapkan yang tentu saja sangat
dimungkinkan akan berbeda antara masing-
masing peserta diklat.
Lovelock dan Wirtz (2011:74)
“Kepuasan adalah suatu sikap yang diputuskan
berdasarkan pengalaman yang didapatkan.
Kepuasan merupakan penilaian mengenai ciri
atau keistimewaan produk atau jasa, atau
produk itu 13 sendiri, yang menyediakan
tingkat kesenangan konsumen berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan konsumsi
konsumen. Kepuasan konsumen dapat
diciptakan melalui kualitas, pelayanan dan
nilai. Kunci untuk menghasikan kesetian
pelanggan adalah memberikan nilai pelanggan
yang tinggi.
Hasil analisis Empati (Empathy) tersaji pada
Tabel 5 Berikut.
Tabel 4.
Penilaian Tingkat Harapan dan kenyataan peserta Diklat Manajemen dan Kepemimpinan bagi
Pimpinan BP3K dalam Dimensi kesigapan (responsiveness)
No. Aspek yang ditanyakan Harapan Kenyataan
GAP Kepuasan Rata-Rata Rata-Rata
1 Registrasi/pendaftaran peserta pelatihan cepat dan mudah 4.71 4.43 -0.27 94.25%
2 Penyelesaian pembayaran uang saku dan trans portasi
tepat waktu ( 1 hari sebelum penutupan) 4.59 4.35 -0.24 94.74%
RATA-RATA 4.65 4.39 -0.26 94.50%
Tabel 5.
Penilaian Tingkat Harapan dan kenyataan peserta Diklat Manajemen dan Kepemimpinan bagi
Pimpinan BP3K dalam Dimensi Empati (Empathy)
No. Aspek yang ditanyakan Harapan Kenyataan GAP Kepuasan
Rata-Rata Rata-Rata
1 Prosedur pengadministrasian
/registrasi yang tidak sulit 4.59 4.33 -0.26 94.41%
2 Prosedur penyelesaian pembayaran
uang saku dan trasportasi yang mudah
dan cepat
4.66 4.16 -0.50 89.32%
3 Kepedulian terhadap kesehatan
peserta pelatihan 4.44 4.41 -0.03 99.40%
RATA-RATA 4.56 4.30 -0.26 94.38%
Analisis Tingkat Kepuasan Peserta Diklat Manajemen dan Kepemimpinan bagi Pimpinan BP3K Terhadap Kualitas
Penyelenggaraan Diklat di BBPP Batangkaluku dengan Menggunakan Metode SERVQUAL Terkelin/Mustafa 195
Analisis Keandalan (Reliability)
Dari hasil analisis berdasarkan data questioner,
maka dari dimensi Keandalan (Reliability)
dalam pelayanan menunjukkan tingkat
kepuasan peserta diklat yang cukup tinggi. Hal
ini direpresentasikan dengan persentase
Analisis Jaminan (Assurance)
Berdasarkan pengolahan data questioner
pelatihan, maka diperoleh gap rata-rata bernilai
negatif (-), dimana gap tertinggi terdapat pada
Keramahan petugas pelayanan keuangan (-)
0,25. Hal ini diduga disebabkan karena Hal ini
diduga karena kurang efektifnya sosialisasi
mengenai aturan yang terkait prosedur
rata-rata yang mencapai 98,45% yang
menunjukkan bahwa peserta sangat puas
terhadap pelayanan diklat pada dimensi
keandalan. Hasil analisis Keandalan
(Reliability) tersaji pada Tabel 6 Berikut.
penyelesaian pembayaran uang saku dan
trasportasi sesuai peraturan yang berlaku.
Hal menyebabkan peserta merasa bahwa
petugas pelayanan keuangan terlihat sangat
berhati-hati dan sangat disiplin dalam
penyelesaian pembayaran uang saku dan
trasportasi bagi peserta diklat.
Hasil analisis Jaminan (Assurance)
tersaji pada Tabel 7 Berikut.
Tabel 6.
Penilaian Tingkat Harapan dan kenyataan peserta Diklat Manajemen dan Kepemimpinan bagi
Pimpinan BP3K dalam Dimensi Reliability (keandalan)
No. Aspek yang ditanyakan Harapan Kenyataan GAP Kepuasan
Rata-Rata Rata-Rata
1 Profesionalisme Petugas penerima
peserta 4.61 4.67 0.06 101.39%
2 Kemampuan Menggunakan Alat
Bantu (Penggunaan Sarana) 4.44 4.41 -0.03 99.40%
3 Profesionalisme petugas pelayanan
keuangan 4.52 4.28 -0.25 94.57%
RATA-RATA 4.52 4.45 -0.07 98.45%
Tabel 7.
Penilaian Tingkat Harapan dan kenyataan peserta Diklat Manajemen dan Kepemimpinan bagi
Pimpinan BP3K dalam Dimensi Jaminan (Assurance)
No. Aspek yang ditanyakan
Harapan Kenyataan GAP Kepuasan
Rata-Rata Rata-Rata
1 Keramahan Petugas penerima peserta 4.61 4.67 0.06 101.39%
2 Keramahan petugas pelayanan keuangan 4.52 4.28 -0.25 94.57%
3 Kualitas menu makanan yang disajikan 4.69 4.29 -0.40 91.57%
4 Penguasaan Materi (Pengetahuan,
Keterampilan, Sikap) 4.58 4.56 -0.02 99.53%
5 Penguasaan Metoda (Kemampuan Penyajian,
(Berkomunikasi, Kemampuan Menjawab, Nada
& Suara, Kerjasama)
4.50 4.49 -0.01 99.86%
6 Penegakan Disiplin (Kehadiran, Kerapihan
Berpakaian, Sikap & Perilaku) 4.33 4.35 0.01 100.34%
7 Tujuan Pembelajaran
(Relevansi Materi dengan Indikator
Keberhasilan, Pencapaian Tujuan
Pembelajaran)
4.49 4.46 -0.04 99.19%
RATA-RATA 4.53 4.44 -0.09 98.06%
196 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
Importance Performance Analysis (IPA)
Berdasarkan hasil perhitungan dengan
Important Performance Analysis (IPA)
diperoleh nilai rata-rata kenyataan
(performance), nilai rata-rata harapan
(importance), serta nilai rata-rata Performance
dan Importance dari setiap variabel kualitas
pelayanan dan juga tingkat kesesuaian dari
hasil penilaian responden., maka perhitungan
pemetaan faktor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan peserta Diklat Manajemen dan
Kepemimpinan bagi Pimpinan BP3K tahun
2016 disajikan pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8.
Perhitungan Pemetaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Peserta Diklat Manajemen
dan Kepemimpinan bagi Pimpinan BP3K terhadap Penyelenggaraan Pelatihan
No. KRITERIA HARAPAN KENYATAAN KUADRAN
1 Registrasi/pendaftaran peserta pelatihan cepat
dan mudah 4.71 4.43 B
2 Prosedur pengadministrasian/registrasi yang
tidak sulit 4.59 4.33 A
3 Bahan serahan (tas,buku,pulpen, pensil dll)
yang berkualitas 4.51 4.12 C
4 Profesionalisme Petugas penerima peserta 4.61 4.67 B
5 Keramahan Petugas penerima peserta 4.61 4.67 B
6 Keramahan petugas pelayanan keuangan 4.52 4.28 C
7 Prosedur penyelesaian pembayaran uang saku
dan trasportasi yang mudah dan cepat 4.66 4.16 A
8 Penyelesaian pembayaran uang saku dan
trasportasi yang mudah dan cepat 4.59 4.33 A
9 Penyelesaian pembayaran uang saku dan trans
portasi tepat waktu ( 1 hari sebelum penutupan) 4.59 4.35 A
10 Profesionalisme petugas pelayanan keuangan 4.52 4.28 C
11 Kebersihan dan kenyamanan ruang belajar 4.66 4.16 A
12 Variasi menu makanan yang disajikan 4.69 4.32 A
13 Kualitas menu makanan yang disajikan 4.69 4.29 A
14 Ketersediaan alat bantu pengajaran (LCD,
Laptop, OHP, Layar screen) 4.41 4.16 C
15 Kelengkapan fasilitas praktek (lab/lahan/alat
dan mesin pertanian) 4.72 4.17 A
16 Penguasaan materi oleh widyaiswara
(Pengetahuan, Keterampilan, Sikap) 4.58 4.56 B
17 Penguasaan metoda oleh widyaiswara
(Kemampuan Penyajian, Berkomunikasi,
kemampuan menjawab, Nada & Suara,
Kerjasama)
4.50 4.49 D
18 Kemampuan oleh widyaiswara dalam
menggunakan alat bantu (Penggunaan Sarana) 4.44 4.41 D
19 Penegakan disiplin oleh widyaiswara
(Kehadiran, Kerapihan Berpakaian, Sikap &
Perilaku)
4.33 4.35 C
20 Tujuan pembelajaran (Relevansi Materi dengan
Indikator Keberhasilan, Pencapaian Tujuan
Pembelajaran)
4.49 4.46 D
21 Kepedulian terhadap kesehatan
peserta pelatihan 4.44 4.41 D
Keterangan :
Kuadran A = y > 4,57 ; x < 4,35 Kuadran B = y > 4,57 ; x > 4,35Kuadran C = y < 4,57 ; x < 4,35 Kuadran D
= y < 4,57 ; x > 4,35
Analisis Tingkat Kepuasan Peserta Diklat Manajemen dan Kepemimpinan bagi Pimpinan BP3K Terhadap Kualitas
Penyelenggaraan Diklat di BBPP Batangkaluku dengan Menggunakan Metode SERVQUAL Terkelin/Mustafa 197
Berdasarkan perhitungan rata-rata
Harapan dan Kenyataan tiap variabel kualitas
pelayanan pada tabel 8, maka untuk
mengujinya perhitungan IPA diatas dengan
menggunakan Diagram kartesius pada Gambar
1 di bawah ini:
Gambar 1. Diagram Kartesius Importance-
Performance Analysis
Berdasarkan gambar 1 tersebut maka
interpretasi masing-masing kuadran diurakan
sebagai berikut:
Kuadran A (Prioritas Utama)
Menunjukkan faktor-faktor yang menjadi
prioritas utama perbaikan karena terlalu
jauhnya gap antara kinerja aktual dan harapan
peserta. Hal tersebut menandakan tingkat
kepentingan dari kuadran ini sangat tinggi
namun kemampuan dalam memenuhi tuntutan
tersebut masih rendah. Faktor-faktor yang
termasuk kuadran ini adalah:
- Prosedur pengadministrasian/registrasi yang
tidak sulit.
- Prosedur penyelesaian pembayaran uang
saku dan trasportasi yang mudah dan cepat.
- Penyelesaian pembayaran uang saku dan
trasportasi yang mudah dan cepat.
- Penyelesaian pembayaran uang saku dan
trans portasi tepat waktu (1 hari sebelum
penutupan).
- Kebersihan dan kenyamanan ruang belajar
- Variasi menu makanan yang disajikan
- Kualitas menu makanan yang disajikan
- Kelengkapan fasilitas praktek (lab/lahan/
alat dan mesin pertanian).
Kuadran B (Pertahankan Prestasi)
Menunjukkan faktor-faktor yang sebaiknya
dipertahankan kinerjanya. Hal tersebut
dikarenakan sudah relatif terpenuhinya tuntutan
peserta dengan kinerja yang ada. Faktor-faktor
yang termasuk kuadran ini adalah:
- Registrasi/pendaftaran peserta pelatihan
cepat dan mudah
- Profesionalisme Petugas penerima peserta
- Keramahan Petugas penerima peserta
- Penguasaan materi oleh widyaiswara
(Pengetahuan, Keterampilan, Sikap).
Kuadran C (Prioritas Rendah)
Menunjukkan faktor-faktor tuntutan peserta
tidak terlalu tinggi dan kinerja pelayanan sudah
mampu memenuhi tuntutan tersebut. Faktor-
faktor yang termasuk kuadran ini adalah:
- Bahan serahan (tas, buku, pulpen, pensil dll)
yang berkualitas
- Keramahan petugas pelayanan keuangan
- Profesionalisme petugas pelayanan
keuangan
- Ketersediaan alat bantu pengajaran (LCD,
Laptop, OHP, Layar screen)
- Penegakan disiplin oleh widyaiswara
(Kehadiran, Kerapihan Berpakaian, Sikap &
Perilaku).
Kuadran D (Berlebihan)
Menunjukkan faktor-faktor kinerja pelayanan
dirasakan berlebihan karena tuntutan atau
harapan peserta sebenarnya tidak tinggi.
Faktor-faktor yang termasuk dalam kuadran ini
adalah:
- Penguasaan metoda oleh widyaiswara
(Kemampuan Penyajian, Berkomunikasi,
kemampuan menjawab, Nada & Suara,
Kerjasama)
- Kemampuan oleh widyaiswara dalam
menggunakan alat bantu (Penggunaan
Sarana)
- Tujuan pembelajaran (Relevansi Materi
dengan Indikator Keberhasilan, Pencapaian
Tujuan Pembelajaran)
- Kepedulian terhadap kesehatan peserta
pelatihan.
PENUTUP
Simpulan
Dari 5 dimensi faktor penentu kualitas
jasa pelayanan yang mencakup 21 butir aspek
yang ditanyakan, dan berdasarkan hasil analisis
dengan mengunakan metode SERVQUAL
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Nilai gap pada 5 dimensi faktor penentu
kualitas jasa pelayanan sebagai berikut:
tangible (-0,41); responsiveness (-0,26);
A B
D C
198 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
Empathy (-0,07); Reliability (98.45%);
Assurance (-0,04).
2. Ekspektasi peserta terhadap kualitas
pelayanan kepada termasuk dalam kategori
puas dengan persentase pada 5 dimensi
yang dinilai sebagai berikut: tangible
(91,08%). (-0,41); responsiveness (94,50%);
Empathy (-94,38%); Reliability (-0,26);
Assurance (99.19%).
3. Berdasarkan hasil analisis dengan
importance - Performance Analysis
terhadap gap yang muncul pada 21 butir
indikator, terdapat 8 faktor yang menjadi
prioritas perbaikan kinerja pelayanan
penyelenggaraan pelatihan yaitu:
a. Prosedur pengadministrasian/ registrasi
yang tidak sulit.
b. Prosedur penyelesaian pembayaran uang
saku dan trasportasi yang mudah dan
cepat.
c. Penyelesaian pembayaran uang saku dan
trasportasi yang mudah dan cepat.
d. Penyelesaian pembayaran uang saku dan
trans portasi tepat waktu (1 hari sebelum
penutupan).
e. Kebersihan dan kenyamanan ruang
belajar
f. Variasi menu makanan yang disajikan
g. Kualitas menu makanan yang disajikan
h. Kelengkapan fasilitas praktek (lab/lahan/
alat dan mesin pertanian).
Saran
1. Penyelenggara pelatihan sebaiknya
melibatkan Organizing Committe (OC) dari
Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP)
Batangkaluku agar proses pelatihan dapat
berjalan dengan maksimal.
2. Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP)
Batangkaluku sebaiknya menunjuk petugas
khusus di bagian resepsionis baik pada saat
jam kantor ataupun di luar jam kantor.
3. Memaksimalkan fungsi pengawasan Tim
Pengendali Mutu Balai Besar Pelatihan
Pertanian (BBPP) Batangkaluku.
4. Penyelenggara diklat agar merealisasikan
solusi untuk mengatasi setiap masalah yang
menjadi hambatan dalam proses kediklatan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi (1996). Pengelolaan Kelas
Dan Siswa. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persana.
As’ad, Mohamad. 2004. Psikologi Industri.
Liberty: Yogyakarta.
Baskoro, 2011. “Analisis Kepuasan Peserta
Terhadap Kualitas Pelatihan Divisi
Product Quality Engineering PT MEB
Menggunakan Metode Servqual. Skripsi.
FT Universitas Indonesia
Henryanto, 2014, Analisis Tingkat Kepuasan
Peserta Diklat Dari Kualitas Pelayanan
Diklat Badan Kepegawaian Daerah, Kab.
Kep. Mentawai, STIE “KBP” Padang,
Jurnal KBP Volume 2: No.1, 1-37
Kirkpatrick, D & Kirkpatrick P (2006).
“Evaluating training program (3rd ed)”.
San Francisco : Berrett-Kother.
Lovelock, Christopher. and Wirtz, Jochen.
2011. “Services Marketing: “People,
Technology, Strategy”, 7th Edition. New
Jersey: Pearson Education, Inc
Mc Leod, R. (2007). Management Information
Systems. 10th.ed., Upper Saddle River:
Pearson Education.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pengembangan
Sumber Daya Manusia. Jakarta :Rineka
Cipta
Parasuraman A., Zeithaml V.A., Berry L.L.
(1988): SERVQUAL: A multiple item
scale for measuring consumer perceptions
of service quality, Journal of retailing,
Vol. 64, No. 1, pp. 12-40.
Permani, N. 2002. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kepuasan Peserta
Pelatihan terhadap Pelayanan Penunjang
Pelatihan di Pusdiklat Kesehatan Depkes
RI. www.damandiri.or.id
Zeithaml, V. A., & Bitner, M. J. (2003).
Services Marketing Integrating Customer
Focus Across The Firm. New York:
McGraw-Hill Companies.
Zeithaml, V.A., Parasuraman, A. dan Berry,
L.L., (1990), Delivering Quality Service,
New York.
Penerapan Pengajaran Model Gabungan Ceramah dan Pengajaran Autentik untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar PKn
Pokok Bahasan Pelaksanaan Demokrasi Dalam Berbagai Kehidupan Bagi Siswa Kelas X IPS 1 SMAN 1 Blk. Darmawati 199
PENERAPAN PENGAJARAN MODEL GABUNGAN CERAMAH DAN PENGAJARAN
AUTENTIK UNTUK MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR PKN POKOK
BAHASAN PELAKSANAAN DEMOKRASI DALAM BERBAGAI KEHIDUPAN
BAGI SISWA KELAS X IPS 1 SMA NEGERI 1 BULUKUMBA
SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Darmawati *)
Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan
Guru SMA Negeri 1 Bulukumba
Email: darmawati@yahoo.co.id
Abstrak
Dalam proses pembelajaran yang menyangkut materi, metode, media alat peraga dan sebagainya harus
juga mengalami perubahan kearah pembaharuan ( inovasi). Dengan adanya inovasi tersebut diatas
dituntut seorang guru untuk lebih kreatif dan inovatif, terutama dalam menentukan model dan metode
yang tepat akan sangat menentukan keberhasilan siswa terutama pembentukan kecakapan hidup ( life
skill) siswa yang berpijak pada lingkungan sekitar. Penelitian ini berdasarkan permasalahn (a)
Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar PKn dengan diterapkannya model Gabungan Ceramah
dan Pengajaran Autentik pada siswa Kelas X IPS 1 tahun pelajaran 2016/2017. ( b) Bagaimanakah
pengaruh Model Gabungan Ceramah dan Pengajaran Autentik terhadap motivasi belajar PKn pada
siswa Kelas X IPS 1 tahun pelajaran 2016/2017. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah (a)
ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar PKn setelah diterapkannya model Gabungan Ceramah
dan Pengajaran Autentik (b) Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar PKn setelah diterapkan
model Gabungan Ceramah dan Pengajaran Autentik. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan
(action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu : rancanan,
kegiatan dan pengamatan, refleksi dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas X IPS 1
tahun pelajaran 2016/2017. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan
belajar mengajar. Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan
dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (72,41), siklus II (82,76), siklus III (96,55) Simpulan dari
penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif dapat berpengaruh positif terhadap prestasi dan
motivasi belajar siswa Kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Bulukumba serta model pembelajaran ini
dapat digunakan sebagai salah satu alternative pembelajaran PKn.
Kata Kunci: PKN, Model Gabungan Ceramah dan Pengajaran Autentik
Abstract *)
In the process of learning concerning the material, methods, media props and so on should also undergo a change towards the renewal (innovation). With the above innovations required a teacher to be more creative and innovative, especially in determining the right model and method will determine the success of students, especially the formation of life skills (life skills) students who are based on the environment. This study is based on the problems (a) How to improve the achievement of Civics learning by applying the Model of Authentic Teaching and Teaching Lectures on the students of Class X IPS 1 academic year 2016/2017. (B) How is the influence of the Authentic Model of Lectures and Teaching Teachers toward the motivation of Civic learning in the students of Class X IPS 1 academic year 2016/2017. While the purpose of this research is (a) want to know the improvement of learning achievement of Civics after application of model of Authentic Lecture and Teaching (b) Want to know the influence of Civics learning motivation after applied model of Authentic Lecture and Teaching Practice. This research uses action research for three rounds. Each round consists of four stages: design, activity and observation, reflection and refission. Target of this research is student of class X IPS 1 year lesson 2016/2017. The data obtained in the form of formative test results, observation sheet of teaching and learning activities. From the analyst's result, it is found that students' learning achievement has improved from cycle I to cycle III that is, cycle I (72,41), cycle II (82,76), cycle III (96,55) conclusion from this research is cooperative learning method Have a positive effect on student achievement and motivation of Class X IPS 1 SMA Negeri 1 Bulukumba and this learning model can be used as one of the alternative learning of Civics
Keywords:
200 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
PENDAHULUAN
Di era globalisasi yang sedang berlangsung
dewasa ini. Indonesia menghadapi berbagai
tantangan. Tantangan tersebut antara lain
persaingan ketat dalam pandangan
internasional sebagai konsekuensi pasar bebas
di kawasan ASEAN dan Asia Pasifik. Hal
tersebut telah menimbulkan berbagai masalah
kehidupan, termasuk matinya produk-produk
perdangan local bahkan pabrik-pabrik tekstl
dalam negeri , karena tidak mampu bersaing
dengan produk luar. Contohnya kalau jalan-
jalan ke swalayan, dapat kita saksikan berapa
proses produk dalam negari yang dipasarkan,
bahkan mencari jeruk Garut atau Apel malang
saja sudah susah. Menghadapi tantangan
dan permasalahn tersebut, pendidikan harus
berorientasi sesuai dengan kondisi dan tuntutan
itu, agar output pendidikan dapat mengikuti
perkembnagan yang terjadi. Dalam kondisi ini
manajemen birokratik sentralistik yang telah
menghasilkan pola penyelenggaraan
pendidikan yang regam dalam berbagai kondisi
local yang berbeda untuk berbagai lapisan
masyarakat yang berbeda, tidak bisa
dipertahankan lagi. Dikatakan demikian karena
muatan dan proses pembelajaran di sekolah
selama ini menjadi miskin variasi, berbasis
pada standar nasional yang kaku dan
diimplementasikan di sekolah atas dasar
petunjuk-petunjuk yang cenderung serba detail.
Di samping itu peserta didik dievaluasi atas
dasar akumulasi pengetahuan yang telah
diperolehnya sehingga orang tua tidak
mempunyai variasi pilihan atas jasa pelayanan
pendidikan bagi anak-anaknya sumber-sumber
pembelajaran di “ dunia” nyata dan unggulan
daerah tidak dimanfaatkan bagi kepentingan
pendidikan di sekolah dan lulusan hanya
mampu menghafal tanpa memahami.
Tantangan masa depan yang berbeda
indikatornya telah nampak akhir-akhir ini
menuntut manusia yang mandiri, sehingga
peserta didik harus dibekali dengan kecakapan
hidup ( life skill) melalui muatan, proses
pembelajaran dan aktivitas lain di sekolah.
Kecakapan hidup di sini tidak semata-mata
terkait dengan motif ekonomi secara sempit,
seperti keterampilan untuk bekerja , tetapi
menyangkut aspek social budaya seperti cakap,
berdemokrasi, ulet dan memilih budaya belajar
sepanjang hayat. Dengan demikian pendidikan
yang berorientasi kecakapan hidup pada
hakekatnya adalah pendidikan untuk
membentuk watak dan etos. Perkembangan
global saat ini juga menuntut dunia pendidikan
untuk selalu mengubah konsep berfikirnya.
Konsep lama mungkin sudah tidak sesuai
dengan perkembangan saat ini, lebih-lebih
untuk yang akan datang. Untuk itulah,
perubahan selalu dilakukan sesuai dengan
perkembangan jaman. Belajar adalah proses
penambahana pengetahuan. Konsep ini muncul
pada pengertian paling awal. Namun
pandangan ini ternyata masih berlaku bagi
sebagian orang di negeri ini. Dengan pijakan
konsep ini belajar seolah-olah hanya penjejalan
ilmu pengetahuan kepada siswa. Pandangan ini
tidak perlu salah karena pada kenyataannya
bahwa belajar itu menambah pengetahuan
kepada anak didik. Namun demikian konsep ni
masih sangat persial, terlalu sempit dan
menjadikan siswa sebagai individu-individu
yang pasih dan repasif. Siswa layaknya sebuah
benda kosong yang perlu diisi sampai penuh
tanpa melihat potensi yang sebenarnya sudah
ada pada siswa. Pendidikan formal saat ini
ditandai adanya perubahan yang berkali-kali
dalam beberapa tahun terakhir ini ditandai
dengan adanya suatu perubahan (inovasi).
Perubahan pada hakekatnya adalah sesuatu hal
yang wajar karena perubahan itu adalah sesuatu
yang bersifat kodrati dan manusiawi. Hanya
ada dua alternative pilihan yaitu menghadapi
tantangan yang ada di dalamnya atau mencoba
menghindarinya. Jika perubahan direspon
positif akan menjadi peluang dan jika
perubahan direspon negative akan menjadi arus
kuat yang menghempaskan adan mengalahkan
kita. Dalam proses pembelajaran yang
menyangkut materi, metode, media alat peraga
dan sebagainya harus juga mengalami
perubahan kearah pembaharuan (inovasi)I.
Dengan adanya inovasi tersebut di atas di
tuntut seorang guru untuk lebih kreatif dan
inovatif. Terutama dalam menentukan model
dan metode yang tepat akan sangat menentukan
keberhasilan siswa terutama pembentukan
kecakapan hidup (life skill) siswa yang
berpikak pada lingkungan sekitarnya.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
(action research) Karena penelitian dilakukan
untuk memecahkan masalah pembelajaran di
kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian
dskriptif, sebab menggambarkan bagaimana
suatu teknik pembelajaran diterapkan dan
bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Sukidin dkk, (2002L54) ada 4
macam bentuk penelitian tindakan, yaitu (1)
penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2)
penelitian tindakan kolaboratif, (3) penelitian
Penerapan Pengajaran Model Gabungan Ceramah dan Pengajaran Autentik untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar PKn
Pokok Bahasan Pelaksanaan Demokrasi Dalam Berbagai Kehidupan Bagi Siswa Kelas X IPS 1 SMAN 1 Blk. Darmawati 201
tindakan simulatif terinteratif dan (4) penelitian
tindakana social eksperimental.
Keempat bentuk penelitian tindakan
diatas ada persamaan dan perbedaannya.
Menurut Oja dan Smulyan sebagaiman dikutip
oleh Kasbolah, (2000) (dalam Sukidin, dkk
2002:55), cirri-ciri dari setiap penelitian
tergantung pada (1) tujuaan utamanya atau
pada tekanannya (2) tingkat kolaborasi antara
pelaku peneliti dan penelitia dari luar (3)
proses yang digunakan dalam melakukan
penelitian dan (4) hubungan antara proyek
dengan sekolah.
Dalam penelitian ini menggunakan
bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru
angat berperan sekali dalam proses penelitian
tindakan kelas. Dalam bentuk in, tujuan utama
penelitian tindakan kelas ialah untuk
meningkatkan praktik-praktif pembelajaran di
kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat
langsung secara penuh dalam proses
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini
peranannya tidak dominant dan sangat kecil.
Penelitian ini mengacu pada perbaikan
pembelajaran yang berkesinambungan.
Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan
bahwa model penelitian tindakan adalah
berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan
pada suatu siklus meliputi perencanaan atau
pelaksanaan observasi dan refreksi. Siklus ini
berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai
dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.
Tempat, waktu dan Subjek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang
digunakan dalam melakukan penelitian
untuk memperoleh data yang diinginkan.
Penelitian ini bertempat diSMA Negeri 1
Bulukumba tahun pelajaran 2016/2017.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu
berlangsungnuya penelitian atau saat
penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Juli sampai
Oktober 2016/2017
3. Subyek penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswa Kelas
X IPS 1 tahun pelajaran pada pokok
bahasan pelaksanaan demokrasi dalam
berbagai kehidupan.
Rancangan Penelitian
Menurut pengertiannya penelitian
tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang
terjadi di masyarakat yang bersangkutan
(Arikunto, Suharsimi 2002:82). Ciri atau
karakteristik utama dalam penelitian tindakan
adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara
peneliti dengan anggota kelompok sasaran.
Penelitian tindakana adalah satu strategi
pemecahana masalah yang memanfaatkan
tindakan nyata dalam bentuk proses
pengembangan inovatif yang dicoba sambil
jalan dalam mendeteksi dan memecahkan
masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang
terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling
mendukung satu sama lain.
Sedangkan tujuan penelitian tindakan
harus memenuhi beberapa prinsip sebagai
berikut:
1. Permasalahan atau topic yang dipilih harus
memenuhi criteria yitu benar-benar nyata
dan penting, menarik perhatian dan mampu
ditangani serta dalam jangkauan
kewenangan peneliti untuk melakukan
perubahan.
2. Kegiatan penelitian, baik interensi maupun
pengamatan yang dilakukan tidak boleh
sampai mengganggu atau menghambat
kegiatan utama.
3. Jenis intervensi yang dicobakan harus
efektif dan efisien artinya terpilih dengan
tepat sasaran dan tidakj memboroskan
waktu dana dan tenaga.
4. Metodologi yang digunalkan harus jelas,
rinci dan terbuka, setiap langkah dari
tindakana dirumuskan dengan tegas
sehingga orang yang berminat terhadap
penelitian tersebut dapat mengecek setiap
hipotesis dan pembuktiannya.
5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat
merupakan proses kegiatan yang
berkelanjutan (on-going) mengingat bahwa
pengembangan dan perbaikan terhadap
kualitas tindakan memang tidak dapta
berhenti tetapi menjadi tantangan
sepanjang waktu (Arikunto, Suharsimi,
2002:82:82)
Sesuai dengan jenis penelitian yang
dipilih yaitu penelitian tindkaan, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian
tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam
Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk
spiral dari siklus yang satu ke siklus yang
berikutnya. Setiap siklus meliputi planning
(rencana), action (tindakan), observasi
(pengamatan) dan reflection (refleksi).
Langkah pada siklus berikutnya adalah
perencanaan yang sudah direvisi, tindakan,
pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada
siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang
berupa identifikasi permasalahan.
202 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
Penjelasan alur diatas adalah:
1. Rancangan/rencana awalk, sebelum
mengadakan penelitian menyusun
rumusan masalah, tujuan dan membuat
rencana tindakan termasuk di dalamnya
instrument penelitian dan perangkat
pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan meliputi
tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai upaya membangun pemahaman
konsepo siswa serta mengamati hasil
atau dampak dari diterampkannya
pembelajaran kontekstual model
Gabungan Ceramah dan Pengajaran
Autentik.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan
mempertimbangkan hasil atau dampak
dari tindakan yang dilakukan
berdasarkan lembar pengamatan yang
diisi oleh pengamat.
4. rancangan/rencana yang direvisi,
berdasarkan hasil refleksi dari pengamat
membuat rancangan yang direvisi untuk
dilaksanakan pada siklus berikutnya:
Observasi dibagi dalam tiga siklus, yaitu
siklus 1,2, dan 3 dimana masing-masing
putaran dikenai perlakuan yang sama
(alur kegiatan yang sama ) dan
membahas satu sub pokok bahasan yang
diakhiri dengan tes formatif di akhir
masing-masing putaran. Siklus ini
berkelanjutan dan akan dihentikan jika
sesuai dengan kebutuhan dan dirasa
sudah cukup.
Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data dalam penelitian
ini adalah tes buatan guru yang fungsinya
adalah (1) untuk menentukan seberapa baik
siswa telah menguasai bahan pelajaran yang
diberikan dalam waktu tertentu : (2) untuk
menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai
dan (3) untuk memperoleh suatu nilai
(Arikunto, Suharsimi, 2002:149). Sedangkan
tujuan dari tes adalah untuk mengetahui
ketuntasan belajar siswa secara individu
maupun secara klasikal. Disamping itu untujk
mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang
dilakukan siswa sehingga dapat dilihat dimana
kelemahan, khususnya pada bagian mana TPK
yang belum tercapai. Untuk memperkuat data
yang di kumpulkan maka juga digunakan
metode observasi (pengamatan ) yang
dilakukan oleh teman sejawat untuk
mengetahui dan merekam aktivitas guru dan
siswa dalam proses belajar mengajar.
Analisis Data
Dalam rangka menyusun dan mengelola
data yang terkumpul sehingga dapat
menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat
dipertanggung jawabkan maka digunakan
analisis data kuantitatif dan pada metode
observasi digunakan data kuantitatif. Cara
perhitungan untuk mengetahui ketuntasan
belajar siswa dalam proses belajar mengajar
sebagai berikut:
1. Merekapitulasi hasil tes
2. Merekapitulasi hasil pengamatan
3. Menghitung jumlah skor yang tercapai dan
prosentasenya untuk masing-masiong
siswa dengan menggunakan rumus
ketuntasan belajar seperti yang terdapat
dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu
siswa dikatakan tuntas secara individual jika
mendapatkan nilai minimal 65, sedangkan
secara individual mencapai 85% yang telah
memcapai daya serap lebih dari sama
dengan 65%.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Data penelitian diperoleh berupa hasil uji coba
item butir soal data observasi berupa
pengamatan pengelolaan model Gabungan
Ceramah dan Pengajaran Autentik dan
pengamatan aktivitas siswa dan guru pada
akhir pembelajaran dan data tes formatif siswa
pada setiap siklus. Data lembar observasi
diambil dari dua pengamatan yaitu data
pengamatan pengelolaan model Gabungan
Ceramah dan Pengajaran Autentik yang
digunakan untuk pengetahui pengaruh
penerapan medel pengajaran kolaborasi dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa dan data
pengamatan aktivitas guru dan siswa. Data tes
formatif untuk mengetahui peningkatan
prestasi belajar siswa setelah diterapkannya
proses belajar mengajar dengan menerapkan
model Gabungan Ceramah dan Pengajaran
Autentik.
A. Analisis data Penelitian Persklus
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti
mempersiapkan pembelajaran yang
terdiri dari rencana pelajaran 1, soal
tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran
yang mendukung. Selain itu juga
dipersiapkan lembar observasi
pengelolahan pembelajaran
kontekstual model pengajaran
Penerapan Pengajaran Model Gabungan Ceramah dan Pengajaran Autentik untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar PKn
Pokok Bahasan Pelaksanaan Demokrasi Dalam Berbagai Kehidupan Bagi Siswa Kelas X IPS 1 SMAN 1 Blk. Darmawati 203
berbasis proyek/tigas dan lembar
observasi aktivitas siswa.
b. Tahap kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar untuk siklus I dilaksanakan
di Kelas X IPS 1 dengan jumlah
siswa 29 siswa. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada
rencana pelajaran yang telah
dipersiapkan. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar
siswa diberi tes formatif I dengan
tujuan untuk mengetahui keberhasln
siswa dalam proses belajar mengajar
yang telah dilakukan. Adapun data
hasil penelitian pada siklus I adalah
sebagai berikut:
Table 4.1
Rekapitulasi Hasil Tes
Formatif Siswa Pada Siklus I
No Uraian Hasil
Siklus I
1
2
3
Nilai rata-rata tes
formatif
Jumlah siswa yang
tuntas belajar
Persentase
ketuntasan belajar
70,69
21
72,41 %
Dari tabel di atas dapat dijelaskan
bahwa dengan menerapkan
pembelajaran kontekstual model
pengajaran berbasdis proyek/tugas
diperoleh nilai rata-rata prestasi
belajar siswa adalah 70,69 dan
ketuntasan belajar mencapai 72,41%
atau ada 21 siswa dari 29 siswa sudah
tuntas belajar. Hasil ter sebut
menunjukkan bahwa pada siklus
pertama secara klalsik siswa belum
tuntas belajar, karena siswa yang
memperoleh nilai 65 hanya sebesar
73,17% lebih kecil dari persentase
ketuntasan yang dikehendaki yaitu
sebesar 85%. Hal ini disebabkan
karena siswa masih merasa baru dan
belum mengerti apa yang
dimaksudkan dan digunakan guru
dengan menerapkan model Gabungan
Ceramah dan Pengajaran Autentik.
c. Analisis Data Minat, Perhatian,
Partisipasi:
1. Minat
Dari analisis data diperoleh hasil
sebanyak 13 siswa (44,83%)
emiliki minat baik 8 siswa
(27,59%) memiliki minat cukup 9
siswa (31,03%) memiliki minat
kurang
. 2. Perhatian
Dari analisis data diperoleh hasil
sebanyak 13 siswa (48,78%)
memiliki perhatian baik 8 siswa
(27,59%) memiliki perhatian ukup
9 siswa (31,03%) memiliki
perhatian kurang.
3. Partisipasi
Dari analisis data diperoleh hasil
sebanyak 12 siswa (41,38%)
memiliki partisipasi baik 9 siswa
(31,03%) memiliki partisipasi
cukup 9 siswa (31,03%)
memiliki partisipasi kurang
.
d. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar diperoleh informasi
dari hasil pengamatan sebagai
berikut:
1) Guru kurang maksimal dalam
memotivasi siswa dan dalam
menyampaikan tujuan
pembelajaran.
2) Guru kurang maksimal dalam
pengelolaan waktu
3) Siswa kurang aktif selama
pembelajaran berlangsung
e. Refisi
Pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar pada siklus I ini masih
terdapat kekurangan, sehingga perlu
adanya revisi untuk dilakukan pada
siklus berikutnya.
1. Guru perlu lebih terampil dalam
memotivasi siswa an lebih jelas
dalam menyampaikan tujuan
pembelajaran. Dimana siswa
diajak untuk terlibat langsung
dalam setiap kegiatan yang akan
dilakukan.
2. Guru perlui mendistribusikan
waktu secara baik dengan
menambahkan informasi-
informasi yang dirasa perlu dan
memberi catatan.
3. Guru harus lebih terampil dan
bersemangat dalam memotivasi
siswa shingga siswa bias lebih
antusias.
204 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap in peneliti
mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 2, soal tes formatif
2 dan alat-alat pengajaran yang
mendukung. Selain itu juga
dipersiapkan lembar observasi
pengelolaan pembelajaran
kontekstual model Gabungan
Ceramah dan Pengajaran Autentik
dan lembar observasi siswa.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar untuk siklus II
dilaksanakan di Kelas X IPS 1
dengan jumlah siswa 29 siswa.
Dalam hal ini peneliti bertindak
sebagai pengajar. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada
rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus I,
sehingga kesalahan atau kekuarangan
pada siklus I tidak terulang lagi pada
siklus II. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar
mengajar siswa diberi tes formatif II
dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang
dilakukan. Instrument yang
digunakan adalah tes formatif II.
Adapun data hasil penelitian pada
siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Rekapitulasi Hasil Tes Formatif
Siswa pada Siklus II
Dari tabel di ata diperoleh nilai rata-
rata prestasi belajar siswa adalah
75,52 dan ketuntasan belajar
mencapai 82,76% atau ada 24 siswa
dari 29 siswa sudah tuntas belajar.
Hasil ini menunjukkan bahwa pada
siklus II ini ketuntasan belajar secara
klasik telah mengalami peningkatan
sedikit lebih baik dari siklus I. adanya
peningkatan hasil belajar sisw ini
karena setelah guru
menginformasikan bahwa setiap akhir
pelajaran akan selalu diadakan tes
sehingga pada pertemuan berikutnya
siswa lebih termotivasi untuk belajar.
Selain itu siswa juga sudah mengerti
apa yang dimaksud dan diinginkan
guru dengan menerapkan model
Gabungan Ceramah dan Pengajaran
Autentik.
c. Analisis Data Minat, Perhatian,
Partisipasi.
1. Minat
Dari analisis data diperoleh hasil
sebanyak 18 siswa (62,09%)
memiliki minat baik 5 siswa
(17,24%) memiliki minat cukup 5
siswa (17,24%) memiliki minat
kurang
. 2. Perhatian
Dari analisis data diperoleh hasil
sebanyak 18 siswa (62,09%)
memiliki perhatian baik 7 siswa
(24,14%) memiliki perhatian
cukup 4 siswa (13,79%) memiliki
perhatian kurang
. 3. Partisipasi
Dari analisis data diperoleh hasil
sebanyak 18 siswa (62,09%)
memiliki partisipasi baik 6 siswa
(20,69%) memiliki partisipasi
cukup 5 siswa (17,24%) memiliki
partisipasi kurang.
d. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar
diperoleh informasi dari hasil
pengamatan sebagai berikut:
1. Memotivasi siswa
2. Membimbing siswa
merumuskan kesimpulan/
menemukan konsep
3. Pengelolaan waktu
e. Refisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan belajar pada
siklus II ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan. Maka perlu
adanya revisi uintuk dilaksanakan
pada siklus II antara lain:
1. Guru dalam memotivasi siswa
hendaknya dapat membuat siswa
lebih termotivasi selama proses
belajar mengajar berlangsung.
No Uraian Hasil
Siklus I
1
2
3
Nilai rata-rata tes
formatif
Jumlah siswa yang
tuntas belajar
Persentase ketuntasan
belajar
75,52
24
82,76
Penerapan Pengajaran Model Gabungan Ceramah dan Pengajaran Autentik untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar PKn
Pokok Bahasan Pelaksanaan Demokrasi Dalam Berbagai Kehidupan Bagi Siswa Kelas X IPS 1 SMAN 1 Blk. Darmawati 205
2. Guru harus lebih dekat dengan
siswa sehingga tidak ada perasaan
takut dalam diri siswa baik untuk
mengemukakan pendapat atau
bertanya.
3. Guru harus lebih sabar dalam
membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep.
4. Guru harus mendistribusikan
waktu secara baik sehingga
kegiatan pembelajaran dapat
berjalan sesuai dengan yang
diharapkan.
5. Guru sebaiknya menambah lebih
banyak contoh soal dan memberi
soal-soal latihan pada siswa untuk
dikerjakan pada setiap kegiatan
belajar mengajar.
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini penelitian
mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 3, soal tes formatif
3 dan alat-alat pengajaran yang
mendukung. Seklain itu juga
dipersiapkan lembar observasi
pengelolaan pembelajaran
kontekstual model Gabungan
Ceramah dan Pengajaran Autentikdan
lembar observasi aktivitas guru dan
siswa.
b. Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar untuk siklus III
dilaksanakan di Kelas X IPS 1
dengan jumlah siswa 29 siswa.
Dalam hal ini peneliti bertindak
sebagai pengajar. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada
rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus II,
sehingga kesalahan atau kekurangan
pada siklus II tidak terulang lagi pada
siklus III. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar
mengajar siswa diberi tes formatif III
dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah
dilakukan. Instrumen yang digunakan
adalah tes formatif III. Adapun data
hasil penelitian pada siklus III adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.3
Rekapitulasi Hasil Tes Formatif
Siswa pada Siklus III
Berdasarkan tabel diatas diperoleh
nilai rata-rata tes formatif sebesar
81,03 dan dari 29 siswa yang telah
tuntas sebanyak 28 siswa dan 1 siswa
belum mencapai ketuntasan belajar.
Maka se cara klasikal ketuntasan
belajar yang telah tercapai sebesar
96,55% (termasuk kategori tuntas).
Hasil pada siklus III ini mengalami
peningkatan lebih baik dari siklus II.
Adanya peningkatan hasil belajar
pada siklus III ini dipengaruhi oleh
adanya peningkatan kemampuan guru
dalam menerapokan pembelajaran
kontekstual model Gabungan
Ceramah dan Pengajaran Autentik
sehingga siswa lebih mudah dalam
memahami materi yang telah
diberikan.
c. Analisis data Minat, Perhatian,
Partisipasi
1. Minat
Dari analisis data diperoleh hasil
sebanyak 28 siswa (96,55%)
memiliki minat baik 0 siswa
memiliki minat cukup 0 siswa
memiliki minat kurang.
2. Perhatian
Dari analisis data diperoleh hasil
sebanyak 27 siswa (93,10%)
memiliki perhatian baik 1 siswa
(3,45%) memiliki perhatian cukup
1 siswa (3,45%) memiliki
perhatian kurang.
3. Partisipasi
Dari analisis data diperoleh hasil
sebanyak 25 siswa (86,20%)
memiliki partisipasi baik 2 siswa
(6,89%) memiliki partisipasi
cukup 1 siswa (3,45%) memiliki
partisipasi kurang.
d. Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang
telah terlaksana dengan baik maupun
No Uraian Hasil
Siklus II
1
2
3
Nilai rata-rata tes
formatif
Jumlah siswa yang
tuntas belajar
Persentase
ketuntasan belajar
81,03
28
96,55
206 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
yang masih kurang baik dalam proses
belajar mengajar dengan penerapan
pembelajaran kontektual model
Gabungan Ceramah dan Pengajaran
Autentik. Dari data-data yang telah
diperoleh dapat diurakain sebagai
berikut:
1. Selama proses belajar mengajar
guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik.
Meskipun ada beberapa aspek
yang belum sempurna, tetapi
persentase pelaksanaannya untuk
masing-masing aspek cukup besar.
2. Berdasarkan data hasil
pengamatan diketahui bahwa
siswa aktif selama proses belajar
berlangsung.
3. Kekuranan pada siklus-siklus
sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan
sehingga menjadi lebih baik.
4. Hasil belajar siswa pada siklus III
mencapai ketuntasan.
e. Refisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan
pembelajaran kontekstual model
Gabungan Ceramah dan Pengajaran
Autentikdengan baik dan dilihat dari
aktivitas siswa serta hasil belajar
siswa pelaksanaan proses belajar
mengajar sudah berjalan dengan baik.
Maka tidak diperlukan revisi terlalu
banyak, tetapi yuang perlu
diperhatikan untuk tindakan
selanjutnya adalah memaksimalkan
dan mempertahankan apa yang telah
ada dengan tujuan agar pada
pelaksanaan proses belajar mengajar
selanjutnya penerapan pembelajaran
kontekstual model Gabungan
Ceramah dan Pengajaran
Autentikdapat meningkatkan proses
belajar mengajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar siswa
Melalui hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pembelajaran
kontekstual model Gabungan Ceramah dan
Pengajaran Autentik memiliki dampak
positif dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin
mantapnya pemahaman siswa terhadap
materi yang disampaikan guru (ketuntasan
belajar meningkat dari siklus I, II dan III)
yaitu masing-masing 72,41%, 82,76%, dan
96,55% . pada siklus III ketuntasan belajar
siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola
Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh
aktivitas siswa dalam proses belajar
mengajar dengan menerapkan pembelajaran
kontekstual model Gabungan Ceramah dan
Pengajaran Autentik dalam setiap siklus
mengalami peningkatan. Hal ini berdampak
positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu
dapat ditunjukkan dengan meningkatnya
nilai rata—rata siswa pada setiap siklus
yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
Kewarganegaraan pada pokok bahasan
nilai, macam norma dan sanksinya dengan
pembelajarsan kontekstual model Gabungan
Ceramah dan Pengajaran Autentik yang
paling dominant adalah belajar dengan
sesame anggota kelompok,
mendengarkan/memperhatikan penjelasan
guru dan diskusi antara siswa/antara siswa
dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa
aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
4. Analisis Data Minat, Perhatian, Partisipasi
a. Minat
Dari analisis data siklus I diperoleh hasil
sebanyak 13 siswa (44,83%) memiliki
minat baik 8 siswa 27,59%) memiliki
minat cukup 9 siswa (31,03%) memiliki
minat kurang. Siklus II sebanyak 18
siswa (62,09%) memiliki minat baik 5
siswa (17,24%) memiliki minat cukup 5
siswa (17,24%) memiliki minat kurang.
Dan siklus III diperoleh hasil sebanyak
28 siswa (96,55%) memiliki minat baik
0 siswa memiliki minat cukup 0 siswa
memiliki minat kurang.
Dari hasil ini dapat disimpulkan
bahwa kegiatan pembelajaran
Kewarganegaraan dengan menerapkan
pembelajaran kontekstual model
Gabungan Ceramah dan Pengajaran
Autentik dapat meningkatkan minat
siswa terhadap pembelajaran.
b. Perhatian
Dari analisis data siklus I diperoleh hasil
sebanyak 13 siswa (48,78%) memiliki
perhatian baik 8 siswa (27,59%)
memiliki perhatian cukup 9 siswa
(31,03%) memiliki perhatian kurang.
Siklus II diperoleh hasil sebanyak 18
Penerapan Pengajaran Model Gabungan Ceramah dan Pengajaran Autentik untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar PKn
Pokok Bahasan Pelaksanaan Demokrasi Dalam Berbagai Kehidupan Bagi Siswa Kelas X IPS 1 SMAN 1 Blk. Darmawati 207
siswa (62,09%) memiliki perhatian baik
7 siswa (24,14%) memiliki perhatian
cukup 4 siswa (13,79%) memiliki
perhatian kurang. . Dan siklus III
diperoleh hasil sebanyak 27 siswa
(93,10%) memiliki perhatian baik 1
siswa (3,45%) memiliki perhatian cukup
1 siswa (3,45%) memiliki perhatian
kurang
Dari hasil ini dapat
diinterpretasikan bahwa kegiatan
pembelajaran PKn dengan menerapkan
pembelajaran kontektual model
Gabungan Ceramah dan Pengajaran
Autentik dapat meningkatkan perhatian
siswa terhadap pembelajaran.
c. Partisipasi
Dari analisis data siklus I diperol hasil
sebanyak 12 siswa (41,38%) memiliki
partisipasi baik 9 siswa (31,03%)
memiliki partisipasi cukup 9 siswa
(31,03%) memiliki partisipasi kurang.
Siklus II diperoleh hasil sebanyak 18
siswa (62,09%) memiliki partisipasi
baik 6 siswa (20,69%) memiliki
partisipasi cukup 5 siswa (17,24%)
memiliki partisipasi kurang. Dan siklus
III diperoleh hasil sebanyak 25 siswa
(86,20%) memiliki partisipasi baik 2
siswa (6,89%) memiliki partisipasi
cukup 1 siswa (3,45%) memiliki
partisipasi kurang
Dari hasil ini dapat
diinterpretasikan bahwa kegiatan
pembelajaran PKn dengan menerapkan
pembelajaran kontekstual model
pengajaran kolaborasi dapat
meningkatkan partispasi siswa terhadap
pembelajaran.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dipaparkan selama tiga siklus hasil seluruh
pembahasan serta analisis yang telah dilakukan
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Metode Gabungan Ceramah dan Pengajaran
Autentik dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran PKn
2. Metode Gabungan Ceramah dan Pengajaran
Autentik memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa yang
ditandai dengan peningkatan ketuntasan
belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu
siklus I (72,41%), siklus II (82,76%), siklus
III (96,55%)
3. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun
kelompok, serta mampu mempertanggung
jawabkan segala tugas individu maupun
kelompok.
4. Penerapan pembelajaran kontekstual model
pengajaran Autentik mempunyai pengaruh
positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi,
minat, dan partisipasi belajar siswa.
SARAN
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian
sebelumnya agar proses belajar mengajar
Kewarganegaraan lebih efektif dan lebih
memberikan hasil yang optimal bagi siswa,
maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan metode pembelajaran
kolaborasi memerlukan persiapan yang
cukup matang, sehingga guru harus mampu
menentukan atau memilih topik yang benar-
benar bias diterapkan dengan pembelajaran
kontektual model Gabungan Ceramah dan
Pengajaran Autentik dalam proses belajar
mengajar sehingga diperoleh hasil yang
optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi
belajar siswa, guru hendaknya lebih sering
melatih siswa dengan berbagai metode
pengajaran, walau dalam taraf yang
sederhana, dimana siswa nantinya dapat
menemukan pengetahuan baru, memperoleh
konsep dan keterampilan, sehingga siswa
berhasil atau mampu memecahkan masalah-
masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut,
karena hasil penelitian ini hanya dilakukan
di kelas VIIISMA Negeri 1 Bulukumba
tahun pelajaran 2016/2017
4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya
dilakukan perbaikan-perbaikan agar
diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad, 1996. Guru Dalam Proses
Belajar Mengajar. Bandung. Sinar
Baru Algesindo
Arikunto, Suharsimi, 1993. Manajemen
Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta
Rineksa Cipta
Arikunto, suharsimi. 2001 . Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan . Jakarta. Bumi
Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta; Rikena Cipata
Azhar, lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar
Mengajar Pendidikan. Jakarta Usaha
Nasional
208 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
Combs, Arthur. W. 1984. The Profesional
Education of Teacher. Alin and
Bacon, Inc. Boston
Dareos, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep
Pendidikan Moral Pancasila.
Semarang; Aneka Ilmu
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta Rineksa
Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi
Belajar dan Mengajar. Bandung :
Sinar Baru
Foster, Bob. 1999. Seribu Pena SLTP Kelas I.
Jakarta : Erlangga
Hadi, Sutrisno, 1982. Metodologi Research,
Jilid I. Yogyakarta: YP Fak.
Psikologi UGM
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan
Mengajar. Bandung Sinar Baru
Algesindo.
Hasibuan. J.J dan moerdjiono. 1998 Proses
Belajar mengajar . Bandung :
Remaja Rosdakarya
Margono, 1997. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta Rineksa Cipta
Masriyah. 1999 Analisis Butir Tes. Surabaya:
Universitas Press
Melvin. L. Siberman. 2004. Active Learning,
101 Cara Belajar Siswa Aktif .
Bandung Nusamedia dan Nuansa.
Marsell, James (-) Succesfull teaching
(Terjemahan). Bandung . Jemmars
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi
Pendidikan. Bandung PT. Remaja
Rosdakarya.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa Untuk
Belajar. Surabaya University Press
Universitas Negeri Surabaya.
Rustiyah, N.K. 1991 Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Bina Aksara
Sardiman, A.M. 1996 Interaksi dan Motivasi
Belajar mengajar. Jakarta: Bina
Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan
Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-
PPAI, universitas Terbuka.
Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian
Tindakan Kelas. Surabaya: Insan
Cendikia
Surakhmad, Winarno, 1990. Metode
Pengajaran Nasional. Bandung :
Jemmars
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar
Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT.
Rineksa Cipta.
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Himpunan
dengan Pemberian Tugas Terkoreksi di Kelas VII-3 SMP Negeri 1 Bulukumba Nur Intang 209
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN
HIMPUNAN DENGAN PEMBERIAN TUGAS TERKOREKSI DI KELAS VII-3 SMP
NEGERI I BULUKUMBA
Nur Intang *)
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bulukumba
Guru SMP Negeri 1 Bulukumba
Email: nurintang@yahoo.co.id
Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang bertujuan untuk
mengetahui ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar matematika melalui pemberian tugas
terkoreksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII2 SMP Negeri 1 Bulukumba semester
ganjil tahun ajaran 2013/2014. Data diperoleh melalui dua instrumen, yaitu data tentang aktivitas
siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang diperoleh melalui lembar observasi dianalisis
secara kualitatif, dan data tentang hasil belajar siswa yang diperoleh melalui dengan menggunakan tes
hasil belajar yang telah disediakan, data yang diperoleh kemudian dianalisis secara kuantitatif dengan
menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas dan hasil belajar
siswa meningkat dari siklus I ke siklus II, yaitu (1) Rata-rata nilai hasil belajar siswa meningkat dari
76,02 menjadi 83,23 atau dari kategori sedang menjadi sangat baik. Dan peningkatan persentase siswa
yang tuntas dari 21 orang menjadi 27 orang. (2) Aktivitas siswa menunjukkan peningkatan dalam hal
memperhatikan penjelasan guru, menjawab pertanyaan lisan dari guru, aktif dalam diskusi kelompok,
aktif mengumpulkan tugas tepat waktu, serta siswa mampu mengerjakan soal-soal latihan yang
diberikan. Berdasarkan hasil Penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas
dan hasil belajar matematika siswa kelas VII2 SMP Negeri 1 Bulukumba melalui pemberian tugas
terkoreksi pada pembelajaran matematika.
Kata Kunci: tugas terkoreksi, aktivitas dan hasil belajar
Abstract *)
Improving students’ learning outcomes on mathematics on the material of the set by giving a
corrective tasks at the grade VII-3 of SMP Negeri 1 Bulukumba.
This research is a Classroom Action Research which aims to know the improvement of mathematics
learning outcomes of the students at grade VII-3 of SMP Negeri I Bulukumba by giving a corrective
tasks with the basic competence of the set. The subject of this research was the students of class VII-3
SMP Negeri 1 Bulukumba in the even semester in the academic year 2013/2014 which amounted to 31
students. The research was conducted within 2 Cycles. The first cycle was for 4 meetings and the
second cycle also for 4 meetings. The data were collected by using the result of students' learning
evaluation test at the end of Cycle I and Cycle II, the observation data at each meeting and student
response at the end of cycle II. The collected data were analyzed by using quantitative and qualitative
analysis.
The results of this study indicate that: (1) the average score of the students' mathematics learning
outcomes in Cycle I was 76.02 from the ideal score that may be achieved is 100 percent with the
standard deviation 8.17 and was in the high category; (2) there is an increasing at the attendance and
learning activities of students which include asking questions to the teacher or responding to their
friends’ question, actively discussing in groups, actively completing LKS and actively collecting their
tasks on time, while the students who still need guidance have decreased. Based on the finding of this study it can be concluded that the learning of mathematics by giving corrective tasks can improve student learning outcomes at the grade VII-3 of SMP Negeri 1 Bulukumba
Keywords: corrective tasks, Learning Outcome
210 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
PENDAHULUAN
Memasuki era globalisasi dan informasi,
bidang pendidikan cukup mendapat perhatian
yang besar dari pihak pemerintah dimana tolak
ukur keberhasilan jenjang pendidikan selalu
ditunjukkan pada kualitas lulusan-lulusan yang
dihasilkan. Pemberian anggaran yang cukup
besar pada sektor pendidikan merupakan bukti
nyata bahwa pemerintah membuka peluang
bagi lembaga pendidikan dalam peningkatan
sarana prasarana kualitas pengajar dan
perbaikan-perbaikan lainnya guna peningkatan
mutu lulusan pada lembaga pendidikan
tersebut, dan sekolah sebagai salah satu
lembaga yang terlibat langsung dalam
peningkatan kualitas lulusannya diharapkan
mampu memperbaiki semua segi kegiatan
belajar dan pembelajaran guna menghasilkan
lulusan yang handal dan dapat bersaing.
Mata pelajaran matematika sebagai salah
satu mata pelajaran yang selalu ada pada tiap
jenjang pendidikan formal mempunyai peranan
yang cukup penting. Sebab matematika
merupakan suatu sarana berfikir untuk
mengkaji secara logis, analitis dan sistematis.
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan
Renregdaupe (1988:5) bahwa ilmu matematika
mengarahkan manusia berfikir logis karena
ilmu matematika sendiri bersifat logis. Ilmu
pengetahuan dan teknologi umumnya bersifat
logis, karena kesamaan dari sifat inilah
memungkinkan manusia mudah mengerti,
memahami dan menghayati dengan baik akan
ilmu pengetahuan dan teknologi terutama bagi
mereka yang menguasai ilmu matematika
dengan baik.
Mengingat pentingnya peranan ilmu
matematika maka sangat diharapkan perbaikan-
perbaikan dari semua aspek mengenai mata
pelajaran ini, antara lain sarana prasarana
kualitas pengajaran. Namun semua itu belum
cukup jika tidak ditunjang dari siswa selaku
objek yang belajar.
Keaktifan siswa dalam proses belajar di
sekolah atau di luar sekolah mempunyai peran
yang cukup besar guna menambah pemahaman
siswa tentang materi yang diajarkan yang pada
akhirnya akan berujung pada hasil belajar yang
diinginkan. Namun kenyataan menunjukkan
bahwa pengajaran matematika di sekolah,
masih juga ditemukan permasalahan-
permasalahan, diantaranya rendahnya minat
belajar siswa, rendahnya pemahaman siswa,
rendahnya keterampilan siswa dalam
memecahkan masalah matematika yang pada
akhirnya berujung pada rendahnya hasil belajar
siswa.
Hasil observasi peneliti selama kegiatan
proses belajar mengajar berlangsung, terlihat
bahwa kemampuan siswa sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan belajarnya. Ini terlihat
dari anak yang mempunyai kemampuan rendah
kurang aktif dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Hal ini ditandai siswa tersebut tidak
membawa buku paket, tidak mengumpulkan
tugas pekerjaan rumah (PR), dan tidak
menjawab kuis diawal pembelajaran. Salah
satu upaya peneliti untuk meningkatkan minat
belajar siswa adalah pemberian tugas terkoreksi
pada setiap akhir pembelajaran.
Pengoreksian tugas yang dilakukan dapat
memberi pemikiran baru bagi siswa setelah
melakukan kesalahan dalam proses pengerjaan
tugas, siswa diberikan cara pengerjaan baru
melalui pengoreksian, sehingga diharapkan
siswa mencoba mencari pemecahan yang
benar. Kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah yang diberikan oleh guru
menunjukkan tingkat pemahaman siswa
terhadap materi yang telah diberikan. Pada
dasarnya mempelajari materi di kelas
merupakan langkah awal untuk memahami
materi, sedangkan tugas merupakan proses
pembelajaran lanjutan yang terkadang
disepelekan oleh siswa. Dengan adanya
pengoreksian tugas dapat memberi pengertian
secara tidak langsung kepada siswa, bahwa
tugas yang diberikan akan besar manfaatnya
jika benar-benar dikerjakan
Atas alasan-alasan yang telah
dikemukakan, maka peneliti tertarik untuk
mengadakan suatu penelitian tindakan kelas
dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Siswa pada Pokok Bahasan
Himpunan dengan Pemberian Tugas
Terkoreksi di Kelas VII-3 SMP Negeri 1
Bulukumba Tahun Ajaran 2013/2014”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar
belakang, maka masalah dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut : “Apakah hasil
belajar matematika pokok bahasan Himpunan
pada siswa kelas VII -3 SMP Negeri 1
Bulukumba Tahun Ajaran 2013/2014 dapat
ditingkatkan dengan pemberian tugas
terkoreksi?”
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang
telah dikemukakan sebelumnya maka,
penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil
belajar matematika siswa pada pokok bahasan
Himpunan di kelas VII -2 SMP Negeri 1
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Himpunan
dengan Pemberian Tugas Terkoreksi di Kelas VII-3 SMP Negeri 1 Bulukumba Nur Intang 211
Bulukumba Tahun Ajaran 2013/2014 dengan
pemberian tugas terkoreksi.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian tindakan kelas ini
diharapkan memberikan manfaat :
1. Bagi Guru, dapat memperbaiki dan
meningkatkan mutu pembelajaran
matematika di kelas, serta menambah
wawasan tentang strategi belajar mengajar.
2. Bagi siswa, dapat meningkatkan motivasi
belajar, meningkatkan partisipasi dalam
kegiatan belajar mengajar serta dapat
meningkatkan hasil belajar.
3. Bagi sekolah, sebagai masukan dalam
rangka perbaikan kualitas pembelajaran
matematika pada khususnya.
4. Bagi peneliti, sebagai latihan dan
pengalaman dalam manghadapi masalah-
masalah yang berkaitan dengan
pembelajaran matematika, khususnya
masalah yang sedang diteliti.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research) dengan tahapan pelaksanaan
meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, refleksi, perencanaan ulang dan
seterusnya. Penelitian ini dilaksanakan dalam
siklus, setiap siklus dilaksanakan 5 kali
pertemuan.
Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas VII3 SMP Negeri 1 Bulukumba pada
semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.
Adapun faktor yang diselidiki dalam penelitian
ini adalah aktivitas belajar dan hasil belajar.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2
(dua) siklus dengan menerapkan pemberian
tugas terkoreksi. Pelaksanaan tindakan yang
dilakukan dalam penelitian ini mengikuti
model Kemis dan Mc Taggar (Arikunto, 2006)
yang terdiri dari empat tahap yaitu (1)
perencanaan, (2) Tindakan, (3) Observasi dan
(4) Refleksi. Secara rinci, prosedur pelaksanaan
kegiatan penelitian dapat di uraikan sebagai
berikut :
1. Siklus I
Siklus I berlansung selama 5 kali pertemuan
dengan tahapan sebagai berikut:
a. Perencanaan
1) Membuat rencana pembelajaran
yang disesuaikan dengan metode
pembelajaran yang akan diterapkan.
2) Membuat lembar observasi, untuk
melihat bagaimana kondisi belajar
mengajar di kelas selama pemberian
tugas terkoreksi diterapkan dan
bagaimana proses pemberian tugas
terkoreksi dilakukan.
3) Membuat soal-soal tugas yang akan
diberikan kepada siswa.
4) Membuat alat evaluasi untuk
melihat hasil belajar matematika.
b. Tindakan
1) Observer mengamati guru mata
pelajaran dalam memberikan
koreksi terhadap tugas-tugas siswa.
2) Observer secara terus menerus
mengamati perilaku siswa dan
perubahan sikap yang terjadi pada
diri siswa dan mencatatnya dalam
lembar observasi aktivitas siswa
disamping itu guru juga tetap
membuat catatan-catatan tersendiri
sebagai catatan lapangan.
3) Pelaksanaan tindakan dilakukan
setelah siswa mengumpul kembali
tugasnya, sedangkan proses belajar
mengajar tetap mengikuti rancangan
pembelajaran yang telah dibuat.
c. Observasi dan Evaluasi
Observasi dan evaluasi, kegiatan
yang dilakukan adalah: melaksanakan
proses observasi terhadap pelaksanaan
tindakan dan kegiatan belajar mengajar
dengan menggunakan lembar observasi
yang telah dibuat. Proses observasi
dilakukan sejak awal hingga akhir
penelitian. Kegiatan yang dilakukan
untuk tahap evaluasi adalah
melaksanakan proses evaluasi pada
setiap akhir siklus tindakan. Evaluasi
bertujuan untuk melihat hasil belajar
siswa dalam menyelesaikan soal-soal
pokok bahasan himpunan melalui
pemberian tugas terkoreksi.
d. Refleksi
Hasil yang diperoleh dalam tahap
observasi dikumpulkan serta dianalisis,
dalam hal ini termasuk hasil
evaluasianya. Kelemahan-kelemahan
atau kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada setiap siklus akan diperbaiki
pada siklus berikutnya.
2. Siklus II
212 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
Pelaksanaan siklus ini merupakan
lanjutan dari siklus I yang dilaksanakan
sebanyak 5 kali pertemuan dengan tahapan-
tahapan tidak jauh berbeda dari tahapan
yang telah dilakukan di siklus I. Hanya saja
hal-hal yang kurang pada siklus I diperbaiki
dan disempurnakan pada siklus II.
Hasil Dan Pembahasan
Bab ini merupakan bagian yang
memaparkan analisis dan hasil-hasil penelitian
mengenai aktivitas dan hasil belajar
Analisis Kuantitatif
Data hasil belajar siswa kelas VII3
SMP Negeri 1 Bulukumba pada siklus I dan
siklus II yang dilaksanakan setelah tiap akhir
siklus menunjukkan hasil yang
matematika siswa pada siklus I dan siklus
II,dengan menerapkan pemberian tugas
terkoreksi.
Analisis Kualitatif
Aktivitas siswa selama proses pembelajaran
pada siklus I dan siklus II
Data hasil observasi aktivitas siswa
kelas VII3 SMP Negeri 1 Bulukumba, pada
siklus I dan siklus II dengan menggunakan
lembar observasi dapat dilihat sebagai berikut :
meningkat. Adapun distribusi, frekuensi, dan
persentase hasil belajar biologi siswa dapat
dilihat pada tabel 2 dengan tabel histogram
pada gambar 1.
Tabel 1.
Distribusi, Frekuensi dan Persentase Aktivitas Siswa selama Proses Pembelajaran dengan
Menggunakan pemberian tugas terkoreksi pada Siklus I dan Siklus II
No. Komponen Aktivitas Siklus I Siklus II
% %
1 Siswa yang memperhatikan/mendengar penjelasan guru
dengan baik 28.25 31,00
2 Siswa yangmenjawab pertanyaan lisan dari guru dengan baik
pada saat pembelajaran berlangsung 5,75 7,25
3 Siswa yang aktif berdiskusi dengan teman kelompoknya
dalam menyelesaikan masalah pada LKS 23 31
4 Siswa yang meminta bimbingan saat mengalami kesulitan
menyelesaikan masalah dalam LKS 11,25 2,75
5 Siswa yang aktif mengumpulkan tugas/ mengerjakan semua
tugas dengan tepat waktu 26 31
6 Siswa yang mampu mengerjakan soal-soal latihan yang
diberikan 24,5 31
7 Siswa yang aktif membuat kesimpulan dari materi yang ada 20,25 31
8 Siswa yang aktif menanggapi jawaban kelompok yang
mempersentasekan jawabannya 14,5 20
9 Siswa yang masih mengalami kesalahan yang sama jika
diberikan soal yang hampir sama dengan tugas 8 3
Tabel 2. Statistik Deskriptif Nilai Hasil Belajar siswa Kelas VIII2 SMP Negeri 1 Bulukumba pada
siklus I dan siklus II melaluli penerapan model pembelajaran Role Playing
Statistik Siklus I Siklus II
Subyek penelitian 31 31
Skor maksimal 100 100
Rata-rata 76,02 83,23
Standar deviasi 8,18 9,53
Median 73,57 85,00
Skor tertinggi 93,54 97,00
Skor terendah 63,35 67,00
Rentang skor 28,19 30,00
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Himpunan
dengan Pemberian Tugas Terkoreksi di Kelas VII-3 SMP Negeri 1 Bulukumba Nur Intang 213
Tabel 3.
Distribusi, Frekuensi, Persentase dan Kategori
Nilai hasil Belajar Siswa selama Proses
Pembelajaran dengan Menggunakan Model
Role Playing pada Siklus I dan Siklus II
Interval
Nilai Kategori
Siklus I Siklus II
F % F %
85-100 Sangat
Tinggi 6 19,35 4 21,88
65-84 Tinggi 25 80,65 27 65,63
55-64 Sedang
34-54 Rendah
0-34 Sangat
Rendah
Jumlah 31 100 31 100
Tabel 4. Distribusi, Frekuensi, dan Persentase Kategori
Ketuntasan Belajar Siswa selama Proses
Pembelajaran dengan Menggunakan Model
Role Playing pada Siklus I dan Siklus II
N i l
a i Kategori
Siklus I Siklus II
F % F %
76 –
100 Tuntas 21 67,74 27 87,09
0 –
75
Tidak
Tuntas 10 32,25 4 12,90
Jumlah 30 100 30 100
Refleksi
1. Refleksi siklus I
Perencanaan tindakan
a. Guru sebagai peneliti melakukan
pengajaran berdasarkan rencana
pembelajaran yang telah dibuat.
b. Guru memberi koreksi terhadap tugas
siswa dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
(1) Guru memberikan koreksi pada
lembar jawaban siswa yang
mengalami kekeliruan atau salah.
(2) Guru memberikan petunjuk
pengerjaan seusai mengoreksi.
(3) Guru memberi nilai pada setiap
koreksi berdasarkan tingkat
kesalahan.
(4) Guru memberi motivasi pada
siswa seusai memberikan koreksi
pada tugasnya.
(5) Guru memberikan nilai secara
keseluruhan pada tugas siswa.
c. Selama pelaksanaan tindakan, guru
sebagai peneliti mengobservasi
pelaksanaan pemberian koreksi
kegiatan belajar yang dilakukan siswa.
d. Untuk mengetahui hasil belajar siswa
sesuai dengan kemampuan siswa maka
guru sebagai peneliti melakukan tes
akhir.
Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan
oleh guru sebagai peneliti mata
pelajaran matematika dan observer
mengamati tindakan . Tindakan
pembelajaran pada siklus I ini
dilaksanakan dalam empat kali
pertemuan, disesuaikan dengan rincian
prosedur pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan pemberian tugas
terkoreksi. Materi yang diajarkan pada
siklus I ini yaitu Pengertian Himpunan,
Keanggotaan Himpunan, Himpunan
Berhingga, Himpunan Tak Berhingga,
Menyatakan Suatu Himpunan dan
Himpunan Kosong dan No, himpunan
semesta dan diagram venn. Selama
pemberian tugas terkoreksi diterapkan,
guru sebagai peneliti bersama observer
mengobservasi jalannya pemberian
tugas terkoreksi dan mengobservasi
jalannya pembelajaran untuk melihat
perubahan-perubahan yang dialami
oleh siswa. Guru sebagai pengajar
melakukan pengajaran berdasarkan
rencana pembelajaran yang telah
dibuat sebelumnya.
Observasi
Pada tahap ini guru sebagai
peneliti bersama observer
mengobservasi pelaksanaan pemberian
tugas terkoreksi dan kegiatan belajar
siswa selama siklus I. Hal-hal yang
diobservasi pada tahap ini meliputi:
sikap dan keaktifan siswa selama
mengikuti pembelajaran.
Hasil observasi terhadap siswa selama
kegiatan belajar di kelas:
a. Sebagian besar siswa belum
memahami maksud dari
pengoreksian yang dilakukan oleh
guru. Hal ini disebabkan karena
guru terlalu cepat dalam
menjelaskan maksud pengoreksian
yang dilakukan.
b. Sebagian kecil siswa merasa terpicu
semangatnya karena telah mengerti
maksud pengoreksian dan
menemukan pemecahannya.
c. Sebagian besar siswa tidak aktif
dalam kegiatan belajar karena masih
kebingungan.
214 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
d. Siswa sudah mampu mengerjakan
soal-soal latihan namun masih
banyak mengalami kesalahan.
e. Siswa tidak lagi mengulangi
kesalahan yang sama, namun masih
ada siswa yang belum mampu
menjawab dengan benar karena
sebagian siswa masih belum bisa.
f. Masih ada siswa yang tidak
mengerjakan PR.
Evaluasi
Pada tahap ini guru sebagai
peneliti bersama observer secara
kolaboratif melakukan analisis data dan
refleksi. Dari hasil observasi yang
dilakukan peneliti dalam melaksanakan
tindakan siklus I, ada beberapa
kekurangan baik yang dilakukan oleh
siswa antara lain:
a. Banyak dari siswa yang
menganggap selesai tugasnya
dibagikan siswa tidak perlu lagi
mengulang untuk mencari
pemecahan masalah.
b. Sebagian kecil siswa yang ikut
terlibat dalam kegiatan belajar,
lebih banyak siswa yang diam.
c. Siswa cenderung menunggu
jawaban dari guru atau temannya
yang mampu menjawab soal, karena
kurangnya pemahaman siswa.
d. Sebagian kecil siswa tidak
mengerjakan PR yang telah
diberikan.
Dengan melihat kekurangan-
kekurangan berdasarkan hasil refleksi
pada siklus I dan berdasarkan hasil
evaluasi siklus I, yang mana indikator
keberhasilan penelitian hanya
diperoleh sebesar 67,74 persen, maka
penelitian dilanjutkan pada tindakan
siklus II.
2. Refleksi Siklus II
Perencanaan tindakan
Berdasarkan hasil observasi,
hasil analisis dan refleksi pada siklus I,
maka guru sebagai peneliti bersama
observer merencanakan tindakan siklus
II dengan harapan kekurangan-
kekurangan pada siklus I dapat
diperbaiki.
Hal-hal yang dilakukan pada
tindakan siklus II ini yang merupakan
perbaikan pada tindakan siklus I antara
lain:
a. Sebelum mengembalikan tugas
siswa hendaknya guru sebagai
peneliti memberi tahu siswa maksud
dari pengoreksian dengan jelas
kepada siswa.
b. Guru sebagai peneliti hendaknya
menilai sejauh mana langkah yang
sudah benar yang dilakukan siswa
dalam mengerjakan tugas.
c. Guru sebagai hendaknya
memotivasi seluruh siswa, sehingga
siswa merasa tidak iri kepada
temannya yang lain.
Pelaksanaan tindakan
Pemberian tugas terkoreksi
pada siklus II ini dilakukan kembali
sebagai rangkaian dari pelaksanaan
penelitian dengan memperhatikan hasil
refleksi pada tindakan siklus I.
Tindakan pembelajaran pada
siklus II ini dilaksanakan dalam empat
kali pertemuan, disesuaikan dengan
prosedur pelaksanaan pembelajaran
yang digunakan. Materi yang diajarkan
pada siklus II ini yaitu, Membuat dan
Membaca Diagram Venn, Irisan dan
Gabungan Dua Himpunan dan
Menyatakannya dalam Diagram
Venn,Komplemen dan difference serta
soal –soal pemecahan masalah. Selama
kegiatan belajar mengajar berlangsung,
guru sebagai peneliti kembali
mengobservasi proses belajar mengajar
dan proses pemberian tugas terkoreksi
dengan memperhatikan hasil refleksi
pada tindakan siklus I
Observasi
Sejalan dengan pelaksanaan
tindakan siklus II, guru sebagai peneliti
bersama observer kembali
mengobservasi langsung kegiatan
siswa melalui pemberian tugas
terkoreksi.
Hasil observasi terhadap siswa
selama kegiatan belajar di kelas:
a. Sebagian besar siswa sudah
memahami maksud dari
pengoreksian yang dilakukan oleh
guru pada lembar jawaban. Hal ini
terlihat pada semangat siswa untuk
menemukan pemecahan pada soal
yang diberikan.
b. Hanya sebagian kecil siswa yang
kurang aktif, karena masih merasa
kebingungan.
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Himpunan
dengan Pemberian Tugas Terkoreksi di Kelas VII-3 SMP Negeri 1 Bulukumba Nur Intang 215
c. Kesalahan-kesalahan yang
dilakukan oleh siswa dalam
mengerjakan soal-soal sudah
semakin berkurang.
d. Kesalahan dalam penafsiran tentang
maksud dan tujuan pengoreksian
semakin berkurang.
e. Sudah semua siswa mengerjakan
tugas (PR).
Analisis dan refleksi
Rangkaian kegiatan selanjutnya
pada siklus II ini adalah melakukan
analisis data dan refleksi. Analisis data
dan refleksi dilakukan oleh peneliti
sebagai guru mata pelajaran bersama-
sama dengan observer..
Pada siklus II ini pelaksanaan
pembelajaran dengan pemberian tugas
terkoreksi sudah berjalan sesuai dengan
harapan. Hal ini didasarkan dari hasil
observasi yang dilakukan oleh guru
sebagai peneliti bersama observer,
dimana kekurangan-kekurangan yang
ada pada pelaksanaan tindakan siklus I
sudah diantisipasi oleh guru mata
pelajaran. Setelah dianalisis hasil tes
yang telah dicapai siswa pada siklus II
ternyata memperoleh ketuntasan
belajar sebesar 87,09 persen atau
sebanyak 27 orang telah mendapat nilai
minimal 75. jika dibandingkan dengan
hasil tes pada pelaksanaan tindakan
siklus I dimana hanya sebanyak 21
orang yang memperoleh nilai minimal
75,0 dengan ketuntasan belajar sebesar
67,74 persen.
Meskipun pelaksanaan tindakan
siklus II ini telah menunjukkan hasil
yang baik namun dalam
pelaksanaannya belum dapat dikatakan
sempurna. Hal ini terlihat pada saat
siswa mengikuti proses belajar
mengajar di kelas, dimana sebagian
kecil siswa masih belum dapat
mengerti atau mendapatkan
pemecahannya. Walaupun
pengoreksian yang dilakukan sudah
semaksimal mungkin agar siswa
mengetahui cara pemecahan soal-soal
yang diberikan.
Berdasarkan hasil tes pada
tindakan siklus II diperoleh bahwa
terdapat 87,09% siswa yang telah
memperoleh nilai 75. Hal ini terlihat
bahwa indikator keberhasilan dalam
penelitian ini sudah tercapai, yaitu
minimal 85% siswa telah memperoleh
nilai 75. Oleh karena itu penelitian
ini dihentikan pada siklus II. Dengan
demikian tujuan penelitian ini untuk
meningkatkan hasil belajar siswa SMP
Negeri 1 Bulukumba pada pokok
bahasan Himpunan melalui pemberian
tugas terkoreksi telah tercapai.
B. Pembahasan
1. Hasil belajar Setelah diadakan pembelajaran
dengan metode pemberian tugas terkoreksi
pada pelaksanaan tindakan Siklus I skor
rata-rata siswa diperoleh 76,02 setelah
dikategorikan berada dalam ketegori tinggi
dan pelaksanaan siklus II diperoleh skor
rata-rata hasil belajar siswa yaitu 83,23 dan
setelah dikategorikan berada dalam
kategori tinggi. Hal ini berarti terjadi
peningkatan hasil belajar Siswa kelas VII-2
SMP Negeri I Bulukumba sebesar 7,03.
2. Perubahan aktivitas siswa Disamping terjadinya peningkatan
hasil belajar matematika selama penelitian
Siklus I dan Siklus II, terdapat pula
adanya perubahan yang terjadi pada sikap
siswa dalam proses belajar mengajar di
kelas. Perubahan tersebut merupakan data
kualitatif yang diperoleh dari lembar
observasi ( table 4.6 dan table 4.7) selama
penelitian berlangsung, adapaun
perubahan yang dimaksud adalah :
a. Perhatian siswa pada proses
pembelajaran semakin baik
b. Keaktifan siswa dalam menjawab
dan bertanya pada saat proses
pembelajaran berlangsung
meningkat
c. Keaktifan siswa dalam
menyelesaikan tugas tepat waktu
juga mengalami peningkatan
d. Nilai tugas pekerjaan rumah
setelah dikoreksi juga mengalami
peningkatan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1) Terjadi peningkatan hasil belajar
matematika siswa kelas VII- 3 SMP Negeri
I Bulukumba melalui pembelajaran materi
himpunan dengan metode pemberian tugas
terkoreksi.
216 Jurnal Pinisi Research | Volume 11 Nomor 3 | Edisi Agustus 2017
2) Rata-rata skor tes hasil belajar
matematika siswa kelas VII-3 SMP
Negeri I Bulukumba setelah
pemberian tindakan pada siklus 1
adalah 76,02 dari skor ideal 10o0
yang mungkin dicapai dengan
standar deviasi 8,17. Rata-rata skor
tes hasil belajar matematika siswa
setelah pemberian tindakan pada
Siklus II adalah 83,23 dari skor
ideal 100 yang mungkin dicapai
dengan standar deviasi 9,53.
3) Daya serap siswa kelas VII-3 SMP
Negeri I bulukumba setelah
pemberian tindakan pada Siklus I
adalah 76,02 persen dari daya serap
ideal 100 persen yang mungkin
dicapai, sedangkan daya serap siswa
setelah pemberian tindakan Siklus II
adalah 82,23 persen dari daya serap
ideal 100 persen yang mungkin
dicapai.
4) Ketuntasan belajar matematika
siswa kelas VII-3 SMP Negeri I
Bulukumba juga meningkat. Pada
Siklus I, dari 31 siswa sebanyak 21
siswa mencapai ketuntasan belajar,
sedangkan pada Siklus II, sebanyak
27 siswa yang mencapai ketuntasan
belajar dan ketuntasan belajar
klasikal tercapai.
5) Pembelajaran dengan menggunakan
pemberian tugas terkoreksi siswa
kelas VII -3 SMP Negeri I
Bulukumba dapat meningkatkan
aktifitas dan motivasi belajar siswa
SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka
peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1) Kepada guru diharapkan dapat menerapkan
pemberian tugas terkoreksi dalam kegiatan
pembelajaran khususnya mata pelajaran
matematika.
2) Agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
dapat berjalan dengan baik, perlu ditunjang
dengan buku-buku referensi yang dapat
dijadikan sebagai pedoman pada saat
kegiatan belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi , A. 1999. Psikologi Sosial, Rineka
Cipta, Jakarta.
Anonim,1997.Kurikulum Sekolah Menengah
Pertama (SMP).Depdikbud. Jakarta.
Cholik, M. 2004. Matematika untuk SMP Kelas
VII. Erlangga. Jakarta.
Depdikbud, 1994. Petunjuk Pelaksanaan
Belajar Mengajar, Jakarta
Holstein, H. 1986. Murid Belajar Mandiri.
Remaja Rosdakarya. Bandung.
Kamisa, 1997. Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia, Kartika, Surabaya.
Mappa, Syamsu, 1979. Tes Sebagai Instrumen
Penelitian Pendidikan, IKIP, Ujung
Pandang.
Purwanto, M.N. 1990. Psikologi Pendidikan.
Remaja Rosdakarya. Bandung.
Renregdaupe, 1988. Hubungan Kebiasaan
dengan Indeks Prestasi Semester
(IPS) Mahasiswa Strata Satu Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, IKIP, Ujung
Pandang.
Russeffendi, E, T, 1980. Pengajaran
Matematika Modern Untuk Orang
Tua Murid, Guru SPG, Tarsito,
Bandung.
Simanjuntak, 1993. Metode Mengajar
Matematika Jilid I, Rineka Cipta,
Jakarta.
Slameto, 1997. Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya, Bina Aksara,
Jakarta.
Sudjana, Nana 2000. Dasar-dasar Proses
Belajar Mengajar, Sinar Baru
Algesindo, Bandung.
Sumarno, Utari, 2002. Alternatif Pembelajaran
Matematika dalam Implementasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi.
FMIPA-UPI. Bandung.
Suroso, Asih, 2004. Matematika dan Konsep
Aplikasinya. Usaha Makmur.
Semarang.
Tim Proyek PGSM, 1999. Penelitian Tindakan
Kelas (Bahan Penelitian Dosen
LPTK dan Guru Sekolah Menengah,
Depdikbud. Jakarta.
Usman dkk, 1993. Upaya Optimalisasi
Kegiatan Belajar Mengajar, Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Usman & Setiwati. 1995. Menjadi Guru
Propesional. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Dra. Sitti Hadijah Lahir di Barugaia, 15 Juni
1968 Kabupaten Selayar.
Anak kedua dari lima
bersaudara dari pasangan H.
Djahilung Dg. Suasa dan
Sitti Haliama Dg. Taimang.
Tamat pada tahun 1981 di
SDN 11 Barugaia Kepulauan
Selayar. Pada tahun yang
sama melanjutkan pendidikan di SMPN 2 Benteng
Selayar dan tamat tahun 1984. Setelah itu melanjutkan
sekolah pada SMAN 1 Benteng Selayar dan tamat
tahun 1987. Kemudian melanjutkan pendidikan S1
pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia (FPBS) IKIP Ujung Pandang dan
memperoleh gelar sarjana pada tahun 1991. Pernah
mengajar di SMPN 1 Kayuadi Selayar tahun 1994-
1999, mengajar di SMAN 1 Sajoanging Wajo tahun
1999-2002, mengajar di SMAN 1 Bulukumba tahun
2002-2015, mengajar di SMAN 8 Bulukumba tahun
2015-2016, dan kembali mengajar di SMAN 1
Bulukumba tahun 2016 sampai sekarang.
Ir. Pattahuddin, M.P
Lahir di Tamanroya pada
tanggal 15 Mei 1959. Tahun
2008 memperoleh Gelar
Magister Pertanian dari
Universitas Gajah Mada
(UGM) Yogyakarta pada
Progran Studi Teknik
Pertanian / Mekanisasi
Pertanian dengan Spesialisasi
Mekanisasi Pertanian. Pada tahun 1990 memperoleh
Gelar sarjana dari Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
Indonesia - Yayasan Pendidikan Indonesia (STIPI-
YAPI) dengan jurusan Sosial Ekonomi Pertanian.
Pendidikan SLTA adalah dari Sekolah Pertanian
Menengah Atas (SPMA) Negeri Borongloe-Gowa
tahun 1977.
Sejumlah pendidikan dan pelatihan telah diikuti baik
di dalam maupun di luar negeri, seperti Vegetable
Crops Production (Japan, 1985) selama 6 bulan,
penggunaan dan perawatan alat-mesin pertanian
(Serpong, 1991) sebulan, Training Course on the Rice
Production Technology for ASEAN Country (Korea,
2003) sebulan, Rice Transplanting Mechanization
Technology and Maintenace on Rice Harvester
(China, 2008) dua minggu.
Pengalaman sebagai tenaga ahli di bidang Alat dan
Mesin Pertanian (Agricultural Machinery/Third
Country Expert) di Madagascar selama 6 bulan tahun
2010 dengan nama Proyek Rice Productivity
Improvement in Central Highland in Madagascar” dan
tenaga ahli di bidang Alat dan Mesin Pertanian
(Agricultural Machinery/Third Country Expert) di
Timor Leste selama 2 bulan tahun 2015 dengan nama
Proyek Irrigation and Rice Cultivation Project in
Manatuto – Phase II.
Sejumlah seminar/workshop/pertemuan telah diikuti
baik di dalam provinsi maupun di luar provinsi.
Penelitian dan karya ilmiah dalam bidang alat dan
mesin pertanian telah dilakukan pada tahun 2016.
Jabatan Fungsional sekarang adalah Widyaiswara
Madya dengan pangkat Pembina Tk.I Golongan IV/b
sejak tahun 2014.
Rany Suryani Hasyim
Lahir pada 13 April 1988 di
Ujung pandang – Sulawesi
selatan sebagai anak kedua
dari pasangan Alm. Ir. H.
Muh. Hasyim, MM. dan Dra.
Hj. Nurdiati Palandra.
Setelah menempuh
pendidikan formal di SD
Negeri 3 Pangkajene Sidrap,
Pon-Pes DDI Mangkoso Barru dan SMA Negeri 1
Bulukumba penulis melanjutkan pendidikan tinggi di
Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Negeri
Makassar pada tahun 2006 dan melanjutkan studi
pada jurusan pendidikan biologi di Pasca sarjana
Universitas Negeri Makassar pada tahun 2012.
Biodata Penulis
VOL. 11 NO. 3 ISSN : 2442-3939 AGUSTUS 2017
Marhaeni, S. Pd. Lahir di Bulukumba, 2
Februari 1966. Anak kedua
dari tujuh bersaudara dari
pasangan H. Muh. Nori Baso
dan Hj. Djawiyah. Tamat
pada tahun 1977 di SDN 2
Terang-terang Bulukumba.
Melanjutkan pendidikan di
SMPN 1 Bulukumba dan
tamat tahun 1981. Setelah itu melanjutkan sekolah
pada SMAN 1 Bulukumba dan tamat tahun 1984.
Kemudian melanjutkan pendidikan D3 di FPIPS IKIP
Ujung Pandang dan tamat pada tahun 1987.
Kemudian menyelesaikan S1 di STKIP tahun 2001.
Pernah mengajar di SMPN 1 Wawotobi Kendari
tahun 1989-1991, mengajar di SMA Unaaha Kendari
1991-1993, mengajar di SMA Herlang tahun 1993-
2002, dan mengajar di SMAN 1 Bulukumba tahun
2002 sampai sekarang.
Biolla, S.Pd, M.pD
Lahir di Bulukumba 10
Agustus 1969. Anak kedua
dari Enam bersaudara dari
pasangan Basitung dan Ibu
Indo Lebba. Tamat pada
tahun 1982 di SDN 1
Bulukumba. Pada tahun yang
sama melanjutkan
pendidikan di SMPN 1
Bulukumba dan tamat tahun 1985. Setelah itu
melanjutkan sekolah pada SMAN 1 Bulukumba dan
tamat tahun 1988. Kemudian melanjutkan pendidikan
D2 pada Jurusan pendidikan matematika IKIP
Ujung Pandang dan selesai tahun 1990, pada tahun
yang sama melanjutkan pendidikan pada program
S.1 Pendidikan Matematika UNM memperoleh
gelar sarjana pada tahun 1994. Pernah mengajar di
SMA Negeri 1 Bulukumba 1995-2003 Tahun
2006 -2014 Mengajar pada SMA PGRI
Bulukumba dan 2014 sekarang pada SMA
Negeri 1 Bulukumba melanjutkan pendidikan
pada Pascasarja UNM pada tahun 2007-2008 pada
jurusan Matematika.
Terkelin Pinem
Lahir di Tebing Tinggi, Prov.
Sumatera Utara pada tanggal
28 Juni 1971. Pendidikan
SD, SMP, dan SMA
diselesaikannya di Kota
Medan, Prov. Sumatera
Utara. Menyelesaikan
Program Sarjana tahun 1997
pada Jurusan Teknologi
Pertanian dengan program studi Mekanisasi Pertanian,
Fakultas Pertanian, USU Medan, serta lulus seleksi
CPNS di tahun 2002 dan diangkat sebagai PNS pada
tahun 2003.
Mengikuti diklat calon widyaiswara pada tahun 2007
dan diangkat pada jabatan Fungsional Widyaiswara
Pertama pada tahun 2009, dan selanjutnya
melanjutkan pendidikan dan menyelesaikan Program
Magister tahun 2012 pada Program studi Agronomi,
Pasca sarjana Universitas Andalas Padang atas
beasiswa dari Kementerian Pertanian. Sampai saat ini
penulis masih sebagai fungsional tertentu pada jabatan
widyaiswara ahli muda. Selain pendidikan formal
penulis juga telah mengikuti pelatihan-pelatihan baik
tingkat nasional maupun internasional antara lain:
International Training Program on Water Mangement
for Agricultural pada tahun 2012, Intenational
Training Course on “Sustainable Development of
Rice Farming-Strenghtening water Management,
Post-harvest and Marketing Activities of Farm
Households-IDACA pada tahun 2015, Pelatihan
Kewidyaiswaraan Berjenjang Tingkat Madya pada
tahun 2017,dll, selain itu penulis juga pernah
diundang sebagai narasumber maupun tenaga ahli
pada beberapa kegiatan antara lain sebagai
narasumber pada kegiatan “Workshop Evaluasi
Pembelajaran Diklat Pertanian” di Hotel Pangrango
Bogor pada tahun 2014, sebagai Third Country Expert
from Republic of Indonesia Dispatch for Irrigation
and Rice Cultivation Project Phase II/JICA in
Manatuto District, Republic Democratic of Timor
Leste pada tahun 2015.
Karya tulis ilmiah penulis yang pertama adalah
“Kajian Waktu Tanam dan Populasi Kacang Tanah
Terhadap Hasil Tanaman dan Nilai Kompetisi
Tanaman Terhadap Gulma pada Sistem Tumpangsari
Kacang Tanah dan Jagung”, yang diterbitkan pada
Jurnal Jerami Volume 6 No.2, Mei - Agustus 2013.
Mustafa
Lahir di Kabupaten Bone,
Provinsi Sulawesi Selatan
tanggal 31 Desemberi 1962.
Pendidikan SD, SMP, dan
SMA diselesaikannya di
Kabupaten Bone, Prov.
Sulawesi Selatan. Penulis
diangkat sebagai PNS pada
tahun 1998 & menyelesaika
menyelesaikan Program Sarjana tahun 1998 dan
menyelesaikan Program Sarjana tahun 2002 pada
program studi Sosial Politik (Administrasi Negara),
Setelah diangkat pada jabatan Widyaiswara Pertama
pada tahun 2005, penulis melanjutkan pendidikan
pada Program Studi Magister di Universitas Sam
Ratulangi Manado dengan Program Studi
Management Agribisnis pada tahun 2007 dengan
biaya beasiswa dari Kementerian Pertanian dan
selesai tepat waktu yaitu pada tahun 2009. Sampai
saat ini penulis masih sebagai fungsional tertentu pada
jabatan widyaiswara ahli muda pada BBPP
Batangkaluku.
Nur Intang, S. Pd.
Lahir tanggal 28 Agustus
1968 di Desa Ara Kecamatan
Bontobahari Kabupaten
Bulukumba, dan merupakan
anak kedelapan dari delapan
bersaudara buah hati dari
pasangan Makkareso Tila
(Almarhum) dan Deda’
Ganjeng (Almarhumah).
Pendidikan Sekolah Dasar ditempuh di SD 164 Ara
dan tamat pada tahun 1981. Pendidikan berikutnya
ditempuh di SLTP Negeri Bontotiiro dan tamat pada
tahun 1984. Kemudian pada tahun yang sama
melajutkan pendidikan di SMA Negeri Bontobahari,
kemudian pindah ke SMA Negeri 4 Ujung Pandang
Jurusan Ilmu-ilmu Fisik (A1) dan tamat pada tahun
1987.
Pada tahun 1987 melanjutkan studi di
Perguruan Tinggi dan terdaftar sebagai mahasiswa di
Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan
Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Haluoleo Kendari SULTRA,
jenjang studi strata satu (S1) dan selesai pada tahun
1993. Pada tahun 1995 terangkat menjadi PNS di
SMP Negeri 2 Katobu di Raha Kabupaten Muna
Sulawesi Tenggara. Selanjutnya pada tahun 1998
mengikuti suami dan pindah tugas ke SMP Negeri 1
Bulukumba sampai sekarang. Selanjutnya pada tahun
2012 penulis melanjutkan pendidikan pada Program
Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana
di Universitas Negeri Makassar.
PEDOMAN PENULISAN
JURNAL PINISI RESEARCH
1. Artikel ditulis dengan bahasa Indonesia atau bahasa inggris dalam bidang kajian pemerintahan
daerah.
2. Substansi artikel diharapkan sejalan dengan panduan penulisan karya ilmiah yang diterbitkan oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Bulukumba.
http://litbangbulukumba@yahoo.co.id
3. Artikel ditulis dengan kaidah tata bahasa Inggris ataupun bahasa Indonesia yang baku, baik, dan
benar.
4. Sistematika Penulisan
Sistematika penjengjangan atau peringkat judul artikel dan bagian-bagiannya dilakukan dengan cara
berikut :
(1) Judul ditulis dengan huruf besar semua, debagian tengah atas pada halaman pertama
(2) Sub Bab Peringkat 1 ditulis dengan huruf pertama besar semua di tengah/center
(3) Sub Bab Peringkat 2 ditulis dengan huruf besar-kecil rata tepi kiri
@ Sistematika artikel hasil penelitian adalah : judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); nama
dan alamat institusi, alamat e-mail penulis, abstrak (maksimun 150 kata) yang berisi tujuan,
metode, dan hasil penelitian; kata kunci (4-5 kata kunci); pendahuluan (tanpa ada subjudul)
yang berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian; metode; hasil
penelitian dan pembahasan; simpulan; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang
dirujuk).
JUDUL (ringkas dan lugas; maksimal 14 kata, hindari kata “analisis”, “studi”, “pengaruh”)
Penulis 11 dan Penulis 2
2
1 Nama instansi/lembaga Penulis 1
Alamat lengkap instansi penulis, nomor telepon instansi penulis
2 Nama instansi/lembaga Penulis 2
Alamat lengkap instansi penulis, nomor telepon instansi penulis
(Jika nama instansi penulis 1 dan 2 sama, cukup ditulis satu saja)
E-mail penulis 1 dan 2:
Abstract: Abstract in English (125-150 words)
Keywords: 4 – 5 words/phrase
Abstrak: Abstrak dalam bahasa Indonesia (125-150 kata)
Kata kunci: 4 – 5 kata/frase
PENDAHULUAN (Berisi latar belakang, sekilas tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian, yang dimasukkan dalam
paragraf-paragraf bukan dalam bentk subbab)
VOL.11 NO. 3 ISSN : 2442-3939 AGUSTUS 2017
METODE PENELITIAN
Sub bab
…
HASIL DAN PEMBAHASAN
(Hasil adalah gambaranlokus, pembahasan adalah analisis dan interpretasi)
Sub bab
…
SIMPULAN
(Simpulan adalah hasil dari pembahasa yang menjawab permasalahan peneliti)
DAFTAR PUSTAKA
@ Sistematika artikel hasil pemikiran adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); dan
alamat instansi, alamat e-mail penulis, abstrak (maksimun 150 kata); kata-kata kunci (4-5 kata
kunci); pendahuluan (tanpa ada subjudul) yang berisi latar belakang dan tujuan atau ruang
lingkup tulisan; bahasa utama (dapat dibagi kedalam beberapa sub-judul); simpulan; daftar
rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk).
JUDUL
Penulis
Nama instansi/lembaga penulis
Alamat lengkap instansi penulis, nomor telepon instansi penulis
E-mail penulis
Abstract: Abstrack in English (125-150 words)
Keywords: 4 – 5 words/ phrase
Abstrak: Abstrak dalam bahasa Indonesia (125-150 kata)
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
5. Artikel diketik pada kertas ukuran A4 berkualitas baik. Dibuat sesingkat mungkin sesuai dengan
subyek dan metode penelitian (bila naskah tersebut ringkasan penelitian), biasanya 20-25 halaman
dengan spasi satu, untuk kutipan paragraf langsung diindent (tidak termasuk daftar pustaka).
6. Abstrak, ditulis satu paragraf sebelum isi naskah. Abstrak dalam bentuk bahasa yaitu bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris. Abstrak tidak memuat uraian matematis, dan mencakup esensi utuh
penelitian, metode dan pentingnya temuan dan saran atau kontribusi penelitian.
7. a. Penulisan numbering kalimat pendek diintegrasikan dalam paragraf, contohnya:
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui apakah CSR berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan, (2) Untuk mengetahui apakah persentase kepemilikan
manajemen berperan sebagai variabel moderating dalam hubungan antara CSR dengan
nilai perusahaan, dan (3) Untuk mengetahui apakah tipe industri berperan sebagai variabel
moderating dalam hubungan antara CSR dengan nilai perusahaan?
b. Penulisan bullet juga diintegrasikan dengan dalam paragraf dengan menggunakan tanda koma
pada antarkata/kalimat tanpa bullet.
8. Tabel dan gambar, untuk tabel dan gambar (grafik) sebagai lampiran dicantumkan pada halaman
sesudah teks. Sedangkan tabel atau gambar baik di dalam naskah maupun bukan harus diberi nomor
urut.
a. Tabel atau gambar harus disertai judul. Judul table diletakkan di atas tabel sedangkan judul
gambar diletakkan di bawah gambar.
b. Sumber acuan tabel atau gambar dicantumkan di bawah tabel atau gambar.
c. Garis tabel yang dimunculkan hanya pada bagian header dan garis bagian paling bawah tabel
sedangkan untuk garis-garis vertikal pemisah kolom tidak dimunculkan.
d. Tabel atau gambar bisa diedit dan dalam warna hitam putih yang refresentatif.
9. Cara penulisan rumus, Persamaan-persamaan yang digunakan disusun pada baris terpisah dan diberi
nomor secara berurutan dalam parentheses (justify) dan diletakkan pada margin kanan sejajar dengan
baris tersebut. Contoh:
wt = f (yt, kt, wt-1)
10. Keterangan rumus ditulis dalam satu paragraf tanpa menggunakan symbol sama dengan (=) masing-
masing keterangan notasi rumus dipisahkan dengan koma. Contoh:
Dimana w adalah upah nominal, yt adalah produktivitas pekerja, kt adalah intensitas
modal, wt-1 adalah tingkat upah periode sebelumnya
11. Perujukan sumber acuan di dalam teks (body teks) dengan menggunakan nama akhir dan tahun.
Kemudian bila merujuk pada halaman tertentu, penyebutan halaman setelah penyebutan tahun dengan
dipisah titik dua. Untuk karya terjemahan dilakukan dengan cara menyebutkan nama pengarang
aslinya.
Contoh:
Buiter (2007:459) berpendapat bahwa…..
Nuraeni dan Daryoky (1997) menunjukkan adanya…..
Yunus dkk (2007) berkesimpulan bahwa…..
Untuk meningkatkan perekonomian daerah….. (Rizky, Mentari, dan Dhirga Bramurti, 2009)
Indah (2009) berpendapat bahwa…..
12. Setiap kutipan harus diikuti sumbernya (lihat poin no. 11) dan dicantumkan juga dalam daftar
pustaka. Contoh:
Di dalam paragraf isi (Body Text) ada kutipan:
Buiter (2007:459) berpendapat bahwa…..
Maka sumber kutipan tersebut wajib dicantumkan/disebutkan di dalam daftar pustaka:
Buiter, W. H. 2007. The Fiscal Theory of Price Level: A Critique, Economic Journal,
112(127):459
13. Sedapat mungkin pustaka-pustaka yang dijadikan rujukan adalah pustaka yang diterbitkan 10
tahun terakhir dan diutamakan lebih banyak dari Jurnal Ilmiah (50 persen). Penulis disarankan
untuk merujuk artikel-artikel pada Jurnal-jurnal yang sudah terakreditasi.
14. Unsur yang ditulis dalam daftar pustak secara berturut-turut meliputi: (1) nama akhir pengarang,
nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik. (2) tahun penerbitan. (3) judul buku termasuk
subjudul. (4) tempat penerbitan, (5) nama penerbit.
Contoh cara penulisan:
a. Format rujukan dari buku: Nama pengarang. (tahun). Judul Buku.Edisi Kota penerbit: Nama
Penerbit.
Jika penerbit sebagai editor tunggal, ditulis (Ed.) di belakang namanya. Ditulis (Eds.) jika
editornya lebih dari satu orang. Kemudian bila pengarang lebih dari 3 orang, dituliskan nama
pengarang pertama dan yang lain disingkat “dkk”(pengarang domestik) atau “et.al” (pengarang
asing)
Enders, W. 2004. Applied Econometric Time Series. Second edition. New York: John Wiley &
Son.
Purnomo, Didit (Ed.) 2005. The Role of Macroeconomic Factors in Growth. Surakarta:
Penerbit Muhammadiyah University Press
b. Format rujukan dari artikel dalam buku ditulis: Nama Editor (Ed.), (tahun) judul
tulisan/keterangan, Judul Buku..hlm atau pp. kota penerbit: nama penerbit.
Daryoky (Ed.). 2005. Concept of Fiscal Decentralization and Worldwide Overview (hlm.12-25).
Bulukumba: Penerbit Muhammadiyah University Press.
c. Format rujukan dari artikel dalam jurnal/majalah/Koran: Nama pengarang (tahun). Judul
tulisan/karangan. Nama jurnal/majalah/Koran. volume (nomor): halaman. Jika rujukan Koran
tanpa penulis, nama koran ditulis diawal
Yunus, MC. 2002. The Dilemma of Fiscal Federalism: Grants and Fiscal Performance around
the world. Amerirican Economic jurnal. 46(3): 670. Nashville: American Economic
Association.
Tridian. 2008. Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah sebagai Pelaksana Desentralisasi
Fiskal Efek. Warta Ekonomi. Vol. 4,. Agustus: 46-48
Harwanto, S. 2007, 13 November, DEsentralisasi Fiskal dan Pembangunan Ekonomi, Harian
Radar Bulukumba, hlm,7.
Harian Makassar. 2009, 1 April, Hubungan Keuangan Pusat-Daerah di Indonesia hlm, 4.
15. Referensi Online yang dianjurkan dalam penggunaan bahasa Indonesia:
a. Glosarium kata baku dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia:
http://pusatbahasa.diknas.go.id/glosarium/
b. Kamus Besar Bahasa Indonesia dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia: http://pusatbahasa.depdiknas.go.id/kbbi/
c. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD):
http://pusatbahasa.depdiknas.go.id/lamanv4/sites/default/files/EJD-KKP-PBN-
BID.PENGEMBANGAN.pdf
Pengiriman Artikel
1. Atikel dikirim sebanyak 2 eksemplar hardcopy, dan softcopy berupa file. File bisa dikirim melalui e-
mail litbangbulukumba@yahoo.co.id atau dalam media cd.
2. Artikel yang dikirim wajib dilampiri biodata ringkas pendidikan termasuk catatan riwayat karya-
karya ilmiah sebelumnya yang pernah dipublikasikan, institusi dan alamatnya, nomor telepon kontak
atau e-mail penulis.
3. Penulis yang menyerahkan artikelnya harus menjamin bahwa naskah yang diajukan tidak melanggar
hak cipta, belum dipublikasikan atau telah diterima untuk dipublikasikan oleh jurnal lainnya.
4. Kepastian naskah dimuat atau tidak, akan diberitahukan secara tertulis atau melalui telepon. Artikel
yang tidak dimuat tidak akan dikembalikan.
Alamat Jurnal Pinisi Research:
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BALITBANGDA)
Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan
Jl. Durian No. 2 Bulukumba
Telepon/Faks: +62413 81102 / +62413 81102
e-mail: litbangbulukumba@yahoo.co.id
top related